Top Banner
NILAI-NILAI EDUKATIF PADA KISAH NABI NUH AS DALAM SURAT NUH Disusun Guna Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Oleh : Ani Maslihatul Maghfiroh NIM : 111 03 024 JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2007
77

NILAI-NILAI EDUKATIF PADA KISAH NABI NUH AS DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3689/1...DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA PENGESAHAN

Feb 03, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • NILAI-NILAI EDUKATIF PADA KISAH NABI NUH AS

    DALAM SURAT NUH

    Disusun Guna Memenuhi Tugas Dan Melengkapi

    Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

    Oleh :

    Ani Maslihatul Maghfiroh

    NIM : 111 03 024

    JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

    SALATIGA

    2007

  • DEPARTEMEN AGAMASEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

    SALATIGA

    Yedi Efriadi, M.Ag.

    NOTA PEMBIMBING

    Lamp. : 3 EksemplarHal : Pengajuan Naskah Skripsi

    KepadaYth. Ketua STAIN Salatiga

    DiSalatiga

    A ssa lam u 'a la ikum wr. wb.Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya,

    maka skripsi Saudari:

    Nama : Ani Maslihatul MaghfirohNIM : 111 03 024Jurusan : TarbiyahProgram Studi: Pendidikan Agama Islam (PAI)Judul : Nilai-Nilai Edukatif Pada Kisah Nabi Nuh as Dalam Surat Nuh

    Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqasah. Demikian surat ini, harap menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

    W assalam u'alaikum wr. wb.

    Salatiga, 21 September 2007

    Pembimbing

    ffiadi, M.Ag.

    NIP. 150 318 023

    n

  • DEPARTEMEN AGAMASEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

    SALATIGA

    PENGESAHAN

    Skripsi Saudari : Ani Maslihatul Maghfiroh dengan Nomor Induk Mahasiswa

    : 111 03 024 yang berjudul : Nilai-Nilai Edukatif Pada Kisah Nabi Nuh as Dalam

    Surat Nuh, telah dimunaqasahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah

    STAIN Salatiga, pada hari Senin_tanggal 19 Ramadhan 1428 H yang bertepatan

    dengan tanggal 1 Oktober 2007 M, dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-

    syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

    Salatiga, 19 Ramadhan 1428 H 1 Oktober 2007 M

    Panitia Ujian,

    Drs. Masykur Minan, M. A. NIP. 150182685

    Sekretaris Sidang

    Penguji II

    tDrs. Ahmad Sultoni, M.Pd. NIP. 150284602

    Pembimbing

    Yedi Efriadi, M.Ag, NIP. 150318023

  • MOTTO

    "Emasmu adalah agamamu,

    perhiasanmu adalah budi pekertimu,

    dan hartamu adalah sopan santunmu".

    “JCemwiin adalah mimpi yon# telah bentala,

    c&ok fuvd adalah cita-cita yang- indah,

    dan dani ini adalah kenyataan”

  • PERSEMBAHAN

    Karya Ini teudedlteasltean teepada :

    ❖ ibu (Aterom Tarblyah) danB>apafe (i^arocjjl) yang telah mengasuh

    dlrlleu, terima teaslh atas segala pengorbanannya balte lahir m.aupuiA,

    batin.

    ❖ Abah Habib dan u.m.1 inayah yang senantiasa kuharapkan berkah

    Ilmu darlruya.

    ❖ A dikku ishlah dan TKosyad terlila kasih atas bantuan kailan

    berdua.

    ♦♦♦ Mas A ' a u. yang selalu menemani dalam, meniti langkahku terlupa

    kasih atas spirit daia,juga d o 'a n y a.

    ❖ Teman-teman PA i 2003 : Lala, onnle, tsna, Tsai^l, yatl, N a'lm , ils,

    6 ny, wlda, wldle,

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt atas limpahan rahmat dan

    hidayah-Nya, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan

    salam semoga Allah swt senantiasa melimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, dan

    semoga kita semua termasuk umat yang mendapat syafa'at beliau besok di Yaumul

    Qiyamah. Amiin....

    Skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai Edukatif Pada Kisah Nabi Nuh as Dalam

    Surat Nuh ” ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam rangka memperoleh

    gelar Sarjana Strata Satu (SI) dalam Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan

    Agama Islam.

    Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak akan berhasil tanpa adanya

    dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak

    terima kasih kepada yang terhormat:

    1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag., selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam

    Negeri Salatiga.

    2. Bapak Fatchurrahman, M.Pd., S.Ag. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

    Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

    3. Bapak Yedi Efriadi, M.Ag. yang telah membimbing dan memberi pengarahan

    sampai terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

    4. Semua Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan yang telah memberi bekal

    pengetahuan dan pelayanan kepada penulis.

    vi

  • 5. Suluruh keluarga dan rekan-rekan yang telah membantu dan memberi

    dorongan dalam penyusunan skripsi ini.

    6. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat

    penulis sebutkan satu persatu.

    Sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, maka penulis memohon

    kepada para pembaca atas saran dan perbaikan yang membangun bilamana skripsi ini

    terdapat kesalahan.

    Akhirnya penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan

    bagi para pembaca umumnya.

    Salatiga, 22 September 2007

    Penulis

    Ani Maslihatul M NIM 111 03 024

    Vll

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    Halaman Judul ...

    Nota Pembimbing

    Pengesahan................................................................................................................. iii

    Motto.......................................................................................................................... iv

    Persembahan................................................................................................................ v

    Kata Pengantar.............................................................................................................vi

    Daftar I s i ................................................................................................................... viii

    BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah.................................................................................... 5

    C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 5

    D. Penjelasan Istilah..................................................................................... 5

    E. Manfaat Hasil Penelitian........................................................................... 7

    F. Metodologi Penelitian............................................................................. 8

    G. Sistematika Penulisan Skripsi................................................................. 9

    BAB II.

    A. Pengertian Kisah.................................................................................... 11

    B. Konsep Kenabian................ .................................................................. 15

    viii

  • 1. Pengertian Nabi........................................................................ 15

    2. Sifa-sifat Nabi dan Rasul........................................................... 19

    3. Fungsi Kenabian........................................................................ 21

    C. Kata Nuh Dalam Al-Qur'an.................................................................. 24

    BAB III. KISAH NABI NUH AS DENGAN KAUMNYA................................ 27

    A. Masa Hidup Nabi Nuh a s ....................................................................... 27

    B. Dakwah Nabi Nuh as Kepada Kaumnya............................................... 30

    1. Isi Dakwah Nabi Nuh a s ............................................................ 31

    2. Cara Dakwah Nabi Nuh a s ........................................................ 34

    3. Berbagai Tuduhan Dilontarkan Terhadap Nabi Nuh a s ............ 36

    C. Nabi Nuh as Membuat Kapal................................................................ 40

    BAB IV. PENDttWKAN DALAM KISAH NABI NUH A S ............................... 47

    A. Peran Nabi Nuh as Sebagai Pendidik................................................ . 47

    B. Kegagalan Nabi Nuh as Dalam Mendidik Kaum dan Puteranya...........53

    BAB V. KESIMPULAN DAN PENUTUP........................................................... 59

    1. Kesimpulan............................................................................................ 59

    2. Penutup.................................................................................................. 62

    ix

  • BABI

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pada dasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan suci atau fitrah. Manusia

    diciptakan oleh Allah swt dengan mempunyai naluri beragama, yaitu agama

    tauhid. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.

    Lingkunganlah yang nantinya akan mempengaruhi kehidupan selanjutnya.

    Lingkungan yang terdekat adalah keluarga, setelah itu masyarakat sekitar dan

    dunia pada umumnya. Seorang anak akan mendapatkan pendidikan yang pertama

    dalam keluarga. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan contoh yang baik

    bagi anak-anaknya, serta mengajak anak-anak untuk meneladani sikap-sikap yang

    baik.

    Rasulullah SAW telah bersabda :

    1 2 s * o £ , sH o ̂ .X 2 X > %.* A ' ? .t, ^ f ',0 f. . J) j ) 4jO^J d)J j \ j Oj&AJI JujJ i

    / / ✓

    “Setiap anak yang dilahirkan, ia dilahirkan dalam fitrah (kesucian), maka orang tuanyalah yang akan menjadikan ia sebagai seorang Yahudi, Nasrani atau Majusi.... ” . (H.R. Al-Bukhari)

    Sejalan dengan hadist di atas, Abudin mengutip pendapat Al-Ghazali yang

    mengatakan bahwa jika anak menerima ajaran dan kebiasaan hidup yang baik,

    maka anak itu menjadi baik. Sebaliknya jika anak itu dibiasakan melakukan

    1 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Thoha Putra, Semarang, t.t., him. 104.

    1

  • 2

    perbuatan buruk dan dibiasakan kepada hal-hal yang jahat, maka anak itu akan

    berakhlak jelek.2

    Manusia lahir ke dunia dalam keadaan suci seperti kertas putih yang bersih.

    Kertas putih ini nantinya akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh

    lingkungan. Lingkungan keluarga, terutama orang tua mempunyai pengaruh yang

    besar terhadap pendidikan anak. Apabila anak mempunyai orang tua yang baik

    dan mengajarkan kepada dirinya prinsip-prinsip iman dan islam, maka anak akan

    tumbuh dalam akidah iman dan islam.

    Ngalim Purwanto ketika menguraikan pentingnya pendidikan dalam

    keluarga, ia mengutip pendapat Comenius yang menekankan betapa pentingnya

    pendidikan keluarga bagi anak-anak. Comenius menegaskan bahwa tingkatan

    permulaan bagi pendidikan anak-anak dilakukan dalam keluarga yang disebutnya

    scola materna (sekolah ibu).3

    Selain dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, pendidikan anak juga

    dipengaruhi oleh lingkungan sosial atau masyarakat. Apabila lingkungan itu baik,

    maka seorang anak akan menjadi baik. Sebaliknya, apabila lingkungan sosial itu

    tidak baik, maka seorang anak akan menjadi tidak baik pula.

    Tidak semua anak yang dilahirkan dan hidup dalam keluarga yang baik akan

    tumbuh dengan baik. Seorang anak yang dijuluki nakal dan brutal ternyata cukup

    2Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, cet. Ke-1, 1997,him. 162.

    J M. Ngalim Purwanto., Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, hlm.79.

  • 3

    banyak yang muncul dari kalangan keluarga berada, terpelajar dan taat beragama.

    Sebaliknya, tidak sedikit anak pintar dan berakhlak baik yang lahir dari keluarga

    bodoh dan miskin atau bahkan tidak taat beragama.

    Dalam Al-Qur'an terdapat kisah seorang putra nabi yang hidup dalam

    keadaan tidak beriman kepada Allah swt, yaitu putra Nabi Nuh as yang bernama

    Kan an. Kan an adalah seorang anak yang kafir dan tidak mau menaati perintah

    ayahnya. Dia tidak mau mentaati perintah ayahnya meskipun ayahnya seorang

    nabi, bahkan Kan an juga bergabung dengan kaum Nabi Nuh as yang

    menentangnya. Nabi Nuh as sudah berusaha menyadarkan dan menghimbau agar

    anaknya mau mengikuti perintah ayahnya untuk senantiasa menyembah Allah swt

    dan minta perlindungan kepada-Nya, tetapi dia tidak menghiraukan nasihat

    ayahnya.

    Nabi Nuh as merupakan salah satu utusan Allah yang diberi gelar “ULUL

    ‘AZMI”. Disebut ULUL 'AZMI karena berhati teguh dan berkemauan keras

    menghadapi cobaan-cobaan yang sangat berat. Ada di antara rasul yang bersabar

    menghadapi cobaan dan pendustaan kaumnya selama berabad-abad. Abad demi

    abad berlalu, karena nabi ini berumur panjang, namun seluruh hidupnya berlalu

    penuh dengan ujian dan penderitaan yang berat. Nabi Nuh as hidup di tengah

    kaumnya selama hampir seribu tahun, sedangkan yang beriman kepadanya dari

    kaumnya hanya sedikit saja4.

    4 M. Ali ash-Shabuni, Kenabian dan Riwayat Para Nabi, Lentera, Jakarta, November 2001,hlm.26.

  • 4

    Selain sebagai Rasul Ulul 'Azmi, Nabi Nuh as juga merupakan manusia

    pilihan Allah yang diutus untuk memberi peringatan kepada kaumnya. Nabi Nuh

    as memberi peringatan dan nasihat kepada mereka, menyeru mereka ke jalan

    Allah swt, namun dia hanya mendapat pengingkaran dan penindasan dari

    kaumnya.

    Nabi Nuh as merupakan manusia pilihan Allah sebagaimana telah dijelaskan

    dalam Al-Qur'an sebagai berikut:

    r*"- . ' ' n *4&I (1)̂

    Artinya Sesungguhnya Allah swt telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (dari masa mereka masing- masing) ”.5(Q.S. Ali Imran : 33)

    Kisah Nabi Nuh as dijelaskan secara khusus dengan namanya yaitu Surat

    Nuh. Isi surat Nuh ini di antaranya adalah ajakan Nabi Nuh as kepada kaumnya

    untuk beriman kepada Allah swt serta bertaubat kepada-Nya; perintah

    memperhatikan alam semesta dan kejadian manusia yang merupakan manifestasi

    kebesaran Allah swt; siksaan Allah di dunia dan akhirat bagi kaum Nuh yang

    tetap kafir dan do'a Nabi Nuh as.6

    Nabi Nuh as menghadapi semua ini dengan penuh kesabaran kemudian

    diakhiri dengan datangnya azab yang menimpa mereka yang ingkar yaitu air bah

    5 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an Dan Terjemahnya, Thoha Putra, Semarang, 1995, him. 80.

    6 Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur'an, Amzah, Wonosobo, 2005, him. 226.

  • 5

    yang menenggelamkan segala sesuatu serta selamatnya orang-orang yang beriman

    pada ajarannya.

    Dari satu sisi Nabi Nuh as adalah manusia terpilih untuk membimbing

    kaumnya. Terpilihnya ia pasti karena Allah swt Maha Mengetahui kredibilitas dia

    untuk mendidik umatnya. Namun, di sisi yang lain ternyata Nabi Nuh as tidak

    berhasil mendidik umatnya, termasuk anaknya untuk menjadi lebih baik.

    B. Rumusan Masalah.

    Sebagai pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :

    1. Bagaimana peran Nabi Nuh as sebagai pendidik dalam Al-Qur'an ?

    2. Mengapa Nabi Nuh as gagal memperbaiki sebagian besar umatnya termasuk

    anaknya ?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui bagaimana peran Nabi Nuh as sebagai pendidik dalam Al-

    Qur'an.

    2. Untuk mengetahui mengapa Nabi Nuh as gagal memperbaiki sebagian besar

    umatnya termasuk puteranya.

    D. Penjelasan Istilah

    Untuk menghindari kemungkinan tejadinya penafsiran yang berbeda

    dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini,

    maka perlu penjelasan beberapa istilah sebagai berikut:

  • 6

    1. Nilai Edukatif

    Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi

    kemanusiaan. Edukatif adalah berbagai hal yang bersifat mendidik.

    Maksud dari nilai-nilai edukatif dalam penelitian ini adalah hal-hal yang

    penting dan berguna dalam rangka membimbing dan membentuk manusia

    agar sesuai dengan fitrahnya.

    2. Kisah Nabi Nuh as dalam Surat Nuh

    Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kisah adalah riwayat, cerita,

    suatu peristiwa/kejadian.7 8 9 Kisah berasal dari Bahasa Arab Qishah, yang

    berarti kisah, cerita, berita atau kejadian. Qashash, bentuk jamak dari Qishah

    yang secara istilah berarti kisah-kisah (dalam Al-Qur'an) tentang para nabi

    dan rasul, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini

    dan masa sekarang.10 *

    Sedangkan Nabi Nuh as adalah nama di antara para nabi dalam

    kepercayaan Islam.11 Nuh as adalah rasul pertama yang diutus Allah Yang

    Maha Pengasih dengan sebuah kitab suci kepada umat manusia.12

    7 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982, him.677.

    8 Djaka P, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Pustaka Mandiri, Surakarta, t.t., him. 82.9 Ibid., hlm.207.10H. Ahmad Syadali & H. Ahmad Rofi'i, Ulumul Qur'an II, Pustaka Setia, Bandung, 1997,

    him. 27." W.Al-Hafidz, op.cit., him. 225.12 Sayyid Muhammad Husain Thabathaba'i, Inilah Islam: Upaya Memahami Seluruh Konsep

    Islam Secara Mudah, Pustaka Hidayah, Bandung, 1996, him. 67.

  • 7

    Surat Nuh adalah nama sebuah surah yang ke-71 di antara surah-surah

    dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri dari 28 ayat dan termasuk dalam golongan

    surah-surah makkiyah.13

    Maksud dari kisah Nabi Nuh as dalam penelitian ini adalah riwayat

    perjalanan hidup Nabi Nuh as sebagai seorang nabi, dalam menyebarkan misi

    dan ajarannya, cara-cara mendidik kaumnya, serta cobaan-cobaan berat yang

    dialaminya.

    Jadi, secara keseluruhan maksud dari judul * Nilai-nilai edukatif pada

    kisah Nabi Nuh as dalam Surat Nuh ” adalah pemahaman tentang nilai-nilai

    pendidikan yang dapat diambil dari kisah perjalanan hidup Nabi Nuh as yang

    terdapat dalam Surat Nuh.

    E. Manfaat Hasil Penelitian

    Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik dari segi ilmiah maupun

    dari segi sosial.

    1. Dari segi ilmiah diharapkan hasil penelitian ini dapat mengembangkan

    pemikiran tentang pendidikan melalui kisah dalam Al-Quran pada khalayak

    umum, khususnya bagi para pendidik.

    2. Sedangkan dari segi sosial, diharapkan dapat membuka cakrawala baru

    tentang nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya, khususnya bagi

    penulis sendiri dan pembaca pada umumnya.

    13 W. Al-Hafidz, op.cit., him 226.

  • 8

    F. Metodologi Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian literer karena didasarkan

    pada studi kepustakaan dari buku-buku yang berkaitan langsung dengan

    pokok permasalahan. Dimulai dengan mengumpulkan kepustakaan, pertama-

    tama dicari segala buku yang ada mengenai tokoh dan topik yang

    bersangkutan.14

    2. Metode Pengumpulan Data

    Data diperoleh melalui 2 sumber data yaitu :

    a. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung berkaitan dengan

    objek riset yaitu Al-Quran.

    b. Sumber data sekunder adalah sumber data yang digunakan untuk

    melengkapi dan merupakan penunjang yang dijadikan sebagai alat bantu

    dalam menganalisa permasalahan yang muncul, yaitu melalui literatur-

    literatur tafsir dan sumber lain yang mendukung, seperti buku-buku

    tentang pendidikan, ensiklopedi, filsafat dan sejarah nabi. Literatur tafsir

    yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Tafsir An-Nuur, Al-

    Mishbah, Al-Mizan dan tafsir terjemahan Al-Qur'an.

    14Anton Bakker & Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Kanisius, Yogyakarta, 1990, him. 63.

  • 9

    3. Metode Analisis Data

    Analisis data dalam penelitian ini digunakan sebagai dasar untuk

    menarik kesimpulan penelitian. Analisis dalam penelitian ini penulis

    menggunakan Content Analysis (analisis isi). Content Analysis merupakan

    analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi.15 Penulis mengumpulkan

    data dari berbagai sumber data yang digunakan, kemudian data yang telah

    tersusun dipahami untuk dianalisis dan ditarik beberapa kesimpulan.

    G. Sistematika Penulisan Skripsi

    Skripsi ini disusun dalam 5 bab, yang secara sistematis dapat dijabarkan

    sebagai berikut:

    BAB I : PENDAHULUAN

    Pada bab pendahuluan ini berisi:

    A. Latar Belakang Masalah

    B. Rumusan Masalah

    C. Tujuan Penelitian

    D. Penjelasan Istilah

    E. Manfaat Hasil Penelitian

    F. Metode Penelitian

    G. Sistematika Penulisan Skripsi

    15 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta, 1996, him. 49.

  • 10

    BAB II

    BAB III

    BAB IV

    BABY

    : Pada bab ini akan dijelaskan tentang :

    A. Pengertian kisah

    B. Konsep Kenabian, meliputi:

    1. Pengertian Nabi dan Rasul

    2. Sifat-sifat Nabi dan Rasul

    3. Fungsi kenabian

    C. Kata Nuh dalam Alqur’an

    : KISAH NABI NUH AS DALAM SURAT NUH

    A. Masa hidup Nabi Nuh as

    B. Dakwah Nabi Nuh as kepada kaumnya

    C. Nabi Nuh as membuat kapal

    : PENDIDIKAN DALAM KISAH NABI NUH AS

    A. Peran Nabi Nuh as sebagai pendidik

    B. Kegagalan Nabi Nuh as dalam mendidik kaum dan puteranya

    : PENUTUP

    Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran serta kata-kata penutup

    dari penulis.

  • BAB II

    A. PENGERTIAN KISAH ^

    Banyak perbedaan pendapat dalam memberikan interpretasi tentang kisah,

    baik secara bahasa maupun secara istilah. Namun, pada intinya adalah sama.

    5* **Secara etimologi, kisah berasal dari Bahasa Arab Qishah ( ^ bentuk

    jamaknya adalah Qishash ( ), yang berarti cerita, kisah, hikayat.1

    Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kisah berarti riwayat, cerita,

    suatu peristiwa atau kejadian.1 2

    Dalam Ulumul Qur'an, Qashashul Qur'an ialah kisah-kisah dalam Al-

    Qur'an tentang para nabi dan rasul, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada

    masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.3

    Menurut Hasbi ash-Shiddieqy, kisah ialah pengajaran-pengajaran dan

    petunjuk-petunjuk yang berguna bagi para penyuruh kebenaran dan bagi orang-

    orang yang diseru kepada kebenaran.4

    Dalam Al-Qur'an terdapat sekian banyak kisah indah dan mengesankan

    yang pantas dan perlu diceritakan kepada anak-anak, seperti kisah-kisah Nabi dan

    1 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, Ponpes Al-Munawwir, Yogyakarta, 1984, him. 1211.

    2 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982,hlm.207.

    3H. Ahmad Syadali, & H. Ahmad Rofi'i, Ulumul Qur'an II, Pustaka Setia, Bandung, 1997,him. 27.

    4Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur'an/tafsir, Bulan Bintang, Jakarta, 1977, him. 160.

    11

  • Rasul, kisah Luqman, Raja Iskandar Dzulqamain, Ashabul Kahfi, kisah Kan an,

    kisah Fir'aun, Abrahah dan sebagainya.

    Kisah-kisah tersebut akan lebih mengena, membekas dan memberikan

    pengaruh pada jiwa anak. Anak akan bisa mengambil pelajaran dari kisah-kisah

    itu, apalagi kisah-kisah Al-Qur'an seluruhnya adalah kisah-kisah faktual,

    nonfiksi, benar-benar teijadi, bukan rekaan dan khayalan.

    Pada prinsipnya, kisah-kisah dalam Al-Qur'an memuat asas-asas

    pendidikan, tidak hanya pendidikan sosiologis, tetapi aspek rasio juga.5 Pada

    kisah-kisah tersebut dapat juga kita temukan sejumlah pelajaran untuk dijadikan

    dasar dalam membina individu. Ayat yang menerangkan tujuan diuraikannya

    kisah-kisah dalam Al-Qur'an bukanlah sekedar hiburan dan pelepas lelah

    melainkan untuk diambil pelajaran adalah sebagai berikut:

    Artinya : “Sesungguhnya dalam kisah-kisah mereka terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai a ka l...”(Q. S. Yusuf: 111 )6

    Ayat lain juga mengisyaratkan untuk mengambil manfaat dari kisah-kisah

    Al-Qur'an dengan menggunakan pemikiran serta merenungi riwayat-riwayat itu,

    serta mengikuti jejak para nabi dan rasul Allah swt.

    5 Syaikh M. Al-Ghazali, Berdialog dengan Al-Qur'an, Mizan, Bandung, 1997, hlm.68.6 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Thoha Putra,

    Semarang, 1995, hlm.366.

  • 13

    ' 0 f ' ss 0 % ̂s ' s s ' ° f ° "". p^l*J j 0 ^2 Jijl j& « a i 1 3 ----

    Artinya : "... Ceritakanlah kisah-kisah itu semoga mereka berfikir”. (Q.S. Al-A'raf :176)7

    Dalam memaparkan riwayat atau kisah, Al-Qur'an mempunyai berbagai

    tujuan. Di antara tujuan kisah adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengukuhkan wahyu dan risalah.

    Al-Qur'an menerangkan bahwa kisah-kisah itu datang melalui wahyu.

    Para Rasul menyampaikan agama yang mereka bawa melalui wahyu dari

    Allah swt. Disampaikannya kisah-kisah dalam Al-Qur'an dengan teliti dan

    uraian indah menjadi bukti yang kuat bahwa kisah-kisah itu adalah wahyu

    yang diturunkan oleh Allah swt.

    2. Untuk menerangkan bahwa agama itu sepenuhnya dari sisi Allah.

    Sejak Nabi Nuh as sampai Nabi Muhammad saw, agama semuanya

    berasal dari Allah swt. Orang-orang yang beriman merupakan umat yang satu

    dan hanya Allah tuhan mereka semua.

    3. Menerangkan dakwah para rasul.

    Sarana yang digunakan oleh para nabi dalam berdakwah adalah sama.

    Para nabi dan rasul memusatkan perhatian pada satu tujuan yaitu meyakini

    kepercayaan terhadap Allah Yang Maha Tunggal yang menjadi sasaran

    dakwah dari para rasul.

    7 Ibid., him. 251.

    S

  • 4. Menunjukkan sikap umat terhadap nabinya.

    Tanggapan setiap umat terhadap dakwah para nabi adalah hampir

    sama, walaupun agama yang mereka sampaikan berasal dari sisi Allah swt,

    dan bahwa agama itu berdiri di atas landasan yang sama. Mereka memperolok

    dakwah para rasul, tidak hanya dengan kata-kata kasar tetapi juga

    berkeinginan untuk membunuh para rasul.

    5. Menunjukkan hubungan erat antara semua syariat dan agama.

    Semua agama datang dari sumber yang satu yaitu Allah swt penguasa

    alam semesta. Setiap nabi datang membawa ajaran yang sifatnya melanjutkan

    atau menyempurnakan ajaran yang sebelumnya, menyeru orang untuk

    beriman kepada ajaran yang disampaikan serta meyakini agama yang datang

    dari Allah swt.

    6. Menerangkan kemenangan bagi para nabi.

    Pada akhirnya Allah swt menolong para nabi-Nya dan membinasakan

    orang-orang yang mendustakan. Yang demikian adalah untuk menguatkan

    jiwa para nabi, memberi harapan dan menghibur mereka, di mana Allah akan

    membahagiakan mereka di dunia dengan membinasakan mereka yang

    mendustakan para nabi dan rasul.

  • 7. Menerangkan kekuasaan Allah swt dalam menampilkan hal-hal luar biasa

    atau mukjizat.

    Salah satu tujuan kisah dalam Al-Qur'an adalah untuk menerangkan

    kekuasaan Allah terhadap peristiwa-peristiwa luar biasa, seperti kisah

    penciptaan Adam dan kelahiran Isa anak Maryam. Adam lahir tanpa bapak

    tanpa ibu, Isa lahir dari seorang ibu tanpa bapak. Semua itu sebagai bukti

    kekuasaan Allah yang luar biasa.

    8. Menerangkan akibat kebaikan dan akibat kejahatan.

    Kisah dalam Al-Qur'an bertujuan untuk menerangkan akibat sesudah

    kebaikan dan akibat sesudah kejahatan dan kerusakan. Semua kisah

    diceritakan untuk menerangkan akibat kebaikan yaitu akan menghasilkan

    pahala dan kebaikan, sedangkan akibat kejahatan akan mengakibatkan

    keburukan dan azab yang pedih. Contoh dalam hal ini adalah kisah kedua

    putra Adam (Qabil dan Habil), kisah pemilik dua buah kebun, kisah

    “Ashhabul Ukhdud” (orang-orang yang dimasukkan ke dalam parit berapi).

    B. KONSEP KENABIAN

    1. Pengertian Nabi dan Rasul

    Kata nabi berasal dari kata naba' yang berarti berita. Menurut bahasa,

    nabi berarti orang yang menyampaikan berita. Sedangkan menurut istilah,

  • 18

    disebutkan dalam Al-Qur'an, setiap muslim wajib percaya dan beriman

    bahwasannya ada nabi-nabi selain mereka yang 25 itu.

    Berapa sebenarnya jumlah nabi, tidak ada orang yang tahu. Al-Qur'an

    melalui ayat-ayatnya di berbagai tempat, hanya menyebutkan nama-nama

    rasul Allah yang berjumlah 25 orang. Mereka itulah yang wajib dipercayai

    oleh kaum muslimin.

    Para nabi dan rasul yang suci ini, mempunyai derajat atau tingkatan

    yang berbeda-beda. Ada 4 orang rasul yang diberi kitab suci, yaitu Nabi Musa

    as, Nabi Daud as, Nabi Isa as dan Nabi Muhammad saw. Masing-masing

    dengan kitabnya Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur'an.

    Di antara ke-25 nabi yang wajib diimani setiap muslim terdapat lima

    nama dengan status ulul 'azmi atau yang diunggulkan karena dianggap telah

    menghadapi tantangan besar dalam perjuangan sebagai nabi, yaitu Nuh as,

    Ibrahim as, Musa as, Isa as dan Muhammad saw.13

    Ulul 'Azmi artinya adalah orang-orang yang mempunyai keteguhan hati.

    Maksudnya telah mempunyai keteguhan hati dalam menyampaikan wahyu

    Allah kepada umat mereka masing-masing, sekalipun mendapatkan

    perlawanan dan berbagai reaksi hebat dari musuh-musuhnya.14

    13 Ash-Shabuni, op.cit., him. 158.14 Humaidi Tatapangarsa, Kuliah Aqidah Lengkap, Bina Ilmu, Surabaya, 1990, him. 134.

  • diterima dari Allah kepada manusia, sekalipun untuk itu harus

    menghadapi berbagai macam rintangan.

    4) Fathonah, artinya cerdas.

    Allah swt tidak mengutus seorang nabi melainkan dilengkapi dengan

    kecerdasan luar biasa, di samping kesempurnaan akal dan kecerdasan

    pribadi. Allah menganugerahkan atas mereka akal yang sehat dan

    kedewasaan jiwa, kecerdikan dan ketanggapan supaya dapat mengajukan

    argumentasi yang tepat kepada kaumnya. Daya pikir dan kekuatan akal

    mereka tidak mungkin menjadi lemah atau lumpuh, karena yang demikian

    itu merupakan karunia Allah yang dianugerahkan kepada orang yang

    dikehendaki-Nya.

    5) Ishmah, artinya terpelihara dari berbuat salah dan dosa.

    Pengertian “ishmah” adalah perlindungan yang diberikan oleh Allah

    swt kepada para nabi dan rasul sehingga tidak teijerumus melakukan

    maksiat dan perbuatan dosa, munkar dan haram. Para nabi dan rasul

    adalah pemimpin, maka bagaimana mungkin seorang pemimpin

    memerintah bawahannya melakukan kebajikan dan melarang mereka

    melakukan kejahatan padahal dia sendiri melakukan berbagai kekejian dan

    perbuatan mungkar.

  • 3. Fungsi Kenabian (Nubuwah)

    Nubuwah adalah anugerah Ilahi dan pilihan khusus oleh Allah Yang

    Maha Tinggi, Maha Kuasa bagi makhluk yang dikehendaki-Nya. Nubuwah

    tidak dapat diperoleh dengan keija keras atau dengan usaha dan jerih payah,

    atau dengan ketaatan dan banyak melakukan ibadah kepada Allah swt. Tidak

    ada yang dapat memperoleh nubuwah kecuali orang-orang yang memang

    layak untuk mengembannya, sebab nubuwah merupakan beban yang berat.

    Nubuwah tidak juga diwariskan atau melalui cara merampas dan menguasai.

    Para nabi dan rasul merupakan manusia pilihan dari hamba-hamba

    Allah. Allah swt telah memuliakan para nabi dan rasul dengan nubuwah.

    Allah swt memilih mereka untuk menjadi perantara antara Tuhan dengan

    hamba-hamba-Nya, menyampaikan perintah Allah, memperingatkan agar

    manusia terhindar dari murka dan siksa-Nya serta memberi petunjuk kepada

    hal-hal yang akan membahagiakan manusia di dunia dan akhirat.

    Nabi dutus Allah untuk mencegah kejahatan dan menyampaikan kabar

    gembira kepada orang-orang yang shaleh.15 Manusia membutuhkan rasul

    sebagaimana manusia membutuhkan agama atau wahyu, sebab agama atau

    wahyu itulah yang dibawa oleh seorang rasul. Dibutuhkannya rasul oleh

    manusia terutama disebabkan karena kelemahan akal manusia dalam

    memecahkan problema-problema tertentu yang dihadapi dalam hidupnya.

    15 Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Qur'an, Pustaka, Bandung, 1996, hlm.l 19.

  • Wahyu bukan sekedar kata-kata ghaib atau magis, melainkan berisi

    hukum dan undang-undang yang mengatur semua tatanan hidup manusia,

    mulai dari masalah yang paling kecil hingga yang paling besar. Agama datang

    dari Tuhan sedangkan Tuhan tidak menampakkan diri-Nya secara langsung,

    maka dibutuhkanlah seorang nabi.

    Fungsi nabi adalah menyampaikan semua kemauan, perintah, aturan,

    syariah, undang-undang dari Tuhan kepada umat manusia. Seorang nabi tidak

    diberi wewenang untuk menciptakan ajaran sendiri. Seorang nabi mendapat

    wahyu dari Tuhan serta mendapatkan penjagaan dan pemeliharaan agar tidak

    melakukan kesalahan. Fungsi seorang nabi yang tidak boleh dilupakan yaitu

    sosok diri seorang nabi dijadikan suri tauladan , contoh hidup yang nyata, dan

    model untuk bisa ditiru oleh manusia.16

    Wahyu atau agama tidak dapat diterima langsung oleh sembarang

    manusia, sebab untuk itu diperlukan kualitas spiritual yang tidak dimiliki oleh

    kebanyakan manusia. Maka diperlukanlah manusia istimewa yang berfungsi

    sebagai perantara atau penghubung antara alam kemanusiaan dengan

    kehendak-kehendak Tuhan. Selanjutnya lewat dia inilah wahyu atau agama

    Allah itu disampaikan kepada umat manusia. Manusia istimewa yang

    berfungsi sebagai penghubung atau perantara itulah yang disebut Rasul.

    Fungsi kenabian ini menjadi suatu keharusan karena pada dasarnya

    manusia adalah umat yang satu. Manusia semula berada dalam kebenaran dan

    16 Karakteristik Agama Samawi, di http : eramuslim.com, 28 Juni 2007.

  • agama yang suci, namun kemudian mereka berselisih, merusak bumi ini,

    mereka menyimpang dari jalan yang lurus, maka Allah swt mengutus kepada

    mereka para nabi.

    Allah swt telah menjadikan para nabi sebagai penyelamat bagi kaumnya

    dari gelapnya kebodohan dan kesesatan. Allah swt menerangkan diutusnya

    para rasul dalam firman-Nya sebagai berikut:

    Artinya : “(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana". (Q.S. An-Nisa' : 165)17

    Para nabi telah mengeluarkan umat manusia dari kesesatan kepada

    petunjuk yang benar atau hidayah. Misi para nabi adalah menyelamatkan

    umat-umat dari cengkeraman syirik (menyekutukan Allah dengan sesuatu

    yang lain) dan keberhalaan, mensucikan masyarakat dari kotornya kerusakan

    moral dan disintegrasi, anarki dan kekacauan.

    17 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., him. 151.

  • C. KATA NUH DALAM AL-QUR'AN18

    Dalam Al-Qur'an, kata NUH terdapat dalam beberapa surat sebagai berikut:

    1. Kata NUH (£ JA) dengan huruf ha (£ ) berharakat fathah —► (nuhan).

    terdapat dalam surat dan ayat sebagai berikut:

    NO SURAT AYAT

    1. 3 (Ali Imran) 33

    2. 6 (Al-An'am) 84

    3. 7 (Al-A'raf) 59

    4. 11 (Huud) 25

    5. 21 (Al-Anbiya) 76

    6. 23 (Al-Mukminuun) 23

    7. 29 (Al-Ankabut) 14

    8. 42 (Asy-Syuura) 13

    9. 57 (Al-Hadid) 26

    10. 71 (Nuh) 1

    18 Ali Audah, Konkordansi Al-Qur'an, Litera Antar Nusa, Jakarta, 1991, hlm.481-482.

  • s

    2. Kata NUH dengan huruf ha (£ ) berharakat kasrah —► ( nuhin)

    terdapat dalam surat dan ayat berikut:

    NO SURAT AYAT

    1. 4 (An-Nisa') 163

    2. 7 (Al-A'raf) 69

    3. 9 (At-Taubah) 70

    4. 10 (Yunus) 71

    5. 11 (Huud) 36 & 89

    6. 14 (Ibrahim) 9

    7. !7 (Al-Isra) 3 & 17

    8. 19 (Maryam) 58

    9. 22 (Al-Hajj) 42

    10. 25 (Al-Furqan) 37

    11. 26 (Asy-Syu'ara) 105

    12. 33 (Al-Ahzab) 7

    13. 37 (Ash-Shaffaat) 79

    14. 38 (Shaad) 12

    15. 40 (Al-Mukmin) 5 & 31

    16. 50 (Qaaf) 12

    17. 51 (Adz-Dzariyaat) 46

  • %

    28. 53 (An-Najm) 52

    19. 54 (Al-Qamar) 9

    20. 66 (At-Tahrim) 10

    3. Kata NUH (^_^) dengan huruf ha (£ ) berharakat dhommah —> £ J-5

    (nuhun) terdapat dalam surat dan ayat berikut:

    NO SURAT AYAT

    1. 11 (Huud) 32,42,45,

    46 & 48

    2. 26 (Asy-Syu'ara) 106 & 116

    3. 37 (Ash-Shaffaat) 75

    4. 71 (Nuh) 21 & 26

  • BAB III

    KISAH NABI NUH AS DENGAN KAUMNYA

    Nabi Nuh as sebagai manusia pilihan Allah diutus kepada penduduk bumi untuk

    memberi peringatan dan memberi ancaman kepada kaumnya dari siksa Allah swt. Ia

    memperingatkan manusia untuk senantiasa menyembah Allah swt dan bukan

    menyembah selain Dia. Allah swt juga memerintahkan kepada Nabi Nuh as untuk

    mengancam kaumnya yang ingkar bahwa azab Allah akan datang yaitu banjir

    bandang yang akan menenggelamkan seluruh manusia yang ingkar dan kafir.

    Kehidupan Nabi Nuh as merupakan kehidupan yang penuh dengan

    penderitaan. Dia adalah rasul yang paling panjang usianya dan paling gigih

    perjuangannya. Dia hidup dalam masa yang sangat panjang dan hidup beratus-

    ratus tahun. Hidup di tengah kaumnya sembilan ratus lima puluh tahun, memberi

    peringatan dan nasihat kepada kaumnya, serta menyeru mereka ke jalan Allah

    swt.

    A. Masa Hidup Nabi Nuh as

    Nabi Nuh as adalah generasi yang ke sepuluh dari Nabi Adam as.1 Nuh

    adalah bin (anak) Lamak bin Metusylah bin Akhnukh, yaitu Idris. Silsilah (nasab)

    • • • • . 9mi berkelanjutan sampai syith bin Adam as, bapak semua manusia. 1 2

    1 Rafi'uddin, Kisah Keteladanan Para Rasul Allah, Intermasa, Semarang, 2001, him. 17.2 M. Ali ash-Shabuni, Kenabian & Riwayat Para Nabi, PT Lentera Basritama, Jakarta,

    November 2001, him. 168.

    27

  • 28

    Nabi Nuh as mempunyai empat orang putera, mereka adalah Sam, Ham,

    Yafith dan Qan'an. 3 Qan'an adalah putera Nabi Nuh as yang tenggelam dalam

    taufan karena dia tidak mau mengikuti seruan ayahnya. Dia adalah anak yang

    inkar dan kafir sehingga dia tidak berhasil menyelamatkan diri dari banjir yang

    menenggelamkan seluruh umat Nabi Nuh as yang kafir. Adapun ketiga puteranya

    yang lain, mereka telah selamat.

    Sam adalah bapak bangsa Arab (Smith). Ham adalah bapak orang-orang

    Ethiopia. Yafith adalah bapak bangsa Romawi. Ada beberapa hadist yang

    berhubungan dengan soal ini, di antaranya ash-Shabuni mengutip hadist riwayat

    Imam Ahmad dari Nabi saw, sabdanya :”Sam bapak bangsa Arab, Ham bapak

    bangsa Ethiopia dan Yafith bapak bangsa Romawi”.4

    Nabi Nuh as menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa “fatrah”

    yaitu masa kekosongan di antara dua rasul di mana manusia secara berangsur-

    angsur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan

    mereka. Ketika Nabi Nuh as datang ke tengah-tengah kaumnya, mereka sedang

    melakukan penyembahan berhala. Mereka memberi nama berhala-berhala itu

    Wad, Suwa', Yaghuts, Ya'uq danNasr.5

    3 Ibid., him. 182.4 Ibid., him. 183.5Munawwaroh, Kisah Teladan 25 Nabi & Rasul, Eska Media, Jakarta, September 2005, him.

    24.

  • 29

    Mereka adalah nama orang-orang saleh dari kaum Nuh as dan setelah

    mereka meninggal dunia, setan membisikkan kepada kaumnya agar mendirikan di

    tempat tinggal mereka patung-patung mereka dan berikan pada patung-patung itu

    nama-nama mereka. Orang-orang melakukannya dan mereka tidak menyembah

    patung-patung itu, namun setelah orang-orang ini meninggal dunia dan

    melupakan ilmu lalu disembahlah patung-patung itu.6

    Sekian lamanya kaum Nuh as menyembah berhala. Mereka menjadikan

    berhala-berhala tersebut sebagai sesembahan yang diharapkan darinya kebaikan

    dan memohon perlindungan kepadanya dari segala kejahatan, menyerahkan

    segala urusan dalam kehidupan ini kepadanya.

    Oleh karena itu, Allah swt mengutus Nabi Nuh as untuk menyeru dan

    memberi peringatan kepada mereka. Allah swt telah berfirman sebagai berikut:

    * O f X%* . ? i 0„ O ✓ 1^0» o * °, f ° 'i ̂ Op-JI j l { j* j \ 4j» L S e "

    0 £ i

    Artinya : “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya: ‘Hendaklah engkau memberikan peringatan kepada kaummu, sebelum siksaan

    yang pedih menimpamu’”.(Q. S. Nuh : 1)

    Allah swt mengutus Nabi Nuh as, seorang yang jelas ucapannya, cerdas dan

    lembut. Allah telah memberikan kekuatan kepadanya untuk berdebat dan

    kemampuan mengemukakan argumentasi untuk mematahkan semua alasan yang

    disampaikan oleh kaumnya. Nabi Nuh as menyeru kaumnya agar beribadah

    6 Sayyid Muhammad Husain Thabathaba'i, Al-Mizan f i Tafsiril Qur'an, juz 20, Beirut, Libanon, 1991, him. 38.

  • 30

    kepada Allah saja, namun mereka berpaling. Ia juga memberikan peringatan

    dengan siksa yang pedih, serta memberikan kabar gembira dengan ganjaran yang

    besar, namun mereka tetap buta dan tidak mau mendengar, serta menyombongkan

    diri.

    Betapa berat penderitan Nuh as dalam perjuangan ini serta musibah besar

    yang dialami nabi ini dalam masa yang panjang. Kehidupan yang merupakan

    rentetan penderitaan, siksa dan bencana yang tidak dapat ditanggung kecuali oleh

    nabi-nabi yang sangat sabar dan teguh hati. Oleh karena itu Nabi Nuh as termasuk

    salah satu rasul Ulul' Azmi.

    Nuh as, sebagai rasul Allah, di samping meluruskan kembali

    penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan tugas kekhalifahan manusia, ia pun

    merupakan tonggak pemacu perkembangan sosial budaya umat manusia. Dia

    telah mencoba mengadakan revolusi pemikiran terhadap kaumnya dari

    menyembah berhala kepada menyembah Allah swt. Nuh as, dengan bimbingan

    Allah, telah membuat perahu guna menyelamatkan umatnya dan budaya manusia

    dari kehancuran (bencana alam/banjir besar).

    B. Dakwah Nabi Nuh as Kepada Kaumnya.

    Nabi Nuh as hidup di tengah-tengah kaumnya beberapa abad, namun yang

    dijumpai dari kaumnya hanyalah telinga-telinga yang tersumbat, hati-hati yang

    terkunci serta akal pikiran yang telah membatu. Nasihat dan peringatan tidak

    ada manfaatnya bagi mereka. Ancaman akan adanya pembalasan tidak mampu

  • 31

    menjauhkan mereka dari perbuatan jahat. Setiap kali diperingatkan akan azab

    Allah, mereka bertambah jauh menempuh jalan kesesatan, tidak memperdulikan

    seruan Nabi Nuh as.

    1. Isi Dakwah Nabi Nuh as.

    Nabi Nuh as berdakwah memberi peringatan kepada kaumnya supaya

    meninggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah Allah, Tuhan

    Penguasa Alam Semesta. Hal tersebut tertuang dalam Surat Nuh ayat 2 dan 3

    berikut in i:

    ' l 0 >0 . 'i- f O ' ' i * . . -*-*«, . r ■* ° . S D » C . ' ' i . c,U y u b \ j oj AjIj J ' >j3b J l i

    Artinya : ”JViiA mengatakan: Wahai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang terang kepadamu. Sembahlah Allah dan bertakwalah kepada-Nya, serta turutilah perintahku”. (Q.S. Nuh : 2-3)

    Nabi Nuh as memberi peringatan kepada kaumnya untuk menyelamatkan

    mereka dari kesesatan, menjauhkan mereka dari penyembahan berhala dan

    mengajak mereka untuk menyembah Allah swt supaya mereka terhindar dari

    azab Allah yang akan menimpa mereka.

    Dalam An-Nuur dijelaskan tentang ajakan Nuh as kepada kaumnya untuk

    menyembah Allah swt. Perintah menyembah Allah mencakup perintah

    mengeijakan semua yang wajib dan yang sunnat, baik dengan perbuatan hati

    maupun dengan perbuatan anggota tubuh7 Nabi Nuh as memerintah kaumnya

    7 Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur'anul Majid An-Nuur, Jilid 5, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2003, him. 4359.

  • 32

    supaya bertakwa kepada Allah dan takut kepada azab-Nya, dengan jalan

    menjauhkan semua yang diharamkan oleh Allah dan segala dosa, menaati

    perintah dan menjauhi larangan-N y a serta menerima nasihat yang disampaikan

    oleh Nabi Nuh as.

    Quraish Shihab mengutip pendapat Thabathaba'i bahwa ayat ketiga di atas

    mengandung tiga prinsip pokok akidah keagamaan. Perintah menyembah Allah

    berarti perintah mengesakan-Nya, perintah bertaqwa berarti perintah

    mempercayai hari kemudian di mana akan ada perhitungan atas amal-amal

    manusia, maka ketaqwaaan yang diajarkan agama akan muncul, yakni rasa takut

    yang mendorong seseorang beramal saleh dan menghindari amal-amal buruk.

    Sedang perintah untuk taat kepada beliau adalah keyakinan akan kenabian.8

    Nabi Nuh as mengalihkan perhatian kaumnya agar melihat alam semesta

    yang diciptakan oleh Allah berupa langit dan matahari, bulan dan bintang-

    bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di atasnya

    memberi kenikmatan hidup bagi manusia, pergantian malam menjadi siang dan

    siang menjadi malam. Kesemuanya itu menjadi bukti dan tanda nyata akan

    adanya keesaan Allah yang harus disembah dan bukan berhala-berhala yang

    mereka buat dengan tangan mereka sendiri.9 Nabi Nuh juga memberitakan

    kepada mereka bahwa akan ada ganjaran yang akan diterima oleh manusia atas

    segala amalannya di dunia yaitu surga bagi amalan kebajikan dan neraka bagi

    8 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an, vol 14, Lentera Hati, Jakarta, 2002, him. 459.

    9 Munawaroh, op.cit., him. 25.

  • 33

    segala pelanggaran terhadap perintah agama yang berupa kemungkaran dan

    kemaksiatan. Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam Surat Nuh ayat 15

    sampai 18 berikut:

    Artinya:(15) Tidakkah kamu memperhatikan, bagaimana Allah menciptakan tujuh langit

    yang berlapis-lapis.(16) Dan Dia menciptakan bulan bercahaya terang, dan Dia menciptakan

    cahaya matahari berbagai pelita.(17) Dan Dia menjadikan kamu dari bumi.(18) Kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam bumi dan mengeluarkan

    kamu seperti keadaan semula.

    Allah telah menjadikan Adam dari tanah. Dengan lain perkataan, Allah

    telah menjadikan seluruh manusia dari tanah. Mereka dijadikan dari nuthfah

    yang merupakan olahan makanan yang berupa tumbuh-tumbuhan yang

    dihasilkan oleh bumi. Kemudian Allah mengembalikan manusia ke dalam

    tanah, tempat asalnya. Pada suatu ketika kelak manusia akan dikeluarkan

    kembali dalam keadaan hidup.10

    10 Hasbi ash Shiddieqy, op.cit., him. 4364.

  • 35

    Nabi mulia itu mengadu kepada Allah. Dia berkata Tuhanku,

    sesungguhnya aku telah menyeru kaumku untuk beriman kepada-Mu dengan

    berbagai ragam cara, dengan hikmah, nasihat serta diskusi yang terbaik dan itu

    kulakukan malam dan siang yakni secara terus menerus tanpa henti maka

    seruanku itu tidaklah menambah sesuatu dari keadaan mereka kecuali lari dari

    kebenaran dan menghindar dari agama-Mu.12

    Nabi Nuh as melanjutkan pengaduannya kepada Allah seperti dalam ayat

    berikut:

    l* i' ° ( O t O S O «X O %'* * ^ t , ^ O f * O S S 2 6*

    •'j W ?->

    Artinya . ’’Sesungguhnya aku telah menyeru mereka dengan terang- terangan. Aku juga telah berbicara dengan mereka di muka umum dan aku telah pula berbicara dengan mereka secara sembunyi ”.(Q.S. Nuh : 8-9)

    Bermacam-macam cara dakwah telah Nuh as lakukan, namun mereka

    tetap saja menolaknya. Terkadang dia menghadapi mereka dengan rahasia,

    terkadang dengan terang-terangan. Tetapi tidak ada yang memberi faedah.13

    Thabathaba'i menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan cara “terang-

    terangan” ( 'jLpr) adalah ajakan dengan suara keras.14 Quraish Shihab

    menjelaskan ayat di atas sebagai berikut : Sungguh Nuh as telah mengajak

    mereka secara khusus buat mereka dengan cara terang-terangan yakni dengan

    12 M. Quraish Shihab, op.cit., him. 461.13 Hasbi ash-shiddieqy, op.cit., him. 4361.14 Sayyid Muhammad Husain ath-Thabathaba'i, op.cit., him. 33.

  • 36

    suara yang keras dan di hadapan umum, kemudian pada kesempatan lain

    sungguh dia telah menyeru kepada mereka dengan menggabung dua cara yakni

    dengan terang-terangan dan juga merahasiakan ajakannya, yakni mengajak

    orang-perorang secara diam-diam.15

    Walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tenaga dalam berdakwah

    kepada kaumnya, namun hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dapat

    menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya. Mereka yang beriman terdiri

    dari orang-orang fakir miskin, berkedudukan sosial rendah. Perjuangan yang

    penuh kesabaran terhadap perlawanan kaumnya merupakan hal yang luar biasa

    dan sangat berat. Siksaan dan gangguan dari kaumnya tidak membuat Nabi Nuh

    melemah atau merasa jemu memberi nasihat dan menyampaikan peringatan,

    dengan tujuan semata-mata mengharap ridha Allah swt.

    3. Berbagai Tuduhan Dilontarkan Terhadap Nabi Nuh as.

    Kaum musyrikin (yang menyekutukan Allah) menggunakan berbagai

    macam olok-olok untuk mengalihkan Nuh as dari dakwahnya, namun kesabaran

    dan ketabahan Nabi Nuh tidak terguncang. Perdebatan panjang pun dilakukan

    oleh Nabi Nuh as dengan kaumnya. Mereka menuduhnya dengan berbagai

    macam tuduhan, menyebarluaskan berbagai macam fitnah. Berbagai macam

    tuduhan yang dilancarkan terhadap Nabi Nuh as antara lain sebagai berikut:

    15 M. Quraish Shihab, op.cit., him. 462.

  • 37

    1. Nabi Nuh as dituduh sebagai orang yang kurang waras (pikirannya) dan

    sesat. Firman Allah swt:

    “Pemuka-pemuka kaumnya berkata Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata ’. Nuh menjawab : ’Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikit pun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam ’”.(Q.S. al-A'raf :60-61)

    2. Nabi Nuh as dituduh gila. Allah swt berfirman :

    “Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kaum Nuh, maka mereka

    mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan : ’Dia seorang gila dan

    dia sudah pernah diberi ancaman. ”’(Q.S. al-Qamar : 9)

    3. Nabi Nuh as dituduh banyak berdebat dan berdusta atas nama Allah, seperti

    dalam ayat in i:

    “Mereka berkata: ‘Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami dan kamu telah memperbanyak bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar. ’” (Q.S. Huud : 32)

    4. Nabi Nuh as pernah diancam akan dirajam (dilempari) dengan batu hingga

    tewas:

    “Mereka berkata : ’Sesungguhnya jika kamu tidak mau berhenti hai Nuh,

    niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang

    dirajam. ”’(Q.S. asy-Syu'ara' :116)

    5. Kaum Nabi Nuh as menyambut dakwah Nabi Nuh as dengan olok-olok dan

    ejekan yang melecehkan :

  • 38

    “Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh : ’Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami pun mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek kami. (Q.S. Huud : 38)

    Pada suatu hari Nabi Nuh as mendatangi kaumnya untuk menyampaikan

    risalah yang diembannya, tetapi kaumnya senantiasa merendahkannya seraya

    berkata : “ Wahai Nuh, bukankah telah beratus-ratus kali kami mengatakan

    bahwa kami tetap menganggap dirimu sebagai manusia biasa seperti kami. Buat

    apa kami harus mengikuti kata-kata bualanmu itu? Seandainya ada seorang

    malaikat diutus kepada kami, mungkin kami dapat mengikutinya serta

    membenarkan apa yang dikatakan olehnya. Dan perlu engkau ketahui bahwa

    orang-orang yang mengikutimu adalah orang-orang yang bodoh dan rendah,

    sedangkan kami ini adalah orang-orang mulia, mempunyai pekerjaan serta

    kedudukan yang tinggi. Maka ketahuilah bahwa kami semua tidak perlu lagi

    bertukar pikiran ataupun meminta pertolongan orang lain, cukup dengan

    kepintaran serta kepandaian kami saja, sedangkan engkau sendiri juga tidak

    mempunyai kelebihan daripada kami, baik mengenai harta benda, akal pikiran

    maupun mengenai wawasan dalam kehidupan ini. Maka berhentilah dari omong

    kosong atau bualanmu itu”.

    Cercaan dan hinaan mereka itu kemudian dijawab oleh Nabi Nuh as

    :”Baiklah, aku memang tidak lebih pandai dari kalian semua, namun kalau

    kalian merasa lebih pandai, dapatkah kalian memutar jalannya matahari dengan

    kepintaran kalian itu atau meraih bintang-bintang di langit dengan tangan

  • 39

    kalian? Juga bisakah kalian mendapatkan cahaya terang kalau tidak lantaran

    matahari yang telah diciptakan oleh Allah Ta'ala, dan bisakah kalian hidup

    tanpa udara yang dijadikan oleh Allah Ta'ala?”

    Kaum Nabi Nuh as diam sejenak, kemudian mereka kembali berkata

    dengan sanggahan baru yang memang sengaja dibuat-buat: “Wahai Nuh, kalau

    engkau ini benar-benar merupakan manusia yang mencintai sesama, cintailah

    orang-orang yang mengikutimu itu saja, dan biarkanlah kami karena kami tidak

    dapat mengikuti langkah mereka. Kami tidak dapat mengikuti agama yang

    mereka anut, yaitu agama yang telah engkau ajarkan kepada mereka, sehingga

    dengan demikian akan nampak perbedaan yang jelas antara raja dan rakyat

    jelata, orang-orang mulia dan orang yang hina dina, antara orang-orang kaya

    dan orang-orang miskin yang tidak mempunyai apa-apa”.

    Nabi Nuh berkata Wahai kaumku, perlu kalian ketahui, bahwa agama

    Allah itu tidak membedakan antara si pintar dan si bodoh, antara raja atau

    budak, antara yang sedang kuasa dengan yang dikuasai, antara si kaya dan si

    miskin. Hal-hal seperti itu tidak berlaku di hadapan Allah, hanya takwalah yang

    membedakan antara manusia satu dengan manusia lainnya” .

    Kaum Nabi Nuh menjawab :”Wahai Nuh, sesungguhnya kami ini sudah

    sering kali berdebat sehingga kami sudah merasa muak dan bosan. Oleh karena

    itu datangkanlah siksaan dari Tuhanmu sebagaimana yang sering kali engkau

    katakana kepada kami kalau engkau memang orang yang benar. Tapi kami

    merasa bahwa engkau tidak akan mampu mendatangkan siksaan tersebut”.

  • 40

    Itulah jawaban kaum Nabi Nuh disebabkan mereka benar-benar sudah

    merasa tersudutkan dan merasa sempit dada mereka. Mendengar tantangan dari

    kaumnya yang seperti itu, dengan sabar Nabi Nuh menjawab :”Sungguh kalian

    adalah orang-orang yang sangat bodoh, bukannya rahmat Allah yang kalian

    minta, tetapi siksaan Allah. Hendaklah kalian ketahui bahwa Allah itu Maha

    Kuasa atas segala sesuatu. Apabila Allah menghendaki siksaan atas dirimu,

    maka akan disegerakanlah siksaan itu, di mana kamu kelak akan menyesalinya”.

    Kaum Nabi Nuh berkata :” Ah sudahlah, hentikan saja bualanmu dan

    segerakanlah siksaan itu kepada kami niscaya kami tidak akan takut apalagi

    sampai menyesal. Pokoknya engkau tidak usah lagi mengajak-ajak kami,

    mengerti?”.

    Demikianlah, mereka menggunakan berbagai cara yang aniaya, menuduh

    dan menteror supaya dapat melemahkan hati dan mematahkan semangat Nabi

    Nuh as. Tuduhan-tuduhan palsu dan dusta ini merupakan senjata orang-orang

    durjana setiap masa dalam menghadapi seorang nabi mulia atau seorang dai

    yang akan mengusahakan perbaikan.

    C. Nabi Nuh as Membuat Kapal.

    Nabi Nuh as berada di tengah-tengah kaumnya dalam kurun waktu yang

    sangat panjang, menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninggalkan

    penyembahan berhala dan mengajak menyembah kepada Allah Yang Maha

  • 41

    Kuasa. Akan tetapi, dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh as tidak berhasil

    menyadarkan dan menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya.

    Bahkan kaum Nabi Nuh as tidak akan ada lagi yang beriman kecuali orang-orang

    yang telah dahulu beriman.

    Setelah perdebatan yang sengit dengan kaumnya berlalu, akhirnya Nabi Nuh

    as lebih mendekatkan diri kepada Allah swt dan berdo a kepada-Nya,

    sebagaimana terdapat dalam surat Nuh ayat 25 dan 26 berikut in i:

    .Cur vi v} \°jL4 oi

    Artinya:(25) Nuh berdo'a Wahai Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan orang-

    orang kafir berkelana di muka bumi ”.(26) Sesungguhnya jika mereka Engkau biarkan tinggal, niscaya mereka akan

    menyesatkan hamba-hanba-Mu. Mereka hanya akan melahirkan anak-anak yang jahat dan tidak mau berterimakasih.

    Nabi Nuh as memohon kepada Allah agar seluruh orang kafir dimusnahkan

    dan mereka jangan dibiarkan hidup. Sebab, jika di antara mereka ada yang

    dibiarkan hidup, tentulah yang masih hidup itu nantinya akan berusaha

    menyesatkan hamba-hamba Allah yang beriman. Selain itu, mereka yang

    dibiarkan hidup akan melahirkan anak-anak yang kafir.16 Selain memohon kepada

    Allah swt agar membinasakan kaumnya, Nabi Nuh as juga memohon agar Allah

    16 Hasbi ash-Shiddieqy, op.cit., hlm.4366.

  • 42

    swt mengampuni kesalahannya, kedua orang tuanya dan orang-orang yang

    bersamanya.

    Do'a Nabi Nuh as tertulis dalam Surat Nuh ayat 28 sebagai berikut:

    Artinya : “ Wahai Tuhanku, ampunilan aku dan ibu bapakku, dan orang- orang yang masuk ke rumahku dengan beriman serta orang-orang yang beriman lelaki dan perempuan, dan janganlah engkau berikan tambahan kepada orang yang zhalim, melainkan kebinasaan. ” (Q.S. Nuh : 28)

    Thabathaba'i memberi penjelasan tentang ayat di atas, bahwa yang

    dimaksud dengan “orang-orang yang masuk ke rumahnya dengan beriman”

    adalah semua orang dari kaumnya yang beriman kepadanya, dan orang-orang

    mukmin laki-laki dan mukmin perempuan pada umumnya sampai Hari

    Qiyamat.17

    Permohonan Nuh as akhirnya dikabulkan oleh Allah swt dan Allah akan

    menghancurkan mereka dengan taufan. Kemudian Allah memerintah Nuh as

    untuk membuat sebuah kapal. Nabi Nuh as mengumpulkan para pengikutnya dan

    mereka mulai mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk membuat kapal. Nabi

    Nuh as membuat kapal tersebut atas perintah dan petunjuk wahyu dari Allah swt.

    17 Sayyid Muhammad Husain ath-Thabathaba'i, op.cit., him 40.

  • 43

    Dalam menyelesaikan pembuatan kapal, Nabi Nuh as tidak luput dari ejekan

    kaumnya yang kebetulan lewat atau sengaja melalui tempat pembuatan kapal

    tersebut. Hampir setiap orang yang lewat di tempat itu, mereka mengejek Nabi

    Nuh as dengan berbagai macam ejekan, seperti kata mereka :”Hai Nuh, kemarin

    kamu mengaku nabi, tiba-tiba kini kamu telah menjadi tukang kayu”. Mereka

    berkumpul menonton dan sekali-kali tertawa lantang pada saat Nuh as

    bersungguh-sungguh dan bekeija keras.18

    Ada pula yang mengejek Nabi Nuh beserta kaumnya yang setia

    sebagaimana katanya :”Wahai Nuh, apa manfaatnya kapal yang saat ini tengah

    engkau buat itu sedangkan di sekitar sini kami tidak menjumpai lautan atau

    sungai? Apakah untuk menjalankan kapal itu akan engkau tarik dengan belasan

    ekor lembu? Atau barangkali engkau terbangkan ke udara seperti layaknya seekor

    burung raksasa?”.19

    Para pemuka masyarakat di sekitat Nabi Nuh as menuduh Nabi Nuh as

    berusaha meraih keunggulan atas kaumnya, yaitu mencari keuntungan pribadi

    seperti status, kekuasaan dan kekayaan. Mereka mengatakan bahwa Nabi Nuh as

    sebagai orang kesurupan.

    Ejekan kaum yang zhalim tidak hanya sampai di situ saja, bahkan pada

    suatu malam ketika Nabi Nuh as dan para pengikutnya tertidur disebabkan terlalu

    lelah bekeija di siang hari, kaum yang zhalim tersebut membuang kotoran (tinja)

    18 M. Ali ash-Shabuni, op.cit., him. 180.19 Rafi'udin, op.cit., hlm.22.

  • 44

    dan air kencingnya di atas kapal yang belum selesai tersebut. Tentu saja pada pagi

    harinya di sana sini terdapat kotoran dan air kencing manusia-manusia duijana

    tersebut, sehingga Nabi Nuh menganggap mereka sudah melampaui batas. Di

    bawah ejekan dan gangguan kaumnya yang kafir serta zhalim tersebut Nabi Nuh

    beserta para pengikutnya meneruskan pekerjaan tersebut.

    Tidak berapa lama kemudian pekerjaan pembuatan kapal itu pun telah

    selesai dengan baik. Allah swt memerintah Nuh as supaya menaikkan keluarga

    dan orang-orang yang beriman serta berbagai jenis hewan yang berpasang-

    pasangan untuk melestarikan keturunannya. Setelah itu akan terjadi taufan yang

    akan menenggelamkam orang-orang yang menolak kebenaran dan melakukan

    kesalahan.

    Pada saat azab Allah datang, air yang sangat deras menyembur dari dalam

    tanah dibarengi dengan hujan yang sangat lebat, sehingga menyebabkan banjir

    dahsyat. Dengan iringan “Bismillahi majreha w a mursaha”, kapal Nabi Nuh as

    mulai berlayar menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang kala lemah

    lembut dan kadang kala ribut.

    Sewaktu Nabi Nuh as tengah berdiri di haluan kapal, tiba-tiba

    pandangannya tertuju pada salah satu orang yang timbul tenggelam di tengah

    dahsyatnya air yang bergolak tersebut yang tiada lain adalah seorang anaknya

    yang bernama Kan'aan, seorang anak yang kafir, ingkar, tidak mau mentaati

    perintah ayahnya. Melihat keadaan seperti itu, Nabi Nuh as berusaha

    menyadarkan dan menghimbau anaknya seraya berkata Wahai Kan an anakku,

  • 45

    marilah bersama-sama dengan kami dan janganlah engkau bersama-sama orang

    yang kafir itu.20 21

    Meskipun ia putera nabi, tetapi tetap mengalami nasib yang menyedihkan

    karena tergolong orang-orang yang kafir. Pada saat itu timbullah rasa cinta kasih

    seorang ayah terhadap petera kandungnya yang berada dalam keadaan cemas

    menghadapi maut ditelan gelombang. Kan an yang tersesat dan telah terkena

    rayuan setan serta hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu menolak

    dengan keras ajakan ayahnya. Akhirnya seluruh manusia ditenggelamkan,

    termasuk Kan an, putera Nabi Nuh as yang semula berfikir bahwa dia bisa

    selamat dengan berlindung ke gunung terdekat. Namun ternyata dia tidak berhasil

    menyelamatkan diri dari azab Allah tersebut.

    Banjir bandang yang dahsyat serta gelombangnya yang bergulung-gulung

    tersebut telah memporak porandakan serta menelan seluruh kaum Nabi Nuh as

    yang kafir serta zhalim. Semua pintu langit seakan tertutup kembali, curahan air

    hujan telah berhenti, sedangkan bumi telah pula menghisap air yang ada di

    permukaannya. Adapun Nabi Nuh as berlabuh di atas sebuah bukit kecil bernama

    “Judiy” yang hingga kini bekas-bekasnya tengah dicari oleh orang-orang ahli

    sejarah. Untuk selanjutnya Nabi Nuh as beserta para pengikutnya kembali ke

    kampung halaman untuk menghirup udara dan suasana baru yang penuh dengan

    91pertolongan serta berkah dari Allah Ta'ala.

    20 Ibid., hlm.24.21 Ibid., hlm.26.

  • 46

    Ketika berlabuh di bukit Judi, Allah memerintah Nuh dan orang-orang yang

    menaiki kapal bersamanya untuk turun dengan aman selamat dan keberkahan dari

    Yang Maha Perkasa Maha Pengasih. Mereka mendarat dari kapal pada hari

    'Asyura (sepuluh Muharram) setelah berada di atas kapal selama seratus lima

    puluh hari. Maka pada hari itu Nabi Nuh as melakukan puasa untuk menyatakan

    rasa syukur kepada Allah serta memerintahkan kepada pengikutnya untuk

    berpuasa pula.

    Ash-Shabuni mengutip pendapat Ibnu Katsir dalam kitabnya “al-Bidayah

    Wa an-Nihayah”, sebagai berikut: “Orang-orang yang bersama Nabi (Nuh) as di

    kapal adalah delapan puluh orang bersama keluarganya. Mereka tinggal di kapal

    selama seratus lima puluh hari dan bahwasannya Allah mengarahkan kapal itu ke

    arah Mekah. Kapal itu kemudian mengelilingi Ka'bah 40 hari, lalu diarahkan ke

    bukit Judi dan berlabuh di atasnya.”

    Nuh wafat setelah tinggal di tengah kaumnya 950 tahun sebelum taufan,

    sedangkan sesudahnya hanya Allah lah Yang Maha Mengetahui. Menurut Ibnu

    ' Abbas masa hidup Nuh adalah 1780 tahun dan itu merupakan masa hidup

    manusia terpanjang. Setelah wafat Nabi Nuh dimakamkan di dekat Masjid Haram

    Mekah.22 23 24

    22 M. Ali ash-Shabuni, op.cit., him. 183.23 Ibid., him 184.24 M. Ali ash-Shabuni, loc.cit.,

  • 48

    BAB IV

    PENDIDIKAN DALAM KISAH NABI NUH AS

    A. Peran Nabi Nuh as Sebagai Pendidik

    Banyak ayat Al-Qur'an yang mengisyaratkan tentang pendidikan. Surat Al-

    Alaq ayat 1-5, wahyu yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah saw,

    adalah salah satu ayat yang mengisyaratkan pendidikan. Pendidikan dalam ayat

    ini dijelaskan dengan menggunakan perintah membaca dengan menyebut nama

    Allah semata-mata, dan perintah untuk mempelajari kejadian manusia dan

    kejadian alam semesta.

    Pendidikan dalam artinya yang luas bermakna merubah dan memindahkan

    nilai kebudayaan kepada setiap individu dalam masyarakat.1 Pendidikan dalam

    pengertian tersebut dapat terlihat dalam kisah Nabi Nuh as dengan kaumnya.

    Nabi Nuh as adalah rasul yang pertama diutus oleh Allah swt ke bumi untuk

    menyampaikan peringatan Allah swt. Dia diutus oleh Allah swt dalam masa

    ' fatrah " yaitu masa kekosongan di antara dua rasul. Manusia secara berangsur-

    angsur meninggalkan ajaran agama yang telah dibawa oleh nabi yang

    meninggalkan mereka. Dengan demikian, mereka telah menjauh dari Tuhan,

    meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan menyembah berhala.

    1 Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam , Pustaka Al-Husna. Jakarta cet. ke-3. J 985, him. 3.

  • 48

    Kaum Nabi Nuh as tidak luput dari proses tersebut. Ketika Nabi Nuh as

    datang ke tengah-tengah mereka, mereka sedang melakukan penyembahan

    berhala. Penyembahan berhala yang dilakukan oleh kaum Nuh as merupakan

    kebudayaan yang sudah mendarah daging dan bertentangan dengan ajaran yang

    dibawa oleh Nabi Nuh as.

    Nabi Nuh as telah nencobakan revolusi pemikiran. Dia berusaha merubah

    kebudayaan kaumnya yang melakukan penyembahan berhala tersebut untuk

    senantiasa menyembah Allah swt. Nabi Nuh as bukan penguasa, bukan raja dan

    bukan pula orang yang paling kaya, melainkan dia hanyalah individu dalam

    masyarakatnya.

    Nabi Nuh as telah menunjukkan keteladanan kepada peserta didiknya. Dia

    telah mempraktekkan pendidikan dalam kehidupan sehari-hari pada keluarganya.

    Di dalam dirinya terhimpun sifat-sifat baik yang sepatutnya dimiliki oleh manusia

    sebagai pendidik. Sifat-sifat baik yang dimiliki oleh Nabi Nuh as sebagai

    pendidik adalah sabar, bijaksana, ikhlas, dan tawakkal. Sifat-sifat baik tersebut

    harus dimiliki oleh pendidik demi tercapainya tujuan yang diharapkan dalam

    pendidikan.

    Misi kenabian Nuh as sebagai pendidik adalah untuk menyampaikan risalah

    Tuhan, bukan berusaha meraih keunggulan atas kaumnya dan bukan mencari

    keuntungan pribadi seperti status, kekuasaan dan kekayaan. Dia hanya

    melaksanakan perintah Allah swt dan hanya mengharap ridho dari-Nya.

  • 49

    Misi pendidikan seperti ini pernah diungkap oleh Muhaimin. Dia mengutip

    pendapat Al-Ghazali yang menyatakan bahwa tujuan umum pendidikan Islam

    yaitu:

    1. Mendekatkan diri kepada Allah swt.

    2. Mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.2

    Tujuan pendidikan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt bukan

    untuk mencari kedudukan, kemegahan dan kegagahan atau mendapatkan

    kedudukan yang menghasilkan uang. Karena jika tujuan pendidikan diarahkan

    bukan pada mendekatkan diri kepada Allah swt, akan dapat menimbulkan

    kedengkian, kebencian dan permusuhan.3

    Nabi Nuh as telah mempraktekkan misi pendidikan tersebut kepada

    kaumnya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Dia tidak bermaksud agar

    diberi penghormatan dari kaumnya, tidak juga menginginkan cium tangan dari

    kaumnya. Pendidikan yang dia berikan hanyalah untuk mengajak kaumnya

    mendekatkan diri kepada Allah swt dan bukan karena tujuan yang lain. Hal itu

    yang menjadikan Nabi Nuh as tidak merasa bosan dan tetap bertahan mendidik

    kaumnya selama berabad-abad.

    Dari situ dapat dijadikan pelajaran bagi para pendidik maupun bagi para da'i

    bahwa perjuangan yang bertujuan hanya semata-mata karena Allah swt tidak akan

    2 Muhaimin, Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, Trigenda Karya, Bandung, Juni, 1993, him. 160.

    3 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, cet. ke-1, 1997, him.162.

  • 50

    membuat jenuh dalam menjalankan tugasnya. Sebaliknya jika perjuangan mereka

    hanya bermaksud untuk mencari status atau juga mencari kemuliaan, maka

    peijuangan mereka tidak akan bertahan lama.

    Usaha Nabi Nuh as dalam mewujudkan misi pendidikannya dimulai dengan

    mengajarkan kaumnya tentang pengenalan terhadap Tuhan sebagai Sang

    Pencipta. Mengajarkan tauhid adalah sebagai materi pertama yang Nabi Nuh as

    ajarkan kepada kaumnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Abdul Aziz yang

    mengatakan bahwa akidah tauhid merupakan ajaran pokok yang dibawa oleh para

    nabi.4 5

    Untuk mempermudah kaumnya dalam memahami ajarannya, Nuh as

    menerapkan metode visualisasi. Dia mengajak kaumnya untuk memperhatikan

    penciptaan manusia dan fenomena-fenomena alam yang merupakan manifestasi

    kebesaran Allah swt. Dia berkata kepada kaumnya sebagaimana yang tercantum

    dalam terjemah Surat Nuh ayat 13-16 berikut in i:

    “Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah ? Padahal sesungguhnya Dia telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat ? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita r

    Penciptaan manusia melalui fase-fase menunjukkan betapa luas kekuasaan

    ilmu Allah swt. Dari setetes sperma yang bertemu dengan ovum, lahir anak yang

    4 H. Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jilid 3, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2003,, him. 10.

    5 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Thoha Putra, Semarang, 1995, him. 979.

  • 51

    sebelum kelahirannya melalui aneka fase dalam perut. Setelah kelahiran pun

    manusia mengalami aneka pergantian fase, dari kanak-kanak, remaja, dewasa, tua

    dan pikun. Kesemuanya adalah fase-fase yang dapat dialami manusia sekaligus

    menunjukkan kuasa, ilmu dan rububiyah Allah dalam penciptaan manusia.

    Penciptaan alam raya seperti langit, matahari, bulan, bintang, bumi, dan

    sebagainya juga menunjukkan sistem yang mengagumkan sebagai tanda

    kebesaran Allah swt. Nabi Nuh as mengajak kaumnya untuk memperhatikan

    fenomena-fenomena tersebut agar mereka dapat merenungkan ciptaan dan

    sistemnya, sehingga mereka memahami bahwa sesungguhnya ada Sang Pencipta

    di dunia ini. Dengan mengenal Allah, diharapkan mereka dapat mendekatkan diri

    kepada Allah swt.

    Berdasarkan masalah tersebut, maka jelas bahwa tujuan pendidikan Islam

    adalah sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Allah swt telah

    menciptakan manusia, memberi rizki dan menganugerahi akal kepada mereka.

    Maka Nuh as mengajak kaumnya agar menggunakan akal mereka dan

    memperhatikan fenomena-fenomena alam yang teijadi di dunia ini.

    Tujuan Pendidikan Islam yang kedua adalah agar mendapatkan kebahagiaan

    hidup di dunia dan di akhirat. Allah swt menyelamatkan Nuh as dan orang-orang

    yang beriman dari banjir yang melanda kaum Nuh as adalah sebagai bukti bahwa

    Allah swt telah melaksanakan janji-Nya kepada Nabi Nuh as untuk

    membinasakan orang-orang yang kafir dan menyelamatkan orang-orang yang

    beriman. Janji Allah adalah pasti, bahwa orang-orang yang mengikuti kebenaran

  • 52

    akan mendapatkan kebahagiaan sedangkan mereka yang tidak beriman mendapat

    siksa dari Allah swt, sehingga mereka tidak mendapatkan kebahagiaan.

    Nabi Nuh as diperintah oleh Allah swt untuk membuat bahtera guna

    menyelamatkan dirinya dan kaumnya yang beriman dari adzab Allah swt. Bahtera

    tersebut adalah bahtera keselamatan yang berisi petunjuk sebagai wasilah Allah

    swt untuk menolong nabinya dan para pengikutnya. Barang siapa yang mau

    mengikuti petunjuk Allah swt dan masuk dalam bahtera, maka mereka akan

    diselamatkan. Sedangkan orang-orang yang menentang dan tidak mau naik ke

    bahtera, maka mereka akan celaka dan tenggelam dalam gelombang kesesatan.

    Di situ jelas bahwa bahtera tersebut sebagai petunjuk keselamatan dari

    adzab Allah swt. Bahkan bahtera tersebut dianalogikan dengan keluarga Nabi

    Muhammad saw, sebagaimana dalam hadist berikut in i:

    l«Ifj £°J &L* jL Jif 1

    . . . ' S j f

    Artinya Sesungguhnya perumpamaan Ahlul baitku di tengah-tengah

    kalian bagaikan bahtera Nuh, barang siapa menaikinya ia selamat dan barang

    siapa meninggalkannya ia pasti tenggelam ... Ath-Thabrani)

  • 53

    Selain analogi yang didapat dari kisah itu, Nabi Nuh as juga menunjukkan

    dirinya sebagai manusia yang pertama kali membuat bahtera. Bahtera Nuh

    merupakan alat transportasi laut yang pertama kali Allah swt kenalkan kepada

    manusia. Secara jelas dia mengajarkan kepada kaumnya tentang cara membuat

    bahtera. Di situ terdapat isyarat tentang pengembangan teknologi khususnya di

    bidang industri perkapalan.

    B. Kegagalan Nabi Nuh as Dalam Mendidik Kaum dan Puteranya

    Banyak faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan, di

    antaranya adalah faktor lingkungan keluarga atau orang tua dan faktor lingkungan

    tempat tinggalnya. Apabila salah satu dari faktor-faktor tersebut ada yang tidak

    terpenuhi, maka pendidikan tidak akan berhasil.

    Muhaimin mengutip pendapat yang dikemukakan oleh Syari'ati bahwa ada

    lima faktor yang membangun personalitas anak didik, yaitu :

    1. Faktor ibu yang memberi struktur dan dimensi kerohanian yang penuh dengan

    kasih sayang dan kelembutan.

    2. Faktor bapak yang memberikan dimensi kekuatan dan harga diri.

    3. Faktor sekolah yang membantu terbentuknya sifat lahiriyah.

    4. Faktor masyarakat dan lingkungan.

  • 54

    5. Faktor kebudayaan umum masyarakat yang memberi corak kehidupan

    manusia.6

    Manusia, termasuk kaum Nabi Nuh as, selalu menginginkan sesuatu yang

    nyata dan benar. Sementara Tuhan yang diperkenalkan oleh Nabi Nuh as kepada

    kaumnya bersifat ghaib sehingga tidak dapat dilihat oleh mata mereka. Sehingga

    mereka menolak dan tidak mau mengakui kebenaran yang dibawa oleh Nabi Nuh

    as. Mereka lebih percaya kepada berhala-berhala yang nampak di hadapan

    mereka.

    Manusia kadang-kadang tidak dapat merasakan manisnya kebenaran

    disebabkan nafsu (keinginan) yang meluap-luap. Meskipun dia mengetahui hal

    yang benar, tetapi dia tidak mau mengikutinya. Dia selalu menentangnya karena

    dalam dirinya terdapat nafsu yang senantiasa membawa manusia kepada

    kejahatan. Hal tersebut telah dijelaskan dalam firman Allah swt Surat Yusuf Ayat

    53 sebagai berikut:

    / / / x

    Artinya ; Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan,

    kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha

    Pengampun Lagi Maha Penyayang”.(Q.S. Yusuf :53)7

    6 Muhaimin & Abdul Mujib, op.cit., him. 30.7 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., him. 375.

  • 1

    55

    Nabi Nuh as memiliki kesabaran yang tinggi dalam melaksanakan

    pendidikan kepada kaumnya. Dia tidak merasa lengah meskipun berada di tengah-

    tengah kaumnya dalam waktu yang sangat panjang, menyampaikan risalah Tuhan.

    Berbagai cara ditempuhnya, namun Nabi Nuh as tidak berhasil untuk membuat

    kaumnya menjadi lebih baik, bahkan puteranya, sampai mati tetap dalam keadaan

    tidak beriman.

    Meskipun Kan'an putera seorang nabi, tetapi ia tetap kafir dan tidak mau

    mengikuti ajakan ayahnya. Ia lebih cenderung mengikuti para penguasa kaum

    Nuh as yang menentang ajaran Nuh as. Dari situ dapat diketahui bahwa faktor

    lingkungan masyarakat mempunyai pengaruh yang lebih besar bagi pendidikan

    anak dari pada faktor lingkungan keluarga.

    Kan'an telah menyembunyikan kekufuran dan menampakkan keimanan di

    hadapan ayahnya. Dengan demikian dia telah munafik karena antara perbuatan

    dan keyakinan yang ada dalam hatinya bertentangan. Padahal, yang diharapkan

    dalam pendidikan bukanlah seperti itu. Pendidikan yang diharapkan adalah untuk

    sepanjang masa, tidak hanya ketika berada di hadapan Nabi Nuh as saja.

    Allah swt memberi tahu kepada Nabi Nuh as tentang ilmu ghaib yang

    khusus dimiliki-Nya. Allah swt ingin berkata kepada nabi-Nya dan memberi tahu

    keadaan sebenarnya bahwa anaknya bukan termasuk keluarganya karena ia tidak

    beriman kepada Allah swt. Di sana terdapat pelajaran bahwa hubungan darah

    bukanlah hubungan hakiki di antara manusia. Anak seorang nabi adalah anak

    yang meyakini akidah, dan bukan anak yang menentangnya

  • 56

    Nabi Nuh as adalah seorang yang mengembalikan segala sesuatu kepada

    Allah swt. Dia bertawakkal kepada Allah swt setelah upaya maksimal

    dilakukannya. Manusia hanya berusaha sekuat kemampuan sedangkan

    keberhasilan atau kegagalan kembali kepada Allah swt.

    Setelah mengetahui hal tersebut maka Nabi Nuh as berdo'a kepada Allah

    swt. Do'a adalah permohonan pribadi seorang hamba kepada Tuhannya. Bentuk

    permohonan ini memberi sang hamba kesempatan mencurahkan isi hatinya,

    mengungkapkan kerinduan, ketakutan dan kebutuhan akan Tuhannya.8

    Nabi Nuh as dalam do anya menegaskan bahwa anak-anak orang kafir itu

    akan menjadi kafir dan durhaka pula. Dari do'a yang diucapkan oleh Nabi Nuh as

    dapat diketahui bahwa pengaruh orang tua dalam mendidik anak-anaknya sangat

    besar. Sehingga, jika orang tua yang kafir dibiarkan hidup dan mendidik anak-

    anaknya, tentulah sang anak tidak jauh berbeda dari orang tua yang mendidiknya.

    Dengan demikian, ucapan Nabi Nuh as dalam do'anya merupakan salah satu

    isyarat tentang besarnya pengaruh orang tua dalam mendidik dan membentuk

    kepribadian anak. Hal ini sejalan pula dengan hadits yang menyatakan bahwa

    “Setiap anak yang dilahirkan, ia dilahirkan dalam fitrah (kesucian), maka

    orangtuanyalah yang akan menjadikan ia sebagai seorang Yahudi, Nasrani atau

    Majusi”.

    8 Amatullahh Amstrong, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, Mizan, Bandung, 1996, him. 60.

  • 57

    Jelaslah bahwa kegagalan Nuh as dalam mendidik puteranya disebabkan

    karena pengaruh lingkungan masyarakat dan kebudayaan kaumnya yang sudah

    mendarah daging. Mereka telah menjauh dari kebenaran dan menyembah kepada

    selain Allah yang pengaruh buruknya telah mengotori akal mereka.

    Nabi tidak mempunyai pengaruh yang besar dalam merubah nasib suatu

    kaum karena dia hanya menyampaikan risalah. Keimanan seseorang tidak akan

    dapat berubah kecuali mereka sendiri yang mau merubahnya. Begitu juga dengan

    nasib mereka.

    Allah swt telah berfirman dalam Surat Ar-Ra'du ayat 11 berikut in i:

    ° *.*{ %* f **

  • 58

    Jadi, walaupun dia seorang nabi, dia tetap tidak dapat mengubah nasib kaum

    dan puteranya untuk menjadi baik jika mereka tidak mau mengubahnya sendiri.

    Besarnya gelombang air laut tidak dapat mengalahkan ketetapan hati mereka. Hati

    mereka telah tertutup untuk menerima petunjuk, meskipun telah jelas bahwa

    adzab Allah telah berada di hadapan mereka dan telah jelas pula bahwa jika

    mereka naik ke kapal pastilah mereka selamat.

  • BABY

    KESIMPULAN DAN PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan uraian dan analisis tentang kisah Nabi Nuh ini, maka

    kesimpulan dapat ditarik dari pembahasan tersebut adalah sebagai berikut:

    1. Peran Nabi Nuh as sebagai pendidik adalah :

    a. Sebagai seorang pendidik yang memperkenalkan sifat-sifat:

    1) Sabar

    2) Ikhlas

    3) Bijaksana

    4) Tawakal

    b. Sebagai seorang pendidik yang mengajarkan materi-materi pendidikan :

    1) Tauhid

    2) Intelektual

    3) Pengembangan teknologi melalui pembuatan bahtera

    c. Sebagai seorang pendidik yang memperkenalkan metode-metode

    pendidikan :

    1) Metode dakwah, baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara

    terang-terangan.

    2) Metode visualisasi

    59

  • 60

    2. Kegagalan Nabi Nuh as dalam memperbaiki sebagian besar umatnya dan

    puteranya disebabkan oleh hal-hal berikut in i:

    a. Adanya nafsu dalam diri manusia yang selalu mengajak kepada kejahatan,

    sehingga hati mereka tidak dapat menerima kebenaran yang dibawa oleh

    Nabi Nuh as, bahkan hati mereka telah tertutup untuk menerima petunjuk

    dari Allah swt.

    b. Manusia selalu menginginkan yang nyata sedangkan Tuhan yang

    diperkenalkan oleh Nabi Nuh as bersifat ghaib, sehingga mereka lebih

    percaya kepada berhala-berhala yang dapat dilihatnya.

    c. Kepercayaan yang ada dalam diri mereka telah menjadi budaya yang

    mendarah daging. Sehingga iman mereka tidak dapat diubah oleh

    siapapun kecuali mereka sendiri yang mengubahnya.

    d. Faktor lingkungan masyarakat mempunyai pengaruh yang sangat besar

    terhadap kepribadian anak didik. Kan'an lebih cenderung mengikuti ajaran

    yang dianut oleh sebagian besar kaum Nuh as dan tidak mau mengikuti

    ajakan ayahnya.

    3. Nilai-nilai edukatif dapat dirangkumkan dari jawaban permasalahan di atas

    adalah sebagai berikut:

    a. Sifat-sifat baik yang harus dimiliki oleh seorang pendidik sebagaimana

    yang telah dicontohkan oleh Nabi Nuh as adalah sabar, ikhlas, bijaksana

    dan tawakal.

  • 61

    b. Proses penciptaan manusia dan fenomena-fenomena alam yang terjadi di

    dunia ini merupakan manifestasi kebesaran Allah swt. Hal itu dapat

    diajarkan kepada peserta didik untuk memudahkannya dalam mengenal

    Allah swt sebagai Sang Pencipta.

    c. Faktor lingkungan masyarakat mempunyai pengaruh yang lebih besar

    daripada faktor lingkungan keluarga dalam melaksanakan pendidikan.

    d. Hubungan antara manusia yang terjalin karena ikatan persamaan

    kepercayaan atau persamaan aqidah, adalah lebih erat dan lebih berkesan

    daripada hubungan yang terjalin karena ikatan darah atau kelahiran.

    Kan’aan, walaupun ia adalah anak kandung Nabi Nuh as, oleh Allah swt

    dikeluarkan dari bilangan keluarga ayahnya, karena ia menganut

    kepercayaan dan agama yang berlainan dengan yang dianut dan diajarkan

    oleh ayahnya, bahkan ia berada di pihak yang memusuhi dan

    menentangnya.

  • 62

    B. Penutup

    Ucapan syukur kepada Allah swt atas terselesaikannya penyusunan skripsi

    ini. Pepatah mengatakan “Tak ada Gading Yang Tak Retak”. Sebagai manusia

    biasa yang jauh dari kesempurnaan, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam

    penulisan skripsi ini tentunya terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu,

    penulis berharap kepada para pembaca atas kritik dan saran yang membangun

    apabila menjumpai kekurangan dalam tulisan ini

    Selanjutnya, penulis juga menyadari bahwa penulis tidak dapat

    menyelesaikan penyusunan skripsi ini tanpa adanya bimbingan dan pengarahan

    dari Bapak/Ibu Dosen dan berbagai pihak yang telah membantu dalam

    penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ucapkan banyak terima kasih atas

    bantuan dan dukungannya.

    Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat

    khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Amiin.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Abdullah, Abdurrahman Saleh, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur ’an,

    Rineka Cipta, Jakarta, cet. ke-3, Desember 2005.

    Al-Ghazali, Syaikh Muhammad, Berdialog Dengan Al-Qur ’an, Mizan, Bandung,

    1977.

    Al-Hafidz, Ahsin W., Kamus Ilmu Al-Qur’an, Amzah, Wonosobo, 2005.

    Amstrong, Amatullah, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, Mizan, Bandung, 1996.

    Ash-Shabuni, M. Ali, Kenabian dan Riwayat Para Nabi, Lentera, Jakarta,

    November 2001.

    Ash-Shiddieqy, Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/ Tafsir,

    BulanBintang, Jakarta, 1977.

    _________________ , Tafsir Al-Quranul Majid An-Nuur, Jilid 5, PT Pustaka

    Rizki Putra, Semarang, cet. ke-2, Maret 2003.

    At-Thabathaba’i, Sayid Muhammad Husain, Al-Mizan Fi Tafsiril Qur’an, Beirut,

    Lebanon, 1991.

    _________________ , Inilah Islam: Upaya Memahami Seluruh Konsep Islam

    Secara Mudah, Pustaka Hidayah, Bandung, cet. ke-2, Maret 1996.

    Audah, Ali, Konkordansi Al-Qur’an, Litera Antar Nusa, Jakarta, cet. ke-1,

    Agustus 1991.

    Bakker, Anton & Zubair, Achmad Charris, Metodologi Penelitian Filsafat,

    Kanisius, Yogyakarta, 1990.

  • Bukhari, Imam, Shahih Bukhari, Thoha Putra, Semarang, tt.

    Dahlan, H. Abdul Aziz, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, jilid 3, PT. Ichtiar Baru

    Van Hoeve, Jakarta, 2003.

    Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Thoha

    Putra, Semarang, 1995.

    Langgulung, Hasan, Pendidikan dan Peradaban Islam, Pustaka Al-Husna,

    Jakarta, cet. ke-3, 1985.

    Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta,

    1996.

    Muhaimin, Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan

    Kerangka Dasar Operasionalisasinya, Trigenda Karya, Bandung, Juni

    1993.

    Munawaroh, Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, Eska Media, Jakarta, September

    2005.

    Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir, Ponpes Al-Munawwir,

    Y ogyakarta, 1984.

    Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, cet. ke-1,

    1997.

    Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,

    1982.

    Purwanto, M Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Remaja Rosdakarya,

    Bandung, 1995.

  • Quthb, Sayyid, Keindahan Al-Qur'an yang Menakjubkan, teij. Bahrun Abu

    Bakar, Robbani Press, Jakarta, cet. ke-1, September 2004.

    Rafi’uddin, Kisah Keteladanan Para Rasul Allah, Intermasa, Semarang, 2001.

    Rahman, Fazlur, Tema Pokok Al-Qur’an, Pustaka, Bandung, cet. ke-2, 1996.

    Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur ’an,

    vol. 14, Lentera Hati, 2002.

    Su’ud, Abu, lslamologi: Sejarah, Ajaran, dan Peranannya dalam peradaban

    Umat Manusia, PT Rineka Cipta, Jakarta, cet. ke-1, Juni 2003.

    Syadali, H. Ahmad, dan H. Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an II, Pustaka Setia,

    Bandung, 1997.

    Syari’ati, Ali, Islam Agama “Protes ”, Pustaka Hidayah, Bandung, 1996.

    Tatapangarsa, Humaidi, Kuliah Aqidah Lengkap, Bina Ilmu, Surabaya, cet. ke-7,

    1990.

  • DEPARTEMEN AGAMASEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

    Jl. Tentara Pelajar 02 Telp.(0298) 323706,323433 Fax323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]

    mor: ST.27/K-1/PP.00.9/I-1.1.149/2007 6 Juni 2007mp. : Proposal Skripsi 1 : Pembimbing dan Asisten

    Pembimbing Skripsi

    Yth. Yedi Efriadi, M.Ag

    A ssalam ualaikum w. w.