0
MAKALAH FAAL TERAPAN
S A L I V A
Dosen Pengampu : drg. ROSSY WIHARDJA, M.DSc.
DISUSUN OLEH :
Drg. Hamdatun Rakhmania – NPM.160721150001Drg. Rita Wardhani – NPM. 160721150002
PPDGS ILMU PENYAKIT MULUTUNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG2015
0
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Saliva berperan penting antara lain dalam proses lubrikasi dan sistem
imunitas terdepan dalam rongga mulut serta menjaga hemostasis sistem pencernaan
tubuh manusia. Saliva dihasilkan oleh kelenjar salivarius yang terbagi atas kelenjar
salivarius besar dan kecil yang memproduksi sekret mukus, sereus dan campuran, dan
disalurkan melalui duktus-duktus di muara masing-masing duktus tersebut pada daerah
rongga mulut hingga saluran pencernaan.
1.2 TUJUAN
Makalah ini disusun dengan tujuan agar beberapa hal mendasar yang
penting diketahui menyangkut saliva, meliputi Kelenjar Saliva ( growth & development
of salivary gland ),komposisi, sifat dan fungsi fisiologis saliva serta mekanisme sekresi
saliva pada tubuh manusia dapat dibahas berdasar literatur terkini, sehingga bermanfaat
untuk keperluan penanganan pasien dan profesionalisme sebagai seorang klinisi.
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KELENJAR SALIVA
2.1.1 Definisi
Agar memudahkan memahami pembahasan dalam makalah ini maka
perlu untuk mengenal batasan dari istilah yang akan sering digunakan, antara
lain batasan saliva, kelenjar salivarius dan duktus. Saliva disebut pula sebagai
ludah atau air liur merupakan cairan oral yang kompleks, tidak berwarna terdiri
atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa
oral dan bagian sekitar orofasial.
Gambar 1. Anatomi Kelenjar Salivarius
Sumber : Tucker A.S., I. Miletich : 2010
2
3
Kelenjar Saliva didefinisikan sebagai suatu kelenjar eksokrin (produk
berupa saliva dikeluarkan melalui saluran) yang menghasilkan saliva
berperan penting dalam mempertahankan kesehatan jaringan mulut dan
sekitarnya. Adapun pengertian dari duktus salivarius adalah suatu saluran
kelenjar saliva yang panjangnya berbeda menurut jenis kelenjarnya, bermuara
pada rongga mulut, terdiri dari duktus intralobularis & interlobularis.
2.1.2 Growth& Development of Salivary Gland
Tumbuh kembang dari kelenjar salivarius adalah pada masa usia
minggu ke-6 hingga minggu ke-8 janin, dimana secara spesifik untuk
pembentukan kelenjar parotis pada embrio sekitar minggu ke-6 dan ke-7 berasal
dari jaringan ektodermal berlokasi di tepi stomodeum, secara histologis dapat
digambarkan bahwa sel-sel berproliferasi membentuk anyaman padat dengan
ujung bulat, dimana anyaman tersebut berkembang membentuk lumen dan
selanjutnya membentuk duktus, sementara ujung yang bulat berdiferensiasi
membentuk acini yang mana khusus menghasilkan saliva yang akan
mengeluarkan sekret.
Gambar 2. Skema Perkembangan Kelenjar Saliva
Sumber : Hassan A.Mutaz, 2007
3
4
Adapun tumbuh kembang kelenjar submandibularis dan
sublingualis, kedua kelenjar tersebut berasal dari jaringan endodermal berlokasi
di dasar mulut di latero-kaudal lidah, dimana kelenjar sub lingualis terbentuk
sebagai multiple buds membentuk lobus mayor dan lobus minor pada masa
paling akhir dibanding terbentuknya kedua kelenjar salivarius mayor lainnya.
Kedua kelenjar ini mengalami proses pembentukan yang sama dengan kelenjar
parotis.
2.1.3 Klasifikasi Kelenjar Saliva
Pada tubuh manusia tersebar kelenjar saliva mulai dari bagian
orofasial hingga daerah saluran cerna, dapat di klasifikasi antara lain
berdasarukuran, yakni terdiri dari :
a. Kelenjar Salivarius Mayor
- Kelenjar Parotis
Terdiri dari sepasang kelenjar bagian kiri dan kanan letaknya di
bagian bawah telinga di belakang ramus mandibula, memiliki berat sekitar
15 hingga 30 gram tergantung usia dan jenis kelamin. Memiliki duktus
terbesar yang bermuara pada vestibulus oris di antara mukosa bukal dan
daerah gingiva molar 2 rahang atas. Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat
padat dan menghasilkan ± 25 % dari total saliva dalam rongga mulut. Secara
histologis terlihat jaringan ikat masuk kedalam parenkim dimana membagi
organ kelenjar saliva ini menjadi lobus superfisial & lobus inferior. Duktus
salivarius yang utama disebut duktus Stensen’s dinamakan sesuai
penemunya, sehingga kelenjar ini dikenal pula sebagai Stensen’s Gland.
4
5
Duktus utama ini bercabang membentuk duktus interlobularis yang terdiri
dari sel-sel epitel berlapis silindris, yang kemudian melanjutkan diri
memiliki cabang membentuk duktus intralobularis disebut pula sebagai
pfluger.
- Kelenjar Submandibula
Kelenjar yang memproduksi saliva terbanyak sekitar ± 60 % dari
total jumlah saliva, terletak di sebelah dalam bagian bawah korpus
mandibula terdiri dari sepasang di regio kanan dan kiri, duktus salivarius
terbesarnya disebut sebagai duktus Wharton’s dengan demikian kelenjar
submandibula dikenal pula dengan sebutan Wharton’s Gland, duktus ini
bermuara pada dasar rongga mulut, dekat frenulum lidah, di daerah belakang
gigi incisivus bawah.
Gambar 3. Anatomi Kelenjar Salivarius Mayor
5
6
- Kelenjar Sublingual
Disebut pula sebagai Bartholin’s Gland sesuai nama penemunya,
memiliki duktus salivarius terbesar yang bermuara pada dasar rongga mulut
dibelakang duktus Wharton di daerah frenulum lidah dikenal dengan nama
duktus Rivinus. Kelenjar ini letaknya di bawah mukosa pada dasar rongga
mulut, memiliki septa-septa jaringan ikat yang jelas karena terlihat tebal dan
menghasilkan sekitar 5 % dari total saliva.
b. Kelenjar Salivarius Minor
Tersebar pada bagian lidah, bibir, mukosa bukal, palatum, tonsil
hingga di daerah sinus paranasal, diinervasi melalui post-ganglion parasimpatis
nervus lingualis dan ganglion spenopalatinus untuk kelenjar-kelenjar pada
bagian palatum superior. Kelenjar Salivarius minor terdiri dari 600 hingga 1000
kelenjar dengan ukuran sekitar 1 sampai 5 mm yang berada dalam rongga mulut
hingga pada daerah oropharings.
2.1.4 Struktur Kelenjar Saliva
Struktur kelenjar saliva dapat diklasifikasikan berdasar jenis sekresi yang
dihasilkan oleh kelenjar salivarius masing-masing, yakni terdiri dari sekresi
mukus, sereus atau campuran dari mukus dan sereus.
1. Mukus
Mukus memiliki sekret yang kental, banyak mengandung musin,
secara histologis tampak batas sel jelas terlihat, tidak terdapat kanalikuli
interseluler sehingga sekretnya langsung dituangkan oleh sel sekretoris kedalam
6
7
lumen asinus, inti sel tampak pipih dengan terdapat hanya sedikit mitokondria,
retikulum endoplasma namun terlihat banyak mengandung apparatus golgi
sehingga terdapat lebih banyak komponen karbohidrat pada sekretnya. Struktur
mukus ini berfungsi utama untuk melumasi dan melindungi permukaan mukosa.
Kelenjar Weber yang terdapat pada bagian posterior lidah merupakan kelenjar
minor penghasil sekret mukus demikian pula kelenjar salivarius palatum.
2. Sereus
Sekret yang tampak lebih encer dan banyak mengandung ptialin
atau enzim α-amilase, dengan inti sel bulat dan batas sel sukar dilihat pada aspek
histologisnya serta antara sel terdapat kanalikuli sekretoris interseluler tampak
terdapat sel myoepitel diantara sel kelenjar dan membran basal, hal ini diketahui
dapat berkontraksi untuk membantu mengeluarkan sekret asinus. Struktur sereus
memiliki fungsi utama untuk mencerna karbohidrat. Dihasilkan oleh kelenjar
Von Ebner atau Gustatory Gland yang dikenal pula sebagaialbuminous gland,
kelenjar penghasil sekret sereus ini terletak pada pangkal lidah atau daerah
posterior lidah.
3. Campuran
Disebut dengan campuran karena stuktur ini merupakan gabungan
dari sekret serous maupun mukus sebagai parenkim dari kelenjar salivarius
penghasilnya. Karena percampuran dari kedua jenis sekret sehingga baik musin
maupun ptialin menjadi kandungannya. Berfungsi utama sebagai lubrikan,
buffer dan membantu pencernaan makanan. Dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar
mayor yaitukelenjar salivarius parotis, submandibula, sublingual serta kelenjar
minor Bladin Nuhn yang letaknya di bagian anterior lidah.
7
8
Gambar 4. Jenis Sekret pada Rongga Mulut
Sumber :Hassan A.Mutaz : 2007
2.2 KOMPOSISI SALIVA
Saliva mengandung komponen organik dan anorganik yang masing-
masing kompenen tersebut memiliki satu atau beberapa fungsi sekaligus dapat berperan
menurut secara spesifik ataupun secara bersama-sama dengan komponen lainya untuk
melaksanakan fungsi tertentu.
2.2.1 Komponen Organik
Terdiri dari enzim amilase dan asam amino berfungsi mengubah
karbohidrat menjadi gugus yang lebih kecil & glikogen agar mudah dicerna,
8
9
komponenlain adalah lisozim, imunoglobulin, histatin , mampu membunuh
bakteri dan virus tertentu bersifat sebagai bakteriosik serta terdapat aglutinin,
laktoferrin dan kolagenberperan dalam proses penyembuhan luka dan sebagai
komponen imunitas, selain itu terdapat cystatin dan laktoperosidase yang
mampu mengkatalisis oksidasi CNS (thiosianat) menjadi OSCN (hypothio) dan
menghambat pertukaran zat pertumbuhan mikroorganisme.
Musin yang berfungsi membantu membentuk makanan menjadi bolus,
karbonik anhidrase, staterin, prolin, protein kaya prolin, glikoprotein kaya prolin
yang secara bersama melindungi jaringan mulut terhadap kekeringan dan
menjadi pelumas dan penyangga dalam ekosistem rongga mulut.
Tabel 1. Komponen dalam Saliva
2.2.2 Komponen Anorganik
Saliva mengandung berbagai komponen anorganik terdiri dari
elektrolit dan ion yaitu natrium, kalsium, kalium, sodium, khlorida, fosfat,
thiosianat, karbonat dan bikarbonat yang berperan dalam Remineralisasi email
& pembentukan karang gigi dan plak bakteri, aktifitas enzimatik α-amilase,
9
10
sebagai agen antibakterial pada sistem laktoperosidase, sebagai ion buffer dan
berfungsi menetralkan suasana asam basa di dalam rongga mulut.
2.3 SIFAT SALIVA
2.3.1 pH
Saliva memiliki pH normal sekitar 6,0 hingga 7,0, dimana dapat
dijadikan gambaran keadaan umum kondisi rongga mulut seseorang, jika pH
saliva individu lebih menurun dari pada pH normal yang berarti lebih bersifat
asam dapat dihubungkan dengan kejadian karies yang mungkin dapat
lebihmudah atau meningkat kejadiannya pada individu tersebut, sebaliknya pada
individu dengan tingkat pH saliva yang meningkat berarti lebih basa
kecenderungan pembentukan kalkulus mungkin lebih banyak terjadi sehingga
dihubungkan dengan keadaan rongga mulut dengan plak kalkulus yang lebih
banyak.
2.3.2 Viskositas
Kekentalan dari saliva dinilai dengan viskositas normal antara 2,75
hingga 15,51 sentipoise, menjadi sifat saliva yang menggambarkan
perbandingan jumlah produksi sekret mukus dan sereus yang dihasilkan oleh
kelenjar-kelanjar salivarius, dihubungkan pula dengan keadaan individu
misalnya intake makanan dan minuman, pengaruh obat-obatan dan hormonal,
keadaan stress ataupun keadaan patologis disebabkan oleh mikroorganisme atau
dampak suatu penyakit.
Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,01- 0,1 mm melapisi
seluruh jaringan di dalam rongga mulut baik pada mukosa bibir, gingiva,
10
11
mukosa bukal, palatum, dasar mulut, lidah hingga ke daerah orofaring serta
permukaan gigi geligi. Saliva memiliki kandungan air sebanyak sekitar 99,5 %
dan sisanya sejumlah sekitar 0,5 % adalah mineral, zat organik & zat anorganik.
2.4 MEKANISME SEKRESI
Mekanisme produksi saliva dikategorikan menjadi dua jenis, yakni
melalui sistem refleks saliva sederhana dimana saliva diproduksi dalam keadaan
istirahat tanpa rangsang atau tidak terkondisi dan refleks saliva terkondisi yaitu produksi
saliva dimana terdapat keadaan tertentu yang memicu sekresi saliva tersebut.
Mekanisme kerjanya diawali dengan kemoreseptor yang merupakan reseptor tekanan di
dalam rongga mulut memberikan respons terhadap adanya stimuli, reseptor ini memulai
impuls di serat saraf aferen yang membawa informasi ke pusat saliva di medula
oblongata. Kemudian pusat saliva mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke
kelenjar saliva untuk meningkatkan produksi saliva. Kerja kelenjar salivarius ini
berlangsung secara spontan dan kontinue.
Gambar 5. Skema Stimulasi Sekresi Saliva
Sumber :Tucker A.S., I. Miletich : 2010
11
12
Secara sistematis dapat digambarkan mekanisme sekresi saliva yang
diawali dengan adanya gerakan transepithelial klorida memicu aliran sekresi elektrolit
dalam sel asinar dan kemudian saat akumulasi klorida dalam lumen asinar dinetralisir
oleh gerakan natrium lalu akan menyeberangi jaringan ikat mengikutialiran air secara
osmotik, kemudian sekret saliva primer yang banyak mengandung natrium-klorida akan
mengalir melalui duktus yang disekresi oleh sel asinar tadi yang kemudian diresorbsi
saat terjadi sekresikalium.
Mekanisme kerja kelenjar salivarius diinnervasi oleh Nervus Cranialis
VII (Fasialis) dan IX (Glossofaingeus) serta saraf parasimpatis yang berperan untuk
merangsang produksi saliva. Kelenjar saliva mendapatkan suplai saraf parasimpatis dari
nukleus salivarius inferior yang berpusat pada medulaoblongata sementara kelenjar
submandibula & sublingualis mendapat supply saraf dari nukleus salivarius superior
berpusat pada pons. Saraf simpatis berfungsi sebagai perangsang reseptor α dan β
dimana untuk kelenjar parotis, submandibularis dan sublingualis berasal dari ganglion
simpatis servikal superior, dengan pleksus saraf yang berjalan ke kelenjar ludah di
sepanjang arteri.
Gambar 6. Mekanisme Sekresi Saliva
Sumber :Eugene N. Myers, Robert L. Ferris : 2007
12
13
Vaskularisasi kelenjar salivarius oleh pembuluh darah besar berjalan
bersama dengan duktus pada jaringan ikat interlobularis mengikuti cabang duktus ke
dalam lobuli, membentuk anyaman kapiler mengitari asinus dan kembali membentuk
vena berjalan bersama-sama dengan pembuluh darah arteri.
Gambar 7. Skema Innervasi Kelenjar Salivarius
Sumber : Eugene N. Myers, Salivary Gland Disorders, 2007
2.4.1Faktor yang Mempengaruhi Sekresi Saliva
Kelenjar saliva memproduksi sekitar setengah hingga satu setengah
liter saliva dalam 24 jam. Produksi saliva ini dipengaruhi oleh berbagai faktor,
yakni ;
- Faktor Mekanis
Adalah dengan adanya proses mengunyah makanan terutama jenis makanan
yang keras, demikian pula mengunyah permen karet karena proses mastikasi
dengan kekerapan yang lebih banyakakan merangsang produksi saliva.
- Faktor Kimiawi
13
14
Melalui rangsangan seperti adanya stimulan rasa asam, manis, asin, pahit,
pedas serta gurih akan merangsang peningkatan produksi saliva.
- Faktor Neuronal
Melalui sistem saraf otonom, dimana terdapat keadaan patologis yang
melibatkan saraf otonom hingga menghambat produksi saliva.
- Faktor Psikis
Dengan adanya keadaan stress akan menghambat sekresi saliva
- Rasa Nyeri atau Sakit
Dapat disebabkan oleh proses inflamasi, serta adanya protesa terutama jika
finishing protesa tidak adekuat misalnya terdapat bagian yang kasar, tajam
ataupun longgar akan menstimulasi sekresi saliva.
- Faktor Usia
Dari beberapa penelitian didapatkan kesimpulan bahwa dengan semakin
bertambahnya usia, produksi saliva juga semakin menurun namun terdapat
pula penelitian terkini bahwa hal tersebut mungkin lebih dipengaruhi oleh
penggunaan obat-obatan yang lama semasa kehidupannya.
- Jenis kelamin
Kelenjar salivarius pada laki-laki umumnya sedikit lebih banyak
memproduksi saliva dibandingkan pada perempuan.
- Faktor Temperatur atau Suhu
Mempengaruhi sekresi saliva dimana pada kondisi suhu yang dingin
memicu produksi saliva dan sebaliknya suhu panas menghambatnya.
- Penyakit tertentu
14
15
Misalnya pada penderita diabetes militus dan arterosklerosis akan terjadi
penghambatan produksi saliva
- Obat-obatan
Pengaruh faktor ini meskipun tidak sama kekuatan efeknya terhadap satu
individu dengan individu lainnya namun secara umum obat golongan
antiinflamasi tertentu dan kortikosteroid dapat menghambat sekresi saliva.
Obat-obatan ini termasuk pada perawatan dengan penggunaan radiotherapy
ataupun paparan radiologi yang sering akan mengganggu produksi saliva.
2.4.2 Jumlah Saliva
Dalam 24 jam ketika keseluruhan saliva ditampung akan berjumlah
sekitar 800 ml hingga 1500 ml disebut sebagai whole saliva, dimana saliva yang
diproduksi tanpa rangsang dihasilkan sekitar 0.1 sampai dengan 0.3 ml/menit
dan apabila diberi stimulan kelenjar salivarius akan memproduksi saliva sekitar
1 hingga 3 ml setiap menit.
2.5 FUNGSI FISIOLOGIS
Saliva sangat penting peranannya dalam menjaga dan melindungi
kesehatan rongga mulut, dengan melakukan fungsi-fungsi fisiologis sebagai berikut:
- Pembersihan
Proses pembersihan mekanis terjadi melalui aktivitas aliran / flow saliva yang
melarutkan mikroorganisme ke dalam cairan saliva sehingga kemampuan
mikroorganisme untuk berkolonisasi di permukaan jaringan dalam rongga mulut
dapat terhambat.
15
16
- Lubrikasi
Saliva melembabkan dan melumasi permukaan dalam rongga mulut, selain itu
lapisan protein saliva yang kemudian membentuk lapisan berupa acquired
pellicle pada permukaan terluar gigi memberi perlindungan terhadap adanya
gesekan antara gigi satu dengan gigi lainnya serta keausan permukaan incisal
atau oklusal gigi pada proses pengunyahan makanan.
- Buffer
Memberikan perlindungan di permukaan mukosa dan jaringan lain. Penyangga
utama saliva adalah sistem karbonat dan bikarbonat dengan pencegahan
terhadap produksi asam oleh mikroba. Sedangkan yang lainnya adalah ortofosfat
anorganik. Sementara ion kalsium dan fosfat di dalam saliva memegang peranan
penting dalam mekanisme penolakan terhadap dekalsifikasi email gigi terutama
jika suasana rongga mulut dalam lingkungan asam yang memicu proses
demineralisasi, dimana kedua ion ini berperan pada terjadinya proses
remineralisasi pada permukaan gigi.
- Membantu Fungsi Pengecap
Saliva membasahi sel-sel papil lidah sehingga membantu ujung papil
menangkap rangsang rasa untuk diteruskan sebagai respon pengecap merasakan
tekstur dan rasa dari makanan dan minuman.
- Fungsi Cerna
Terdapat berbagai enzim dalam saliva yang berperan penting dalam proses
pencernaan makananyakni amilase, lipase dan proteaseenzim ini mampu
menguraikan makanan yang mengandung gugus karbohidrat dan glikogen
16
17
memecahkannya menjadi gugusan yang lebih kecil, melalui proses pelarutan
dalam saliva serta mengangkutnya dengan proses penelanan. Dimana saliva
menyelubungi zat makanan membentuk bolus hingga makanan lebih mudah
ditelan.
- Imunitas
Saliva sangat banyak mengandung berbagai komponen anorganik dan organik
yang mempunyai pengaruh antibakterial dan antiviral sebagai agen-agen
antimirobial seperti thiosianat, laktoperoksidase, enzim-enzim lisozim, protein
laktoferin dan imunoglobulin yang berfungsi untuk melindungi jaringan dalam
rongga mulut baik mukosa maupun jaringan keras / gigi mencegah penetrasi sel-
sel mikroorganisme. Di dalam saliva dijumpai imunoglobulin dalam saliva
berperan sebagai substansi reaktif yang dapat masuk melalui sistem sirkulasi
dalam darah.
- Homeostasis
Saliva menjaga keseimbangan flora normal dan suasana keasaman (pH) rongga
mulut dengan mengatur kandungan air dalam rongga mulut. Sekresi saliva
sangat berhubungan dengan pengaturan kandungan air. Secara alami jika terjadi
suasana asam yang diakibatkan oleh berkurangnya produksi saliva maka akan
timbul rasa dahaga sehingga tubuh merespon agar intake cairan dari luar
diberikan supaya tersedia kebutuhan untuk memproduksi saliva. Berkurangnya
jumlah saliva akan menimbulkan keluhan yang disebut xerostomia.
- Diferensiasi & Pertumbuhan NGF & EGF
Faktor pertumbuhan syaraf (Nerve Growth Factor) yang dihasilkan oleh
glandula submandibularis dibutuhkan bagi diferensiasi dan pertumbuhan sel-sel
17
18
syaraf adrenergik. Selain itu, glandula submandibularis juga menghasilkan
faktor pertumbuhan epidermal (Epidermal Growth Factor) yang berperan pada
perkembangan jaringan kulit, epitel dan erupsi elemen gigi-geligi.
- Memudahkan Gerakan Lidah,Bibir dan Membantu Fungsi Bicara
Saliva membasahi seluruh permukaan rongga mulut termasuk lidah dan bibir
sehingga lidah dapat bergerak lebih mudah dan membantu untuk penyebutan
kata-kata dalam berbicara.
18
19
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Merupakan hal penting untuk mengetahui dan memahami sistem kerja
kelenjar salivarius serta peranan saliva dalam rongga mulut sebagai bagian dari port of
entry masuknya makanan, minuman serta berbagai elemen lain melalui saluran
pencernaan awal. Kelenjar salivarius mayor dan minor bersama-sama menghasilkan
saliva bersekret sereus, mukus, maupun campuran yang memiliki peranan sangat
penting untuk melindungi seluruh permukaan jaringan lunak maupun keras pada bagian
rongga multut meliputi fungsi sebagai lubrikan, buffer, cerna dan peranan saliva sebagai
bagian sistem imunitas melalui kandungan yang ada di dalam saliva.
Keberadaan saliva dalam jumlah, viskositas dan kondisi pH sedapat
mungkin dijaga dalam kondisi normal, karena hal-hal tersebut berperan dalam
keseimbangan flora normal ekosistem di dalam rongga mulut yang selanjutnya dapat
berpengaruh secara sistemik. Keadaan saliva juga dapat dijadikan tolak ukur dalam
penilaian kondisi umum individu.
3.2 SARAN
Saliva dan kelenjar salivarius memiliki keterkaitan dengan sistem
lain dalam tubuh tidak hanya pada rongga mulut tetapi juga secara sistemik, perlu
penilitian secara lebih mendalam dan detail mengenai komponen dalam saliva
serta peranannya dikaitkan dengan sistem tubuh lainnya.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
1. David T. Wong : Salivary diagnostics, first published Wiley-Blackwell, 2008
page 27-34, 60-81
2. Tucker A.S., I. Miletich : Salivary glands, development, adaptations, and
disease ,Karger-London, 2010 page 4-6, 9-12
3. Eugene N. Myers, Robert L. Ferris : Salivary Gland Disorders, Springer-Verlag
Berlin Heidelberg, 2007 page 2-11
4. Hassan A.Mutaz : Salivary gland structure and function, Faculty of Dentistry,
Najran University, 2007
20