LAPORAN TETAP PRAKTIKUM
KIMIA ORAGANIK I
DISUSUN OLEH :
NAMA : SYUKWAN
NIM : G1C 009 024
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS MATARAM
2010
1
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan tetap praktikum Kimia Organik I disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Kimia Organik I.
Disetujui pada tanggal: 4 Desember 2010Mengetahui:
Coordinator
Syamsul hidayatNIM. G1C 007 041
Co. Ass Acara 1 Co. Ass Acara 2
Samsul bahri Amalia sukma ridhani NIM. G1C 008 0037 NIM. G1C 008 040
Co. Ass Acara 3 Co.Ass Acara 4
Siska ayu wulandari Fuji darmayanti NIM. G1C 009 010 NIM. G1C 008 041
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat
dan nikmat-Nya pada kita semua, antara lain nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga
kita dapat menyelesaikan semua tugas dengan tepat waktu. Salawat serta salam selalu
tercurahkan kepada junujungan alam Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa
kita dari alam kegelapan menuju yang terang benderang yang kita rasakan ini.
Laporan ini disusun sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir mata kuliah Kimia
Organik I. Yang mana dalam laporan ini berisi kumpulan laporan sebelumnya dengan
urutannya masing-masing dan telah diberi beberapa perbaikan didalamnya.
Terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang ikut serta dan membantu
menyelesaikan laporan tetap ini. Salah satunya adalah para Co.Assisten yang telah
mengarahkan kami ketika praktikum, teman-teman dan keluarga yang mendukung sepenuh
hati.
Kami sadar banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam laporan ini, baik
dari segi penyusun maupun segi isinya. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat diharapkan.
Demikin laporan ini disusun agar dapat diterima dan digunakan sebagai acuan
untuk laporan-laporan selanjutnya.
Mataram, 03 Desembar 2010
Penyusun,
3
DAFTAR ISIHalam pengesahan…………………………………………………………..2Kata pengantar………………………………………………………………3Daftar isi…………………………………………………………………….4Isi :
1. Acara 1 : Uji kelarutan…………………………………………..52. Acara 2 : Pemisahan dan pemurnian zat padat………………….153. Acara 3 : Analisis unsur…………………………………………224. Acara 4 : identifikasi senyawa golongan aromatis dan fenol…...32
Daftar pustaka……………………………………………………………….49
4
UJI KELARUTAN
A. PELAKSANAA PRAKTIKUM
1. Tujuan : a. Mengetahui kelarutan zat organik dalam beberapa pelarut.
b. Menentukan golongan suatu zat organik berdasarkan kelarutannya.
2. Waktu : Kamis, Oktober 2010.
3. Tempat : Labotaorium Kimia Dasar Lantai III Fakultas MIPA
Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya
lebih sedikit disebut zat terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak disebut zat pelarut.
Kelarutan dari zat terlarut, yaitu jumlah maximum yang terlarut yang akan larut dalam sejumlah
tertentu. Dalam konteks kualitatif, ada zat-zat yang dapat larut, sedikit larut atau tidak larut. Zat
yang dikatakan tidak larut jika sebagian besar zat tersebut melarut bila ditambahkan air, jika tidak
zat tersebut digambarkan sebagai sedikit larut atau tidak dapat larut. Semua senyawa ionik
merupakan elektrolit kuat, tetapi daya larutnya tidak sama( Chang, 2004 : 345).
Latinen mengusulkan empat jenis pelarut, pelarut emiprotik mempunyai baik sifat asam
maupun basa seperti halnya air. Mereka mengalami otoprotolisis dan derajat sampai dimana
reaksi titrasi berlangsung sempurna yang merupakan fungsi dari reaksi ini. Sebagina, seperti
etanol dan mettanol memlki sifat asam –basa yang mirip dengan air dan bersama dengan air
disebut pelarut netral. Lainnya disebut pelarut asam, seperti asam asetat, asam format, dan asam
sulfat adalh asam basa yang jauh lebih llemah daripada air. Pelarut basa seperti amonia cair dan
etildiamina mem[unyai yang lebih besar dan keasaman yang jauh ebih kecil daripada keasaman
daripada air (Underwood, 2004 : 15-16).
Eter adalah senyawa yang tak berwarna dengan bau enak yang khas. Tiitik didihnya
rendah dibandingkan dengan etanol, dengan jumlah atom karbon sama, dan dinyatakan
mempunyai titik didih sama dengan hidrokarbon. Eter dengan bobot molekul rendah seperti dietil
eter benar-benar larut dalam air. Kelarutan dietil eter dalam air adalah 7 gram per 100 ml air,
makin tinggi jumlah atom karbon suatu eter, kelarutannnya dalam air makin rendah(Hart, 2003 :
271).
Asam benzoat dapat didegradasi dengan cara fotokatalik. Degradasi dilakukan dengan
cara menyinari larutan asam benzoat dengan sinar UV didalam kolom gas yang di dinding bagian
dalamnya dilapisi dengan katalis TiO2. Dalam percobaan ini aju alir asam bezoat dengan wakti
5
irridasi dibuat bervariasi. Degradasi asam benzoat dilakukan dengan cara mengukur konsentrasi
asam benzoa dan waktu irridasi seblum dan sesudah irridasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa
asam benzoat mengalami degradasi 60,70% pada laju air 60 ml/ menit dan waktu irridasi selama
tujuh jan( Darwin Yunus N, 2005 : 34).
Naftalen adalah salah satu komponen yang termasuk benzena aromatik, tetapi tidak
termasuk polisiklik. Naftalen memilki kemiripan sifat yang memungkinkan zat aditif bensin
untuk menigatkan nilai oktan. Sfat-sifat tersebut antara lain: sifat pembakaran yang baik, mudah
menguap sehingga tidak meninggalkan getah padat pada bagian-bagian mesin. Pengunaan
naftalen sebagai aditif memang belum terkenalkarena msih dalam tahap penelitian. Sampai saat
ini memang belum diketahui akibat buruk penggunaan aftalen terhadap lingkungan dan
kesehatan, namun ia relatf aman digunakan( Djainudin dan Widjoeseno, 2003: 27).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Rak tabung reaksi
- Bulb
- Penjepit tabung
- Pipet volum
2. Bahan
- Aquades
- NaOH 5%
- NaHCO3 5%
- Dietil eter
- HCl 5 %
- H2SO4 pekat
- Kertas lakmus
- Asetaldehid
- Butanol
- Asam benzoat
- Naftalen
6
- Anilin
D. SKEMA KERJA
Asetaldehid
Butanol
Asam benzoat
Naftalen
Anilin
+ Air
Larut Tidak larut
+ eter
Larut tidak larut
Lakmus Lakmus lakmus
Tdk Biru merah
berwarna
+ 5 %
NaOH
S1 SB SA S2
7
-Tidak
Larut
+ 5 % HCl larut
larut
+ 96 % H2SO4
Tidak larut larut
tidak larut
+ 5 %
NaHCO3
Larut MN B
1 N2 N1
Tidak
larut
Larut
A2 A1
8
E. HASIL PENGAMATAN
SampelKelarutan dalam
Kelas kelarutanair eter NaOH NaHCO₃ HCl H₂SO₄ H₃PO₄
Asetaldehida √ √ − − − − − S₁Butanol × − × − × × − I
Asam benzoat × − √ √ − − − A₁Naftalena × − × − × × − I
Anilin × − × − √ − − B
(Seharusnya Begini)
SampelKelarutan dalam
Kelas kelarutanair eter NaOH NaHCO₃ HCl H₂SO₄ H₃PO₄
Asetaldehida √ √ − − − − − S₁Butanol × − × − × √ × N₂
Asam benzoat × − √ √ − − − A₁Naftalena × − × − × × × I
Anilin × − × − × √ √ N₁
Keterangan :(√) Larut(×) Tidak Larut(−) Tidak Dilakukan
Kelas Kelarutan Golongan Senyawa OrganikS₂ Garam dari asam organik (RCO₂Na, RSO₃Na) ; amina hidroklorida
(RNH₃Cl) ; asam amino (R–CH–CO₂⁻) ; karbohidrat (gula) ; polyhydroxy compounds dsb. NH₃⁺
SA Asam karbosiklik monofungsional dengan 5 karbon atau dibawahnya, asam-asam arilsulfonik.
SB Amina monofungsional dengan 6 karbon atau dibawahnya (turunannya).
S₁ Alkohol monofungsional, aldehida, keton, ester, nitril, dan amida dengan 5 karbon (contoh : Asetaldehida).
A₁ Asam organik kuat, asam karbosiklik dengan lebih dari 6 karbon, Phenol dengan susunan letak gugusnya pada orto dan para (contoh : Asam Benzoat).
A₂ Asam organik lemah, phenol, enol, oxim, imidies, sulfoamida, tiofenol, semua yang memiliki karbon lebih dari 5.
B Amina alifatik dengan 8 atau lebih karbon penyusunnya, anilin (hanya untuk satu fenol yang berikatan dengan nitrogen) ; beberapa eter.
9
MN Bermacam-macam senyawa netral yang memiliki gugus nitrogen atau sulfur dan memiliki lebih dari 5 atom karbon.
N Alkohol, aldehida, keton, ester, dengan satu fungsional group dan terdiri dari 5 atom karbon lebih yang kurang dari 9, eter, epoxides, alkena, alkil, beberapa senyawa aromatis.
I Hidrokarbon jenuh, haloalkana, arilhalida, senyawa aromatik lain yang tidak reaktif, diaril eter (contoh : Naftalena).
F.ANALISIS DATA
Asetaldehida :
a) Asetaldehida + H₂O :
b) Asetaldehida + Dietil Eter :
Butanol :
Butanol tidak dapat bereaksi dengan air, NaOH, HCl, H₂SO₄. Reaksi yang seharusnya adalah : Butanol + H₂SO₄ :
10
Asam Benzoat :
a. Asam Benzoat + NaOH :
b. Asam Benzoat + NaHCO₃ :
Naftalena :
Naftalena tidak dapat bereaksi dengan air, NaOH, HCl, H₂SO₄. Anilin :
1) Anilin + HCl :
Reaksi yang seharusnya adalah :2) Anilin + H₂SO₄ :
11
3) Anilin + H₃PO₄ :
G. PEMBAHASAN
Campuran zat-zat homogen disebut larutan, yang memiliki komposisi merata atau serba sama
seluruh bagian volmenya. Suatu larutan mengandung satu zat terlarut atau lebih dari satu pelarut. Zat
terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang
terdapat dalam jumlah banyak. Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh, dalam
jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat bergatung sifat
zat itu, molekul pelarut, temperatur, dan tekanan(Hiskia ahmad, 2001 : 23).
Pada percobaan uji larutan yang bertujuan untuk mengetahui kelarutan zat organik dalam
beberapa pelarut dan golongan suatu zat organik berdasarkan kelarutannya. Ada beberapa zat organik
yang akan kkita uji diantaranya asetaldehid, butanol, anilin, asam benzoat, dan naftalen. Semua zat
organik tersebut di uji dengan air, dimana air didini bertindak sebagai penentu kepolaran suatu
senyawa/ zat organik yang diuji.
Percobaan uji kelarutan ini terdiri dari lima percobaan yang pengujian kelarutan asetaldehid,
pengujian kelarutan butanol, pengujian kearutan asam benzoat, pengujian kelarutan anilin, dan terakhir
pegujian kelarutan naftalen.
Pada percobaann pertama kita menguji kelarutan asetaldehid, dimana pada pengujian asetaldehid
ini ditambahkan dengan air ternyata asetaldehid larut dalam air ini disebabkan oleh interaksi antar
molekul yang berikatan dengan kepolaran gugus karbonil mengakibatkan titik didih asetaldehid lebih
daripada titik didih hidrokarbon berbobot molekul sebanding. Asetaldehid merupakan senyawa yang
mudah menguap dan mempunyai bobot molekul rendah dan larut benar dalam air, sehingga
asetaldehid dapat larut dalam air. Oleh karena asetaldehid larut dalam air maka kta akan melanjutkan
pengujiannya dengan penambahan eter pada larutan asetaldehid, eter biasanya tidak bereaksi dengan
asam encer, karena eter memiliki titik didih lebih rendah dibandingkan dengan titik didih alkohol
12
walaupun jumlah atom karbonnya sama. Karena kelarutan eter didalam campuran lebih tinggi daripada
kelarutan asetaldehid, sehingga asetaldehid dapat larut dalam eter. Dari pengujian dengan kertas lakmus
merak tidak terjadi perubahan warna dan indikator universalnya dalah Ph 4, dari beberpa pengujian di
atas maka asetaldehid digolongkan kedalam golongan S1(Fesseden JR, 2010 : 425).
Butanol tidak dapat larut dalam air karena butanol bersifat tidak suka dengan air, ini dsebabkan
karena asam benzoat mengandung gugus -OH dengan sendiri dapat membentuk ikatan idrogen dengan
air, karena dengan adanya ikatan hidroogen, maka asam benzoat tidak dapat larut dalam air. Asam
benzoat hanya dapat laruut dalam basa seperti NaOH sehingga asam benzoat dimasukan atau
diklasifikasikan dalam golongan A2( Fesseden, JR, 2010). Butano merupakan gugus homolog pertama
yang tidak larut dalam air (hanya larut sedikit dalam air), karena semakin panjang hidrokarbonnya
maka kelarutannya dalam air semakin rendah seperti yang diketahui perbedaan butanol dengan alkohol,
alkohol dengan 1 sampai 3 karbon sehingga larut sempurna dalam air sedangkan butanol dengan 4 atom
carbon hanya larut sedikit dalam air. Butanol masuk golongan N1 karena dapat larut dalam H2so4 dan
H3PO4 karena butanol dapat mudah larut dalam asam.
percobaan selanjutnya adalah tentang pengujian anilin. Anilin tidak dapat larut dalam air tetapi
larut dalam asam sulfat, seperti yang kita tahu bahwa anilin tidak dapat larut dalam air dan basa kuat,
tetapi anili larut dalam asam kuat. Anilin mempunyai pH < 7 sehingga bersifat asam, yang seharusnya
bersifat basa, anilin merupakan contoh dari basa lemah dan basa aromatik sehingga anilin juga
termasuk dalam senyawa aromatik. Karena hanya dapat larut dalam asam kuat maka anili termasuk
golongan N.
Percobaan terakhir tentang pengujian kelarutan naftalen. Naftalen merupakan senyawa murni
pertama yang diperoleh dari fraksi titik didih lebih tinggi dari tar batubara. Naftallen mudah diisolaso
karena senyawa ini menyublim dari tar menjadi padatan kristal tidak berwarna yang indah, denag titik
leleh 80 oC. naftalen merupak senyawa polisiklik dengan dua cincin benzena yang bergabung. Telah
kita ketahui bahwa benzena dan turunannya tidak dapat larut dalam air, hal ini yang menyebabkan
naftalen yang merupakan turunan dari benzena tidak dapat lariut dalam air karena bersifat non polar
atau tidak dapat larut dalam pelarut.
H. KESIMPULAN
- larutan adalah campuran yang homogen dari dua zat atau lebih zat, diman jumlah pelarut lebih
banyak daripada zat terlarut.
- air merupakan pelarut yang sagat efektif untuk menentukan kepolaran suatu senyawa.
- asetaldehid hanya dapat larut dalam air dan eter karena asetaldehid bersifat polar.
13
- butanol, anili, asam benzoat, dan naftalen tidak dapat larut dalam air karean bersifat non-polar.
- anili dan butanol hanya dapat larut dalam asam kuat, sedangkan asam benzoat hanya dapat larut
dalam asam kuat.
- berdasarkan kelarutan senyawa-senyawa organik didalam air, eter, NaOH, dan H2SO4, maka
asetaldehid termasuk golongan S1, butanol termasuk golonga N1, asam benzoat digolongkan
dalam golongan A2, dan anilin termasuk dalam golongan N.
PEMISAHA DAN PEMURNIAN ZAT PADAT
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM1. Tujuan : - Melakukan rekristalisasi dengan baik.
- Melakukan pelarutan yang sesuai untuk rekristalisasi. - Menjernihkan dan menghilang warna larutan. - Memisahkan dan memurnikan campuran rekristalisasi.
2. Waktu : Kamis, 4 november 2010. 3. Tempat : Laboratorium Kimia Dasar Lantai II & III Fakultas MIPA
Universitas Mataram.B. LANDASAN TEORI
Kristalisasi yaitu cara pemisahan campuran untuk memperoleh zat padat yang lain, dalam cairan. Ada 2 cara kristalisasi yaitu pertama dengan cara penguapan yaitu dengan menggunakan cairan melalui pemanasan dan yang kedua dengan cara pendinginan yaitu dengan mendinginkan pemisahan dengan kristalisasi didasarkan pada perbedaan titk beku komponene. Komponen itu harus cukup besar, dan sebaiknya komponen yang akan dipisahkan berwujud padat dan yang alinnya cair pada suhun kamar, contohnya garam dapat dipisahkan dari air karena garam berupa padatan, air garam bila dipanaskan perlahan dalm bejana terbuka, maka air akan menguap sedikit demi sedikit. Pemisahan akan dihentikan saat larutan tepat jenuh. Jika di bbiarkan akhirnya akan terbentuk kristal garam secara perlahan setelah pengkristalan sempurna, garam dapat dipisahkan dengan menyaring ( Yazid, 2005 : 226).
Zat padat dapat dimurnikan dengan memanfaaatkan beda kelarytan pada tempearatur yang berlainan. Umtuk kebanyakan zat bial larutan jenuh panas didinginkan, kelebihan zat padat akan mengkristalisasi. Proses itu dapat dipermudah dengan membibit larutan itu dengan beberapa kristal halus zat padat murni. Prsoses keseluruhan melarutkan zat terlarut dan mengkristalisasinya kembali dikenal sebagai pengkristalan ulang atau rekristalisasi. Metode ini sering digunakan sebagai cara yang effektif untuk membuang pengotor dalam jumlah yang kecil dari dalam zat padat, karena pengotor ini sering tertinggal didalam larutan. Kecuali jika polaritas, bnetuk dan ukuran kristal pengotor itu mirip dengan polaritas, bentuk dan ukuran kristal dari zat padat yang sedang
14
direkristalisasikan, sangat sedikit pengotor yang ungkintergabung ke dalam kristal, suatu hal yang terutama kan terjadi bila pertumbuhan kristal perlahan-lahan (Keenan,2006: 372-373).
Perubahan dari cair menjadi padat disebut pembekuan dan proses kebalikannnya disebut pelelehan atau peleburan. Titik leleh (melting point) suatu padatan atau titik beku suatu cairan adalah suhu padat saat fasa padat dan cair berada dalam kesetimbangan titik leleh normal (titik beku normal) suatu zat adalah titik leleh ( titik beku) yang diukur dalam tekanan 1 atm. Energi ( biasanya dalam kilojoule) yang dibutuhkan untuk melelehkan 1 mol padata disebut kalor peleburan molar. Ketika cairan menguap, molekul-molekulnya terpisah jauh satu sama lain dan membutuhkan energi lebih banyak untuk mengatasi gaya tarik-menarik. Proses ini dimana molekul-molekul langsung berubah dari fasa padat menjadi fasa uap disebut penyublinan (sublimation), dan proses kebalikannya disebut penghabluran ideposition. Naftalen (zat yang dibuat untuk membuat kamper) mempunyai tekanan uap yang cukup tinggi untuk suatu padatan,jadi uapaya yang cepat menyebar dalam ruangan tertutup secara umum, karena molekul-molekul terikat kuat dalam padatan, tekanan uap dalam padatan jauh lebih kecil daripada tekanan uap cairannya (Chang, 2004 : 16-17).
Teknolgi muktahir yang digunakan pada industri klor alkali untuk menghasilkan produk-produk tertentu adalah elektrolisa larutan garam (brine). Teknologi ini dugunkan karena harga bahan baku garam lebih murah, kemurnian produk lebih tinggi, tekanan dan temperatur opersinya rendah. Proses eletrolisa larutan garam umumnya menggunakan sel membran karena, dibandigkan dengan sel diagfragma dan sel merkuri, sel membran dapat menghasilkan produk elektrolisa dengan kemurnian yang lebih tinggi. Oleh karena itu diperlukan proses larutan garam dari impuritisnya sebelum diumpankan ke elektrolyzer ( Bahruddin,dkk . 2003 : 2).
Memisahkan eugenol dari minyak cengkeh dengan menggunkan destilasi fraksinasi, dimana eugenol diperoleh dari residu hasil farksinasi minyak cengkeh. Hasil fraksinasi tersebut dianalisi kandungan eugenolnya untuk menentukan rendemen operasi distilasi fraksinasi serta sifat-sifat fisika-kimia eugenol yang dihasilkan ( Siti nurhasanah. 2004 :3).
C. ALAT DAN BAHAN1. Alat
- Filter flask 250 ml 1 buah- Pipet volum 25 ml 1 buah- Pipet gondok 1 buah- Gelas kimia 100 ml 1 buah- Gelas erlenmeyer 250 ml 1 buah- Gelas kimia 250 ml 2 buah- Spatula 2 buah- Pipet tetes- Corong 1 buah- Cawan penguap 1 buah- Timbangan analitik- Set alat sublimasi- Sarung tangan- Kain lap
2. Bahan- Asam benzoat kotor- Metanol- Aquades- Naftalen kotor- Norit es batu tissue
15
D. SKEMA KERJA1. Kristalisasi asam benzoat
2 gr asam benzoat kotor . Dimasukkan dalam gelas kimia 100 ml . di+ methanol panasHasil . + methanol panas berlebih . Δ
Hasil
. di+ 0,5 gr norit . Δ sampai mendidih
Hasil
Filtrat residu
. direndam dalam es (jika tidak berbentuk kristal) . dijenuhkan larutan dan ulangi bila belum terbentuk kristal
Hasil
Larutan Kristal . ditimbang
Hasil
2. Sublimasi±1 gr serbuk naftalen kotor
. ditempaatkan pada filter flask . dirangkai alat sublimasi . sublimasi dilakukan Hasil . kruk kristal yang menempel pada tabung reaksi . ditimbang
Hasil
E. HASIL PENGAMATANF. Kristalisasi Asam Benzoat
16
Perlakuan Hasil Pengamatan
Asam benzoat + metanol panas Larut.Larutan asam benzoat dipanaskan Terdapat gelembung-gelembung kecil
pada dasar gelas kimia serta larutan menguap.
Larutan asam benzoat + norit Larutan asam benzoat terus menguap sehingga volume awal semakin
berkurang. Norit tidak larut walaupun pada tiutik didih yg tinggi.
Larutan disaring Hasil penyaringan norit residu
Filtrat direndam dalam air dingin Terbentuk kristal-kristal dalam larutan.
Berat asam benzoat 1,04
G. Sublimasi
Perlakuan Hasil Pengamatan
Berat cawan kosong 85,22 gr
Berat naftalen 20 gr
Berat kristal baftalen + Cawan 85,75 gr
H. ANALISIS DATA1. Kristalisasi Asam Benzoat
17
HH
HO H +
O
O H O HO
+
HCH3
O-
O
O-
+ O+
H HCH3
(s) (g) (s)
es
crude pure
2. Sublimasi (pada Naftalen)
3. Perhitungan % Rendemen Zat Organik
Kristalisasi asam benzoat
Diketahui : masa asam benzoat kotor = 2 gram masa asam benzoat murni = 1,04 gram
% asam benzoat =Massa asam benzoat murni
x 100%Massa asam benzoat kotor
= 1,04x 100%
2
= 52%
Sublimasi (pada naftalen)
Diketahui : masa naftalen kotor = 1 gram masa naftalen murni = 0.51 gram
% naftalena =Massa asam benzoat murni
x 100%Massa asam benzoat kotor
= 0.51x 100%
1
= 51%
I. PEMBAHASANA.Asam benzoat
Kristalisasi adalah kebalikan dari proses pelarutan. Mula-mula molekul zat terlarut membentuk argegat dengan molekul pelarut, lalu terjadi kisi-kisi diantara molekul zat terlarut yang terus membentuk kristal yang lebih besar diantara molekul pelarutnya, sambil melepaskan sejumlah energi. Kristalisasi dari zat murni akan menghasilkan kristal yang identik dan teratur bentuknya sesuai dengan kristal senyawanya. Dan pembentuka kristal ini akan mencapai kondisi optimum dalam kesetimbanga ( Tim pengasuh KIMOR. 2010 : 7).
Pada awalnya sampel asam benzoat yang kotor yang berwarna biru muda keputihan dilarutkan dalam pelarut panas dan ditambahkan dengan pelarut norit yang berfungsi untuk menyerap berbagai pengotor dalam sampel. Hal ini dapat terjadi karena norit mempunyai daya adsorbsi yang sangat besar. Sifat ini berkaitan erat dengan struktur kima norit yang terbentuk cincin
18
dan didalamnya terdapat rongga yang memiliki kekuatan untuk mengabsorpsi. Larutan kemudian dipanaskan dengan tujuan untuk menghindari penyempitan rongga pada struktur rongga norit agar dapat menyerap pegotor dengan baik sehingga menghasilkan kristal yang benar-benar murni (Bernard. 2003 : 4).
Setelah kristal disarig dengan corong ddengan peralata hisap, akan didapat kristal murni berwarna putih dengan berat 1,04 gr, sedangkan berat sampel asam benzoat adalah 2 gr. Adanya pengurangan berat ini diakibatkan hilangnya zat pengotor yang terserap oleh norit dan dengan adanya penyaringan. Akan tetapi hal ini juga dapat dipengaruhi oleh adanya sebagian kecil kristal yang menempel pada kertas saring dan tidak ikut tertimbang .
Walaupun trayek titik leleh tidak dilakukan dalam praktikum, tetapi kita harus mengetahui titik leleh asam benzoat berdasarkan literatur. Menurut literatur adapun titik leleh maka kristal yang diperoleh semakin murni. Jika trayek yang diperoleh lebih kecil dari literatur, maka hal ini menunjukkan bahwa kristal yang diperoleh belum benar-benar murni dam masih ada zat pengotornya. Zat pengotor tersebut dapat menurunkan titik leleh kristal ( huku rault tentang campuran ideal). Setelah itu, zat pengotor akan mengganggu struktur kristal dan memperlemah ikatan-ikatannya sehingga asam benzoat kotor akan mempunyai titik didih yang lebih rendah daripada asam benzoat murni. Hal ini juga dapat dibandingkan dengan sampel asam benzoat kotor yang belum direkristalisasi yang mempunyai trayek titik didih 98 oC – 100 oC yang berarti sampel ini lebih tidak murni dari kristal yang diperoleh. Zat murni mempunyai titik leleh yang lebih tinggi karena adanya kestabilan dalam struktur kristalnya (Bernard. 2003 : 2).
Asam benzoat yang benar-benar murni dapat disebabkan oleh adabnya faktor-faktor antara lain adalah proses penyaringan yang tidak sempurna sehingga masih ada pengotor yang ikut tersaring. Hak ini dikarenakan zat mudah menggumpal di dinding dan menyebabkan melebar pada saat penyaringan yang memungkin ada yang keluar dari kertas saring. Hal lain yang mungkin terjadi adalah proses peneringan yang kurang sempurna sehingga kristal masih mengandung air yang dapat menurunkan trayek titim lelehnya. Selain itu kesalahan yang tejadi adalah kekurangan tepatan praktikan dalam membaca trayek titik leleh karena kurang koordinasi antara praktikan yang mengamati asam benzoat dam praktikan yang membacca skala suhu pada termometer.
B. Sublimasi Sublimasi dari zat padat adalah analog dengan proses distilasi dimana padat brubah langsung menjadi gasnya tanpa melalui fase cair, kemudian terkondensasi menjadi padatan. Jadi sublimasi termasuk dari cara pemisahan dan sekaligus dalam pemisahan zat padat. Untuk bias menyublim, suatu zat padat harus mempunyai tekanan uap relatif tinggi pada suhu dibawah titik lelehnya. Diperlukan zat padat 1-2 gram. Sublimasi bias dilakukan lebih efektif lagi bila dilakukan pada tekanan vakum(Tim pengasuh KIMOR I. 2010 : 10).
Sublimasi merupak suatu pemisahan dan pemurnian zat padat yang mempunyai tekanan uap yang relatif tinggi pada suhu dibawah titik lelehnya. Pemurnian dengan metode sublimasi ini dapat dilakukan dengan adanya perbedaan kemampuan untuk menyublim pada shu tertentu antara zat murni dengan pengotornya. Pada sublimasi kamper, kita langsung memanaskan dalam filtel flask yang ditutupi dengan taung reaksi yang berisi es batu yang berfu gsi untuk mendidihkan uap kamper sehingga kamper yang menyublim dapat langsung berubah menjadi fasa padat dan dapat langsug dipisahkan dari pengotornya. Perlu diperhatikan bahwa air es jangan sampai menetes pada filter flask, jika menetes maka percobaan dianggap gagal ( Bernard. 2010 : 3).
Untuk percobaan penetuan titik leleh naftalen kiat tidak melakukannya, tetapi menurut literatur bahwa titik leleh dari naftalen adalah 80,2 oC. Apabila hasil titik leleh kristal naftalen dibawah literatur maka zat yang diperoleh belum benar-benar murni karena trayek titik leleh masih jauh dari data literatur. Adanya hasil sublimasi yang kurang murni mungkin disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah adanya pengarh lingkungan terutama tekanan dalam laboratorium yang bisa dikendalikan oleh praktikan. Sublimasi dapat terjadi jika terdapat zat padat dengan tekanan uap yang relatif tinggi pada suhu dibawah titik lelehnya, jika tekanan uap pada laboratorium berbeda
19
dengan tekanan uap kamper juga kan berubah yang menyebabkan tidak semua pengotor dipisahkan dari kamper pada pemanasan dihentikan sehingga mengurangi titik leleh kamper. Hal ain yang mungkin terjadi adalah ketidakcermatan dalam pembacaan trayek titk leleh ketika melakukan uji titik leleh dengan cara kapiler( Bernard. 2010 : 3).
Berdasarkan hasil pengamatan dari 1,2 gr naftalen yang didapat hasil kristal naftalen setelah sublimasi adalah 0,51 gr, ini disebabkan karena masih banyak kristal naftalen yang terdapat dalam filterl flask dan proses sublimasi yang dilakukan sangat lama disebabkan karena dalm proses sublimassi terjadi pelepasan selang penghubung alat sublimasi sehingga proses sublimasi semakin memakan waktu yang lama dan menyebabkan naftalen masih belum menyublim karena waktunya terlalu lama sehingga didapatlah kristal naftalen sublimasi sebanyak 0,51 gr.
J. KESIMPULAN- Kristalisasi adalah cara pemisahan campuran untuk memperoleh zat padat yang lain dalam
cairan.- Untuk menjernihkan dan menghilangkan warna arutan digunakanlah norit karena
mempunyai daya absorpsi yang sangat besar.- Metode rekristlisasi didasarkan pada perbedaaan kelarutan suatu zat dan kelarutan suatu zat
pada suhu tertentu.- Asam benzoat mudah larut dalam methanol dikarenakan asam benzoat dan methanol akan
menghasilkan ester yang membuat benzena mudah larut.- Untuk mendapat asam bnezoat dilakukan dalam keadaan jenuh.- Sublimasi adalah salah satu cara pemisahan dan pemurnian zat padat yang mempunyai
tekanan uapa yang relatif tinggi pada suhu dibawah titik leleh.- Pemurnian dengan metode sublimasi dilakukan dari adanya perbedaan kemampuan
menyublim pada suhu tertentu.
20
ANALISIS UNSUR
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan : a. Memahami analisis kualitatif unsur-unsur penyusun suatu senyawa
Organik.
b. Memahami reaksi-reaksi yang digunakan untuk uji kualitatif unsur-
unsur penyususn suatu senyawa.
2. Waktu : Kamis, 11 November 2010.
3. Tempat : Laboratorium Kimia Dasar Lantai III Fakultas MIPA
Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Hidrogen adalah unsur yang ditemukan Henry Cavendigh (1731-1810) dan merupakan
unsur yang memiliki atom paling kecil dan ringan. Unsur ini paling banyak yang terdapat di alam
ini. Ada beberapa cara dalam penentuan adanya unsur hidrogen yaitu dengan percobaan
penfield dan pemijaran dengan aio. Prins percobaan penfield yaitu senyawa yang mengandung C
apabila dipanaskan dengan PbCrO4 yang pada pemanasan lenih lanjut akan jadi PbO + CO2. CO2
yang keluar dapat ditunjukan dengan adanya Ba(CO3)2 yang berwarna putih( Keenan, 2005 : 53).
Hidrogen mempunyai densitas atau rapatan paling rendah, berseyawa dengan hampir
setiapunsur yang reaktif membentuk senyawa hibrida unsur karbon mempunyai sanagat banyak
21
senyawa organik, dan dewasa ini berkembang pula senyawa arganometalik dengan atom
karbon terikat secara koordinasi pada ion logam. Disamping itu di kenal juga secara tradisi
dalam senyawa organik golongan halogen ( golongan 7A) yaitu F, Cl, Br, I, dan At adalah
kelompok unsur-unsur yang sangat kontras terhadap golongan alkali ( golongan IA) ( Sugiarto.
2001: 193).
Karbon adalah salah satu unsur golongan IVA yang merupakan unsur nonlogam, dan
merupaka unsur penyusun senyawa-senyawa organik. Karbon di alam terdapat dalam bentuk
intan, grafit, minyak bumi, gas CO2 dan sebagian besar zat terutama yang berasal dari hewan,
tumbuhan, dan manusia (misalnya karbohidrat, protein, lemak,dll). Sebuah atom karbon dapat
berikatan dengan sesama unsur karbon yang membentuk ikatan rantai karbon. Senyawa-
senyawa yang terdiri dari atom karbon dikenal dengan sebutan senyawa organik( Sunardi, 2006 :
257).
Percobaan beilstein merupakan percobaan pendahuluan terhadap halogen. Percobaan
ini berdasarkan sifat beberapa senyawa yang dengan pemijaran dengan oksida tembaga
membentuk senyawa tembaga yang menguap dan berwarna. Di bumi karbon yang terdapat baik
dalam unsur bebas maupun senyawa.. batubara dan intan adalah contoh karbon sebagai unsur
bebas. Batubara bila dipanaskan tanpa udara akan menjadi karbon murni kokra (orang
batu),karena unsur yang lain menguap. Kayu akar menghasilkan arang jika dibakar, yaitu orafit
yang berstruktur terbuka sehingga permikaannya sangat luas( Sugiarto, 2001 : 205).
Kajian penetuan unsur dalam sampel sendimen taksi chini menggunakan tehnik
pendaflour sinar X telah dapat mengenal 12 unsur. Unsur-unsur tersebut adalah As, Ba, Co, Cr,
Ni, Pb, Rb, Sr, V, Zn, dan Zr. Semua unsur unsur ini kerapatan yang berbeda do setiap lokasi
kajian yaitu As (11-50 ppm), Ba (553-944 ppm), Co (8-46 ppm), Cu ( 11-68 ppm), Ni (67-193), Pb
(37-156 ppm), Rb (105-149 ppm), Sr (18-127 ppm), V (92-156 ppm), Zn ( 147-1679 ppm), dan Zr (
190-290 ppm) (Arman, dkk, 2008 : 171).
Telah dilakukan analisis unsur pengotor Fe, Cr, dan Ni dalam larutan uranil nitrat hasil
proses olah ulang gagalan elemen bakar nuklir reaktor riset. Analisis dilakukan terhadap uranil
nitrat hasil stripping atau reekstrasi dan uranil nittrat hasil proses evaporasi atau pemakatan.
Unsur-unsur pengotor yang terdapat dalam larutan UN dengan metode SSA memenuhi
spesifikasi SSA yang disyaratkan, untuk unsur Fe, Cr, dan Ni maksimum 100 ppm (Haryati,Boybul,
2009: 565-570).
22
C. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
- Pipet volum 10 ml
- Penjepit kayu
- Bunsen
- Pipa U
- Cawan porselin
- Tabung reaksi + rak
- Gelas kimia 200 ml
- Pipet tetes
- Penjepit kayu
- Korek gas
2. BAHAN
- Larutan kapur
- Padatan naftalen
- Urea
- Sulfur
- Padatan CuO
- HNO3
- Kertas Pb asetat
- Logam Cu
- Pereaksi nessler
- DCM
- H2SO4 pekat
- NaOH
- Air
D. SKEMA KERJA
1. Identifikasi karbon:
a. Reaksi pengarangan
Zat organik (naftalen)
-masukan dalam cawan
23
-Δ api kecil
-Δ api besar
-diamati warna nyala
Terdapat jelaga
Δ tinggi
+ HNO3 (bila perlu)
Amati jelaga
Hasil
b. Percobaan Penfield
Sedikit urea dalam tabung reaksi
. di+ 50 mg CuO
. masukan kedalam tabung
reaksi yang dilengkapi
dengan pipa U
. Δ
Terbentuk gas
. alirkan ke tabung reaksi yang bersih
. air kapur
Hasil
NB: Adanya C warna larutan menjadi keruh.
2. Identifikasi hidrogen
a. Percobaan Penfield
0,5 gr sampel ( urea )
. di+ 50 mg CuO
. dimasukan dalam tabung reaksi yang
Dilengkapi dengan pipa U
. Δ
24
Terbentuk gas
. dialirkan ke tabung yang berisi air kapur
Hasil
NB : Adanya unsur H menimbulkan titik air
Pada tabung reaksi.
b. Pirolosis dengan Sulfur
Sedikit urea dalam tabung reaksi
. di+ 50mg sulfur
. ditutup tabung reaksi dengan kertas Pb-Asetat
. Δ
Hasil
NB : Adanya H menimbulkan warna hitam pada
Kertas Pb-Asetat.
3. Identifikasi Unsur Nitrogen
a. Pecobaan Kjedhal
10 mg sampel ( urea )
. di+ 10 tetes H2SO4 pekat
. Δ
Larutan Jernih
. di+ air 10 ml
. dibasakn dengan NaOH
. Di+ beberapa tetes pereaksi Nessler
Hasil
NB : Adanya unsur N ditandai dengan endapan coklat
Setelah di+ pereaksi Nessler.
4. Identifikasi Unsur Halogen
25
a. Percobaan Beilstein
Kawat Cu
. Δ ujungnya tidak ada nyala hijau
. Δ di+ dikloro metana (DCM)
Hasil
( warna nyala)
E. HASIL PENGAMATAN
1. Identifikasi Unsur Karbon
Jenis Reaksi Hasil Pengamatan
Pengarangan
. tidak terdapat api hanya menguap pada pemanasan api yang kecil
. pada pemanasan api yang besar terdapat nyala api (orange)
. jelaga terlihat hitam
. pada saat pemanasan yang tinggi jelaga dalam cawan masih
Berwarna hitam
. pada saat penambaha HNO3 encer jelaga hilang
Penfield
. larutan bercampur dan berwarna hitam
. urea + CuO mencair
. muncul gelembung-gelembuung air dan larutan jadi keruh menandakan
Adanya unsur karbon
2. Identifikasi Hidrogen
Jenis Reaksi Hasil Pengamatan
Penfield
. 0,5 gram sampel (urea) + 0,5 gram CuO di Δ larutan berwarna hitam
. setelah dialirkan ketabng yang berisi air kapur muncul gelembung-
Gelembung dan larutan menjadi agak keruh
Pirolisis
dengan
Sulfur
. Urae mencair dan sulfur mengendap jadi endapan orange
. di dalam kertas saring terdapat jelaga (warna hitam) setelah pembakaran.
3. Identifikasi Unsur Nitrogen
26
Jenis Reaksi Hasil Pengamatan
Kjeidahl
. Urea + 10 tetes H2SO4 pekat setelah dipanaskan tidak teralu jernih
. setela di+ H2O larutannnya menjadi jernih
. setelah di+ dengan NaOH terdapat sedikit gelembung kecil
. di+ pereaksi Nessler, larutannnya berubah warna menjadi orange
Dan terdapat 2 fase, dimana endapannya berwarna merh kecoklatan
dan terdapat pada dasar tabung serta di atas tabung
4. Identifikasi Unsur Halogen
Jenis Reaksi Hasil Pengamatan
Beilstein. pada saat diΔ ujung tabung reaksi tidak terjadi nyala hijau
. setelah diΔ di+ DCM beberapa tetes terdapat nyala hijau
F.ANALISIS DATA
A. ANALISIS DATA
1. Identifikasi Unsur Karbon
Reaksi Pengarangan
Percobaan Penfield
2. Identifikasi Unsur Hidrogen
Percobaan Penfield
Pirolisis Dengan Sulfur
27
Percobaan Lasaigne
(salah satu titran)
3. Identifikasi Unsur Nitrogen
Percobaan Kjeldahl
4. Identifikasi Unsur Sulfur
5. Identifikasi Unsur Fosfor
6. Identifikasi Unsur Halogen
28
F. PEMBAHASAN
Terdapat banyak unsur non logam yang banyak di alam seperti C,N, S,P dan halogen.
Unsur-unsur tersebut melimpah di alam baik dalam bentuk unsur-unsur atau dalam bentuk
senyawa. Untuk mengetahui adanya unsur-unsur non-logam tersebut digunakan berbagai
pereaksi untuk mengujinya atau mengidentifikasi unsur tersebut, seperti unsur karbon diuji
dengan reaksi pengarangan, penfield, unsur hidrogen diuji dengan pereaksi penfield dan sulfur
(pirolisis unsur), unsur nitrogen diuji dengan reaksi kjeidahl dan unsur halogen diuji dengan reaksi
beilstein.
Untuk mengidentifikasi unsur karbon, digunakan cara pengarangan dan penfield. Dalam
pengidentifikasian unsur karbon yang menggunkan bahan naftalen, karen naftalen merupakan
senyawa aroatik yang sederhana yang umunya ditemukan dan berupa cincin bisiklik, yang memiliki
rumus molekul C10H8. Naftalen dipanaskan dalam cawan porselin, api yang digunakan mula-mula
kecil supaya perubahan dari pembakaran dapat terlihat dengan jelas, setelah api diperbesar warna
naftalen (warna nyalanya) berwarna orange dan terdapat jelaga warna hitam. Untuk
mempercepat penghilangan jelaga maka naftalen ditambahkan dengan HNO3 beberpa tetes,
naftalen yang mengalami pengarangan berwarna putih. Sedangkan pada percobaan penfield
dilakukan pada zat yang mudah menguap. Ketika sampel ditambahkan pereaksi dan kemudian
dipanaskan maka akan terbentuk gas yaitu gas CO2, gas CO2 kemudian dialirkan dengan pipa U ke
tabung reaksi yag berisi air kapur, gas CO2 akan menyebabkan air kapur mengeruh yang
menandakan adanya unsur C, karena gas CO2 dihasilkan karena adanya unsur C pada sampel.
29
Unsur hidrogen diiddentifikasi dengan cara percobaan penfield dan percobaan pirolisis
dengan unsur. Percobaan penfield, pada dasar prinsip kerjanya sama dengan percobaan
mengidentifikasikan unsur C, tetapi untuk menentukan unsur hidrogen, kita hanya menentukan
adanya embun (titik-titik air) pada dinding tabung reaksi. Sedangkan pada percobaan pirolisis
unsur, adanya hidrogen pada larutan sampel,ditemukannnya noda hitampada kertas saring yang
dibasahi oleh Pb asetat setelah pemanasan. Urea yang ditambahkan dengan sulfur akan
menghasilkan gas H2S yang nantinya akan bereaksi dengan Pb asetat yang menghasilkan PbS
yang berwarna hitam.
Untuk mengidentifikasi unsu nitrogen digunakan percobaan Kjeidahl, dimana prinsip
adsarnya adalah senyawa nitrogen dengan H2SO4 diubah menjadi (NH4)2SO4 yang bereaksi dengan
basa membebaskan NH3 yang dapat diidentifikasi atau dapat ditunjukan dengan pereaksi Nessler.
Pada pemanasan larutan urea dan H2So4 yang awalnya berwarna, setelah bercampur menjadi
bening dan setelah ditambahkan ddengan NaOH akan terbentuk endapan yang berwarna coklat,
dikarenakan reaksi antara asam kuat dengan basa kuat akan membentuk endapan atau akan
terjadi reaksi penetralan. Pada penambahan pereaksi Nessler menyebabkan larutan berubah
warna menjadi orange dan terdapat 2 fase dimana endapannnya berada di bagian bawah dan air
berada di bagian atasnya endapan berwarna merah kecoklatan. Dari endapan merah kecoklatan
inilah yang menandakan atau yang menunjukkan adanya unsur nitrogen dalam sampel.
Sedangkan untuk mengidentifikasikan unsur yang terakhir yaitu unsur halogen
digunakan percobaan Beilstein. Sebenarnya percobaan mengidentifikasikan unsur halogen ada 3
percobaan yaitu percobaan pendahuluan terhadap halogen dimana percobaan ini berdasarkan
sifat beberpa senyawa yang dengan pemijaran dengan oksida tembaga membentuk senyawa
tembaga yang meguap dan berwarna hijau, percobaan faraday dimana percobaan
mengidentifikasikan dua unsur yaitu unsur N dan halogen dengan prinsip memijar zat dengan CaO
dimanan senyawa yang mengandung N dan halogen, serta percobaan yang terakhir memijarkan
logam Na maka senyawa organik yang mengandung C,H,O,N,S,P, dan halogen berubah mennjadi:
- N : NaCN,CN
- S : Na2S, S
- P : Na3P, PH3
- Halogen : Na halogenida.
Pada percobaan yang kita lakukan adalah percobaan beilstein, dimana ujung kawat Cu yang
dibakar akan terdapat warna nyala hijau, ujung kawat Cu yang ditetesi dengan larutan HNO3 pekat
30
dan setelah dipanaskan akan terdapat warna nyala hijau kebiruan pada ujung kawat Cu. Prinsip
percobaan ini adalah berdasarkan sifat beberapa senyawa yang dengan pemijaran dengan oksida
tembaga membentuk senyawa tembaga yang menguap dan berwarna hijau.
G. KESIMPULAN
- Usur karbon dapat diidentifikasikan dengan percobaan penfield dan reaksi pengarangan.
- Prinsip penfield adalah senyawa yang mengandung unsur C apabila dipanaskan akan
menghasilkan CO2.
- Unsur hidrogen diidentifikasikan dengan cara penfiled dan pirolisis dengan sulfur dimana
adanya unsur hidrogen ditunjukan dengan adanya noda hitam pada kertas saring Pb
asetat.
- Untuk mengidentifikasi unsur nitrogen digunakan percobaan kjeidahl dimana adanya
unsur nitrogen ditandai adanya endapan coklat.
- Untuk mengidentifikasikan unsur halogen digunkan percobaan beilstein yang memilki
prinsip senyawa yang terdapat unsur halogen jika dipijarkan dengan oksida tembaga akan
menghasilkan warna nyala hijau kebiruan.
- Pada percobaan penfield adany insu H ditunjukan dari adanya titik-titik air pada dinding
tabung reaksi.
- Adanya unsur karbon pada percobaan penfield ditunjukan dengan berubahnya warn
larutan menjadi keruh.
- Untuk mengidentifikasikan unsur halogen bisa menggunakan percobaan yaitu beilstein,
faraday, dan lassigne. Tetapi oada percobaan ini kita menggunakan percobaan beilstein
karena khusus mengidentifikasikan unsur halogen.
31
IDENTIFIKASI GOLONGAN AROMATIS DAN FENOL
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan : - Mengenal reaksi-reaksi senyawa-senyawa aromatis.
- Mengidentifikasi senyawa golongan aromatis.
- Mengidentifikasi adanya fenol.
- Mengenal reaksi-reaksi yang membedakan fenol monovalen
dan polivalen.
2. Waktu : Kamis, 18 November 2010.
3. Tempat : Laboratorium Kima dasar Lantai III Fakultas MIPA
Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Benzena adalah senyawa hidrokarbondengan rumus molekul C6H6 yang ditemukan pertama
kali oleh Michael Faraday pada tahun 1825. Jika dibandingkan ddengan senyawa hidrokarbon yang
megandung 6 atom C dapat disimpulkan bahwa daya ketidakjenuhannya tinggi. Kenyataan
menunjukkan bahwa sifat-sifat kimia benzena sangat berbeda dengan hidrokarbon tidak jenuh.
Diamati bahwa benzena dan senyawa-senyawa turunannya diklasifikasikan sebagai memiliki aroma
(atau bau yang sedap). Atas dasar aroma itulah bbenzena dan segenap turunanya diklasifikasikan
sebagai senyawa aromatis. Meskipun istilah aromatik dewasa ini masih dipertahankan , namun
pengertiannnya tidak terikat dengan aroma. Kini istilah aromatik diterapkan pada sejumlah besar
32
senyawa yang mempunyai dua ciri utama yaitu dengan ketidak jenuhannya tinggi dan tidak mudah
bereaksi dengan pereaksi-peraksi yang dapat menyerang ikatan PI (Parlan.2005 : 225).
Reaksi yang umum terjadi pada benzena dan turunannya adalah reaksi substitusi
elektrofilik. Hal ini karena cincin benzena memiliki awalan ∏(pi) yang merupakan sumber elektron
bagi pereaksi elektrofil. Reaksi substitusi elektorfilik pada benzena berlasung pada tiga tahap, yaitu
pembentukan elektrofil, serangan elektrofil pada inti benzena membnetuk zat antara kation
benzenamonium dan pelepasan proton menghasil produk ( parlan. 2005 : 227).
Produk
Apabila benzena direaksikan dengan suatu haloalkana (RX) dengan katalisator suatu
asam lewis (dalam reaksi AlX3) benzena diubah menjadi alkilbenzena. Reaksi ini disebut reaksi
Friedel-Craft. Istilah alkilan berarti substitusi oleh suatu gugus alkil(Fesseden. 2010 : 472).
Fenol merupakan sekelompok senyawa dengan rumus umum ΔrOH, yang mana Δr
adalah suatu fenil, suatu fenil tersubstitusi, atau gugus-gugus alkil lainnya misalnya naftil. Fenol
bebrbeda dari alkohol karena fenol mempunyai –OH yang terikat langsung pada cincin aromatis.
Reaksi fenol dengan clroform (CHCl3) dan hidroksida berair akan memasukan gugus umunya di
posisi ortho terhadap gugus –OH tetapi selanjutnya dihidrolisisi oleh medium alkali salisilaldehida
dapat dihasilkan dari fenol denga reaksi ini. Dan lagi, salsiladehid dapat dioksidasi menjadi asam
salisilat, yang dapat di asilasi menjadi aspirin ( Ssatyajit. 2009 : 357).
33
Lignin yang berasal dari linchi hitam cair ( yang dikenal dengan lignin Craft) memilki
reaktivitas baik bila direaksikan dengan formaldehide sehingga terbentuk perekat lignin
formaldehide dan untuk menigkatkan ketangguhan rekatnya, maka lignin dikopolimerisasi dengan
resonansi sehingga terbentuk resin lignin resorsinol formaldehid (LRF). Resin ini dapat
diaplikasikan untuk membuat berbagai produk perekatan seperti papan sambung atau papan
lamina.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi resorsinol yang terkandung dalam komposisi
perekat LRF dan semakin lama waktu kampanya, mortalitas tersebut semakin tinggi pula,
sementara % kehilangan berat dari produk yang rekatnya makin rendah (Adi santoso dan jasni.
2003 : 1).
Fenol resorsinol formaldehid digunakan sebagai perekat rasuk glulam. Kekuatan struktur
rasuk glulam ditemui setara dengan kekuatan struktur rasuk padu. Fenol resorsinol formaldehid
ditemui boleh menghasilkan ikatan dan kekuatan yang baik ke atas kayu tempatan. Sungguhpun
perekat ini telah digunakan untuk perekat spesis kayu lembut, kesesuaiannya terhadap kayu
tempatan masih belum dikaji (A.Bakar, Suhaimi.dkk. 2004 : 38).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
- Tabung reaksi + rak tabung reaksi
- Pipet volum 25 ml
` - Penjepit 2 buah
- Spatula
- Bunsen
- Rubber bulb
- Pipet volum 10 ml
- Pipet tetes
2. Bahan
- Kloroform
- Benzena
- Anilin
34
- H2SO4 pekat berasap
- Resorsinol
- Fenol
- Serbuk AlCl3 anhidrat
- Asam benzoat
- Pereaksi fehling A dan B
- Korek api
D. SKEMA KERJA
1. Reaksi dengan H2SO4 pekat
Tabung 1 : benzena 0,5 ml
Tabung 2 : Anilin 0,5 ml
Tabung 3 : Asam benzoat 0,1 ml
- di+ 2 ml H2SO4 berasap
- dikocok
Hasil 1 Hasil 2 Hasil 3
2. Reaksi dengan CHCl3 – AlCl3
Tabung 4 : benzena 0,1 ml
Tabung 5 : anilin 0,1 ml
Tabung 6 : asam benzoat 0,1 ml
- di+ 2 ml CHCl3
- dikocok
Hasil
- dibasahi dengan campuran
35
- di+ AlCl3 anhidrat
Hasil 4 Hasil 5 Hasil 6
3. Reaksi dengan pereaksi fehling
Tabung 7 : fenol 0,2 ml
Tabung 8 : Resorsinol 0,1 ml
- di+ 1 ml fehling A
- di+ 1 ml fehling B
- Δ
Hasil 7 Hasil 8
E. HASIL PENGAMATAN
1. Uji gugus aromatis
Reaksi Zat H2SO4 berasap Kloroform AlCl3
Benzena
. warna awal : bening
. kondisi akhir : terbentuk
2 fase (bawah benung, atas keruh
. terbentuk cincin yang memisahkan larutan
. warna awal larutan : bening
. larutan keruh agak kekuning-kuningan
. benzena dan cloroform bercampur
. serbuk menempel didinding dalam bentuk keci
36
Anilin
. timbul asap, panas, warna hitam pekat
. larutan bercampur
. warna awqala : merah coklat
. + kloroform : tidak ada
Perubahan
. larutan meresap
Dalam AlCl3
. pada dinding AlCl3 melarut dalam larutan
. warna dindingnya putih kering
. Terdapat 2 fase yaitu padat dan cair. Fase cair berwujud bening. Fase padat berwarna putih
. asam bnezoat yang beraksi dengan H2SO4 hanya se bagian dan bereaksi lama, serta volumenya lama-lama berkurang.
. waran larutan berwarna merah keruh
. awalnya berupa padatan pputih
2. Uji gugus fenol
Reaksi zat + pereaksi fehling
Fenol . warna fenol : coklat tua, warna fehling : biru tua
. saat dilarutkan larutan tidak bisa bercampur (fehling di bawah, fenol diatas)
. setelah diΔ warna larutan tidak berubah, dimana pemanasan larutan mengeluarkan asap berwarna putih dan saat pemanasan dihentikan pada larutan terjadi letupan
37
Resorsinol
(warna coklat)
. larutan bercampur menjadi wara hijau tetapi terdapat endapan seperti gel pada dinding tabung reaksi
. pada saat pemanasan terjadi perubahan warna dari warna hijau menjadi hijau lumut dan mengeluarkan gas
F. ANALISIS DATA
1. Reaksi Senyawa Aromatic dengan H2SO4 Pekat Berasap
Reaksi pada benzene
2H2SO4 H3O+ + H2SO4ˉ + SO3
(lambat)
(cepat)
38
H
HH H
HH
+ SO3
H
H
H
H
H
H
SO3
H
HH
H
HH
+SO3
-
+ H2SO4-
SO3-
+ H2SO4
SO3-
+ H3O+
SO3H
+ H2O
Reaksi pada anilin
NHH
+ H O S
O
O
OH
NH-
+ H O+
S OH
O
O
H
-H2O
O
S+
O
OH+
NH-
N-
H
SO
O
OH
+
N --- H
S OHO
O
O HH
NH2
S
OH
O O
Reaksi pada asam benzoat
39
O
O
H
+ H O S OH
O
O OH
O
S OO
OH
H
+ O-
H + H+
+ O-
H + H+
O
O
H
S OO
OH
+ H O H
C6H5COOH (s) + H 2SO4 (aq) C6H4COOHSO 3H (s) + H 2O (l)
H
O
OH
S OO
OH
H
2. Reaksi dengan CHCl3 – AlCl3
Reaksi pada benzena
40
+ H
H
Cl
Cl
+ Al Cl
Cl
Cl
+ C+
ClH
H
+ Al-
Cl4
H
H
H
H+
H
H
H
Cl Cl
H
H
H
+
+
-H+
Cl
H
H
+Al-
ClCl
Cl
Cl
H+
ClH+AlCl3+Cl
HH
Reaksi pada anilin
41
N H
H
+ Cl
Cl
H
H
. . . . Al
Cl
Cl
Cl
N+
H
H
AlCl3
+ H
H
Cl
Cl
N+
H
H
AlCl3
HCl
H
+
H-
Cl
N+
H
H
AlCl3
ClH
H
+ ClH
C6H5NH2 (aq) + CH 2Cl2 (aq)AlCl3 C6H5NH2CHCl (aq) + HCl (aq)
Reaksi pada asam benzoat
42
2Cu2+
+ 2OH- Cu2O + H 2O
O
OH
+
Cl
Cl
H
H . . . . A l
Cl
Cl
Cl
O
OH
+ H
H
Cl
+ AlCl4-
OH
O
Cl
H
H H
+ AlCl4-
O
OH
Cl
HH
H
+ AlCl + AlCl3
C 6 H 5 C O O H + C H 2 C l2 - A lC l 3 C 6 H 4 C O O H C C lH + H C l - A lC l 3
3. Reaksi dengan Fehling
merah
G. PEMBAHASAN
Praktikum identifikasi golongan aromatis dan fenol ini, dilakukan beberapa perlakuan
untuk menguji gugus aromatis dan fenol. Gugus aromatis atau senyawa aromatis merupakan
senyawa yang cukup stabil yang diakibatkan oleh dealokalisasi elektron –PI. Akibat dari
dealokalisasi elektron –PI, maka energi resonansi mengakibatkan sifat-sifat yang struktural yang ,
aromatis. Senyawa aromatis yang sederhana adalah benzena. Benzena bersifat polara dan tidak
43
dapat larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik sperti dietil etr atau karbon tetraklorida.
Reaksi yang dapat terjadi dalam benzena adalah reaksi substitusi elektrofilik. Suatu elektrofil (E’)
benzena elektron. Pada praktikum kali ini digunkan benzena, anilin, dan asam benzoat sebagai zat
yang akan kita uji. Senyawa-senyawa ini aka direaksikan dengan H2SO4 pekat, reaksi ini bisa
disebut ddengan reaksi sulfonasi yang termasuk dalam reaksi substitusi. Reaksi sulfonasi adalah
reaksi yang mudah kembali menjadi sebelumnya atinya hasil akhir dari reaksi sulfonasi ini dapat
kembali berupa senyawa maupun penyusunnya.
Pengunaan H2SO4 pekat berasap disini yaitu pada peraksi sulfonasi, bertujuan untuk
mempercepat jalannya reaksi, akan tetapi tentunya dengan reaksi yang lambat.
Pada percobaan pertama yaitu benzena direaksikan dengan H2SO4 pekat berasap, reaksi
ini merupakan reaksi sulfonasi diman reaksi ini akan menghasilkan asam benzalsulfonat. Didalam
percobaan terbentuk 2 fase, diman benzena berada di bawah sedangkan H2SO4 pekat berda di
atas, ini sesuai dengan sifat benzena yang tidak arut dalam air, akan tetap benzena larut dalam
pelarut organik. Penggunaan H2SO4 disini bukan sebagai pelarut organik, melainkan sebagai
katalis, artnya H2SO4 hanya berperan untuk membantu mempercepat jalannya reaksi. Sulfonasi
pada benzena terjadi jika bnezena yang dihasilkan dengan H2SO4 yang mengandung SO3 yang
larut.
Reaksi sulfonasi pada hidrokarbon aromatis berlansug secara cepat.
Percobaan uji senyawa aromatis selanjutnya adalah reaksi antar anilin dengan H2SO4
berasap, warna anilin sebelum ditambahakan H2SO4 pekat berasap yaitu merah bata. Pada dinding
tabung reaksi terasa panas ini menandakan larutan tersebut mengalami reaksi isoterm, yaitu reaksi
dari sistem ke lingkungan atau reaksi yang menegeluarkan panas. Pada substituen pertamanya
karena anilin merupakan senyawa turunan benzena dapat mengalami reaksi sulfonasi yaitu
sulfomida yang dapat menghasilkan asam benzalsulfommida. Begitu juga halnya yang terjadi
pada asam bezoat. Reaksi ini menghasilkan asam benzalsulfonat dan air., dimana dalam
percobaan ditunjukan dengan berubahnya warna larutan menjadi bening yang awalnya terdapat
endapan warna putih yang merupakan asam benzaot dan larut setelah penambahan H2SO4. Anilin
dan asam benzaot sukar larut dalam air, anilin bersifat basa lemah dan merupakan zat yang tidak
berwarna dan juga dapat bereaksi dengan H2SO4 membentuk anilin moosulfat yang merupakan
asam nitrat yang berwarna, sedangkan asam benzoat merupakan asam lemah yang merupakan
asam aromatik. Pada dasar tabung terbentuk endapan putih dan endapan coklat pada bagian atas.
Endapan tersebut berasal adri anilin yang memadat.
44
Pada uhi senyawa aromatis adalah reaksi antara asam benzoat dengan H2SO4 pekat
berasap, dari campuran ini didapat bahwa asam benzoat larut dalam asam sulfat (H2SO4) pekat
berasap walaupun sebelum larut terdapat bulir-bulir yang lama kelamaan semakin menghilang
dan hasil percobaan ini merupakan reaksi sulfonasi yaitu hasilnya berupa asam benzena sulfonat.
Pada percobaan selanjutnya adalah percampuran antara atau mereaksikan senyawa aroatis
yaitu anilin, asam benzoat, dan benzena dengan kloroform (CHCl3) dan serbuk anhidrat.
Pada percobaan pertam yaitu benzena dengan kloroform sebagai mana yang kita ketahui
warna awal dari benzena yaitu bening dan setelah ditambahkan denga kloroform warnanyapun
tidak berubah yaitu tetap bening, namun setelah ditambahkan dengan serbuk anhidrat warna
arutan menjadi agak keruh dan pada dinding tabung reaksi terdapat kristal-kristal berwarna putih,
yang menandakan terbentuknya senyawa baru. Pada percobaan selanjutnya tetapi masih dalam
percobaan senyawa aromatis dengan kloroform, yaitu mereaksikan anilin dengan kloform,
sebelum anilin dicampurkan dengan kloroform warna larutan anilin adalah coklat dan setelah
dicampurkan dicampurkan dengan kloroform semakin coklat, larutan ditambah lagi dengan
serbuk AlCl3 anhidrat, warna larutan menjadi semakin pekat selain itu terbentuk kristal berwarna
coklat kemerahan. Dalam percobaan ini anilin terjadi suatu proses yaitu suatu gugus amino akan
bereaksi dengan asam lewis yang kemudian akan membentuk senyawa kompleks, oleh sebab itu
lah larutan semakin pekat. Tabung reaksi selanjutnya yaitu asam benzoat dengan kloroform
(CHCl3) dan juga penambahan anhidrat. Campuran dari asam benzoat dengan kloroform (CHCl3)
menghasilkan warna larutan bening/jenuh. Namun, setelah ditambahkan denga anhidrat(AlCl3),
warna larutan menjadi keruh dan pada dinding tabung reaksi terbetuk kristal-kristal berwarna
putih, alasan sari berubahnya warna laruatn di atas hamir sama denga reaksi pada benzena +
CHCl3 + AlCl3 yaitu adanya reaksi kimia dan terbentuknya senyawa baru. Reaksi yang
menggunakan pereaksi kloroform (CHCl3I dan serbuk anhidrat (AlCl3) merupakan reaksi alkilasi.
Alkilasi benzena merupakan substitusi sebuah gugus alkil untuk sebuah asam hidrogen pada
cincin benzena. Alkilasi dengan alkil halida dan runtutan AlCl3 sebagai katalis sering disebut
dengan alkilasi Friedel-Craft (Fasseden. 2010 : 543).
Pada percobaan terkahir adalah uji gugus fenol, fenol merupakan turunan benzena dengan
gugus –OH yang diikat pada cincinnya. Fenol (C6H5-OH) murni merupakan kristal yang tidak
berwarna, berbau (karbal), antiventik, sedikit larut dalam air dan merupakan asam lenah. Fenol
mudah teroksidasi membentuk senyawa berwarna. Bila dalam molekul fenol tidak terdapat gugus
penyebab timbulnya warna malka senyawanya jika tidaj berwarna. Fenol dapat mengalami reaksi
45
substitusi elektrofilik. Dalam fenol substitussi terjadi pada posisi orto dan para seperti reaksi
fenol yamng merupakan asam lemah bereaksi dengan basa kuat seperti H2SO4 membentuk garam
yang larut dalam air.
Natrium fenoksida
Cincin benzena fenol bereaksi seolah-olah merupakan gugus penarik elektron cincin
benzena fenol menarik elektron dan gugus –OH dan membentuk oksigen yang bermuatan positif.
Keasaman fenol terutama disebabkan oleh distribusi muatan positif pada fenol yang menyebab
oksigen –OH menjadi lebih positif sebagai hasilnya proton terthan kurang kuat dan fenol dapat
dengan mudah memberikan protonnya untuk membentuk ion fenoksida (Satyojit. 2009 : 192).
Fenol ditambahakan denga larutan fehling, yaitu ion-ion tembaga kompleks dalam lautan
basa, adanya basa pada fenol ini dapat kita ketahui pada perubahan warna. Ketika direaksikan
dengan fehling A, terjadi 2 fase, fase atas berwarna merah dan fase bawah berwarna biru,
sedangkan dicampurkan dengan fehling B, fenol yang tadiya berwarna hijau muda berubah
menjadi biru dan terbentuk gel/endapan. Kemudian campuran ini dipaaskan dengan tujuan
mempercepat reaksi agar suhunya meningkat. Pada saat pemanasan, terjadi letupan-letupan kecil
dan fasenya yang tadin terpisah sekarang menjadi bercapmpur. Perlakuan yang sama dilakukan
pada resorsinol, ketika dicampurkan dengan fehling B, terdapat endapan. Pada saat pemansan
warna berubah menjadi hijau lumut dan endapan yang terdapat di dasar tabung mulai melebur
selain itu terlihat asap yang keluar dari tabung. Seharusnya pada saat resorsinol dipanaskan
endapannya, namun pada percobaan ini berbanding terbalik dengan teotinya.
Pada percobaan reaksi FeCl3- piridin dan reaksi almen walupun percobaan ini tidak
dilakukan dalam praktikum tetapi akan dibahas secara garis besar. Saat resorsinol ditambahkan
dengan FeCl3 warna larutan menjadi ungu tua, sedangkan pada fenol warna larutannya ungu
muda. Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa semakin anyak gugus hidroksi yang terikat pada
benzena maka semakin pekat warna larutan saat setelah penambahan feCl3. Percobaan yang
terakhir adalah percobaan almen , fenol dan resorsinol ditambahakan dengan pereaksi millon
merupak reaksi pada identifikasi fenol. Pereaksi millon merupakan campuran dari raksa (I) nitrat
dan untuk mengidentifikasikan protein. Perekasi ini positif untuk protein yang mengandung asam
amino dengan gugus samping senyawa fenol. Hal ini dapat terjadi karena terjadinya reaksi antara
46
senyawa raksa (II) dengan gugus hidroksi fenil membentuk senyawa berwarna sehingga pereaksi
ini digunakan untuk mengidentifikasikan andanya fenil polivalen (bresnick. 2004 : 152).
H. KESIMPULAN
- Benzena merupak senyawa golongan aromatik yang paling sederhana.
- Benzena dan turunannya sukar larut dalam air da dapat larut pada pelarut organik.
- Benzena dan turunannya dapat mengalami reaksi substitusi elektrofil yang dapat mengikat
elektron n pada cincin benzena.
- Benzena dan turunannya mengalami reaksi sulfonasi yaitu bereaksi dengan H2SO4
membentuk asam sulfonatnya dan air. Benzena juga bereaksi dengan CHCl3 yang
merupakan reaksi Friedehl-Craft yang menghasilkan produknya berupa alkilbenzena
dengan hasil sampng HCl.
- Fenol dan resorsinaol dapat di uji keberadaannya dengan fehling yang membentuk ion
fenoksida yang berwarna merah bata.
- Fenol mengikat gugus –OH sedangkan resorsinol mengikat 2 gugus –OH padaq cincin
benzena.
- Adanya basa fenol diketahui dengan perubahan warna larutan.
47
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Santoso. Jasni . 2003 . Daya Tahan Garis Rekat LRF Pada Kayu Lamina Manii Terhadapa Serangan Rayap Kayu Kering. Jakarta : LIPI.
Baharuddin. Dkk. 2003. Penentuan Rasio Ca/Mg Optimum Pada Proses Pemurnian Garam Dapur. Pekanbaru : Universitas Riau.
Bernerd. 2003. Metode Pemisahan dan PemurnianZat Cair. Tangerang : PT. Rineka Cipta.Bresnick, Stephen D. 2004. Intisari Kimia Organik.Jakarta : Hipokrates.Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar dan konsep Inti Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga.Day, Underwood. 2002. Analisis Kima Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.Farker, Satyajit D. 2007. Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi Bahan Kimia Organik, Alam, Dan
Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.Fasseden, Fasseden J. 2010. Kimia Organik I. Tangerang : Bina Rupa Aksara.Hart. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.Haryati, Boybul. 2009. Analisis Unsur Pengotor Fe, Cr, dan Ni Dalam Larutan Uranil Nitrat
Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom. Yogyakrta : Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN.
Keenan, Charles. Dkk. 2005. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.Majid, Amran Ab. dkk.2008. Analisis nsur dan Keradioaktifan dalam Sampel Sendimen Tasik Chini.
Malaysia : Universitas Kebangsaan Malaysia. Parlan, wahyudi. 2005. Kimia Organik I. Malang : UM Press.Siti, Nurhasanah. Dkk. 2004. Pemisahan Eugenol Dari Minyak Cengkeh Dengan Cara Distilasi
Fraksinasi. Bandung : Universitas Padjajaran.Sugiarto, Kristian handoyo. 2001. Dasar-dasar Kimia Anorganik Nonlogam. Yogyakarta : UNY
Press.Suhaimi, Bakar abu . 2004 . Factors Affecting Ultimate Strenght of Solid and Glulam Timber Beams.
Malaysia : UTM.Sunardi . 2006 . 116 Unsur Kimia. Bandung : Yrama widya.Tim Pengasuh Kimia Organik I. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia Organik I. Mataram : Universitas
Mataram.Wijdoseno, Djainuddin. 2005. Pengaruh Penambahan Adiktif Oktan Booster AOB-17 Sampai AOB-
31 Terhadap Perubahan Angka Oktan dan Sifat Fisika Kimia bensin Premium 88. Jakarta : Universitas Indonesia.
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yagyakarta : UNY Press.Yunus, Darwin. 2006. Pengaruh Waktu Irridiasi dan Laju Air Terhadap Degradasi Fotokatalistik
Larutan Asam Benzoat Dengan Titanium Dioksida (TiO2) Sebagai katalis. Medan : Universitas Sumatera Utara.
48