0
ANALISIS KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN
PERUBAHAN PADA ORGANISASI PERSATUAN SEPAK
BOLA SELURUH INDONESIA (PSSI)
LAPORAN PENELITIAN
TIM PENELITI
KELAS MANAJEMEN PERUBAHAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PARAMADINA
JAKARTA
2012
1
TIM PENELITI
Penanggung Jawab : Tedy Jiwantara Sitepu
Project Manager : Ence Ramli Alrashid
Manager Bidang Persepakbolaan : Emil Roem Husain
Anggota : Novita Sanjaya
Sonya Rizky
Manager Bidang Keorganisasian : Maemar Chadavid Syamtar
Anggota Aisyah Nur Inayati
Anisa Restanti
Manager Bidang Sumber Daya Manusia : Agung Haryotejo
Anggota Remy Thalita Putri
Manager Bidang Keuangan : Vina Triana Sudarto
Anggota Indah Dewi Novrinta
Manager Bidang Publikasi dan Data : Iriviene Maretha
2
Daftar Isi
Daftar Isi
Kata Pengantar
Bab. 1 – Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Penelitian
1.3. Ruang Lingkup Penelitian
1.4. Metode Penelitian
1.5. Sistematika Penelitian
Bab. 2 – Kondisi Pengelolaan Persepakbolaan, Keorganisasian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Keuangan PSSI, dan Permasahannya
2.1. Kondisi terkini serta permasalahan pengelolaan persepakbolaan
2.2. Kondisi terkini serta permasalahan keorganisasian
2.3. Kondisi terkini serta permasalahan manajemen sumber daya manusia
2.4. Kondisi terkini serta permasalahan keuangan
Bab. 3 – Pola Kebijakan dalam Manajemen Perubahan PSSI
3.1 Bentuk kebijakan dalam manajemen perubahan PSSI
3.2 Perbandingan manajemen perubahan persepakbolaan di negara maju
Bab. 4 – Analisis Kebijakan Manajemen
4.1. Aspek persepakbolaan mengenai rencana pembenahan
4.2. Aspek Organisasi mengenai rencana pembenahan
4.3. Aspek SDM mengenai rencana pembenahan
3
4.4. Aspek Keuangan mengenai rencana pembenahan
4.5. Penyusunan model kebijakan manajemen perubahan di PSSI.
Bab. 5 – Saran Pembenahan Manajemen Perubahan
5.1. Prinsip-prinsip manajemen perubahan PSSI
5.2. Pokok-pokok aturan
5.3. Tahapan Implementasi manajemen perubahan di PSSI.
Bab. 6 – Penutup
Daftar Pustaka
Kata Pengantar
4
Sudah bertahun-tahun sepak bola Indonesia mengalami paceklik prestasi.
Untuk seukuran negara besar dengan populasi penduduk sebanyak 230 juta jiwa,
yang mayoritas masyarakatnya sangat menyukai olahraga sepak bola. Data
membuktikan selama bertahun-tahun Indonesia hanya menggunakan ukuran
kawasan Asia Tenggara sebagai titik ukur prestasinya. Akan tetapi di kawasan ini
saja sepak bola Indonesia mash miskin akan prestasi.
Kondisi tersebut disinyalir karena lemahnya kualitas manajemen
persepakbolaan di Indonesia dalam hal ini PSSI sebagai lembaga yang memang
bertanggung jawab terhadap hidup matinya dunia pesepakbolaan di Indonesia.
Tak hanya itu, isu-isu negatif mengenai kredibilitas lembaga ini pun membuat
setiap lapisan masyarakat menanyakan eksistensi dan kompetensinya dalam
mengelola persepakbolaan di Indonesia.
Salah satu upaya untuk memperbaiki kondisi tersebut yaitu dengan
melakukan manajemen perubahan secara menyeluruh dan fundamental dalam
pada organisasi yang memang bertanggung jawab terhadap kemajuan
persepakbolaan Indonesia, dalam hal ini PSSI.
Untuk itu, kami mahasiswa kelas Manajemen Perubahan Program Studi
Manajemen Universitas Paramadina bermaksud melakukan penelitian berkenaan
dengan analisis kebijakan dan menajemen perubahan dalam tubuh organisasi
PSSI. Yang berfokus pada empat aspek utama yaitu bidang persepakbolaan,
keorganisasian, manajemen sumber daya manusia, dan keungan.
Kami berharap penelitian ini dapat memberikan masukan bagi
pembenahan manajemen perubahan pada organisas PSSI di masa depan.
Jakarta, Mei 2012
Penyusun
BAB 1
5
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sepak bola merupakan olahraga yang siapapun mengenalnya, bisa
memainkannya, dan ada di seluruh belahan dunia manapun. Sepak bola
merupakan magnet dalam kehidupan global saat ini. Sepak bola tidak hanya
merupakan olahraga semata, namun sudah menjadi entertainment bagi banyak
orang. Bahkan sepak bola bisa menjadi bisnis yang menggiurkan. Piala Dunia
tahun 2010 di Afrika Selatan telah memberikan contoh bagaimana sepak bola
mampu menghipnotis ribuan mata di dunia dan memutar roda perekonomian
secara makro yang menghidupi sebuah negara.
Bagi bangsa Indonesia, sepak bola memiliki ikatan sejarah yang sangat
kuat. Lewat sepak bola bangsa ini dipersatukan. Dan karenanya pula nama
bangsa Indonesia dikenal di seluruh dunia. Ia seakan menjadi solidarity maker
bagi segenap bangsa yang menyukainya. Tentu
kita masih ingat bagaimana sepakbola Indonesia
menjadi buah bibir saat mampu menahan imbang
Uni Soviet 0-0 di Olimpiade Melbourne, Australia
1956 saat ditagani Antun Pogacknik.
Gambar 1. Tabel Peringkat Prestasi Sepak Bola Indonesia di FIFA
Dua tahun kemudian, nama Indonesia
mejadi pujaan karena meraih medali perunggu
pada Asian Games 1958 di Tokyo Jepang.
Puncaknya, Indonesi pernah meraih medali emas
pada ajang SEA Games 1987 untuk pertama
kalinya.
Sudah bertahun-tahun sepak bola Indonesia mengalami paceklik prestasi.
Untuk seukuran negara besar dengan populasi penduduk sebanyak 230 juta jiwa,
yang mayoritas masyarakatya sangat menyukai olahraga sepak bola. Data
6
membuktikan selama bertahun-tahun Indonesia hanya menggunakan ukuran
kawasan Asia Tenggara sebagai titik ukur prestasinya. Akan tetapi di kawasan ini
saja sepak bola Indonesia mash miskin akan prestasi.
Indonesia terakhir kali meraih medali emas di SEA Games pada tahun
1991. Di Piala AFF, yang digelar sejak 1996, Indonesia sama sekali tak pernah
merasakan menjadi juara sampai saat ini.
Gambar 2. Grafik Prestasi Sepakbola Indonesia di FiFA
data diolah oleh penulis
Begitu pula dengan eksistensinya di Piala Dunia, sampai saat ini Indonesia
tidak pernah bisa lolos kualifikasi, dan berlaga di kompetisi bergengsi skala dunia
tersebut. Kesempatan Indonesia di Piala Dunia pernah terlihat pada tahun 1938
dimana tim sepak bola Indonesia masuk putaran final melawan Hungaria. Dan
kesempatan itu tidak pernah menghinggapi tim sepak bola Indonesa lagi sampai
saat ini.
Kemunduran prestasi prestasi tim nasional Indonesia dalam tahun-tahun
belakangan berakibat pada semakin rendahya ranking Indonesia di FIFA.
7
Semenjak 2003 hingga kini, peringkat Indonesia bahkan terus menerus
mengalami penurunan.
Gambar 3. Prestasi Tim Nasional Indonesia 7 Tahun Terakhir
Diolah dari berbagai sumber oleh penulis
Kompetisi sepakbola di Indonesia masih jauh dari dari sebutan
berkualitas. Mestinya kompetisi sepak bola Indonesia bisa dibangun menjadi
lebih baik dan memberikan keuntungan bagi klub-klub pesertanya. Namun
potensi itu tak tersentuh dengan baik, nilai komersil kompetisi sepakbola
Indonesa pun masih sangat rendah. Akibatnya klub-klub tak kunjung mandiri,
dan menggantungkan diri dari subsidi pemerintah. Selanjutnya aspek kompetisi
berjenjang dan kualitas lapangan menjadi masalah yang serius di ranah sepak
bola Indonesia.
8
Disamping itu buruknya
pembinaan pemain muda menjadi salah
satu masaah yang menjadi kualitas
permainan sepak bola Indonesia masih
jauh dari maksimal. Seharusnya
pembinaan yang terarah dan
berkesinambungan harus selalu
diprioritaskan demi menciptakan
talenta-talenta muda yang berprestasi
dan berkualitas.
Sepak bola Indonesia bukan saja
memerlukan perubahan, melainkan juga
membutuhkan sistem pengelolaan yang
berkualitas, sehingga perubahan ke arah
yang lebih baik bisa tercapai.
Gambar 3. Tabel Ratio Perbandingan Jumlah Ratio Klub dan Pemain yang Dibina
Dan berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian yang berjudul ANALISI KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PERUBAHAN PADA ORGANISASI PERSATUAN SEPAK BOLA SELURUH INDONESIA (PSSI).
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tujua utama diantaranya yaitu :
1. Memahami strategi PSSI dalam melakukan manajemen perubahan
2. Memahami permasalahan yang dihadapai PSSI dalam manajemen
perubahan
3. Memberikan saran terhadap pemangku kebijakan di PSSI dalam
melakukan manajemen perubahan
1.3. Ruang Lingkup Penelitian
9
Ruang lingkup penelitian meliputi pembahasan tentang bidang
persepakbolaan, sumber daya manusia, keorganisasian, serta keuangan. Fokus
penelitian yang dilakukan adalah pada aspek menejemen perubahan (change
maagement) di PSSI. Penelitian dilakukan dalam tiga tahapan utama yaitu :
1. Melakukan studi literatur perkembangan dan kemajuan
persepakbolaan di Indonesia
2. Melakukan komparasi kebijakan manajemen perubahan dan prestasi
persepakbolaan di negara maju
3. Membuat suatu model kebijakan manajemen perubahan di bidang
olahraga sepakbola yang dapat meningkatkan prestasi dan kemajuan
persepakbolaan Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapka memberikan manfaat semua pihak yang dianggap
terkait dengan kemajuan persepakbolaan di Indonesia diantaranya :
1. Universitas
Perwujudan dari visi dan misi Universitas Paramadina, sebagai
pusat penelitian dan kebudayaan
Menjalankan peran Universitas sebagai pendorong kemajuan
bangsa melalui analisis berbagai sektor kebijakan
Menjadikan Universitas Paramadina sebagai kampus yang concern
terhadap perkembangan bidang olahraga
2. Masyarakat
Mendorong pertumbuhan olahraga sepakbola sebagai sektor
industri yang prospektif dan menguntungkan
Meningkatkan rasa nasionalisme melalui olahraga
3. Pemerintah
Menjadi pertimbangan bagi pemerintah dalam merumuskan
kebijakan dalam membentuk peraturan pemerintah
Sebagai masukan dalam perumusan kebijakan manajerial di PSSI
10
Memperoleh masukan tentang tahapan impelementasi
manajemen perubahan
4. Swasta
Turut andil dalm pengembangan dan kemajuan sepakbola di
Indonesia
Membantu lahirnya kebijakan dalam manajemen perubahan yang
lebih efektif
Sebagai bagian dari kegiatan CSR – Reputation Management
Perusahaan
5. Pelaku Olahraga
Meningkatkan motivasi atlet agar semakin produktif dalam meraih
prestasi di kancah domestik dan internasional
Menstimulasi atlit maupun calon atlit untuk menjadikan olahraga
sepakbola sebagai profesi yang membanggakan
1.5. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif, menggunakan bentuk penelitian
Scoping study dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan
pendekatan yang ditujukan untuk mencapai pemahaman mendalam mengenai
organisasi, sistem atau peristiwa khusus. Pendekatan kualitatif juga bertujuan untuk
menyediakan penjelasan tersirat mengenai struktur, tatanan dan pola yang luas yang
terdapat dalam suatu sistem tertentu. Metode yang digunakan ditujukan untuk
pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang persepakbolaan, suber
daya manusia, keorganisasian, serta keuangan di PSSI.
Kegiatan penelitian dilakukan dalam empat tahap berikut :
Tahap I, adalah studi pustaka dan fact finding. Pada tahap ini dilakukan
pengumpulan berbagai data dan informasi terkini tentang sepak bola dan PSSI.
Terutama yang terkait dengan manajemen perubahan dan aplikasinya. Informasi
tersebut akan diperoleh dari buku, media massa, wawancara tokoh, peraturan-
perundangan, dan sumber lainnya. Hasil pelaksanaan Tahap I adalah dasar teoritis yang
kuat untuk pembahasan masalah selanjutnya.
11
Tahap II, dilakukan dalam dua kegiatan yaitu: penyusunan model manajemen
perubahan kegiatan persepakbolaan dan perbandingan sistem/ kebijakan manajerial
dengan beberapa institusi sejenis di negara maju. Penyusunan model manajemen
perubahan kegiatan persepakbolaan yang ditujukan untuk memperoleh gambaran
komprehensif bagaimana aplikasi manajemen perubahan pada PSSI. Gambaran ini juga
akan menunjukkan pihak-pihak yang terkait dengan aktivitas tersebut. Perbandingan
dengan sistem/ kebijakan institusi sejenis di negara maju diperlukan untuk mencari best
practices yang dilakukan mereka. Dari perbandingan ini diharapkan penelitian dapat
mengidentifikasi praktik mana yang dapat diterapkan di Indonesia.
Tahap III, adalah analisis impact yaitu melakukan analisis apa pengaruh yang
diharapkan terjadi dengan penerapan model manajemen perubahan yang dirancang
serta berbagai usulan perbaikan dalam kebijakan manajerial PSSI ke depan.
Tahap IV, adalah penyusunan rumusan kebijakan manajerial sebagai hasil utama
dari penelitian ini. Rumusan kebijakan ini diharapkan dapat menjadi bagian dari rujukan
penerapan manajemen perubahan di PSSI.
Gambar. 4 Tahapan Penelitian
1.6. Sistematika Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN
12
Bab 1 berisi uraian mengenai latar belakang penelitian, tujuan penelitian,
ruang lingkup penelitian, metode, dan sistematika penelitian.
BAB II KONDISI PENGELOLAAN PERSEPAKBOLAAN, KEORGANISASIAN,
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, KEUANGAN PSSI, DAN
PERMASALAHANYA
Bab II menjelaskan bagaimana kondisi pengelolaan persepakbolaan,
keorganisasian, manajemen sumberdaya manusa, dan keuangan PSSI saat
ini . Dan bagian ini juga mengikhtisarkan pokok permasalahan saat ini
yang selanjutkan dijadikan dasar arah penelitian ini, sehingga nantinya
dapat dibuat usulan untuk solusi bagi pembenahan dalam manajemen
perubahan di PSSI.
BAB III POLA KEBIJAKAN DALAM MANAJEMEN PERUBAHAN PSSI
Bab II menjelaskan beberapa dua penting diantaranya yaitu bentuk
kebijakan dalam manajemen perubahan PSSI, dan perbandingan
manajemen perubahan persepakbolaan di negara maju
BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN MANAJEMEN
Bab IV menjelaskan beberapa aspek penting dalam manajemen
perubahan PSSI meliputi aspek persepakbolaan mengenai permasalahan
dan rencana pembenahan, aspek Organisasi mengenai permasalahan dan
rencana pembenahan, aspek SDM mengenai permasalahan dan rencana
pembenahan, aspek Keuangan mengenai permasalahan dan rencana
pembenahan, sertapenyusunan model kebijakan manajemen perubahan
di PSSI.
BAB V SARAN PEMBENAHAN MANAJEMEN PERUBAHAN
13
Bab V berisikan saran dan rekomendasi berkenaan dengan prinsip-prinsip
manajemen perubahan PSSI, pokok-pokok aturan, serta tahapan
Implementasi manajemen perubahan di PSSI.
BAB VI PENUTUP
Bab VI akan menutup seluruh tulisan hasil penelitian dengan berbagai
catatan dan rekomendasi untuk berbagai pihak yang terkait.
14
BAB II
KONDISI PENGELOLAAN PERSEPAKBOLAAN, KEORGANISASIAN, MANAJEMEN
SUMBER DAYA MANUSIA, KEUANGAN PSSI, DAN PERMASALAHANYA
2.1 Kondisi terkini serta permasalahan pengelolaan persepakbolaan
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) merupakan sebuah
organsasi tertinggi yang menaungi seluruh klub dan komunitas yang ada di
Indonesia. Saat ini sepakbola bukan hanya sebagai olahraga saja, melainkan
suatu bisnis yang melakukan perputaran ekonomi yang sangat besar. Nilai gaji
pemain sampai nilai transfer sudah mencapai angka yang cukup tinggi.
Posisi tersebut menempatkan sepakbola menjadi sebuah industri baru.
Positioning sepakbola di Indonesia mengalami banyak perubahan, apalagi di saat
kompetisi Galatama dan Perserikatan diganti dan dilebur menjadi satu dalam
Liga Indonesia. Melihat fenomena yang terjadi sebelumnya ketika gelombang
unjuk rasa anti Nurdin Halid gencar terjadi, masyarakat yang mengatasnamakan
diri sebagai pecinta sepak bola tanah air melakukan aksi demonstrasi menuntut
Nurdin Halid yang kini menjabat sebagai Ketua Umum PSSI agar segera turun dari
jabatannya. Masyarakat menilai selama ini belum ada prestasi yang bisa
dibanggakan. Jangankan prestasi di level Asia, level Asia Tenggara saja Indonesia
masih kalah bersaing dengan negara tetangga.
Akibat minimnya prestasi timnas saat PSSI dipimpin Nurdin, tuntutan agar
ia mundur sebagai ketua umum PSSI sudah dan masih terus disuarakan oleh
banyak kalangan di berbagai penjuru tanah air. Ribuan suporter dari berbagai
klub yang ada di Indonesia juga turun ke jalan menuntut agar segera
dilakukannya Revolusi besar-besaran di tubuh PSSI. Demonstrasi anti Nurdin
Halid mencapai puncaknya ketika ribuan suporter mendatangi kantor PSSI di
Senayan, Jakarta.selain demo besar-besaran yang terjadi, penolakan terhadap
Nurdin Halid juga muncul didunia maya melalui gerakan 1 juta facebooker.
Disamping pemberitaan yang gencar terhadap Nurdin Halid tentunya
15
memunculkan opini yang berbeda-beda di masyarakat. Media memiliki peran
yang sangat besar dalam menentukan peristiwa mana yang akan diangkat.
Peristiwa yang sama bisa saja diberitakan secara berbeda pula tergantung
bagaimana media mengkonstruksi realitas yang ada. Setelah turunnya Nurdin
Halid, dan terpilih lah Djohar Arifin Husein yang dipilih melalui kongres Solo.
Kongres yang diadakan di Solo pada bulan Juli 2011 merupakann
kepemimpinan yang sah setelah FIFA mengesahkan kepemimpinannya. Djohar
dinyatakan sah menjadi Ketua Umum baru PSSI setelah mengantongi total 61
suara di putaran kedua.
Keberhasilan Djohar mendapatkan dukungan suara mayoritas dalam
Kongres Pemilihan Ketua Umum federasi sepakbola tertinggi di Indonesia itu tak
lepas dari dukungan kelompok mayoritas pemilik suara sah PSSI yang dikenal
dengan sebutan Kelompok 78.
Sebelumnya, kelompok tersebut memaksa untuk mengusung pasangan
George Toisutta dan Arifin Panigoro. Namun, setelah melakukan membuat
kesepakatan yang isinya Johar akan menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) setelah
tiga bulan terpilih sebagai ketua umum PSSI, mereka pun akhirnya bersedia
menyumbangkan suaranya untuk Djohar.
Lalu siapakah sebenarnya sosok Djohar Arifin Husein? Djohar merupakan
Mantan Deputi Pemberdayaan Olahraga Menteri Pemuda dan Olahraga
(Menegpora). Dia juga pernah mencalonkan diri sebagai Ketua Umum KONI
Pusat. Jika berkaca pada pengalamannya di dunia olahraga, Djohar bukan orang
sembarangan. Dia berkecimpung langsung, mulai dari tingkat provinsi hingga
menjadi Sekjen KONI Pusat dan Deputi Menegpora. Sedangkan untuk di tingkat
provinsi, Djohar Arifin Husein juga pernah mengemban amanat sebagai Ketua
Umum Pengda PSSI Sumatera Utara.
Pergantian ketua umum PSSI dari Nurdin Halid ke Djohar Arifin ternyata
tidak begitu saja membawa perubahan yang positif bagi PSSI. Masih banyak
masalah lama dan baru yang harus diselesaikan oleh kepengurusan yang baru
dalam hal ini yang dipimpin oleh Djohar Arifin. Ketika Djohar Arifin terpilih
16
sebagai ketua umum PSSI yang baru, harapan seluruh masyarakat pencinta sepak
bola Indonesia tentu adanya sebuah revolusi di PSSI yang akan menghasilkan
sederet prestasi yang membanggakan. Memang bukan hal mudah untuk
melanjutkan sebuah organisasi tanpa ada kerja sama oleh pengurus yang
sebelumnya. Tentu kepengurusan yang baru akan mengalami kesulitan
menentukan arah dan tujuan organisasi tersebut.
Pengamatan peneliti di bidang persepakbolaan, menemukan adanya
masalah-masalah harusnya menjadi perhatian oleh PSSI yang baru untuk lebih
meningkatkan kualitas dan kelas sepakbola Indonesia. Dari beberapa masalah
kami fokus pada 5 pokok masalah yang telah kami telusuri dan mencoba mencari
solusinya.
Masalah yang pertama yaitu masalah dualisme kompetisi. Masalah ini
sebenarnya disebabkan karena pihak liga yang dulu (PT. Liga Indonesia) tidak
bersedia menyerahkan kewenangan kepada PSSI yang baru (PT. Liga Prima
Indonesia). Hal tersebut menyebabkan adanya dua kompetisi yang berjalan yaitu
Liga Prima Indonesia dan Liga Super Indonesia. Dari dua kompetisi tersebut
hanya satu yang diakui oleh PSSI yaitu PT. Liga Prima Indonesia, yang tidak lain
adalah Liga yang baru muncul dan belum memliki divisi-divisi serta hanya
memliki 12 tim pada kompetisi utamanya.
Masalah yang kedua yaitu masalah kompetisi dan peningkatan
kualitasnya agar tidak tertinggal dari negara-negara lain. Masalah kompetisi ini
bisa terlihat dari beberapa indikator, rendahnya kualiatas kompetisi di Indonesia
menyababkan kompetisi sepakbola di Indonesia tertinggal jauh dari negara-
negara lain, hal ini terbukti dengan melorotnya posisi timnas pada peringkat
FIFA. seperti kurangnya disiplin para pemain, ketidak disiplinan pra pemian ini
menyababkan pada rendahnya kualitas pemain di liga.
Masalah yang ketiga ada pada pembinaan usia muda. Dimana proses
pembinaan pemain sepak bola muda di Indonesia belum merata dan terkelola
secara maksimal, sehingga potensi-potensi yang ada jadi tidak diberdayakan dan 17
dimanfaatkan secara maksimal sehingga kualitas pemain muda Indonesia masih
kalah oleh negara-negara lain.
Masalah yang ke empat yaitu infrasrtuktur yang ada. Infrastruktur yang
ada di Indonesia saat ini dapat dikatakan masih tertinggal dari negara-negara
lain. Untuk menyediakan infrastruktur yang berstandar dunia butuh dana yang
tidak sedikit dan tidak mungkin hanya mengandalkan dana dari pemerintah.
Masalah yang ke lima, yaitu kebebasan media di Indonesia yang terlalu
mengekspose seluruh kegiatan pemain timnas sehingga konsentrasi mereka
untuk bertanding menjadi sedikit terganggu. Dimana proses pemberitaan sampai
menjurus pada persoalan-persoalan personal para pemain, dan terlalu
berlebihan. Akibatnya fokus para pemain ketika latihan dan akan bertanding
akan sangat berkurang.
2.2 Kondisi terkini serta permasalahan keorganisasian
2.2.1 PSSI dari masa ke masa
PSSI didirikan oleh Ir. Soeratin Sosrosoegondo1. Soeratin mulai merintis
pendirian sebuah organisasi sepak bola, yang bisa diwujudkan pada 1930.
Organisasi boleh dikatakan realisasi konkret dari Sumpah Pemuda 1928.
1 Ir. Soeratin Sosrosoegondo (lahir di Yogyakarta pada 17 Desember 1898 - wafat 1 Desember 1959) adalah seorang insinyur Indonesia. Ia juga adalah ketua umum PSSI periode 1930-1940. Ia adalah pendiri sekaligus ketua umum pertama PSSI (wikipedia.org). Ia menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman, pada tahun 1927 dan kembali ke tanah air pada tahun 1928. Ketika kembali, Soeratin bekerja pada sebuah perusahaan bangunan Belanda, Sizten en Lausada, yang berkantor pusat di Yogyakarta. Di sana beliau merupakan satu-satunya orang Indonesia yang duduk sejajar dengan komisaris perusahaan konstruksi besar itu. Akan tetapi, didorong oleh semangat nasionalisme yang tinggi, beliau kemudian memutuskan untuk mundur dari perusahaan tersebut. Setelah berhenti dari Sizten en Lausada, Soeratin lebih banyak aktif di bidang pergerakan. Sebagai seorang pemuda yang gemar bermain sepak bola, beliau menyadari kepentingan pelaksanaan butir-butir keputusan yang telah disepakati bersama dalam pertemuan para pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda). Soeratin melihat sepak bola sebagai wadah terbaik untuk menyemai nasionalisme di kalangan pemuda sebagai sarana untuk menentang Belanda.
18
Nasionalisme itu dicoba dikembangkan melalui olahraga, khususnya sepak bola.
Soeratin melakukan pertemuan dengan tokoh sepak bola pribumi di Solo,
Yogyakarta, Magelang, Jakarta, dan Bandung.
Di akhir tahun 1920, pertandingan voetbal atau sepak bola sering kali
digelar untuk meramaikan pasar malam. Pertandingan dilaksanakan sore hari.
Sebenarnya selain sepak bola, bangsa Eropa termasuk Belanda juga
memperkenalkan olahraga lain, seperti kasti, bola tangan, renang, tenis, dan
hoki. Hanya, semua jenis olahraga itu hanya terbatas untuk kalangan Eropa,
Belanda, dan Indo. Alhasil sepak bola paling disukai karena tidak memerlukan
tempat khusus dan pribumi boleh memainkannya.
Lapangan Singa (Lapangan Banteng) menjadi saksi tempat orang Belanda
sering menggelar pertandingan panca lomba (vijfkam) dan tienkam (dasa lomba).
Khusus untuk sepak bola, serdadu di tangsi-tangsi militer paling sering
bertanding. Mereka kemudian membentuk bond sepak bola atau perkumpulan
sepak bola. Dari bond-bond itulah kemudian terbentuk satu klub besar. Tak
hanya serdadu militer, tapi juga warga Belanda, Eropa, dan Indo membuat bond-
bond serupa.
Dari bond-bond itu kemudian terbentuklah Nederlandsch Indische
Voetbal Bond (NIVB) yang pada tahun 1927 berubah menjadi Nederlandsch
Indische Voetbal Unie (NIVU). Sampai tahun 1929, NIVU sering mengadakan
pertandingan termasuk dalam rangka memeriahkan pasar malam dan tak
ketinggalan sebagai ajang judi. Bond China menggunakan nama antara lain Tiong
un Tong, Donar, dan UMS. Adapun bond pribumi biasanya mengambil nama
wilayahnya, seperti Cahaya Kwitang, Sinar Kernolong, atau Si Sawo Mateng.
Pada 1928 dibentuk Voetbalbond Indonesia Jacatra (VIJ) sebagai akibat
dari diskriminasi yang dilakukan NIVB. Sebelumnya bahkan sudah dibentuk
Persatuan Sepak Bola Djakarta (Persidja) pada 1925. Pada 19 April 1930, Persidja
ikut membentuk Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di gedung
Soceiteit Hande Projo, Yogyakarta. Pada saat itu Persidja menggunakan lapangan
di Jalan Biak, Roxy, Jakpus.
19
Pertemuan dilakukan dengan kontak pribadi secara diam-diam untuk
menghindari sergapan Polisi Belanda (PID). Kemudian, ketika mengadakan
pertemuan di hotel kecil Binnenhof di Jalan Kramat 17, Jakarta, Soeri, ketua VIJ
(Voetbalbond Indonesische Jakarta), dan juga pengurus lainnya, dimatangkanlah
gagasan perlunya dibentuk sebuah organisasi sepak bola nasional. Selanjutnya,
pematangan gagasan tersebut dilakukan kembali di Bandung, Yogyakarta, dan
Solo yang dilakukan dengan beberapa tokoh pergerakan nasional, seperti Daslam
Hadiwasito, Amir Notopratomo, A. Hamid, dan Soekarno (bukan Bung Karno).
Sementara itu, untuk kota-kota lainnya, pematangan dilakukan dengan cara
kontak pribadi atau melalui kurir, seperti dengan Soediro yang menjadi Ketua
Asosiasi Muda Magelang.
Kemudian pada tanggal 19 April 1930, berkumpullah wakil dari VIJ
(Sjamsoedin, mahasiswa RHS), BIVB - Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond
(Gatot), PSM - Persatuan sepak bola Mataram Yogyakarta (Daslam Hadiwasito,
A. Hamid, dan M. Amir Notopratomo), VVB - Vortenlandsche Voetbal Bond Solo
(Soekarno), MVB - Madioensche Voetbal Bond (Kartodarmoedjo), IVBM -
Indonesische Voetbal Bond Magelang (E.A. Mangindaan), dan SIVB -
Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (Pamoedji). Dari pertemuan tersebut,
diambillah keputusan untuk mendirikan PSSI, singkatan dari Persatoean Sepak
Raga Seloeroeh Indonesia. Nama PSSI lalu diubah dalam kongres PSSI di Solo
pada tahun 1930 menjadi Persatuan sepak bola Seluruh Indonesia sekaligus
menetapkan Ir. Soeratin sebagai ketua umumnya. PSSI secara resmi berdiri pada
tanggal 19 April 19302
Istilah "sepakraga" diganti dengan "sepakbola" dalam Kongres PSSI di
Solo pada 1950. PSSI kemudian melakukan kompetisi secara rutin sejak 1931,
dan ada instruksi lisan yang diberikan kepada para pengurus, jika bertanding
melawan klub Belanda tidak boleh kalah. Soeratin menjadi ketua umum
organisasi ini 11 kali berturut-turut. Setiap tahun ia terpilih kembali.
Kegiatan mengurus PSSI menyebabkan Soeratin keluar dari perusahaan
Belanda dan mendirikan usaha sendiri. Setelah Jepang menjajah Indonesia dan 2 Statuta PSSI Pasal 2.
20
perang kemerdekaan terjadi, kehidupan Soeratin menjadi sangat sulit.
Rumahnya diobrak-abrik Belanda. Ia aktif dalam Tentara Keamanan Rakyat
dengan pangkat letnan kolonel. Setelah penyerahan kedaulatan, ia menjadi salah
seorang pemimpin Djawatan Kereta Api.
Pada tahun 1930-an, di Indonesia berdiri tiga organisasi sepakbola
berdasarkan suku bangsa, yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) yang
lalu berganti nama menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) di tahun
1936 milik bangsa Belanda, Hwa Nan Voetbal Bond (HNVB) punya bangsa
Tionghoa, dan Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) milik orang
Indonesia.[1]
Memasuki tahun 1930-an, pamor bintang lapangan Bond NIVB, G Rehatta
dan de Wolf, mulai menemui senja berganti bintang lapangan bond China dan
pribumi, seperti Maladi, Sumadi, dan Ernst Mangindaan. Pada 1933, VIJ keluar
sebagai juara pada kejuaraan PSSI ke-3.
Pada 1938 Indonesia lolos ke Piala Dunia. Pengiriman kesebelasan
Indonesia (Hindia Belanda) sempat mengalami hambatan. NIVU (Nederlandsche
Indische Voetbal Unie) atau organisasi sepak bola Belanda di Jakarta bersitegang
dengan PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) yang telah berdiri pada
bulan April 1930. PSSI yang diketuai Soeratin Sosrosoegondo, insinyur lulusan
Jerman yang lama tinggal di Eropa, ingin pemain PSSI yang dikirimkan. Namun,
akhirnya kesebelasan dikirimkan tanpa mengikutsertakan pemain PSSI dan
menggunakan bendera NIVU yang diakui FIFA.
Pada masa Jepang, semua bond sepak bola dipaksa masuk Tai Iku Koi
bentukan pemerintahan militer Jepang. Di masa ini, Taiso, sejenis senam,
menggantikan olahraga permainan. Baru setelah kemerdekaan, olahraga
permainan kembali semarak.
Tahun 1948, pesta olahraga bernama PON (Pekan Olahraga Nasional)
diadakan pertama kali di Solo. Di kala itu saja, sudah 12 cabang olahraga yang
dipertandingkan. Sejalan dengan olahraga permainan, khususnya sepak bola,
yang makin populer di masyarakat, maka kebutuhan akan berbagai kelengkapan
21
olahraga pun meningkat. Pada tahun 1960-1970-an, pemuda Jakarta mengenal
toko olahraga Siong Fu yang khusus menjual sepatu bola. Produk dari toko
sepatu di Pasar Senen ini jadi andalan sebelum sepatu impor menyerbu
Indonesia. Selain Pasar Senen, toko olahraga di Pasar Baru juga menyediakan
peralatan sepakbola.
Pengaruh Belanda dalam dunia sepak bola di Indonesia adalah adanya
istilah henbal, trekbal (bola kembali), kopbal (sundul bola), losbal (lepas bola),
dan tendangan 12 pas. Istilah beken itu kemudian memudar manakala demam
bola Inggris dimulai sehingga istilah-istilah tersebut berganti dengan istilah
persepakbolaan Inggris. Sementara itu, hingga 1950 masih terdapat pemain indo
di beberapa klub Jakarta. Sebut saja Vander Vin di klub UMS; Van den Berg,
Hercules, Niezen, dan Pesch dari klub BBSA. Pemain indo mulai luntur di tahun
1960-an[2].
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) adalah organisasi induk
yang bertugas mengatur kegiatan olahraga sepak bola di Indonesia. PSSI
merupakan organisasi khusus dan independen yang berstatus badan hukum
sesuai ketetapan Menteri Kehakiman RI tanggal 2 februari 1953, No.J.A.5/11/6,
Tambahan Berita Negara RI, tanggal 3 Maret 1953, No. 183.
PSSI bergabung dengan FIFA pada tahun 1952, kemudian dengan AFC
pada tahun 1954. PSSI menggelar kompetisi Liga Indonesia setiap tahunnya, dan
sejak tahun 2005, diadakan pula Piala Indonesia.
Sejak didirikan pada tahun 1930, PSSI telah berganti kepemimpinan
sebanyak 14 kali, dengan masa jabatan yang berbeda. Berikut daftar ketua
umum PSSI sejak tahun 1930 hingga sekarang:
No Nama Awal Jabatan Akhir Jabatan
1 Soeratin Sosrosoegondo 1930 1940
2 Artono Martosoewignyo 1941 1949
3 Maladi 1950 1959
3 Pedoman Dasar PSSI.22
4 Abdul Wahab .Dj 1960 1964
5 Maulwi Saelan 1964 1967
6 Kosasih Poerwanegara 1967 1974
7 Bardosono 1975 1977
8 Moehono 1977 1977
9 Ali Sadikin 1977 1981
10 Sjarnoebi Said 1982 1983
11 Kardono 1983 1991
12 Azwar Anas 1991 1999
13 Agum Gumelar 1999 2003
14 Nurdin Halid 2003 1 April 2011
* Agum Gumelar
(KetuaKomite Normalisasi PSSI)
1 April 2011 9 Juli 2011
15 Djohar Arifin Husin 9 Juli 2011 Pertahanan (Masa
Habis Jabatan 2015)
2.2.2 Pro dan Kontra PSSI
Sejak didirikan tahun 1930, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI)
telah melalui banyak peristiwa. Berbagai permasalahan juga telah mewarnai
perjalanan panjang PSSI menjadi salah satu organisasi olah raga terbesar di
Indonesia. PSSI dibangun oleh Ir. Soeratin dan rekan-rekan dengan semangat
menjawab tantangan sumpah pemuda dan janji nasionalisme mereka. Soeratin
rela meninggalkan pekerjaannya untuk fokus membangun PSSI.
Tahun 1975-1977, Ketua Umum Bardosono disebut sebagai era militer
namun kepemimpinannya pun runtuh dijatuhkan oleh para anggota PSSI
sebelum periode kepengurusannya habis karena penyimpangan dana PSSI,
kemudian Bardosono digantikan Moehono (1977) yang diangkat jadi PJS (Pejabat
Sementara). Kemudian muncul Era baru (1977-1981) oleh Ali
Sadikin mereformasi PSSI termasuk skema kompetisi. Dalam zaman
kepengurusan Ali Sadikin ini lahir UU No. 11/1980 yang memberikan ancaman
23
hukuman, baik bagi penyuap maupun yang kena suap. Namun itu hanyalah
sebagai tulisan untuk dibaca saja karena Iswadi Idris dan Ronny Pasla menjadi
korbannya.
Di tahun 1982-1983, seiring dengan reformasi yang di gagas Ali Sadikin,
munculah tokoh Sjarnoebi Said pemilik Klub Krama Yudha Tiga Berlian, kala itu
kompetisi kita terbagi menjadi dua kasta yaitu Profesional dan Amatir (Galatama
dan Perserikatan). Di Galatama yang murni profesional dimulai sejak tahun 1979
di era Ali Sadikin, klub peserta memang tidak banyak pada saat itu hanya 8 klub
saja tapi dikelola dengan sangat baik, tercatat sampai kemudian Galatama di
bubarkan terdapat 40 buah klub profesional (non perserikatan/amatir) yang
pernah berkiprah di Galatama. Sayang pasca Sjarnoebi Said, galatama kehilangan
pamor karena kasus suap.
Dalam era kepemimpinan Kardono 1983-1991 semakin meraja lelanya
kasus suap menyuap ditubuh Galatama, Bahkan TD. Pardede (club Paredetex)
mempecepat pembubaran clubnya karena tidak tahan dengan kasus suap
menyuap yang tentu akan merugikan club (Defisit Anggaran Club). Namun kasus
suap yang melanda persepakbolaan nasional kala itu justru PSSI tidak
meninggalkan utang dan Timnas mampu menjadi juara SeaGames 1987 dan
1991, bahkan dibawah asuhan pelatih Sinyo Aliandoe sukses mengantar PSSI
menjadi juara Sub-Grup C PPD (1985) yang justru pemainnya lebih banyak dari
Galatama yang nota bene terbelenggu kasus suap menyuap.
Di era Azwar Anas (1992-1999), beliau dikenal dengan pendiri Club Semen
Padang. Ia melakukan terobosan dengan membubarkan semua penyelenggaran
kompetisi baik amatir maupun profesional dengan menggabungkan semuanya
dalam satu Liga Indonesia, lalu mulailah kita akrab dengan nama - nama seperti
Liga Dunhill, Liga Kansas, Liga Mandiri sampai Liga Djarum.
Penggabungan Perserikatan dan Galatama sebenarnya tidak realistis
dimana Tim mantan Perserikatan tetap dengan biaya APBD sementara Tim
Galatama tetap mengharapkan dana dari Swasta. Kita harus membuka mata
bahwa klub perserikatan selalu menjadi organ politik penguasa daerah, makanya
24
klub perserikatan selalu diketuai oleh penguasa daerah baik gubernur, bupati
atau walikota, yang kebetulan di jaman orde baru dan sampai kini merupakan
organ dan perpanjangan tangan serta menjadi kader Partai Golongan Penguasa.
Kekuatan dari kekuasaan tidak akan melepaskan sumber-sumber pencitraan
berbasis massa, itulah mengapa kemudian sejak masa orde lama, orde baru
hingga kini sebenarnya sepakbola kita berada dalam kekuasan politik.
Di zaman inilah terjadi paceklik, krisis moneter yang meluluhkan
perekonomian Indonesia. PSSI ketika akan mengikuti Sea Games dan Piala Tiger
(1998) tak sanggup membiayainya. Maka Azwar Anas selaku ketu PSSI membujuk
dan mengangkat Nurdin Halid sebagai manager Timnas dengan harapan Nurdin
rela mengeluarkan dananya untuk membiayai Timnas saat itu. Beberapa orang
tentu tidak sepaham dengan pengangkatan Nurdin Halid tersebut karena boleh
jadi uang yang akan dikeluarkan oleh Nurdin adalah hasil dari tindak korupsi,
akan tetapi Aswar Anas tak mau tahu bahwa Timnas harus ikut untuk
mengangkat martabat bangsa, dan satu-satunya orang yang ingin berkorban
mengangkat martabat bangsa hanya Nurdin Halid. Namun pada akhirnya Azwar
Anas mengundurkan diri pada tahun 1998, karena ia gagal mempersembahkan
yang terbaik pada event tersebut lalu ia mengangkat Agum Gumelar sebagai
Pejabat Sementara (PJS).
Tahun 1999-2003 adalah era Agum Gumelar yang membawa timnas
menjadi juara dalam piala kemerdekaan tahun 2000. Agum gumelar lalu
mengangkat Nurdin Halid menjadi Kabid Humas Pembinaan. Agum gumelar
sukses menjuarai Piala Kemerdekaan di tahun 2000, dan dua kali Runer Up piala
tiger. Saat periode jabatan Agum berakhir, ia menolak untuk dicalonkan lagi
menjadi ketua PSSI untuk priode selanjutnya karena menganggap dirinya gagal
membawa prestasi bagi timnas.
Zaman Nurdin Halid, banyak statuta dan penyimpangan-penyimpangan
yang di prioritaskan dalam kasus Narapidana yang menimpa sang Ketua
tersebut. Nurdin Halid dikenal sebagai ketua yang kontroversial meskipun ia
sekarang dalam jeruji besi. Namun dengan kehebatan dan dukungan dari
25
rekannya di PSSI, ia mampu mengendalikan PSSI dengan mengangkat Agusman
Effendi sebagai pelaksana tugas ketua umum pada tanggal 22 Oktober 2004.
Prestasi timnas (Ketua Umum PSSI 2003-2011) boleh dikatakan tidak jauh
berbeda dengan pendahulunya. Dengan merenggut piala AFF: runner-up tahun
2008, Piala Kemerdekaan: Juara pada tahun 2010, Piala AFF: runner-up tahun
2010. Era ini pula yang paling banyak mendapat cercaan dan makian. Meskipun
Timnas terperosok diperingkat diatas 100 dunia versi FIFA akan tetapi pada
musim 2009-2010 kepemimpinan Nurdin, AFC menobatkan Liga Super Indonesia
adalah liga terbaik peringkat 8 se-Asia, dan liga terbaik se-Asia Tenggara. Ini mau
tak mau adalah prestasi yang cukup memuaskan untuk ISL. Akan tetapi mengapa
ketika berganti kepengurusan ISL malah dihancurkan dan di anak tirikan bahkan
ditendang sejauh-jauhnya keluar arena. ISL hanya kalah terhadap Korea Selatan,
Jepang, China, Australia, Qatar, Arab Saudi dan UEA. Kemudian klub Persipura
melampau ribuan klub sepak bola dunia, menjadi peringakat 207 versi
International Federation of Football History & Statistics (IFFHS) dan Sriwijaya FC
221. Banyak klub dunia yang sudah terkalahkan sebut saja Everton (214), Fulham
(258), dan Newcastle United (292) dari Liga Premier Inggris dan juga Genoa (289)
dan Fiorentina (271) dari Liga Calcio Serie A, serta Riverplate (213) asal
Argentina. Inilah sebuah bukti bahwa kompetisi kita mulai hidup, mulai bangkit
dan untuk yang pertama kalinya klub merah putih Persipura berlaga di perempat
final piala AFC dan kalah dengan Agregat (1-3) dari klub asal Irak Arbil SC untuk
melaju ke semi Final. Mengapa anggota-anggota dibawah naungan PSSI tidak
memperhitungkan itu semua, mengapa itu tidak dianggap sebagai suatu
kemajuan, padahal banyak kalangan berharap pada kebobrokan kepengurusan
PSSI. Kejelekan kompetisi ISL musim lalu dijadikan hikmah untuk
keberhasilan. Lebih baik saat ini kita membuang jauh-jauh segala keburukan lalu
ambil yang baik-baik saja, jangan disamakan yang baik dan yang buruk, sebab
boleh jadi PSSI sekarang lebih buruk dari yang lalu. Alangkah baiknya saling
mengintrospeksi diri untuk melakukan apa dan bagaimana langkah
selanjutnya. Mari duduk bersama memadukan pendapat untuk saling berbagi.
26
Hilangkan rasa dendam karena dendam takkan pernah berakhir jika itu tidak
disadari dampaknya.
Era-era itu kini telah berlalu dan era (Djohar Arifin H) yang paling
mengganaskan ini muncul yang mau tak mau adalah era sebuah dendam.
Prestasi yang di toreh pada awal kepengurusannya menjadi Runner Up Sea Game
2011, sekaligus menitip sejarah dibawah asuhan pelatih Wim
Rijsbergen memalukan Timnas Senior 5 kali kalah secara berturut-turut diajang
kualifikasi Pra Piala Dunia 2014 dengan kemasukan 16 gol lawan 3 gol, dan tak
lama lagi 29 Februari 2011 akan bertandang melawan Bahrain dan sebagai
penutup kekalahan yang ke 6 kalinya.
Song (2009) menjelaskan bahwa tujuan konkrit dari manajemen
perubahan pada organasisasi yang berbeda kemungkinan tidak sama, tapi
semangat manajemen perubahan mungkin sama, yaitu membuat organisasi lebih
efektif, efisien, dan tanggap terhadap lingkungan oragnisasi yang bergejolak.
Upaya organisasi dalam rangka manajemen perubahan tidak selamanya
berhasil. Bahkan proporsi kesuksesannya dapat dikatakan sangat kecil. Schaffer
dan Thompson melakukan riset terhadap 300 perusahaan elektronik di USA,
hasilnya adalah hanya 10 persen yang sukses melakukan perubahan selebihnya
63 persen hasilnya gagal. Lebih lanjut, di eropa sebanyak 500 perusahaan di
Britain memperkenalkan Total Quality Management (TQM). Hasilnya, hanya 8
persen manajer percaya bahwa hal tersebut dapat berhasil, selebihnya gagal
terlaksana dengan baik (Wilkinson et al. 1993).
Meskipun proporsi keberhasilan manajemen perubahan sangat kecil,
namun bukan berarti hal tersebut tidak dapat diupayakan. Kemungkinan
keberhasilan manajemen perubahan sebuah organisasi sangat ditentukan
dengan optimalnya peran berbagai unsur pendukung. Lebih lanjut, Song (2009)
menjelaskan empat faktor yang sangat dibutuhkan organisasi dalam perubahan
yaitu kepemimpinan, budaya organisasi, isu sumber daya manusia, dan
kapabilitas dari respon cepat).
27
2.2.3 Identifikasi Permasalahan
Dalam bidang keorganisasian peneliti mengidentifikasi beberapa masalah
yang ingin diangkat, penjabaran disetiap identifikasi masalah tersebut yaitu
sebagai berikut:
1. Struktur Organisasi
a) Struktur organisasi yang belum jelas
Pada struktur organisasi di PSSI, Tim belum menemukan kejelasan
dalam bentuk serta isi kejelasannya. Oleh sebab itu, Tim harus
lebih mencari kejelasan struktur organisasi lebih lanjut.
b) Struktur organisasi yang sulit di akses di situs resmi PSSI
Pada situs resmi PSSI http://www.pssi-football.com/id/index.php.
Tim menemukan kesulitan pada pencarian struktur organisasi
yang di rangkum secara langsung oleh PSSI. Sehingga tim harus
mengakses situs-situs lain yang memuat informasi tentang PSSI.
2. Rangkap Jabatan
a) EXCO merangkap lebih dari dua jabatan
Adanya rangkap jabatan oleh anggota EXCO, rangkap
jabatan ini lebih dari dua. Alasan sementara yang tim temukan
adalah keterbatasan anggota EXCO sedangkan terlalu banyakan
yang harus di pimpin oleh anggota EXCO.
b) Jabatan yang dirangkap oleh EXCO lintas bidang
Anggota EXCO yang sudah merangkap jabatan, menjabat
suatu bidang yang berbeda. Hal ini menurut tim dapat
bermasalah karena dalam suatu bidang yang berbeda di
khawatirkan anggota tidak dapat berkonsentrasi pada bidang
yang di kepalainya tersebut.
3. Konflik Kompetisi
a) Konflik kompetisi berkepanjangan
28
Konflik LSI dan LPI yang mana ketiga anggota ini memiliki
peran penting dalam dunia Persepakbolaan Indonesia, maka
apabila konflik kompetisi ini berlangsunng secara berkepanjangan
akan mengakibatkan dampak yang buruk pada dunia
persepakbolaan indonesia. Butuh adanya penyelesaian agar
konflik kompetisi ini tidak berlarut-larut dan menemukan jalan
keluar serta solusi yang tepat.
b) Problem solving yang masih belum jelas
Sangsi FIFA bukan hal yang menakutkan. Yang lebih
menakutkan adalah kehancuran total sepak bola Indonesia dalam
jangka panjang oleh 2 kubu yang bertikai pada konflik kompetisi
di atas. Pada prinsipnya ada 4 hal yang dapat menyelesaikan
konflik PSSI 2012 dan menjadi solusi bagi bangsa Indonesia
dengan mewujudkan prestasi sepakbola Indonesia dalam waktu
singkat. Tapi dalam garis besarnya belum ada pemecahan
masalah yang jelas, seperti banyak pertanyaan yang harus di
selesaikan seperti siapa yang mampu melakukan hal itu ? siapa
tokoh pemersatu yang mampu membenahi kekisruhan PSSI dan
membawa sepakbola Indonesia kedalam masa jayanya ?
4. Hubungan Organisasional
a) Hubungan organisasional PSSI dengan lembaga Negara seperti
KEMENPORA, KONI, KOI masih belum jelas
b) Kewenangan antara lembaga Negara dengan lembaga sepak bola
internasional seperti FIFA, AFC, dan AFF masih belum jelas terkait
PSSI
29
5. Administrasi
a) Tidak ada arsip, berkas dan data penting organisasi dari
pengurus PSSI sebelumnya
Pada pengurusan organisasi PSSI, diharapkan ada arsip,
berkas-berkas dan data penting yang di warisi oleh pengurusan
sebelumnya. Hal ini ditujukan agar kepengurusan yang baru
mengerti apa yang harus dilakukan sebelumnya dan harus
melakukan perubahan apa pada kepengurusan organisasi yang
baru.
b) Terbatasnya kemampuan administrasi pegawai PSSI
Selain tidak adanya arsip, berkas dan data penting yang
tidak di wariskan oleh pengurusan sebelumnya seperti masalah
yang di atas, adapula keterbatasan kemampuan pada
administrasi pegawai karena tidak adanya arsip, berkas dan data
penting pada organisasi sebelumnya.
6. Informasi dan Publikasi
a) Update informasi PSSI kurang baik, terutama pengelolaan
website
Kekurangan lain pada informasi publik tentang organisasi
PSSI, yang mana situs resmi yang disediakan kurang adanya
pembaruan informasi dan update yang dikeluarkan sudah dalam
jangka waktu lama, sehingga publik tidak dapat mengetahui
informasi-informasi terbaru pada organisasi PSSI.
b) Belum ada pengembangan media informasi lain
Tidak seperti organisasi yang lain, PSSI belum cukup
mengembangkan media informasi misalkan melalui twitter,
facebook, dll yang banyak di konsumsi oleh masyarakat luas. PSSI
30
memiliki twitter (@PSSIofficial) tetapi update yang di keluarkan
sudah dalam waktu yang lama.
2.3 Kondisi terkini serta permasalahan manajemen sumber daya manusia
Berkenaan dengan identifikasi pola manajemen sumber daya manusia di
PSSI, peneliti menemukan dua pemicu pokok timbulnya permasalahan, yaitu
masalah internal dan eksternal.
Permasalahan Masalah SDM dalam internal PSSI terpusat pada masalah
kualitas dari SDM yang masih butuh peningkatan di mana kami melihat dari
beberapa fakta yang ada, yaitu :
1. Sistem Rekrutmen
Setiap organisasi dan perusahaan membutuhkan karyawan untuk
menjalankan organisasinya atau usahanya, karena kebutuhan tersebut
setiap organisasi membutuhkan perekrutan yang sesuai dengan
kebutuhan karyawan yang di inginkan oleh badan organisasinya. Menurut
Simamora (1997) sebuah proses perekrutmen dapat di gambarkan pada
bagan di bawah ini.
31
Rincian dalam proses menginformasikan, info dapat disebarkan
melalui media cetak, media elektronik, media internet, dll. Inipun
memerlukan manajemen yang baik agar tersampaikan keseluruh lapisan
masyarakat dan mendaptakan bakat yang diperlukan. proses penyisihan
biasanya memakai beberapa tahap, yang pertama seleksi berkas, lalu
seleksi psikotes dan tertulis ( tes kemampuan sesuai bidang ), lalu seleksi
wawancara (didalamnya terdapat wawancara kemampuan,motivasi, gaji,
jabatan, dll), dst.
Dalam masalah ini, PSSI tidak mampu menginformasikan informasi
perekrutan baik dalam website maupun dalam media lain dan hal
tersebut membuat calon karyawan mengalami kesulitan untuk bergabung
di dalam organisasi PSSI.
2. Sistem Retirement
Sebagai organisasi yang memiliki pegawai di dalamnya, ada
beberapa hal yang harus di penuhi salah satunya adalah sistem
retirement yang di khususkan untuk para pegawai yang sudah tidak
bekerja lagi di organisasi tersebut, jenis-jenis dari employee yang sudah di
retirement adalah, pegawai yang di PHK baik dalam kondisi PHK sukarela
maupun tidak sukarela, dalam hal ini proses PHK kami menyarankan
penindakan PHK harus jelas dengan ketentuan organisasi PSSI,
Pemecatan juga harus memiliki aturan tertulis dengan kondisi apa
seseorang tersebut harus di pecat. Serta sistem pensiun dari setiap divisi
manajemen dan karyawan yang ada harus tertulis dengan jelas.
Contohnya seperti pada umur berapa seseorang tersebut harus pensiun,
dan data dari karyawan tersebut yang harus di simpan di data base SDM.
(Retirement kami membaginya menjadi : PHK sukarela dan tidak sukarela;
Pemecatan, dan Pensiunan).
32
3. Manajemen SDM
Manajemen SDM yang peneliti maksud disini terbagi menjadi tiga yaitu ;
job desk, rotasi kerja serta budaya kerja. Kami menemukan dalam
organisasi PSSI ketiga elemen dalam Manajemen SDM tersebut tidak
berjalan sebagaimana mestinya, dan akibatnya pola manajemen SDM
yang ada saat ini tidak jelas dan cenderung berantakan.
4. Pelatihan
Selama ini peneliti baru menemukan pelatihan untuk para pemain sepak
bola Indonesia, dan peneliti tidak menemukan adanya pelatihan untuk
pegawai dan management, kami menyarankan PSSI untuk mengadakan
pelatihan baik untuk player, pegawai dan manajemen yang lain agar
dapat meningkatkan performance organizational PSSI. Dalam engine
search di dalam dunia maya, tidak banyak artikel yang melaporkan
pelatihan untuk employee dari PSSI untuk meninkatkan performacenya.
5. Aspek Legal (ADART, SOP, K3, Sistem Perjanjian Kerja, Reward dan
Punishment)
Aspek legal sangatlah krusial dalam sebuag organissasi apalagi organisasi
besar seperti PSSI dimana aspek legal SDM sangat menentukan kinerja
internal organisasi tersebut.
6. Tata Aturan
Kami berhipotesa bahwa ada kejanggalan dalam tata aturan PSSI karena
ada beberapa pegawai yang kurang efektif di dalam organisasi maupun
pemain. Lalu masalah transparansi, dimana PSSI adalah organisasi milik
negara yang harus transparasi dalam setiap kegiatannya.
7. Masalah Umum
33
Tidak ada transparansi dari pihak PSSI mengenai sistem SDM yang
ada di PSSI
Tidak ditemukanya data base pegawai PSSI baik yang masih aktif
ataupun tidak aktif.
Permasalahan SDM dalam eksternal PSSI terpusat pada pengaruh pihak-
pihak di luar organisasi yang sebenarnya memiliki andil besar dalam kemajuan
organisasi, yaitu :
1. Persepsi Masyarakat Yang Negatif
Persepsi generalisir ini dapat merusak tubuh PSSI secara menyeluruh dan
dalam jangka waktu yang sangat lama, dimana setiap pengurus PSSI dan
segala kegiatannya akan dapat selalu dipandang negative oleh
masyarakat dan masyarakat tidak membantu dalam pengembangan PSSI.
Masalah ini juga bisa menyulitkan beberapa orang yang jujur dalam PSSI
dimana, orang tersebut tetap dianggap tidak becus dalam mengurus PSSI.
2. Auditor
Auditor independen adalah salah satu hal yang sangat penting sebagai
pembatas, “setir”, juga sebagai pemberi nasihat kepada PSSI secara
objektif. PSSI dari dulu minim hal ini, sehingga mereka dapat melakukan
apapun yang mereka anggap benar, barulah pada masa kepemerintahan
Djohar Arifin, beliau memakai D’lloyd sebagai auditor keuangan PSSI
itupun sepertinya hanya sebatas perhitungan aset tidak sampai
memberikan saran dan juga kontrak terputus, tidak di audit lagi dalam
kurun waktu berjalan. Memang usaha ini harus dihargai, tetapi tentu
akan menjadi suatu hal yang sia – sia dimana auditor hanya memeriksa
diawal dan kegiatan lainnya tidak diaudit, logisnya adalah kegiatan kurun
waktu berjalan tidak terkena audit maka bisa saja diselewengkan.
34
2.4 Kondisi terkini serta permasalahan keuangan
Aspek keuangan menjadi salah satu aspek yang harus diteliti secara
mendalam, sehingga pemahaman terhadap artikel-artikel yang tersedia melalui
media internet pun harus dilakukan guna tercapainya tujuan dari penelitian ini.
Beberapa sumber dalam media elektronik ditemukan bahwa ternyata PSSI
mendapat anggaran dana dari APBN dan APBD, dengan didukung oleh:
1. Peneliti ICW mengatakan bahwa dana PSSI bersumber dari APBN dan
APBD hanya senilai Rp 20 M di tahun 2010 dan Rp 80 M pada than 2011
2. PSSI mendapat dana dari APBN senilai Rp 100 juta per tahun yang
awalnya dikelola oleh KONI dan kemudian dialihkan ke MENPORA
3. Untuk anggaran terakhir di tahun 2010, setiap klub sepak bola ternyata
menggerogoti dana Rp 8 – Rp 15 M per tahunnya
PSSI yang dahulu masih diketuai oleh Nurdin Khalid itu, masih begitu
tertutup dan kurang transparan tentang penggunaan dana APBN maupun APBD
yang didapatnya, sehingga tidak ditemukan laporan keuangan berkenaan dengan
pengunaan uang selama Khalid memimpin PSSI. Sedangkan jika ditinjau, ternyata
masih banyak lagi pemasukan PSSI dari “pintu” lainnya, seperti:
1. Setiap pemain asing yang akan bermain di Indonesia akan dikenakan
biaya Rp 10 juta permusim
2. Pemasukan dari denda indisipliner
3. Subsidi FIFA yang setiap tahunnya senilai 250.000 dollar AS
Mengetahui banyaknya pemasukan PSSI dengan jumlah yang tidak
sedikit itu, publik merasa perlu untuk mengetahui transparansi penggunaan
dana tersebut, apalagi adanya uang Negara yang juga digunakan oleh PSSI.
Laporan keuangan pada periode pengurusan Nurdin Halid tidak jelas
pertanggungjawabannya. Berikut kutipan dari beberapa media cetak dan
media online terkait laporan keuangan PSSI:35
“Wakil Ketua KPK Mochammad Jasin mengatakan, uang negara yang
diterima PSSI melalui Komite Olahraga Nasional Indonesia dan uang
yang diperoleh klub dari pemerintah daerah kerap tidak jelas
pertanggungjawabannya. Sumber: Koran Tempo, 7 Januari 2011”
“Bendahara Umum PSSI, Zulkifli Nurdin: "Tidak ada serah terima
(dari pengurus lama ke pengurus baru) jadi hal seperti ini yang
membuat beda penafsiran. Aset akan saya inventaris dulu karena
tidak ada proses serah terima. Tidak ada data-data keuangan,"
sumber: Amalia Dwi Septi – detikSport. Kamis, 24/11/2011 23:04
WIB”
“Deputi Sekjen PSSI, Saleh Ismail Mukadar kepada wartawan di
kantor PSSI, Senayan, Jakarta, Rabu (2/5): Tim auditor BPKP telah
melakukan investigasi awal dan telah menemukan adanya indikasi
kuat terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan keuangan PSSI,
khususnya di PT. Liga Indonesia. "Tim dari BPKP sudah melakukan
telaah awal soal laporan keuangan PSSI dan PT. Liga Indonesia.
Indikasinya, terlalu banyak kejanggalan, tidak akuntabel, dan tidak
transparan. Intinya, terlalu banyak masalah.”
Dan kemudian jika menyangkut dana dari APBD, sebenarnya APBD
diperjuangkan untuk dihentikan sejak tiga tahun lalu. Terutama untuk klub
profesional. Karena menurut hasil temuan Deloit bersama KPK yang pastinya
dokumen rahasia, dikatakan sebuah kabupaten biaya pelatih dan pemain lebih
banyak daripada ketahanan pangan. Paling tinggi Persija dan Persipura. Sehingga
indikasi korupsi tinggi sekali dengan adanya tanda tangan tiga kali dan ongkoso-
ongkos politik. Namun untuk klub yang amatir dan infrastruktur, boleh
36
menggunakan dana dari APBD. Beberapa kutipan dari sumber media catak dan
media online terkait APBD:
“Menteri Dalam Negeri Gunawan Fauzi menegaskan bahwa
penggunaan dana APBD untuk klub-klub sepakbola profesional tidak
lagi diperbolehkan. Yang namanya profesional harus bisa mencari uang
sendiri.” Rabu, Januari 2011
“Mulai tahun 2012, Menteri Dalam Negeri resmi menyetop pengucuran
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) oleh pemerintah daerah
untuk klub sepakbola profesional. Larangan itu tertuang dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2011, yang menegaskan
untuk anggaran tahun 2012, tak boleh lagi ada dana untuk sepakbola
profesional. 5 Juni 2011 haluan.com”
Berita terkini seputar keuangan PSSI lainnya adalah adanya isu pencucian
uang oleh Nurdin Halid.
“Salah satu contoh adanya dugaan tindak pidana pencucian
uang adalah trasnsaksi mencurigakan di atas Rp 20miliar pada
periode tertentu. “Uang masuk lalu kelaur lagi, tanpa adanya
bukti peruntukan yang jelas. PSSI menjadi lalu lintas transaksi
yang tidak jelas. Ini sedangk kita kejar melalui audit khusus tim
BPKP, “tandas Mukadar.” 2 Mei 2012. PSSI-football.com
“Ketua Komite Audit Internal Persatuan Sepak Bola Seluruh
Indonesia (PSSI), Asril Oemry, menyebutkan adanya
penyimpangan dalam pengelolaan keuangan di organisasi
sepak bola Indonesia era kepemimpinan NurdinHalid.
2Mei2012”
37
Berdasarkan pengamatan sesuai dengan yang data yang ditemukan dari
artikel-artikel terkait. Maka peneliti mengdentifikasi beberapa permasalahan
yang berkaitan dengan aspek keuangan PSSI, diantaranya :
1. Ketidakjelasan laporan keuangan. Tidak jelas dalam konteks ada atau
tidaknya laporan keuangan, sudah diaudit atau belum, dan dipublikasikan
atau tidak. Hal ini penting karena PSSI menggunakan dana pemerintah,
yang seharusnya dipergunakan dengan baik dan transparan.
2. Keuangan PSSI yang ternyata belum mandiri, dikarenakan PSSI masih
mendapat dana dari APBN dan atau APBD. Menjadikan PSSI kesulitan
pendanaan ketika sumber pemasukan tersebut dihentikan oleh
Pemerintah.
3. Tidak ada data-data keuangan
4. Donator masih belum tertarik untuk memberikan dana pada club-club
sepak bola di Indonesia yang menjadi anggota PSSI
38
BAB III
POLA KEBIJAKAN DALAM MANAJEMEN PERUBAHAN PSSI
3.1. Bentuk kebijakan dalam manajemen perubahan PSSI
3.2. Perbandingan manajemen perubahan persepakbolaan di negara maju
39
BAB IV
ANALISIS KEBIJAKAN MANAJEMEN
3.1. Aspek persepakbolaan mengenai rencana pembenahan
Berdasarkan pada analisa yang dilakukan terhadap permasalahan-
permasalahan dalam pengelolaan persepakbolaan di Indonesia oleh PSSI, seperti
yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya yaitu terdapat lima masalah besar
dalam pengelolaan persepakbolaan oleh PSSI diantarnya yaitu masalah dualisme
kompetisi, masalah kompetisi dan peningkatan kualitasnya agar tidak tertinggal
dari negara-negara lain, pembinaan usia muda, infrasrtuktur, dan kebebasan
media di Indonesia yang terlalu mengekspose seluruh kegiatan pemain timnas
sehingga konsentrasi mereka untuk bertanding menjadi sedikit terganggu.
Dari setiap permasalahan tersebut peneliti mencoba memetakan rencana
pembenahan yang mungkin bisa diterapkan nantinya oleh PSSI yaitu :
1. Untuk mengatasi masalah dualisme kompetisi, peneliti memiliki solusi
yang mungkin bisa dipakai oleh PSSI yang baru yaitu dengan cara
mengalah demi keberlangsungan liga dan kompetisi yang benar dan
mengikuti aturan FIFA. Mengalah dalam hal ini maksudnya tim yang
berada di LPI merger dengan klub yang ada di LSI. Tim-tim yang
memiliki dualisme di kedua kompetisi tersebut melakukan merger.
Masalah lain yang muncul pasca-merger adalah kuota pemain yang
akan melebihi kuota dalam satu tim. Jika itu terjadi, manajemen tim
selayaknya menyeleksi pemain yang layak membela tim.
2. Untuk mengatasi masalah kualitas kompetisi, peneliti menemukan 2
cara untuk itu. Pertama dengan lebih memperketat regulasi pada
kompetisi agar terciptanya fair-play dan juga klub-klub yang mengikuti
kompetisi akan lebih tertib. Kedua agar permainan lebih berkualitas
perlu adanya persaingan yang sehat antar pemain dalam hal ini
pemain harus berusaha menunjukkan yang terbaik untuk penonton.
40
Mendatangkan pemain asing yang berkualitas akan menambah
motivasi pemain lokal untuk berusaha menjadi yang lebih baik.
3. Untuk mengatasi masalah pembinaan usia muda peneliti
merekomendaskan solusi terhadap masalah ini dengan memperketat
seleksi masuk timnas usia muda dengan menyetarakan standar dari
kiblat sepakbola dunia, misalnya inggris dan belanda. Dan pemain
yang telah diseleksi dan dinilai memiliki potensi untuk menjadi
pemain hebat dikirim ke negara kiblat sepakbola kalau bisa di eropa
untuk mengikuti trial disana.
4. Untuk mengatasi masalah infrastruktur peneliti merekomendasikan
soluisi yaitu dengan menggandeng investor domestik maupun asing
untuk mau menginvestasikan uangnya dalam pembangunan
infrastruktur sepakbola di Indonesia.
5. Untuk mengatasi masalah media, peneliti merekomendasikan solusi
yaitu agar media yang terlalu mengekspose dan melewati batas
aturan yang ditetapkan harus diberi sangsi dan diberi batas meliput di
kemudian hari.
3.2. Aspek Organisasi mengenai rencana pembenahan
Berdasarkan pada identifikasi permasalahan organisasi di PSSI, yang
meliputi masalah struktural, rangkap jabatan, administrasi, konflik kompetisi,
serta masalah publikasi dan informasi. Maka peneliti mencoba memetakan
rekomendasi solusi terhadap manajemen perubahan yang nantinya bisa
dilakukan oleh PSSI, yaitu dintaranya :
1. Ada struktur organisasi yang jelas
Karena belum adanya kejelasan pada struktur organisasi PSSI, maka
harus adanya kejelasan pada struktur organisasi ini agar mempermudah
dalam mengerti struktur organisasi yang ada pada organisasi.
41
2. Struktur organisasi mudah di akses melalui website dan media
informasi lain
Informasi yang memuat tentang sruktur organisasi diharapkan dapat
di akses dengan mudah dalam website resmi serta media informasi lain,
agar adanya keterbukaaan informasi yang dapat di ketahui oleh
masyarakat luas.
3. Amandemen statuta PSSI
Amandemen harus dilakukan agar setiap isi dalam statuta yang
memang masih keliru dan berisikan kepentingan individu tertentu agar
bisa diperbaiki dan disempurnakan sebagaimana mestinya. Sehingga
statuta ini menjadi pedoman yang sah dan valid bagi jalannya roda
organisasi
4. Jabatan rangkap maksimal 2
Agar organisasi tidak terlalu gemuk maka seharusnya ada angka
maksimal pada perangkapan jabatan, Misalkan satu orang anggota
maksimal merangkap dua jabatan. Hal ini dilakukan agar setiap anggota
dapat berkonsentrasi pada jabatan yang di kepalainya dan dapat
bertanggung jawab penuh pada tugas-tugas yang harus dilakukan.
5. Ada solusi dan konflik terselesaikan
Harus adanya solusi pada setiap konflik yang di hadapi. Konflik yang
berkepanjangan tidak bisa dibiarkan berlarut-larut terjadi, harus adanya
penemuan solusi pada setiap konflik yang di hadapi. Dalam PSSI
diharapkan dapat menemukan solusi yang baik, agar konflik yang
berkepanjangan dapat terselesaikan dan tidak terulang kembali.
6. Ada problem solving
42
Harus adanya pemecahan masalah dalam setiap permasalahan yang
di hadapi, Pada permasalahan PSSI yang tidak kunjung selesai harus ada
pemecahan masalah pada “siapa yang mampu memecahkan
permasalahan PSSI yang berkepanjangan? Dan siapa tokoh pemersatu
yang mampu membenahi kekisruhan PSSI dan membawa sepakbola
Indonesia kedalam masa jayanya?”
7. Ada hubungan jelas antara PSSI dengan lembaga Negara dalam
bentuk Undang-Undang
8. Ada hubungan jelas antara lembaga Negara dengan organisasi sepak
bola internasional terkait PSSI dalam bentuk Undang-Undang
9. Ada arsip dan dapat di akses
Dalam pengurusan organisasi PSSI harus adanya arsip yang dapat di
akses, agar ada kejelasan untuk meneruskan program organisasi
selanjutnya.
10. Kemampuan administrasi meningkat
Dengan adanya arsip yang dapat diakses, di harapkan kemampuan
administrasi dapat meningkat melalui arsip, berkas-berkas dan data
penting yang dapat di akses pada kepengurusan organisasi sebelumnya.
11. Website update
Untuk kepengurusan selanjutnya diharapkan PSSI dapat lebih
memperbaharui informasi tentang apa yang terjadi pada organisasi, agar
informasi publik dapat di konsumsi oleh masyarakat luas.
12. Pengembangan media informasi seperti facebook, twitter dll
43
Selanjutnya diharapkan PSSI dapat mengembangkan media
informasinya dengan membuat account facebook, twitter, dll secara
resmi dan account tersebut memuat tentang beragam informasi yang
terjadi setiap ada pembaruan aktivitas ataupun informasi-informasi
mengenai kegiatan terkait.
3.3. Aspek SDM mengenai rencana pembenahan
Berdasarkan pada identifikasi permasalahan organisasi di PSSI, yang
meliputi masalah rekrutiment, retirement, administrasi, konflik kompetisi, serta
masalah publikasi dan informasi. Maka peneliti mencoba memetakan
rekomendasi solusi terhadap manajemen perubahan yang nantinya bisa
dilakukan oleh PSSI, yaitu dintaranya :
1. Rekruitment
a) Pembentukan tim independen untuk penyeleksian calon pegawai
b) Pembuatan sistem penyeleksian yang berstandar yang disesuaikan
dengan kebutuhan PSSI
Penyeleksian berkas
Uji tes psikologi
Uji kesehatan
Interview
c) Penyebaran informasi mengenai tata cara perekrutan pegawai
2. Retirement
Menyarankan kepada pihak PSSI agar bisa menyesuaikan sistem
retirement yang sudah ada pada PSSI dengan Dasar Hukum
Penetapan Pensiun PNS yang sudah di atur oleh badan kepegawaian
negara. Sistem retirement sudah sedari awal kontrak diberitahukan
kepada calon pegawai, contohnya : usia pension, kebijakan pensiun
dini, pemecatan sepihak (PHK), pengunduran diri, pension apabila
cacat, dll. Lalu diberitahukan lagi selambat2nya 3 bulan sebulan
44
pegawai diberhentikan. Proses retirement harus memenuhi kriteria
sistem retirement, tidak boleh disangkut pautkan dengan
subjektifitas.
3. Manajemen SDM
Peneliti menyarankan Job desk dalam PSSI selain harus tertulis serta
terbagi menjadi divisi yang ada di PSSI dan juga harus di lampirkan
dalam perjanjian kerja pegawai sehingga pegawai mengetahui apa
kewajiban mereka di dalam PSSI. Rotasi kerja dibutuhkan selain untuk
memotivasi pegawai tetapi juga dibutuhkan ketika seorang pegawai
tersebut berhak mendapatkan posisi lebih dari posisi awal mereka.
Budaya kerja dalam sebua instansi ataupun organisasi yang di
gunakan oleh Indonesia masih menggunakan budaya kerja timur di
mana masih berorientasi kepada kehadiran dibandingkan dengan
orientasi profesionalitasan dan orientasi hasil, dan budaya kerja ini
mempengaruhi sebuah organisasi dalam performan bekerjanya. (Job
Desk, Rotasi Kerja, Budaya Kerja)
4. Pelatihan
Peneliti menyarankan PSSI untuk mengadakan pelatihan baik untuk
player, pegawai dan manajemen yang lain agar dapat meningkatkan
performance organizational PSSI. Dalam engine search di dalam dunia
maya, tidak banyak artikel yang melaporkan pelatihan untuk
employee dari PSSI untuk meninkatkan performacenya, sangat di
sarankan dalam setiap organisasi atau instansi membuat minimal 4
kali dalam 1 tahun pelatihan pegawai untuk meningkatkan kinerja
pegawai. Pelatihan yang dimaksud disini bukan hanya pelatihan
mengenai persepakbolaan saja tetapi juga pelatihan organisatoris
untuk kebutuhan organisatoris PSSI.
45
5. Aspek Legal
Peneliti menyarankan untuk mengubah pedoman dasar PSSI menjadi
AD/ART dengan syarat harus menyembpurnakan aturab-aturan di
dalamnya, karena tidak adanya AD/ART dalam tubuh PSSI tidak saja
hanya masalah ketidakberadaan AD/ART tersebut tetapi juga
ketidaktransparan yang terjadi dalam PSSI sehingga sulit untuk
mengukur keefektifan PSSI. Ini pun berdampak terhadap aspek leal
SDM yang lain seperti SOP, Kesehatan dan keselamatan kerja, dan
lain-lain. Kami tidak menemukan secara tertulis mengenai K3 atau
kesehatan dan kesejahteraan serta sistem Reward dan Punishment,
sisrem perjanjian kerja dan bila ada kami tidak tahu apakah seluruh
sistem tersebut telah berjalan dengan efektif atau tidak,sehingga kami
menyarankan kepada PSSI untuk menekankan keberadaannya.
6. Tata aturan
Peneliti menyarankan agar tata aturan yang berlaku dulu dan
sekarang di PSSI harus terlebih dahulu dikaji lebih dalam hingga jelas
apabila tidak ada perubahan revisi ada kemungkinan hal ini tidak
dipandang penting, karena aturan dapat terkait masalah kinerja SDM
dan juga aspek legal.
7. Masalah Umum
Peneliti menyarankan agar PSSI membuat semacam sistem informasi
manajemen agar semua data perusahan da pegawai tersusun rapi dan
terjaga dengan aman, dan juga agar bisa melakukan transparansi di
kemudian hari apabila ada yang membutuhkan
8. Persepsi Masyarakat
Disarankan agar PSSI mampu membagun citra positif dimasyarakat
dengan melakukan kegiatan serta kebijakan-kebijakan yang memang
46
konstruktif bagi kemajuan sepak bola Indonesia dan mampu
meningkatkan prestasi sepak bola Indonesia di tingkat regional dan
internasional.
9. Auditor
Disarankan agar PSSI bisa bekerja sama dengan auditor independen,
sebagai pengawas kinerja secara keseluruhan organisasi. Ini dilakukan
agar PSSI menjadi organisasi yang berkualitas.
3.4. Aspek Keuangan mengenai rencana pembenahan
Dari berbagai masalah dan indikator tercapainya tujuan perubahan, maka
peneliti pun memberikan beberapa pilihan terkait mengatasi masalah-masalah
sebagaimana dipaparkan pada bagian constrain, dan pilihan solusi pada bab
sebelumnya, dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Untuk mengatasi ketidakjelasan keberadaan laporan keuangan dapat
diwujudkan dengan:
a. Mencari data keuangan pada periode sebelumnya secara
berkelanjutan
Kelebihan dari penggunaan cara ini adalah proses pembuatan
laporan keuangan lebih mudah, laporan keuangan dapat
dipercaya. Namun waktu yang dibutuhkan akan lebih lama dan
adanya resistensi dari pihak yang bersangkutan. Misalnya
kemungkinan ada staf yang tidak mau memberikan bukti-bukti
transaksi.
b. Pembuatan laporam keuangan periode sebelumnya berdasarkan
data minimal yang diperoleh
47
Kelebihan dari penggunaan cara ini adalah tidak membutuhkan
waktu yang begitu lama, tingkat resistensi dari pihak terkait
rendah. Namun proses pembuatan laporan keuangan akan
mengalami kesulitan karena data yang tidak lengkap sehingga
laporan keuangan kurang dipercaya.
c. Tidak membuat laporan keuangan periode sebelumnya
Kelebihan dari penggunaan cara ini adalah terfokus pada laporan
keuangan periode terbaru. Namun tidak ada dokumentasi laporan
keuangan sebagai tolak ukur dibuatnya laporan keuangan baru,
dan kepengurusan lama dibebaskan dai tanggung jawab
pembuatan laporan keuangan.
2. Untuk mengatasi keuangan yang tidak mandiri dapat diwujudkan dengan:
a. Membangun usaha di setiap wilayah yang kemudian akan
dijalankan oleh klub
Kelebihan dari penggunaan cara ini, adalah setiap club akan
mendapatkan pemasukan sendiri, sehingga dengan bebas dapat
menggunakan dana tersebut tanpa dicampurtangani oleh
Pemerintah. Sedangkan Kekurangan dari penggunaan cara ini,
adalah bahwa resiko lebih tinggi dikarenakan ketika membangun
suatu usaha, maka modal yang dibutuhkan pun tidak sedikit,
sehingga adanya resiko rugi karena tidak fokus pun masih bisa
terjadi. Dan kekurangan lainnya adalah bahwa pendapatan yang
dihasilkan setiap club pun nantinya akan berbeda-beda besar
nominalnya, sehingga kualitas para pemain dan atau club itu
sendiri pun berbeda-beda.
b. Mencari donatur/rekanan dengan mengirimkan proposal
48
Kelebihan menggunakan cara ini, adalah adanya kemungkinan
dana yang didapat dari donatur bernilai besar. Dan Kekurangn
menggunakan cara ini, adalah kesempatan proposal club untuk
ditolak cukup besar. dan lagi pula cara ini sepertinya tidak bisa
menstimulus club untuk berpikir kreatif untuk membangun
sebuah usaha dan atau mencari dana dengan cara yang lain.
c. Meningkatkan prestasi, yang kemudian akan menjadikan image
club lebih baik sehingga akan datangnya donatur untuk
mendonasikan dananya
Kelebihan menggunakan cara ini, adalah kesempatan untuk
mendapat dana dalam julah besar pun cukup besar. Hanya saja
kekurangan dalam penggunaan cara ini, adalah return yang
didapat masih akan dalam jangka panjang, dan dibutuhkannya
modal yang besar untuk melatih para pemain hingga dapat
membuat prestasi-prestasi yang cemerlang.
3.5. Penyusunan model kebijakan manajemen perubahan di PSSI.
49
BAB V
SARAN PEMBENAHAN MANAJEMEN
5.1. Prinsip-prinsip manajemen perubahan PSSI
5.2. Pokok-pokok aturan
5.3. Tahapan Implementasi manajemen perubahan di PSSI.
50
BAB VI
PENUTUP
51
52