GAMBARAN SISTEM INVESTIGASI KECELAKAAN DI PT.
PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT II DUMAI
PROVINSI RIAU
TAHUN 2012
LAPORAN MAGANG
Disusun Oleh:
RISKA FERDIAN
NIM : 108101000042
PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012 M/1434 H
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKATKESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJAMagang, April 2012Riska Ferdian, NIM : 108101000042Gambaran Sistem Investigasi Kecelakaan Di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai Provinsi Riau Tahun 2012xiii+ 107 halaman, 6 tabel, 2 gambar, 2 bagan, 10 lampiran
ABSTRAKInvestigasi kecelakaan menentukan bagaimana dan mengapa sebuah kecelakaan terjadi.
Melalui sistem investigasi kecelakaan, kecelakaan yang sama atau yang lebih buruk mungkin dicegah. PT Pertamina (Persero) Refinery Unit II adalah salah satu perusahaan yang menerapkan investigasi kecelakaan. Sistem investigasi kecelakaan adalah salah satu elemen yang terdapat pada Manajemen Keselamatan Proses. Selain itu PT. Pertamina (Persero) RU II belum pernah mengalami kecelakaan berulang.
Kegiatan magang ini dilakukan selama 26 hari dimulai dari tanggal 13 Februari 2012- 13 Maret 2012 dengan 8 jam perhari. Kegiatan magang ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sistem investigasi kecelakaan di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan yaitu dengan telaah data dan wawancara terkait sistem investigasi kecelakaan.
Input dari investigasi kecelakaan di PT. Pertamina (Persero) RU II adalah berupa tim investigasi kecelakaan yang telah berpengalaman dan mendapatkan pelatihan, sumber dana yang dianggarkan dalam anggaran tahunan, sarana dan pra-sarana yang telah memadai, adanya SOP (Standar Operational Procedures) , sasaran yaitu para pekerja dan menggunakan teknologi yang disesuaikan dengan kebutuhan investigasi. Didalam tahap perencanaan terdapat klasifikasi insiden atau kecelakaan, kebijakan dan prosedur notifikasi, susunan tim, dan terdapat prosedur investigasi yang tertuang dalam Pedoman Tim Penyelidikan dan TKO. Pengorganisasian tim investigasi kecelakaan diaktifkan saat adanya laporan kecelakaan. Telah terdapat tugas spesifik bagi tim investigasi. Pelaksanaan investigasi kecelakaan terdiri dari investigasi lapangan, penentuan penyebab dasar, perumusan saran dan rekomendasi, serta penulisan laporan. Pengawasan terhadap sistem investigasi kecelakaan berupa penerapan dan tindak lanjut dari saran dan rekomendasi, review ulang oleh tingkat korporat dan setiap laporan investigasi dijadikan arsip dan umpan balik untuk menyempurnakan proses dari investigasi kecelakaan . Output dari investigasi kecelakaan berupa terjawabnya sebab dasar dari kecelakaan dan rekomendasi dan saran yang disusun berdasarkan akar penyebab kecelakaan.
Beberapa hal yang dapat direkomendasikan untuk memperlancar sistem investigasi kecelakaan yaitu sebaiknya Sebaiknya dibuat TKO (Tata Kerja Organisasi) dan Pedoman Penyelidikan Kecelakaan untuk penyelidikan kecelakaan skala kecil atau non-serius. Sebaiknya dilakukan peningkatan sosialisasi mengenai investigasi kecelakaan, dan sebaiknya diadakan pelatihan atau workshop khusus bagi tim investigasi kecelakaan terutama dalam hal tata cara wawancara saksi.Daftar bacaan: 19 (1990-2012)Kata kunci: investigasi kecelakaan, laporan kecelakaan, penyebab dasar, tim investigasi, on site investigation
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Magang
GAMBARAN SISTEM INVESTIGASI KECELAKAAN DI PT.
PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT II DUMAI PROVINSI
RIAU TAHUN 2012
Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Magang Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Mei 2012
Mengetahui
Pembimbing Fakultas
Riastuti Kusumawardani, SKM., MKM
Pembimbing Lapangan
Yan Syukharial, ST., MM., MBA
PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2012
Jakarta, Mei 2012
Penguji I,
Yuli Amran, SKM., MKM
Penguji II,
Raihana Nadra Alkaff, M, MA
RIWAYAT HIDUP
Nama : Riska Ferdian
Tempat, Tanggal Lahir : Bukit tinggi, 24 Februari 1990
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Marital : Belum menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. S. Parman no.90 Malana Ponco Tanah Datar
Sumatera Barat
No. Hp : 0856-925-924-02
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan:
1. SD Negeri Serua X (1996 - 2002)
2. SMP Negeri 1 Pamulang (2002 - 2005)
3. SMA Negeri 1 Cisauk (2005- 2008)
4. S1 Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta (2008 - Sekarang)
KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang akhirnya
saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan magang dengan judul “Gambaran Sistem
Investigasi Kecelakaan di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai Provinsi
Riau Tahun 2012”. Sholawat dan salam juga selalu tercurah kepada baginda besar Nabi
Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya dari zaman kegelapan ke zaman terang
benderang seperti saat ini. Dalam penyusunan laporan magang ini, tak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Riastuti Kusumawardani, MKM. selaku pembimbing I yang menyempatkan
waktu di kesibukannya untuk membimbing selama magang berlangsung.
2. Bapak Ir. Achmad Muslimin selaku Manager HSE dan Bapak Sugiyarto selaku
Manager HR Area RU II yang telah menerima saya dan teman-teman untuk
magang di PT. Pertamina RU II.
3. Bapak Yan Syukharial, ST., MM., MBA yang selalu menyempatkan waktu
untuk membimbing dan mendampingi dari awal sampai akhir kegiatan magang.
4. Ibu Yuli Amran, SKM., MKM dan Ibu Raihana Nadra Alkaff, M, MA atas kritik
dan sarannya yang membangun sebagai penguji magang.
5. Seluruh staff Safety Section yang telah memberikan arahan mengenai Safety di
PT. Pertamina RU II.
6. Bapak Donny dan Bapak Wandi Citra yang banyak membimbing kami selama di
OH Section. Terima kasih atas motivasi dan ilmu yang diberikan.
7. Untuk Sekar, Iqbal dan Ilham yang selama sebulan berbagi suka dan duka
selama perantauan di negeri orang.
8. Untuk Era, Sofia, Tika , Depoy, Ayu dan Kak Yunci atas semua semangat yang
diberikan.
9. Untuk Surya Pradana yang selalu bersikap positif atas segala situasi sehingga
membangun motivasi.
10. The last but the best untuk Mama dan Papa yang telah mencurahkan semua kasih
sayang, dukungan materi dan doanya setiap saat. Semoga mama papa selalu
diberikan kesehatan dan barokah oleh Allah.
Banyak sekali ilmu yang didapat selama menjalani kegiatan magang di PT.
Pertamina RU II. Semoga laporan magang ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca pada umumnya. Laporan magang ini tentu tidak sempurna. Saran dan kritik
yang membangun terhadap laporan ini sangat saya harapkan.
Jakarta, Mei 2012
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG.................................................................iii
RIWAYAT HIDUP..................................................................................................iv
KATA PENGANTAR..............................................................................................v
DAFTAR ISI.............................................................................................................vii
DAFTAR BAGAN....................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR................................................................................................xi
DAFTAR TABEL.....................................................................................................xii
LAMPIRAN..............................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................5
1.2.1 Tujuan Umum................................................................................5
1.2.2 Tujuan Khusus...............................................................................5
1.3 Manfaat....................................................................................................5
1.4 Ruang Lingkup........................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8
2.1 Sistem......................................................................................................8
2.1.1 Definisi Sistem...............................................................................8
2.1.2 Unsur Sistem..................................................................................8
2.2 Investigasi................................................................................................10
2.3 Kecelakaan..............................................................................................10
2.3.1 Definisi Kecelakaan.......................................................................10
2.3.2 Klasifikasi Kecelakaan..................................................................11
2.3.3 Definisi Insiden..............................................................................12
2.3.4 Model Sebab Terjadinya Suatu Insiden dan Kecelakaan...............12
2.4 Investigasi Kecelakaan............................................................................14
2.5 Sistem Investigasi Kecelakaan................................................................15
2.5.1 Definisi...........................................................................................15
2.5.2 Input...............................................................................................15
2.5.3 Proses.............................................................................................23
2.5.4 Output............................................................................................35
BAB III ALUR DAN JADWAL KEGIATAN.......................................................36
3.1 Alur Magang.........................................................................................36
3.2 Jadwal Kegiatan Magang......................................................................37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................41
4.1 Gambaran PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai................41
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan.....................................................41
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan............................................................45
4.1.3 Gambaran Fungsi HSE PT Pertamina (Persero) Refinery
Unit II Dumai .............................................................................47
4.2 Gambaran Input Sistem Investigasi Kecelakaan...................................53
4.2.1 Pelaksana (Sumber Daya Manusia).............................................53
4.2.2 Budgeting.....................................................................................56
4.2.3 Sarana dan Pra-sarana..................................................................58
4.2.4 Metode.........................................................................................63
4.2.5 Market..........................................................................................69
4.2.6 Machinery....................................................................................72
4.3 Gambaran Proses Sistem Investigasi Kecelakaan.................................74
4.3.1 Perencanaan.................................................................................74
4.3.2 Pengorganisasian.........................................................................81
4.3.3 Pelaksanaan.................................................................................86
4.3.4 Pengawasan ................................................................................100
4.4 Gambaran Output Pelaksanaan Investigasi Kecelakaan ......................100
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.........................................................................103
5.1 Simpulan...............................................................................................103
5.2 Saran.....................................................................................................105
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................106
LAMPIRAN
DAFTAR BAGAN
No. Bagan
3.1 Alur Kegiatan Magang
4.1 Tahapan Pelaksanaan Investigasi Kecelakaan di
PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai
Halaman
36
92
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
2.1 Ilustrasi Teori Domino Heinrich (1931)
2.2 Proses Investigasi Kecelakaan
Halaman
12
23
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
1.1 Perusahaan Peraih Penghargaan Keselamatan Minyak dan Gas Bumi
Bidang Kegiatan Pemurnian Dan Pengolahan Tahun 2011
4
3.1 Jadwal Kegiatan Magang 37
4.1 Kapasitas Produk PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II 45
4.2Perbandingan Pelaksana Investigasi Kecelakaan di PT. Pertamina
(Persero) RU II dengan Teori Bird & Germain (1990) dan Gunawan
(2011)
57
4.3Perbandingan Kebijakan dan Prosedur Tertulis Investigasi Kecelakaan
di PT. Pertamina (Persero) RU II dengan Teori Glasgow Caledonian
University (2010)
68
4.4 Perbandingan Perencanaan di PT. Pertamina (Persero) RU II dengan
Teori Gunawan (2011) dan Teori dalam buku Manual Keselamatan
No.10 Departemen Perburuhan, Keselamatan Tambang dan
Administrasi Kesehatan Amerika Serikat tahun 1990.
79
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Penerimaan Magang
Lampiran 2 Denah Kilang Minyak PT. Pertamina (Persero) Refinery II Dumai
Lampiran 3 Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) Refinery II Dumai
Lampiran 4 Struktur Organisasi HSE PT. Pertamina (Persero) Refinery II
Dumai Lampiran 5 Diagram Alir Komunikasi Kecelakaan Kerja
Lampiran 6 Diagram Alir Penyelidikan Kejadian
Lampiran 7 Laporan Kecelakaan Kerja
Lampiran 8 Laporan Penyelidikan Kejadian
Lampiran 9 Petunjuk Untuk Identifikasi Penyebab Kejadian
Lampiran 10 Absensi Rapat Tim Penyelidik Kejadian
BAB I
PENDAHULUAN
1.5 Latar Belakang
Data pada tahun 2010 yang ada pada Jamsostek memperlihatkan bahwa
kecelakaan kerja mencapai 98.711 kasus. Dari angka tersebut tercatat 2.191 orang
tenaga kerja meninggal dunia dan menimbulkan cacat permanen sekitar 6.667 orang
(Tri, 2012). Sedangkan pada akhir November 2011, Jamsostek mencatat terjadi
90.000 kasus kecelakaan kerja (Kur, 2012). Suatu kecelakaan terjadi karena ada
alasan-alasan yang jelas dan dapat diperkirakan sebelumnya (predictable). Sebagian
besar kecelakaan muncul akibat dari faktor-faktor yang dapat diidentifikasi. Itulah
sebabnya investigasi dan identifikasi alasan-alasan terjadinya kecelakaan menjadi
signifikan dalam rangka menghindari kecelakaan serupa di kemudian hari
(Suwahono, 2010).
Fokus utama dari investigasi kecelakaan harus menjadi penentuan fakta-
fakta seputar insiden dan pelajaran yang bisa dipelajari untuk mencegah kejadian
serupa di masa depan (EHS Princeton, 2007). Investigasi kecelakaan menentukan
bagaimana dan mengapa sebuah kegagalan terjadi. Dengan menggunakan informasi
diperoleh melalui penyelidikan, kecelakaan yang sama atau mungkin lebih buruk
mungkin dicegah. Investigasi tidak bertujuan untuk menyalahkan seseorang
(OSHA, 1995).
Banyak perusahaan melakukan proses investigasi dan mencatat informasi
tentang kecelakaan kerja untuk berbagai macam kepentingan, seperti pemenuhan
persyaratan perundang-undangan, standar sertifikasi, kebijakan perusahaan dan untuk
digabungkan sebagai data statistik yang dapat menunjukkan tren angka kecelakaan.
Tetapi sangat sedikit sekali yang menggunakan proses investigasi untuk menentukan
program pencegahan kecelakaan yang tepat agar kecelakaan yang sama tidak terjadi
kembali pada masa yang akan datang (Mayendra, 2009)
PT Pertamina (Persero) Refinery Unit II adalah salah satu perusahaan yang
menerapkan investigasi kecelakaan. Investigasi kecelakaan adalah elemen ke 13 (tiga
belas) dari 14 (empat belas) elemen yang ada didalam Manajemen Keselamatan Proses
(HSE PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai, 2009). Investigasi kecelakaan di PT.
Pertamina RU II Dumai adalah hal yang sangat penting dilakukan dalam rangka
mengevaluasi kecelakaan kerja yang sudah terlanjur terjadi. Investigasi kecelakaan yang
efektif, pelaporan dan tindak lanjutnya sangat diperlukan untuk mencapai integritas
operasi. Dari laporan penyelidikan kecelakaan akan diperoleh pelajaran sehingga dapat
dilakukan tindak lanjut koreksi untuk mencegah terulangnya kecelakaan sejenis (HSE
PT. Pertamina RU II Dumai, 2009).
Selain itu di PT. Pertamina RU II Dumai, penyelidikan kecelakaan sangat
penting untuk dapat mengukur seberapa besar dampak yang timbul serta dapat
menghitung jumlah kerugiannya (Pedoman Tim Penyelidikan Kejadian PT. Pertamina
(Persero) RU II, 2000). Berdasarkan wawancara dengan Bapak Yan Syukharial (Section
Head Fire and Insurance), PT. Pertamina (Persero) RU II belum pernah mengalami
kecelakaan berulang.
Selain itu, sebagai pembuktian dari komitmen menekan kecelakaan kerja dan
secara tidak langsung membuktikan keberhasilan investigasi kecelakaan, PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit II Dumai telah berhasil mendapatkan salah satu penghargaan di
bidang keselamatan dan kesehatan kerja dari kementrian ESDM yaitu Patra Nirbhaya
Karya Utama Adinugraha III terhitung dari tanggal 5 Juli 2004 sampai tanggal 28
Februari 2011 dengan pencapaian jam kerja aman sebanyak 65,466,378 jam
(Kementrian ESDM, 2012). Diantara perusahaan Pengolahan minyak lainnya, PT.
Pertamina (Persero) RU II Dumai merupakan perusahaan yang sampai tahun 2011
mendapatkan pencapaian tertinggi dalam jumlah jam kerja aman. Mahasiswa tertarik
untuk mengamati salah satu elemen dalam sistem manajemen keselamatan proses
khususnya dalam penerapan investigasi kecelakaan pada PT Pertamina (Persero)
Refinery Unit II, Dumai.
Melalui proses magang ini mahasiswa peserta magang berharap dapat belajar
bagaimana penerapan sistem investigasi kecelakaan yang ada di PT. Pertamina (Persero)
RU II, dimana sistem investigasi kecelakaan tersebut bukan hanya sebagai usaha dalam
menyelidiki akar penyebab kecelakaan, tetapi juga sebagai tindakan korektif terhadap
kondisi yang ada agar hal yang tidak diinginkan tidak terulang kembali.
Tabel 1.1Perusahaan Peraih Penghargaan Keselamatan Minyak dan Gas Bumi
Bidang Kegiatan Pemurnian Dan Pengolahan Tahun 2011
No Nama Perusahaan Prestasi Jam Kerja Aman yang dicapai
Penghargaan
1. PT Pertamina (Persero) RU
II (Dumai, Sei Pakning)
65.466.378 Patra Nirbhaya Karya Utama
Adinugraha III
2. PT. Pertamina (Persero) RU
VI Balongan
56.735.315 Patra Nirbhaya Karya Utama
Adinugraha II
3. PT Badak NGL Bontang 40.013.556 Patra Nirbhaya Karya Utama
Adinugraha I
4. BP Berau Ltd. Tangguh LNG 38.591.528 Patra Nirbhaya Karya Utama
Adinugraha I
5. PT Arun NGL Lhokseumawe 22.506.169 Patra Nirbhaya Karya Utama
6. PT. Pertamina (Persero) RU VII Sorong
16.016.466 Patra Nirbhaya Karya Utama
7. PT Pertamina (Persero) RU
III Plaju
13.991.222 Patra Nirbhaya Karya Madya
8. PPT Migas Cepu 13.331.701 Patra Nirbhaya Karya Madya
9. PT Trans- Pacific
Petrochemical
Indotama
6.628.884 Patra Nirbhaya Karya Pratama
Sumber: Kementrian ESDM, 2012
1.6 Tujuan
1.6.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran sistem investigasi kecelakaan di PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai Provinsi Riau.
1.6.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran umum dan fungsi HSE PT Pertamina
(Persero) RU II Dumai Provinsi Riau.
2. Diketahuinya input dalam sistem investigasi kecelakaan pada PT
Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai Provinsi Riau.
3. Diketahuinya proses dalam sistem investigasi kecelakaan pada PT
Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai Provinsi Riau.
4. Diketahuinya output sistem investigasi kecelakaan pada PT
Pertamina (Persero) RU II Refinery Unit Dumai Provinsi Riau.
1.7 Manfaat
Magang diharapkan dapat memberikan manfaat nyata bagi semua pihak
yang terlibat di dalamnya, yaitu mahasiswa, institusi magang, dosen, maupun
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.7.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
1 Mendapatkan pengalaman bekerja bidang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II
Dumai Provinsi Riau.
2 Mengerti dan memahami sistem investigasi kecelakaan di PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai Provinsi Riau.
3 Mendapatkan kesempatan untuk mengaplikasikan teori tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang didapat selama kuliah.
4 Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi diri
serta adaptasi dunia kerja
1.7.2 Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta
1 Terlaksananya salah satu dari upaya untuk mengimplementasikan
Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu; akademik, penelitian dan
pengabdian masyarakat.
2 Terbinanya suatu jaringan kerja sama yang berkelanjutan dengan
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai Provinsi Riau
sebagai institusi magang.
3 Meningkatnya kapasitas dan kualitas pendidikan mahasiswa
dengan melibatkan tenaga terampil dari PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit II Dumai Provinsi Riau.
1.7.3 Bagi PT Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai
Memberikan kontribusi bagi PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit II Dumai Provinsi Riau ,berupa saran dan masukan khususnya
dalam penerapan investigasi kecelakaan secara proposional.
1.8 Ruang Lingkup
Kegiatan magang ini dilakukan oleh mahasiswa semester VIII (delapan)
peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, program studi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Kegiatan ini dilakukan di PT Pertamina (Persero) RU II Dumai
Provinsi Riau yang dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2012- 13 Maret 2012
yaitu selama 26 hari kerja. Kegiatan magang ini sebagai salah satu mata kuliah
wajib Program Studi Kesehatan Masyarakat dengan bobot 3 (tiga) SKS. Tujuannya
yaitu agar mahasiswa dapat belajar bagaimana penerapan sistem investigasi
kecelakaan di PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai, karena perusahaan tersebut
tidak pernah mengalami kecelakaan berulang dan mendapatkan penghargaan Patra
Nirbhaya Karya Utama Adinugraha III untuk pencapaian 65 juta jam kerja aman.
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan yaitu dengan telaah data dan wawancara
terkait sistem investigasi kecelakaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.6 Sistem
2.6.1 Definisi sistem
Menurut Davis (1999) sistem adalah seperangkat unsur yang tersusun
secara teratur yang terdiri dari unsur yang dapat dikenal yang terdiri dari
bagian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai
beberapa sasaran atau maksud.
Sedangkan menurut Azwar (1996) sistem adalah kesatuan yang utuh
dan terpadu dari berbagai elemen yang berhubungan serta saling
mempengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang
telah di tetapkan.
2.6.2 Unsur Sistem
Model umum sebuah sistem terdiri dari masukan (input), pengolah
(process), dan keluaran (output) (Davis, 1999). Ini tentu saja model yang
sederhana karena sebuah sistem mungkin memiliki beberapa masukan dan
beberapa keluaran.
Menurut Azwar (1996), sistem terdiri atas enam unsur yakni:
1. Masukan
Yang dimaksud dengan masukan (input) adalah kumpulan bagian atau
elemen yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat
berfungsinya sistem tersebut. Pembagian input bagi organisasi yang mencari
keuntungan terdiri dari 6M yaitu manusia (man), uang (money), sarana
(material), metoda (method), pasar (market) serta mesin (machinery).
Sedangkan untuk organisasi yang tidak mencari keuntungan, input hanya
dibagi 4M yaitu manusia (man), uang (money), sarana (material), metoda
(method).
2. Proses
Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan. Terry (1991) membedakan langkah proses menjadi 4 macam
yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan
(actuating), dan pengawasan (controlling). Biasanya disingkat dengan
POAC.
3. Keluaran
Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Umpan Balik
Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus masukan bagi sistem tersebut.
5. Dampak
Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
6. Lingkungan
Lingkungan (environment) adalah dunia diluar sistem yang tidak dikelola
oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
2.7 Investigasi
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Investigasi adalah penyelidikan
dengan mencatat atau merekam fakta melakukan peninjauan, percobaan, dan
sebagainya, dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan (tentang peristiwa,
sifat atau khasiat suatu zat, dsb).
Istilah Investigasi lebih lazim dikenal dalam terminologi jurnalistik, namun
dalam perkembangannya istilah investigasi lebih diperluas pengertiannya.
Investigasi adalah upaya penelitian, penyelidikan, pengusutan,
pencarian,pemeriksaan dan pengumpulan data, informasi, dan temuan lainnya untuk
mengetahui/membuktikan kebenaran atau bahkan kesalahan sebuah fakta yang
kemudian menyajikan kesimpulan atas rangkaian temuan dan susunan kejadian
(Indonesian Corruption Watch, 2009).
2.8 Kecelakaan
2.8.1 Definisi Kecelakaan
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan.
Sedangkan kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam
hubungan kerja atau sedang melakukan pekerjaan di suatu tempat kerja.
Kadang-kadang kecelakan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya, sehingga
meliputi juga kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan
atau transport ke dan dari tempat kerja (Suma’mur, 1995).
Menurut Coling (1990) dalam Permatasari, FKM UI (2009) menyatakan
bahwa kecelakaan kerja adalah setiap kejadian tidak terencana dan tidak terkontrol
yang disebabkan oleh manusia, faktor situasi atau lingkungan atau merupakan
kombinasi dari faktor-faktor tersebut yang mengganggu proses kerja yang mungkin
berakibat atau tidak berakibat cedera, penyakit, kematian, kerusakan harta benda
atau kejadian lain yang tidak diharapkan tetapi berpotensi untuk terjadinya hal
tersebut.
2.8.2 Klasifikasi Kecelakaan
Klasifikasi kecelakaaan akibat kerja menurut organisasi perburuhan
internasional tahun 1962 dalam Suma’mur (1995) adalah sebagai berikut:
1. Terjatuh.
2. Tertimpa benda jatuh
3. Tertumbuk atau terkena benda-benda, kecuali benda jatuh.
4. Terjepit oleh benda.
5. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan.
6. Pengaruh suhu tinggi
7. Terkena arus listrik
8. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi.
9. Jenis- jenis lain, termasuk kecelakan-kecelakan yang datanya tidak
cukup atau kecelakan-kecelakan lain yang belum termasuk klasifikasi
tersebut.
2.8.3 Insiden
Insiden adalah kejadian yang berkaitan dengan pekerjaan yang dapat
menyebabkan kecelakaan atau penyakit (sesuai dengan tingkat keparahan)
atau fatalitas yang ditimbulkan, atau yang mungkin dapat ditimbulkan
(OHSAS 18001:2007). Near miss adalah insiden dimana belum sempat
terjadi kecelakaan atau penyakit. Sehingga menurut OHSAS 18001:2007,
insiden dapat berupa kecelakaan ataupun near miss.
2.8.4 Model Sebab Terjadinya Suatu Insiden dan Kecelakaan
Heinrich (1931) sebagaimana dikutip oleh Permatasari (2009)
menjelaskan dalam teori Domino urutan sebab terjadinya suatu incident dan
accident :
Gambar 2.1Ilustrasi Teori Domino Heinrich (1931)
Domino pertama dari urut-urutan kejadian yang mengarah terhadap
terjadinya suatu incident / accident adalah :
1. Kelemahan kontrol oleh Manajemen, yang mencakup :
1) Program tidak sesuai (Inadequate Program).
2) Standar program tidak sesuai (Inadequate Program Standards).
3) Gagal memenuhi standar (Failure To Comply With Standards).
Jatuhnya domino pertama (kelemahan kontrol manajemen), maka
akan dapat menjatuhkan domino berikutnya (penyebab dasar).
2. Penyebab dasar (basic causes) dari suatu insiden dikenal juga dengan
sebutan lain, yaitu akar penyebab (root causes), penyebab tidak langsung
(indirect causes / underlying causes), atau penyebab sesungguhnya (real
causes). Penyebab dasar merupakan asal mula terjadinya kerugian (the
origins of loss). Penyebab dasar terdiri dari 2 kelompok :
a) Faktor Personil (Personal Factors), seperti :
1) Kurang pengetahuan atau keahlian
2) Kurang motivasi.
3) Pemasalahan fisik atau mental (penglihatan kurang).
b) Faktor Pekerjaan (Job Factors), seperti :
1) Standard kerja yang kurang memadai.
2) Rancangan atau pemeliharaan yang kurang.
3) Standar pembelian yang kurang memadai.
4) Peralatan rusak yang tidak diketahui.
5) Penggunaan yang tidak sesuai / normal.
3. Penyebab Langsung
Bila domino kedua (penyebab dasar) dari insiden (basic causes of
incident) jatuh, maka memungkinkan jatuhnya domino ketiga (penyebab
langsung) yang berupa :
a) Tindakan Tak Aman (Unsafe / Substandard Practices)
b) Kondisi Tak Aman (Unsafe Conditions)
4. Insiden
Jika terdapat tindakan tak aman dan kondisi tak aman, maka
terbuka peluang untuk terjadinya insiden. Jatuhnya domino ketiga akan
memungkinkan jatuhnya domino keempat.
5. Kerugian (manusia-peralatan)
Insiden yang terjadi dapat menimbulkan kerugian (jatuhnya
domino terakhir), yang dapat berupa :
a) Kerugian Bagi Manusia : Luka atau Sakit (Injury or Illness), cacat
atau meninggal dunia
b) Kerusakan Harta Benda (Property Damage)
2.9 Investigasi Kecelakaan
Investigasi kecelakaan adalah kegiatan atau cara untuk mengetahui
bagaimana dan mengapa sebuah kecelakaan dapat terjadi. Investigasi sebuah
kecelakaan atau insiden adalah alat lain untuk mengungkap bahaya yang terlewatkan
atau yang tak diperkirakan saat merencanakan pengendalian. Tetapi penyelidikan
kecelakaan sangat berguna jika prosesnya dijalankan dengan baik dan fokus pada
akar penyebabnya bukan fokus pada “siapa yang disalahkan” (OSHA, 2012).
2.10 Sistem Investigasi Kecelakaan
2.10.1 Definisi
Sistem investigasi kecelakaan adalah salah satu jalan yang paling efektif
untuk mencegah kecelakaan dimasa depan. Saat pertama kali sebuah
kecelakaan terjadi, akan menjadi hal yang sangat menghancurkan, tetapi
membiarkan sebuah kecelakaan yang sama kembali terjadi adalah tragis.
(Worker’s Compensation Board of Nova Scotia, 2008). Menurut sebuah
lembaga training HSE di Kanada, menyebutkan bahwa sistem investigasi
kecelakaan adalah alat utama untuk mengidentifikasi solusi yang bersifat
preventif setelah sebuah insiden atau kecelakaan terjadi (HSE Integrated Ltd.,
2012).
2.10.2 Input
2.10.2.1 Pelaksana (Sumber Daya Manusia)
Menurut Bird & Germain (1990) investigasi kecelakaan harus
dilakukan oleh supervisor, manajemen dan staff. Pada diagram alir yang
ditulis oleh Bird & Germain (1990), yang membedakan prosedur sebuah
tim investigasi adalah besar atau kecilnya sebuah insiden. Insiden yang
mempunyai konsekuensi kerugian mayor atau besar akan melibatkan
jajaran manajemen. Sedangkan jika yang terjadi adalah insiden yang tidak
mengakibatkan kerugian mayor atau besar tidak melibatkan manajemen,
melainkan hanya melibatkan jajaran supervisor.
Investigasi kecelakaan di lakukan oleh sebuah tim investigasi yang
telah terlatih mengenai syarat- syarat tentang prosedur sebuah investigasi,
teknik dan dokumentasi. Besar dan komposisi sebuah tim investigasi
tergantung dari besar dan tipe sebuah kecelakaan. Tetapi biasanya sebuah
tim investigasi terdiri dari (Australian Department of Urban and Transport
Planning, 2003):
1. Ketua tim
2. Wakil dari bagian operasi/manufaktur
3. Process engineer
4. Wakil dari departemen keselamatan kerja (safety)
5. Pekerja dari lokasi kejadian
6. Supervisor operasi yang bertanggung jawab di area tersebut
Berdasarkan kompleksitas sebuah kejadian dan ahli yang
dibutuhkan, maka partisipan dari luar dimungkinkan untuk masuk dalam
tim investigasi. Misalnya electrical engineer, metallurgist, technician,
instrument designer, dll. Sejalan dengan hal diatas, LeBlanc (2012)
seorang health and safety professional lulusan Simon Frasher University,
Kanada mengungkapkan bahwa dalam tim investigasi, biasanya, atasan
langsung terlibat meskipun tingkat partisipasi manajemen akan sering
dipengaruhi oleh keseriusan kecelakaan. Kecelakaan yang lebih serius,
semakin besar kemungkinan bahwa para manajer senior
akan berpartisipasi.
Partisipasi pekerja juga membantu dalam investigasi yang efektif.
Pekerja tersebut harus mengenal pekerjaan yang dilakukan. Tidak
terbatas kepada perwakilan K3, perwakilan serikat pekerja atau orang
lain. Selain itu, ahli dari luar mungkin diminta untuk
berpartisipasi. Investigasi dapat diperkuat dengan perspektif orang
lain yang memiliki pengetahuan tentang prosedur tempat kerja dan
pengalaman dalam melakukan investigasi.
Menurut Gunawan (2011) Tim Investigasi umumnya terdiri dari:
1. Ketua
2. Wakil operasi
3. Wakil engineering (proses untuk kilang)
4. Wakil HSE (sering menjadi sekretaris tim)
5. Wakil dari unit dimana kejadian terjadi
6. Ahli dari luar dalam peran sebagai konsultan (jika diperlukan)
7. Anggota lain yang diperlukan.
2.10.2.2 Budgeting
Biaya diperlukan untuk menjalankan sebuah rencana. Besarnya
biaya yang diperlukan amat bervariasi sekali, karena semuanya
tergantung dari jenis serta jumlah kegiatan yang akan dilakukan
(Azwar, 1996). Biaya sebuah investigasi kecelakaan adalah biaya yang
dianggarkan didalam biaya sebuah kecelakaan. Menurut Bird &
Germain (1990), waktu yang dipergunakan untuk melakukan investigasi
kecelakaan adalah bagian dari anggaran tersebut.
2.10.2.3 Sarana dan Prasarana
Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan investigasi
kecelakaan kerja (Ibrohim,2010):
1. Form dan checklist
2. Kamera. Ini bisa menjadi alat yang sangat berguna, kondisi area
kecelakaan dapat direkam dengan baik dan dengan teknologi
digital, gambar dapat disisipkan dengan mudah dalam laporan.
3. Pita Meteran
4. Perekam suara, membantu dalam proses wawancara dan
meningkatkan akurasi pencatatan.
5. Alat tambahan lain yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan
seperti perekam video, alat ukur lain selain meteran.
2.10.2.4 Metode
Di dalam sebuah investigasi kecelakaan dibutuhkan prosedur tertulis
mengenai kebijakan dan prosedur investigasi (Bird & Germain, 1990).
Menurut peraturan yang dibuat oleh Glasgow Caledonian University
(2010) mengenai kebijakan investigasi, sebuah kebijakan tertulis
investigasi harus memuat hal-hal berikut:
1. Tujuan
Tujuan yang dimaksud dalam bagian ini adalah tujuan mengenai
pentingnya kebijakan dan prosedur mengenai investigasi dibuat.
Prosedur dan kebijakan tertulis ini akan melegalkan dan sebagai jalur
formal pada proses investigasi kecelakaan yang ada di sebuah
perusahaan.
2. Ruang Lingkup
Pada bagian ini memuat ruang lingkup dari kegiatan investigasi.
Ruang lingkup ini mengenai siapa yang melakukan investigasi,
sasaran dari investigasi, dan aturan lain yang harus dilakukan saat
investigasi berlangsung.
3. Prinsip
Pada bagian ini menjelaskan mengenai prinsip-prinsip yang harus
ditaati tim investigasi saat melakukan kegiatan investigasi.
4. Prosedur
Pada bagian ini menjelaskan tahapan yang rinci mengenai prosedur
dari proses sebuah investigasi.
5. Akuntabilitas
Dalam bagian ini terdapat pernyataan yang menjamin akuntabilitas
dari investigasi kecelakaan.
6. Dasar Kebijakan
Pada bagian ini harus disebutkan dasar-dasar kebijakan dan prosedur
investigai kecelakaan dibuat.
7. Hasil
Dalam prosedur dan kebijakan tertulis sebuah investigasi kecelakaan
harus mengatur tentang tata cara penulisan hasil atau outcome yang
dihasilkan dari sebuah investigasi kecelakaan.
8. Pengawasan dan Peninjauan Ulang
Dalam sebuah kebijakan juga harus dicantumkan tata cara
pengawasan dan peninjauan ulang dari sebuah investigasi.
2.10.2.5 Market
Market atau pemasaran yang dimaksud dalam sebuah investigasi
kecelakaan adalah sosialisasi informasi mengenai kejadian kecelakaan
yang telah terjadi kepada pekerja. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh
manajer bagian atas atau menengah. Alat untuk menginformasikan
mengenai kejadian kecelakaan dapat berupa sebuah formulir pengumuman.
Formulir ini berisi mengenai informasi penting yang berkaitan dengan
kecelakaan (Bird & Germain, 1990). Formulir pengumuman ini berisi:
1. Tipe dari kecelakaan atau kejadian
Pada bagian ini memuat pernyataan tentang jenis kejadian
(kecelakaan personal, kerusakan alat, hilangnya proses)
2. Lokasi Kejadian
Pada bagian ini menyatakan mengenai tempat dimana kejadian
kecelakaan berlangsung.
3. Bagian/ Departemen
Bagian ini menyetakan mengenai departemen yang mengalami
kejadian.
4. Tanggal
Tanggal yang dimaksud adalah tanggal kejadian
5. Kerugian
Pada bagian ini menyatakan kerugian apa saja yang dialami oleh
perusanaan atau personal dari pekerja (misalnya cacat, kematian, dll)
6. Deskripsi Kejadian
Pada bagian ini secara singkat namun jelas mendeskripsikan
mengenai kejadian tersebut.
7. Penyebab Kejadian
Bagian ini berisi mengenai penyebab kejadian yang sudah diperoleh
dari proses investigasi.
2.10.2.6 Machinery
Saat melaksanakan investigasi kecelakaan diperlukan teknik khusus
dalam mengumpulkan data dan menggali informasi demi mengungkap
kejadian yang melatar belakangi sebuah kecelakaan. Sebuah investigasi
kecelakaan memerlukan sebuah teknologi dalam menganalisis fakta- fakta
dan bukti- bukti yang telah di dapat. Selain terdapat di dalam sarana dan
pra-sarana yang ada, teknologi juga terdapat pada teknik analisa bukti dan
fakta. Contohnya saja teknologi digital yang terdapat dalam alat perekam
suara, kamera, sound level meter, dsb (Ibrohim, 2010)
Sebuah investigasi kecelakaan kadang membutuhkan analisa
laboratorium forensik jika terjadi kematian pada korban kecelakaan.
Penganalisaan di laboratorium lain seperti di laboratorim kimia juga
kadang di perlukan. Teknologi yang dipakai di laboratorium saat
menganalisa bukti dan fakta disesuaikan dengan kebutuhan dari
penyelidikan itu sendiri (Gunawan, 2011)
2.10.3 Proses
Gambar 2.2Proses Investigasi Kecelakaan
Pada gambar 2.2 dijelaskan beberapa tahapan dalam sebuah
penyelidikan insiden atau kecelakaan. Tahapan tersebut adalah sebagai
berikut (Gunawan, 2011):
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing) berupa pembentukan tim (Team
Organization)
3. Pelaksanaan (Actuating) berupa:
a. penyelidikan kecelakaan (On-Site Investigation) dan penentuan
penyebab dasar (Root Cause-Determination)
b. Perumusan saran dan rekomendasi
c. Penulisan Laporan (Report Writing)
4. Pengawasan (Controlling) berupa penerapan dan tindak lanjut, kritik
terhadap proses investigasdan belajar untuk perbaikan.
2.10.3.1 Perencanaan
Goetz (1949) sebagaimana dikutip Azwar (1996) mendefinisikan
perencanaan adalah kemampuan untuk memilih satu kemungkinan dari
berbagai kemungkinan yang tersedia dan dipandang paling tepat untuk
mencapai tujuan. Sedangkan Levey dan Loomba (1984) dalam buku yang
sama mengatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses menganalisis
dan memahami sistem yang dianut, merumuskan tujuan umum dan tujuan
khusus yang ingin dicapai, memperkirakan segala kemampuan yang
dimiliki, menguraikan segala kemungkinan yang dapat dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, menganalisis efektivitas dari
berbagai kemungkinan tersebut, menyusun perincian selengkapnya dari
kemungkinan terpilih, serta mengikatkan dalam suatu sistem pengawasan
yang terus menerus hingga dapat dicapai hubungan yang optimal antara
rencana yang dihasilkan dengan sistem yang dianut.
Sesuai dengan pendapat Levey dan Loomba (1984), bahwa
merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah
bagian dari perencanaan. Tujuan dilakukannya Investigasi Kecelakaan
antara lain (Bird & Germain, 1990):
1. Menjelaskan kejadian yang sebenarnya terjadi
2. Menemukan kasus yang sebenarnya
3. Menentukan risiko
4. Mengembangkan kontrol yang ada
5. Melihat tren
6. Menambah kepedulian pekerja
Perencanaan investigasi yang diambil dari buku diskusi Manual
Keselamatan No.10 Departemen Perburuhan, Keselamatan Tambang dan
Administrasi Kesehatan Amerika Serikat tahun 1990 mencakup:
1. Menentukan ruang lingkup dari investigasi.
2. Memilih orang yang akan menginvestigasi (investigator). Buat tugas
yang spesifik untuk setiap orang (ditulis lebih baik)
3. Melakukan brifing kepada tim investigasi sebelum proses investigasi
dimulai, mencakup:
a. Deskripsi dari kejadian, dengan estimasi dampak yang ada
b. Prosedur operasi yang normal.
c. Peta (lokal dan umum)
d. Lokasi dari kecelakaan
e. Daftar saksi
f. Kejadian-kejadian yang mendahului kecelakaan.
Sedangkan menurut (Gunawan, 2011), perencanaan (Planning)
harus sudah ada sebelum kejadian, pada saat kejadian ditemukan
(diketahui), pada saat tiba di TKP, pada saat kondisi emergency sudah
dapat dikendalikan, jika pengumpulan data sudah dilakukan dan jika
kondisi sudah kembali normal.
Tahap perencanaan sebuah investigasi harus melingkupi hal
sebagai berikut (Gunawan, 2011):
1. Klasifikasi Insiden
2. Kebijakan dan Prosedur Notifikasi
3. Pembentukan Tim Penyidik
4. Perlengkapan dan Pelatihan Tim
5. Prosedur investigasi kecelakaan
Sebuah perencanaan yang baik akan membantu Tim Investigasi
Insiden untuk merencanakan dan mengelola sumber daya yang
dibutuhkan dalam proses penyelidikan, mengetahui kejadian yang
sebenarnya terjadi, memperoleh fakta / bukti, menganalisa fakta dengan
efektif dan efisien.
2.10.3.2 Pengorganisasian
Apabila perencanaan telah selesai dilaksanakan, hal
selanjutnya yang perlu dilakukan adalah melaksanakan fungsi
pengorganisasian. Salah satu definisi pengorganisasian adalah
pengaturan sejumlah personil yang dimiliki untuk memungkinkan
tercapainya suatu tujuan yang telah disepakati dengan jalan
mengalokasikan masing-masing fungsi dan tanggung jawab.
(Azwar, 1996).
Pada tahap pengorganisasian ini pula diperlukan sebuah laporan
kecelakaan untuk mengaktifkan sebuah tim kecelakaan. Laporan
kecelakaan harus sudah ada maksimal 2x24 jam setelah kejadian
kecelakaan. Pengaturan tentang laporan dan pemeriksaan kecelakaan di
Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
Per.03/Men/1998.
Ada tiga tugas Tim Investigasi kecelakaan, yaitu mencari apa yang
terjadi (what) & kenapa terjadi (why), bagaimana mencegah terulangnya
insiden (how to fix), menindak-lanjuti rekomendasi. Tim Investigasi
Insiden mempunyai prisip tidak mencari kesalahan atau melakukan
tindak disipin (menghukum), harus independent & mandiri
(autonomous). Untuk pelaporan tergantung tingkat/potensi keparahan
insiden. Prosedur pengaktifan tim investigasi harus didasarkan pada
kebutuhan, ukuran, dan struktur organisasi, serta jenis, ukuran, sifat dan
dampak dari insiden (Gunawan, 2011).
Syarat utama seorang ketua tim adalah memiliki ketrampilan teknik
investigasi, administratif dan manajerial, terutama koordinasi &
komunikasi.
Tugas dan tanggung jawab seorang ketua tim adalah sebagai
berikut:
1. Mengatur secara langsung tim investigasi dan menyakinkan bahwa
objektif dari sebuah investigasi telah sesuai dengan jadwal
2. Mengidentifikasi, mengontrol dan jika diperlukan mengubah zona
akses terbatas
3. Menjadi seorang pemimpin yang mempunyai prinsip dan mampu
berbicara mewakili tim dan sebagai kontak dengan organisasi lain.
4. Menyiapkan laporan status dan laporan penting lain,
mendokumentasikan aktivitas tim, penemuan dan kepedulian.
5. Mengatur tim, jadwal, rencana dan rapat
6. Menginisiasi permintaan formal untuk pencarian informasi,
wawancara saksi, tes laboratorium, data pendukung teknikal dan
administratif.
7. Dll.
2.10.3.3 Pelaksanaan
Setelah perencanaan dan pengorganisasian selesai dilakukan,
maka selanjutnya yang perlu ditempuh adalah mewujudkan rencana
tersebut dengan mempergunakan organisasi yang berbentuk kenyataan.
Ini berarti rencana tersebut dilaksanakan (implementating) atau di
aktuasikan (Actuating) (Azwar, 1996).
Pelaksanaan investigasi yang diambil dari buku diskusi Manual
Keselamatan No.10 Departemen Perburuhan, Keselamatan Tambang dan
Administrasi Kesehatan Amerika Serikat tahun 1990 mencakup:
1. Mengunjungi lokasi kejadian untuk mendapatkan informasi terbaru
2. Menginspeksi lokasi kejadian.
a. Amankan lokasi kejadian. Jangan mengganggu jalannya
pemeriksaan kecuali ada bahaya yang terjadi.
b. Siapkan sketsa yang berhubungan dan foto. Beri label dengan
hati-hati dan jaga agar rekaman tetap akurat.
3. Melakukan wawancara terhadap setiap korban dan saksi. Juga
lakukan wawancara terhadap orang-orang yang ada sebelum kejadian
kecelakaan terjadi dan orang-orang yang datang saat kejadian
berlangsung. Jaga keakuratan rekaman pada setiap wawancara.
Gunakan alat perekam jika diperlukan dan jika disetujui.
4. Menentukan:
a. Apa yang tidak normal yang terjadi sebelum kecelakaan terjadi
b. Dimana kondisi tidak nomal tersebut terjadi.
c. Kapan pertama kalinya terjadi pengenalan kondisi tidak normal
tersebut
d. Bagaimana hal tersebut terjadi.
5. Analisa data yang terkait dengan langkah ke 7 (tujuh), ulangi
langkah
6. Menentukan:
a. Mengapa kecelakaan tersebut terjadi
b. Rangkaian kejadian yang mungin sering terjadi dan penyebab
yang mungkin menyebabkan kejadian (penyebab langsung, tidak
langsung dan dasar penyebab)
c. Rangkaian alternatif kejadian yang ada
7. Melakukan pengecekan terhadap setiap rangkaian kejadian,
bandingkan dengan data pada langkah ke 7 (tujuh)
8. Menentukan rangkaian kejadian yang paling sering terjadi dari
kejadian tersebut dan tentukan penyebab yang paling mungkin
terjadi.
9. Mengadakan brifing setelah melakukan investigasi
10. Siapkan laporan, termasuk tindakan yang direkomendasikan untuk
mencegah hal tersebut terulang kembali. Distribusikan laporan
tersebut menurut instruksi yang ada.
Sebuah investigasi tidak lengkap sebelum semua data dianalisis
dan laporan final lengkap. Pada prakteknya, pekerjaan menginvestigasi,
penganalisisan data, dan proses pembuatan laporan menghabiskan
banyak waktu dalam rangkaian kegiatan investigasi.
Sedangkan menurut Gunawan (2011) , pelaksanaan
penyelidikan insiden adalah sebagai berikut:
5. Penyelidikan Incident (On-Site Investigation).
6. Penentuan Penyebab Dasar (Root Cause-Determination).
Cari detail gejala dan akar permasalahan selama analisis penyebab
yang terdapat dalam langkah investigasi. Hal apa yang berpotensi
menjadi penyebab terjadinya kecelakaan atau insiden (kondisi, prosedur,
peralatan, tindakan, rangkaian kejadian). Temukan mengapa kondisi
tidak aman tersebut tercipta, kemungkinan yang ada antara lain
kurangnya training, supervisi, tekanan peraturan dan maintenance. Untuk
mencari akar permasalahan, ada beberapa metode atau teknik yang
dipakai. Diantaranya adalah:
a. Acc. Anatomy Method (AAM)
b. Action Error Analysis (AEA)
c. Acc.Evolution & Barrier (AEB)
d. Change Evaluation / Analysis (CE/A)
e. Cause – Effect Logic Diagram (CELD)
f. Fault Tree Analysis (FTA)
g. Hazard & Operability Study (HAZOP)
h. Management Oversight Risk Tree (MORT)
i. Systematic Cause Analysis Technique (SCAT)
j. Sequentially Timed Events Plot (STEP)
k. Coperhensive List of Causes (CLC)
l. Dll.
7. Penyampaian Rekomendasi (Recommendation Development).
Menurut Gunawan (2011), rekomendasi untuk mengeliminasi atau
mengurangi kondisi berbahaya, praktik, peraturan dan pengambilan keputusan
yang menyebabkan kecelakaan (harus spesifik dan mewakili rekomendasi dari
kegiatan yang spesifik). Rekomendasi yang diberikan dapat digunakan untuk
jangka pendek atau jangka panjang serta penuh dengan kesiapan untuk masa
yang akan datang seperti keadaan darurat jika diperlukan. Jenis- jenis
rekomendasi antara lain:
a. Meminimalisasi bahaya
b. Mengurangi probabilitas
c. Meminimalisasi paparan personal
d. Mengurangi konsekuensi
Tindakan perbaikan harus mempertimbangkan hirarki dan pengendalian
bahaya dari yang paling efektif sampai yang kurang efektif. Berikut ini adalah
ciri rekomendasi yang sukses (Gunawan, 2011):
a. Memperbaiki sebab dasar yang akan menyelesaikan permasalahan
b. Tindakan yang diusulkan dinyatakan secara jelas
c. Bersifat praktis, feasible dan dapat dicapai
d. Meniadakan atau menurunkan risiko dan dampaknya
e. Dianalisis dengan prosedur manajemen perubahan
f. Selaras dengan sasaran dari fungsi lain
8. Penulisan Laporan (Report Writing).
Laporan penulisan yang baik adalah laporan yang dapat dimengerti oleh
pembacanya. Laporan kecelakaan atau insiden harus disesuaikan dengan
kompetensi orang yang membacanya. Laporan kecelakaan atau insiden juga
harus disesuaikan dengan keperluan terhadap identifikasi laporan tersebut.
Laporan juga harus sesuai dengan spesifikasi ruang lingkup dari investigasinya.
Laporan harus ditandatangani oleh anggota tim, harus terdistribusi sesuai dengan
keperluan dan laporan harus dipastikan bahwa tidak ada informasi yang terlewat
didalamnya (Gunawan, 2011).
Pada umumnya laporan investigasi mempunyai outline:
a. Summary/ abstrak:
Mengandung apa yang terjadi, kenapa dan rekomendasi umum dan
ditulis dalam satu halaman.
b. Latar Belakang
Menjelaskan tentang proses, ruang lingkup investigasi.
c. Temuan
1) Mengungkapkan setiap temuan dari setiap kejadian atau kondisi
yang mengarah kepada kecelakaan
2) Apakah temuan tersebut mewakili kesimpulan dari investigator?
3) Apakah mereka konsisten dengan analisis yang disampaikan pada
naratif?
d. Penyebab:
Apakah temuan dapat mengidentifikasi sebuah penyebab awal
kecelakaan atau rangkaian kejadian kecelakaan?
e. Rekomendasi:
1) Apakah rekomendasi relevan dengan kecelakaan?
2) Apakah rekomendasi sudah menuju ke suatu yang spesifik
3) Apakah rekomendasi dapat dijalankan? Apakah rekomendasi tersebut
berdampak nyata?
4) Rekomendasi menjelaskan dengan spesifik tindakan yang harus
dilakukan untuk diikuti, target tanggal
f. Hal lain yang penting seperti bagan, info, lampiran-lampiran
2.10.3.4 Pengawasan
Pengawasan dalam sistem investigasi kecelakaan adalah
pengawasan terhadap jalannya rekomendasi dan saran yang telah
dirumuskan oleh tim investigasi. Rekomendasi direview agar dapat
ditindak lanjuti. Komentar terhadap Laporan investigasi kecelakaan
dijadikan sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses investigasi
kecelakaan (Gunawan, 2011).
2.10.4 Output
Sesuai dengan tujuan investigasi kecelakaan, maka sebuah proses
investigasi kecelakaan akan menghasilkan penjelasan mengenai kejadian yang
sebenarnya terjadi, penemuan kasus yang sebenarnya, menentukan besarnya
risiko, dsb. (Bird & Germain, 1990)
BAB III
ALUR DAN JADWAL KEGIATAN
3.1 Alur Magang
Bagan 3.1Alur Kegiatan Magang
Sumber: Data Primer
3.2 Jadwal Kegiatan Magang
Jadwal kegiatan magang akan disajikan dalam tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1Jadwal Kegiatan Magang
Pengajuan surat izin magang ke PT Pertamina RU II Dumai
Disposisi surat magang ke Manajer HR Area RU II
Persetujuan Magang
1. Telaah data dan wawancara mengenai Sistem Investigasi Kecelakaan
2. Mendapatkan data Sistem Investigasi Kecelakaan
3. Bimbingan dan diskusi dengan pembimbing lapangan
Pembuatan laporan magang dan bimbingan dengan pembimbing fakultas
Presentasi laporan magang
Revisi laporan magang
Persetujuan laporan magang
No Waktu Kegiatan Tempat kegiatan
1. Senin, 13-02-
2012
1. Menyerahkan kelengkapan data
2. Membuat kartu tanda pengenal
(Badge)
1. Gedung Diklat
2. Pusat keamanan
(security)
2. Selasa ,14-02-
2012
1. Mengambil kartu tanda pengenal
2. Melengkapi APD
3. Pengenalan diri
4. Pembagian Pembimbing
5. Induksi keselamatan (safety
induction)
6. Pembentukan jadwal magang
1. Gedung Diklat
2. Gedung Diklat
3. HSE
4. Ruang Rapat
Cempaka
5. Ruang Safety
6. Ruang Rapat
Cempaka
3. Rabu, 15-02-2012 1. Pengenalan Bagian Fire and
Insurance
2. Latihan memadamkan api
menggunakan APAR
3. Mengikuti kegiatan inspeksi fire
truck
1. Bagian Fire and
Insurance
2. Fire Ground
3. Lapangan parkir
HSE
4. Kamis,16-02-
2012
1. Mengikuti kegiatan inspeksi
water sprinkler
2. Melihat pembuatan safety sign
1. Unit Unibon
2. Safety Artist
3. Model Room
3. Berkunjung ke tempat
percontohan APD yang dipakai
di Kilang Pertamina RU II
5. Jumat, 17-02-
2012
1. Pengarahan dan diskusi
mengenai laporan magang
dengan Bapak Irwan E.
Hutagalung
2. Mengikuti inspeksi fire truck
3. Mengikuti rapat mengenai
rencana jangka panjang dan
jangka pendek Bidang Fire and
Insurance
1. Ruang rapat
Cempaka
2. Lapangan parkir
HSE
3. Fire Station
6. Senin, 20-02-
2012
1. Diskusi perhitungan kebisingan
2. Melakukan pengukuran
kebisingan di Unit HSC
3. Belajar alat Infra-red
Thermometer dan Anemometer
1. Ruangan
Keslingker
2. Unit HSC
3. Ruangan
Keslingker
7. Selasa, 21-02-2012 1. Melakukan pengukuran H2S dan
NH3
2. Melakukan pengukuran
partikulat atau debu di udara
1. Instalasi
Pengolahan
Air Limbah
2. Unit HOC,
DCU
8. Rabu, 22-02-2012 1. Diskusi perhitungan NRR
2. Pengukuran Radiasi Cessium
1. Ruangan
Keslingker
2. Unit HSC, PL
II
9. Kamis, 23-02-
2012
1. Pengarahan tentang bagian
Enviroment
1. Ruang rapat
Cempaka
10. Jumat, 24-02-
2012
1. Menyusun laporan magang
2. Mengambil data di HSE
1. Ruang rapat
Cempaka
2. Ruangan HSE
11. Senin, 27-02-
2012
1. Mengikuti Inspeksi Scaffold
2. Diajarkan cara mengintervensi
pekerja yang tidak memakai
kelengkapan APD
3. Menerima pengarahan mengenai
proses di Unit HSC
1. Unit HSC,
CDU
2. Unit HSC
3. Unit HSC
12. Selasa, 28-02-
2012
1. Mengikuti Safety Patrol
2. Menerima pengarahan mengenai
proses di Unit Hydrogen Plant
3. Menerima pengarahan mengenai
proses di Unit Unibon
1. Unit HCC
2. Unit Hydrogent
Plant
3. Unit Unibon
13. Rabu, 29-02-2012 1. Menyusun laporan magang 1. Ruang Safety
2. Meminta Data
2. Ruang Safety
14. Kamis, 1-03-2012 1. Menyusun laporan magang
2. Meminta Data
1. Ruang Safety
2. Ruang Safety
15. Jumat, 2-03-2012 1. Mengikuti presentasi dari 3M
2. Menyusun Laporan magang
1. Ruang rapat
Cempaka
2. Ruang rapat
Cempaka
16. Senin, 5-03-2012 1. Perkenalan dengan Manajer
HSE
2. Mendapat pengarahan dari
pembimbing lapangan
3. Menyusun laporan magang
4. Wawancara dengan Bapak
Dame
1. Ruang rapat
Cempaka
2. Ruang rapat
Cempaka
3. Ruang rapat
Cempaka
4. Ruang Safety
17. Selasa, 6-03-2012 1. Menyusun laporan magang
2. Bimbingan dengan
pembimbing lapangan
1. Ruang rapat
Cempaka
2. Ruang Fire and
Insurance
Section Head
18. Rabu, 7 -03-2012 1. Menyusun laporan magang 1. Ruang rapat
2. Wawancara dengan bapak Reza
Siregar
Cempaka
2. Ruang
Kesisteman dan
Regulasi
19. Kamis, 8 -03-
2012
1. Menyusun laporan magang
2. Mengikuti Health Talk untuk
pekerjaan pembersihan tanki
avtur
3. Wawancara di HSC
1. Ruang rapat
Cempaka
2. Tanki Avtur
3. Ruang
Supervisor HSC
20. Jumat, 9 -03-2012 1. Menyusun laporan magang
2. Membuat Safety sign
3. Memasang papan keterangan
radiasi
1. Ruang rapat
Cempaka
2. Ruang
Keslingker
3. Unit HSC PL-II
21. Senin,12 -03-
2012
7. Meminta tanda tangan Section
Head, pembimbing lapangan,
Pjs. HRD
8. Mengumpulkan Laporan
9. Presentasi hasil magang
1. Ruang Section
Head Fire and
Insurance dan
Ruang Pjs.
HRD
2. Ruang Section
Head Fire and
Insurance
3. Ruang rapat
Cempaka
22 Selasa, 13-03-
2012
1. Mengurus administrasi
2. Bermaitan dengan pekerja PT.
Pertamina (Persero) RU II bagian
HSE
1. Gedung Diklat
2. HSE
23 Rabu, 14 -03-
2012
1. Revisi laporan magang 1. FKIK
24 Kamis,15 -03-
2012
1. Revisi laporan magang 1. FKIK
25 Jum’at,16 -03-
2012
1. Revisi laporan magang 1. FKIK
26 Senin, 19 -03-
2012
1. Revisi laporan magang 1. FKIK
Sumber: Data Primer
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.5 Gambaran PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai
4.5.1 Gambaran Umum Perusahaan
PT Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai merupakan salah satu
bagian dari unit operasi Direktorat Pengolahan yang terdiri dari kilang minyak
Dumai dan kilang minyak Sei Pakning. Kilang ini dibangun pada bulan April
1969, berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama Pertamina Nomor
334/KPTS/DM/1967. Unit yang pertama didirikan adalah Crude Distillation
Unit, yang terdiri dari Topping Unit dan Plat Reformer, selesai dibangun pada
bulan Juni 1971. Pada tanggal 9 September 1971, operasi kilang ini diresmikan
dan diberi nama Kilang Putri Tujuh yang mengolah minyak mentah jenis
Sumatra Light Crude (SLC) yang dihasilkan oleh PT Chevron Pacific
Indonesia dari ladang minyak Minas dan Duri.
Kemudian pada tahun 1972, kilang Pertamina mengalami perluasan.
Perluasan kilang ditujukan untuk meningkatkan kualitas Naptha beroktan
rendah menjadi beroktan tinggi. Adapun unit-unit yang dibangun, yaitu:
1. Naptha Rerun
2. Hydrocarbon dan Platform
3. Blending Mogas.
Pada tahun 1981, Pertamina mengalami perluasan kedua yang dikenal
dengan Hidrocracker Complex. Unit ini diresmikan pada tahun 1984. Proyek ini
mencakup beberapa proses dengan teknologi tinggi, yang terdiri dari unit–unit proses
sebagai berikut:
1. High Vacuum Distillation Unit
2. Delayed Coking Unit
3. Coke Calciner Unit
4. Naptha Hydrotreating Unit
5. Hydro Cracker Unibon
6. Distillat Hydroteating Unit
7. Continuous Catalyst Regeneration –Platforming Unit
8. Amine –LPG Recovery Unit
9. Hidrogen Plant
10. Sour Water Stripper Unit
11. Nitrogen Plant
Lokasi dari PT Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai terletak di kota
Dumai, yang berjarak 180 km dari kota Pekan Baru di tepi pantai Timur Sumatera,
Propinsi Riau. Dengan batasan sebagai berikut:
1. Utara berbatasan dengan Selat Rupat
2. Selatan berbatasan dengan perkampungan penduduk
3. Barat berbatasan dengan perkantoran
4. Timur berbatasan dengan perumahan karyawan
Pemilihan Dumai sebagai lokasi kilang minyak adalah dengan beberapa
pertimbangan antaranya adalah:
1. Dumai terletak ditepi pantai (Selat Rupat) menuju perairan bebas selat
malaka, sehingga produk-produk kilang akan mudah didistribusikan melalui
transportasi laut, yang dapat dikunjungi kapal – kapal tengker
2. Riau daratan merupakan ladang minyak dan letaknya dekat dengan PT.
Chevron Pasific Indonesia sebagai penyalur Crude Oil
3. Daerah Dumai merupakan dataran rendah yang cukup stabil dan banyak
terdapat hutan, yang letaknya cukup jauh dari pusat gempa Sumatera
disepanjang pegunungan Bukit Barisan sehingga aman untuk perluasan
kilang.
4. Daerah Dumai termasuk kota yang jarang penduduknya, sehingga membantu
pemerintah dalam pemerataan penduduk.
5. Tanah daerah Dumai kurang subur atau rawa sehingga tidak merugikan
Selain pemilihan lokasi, tata letak didalam perusahaan memegang
peranan penting dalam menjamin kesuksesan operasi kilang. Tata letak plant-plant
PT. Pertamina RU II Dumai (persero) dirancang berdasarkan standar internasional
industri pengilangan yaitu:
1. Memperhatikan arah angin tahunan. Berdasarkan angin tahunan pantai Dumai
yang ke barat daya maka tangki-tangki penimbunan crude maupun produk
diletakkan sebelah barat plant. Tanki di kelompokan berdasarkan isi
didalamnya membentuk suatu tang farm.
2. Unit pengelolaan dikelompokan dalam komplek-komplek berdasarkan
kedekatan bahan-bahan yang di olah maupun berkaitan masing-masing unit.
3. Jalan yang tersedia menjadi jalan utama, yaitu jalan yang sering dilewati
kendraan maupun berkaitan jalan pendukung yang menghubungkan antar
unit. Kedua jenis jalan mempunyai lebar yang cukup bagi transportasi
kendraan karyawan maupun kendraan berat.
4. Unit pengolahan limbah diletakkan berdekatan dengan tempat pembuangan
akhir limbah cair (laut)
5. Sistem perpipaan tersusun secara rapi dalam jalur yang telah ditentukan, baik
jalur atas (rak pipa) maupun jalur (bawah pipa)
Jenis produk dan kapasitas produksi masing-masing jenis produk di PT
Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai dapat dilihat dalam tabel 4.1. Saat ini,
Pertamina RU II Dumai berencana untuk menghasilkan produk baru dengan nama
solar plus untuk bahan bakar Trans Jakarta.
Tabel 4.1Kapasitas Produk PT Pertamina (Persero) Refinery Unit II
No Produk Kapasitas Metrix Barrel Stream Day (MBSD)
1. Liquid Petroleum Gas (LPG) 1,32. Premium 23,83. Kerosin 23,64. Avtur 6,35. Automotive Diesel Oil (ADO) 74,46. Green Coke 7,27. Low Sulphur Wax Residue (LSWR) 8,7
Sumber: Profil Pertamina Refinery Unit II Dumai
Kontribusi kilang Pertamina RU II terhadap kebutuhan bahan bakar
nasional mencapai 22-24%. Desain dan konstruksi Kilang Pertamina RU II telah
menggunakan teknologi tinggi sehingga aspek keselamatan kerja karyawan dan
peralatan produksi serta unit pengolahan limbah untuk program perlindungan
lingkungan telah dibuat secara memadai dengan mengikuti standar internasional.
4.5.2 Visi dan Misi Perusahaan
4.5.2.1 Visi
Menjadi kilang minyak kebanggan nasional yang kompetitif mulai
tahun 2012.
4.5.2.2 Misi
Melakukan usaha di bidang pengolahan minyak bumi yang
dikelola secara profesional dan kompetitif berdasarkan tata nilai
unggulan untuk memberikan nilai tambah lebih bagi pemegang saham,
pelanggan, pekerja, dan lingkungan.Tata nilai yang dianut PT. Pertamina
Refinery Unit II adalah 6C, yaitu:
1. Clean (Bersih)
Dikelola secara profesional, menghindari benturan
kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi
kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola
korporasi yang baik.
2. Competitive (Kompetitif)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional,
mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya
sadar biaya dan menghargai kinerja.
3. Confident (Percaya Diri)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi
pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan
bangsa.
4. Customer Focused (Fokus Pada Pelanggan)
Beorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen
untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
5. Commercial (Komersial)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial,
mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang
sehat.
6. Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan
memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen
dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan.
4.5.3 Gambaran Fungsi HSE PT Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai
Health Safety and Environmental (HSE) merupakan fungsi yang
bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja dan kesehatan
lingkungan PT Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai. Fungsi ini
berwenang untuk merumuskan program-program yang menyangkut
keselamatan dan kesehatan kerja serta pemeliharaan lingkungan. Berikut ini
adalah penjelasan dari masing-masing bagian yang ada di fungsi HSE.
4.5.3.1 Safety Section
Safety merupakan bagian yang bertugas khusus untuk mencegah dan
mengendalikan bahaya keselamatan kerja yang ada di PT Pertamina
(Persero) Refinery Unit II Dumai.
Safety Section terdiri dari :
1. Regulation and PSM Senior Supervisor
2. Lead Safety
a. Safety Officer HCC
b. Safety Officer HOC
c. Safety Officer HSC
d. Safety Officer OM
e. Safety Officer Off Site
f. Safety Officer Utilities
Berikut adalah tugas dan peranan dari Safety Section antara lain:
1. Pengawasan dan penerapan manajemen keselamatan kerja terpadu yang
beroperasi di unit produksi, pemeliharaan, konstruksi dan perencanaan proyek
baru untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja dan kebakaran.
2. Menginformasikan pedoman keselamatan proses pada setiap masing-masing
unit produksi dan unit-unit penunjang dalam operasi kilang.
3. Mengembangkan dan menginformasikan kepada seluruh pekerja mengenai
peraturan keselamatan kerja agar dapat dilaksanakan, biasanya melalui safety
talk dan safety campaign.
4. Melakukan pemeriksaan dan menentukan izin kerja pada kegiatan pekerjaan
yang berpontesi menimbulkan bahaya dan resiko keselamatan kerja.
5. Melakukan inspeksi pada kegiatan pekerja yang tidak aman dan berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja.
6. Memeriksa dan memberikan izin pada peralatan berat yang ingin masuk ke
kilang.
7. Penyediaan alat keselamatan dan pelindung diri bagi seluruh karyawan dan
tamu perusahaan.
8. Mengidentifikasi kecelakaan kerja yang terjadi pada unit operasi dan
membuat rekomendasi prosedur agar tidak terjadi kecelakaan kerja lagi.
4.5.3.2 Occupational Health (OH) Section
Occupational Health merupakan bagian yang bertugas khusus untuk
menjaga dan meningkatkan kesehatan pekerja dan higiene perusahaan dengan
melakukan pengendalian bahaya yang terdapat di lingkungan kerja.
Occupational Health Section terdiri dari Occupational Control Senior
Supervisor dan Industrial Hygiene Monitoring Supervisor. Tugas pokok OH
yaitu sebagai berikut:
1. Merencanakan, melaksanakan, mengkordinir, mengevaluasi, dan
merekomendasikan hasil pemantauan, pengukuran, dan pengendalian
bahaya di lingkungan kerja serta promosi sanitasi lingkungan kerja.
2. Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinir, mengevaluasi, dan
merekomendasi hasil pengenalan, penilaian, pengukuran, dan
pengendalian potensial hazard meliputi faktor-faktor fisika, kimia,
biologi, psikologi, ergonomi, ventilasi, kebisingan, debu, radiasi non-
pengion.
3. Mengkoordinir pelaksanaan promosi sanitasi higine lingkungan kerja
melalui berbagai media.
4. Merencanakan, mengkoordinir, dan mengevaluasi pelaksanaan penelitian
lingkungan kerja meliputi surveilance epidemiology, biological
monitoring, medical check up (MCU) pekerja khusus dan yang diduga
terpapar dengan hazard tertentu.
5. Mengawasi dan menyediakan pemanfaatan fasilitas P3K (Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan) diseluruh unit-unit kerja yang berisiko
kecelakaan kerja.
6. Inspeksi, rekomendasi, pengawasan penggunaan instalasi alat
penanggulangan, dan alat proteksi gangguan serta penyakit yang
berhubungan dengan lingkungan kerja.
7. Merencanakan, memelihara, dan mengkalibrasi seluruh peralatan yang
digunakan dalam pengukuran aspek kesehatan lingkungan kerja.
8. Memberi informasi hasil inspeksi dari berbagai macam jenis proses
kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan aspek kesehatan lingkungan
kerja atau Industrial Hygiene.
9. Memberikan informasi sistem kesehatan kerja pada seluruh lingkungan
kerja.
10. Melaksanakan, koordinasi dan evaluasi terhadap penggunaan bahan
kimia berbahaya dan zat radioaktif.
11. Mengevaluasi, menganalisa surat izin kerja aman serta memberikan saran
untuk kesehatan kerja.
12. Mendukung pelakasanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja.
4.5.3.3 Environmental Section
Environmental merupakan bagian yang bertugas khusus untuk
menjaga kelestarian lingkungan, pemeliharaan lingkungan, dan minimalisasi
limbah. Bagian ini juga yang bertugas merancang dan menjaga penerapan
Sistem Manajemen Lingkungan. Environmental Section terdiri dari:
1. Proper and Regulation Expert
2. Environment Monitoring and Evaluation
3. Land and Marine Environment Monitoring
Tugas dan peranan dari Environmental Section yaitu sebagai berikut.
1. Melakukan kerja sama dengan pihak proses enjineering, hiperkes dan
laboratorium dalam memonitoring limbah dan menciptakan lingkungan
kerja yang aman dan sehat.
2. Menginventarisasi bahan kimia berbahaya dan beracun (B3). Selain itu,
juga penanggulan terhadap pencemaran B3 dan tumpahan minyak.
3. Melakukan pengawasan pada lingkungan kerja dan pelestarian
lingkungan kerja serta penggalakan penghijauan.
4. Pelaporan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
4.5.3.4 Fire and Insurance Section
Fire and Insurance bertugas untuk mencegah dan menanggulangi
kejadian kebakaran di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai. Dalam
Fire and Insurance Section terdapat 3 bagian yaitu Insurance and Fire
Facilities, Planning Training and Administrative, dan Fire Emergency
Response. Tugas dan peranan dari Fire and Insurance Section sebagai
berikut:
1. Mempersiapkan personil dan unit pemadam kebakaran yang selalu siap
digunakan saat kebakaran atau ledakan terjadi pada unit proses di kilang.
2. Melakukan pemeliharan secara rutin dan berkala pada peralatan
pemadam kebakaran yang selalu siap untuk digunakan.
3. Mengembangkan, melaksanakan, memperbaharui, dan menguji sarana
pemadam kebakaran.
4. Melakukan pengawasan pekerjaan yang dapat menimbulkan kebakaran.
5. Memimpin latihan simulasi pemadaman kebakaran pada masing-masing
unit operasi yang berpotensi kebakaran pada setiap proses.
6. Membuat perencanaan, melaksanakan sistem pencegahan dan
penanggulangan kebakaran.
7. Memimpin latihan kebakaran untuk tim bantuan dan emergency dan
karyawan
8. Pemeriksaan rutin untuk mencari penyebab kebakaran sering terjadi.
9. Membantu unit produksi dengan selalu siap-siaga terhadap kejadian yang
berpotensi bahaya kebakaran.
10. Mendidik dan melatih kemampuan karyawan dalam hal pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran melalui pelatihan, penyuluhan, dan
kursus-kursus.
11. Bekerja sama dengan pihak asuransi untuk mengganti setiap aset
perusahaan yang rusak akibat kebakaran.
4.6 Gambaran Input Sistem Investigasi Kecelakaan
4.6.1 Pelaksana (Sumber Daya Manusia)
Menurut Bird & Germain (1990) investigasi kecelakaan harus dilakukan
oleh supervisor, manajemen dan staff, yang membedakan prosedur sebuah tim
investigasi adalah besar atau kecilnya sebuah insiden. Insiden yang mempunyai
konsekuensi kerugian mayor atau besar akan melibatkan jajaran manajemen.
Sedangkan jika yang terjadi adalah insiden yang tidak mengakibatkan kerugian
mayor atau besar tidak melibatkan manajemen, melainkan hanya melibatkan
jajaran supervisor.
Investigasi kecelakaan di lakukan oleh sebuah tim investigasi yang telah
terlatih mengenai syarat- syarat tentang prosedur sebuah investigasi, teknik dan
dokumentasi. Besar dan komposisi sebuah tim investigasi tergantung dari besar
dan tipe sebuah kecelakaan. Menurut Gunawan (2011) Tim Investigasi
umumnya terdiri dari:
1. Ketua
2. Wakil operasi
3. Wakil engineering (proses untuk kilang)
4. Wakil HSE (sering menjadi sekretaris tim)
5. Wakil dari unit dimana kejadian terjadi
6. Ahli dari luar dalam peran sebagai konsultan (jika diperlukan)
7. Anggota lain yang diperlukan.
Susunan Tim investigasi kecelakaan di PT. Pertamina (Persero) RU II sudah
sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Gunawan (2011), yaitu terdiri dari
bagian-bagian seperti susunan dibawah ini:
1. Ketua : Manager Engineering and Development RU II
2. Wakil Ketua : Manager Reability RU II
3. Sekretaris : Manager Health Safety Enviroment RU II
4. Anggota :
a) Process Engineering
b) Project Engineering
c) Manager Production Sei-Pakning
d) Area Holder
e) Refinery Planning
f) Supply Chain Optimization
g) Safety Section
h) Tenaga Ahli RU II dan luar RU II yang dianggap perlu
Tim tersebut telah mendapatkan pelatihan mengenai investigasi kecelakaan
yang terakhir pada tahun 2010 dan 2011 di Sungai Gerong. Struktur diatas
adalah struktur tim investigasi untuk kecelakaan atau insiden serius. Sedangkan
untuk kecelakaan atau insiden yang berskala kecil, investigasi dipimpin oleh
safety officer dari unit yang mengalami kecelakaan atau insiden. Pada
kecelakaan atau insiden berskala kecil, biasanya melibatkan supervisor dan
pengawas setempat juga tiga sampai empat orang pekerja dari unit kerja yang
mengalami kecelakaan atau insiden. Hal ini telah sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Bird & Germain (1990) bahwa investigasi kecelakaan harus
dilakukan oleh supervisor, manajemen dan staff. Selain itu, jika yang terjadi
adalah insiden yang tidak mengakibatkan kerugian mayor atau besar tidak
melibatkan manajemen, melainkan hanya melibatkan jajaran supervisor.
Susunan Tim investigasi tertuang dalam sebuah Pedoman Tim
Penyelidikan Kejadian dengan nomor A-003/E2900/2000/SO. Hanya saja
susunan tim dalam pedoman ini masih dengan nama lama yang berbahasa
Indonesia, sedangkan sekarang nama tersebut sudah berubah menjadi bahasa
Inggris. Meskipun perubahan nama tersebut tidak merubah fungsi dari sebuah
unit.
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan wakil sekretaris tim
investigasi, selama ini tidak ada kendala dalam tim secara internal, karena tim
telah mendapatkan pelatihan dan merupakan orang yang berpengalaman
(dipimpin oleh manajer langsung). Tetapi sebenarnya hal ini kurang sesuai
dengan kenyataan bahwa saat ini dalam mencari penyebab dasar, tim masih
mengalami kendala saat mewawancarai informan atau saksi karena saksi
cenderung tertutup dalam mengemukakan pendapatnya. Ini dikarenakan saat
melakukan wawancara, tim investigasi mengizinkan terlalu banyak orang dalam
ruang interview, sedangkan menurut Gunawan (2011) hal ini tidak
diperbolehkan.
4.6.2 Budgeting
Biaya diperlukan untuk menjalankan sebuah rencana. Besarnya biaya
yang diperlukan amat bervariasi sekali, karena semuanya tergantung dari jenis
serta jumlah kegiatan yang akan dilakukan (Azwar, 1996). Biaya sebuah
investigasi kecelakaan adalah biaya yang dianggarkan di dalam biaya sebuah
kecelakaan.
Sumber dana yang digunakan dalam investigasi kecelakaan
dianggarkan anggaran tahunan. Jumlah sumber dana untuk investigasi
kecelakaan di HSE sekitar Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) setiap
tahunnya. Tetapi, dana untuk investigasi kecelakaan di unit Engineering and
Development berjumlah milyaran rupiah. Dana yang dianggarkan adalah
untuk berbagai keperluan investigasi, seperti biaya rapat dan biaya untuk tim
ahli dari luar PT. Pertamina (Persero) RU II. Selama ini biaya yang
dianggarkan cukup untuk melakukan investigasi kecelakaan.
Tabel 4.2Perbandingan Pelaksana Investigasi Kecelakaan di PT. Pertamina
(Persero) RU II dengan Teori Bird & Germain (1990) dan Gunawan (2011)
No
.
Teori Bird &
Germain (1990)
Gunawan (2011) Fakta Kesesuaian
1. a. Dilakukan
oleh
supervisor,
manajemen
dan staff.
b. Insiden kecil
melibatkan
jajaran
supervisor.
Tim terdiri dari ketua, wakil
operasi, wakil engineering
(proses untuk kilang), wakil
HSE, wakil dari unit dimana
kejadian terjadi, ahli dari
luar dalam peran sebagai
konsultan (jika diperlukan),
anggota lain yang
diperlukan.
Ketua Tim Investigasi
Kecelakaan berskala besar
adalah Manager
Engineering and
Development RU II
Ketua Tim Invsetigasi
Kecelakaan berskala kecil
adalah safety officer yang
bertanggung jawab di unit
yang terjadi kecelakaan.
Telah sesuai
2. - Tim investigasi yang telah
terlatih mengenai syarat-
syarat tentang prosedur
sebuah investigasi, teknik
dan dokumentasi.
Tim telah mendapatkan
pelatihan mengenai
investigasi kecelakaan
yang terakhir pada tahun
2010 dan 2011 di Sungai
Gerong.
Telah sesuai
4.6.3 Sarana dan Pra-sarana
Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan investigasi kecelakaan
kerja (Ibrohim, 2010):
1. Form dan checklist
2. Kamera. Ini bisa menjadi alat yang sangat berguna, kondisi area
kecelakaan dapat direkam dengan baik dan dengan teknologi digital,
gambar dapat di sisipkan dengan mudah dalam laporan.
3. Pita Meteran
4. Perekam suara, membantu dalam proses wawancara dan meningkatkan
akurasi pencatatan.
5. Alat tambahan lain yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan seperti
perekam video, alat ukur lain selain meteran.
Sedangkan menurut Gunawan (2011), selain peralatan diatas, APD
atau Alat Pelindung Diri juga harus dipakai saat tim melakukan investigasi
demi menjaga keselamatan dari tim. APD yang dipakai tentunya disesuaikan
dengan keadaan dan kondisi yang ada di lapangan.
Sarana dan Pra-sarana dalam melakukan investigasi kecelakaan atau
insiden di PT. Pertamina (Persero) RU II disesuaikan dengan kebutuhan
terhadap penyelidikan. Sarana dan Prasarana yang ada untuk melaksanakan
investigasi kecelakaan di PT. Pertamina (Persero) RU II yaitu sebagai
berikut:
1. Ruang Rapat
Ruang rapat yang terdapat di HSE bernama ruang rapat Cempaka,
ruang rapat ini digunakan untuk berbagai keperluan rapat termasuk
rapat tim investigasi kecelakaan.
2. Perlengkapan administrasi seperti:
a. Alat tulis seperti pulpen, pensil dan spidol
b. Buku catatan investigasi : checklist, kertas grafik,
c. form kecelakaan
d. Papan tulis.
Alat ini digunakan untuk menuliskan hasil rapat atau jika ada
penjelasan-penjelasan tambahan yang diperlukan saat rapat. Papan
tulis ini terdapat di ruang rapat Cempaka.
e. Kantung plastik
Kantung plastik digunakan untuk menyimpan barang-barang
temuan yang sekiranya perlu diamankan untuk diteliti lebih lanjut.
f. Amplop dan map
Amplop dan map digunakan untuk menyimpan berkas-berkas yang
terkait dengan investigasi kecelakaan, dimana berkas-berkas
tersebut harus tersimpan rapih untuk memudahkan proses
penyelidikan.
g. Label
Label digunakan untuk memberi tanda dan nama pada setiap
potongan atau bagian benda yang mungkin tercecer. Biasanya label
ini ditempel pada kantung plastik yang berisi bukti.
3. Peralatan
a. Senter explosium proof + baterai+ lampu cadangan.
Peralatan ini digunakan saat cahaya di lokasi kejadian
dianggap kurang memadai untuk penerangan. Baterai dan lampu
cadangan diperlukan untuk berjaga-jaga saat lampu dan baterai
yang ada mati secara mendadak.
b. Pita Pengukur
Pita pengukur digunakan untuk mengukur luas area yang menjadi
lokasi penyelidikan, mengukur luas dari peralatan yang mengalami
kerusakan, dll.
c. Sikat
Saat melakukan investigasi lapangan, sikat digunakan untuk
membersihkan debu-debu dan material-material yang sekiranya
perlu dihilangkan agar proses penyelidikan berjalan lancar.
d. Peralatan khusus.
1. Kamera explosium proof
Kamera digunakan untuk memotret kondisi area kecelakaan
dan gambar dapat di sisipkan dengan mudah dalam laporan.
2. Cassete/tape recorder.
Perekam suara digunakan saat mewawancarai para saksi dan
informan yang terkait dengan kejadian kecelakaan.
3. Sound Level Meter dan Gas And Vapor Analysis
Saat melakukan investigasi, keadaan lingkungan juga harus
diperhatikan agar tidak membahayakan tim. Sehingga
diperlukan Sound Level Meter jika lokasi terdapat potensi
bahaya kebisingan dan Gas And Vapor Analysis jika dilokasi
terdapat potensi gas dan uap yang berbahaya.
4. Alat Pelindung Diri.
Dalam melaksanakan investigasi, alat pelindung diri (APD)
harus tetap dipakai oleh tim investigasi. Lokasi kecelakaan
adalah zona berbahaya yang mungkin masih dapat memiliki
potensi bahaya keselamatan dan kesehatan. Oleh karena itu,
tim harus tetap memakai APD dalam menjalankan investigasi
lapangan. APD yang dipakai disesuaikan dengan potensi
bahaya yang ada. Contoh APD yang dipakai adalah:
a) Safety helmet (wajib dipakai memasuki area Kilang)
b) Kacamata (safety glasses) (wajib dipakai jika ada potensi
debu, cahaya yang merusak mata, bahaya percikan
serpihan, dll)
c) Gloves (wajib dipakai karena tim pasti akan menyentuh
benda-benda yang dapat menjadi bukti, sedangkan risiko
menyentuh benda tersebut kemungkinan ada bahayanya
sehingga sarung tangan wajib dipakai)
d) Earplugs (wajib dipakai saat ada potensi bahaya
kebisingan diatas NAB)
e) Perlengkapan pelindung lain seperti Wearpack atau
clothing dan Baju tahan api (wajib dipakai jika ada
bahaya panas atau api).
Ibrohim (2010) mengungkapkan bahwa sarana dan pra-sarana yang
dibutuhkan adalah Form dan checklist, kamera, pita meteran, perekam suara,
serta alat tambahan lain yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan. Dengan
adanya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh PT. Pertamina (Persero) RU
II seperti yang telah disebutkan diatas, maka sarana dan pra-sarana tersebut
telah memadai untuk menunjang sebuah penyelidikan kecelakaan jika dilihat
dari standar peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan investigasi
kecelakaan kerja yang diungkapkan oleh Ibrohim (2010).
Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Gunawan (2011), di
PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai APD atau Alat Pelindung Diri juga
harus dipakai saat tim melakukan investigasi demi menjaga keselamatan dari
tim. APD yang dipakai tentunya disesuaikan dengan keadaan dan kondisi
yang ada di lapangan.
4.6.4 Metode
Di dalam sebuah investigasi kecelakaan dibutuhkan prosedur tertulis
mengenai kebijakan dan prosedur investigasi (Bird & Germain, 1990). Menurut
peraturan yang dikeluarkan oleh Glasgow Caledonian University (2010)
mengenai kebijakan investigasi, sebuah kebijakan tertulis investigasi harus
memuat hal-hal berikut:
1. Tujuan
Tujuan yang dimaksud dalam bagian ini adalah tujuan mengenai
pentingnya kebijakan dan prosedur mengenai investigasi dibuat. Prosedur
dan kebijakan tertulis ini akan melegalkan dan sebagai jalur formal pada
proses investigasi kecelakaan yang ada di sebuah perusahaan.
2. Ruang Lingkup
Pada bagian ini memuat ruang lingkup dari kegiatan investigasi. Ruang
lingkup ini mengenai siapa yang melakukan investigasi, sasaran dari
investigasi, dan aturan lain yang harus dilakukan saat investigasi
berlangsung.
3. Prinsip
Pada bagian ini menjelaskan mengenai prinsip-prinsip yang harus ditaati
tim investigasi saat melakukan kegiatan investigasi.
4. Prosedur
Pada bagian ini menjelaskan tahapan yang rinci mengenai prosedur dari
proses sebuah investigasi.
5. Akuntabilitas
Dalam bagian ini terdapat pernyataan yang menjamin akuntabilitas dari
investigasi kecelakaan.
6. Dasar Kebijakan
Pada bagian ini harus disebutkan dasar-dasar kebijakan dan prosedur
investigai kecelakaan dibuat.
7. Hasil
Dalam prosedur dan kebijakan tertulis sebuah investigasi kecelakaan harus
mengatur tentang tata cara penulisan hasil atau outcome yang dihasilkan
dari sebuah investigasi kecelakaan.
8. Pengawasan dan Peninjauan Ulang
Dalam sebuah kebijakan juga harus dicantumkan tata cara pengawasan dan
peninjauan ulang dari sebuah investigasi.
Dalam melaksanakan investigasi kecelakaan, PT. Pertamina (Persero)
RU II Dumai mempunyai kebijakan dan prosedur tertulis berupa Pedoman Tim
Penyelidikan Kejadian No. A-003/E2900/2000/SO yang diberlakukan
semenjak tanggal 1 April 2000, Tata Kerja Organisasi (TKO) fungsi HSE
dengan judul Pelaksanaan Penyelidikan Kejadian dengan No.
B-015/E12530/2011-S0 dan berupa Tata Kerja Organisasi (TKO) fungsi HSE
dengan judul Komunikasi Kecelakaan Kerja dengan No. B-028/E12530/2011-
S0. Jika yang terjadi adalah sebuah insiden yang serius, maka penyelidikan
insiden tersebut dinamakan Penyelidikan Enjiniring Atas Insiden Serius
(PENJIS). Ketiga prosedur tertulis ini saling melengkapi dan tidak digunakan
secara terpisah. Prosedur tertulis tersebut mempunyai isi sebagai berikut:
1. Pedoman Tim Penyelidikan Kejadian No. A-003/E2900/2000/SO
a) Umum
Pada bagian ini memuat maksud dan tujuan, ruang lingkup, dan
pengertian dan batasan dalam melakukan investigasi.
b) Landasan Kebijakan
Bagian ini menyebutkan landasan kebijakan yang mendasari
dibuatkan pedoman ini.
c) Kebijakan
Dalam bagian kebijakan pada pedoman ini, memuat hal-hal detil
mengenai perencanaan, pembentukan tim, pelaksanaan dan
pengawasan, tugas dan wewenang tim.
d) Lampiran
Sedangkan dalam lampiran di pedoman ini terdapat formulir
laporan dari investigasi kecelakaan.
Pada pedoman ini terdapat tanda tangan dari pemegang kebijakan
sebagai pengesahan terhadap berlakunya kebijakan ini.
2. Tata Kerja Organisasi (TKO) Pelaksanaan Penyelidikan Kejadian No. B-
015/E12530/2011-S0 dan Tata Kerja Organisasi (TKO) Komunikasi
Kecelakaan Kerja dengan No. B-028/E12530/2011-S0
3. Kedua buah TKO ini mempunyai poin-poin yang sama dalam
susunannya. Hanya yang membedakan diantara keduanya adalah isi dari
poin – poin yang ada. Substansi dari poin-poin yang ada dalam TKO
disesuaikan dengan judul TKO masing-masing. TKO dengan no. B-
015/E12530/2011-S0 memuat mengenai tata cara pelaksanaan dari
investigasi kecelakaan, sedangkan TKO dengan No.
B-028/E12530/2011-S0 mengatur tentang tata cara komunikasi atau
penyampaian adanya kecelakaan kerja dimulai dari informasi adanya
kecelakaan. Poin-poin dalam TKO ini meliputi:
a) Fungsi / Unit Organisasi / Jabatan Terkait
Pada bagian ini memuat orang yang terlibat dalam TKO yang wajib
menjalankan isi dari TKO tersebut.
b) Tujuan
Tujuan yang terdapat dalam bagian ini adalah tujuan dari sebuah
TKO dibuat.
c) Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang dinyatakan dalam TKO adalah mengenai
batasan lokasi berlakunya sebuah TKO.
d) Dasar Kebijakan
Pada bagian ini menyebutkan dasar- dasar berupa kebijakan yang
dijadikan alasan perlunya dibuat sebuah TKO.
e) Dokumen Terkait
Pada bagian ini menyebutkan dokumen yang penting untuk
melengkapi dan relevan digunakan bersama TKO ini.
f) Pengertian dan Batasan
Bagian pengertian dan batasan meliputi istilah-istilah yang dipakai
yang berkaitan dengan isi dari TKO tersebut
g) Prosedur
Bagian prosedur memuat isi secara detil yang dibagi dalam
tahapan-tahap proses.
h) Indikator & Ukuran Keberhasilan
Terdapat indikator dan ukuran keberhasilan dari pelaksanaan TKO
agar memudahkan penilaian dan evaluasi dari pelaksanaan TKO
tersebut.
i) Lampiran
Lampiran yang dimaksud dalam TKO adalah formulir- formulir
atau dokumen terkait yang melengkapi TKO.
Sesuai dengan hal yang dikemukakan oleh Bird & Germain (1990), PT.
Pertamina (Persero) RU II Dumai telah memiliki prosedur tertulis mengenai
kebijakan dan prosedur investigasi. Jika ditinjau dari peraturan yang dibuat
oleh Glasgow Caledonian University (2010) mengenai kebijakan tertulis
investigasi, maka hal-hal yang dimuat didalam kebijakan dan prosedur tertulis
yang dimiliki oleh PT. Pertamia (Persero) RU II telah sesuai dengan poin-poin
yang tercantum didalam dari peraturan yang dibuat oleh Glasgow Caledonian
University (2010). Secara rinci hal ini akan dijelaskan dalam tabel 4.3.
Tabel 4.3Perbandingan Kebijakan dan Prosedur Tertulis Investigasi Kecelakaan
di PT. Pertamina (Persero) RU II dengan Teori Glasgow Caledonian University (2010)
No
Glasgow
Caledonian
University
(2010)
Fakta Kesesuaian
1. Tujuan Terdapat dibagian Umum pada Pedoman Tim
Penyelidikan dan terdapat pada bagian tujuan
TKO
Telah sesuai
2. Ruang
Lingkup
Terdapat pada Pedoman Tim Penyelidikan dan
TKO
Telah sesuai
3. Prinsip Terdapat pada Pedoman Tim Penyelidikan Telah sesuai
4. Prosedur Terdapat pada Pedoman Tim Penyelidikan dan
TKO
Telah sesuai
5. Akuntabilitas Terdapat pada Pedoman Tim Penyelidikan Telah sesuai
No
Glasgow
Caledonian
University
(2010)
Fakta Kesesuaian
6. Dasar
Kebijakan
Terdapat pada Pedoman Tim Penyelidikan dan
TKO
Telah sesuai
7. Hasil 10. Terdapat pada Pedoman Tim Penyelidikan dan
TKO
Telah sesuai
8. Pengawasan
dan
Peninjauan
Ulang
11. Terdapat pada TKO Telah sesuai
4.6.5 Market
Market atau pemasaran yang dimaksud dalam sebuah investigasi
kecelakaan adalah sosialisasi informasi mengenai kejadian kecelakaan yang
telah terjadi kepada pekerja. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh manajer bagian
atas atau menengah. Alat untuk menginformasikan mengenai kejadian
kecelakaan dapat berupa sebuah formulir pengumuman. Formulir ini berisi
mengenai informasi penting yang berkaitan dengan kecelakaan (Bird &
Germain, 1990). Formulir pengumuman ini berisi:
1. Tipe dari kecelakaan atau kejadian
Pada bagian ini memuat pernyataan tentang jenis kejadian
(kecelakaan personal, kerusakan alat, hilangnya proses)
2. Lokasi Kejadian
Pada bagian ini menyatakan mengenai tempat dimana kejadian
kecelakaan berlangsung.
3. Bagian/ Departemen
Bagian ini menyetakan mengenai departemen yang mengalami kejadian.
4. Tanggal
Tanggal yang dimaksud adalah tanggal kejadian
5. Kerugian
Pada bagian ini menyatakan kerugian apa saja yang dialami oleh
perusanaan atau personal dari pekerja (misalnya cacat, kematian, dll)
6. Deskripsi Kejadian
Pada bagian ini secara singkat namun jelas mendeskripsikan mengenai
kejadian tersebut.
7. Penyebab Kejadian
Bagian ini berisi mengenai penyebab kejadian yang sudah diperoleh dari
proses investigasi.
PT. Pertamina (Persero) RU II mempunyai program yang
bernama “Learning From Accidents”. Program ini secaraf khusus
dilakukan untuk mensosialisasikan hasil dari investigasi kecelakaan agar
semua pekerja terinformasi dengan baik. Salah satu hasil dari program ini
adalah pembuatan formulir pengumuman yang termasuk Safety Alert ini
berisi informasi mengenai kecelakaan yang akan ditempel pada papan
informasi yang ada pada setiap fungsi atau departemen. Formatnya
adalah sebagai berikut:
1. Judul
Judul yang dimaksud adalah juduk\l dari kejadian atau kecelakaan
2. Tujuan/Kegunaan
Tujuan yang dimaksud adalah tujuan dari dibuatnya pengumuman.
3. Target Audience
Target Audience yang dimaksud dalam bagian ini adalah sasaran dari
pengumuman ini.
4. Deskripsi Kejadian
Bagian ini memuat detil kejadian secara singkat dan jelas. Mulai dari
tanggal, tempat, mengapa terjadi dan kerugian yang ditimbulkan.
5. Penyebab Dasar
Bagian ini memuat penyebab yang mendasari kejadian sebuah
kecelakaan.
6. Lesson Learned
Bagian ini memuat hal-hal yang harus dilakukan sasaran dari
pengumuman ini agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Jika ditinjau berdasarkan teori yang dikemukakan Bird & Germain (1990)
mengenai isi dari pengumuman, maka isi dari pengumuman (safety alert) yang ada di
PT. Pertamina (Persero) RU II telah sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Bird & Germain (1990) walau format yang ditampilkan berbeda. Bird & Germain
memisahkan tanggal, tempat, dan kerugian menjadi poin tersendiri, sedangkan di PT.
Pertamina (Persero) RU II Dumai, poin- poin tersebut tidak dipecah melainkan
digabung dalam pembahasan deskripsi kejadian.
Sesuai dengan teori Bird (1990) bahwa sasaran yang dituju dari sosialisasi
mengenai hasil investigasi ini juga telah jelas yaitu pekerja dan juga sosialisasi ini
dilakukan oleh manajer tingkat atas dan menengah yang tergabung dalam tim
investigasi.
4.6.6 Machinery
Saat melaksanakan investigasi kecelakaan diperlukan teknik khusus
dalam mengumpulkan data dan menggali informasi demi mengungkap kejadian
yang melatar belakangi sebuah kecelakaan. Sebuah investigasi kecelakaan
memerlukan sebuah teknologi dalam menganalisis fakta- fakta dan bukti- bukti
yang telah di dapat. Selain terdapat di dalam sarana dan pra-sarana yang ada,
teknologi juga terdapat pada teknik analisa bukti dan fakta. Contohnya saja
teknologi digital yang terdapat dalam alat perekam suara, kamera, sound level
meter, dsb (Ibrohim, 2010).
Sebuah investigasi kecelakaan kadang membutuhkan analisa
laboratorium forensik jika terjadi kematian pada korban kecelakaan.
Penganalisaan di laboratorium lain seperti di laboratorim kimia juga kadang di
perlukan. Teknologi yang dipakai di laboratorium saat menganalisa bukti dan
fakta disesuaikan dengan kebutuhan dari penyelidikan itu sendiri (Gunawan,
2011).
Semua teknologi yang digunakan dalam investigasi kecelakaan di PT.
Pertamina (Persero) RU II Dumai disesuaikan dengan kebutuhan investigasi.
Dengan tersedianya kamera, perekam suara, serta alat tambahan lain seperti
sound level meter, gas and vapor analyze yaang menggunakan teknologi
digital, maka hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ibrohim
(2010).
Dalam pelaksanaan investigasi kecelakaan, PT. Pertamina (Persero)
RU II Dumai kadang melibatkan pemeriksaan laboratorium kimia dan
laboratorium forensik dari kepolisian jika ternyata sebuah kecelakaan
mengakibatkan timbulnya korban jiwa. Proses di dalam laboratorium
menggunakan teknologi yang mendukung untuk pemeriksaan laboratorium
tersebut. Hal ini telah sesuai dengan pendapat dari Gunawan (2011) bahwa
sebuah investigasi kecelakaan kadang membutuhkan analisa laboratorium jika
di perlukan dan teknologi yang dipakai di laboratorium saat menganalisa
bukti dan fakta disesuaikan dengan kebutuhan dari penyelidikan itu sendiri.
4.7 Gambaran Proses Sistem Investigasi Kecelakaan
4.7.1 Perencanaan
Sesuai dengan pendapat Levey dan Loomba (1984), bahwa merumuskan
tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah bagian dari
perencanaan. Tujuan dilakukannya Investigasi Kecelakaan antara lain (Bird &
Germain, 1990):
1. Menjelaskan kejadian yang sebenarnya terjadi
2. Menemukan kasus yang sebenarnya
3. Menentukan risiko
4. Mengembangkan kontrol yang ada
5. Melihat tren
6. Menambah kepedulian pekerja
Perencanaan investigasi yang diambil dari buku diskusi Manual
Keselamatan No.10 Departemen Perburuhan, Keselamatan Tambang dan
Administrasi Kesehatan Amerika Serikat tahun 1990 mencakup:
1. Menentukan ruang lingkup dari investigasi.
2. Memilih orang yang akan menginvestigasi (investigator). Buat tugas
yang spesifik untuk setiap orang (ditulis lebih baik)
3. Melakukan brifing kepada tim investigasi sebelum proses investigasi
dimulai, mencakup:
a. Deskripsi dari kejadian, dengan estimasi dampak yang ada
b. Prosedur operasi yang normal.
c. Peta (lokal dan umum)
d. Lokasi dari kecelakaan
e. Daftar saksi
f. Kejadian-kejadian yang mendahului kecelakaan.
Sedangkan menurut (Gunawan, 2011), perencanaan (Planning) harus
sudah ada sebelum kejadian, pada saat kejadian ditemukan (diketahui), pada saat
tiba di TKP, pada saat kondisi emergency sudah dapat dikendalikan, jika
pengumpulan data sudah dilakukan dan jika kondisi sudah kembali normal.
Tahap perencanaan sebuah investigasi harus melingkupi hal sebagai
berikut (Gunawan, 2011):
1. Klasifikasi Insiden
2. Kebijakan dan Prosedur Notifikasi
3. Pembentukan Tim Penyidik
4. Perlengkapan dan Pelatihan Tim
5. Prosedur investigasi kecelakaan
Perencanaan Penyelidikan Kecelakaan di PT. Pertamina RU II dilakukan
sebelum adanya kejadian yang diatur dalam Pedoman Penyelidikan Kejadian dan
TKO yang berkaitan. Selain itu, perencanaan akan selalu disusun oleh tim
penyelidikan disaat kejadian ditemukan (diketahui) melalui rapat tim investigasi.
Tim penyelidik atau investigator akan melakukan pertemuan dan menyusun rencana
awal sampai akhir dalam menyelesaikan kasus kecelakaan atau kejadian.
Terdapat klasifikasi sebuah insiden atau kecelakaan pada PT. Pertamina
(Persero) RU II, yaitu adalah sebagai berikut:
1. Insiden
Suatu kejadian yang tidak diinginkan tetapi tidak mengakibatkan kematian,
luka atau kerugian material.
2. Kejadian
Suatu keadaan atau peristiwa yang tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan
kerugian atau dapat menurunkan efisiensi operasi perusahaan.
3. Kecelakaan
Suatu kejadian yang tidak diinginkan tetapi mengakibatkan kematian, luka
atau kerugian harta benda.
4. Bahaya
Kondisi potensial yang dapat menjadi suatu kerugian. Perubahan dari bahaya
kerugian diakibatkan adanya suatu rangsangan yang dapat berupa kegagalan
peralatan atau sistem, kondisi operasi tidak normal, kesalahan operator dan
lain-lain.
Sedangkan dalam melakukan investigasi kecelakaan yang bersifat serius
yang dinamakan Penyelidikan Enjiniring Atas Insiden Serius (PENJIS).
Mempunyai batasan sebagai berikut:
1. Orang cedera, sedang, berat atau mati sesuai pasal 48 ayat 1 dari Peraturan
Pemerintah No.11 tahun 1979.
2. Kerugian harta benda jika diperkirakan lebih dari USD 1,000,000,- (Satu Juta
Dollar Amerika)
3. Terganggunya proses produksi yang menyebabkan Kilang RU II tidak dapat
beroperasi atau shutdown.
4. Kebakaran besar yang mempunyai akibat sebagaimana disebut pada butir 1, 2
atau 3 diatas
5. Pencemaran minyak ke laut jika diperkirakan lebih dari 15 Barrel.
6. Tugas khusus dari manajemen akibat adanya pengaduan dari masyarakat
terhadap operasi kilang RU II Dumai.
Perencanaan sistem investigasi kecelakaan di PT. Pertamina (Persero) RU II
merupakan gabungan dari teori yang diungkapkan oleh Gunawan (2011) dan teori
yang diungkapkan dalam buku Manual Keselamatan No.10 Departemen
Perburuhan, Keselamatan Tambang dan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat
tahun 1990. Pada tahap perencanaan, telah terdapat klasifikasi insiden atau
kecelakaan yang harus dilakukan investigasi, terdapat kebijakan dan prosedur
notifikasi, terdapat susunan tim investigasi, Tim mempunyai perlengkapan dan
telah melalui pelatihan dan terdapat prosedur investigasi. Hal ini telah sesuai
dengan teori yang diungkapkan oleh Gunawan (2011) dan teori yang diungkapkan
dalam buku Manual Keselamatan No.10 Departemen Perburuhan, Keselamatan
Tambang dan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat tahun 1990.
Hanya saja di PT. Pertamina (Persero) RU II belum terdapat prosedur
tertulis klasifikasi investigasi kecelakaan non-serius atau yang berskala kecil.
Sehingga belum mempunyai batasan perencanaan yang jelas dalam investigasi
kecelakaan yang berskala kecil atau non-serius. Sebaiknya dibuat TKO (Tata Kerja
Organisasi) dan Pedoman Penyelidikan Kecelakaan untuk penyelidikan kecelakaan
skala kecil atau non-serius.
Tabel 4.4Perbandingan Perencanaan di PT. Pertamina (Persero) RU II dengan Teori
Gunawan (2011) dan Teori dalam buku Manual Keselamatan No.10 Departemen Perburuhan, Keselamatan Tambang dan Administrasi Kesehatan
Amerika Serikat tahun 1990.
No.Gunawan
(2011)
Manual Keselamatan No.10
Departemen Perburuhan,
Keselamatan Tambang dan
Administrasi Kesehatan Amerika
Serikat tahun 1990
Fakta Kesesuaian
1. Sistem
Klasifikasi
Insiden
Menentukan ruang lingkup dari
investigasi.
Terdapat
klasifikasi untuk
insiden yang
serius, tetapi
untuk insiden
non-seris belum
ada
Diperlukan
klasifikasi
kecelakaan
non-serius
yang
membutuhka
n investigasi
2.1. Kebijakan
dan
Prosedur
Notifikasi
brifieng kepada tim investigasi Prosedur
pengaktifan tim
investigasi telah
didasarkan pada
kebutuhan,
ukuran, dan
struktur
organisasi, serta
jenis, ukuran,
sifat dan dampak
dari insiden.
Telah sesuai
No. Gunawan Manual Keselamatan No.10 Fakta Kesesuaian
(2011)
Departemen Perburuhan,
Keselamatan Tambang dan
Administrasi Kesehatan Amerika
Serikat tahun 1990
3. Pembentuk
an Tim
Penyidik
2.
Memilih orang yang akan
menginvestigasi
Ada. Terdapat
pada Pedoman
tim penyelidikan
kecelakaan no. A-
003/E2900/2000/
SO. Tata Kerja
Organisasi No. B-
015/E12530/2011
-S0 dan Tata
Kerja Organisasi
No.
B-028/E12530/20
11-S0.
Telah sesuai,
hanya terjadi
ketidak
sinkronan
antara
penyebutan
nama unit
atau bidang
karena
didalam TKO
sudah
berbahasa
Inggris
4. Perlengkap
an dan
Pelatihan
Tim
3.
- Ada.
Perlengkapan
yang dibutuhkan
telah memadai
dan Tim telah
mendapatkan
pelatihan.
Telah sesuai
5. Prosedur
investigasi
kecelakaan
- Prosedur secara
tertulis terdapat di
TKO No.
B-015/E12530/2011-
S0
Telah sesuai
4.3.2 Pengorganisasian
Apabila perencanaan telah selesai dilaksanakan, hal selanjutnya yang
perlu dilakukan adalah melaksanakan fungsi pengorganisasian. Pada tahap
pengorganisasian ini pula diperlukan sebuah laporan kecelakaan untuk
mengaktifkan sebuah tim kecelakaan.
Ada tiga tugas Tim Investigasi kecelakaan, yaitu mencari apa yang
terjadi (what) & kenapa terjadi (why), bagaimana mencegah terulangnya
insiden (how to fix), menindak-lanjuti rekomendasi. Tim Investigasi Insiden
mempunyai prinsip tidak mencari kesalahan atau melakukan tindak disipin
(menghukum), harus independent dan mandiri (autonomous). Untuk
pelaporan tergantung tingkat/potensi keparahan insiden. Prosedur pengaktifan
timinvestigasi harus didasarkanpada kebutuhan, ukuran, danstruktur
organisasi, serta jenis,ukuran, sifat dan dampak dari insiden (Gunawan,
2011).
Syarat utama seorang ketua tim adalah memiliki ketrampilan teknik
investigasi, administratif dan manajerial, terutama koordinasi dan
komunikasi.Tugas dan tanggung jawab seorang ketua tim adalah sebagai
berikut (Gunawan, 2011) :
1. Mengatur secara langsung tim investigasi dan menyakinkan bahwa
objektif dari sebuah investigasi telah sesuai dengan jadwal
2. Mengidentifikasi, mengontrol dan jika diperlukan mengubah zona akses
terbatas
3. Menjadi seorang pemimpin yang mempunyai prinsip dan mampu
berbicara mewakili tim dan sebagai kontak dengan organisasi lain.
4. Menyiapkan laporan status dan laporan penting lain, mendokumentasikan
aktivitas tim, penemuan dan kepedulian.
5. Mengatur tim, jadwal, rencana dan rapat
6. Menginisiasi permintaan formal untuk pencarian informasi, wawancara
saksi, tes laboratorium, data pendukung teknikal dan administratif.
7. Dll.
Tim Investigasi di PT. Pertamina (Persero) RU II mempunyai prinsip tidak
mencari kesalahan atau melakukan tindak disipin, independent dan mandiri.
Prosedur pengaktifan tim investigasi PT. Pertamina (Persero) RU II didasarkan
pada kebutuhan, ukuran, dan struktur organisasi, serta jenis, ukuran, sifat dan
dampak dari insiden.
Tugas Tim penyelidikan kecelakaan di PT. Pertamina (Persero) RU II yaitu
mencari apa yang terjadi, kenapa hal tersebut terjadi, bagaimana mencegah
terulangnya insiden dan memberikan rekomendasi serta memantau tindak lanjut
dari rekomendasi tersebut. Tim penyelidikan kecelakaan juga melakukan sosialisasi
terhadap hasil yang didapat dari penyelidikan dengan tujuan semua pekerja
terinformasi dan kejadian tidak terulang kembali.
Berdasarkan Pedoman Tim Penyelidikan Kejadian No.
A-003/E2900/2000/SO Ada 6 (enam) tahapan yang harus dilakukan oleh Tim
Penyelidikan Kejadian dalam melakukan penyelidikan yaitu:
1. Memberikan tanggapan segera dan secara positif terhadap kejadian.
Mengenali sumber-sumber dan bukti-bukti di tempat kejadian,
mengamankan bukti-bukti terhadap kemungkinan dirubah atau disingkirkan
oleh orang-orang tertentu.
2. Mengumpulkan semua informasi penting yang berkaitan dengan kejadian,
dengan cara segera melihat kondisi langsung di tempat kejadian untuk
memperoleh gambaran umum.
a. Melakukan wawancara dengan saksi-saksi yang ada dilapangan
b. Mengambil gambar atau foto atau membuat sketsa dari kejadian.
3. Menganalisa dan mengevaluasikan semua faktor kejadian.
a. Menganalisa penyebab dan urutan kejadian
b. Membuat ringkasan faktor-faktor penyebab kejadian
c. Mencari faktor penyebab langsung dan gejala-gejalanya
d. Mencari sebab-sebab dasar dari kejadian
e. Menentukan elemen kritis dari penyebab tersebut
f. Mencari kemungkinan kelemahan-kelemahan dalam sistem manajemen
4. Mengembangkan dan mengambil tindakan-tindakan
a. Mempertimbangkan tindakan pengendalian yang mungkin
b. Mengusahakan mengurangi tingkat keparahan dari kerugian yang
mungkin timbul
c. Mengambil tindakan pengaman sementara dengan segera
d. Mengambil tindakan pengaman secepat mungkin
5. Melakukan telaah ulang dari temuan yang ada dan membuat rekomendasi
a. Melakukan telaah ulang terhadap setiap laporan yang sudah ada
b. Mengukur kualitas laporan dan membuat saran untuk perbaikan
6. Melakukan tindak lanjut
a. Melakukan pertemuan untuk menelaah ulang hasil penyelidikan
b. Menganalisa data untuk mengetahui kecenderungan
c. Mengevaluasikan dampak-dampak yang timbul akibat suatu kejadian
d. Membuat laporan yang ditimbulkan dari suatu kejadian
Anggota Tim adalah orang-orang yang benar-benar menguasai dibidang
masing-masing dan tim melalui ketuanya berwenang memanggil ahli dari bidang-
bidang tertentu apabila memerlukan data-data atau penjelasan dalam melakukan
penyelidikan suatu kejadian. Tim juga memiliki hak untuk menginterview dan
memeriksa tempat kejadian, sesuai dengan kepentingannya untuk mengumpulkan
bahan-bahan atau data-data dalam menyusun laporan.
Dalam melakukan penyelidikan, Tim dapat mempergunakan laporan
kecelakaan kejadian yang dibuat oleh pengawas lini setempat, manajemen, tenaga
ahli terkait sebagai bahan acuan.Selain menyelidiki sebab-sebab mengapa suatu
kejadian dapat terjadi, Tim juga memiliki tugas untuk mengestimasi besar
kerugian yang timbul, mengevaluasi dampak-dampak yang mungkin ditimbulkan
dari kejadian yang dimaksud serta memberikan saran-saran langkah untuk
mencegah kejadian serupa terulang kembali.Tim menyiapkan laporan untuk
manajemen dan Direksi sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Langkah awal dalam pengorganisasian Tim Penyelidikan adalah sebagai
berikut:
1. Manager HSE sebagai Sekretaris Tim penyelidik kejadian membuat
undangan rapat kepada fungsi terkait sehubungan adanya kejadian yang
menyebabkan kecelakaan atau kerugian Perusahaan.
2. Manager Engineering and Development sebagai Ketua Tim, menentukan
tanggal atau tempat rapat serta menandatangani undangan rapat. Jika
Manager Engineering and Development berhalangan atau dinas tugasnya
dilaksanakan Manager Reliability.
3. Manager HSE menyebarkan undangan rapat sehubungan adanya kejadian
kepada fungsi terkait yang termasuk Tim Penyelidik.
Tim Investigasi di PT. Pertamina (Persero) RU II telah sesuai dengan teori
yang diungkapkan Gunawan (2011) mengenai tugas Tim Investigasi kecelakaan,
yaitu mencari apa yang terjadi (what) & kenapa terjadi (why), bagaimana
mencegah terulangnya insiden (how to fix), serta menindak-lanjuti rekomendasi.
Prosedur pengaktifan tim juga telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No. Per.03/Men/1998 yaitu untuk mengaktifkan sebuah tim kecelakaan
dimulai dengan adanya laporan kecelakaan yang harus sudah ada maksimal 2x24
jam setelah kejadian kecelakaan.
Syarat utama, tugas dan tanggung jawab seorang ketua tim sebagaimana
yang diungkapkan oleh Gunawan (2011) juga telah tertulis dalam Pedoman Tim
Penyelidikan Kecelakaan yang dimiliki oleh PT. Pertamina (Peresero) RU II
Dumai.
4.3.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan investigasi yang diambil dari buku diskusi Manual
Keselamatan No.10 Departemen Perburuhan, Keselamatan Tambang dan
Administrasi Kesehatan Amerika Serikat tahun 1990mencakup:
1. Mengunjungi lokasi kejadian untuk mendapatkan informasi terbaru
2. Menginspeksi lokasi kejadian.
a. Amankan lokasi kejadian. Jangan mengganggu jalannya pemeriksaan
kecuali ada bahaya yang terjadi.
b. Siapkan sketsa yang berhubungan dan foto. Beri label dengan hati-
hati dan jaga agar rekaman tetap akurat.
3. Melakukan wawancara terhadap setiap korban dan saksi. Juga lakukan
wawancara terhadap orang-orang yang ada sebelum kejadian
kecelakaan terjadi dan orang-orang yang datang saat kejadian
berlangsung. Jaga keakuratan rekaman pada setiap wawancara.
Gunakan alat perekam jika diperlukan dan jika disetujui.
4. Menentukan:
a. Apa yang tidak normal yang terjadi sebelum kecelakaan terjadi
b. Dimana kondisi tidak nomal tersebut terjadi.
c. Kapan pertama kalinya terjadi pengenalan kondisi tidak normal tersebut
d. Bagaimana hal tersebut terjadi.
5. Analisa data yang terkait dengan langkah ke 7 (tujuh), ulangi langkah
6. Menentukan:
a. Mengapa kecelakaan tersebut terjadi
b. Rangkaian kejadian yang mungin sering terjadi dan penyebab yang
mungkin menyebabkan kejadian (penyebab langsung, tidak langsung dan
dasar penyebab)
c. Rangkaian alternatif kejadian yang ada
7. Melakukan pengecekan terhadap setiap rangkaian kejadian,bandingkan
dengan data pada langkah ke 7 (tujuh)
8. Menentukan rangkaian kejadian yang paling sering terjadi dari kejadian
tersebut dan tentukan penyebab yang paling mungkin terjadi.
9. Mengadakan brifing setelah melakukan investigasi
10. Siapkan laporan, termasuk tindakan yang direkomendasikan untuk
mencegah hal tersebut terulang kembali. Distribusikan laporan tersebut
menurut instruksi yang ada.
Sebuah investigasi tidak lengkap sebelum semua data dianalisis dan
laporan final lengkap. Pada prakteknya, pekerjaan menginvestigasi,
penganalisisan data, dan proses pembuatan laporan menghabiskan banyak waktu
dalam rangkaian kegiatan investigasi.
Sedangkan menurut Gunawan (2011), pelaksanaan penyelidikan insiden
adalah sebagai berikut:
1. Penyelidikan Incident (On-Site Investigation).
2. PenentuanPenyebabDasar (Root Cause-Determination).
Cari detail gejala dan akar permasalahan selama analisis penyebab yang
terdapat dalam langkah investigasi. Hal apa yang berpotensi menjadi penyebab
terjadinya kecelakaan atau insiden (kondisi, prosedur, peralatan, tindakan,
rangkaian kejadian). Temukan mengapa kondisi tidak aman tersebut tercipta,
kemungkinan yang ada antara lain kurangnya training, supervisi, tekanan
peraturan dan maintenance. Untuk mencari akar permasalahan, ada beberapa
metode atau teknik yang dipakai. Diantaranya adalah:
a. Acc. Anatomy Method (AAM)
b. Action Error Analysis (AEA)
c. Acc.Evolution& Barrier (AEB)
d. Change Evaluation / Analysis (CE/A)
e. Cause – Effect Logic Diagram (CELD)
f. Fault Tree Analysis (FTA)
g. Hazard & Operability Study (HAZOP)
h. Management Oversight Risk Tree (MORT)
i. Systematic Cause Analysis Technique (SCAT)
j. Sequentially Timed Events Plot (STEP)
k. Coperhensive List of Causes (CLC)
l. Dll.
3. PenyampaianRekomendasi (Recommendation Development).
Rekomendasi untuk mengeliminasi atau mengurangi kondisi berbahaya,
praktik, peraturan dan pengambilan keputusan yang menyebabkan kecelakaan
(harus spesifik dan mewakili rekomendasi dari kegiatan yang spesifik).
Rekomendasi yang diberikan dapat digunakan untuk jangka pendek atau jangka
panjang serta penuh dengan kesiapan untuk masa yang akan datang seperti
keadaan darurat jika diperlukan. Jenis- jenis rekomendasi antara lain:
a. Meminimalisasi bahaya
b. Mengurangi probabilitas
c. Meminimalisasi paparan personal
d. Mengurangi konsekuensi
Tindakan perbaikan harus mempertimbangkan hirarki dan pengendalian
bahaya dari yang paling efektif sampai yang kurang efektif. Berikut ini adalah
ciri rekomendasi yang sukses:
1. Memperbaiki sebab dasar yang akanmenyelesaikan permasalahan
2. Tindakan yang diusulkan dinyatakans3ecara jelas
3. Bersifat praktis, feasibledan dapatdicapai
4. Meniadakan atau menurunkan risiko dan dampaknya
5. Dianalisis dengan prosedur manajemenperubahan
6. Selaras dengan sasaran dari fungsi lain
4. PenulisanLaporan (Report Writing).
Laporan penulisan yang baik adalah laporan yang dapat dimengerti oleh
pembacanya. Laporan kecelakaan atau insiden harus disesuaikan dengan
kompetensi orang yang membacanya. Laporan kecelakaan atau insiden juga harus
disesuaikan dengan keperluan terhadap identifikasi laporan tersebut. Laporan juga
harus sesuai dengan spesifikasi ruang lingkup dari investigasinya. Laporan harus
ditandatangani oleh anggota tim, harus terdistribusi sesuai dengan keperluan dan
laporan harus dipastikan bahwa tidak ada informasi yang terlewat didalamnya.
Pada umumnya laporan investigasi mempunyai outline:
a. Summary/ abstrak:
Mengandung apa yang terjadi, kenapa dan rekomendasi umum dan
ditulis dalam satu halaman.
b. Latar Belakang
Menjelaskan tentang proses, ruang lingkup investigasi.
c. Temuan
1. Mengungkapkan setiap temuan dari setiap kejadian atau kondisi yang
mengarah kepada kecelakaan
2. Apakah temuan tersebut mewakili kesimpulan dari investigator?
3. Apakah mereka konsisten dengan analisis yang disampaikan pada
naratif?
d. Penyebab:
Apakah temuan dapat mengidentifikasi sebuah penyebab awal
kecelakaan atau rangkaian kejadian kecelakaan?
e. Rekomendasi:
1. Apakah rekomendasi relevan dengan kecelakaan?
2. Apakah rekomendasi sudah menuju ke suatu yang spesifik
3. Apakah rekomendasi dapat dijalankan? Apakah rekomendasi
tersebut berdampak nyata?
4. Rekomendasi menjelaskan dengan spesifik tindakan yang harus
dilakukan untuk diikuti, target tanggal
f. Hal lain yang penting seperti bagan, info, lampiran-lampiran
Langkah- langkah pelaksanaan investigasi kecelakaan di PT.
Pertamina (Persero) RU II adalah sebagai berikut:
Bagan 4.1 Tahapan Pelaksanaan Investigasi Kecelakaan di PT. Pertamina (Persero) RU
II Dumai
1. Investigasi Lapangan
Tim Investigasi di PT. Pertamina (Persero) RU II yang terdiri dari
Process Engineering, Project Engineering, Manager Production Sei-Pakning,
Area Holder, Refinery Planning, Supply Chain Optimization, Safety Section
mengumpulkan data pendukung untuk bahan evaluasi atau penyelidikan serta
Investigasi Lapangan
Penentuan Penyebab Dasar
Perumusan Saran dan Rekomendasi
Penulisan Laporan
membahas masalah kejadian dipimpin oleh Manager Engineering and
Development.
Saat menjalani investigasi di lapangan, Tim penyelidikan harus tetap
memakai APD sesuai standar keamanan yang ada demi mencegah terjadinya
hal yang tidak diinginkan karena lokasi kejadian sebuah insiden atau
kecelakaan bisa saja masih mempunyai potensi bahaya. Sebelum investigasi
kecelakaan dimulai semua peralatan yang dibutuhkan dipersipakan terlebih
dahulu. Tim penyelidikan akan mengenali sumber-sumber dan bukti-bukti di
tempat kejadian dan mengamankan bukti-bukti di tempat kejadian agar
barang bukti tidak hilang atau sengaja dihilangkan.
Tim penyelidikan pada saat penyelidikan di lapangan akan mengambil
dokumentasi berupa foto dan telaah dokumen yang relevan. Wawancara juga
dilakukan kepada saksi-saksi yang ada pada saat kejadian kecelakaan
berlangsung.Hasil dari On Site Investigation akan menghasilkan temuan
mengenai penyebab dan urutan kejadian (kronologis kejadian), faktor-faktor
penyebab kejadian, faktor penyebab langsung dan gejala-gejalanya dan
sebab-sebab dasar dari kejadian. Penemuan fakta dan data serta tafsiran
jumlah kerugian yang ditimbulkan. Hasil dari On Site Investigation ini akan
menjadi bahan untuk dianalisis untuk menemukan akar penyebab dan
kemudian melakukan perumusan saran atau rekomendasi.
Dalam pelaksanaan investigasi lapangan, tim investigasi kecelakaan
telah memenuhi prosedur tertulis (berupa pedoman tim penyelidikan dan
TKO) yang ada. Semua data yang diperlukan diambil dan ditelaah untuk
menemukan penyebab suatu kecelakaan atau insiden.
2. Penentuan Penyebab Dasar
Terdapat dua metode analisa yang sering dipakai dalam
menganalisis data di PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai yaitu Fault
Tree Analysis (FTA) dan Root Causes Analysis Tripod. Proses penentuan
penyebab dasar melalui metode analisis yang terpilih dilakukan pada
rapat investigasi kecelakaan yang dilakukan oleh seluruh tim investigasi
kecelakaan setelah data yang berhasil dikumpulkan dirasa cukup dalam
merumuskan akar permasalahan. Penentuan penyebab dasar biasanya
akan memakan waktu agak lama dan tidak dapat diprediksi. Bahkan
untuk kasus kecelakaan atau insiden yang besar dapat memakan waktu
sampai satu tahun lamanya.
Faktor manusia di PT. Pertamina (Persero) RU II ditelaah melalui
wawancara mendalam. Pedoman wawancara sudah ada secara tertulis.
Faktor material ditelaah melalui perbandingan Tata Kerja Penggunaan
Alat (TKPA), SOP peralatan,dsb. Faktor lingkungan dilihat melalui
Pengambilan dokumentasi berupa foto. Faktor sistem
manajemen ditelaah melalui telaah kebijakan dan prosedur tertulis yang
ada. Faktor pekerjaan ditelaah melalui wawancara pekerja dan telaah
dokumen relevan seperti surat izin kerja, Job Safety Analysis, Tata Kerja
Individu,dll. Wawancara kepada saksi sering menjadi hal yang sulit
karena saksi kurang terbuka dalam memberikan keterangan yang
dibutuhkan.
Metode analisa yang dilakukan oleh tim investigasi kecelakaan di
PT. Pertamina (Persero) RU II telah memadai dalam menjawab faktor-
faktor yang menjadi penyebab dasar sebuah kecelakaan atau insiden.
Misalnya saja pada analisis menggunakan Root Causes Analysis Tripod.
Metode ini secara terstruktur menggiring sebuah penentuan penyebab
kecelakaan mulai dari kelemahan kontrol yang ada sampai kepada
kelemahan dari sistem manajemen.
3. Penyusunan Saran dan Rekomendasi
Setelah penyebab sebuah kecelakaan atau kejadian diketahui,
maka selanjutnya adalah penyusunan saran dan rekomendasi. Saran dan
rekomendasi yang diajukan akan mengintervensi penyebab dasar dari
suatu insiden atau kecelakaan. Tindakan rekomendasi di PT. Pertamina
(Persero) RU II bergantung kepada akar penyebab masalahnya dan
terbagi atas rekomendasi jangka panjang dan jangka pendek. Selain itu
prioritas rekomendasi juga ditentukan (high, medium, low).
Tindakan rekomendasi yang dilakukan pada setiap investigasi
kecelakaan sesuai dengan akar masalah yang ada. Rekomendasi yang
diajukan juga sudah tercantum langsung kepada tindakan yang harus
dilakukan.
4. Pembuatan Laporan
Langkah terakhir dari pelaksanaan penyelidikan sebuah
kecelakaan atau kejadian adalah pembuatan laporan. Manager HSE
sebagai sekretaris Tim akan merangkum hasil evaluasi atau
penyelidikan dan rekomendasi yang diperlukan untuk bahan Laporan
dan menyerahkan ke Manager Engineering and Development. Manager
Engineering and Development mengevaluasi dan menandatangani
laporan hasil penyelidikan.
Bila Manager Engineering and Development berhalangan atau
dinas, tugas ketua diwakili oleh Manager Reliability. Lalu laporan akan
di berikan kepada General Manajer dan distribusikan sesuai tembusan
(Manager Kilang, Manager Production Dumai, Manager Reability,
Manager Maintenance Execution, Manager HSE).
Ruang lingkup penyajian laporan kecelakaan telah sesuai dengan
ruang lingkup laporan pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan kerja
yang terdapat dalam Permenaker No.03/Men/1998, walau susunan atau
struktur penulisannya berbeda.Ruang lingkup penyajian laporan
kecelakaan yang termuat dalam Penyelidikan Enjiniring Atas Insiden
Serius (PENJIS) di PT. Pertamina RU II adalah sebagai berikut:
1. Pendahuluan
Memuat tentang informasi umum mengenai tempat, tanggal
dan waktu kejadian, orang yang terlibat seperti pelapor,korban, dan
jenis peralatan atau lingkungan yang mengalami kerusakan.
2. Kronologis Kejadian
Pada bagian ini dimuat secara terperinci jam, tanggal dan
deskripsi dari tindakan sebelum mulainya kejadian, saat kejadian,
sampai setelah kejadian.
3. Hasil interview, inspeksi dan evaluasi
Pada bagian ini memuat kondisi proses pada waktu normal,
hubungan yang saling mempengaruhi dengan unit-unit wawancara atau
penjelasan dari saksi.
4. Rangkuman Tim Penyelidik Kejadian
Pada bagian ini dibahas mengenai gabungan hasil penyelidikan
yang dilakukan masing-masing anggota tim dengan menggunakan
pendekatan teori yang ada.
5. Kesimpulan
Kesimpulan memuat garis besar akar permasalahan yang
menyebabkan sebuah kecelakaan atau kejadian.
6. Rekomendasi dan Tindak Lanjut
Pada bagian ini dipaparkan secara terperinci rekomendasi atau
tindakan yang harus dilakukan setelah kecelakaan atau kejadian agar
dilakukan perbaikan. Dalam bagian ini rekomendasi terbagi atas jangka
pendek dan jangka panjang.
7. Lampiran
Lampiran pada sebuah laporan kecelakaan atau kejadian memuat hal
berikut:
a) Daftar pertanyaan wawancara
b) Lampiran metode analisis akar permasalahan yang dipakai.
Misalnya Fault Tree Analysis (FTA), Tripod, SCAT, CLC, dll
c) Data mesin atau alat yang digunakan
d) Lay Out atauDenah
e) Foto hasil investigasi
f) Narasumber
g) Daftar Hadir Tim Investigasi
Pelaksanaan investigasi kecelakaan di PT. Pertamina (Persero)
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Gunawan (2011)bahwa
pelaksanaan investigasi kecelakaan terdiri dariinvestigasi lapangan,
penentuanpenyebabdasar, perumusan saran dan rekomendasi, serta
penulisanlaporan. Untuk detil pelaksanaan dari investigasi kecelakaan juga
telah sesuai dengan teori yang terdapat dalam buku diskusi Manual
Keselamatan No.10 Departemen Perburuhan, Keselamatan Tambang dan
Administrasi Kesehatan Amerika Serikat tahun 1990.
Salah satu kendala dalam pelaksanaan kegiatan investigasi adalah
kurangnya keterbukaan saksi dalam memberikan keterangan yang
dibutuhkan, sehingga kadang menghambat tim investigasi dalam melakukan
pelaksanaan investigasi kecelakaan. Hal ini dikarenakan saat melakukan
wawancara, tim mengabaikan kaidah-kaidah yang seharusnya ada pada saat
melakukan wawancara. Pada saat wawancara, tim mengizinkan terlalu banyak
orang di dalam ruangan wawancara sehingga kadang memancing emosi dari
anggota tim investigasi. Hal yang dilakukan tim investigasim di PT.
Pertamina (Persero) RU II dalam hal wawancara saksi bertolak belakang
dengan pendapat yang dikemukakan Gunawan (2011) yaitu seharusnya saat
melakukan wawancara, tim investigasi bersikap tenang, objektif, pikiran
terbuka, mencari fakta dan tidak berdebat. Wawancara sebaiknya dilakukan
secara terpisah dan privat serta alat perekam digunakan hanya dengan izin
saksi. Mengizinkan terlalu banyak orang dalam ruang interview, kadang
membuat sebagian orang merasa seperti sedang di adili.Sehingga sebaiknya
diadakan pelatihan atau workshop khusus bagi tim investigasi kecelakaan
terutama dalam hal tata cara wawancara saksi.
Sesuai dengan hal yang diungkapkan pada buku diskusi Manual
Keselamatan No.10 Departemen Perburuhan, Keselamatan Tambang dan
Administrasi Kesehatan Amerika Serikat tahun 1990, bahwa pekerjaan
menginvestigasi, penganalisisan data, dan proses pembuatan laporan
menghabiskan banyak waktu dalam rangkaian kegiatan investigasi.
Terkadang, untuk kecelakaan yang besar di PT. Pertamina (Persero) RU II
Dumai proses pelaksanaan investigasi kecelakaan dapat menghabiskan waktu
sampai satu tahun.
4.3.4 Pengawasan
Pengawasan terhadap investigasi kecelakaan adalah berupa penerapan dan
tindak lanjut dari rekomendasi dan saran yang telah dirumuskan. Tim
investigasi akan mengawasi apakah rekomendasi dan saran yang telah
dirumuskan telah berjalan atau belum. Tim investigasi juga akan
mensosialisasikan hasil penyelidikan kepada pekerja atau bagian terkait. Setiap
orang yang hadir dalam sosialisasi wajib mengisi daftar hadir.
Sosialiasi diberikan dengan tujuan kejadian atau kecelakaan serupa tidak
terjadi lagi. Selain itu, hasil investigasi kecelakaan akan di bawa ke Jakarta
(tingkat korporat) untuk di review ulang.
Pengawasan investigasi kecelakaan di PT. Pertamina (Persero) sesuai
dengan teori yang diungkapkan Gunawan (2011) bahwa pengawasan dilakukan
seiring dengan tindak lanjut dari rekomendasi dan saran yang ada. Setiap
laporan investigasi dijadikan arsip dan umpan balik untuk menyempurnakan
proses dari investigasi kecelakaan.
4.4 Gambaran Output Pelaksanaan Investigasi Kecelakaan
Sesuai dengan tujuan investigasi kecelakaan, maka sebuah proses investigasi
kecelakaan akan menghasilkan penjelasan mengenai kejadian yang sebenarnya
terjadi, penemuan kasus yang sebenarnya, menentukan besarnya risiko, dsb. (Bird
& Germain, 1990).
Secara garis besar, hasil akhir dari investigasi kecelakaan atau kejadian di
PT. Pertamina (Persero) RU II ada dua, yaitu akar penyebab kecelakaan atau
kejadian serta rekomendasi dan saran. Rekomendasi dan saran yang yang dibuat
meliputi hal yang harus dilakukan dalam jangka pendek (diselesaikan dalam 3
bulan) dan jangka panjang (diselesaikan dalam 6 bulan sampai 1 tahun). Prioritas
sebuah rekomendasi juga ditentukan (High, Medium, Low). Pada tahun 2010, total
rekomendasi yang sudah dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero) RU II adalah
sebesar 90,34% (Laporan Pencapaian Safety,2010). Sisa dari total rekomendasi
yang ada dilanjutkan pada tahun berikutnya (2011). Pada tahun 2011, total
rekomendasi yang dilakukan adalah sebesar 92,30%.
Waktu yang cukup panjang dalam menghasilkan output dari investigasi
kecelakaan sebenarnya merupakan kendala yang dihadapi dari sebuah sistem
investigasi. Kemungkinan hal ini terjadi salah satunya adalah karena kurangnya
keterbukaan para saksi saat diwawancarai oleh tim investigasi. Hal tersebut
dikarenakan para saksi belum mengerti mengenai tujuan penyelidikan yang
sebenarnya, bahwa tujuan penyelidikan bukan untuk mencari “kambing hitam”
tetapi untuk mencari kebenaran sehingga dapat dilakukan langkah perbaikan.
Kemungkinan mereka juga kurang mengerti betapa berharganya informasi dari
mereka sehingga tidak perlu ada yang harus di tutupi.
Oleh karena itu sepertinya diperlukan peningkatan sosialisasi mengenai
investigasi kecelakaan sehingga para pekerja yang menjadi saksi dapat bekerjasama
dengan tim investigasi dan memberikan keterangan yang sebenar-benarnya demi
mengungkap kasus sebuah kecelakaan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. PT Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai merupakan salah satu bagian
dari unit operasi Direktorat Pengolahan yang terdiri dari kilang minyak Dumai
dan kilang minyak Sei Pakning. Kilang ini mempunyai salah satu departemen
berupa fungsi HSE yang secara umum bertugas mengelola keselamatan,
kesehatan kerja dan lingkungan. Salah satu tugas dari fungsi HSE yang terdapat
pada safety section adalah mengidentifikasi kecelakaan kerja yang terjadi pada
unit operasi dan membuat rekomendasi prosedur agar tidak terjadi kecelakaan
kerja lagi.
2. Input dari investigasi kecelakaan di PT. Pertamina (Persero) RU II adalah
berupa tim investigasi kecelakaan yang telah berpengalaman dan mendapatkan
pelatihan, sumber dana yang dianggarkan dalam anggaran tahunan, sarana dan
pra-sarana yang telah memadai, adanya SOP (Standar Operational Procedures),
sasaran yaitu para pekerja dan menggunakan teknologi yang disesuaikan dengan
kebutuhan investigasi.
SOP yang terdiri dari TKO dan pedoman tim penyelidikan kejadian hanya
mengatur mengenai kejadian kecelakaan yang bersifat serius atau besar, belum
terdapat SOP yang dikhususkan untuk investigasi kecelakaan yang bersifat non-
serius atau berskala kecil.
3. Proses investigasi kecelakaan di PT. Pertamina (Persero) RU II adalah sebagai
berikut:
a. Perencanaan sistem investigasi kecelakaan di PT. Pertamina (Persero) RU
II yaitu terdapat klasifikasi insiden atau kecelakaan yang harus dilakukan
investigasi, terdapat kebijakan dan prosedur notifikasi, terdapat susunan
tim investigasi, Tim mempunyai perlengkapan dan telah melalui pelatihan
serta terdapat prosedur investigasi yang tertuang dalam pedoman Tim
Penyelidikan dan Tata Kerja Organisasi.
b. Pengorganisasian tim investigasi kecelakaan diaktifkan saat adanya
laporan kecelakaan. Tugas Tim investigasi kecelakaan di PT. Pertamina
(Persero) RU II yaitu mencari apa yang terjadi, kenapa hal tersebut
terjadi, bagaimana mencegah terulangnya insiden dan memberikan
rekomendasi serta memantau tindak lanjut dari rekomendasi tersebut. Tim
penyelidikan kecelakaan juga melakukan sosialisasi terhadap hasil yang
didapat dari penyelidikan
c. Pelaksanaan investigasi kecelakaan terdiri dari investigasi lapangan,
penentuan penyebab dasar, perumusan saran dan rekomendasi, serta
penulisan laporan. Terdapat kendala dalam pelaksanaan investigasi, yaitu
saat tim investigasi melakukan wawancara saksi. Saksi cenderung
menutupi keadaan yang sebenarnya karena takut disalahkan.
d. Pengawasan terhadap sistem investigasi kecelakaan berupa penerapan dan
tindak lanjut dari saran dan rekomendasi, review ulang oleh tingkat
korporat dan setiap laporan investigasi dijadikan arsip dan umpan balik
untuk menyempurnakan proses dari investigasi kecelakaan.
4. Output dari investigasi kecelakaan berupa terjawabnya sebab dasar dari
kecelakaan dan rekomendasi serta saran yang disusun berdasarkan akar
penyebab kecelakaan. Pada tahun 2010, total rekomendasi yang sudah
dilakukan adalah sebesar 90,34% . Pada tahun 2011, total rekomendasi yang
dilakukan adalah sebesar 92,30%.
5.2 Saran
1. Sebaiknya dibuat TKO (Tata Kerja Organisasi) dan Pedoman Penyelidikan
Kecelakaan untuk penyelidikan kecelakaan skala kecil atau non-serius.
2. Sebaiknya dilakukan peningkatan sosialisasi mengenai investigasi kecelakaan
sehingga para pekerja yang menjadi saksi dapat bekerjasama dengan tim
investigasi dan memberikan keterangan yang sebenar-benarnya demi
mengungkap kasus sebuah kecelakaan.
3. Sebaiknya diadakan pelatihan atau workshop khusus bagi tim investigasi
kecelakaan terutama dalam hal tata cara wawancara saksi.
DAFTAR PUSTAKA
Avaroth, Jeevanath. Sandeep Malhotra. Incident Investigation Workshop. Shell Global Solution. 2009.
Azwar, Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara. 1996
Bird, Frank E. George L. Germain. Practical Loss Control Leadership.Georgia: Intitute Publishing. 1990
Davis, Gordon B. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo. 1999
Enviromental Health and Safety Princeton University. “Section A2: Accident Investigation Procedure”, [cited 2012 Februari 17]. Available http://web.princeton.edu/sites/ehs/healthsafetyguide/a2.htm
Gunawan, F. A. Professional Incident Investigation. HSE TC. Pertamina. 2011
HR Operations Manager, Glasgow Caledonian University. Investigation Policy. 2010
Ibrohim, Iim. “Investigasi Kecelakaan Kerja pada Sistem Manajemen K3”, [cited 2012 Maret 22]. Available http://www.ibrosys.com/manajemen-k3/95-inestigasi-kecelakaan-kerja-pada-sistem-manajemen-k3.html
Kamus Bahasa Indonesia Online. “Definisi Investigasi”. [cited 2012 April 2] Available http://kamusbahasaindonesia.org/investigasi
Kur. “Jamsostek Telah Membayar Klaim Kecelakaan Kerja Rp 400 Miliar,”[cited 2012 Februari 20]. Available http://www.pikiran-rakyat.com/node/172092
Mayendra, Oni. “Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja Berulang di PT. X” Skripsi S-1 Ekstensi Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2009
OSHA. “Worksite Analysis”, [cited 2012 Februari 17]. Available http://www.osha.gov/SLTC/etools/safetyhealth/comp2.html
Permatasari, Anggun. “Investigasi Kecelakaan Kerja”. Skripsi S-1 Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2009
Pertamina, PT. “Buku Saku UU No. 1 Tahun 1970- PP No. 11 Tahun 1979 dan Pedoman MKP. Bidang HSE. 2009
________ .Laporan Investigasi Insiden Aux Heater RU-II Dumai. Bidang HSE. 2010
Suma’mur, P.K. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Gunung Agung,1995.
Suwahono. “Pentingnya Investigasi Kecelakaan Kerja,” [cited 2012 Maret 22]. Available http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-aplikasi/bahan-kimia-beracun-dan-berbahaya/pentingnya-investigasi-kecelakaan-kerja/
Tri. “Banyak Kecelakaan Kerja yang Tak Dilaporkan Perusahaan,” [cited 2012 Februari 20]. Available http://m.poskota.co.id/berita-terkini/2011/10/08/banyak-kecelakaan-kerja-yang-tak-dilaporkan-perusahaan
U.S. Department of Labor, Mine Safety and Health Administration. Safety Manual No. 10. Accident investigation. 1990