LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
“Ekstraksi Herba Putri Malu (Mimosa pudica L.)”
NAMA : ASTRIANI
NIM : N111 12 338
KELOMPOK : VI (ENAM)
GOLONGAN : JUMAT SIANG
ASISTEN : MUHAMMAD AHSAN, S.Si.
HELVI SULISTIANI
MAKASSAR
2014
BAB IPENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tanaman merupakan salah satu sumber senyawa kimia yang
peting dalam pengobatan. Umumnya senyawa kimia ini berupa senyawa
metabolit sekunder berupa seperti alkaloid, flavonoid, fenolik, terpenoid,
steroid, dan lain-lain yang memiliki aktivitas biologis yang beragam. Hal ini
mendorong para ahli kimia untuk megisolasi zat aktif biologis yang
terdapat dalam tanaman. Diharapkan nantinya dapat menghasilkan
berbagai zat kimia yang dapat digunakan sebagai obat, baik untuk
kesehatan manusia maupun agroomi (1).
Berbagai jenis bahan terdapat di alam memiliki jenis, bentuk dan
komposisi yang beragam. Dalam pemanfaatanya, manusia dapat
mengambil seluruh zat dari bahan tersebut atau dapat mengambil
beberapa zat yang dibutuhkannya saja dari suatu bahan. Untuk dapat
mengambil atau memperoleh zat tersebut dapat dilakukan dengan
berbagai proses, salah satunya yaitu ekstraksi (2).
I.2 Maksud dan Tujuan percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Untuk mengetahui dan memahami cara atau tahap-tahap ekstraksi
dan pelarut yang digunakan dalam mengekstraksi sampel herba Putri
Malu.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Untuk memperoleh ekstrak dari herba Putri Malu dengan metode
ekstraksi dingin (maserasi).
I.3 Prinsip Percobaan
Penyarian zat aktif pada sampel herba Putri Malu yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari metanol
pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya. Cairan penyari akan
masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.
Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh
cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa
tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan
di luar sel dan di dalam sel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat.
Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang
terdapat dalam simplisia (3).
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia
yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan
massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai
terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam
pelarut (3).
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan
menyaring simplisia nabati dan hewani menurut cara yang cocok,
diluar pengaruh matahari yang langsung. Ekstrak kering harus lebih
mudah digerus menjadi serbuk. Terdapat beberapa jenis ekstrak baik
ditinjau dari segi pelarut yang digunakan ataupun hasil akhir dari ekstrak
tersebut (4).
1) Ekstrak air
Menggunakan pelarut air sebagai cairan pengekstraksi. Pelarut air
merupakan pelarut yang mayoritas digunakan dalam proses ekstraksi.
Ekstrak yang dihasilkan dapat langsung digunakan atau diproses kembali
seperti melalui pemekatan atau proses pengeringan (4).
2) Tinktur
Sediaan cari yang dibuat dengan cara maserasai ataupun perkolasi
simplisia. Pelarut yang umum digunakan dalam proses produksi tinktur
adalah etanol. Satu bagian simplisia diekstrak dengan menggunakan 2-10
bagian menstrum/ekstraktan (4).
3) Ekstrak cair
Bentuk dari ekstrak cair mirip dengan tinktur namun telah melalui
pemekatan hingga diperoleh ekstrak yang sesuai dengan ketentuan
farmakope (4).
4) Ekstrak encer
Ekstrak encer dibuat seperti halnya ekstrak cair. Namun kadang
masih perlu diproses lebih lanjut (4).
5) Ekstrak kental
Ekstrak ini merupakan ekstrak yang telah mengalami proses
pemekatan. Ekstrak kental sangat mudah untuk menyerap lembab
sehingga mudah untuk ditumbuhi oleh kapang. Pada proses industri
ekstrak kental sudah tidak lagi digunakan, hanya merupakan tahap
perantara sebelum diproses kembali menjadi ekstrak kering (4).
6) Ekstrak kering (extract sicca)
Ekstrak kering merupakan ekstrak hasil pemekatan yang kemudian
dilanjutkan ke tahap pengeringan. Proses pengeringan dapat dilakukan
dengan berbagai macam cara yaitu dengan menggunakan bahan
tambahan seperti laktosa atau aerosil, menggunakan proses kering beku
namun proses ini tidak ekonomis, dan dengan menggunakan proses
semprot kering atau fluid bed drying (4).
7) Ekstrak minyak
Dilakukan dengan cara mensuspensikan simplisia dengan
perbandingan tertentu dalam minyak yang telah dikeringkan, dengan cara
seperti maserasi (4).
8) Oleoresin
Merupakan sediaan yang dibuat dengan cara ekstraksi bahan
oleoresin (mis. Capsicum fructus dan zingiberis rhizom) dengan pelarut
tertetu umumnya etanol (4).
Terdapat beberapa istilah yang perlu diketahui berkaitan dengan
proses ekstraksi adalah ekstraktan/menstrum yaitu pelarut/campuran
pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi dan rafinat yaitu
sisa/residu dari proses ekstraksi (3).
Dalam proses ekstraksi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain (3):
a. Jumlah simplisia yang akan diesktrak
b. Derajat kehalusan simplisia
c. Semakin halus, luas kontak permukaan akan semakin besar sehingga
proses ekstraksi akan lebih optimal.
d. Jenis pelarut yang digunakan
e. Jenis pelarut berkaitan dengan polaritas dari pelarut tersebut. Hal
yang perlu diperhatikan dalam proses ekstraksi adalah senyawa yang
memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah tertarik/ terlarut
dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama.
Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongan pelarut
yaitu (3):
a) Pelarut polar
Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak
senyawa-senyawa yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung
universal digunakan karena biasanya walaupun polar, tetap dapat menyari
senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah. Salah satu
contoh pelarut polar adalah: air, metanol, etanol, asam asetat.
b) Pelarut semipolar
Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah
dibandingkan dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan
senyawa-senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah:
aseton, etil asetat, kloroform.
c) Pelarut nonpolar
Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik
untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam
pelarut polar. Senyawa ini baik untuk mengekstrak berbagai jenis minyak.
Contoh: heksana, eter.
Adapun Beberapa syarat-syarat pelarut yang ideal untuk ekstraksi
yaitui (3):
a. Tidak toksik dan ramah lingkungan.
b. Mampu mengekstrak semua senyawa dalam simplisia.
c. Mudah untuk dihilangkan dari ekstrak.
d. Tidak bereaksi dengan senyawa-senyawa dalam simplisia yang
diekstrak.
e. Murah/ ekonomis.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil dari ekstraksi yaitu
(3):
1. Lama waktu ekstraksi
Lama ekstraksi akan menentukan banyaknya senyawa-senyawa
yang terambil. Ada waktu saat pelarut/ ekstraktan jenuh. Sehingga tidak
pasti, semakin lama ekstraksi semakin bertambah banyak ekstrak yang
didapatkan.
2. Metode ekstraksi, termasuk suhu yang digunakan.
Terdapat banyak metode ekstraksi. Namun secara ringkas dapat
dibagi berdasarkan suhu yaitu metode ekstraksi dengan cara panas dan
cara dingin. Metode panas digunakan jika senyawa-senyawa yang
terkandung sudah dipastikan tahan panas.
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu
pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik
di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini
akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi
cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.
Seperti yang dijelaskan di atas, pemilihan metode ekstraksi juga
sangat penting untuk mencapai hasil maksimum yang diinginkan. Zat aktif
dalam simplisia mempunyai karakteristik masing-masing, yakni: zat yang
tahan pada pemanasan dan yang tidak tahan pada pemanasan.
Sehingga, metode ekstraksi digolongkan ke dalam 2 golongan, yaitu (5):
1. Metode ekstraksi secara dingin
Metode ekstraksi secara dingin adalah metode ekstraksi yang
didalam proses kerjanya tidak memerlukan pemanasan. Metode ini
dipergunakan untuk bahan-bahan yang tidak tahan terhadap
pemanasandan bahan-bahan yang mempunyai tekstur yang lunak atau
tipis. Metode ini terbagi menjadi (5):
a. Perkolasi
Perkolasi adalah suatu metode ekstraksi diletakkan dalam bejana
atau wadah dan dialiri dengan cairan penyari dari atas ke bawah, di mana
alatnya dilengkapi dengan kran. Cara perkolasi lebih baik dibandingkan
dengan cara maserasi karena aliran cairan penyari menyebabkan adanya
pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih
rendah sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi dan
ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat
mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut maka
Gambar 1. Alat Perkolasi
kecepatan pelarut cukup uantuk mengurangi lapisan batas sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi (5).
Selain itu, keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah
tambahan yaitu sampel padat telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya
adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas
dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama
proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.
Prinsip perkolasi yaitu penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara
serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia
dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat
berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia
tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia
yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh
karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler
yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan,
lalu dipekatkan (5).
Bentuk perkolator ada 3 macam yaitu perkolator berbentuk corong,
tabung, dan paruh. Pemilihan perkulator tergantung pada jenis serbuk
simplisia yang akan disari. Perkulator berbentuk tabung biasanya
digunakan untuk pembuatan ekstrak atau tingtur dengan kadar tinggi;
perkulator berbentuk corong biasanya digunakan untuk pembuatan
ekstrak atau tingtur dengan kadar rendah (5).
b. Maserasi
Maserasi adalah suatu metode penyarian zat aktif dengan cara
perendaman selama 3 x 5 hari dimana tiap lima hari diadakan pergantian
pelarut sambil diaduk sekali-kali (5).
Maserasi merupakan penyarian secara sederhana karena
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.
Langkah kerjanya adalah merendam simplisia dalam suatu wadah
menggunakan pelarut penyari tertentuk selama beberapa hari sambil
sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil beningannya. Selama ini dikenal
ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari suatu tanaman
ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut
tersebut ada yang bersifat bisa campur air (contohnya air sendiri, disebut
pelarut polar), ada juga pelarut yang bersifat tidak campur air (contohnya
aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar atau pelarut organik). Metode
Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut non-polar.
Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam pelarut
yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus
Gambar 2. Maserasi
dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan
karena ada pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses
pelarutan (zat aktifnya larut dalam penyari) sehingga penyari yang masuk
ke dalam sel tersebut akhirnya akan mengandung zat aktif, katakan 100%,
sementara penyari yang berada di luar sel belum terisi zat aktif (nol%)
akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini
akan muncul gaya difusi, larutan yang terpekat akan didesak menuju
keluar berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat aktif di
dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah
terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya “jenuh”). Dalam kondisi ini,
proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif di dalam dan di luar sel
akan memiliki konsentrasi yang sama, yaitu masing-masing 50% (5).
Metode maserasi dapat dilakukan modifikasi seperti berikut (5):
1) Modifikasi maserasi melingkar
Maserasi melingkar adalah penyarian yang dilakukan dengan
menggunakan cairan penyari yang selalu bergerak dan menyebar
(berkesinambungan) sehingga kejenuhan cairan penyari merata.
Keuntungan cara ini adalah :
a) Aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas
b) Cairan penyari akan didistribusikan secara seragam sehingga akan
memperkecil kepekatan setempat
c) Waktu yang diperlukan lebih pendek
2) Modifikasi maserasi digesti
Maserasi digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan
pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40 – 500C. Cara ini hanya dapat
dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan.
Dengan pemanasan akan diperoleh keuntungan seperti :
a) Kekentalan pelarut berkurang yang dapat mengakibatkan
berkurangnya lapisan – lapisan batas
b) Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat sehingga pemanasan
tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan
c) Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding
terbalik dengan kekentalan, hingga kenaikan suhu akan berpengaruh
pada kecepatan difusi
3) Modifikasi maserasi melingkar bertingkat
Maserasi melingkar bertingkat sama dengan masrerasi melingkar
tetapi pada maserasi melingkar bertingkat dilengkapi dengan beberapa
bejana penampungan sehingga tingkat kejenuhan cairan penyari setiap
bejana berbeda-beda.
4) Modifikasi remaserasi
Remaserasi adalah penyaringan yang dilakukan dengan membagi
dua cairan yang digunakan, kemudian seluruh serbuk simplisia dimaserasi
dengan cairan penyari pertama, sesudah dienap tuangkan dan diperas,
ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.
5) Modifikasi dengan mesin pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang dapat berputar terus-menerus
waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam
maserasi dapat selesai. Keuntungan dari metode ini adalah (5):
1) Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam
2) Biaya operasionalnya relatif rendah
3) Prosesnya relatif hemat penyari
4) Tanpa pemanasan
Sedangkan, kelemahan dari metode ini adalah (5):
1) Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu
terekstraksi sebesar 50% saja
2) Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.
c. Soxhletasi
Soxhletasi adalah proses penyarian secara berkesinambungan
dimana cairan penyari dipanaskan hingga menghasilkan uap yang naik
melalui kondensor dan dikondensasikan menjadi molekul-molekul cairan
penyari yang akan turun menyari zat aktif yang ada di dalam simplisia
yang selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melalui
Gambar 3. Alat Soxhlet
pipa sifon, proses berlangsung hingga penyarian zat aktif sempurna yang
ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika
diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis tidak menampakkan noda lagi
(5).
Alat soxhlet dibuat dari bahan gelas yang terbagi atas 3 bagian
yaitu bagian tengah untuk menampung serbuk simplisia yang akan
diekstraksi dengan pipa pada kiri dan kanan, serta satu untuk jalannya
larutan yang terkondensasi kembali ke labu alas bulat. Dibagian atas
soxhlet dilengkapi dengan alat pendingin balik untuk mengkondensasi uap
menjadi cairan penyari yang dipakai tidak terlalu banyak. Sedangkan pada
bagian bawah terdapat labu alas bulat yang berisi cairan penyari (5).
Pada soxhletasi pelarut pengekstraksi yang mula-mula ada dalam
labu dipanaskan sehingga menguap. Uap pelarut ini naik melalui pipa
pengalir uap dan cell pendingin sehingga mengembun dan menetes pada
bahan yang diekstraksi. Cairan ini menggenangi bahan yang diekstrak
dan bila tingginya melebihi tinggi sifon, maka akan keluar dan mengalir ke
dalam labu penampung ekstrak. Ekstrak yang terkumpul dipanaskan
sehingga pelarunya menguap tetapi substansinya tinggal pada
penampung. Dengan demikian terjadilah pendaur-ualngan (recycling)
pelarut dan bahan tiap kali diekstraksi dengan pelarut yang segar (5).
Keuntungan dari alat ini adalah (5):
1) Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung
diperoleh hasil yang lebih pekat.
2) Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni sehingga dapat
menyari zat aktif yang banyak.
3) Penyarian dapat diteruskan sesuai dengan keperluan, tanpa
menambah volume cairan penyari.
4) Dapat digunakan untuk simplisia yang mengandung zat aktif yang
tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung.
Kerugian dari alat ini adalah (5):
1) Larutan dipanaskan terus-menerus sehingga zat aktif yang tidak tahan
pemanasan kurang cocok. Ini dapat diperbaiki dengan menambahkan
peralatan untuk mengurangi tekanan udara.
2) Cairan penyari didihkan terus-menerus sehingga cairan penyari yang
baik harus murni atau campuran azaotrop.
3) Alat terlalu mahal.
4) Pada saat satu kali ekstraksi sampel yang digunakan sedikit .
2. Metode ekstraksi secara panas
Metode ekstraksi secara panas adalah metode ekstraksi yang di
dalam prosesnya dibantu dengan pemanasan. Pemanasan dapat
mempercepat terjadinya proses ekstraksi karena cairan penyari akan lebih
mudah menembus rongga-rongga sel simplisia dan melarutkan zat aktif
yang ada dalam sel simplisia tersebut. Metode ini diperuntukkan untuk
simplisia yang mengandung zat aktif yang tahan terhadap pemanasan
dan simplisia yang mempunyai tekstur keras seperti kulit, biji, dan kayu.
Yang termasuk ekstraksi secara panas adalah (5):
a. Ekstraksi secara refluks
Refluks adalah penyarian yang termasuk dalam metode
berkesinambunan, cairan penyari secara kontinyu menyari zat aktif dalam
simplisia. Cara ini digunakan untuk simplisia yang kandungan zat aktifnya
tahan terhadap pemanasan. Pemanasan dimaksudkan untuk
mempermudah cairan penyari menenmbus dinding sel simplisia karena
dengan pemnasan sel simplisia mengalami pengembangan sehingga
rongga-rongga selnya terbuka dengan demikian pelarut mudah mencapai
zat aktif di dalam sel dan diluar sel cepat tercapai dan menyebabkan pross
ekstraksi cepat pula tercapai. Selain itu pemanasan dapat memurnikan
cairan penyari melaui proses kondensasi. Simplisia yang dapat diekstraksi
dengan cara ini adalah yang mempunyai kompoinen kimia yang tahan
pemanasan dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar, batang, kulit
batang (5).
Prinsip kerja dari metode ini, yaitu pada rangkaian refluks ini terjadi
empat proses, yaitu proses heating, evaporating, kondensasi dan coolong.
Heating terjadi pada saat feed dipanaskan di labu didih, evaporating
Gambar 4. Alat Refluks
(penguapan) terjadi ketika feed mencapai titik didih dan berubah fase
menjadi uap yang kemudian uap tersebut masuk ke kondensor dalam.
Cooling terjadi di dalam ember, di dalam ember kita masukkan batu es
dan air, sehingga ketika kita menghidupkan pompa, air dingin akan
mengalir dari bawah menuju kondensor luar, air harus dialirkan dari bawah
kondensor bukan dari atas agar tidak ada turbulensi udara yang
menghalangi dan agar air terisi penuh. Proses yang terakhir adalah
kondensasi (Pengembunan), proses ini terjadi di kondensor, jadi terjadi
perbedaan suhu antara kondensor dalam yang berisi uap panas dengan
kondensor luar yang berisikan air dingin, hal ini menyebabkan penurunan
suhu dan perubahan fase dari steam tersebut untuk menjadi liquid kembali
(5).
Prosedur dari sintesis dengan metode refluks adalah Semua
reaktan atau bahannya dimasukkan dalam labu bundar leher tiga.
Kemudian dimasukkan batang magnet stirer setelah kondensor pendingin
air terpasang Campuran diaduk dan direfluks selama waktu tertentu
sesuai dengan reaksinya. Pengaturan suhu dilakukan pada penangas air,
minyak atau pasir sesuai dengan kebutuhan reaksi. Pelarut akan
Gambar 5. Alat Infudasi
mengekstraksi dengan panas, terus akan menguap sebagai senyawa
murni dan kemudian terdinginkan dalam kondensor, turun lagi ke wadah,
pengekstraksi lagi. Demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyaringan sempurna. Penggantian pelarut
dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh
dikumpulkan dan dipekatkan. Gas N2 dimasukkan pada salah satu leher
dari labu bundar. Dilakukan dengan menggunakan alat destilasi, dengan
merendam simplisia dengan pelarut/solven dan memanaskannya hingga
suhu tertentu. Pelarut yang menguap sebagian akan mengembung
kembali kemudian masuk ke dalam campuran simplisia kembali, dan
sebagian ada yang menguap (5).
b. Ekstraksi secara infundasi
Infudasi merupakan metode penyarian dengan cara menyari
simplisia dalam air pada suhu 90OC selama 15 menit. Infundasi
merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk menyari zat
kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian
dengan metode ini menghasilkan sari/ekstrak yang tidak stabil dan mudah
tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh
dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Umumnya
digunakan untuk simplisia yang mempunyai jaringan lunak, yang
mengandung minyak atsiri, dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan lama
(6).
Pada metode infudasi terlebih dahulu harus dibuatkan infus. Cara
pembuatannya, yaitu (6):
1) Membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air 2 kali bobot bahan,
untuk bunga 4 kali bobot bahan dan untuk karagen 10 kali bobot
bahan.
2) Bahan baku ditambah dengan air dan dipanaskan selama 15 menit
pada suhu 900 – 980C. Umumnya untuk 100 bagian sari diperlukan 10
bagian bahan. Pada simplisia tertentu tidak diambil 10 bagian bahan.
Hal ini di sebabkan karena:
a) Kandungan simplisia kelarutannya terbatas, misalnya kulit kina
digunakan 6 bagian.
b) Disesuaikan dengan cara penggunaannya dalam pengobatan,
misalnya daun kumis kucing, sekali minum infuse 100cc karena itu
diambil 1/2 bagian.
c) Berlendir, misalnya karagen digunakan 11/2 bagian
d) Daya kerjanya keras, misalnya digitalis digunakan 1/2 bagian.
3) Untuk memindahkan penyarian kadang-kadang perlu ditambah bahan
kimia misalnya asam sitrat untuk infuse kina dan Kalium atau Natrium
karbonat untuk infuse kelembak
4) Penyaringan dilakukan pada saat cairan masih panas, kecuali bahan
yang mengandung bahan yang mudah menguap.
5) Simplisia yang digunakan untuk pembuatan infuse harus mempunyai
derajat kehalusan tertentu.
Prosedur pengerjaan selanjutnya, yaitu simplisia yang telah
dihaluskan sesuai dengan derajat kehalusan yang telah ditetapkan
dicampur dengan air secukupnya dalam sebuah panci. Kemudian
dipanaskan dalam tangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu dalam
panci mencapai 900C, sambil sekali-sekali diaduk. Infuse diserkai sewaktu
masih panas melalui kain flannel. Untuk mencukupi kekurangan air,
ditambahkan air mendidih melalui ampasnya. Infuse simplisia yang
mengandung minyak atsiri harus diserkai setelah dingin. Infuse asam jawa
dan simplisia yang berlendir tidak boleh diperas. Infuse kulit kina biasanya
ditambah dengan asam sitrat sepersepuluh dari bobot simplisia. Asam
jawa sebelum dipakai dibuang bijinya dan sebelum direbus dibuat
massaseperti bubur. Buah adas dan dan buah adas manis dipecah
terlebih dahulu (6).
Keuntungan dari metode infudasi, antara lain (6):
1) Unit alat yang dipakai sederhana,
2) Biaya operasionalnya relatif rendah
Sedangkan, kerugiannya adalah:
1) Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap
kembali,apabila kelarutannya sudah mendingin (lewat jenuh).
2) Hilangnya zat-zat atsiri
3) Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama,dismping itu simplisia
yang mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan
Gambar 6. Alat Destilasi
menggumpal dan menyukarkan penarikan zat-zat berkhasiat
tersebut.
c. Ekstraksi Secara Destilasi Uap Air
Destilasi uap air dapat digunakan untuk menyari simplisia yang
mengandung minyak menguap, mempunyai titik didih yang tinggi pada
tekanan udara normal dan biasanya pada proses pemanasan
kemungkinan akan kerusakan zat aktif dan mencegah kerusakan tersebut
maka dilakukan penyarian secara destilasi uap air (5).
Berdasarkan proses kerjanya penyulingan dapat digolongkan
menjadi 3 cara yaitu (5):
1) Penyulingan dengan air
Prinsip kerjanya adalah penyulingan diisi air sampai volumenya hampir
separuh, lalu dipanaskan. Sebelum air mendidih sampel dimasukkan ke
dalam ketel penyulingan, sehingga air dan minyak atsiri menguap secra
bersamaan ke dalam kondensor pendingin dan mengalami
pengembunan dan mencair kembali yang selanjutrnya dilairkan ke alat
pemisah yang akan memisahkan minyak atsiri dari air.
2) Penyulingan dengan air dan uap
Prinsip kerjanya adalah penyulingan diisi air sampai pada batas
saringan. Sampel diletakkan di atas saringan, sehingga sampel tidak
berhubungan langsung dengan air mendidih akan tetapi akan
berhubungan dengan uap air di mana air yang menguap akan
membawa partikel minyak atsiri dan dialirkan melalui pipa ke
kondensor sehingga terjadi pengembunan dan uap air bercampur
minyak atsiri tersebut akan mencair kembali dan selanjutnya dialirkan
ke alat pemisah untuk memisahkan minyak atsiri dan air.
3) Penyulingan dengan uap
Prinsip kerjanya pada dasarnya sama dengan uap ketel dan ketel
penyulingan terpisah. Ketel uap yang berisi air dipanaskan, lalu uapnya
dilairkan ke ketel penyulingan yang berisi sampel, sehingga partikel-
partikel minyak atsiri pada sampel akan terbawa bersama uap menuju
kondensor selanjutnya diembunkan kemudian mencair dan mengalir ke
alat pemisah yang akan memisahkan minyak atsiri dari air
d. Rotary Evaporator
Rotary evaporator ialah alat yang biasa digunakan di laboratorium
kimia untuk mengefisienkan dan mempercepat pemisahan pelarut dari
suatu larutan. Alat ini menggunakan prinsip vakum destilasi, sehingga
tekanan akan menurun dan pelarut akan menguap dibawah titik didhnya.
Rotary evaporator sering digunakan dibandingkan dengan alat lain yang
memiliki fungsi sama karena alat ini mampu menguapkan pelarut dibawah
titik didih sehingga zat yang terkandung di dalam pelarut tidak rusak oleh
suhu tinggi (7).
Rotary evaporator bekerja seperti alat destilasi. Pemansan pada
rotary evaporator menggunakan penangas air yang dibantu dengan
rotavapor akan memutar labu yang berisi sampel oleh rotavapor sehingga
pemanasan akan lebih merata. Selain itu, penurunan tekanan diberikan
ketika labu yang berisi sampel diputar menyebabkan penguapan lebih
cepat. Dengan adanya pemutaran labu maka penguapan pun menjadi
lebih cepat terjadi. Pompa vakum digunakan untuk menguapkan larutan
agar naik ke kondensor yang selanjutnya akan diubah kembali ke dalam
bentuk cair (7).
Labu disimpan dalam labu alas bulat dengan volume 2/3 bagian
dari volume labu alas bulat yang digunakan, kemudian waterbath
dipanaskan sesuai dengan suhu pelarut yang digunakan. Setelah suhu
tercapai, labu alas bulat dipasang dengan kuat pada ujung rotor yang
menghubungkan dengan kondensor. Aliran air pendingin dan pompa
vakum dijalankan, kemudian tombol rotar diputar dengan kecepatan yang
diinginkan.
Terdapat beberapa bagian alat rotary evaporator, diantaranya (7):
Gambar 6. Rotavapor
1. Pendingin. Berfungsi mendinginkan air yang akan dipompakan ke
kondensor.
2. Kondensor. Berfungsi untuk mengubah uap menjadi bentuk cair
kembali.
3. Penangas Air/Watherbath. Digunakan untuk memanaskan sampel
dengan suhu yang dapat diatur sesuai kebutuhan.
4. Pompa Vakum. Pompa vakum digunakan untuk mengatur tekanan
dalam labu, sehingga mempermudah penguapan sampel.
II. 2 Klasifikasi
Klasifikasi tanaman Putri Malu yaitu sebagai berikut (8):
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Mimosa
Spesies : Mimosa pudica, Linn
II.3 Kandungan Kimia
Daun Mimosa pudica, Linn mengandung asam askorbat, beta
karotene, thiamin, potasium, phosphor dan zat besi. Sedangkan daun
batang dan akar Mimosa pudica mengandung senyawa mimosin, asam
pipekolinat, tannin, alkaloid, dan saponin. Selain itu, juga mengandung
triterpenoid, sterol, polifenol dan flavonoid (9).
II.4 Khasiat dan Cara Penggunaan
Herba Putri Malu mempunyai banyak khasiat seperti digunakan
untuk pengobatan:
1. Untuk pemakaian luar.
Cara Penggunaan:
Giling herba segar sampai halus, lalu bubuhkan ke bagian tubuh yang
sakit, seperti luka, radang kulit bernanah (piodermi), bengkak terpukul
(memar), buah zakar bengkak dan cacar ular (herpes zoster).
2. Sulit tidur.
Cara Penggunaan:
Cuci 30 g herba putri malu segar, lalu rebus dalam 3 gelas air sampai
tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum
sebelum tidur Sediakan bahan segar heba putri malu dan sawi langit
(masing-masing 15 g) dan 30 g calincing segar (oxalis corniculata L.).
Cuci bahan-bahan lalu rebus dalam 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas.
Setelah dingin saring dan air saringannya diminum sebelum tidur.
3. Cacingan (ascariasis).
Cara Penggunaan:
Cuci 15-30 g herba putri malu, alu rebus dengan 3 gelas air samapi
tersisa 1 gelas. Setelah dingin saring dan air saringannya diminum
malam ahri sebelum tidur Batu saluran kencing Cuci 20 g herba putri
malu segar, lalu rebus dalam 2 gelas air samapi tersisa separonya.
Setelah dingin, saring dan air saringannta diminum sekaligus.
Sebaiknya ramuan ini diminum pada malam hari.
4. Bronkitis kronis
Cara Penggunaan:
Sediakan herba segar putri malu dan pegagan (masing-masing 30 g)
lalu cuci sampai bersih. Tambahkan 3 gelas air, lalu rebus sampai
tersisa separonya. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum
sehari 3 kali masing-masing 1/2 gelas. Cuci 60 g putri malu segar, lalu
potong-potong seperlunya. rebus dalam 3 gelas air dengan api kecil
sampai tersisa 1 gelas. Stelah dingin saring dan air saringannya
diminum untuk 2 kali minum, pagi dan sore hari. Ramuan ini diminum
untuk 10 hari (10).
II.5 Habitat
Tumbuhan Putri Malu dapat tumbuh dimana saja dengan begitu
suburnya disekitar kita. Putri malu dapat tumbuh secara liar dimana saja,
dan tanaman ini tidak memerlukan perawatan yang khusus misalnya
seperti pemupukan atau penyiraman. Tanaman putri malu bisa tumbuh
dimana saja diatas permukaan tanah, baik diatas permukaan tanah yang
lembab maupun diatas permukaan tanah yang gersang. Tumbuhan Putri
Malu biasanya tumbuh diatas tanah yang lapang baik itu diladang,
diperkebunan, diperkarangan rumah dan pada tempat yang lainnya
disekitar kita (9).
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah alumunium
foil, batang pengaduk, beaker glass, blender kering, cawan porselin, kain
saring, kertas saring, sendok tanduk besi, dan toples.
III.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah simplisia
kering herba Putri Malu, dan pelarut metanol.
III.2 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang simplisia kering herba Putri Malu yang telah diserbukkan
sebanyak 100 gram.
3. Simplisia dimasukkan ke dalam toples dan direndam dengan cairan
penyari metanol sebanyak 1L.
4. Dilakukan pengadukan dan toples ditutup rapat-rapat
5. Didiamkan hingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan
di luar sel dan di dalam sel yang ditandai dengan terjadinya
perubahan warna menjadi pekat pada cairan penyari.
6. Disaring simplisia yang telah dimaserasi dengan kain saring dan
kertas saring.
7. Diuapkan pelarutnya hingga terbentuk ekstrak kental.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Data Pengamatan
1. Metode ekstraksi : Maserasi
2. Berat sampel yang diekstraksi : 57,46 gram
3. Volume larutan penyari : 1 liter
4. Berat ekstrak kental : 2,71 gram
5. % Rendamen : Bobot ekstrakBobot sampel
× 100%
: 2,71100
× 100%
: 2,71%
IV.2 Gambar
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN
Proses maserasi dengan larutan metanol
Ekstrak herba Putri Malu(Momosa pudica L.)
BAB V
PEMBAHASAN
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat atau beberapa dari
suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi
atas dasar kemampuan larutan yang berbeda dari komponen-komponen
tersebut. Ekstraksi biasa digunakan untuk memisahkan dua zat
berdasarkan perbedaan kelarutan.
Pada praktikum ini, dilakukan ekstraksi simplisia herba Putri Malu
yang telah diserbukkan sebanyak 100 gram dengan menggunakan
metode maserasi. Metode ini dipilih karena zat aktif yang terdapat pada
simplisia tidak tahan dengan adanya pemanasan oleh karena itu maserasi
merupakan metode yang baik karena tidak melibatkan pemanasan dalam
prosesnya dan juga metode ini sangat sederhana.
Adapun pelarut atau cairan penyari yang digunakan adalah metanol
karena banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan
alam karena dapat melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder dan
mempunyai titik didih rendah (67,50c) sehingga mudah untuk diuapkan
dan juga ekonomis.
Dari hasil ekstraksi dapat diperoleh ekstrak kental sebanyak 2,71
gram. Hasil yang diperoleh terbilang sedikit, hal ini kemungkinan
disebabkan karena hal-hal berikut:
a. Jumlah sampel yang diekstraksi sedikit
b. Waktu maserasi yang singkat sehingga pelarut belum dapat menarik
senyawa-senyawa yang terdapat pada sampel sehingga belum
mencapai titik keseimbangan.
c. Tidak dilakukan proses remaserasi.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan diperoleh ekstrak kental dari herba Putri Malu
sebanyak 2,71 gram yang dilakukan dengan metode ekstraksi dingin yaitu
metode perkolasi dengan menggunakan pelarut metanol.
VI.2 Saran
Arahan dan penjelasan dari asisten sangat dibutuhkan untuk
mempermudah proses praktikum sehingga dapat diperoleh hasi
pengamatan yang sesuai dan memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
2. Dirjen POM. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
3. Ansel, Howard. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: UI Press.
4. Wijaya, H. M Hembing. 1992. Tanaman berkhasiat obat di Indonesia cetakan 1. Jakarta:
5. Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta: UGM Press
6. Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jakarta : Depkes RI.
7. Ayu pengestu. Rotary evaporator dan ultraviolet lamp. http://ebookbrowse.com/pm-long-wave-uv-lamp-pdf-d123036005. 2011. (Diakses 5 April 2014)
8. Dalimartha S. 2008. 1001 Resep Herbal. Penebar Swadaya : Jakarta. Hal 56-57
9. Syahid, Muhammad Arif Nur. 2009. Pengaruh Ekstrak putri malu Terhadap Ascaris Suum In Vitro. Surakarta: Fakultas Kedokteran Sebelas Maret.
10.Metri Waldi, 1991. Khasiat Herba Putri Malu. Jurusan Farmasi FMIPA UNAND
Ditimbang simplisia 100 g
Direndam dengan 1 liter metanol di dalam toples, tutup rapat
Rendam selama 3-5 hari
Saring dengan kain putih dan kertas saring
Filtrat diambil dan diuapkan pelarutnya hingga diperoleh ekstrak yang kental
Ditimbang bobot ekstrak kental
LAMPIRAN
Skema Kerja