ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, laporan kasus ini
dapat diselesaikan tepat waktu.
Ucapan terima kasih dan penghargaan penyusun ucapkan kepada dr. Dewi dan dr.
Nova sebagai pembimbing serta semua PPDS neurologi di Departemen Neurologi RSUP.
Haji Adam Malik Medan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan waktunya
dalam membimbing dan membantu selama pelaksanaan laporan kasus ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, segala kritik dan saran yang membangun atas laporan kasus ini dengan senang hati
penyusun terima. Penyusun memohon maaf atas segala kekurangan yang diperbuat dan
semoga penyusun dapat membuat laporan kasus lain yang lebih baik di kemudian hari.
Akhir kata, penyusun berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Medan, 29 Januari 2013
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................. ii
Daftar isi............................................................................................................................. iii
Bab I Pendahuluan.......................................................................................................... 1
Bab II Tinjauan Pustaka................................................................................................... 3
Definisi .......................................................................................................... 3Epidemiologi ................................................................................................. 3Faktor Risiko ................................................................................................. 4Patofisiologi ................................................................................................... 5Gejala Klinis .................................................................................................. 9Diagnosis dan Pemeriksaan ........................................................................... 17Penatalaksanaan ............................................................................................. 21Prognosis ....................................................................................................... 28
Bab III Laporan Kasus ................................................................................................... 29
Bab IV Diskusi Kasus & Kesimpulan.............................................................................. 47
Daftar Pustaka .................................................................................................................. 50
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pinggang secara anatomik pinggang adalah daerah tulang belakang L-1
sampai seluruh tulang sakrum dan otot-otot sekitarnya.1 Daerah pinggang
mempunyai fungsi yang sangat penting pada tubuh manusia. Fungsi penting
tersebut antara lain, membuat tubuh berdiri tegak, pergerakan, dan melindungi
beberapa organ penting. 1
Tiap ruas tulang belakang berikut dengan diskus intervertebralis sepanjang
kolumna vertebralis merupakan satuan anatomik dan fsiologik.1 Bagian depan
yang terdiri dari korpus vertebrae dan diskus intervertebralis berfungsi sebagai
pengemban yang kuat, tetapi cukup fleksibel serta bisa tahan terhadap tekanan-
tekanan menurut porosnya, dan yang menahan tekanan tersebut adalah nukleus
pulposus. (praktek umum).1
Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak “Low
Back Pain” akibat proses degeneratif.1 Biasanya mereka mengobatinya dengan
pijat urat dan obat-obatan gosok, karena anggapan yang salah bahwa penyakit ini
hanya sakit otot biasa atau karena capek bekerja.1 Penderita penyakit ini sering
mengeluh sakit pinggang yang menjalar ke tungkai bawah terutama pada saat
aktifitas membungkuk (sholat, mencangkul).1 Penderita mayoritas melakukan
suatu aktifitas mengangkat beban yang berat dan sering membungkuk.1
Hernia Nucleus Pulposus mempunyai banyak sinonim antara lain : hernia
disk intervertebralis, rupture diskus, slipped disk, dan sebagainya.2 HNP
merupakan salah satu penyebab dari nyeri punggung bawah (NPB) yang penting.2
Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling sering
(90%) mengenai diskus intervetebralis L5-S1, L4-L5.2 Biasanya NPB oleh karena
HNP lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu.2 Tindakan
pembedahan jarang diperlukan kecuali pada keadaan tertentu.2
1.2. Tujuan Penulisan
2
Tulisan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan pembaca umumnya
dan penulis khususnya mengenai Hernia Nukleus Pulposus mulai dari definisi,
epidemiologi, etiologi, patogenesis, diagnosis yang meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologis, serta penatalaksanaan, dan
komplikasi yang ditimbulkan.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus
melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang/dorsal menekan medulla
spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis.3
Epidemiologi
LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara
industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini
selama hidupnya.4 Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point
prevalence rata-rata 30%.4 Di AS, LBP merupakan penyebab nyeri yang urutan
paling sering dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia <45 tahun, urutan
ke 2 untuk alasan paling sering berkunjung ke dokter, urutan ke 5 alasan perawatan di
rumah sakit, dan alasan penyebab yang paling sering untuk tindakan operasi.4
Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun
diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah
menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. 4
Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar
antara 3-17%.4
Di Amerika insiden terjadinya HNP dapat ditemukan pada usia diatas 20
tahun. HNP dapat terjadi pada region cervical maupun lumbal, hal ini tergantung dari
kondisi dari setiap diskus.4 HNP paling sering terjadi di daerah lumbalis (70-90 %)
sedangkan HNP di daerah servikalis sebanyak 10 persen di daerah thorax sangat
jarangn sekitar 1 persen.4 Sekitar 90% dari seluruh kejadian HNP lumbal terdapat
pada level L 4-5 dan L5-S1.4 Titik terlemah dari discus yang sering terjadi HNP adalah
pada posterolateral (49%), sedangkan pada posterocentral sekitar 8%, lateral <10%,
dan intraosseous (schmorl node) sekitar 14%.4
Insiden HNP merata diseluruh dunia tidak tergantung dari ras, sedangkan
risiko antara wanita dan pria adalah sama.4 Usia dibawah 40 tahun jarang
menimbulkan keluhan, dan usia diatas 40 tahun sering berkaitan dengan degenerative
disk disease.4
Faktor resiko
4
Banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya LBP:5
1. Gaya hidup seperti pengguna tembakau, kurangnya latihan atau olahraga, dan
juga inadekuat nutrisi yang dapat mempengaruhi kesehatan diskus.
2. Usia, perubahan biokimia yang natural menyebabkan diskus menjadi lebih
kering yang akhirnya menyebabkan kekakuan atau elastisitas dari diskus.
3. Postur tubuh yang tidak proposional yang dikombinasi dengan mekanisme
gerak tubuh yang tidak benar dapat menyebabkan stres dari lumbar spine.
4. Berat tubuh.
5. Trauma.
Beberapa membagi faktor risiko menjadi:5
1. Faktor risiko fisiologis: usia 20-50 tahun, kurangnya latihan fisik,
postur tidak anatomis, kegemukan, scoliosis berat (kurvatura > 80°),
HNP, spondilitis, spinal stenosis, osteoporosis, merokok.
2. Faktor risiko lingkungan: duduk terlalu lama, terlalu lama menerima
getaran, terpelintir, olahraga (golf, tennis, senam dan sepak bola)
terlalu sering
3. Faktor risiko psikososial: ketidaknyamanan bekerja, depresi dan stress.
Etiologi
Penyebab LBP dapat dibagi menjadi:6
1. Diskogenik (sindroma spinal radikuler).6
Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nukleus pulposus
yang merusak saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa dalam bentuk suatu
protrusio atau prolaps dari nukleus pulposus dan keduanya dapat menyebabkan
kompresi pada radiks. Lokalisasinya paling sering di daerah lumbal atau servikal dan
jarang sekali pada daerah torakal. Nukleus terdiri dari megamolekul proteoglikan
yang dapat menyerap air sampai sekitar 250% dari beratnya. Sampai dekade ke tiga,
gel dari nukleus pulposus hanya mengandung 90% air, dan akan menyusut terus
sampai dekade ke empat menjadi kira-kira 65%. Nutrisi dari anulus fibrosis bagian
dalam tergantung dari difusi air dan molekul-molekul kecil yang melintasi tepian
vertebra. Hanya bagian luar dari anulus yang menerima suplai darah dari ruang
epidural.
Pada trauma yang berulang menyebabkan robekan serat-serat anulus baik
secara melingkar maupun radial. Beberapa robekan anular dapat menyebabkan
pemisahan lempengan, yang menyebabkan berkurangnya nutrisi dan hidrasi nukleus.
5
Perpaduan robekan secara melingkar dan radial menyebabkan massa nukleus
berpindah keluar dari anulus lingkaran ke ruang epidural dan menyebabkan iritasi
ataupun kompresi akar saraf.3,6
2. Non-diskogenik 6
Biasanya penyebab LBP yang non-diskogenik adalah iritasi pada
serabut sensorik saraf perifer, yang membentuk n. iskiadikus dan bisa disebabkan oleh
neoplasma, infeksi, proses toksik atau imunologis, yang mengiritasi n. iskiadikus
dalam perjalanannya dari pleksus lumbosakralis, daerah pelvik, sendi sakro-iliaka,
sendi pelvis sampai sepanjang jalannya n. iskiadikus (neuritis n. iskiadikus).4,6
Patofisiologi
Nukleus pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan menahan tekanan
atau beban.7 Pada diskus yang normal, bila mendapatkan tekanan maka nucleus
pulposus akan menyalurkan gaya tekan ke segala arah dengan sama besar.7 Penurunan
kadar air nucleus mengurangi fungsinya sebagai bantalan, sehingga bila ada gaya
tekan maka akan disalurkan ke annulus secara asimetris sehingga bisa terjadi cedera
atau robekan pada annulus dan timbul HNP.7 Kandungan air diskus berkurang seiring
bertambahnya usia (dari 90% pada masa bayi menjadi 70% pada lanjut usia).7 Selain
itu, serat-serat menjadi lebih kasar dan mengalami hialinisasi, yang ikut berperan
menimbulkan perubahan yang menyebabkan HNP melalui annulis disertai penekanan
akar saraf spinalis.7
Herniasi dapat bersifat prostui, yakni keluarnya sebagian nukleus pulposus
melalui celah annulus fibrosus atau bersifat ekstrusi, yakni keluarnya seluruh nucleus
pulposus sehingga terletak di ruang epidural sebagai fragmen bebas.7
Progresifitas Herniasi Diskus secara bertahap :7
1. Degenerasi diskus: nucleus pulposus menjadi lemah akibat perubahan kimia
dari diskus yang dipengaruhi usia. Pada tahap ini tidak terjadi herniasi.
2. Prolaps: bentuk/posisi sikus mulai berubah. Herniasi/prostusi mulai terbentuk
yang dapat mendesak diskus vertebra.
3. Ekstrusi: gel like nucleus pulposus memecahkan dinding lemah dari annulus
fibrosus tapi masih didalam diskus.
4. Sequestrasi: nucleus pulposus memecahkan annulus fibrosus bahkan keluar
dari diskus kanalis spinalis.
6
Herniasi diskus intervertebrais dapat terjadi pada regio vertebra manapun dan
dapat terjadi ke segala arah.7 Regio lumbal merupakan bagian yang paling
sering mengalami HNP.7 Herniasi ke arah superior/inferior (sentral) melalui
lempeng kartilago masuk ke dalam corpus vertebra dinamakan nodul
schmorl.7 Herniasi paling sering terjadi ke arah posterolateral karena nucleus
pulposus cenderung terletak lebih di posterior.7
Herniasi diskus servikalis lebih jarang terjadi, biasanya mengenai satu dari
tiga akar servikalis bawah.7 Herniasi diskus servikalis berpotensi
menimbulkan kelainan serius, dan dapat terjadi kompresi medulla spinalis,
bergantung pada arah penonjolan.7 Herniasi lateral diskus servikalis biasanya
menekan akar di bawah ketinggian diskus.7
Gejala klinis
Gejala klinis bergantung pada lokasi herniasi, kecepatan perkembangan,
pengaruh pada struktur sekitar, dan variasi anatomi individual.8 Gejala tersebut antara
lain sebagai berikut:8
1. Penjalaran nyeri berupa nyeri radikular akibat iritasi pada radiks saraf. Jika iritasi
saraf terletak di servikal disebut brachialgia karena nyeri dirasakan sepanjang
lengan, sedangkan nyeri radikular yang dirasakan sepanjang tungkai disebut
ischialgia karena nyeri menjalar sepanjang perjalanan n. Ischiadikus dan
lanjutannya ke perifer. Nyeri radikuler digambarkan sebagai nyeri tumpul, rasa
terbakar/tajam, disertai dengan sensasi tajam seperti tersengat listrik yang
intermitten.
2. Kelemahan otot
3. Parastesia
Sindrom lesi yang terbatas pada masing-maing radiks antara lain:
C6 : nyeri, kemungkinan parastesia/hpalgesia pada dermatom C6, paresis oot
biceps, refleks biceps berkurang/menghilang.
7
Gambar 1. Persarafan Dermatomal
Gejala klinis
Pasien dengan HNP cervical akan menunjukkan gejala-gejala radiculopathy,
mielopathy atau bahkan menunjukkan gejala keduanya.9 Gejala radiculopathy
terjadi apabila nucleus pulposus keluar dan menekan radiks medulla spinalis,
sedangkan gejala mielopathy terjadi bila nucleus pulposus langsung menekan
medulla spinalis.9 HNP cervical lebih sering terjadi pada usia 30-40 tahun, dan
lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita.9
Cervical Radiculopathy
Gejala yang terjadi bila terdapat ruptur discus cervical yaitu rasa nyeri yang
menjalar mulai dari leher, bahu, lalu ke lengan.10 Nyeri dapat terasa tajam,
namun lebih sering dirasakan nyeri tumpul yang menetap.10 Gejala lain yang
dapat timbul yaitu parestesia atau rasa seperti kesemutan, kaku, atau juga
dapat terasa gatal pada daerah yang dipersarafi oleh radiks yang tertekan.10
Nyeri di sekitar tulang belikat juga sering dikeluhkan, hal ini timbul oleh
karena adanya nyeri alih.10 Pasien juga dapat menunjukkan gejala berupa sakit
8
kepala, kelemahan ekstremitas atas atau frank atrofi dengan adanya
pengurangan massa otot.10 Nyeri biasanya dipicu oleh gerakan pada leher,
terutama saat leher ekstensi dan pergerakan leher ke sisi yang sakit disebut
dengan tanda Spurling.10 Rasa nyeri diperparah dengan adanya batuk,
mengedan atau tertawa.10 Rasa nyeri berkurang dengan pergerakan leher
menjauhi sisi yang sakit dan dengan mengangkat lengan di sisi yang sakit
sampai ke atas kepala.10
9
Cervical Myelopathy
Bila nucleus pulposus langsung menekan medulla spinalis gejala yang timbul berupa nyeri di leher, sekitar tulang belikat dan bahu.10
Tedapat sensasi nyeri mendadak di kaki saat pergerakan cepat dari leher.10 Rasa kesemutan menjalar ke atas saat leher di dongakan ke belakang
(ekstensi).10 Pada anggota badan atas terdapat rasa kaku pada tangan dan lengan, kehilangan ketangkasan juga kelemahan ekstremitas atas yang
menyeluruh.10 Kelainan pada anggota badan bawah berupa ketidakstabilan dalam berjalan serta adanya gangguan miksi dan buang air besar.10
Lateral HNP Central HNP
Kelemahan motorik
Perubahan refleks (menurun)
Perubahan rasa sensorik
Hiperrefleks
Kehilangan ketangkasan
Ketidakstabilan berjalan
Gangguan BAB dan BAK
Diagnosis dan pemeriksaan
Selain gejala dan tanda yang tampak pada seorang penderita HNP servikalis,
kita juga wajib menggunakan beberapa pemeriksaan penunjang untuk
membantu dalam penegakkan diagnosis yang tepat dan akurat.11 Semua itu
penting untuk disadari karena akhir-akhir ini banyak kelalaian yang terjadi
dalam bidang medis.11 Seiring dengan bertambah pesatnya teknologi
kedokteran pada zaman globalisasi ini, maka meningkat pula alat-alat dan
tehnik-tehnik yang dapat kita gunakan dalam mendukung diagnosis yang
tepat.11 Macam-macam pemeriksaan penunjang tersebut adalah :11
10
1. Pemeriksaan laboratorium11
Pemeriksaan laboratorium pada awalnya ditujukan untuk menyingkirkan
kemungkinan-kemungkinan lain yang dapat muncul pada tulang vertebra
servikalis manusia. Pemeriksaan cairan seperti darah atau urin, ataupun
jaringan yang ada pada individu penderita kelainan tersebut yang dinilai secara
laboratorium dengan nilai yang telah distandarisasi. Contohnya adalah :
a) Factor rheumatoid, suatu factor immunologis bilamana terdapat
peningkatan memungkinkan adanya penyakit rheumatoid arthritis.
b) HLA-B27 bila (+) meunjukkan suatu tanda dari spondilitis ankylosis.
c) Peningkatan LED menunjukan kelainan polymyalgia rheumatoid
ataupun juga bisa terdapat pada infeksi bakteri nonspesifik.
d) Peningkatan leukosit menunjukkan adanya infeksi pada tulang
servikal.
e) Kultur darah yang positif juga menunjukan adanya infeksi dari suatu
organisme.
Jika pada pemeriksaan hasilnya tidak pada seperti demikian maka kita
langsung dapat menyingkirkan semua kelainan tersebut.11 Dan kita dapat
memikirkan kemungkinan nyeri yang ada pada daerah tulang servikal kita
suatu kompresi yang menyebabkan hernia dari nucleus pulposus pada bagian
servikal.11
2. Pencitraan
Pencitraan yang biasa kita lakukan adalah suatu penggambaran yang hanya
menunjukkan suatu kelainan secara anatomi saja atau bentuknya.11 Dan tidak
menunjukkan suatu kelainan fungsi pada tulang vertebra servikalis kita.11
Awalnya suatu Boden’s servikal MRI dapat menunjukkan sekitar 20% suatu
kelainan yang ada pada penderita yang tidak menunjukkan gejala adanya
penyakit tersebut sebagai konsekuensi dengan tehnik pencitraan ini, pemeriksa
harus dapat menginteprestasikan dari hasil pencitraan tersebut secara tepat dan
jelas sesuai dengan keadaan sebenarnya dari organ yang ada dalam tubuh
penderita.11 Banyak sekali alat pencitraan yang ada,seperti :11
a) Foto polos atau X-Ray (Rontgen)11
11
Dapat menggambarkan suatu perubahan degenerative yang kronik, penyakit
metastase, infeksi, kelainan dari tulang servikal, dan juga stabilitasnya.
Dengan penggunaan alat pencitraan ini dapat dilakukan dengan 5 macam
tehnik pengambilan gambarnya agar dapat menghasilkan suatu gambar yang
baik pada kelainan yang ada,yaitu :
i. Posisi AP, dapat dengan jelas menunjukkan adanya tumor, osteofit,
dan juga adanya fraktur pada tulang vertebra servikal.
ii. Posisi fleksi-ekstensi, dapat menunjukkan adanya suatu pergeseran
ataupun ketidakstabilan dari tulang vertebra servikal.
iii. Posisi mulut terbuka, dapat menunjukkan adanya penaikkan dari
processus odontoid juga stabilitas dari C1-C2.
iv. Posisi lateral, menunjukkan stabilitas dan adanya spondylosis.
v. Posisi oblique, dapat menunjukkan kelainan DDD (degenerative disc
disease) sama baiknya dengan kelainan HNP ( Hernia Nukleus
Pulposus ) pada daerah servikal.
b) CT-Scan11
Baik dalam menggambarkan adanya fraktur pada daerah tulang servikal, dan
sering dipakai pada kasus-kasus trauma. Model yang terbaru yaitu Helical
atau spiral CT-Scan dapat memberikan gambaran lebih baik lagi.
c) CT-Myelography11
Dengan penambahan alat myelogram pada CT-Scan diharapkan memberikan
gambaran yang lebih baik lagi. Terutama pada adanya suatu kompresi dari
korda spinalis dan juga badan-badan syaraf. Alat ini juga dapat digunakan
untuk mempelajari mengenai kanalis spinalis yang berhubungan dengan korda
spinalis,radix spinalis yang bergerak terbatas pada diskus intervertebralis. Alat
ini tetap merupakan criteria standar melihat dari atas pelebaran suatu foramen
ketika menggunakan MRI. Konsekuensinya, alat ini bukan merupakan untuk
menilai kelainan awal dari tulang belakang servikal tapi disediakan untuk
kasus yang rumit.
d) MRI 11
Merupakan pilihan utama untuk melihat sekaligus menilai tiap derajat pada
HNP. Dari yang masih ringan atau awal hingga yang lebih berat. Keuntungan
12
lainnya pada gambaran MRI dapat memperlihatkan juga jaringan lunak yang
ada disekitarnya, cthnya seperti diskus intervertebralis itu sendiri, korda
spinalis, dan cairan cerebrospinal. Alat ini juga tidak bersifat invasive, dan
sedikit sekali pasien terekspor radiasi dari alat ini. Getaran pada MRI yang
terbaru bergerak cepat dan memberikan ruang magnetic yang luas dan meberi
gambaran yang lebih mendetail. Sayangnya, beberapa signal cthnya echo
spinal terlihat lebih besar dari aslinya dan meniadakan kelainannya. Kerugian
lainnya termasuk dari penekanan tidak dapat dilakukan pada pasien yang
mempunyai ketakutan pada prosedur penggunaanya, tergantung pada
kerjasama pasien untuk meminimalkan kecacatan gambar, tingginya false
positive,dan kurang sensitive dibandingkan dengan CT-Scan dalam menilai
struktur tulang. Lebih lagi MRI dapat menghilangkan bagian bawah dalam
membedakan prolapsus diskus cervical dari kompresi osteofit spondylisis.
Kontraindikasi MRI pada pasien yang menggunakan barang terbuat dari
bahan metal,seperti alat pacu jantung, stimulator korda spinalis, ataupun
valvula jantung buatan yang dapat terpengaruh dalam sifat magnetic dari MRI
e) Provocative cervical discografi 11
Alat ini telah menjadi controversial sejak dikenalkan pada tahun 1957 oleh
Smith. Prosedur dalam penggunaan alat ini menggunakan tenik sterilitas
dalam menempatkan jarum spinal kedalam diskus intervertebralis servikal.
Pada akhirnya terdapat 2 tehnik yang berbeda masih sesuai untuk
mengenalkan pada prosedur penggunaanya yaitu,
i. Tehnik paravertebral, yang menggunakan perabaan digital untuk
meretraksikan struktur vital dari jaringan lunak ( cthnya trakea, arteri
karotis, dan esophagus ).
ii. Tehnik pendekatan oblique, lebih membutuhkan alat peraba digital
yang nyata. Setelah jarum spinal ditempatkan ditengah dari nucleus
pulposus, kontras diinjeksikan untuk menunjukkan arsitektur dalam
dari diskus intervertebralis dan sedikit respon nyeri yang diprovokasi.
Alat ini merupakan satu-satunya prosedur yang dapat menunjukkan
penggunaan sebagai pembangkit nyeri. Ketidaknyamanan pada prosedur ini
lebih sedikit daripada MRI servikal, yang memberi banyak informasi anatomis
yang dari alat ini lakukan. Kontraindikasi penggunaan alat ini yaitu terlalu
13
luasnya herniasi dari diskus dan diameter mid sagital dari canalis spinalis
kurang dari 12mm. komplikasinya dapat menyebabkan discitis, absess
epidural, kelumpuhan seluruh ekstremitas, stroke, pneumothorax, cedera
syaraf, dan ceder Korda spinalis. Dalam laporan terdapat rata-rata 0,37% pada
discitis.
3. Elektrodiagnostik 11
Merupakan alat paling baru yang sekarang ini untuk menilai dari fungsi
neurologis pada syaraf servikalis. Keuntungan dari alat ini dapat membatasi suatu
ekspansi dan juga mengurangi kesakitan yang timbul pada pemeriksaan dengan
alat lain. NCSs dan EMG melindungi dari ….. psikologis dari akar syaraf servikal
dan fungsi dari syaraf perifer. Pada jarum dari EMG dapat mendeteksi
akut,subakut, dan kronik dari penggambaran radix syaraf jika terdapat serabut
syaraf yang patologis. Diagnosis mengenai radiculopathy terlihat ketika jarum
EMG menunjukkan potensial abnormal yang spontan dapat maupun tidak disertai
perubahan potensial aksi pada unit motorik. Alat ini juga dapat membedakan
radikulopati servikal dari suatu keadaan yang neurogenik. Sayangnya, redikulopati
servikal termasuk axon sensorial yang jarang dapat dideteksi dengan
electrodiagnostik, dimana sedikitnya dari kemampuan diagnostic. Tidak seperti
jarum EMG, permukaan dari EMG umumnya tidak dianggap memiliki peranan
yang diterima dari diagnosa dari radiculopati
4. Somatosensory evoked potensials ( SEP )11
Alat ini dapat digunakan mengevaluasikan konduksi sensoris perifer dan sentral.
Limbus bawah dari SEPs terdiri dari syaraf tibialis dan syaraf fibularis, yang
berhubungan dengan konduksi dari korda spinalis, merupakan lebih sensitive
dalam mendiagnosa myelopathy daripada limbus atas medial dan SEPs dari ulnar.
Penatalaksanaan
1. Non-farmakologis
Program Rehabilitasi
i. Terapi fisik12
14
Pada banyak kelainan diskus servikalis , terdapat beberapa pengetahuan
yang mendukung pengobatan secara konservatif. Seperti pendekatan
McKenzie dan program penstabilisasian dari tulang belakang servikotorakal
yang dikombinasikan dengan senam aerobic.
Sistem McKenzie membagi 3 macam sindroma mekanik yang menyebabkan
timbulnya nyeri dan penurunan fungsi pada tulang belakang, yaitu :
i.1. Sindroma posisi tubuh , merangsang timbulnya nyeri ketika jaringan
lunak yang normal diberi beban yang statis pada rata-rata maksimum
kemampuan dalam menahan pada tulang belakang servikal tetapi belum
tampak kelainan pada jaringan tersebut.
i.2. Sindroma disfungsional, menyebabkan nyeri ketika penderita
melakukan gerakan yang maksimal.
i.3. sindroma derangement, menyebabkan nyeri yang hilang timbul ketika
disertai pergerakan dengan postur kepala yang salah.
Teori McKenzie ini menunjukkan bahwa meskipun penderita menunjukkan
tanda dan gejala yang sama tapi terdapat kemungkinan penyebab yang
berbeda sehingga pada pengobatan yang tidak sesuai maka tidak membantu
penderita menghilangkan gejalanya. Pada prinsipnya pengobatan dilakukan
secara individual dan keaktifan penderita merupakan kunci dari
menghilangkan gejala bahkan penyakit ini.
Pada program stabilisasi tulang belakang servikothorakal dapat membantu
dalam membatasi rasa nyeri, memaksimalkan fungsi tulang belakang, dan
mencegah cedera yang lebih lanjut. Yang termasuk dalam program ini
yaitu :
1. Mengembalikan flexibilitas dari tulang belakang, sehingga mencegah
cedera lebih lanjut pada trauma mikro yang berulang. Prinsipnya dengan
menempatkan tulang belakang servikal pada posisi yang tidak
menimbulkan nyeri dan gejala yang lain.
15
2. Mengawali latihan posisi yang baik dengan penderita, di arahkan oleh
seorang fisiotherapi. Prinsipnya mengikuti variasi gerakan manuver-
manuver yang dilakukan fisioterapi seperti kita berhadapan dengan
cermin. Latihan ini dilakukan dari gerakan yang sederhana sampai
gerakan yang lebih kompleks.
3. Tehnik Butler’s, mengobati dari gejala yang timbul akibat kelainan
syaraf bagian radicular. Prinsipnya dengan memobilisasi syaraf yang
bersangkutan hingga menimbulkan keluhan pada penderita. Tehnik
pertama dengan mengidentifikasi persyarafannya dengan memprofokasi
beberapa tempat yang menimbulkan nyeri terhebat lalu terakhir dengan
memobilisasi radicular syaraf yang telah kita tentukan. Dengan
mengoptimalisasikan jaringan sehat dan sistim kardiovaskuler yang
normal dapat memiminalisasikan hal-hal negative dari factor lingkungan
sehingga dapat lebih menguntungkan.
ii. Traksi servikal12
Dengan tehnik ini dapat menghilangkan nyeri radicular akibat kompresi dari
syaraf radiks. Tehnik ini tidak memperbaiki cedera dari jaringan lunak yang
mengakibatkan nyeri. Dengan tambahan keadaan seperti panas, pijatan, dan juga
stimulasi elektrik harus dilakukan terutama dalam mengilangkan nyeri dan
merelaksasikan otot.
iii. Collar servikal yang lembut12
Hanya direkomendasikan pada cedera akut pada jaringan lunak dari leher dan
digunakan dalam waktu yang relative singkat. Sebab dapat menyebabkan
kekuatan dari otot leher melemah bahkan sampai menghilang.
iv. Mobilisasi dan manipulasi dari tulang belakang.12
Dapat mengembalikan jarak rata-rata pergerakan yang normal dari tulang
servikal dan mengurangi nyeri.
2. Farmakologis13
Selama ini sudah banyak obat-obatan yang diberikan pada penderita penyakit
tersebut, tapi semuanya itu hanya digunakan dalam mengurangi dan menghilangkan
gejalanya saja. Seperti obat AINS yang digunakan paling awal dalam melawan rasa
16
nyeri pada dosis yang rendah dan mengobati proses inflamasi dengan menggunakan
dosis tinggi. Tapi penggunaan obat ini semakin lama akan ditingkatkan dosisnya,
karena akan timbul seperti gejala ketergantungan. Aspirin jarang digunakan karena
menyebabkan efek samping yang tidak reversibel.
Lalu kemudian digunakan obat pelumpuh otot, gunanya meningkatkan daya kerja
dari obat AINS terutama anti analgesiknya dan dalam mengontrol spasme otot yang
berlebihan. Kemudian dikenal obat kortikosteroid oral untuk menghilangkan proses
inflamasi dari kelemahan radix syaraf servikal. Tidak terbukti adanya efek nekrosis
avaskular pada penggunaan prednisolon pada dosis dibawah 550 mg.
Juga digunakan antidepressant seperti ATCs yang mengurangi rasa nyeri dan
mengurangi fungsi tidur yang kurang baik. Efek samping dari obat ini adalah mulut
kering, konstipasi, dan menambah berat badan. Gabapentin yang menunjukkan lebih
efektif dalam mengobati nyeri perifer pada keadaan neuropatik.
Yang terakhir digunakan anti analgesic opioid untuk menghilangkan nyeri yang
sangat dan tidak berkurang dengan obat analgesic lainnya. Hanya pada penggunaan
obat ini memerlukan penghitungan yang matang oleh dokter ataupun seorang ahli
farmasi sebelum diberikan ke si penderita agar tidak terjadi ketergantungan.
Operasi13
Indikasi operasi:13
1. Herniasi discus sentral dengan kompresi medula spinalis dan diikuti dengan
myelopathy
2. Herniasi discus posterolateral
3. Radiculopathy yang gagal dengan terapi konservatif
4. Pasien dengan defisit neurologis progresif
Jenis – jenis operasi:
1. Posterior Approach for Excision of a “Soft” Lateral Cervical Disc13
17
Insisi pada garis tengah posterior dilakukan ditengah tempat yang diinginkan.
Sebelumnya, foto rontgent posisi lateral dilakukan dengan penanda metalik
untuk menandai ruang antara patologis.
Lakukan Foraminolaminotomy, yang meliputi batas bawah dari lamina di
atasnya dan batas atas dari lamina dibawahnya dan setengah medial dari facet
joint.
Eksisi ligamentum flavum
Cervical root diretraksi keatas dan discus yang mengalami ekstrusi dipindahkan.
2. Anterior Approach for Excision of Cervical Disc and Removal of Osteophyte13
Insisi horizontal dilakukan di anterior leher, di tengah dari ruang antara yang
diinginkan.
Diseksi jaringan lunak sebelah medial dari arteri carotis, setelah itu ruang
intervertebral dapat di masuki
Discus dipindahkan dari ruang antara dan osteofit di bor keluar.
Kemudian lakukan pencangkokan tulang yang diambil dari crista iliaca pasien
berupa 3 potong “ bread-loaf” kortikal tulang.
Penyatuan/fusi biasanya berlangsung selama 3 bulan
3. Multilevel Discectomy, Osteophytectomy, Fusion, and Internal Stabilization13
Prosedur ini diindikasikan pada pasien yang terdapat osteifit multiple yang
menyebabkan myelopathy atau myeloradiculopathy tetapi tidak ada hubungannya
dengan stenosis spinal congenital
Teknik ini mirip dengan teknik discectomy dan osteophytectomy tetapi pada
bagian akhir prosedur teknik ini menggunakan stabilisasi internal dengan “plate
and screw”
Stabilisasi ini dilakukan untuk memperkuat proses penyatuan dan meminimalkan
kemungkinan terjadinya delayed kyphotic deformity yang disebabkan karena tulang
cangkokan yanag kolaps.13
Komplikasi 13
Infeksi seperti discitisc/ abses epidural spinal
18
Pseudomeningokel akibat sobeknya duramater
Defisit motorik meningkat
Failed Back Syndrome, penderita menjalani operasi namun nyeri pinggang
dan tungkainya tidak mengalami perbaikan.13
Prognosis 13
Kebanyakan pasien penderita HNP 80-90% akan membaik keadaannya kepada
aktivitas normal tanpa terapi yang agresif, dan dapat sembuh sempurna dalam
hitungan kira-kira 1-2 bulan. Tetapi sebagian kecil akan berlanjut menjadi kronik
nyeri punggung bawah walaupun telah menjalani terapi. Dan bila berlanjut dengan
adanya keluhan pada kontrol bowel dan bladder maka perlu dipikirkan kembali untuk
dilakukan tindakan bedah. Pada pasien yang dioperasi 90% akan membaik terutama
nyeri tungkai, kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%.2,13
BAB 3
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PRIBADI
Nama : Sertipon Lingga
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 45 tahun
Suku : Batak Toba
Agama : Kristen
Alamat : Tanjung Balai
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tanggal masuk : 05 Januari 2013
Tanggal keluar : -
19
ANAMNESA
Keluhan Utama : Nyeri leher menjalar
Telaah : Hal ini dialami os ± 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri diawali
pada leher apabila mengerakkan kepala dan menjalar ke lengan dan
punggung. Nyeri terasa pada bagian ipsilateral rotasi leher. Nyeri
terasa seperti terbakar dan menjalar. Nyeri tidak berkurang setelah
o.s. minum obat anti nyeri. Namun, nyeri berkurang apabila o.s.
meletakkan tangan dibelakang kepala o.s. Selain itu, o.s. juga
mengeluhkan pengerasan pada otot keempat-empat ekstremitas.
Pengerasan pada keempat-keempat ekstremitas terjadi secara tiba-
tiba dan serentak. Pengerasan otot ini terjadi 2 hari sebelum masuk
rumah sakit dan mengganggu aktivitas harian o.s. sehingga o.s tidak
dapat berjalan. Nyeri kepala disangkal o.s. Kelemahan otot tidak
dijumpai. Riwayat trauma disangkal o.s. Pasien mangaku sering
mengangkat beban yang berat. Riwayat penyakit diabetes mellitus
(-), riwayat hipertensi (-), riwayat penyakit jantung (-). Riwayat nyeri
menjalar sebelumnya (-).
Riwayat penyakit terdahulu : tidak dijumpai
Riwayat penggunaan obat : obat anti nyeri; paracetamol 500mg
ANAMNESA TRAKTUS
Traktus sirkulatorius : akral hangat, CRT <3”
Traktus respiratorius : batuk (-), sesak nafas (-)
Traktus digestivus : muntah (-), BAB (+) dbn
Traktus urogenitalis : BAK (+) dbn
Penyakit terdahulu dan kecelakaan : -
Intoksikasi dan obat-obatan : -
ANAMNESA KELUARGA
Faktor herediter : -
Faktor familier : -
Dan lain – lain : -
ANAMNESA SOSIAL
20
Kelahiran dan pertumbuhan : Dalam batas normal
Imunisasi : tidak jelas
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Perkawinan dan anak : menikah
PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN UMUM
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/i
Frekuensi Nafas : 20 x/i
Temperatur : 36,9 °C
Kulit dan Selaput Lendir : Dalam batas normal
Kelenjar dan Getah Bening : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Persendian : Dalam batas normal
KEPALA DAN LEHER
Bentuk dan posisi : bulat, medial
Pergerakan : sulit dinilai
Kelainan Panca Indera : dalam batas normal
Rongga Mulut dan Gigi : dalam batas normal
Kelenjar Parotis : dalam batas normal
Desah : tidak dijumpai
Dan lain-lain : tidak dijumpai
RONGGA DADA DAN ABDOMEN Rongga dada Rongga abdomen
Inspeksi simetris fusimormis simetris
Perkusi sonor timpani
Palpasi stem fremitus kn=kr; kesan=normal soepel,H/L/R:TTB
Auskultasi SP = Vesikuler normoperistaltik
GENITALIA
Toucher : tidak dilakukan pemeriksaan
21
STATUS NEUROLOGI
SENSORIUM : Compos mentis
KRANIUM
Bentuk : bulat
Fontanella : tertutup
Palpasi : teraba pulsasi A. temporalis dan A. carotis
Perkusi : cracked pott’s sign (-)
Auskultasi : desah (-)
Transiluminasi : tidak dilakukan pemeriksaan
PERANGSANGAN MENINGEAL
Kaku kuduk : -
Tanda kerniq : -
Tanda Laseque : -
Tanda Brudzinski I : -
Tanda Brudzinski II : -
PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL
Muntah : (-)
Sakit kepala : (-)
Kejang : (-)
SARAF OTAK / NERVUS KRANIALIS
NERVUS I Meatus Nasi Dextra Meatus Nasi Sinistra
Normosmia (+) (+)
Anosmia - -
Parosmia - -
Hiposmia - -
NERVUS II Oculi Dextra (OD) Oculi Sinistra (OS)
Visus 6/6 6/6
Lapangan Pandang dalam batas normal dalam batas normal
Normal (+) (+)
Menyempit - -
Hemianopsia - -
22
Scotoma - -
Refleks Ancaman (+) (+)
Fundus okuli TDP TDP
Warna
Batas TDP TDP
Ekskavasio
Arteri TDP TDP
Vena TDP TDP
NERVUS III, IV, VI Oculi Dextra (OD) Oculi sinistra (OS)
Gerakan Bola Mata (+) (+)
Nistagmus (-) (-)
Pupil
Lebar diameter 3 mm diameter 3 mm
Bentuk isokor isokor
Refleks Cahaya Langsung (+) (+)
Refleks Cahaya Tidak Langsung (+) (+)
Rima Palpebra 7 mm 7 mm
Deviasi Konjugate (-) (-)
Fenomena Dolls Eye (+) (+)
Strabismus (-) (-)
NERVUS V Kanan Kiri
Motorik
Membuka dan menutup mulut (+) (+)
Palpasi Otot Masseter dan Temporalis Dalam batas normal Dalam batas normal
Kekuatan Gigitan Dalam batas normal Dalam batas normal
Sensorik
Kulit Dalam batas normal Dalam batas normal
Selaput Lendir Dalam batas normal Dalam batas normal
Refleks Kornea
Langsung (+) (+)
Tidak Langsung (+) (+)
Refleks Masseter (+) (+)
23
Refleks Bersin (+) (+)
NERVUS VII Kanan Kiri
Motorik
Mimik Simetris Simetris
Kerut kening Simetris Simetris
Menutup mata Menutup sempurna Menutup sempurna
Meniup Sekuatnya Bocor (-) Bocor (-)
Memperlihatkan Gigi Simetris Simetris
Tertawa Simetris Simetris
Sensorik
Pengecapan 2/3 depan lidah manis, masam, masin(+) manis, masam, masin(+)
Produksi kelenjar ludah (+) (+)
Hiperakusis (-) (-)
Refleks stapedial (-) (-)
NERVUS VIII Kanan Kiri
Auditorius
Pendengaran normal normal
Test Rinne tidak dilakukan pemeriksaan tidak dilakukan pemeriksaan
Test Weber tidak dilakukan pemeriksaan tidak dilakukan pemeriksaan
Test schwabach tidak dilakukan pemeriksaan tidak dilakukan pemeriksaan
Vestibularis
Nistagmus (-) (-)
Reaksi Kalori (+) (+)
Vertigo (-) (-)
Tinnitus (-) (-)
NERVUS IX, X
Pallatum Mole : medial
Uvula : medial
24
Disfagia : (-)
Disatria : (-)
Disfonia : (-)
Refleks Muntah : dalam batas normal
Pengecapan 1/3 Belakang Lidah : pahit (+)
NERVUS XI Kanan Kiri
Mengangkat Bahu Simetris Simetris
Fungsi Otot sternocleidomastoideus Simetris Simetris
NERVUS XII
Lidah
Tremor : (-)
Atrofi : (-)
Fasikulasi : (-)
Ujung Lidah Sewaktu Istirahat : medial
Ujung Lidah Sewaktu Dijulurkan : medial
SISTEM MOTORIK
Trofi : (-)
Tonus Otot : Hipertonus keempat-empat otot ekstremitas
Kekuatan Otot : ESD: 55555/55555 ESS: 55555/55555
EID: 55555/55555 EIS: 55555/55555
Sikap (Duduk-Berbaring-Berdiri) : duduk, berbaring dan berdiri
Gerakan Spontan Abnormal
Tremor : (-)
Khorea : (-)
Ballismus : (-)
Mioklonus : (-)
Atetosis : (-)
Distonia : (-)
Spasme : (-)
25
Tic : (-)
TEST SENSIBILITAS
Eksterosptif : Tidak ada kelainan
Proprioseptif : Hipertonus otot
Fungsi Kortikal Untuk Sensibilitas
Stereognosis : dalam batas normal
Pengenalan Dua Titik : dalam batas normal
Grafestesia : dalam batas normal
REFLEKS
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
Biceps (+) ↑ (+) ↑
Triceps (+) ↑ (+) ↑
Radioperiosit (+) (+)
APR (+) (+)
KPR (+) (+)
Strumple (+) (+)
Refleks Patologis
Babinski (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Chaddock (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schaeffer (-) (-)
26
Hoffman-Tromner (-) (-)
Klonus Lutut (-) (-)
Klonus Kaki (-) (-)
Refleks Primitif (-) (-)
KOORDINASI
Lenggang : dalam batas normal
Bicara : dalam batas normal
Menulis : dalam batas normal
Percobaan apraksia : (_)
Mimik : Simetris, ekspresi emosi (+)
Test Telunjuk – Telunjuk : dalam batas normal
Test Telunjuk – Hidung : dalam batas normal
Diadokhokinesia : dalam batas normal
Test tumit – Lutut : dalam batas normal
Test Romberg : dalam batas normal
VEGETATIF
Vasomotorik : dalam batas normal
Sudomotorik : dalam batas normal
Pilo-erektor : dalam batas normal
Miksi : dalam batas normal
Defekasi : dalam batas normal
Potensi dan Libido : tidak dilakukan pemeriksaan
VERTEBRATA
Bentuk
Normal : (+)
Scoliosis : -
Hiperlordosis : -
Pergerakan
Leher : terbatas karena nyeri menjalar
27
Punggang : terbatas karena pengerasan otot
TANDA PERANGSANGAN RADIKULER
Laseque : -
Cross Laseque : -
Test Lhermitte : (+)
Test Naffzinger : (-)
GEJALA - GEJALA SEREBELAR
Ataksia : -
Disatria : -
Tremor : -
Nistagmus : -
Fenomena rebound : -
Vertigo : -
GEJALA - GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL
Tremor : -
Rigiditas : -
Bradikinesia : -
FUNGSI LUHUR
Kesadaran Kualitatif : compos mentis
Ingatan Baru : dalam batas normal
Ingatan Lama : dalam batas normal
Orientasi
Diri : dalam batas normal
Tempat : dalam batas normal
Waktu : dalam batas normal
Situasi : dalam batas normal
Intelegensia : dalam batas normal
28
Daya Pertimbangan : dalam batas normal
Reaksi Emosi : dalam batas normal
Afasia
Ekspresif : (-)
Represif : (-)
Apraksia : (-)
Agnosia
Agnosia visual : (-)
Agnosia jari – jari : (-)
Akalkulia : (-)
Disorientasi kanan – kiri : (-)
KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Keluhan Utama : Nyeri radikuler pada leher
Telaah : Hal ini dialami os ± 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
diawali pada leher apabila mengerakkan kepala dan menjalar ke
lengan dan punggung. Nyeri terasa pada bagian ipsilateral rotasi
leher. Nyeri terasa seperti terbakar.. Nyeri tidak berkurang setelah
o.s. minum obat anti nyeri. Namun, nyeri berkurang apabila o.s.
meletakkan tangan dibelakang kepala o.s. Selain itu, o.s. juga
mengeluhkan hipertonus pada otot keempat-empat ekstremitas.
Hipertonus pada keempat-keempat ekstremitas terjadi secara tiba-
tiba dan serentak. Hipertonus otot ini terjadi 2 hari sebelum masuk
rumah sakit dan mengganggu aktivitas harian o.s. sehingga o.s tidak
dapat berjalan. Nyeri kepala disangkal o.s. Parese tidak dijumpai.
Riwayat trauma disangkal o.s. Pasien mengaku mengangkat beban
yang berat ( stress fisik (+) ). Riwayat penyakit diabetes mellitus (-),
riwayat hipertensi (-), riwayat penyakit jantung (-). Riwayat nyeri
radikuler sebelumnya (-).
Sensorium : compos mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/i
29
Frekuensi Nafas : 20 x/i
Temperatur : 36,9 °C
Peningkatan tekanan intrakranial : nyeri kepala (-), kejang (-), muntah (-)
Perangsangan meningeal : (-)
Reflex fisiologis : B/T : +/+ ; APR/KPR : +/+
Reflex patologis : H/T : -/- ; Babinski : -/-
Nervus kranialis
N. I : normosmia
N. II : RC +/+, Pupil isokor diameter 3 mm, visus 6/6
N. III, IV, VI : Pergerakan Bola Mata normal
N. V : Buka Tutup Mulut normal, refleks kornea (+)
N.VII : Sudut Mulut Simetris
N. VIII : Pendengaran normal
N. IX, X : Uvula medial
N. XI : Angkat bahu normal
N. XII : Lidah istirahat dan dijulurkan medial.
Kekuatan Motorik: ESD: 55555/55555 ESS: 55555/55555
EID: 55555/55555 EIS: 55555/55555
DIAGNOSA
DIAGNOSA FUNGSIONAL : Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec
Hernia nukleus pulposus servikalis
DIAGNOSA ETIOLOGIK : Hernia nukleus pulposus servikalis
DIAGNOSA ANATOMIK : Servikal 3 dan servikal 4
DIAGNOSA KERJA : Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec Hernia
nukleus pulposus servikalis
PENATALAKSANAAN
- Bed Rest
- IVFD RSOL 20gtt/i/mikro
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
30
- Inj. Diazepam ½ amp/ 24 jam
- Inj. Ketorolac 1amp/6jam
- Baclofen 3 x 5mg
- Flexion 2 x 5mg
- KSR 2 x 600mg
- B.complex 3 x 1 mg
FOLLOW UP
05 Januari 2013
S Nyeri radikuler pada leher (+), hipertonus keempat ekstremitas (+)
O Sens: CM
TD : 110/70 mmHg
HR : 88 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,9 °C
Peningkatan TIK : (-)
Perangsangan Meningeal : (-)
Nervus Kranialis : dalam batas normal
Reflex Fisiologis : B/T : +/+
APR/KPR : +/+
31
Kekuatan motorik : ESD/EID : 55555/55555 ESS/EIS: 55555/55555
A Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec Hernia nukleus pulposus ?
P - Bed Rest
- IVFD RSOL 20gtt/i/mikro
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
- Inj. Diazepam ½ amp/ 24 jam
- Inj. Ketorolac 1amp/6jam
- Baclofen 3x 5mg
- Flexion 2x 5mg
- KSR 2x 600 mg
- B.complex 3x1 mg
R/ - Konsul pembacaan Foto thorax, EKG
- Rencana pemeriksaan MRI
- Pemeriksaan ulang elektrolit
06 JANUARI 2013
S Nyeri radikuler pada leher (+), hipertonus keempat ekstremitas (+)
O Sens: CM
TD : 110/80 mmHg
HR : 84 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,8 °C
Peningkatan TIK : (-)
Perangsangan Meningeal : (-)
Nervus Kranialis : dalam batas normal
Reflex Fisiologis : B/T : +/+
APR/KPR : +/+
Kekuatan motorik : ESD/EID: 55555/55555 ESS/EIS: 55555/55555
32
A Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec Hernia nukleus pulposus ?
P - Bed Rest
- IVFD RSOL 20gtt/i/mikro
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
- Inj. Diazepam ½ amp/ 24 jam
- Inj. Ketorolac 1amp/6jam
- Baclofen 3x 5mg
- Flexion 2x 5mg
- KSR 2x 600 mg
- B.complex 3x1 mg
R/ Hasil elektrolit kalium 3,0 mEq/L
07 JANUARI 2013
S Nyeri radikuler pada leher (+), hipertonus keempat ekstremitas (+)
O Sens: CM
TD : 120/70 mmHg
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,5 °C
Peningkatan TIK : (-)
Perangsangan Meningeal : (-)
Nervus Kranialis : dalam batas normal
Reflex Fisiologis : B/T : +/+
APR/KPR : +/+
Kekuatan motorik : ESD/EID: 55555/55555 ESS/EIS: 55555/55555
33
A Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec Hernia nukleus pulposus?
P - Bed Rest
- IVFD RSOL 20gtt/i/mikro
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
- Inj. Diazepam ½ amp/24 jam
- Inj. Ketorolac 1amp/6jam
- Baclofen 3x 5mg
- Flexion 2x 5mg
- KSR 2x 600 mg
- B.complex 3x1 mg
R/ Hasil elektrolit kalium 3,4 mEq/L
08 JANUARI 2013
S Nyeri radikuler pada leher (+), hipertonus keempat ekstremitas (+)
O Sens: CM
TD : 110/80 mmHg
HR : 88 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,4 °C
Peningkatan TIK : (-)
Perangsangan Meningeal : (-)
Nervus Kranialis : dalam batas normal
Reflex Fisiologis : B/T : +/+
APR/KPR : +/+
Kekuatan motorik : ESD/EID: 55555/55555 ESS/EIS: 55555/55555
34
A Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec Hernia nukleus pulposus ?
P - Bed Rest
- IVFD RSOL 20gtt/i/mikro
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
- Inj. Diazepam ½ amp/24 jam
- Inj. Ketorolac 1amp/6jam
- Baclofen 3x 5mg
- Flexion 2x 5mg
- KSR 2x 600 mg
- B.complex 3x1 mg
R/
09 JANUARI 2013
S Nyeri radikuler pada leher (+), hipertonus keempat ekstremitas (+)
O Sens: CM
TD : 120/70 mmHg
HR : 88 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,2 °C
Peningkatan TIK : (-)
Perangsangan Meningeal : (-)
Nervus Kranialis : dalam batas normal
Reflex Fisiologis : B/T : +/+
APR/KPR : +/+
Kekuatan motorik : ESD/EID: 55555/55555 ESS/EIS: 55555/55555
35
A Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec Hernia nukleus pulposus?
P - Bed Rest
- IVFD RSOL 20 gtt/i/mikro
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
- Inj. Diazepam ½ amp/24 jam
- Inj. Ketorolac 1amp/6jam
- Baclofen 3x 5mg
- Flexion 2x 5mg
- KSR 2x 600 mg
- B.complex 3x1 mg
R/ Peningkatan kalium menjadi nilai normal 3,9 mEq/L
Pemberian KSR dihentikan.
10 JANUARI 2013
S Nyeri radikuler pada leher (+), hipertonus keempat ekstremitas (+)
O Sens: CM
TD : 110/80 mmHg
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,1 °C
Peningkatan TIK : (-)
Perangsangan Meningeal : (-)
Nervus Kranialis : dalam batas normal
Reflex Fisiologis : B/T : +/+
APR/KPR : +/+
Kekuatan motorik : ESD/EID: 55555/55555 ESS/EIS: 55555/55555
36
A Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec Hernia nukleus pulposus servikalis
P - Bed Rest
- IVFD RSOL 20gtt/i/mikro
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
- Inj. Diazepam ½ amp/24 jam
- Inj. Ketorolac 1amp/6jam
- Baclofen 3x 5mg
- Flexion 2x 5mg
- B.complex 3x1 mg
R/ Hasil pembacaan MRI menunjukkan hernia nukleus pulposus C3/C4
11 JANUARI 2013
S Nyeri radikuler pada leher (+), hipertonus keempat ekstremitas mulai berkurang.
O Sens: CM
TD : 110/70 mmHg
HR : 88 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,9 °C
Peningkatan TIK : (-)
Perangsangan Meningeal : (-)
Nervus Kranialis : dalam batas normal
Reflex Fisiologis : B/T : +/+
APR/KPR : +/+
Kekuatan motorik : ESD/EID: 55555/55555 ESS/EIS: 55555/55555
37
A Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec Hernia nukleus pulposus servikalis
P - Bed Rest
- IVFD RSOL 20gtt/i/mikro
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
- Inj. Diazepam ½ amp/24 jam
- Inj. Ketorolac 1amp/6jam
- Baclofen 3x 5mg
- Flexion 2x 5mg
- B.complex 3x1 mg
R/
12 JANUARI 2013
S Nyeri radikuler pada leher (+), hipertonus keempat ekstremitas berkurang.
O Sens: CM
TD : 120/60 mmHg
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,2 °C
Peningkatan TIK : (-)
Perangsangan Meningeal : (-)
Nervus Kranialis : dalam batas normal
Reflex Fisiologis : B/T : +/+
APR/KPR : +/+
Kekuatan motorik : ESD/EID: 55555/55555 ESS/EIS: 55555/55555
38
A Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec Hernia nukleus pulposus servikalis
P - Bed Rest
- IVFD RSOL 20gtt/i/mikro
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
- Inj. Diazepam ½ amp/24 jam
- Inj. Ketorolac 1amp/6jam
- Baclofen 3x 5mg
- Flexion 2x 5mg
- B.complex 3x1 mg
R/
13 JANUARI 2013
S Nyeri radikuler pada leher (+), hipertonus keempat ekstremitas berkurang, paresthesia
pada ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah bila digerakkan leher (-).
O Sens: CM
TD : 120/70 mmHg
HR : 90 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,5 °C
Peningkatan TIK : (-)
Perangsangan Meningeal : (-)
Nervus Kranialis : dalam batas normal
Reflex Fisiologis : B/T : +/+
APR/KPR : +/+
39
Kekuatan motorik : ESD/EID: 55555/55555 ESS/EIS: 55555/55555
A Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec Hernia nukleus pulposus servikalis
P - Bed Rest
- IVFD RSOL 10gtt/i/mikro
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
- Inj. Diazepam ½ amp/24 jam
- Inj. Ketorolac 1amp/6jam
- Baclofen 3x 5mg
- Flexion 2x 5mg
- B.complex 3x1 mg
R/
14 JANUARI 2013
S Nyeri radikuler pada leher (+), hipertonus keempat ekstremitas berkurang.
O Sens: CM
TD : 120/70 mmHg
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,3 °C
Peningkatan TIK : (-)
Perangsangan Meningeal : (-)
Nervus Kranialis : dalam batas normal
Reflex Fisiologis : B/T : +/+
APR/KPR : +/+
Kekuatan motorik : ESD/EID: 55555/55555 ESS/EIS: 55555/55555
40
A Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec Hernia nukleus pulposus servikalis
P - Bed Rest
- IVFD RSOL 20gtt/i/mikro
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
- Inj. Diazepam ½ amp/24 jam
- Inj. Ketorolac 1amp/6jam
- Baclofen 3x 5mg
- Flexion 2x 5mg
- B.complex 3x1 mg
R/
15 JANUARI 2013
S Nyeri radikuler pada leher (+), hipertonus keempat ekstremitas berkurang.
O Sens: CM
TD : 110/70 mmHg
HR : 82 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,4 °C
Peningkatan TIK : (-)
Perangsangan Meningeal : (-)
Nervus Kranialis : dalam batas normal
Reflex Fisiologis : B/T : +/+
APR/KPR : +/+
Kekuatan motorik : ESD/EID: 55555/55555 ESS/EIS: 55555/55555
41
A Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec Hernia nukleus pulposus servikalis
P - Bed Rest
- IVFD RSOL 20gtt/i/mikro
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
- Inj. Diazepam ½ amp/24jam
- Inj. Ketorolac 1amp/6jam
- Baclofen 3x 5mg
- Flexion 2x 5mg
- B.complex 3x1 mg
R/
16 JANUARI 2013
S Nyeri radikuler pada leher (+), hipertonus keempat ekstremitas berkurang.
O Sens: CM
TD : 120/70 mmHg
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,7 °C
Peningkatan TIK : (-)
Perangsangan Meningeal : (-)
Nervus Kranialis : dalam batas normal
Reflex Fisiologis : B/T : +/+
APR/KPR : +/+
Kekuatan motorik : ESD/EID: 55555/55555 ESS/EIS: 55555/55555
42
A Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec Hernia nukleus pulposus servikalis
P - Bed Rest
- Fisioterapi
- IVFD RSOL 20gtt/i/mikro
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
- Inj. Diazepam ½ amp/24 jam
- Inj. Ketorolac 1amp/6jam
- Baclofen 3x 5mg
- Flexion 2x 5mg
- B.complex 3x1 mg
R/
17 JANUARI 2013
S Nyeri radikuler pada leher , hipertonus keempat ekstremitas berkurang.
O Sens: CM
TD : 120/70 mmHg
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,3 °C
Peningkatan TIK : (-)
Perangsangan Meningeal : (-)
Nervus Kranialis : dalam batas normal
Reflex Fisiologis : B/T : +/+
APR/KPR : +/+
Kekuatan motorik : ESD/EID: 55555/55555 ESS/EIS: 55555/55555
43
A Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec Hernia nukleus pulposus servikalis
P - Bed Rest
- Fisioterapi
- IVFD RSOL 20gtt/i/mikro
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
- Inj. Diazepam ½ amp/24 jam
- Inj. Ketorolac 1amp/6jam
- Baclofen 3x 5mg
- Flexion 2x 5mg
- B.complex 3x1 mg
R/
18 JANUARI 2013
S Nyeri radikuler pada leher, hipertonus keempat ekstremitas berkurang.
O Sens: CM
TD : 120/80 mmHg
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,4 °C
Peningkatan TIK : (-)
Perangsangan Meningeal : (-)
Nervus Kranialis : dalam batas normal
Reflex Fisiologis : B/T : +/+
APR/KPR : +/+
Kekuatan motorik : ESD/EID: 55555/55555 ESS/EIS: 55555/55555
44
A Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec Hernia nukleus pulposus servikalis
P - Bed Rest
- Fisioterapi
- IVFD RSOL 20gtt/i/mikro
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
- Inj. Diazepam ½ amp/ 24 jam
- Inj. Ketorolac 1amp/6jam
- Baclofen 3x 5mg
- Flexion 2x 5mg
- B.complex 3x1 mg
R/
19 JANUARI 2013
S Nyeri radikuler pada leher berkurang, hipertonus keempat ekstremitas berkurang.
O Sens: CM
TD : 110/60 mmHg
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,9 °C
Peningkatan TIK : (-)
Perangsangan Meningeal : (-)
Nervus Kranialis : dalam batas normal
Reflex Fisiologis : B/T : +/+
APR/KPR : +/+
Kekuatan motorik : ESD/EID: 55555/55555 ESS/EIS: 55555/55555
45
A Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec Hernia nukleus pulposus servikalis
P - Bed Rest
- Fisioterapi
- IVFD RSOL 20gtt/i/mikro
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
- Inj. Diazepam ½ amp/ 24 jam
- Inj. Ketorolac 1amp/6jam
- Baclofen 3x 5mg
- Flexion 2x 5mg
- B.complex 3x1 mg
R/
20 JANUARI 2013
S Nyeri radikuler pada leher, hipertonus keempat ekstremitas berkurang.
O Sens: CM
TD : 120/80 mmHg
HR : 88 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,3 °C
Peningkatan TIK : (-)
Perangsangan Meningeal : (-)
Nervus Kranialis : dalam batas normal
Reflex Fisiologis : B/T : +/+
APR/KPR : +/+
Kekuatan motorik : ESD/EID: 55555/55555 ESS/EIS: 55555/55555
46
A Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec Hernia nukleus pulposus servikalis
P - Bed Rest
- Fisioterapi
- IVFD RSOL 20gtt/i/mikro
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
- Inj. Diazepam ½ amp/ 24 jam
- Inj. Ketorolac 1amp/6jam
- Baclofen 3x 5mg
- Flexion 2x 5mg
- B.complex 3x1 mg
R/
21 JANUARI 2013
S Nyeri radikuler pada leher berkurang, hipertonus keempat ekstremitas berkurang.
O Sens: CM
TD : 120/80 mmHg
HR : 88 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,2 °C
Peningkatan TIK : (-)
Perangsangan Meningeal : (-)
Nervus Kranialis : dalam batas normal
Reflex Fisiologis : B/T : +/+
APR/KPR : +/+
Kekuatan motorik : ESD/EID: 55555/55555 ESS/EIS: 55555/55555
47
A Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec Hernia nukleus pulposus servikalis
P - Bed Rest
- Fisioterapi
- IVFD RSOL 20gtt/i/mikro
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
- Inj. Diazepam ½ amp/ 24 jam
- Inj. Ketorolac 1amp/6jam
- Baclofen 3x 5mg
- Flexion 2x 5mg
- B.complex 3x1 mg
R/
22 JANUARI 2013
S Nyeri radikuler pada leher (-), hipertonus keempat ekstremitas berkurang.
O Sens: CM
TD : 110/70 mmHg
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,4 °C
Peningkatan TIK : (-)
Perangsangan Meningeal : (-)
Nervus Kranialis : dalam batas normal
Reflex Fisiologis : B/T : +/+
APR/KPR : +/+
Kekuatan motorik : ESD/EID: 55555/55555 ESS/EIS: 55555/55555
48
A Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec Hernia nukleus pulposus servikalis
P - Bed Rest
- Fisioterapi
- IVFD RSOL 20gtt/i/mikro
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
- Inj. Diazepam ½ amp/24 jam
- Inj. Ketorolac 1amp/6jam
- Baclofen 3x 5mg
- Flexion 2x 5mg
- B.complex 3x1 mg
R/
23 JANUARI 2013
S Nyeri radikuler pada leher (-), hipertonus keempat ekstremitas berkurang.
O Sens: CM
TD : 120/70 mmHg
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,6 °C
Peningkatan TIK : (-)
Perangsangan Meningeal : (-)
Nervus Kranialis : dalam batas normal
Reflex Fisiologis : B/T : +/+
APR/KPR : +/+
Kekuatan motorik : ESD/EID: 55555/55555 ESS/EIS: 55555/55555
49
A Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec Hernia nukleus pulposus servikalis
P - Bed Rest
- Fisioterapi
- IVFD RSOL 20gtt/i/mikro
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
- Inj. Diazepam ½ amp/ 24 jam
- Inj. Ketorolac 1amp/6jam
- Baclofen 3x 5mg
- Flexion 2x 5mg
- B.complex 3x1 mg
R/
24 JANUARI 2013
S Nyeri radikuler pada leher (-), hipertonus keempat ekstremitas berkurang.
O Sens: CM
TD : 120/70 mmHg
HR : 82 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,4 °C
Peningkatan TIK : (-)
Perangsangan Meningeal : (-)
Nervus Kranialis : dalam batas normal
Reflex Fisiologis : B/T : +/+
APR/KPR : +/+
Kekuatan motorik : ESD/EID: 55555/55555 ESS/EIS: 55555/55555
50
A Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec Hernia nukleus pulposus servikalis
P - Bed Rest
- Fisioterapi
- IVFD RSOL 20gtt/i/mikro
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
- Inj. Diazepam ½ amp/24 jam
- Inj. Ketorolac 1 amp/6jam
- Baclofen 3x 5mg
- Flexion 2x 5mg
- B.complex 3x1 mg
R/
25 JANUARI 2013
S Nyeri radikuler pada leher (-), hipertonus keempat ekstremitas berkurang.
O Sens: CM
TD : 120/70 mmHg
HR : 82 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,4 °C
Peningkatan TIK : (-)
Perangsangan Meningeal : (-)
Nervus Kranialis : dalam batas normal
Reflex Fisiologis : B/T : +/+
APR/KPR : +/+
51
Kekuatan motorik : ESD/EID: 55555/55555 ESS/EIS: 55555/55555
A Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec Hernia nukleus pulposus servikalis
P - Bed Rest
- Fisioterapi
- IVFD RSOL 20gtt/i/mikro
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
- Inj. Diazepam ½ amp/ 24 jam
- Inj. Ketorolac 1amp/6jam
- Baclofen 3x 5mg
- Flexion 2x 5mg
- B.complex 3x1 mg
R/
26 JANUARI 2013
S Nyeri radikuler pada leher (-), hipertonus keempat ekstremitas berkurang.
O Sens: CM
TD : 120/70 mmHg
HR : 82 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,4 °C
Peningkatan TIK : (-)
Perangsangan Meningeal : (-)
Nervus Kranialis : dalam batas normal
Reflex Fisiologis : B/T : +/+
APR/KPR : +/+
Kekuatan motorik : ESD/EID: 55555/55555 ESS/EIS: 55555/55555
52
A Nyeri radikuler pada leher + hipertonus otot ec Hernia nukleus pulposus servikalis
P - Bed Rest
- Fisioterapi
- IVFD RSOL 20gtt/i/mikro
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
- Inj. Diazepam ½ amp/ 24 jam
- Inj. Ketorolac 1amp/6jam
- Baclofen 3x 5mg
- Flexion 2x 5mg
- B.complex 3x1 mg
R/
Hasil Vertebra MRI :
53
Hasil : Dibuat T1W dan T2W sagital scans dan T2W axial scans melalui daerah servikalis. Pada T1W
sagital scan tampak posterior disc prolaps C-3/4. Disc space tidak menyempit, spinal alignment
terpelihara dengan baik. Pada T2W sagital scans tampak ventral epidural defek setentang C-3/4.
Tampak normal signal dari diskus dan marrow dari corpus vertebra servakalis. Pada T2W axial scan
tampak prolaps disc berada didaerah sentral. Tidak tampak penyempitan spinal kanal. Facet joints
normal.
Kesan : Hernia nukleus pulposus C-3/4
54
BAB IV
DISKUSI & KESIMPULAN
4.1. Diskusi
Hernia nukleus pulposus (HNP) adalah protrusi atau ekstrusi nukleus pulposus
bersama sebagian annulus fibrosus ke dalam kanalis vertebralis atau foramen
intervertebralis.8 HNP ini dapat terjadi di sepanjang medulla spinalis terutamanya di
bagian lumbal.9 Insidensi HNP ini lebih sering terjadi pada pria karena umumnya pria
lebih sering mengangkat beban yang lebih berat dibandingkan wanita.9 Namun pada
kasus ini, didapati pasien merupakan seorang wanita dan diagnosa sebagai HNP
servikalis berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan radikuler dan MRI.
55
HNP servikalis terjadi karena terjadi perubahan biokimia di annulus fibrous dan
nukleus pulposus akibat penuaaan usia.10 Trauma yang superimposed
mempercepatkan perubahan perubahan degenerative ini.11 Annulus fibrous ini
kemudian berpisah dan menyebabkan robekan sirkumferential sehingga menyebabkan
bentuk tetesan air mata radikel sehingga nukleus pulposus ekstrudasi dan
menyebabkan diskus herniasi atau prolaps. 8,9,11 Karekteristik HNP akut adalah usia 30
tahun sampai 50 tahun.12 Faktor resiko pada pasien ini dijumpai adalah pasien
mengaku sering angkat beban berat yaitu merupakan stress fisik dan usia pasien
adalah 45 tahun serta pasien adalah obese. Trauma pada pasien ini disangkal dan
kemungkinan terjadinya HNP pada pasien ini adalah perubahan biokimia di annulus
fibrous dan nukleus pulposus dan dipercepatkan karena pengangkatan beban yang
berat.
Gejala klinis HNP servikalis adalah nyeri leher menjalar.9,12,13 Nyeri menjalar ini
berkurang apabila pasien meletakkan tangan diatas kepala.8,10,13 Hipertonus pada
tungkai dan lengan dapat terjadi jika pasien berbaring dalam jangka waktu yang
lama.13,14 Namun gangguan motorik jarang terjadi pada pasien HNP kecuali pada
herniasi diskus fragmen bebas dimana materi nukleus masuk ke kanalis spinalis.9,12,14
Gejala yang didapatkan pada pasien ini adalah nyeri radikuler pada leher serta
hipertonus pada keempat ekstremitas.
Pemeriksaan klinis pada HNP servikalis adalah pemeriksaan nyeri radikuler yaitu
lhermitte, abduksi bahu.15,17,19 Pemeriksaan radiologis pada HNP servikalis adalah foto
polos vertebral namun kurang bisa dapat mendeteksi keterlibatan saraf.8,16,17,19 Pada
foto polos vertebral cuman bisa dapat mendeteksi adanya penyempitan diskus,
skoliosis dan lordosis lumbal.14,17 Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan adalah
mielografi, CT-scan mielografi.14,17 Pada pemeriksaan mielografi ini dapat mendeteksi
keterlibatan saraf namun kurang bisa melihat degenerasi diskus.11,18 Pemeriksaan
radiologis yang terbaik adalah MRI dimana, di pemeriksaan ini dapat melihat
keterlibatan saraf, destruksi diskus, adanya sekuestrasi.17,18 Pada pasien ini didapat
pada pemeriksaan nyeri radikuler didapati tes lhermitte positif dan pada pemeriksaan
radiologis MRI didapati adanya hernia nukleus pulposus pada C3-C4 sesuai dengan
diagnostik standard.
56
Gradasi HNP dibagi menjadi empat yaitu gradasi pertama adalah diskus protruded
dimana adanya penonjolan nukleus pulposus tanpa kerusakan annulus fibrosus,
gradasi kedua adalah prolaps diskus dimana nukleus berpindah tetapi tetap dalam
lingkaran annulus fibrosus, gradasi ketiga adalah diskus ekstrudasi dimana nukleus
keluar dari annulus fibrosus dan berada di bawah ligamentum longitudinalis posterior
dan gradasi keempat adalah diskus sekuestrasi dimana nukleus telah menembus
ligamentum longitudinalis posterior.14,19 Pada pasien ini, dari hasil MRI didapati ada
prolaps dari diskus namun spinal alignment tetap baik jadi pasien adalah HNP gradasi
dua yaitu prolaps diskus.
Penatalaksaan pada pasien HNP servikalis adalah pemberian obat anti nyeri seperti
NSAID, muscle relaxant seperti pemberian baclofen dan untuk nyeri neuropatik dapat
diberikan obat seperti TCA atau gabapentin yang dapat menghambat penghantaran
impuls sehingga nyeri neuropatik tidak terasa lagi.20 Manajemen dari segi non
farmakologi yang dapat dilakukan pada pasien HNP servikalis adalah modifikasi
postural, pengurangan stress fisik, terapi fisikal, fisioterapi dan penggunaan soft
cervical collar.7,9,20
Pada pasien ini telah diberikan fisioterapi, ketorolac (NSAID), ranitidine untuk
mengurangi efek samping NSAID, baclofen yang bertujuan sebagai muscle relaxant,
diazepam yang bertujuan untuk mengurangi nyeri neuropatik dengan meningkatkan
inhibisi GABA.11,15,20 Manakala flexion merupakan obat analgesic adjuvant dimana
merupakan golongan SSRI yang isinya adalah fluoxetine. Pasien ini juga telah
diberikan vitamin B kompleks yang bertujuan mempercepatkan proses mielinasasi
yang juga dapat memperbaiki penghantaran impuls antara neuron sehingga dapat
menghambat terjadi neuropati perifer.8,20
4.2. Kesimpulan
57
Seorang perempuan berinisial SL berusia 45 tahun datang ke RSHAM dengan
keluhan nyeri radikuler pada leher. Hal ini dialami os ± 4 hari sebelum masuk rumah
sakit. Nyeri diawali pada leher apabila mengerakkan kepala dan menjalar ke lengan
dan punggung. Nyeri terasa pada bagian ipsilateral rotasi leher. Nyeri terasa seperti
terbakar. Nyeri tidak berkurang setelah o.s. minum obat anti nyeri. Namun, nyeri
berkurang apabila o.s. meletakkan tangan dibelakang kepala o.s. Selain itu, o.s. juga
mengeluhkan hipertonus pada otot keempat-empat ekstremitas. Hipertonus pada
keempat-keempat ekstremitas terjadi secara tiba-tiba dan serentak. Hipertonus otot ini
terjadi 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan mengganggu aktivitas harian o.s.
sehingga o.s tidak dapat berjalan. Nyeri kepala disangkal o.s. Parese tidak dijumpai.
Riwayat trauma disangkal o.s. Pasien mengaku mengangkat beban yang berat ( stress
fisik (+) ). Riwayat penyakit diabetes mellitus (-), riwayat hipertensi (-), riwayat
penyakit jantung (-). Riwayat nyeri radikuler sebelumnya (-). Riwayat penyakit
terdahulu : tidak dijumpai. Pasien di diagnosis dengan nyeri radikuler pada leher +
hipertonus otot + paresthesia ec hernia nukleus pulposus servikalis berdasarkan
anamnesa, pemeriksaan fisik dan MRI.
Pasien ditatalaksana dengan bed rest, fisioterapi, IVFD R Sol 20 gtt/I/ mikro,
injeksi ranitidin 1 amp/ 12 jam, injeksi diazepam ½ amp/ 24 jam, injeksi ketorolac
1amp/6 jam, baclofen 3x5mg, flexion 2x5mg, vitamin b kompleks 3x1mg.
Pada pasien ini didapatkan perbaikan kondisi klinis yaitu berupa nyeri
radikuler pada leher. Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam, karena tahap
gradasi HNP pasien masih di tahap awal.
DAFTAR PUSTAKA
1. White AA, Panjabi MM (eds). Clinical Biomechanics of the Spine. Philadelphia,
Pa: JB Lippincott Company;1998:462.
2. Frymoyer JW, Cats-Baril WL. An overview of the incidences and costs of low
back pain. Orthop Clin North Am. Apr 2001;22(2):263-71.
3. Olmarker K, Blomquist J, Stromberg J, et al. Inflammatogenic properties of
58
nucleus pulposus. Spine. Mar 15 2005;20(6):665-9.
4. Yang KH, King AI. Mechanism of facet load transmission as a hypothesis for
low-back pain. Spine. Sep 2004;9(6):557-65
5. Jegede KA. Risk factors for back trouble. Lancet. Jun 10 1999;1(8650):1305-6.
6. Schwartz, FW, Domenico, PA. 2008. Physical and Chemical Hydrogeology Vol I. Wiley: 205-225.7. Hartwig, MS, Wilson LM. 2006. Nyeri dalam buku Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol 2 Edisi III. Jakarta : EGC; 515-518.8. Eyre DR, Wu JJ, Fernandes RJ, et al. Recent developments in cartilage research:
matrix biology of the collagen II/IX/XI heterofibril network. Biochem Soc Trans.
Nov 2002;30(pt 6):893-9.
9. Tomasino A, Gebhard H, Parikh K, Wess C, Härtl R. Bioabsorbable
instrumentation for single-level cervical degenerative disc disease: a radiological
and clinical outcome study. J Neurosurg Spine. Nov 2009;11(5):529-37.
10. Jegede KA, Ndu A, Grauer JN. Contemporary management of symptomatic
lumbar disc herniations. Orthop Clin North Am. 2010;41:217-224.
11. Chou R, Huffman LH. Medications for acute and chronic low back pain: a review
of the evidence for an American Pain Society/American College of Physicians
clinical practice guideline. Ann Intern Med. 2007;147:505-514.
12. Foster M. Herniated Nucleus Pulposus. Medscape Reference. 2012: 5-7.
13. Hakelius A. Prognosis insciatica: a clinical follow-up surgical and non surgical
treatment. Acta Orthop Scand Suppl 2008:129
14. Adams,R.D, Victor, M. 2009. Principles of Neurology 4th ed. New York :
McGraw Hill : 501-508.
15. Phillip L. Pearl and Gregory L. Holmes. Hernia nucleus pulposus. In : John M.
Pellock, Blaise F.D Bourgeois and W. Edwin Dodson. Neurology: Diagnosis and
Therapy 3rd edition. New York. Demos Medical Publishing. 2008; 327-
336
16. Carl W. Bazil, Martha J. Morrell, and Timothy A. Pedley.Cervical hernia nucleus
pulposus In: Lewis P. Rowland. Merritt’s Neurology, 11th edition. Philadelphia.
Lippincott Williams & Wilkins. 2005; 990-1014.
17. Lucia Fusco, Nicola Spechio, Kazuichi Yagi, Masakasa Seino, and Federico
Vigevaro. Hernia nucleus pulposus In : Jerome Engel,Timothy A. Pedley,Jean
Aicardi.Neurology: A Comprehensive Textbook, Volume 1, 2nd edition.
59
Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins. 2008; 611-618.
18. Michael J.Aminoff, Arthur K.Asbury. Numbness, Tingling and Sensory loss In:
Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. Harrison’s
Principles of Internal Medicine volume I . United States of America: McGraw-
Hill Companies. 2008; 154-158
19. Joseph M. Dooley, MB, BCH, FRCPC. Hernia nucleus pulposus In: Bernard L.
Maria. Current Management in Neurology 3rd edition. Philadelphia. BC Decker
Inc. 2009; 93-98
20. Daniel H. Lowenstein. Hernia nucleus pulposus In: Fauci, Braunwald, Kasper,
Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. Harrison’s Principles of Internal Medicine
volume II . United States of America: McGraw-Hill Companies. 2008; 2357-
2365.
21. Barry M. Schaitkin, M.D. , Mark May, M.D. , and Susan R. Klein, M.A. , CCC-A.
Clinical Evaluation of patients with hernia nucleus pulposus In: Mark May , Barry
M. Schaikin. Pathophysiology of Pain. May’s 2nd edition. New york. Thieme
Medical Publishers. 2000 ; 179-211.
22. Mark May, M.D. , and Leon Barnes, M.D. Pathologic Considerations in hernia
nucleus pulposus: Clinco Pathologic Correlations In: Mark May , Barry M.
Schaikin. Back pain . May’s 2nd edition. New york. Thieme Medical Publishers.
2000 ; 153-177.
23. James W.Russell,MD,MS,FRCP , A.G. Smith,MD and J.R.Singleton,MD.
Hernia nucleus pulposus In: Sid Gilman. Neurobiology of Disease. Philadelphia.
Elsevier, 2007: 849-858
24. Roberto Medina Santillan, MD, PhD. Management of Neuropathic Pain.
Bussiness Briefing: Emergency Medicine Review 2005. 28-32.
25. Donald H. Gliden. Hernia nucleus pulposus In: Richard Tidball Johnson,John W.
Griffin,Justin C. McArthur. Current therapy in neurologic disease, Volume 1 .
Philadelphia. Mosby Elsevier. 2006 ; 207-208.
26. Dougkas C. Anthony, Matthew P. Frosch and Umberto De Girlomi. Peripheral
Nerve and Skeletal Muscle In: Kumar, Abbas, Fausto and Aster. Pathologic Basis
of Disease. Philadephia: Saunders Elsevier.2010; 1265-1266.
60