LAPORAN RESMI INSTRUMEN ANALISA
PENENTUAN PANJANG GELOMBANG
DISUSUN OLEH:
I WAYAN SURYAGAMA (08.TBKKP TPL.65)
Dosen Pembimbing :
Drs.Herry Suseno
Asisten Dosen:
Eko Nuraini,A.md
DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN
AKADEMI TEKNOLOGI KULIT
YOGYAKARTA
2009
2
I. JUDUL PRAKTIKUM
PENENTUAN PANJANG GELOMBANG
II. Tujuan Praktikum
1. Dapat mengoprasikan alat spektrofotometer HACH DR/2400
2. Dapat mencari panjang gelombang maksimum
3. Dapat menghitung kosentrasi menggunakan nspektrofotometer
III. Dasar teori
Untuk menggambarkan sifat- sifat radiasi elektromagnetik digunakan 2 teori yang saling
melenkapi yaitu teori gelombang dan teori korpuskuler. Prinsip utama dari spektropotometer
adalah dengan gelombang elektromagnetik .Sifat penting yang dimiliki oleh gelombang
elektromagnetik adalah frekwensinya, v, jumlah satuan yang terjadi persatuan detik.
Sifat – sifat partikel , untuk melukiskan bagaimana radiasi electromagnetik berinteraksi
dengan benda ,adalah perlu memikirkan berkas sinar sebagai foton .tenga setiap fonton
berbanding langsung dengan frekuensi radiasi
Spektrum elektromagnetikmenggunakan cahaya sinar ultravioletyaitu cahaya yang panjang
gelombang kurang dari 400nm, selain itu ada juga gelombang yang mempunyai panjang
gelombang diatas 800nm, cahaya-cahaya inilah yang tidak dapat dilihat oleh manusia.
Apabila seberkas sinar melalui suatu larutan maka sebagian sinar tersebut sebagian akan
diserap oleh larutan berbanding langsung dengan konsentrasi larutan dan tebal sel wadah.
Untuk menentukan hal tersebut maka kita dapat menggunakan suatu alat, spectrometer.
Adapun bagian-bagian dari spektrofotometer adalah sumber cahaya inframerah,
monokromator, dan detector.
3
1. Sumber (Source)
• Argon 100 – 160 nm
• Tungsten 350 – 800 nm
• Deuterium 160 – 360 nm
• Xenon 200 – 900 nm
Cahaya dari sumber dilewatkan melalui cuplikan, dipecah menjadi frekuensi-frekuensi
individunya dalam monokromator dan intensitas relative dari frekuensi individu diukur oleh
detektor.
2. Monokromator
3. Detektor
ALAT DAN BAHAN
4
Seberkas sinar yang apabila melewati suatu larutan yang konsentrasinya c maka sinar
tersebut sebagian akan diserap dan sebagian akan diteruskan . Jumlah sinar yang diserab oleh
larutan bebanding lansung dengan konsentrasi larutan dan tebal sel /wadah .hubungan ini
dirumuskan oleh Lambert-Beer
Hukum Beer : Absorbans, log (Po/P), radiasi monokromatik berbanding lurus dengan
konsentrasi sutu spesies penyerap dalam larutan.
Hukum Bouguer (Lambert) : Bayangkan suatu medium penyerap yang homogen dalam
lapisan-lapisan yang sama tebal. Tiap lapisan menyerap radiasi monokromatik yang
memasuki lapisan itu dalam fraksi yang sama seperti lapisan-lapisan lain. Dengan semuanya
yang lain sama, maka absorbans itu berbanding lurus dengan panjang jalan yang melewati
medium.
Gabungan Hukum Bouguer-Beer, sering di tuliskan sebagai A = abc atau A = εbc
Dengan A = absorbans
ε = absorpsivitas molar (jika konsentrasi dalam molar) dengan satuan M-1
cm-1
a = absorpsivitas (jika konsentrasi dalam %b/v) dituliskan E1%
1cm
b = panjang jalan/kuvet
c = konsentrasi ( dalam molar atau %b/v)
Spektra absorpsi sering diyatakan dalam %T maupun dalam bentuk A (absorbansi)
Maka, A = – log (%T)
A = log (Po/P), Po adalah daya cahaya masuk dan P adalah daya yang diteruskan
Tranmitasi adalah bagian dari cahaya yang diteruskan sedangakan absorbansi adalah bagian
dari cahaya yang diserap oleh larutan
Perumusan yang di tetapkan oleh Lambert_Beer ini yang disebut Hukum Lambert –
Beer memiliki syarat – syarat tertentu yaitu
Syarat konsentrasi , konsentrasi yang diukur harus encer
Syarat kimia , zat pengabsorbansi ( Zat yang dianalisis tidak boleh berasosiasi
dengan pelarut menghasilkan produk lain
Syarat cahaya , radiasi cahaya yang digunakan untuk mengukur adalah cahaya
yang memiliki panjang gelombang agar hubungan antara absorbansiu dan
konsentrasi dapat linier
5
Syarat kejernihan, partikel kloid yang menyebabkan kekeruhan Larutan ,
mengakibatkan terjadinya penyimpangan karena sebagian cahaya yang
melewati sampel akan dihamburkan oeh partikel kloid sehingga kekuetan
cahaya yang diabsorsi berkurang dari yang seharusnya
Pengabsorpsian sinar UV-VIS oleh suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi
electron bonding , maka panjang gelombang absorpsi maksimum dapat dikorelasikan
denagn jenis ikatan yang ada dalam molekul yang sedang diselidiki
Spectrum UV-Vis yang merupakan korelasi absorban (sebagai ordinat dan panjang
gelombang sebagai absis merupakan pita spectrum
Rentang pembacaan absorban dan transmitan
Apabila radiasi elektromagnetik dilewatkan pada suatu larutan denagn itensitas radiasi
semula , maka sebagian radiasi tersebut akan diteruskan , dipantulkan dan diserap .
Namun itensitas sinar yang dipantulkan dapat diabaikan karena pengerrjaan dengan
spektro menggunakan larutan pembanding sebagai standar
Pemilihan pelarut
Pelarut yang baik
1. Dapat melarutkan cuplikan
2. Dapat meneruskan sinar dari panjang gelombang yang dipakai
3. Tidak mengandung system ikatan rangakap terkonjugasi pada struktur molekulnya
4. Tidak berwarna
5. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis
6. Kemurniannya harus tinggi
7. Polaritasnya disesuaikan dengan senyawa yang dianalisis
IV. Peralatan dan Bahan
A. Alat yang Dipergunakan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
1. Neraca analitik
2. Kaca Arloji
3. Beker glas
4. Labu takar 250 ml,100 ml, 50 ml
5. Pengaduk kaca
6. Spektrofotometer Hach DR/2400
7. Cuvet
6
B. Bahan yang Dipergunakan
1. Aseton
2. Diphanil karbazid
3. H2SO4 10 %
4. Larutan standar K2Cr2O7
5. Aquades
V. Cara Kerja
1. Pembuatan larutan diphenil Karbazid
a. Timbang 0,25 gram dhipenil karbazid dengankaca arloji
b. Larutkan dengan aseton dalam gelas beker dan tuang kedalam labu takar 50 ml ,
bilas beker gelas dengan aseton , tuang kedalam labu takar ,tera labu takar sampai
batas dan homogenkan
2. Pembuatan Larutan H2SO4 10 %
a. Pipet larutan H2SO4 pekat sebanyak 10 ml
b. Madsukan dalam labu takar 100 ml yang sudah diisi aquades kira –kira 20 ml
c. Diamkan sampai pananya hilang dan tambahka aquades sampai tanda batas
3. Pembuatan K2Cr2O7
a. Timbang 1,413 gram K2Cr2O7 dengan kaca arloji
b. Larutkan dalam gelas beker dengan aquades
c. Tuang ke dalam labu takar 250 ml
d. Bilas beker glas sampai bersih tuang bilasan ke dalam labu takar
e. Tambahkan aquades sampai tanda batas dan homogenkan
4. Pembuatan deret standar
Membuat deret standar K2Cr2O7 5 ppm , 10 ppm 15 ppm dan 20 ppm sebanyak 50
ml dengan mengencerkan larutan induk dengan 1000 ppm dengan menggunakan
rumus pengenceran V1 X M1 = V2 X M2
5. Pengukuran panjang gelombanmg
a. Ambil salah satu deret standar
b. Tambahkan H3PO4 10 % 3 tetes
c. Tambahkan larutan dhipenil karbozid
d. Homogenkan
7
e. Pipet larutan standar yang sudah ditambah H3PO4 10 % dan larutan dhipenil
karbozid sebanyak 10 ml dan masukan kedalam cuvet
f. Nyalakan spectrophotometer HACH DR/2400
g. Tekan single wavelength, masukan blangko
h. Tekan λ
i. Pilih λ yang akan diisi dengan menekan tombol angka( missal 490)
j. Tekan zero , muncul 0,0000, keluarkan blanko
k. Masukan standar
f. Tekan read dan baca hasilnya , ulangi bekali-kali sampai hingga di dapat λ max
VI. Hasil Analisa
Tanggal praktikum 29 April 2009
Data hasil pengamatan
1. Larutan K2Cr2O7 0,5 ppm
NO λ(nm) Absorbansi A rata- rata
1 2 3
1 490 0,461 0,472 0,461 0,464
2 500 0,635 0,638 0,659 0,644
3 510 0,832 0,836 0,845 0,838
4 520 1,011 1,009 1,024 1,015
5 530 1,139 1,145 1,149 1,144
6 540 1,208 1,212 1,230 1,217
7 550 1,198 1,190 1,205 1,198
8 560 1,103 1,086 1,098 1,096
9 570 0,939 0,956 0,906 0,951
10 580 0,786 0,787 0,789 0,787
8
2. Data hasil pengamatan larutan K2Cr2O7 1 ppm
NO λ(nm) Absorbansi A rata- rata
1 2 3
1 490 0,819 0,825 0,816 0,820
2 500 1,083 1,084 1,079 1,082
3 510 1,343 1,341 1,340 1,341
4 520 1,589 1,599 1,598 1,595
5 530 1,792 1,795 1,789 1,792
6 540 1,872 1,865 1,849 1,862
7 550 1,803 1,818 1,807 1,809
8 560 1,656 1,614 1,645 1,638
9 570 1,432 1,439 1,439 1,437
10 580 1,164 1,170 1,175 1,170
V. PEMBAHASAN
Dalam paraktikum kali ini sebelum menentukan panjang gelombang terlebih dahulu kita
melakukan reparasi pada sampel dan pembuatn deret dan standar kita menggunakan aquades
1. Grafik Linier larutan K2Cr2O7 0,5 ppm
y = 0.004x - 1.327R² = 0.261
0.000
0.200
0.400
0.600
0.800
1.000
1.200
1.400
480 500 520 540 560 580 600
Series1
Linear (Series1)
9
3. Grafik Linier larutan K2Cr2O7 1 ppm
Pada praktikum yang kami lakukan kita dapat mengetahui hubungan absorbansi dengan
panjang gelombang dan juga dipengaruhi oleh konsentrasi suatu larutan. Dari hasil analisa
kedua percobaan larutan K2Cr2O7 memiliki absorbansi maksimal pada panjang gelombang
540 pada panjang gelombang yang lebih tinggi mengalami penurunan seperti grafik hal ini
menunjukan bahwa pada panjang gelombang 540 nm laruatan K2Cr2O7 memiliki daya serap
yang maksimal .Selain itu konsentarsi juga mempengaruhi absorabansi sesuai dengan Hukum
Lambert – Beer
- Log T = A = e b c
Dimana bahwa hubungan absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi yang artinya
semakin tinggi suatu konsentrasi larutan memiliki absorbansi yang semakin tinggi pula ,
dapat kita lihat pada data praktikum kami larutan K2Cr2O7 0,5 ppm memiliki absorbansi
maksimal yaitu pada panjang gelombang 540 nm sebesar 1,217 sedangkan larutan K2Cr2O7
1 ppm memiliki absorbansi maksimal 1,862
y = 0.004x - 1.189R² = 0.190
0.000
0.200
0.400
0.600
0.800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
2.000
480 500 520 540 560 580 600
Series1
Linear (Series1)
10
I. KESIMPULAN
Dari analisis hasil percobaan yang kami lakukan, kami mendapatkan kesimpulan, bahwa :
1. Absorbansi suatu larutan ditentukan oleh panjang gelombang
2. Panjang gelombang maksimum ( max) merupakan titik puncak dari absorbansi
larutan, dimana setelah panjang gelombang maksimum, maka akan terjadi
penurunan absorbansi suatu larutan secara berangsur-angsur
3. Absorbansi maksimal K2Cr2O7 pada panjang gelombang 540 nm
4. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin besar absorbansinya
II. DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralph.J.1997.”Dasar – Dasar Kimia Organik”.Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti Jakarta:Binarupa Aksara.
Sastrohamidjojo,Dr.Hardjono.2007.”Spektroskopi”.Yogyakarta:Liberti Yogyakarta
www. Chemys-try.com/spektrfotometer
Yogyakarta, 29 juni 2009
Praktikan
I Wayan Suryagama
08.TBKKP.TPL.65
Mengetahui,
Asisten Pembimbing
Eko Nuraeni,A.Md
Dosen Pembimbing
Drs.Herry Suseno
11
LAPORAN RESMI INSTRUMEN ANALISA
PENETAPAN KADAR Cr DALAM CROMOSAL B
DISUSUN OLEH:
I WAYAN SURYAGAMA (08.TBKKP TPL.65)
DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN
AKADEMI TEKNOLOGI KULIT
YOGYAKARTA
2009
13
VII. JUDUL PRAKTIKUM
PENETAPAN KADAR Cr DALAM CROMOSAL B
VIII. Tujuan Praktikum
4. Dapat mengoprasikan alat spektrofotometer HACH DR/2400
5. Dapat Menganalisa sampel secara kulitatif dan kuantitatif
IX. Dasar teori
Untuk menggambarkan sifat- sifat radiasi elektromagnetik digunakan 2 teori
yang saling melenkapi yaitu teori gelombang dan teori korpuskuler. Prinsip
utama dari spektropotometer adalah dengan gelombang elektromagnetik .Sifat
penting yang dimiliki oleh gelombang elektromagnetik adalah frekwensinya,
v, jumlah satuan yang terjadi persatuan detik.
Sifat – sifat partikel , untuk melukiskan bagaimana radiasi electromagnetik
berinteraksi dengan benda ,adalah perlu memikirkan berkas sinar sebagai
foton .tenga setiap fonton berbanding langsung dengan frekuensi radiasi
Spektrum elektromagnetikmenggunakan cahaya sinar ultravioletyaitu cahaya
yang panjang gelombang kurang dari 400nm, selain itu ada juga gelombang
yang mempunyai panjang gelombang diatas 800nm, cahaya-cahaya inilah
yang tidak dapat dilihat oleh manusia.
Penyerapan sinar uv-vis dibatasi pd sejumlah gugus fungsional/gugus
kromofor (gugus dengan ikatan tidak jenuh) yang mengandung electron
valensi dengan tingkat eksitasi yang rendah. Dengan melibatkan 3 jenis
electron yaitu : sigma, phi dan non bonding electron. Kromofor-kromofor
organic seperti karbonil, alken, azo, nitrat dan karboksil mampu menyerap
sinar ultraviolet dan sinar tampak. Panjang gelombang maksimalnya dapat
berubah sesuai dengan pelarut yang digunakan. Auksokrom adalah gugus
fungsional yang mempunyai elekron bebas, seperti hidroksil, metoksi dan
amina. Terikatnya gugus auksokrom pada gugus kromofor akan
mengakibatkan pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang
lebih besar (bathokromik) yang disertai dengan peningkatan intensitas
(hyperkromik).
Komponen dari suatu spektrofotometer berkas tunggal :
1. Suatu sumber energy cahaya yang berkesinambungan yang meliputi daerah
spectrum dimana instrument itu dirancang untuk beroperasi.
14
2. Suatu monokromator, yakni suatu piranti untuk mengecilkan pita sempit
panjang-panjang gelombang dari spectrum lebar yang dipancarkan oleh
sumber cahaya.
3. Suatu wadah sampel (kuvet)
4. Suatu detector, yang berupa transduser yang mengubah energy cahaya
menjadi suatu isyarat listrik.
5. Suatu pengganda (amplifier), dan rangkaian yang berkaitan membuat isyarat
listrik itu memadai untuk di baca.
6. Suatu system baca (piranti pembaca) yang memperagakan besarnya isyarat
listrik, menyatakan dalam bentuk % Transmitan (% T) maupun Adsorbansi
(A).
Untuk menentukan hal tersebut maka kita dapat menggunakan suatu alat,
spectrometer. Adapun bagian-bagian dari spektrofotometer adalah sumber
cahaya inframerah, monokromator, dan detector.
1. Sumber (Source)
15
• Argon 100 – 160 nm
• Tungsten 350 – 800 nm
• Deuterium 160 – 360 nm
• Xenon 200 – 900 nm
Cahaya dari sumber dilewatkan melalui cuplikan, dipecah menjadi frekuensi-
frekuensi individunya dalam monokromator dan intensitas relative dari
frekuensi individu diukur oleh detektor.
2. Monokromator
3. Detektor
ALAT DAN BAHAN
Hubungan antara warna dengan panjang gelombang sinar tampak.:
Panjang gelombang warna yang diserap warna komplementer
400-435 nm ungu (lembayung) hijau kekuningan
450-480 nm biru kuning
480-490 nm biru kehijauan orange
490-500 nm hijau kebiruan merah
16
500-560 nm hijau merah anggur
560-580 nm hijau kekuningan ungu (lembayung)
580-595 nm kuning biru
595-610 nm orange biru kekuningan
610-750 nm merah hijau kebiruan
Pergeseran-pergeseran :
1. Bathokromik, pergeseran ke panjang gelombang yang lebih tinggi dengan
energy yang lebih rendah.
2. Hypsokromik(pergeseran biru), pergeseran ke panjang gelombang yang lebih
pendek.
3. Hyperkromik, peningkatan absoritivitas molar.
4. Hypokromik, reduksi absortivitas molar.
Seberkas sinar yang apabila melewati suatu larutan yang konsentrasinya c
maka sinar tersebut sebagian akan diserap dan sebagian akan diteruskan .
Jumlah sinar yang diserab oleh larutan bebanding lansung dengan konsentrasi
larutan dan tebal sel /wadah .hubungan ini dirumuskan oleh Lambert-Beer
Hukum Beer : Absorbans, log (Po/P), radiasi monokromatik berbanding lurus
dengan konsentrasi sutu spesies penyerap dalam larutan.
Hukum Bouguer (Lambert) : Bayangkan suatu medium penyerap yang
homogen dalam lapisan-lapisan yang sama tebal. Tiap lapisan menyerap
radiasi monokromatik yang memasuki lapisan itu dalam fraksi yang sama
seperti lapisan-lapisan lain. Dengan semuanya yang lain sama, maka
absorbans itu berbanding lurus dengan panjang jalan yang melewati medium.
Gabungan Hukum Bouguer-Beer, sering di tuliskan sebagai A = abc atau
A = εbc
Dengan A = absorbans
ε = absorpsivitas molar (jika konsentrasi dalam molar) dengan satuan
M-1
cm-1
a = absorpsivitas (jika konsentrasi dalam %b/v) dituliskan E1%
1cm
17
b = panjang jalan/kuvet
c = konsentrasi ( dalam molar atau %b/v)
Spektra absorpsi sering diyatakan dalam %T maupun dalam bentuk A
(absorbansi)
Maka, A = – log (%T)
A = log (Po/P), Po adalah daya cahaya masuk dan P adalah daya yang
diteruskan
Tranmitasi adalah bagian dari cahaya yang diteruskan sedangakan absorbansi
adalah bagian dari cahaya yang diserap oleh larutan
Perumusan yang di tetapkan oleh Lambert_Beer ini yang disebut
Hukum Lambert –Beer memiliki syarat – syarat tertentu yaitu
Syarat konsentrasi , konsentrasi yang diukur harus encer
Syarat kimia , zat pengabsorbansi ( Zat yang dianalisis tidak
boleh berasosiasi dengan pelarut menghasilkan produk lain
Syarat cahaya , radiasi cahaya yang digunakan untuk mengukur
adalah cahaya yang memiliki panjang gelombang agar hubungan
antara absorbansiu dan konsentrasi dapat linier
Syarat kejernihan, partikel kloid yang menyebabkan kekeruhan
Larutan , mengakibatkan terjadinya penyimpangan karena
sebagian cahaya yang melewati sampel akan dihamburkan oeh
partikel kloid sehingga kekuetan cahaya yang diabsorsi
berkurang dari yang seharusnya
Pengabsorpsian sinar UV-VIS oleh suatu molekul umumnya
menghasilkan eksitasi electron bonding , maka panjang gelombang
absorpsi maksimum dapat dikorelasikan denagn jenis ikatan yang ada
dalam molekul yang sedang diselidiki
Spectrum UV-Vis yang merupakan korelasi absorban (sebagai ordinat
dan panjang gelombang sebagai absis merupakan pita spectrum
Rentang pembacaan absorban dan transmitan
Apabila radiasi elektromagnetik dilewatkan pada suatu larutan denagn
itensitas radiasi semula , maka sebagian radiasi tersebut akan diteruskan ,
dipantulkan dan diserap . Namun itensitas sinar yang dipantulkan dapat
18
diabaikan karena pengerrjaan dengan spektro menggunakan larutan
pembanding sebagai standar
Pemilihan pelarut
Pelarut yang baik
8. Dapat melarutkan cuplikan
9. Dapat meneruskan sinar dari panjang gelombang yang dipakai
10. Tidak mengandung system ikatan rangakap terkonjugasi pada
struktur molekulnya
11. Tidak berwarna
12. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis
13. Kemurniannya harus tinggi
14. Polaritasnya disesuaikan dengan senyawa yang dianalisis
Absorbansi
Menghitung absorbansi larutan
Jika Kita membaca bagian tentang bagaimana spektrometer serapan
bekerja,kita akan mengetahui bahwa serangkaian panjang gelombang sinar
akan melewati suatu larutan (sel sampel) dan wadah lain yang identik yang
hanya berisi pelarut (sel pembanding/referens). Untuk tiap panjang gelombang
sinar yang melewati spektrometer, intensitas sinar yang melewati sel
pembanding dihitung. Biasanya disebut sebagai Io - dengan I adalah intensitas.
Intensitas sinar yang melewati sel sampel juga dihitung untuk panjang
gelombang yang sama - disimbolkan I. Jika I lebih kecil dari Io, berarti sampel
menyerap sejumlah sinar. Selanjutnya perhitungan sederhana dilakukan oleh
komputer untuk mengubahnya menjadi apa yang disebut dengan absorbansi -
dengan I adalah intensitas. Intensitas sinar yang melewati sel sampel juga
dihitung untuk panjang gelombang yang sama - disimbolkan dengan A.
Hubungan antara A (absorbansi) dan kedua intensitas adalah:
19
Umumnya berdasarkan diagram di atas, akan mendapatkan absorbansi
berkisar dari 0 hingga 1, tetapi dapat pula lebih tinggi dari itu. Absorbansi 0
pada suatu panjang gelombang artinya tidak ada sinar dengan panjang
gelombang tertentu yang diserap. Intensitas berkas sampel dan pembanding
sama, jadi perbandingan Io/I adalah 1. Log10 dari satu adalah nol. Absorbansi 1
terjadi ketika 90 % sinar pada suatu panjang gelombang diserap - 10 %
lainnya tidak diserap.nDalam hal ini, Io/I is 100/I0 (=10) dan log10 of 10
adalah 1.
X. Peralatan dan Bahan
C. Alat yang Dipergunakan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
8. Neraca analitik
9. Kaca Arloji
10. Beker glas
11. Labu takar 250 ml,100 ml, 50 ml
12. Pengaduk kaca
13. Spektrofotometer Hach DR/2400
14. Cuvet
15. Pipet tetes
16. Pipet volum
17. Propipet
18. Botol semprot
D. Bahan yang Dipergunakan
6. Aseton
7. Diphanil karbazid
8. H3PO4 10 %
9. Larutan induk K2Cr2O7
10. Sampel yang mengandung Cr
XI. Cara Kerja
6. Pembuatan Blanko
a. Pipet Aquades dengan pipet volume 50 ml
b. Masukan dalam labu ukur 50 ml
20
c. Tambahkan H3PO4 10 % 3-5 tetes
d. Tambahkan larutan dhipenil karbozid 3- 5 tetes
e. Homogenkan
f. Masukan dalam cuvet
7. Pembuatan deret standar
a. Membuat deret standar K2Cr2O7 5 ppm , 10 ppm 15 ppm dan
20 ppm sebanyak 50 ml dengan mengencerkan larutan induk
dengan 1000 ppm dengan menggunakan rumus pengenceran
V1 X M1 = V2 X M2
b. Tambahkan masing – masing standar dengan H3PO4 10 % 3 -
5tetes
c. Tambahkan 1 ml larutan dhipenil karbozid
d. Homogenkan
e. Masukan dalam cuvet
8. Preparasi sampel
g. Timbang 0,1 gram cromosal B dengan kaca arloji dan masukan
dalam beker gelas tambahkan aquades 50 ml aduk sampai larut
diamkan 5 menit
h. Tambahkan NaOH 1 N sampai pH 13-14 dan diamkan 5-10 menit
i. Tambahkan Natrium lipoklorit 5 ml dengan dengan pipet gondok
aduk sampai homogen
j. Tambahkan HN3 cek pH 2-3
k. Panaskan diatas pemanas sambil diaduk diaduk sampai berubah
menjadi kuning
l. Ambil 1 ml sampel encerkan dengan aquades sampai 100 ml
m. Ambil sampel yang sudah diencerkan 1 ml , masukan dalam labu
takar 50 ml dan encerkan sampai tanda batas ,tambahkan asam
pospat 10 % 3-5 tetes dan diphenil karbazid 3-5 tetes homogenkan
dan diamkan selama 5- 10 menit
n. Tuang dalam cuvet
o. Analisa dengan spectrophotometer
p. Hitung kadar cr dalam cromosal B
21
XII. Hasil Analisa
Tanggal praktikum 6 mei 2009
Data hasil pengamatan serapan pada panjang gelombang 540
Standar Absorbansi Rata -rata
1 2 3
0,1 0,153 0,165 0,160 0,162
0,2 0,337 0,336 0,331 0,335
0,3 0,508 0,500 0,505 0,504
0,4 0,677 0,667 0,669 0,671
0,5 0,678 0,676 0,684 0,679
Sampel 0,052 0,084 0,065 0,060
Perhitungan kadar
Sample Xi Yi XiYi Xi2 Yi
2
1 0.1 0.162 0.0162 0.01 0.0026244
2 0.2 0.335 0.067 0.04 0.022445
3 0.3 0.504 0.1512 0.09 0.0762048
4 0.4 0.671 0.2684 0.16 0.1800964
5 0.5 0.679 0.3395 0.25 0.2305205
Jumlah 1.5 2.351 0.8423 0.55 0.5118911
rata – rata 0.3 0.4702 0.16846 0.11 0.10237822
GRAFIK LINIEAR
y = 1.37x + 0.059R² = 0.946
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0 0.2 0.4 0.6
Series1
Linear (Series1)
KONSENTRASI
AB
SOR
BA
NSI
22
Regresi linier
Dimana:
Y=variabel dependen yang diprekdisikan
a=konstanta
b=koefisian regresi x terhadap y
X=variabel independen yang mempunyai nilai tertentu
Koefisien regresi b akan bernilai positif apabila nilai x berbanding lurus
terhadap nilai y, sebaliknya apabila nilai x berbanding terbalik terhadap nilai
y. Nilai a dan b dapat dicari dengan persamaan berikut:
a =(ΣYi)(ΣXi2) – (ΣXi)(ΣXiYi)
nΣXi2 – (ΣXi)
2
= [(2,351)(0,55) – (1,5)( 0,8423)]
1(0,55) – (1,5)
2
= 0,01741176
b = n(ΣXiYi) - (ΣXi)( ΣYi)
nΣXi2 – (ΣXi)
2
=[(1)( 0,8423) – (1,5)( 2,351)] / 1(0,55) – (1,5)2
=1,601588
Dari data perhitungan berikut ternyata koefisien b tidak bernilai negatif
berarti X berbanding lurus terhaap Y.
ε1= A/l.C
= 0,162 /1.0,1
= 1,62
ε2= A/l.C
23
= 0,335/1.0,2
= 1,675
ε3= A/l.C
= 0,504/1.0,3
= 1,68
ε4= A/l.C
= 0,671/1.0,4
= 1,6775
ε5= A/l.C
= 0,679/1.0,5
= 1,358
εtotal = 8,0105/5
= 1,6021
1,6021 = E(1cm) (3,00 x 10-5
mol/lt)
E =16,021.10-3
/3.10-5
E =5,34033333.10-2
lt/ml-cm
Log 1/T =ε b c
=(5,34033333.10-2
lt/ml-cm) (3 cm) (3.10-5
mol/lt)
= 0,48063
Log T =0,0318
%T =3,18 %
24
V. PEMBAHASAN
Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum ultraviolet dan
terlihat tergantung pada struktur elektronik dari molekul.
Spektraultraviolet dan terlihat dari senyawa – senyawa organik berkaitan
erat transisi –transisi diantara tingkatan – tingkatan tenaga elektronik.
Disebabkan karena hal ini, maka serapan radiasi ultraviolet/terlihat sering
dikenal sebagai spektroskopi elektronik. Transisi – transisi tersebut
biasanya antara orbital ikatan antara orbital ikatan atau orbital pasangan
bebas dan orbital non ikatan tak jenuh atau orbital anti ikatan. Panjang
gelombang serapan adalah merupakan ukuran dari pemisahan tingkatan –
tingkatan tenaga dari orbital – orbital yang bersangkutan. Pemisahan
tenaga yang paling tinggi diperoleh bila elektron – elektron dari ikatan –
ikatan tereksitasi yang menimbulkan serapan dalam daerah 120 – 200
nm.daerah ini dikenal sebagai daerah ultraviolet vakum dan relatif tidak
banyak memberikan keterangan. Diatas 200 nm eksitasi elektron dari
orbital – orbital p dan d dan orbital π terutama sistem terkonjugasi – π
segera dapat diukur dan spektra yang diperoleh memberikan banyak
keterangan. Dalam praktek, spektrometri ultraviolet digunakan terbatas
pada
Spektrum ultraviolet adalah suatu gambar antara panjang gelombang
atau frekuensi serapan lawan intensitas serapan (transmitasi atau
absorbansi). Sering juga data ditunjukkan sebagi gambar grafik atau tabel
yang menyatakan panjang gelombang lawan serapan molar atau log dari
serapan molar, Emax atau logEmax.
Saat melakukan praktikum dengan menggunakaan spektroskopi
yaitu dalam hal untuk mengetahui panjang gelombang dari suatu bahan
dengan konsentrasi tertentu. Meskipun, dari suatu larutan yang sama dan
dengan konsentrasi yang sama pula. Ternyata hasil dari pendeteksian nilai
absorbansinyapun juga berbeda . Dalam melaksanakan praktikum, kami
menggunakan bahan uji yaitu kalium dikromat(K2Cr
2O
7). Yang mana dari
situpula kami juga dapat menentukan kadar Crnya dengan menggunakan
persamaan dari hukum Beer – Lambert dan dapat pula menggunakan
25
regresi linier dimana komponen x sebagai konsentarasi dan komponen y
sebagai absorbansi yaitu dengan
Hukum Beer - Lambert
A=log10Io/I=Ɛ l c
Dalam menganalisa panjang gelombang bahan tersebut kami
melakukan 3 kali percobaan. Ternyata pula terjadi perbedaan panjang
gelombang. Meskipun perbedaan tersebut tidak signifikan. Darisitupula
juga, kami dapat mengolah data untuk dirata- rata. Jadi, data yang kami
dapatkan juga dapat dikatakan cukup valid. Dalam melakukan pengujian
kami juga menggunakan larutan blangko yang fungsinya untuk
mengnolkan/membuat zero pada larutan yang akan dianalisis. Yang mana
larutan blangko tersebut terbuat dari aquades. Dari data dan hasil
perhitungan didapatkan Tranmitasi sebesar 3, 18 %
Dalam analisa penetapan kadar Cr dalam Cromosal b kami
menggunakan panjang gelombang/λ hanya 540 karena dari data prktikum
sebelumnya didapatkan absorabnsi maksimun dari crom adalah pada
panjang gelombang 540 nm sehingga pada panjang gelombang itulah
absorbansi maksimal didapatkan dan paraktikum kali ini kita hanya
membandingkan pengaruh kosentarsi terhadap absorbansi . Ternyata dari
hasil itu, kenaikan nilai absorbansi sebanding dengan konsentrasi atau
dapat dikatakan juga semakin besar konsentrasinya semakin besar pula
nilai absorbansinya yang didapat. Dapat juga diambil hipotesis juga bahwa
semakin besar konsentrasinya maka semakin besar pula kadar yang
dicapai.
26
III. KESIMPULAN
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan :
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan diantaranya yaitu:
1. Spektrum ultraviolet adalah suatu gambar antara panjang gelombang atau
frekuensi serapan lawan intensitas serapan (transmitasi atau absorbansi).
2. Semakin besar konsentrasinya maka semakin besar pula kadar yang
dicapai.
3. Menentukan kadar Crnya dapat menggunakan persamaan dari hukum
Beer – Lambert dan dapat pula menggunakan regresi linier
4. Dengan panjang gelombang maksimal 540 nm di dapatkan tranmitasi
3,18 %
IV. DAFTAR PUSTAKA
AOCS Official Method Am. 2-93. Determination of Oil Content in Oilseeds
Chemistry. New York: John Wiley and Sons, Inc.
Sudjadi, Drs., (1986), "Metode Pemisahan", UGM Press, Yogyakarta
Senowulung, R.Bagus, 2008. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Organik. ATK:
Yogyakarta
Whitaker, M.C. 1915. The Journal of Industrial and Engineering Chemistry.
Easton: Eschenbach Printing Company.
Fessenden, Ralph.J.1997.”Dasar – Dasar Kimia Organik”.Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta:Binarupa Aksara.
Sastrohamidjojo,Dr.Hardjono.2007.”Spektroskopi”.Yogyakarta:Liberti
Yogyakarta
www. Chemys-try.com/spektrfotometer
27
Yogyakarta, 29 juni 2009
Praktikan
I Wayan Suryagama
08.TBKKP.TPL.65
Mengetahui,
Asisten Pembimbing
Eko Nuraeni,A.Md
Dosen Pembimbing
Drs.Herry Suseno
28
LAPORAN RESMI INSTRUMEN ANALISA
ANALISIS POLYMER DENGAN TG/DTA
DISUSUN OLEH:
I WAYAN SURYAGAMA (08.TBKKP TPL.65)
Dosen Pembimbing :
Drs.Herry Suseno
Asisten Dosen:
Eko Nuraini,A.md
DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN
AKADEMI TEKNOLOGI KULIT
YOGYAKARTA
2009
29
XIII. JUDUL PRAKTIKUM
ANALISIS POLYMER DENGAN TG/DTA
XIV. Tujuan Praktikum
A. Tujuan Umum
Mampu menggunakan TG/DTA untuk analisa Polymer
B. Tujuan Khusus
6. Dapat menhitung titik meeting point
7. Menghitung titik transisi glas
8. Dapat menghitung penurunan Berat
9. Mengetahui titik endotermis dan eksotermis
XV. Dasar teori
Deferensial thermonalyse ialah suatu metoda analisa yang menggunakan perubahan suhu
(panas) daripada zat yang akan dianalisakan.
Penggunaan DTA untuk industri plastik
Didalam industri plastik perlu sekali diketahui jenis polimer yang terbentuk apakah
homopolimer atau ko-polimer dengan polimer jenis lain dan bagaimana perubahan sifat-
sifat plastik dengan adanya ko-polimer dengan polimer dengan jenis lain. Seperti yang
telah diselidiki oleh bert.H. Clampitt (1962) antara polietilen linear dan polietilen tekanan
tinggi, pada penilitian tersebut didapat hasil bahwa tanpa membiarkan campuran plastik
pada temperatur tertentu beberapa lama, akan didapati puncak endotermal yang sangat
sederhana dan dengan membiarkan plastik dipanaskan pada suhu selama beberapa jam
akan didapati termogram yang berlainan. Dan hal ini tidak lain membuktikan bahwa pada
campuran kedua macam polietil meskipun molekulnya hampir bersamaan, akan
memerlukan panas dan waktu tertentu untuk mencapai kesetimbangan termis secara
statistik. Selanjutnya pada penelitian ini sekaligus telah dibuktikan bahwa hasil yang
terbaik didapati kalau campuran plastik dipanaskan pada suhu 1200 C untuk selama 30
menit.
Kromatografi gas biasanya dipakai untuk analisa sampel yang berbentuk gas atau
cairan dan padatan yang mudah menguap, sampel atau campuran yang hendak diperiksa
disuntikan sedikit kedalam arus gas inert seperti N2, H2, He, Ar atau CO2 yang mengalir
melalui kolom yang berisi suatu medium. Sampel ini terbawa oleh gas inert mengalir melalui
medium tadi, yang mempunyai sifat dapat berinteraksi dengan kompone-komponen dalam
campuran, dan akan menghambat aliran masing-masing komponen. Besarnya hambatan ini
30
bagi masing-masing komponen berbeda-beda, sehingga komponen-komponen keluar dari
kolom tidak bersama-sama akan tetapi satu persatu. Selanjutnya gas yang keluar dari kolom
ini dilewetkan melalui suatu detektor, hambatan tadi disebabkan karena adanya absorpsi atau
partisi oleh medium terhadap masing-masing komponen. Besarnya gaya adsorpsi atau partisi
tersebut, khas bagi masing-masing komponen. Perbedaan absorpsi atau partisi inilah yang
memungkinkan pemisahan dalam kolom tadi. Kompleks bimetal Fe(pyq)[Ni(CN)4].5H2O,
dengan pyq= piridilquinolin, telah berhasil disintesis dari Fe(BF4)2.6H2O dan pyq dengan
TBA2[Ni(CN)4] dalam atmosfer nitrogen. Rendemen senyawa ini adalah 90,73%. Rumus
kimia kompleks tersebut diperoleh dari kadar ion logam dan unsur-unsur pendukungnya,
yaitu persen berat Fe=10,81%, Ni=11,60%, C=39,25%, H=3,33% dan N=16,16%.
Keberadaan air hidrat ditunjukkan oleh termogram TG/DTA. Kompleks ini larut dalam
propanol dan larutannya tidak memberikan daya hantar yang berarti. Larutan kompleks ini
memiliki serapan maksimum pada 497 nm. Serapan tertinggi terjadi pada perbandingan
kompleks Fe(II):Ni(II)=1:2. Spektrum inframerah kompleks tersebut menunjukkan puncak-
puncak yang karakteristik untuk komponen penyusun kompleks. Puncak pada 3441 cm-1
menunjukkan adanya air hidrat. Puncak-puncak pada 2952 cm 1, 1455 cm 1, 1348 cm 1,
1110 cm-l, dan 890 cm-l menunjukkan adanya pyq dan puncak pada 1705 cm-1 menunjukkan
gugus CN sebagai ligan jembatan. Senyawa ini bersifat paramagnetik dengan momen magnet
sebesar 4,3 BM pada temperatur ruang. Kompleks ini kristalinitasnya lebih rendah
dibandingkan dengan Fe(py)2[Ni(CN)4].2H2O yang ditunjukkan dari pola difraksi sinar-X
serbuk.
XVI. Peralatan dan Bahan
19. Seperangkat alat TG/DTA
20. Gas N2
21. Alumina
22. Sampel plastik ,PP,LDPP,PE,LDPE,PE,HDPE
23. Cuter/pisau
24. Pinset
XVII. Cara Kerja
g. Persiapan pengujian
1. Pengkondisian TG/DTA
31
Suhu awal :30o C
Rate : 5o C/ min
Suhu Akhir : 3000 C
2. Persiapan sampel
Ambil sampel dengan pinset iris dengan cuter
3. Analisa sampel
Nyalakan computer
Buka gas
Tekan tombol power TG/DTA , pada sampel info isi nama sampel ,
operator dan tanggal analisis lalu save.
Pada program isi suhu awal , rate dan suhu akhir yang di tuju
Tekan open TG/DTA , amboil sampel pan dengan pinset , bersihkan
kemudian iss dengan alumina , masukan lagi ,klik zero .
Tunggu sampai angka stabil ,tekan open , keluarkan sampel pan , isi
sampel pan dengan sampel platik dengan pinset dan msukan lagi ,
Klik weight ,tunggu stabil untuk menentukan berat awal sampel . klik,
start tunggu analisis selesai sesuai waktu yang di inginkan . print hasil
analisa dan matikan alat
XVIII. Hasil Analisa
Plastic HDPE
Masa awal sebelum di analisa adalah 7,719 mg
no Temperature ( 0C ) Massa( % dari massa awal )
1 30 100 %
2 250 99,102 %
3 300 90 %
4 350 70 %
5 400 23 %
32
Sehingga kita dapat menghitung berat plastic pada masing- masing suhu :
1. 300 C :
100
100 X 7,719mg = 7,719mg
2. 2500C :
99,102
100 X 7,719mg = 7,649mg
3. 3000C :
90
100 X 7,719mg = 6,9471mg
4. 3500C :
70
100 X 7,719mg = 5,043mg
5 4000C :
23
100 x 7,719mg = 1,775mg
Plastic LDPE
Masa awal sebelum di analisa adalah 8,908 mg
no Temperature ( 0C ) Massa( % dari massa awal )
1 30,90 100 %
2 212,83 100,230 %
3 241,56 99,785%
4 257,88 98,074 %
5 295,10 92,698 %
Sehingga kita dapat menghitung berat plastic pada masing- masing suhu :
1. 35,90 0 C :
100
100 X 8,908 mg = 8,908 mg
2. 212,830C :
100,230
100 X 8,908 mg = 8,9284 mg
3. 241,560C :
99,785
100 X 8,908 mg = 8,8889mg
33
4. 257,880C :
98,074
100 X 8,908 mg = 8,736 mg
5 295,100C :
92,698
100 x 8,908 mg = 8,257mg
Plastic botol aqua
Masa awal adalah 12,118 mg
No Temperature ( 0 C ) Massa ( % dari masa awal )
1 33,03 100,034
2 86,81 99,731
3 200,75 99,479
4 254,62 99,960
5 293,65 99,895
Sehingga kita dapat menghitung massa plastic dari masing masing suhu:
1 33,030C :
100,034
100
X 12,118mg = 12,122 mg
2 86,810C :
99,731
100
x
12,118mg = 12,085 mg
3 200,750C :
99,479
100
x
12,118mg = 12,054 mg
4 254,620C :
99,960
100
x
12,118mg = 12,113 mg
34
5 293,650C :
99,895
100
x
12,118mg = 12,105 mg
Sedangkan untuk data yang berupa grafik dapat dilihat pada lampiran berikut.
XIX. PEMBAHASAN
HDPE merupakan jenis plastic yang mempunyai densitas yang tinggi bila
dibandingkan dengan botol aqua. Akan, tetapi kedua plastik ini sama – sama terdiri dari
polyethylene dengan stuktur :
- CH2 – CH2 – CH2 – CH2 –
Karena mempunyai densitas yang berbeda maka spectrum massa yang berbeda. Dari
data diatas dapat dilihat bahwa semakin suhu meningkat maka massa masing – masing plastic
berkurang.
Pada awal praktikum untuk melakukan analisa kita harus memotong biji plastic
tersebut menjadi bagian – bagian yang kecil, pastikan potongan tersebut dapat masuk dalam
pan alumina, sehingga dapat dideteksi oleh TG/DTA.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu maka massa HDPE atau
plastik botol aqua akan semakin berkurang sedangkan ada sesutau hal lain yang kita dapat
cermati pada grafik LDPE pada suhu 212,830
C mengalami pertambahan berat hal
kemungkinan disebabkan oleh pan alumina yang kurang bersih, sebab sebelumnya telah
digunakan untuk pengujian bahan yang lain. Sehingga massa yang seharusnya berkurang jadi
bertambah. Massa HDPE mulai menurun drastis pada suhu 250oC.
Sedangkan pada plastik botol aqua, pada suhu 254,62 oC massa plastik botol aqua
setelah mengalami penurunan bertahap bertambah menjadi 99,960%. tetapi pada suhu
293.650
C masanya menurun Massanya bertambah kemungkinan disebabkan oleh pan
alumina yang kurang bersih, sebab sebelumnya telah digunakan untuk pengujian bahan yang
lain. Sehingga massa yang seharusnya berkurang jadi bertambah. Massa plastik botol aqua
mulai menurun drastis yaitu pada suhu 293,65oC. dan pada grafik microvolt Endo grafik
HDPE Dan LDPE terlihat agak mirip dari struktur grafik hanya saja penurunan dari
microvoltnya yang bebeda pada suhu tertentu sedangkan pada botol aqua grafik selalu
berubah –ubah
XX. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
35
1. TG/DTA adalah alat analisis yang digunakan untuk menganlisis bahan yang
berbentuk padatan dengan menggunakan perubahan suhu untuk mengetahui jenis dan
sifat-sifat bahan yang dianalisa.
2. HDPE merupakan jenis plastic yang mempunyai densitas yang tinggii blia
dibandingkan dengan LDPE
3. Semakin tinggi suhu maka massa HDPE atau LDPE akan semakin berkurang.
XXI. DAFTAR PUSTAKA
R.J.Bannec, The Australian Science Teachers Journal,page 79 – 82.September 1972
Vol.18 no.3.,p.79 – 82.
R.J.Bannec, The Australian Science Teachers Journal,page 79 – 82.September 1972
Vol.18 no.4.,p.79 – 84.
Fessenden, Ralph.J.1997.”Dasar – Dasar Kimia Organik”.Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti Jakarta:Binarupa Aksara.
Fessenden, Joan.S.1997.”Dasar – Dasar Kimia Organik”.Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti Jakarta:Binarupa Aksara.
36
LAPORAN RESMI INSTRUMEN ANALISA
ANALISIS LOGAM Cr DAN Pb PADA LIMBAH
PENYAMAKAN MENGGUNAKAN AAS
DISUSUN OLEH:
I WAYAN SURYAGAMA (08.TBKKP TPL.65)
Dosen Pembimbing :
Drs.Herry Suseno
Asisten Dosen:
Eko Nuraini,A.md
DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN
AKADEMI TEKNOLOGI KULIT
YOGYAKARTA
2009
37
I. JUDUL PRAKTIKUM
ANALISIS LOGAM Cr PADA LIMBAH PENYANAKAN MENGGUNAKAN
AAS
II. Tujuan Praktikum
C. Tujuan Umum
1. Mampu memahami analisa Cr pada limbah dan mampu menerapakanya
pada pengolahan limbahn industri
2. Mampu memahami analisa Pb pada limbah dan mampu menerapakanya
pada pengolahan limbahn industri
D. Tujuan Khusus
10. Dapat membuat larutan standar
11. Dapat melakukan preparasi sampe
12. Menganalisis limbah secara kualitatif dan kuantitatif
l
III. Dasar teori
SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM
Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika menelaah garis-garis
hitam pada spectrum matahari. Sedanngkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom
pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh pada tahun 1955.
Sebelumnya ahli kimia banyak tergantung pada cara-cara spektrofotometrik atau analisis
spektrografik. Beberapa cara ini sulit dan memakan waktu, kemudian digantikan dengan
spektroskopi serapan atom. Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi
rendah.
Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode spektroskopi
emisi konvensional. Pada metode konvensional, emisi tergantung pada sumber eksitasi.
Bila eksitasi dilakukan secara termal, maka ia bergantung pada temperatur sumber. Selain
itu eksitasi termal tidak selalu spesifik, dan eksitasi secara serentak pada berbagai spesies
dalam suatu campuran dapat saja terjadi. Sedangkan dengan nyala, eksitasi unsure-unsur
dengan tingkat eksitasi yang rendah dapat dimungkinkan. Tentu saja perbandingan
banyaknya atom yang tereksitasi terhadap atom yang berada pada tingkat dasar harus
cukup besar, karena metode serapan atom hanya tergantung pada perbandinganini dan
tidak bergantung pada temperatur. Logam-logam yang membentuk campuran kompleks
dapat dianalisis dan selain itu tidak selalu diperlukan sumber energi yang besar.
38
Prinsip AAS
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya
tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Dengan
absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar
dinaikan tingkat energinya ketingkat eksitasi. Keberhasilan analisis ini tergantung pada
proses eksitasi dan memperoleh garis resonansi yang tepat.
Selama pembakaran, elemen atom yang tertarik pada sampel dan direduksi bebas, yang
mana mengabsorbsi cahaya dengan karekteristik panjang gelombang, seperti yang
ditunjukkan pada gambar 1.
karakteristik panjang gelombang setiap elemen adalah spesific dan akurat, yaitu 0,01-
0,1nm. Untuk memberikan panjang gelombang yang spesifik pada setiap elemen, sebuah
lampu balok dengan katoda yang sesuai digunakan, untuk membuat setiap elemen bisa
ditentukan setiap melewati nyala api. Sebuah alat seperti photonmultiplier bisa
mendeteksi jumlah reduksi dari intensitas cahaya ke absorpsi yang digunakan sebagai
analit, dan ini bisa langsung dihubungkan ke jumlah elemen dalanm tiap sampel.
Komponen Alat Pada AAS
39
Alat ini khusus didesain untuk mengoperasikan, dengan sebuah nyala api atau dengan
grafit furnace. Grafit furnace adalah dilengkapi dengan sebuah sampel otomatis.
Alat Absorpsi atom menyala adalah dibagi menjadi 6 bagian penting, yang secara
keseluruhan memiliki 2 fungsi penting:
Membangkitkan sinyal atom
Memproses sinyal atom
Pemproses sinyal adalah sebuah fitur perkembangan yang terintegrasi atau diluar alat.
Bagian-bagian dari instrumen ini seperti ditunjukkan pada gambar berikut:
Sebuah lampu katoda (1), ditunjukkan pada gambar dibawah ini
Dengan sumber lampu yang stabil, yang mana membutuhkan pancaran karakteristik spectrum
dari setiap masing-masing elemen yang ingin ditentukan. Sebuah lampu katoda yang berbeda
dibutuhkan untuk setiap elemen, walaupun ada beberapaa lampu yang bisa digunakan untuk
menetukan 3 atau 4 elemen yang berbeda, jika katoda mengandung semuanya. Setiap waktun
sebuah lampu diganti, penjajaran yang tepat diperlukan agar mendapatkan banyak cahaya
yang memungkinkan melewati nyala api, dimana analite sedang diatomisasi, dan dalam
monochromator.
Sebuah sel atom ditunjukkan pada gambar berikut ini:
40
Sel atom adalah bagian dengan 2 fungsi utama:
Menebulasi sampel cair menjadi mudah menyemprot
Menguraikan analit setiap elemen menjadi gas.
Cara Kerja AAS
Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen berikut :
o Unit atomisasi
o Sumber radiasi
o Sistem pengukur fotometrik
Atomisasi dapat dilakukan dengan baik dengan nyala maupun dengan tungku. Untuk
mengubah unsure metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energi panas.
Temperatur harus benar-benar terkendali dengan sangat hati-hati agar proses
atomisasinya sempurna. Biasanya temperatur dinaikkan secara bertahap, untuk
menguapkan dan sekaligus mendisosiasikan senyawa yang dianalisis. Bila ditinjau dari
sumber radiasi, haruslah bersifat sumber yang kontinyu. Di samping itu sistem dengan
penguraian optis yang sempurna diperlukan untuk memperoleh sumber sinar dengan garis
absorpsi yang semonokromator mungkin.
Seperangkat sumber yang dapat memberikan garis emisi yang tajam dari suatu unsure
yang spesifik tertentu dikenal sebagai lampu pijar hallow cathode. Dengan pemberiaan
tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar, dan atom-atom logam katodenya akan
teruapkan dengan pemercikkan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi
pada panjang gelombang tertentu.
Pemakaian Analitis AAS
41
Teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam anlisis. Ini disebabkan diantaranya oleh
kecepatan analisisnya, ketelitiannya sampai tingkat runut, tdak memerlukan pemisahan
pendahuluan. Kelebihan kedua adalah kemungkinannya untuk menentukan konsentrasi
semua unsure pada konsentrasi runut. Ketiga, sebelum pengukuran tidak selalu
memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu
unsure dengan kehadiran unsure lain dapat dilakukan asalkan katoda berongga yang
diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan sampai 61 logam.
Sensitivitas dan batas deteksi merupakan 2 parameter yang sering digunakan dalam AAS.
Sensitivitas didefinisikan sebagai konsentrasi suatu unsure dalam larutan air (μg/ ml)
yang mengabsorpsi 1 % dari intensitas radiasi yang datang. Sedangkan batasan deteksi
adalah konsentrasi suatu unsure dalam larutan yang memberikan sinyal setara dengtan 2
kali deviasi standar dari suatu seri pengukuran standar yang konsentrasinya mendekati
blangko atau sinyal latar belakang.
SPEKTOSKOPI MASSA
Spektometer massa adalah suatu instrument yang dapat menyeleksi molekul-molekul gas
bermuatan berdasarkan massa atau beratnya. Teknik ini tidak dapat dilakukan dengan
spekstroskopi, akn tetapi nama spektroskopi dipilih disebabkan persamaan nya dengan
pencatat fotografi dan spectrum garis optic. Umumnya spectrum massa diperoleh dengan
mengubah senyawa suatu sample menjadi ion-ion yang bergerak cepat yang dipisahkan
berdasarkan perbandingan massa terhadap muatan.
Proses ionisasi menghasilkan partikel-partikel bermuatan positif, dimana massa
terdistribusi adalah spesifik terhadap senyawa induk. Selain untuk penentuan stuktur
molekul, spektum massa dipakai untuk penentuan analisis kuantitatif.
Jika didapat data IR dan NMR yang cukup lengkap, maka MS ini dapat digunakan untuk
konfirmasi dengan memperhatika bobot molekul dan kemungkinan rumus strukturnya.
Prinsip Spektroskopi Massa
Merupakan suatu instrument yang menghasilkan berkas ion dari suatu zat uji, memilah
ion tersebut menjadi spektum yang sesuai denganperbandingan massa terhadap muatan
dan merekam kelimpahan rewlatif tiap jenis ion yang ada. Umumnya hanya ion positif
yang dipelajari karena ion negative yang dihasilkan dari sumber tumbukan umumnya
sedikit.
42
Analisis Kualitatif
Spektroskopi massa memungkinkan kita menidentifikasi suatu senyawa yang tidak
diketahui, dengan mengkalibrasi terhadap senyawa yang telah diketahui seperti uap
merkuri atau perfloro kerosin.
Rumus molekul suatu senyawa dapat diyentukan puncak ion molekul sudah dikenal tetapi
untuk hal-hal semacam ini diperlukan spektometri beresolusi tinggi. Aturan nitrogen
dapat dimanfaatkan untuk membantu penentuan rumus ini. Lazimnya semua senyawa
organic mempunyai berat molekul genap tidak mengandung nitrogen atau mengandung
sejumlah atom nitrogen yang genap, sedang semua senyawa organic dengan berat
molekul ganjil mengandung jumlah atom nitrogen ganjil. Aturan ini berlaku untuk
senyawa-senyawa kovalen yang mengandung C, H, O, S, dan Halogen. Pola fragmen
dipergunakan untuk mengidentifikasi senyawa, juga memungkinkan terdapat pengenalan
gugus fungsi dentgan melihat puncak-puncak fragmentasi spesifik.
Hukum nitrogen menyatakan bahwa suatu molekul yang berat molekulnya merupakan
bilangan genap maka molekul tersebut harus tidak mengandung nitrogen atau kalau
mengandung nitrogen berjumlah genap, dan molekulnya berbilang ganjil mengandung
nitrogen berjumlah ganjil.
Analisis Kuantitatif
Spectrometer massa dapat digunakan untuk analisis kuantitatif suatu campuran senyawa-
senyawa yang dekat hubungannya. Analisis ini dapat dipergunakan untuk analisis
campuran, baik senyawa organic ataupun anorganik yang bertekanan uap rendah. Karena
pola fragmentasi senyawa campuran adalah aditif sifatnya, suatu senyawa campuran
dapat dianalisis jika berada dalam kondisi yang sama. Persyaratan dasar analisisnya
adalah setiap senyawa harus mempunyai paling tidak 1 puncak yang spesifik, konstribusi
puncak harus aditif dan sensitive harus reproduksible serta adanya senyawa referens yang
sesuai. Dengan spektometer massa beresolusi tinggi, senyawa polimer dengan berat
molekul tinggi juga dapat dianalisis.
Spectrometer massa dapat digunakan untuk analisis runutan organic terutama dengan
menggunakan sumber bunga api listrik, dan ia juga dapat digunakan menganalisis unsur-
unsur runutan dalam paduan atau dalam super konduktor. Tipe bunga api lstrik
mmempunyai sensitivitas tinggi dan dapat menentukan sampai tingkat ppb.
Kekurangan spectrometer massa bunga api listrik adalah ketidakberaturan dari sumber
dan kurang reproduksibel, tetapi kekurangan ini dapat diatasi dengan memakai sistem
43
deteksi fotografi. Analisis kuantitatif instrumen semacam ini didasarkan pada garis-garis
fotografi dengan standat yang sesuai.
Kegunaan Spektroskopi Massa
o Untuk menentukan berat molekul dengan sangat teliti sampai 4 angka dibelakang
desimal.
o Spektoskopi massa dapat digunakan untuk mengetahui rumus molekul tanpa melalui
analisis unsure.
Logam Timbal (Pb)
Timbal (Pb) yang masuk ke lingkungan berasal dari pembuangan limbah industri
yang berkaitan dengan timbal, buangan gas kendaraan bermotor yang menggunakan TEL
(Tetra Etil Lead) dan TML (Tetra Metil Lead) sebagai anti ketuk, yang dicampurkan dalam
bahan bakar, sisa pembakaran batu bara, asap pabrik yang mengolah senyawa alkil timbal
dan timbal oksida serta proses peleburan biji timbal. Kontaminasi timbal juga berasal dari
penggunaan peralatan yang terbuat dari timbal atau alloynya (Palar, 1994).
Timbal dapat masuk ke jaringan tumbuhan melalui permukaan daun dan di atas tanah
serta melalui sistem perakaran. Pada hewan dan manusia timbal dapat masuk melalui
makanan dan minuman yang dikonsumsi serta melalui pernafasan dan penetrasi pada kulit.
Timbal di dalam tubuh dapat menghambat aktifitas enzim-enzim yang terlibat dalam
pembentukan hemoglobin seperti enzim ferrokhelatase yang dapat mengakibatkan anemia.
Timbal juga dapat menyerang susunan syaraf dan mengganggu sistem reproduksi.
Timbal (Pb) mempunyai arti penting dalam dunia kesehatan bukan karena penggunaan
terapinya, melainkan lebih disebabkan karena sifat toksisitasnya. Absorpsi timbal di dalam
tubuh sangat lambat, sehingga terjadi akumulasi dan menjadi dasar keracunan yang progresif.
Keracunan timbal ini menyebabkan kadar timbal yang tinggi dalam aorta, hati, ginjal,
pankreas, paru-paru, tulang, limpa, testis, jantung dan otak. Hal ini diperoleh dari kasus yang
terjadi di Amerika pada 9 kota besar yang pernah diteliti[4]
Logam Kromium (Cr)
Logam kromium murni tidak pernah ditemukan di alam, umumnya berada dalam
bentuk persenyawaan padat atau mineral dengan unsur lain. Kromium adalah logam yang
tahan korosi oleh karena itu banyak digunakan sebagai pelapis elektrolit dan inhibitor korosi
44
dalam campuran baja (alloy). Senyawa kromium dalam bentuk kromat dan dikromat sangat
banyak digunakan oleh industri tekstil, fotografi, pembuatan tinta dan industri zat warna.
Tingkat bilangan oksidasi kromium yang sering dijumpai adalah III dan VI. Cr(III) dalam
larutan asam berupa ion Cr(H2O)63+
, sedangkan dalam larutan yang basa berupa ion
Cr{(OH)5(H2O)}2-
dan CR(OH)63-
Cr(VI) dalam larutan asam (pH lebih kecil dari 6) berupa
ion HCrO4-
dan Cr2OH42-
yang berwarna jingga, sedangkan dalam larutan basa berupa ion
CrO42-
uang berwarna kuning. Pada pH yang rendah (sangat asam) hanya ion Cr2O72-
yang
ada di dalam larutan.
Kromium ditemukan masuk ke lingkungan melalui limbah industri dari lumpur
elektroplating, limbah penyamakan dan pabrik inhibitor korosi. Cr(III) kurang beracun dan
kurang aktif di dalam lingkungan dibanding dengan Cr(VI). Cr(III) yang berada di
lingkungan akan diendapkan di dasar perairan, sedangkan Cr(VI) tetap berada dalam perairan
yang sangat beracun bagi binatang dan tanaman air. Cr(VI) dapat berakibat pembentukan
bisul pada kulit, lubang-lubang kecil pada hidung dan kanker paru-paru(Krull, 1991)
IV. Peralatan dan Bahan
E. Alat yang Dipergunakan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
25. Neraca analitik
26. Kaca Arloji
27. Beker glas
28. Labu takar 250 ml,100 ml, 50 ml
29. Pengaduk kaca
30. Corong
31. Pipet ukur
32. Pipet tetes
33. Erlenmayer
34. Propipet
35. Botol semprot
36. Kertas saring
37. AAS
38. Lampu holow katode lamp Cr
39. Gas acetylin
45
F. Bahan yang Dipergunakan
11. Aquades
12. Larutan standar Cr
13. Asam Nitrat
14. Sampel Limbah yang mengandung Cr
V. Cara Kerja
A.Prosedur Kerja Pada Analisa logam Cr
a. Persiapan Pengujian
1. Pembuatan Larutan baku logam Cr, 1000 ppm(mg/L) (induk)
Menimbang sebanyak 1,413 gram K2Cr2O7(Kalium Dikromat) dengan kaca arloji.
Larutkan dengan larutan pengencer dalam labu takar 250 ml tepatkan sampai
tanda kemudian homogenkan.(sebelum diencerkan ke dalam labu takar diencerkan
dahulu ke dalam gelas beker dan diaduk dengan spatula yang tujuannya untuk
memudahkan dalam pengenceran).
2. Pembuatan Larutan baku logam krom, Cr 100 ppm (mg/L)
Memipet sebanyak 10 ml larutan induk logam krom, Cr 1000 mg/L kedalam labu
ukur 100 ml
Larutkan dengan larutan pengencer dan tera sampai tanda batas,kemudian
homogenkan(dikocok).
3. Pembuatan larutan baku logam krom, Cr 10 mg/L
Memipet sebanyak 25 ml larutan induk logam krom, Cr 100 mg/L kedalam labu
ukur 250 ml.
Larutkan dengan larutan pengencer dan tera sampai tanda batas,kemudian
homogenkan(dikocok).
4. Pembuatan larutan standar logam krom
Memipet sebanyak 2 ml,5 ml,10 ml, 20 ml,30 ml dari larutan baku krom Cr 10
mg/L masing-masing kedalam labu ukur 100 ml.
Encerkan dengan larutan pengencer sampai tanda garis sehingga diperoleh
konsentrasi masing-masing Cr 0,2 mg/l; 0,5mg/l; 1,0 mg/l; 2,0 mg/l; 3,0 mg/l;
5. Pembuatan sampel limbah penyamakan kulit
Kocok sampel uji sampai homegen.
46
Ambil 100 ml dengan pipet gondok, masukkan kedalam beker gelas 100 ml.
Tambahkan 5 ml asam nitrat pekat
Panaskan dengan menggunakan kompor sampai hampir habis atau tinggal
seperempat
Tambahkan aquades 50 ml, masukkan dalam labu ukur 100 ml melalui kertas
saring, tepatkan sampai tanda batas lalu homogenkan.
Pipet 1 ml larutan lalu encerkan sampai 100 ml, homogenkan
Pipet lagi 1 ml larutan lalu encerkan 100 ml lalu homogenkan
Analisis dengan AAS, bila terlalu pekat diencerkan lagi.
6. Pembuatan sampel cromosal B
Timbang 0,1 gram cromosal B dengan kaca arloji
Tuangkan kedalam beker gelas, tambahkan aquadest 50 ml kedalamnya.
Tambahkan NaOH 1N sampai pH 14
Tambahkan Natrium Hipoclorid 5 ml dengan pipet volume.
Tambahkan perhidrol 10 ml, panaskan sampai endapan hilang
Tambahkan HNO3 hingga timbul endapan.
Panaskan pelan – pelan hingga warna berubah menjadi kuning
Tuangkan kedalam labu takar 100 ml, tepatkan sampai tanda, homogenkan
Memipet 1 ml dengan pipet volume lalu encerkan sampai 100 ml dengan labu
takar 100 ml.
Memipet 1 ml lagi dan encerkan menjadi 100 ml lalu homogenkan.
Analisis dengan AAS
8. Prosedur Kerja analisa Cr dan Pb dalam limbah
Siapkan bahan-bahan yang akan digunakan dan urutkan sesuai dengan urutan
konsentrasinya.
Hidupkan AAS dengan menggunakan lampu holoe catode Cr untuk menganalisis
krom.
Lakukan analisa dimulai dari larutan standar konsentrasi rendah sampai yang
paling tinggi kemudian dilanjutkan dengan larutan sampel.
B. Prosedur Kerja Pada Analisa logam Pb
1. Prosedur kerja pembuatan larutan standar Pb 1000 ppm
Menimbang 0,399 gram Pb(NO3)2 dengan kaca arloji larutkan dalam gelas beker
100 ml dengan larutan pengencer
47
Tuang dalam labu takar 250 ml, bilas gelas beker sampai bersih, tuang dalam labu
takar Tambahkan larutan pengencer dalam labu takar sampai tanda, homogenkan.
2. Prosedur kerja pembuatan larutan standar Pb 100 ppm
Pipet 10 ml larutan standar Pb 1000 ppm dengan pipet gondok
Tuang dalam labu takar 100 ml
Tambahkan larutan pengencer sampai tanda, homogenkan.
3. Prosedur kerja pembuatan larutan standar Pb 10 ppm
Pipet 25 ml larutan standar 100 ppm dengan pipet gondok
Tuang dalam labu takar 250 ml
Tambahkan larutan pengencer sampai tanda, homogenkan.
4. Prosedur kerja pembuatan larutan standar Pb
Pipet 5 ; 10 ;15; 20 ml larutan standar Pb 10 ppm
Masing-masing tuang kedalam labu takar 100 ml
Tambahkan masing – masing larutan pengencer sampai tepat lalu
homogenkan.(konsentrasi yang diperoleh yaitu 0,5 ppm, 1 ppm, 1,5 ppm, 2 ppm.
5. Pembuatan larutan pengencer
Aquades ditambah asam nitrat pekat sampai pH 2.
6. Prosedur kerja pembuatan preparasi sampel
Kocok sampel limbah sampai homogen
Pipet 100 ml sampel dengan pipet volume
Tuang dalam gelas beker tambahkan asam nitrat pekat.
Panaskan dalam kompor kira-kira volumenya tinggal 10-20 ml
Tambahkan aquades sebanyak 50 ml
Saring dengan kertas saring whatman dalam labu takar 100 ml dan tepatkan
sampai tanda
Ambil 1 ml encerkan 100 ml dalam labu takar.
Analisis dalam AAS.
G. Prosedur Kerja Penggunaan AAS
a. Tancapkan saklar
b. Putar kompresor searah silang (warna kuning)
c. Buka tabung gas acetylene (tongkat besi putar kekanan)
d. Tekan tombol power
e. Lihat layar monitor keluar start up
Klik detail
48
Flame (Mahasiswa pilih flame)
Klik detail
Klik diagnostic (interlock harus hijau semua, bila merah cek semua)
Klik OK
f. Keluar menu (pilih lampu yang mau dipakai, pasang)
g. Tekan install lamp
OK
Tekan lampu yang dipilih, misal Cr atau Pb
OK
Element
Pilih lampu
Klik OK
Keluar kalimat : lamps installed
Peaking turent (biarkan agak lama agar energinya optimal)
h. Tekan parameter
Integration time
Replicated } isi dengan cara memilih
Read delay
i. Tekan kalibarasi
Calibrtion :
Unit : mg/l
Standart consentrasi : 1. 2. 3.
Klik tools
j. Tekan save method
49
Method name :
Description :
Klik OK :
k. Tekan flame
Bleed gasses
ON/OFF, tekan ON
Tekan oxidant yang dipilih
Print tekan ON
l. Tekan analisa
Analisa blanko
Analisa standar
Analisa sample (tunggu sampai warna hijau hilang)
m. Klik tools
n. Klik print result.
o. Untuk grafik
Klik display kalibrasi
Klik print
Klik OK
p. Matikan
Tekan flame
Tekan oxidant
Pilih : Air yang dipilih udara
: Nitrous
Tekan OFF
Matikan Acetylen
50
Matikan nitrous
Udara tutup (kompresor kuning)
Bleed gases
q. Lampu
r. Tekan install lamp
s. Tekan lampu yang mau dimatikan
t. OK
u. Matikan power
VI. Hasil Analisa
Data Larutan Standar (K2Cr2O7) dan {Pb(NO3)2} Dalam Percobaan Analisa Cr dan Pb
M K2Cr2O7 : 1,413 gram
N K2Cr2O7 : 1000 mgr/L
V K2Cr2O7 : 250 ml
M {Pb(NO3)2} : 0,399 gram
V {Pb(NO3)2} : 250 ml.
N {Pb(NO3)2} : 1000 mg/L
Perhitungan volume larutan standar K2CrO7 dan {Pb(NO3)2}dengan menggunakan
rumus:
V1 . C1 = V2 . C2
Menurunkan konsentrasi larutan standar dari 1000 menjadi 100 ppm
Diket : C1 = 1000 ppm
V2 = 100
C2 = 100 ppm
Ditanya : V1 = ...........?
51
Jawab :
V1 . 1000 = 100 . 100
V1 = 10.000
1000
V1 = 10 ml
Menurunkan konsentrasi larutan standar dari 100 ppm menjadi 10 ppm
Diket : C1 = 100 ppm
V2 = 250
C2 = 10 ppm
Ditanya : V1 = ...........?
Jawab :
V1 . 100 = 250. 10
V1 = 2.500
100
V1 = 25 ml
Menurunkan konsentrasi larutan standar dari 10 menjadi 0,2 ppm
Diket : C1 = 10 ppm
V2 = 100 ml
C2 = 0,2ppm
Ditanya : V1 = ...........?
Jawab :
V1 . 10 = 100 . 0,2
52
V1 = 20
10
V1 = 2 ml
Menurunkan konsentrasi larutan standar dari 10 menjadi 0,5 ppm
Diket : C1 = 10 ppm
V2 = 100 ml
C2 = 0,5 ppm
Ditanya : V1 = ...........?
V1 . 10 = 100 . 0,5
V1 = 50
10
V1 = 5 ml
Menurunkan konsentrasi larutan standar dari 10 menjadi 1 ppm
Diket : C1 = 10 ppm
V2 = 100 ml
C2 = 1 ppm
Ditanya : V1 = ...........?
V1 . 10 = 100 . 1
V1 = 100
10
V1 = 10 ml
Menurunkan konsentrasi larutan standar dari 10 menjadi 2 ppm
Diket : C1 = 10 ppm
53
V2 = 100 ml
C2 = 2 ppm
Ditanya : V1 = ...........?
Jawab :
V1 . 10 = 100 . 2
V1 = 200
10
V1 = 20 ml
Menurunkan konsentrasi larutan standar dari 10 menjadi 3 ppm
Diket : C1 = 10 ppm
V2 = 100 ml
C2 = 3 ppm
Ditanya : V1 = ...........?
V1 . 10 = 100 . 3
V1 = 300
10
V1 = 30 ml
Menurunkan konsentrasi larutan standar dari 10 menjadi 4 ppm
Diket : C1 = 10 ppm
V2 = 100 ml
C2 = 4 ppm
Ditanya : V1 = ...........?
V1 . 10 = 100 . 4
54
V1 = 400
10
V1 = 40 ml
Menurunkan konsentrasi larutan standar dari 10 menjadi 5 ppm
Diket : C1 = 10 ppm
V2 = 100 ml
C2 = 5 ppm
Ditanya : V1 = ...........?
Jawab :
V1 . 10 = 100 . 5
V1 = 500
10
V1 = 50 ml
Kosentrasi Cr dalam sampel ( limbah yang diambil )
Diketahui :
Konsentrasi yang terbaca : 0,501 ppm
Faktor pengenceran : 100/1 x 100/1 = 10.000
mL sampel : 100 mL
Ditanya :
Konsentrasi dan kadar Cr dalam limbah?
Jawab :
55
Konsentrasi = sampel mL
ml 100 x fp x terbacayang ikonsentras
= ml 100
ml 100 x 10.000 x ppm 0,501
= 5010 ppm
Kadar Cr dalam limbah = 100% x 000.10
ppm 5010
= 0,501 x 100%
= 50,1 %
Kadar Cr dalam kromosal B
Diketahui :
Konsentrasi yang terbaca : 0,383 ppm
Faktor pengenceran (fp) : 100/1 x 100/1 = 10.000
mL sampel : 100 mL
Ditanya :
Konsentrasi dan kadar Cr dalam kromosal B?
Jawab :
Konsentrasi = sampel mL
ml 100 x fp x terbacayang ikonsentras
= ml 100
ml 100 x 10.000 x ppm 0,383
= 3830 ppm
Kadar Cr dalam kromosal B = 100% x 10000
ppm 3830
56
= 0,383 x 100%
= 38,3 %
Konsentrasi Pb dalam sampel ( limbah yang diambil )
Diketahui :
Konsentrasi yang terbaca : 0,171 ppm
Faktor pengenceran : 100/1 x 100/1 = 10000
mL sampel : 100 mL
Ditanya :
Kosentrasi dan kadar Pb dalam limbah?
Jawab :
Konsentrasi = sampel mL
ml 100 x fp x terbacayang ikonsentras
= ml 100
ml 100 x 10.000 x ppm 0,171
= 1710 ppm
Kadar Pb dalam limbah = 100% x 10000
ppm 1710
= 0,171 x 100%
= 17,1 %
Grafik dapat dilihat pada lampiran
. VII.Pembahasan
Dalam praktikum analisa Cr dan Pb pada limbah indutsri kulit yang telah
dilaksanakan didapat hasil bahwa dalam limbah yang dijadikan sampel positif mengandung
logam Cr dan Pb hal ini ditunjukkan dengan terdeteksi oleh alat analisis AAS (Atomic
57
Absorption Spectrometer) dengan mengunakan lampu holoe catode Cr dan lampu holoe
catode Pb dengan hasil untuk Cr koefesien korelasinya adalah sebesar 0,995004 dan untuk Pb
koefesien korelasinya adalah sebesar 0,999518. Koefisien kolerasi ini akan meningkat jika
pembuatan larutan standar dilakukan secara teliti. Dalam pembuatan larutan standar hal – hal
yang harus diperhatikan adalah :
1. pada saat mengambil larutan dengan pipet harus benar – benar tepat pada garis
batas
2. pada saat melakukan pengenceran aquades yang ditambahkan harus benar –
benar tepat sampai garis batas
3. penimbangan awal dari suatu zat harus benar – benar teliti
Jika hal-hal tersebut dapat dipenuhi, maka hasil untuk Cr dan Pb koefisien korelasinya
akan lebih baik. Dengan menggunakan AAS dapat diperoleh data-data konsentrasi masing-
masing sampel, sehingga dengan data tersebut bisa dilakukan perhitungan untuk mengetahui
konsentrasi dan kadar Cr dan Pb yang terkandung pada limbah dan kromosal B.
Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa kosaentrasi Cr dalam limbah adalah 5010
ppm sehingga kadar dalam sempel dilihat 50,1 % . Jadi dalam satu liter limbah terdapat
5010 mg Cr. Sedangkan untuk kosentrasi Pb dalam limbah diperoleh 1710 ppm, dengan kata
lain kadar Pb adalah 17,1 %. Jadi dalam 1 liter limbah terdapat Pb sebanyak 1710 mg Pb.
Kekurangan dari penggunaan AAS (Atomic Absorption Spectrometer) adalah AAS hanya
bisa digunakan untuk menganalisa zat yang berbentuk cairan atau larutan, terutama larutan
yang memiliki konsentrasi kecil. Jadi dalam penggunaan AAS larutan yang akan dianalisa
harus terlebih dahulu diencerkan menjadi konsentrasi rendah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode emisi atom adalah:
Derajat eksitasi termis tergantung kepada energi dari sumber yang mengeksitasi (nyala,
arc atau spark), ini berarti jumlah atom-atom yang teroksitasi akan bergantung kepada
temperatur sumber.
Eksitasi termis tidak sfesifik, didalam campuran unsur-unsur yang konfleks,
kemungkinan atom-atom yang ada didalam larutan tersebut tereksitasi pada temperatur
yang digunakan.
58
Hanya unsur-unsur dengan tingkat energi tereksitasi yang rendah saja akan tereksitasi
oleh sumber eksitasi nyala. Untuk mengeksitasikan unsur lainya diperlukan sumber yang
energinya lebih tinggi.
VIII.Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang kami lakukan, kami mendapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
1. AAS (Atomic Absorption Spectrometer) adalah alat untuk mengetahui kandungan
suatu larutan, terutama logam, baik secara kualitatif maupun kuntitatif.
2. Praktikum analisa kadar Pb dan Cr dilalukan dengan mengencerkan larutan
standar {Pb(NO3)2} dan K2Cr2O7 1000 ppm, menjadi konsentrasi 0,2; 0,5; 1; 2; 3;
4; dan 5.
3. Dalam analisa menggunakan metode atomic absorption spectrometer didasarkan
pada atom-atom dalam keadaan dasar, sehingga relatif tak bergantung kepada
temperatur.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralph.J.1997.”Dasar – Dasar Kimia Organik”.Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti Jakarta:Binarupa Aksara.
Fessenden, Joan.S.1997.”Dasar – Dasar Kimia Organik”.Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti Jakarta:Binarupa Aksara.
Sastrohamidjojo,Dr.Hardjono.2007.”Spektroskopi”.Yogyakarta:Liberti Yogyakarta
59
LAPORAN RESMI INSTRUMEN ANALISA
KROMATOGRAFI KERTAS /TLC
DISUSUN OLEH:
I WAYAN SURYAGAMA (08.TBKKP TPL.65)
Dosen Pembimbing :
Drs.Herry Suseno
Asisten Dosen:
Eko Nuraini,A.md
DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN
AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTA
2009
60
XXII. JUDUL PRAKTIKUM
KROMATOGRAFI KERTAS
XXIII. Tujuan Praktikum
E. Tujuan Umum
Mampu memahami analisa Cr pada limbah dan mampu menerapakanya pada
pengolahan limbahn industri
F. Tujuan Khusus
13. Dapat membuat larutan standar
14. Dapat melakukan preparasi sampe
15. Menganalisis limbah secar kualitatif dan kuantitatif
XXIV. Dasar teori
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu . pada
dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu satu fase tetap dan yang satu
fase bergerak pemisahan tergantung pada gerakan aktif dari 2 fase ini. Cara – cara
kromatografi dapat di golongkan sesuai dengan sifat –sifat dari fasa tetap , yang dapat berupa
zat padat atau zat cair . Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai
kromatografi serapan dan jika zat cair dikenal dengan sebagai kromatografi kertas.
Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi
komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang
sama. Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang
didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase
diam dan membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Karena fasa
bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat sitem kromatografi yaitu
1. Fasa bergerak cair- fasa tetap padat
Dikenal sebagai kromatografi serapan yang meliputi
a. Kromatografi lapisan tipis
b. Kromatografi penukar ion
2. Fasa bergerak gas – fasa tetap padat
a. Kromatografi gas padat
3. Fasa bergerak cair – fasa tetap cair
Dikenal dengan kromatografi partisi
a. Kromatografi kertas
61
4. Fasa bergerak gas – fasa tetap cair
a. Kromatografi gas – cair
b. Kromatografi kolom kapiler
Semua pemisahan dengan kromatografi tergantung pada kenyataan bahwa senyawa- senyawa
yang dipisahkan terdistribusi sendiri diantara fasa –fasa Dalam kromatografi kertas, fase
diam adalah kertas serap yang sangat seragam. Fase gerak adalah pelarut atau campuran
pelarutyangsesuai.
Kromatografi kertas
Kromatografi dipandang sebagai perkembangan dari sitem partisi . salah satu zat padat dapt
digunakan untuk menyokong fasa tetap yaitu bubuj selulosa
Mula- mula telah dilakukan pemisahan asam amino dan peptide – peptide yang
merupakan hasil hidrolisa protein wol dengan suatu cara dimana kolom yang berisi bubuk
diganti dengan lembaran kertas dan kemudian diletakan dalam bejana tertutup yang berisi uap
jenuh larutan . hal ini merupakan sitem partisi dimana fasa tetap adalah air . disokong
molekul selulosa dari kertas dan fasa bergerak biasanya merupakan campuran dari satuatau
lebih pelarut organik dan air
Kita telah menggunakan kromatografi kertas sebagai salah satu hal pertama yang pernah kita
kerjakan dalam bidang kimia untuk pemisahan, misalnya campuran dari pewarna-pewarna
yang menyusun warna tinta tertentu. Ini merupakan contoh yang mudah,.
.Beberapa pewarna larut dalam jumlah yang minimum dalam pelarut yang sesuai, dan itu
juga di teteskan pada garis yang sama. Dalam gambar, pena ditandai 1, 2 dan 3 serta tinta
pada pesan ditandai sebagai M.
Kertas digantungkan pada wadah yang berisi lapisan tipis pelarut atau campuran pelarut yang
sesuai didalamnya. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada dibawah garis pada bercak
diatasnya. Gambar berikutnya tidak menunjukkan terperinci bagaimana kertas di gantungkan
karena terlalu banyak kemungkinan untuk mengerjakannnya dan dapat mengacaukan gambar.
Kadang-kadang kertas hanya digulungkan secara bebas pada silinder dan diikatkan dengan
62
klip kertas pada bagian atas dan bawah. Silinder kemudian ditempatkan dengan posisi berdiri
pada bawah wadah. Alasan untuk menutup wadah adalah untuk meyakinkan bahwa
astmosfer dalam gelas kimia terjenuhkan denga uap pelarut. Penjenuhan udara dalam gelas
kimia dengan uap menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut
pada kertas.
Karena pelarut bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen yang berbeda dari
campuran tinta akan bergerak pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan
pada perbedaan bercak warna.
Gambar menunjukkan apa yang tampak setelah pelarut telah bergerak hampir seluruhnya ke
atas.
Dengan sangat mudah dijelaskan melihat dari kromatogram akhir dari pena yang ditulis pada
pesan yang mengandung pewarna yang sama dengan pena
Nilai Rf
Beberapa senyawa dalam campuran bergerak sejauh dengan jarak yang ditempuh pelarut;
beberapa laiinya tetap lebih dekat pada garis dasar. Jarak tempuh relative pada pelarut adalah
konstan untuk senyawa tertentu sepanjang anda menjaga segala sesuatunya tetap sama,
63
misalnya jenis kertas dan komposisi pelarut yang tepat.. Jarak relative pada pelarut disebut
sebagai nilai Rf. Untuk setiap senyawa berlaku rumus sebagai berikut:
Rf=jarak yang ditempuh oleh senyawa
jarak yang ditempuh oleh pelarut
Kromatografi kertas dua arah
Kromatografi kertas dua arah dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah pemisahan
substansi yang memiliki nilai Rf yang sangat serupa. Waktu ini kromatogram dibuat dari
bercak tunggal dari campuran yang ditempatkan kedepan dari garis dasar. Kromatogram
ditempatkan dalam sebuah pelarut sebelum dan sesudah sampai pelarut mendekati bagian
atas kertas.Dalam gambar, posisi pelarut ditandai dengan pinsil sebelum kertas kering. Posisi
ini ditandai sebagai SF1 yaitu pelarut depan untuk pelarut pertama. Kita akan menggunakan
dua pelarut yang berbeda
Jika kita melihatnya lebih dekat, anda kita melihat bahwa bercak pusat besar dalam
kromatogram sebagian biru dan sebagian hijau. Dua pewarna dalam campuran memiliki nilai
Rf yang hampir sama. Tentunya, nilai-nilai ini bisa saja sama, keduanya memiliki warna yang
sama; dalam hal ini anda tidak dapat mengatakan bahwa ada satu atau lebih pewarna dalam
dalam bercak itu. Rf dalam pelarut kedua sama halnya dengan pelarut yang pertama, dengan
demikian bercak-bercak akan bergerak dengan jumlah yang berbeda.
64
Gambar berikutnya menunjukkan apa yang mungkin terjadi pada berbagai bercak pada
kromatogram awal. Posisi pelarut kedua juga ditandai.
; Bercak-bercak telah bergerak! Kromatogram akhir akan tampak seperti ini:
Kromatografi dua arah secara seluruhnya terpisah dari campuran menjadi empat bercak yang
berbeda.
Cara kerja kromatografi kertas
.Struktur dasar kertas
Kertas dibuat dari serat selulosa. Selulosa merupakan polimer dari gula sederhana, yaitu
glukosa.
Kompleksitas timbul karena serat-serat selulosa beratraksi dengan uap air dari atmosfer
sebagaimana halnya air yang timbul pada saat pembuatan kertas
Pelarut
1. Pelarut non polar
Molekul-molekul polar da;am campuran akan memiliki sedikit atraksi untuk molekul-
65
molekul air dan molekul-molekul yang melekat pada selulosa, dan karena akan
menghabisakan banyak waktunya untuk larut dalam pelarut yang bergerak. Molekul-molekul
seperti ini akan bergerak sepanjang kertas diangkut oleh pelarut. Mereka akan memiliki nilai
Rf yang relatif tinggi.Dengan kata lain, molekul-molekul polar akan memiliki atraksi yang
tinggi untuk molekul-molekul air dan kurang untuk pelarut yang non polar. Dan karenanya,
cenderung untuk larut dalam lapisan tipis air sekitar serat lebih besar daripada pelarut yang
bergerak.
2. Air dan pelarut polar lainnya
Jika air bertindak sebagai fase gerak selayaknya menjadi fase diam, akan terdapat
perbedaan mekanisme pada mekanisme kerja dan harus setimbang untuk pelarut-pelarut polar
seperti alkohol, misalnya. Partisi hanya dapat terjadi antara pelarut yang tidak bercampur satu
dengan lainnya. Pelarut-pelarut polar seperti alkohol rendah bercampur dengan bergerak dan
tetap dalam perbandingan yang sangat berbeda dari satu senyawa terhadap senyawa yang lain
Hal – hal yan perlu diperhatikan dalam melakukan pemisahan dengan kromatografi kertas
a. Metode
b. Macam dari kertas
c. Pemilihan dan pembuatan pelarut
d. Ksetimbangan dalm bejana yang dipilih
e. Pembuatan cuplikan
f. Waktu pengembangan
g. Metode diteksi dan identifikasi
Tenik Kromatografi
a. Metode penurunan yaitu dengan pelarut diatas ditaruh dalam gelas dan kertas
digantung
b. Metde penaikan pelarut diletakan dibagian bawah dari bejana dan kertas
dicelupkan diatasnya
c. Metode mendatar kertas berbrentuk bulat ditengahnya diberi lubang sebagai tempat
untuk meeletakan sumbu yang terbuat baik dari gulung kertsa atau dari benang
dimana melalui ini pelaruta bisa naik yang kemudian membasahi kertas unytuk
kemudian mengembang melingkar membawa senyawa yang dipisahlan
66
XXV. Peralatan dan Bahan
H. Alat yang Dipergunakan
Adapun alat-alilakukan at yang digunakan pada praktikum ini adalah
40. Neraca analitik
41. Kaca Arloji
42. Beker glas
43. Labu takar 250 ml,100 ml, 50 ml
44. Pengaduk kaca
45. Corong
46. Pipet ukur
47. Pipet tetes
48. Erlenmayer
49. Propipet
50. Botol semprot
51. Kertas saring
52. AAS
53. Lampu holow katode lamp Cr
54. Gas acetylin
I. Bahan yang Dipergunakan
15. Aquades
16. Larutan standar Cr
17. Asam Nitrat
18. Sampel Limbah yang mengandung Cr
XXVI. Cara Kerja
a. Pembuatan larutan pengencer
Aquades ditambah asam nitrat pekat sampai pH 2
b. Persiapan pengujian
67
1. Pembuatan larutan baku logam Cr 1000 ppm ( induk )
Timbang 1,413 gram K2Cr2O7 dengan kasca arloji , larutkan dengan
pengencer dalam labu takar 250 ml tepatkan sampai tanda lalu
homogenkan
2. Pembuatan larutan baku logam krom Cr 100 ppm
a. Pipet 10 ml larutan induk logam krom , masukan dalam labu takar
100 ml
b. Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda , dan homogen
3. Pembuatan larutan baku logam krom Cr 10 ppm
c. Pipet 25 ml larutan baku logam krom Cr 100 ppm , masukan dalam
labu takar 250 ml
d. Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda , dan homogen
4. Pembuatan larutan standar logam krom Cr
i. Pipet 0ml,2 ml, 5 ml, 10 ml, 20 ml, 30 ml larutan baku logam krom
, 10 ppm masukan masing –masing dalam labu takar 100 ml
ii. Tambahkan masing dengan larutan pengencer sampai tanda batas
sehinga diperoleh konsentrasi logam Cr 0,0 ppm,0,2 ppm,0,5 ppm,
1,0 ppm, 2,0 ppm,2,0 ppm , 3,0 ppm
c. Persiapan pengujian
1. Kocok sa mpel limbah sampai homogen. Ambil 50 ml dengan pipet
gondok . masukan dalam beker glas
2. Tambahkan 5 ml asam nitrat Pekat
3. Panaskan dengan pemanas sampai hamper abis
4. Diginkan dan masukan kedalama labu ukur 100 ml dan tepatkan dengan
penambahan aquades
5. Ambiil 1 ml sampel dan masukan ke dalam labu ukur 50 ml tepatkan dan
homogenkan
6. Analisa dengan AAS
68
XXVII. Hasil Analisa
HASIL PENGAMATAN
TABEL PENGAMATAN
No Pelarut yang
digunakan
Sampel yang digunakan Pengamatan
1 Alkohol 50% Sampel cat A Warna sama seperti semula yaitu
merah muda atau tidak ada warna
sampingan/warna lain dan warna
mengumpul diatas semua dan
waktu yang dibutuhkan 26:50:09
Sampel cat B Warna sama seperti semula yaitu
merah muda atau tidak ada warna
sampingan/warna lain dan warna
mengumpul diatas semua dan
waktu yang dibutuhkan 28:16:61
Dyestuff Warna sama seperti semula yaitu
merah muda atau tidak ada warna
sampingan/warna lain dan warna
mengumpul diatas semua dan
waktu yang dibutuhkan 22:26:71
2 Alkohol 75% Sampel cat A Warna sama seperti semula yaitu
merah muda atau tidak ada warna
sampingan/warna lain dan warna
mengumpul diatas semua tapi agak
memanjang sedikit dan waktu
yang dibutuhkan 35:15 :22
69
Sampel cat B
Warna sama seperti semula yaitu
merah muda atau tidak ada warna
sampingan/warna lain dan warna
mengumpul diatas semua tapi agak
memanjang sedikit dan waktu
yang dibutuhkan 01: 12:08:69
Dyestuff Warna sama seperti semula yaitu
merah muda atau tidak ada warna
sampingan/warna lain dan warna
mengumpul diatas semua dan
waktu yang dibutuhkan 36:45:24
3 Alkohol 95% Sampel A Warna sama seperti semula yaitu
merah muda atau tidak ada warna
sampingan/warna lain dan warna
mengumpul memanjang dan waktu
yang dibutuhkan 26::51:94
Sampel B Warna sama seperti semula yaitu
merah muda atau tidak ada warna
sampingan/warna lain dan warna
mengumpul memanjang dan waktu
yang dibutuhkan 28:12:09
Dyestuff Warna sama seperti semula yaitu
merah muda atau tidak ada warna
sampingan/warna lain dan warna
mengumpul diatas semua dan
waktu yang dibutuhkan 44:44:67
70
E. PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini dilakukan pemisahan senyawa secara sederhana dengan
kertas kertas Silika atau kertas kromatografi yang disebut ”analisa kapiler”.
Pelarut bergerak melalui serat-serat dari kertas oleh gaya kapiler dan menggerakan
komponen-komponen dari campuran cuplikan pada perbedaan jarak dalam arah aliran
pelarut. Bila daerah-daerah dari noda yang terpisah telah dideteksi, dalam keadaan ideal maka
tiap-tiap komponen memberikan warna dan karakteristik bila diberi pereaksi. Penambahan
pereaksi dengan pereaksi akan menyebabkan perubahan-perubahan warna yang karakteristik
terhadap beberapa noda dan lenyapnya yang lain.
Penggunaan pelarut dari senyawa organik yang polar akan lebih mudah larut dalam air
daripada zat-zat cair organik. Penambahan air terhadap pelarut akan menyebabkan senyawa-
senyawa tersebut untuk bergerak.
Pada praktikum, kami menggunakan bahan yaitu cat dasar untuk kulit dalam hasil
pengamatan kami gunakan 3 pelarut untuk perbandingan yaitu menggunakan alkohol 50%,
75% dan 95%. Pelarut – pelarut dengan konsentrasi yang berbeda memiliki kecepatan
penyerapan yang bebeda pula atau daya kapilaritas yang berbeda . Pada saat pengamatan dari
sampel cat dasar atu dyeing itu sendiri terdapat 3 macam jenis yaitu jenis A dan jenis B dan
deystuff. Dari data hasil pengamatan maka pelarut yang paling cepat untuk melakukan
penyerapan pada sampel cat dasar jenis A yaitu alkohol 50% sedangkan pelarut yang paling
lambat yaitu alkohol 75%. Dapat juga dianalisis bahwa pada sampel cat dasar A hanya
mengandung 1 jenis senyawa.
Dan pada sampel B dapat kita cermati Dari data hasil pengamatan maka pelarut yang
paling cepat untuk melakukan penyerapan pada sampel cat dasar jenis B yaitu alkohol 95%
sedangkan pelarut yang paling lambat yaitu alkohol 75%. Dapat juga dianalisis bahwa pada
sampel cat dasar B hanya mengandung 1 jenis senyawa.sedangkan pada sampel dyestuff
dapat kita cermati bahwa pelarut yang paling cepat untuk melakukan penyerapan pada
sampel dyestuff yaitu alkohol 50 % sedangkan pelarut yang paling lambat yaitu alkohol
95%.
71
Pada kromatografi lapis tipis atau yang biasanya juga disebut dengan TLC cara
pembuatannya dengan menggunakan silika gel yang dibuat seperti halnya bubur yang dituang
ke dalam plat kaca. Sebaiknya dalam pembuatan bubur silika jangan terlalu encer karena
kalau terlalu encer dapat berjatuhan bubur silikanya. Dan jugua dapat menggunakan amilum
atau kanji sebagai pelengket yang dilarutkan dengan menggunakan pelarut aseton agar mudah
menguap.
Pada saat mengam,ati kita dapat menggunakan sinar UV atau yang disebut dengan sinar
ultraviolet. Sinar ini mempunyai energi yang tinggi dan apabila terkena mata bisa
menyebabkan kerusakan pada mata.
F. KESIMPULAN
Dari data-data diatas kami praktikan dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
Pelarut alkohol 50% lmempunyai daya serap yang lebih cepat apabila dibandingkan
dengan alkohol 75% dan 95%. Karena dapat ditinjau dari sifat kepolarannya.
Pada analisa sampel cat dasar baik jenis A maupun jnis B hanya menhasilkan 1
senyawa saja dengan indikator hanya terdapat 1 jenis warna pada kertas kromatografi.
Kertas silika memenuhi sistem kapilaritas dimana disebabkan oleh terjadinya sistem
kapilaritas yaitu adanya perpindahan titik tinta dari bawah keatas tanpa memanjang.
DAFTAR PUSTAKA
R.Stock and C.B.F.Rice.”Chromatographic methods”2nd
edition,1967.Chapman and
Hall Ltd., and Science Paper backs.
R.J.Bannec, The Australian Science Teachers Journal,page 79 – 82.September 1972
Vol.18 no.3.,p.79 – 82.
R.J.Bannec, The Australian Science Teachers Journal,page 79 – 82.September 1972
Vol.18 no.4.,p.79 – 84.
H.M.Mc Nair and E.J.Bonelli.”Basic Gas Cromatography”Varian aerograph.1969
72
Yogyakarta, 29 juni 2009
Praktikan
I Wayan Suryagama
08.TBKKP.TPL.65
Mengetahui,
Asisten Pembimbing
Eko Nuraeni,A.Md
Dosen Pembimbing
Drs.Herry Suseno
73