1 [ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009 LAPORAN PRAKTIKUM I ANALISA KULIT BOX DARI KULIT KAMBING A. TUJUAN 1. Memahami dan mengerti tentang persiapan dan pembuatan contoh uji untuk pengujian kimiawi. 2. Untuk mengetahui sifat organoleptis dari kulit box yang diuji. 3. Untuk mengetahui kadar air yang terkandung dalam kulit box. 4. Untuk mengetahui kadar garam organik dalam kulit box. 5. Untuk mengetahui kadar krom oksida (Cr 2 O 3 ) dalam kulit box. 6. Untuk memahami dan mengerti tentang analisa derajat pH dalam kulit box 7. Memahami dan mengerti tentang analisa kadar minyak/lemak dalam kulit box. B. DASAR TEORI Kulit jadi ( tersamak ) berasal dari kulit mentah yang sebelumnya telah diawetkan lalu diolah melalui proses yang bertahap mulai dari proses Soaking (perendaman) sampai proses Finishing ( penyalesaian). Dimana kesemua proses tersebut pada akhirnya memberikan karakter tertentu pada kulit jadinya yang disesuaikan dengan tujuan peruntukakannya dengan cara penambahan bahan – bahan tertentu pada saat proses.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
LAPORAN PRAKTIKUM I
ANALISA KULIT BOX DARI KULIT KAMBING
A. TUJUAN
1. Memahami dan mengerti tentang persiapan dan pembuatan contoh uji untuk pengujian
kimiawi.
2. Untuk mengetahui sifat organoleptis dari kulit box yang diuji.
3. Untuk mengetahui kadar air yang terkandung dalam kulit box.
4. Untuk mengetahui kadar garam organik dalam kulit box.
5. Untuk mengetahui kadar krom oksida (Cr2O3) dalam kulit box.
6. Untuk memahami dan mengerti tentang analisa derajat pH dalam kulit box
7. Memahami dan mengerti tentang analisa kadar minyak/lemak dalam kulit box.
B. DASAR TEORI
Kulit jadi ( tersamak ) berasal dari kulit mentah yang sebelumnya telah diawetkan
lalu diolah melalui proses yang bertahap mulai dari proses Soaking (perendaman) sampai
proses Finishing ( penyalesaian). Dimana kesemua proses tersebut pada akhirnya
memberikan karakter tertentu pada kulit jadinya yang disesuaikan dengan tujuan
peruntukakannya dengan cara penambahan bahan – bahan tertentu pada saat proses.
Pada akhirnya kulit jadi akan dijual ke pasaran. Tentunya pasar menginginkan
kualitas kulit jadi yang terbaik agar kulit jadi tersebut dapat digunakan sesuai dengan fungsi
dari jenis artikelnya masing – masing. Misalnya kulit sarung tangan (Glove) harus sesuai
dengan arah gerak dari jari tangan.
Dengan adanya Standar Industri Indonesia (SII), maka dapat diketahui kriteria kulit
jadi yang memenuhi standar baik itu ditinjau dari segi fisik maupun kimiawinya yang
tentunya disesuaikan dengan jenis artikelnya. Sebab setiap artikel mempunyai standar yang
berbeda – beda.
Agar diketahui bahwa kualitas kulit jadi yang diproduksi tersebut sesuai dengan
Standar Industri Indonesia (SII,), maka diperlukan suatu analisa. Dimana analisa kulit itu
sendiri ada 4 macam menurut cara ujinya, yaitu :
Kulit boks merupakan kulit samak khrom yang berasal dari kulit kambing atau kulit
anak sapi yang biasanya dibuat untuk bahan pembuatan atasan sepatu, di perdagangan kulit
2
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
boks harus memiliki syarat-syarat tertentu agar memenuhi standar mutu perdagangan kulit
boks, dan untuk mengetahui kulit boks tersebut memiliki kwalitas baik, cukup atau kurang
maka dilakukan suatu pengujian terhadap sampel kulit boks tersebut untuk mengetahui
karakteristik dari kulit tersebut dan apakah karakteritik kulit tersebut telah memenuhi
standar baku yang telah ditetapkan atau belum.
Menurut Jayusman dalam diktat penuntun praktikum ilmu bahan II secara garis
besar tujuan dilakukannya pengujian terhadap suatu kulit samak adalah pertama, untuk
menentukan mutu atau kualitas kulit secara umum, karena melalui suatu analisa atau
pengujian dapat ditentukan contoh kulit yang diuji tersebut bermutu baik, sedang, atau
kurang. Kedua, untuk mencari kesalahan atau kekurangan dalam proses penyamakan kulit
karena dari hasil uji ini dapat dilihat kekurangan yang terdapat pada hasil penyamakan kulit
sehingga dapat ditentukan pada proses-proses apa saja yang menyebabkan terjadinya
kesalahan tersebut dan dapat diperbaiki pada proses berikutnya sehingga kulit yang
dihasilkan menjadi lebih baik atau berkualitas baik. Ketiga adalah untuk meniru atau
mengikuti proses-proses produksi kulit yang berkualitas baik sehingga untuk mengetahui
proses produksinya dilakukan pengujian terlebih dahulu terhasil kulit tersebut setelah
mengetahui karakteristiknya baru dilakukan penyusunan rancangan proses, melakukan
proses percobaan, kemudian hasilnya diuji dan terus dilakukan penyempurnaan sampai
didapat hasil yang diinginkan.
Dalam melakukan pengujian terhadap kulit samak sacara umum ada 4 cara pengujian
yaitu pengujian organoleptis, fisis, kimiawi, dan mikrobiologis namun dalam standar
industri indonesia untuk bermacam-macam produk kulit samak persyaratan yang
dicantumkan hanya persyaratan organoleptis, fisis dan untuk persyaratan mikrobilogis tidak
dicantumkan hal ini dikarenakan syarat organoleptis, fisis dan kimia saling berhubungan
atau mendukung.
Pengujian organoleptis merupakan suatu pengujian yang dilakukan dengan
menggunakan panca indra atau dilakukan secara visual, dan dibantu dengan alat yang
sederhana, dalam pengujian ini sifat-sifat yang diuji meliputi kelepasan nerf, keadaan kulit,
keadaan cat, kelentingan dan ketahanan sobek.
Pengujian fisis merupakan pengujian yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat
mekanis seperti tensil strenght, stiknes, crokmeter dan lain sebagainya, hal-hal yang diuji
dalam pengujian fisis meliputi; tebal kulit, kondisi penyamakan, ketahanan gosok cat kering
3
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
maupun basah, ketahanan zwik, ketahanan tarik, ketahanan regang, ketahanan bengkuk,
penyerapan air, ketahanan letup.
Pengujian kimia merupakan pengujian yang dilakukan dengan cara kimiawi yang
bertujuan untuk mengetahui kadar bahan-bahan kimia yang terdapat pada kulit seperti kadar
air, kadar abu, kadar zat penyamak, kadar lemak/minyak, pH.
Persyaratan kulit box menurut SII (Standar Industri Indonesia) 0018 – 79 adalah
sebagai berikut;
A. Organolaptis
1. Kelepasan Nerf : Tidak lepas
2. Keadaan Kulit : Berisi, liat dan lemas
3. Cat : Rata dan Mengkilap
4. Ketahanan Sobek : Kuat
5. Kelentingan/elastisitas : Lenting
B. Kimiawi
1. Kadar air : maks 20 %
2. Kadar abu jumlah : maks 2 % diatas Cr2O3
3. Kadar Cr2O3 : min 3 %
4. Kadar minyak/lemak : (2-6) %
5. pH : 3,5 – 7,0
Dalam menganalisa secara kimiawi kulit tersamak dapat dilakukan dengan cara
mempersiapkan contoh kulit uji yang akan dianalisa. Dalam pengambilan contoh uji untuk
pengujian kimia kulit tersamak dapat diambil pada bagian krupon, leher dan perut hal ini
dikarenakan bagian-bagian tersebut dapat mewakili semua bagian pada kulit dan pada
masing-masing bagian tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dalam
pengambilan contoh uji ini juga dilakukan dengan membedakan kulit hewan besar dan kulit
kecil. Pada pengambilan contoh uji pada hewan kecil seprti kulit box dari kulit kambing
dapat dilakukan sebagai berikut;
4
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
Keterangan:
AC : Garis punggung
D : Titik pangkal paha dan kaki belakang
DF//AC
E : Titik pangkal paha kaki depan
Setelah contoh uji dipotong dari kulit utuhnya kulit contoh uji dipotong kecil-kecil
dan dari semua bagian tadi dicampur menjadi sartu dan setelah kulit contoh uji siap
dilanjutkan dengan pengujian kimia yaitu; pengujian kadar air, kadar abu, kadar krom kadar
minyak, dan kondisi pH kulit.
Pengujian kadar air; kadar air dalam kulit tersamak adalah jumlah air yang terdapat
didalam kulit tersamak dinyatakan dalam persen berat. Pengukuran kadar air pada umunya
dilakukan dengan menguapkan air yang terkandung. Kemudian persentase air yang
5
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
menguap adalah kadar airnya cara uji kadar air yang biasa dilakukan pada saat ini adalah
cara pengeringan (oven drying) dan cara penyaringan serta penyulingan bersama
(condestilation).
Uji kadar air dengan metode pengeringan pada dasarnya adalah mengusahakan
penguapan air dari contoh kulit dengan cara memberikan energi panas pada suhu 10020C,
kehilangan berat selama penguapan merupakan berat air yang terdapat didalam contoh kulit.
Kelemahan dengan menggunakan metode pengeringan antara lain, bahan-bahan
organik atau gas yang mudah menguap (volatil) akan ikut menguap sehingga mengurangi
ketelitian, sedangkan ketelitian dipengaruhi oleh ruang pengering, pergerakan diudara dalam
ruang pengering kelmbaban ruang pengering, tekanan ruang pengering, tebal lapisan dan
ukuran contoh, kontruksi alat jumlah bahan serta posisinya dalam alat pengering.
Pengujian kadar abu; kadar abu merupakan pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui jumlah bahan-bahan organik dan anorganik yang terdapat didalam kulit,
pengujian ini dilakukan dengan pemberian energi panas pada suhu >6000C sehingga bahan-
bahan tersebut menjadi abu dan jumlah abu yang dihasilkan ditimbang dan dinyatakan
sebagai persentase kadar abu.
Pengujian kadar krom, pengujian kadar krom dalam kulit bertujuan untuk
mengetahui kematangan dari suatu kulit yang disamak dengan menggunakan bahan
penyamak krom. Prinsip pengujian krom pada dasarnya ada 2 cara yaitu;
Oksidasi dengan cara pelelehan dengan Kalium Natrium Karbonat dan Boraks; abu
dari pengujian kadar abu dilelehkan pada suhu 6000-70000C, dengan campuran Na2CO3 dan
K2CO3 (dapat juga ditambah boraks), masing-masing sebanyak 2 gram, maka krom oksida
akan menjadi garam kromat, kemudian didinginkan dan dilarutkan dalam air, diasamkan
dengan HCl, selanjutnya sebagian dari larutan diperiksa kromnya secara yodometri dengan
menambah kalium iodida dilanjutkan dengan titrasi menggunakan larutan thiosulfat.
Oksidasi dengan Asam Perklorat; abu dipindahkan dalam gelas piala, kemudian
ditambah dengan asam sulfat pekat dan asam perklorat, gelas piala ditutup dengan kaca
arloji lalu dipanasi sampai warna larutan menjadi bikromat. Larutan didinginkan kemudian
ditambah dengan air suling dan dipanaskan kembali sampai klor bebasnya hilang.
Selanjutnya kadar krom oksidnya ditetapkan secara iodometri. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut;
6
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
Cr2O7 + H+ + I- Cr3+ + I2 + H2O
I2 + Na2S2O3 Na2S4O6 + NaI
Kadar krom oksida dinyatakan sebagai persen dari berat contoh kulit. Yang
dinyatakan sebagai berikut;
1 ml Thio Sulfat setara dengan 0,0253 gram krom oksida.
Analisa pH; Menurut Arrhenius bahwa derajat keasaman (pH) adalah negatif
logaritma logaritma dari konsentrasi ion hidrogen. Pada air murni terdapat ion-ion tersebut
adalah H+ dan OH-.
H2O H+ + OH-
Pada keseimbangan Ks = [H + ] [OH - ]
[H2O]
[H2O] dianggap tetap, 1 liter = 1000 gram dan mengandung 1000 : 18 = 55,5 gram
molekul.
K air = Ks. H2O = [H+] [OH-] = 10-14, sehingga [H+] [OH-] = 10-14
Maka [H+] = [OH] = 10-7 gram ion perliter, ternyata satu ion H setara dengan satu
ion OH-, maka dapat disimpulkan bahwa satu gram asam atau basa adalah jumlah asam atau
basa yang mengandung satu gram ion H+ atau satu ion OH-.
Untuk suatu zat tertentu dapat disebut asam apabila zat tersebut jika dilarutkan
menghasilkan ion H+, dan apabila zat tersebut menghasilkan ion OH- maka zat tersebut
adalah basa.
Pengujian kadar lemak/minyak; pada proses pengolahan kulit, minyak/lemak tetap
dipertahankan pada kadar tertentu, bahkan pada tahap peminyakan kandungan minyak
dalam kulit ditambah yang bertujuan untuk membuat kulit menjadi lemas sehingga kulit
menjadi lemas tidak kaku.
Minyak didalam kulit akan sangat mengganggu, terutama jika minyak berlebihan
maka kulit akan sukar direkatkan menggunakan lem dan akan mudah ditumbuhi jamur, dan
apabila minyak yang sangat sedikit didalam kulit maka kulit akan menjadi kaku dan mudah
retak.
Untuk mengetahui jumlah minyak didalam kulit tersamak dilakukan dengan
memisahkan minyak dalam kulit tersamak dengan menggunakan bahan pelarut organik
antara lain ; karbon tetra klorida, eter, kloroform, benzen dan lain-lain. Metode yang
7
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
digunakan adalah extraksi sedangkan pemisahan minyak dengan bahan pelarut dilakukan
dengan destilasi.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Persiapan dan pembuatan Contoh Uji
a. Gunting stainles steel
b. Alat pengukur luas kulit
c. Timbangan
d. Penggaris
e. Pisau stainless stell
2. Analisa Kadar Air Kulit Boks
a. Cawan Porselen
b. Gelas arloji
c. Gunting
d. Eksikator
e. Timbangan analitik
f. Cruss tank
g. Oven
3. Analisa Kadar Abu Dalam Kulit Boks
a. Cruss porselen
b. Cruss tank
c. Gelas arloji
d. Gunting
e. Neraca analitik
f. Furnace / muffl
4. Analisa Kadar Krom Oksida Dalam Kulit Boks
a. Erlenmeyer 250 ml
b. Gelas arloji
c. Labu takar 500 ml
d. Pipet volum 50 ml
e. Gelas ukur 100 ml
f. Kompor listrik
g. Neraca Analitik
h. Pipet tetes
i. Buret
j. Propipet
k. Botol semprot
5. Analisa pH Dalam Kulit Boks
a. Neraca analitik
b. Gelas arloji
c. Pengaduk magnetik
d. pH meter
e. Gelas beker
f. Erlenmeyer bersumbat asah
6. Analisa Kadar Minyak/Lemak Dalam Kulit Boks
a. Satu set alat penyari sokhlet
b. Oven
c. Desikator
d. Panci
8
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
e. Cawan porselen
f. Gelas arloji
g. Neraca analitik
h. Statif dan klem
i. Kompor
j. Labu didih
k. Buret
l. Crustang
Bahan:
1. Persiapan dan Pembuatan Contoh Uji
1 feet Kulit boks dari Kambing
2. Analisa Kadar Air Dalam Kulit Boks
5 gram potongan kulit Boks
3. Analisa Kadar Abu Dalam Kulit Boks
potongan kulit box 3 gram.
4. Analisa Krom Oksida Dalam Kulit Boks
Abu dari analisa kadar abu
Aquades
Asam Nitrat (HNO3) pekat
Asam Pekrolat ( HClO4) pekat
Asam Sulfat ( H2SO4) pekat
Asam klorida pekat
Larutan Kalium Jodida 10 %
Larutan Natrium Thio Sulfat 0,1 N
Indikator amilum
5. Analisa pH dalam Kulit Boks
Contoh uji kulit box 5 gram
Aquades hangat
6. Analisa Kadar Minyak/Lemak Dalam Kulit Boks
10 gram contoh uji kulit box
Pelarut organik Petrolium Benzen
Kertas saring dan kapas
D. LANGKAH KERJA
1. Persiapan dan Pembuatan Contoh Uji
a. Kulit diamati menurut jenis kulitnya, kemudian dilakukan pengujian organoleptis
secara visual meliputi uji kelepasan nerf, keadaan kulit, cat, ketahanan sobek,
kelentingan/elastisitas
b. Menentukan luas kulit
9
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
c. Menentukan tempat dan ukuran luas kulit pada krupon, leher dan perut pada
lembaran kulit dengan menggunakan penggaris
d. Contoh uji kulit dipotong dengan menggunakan pisau stainless stile, kemudian
dipotong menjadi ukuran kecil-kecil dengan ukuran 5 x 0,5 mm2
e. Potongan kulit dicampur sehingga tercampur secara homogen
f. Potongan sampel kulit kemudian ditimbang menggunakan wadah yang bersih
g. Setelah itu disimpan ditempat yang bersuhu kamar. (Gambar cara pengambilan
sampel terlampir)
2. Analisa Kadar Air kulit Boks
a. Cawan porselen dicuci dan dikeringkan dalam oven selama 30 menit dan suhu 105 oC, kemudian cawan dikeringkan dengan desikator selama 10 menit.
b. Cawan porselen ditimbang sebagai berat kosong.
c. Potongan kulit dimasukkan dalam cawan porselen, kemudian ditimbang.
d. Cawan porselen yang telah diisi dengan sampel kulit dimasukkan dalam oven
dengna suhu 102 oC selama 2 jam
e. Cawan kemudian didinginkan dalam desikator selama 10 menit, kemudian
ditimbang.
f. Dilakukan pemanasan dan penimbangan berulang-ulang hingga diperoleh berat
tetap.
3. Analisa Kadar Abu Dalam Kulit Boks
a. Cruss porselen dicuci dan dikeringkan dengan oven selama 30 pada suhu 105 oC,
kemudian cruss porselen didinginkan dalam desikator selama 10 menit.
b. Cruss porselen ditimbang sebagai berat kosong.
c. 3 gram potongan/guntingan kulit dimasukkan kedalam cruss porselen, kemudian
dicatat beratnya.
d. Cruss porselen yang telah diisi dengan sampel kulit, lalu dimasukkan kedalam
furnace dengan suhu 700 oC selama 15 menit.
e. Cruss porselen dan sampel yang telah dimasukkan kedalam furnace kemudian
didinginklan dengan desikator
f. Setelah itu cawan ditimbang.
10
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
4. Analisa Kadar Krom Oksida Dalam Kulit Boks
a. Abu kulit diimbang dan dipindahkan kedalam erlenmeyer 250 ml dan diambahkan
dengan 20 ml HNO3 pekat, 15 ml HClO4 pekat dan 10 ml H2SO4 pekat.
b. Erlenmeyer dituup dengan kaca arloji, kemudian dipanaskan dengan kompor listrik
sampai larutan menjadi berwarna jingga, pemanasan dilanjutkan selama 2 menit.
c. Larutan didinginkan, setelah itu ditambahkan dengan kurang lebih 125 ml aquades
dan dipanaskan kembali selama 7 menit.
d. Larutan didinginkan kembali, kemudian diencerkan menjadi 500 ml menggunakan
labu takar.
e. Larutan dipipet 200 ml dan diamsukkan dalam erlenmeyer bersumbat asah dan
ditambahakan dengan 10 asam klorida pekat dan 10 ml laruan kalium yodida 10
%.
f. Erlenmeyer ditutup rapat-rapat dan disimpan ditempat gelap selama 2 menit.
g. Laruan dititrasi sengan larutan Natrium thio Sulfat 0,1 N dengan ditambahkan
indikator amilum saat mendekati titik akhir titrasi.
5. Analisa pH Dalam Kulit Boks
a. Aquades sebanyak 400 ml dididihkan, kemudian didinginkan dan ditutup
b. Contoh uji kuli box ditimbang sebanyak 5 gram, dan dimasukkan kedalam
erlenmeyer 200 ml. Kemudian dimasukkan air suling dan diaduk dengan shekker
frequensi 50 kali/menit selama 4 jam.
c. Larutan dienap tuangkan kedalam gelas bekker dan diukur pH-nya.
d. Larutan diambil sebanyak 10 ml dan diencerkan menjadi 10 kalinya dengan
aquades dan diukur pH-nya kembali.
6. Analisa Kadar Minyak/Lemak Dalam Kulit Boks
a. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Sampel kulit dimasukkan dalam kertas saring dan disumbat dengan kapas dan
dibuat selongsong.
c. Labu sokhlet dioven selama 30 menit dengan suhu 100oC, setelah itu didinginkan
dengan desikator.
d. Selongsong kulit dimasukkan kedalam sohklet dan labu godog diisi dengan pelarut
organik (Petrolium Benzen) sebanyak 2/3 volum labu.
11
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
e. Setelah itu dilanjutkan dengan ekstraksi dengan 20 kali sirkulasi, masing-masing
sekitar 15 menit.
f. Setelah dilakukan 20 kali sirkulasi, selongsong diambil dari sohklet. Kemudian
alat dirangkai kembali untuk mengambil pelarut yang tersisa.
g. Minyak hasil ekstraksi dimasukkan kedalam cawan porselen, kemudian dioven
untuk menghilangkan sisa-sisa pelarut dalam minyak.
h. Setelah itu, minyak didinginkan dengan desikator dan ditimbang sampai
memperoleh berat yang konstan.
E. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
1. Persiapan dan Pembutan Contoh Uji
Pengujian organoleptis dari kulit box adalah sebagai berikut:
a. Panjang kulit box : 70 cm
b. Lebar kulit box : 38,4 cm
c. Rataan cat : cat rata
d. Rataan nerf : baik
e. Kelentingan : tidak lenting
f. Kelepasan nerf : tidak lepas
g. Ketahanan sobek : kuat
Kulit yang digunakan sebagai contoh uji adalah kulit box dari kulit kambing.
Bagian kulit kambing yang diambil sebagai sampel adalah bagian leher, krupon, dan
perut pada kedua sisi kulit.
Berat yang diperoleh dari pembuatan contoh uji adalah 67,45 gram
2. Analisa Kadar Air kulit Boks
Sampel berupa potongan kulti box kecil-kecil dan berwarna hitam.
Diketahui:
Berat cawan kosong : 35,555 gram
Berat sampel kulit : 5,002 gram
Berat cawan + kulit sebelum dioven : 40,557 gram
Berat cawan + kulit setelah dioven : 39,933 gram
Ditan: Berapa kadar air dalam kulit?
12
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
Jawab:
Kadar air =
( Berat cawan+sampel awal) – ( Berat cawan + sampel akhir) x 100%
Berat sampel kulit
= 40,557 gram – 39,933 gram x 100 %
5,002
= 12,475 %
Jadi kadar air yang terkandung dalam kulit boks yang kami uji adalah 12,475 %
(sesuai SNI).
3. Analisa Kadar Abu Dalam Kulit Boks
Sampel berupa potongan kulit box kecil-kecil dan berwarna hitam.
Diket:
Berat cruss kosong : 10,679 gram
Berat kulit sampel : 3,005 gram
Berat cruss + sampel : 13,684 gram
Berat abu + cawan : 10,8953 gram
Ditan: Berapakah kadar abu dalam kulit box?
Jawab:
Kadar abu= ( Berat cruss + abu) – Berat cruss kosong x 100 %
Berat sampel kulit
= 10,8953 gram – 10,679 gram x 100 %
3,005 gram
= 7,198 %
Jadi kadar abu dalam kulit yang kami uji adalah 7,198 % (tidak sesuai SNI)
4. Analisa Kadar Krom Oksida Dalam Kulit Boks
Dari hasil praktikum ini diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Berat Abu kulit yang digunakan adalah 0,02138 gram
b. Setelah penambahan HNO3 pekat, HClO4 pekat dan H2SO4 pekat, larutan tetap
berwarna abu-abu.
c. Warna larutan yang dipanaskan adalah hijau kemudian berubah menjadi orange.
13
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
d. Titrasi:
1) Larutan + Asam klorida : berwarna orange
2) Larutan + asam klorida + KI : berwarna merah tua/agak kecoklatan
3) Dititrasi hingga mendekati titik akhir titrasi berwarna orange muda
4) Ditetesi 3 tetes indikator amilum berwarna biru tua/ kehitaman
5) Titik akhir titrasi adalah bening
Volum titran : V1 : 3,2 ml
V2: 3,1 ml
Vrata-rata : 3,15 ml
Perhitungan:
Diket: v thio = 3,15 ml
N thio = 0,1 N
Berat abu = 0,2138 gram
Berat sampel = 3,005 gram
Kadar krom Okside:
= Berat abu yang dipindahkan x 500/100 x v thio x N thio x 0,0253 x 100 %
Berat Contoh uji
= 0,2138 gr x 500/100 x 3,15 ml x 0,1 N x 0,0253 x 100 %
3,005 gram
= 0,2835 %
Jadi kadar krom oksid dalam kulit boks yang kami uji adalah 0,2835 % (tidak
sesuai SNI)
5. Analisa pH Dalam Kulit Boks
Dari hasil praktikum ini diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Sampel kulit box berwarna hitam
b. Sampel ditambahkan aquades, kulit mengapung diatas
c. Pengadukan 1: Kulit masih mengapung diatas dan warna air mulai keruh
d. Pengadukan 2: Pada pengadukan lebih dari satu jam pertama kulit mulai
tenggelam dan mulai merata saat diaduk.
e. pH larutan setelah 4 jam pengadukkan adalah 3,55 (sesuai SNI)
f. pH larutan setelah pengenceran adalah 6,32 (sesuai SNI)
14
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
6. Analisa Kadar Minyak/Lemak Dalam Kulit Boks
Volum pelarut yang digunakan dalam ekstraksi adalah 300 ml
Berat kulit sampel : 10,003 gram
Berat cawan porselen : 29,710 gram
Berat cawan + minyak : 29,7639 gram
Berat minyak = ( Berat Cawan + minyak) – Berat Cawan kosong
= 29,7639 gram - 29,710 gram
= 0,0539 gram
Kadar minyak = Berat minyak x 100 %
Berat sampel
= 0,0539 gram x 100 %
10,003 gram
= 0,5388 %
Jadi Kadar minyak/lemak dalam kulit boks yang kami uji adalah 0,5388 %
(tidak sesuai SNI) .
F. PEMBAHASAN
1. Persiapan dan Pembuatan Contoh Uji
Pengujian organoleptis merupakan suatu pengujian yang dilakukan dengan
menggunakan panca indra atau dilakukan secara visual, dan dibantu dengan alat yang
sederhana, dalam pengujian ini sifat-sifat yang diuji meliputi kelepasan nerf, keadaan kulit,
keadaan cat, kelentingan dan ketahanan sobek.
Uji kelepasan nerf dilakukan dengan melihat fisik dari kulit. Jika kulit yang diuji
nerfnya lepas, maka kulit tersebut tidak baik jika digunakan sebagai sepatu karena akan
mudah mengelupas jika terkena benda keras.
Keadaan cat diuji dengan melihat kerataan cat pada semua bagian permukaan kulit
yang diuji. Jika kulit yang diuji catnya tidak rata, maka pada produk jadinya kurang
disenangi.
Uji kelentingan dilakukan dengan setengah menggulung kulit, kemudian melihat
proses kembalinya. Jika kulit cepat kembali maka kulit tersebut lenting, jika sebaliknya kulit
lama kembali atau terlalu lemas maka kulit tersebut kurang lenting. Kulit yang kami uji
15
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
kurang lenting sehingga kurang cocok sebagai bahan sepatu, karena kulit yang kurang
lenting sulit untuk mempertahankan kestabilan bentuk sepatu.
Pada uji sobek terhadap kulit, dilakukan dengan cara menarik sebagian sisi kulit, jika
saat penarikan kulit sobek maka kulit tersebut mempunyai ketahanan sobek yang tidak baik
atau kulit terlalu getas dan dalam pemakaiannya kulit akan cepat rusak. Jika sebaliknya
maka dapat dikatakan bahwa kulit mempunyai ketahanan sobek yang baik. Kulit yang kami
uji mempunyai ketahanan sobek yang baik, karena kulit yang kami uji tidak sobek saat
pengujian.
Pengukuran panjang diukur dari ujung leher sampai ujung ekor. Panjang kulit yang
kami ukur adalah 70 cm dan lebar kulit box adalah 38,4 cm yang diukur dari ujung perut
sampai ujung perut lainnya.
Tempat pengambilan contoh pada lembaran kulit untuk keperluan pengujian kimiawi
sama dengan pengambilan contoh untuk uji fisis. Bagian yang diambil adalah bagian leher,
krupon, dan perut. Hal ini dilakukan karena bagian-bagian ini merupakan bagian yang
mewakili seluruh bagian kulit.
2. Analisa Kadar Air Kulit Boks
Dalam praktikum analisa kadar air ini kami menggunakan metode pengeringan
dengan oven. Langkah awal dari praktikum ini adalah mencuci dan mengeringkan cawan
porselen dengan oven pada suhu 105oC selama 30 menit. Hal ini bertujuan untuk
menghilangkan kadar air dalam cawan, sehingga diperoleh berat cawan yang benar-benar
kering. Pada suhu mulai dari 100oC air mulai menguap, sehingga suhu 105oC efektif
digunakan untuk menguapkan air dalam cawan sehingga diperoleh cawan kering. Setelah
proses pengeringan dengan oven, cawan dimasukkan kedalam desikator untuk menstabilkan
berat cawan, karena jika cawan dalam keadaan bersuhu tinggi akan mudah menyerap uap air
dari udara. Sehingga akan menambah berat cawan. Cawan porselen yang ditimbang dicatat
sebagai berat cawan kosong yang akan digunakan dalam perhitungan kadar air.
Setelah itu cawan yang telah diisi sampel kulit dimasukkan dalam oven dengan suhu
102 oC selama 2 jam. Proses ini bertujuan untuk menguapkan kadar air dalam kulit,
sehingga berat kulit berkurang dan uap air yang menguap adalah berat air yang terkandung
dalam kulit tersebut. Kemudian, berat cawan dan sampel kulit ditimbang kembali setelah
didinginkan dalam desikator. Berat ini dicatat sebagai berat setelah pengeringan yang akan
digunakan dalam perhitungan kadar air. Cawan porselen yang digunakan adalah alat untuk
16
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
memanaskan suatu sampel jika memerlukan pemanasan dalam oven. Sehingga tahan
terhadap suhu tinggi dan biasa digunakan dalam analisis kadar air dalam suatu sampel.
Dari data perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil kadar air dalam kulit box
sebesar 12,475 %. Dengan cara perhitungan sebagai berikut:
Kadar air = ( Berat cawan+sampel awal) – ( Berat cawan + sampel akhir) x 100%
Berat sampel kulit
Dalam SNI (standar Nasional Indonesia), kadar air dalam kulit box maksimal
adalah 18 %. Karena jika kadar kulit yang terdapat dalam kulit lebih dari 18 % maka kulit
akan lembab dan mudah berjamur.
Selain dengan cara pengeringan (oven drying), analisa kadar air juga dapat dilakukan
dengan cara penyaringan dan penyulingan. Kelemahan dengan menggunakan metode
pengerinmgan antara lain, bahan-bahan organik atau gas yang mudah menguap akan ikut
menguap, sehingga akan mengurani ketelitian. Sedangkan ketelitian dapat dipengaruhi oleh
ruang pengering, pergerakan udara didalam pengering, kelembapanruang pengering, tekanan
ruang pengering, tebal dan tipisnya ukuran contoh, konstruksi alat dan jumlah bahan serta
posisinya dalam alat pengering. (Hermiyati, 2009)
3. Analisa Kadar Abu Dalam Kulit Boks
Dalam praktikum analisa kadar abu ini kami menggunakan metode pengeringan
dengan furnace / muffl. Langkah awal dari praktikum ini adalah mencuci dan mengeringkan
cruss porselen dengan oven pada suhu 105oC selama 30 menit. Hal ini bertujuan untuk
menghilangkan kadar air dalam cruss, sehingga diperoleh berat cruss yang benar-benar
kering. Pada suhu mulai dari 100oC air mulai menguap, sehingga suhu 105oC efektif
digunakan untuk menguapkan air dalam cruss sehingga diperoleh cruss kering. Setelah
proses pengeringan dengan oven, cruss dimasukkan kedalam desikator untuk menstabilakan
berat cruss, karena jika cruss dalam keadaan bersuhu tinggi akan mudah menyerap uap air
dari udara. Sehingga akan menambah berat cruss. Cruss porselen yang ditimbang dicatat
sebagai berat cruss kosong yang akan digunakan dalam perhitungan kadar abu.
Berat sampel yang digunakan dalam pengujian kadar abu adalah 3 gram. Sampel
dimasukkan kedalam furnace untuk diabukan, proses ini dilakukan selama 15 menit saat
suhu telah mencapai 700 oC. Setelah 15 menit pengabuan, furnace dimatikkan terlebih
dahulu. Pengambilan sampel yang telah diabukan dilakukan ketika sampel telah dingin.
17
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
Karena suhu yang yang terlalu panas akan membahayakan praktikan dalam melakukan
praktek.
Sebelum dilakukan penimbangan, sampel didinginkan dalam desikator untuk
menstabilkan berat cawan, karena jika cawan dalam keadaan bersuhu tinggi akan mudah
menyerap uap air dari udara. Sehingga akan menambah berat cruss. Cruss porselen yang
setelah dilakukan pengabuan ditimbang dan dicatat sebagai berat cruss + sampel yang akan
digunakan dalam perhitungan kadar abu. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:
Kadar abu= ( Berat cruss + abu) – Berat cruss kosong x 100 %
Berat sampel kulit
Berat abu yang kami peroleh dari pengujian ini adalah 7,198 %. Dalam SII 0018 –
79 kadar abu yang diperoleh maksimal 2 % diatas kadar krom oksid, sedangkan kadar krom
yang kami peroleh adalah 0,2835 %. Jadi kulit yang kami uji tidak memenuhi dalam standar
yang telah ditetapkan oleh SII. Kadar abu yang lebih dari 2 % diatas kadar krom oksid
berarti dalam kulit tersebut masih terdapat banyak garam-garam anorganik yang akan
menyebabkan rasa kurang nyaman jika dalam pemakaian kulit ini digunakan sebagai bahan
sepatu. Kadar abu yang terlalu tinggi dapat disebabkan oleh proses pencucian yang kurang
sempurna dalam penyamakan kulitnya.
Berat abu ini kemudian digunakan sebagai bahan untuk pengujian kadar krom oksid
kulit boks yang kami ujikan.
4. Analisa Kadar Krom Oksida Dalam Kulit Boks
Krom (Cr2O3) merupakan bahan atau zat kimia yang digunakan sebagai bahan utama
penyamakan kulit box yang bertujuan untuk membuat sifat kulit dari sifat labil menjadi
stabil (matang) dan menimbulkan sifat-sifat lainya pada kulit yang disamak dengan krom,
sehingga matangnya atau berhasilnya suatu hasil penyamakan kulit dapat dilihat dari
seberapa besar kandungan krom didalam kulit tersebut karena apabila kandungan krom
didalam kulit sangat sedikit atau kurang dari 3% (Standar industri Indonesia) maka kulit
tersebut diasumsikan proses penyamakanya belum matang dan dalam kata lain
kestabilitasanya masih kurang sehingga kemungkinan terjadi kerusakan masih sangat besar
serta sifat-sifatnya kurang memenuhi standar kulit samak. Dalam proses penyamakan kulit
kadar krom yang kurang akan membuat kulit mengalami penyusutan lebih dari 10% pada
saat di uji dengan boilling test. Sehingga dengan begitu akan membuat kulit jadinya tidak
18
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
tahan suhu tinggi dan sinar matahari yang berlebihan karena akan membuat kulit menjadi
mengkerut.
Untuk mengetahui kadar krom (Cr2O3) yang terkandung dalam kulit tersamak dapat
dilakukan analisa terhadap kulit tersamak tersebut dalam praktikum ini analisa yang
dilakukan adalah dengan metode titrasi iodometri namun sebelum melakukan titrasi
praktikan terlebih dahulu menyiapkan sampel dan menambahkan bahan-bahan pembantu,
dalam proses analisa ini bahan yang digunakan adalah abu dari hasil analisa kadar abu pada
kulit box kemudian abu ditambahkan dengan HNO3 pekat, HClO4 pekat dan H2SO4 pekat
yang berfungsi untuk melarutkan kadar krom yang terkandung dalam abu tersebut kemudian
mengubahnya dengan cara mengoksidasi larutan tersebut menjadi krom yang bervalensi 6+
dan proses reaksi ini juga dipercepat dengan proses pendidihan sehingga larutan ini mampu
bereaksi dengan larutan thiosulfat dan perubahan ini dapat dilihat atau diamati dari
terjadinya perubahan warna pada larutan yaitu dari hijau menjadi kuning, kemudian setelah
krom bervalensi 6+ terbentuk larutan kembali ditambahkan dengan asam klorida yang
bertujuan untuk membuat suasana asam pada larutan dan setealah itu larutan ditambahkan
kembali dengan larutan KI yang bertujuan untuk menghasilkan iodium dari hasil reaksi
antara KI dengan Cr2O3 bervalensi 6+ dan kelebihan KI inilah yang dititrasi dengan larutan
thiosulfat sehingga diketahui berapa jumlah KI yang bereaksi dengan krom dan dengan
begitu kadar krom yang terkandung dalam sampel tersebut dapat diketahui jumlahnya.
Dari hasil analisa yang dilakukan oleh praktikan terhadap abu kulit box didapat hasil
bahwa sampel kulit boxs tersebut mengandung krom sebesar 0,2835 % dan ini
membuktikan bahwa kulit box yang dianalisa tidak memenuhi standar industri Indonesia
yang menyebutkan sekurang-kurangnya kandungan krom oksid adalah 3% dan ini berarti
kulit boxs yang dianalisa belum terlalu matang atau tingkat kestabilitasanya masih kurang
dan ini juga mempengaruhi sifat organoleptis pada kulit yaitu tingkat kelentingannya yang
kurang dan apabila dilipat kulit lambat kembali dan menimbulkan bekas pada kulit,
sehingga dari analisa ini dapat diketahui titik permasalahannya yaitu terjadi pada proses
penyamakan (tanning) yang belum optimal atau belum sempurna dan hal ini dapat
diakibatkan oleh beberapa faktor yang menyebabkan kurang optimalnya zat penyamak
(krom) masuk kedalam kulit dan kurang optimalnya zat penyamak ini masuk kedalam kulit
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor pula seperti kondisi pH larutan yang kurang tepat
(>2-3) pada saat penambahan krom karena krom akan mudah masuk kedalam kulit pada pH
19
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
2-3 atau dipengaruhi perlakuan mekanis seperti kecepatan dan waktu putaran yang kurang
optimal sehingga penetrasi krom menjadi terhambat kedalam kulit.
5. Analisa pH Dalam Kulit Boks
Tujuan dari analisa pH dalam kulit bertujuan untuk mengetahui ketahanan kulit
samak terhadap asam maupun terhadap basa karena menurut Jayusman dalam buku
penuntun praktikum ilmu bahan II menyebutkan bahwa apabila pH kulit samak dibawah
angka 3,5 tanpa buffer maka kulit tersebut akan muda rusak apabila terkena larutan asam
dan begitu juga sebaliknya apabila pH larutan kulit samak melebihi dari angka 7 maka kulit
akan cepat rusak apabila terkena larutan basa dan keadaan pH ini juga sangat mempengaruhi
kenyamanan pada hasil kulit samak tersebut apabila dipakai oleh manusia.
Untuk menganalisa keadaan pH dalam kulit box dapat dilakukan dengan cara
mengektraksi kandungan yang ada didalam kulit dengan cara merendam kulit dalam
aquades dan mengaduknya dengan sheker frekuensi dengan kecepatan yang kontinyu
selama 2,5 jam, dalam proses analisa ini untuk kulit kelompok 2 mengalami kesukaran pada
saat proses pengadukan hal ini terjadi karena kadar air untuk sampel kulit 2 adalah kadar air
yang paling rendah dibandingkan dengan sampel kelompok lain sehingga penetrasi air
kedalam serat kulit menjadi terhambat karena massa jenis sampel lebih kecil daripada massa
jenis air sehingga sampel hanya mengapung diatas air sehingga membutuhkan waktu yang
lebih untuk membasahi sampel kulit tersebut dan dengan begitu akan mengganggu proses
larutnya kandungan bahan dalam kulit karena sentuhan mekanisnya tidak optimal sehingga
menganggu keakuratan hasil analisa, dan diasumsikan bahwa tidak semua bahan yang
terkandung dalam kulit tersebut larut dalam air sehingga mempengaruhi pada pengukuran
keadaan pH larutan tersebut. Dan dari analisa ini praktikan berkesimpulan bahwa kadar air
didalam kulit dapat mempengaruhi hasil analisa pH kulit dan oleh karena itu praktikan
menganjurkan untuk menganalisa kulit yang memiliki kadar air rendah untuk proses
pengadukannya diharapkan lebih lama agar hasilnya optimal. Sedangkan dari hasil analisa
ini praktikan mendapatkan hasil analisa adalah pH larutan setelah pengadukan selama 4 jam
adalah 3,55 dan pH larutan setelah dilakukan pengenceran adalah 6,32 dan untuk hasil
analisa ini bahwa pH sampel kulit boxs yang dianalisa memenuhi SII (standar industri
indonesia) untuk kulit boxs. Dan ini berarti menunjukkan kandungan bahan yang ada
didalam kulit tersebut adalah bersifat asam dan ini sesuai karena penyamakan dengan
menggunakan bahan krom dilakukan pada kondisi asam. Namun untuk selisih kondisi pH
20
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
setelah pengadukan 4 jam dan setelah pengenceran dengan faktor pengencer 10/100 sangat
besar yaitu 2,77 yang seharusnya berkisar 0,7 atau kenaikannya hanya sebesar 20%.
6. Analisa Kadar Minyak/Lemak Dalam Kulit Boks
Minyak merupakan komponen yang penting dalam proses penyamakan kulit karena
akan memberi efek kelemasan dan kelembutan pada hasil kulit jadinya, namun, untuk
penggunaan minyak sendiri pada kulit boxs memiliki ukuran tertentu yaitu kulit
mengandung minyak tidak kurang dari 2% dan tidak lebih dari 6% hal ini dikarenakan
apabila kandungan minyak pada kulit kurang dari 2% maka kulit akan menjadi kaku dan
mudah retak sehingga sifat kulit samak yang diinginkan untuk pembuatan kulit samak
kurang tercapai, sedangkan apabila kandungan minyak lebih dari 6% maka kulit hasil
samaknya akan sulit dilem dan mudah ditumbuhi jamur karena terlalu lemas dan ini akan
mengganggu pada proses pembuatan produk akhirnya, namun dari refernsi lain
menyebutkan apabila minyak yang digunakan adalah minyak sintetis, kandungan minyak
didalam kulit bisa sampai 10% dan tidak menganggu proses pengeleman.
Untuk mengetahui kadar minyak didalam kulit tersamak dapat dilakukan dengan
cara analisa dan dalam praktikum ini praktikan menganalisa kandungan minyak didalam
kulit dengan metode ektraksi menggunakan sokhlet, yaitu sampel kulit dibuat dalam bentuk
selongsong kemudian dimasukkan kedalam sokhlet yang dirangkai dengan labu didih yang
diisi dengan bahan pelarut minyak dan dalam praktikum ini bahan pelarut yang digunakan
adalah petrolium benzen karena petrolium benzena memiliki titik didih yang rendah yaitu
berkisar 400C sehingga dapat mempercepat terjadinya sirkulasi dan untuk proses ektraksi ini
dilakukan sebanyak 20 sirkulasi dengan asumsi minyak yang terkandung dalam kulit
sebagian besar telah terlarut dan terbawa oleh larutan petrolium benzen kedalam labu didih
dan pada saat telah mencapai 20 sirkulasi larutan petrolium benzen kembali untuk
dipanaskan dengan cara destilasi yang bertujuan untuk memisahkan sisa larutan petrolium
benzena dengan hasil kandungan minyak dan setelah proses pemisahan dengan cara destilasi
ini selesai minyak yang terdapat dalam labu didih dipindahkan kedalam krus porselin dan
kembali dikeringkan didalam oven yang bertujuan untuk menguapkan sisa-sisa petrolium
benzen sehingga hasil yang didapat merupakan minyak murni, kemudian setelah distabilkan
suhunya didesikator hasil minyak ditimbang beratnya, dan dari hasil penimbangan tersebut
dapat diketahui jumlah kandungan minyak yang terkandung dalam kulit boxs.
21
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
Untuk hasil analisa kadar minyak dalam kulit box pada praktikum ini adalah sebesar
0,5388% dan ini membuktikan kadar minyak dalam kulit boxs yang dianalisa kurang
memenuhi standar namun dilihat dari fisisnya kulit yang dianalisa bersifat cukup lemas dan
lembut, dan dari kondisi ini praktikan berkesimpulan bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi keakuratan hasil analisa, selain memang kadar minyak dalam sampel kurang
yang titik kesalahannya pada proses pemberian minyak pada kulit (fatliqouring) yang
kurang sempurna yang disebabkan dari beberapa faktor seperti pemilihan bahan dan
perlakuan pada proses yang kurang optimal, selain itu perlakuan selama proses analisa juga
sangat mempengaruhi seperti jumlah sirkulasi yang kurang sehingga minyak didalam kulit
tidak terlarut semua faktor lainya adalah pemilihan bahan pelarut yang tepat sehingga daya
pelarutanya terhadap minyak tidak optimal.
G. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum ini dapat diketahui bahwa:
22
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
Hasil pengujian organoleptis dari kulit box adalah sebagai berikut:
1. Panjang kulit box : 70 cm
2. Lebar kulit box : 38,4 cm
3. Rataan cat : cat rata
4. Rataan nerf : baik
5. Kelentingan : tidak lenting
6. Kelepasan nerf : tidak lepas
7. Ketahanan sobek : kuat
Hasil pengujian kimiawi kulit adalah sebagai berikut:
1. Kadar air dalam sampel kulit boks yang kami uji adalah 12,475 %.
2. Kadar abu dalam kulit boks yang kami uji adalah 7,198 %
3. Jadi kadar krom oksid dalam kulit boks yang kami uji adalah 0,2835 %
4. pH larutan setelah 4 jam pengadukkan adalah 3,55, pH larutan setelah
pengenceran adalah 6,32
5. Kadar minyak/lemak dalam kulit boks yang kami uji adalah 0,5388 %.
Dari hasil tersebut, hasil pengujian organoleptis kulit baik. Akan tetapi dalam uji
kimiawi kulit, kulit boks yang kami uji hanya kadar air dan pH yang memenuhi standar.
Untuk keseluruhannya kulit yang kami uji ini kurang memenuhi standar SII 0018 – 79.
DAFTAR PUSTAKA
Hermiyati, Indri. 2009. Petunjuk Praktikum Analisa Kimia Kulit. Akademi
Teknologi Kulit Yogyakarta
Jayusman. Penuntun Praktikum Ilmu Bahan II Analisa/Uji Kulit. Akademi
Teknologi Kulit Yogyakarta
SII.0061 – 1974. “ Mutu dan Cara Uji Kulit Sarung Tangan dan Jaket “ Departemen
Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia, Jakarta. 1974.
SII.0018 – 1979. “ Mutu dan Cara Uji Kulit Boks “. Departemen {erdagangan
Republik Indonesia. Jakarta. 1979.
LAPORAN PRAKTIKUM II
UJI AIR UNTUK PENYAMAKAN KULIT
23
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
A. TUJUAN
Mahasiswa memahami dan mengerti serta mampu menganalisa air untuk proses
penyamakan yang kulit meliputi:
1. Kesadahan air
2. pH air
3. Kadar klorida
4. Kadar Besi
5. Kekeruhan air
B. DASAR TEORI
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya
ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air
keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air
dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion Kalsium dan Magnesium, penyebab
kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat.
Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air
lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan
menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah
melalui titrasi. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v)
dari CaCO3.
Air bila dengan larutan sabun akan menghasilkan buih tetapi ada juga air yang tidak
memberikan buih dengan larutan sabun. Hal ini disebabkan air ini mempunyai kesadahan
yang cukup tinggi atau biasanya disebut air sadah. Kesadahan ini karena adanya kandungan
garam-garam Kalsium dan Magnesium dalam air. Ion-ion Kalsium dan Magnesium ini dapat
bereaksi dengan lemak yang ada dalam sabun dan menghasilkan endapan garam Kalsium
atau garam Magnesium dari lemak. Selama masih ada Kalsium maupun Magnesium dalam
air maka sabun tidak ada artinya lagi bagi keperluan, misalnya untuk mencuci.
Garam-garam Kalsium dan Magnesium yang dapat menyebabkan kesadahan adalah
garam-garam bikarbonat, Khlorida dan Sulfat. Garam bikarbonat dan Kalsium maupun
Magnesium jika dipanasi akan hilang, karena terurai sesuai dengan reaksi sebagai berikut :
Ca(HCO3)2 CaCO3 + CO2 + H2O
24
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
Kesadahan yang bersifat sementara ini disebut dengan kesadahan sementara
(temporir). Kesadahan yang disebabkan oleh garam-garam Kalsium maupun Magnesium
dengan Khlorida dan Sulfat tidak dapat hilang dengan pemanasan, kesadahan ini disebut
kesadahan total atau jumlah.
Air yang digunakan untuk proses penyamakan sebaiknya tidak mengandung besi,
atau kadar besinya harus kecil. Adanya logam besi pada air untuk proses penyamakan akan
menimbulkan bercak-bercak noda pada kulit hasil penyamakan. Agar air yang digunakan
untuk proses penyamakan memenuhi persyaratan ini perlu dilakukan uji analisis kadar besi.
Penyediaan air bersih dari air baku air permukaan yang membutuhkan pengolahan
penghilangan besi dan mangan, biasanya air tersebut berasal dari hypolimnion (lapisan
bagian bawah) dari danau yang dalam atau dari danau yang eutrop (kaya nutrien), dimana
kondisi reaksi reduksi berlangsung untuk selanjutnya deposit endapan besi dan mangan akan
berubah kembali ke dalam bentuk larutan. Besi pada air permukaan terdapat dalam beberapa
bentuk, antara lain dalam bentuk suspensi dari lumpur, tanah liat dan partikel (dispersi)
halus dari besi (IIl) hidroksida, [Fe(OH)3 ] dalam bentuk koloid dan organik kompleks.
Air tanah yang mengandung Fe (II) mempunyai sifat yang unik. Dalam kondisi tidak
ada oksigen air tanah yang mengandung Fe (II) jernih, begitu mengalami oksidasi oleh
oksigen yang berasal dari atmosfer ion ferro akan berubah menjadi ion Ferri dengan reaksi
sebagai berikut :
4Fe2+ + O2 + 10 H2O ——-> 4 Fe(OH)3 8 H+
Dan ini menyebabkan air menjadi keruh. Pada pembentukan besi (III) oksidasi
terhidrat yang tidak larut menyebabkan air berubah menjadi abu – abu.
Pada air tanah yang tidak mengandung Oksigen (O2) besi berada sebagai Fe2+ yang
larut dalam air. Untuk memisahkan besi dari air tersebut, dapat dilakukan proses aerasi
dalam udara terbuka dalam waktu tertentu. Dengan aerasi Fe2+ akan teroksidasi menjadi
Fe3+. Fe3+ sulit larut pada pH 6 sampai 8 (kelarutannya hanya di bawah beberapa mg per
liter), bahkan dapat menjadi Fe(OH)3 yang merupakan zat padat dan dapat mengendap.
Analisa besi dengan spektrofotometer menggunakan hidroksilamin, 1, 10-
fenantrolin, dan asam yang dipanaskan akan mengubah semua besi menjadi Fe2+
membentuk ion kompleks yang berwarna orange-merah. Absorbansi diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm.
25
[ANALISA BAHAN KULIT. TBKKP.07/IV] July , 2009
Klorin atau Klorida berasal dari bahasa Yunani “cholosos”, yang berarti hijau pucat,
adalah unsur kimia dengan nomor atom 17 dengan symbol Cl. Gas klor berwarna kuning
kehijauan. Klorin adalah bahan kimia yang penting untuk beberapa proses penurunan air,
penjangkitan dan dalam pelunturan. Kebanyakan klorida larut dalam air, oleh karena itu
klorida biasanya hanya ditemui di kawasan beriklim kering, atau bawah tanah. Klorida
biasanya dihasilkan melalui elektrolisis Natrium Klorida yang terlarut dalam air. Bersama
dengan Klorin, proses kloral kali ini menghasilkan gas Hidrogen dan Natrium Hidroksida
dengan persamaan sebagai berikut :
2NaCl + 2H2O ® Cl2 + H2 + 2NaOH
Klor berasal dari gas Cl2, NaOCl, Ca(OCl)2 atau larutan kaporit atau larutan HOCl
(asam hipoklorit). Ion Klorida (Cl-) tidak aktif, sedangkan Cl2, HOCl, dan OCl- dianggap
sebagai bahan yang aktif. HOCl yang tidak terpecah adalah zat pembasmi yang paling
efisien bagi bakteri. Proses desinfeksi lebih efisien pada suasana netral atau bersifat asam
lemah.
Konsentrasi Klorida pada dataran tinggi dan pegunungan biasanya relatif rendah,
sedangkan pada sungai dan air tanah biasanya sangat banyak jumlahnya. Konsentrasi
Klorida yang juga sangat tinggi pada air laut yang menguap, kemudian mengalir ke sungai.
Karena itu, sungai dan air tanah memiliki tingkat Klorida yang tinggi.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Analisa Kesadahan Air
Erlenmeyer 250 ml, pipet tetes, Buret, Penangas air, pipet volum 25 ml dan 50 ml,
labu ukur 200 ml, corong kaca, botol semprot, satif, propipet, kompor listrik dan klem.
2. Analisa Besi Secara Kualitatif
Erlenmeyer 250 ml, pipet ukur 1 ml, kompor listrik