5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 1/80
65
KARYA TULIS ILMIAH
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH
PENDERITA HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PEMBINA
PLAJU PALEMBANG TAHUN 2009
OLEH :
AULIA DWI NATALIA
NIM. PO.71.20.1.06.044
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES DEPKES PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2009
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 2/80
65
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI PADA LANSIADI PUSKESMAS PEMBINA PLAJU PALEMBANG
TAHUN 2009
OLEH :
AULIA DWI NATALIAPO.71.20.1.06.044
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES DEPKES PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2009
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 3/80
65
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN
KARYA TULIS ILMIAH, AGUSTUS 2009
AULIA DWI NATALIA
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH
PENDERITA HIPERTENSI PADA LANSIA DIPUSKESMAS
PEMBINA PLAJU PALEMBANG TAHUN 2009.
xx + 66 halaman + 12 tabel + 7 lampiran
ABSTRAK
Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan pada kelompok usia lanjut. Sebagai
hasil pembangunan yang pesat dewasa ini dapat meningkatkan umur harapan hidup,
sehingga jumlah lansia bertambah setiap tahunnya. Ironisnya peningkatan usia seringdibarengi dengan meningkatnya penyakit degeneratif dan masalah kesehatan lain
pada kelompok ini.. Profil Puskesmas Pembina Palembang Tahun 2009 menunjukan
bahwa hipertensi menduduki peringkat kedua 10 besar penyakit lansia. Tingginya
penyakit hipertensi di Puskesmas Pemmbina diduga berhubungan dengan faktorresiko antara lain : umur, jenis kelamin, berat badan, genetik dan kurang olahraga.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungandengan kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun
2009. Penelitian ini merupakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional.Sampel penelitian adalah penderita hipertensi yang berusia berusia 60 tahun keatas
dan terdiagnosa penyakit hipertensi. Penelitian diambil dengan cara Non random
sampling dengan menggunakan teknik Accidental Sampling. Pengambilan datadilakukan dengan kuisioner dan pemeriksaan fisik berupa pengukuran berat badan,
tinggi badan dan tekanan darah sistolik.
Hasil analisis bivariat didapatkan bahwa p value < (0,05) adalah variabel umur(0,010), dan olahraga (0,033). Sedangkan p value > (0,05) adalah jenis kelamin
(0,217), genetik (0,067), dan berat badan (0,281).
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada para lansia dan keluarga agarselalu menjaga pola makan dan menjalani pola hidup yang sehat, mempertahankanberat badan, pentingnya mengontrol tekanan darah. dan kepada petugas kesehatan
terutama di Puskesmas Pembina Plaju Palembang agar selalu memberikan
bimbingan dan penyuluhan dalam meningkatkan informasi tentang hipertensi padakelompok lansia, komplikasi dan penanggulangannya
Daftar Pustaka : 18 (2001-2009)
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 4/80
65
DEPARTEMENT OF HEALTH REPUBLIC INDONESIAN
POLYTECHNIC OF HEALTH PALEMBANG
NURSING STUDY PROGRAM
SCIENTIFIC WRITING TAKS, AUGUST 2009
AULIA DWI NATALIA
THE FACTOR THAT RELATED TO THE BLOOD PRESSURE OF
HIPERTENSION RELATING TO THE ON ELDERLY IN PLAJU PEMBINA
HEALTH CENTRE PALEMBANG 2009.
xl + 59 Pages + 12 Tables + 7Appendix
ABSTRACT
Hypertension is still a health problem in the elderly group. as a result of rapid
development today could increase life expectancy, so the number of elderly increasesevery year. Ironically increasing age is often accompanied with an increase in
degenerative diseases and other health problems in this group. Profil Puskesmascoach Palembang Year 2009 showed that hypertension was ranked second of 10
hypertension lansia.Tingginya diseases in health center associated with the coach
suspected risk factors include: age, sex, weight, genetics, and lack of exercise.
Purpose of this study was to determine the factors associated with incident
hypertension in the elderly in the health center palembang Plaju coach in 2009. Thisresearch is an analytical survey with cross sectional approach. Research sample is
hypertension aged 60 years and over, and diagnosed hypertension. Research is takenby way of non-random sampling using Accidental Sampling techniques. Data
retrieval is done by questionnaire and physical examination of the measurement of
weight, height, and systolic blood pressureBivariate analysis found that P value <(0.05) is the variable of age (0.010).
and lack of exercise (0.033). while the p value> (0.05) is the sex (0.217), offspring
(0.067), and weight (0.281)Based on research results, recommended to the elderly and families in order to
always maintain your diet and live a healthy lifestyle, maintaining weight, the
importance of controlling blood pressure. And to health workers, especially inPalembang Plaju coaches clinic in order to always provide guidance and counselingin improving information about hypertension in the elderly, complications and
handling.
Literature: 18 (2001-2009)
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 5/80
65
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH
PENDERITA HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PEMBINA
PLAJU PALEMBANG TAHUN 2009
Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai
Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
AHLI MADYA KEPERAWATAN
OLEH :
AULIA DWI NATALIA
PO.71.20.1.06.044
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES DEPKES PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2009
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 6/80
65
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer ), karena
termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih
dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul, gejala tersebut
seringkali dianggap gangguan biasa, sehingga korbannya terlambat menyadari
akan datangnya penyakit (Sustrani, 2006).
Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena jika
tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Akibatnya bisa fatal karena sering timbul komplikasi, misalnya stroke
(perdarahan otak), penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal (Gunawan, 2001).
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik
terisolasi (HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya
kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark myocard bahkan walaupun
tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic hypertension). Isolated
systolic hypertension adalah bentuk hipertensi yang paling sering terjadi pada
lansia. Pada suatu penelitian, hipertensi menempati 87% kasus pada orang yang
berumur 50 sampai 59 tahun. Adanya hipertensi, baik HST maupun kombinasi
sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk
orang lanjut usia. Hipertensi masih merupakan faktor risiko utama untuk stroke,
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 7/80
65
gagal jantung penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih besar
dibandingkan pada orang yang lebih muda (Kuswardhani, 2007)
Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan
arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari
berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi
semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Dinding,
yang kini tidak elastis, tidak dapat lagi mengubah darah yang keluar dari jantung
menjadi aliran yang lancar. Hasilnya adalah gelombang denyut yang tidak
terputus dengan puncak yang tinggi (sistolik) dan lembah yang dalam (diastolik)
(Wolff , 2008).
Prevalensi HST adalah sekitar berturut-turut 7%, 11%, 18% dan 25% pada
kelompok umur 60-69, 70-79, 80-89, dan diatas 90 tahun. HST lebih sering
ditemukan pada perempuan dari pada laki-laki. Pada penelitian di Rotterdam,
Belanda ditemukan: dari 7983 penduduk berusia diatas 55 tahun, prevalensi
hipertensi (160/95mmHg) meningkat sesuai dengan umur, lebih tinggi pada
perempuan (39%) dari pada laki-laki (31%). Di Asia, penelitian di kota Tainan,
Taiwan menunjukkan hasil sebagai berikut: penelitian pada usia diatas tahun
dengan kriteria hipertensi berdasarkan The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Bloodpressure
(JNC VI),ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 60,4% (laki-laki 59,1% dan
perempuan 61,9%), yang sebelumnya telah terdiagnosis hipertensi adalah 31,1%
(laki-laki 29,4% dan perempuan 33,1%), hipertensi yang baru terdiagnosis adalah
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 8/80
65
29,3% (laki-laki 29,7% dan perempuan 28,8%). Pada kclompok ini, adanya
riwayat keluarga dengan hipertensi dan tingginya indeks masa tubuh merupakan
faktor risiko hipertensi (Kuswardhani, 2007).
Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan pada kelompok lansia. Sebagai
hasil pembangunan yang pesat dewasa ini dapat meningkatkan umur harapan
hidup, sehingga jumlah lansia bertambah tiap tahunnya, peningkatan usia tersebut
sering diikiuti dengan meningkatnya penyakit degeneratif dan masalah kesehatan
lain pada kelompok ini. Hipertensi sebagai salah satu penyakit degeneratif yang
sering dijumpai pada kelompok lansia (Abdullah.2005).
Data WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta
orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan
26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi
29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara
maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia
(Andra,2007).
Umur Harapan Hidup (UHH, proporsi penduduk Indonesia umur 55 tahun
ke atas pada tahun 1980 sebesar 7,7% dari seluruh populasi, pada tahun 2000
meningkat menjadi 9,37% dan diperkirakan tahun 2010 proporsi tersebut akan
meningkat menjadi 12%, serta UHH meningkat menjadi 65-70 tahun. Dalam hal
ini secara demografi struktur umur penduduk Indonesia bergerak ke arah struktur
penduduk yang semakin menua (ageing population). Peningkatan UHH akan
menambah jumlah lanjut usia (lansia) yang akan berdampak pada pergeseran pola
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 9/80
65
penyakit di masyarakat dari penyakit infeksi ke penyakit degenerasi. Prevalensi
penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan penyakit tidak menular
cenderung mengalami peningkatan. Penyakit tidak menular (PTM) dapat
digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor risiko yang sama
(common underlying risk faktor) seperti kardiovaskuler, stroke, diabetes mellitus,
penyakit paru obstruktif kronik, dan kanker tertentu. Faktor risiko tersebut antara
lain mengkonsumsi tembakau, konsumsi tinggi lemak kurang serat, kurang olah
raga, alkohol, hipertensi, obesitas, gula darah tinggi, lemak darah tinggi
Berdasarkan hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001, di
kalangan penduduk umur 25 tahun ke atas menunjukkan bahwa 27% laki-laki dan
29% wanita menderita hipertensi, 0,3% mengalami penyakit jantung iskemik dan
stroke, 1,2% diabetes, 1,3% laki-laki dan 4,6% wanita mengalami kelebihan berat
badan (obesitas), dan yang melakukan olah raga 3 kali atau lebih per minggu
hanya 14,3%. Laki-laki umur 25-65 tahun yang mengkonsumsi rokok sangat
tinggi yaitu sebesar 54,5%, dan wanita sebesar 1,2%
(http://www.dinkesjatengprov.go.id/ dinkes08/screeningdinkes.pdf).
Profil kesehatan Puskesmas Pembina tahun 2008 menunjukkan bahwa ISPA
menduduki peringkat pertama dan hipertensi menduduki peringkat ke dua dari 10
besar penyakit pada lansia (Profil Kesehatan Puskesmas Pembina Tahun 2008).
Berdasarkan data dari Puskesmas Pembina Plaju Palembang diperoleh
jumlah penderita hipertensi pada lansia tahun 2006 tercatat 657 lansia. Pada tahun
2007 tercatat 483 lansia. Pada tahun 2008 tercatat 290 lansia. Dan data pada bulan
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 10/80
65
Januari- Maret tahun 2009 tercatat 77 orang lansia dengan laki-laki 45 orang dan
perempuan 32 orang.
Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hipertensi pada
Lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
masiah tingginya angka kejadian (prevalensi) hipertensi pada lansia yang
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, genetik, berat badan, dan kurang olahraga.
C. Pertanyaan Penelitian
1.
Apakah terdapat hubungan antara umur dengan tekanan darah penderita
hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun
2009?
2. Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan darah
penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang
tahun 2009?
3. Apakah terdapat hubungan antara keturunan dengan tekanan darah
penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang
tahun 2009?
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 11/80
65
4. Apakah terdapat hubungan antara obesitas dengan tekanan darah
penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang
tahun 2009?
5. Apakah terdapat hubungan antara kurang olahraga dengan tekanan darah
penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang
tahun 2009?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tekanan darah
penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang
tahun 2009.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hubungan antara umur dengan tekanan darah penderita
hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun
2009.
b. Diketahuinya hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan darah
penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang
tahun 2009.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 12/80
65
c. Diketahuinya hubungan antara keturunan dengan tekanan darah penderita
hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun
2009.
d. Diketahuinya hubungan antara obesitas dengan tekanan darah penderita
hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun
2009.
e. Diketahuinya hubungan antara olahraga dengan tekanan darah penderita
hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun
2009.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Puskesmas Pembina Plaju Palembang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau informasi
dalam upaya menanggulangi penyakit hipertensi pada Lansia di Puskesmas
Pembina Plaju Palembang.
2. Bagi Pendidikan
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah yang
bermanfaat dalam pengembangan pembelajaran yang berhubungan dengan
penyakit hipertensi.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi perpustakaan untuk
mengembangkan wawasan serta pengetahuan.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 13/80
65
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan wawasan ilmu
pengetahuan serta keterampilan didalam menganalisa permasalahan kesehatan
yang ada dimasyarakat terutama mengenai penyakit hipertensi pada Lansia.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pendekatan analitik menggunakan rancangan cross
sectional, dan dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia. Lokasi penelitian ini
dilakukan di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009 dengan subjek
peneliti yaitu lansia berusia 60 tahun keatas dan terdiagnosa hipertensi. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Juni 2009, dengan dilakukan wawancara dari data
primer, pengukuran, dan kuisioner.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 14/80
65
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa
oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya
(Sustrani, 2006).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO
(World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal
adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan
jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008).
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 15/80
65
2. Etiologi
Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut
usia adalah terjadinya perubahan- perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua.
Yang pertama hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya. Yang
kedua hipertensi sekunder, disebabkan kelainan ginjal dan kelainan kelenjar
tiroid. Yang banyak terjadi adalah hipertensi primer, sekitar 92-94% dari
kasus hipertensi. Dengan kata lain, sebagian besar hipertensi tidak dapat
dipastikan penyebabnya (Marliani, 2007).
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 16/80
65
3. Jenis Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri, tetapi
lebih sering dijumpai terkait dengan penyakit lain, misalnya obesitas, dan
diabetes melitus. Berdasarkan penyebabnya, hipertpensi dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan, yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Gunawan, 2001).
Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui
dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menunjuk stress sebagai
tuduhan utama, setelah itu banyak faktor lain yang mempengaruhi, dan
para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita
hipertensi (genetik) dengan resiko untuk juga menderita penyakit ini.
Faktor- faktor lain yang dapat dimasukkan dalam daftar penyebab
hipertensi jenis ini adalah lingkungan,dan faktor yang meningkatkan
resikonya seperti obesitas, konsumsi alkohol, dan merokok.
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Gunawan, 2001).
Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab spesifiknya sudah diketahui,
yaitu gangguan hormonal, penyakit jantung, diabetes, ginjal, penyakit
pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Garam dapur akan
memperburuk hipertensi, tapi bukan faktor penyebab.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 17/80
65
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 18/80
65
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Rohaendi, 2008).
5. Klasifikasi Hipertensi
a. Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organization) dalam
Rohaendi (2008):
1) Tekanan darah normal, yakni tekanan sistolik kurang atau sama
dengan 140 mmHg dan tekanan diastoliknya kurang atau sama
dengan 90 mmHg.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 19/80
65
2) Tekanan darah borderline (perbatasan), yakni tekanan sistolik 140-
159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90-94 mmHg
3) Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni sistolik 1ebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih besar atau
sama dengan 95mmHg.
b. Menurut Salma Elsanti (2009), klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari:
Tekanan sistolik:
1) < 119 mmHg : Normal
2) 120-139 mmHg : Pra hipertensi
3) 140-159 mmHg : Hipertensi derajat 1
4) > 160 mmHg : hipertensi derajat 2
Tekanan diastolik
1) < 79 mmHg : Normal
2) 80-89 mmHg : pra hipertensi
3) 90-99 mmHg : hipertensi derajat 1
4) >100mmHg : hipertensi derajat 2
Stadium 1: Hipertensi ringan (140-159 mmHg 90-99 mmHg)
Stadium 2: Hipertensi sedang (160-179 mmHg 100-109 mmHg)
Stadium 3: Hipertensi berat (180-209 mmHg 110-119 mmHg)
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 20/80
65
6. Gejala Hipertensi
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki
gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati
antara lain yaitu :
a. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala
b. Sering gelisah
c. Wajah merah
d. Tengkuk terasa pegal
e. Mudah marah
f. Telinga berdengung
g. Sukar tidur
h. Sesak napas
i.
Rasa berat ditengkuk
j. Mudah lelah
k. Mata berkunang-kunang
l. Mimisan ( keluar darah dari hidung).
7. Faktor resiko yang mempengaruhi Hipertensi
Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang
dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain:
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 21/80
65
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
1)
Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.
Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum
menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh
hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High
Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan
adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause
wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang
selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus
berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai
dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada
wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih
dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar
56,5%. (Anggraini dkk, 2009).
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia
dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55
tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering
dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani,
2007).
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 22/80
65
2) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya,
jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang
tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut
harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut
ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan
harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi
banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi
pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan
hormon sesudah menopause.
Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan
dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari
arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya
kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin
kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar
sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40
% dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri
kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan
berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan. Dengan
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 23/80
65
bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi
(http://www.dinkesjatengprov.go.id/ dinkes08/screeningdinkes.pdf).
3) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus
hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini
dkk, 2009). Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
(Marliani, 2007).
Menurut Rohaendi (2008), mengatakan bahwa Tekanan darah
tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari
orang tua anda ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka anda
akan mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup
anda. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka
peluang anda untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 24/80
65
b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:
1)
Obesitas
Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan
kalori sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena
kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas
dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia karena dapat
memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan
pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak,
dapatdilakukan dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan,
yang kemudian disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus
perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
Berat Badan (kg)
IMT = ------------------------------------------------
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan
darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes
5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya
normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki
berat badan lebih.
Obesitas beresiko terhadap munculnya berbagai penyakit jantung
dan pembuluh darah. Disebut obesitas apabila melebihi Body Mass
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 25/80
65
Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT). BMI untuk orang
Indonesia adalah 25. BMI memberikan gambaran tentang resiko
kesehatan yang berhubungan dengan berat badan. Marliani juga
mengemukakan bahwa penderita hipertensi sebagian besar mempunyai
berat badan berlebih, tetapi tidak menutup kemungkinan orang yang
berat badanya normal (tidak obesitas) dapat menderita hipertensi. Curah
jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas
lebih tinggi dibandingkan dengan berat badannya normal.
(Marliani,2007).
2) Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak
menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan
tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi)
dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung
harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi
tertentu (http://www.dinkesjateng prov.go.id /dinkes08/ screening
dinkes.pdf).
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi
karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang
tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot
jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin
keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 26/80
65
yang mendesak arteri. Latihan fisik berupa berjalan kaki selama 30-60
menit setiap hari sangat bermanfaat untuk menjaga jantung dan
peredaran darah. Bagi penderita tekanan darah tinggi, jantung atau
masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan beban
waktu jalan. Riset di Oregon Health Science kelompok laki-laki dengan
wanita yang kurang aktivitas fisik dengan kelompok yang beraktifitas
fisik dapat menurunkan sekitar 6,5% kolesterol LDL ( Low Density
Lipoprotein) faktor penting penyebab pergeseran arteri (Rohaendi,
2008).
3) Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat
dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan
risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.
Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari
Brigmans and Women’s Hospital , Massachussetts terhadap 28.236
subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak
merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14
batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang
perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun.
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak
pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang
perhari (Rahyani, 2007).
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 27/80
65
4) Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko
terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah
tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam)
perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi
natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume
cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. (Wolff, 2008).
5) Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak
jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan
minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi
(Marliani, 2007).
6) Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi di dapatkan dari satu cangkir kopi
mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut
berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 28/80
65
7) Pil KB
Pil KB : Risiko meninggi dengan lamanya pemakaian (± 12 tahun
berturut-turut)
8) Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara
intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum
terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota
(Rohaendi, 2003). Menurut Anggraini dkk, (2009) menagatakan Stress
akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini
dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan
karakteristik personal
8. Komplikasi Hipertensi
Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi membiarkan jantung
bekerja lebih keras dan membiarkan proses perusakan dinding pembuluh
darah berlangsung dengan lebih cepat. Hipertensi meningkatkan resiko
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 29/80
65
penyakit jantung dua kali dan meningkatkan resiko stroke delapan
kalindibanding dengan orang yang tidak mengalami hipertensi.
Selain itu hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung,
gangguan pada ginjal dan kebutaan. Penelitian juga menunjukkan bahwa
hipertensi dapat mengecilkan volume otak, sehingga mengakibatkan
penurunan fungsi kognitif dan intelektual. Yang paling parah adalah efek
jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak.
a. Penyakit jantung koroner dan arteri
Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan
semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering
diasosiasikan dengan kondisi arteri yang mengeras ini.
b. Payah jantung
Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung
tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini
terjadi karena kerusakan otot jantung atau system listrik jantung.
c. Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan
darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah
lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak,
maka terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stroke juga
dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di
pembuluh yang sudah menyempit.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 30/80
65
d. Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang
menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaringkotoran tubuh. Dengan
adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan
membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal dapat terjadi dan diperlukan
cangkok ginjal baru.
e. Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata,
sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.
9. Pencegahan Hipertensi
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan
pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut
bukunya (Gunawan, 2001),dengan cara sebagai berikut:
a. Mengurangi konsumsi garam.
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam
dapur untuk diet setiap hari.
b. Menghindari kegemukan (obesitas).
Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b)
normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan
lebih 10% dari berat badan normal.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 31/80
65
c. Membatasi konsumsi lemak.
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak
terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan
terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama
kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh
nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan demikian, akan
memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah
hipertensi.
d. Olahraga teratur.
Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau
menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang
dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh
(latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik
sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti
tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat
menimbulkan hipertensi.
e. Makan banyak buah dan sayuran segar.
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah
yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan
tekanan darah.
f. Tidak merokok dan minum alkohol.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 32/80
65
g. Latihan relaksasi atau meditasi.
Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan
jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan
otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan
menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan mendengarkan
musik, atau bernyanyi.
h. Berusaha membina hidup yang positif.
Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan
atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress
(ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar
sehingga melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan sakit
kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi. Agar
terhindar dari efek negative tersebut, orang harus berusaha membina
hidup yang positif. Beberapa cara untuk membina hidup yang positif
adalah sebagai berikut:
1) Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah
2) Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau waktu
untuk kegiatan santai.
3) Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain
menyelesaikan bagiannya.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 33/80
65
4) Sekali-sekali mengalah, belajar berdamai.
5)
Cobalah menolong orang lain.
6) Menghilangkan perasaan iri dan dengki.
B. Lanjut usia (Lansia)
1) Pengertian Lanjut Usia (Lansia)
Usia lanjut merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami
oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang
tidak dapat dihindari. Usia Lanjut adalah kelompok orang yang sedang
mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu
beberapa dekade (Notoatmojo,2007).
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13
Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dalam buku
(Wahjudi,2000) lanjut usia meliputi:
1. Usia pertengahan ( Middle Age) kelompok usia 45-59
2. Usia lanjut ( Ederly) antara 60-70 tahun
3. Usia lanjut tua (Old ) antara 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (Very old ) diatas 90 tahun
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 34/80
65
2. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia menurut (Maryam,
2008):
1. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang/ jasa
5. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain
3. Karakteristik Lansia
Menurut Budi Anna Keliat (1999),dalam bukunya (Maryam, 2008) lansia
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13
tentang kesehatan).
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 35/80
65
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif
hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal bervariasi.
4. Definisi Menua
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Dan proses menua
merupakan proses yang teru-menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai
sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Wahjudi,
2000).
5. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Usia Lanjut
Masa lanjut usia dimulai sejak seseorang menginjak usia 60 tahun, akan tetapi
proses pelayanan fisik sudah dimulai pada usia 40 tahun. Biasanya menginjak
lanjut usia ditandai oleh kemunduran-kemunduran biologis yang terlihat
sebagai kemunduran fisik menurut Maryam (2008) antara lain:
a. Kulit mulai mengendur dan pada wajah mulai timbul keriput serat garis-
garis menetap karena tonus otot berkurang.
b. Rambut mulai beruban
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 36/80
65
c. Gigi mulai ompong
d.
Penglihatan dan pendengaran mulai berkurang
e. Kulit menjadi kering
f. Gangguan pencernaan dan absorpsi makanan didalam usus yang
menyebabkan lebih sensitif terhadap makanan pedas dan berbumbu.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 37/80
65
C. Kerangka Teoritis
Menurut Elsanti (2009), kerangka terori dari faktor-faktor resiko terjadinya
hipertensi, antara lain:
Sumber: Salma Elsanti, 2009
Faktor yang tidak dapat
dikontrol:
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Genetik (Keturunan)
Tekanan Darah
Penderita Hipertensi
Lansia
Faktor yang dapat
dikontrol:
1. Berat Badan
2. Kurang Olahraga
3. Merokok
4. Konsumsi garam
berlebih
5. Minum alkohol
6. Minum Kopi
7. Pil KB
8. Stres
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 38/80
65
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang diteliti (Notoadmodjo, 2005).
Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya, maka kerangka konsep dalam
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Keterangan:
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
Umur
Jenis Kelamin
Genetik
Berat Badan
Tekanan Darah Penderita
Hipertensi Hipertensi pada
Lansia
Konsumsi garam
Olahraga
Merokok
Minum Alkohol
Pil KB
Minum Kopi
Stres
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 39/80
65
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara
Ukur
Alat Ukur Hasil Ukur Sk
Uk
1. Tekanan
darah
penderita
hipertensi
lansia
Suatu keadaan
peningkatan
tekanan darah
melebihi batas
normal, yakni
nilai sistole >140
mmHg dan nilai
diastole >90
mmHg.
Wawan
cara
Kuisioner
dan
Pengukuran
TD
1. Tekanan darah
tinggi, jika nilai
sistole >160
mmHg dan nilai
diastole >95
mmHg.
2. Tekanan darah
perbatasan, jika
nilai sistole 150-
159 mmHg dannilai diastole 90-
94 mmHg.
(Rohaendi, 2008)
Ordi
2. Umur Umur responden
yang terhitung
ulang tahun
terakhir.
Wawan
cara
Kuisioner 1. Lansia resiko
tinggi, jika ≥ 70
tahun
2. Lansia, jika
antara 60-69
tahun
Ordi
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 40/80
65
(Maryam, 2008)
3. Jenis
Kelamin
Jenis kelamin
responden saat
diwawancara
Wawan
cara
Kuisioner 1. Laki-laki.
2. Perempuan
Nom
4. Genetik Suatu keadaan
dimana adanya
riwayat hipertensi
dalam keluarga
dimasa lalu yakni
dari: bapak, ibu,
saudara kandung,
kakek dan nenek.
Wawan
cara
Kuisioner 1. Ada riwayat
hipertensi
Jika terdapat
riwayat penyakit
hipertensi dalam
keluarga.
2. Tidak ada riwayat
hipertensi
Jika tidak terdapat
riwayat penyakithipertensi dalam
keluarga.
Nom
5. Berat
Badan
Kelebihan jumlah
berat badan yang
dihitung dalam
IMT (Indeks
Massa Tubuh)
dimana:
IMT = Berat
badan (kg) dibagi
Penguk
uran
Timbangan
dan meteran
badan
1. Kelebihan berat
badan
Jika nilai IMT >
25 kg/m²
2. Tidak kelebihan
berat badan
Jika nilai IMT <
Nom
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 41/80
65
Tinggi badan
(m²).
25 kg/m²
(Marliani, 2007)
6 Olahraga Aktivitas olahraga
yang dilakukan
responden dengan
menyisikan waktu
khusus
Wawan
cara
Kuisioner 1. Tidak
Jika tidak
melakukan
aktivitas olahraga
setiap harinya.
2. Ya
Jika melakukan
aktivitas olahraga
setiap harinya.
Ordi
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 42/80
65
C. Hipotesis
1.
Ada hubungan antara umur dengan tekanan darah penderita hipertensi pada
lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009.
2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan darah penderita hipertensi
pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009.
3. Ada hubungan antara keturunan dengan tekanan darah penderita hipertensi
pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009.
4. Ada hubungan antara obesitas dengan tekanan darah penderita hipertensi pada
lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009.
5. Ada hubungan antara olahraga dengan tekanan darah penderita hipertensi
pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 43/80
65
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional dimana data variabel-variabel yang termasuk variabel
dependen dan variabel independen yang dikumpulkan dalam waktu bersamaan
(Notoatmodjo, 2005).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti. (Notoatmojo, 2005). Didalam populasi penelitian ini adalah semua
lansia hipertensi yang berumur 60 tahun keatas yang berkunjung ke
Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara Non Random Sampling yang
menggunakan teknik Accidental sampling dimana pengambilan sampel
dilakukan dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia
pada saat penelitian (Notoatmodjo, 2005 ).
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 44/80
65
3. Kriteria Subjek Penelitian
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah orang dengan
kriteria sampel:
a. Lansia (berusia 60 tahun keatas)
b. Bersedia menjadi responden
c. Jika responden tidak bisa membaca dan menulis peneliti memandu
responden menjawab kuisioner melalui wawancara secara langsung.
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009.
D. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni 2009, dari tanggal 10 Juni - 30Juni
2009.
E. Etika Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian responden akan menandatangani format persetujuan
sebagai responden penelitian ini. Hal ini dilaksanakan sebelum peneliti
menyerahkan kuisioner untuk wawancara. Peneliti akan menjaga kerahasiaan data
atau keterangan yang diperoleh dari responden, apabila diperlukan.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 45/80
65
F. Pengumpulan Data
1.
Sumber Data
a. Data Primer
Adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara
dan pengisian kuisioner yang telah disiapkan, serta pengukuran dengan
alat ukur (tensimeter dan meteran badan).
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis yang didapat dari
Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009.
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara pada responden.
3. Alat/ Instrumen Pengumpulan data
a.
Kuisioner
Data yang dikumpulkan mengunakan kuisioner yang telah disiapkan
dengan cara wawancara kepada responden. Penulis melakukan sendiri
wawancara secara sistematis dengan lembar kuisioner yang berisi tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada Lansia.
b. Alat Tensimeter, stetoskop,timbangan dan meteran badan.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 46/80
65
G. Pengolahan Data
1.
Editing (Pengeditan)
adalah untuk meneliti apakah kuisioner sudah lengkap atau belum sehingga
ada kekurangan dapat segera dilengkapi. Editing dapat dilakukan ditempat
pengumpulan dan sehingga jika terjadi kesalahan, maka upaya perbaikan
dapat dilaksanakan.
2. Coding (pengkodean)
adalah suatu usaha memberikan kode atau menandai jawaban responden atas
pertanyaan yang ada pada kuisioner.
3. Entry/ processing (pemasukan data)
adalah pemasukan data-data penelitian tabel sesuai dengan kriteria.
4. Cleaning (pembersihan data)
adalah suatu kegiatan yang melihat apakah suatu data sudah benar-benar
bebas dari kesalahan.
G. Analisis Data
Data yang disajikan dengan mendistribusikan melalui analisis univariat dan
bivariat.
1. Analisis Univariat
Analisa univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian,
tujuan dari analisa ini hanya untuk menghasilkan distribusi dan persentase dari
tiap variable. (Notoatmodjo, 2005)
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 47/80
65
2. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen
dan variabel independen menggunakan uji Chi Square dengan derajat
kemaknaan 0,05. Bila nilai p value ≤ α (0,05) berarti hasil perhitungan
statistik bermakna (signifikan), dan apabila nilai p value < α (0,05) berarti
hasil perhitungan statistik tidak bermakna (tidak signifikan).
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 48/80
65
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Puskesmas Pembina Palembang
Puskemas Pembina Palembang terletak di Kelurahan Silaberanti
Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang. Puskesmas ini terletak di Jl. A.
Yani No. 62A, berada di pinggir jalan sehingga masyarakat yang
memerlukan mudah untuk menjangkaunya. Selain itu banyak juga dilalui
kendaraan umum. Wilayah kerjanya meliputi 2 kelurahan, yaitu Kelurahan
Silaberanti dengan luas wilayah 381 hektar dan Kelurahan 8 Ulu dengan luas
wilayah 297 hektar. Maka luas wilayah kerja Puskesmas Pembina
Palembang adalah + 678 hektar.
Berdasarkan SK Walikota Palembang tertanggal 1 April 1994, nama
Puskesmas 8 Ulu diganti dengan menjadi Puskesmas Pembina Palembang
dengan wilayah kerja meliputi kelurahan 8 Ulu dan Kelurahan Silaberanti.
Sejak tanggal 17 Juli 2003 berdasarkan SK Walikota Palembang No. 599
Tahun 2003, Puskesmas Pembina Palembang ditetapkan menjadi Puskesmas
Uji Coba Swakelola.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 49/80
65
Wilayah kerja Puskesmas Pembina Palembang berbatasan dengan :
a.
Sebelah utara berbatasan dengan 9/10 Ulu.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan 13 Ulu.
c. Sebelah timur berbatasan dengan 7 Ulu.
d. Sebelah barat berbatasan dengan Plaju Ilir.
2. Visi
“Tercapainya Kelurahan 8 Ulu dan Kelurahan Silaberanti Sehat Yang
Optimal Tahun 2008”.
3. Misi
Adapun misi Puskesmas Pembina Palembang adalah :
a. Memasyarakatkan paradigma sehat pada semua pihak.
b.
Meningkatkan profesionalisme seluruh petugas kesehatan yang
berorientasi pada standar kesehatan.
c. Pengadaan sarana dan prasarana keseatan yang bermutu prima.
d. Memberdayakan masyarakat dan keluarga dalam mengatasi ksehatan
yang ada.
4. Motto
Motto Puskesmas Pembina Palembang adalah :
“Tanpa Anda Kami Tiada Berarti, Anda Sehat Kami Puas”.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 50/80
65
B. Analisis Univariat
Dalam analisis univariat dihasilkan distribusi frekuensi (jumlah dan
persentase) dari masing-masing kategori variabel dependen (tekanan darah
penderita hipertensi pada lansia) dan variabel independen (umur, jenis kelamin,
genetik, berat badan, dan kurang olahraga) sebagaimana terlihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi berdasarkan Tekanan Darah Penderita Hipertensipada Lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang Tahun 2009
No Tekanan darah Jumlah
N %
1 Tekanan darah
tinggi
16 38,1%
2 Tekanan darah
perbatasan
26 61,9%
Jumlah 42 100%
Berdasarkan tabel 5.1 dilihat bahwa dari 42 responden terdapat 16
responden (38,1%) dengan tekanan darah tinggi, dan terdapat 26 responden
(61,9%) dengan tekanan darah perbatasan.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 51/80
65
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi berdasarkan Umur
di Puskesmas Pembina Plaju Palembang Tahun 2009
No Umur Jumlah
N %
1 >70 tahun 14 33,3%
2 60-69 tahun 28 66,7%
Jumlah 42 100%
Berdasarkan tabel 5.2 dilihat bahwa dari 42 responden terdapat 14
responden (33,3%) yang berusia >70 tahun dan terdapat 28 responden
(66,7%) yang berusia 60-69 tahun.
Tabel 5.3Distribusi frekuensi berdasarkan Jenis Kelamin
di Puskesmas Pembina Plaju Palembang Tahun 2009
No Jenis Kelamin Jumlah
n %
1 Laki-laki 14 33,3%
2 Perempuan 28 66,7%
Jumlah 42 100%
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 52/80
65
Berdasarkan tabel 5.3 dilihat bahwa dari 42 responden terdapat 14
responden (33,3%) yang berjenis kelamin laki-laki dan terdapat 28 responden
(66,7%) yang berjenis kelamin perempuan.
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi berdasarkan Genetik
di Puskesmas Pembina Plaju Palembang Tahun 2009
No Genetik Jumlah
N %
1 Ada 22 52,4%
2 Tidak ada 20 47,6%
Jumlah 42 100%
Berdasarkan tabel 5.4 dilihat bahwa dari 42 responden terdapat 22
responden (52,4%) yang disebabkan adanya faktor genetik dan terdapat 20
responden (47,6%) yang disebabkan tidak adanya faktor genetik.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 53/80
65
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi berdasarkan Berat Badan
di Puskesmas Pembina Plaju Palembang Tahun 2009
No Berat Badan Jumlah
n %
1 Kelebihan BB 11 26,2%
2 Tidak Kelebihan
BB
31 73,8%
Jumlah 42 100%
Berdasarkan tabel 5.5 dilihat bahwa dari 42 responden terdapat 11
responden (26,2%) yang memiliki kelebihan BB dan terdapat 31 responden
(73,8%) yang tidak kelebihan BB.
Tabel 5.6
Distribusi frekuensi berdasarkan kurang olahraga
di Puskesmas Pembina Plaju Palembang Tahun 2009
No Kurang Olahraga Jumlah
n %
1 Tidak 27 64,3%
2 Ya 15 35,7%
Jumlah 42 100%
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 54/80
65
Berdasarkan tabel 5.6 dilihat bahwa dari 42 responden terdapat 17
responden (64,3%) yang tidak melakukan aktivitas olahraga dan terdapat 15
responden (35,7%) yang melakukan aktivitas olahraga.
C. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan tabulasi silang (Crosstabs) dan Uji Chi-
Square untuk menetukan bentuk hubungan statistik anatara variabel independen
( umur, jenis kelamin, genetik, berat badan,dan kurang olahraga) dengan variabel
dependen (tekanan darah penderita hipertensi pada lansia). Hasil analisis bivariat
menemukan hubungan antara masing-masing variabel independen dan variabel
dependen sebagai uraian pada tabel berikut ini:
1. Hubungan Umur dengan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia
Tabel 5.7Hasil Tabulasi Silang Antara Umur Dengan Tekanan Darah
Penderita Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Pembina
Plaju Palembang Tahun 2009.
No Umur Tekanan Darah Total P value
Tinggi Perbatasan N %
N % N %
1. >70 tahun 1 7,1% 13 92,9% 14 100% 0,010
2. 60-69 tahun 15 53,6% 13 46,4% 28 100%
Total 42 100%
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 55/80
65
Berdasarkan tabel 5.7 diatas, diketahui bahwa hasil tabulasi silang
(crosstabs) antara umur dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia,
menunjukkan bahwa dari 28 responden yang berusia 60-69 tahun ada 15
orang lansia (53,6%) yang memiliki tekanan darah tinggi, sementara dari 14
responden yang berusia > 70 tahun ada 1 orang lansia (7,1%) yang memiliki
tekanan darah tinggi. Kemudian dari 28 responden yang berusia 60-69 tahun
ada 13 orang lansia (46,4%) yang memiliki tekanan darah perbatasan,
sementara dari 14 responden yang >70 tahun ada 13 orang lansia (92,9%)
yang tekanan darah perbatasan. Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square
menunjukkan bahwa nilai signifikan (P) hubungan antara umur dengan
tekanan darah penderita hipertensi lansia adalah p value = 0,010 (p value < α
0,05), hal ini berarti bahwa ada hubungan bermakna antara umur dengan
tekanan darah penderita hipertensi lansia.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 56/80
65
2. Hubungan jenis kelamin dengan tekanan darah penderita hipertensi
pada lansia
Tabel 5.8
Hasil Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin Dengan Tekanan Darah
Penderita Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Pembina
Plaju Palembang Tahun 2009.
No Jenis
Kelamin
Tekanan Darah Total P value
Tinggi Perbatasan N %
n % N %
1. Laki-laki 3 21,4% 11 78,6% 14 100% 0,217
2. Perempuan 13 46,6% 15 53,6% 28 100%
Total 42 100%
Berdasarkan tabel 5.8 diatas, diketahui bahwa hasil tabulasi silang
(crosstabs) antara jenis kelamin dengan tekanan darah penderita hipertensi
lansia, menunjukkan bahwa dari 28 responden yang berjenis kelamin
perempuan ada 13 orang lansia (46,6%) yang memiliki tekanan darah tinggi,
sementara dari 14 responden yang berjenis kelamin laki-laki ada 3 orang
lansia (21,4%) yang memiliki tekanan darah tinggi. Kemudian dari 28
responden yang berjenis kelamin perempuan ada 15 orang lansia (53,6%)
yang memiliki tekanan darah perbatasan, sementara dari 14 responden yang
berjenis kelamin laki-laki ada 11 orang lansia (78,6%) yang memiliki
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 57/80
65
tekanan darah perbatasan. Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square
menunjukkan bahwa nilai signifikan (P) hubungan antara jenis kelamin
dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia adalah p value = 0,217 (p
value > α 0,05), hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan bermakna antara
jenis kelamin dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia.
3. Hubungan antara keturunan dengan tekanan darah penderita hipertensi
pada lansia
Tabel 5.9
Hasil Tabulasi Silang Antara Genetik Dengan Tekanan Darah
Penderita Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas Pembina
Plaju Palembang Tahun 2009.
No Genetik Tekanan Darah Total P
valueTinggi Perbatasan N %
n % N %
1. Ada 5 22,7% 17 77,3% 22 100% 0,067
2. Tidak ada 11 55,0% 9 45,0% 20 100%
Total 42 100%
Berdasarkan tabel 5.9 diatas, diketahui bahwa hasil tabulasi silang
(crosstabs) antara genetik dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia,
menunjukkan bahwa dari 22 responden yang ada faktor genetiknya ada 5
orang lansia (22,7%) yang memiliki tekanan darah tinggi, sementara dari 20
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 58/80
65
responden yang tidak ada faktor genetiknya ada 11 orang lansia (55,0%) yang
memiliki tekanan darah tinggi. Kemudian dari 22 responden yang ada faktor
genetiknya ada 17 orang lansia (77,3%) yang memiliki tekanan darah
perbatasan, sementara dari 20 responden yang tidak ada faktor genetiknya ada
9 orang lansia (45,0%) yang memiliki tekanan darah perbatasan. Hasil uji
statistik dengan uji Chi-Square menunjukkan bahwa nilai signifikan (P)
hubungan antara genetik dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia
adalah P value = 0,067 (p value > α 0,05), hal ini berarti bahwa tidak ada
hubungan bermakna antara genetik dengan tekanan darah penderita hipertensi
lansia.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 59/80
65
4. Hubungan antara obesitas dengan tekanan darah penderita hipertensi
pada lansia
Tabel 5.10
Hasil Tabulasi Silang Antara Obesitas Dengan Tekanan Darah
Penderita Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Pembina
Plaju Palembang Tahun 2009.
No Berat
badan
Tekanan Darah Total P
valueTinggi Perbatasan N %
n % N %
1. Kelebihan
BB
6 54,5% 5 45,5% 11 100% 0,281
2. Tidak
Kelebihan
BB
10 32,3% 21 67,7% 31 100%
Total 42 100%
Berdasarkan tabel 5.10 diatas, diketahui bahwa hasil tabulasi silang
(crosstabs) antara berat badan dengan tekanan darah penderita hipertensi
lansia, menunjukkan bahwa dari 31 responden yang tidak kelebihan BB ada
10 orang lansia (32,3%) yang memiliki tekanan darah tinggi, sementara dari
11 responden yang memiliki kelebihan BB ada 6 orang lansia (54,5%) yang
memiliki tekanan darah tinggi. Kemudian dari 31 responden yang tidak
kelebihan BB ada 21 orang lansia (67,7%) yang memiliki tekanan darah
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 60/80
65
perbatasan, sementara dari 11 responden yang memiliki kelebihan BB ada 5
orang lansia (45,5%) yang memiliki tekanan darah perbatasan. Hasil uji
statistik dengan uji Chi-Square menunjukkan bahwa nilai signifikan (P)
hubungan antara berat badan dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia
adalah P value = 0,281 (p value > α 0,05), hal ini berarti bahwa tidak ada
hubungan bermakna antara berat badan dengan tekanan darah penderita
hipertensi lansia.
5. Hubungan antara kurang olahraga dengan tekanan darah penderita
hipertensi pada lansia
Tabel 5.11
Hasil Tabulasi Silang Antara Kurang Olahraga Dengan Tekanan
Darah Penderita Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas
Pembina Plaju Palembang Tahun 2009.
No Kurang
Olahraga
Tekanan Darah Total P value
Tinggi Perbatasan N %
n % N %
1. Tidak 14 51,9% 13 48,1% 27 100% 0,033
2. Ya 2 13,3% 13 86,7% 15 100%
Total 42 100%
Berdasarkan tabel 5.11 diatas, diketahui bahwa hasil tabulasi silang
(crosstabs) antara kurang olahraga dengan tekanan darah penderita hipertensi
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 61/80
65
lansia, menunjukkan bahwa dari 27 responden yang tidak melakukan aktivitas
olahraga ada 14 orang lansia (51,9%) yang memiliki tekanan darah tinggi,
sementara dari 15 responden yang melakukan aktivitas olahraga ada 2 orang
lansia (13,3%) yang memiliki tekanan darah tinggi. Kemudian dari 27
responden yang tidak melakukan aktivitas olahraga ada 13 orang lansia
(48,1%) yang memiliki tekanan darah perbatasan, sementara dari 15
responden yang melakukan aktivitas olahraga ada 13 orang lansia (86,7%)
yang memiliki tekanan darah perbatasan. Hasil uji statistik dengan uji Chi-
Square menunjukkan bahwa nilai signifikan (P) hubungan antara kurang
olahraga dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia adalah P value =
0,033 (p value < α 0,05), hal ini berarti bahwa ada hubungan bermakna
antara kurang olahraga dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 62/80
65
BAB VI
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas hasil penelitian dan perbandingan dengan teori yang
sudah dikemukan pada BAB II mengenai Tinjauan Pustaka.
A. Keterbatasan Penelitian
1. Jumlah sampel yang masih sedikit untuk memperoleh hasil analisis pada
setiap kategori dari variabel yang memenuhi persyaratan uji statistik yang
memadai
2. Kuisioner pada variabel independen tidak dilakukan uji validitas dan
reabilitas terlebih dahulu.
3. Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah hanya menggunakan
tensimeter biasa. Agar angka yang diperoleh lebih akurat seharusnya
menggunaka tensimeter digital.
B.
Pembahasan Hasil Penelitian
a. Hubungan Antara Umur Dengan Tekanan Darah Penderita
Hipertensi Pada Lansia
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 63/80
65
Dari hasil penelitian diperoleh analisis hubungan antara umur
dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia, menunjukkan bahwa
dari 28 responden yang berusia 60-69 tahun ada 15 orang lansia (53,6%)
yang memiliki tekanan darah tinggi, sementara dari 14 responden yang
berusia > 70 tahun ada 1 orang lansia (7,1%) yang memiliki tekanan
darah tinggi. Kemudian dari 28 responden yang berusia 60-69 tahun ada
13 orang lansia (46,4%) yang memiliki tekanan darah perbatasan,
sementara dari 14 responden yang >70 tahun ada 13 orang lansia (92,9%)
yang memiliki tekanan darah perbatasan. Berdasarkan hasil uji Chi-
Square menunjukkan bahwa, ada hubungan bermakna secara statistik
antara umur dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia, dengan
nilai P value = 0,010 dimana P< α(0,05).
Hal ini sesuai dengan teori Hanns Peter (2009), yang menyatakan
bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari
keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan
akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini
dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya
penyesuaian diri. Dan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
Dinkes Jateng didapatkan bahwa risiko terkena hipertensi lebih besar
sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 %
dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 64/80
65
Dengan demikian peneliti menyimpulkan hasil penelitian bahwa,
kelompok lansia yang berumur 60 tahun keatas dapat meningkatkan
resiko hipertensi. Ini disebabkan adanya perubahan alami pada jantung,
pembuluh darah, dan hormon. Bila disertai faktor-faktor lain seperti
obesitas, dan pengaruh pola makan, maka bisa memicu terjadinya
hipertensi. Oleh karena itu, bagi lansia dan keluarga hendaknya menjaga
pola hidup agar tidak muda terkena penyakit hipertensi. Dan bagi petugas
kesehatan agar selalu menjelaskan tentang adanya pengaruh faktor umur
terhadap penyakit hipertensi.
b. Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Tekanan Darah Penderita
Hipertensi Pada Lansia
Dari hasil penelitian diperoleh analisis hubungan antara jenis
kelamin dengan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia,
menunjukkan bahwa dari 28 responden yang berjenis kelamin perempuan
ada 13 orang lansia (46,6%) yang memiliki tekanan darah tinggi,
sementara dari 14 responden yang berjenis kelamin laki-laki ada 3 orang
lansia (21,4%) yang memiliki tekanan darah tinggi. Kemudian dari 28
responden yang berjenis kelamin perempuan ada 15 orang lansia (53,6%)
yang memiliki tekanan darah perbatasan, sementara dari 14 responden
yang berjenis kelamin laki-laki ada 11 orang lansia (78,6%) yang
memiliki tekanan darah perbatasan. Berdasarkan hasil uji Chi-Square
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 65/80
65
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik
antara jenis kelamin dengan tekanan darah penderita hipertensi pada
lansia, dengan nilai P value = 0,217 dimana P> α(0,05).
Hal ini sejalan dengan pendapat Marliani (2007) bahwa hipertensi
lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi
lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%
penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan
perubahan hormon setelah menopause. Dan berdassarkan penelitian
Anggraini dkk (2009), didapatkan lebih dari setengah penderita hipertensi
berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. Oleh karena itu, bagi responden
perempuan maupun laki-laki hendaknya menjaga pola makannya dan
harus tetap rutin mengontrol tekanan darahnya, agar tekanan darah tetap
dan tidak meningkat sewaktu-waktu, Dan bagi petugas kesehatan agar
selalu menjelaskan tentang pentingnya menjaga pola makan yang sehat
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Hubungan Antara Genetik Dengan Tekanan Darah Penderita
Hipertensi pada Lansia
Dari hasil penelitian diperoleh analisis hubungan antara genetik
dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia, menunjukkan bahwa
dari 22 responden yang ada faktor genetiknya ada 5 orang lansia (22,7%)
yang memiliki tekanan darah tinggi, sementara dari 20 responden yang
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 66/80
65
tidak ada faktor genetiknya ada 11 orang lansia (55,0%) yang memiliki
tekanan darah tinggi. Kemudian dari 22 responden yang ada faktor
genetiknya ada 17 orang lansia (77,3%) yang memiliki tekanan darah
perbatasan, sementara dari 20 responden yang tidak ada faktor
genetiknya ada 9 orang lansia (45,0%) yang memiliki tekanan darah
perbatasan. Berdasarkan hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan bermakna secara statistik antara genetik dengan kejadian
hipertensi pada lansia, dengan nilai P value = 0,067 dimana P>(α 0,05).
Hal ini tidak sejalan dengan Marliani (2007) bahwa seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi. Berdasarkan Anggraini (2009)
bahwa adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari
pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.
Dengan demikian peneliti menyimpulkan hasil penelitian bahwa
penderita hipertensi banyak terjadi karena adanya faktor keturunan. Akan
tetapi tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada lansia yang tidak
adanya faktor keturunan. Faktor lingkungan lain juga bisa mempengaruhi
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 67/80
65
seperti stres, kegemukan (obesitas) dan kurang olahraga dapat memicu
hipertensi esensial
Oleh karena itu, bagi para lansia dan keluarga hendaknya menjaga
pola hidup yang sehat agar tekanan darahnya tidak meningkat dan bisa
kembali normal. Dan bagi petugas kesehatan agar menjelaskan tentang
adanya pengaruh faktor keturunan dan bukan faktor keturunan terhadap
penyakit hipertensi.
d. Hubungan Antara Berat Badan Dengan Tekanan Darah Penderita
Hipertensi Pada Lansia
Dari hasil penelitian analisis hubungan antara berat badan dengan
tekanan darah penderita hipertensi pada lansia, menunjukkan bahwa dari
31 responden yang tidak kelebihan BB ada 10 orang lansia (32,3%) yang
memiliki tekanan darah tinggi, sementara dari 11 responden yang
kelebihan BB ada 6 orang lansia (54,5%) yang memiliki tekanan darah
tinggi. Kemudian dari 31 responden yang tidak kelebihan BB ada 21
orang lansia (67,7%) yang memiliki tekanan darah perbatasan, sementara
dari 11 responden yang kelebihan BB ada 5 orang lansia (45,5%) yang
memiliki tekanan darah perbatasan. Berdasarkan hasil uji Chi-Square
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara berat badan dengan
tekanan darah penderita hipertensi lansia, dengan nilai P value = 0,281
dimana P>α (0,05).
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 68/80
65
Berdasarkan pendapat Marliani (2007), mengemukakan bahwa
penderita hipertensi sebagian besar mempunyai berat badan berlebih,
tetapi tidak menutup kemungkinan orang yang berat badanya normal
(tidak obesitas) dapat menderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi
volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi
dibandingkan dengan berat badannya normal. Hal ini tidak sejalan dengan
pendapat Rohaendi (2008) yang mengatakan bahwa pada usia
pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi
penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya
berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia.
Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa selain obesitas,
faktor lain juga bisa mempengaruhi kejadian hipertensi pada lansia tidak
obesitas yaitu dari pola makan lansia itu sendiri. Oleh karena itu, bagi
lansia dan keluarga hendaknya menjaga berat badannya dengan pola
makan yang teratur. Dan bagi petugas kesehatan agar memberikan
penjelasan tentang pengaruh obesitas serta komplikasi dari penyakit
hipertensi.
e. Hubungan Antara Kurang Olahraga Dengan Tekanan Darah
Penderita Hipertensi Pada Lansia
Dari hasil penelitian analisis hubungan antara kurang olahraga
dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia, yang menunjukkan
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 69/80
65
bahwa dari 27 responden yang tidak melakukan aktivitas olahraga ada 14
orang lansia (51,9%) yang memiliki tekanan darah tinggi, sementara dari
15 responden yang melakukan aktivitas olahraga ada 2 orang lansia
(13,3%) yang memiliki tekanan darah tinggi. Kemudian dari 27
responden yang tidak melakukan aktivitas olahraga ada 13 orang lansia
(48,1%) yang memiliki tekanan darah perbatasan, sementara dari 15
responden yang melakukan aktivitas olahraga ada 13 orang lansia
(86,7%) yang memiliki tekanan darah perbatasan. Berdasarkan hasil uji
Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan antara kurang olahraga
dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia, dengan niai P value =
0,033 dimana P<α (0,05).
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penderita
hipertensi pada lansia banyak terjadi pada responden yang tidak
melakukan aktivitas olahraga setiap harinya, hal ini sesuai dengan
pendapat Rohaendi (2008), bahwa kurang aktivitas berpengaruh terhadap
kerja detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja
lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus
memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri.
Berdasarkan hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001
didapatkan hasil bahwa yang melakukan olah raga 3 kali atau lebih per
minggu hanya 14,3%.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 70/80
65
Dengan demikian peneliti menyimpulkan untuk mengurangi
meningkatnya tekanan darah, bagi lansia dan keluarga agar mulai
melakukan aktivitas olahraga secara rutin. Karena dengan olahraga
teratur, tekanan darah tidak mudah meningkat.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 71/80
65
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
penelitian sebagai berikut:
1. Ada hubungan bermakna antara faktor umur dengan tekanan darah penderita
hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009
(p-Value (0,010) < (0,05)).
2. Tidak ada hubungan bermakna antara faktor jenis kelamin dengan tekanan
darah penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju
Palembang tahun 2009 (p-Value (0,217) > (0,05)).
3. Tidak ada hubungan bermakna antara keturunan dengan tekanan darah
penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang
tahun 2009 (p-Value (0,067) > (0,05)).
4. Tidak ada hubungan bermakna antara obesitas dengan tekanan darah
penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang
tahun 2009 (p-Value (0,281) > (0,05)).
5. Ada hubungan bermakna antara olahraga dengan tekanan darah penderita
hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009
(p-Value (0,033) < (0,05)).
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 72/80
65
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diajukan saran sebagai berikut:
1. Diharapkan bagi petugas kesehatan terutama di Puskesmas Pembina Plaju
Palembang dapat memberikan penyuluhan terutama mengenai faktor yang
berhubungan dengan hipertensi bagi lansia
2. Diharapkan kepada para lansia dan keluarga agar sedini mungkin untuk
selalu menjaga pola makan dan pola hidup yang sehat agar tidak mudah
terkena hipertensi.
3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat memanfaatkan karya tulis ini
sebagai bahan masukan dan dapat melanjutkan penelitian ini dengan variabel
yang berbeda dikemudian hari.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 73/80
65
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Masqon. 2005.
Faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada kelompok usia
lanjut dikecamatan pengandon kabupaten Kendal,
http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=2701,diakses
tanggal 11April 2009.
Andra, 2007.
Ancaman Serius Hipertensi di Indonesia. (http ://www.majalah-farmacia.com/rubric/one_news.asp?IDNews=256), diakses 27 Maret 2009.
Anggraini dkk, 2009.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada kelompok lansia.
(http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/kedokteran/hipertensi
kelompok lansia) diakses tanggal 17 April 2009
Elsanti, Salma. 2009.
Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi & Serangan
Jantung, Araska, Yogyakarta.
Gunawan, Lanny. 2001.
Hipertensi Tekanan Darah Tinggi, Kanisius, Yogyakarta.
Kuswardhani,Tuty.2007.
Penatalaksanaan Hipertensi pada Lansia. (http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/
penatalaksanaan%20hipertensi%20pada%20usia%20lanjut.pdf. ), diakses 8
April 2009.
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 74/80
65
Marliani Lili, dkk. 2007.
100 Question & Answers Hipertensi, PT Elex Media Komputindo, Gramedia,
Jakarta.
Maryam, R Siti, dkk. 2008.
Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Salemba Medika, Jakarta.
Notoatmodjo,Soekidjo. 2007.
Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo,Soekidjo. 2005.
Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Nugroho,Wahjudi. 2008.
Keperawatan Gerontik & Geriatrik ; Edisi ke-3. EGC,Jakarta.
Profil Kesehatan Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2008
Rohaendi, 2003
Hipertensi dan faktor resiko,
http://rohaendi.blogspot.com/2008_06_01_archive.html diakses tanggal 23
April 2009.
Rahyani. 2007
Faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada pasien yang berobat
dipoliklinik dewasa puskesmas bangking periode januari-juni 2007,
http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/02/files-of-drsmed-faktor-yang
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 75/80
65
berhubungan-dengan-kejadian-hipertensi.pdf , diakses tanggal 27 Maret 2009
jam18:09
Sustrani, Lanny, dkk. 2006.
Hipertensi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sutanto. 2009.
Awas 7 Penyakit Degeneratif , Paradigma Indonesia,Yogyakarta.
Wolff, Hanns Peter, 2008.
Hipertensi, PT Bhuana Ilmu Populer, Gramedia, Jakarta.
Hipertensi dan Diabetes Melitus,
(http://www.dinkesjatengprov.go.id/dinkes08/screening dinkes.pdf). diakses
tanggal 23 April 2009
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 76/80
65
KUISIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH
PENDERITA HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PEMBINA
PLAJU PALEMBANG TAHUN 2009
Petunjuk Pengisian Kuisioner:
a. Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan cermat dan teliti.
b. Berilah tanda silang (x) berdasarkan pilihan jawaban pada pertanyaan dibawah
ini.c. Kerahasiaan responden terjamin
d. Selamat mengisi
A. Identitas Responden
Hari / tanggal :
Nama Inisial :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Tekanan Darah :
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 77/80
65
B. Data Khusus
1. Hipertensi
Berapakah tekanan darah anda saat ini (setelah dilakukan pemeriksaan)?
a. >160 mmHg />95 mmHg. b. 150-159 mmHg/ 90-94mmHg.
2. Umur
Berapakah umur bapak atau ibu saat ini?
a. >70 tahun b. 60-69 tahun
3. Jenis Kelamin
a. Laki-laki b. Perempuan
4. Keturunan
Apakah didalam keluarga bapak atau ibu terdapat riwayat keluarga hipertensi
(mulai dari 2 keturunan)?
a. Ya b. Tidak
Jika ya, berapa orang yang menderita hipertensi selain bapak atau ibu didalam
keluarga?
a. 1orang b. >1 orang
Selain riwayat hipertensi, apakah ada didalam keluarga terdapat riwayat,(seperti: serangan jantung, stroke, penyakit ginjal, diabetes mellitus )
a. Ya b. Tidak
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 78/80
65
5. Berat Badan
Pengukuran BB dan TB (IMT):
Tinggi Badan =
Berat Badan =
6. Aktivitas Olahraga
Apakah bapak atau ibu sering melakukan aktivitas seperti olahraga dalam
seminggu?
a. Ya b. Tidak
Jika ya, aktivitas olahraga yang seperti apa yang bapak atau ibu sering ikuti:
(seperti: lari pagi, jalan santai, aerobik, jogging, bersepeda, yang lainnya
sebutkan…)
a. Ya b. Tidak
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 79/80
65
DAFTAR TABEL
PENGHITUNGAN IMT
(INDEKS MASSA TUBUH)
NO TB BBIMT =
SKALA UKUR
1 165 54 19,85 Tidak Obesitas
2 160 52 20,31 Tidak Obesitas
3 160 65 25,39 Obesitas
4 165 58 21,32 Tidak Obesitas
5 154 50 21,09 Tidak Obesitas
6 156 63 25,93 Obesitas7 164 53 19,70 Tidak Obesitas
8 159 64 25,29 Obesitas
9 160 51 19,92 Tidak Obesitas
10 165 68 25,00 Obesitas
11 155 48 20,00 Tidak Obesitas
12 150 68 30,02 Obesitas
13 165 50 18,38 Tidak Obesitas
14 160 50 19,53 Tidak Obesitas
15 158 47 18,87 Tidak Obesitas
16 152 65 28,14 Obesitas17 156 48 19,75 Tidak Obesitas
18 160 52 20,31 Tidak Obesitas
19 155 50 20,83 Tidak Obesitas
20 163 58 21,80 Tidak Obesitas
21 159 48 18,97 Tidak Obesitas
22 156 48 19,75 Tidak Obesitas
23 158 47 18,87 Tidak Obesitas
24 165 54 19,85 Tidak Obesitas
25 165 58 21,32 Tidak Obesitas
26 156 62 25,51 Obesitas
27 164 53 19,70 Tidak Obesitas28 160 53 20,70 Tidak Obesitas
29 154 60 25,32 Obesitas
30 166 52 18,90 Tidak Obesitas
31 164 53 19,70 Tidak Obesitas
32 160 46 17,97 Tidak Obesitas
33 165 50 18,38 Tidak Obesitas
5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 80/80
65
34 165 48 17,65 Tidak Obesitas
35 160 45 17,58 Tidak Obesitas
36 160 49 19,14 Tidak Obesitas37 159 51 20,16 Tidak Obesitas
38 158 46 18,47 Tidak Obesitas
39 160 66 25,78 Obesitas
40 155 67 27,92 Obesitas
41 159 64 25,29 Obesitas
42 160 52 20,31 Tidak Obesitas