Top Banner
112

KTI DWI LESTARI B10.135

Oct 24, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KTI DWI LESTARI B10.135
Page 2: KTI DWI LESTARI B10.135
Page 3: KTI DWI LESTARI B10.135
Page 4: KTI DWI LESTARI B10.135
Page 5: KTI DWI LESTARI B10.135
Page 6: KTI DWI LESTARI B10.135
Page 7: KTI DWI LESTARI B10.135
Page 8: KTI DWI LESTARI B10.135
Page 9: KTI DWI LESTARI B10.135
Page 10: KTI DWI LESTARI B10.135
Page 11: KTI DWI LESTARI B10.135
Page 12: KTI DWI LESTARI B10.135
Page 13: KTI DWI LESTARI B10.135
Page 14: KTI DWI LESTARI B10.135

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan indikator kesehatan di suatu

negara. Angka kematian maternal dan neonatal masih tinggi. Salah satu faktor

penting dalam upaya menurunkan angka tersebut dengan memberikan pelayanan

kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas kepada masyarakat

(Prawirohardjo, 2005).

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting dalam

menentukan tingkat kesehatan masyarakat. Anak – anak terutama bayi lebih rentan

terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat, oleh karena itu tujuan

keempat MDGs adalah menurunkan angka kematian bayi menjadi 23 per 1.000

kelahiran hidup pada tahun 2015 (Prasetyawati, 2012).

Angka Kematian Bayi di Indonesia pada tahun 2011 sebesar 34/1.000

kelahiran hidup, meningkat bila dibandingka pada tahun 2010 sebesar 31/1.000

kelahiran hidup, sehingga angka kematian bayi di Indonesia harus menjadi

perhatian serius untuk mencapai target MDGs pada tahun 2015 (Kepmenkes, 2011).

Penyebab kematian neonatal menurut Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) antara lain disebabkan karena gangguan pernafasan sebesar 37%,

prematuritas sebesar 34%, sepsis sebesar 12%, hipotermi sebesar 7%, kelainan

Page 15: KTI DWI LESTARI B10.135

2

darah / hiperbilirubinemia sebesar 6%, postmatur sebesar 3%, dan kelainan

kongenital sebesar 1% (Depkes, 2007).

Angka Kematian Bayi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar

10,34/1.000 kelahiran hidup, menurun dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar

10,62/1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di kota Surakarta sebesar

3,63/1.000 kelahiran hidup (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2011).

Keadaan bayi sangat bergantung pada pertumbuhan janin didalam uterus,

kualitas pengawasan antenatal serta penanganan dan perawatan setelah lahir.

Penanggulangan bayi tegantung pada keadaannya apakah bayi normal atau tidak.

Diantara bayi yang normal ada yang membutuhkan pertolongan medik segera

seperti bayi baru lahir dengan asfiksia, perdarahan dan hiperbilirubinemia

(Wiknjosastro, 2006).

Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling

sering ditemukan pada bayi baru lahir . Lebih dari 85% bayi cukup bulan yang

kembali dirawat dalam minggu pertama kahidupan disebabkan oleh keadan ini.

Hiperbilirubinemia menyebabkan bayi terlihat berwarna kuning. Keadaan ini

timbul akibat akumulasi pigmen bilirubin (4Z, 15Z, bilirubin IX alpha) yang

berwarna kuning yang terlihat pada sklera dan kulit (Abdulrahman, 2010).

RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit pendidikan Klas III Tipe A

yang mempunyai fasilitas PONEK dan sebagai pusat rujukan bagi rumah sakit di

sekitar Surakarta, Jawa Tengah serta Jawa Timur bagian Barat. Menurut data yang

diambil dari rekam medik di RSUD Dr. Moewardi pada bulan

Page 16: KTI DWI LESTARI B10.135

3

september 2011 – september 2012 terdapat jumlah bayi baru lahir sebanyak

2.630 bayi. Sebanyak 1942 bayi (73,89% ) lahir normal, sebanyak 339 bayi (12,

88%) dengan berat badan lahir rendah (BBLR), sebanyak 285 bayi (10,83%)

dengan hiperbilirubinemia dan sebanyak 61 bayi (2,32%) lahir postmatur. Dari data

yang diperoleh, angka kejadian bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia di RSUD

Dr. Moewardi Surakarta masih tergolong tinggi (RM RSUD Dr. Moewardi, 2012).

Berdasarkan latar belakang tersebut angka kejadian bayi baru lahir dengan

hiperbilirubinemia masih tinggi dan merupakan salah satu penyebab tertingi

kematian bayi sehingga diperlukan penanganan yang lebih optimal untuk

menurunkan kejadian hiperbilirubinemia, karena itu penulis tertarik melaksanakan

studi kasus dengan judul “ Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny. S

umur 10 jam dengan Hiperbilirubinemia derajat III di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta”.

B. Perumusan Masalah

Bagaimana penatalaksanaan Asuhan kebidanan bayi baru lahir pada Bayi

Ny. S umur 10 jam dengan hiperbilirubinemia derajat III di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta dengan menggunakan Manajemen Kebidanan 7 langkah Varney ?

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny.S dengan

hiperbilirubinemia derajat III dengan menggunakan pendekatan menejemen

kebidanan 7 langkah Varney.

Page 17: KTI DWI LESTARI B10.135

4

2. Tujuan Khusus

a. Penulis :

1) Mampu melakukan pengkajian terhadap bayi baru lahir pada Bayi

Ny.S dengan hiperbilirubinemia derajat III secara lengkap dan

sistematis.

2) Mampu menginterprestasikan data dengan memberikan diagnosa

kebidanan, masalah – masalah dan kebutuhan bayi baru lahir pada

Bayi Ny.S dengan hiperbilirubinemia derajat III

3) Mampu mengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial bayi

baru lahir pada Bayi Ny.S dengan hiperbilirubinemia derajad III.

4) Mampu melaksanakan antisipasi akan kebutuhan yang memerlukan

penangan segera pada Bayi Ny.S dengan hiperbilirubinemia derajat

III.

5) Dapat merencanakan asuhan kebidanan yang menyeluruh pada Bayi

Ny. S dengan hiperbilirubinemia derajat III.

6) Mampu melaksanakan asuhan yang telah direncanakan sesuai dengan

diagnosa pada Bayi Ny.S dengan hiperbilirubinemia derajat III.

7) Mampu melakukan evaluasi dalam pelaksanaan asuhan kebidanan

bayi baru lahir pada Bayi Ny.S dengan hiperbilirubinemia derajat III.

b. Mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan

termasuk faktor pendukung dan penghambat pada saat memberikan asuhan

kebidanan pada Bayi Ny.S dengan hiperbilirubinemia derajat III.

Page 18: KTI DWI LESTARI B10.135

5

c. Mampu memberikan alternatif pemecahan pada kesenjangan teori dan

kasus nyata pada penatalaksanaan bayi baru lahir dengan Bayi Ny.S

dengan hiperbilirubinemia derajat III

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Diri sendiri

Dapat menambah pengetahuan, wawasan ketrampilan serta gambaran yang

nyata dalam mengatasi dan melaksanakan asuhan kebidanan bayi baru lahir

pada Bayi Ny.S dengan hiperbilirubinemia derajat III .

2. Bagi profesi

Dapat memberikan informasi yang digunakan untuk bahan pertimbangan

dalam melaksanakan tugas kolaborasi dan rujukan serta antisipasi tindakan

segera dalam memberikan asuhan kebidanan dan memberikan penanganan

pertama pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia derajat III dengan tepat

dan cepat.

3. Bagi Institusi

a. Rumah Sakit

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam

memberikan asuhan untuk meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan

bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia derajat III

di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Page 19: KTI DWI LESTARI B10.135

6

b. Pendidikan

Sebagai tambahan bahan kepustakaan tentang asuhan kebidanan bayi baru

lahir dengan hiperbilirubinemia derajat III.

c. Bagi Masyarakat

Mampu mengetahui dan mengenali tanda bahaya bayi dengan

hiperbilirubinemia dan segera membawa ke petugas kesehatan sehingga

bayi mendapatkan pertolongan dengan tepat.

E. Keaslian Studi Kasus

Studi Kasus tentang asuhan kebidanan bayi baru dengan hiperbilirubinemia

sudah pernah ditulis oleh :

1. Dewi, A (2007), dengan judul “ Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi

Ny. A dengan Hiperbilirubinemia derajat III di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta.” Asuhan selama 15 hari dengan tindakan pemberian PASI,

mengobservasi keadaan hiperbilirubin bayi, menjaga lingkungan sekitar bayi

agar tetap hangat, mengobservasi BAB dan BAK, mengisolasi bayi, kolaborasi

dengan dokter spesialis anak dengan foto terapi dan injeksi berupa ampisilin 2

x 50 mg, Sagestam 2 x 5mg Neo K 1 X 0,5 gram selama 2 hari. Didapatkan

kadar bilirubin menjadi 7,5 mg % dan bayi pulang dalam kondisi sehat.

2. Trionika, N (2009), dengan judul “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan

hiperbilirubinemia di RSU Cibitung Bekasi.’’ Asuhan selama 8 hari dengan

tindakan pemberian PASI, mengobservasi keadaan hiperbilirubin bayi,

menjaga lingkungan sekitar bayi agar tetap hangat, mengobservasi BAB dan

Page 20: KTI DWI LESTARI B10.135

7

BAK, mengisolasi bayi, kolaborasi dengan dokter spesialis anak dengan foto

terapi, dan bayi pulang dalam keadaan sehat.

3. Listyaningsih, K (2006), dengan judul “Asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir

pada Bayi Ny.S dengan Hiperbilirubinemia di RS. Panti Waluyo Surakarta

dengan asuhan selama 7 hari dengan tindakan pemberian ASI yang cukup,

observasi kaedaan umum bayi, penjemuran bayi dengan sinar matahari pada

pukul 07.00 WIB sampai 07.30 WIB, kolaborasi dengan dokter spesialis anak

dengan sinar terapi. Hasil kadar bilirubin menjadi 3,5 mg % dan bayi pulang

dalam keadaan sehat.

Perbedaan pada studi kasus diatas dengan kasus yang telah dilaksanakan

terletak pada subyek, tempat, waktu penelitian dan terapi yang diberika

F. Sistematika penulisan

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dibagi menjadi lima bab, yang

masing – masing memuat tentang :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penulisan, manfaat studi kasus, keaslian studi kasus dan

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisi teori bayi baru lahir, teori medik

hiperbilirubinemia, teori kebidanan 7 langkah Varney yang meliputi

pengkajian, interprestasi data, diagnosa potensial, antisipasi,

Page 21: KTI DWI LESTARI B10.135

8

perencanan, melaksanakan tindakan , evaluasi serta data perkembangan

SOAP dan landasan hukum.

BAB III METODOLOGI

Dalam bab ini berisi jenis studi kasus, lokasi studi kasus, subyek studi

kasus, teknik pengumpulan data dan alat – alat yang dibutuhkan dalam

melakukan studi kasus.

BAB IV TNJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi tentang tinjauan kasus dan pembahasan. Tinjauan

kasus berisi tentang asuhan yang diberikan pada bayi Ny. S sesuai

dengan manajemen 7 langkah Varney yang meliputi pengkajian,

interprestasi data, diagnosa potensial, antisipasi, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. Sedangkan pembahasan berisi tentang

masalah atau kesenjangan antara teori dan kasus yang temukan

dilapangan.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran, kesimpulan merupakan

jawaban dari tujuan dan merupakan inti dari pembahasan kasus bayi

baru lahir dengan hiperbilirubinemia derajat III, sedangkan saran

merupakan alternatif pemecahan masalah dan tanggapan dari

kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 22: KTI DWI LESTARI B10.135

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI MEDIS

1. Bayi Baru Lahir (BBL)

a. Pengertian Bayi Baru Lahir Normal

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur

kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai

4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada kelainan

kongenital atau cacat bawaan yang berat

(Kristiyanasari, 2010 dan Kosim, 2007).

b. Ciri – ciri Bayi Baru Lahir Normal

Menurut Dewi (2010), ciri – ciri bayi baru lahir normal adalah

sebagai berikut :

1) Lahir aterm antara 37 – 42 minggu.

2) Berat badan 2.500 – 4.000 gram.

3) Panjang badan 48 – 52 cm.

4) Lingkar kepala 33 – 35 cm.

5) Lingkar dada 30 – 38 cm.

6) Lingkar lengan 11 – 12 cm.

7) Frekuensi denyut jantung 120 – 160 x / menit.

8) Pernafasan + 40 – 60 x/menit.

Page 23: KTI DWI LESTARI B10.135

10

9) Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subkutan yang

cukup.

10) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala telah sempurna.

11) Kuku panjang dan lemas.

12) Nilai APGAR > 7.

13) Reflek rooting ( mencari puting susu denga rangsangan taktil pada

pipi dan daerah mulut ) sudah terbentuk.

14) Reflek sucking (isap dan menelan ) sudah terbentuk denga baik.

15) Reflek morro (gerakan memeluk bila dikagetkan ) sudah terbentuk

dengan baik.

16) Reflek grasping (menggenggam ) sudah baik.

17) Genetalia pada laki – laki testis pada skrotum dan penis berlubang

pada perempuan uretra berlubang serta adanya labia mayora dan

minora.

18) Eliminasi baik dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama

dan berwarna hitam kecoklatan.

c. Klasifikasi Bayi Baru Lahir

Menurut Damamik (2010), klasifikasi bayi baru lahir menurut usia

gestasi, yaitu :

1) Bayi Kurang Bulan (BKB) : Bayi dilahirkan dengan masa

gestasi< 37 minggu (259 hari).

2) Bayi Cukup Bulan ( BCB) : Bayi dilahirkan dengan masa

Page 24: KTI DWI LESTARI B10.135

11

gestasi antara < 37 – 42 minggu

( 259 – 293 hari ).

3) Bayi Lebih Bulan ( BLB) : Bayi dilahirkan dengan masa

gestasi>42 minggu (294 hari).

d. Perubahan – perubahan yang terjadi pada bayi baru lahir

1) Pernafasan

Pernafasan pertama pada bayi baru lahir normal terjadi dalam

waktu 30 detik setelah lahir, pernafasan bayi pada menit–menit

pertama kurang lebih 80 x/menit disertai pernafasan cuping hidung

rintihan berlangsung 10 – 15 menit (Wiknjosastro, 2005).

2) Suhu

Bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi dan

radiasi sebanyak 200 kalori/kg BB/menit apabila dibiarkan dalam

suhu kamar 250C. Hal ini akan menyebabkan penurunan suhu tubuh

sebanyak 20C dalam waktu 15 menit (Wiknjosastro, 2005 ).

3) Perubahan sistem sirkulasi

Dengan berkembangnya paru–paru, tekanan oksigen didalam

alveoli meningkat. Sebaliknya, tekanan karbondioksida turun. Hal-hal

tersebut mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh darah paru,

sehingga aliran darah meningkat. Ini menyebabkan darah dari arteri

pulmonalis mengalir ke paru–paru melalui vena umbilikus dengan

dipotongnya talipusat, aliran darah dari plasenta melalui vena inferior

Page 25: KTI DWI LESTARI B10.135

12

dan foramen di atrium kanan ini menyebabkan foramen ovale

menutup. Sirkulasi janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi

yang hidup di luar badan ibu (Wiknjosastro, 2005).

4) Feces

Feces berbentuk mekoneum berwarna hijau tua yang telah

berada di saluran pencernaan sejak janin berumur 16 minggu, akan

mulai keluar dalam waktu 24 jam, pengeluaran ini akan berlangsung

sampai hari ke 2 – 3. Pada hari keempat sampai hari kelima warna

tinja menjadi coklat kehijau-hijauan. Selanjutnya warna feces akan

tergantung dari jenis susu yang yang diminumnya

(Wiknjosastro, 2005).

5) Perubahan metabolisme karbohidrat

Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan kadar

gula darah, untuk menambah energi pada jam–jam pertama. Setelah

lahir energi diambil dari hasil metabolisme asam lemak

(Kristiyanasari, 2010).

e. Penanganan Bayi Baru Lahir Normal

Menurut Ladewig (2006), penanganan bayi baru lahir normal meliputi :

1) Membersihkan jalan nafas dan sekaligus menilai APGAR menit

pertama.

2) Mengeringkan badan bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan

kain halus atau handuk.

Page 26: KTI DWI LESTARI B10.135

13

3) Memotong dan mengikat tali pusat dengan memperhatikan teknik

aseptik dan antiseptik .

4) Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara dibungkus dengan kain

hangat dan kepala diberi topi.

5) Memberikan vitamin K dengan dosis 0,5-1 mg secara IM untuk

mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K.

6) Memberikan salep mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk

mencegah penyakit mata karena klamida.

7) Mendekapkan bayi ke ibu dan menetekkan segera setelah lahir agar

ibu tenang, ada kontak batin antara ibu dan bayi, kebutuhan nutrisi

bayi terpenuhi.

2. Hiperbilirubinemia

a. Pengertian hiperbilirubinemia

Hiperbilirubinemia merupakan istilah yang dipakai untuk ikterus

neonatorum setelah ada hasil laboratorium yang menunjukkan

peningkatan kadar serum bilirubin. Hiperbilirubinemia dibagi dua, yaitu :

hiperbilirubinemia fisiologis dan hiperbilirubinemia patologis.

Hiperbilirubinemia fisiologis apabila kadar bilirubin tidak >10 mg/dL

pada bayi kurang bulan dan tidak >12 md/dL pada bayi cukup bulan.

Hiperbilirubinemia patologis apabila kadar bilirubin total >12 mg/dL

pada bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kurang bulan bila kadar >10

mg/dL (Depkes RI, 2007).

Page 27: KTI DWI LESTARI B10.135

14

Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin

mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kern ikterik

bila tidak tertanggulangi dengan baik (Prawirohardjo, 2005).

b. Etiologi hiperbilirubinemia

Menurut Prawirohardjo (2005) dan Haws (2005), etiologi

hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh beberapa

faktor. Secara garis besar etiologi hiperbilirubinemia adalah :

1) Faktor produksi bilirubin yang berlebihan melampaui kemampuan

bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada : haemolisis yang

meningkat seperti pada ketidak cocokan golongan darah antara lain

Rh, ABO antagonis, defisiensi enzim G6-PD, golongan darah lain,

sepsis.

2) Gangguan dalam up take dan konjugasi hepar disebabkan imaturitas

hepar, kurangnya substrak konjugasi (mengubah) bilirubin,

gangguan fungsi hepar akibat asidosis, hipoksia, dan infeksi atau

tidak terdapat enzim glukuronil transferase (G6PD).

3) Gangguan transportasi bilirubin dalam darah terikat oleh albumin

kemudian diangkut ke hepar. Ikatan ini dapat dipengaruhi oleh obat

seperti salsilat, sulfafu razole. Defisiensi albumin menyebabkan

lebih banyak bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah

melekat pada sel otak (kern ikterik).

Page 28: KTI DWI LESTARI B10.135

15

4) Gangguan dalam ekskresi akibat sumbatan dalam hepar atau diluar

hepar. Akibat kelainan bawaan atau infeksi, atau kerusakan hepar

oleh penyebab lain.

5) Kekurangan protein yang tidak mencukupi jumlah enzim sehingga

kemampuan hati untuk melakukan konjugasi dan ekskresi bilirubin

berkurang.

6) Peningkatan kadar bilirubin berlebih.

7) Pemberian minum ASI yang belum mencukupi.

c. Patofisiologi hiperbilirubinemia

Menurut Lissauer (2009), patofisiologi hiperbilirubin yaitu :

Hiperbilirubin terbentuk dari metabolisme hemoglobin dan

protein hem lainnya. Produk pemecahan awal bilirubin takterkonjugasi

(bilirubin indirek), yang dibawa di dalam darah dalam keadaan terikat

dengan albumin. Ketika ikatan albumin tersaturasi, bilirubin bebas yang

bersifat larut dalam lemak dapat melewati sawar darah menuju ke otak

yang menyebabkan terjadinya kernikterus.

Bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) yang berikatan dengan

albumin dikonjugasi dihati diekskresikan melalui saluran empedu

kedalam saluran cerna. Sebagian bilirubin diabsorbsi kembali dari

saluran cerna (sirkulasi enterohepatik). Faktor resiko untuk ikterus

ditunjukkan dengan warna kuning pada kulit.

Page 29: KTI DWI LESTARI B10.135

16

Melewati sawar darah otak

menyebabkan kernikterus

Pemecahan bilirubin

indirek bebas

hemoglobin

dan protein hem

lainnya Bilirubin

Indirek

terikat

dengan

albumin

Bilirubin

direk

Sumber :Lissauer& Fanaroff (2009)

Gambar 2.1. Skema Peningkatan Hiperbilirubinemia

d. Jenis – jenis hiperbilirubin.

Menurut Prawirohardjo (2005), jenis – jenis hiperbilirubin antara lain :

1) Hiperbilirubin hemolitik

Pada umumnya merupakan suatu golongan penyakit yang

disebabkan oleh inkompabilitas golongan darah ibu dan bayi, seperti:

a) Inkompabilitas Rhesus

Ekresi ke

empedu sterkobilinoge

Usus

Ginjal

Pada hati terjadi konjugasi

(glukoriniltransferase).

1. Peningkatan jumlah

sel darah merah

2. Hemolisis- antibodi

rhesus dan sel darah

merah

3. Defisiensi G6PD

Albumin bebas

Hipoksia

Asidosis

Page 30: KTI DWI LESTARI B10.135

17

b) Inkompabilitas ABO

c) Inkompabilitas golongan darah lain

d) Kelainan eritrosithconginetal

e) Defisiensi enzim G6PD

2) Hiperbilirubin Obstruktiva

Hiperbilirubin yang terjadi karena sumbatan penyaluran empedu

baik dalam hati maupun diluar hati. Akibat sumbatan itu terjadi

penumpukan bilirubin tidak langsung.

3) Hiperbilirubin yang disebabkan oleh hal lain, seperti :

a) Pengaruh hormon atau obat yang mengurangi kesanggupan

hepar untuk mengadakan konjugasi bilirubin.

b) Hipoalbuminemia.

c) Adanya obat atau zat kimia yang mengurangi ikatan bilirubin

tidak langsung pada albumin misalnya, sulfafurzole, salsilat dan

heparin.

d) Sindrom Griger – Najur. Penyakit ini tidak terdapat atau sangat

kurang glukoronil transferase dalam hepar.

e) Hiperbilirubinemia karena late feeding.

f) Asidosis metabolik.

g) Pemakaian vitamin K, kalau dosis melebihi 10 mg%.

e. Diagnosa hiperbilirubinemia

Page 31: KTI DWI LESTARI B10.135

S

Gamb

labo

sac

dala

diam

baw

hip

Sumber :Sai

ar 2.2. Deraj

Sebaik

oratories, a

ara klinis. U

am cahaya

mati untuk m

wah ini da

erbilirubinem

ifuddin (200

jat dan daera

knya penila

apabila fasil

Untuk peng

matahari da

menghilangk

apat dilihat

mia:

5)

ah hiperbilir

aian hiperb

litas tidak

gamatan hip

an dengan m

kan warna, k

t gambar

a) Derajat

b) Derajat

c) Derajat

d) Derajat

e) Derajat

rubinemia

bilirubinemi

memungkin

erbilirubin p

menekan se

karena penga

pembagian

I : kepala

II : kepala

umbili

III : kepala

Paha, s

IV : kepala,

sampa

V : kepala

ekstrem

ia dilakuka

nkan dapat

paling baik

edikit kulit

aruh sirkulas

derajat da

sampai lehe

a, badan sam

icus

a, badan,

sampai deng

, badan, pah

ai pergelanga

a, badan, sem

mitas sampai

18

an secara

dilakukan

dilakukan

yang akan

si darah. Di

an daerah

er

mpai

gan lutut.

a , lutut

an kaki

mua

i ujung jari

Page 32: KTI DWI LESTARI B10.135

19

Berikut adalah tabel rumus Kremer untuk menilai besarnya kadar

bilirubin berdasarkan luas ikterus.

Tabel 2. 1.Rumus Kremer

Daerah Luas HiperbilirubinKadar bilirubin

(mg %)

1 Kepala dan leher 5

2

Daerah 1 (+)

Badan bagian atas 9

3

Daerah 1, 2 (+)

Badan bagian bawah dan tungkai 11

4

Daerah 1, 2, 3 (+)

Lengan dan kaki dibawah dengkul 12

5

Daerah 1, 2, 3, 4 (+)

Tangan dan kaki 16

Sumber : Prawirohardjo (2005)

f. Penatalaksanaan hiperbilirubinemia.

1) Menuru Surasmi (2003), hiperbilirubinemia dapat ditangani dengan

cara :

a) Fototerapi.

Penggunaan fototerapi sesui anjuran dokter biasanya

diberikan pada neonatus dengan kadar bilirubin indirek lebih

dari 10 mg%, sebelum transfusi tukar atau sesudah transfusi

tukar. Pemberian terapi sinar dapat menimbulkan efek samping.

Namun efek samping tersebut bersifat sementara, yang dapat

dicegah atau ditanggulangi dengan memperhatikan tata cara

penggunaan terapi sinar dan diikuti dengan pemantauan keadaan

bayi secara berkelanjutan.

Page 33: KTI DWI LESTARI B10.135

20

b) Trassfusi Tukar.

Transfusi tukar akan dilakuka oleh dokter pada neonatus

dengan kadar bilirubin indirek sama dengan atau lebih tinggi

dari 20 mg% atau secara lebih awal sebelum bilirubin mencapai

kadar 20 mg%. Pada neonatus dengan kadar bilirubin tali pusat

lebih dari 4 mg% dan kadar hemoglobin tali pusat kurang dari

10 mg%, peningkatan kadar bilirubin 1 mg% tiap jam. Darah

yang digunakan sebagai darah pengganti (darah donor)

ditetapkan berdasarkan penyebab hiperbilirubinemia.

c) Fenobarbital

Dapat mengekskresikan bilirubin dalam hati dan

memperbesar konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik

glukoronil transfuse yang mana dapat meningkatkan bilirubin

konjugasi dan clerancehepatic pada pigmen dalam empedu,

sintesis protein dimana dapat merningkatkan albumin untuk

mengikat bilirubin. Fenobarbital tidak begitu sering dianjurkan.

2) Menurut Prawirohardjo (2006), pengelolaan hiperbilirubinemia

menurut waktu dapat dilihat dalam tabel:

Page 34: KTI DWI LESTARI B10.135

21

Tabel 2.2.

Pedoman pengelolaan hiperbilirubinemia menurut waktu timbulnya dan

kadar bilirubin

Bilirubin

(mg%)

< 24 jam 14 – 48 jam 49 - 72 72

< 5 Pemberian makan

yang dini

5 – 9 Terapi sinar bila

haemolisis

Kalori cukup

10 – 14 Transfusi tukar bila

haemolisis

Terapi sinar

15 – 19 Transfusi tukar Transfusi tukar bila

haemolisis

Terapi

sinar

< 9 Transfusi tukar

Sumber : ( Prawirohardjo, 2006)

Keterangan :

Sebelum dan sesudah transfusi tukar diberi terapi sinar :

+ Bila tidak berhasil lakukan tranfusi tukar

Bila < 5 mg% selalu observasi

Bila > 5 mg% penyebab hiperbilirubinemia perlu diselidiki

3) Menurut Surasmi (2003), Prawirohardjo (2006), Suradi &

Rita (2010), Kosim, dkk (2010) penatalaksanan bayi dengan

hiperbilirubinemia antara lain :

a) Melakukan pengamatan yang ketat dan cermat dengan

melakukan pemeriksaan kadar bilirubin setiap 8 jam sekali sesuai

program untuk mengetahui adanya perubahan peningkatan kadar

bilirubin pada bayi.

b) Mencegah terjadinya kurang volume cairan.

Page 35: KTI DWI LESTARI B10.135

22

c) Pertahankan intake cairan dengan memberikan minum sesuai

jadual (2-3 jam) atau kebutuhan bayi.

d) Memberi terapi infus sesui program bila indikasi meningkatnya

temperatur, meningkatnya konsentrasi urine dan cairan hilang

berlebihan.

e) Kaji dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor kulit.

f) Memonitor temperatur setiap 2 jam.

4) Jemur bayi pada sinar matahari pagi pukul 07.00 WIB-09.00 WIB

pada kadar bilirubin 5-15 mg% atau dilakukan terapi sinar. Apabila

kadar bilirubin > 15 mg% dan ada peningkatan kadar bilirubin >5

mg%/hari lakukan transfuse tukar.

5) Bila bilirubin tidak turun setelah dilakukan fototerapi dan kadar

bilirubin total > 25 mg% atau > 20 mg% pada bayi sakit lakukan

pemeriksaan darah untuk dilakukan tranfusi tukar.

6) Bayi dengan penyakit otoimun hemolitik dan kadar bilirubin

meningkat walau telah dilakukan foto terapi intensif berikan

imonoglobulin intravena 0,5-1 g/kgBB selama 2 jam dan boleh

diulangi bila perlu12 jam kemudian.

7) Pada bayi yang mengalami penurunan berat badan 12% atau secara

klinis dianjurkan pemberian susu furmula atau ASI tambahan. Bila

pemberian peroral sulit dapat diberikan intravena.

Page 36: KTI DWI LESTARI B10.135

23

g. Komplikasi hiperbilirubinemia

Menurut Dewi (2010) komplikasi hiperbilirubinemia yaitu kern

ikterus (ensefalopati biliaris) merupakan suatu kerusakan otak akibat

adanya bilirubin indirek pada otak. Kern ikterus ditandai dengan kadar

bilirubin darah yang tinggi >20 mg% pada bayi cukup bulan atau >18

mg% pada bayi berat lahir rendah disertai dengan gejala kerusakan otak

berupa mata berputar, letargis, kejang, tidak mau menghisap, tonus otot

meningkat, leher kaku, sianosis serta dapat juga diikuti dengan ketulian,

gangguan berbicara, dan retardasi mengtal di kemudian hari.

3. Hiperbilirubinemia derajat III

a. Pengertian

Hiperbilirubinemia derajat III adalah warna kuning yang dapat

terlihat pada sklera, selaput lendir, kulit atau organ lain akibat

penumpukan kadar bilirubin bagian kepala, badan, paha sampai dengan

lutut (Surasmi, 2003).

Hiperbilirubinemia derajat III dipakai untuk ikterus neonatorum

setelah ada hasil labolatorium yang menunjukkan peningkatan kadar serum

bilirubin meningkat 10 – 13 mg/dl dalam 24 jam (Kosim dkk, 2010).

b. Tanda dan Gejala

Menurut Suriadi (2010), tanda dan gejala hiperbilirubinemia derajat III

antara lain :

1) Warna kuning pada kulit kepala, badan, paha sampai dengan lutut.

Page 37: KTI DWI LESTARI B10.135

24

2) Reflek hisap lemah

3) Sering tidur

4) Berat badan yang menurun

5) Feces berwarna seperti dempul

6) Warna urine gelap jika disertai dehidrasi

7) Peningkatan suhu bila disertai dehidrasi

8) Pemeriksaan bilirubin lebih dari 10 mg%.

c. Penatalaksanaan

Penanganan hiperbilirubinemia derajat III pada bayi baru lahir

menurut Prawirohardjo (2006) dan Surasmi (2003), antara lain:

1) Melakukan pengamatan yang ketat dan cermat dengan melakukan

pemeriksaan kadar bilirubin setiap 8 jam sekali sesuai program untuk

mengetahui adanya perubahan peningkatan kadar bilirubin.

2) Pada bayi dengan kadar bilirubin 11-15 mg% lakukan fototerapi.

3) Menganjurkan ibu untuk memberi ASI agar kebutuhan nutrisi

terpenuhi.

4) Jika dengan fototerapi kadar bilirubin tidak turun dan terdapat

kenaikan kadar bilirubin 5mg%/hari maka melakukan pemeriksaan

golongan darah ibu dan bayi serta memeriksa kadar bilirubin untuk

transfuse tukar.

Page 38: KTI DWI LESTARI B10.135

25

4. Foto Terapi

a. Pengertian

Menurut Kosim dkk (2010), foto terapi intensif adalah foto terapi

menggunakan sinar blue- green specttrum (panjang gelombang

430 – 490 nm) dengan kekuatan 30 Uw/cm2 (diperiksa dengan radiometer

atau diperkirakan dengan menempatkan bayi langsung dibawah sumber

sinar dan kulit bayi yang terpajan lebih luas).

b. Tehnik Pemberian Foto terapi

Menurut Kosim dkk ( 2010), tehnik pemberian foto terapi diberikan

dengan cara sebagai berikut :

1) Letakkan bayi dibawah lampu terapi sinar dengan jarak 45 – 50 cm.

2) Letakkan bayi sedekat mungkin dengan lampu sesuai sesui dengan

petunjuk.

3) Ubah posisi bayi setiap 3 jam.

4) Pastikan bayi terpenuhi kebutuhan cairannya.

5) Pantau suhu tubuh bayi dan suhu tubuh ruangan setiap 3 jam.

6) Periksa kadar bilirubin serum setiap 6 – 12 jam pada bayi dengan kadar

bilirubin yang cepat meningkat, bayi kurang bulan atau bayi sakit.

Selanjutnya lakukan pemeriksaan ulang setelah 12 – 24 jam terapi

sinar dihentikan.

Page 39: KTI DWI LESTARI B10.135

26

7) Hentikan terapi sinar bila kadar bilirubin turun dibawah batas untuk

dilakukan terapi sinar atau mendekati nilai untuk dilakukan transfusi

tukar.

B. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah metode pendekatan dengan

menggunakan langkah langkah yang dipergunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan–

penemuan, ketrampilan dalam tahapan yang akurat untuk pengambilan

keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2007).

2. Langkah – langkah

Dalam studi kasus ini mengacu pada pola pikir Varney karena untuk

memudahkan dalam pengerahan pemecahan masalah terhadap klien. Proses

menurut Hellen Varney ada 7 langkah dimulai dari pungumpulan data dasar

dan berakhir dengan evaluasi.

Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut :

Langkah 1 : Pengkajian Data

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat

dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk

memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik, sesui

dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda–tanda vital, pemeriksaan khusus

dan pemeriksaan penunjang, (Varney, 2007).

Page 40: KTI DWI LESTARI B10.135

27

Proses menejemen menurut Varney ada 7 langkah dimulai dari

pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah

tersebut adalah :

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah pertama yang dipakai dalm menerapkan

asuhan kebidanan pada pasien dan merupakan suatu proses sistematis

dalam pengumpulan data (Nursalam, 2007).

a. Data Subyektif

Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai

suatu pendapat terhadap situasi dan kejadia, informasi tersebut tidak

dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independent tetapi

melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2007).

Menurut Nursalam (2007) dan Metondang (2003), data subyektif

meliputi :

1) Identitas Pasien

Menurut Nursalam (2007), identitas pasien meliputi :

a) Nama

Untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar–benar bayi

yang dimaksud.

b) Umur

Untuk menginterprestasikan apakah data pemeriksaan klinis

bayi tersebut normal sesuai dengan umurnya.

Page 41: KTI DWI LESTARI B10.135

28

c) Jenis kelamin

Untuk penilaian data pemeriksaan klinis, misalnya nilai–

nilai buku, penyakit–penyakit seks (seks linkes)

d) Alamat

Untuk memudahkan komunikasi jika terjadi hal – hal yang

gawat, atau hal lain yang dibutuhkan, serta untuk

kepentingan kunjungan rumah jika diperlukan.

e) Nama orang tua

Agar tidak terjadi kekeliruan dengan orang lain

f) Umur orang tua

Untuk menambah kekuatan data yang diperoleh serta dapat

ditemukan pola pendekatan dalam anamnesis.

g) Agama

Untuk mendapatkan identitas serta untuk mengetahui

perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit yang

sering berhubungan dengan agama dan suku bangsa.

h) Pendidikan

Berperan dalam pendekatan selanjutnya sesui tingkat

pengetahuan.

Page 42: KTI DWI LESTARI B10.135

29

i) Pekerjaan

Untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi orang tua

berhubungan dengan kemampuan dalam mencukupi

kebutuhan nutrisi.

2. Anamnesa dengan Orangtua

a. Keluhan Utama

Keluhan utama adalah proses pengkajian kondisi pasien pada saat

datang. Pada bayi dengan hiperbilirubinemia keluhan dapat berupa

terlihat kuning disekitar kepala, badan, paha sampai dengan lutut,

sulit menghisap, sering tidur, sehingga timbul kecemasan pada

orangtuanya (Wiknjosastro, 2006).

b. Riwayat penyakit

1) Riwayat penyakit sekarang

Mengkaji kondisi bayi untuk menentukan pemeriksaan

disamping alasan datang ( Nursalam, 2007).

2) Riwayat prenatal (kehamilan)

Untuk mengetahui keadaan bayi saat dalam kandungan.

Pengkajian ini meliputi : hamil keberapa, umur kehamilan,

ANC, HPL dan HPHT (Prawirohardjo, 2007).

Page 43: KTI DWI LESTARI B10.135

30

3) Riwayat intranatal (persalinan)

Untuk mengetahui keadaan bayi saat lahir (jam dan tanggal),

penolong, tempat, dimana cara persalinanya spontan atau tidak

serta keadaan bayi saat lahir (Prawirohardjo,2007).

4) Riwayat postnatal

Untuk mengetahui keadaan bayi dan ibu saat nifas, adakah

komplikasi saat nifas (Prawirohardjo, 2007).

5) Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular

dan menurun ( Prawirohardjo, 2007).

c. Data Obyektif

Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh

tenaga kesehatan ( Nursalam, 2007).

Data obyektif terdiri dari :

1) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum

Menurut Hidayat (2007), pemeriksaan keadaan umum

dilakukan untuk mengetahui bagaimana keadaan bayi.

Menurut Metondang (2003) keadaan umum pada bayi

hiperbilirubinemia derajad III umumnya lemah.

Page 44: KTI DWI LESTARI B10.135

31

b) Kesadaran

Menurut Surasmi (2003), pemeriksaan ini dilakukan untuk

mengetahui keadaan umum bayi meliputi tingkat kesadaran

(sadar penuh, apatis, gelisah, koma) gerakan yang ekstrem

dan ketegangan otot. Menurut Surasmi (2003), pada bayi

dengan hiperbilirubinemia derajad III bayi sadar penuh.

c) Suhu

Menurut Strigh (2004), suhu untuk mengetahui bayi

hipotermi atau tidak. Nilai batas normal 360C – 37

0C .

Menurut Suriadi & Rita (2010), suhu pada bayi dengan

hiperbilirubinemia meningkat apabila disertai dehidrasi.

d) Nadi

Menurut Strigh (2004), nadi untuk mengetahui nadi lebih

cepat atau tidak. Nilai batad normal 120 – 160 kali/ menit

e) Respirasi

Menurut Farer (2007), respirasi untuk mengetahui pola

pernafasan, nilai batas normal 30 – 60 kali/menit.

f) Riwayat Apgar Score

Menurut Priharjo (2010), riwayat khusus apgar score yang

dinilai antara lain :

(1) Denyut jantung, dengan nilai batas normal adalah

120 – 160 kali/menit.

Page 45: KTI DWI LESTARI B10.135

32

(2) Pernafasan dengan batas normal adalah 20 – 60

kali/menit.

(3) Tonus otot, dengaan batas normal adalah bayi dapat

bergerak normal dan aktif.

(4) Reaksi pengisapan, dengan batas normal adalah dapat

menghisap dengan baik pada saat menetek atau pada

saat pemeriksaan fisik.

(5) Warna kulit, dengan nilai batas normal adalah merah

muda damn tidak kebiru – biruan.

2) Pemeriksaan fisik secara sistematis

Menurut Hidayat (2007), pemeriksaan fisik dilakukan secara

sistematis yang dimulai dari kepala smpai kaki (head to toe)

a) Kepala

Pemeriksaan kepala untuk mengetahui ada/tidaknya caput

atau cepal (Hidayat, 2009). Pada kasus hiperbilirubin

derajat III ubun-ubun terlihat cekung ( Saifuddin, 2006).

b) Muka

Pemeriksaan muka untuk mengetahui simetris atau tidak

(Hidayat, 2009). Pada kasus muka muka terlihat kuning

(Saifuddin, 2006).

Page 46: KTI DWI LESTARI B10.135

33

c) Telinga

Pemeriksaan telinga untuk mengetahui simetris atau tidak

bagian kana atau kiri (Hidayat, 2009). Pada kasus

hiperbilirubin derajat III terlihat kuning (Saifuddin, 2006).

d) Mata

Pemeriksaan mata untuk mengetahui sklera dan konjungtiva

normal atau nampak kekuningan (Hidayat, 2009). Pada

kasus hiperbilirubin derajat III sklera terlihat kuning

(Saifuddin, 2006).

e) Mulut

Pemeriksaan mulut untuk mengetahui ada atau tidak ada

labiopalatokisis (Hidayat, 2009).

f) Hidung

Pemeriksaan hidung untuk mengetahui ada atau tidak

adanya benjolan,bersih atau tidak (Hidayat, 2009).

g) Leher

Pemeriksaan leher untuk mengetahui ada atau tidak adanya

pembesaran, nampak kekuningan (Hidayat, 2009). Pada

kasus hiperbilirubinemia derajat III kulit leher berwarna

kuning (Saifuddin, 2006).

Page 47: KTI DWI LESTARI B10.135

34

h) Dada

Pemeriksaan dada untuk mengetahui simetris atau tidaknya

bagian kanan dan kiri (Hidayat, 2009). Pada kasus

hiperbilirubin derajat III dada terlihat kuning

(Saifuddin, 2006).

i) Perut

Pemeriksaan perut untuk mengetahui perut kembung atau

tidak kembung (Hidayat, 2009). Pada kasus hiperbilirubin

derajat III perut terlihat kuning (Saifuddin, 2006).

j) Tali pusat

Pemeriksaan tali pusat untuk mengetahui tali pusat

terbungkus kasa steril atau tidak, kering atau basah, ada

kemerahan, bengkak atau tidak (Hidayat, 2009).

k) Punggung

Pemeriksaan punggung untuk mengetahui adanya

spinabifida atau tidak (Hidayat, 2009). Pada kasus

hiperbilirubin derajat III punggung terlihat kuning

(Saifuddin, 2006).

l) Ekstremitas

Pemeriksaan ekstremitas untuk mengetahui kelengkapan

ekstremas kanan dan kiri, estremitas bawah kanan dan kiri

serta kelengkapan jari-jari tangan dan kaki (Hidayat, 2009).

Page 48: KTI DWI LESTARI B10.135

35

Pada kasus hiperbilirubin derajat III pada ekstremitas

terlihat kuning pada tangan sampai siku dan ekstremitas

bawah paha sampai lutut terlihat kuning (Saifuddin, 2006).

m) Genetalia

Laki – laki : Testis sudah turun atau belum

Perempuan : Labiamayora sudah menutupi labia

Minora atau belum (Hidayat, 2009).

n) Anus

Pemeriksaan anus untuk mengetahui ada tidaknya atresia

ani (Hidayat, 2009).

3) Pemeriksaan Reflek

a) Reflek moro

Reflek ekstensi dangan ibu jari dan jari telunjuk berbentuk

hurf C diikuti dengan ekstremitas kembali ke fleksi jika

posisi bayi berubah tiba –tiba atau jika bayi diletakan

terlentang pada permukaan yang datar (Strigh, 2005).

Reflek moro pada bayi hiperbilirubinemia derajat III

biasanya lemah (Farrer, 2007).

b) Reflek menggenggam atau reflek gasping

Reflek menggenggam bisa kuat sekali dan kadang – kadang

bayi dapat diangkat dari permukaan meja /tidurnya

sementara bayi berbaring terlentang dan menggenggam jari

Page 49: KTI DWI LESTARI B10.135

36

tangan di periksa (Wong, 2004). Reflek gasping pada bayi

hiperbilirubin derajat III biasanya lemah ( Farrer, 2007).

c) Reflek menghisap atau reflek suching

Bayi normal yang cukup bulan akan berupaya untuk

menghisap setiap benda yang menyentuh bibirnya. Reflek

menelan juga terdapat (Wong, 2004). Reflek suching pad

bayi hiperbilirubin derajat III biasanya lemah

(Farrer, 2007).

d) Reflek mencari atau reflek roting

Saat pipi bayi disentuh bayi akan menolehkan kepala kesisi

yang disentuh untuk mencari puting susu (Wong, 2004).

Reflek roting pada bayi hiperbilirubinemia derajat III lemah

(Farrer, 2007).

e) Reflek melangkah atau plantar

Jari – jari kaki bayi akan melekuk kebawah bila jari – jari

diletakkan didasar jari – jari kakinya (Stright, 2005). Reflek

plantar pada bayi hiperbilirubinermia derajat III biasanya

lemah (Farrer, 2007).

f) Reflek tonik neck

Saat bayi ditengkurapkan maka kepala bayi akan

menengadah ke atas dan berputar (Wong, 2004). Reflek

Page 50: KTI DWI LESTARI B10.135

37

Tonik neck pada bayi hiperbilirubinemia derajad III

biasanya lemah (Farrer, 2007).

4) Pemeriksaan Antropometri

Pemeriksaan Antropometri menurut Arief (2009),

meliputi :

a) Lingkar kepala : Batas normal 33 – 35 cm.

b) Lingkar dada : Batas normal 30 – 33 cm.

c) Berat badan : Batas normal 2500 – 3500 gram.

d) Panjang badan : Batas normal 45 – 50 cm.

5) Eliminasi

Pada pemeriksaan ini yang dikaji antara lain eliminasi urin dan

meconium terutama pada 24 jam pertama baik frekuensi, warna

dan kondisi eliminasinya. Pada keadaan normal urin dan

mekonium sudah keluar pada 24 jam pertama. Pada kasus bayi

dengan hiperbilirubin derajat III fecesnya seperti dempul, urine

berwarna gelap (Prihardjo, 2010)

6) Data Penunjang

Data penunjang untuk kasus hiperbilirubin derajar III ini

diperoleh dari pemeriksaan labolatorium antara lain :

pemeriksaan Hb dan golongan darah, serta kadar bilirubin dalam

darah >10 – 14 mg% ( Depkes RI3, 2007).

Page 51: KTI DWI LESTARI B10.135

38

Langkah II Interprestasi Data

Pada langkah ini melaksanakan identifikasi yang benar terhadap

masalah atau diagnosa dan kebutuha klien berdasarkan interprestasi yang

benar. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga

ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik (Varney, 2007).

a. Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan

dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar momenklatur

diagnosa kebidanan (Varney, 2007).

Diagnosa untuk kasus hiperbilirubin derajat III : Bayi Ny. S lahir cukup

bulan umur...hari, jenis kelamin...dengan hiperbilirubinemia derajad III.

Dasar :

Data Subyektif menurut Surasmi (2003):

1) Ibu mengatakan bayinya kuning

2) Ibu mengatakan bayinya malas minum

Data Obyektif menurut Surasmi (2003)

1) Keadaan umum lemah

2) Muka, badan, paha sampai lutut nampak kuning

3) Reflek suchung, reflek moro, reflek gaspin, reflek rooting, reflek

plantar lemah.

Page 52: KTI DWI LESTARI B10.135

39

b. Masalah

Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien

yang ditemukan dari hasil pengkajian atau menyertai diagnosa dan tetap

membutuhkan penanganan (Varney, 2007). Masalah-masalah yang sering

dijumpai pada bayi dengan hiperbilirubinemia derajat III adalah

gangguan sistem pernafasan, reflek hisap dan menelan minuman,

kesadaran menurun atau sering tidur ( Surasmi, 2003).

c. Kebutuhan

Kebutuhan – kebutuhan yang harus diberikan pada bayi bari lahir dengan

hiperbilirubinemia adalah oksigen sesuai terapi, pemberian cairan yang

cukup, mengobservasi keadaan umum bayi secara intensif menjaga

supaya lingkungan sekitar nyaman dan hangat (Surasmi, 2003)

Hal – hal yang di butuhkan oleh pasien dan belum teridentifikasi dalam

diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data

(Varney, 2007).

Langkah III Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi dengan hati – hati dan kritis

pola atau kelompok tanda atau gejala yang memerlukan tindakan kebidanan

untuk membantu pasien mengatasi atau mencegah masalah yang spesifikasi.

Diagnosa potensial pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia derajat III

akan terjadi hiperbilirubinemia derajat IV dan kernikterus apabila kadar

bilirubin semakin meningkat lebih dari15 – 20 mg % ( Varney, 2007).

Page 53: KTI DWI LESTARI B10.135

40

Menurut Kosim dkk (2010), antisipasi bidan untuk mencegah terjadinya

hiperbilirubinemia derajat IV yaitu dengan memenuhi kebutuhan nutrisi

dengan memberikan ASI sesuai kebutuhan 2-3 jam, observasi KU,

pemantauan kadar bilirubin, pemberian terapi untuk penatalaksanaan

hiperbilirubin derajat III.

Langkah IV Antisipasi atau Tindakan Segera

Langkah keempat ini merupakan kesinambungan dari proses

manajemen kebidanan. Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan

segera dan tindakan kolaborasi dengan tenaga medis lain untuk menghindari

terjadinya kegawat daruratan (Varney, 2007)

Antisipasi untuk kasus hiperbilirubinemia derajat III antara lain

memperhatikan hasil darah bilirubin jika hasilnya 7 mg% atau lebih segera

hubungi dokter spesialis anak, bayi perlu terapi, melakukan dekomposisi

bilirubin dengan fototerapi pada kadar bilirubin 10 – 14 mg% dan jika terjadi

hemolisis lakukan tranfusi tukar ( Prawirohardjo, 2007).

Langkah V Perencanaan Asuhan Kebidanan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan

oleh langkah – langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan lanjutan

manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidantifikasi atau

diantisipasi (Varney, 2007).

Menurut Dewi (2010), perencanaan asuhan kebidanan pada bayi baru

lahir dengan hiperbilirubinemia derajat III antara lain:

Page 54: KTI DWI LESTARI B10.135

41

a. Observasi keadaan umum dan tanda vital

b. Penuhi kebutuhan dan cairan

c. Jemur bayi pada sinar matahari pagi pukul 7 – 8 sampai selama

15 – 30 menit.

d. Periksa bilirubin dalam darah dengan pemeriksaan labolatorium

e. Penuhi kebutuhan bayi dengan baik

f. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk melakukan terapi

selanjutnya.

Langkah VI Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan

Langkah keenam ini adalah pelaksanaan dari asuhan menyeluruh.

Penatalaksanaan manajemen yang efesien akan meningkat waktu dan biaya

serta meningkatkan mutu dan asuhan klien ( Varney, 2007).

Menurut Dewi (2010), pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru

lahir dengan hiperbilirubinemia derajat III antara lain:

a. Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital

b. Memenuhi kebutuhan dan cairan

c. Menjemur bayi pada sinar matahari pagi pukul 7 – 8 sampai selama

15 – 30 menit.

d. Memeriksa bilirubin dalam darah dengan pemeriksaan labolatorium

e. Memenuhi kebutuhan bayi dengan baik

f. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk melakukan

terapi selanjutnya.

Page 55: KTI DWI LESTARI B10.135

42

Langkah VII Evaluasi

Evaluasi merupakan sebuah perbandingan antara hasil yang aktual

dengan hasil yang diharapkan (Varney, 2007).

Menurut Surasmi (2003), evaluasi pada perencanaan yang telah

disusun untuk asuhan bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia derajat III

dapat terlaksana dan terpenuhi kebutuhannya meliputi kebutuhan terpenuhi,

kadar bilirubin atau derajat hiperbilirubinemia menurun, kondisi umum bayi

baik, berat badan naik, reflek menghisap dan reflek gerak baik atau kuat, dan

bayi tidak kesulitan dalam menyusu

Dalam pendokumentasian sebagai catatan perkembangan digunakan

asuhan kebidanan menurut Varney yang diringkas menjadi 4 langkah

(SOAP). Menurut Varney (2007), sistem pendokumentasian asuhan

kebidanan dengan menggunakan SOAP yaitu :

S : Subyektif

Menggunakan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

melalui anamnesa.

O : Obyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,

hasil lain dan tes diagnostik dalam data fokus untuk mendukung

assesment.

Page 56: KTI DWI LESTARI B10.135

43

A : Assesment / analisa

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interprestasi

data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi.

1) Diagnosa atau masalah.

2) Antisipasi diagnosa / masalah potensial.

3) Perlunya tindakan segera oleh bidan, dokter, konsultasi, atau

kolaborasi dan atau rujukan.

P : Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi,

perencanaan berdasarkan assesment sebagai langkah V, VI, VII

Varney.

C. Landasan Hukum

1. Menurut keputusan Permenkes RI No. 149/Menkes/2010 tentang registrasi

praktek bidan yaitu :

a. Kompetensi 6 bidan berwenang dalam pelayanan bayi baru lahir meliputi:

1) Bayi baru lahir dengan hipoglikemi

2) Bayi baru lahir dengan hipotermi

3) Bayi baru lahir dengan dehidrasi

4) Bayi baru lahir dengan diare

5) Bayi baru lahir dengan infeksi

6) Bayi baru lahir dengan ikterus

Page 57: KTI DWI LESTARI B10.135

44

b. Kompetensi 7 bidan berwenang melakukan tindakan pertolongan kegawat

daruratan pada bayi dan anak serta penatalaksanaannya.

2. Berdasarkan Kepmenkes 369/2007 pasal 16

Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi : pemeriksaan bayi baru lahir,

perawatan tali pusat, perawatan bayi, resusitasi bayi baru lahir, pemantauan

tumbuh kembaang anak, pemberian imunisasi, pemberian penyuluhan

(Menkes RI1, 2010).

Page 58: KTI DWI LESTARI B10.135

45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Laporan Kasus

Laporan ini merupakan jenis studi kasus, yaitu studi yang dilakukan dengan

cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu peroses yang terdiri dari unit

tunggal, yaitu satu orang, sekelompok penduduk yang terkena suatu masalah. Studi

kasus ini menggunakan metode deskriptif yaitu metode penelitian yang digunakan

dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu

keadaan secara obyektif (Notoatmodjo, 2010).

Studi kasus ini membahas tentang Asuhan Kebidanan Bayi Ny. S umur 10

jam dengan hiperbilirubinemia derajat III dengan manajemen 7 langkah Varney dan

dokumentasi SOAP untuk data perkembangan.

B. Lokasi Laporan Kasus

Menurut Notoatmodjo (2010), lokasi merupakan tempat atau lokasi yang

digunakan untuk mengambil laporan kasus dan sekaligus membatasi ruang lingkup

penelitian. Laporan studi kasus ini dilaksanakan di ruang HCU neonatus RSUD

Dr. Moewardi Surakarta.

Page 59: KTI DWI LESTARI B10.135

46

C. Subyek Laporan Kasus

Menurut Notoatmodjo (2010), subyek studi kasus adalah suatu hal atau

seseorang yang akan dikenai kegiatan laporan kasus. Subyek dari laporan kasus ini

adalah bayi baru lahir pada Bayi Ny. S umur 10 jam dengan hiperbilirubinemia

derajat III.

D. Waktu Studi Kasus

Menurut Notoatmodjo (2010), waktu studi kasus adalah kapan waktu yang

digunakan untuk pelaksanaan pengambilan studi kasus. Studi kasus ini

dilaksanakan pada tanggal 27 April 2013 – 03 Mei 2013.

E. Instrumen Studi Kasus

Menurut Arikunto (2010), instrumen adalah alat atau fasilitas yang akan akan

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Pada kasus ini instrumen

digunakan adalah format asuhan kebidanan 7 langkah Varney pada bayi baru lahir

untuk pengumpulan data awal dan format asuhan kebidanan dengan SOAP untuk

data perkembangan.

F. Tehnik Pengumpulan Data

Setelah mendapat ijin dari RSUD Dr. Moewardi Surakarta, pengumpulan data

pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia menggunakan :

1. Data primer

Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari obyek-

obyek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi

(Riwidikdo, 2007).

Page 60: KTI DWI LESTARI B10.135

47

Data primer diperoleh dengan cara :

a. Pemeriksaan fisik

Menurut Nursalam (2005), pemeriksaan fisik dapat dilakukan

melalui empat teknik yaitu :

1) Inspeksi

Inspeksi adalah proses observasi yang dilakukan secara

sistematik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indra

penglihatan, pendengaran, dan penciuman. Secara sistematis dari

kepala sampai kaki. Inspeksi untuk kasus hiperbilirubinemia derajat

III dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai kaki yaitu

dengan melihat warna kulit bayi. Pada kasus kulit bayi berwarna

kuning pada kulit kepala, leher, badan, ekstremitas atas sampai siku,

ekstremitas bawah sampai paha.

2) Palpasi

Palpasi adalah tehnik pemeriksaan menggunakan indera peraba.

Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang positif karena dapat

menghantarkan rangsangan dengan baik untuk palpasi. Pada kasus

bayi baru lahir dengan hiperbilirubin derajat III melakukan palpasi

untuk menentukan adanya kulit tipis, transparan, lanugo banyak.

Pada kasus bayi Ny. S dengan hiperbilirubinemia palpasi digunakan

untuk memeriksa bayi kembung atau tidak.

Page 61: KTI DWI LESTARI B10.135

48

3) Perkusi

Perkusi adalah tehnik pemeriksaan dengan mengetuk-

ngetukkan jari kebagian tubuh klien yang akan dikaji untuk

membandingkan bagian dengan yang kiri dan kanan untuk

menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi,

ukuran, bentuk dan konsisten jaringan. Pada kasus bayi baru lahir

dengan hiperbilirubin derajat III dilakukan pada abdomen. Pada

kasus bayi Ny.S dengan hiperbilirubinemia tidak dilakukan

pemeriksaan dengan teknik perkusi.

4) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop

untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh. Pemeriksaan

ini dilakukan untuk mendeteksi frekuensi jantung, pernafasan, bising

usus.

b. Wawancara

Menurut Notoatmodjo (2010), wawancara yaitu suatu metode yang

digunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan

keterangan secara lisan dari seorang responden atau sasaran peneliti atau

bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face).

Pada kasus ini wawancara atau tanya jawab dilakukan pada keluarga

pasien dan petugas kesehatan yang lain seperti bidan, perawat, dan

dokter.

Page 62: KTI DWI LESTARI B10.135

49

c. Pengamatan (Observasi)

Menurut Arikunto (2010), observasi adalah kegiatan pemusatan

perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera.

Mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman,

pendengaran, peraba dan pengecap. Menurut Saifudin (2005), observasi

dilakukan pada studi kasus bayi baru lahir dengan hiperbilirubin derajad

III dengan mengobservasi keadaan umum, TTV (suhu, nadi, respirasi),

kadar bilirubin, intake, warna kulit, daerah yang kuning, terapi, BAK,

BAB, yang dilakukan sampai bayi pulang dari rumah sakit.

2. Data Skunder

Data sekunder didapatkan dari dokumentasi catatan medik yang

merupakan sumber informasi yang penting bagi tenaga kesehatan untuk

mengidentifikasi masalah, menegakkan diagnosa, merencanakan tidakan

kebidanan dan memonitor respon pasien terhadap tindakan

(Notoatmodjo, 2005).

Data skunder pada studi kasus ini didapatkan dari :

a. Studi dokumentasi

Menurut Notoatmodjo (2005), yaitu sumber informasi yang

berhubungan dengan dokumentasi. Pengambilan kasus ini menggunakan

catatan rekam medik pasien di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, buku KIA,

catatan keperawatan, lembar obsarvasi untuk memperoleh informasi data

medik yang ada.

Page 63: KTI DWI LESTARI B10.135

50

b. Studi kepustakaan

Menurut Notoatmodjo (2005), yaitu bahan-bahan pustaka yang

sangat penting dalam menunjang latar belakang suatu penelitian. Studi

kepustakaan ini diambil dari buku refrensi kesehatan yang diterbitkan tahun

2003 - 2012 yang berhubungan dengan asuhan bayi baru lahir dengan

hiperbilirubinemia.

G. Alat-alat yang Dibutuhkan

Alat-alat dan bahan yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data

antaralain :

1. Alat untuk wawancara

a. Format pengkajian dengan 7 langkah Varney.

b. Alat tulis

2. Alat untuk pemeriksaan dan observasi

a. Termometer

b. Stetoskop

c. Jam tangan

d. Senter

e. APD

Page 64: KTI DWI LESTARI B10.135

51

3. Untuk dokumentasi

a. Data Rekam medis dari RSUD Dr. Moewardi Surakarta

b. Komputer

c. Status atau catatan pasien

d. Alat tulis

e. Lembar observasi pasien

Page 65: KTI DWI LESTARI B10.135

52

BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian Ruang: HCU Neonatus

Tanggal 27 April 2013 Pukul 08.30 WIB

A. Identitas Bayi

1. Nama Bayi : Bayi Ny. S

2. Umur : 10 jam

3. Tgl / Jam Lahir : 26 April 2013/ 22.00 WIB

4. Jenis Kelamin : Laki-laki

5. BB / PB Lahir : 2500 gram/ 48 cm

Identitas Ibu Identitas Ayah

1. Nama : Ny. S Nama : Tn. K

2. Umur : 18 tahun Umur : 24 tahun

3. Agama : Islam Agama : Islam

4. Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa

5. Pendidikan : SD Pendidikan : SMA

6. Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta

7. Alamat : Rejosari 05/14 Gilingan, Surakarta

Page 66: KTI DWI LESTARI B10.135

53

B. Anamnesa dengan Ibu

1. Keluhan Utama

Ibu mengatakan cemas dengan keadaan bayinya yang tidak mau minum,

warna kulitnya kuning dan disertai badannya panas dan mulai dirawat di

ruang perawatan bayi pukul 03.30 WIB.

2. Riwayat Kehamilan Sekarang

a. HPHT

Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 30 Juli 2012.

b. HPL

Ibu mengatakan hari perkiraan lahir tanggal 6 Mei 2013

c. Keluhan-keluhan pada

Trimester I : Ibu mengatakan pusing, mual dan muntah.

Bidan memberikan terapi vitamin B6.

Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

Trimester III : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

d. ANC

Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya 8 kali secara teratur di

bidan yaitu pada

Trimester I : 1 kali pada umur kehamilan 2 bulan.

Trimester II : 3 kali pada umur kehamilan 4, 5 dan 6 bulan.

Trimester III : 4 kali pada umur kehamilan 7,8 dan 9 bulan.

Page 67: KTI DWI LESTARI B10.135

54

e. Penyuluhan yang pernah didapatkan

Ibu mengatakan pernah mendapatkan penyuluhan dari bidan tentang

tablet Fe pada umur kehamilan 3 bulan.

f. Imunisasi TT : Ibu mengatakan sudah mendapat imunisasi capeng

saat mau menikah dan TT 1 kali pada umur kehamilan 4 bulan.

3. Riwayat persalinan ini

a. Tempat persalinan : RSUD Dr. Moewardi

b. Jenis persalinan : Normal

c. UK : 38 minggu

d. Komplikasi / Kelainan dalam persalinan : tidak ada komplikasi

e. Placenta

- Ukuran / Berat : ± 500 gram

- panjang tali pusat : ± 60 cm

- Insersi Tali Pusat : insersi sentralis

- Cairan Ketuban : jernih

- Kelainan : tidak ada

f. Lama Persalinan

Kala I : 7 Jam 20 Menit

Kala II : Jam 50 Menit

Kala III : Jam 15 Menit

Kala IV : 2 Jam Menit

: 10 Jam 25 Menit

Page 68: KTI DWI LESTARI B10.135

55

4. Riwayat Penyakit

a. Riwayat penyakit saat hamil

Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah menderita penyakit apapun

seperti batuk, pilek dan demam.

b. Riwayat penyakit sistemik

1) Jantung

Ibu mengatakan tidak pernah merasakan berdebar-debar pada

dada sebelah kiri, tidak cepat lelah bila beraktifitas ringan dan

tidak pernah mengeluarkan keringat dingin dari telapak tangan.

2) Ginjal

Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri perut bagian

bawah dan tidak nyeri pada pinggang kanan maupun kiri.

3) Asma

Ibu mengatakan tidak pernah merasakan sesak nafas.

4) TBC

Ibu mengatakan tidak pernah batuk berkepanjangan lebih dari

dua minggu, tidak pernah batuk disertai pengeluaran darah, berat

badan menurun secara bermakna, nafsu makan menurun, mudah

lelah, dan mengeluarkan keringat dingin pada malam hari.

5) Hepatitis

Ibu mengatakan tidak pernah berwarna kuning pada kulit, mata

dan kuku.

Page 69: KTI DWI LESTARI B10.135

56

6) DM

Ibu mengatakan tidak sering lapar maupun haus pada malam hari

dan tidak sering kencing lebih dari 5 kali pada malam hari.

7) Hipertensi

Ibu mengatakan tidak pernah mempunyai tekanan darah tinggi

lebih dari 140/90 mmHg.

8) Epilepsi

Ibu mengatakan tidak pernah kejang disertai dengan

mengeluarkan cairan berbusa dari mulutnya.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu mengatakan dalam keluargaya tidak ada yang mempunyai riwayat

penyakit menurun seperti DM dan hipertensi serta tidak mempunyai

penyakit menular seperti hepetitis, TBC, HIV/AIDS.

d. Riwayat Keturunan Kembar

Ibu mengatakan baik dari keluarganya maupun keluarga suaminya

tidak ada yang mempunyai riwayat keturunan kembar.

e. Riwayat Operasi

Ibu mengatakan belum pernah menjalani oprasi apapun.

Page 70: KTI DWI LESTARI B10.135

57

C. Pemeriksaan Fisik Bayi

1. Riwayat Pemeriksaan Khusus

Tabel 4.1.Riwayat Pemeriksaan APGAR SCORE

Aspek yang

dinilai

0

Nilai

1 2 Menit 1

Jumlah

5 menit

ke-1

5 menit

ke- 2

Denyut

Jantung

Pernafasan

Tonus Otot

Kepekaan

Reflek

Warna Kulit

Tidak teraba

Tidak bernafas

Terkulai

Tidak ada

Badan pucat

<100x/menit

Lambat tidak

teratur

Angota tubuh

ditekuk

Muka

menyeringai

Angota badan

biru

Jumlah

>100x/menit

Teratur

menangis

Menggerakkan

anggota tubuh

Batuk dan

bersin

Merah muda

2

1

2

1

1

7

2

1

2

1

1

7

2

1

2

1

2

8

Sumber : Rekam Medis RSUD Dr. Moewardi 2013

2. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : Lemah

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV

Suhu : 37,40C Nadi :120x/menit

Pernafasan : 40 x/menit

3. Pemeriksaan Fisik Sistematis

a. Kepala : Kulit kepala berwarna kuning, tidak ada caput /

cepal hematom, ubun –ubun berdenyut normal,

terpasang oksigen head bok 5l/ menit.

Page 71: KTI DWI LESTARI B10.135

58

b. Muka : Simetris dan seluruh muka berwarna kuning.

c. Telinga : Berwarna kuning simetris kanan dan kiri, tidak

ada serumen yang keluar.

d. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera tampak kuning

e. Hidung : Kulit berwarna kuning simetris tidak ada

benjolan.

f. Bibir : Bibir merah muda tidak ada kelainan

labiopalatokisis.

g. Leher : Terlihat kuning, tidak ada pembesaran kelenjar

tiroid

h. Dada : Kulit berwarna kuning, simetris tidak ada retraksi

dinding dada.

i. Perut : Perut tidak kembung, kulit berwarna kuning.

j. Tali Pusat : Tali pusat masih basah terbungkus kasa steril

tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan, tidak

keluar pus dan tidak ada tanda infeksi yang lain.

k. Punggung : kulit berwarna kuning, tidak ada spinabifida.

l. Ekstremitas

Ekstremitas atas : Jari – jari lengkap, simetris kanan kiri, terlihat

kuning sampai siku.

Ekstremitas bawah : Jari – jari lengkap, simetris kanan kiri,

telihat kuningkuning sampai paha.

Page 72: KTI DWI LESTARI B10.135

59

m. Genetalia : Testis sudah turun kedalam skrotum,

penis berlubang.

n. Anus : Berlubang.

4. Reflek

a. Reflek Moro : Positif kuat, saat bayi dikagetkan lengan ekstensi

dengan ibu jari dan jari telunjuk berbentuk

huruf C seolah seperti memeluk.

b. Reflek Rooting : Positif lemah, saat pipi bayi disentuh bayi sedikit

menoleh kearah sentuhan.

c. Reflek Grasping : Positif lemah, saat jari-jari pemeriksa diletakkan

pada telapak tangan bayi, bayi sedikit

menggenggam.

d. Reflek Sucking : Positif lemah, saat bayi diberi ASI/PASI bayi

belum bisa menghisap.

5. Riwayat Antropometri

a. LK / LD : 30 cm / 29 cm

b. LLA : 11 cm

c. BB / PB : 2500 gram/ 48 cm

6. Eliminasi

a. Urine : Bayi BAK 4 x warna kuning jernih.

b. Meconium : Bayi BAB 2x warna hitam konsisten lembek.

Page 73: KTI DWI LESTARI B10.135

60

D. Data Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Telah dilakukan pengambilan sampel darah intra vena pada tanggal

27 April 2013 pukul 08.00 WIB sebanyak + 1 cc hasil belum keluar.

b. Pemeriksaan Penunjang lain : tidak dilakukan.

II. Interpretasi Data

Tanggal 27 April 2013 Pukul : 09.00 WIB

A. Diagnosa Kebidanan

Bayi Ny. S umur 10 jam jenis kelamin laki - laki dengan

hiperbilirubinemia derajat III perawatan hari 1.

Data Dasar :

Data Subyektif

1. Ibu mengatakan anaknya lahir pada tanggal 26 April 2013

pukul 22.00 WIB.

2. Ibu mengatakan anaknya berjenis kelamin laki – laki.

3. Ibu mengatakan cemas dengan keadaan bayinya yang tidak mau minum,

warna kulitnya kuning dan disertai badannya panas.

Data Obyektif

1. Keadaan umum : Lemah

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV

Suhu : 37,40C

Page 74: KTI DWI LESTARI B10.135

61

Nadi : 12 x/menit

Pernafasan : 40 x/menit

4. BB / PB : 2500 gram/ 48 cm.

5. LILA : 11 cm.

6. Kepala : Kepala berwarna kuning, tidak ada caput/cepal hematom, ubun –

ubun berdenyut normal, terpasng oksigen head box 5l/menit.

7. Hidung : Berwarna kuning simetris tidak ada benjolan.

8. Kulit terlihat kuning pada kepala, leher, badan, ekstremitas atas sampai siku,

ekstremitas bawah sampai paha.

9. Reflek moro positif kuat, reflek rooting positif lemah, reflek grasping positif

kuat, reflek sucking positif lemah.

10. Eliminasi

d. Urine : Bayi BAK 4 x warna kuning jernih.

e. Meconium : Bayi BAB 2x warna hitam konsisten lembek.

B. Masalah

Bayi tidak mau minum.

C. Kebutuhan

Pemenuhan cairan dan nutrisi yang adekuat dengan cara pemasangan infus dan

sonde .

III. Diagnosa Potensial

Hiperbilirubinemia derajat IV

Page 75: KTI DWI LESTARI B10.135

62

IV. Antisipasi / Tindakan Segera dan Kolaborasi

a. Antisipasi Bidan : observasi KU, TTV, observasi derajat kuning.

b. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak : foto terapi, pasang infus D51/4

NS,

beri injeksi antibiotik.

V. Rencana Tindakan

Tanggal : 27 April 2013 pukul : 09.10 WIB.

1. Beritahu orang tua tentang keadaan bayi.

2. Jaga kehangatan suhu bayi dengan suhu incubator 300C

_38

0C.

3. Jaga personal hygiene bayi dengan mengganti pempers setiap 8 jam saat BAK

dan BAB atau jika penuh.

4. Observasi keadaan kuning pada bayi dan tanda-tanda vital bayi setiap 8 jam.

5. Observasi BAB dan BAK bayi setaiap 4 jam.

6. Kolaborasi dengan dokter SPA

a. Foto terapi dengan program penyinaran 1 x 24 jam.

b. Pasang infus D 5 ¼ NS dengan tetesan 10 tpm.

c. Beri injeksi antibiotik ampicilin dan otogenta.

7. Pasang OGT no 8 untuk pemenuhan nutrisi.

8. Monitoring pemberian oksigen head bok 5 liter / menit.

9. Penuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan memberi ASI / PASI 15 – 30 cc setiap 2

jam melalui OGT.

10. Cek hasil pemeriksaan labolatorium.

Page 76: KTI DWI LESTARI B10.135

63

VI. Pelaksanaan

Tanggal : 27 April 2013

1. Pukul 09.15 WIB memberitahu orang tua tentang keadaan bayi saat ini dan

menanyakan persetujuan orang tua bayi dalam tindakan berikutnya.

2. Pukul 09.20 WIB menjaga kehangatan suhu bayi dengan suhu incubator

300C

_38

0C.

3. Pukul 09.25 WIB menjaga personal hygiene bayi dengan mengganti pempers

bayi saat BAB dan BAK setiap 8 jam atau jika sudah penuh.

4. Pukul 09.25 WIB mengobservasi keadaan kuning pada bayi dan tanda-tanda

vital bayi setiap 8 jam meliputi suhu, nadi dan respirasi.

5. Pukul 09.30 WIB mengobservasi BAB dan BAK bayi setiap 4 jam.

6. Pukul 09.35 WIB melakukan kolaborasi dengan dokter SPA

c. Melakukan foto terapi dengan program penyinaran 1 x 24 jam diberikan

selama 24 jam penuh tanpa istirahat dengan mata dan alat kelamin bayi

ditutupi menggunakan bahan yang dapat memantulkan cahaya.

d. Melakukan pemasangan infus D 5 ¼ NS dengan tetesan 10 tpm pada

umbilicus bayi.

e. Memberi injeksi antibiotik ampicilin 10mg/8 jam/ IV dan otogenta

10mg /12 jam/ IV jika sudah BAK.

7. 09.45 WIB memasang OGT no 8 untuk pemenuhan nutrisi melalui mulut

bayi.

8. Pukul 09.30 WIB memonitoring pemberian oksigen head bok 5 liter / menit.

Page 77: KTI DWI LESTARI B10.135

64

9. Pukul 09.50 WIB memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan memberi ASI /

PASI 15 – 30 cc setiap 2 jam melalui sonde.

10. Cek hasil pemeriksaan labolatorium.

VII. Evaluasi

Tanggal : 27 April 2013

1. Pukul 09.20 WIB orangtua bayi sudah tahu hasil pemeriksaan.

2. Pukul 09.23 WIB bayi dalam keadaan hangat didalam incubator dengan suhu

300C – 38

0C.

3. Pukul 09.30 WIB - 14.00 WIB bayi sudah BAB 1x warna hitam kecoklatan

konsisten lunak dan BAK 3x warna kuning jernih.

4. Pukul 09.05 WIB sudah dilakukan kolaborasi dengan dokter SPA

a. Pukul 09.15 WIB bayi sudah terpasang infus D 5 ¼ NS dengan tetesan 10

tpm pada umbilicus.

b. Pukul 09.30 WIB bayi sudah diberi injeksi antibiotik ampicilin 10mg/8 jam

dan otogenta 10mg/12 jam secara IV.

c. Bayi sudah diberikan foto terapi dengan program penyinaran 1 x 24 jam

diberikan pukul 09.30 WIB selesai tanggal 28 April 2013 pukul 09.30WIB.

5. Pukul 09.50 WIB bayi sudah terpasang OGT no 8 untuk pemenuhan nutrisi

melalui mulut bayi

6. Pukul 10.00 WIB bayi sudah diberi PASI melalui sonde masuk sebanyak 15 cc

dan akan diberikan ASI/PASI 2 jam lagi atau jika bayi haus.

Page 78: KTI DWI LESTARI B10.135

65

7. Hasil Pemeriksaan Labolatorium sudah keluar jam 14.30 WIB

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Labolatorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan Metode Ket

Kimia klinik

Glukosa

darah

SGOT

SGPT

Bilirubin

total

Bilirubin

direk

Bilirubin

indirek

Albumin

Elektrolit

Natrium

Kalium

64

16

10

11,55

0,90

10,65

3,3

134

5,8

mg/dL

u/I

u/I

mg%

mg%

mg%

g/dL

mmol/L

mmol/L

50 - 80

0 – 35

0 – 45

4,00 – 8,00

0,00 -1,20

0,00 – 0,70

129 – 147

3,6 – 6,1

GOD – PAP

IFCC tanpa

pyridoxai phospat

IFCC tanpa

pyridoxai phospat

Jendrassik Grof

Jendrassik Grof

Jendrassik Grof

BCG

DIREK ISE

DIREK ISE

Kalsium ion 0,99 mmol/L 1,17 – 1,29 DIREK ISE

Sumber : Rekam Medis RSUD Dr. Moewardi, 2013

Page 79: KTI DWI LESTARI B10.135

66

Tabel 4.3 Lembar Observasi, Tanggal 27 April 2013

Pukul TTV Nutrisi BAB BAK Infus Injeksi O2 Terapi

09.30

10.00

12.00

13.00

14.00

16.00

18.00

20.00

21.30

KU: lemah,

N:120x/meni,

R: 42x/menit

S: 370C

PASI 15

cc/sonde

PASI 10

cc/sonde

ASI 7

cc/sonde

PASI 15

cc/sonde

PASI 10

cc/sonde

PASI 15

cc/ sonde

-

-

+

-

-

-

+

+

+

+

+

-

D5 ¼

NS

tetesan

10 tpm

D5 ¼

NS

tetesan

10 tpm

Ampicilin

10mg/8

jam,

otogenta

10mg/12

jam

Ampicilin

10mg/8

jam

otogenta

10mg/12

jam

5 liter/

HB

Foto terapi

1 x 24 jam

mulai

09.30 WIB

sampai

tanggal 28

April 2013

pukul

09.30 WIB

Page 80: KTI DWI LESTARI B10.135

67

DATA PERKEMBANGAN I

Tanggal : 28 April 2013 Pukul : 07.30 WIB

S: Data Subyektif

Ibu mengatakan bayinya masih kuning

O: Data Obyektif

1. Keadaan umum bayi : Lemah

2. Kesadaran : Composmentis

3. Vital sign Nadi : 128 x/menit Respirasi : 58x/menit

Suhu : 36,7 0C

4. Berat Badan : 2500 gram.

5. Reflek menghisap dan menelan masih lemah.

6. Bayi masih terpasang oksigen 5l/menit head box.

7. Bayi masih terpasang OGT no 8 pada mulut.

8. Bayi terpasang infus D 5 ¼

SN pada umbilicus dengan tetesan 10 tpm.

9. Kulit terlihat kuning pada kepala, leher, badan, ekstremitas sampai siku,

ekstremitas bawah sampai paha.

10. BAB 1x/hari warna hitam kecoklatan konsisten lunak dan BAK 6x/hari warna

kuning jernih

11. Hasil pemeriksaan labolatorium 27 April 2013

Bilirubi total : 11,55 mg%

Bilirubin direk : 0,90 mg%

Bilirubin indirek : 10,65 mg%

Page 81: KTI DWI LESTARI B10.135

68

A: Assesment

Bayi Ny.S umur 1 hari jenis kelamin laki - laki dengan

hiperbilirubinemia derajat III perawatan hari ke 2 .

P: Planing

Tanggal : 28 April 2013

1. Pukul 07.50 WIB mengobservasi keadaan kuning pada bayi dan tanda-tanda

vital bayi setiap 8 jam meliputi suhu, nadi dan respirasi.

2. Pukul 07.55 WIB merawat tali pusat bayi dengan membalutnya dengan kasa

steril.

3. Pukul 08.20 WIB menjaga personal hygiene bayi dengan mengganti popok bayi

saat BAB dan BAK setiap 8 jam atau jika sudah penuh.

4. Pukul 08.25 WIB memberikan nutrisi pada bayi yaitu ASI sebanyak 15 – 30 cc

melalui sonde setiap 2 – 3 jam dan mengkaji reflek hisap bayi setiap memberi

ASI.

5. Pukul 08.30 melanjutkan advice dokter SPA

a. 09.30 WIB menghentikan foto terapi.

b. 09.35 WIB mengambil sempel darah +1cc untuk pemeriksaan kadar

bilirubin.

c. 09.50 WIB melakukan injeksi antibiotik ampicilin 10 mg/8 jam dan

otogenta 10 mg/12 jam secara IV.

6. Pukul 10.00 WIB melepas O2 head box jika pernafasan bayi sudah teratur.

Page 82: KTI DWI LESTARI B10.135

69

7. Pukul 09.40 WIB menjaga kehangatan bayi dengan mempertahankan suhu

incubator pada suhu 300C – 38

0C dan memakaikan baju setelah foto terapi.

8. Pukul 10.05 WIB memonitoring tetesan infus D5 ¼

SN dengan tetesan 10 tpm.

9. Pukul 10.10 WIB memonitoring BAB dan BAK setiap 4 jam.

Evaluasi

Tanggal : 28 April 2013

1. Pukul 13.30 WIB keadaan umum bayi lemah, N : 130x/menit, R : 46x/menit,

S: 36,70C, bayi sadar penuh, reflek hisap bayi lemah, kembung (-),

muntah/gumoh (+).

2. Pukul 08.00 WIB tali pusat bayi sudah terbalut kasa steril.

3. Pukul 08.05 WIB personal hygiene bayi sudah terjaga dengan menganti

pempers setiap 8 jam atau jika sudah penuh.

4. Pukul 08.00 WIB ASI masuk 10 cc/sonde tidak ada residu.

Pukul 09.30 WIB PASI masuk 20 cc/sonde tidak ada residu.

Pukul 12.00 WIB PASI masuk 10 cc/ sonde residu 2cc warna kecoklatan.

Pukul 14.00 WIB PASI masuk 10 cc/ sonde tidak ada residu.

5. Pukul 09.40 WIB foto terapi dihentikan dan sampel darah sudah diambil

sebanyak + 1cc hasil belum keluar.

6. Pukul 09.55 WIB telah dilakukan injeksi antibiotik ampicilin 10 mg/8 jam

dan otogenta 10 mg/12 jam secara IV.

7. Pukul 10.05 WIB pernafasan bayi sudah teratur O2 sudah dilepas.

8. Pukul 09.45 WIB bayi sudah hangat pada suhu incubator 300C – 38

0C.

Page 83: KTI DWI LESTARI B10.135

70

9. Pukul 07.30 WIB - 14.00 WIB bayi sudah BAB 2x warna kuning konsisten

lembek, BAK 5x warna kuning jernih

Tabel 4.4 Lembar Observasi, Tanggal 28 April 2013

Pukul TTV Nutrisi BAB BAK Infus Injeksi O2 Terapi

00.30

02.00

04.00

05.30

07.0 0

08.00

08.30

09.30

10.00

12.00

13.30

14.00

N:128x/menit

R: 58x/menit

S:36,70C

BB:2500gram

KU : lemah

N:130x/menit

R:46x/menit

S: 36,70C

PASI 20

cc/sonde

PASI 15

cc/sonde

PASI 30

cc/sonde

PASI 10

cc/sonde

ASI 10

cc/sonde

PASI 20

cc/sonde

PASI 10

cc/sonde

residu

2cc

warna

coklat

PASI 10

cc/sonde

-

-

-

-

-

+

-

-

+

-

+

+

+

-

+

+

-

+

+

+

D5 ¼

NS

tetesan

10 tpm

D5 ¼

NS

tetesan

10 tpm

Ampicilin

10

mg/8jam

Ampicilin

10mg/8

jam

otogenta

10mg/12

jam

5 liter/

HB

O2 HB

sudah

dilepas

Dalam

program

terapi sinar

Fototerapi

dihentikan

dan sudah

diambil

sempel

darah

sebanyak +

1cc

Page 84: KTI DWI LESTARI B10.135

71

DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal : 29April 2013 Pukul : 07.30 WIB

S : Data Subyektif

Ibu mengatakan bayinya sudah diteteki dan mau menghisap tetapi lemah.

O: Data Obyektif

1. Keadaan umum bayi : lemah

2. Kesadaran : Composmentis

3. Vital sign Nadi : 140 x/menit Respirasi : 48x/menit

Suhu : 36,5 0C

4. Berat Badan : 2500 gram.

5. Reflek menghisap lemah.

6. Bayi masih terpasang OGT no 8.

7. Bayi terpasang infus D 5 ¼

SN pada umbilicus dengan tetesan 10 tpm.

8. Kulit terlihat kuning pada kepala, leher, badan, ekstremitas atas sampai siku dan

badan bagian bawah.

9. Bayi sudah tidak terpasang oksigen head box.

10. Hasil pemeriksaan labolatorium 28 April 2013

Bilirubin total : 10,75 mg%

Bilirubin direk : 0,48 mg%

Bilirubin indirek : 10,27 mg%

Page 85: KTI DWI LESTARI B10.135

72

A: Assesment

Bayi Ny. S umur 2 hari jenis kelamin laki – laki dengan hiperbilirubinemia

derajat III perawatan hari ke 3.

P : Planing

Tanggal: 29 April 2013

1. Pukul 08.00 WIB mengobservasi keadaan umum bayi, kuning pada bayi, reflek

hisap, dan tanda-tanda vital bayi setiap 8 jam meliputi suhu, nadi dan respirasi.

2. Pukul 08.05 WIB merawat tali pusat bayi dengan membungkusnya dengan

membalutnya menggunakan kasa steril.

3. Pukul 08.10 WIB menjaga personal hygiene bayi dengan mengganti popok bayi

saat BAB dan BAK setiap 8 jam atau jika sudah penuh.

4. Pukul 08.15 menjaga suhu incubator pada suhu 300C – 38

0C

5. Pukul 08.00 WIB melanjutkan advice dokter spesialis anak dengan hasil

labolatorium yang telah ada.

a. Melanjutkan program terapi infus D5 ¼ SN 10 tpm.

b. Pukul 09.30 WIB melakukan injeksi otogenta 10 mg/12 jam dan ampicilin

10 mg/8 jam.

c. Pukul 10.00 WIB memberikan foto terapi lanjutan 4 x 6 jam istirahat 2 jam.

6. Pukul 08.30 WIB memenuhi kebutuhan nutrisi sebanyak 40 – 50 cc atau sesuai

kebutuhan bayi setiap 2 – 3 jam melalui sonde.

7. Pukul 08.35 WIB mengkaji reflek hisap bayi dengan memberikan ASI/PASI

menggunakan spuit.

Page 86: KTI DWI LESTARI B10.135

73

8. Pukul 09.00 WIB mengobservasi BAK dan BAB bayi setiap 4 jam.

Evaluasi

Tanggal : 29 April 2013

1. Pukul 08.10 WIB tali pusat bayi sudah terbalut kasa steril.

2. Pukul 08.15 WIB personal hygiene bayi sudah terjaga dengan menganti

pempers setiap 8 jam atau jika sudah penuh.

3. Pukul 08.30 WIB bayi sudah hangat dalam suhu incubator 30 0C – 38

0C.

4. Pukul 09.00 WIB bayi masih dalam program terapi infus D5 ¼ SN 10 tpm

pada umbilicus.

5. Pukul 09.35 WIB sudah dilakukan injeksi otogenta 10 mg/12 jam/ IV dan

ampicilin 10 mg/8 jam/ IV.

6. Sudah dilakukan foto terapi 4 x 6 jam istirahat 2 jam dimulai pukul 10.00

WIB sampai pukul 16.00 WIB.

7. Bayi sudah dipenuhi kebutuhan nutrisinya

Pukul 08.30 WIB PASI masuk 25 cc/sonde tadak ada residu.

Pukul 10.00 WIB ASI masuk 20 cc/sonde tidak ada residu .

Pukul 12.00 WIB PASI masauk 25 cc/sonde tidak ada residu.

Pukul 14.00 WIB PASI masuk 35 cc/ sonde tidak ada residu.

8. Pukul 07.30 WIB - 14.00 WIB bayi sudah BAK 4x warna kuning jernih dan

BAB 1x warna kuning kuning kecoklatan konsisten lembek.

Page 87: KTI DWI LESTARI B10.135

74

Tabel 4.5 Lembar Observasi, Tanggal 29 April 2013

Pukul TTV Nutrisi BAB BAK Infus Injeksi O2 Terapi

00.30

02.00

04.00

06.00

08.30

09.30

10.00

12.00

14.00

N:140x/menit

R: 48x/menit

S:36,50C

BB:2500gram

KU : lemah

N:130x/menit

R:46x/menit

S: 36,70C

PASI 25

cc/sonde

PASI 20

cc/sonde

PASI 30

cc/sonde

ASI 15

cc/ sonde

PASI 25

cc/sonde

ASI 20

cc/sonde

PASI 25

cc/sonde

PASI 35

cc/sonde

+

-

-

-

-

+

-

-

-

-

-

-

+

-

+

-

-

+

+

+

D5 ¼

NS

tetesan

10 tpm

D5 ¼

NS

tetesan

10 tpm

Ampicilin

10

mg/8jam

Ampicilin

10mg/8

jam

otogenta

10mg/12

jam

Pemberian

fototerapi

lanjutan

1 x 24 jam

mulai

pukul

10.00

sampai

pukul

16.00

Page 88: KTI DWI LESTARI B10.135

75

DATA PERKEMBANGAN III

Tanggal : 30 April 2013 Pukul : 14.00WIB

S: Data Subyektif : -

O: Data Obyektif

1. Keadaan umum bayi : cukup

2. Kesadaran : Composmentis

3. Vital sign Nadi : 120 x/menit Respirasi : 42x/menit

Suhu : 36,7 0C

4. Muntah (-), kembung (-)

5. Berat Badan : 2400 gram.

6. Reflek menghisap cukup kuat.

7. Bayi masih terpasang sonde no 8 pada mulut.

8. Bayi terpasang infus D 5 ¼

SN pada umbilicus dengan tetesan 10 tpm.

9. Kulit terlihat kuning pada kepala, leher, badan bagian atas.

10. Bayi sudah BAK 7x warna kuning jernih, BAB 3x warna kuning konsisten

lembek.

A : Assesment

Bayi Ny.S umur 3 hari jenis kelamin laki – laki dengan riwayat

hiperbilirubinemia derajat III perawatan hari ke 4.

Page 89: KTI DWI LESTARI B10.135

76

P : Plening

Tanggal : 30 April 2013

1. Pukul 14.05 WIB mengobservasi keadaan umum bayi, kuning pada bayi, reflek

hisap, dan tanda-tanda vital bayi setiap 8 jam meliputi suhu, nadi dan respirasi.

2. Pukul 14.10 WIB menjaga personal hygiene bayi dengan mengganti popok bayi

saat BAB dan BAK setiap 8 jam atau jika sudah penuh.

3. Pukul 14.30 WIB memberikan nutrisi yang adekuat dengan membari ASI/PASI

40 – 80cc setiap 2 jam atau sesuai dengan kebutuhan bayi melelui OGT.

4. Pukul 14.35 WIB menjaga kehangatan bayi dengan mempertahankan suhu

incubator pada suhu 31,90C – 32

0C.

5. Pukul 14.40 WIB memonitoring tetesan infus D51/4

SN dengan tetesan 10 tpm.

6. Pukul 14.00 WIB melanjutkan advice dokter spesialis anak

a. Injeksi ampicilin 10 mg/ 8 jam dan otogenta 10 mg/12jam secara IV.

b. Menghentikan foto terapi.

c. Mengambil sampel darah vena sebanyak + 1cc untuk dilakukan pemeriksaan

labolatorium.

7. Pukul 15.00 WIB mengobservasi BAK dan BAB bayi setiap 4 jam.

Evaluasi

Tanggal : 30 April 2013

1. Pukul 21.10 WIB keadaan umum bayi cukup, reflek hisap dan menelan bayi

cukup, menangis kuat, kembung (-), muntah (-), kulit terlihat kuning pada

kepala, leher, badan bagian atas.

Page 90: KTI DWI LESTARI B10.135

77

2. Kebutuhan nutrisi bayi sudah terpenuhi

Pukul 14.30 WIB ASI masuk 30cc/sonde tidak ada residu.

Pukul 16.00 WIB ASI masuk 35 cc/sonde tidak ada residu.

Pukul 18.00 WIB PASI masuk 35 cc/sonde tidak ada residu.

Pukul 20.30 WIB PASI masuk 35 cc/sonde tidak ada residu.

3. Pukul 15.00 WIB bayi sudah hangat dalam incubator suhu 31,90C – 32

0C.

4. Pukul 15.05 WIB bayi masih terpasang infus D5 1/4

SN dengan tetesan 10

tpm pada umbilicus.

5. Pukul 14.00 WIB sudah dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak

foto terapi sudah dihentikan pukul 14.30 WIB dan sampel darah vena sudah

diambil sebanyak + 1cc hasil belum keluar.

6. Pukul 18.30 WIB bayi sudah diberikan injeksi ampicilin 10 mg secara IV.

7. Pukul 21.00 WIB bayi BAK 3x warna kuning jernih dan tidak BAB.

Page 91: KTI DWI LESTARI B10.135

78

Tabel 4.6 Lembar Observasi, Tanggal 30 April 2013

Pukul TTV Nutrisi BAB BAK Infus Injeksi O2 Terapi

00.00

02.00

03.00

04.00

06.00

08.00

10.00

12.00

14.30

16.00

18.00

18.30

20.30

21.10

KU:cukup

N:128x/menit

R: 50x/menit

S:36,70C

BB:2400gram

KU : cukup

N:120x/menit

R:42 x/menit

S: 36,70C

KU : cukup

N:120x/menit

R : 40x/menit

S : 36,40C

PASI 30

cc/sonde

PASI 20

cc/sonde

PASI 30

cc/sonde

ASI 25

cc/ sonde

PASI 35

cc/sonde

ASI 20

cc/sonde

PASI 25

cc/sonde

ASI 30-

cc/sonde

ASI 25

cc/sonde

PASI 35

cc/sonde

PASI 35

cc/ sonde

-

-

+

-

-

-

+

+

-

+

+

+

D5 ¼

NS

tetesan

10 tpm

D5 ¼

NS

tetesan

10 tpm

D5 ¼

NS

tetesan

10 tpm

Ampicilin

10

mg/8jam

Ampicilin

10mg/8

jam

otogenta

10mg/12

jam

Ampicilin

10mg/8

jam

foto terapi

lanjutan

dimulai

pukul

18.00 WIB

- 06.00

WIB

fototerapi

dilepas 2

jam

lanjut foto

terapi

pukul

08.00 WIB

selesai

pukul

14.00 WIB

fototerapi

selesai

sudah

diambil

sampel

darah +1cc

Page 92: KTI DWI LESTARI B10.135

79

DATA PERKEMBANGAN IV

Tanggal : 01 Mei 2013 Pukul :07.30 WIB.

S : Data Subyektif

1. Ibu mengatakan bayinya sudah mulai di teteki dan bayi sudah mulai pintar

menghisap.

2. Ibu mengatakan kuning pada kulit bayi sudah berkurang.

O: Data Obyektif

1. Keadaan umum bayi : baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Vital sing Nadi : 124 x/menit Respirasi : 56x/menit

Suhu : 37 0C

4. Berat Badan : 2400 gram.

5. Reflek menghisap cukup.

6. Bayi masih terpasang sonde no 8 pada mulut tidak ada residu.

7. Bayi terpasang infus D 5 ¼

SN pada umbilicus dengan tetesan 10 tpm.

8. Kulit terlihat kuning pada kepala, leher,badan bagian atas.

9. Bayi sudah BAK 5x /hariwarna kuning jernih, BAB 1x/hari warna kuning

konsisten lembek.

10. Hasil pemeriksaan labolatorium 30 April 2013

Bilirubin total : 2,4 mg%

Bilirubin direk : 0,28 mg%

Bilirubin indirek : 02,12 mg%

Page 93: KTI DWI LESTARI B10.135

80

A : Assesment

Bayi Ny. S lahir cukup bulan umur 4 hari jenis kelamin laki – laki

dengan riwayat hiperbilirubinemia derajat III perawatan hari ke 5.

P : Plening

Tanggal : 1 Mei 2013

1. Pukul 08.00 WIB mengobservasi keadaan umum bayi, kuning pada bayi, reflek

hisap, dan tanda-tanda vital bayi setiap 8 jam meliputi suhu, nadi dan respirasi.

2. Pukul 08.05 WIB merawat tali pusat bayi dengan membalutnya dengan kasa

steril.

3. Pukul 08.10 WIB menjaga personal hygiene bayi dengan mengganti popok bayi

saat BAB dan BAK setiap 8 jam atau jika sudah penuh

4. Pukul 08.30 WIB melanjutkan advice dokter spesialiis anak dari hasil

pemeriksaan labolatorium

a. 08.30 WIB melanjutkan program terapi injeksi ampicilin 10mg/8 jam

secara IV.

b. 08. 35 WIB menghentikan program foto terapi.

5. Pukul 08.50 WIB menjaga lingkungan tetap bersih dan hangat dengan menjaga

suhu incubator 280C – 30

0C.

6. 09.00 WIB memenuhi nutrisi bayi dengan memberikan ASI/PASI 40cc - 80cc

melalui sonde dan menganjurkan ibu meneteki bayinya setiap 2 jam sekali atau

sesuai dengan kebutuhan bayi.

Page 94: KTI DWI LESTARI B10.135

81

7. Pukul 09.10 WIB memberitahu ibu tentang cara menyusui bayinya dengan

benar.

8. Pukul 09.30 WIB memonitoring tetesan infus D51/4

SN dengan tetesan 10 tpm.

9. Pukul 09.35 WIB mengobservasi BAB dan BAK bayi setiap 4 jam.

Evaluasi

Tanggal : 1 Mei 2013

1. Pukul 14.00 WIB keadaan umum bayi baik,reflek hisap dan menelan bayi

baik, kulit bayi masih tampak kuning pada kepala,leher, badan bagian atas..

2. Pukul 08.10 WIB tali pusat sudah dibalut dengan kasa steril

3. Pukul 08.15 WIB personal hygiene bayi sudah terjaga dengan menganti

pempers setiap 8 jam atau jika sudah penuh.

4. Pukul 09.00 WIB bayi sudah dalam lingkungan yang bersih dan hangat pada

suhu incubator 280C – 30

0C.

5. Pukul 09.30 WIB injeksi ampicilin 10mg/8 jam/IV sudan diberikan.

6. Kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi

Pukul 08.00 WIB PASI masuk 40 cc/sonde tidak ada residu.

Pukul 10.00 WIB bayi sudah diteteki oleh ibunya.

Pukul 12.00 WIB PASI masuk 50 cc/sonde tidak ada residu.

Pukul 14.00 WIB PASI masuk 40 cc/ sonde tidak ada residu.

7. Pukul 09.40 WIB bayi masih terpasang infus D51/4

SN dengan tetesan 10

tpm.

Page 95: KTI DWI LESTARI B10.135

82

8. Pukul 07.30 WIB - 14.00 WIB bayi BAB 2x warna kuning konsisten lembek

dan BAK 4 x warna kuning jernih

Tabel 4.7 Lembar Observasi, Tanggal 01 Mei 2013

Pukul TTV Nutrisi BAB BAK Infus Injeksi O2 Terapi

00.00

02.00

03.00

04.00

06.00

07.30

08.00

09.30

10.00

12.00

11.30

14.00

KU:cukup

N:124x/menit

R: 56x/menit

S:370C

BB:2400gram

KU : cukup

N:120x/menit

R:42 x/menit

S: 36,70C

PASI 30

cc/sonde

PASI 40

cc/sonde

PASI 40

cc/sonde

ASI 45

cc/ sonde

PASI 40

cc/sonde

Diteteki

PASI 50

cc/sonde

ASI 40

cc/sonde

-

-

+

-

-

+

-

+

+

+

+

+

-

+

D5 ¼

NS

tetesan

10 tpm

D5 ¼

NS

tetesan

10 tpm

Ampicilin

10

mg/8jam

Ampicilin

10mg/8

jam

Page 96: KTI DWI LESTARI B10.135

83

DATA PERKEMBANGAN V

Tanggal : 2 Mei 2012 Pukul : 13.30 WIB

S: Data Subyektif

1. Ibu mengatakan bayinya sudah diteteki dan menghisap dengan kuat

2. Ibu mengatakan bayinya bergerak dengan aktif.

O: Data Obyektif

1. Keadaan umum bayi : baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Vital sing Nadi : 134 x/menit Respirasi : 58x/menit

Suhu : 37,1 0C

4. Berat Badan : 2400 gram.

5. Reflek menghisap baik.

6. Kulit sudah tidak terlihat kuning.

7. Bayi masih terpasang sonde no 8 pada mulut.

8. Bayi terpasang infus D 5 ¼

SN pada umbilicus dengan tetesan 10 tpm.

9. Bayi tampak bergerak aktif dan sehat.

10. Bayi sudah BAK 8x/hari warna kuning jernih, BAB 3x/hari warna kuning

konsisten lembek.

A : Assesment

Bayi Ny. S umur 5 hari jenis kelamin laki – laki dengan riwayat

hiperbilirubinemia derajat III perawatan hari ke 6.

Page 97: KTI DWI LESTARI B10.135

84

P : lanning

Tanggal : 2 Mei 2013

1. Pukul 14.00 WIB mengobservasi keadaan umum bayi, kuning pada bayi, reflek

hisap, dan tanda-tanda vital bayi setiap 8 jam meliputi suhu, nadi dan respirasi.

2. Pukul 14.05 WIB menjaga personal hygiene bayi dengan mengganti popok bayi

saat BAB dan BAK setiap 8 jam atau jika sudah penuh

3. Pukul 14.30 WIB melanjutkan advice dokter spesialis anak dengan keadaan bayi

saat ini untuk dilakukan pelepasan infus, sonde dan incubator.

4. Pukul 14.50 WIB memindahkan bayi keruang pemulihan.

5. Pukul 15.00 WIB memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan memberikan

ASI/PASI 30 – 50 cc setiap 2 – 3 jam menggunakan spuit.

6. Pukul 15.05 WIB menganjurkan ibu untuk tetap meneteki bayinya sesuai dengan

kebutuhan bayi tanpa menjadwal maksimal setiap 2 jam.

7. Mengobservasi BAK dan BAB bayi setiap 8 jam.

Evaluasi

Tanggal: 2 April 2013

1. Pukul 20.40 WIB keadaan umum bayi baik,reflek hisap dan menelan bayi

baik, kulit sudah tidak berwarna kuning.

2. Pukul 08.25 personal hygiene bayi sudah terjaga dengan menganti pempers

setiap 8 jam atau jika sudah penuh.

3. Pukul 14.30 WIB infus dan sonde sudah dilepas serta bayi sudah tidak

dirawat dalam incubator.

Page 98: KTI DWI LESTARI B10.135

85

4. Pukul 14.50 WIB bayi sudah dipindahkan diruang pemulihan.

5. Pukul 15.10 WIB ibu bersedia untuk meneteki bayinya dan bayi sudah

menghisap dengan kuat.

6. Pukul 16.00 WIB bayi sudah diberi PASI menggunakan spuit masuk

sebanyak 30 cc.

DATA PERKEMBANGAN VI

Tanggal : 3 Mei 2012 Pukul : 07.30 WIB

Ruang : Pemulihan

S: Data Subyektif

1. Ibu mengatakan bayinya sudah nampak sehat dan ingin dibawa pulang.

2. Ibu mengatakan bayinya sudah mau menetek dan menghisap dengan kuat.

O: Data Obyektif

1. Keadaan umum bayi : baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Vital sing Nadi : 124 x/menit Respirasi : 58x/menit

Suhu : 36,4 0C

4. Berat Badan : 2400 gram.

5. Reflek menghisap baik.

6. Kulit sudah tidak terlihat kuning.

7. Bayi tampak bergerak aktif dan sehat.

Page 99: KTI DWI LESTARI B10.135

86

8. Bayi sudah BAK 8x/ hari warna kuning jernih, BAB 3x/ hari warna kuning

konsisten lembek.

A : Assesment

Bayi Ny. S umur 7 hari jenis kelamin laki – laki dengan riwayat

hiperbilirubinemia derajat III perawatan hari ke 7.

P : lanning

Tanggal : 3 Mei 2013

1. Pukul 08.00 WIB mengobservasi keadaan umum bayi.

2. Pukul 08.30 WIB menjaga keadaan lingkungan disekitar bayi agar tetap bersih,

aman dan nyaman.

3. Pukul 10.00 WIB menganjurkan ibu untuk memberikan ASI secara on demand

sesui dengan kebutuhan bayi tanpa dijadwal..

4. Pukul10.40 WIB menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya di rumah setiap

pagi pada pukul 07.00 WIB – 08.00 WIB selama 15 – 30 menit tanpa dipakaikan

baju, mata dan alat kelamin ditutupi dengan bahan yang dapat memantulkan

cahaya.

5. Pukul 11.00 WIB memberitahu ibu bahwa bayi diperbolehkan pulang dan

menganjurkan ibu untuk memeriksakan bayinya 1 minggu lagi.

Page 100: KTI DWI LESTARI B10.135

87

Evaluasi

Tanggal : 03 Mei 2013 Pukul : 11.00 WIB

1. Keadaan umum bayi baik

2. Bayi nampak bersih, aman dan nyaman.

3. Ibu bersedia untuk memberikan ASI secara on demand.

4. Ibu bersedia untuk menjemur bayinya di rumah pada sinar matahari pagi

pukul 07.00 WIB – 08. 00 WIB selama 15 – 30 menit tanpa dipakaikan baju,

mata dan alat kelamin ditutupi dengan bahan yang dapat memantulkan

cahaya.

5. Bayi pulang sesui dengan ijin dokter pukul 11.30 WIB dan ibu bersedia

untuk mengontrolkan bayinya 1 minggu lagi.

B. Pembahasan

Pembahasan pada asuhan kebidanan bayi Ny.S dengan hiperbilirubinemia

derajat III di RSUD Dr. Moewardi menggunakan manajemen asuhan kebidanan

menurut Varney. Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan ada atau tidaknya

kesenjangan antara teori dan penerapan praktek dilahan, diuraikaan sebagai beriku :

1. Pengkajian

Pengkajian pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia derajat III

dilakukan dengan pengumpulan data subyektif dan data obyektif. Data subyektif

pada kasus bayi Ny. S dengan hiperbilirubinemia derajat III ibu mengatakan

cemas dengan keadaan bayinya yang belum bisa menghisap, kulitnya berwarna

kuning dan badannya panas. Menurut Wiknjosastro (2005) keluhan pada saat

Page 101: KTI DWI LESTARI B10.135

88

datang terjadinya kuning disekitar kepala, badan, paha sampai dengan lutut, sulit

menghisap, sering tidur, sehingga timbul kecemasan pada orang tua.

Dari data obyektif pada bayi Ny. S dengan hiperbilirubinemia derajat III

didapatkan hasil pemeriksaan keadaan umum bayi lemah, terjadi peningkatan

suhu badan yaitu 37,40C, kulit terlihat kuning pada daerah kepala, leher, badan,

ekstremitas sampai siku, ekstremitas bawah sampai paha, BAK warna jernih,

BAB berwarna hitam kecoklatan, hasi pemeriksaan labolatorium bilirubin total

11,55 mg%, bilirubin direk 0,90 mg%, bilirubin indirek 10,65 mg%. Menurut

teori pada bayi dengan hiperbilirubinemia derajat III keadaan umum bayi lemah

(Metondang, 2003), suhu badan bayi meningkat apabila disertai dehidrasi

(Suradi dan Rita, 2010), ekstremitas atas terlihat kuning pada tangan sampai

siku, dan ektremitas bawah terlihat kuning pada paha sampai lutut

(Saifudin, 2006), reflek moro biasanya lemah (Farrer, 2007), feces seperti

dempul, urine berwarna gelap (Prihardjo, 2010) dan kadar bilirubin >10 – 14

mg% (Depkes RI, 2007).

Berdasarkan kasus pada bayi Ny. S dengan hiperbilirubinemia derajat III

pada tahap ini ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus dilahan praktek

yaitu pada kasus BAK bayi jernih dan BAB bayi hitam kecoklatan sedangkan

pada teori BAK warna gelap dan BAB warna dempul.

Page 102: KTI DWI LESTARI B10.135

89

2. Interprestasi Data.

Pada kasus ini telah dilakukan pengumpulan data dasar sehingga

didapatkan diagnosa yaitu bayi Ny. S lahir cukup bulan umur 10 jam jenis

kelamin laki – laki dengan hiperbilirubinemia derajat III dan disertai masalah

gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ditandai dengan reflek rooting dan

suching masih lemah. Kebutuhan yang diberikan untuk masalah tersebut yaitu

memenuhi kebutuhan cairan dengan pemasangan infus dan pemenuhan nutrisi

yang adekuat dengan pemasangan sonde.

Menurut teori masalah yang sering dijumpai pada bayi dengan

hiperbilirubinemia derajat III adalah gangguan sistem pernafasan, reflek hisap

dan menelan, kesadaran menurun dan sering tidur (Surasmi, 2003). Sedangkan

kebutuhan yang harus diberikan pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia

adalah oksigen sesuai terapi, pemberian cairan yang cukup, mengobservasi

keadaan umum bayi secara intensif, menjaga supaya lingkungan sekitar nyaman

dan hangat (Surasmi, 2003).

Pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dilahan

praktik.

3. Diagnosa Potensial

Pada teori diagnosa potensial yang akan muncul yaitu hiperbilirubinemia

derajat IV dan kern ikterus apabila kadar bilirubin meningkat lebih dari 15 – 20

mg% (Varney, 2007). Pada kasus bayi Ny. S telah dilakukan observasi keadaan

umum, pemenuhan kebutuhan cairan dengan pemberian infus D51/4

SN 10 tpm,

Page 103: KTI DWI LESTARI B10.135

90

pemenuhan nutrisi melalui sonde, injeksi antibiotik serta terapi sinar pada bayi

sehingga potensial terjadinya hiperbilirubinemia derajat IV tidak terjadi ditandai

dengan hasil pemeriksaan bilirubin yang semakin menurun.

4. Antisipasi atau Tindakan Segera

Pada teori antisipasi merupakan kesinambungan dari proses mamajemen

kebidanan untuk mengidentifikasi kebuthan yang memerlukan penenganan

segera dan tidakan kolaborasi dengan tenaga medis lain untuk menghindari

kegawat daruratan ( Varney, 2007).

Antisipasi untuk kasus hiperbilirubinemia derajat III antara lain

memperhatikan hasil darah bilirubin jika hasilnya 7 mg% atau lebih segera

hubungi dokter spesialis anak, bayi perlu terapi, melakukan dekomposisi

bilirubin dengan fototerapi pada kadar bilirubin 10 – 14 mg% dan jika terjadi

hemolisis lakukan tranfusi tukar ( Prawirohardjo, 2007).

Tindakan segera pada kasus ini adalah melakukan kolaborasi dengan

dokter spesialis anak dengan program foto terapi 1 x 24 jam dengan program

terapi pertama 24 jam penuh dan terapi lanjutan 1 x 24 jam diberikan selama 6

jam dan istirahat 2 jam, Infus D 5 ¼ NS 10 tpm, injeksi otogenta 10 mg/12 jam

dan ampicilin 10mg/8 jam dan terapi O2 5 liter/menit head bok.

Dari pernyataan tersebut terdapat kesenjangan antara teori dan praktik

dilapangan yaitu pada praktik lapangan diberikan antibiotik yang bertujuan

untuk mencegah terjadinya infeksi.

5. Perencanaan

Page 104: KTI DWI LESTARI B10.135

91

Perencanaan pada kasus bayi Ny. S dengan hiperbilirubinemia derajat III

antara lain beritahu orang tua tentang keadaan bayi, observasi keadaan kuning

pada bayi dan tanda-tanda vital bayi setiap 8 jam, jaga kehangatan suhu bayi

dengan suhu incubator 30 0C

_38

0C, jaga personal hygiene bayi, observasi BAB

dan BAK bayi setaiap 4 jam, pencegahan infeksi, timbang berat badan bayi

setiap hari, melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak dengan program

foto terapi 1 x 24 jam, Infus D 5 ¼ NS 10 tpm, injeksi antibiotik, memenuhi

kebutuhan nutrisi dengan pemasangan sonde dan terapi O2 5 liter/menit head

bok, cek kadar bilirubin total post foto terapi.

Perencanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan

hiperbilirubinemia derajat III menurut Prawirohardjo (2006) dan Surasmi

(2003) yaitu mengsobservasi keadaan umum bayi, lakukan pengamatan yang

ketat dan cermat dengan melakukan pemeriksaan kadar bilirubin setiap 8 jam

sekali sesuai program untuk mengetahui adanya perubahan peningkatan kadar

bilirubin, pada bayi dengan kadar bilirubin 11 – 15 mg% lakukan foto terapi,

anjurkan ibu untuk memberi ASI agar kebutuhan nutrisi terpenuhi, lakukan

pemeriksaan kadar bilirubin golongan darah ibu dan bayi serta memeriksa kadar

bilirubin untuk transfusi tukar.

Pada langkah ini ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik

dilapangan yaitu pada pemeriksaan labolatorium pada teori perencanaan

dilakukan pemeriksaan kadar bilirubingolongan darah ibu dan bayi untuk

Page 105: KTI DWI LESTARI B10.135

92

transfusi tukar sedangkan dilahan hanya dilakukan pemeriksaan kadar bilirubin

saja.

6. Pelaksanaan

Pelaksanaan pada kasus bayi Ny. S dengan hiperbilirubinemia derajat III

sudah sesui dengan perencanaan dan teori diantaranya yaitu pemberian foto

terapi sudah dilaksanakan sesuai dengan teori menurut Surasmi (2003), yaitu

penggunaan fototerapi sesuai anjuran dokter biasanya diberikan pada neonatus

dengan kadar bilirubin indirek lebih dari 10 mg% dan pada kasus diberikan pada

kadar bilirubin total 11,55 mg% serta dilakukan cek bilirubi ulang setelah foto

terapi.

7. Evaluasi

Evaluasi pada bayi dengan hiperbilirubin derajat III menurut

Surasmi (2003), perencanaan yang telah terlaksana dan terpenuhi kebutuhannya,

kadar bilirubin atau derajat bilirubin menurun, keadaan umum bayi baik, berat

badan naik, reflek hisap dan gerak baik, dan bayi tidak kesulitan dalam menyusu.

Setelah dilakukan asuhan selama 7 hari didapatkan hasil keadaan umum

baik, kulit tidak berwarna kuning lagi, reflek hisap bayi baik, bergerak aktif, bayi

sudah disusui ibunya, BAB bayi warna kuning konsisten lunak dan BAK bayi

kuning jernih, kadar bilirubin total menurun dari 11,55% menjadi 2,4% dan bayi

Page 106: KTI DWI LESTARI B10.135

93

sudah diperbolehkan pulang oleh dokter dan tetap kontrol ulang 1 minggu

kemudian.

Pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

Page 107: KTI DWI LESTARI B10.135

94

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan asuhan yang didapatkan dari studi kasus byi Ny. S dengan

hiperbilirubinemia derajat III di RSUD Dr. Moewardi maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam melakukan pengkajian terhadap bayi Ny. S dengan hiperbilirubinemia

derajat III dilaksanakan dengan mengumpulkan data subyektif yang di peroleh

dari hasil wawancara yaitu ibu mengatakan cemas dengan keadaan bayinya yang

tidak mau minum, kulitnya berwarna kuning dan badannya panas. Dari data

obyektif yang didapatkan dari hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum bayi

lemah, kulit terlihat kuning pada daerah kepala, leher, badan, ekstremitas sampai

siku, ekstremitas bawah sampai paha, BAK warna jernih, BAB berwarna hitam

kecoklatan, hasi pemeriksaan labolatorium bilirubin total 11,55 mg%, bilirubin

direk 0,90 mg%, bilirubin indirek 10,65 mg%.

2. Interprestasi Data pada bayi Ny. S dengan hiperbilirubinemia derajat III ini

ditegakkan dari data subyektif dan obyektif yang didapatkan suatu masalah

gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang telah teratasi denga pemenuhan

cairan dan nutrisi yang adekuat dengan cara memasangan infus dan OGT .

3. Diagnosa potensial pada bayi Ny. S dengan hiperbilirubinemia derajat III ini

tidak terjadi karena ditangani dengan baik sehingga hiperbilirubin derajat IV

tidak terjadi.

Page 108: KTI DWI LESTARI B10.135

95

4. Antisipasi pada bayi baru lahir bayi Ny. S dalam langkah ini adalah Jaga

kehangatan dengan inkubator, pemenuhan nutrisi, pemberian oksigenasi,

memonitir TTV, kolaborasi dengan dokter spesislis anak untuk dilakukan foto

terapi, pemasang infus D 5 ¼ NS, injeksi antibiotik, pasang sonde.

5. Rencana bayi Ny. S dengan hiperbilirubinemia derajat III dengan mengobservasi

keadaan kuning pada bayi dan tanda-tanda vital bayi, jaga kehangatan bayi, jaga

personal hygiene bayi, pencegahan infeksi, memenuhi kebutuhan nutrisi,

observasi BAB dan BAK, timbang berat badan bayi, melakukan kolaborasi

dengan dokter spesialis anak dengan program foto terapi, pemasangan infus,

pemberian injeksi antibiotik, pemasangan OGT, terapi O2 dan cek kadar bilirubin

total post foto terapi.

6. Pelaksanaan sudah sesuai dengan rencana dan teori sehingga dilakukan asuhan

secara menyeluruh sesuai anjuran dokter dengan program foto terapi 1 x 24 jam,

pemasangan infus D 51/4

NS dengan tetesan 10 tpm, beri injeksi antibiotik

ampicilin dan otogenta, terapi O2 dan cek kadar bilirubin total post foto terapi.

7. Evaluasi pada bayi baru lahir pada bayi Ny. S Setelah dilakukan asuhan selama

7 hari didapatkan hasil keadaan umum baik, kulit tidak berwarna kuning lagi,

reflek hisap bayi baik, bergerak aktif, bayi sudah disusui ibunya, BAB bayi

warna kuning konsisten lunak dan BAK bayi kuning jernih, kadar bilirubin total

menurun dari 11,55% menjadi 2,4% dan bayi sudah diperbolehkan pulang oleh

dokter spesialis anak dalam keadaan sehat.

Page 109: KTI DWI LESTARI B10.135

96

8. Dari kasus bayi Ny.S terdapat kesenjangan antara kasus dan praktik lahan yaitu

terletak pada pengkajian, antisipasi atau tindakan segera dan perencanaan.

B. Saran

Dari kesimpulan tersebut penulis akan memberikan sedikit saran untuk

meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan pada bayi baru lahir

dengan hiperbilirubinemia derajat III menjadi lebih baik antara lain:

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan lebih meningkatkan pelayanan dengan cara memberikan asuhan

yang tepat dan sesuai dengan SOP dalam melaksanakan asuhan pada bayi

baru lahir dengan hiperbilirubinemia derajat III dengan cara tetap

melakukan pemeriksaan golongan darah, observasi temperatur setiap 2 jam

dan memeriksa turgor kulit untuk mencegah terjadinya komplikasi.

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat lebih memperhatikan dalam merawat bayinya,

mengenali tanda kegawatdaruratan pada bayi serta membawa bayinya ke

tenaga kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan segera apabila

bayi mengalami tanda bahaya

3. Profesi

Diharapkan bidan dapat memberikan pelayanan sesui dengan prosedur yang

ada dan lebih dapat mengenali tanda – tanda bayi dengan hiperbilirubinemia

serta dapat memberikan penanganan yang cepat untuk mencegah komplikasi

yang lebih darurat.

Page 110: KTI DWI LESTARI B10.135

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahman. 2010. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : IDAI

Arief,A, dkk. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha

Medika.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :

Rineka Cipta

Damamik, S.M. 2010. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : IDAI

Depkes RI. 2007. Kepmenkes 369/Kepmenkes/III/2007.

http://MENKES/2007.com.

. 2007. Ibu slamat Bayi Sehat Suami Siaga,

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-realese/790-ibu-selamat-

bayi-suami-siaga.html.

. 2007. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Japan

Internasional Coorporation Agency

. 2010. Permenkes 142/Menkes/2010. http://

MENKES/2010.com.

Dewi, A. 2007. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny. A dengan

Hiperbilirubinemia derajat III di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Surakarta. STIKES Kusuma Husada. Karya Tulis Ilmiah.

Dewi, V.N.L. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba

Medika

Kemenkes RI, 2012. Profil Data Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011.

Jakarta: Kepmenkes RI

___________ . 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2011. AKB Di

Jawa Tengah. http://www.dinkes.akb-jawa-tengah-2011.htm.

Farrer, H. 2007. Keperawatan Maternitas, jakarta : EKG

Hidayat, A.A.A. 2007. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan

Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

_____________. 2009.Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.

Jakarta : Salemba Medika.

Page 111: KTI DWI LESTARI B10.135

Haws, P. S. 2005. Asuhan Neonatus Rujukan Cepat. Jakarta : EGC

Kosim, M. 2007. Penelitian Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : IDAI

_______ . 2010. Neonatologi. Jakarta : IDAI

Kristiyanasari, W. 2010. Asuhan Keperawatan Neonatus Dan Anak. Yogyakarta :

Muha Medika

Ledewing, P.W. 2006. Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC

Listyaningsih, K. 2006. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny. S

dengan Hiperbilirubinemia di RS, Panti Waluyo Surakarta. Surakarta.

STIKES Kusuma Husada. Karya Tulis Ilmiah.

Lissauer, P dan Fanaroff, A. 2009.At a Glance Neonatalogi. Jakarta : Erlangga.

Metondang, dkk. 2003.Diagnosa Fisik pada Anak. Jakarta : PT. Sagung Seto

Nursalam. 2005. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

_____________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Prasetyawati, A. E. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam Millenium

Developmen Goals (MDGs). Yogyakarta : Nuha Medika

Prawirohardjo, S. 2005.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

______________. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Prihardjo, R. 2010. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC

Riwidikdo,, H. 2007, statistik Kesehatan. Yokyakarta : Mitra Cendikia Press

Saifuddin, A.Bari. 2005. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

_______________. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 112: KTI DWI LESTARI B10.135

Stright. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Ibu Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC

Surasmi, A. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta : EGC

Suriadi & Rita, Y. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : Sagumg Seto

Trionika, N. 2009. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan

Hiperbilirubinemia di RSU Cibitung Bekasi. Bekasi. STIKES Medika

Cikarang. Karya Tulis Ilmiah.

Varney, Hellen, 2007. Varney’s Midwifery. Third Edition. Boston : Jones and

Bartlet Publisher.

Wiknjosastro, 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Wong, D. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC