KOTA SEHAT
(Analisis Kota Palembang sebagai Kota Sehat)
Oleh : Kelompok 6 (Harun Alrasyid, dkk)
PENDAHULUAN
Organisasi Kesehatan Sedunia (World Health Organization/WHO) menyatakan bahwa
pertumbuhan di kota akan menjadi ancaman kesehatan yang paling utama pada abad ke-21 ini.
Penduduk yang tinggal di kota proporsinya meningkat dari 5% menjadi 50% selama dua abad.
Pada tahun 2030 diperkirakan dua pertiga penduduk akan tinggal di kota. Pada masa mendatang
urbanisasi yang terjadi lebih banyak proporsi lanjut usia dibandingkan saat kini. Proses
urbanisasi mencerminkan banyak hal: pembangunan industrialisasi, ketidak pastian akan
tersedianya makanan yang cukup di perdesaan, kepengungsian akibat konflik, kerusakan
lingkungan hidup, keterbatasan lapangan kerja, dan keinginan untuk menikmati hidup yang lebih
baik. Pertumbuhan penduduk yang cepat di perkotaan merefleksikan sebuah kombinasi dari
kemiskinan di perdesaan dan tingginya jumlah penduduk di perkotaan. (Hidayat, et.al 2003)
Pendekatan kota sehat pertama kali dikembangkan di Eropa oleh WHO pada tahun
1980-an sebagai strategi menyongsong Ottawa Charter For Health Promotion yang dikeluarkan
pada tahun 1986.(14) Penekanan dari pendekatan ini adalah kesehatan untuk semua dapat dicapai
dan langgeng jika semua aspek sosial, ekonomi, lingkungan, dan budaya diperhatikan. Oleh
karena itu, konsep kota sehat tidak hanya terfokus kepada pelayanan kesehatan tetapi kepada
aspek menyeluruh yang mempengaruhi kesehatan masyarakat, baik jasmani, rohani dan sosial.
Untuk itulah WHO sudah menetapkan sepuluh criteria sebuah kota sehat :
1. Harus bersih dan aman.
2. Mampu menyediakan dan mempertahankan ketersediaan makanan, air, energi, dan
pembuangan sampah yang efisien.
3. Melalui diversifikasi, mengembangkan ekonomi inovatif yang dapat memenuhi
kebutuhan dasar penduduk untuk memperoleh makanan, air, tempat tinggal, pendapatan,
keamanan dan pekerjaan.
4. Mempunyai dukungan kuat masyarakat, di mana berbagai organisasi saling bekerja sama
untuk memperbaiki kesehatan.
5. Mendorong setiap warga negara untuk bekerja sama dalam penyusunan kebijakan yang
berpengaruh terhadap kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan penduduk.
6. Menyediakan kegiatan hiburan dan rekreasi yang dapat memfasilitasi interaksi dan
komunikasi antar warga negara.
7. Menghargai budaya masa lalu dan warisan leluhur serta kekhususan dari berbagai adat
penduduk, tanpa membedakan agama maupun suku bangsa.
8. Menghormati kesehatan sebagai komponen integral dari pembuatan kebijakan publik dan
memberikan hak kepada setiap penduduk untuk mengadopsi perilaku hidup yang lebih
sehat.
9. Secara terus menerus berupaya memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan.
10. Tempat di mana setiap penduduk dapat hidup lebih lama dengan kesehatan yang baik
dan penderitaan sakit yang minimal.
KOTA SEHAT DI INDONESIA
Di Indonesia pada tahun 1998 mulai dilakukan gerakan kota sehat di berbagai kota, dan
pada tahun 1999 Departemen Kesehatan menyusun rencana pembangunan kesehatan menuju
Indonesia Sehat 2010 yang memperkenalkan Paradigma Sehat. Di tiap kabupaten dan kota dapat
dijumpai berbagai masalah kesehatan yang dapat digolongkan dalam enam masalah kesehatan,
yaitu:(9) (i) masalah penyakit menular, (ii) masalah penyakit tidak menular, (iii) masalah
kesehatan lingkungan, (iv) masalah kesehatan mental, (v) masalah yang berkaitan dengan
bencana, dan (vi) masalah yang berkaitan dengan kelompok tertentu (ibu, anak, remaja, lanjut
usia, dan pekerja perempuan).
Gambar 1. Alur Penyelenggaraan Indonesia Sehat 2010 (DPTL Depkes)
Penyelenggaraan KAB/KOTA SEHAT merupakan Pendekatan terpadu, menyeluruh,
lintas sektor dan masyarakat sebagai pelaku utama yang telah dikembangkan WHO diberbagai
negara sejak Tahun 1980 an. Penyelenggaraan kegiatan ini merupakan operasionalisasi
pembangunan berkelanjutan, pembangunan berwawasan lingkungan dan Pembangunan
berwawasan kesehatan.
Kota sehat di Indonesia dimulai Tahun 1998, dengan dikeluarkannya Keputusan
Mendagri yang menetapkan 6 kab/kota sebagai daerah percontohan ( Cianjur, Balikpapan,
Bandar Lampung, Pekalongan, Malang, Jakarta Timur). Tahun 1999 dilanjutkan dengan
ditetapkan 8 kawasan pariwisata sehat di Berastagi, Nongsa, Anyer, Baturaden, Kotagede,
Senggigi, Tana Toraja, Bunaken. Kemudian pada tahun 2006 berkembang di 167 kab/kota
(41,2%) dari 405 Kab/Kota. Tahun 2008 sudah 205 kab/kota (46%) yg menyelenggarakan
kab/kota sehat dari 445 kab/kota yg ada. Dari 205 Kab/Kota yang menyelenggarakan sudah
ada 57 Kab/Kota yang menerima Swasti Saba (Penghargaan untuk kota sehat).
KOTA PALEMBANG
Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia berumur setidaknya 1382 tahun jika
berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti Kedudukan Bukit. Menurut Prasasti
yang berangka tahun 16 Juni 682. Pada saat itu oleh penguasa Sriwijaya didirikan Wanua di
daerah yang sekarang dikenal sebagai kota Palembang. Menurut topografinya, kota ini dikelilingi
oleh air, bahkan terendam oleh air. Air tersebut bersumber baik dari sungai maupun rawa, juga
air hujan. Bahkan saat ini kota Palembang masih terdapat 52,24 % tanah yang yang tergenang
oleh air (data Statistik 1990). Berkemungkinan karena kondisi inilah maka nenek moyang orang-
orang kota ini menamakan kota ini sebagai Pa-lembang dalam bahasa melayu Pa atau Pe sebagai
kata tunjuk suatu tempat atau keadaan; sedangkan lembang atau lembeng artinya tanah yang
rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam air (menurut kamus melayu),
sedangkan menurut bahasa melayu-Palembang, lembang atau lembeng adalah genangan air. Jadi
Palembang adalah suatu tempat yang digenangi oleh air (Depdargi, 2011)
Palembang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki luas wilayah
369,22 Km2 dan jumlah penduduk sekitar 1.611.309 Jiwa. Saat ini Palembang sangat berbeda
dibandingkan dengan dahulu karena banyaknya prestasi yang sudah diraih mulai dari sector
ekonomi hingga kesehatan. KOTA Palembang mampu menorehkan prestasi di tingkat dunia
dengan menyabet predikat sebagai kota terbersih yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan se-Asia Tenggara (ASEAN Environmentally Sustainable City Award). Selain itu
masih banyak lagi prestasi yang diperoleh Kota Palembang termasuk sukses dalam
Penyelenggaran ASEAN GAMES. Kita akan membahas mengenai kelayakan Kota Palembang
menjadi Kota Sehat berdasarkan Indikator yang disampaikan oleh World Health Organization
(WHO).
PALEMBANG SEBAGAI KOTA SEHAT
Indikator 1 : Harus bersih dan aman.
Kota Palembang yang identik dengan slogan kota bersih, aman,rapi,dan indah (BARI)
setiap harinya terus mengalami perkembangan yang pesat. Pembangunan disegala bidang telah
menjadikan kota Palembang menjadi kota yang besar dan layak dikatakan sebagai kota
internasional karena dengan berbagai prestasinya. Hal ini dapat dibuktikan,di mana sepanjang
mata memandang di pinggir jalan Kota Palembang, berjajar pohon-pohon besar dan bunga-bunga
hias yang dengan setia menjaga kualitas udara agar tetap baik dan layak untuk dinikmati seluruh
penduduknya. (Harian Seputar Indonesia)
Saat malam hari, ribuan lampu jalan dan ratusan lampu hias semakin membuat Kota
Palembang tampak indah dengan warna-warni lampu yang tergantung di tiang dan pohon.
Bahkan pada tahun 2005 Palembang sempat mendapat predikat kota terkotor, namun Kota
Palembang berhasil menjadi kota yang bersih dan berhasil meraih Piala Adipura tiga tahun
berturut-turut, yaitu 2007, 2008, dan 2009. (Sriwijaya Post)
Dulu boleh saja Palembang dicap sebagai salah satu kota paling kotor, khususnya di area
Pasar Tradisional 16 Ilir dan wilayah Jembatan Ampera tapi sekarang dapat dilihat kedua
wilayah tersebut telah disulap menjadi sebuah ruang terbuka dengan taman-taman kota yang
cukup meneduhkan di tengah terik matahari, Benteng Kuto Besak (BKB) yang dahulu terkenal
kotor dan rawan kini justru menjadi tempat favorit untuk berbagai konser dan pameran besar.
Tim penilai dari ASEAN Working Group on Environmentally Sustainable Cities
(AWGESC) terkesan akan bersihnya lingkungan kota Palembang, kebersihan ini tentu saja
bukan berdasarkan yang tampak di mata saja. Panitia dari AWGESC juga mencari tahu konsep
Palembang membersihkan lingkungan kotanya. Diperoleh bukti bahwa sampah yang dibuang
melalui sistem pembuangan limbah yang teratur, sanitasi yang semakin baik, serta pemerintah
dan masyarakat yang sadar akan kebersihan. Dipilihnya Palembang oleh pemerintah Indonesia
telah disiapkan sejak tahun 2006 lalu. Mulanya dipilih 18 kota besar dan berpotensi besar untuk
diajukan ke panitia antara lain Kota Denpasar, Medan dan Pekanbaru namun di tahun 2007
ketiga kota tersebut pamornya menurun saat penilaian Adipura (Penghargaan untuk kota-kota
terbersih di Indonesia).
Di saat itulah Kota Palembang justru muncul dan mulai diperhitungkan, selain menerima
Piala Adipura dua kali berturut-turut, Palembang juga mendapat penghargaan dari Departemen
Pekerjaan Umum untuk penataan sistem pengairan, drainase, dan penataan sistem lokasi
pemukiman kumuh. Penghargaan sebagai kota terbersih di ASEAN mendorong pemerintah kota
Palembang untuk juga meluncurkan semboyan ‘Palembang sebagai Kota Internasional yang
Berbudaya Religius dan Mandiri’. (Palembang Tribunnews)
Terhitung triwulan pertama dari Januari hingga Maret 2011, angka kriminalitas
Palembang tertinggi didominasi oleh kasus pencurian dan curanmor. Dimana angka curanmor
didominasi dari wilayah Kertapati, SU 1, Plaju, Sukarame, IT I, dan II, serta IB I. (Sriwijaya TV)
Secara umum tingkat kriminalistas di Palembang tidak terlalu tinggi namun dalam beberapa
tahun terakhir banyak kejadian pencurian maupun penjambretan khususnya di Transportasi
Umum. Hasirnya Trasmusi dapat menjadi jalan keluar dari permasalah penjambretan di malam
hari.
Indikator 2 : Mampu Menyediakan dan Mempertahankan Ketersediaan Air, Energi, dan
Pembuangan Sampah yang Efisien
a. Mampu Menyediakan dan Mempertahankan Ketersediaan Air
Salah satu poin dalam syarat untuk menjadi kota sehat adalah mampu menyediakan
dan mempertahankan ketersediaan air bersih bagi warganya. Kota Palembang merupakan
salah satu dari sekian banyak kota metropolitan yang ada di Indonesia. Untuk menjadi kota
metropolitan yang sehat, maka Kota Palembang harus mampu untuk menyediakan air bersih
bagi seluruh warganya tanpa terkecuali.
Berikut adalah table kebutuhan air bersih Kota Palembang tahun 2002:
KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA AIR BERSIH KOTA PALEMBANG
Sesuai dengan standar kota Metropolitan, yaitu kebutuhan air bersih 185 l/dt/org, Kota
Palembang dengan jumlah penduduk 1.471.443 membutuhkan 272.216.955 lt/hr. Jumlah ini
didapatkan dari jumlah penduduk x 185 l/orang/hari. Namun PDAM Kota Palembang baru
dapat memproduksi sebanyak 250.128.000 l/hari. Sehingga masih dibutuhkan kapasitas
produksi sebanyak 22.088.955 l/hr.
Berdasarkan kutipan dan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Kota Palembang
belum mampu untuk menyediakan dan mempertahankan ketersediaan air bersih bagi
warganya.
Apalagi bila musim kemarau panjang melanda, seperti yang di alami Indonesia baru-
baru ini. Hampir semua wilayah Indonesia mengalami kesulitan air bersih, tak terkecuali
Kota Palembang. Seperti tertera pada Berita I, masih banyak warga Palembang yang
kesulitan untuk mendapatkan air bersih, terutama bagi mereka yang tinggal dipinggiran Kota
Palembang. Bahkan untuk mendapatkan air bersih, mereka harus membelinya dari pedagang
air bersih keliling. Hal ini mungkin perlu menjadi perhatian bagi Pemerintah Kota
Palembang untuk dapat menyalurkan air bersih bagi seluruh warga Kota Palembang, bukan
hanya bagi warga yang ada di Kota Palembang saja, melainkan juga bagi warga yang ada di
pinggiran Kota Palembang.
b. Mampu Menyediakan dan Mempertahankan Ketersediaan Energi
Dilihat dari Berita III dan IV, maka dapat disimpulkan bahwa Kota Palembang telah
mampu menyediakan dan mempertahankan ketersediaan energi bagi penduduk yang ada di
Kota Palembang.
Semua penduduk yang ada di Kota Palembang telah memiliki aliran listrik dirumah
mereka masing-masing, kalaupun terjadi pemadaman listrik hal ini mungkin dikarenakan
adanya kegiatan perbaikan dan perawatan gardu listrik. Serta kemungkinan pemadaman
terjadi karena ada suatu bencana, bias berupa kebakaran ataupun karena bencana lainnya.
Sedangkan untuk pasokan BBM, sejauh ini yang saya amati dan sumber dari berita V
jumlah pasokan BBM yang ada dikota Palembang masih bias dikatakan masih mampu
memenuhi kebutuhan BBM warga Kota Palembang.
Mungkin yang belum dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Palembang adalah
pemanfaatan sampah yang ada di TPA sebagai sumber energi, karena gas metan yang
dihasilkan oleh sampah yang ada dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif, baik untuk
energi listrik maupun bahan bakar.
c. Mampu Menyediakan dan Mempertahankan Pembuangan Sampah yang Efektif
Berdasarkan fakta pada Berita II, diperolah informasi bahwa sampah yang diproduksi
oleh penduduk Kota Palembang adalah sebanyak 600ton/hari. Tentu saja jumlah sampah
tersebut tidaklah sedikit. Namun armada untuk menganggkut sampah ke TPA saat ini hanya
berjumlah kurang lebih 100 truk. Jumlah ini tentu saja sangat tidak seimbang dengan jumlah
sampah yang dihasilkan.
Jika dilihat dari Berita II, maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa Pemerintah Kota
Palembang belum dapat mengelola masalah sampah yang ada di Kota Palembang dangan
efektif dan efisien. Hal ini dapat dilihat dari cara pengelolaan samapah yang dilakukan,
sampah yang ada hanya dikumpulkan dan ditimbun di dua TPA yang ada, tanpa adanya
upaya pengelolaan lebih lanjut. Wacana untuk mengelola sampah berupa pemanfaatan gas
metan yang dihasilkan sampah masih belum berjalan dan masih berupa wacana saja.
Indikator 3 : Melalui diversifikasi, mengembangkan ekonomi inovatif yang dapat
memenuhi kebutuhan dasar penduduk untuk memperoleh makanan, air, tempat tinggal,
pendapatan, keamanan dan pekerjaan.
Pembangunan perkotaan diselenggarakan untuk mewujudkan lingkungan fisik dan sosial
ekonomi perkotaan yang berkualitas dan terpelihara serta mampu mendukung pembangunan
yang berkelanjutan. Dalam rangka mewujudkan kondisi tersebut, ditempuh kebijaksanaan
menetapkan dan menerapkan baku mutu lingkungan, menetapkan dan memasyarakatkan
peraturan pengendalian pencemaran lingkungan di daerah perkotaan, dan menumbuhkan
kesadaran masyarakat untuk memelihara lingkungannya; melembagakan pembangunan
perkotaan yang mengacu pada rencana tata ruang kota yang berkualitas dan operasional;
mengendalikan peruntukan tanah yang sesuai dengan daya dukung lingkungan melalui tertib
administrasi pertanahan; serta memantapkan keamanan dan kesejahteraan lingkungan di
perkotaan melalui penanganan kesenjangan dan konflik sosial serta kriminalitas.
Diversifikasi Kota Palembang umumnya telah memenuhi kebutuhan dasar penduduknya
dengan mengembangkan ekonomi yang inovatif. Ini terlihat dari upaya-upaya diversifikasi kota
Palembang dalam bidang pangan, energy, pemukiman, dan sebagainya.
Pembangunan di bidang perumahan rakyat dan pemukiman akan dilaksanakan dengan
pembangunan rumah-rumah sederhana dan rumah inti, penanganan perbaikan lingkungan kota di kota
Palembang. Sejalan dengan itu akan dilaksanakan penanganan parintisan pemugaran perumahan desa di
sekitar 175 desa, perluasan/pemanfaatan dan peningkatan penyediaan air bersih di kota-kota Palembang,
dan lainnya serta pelayanan air bersih di beberapa IKK. Dalam rangka meningkatkan pembangunan
sarana air bersih, terutama untuk penduduk pedesaan, akan dibangun 25 buah penampungan air dengan
perpipaan, 15 buah sumur artesis, 50 buah perlindungan mata air, 1.100 buah penampungan air hujan,
15.432 buah sumur pompa tangan dangkal dan dalam serta sejumlah sarana air bersih jenis lainnya.
Di bidang pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup serta guna mempertahankan
keseimbangan ekologi, terutama dalam rangka rehabilitasi tanah kritis, akan dilanjutkan kegiatan
penghijauan dan reboisasi. Pelaksanaannya akan diutamakan pada daerah-daerah kritis terutama DAS
Musi. Demikian pula pencegahan pencemaran lingkungan, baik di desa maupun di perkotaan,
pembinaan suaka alam dan hutan-hutan lindung, akan dilanjutkan. Untuk memberi kemudahan
masyarakat memperoleh air bersih, dibangun berbagai jenis sarana air bersih dan dilakukan pula usaha
kesehatan atau lingkungan.
Dalam rangka pembangunan di sektor pertanian, terutama peningkatan produksi pangan, akan
diusahakan peningkatan produksi padi, jagung, ubi-ubian, kacang-kacangan melalui intensifikasi,
ekstensifikasi dan diversifikasi serta rehabilitasi. Dalam rangka peningkatan produksi perkebunan, akan
dilaksanakan melalui usaha-usaha pokok peremajaan/perluasan tanam- an karet, kelapa, kelapa sawit,
coklat, lada, cengkeh, tebu yang akan mencakup areal 109.102 ha, serta intensifikasi dan rehabilitasi
tanaman kelapa, kopi, lada, cengkeh, tebu, tembakau seluas 39.225 ha. Selain usaha peningkatan
produksi, juga akan diikuti dengan usaha peningkatan mutu serta perbai-kan tata niaga dengan
pengikutsertaan PNP/PTP, perkebunan besar dan lembaga swasta lainnya dengan meningkatkan
peranser-ta koperasi. Peningkatan produksi perikanan laut, akan dilaksanakan melalui kegiatan
penyempurnaan sarana dan prasarana penangkapan ikan di laut, sedangkan pengembangan perikanan
darat, terma- suk perairan umum akan dilaksanakan melalui berbagai peneliti- an agar perikanan darat
yang sudah ada dapat ditingkatkan, di samping penyempurnaan balai-balai benih ikan, penyuluhan per-
ikanan dan pelestarian sumber perikanan.
Pembangunan daerah di Sumatera Selatan akan ditingkatkan dengan tujuan memperluas
kesempatan kerja, mendorong pembagian pendapatan yang lebih merata dan meningkatkan taraf hidup
rakyat pada umumnya.
Berbagai contoh upaya yang akan dilakukan Pemerintah Kota Palembang dalam hal
memenuhi kebutuhan dasar penduduk, seperti ;
1. Meningkatkan Pendapatan Masyarakat, melalui kegiatan :
Penyelarasan ketersediaan lapangan pekerjaan dengan pertumbuhan angkatan kerja.
Menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui penyediaan prasaranaa dan sarana yang
memadai.
Mengurangi tingkat ketergantungan terhadap produk dan komoditas antar daerah maupun
negara lain melalui optimasi kualitas dan diversifikasi produk daerah.
2. Memaksimalkan kualitas pelayanan masyarakat, melalui kegiatan :
Pengendalian dan penyediaan sarana prasarana lingkungan permukiman kumuh terutama
yang terdapat di pusat kota dan bantaran sungai.
Pengoptimalan pelayanan pendidikan dan kesehatan masyarakat. Peningkatan kualitas
keamanan dan ketertiban kota.
3. Mengoptimalkan Pengelolaan sumber daya air, baik untuk menanggulangi efek genangan
maupun penyediaan bahan baku air bersih, melalui kegiatan :
Pembangunan yang dilakukan dengan berwawasan lingkungan.
Mengoptimalkan pemeliharaan drainase yang ada.
Penambahan jumlah kolam retensi.
Pengembangan konsep drainase terpadu dan penetapan area konservasi rawa.
Mulai melaksanakan sistem polder dan pompa pada lokasi-lokasi tertentu.
4. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Transportasi, melalui kegiatan :
Percepatan penyebaran area pusat kegiatan kota (CBD).
Pengembangan kawasan dan tata ruang kota dalam mengantisipasi kebutuhan ruang dan
pola perubahan pengembangan kota internasional.
Meningkatkan keterpaduan penggunaan lahan dengan sistem transportasi dan aksesibilitas
antarwilayah.
Indikator 4 : Mempunyai dukungan kuat masyarakat, di mana berbagai organisasi saling
bekerja sama untuk memperbaiki kesehatan
Program strategis Pemerintah Palembang sangat berpengaruh terhadap pembangunan bidang
kesehatan, sedangkan Program Prioritas Kota Palembang sesuai dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Tahun 2008-2013 dalam meningkatkan IPM (Indek Pembangunan
Manusia) adalah sebagai berikut :
1. Program Obat dan perbekalan kesehatan
2. Program Peningkatan sarana dan prasarana kesehatan
3. Program Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat
4. Program Pengawasan Obat dan Makanan
5. Program Peningkatan KB
Angka harapan hidup penduduk kota Palembang mengalami peningkatan sebesar 0,24 persen.
Tahun 2008, angka harapan hidup hanya 70,66 tahun menjadi 70,90 tahun. Kenaikan harapan
hidup tersebut menurut Kepala BPS Kota Palembang, Tarjono karena tingkat kesehatan manusia
di Palembang membaik dari tahun ke tahun. (Palembang Tribunnews)
Indikator 5 : Mendorong setiap warga negara untuk bekerja sama dalam penyusunan
kebijakan yang berpengaruh terhadap kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan
penduduk.
Visi pembangunan Kota Palembang sampai dengan tahun 2013, adalah: “ Palembang Kota
Internasional, Sejahtera dan Berbudaya 2013 ”. Adapun kegiatan tersebut dengan cara
meningkatkan pembangunan yang dapat mendorong setiap warga untuk bekerja sama dalam
penyusunan kebijakan yang berpengaruh terhadap kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan
penduduk.
1. Kesehatan
Pembangunan kesehatan Kota Palembang diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia serta menuju kesejahteraan dan mempertinggi kesadaran masyarakat akan
pentingnya hidup sehat. Jumlah fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Klinik bersalin dan puskesmas keliling pada tahun 2010 masing-
masing berjumlah 26 unit, 39 Unit, 70 Unit, 32 unit dan 20. Di samping prasarana komputer,
sebanyak 23 puskesmas di kota Palembang juga memiliki jaringan dalam gedung puskesmas
atau Local Area Network (LAN), jaringan ini berfungsi untuk menghubungkan antar
komputer yang ada di puskesmas sehingga saling dapat berkomunikasi.Untuk mempercepat
penyebarluasan data dan informasi Dinas Kesehatan Kota Palembang dan 15 Puskesmas
telah terhubung melalui jaringan Intranet, dengan adanya jaringan ini maka pelaporan 15
puskesmas tersebut dapat dikirim melalui intranet tersebut, disamping itu jaringan intranet ini
juga dapat digunakan untuk komunikasi VOIP dan Monitoring puskesmas melalui kamera
CCTV.
2. Kesejahteraan
Meningkatnya kualitas air bersih/air minum. Keluarga yang menggunakan air bersih adalah
air yang memenuhi syarat kesehatan yang digunakan dalam kegiatan rumah tangga pada
kurun waktu tertentu. Target Keluarga yang menggunakan Air Bersih di tahun 2011
sebanyak 184.999 keluarga atau 90%, di tahun 2011 setelah dilakukan pendataan diperoleh
keluarga yang menggunakan air bersih sebanyak 272.318 keluarga atau 92,04 %, dengan
capaian indikator kinerja sasaran sebesar 102.27% berkategori baik sekali. Pencapaian
indikator tidak terlepas dari kinerja PDAM Tirta Musi Palembang yang meningkatkan sarana
dan prasarana serta pendistribusian air bersih ke masyarakat. Selain itu ada Program
Pengembangan Industri Kecil dan Menengah dan Pengembangan Sentra-Sentra Industri
Potensial, seperti pemberdayaan Kampung Mandiri yang dilakukan oleh pihak swasta dan
Pemerintah (pnpm mandiri).
Kesejahteraan sosial
Dalam menggambarkan keadaan sosial daerah, diperlukan data mengenai banyaknya fasilitas
sosial atau bersumber-sumber kesejahteraan sosial dan masalah-masalah sosial terdapat di
daerah tersebut. Salah satu fasilitas sosial tersebut adalah panti asuhan. Jumlah panti asuhan
yang dikelola swasta dan pemerintah di Kota Palembang sebanyak 7 (tujuh) panti dengan
jumlah penghuni sebanyak 431 orang.
Selanjutnya keberhasilan kinerja bidang pendidikan secara makro dilihat dari indikator
Angka Melek Huruf, maka Angka Melek Huruf di Kota Palembang terus menerus
mengalami peningkatan seperti gambar di bawah ini :
Indikator 6 : Menyediakan kegiatan hiburan dan rekreasi yang dapat memfasilitasi
interaksi dan komunikasi antar warga negara.
Rasio antara jumlah penduduk dengan tempat rekreasi di Palembang adalah 43
berbanding 1.4 juta jiwa (1 / 32.558 jiwa). Sementara rasio jumlah penduduk dengan tempat
rekreasi di Sydney adalah 219 berbanding 4.3 juta jiwa (1 / 19.634 jiwa).
Arsitektur Palembang lebih didominasi oleh bangunan peninggalan Kerajaan Sriwijaya,
selain itu juga terdapat Jembatan Ampera yang dibangun untuk menghubungkan hulu dan hilir
wilayah Sungai Musi. Sementara Sydney, arsitekturnya lebih kepada nuansa arsitektur
internasional dengan ciri khas gedung bertingkat yang sarat dengan teknologi canggih. Sydney
memiliki taman terbuka hijau yang lebih banyak dibanding Palembang. Regulasi yang didukung
warga Sydney tentang taman terbuka hijau memungkinkan warganya untuk berekreasi
mendapatkan udara segar berkualitas lebih baik dibanding Palembang. Wisata alam Sydney lebih
banyak dibanding Palembang. Wisata alam yang banyak terdapat di Sydney adalah beberapa
pantai, sementara di Palembang hanya kawasan Sungai Musi.
Untuk tempat hiburan public, Sydney memiliki pusat-pusat hiburan berupa teater-teater
yang berkelas internasional. Sementara Palembang mengandalkan pusat hiburan seperti wahana
permainan anak yang hanya terkenal di wilayah Sumatra Selatan saja. Palembang memiliki
warisan budaya dan sejarah peninggalan Kerajaan Sriwjaya. Sementara Sydney, warisan budaya
dan sejarahnya dikumpulkan dalam beberapa museum yang menceritakan perkembangan
peradaban Negara persemakmuran Inggris.
TEMPAT REKREASI DAN HIBURAN KOTA PALEMBANG
JENIS WISATA NAMA OBJEK WISATA
Arsitektur
Jembatan Ampera, Masjid Agung SMB II, Jakabaring
Sport City (JSC), Masjid Muhammad Cheng Ho,
Monumen Perjuangan Rakyat
Alam dan Taman Sungai Musi, Hutan Wisata Punti Kayu, Pulau Kemaro,
Taman Kambang Iwak
Hiburan Waterboom OPI Jakabaring, The Amazon Waterpark
CitraGrand City, Fantasy Island
Situs Budaya
Benteng Kuto Besak, Museum Sultan Mahmud
Badaruddin II, Makam Sultan Agung, Taman Purbakala
Kerajaan Sriwijaya, Taman Purbakala Bukit Siguntang,
Museum Balaputradewa, Museum Tekstil, Kampung
Kapitan, Kawah Tengkurep, Taman Purbakala Bukit
Siguntang, Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya
Pusat
Perbelanjaan
Palembang Indah Mall, Pasar 16, Palembang Square,
International Plaza, Palembang Trade Centre, JM
Pasaraya, Megahria, Bandung, Ramayana (±20)
TEMPAT REKREASI DAN HIBURAN KOTA SYDNEY, AUSTRALIA
Arsitektur
Convention and Exhibition Centre · Finger Wharf · Hyde Park
Barracks · Queen Victoria Building · Observatory · Mint · Opera
House · Harbour Bridge · Sydney Tower · Town Hall · War
Memorial · The Toaster · Kirribilli House · Parliament House ·
World Square · General Post Office (No. 1 Martin Place) ·
Warragamba Dam · Chifley Tower · Citigroup Centre · Deutsche
Bank Place · Governor Phillip Tower
Alam dan
Taman
Bicentennial Park, Centennial Park · Chinese Garden of
Friendship · The Domain · Hyde Park · Royal Botanic Gardens ·
Sydney Park · Moore Park · Ku-ring-gai Chase · Sydney
Harbour National Park · Blue Mountains National Park · Royal
National Park, Bondi · Manly · Elouera Beach · Palm Beach ·
Avalon · Newport · Dee Why · Coogee · Maroubra · Cronulla ·
North Cronulla · Fort Denison · Cockatoo Island · Garden
Island · Goat Island · Shark Island
Hiburan
Entertainment Centre · Star City Casino · Fox Studios Australia ·
Entertainment Quarter · State Theatre · Capitol Theatre · Lyric
Theatre · Star Theatre · Plaza Theatre · Luna Park
Situs Budaya
Art Gallery of New South Wales · Australian Museum ·
Australian National Maritime Museum · Museum of
Contemporary Art · Museum of Sydney · Powerhouse Museum ·
Sydney Aquarium · Taronga Zoo · State Library ·
Conservatorium of Music
Pusat
Perbelanjaan
Lotus Pad, Ray white, World Square, Mary’s Street, Funkis, Egg
Record, Black Lace, Small Spaces, Paper 2, The Latin Store, Nudi
Jeans Concept Store, dll (±150)
Indikator 7 : Menghargai budaya masa lalu dan warisan leluhur serta kekhususan dari
berbagai adat penduduk, tanpa membedakan agama dan suku bangsa.
Pada dasarnya, Kota Palembang telah termasuk salah satu kota yang memenuhi kriteria
kota sehat poin ke 7, yaitu menghargai budaya masa lalu dan warisan leluhur serta kekhususan
dari berbagai adat penduduk, tanpa membedakan agama dan suku bangsa.
Salah satu upaya pemerintah kota Palembang dalam mewujudkan kriteria kota sehat
poin ke 7 tersebut adalah membangun beberapa museum bersejarah di Kota Palembang yang
menyimpan berbagai benda-benda bersejarah ataupun warisan-warisan dari para leluhur
terdahulu, diantaranya Museum Balaputra Dewa, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II,
Museum Tekstil, Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, Taman Purbakala Bukit Siguntang,
Kawah Tengkurep dan Monumen Perjuangan Rakyat. Museum-museum tersebut dibuat dengan
tujuan untuk mengenang ataupun mengabadikan warisan para leluhur yang merupakan bagian
dari sejarah masa lalu yang tentunya tidak boleh dilupakan.
Keterangan letak museum-museum di Kota Palembang :
Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, sebuah site peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang
terletak di tepian Sungai Musi. Terdapat sebuah prasasti batu peninggalan Kerajaan di
area ini.
Taman Purbakala Bukit Siguntang, terletak di perbukitan sebelah barat Kota Palembang.
Di tempat ini terdapat banyak peninggalan dan makam-makam kuno Kerajaan Sriwijaya.
Monumen Perjuangan Rakyat, terletak di tengah kota, berdekatan dengan Masjid Agung
dan Jembatan Ampera. Sesuai dengan namanya di dalam bangunan ini terdapat benda-
benda peninggalan sejarah pada masa penjajahan.
Museum Balaputradewa, sebuah museum yang menyimpan banyak benda - benda
peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, terletak di dekat Jembatan Ampera dan Benteng
Kuto Besak dan dulunya merupakan salah satu peninggalan Keraton Palembang
Darussalam. Didalamnya terdapat banyak benda - benda bersejarah Kota Palembang.
Museum Tekstil, terletak di Jl. Merdeka museum ini menyimpan benda - benda tekstil
dari seluruh kawasan di Provinsi Sumatera Selatan.
Kawah Tengkurep merupakan sebuah komplek makam raja-raja Palembang yang terletak
di Kelurahan 3 Ilir, kecamatan Ilir Timur II Palembang.
Selain itu, bukti penghargaan kota Palembang lainnya terhadap budaya masa lalu dan
warisan leluhur adalah pemeliharaan benda-benda bersejarah peninggalan leluhur seperti
Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat) dan BKB (Benteng Kuto Besak). Pemerintah
terus berupaya menjaga kelestarian benda-benda peninggalan leluhur tersebut sebagai identitas
budaya kota Palembang, khususnya. Tidak hanya sampai disitu, tetapi pemerintah juga terus
melakukan revitalisasi terhadap kerusakan-kerusakan yang timbul, baik yang disebabkan oleh
waktu (penuaan) ataupun disebabkan oleh perilaku merusak masyarakat kota Palembang. Seperti
yang terjadi pada jembatan ampera beberapa waktu yang lalu, yang dilakukan perbaikan karena
terjadi kerusakan akibat ditabrak oleh kapal tongkang pengangkut batu bara sehingga sempat
menyebabkan jembatan ampera mengalami kebakaran.
Perbaikan juga terus dilakukan pada peninggalan leluhur lainnya, yaitu BKB (Benteng
Kuto Besak). Pemerintah kota Palembang berusaha menjadikan BKB sebagai salah satu daya
tarik wisata masyarakat kota Palembang sehingga dilakukanlah berbagai upaya mengadakan
fasilitas-fasilitas wisata tertentu yang dapat membuat masyarakat tertarik dan ingin mengunjungi
tempat tersebut. Hal ini dilakukan pemerintah juga dengan tujuan agar masyarakat kota
Palembang dapat mengetahui bahwa mereka mempunyai tempat-tempat peninggalan leluhur dan
menumbuhkan minat untuk mempelajarinya lebih dalam, menghargai dan menjaga dengan baik
peninggalan-peninggalan leluhur tersebut.
Sementara budaya menghargai kekhususan dari berbagai adat penduduk, tanpa
membedakan agama dan suku bangsa, juga telah terbentuk di kota Palembang. Terbukti di dalam
kehidupan nyata, kota Palembang terdiri dari berbagai suku, seperti suku batak, suku jawa, suku
sumatera dan sebagainya. Juga terdiri dari beragam agama, islam, kristen, hindu, budha dan lain-
lain. Namun jarang sekali ditemukan konflik-konflik antar suku apalagi konflik antar umat
beragama. Hal ini dikarenakan masyarakat kota Palembang yang mampu menghargai komitmen
satu sama lain sehingga terjalin keharmonisan dalam mencapai tujuan kebaikan bersama.
Dari sisi keharmonisan agama, dapat dilihat di kota Palembang, banyak masjid-masjid
dibangun tetapi juga tidak sedikit pembangunan gereja, wihara ataupun kelenteng dilakukan.
Masyarakat kota Palembang mampu menghargai kepercayaan yang dianut masing-masing dan
mampu saling mendukung demi terciptanya keselarasan hidup.
Indikator 8 & 9
Nilai Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) dari 33 indikator yang ada sebanyak 23
(dua puluh tiga ) indikator mencapai target dan 10 (sepuluh) indikator yang belum mencapai
taget 100% yaitu :
1. Rasio Puskesmas per satuan penduduk ditargetkan 1 Puskesmas melayani 35.000
penduduk dan baru tercapai 1 Puskesmas melayani 37.000 penduduk (95 %)
2. Cakupan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Target 70 % baru tercapai 64 % (91 %)
3. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani, dari target 80 % baru tercapai 65
% (78,75%)
4. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani target 80% baru tercapai
33,60% (42%)
5. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada anak usia 6 – 24 bulan
keluarga miskin target 100 % terrealisasi 8,7 % (8,7%)
6. Cakupan Desa/ Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) target 100 %
terrealisasi 94,4 % (94,4 %) atau dari 107 kelurahan yang baru UCI 99 kelurahan
7. Cakupan penemuan dan penanganan TB dari target 80 % tercapai 61,9 % (62,5 %)
8. Penemuan dan penanganan diare target 100 % tercapai 76,9 % (76,9 %), sedangan
untuk penanganannya tercapai 100 %
9. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin dari target 100% yang berobat
ke Puskesmas 63,0%
10. Tingkat Pelayanan Administrasi perkantoran dari target anggaran belanja langsung 100
% tercapai 96,9 % .
KENDALA YANG DIHADAPI
Berdasarkan hasil pencapaian kinerja, kami menyadari bahwa pencapaian
tingkat kinerja belum maksimal. Hal ini disebabkan adanya beberapa kendala, antara lain:
Penyebab tidak tercapainya target indikator kinerja adalah sebagai berikut :
1. Alokasi dana untuk pembangunan baru Puskesmas dengan sumber dana APBD Kota
Palembang terbatas, Tahun 2010 hanya dibangun 1 (satu) buah Puskesmas Baru.
2. Alokasi Dana untuk Tahun 2010 untuk pengembangan SIK tidak tersedia pada APBD
Tahun 2010 hanya terdapat untuk service jaringan komputer dan SIK.
3. Target Cakupan penanganan komplikasi kebidanan terlalu tinggi 80% (dari 20% ibu
yang komplikasi kebidanan sebagai denominator terlalu tinggi karena dari ibu hamil 20%
tersebut terdapat ibu hamil dengan faktor resiko dan komplikasi kebidanan) yaitu
seebanyak 6.796 orang (80%) sedangkan kasus resiko tinggi yang ditemukan sebanyak
4.283 orang (63 %).
4. Target Cakupan Neonatus dengan komplikasi yang ditetapkan 15% sebagai denominator
untuk indikator ini terlalu tinggi yaitu 4.759 orang (80%) sedangkan kasus komplikasi
yang ditangani sebanyak 1.600 orang (33,6 %) dan banyak petugas kesehatan yang belum
memahami arti komplikasi neonatus.
5. Target Universal Child Immunization (UCI) belum tercapai dikarenakan masih ada
masyarakat yang belum mengerti manfaat pentingnya Immunisasi bagi bayi, balita dan
ibu hamil terutama yang jauh dari sarana kesehatan.
6. Dana untuk pengadaan MP-ASI untuk balita gakin umur 6–24 bulan sangat terbatas baik
dari Pusat, Propinsi maupun daerah.
7. Masyarakat miskin belum seluruhnya memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan di
Puskesmas dan Puskesmas Pembantu untuk mengobati penyakitnya dan umumnya
berobat apabila sudah sakit.
8. Pada Tahun 2010 pernah stop droping obat OAT (Obat Anti Tuberculosis) dan
regensia, tidak semua penderita TB berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit dengan
Strategi DOTS (Diretcly Observer Treatment Short Course),
9. Penemuan Penderita Diare adalah jumlah penderita yang datang dan dilayani di
sarana kesehatan dan kader di satu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun, Capaian atas
indikator kegiatan P2 Diare 86,34 % dari target 100%. Target ini dicapai dengan
melaksanakan penemuan kasus dan diobati hingga sembuh dari 63.400 kasus ditemukan
dan disembuhkan 54.738 kasus (86,34%) yang selebihnya sebanyak 13,6 % dirujuk ke
rumah sakit dan kematian yang diakibatkan oleh penyakit diare tidak ada (0).
10. Adanya beberapa kegiatan yang mengalami perubahan alokasi dana sehingga
belum bisa dilaksanakan dan APBD-P baru disahkan pada Nopember 2010 dan ada
beberapa kegiatan yang tidak terserap, misalnya dana dinas ke luar kota hal tersebut
dikarenakan ada beberapa kegiatan koordinasi yang dilaksanakan hanya melalui
telphone, fax atau e-mail dan ada beberapa kegiatan pusat dilaksanakan di Palembang
sehingga dana konsultasi keluar daerah tidak digunakan serta sisa dana yang tidak
terserap merupakan dana selisih dari pengadaan barang dan jasa.
Langkah – langkah yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Kota Palembang untuk
mengatasi kendala :
1. Melakukan koordinasi dan advokasi ke Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi
Sumatera Selatan serta Pemerintah Kota Palembang untuk menambah alokasi dana
untuk pembangunan Puskesmas baru atau meningkatkan status Puskesmas Pembantu
menjadi Puskesmas yang dilakukan secara bertahap.
2. Merencanakan alokasi dana untuk melengkapi puskesmas dengan sistem informasi
kesehatan (SIK) yang baik secara bertahap.
3. Melaksanakan koordinasi dan advokasi dengan Pusat dan Propinsi dalam menentukan
target komplikasi kebidanan yang ditangani terlalu tinggi dikarenakan status kesehatan
ibu hamil di Kota Palembang semakin baik, sehingga perlu peninjauan kembali target
yang ditetapkan.
4. Melaksanakan koordinasi dan advokasi dengan Pusat dan Propinsi dalam menentukan
target Cakupan Neonatus dengan komplikasi yang ditangani terlalu tinggi dikarenakan
status kesehatan Neonatus di Kota Palembang semakin baik, sehingga perlu peninjauan
kembali target yang ditetapkan dan terus melakukan bimbingan teknis dan supervisi
untuk memberikan pemahaman kepada petugas kesehatan tentang kasus komplikasi
neonatus.
5. Meningkatkan koordinasi lintas sektor (Rumah Sakit, Dokter Praktek Swasta) dan
memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya memberikan
immunisasi kepada bayi dan ibu hamil.
6. Memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan dan
melaksanakan supervisi ke tempat pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
7. Melaksanakan koordinasi dan advokasi dengan Pusat, Propinsi, dan Pemerintah
Kota Palembang untuk menambah alokasi dana MP-ASI, dan prioritas pemberian MP-
ASI kepada Balita Kurang Gizi dari Keluarga Miskin.
8. Meningkatkan koordinasi lintas sektor dengan Rumah Sakit, Dokter Praktek Swasta
dalam penanggulangan masalah TB dengan system DOTS DOTS (Direcly Observer
Treatment Short Course), dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemahaman
penyakit TB dan Pola Hidup Bersih dan Sehat dalam mencegah penyakit TB.
9. Peningkatan pemahaman masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan
lingkungan dan berperilkau hidup sehat untuk mencegah penyakit diare.
10. Membuat dan merencanakan kegiatan prioritas yang berdampak pada kesehatan
masyarakat yang berdasarkan data (evidene base)