BAB I PENDHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hingga kini, penyakit malaria masih menjadi masalah kesehatan yang terjadi di
Indonesia, dan ditemukan tersebar luas dengan derajad dan berat infeksi yang bervariasi
di setiap daerah. Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lambat
prosesnya. Malaria memiliki beberapa nama lain, seperti demam roma, demam rawa,
demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura, dan paludisme. Malaria
ditemukan hampir diseluruh bagian dunia, terutama di daerah-daerah yang beriklim tropis
dan subtropis. Penduduk yang beresiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau
41% dari jumlah penduduk dunia. Setiap tahun, kasusnya berjumlah sekitar 300-500 juta
kasus dan mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian. Di Indonesia, penyakit ini ditemukan
terbesar diseluruh kepulauan.
Penyakit malaria biasanya menyerang penduduk yang tinggal di daerah endemis
atau orang-orang yang bepergian ke daerah yang angka penularannya tinggi. Adapun
kegiatan pemberantasan penyakit ini sudah dilakukan sejak lama. Adanya parasit malaria
yang kebal (resisten) terhadap obat-obatan, menyebabkan bertambahnya kesulitan dalam
usaha pemberantasan penyakit ini.
Berbagai upaya untuk mencegah maupun memberantas penularan penyakit malaria
akan dapat terwujud dengan adanya penanggulangan yang tepat serta kesadaran dari
masyarakat untuk mencegah terjadinya penularan penyakit malaria tersebut.
Berdasarkan pemikiran diatas maka penulis tertarik untuk menyusun karya ilmiah
mengenai penyakit malaria; pencahan dan pengobatannya agar pembaca dapat memahami
bagaimana penuaran penyakit malaria serta cara pencegahan dan pengobatannya.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan : “ Seperti apa penyakit malaria
itu, serta bagaimana upaya pencegahan dan pengobatannya ”
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya ilmiah ini disamping untuk melengkapi tugas akhir mata
kuliah bahasa Indonesia, juga bertujuan untuk :
1.3.1 Tujuan umum
Untuk memberikan gambaran secara umum tentang penyakit malaria serta
bagaimana tindakan pencegahan dan pengobatan yang dapat di lakukan.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk menambah wawasan dari penulis dan pembaca tentang penyakit malaria
serta tindakan pencegahan dan pegobatannya.
2. Untuk lebih mengerti dan memahami tentang klasifikasi dan gejala dari penyakit
malaria serta pentingnya tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit
tersebut.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definsi Penyakit Malaria
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus
plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles. Plasmodium adalah
parasit yang termasuk vilum protozoa, dan kelas sporozoa. Penyakit ini menyerang manusia,
burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat. Istilah malaria dua kata
dalam bahasa Italia, yaitu mal yang berarti buruk dan area yang berarti udara atau udara
buruk karena dahulu banyak terdapat didaerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk.
Menurut WHO (1981), Malaria disebabkan oleh parasit malaria / Protozoa genus
Plasmodium bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk
malaria yaitu nyamuk anopheles betina yang ditandai dengan deman, muka nampak pucat
dan pembesaran organ tubuh manusia.
2.2 Jenis – jenis Penyakit Malaria
Penyakit Malaria yang terjadi pada manusia memiliki 4 jenis, dan masing masing
disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda. Keempat spesies Plasmodium malaria pada
manusia yaitu :
2.2.1 Malaria tertiana (paling ringan), yang disebabkan oleh plasmodium vivax dengan
gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi dan
dapat terjadi selama dua minggu setelah infeksi.
2.2.2 Malaria serebral atau disebut juga malaria tropika, disebabkan oleh plasmodium
falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Penderita
mengalami demam tidak teratur dengan disertai gejala terserangnya bagian otak,
bahkan memasuki fase koma dan kematian yang mendadak.
3
2.2.3 Malaria kuartana yang disebabkan Plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi
lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya
tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala itu kemudian akan
terulang lagi tiap tiga hari.
2.2.4 Malaria pernisiosa, disebabkan oleh Plasmodium vivax, gejala dapat timbul sangat
mendadak, mirip Stroke, koma disertai gejala malaria yang berat.
2.3 Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Malaria
Kemampuan bertahannya penyakit malaria di suatu daerah ditentukan oleh berbagai
faktor. Diantaranya :
2.3.1 Parasit malaria
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit malaria yaitu suatu protozoa darah yang
termasuk genus plasmodium.
Gambar 1. Parasit malaria dalam pembuluh darah
Seorang penderita dapat dihinggapi lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi seperti
itu disebut infeksi campuran (mixed infeksion). Biasanya, penderita paling banyak
dihinggapi dua jenis parasit malaria, yaitu campuran antara plasmodium falciparum dan
plasmodium vivax atau plasmodium ovale.
Ciri utama genus plasmodium adalah adanya dua siklus hidup, yaitu siklus hidup
aseksual serta siklus hidup seksual.
4
a. Fase aseksual
Siklus ini dimulai ketika anopheles betina menggigit manusia dan
memasukkan sporozoit yang terdapat pada air liurnya ke dalam aliran darah manusia.
Kemudian dalam waktu 30 menit sampai satu jam sporozoit memasuki sel parenkim
hati dan berkembang baik membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit.
Proses ini disebut fase skizogoni eksoeritrosit karena parasit belum masuk ke sel
darah merah. Lama fase ini berbeda untuk setiap spesies plasmodium. Pada akhir fase,
skizon hati pecah dan merozoid keluar lalu masuk dalam aliran darah disebut
spolurasi. Pada plasmodium vivax dan plasmodium ovale, sebagian sporozoid
membentuk hipnozoid dalam hati atau sporozoit yang tidur selama periode tertentu,
sehingga mengakibatkan relaps jangka panjang yaitu kembalinya penyakit setelah
tampak mereda.
Fase eritrosit dimulai saat merozoit dalam darah menyerang sel darah merah
dan membentuk trofosit. Proses ini berlanjut menjadi trofosit-skizon-mezoit. Setelah
dua sampai tiga generasi, merozoit terbentuk lalu sebagian merozoit berubah menjadi
bentuk seksual.
b. Fase seksual
Jika nyamuk anopheles betina menghisap darah manusia yang mengandung parasit
malaria, parasit bentuk seksual masuk ke dalam perut nyamuk. Bentuk ini mengalami
pematangan menjadi mikrogametosit dan makrogametosit, sehingga terjadilah
pembuahan yang disebut zigot (ookinet). Selanjutnya, ookinet menembus dinding
lambung nyamuk dan menjadi ookista. Jika ookista pecah, ribuan sporozoit di
lepaskan dan mencapai kelenjar air liur nyamuk dan siap di tularkan jika nyamuk
menggigit tubuh manusia.
5
2.3.2 Nyamuk anopheles
Penyakit malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk anopheles
betina. Diseluruh dunia terdapat sekitar 2.000 spesies anopheles, 60 spesies diantaranya
diketahui sebagai penular malaria. Di Indonesia ada sekitar 80 jenis anopheles, 24
spesies diantaranya telah terbukti sebagai penular malaria. Sifat masing-masing spesies
berbeda-beda tergantung berbagai faktor, seperti penyebaran geografis, iklim, dan
tempat peindukannya. Semua nyamuk malaria hidup sesuai dengan kondisi ekologi
setempat.
Nyamuk anopheles hidup didaerah dengan iklim tropis dan subtropis tetapi juga
bisa hidup didaerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang ditemukan pada daerah
dengan ketinggian lebih dari 2.000-2.500 meter. Tempat perindukannya bervariasi
tergantung dari spesiesnya dan dapat dibagi menjadi tiga kawasan, yaitu pantai,
pedalaman, dan kaki gunung. Biasanya nyamuk anopheles betina menggigit pada malam
hari atau sejak senja hingga subuh. Jarak terbangnya tidak lebih dari 0,5-3 km dari
tempat perindukannya. Jika ada tiupan angin yang kencang, bisa terbawa sejauh 20-30
km. Nyamuk anopheles juga bisa terbawa pesawat terbang atau kapal laut, dan
menyebarkan malaria kedaerah nonendemis. Umur nyamuk anopheles dewasa di alam
bebas belum banyak diketahui, tetapi di laboratorium dapat mencapai 3-5 minggu.
Nyamuk anopheles mengalami metamorfosis sempurna, telur yang diletakkan
nyamuk betina di atas permukaan air akan menetas menjadi larva, melakukan
pengelupasan kulit sebanyak empat kali, lalu tumbuh menjadi pupa dan menjadi nyamuk
dewasa jantan / betina. Waktu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sejak telur sampai
menjadi bentuk dewasa bervariasi, antara 2-5 minggu, tergantung spesies, makanan yang
tersedia, dan suhu udara.
6
Gambar 2. Nyamuk anopheles penyebab malaria
2.3.3 Manusia yang rentan terhadap infeksi malaria
Secara alami, penduduk di suatu daerah endemis malaria ada yang mudah dan ada
yang sukar ternfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya ringan. Perpindahan penduduk
dari dan kedaerah endemis malaria hingga kini masih menimbulkan masalah. Sejak dulu,
telah diketahui bahwa wabah penyakit ini sering terjadi di daerah-daerah pemukiman
baru, seperti di daerah perkebunan dan transmigrasi. Hal ini terjadi karena pekerja yang
datang dari daerah lain belum mempunyai kekebalan sehingga rentan terinfeksi.
2.3.4 Lingkungan
Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria di suatu
daerah. Adanya danau air payau, genangan air hutan, dan pertambangan di suatu daerah
akan meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria, karena tempat-tempat
tersebut merupakan tempat peridukan nyamuk malaria.
2.3.5 Iklim
Suhu dan curah hujan disuatu daerah berperan penting dalam penularan penyakit
malaria. Biasanya, penularan malaria lebih tinggi pada masim hujan di bandingkan
kemarau. Air hujan yang menimbulkan genangan air, merupakan tempat yang ideal
untuk perindukan nyamuk malaria.
7
2.4 Gejala atau Gambaran Klinik Penyakit Malaria
Malaria merupakan penyakit endemis yang menyerang negara-negara dengan penduduk
yang padat. Ada beberapa gejala yang ditimbulkan oleh penyakit malaria yang dipengaruhi
oleh daya tahan tubuh penderita, jenis plasmodium malaria, serta jumlah parasit yang
menginfeksinya. Waktu terjadinya infeksi pertama kali sampai timbulnya gejala penyakit
disebut sebagai masa inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi sampai
ditemukannya parasit malaria di dalam darah disebut periode prapaten. Masa inkubasi
maupun periode prapaten ditentukan oleh jenis plasmodiumnya.
Tabel 1. Periode prapaten dan masa inkubasi plasmodium
Jenis plasmodium Periode prapaten Masa inkubasi
1. Plasmodium vivax
2. Plasmodium palciparum
3. Plasmodium malariae
4. Plasmodium ovale
12,2 hari
11 hari
32,7 hari
12 hari
12-17 hari
9-14 hari
18-40 hari
16-18 hari
Masa tunas / inkubasi penyakit ini dapat beberapa hari sampai beberapa bulan yang
kemudian barulah muncul tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh penderita seperti demam,
menggigil, linu atau nyeri persendian, kadang sampai muntah, tampak pucat / anemis, hati
serta limpa membesar, air kencing tampak keruh / pekat karena mengandung Hemoglobin
(Hemoglobinuria), terasa geli pada kulit dan mengalami kekejangan.
Namun demikian, tanda yang klasik ditampakkan adalah adanya perasaan tiba-tiba
kedinginan yang diikuti dengan kekakuan dan kemudian munculnya demam dan banyak
berkeringat setelah 4 sampai 6 jam kemudian, hal ini berlangsung tiap dua hari. Diantara
masa tersebut, mungkin penderita merasa sehat seperti sediakala. Pada usia anak-anak
serangan malaria dapat menimbulkan gejala aneh, misalnya menunjukkan gerakan / postur
8
tubuh yang abnormal sebagai akibat tekanan rongga otak. Bahkan lebih serius lagi dapat
menyebabkan kerusakan otak.
Gejala klinik yang paling sering di jumpai pada penderita malaria adalah demam yang
intermiten pada stadium akut, anemia (turunnya kadar hemoglobin dalam darah) dan
pembesaran linpa.
2.4.1 Demam
Sebelum timbul demam, biasanya penderita akan mengeluh lesu, sakit kepala,
nyeri pada tulang dan otot, kurang nafsu makan, rasa tidak enak pada perut, diare
ringan dan kadang-kadang merasa dinginpada punggung.
Demam pada penyakit malaria bersifat periodik dan berbeda-beda waktunya,
tergantung dari plasmodium penyebabnya. Siklus demam yang terjadi pada malaria
sesuai dengan berlangsungnya schizogoni eritrositik dari setiap jenis penyakit malaria.
Pada malaria tertiana, demam berlangsung setiap hari ketiga sehingga terjadi siklus
48 jam. Pada malaria quartana demam berlangsung setiap hari keempat (siklus 72
jam). Pada malaria yang disebabkan oleh plasmodium vivax dan plasmodium
malariae dapat terjadi siklus demam 24 jam oleh karena terjadinya pematangan 2
generasi plasmodium vivax dalam waktu 2 hari, atau 3 generasi plasmodium malariae
dalam waktu 3 hari.
Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin, menggigil dan
keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai pengobatan, gejala-gejala
ini muncul kembali secara periodik. Jenis malaria paling ringan adalah malaria
tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, dengan gejala demam dapat terjadi
setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama 2 minggu
setelah infeksi).
9
Demam rimba (jungle fever ), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga
malaria tropika, disebabkan oleh Plasmodium falciparum merupakan penyebab
sebagian besar kematian akibat malaria. Malaria kuartana yang disebabkan oleh
Plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria
tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari
setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari.
Jenis ke empat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan,
disebabkan oleh Plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana.
Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh didalam sel hati, beberapa hari
sebelum gejala pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan
sel darah merah sejalan dengan perkembangan mereka, sehingga menyebabkan
demam.
Serangan demam yang khas pada malaria terdiri dari tiga stadium sebagai
berikut :
a. Stadium menggigil
Dimulai dari perasaan kedinginan hingga menggigil. Penderita sering
membungkus badannya dengan selimut atau sarung. Pada saat menggigil,
seluruh tubuhnya bergetar, denyut nadinya cepat, tetapi lemah, bibir dan jari-
jari tangannya biru, serta kulitnya pucat. Pada anak-anak sering disertai dengan
kejang-kejang. Stadium ini berlangsung 15 menit sampai satu jam yang diikuti
dengan menigkatnya suhu badan.
b. Stadium puncak demam
Penderita yang sebelumnya merasa kedinginan berubah menjadi panas sekali.
Wajah penderita merah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, frekuensi
pernapasan meningkat, nadi penuh dan berdenyut keras, sakit kepala yang
10
semakin hebat, muntah-muntah, kesadaran menurun, sampai timbul kejang
(pada anak-anak). Suhu badan bisa mencapai 410 C. stadium ini berlangsung
selama dua jam atau lebih yang diikuti dengan keadaan berkeringat.
c. Stadium berkeringat
Penderita berkeringat banyak diseluruh tubuhnya, hingga tempat tidurnya
basah. Kemudian suhu badan turun dengan cepat, penderita merasa sangat
lelah, dan sering tertidur. Setelah bangun dari tidurnya, penderita akan merasa
sehat dan dapat melakukan pekerjaan seperti biasa. Padahal, penyakit ini
sebenarya masih bersarang dalam tubuh penderita. Stadium ini berlangsung 2-4
jam.
Serangan demam yang khas ini sering dimulai pada siang hari dan berlangsung
selama 8-12 jam. Lamanya serangan demam berbeda untuk tiap spesies malaria.
2.4.2 Pembesaran limpa
Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada malaria kronis atau menahun. Limpa
menjadi bengkak dan tersa nyeri. Limpa membengkak akibat penyumbatan oleh sel-sel
darah merah yang mengandung parasit malaria. Lama-lama konsistensi limpa menjadi
keras karena jaringan ikat pada limpa semakin bertambah. Dengan pengobatan yang baik,
limpa berangsur normal kembali.
2.4.3 anemia
Pada penyakit malaria, anemia atau penurunan kadar hemoglobin darah sampai di
bawah nilai normal disebabkan penghancuran sel darah merah yang berlebihan oleh
parasit malaria. Selain itu, anemia timbul akibat gangguan pembentukan sel darah merah
di sumsum tulang.
Gejala anemia berupa badan yang terasa lemas, pusing, pucat, pengelihatan kabur,
jantung berdebar-debar, dan kurang nafsu makan.
11
Terjadinya infeksi oleh parasit Plasmodium ke dalam tubuh manusia dapat terjadi
melalui dua cara yaitu :
1. Secara alami melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang mengandung parasit
malaria.
2. Induksi yaitu jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusia,
misalnya melalui transfuse darah, suntikan, atau pada bayi yang baru lahir melalui
plasenta ibu yang terinfeksi.
Patofisiologi malaria sangat kompleks dan mungkin berhubungan dengan hal-hal
sebagai berikut :
a. Penghancuran eritrosit yang terjadi oleh karena :
o Pecahnya eritrosit yang mengandung parasit
o Fagositosis eritrosit yang mengandung dan tidak mengandung parasit
o Akibatnya terjadi anemia dan anoksia jaringan dan hemolisis intravaskuler
b. Pelepasan mediator Endotoksin-makrofag
Pada proses skizoni yang melepaskan endotoksin, makrofag melepaskan berbagai
mediator endotoksin.
c. Pelepasan TNF
Merupakan suatu monokin yang dilepas oleh adanya parasit malaria. TNF ini
bertanggung jawab terhadap demam, hipoglikemia, ARDS.
d. Sekuetrasi eritrosit
Eritrosit yang terinfeksi dapat membentuk knob di permukaannya. Knob ini
mengandung antigen malaria yang kemudian akan bereaksi dengan antibodi.
Eritrosit yang terinfeksi akan menempel pada endotel kapiler alat dalam dan
membentuk gumpalan sehingga terjadi bendungan.
12
2.5 Cara atau Tindakan Pencegahan dan Pengobatan
2.5.1 Tindakan pencegahan
Di Indonesia usaha pembasmian penyakit malaria belum mencapai hasil yang
optimal karena beberapa hambatan, yaitu tempat perindukan nyamuk malaria yang
tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak, serta keterbatasan sumber daya
manusia, infrastruktur, dan biaya. Oleh karena itu, usaha yang paling mungkin dilakukan
adalah usaha-usaha pencegahan dan pemberantsan terhdap penularan parasit.
Tindakan –tindakan yang dapat di lakukan diantaranya adalah :
a. Menghindari gigitan nyamuk malaria
Di daerah yang jumlah penderitanya sangat banyak, tindakan untuk menghindari
gigitan nyamuk sangat penting. Di daerah pedesaan atau pinggiran kota yang
banyak sawah, rawa-rawa, atau tambak ikan merupakan tempat ideal untuk
peridukan malaria, maka sangat disarankan untuk memakai baju lengan panjang
dan celana panjang saat keluar rumah, terutama pada malam hari. Karena biasanya
nyamuk malaria menggigit pada malam hari. Pada daerah yang endemi malaria,
penduduk disarankan untuk memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi rumah,
serta menggunakan kelambu saat tidur. Masyarakat juga dapat memakai minyak
antinyamuk saat tidur di malam hari untuk mencegah gigitan nyamuk malaria.
b. Membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa
Untuk membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa, dapat dilakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut :
1) Penyemprotan rumah
Sebaiknya, penyemprotan di rumah-rumah di daerah endemis malaria dengan
insektisida dilaksakan dua kali dalam setahun dengan interval waktu enam
bulan.
13
2) Larvacidimg
Merupakan kegiatan penyemprotan rawa-rawa yang potensial sebagai tempat
perindukan nyamuk malaria.
3) Biological control
Merupakan kegiaan penebaran ikan kepala timah (panchax-panchax) dan ikan
guppy atau wader cetul di genangan-genangan air mengalir dan persawahan.
Ikan-ikan tersebut berfungsi sebagai pemangsa jentik-jentik nyamuk malaria.
c. Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria
Tempat perindukan nyamuk malaria bermacam-macam, tergantung spsies
nyamuknya. Ada nyamuk malaria yang hidup dikawasan pantai, rawa-rawa, empang,
sawah, tambak ikan, atau hidup di air bersih pegunungan. Di daerah endemis malaria,
yaitu daerah yang langganan terjangkit penyakit malaria, masyarakatnya perlu
menjaga kebersihan lingkungan. Tambak ikan yang kurang terpelihara harus di
bersihkan , parit-parit disepanjang pantai bekas galian yang terisi air payau harus
ditutup, persawahan dengan saluran irigasi airnya harus dipastikan mengalir dengan
lancar, bekas roda yang tergenang air atau bekas jekak kaki hewan pada tanah
berlumpur yang berair harus segera ditutup untuk mengurangi tempat perkembang
biakan larva nyamuk malaria.
d. Pemberian obat pencegahan malaria
Pemberian obat pencegahan (profilaksis) malaria bertujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi, serta timbulnya gejala-gejala penyakit malaria. Orang yang akan
berpergian ke daerah-daerah endemis malaria harus minum obat anti malaria
sekurang-kurangnya seminggu sebelum keberangkatannya sampai empat minggu
setelah orang tersebut meninggalkan daerah endemis malaria.
14
Wanita hamil yang akan bepergian ke daerah endemis malaria harus
diperingatkan tentang resiko yang mengancam kehamilannya. Sebelum bepergian, ibu
hamil disarankan untuk berkonsultasi ke klinik atau rumah sakit dan mendapatkan
obat antimalaria.
Bayi dan anak-anak berusia di bawah empat tahun dan hidup di daerah endemis
malaria harus mendapat obat antimalaria karena tingkat kematian pada bayi/anak
akibat infeksi malaria cukup tinggi.
e. Pemberian vaksin malaria
Pemberian vaksin malaria merupakan tindakan yang diharapkan dapat
membantu mencegah infeksi malaria sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan
angka kematian akibat infeksi malaria. Sampai saat ini, usaha untuk menemukan
vaksin malaria yang baik dan efektif masih berjalan dan dalam tahap penelitian.
2.5.2 Tindakan pengobatan
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang mempengaruhi angka kematian
bayi, anak, dan ibu melahirkan, serta dapat menurunkan produktifitas kerja. Untuk
mengetahui dengan pasti seseorang telah terinfeksi malaria, yaitu dengan menemukan
parasit malaria didalam darahnya melalui pemeriksaan mikroskop.
Pada darah penderita, akan tampak bentuk parasit malaria serta perubahan pada sel-
sel darah merah yang terinfeksi. Pemeriksaan ini harus dilakukan pada orang yang tinggal
di daerah endemis malaria dalam jangka waktu satu tahun. Dengan melakukan pemeriksaan
darah, jenis plasmodium malaria yang menginfeksi penderita dapat teridentifikasi sehingga
dapat digunakan sebagai dasar dalam pemilihan obat malaria secara tepat.
Ada beberapa obat yang digunakan untuk pengoatan malaria. Berikut penggolongan
obat anti malaria :
1. Skizontisida jaringan primer ( contohnya, proguanil, dan pirimetamin).
15
2. Skizontisida jaringan sekunder ( contohnya, primakuin )
3. Skizontisida darah ( contohnya, kina, klorokuin, dan amodiakuin )
4. Gametosida ( contohnya, primakuin, kina, klorokuin, dan amodiakuin )
5. Sporontosida ( contohnya, primakuin, dan proguanil )
Berikut ini beberapa cara pengobatan malaria :
a. Pengobatan untuk mencegah (profilaksis)
Pemberian obat antimalaria bertujuan untuk mencegah timbulnya infeksi atau
gejala-gejala penyakit malaria.
b. Pengobatan terapeutik (kuratif)
Obat antimalaria digunakan untuk penyembuhan infeksi malaria yang telah ada,
penanggulangan serangan malaria akut, serta pengobatan radikal.
c. Pengobatan untuk mencegah terjadinya penularan
Pengobatan dilakukan untuk mencegah infeksi nyamuk atau mempengaruhi
perkembangan sporogoni pada nyamuk. Dalam rangka pemberantasan nyamuk
malaria pemerintah melakukan cara-cara pengobatan berikut ini :
1) Pengobatan presumtif
Dilakasanakan dengan cara penemuan penderita secara intensif, baik secara
aktif dari rumah ke rumah maupun secara pasif di unit-unit pelayanan
kesehatan yang ada. Tujuan dari pengobatan ini adalah untuk meringankan
gejala malaria dan mencegah penularan selama penderita menunggu hasil
pemeriksaan laboratorium darah. Kepada penderita malaria diberikan
pengobatan dosis tunggal dengan empat tablet klorokuin ditambah tiga tablet
primakuin.
16
2) Pengobatan supresif
Pengobatan ini diberikan kepada semua penderita demam di daerah endemis
malaria yang berobat di unit-unit pelayanan kesehatan. Jika penderita tinggaldi
daerah yang diduga plasmodium falciparum-nya telah resisten terhadap
klorokuin, diberikan kombinasi empat tablet klorokuin ditambah tiga tablet
primakuin secara dosis tunggal. Jika penderita tinggal di daerah yang
plasmodium falciparum-nya masih sensitif, hanya diberi empat tablet
klorokuin secara dosis tunggal.
3) Pengobatan radikal
Pengobatan ini diberikan kepada semua penderita demam di daerah
nonendemis dan penderita dari daerah endemis malaria yang akan bepergian
ke daerah nonendemis malaria. Tujuannya, membasmi semua infeksi malaria
dan mencegah timbulnya relaps.
4) Pengobatan massal
Pengobatan massal diberikan kepada suatu kelompok penduduk tertentu di
daerah yang endemis malaria. Sasaran pengobatan bisa seluruh penduduk atau
kelompok penduduk tidak kebal ( seperti bayi, anak balita, ibu
hamil/menyusui, dan pendatang baru dari daerah yang nonendemis).
Pengobatan diberikan dua minggu sekali minimal dua kali. Dosis obat yang
diberikan sama dengan dosis obat pada pengobatan supresif.
17
Namun terkadang ,banyak kendala untuk segera membawa penderita ke puskesmas
atau rumah sakit disebabkan karena keterbatasan sarana transportasi atau terlalu jauhnya
pusat kesehatan, terutama di desa atau daerah pinggitan kota. Oleh karena itu, usaha awal
yang dapat di lakukan adalah dengan pertolongan pertama pada penderita malaria. Berikut
adalah pertolongan pertama yang dapat diberikan.
1. Berikan air minum sebanyak-banyaknya pada penderita, seperti air susu, air the,
atau air putih masak mencegah kekurangan cairan (dehidrasi) akibat demam
panas.
2. Berikan obat penurun panas contohnya paracetamol atau kompres dengan air
dingin.
Selain itu terdapat beberapa ramuan tradisional yang dapat digunakan untuk
pengobatan malaria, diantaranya:
1. Rebus herba bandotan (Ageratum conyzoides) kering (15-30 gr) dalam dua gelas
air sampai tersisa satu gelas. Setelah dingin, saring airnya, lalu minum sekaligus.
Lakukan dua kali sehari.
2. Ramuan ini khusus untuk demam karena malaria. Sediakan daun jeruk nipis, daun
kendal, daun sembung, masing-masing tiga lembar dan lima lembar daun
prasman. Rebus dalam tiga gelas air sampai tersisa satu gelas. Setelah dingin,
saring dan bagi untuk dua kali minum, pagi dan sore.
3. Rebus 5-10 gr daun murbei, lalu minum air rebusannya.
4. Rebus herba kering 9-15 g atau herba segar 30-60 g ,dan kucing-kucingan. Setelah
dingin, saring, lalu minum air saringannya.
18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa penyakit malaria masih menjadi masalah
kesehatan yang terjadi di Indonesia hingga kini. Malaria adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui
gigitan nyamuk anopheles.
Perlu adanya tindakan yang cepat dari masyarakat untuk mengenali gejala yang di
timbulkan oleh penyakit malaria, untuk melakukan tindakan pengobatan yang tepat. Tindakan
penanggulangan malaria saat ini lebih ditekankan pada pemutusan rantai penularan, baik
yang tertuju pada parasit maupun vektor penularannya. Kegiatan-kegiatan pemberantasan
pemberantasan penyakit malaria yang dilakukan berupa menghindari gigitan nyamuk
anopheles, membunuh nyamuk anopheles dewasa dengan insektisida, membunuh larva atau
jentik nyamuk, mengurangi tempat perindukan nyamuk, mengobati penderita malaria serta
pemberian pengobatan pencegahan.
Jika tindakan pemberantasan dan pengobatan penyakit malaria dilakuakan dengan baik,
diharapkan dapat menurunkan angka kematian, angka kesakitan, dan angka infeksi akibat
malaria.
3.2 Saran
Melalui makalah ini disarankan kepada pembaca agar dapat melakukan tindakan-
tindakan yang dihimbau untuk mencegah dan membrantas penularan penyakit malaria. Selain
itu masyarakat, khususnya pembaca hendaknya mengenal gejala-gejala dini dari penyakit
tersebut, agar diperoleh penanganan yang tepat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, S. 2000. Epidemiologi Malaria. Dalam Harijanto, P.N. Malaria: Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klisis dan Penanganan. Jakarta: EGC.
Prabowo, Arlan. 2004. Malaria; Mencegah dan Mengatasinya. Jakarta: Puspa Swara, Anggota IKAPI.
Soedarto. 1990. Penyakit-penyakit Infeksi Di Indonesia. Jakarta: Widya Medika.
Di litihat di http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=46. Pada hari rabu, tanggal 1 juni 2011 jam 11.00 WITA.
20