KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB DAS
BULOK DAS SEKAMPUNG REGISTER 21 KPH PESAWARAN PROVINSI
LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
AZHARY TAUFIQ
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
ABSTRAK
KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB DAS
BULOK DAS SEKAMPUNG REGISTER 21 KPH PESAWARAN PROVINSI
LAMPUNG
Oleh
AZHARY TAUFIQ
Daerah Aliran Sungai (DAS) Khilau merupakan salah satu sub-sub DAS yang
berada dalam status harus dipulihkan. Kondisi biofisik lahan di wilayah DAS
harus dikaji, sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan tindakan yang
paling tepat dilaksanakan dalam rangka rehabilitasi. Tujuan penelitian ini
untuk mendapatkan data dasar analisis deskriptif mengenai kondisi biofisik
wilayah Sub-sub DAS Khilau berdasarkan parameter edafis (pH tanah, C-
organik, kapasitas tukar kation, nitrogen total, fosfor tersedia, kalium,
kemiringan lereng, tekstur dan permeabilitas tanah) dan klimatis (tipe iklim,
suhu dan kelembapan). Metode pengambilan data dilakukan dengan contoh
sampling menggunakan plot 20 × 20 m pada lima kelas tutupan lahan yaitu
hutan primer, sawah, kebun campuran, semak belukar dan tanaman semusim.
Sampel diambil pada bagian kiri atas, kanan atas, kiri atas, kiri bawah dan
tengah plot secara destructive dan non destructive. Analisis data dilakukan
dengan analisis data spasial dan analisis laboratorium. Hasil penelitian
Azhary Taufiq
menunjukkan kebun campuran dan tanaman semusim berada pada kelerengan
agak curam hingga curam (15-45%) dan hutan primer berada pada kelerengan
sangat curam (>45%). Secara umum, seluruh kelas tutupan lahan memiliki
tanah ultisol. Hutan primer memiliki kandungan KTK, N-total, P-tersedia, dan
C-organik tertinggi dibandingkandengan tutupan lahan lainnya. Tutupan lahan
kebun campuran memiliki pH terendah dibandingkan tutupan lahan lainnya.
Hutan primer memiliki permeabilitas tercepat, suhu terendah dan kelembapan
tertinggi dibandingkan dengan tutupan lahan lainnya.
Kata Kunci: Biofisik tanah, daerah aliran sungai, Khilau, tutupan lahan.
ABSTRACT
BIOPHYSICAL STUDIES IN KHILAU SUB-SUB WATERSHED, BULOK SUB
WATERSHED, SEKAMPUNG WATERSHED REGISTER 21 KPH PESAWARAN
LAMPUNG PROVINCE
By
AZHARY TAUFIQ
Khilau Watershed is one of the sub-watersheds with the status should be
restored. The biophysical conditions of the watershed must be assessed, to
determine the suitable actions for land rehabilitation. The purpose of this study
was to provide a descriptive analysis of baseline data on the biophysical
conditions of the Khilau Sub-watershed area based on edaphic parameters (soil
pH , C-organic, CEC, total nitrogen, P-available, K, slopes, soil texture and
permeability) and climatic factors (types of climate, temperature dan
humidity). Data collection method was using cluster examples in five types of
land cover, namely primary forest, agroforest, rice field, shrub and annual crop.
Samples were taken at the top left, top right, bottom left, bottom right and
centre of the 20 × 20 m plot. The data analysis used spatial and laboratory
analysis. The results showed that agroforests and annual crops mostly were on
moderately steep to steep slopes (15-45%) and all primary forests were in steep
slopes (> 45%). All the land covers were ultisol. The primary forest has the
Azhary Taufiq
highest CEC, N-total, P-availability, and C-organic among other land covers.
The agroforest has the lowest pH soil among other land covers. The primary
forest has the most rapid soil permeability compared to other land covers. The
primary forest has the lowest temperature and the highest humidity compared
to other land covers.
Keywords: Khilau, land cover, soil biophysics, watershed.
KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB
DAS BULOK DAS SEKAMPUNG REGISTER 21 KPH PESAWARAN
PROVINSI LAMPUNG
Oleh
AZHARY TAUFIQ
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA KEHUTANAN
pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 18
Oktober 1996, merupakan anak kedua dari dua bersaudara
pasangan Merry dan Berlina. Penulis menempuh
Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) di SD Kartika II-5
Bandar Lampung pada tahun 2002‒2008, kemudian
melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
di SMP Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2008‒2011 dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) YP Unila pada tahun 2011‒2014. Tahun 2014 penulis melanjutkan
pendidikan di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Selama kuliah penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di
Waringin Jaya Kecamatan Bandar Sribhawono Lampung Timur pada bulan
Januari hingga Februari 2018. Bulan Juli hingga Agustus 2017 penulis
melaksanakan Praktik Umum (PU) di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH)
Pekalongan Barat Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Penulis aktif di berbagai
organisasi seperti Himpunan Mahasiswa Kehutanan (HIMASYLVA) sebagai
anggota utama.
iii
SANWACANA
Puji syukur Kehadirat Allah SWT, shalawat teriring salam kepada junjungan
Nabi Besar Muhammad SAW. Alhamdulillah, atas izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan penelitian yang berjudul “Kajian Biofisik Lahan di Wilayah
Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung Register 21 KPH
Pesawaran Provinsi Lampung ” skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan
kemurahan hati dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan kali ini
perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada.
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan dan pembimbing
pertama jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis mulai dari awal
mengikuti mata kuliah Metodologi Penelitian hingga skripsi ini terselesaikan.
3. Bapak Duryat, S.Hut., M.Si., selaku dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan pengarahan, bimbingan dan petunjuk kepada penulis mulai dari
iii
awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini terselesaikan.
4. Bapak Dr. Ir. Slamet Budi Yuwono, M.S., selaku pembahas yang telah
memberikan pengarahan, bimbingan dan petunjuk kepada penulis mulai dari
awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini terselesaikan.
5. Seluruh pihak yang terkait dalam CCCD (Cross Country Capacity
Development) baik yang ada di lokasi penelitian maupun yang berada di
lokasi lainnya yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk melakukan
penelitian ini.
6. Ibu Rommy Qurniati, S.P., M.Si., selaku pembimbing akademik yang selalu
memberikan arahan dan didikan selama masa perkuliahan.
7. Seluruh dosen Jurusan Kehutanan dan Staf yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu atas ilmu, pengalaman, bantuan materi maupun motivasi kepada
penulis selama berada di Jurusan Kehutanan.
8. Teruntuk kedua orang tua penulis (Bapak Merry dan Ibu Berlina) atas
dukungan yang selalu membuat penulis bersemangat.
9. Teruntuk keluarga besar “Lugosyl” Kehutanan 2014. Terima kasih atas
segala kebersamaan dan keharmonisan baik senang maupun sedih yang telah
dilalui bersama.
10. Teman seperjuangan Garsy (Ade, Reki, Yanfa, Yoga, Bule dan Bang Ino)
yang telah memberikan motivasi, bantuan serta tempat untuk bertukar pikiran
dari awal perkuliahan hingga akhir kuliah.
11. Teman selama Praktek Umum, Tsabita, Lailatul, Hasanatun, Diyah, Nathasya
dan Bang Juang yang telah memberikan pengalaman berharga dan tidak
terlupakan selama melakukan praktek di KPH Pekalongan Barat.
iv
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dalam
menyelesaikan skripsi.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka semua yang telah
diberikan kepada penulis.
Bandar Lampung, April 2019
Penulis
Azhary Taufiq
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 3
E. Kerangka Pemikiran........................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 8
A. Daerah Aliran Sungai (DAS) ............................................................. 8
B. Tutupan Lahan ................................................................................... 10
C. Biofisik Tanah .................................................................................... 10
D. Kandungan pH Tanah ........................................................................ 10
E. Unsur Hara Makro Tanah .................................................................. 11
F. Tekstur Tanah. ................................................................................... 11
G. C-organik Tanah ............................................................................... 12
H. Kapasitas Tukar Kation ..................................................................... 13
III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 15
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 15
B. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................. 15
C. Jenis Data ........................................................................................... 16
D. Sampling ............................................................................................ 17
E. Pengambilan Data .............................................................................. 18
F. Tabulasi dan Analisis Data ................................................................ 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 24
A. Hasil ................................................................................................. 24
A.1 Faktor Edafik ............................................................................ 26
A.2 Faktor Klimatik ........................................................................ 30
B. Pembahasan ....................................................................................... 31
vi
Halaman
V. SIMPULAN DAN SARAN................................................................... 40
A. Simpulan .......................................................................................... 40
B. Saran ................................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 41
LAMPIRAN .................................................................................................... 48
Gambar 5-6....................................................................................................... 49
Gambar 7-8....................................................................................................... 50
Gambar 9-10..................................................................................................... 51
Gambar 11-12................................................................................................... 52
Gambar 13-14................................................................................................... 53
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kelas tutupan lahan, kemiringan dan luasannya ....................................... 24
2. Sifat fisik dan kimia tanah, suhu dan kelembaban
di wilayah Sub-sub DAS khilau pada berbagai tutupan lahan .................. 27
3. Klasifikasi sifat fisik dan kimia tanah, suhu dan kelembaban
di wilayah Sub-sub DAS khilau pada berbagai tutupan lahan .................. 28
4. Kondisi iklim di wilayah Sub-sub DAS Khilau,
Sub DAS Bulok, DAS Sekampung, Provinsi Lampung ........................... 30
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran ........................................................... 7
2. Peta tutupan lahan di wilayah Sub-sub DAS Khilau,
Sub DAS Bulok, Das Sekampung Provinsi Lampung .............................. 16
3. Titik sampel pada plot ............................................................................... 20
4. Peta ketinggian dan kontur ........................................................................ 25
5. Kondisi sampel tanah ................................................................................ 48
6. Sampel tanah destructive .......................................................................... 48
7. Proses pengambilan sampel tanah ............................................................ 49
8. Pengambilan sampel menggunakan bor tanah .......................................... 49
9. Tutupan lahan sawah ................................................................................. 50
10. Sawah ditengah hutan ............................................................................... 50
11. Tutupan lahan perkebunan ........................................................................ 51
12. Kondisi vegetasi di puncak ....................................................................... 51
13. Kayu mati .................................................................................................. 52
14. Pengeringan kopi ...................................................................................... 52
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air
dan vegetasi (Arsyad, 1989). Keunikan dari berbagai macam lahan berpengaruh
pada kriteria biofisik dan lingkungan yang merupakan parameter untuk
menentukan kesesuaian lahan dalam penggunaan tertentu. Keunikan tersebut
menjadikan suatu lahan di tempat tertentu berbeda dengan lahan di tempat lain.
Keunikan lahan berhubungan dengan vegetasi dan satwa yang dapat beradaptasi
dan hidup di atasnya. Hal ini sesuai dengan persyaratan penggunaan lahan yang
terdiri dari persyaratan ekologikal, pengelolaan, konservasi dan perbaikan
(Jamulya dan Sunarto 1991). Adanya perbedaan persyaratan tersebut,
menyebabkan lahan memiliki jenis tumbuhan dan satwa yang berbeda. Begitu
juga dengan bentuk penggunaan lahan yang harus sesuai dengan karakteristik
tumbuhan dan satwa yang hidup diatasnya.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Khilau merupakan salah satu sub-sub DAS utama
yang memasok air bagi daerah Kecamatan Kedondong. DAS Khilau saat ini
berada dalam status harus dipulihkan. Rusaknya DAS Khilau disebabkan oleh
penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan penggunaannya. Perubahan
2
penggunaan lahan hutan menjadi berbagai penggunaan lahan, dapat merubah
karakteristik kimia, fisik dan biologi tanah (Sutanto, 2005). Pada wilayah
penelitian, kelas tutupan lahan terbagi menjadi lima, yaitu hutan primer, semak
belukar, tanaman semusim, kebun campuran dah sawah. Oleh sebab itu dalam
rangka rehabilitasi lahan, berdasarkan Surat Keputusan Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan No. 13 Tahun 2018 Tentang Penetapan Lokasi DAS, DAS
Khilau ditetapkan sebagai wilayah site project Cross Country Capacity
Development (CCCD). CCCD merupakan suatu bentuk kegiatan kerjasama antara
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan Universitas
Lampung dengan sokongan pendanaan dari United Nations Development
Progamme (UNDP) yang bertanggung jawab atas proses rehabilitasi Sub-sub
DAS Khilau.
Keberhasilan proyek rehabilitasi lahan akan tercapai apabila bentuk kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan kondisi biofisik dan daya dukung lahan. Kondisi biofisik
lahan harus dikaji, sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan tindakan
yang paling tepat dilaksanakan dalam rangka rehabilitasi wilayah DAS. Data dan
informasi terkait kajian biofisik lahan sangat penting dalam menentukan kebijakan
yang dapat dibuat untuk penggunaan lahan di wilayah DAS tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana kondisi biofisik wilayah
Sub-sub DAS Khilau berdasarkan parameter :
1. Edafik : Sifat kimia tanah (pH tanah, C-organik, kapasitas tukar kation,
3
nitrogen total, kalium, fosfor tersedia) dan sifat fisik tanah
(tekstur tanah), topografi (kemiringan lereng) dan kelas tutupan
lahan
2. Klimatik : Tipe iklim, suhu dan kelembapan
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan hasil analisis komparatif data dasar
mengenai kondisi biofisik wilayah Sub-sub DAS Khilau berdasarkan parameter :
1. Edafik : Sifat kimia tanah (pH tanah, C-organik, kapasitas tukar kation,
nitrogen total, fosfor tersedia, kalium) dan sifat fisik tanah
(tekstur tanah, permeabilitas), topografi (kemiringan lereng) dan
kelas tutupan lahan
2. Klimatik : Tipe iklim, suhu dan kelembapan
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberikan data hasil analisis dasar berdasarkan
parameter edafik dan klimatik yang digunakan sebagai landasan untuk
merumuskan kebijakan intervensi dalam rangka rehabilitasi atau penelitian
berikutnya yang akan dilaksanakan di wilayah Sub-sub DAS Khilau.
E. Kerangka Pemikiran
Salah satu manfaat dari mengetahui kondisi biofisik lahan adalah menggambarkan
keadaan baik atau buruknya daya dukung suatu lahan. Terdapat dua faktor daya
4
dukung lahan, yaitu faktor klimatik berupa suhu dan kelembaban dan faktor
edafik berupa tutupan lahan, sifat fisik dan kimia tanah. Sebagai contoh,
Kizilkaya dan Orhan (2010), menyatakan perubahan penggunaan lahan dari hutan
menjadi pertanian dan peternakan secara nyata berpengaruh terhadap penurunan
sifat kimia tanah. Azmul dkk. (2016) juga mengemukakan bahwa tanah pada
lahan hutan primer memiliki sifat kimia yang lebih baik dibandingkan lahan
kebun campuran dan perkebunan. Oleh sebab itu, informasi tentang biofisik tanah
dapat digunakan untuk mengambil keputusan terkait rehabilitasi suatu lahan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui data dasar biofisik lahan di sub-sub
DAS Khilau, Sub DAS Bulok DAS Sekampung. Data dasar yang disajikan
berupa data kelas tutupan lahan untuk mengetahui kondisi biofisik lahan dalam
rangka menentukan kebijakan intervensi atau penelitian lanjutan dalam
mengembalikan kondisi DAS tersebut.
Berdasarkan kajian Bakri dkk. (2016), perbedaan jenis tutupan lahan memiliki
karakteristik edafik dan klimatik yang berbeda. Pada tutupan lahan jenis semak
belukar, pH tanah cenderung lebih rendah dibandingkan tanah dengan tutupan
lahan kebun, disebabkan oleh penggunaan pupuk oleh para petani yang
berlebihan.
Hutan primer terkandung P-tersedia yang lebih tinggi daripada jenis tutupan lahan
campuran, semak belukar dan perkebunan. Rendahnya P-tersedia pada jenis
tutupan lahan selain hutan primer disebabkan unsur P yang terjerap oleh unsur
oksida besi dan Al.
5
Ketersediaan N-total pada jenis tutupan lahan hutan primer jauh lebih tinggi
daripada jenis tutupan lahan lainnya. Hutan primer memiliki siklus nutrisi yang
terjaga dengan baik, menyediakan bahan organik yang berfungsi untuk stimulan
ketersediaan N-total. Sutedjo (2010) mengungkapkan peningkatan N-Total tanah
diperoleh langsung dari hasil dekomposisi bahan organik yang akan menghasilkan
asam-asam organik dalam tanah.
Hasil kajian dari Bakri dkk. (2016), mengungkapkan tekstur tanah pada lahan
hutan primer, memiliki kemampuan menyerap air yang lebih baik dibandingkan
pada jenis tutupan lahan lainnya. Hutan primer memiliki keragaman vegetasi
penyusun hutan primer, sehingga kandungan hara lebih baik daripada tutupan
lahan lainnya (Azmul, dkk. 2016). Baik atau buruknya sifat fisik dan kimia tanah,
berpengaruh pada aspek klimatik suatu tutupan lahan. Hutan primer yang
memiliki kandungan sifat kimia dan fisik tanah yang baik, akan memiliki suhu
dan kelembaban serta curah hujan yang baik, dikarenakan terjaganya siklus nutrisi
pada lahan hutan. Siklus nutrisi yang berjalan dengan baik, menyediakan
kandungan bahan organik yang diperoleh dari sumber hara secara terus menerus.
Seresah merupakan sumber utama unsur hara pada tanah dan berperanan besar
dalam daur unsur hara juga merupakan penyimpan karbon (carbon stock)
(Supriyo dan Prihaten, 2014). Berbeda dengan hutan primer, tutupan lahan
lainnya seperti sawah memiliki sifat kimia yang berbeda. Sawah termasuk jenis
tutupan lahan yang memiliki permasalahan pada bahan organik yang tergolong
rendah sehingga dapat menurunkan produktivitasnya. Rendahnya bahan organik
disebabkan oleh proses pengangkutan bahan organik tanpa pengembalian ke
dalam tanah (Palembang, dkk. 2013).
6
Berdasarkan data dan informasi tentang kondisi biofisik lahan akan dapat
dirumuskan tindakan apa yang paling sesuai untuk diterapkan pada wilayah Sub-
sub DAS Khilau. Kondisi biofisik lahan dapat dijadikan sebagai dasar dalam
pengambilan tindakan rehabilitasi lahan. Rehabilitasi lahan dapat dilakukan
dengan tindakan berupa sipil teknis, vegetatif atau kombinasi keduanya.
Teknik rehabilitasi lahan dengan pendekatan teknik sipil adalah upaya untuk
mempertahankan atau memperbaiki daya guna lahan termasuk kesuburan tanah
dengan cara pembuatan bangunan teknik sipil disamping tanaman (vegetatif).
Bangunan yang dapat dibuat adalah teras sering, bangunan penahan dan bangunan
drainase (Masaki, 1995). Teknik rehabilitasi lahan secara vegetatif dilakukan
berdasarkan spesies, kerapatan dan bentuk penanaman yang sesuai dengan kondisi
tanah, ketinggian tempat dan iklim. Pola tanam yang digunakan dapat berbentuk
penanaman dalam strip (strip cropping), pola tanam ganda atau majemuk
(multiple cropping), sistem pertanian hutan (agroforestry), pemanfaatan sisa
tanaman (residual management) dan penanaman pada saluran pembuangan
(grassed water ways) (Wahyudi, 2014).
Hasil penelitian Wahyudi (2014), menyatakan pada lahan yang memiliki
kelerengan tinggi, menggunakan kombinasi antara metode sipil teknis dan
vegetatif, dengan pembuatan bangunan terasering yang kemudian diikuti dengan
penanaman tanaman cepat tumbuh (fast growing). Diutamakan tumbuhan fast
growing yang memiliki perakaran dalam agar agregat tanah dapat terjaga dan
tidak mudah tererosi. Bagan kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
7
Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran
Register 21 KPH Pesawaran
Provinsi Lampung
Sub-sub DAS Khilau, Sub
Das Bulok DAS Sekampung
Perubahan tutupan lahan
menjadi berbagai kelas
tutupan lahan
Kelas Tutupan lahan:
1. Hutan Primer
2. Sawah
3. Semak Belukar
4. Kebun Campuran
5. Tanaman Semusim
1. Edafik
a. Kelas Tutupan Lahan
b. Sifat Fisik (Tekstur tanah, Permeabilitas Tanah)
c. Sifat Kimia ( KTK, N-total, P-total dan K-dd pH
tanah, C-organik)
d. Topografi (Kemiringan Lereng)
2. Klimatik
a. Tipe iklim
b. Suhu
c. Kelembapan
Daya Dukung Lahan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Definisi Daerah Aliran Sungai menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 37 Tahun 2012 adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di
laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
Salah satu fungsi DAS adalah fungsi hidrologis, dimana fungsi tersebut sangat
dipengaruhi oleh jumlah curah hujan yang diterima, geologi dan bentuk lahan.
Fungsi hidrologis yang dimaksud termasuk kapasitas DAS untuk mengalirkan air,
menyangga kejadian puncak hujan, melepaskan air secara bertahap, memelihara
kualitas air, serta mengurangi pembuangan. Fungsi suatu DAS merupakan fungsi
gabungan yang dilakukan oleh seluruh faktor yang ada pada DAS tersebut, yaitu
vegetasi, bentuk wilayah (topografi), tanah, dan manusia (Asdak, 2010). Apabila
salah satu faktor tersebut mengalami perubahan, maka hal tersebut akan
mempengaruhi ekosistem DAS dan akan menyebabkan gangguan terhadap
bekerjanya fungsi DAS. Apabila fungsi suatu DAS telah terganggu, maka sistem
hidrologisnya akan terganggu, penangkapan curah hujan, resapan dan
9
penyimpanan airnya menjadi sangat berkurang atau sistem penyalurannya menjadi
sangat boros.
Agus dan Widianto (2004), mengemukakan bahwa sebuah DAS yang sehat dapat
menyediakan unsur hara bagi tumbuhan, sumber makanan bagi manusia dan
hewan, air minum yang sehat bagi manusia dan makhluk lainnya, serta empat
berbagai aktivitas lainnya. Manusia hidup di bumi akan selalu dipengaruhi baik
secara positif dan negatif oleh adanya interaksi dari sumber daya air dengan
sumber daya alam lainnya.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012,
pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik
antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya,
agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya
kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan. Pada dasarnya
pengelolaan DAS merupakan upaya manusia untuk mengendalikan hubungan
timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia dan keserasian ekosistem
serta meningkatkan kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia secara
berkelanjutan (Departemen Kehutanan, 2000).
Pengelolaan DAS ditujukan untuk kesejahteraan manusia dengan
mempertimbangkan kondisi sumberdaya alam atau ekosistemnya, kondisi sosial,
politik, ekonomi, budaya, dan kelembagaan. Pengelolaan tidak hanya bertumpu
pada salah satu aspek saja tetapi juga harus memperhatikan aspek yang lain. Hal
ini bertujuan untuk menyeimbangkan hubungan timbal balik ekosistem DAS
dengan manusia, sebab DAS memiliki banyak fungsi (multifungsi).
10
B. Tutupan Lahan
Budiarti dkk. (2018) menyatakan penggunaan lahan berupa lahan terbuka,
pemukiman, sawah, sungai, waduk dan rawa memiliki nilai koefisien limpasan
permukaan yang besar. Air hujan yang jatuh langsung dialirkan menjadi limpasan
permukaan sehingga menggerus tanah, sebaliknya penggunaan lahan berupa hutan
rapat akan memperkecil limpasan permukaan dan resiko rusaknya tanah dan
menjaga kesuburan tanah. Alih guna lahan juga mengakibatkan penurunan
makroporositas tanah (Suprayogo dkk., 2009) dan menurunkan ketebalan seresah
dan jumlah pori makro tanah (Hairiah dan Aini, 2004). Terkait dengan perubahan
sifat biofisik tanah tersebut, Liedloff dkk. (2003) menyatakan bahwa perubahan
tutupan lahan mempengaruhi keberadaan biota tanah berupa penyusutan jumlah
makro invertebrata di dalam tanah.
C. Biofisik Tanah
Perubahan tutupan lahan mengakibatkan perubahan sifat biofisik tanah, karena
setiap jenis vegetasi memiliki sistem perakaran yang berbeda. Hasil penelitian
Widianto dkk. (2004) menunjukkan bahwa alih guna lahan hutan menjadi kopi
monokultur di Lampung mengakibatkan perubahan sifat tanah permukaan berupa
penurunan bahan organik dan jumlah ruang pori.
D. Kandungan pH Tanah
Berdasarkan penelitian (Matano dkk., 2015) tingkat pH, nitrogen dan fosfor yang
ada di tanah dipengaruhi oleh berbagai macam penggunaan lahan dan
11
karakteristiknya. pH tanah adalah salah satu dari beberapa indikator kesuburan
tanah. pH tanah menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen yang
terkandung di tanah. Semakin tinggi kadar ion di dalam tanah, semakin masam
tanah tersebut. Bila kandungan H sama dengan maka tanah bereaksi netral, yaitu
mempunyai pH = 7 (Hardjowigeno, 2010).
E. Unsur Hara Makro Tanah
Kesuburan tanaman sangat ditentukan oleh keberadaan unsur hara dalam tanah,
baik unsur hara makro, unsur hara sekunder maupun unsur hara mikro. Unsur
hara makro meliputi nitrogen (N), pospor (P), kalium (K), dan C,H,O. Unsur hara
tanah berguna untuk memenuhi siklus kehidupan tanaman. Kegiatan metabolisme
tanaman akan terganggu jika kebutuhan unsur hara tidak terpenuhi. Tanaman
yang kekurangan unsur hara akan menunjukkan gejala pada suatu organ tertentu.
Rosmarkan dan Yuwono (2002), menyebutkan jumlah hara tanaman yang
dilepaskan tergantung pada macam tanaman, bagian tanaman, dan jumlah volume
tanaman yang digugurkan. Salah satu penyebab mudah tercucinya unsur hara oleh
air disebabkan oleh rendahnya vegetasi yang ada di atas tanah. Tanah yang
memiliki vegetasi kecil akan meningkatkan laju permeabilitas tanah yang
memudahkan unsur hara tercuci oleh air (Yamani, 2012).
F. Tekstur Tanah
Karakteristik tanah merupakan kondisi yang mencerminkan mudah atau tidaknya
curah hujan meresap ke dalam tanah (infiltrasi). Hal ini berkaitan erat dengan
12
sifat fisik tanah yaitu tekstur dan permeabilitas (Anna dkk., 2015). Tekstur tanah
digunakan untuk sifat tanah dalam kemampuannya meresapkan air hujan. Fraksi
liat anah adalah komponen paling aktif dari fraksi mineral yang dijadikan struktur
dasar dalam struktur hirarki tanah (Dexter dan Horn, 1988). Fraksi lempung dan
pasir menentukan bagaiman bentuk dari fraksi tanah. Kandungan liat yang rendah
(<10%), matriks tanah dibentuk oleh pasir dan lumpur, dengan liat yang tersimpan
di pori-pori antara butiran pasir. Kandungan liat yang berada pada kandungan
10% hingga 20%, partikel liat menutupi partikel pasir dan lumpur. Kandungan
liat yang tinggi (>20%) memiliki partikel yang secara keseluruhan menutupi
partikel lumpur dan pasir (Dalrymple, 1984). Permeabilitas dapat digunakan
untuk menentukan kecepatan meresapkan air hujan (cm/jam). Tekstur tanah yang
halus dan memiliki permeabilitas kecil, akan mudah tergenang oleh air (Budiarti
dkk., 2018). Suripin (2004), mengatakan bahwa tanah yang bertekstur halus dan
permeabilitasnya rendah, akan meningkatkan aliran permukaan. Tingginya aliran
permukaan dapat membuat tanah mudah tergerus atau tererosi. Tekstur tanah
yang mudah meloloskan air kedalam tanah menurut Hanafiah (2005), adalah tanah
jenis pasir. Berdasarkan penelitian Budiarti dkk. (2018), karakteristik tanah
berpasir yang mudah dilewati oleh air tidak hanya dari tekstur tanah, melainkan
dipengaruhi oleh faktor-faktor porositas, bahan organik dan kontinuitas pori-pori
tanah.
G. C-organik Tanah
C-organik juga merupakan bahan organik yang terkandung di dalam maupun pada
permukaan tanah yang berasal dari senyawa karbon di alam, dan semua jenis
13
senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan
organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air,
dan bahan organik yang stabil atau humus (Suprayogo dkk., 2009). Suin (2012)
mengungkapkan bahwa bahan organik tanah sangat menentukan kelimpahan
hewan tanah. Materi organik tanah merupakan sisa-sisa tumbuhan dan hewan
organisme tanah, baik yang telah terdekomposisi maupun yang sedang
terdekomposisi. Thomas dan Mitchell (1951) mengungkapkan bahwa hewan
tanah sebagai salah satu komponen organisme tanah ikut berperan penting dalam
proses dekomposisi bahan organik. Bersama organisme tanah lainnya hewan
tanah menguraikan bahan organik menjadi C-organik tanah dan melepaskan hara-
hara dalam ikatan komplek menjadi hara tanah yang tersedia bagi tanaman.
H. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas tukar kation tanah adalah kemampuan koloid tanah dalam menjerap dan
mempertukarkan kation. Kapasitas tukar kation total adalah jumlah muatan
negatif tanah dari permukaan koloid tanah yang merupakan situs pertukaran
kation-kation. Kapasitas tukar kation dinyatakan dalam miliekuivalen per 100
gram tanah (Tan, 1991).
Koloid tanah terdiri dari koloid anorganik dan kolid organik. Koloid anorganik
adalah partikel liat yang berukuran 0,001 mm atau 1 μm, sedangkan koloid
organik berasal dari dekomposisi bahan organik yang mulai stabil yaitu humus.
Koloid liat bersifat mantap sedangkan koloid humus bersifat dinamis dapat
berubah (Hakim dkk., 1986). Pertukaran kation terjadi pada koloid liat dan koloid
14
humus yang memiliki muatan negatif tersebut, sehingga tekstur tanah (jumlah
liat), jenis mineral liat, dan kandungan bahan organik akan mempengaruhi
kapasitas tukar kation suatu tanah.
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian berada dalam wilayah KPH XI Pesawaran Sub-sub DAS Khilau,
Sub DAS Bulok, DAS Sekampung, Pesawaran, Kecamatan Kedondong,
Lampung. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2018 hingga Juli 2018.
Penetapan lokasi utama penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa lokasi tersebut strategis bagi tata air di wilayah KPH XI
Pesawaran, Kecamatan Kedondong dan kondisi DAS yang statusnya perlu
dipulihkan.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah linggis, plastik, sekop,
bor tanah, ring sampel dan label untuk pengambilan sampel tanah, dan alat
penguji kandungan tanah laboratorium yang mengacu pada referensi. Bahan yang
diperlukan pada penelitian ini adalah data peta tematik dengan skala 1:30.000
(Gambar 2) wilayah KPH XI Pesawaran Register 21 Sub-
sub DAS Khilau, Sub DAS Bulok, DAS Sekampung, Kabupaten Pesawaran,
Kecamatan Kedondong, Lampung dan peta tutupan lahan.
16
Gambar 2. Peta tutupan lahan di wilayah Sub Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok,
DAS Sekampung Provinsi Lampung.
C. Jenis Data
Jenis data pada penelitian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data primer yang diperlukan adalah faktor kondisi edafik meliputi sifat kimia
tanah yaitu pH, C-organik, KTK (kapasitas tukar kation) unsur makro (N-total, P-
tersedia dan K-dapat ditukar) dan fisik tanah (tekstur tanah) dan klimatik (iklim,
suhu dan kelembaban).
17
Data primer kondisi edafik meliputi sifat kimia tanah yaitu KTK (kapasitas tukar
kation) unsur makro (N-total, P-tersedia dan K-dd), pH tanah, C-organik dan fisik
tanah (tekstur tanah dan permeabilitas tanah). Data primer didapatkan dengan
analisis tanah di laboratorium. Data primer kondisi klimatik berupa suhu dan
kelembaban setiap plot didapatkan melalui observasi lapangan, diukur
menggunakan thermohygrometer.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan adalah faktor kondisi edafik dan klimatik. Data
Sekunder edafik meliputi kelas tutupan lahan yang didapatkan dari peta tahun
2017 mengenai jenis tutupan lahan dan jenis tanah di wilayah studi. Data
sekunder klimatik meliputi data curah hujan yang didapatkan dari Badan
Meteorologi dan Geofisika daerah Gedong Tataan dari tahun 2011 hingga 2016.
D. Sampling
Sampel yang diambil pada penelitian ini menggunakan metode cluster sampling
dengan pembagian sampel secara equal sampling. Equal Sampling adalah
pembagian pengambilan sampel dari setiap kelas-kelas secara merata. Pembagian
dilakukan berdasarkan lima jenis tutupan lahan yaitu hutan primer, sawah, semak
belukar, tanaman semusim dan hutan campuran. Masing-masing tutupan lahan
kemudian dibagi menjadi beberapa plot secara merata menggunakan metode
cluster sampling. Metode cluster sampling adalah pengambilan sampel dari
masing-masing sub kelompok yang heterogen (Atmosukarto, 1994).
18
E. Pengambilan data
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan melalui cara sebagai berikut.
1. Data Primer
Data primer didapatkan dengan melakukan observasi lapangan dengan melakukan
pengambilan sampel tanah dan faktor klimatik pada setiap kelas tutupan lahan
berdasarkan peta sub-sub DAS Khilau. Sampel data yang diambil dapat mewakili
(representative) setiap kelas tutupan lahan. Data primer yang diambil adalah data
mengenai suhu, kelembaban, sifat fisik dan kimia tanah. Data primer edafik
berupa sifat fisik dan kimia tanah diambil secara destructive sample dan non
destructive sample. Data primer klimatik berupa suhu dan kelembapan diambil
menggunakan alat thermohygrometer.
Data primer edafik didapatkan secara destructive dan non destructive. Data
Destructive adalah sampel tanah terganggu yang diambil yang mengalami
kerusakan. Data non destructive adalah sampel tanah tidak terganggu yang
diambil tanpa merusak kondisi sampel.
Pengambilan data dilakukan secara destructive dan non destructive (Gambar 3).
Pengambilan sampel secara destructive dilakukan dengan;
1. Membuat plot ukuran 20 m × 20 m secara random pada kelas tutupan
lahan.
2. Membersihkan tanah dari vegetasi ataupun variabel yang dapat
mempengaruhi variabel utama menggunakan sekop tanah. Pengambilan
sampel destructive dilakukan dengan alat bor tanah.
19
3. Mengambil sampel tanah menggunakan bor tanah sedalam 0-20 cm pada
lima kelas tutupan lahan.
4. Setiap kelas tutupan menggunakan ulangan empat plot, dengan lima titik
pengeboran, yaitu pada bagian atas kanan, atas kiri, bawah kanan, bawah
kiri dan tengah plot.
5. Tanah yang telah diambil kemudian dikompositkan dengan mencampur
semua sampel tanah, kemudian diambil seberat 0,5 kg.
6. Tanah yang diambil dimasukkan kedalam plastik dan diberi kode sampel.
Pengambilan sampel secara non destructive dilakukan dengan;
1. Membersihkan tanah dari vegetasi ataupun variabel lain yang dapat
mengganggu variabel utama menggunakan sekop tanah.
2. Menancapkan sample ring pada tanah, kemudian dibenamkan hingga
sample ring tertanam pada tanah.
3. Mengambil sample ring secara hati-hati. Hal ini bertujuan agar sampel
tidak rusak.
4. Setiap kelas tutupan menggunakan ulangan empat plot, dengan satu titik
pengeboran sample ring.
5. Memasukkan sampel kedalam plastik dan diberi kode sampel.
20
Gambar 3. Titik sampel pada plot.
Sampel yang telah diambil dan dianalisis di laboratorium dengan penjelasan
sebagai berikut.
1.1 Destructive Sample
1.1.1 pH Tanah
pH tanah dianalisis di laboratorium menggunakan sampel tanah terganggu
(destrucive sample), pengukuran pH tanah dapat dilakukan dengan analisa uji
laboratorium menggunakan pH meter dengan metode potensiometrik.
1.1.2 C-organik Tanah
Pengujian C-organik didapatkan dari analisis sampel tanah terganggu (destructive
sample). Analisis C-organik tanah dilakukan di laboratorium menggunakan
metode Walkley and Black.
Keterangan:
Titik 1: Kiri atas plot
Titik 2: Kanan atas plot
Titik 3: Kiri bawah plot
Titik 4: Kanan bawah plot
Titik 5: Tengah Plot
20 m
20 m
21
1.1.3 Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas tukar kation tanah (KTK) adalah kemampuan tanah untuk menjerap dan
melakukan pertukaran kation (Tan, 1991). Analisis KTK dilakukan dengan
metode 1 N NH4OAc pH 7 yang dilakukan di laboratorium.
1.1.4 Unsur Hara Makro Tanah
Unsur hara makro yang dianalisis adalah nitrogen total (N-total), fosfor tersedia
(P-tersedia) dan kalium (K). Analisis N-total menggunakan metode Kjehdahl,
analisis P-tersedia menggunakan metode Bray dan analisis K-dd menggunakan
metode Flamephotometry yang dianalisis di laboratorium.
1.2 Non Destructive Sample
1.2.1 Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena
terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang
terkandung pada tanah. Tekstur tanah dibagi menjadi tujuh kelas yang terdiri dari
pasir, lempung kasar, lempung halus, debu kasar, debu halus, liat debu dan liat
sangat halus. Penetapan tekstur tanah dilakukan di laboratorium menggunakan
metode hydrometer dan diklasifikasikan menggunakan Soil Texture Triangle
Chart.
22
Data primer klimatik adalah data mengenai suhu dan kelembaban. Pengambilan
data dilakukan menggunakan alat thermohygrometer. Alat diletakkan di setiap
plot pengukuran, kemudian dicatat suhu dan kelembaban yang terlihat pada alat.
2. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan melalui sumber lain selain observasi langsung
lapangan. Data sekunder berupa data mengenai data edafik (kelas tutupan lahan
dan jenis tanah) didapatkan dari peta jenis tutupan lahan dan jenis tanah tahun
2017. Data sekunder klimatik berupa data curah hujan wilayah Gedong Tataan
dari tahun 2011 hingga 2016.
2.1 Kelas tutupan lahan dan Jenis Tanah
Penentuan jenis tutupan lahan dan jenis tanah dilakukan dengan menentukan
lokasi yang berpotensi untuk diambil sampel penelitian berdasarkan data peta
tutupan lahan tahun 2017 Sub-sub DAS Khilau dengan skala 1:30.000.
Berdasarkan peta tersebut, ditentukan jenis tanah dan kelas tutupan lahan pada
Sub-sub DAS Khilau yang terbagi menjadi kelas tutupan lahan hutan primer,
sawah, semak belukar, kebun campuran dan tanaman semusim dan berjenis tanah
ultisol.
F. Tabulasi dan Analisis Data
Data disajikan dalam bentuk tabel yang dikelompokkan pada masing-masing kelas
tutupan lahan terhadap sifat fisik tanah (Tekstur dan permeabilitas tanah), sifat
23
kimia tanah (KTK, N-total, P-total, K-dd, pH tanah dan C-organik), suhu, tipe
iklim, kelembaban. Data mengenai faktor edafik dan klimatik yang didapatkan
dari analisis laboratorium maupun observasi lapangan dianalisis secara deskriptif
analitik.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Hutan primer memiliki KTK, N-total, P-tersedia , K-dd dan C-organik tertinggi
dibandingkan tutupan lahan lainnya. Sawah memiliki N-total dan C-organik
terendah. Kebun campuran memiliki pH terendah dibandingkan tutupan lahan
lainnya. Hutan primer memiliki permeabilitas tercepat dibandingkan dengan
tutupan lahan lainnya. Seluruh kelas tutupan lahan memiliki tanah berjenis
ultisol. Hutan primer memiliki suhu terendah dan kelembapan tertinggi
dibandingkan tutupan lahan lainnya.
B. Saran
Saran dari penelitian ini adalah perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang teknik
rehabilitasi yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kondisi biofisik tanah agar
fungsi DAS tetap terjaga dengan baik pada daerah penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F. dan Widianto. 2004. Konservasi Tanah Pertanian Lahan Kering.
Buku. World Agroforestry Centre ICRAF. Bogor. 101 p.
Anna, A.N., Suharja. dan Priyana, Y. 2015. Kajian Biofisik Lahan untuk
Penilaian Kerentanan Banjir di DAS Bengawan Solo Hulu. Buku.
University Research Colloquium 2015 Faculty of Geography UMS. ISSN
2407-9189: 9-17.
Arifin, Z. 2011. Analisis nilai indeks kualitas tanah entisol pada penggunaan
lahan yang berbeda. J. Ilmiah Ilmu Pertanian. 21(1): 47-54. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Buku. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 290 p.
Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Buku.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 646 p.
Atmosukarto, K. 1994. Cara pengambilan dan penentuan besar sampel untuk
penelitian sosial. Media Litbangkes. 4(1): 12-16.
Azmul., Yusran., dan Irmasari. 2016. Sifat kimia tanah pada berbagai tipe
penggunaan lahan di sekitar taman nasional lore lindu. J. Warta Rimba.
4(2):24-31.
Bakri, I., Thaha, A.R. dan Isrun. 2016. Status beberapa sifat kimia tanah pada
berbagai penggunaan lahan di das poboya kecamatan palu selatan. J.
Agrotekbis. 4(5): 512-520.
Budiarti, W., Gravitani, E. dan Mujiyo. 2018. Analisis aspek biofisik dalam
penilaian kerawaranan banjir di sub das samin provinsi jawa tengah.
J. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 8(1): 96-108.
Darlymple, R.W. 1984. Morphology and internal structure of sandwaves in the
Bay of Fundy. Sedimentology. 31(3): 365-382.
43
Departemen Kehutanan. 2000. Pedoman Penyusunan Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai. Direktorat Rehabilitasi dan Konservasi Tanah. Buku.
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Jakarta. 21 p.
Departemen Pertanian. 2009. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk.
Buku. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Jakarta. 246 p.
Dexter, A.R., dan Horn, R. 1988. Effects of land use clay content on soil
structures as measurred by fracture surface analysis. J. of Plant Nutrition
and Soil Science. 151(5): 325–330.
Fageria, N. K., Baligar, V.C. dan Jones, C. A. 1997. Growth and Mineral
Nutrition of Field Crops. Buku. Marcel Dekker, Inc. New York. 59 p.
Hairiah, K. dan Aini, F.K. 2004. Praktikum Biologi Tanah. Buku. Laboratorium
Biologi Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Malang. 198 p.
Hairiah, K. dan Rahayu, S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai
Macam Penggunaan Lahan. World Agroforestry Centre ICRAF. Bogor.
77 p.
Hakim, N., Nyakpa, N.Y., Lubis, A.M., Nugroho, S.G., Saul, M.R., Diha, M.A.,
Hong, G.B. dan Barley, H.H. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Buku.
Universitas Lampung. Bandar Lampung. 488 p.
Hanafiah, A. K. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Buku. Raja Grafindo Persada.
Jakarta. 300p.
Hanafiah, A. K. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Buku. Raja Grafindo Persada.
Jakarta. 386p.
Hanafiah, A. K. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Buku. Raja Grafindo Persada.
Jakarta. 360 p.
Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Buku. Pusaka Utama. Jakarta. 248 p.
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Buku. Akademika Pressindo. Jakarta.
288p.
Hartati, W. 2008. Evaluasi distribusi hara tanah dan tegakan mangium, sengon
dan leda pada akhir daur untuk kelestarian produksi hutan tanaman di umr
owa pt inhutani I unit III makassar. J. Hutan dan Masyarakat. 3(2):111-
234.
Harter, R.D. 2007. Acid Soils of The Tropics. Echo Technical Note. Paper.
University of Hampshire. New Hampshire. 7 p.
44
Hasanudin. 2003. Peningkatan ketersediaan dan penyerapan n dan p serta hasil
tanaman jagung melalui proses inokulasi mikoriza, azotobakter dan bahan
organik pada ultisol. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 5(2):83-89.
Jamulya dan Sunarto. 1991. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Buku. Fakultas
Geografi UGM. Yogyakarta. 296 p.
Kasno, A., Setyorini, D. dan Tuberkih, E. 2006. Pengaruh pemupukan fosfat
terhadap produktivitas tanah inceptisol dan ultisol. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia. 8(2): 91-98.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2018. Penetapan Lokasi Proyek
Capacity Development for Implemending Rio Conventions Through
Enhancing Incentive Mechanisms for Sustainable Watersed/Land
Management (Cross Cutting Capacity Development Project/CCCD
Project). Buku. Departemen Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jakarta.
Kizilkaya, R. dan Orhan, D. 2010. Variation of land use and land cover effects
on some soil physico-chemical characteristics and soil enzyme activity.
Zemdirbyste Agriculture. 97(2): 15-24.
Kulamasari, S.C., Syamsiah, J. dan Sumarno. 2011. Studi beberapa sifat fisik
tanah dan kimia tanah pada berbagai komposisi tegakan tanaman di sub das
solo hulu. J. Ilmu Tanah dan Agroklimatologi. 8(2): 119-124.
Lahmar, R., Bationo, B.A., Lamso, N., Guero, Y. dan Tittonell, P. 2011.
Tailoring conservation agriculture technologies to west africa semi-arid
zones: building on traditional local practices for soil restoration. Field
Crops Research. http://dx.doi.org/ 10.1016/j.fcr.2011.09.013
Lakitan, B. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. Buku. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta. 189 p.
Liedloff, A.C., Ludwig, J.A. dan Coughenour, M.B. 2003. Simulating overland
flow dan soil infiltration using an ecological approach. Proceeding Natural
System Modsim, Townsville. 2: 519-525.
Lubis, D.S., Sembiring, M. dan Hanafiah, A.S. 2015. Pengaruh ph terhadap
pembentukan bintil akar, serapan hara n, p dan produksi tanaman pada
beberapa varietas kedelai pada tanah inseptisol di rumah kasa. J.
Agroteknologi. 3(3): 1111-1115.
Lynch, J. 1995. Root architecture and plant productivity. J. Plant Physiol.
109:7-13.
Masaki, I. 1995. The Watershed Management Technology Development Project.
Buku. Japan International Cooperation Agency (JICA). Ujung Pandang.
137p.
45
Matano, A.S., Kanangire, K.C., Anyona, N.D., Aboum, P.O., Gelder, F.B., Dida,
G.O., Owour, P.O. dan Ofulla, A.V.O. 2015. Effects of land use change on
land degradation reflected by soil properties along Mara River, Kenya and
Tanzania. Open J. of Soil Science. 5(1):20-38.
Monde, A. dan Thaha, A. R. 2001. Perubahan sifat kimia tanah ultisol kulawi
akibat pemberian bokashi. J. Agroland. 8(3): 253-259.
Mukhlis., Sariffudin. dan Hanum, H. 2011. Kimia Tanah: Teori dan Aplikasi.
Buku. USU Press. Medan. 287 p.
Noor, D. 2006. Geologi Lingkungan. Buku. Graha Ilmu. Yogyakarta. 214 p.
Nugroho, Y. 2009. Analisis sifat fisik-kimia dan kesuburan tanah pada lokasi
rencana hutan tanaman industri pt prima multibuana. J. Hutan Tropis
Borneo. 10(27) : 222-229.
Palembang, J. N., Jamilah. dan Sarifuddin. 2013. Kajian sifat kimia tanah sawah
dengan pola pertanaman padi semangka di desa air hitam kecamatan lima
puluh kabupaten batubara. J. Online agroteknologi. 1(4): 1154-1162.
Prasetyo, B.H. dan Suriadikarta, D. A. 2006. Karakteristik, potensi, dan
teknologi pengelolaan Ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering
di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. 25(2): 39-42.
Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah No.37 tahun 2012 tentang
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Sekretariat Negara. Buku. Jakarta.
44 p.
Rosmarkan, A. dan Yuwono, N.W. 2002. Buku. Ilmu Kesuburan Tanah.
Kanisius. Yogyakarta. 224 p.
Sanger, Y.Y.J., Johannes, E.X., Rogi. dan Rombang, J. 2016. Pengaruh tipe
tutupan lahan terhadap iklim mikro di kota bitung. J. Agri-Sosio Ekonomi
Unsrat. 12(3): 105-116.
Sapariyanto., Yuwono, S.B. dan Riniarti. M. 2016. Kajian iklim mikro di bawah
tegakan ruang terbuka hijau universitas lampung. J. Sylva Lestari. 4(3):
114-123.
Sari, M.N., Sudarsono. dan Darmawan. 2017. Pengaruh bahan organik terhadap
ketersediaan fosfor pada tanah-tanah kaya al dan fe. J. Buletin Tanah dan
Lahan. 1(1): 65-71.
Septianugraha, R. dan Suriadikusumah, A. 2014. Pengaruh penggunaan lahan
dan kemiringan lereng terhadap c-organik dan permeabilitas tanah di sub
das cisangkuy kecamatan pangalengan, kabupaten bandung. J. Agrin. 18(2):
158-166.
46
Setyowati, D. L. 2007. Sifat fisik tanah dan kemampuan tanah meresapkan
airpada lahanhutan, sawah, dan permukiman. J. Geografi FIS UNNES.
4(2): 114-128.
Singh, U., Wilkens, P. W., Henao, J., Chien, S.H., Hellums, D.T. dan Hammond,
L. L. 2003. An expert system for estimating agronomic effectiveness of
freshly applied phosphate rock. Proc. International Mtg., Kuala Lumpur.
214–224 p.
Sudaryono. 2001. Pengaruh bahan pengkondisi tanah terhadap iklim mikro pada
lahan berpasir. J. Teknologi Lingkungan. 2(2): 175-184.
Sudaryono. 2003. Tingkat kesuburan tanah ultisol pada lahan pertambangan
batubara sanggata kalimantan timur. J. Teknologi Lingkungan. 10(3): 337-
346.
Suin, N.M. 2012. Ekologi Hewan Tanah IV. Buku. Bumi Aksara dan Pusat
Antar Universitas Ilmu Hayati ITB. Jakarta. 202 p.
Sukresna. 2007. Peran hutan dalam mengendalikan tanah longsor. Workshop
Peran Hutan dan Kehutanan dalam Meningkatkan Daya Dukung DAS.
Surakarta. 1-334 p.
Sujana, I.P. dan Pura, I. N. L. S. 2015. Pengelolaan tanah ultisol dengan
pemberian pembenah organik biochar menuju pertanian berkelanjutan.
Jurnal Agrimeta. 5(9): 1-69.
Suprayogo, H., Faridah, E., Dwi, A.W., Figyantika, A. dan Khairil, A.F. 2009.
Kandungan c-organik dan n-total pada seresah dan tanah ada 3 tipe
fisiognomi. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan. 9(1):49-57.
Supriyo, H. dan Prehaten, D. 2014. Kandungan unsur hara pada daun jati yang
baru jatuh pada tapak yang berbeda. J. Ilmu Kehutanan. 8(2): 108-116.
Suriadikarta, D.A., Prihatini, T., Setyorini, D. dan Hartatiek, W. 2002. Teknologi
Pengololaan Bahan Organik Tanah. Buku. Pusat Penelitiandan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor. 358 p.
Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air II. Buku. Andi Offset.
Yogyakarta. 210 p.
Sutanto, R. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Buku. Kanisius. Yogyakarta.
208p.
Sutedjo, M.M. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Buku. Rineka Cipta.
Jakarta. 177p.
47
Tan, K.H. 1991. Dasar-dasar Kimia Tanah. Buku. Penerbit Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. 295 p.
Thomas, C.A. dan Mitchell, G.H. 1951. Eelworms nemathodes as pest of
mushrooms. Mushroom-Growers Association. 22:61-71.
USDA. National Nutrient Data Base for Standard. 2014. Basic Report 20649,
Tapioca, pearl, dry. The National Agriculutural Library.
Wahyudi. 2014. Teknik konservasi tanah serta implementasinya pada lahan
terdegradasi dalam kawasan hutan. J. Sains dan Teknologi Lingkungan.
6(2): 71-85.
Widianto, S.D., Noveras, H., Widodo, R.H., Purnomosidi, P. dan Noordwijk,
M.V. 2004. Alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian: apakah fungsi
hidrologis hutan dapat digantikan sistem kopi monokultur. J. Agrivita.
26(1): 47-52.
Yamani, A. 2012. Analisis kadar hara makro tanah pada hutan lindung gunung
sebatung di kabupaten kotabari. J. Hutan Tropis. 12(2): 181-187.
Yang, X., Thornton, P.E., Ricciuoto, D.M. dan Post,W.P. 2013. The role of
phosphorus dynamic in tropical forest-a modeling study using clm-cnp.
Biogeosciences Discuss. 10: 14439–14473.
Zannah. T. I., Juso. S., Ishak. C. F. dan Roslan. I. 2016. Ftir and Xrd analysis of
highly weathered ultisols and oxisols in peninsular malaysia. Asian Journal
of Agriculture and Food Sciences. 4(4): 191-201.