PENJADWALAN PENYELESAIAN KONSTRUKSI TOP COAT BOOTH EXPANSION
MENGGUNAKAN ANALISIS JARINGAN KERJA
(STUDI KASUS DI PT. XYZ)
Muhammad Kholil (1)
, Rudini Mulya (2)
Program Studi Teknik Industri
Universitas Mercubuana – Jakarta
Email: 1)
ABSTRAK
Penyelesaian konstruksi Top Coat Booth Expansion dijadwalkan selesai pada bulan September
2013. Metode penjadwalan yang ada masih menggunakan Bar Chart, untuk mencegah adanya
keterlambatan penyelesaian, dilakukan penjadwalan ulang menggunakan metode analisis jaringan
kerja.
Metode Analisis Jaringan Kerja merupakan peningkatan dari metode Bar Chart untuk
dapat menentukan penjadwalan yang lebih efektif dan efisien. Metode yang digunakan yaitu
Critical Path Method (CPM) dan Project Evaluation and Review Technique (PERT), dalam kasus
ini dapat mempercepat waktu penyelesaian kegiatan konstruksi dengan cara dilakukan crashing
program pada jalur kritisnya.
Hasil yang ditunjukan bahwa penyelesaian konstruksi Top Coat Booth Expansion dapat
dipersingkat dari 318 hari waktu normal (metode Bar Chart) menjadi 272 hari dengan teknik
perhitungan CPM, dan 280 hari dengan teknik perhitungan PERT. Penjadwalan terpilih
menggunakan metode CPM karena menghasilkan waktu penyelesaian tersingkat. Setelah
dilakukan crashing program pada jalur kritis CPM, waktu penyelesaian konstruksi dapat
dipersingkat menjadi 260 hari dengan kenaikan biaya 0,7% (Rp. 7.399.517.000 menjadi
Rp. 7.450.860.000) tetapi terjadi peningkatan produktivitas sebesar 3,5x10-6
% dari 4,3x10-6
%.
Kata kunci : penjadwalan, analisis jaringan kerja, CPM – PERT, percepatan
ABSTRACT
The completion of Top Coat Booth Expansion construction scheduled to complete in
September 2013. The existing scheduling method is still use Bar Chart, to avoid any delay in
completion, reschedule is using network analysis method.
Network Analysis method is an improvement from Bar Chart method to determine more
effective and efficient schedule. The method used is Critical Path Method (CPM) and Project
Evaluation and Review Technique (PERT), in this case, using crashing program in it’s critical
path will accelerate the construction completion.
The result showing that the construction completion can shortened from 318 days normal
time (bar chart method) to 272 days with CPM calculation technique, and 280 days with PERT
calculation technique. The Method of CPM is selected to use for operating the shortest finish time.
After crashing program in CPM critical path done, the construction completion can be shortened
to 260 days with 0.7% cost increase (IDR 7.399.517.000 to IDR 7.450.860.000) but increase in
productivity of 3,5x10-6
% from 4,3x10-6
%
Keywords : scheduling, network analysis, CPM - PERT, crashing
2
1. PENDAHULUAN
Keberlangsungan suatu proyek
ditentukan oleh tiga hal utama yaitu,
perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian
(Husein, 2009) Penjadwalan dipergunakan
sebagai pedoman dalam melaksanakan
proyek sehingga proyek dapat dilaksanakan
dengan waktu yang optimal. Tanpa
penjadwalan yang tepat maka bukanlah tidak
mungkin dalam suatu proyek akan
mengalami keterlambatan yang dapat
merugikan perusahaan, misalnya
pemborosan waktu dan tenaga kerja yang
mengakibatkan peningkatan biaya.
Penyelesaian proyek yang tepat waktu
tentunya memerlukan suatu metode
penjadwalan yang lebih baik dan matang
sehingga turut menunjang tercapainya tujuan
perusahaan. Beberapa metode telah
dikembangkan untuk mengatasi masalah
tersebut seperti metode analisis jaringan
kerja yang merupakan penyempurnaan
metode bagan balok. Di antara berbagai
versi analisis jaringan kerja yang amat luas
pemakaiannya adalah Metode Jalur Kritis
(Critical Path Method - CPM), Teknik
Evaluasi dan Review Proyek (Project
Evaluation and Review Technique - PERT)
dan metode Preseden Diagram (Preceden
Diagram Methode-PDM) (Soeharto, 1999)
Dalam penelitian Adli Muhtadi (2009)
“Manajemen Proyek berbasis Efisiensi
Waktu” penjadwalan menggunakan analisis
jaringan kerja dapat mencegah adanya
keterlambatan, sehingga kegiatan proyek
dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan dengan cara dilakukan
percepatan.
Konstruksi Top Coat Booth Expansion
merupakan salah satu main activity dari
proyek Expansion 130.000 unit/tahun di PT.
XYZ yang dikerjakan oleh kontraktor PT.
Taikisha (TKS). Konstruksi tersebut harus
selesai tepat waktu bulan Agustus 2013
dikarenakan akan dilakukan pemasangan
robot dari pihak kontraktor lain.
Penjadwalan konstruksi tersebut masih
menggunakan metode bagan balok, sehingga
tidak diketahui kegiatan yang bersifat kritis
yang tidak boleh mengalami keterlambatan.
Untuk mengantisipasi adanya
keterlambatan penyelesaian konstruksi,
dilakukan penjadwalan menggunakan
metode analisis jaringan kerja (CPM –
PERT) dan dilakukan percepatan
penjadwalan dengan cara analisis jalur kritis.
Hasil yang diharapkan yaitu dengan analisis
jaringan kerja nantinya dapat digunakan
sebagai acuan untuk mengontrol serta
mengkoordinasi dari berbagai kegiatan
sehingga durasi proyek dapat diselesaikan
tepat waktu.
2. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Berapa durasi penyelesian konstruksi
Top Coat Booth Expansion
menggunakan metode CPM dan PERT?
2. Berapa durasi dan kenaikan biaya
setelah dilakukan percepatan (crashing)
pada jalur kritis?
3. Bagaimana perbandingan penyelesaian
kegiatan secara normal dengan setelah
dilakukan percepatan?
3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian yang hendak dicapai pada
penelitian ini yaitu:
1. Menghitung durasi waktu penyelesaian
konstruksi dengan metode CPM dan
PERT untuk mendapatkan waktu
penyelesaian tersingkat.
2. Menghitung durasi dan kenaikan biaya
bila dilakukan percepatan (crashing)
penyelesaian konstruksi.
3. Membandingkan penjadwalan
konstruksi sebelumnya yang
menggunakan metode bagan balok
dengan metode analisis jaringan kerja
untuk mengetahui penjadwalan yang
lebih efektif
4. BATASAN MASALAH
1. Penelitian dilakukan di divisi Paint
Finishing System yang menangani
konstruksi Top Coat Booth Expansion
untuk periode September 2012 s/d
Agustus 2013.
2. Penyusunan jadwal yang optimal CPM-
PERT.
3. Mengidentifikasi jalur kritis dan
pengurangan waktu penyelesaian.
Asumsi-asumsi
1. Pada proses percepatan
penjadwalan, sumber daya
dianggapn tersedia dan bukan
merupakan suatu hambatan.
2. Kegiatan yang dilalui oleh jalur
kritis berjalan sesuai dengan waktu
yang telah ditetetapkan.
3
5. LANDASAN TEORI
Penjadwalan Proyek Konstruksi
Rangkaian kegiatan proyek terdiri atas
tahap studi kelayakan, tahap perencanaan
dan perancangan, tahap pelelangan/tender,
dan tahap pelaksanaan konstruksi. Dari hal
ini dapat kita lihat bahwa perencanaan
adalah salah satu bagian yang penting dalam
proyek konstruksi.
Dalam perencanaan proyek seorang
pengambil keputusan dihadapkan pada
pilihan dalam menetapkan sumber daya
yang tepat. Salah satu bagian perencanaan
adalah penjadwalan (scheduling), di mana
penjadwalan ini merupakan gambaran dari
suatu proses penyelesaian dan pengendalian
proyek. Dalam penjadwalan ini akan tampak
uraian pekerjaan, durasi atau waktu
penyelesaian setiap pekerjaan, waktu mulai
dan akhir setiap pekerjaan dan hubungan
ketergantungan antara masing-masing
kegiatan.
Pada umumnya penjadwalan proyek
dikerjakan oleh konsultan perencana dan
kemudian dikoordinasikan dengan
kontraktor dan pemilik (owner) dengan
ketentuan yang telah disepakati dalam
kontrak. Dengan demikian, maka
penjadwalan waktu setiap kegiatan proyek
perlu diatur secara efisien dan seoptimal
mungkin sehingga tidak akan terjadi
keterlambatan penjadwalan waktu, maka
kontraktor membuat pengelolaan
penjadwalan proyek sesuai dengan
karakteristik proyek konstruksi yang
direncanakan dan kondisi di lapangan pada
waktu pelaksanaan, serta mudah untuk
dimonitoring pada setiap waktu. Untuk
penjadwalan waktu, yang akan dibahas pada
penelitian ini adalah perbandingan antara
Metode Bar Chart, Metode Analisis
Jaringan Kerja (Network Diagram).
Metode Analisis Jaringan Kerja
Metode Network Diagram atau metode
jaringan kerja diperkenalkan pada tahun 50-
an oleh tim perusahaan DuPont dan Rand
Corporation untuk mengembangkan sistem
kontrol manajemen. Metode ini
dimaksudkan untuk merencanakan dan
mengendalikan sejumlah besar kegiatan
yang memiliki hubungan ketergantungan
yang kompleks dalam masalah desain-
engineering, konstruksi, dan pemeliharaan.
Metode ini relatif lebih sulit, hubungan antar
kegiatan jelas, dan dapat memperlihatkan
kegiatan kritis (Husein, 2009).
Dari segi penyusunan jadwal, jaringan
kerja dipandang sebagai suatu langkah
penyempurnaan metode Bar Chart, karena
dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan yang belum terpecahkan oleh
metode tersebut. Jaringan kerja merupakan
metode yang mampu menyuguhkan teknik
dasar dalam menentukan urutan dan kurun
waktu kegiatan proyek, dan selanjutnya
dapat memperkirakan waktu penyelesaian
proyek secara keseluruhan (Soeharto, 1999).
Ada beberapa macam metode analisis
jaringan kerja yang dapat digunakan dalam
penjadwalan waktu proyek, antara lain
(Soeharto, 1999):
a) Critical Path Method (CPM)
b) Project Evaluation and Review
Technique (PERT)
c) Precedence Diagramming Method
(PDM)
Metode CPM dan PERT termasuk
dalam klasifikasi activity on arrow (AOA)
sedangkan PDM adalah activity on node
(AON). Kegiatan anak panah, atau AOA,
disini kegiatan digambarkan sebagai anak
panah yang menghubungkan dua lingkaran
yang mewakili dua peristiwa, ekor anak
panah merupakan awal kegiatan dan
ujungnya akhir kegiatan, nama dan kurun
waktu kegiatan berturut-turut ditulis di atas
dan di bawah anak panah. Kegiatan ditulis di
dalam kotak atau lingkaran, yang disebut
AON, anak panah hanya menjelaskan
hubungan ketergantungan di antara kegiatan-
kegiatan. Tanda/symbol dalam pembuatan
jaringan kerja ditunjukan pada gambar 1.
Gambar 1. Tanda/Simbol Dalam Membuat Jaringan Kerja
(Sumber : Soeharto, 1999)
CPM (Critical Path Method)
CPM adalah suatu metode perencanaan
penjadwalan proyek konstruksi yang dapat
menunjukkan aktivitas-aktivitas kritis.
Aktivitas-aktivitas kritis tersebut sangat
mempengaruhi waktu penyelesaian dari
4
suatu proyek, karena jika penyelesaian
pekerjaan dari salah satu aktivitas kritis
terlambat maka proyek akan mengalami
keterlambatan pelaksanaannya, yang berrarti
akan menyebabkan keterlambatan
penyelesaian proyek secara keseluruhan
(O’Brien, 1984).
Menggunakan CPM, pendekatan yang
dilakukan secara deterministik hanya
menggunakan satu jenis durasi pada
kegiatannya. Adapun istilah-istilah yang
digunakan dalam metode CPM adalah
sebagai berikut:
a) Earliest Start Time (ES) adalah waktu
paling awal suatu kegiatan dapat
dimulai, dengan memperhitungkan
waktu kegiatan yang diharapkan dan
persyaratan urutan kegiatan.
b) Latest Start Time (LS) adalah waktu
paling lambat untuk dapat memulai
suatu kegiatan tanpa penundaan
keseluruhan proyek.
c) Earliest Finish Time (EF) adalah waktu
paling awal suatu kegiatan dapat
diselesaikan.
d) Latest Finish Time (LF) adalah waktu
paling lambat untuk dapat
menyelesaikan suatu kegiatan tanpa
penundaan penyelesaian proyek secara
keseluruhan.
e) Duration (D) adalah kurun waktu
kegiatan.
Lingkaran kejadian dalam penentuan
waktu menggunakan CPM dilihat pada
gambar 2.
Gambar 2. Lingkaran Kejadian CPM
(Sumber, Dimyati, Dimyati, 2010)
Teknik Perhitungan CPM
Adapun perhitungan yang harus
dilakukan terdiri atas dua cara, yaitu cara
perhitungan maju (forward computation)
dan perhitungan mundur (backward
computation). Pada perhitungan maju,
perhitungan bergerak mulai dari initial event
menuju terminal event maksudnya ialah
menghitung saat yang paling tercepat
terjadinya events dan saat paling cepat
dimulainya serta diselesaikannya aktivitas-
aktivitas (ES dan EF).
Perhitungannya adalah: EF = ES + D
EF = Earliest Finish
ES = Earliest Start
D = Duration
Ada tiga langkah yang harus dilakukan
pada perhitungan maju, yaitu:
a. Saat tercepat terjadinya initial event
ditentukan pada hari ke nol sehingga
untuk initial event berlaku ES=0
b. Sebuah event hanya dapat terjadi jika
aktivitas-aktivitas yang mendahuluinya
telah diselesaikan. Maka saat paling
cepat terjadinya sebuah event sama
dengan nilai terbesar dari saat tercepat
untukmenyelesaikan aktivitas-aktivitas
yang berakhir pada event tersebut.
c. Diantara dua peristiwa tidak boleh ada 2
kegiatan, sehingga untuk
menghindarinya digunakan kegiatan
semu atau dummy yang tidak
mempunyai durasi.
Pada perhitungan mundur, perhitungan
bergerak dari terminal event menuju ke
initial event. Tujuannya ialah untuk
menghitung saat paling lambat terjadinya
events dan saat paling lambat dimulainya
dan diselesaikannya aktivitas-aktivitas (LS,
dan LF).
Perhitungannya adalah LS = LF – D
LS = Latest Start
LF = Latest Finish
D = Duration
Seperti halnya pada perhitungan maju,
pada perhitungan mundur ini pun terdapat
dua langkah, yaitu sebagai berikut:
a. Pada terminal event berlaku LF=LS.
b. Setiap aktivitas hanya dapat dimulai
apabila event yang mendahuluinya telah
terjadi. Oleh karena itu, saat paling
lambat terjadinya sebuah event sama
dengan nilai terkecil dari saat-saat
paling lambat untuk memulai aktivitas-
aktivitas yang berpangkal pada event
tersebut.
PERT (Project Evaluation and Review
Technique)
PERT merupakan suatu metode analitik
yang digunakan untuk menjadwal
penyelesaian pekerjaan dan menganggarkan
sumber-sumber daya untuk menyelesaikan
pekerjaan pada jadwal tertentu (Purnomo,
2004). PERT mempunyai banyak kesamaan
dengan CPM, bila CPM memperkirakan
waktu komponen kegiatan proyek dengan
pendekatan deterministik satu angka yang
mencerminkan adanya kepastian, maka
PERT direkayasa untuk menghadapi situasi
i
ES LS
j
EF LF
D
5
dengan kadar ketidakpastian (Soeharto,
1999).
Berbeda dengan CPM dan PDM yang
menggunakan perkiraan waktu komponen
kegiatan proyek dengan pendekatan
deterministik (satu angka yang
mencerminkan adanya kepastian), PERT
menggunakan pendekatan probabilistik yang
dirancang untuk menghadapi situasi dengan
kadar ketidakpastian (uncertainly) yang
tinggi pada aspek kurun waktu kegiatan
(Soeharto, 1999). Adapun istilah yang
digunakan dalam metode PERT adalah
sebagai berikut:
a) Earliest Time of Occurance (TE) adalah
saat tercepat terjadinya kegiatan
b) Latest Time of Occurance (TL) adalah
saat paling lambat terjadinya kegiatan
c) Expected Duration (Te) adalah durasi
kegiatan yang diharapkan yang terdiri
dari tiga angka estimasi, untuk
mendapatkan nilai mean durasi:
Te = (To+4Tm+Tp)/6. Tiga angka
estimasi PERT yaitu:
To = kurun waktu optimistik
(optimistic duration time), yaitu
durasi tercepat yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan suatu kegiatan
bila segala sesuatunya berjalan
dengan baik.
Tm = kurun waktu yang paling
mungkin (most likely time), yaitu
durasi yang paling sering terjadi bila
suatu kegiatan dilakukan berulang-
ulang dengan kondisi yang hampir
sama.
Tp = kurun waktu pesimistik
(pessimistic duration time), yaitu
durasi yang paling lama dibutuhkan
untuk menyelesaikan suatu kegiatan
bila segala sesuatunya berjalan
dalam kondisi buruk.
Lingkaran kejadian dalam penentuan
waktu menggunakan PERT dilihat pada
gambar 3.
Gambar 3. Lingkatan Kejadian PERT
(Sumber : Dimyati, Dimyati, 2010)
Teknik Perhitungan PERT Perhitungan dengan metode PERT sama
seperti CPM yaitu dengan cara perhitungan
maju (forward computation) dan
perhitungan mundur (backward
computation). Pada perhitungan maju,
perhitungan bergerak mulai dari initial event
menuju terminal event maksudnya ialah
menghitung saat yang paling tercepat
terjadinya events dan saat paling cepat
dimulainya serta diselesaikannya aktivitas-
aktivitas (TEi dan TEj). Pada initial event
berlaku TE=0.
Perhitungannya: TEj = TEi + Te(i,j).
TEj = waktu mulai kegiatan j
TEi = waktu mulai kegiatan i
Te(i,j) = kurun waktu kegiatan i ke j
Pada perhitungan mundur, perhitungan
bergerak dari terminal event menuju ke
initial event. Tujuannya ialah untuk
menghitung saat paling lambat terjadinya
events dan saat paling lambat dimulainya
dan diselesaikannya aktivitas-aktivitas (TLi,
dan TLj). Pada terminal event berlaku
TL=TE.
Perhitungannya TLi = TLj - Te(i,j).
TLi = waktu selesai kegiatan i
TLj = waktu selesai kegiatan j
Te(i,j) = kurun waktu kegiatan i ke j
Menurut Soeharto (1999) estimasi
kurun waktu kegiatan metode PERT
memakai rentang waktu dan bukan kurun
waktu yang relatif mudah dibayangkan.
Rentang waktu ini menjadi derajat
ketidakpastian yang berkaitan dengan proses
estimasi kurun waktu kegiatan. Berapa
besarnya ketidakpastian ini tergantung pada
perkiraan untuk To dan Tp. Parameter yang
menjelaskan masalah ini dikenal sebagai
Deviasi Standar (S) dan Varians (V), dengan
rumus sebagai berikut:
S = √V
V = ((Tp-To)/6)2
Dalam PERT terdapat analisis untuk
mengetahui kemungkinan kepastian
mencapai target jadwal penyelesaian (TD),
sehingga dapat diketahui probabilitas
penyelesaian proyek yang dinyatakan
dengan Z yang dirumus sebagai berikut:
Analisis Waktu Kelonggaran Ditinjau Dalam mengestimasi dan
menganalisis waktu ini, akan kita dapatkan
satu atau beberapa lintasan tertentu dari
kegiatan-kegiatan pada network tersebut
yang menentukan jangka waktu
penyelesaian seluruh proyek. Lintasan ini
disebut lintasan kritis. Di samping lintasan
kritis ini terdapat lintasan-lintasan lain yang
i
TEi TLi
j
TEj TLj
Te
6
mempunyai jangka waktu yang lebih pendek
daripada lintasan kritis. Dengan demikian,
maka lintasan yang tidak kritis ini
mempunyai waktu untuk bisa terlambat yang
dinamakan float/slack.
Float/slack memberikan sejumlah
kelonggaran waktu dan elastisitas pada
sebuah network dan ini dipakai pada waktu
penggunaan network dalam praktek atau
digunakan pada waktu mengerjakan
penentuan jumlah material, peralatan, dan
tenaga kerja. Float ini terbagi atas dua jenis,
yaitu total float dan free float dalam CPM
atau total slack dan free slack dalam PERT
(Dimyati, Dimyati, 2010).
Total Float/Total Slack adalah jumlah
waktu di mana waktu penyelesaian suatu
aktivitas dapat diundur tanpa mempengaruhi
saat paling cepat dari penyelesaian proyek
secara keseluruhan. Free Float/Fee Slack
adalah jumlah waktu di mana penyelesaian
suatu aktivitas dapat diukur tanpa
mempengaruhi saat paling cepat dimulainya
aktivitas lain pada network (Dimyati,
Dimyati, 2010).
Dengan selesainya perhitungan maju
dan perhitungan mundur pada network,
barulah float/slack dapat dihitung. Float
dalam CPM dapat dicari dengan
perhitungan: FF=EF–ES-D dan TF=LF-ES-
D. Slack dalam PERT dicari dengan
perhitungan: SF(i,j)=TEj-TEi-Te(i,j) dan ST(i,j)
= TLj-TEi-Te(i,j).
Jalur Kritis CPM dan PERT
Jalur kritis adalah jalur dalam jaringan
kerja yang memiliki rangkaian komponen-
komponen kegiatan, dengan total waktu
terlama dan menunjukkan kurun waktu
penyelesaian proyek yang tercepat. Jalur
kritis mempunyai arti penting dalam
penyelesaian suatu proyek, karena kegiatan-
kegiatan dalam jalur kritis diusahakan tidak
mengalami keterlambatan penyelesaian
(Purnomo, 2004).
Identifikasi aktivitas kritis dalam CPM
ditandai dengan nilai free float dan total
float sama dengan nol (FF dan TF = 0).
Identifikasi aktivitas kritis dalam PERT
ditandai dengan nilai free slack dan total
slack sama dengan nol (FS dan TS = 0).
Aktivitas kritis tersebut nantinya membentuk
suatu jalur yaitu jalur kritis yang
pengerjaannya tidak boleh mengalami
penundaan agar tidak terjadi keterlambatan
proyek secara keseluruhan meskipun
kegiatan lain tidak mengalami
keterlambatan.
Menurut Badri (1997), manfaat yang
didapat jika mengetahui jalur kritis adalah
sebagai berikut :
a. Penundaan pekerjaan pada jalur kritis
menyebabkan seluruh pekerjaan proyek
tertunda penyelesaiannya.
b. Proyek dapat dipercepat
penyelesaiannya, bila pekerjaan-
pekerjaan yang ada pada jalur kritis
dapat dipercepat.
c. Pengawasan atau kontrol dapat
dikontrol melalui penyelesaian jalur
kritis yang tepat dalam penyelesaiannya
dan kemungkinan di trade off
(pertukaran waktu dengan biaya yang
efisien) dan crash program
(diselesaikan dengan waktu yang
optimum dipercepat dengan biaya yang
bertambah pula) atau dipersingkat
waktunya dengan tambahan biaya
lembur.
Time slack atau kelonggaran waktu
terdapat pada pekerjaan yang tidak melalui
jalur kritis. Ini memungkinkan bagi
manajer/pimpro untuk memindahkan tenaga
kerja, alat, dan biaya ke pekerjaan-pekerjaan
di lintasan kritis agar efektif dan efisien
Analisis Percepatan (Crashing Program) Proses mempercepat kurun waktu suatu
proyek disebut cashing program. Dalam
menganalisis proses tersebut digunakan
asumsi sebagai berikut (Soeharto, 1999):
1. Jumlah sumber daya yang tersedia tidak
merupakan kendala. Ini berarti dalam
menganalisis program mempersingkat
waktu, akternatif yang akan dipilih tidak
dibatasi oleh ketersediaan sumber daya.
2. Bila diinginkan waktu penyelesaian
kegiatan lebih cepat dengan lingkup
yang sama, maka keperluan sumber
daya akan bertambah. Sumber daya ini
dapat berupa tenaga kerja, material,
peralatan atau bentuk lain yang dapat
dinyatakan dalam sejumlah dana.
Jadi, tujuan utama dari program
mempersingkat waktu adalah
memperpendek jadwal penyelesaian
kegiatan atau proyek dengan kenaikan biaya
minimal. Proses memperpendek waktu
kegiatan dalam jaringan kerja untuk
mengurangi waktu pada jalur kritis, sehingga
waktu penyelesaian total dapat dikurangi
disebut sebagai crashing proyek (Heizer dan
Render, 2009).
Untuk menganalisis lebih lanjut
hubungan antara waktu dan biaya suatu
7
kegiatan didefinisikan sebagai berikut
(Soeharto, 1999):
1. Kurun waktu normal (Normal Duration
- Dn), adalah kurun waktu yang
diperlukan untuk melakukan kegiatan
sampai selesai, dengan cara yang efisien
tetapi di luar pertimbangan adanya kerja
lembur, dan usaha-usaha khusus lainnya
seperti menyewa peralatan yang lebih
canggih.
2. Biaya normal (Normal Cost – Cn),
adalah biaya langsung yang diperlukan
untuk menyelesaikan kegiatan dengan
kurun waktu normal.
3. Kurun waktu dipersingkat (Crash
Duration - Dc), adalah waktu tersingkat
untuk menyelesaikan suatu kegiatan
yang secara teknis masih mungkin.
Disini dianggap sumber daya bukan
merupakan hambatan.
4. Biaya untuk waktu dipersingkat (Crash
Cost - Cc), adalah jumlah biaya
langsung untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan kurun waktu
tersingkat.
Gambar 4. Hubungan Waktu-Biaya untuk Suatu Kegiatan
(Sumber: Soeharto, 1999)
Hubungan antara waktu dan biaya
digambarkan seperti grafik gambar 4. Titik
A menunjukkan titik normal, sedangkan B
adalah titik dipersingkat. Garis yang
menghubungkan kedua titik (A dan B)
disebut kurva waktu-biaya. Menurut
Soeharto (1999), jika diketahui bentuk kurva
waktu-biaya suatu kegiatan, artinya dengan
mengetahui berapa slope atau sudut
kemiringanya, maka bisa dihitung berapa
besar biaya untuk mempersingkat waktu satu
hari dengan rumus :
6. METODOLOGI PENELITIAN
Identifikasi Masalah
Identifikasi Masalah disertai dengan
Studi Literatur dan Observasi Lapangan.
Masalah yang terjadi yaitu jadwal konstruksi
masih menggunakan Bar Chart sehingga
tidak dapat diketahui kegiatan yang bersifat
kritis, sehingga dilakukan penjadwalan
ulang menggunakan metode Analisis
Jaringan Kerja sebagai peningkatan metode.
Tujuan dan Batasan Penelitian
Tujuan penelitian diperlukan untuk
memfokuskan penelitianyaitu mendapatkan
jadwal yang optimal dengan penyelesaian
secara CPM dan PERT dan dilakukan
percepatan pada jalur kritis. Batasan
penelitian hanya pada konstruksi Top Coat
Booth Expansion karena merupakan
kegiatan utama dari proyek expansion.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data
primer yang berupa informasi urutan
pengerjaan kegiatan konstruksi, urutan
ketergantungan antar aktivitas, dan
penentuan waktu pesimis dan optimis. Data
sekunder berupa data durasi dan data biaya.
Pengolahan Data
Berdasarkan data yang diperoleh
dilakukan pembuatan diagram network
proyek kemudian dilakukan perhitungan
dengan metode CPM dan PERT untuk
mendapatkan jadwal tercepat.
Analisa
Analisa data dilakukan dengan
membandingkan jadwal CPM dan PERT,
dari kedua metode tersebut dipilih satu
jadwal yang menghasilkan waktu
penyelesaian tercepat kemudian dilakukan
crashing pada jalur kritisnya sehingga dapat
dilakukan perbandingan antara jadwal Bar
Chart dan Network Diagram.
Simpulan & Saran
Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi
data maka diberikan kesimpulan dan saran-
saran untuk menjadi bahan pertimbangan
oleh perusahaan dalam menentukan metode
penjadwalan yang lebih optimal, efektif dari
segi waktu, dan efisien dari segi biaya.
7. PENGUMPULAN &
PENGOLAHAN DATA
Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian
ini yaitu jadwal kegiatan, urutan
ketergantungan aktivitas, durasi , serta biaya
yang dibutuhkan. Keseluruhan data
diperoleh dari master schedule pengerjaan
proyek yang berupa Bar Chart, wawancara
8
dengan manajer proyek dan estimasi biaya
proyek dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Struktur Kegiatan, Durasi dan Biaya
No Akti-
vitas Predecessor
Durasi Biaya
Hari Rp.
1 A - 7 30,091,000
2 B - 7 9,440,000
3 C - 33 141,856,000
4 D A 57 245,024,000
5 E A 8 34,390,000
6 F E 127 545,930,000
7 G B 120 161,814,000
8 H B 22 29,666,000
9 I B 36 48,545,000
10 J B 17 22,924,000
11 K C 78 335,296,000
12 L C 59 253,621,000
13 M E 8 34,390,000
14 N F,G 29 124,662,000
15 O N 29 124,662,000
16 P F,G 64 275,115,000
17 Q L 7 30,091,000
18 R L 7 30,091,000
19 S D 21 90,272,000
20 T M 31 133,259,000
21 U L 11 47,286,000
22 V L 14 18,879,000
23 W Q,R,U 1 1,349,000
24 X S,T 66 283,712,000
25 Y S,T 1 4,299,000
26 Z H,I,J 49 66,074,000
27 AA K 36 154,752,000
28 BB X 66 283,712,000
29 CC X 66 283,712,000
30 DD Z,AA 2 8,598,000
31 EE Z,AA 56 240,725,000
32 FF Z,AA 63 270,816,000
33 GG Z,AA 85 114,619,000
34 HH Y 71 305,205,000
35 II P,O 65 279,413,000
36 JJ Z 121 520,122,000
37 KK Z 15 64,480,000
38 LL KK 8 34,390,000
39 MM DD 8 34,390,000
40 NN DD 1 4,299,000
41 OO EE 36 48,545,000
42 PP V,W 99 133,497,000
43 QQ LL,MM 7 30,091,000
44 RR NN 15 64,480,000
45 SS BB,CC HH,II,JJ 1 4,299,000
46 TT KK 50 214,933,000
47 UU QQ,RR 50 214,933,000
48 VV FF,GG,OO,PP 22 29,660,000
49 WW C 218 937,108,000
TOTAL 318 7,399,517,000
Sumber : Data Proyek PT. TKS
Pengolahan Data
Seluruh data yang telah di peroleh
digunakan untuk membuat jaringan kerja
yang menggambarkan rangkaian kegiatan
konstruksi mulai dari preparation sampai
commisioning. Pembuatan jaringan kerja
menggunakan metode CPM dan PERT
untuk mengetahui total durasi dari masing-
masing metode yang digunakan.
Perhitungan CPM
Perhitungan waktu penyelesaian
menggunakan metode CPM dilakukan
dengan hitung maju dan hitung mundur
seperti yang pada jaringan gambar 5.
Gambar 5. Jaringan CPM
Sumber : Data Pengolahan
Penyelesaian Top Coat Booth
Expansion menggunakan metode CPM
diselesaikan dalam waktu 272 hari waktu
normal dengan 6 aktivitas kritis yaitu
aktivitas A-E-F-P-II-SS. Hasil perhitungan
metode CPM dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Perhitungan CPM
Akti-
vitas
Du-
rasi ES EF LS LF FF TF
Kr
itis
A 7 0 7 0 7 0 0 Y
B 7 0 7 0 22 0 15 T
C 33 0 33 0 44 0 11 T
D 57 7 64 7 118 0 54 T
E 8 7 15 7 15 0 0 Y
F 127 15 142 15 142 0 0 Y
G 120 7 142 22 142 15 15 T
H 22 7 29 22 101 0 72 T
I 36 7 43 22 101 0 58 T
J 17 7 24 22 101 0 77 T
K 78 33 111 44 122 0 11 T
L 59 33 92 44 137 0 45 T
M 8 15 23 15 108 0 85 T
N 29 142 171 142 177 0 6 T
O 29 171 206 177 206 6 6 T
P 64 142 206 142 206 0 0 Y
Q 7 92 99 137 150 0 51 T
R 7 92 99 137 150 0 51 T
S 21 64 85 118 139 0 54 T
T 31 23 85 108 139 31 85 T
U 11 92 103 137 150 0 47 T
V 14 92 106 137 151 0 45 T
W 1 103 106 150 151 2 47 T
X 66 85 151 139 205 0 54 T
Y 1 85 86 139 200 0 114 T
Z 49 43 92 101 150 0 58 T
AA 36 111 147 122 158 0 11 T
BB 66 151 217 205 271 0 54 T
CC 66 151 217 205 271 0 54 T
DD 2 147 149 158 206 0 57 T
EE 56 147 203 158 214 0 11 T
FF 63 147 210 158 250 0 40 T
GG 85 147 232 158 250 0 18 T
HH 71 86 271 200 271 114 114 T
II 65 206 271 206 271 0 0 Y
JJ 121 92 271 150 271 58 58 T
KK 15 92 107 150 207 0 100 T
LL 8 1 157 207 215 42 100 T
MM 8 149 157 206 215 0 58 T
NN 1 149 150 206 207 0 57 T
OO 36 203 239 214 250 0 11 T
PP 99 106 239 151 250 34 45 T
QQ 7 157 165 215 222 1 58 T
RR 15 150 165 207 222 0 57 T
SS 1 271 272 271 272 0 0 Y
TT 50 107 272 207 272 115 115 T
UU 50 165 272 222 272 57 57 T
VV 22 239 272 250 272 11 11 T
WW 218 33 272 44 272 21 21 T
Sumber : Data Pengolahan
9
Perhitungan PERT
Dalam penentuan waktu metode PERT
menggunakan 3 angka durasi yaitu, waktu
optimis (To), waktu yang sering terjadi
(Tm), dan waktu pesimis (Tp). Kemudian
dihitung waktu yang diharapkan (Te),
variansi (V), dan standar deviasi (S) seperti
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Perkiraan Waktu dan Perhitungan Te, V, dan S
Aktivitas To Tm Tp Te V S
A 5 7 9 7 0,44 0,67
B 4 7 10 7 1,00 1,00
C 25 33 37 32 4,00 2,00
D 48 57 75 59 20,25 4,50
E 7 8 10 8 0,25 0,50
F 123 127 153 131 25,00 5,00
G 106 120 155 124 66,69 8,17
H 15 22 25 21 2,78 1,67
I 14 36 50 35 36,00 6,00
J 8 17 22 16 5,44 2,33
K 72 78 101 81 23,36 4,83
L 54 59 74 61 11,11 3,33
M 6 8 11 8 0,69 0,83
N 22 29 32 28 2,78 1,67
O 23 29 31 28 1,78 1,33
P 61 64 76 66 6,25 2,50
Q 4 7 10 7 1,00 1,00
R 6 7 8 7 0,11 0,33
S 14 21 24 20 2,78 1,67
T 25 31 33 30 1,78 1,33
U 10 11 13 11 0,25 0,50
V 13 14 16 14 0,25 0,50
W 1 1 2 1 0,03 0,17
X 62 66 80 68 9,00 3,00
Y 1 1 2 1 0,03 0,17
Z 42 49 65 51 14,69 3,83
AA 29 36 39 35 2,78 1,67
BB 63 66 78 68 6,25 2,50
CC 64 66 79 68 6,25 2,50
DD 1 2 3 2 0,11 0,33
EE 50 56 71 58 12,25 3,50
FF 59 63 76 65 8,03 2,83
GG 80 85 105 88 17,36 4,17
HH 59 71 73 69 5,44 2,33
II 63 65 79 67 7,11 2,67
JJ 117 121 146 125 23,36 4,83
KK 13 15 18 15 0,69 0,83
LL 7 8 10 8 0,25 0,50
MM 6 8 9 8 0,25 0,50
NN 1 1 2 1 0,03 0,17
OO 28 36 40 35 4,00 2,00
PP 95 99 118 102 14,69 3,83
QQ 6 7 9 7 0,25 0,50
RR 13 15 17 15 0,44 0,67
SS 1 1 2 1 0,03 0,17
TT 45 50 64 52 10,03 3,17
UU 44 50 65 52 12,25 3,50
VV 15 22 25 21 2,78 1,67
WW 190 218 290 225 277,78 16,67
Sumber : Data Proyek PT. TKS dan Data Pengolahan
Dalam perhitungan waktu penyelesaian
menggunakan metode PERT, dapat
diketahui kemungkinan/probabilitas waktu
penyelesaian kegiatan konstruksi Top Coat
Booth Expansion yaitu dengan cara
menggunakan rumus deviasi (z). Dari
perhitungan PERT diketahui aktivitas kritis
yaitu A-E-F-P-II-SS.
Adapun perhitungannya adalah sebagai
berikut:
Te kritis = 280 hari
TD = 272 hari (Asumsi penyelesaian CPM)
Z = -1,28 → 0,1003
Probabilitas = 1 – 0,1003 = 0,89
Berdasarkan perhitungan di atas
probabilitas sekitar 89% dari total area
dibawah kurva normal. Hal ini berarti,
bahwa kemungkinan kegiatan konstuksi
dapat selesai tepat waktu cukup tinggi.
Perhitungan waktu penyelesaian
menggunakan metode PERT dilakukan
dengan hitung maju dan hitung mundur
seperti yang digambarkan pada jaringan
gambar 6.
Gambar 6. Jaringan PERT
Sumber : Data Pengolahan
Penyelesaian Top Coat Booth
Expansion menggunakan metode PERT
diselesaikan dalam waktu 280 hari waktu
normal dengan 6 aktivitas kritis yaitu
aktivitas A-E-F-P-II-SS. Hasil perhitungan
metode PERT dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil Perhitungan PERT
Aktivitas Te TEi TEj TLi TLj FS TS Kritis
A 7 0 7 0 7 0 0 Y
B 7 0 7 0 22 0 15 T
C 32 0 32 0 50 0 18 T
D 59 7 66 7 123 0 57 T
E 8 7 15 7 15 0 0 Y
F 131 15 146 15 146 0 0 Y
G 124 7 146 22 146 15 15 T
H 21 7 28 22 103 0 75 T
I 35 7 42 22 103 0 61 T
J 16 7 23 22 103 0 80 T
K 81 32 113 50 131 0 18 T
L 61 32 93 50 143 0 50 T
M 8 15 23 15 113 0 90 T
N 28 146 174 146 184 0 10 T
O 28 174 212 184 212 10 10 T
P 66 146 212 146 212 0 0 Y
Q 7 93 100 143 156 0 56 T
R 7 93 100 143 156 0 56 T
S 20 66 86 123 143 0 57 T
T 30 23 86 113 143 33 90 T
U 11 93 104 143 156 0 52 T
V 14 93 107 143 157 0 50 T
W 1 104 107 156 157 2 52 T
X 68 86 154 143 211 0 57 T
Y 1 86 87 143 210 0 123 T
Z 51 42 93 103 154 0 61 T
AA 35 113 148 131 166 0 18 T
BB 68 154 222 211 279 0 57 T
CC 68 154 222 211 279 0 57 T
DD 2 148 150 166 212 0 62 T
EE 58 148 206 166 224 0 18 T
FF 65 148 213 166 259 0 46 T
GG 88 148 236 166 259 0 23 T
HH 69 87 279 210 279 123 123 T
II 67 212 279 212 279 0 0 Y
JJ 125 93 279 154 279 61 61 T
KK 15 93 108 154 213 0 105 T
LL 8 108 158 213 221 42 105 T
MM 8 150 158 212 221 0 63 T
NN 1 150 151 212 213 0 62 T
OO 35 206 241 224 259 0 18 T
10
PP 102 107 241 157 259 32 50 T
QQ 7 158 166 221 228 1 63 T
RR 15 151 166 213 228 0 62 T
SS 1 279 280 279 280 0 0 Y
TT 52 108 280 213 280 120 120 T
UU 52 166 280 228 280 62 62 T
VV 21 241 280 259 280 18 18 T
WW 225 32 280 50 280 23 23 T
Sumber : Data Pengolahan
8. Analisa Hasil
Hasil pengolahan data pada
pembahasan sebelumnya dapat
dibandingkan penjadwalan menggunakan
metode CPM dan PERT memiliki jalur kritis
yang sama yaitu serangkaian aktivitas A-E-
F-P-II-SS. Total durasi yang dibutuhkan
dalam penyelesaian konstruksi dapat dilihat
pada gambar 7.
Gambar 7. Grafik Metode Terhadap Durasi Sumber : Data Pengolahan
Teknik perhitungan metode CPM lebih
cepat 8 hari dibanding dengan teknik
perhitungan metode PERT, hal ini
dikarenakan metode CPM memiliki satu
angka estimasi durasi yang pasti, sedangkan
metode PERT memiliki tiga angka estimasi
durasi yang merupakan perkiraan.
Dengan asumsi serangkaian aktivitas
yang termasuk ke dalam jalur kritis dapat
diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan (waktu normal), maka untuk
tahap mempercepat penjadwalan digunakan
hasil perhitungan dengan menggunakan
metode CPM karena memiliki total durasi
paling cepat.
Crashing Program
Tujuan utama dilakukan crashing
adalah untuk mempersingkat waktu
penyelesaian kegiatan konstruksi Top Coat
Booth Expansion dengan biaya yang
minimal. Oleh karena itu kegiatan crashing
hanya dilakukan pada serangkaian aktivitas
yang terdapat pada jalur kritis.
Bedasarkan hasil penyelesaian kegiatan
menggunakan metode CPM terdapat 6
aktivitas kritis yaitu aktivitas A-E-F-P-II-SS,
pada aktivitas S tidak dapat dilakukan
crashing karena durasi yang ada tersebut
merupakan durasi yang paling optimal.
Perhitungan crashing program
dilakukan dengan cara mengurangi waktu
penyelesian kegiatan konstruksi dengan
menekan sebanyak mungkin aktivitas-
altivitas kritis yang mempunyai slope
terkecil seperti pada tabel diba5.
Tabel 5. Hasil Perhitungan PERT
Acti
vity
Dn Dc Cn Cc Slope
Hari Hari Rp. Rp.
A 7 5 30.091.000 37.689.000 3.799.000
E 8 7 34.390.000 38.289.000 3.899.000
P 64 61 275.115.000 287.622.000 4.169.000
F 127 123 545.930.000 563.125.000 4.298.750
II 65 63 279.413.000 288.211.000 4.399.000
Sumber : Data Pengolahan
Tahap percepatan dari setiap aktivitas
dilakukan dengan cara mencari batas
penekanannya (Compession Limit).
Compresion Limit tersebut merupakan
banyaknya pengurangan durasi yang
diizinkan untuk aktivitas yang dilakukan
percepatan. Compresion Limit ditentukan
dari hasil pemilihan dari batas percepatan
(Crash Limit - CL) masing-masing aktivitas
dan FF minimum dari network sebelumnya.
Hasil perhitungan percepatan dapat dilihat
pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil Perhitungan Percepatan
C Akt CL FF Comp Durasi
Total Biaya N C
Normal 272
7.399.517.000
1 A 2
1 1
271
7.403.316.000
2 A 1
1 1
270
7.407.115.000
3 E 1
1 1
269
7.411.014.000
4 P 3
1 1
268
7.415.183.000
5 P 2
1 1
267
7.419.352.000
6 P 1
1 1
266
7.423.521.000
7 F 4
1 1
265
7.427.819.750
8 F 3
1 1
264
7.432.118.500
9 F 2
1 1
263
7.436.417.250
10 F 1
1 1
262
7.440.716.000
11 II 2
1 1
261
7.445.115.000
12 II 1
1 1 260 7.450.860.000 VV 7
Sumber : Data Pengolahan
Penyelesaian konstruksi Top Coat
Booth Expansion dengan menganalisis jalur
kritis A-E-F-P-II-SS dapat dipercepat
sebanyak 12 kali dengan jalur kritis tetap
dari percepatan ke-1 sampai ke-10. Pada
percepatan ke-11 terdapat penambahan jalur
kritis yaitu pada aktivitas C-K-AA-EE-OO-
VV.
Munculnya dua jalur kritis ini
menunjukkan bahwa untuk mengurangi
waktu penyelesaian konstruksi, pengurangan
harus dilakukan terhadap kedua jalur kritis
itu secara bersamaan. Sehingga pada jalur
kritis ke-2 dipilih slope terkecil untuk
dilakukan percepatan. Maka pada percepatan
ke-12 dilakukan 2 percepatan sekaligus
11
untuk jalur kritis yang berbeda. Karena
seluruh aktivitas kritis pada jalur kritis ke-1
(A-E-F-P-II-SS) telah mencapai crash time-
nya, maka tidak mungkin lagi dilakukan
pengurangan terhadap waktu penyelesaian
konstruksi ini, sehingga perhitungan selesai.
Crashing program dilakukan sebanyak
12 kali percepatan dari penyelesian waktu
normal selama 272 hari menjadi 260 hari,
sehingga meningkatkan biaya sebanyak Rp.
51.343.000 dari total biaya normal Rp.
7.399.517.000 menjadi total biaya
percepatan Rp. 7.450.860.000 seperti yang
digambarkan pada gambar 8.
Gambar 8. Grafik Hubungan Durasi Terhadap Biaya
Sumber : Data Pengolahan
Perbandingan Bar Chart dan Network
Analysis
Perbandingan waktu dan biaya waktu
normal dengan menggunakan metode Bar
Chart dan waktu dipercepat dengan
menggunakan metode Network Analysis
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 7. Perbandingan Waktu dan Biaya Waktu Normal dan
Dipercepat
Uraian
Normal Percepatan
Selisih (Bar Chart) (Network)
Waktu 318 hari 260 hari 58 hari
Biaya Rp. 7.399.517.000 Rp. 7.450.860.000 Rp. 51.343.000
Sumber : Data Pengolahan
Berdasarkan tabel 5.4 total waktu
penyelesaian kegiatan secara keseluruhan
dapat dipersingkat 58 hari dengan kenaikan
biaya Rp. 51.343.000.
Perbandingan produktivitas penyelesaian
konstruksi:
Output : Durasi dan Input : Biaya
Produktivitas : Output/Input
Berdasarkan perbandingan tersebut,
kenaikan biaya 0,7% dari biaya normal
masih dalam batas wajar, karena meskipun
biaya naik tapi menghasilkan produktivitas
yang lebih tinggi dibanding penyelesaian
secara normal.
9. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian, maka
didapatkan beberapa kesimpulan :
1. Durasi penyelesaian konstruksi Top
Coat Booth Expansion dengan
perhitungan menggunakan metode CPM
yaitu selama 272 hari, dan dengan
perhitungan menggunakan metode
PERT yaitu selama 280 hari. Durasi
tersebut merupakan waktu normal
penyelesaian kegiatan.
2. Penjadwalan terpilih yaitu dengan
metode perhitungan CPM karena
memiliki total durasi lebih cepat
dibanding PERT. Berdasarkan jaringan
kerja CPM tersebut dilakukan
percepatan pada jalur kritisnya dari total
penyelesaian 272 hari menjadi 260 hari
dengan kenaikan biaya Rp. 51.343.000
sehingga total biaya percepatan menjadi
Rp. 7.450.860.000.
3. Perbandingan penjadwalan secara
normal yaitu dengan menggunakan
metode Barr Chart kegiatan konstruksi
dapat diselesaikan selama 318 hari,
sedangkan dengan menggunakan
metode Analisis Jaringan Kerja dan
dilakukan percepatan pada jalur
kritisnya dapat diselesaikan 58 hari
lebih cepat menjadi 260 hari dengan
kenaikan biaya 0,7% dari biaya normal
(Rp. 7.399.517.000)
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan
saran berikut dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan, antara lain:
1. Untuk menager proyek,
penentuan/perkiraan waktu penjadwalan
harus lebih diperhatikan lagi dari setiap
aktivitas kegiatan proyek agar diperoleh
waktu penyelesaian yang paling
optimal.
2. Perencanaan awal dalam teknik
penentuan jadwal harus lebih matang
agar mempermudah pada saat tahap
implementasi jadwal di lapangan.
3. Penggunaan metode Analisis Jaringan
Kerja dalam keberlangsungan suatu
proyek dapat dijadikan sebagai acuan
dalam pembuatan jadwal sehingga dapat
mempermudah kegiatan pengawasan
terhadap jalannya proyek untuk
mengetahui apakah ada
keterlambatan/tidak dan melakukan
sebuah action apabila terjadi
12
keterlambatan untuk mengejar
keterlambatan tersebut.
4. Untuk penelitian selanjutnya,
diharapkan mencoba teknik perhitungan
lain dari Metode Analisis Jaringan
Kerja, misalnya metode Preceden
Diagram Methode - PDM sehingga
dapat lebih dipahami perbandingan,
kelebihan dan kekurangan dari setiap
metode.
DAFTAR PUSTAKA
Adeleke, R.A., et al, 2011, “Aplication of
Network Analisys to Project
Management”, The Pacific Journal
of Science and Technology,
Vol. 12, No. 1.
Badri, S., 1997, Dasar-dasar Network
Planing, Rika Cipta, Jakarta.
Dimyati, Tjutju T., dan Ahmad Dimyati,
2010, Operation Research Model-
model Pengabilan Keputusan
(Edisi 2), Sinar Baru Algensindo,
Bandung.
Ervianto, Wulfram I., 2005,Manajemen
Proyek Konstruksi (Edisi Revisi),
Andi, Yogyakarta.
Frederika, Ariany, 2010, “Analisis
Percepatan Pelaksanaan Dengan
Menambah Jam Kerja Optimum
Pada Proyek Konstruksi”, Jurnal
Ilmiah Teknik Sipil Universitas
Udayana Denpasar, Vol. 14, No. 2.
Handoko, T.H., 1999, Dasar-dasar
Manajemen Produksi dan Operasi
(Edisi Pertama), BPFE,
Yogyakarta.
Heizer, Jay, dan Barry Render, 2009,
Manajemen Operasi (Edisi 9),
Salemba Empat, Jakarta.
Husein, Abar, 2009, Manajemen Proyek,
Andi Offset, Yogyakarta.
Muhtadi, Adhi, 2009, “Manajemen Proyek
Berbasis Efisiensi Waktu
Pelaksanaan Pembangunan Gedung
Polres kabupaten Probolinggo”,
Jurnal Neutron,
Vol. 9, No. 2.
O’Brien, James. J., 1984, CPM in
Construction Management
(3rd
Edition), NC Graw-Hill,
Newyork.
Prawiroharjono, S., 1985, Dasar-dasar
Evaluasi Proyek, Andi,
Yogyakarta.