Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
BAB I
BERAT JENIS SEMEN PORTLAND
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis semen portland.
Untuk menghitung berat jenis semen adalah dengan cara melakukan perbandingan antara
berat isi kering semen pada suhu kamar dengan isi kering air suling pada 4 °C isinya sama
dengan isi semen.
B. PERALATAN
Adapun peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan berat jenis semen portland
adalah sebagai berikut:
a. Botol Le Chatelier kapasitas 250 ml.
b. Kerosin bebas air atau napha dengan berat jenis 62 API (American Proteleum
Institute).
c. Ember berisi air atau bak plastik tempat air
d. Corong dari kertas.
e. Kawat tusuk.
f. Thermometer.
g. Sendok.
h. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
C. BAHAN
Adapun bahan yang digunakan untuk pemeriksaan berat jenis semen portland
adalah sebagai berikut:
a. Semen portland (Gresik) sebanyak 64 gram.
b. Kerosin bebas air (minyak tanah) atau Naptha berat jenis 62 API (American Protalium
Institute).
Kelompok XII 1
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
D. PRSEDUR PERCOBAAN
Pelaksanaan percobaan penentuan berat jenis semen portland mengikuti prosedur
sebagai berikut:
1. Sebelum botol Le Chatelier digunakan, terlebih dahulu botol tersebut dibersihkan
sampai bersih dan bagian dalam botol harus benar-benar dalam keadaan kering.
2. Isi botol Le Chatelier dengan kerosin sampai dengan skala antara 0 dan 1, kemudian
bagian dalam botol di atas permukaan cairan harus dikeringkan agar semen yang akan
dimasukkan ke dalam botol tersebut tidak melekat pada bagian tepi botol.
3. Masukkan botol ke dalam bak air dengan suhu kamar dalam waktu yang cukup
untuk menghindarkan variasi suhu botol lebih besar dari 0,2 oC.
4. Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, bacalah skala pada botol (V1).
5. Masukkan benda uji sedikit demi sedikit ke dalam botol, jangan sampai terjadi ada
semen yang menempel pada dinding dalam botol di atas cairan.
6. Setelah benda uji dimasukkan putar botol dengan posisi miring secara perlahan-lahan
sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan cairan.
7. Ulangi pekerjaan pada point "5", tadi setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam
botol dan bacalah skala pada botol (V2).
E. PERHITUNGAN
Berat Jenis =
dimana :
V1 : Pembacaan pertama pada skala botol (ml)
V2 : Pembacaan kedua pada skala botol (ml)
(V2 - V1) : Isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan
Suhu berat tertentu (ml)
d : Berat isi air pada suhu 4 oC (1 gr/cm3)
Kelompok XII 2
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Data sebelum semen dimasukkan seperti pada Tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1 Hasil pengukuran volume pada pembacaan awal
Temperatur Semen (gram) Volume (ml)
(V1)
Botol
4oC 64,0 0,5 1,0
Sumber : Hasil Percobaan
Data sesudah semen dimasukkan seperti pada Tabel 1.2 berikut:
Tabel 1.2 Hasil pengukuran volume pada pembacaan akhir
Temperatur Semen (gram) Volume (ml)
(V2)
Botol
4oC 64,0 20,7 1,0
Sumber : Hasil Percobaan
Berat semen = 64,0 gram
V1 = 0,5 ml = 0,5 cm3
V2 = 20,7 ml = 20,7 cm3
d = 1,0 gr/cm3
Jadi Berat Jenis Semen:
=
= = 3,16 gr/cm³
F. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan diperoleh berat jenis (BJ) semen portland, adalah 3,16.
Sedangkan standar berat jenis semen portland adalah sekitar 3,15 – 3,17 dengan toleransi
selisih yang diperkenankan 0,01.
Dengan hasil yang kami dapatkan dari percobaan berikut ini cukup memenuhi
syarat. Dengan demikian maka semen yang di uji tersebut cukup baik untuk digunakan,
Kelompok XII 3
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
karena dari perhitungan selisih berat jenis semen portland yang dilakukan, memenuhi
toleransi yang diberikan, yaitu lebih kecil dari 0,01.
G. GAMBAR ALAT
Adapun peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagaimana yang
terlihat pada Gambar 1.1 dan 1.2 berikut:
Gambar 1.1 Botol Le Chatelier
Gambar 1.2 Timbangan
Kelompok XII 4
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
BAB II
PEMERIKSAAN KONSISTENSI NORMAL
DARI SEMEN HIDROLIS
A. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan konsistensi normal dari semen hidrolis,
dan selanjutnya dipergunakan untuk keperluan waktu pengikatan dari jenis semen
tersebut.
B. PERALATAN
Adapun peralatan yang digunakan untuk percobaan pemeriksaan konsistensi
normal dari semen hidrolis ini adalah sebagai berikut:
a. Mesin pengaduk (mixer) dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta
mangkok yang dapat dilepaskan. (Gambar 2.2)
b. Alat vicat dengan menggunakan ujung C (Gambar 2.3).
c. Timbangan dengan ketelitian sampai 1,0 gram.
d. Alat pengorek (scraper) dibuat dari karet agak kaku.
e. Gelas ukur dengan kapasitas 150 atau 200 ml.
f. Sendok perata (trowel).
g. Sarung tangan karet.
h. Stop Wacth.
i. Mold dan plat kaca.
C. BAHAN
Adapun bahan yang digunakan untuk pemeriksaan konsistensi normal dari semen
hidrolis adalah sebagai berikut:
a. Semen Portland (Gresik) 500 gram untuk setiap test.
b. Air bersih 125 - 155 cc (temperatur kamar).
Kelompok XII 5
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Pelaksanaan percobaan pemeriksaan konsistensi normal dari semen hidrolis dibagi
dalam 3 (tiga) tahap, yaitu sebagai berikut:
1. Persiapan Pasta.
a. Pasang daun-daun pengaduk dan mangkok yang kering pada mesin pengaduk
(mixer), sedemikian rupa sehingga siap untuk digunakan.
b. Masukkan bahan baku ke dalam mangkok dengan urutan sebagai berikut
1. Tuangkan air 150 cc, yaitu sesuai dengan keperluan test.
2. Masukkan semen portland sebanyak 500 gram ke dalam air dan biarkan
selama 30 detik agar campuran meresap
c. Jalankan mesin pengaduk pada kecepatan rendah 140 + 5 putaran permenit
selama 30 detik.
d. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, selama waktu itu kumpulkan pasta
yang menempel pada dinding mangkok.
e. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan sedang 285 + 10 putaran permenit,
dan aduklah selama 1 menit.
2. Pencetakan Benda Uji.
a. Segera bentuk pasta menjadi bola dengan kedua tangan (memakai sarung
tangan karet), lemparkan 6 (enam) kali dari tangan satu ke tangan yang lain dengan
jarak kira - kira 15 cm.
b. Masukkan bola pasta ke dalam cincin conis pada alat vicat dengan satu tangan.
c. Kelebihan pasta pada lubang besar mold diratakan dengan jalan meletakan
cincin lubang yang besar pada plat kaca, potonglah kelebihan itu pada lubang yang
kecil dengan cara sekali gerakan, kemudian licinkan kelebihan pasta pada lubang
cincin. Dalam mengerjakan pemotongan dan penghalusan, dan semua rangkaian
pencetakan pasta harus dihindarkan tekanan pada pasta.
3. Penentuan Konsistensi.
a. Pusatkan cincin berisi pasta tepat di bawah ujung B (Gambar 2.4), tempelkan
ujung jarum C pada permukaan pasta dan kuncilah dengan sekrup E.
b. Aturlah indikator F sehingga tepat pada skala nol.
c. Lepaskan batang B dan jarum C ke pasta.
Kelompok XII 6
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
d. Setelah dicapai waktu 30 detik, maka penurunan batang C dicatat. Konsistensi
normal tercapai bila batang B dan jarum C menembus batas (10±1) mm di bawah
permukaan dalam waktu 30 detik setelah sekrup E dilepaskan, kemudian
penurunan pada batang C dibaca.
e. Ulangi percobaan di atas dengan kadar air dalam pasta yang berbeda-beda,
sehingga konsistensi normal tercapai.
E. PERHITUNGAN
Untuk pemeriksaan konsistensi normal dari semen hidrolis menggunakan
Persamaan 2.1 berikut:
Konsistensi Normal = .....…………………………...(2.1)
Data hasil percobaan seperti pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Hasil penurunan setelah 30 detik
No Semen
(gr)
Air
(cm3)
Penurunan setelah 30 detik
(mm)
1.
2.
3.
500
500
500
140
126
125
39
17
11
Diambil penurunan 11 mm.
Berat Jenis Air = 1 gr/cm3
Volume air = 125 cm3
Berat Air = = = gr
Maka
Konsistensi Normal =
= = 25 %
Kelompok XII 7
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
F. KESIMPULAN
Untuk konsistensi normal tercapai jika jarum A menembus pasta (10 1) mm
dari permukaan dalam waktu 30 detik sejak pengunci dibuka. Maka dilihat dari data
terlampir dalam percobaan ini, dengan volume air sebesar 125 ml penurunan mencapai 11
mm. Ini memperlihatkan bahwa kekentalan pasta sudah sesuai dengan yang diizinkan
dengan nilai konsistensi normal sebesar 25 %.
G. GRAFIK HUBUNGAN PENURUNAN VS KADAR AIR
Adapun grafik hubungan penurunan vs kadar air terdapat pada Gambar 2.1
berikut:
Gambar 2.1 Hasil penurunan terhadap kadar air
Kelompok XII 8
Gambar 2.2 Mesin pengaduk (mixer)
Gambar 2.3 Alat vicat (ujung rata)
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
H. GAMBAR ALAT
Adapun peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagaimana terlihat
pada Gambar 2.2, 2.3 dan 2.4 berikut:
Gambar 2.4 Detail Alat Vical
Kelompok XII 9
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
BAB III
PENENTUAN WAKTU PENGIKATAN
DARI SEMEN HIDROLIS
A. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini untuk mengetahui waktu pengikatan awal dan waktu pengikatan
akhir dari semen hidrolis dalam keadaan konsistensi normal. Pengikatan awal semen
hidrolis tersebut adalah kehilangan sifat plastisnya atau mulai menjadi kaku dimana
waktu ini ditentukan dalam jam, menit dan alat yang digunakan adalah Vicat dan alat
Gillmore. Sedangkan pengikatan akhir dari semen hidrolis tercapai apabila semen
hidrolis telah mulai mengeras, dimana dalam percobaan dapat dilihat apabila jarum
pada alat Vicat tidak membekas pada benda uji.
B. PERALATAN
Adapun peralatan yang digunakan untuk percobaan penentuan waktu pengikatan
dari semen hidrolis ini adalah sebagai berikut:
a. Mesin pengaduk (mixer) dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta
mangkok yang dapat dilepaskan.
b. Alat vicat dengan menggunakan ujung D (Gambar 3.2).
c. Timbangan dengan ketelitian sampai 1,0 gram.
d. Gelas ukur dengan kapasitas 150 atau 200 ml.
e. Stop Wacth untuk menghitung waktu pengikatan.
f. Ruang lembab yang mampu memberikan kelembaban relatif minimum 90%.
C. BAHAN
Adapun bahan yang digunakan untuk penentuan waktu pengikatan dari semen
hidrolis adalah sebagai berikut:
1. Semen Portland (Gresik).
2. Air bersih (dengan temperatur kamar).
Kelompok XII 10
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Pelaksanaan percobaan penentuan waktu pengikatan dari semen hidrolis mengikuti
prosedur sebagai berikut:
1. Persiapan Pasta (seperti pada pemeriksaan konsistensi normal).
2. Pencetakan Benda Uji (seperti pada pemeriksaan konsistensi normal).
3. Penentuan Waktu Pengikatan.
a. Segera masukkan benda uji ke dalam ruang lembab biarkan, kecuali pada waktu
pemeriksaan pengikatan dilakukan.
b. Setelah 45 menit di ruang lembab, tempatkan benda uji pada alat Vicat,
turunkan jarum D sehingga menyentuh permukaan pasta semen. Keraskan sekrup
E dan geser jarum penunjuk F pada bagian atas dari skala dan lakukan pembacaan
awal.
c. Lepaskan batang B dengan memutar sekrup E dan biarkan jarum pada
permukaan pasta turun selama 30 detik. Bila pasta terlalu lembek ulangi
percobaan tiap 15 menit sampai tidak terjadi penurunan lagi.
d. Waktu pengikatan awal tercapai bila hasil penetrasi lebih atau sama dengan
25 mm, dan waktu pengikatan akhir tercapai bila jarum tidak membekas lagi pada
benda uji.
e. Jarak antara penetrasi pada pasta tidak boleh lebih dari 6,4 mm dan jarak dari
pinggir cincin tidak boleh kurang dari 9,4 mm. Percobaan ini dilakukan segera
setelah diambil dari ruang lembab setiap 15 menit.
Kelompok XII 11
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
E. HASIL PERCOBAAN
Data hasil percobaan pemeriksaan waktu pengikatan semen hidrolis seperti pada
Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan waktu pengikatan dari semen hidrolis
No
Waktu Penurunan
Menit
Jam Start
11.40
Penurunan
(mm)
Suhu
UdaraOC
Suhu
PastaOC
1
2
3
4
5
6
7
8
45
60
75
90
105
120
135
150
12.25
12.40
12.55
13.10
13.25
13.40
13.55
14.10
45
40
41
31
6
0
0
0
32
32
33
33
34
33
33
33
30
28
31
30
30
28
28
28
Data tersebut di plot ke grafik, dengan penurunan 25 mm didapat:
a. Konsistensi normal = 28 %
b. Suhu kamar (rata-rata) udara = 33 oC
c. Suhu pasta (rata-rata) = 29 oC
d. Waktu pengikatan permulaan = 92 menit
e. Waktu pengikatan terakhir = 120 menit
Kelompok XII 12
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
F. KESIMPULAN
a. Waktu pengikatan awal pada percobaan ini adalah : 92 menit
b. Waktu pengikatan akhir pada percobaan ini adalah : 120 menit
c. Pada pengikatan awal penetrasi terjadi lebih kecil dan pada pengikatan akhir penetrasi
lebih besar.
d. Waktu pengikatan berfungsi sebagai patokan di lapangan untuk menentukan lamanya
waktu pengerasan semen (tanpa diaduk lagi).
G. GRAFIK HUBUNGAN PENURUNAN VS WAKTU
Adapun grafik hubungan penurunan vs waktu terdapat pada Gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1 Hasil penurunan terhadap waktu
Kelompok XII 13
Gambar 3.2 Alat vicat (ujung tajam)
Gambar 3.3 Ruang lembab min.90%
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
H. GAMBAR ALAT
Adapun peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagaimana terlihat
pada Gambar 3.2, 3.3, 3.4 dan 3.5 berikut:
Kelompok XII 14
Gambar 3.4 Alat pengaduk (mixer)
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Gambar 3.5 Detail Alat Vical
Kelompok XII 15
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
BAB IV
PEMERIKSAAN
BERAT VOLUME SEMEN
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi (berat volume) dari
semen portland. Berat isi adalah perbandingan berat dan isi, dengan maksud untuk
mendapatkan hubungan berat dan volume suatu semen.
B. PERALATAN
Adapun peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan berat volume semen adalah
sebagai berikut:
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 berat contoh.
b. Talam kapasitas cukup besar untuk semen.
c. Mistar perata (straight).
d. Sekop kecil atau sendokan.
e. Wadah baja berbentuk silinder.
f. Tongkat pemadat dengan diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat
dari baja yang tahan karat.
C. BAHAN
Adapun bahan yang digunakan untuk pemeriksaan berat volume semen adalah
Semen portland (Gresik) yang sesuai dengan kebutuhan.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Pelaksanaan percobaan pemeriksaan berat volume semen mengikuti prosedur
sebagai berikut:
1. Timbang dan catatlah berat wadah (W1).
2. Masukkan benda uji dengan hati-hati ke dalam wadah baja dengan menggunakan
sekop kecil dari ketinggian 5 cm, sampai penuh.
3. Ratakan permukaan semen dengan menggunakan mistar perata.
Kelompok XII 16
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
4. Timbang dan catat berat wadah beserta benda uji (W2).
5. Hitunglah berat benda uji (semen) [W3 = W2 – W1]
6. Timbang dengan kondisi isi berat isi goyangan:
a. Timbang dan catat berat wadah (W1).
b. Masukkan semen dengan hati-hati ke dalam wadah baja dalam 3
lapis yang sama tebal.
c. Padatkan setiap lapis dengan cara mengoyangkan wadah sebagai
berikut, meletakan wadah di atas tempat yang kokoh dan datar, angkatlah salah
satu sisinya kira-kira setinggi 5 cm kemudian dilepaskan. Kemudian ulangi hal ini
dari sisi yang berlawanan. Padatkan setiap lapisan sebanyak 25 kali
penggoyangan.
4. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
5. Timbang dan catat berat wadah beserta semen (W2).
6. Hitung berat semen [W3 = W2 – W1].
7. Timbang dengan kondisi isi berat isi pemadatan:
a. Timbang dan catatlah berat wadah (W1).
b. Isi wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis
dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata. Pada
pemadatan tongkat harus tepat masuk sampai lapisan paling bawah tiap-tiap lapis.
c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
d. Timbang dan catatlah berat wadah serta benda uji (W2).
e. Hitunglah berat benda uji [W3 = W2 – W1]
Kelompok XII 17
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
E. PERHITUNGAN
Data hasil percobaan dari berat volume pada kondisi lepas, goyang dan pemadatan
seperti pada Tabel 4.1, 4.2 dan 4.3 berurutan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil percobaan saat kondisi lepas
Parameter Hasil
A. Volume Bohler (cm3)
B. Berat Bohler (gr)
C. Berat Bohler + Benda uji (gr)
D. Berat Benda uji (C - B) (gr)
E. Berat Volume (D/A) (gr/cm3)
2.830
3.780
6.600
2.820
0,996
Tabel 4.2 Hasil percobaan saat kondisi goyang
Parameter Hasil
A. Volume Bohler (cm3)
B. Berat Bohler (gr)
C. Berat Bohler + Benda uji (gr)
D. Berat Benda uji (C - B) (gr)
E. Berat Volume (D/A) (gr/cm3)
2.830
3.780
6.780
3.000
1,060
Tabel 4.3 Hasil percobaan saat kondisi pemadatan
Parameter Hasil
A. Volume Bohler (cm3)
B. Berat Bohler (gr)
C. Berat Bohler + Benda uji (gr)
D. Berat Benda uji (C - B) (gr)
E. Berat Volume (D/A) (gr/cm3)
2.830
3.780
6.920
3.140
1,110
Kelompok XII 18
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
F. KESIMPULAN
Dari percobaan didapat data berat jenis semen sebagai berikut:
a. Kondisi lepas : 0,996 gr/cm3.
b. Kondisi goyangan : 1,060 gr/cm3.
c. Kondisi pemadatan : 1,110 gr/cm3.
Dari hasil percobaan didapat perbandingan berat volume dalam berbagai kondisi,
dimana seharusnya kondisi goyangan yang lebih besar dari kondisi yang lainnya yaitu:
lepas < padatan < goyangan
Jadi pada percobaan kami terjadi kesalahan yang bisa disebabkan oleh ketidaktelitian
dalam menimbang serta faktor keadan pada waktu penimbangan.
Kelompok XII 19
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
G. GRAFIK
Adapun grafik perbandingan berat volume semen terdapat pada Gambar 4.1
berikut:
Gambar 4.1 Hasil perbandingan berat volume semen
Kelompok XII 20
Gambar 4.2 Timbangan
Gambar 4.3 Sekop kecil atau sendokan
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
H. GAMBAR ALAT
Adapun peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagaimana terlihat
pada Gambar 4.2, 4.3 dan 4.4 berikut:
Kelompok XII 21
Gambar 4.4 Wadah baja bentuk silinder
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Kelompok XII 22
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
BAB V
PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT
HALUS DAN KASAR
A. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi agregat kasar dan halus.
Berat isi adalah perbandingan berat dan isi dengan maksud untuk mendapatkan hubungan
berat dan volume agregat.
B. PERALATAN
Adapun peralatan yan digunakan untuk pemeriksaan berat volume agregat halus
dan kasar adalah sebagai berikut:
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 berat contoh.
b. Talam untuk mengeringkan contoh agregat.
c. Mistar perata (straight).
d. Sekop kecil atau sendokan.
e. Wadah baja berbentuk silinder.
f. Tongkat pemadat dengan diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat dari
baja tahan karat.
g. Oven yang dilengkapi pengatur suhu (110 + 5) 0C.
C. BAHAN
Adapun bahan yang digunakan untuk pemeriksaan berat volume agregat halus dan
kasar adalah sebagai berikut:
a. Pasir (digunakan pasir Awang Bangkal).
b. Kerikil (kerikil Awang Bangkal).
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Pelaksanaan percobaan pemeriksaan berat volume agregat halus dan kasar
mengikuti prosedur sebagai berikut:
1. Ambil contoh agregat baik itu agregat halus maupun kasar.
Kelompok XII 23
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2. Masukkan agregat ke dalam talam yang tersedia, kemudian dikeringkan dalam oven
dengan suhu (110 + 5) ºC dalam waktu 24 jam sampai berat tetap yang akan digunakan
sebagai benda uji.
3. Setelah 24 jam terpenuhi agregat tadi dikeluarkan dari oven.
4. Timbang dengan kondisi berat isi lepas:
a. Timbang dan catatlah berat wadah (W1).
b. Masukkan benda uji dengan hati-hati ke dalam wadah baja dengan
menggunakan sekop kecil dari ketinggian 5 cm, sampai penuh.
c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
d. Timbang dan catat berat wadah beserta benda uji (W2).
e. Hitunglah berat benda uji [W3 = W2 – W1].
5. Timbang dengan kondisi berat isi goyangan:
a. Timbang dan catat berat wadah (W1).
b. Masukkan benda uji dengan hati-hati ke dalam wadah baja dalam 3 lapis yang
sama tebal.
c. Padatkan setiap lapis dengan cara menggoyang wadah sebagai berikut,
meletakkan wadah di atas tempat yang kokoh dan datar angkatlah salah satu
sisinya kira-kira setinggi 5 cm kemudian dilepaskan. Ulangi hal ini dari sisi yang
berlawanan. Padatkan setiap lapisan sebanyak 25 kali penggoyangan.
d. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
e. Timbang dan catat berat wadah beserta benda uji (W2).
f. Hitung berat benda uji [W3 = W2 - W1].
6. Timbang dengan kondisi berat isi pemadatan:
a. Timbang dan catatlah berat wadah (W1).
b. Isi wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis
dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata.
Pada pemadatan tongkat harus tepat masuk sampai lapisan paling bawah tiap-
tiap lapis.
c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
d. Timbang dan catatlah berat wadah serta benda uji (W2).
e. Hitunglah berat benda uji [W3 = W2 - W1].
Kelompok XII 24
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
E. PERHITUNGAN
Data hasil percobaan dari pemeriksaan berat volume agregat kasar dan agregat
halus pada kondisi lepas, goyangan, dan pemadatan seperti pada Tabel 5.1, 5.2 dan 5.3
berurutan sebagai berikut:
Tabel 5.1 Hasil percobaan pada saat kondisi lepas
ParameterHasil
Pasir Kerikil
A. Volume Bohler (cm3)
B. Berat Bohler (gr)
C. Berat Bohler + Benda uji (gr)
D. Berat Benda uji (C - B) (gr)
E. Berat Volume (D/A) (gr/cm3)
9.423
8.540
22.000
13.460
1,428
14.300
9.600
30.690
21.090
1,475
Tabel 5.2 Hasil percobaan pada saat kondisi goyangan
ParameterHasil
Pasir Kerikil
A. Volume Bohler (cm3)
B. Berat Bohler (gr)
C. Berat Bohler + Benda uji (gr)
D. Berat Benda uji (C - B) (gr)
E. Berat Volume (D/A) (gr/cm3)
9.423
8.540
22.090
13.550
1,438
14.300
9.600
31.200
21.600
1,510
Kelompok XII 25
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tabel 5.3 Hasil percobaan pada saat kondisi pemadatan
ParameterHasil
Pasir Kerikil
A. Volume Bohler (cm3)
B. Berat Bohler (gr)
C. Berat Bohler + Benda uji (gr)
D. Berat Benda uji (C - B) (gr)
E. Berat Volume (D/A) (gr/cm3)
9.423
8.540
22.120
13.580
1,441
14.300
9.600
31.500
21.900
1,532
F. KESIMPULAN
1. Berat Volume Pasir
Berat volume pasir pada masing-masing kondisi:
a. Kondisi lepas : 1,428 gr/cm3
b. Kondisi goyangan : 1,438 gr/cm3
c. Kondisi pemadatan : 1,441 gr/cm3
2. Berat Volume Kerikil
Berat volume kerikil pada masing-masing kondisi:
a. Kondisi lepas : 1,475 gr/cm3
b. Kondisi goyangan : 1,510 gr/cm3
c. Kondisi pemadatan : 1,532 gr/cm3
Dari hasil percobaaan ini dapat kita ketahui bahwa untuk pasir nilai berat volume
pemadatan yang lebih besar, begitu juga pada kerikil nilai berat volume pemadatan yang
lebih besar, yaitu:
l < g < p (untuk agregat halus)
l < g < p (untuk agregat kasar)
Karena dalam mix design komposisi campuran dinyatakan berdasarkan
perbandingan berat, oleh karena itu pada pelaksanaan di lapangan terdapat kesulitan, maka
untuk mengatasinya komposisi didasarkan atas perbandingan volume bila berat diketahui.
Kelompok XII 26
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
G. GRAFIK
Adapun untuk grafik perbandingan berat volume pasir dan kerikil terdapat pada
Gambar 5.1 dan 5.2 berikut:
Gambar 5.1 Hasil perbandingan berat volume pasir
Kelompok XII 27
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Gambar 5.2 Hasil perbandingan berat volume kerikil
Kelompok XII 28
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
BAB VI
ANALISA SARINGAN
AGREGAT HALUS DAN KASAR
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir gradasi
agregat halus dan kasar dengan menggunakan sharingan.
B. PERALATAN
Adapun peralatan yang digunakan untuk analisa saringan agregat halus dan kasar
adalah sebagai berikut:
a. Timbangan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji.
b. Satu set saringan dengan ukuran 37.5mm (1,5") 19,1 mm (3/4"); 12,5 mm (1/2"); 9.5
mm (3/8"); No.4 dan (ASTM).
c. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampel (110+5) oC.
d. Alat pemisah contoh (sample spliter).
e. Mesin penggetar sharingan.
f. Talam - talam.
g. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.
C. BAHAN
Adapun bahan yang digunakan untuk analisa saringan agregat halus dan kasar
adalah sebagai berikut:
a. Agregat halus (pasir Awang Bangkal) = 1.000 gram.
b. Agregat kasar (kerikil Awang Bangkal) = 8.000 gram.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Pelaksanaan percobaan analisa saringan agregat halus dan kasar mengikuti
prosedur sebagai berikut:
1. Benda uji dikeringkan didalam oven dengan suhu (110+5) oC, sampai berat tetap.
Kelompok XII 29
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran paling besar ditempatkan
paling atas, sharingan diguncangkan dengan tangan atau dengan mesin pengguncang
selama 15 menit.
E. HASIL PERCOBAAN
Data hasil percobaan dari analiasa saringan agregat kasar dan agregat halus seperti
pada Tabel 6.1 dan 6.2 berurutan sebagai berikut:
Tabel 6.1 Analisa saringan untuk kerikil
No.Sharingan
BeratTertahan
(gr)
KumulatifBerat
Tertahan
Persen (%)
BeratTertahan
BeratLolos
0 0 0 100,00
¾ 2.540 2.540 31,75 68,25
½ 720 3.260 9,00 59,253/8 160 3.420 2,00 57,25
No.4 4.580 8.000 57,25 0
PAN 0 8.000 0 0
Tabel 6.2 Analisa saringan untuk pasir
No.Sharingan
BeratTertahan
(gr)
KumulatifBerat
Tertahan
Persen (%)
BeratTertahan
BeratLolos
No. 12 103,57 103,57 10,357 89,643
No. 16 145,66 249,23 14,566 75,077
No. 30 218,61 467,84 21,861 53,216
No. 50 221,76 689,60 22,176 31,040
No. 100 238,55 928,15 23,855 7,185
PAN 71,85 1000,00 7,185 0
Kelompok XII 30
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
H. KESIMPULAN
Hasil analisa saringan agregat halus ini dikategorikan dalam 4 zone / no, yaitu:
Zona no 1, Zona no 2, Zona no 3, Zona no 4 dan agregat kasar dikategorikan dalam 3
Zone yaitu: Zona no 1, Zona no 2, Zona no 3.
Semakin kecil kategori dari zone yang ada menunjukkan gradasi agregat semakin
baik (agregat yang terletak pada gradasi no 1 merupakan gradasi yang terbaik), demikian
sebaliknya semakin besar zonenya maka butiran dari agregat tersebut kurang baik (agregat
yang terletak pada gradasi no 3 atau no 4 merupakan gradasi yang tidak baik).
Dari hasil percobaan yang diplotkan pada grafik didapatkan:
a. Agregat Halus (Pasir Awang Bangkal)
Termasuk dalam kategori zone III, dengan demikian pasir tersebut termasuk bergradasi
tidak baik.
c. Agregat Kasar (Kerikil Awang Bangkal)
Termasuk dalam kategori zone I, dengan demikian kerikil tersebut termasuk bergradasi
baik.
Kelompok XII 31
Gambar 6.1 Timbangan Gambar 6.2 Talam-talam
Gambar 6.5 Sikat kuningan, Sendok
Gambar 6.4 Satu set saringan Gambar 6.3 Oven
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
I. GAMBAR ALAT
Adapun peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagaimana yang
terlihat pada Gambar 6.1, 6.2, 6.3, dan 6.4 berikut:
Kelompok XII 32
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
BAB VII
PEMERIKSAAN
ORGANIK DALAM AGREGAT HALUS
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan adanya bahan organik yang
terkandung di dalam agregat halus untuk menentukan atau digunakan di dalam adukan
beton.
B. PERALATAN
Adapun peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan organik dalam agregat halus
adalah sebagai berikut:
a. Botol gelas tidak berwarna yang mempunyai tutup dari karet, gabus atau dari bahan
yang tidak larut dalam larutan NaOH, dengan isi sekitar 350 ml.
b. Standart warna (organik plate).
c. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh.
C. BAHAN
Adapun bahan yang digunakan untuk pemeriksaan organik dalam agregat halus
adalah sebagai berikut:
a. Pasir 115 ml. (kira-kira 1/3 botol).
b. Air.
c. Larutan NaOH (3 %).
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Pelaksanaan percobaan pemeriksaan organik dalam agregat halus mengikuti
prosedur sebagai berikut:
1. Benda uji dimasukkan ke dalam botol (pyrex) + air lalu ditimbang.
2. Tambahkan NaOH 3 %, setelah dikocok harus mencapai 3/4 isi botol.
3. Tutuplah botol, kocok lagi kuat-kuat dan biarkan selama 24 jam.
Kelompok XII 33
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
4. Setelah 24 jam bandingkan warna cairan yang terlihat diatas benda uji dengan warna
standart No. 3
E. HASIL PERCOBAAN
Dari percobaan pemeriksaan organik dalam agregat halus yang dilakukan didapat:
Pasir di Oven.
a. Berat Bejana Pirex = 160,73 gr
b. Berat Bejana + Pasir = 325,35 gr
c. Berat Bejana + Pasir + Air = 755,90 gr
d. Tinggi Air = 500,00 ml
Warna cairan = Seperti Teh
Klasifikasi warna:
1. Bening : Agregat bisa langsung digunakan, tanpa dicuci.
2. Teh : Agregat bisa langsung digunakan, tapi sebaiknya dicuci.
3. Kopi : Agregat harus dicuci sebelum digunakan.
F. KESIMPULAN
Pada percobaan ini (pasir di oven) termasuk dalam klasifikasi warna no. 2 yaitu
warna teh, yang berarti dalam agregat halus ini mengandung sedikit kadar zat organik,
sehingga saat pengecoran boleh dicuci boleh tidak tapi disarankan untuk dicuci lebih dulu.
Kelompok XII 34
Gambar 7.2 Botol gelas bertutup karet
Gambar 7.1 Timbangan
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
G. GAMBAR ALAT
Adapun peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagaimana yang
terlihat pada Gambar 7.1 dan 7.2 berikut:
Kelompok XII 35
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
BAB VIII
PEMERIKSAAN KADAR AIR
AGREGAT HALUS DAN AGREGAT KASAR
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air agregat dengan cara
pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan berat air yang dikandung agregat
dengan berat agregat dalam keadaan kering.
Percobaan ini digunakan untuk menyesuaikan berat takaran beton apabila terjadi
perubahan kadar kelembaban beton.
B. PERALATAN
Adapun peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan kadar air agregat halus dan
agregat kasar adalah sebagai berikut:
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh.
b. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (115+5) oC.
c. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan benda uji.
C. BAHAN
Adapun bahan yang digunakan untuk pemeriksaan kadar air agregat halus dan
agregat kasar adalah sebagai berikut:
1. Agregat halus : Pasir
2. Agregat kasar : Kerikil
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Pelaksanaan percobaan pemeriksaan kadar air agregat halus dan agregat kasar
mengikuti prosedur sebagai berikut:
1. Timbang dan catatlah berat talam (W1).
2. Masukkan benda uji ke dalam talam kemudian timbang dan catat beratnya (W2).
3. Hitung berat benda uji [W3 = W2 - W1]
Kelompok XII 36
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
4. Keringkan benda uji beserta talam dalam oven dengan suhu (1105) oC sampai
beratnya tetap.
5. Setelah kering, timbang dan catatlah benda uji beserta talam (W4)
6. Hitung berat benda uji kering [W5 = W4 – W1]
E. PERHITUNGAN
Data hasil percobaan pemeriksaan kadar air agregat halus dan agregat kasar adalah
sebagai berikut:
Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus.
a. Berat Benda Uji = 1.000,00 gram
b. Berat Benda Uji Kering = 976,62 gram
Kadar air
Kadar Air = x 100 %
= x 100 %
= 2,39 %
Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar.
a. Berat Benda Uji = 8.000 gram
b. Berat Benda Uji Kering = 7.610 gram
Kadar air
Kadar Air = x 100 %
= x 100 %
= 5,13 %
F. KESIMPULAN
Dari percobaan pemeriksaan kadar air agregat halus dan agregat kasar didapat kadar air:
Kelompok XII 37
Gambar 8.1 Timbangan Gambar 8.2 Oven
Gambar 8.3 Talam logam
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
a. Agregat halus = 2,39 %
b. Agregat kasar = 5,13 %
G. GAMBAR ALAT
Adapun peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagaimana yang
terlihat pada Gambar 8.1, 8.2 dan 8.3 berikut:
Kelompok XII 38
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
BAB IX
ANALISA SPECIFIC GRAVITY DAN ABSORPTION
AGREGAT KASAR DAN AGREGAT HALUS
9.1 AGREGAT KASAR
A. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan Bulk dan Apperent Specific Gravity dan Absorption dari agregat
kasar menurut ASTM C-127 guna menentukan volume agregat dalam beton.
B. PERALATAN
Adapun peralatan yang digunakan untuk analisa specific gravity dan absorption
agregat kasar adalah sebagai berikut:
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh.
b. Keranjang besi dengan diameter 8" dan tinggi 2,5"
c. Alat pengatur keranjang.
d. Oven.
e. Handuk.
f. Bak perendam.
C. BAHAN
Adapun bahan yang digunakan untuk analisa specific gravity dan absorption
agregat kasar adalah sebagai berikut:
a. Agregat tertahan saringan No. 4 ke atas, karena agregat yang lolos saringan No. 4
tidak termasuk dalam klas agregat kasar sebanyak kira-kira 20 kg.
b. Air bersih.
Kelompok XII 39
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Pelaksanaan percobaan analisa specific gravity dan absorption agregat kasar
mengikuti prosedur sebagai berikut:
1. Benda uji direndam selama 24 jam.
2. Benda uji digulung dengan handuk, sehingga air pada permukaannya habis, tetapi
harus masih lembab (kondisi SSD / Saturated Surface Dry), timbang benda uji.
3. Benda uji dimasukkan ke dalam keranjang dan direndam kembali dalam air.
Temperatur air (73,4+3)o F dan timbang, sebelum ditimbang container diisi benda
uji lalu digoyang-goyangkan dalam air untuk melepas udara yang terperangkap.
4. Benda uji dikeringkan pada temperatur 212o - 230o F didinginkan dan ditimbang.
E. HASIL PERCOBAAN
Data hasil percobaan analisa specific gravity dan absorption agregat kasar seperti
pada Tabel 9.1 berikut:
Tabel 9.1 Hasil pemeriksaan analisa specific gravity dan absorption agregat kasar
URAIAN HASIL
- Berat keranjang dlm air [W1] (gr)
- Berat keranjang di udara (gr)
- Berat keranjang + SSD dalam air [W2] (gr)
A. Berat contoh SSD di udara (gr)
B. Berat contoh SSD dalam air [W2 - W1] (gr)
C. Berat contoh kering di udara (gr)
- Apparent Specific Gravity [ C / (C-B) ]
- Bulk Specific Gravity on Dry [ C / (A-B) ]
- Bulk Specific Gravity SSD Basic [ A / (A-B) ]
- Prosentase Water Absorption [ (A-C) / C x 100% ] ( % )
405,5
461,5
1.506,0
8.000,0
1.100,5
7.093,0
1,184
1,028
1,160
12,790
Kelompok XII 40
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
9.2 AGREGAT HALUS
A. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan Bulk dan Apperent Specific Gravity dan Absorption dari agregat
halus menurut ASTM C-128 guna menentukan volume agregat halus dalam beton.
B. PERALATAN
Adapun peralatan yang digunakan untuk analisa specific gravity dan absorption
agregat halus adalah sebagai berikut:
a. Timbangan dengan kepekaan 0,1 % berat contoh.
b. Picnometer dengan kapasitas 500 gram.
c. Cetakan kerucut pasir.
d. Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir.
e. Kertas koran.
f. Ember plastik.
C. BAHAN
Adapun bahan yang digunakan untuk analisa specific gravity dan absorption
agregat halus adalah 500 gram agregat halus yang berasal dari pasir Awang Bangkal
yang diperoleh dari alat pemisah atau perempatan.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Pelaksanaan percobaan analisa specific gravity dan absorption agregat kasar
mengikuti prosedur sebagai berikut:
1. Ambil agregat halus kira-kira 1.500 gram lalu direndam dalam air pada ember
plastik selama 24 jam.
2. Agregat halus yang telah direndam dikeringkan dengan cara meremas-remas
dengan koran sampai agregat halus yang penuh air tersebut hingga didapat keadaan
kering merata. Maksud kering merata adalah agregat tersebut dapat tercurah (Free
Flowing Condition).
3. Sebagian benda uji dimasukkan pada metal sand cone mold. Benda uji dipadatkan
dengan tongkat pemadat (tamper) sampai 25 kali tumbukan, kondisi SSD diperoleh
Kelompok XII 41
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
jika cetakan diangkat dan agregat halus disentuh dengan tangan akan runtuh atau
longsor.
4. Agregat halus 500 gram dimasukkan dalam picnometer dan diisikan air sampai 90
% kapasitas, gelembunggelembung udara dibebaskan dengan cara menggoyang-
goyangkan picnometer. Rendam picnometer dengan temperatur (73,4+3) oF selama +
1 hari.
5. Pisahkan benda uji dari picnometer dan keringkan pada temperatus (212-30) oF
pekerjaan harus selesai dalam tempo 1 hari.
6. Tentukan berat uji picnometer berisi air sesuai dengan kalibrasi pada temperatur
(73,4+3) ºF dengan ketelitian 0,1 gram.
E. HASIL PERCOBAAN
Data hasil percobaan analisa specific gravity dan absorption agregat halus seperti
pada Tabel 9.2 berikut:
Tabel 9.2 Hasil pemeriksaan analisa specific gravity dan absorption agregat halus
Kelompok XII 42
URAIAN HASIL
A. Berat Flask (gr)
B. Berat SSD (gr)
C. Berat Flask + Air (gr)
D. Berat Flask + Air + SSD (gr)
E. Berat Kering (gr)
72,640
500,000
571,640
878,790
480,340
- Apparent Specific Gravity [ E / (E+C-D) ]
- Bulk Specific Gravity on Dry [ E / (B+C-D) ]
- Bulk Specific Gravity SSD Basic [ B / (B+C-D) ]
- Prosentase Water Absorption [ (B-E) / E x 100% ] ( % )
2,770
2,490
2,590
4,090
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
F. KESIMPULAN
Dari percobaan diperoleh bahwa:
I. Agregat Kasar:
a. Apparent Specific Gravity = 1,184
b. Bulk Specific Gravity on Dry Basic = 1,028
c. Bulk Specific Gravity SSD Basic = 1,160
d. Prosentase Water Absorption = 12,790 %
II. Agregat Halus:
a. Apparent Specific Gravity = 2,770
b. Bulk Specific Gravity on Dry Basic = 2,490
c. Bulk Specific Gravity SSD Basic = 2,590
d. Prosentase Water Absorption = 4,090 %
Analisa Spesific Gravity dan Absorption dari agregat ini untuk mengetahui
Volume agregat dalam adukan beton dan koreksi berat dalam mendesain oleh adanya
Absorption air dari agregat dalam kondisi kering.
Yang mana kesemuanya ini sangat berguna agar kekurangan air dalam
pengadukan beton tidak akan terjadi, karena kemampuan absorpsi dapat mengakibatkan
air diserap oleh agregat pada waktu pengecoran, jika hal ini terjadi dapat
membahayakan kekuatan beton.
Kelompok XII 43
Gambar 9.1 Timbangan Gambar 9.2 Cetakan kerucut pasir
Gambar 9.3 Keranjang besi + bak perendam
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
G. GAMBAR ALAT
Adapun peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagaimana yang
terlihat pada Gambar 9.1, 9.2 dan 9.3 berikut:
Kelompok XII 44
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
BAB X
PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT
LEWAT SARINGAN NO. 200
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan jumlah bahan yang terdapat
dalam agregat lewat saringan No. 200 dengan cara pencucian.
B. PERALATAN
Adapun peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan kadar lumpur agregat lewat
saringan No. 200 adalah sebagai berikut:
a. Saringan No. 16 dan No. 200.
b. Wadah pencucian benda uji kapasitas cukup besar sehingga pada waktu
diguncangkan benda uji/ air pencuci tidak tumpah.
c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110+5) oC.
d. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh.
e. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
f. Sekop.
C. BAHAN
Adapun bahan yang digunakan untuk pemeriksaan kadar lumpur agregat lewat
saringan No. 200 adalah dimana berat contoh agregat minimum tergantung pada ukuran
agregat batasan sebagai berikut:
a. Ukuran maksimum 2,36 mm (No.8); berat minimum 100 gr.
b. Ukuran maksimum 4,76 mm (No.4); berat minimum 500 gr.
c. Ukuran maksimum 9,5 mm (3/8"); berat minimum 2000 gr.
d. Ukuran maksimum 19,1 mm (3/4"); berat minimum 2500 gr.
e. Ukuran maksimum 39,1 mm (1,5"); berat minimum 5000 gr.
Kelompok XII 45
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Pelaksanaan percobaan untuk pemeriksaan kadar lumpur agregat lewat saringan
No. 200 mengikuti prosedur sebagai berikut:
1. Masukkan benda uji ke dalam talam sebanyak 1,25 kali berat minimum benda uji,
keringkan dalam oven dengan suhu 100 oC sampai mencapai berat tetap selama 24
jam.
2. Setelah 24 jam tercapai, angkat benda uji dan masukkan ke dalam wadah dan diberi
air pencuci secukupnya sehingga benda uji terendam.
3. Goyang-goyangkan wadah dan tuangkan air cucian kedalam susunan saringan No.
16 dan No. 200.
4. Masukkan air pencuci baru dan ulangi pekerjaan point "3" sampai air cucian
menjadi jernih.
5. Semua yang tertahan saringan No. 16 dan No. 200 kembalikan pada wadah
kemudian masukkan seluruh bahan tersebut kedalam talam yang telah diketahui
beratnya (W1) dan keringkan dalam oven, dengan suhu 110 oC sampai berat tetap.
6. Setelah kering timbang dan catatlah beratnya.
7. Hitunglah berat bahan kering tersebut.
E. PERHITUNGAN
Adapun data hasil percobaan pemeriksaan kadar lumpur agregat lewat saringan
No. 200 serta hasil perhitungannya sebagai berikut:
1. Agregat Halus (Pasir).
Benda Uji Kering (W1) = 1.000,00 gram (tanpa wadah)
Benda Uji tertahan No.16 & No.200 (W2) = 986,80 gram (tanpa wadah serta dalam
kondisi kering & bersih)
Kadar Lumpur = x 100 %
= x 100 %
= 1,32 %
Kelompok XII 46
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2. Agregat Kasar (Kerikil).
Benda Uji Kering (W1) = 8.000 gram (tanpa wadah)
Benda Uji tertahan No.16 & No.200 (W2) = 7.980 gram (tanpa wadah serta dalam
kondisi kering & bersih)
Kadar Lumpur = x 100 %
= x 100 %
= 0,25 %
F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan maka didapatkan bahwa:
a. Kadar lumpur untuk agregat halus (pasir) = 1,32 % .
b. Kadar lumpur untuk agregat kasar (kerikil) = 0,25 % .
Berdasarkan PBI 71, halaman 23 yaitu untuk pasir kadar lumpurnya tidak boleh
melebihi 5 % dan untuk kerikil kadar lumpur tidak boleh melebihi 1 %. Dengan demikian,
pasir Awang Bangkal dan kerikil Awang Bangkal memenuhi syarat untuk digunakan
langsung sebagai campuran beton.
Kelompok XII 47
Gambar 10.1 Timbangan Gambar 10.2 Oven
Gambar 10.3 Saringan (no.16 dan no.200)
Gambar 10.4 Talam (berukuran besar)
Gambar 10.5 Sekop
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
G. GAMBAR ALAT
Adapun peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagaimana yang
terlihat pada Gambar 10.1, 10.2, 10.3, 10.4 dan 10.5 berikut:
Kelompok XII 48
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
BAB XI
PEMERIKSAAN ABRASI
A. TUJUAN PERCOBAAN
Standard ini mencakup cara pengujian butiran agregat yang lebih kecil dari
75,0 mm, terhadap daya tahan geseran dengan menggunakan bejana Los Angeles.
B. PERALATAN
Adapun peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan abrasi adalah sebagai
berikut:
a. Mesin Los Angeles.
b. Bola baja ( 11 butir ) sebagai alat pengeser dari agregat dengan berat masing-masing
bola baja + 419,67 gram jadi berat 11 butir 5.036 gram.
c. Ayakan/saringan 1", 3/8", 3/4" serta no. 4 dan pan.
d. Timbangan dengan ketelitian 1 % dari benda yang ditimbang.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
Pelaksanaan percobaan untuk pemeriksaan abrasi mengikuti prosedur sebagai
berikut:
1. Contoh agregat yang akan diuji disusun menurut ketentuan berikut:
a. Lolos disaringan 3/4" tertahan disaringan 1/2" seberat 2.500 gram.
b. Lolos disaringan 1/2" tertahan disaringan 3/8" seberat 2.500 gram.
c. Sehingga berat benda uji total adalah 5.000 gram.
2. Contoh benda uji dicuci bersih kemudian dioven dengan suhu 105 – 110 oC (sampai
timbangannya tetap).
3. Masukkan bola baja penguji geseran sebanyak 11 butir dengan berat 5.000 gram.
4. Benda uji beserta bola baja yang sudah dimasukkan ke dalam bejana Los Angeles
diputar dengan kecepatan 30 - 33 rpm sebanyak 1.000 kali putaran.
5. Setelah jumlah putaran dipenuhi keluarkan benda uji beserta bola baja dari bejana Los
Angeles.
Kelompok XII 49
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
6. Bagian putaran yang tertahan diatas saringan no. 4 dicuci bersih dan kemudian
dioven selama 24 jam.
7. Setelah dioven benda uji ditimbang.
D. PERHITUNGAN
Dari percobaan pemeriksaan abrasi yang dilakukan didapat:
A (Berat benda uji semula) = 5.000 gram
B (Berat benda uji tertahan saringan No.12) = 3.220 gram
Jumlah bola baja = 11 buah
Berat bola baja = 330 gram
Jumlah putaran bejana = 500 kali
Data hasil percobaan pemeriksaan abrasi seperti pada Tabel 11.1 berikut:
Tabel 11.1 susunan butir contoh uji
Ukuran lubang ayakan (mm) Berat contoh yang diuji
(gram)Tertinggal Menembus
63,0 75,0
50,0 63,0
37,5 50,0
25,0 37,5
19,0 25,0
12,5 19,0
9,5 12,5 2.500
6,3 9,5 2.500
4,8 6,3
2,4 4,8
JUMLAH 5.000
Keausan = = 35,6 %
Karena 35,6 % < 40 % ......... (memenuhi syarat PBI)
Kelompok XII 50
Gambar 11.1 Timbangan Gambar 11.2 Saringan 1", 3/8", 3/4" serta no. 4 dan pan
Gambar 11.3 Mesin Los Angeles + 11 bola baja
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
E. KESIMPULAN
Agregat kasar untuk beton harus tahan terhadap daya tahan geser dengan
pengujian pakai bejana Los Angeles. Dari percobaan didapat keausan (d) = 35,6 % < 40
% yang disyaratkan, maka agregat kasar tersebut (kerikil Awang Bangkal) tahan
terhadap daya tahan geser.
F. GAMBAR ALAT
Adapun peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagaimana yang
terlihat pada Gambar 11.1, 11.2 dan 11.3 berikut:
Kelompok XII 51
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
LAMPIRAN
Kelompok XII 52
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Kelompok XII 53