BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era modernisasi saat ini, tingkat teknologi dan pengetahuan
berkembang semakin pesat, perlu diimbangi dengan sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas sehingga antara teknologi dan sumber daya
manusianya dapat berjalan secara dinamis. Untuk mencapai hal tersebut,
salah satu faktor yang sangat berperan adalah peningkatan kesehatan dan
gizi. Karena dalam tubuh yang sehat dan bergizi akan membantu kecerdasan
dan intelektual. Dengan ilmu pengetahuan akan menjadi salah satu tolak ukur
SDM yang berkualitas akan tercapai (Zainuddin, 2008).
Untuk mempersiapkan generasi penerus yang berkualitas, maka kita
perlu memelihara gizi anak sejak bayi berada dalam kandungan. Bayi dan
anak yang mendapat makanan bergizi akan tumbuh menjadi anak yang sehat,
cerdas dan terhindar dari berbagai penyakit infeksi. Nutrisi memegang
peranan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Nutrisi yang
terbaik bagi bayi adalah Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan pada bayi sampai
usia enam bulan hanya ASI saja tanpa diberi makanan tambahan.Karena ASI
mudah di dapat, selalu tersedia,siap diminum tanpa adanya persiapan khusus
(Zainuddin, 2008).
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO),2001 mengatakan bahwa
ASIeksklusif selama enam bulan pertama adalah makanan yang
terbaik.ASIeksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berusia nol sampai enam bulan, bahkan air putih pun
tidak boleh diberikan pada tahap ini. Karena itu pada enam bulan pertama
membutuhkan perhatian khusus dalam pemberian ASI.
Dengan adanya modernisasi telah menggeser paradigma menyusui ASI
seolah telah menjadi sesuatu yang kuno dan tidak modern sehingga banyak
kaum ibu muda enggan memberikan ASI kepada anaknya dengan dalih
merusak penampilan, merepotkan dan membuang waktu karena merasa ada
susu formula yang bisa menggantikan ASI ( Depkes, 2001:31 ).
Faktor yang dapat mempengaruhi dalam keberhasilan pemberian ASI
eksklusif seperti mitos-mitos yang sering menghambat dalam pemberian ASI
eksklusif diantaranya bayi yang menangis karena ingin makan, faktor lainnya
adalah pengetahuan, pendidikan, usia ibu, paritas, pekerjaan, pengaruh orang
tua dalam keluarga serta kurangnya informasi mengenai ASI eksklusif dari
pihak kesehatan maupun media lain seperti media televisi. Jarang sekali iklan
atau kesempatan di media televisi yang menayangkan tentang manfaat dan
keunggulan ASI eksklusif lebih gencar promosi susu formula yang dikemas
sedemikian menarik menunjukkan kelebihannya (Depkes RI, 2002 :1).
Padahal banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam program
membantu menigkatkan keberhasilan ASI eksklusif diantaranya program
Inisiasi Menyusui Dini ( IMD ). Bayi baru lahir agar diletakan diatas dada
ibunya untuk memulai menyusui. Bayi diharapkan terbiasa mendapat ASI
sejak dini. Menyediakan pojok ASI untuk layanan konsultasi masalah ASI
dan memberikan waktu luang pada ibu bekerja untuk memeras ASI-nya
supaya tetap bisa memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
Meskipun ASI sangat besar manfaatnya bagi bayi, namun berdasarkan
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia ( SDKI ) pada tahun 2006-2007,
pemberian ASI eksklusif pada bayi berusia 2 bulan hanya 64 %.Presentasi ini
menurun menjadi 40 % pada bayi berusia 2-3 bulan dan 14 % pada bayi
berusia 4-5 bulan dan hanya 4 % bayi mendapat ASI dalam satu jam
kelahiran. Cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 45 %-12 %
dan di pedesaan 4 %-25 % pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di parkotaan
berkisar 1%-13 %,sedangkan di pedesaan 2 %-13 % (Depkes RI 2007 ).
Menurut hasil pendataan tahun 2012 ASI eksklusif di Indonesia baru
tercapai 42 % dari target 70 %, di Jawa Barat baru tercapai 45 % dari target
80 %, dan di Kabupaten Muna baru 40,4 % dari target 70 %. Dari target
Kabupaten di Puskesmas Katobu pencapaian ASI eksklusif masih jauh dari
target, baru mencapai 14,7 % ( Dinkes Kab Muna 2012).
Setelah melakukan wawancara terhadap 10 ibu yang mempunyai bayi
dengan usia 6 – 11 bulan, berdasarkan pengetahuannya dimana hasilnya
adalah 7 orang menyatakan tidak tahu tentang ASI eksklusif dengan tingkat
pendidikan yang rendah. Berdasarkan data tersebut, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang Gambaran faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Katobu
tahun 2013.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis merumuskan
masalah ini adalah “ Bagaimana Gambaran Faktor – faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Katobu tahun 2013”?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Katobu tahun 2013.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran keberhasilan ASI eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Katobu tahun 2013.
b. Mengetahui gambaran pengetahuan yang mempengaruhi
keberhasilan ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu
tahun 2013.
c. Mengetahui gambaran pendidikan yang mempengaruhi
keberhasilan ASI eksklusif di Wilayah kerja Puskesmas Katobu
tahun 2013.
d. Mengetahui gambaran paritas yang mempengaruhi keberhasilan
ASI eksklusif di Wilayah kerja Puskesmas Katobu tahun 2013.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan dasar dan bahan acuan yang
bermanfaat bagi pengembangan penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat praktis
1. Bagi Ibu Menyusui
Sebagai bahan informasi kesehatan dalam memberikan
ASI eksklusif bagi ibu menyusui dengan memberikan pengetahuan
dan wawasan yang jelas tentang ASI eksklusif.
2. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan bagiPuskesmas Katobu khususnya
untuk program KIA dan Gizi
3. Bagi Program Studi DIII Kebidanan
Sebagai bahan referensi tambahan di perpustakaan Akademi
Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional (YKN) Bau-Bau Kerja
sama Raha.
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini untuk mengimplementasikan ilmu yang di dapat
selama kuliah serta dapat memperluas wawasan dalam bidang
pendidikan khususnya mengetahui tentang ASI eksklusif pada ibu
menyusui.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi
Menurut Notoatmodjo (2007: 139-140) pengetahuan merupakan
hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra
manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penginderaan,
penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang
( over behavior).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif
Menurut Notoatmodjo (2005 : 50-52) terdapat enam tingkatan
dalam pengetahuan, yaitu :
a. Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau dirangsang yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginpretasikan materi tersebut secara
benar.
c. Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen – komponen tetapi masih ada kaitannya satu
sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian – bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi –
formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau obyek, penilaian tersebut
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang ada.
2.1.3 Perubahan (Adopsi) Perilaku dan Indikatornya
Menurut Notoatmodjo (2007 :146), perubahan atau adopsi
perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan
waktu yang relatif lama. Secara teori perubahan perilaku atau
seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam
kehidupannya melalui 3 tahap, yaitu:
a. Pengetahuan
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru) ia
harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut
bagi dirinya atau orang lain.
b. Sikap
Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap
stimulus atau objek.
c. Praktik atau tindakan
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,
kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang
diketahui. Proses selanjutnya diharapkan akan melaksanakan atau
mempraktekan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik).
2.1.4 Proses Adopsi Perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers dalam
Notoatmodjo ( 2007 : 140) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi berperilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yakni sebagai berikut :
a. Awarennes (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui stimulus atau objek terlebih dahulu.
b. Interest, yakni orang yang mulai tertarik pada stimulus.
c. Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya), hal ini berarti sikap responden sudah lebih
baik.
d. Trial, yaitu orang yang telah mencoba perilaku baru
e. Adoption (Adopsi), subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus prilaku.
Selanjutnya Rogers dalam Notoatmodjo ( 2007 : 140) menyimpulkan
bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap – tahap
tersebut diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku
melalui proses seperti didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap
yang positif maka perilaku tersebut akan bersikap langgeng ( long
lasting), sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan beerlangsung lama.
2.2 Pengukuran Pengetahuan
Untuk mengukur pengetahuan kesehatan adalah dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan tertulis
(angket). Indikator pengetahuan kesehatan adalah tingginya pengetahuan
responden tentang kesehatan atau besarnya presentasi kelompok responden
tentang variabel komponen kesehatan ( Notoatmodjo, 2005:53).
Menurut Arikunto (2006:344) terhadap data yang bersifat kualitatif,
maka pengolahannya dibandingkan dengan standar atau kriteria yang telah
dibuat oleh peneliti.
Penilaian angket tersebut berdasarkan kriteria sebagai berikut :1. Baik : Skor > 75 %
Apabila responden dapat menjawab > 75 % dari semua pertanyaan.
2. Cukup : Skor 60 – 75 %
Apabila responden dapat menjawab 60 – 75 % dari semua pertanyaan .
3. Kurang : Skor < 60 %
Apabila responden dapat menjawab 60 % dari semua pertanyaan.
2.3 Pendidikan
2.3.1 Pengertian
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin mudah
dalam menerima informasi sehingga diharapkan makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Dalam penelitian ini tingkat pendidikan
dikategorikan menjadi 2 kelompok yaitu pendidikan rendah (SD – SLTA)
dan pendidikan tinggi (>SMA– Perguruan tinggi).
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan
(Notoatmodjo, S 2007).
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2001) pendidikan adalah
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan penelitian.
2.3.2 Paritas
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram
yang pernah dilahirkan, hidup maupun mati, bila berat badan tidak
diketahui, maka dipakai umur kehamilan lebih dari 24 minggu ( Sumarah,
2009:2).
Paritas 1-2 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematiam
maternal. Paritas tinggi mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi
( Hanifa, 2005:71). Klasifikasi paritas menurut Saifuddin, 2007 adalah
sebagai berikut :
a. Paritas rendah: 1 -2
b. Paritas tinggi: > 2
Pengalaman dalam kehamilan atau persalinan sebelumnya akan sangat
berpengaruh terhadap pengetahuan ibu tentang kehamilan dan persalinan.
Pengetahuan ibu tentang perawatan kehamilan pada ibu yang sudah hamil
akan lebih baik jika dibandingkan dengan ibu yang belum pernah hamil.
Untuk lebih menanggapi dan menghayati terhadap perilaku baru sehingga
pengalaman akan membentuk sikap positif atau negatif jika ibu yang
mempunyai pengalaman akan bersikap positif akan tetapi sebaliknya ibu
yang belum pengalaman sama sekali cenderung akan bersikap negatif.
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Menurut Lawrence Green (1999:74) faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku adalah sebagai berikut:
a. Faktor predisposisi (predisposisi predisposing factors)
Faktor predisposisi merupakan faktor anteseden terhadap perilaku
yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku, yang termasuk dalam
faktor ini adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial
dan pengalaman.
b. Faktor pemungkin atau pendukung (enabling factors )
Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang
memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana, yang termasuk
dalam faktor ini adalah keterampilan, fasilitas, sarana atau prasarana
yang mendukung terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.
c. Faktor penguat
Faktor penguat merupakan faktor penyerta perilaku atau yang
datang sesudah perilaku itu ada. Hal – hal yang termasuk dalam faktor
ini adalah keluarga, teman, petugas kesehatan.
2.5. ASI Eksklusif
2.5.1 Definisi ASI Eksklusif
Menurut Lawrence tahun 1999 dalam Sukini (2006:11) ASI
adalah suatu bahan makanan alami yang sempurna dengan mengandung
lebih dari 2000 unsur pokok dan terus menerus berubah sesuai dengan
kebutuhan bayi. Bayi sebaiknya disusui eksklusif yaitu diberi ASI saja
selama 6 bulan pertama kehidupannya tanpa ditambah makanan cair
atau padat kecuali dalam keadaan yang sangat jarang. Hal ini mungkin
dapat membawa kuman, mencetuskan alergi, menyebabkan bayi
kenyang dan menyusu sebaiknya dipertahankan sampai setidaknya bayi
berusia 2 tahun dengan makanan pendamping ASI yang sesuai sejak 6
bulan (WHO dan Unicef, 2001).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air
putih tidak ditambahkan dalam tahap ASI eksklusif ini (depkes RI
2004). ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Rendahnya pemahaman
ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi
mengakibatkan pemberian ASI eksklusif tidak berlangsung secara
optimal (Prastyono, 2009).
Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan menu
makanan bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI
eksklusif dan semua bayi diberi ASI ekslkusif sejak lahir sampai
berusia 6 bulan. Setelah berumur 6 bulan bayi dapat diberi makanan
pendamping atau padat yang benar dan tepat,sedangkanASI tetap
diteruskan sampai usia 2 tahun. Pemberian makanan untuk bayi yang
ideal seperti ini dapat dicapai dengan menciptakan pengertian serta
dukungan dari lingkungan sehingga para ibu dapat menyusui secara
eksklusif (Roesli, 2005).
2.5.2 Manfaat ASI Eksklusif
Bagi ibu dan bayi ASI eksklusif mengakibatkan mudah
terjalinnya ikatan kasih sayang yang mesra antara ibu dan bayi baru
lahir. Hal ini merupakan keuntungan awal dari menyusui secara
eksklusif. Bagi bayi tidak ada yang lebih berharga daripada ASI. Hanya
seorang ibu yang dapat memberikan makanan terbaik bagi bayinya.
Selain dapat meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal,
ASI juga membuat anak menjadi potensial memiliki perkembangan
sosial yang baik (Roesli, 2005).
Manfaat ASI menurut Prasetyono (2009) dan Roesli (2005) adalah
sebagi berkut :
1. Manfaat ASI bagi bayi
a. ASI sebagai nutrisi
b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh.
c. Meningkatkan kecerdasan.
d. Menyusui meningkatkan jalinan kasih saying.
e. Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan
pertumbuhan bayi sampai usia enam bulan.
f. Mengandung asam lemak yang diperlukan otak sehingga bayi
yang diberi ASI eksklusif potensial lebih pandai.
g. Mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis, kanker
pada anak dan mengurangi kemungkinan menderita penyakit
jantung.
h. Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi yang diberi
ASI eksklusif akan lebih cepat bisa jalan.
i. Menunjang perkembangan kepribadian emosional,
kematangan spiritual dan hubungan sosial yang baik.
2. Manfaat ASI bagi Ibu
a. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Apabila bayi
segera disusui segera setelah dilahirkan, maka kemungkinan
terjadinya perdarahan setelah melahirkan akan berkurang
karena kadar oksitosin meningkat sehingga pembuluh darah
menutup dan perdarahan akan akan lebih cepat terhenti.
b. Mengurangi terjadinya anemia.
c. Menjarangkan kehamilan. Menyusui merupakan cara
kontrasepsi yang aman, murah dan cukup berhasil. Selama ibu
memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98 % tidak akan
hamil pada enam bulan pertama setelah melahirkan dan 96%
tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan.
d. Mengecilkan rahim, kadar oksitosin ibu yang menyusui akan
membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil.
e. Menurunkan kanker payudara.
f. Pemberian ASI membantu mengurangi beban kerja ibu karena
ASI tersedia kapan dan dimana saja. ASI selalu bersih, sehat
dan tersedia dalam suhu yang cocok.
g. Lebih ekonomis dan murah.
h. ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan,
memasak, air dan tanpa harus mencuci botol.
i. Memberi kepuasan bagi ibu, ibu yang berhasil memberikan ASI
eksklusifakan merasakan kepuasan, kebanggaan dan
kebahagiaan yang mendalam
.
3. Manfaat ASI bagi Keluarga
a. Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu
formula botol susu serta gas untuk merebus air, susu dan
peralatan lainnya.
b. Menghemat biaya perawatan kesehatan karena bayi yang
diberiASIeksklusif lebih sehat atau jarang sakit.
c. Menghemat waktu keluarga.
d. Menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu siap tersedia.
e. Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja.
Keluarga tidak perlu repot membawa botol susu, susu formula,
air panas, dan lain sebagainya ketika bepergian.
4. Manfaat ASI bagi Negara
a. Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor
susu formula dan peralatan lainnya.
b. Bayi sehat membuat negara lebih sehat.
c. Penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi yang
sakit hanya sedikit.
d. Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan
angka kematian
e. Melindungi lingkungan karena tidak ada pohon yang
digunakan sebagi kayu bakar untuk merebus air, susu dan
peralatannya.
f. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan
berkualitas untuk membangun negara karena anak yang
mendapat ASI dapat bertumbuh kembang secara optimal
2.5.3 Produksi ASI
ASI diproduksi / dibuat oleh jaringan kelenjar susu atau pabrik
ASI, kemudian disalurkan melalui susu kedalam gudang susu yang
terdapat dibawah daerah berwarna gelap atau coklat tua disekitar
puting susu. Gudang susu sangat penting artinya karena merupakan
tempat penampungan ASI (Soetjiningsih, 2007)
ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan
reflex. Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau
dirangsang oleh hisapan mulut bayi. Gerakan tersebut merangsang
kelenjar pituitary anterior untuk memproduksi sejumlah hormon
prolaktin, yaitu hormon utama yang mengendalikan pengeluaran air
susu.
Proses pengeluaran susu juga tergantung pada let down
reflex, yaitu reflex pengaliran atau pelepasan ASI. Hisapan bayi ini
akan merangsang `kelenjar pituitary posterior untuk menghasilkan
hormon oksitosin, yang dapat merangsang serabut otot halus didalam
dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara
lancar (Roesli, 2007).
Faktor – faktor yang mengakibatkan reflex let down adalah;
melihat bayi, mendengarkan suara bayi mencium bayi dan
memikirkan bayi, atau ibu dalam keadaan tenang sedangkan faktor –
faktor yang menghambat reflex let down adalah; stress seperti
keadaan bingung atau pikiran kacau, takut dan cemas, juga apabila
ibu merasa marah, kesal juga malu menyusui ( Soetdjiningsih, 2007).
2.5.4 Komposisi ASI
Komposisi air susu ibu atau ASI berlainan dengan komposisi
susu mamalia lainnya karena komposisi ASI setiap mamalia
disesuaikan dengan laju pertumbuhan jenisnya sendiri, seperti susu
sapi, komposisinya disesuaikan dengan laju pertumbuhan anak sapi,
air susu ibu disesuaikan dengan laju pertumbuhan anak manusia.
Memang ASI manusia merupakan salah satu ASI yang
terencer sehingga bayi harus sering menyusu pada ibunya. Ini
merupakan hal yang baik, karena akan menyebabkan terjalinnya
hubungan ibu – anak yang lebih sering. Hal ini akan memastikan
terdapatnya perhatian dan perawatan yang intensif untung
kelangsungan hidup serta pertumbuhan bayi manusia.
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose
dan garam – garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar
payudara ibu, sebagai makanan utama bayi. Komposisi ASI ini
ternyata tidak konsisten dan tidak sama dari waktu kewaktu. Adapun
perbedaan komposisi ASI dari hari ke hari yaitu kolostrum, air susu
transisi/peralihan, air susu matang (mature).
Menurut Prasetyono (2009) dan Roesli (2005) perbedaan
komposisi ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari keempat
setelah melahirkan sebagai berikut:
a. Kolostrum
Kolostrum merupakan ASI yang keluar dihari pertama sampai
hari ke empat, mengandung cairan emas, cairan pelindung yang
kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi. Cairan emas yang
encer dan seringkali berwarna kuning atau dapat pula jernih
yang mengandung sel hidup yang menyerupai sel darah putih
yang dapat membunuh kuman penyakit. Kolostrum juga
merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium
dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran
tersedia. Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan
dimana saja dan kapan saja. Kolostrum lebih banyak
mengandung protein, dan zat anti infeksi 10-17 kali lebih
banyak dibanding dengan ASI yang matang. Volume kolostrum
antara 150-300 ml/24 jam.
b. ASI Transisi Peralihan
ASI transisi merupakan ASI yang keluar setelah kolostrum
sampai sebelum menjadi ASI yang matang. Kadar protein makin
merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi.
Volume akan makin meningkat.
c. ASI matang atau mature
ASI matang merupakan ASI yang keluar pada sekitar hari ke-14
dan seterusnya, komposisi relatif konstan. Pada ibu yang sehat
dengan produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan satu-
satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur
enam bulan. ASI tidak menggumpal jika dipanaskan.
2.5.5 Manajemen Laktasi
Manajemen laktasi adalah upaya - upaya yang dilakukan
untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam
pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera
setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
Adapun upaya – upaya yang dilakukan adalah persiapan
menyusui pada masa kehamilan (antenatal), Pada masa segera
setelah persalinan (prenatal) dan pada masa menyusui
selanjutnya (post-natal) (Depkes RI 2003).
Menurut JNPK - KR (2008) dalam buku Asuhan Persalinan
Normal, manajemen laktasi terdiri dari:
a. Masa Kehamilan (Antenatal)
1) KIE manfaat dan keunggulan ASI
2) Meyakinkan ibu untuk menyusui bayinya
3) Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara
4) Memantau kecukupan gizi ibu hamil
5) Menciptakan suasana bahagia bagi keluarga terkait dengan
kehamilan ibu.
b. Segera setelah bayi lahir
1) Memberikan ASI dini/IMD
2) Membina ikatan emosional dan kehangatan ibu dan bayi
3) Jangan memberikan cairan atau makanan pada bayi
4) Biarakan ibu dan bayi bersama dalam 1 jam pertama dan
setelah asuhan bayi baru lahir selesai
c. Masa Neonatal
1) Menjamin pelaksanaan ASI eksklusif
2) Rawat gabung ibu dan bayi
3) Jaminan asupan ASI setiap bayi membutuhkan
4) Melaksanakan cara menyusui yang benar
5) Upaya tetap mendapat ASI jika ibu dan bayi tidak selalu
bersama
6) Vitamin A dosis tinggi bagi ibu nifas.
7) Bimbing ibu untuk mengenali tanda jika bayi sudah
mendapatkan ASI yang cukup
8) Anjurkan ibu untuk beristirahat, makan dan minum bagi diri
dan bayinya
9) Rujuk ke konselor ASI jika ibu mengalami masalah menyusui.
d. Masa Menyusui Selanjutnya
1) Pemenuhan ASI eksklusif dalam enam bulan pertama
2) Makanan pendamping dan ASI untuk 6 bulan kedua
3) Memantau kecukupan gizi dan memberi cukup waktu
istirahat bagi ibu menyusui.
4) Memperoleh dukungan suami untuk menunjang keberhasilan
ASI eksklusif
5) Mengatasi masalah menyusui.
2.5.6 Alasan Pemberian ASI Eksklusif
Bayi normal sudah dapat disusui segera setelah lahir. Menurut
Wiknjosastro tahun 2005 di dalam Siregar (2008) lamanya disusui
hanya untuk satu atau dua menit pada setiap ibu yang melahirkan
karena :
a. Air yang pertama atau kolostrum mengandung beberapa benda
penangkis yang dapat mencegah infeksi pada bayi.
b. Bayi yang minum ASI jarang menderita kelainan di saluran
pencernaan
c. Lemak dan protein ASI mudah mudah dicerna dan diserap
secara lengkap dalam saluran pencernaan.
d. ASI tidak menyebabkan bayi gemuk berlebihan.
e. ASI merupakan susu buatan alam yang lebih baik dari susu
buatan manapun oleh karena mengandung benda penangkis, suci
hama, segar dan tersedia setiap waktu.
ASI diberikan kepada bayi karena mengandung banyak
manfaat dan kelebihan, diantaranya ialah menurunkan resiko
terjadinya penyakit infeksi,
ASI mengandung zat gizi yang tidak terdapat didalam susu
formula. Komposisi zat dalam ASI antara lain 88,1% air, 3,8%
lemak, 0,9% protein, 7% laktosa serta 0,2% zat gizi lainnya yang
berupa Decosahexanoic Acid (DHA), Arachidonic Acid (AA) dan
Shypnogelin (Prasetyono, 2009).
2.5.7 Tujuh langkah keberhasilan ASI eksklusif
Terdapat tujuh langkah untuk keberhasilan pemberian ASI
secara eksklusif. Langkah – langkah ini sangat penting terutama bagi
ibu pekerja. Menyusui memang akan mempengaruhi seluruh
keluarga karena dukungan mereka sangat berharga.
Langkah – langkah yang terpenting dalam persiapan
keberhasilan menyusui secara eksklusif menurut Roesli (2005)
adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan payudara bila diperlukan
b. Mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui
c. Menciptakan dukungan keluarga, teman dan sebagainya.
d. Memilih tempat melahirkan yang sayang bayi seperti rumah sakit
yang sayang bayi atau rumah bersalin yang sayang bayi
e. Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI
eksklusif
f. Mencari ahli persoalan menyusui seperti klinik laktasi atau
konsultasi laktasi (lactasion consultan) untuk persiapan apabila
kita menemui kesukaran
g. Menciptakan suatu sikap yang positif tentang ASI dan
menyusui.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu suatu
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
menggambarkan tentang suatu keadaan secara obyektif
(Notoatmodjo, 2007:135)
3.1.2 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah pengumpulan data dengan
menggunakan instrumen pengamatan langsung artinya penelitian
dengan menggunakan alat evaluasi yang berbentuk pengamatan
langsung, dapat dilakukan dengan tes, angket, rekaman gambar dan
rekaman suara (Badriah, 2012;132)
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu.
Waktu pelaksanaan bulan Oktober 2013.
3.3 Subjek Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi adalah sebagai kelompok subyek yang hendak dikenai
generalisasi hasil penelitian. Sebagai suatu populasi, kelompok subyek
tersebut harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik bersama yang
membedakannya dari kelompok subyek yang lain (Badriah, 2012: 55).
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang mempunyai
bayi 6 bulan – 11 bulan yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu
tahun 2013 sebanyak 214 orang.
3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Badriah (2006:81) sampel adalah sebagian dari
populasi, karena ia merupakan bagian dari populasi tentulah ia
memiliki ciri – ciri yang dimiliki oleh populasinya. Sampel dalam
penelitian ini adalah ibu menyusui yang mempunyai bayi berumur 6
bulan – 11 bulan sebanyak 60 orang, dilaksanakan pada saat posyandu
dari tanggal 19 Oktober – 22 Oktober. teknik yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu teknik pengambilan acidental sampling.
3.4 Variabel Penelitian
Menurut Badriah (2012 ; 91), menyatakan bahwa variabel sering
disebut juga perubah, dalam setiap penelitian pasti melibatkan dan
memusatkan perhatian pada variabel yang terjadi amatan. Variabel dapat
diartikan sebagai ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota – anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki sekelompok yang lain.
Menurut Badriah ( 2012;93), variabel penelitian berdasarkan
fungsinya dibagi menjadi beberapa macam, antara lain;
1. Variabel bebas adalah suatu variabel yang Variasinya mempengaruhi
variasi lain. Dalam hal ini yang menjadi variabel bebas adalah
pengetahuan, pendidikan dan paritas.
2. Variabel terikat adalah variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui
besar efek atau pengaruh variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah pemberian ASI eksklusif.
3.5 Instrumen Pengumpulan Data
Menurut Badriah (2012;114), instrumen data didefinisikan sebagai
pengumpulan data yang telah baku atau alat pengukur data yang memiliki
Validitas dan realibilitas.
Untuk memperoleh informasi dari responden, dalam penelitian ini
menggunakan alat pengukur data berupa kuesioner yang disusun sendiri
oleh peneliti. Kuesioner dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan tertutup, yang sudah disediakan jawabannya, sehingga
responden dapat memilih dengan membubuhkan tanda ceklist (√) pada
kolom jawaban yang sesuai. Kuesioner pertanyaan tertutup yaitu mengenai
pengetahuan responden. Tentang pemberian ASI eksklusif dengan
berpedoman pada tinjauan pustaka, kerangka konsep dan definisi
operasional.
Jumlah pertanyaan dalam kuesioner yaitu 20 pertanyaan. Untuk
pertanyaan positif, bila jawaban benar diberi skor 1, bila jawaban salah
diberi skore 0. Untuk pertanyaan negatif, bila jawaban benar diberi skor 0,
bila jawaban salah diberi skor 1.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
3.6.1 Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat
pengambilan data langsung dari subyek sebagai informasi yang
dicari (Badriah,2012;126).
Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan pengisian
kuesioner oleh ibu menyusui yang mempunyai bayi berumur 6 –
12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu tahun 2013.
2. Data Sekunder
Menurut Badriah (2012;125), data sekunder adalah data yang
diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung didapat oleh peneliti dari
subyek penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Muna dan Puskesmas Katobu
tahun 2012.
3.7 Rancangan Analisa Data
3.7.1 Pengolahan Data
Dalam melakukan analisa data, terlebih dahulu data harus
diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam proses
pengolahan data terdapat langkah –langkah yang harus ditempuh
(Hidayat, 2007;121 – 122) diantaranya:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada
tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode
ini sangat penting bila pengolahan dan analisa data menggunakan
komputer.
3. Data Entry
Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah
dikumpulkan kedalam master tabel atau data base omputer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan
membuat tabel kontigensi.
4. Cleanning
Dimasukan kedalam master tabel, data yang tidak diperlukan akan
dibuang. Data – data masuk maka selanjutnya dilakukan
pengecekan apakah data yang masuk sudah benar dengan cara
melihat variasi dalam bentuk distribusi.
3.7.2 Analisa Data Menurut Notoatmodjo (2006;188), setelah dilakukan
pengolahan data, akan dilakukan analisa data dengan menggunakan
analisis statistik deskriptif. Pada umumnya analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentasi dari tiap variabel.
Analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui gambaran pengetahuan, pendidikan dan paritas. yang
disajikan dalam bentuk tabel dan analisis prosentasi.
Menurut Budiarto ( 2002;37), adapun untuk menghitung
proporsi dari setiap variabel yang diteliti peneliti menggunakan
rumus:
P = f x 100 %
n
Keterangan :
P = Persentase
f = Frekuensi
n = Jumlah Responden
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
gambaran faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI
eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu tahun 2013. Secara rinci hasil
penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran faktor – faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif di puskesmas Katobu
yang meliputi pengetahuan, pendidikan dan paritas dengan dengan 60
responden yang disajikan dalam bentuk tabel, analisis persentase.
4.1.1 Gambaran Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif
Di bawah ini disajikan tabel mengenai gambaran pengetahuan ibu
dalam pemberian ASI eksklusif di wilayah puskesmas Katobu tahun
2013 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI eksklusif pada bayi umur6
11bulan Tahun 2013
NoPemberian ASI
eksklusifJumlah Persentase %
1. Ya 29 48,3
2. Tidak 31 51,7
Jumlah 60 100
Sumber : Pengolahan Data Primer 2013
Berdasarkan data tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa
sebagian besar responden tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak
31 orang (51,7%) dan responden yang memberikan ASI eksklusif
sebanyak 29 orang (51,7%).
4.1.2 Gambaran Pengetahuan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif
Di bawah ini disajikan tabel mengenai gambaran Pengetahuan ibu
di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu tahun 2013 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang Pemberian ASI eksklusif Tahun 2013
No Pengetahuaan Jumlah Persentase %
1. Baik 20 33,3
2. Cukup 28 46,7
3. Kurang 12 20
Jumlah 60 100
Sumber : Pengolahan Data Primer 2013
Berdasarkan data tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian
besar responden memiliki pengetahuan cukup sebanyak 28 orang
(46,7%) dan sebagian kecil responden memiliki pengetahuan kurang
sebanyak 20 orang (20%).
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif berdasarkan pengetahuan.
Pengetahuan Pemberian ASI EksklusifTotal
Ya Tidak
n % n % n %
Baik 12 60 8 40 20 100
Cukup 15 53,6 13 46,4 28 100
Kurang 2 16,6 10 83,4 12 100
Jumlah 29 48,3 31 51,7 60 100
Berdasarkan tabel diatas, responden dengan pengetahuan baik
memberikan ASI eksklusif sebanyak 60% dan yang tidak memberikan
ASI eksklusif sebanyak 40% sedangkan responden dengan pengetahuan
kurang tidak memberikan ASI eksklusif 83,4% dan yang memberikan
ASI eksklusif 16,6%..
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi pendidikan ibu di Puskesmas Katobu Tahun 2013
No Pendidikan Jumlah Persentase %
1 Pendidikan Rendah 50 83,3
2 Pendidkan Tinggi 10 16,7
Jumlah 60 100
Sumber : Pengolahan Data Primer 2013
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan
tingkat pendidikan rendah sebanyak 50 orang (83,3%) dan pendidikan
tinggi sebanyak 10 orang (16,7%).
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi Pemberian ASI Eksklusif berdasarkan pendidikan
Pendidikan
Pemberian ASI
Eksklusif Total
Ya Tidak
n % n % n %
Pendidikan rendah (≤ SMA) 21 42 29 58 50 100
Pendidikan tinggi (> SMA) 8 80 2 20 10 100
Jumlah 29 48,3 31 51,7 60 100
Pada tabel 4.5 menunjukkan hasil bahwa pada responden yang
berpendidikan tinggi memiliki presentase lebih besar dalam memberikan
ASI eksklusif (80 %) dan yang tidak memberikan ASI eksklusif (20%).
Sedangkan pada responden yang berpendidikan rendah tidak memberikan
ASI eksklusif 58% dan yang memberikan ASI eksklusif .42%.
4.1.3 Gambaran Paritas ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif
Di bawah ini disajikan tabel mengenai gambaran tingkat paritas
ibu dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Katobu tahun 2013
sebagai berikut:
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi paritas ibu di Puskesmas Katobu Tahun 2013
No Paritas Jumlah Persentase %
1. Paritas Rendah 23 38,3
2. Paritas Tinggi 37 61,7
Jumlah 60 100
Sumber : Pengolahan data primer 2013
Berdasarkan data tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian
besar paritas responden yaitu paritas tinggi sebanyak 37 orang
(61,7%) dan sebanyak 23 orang (38,3) paritas rendah.
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi Pemberian ASI Eksklusif berdasarkan paritas
Pada tabel diatas bahwa sebagian besar responden pada paritas
tinggi yang memberikan ASI eksklusif 62,2% dan 37,8% yang tidak
memberikan ASI eksklusif. Sedangkan paritas rendah yang memberikan
ASI eksklusif 26,1% dan yang tidak memberikan ASI eksklusif 73,9%.
Paritas
Pemberian ASI EksklusifTotal
Ya Tidak
n % n % n %
Paritas rendah (1 - 2) 6 26,1 17 73,9 23 100
Paritas tinggi (>2) 23 62,2 14 37,8 37 100
Jumlah 29 48,3 31 51,7 60 100
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diuraikan pembahasan sebagai
berikut :
4.2.1 Gambaran Keberhasilan Ibu dalam pemberian ASI Eksklusif
Sebagian besar ibu tidak memberikan ASI eksklusif (51,7%),
sedangkan yang memberikan ASI eksklusif adalah 48,3%.
Hasil penelitian ini sesuai dengan data yang dilaporkan pada
badan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2006 –
2007 bahwa pemberian ASI eksklusif pada bayi berusia 5 – 6 bulan
tidak mengalami kenaikan yang signifikan, diperkotaan berkisar 1 % -
13 %, sedangkan dipedasaan 2 % - 13 %. .
Penelitian ini juga didukung oleh data yang ada di Puskesmas
Katobu tahun 2012, bahwa target pencapaian ASI eksklusif masih
jauh dari target yang ditetapkan oleh Kabupaten Muna yaitu 70 %.
Target yang baru dicapai oleh puskesmas Katobu sebesar 14,7 % (Dinkes
Kab. Muna 2012)
.
4.2.2 Gambaran Pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mempunyai
pengetahuan cukup sebanyak 28 orang ( 46,7%), berpengetahuan kurang
sebanyak 12 orang (20%) dan responden dengan pengetahuan baik sebanyak 20
orang ( 33,3%).
Dalam penelitian ini, pengetahuan yang diteliti meliputi pengertian ASI
eksklusif, manfaat ASI eksklusif, cara pemberian ASI eksklusif. Keberhasilan
dalam pemberian ASI eksklusif sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan.
Sebagian besar mereka yang memberikan ASI eksklusif adalah dari kelompok
berpengetahuan baik (60%).
Pengetahuan tidak hanya didapat dari pendidikan formal saja, tetapi bisa
didapat dari berbagai sumber seperti media massa, penyuluhan, pengalaman dan
informasi dari orang lain. Dari 60 responden yang diteliti sebagian besar
berpengetahuan cukup, hal ini kemungkinan disebabkan karena penyuluhan
dari petugas kesehatan yang cukup, informasi yang gencar dari media massa.
Sesuai dengan penelitian Rogers dalam Notoatmodjo (2007 :140)
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng dari
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hal ini berkaitan dengan hasil
wawancara pada ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif dikarenakan
kurangnya pengetahuan tentang manfaat ASI eksklusif , ada yang mengetahui
manfaat ASI eksklusif tetapi tidak diaplikasikan secara nyata dengan alasan
bayinya rewel, menangis karena lapar sehingga menghambat keberhasilan
pemberian ASI eksklusif.
4.2. 3 Gambaran Pendidikan Ibu tentang ASI Eksklusif
Hasil Penelitian menunjukan sebagian besar responden berpendidikan
tinggi 83,3% sedangkan berpendidikan rendah sebanyak 16,7%.
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi perilaku dalam
merubah polapikir seseorang artinya bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
akan semakin meningkatkan pengetahuan untuk menyerap informasi dan
meningkatkan kesadaran dalam pemberian ASI eksklusif. Hal ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa pendidikan secara
umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain
baik individu, kelompok atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan.
Ibu yang berpendidikan tinggi cenderung memberikan ASI eksklusif
dikarenakan pola pikir dan pengetahuan yang lebih luas sehingga
menumbuhkan kesadaran dalam penerapan pemberian ASI eksklusif. Hasil
penelitian ini sesuai dengan teori yakni ibu yang memberikan ASI eksklusif
dengan kategori pendidikan tinggi sebesar 80%. Sedangkan ibu dengan tingkat
pendidikan yang rendah sebagian besar tidak memberikan ASI eksklusif(58%).
Hasil ini dimungkinkan belum adanya kesadaran akan pentingnya ASI
eksklusif, untuk itu diperlukan upaya untuk meningkatkan pemberian ASI
eksklusif melalui konseling, penyuluhan tentang pentingnya ASI ksklusif,
supaya ibu lebih memahami dan mempraktekannya.
4.2.4 Gambaran Paritas Ibu tentang ASI Eksklusif
Ibu yang menjadi responden dalam pendidikan ini sebagian besar terdiri
dari kelompok paritas tinggi, yaitu memiliki anak >2 (61,7%).
Dan apabila dikaitkan dengan teori menurut Saifuddin (2007)
pengalaman dalam kehamilan atau persalinan sebelumnya akan berpengaruh
terhadap pengetahuan ibu. Ibu yang memberikan ASI eksklusif berdasarkan
paritas, sebagian besar dari kelompok paritas tinggi yaitu 62,2%.
Dengan demikian dimungkinkan paritas tinggi lebih bisa menerapkan
pemberian ASI eksklusif dikarenakan pengalaman sebelumnya dengan
pemberian ASI eksklusif anaknya menjadi sehat dan tidak mudah sakit, lebih
praktis dan menghemat biaya untuk membeli susu formula, serta menyadari
manfaat gizi dari ASI eksklusif sehingga ibu mau memberikannya. Sedangkan
paritas rendah masih ada yang belum memberikan ASI eksklusif dikarenakan
masih belum adanya pengalaman , pengaruh dari orang tua dan keluarga, tidak
sabar dikarenakan ASInya belum lancar dan bayinya rewel.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan tentang gambaran
faktor- faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif
di Puskesmas Katobu tahun 2013, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sebagian besar responden tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak
31 orang (51,7%).
2. Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan cukup
sebanyak 28 orang ( 46.7%).
3. Sebagian besar responden berpendidikan rendah sebanyak 50 orang
(83,3%).
4. Sebagian besar responden terdiri dari kelompok paritas tinggi
sebanyak 37 orang (61,7%).
5.2 Saran
Berdasarkan hasil temuan pada kesimpulan, maka penulis
menyarankan hal-hal sebagai berikut
1. Bagi Ibu Menyusui
Diharapkan bagi ibu menyusui sebagai bahan informasi kesehatan
dalam memberikan pengetahuan dan wawasan dalam pemberian ASI
eksklusif
2. Bagi Puskesmas
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan
informasi dalam pengembangan program-program kesehatan
masyarakat, khususnya dalam program KIA dan gizi.
3. Bagi Program Studi Diploma III Akademi Kebidanan Yayasan
Kesehatan Nasional (YKN) Bau-Bau Kelas kerja sama Raha
Diharapkan pada institusi pendidikan dapat dijadikan sebagai bahan
referensi tambahan perpustakaan tentang ASI eksklusif.
4. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai
pemberian ASI eksklusif, pada aspek yang lebih luas dengan metode
yang lebih baik dalam menyempurnakan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, ( 2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Badriah, D.L. ( 2012). Metodelogi Penelitian ilmu – ilmu Kesehatan. Bandung: Multazam.
Budiarto, E (2002). Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
.Departemen Kesehatan, (2002). Manajemen Laktasi Buku Panduan bagi Bidan
dan Petugas Kesehatan di Puskesmas, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
DinKes Kabupaten Kuningan, (2012).Profil Kesehatan Kabupaten Kuningan JNPK – KR. (2008).Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JHPIEGO Corporation.
Green Lawrence (1999), Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku
Notoadmodjo. S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Puskesmas Maleber, (2012). Data ASI eksklusif, tidak diterbitkan
Roesli, U. (2008), Inisiasi Menyusui Dini, Edisi Revisi, Pustaka Bunda.
Prasetyono, (2009) Resiko Pemberian MPASI terlalu Dini.http: www.Asuh.wikia. com,
Soetijiningsih, (2007) ASI:Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.Zainuddin, (2008), Pentingnya ASI untuk Peningkatan Gizi Bayi :www.parenting.com
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 4 Surat Pernyataan Kesediaan Responden
Lampiran 5 Kisi – Kisi Soal Kuesioner
Lampiran 6 Lembar Kuesioner
Lampiran 7 Tabel Tabulasi
Lampiran 8 Hasil Pengolahan Data
Lampiran 9 Jadwal Penelitian
Lampiran 10 Kartu Bimbingan
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
Nama Lengkap : SITTI FARINA SAPUTRI
Tempat, Tanggal Lahir : Bubu, 01 Februari 1994
Suku / Bangsa : Muna / Indonesia
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Desa Bubu, Kecamatan Kambowa,
Kabupaten Buton Utara
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Lulus SD Negeri 1 Bonegunu : Tamat Tahun 2007
2. Lulus SMP Negeri 1 Bonegunu : Tamat Tahun 2010
3. Lulus SMA Negeri 1 Bonegunu : Tamat Tahun 2013
4. Kuliah di akademi kebidanan kesehatan nasional (YKN) Bau-Bau Kelas
Kerja Sama Kabupaten Muna mulai dari 2013 sampai sekarang
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DIWILAYAH
PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan
Akademi Kebidanan yayasan Kesehatan Nasional (TKN) Bau-Bau
Kelas kerja sama Kabupaten Muna
Disusun Oleh :
SITTI FARINA SAPUTRI
NIM. 130251
AKADEMI KEBIDANAN
YAYASAN KESEHATAN NASIONAL BAU-BAU
KELAS KERJA SAMA KAB. MUNA
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH
PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2013.
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional (YKN) Bau-Bau Kelas Kerja
Sama Kabupaten Muna
Raha, Desember 2013
Menyetujui,
Pembimbing I
HARMIN TOHA, S.ST
Pembimbing II
NURDIN,S.Pd
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Akademi
Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional Bau-Bau Kelas Kerja Sama Kabupaten
Muna Tahun 2013
TIM PENGUJI :
1. WA ODE SITI AMZIA, S.ST (..............................................)
2. HARMIN TOHA, S.ST (..............................................)
3. HJ. SUPRIHATIN, S.ST (.............................................)
Menyetujui
Pembimbing I
ENDA CATUR RINI, S.ST
Pembimbing II
NURDIN,S.Pd
Mengetahui, Direktur Akademi Kebidanan Yayasan
Kesehatan Nasional Bau-Bau Kelas Kerja Sama Kabupaten Muna
ROBERT, S.KM
INTI SARI
SITTI FARINA SAPUTRI (130251) “Gambaran Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Keberhasilan Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah
Puskesmas Katobu Tahun 2013” Dibawah Bimbingan oleh HARMIN
TOHA, S.ST dan NURDIN,S.Pd
Salah satu faktor dalam mencapai Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas adalah kesehatan dan gizi. Karena dalam tubuh yang sehat dan bergizi akan membantu dalam kecerdasan dan intelektual. Bayi dan anak yang mendapatkan makanan bergizi akan tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas dan terhindar dari infeksi. Nutrisi memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Nutrisi yang terbaik bagi bayi adalah ASI yang dibrikan pada bayi sampai usia 6 bulan. Berdasarkan survei dekografi dan kesehatan Indonedia (SDKI) pada tahun 2012-2013 terdapat penurunan dalam pemberian ASI Eksklusif 5-6 bulan diperkotaan berkisar 1%-13% sedangkan dipedesaan 2%-13% (Depkes RI 2013) sebesar 14,7 %. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI Eksklusif diantaranya pengetahuan, pendidikan dan paritas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI Eksklusif di wilayah Kerja Puskesmas Katobu tahun 2013.
Jenis penelitian yang digunakan Deskriptif suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk menggambarkan tntang suatu keadaan secara objektif. Hasil penelitian diperoleh sebagian besar responden 28 orang (46,7 %) berpengtahuan cukup, pendidikan sebagian besar responden berpendidikan rendah sebanyak 50 orang (83,3 %), untuk paritas sebagian besar paritas tinggi sebanyak 37 oraang (61,7 %).
Sehubungan dengan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa ibu yang mempunyai bayi 6-11 bulan memiliki pengetahuan cukup, sedangkan ibu yang berpendidikan rendah berpengetahuan cukup dan ibu yang paritas tinggi juga memiliki pengetahuan cukup.
Kata Kunci : Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif.
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN
Kepada :
Ibu-ibu Responden
Di
Wilayah Puskesmas Maleber
Dengan Hormat,
Dalam rangka menyelesaikan Pendidikan Diploma III di Program Studi
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan, dengan ini penulis
bermaksud ingin mengadakan penelitian dengan judul “Faktor – faktor yang
Mempengaruhi Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah
Puskesmas Maleber Tahun 2013”.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka penulis mohon kesediaan
Ibu-ibu menjawab pertanyaan/kuesioner yang telah disediakan oleh penulis. Demi
kelancaran pengisian kuesioner ini, maka penulis akan menjamin kerahasiaan
jawaban yang diberikan oleh ibu-ibu.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu-ibu
responden atas kerjasamanya. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.
Kuningan, Juli 2013
Responden Penulis,
(.................) (Kusniah)
Lampiran 2Kisi – Kisi Kuesioner
No Jenis Pertanyaan Jenis Pernyataan
Positif (-) Negatif (+)1 Pengertian 1,2,3,11 -
2 Manfaat 8,12,13,14,19 -
4 Alasan yang bertentangan 4,5,6,7,10,15,16,17,18,20
5 Waktu Pemberian 9
‘
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Penulis panjatkan Puji dan syukur kehadirat Illahi Rabbi Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat hidayah-Nya serta telah memberi kekuatan dan
kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Karya Tulis Ilmiah ini ditulis dan diajukan untuk menyelesaikan tugas akhir studi
pada Program Studi Diploma-III di Akademi Kebidanan Kesehatan Nasional
(YKN) Bau-bau Kelas Kerja Sama Kabupaten Muna dengan judul “Gambaran
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pemberian Asi Eksklusif
Di Wilayah Puskesmas Katobu Tahun 2013”
.
Penulis juga sangat menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini dapat
tersusun berkat bimbingan, dorongan, semangat dan sumbangan pikiran serta
bantuan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing
kami kepada HARMIN TOHA, S.ST selaku pembimbing I dan Bapak NURDIN,
S.Pd selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dalam proses penyusunan proposal ini hingga selesai.
penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan proposal ini
masih banyak kesalahan dan kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan
waktu, dan kemampuan penulis. Oleh karena itu saran, pendapat, dan kritik sangat
penulis harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan proposal ini.
wassalamu’ alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Raha, Desember 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL..................................................................................iv
INTI SARI..............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian........................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian...................................................................... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Antenatal Care (ANC).................................... 5
B. Tinjauan Tentang Karakteristik
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian....................................................................... 22
B. Waktu Dan Tempat Penelitian.................................................... 22
C. Subjek Penelitian........................................................................ 22
D. Pengumpulan Data.......................................................................24
E. Pengolahan Data......................................................................... 24
F. Analisa Data............................................................................... 25
G. Etika Penelitian............................................................................25
H. Keterbatasan Penelitian............................................................... 25
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian.................................................................................
26
B. Pembahasan......................................................................................
29
BAB VI SIMPUL DAN SARAN
A. Kesimpulan......................................................................................
33
B. Saran..................................................................................................
33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Tabel 5.1 Distrubusi Responden menurut Umur Ibu Hamil
tentang Antenatal Care di Puskesmas Parigi Tahun 2013..............
26
2. Tabel 5.2 Distrubusi Responden menurut Tingkat Pendidikan Ibu
Hamil
tentang Antenatal Care di Puskesmas Parigi Tahun 2013..............
27
3. Tabel 5.3 Distrubusi Responden menurut Pekerjaan Ibu Hamil
tentang Antenatal Care di Puskesmas Parigi Tahun 2013..............
27
4. Tabel 5.4 Distrubusi Responden menurut status kehamilan
di Puskesmas Parigi Tahun 2013..............................................
28
5. Tabel 5.5 Distrubusi Responden menurut pengetahuan Ibu Hamil
tentang Antenatal Care di Puskesmas Parigi Tahun 2013..............
28
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care di
Puskesmas Katobu Kabupaten Muna Tahun 2013
Lampiran 2. Surat Izin Pengambilan Data Awal dari Akademi Kebidanan
Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian
lampiran 4. Surat Keterangan telah melakukan Penelitian
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL...................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................. 4
1.3.1 Tujuan Umum.................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian............................................................ 5
1.4.1 Manfaat Teoritis................................................ 5
1.4.2 Manfaat Praktis.................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan ..................................................................... 6
2.1.1 Definisi Pengetahuan......................................... 6
2.1.2 Tingkat Pengetahuan......................................... 6
2.1.3 Perubahan Perilaku............................................ 8
2.1.4 Proses Adopsi Perilaku......................................... 8
2.2 Pengukuran Pengetahuan.................................................. 9
2.3 Pendidikan........................................................................ 10
2.3.1 Pengertian.............................................................. 10
2.4 Paritas ........................................................................... 11
2.5 ASI Eksklusif.................................................................... 13
2.5.1 Definisi................................................................. 13
2.5.2 Manfaat ASI Eksklusif......................................... 14
2.5.3 Produksi ASI.......................................................... 17
2.5.4 Komposisi ASI....................................................... 18
2.5.5 Manajemen Laktasi................................................ 20
2.5.6 Alasan Pemberian ASI Eksklusif........................... 23
2.5.7 Tujuh Langkah Keberhasilan ASI Eksklusif......... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian....................................... 25
3.1.1 Jenis Penelitian....................................................... 25
3.1.2 Rancangan Penelitian.............................................. 25
3.2 Lokasi dan waktu penelitian............................................ 25
3.3 subjek penelitian ............................................................. 25
3.3.1 Populasi................................................................... 25
3.3.2 Tehnik pengambilan sampel................................... 26
3.4 Variabel penelitian........................................................... 26
3.5 Instrumen pengumpulan data........................................... 27
3.6 Teknik Pengumpulan Data.............................................. 28
3.6.1 Sumber Data........................................................ 28
3.7 Rancangan Analisa Data.................................................. 28
3.7.1 Pengolahan Data.................................................. 28
3.7.2 Analisa Data.......................................................... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian................................................................ 31
4.2 Pembahasan..................................................................... 36
BAB V KESIMPUL DAN SARAN
5.1 Kesimpulan....................................................................... 40
5.2 Saran ............................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif............ 31
2. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan................................ 32
3. Tabel 4.3 Tabel Silang Pengetahuan............................................. 33
4. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pendidikan................................. 33
5. Tabel 4.5 Tabel Silang Pendidikan............................................. 34
6. Tabel 4.6 Distribusi Paritas......................................................... 34
7. Tabel 4.7 Tabel Silang Paritas...................................................... 35
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 3.1 Kerangka Konsep................................................. 27
KUESIONER
GAMBARAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DI WILAYAH KERJA
UPTD PUSKESMAS MALEBER TAHUN 2013
Hari/tanggal :
No. Responden :
1.1 Petunjuk Pengisian
1.1.1 Memahami terlebih dahulu setiap pertanyaan yang ada
1.1.2 Jawablah pertanyaan – pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda
(√) pada kolom yang sesuai dengan jawaban anda
1.2 Data Responden
1.2.1 Nama Responden :
1.2.2 Pendidikan :
1.2.3 Jumlah anak :
1.2.4 Alamat :
HASIL PENGOLAHAN DATA
Frequencies
Statistics
KategoriPengetahuan
N Valid 60
Missing 0
KategoriPengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik (> 75%) 20 33.3 33.3 33.3
Cukup (60 - 75%) 28 46.7 46.7 80.0
Kurang (> 75%) 12 20.0 20.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
Tingkat Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid PendidikanRendah (SMA,
SMP, SD)
50 83.3 83.3 83.3
PendidikanTinggi (PT) 10 16.7 16.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
ParitasIbu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ParitasRendah (1 - 2) 23 38.3 38.3 38.3
ParitasTinggi (> 2) 37 61.7 61.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
REKAPITULASI HASIL PENELITIAN
NoNama
Responden Pendidikan ParitasNilai
Kuesioner Kategori Tingkat Pengetahuan
Nilai %1 Ny. A 1 2 12 60 Cukup
2 Ny. Y 1 2 12 60 Cukup
3 Ny. N 1 1 17 85 Baik
4 Ny. S 2 1 20 100 Baik
5 Ny. R 1 2 18 90 Baik
6 Ny. N 1 2 16 80 Baik
7 Ny. P 1 2 15 75 Cukup
8 Ny. Y 1 2 10 50 Kurang
9 Ny. R 1 2 15 75 Cukup
10 Ny. S 2 1 19 95 Baik
11 Ny. Y 1 1 18 90 Baik
12 Ny. A 1 2 14 70 Cukup
13 Ny. E 1 2 15 75 Cukup
14 Ny. T 1 2 12 60 Cukup
15 Ny. E 1 2 15 75 Cukup
16 Ny. M 1 2 11 55 Kurang
17 Ny. K 1 1 13 65 Cukup
18 Ny. M 1 1 18 90 Baik
19 Ny. I 2 1 20 100 Baik
20 Ny. I 2 1 19 95 Baik
21 Ny. D 1 2 16 80 Baik
22 Ny. E 1 2 11 55 Kurang
23 Ny. Y 1 2 10 50 Kurang
24 Ny. M 1 1 12 60 Cukup
25 Ny. P 2 1 18 90 Baik
26 Ny. M 1 1 13 65 Cukup
27 Ny. A 1 2 15 75 Cukup
28 Ny. I 1 2 14 70 Cukup
29 Ny. N 1 2 15 75 Cukup
30 Ny. Y 1 2 11 55 Kurang
31 Ny. E 1 1 18 90 Baik
32 Ny. I 1 2 12 60 Cukup
33 Ny. Y 1 2 11 55 Kurang
34 Ny. N 1 2 10 50 Kurang
35 Ny. Y 2 1 18 90 Baik
36 Ny. W 1 1 15 75 Cukup
37 Ny. M 1 2 10 50 Kurang
38 Ny. E 1 2 16 80 Baik
39 Ny. N 1 2 15 75 Cukup
40 Ny. P 1 1 16 80 Baik
41 Ny. Y 1 2 12 60 Cukup
42 Ny. L 1 2 15 75 Cukup
43 Ny. N 1 2 15 75 Cukup
44 Ny. I 2 1 19 95 Baik
45 Ny. M 1 2 11 55 Kurang
46 Ny. I 1 2 11 55 Kurang
47 Ny. D 1 2 15 75 Cukup
48 Ny. I 2 1 19 95 Baik
49 Ny. N 1 2 12 60 Cukup
50 Ny. I 1 1 18 90 Baik
51 Ny. A 2 1 18 90 Baik
52 Ny. T 1 2 15 75 Cukup
53 Ny. L 1 2 11 55 Kurang
54 Ny. D 1 1 15 75 Cukup
55 Ny. C 2 1 20 100 Baik
56 Ny. Y 1 2 15 75 Cukup
57 Ny. L 1 1 15 75 Cukup
58 Ny. I 1 2 14 70 Cukup
59 Ny. N 1 1 15 75 Cukup
60 Ny. E 1 2 11 55 Kurang