[Type text]
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN FIQIH MAWARIS MELALUI METODE CARD SORT
DI KELAS XI IPA MA AL HADI GIRIKUSUMA MRANGGEN KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Dalam Ilmu Tarbiyah
Disusun Oleh :
RIF’AN HAWARI 073111556
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
KEMENTERIAN AGAMA R.I. INSTITUT AGAMA IS AM NEGERI WALISONGO L
FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang
Telp. 024-76 1295 Fax. 7615387 0
PENGESAHAN
Naskah Skripsi dengan:
Judul : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Dalam Pembelajaran Fiqih Mawaris Melalui Metode Card Sort di Kelas Xi IPA MA Al Hadi Girikusuma Mranggen Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2009/2010
Nama : Rif’an Hawari NIM : 073111556 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam
telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewa Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salash satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.
Semarang, Maret 2011
Ketua, Sekretaris, _________________ _________________ NIP: NIP: Penguji I, Penguji II, _________________ _________________ NIP: NIP:
Dosen Pembimbing,
ii
Semarang, Maret 2011 NOTA DINAS
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang Assalamu’alaikum wr. wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi Saudara:
Nama : Rif’an Hawari NIM : 073111556 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam Judul : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Dalam
Pembelajaran Fiqih Mawaris Melalui Metode Card Sort di Kelas XI IPA MA Al Hadi Girikusuma Mranggen Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2009/2010
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosah. Wassalamu’alaikum wr. wb.
Pembimbing, Drs. Achmad Hasmi Hashona, M.A. NIP. 19640308 199303 1 002
D rs. Achm
iii
MOTTO
ÉΑ% y Ìh=Ïj9 Ò=ŠÅÁtΡ $£ϑÏiΒ x8ts? Èβ# t$ Î!≡ uθø9 $# tβθç/ tø%F{ $# uρ Ï™!$ |¡ÏiΨ=Ï9 uρ Ò=ŠÅÁtΡ $£ϑÏiΒ
x8ts? Èβ# t$ Î!≡ uθø9 $# šχθç/ tø%F{ $# uρ $£ϑÏΒ ¨≅ s% çμ ÷ΖÏΒ ÷ρr& uèYx. 4 $Y7ŠÅÁtΡ $ZÊρãø ¨Β
)7: النساء(
Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-
bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau
banyak menurut bahagian yang Telah ditetapkan. (QS. Al-Nisa: 7) 1
1 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Toha Putra 1989), hlm. 116.
iv
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati dan penuh kebahagiaan skripsi ini
penulis persembahkan kepada :
1. Ayah Mertua yang saya hormati yang selalu mendoakan kesuksesan penulis.
2. Istri tercinta yang dengan setia menemani dalam suka dan duka
3. Anak-anakku yang aku sayangi sepenuh hati yang selalu memberikan ghiroh
untuk meniti ilmu setinggi-tingginya
4. Saudara-saudaraku, baik kakak maupun adik yang selalu menjadi inspirasi
dan semangatku dalam setiap warna kehidupan.
5. Sahabat-sahabatku yang baik budi, khususnya mahasiswa program
kualifikasi kelas B Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
v
NIP. 19640308 199403 1 002
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan
bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah di tulis oleh orang
lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi pikiran-
pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi
yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, Maret 2011
Rif’an Hawari NIM: 073111556
vi
ABSTRAK
Rif’an Hawari (NIM: 073111556), Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Dalam Pembelajaran Fiqih Mawaris Melalui Metode Card Sort di Kelas Xi IPA MA Al Hadi Girikusuma Mranggen Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Semarang: Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2010.
Penelitian ini bertujuan” 1) Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Fiqih Mawaris oleh peserta didik kelas kelas XI IPA MA Al Hadi Girikusuma Mranggen Kabupaten Demak setelah mereka memperoleh pembelajaran dengan metode card sort. 2) Untuk mengetahui aktivitas belajar peserta didik kelas XI IPA MA Al Hadi Girikusuma Mranggen Kabupaten Demak ketika menerima pembelajaran Fiqih Mawaris dengan metode card sort.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dengan 2 siklus yaitu siklus I dan siklus III. Subyek penelitian sebanyak 27 peserta didik. Pengumpulan data menggunakan tes, lembar observasi, dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Metode card sort dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran Fiqih Mawaris. Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil peserta didik dan prosentase ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar peserta didik adalah 70 dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 81,48%. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata peserta didik meningkat menjadi 82 dengan prosentase ketuntasan belajar mencapai 100%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa metode card sort terbukti dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. 2) Implementasi metode card sort pada pembelajaran Fiqih Mawaris juga dapat meningkatikan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran. Metode ini menuntut peserta didik untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Peningkatan aktivitas belajar peserta didik ini dapat dilihat dari prosentase aktivitas peserta didik tiap siklusnya. Pada tahap pra siklus prosentase aktivitas peserta didik adalah 37,17% dengan kriteria sangat kurang, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 71,30% dengan kriteria baik, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 90,74% dengan kriteria sangat baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode card sort dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. Dengan aktifnya peserta didik dalam pembelajaran, maka proses pembelajaran berjalan dengan dinamis dan tidak monoton. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi perbaikan
kegiatan pembelajaran. Baik guru maupun praktisi pendidikan dapat menerapkan metode card sort ini dalam proses pembelajaran di sekolah mengingat metode card
sort ini dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas peserta didik.ad Hasmi Hashona, M.A.
vii
KATA PENGANTAR
الرحيم الرمحن اهللا بسم
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang
wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa risalah Islam yang
penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat
menjadi bekal hidup kita, baik di dunia dan di akhirat kelak.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terselesaikan jika tanpa
uluran tangan, bimbingan dan bantuan dari semua pihak baik bersifat materiil
maupun spiritual. Dengan teriring rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
2. Ahmad Muthohar, M.Ag. selaku Ketua Program Kualifikasi Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
3. Drs. Achmad Hasmi Hashona, M.A. selaku dosen pembimbing, yang telah
memberikan waktu dan bimbingan yang sangat berharga dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Drs. Abdur Rahman, M.Ag. selaku dosen wali studi yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan yang sangat berharga selama melangsungkan studi.
5. H. Munhamir Malik selaku Ymt Kepala MA Al Hadi Girikusuma Mranggen
Kabupaten Demak yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
mengadakan penelitian.
6. Segenap dosen Fakultas Tarbiyah yang telah membekali banyak pengetahuan
kepada penulis dalam menempuh studi di Fakultas Tarbiyah.
viii
7. Segenap pegawai Fakultas Tarbiyah, yang telah memberikan layanan yang
baik bagi penulis.
8. Dan semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu penulis, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Atas jasa-jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal
mereka diterima di sisi Allah SWT. dan mendapat balasan pahala yang lebih baik
serta mendapatkan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Penulis dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang konstruktif
dari para pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
bagi para pembaca pada umumnya. Amin.
Semarang, Maret 2011
Penulis,
Rif’an Hawari NIM: 073111556
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii
PENGESAHAN PENGUJI ............................................................................. iv
DEKLARASI .................................................................................................. v
MOTTO .......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6
C. Penegasan Istilah ....................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ...................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian .................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian .................................................................. 9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hasil Belajar ............................................................................... 11
1. Pengertian Hasil Belajar ...................................................... 11
2. Fungsi Hasil Belajar ............................................................. 13
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ............... 15
B. Pembelajaran Fiqih Mawaris ..................................................... 17
1. Pengertian Pembelajaran Fiqih Mawaris .......................... 17
2. Tujuan Pembelajaran Fiqih Mawaris ................................ 19
3. Ruang Lingkup dan Karakteristik Mata Pelajaran Fiqih
Mawaris ............................................................................. 20
C. Metode Card Sort ....................................................................... 21
1. Pengertian Metode Card Sort ........................................... 21
x
xi
2. Card Sort sebagai Metode Pembelajaran Aktif ................ 24
3. Implementasi Metode Card Sort dalam Pembelajaran
Fiqih Mawaris ................................................................... 26
4. Kelebihan dan Kekurangan Permainan Kartu Sortir
(Card Sort) ........................................................................ 27
D. Indikator Prestasi Belajar Aqidah Akhlak .............................. 13
E. Kerangka Berfikir ................................................................... 29
F. Hipotesis Tindakan ................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................... 24
B. Setting dan Subjek Penelitian .................................................. 24
C. Variabel Penelitian ................................................................. 28
D. Desain Penelitian .................................................................... 28
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 32
F. Teknik Analisis Data .............................................................. 33
G. Indikator Keberhasilan ........................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Awal ................................................................... 40
B. Hasil Hasil Pelaksanaan Tindakan Tiap Siklus ........................ 44
C. Pembahasan .............................................................................. 54
BAB V PENUTUP
D. Kesimpulan.................................................................................... 60
E. Saran-saran .................................................................................... 61
F. Penutup .......................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
[Type text]
BAB I
PENDAHULUA N
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dapat dimaknai sebagai usaha sadar dan terencana manusia
untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efesien dalam rangka
menggali dan mengembangkan potensi diri agar memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
dibutuhkan masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini dapat tercapai jika proses
pembelajaran mampu mewujudkan tujuan pendidikan yang telah digariskan oleh
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung
jawab.16
Untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas, penggunaan metode
pembelajaran yang tepat sangat penting karena dengan penggunaan metode yang
tepat ini proses pembelajaran akan lebih efektif dan efesien sehingga tujuan
pembelajaran akan tercapai secara maksimal.
Kualitas pembelajaran dapat ditinjau dari sudut proses yaitu adanya interaksi
antar peserta didik maupun guru yang menciptakan lingkungan belajar yang
bercirikan demokrasi serta peran aktif peserta didik dan guru dalam menentukan apa
yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarainya. Sedangkan kualitas
pembelajaran dari sudut peserta didik tercermin dari hasil belajar atau prestasi
belajar yang diperoleh peserta didik sebagai akibat proses belajar yang dilakukan
peserta didik meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik
ketika mengikuti dan melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah. Hakikat hasil
belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik yang
16 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
[Type text]
2
mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor.17 Penjabaran pengertian
prestasi belajar di atas dapat dirumumuskan sebagai berikut: 1) Prestasi belajar
ialah hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik ketika mengikuti dan
mengerjakan tugas pembelajaran di sekolah. 2) Prestasi belajar adalah pencapaian
nilai mata pelajaran berdasarkan kemampuan peserta didik dalam aspek
pengetahuan, ingatan, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. 3) Prestasi belajar
ialah nilai yang dicapai oleh peserta didik melalui ulangan atau ujian yang
diberikan oleh guru.
Secara garis besar prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
dari luar (faktor eksternal) dan dari dalam diri peserta didik sendiri (faktor internal).
Faktor dari luar meliputi, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat. Sedangkan faktor dari dalam diri peserta didik meliputi; kecerdasan,
minat, bakat, motivasi, dan kesehatan serta cara belajar. Jadi prestasi belajar bukan
sesuatu yang berdiri sendiri, akan tetapi prestasi belajar merupakan hasil akumulasi
dari berbagai pengaruh yang mempengaruhi peserta didik.
Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari sudut kinerja guru yang tercermin
dari bagaimana guru mampu mengembangkan kegiatan pembelajaran dan
menggunakan metode sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran.
Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran adalah masih rendahnya
daya serap peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari rerata hasil belajar yang masih
rendah. Hal ini dikarenakan kondisi pembelajaran yang masih bersifat
konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri.
Disamping itu, proses pembelajaran selama ini masih berpusat pada guru, dan
kurang memberi akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui
penemuan dan proses berpikir.18 Sehingga untuk mengaktifkan dan lebih
memberdayakan peserta didik, mutlak diperlukan adanya perubahan strategi belajar
yang tidak hanya mengharuskan peserta didik menghafal fakta-fakta, tetapi juga
mendorong mereka mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
17 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002), hlm. 3 18 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientsi Konstruktivisme, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007), hlm. 1
2
3
Kondisi tersebut masih diperparah lagi dengan masih diandalkannya metode
pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada sistem hafalan, proses pembelajaran
hanya berkutat dalam persoalan menghafal definisi, konsep-konsep, teori dan
sebagainya sehingga tidak banyak ruang gerak bagi peserta didik untuk melahirkan
konsep dan ide sendiri. Termasuk dalam pembelajaran Fiqih, guru masih sering
menggunakan metode konvensional seperti ceramah.
Ada beberapa kendala yang dihadapi pembelajaran Fiqih antara lain: materi
begitu banyak dan padat sedangkan waktu yang disediakan terbatas, yaitu 2 jam
pelajaran dalam satu minggu, padahal pembelajaran fiqih tidak hanya sekedar
menghafal sejumlah konsep, pemahaman dan penghayatan terhadap konsep-konsep
tersebut, akan tetapi lebih dari itu yaitu berpikir kreatif, analisis dan kritis sehingga
pelajaran lebih bermakna, minimnya berbagai sarana atau media pembelajaran,
metode dan strategi yang digunakan dalam pembelajaran tidak variatif, metode
konvensional yaitu ceramah lebih sering digunakan, sehingga mematikan kreatifitas,
berpikir kritis dan analisis peserta didik. Kendala-kendala tersebut di atas
menyebabkan aktivitas belajar peserta didik rendah dan prestasi belajar peserta didik
dalam pembelajaran mata pelajaran Fiqih kurang bagus dan kurang memuaskan. Jadi
salah satu kendala dalam pembelajaran mata pelajaran Fiqih adalah pengembangan
metode dan strategi pembelajaran yang kurang variatif dan metode yang tidak
memberikan motivasi bagi peserta didik untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran.
Guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, menurut Sanjaya seorang guru bukan hanya tahu
tentang what to teach, akan tetapi juga paham tentang how to teach.19 Jadi agar
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik seorang guru memerlukan tingkat keahlian
yang memadai. Menjadi guru bukan hanya cukup memahami materi yang harus
disampaikan, akan tetapi juga diperlukan kemampuan dan pemahaman tentang
pengetahuan dan keterampilan yang lain, misalnya pemahaman tentang psikologi
perkembangan manusia, pemahaman tentang teori-teori perubahan tingkah laku,
kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar,
19 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), cet. ke-3, hlm. 17
3
4
kemampuan mendesain strategi dan metode pembelajaran yang tepat, dan lain
sebagainya, agar dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.
Menurut Majid prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar itu adalah:
“berpusat kepada peserta didik (student oriented), belajar dengan melakukan
(learning by doing), mengembangkan kemampuan sosial, mengembangkan
keingin tahuan dan imajinasi, mengembangkan kreativitas dan keterampilan
memecahkan masalah”.20 Jadi guru harus memandang peserta didik sebagai
sesuatu yang unik, tidak ada dua orang peserta didik yang sama, sekalipun mereka
kembar. Satu kesalahan jika guru memperlakukan mereka secara sama. Gaya
belajar (learning style) peserta didik harus diperhatikan. Supaya proses belajar itu
menyenangkan, guru harus menyediakan kesempatan kepada peserta didik untuk
melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga ia memperoleh pengalaman nyata.
Proses pembelajaran dan pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh
pengetahuan, juga sebagai sarana untuk berinteraksi sosial (learning to live
together). Proses pembelajaran dan pendidikan harus dapat memancing rasa ingin
tahu peserta didik. Juga mampu memompa daya imajinatif peserta didik untuk
berpikir kritis dan kreatif. Sehingga diharapkan dengan prinsip-prinsip pemilihan
metode tersebut di atas dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Kaitannya dengan pembelajaran Fiqih, maka seorang guru perlu
melakukan sebuah upaya strategis untuk meningkatkan aktivitas belajar dan
prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran Fiqih ini. Salah satu upaya
strategis yang dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan prestasi belajar
peserta didik dalam pembelajaran Fiqih adalah meliputi proses pemilihan
pendekatan, metode, teknik pembelajaran dan prosedur pembelajaran yang akan
menghasilkan hasil yang berkualitas tinggi. Salah satu metode yang digunakan itu
adalah metode card sort.
Materi Fiqih tidak semuanya merupakan materi yang baku yang tidak bisa
diperbarui dalam pelaksanaannya, akan tetapi banyak materi Fiqih yang
membutuhkan pemikiran baru dalam pelaksanaannya terutama materi Fiqih yang
berhubungan dengan kehidupan sosial kemasyarakatan seperti materi Fiqih
20 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. ke-2, hlm. 136-137
4
5
mawaris, misalnya tentang pembagian harta waris yang adil menurut syariat, cara
perhitungannya dan sebagainya. Untuk mengajarkan materi fiqih mawaris yang
terkesan sulit tersebut perlu metode yang dapat meningkatkan aktivitas peserta
didik dalam pembelajaran dan sifatnya menyenangkan. Kegiatan pembelajaran melalui permainan dapat menciptakan suasana
yang kondusif. Dengan bermain anak memperoleh pelajaran yang mengandung
aspek kognitif, sosial, emosi dan perkembangan fisik. Melalui permainan anak
dirangsang untuk berkembang secara umum, baik perkembangan berpikir, emosi
maupun sosial.21 Salah satu permainan yang diaplikasikan dalam pembelajaran
adalah permainan kartu.
Penerepan metode card sort dalam pembelajaran fiqih ini sebagai suatu
cara baru untuk menumbuhkan minat peserta didik terhadap materi yang
diajarkan guru, karena pembelajaran dengan menggunakan media permainan
kartu dapat mengubah suasana kelas menjadi sebuah arena permainan yang
menyenangkan. Gerakan fisik yang dominan dalam strategi ini dapat membantu
mendinamiskan kelas yang jenuh atau bosan.22 Sehingga proses pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan. Proses pembelajaran yang menyenangkan akan
berdampak positif bagi perkembangan peserta didik. Proses belajar akan berjalan
aktif apabila anak berada dalam kondisi senang dan bahagia. Sebaliknya proses
belajar yang dipaksakan atau diterima dalam suasana takut, cemas dan perasaan
lain yang tidak nyaman, tidak akan memberikan hasil yang optimal. Sedangkan
pembelajaran yang dapat memberikan rasa senang pada peserta didik dapat
memberikan motivasi belajar sehingga akhirnya berdampak pada peningkatan
prestasi belajar peserta didik.
Berangkat dari pokok permasalahan diatas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN FIQIH
MAWARIS MELALUI METODE CARD SORT DI KELAS XI IPA MA AL
21 Andang Ismail, Education Games: Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan
Edukatif, (Yogyakarta: Pilar Media, 2006), hlm. 150 22Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008),
hlm. 50
5
6
HADI GIRIKUSUMA MRANGGEN KABUPATEN DEMAK TAHUN
PELAJARAN 2009/2010” dengan menggunakan metodologi Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) atau yang lebih dikenal dengan action research.
B. Identifikasi Masalah
Pembelajaran fiqih mawaris selama ini kurang begitu diminati peserta
didik karena tergolong mata pelajaran yang susah. Disamping itu metode yang
dipakai guru tidak mampu mendorong meningkatkan aktivitas peserta didik
dalam pembelajaran. Akhirnya nilai pelajaran fiqih peserta didik cenderung
menurun. Oleh karena itu, prestasi belajar fiqih mawaris peserta didik dapat
ditingkatkan salah satunya dengan menggunakan metode card sort.
C. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan dan memahami pokok
kajian penelitian ini, maka perlu dijelaskan batas-batas pengertian dan maksud
dari penelitian ini. Adapun hal-hal yang perlu dijelaskan hingga terbentuk suatu
pengertian yang utuh sesuai dengan maksud yang sebenarnya dari judul
penelitian tersebut antara lain:
1. Upaya Meningkatkan.
“Upaya” dapat diartikan sebagai usaha, akal, ikhtiar untuk mencapai
suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dan
sebagainya.23 Dan kata “meningkatkan” dapat dipahami sebagai usaha untuk
menaikkan, mempertinggi, memperhebat menuju yang lebih baik.24 Jadi
yang dimaksud ”upaya meningkatkan” dalam penelitian ini adalah usaha
yang dilakukan pendidik untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik
dalam pembelajaran fiqih mawaris. Upaya yang dilakukan guru tersebut di
antaranya dengan menggunakan metode card sort dalam proses
pembelajaran fiqih mawaris.
2. Prestasi Belajar.
23 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesis, (Semarang: Widyakarya,
2009), hlm. 620 24 Ibid., hlm. 574
6
7
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari suatu usaha atau
pekerjaan.25 Sedangkan istilah belajar menurut Clifford T. Morgan adalah
“any relatively permanen change in behaviour wich occurs as result of
experience.”26 (perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan
hasil pengalaman). Jadi yang dimaksud prestasi belajar disini adalah hasil
yang dicapai peserta didik setelah proses pembelajaran selesai. Prestasi
belajar peserta didik dapat diidentifikasi dari nilai hasil ulangan yang
dilakukan oleh guru ataupun nilai hasil evaluasi dari instrumen soal yang
telah disusun penulis.
3. Fiqih Mawaris
Fiqih merupakan bagian dari Syari’ah Islamiyah, yaitu pengetahuan
tentang hukum Syari’ah Islamiyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia
yang telah dewasa dan berakal sehat (mukallaf) dan diambil dari dalil yang
terperinci.27 Sedangkan kata mawaris artinya ketentuan-ketentuan tentang
siapa-siapa yang termasuk ahli waris yang berhak mendapatkan warisan, ahli
waris yang tidak berhak mendapatkannya, dan berapa bagian yang dapat
diterima oleh mereka.28 Jadi fiqih mawaris adalah hukum syar’i yang
membahas masalah pembagian harta warisan, baik yang berkaitan dengan
masalah pembagian, perhitungan, sampai pada bagian yang diterima oleh
ahli ahli waris.
4. Metode Card Sort
Yang dimaksud dengan metode card sort adalah metode
pembelajaran yang menggunakan kartu indeks yang berisi materi pelajaran.
Kartu indeks dibuat berpasangan berdasarkan definisi, kategori atau
kelompok, seperti klasifikasi ahli waris dan metode-metode perhitungan
pembagian harta warisan. Metode card sort merupakan salah satu metode
dalam strategi pembelajaran aktif (active learning) yang bertujuan untuk
25 Ibid., hlm. 390 26 Clifford T. Morgan, Introduction of Psychology, (New York: The Mc. Graw Hill Book
Company, 1971), hlm. 63 27 Rahmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm. 19 28 Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 3
7
8
mengaktifkan individu sekaligus kelompok dalam belajar.29 Metode ini
merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan
konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek, atau mengulangi
informasi. Dalam penelitian ini metode card sort digunakan dalam
pembelajaran fiqih mawaris.
Jadi, yang dimaksud dengan judul penelitian skripsi “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran Fiqih Mawaris
Melalui Metode Card Sort di Kelas XI IPA MA Al Hadi Girikusuma Mranggen
Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2009/2010” di atas adalah usaha guru dalam
rangka meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran fiqih
mawaris dengan cara implementasi metode card sort secara komprehensif dan
sistematis di kelas XI IPA MA Al Hadi Girikusuma Mranggen Kabupaten
Demak Tahun Pelajaran 2009/2010.
D. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, maka ada beberapa permasalahan yang perlu peneliti
kemukakan antara lain:
1. Seberapa besar peningkatan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran
fiqih mawaris oleh peserta didik kelas kelas XI IPA MA Al Hadi Girikusuma
Mranggen Kabupaten Demak setelah mereka memperoleh pembelajaran
dengan metode card sort?
2. Bagaimana aktivitas belajar peserta didik kelas XI IPA MA Al Hadi
Girikusuma Mranggen Kabupaten Demak ketika menerima pembelajaran
Fiqih Mawaris dengan metode card sort?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini
adalah:
1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik dalam
pembelajaran Fiqih Mawaris oleh peserta didik kelas kelas XI IPA MA Al
29 Ismail, SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM: Pembelajaran Aktif,
Inovatif Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, (Semarang: RASAIL Media Group, 2008), hlm. 89.
8
9
Hadi Girikusuma Mranggen Kabupaten Demak setelah mereka memperoleh
pembelajaran dengan metode card sort.
2. Untuk mengetahui aktivitas belajar peserta didik kelas XI IPA MA Al Hadi
Girikusuma Mranggen Kabupaten Demak ketika menerima pembelajaran
Fiqih Mawaris dengan metode card sort.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi positif bagi penulis sendiri,
bagi peserta didik maupun bagi guru, di antara manfaat tersebut adalah:
1. Bagi Penulis
Dengan adanya penelitian ini, maka penulis dapat mengetahui
implementasi metode card sort secara detail khususnya dalam pembelajaran
Fiqih Mawaris di sekolah yang penulis teliti yaitu di MA Al Hadi
Girikusuma Mranggen Kabupaten Demak.
2. Bagi Peserta Didik
Implementasi metode card sort dalam pembelajaran Fiqih Mawaris
dapat memberi nuansa baru bagi peserta didik untuk meningkatkan semangat
belajar dan berperan aktif dalam proses pembelajaran serta mampu
menghadapi masalah-masalah baru dalam kehidupan yang semakin hari
semakin beragam terutama dalam masalah Fiqih Mawaris.
3. Bagi Guru
Dengan mengimplementasikan metode card sort dalam pembelajaran
fiqih mawaris, berarti guru memiliki kreativitas dan variasi pembelajaran
yang sesuai dengan tuntunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Disamping itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
seorang guru agar dapat mendidik peserta didik secara maksimal, sehingga
peserta didik terdorong untuk lebih giat belajar dan akhirnya berpengaruh
terhadap peningkatan hasil belajarnya.
9
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Secara bahasa hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu kata hasil yang
berarti “sesuatu yang diadakan, dibuat oleh usaha”30 dan belajar berarti
“memperoleh kepandaian atau ilmu.”31 Jadi hasil belajar dapat diartikan
sebagai sesuatu yang diperoleh setelah proses transfer of knowledge
(perpindahan ilmu pengetahuan).
Menurut istilah, hasil belajar adalah ”perubahan kemampuan yang
dimiliki peserta didik setelah mengalami proses belajar.”32 Hasil belajar bisa
dipahami sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Bloom seperti dikutip Sudjana
mengklasifikasi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu:
a. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintetis dan evaluasi.
b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
c. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.33
Pengukuran ranah afektif tidak semudah dalam mengukur ranah
kognitif, sebab setiap waktu terjadi perubahan tingkah laku peserta didik.
Sedangkan pengukuran untuk ranah psikomotorik dilaksanakan untuk
mengukur hasil belajar yang berupa penampilan.34
30 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: CV. Widya
Karya, 2009), hlm. 166 31 Ibid., hlm. 21. 32 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1995), hlm.2. 33 Ibid., hlm. 22. 34 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara 2003),
hlm. 181.
10
11
Ranah afektif tujuan penilaiannya adalah perilaku bukan pengetahuan
peserta didik, maka jawabannya tidak harus benar atau salah karena hanya
mengukur tentang sikap dan minat peserta didik. Sedangkan dalam ranah
psikomotoris pengukurannya disatukan atau dimulai dengan pengukuran
ranah kognitif dahulu karena penilaian ditujukan kepada hasil belajar yang
berbentuk ketrampilan peserta didik.
Tipe hasil belajar ranah psikomotoris berkenaan dengan keterampilan
atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu.
Hasil belajar ini merupakan tahap lanjutan dari hasil belajar afektif, hal ini
dapat digambarkan sebagai berikut.35
Hasil belajar afektif Hasil belajar psikomotoris • Kemauan untuk menerima
pelajaran
• Hasrat untuk bertanya kepada guru
• Kemauan untuk mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut
• Kemauan untuk menerapkan
hasil pelajaran
• Senang terhadap guru dan mata pelajaran yang di-berikannya
• Segera memasuki kelas pada waktu guru datang dan mem-persiapkan kebutuhan belajar
• Mengangkat tangan dan bertanya kepada guru mengenai bahan pelajaran yang belum jelas
• Ke perpustakaan lebih lanjut atau meminta informasi kepada guru tentang buku yang harus di-pelajari atau segera membentuk kelompok untuk diskusi
• Melakukan latihan diri dalam memecahkan masalah ber-dasarkan konsep bahan yang telah diperolehnya atau menggunakan-nya dalam praktek kehidupannya
• Akrab dan mau bergaul, mau berkomunikasi dengan guru, dan bertanya atau meminta saran bagaimana mempelajari mata pelajaran yang diajarkannya.
Diantara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak
dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para
peserta didik dalam menguasai isi bahan pelajaran.
35 Nana Sudjana, op.cit., hlm. 23.
11
12
Hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik menunjukkan
tingkat penguasaan materi yang telah diserap oleh peserta didik. Penilaian
dapat dipakai sebagai parameter untuk mengetahui tingkat penguasaan
peserta didik terhadap materi pembelajaran yang diberikan oleh guru serta
tingkat keberhasilan guru dalam pembelajaran.
Witherington seperti dikutip Sudjana menyebutkan bahwa
”perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh adanya proses belajar
meliputi ketrampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman dan
apresiasi.”36
Pengkategorian hasil belajar tersebut sebaiknya dipergunakan guru
sebelum merencanakan kompetensi dasar dan mengadakan kegiatan
penilaian, karena dengan menggunakan lima kategori hasil belajar tersebut
guru akan mengetahui kompetensi apa saja yang akan dicapai oleh peserta
didik serta kegiatan penilaian berbentuk apa yang akan diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran.
2. Fungsi Hasil Belajar
Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur
yang dapat dibedakan, yakni kompetensi dasar, pengalaman (proses belajar
mengajar), dan hasil belajar. Hubungan ketiga unsur tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.37
Kompetensi Dasar
(a) (c)
Pengalaman Belajar Hasil Belajar
(Proses Belajar Mengajar) (b)
36Nana Sudjana, CBSA: Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar,
(Bandung: Sinar Baru, 1989), hlm. 5-6. 37 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Pembelajaran, op.cit., hlm. 2.
12
13
Pada garis (a) menunjukkan hubungan antara kompetensi dasar
dengan pengalaman belajar (prosesbelajar mengajar), garis (b) menunjukkan
hubungan antara pengalaman belajar dengan hasil belajar, dan garis (c)
menunjukkan hubungan kompetensi dasar dengan hasil belajar.
Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan penilaian
garis (c) yaitu suatu tindakan untuk melihat sejauh mana kompetensi dasar
dapat dicapai oleh peserta didik dalam bentuk hasil belajar setelah peserta
didik menempuh proses belajar mengajar. Pada garis (b) merupakan kegiatan
penilaian untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar dalam
mencapai hasil belajar yang optimal.38
Berdasarkan hubungan antara ketiga hal tersebut di atas, maka hasil
belajar berfungsi sebagai:
a. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya kompetensi dasar. Dengan
fungsi ini maka penilaian harus mengacu kepada rumusan-rumusan
kompetensi dasar.
b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar. Perbaikan dapat
dilakukan dari sisi kegiatan belajar mengajar, strategi mengajar guru dan
sebagainya.
c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar peserta didik kepada
para orang tuanya.39
Adapun dasar atau alasan seorang guru melakukan penilaian
sebagai tolok ukur hasil belajar adalah sebagai berikut:
a. Dasar psikologis
1) Dari segi anak didik. Dengan mengetahui hasil belajarnya, maka
peserta didik akan merasa mempunyai pegangan, mempunyai
pedoman dan hidup dalam kepastian batin.
2) Dari segi pendidik. Hasil belajar peserta didik bisa dijadikan tolok
ukur mengetahui sejauhmana usaha yang telah dilakukan guru
menuju ke arah cita-cita, sehingga untuk selanjutnya guru dapat
menentukan langkah-langkah lebih lanjut.
38 Ibid. 39 Ibid., hlm. 3
13
14
b. Dasar didaktis
1) Dari segi peserta didik.
a) Kemajuan yang dicapai pada umumnya berpengaruh terhadap
prestasi selanjutnya.
b) Untuk mengetahui kelebihan dan kelamahan peserta didik
2) Dari segi guru
a) Membantu guru dalam menilai readiness anak terhadap sesuatu
mata pelajaran tertentu,
b) Mengetahui status anak di dalam kelasnya
c) Membantu guru dalam menempatkan pesertaa didik dalam
kelompok pelajar berdasarkan kemampuan peserta didik
d) Membantu guru dalam memperbaiki metode pembelajaran
e) Membantu guru dalam memberikan pengajaran tambahan atau
pengajaran binaan. 40
Setelah mengetahui berbagai fungsi hasil belajar yang telah
dikemukakan di atas, maka langkah selanjutnya adalah mengupayakan
tindak lanjut khususnya bagi peserta didik yang hasil belajarnya masih
rendah. Upaya-upaya tersebut hendaknya dilaksanakan baik dari peserta
didik itu sendiri, guru, pembimbing, sekolah maupun oleh orang tua peserta
didik yang bersangkutan.
Sedangkan Arikunto menguraikan bahwa hasil dari kegiatan evaluasi
belajar dapat difungsikan untuk keperluan berikut ini:
a. Untuk diagnostik dan pengembangan yaitu sebagai pijakan pendiagnosisan oleh guru mengadakan pengembangan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik
b. Untuk seleksi penentuan peserta didik menempuh jenis pendidikan tertentu
c. Untuk kenaikan kelas yaitu untuk menentukan apakah peserta didik dapat naik ke kelas yang lebih tinggi atau tidak
d. Untuk penempatan yaitu hasil belajar sebagai pertimbangan dalam menempatkan peserta didik pada kelompoknya.41
40 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hlm. 299-302. 41 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 10.
14
15
Dari berbagai fungsi hasil belajar yang telah dikemukan di atas pada
prinsipnya memiliki kesamaan yaitu bahwa fungsi hasil belajar adalah
sebagai tolok ukur kompetensi peserta didik baik bagi guru, peserta didik
maupun bagi orang tua peserta didik itu sendiri.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Keberhasilan belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang senantiasa mengiringinya. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar peserta didik yaitu:
a. Faktor internal (faktor dari dalam peserta didik), yakni keadaan atau
kondisi jasmani dan rohani peserta didik
b. Faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan
di sekitar peserta didik
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi
pelajaran.42
Faktor-faktor internal antara lain faktor fisiologis, psikologis, minat,
bakat, motivasi, kematangan, dan lain-lain. Sedangkan faktor-faktor
eksternal antara lain faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat.43
Perubahan tingkah laku sebagai hasil dari belajar merupakan aktifitas
individu yang disadari oleh peserta didik. Oleh karena itu, hasil belajar di
sekolah dipengaruhi oleh kapasitas peserta didik dan kualitas pengajaran.
Dalam artian, kemampuan peserta didik dalam menyerap informasi dan
kualitas proses pembelajaran akan menentukan baik buruknya prestasi
belajar peserta didik.
42 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 132 43 Nana Sudjana, CBSA: Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, op.cit,
hlm. 6
15
16
Prestasi merupakan hasil kerja yang keadaannya sangat kompleks.44
Secara institusi pretasi belajar ini merupakan bagian dari sebuah proses
pendidikan khususnya di sekolah. Sehingga banyak faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar tersebut. Prestasi belajar di sekolah diukur
melalui penilaian, dan proses penilaian ini juga dipengaruhi banyak faktor di
antaranya:
1. Input yang kurang baik kualitasnya 2. Guru dan personal yang kurang tepat 3. Materi yang tidak atau kurang cocok 4. Metode mengajar dan sistem evaluasi yang kurang memadai 5. Kurangnya sarana penunjang 6. Sistem administrasi yang kuran tepat.45
Dari berbagai macam faktor yang berada dalam lingkup peserta didik,
maka guru sebagai ujung tombak dalam pendidikan hendaknya senantiasa
berusaha untuk selalu memperbaiki metode mengajar dan selalu bersikap
proaktif dengan peserta didik, orang tua peserta didik serta lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat sekitar.
B. Pembelajaran Fiqih Mawaris
1. Pengertian Pembelajaran Fiqih Mawaris
Pembelajaran adalah proses yang terjadi dalam kegiatan belajar
mengajar. Sebelum penulis menjelaskan pengertian pembelajaran Fiqih
Mawaris terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai beberapa pengertian
belajar.
Secara bahasa kata pembelajaran berasal dari kata belajar dan
mendapat imbuhan pe- dan -an yang berarti ”proses, cara, menjadikan orang
atau makhluk hidup belajar.”46 Sedangkan secara istilah pengertian belajar
adalah “tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative
44 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksada, 2006), 4 45 Ibid., hlm. 6 46 Suharso dan Ana Retnoningsih, loc.cit.
16
17
17
menetapkan sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif.”47
Menurut Moh. Uzer Usman pembelajaran adalah “suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar
hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu.”48 Definisi ini sesuai dengan Undang-Undang
Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menyebutkan bahwa, “Pembelajaran adalah proses interaktif peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”49
Banyak faktor yang mempengaruhi interaksi yang terjadi dalam proses
pembelajaran, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu,
maupun eksternal yang datang dari lingkungan peserta didik itu sendiri.
Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut, maka guru dapat memberikan
tindakan preventif untuk menghindari menurunnya hasil belajar peserta didik
maupun solusi konstruktif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Menurut etimologi kata Fiqih berasal dari kata faqaha yang artinya
”memahami”.50 Sedangkan secara terminologi fiqih adalah:
الشرعية العملية املكتسب من أدلتها التفصيلية واستمداده من العلم باألحكام 51الكتاب والسنة واالمجاع والقياس
“Ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum syara' yang bersifat amali, yang diperoleh dari dalil-dalilnya yang tafsili dan sanadnya berupa Al-Qur'an, As-sunnah, ijma' dan qiyas.” Dari definisi tersebut dapat disimpulkan fiqih adalah ilmu yang
menjelaskan tentang hukum syar’iyyah yang berhubungan dengan segala
tindakan manusia baik berupa ucapan atau perbuatan yang didasarkan pada
al-Qur'an, as-Sunnah, ijma' dan qiyas.
47 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), hlm. 92.
48 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 4.
49 Undang-Undang SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003, (Bandung: Fokos Media, 2006), hlm. 4.
50 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), hlm. 321 51 Syekh Zainudin bin Abdul Aziz Al Malaibary, Fathul Mu'in Bisyarhi Qurroti Al 'Ain,
(Cirebon: Maktabah Mishriyah, t.t.), hlm. 1.
[Type text]
Kaitannya dengan istilah Fiqih Mawaris, secara bahasa kata
mawaris berasal dari kata warasa yang artinya ”menggantikan, memberi,
mewarisi”.38 Mawaris juga disebut faraid, bentuk jamak dari kata faridah.
Kata ini berasal dari kata farada yang artinya ”ketentuan atau
menentukan”.39 Sedangkan secara istilah mawaris adalah “ketentuan-
ketentuan tentang siapa-siapa yang termasuk ahli waris yang berhak
mendapatkan warisan, ahli waris yang tidak berhak mendapatkannya, dan
berapa bagian yang dapat diterima oleh mereka.”40 Jadi Fiqih Mawaris
adalah hukum syar’i yang membahas masalah pembagian harta warisan,
baik yang berkaitan dengan masalah pembagian, perhitungan, sampai pada
bagian yang diterima oleh ahli ahli waris.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Fiqih Mawaris adalah proses interaksi antara peserta didik
dan pendidik dalam rangka memahami konsep Fiqih Mawaris yang utuh,
sehingga peserta didik mampu mengimplementasikan hukum mawaris
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dasar Pembelajaran Fiqih Mawaris
Mengingat begitu pentingnya peran ilmu mawaris dalam agama
Islam maka Al-Qur'an menjelaskan perihal mawaris ini secara terperinci.
Bahkan hampir semua masalah pembagian harta warisan telah diatur
secara jelas dan terperinci dalam ayat-ayat Al-Qur'an. Seperti dalam surat
An-Nisa ayat 7.
ÉΑ% y Ìh= Ïj9 Ò=ŠÅÁ tΡ $ £ϑ ÏiΒ x8ts? Èβ#t$ Î!≡uθ ø9$# tβθç/tø% F{$#uρ Ï™!$ |¡ÏiΨ= Ï9uρ Ò=ŠÅÁ tΡ $£ϑ ÏiΒ x8ts? Èβ#t$Î!≡uθ ø9$#
šχθ ç/tø% F{$#uρ $ £ϑ ÏΒ ¨≅ s% çμ ÷ΖÏΒ ÷ρ r& uèYx. 4 $ Y7ŠÅÁ tΡ $ ZÊρ ãø¨Β )7: النساء( Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau
38 Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 2 39 Ibid. 40 Ahmad Rofiq, op.cit., hlm. 3
40
41
banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan. (QS. An-Nisa: 7)
41
Demikian juga Nabi Muhammad SAW menganggap pentingnya
ilmu faraidh ini dan beliau mengkhawatirkan kalau-kalau ilmu faraidh ini
akan terlupakan, sebagaimana sabda beliau :
تعلموا الفرائض وعلموها : عن أيب هريرة رضي اهللا عنه أن النيب صلى اهللا عليه وسلم قال ). رواه ابن ماجه والدارقطين. (ا نصف العلم وهو ينسى وهو أول شيئ ينزع من اميتفا
“Dari Abi Hurairah RA. Bahwasannya Nabi Muhammad SAW bersabda : “Belajarlah ilmu faraidh dan ajarkanlah kepada manusia, maka sesungguhnya ilmu faraidh adalah separuh ilmu agama dan ia akan dilupakan (oleh manusia) dan merupakan ilmu yang pertama diambil dari umatku.” (HR. Ibnu Majah dan Daruqutni).42 Seiring dengan hadits Nabi SAW di atas, maka pemerintah C.Q
kantor kementerian agama pusat pada tanggal 6 Mei 2008 telah
mengeluarkan Peraturan Menteri Agama (Permenag) Republik Indonesia
dengan Nomor 2 Tahun 2008, berisi tentang standar kompetensi lulusan
dan standar isi pendidikan agama Islam dan bahasa Arab di Madrasah.
Di dalam Permenag Nomor 2 Tahun 2008 tersebut telah ditetapkan
bahwa ilmu Fiqih Mawaris menjadi materi pembelajaran fiqih pada kelas
XI Madrasah Aliyah.
3. Tujuan Pembelajaran Fiqih Mawaris
Tujuan ilmu mawaris adalah ”untuk menyelamatkan harta benda si
mati agar terhindar dari pengambilan harta orang-orang yang berhak
menerimanya dan agar jangan ada orang-orang makan harta hak milik
orang lain, dan hak milik anak yatim dengan jalan yang tidak halal.”43
41 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Toha Putra
1989), hlm. 116. 42 Abd. Rochim, dkk., Fiqih untuk Madrasah Aliyah Kelas XI, (Surabaya: CV. Gani dan
Son, 2004), hlm. 80. 43 Moh. Rifai, Mata Pelajaran Fiqih Kurikulum 1994, Jilid III untuk Madrasah Aliyah
Kelas III, (Semarang: CV. Wicaksana, 1996), hlm. 2
42
Sedangkan tujuan dari pembelajaran Fiqih Mawaris adalah ”untuk
membantu peserta didik menguasai dan memahami hukum waris Islam
yang ketentuan-ketentuannya telah dirinci dalam al-Qur’an dan al-
Sunnah.”44 Ketentuan pembagian warisan tersebut merupakan langkah
preventif supaya tidak terjadinya perselisihan antara ahli waris berkaitan
dengan pembagian harta waris. Ilmu mawaris ini memberikan dasar
keadilan bagi masyarakat khususnya dalam pembagian warisan. Seperti
hadits Rasulullah SAW.
تعلموا القرأن وعلموه الناس :عن ابن مسعود قال قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم وتعلموا الفرائض وعلموها الناس فاءىن امرؤ مقبوض والعلم مرفوع ويوشك ان خيتلف اثنان
)احرجه امحد والنسائى والدار قطىن. (ىف الفريضة فال جيدان احدا خيربمها
Dari Ibnu Mas’ud berkata Rasulullah SAW bersabda: ”Pelajarilah oleh kalian al-Qur’an dan ajarkanlah kepada orang lain dan pelajarilah (pula) ilmu faraid dan ajarkanlah kepada orang lain. Karena aku adalah orang yang akan terenggut (mati) sedang ilmu akan dihilangkan. Hampir saja dua orang yang bersengketa tentang pembagian warisan tidak mendapatkan seorang pun yang dapat memberikan fatwa kepada mereka.” (HR. Ahmad, al-Nasa’i, dan al-Daruquthny). 45 Dari hadits di atas dapat diketahui betapa pentingnya mempelajari
ilmu faraid (mawaris). Perintah mempelajari dan mengajarkan ilmu
mawaris sejalan dengan mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an. Ini
dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa ilmu mawaris merupakan cabang
ilmu yang cukup penting dalam rangka mewujudkan keadilan dalam
masyarakat. Karena masalah harta waris merupakan masalah yang rawan
menimbulkan perselisihan, maka diperlukan ilmu mawaris untuk mengatur
pembagian harta waris. Maksudnya adalah, agar di dalam pembagian
warisan, setiap orang menaati dan melaksanakan ketentuan yang telah
diatur dalam al-Qur’an secara detail.46
44 Ahmad Rofiq, op.cit., hlm. v 45 Ibid., hlm. 6 46 Ibid., hlm. 7
43
Bagi umat Islam, segala persoalan hidup manusia baik yang terkait
dengan Allah SWT ( حبل من هللا) dan yang terkait dengan sesama manusia
lainnya ( لناسحبل من ا ) semuanya telah diatur di dalam syariat Islam.
Sehingga semua bentuk perilaku manusia, baik yang berbentuk ibadah
maupun muamalah, yang tidak sesuai dengan syariat maupun perintah
agama adalah suatu dosa yang dapat mengakibatkan hukuman atau siksa di
akhirat nanti. Sebagaimana firman Allah SWT :
∅ tΒ uρ ÄÈ ÷è tƒ ©!$# …ã& s!θ ß™ u‘ uρ £‰yè tG tƒ uρ …çνyŠρ ߉ãn ã&ù#Åzô‰ãƒ #·‘$ tΡ #V$ Î#≈ yz $ yγ‹Ïù …ã& s!uρ ÑU#x‹tã
Ñ⎥⎫Îγ •Β )14: النساء(
Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan (QS. An-Nisa’: 14).47
4. Ruang Lingkup dan Karakteristik Mata Pelajaran Fiqih Mawaris
Mawaris merupakan salah satu ruang lingkup mata pelajaran Fiqih
di Madrasah Aliyah. Materi mawaris meliputi: ilmu mawaris, sebab
halangan waris mewarisi, ahli waris dan furudul muqaddarah, pembagian
harta warisan, permasalahan dalam pembagian warisan, hikmah
pembagian warisan dan wasiat.48
Karakteristik suatu pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu
perlu diidentifikasikan dalam rangka pengembangan silabus mata
pelajaran tersebut. Struktur suatu mata pelajaran menyangkut dimensi
standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok atau struktur
keilmuan mata pelajaran tersebut. Hasil identifikasi karakteristik mata
pelajaran tersebut bermanfaat sebagai acuan dalam mengembangkan
silabus dan rencana pembelajaran bagi seorang pendidik untuk
meningkatkan kualitas mengajarnya.
Fiqih Mawaris termasuk mata pelajaran yang menekankan aspek
hitungan, karena di dalamnya mencakup perhitungan dan pembagian harta
47Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 118 48 Moh. Rifa’i, op.cit., hlm. xiv
44
yang diterima ahli waris. Oleh karena, Fiqih Mawaris merupakan mata
pelajaran yang tergolong sulit karena membutuhkan ketelitian dan
ketepatan.
Sebagaimana lazimnya suatu bidang studi, materi keilmuan mata
pelajaran Fiqih Mawaris mencakup dimensi pengetahuan (knowledge),
ketrampilan (skill), dan nilai (value). Hal ini sesuai dengan tujuan pokok
pembelajaran mata pelajaran Fiqih Mawaris yaitu mengarahkan peserta
didik untuk menguasai dan memahami hukum waris berdasarkan al-
Qur’an dan al-Hadits, sehingga mengarah peserta didik untuk taat dan
bertaqwa kepada Allah SWT melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
latihan serta pengalaman peserta didik sehingga menjadi muslim yang
selalu bertambah keimanannya kepada Allah SWT.
Disamping itu ilmu Mawaris yang merupakan bagian dari mata
pelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah mempunyai ciri khas dibandingkan
pelajaran yang lainnya, karena pada pelajaran tersebut memikul tanggung
jawab untuk dapat memberi motivasi dan kompensasi sebagai manusia
yang mampu memahami, melaksanakan dan mengamalkan hukum Islam
dalam kehidupan sehari-harinya.
C. Metode Card Sort
1. Pengertian Metode Card Sort
Dari segi bahasa istilah card sort berasal dari dua kata yaitu card
yang berarti “kartu”,49 dan sort yang berarti “menyortir atau memisah-
misahkan.”50 Jadi card sort adalah metode pembelajaran yang
menggunakan alat bantu kartu sortir. Metode card sort merupakan suatu
metode pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar aktif dan
bertujuan agar peserta didik mempunyai jiwa kemandirian dalam belajar
serta menumbuhkan daya kreatifitas sehingga mampu membuat inovasi-
inovasi. Metode card sort dikembangkan oleh Mel Silberman. Metode ini
49 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia,
1992), hlm. 98 50 Ibid., hlm. 541
45
bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta
tentang suatu obyek atau mengulangi informasi. Gerakan fisik yang
diutamakan dapat membantu untuk memberi energi kepada kelas yang
telah letih.51 Dalam penerapan metode ini, peserta didik diberikan kartu
indeks yang berisi materi pelajaran. Kartu indeks dibuat berpasangan
berdasarkan definisi, kategori/kelompok, misalnya kartu yang berisi materi
syarat sah shalat dan lain sebagainya.
Metode card sort bisa digunakan sebagai metode alternatif yang
dirasa lebih bisa memahami karakteristik peserta didik. Karakteristik yang
dimaksud disini adalah peserta didik lebih menyukai belajar sambil
bermain, maksudnya dalam proses belajar mengajar, guru harus membuat
peserta didik tertarik dan senang terhadap materi yang disampaikan,
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Metode ini juga merupakan
salah satu metode atau strategi pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif
dan menyenangkan yang bertujuan untuk mengaktifkan individu dan
kelompok dalam belajar.52
Metode card sort merupakan metode pembelajaran yang
dilaksanakan secara kolaboratif yang digunakan untuk mengajarkan
konsep, karakteristik, klasifikasi, fakta tentang obyek atau mereview
informasi. Gerakan fisik yang dominan dapat membantu mendinamiskan
kelas yang jenuh atau bosan.53 Metode ini aplikasikan dengan prinsip
permainan kartu yang dilaksanakan secara kooperatif sehingga peserta
didik menjadi aktif dalam pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran melalui permainan dapat menciptakan
suasana yang kondusif. Dengan bermain anak memperoleh pelajaran yang
mengandung aspek kognitif, sosial, emosi dan perkembangan fisik.
51 Malvin Silberman, Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject, Terj.
Sardjuli, (Yogyakarta: Yappendis, 1996), hlm. 149. 52 Ismail, SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM: Pembelajaran
Aktif, Inovatif Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, (Semarang: RASAIL Media Group, 2008), hlm. 89.
53 Hisyam Zaini, dkk., Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), hlm. 50.
46
Melalui permainan anak dirangsang untuk berkembang secara umum, baik
perkembangan berpikir, emosi maupun sosial.54
Bermain adalah cara yang paling alamiah bagi manusia, dalam
mempelajari hal-hal baru. Adi W. Gunawan dalam bukunya Genius
Learning menjelaskan beberapa manfaat bila menggunakan metode
permainan dalam pembelajaran ( bermain sambil belajar) diantaranya:
a. Mempersingkat waktu belajar hingga 60%. b. Memberi “kehidupan” pada materi yang membosankan. c. Belajar multi disiplin dan multi dimensi. 55 Kegiatan bermain harus memuat lima unsur di dalamnya yaitu:
a. Mempunyai tujuan b. Memilih dengan bebas dan atas kehendak sendiri c. Menyenangkan dan dapat dinikmati d. Mengkhayal untuk mengembangkan daya imajinatif dan
kreativitas e. Melakukan secara aktif dana sadar56 Permainan dapat menimbulkan kegiatan belajar yang menarik,
permainan dapat membantu membuat suasana lingkungan belajar menjadi
senang, bahagia dan santai, namun memiliki suasana belajar yang
kondusif.
Sebagai media pendidikan, permainan memiliki beberapa fungsi
sebagai berikut:
a. Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak melalui proses
pembelajaran bermain sambil belajar
b. Merangsang pengembangan daya pikir, daya cipta, dan bahasa agar
dapat menumbuhkan sikap, mental, serta akhlak yang baik.
c. Menciptakan lingkungan bermain yang menarik, memberikan rasa
aman dan menyenangkan
d. Meningkatkan kualitas pembelajaran anak-anak.57
54 Andang Ismail, Education Games: Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan
Edukatif, (Yogyakarta: Pilar Media, 2006), hlm. 150 55 Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis untuk Menerapkan
Accelerated Learning, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003). Cet. I hlm. 205. 56 Andang Ismail, op.cit., hlm. 14.
47
2. Card Sort sebagai Metode Pembelajaran Aktif
Metode card sort termasuk dalam kategori metode pembelajaran
aktif, karena memberikan porsi lebih besar terhadap aktifitas peserta didik.
Pembelajaran aktif atau yang sekarang lebih dikenal dengan istilah
PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan) adalah pembelajaran bermakna yang dikembangkan
dengan cara membantu peserta didik membangun keterkaitan antara
informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang
telah dimiliki dan dikuasai peserta didik.58
Pembelajaran aktif merupakan suatu pembelajaran yang mengajak
peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar
dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran.
Peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran,
tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini
peserta didik akan merasa senang sehingga hasil belajar bisa maksimal.59
Pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan
penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua
anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
karakteristik pribadi yang mereka miliki. Dalam pembelajaran ini guru
sengaja mendesain proses pembelajaran agar anak didik dapat berperan
secara aktif dan bertanggung jawab atas apa yang dipelajarinya. Dengan
mengajak, merangsang dan memberikan kesempatan kepada anak untuk
ikut serta mengemukakan pendapat, belajar mengambil keputusan, belajar
dalam kelompok, membuat laporan, berdiskusi dan lain-lain akan
membawa anak pada suasana belajar yang sesungguhnya dan bukan pada
“suasana diajar” belaka. Sistem ini tidak lagi memposisikan anak sebagai
57 Ibid., hlm. 150. 58 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), hlm. xi 59 Hisyam Zaini, op.cit., hlm. xiv.
48
objek pembelajaran, sebagaimana yang selama ini terjadi, tetapi
memposisikannya sebagai subjek pembelajaran. Secara filosofis mengajar
bukan sekedar mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, akan tetapi
bagaiman membantu peserta didik supaya dapat belajar. Oleh karena itu
guru tidak lagi menjadi pemeran sentral dalam proses pembelajaran.60 Hal
ini dikarenakan guru adalah orang yang bertanggung jawab atas semua
aktivitas pembelajaran, dimana yang menjadi pusat dan fokusnya adalah
peserta didik.
Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk
mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik,
sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan
sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu
pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga
perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran aktif salah satu cirinya adalah adanya
interaksi baik antara peserta didik dengan teman maupun gurunya. Oleh
karena pembelajaran aktif memiliki kelebihan di antaranya :
a. Peserta didik dapat belajar dari temannya dan guru untuk membangun
keterampilan sosial dan kemampuannya..
b. Peserta didik dapat mengorganisasikan pemikiran dan membangun
argumen yang rasional.61
3. Implementasi Metode Card Sort dalam Pembelajaran Fiqih Mawaris
Tujuan dari metode card sort adalah mengaktifkan setiap individu
sekaligus kelompok (cooperative learning) dalam belajar. Mata pelajaran
Fiqih Mawaris selama ini tergolong mata pelajaran yang susah, sehingga
banyak peserta didik yang kurang begitu antusias dalam pembelajaran dan
hasil belajarnya pun cenderung rendah. Oleh karena itu, metode card sort
bisa digunakan sebagai metode alternatif untuk meningkatkan aktifitas
60 Ibid., hlm. xvii. 61 Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif-Menyenangkan, (Yogyakarta:
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009), hlm. 9
49
pembelajaran dan prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran Fiqih
Mawaris.
Langkah-langkah penerapan metode card sort dalam pembelajaran
Fiqih Mawaris adalah sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan kartu berisi materi Fiqih Mawaris (jumlah kartu
sama dengan jumlah peserta didik di kelas. Isi kartu terdiri dari kartu
induk/topik utama dan kartu rincian).
b. Seluruh kartu diacak/dikocok agar campur
c. Bagikan kartu kepada peserta didik dan pastikan masing memperoleh
satu (boleh dua)
d. Perintahkan setiap peserta didik bergerak mencari kartu induknya
dengan mencocokkan kepada kawan sekelasnya.
e. Setelah kartu induk beserta seluruh kartu rinciannya ketemu,
perintahkan masing-masing membentuk kelompok dan menempelkan
hasilnya di papan secara urut.
f. Lakukan koreksi bersama setelah semua kelompok menempelkan
hasilnya.
g. Mintalah salah satu penanggungjawab kelompok untuk menjelaskan
hasil sortir kartunya, kemudian mintalah komentar dari kelompok
lainnya.
h. Berikan apresiasi setiap hasil kerja peserta didik.
i. Lakukan klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut.62
4. Kelebihan dan Kekurangan Permainan Kartu Sortir (Card Sort)
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu juga
dengan metode card sort. Kelebihan dari metode card sort adalah:
a. Pembelajaran lebih menyenangkan
Metode card sort memungkinkan pembelajaran terasa
menyenangkan, karena pembelajaran disajikan dalam bentuk
62 Ismail, SM, Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan), (Semarang: Rosail Media Goup, 2008), cet.1, hlm. 89.
50
permainan. Misalnya peserta didik berlomba-lomba mencari suatu
benda atau nama-nama tertentu yang disimpan secara acak sesuai
perintah guru.
b. Materi lebih mudah diingat
Karakteristik metode card sort adalah menyajikan pesan-pesan
pendek pada setiap kartu yang disajikan, misalnya mengenal huruf,
mengenal angka, mengenal nama binatang, macam-macam ahli waris,
syarat dan rukun pembagian warisan dan sebagainya. Sajian pesan-
pesan ini akan memudahkan peserta didik untuk mengingat pesan
tersebut.
c. Mudah dibawa
Kartu-kartu dalam metode card sort lebih mudah dibawa
kemana-mana. Dengan ukuran yang kecil, kartu dapat disimpan di tas
bahkan di saku sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas, dapat
digunakan di mana saja, di kelas maupun di luar kelas.
d. Praktis
Dilihat dari cara pembuatan dan penggunaannya, kartu sangat
praktis, dalam menggunakan media ini guru tidak memerlukan
keahlian khusus, media ini tidak juga membutuhkan listrik. Jika ingin
menggunakan kita tinggal mengurutkan gambar sesuai dengan
keinginan kita, pastikan posisi gambarnya tepat tidak terbalik, jika
sudah digunakan tinggal disimpan kembali dengan cara diikat atau
menggunakan kotak khusus agar tidak tercecer.
Sedangkan kekurangan permainan kartu antara lain:
a. Ketepatgunaan belajar dengan permainan kartu tergantung materi yang
terpilih
b. Penggunaan permainan kartu memerlukan suatu pengaturan kelompok
secara khusus
c. Permainan senderung menyederhanakan konteks sosialnya sehingga
tidak mustahil peserta didik justru memperoleh kesan yang salah
51
d. Memerlukan waktu yang cukup lama
D. Kerangka Berpikir
Salah satu aspek yang berperan penting dalam keberhasilan
pembelajaran adalah metode. Metode digunakan untuk mempermudah
penyampaian materi kepada peserta didik. Oleh karena itu, penggunaan
metode harus disesuaikan dengan materi. Disamping itu pemilihan metode
yang tepat akan memberikan efek positif baik dari segi psikologis maupun
aktifitas fisik. Metode pembelajaran yang menyenangkan akan dapat
meningkatkan motivasi peserta didik, begitu juga metode pembelajaran yang
dilakukan secara aktif akan dapat meningkatkan aktifitas peserta didik.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan sebagai
alternatif adalah metode card sort. Metode card sort diimplementasikan
dengan menggunakan prinsip permainan kartu. Prinsip permainan ini dapat
meningkatkan motivasi belajar peserta didik, karena pembelajaran dilakukan
dengan lebih menyenangkan. Metode ini dapat digunakan pada materi yang
secara konsep lebih susah, misalnya pada materi Fiqih Mawaris.
Mata pelajaran fiqih, khususnya Fiqih Mawaris tergolong mata
pelajaran yang membutuhkan pemahaman lebih luas. Oleh karena itu dalam
proses pembelajannya dibutuhkan metode yang sesuai karakteristik mata
pelajaran fiqih. Metode card sort cocok digunakan pada materi mawaris
karena dapat mempermudah peserta didik memahami konsep Fiqih Mawaris
yang susah. Dengan begitu prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran
Fiqih Mawaris dapat meningkat.
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah bahwa ada peningkatan prestasi belajar peserta didik pada
pembelajaran Fiqih Mawaris melalui metode card sort di kelas XI IPA MA Al
Hadi Girikusuma Mranggen Kabupaten Demak tahun pelajaran 2009/2010.
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan merupakan penelitian tindakan kelas
(class action research). Penelitian tindakan merupakan penelitian yang
dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar
siswa menjadi meningkat.63
Sarwiji Suwandi mengemukakan bahwa penelitian tindakan
merupakan suatu penelitian yang bersifat reflektif yang didasarkan pada
kondisi riil yang kemudian dicari permasalahannya dan ditindaklanjuti dengan
melakukan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur.64 Jadi
penelitian kelas dilakukan sebagai upaya perbaikan terhadap pelaksanaan
praktek pembelajaran oleh guru dengan melakukan tindakan-tindakan
pembelajaran berdasarkan permasalahan yang ada.
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di MA Al Hadi Girikusuma
Mranggen Kabupaten Demak. Pertimbangan peneliti memilih MA tersebut
sebagai lokasi/setting penelitian, karena beberapa alasan di antaranya: a)
Berdasar observasi awal, aktivitas belajar dan prestasi belajar peserta didik
dalam pelajaran Fiqih Mawaris rata-rata masih rendah b) Berdasarkan
observasi para pendidik di MA Al Hadi Girikusuma Mranggen Kabupaten
Demak yang mengajar mata pelajaran Fiqih Mawaris khususnya, masih
menggunakan metode satu arah (ceramah) sehingga pelajaran yang
seharusnya dikuasai dengan baik oleh peserta didik hasilnya kurang
optimal.
63 I.G.A.K. Wardani, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004), hlm. 1.4
64 Sarwiji Suwandi, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah, (Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta, 2009), hlm. 10-11
53
Hal tersebut membuat peneliti tergerak untuk melakukan penelitian
dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran Fiqih
Mawaris melalui penerapan metode card sort sebagai alternatif tindakan
bersama guru mata pelajaran sebagai kolaborator.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian tindakan kelas ini sekitar
dua bulan, yaitu pada tanggal 29 Maret sampai dengan 29 Mei 2010.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua siklus. Berikut ini
merupakan jadwal rencana kegiatan penelitian tindakan kelas yang akan
dilaksanakan di MA Al Hadi Girikusuma Mranggen:
Waktu (minggu) ke- No Rencana Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1. Observasi Awal X
Persiapan Menyusun konsep pelaksanaan X Menyepakati jadwal dan tugas X Menyusun Instrumen X
2.
Diskusi konsep pelaksanaan X Pelaksanaan Menyiapkan kelas dan alat X Pelaksanaan pra siklus X Pelaksanaan siklus I X Pelaksanaan siklus II X
3.
Koordinasi akhir X Pembuatan Laporan X Menyusun konsep laporan X
4.
Penyelesaian Laporan X X
3. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA MA
Al Hadi Girikusuma Mranggen Kabupaten Demak yang berjumlah 27
peserta didik yang terdiri dari 7 peserta didik putra dan 20 peserta didik
putri. Dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru Fiqih
Mawaris yang sekaligus sebagai mitra (kolaborator peneliti).
54
C. Variabel Penelitian
Istilah “variabel” merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam
setiap jenis penelitian, F.N. Kerliner dalam Arikunto menyebut “variabel sebagai
sebuah konsep seperti halnya laki-laki dalam konsep jenis kelamin, insaf dalam
konsep kesadaran”.65
Sugiono menjelaskan bahwa “variabel merupakan gejala yang menjadi
fokus peneliti untuk diamati”.66 Dalam penelitian yang mempelajari pengaruh
suatu treatment, terdapat variabel penyebab (X) atau Variabel bebas
(independent variable) dan variabel akibat (Y) atau variabel terikat (dependent
variable).67
Karena penelitian ini berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Peserta Didik dalam Pembelajaran Fiqih Mawaris Melalui Metode Card Sort
di Kelas XI IPA MA Al Hadi Girikusuma Mranggen Kabupaten Demak
Tahun Pelajaran 2009/2010” maka variabel-variabel pada penelitian ini
adalah:
Variabel X : Metode Card Sort
Variabel Y : Hasil Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran Fiqih Mawaris
D. Desain Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini dipilih model spiral dari Kemmis
dan Taggart yang terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam pembelajaran
berdasarkan refleksi mengenai hasil dari tindakan-tindakan pada siklus
sebelumnya. Dimana setiap siklus tersebut terdiri dari empat tahapan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi.
Model penelitian tindakan kelas tersebut adalah sebagai berikut.68
65 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), hlm. 94 66 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, (Bandung; Alfabeta, 2005), hlm. 2 67 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 97 68 Ibid., hlm. 16
55
dst.
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaa
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tendakan kelas ini adalah terdiri dari 4 tahap.
Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini sebagai berikut:
1. Pra Siklus
Sebelum melakukan penelitian tindakan di kelas, peneliti
melakukan penelitian awal atau pra siklus. Pada tahap ini peneliti
mengadakan kegiatan pembelajaran tanpa metode card sort dan setelah itu
peneliti mengadakan evaluasi untuk mengetahui hasil dari pembelajaran
yang telah dilakukan tanpa metode card sort.
Dalam pelaksanaan pembelajaran pada tahap pra siklus ini akan
diketahui bagaimana prestasi belajar fiqih mawaris peserta didik. Hal ini
dilakukan untuk membandingkan hasil belajar peserta didik yang
diperoleh pada tahap pra siklus dengan hasil belajar peserta didik pada
siklus I dan II. Apakah terjadi peningkatan hasil belajar fiqih mawaris tiap
siklusnya.
n
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS IIRefleksi Pelaksanaa
Pengamatan
n
?
56
2. Siklus I
Pada siklus I materi yang diajarkan adalah tentang hukum waris.
Sedangkan Kompetensi Dasarnya adalah: menjelaskan ketentuan hukum
waris dalam Islam.
a. Perencanaan
1) Membuat rencana pembelajaran
2) Membuat satuan tindakan (pemberian bantuan)
3) Menyusun lembar observasi peserta didik
4) Menyiapkan format evaluasi.
5) Mengembangkan format evaluasi model pembelajaran.
b. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah
melaksanakan tindakan upaya meningkatkan semangat belajar peserta
didik dalam pembelajaran fiqih mawaris yang telah direncanakan.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Menyiapkan sarana pembelajaran
2) Memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan
tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik secara singkat, dan
penuh kehangatan. Peneliti sebagai pengamat.
3) Guru menyiapkan kartu berisi tentang materi pokok tentang hukum
waris (jumlah kartu sama dengan jumlah peserta didik di kelas dan
isi kartu terdiri dari kartu induk/topik utama dan kartu rincian).
4) Seluruh kartu diacak/dikocok agar campur.
5) Bagikan kartu kepada peserta didik dan pastikan tiap peserta didik
memperoleh satu (boleh dua).
6) Perintahkan setiap peserta didik bergerak mencari kartu induknya
dengan mencocokkan kepada teman sekelasnya.
7) Setelah kartu induk beserta seluruh kartu rinciannya ketemu,
perintahkan masing-masing membentuk kelompok dan
menempelkan hasilnya di papan secara urut.
57
8) Lakukan koreksi bersama setelah semua kelompok menempelkan
hasilnya.
9) Mintalah salah satu penanggungjawab kelompok untuk
menjelaskan hasil sortir kartunya, kemudian mintalah komentar
dari kelompok lainnya.
10) Berikan apresiasi setiap hasil kerja peserta didik.
11) Lakukan klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut.
12) Guru melakukan evaluasi
c. Observasi
Dalam tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan observasi yang telah dipersiapkan.
Peneliti mempersiapkan lembar observasi yang telah disiapkan untuk
mengetahui kondisi kelas terutama semangat belajar peserta didik
dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini hasil pengamatan kemudian
didiskusikan dengan kolaborator yaitu guru bidang studi fiqih untuk
didiskusikan dan dicari solusi dari permasalahan yang ada pada waktu
pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan
dianalisis dalam tahap ini. Berdasarkan hasil observasi guru dapat
merefleksi peningkatan prestasi belajar peserta didik dalam
pembelajaran fiqih mawaris. Dalam kegiatan refleksi ini akan
dianalisis apakah kegiatan yang telah dilakukan dapat meningkatkan
prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran fiqih mawaris.
Berdasarkan hasil refleksi ini juga akan dapat diketahui kelemahan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga dapat
digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya.
3. Siklus II
Materi yang diajarkan pada siklus II adalah hubungan waris dan
wasiat. Sedangkan Kompetensi Dasarnya adalah: 1) Menjelaskan
58
keterkaitan waris dengan wasiat. 2) Menunjukkan contoh cara pelaksanaan
waris dan wasiat.
a. Perencanaan
Tahap perencanaan tindakan pada siklus II ini dilakukan
berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus I. Perencanaan tindakan pada
siklus II merupakan hasil perbaikan dari pelaksanaan tindakan siklus I.
Adapun kegiatan perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II
adalah sama dengan siklus I.
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pada tahap ini langkah-langkahnya hampir sama ketika
dilakukan pada siklus I, hanya saja pelaksanaannya ditambah
dengan melihat hasil refleksi siklus I serta menambahkan hal-hal
yang perlu diperhatikan dan penekanan pada tahap sebelumnya.
Pada akhir siklus II juga dilakukan pemberian tes akhir untuk
mengetahui perkembangan peserta didik dalam bentuk objektif tes
pokok bahasan mawaris.
c. Observasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini sama persis dengan
kegiatan pada siklus I. Data yang diperoleh dalam tahap observasi
siklus II dikumpulkan untuk kemudian dilakukan analisis.
d. Refleksi
Data yang diperoleh pada siklus I dikumpulkan untuk
selanjutnya dianalisis kemudian diadakan refleksi sehingga dapat
diketahui apakah permasalahan yang dihadapi sudah mampu
terpecahkan, yaitu terjadinya peningkatan prestasi belajar peserta didik
setelah adanya tindakan.
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode untuk
menggali informasi yang dibutuhkan. Metode yang dipakai oleh peneliti untuk
mendapatkan informasi tersebut antara lain sebagai berikut:
59
1. Tes
Metode tes adalah “serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.”69
Metode tes oleh peneliti digunakan untuk mendapatkan hasil belajar
peserta didik yang telah melakukan pembelajaran fiqih mawaris melalui
metode card sort sebagai evaluasi setelah proses pembelajaran. Untuk
menjaga objektifitas soal, peneliti menggunakan instrumen tes yang sudah
diuji validitasnya, sehingga soal-soal yang akan diberikan kepada
responden sudah memenuhi standar penelitian atau valid untuk digunakan.
2. Pengamatan (observasi)
Sebagai metode ilmiah, observasi dapat diartikan sebagai
”pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena atau
kejadian yang diselidiki.”70 Metode pengamatan (observasi) merupakan
cara pengumpulan data dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk
melihat secara langsung kegiatan objek yang diteliti. Metode observasi ini
memuat tiga fase esensial yaitu pertemuan perencanaan, observasi di
dalam kelas dan diskusi balikan.
Untuk mengetahui sejauh mana aktifitas peserta didik selama
pembelajaran sedang berlangsung, peneliti membuat lembar observasi
peserta didik yang memuat indikator aktifitas belajar peserta didik.
Kriteria penilaian tiap indikatornya adalah sebagai berikut: skor 1
(kurang), 2 (cukup), 3 (baik), 4 (sangat baik). Sedangkan aktifitas peserta
didik di kelas dinilai menurut prosentase keaktifannya.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barang-
barang tertulis. Sumber dokumentasi pada dasarnya adalah segala bentuk
sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen baik resmi maupun
69 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 127 70 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi, 2002), hlm. 136.
60
yang tidak resmi, berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah dan
sebagainya.71
Metode dokumentasi ini digunakan peneliti untuk mengetahui
berbagai data yang ada di MA Al Hadi Girikusuma Mranggen Kabupaten
Demak, seperti data nama peserta didik, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan foto kegiatan proses belajar mengajar di kelas.
G. Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam pola kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan ide yang disarankan oleh data. Teknik analisis data
pada penelitian ini menggunakan statistik deskriptif.
Menurut Sugiyono analisis statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu statistik hasil
penelitian, tetapi tidak untuk membuat kesimpulan yang lebih luas
(generalisasi/inferensi).72 Statistik deskriptif untuk mengolah karakteristik
data yang berkaitan dengan menjumlah, merata-rata, mencari prosentase serta
menyajikan data yang menarik, mudah dibaca, dan diikuti alur berpikirnya
misalnya bentuk grafik dan tabel.73
Data-data yang diperoleh dari penelitian baik melalui pengamatan, tes
atau dengan menggunakan metode yang lain kemudian diolah dengan analisis
deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indikator
keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan keberhasilan pembelajaran
dengan metode card sort dalam pembelajaran fiqih. Adapun tehnik
pengumpulan data yang berbentuk kuantitatif berupa data-data yang disajikan
berdasarkan angka-angka, maka analisis yang digunakan adalah kuantitatif,
misalnya untuk mencari prosentase keaktifan peserta didik dalam
71 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 206 72 Sugiyono, op.cit., hlm. 21 73 Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara., dkk.,
2007), hlm. 131-132
61
pembelajaran fiqih mawaris. Sedangkan rumus untuk mencari prosentase
adalah sebagai berikut:
Skor yang dicapai Nilai = X 100 %
Skor maksimal
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan tindakan dalam penelitian ini diukur dari hal-hal
sebagai berikut:
1. Ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasikal mencapai ≥ 85 % dan
secara individual nilai yang diperoleh peserta didik ≥ 60.
2. Prosentase aktifitas belajar peserta didik di kelas > 75 %. Hasil prosentase
dapat diketahui dari lembar observasi peserta didik yang disusun oleh
peneliti dan kolaboran (guru).
62
BAB IV
ANALISIS UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA
DIDIK DALAM PEMBELAJARAN FIQIH MAWARIS MELALUI
METODE CARD SORT DI KELAS XI IPA MA AL HADI GIRIKUSUMA
MRANGGEN KABUPATEN DEMAK
A. Hasil Observasi Awal
Pelaksanaaan pembelajaran pra siklus di kelas XI IPA MA Al Hadi
Girikusuma Mranggen Kabupaten Demak dilaksanakan pada tanggal 12 April
2010. Pada tahap pra siklus peneliti melakukan observasi awal dengan tujuan
untuk mengetahui seberapa jauh aktifitas peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran Fiqih Mawaris di kelas sebelum diterapkannya metode card
sort. Peneliti mengamati secara langsung proses pembelajaran yang ada di
kelas. Pada tahap pra siklus ini, metode yang digunakan guru adalah metode
ceramah dan tanya jawab.
Metode yang digunakan guru tersebut belum mampu meningkatkan
aktifitas peserta didik dalam pembelajaran. Peserta didik cenderung pasif
karena metode tersebut tidak memberikan ruang bagi peserta didik untuk lebih
aktif. Kekurangaktifan peserta didik tersebut memberikan efek negatif
terhadap hasil belajar mereka. Rata-rata hasil belajar peserta didik cenderung
rendah. Hal ini bisa dipahami, karena materi Fiqih Mawaris merupakan materi
yang susah dan membutuhkan pemahaman yang lebih. Dengan aktifitas
pembelajaran yang monoton, akhirnya peserta didik kurang begitu antusias
dalam mengikuti pembelajaran, dan imbasnya hasil belajar mereka rendah.
Berikut ini digambarkan data hasil belajar peserta didik tahap pra siklus.
Tabel 1 Rangkuman Hasil Belajar Peserta Didik Pra Siklus
No Keterangan Perolehan 1 Nilai terendah 55 2 Nilai tertinggi 70 3 Nilai rata-rata kelas 62 4 Jumlah peserta didik yang belum tuntas belajar 18 5 Jumlah peserta didik yang tuntas belajar 9 6 Prosentase ketuntasan klasikal 33,33%
63
Berkaitan dengan hasil belajar peserta didik yang dilakukan di akhir
pembelajaran didapat bahwa rata-rata hasil belajar pada tahap pra siklus yaitu
62 yang berada di bawah standar ketuntasan minimal yaitu 65. Dari data yang
diperoleh pada tahap pra siklus ada 18 peserta didik yang belum tuntas,
sehingga prosentase ketuntasan belajar peserta didik sebesar 33,33%.
Banyaknya peserta didik yang belum tuntas belajarnya mengindikasikan bahwa
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum maksimal.
Berkaitan dengan aktifitas peserta didik, ada beberapa indikator yang
merefleksikan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran, di antaranya adalah
perhatian peserta didik dalam pembelajaran, keaktifan menulis materi,
menjawab pertanyaan dari guru maupun peserta didik, mengajukan pertanyaan,
tingkat kerjasama peserta didik, dan mengerjakan tugas di depan kelas.
Indikator-indikator tersebut yang peneliti amati selama proses pembelajaran.
Hasil observasi terhadap aktifitas peserta didik selama mengikuti
pembelajaran pada tahap pra siklus dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2 Hasil Observasi Aktifitas Peserta Didik Pra Siklus
No Aspek yang Diamati Nilai rata-rata
1 Peserta didik memperhatikan penjelasan guru ketika menyampaikan materi
1,7
2 Peserta didik aktif menulis materi pelajaran 1,8 3 Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru 1,3 4 Peserta didik bertanya tentang materi yang belum jelas kepada
guru 1,1
5 Tingkat kerjasama peserta didik dalam pembelajaran 1,4 6 Peserta didik menjawab pertanyaan dari teman 1,7 7 Peserta didik mengerjakan tugas di depan kelas 1,4 Jumlah skor 10,4 Prosentase 37,17 %
Keterangan: Skor tertinggi per aspek = 4 skor terendah = 1 Skor total maksimal = 28
Kriteria Penilaian 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik
Prosentase aktifitas : 0% - 39% = Sangat Kurang 40% - 55% = Kurang 56% - 65% = Cukup 66% - 79% = Baik 80% - 100% = Sangat Baik
42
Dari hasil pengamatan pada tahap pra siklus tersebut dapat disimpulkan
bahwa peserta didik belum terlibat aktif secara penuh dalam proses
pembelajaran. Keaktifan peserta didik adalah sebagai indikator adanya
semangat belajar dalam proses pembelajaran. Peserta didik yang kesiapannya
matang dalam pembelajaran dan aktif dalam kelas menunjukkan adanya
semangat atau keinginan untuk bisa. Rendahnya semangat belajar peserta
didik pada kelas XI IPA MA Al Hadi Girikusuma Mranggen Kabupaten
Demak yang menjadi obyek penelitian dapat ditunjukkan dari prosentase hasil
penilaian keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran yaitu sebesar
37,17 % dengan kategori sangat kurang.
Selama proses belajar berlangsung aspek yang menunjukkan adanya
belajar aktif belum secara maksimal terpenuhi, seperti belum banyak peserta
didik yang mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan, tingkat
kerjasama di antara peserta didik juga kurang. Peneliti juga mendapatkan
masih ada peserta didik yang tempat duduknya paling belakang melaksanakan
aktivitas selain pembelajaran seperti halnya bicara sendiri atau berbisik-bisik
serta mengerjakan tugas pada mata pelajaran selain Fiqih Mawaris.
Begitu juga dengan aktifitas guru yang tergolong masih rendah. Hasil
observasi terhadap aktifitas guru selama proses pembelajaran dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 3
Hasil Observasi Aktifitas Guru Pra Siklus
No Aspek yang Dinilai Nilai 1 Kemampuan dalam berkomunikasi dan menciptakan
komunikasi dua arah 2
2 Kemampuan dalam menerapkan metode pembelajaran 2 3 Kemampuan dalam menyampaikan materi pelajaran 2 4 Kemampuan mengorganisir kelas 1 5 Memberikan motivasi pada peserta didik 1 6 Membimbing peserta didik dengan baik 2 7 Penguasaan materi pelajaran 3
Jumlah 13 Rata-rata 1,86 = 2 Prosentase aktifitas guru 46,43
43
Keterangan: Skor tertinggi per aspek = 4 skor terendah = 1 Skor total maksimal = 28
Kriteria Penilaian 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik
Prosentase aktifitas : 0% - 39% = Sangat Kurang 40% - 55% = Kurang 56% - 65% = Cukup 66% - 79% = Baik 80% - 100% = Sangat Baik
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap aktifitas guru selama
proses pembelajaran diketahui bahwa prosentase aktifitas guru adalah 46,43%
dengan kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang
dilakukan oleh guru belum maksimal.
Dari hasil pengamatan pada tahap pra siklus, ada beberapa
permasalahan pembelajaran yang perlu diperbaiki di antaranya adalah:
a. Hasil belajar peserta didik tergolong rendah. Salah satu penyebabnya
adalah peserta didik kesulitan memahami materi Fiqih Mawaris yang luas.
b. Penerapan metode konvensional seperti metode ceramah, membuat peserta
didik menjadi jenuh dan kurang begitu aktif dalam pembelajaran.
c. Aktifitas pembelajaran yang dilakukan guru teridentifikasi belum
maksimal. Karena guru sering menggunakan metode ceramah dalam
pembelajaran, sehingga kurang menghiraukan aktifitas lainnya seperti
kemampuan menciptakan komunikasi dua arah dan pemberian motivasi.
Dari beberapa permasalahan di atas, maka diperlukan solusi konstruktif
supaya hasil belajar dan aktifitas belajar peserta didik dapat meningkat.
Permasalahan tersebut kemudian didiskusikan dengan guru mitra atau
kolaborator untuk mencari solusi. Solusi yang diambil adalah dengan
menerapkan metode card sort dalam pembelajaran Fiqih Mawaris. Solusi
ataupun hasil diskusi tersebut akan diterapkan menjadi sebuah tindakan untuk
tahap berikutnya yaitu pada siklus 1.
44
B. Hasil Pelaksanaan Tindakan Tiap Siklus
1. Siklus I
a. Perencanaan
Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi pada saat
observasi awal maka telah direncanakan metode pembelajaran pada
siklus I ini adalah metode card sort. Perencanaan pengajaran pada siklus
I ini dituangkan dalam bentuk RPP. Materi yang dibahas pada siklus I
adalah Ketentun Hukum Waris dalam Islam dengan standar kompetensi:
memahami hukum Islam tentang waris, serta kompetensi dasar:
menjelaskan ketentuan hukum waris dalam Islam. Selain RPP, peneliti
juga mempersiapkan instrumen lainnya seperti kartu sortir yang berisi
materi-materi Fiqih Mawaris, lembar observasi untuk peserta didik dan
guru, serta lembar soal.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak dua
kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Pertemuan pertama
dilaksanakan pada tanggal 19 April 2010 dan pertemuan kedua pada
tanggal 26 April 2010. Materi yang diajarkan tentang Ketentun Hukum
Waris dalam Islam, dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan prosedur
yang direncanakan dalam RPP.
Pada awal pembelajaran guru memberikan informasi tentang
jalannya pembelajaran dan tugas yang harus dilakukan oleh peserta
didik secara singkat, dan penuh kehangatan. Guru menjelaskan pokok
bahasan yang akan dibahas pada pertemuan kali ini secara global.
Kemudian guru menyiapkan kartu berisi tentang materi pokok tentang
hukum waris. Isi kartu terdiri dari kartu induk/topik utama dan kartu
rincian. Seluruh kartu diacak agar campur agar tercampur menjadi
satu.
45
Langkah selanjutnya, guru membagikan kartu kepada peserta
didik dan memastikan tiap peserta didik memperoleh minimal satu
kartu. Guru memerintahkan setiap peserta didik bergerak mencari
kartu induknya dengan mencocokkan kepada teman sekelasnya.
Setelah kartu induk beserta seluruh kartu rinciannya ketemu, guru
meminta masing-masing peserta didik membentuk kelompok dan
menempelkan hasilnya di papan secara urut.
Setelah peserta didik selesai menyusun kartu-kartu tersebut, guru
melakukan koreksi bersama terhadap pekerjaan peserta didik tersebut.
Guru meminta salah satu penanggungjawab kelompok untuk
menjelaskan hasil sortir kartunya, kemudian guru meminta kelompok
lain untuk memberikan komentar terhadap pekerjaan temannya
tersebut. Setelah semuanya selesai, guru memberikan apresiasi dengan
memberikan nilai terhadap hasil kerja masing-masing kelompok.
Pada akhir siklus I guru melakukan tes akhir yang berfungsi
untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik
pada siklus I tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4 Rangkuman Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I
No Keterangan Perolehan1 Nilai terendah 60 2 Nilai tertinggi 75 3 Nilai rata-rata kelas 70 4 Jumlah peserta didik yang belum tuntas belajar 5 5 Jumlah peserta didik yang tuntas belajar 22 6 Prosentase ketuntasan klasikal 81,48%
Berdasarkan temuan yang tercantum dalam tabel di atas
diketahui bahwa peserta didik yang mencapai ketuntasan individu yakni
22 orang (memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65), dan
peserta didik yang belum mencapai nilai ketuntasan individu ada 5
46
(tidak mencapai nilai 65). Sedangkan rata-rata hasil belajar peserta
didik secara klasikal adalah 70.
Deskripsi data tersebut memperlihatkan bawa sudah ada
peningkatan nilai hasil belajar peserta didik. Hal ini dapat dilihat nilai
rata-rata kelas pada observasi awal (pra siklus) 62 naik menjadi 70 pada
siklus I dan ketuntasan klasikal 33,33% pada observasi awal naik
menjadi 81,48% pada siklus I. Walaupun rata-rata kelas sudah
mengalami peningkatan tetapi indikator keberhasilan ketuntasan klasikal
sebesar 85% masih belum tercapai maka perlu diadakan perbaikan pada
siklus II.
c. Observasi
Selama proses pembelajaran berlangsung aktivitas guru
maupun peserta didik diamati oleh peneliti. Aktifitas belajar peserta
didik yang diamati di antaranya adalah perhatian peserta didik, aktif
menulis materi, menjawab dan bertanya dari guru maupun dari teman
sekelas, kerja sama antar peserta didik, dan mengerjakan tugas di
depan kelas.
Hasil observasi mengenai aktivitas peserta didik pada siklus I
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5 Aktivitas Belajar Peserta Didik Siklus I
No Aspek yang Diamati Nilai rata-rata
1 Peserta didik memperhatikan penjelasan guru ketika menyampaikan materi
2,7
2 Peserta didik aktif menulis materi pelajaran 2,8 3 Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru 2,6 4 Peserta didik bertanya tentang materi yang belum
jelas kepada guru 2,9
5 Tingkat kerjasama peserta didik dalam pembelajaran 2,9 6 Peserta didik menjawab pertanyaan dari teman 2,8 7 Peserta didik mengerjakan tugas di depan kelas 2,3 Jumlah skor 20 Prosentase 71,30 %
47
Keterangan: Skor tertinggi per aspek = 4 skor terendah = 1 Skor total maksimal = 28
Kriteria Penilaian 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik
Prosentase aktifitas : 0% - 39% = Sangat Kurang 40% - 55% = Kurang 56% - 65% = Cukup 66% - 79% = Baik 80% - 100% = Sangat Baik
Berdasarkan data tabel tentang aktivitas belajar peserta didik
siklus I di atas, dapat diketahui bahwa aktivitas peserta didik pada
siklus I mencapai 71,30% ini berada pada ketegori baik. Meskipun
begitu prosentase aktifitas peserta didik tersebut belum memenuhi
indikator keberhasilan tindakan yaitu prosentase aktifitas peserta didik
bisa mencapai 80%. Hasil aktivitas peserta didik ini dijadikan
pertimbangan untuk tindakan siklus II, yakni perlu adanya upaya
peningkatan aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran.
Selain hasil belajar peserta didik dan aktivitas peserta didik
dalam pembelajaran, faktor yang juga sangat mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran adalah aktifitas guru selama proses
pembelajaran. Hasil observasi mengenai aktifitas pembelajaran yang
dilakukan guru dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6 Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus I
No Aspek yang Dinilai Nilai 1 Kemampuan dalam berkomunikasi dan
menciptakan komunikasi dua arah 3
2 Kemampuan dalam menerapkan metode pembelajaran 3
3 Kemampuan dalam menyampaikan materi pelajaran 3
4 Kemampuan mengorganisir kelas 2 5 Memberikan motivasi pada peserta didik 2 6 Membimbing peserta didik dengan baik 3 7 Penguasaan materi pelajaran 4
Jumlah 20 Rata-rata 2,86 = 3 Prosentase aktifitas guru 71,43%
48
Keterangan: Skor tertinggi per aspek = 4 skor terendah = 1 Skor total maksimal = 28
Kriteria Penilaian 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik
Prosentase aktifitas : 0% - 39% = Sangat Kurang 40% - 55% = Kurang 56% - 65% = Cukup 66% - 79% = Baik 80% - 100% = Sangat Baik
Tampak pada tabel di atas bahwa pengelolaan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru mendapatkan skor rata-rata 3 dan tergolong
pada kategori baik dengan prosentase aktifitas 71,43%. Hal ini
menunjukkan guru sudah cukup baik dalam melakukan pengelolaan
pembelajaran. Namun pengelolaan pembelajaran juga harus lebih
ditingkatkan pada siklus berikutnya agar lebih baik lagi, karena
bermula dari pengelolaan pembelajaran inilah akan melahirkan tingkat
aktivitas peserta didik yang lebih tinggi serta peningkatan hasil belajar
yang lebih baik.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil belajar peserta didik dan observasi terhadap
aktivitas peserta didik dan pengelolaan pengajaran pada siklus I, maka
peneliti dan guru kolaborator melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran yang terjadi pada siklus I. Hasil refleksi tersebut di
antaranya adalah : pertama, pada siklus I ini sudah ada peningkatan
hasil peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar
dan prosentase ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal. Pada
tahap pra siklus nilai rata-rata peserta didik secara klasikal adalah 62
dengan prosentase ketuntasan sebesar 33,33%. Sedangkan pada siklus
I nilai rata-rata hasil belajar peserta didik meningkat menjadi 70
dengan prosentase ketuntasan sebesar 81,84%. Tetapi indikator
keberhasilan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 85% masih
belum tercapai.
49
Kedua, aktivitas peserta didik pada siklus I juga mengalami
peningkatan jika dibandingkan pra siklus. Pada pra siklus prosentase
aktifitas peserta didik adalah 37,17% (kategori sangat kurang) dan
pada siklus I meningkat menjadi 71,30% (kategori baik). Namun hasil
aktifitas peserta didik ini belum sesuai dengan indikator keberhasilan
tindakan yang telah ditetapkan peneliti yaitu > 80%.
Ketiga, pengelolaan pengajaran yang dilakukan oleh guru juga
mengalami peningkatan. Pada tahap pra siklus prosentase aktifitas guru
sebesar 46,43% (kategori kurang) dan pada siklus I meningkat menjadi
71,43% (kategori baik). Meskipun mengalami peningkatan, namun
masih ada beberapa aspek yang perlu diperbaiki seperti kemampuan
mengorganisir kelas dan kemampuan memotivasi peserta didik.
Diharapkan pada siklus berikutnya kemampuan guru dalam melakukan
pembelajaran dapat meningkat.
Melihat hasil refleksi ini maka perlu adanya perbaikan-perbaikan
dalam pembelajaran pada siklus berikutnya, seperti upaya menigkatkan
lagi aktivitas belajar peserta didik dan pengelolaan pengajaran guru.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Pada siklus II ini peneliti merencanakan pembelajaran dengan
metode yang sama pada siklus I hanya saja mengalami beberapa
perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Perencanaan tindakan pada
siklus I tertuang dalam RPP. Materi yang dibahas pada siklus I
melanjutkan materi sebelumnya yaitu Ketentuan Hukum Waris dalam
Islam, dengan standar kompetensi: memahami hukum Islam tentang
waris, serta kompetensi dasar: 1) menjelaskan ketentuan hukum waris
dalam Islam, 2) menjelaskan keterkaitan waris dengan wasiat, 3)
menunjukkan contoh cara pelaksanaan waris. Instrumen lainnya yang
dipersiapkan adalah kartu sortir yang berisi materi Fiqih Mawaris,
50
lembar observasi untuk peserta didik, lembar observasi untuk guru, dan
lembar soal untuk evaluasi.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan sebanyak dua
kali pertemuan yaitu pada tanggal 3 Mei 2010 dan pada tanggal 10 Mei
2010 dengan alokasi waktu tiap pertamuan adalah 2 x 45 menit.
Pelaksanaan pembelajarannya mengacu pada RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) yang telah dipersiapkan.
Prinsip pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini hampir
sama dengan siklus I, tetapi peneliti lebih menekankan pada perbaikan
dalam mengorganisir kelas dan pemberian motivasi agar aktivitas
peserta didik lebih meningkat dari siklus I.
Pada awal pembelajaran guru memberikan apersepsi, motivasi
dan menyampaikan tujuan pembelajaran Fiqih Mawaris. Guru juga
menginformasikan tentang jalannya pembelajaran dan tugas yang
harus dilakukan oleh peserta didik secara singkat, dan penuh
kehangatan. Guru menjelaskan pokok bahasan yang akan dibahas pada
pertemuan kali ini secara global. Kemudian guru menyiapkan kartu
berisi tentang materi pokok tentang hukum waris. Isi kartu terdiri dari
kartu induk/topik utama dan kartu rincian. Seluruh kartu diacak agar
campur agar tercampur menjadi satu.
Selanjutnya, guru membagikan kartu kepada peserta didik dan
memastikan tiap peserta didik memperoleh minimal satu kartu. Guru
memerintahkan setiap peserta didik bergerak mencari kartu induknya
dengan mencocokkan kepada teman sekelasnya. Untuk menjaga agar
kondisi kelas tetap kondusif, guru mengatur proses pencarian kartu.
Guru meminta peserta didik yang membawa kartu induk untuk maju ke
depan dan memperlihatkan kartu tersebut ke teman-temannya,
sehingga peserta didik yang membawa kartu rinciannya dapat dengan
51
mudah mendapatkan kartu induknya. Setelah kartu induk beserta
seluruh kartu rinciannya ketemu, guru meminta masing-masing peserta
didik membentuk kelompok dan menempelkan hasilnya di papan
secara urut.
Setelah peserta didik selesai menyusun kartu-kartu tersebut,
guru melakukan koreksi bersama terhadap pekerjaan peserta didik
tersebut. Guru meminta salah satu penanggungjawab kelompok untuk
menjelaskan hasil sortir kartunya, kemudian guru meminta kelompok
lain untuk memberikan komentar terhadap pekerjaan temannya
tersebut. Setelah semuanya selesai, guru memberikan apresiasi dengan
memberikan nilai terhadap hasil kerja masing-masing kelompok.
Pada akhir siklus II juga dilakukan tes akhir yang berfungsi
untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik
pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7 Rangkuman Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II
No Keterangan Perolehan 1 Nilai terendah 70 2 Nilai tertinggi 90 3 Nilai rata-rata kelas 82 4 Jumlah peserta didik yang belum tuntas belajar 0 5 Jumlah peserta didik yang tuntas belajar 27 6 Prosentase ketuntasan klasikal 100%
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa peserta didik yang
mencapai nilai ketuntasan individu yakni > 65 ada 27 orang dan yang
tidak mencapai ketuntasan individu tidak ada. Sedangkan rata-rata
kelas hasil belajar peserta didik adalah 82. Data tersebut
memperlihatkan peningkatan nilai hasil belajar peserta didik. Pada siklus
I nilai rata-rata hasil belajar peserta didik adalah 70 dengan prosentase
ketuntasan sebesar 81,48% sedangkan pada siklus II nilai rata-rata hasil
belajar peserta didik meningkat menjadi 82 dengan prosentase
ketuntasan 100%.
52
Ketuntasan klasikal yang diperoleh dari hasil tes pembelajaran
siklus II ini telah sesuai dengan indikator keberhasilan tindakan
prosentase ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal telah mencapai
85%.
c. Observasi
Selama proses pembelajaran aktivitas peserta didik maupun guru
tetap diamati. Hasil observasi mengenai aktivitas belajar peserta didik
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Peserta Didik Siklus II
No Aspek yang Diamati Nilai rata-rata
1 Peserta didik memperhatikan penjelasan guru ketika menyampaikan materi
3,4
2 Peserta didik aktif menulis materi pelajaran 3,5 3 Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru 3,6 4 Peserta didik bertanya tentang materi yang belum
jelas kepada guru 3,7
5 Tingkat kerjasama peserta didik dalam pembelajaran 3,6 6 Peserta didik menjawab pertanyaan dari teman 3,6 7 Peserta didik mengerjakan tugas di depan kelas 4,0 Jumlah skor 25,4 Prosentase 90,74 %
Keterangan: Skor tertinggi per aspek = 4 skor terendah = 1 Skor total maksimal = 28
Kriteria Penilaian 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik
Prosentase aktifitas : 0% - 39% = Sangat Kurang 40% - 55% = Kurang 56% - 65% = Cukup 66% - 79% = Baik 80% - 100% = Sangat Baik
Tabel di atas memperlihatkan bahwa aktivitas belajar peserta
didik mengalami peningkatan jika dibandingkan dari siklus I. Pada
siklus I prosentase aktifitas peserta didik hanya 71,30% (kategori baik)
dan pada siklus II meningkat menjadi 90,74% (kategori sangat baik).
53
Pada siklus II ini aktivitas belajar peserta didik sudah melampaui batas
minimal aktivitas belajar peserta didik yang diharapkan yaitu 75%. Ini
berarti aktivitas belajar peserta didik sudah mencapai indikator
keberhasilan tindakan.
Sedangkan hasil observasi yang dilakukan terhadap aktifitas
guru dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 9 Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus II
No Aspek yang Dinilai Nilai 1 Kemampuan dalam berkomunikasi dan
menciptakan komunikasi dua arah 4
2 Kemampuan dalam menerapkan metode pembelajaran 4
3 Kemampuan dalam menyampaikan materi pelajaran 3
4 Kemampuan mengorganisir kelas 3 5 Memberikan motivasi pada peserta didik 3 6 Membimbing peserta didik dengan baik 4 7 Penguasaan materi pelajaran 4
Jumlah 25 Rata-rata 3,57 = 4 Prosentase aktifitas guru 89,29% Keterangan: Skor tertinggi per aspek = 4 skor terendah = 1 Skor total maksimal = 28
Kriteria Penilaian 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik Prosentase aktifitas : 0% - 39% = Sangat Kurang 40% - 55% = Kurang 56% - 65% = Cukup 66% - 79% = Baik 80% - 100% = Sangat Baik
19
Tampak pada tabel di atas bahwa nilai rata-rata pengelolaan
pembelajaran yang dilakukan guru adalah 4 dengan prosentase aktifitas
sebesar 89,29% dan tergolong pada kategori sangat baik. Hal ini
menunjukkan guru sudah baik dalam melakukan pengelolaan
pembelajaran.
d. Refleksi
Berdasarkan data-data yang diperoleh pada siklus II, maka hasil
refleksi pada siklus II di antaranya adalah: pertama, hasil belajar peserta
didik pada siklus II sudah lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Hal ini
dapat dilihat nilai rata-rata hasil belajar peserta didik pada siklus I yaitu 70
dengan prosentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 81,48% dan pada
siklus II nilai rata-rata peserta didik meningkat menjadi 82 dengan
prosentase ketuntasan belajar klasikal mencapai 100%. Ketuntasan belajar
peserta didik secara klasikal tersebut telah melebihi indikator keberhasilan
yaitu 85%.
Kedua, aktivitas peserta didik juga mengalami peningkatan yaitu
pada siklus I prosentase aktifitas peserta didik hanya 71,30% dan pada
siklus II meningkat menjadi 90,74%. Hal ini berarti batas minimal aktivitas
peserta didik yang diharapkan sebesar 75% sudah terpenuhi.
Ketiga, pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus
II sudah tergolong baik dan mengalami peningkatan jika dibandingkan
siklus I. Prosentase aktifitas guru pada siklus I adalah 71,43% (kategori
baik) dan pada siklus II meningkat menjadi 89,29% (kategori baik sekali).
Hasil ini mengindikasikan bahwa kemampuan guru dalam melakukan
pembelajaran sudah sangat baik. Dari tiap-tiap aspek pengamatan terhadap
aktifitas guru semuanya mengalami peningkatan.
C. Pembahasan
Ada tiga aspek penting yang menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini
yaitu hasil belajar peserta didik, aktifitas belajar peserta didik dan aktifitas
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Ketiga aspek tersebut merupakan faktor
20
penentu keberhasilan pembelajaran. Hasil belajar peserta didik sangat dipengaruhi
oleh aktifitas mereka saat proses pembelajaran serta dipengaruhi oleh bagaimana cara
guru mengajar. Peserta didik yang hasil belajarnya tergolong rendah biasanya
memiliki kecenderungan tidak begitu aktif dalam pembelajaran. Begitupun
sebaliknya peserta didik yang hasil belajarnya baik biasanya aktif dalam
pembelajaran. Sedangkan hasil belajar secara klasikal sangat dipengaruhi oleh
bagaimana cara guru mengajar, termasuk dalam memilih metode pembelajaran yang
tepat. Pemilihan metode yang lebih kreatif dan inovatif memiliki dampak positif
terhadap hasil belajar dan aktifitas belajar peserta didik. Oleh karena itu, berikut ini
akan peneliti jabarkan ketiga aspek tersebut sesuai dengan hasil penelitian dari tiap
siklusnya.
1. Hasil Belajar Peserta Didik
Secara teknis, baik guru maupun peserta didik kelas XI IPA MA Al
Hadi Girikusuma Mranggen Kabupaten Demak belum tahu bagaimana
penerapan metode card sort ini dalam pembelajaran Fiqih Mawaris, karena
baru pertama kali ini metode ini diimplementasikan pada pembelajaran Fiqih
Mawaris. Oleh karena itu, sebelum penelitian ini dimulai, peneliti dan guru
sudah melakukan diskusi mengenai penerapan metode card sort dalam
pembelajaran Fiqih Mawaris. Meskipun begitu penerapan metode ini pada
siklus I masih mengalami beberapa kendala, di antaranya guru masih kesulitan
dalam mengorganisasi kelas. Hal ini dikarenakan guru kurang mempersiapkan
teknis pembelajaran menggunakan metode card sort. Namun kendala ini
dengan cepat diatasi oleh guru dengan cara mengorganisir peserta didik yang
membawa kartu induk, sehingga peserta didik yang lain dengan mudah
menemukan kartu induk mereka.
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik
mengalami peningkatan yang signifikan tiap siklusnya. Hasil belajar peserta didik
diukur melalui tes evaluasi yang dilakukan pada tiap akhir siklus. Indikator
keberhasilan tindakan diukur jika standar ketuntasan hasil belajar peserta didik
secara klasikal mencapai ≥ 85 %.
21
Hasil belajar peserta didik pada siklus I menunjukkan peningkatan
dibandingkan pada tahap pra siklus. Pada tahap pra siklus nilai rata-rata hasil
belajar peserta didik adalah 62 dan ketuntasan klasikalnya mencapai 33,33%,
sedangkan pada siklus I nilai rata-rata peserta didik adalah 70 dan ketuntasan
klasikalnya 81,48%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 48,15%.
Pada siklus II ini, nilai rata-rata hasil belajar peserta didik meningkat menjadi 82
dan ketuntasan klasikalnya mencapai 100%. Ada peningkatan sebesar 18,52%.
Peningkatan hasil belajar peserta didik tiap siklus dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 10 Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Tiap Siklus
Keterangan Pra Siklus Siklus I Siklus II Rata-rata 62 70 82
% Ketuntasan 33.33 81.48 100.00 Kriteria Cukup Baik Sangat Baik
Nilai Tertinggi 70 75 90 Nilai Terendah 55 60 70
Untuk melihat hasil peningkatan tersebut dalam bentuk grafik, berikut
peneliti tampilkan diagramnya.
62
33.33
7081.48 82
100
0
20
40
60
80
100
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Nilai rata-rata Prosentase Ketuntasan
Gambar 4.1. Peningkatan hasil belajar peserta didik tiap siklus
22
2. Aktifitas Belajar Peserta Didik
Setelah melakukan pembelajaran fiqih mawaris menggunakan metode
card sort ternyata aktifitas peserta didik dalam pembelajaran mengalami
peningkatan. Prosentase aktifitas belajar peserta didik pada tahap pra siklus
adalah 37,17% sedangkan pada siklus I naik menjadi 71,30%. Ada peningkatan
aktifitas peserta didik sebesar 34,13%. Sedangkan pada siklus II meningkat lagi
menjadi 90,74%. Ada peningkatan aktifitas peserta didik sebesar 19,44%. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil peserta didik sudah memenuhi target yang ditetapkan
peneliti.
Peningkatan aktifitas peserta didik selama pembelajaran dari tahap pra
siklus sampai siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 11 Peningkatan Aktivitas Peserta Didik Tiap Siklus
Keterangan Pra Siklus Siklus I Siklus II Rata-rata 2 3 4
Prosentase aktifitas 37.17 71.30 90.74 Kriteria Sangat Kurang Baik Sangat Baik Data tabel tersebut selanjutnya diubah dalam bentuk diagram sebagai
berikut:
37.17
71.30
90.74
0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.0090.00
100.00
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Gambar 4.2. Peningkatan aktifitas belajar peserta didik tiap siklus
23
Dari gambar di atas dapat diketahui bawah aktifitas peserta didik
meningkat secara signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa metode card sort
dapat meningkatkan aktifitas peserta didik dalam pembelajaran. Metode card
sort merupakan salah satu metode active learning. Dalam impelementasinya,
peserta didik diharuskan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman
sekelasnya. Sehingga aktifitas ini menuntut peserta didik untuk lebih aktif dalam
pembelajaran.
3. Aktifitas Guru dalam Pembelajaran
Hasil penelitian di atas juga menunjukkan bahwa kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran mengalami peningkatan. Meskipun pada
awalnya guru mengalami sedikit kesulitan dalam mengimplementasikan
metode card sort, namun pada akhirnya guru dapat mengatasi masalah
tersebut dengan baik Pada siklus I prosentase aktivitas guru mencapai 71,43%
dengan kategori baik. Sedangkan pada siklus II prosentase aktivitas guru
mencapai 89,29% dengan kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sudah cukup bagus.
Aktifitas guru sudah berlangsung secara optimal yaitu guru sudah menyiapkan
perencanaan dengan baik dan sudah terbiasa dengan metode card sort. Selain
itu guru sudah dapat membimbing dan memotivasi peserta didik supaya lebih
aktif dalam pembelajaran.
Dari hasil penelitian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk
menarik peserta didik supaya berminat mempelajari Fiqih Mawaris, maka seorang
guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang efektif dan menyenangkan
misalnya dengan menggunakan media permainan kartu. Permainan kartu dapat
digunakan sebagai salah satu metode alternatif dalam proses belajar mengajar,
dengan harapan melalui permainan kartu tersebut peserta didik dapat belajar
sambil bermain. Sehingga metode tersebut dapat memberikan efek yang rekreatif
dan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses belajar
mengajar.
Metode card sort dalam pembelajaran Fiqih Mawaris dapat menciptakan
suasana kelas menjadi menyenangkan sehingga peserta didik tidak merasa bosan
24
dalam menerima materi pelajaran. Melalui permainan kartu ini juga
memungkinkan partisipasi aktif dari peserta didik untuk belajar sehingga dapat
memperlancar proses belajar mengajar dan hasil belajar peserta didik dapat
meningkat.
Dalam implementasinya peserta harus mencari kartu induk dan rinciannya
di antara teman-teman sekelasnya. Aktifitas ini tidak hanya mangasah aspek
kognitif tetapi juga melatih ketangkasan peserta didik, sehingga pembelajaran
terasa menyenangkan.
Melalui metode card sort peserta didik menjadi lebih mudah mengingat
materi yang ada di dalam kartu. Materi yang ditulis secara ringkas pada setiap kartu
sortir tersebut dapat diingat oleh peserta dengan lebih mudah. Karena yang
ditampilkan didalam kartu bukan deskripsi materi yang panjang, melainkan sub-sub
materi yang simple dan mudah diingat.
25
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis mendeskripsikan pembahasan secara keseluruhan dalam
bab-bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan bahwa :
1. Metode card sort dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada
pembelajaran Fiqih Mawaris. Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat
dilihat dari nilai rata-rata hasil peserta didik dan prosentase ketuntasan belajar
peserta didik secara klasikal. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar peserta
didik adalah 70 dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 81,48%.
Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata peserta didik meningkat menjadi 82
dengan prosentase ketuntasan belajar mencapai 100%. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa metode card sort terbukti dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik.
2. Implementasi metode card sort pada pembelajaran Fiqih Mawaris juga dapat
meningkatikan aktifitas peserta didik dalam pembelajaran. Metode ini
menuntut peserta didik untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Peningkatan
aktifitas belajar peserta didik ini dapat dilihat dari prosentase aktifitas peserta
didik tiap siklusnya. Pada tahap pra siklus prosentase aktifitas peserta didik
adalah 37,17% dengan kriteria sangat kurang, kemudian pada siklus I
meningkat menjadi 71,30% dengan kriteria baik, dan pada siklus II meningkat
lagi menjadi 90,74% dengan kriteria sangat baik. Hal tersebut menunjukkan
bahwa penerapan metode card sort dapat meningkatkan aktifitas belajar
peserta didik. Dengan aktifnya peserta didik dalam pembelajaran, maka
proses pembelajaran berjalan dengan dinamis dan tidak monoton.
26
B. Saran Mengingat pentingnya penggunaan metode card sort sebagai metode
pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik, maka peneliti
mengharapkan beberapa hal yang berhubungan dengan masalah tersebut, yaitu:
1. Pada Pihak Guru
a. Hendaknya dalam proses belajar mengajar, guru harus benar-benar paham
dalam menyiapkan bahan pembelajaran sebaik mungkin, agar materi
dapat tersampaikan secara maksimal.
b. Hendaknya pembelajaran dirancang sedemikian rupa dan memperkaya
variasi mengajar. Hal ini untuk mengantisipasi kejenuhan yang dialami
oleh peserta didik, dan selalu memantau perkembangan peserta didik
terutama dari perilaku, pemikiran dan pemahaman terhadap materi yang
diajarkan.
c. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan card sort sebagai
metode pada materi pelajaran fiqih agar dapat dilakukan tidak hanya
sampai pada selesainya penelitian ini saja, akan tetapi dilanjutkan dan
dilaksanakan secara kontinyu sebagai program untuk meningkatkan
prestasi dan mengurangi kejenuhan pada waktu pembelajaran fiqih
berlangsung.
2. Pada Pihak Sekolah
a. Hendaknya seluruh pihak sekolah mendukung dalam kegiatan
pembelajaran yang berlangsung
b. Memfasilitasi proses pembelajaran dengan melengkapi sarana dan
prasarana yang dibutuhkan.
c. Hendaknya berupaya meningkatkan kompetensi guru dengan
mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi guru tentang peningkatan
mutu pembelajaran. Sehingga guru memiliki kompetensi yang memadai
termasuk kompetensi profesional serta membekali diri dengan
pengetahuan yang luas, karena sesungguhnya kompetensi yang dimiliki
oleh guru sangat berpengaruh pada keberhasilan proses pembelajaran, dan
pada akhirnya akan menghasilkan peserta didik yang berprestasi, dan
27
berbudi pekerti luhur yang berdampak positif pada perkembangan dan
kemajuan sekolah.
C. Penutup
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Dalam pembahasan-pembahasan skripsi ini tentunya tidak luput dari
kekurangan dan ketidaksempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Saran-saran yang penulis
ungkapkan di atas diharapkan menjadi koreksi dan bahan pertimbangan bagi
sekolah.
Peneliti berharap semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
28
DAFTAR PUSTAKA
Al Malaibary, Syekh Zainudin bin Abdul Aziz, Fathul Mu'in Bisyarhi Qurroti Al 'Ain, Cirebon: Mktabah Mishriyah, t.t..
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
-------, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara 2003.
Arikunto, Suharsimi, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara., dkk., 2007.
Ash Shiddieqy, Tengku Muhammad Hasbi, Falsafah Hukum Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001.
Echols, John M. dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia, 1992.
Gunawan, Adi W., Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelerated Learning, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi, 2002.
Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif-Menyenangkan, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009.
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, Semarang: Rosail Media Goup, 2008.
Ismail, Andang, Education Games: Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan Edukatif, Yogyakarta: Pilar Media, 2006.
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
Morgan, Clifford T., Introduction of Psychology, New York: The Mc. Graw Hill Book Company, 1971.
Rifai, Moh., Mata Pelajaran Fiqih Kurikulum 1994, Jilid III untuk Madrasah Aliyah Kelas III, Semarang: CV. Wicaksana, 1996.
Rochim, Abd., dkk., Fiqih untuk Madrasah Aliyah Kelas XI, Surabaya: CV. Gani dan Son, 2004.
Rofiq, Ahmad, Fiqh Mawaris, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2007.
29
Silberman, Malvin, Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject, Terj. Sardjuli, Yogyakarta: Yappendis, 1996.
Sudjana, Nana, CBSA: Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996.
-------, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.
Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, Bandung; Alfabeta, 2005.
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang: CV. Widya Karya, 2009.
Suprijono, Agus, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, 2010.
Suwandi, Sarwiji, Penelitian Tindakan Kelas PTK dan Penulisan Karya Ilmiah, Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta, 2009.
Syafe’i, Rahmat, Ilmu Ushul Fiqih, Bandung: Pustaka Setia, 1999.
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002.
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientsi Konstruktivisme, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.
Wardani, I.G.A.K., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Universitas Terbuka, 2004.
Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1990.
Zaini, Hisyam, dkk., Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008.
30
SIKLUS I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Madrasah : Madrasah Aliyah Al-Hadi Mata pelajaran : Fiqih Kelas / Semester : XI / Genap Pertemuan ke : 1 dan 2 Alokasi waktu : 4 x 45 menit Standar kompetensi : 2. Memahami hukum Islam tentang waris Kompetensi dasar : 2.1 Menjelaskan ketentuan hukum waris dalam Islam Indikator : 2.1.1. Menjelaskan pengertian dan hukum mempelajari
mawaris. 2.1.2. Menjelaskan tujuan dan kedudukan ilmu mawaris. 2.1.3. Menjelaskan dasar hukum dan ayat-ayat tentang
mawaris. 2.1.4. Menjelaskan hakikat ilmu mawaris. 2.1.5. Menjelaskan sebab-sebab waris mawaris. 2.1.6. Menjelaskan halangan waris mawarisi. 2.1.7. Menjelaskan dasar hukum halangan waris mawarisi. 2.1.8. Menjelaskan ahli waris yang tidak bisa gugur haknya. 3.1.9. Menjelaskan ahli waris dan furudul muqaddarah.
I. Tujuan pembelajaran : setelah mempelajari, siswa dapat :
a. Menjelaskan pengertian ilmu mawaris. b. Menjelaskan hukum mempelajari ilmu mawaris. c. Menjelaskan tujuan dan kedudukan ilmu mawaris. d. Menjelaskan dasar hukum ilmu mawaris. e. Menjelaskan hikmah ilmu mawaris. f. Menjelaskan ahli waris dan furudul muqaddarah. g. Menjelaskan sebab-sebab mewarisi. h. Menjelaskan halangan waris mawarisi. i. Menjelaskan dasar hukum halangan waris mawarisi. j. Menjelaskan ahli waris yang tidak bisa gugur haknya. k. Menjelaskan ahli waris dan furudul muqaddarah.
II. Materi ajar : Ketentuan hukum mawaris dalam Islam
III. Metode pembelajaran : - Ceramah - Card sort
IV. Langkah-langkah pembelajaran : a. Pembukaan (5 menit) :
1. Membaca salam dan do’a awal pembelajaran. 2. Apersepsi. 3. Motivasi. 4. Menyampaikan tujuan pembelajaran waris.
31
b. Kegiatan inti : 1. Menyajikan materi tentang ketentuan hukum waris dalam islam 2. Mengidentifikasi materi tentang ketentuan hukum waris dalam Islam. 3. Menyiapkan kartu induk dan kartu rincian. 4. membagikan kartu-kartu induk dan kartu rincian kepada seluruh
murid. 5. menyuruh kepada setiap murid untuk bergerak mencari kartu induknya
dengan mencocokkan kepada kawan sekelas. 6. memerintahkan masing-masing membentuk kelompok dan
menempelkan hasilnya di papan tulis secara urut. 7. melakukan koreksi bersama setelah semua kelompok menempelkan
hasilnya.
c. Penutup (5 menit) : 1. Menyimpulkan materi. 2. Memberi tugas
V. Alat dan sumber belajar :
1. Skema ahli waris. 2. Sejumlah kartu induk dan kartu rincian. 3. M. Rizal Qasim. 2009. Fiqih Kelas XI Madrasah Aliyah, Solo : Tiga
Serangkai. 4. Drs. Abd. Rochim, M.Ag. dkk. 2004. Fiqih Kelas XI Madrasah Aliyah,
Surabaya: CV. Gani. 5. Drs. H. Moh. Rifa’i. dkk. 2005. Fiqih Kelas XI Madrasah Aliyah.
Semarang: CV. Wicaksana. 6. Buku LKS.
VI. Penilaian :
a. Teknik : Tertulis b. Bentuk : Pilihan ganda 20 soal c. Instrumen : Terlampir
Mranggen, April 2010
Mengetahui, Ymt. Kepala MA Al-Hadi Guru Mata Pelajaran
H. Munhamir Malik Samsul Huda, S.Ag.
32
SIKLUS II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Madrasah : Madrasah Aliyah Al-Hadi Mata pelajaran : Fiqih Kelas / Semester : XI / Genap Pertemuan ke : 1 dan 2 Alokasi waktu : 4 x 45 menit Standar kompetensi : 2. Memahami hukum Islam tentang waris Kompetensi dasar : 2.1 Menjelaskan ketentuan hukum waris dalam Islam
(lanjutan) 2.1 Menjelaskan keterkaitan waris dengan wasiat 2.2 Menunjukkan contoh cara pelaksanaan waris
Indikator : 2.1.1 Menyebutkan ahli waris secara lengkap 2.1.2 Menyebutkan bagian masing-masing ahli wais 2.1.3 Menjelaskan tentang dzawil furudl 2.1.4 Menjelaskan tentang ashobah 2.1.5 Menjelaskan tentang hijab 2.2.1 Menjelaskan hal-hal yang harus diselesaikan sebelum
pembagian harta peninggalan 2.2.2 Menjelaskan tentang tata cara Aul 2.2.3 Menjelaskan tentang tata cara Radt 2.2.4 Mempraktikkan tentang cara pembagian warisan
I. Tujuan pembelajaran : setelah mempelajari, siswa dapat : a. Menyebutkan ahli waris secara lengkap. b. Menyebutkan bagian masing-masing ahli wais c. Menjelaskan tentang dzawil furudl d. Menjelaskan tentang ashobah e. Menjelaskan tentang hijab f. Menjelaskan hal-hal yang harus diselesaikan sebelum pembagian harta
peninggalan g. Menjelaskan tentang tata cara Aul h. Menjelaskan tentang tata cara Radt i. Mempraktikkan tentang cara pembagian warisan
II. Materi ajar : Ketentuan hukum waris dalam Islam (lanjutan)
III. Metode pembelajaran : - Ceramah - Card sort
IV. Langkah-langkah pembelajaran : a. Pembukaan (5 menit) :
1. Membaca salam dan do’a awal pembelajaran. 2. Apersepsi. 3. Motivasi.
33
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran waris.
b. Kegiatan inti : 1. Menyajikan materi tentang ketentuan hukum waris dalam islam 2. Mengidentifikasi materi tentang ketentuan hukum waris dalam Islam. 3. Menyiapkan kartu induk dan kartu rincian. 4. membagikan kartu-kartu induk dan kartu rincian kepada seluruh
murid. 5. menyuruh kepada setiap murid untuk bergerak mencari kartu induknya
dengan mencocokkan kepada kawan sekelas. 6. memerintahkan masing-masing membentuk kelompok dan
menempelkan hasilnya di papan tulis secara urut. 7. melakukan koreksi bersama setelah semua kelompok menempelkan
hasilnya.
c. Penutup (5 menit) : 1. Menyimpulkan materi. 2. Memberi tugas
V. Alat dan sumber belajar : 1. Skema ahli waris. 2. Tabel ahli waris dan furudul muqaddarah. 3. Sejumlah kartu induk dan kartu rincian. 4. M. Rizal Qasim. 2009. Fiqih Kelas XI Madrasah Aliyah, Solo : Tiga
Serangkai. 5. Drs. Abd. Rochim, M.Ag. dkk. 2004. Fiqih Kelas XI Madrasah Aliyah,
Surabaya: CV. Gani. 6. Drs. H. Moh. Rifa’i. dkk. 2005. Fiqih Kelas XI Madrasah Aliyah.
Semarang: CV. Wicaksana. 7. Buku LKS.
VI. Penilaian : a. Teknik : Tertulis b. Bentuk : Pilihan ganda 20 soal c. Instrumen : Terlampir
Mranggen, April 2010
Mengetahui, Ymt. Kepala MA Al-Hadi Guru Mata Pelajaran
H. Munhamir Malik Samsul Huda, S.Ag.
34
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Rif’an Hawari
Tempat/Tanggal lahir : Demak, 5 Nopember 1957
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Mranggen Demak
Jenjang Pendidikan :
1. MI Mranggen Demak Lulus Tahun 1970
2. MTs Futuhiyah Demak Lulus Tahun 1975
3. MA Futuhiyah Demak Lulus Tahun 1977
4. IAIN Walisongo Angkatan 2007
Demikian daftar riwayat hidup penulis yang dibuat dengan sesungguhnya, dan
semoga dapat menjadi keterangan yang jelas.
Semarang, Maret 2011
Penulis
Rif’an Hawari
NIM: 073111556