DokumenRENCANA AKSI KOTA PUSAKA (RAKP)
KABUPATEN GIANYARPROVINSI BALI
TAHUN ANGGARAN : 2016
PEMERINTAH KABUPATEN GIANYARDINAS PEKERJAAN UMUM
C V . T R I M A T R A D I S A I N
PT. DUTA DEWATA KONSULTANEngineering Consultant
K S O
Penyusunan Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
Dokumen RAKP i
kata pengantar…
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karuniaNya kepada kita semua
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Dokumen Rencana Aksi Kota
Pusaka Kabupaten Gianyar tepat pada waktunya.
Buku ini berisikan materi pendahuluan, profil kota pusaka, tujuan, kebijakan dan
strategi, konsep pengelolaan kota pusaka dan penetapan kawasan prioritas
dalam penyusunan Rencana Aksi Kota Pusaka Gianyar.
Akhir kata tim penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu kelancaran penyusunan naskah Laporan Pendahuluan ini
Gianyar, September 2016
Tim Penyusun RAKP Kabupaten Gianyar
Penyusunan Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
Dokumen RAKP ii
daftar isiKATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. I-1
1.2 Tujuan Rencana Aksi Kota Pusaka ............................................................................ I-3
1.3 Landasan Hukum ......................................................................................................... I-3
1.4 Sistematika Rencana Aksi Kota Pusaka.................................................................... I-4
BAB II PROFIL KOTA PUSAKA
2.1 Sejarah Perkembangan Kota Terkait Morfologi Kota ............................................. 2-1
2.1.1 Signifikansi, Otentisitas/Keaslian dan Integritas................................................... 2-21
2.1.2 Atribut Pusaka .......................................................................................................... 2-24
BAB III TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
3.1 Tujuan ............................................................................................................................ 3-1
3.2 Kebijakan ...................................................................................................................... 3-1
3.3 Strategi .......................................................................................................................... 3-2
BAB IV KONSEP PENGELOLAAN KOTA PUSAKA
4.1 Rencana Pengembangan Kota Pusaka .................................................................. 4-1
Penyusunan Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
Dokumen RAKP iii
4.1.1 Sebaran Pusaka Di Tiap Kecamatan.................................................................... 4-1
4.1.2 Kota Gianyar dan Catuspatha sebagai Sentra Kota Pusaka Kota Gianyar
Sebagai Ibukota Kabupaten Gianyar ................................................................. 4-44
4.1.3 Konsep dan Pola Tata Ruang Catuspatha Kota Gianyar................................. 4-47
4.1.4 Arahan Penataan Kawasan Pusaka Catuspatha Kota Pusaka Gianyar........ 4-51
4.2 Rencana Pengembangan Kelembagaan .............................................................. 4-52
4.3 Rencana Partisipasi Pemangku Kepentingan ......................................................... 4-52
BAB V PENETAPAN KAWASAN PRIORITAS
5.1 Penentuan Alternatif Kawasan Prioritas ................................................................... 5-1
5.2 Penentuan Kawasan Prioritas..................................................................................... 5-27
BAB VI ARAHAN DAN INDIKASI PROGRAM PENATAAN DAN PELESTARIAN KOTA PUSAKA
6.1 Arahan Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka .................................... 6-1
6.2 Indikasi Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka ................................... 6-2
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
1-1
BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan implementasi RTRW atau penataan ruang
kota yang konsisten berbasis kekuatan ruang kota dengan nilai-nilai
pusaka di dalamnya serta mendorong diakuinya Kota Pusaka di
Kabupaten Gianyar sebagai Kota Pusaka Indonesia oleh Pemerintah
Pusat dan JKPI (Jaringan Kota Pusaka Indonesia) dan bahkan sebagai
Kota Pusaka Dunia yang ditetapkan oleh UNESCO. Kabupaten Gianyar
memiliki keragaman potensi aset pusaka yang belum tergali. Kabupaten
Gianyar memiliki pusaka alam (natural heritage) dan juga pusaka
budaya (cultural heritage) berupa pusaka pusaka artefak fisik dan atribut
tidak berwujud dari individu, kelompok atau masyarakat. Dalam
perjalannnya pusaka-pusaka tersebut mengalami tekanan oleh karena
perkembangan ekonomi dan tuntutan ekonomi masyarakat sekitar,
seperti misalnya pusaka alam mulai terjamah pembangunan fisik
sekitarnya sehingga keasrian dan keindahan alam mulai terganggu oleh
kegiatan manusia. Demikian juga pusaka budaya khususnya situs dan
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
1-2
candi mulai didesak oleh pembangunan fisik disekitarnya. Selain kondisi
tersebut keberadaan pusaka baik pusaka alam maupun budaya
diperlukan perhatian yang lebih oleh pemerintah daerah maupun
pemerintah pusat.
Kegiatan pendahuluan yang dilaksanakan untuk mendorong
terwujudnya Pengembangan Kota Pusaka adalah penyusunan Rencana
Penataan Kota Pusaka (RAKP) yang merupakan dokumen rencana
penataan yang berfungsi sebagai panduan penataan kota pusaka
sekaligus panduan rancang kawasan terpilih. Untuk selanjutnya,
ditindaklanjuti dengan kegiatan perencanaan penataan bangunan
kawasan kota pusaka yang mengacu kepada RAKP. RAKP sendiri
memuat pendahuluan (latar belakang, tujuan RAKP, landasan hukum,
sistematika RAKP), profil kota pusaka, signifikansi kota pusaka, tantangan
dan permasalahan dalam melestarikan keunggulan, visi dan misi,
rencana penataan (manajemen kota pusaka, perencanaan dan olah
desain kota pusaka), dan pencapaian rencana penataan hingga tahun
2019, dimana kerangka RAKP dan inventarisasi awal aset pusaka serta
pembuatan draft peta pusaka akan dilaksanakan pada tahun 2016.
Oleh karena itu pada tahun 2016 Pemerintah Kabupaten Gianyar melalui
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Gianyar menyelenggarakan kegiatan
Penyusunan Rencana Aksi Kota Pusaka Kabupaten Gianyar yang
nantinya dipusatkan pada kawasan Puri di Pusat ibukota GIanyar.
Kegiatan ini diselenggarakan untuk mendorong dan mempercepat
diakuinya Kabupaten Gianyar sebagai salah satu Kota Pusaka di
Indonesia dan diterima sebagai anggota Jaringan Kota Pusaka Indonesia
(JKPI).
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
1-3
1.2. Tujuan Rencana Aksi Kota Pusaka
Pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Aksi Kota Pusaka
Kabupaten Gianyar ini dimaksudkan untuk mengetahui seluruh aset
pusaka yang dimiliki oleh Kabupaten Gianyar beserta nilai keunggulan
universal didalamnya yang dijadikan dasar dalam upaya
pengembangan kota pusaka kedepannya, khususnya di kawasan Puri di
pusat ibukota Kabupaten Gianyar.
Tujuan Penyusunan Penyusunan Rencana Aksi Kota Pusaka Kabupaten
Gianyar adalah untuk menginventarisasi aset pusaka secara lengkap dan
menyusun rencana penataan masing-masing aset pusaka tersebut
dalam rangka pengembangannya, yang pada akhirnya dapat
mendorong pelaksanaan P3KP (Program Penataan dan Pelestarian Kota
Pusaka) di Kabupaten Gianyar.
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan ini, adalah :
• Tersusunnya data base inventarisasi aset pusaka di Kabupaten
Gianyar;
• Tersusunnya peta sebaran aset pusaka skala makro 1:5.000;
• Tersedianya dokumen hasil inventarisasi aset pusaka;
• Tersedianya dokumen Panduan Rancang Penataan Kota Pusaka
Kabupaten Gianyar.
1.3. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
4. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
No.49/UM.001/MKP/2001 tentang Pedoman Pelestarian Benda Cagar
Budaya;
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
1-4
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.45/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.06/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional;
8. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 16 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gianyar Tahun 2012-2032.
1.4. Sistematika Rencana Aksi Kota Pusaka
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka ini terdiri dari 6 Bab, dengan
kerangka sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bagian Pendahuluan ini memuat hal-hal yang melatarbelakangi
disusunnya RAKP, maksud dan tujuan seta landasan hukum yang menjadi
dasar bagi keikutsertaan sebagai kota pusaka. Bab ini terdiri dari:
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Rencana Aksi Kota Pusaka
1.3. Landasan Hukum
1.4. Sistematika Rencana Aksi Kota Pusaka
Bab II Profil Kota Pusaka
Profil Kota Pusaka terdiri dari gambaran perkembangan kota, kawasan-
kawasan pusaka, signifikansi dan atribut kota pusaka (aspek fisik, sosial
budaya, ekonomi) yang menonjol sebagai hasil sejarah perkembangan
kota. Bab ini terdiri dari:
2.1. Sejarah Perkembangan Kota terkait Morfologi Kota
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
1-5
2.2. Signifikansi, Otentisitas/Keaslian dan Integritas
2.3. Atribut Pusaka
Bab III Tujuan, Kebijakan, dan Strategi
Bab ini berisikan tujuan, kebijakan, dan strategi yang dirumuskan setelah
mengidentifikasi beragam potensi dan kendala yang dihadapi dalam
mewujudkan upaya penataan dan pelestarian kota pusaka. Bab ini terdiri
dari:
3.1. Tujuan
3.2. Kebijakan
3.3. Strategi
Bab IV Konsep Pengelolaan Kota Pusaka
Konsep pengelolaan kota pusaka terdiri dari :
4.1. Rencana Pengembangan Kota Pusaka
4.2. Rencana Pengembangan Kelembagaan
4.3. Rencana Partisipasi Pemangku Kepentingan
Bab V Penetapan Kawasan Prioritas
Penetapan kawasan prioritas harus memperhatikan bahwa kawasan
prioritas merupakan hasil dari identifikasi signifikansi asset pusaka untuk
mengantisipasi keterancaman dan degradasi asset pusaka terhadap
tekanan perkembangan kota sehingga memerlukan penanganan yang
mendesak
Bab VI Arahan dan Indikasi Program Penataan dan Pelestarian Kota
Pusaka
Arahan dan indikasi program ini merupakan upaya perwujudan konsep
pengelolaan kota pusaka yang akan dijabarkan ke dalam indikasi
program utama.
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-1
BAB IIPROFIL KOTA PUSAKA2.1. Sejarah Perkembangan Kota terkait Morfologi Kota
Kota Keraton Gianyar, 1771 – 1960.
Dua seperempat abad lebih, tepatnya 233 tahun yang lalu, 19 April 1771,
sampai diperingati hari jadinya pada 19 April 2004. Ketika kota yang
dalam erkembangan selanjutnya nama Gianyar dipilih menjadi nama
sebuah keraton istana raja yaitu Puri Agung Gianyar oleh Ida Dewa
Manggis Shakti, maka sebuah kerajaan yang berdaulat penuh dan
otonom telah lahir serta ikut dalam pentas percaturan kekuasaan
kerajaan-kerajaan di Bali. Persyaratan upacara skala niskala untuk
berfungsinya Puri Agung Gianyar, keraton sebagai ibukota pusat
pemerintahan kerajaan 19 April 1771 itu dapat dijadikan tonggak sejarah
lahirnya kota keraton Gianyar (Mahaudiana, 1988 : 30).
Dari tonggak sejarah yang telah ditegakkan oleh raja (Ida Anake Agung)
Gianyar I, Ida Dewa Manggis yang menggunakan nama alias Manggis
Api, Manggis Shakti, dan Manggis Sukawati memberi isyarat kepada
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-2
pembaca bahwa proses menjadi dan ada itu bisa ditarik ke belakang
(masa sebelumnya) atau ditarik ke depan (masa sesudahnya) yang
senantiasa menunjukkan nuansa seni dengan segala dinamika dan
perkembangannya. Perlu dipahami bahwa sesempit apa pun wilayah
kekuasaan kerajaan pada saat baru dibangun tidak akan mengurangi
status kedaulatan dan otonomi kerajaan itu memberi peluang
semaraknya kreativitas produk kesenian.
Secara geografis, wilayah yang sejak dahulu disebut Gianyar itu ternyata
mengalami proses yang telah berlangsung berabad-abad sebelum
tonggak sejarah yang sudah disebut di atas dan hanya dua seperempat
abad lebih sesudahnya. Karena itu, pemahaman akan semakin menarik
jika generasi sekarang mampu merekontruksinya dan menangkap makna
untuk dijadikan spirit (revitalisasi) menghadapi tantangan saat ini danyang
akan datang.
Berdasarkan bukti-bukti arkeologis yang ditemukan di wilayah dan
kawasan Gianyar, dapat diduga bahwa telah muncul komunitas di
Gianyar sejak 6000 tahun yang lalu. Itu terkait dengan ditemukannya situs
atau perkakas (arefak) berupa batu, logam perunggu yaitu nekara (bulan
Pejeng), relief yang menggambarkan kehidupan dan candi atau gua di
tebing-tebing sungai (Tukad) Pakerisan sebagai produk berkesenian pada
tahap awal (Sutaba, 1980). Setelah ditemukan bukti-bukti tertulis berupa
prasasti di atas batu atau logam dapat diidentifikasi situs pusat kerajaan
dari dinasti Warmadewa di Keraton Singamandawa, Bedahulu. Setelah
ekspedisi Gajah Mada (Majapahit) dapat menguasai pulau Bali, maka di
bekas pusat markas laskarnya didirikan sebuah keraton, yaitu Keraton
Samprangan kemudian menjadi sebuah desa di kabupaten Gianyar.
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-3
Keraton ini merupakan pusat pemerintahan kerajaan yang dipimpin oleh
raja adipati (Ida Dalem) Kresna Kepakisan (1350 – 1380). Dia adalah
pendiri dari dinasti Ida Dalem Kresna Kepakisan. Keraton Samprangan
berusia lebih kurang tiga warsa kemudian keraton pusat kerajaan Bali itu
dipindahkan ke Gelgel oleh putra bungsunya beliau yang bernama Ida
Dalem Ketut Ngulesir, (1380 – 1460) raja adipati di Bali. Keraton Gelgel
kemudian diberi nama Swecalingarsapura dan berlangsung lebih kurang
tiga abad.
Selama pusat pemerintahan berada di Gelgel ada lima raja dari
keturunan Ida Dalem Kresna Kepakisan yang memerintah yaitu : Ida
Dalem Ketut Ngulesir (1380 – 1460), Ida Dalem Waturenggong (1460 –
1550), Ida Dalem Bekung (1550 – 1580), Ida Dalem Segening (1580 – 1630),
dan Ida Dalem Dimade (1630 – 1651). Selama periode 1651 – 1686
kekuasaan pemerintahan di Gelgel diambil alih oleh I Gusti Agung Maruti,
dari keturunan Arya Kepakisan (Babad Dalem, passim).
Cikal bakal penguasa (raja) yang kemudian dikenal sebagai daerah
Gianyar berasal dari keturunan Dalem Segening dan Ida Dalem Dimade.
Sementara itu, pada periode yang bersamaan muncul juga dua pusat
kekuasaan, yaitu I Gusti Ngurah Jelantik di Blahbatuh dan I Gusti Agung
Maruti di Keramas, keduanya berasal dari keturunan Arya Kepakisan,
kemudian daerah kekuasaannya diserahkan dan dimasukkan ke wilayah
kerajaan Gianyar (Babad Dalem; C.C. Berg, 1932). Periode Gelgel berakhir
dengan kekalahan dan berakhirnya kekuasaan I Gusti Agung Maruti pada
tahun 1686. Salah satu putra dari Dalem Dimade yang bernama I Dewa
Agung Jambe dan dengan didukung oleh laskar gabungan (Singarsa,
Denbukit, Badung dan laskar pering gading oncer ganda dari desa Beng)
dapat merebut kembali tahta kerajaan. Selanjutnya, para anglurah yang
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-4
memimpin laskar gabungan sepakat menobatkan Ida I Dewa Agung
Jambe sebagai raja (Ida Dewa Agung). Ida I Dewa Agung Jambe
selanjutnya memindahkan keraton pusat pemerintahannya ke Klungkung,
yang dinamai Keraton Semarapura. Periode Klungkung sebagai kerajaan
yang berdaulat dan memiliki otonomi penuh berlangsung dua abad lebih,
tepatnya 222 tahun (1686 – 1908).
Salah seorang putra Ida Dalem Segening yang bernama Ida I Dewa
Manggis Kuning (1600-an) adalah cikal bakal dinasti Manggis yang
kemudian muncul setelah generasi IV. Sementara itu, salah seorang putra
Ida Dalem Dimade yang bernama Ida I Dewa Agung Pemayun (1640-an)
adalah cikal bakal dinasti Pemayun yang muncul setelah generasi II dan
yang membangun keraton-keraton pusat kekuasaan di Tampaksiring,
Pejeng, dan Kerajaan Payangan (1735 – 1843) kemudian termasuk wilayah
kerajaan Gianyar. Salah seorang putra dari Ida I Dewa Agung Jambe
yang bernama Ida I Dewa Agung Anom muncul sebagai cikal bakal
dinasti raja-raja yang berkuasa di keraton Sukawati (1711 – 1771). Daerah
kekuasaannya kemudian diambil alih oleh raja Gianyar pada tahun 1771
(Babad Dalem; Babad Dalem Sukawati).
Ketiga cikal bakal penguasa yang muncul di Gianyar yang berasal dari
dinasti Ida Dalem Kresna Kepakisan sejak periode Gelgel sampai periode
Klungkung mengalami pergumulan, silih-berganti, pasang-surut, malang
melintang untuk menuju puncak kekuasaan kerajaan, baik dengan cara
kekerasan maupun secara damai. Dinamika pergumulan antara elite
tradisional dari generasi ke generasi telah berproses. Pada momentum
tertentu, salah seorang di antaranya adalah pembangun kota keraton,
atau kota kerajaan yang menjadi pusat pemerintahan kerajaan yang
disebut Gianyar. Pembangun kota kerajaan yang berdaulat dan memiliki
otonomi penuh adalah Ida I Dewa Manggis Shakti, generasi keempat dari
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-5
Ida I Dewa Manggis Kuning. Berdirinya Puri Agung Gianyar 19 April 1771,
yang sekaligus menjadi ibukota, dan pusat pemerintahan Kerajaan
Gianyar dipakai sebagai tonggak sejarah. Sejak itu Kerajaan Gianyar
yang berdaulat ikut mengisi lembaran sejarah kerajaan-kerajaan di Bali,
yang terdiri atas sembilan kerajaan yaitu: Klungkung, Karangasem,
Buleleng Mengwi, Bangli, Payangan, Badung, Tabanan, dan Gianyar.
Namun, sampai akhir abad ke-19, setelah runtuhnya Kerajaan Payangan
dan Mengwi di satu pihak dan munculnya Jembrana di lain pihak, maka
hanya ada delapan kerajaan di Bali (asta negara), yaitu : Klungkung,
Karangasem, Buleleng, Jembrana, Tabanan, Bandung, Bangli, dan
Gianyar (ENI, 1971).
Petunjuk tertulis dalam dokumen arsip Belanda memberikan bukti kuat
bahwa kerajaan Gianyar yang memiliki otonomi dan kedaulatan wilayah,
kekuasaannya diakui oleh kekuasaan asing Belanda atau kekuasaan
pribumi, raja-raja di Bali. Surat perjanjian pertama, antara Letkol van
Swieten dari pihak Gubernemen Hindia Belanda dan Ida I Dewa Pahang
dari pihak Kerajaan Gianyar, ditandatangani pada tanggal 25 Juli 1849. Isi
perjanjian itu adalah kerjasama bantu membantu antara pihak kerajaan
pribumi dan pihak asing Gubernemen, yang sama-sama memiliki otonomi
dan kedaulatan atas wilayah kekuasaannya dan yang secara
kenegaraan keduanya berstatus sederajat (ANRI, 1964).
Perlu diketahui sejak didirikannya Kerajaan Gianyar oleh raja yang
pertama, yaitu Ida I Dewa Manggis Shakti pada tahun 1771 sampai
ditandatanganinya surat perjanjian dengan pihak Gubernemen oleh Ida I
Dewa Pahang (1847 – 1892) yang juga bergelar Ida I Dewa Manggis
Mantuk Di Satria, telah terjadi beberapa kali suksesi pewarisan takhta.
Sesudah wafatnya Ida I Dewa Manggis Shakti sebagai peletak dasar
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-6
Kerajaan Gianyar yang berdaulat penuh, tahta kerajaan diwariskan
kepada putera mahkota yang bergelar Ida I Dewa Manggis Di Madya
(1814 – 1839), raja Gianyar II. Kekuasaannya berakhir karena wafat
kemudian digantikan oleh putera mahkota yang bergelar Ida I Dewa
Manggis Di Rangki (1839 – 1847), raja Gianyar III. Kekuasaannya singkat,
hanya berlangsung delapan tahun dan berakhir karena wafat.
Pewaris tahta berikutnya adalah Ida I Dewa Pahang atau Ida I Dewa
Manggis Mantuk Di Satria (1847 – 1892), raja IV. Gelar Mantuk Di Satria itu
diberikan untuk mengingatkan pada peristiwa bahwa raja ini wafat dalam
pengasinagn (1885 – 1892) di Satria (Klungkung). Pengasingan itu
melibatkan intervensi dari pihak Ida I Dewa Agung di Kerajaan Klungkung.
Raja Gianyar IV, Ida I Dewa Pahang (menurut sumber Belanda) dimusuhi
oleh raja-raja Klungkung, Bangli, Badung, Tabanan, dan Mengwi. Setelah
Ida I Dewa Pahang berhasil diperdaya dan ditawan oleh Ida I Dewa
Agung di Klungkung pada tahun 1885, tahta di keraton Gianyar
mengalami kekosongan sampai wafatnya Ida I Dewa Pahang di
pengasingan Satria (Klungkung) pada tahun 1892. Selanjutnya, wilayah
kekuasaan kerajaan Gianyar dikuasai oleh kerajaan Bangli dan kerajaan
Klungkung. Ketika Ida I Dewa Manggis Mantuk Di Satria wafat di Satria
(Klungkung), kedua puteranya, yaitu Ida I Dewa Pahang dan adiknya Ida I
Dewa Gde Raka beserta keluarganya berhasil lolos meninggalkan tempat
pengasingan untuk kembali ke Gianyar pada bulan Januari 1893. Berkat
dukungan para punggawa yang masih setia di Gianyar, Ida I Dewa
Pahang, raja Gianyar V (1893 –1896), berhasil membebaskan Kerajaan
Gianyar dari cengkraman pendudukan raja-raja tetangga sehingga
Kerajaan Gianyar berdaulat kembali. Setelah wafat digantikan oleh
adiknya yang bernama Ida I Dewa Gde Raka, sebagai raja Gianyar VI.
Atas dasar musyawarah dan mufakat dari para manca, punggawa dan
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-7
dukungan rakyat di Kerajaan Gianyar, maka dinobatkanlah Ida I Dewa
Gde Raka, adik dari raja Gianyar V, sebagai raja Gianyar VI (1896 – 1912)
(ANRI, 1964).
Upacara resmi penobatan sesuai dengan tradisi Bali (mabiseka ratu) Ida I
Dewa Gde Raka sebagai raja Gianyar VI ini sangat unik karena
dilaksanakan setelah penyerahan kedaulatan kerajaannya kepada
pemerintah Belanda. Keputusan Ida I Dewa Gde Raka, raja Gianyar VI
untuk menempatkan diri di bawah perlindungan dan kekuasaan
pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 8 Maret 1900 adalah karena
alas an permusuhan yang tidak pernah henti dengan kerajaan-kerajaan
tetangga yaitu : Badung, Mengwi, Bangli, dan Klungkung. Situasi pada
akhir abad ke-19 itu sangat mengacaukan kehidupan di Kerajaan
Gianyar. Pertimbangan yang matang dari seorang pemimpin dan juga
raja yang sangat memperhatikan kawulanya itu memperoleh
perlindungan dari pihak Gubernemen itu dapat diterima dengan baik
pada waktu itu. Tujuannya adalah untuk mencari tempat berlindung guna
menyelamatkan kerajaan dari keruntuhan karena diancam dan diserang
oleh empat kerajaan tetangga dari pelbagai penjuru, seperti yang
disebutkan di atas (Agung, 1989).
Untuk menangkis tekanan-tekanan kerajaan tetangga, raja Gianyar Ida I
Dewa Raka meminta bantuan kepada Karangasem I Gusti Gde Jelantik
pada tahun 1898. Akan tetapi, karena status Kerajaan Karangasem sudah
menjadi stedehouder (wakil) pemerintah Gubernemen, maka permintaan
tersebut dikonsultasikan dulu kepada residen di Singaraja. Keputusan yang
diterima ialah bahwa Residen Liefrinck menolak usul I Gusti Gde Jelantik
dengan alasan agar kerajaan yang merupakan bagian (wakil)
pemerintah Gubernemen tidak terlibat dalam sengketa antar kerajaan di
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-8
Bali (Agung, 1989). Raja Gianyar, Ida I Dewa Raka putus asa atas
penolakan bantuan dan berusaha memohon bantuan lagi kepada
pemerintahan Gubernemen, Residen Liefrinck pada tanggal 28 Desember
1899 dan pada tanggal 8 Januari 1900. Isinya yang terpenting adalah
penyerahan kerajaan Gianyar kepada pemerintah Gubernemen, dengan
alas an untuk lestarinya lembaga-lembaga yang ada dan menghindari
kepungan musuh dari segala penjuru (Agung, 1989). Karena lama tidak
mendapat jawaban dari Residen Liefrinck atas suratnya, raja Gianyar
selanjutnya mengirim surat susulan pada tanggal 14 Januari 1900.
Sementara itu Ida I Dewa Agung di Klungkung menawarkan perdamaian
dengan raja Gianyar, Ida I Dewa Raka. Tawaran tersebut disertai dengan
suatu imbalan bahwa Ida Dewa Agung bersedia menjadi perantara
dengan raja-raja lain di Bali, terutama raja Bangli untuk menghentikan
permusuhan dan peperangan dengan Kerajaan Gianyar, asalkan
Kerajaan Gianyar bersedia mengakui kekuasaan tertinggi Ida Dewa
Agung Klungkung. Meskipun tawaran perdamaian tersebut tidak
mendapat respons yang menggembirakan dari sebagian besar
punggawa Kerajaan Gianyar, raja Gianyar tidak dapat menolak tekanan
Ida Dewa Agung Klungkung untuk mengadakan perdamaian.
Perdamaian antara Ida Dewa Agung Klungkung dengan raja Gianyar
akhirnya dikukuhkan juga dengan suatu upacara sumpah yang
berlangsung di Pura Kentel Gumi, Banjarrangkan pada tanggal 26 Januari
1900 (Agung, 1989). Peristiwa sumpah perdamaian itu dilaporkan oleh raja
Gianyar, Ida I Dewa Gde Raka kepada Residen Liefrinck dalam suratnya
tertanggal 17 Februari 1900. Disampaikan dalam suratnya itu bahwa
perdamaian disetujui karena raja Gianyar berada dalam keadaan sulit
dan meminta jawaban atas permohonan penggabungan Kerajaan
Gianyar ke dalam pemerintah Gubernemen. Surat yang terakhir ini
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-9
dipertimbangkan masak-masak oleh Residen dan dikonsultasikan kepada
Gubernur Jenderal di Batavia (Agung, 1989).
Permohonan saran dan argumentasi yang disampaikan Residen Liefrinck
dibalas dengan sebuah keputusan Gubernur Jenderal yang disampaikan
oleh sekretaris Umum Hindia Belanda dengan kawat tanggal 28 Februari
1900. Isinya menerima tawaran raja Gianyar agar ditempatkan dalam
hubungan yang sama dengan Gubernemen seperti Karangasem. Selain
petunjuk di atas, Residen Liefrinck mendapat instruksi dari Gubernur
Jenderal untuk menyelidiki kemungkinan penempatan seorang pejabat
Belanda di Gianyar. Berdasarkan instruksi tersebut, Liefrinck bertolak ke
Gianyar untuk mengadakan perundingan dengan raja Gianyar dan para
punggawa kerajaan tersebut guna menyelesaikan masalah Gianyar..
Dengan menumpang kapal pemerintah Condor, Liefrinck disertai oleh
kontrolir urusan politik dan agraris, H.E.J.F. Schwatz dan dua punggawa
dari Buleleng, mereka berlabuh di pantai Lebih pada tanggal 5 Maret
1900. Residen dengan rombongan diterima oleh para pembesar Kerajaan
Gianyar dan diantar ke Ibukota dan mereka menginap di Puri Agung
Gianyar (Agung, 1989). Pertemuan berlangsung selama sehari penuh
pada tanggal 7 Maret 1900. Untuk menjamin kelangsungan
pemerintahan, maka dimuat ketentuan tentang pengangkatan Ida I
Dewa Gde Raka, raja Gianyar VI untuk sementara waktu sebagai
stedehouder (wakil) pemerintah Hindia Belanda di Gianyar. Sambil
menunggu keputusan tetap mengenai pengangkatannya dari Gubernur
Jenderal, dan raja bertindak sebagai wali negeri yang baik, seperti yang
berlaku di Karangasem. Pada hari Kamis malam tanggal 8 Maret 1900,
berita acara tersebut ditandatangani oleh residen Liefrinck dan Ida I
Dewa Gde Raka. (Agung, 1989). Isinya menegaskan bahwa Ida I Dewa
Gde Raka, raja di Kerajaan Gianyar berjanji dengan sungguh-sungguh
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-10
bahwa jabatan yang diemban sebagai stedhouder (wakil) pemerintah
Hindia Belanda senantiasa akan memerintah kerajaan Gianyar sebagai
seorang wali negeri yang baik dan setia kepada pemerintahHindia
Belanda.
Dengan keputusan Gubernur Jenderal tertanggal 29 November 1900
No.15, detetapkan bahwa Ida I Dewa Gde Raka dikukuhkan dalam
kedudukan dan martabatnya sebagai Stedehouder (wakil) pemerintah
Hindia Belanda di Kerajaan Gianyar (Agung, 1989). Pelantikannya
dilakukan dengan suatu upacara yang disaksikan oleh semua punggawa
di Kerajaan Gianyar pada tanggal 2 Januari 1901. Selanjutnya, pada
tanggal 15 Juni 1903 Ida I Dewa Gde Raka dinobatkan dalam suatu
upacara penobatan menurut adat agama (mabiseka ratu) sebagai raja
Gianyar dengan gelar Ida I Dewa Manggis, seperti lazimnya dipakai oleh
raja-raja yang berkuasa di Gianyar turun-temurun (sejak Ida I Dewa
Manggis Shakti).
Selama satu dekade, sejak penobatan Ida I Dewa Gde Raka sebagai
stedehouder terjadilah suksesi kepemimpinan. Beliau mengundurkan diri
secara sukarela dengan mengajukan permohonan kepada pemerintah
Gubernemen pada tanggal 12 Mei 1912. Dengan surat keputusan
Gubernur Jenderal pada tanggal 11 Januari 1913, Ida I Dewa Gde Raka
diberhentikan dengan hormat sebagai Stedehouder di Kerajaan Gianyar.
Sementara itu, di Bangli juga terjadi suksesi karena Dewa Gde Tangkeban,
raja Bangli wafat pada tahun 1912. Baik Ida I Dewa Ngurah Agung yang
menggantikan ayahnya, Ida I Dewa Gde Raka (Ida I Dewa Manggis VIII)
di Gianyar maupun pengganti Dewa Gde Tangkeban di Bangli tidak diberi
gelar stedehouder oleh pemerintah Gubernemen. Akan tetapi mereka
diangkat sebagai regent untuk kepala pemerintahan di Gianyar atau
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-11
daerah-daerah yang disamakan pada waktu itu berlangsung sampai
tahun 1929. Oleh J. Caron sebagai residen Bali dan Lombok pada waktu
itu diadakan perubahan tata pemerintahan di Bali.
Berdasarkan prinsip bahwa pulau Bali adalah suatu wilayah yang
langsung berada di bawah kekuasaan pemerintah Hindia Belanda, maka
mulai tahun 1929 pulau Bali dibagi menjadi delapan resort (daerah)
pemerintahan. Resort (daerah) pemerintahan itu adalah Buleleng,
Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Bangli dan
Karangasem. Tiap-tiap resort pemerintahan dikepalai oleh seorang
pribumi putra warga Bali yang akan ditunjuk, dari keturunan raja-raja yang
dahulu memerintah kerajaankerajaan di Bali. Untuk resort pemerintahan
Karangasem, Bangli, dan Gianyar tidak perlu diadakan penunjukan
kepala pemerintahan baru, karena di sana keturunan raja-raja yang
berkuasa terdahulu di tiga kerajaan tersebut sudah memangku jabatan
sebagai kepala pemerintahan (Agung, 1989). Akan tetapi, untuk daerah-
daerah lainnya, residen J. Caron mengadakan penyelidikan seksama
siapa-siapa yang dianggap masih keturunan terdekat dari dinasti
kerajaannya masing-masing. Keseragaman tata pemerintahan di Bali
dapat diwujudkan pada tahun 1929. Pulau Bali dibagi menjadi delapan
resort pemerintahan yang diberi nama Bali asli yaitu negara di bawah
pimpinan kepala-kepala pemerintahan yang ditunjuk dari keturunan raja-
raja Bali terdahulu. Para kepala pemerintahan di tiaptiap negara diberi
gelar negara berstuuder (penguasa Negara) dengan disertai pengukuhan
gelar tradisional yang menyerupai tradisi yang berlaku di tiap-tiap
kerajaan. Ida I Dewa Ngurah Agung, sejak tahun 1929 dikukuhkan oleh
pemerintah Gubernemen dengan dua gelar yaitu secara modern
(Bestuurder) atau secara tradisi adat di negara Gianyar (Anak Agung).
Kepala pemerintahan pribumi (Bestuurder, Anak Agung) yang baru
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-12
dibentuk ini memiliki tiga ciri dalam sistem pemerintahannya, yaitu
pemerintahan rangkap, adanya jabatn patih sebagai pembantu raja,
dan adanya dewan kerajaan. Patih raja Gianyar berasal dari keturunan
Pasek, sedangkan dewan kerajaan (pesamuan agung) terdiri dari
pembesar kerajaan, yaitu para punggawa, para manca, para pendeta
(W.F. van der Kaaden, 1937). Keistimewaan dalam sistem pemerintahan di
Gianyar adalah pembentukan korps abdi raja yang disebut prayoda
pada tahun 1936. Pembentukan korps tersebut yaitu diilhami oleh barisan
sebagai abdi Sentana di Madura (Kuntowijoyo, 2002).
Selama Pemerintahan stedehouder dan regent (1913 – 1929) kemudian
bestuurder sampai tahun 1938 dan selama Anak Agung Ngurah Agung,
raja Gianyar VII (1913 – 1943) memimpin daerah kerajaannya suasana
aman dan tertib mewarnai kehidupan masyarakatnya. Secara perlahan
bakat alam bersentuhan dengan kemampuan berkreasi para warganya.
Kreativitas waktu-waktu luang telah menampilkan aktivitas seni dan
pelbagai produk karya seni yang sejak semula terkait erat dengan
persembahan untuk keperluan upacara keagamaan Hindu di pura-pura
(kahyangan) untuk kepentingan kehidupan di keraton (puri, istana raja,
court art) yaitu, hiburan dan keindahan bagi raja dan para bangsawan,
elite kerajaan, dan untuk kepentingan rakyat yaitu hiburan dan keindahan
yang dinikmati oleh masyarakat luas (folk art). Sejak itu berkembang
pelbagai produk karya seni antara lain: seni lukis, seni ukir, seni patung, seni
tari pertunjukan, wayang, seni karawitan dan gamelan, seni sastra
kekawin. Melalui kreativitas para seniman dan produk karya-karya seni
mereka, kerajaan Gianyar di Bali semakin dikenal oleh wisatawan
mancanegara (profil Kabupaten Gianyar 2005: Bab VII).
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-13
Kabupaten Gianyar “Kota Seni”, 1961 – 1980-an
Kehadiran seniman-seniman berkebangsaan asing : Walter Spies dari Rusia
dan Rudolf Bonnet dari Belanda pada tahun 1928 yang menetap di Ubud
dapat dijadikan tonggak akulturasi terjadinya dinamika kebudayaan
pada unsur karya seni. Atas inisiatif kedua seniman Barat yang
memperoleh dukungan para bangsawan Ubud: Tjokorda Gde Raka
Soekawati (punggawa Ubud), Tjokorda Gede Agung Soekawati dan
Tjokorda Gede Rai (punggawa Peliatan) beserta para seniman Gianyar
mereka bersama-sama membentuk sebuah organisasi modern pertama
para seniman yaitu “Pita Maha” pada tanggal 29 Januari 1936.
Keanggotaannya terdiri dari para pelukis, pemahat, pengukir, pengerajin
anyaman, pengerajin perak dan emas hingga mencapai jumlah 159
orang di Ubud dan di luar Ubud sampai di Badung. Melalui pameran-
pameran yang diselenggarakan di kota-kota di Bali (Singaraja), di Jawa:
Bandung, Yogya, dan Batavia, Surabaya, Tegal, di Sumatra (Medan dan
Palembang), di Kalimantan (Pontianak), bahkan hingga ke luar negeri
(Amsterdam, Den Haag, London), organisasi seniman “Pita Maha” semakin
luas dikenal. Akan tetapi selama pendudukan Jepang dan revolusi
Indonesia aktivitas “Pita Maha” terhenti (“Pita Maha 29 Jan 1936 – 29 Jan
1940” Djatayoe, No. 7, 25 Feb 1940, Th 4, Singaradja: 195 – 202).
Selama masa revolusi, ketika daerah Bali temasuk ke dalam wilayah
Negara Indonesia Timur (NIT), otonomi daerah kerajaan/swapraja tetap
diakui. Namun, semuanya itu dikoordinasikan dalam sebuah lembaga
yang disebut Dewan Raja-raja. Raja Gianyar Ida A.A. Gde Oka, diangkat
sebagai Ketua Dewan Raja-raja pada tahun 1947 menggantikan A.A.
Pandji Tisna, raja Buleleng. Selain itu, pada periode NIT dua tokoh lainnya,
yaitu Tjokorda Gde Rake Soekawati (Puri Kantor Ubud) diangkat menjadi
presiden NIT dan Ide A.A. Gde Agung (Puri Agung Gianyar) menjadi
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-14
Perdana Menteri NIT. Ketika Republik Indonesia Serikat (RIS) kembali ke
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 17 Agustus
1950, Undang-undang NIT No. 44 tanggal 15 Juni 1950 tetap diberlakukan.
Daerah swapraja di wilayah NIT disebut dengan daerah
bahagian/swapraja. Namun, untuk keseragaman pemerintah daerah di
seluruh Indonesia, dikeluarkan Undang-undang No. 69 tahun 1958 yang
mengubah daerah bahagian/swapraja menjadi daerah swatantra tingkat
II (Daswati II). Daswati II itu berlaku secara seragam untuk seluruh Indonesia
sampai tahun 1960. Setelah itu, nama tersebut diganti lagi dengan nama
daerah tingkat II (Dati II), Kabupaten Dati II, dan kabupaten. Dari sisi
otonomi, jelas tampak proses perkembangan yang terjadi di kota
Gianyar. Status otonomi dan berdaulat penuh melekat pada pemerintah
Kerajaan Gianyar sejak 19 April 1771, yang terus berproses sampai otonomi
daerah tingkat II kabupaten diberlakukan dewasa ini. Proses otonomi
sejalan dengan dinamika kebudayaan yang tetap menunjukkan
perkembangannya. Produk kesenian untuk kepentingan keraton (puri),
tempat-tempat pemujaan Hindu (pura) baik yang diskralkan maupun
yang diprofankan telah menyentuh pula kepentingan masyarakat dan
bisa dinikmati oleh masyarakat lokal dan oleh masyarakat dunia melalui
wisatawan yang datang ke Gianyar. Akibatnya nuansa seni semakin
melekat dan memberi jatidiri terhadap daerahnya.
Setelah Pemilu I tahun 1955 timbul lagi inisitif R. Bonnet, Tjokorda Gede
Agung Sukawati dan beberapa seniman Ubud untuk menghimpun para
seniman. Mereka mendirikan organisasi “Golongan Pelukis Ubud” pada
tahun 1956. Ketuanya adalah A.A. Gede Sobrat. Kehadiran seorang
pelukis Belanda yang menjadi warga negara Indonesia Arie Smith pada
tahun 1961 telah menciptakan pembauran lewat karya seni lukisan yang
kemudian dikenal dengan aliran “the young artist”. Gaya young artist
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-15
menghasilkan lukisan-lukisan yang bertemakan kehidupan sehari-hari
dengan polesan warna-warna cerah, kontras, bebas dan ekspresif (I
Nyoman Suasta, 1981: 62 – 63).
Visi dan misi organisasi “Pita Maha” yaitu menampung hasil karya
seniman-seniman berbakat sekaligus sebagai dokumentasi dan pameran
yang mendunia terutama kota-kota di benua Eropa terwujud pada tahun
1959. Ketika itu didirikan sebuah museum yang diberi nama “Museum Puri
Lukisan Ratna Warta” di Ubud. Museum ini cukup menarik kehadiran
wisatawan mancanegara untuk menikmati keindahan karya seni yang
terlukis dari bumi seniman di kabupaten Gianyar. Disusul dengan
dibukanya museum lukisan oleh Pande Wayan Suteja Neka, seorang
pelukis kelahiran tahun 1939 maka menambah semarak pengenalan
jatidiri yang bernuansa senu untuk dipemerkan. Museum lukisan yang
dibukanya sendiri pada tahun 1976 diberi nama “Museum Neka”
diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 7 Juli
1982 ternyata mengundang antusias pada penikmat keindahan lewat
karya-karya seni lukisan. Setelah itu berdiri pula museum-museum lukisan
lainnya seperti “Museum Arma”, “Museum Rudana” (Garrett Kam, 2002: 10
–11; Profil....2005: Bab VII). Dapat dikatakan bahwa berdirinya museum-
museum seni lebih memperkaya lagi khazanah nuansa seni di Kabupaten
Gianyar.
Untuk menampung produk karya-karya seni dan menjualnya kepada
konsumen bermunculan pula bengkel kerja (work shop), studio-srudio,
galery-galery, artshop-artshop yang tersebar di kecamatan-kecamatan
hingga ke desa-desa di seluruh kabupaten Gianyar : Batubulan, Celuk,
Guang, Sukawati, Bona, Gianyar, Ubud, Tegallalang, Kedewatan, dan
lain-lain. Dari pihak pemerintah kabupaten Gianyar menjadi fasilitator
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-16
pembangunan “Pasar Seni” di Sukawati pada tahun 1983 dan “Pasar
Seni” di Blahbatuh pada tahun 1987. Selain itu pemerintah juga
memfasilitasi tanah dan pembangunan gedung Sekolah Seni Rupa
Indonesia (SSRI) di Ubud dan Guwang serta Sekolah Seni Karawitan di
Batubulan. Atraksi kesenian seperti tari barong dan keris, kecak bisa
ditemukan di desa-desa Singapadu, Bedulu dan Bona.
Masa sekarang
Sejak tahun 1950 sampai sekarang yang hampir lima dasawarsa lebih
telah tercatat sepuluh orang Kepala Pemerintahan/Bupati Gianyar, yaitu:
1. A.A. Gde Raka (1950-1960)
2. Tjokorde Ngurah (1960-1963)
3. Drh. Tjokorde Dalem Pudak (1963-1964)
4. I Made Sayoga,BA (1964-1965)asal Br Kesian Desa Lebih,Gianyar
5. I Made Kembar Kerepun (1965-1969)
6. A.A. Gde Putra, SH (1969-1983)
7. Tjokorda Raka Dherana, SH (1983-1993)
8. Tjokorda Gde Budi Suryawan, SH (1993-2003)
9. A.A.G. Agung Bharata, SH (2003-2008)
10. Ir.Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati,MSi (2008-2012)
11.A.A.G. Agung Bharata, SH (2012-2017)
Dari sisi otonomi jelas nampak bahwa proses perkembangan yang terjadi
di Kota Gianyar. Otonomi dan berdaulat penuh melekat pada Pemerintah
kerjaan sejak 19 April 1771 kemudian berproses sampai otonomi Daerah di
Tingkat II Kabupaten yang diberlakukan sampai sekarang. Berbagai gaya
kepemimpinan dan seni memerintah dalam sistem otonomi telah terparti
di atas lembaran Sejarah Kota Gianyar. Proses dinamika otonomi cukup
lama sejak 19 April 1771 sampai 19 April 2005 saat ini, sejak kota keraton
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-17
dibangun menjadi pusat pemerintahan kerajaan yang otonomi sampai
sebuah kota kabupaten, nama Gianyar diabadikan. Sampai saat ini telah
berusia 234 tahun, para pemimpin wilayah kotanya, dari raja (kerajaan)
sampai Bupati (Kabupaten), memiliki ciri dan gaya serta seni memerintah
sendiri-sendiri di bumi seniman. Seniman yang senantiasa membumi di
Gianyar dan bahkan mendunia.
Ringkasan selengkapnya mengenai sejarah pemerintahan di Kabupaten
Gianyar, mulai dari periode jaman Kerajaan, periode penjajahan Belanda,
periode penjajahan Jepang, jaman Kemerdekaan dan seterusnya, kami
sajikan seperti pada table dibawah ini :
Periode PemerintahanJaman Kerajaan, Penjajahan dan Masa Setelah Kemerdekaan di
Kabupaten Gianyar
No. Tahun Periode Pemerintahan/Nama Pimpinan
Keterangan
1 2 3 41.1. Kerajaan
1 1771 –1814
I Dewa Manggis IV Raja Gianyar I
2 1814 –1839
I Dewa Manggis V (Dimadia) Raja Gianyar II
3 1839 –1847
I Dewa Manggis VI (Di Rangki) Raja Gianyar III
4 1847 –1885
I Dewa Manggis VII (Mantuk DiSatria)
Raja Gianyar IV
5 1885 –1893
Kosong/Raja I Dewa Manggis VIIdiasingkan ke Klungkungditempatkan di Desa Satria (suatuDesa + 3 Km disebelah Timur KotaSemarapura
Pemerintahanditangani dariKlungkung danBangli
6 1893 –1896
I Dewa Pahang wafat mendadakdi dalam tahun 1896 dan belumsempat dinobatkan (mabisekaratu) sebagai Raja
Raja Gianyar V
7 1896 –1900
I Dewa Manggis VIII Raja Gianyar VI
1.2. Penjajahan Belanda8 1900 –
1913I Dewa Manggis VIII Stedehuoder
(Wakil
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-18
PemerintahanBelanda diDaerah SwaprajaGianyar
Regent Gianyar9 1913 –
1937Ida Anak Agung Ngurah Agung Zelfbestuuder
(KepalaPemerintahanSwaprajaGianyar)
10 1938 –1942
Ida Anak Agung Ngurah Agung
1.3. Penjajahan Jepang11 1942 –
1943Ida Anak Agung Ngurah Agung Syutjo
12 1943 –1945
Ida Anak Agung Gde Agung Syutjo
1.4. Kemerdekaan13 1945 –
1947Ida Anak Agung Gde Agung Kepala
PemerintahSwapraja Gianyar
14 1947- 1950 Anak Agung Gde Agung KepalaPemerintahSwapraja Gianyar
15 1950 –1958
Anak Agung Gde Oka Ketua DewanPemerintahDaerah Gianyar
16 1958 –1960
Anak Agung Gde Oka Kepala Dati IIGianyar
17 1960 –1963
Tjokorda Ngurah Bupati KepalaDati II Gianyar
18 1963 –1964
Drh. Tjokorda Anom Pudak Pejabat KepalaDaerah Bupati
19 1964 –1965
I Made Sayoga, BA Bupati KepalaDati II Gianyar
20 1965 –1969
I Made Kembar Kerepun Pejabat KepalaDaerah Bupati
21 1969 –1983
Anak Agung Gde Putra, SH Bupati Kdh. Tk.IIGianyar
22 1983 –1993
Tjokorda Raka Dherana, SH Bupati Kdh. Tk.IIGianyar
23 1993 –2003
Tjokorda Gde Budi Suryawan, SH Bupati Kdh. Tk.IIGianyar
24 2003 –2007
A.A. Gde Agung Bharata, SH Bupati Gianyar
25 2007 –2012
Tjokorda Artha Ardhana Sukawati Bupati Gianyar
24 2012 –2017
A.A. Gde Agung Bharata, SH Bupati Gianyar
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-19
Berikut ini merupakan ilustrasi Peta Perkembangan Morfologi Kota Pusaka:
Gambar 2.1 Ilustrasi Peta Perkembangan Morfolo
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-20Gambar 2.2 Infografis Lini Masa Sejarah Kabupaten
Gianyar
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-21
2.2. Signifikansi, Otentisitas/Keaslian dan Integritas
Kabupaten Gianyar kaya dengan berbagai keanekaragaman budaya.
Konsep Budaya atau kebudayaan ini sebagaimana diungkapkan oleh
Koentjaraningrat (Koentjaraningrat, 1993) memiliki tiga wujud, yakni nilai-nilai,
sosial, dan artefak (kebendaan). Kabupaten Gianyar memiliki kawasan Sungai
Pakerisan, dan di bagian hulu terdapat sistem Subak (Subak Pulagan dan Subak
Kulub (Kulub Atas dan Kulub Bawah). Subak merupakan warisan budaya yang
bersifat intangible (tak tampak) berupa nilai-nilai Tri Hita Karana dan tangible
(tampak) dalam bentuk sistem sawah terasering dan juga sistem Pura Subak.
Subak juga memiliki wujud sosial dimana subak memiliki organisasi yang solid
dan didukung oleh landasan berupa awig-awig (aturan tertulis) dan perarem
(aturan yang tidak tertulis tetapi sudah disepakati secara konsensus) yang
dilaksanakan dengan ketat. Dengan demikian dapat disebutkan bahwa subak
di Sungai Pakerisan merupakan warisan budaya Bali dan telah menjadi warisan
budaya dunia (WBD) yang telah diakui oleh UNESCO.
Selain itu, semua Kecamatan di Kabupaten Gianyar merupakan kawasan
yang sangat kaya dengan nilai-nilai pusaka yang bersumber pada masa
Prasejarah, Sejarah Bali Kuna, Sejarah Modern, dan Post Modern. DI kawasan
kecamatan ini terdapat situs-situs yang tidak hanya signifikan bagi masyarakat
local tetapi juga bagi masyarakat di tingkat nasional, misalnya, di Kecamatan
Tampaksiring terdapat Istana Kepresidenan Tampaksiring yang sudah dibangun
sejak masa Presiden Indonesia 1 yaitu Presiden Soekarno.
Dalam hal Pusaka Alam, di Kabupaten Gianyar ditemukan pusaka alam
yang meliputi:
1. Pusaka alam pantai, seperti: Pantai Purnama, Panta Saba, Pantai Lebih,
Pantai Masceti, dll yang ada di kawasan selatan Kabupaten Gianyar;
2. Pusaka lembah sungai, seperti : Lembah Sungai Ayung, Lembah Sungai
Pakerisan, Lembah Sungai Petanu;
3. Pusaka Alam Air Terjun, yaitu Air Terjun Tegenungan;
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-22
4. Pusaka Alam Terasering, yaitu Terasering Ceking, Tegallalang;
5. Pusaka Alam Hutan Bambu Tegallalang, dll.
Sedangkan dalam hal Pusaka Budaya, Kabupaten Gianyar tampil
dengan kekayaan dan keragaman yang luar biasa. Secara komprehensif
kekayaan dan keragaman pusaka budaya Kabupaten Gianyar meliputi:
1. Pusaka Arkeologi;
2. Sejarah;
3. Permukiman dan Arsitektur;
4. Subak;
5. Religi/Agama;
6. Seni, tradisi, dan Sastra;
7. Multikultur;
8. Pusaka Khas Kabupaten Gianyar.
Ragam Pusaka Saujana juga ditemukan di berbagai desa, subak dan
komunitas dengan keunikan tersendiri. Beberapa contoh pusaka saujana
Kabupaten Gianyar adalah:
1. Pusaka saujana Subak Pulagan, Kulub atas, dan Kulub Bawah yang telah
ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO;
2. Pusaka saujana Desa Pejeng, Desa Bedulu, dan Desa Tampaksiring yang
mensinergikan alam Lembah Pakerisan dan Petanu dengan ragam
peninggalan arkeologi, sejarah, seni , dan arsitektur bernilai tinggi;
3. Pusaka saujana Desa Padangtegal yang mensinergikan pesona Monkey
Forest (Hutan Kera) dan kesenian;
4. Pusaka saujana Desa Petulu yang mensinergikan fauna Burung Kokokan
dan seni;
5. Pusaka saujana Desa Taro yang mensinergikan Hutan Bambu dengan
budaya agraris.
Secara umum dapat dikatakan bahwa warisan-warisan budaya fisik yang
tersebar di Kabupaten Gianyar saat ini masih dapat disaksikan antara lain
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-23
adanya bangunan puri, pura, pasar, bale banjar, setra/kuburan, dan lain
sebagainya. Kawasan Puri Gianyar yang di masa lalu merupakan pusat aktivitas
pusat pemerintahan tradisional, kegiatan ekonomi dan sosial budaya dapat
dianggap sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan
masyarakat di Kabupaten Gianyar. Hal ini dapat dilihat dari adanya
pemahaman secara filosofis yang mengikuti pola penataan perempatan
agung sebagaimana tampak pada konsep Catuspatha itu.
Dengan mempergunakan kategori unsur kebudayaan universal dan unsur
kebudayaan khusus orisinal, dibawah ini disajikan daftar panjang contoh-
contoh unsur budaya khusus yang tergolong sebagai unsur budaya orisinal di
Kabupaten Gianyar sebagai representasi Kota Pusaka.
No Unsur Universal Unsur Budaya Khusus Orisinal
1 Arsitektur Arsitektur Puri, Geria, Umah dengan penataan berbasisAsta Kosala-Kosali
2 Mata Pencaharian Pertanian basah dan system subak yang khas berbasisTri Hita Karana dan diapresiasi UNESCO sebagai WBD
3 Organisasi social Sistem desa pakraman sebagai komunitas lokalberbasis Tri Hita Karana
4 Bahasa dan Sastra Bahasa dan Sastra Bali dengan tradisi Mebebasan
5 Kesenian Seni lukis, seni kriya, seni rias, seni Wli, seni Babali danseni Balih-Balihan
6 Sistem Pengetahuan Pengetahuan Usada, Pengetahuan Astronomi, sampaisistem kalender Hindu Bali berbasis Pawukon
7 Sistem Religi Sistem ritual Panca Yadnya: Dewa Yadnya, Rsi Yadnya,Manusa Yadnya, Pitra Yadnya, Butha Yadnya
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-24
2.3. Atribut Pusaka
A. Pusaka Alam
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-25
B. Pusaka Budaya
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-26
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
2-27
C. Pusaka Saujana
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
3-1
BAB IIITUJUAN, KEBIJAKAN, DANSTRATEGI
3.1 Tujuan
Tujuan merupakan cita-cita perwujudan kelestarian keunggulan kota
pusaka yang diinginkan pada masa yang akan datang untuk menjadi
dasar dalam merumuskan kebijakan dan strategi. Tujuan ini dirumuskan
dengan merujuk pada Visi dan Misi pembangunan daerah. Tujuan dari
Kota Pusaka Gianyar adalah:
“Terwujudnya Kota Pusaka Gianyar yang Beidentitas, Lestari, dan Unggul
Menuju Kesejahteraan, Kebahagiaan, dan Berkelanjutan”
3.2 Kebijakan
Kebijakan merupakan serangkaian prinsip yang menjadi dasar dalam
pelaksanaan kegiatan penataan dan pelestarian kota pusaka. Kebijakan
berfungsi untuk memberikan petunjuk konkret untuk tindakan yang
diambil. Kebijakan dari Kota Pusaka Gianyar yaitu:
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
3-2
1. Melakukan pendataan, pelestarian, dan perlindungan terhadap Kota
Pusaka Gianyar dan aset-aset pusaka secara berkelanjutan.
2. Melakukan penguatan identitas Kota Pusaka dengan berdasarkan
identitas local Kabupaten Gianyar.
3. Melakukan penguatan SDM dan lembaga masyarakat dalam
pelestarian dan perlindungan Kota Pusaka Gianyar.
4. Melakukan pengembangan pemanfaatan aset Kota Pusaka untuk
kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat secara berkelanjutan.
3.3 Strategi
Strategi merupakan penjabaran tiap kebijakan penataan dan pelestarian
kota pusaka ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Strategi dari Kota Pusaka Gianyar yaitu:
1. Mengidentifikasi, merevitalisasi, dan melestarikan pusaka alam,
budaya, dan saujana Kota Pusaka Gianyar.
2. Menghidupkan jiwa, karakter, dan spirit Kota Pusaka Gianyar melalui
kreatifitas cipta, karsa, dan karya dan dipromosikan.
3. Merevitalisasi sentra-sentra Kota Pusaka Gianyar, baik di level
Kabupaten, Kecamatan, maupun Desa.
4. Memberdayakan SDM pusaka yang kreatif, cerdas, unggul sebagai
sumberdaya kreatif, inovatif, dan kader pelestari.
5. Memfungsikan lembaga-lembaga adat, dinas, dan swasta dalam
melakukan pelestarian dan pemberdayaan Kota Pusaka Gianyar
secara harmoni dan berkelanjutan.
6. Mengembangkan ekonomi pusaka yang kreatif dengan menjangkau
sektor primer, sekunder, dan tersier melalui bidang pertanian,
kerajinan, dan pariwisata dan seluruh kelompok ekonomi kreatif.
7. Memanfaatkan hasil dari ekonomi pusaka bagi pelestarian pusaka
alam, budaya, dan saujana serta bagi kesejahteraan masyarakat.
8. Merevitalisasi, merenovasi, dan merekonstruksi infrastruktur pusaka.
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-1
BAB IVKONSEP PENGELOLAANKOTA PUSAKA
4.1. Rencana Pengembangan Kota Pusaka
4.1.1. Sebaran Pusaka di Tiap Kecamatan
Sebaran pusaka di masing-masing kecamatan ini diperoleh dari berbagai
sumber baik melalui survey sekunder maupun survey primer ke lapangan.
Sebaran pusaka dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-2
Tabel 4.1 Sebaran Pusaka di Tiap Kecamatan
No. SitusLokasi Cagar Budaya/yang diduga Cagar Budaya
Dusun Desa/Kel Benda Bangunan Struktur
Kecamatan Blahbatuh
1 Pura Puseh Antugan Arca membawa ayam
Frag. Arca membawa ayam
Arca Ganesa
Arca Perwujudan
Frag. Arca perwujudan
Frag. Bangunan
Frag. Arca penjaga
2 Pura Dalem Antugan Lingga
3 Pura Prajapati Antugan Lingga
4 Yeh Pulu Batulumbang Bedulu Relief
5 Goa Gajah Goa Bedulu Tri lingga Kolam
Arca Ganesa Goa
Arca Hariti Relief yasti
Arca pancuran
Arca Jongkok
Fragmen arca
Fragmen bangunan
6 Pura Jempinis Goa Bedulu Frag Bangunan
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-3
Arca Ganesa
7 Candi TebingTegallinggah Tegallinggah Bedulu Gapura Candi tebing
Ceruk
8 Pr Sucen Tegallinggah Bedulu Arca Perwujudan
Arca Catur Muka
Arca Parwati
Lingga
9 Pr Pengastulan Bedulu Bedulu Batu alam
Arca Ganesa
Pilar bangunan
Relief pd bingkai segi 4
Frag bangunan
Arca pancuran pendeta
Frag Miniatur candi
Arca Binatang
10 Pura Santrian Pekandelan Bedulu Lingga
Arca Pendeta
Miniatur candi
Frag Miniatur candi
Frag bangunan
Batu bergores
Batu alam
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-4
11 Pura Samuantiga Pekandelan Bedulu Lingga yoni
Frag. bangunan
Batu alam
Arca Durga M
Arca Dewa Wisnu
Arca Ganesa
Frag. Arca Caturkaya
Frag. arca
Lingga semu
Lempeng batu
Batu segi 4 berrelief
Kendi
Batu bergores
Frag. Lingga semu
Arca jongkok
Frag. Arca raksasa penjaga
Arca Gajah
Arca Nandi
Arca Penjaga
Lingga sempurna
Kumpulan Batu alam
Pretima (Perunggu)Pretima berbentuk singa
(kayu)
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-5
Cepuk (keramik)(pratima)Pretima berbentuk arca
budha (perunggu)Pretima berbentuk nandi
(perunggu)Genta (perunggu)pratimaWadah genta
(perunggu)pratimaWadah (perunggu) pratima
Frag gelang(pratima)
12 Pura Gunung Sari Wanayu Bedulu Lingga
Relief kala
Lingga dgn relief 4 tokoh
Batu bergores
Menhir
Batu alam
13 Pura SubakKedangan Wanayu Bedulu Arca Budha
Arca Ganesa
Arca perwujudan
Arca bawa ayam
Frag bangunan
Frag arca
Frag lingga
Batu alam
14 Pura Tegenungan Wanayu Bedulu
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-6
15 Pura Batan Jeruk Bedulu
16 Pura DukuhSantrian Pekandelan Bedulu Beliung
Alat batu
Batu lonjong
Batu alam
Menhir
Lumpang batu
Mata tombak
Permata
17 Pura Pengubengan Tengah Bedulu Frag. Miniatur Candi
Jaladwara (kambing)
Jaladwara (singa)
Jaladwara (makara)
Arca Perwujudan
Frag. Bangunan
Arca Durda M
Frag. Arca Prwujudan
Frag. Arca Kinari
frag. Ulekan
Frag. Kapak Batu
Batu dgn pahatan mata
frag. bangunan
18 Pura Kejaksan Lebah Bedulu Arca Raksasa
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-7
Arca Ganesa
Arca Durga M
Arca Siwa Mahaguru
Arca Primitif
Lingga
Arca Binatang
Miniatur Candi
19 Pura Putra BataraDesa Tengah Bedulu Frag. Arca Pancuran
Frag. Arca Ganesa
Lingga sempurna
Lingga semu
Arca Siwa Mahadewa
Frag. bangunan
Frag. Arca Perwujudan
Arca Ganesa
Relief
Frag. Arca kodok (pncr)
Stamba
20 Pura Genuruhan Goa Bedulu
21 Pura Telangu Pekandelan Bedulu Arca Ganesa Perunggu
22 Pura Menguntur Bedulu
23 Pura Dalem Lebah Bedulu Batu alam
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-8
Arca Siwaguru
24 Pura Batan Kelagi Margabingung Bedulu Arca
Lingga
Yoni
25 Pura Puseh Blahbatuh Blahbatuh Arca kepala kebo iwa
Frag. bangunan
Arca ganesa
Arca kinari
Arca memegang ayam
Arca Perwujudan
Frag. Arca bhairawa
Frag. Arca perwujudan
Frag. Arca ganesa
Arca Agastya & Dw Wisnu
di atas garuda
Frag. Arca dwarapala
Frag. Kepala kuda
26 Pura Musen Blangsinga Blahbatuh
27 Pura Batur Sari Satria Blahbatuh Gapura
Meru
28 Pura Dalem Maya Ds. PkramaTeruna Blahbatuh Arca terakota
Prasasti
Batu alam
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-9
29 JembatanBlahbatuh Blahbatuh Blahbatuh Jembatan
30 Pura PedarmanKutri Kutri Buruan Arca
Lingga
Yoni
Fragmen arca
31 Pura Dalem Celuk Celuk Buruan Arca frimitif
Kemuncak bangunan
Relief kala sungsang
Kepala kala (fr bangunn)
32 Pura Gunung Sari Celuk Buruan batu lonjong
Frag. Arca perwujudan
Frag relief
Lingga?
Arca Pendeta
Arca Dewa
Frag lapik
33 Pura Batan Pakel Yang Loni Buruan Arca binatang
Arca primitif
34 Pura Pucak Manik Buruan
35 Pura Segana Bangun Liman Buruan Frag. Arca
Frag. bangunan
Batu alam
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-10
Arca sederhana
Arca binatang
36 Pura Ibu Celuk Buruan Batu alam
Kapak batu
Keris
37 Pura PusehAmping Gelgel Keramas Arca Siwa
Arca Ganesa
Arca Perwujudan
Arca Nandi
Frag. Arca
Frag. bangunan
Lingga
Lingga Yoni
38 Pura Besakih Lebah Keramas Arca primitif
Frag. Lingga
Arca binatang primitif
39 Pura Kebo Edan Lebah Keramas Arca perwujudan
Frag arca perwujudan
Frag. bangunan
Arca Ganesa
Lingga
Lapik
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-11
40 Pura PasekNgukuhan Maspahit Keramas Arca
Kepala kala (fr bangunn)
41 Pura Dalem Sekah Maspahit Keramas Miniatur Candi
Arca Perwujudan
Arca Sederhana
Arca Binatang
Periuk
42 Pura Panti Gelgel Keramas Miniatur candi
Lingga semu
Frag. Miniatur candi
43 Pura Botoan Pering Pering Frag. bangunan Gapura
Arca ganesa
Arca perwujudan
Frag. Arca
Frag. lingga
Lingga
Umpak
44 Pura Tampaksidi Sema Pering Arca
Lingga
45 Pr PenataranPerangsada Gambang Prangsada Kendi
Arca
Lingga
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-12
Stamba
Arca Perwujudan
Arca Penjaga
Prasasti
Palung batu
Selonding
Gangsa
Batu alam
46 Pura Puseh Pering Pering Arca Ganesa
Frag. Arca
Arca kura-kura
Frag. bangunan
Arca binatang unsur bngn
Arca Perwujudan
Relief unsur bangunan
Frag arca caturkaya
(unsur bangunan)
Arca binatang
Frag arca pancuran
Frag binatang kahyangan
Arca nandi
47 Pura Sukaluwih Pering Meru tump.11
48 Pura Dalem Bon Biu Saba
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-13
49Pura Buda
Cemeng Banda Saba Frag bangunan
Arca dwarapala
Batu alam
Lingga
Arca wanita
50 Pr Puseh Banda Banda Saba Arca
Batu Alam
51 Pura Dalem Timbul Blangsinga Saba Lumpang batu bergores
52 Pura Puseh Saba Saba Saba Frag. Arca
53 Pura Dalem Saba Saba Saba Arca Perwujudan
Arca membawa ayam
Frag. Arca
Arca pendeta
Arca ganesa
Arca penjaga
Batu alam
Peripih
Lingga semu
54 Pura DalemAdegan Saba Arca
Batu alam
Gelungan
55 Pura Segara Saba Saba Arca Gapura
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-14
56 Pura Puseh Blangsinga Saba Arca
57 Pr Pasek Meranggi Kebon Kaler Belege Peripih
Lapik
Fragmen Arca
Ganeca
Arca Perwujudan
Fragmen BNG
Batu Persegi 4
58 Pr Empelan Blege Blege Batu Alam
Pragmen Lingga
Lingga
Pragmen Arca
Kecamatan Gianyar
1 Pura Puseh Abian Base Abian Base Miniatur Candi
Arca Ganesa
Arca Caturmuka
Arca Perwujudan
Frag. Arca Perwujudan
Arca Pendeta
Frag. Arca Ganesa
Frag. Bangunan
Lumpang batu
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-15
Lingga semu
Frag. Arca membwa ayam
Arca Penjaga
Arca Raksasa
Batu alam
2 Pura Puseh DesaTaulan - Abian Base
3 Pura Bukit Tedung Abian Base Arca Perwujudan
Fragmen Arca
4 Pura Ulun Suwi Tedung Abian Base Arca Perwujudan
Fragmen Arca
Lingga
5 Pura Puseh Tedung Abian Base
6 Pura Puseh Gitgit Beng
7 Relief Bebitra Roban Bitera Relief
8 Pura Rijasa Sengguan Bitera Arca DurgaMahisasuramardhini
Lingga
9 Pura Pucak BuronAlit Batur Sari Bitra Arca
Pripih
10 Pura DalemTenggaling Siangan Bitra
11 Pura Hyang Api Sengguan Gianyar
12 Pr Jeron DwKeloncing Kaja Kesian Lebih Arca Perwujudan
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-16
Arca Pendeta
Lingga
13 Pr Jeron DwKeloncing Klod Kesian Lebih Arca Perwujudan
Arca Binatang
14 Pura Sibi Agung Kesian Lebih Arca Siwa Mahaguru
Arca Ratu Nganten (Sejoli)Arca Durga
MahisasuramardhiniArca Siwa Mahadewa
Arca Ganesa Primitif
Fragmen Arca
Arca Perwujudan
Arca Parwati
Arca Ganesa Primitif
Arca Nandi Primitif
Lumpang Batu
Batu Silindris
15 Pura Blanjong Lebih BetenKelod Lebih
16 Pura Ratu Bajang Lebih BetenKelod Lebih
17 Pura Sakenan Cebaang Lebih
18 Pura Ulun Suwi - Mantring
19 Pura Ulun Suwi - Petak
20 Pura Puseh Petak Petak Petak
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-17
21 Pura PenataranPetak Petak
22 Pr DalemSamprangan Samplangan Samplangan
23 Pura Pucak Bukit batu Samplangan
24 Pura DalemCamplung - Samplangan
25 Pura PusehSamplangan Samplangan Arca Perwujudan
Lingga
Arca GanesaArca Perwjdn mmbawa
ayamFrag. Arca
Frag. Lingga
Arca Pendeta
Arca burung garuda
batu alam
26 Pura Puseh Sidan Sidan Sidan Arca binatangFragmen Arca Menungga
KudaArca perwujudan
Lingga
Arca Pendeta
Arca Ganesa
Frag. Arca
Frag. Bangunan
Frag. Arca naga
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-18
27 Pura Bukit telaga Sidan
28 Pura Sibi Alit Tegaltugu Tegaltugu Arca berkepala tiga
Arca Perwujudan
Arca Ganesa
Arca Sejoli
Frag Arca
Arca mgang ayam
Arca primitif
Frag arca primitif
29 Pura Gaduh Temesi Temesi Arca Ganesa
Arca Perwujudan
Batu alam
30 Pura Puseh Temesi Temesi Arca Perwujudan
Frag. Bangunan
Frag. Arca
Batu dgn pahatan vagina
Lingga
Batu alam
Lumpang batu
31 Pura Bale Agung Pande Tulikup
32 Pura Melanting Roban Tulikup Arca raksasa
Frag. Arca
33 Pr Ganter Bitra Bintra Yoni Str Bangunan
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-19
Lingga
Lingga Yoni
Fragmen Arca
Arca Gajah
Arca Bhatari
Arca Ganeca
Arca Jongkok
34 Komando DaerahMiliter IX / Candi baru Candi Baru Meriem Markas
BatalionUdayana Bataliyon ZeniTempur
KtrPeristirahatan
18/Ykr Ruang Staf
Aula
Gudang Alat
Kecamatan Payangan
1 Pura PuserPeganjingan Ulapan Bukian Lingga yoni
Yoni
Arca nandi
Arca penjaga
Arca perwujudan
Arca pendeta
Batu silendris
2 Pura Puseh Bukian - Bukian Batu silindris
Batu alam
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-20
Arca
Lingga
Fragmen bangunan
3 Pura Hyang IsungBukian - Bukian Lingga
Arca
Fragmen bangunan
Framen Lingga
Batu alam
4 Pura Dalem Bukian - Bukian Arca
5 Pura Bedugul - Bukian Arca
Lingga
6 Pura PusehSubilang - Bukian Menhir
Arca
Batu persegi empat
Fragmen bangunan
Sarkofagus
7 Pura Penataran AirJeruk Semaon Puhu
8 Pura Eer Baas - Puhu
9 Pr Masceti Bukian Lingga
Frag Lingga
Arca perwujudan
Frag Bangunan
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-21
sarkopagus
Arca Catur Kaya
10 Pr Taman Sari Melinggih PayanganDesa Fragmen
Fragmen Lingga
Lingga Yoni
Arca Ganeca
Kecamatan Sukawati
1 Pura Puseh Batuan Arca Perwujudan
Lingga Gapura
Kotak Peripih
Frag. Arca
Frag. Bangunan
Arca Memegang Ayam
Relief Kinara-Kinari
Arca Garuda
Arca Dwarapala
Arca Budha
Frag. Lapik
2 Pura Puseh Wasan Wasan Batuan Kaler Arca Candi Kolam
Nandi
Lingga
Kotak Pripih
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-22
3 Pura Hyang Naga Sakah Batuan Kaler
4 Pura Hyang Tiba Blahtanah Batuan Kaler Arca Gapura
5 Pura Canggi Canggi Batuan Kaler Arca Perwujudan Gapura
Arca Pwjdn mmbawa ayam
Arca Ganesa
Fragmen Arca Perwjdn
Kotak pedagingan
Fragmen Bangunan
Lingga
Arca nandi (dwarapala)
Arca domba (dwarapala)
Frag. Arca binatang
Frag. Yoni
Frag. Miniatur candi
6 Pura Gunung Cangi Batuan Kaler Arca Perwujudan
Fragmen Arca Perwjdn
& Lingga
Frag. Arca Durga M
Arca GanesaPura Batur
Patilawasan Petak Fragmen Bangunan
7 Pura Puseh Tegaltamu Batubulan Arca menunggang kuda
Arca Ganesa
Arca Perwujudan
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-23
Fragmen bangunan
Arca sederhana
Frag. Arca
8 Pura LuhurCemenggaon Cemenggaon Cemenggaon
9 Pr Payogan AKetewel Ketewel Guwang
10 Pura DalemBanyelangu Tengkulak Kemenuh
11 Pura Puseh Kemenuh Kemenuh Arca Ganesa
Arca Perwujudan
Fragmen Arca Perwjdn
Arca Pendeta
Arca Membawa Ayam
Yoni
Arca Budha
Arca Nandi
12 Pura Batur Kemenuh Kemenuh
13 Pura Dalem Kemenuh Kemenuh Arca Men Brayut
Arca Pan Brayut
Arca Pendeta
Arca Tokoh
Arca berwahana angsa
14 Pura Gandalangu Tengkulak Kemenuh Arca Naga
Arca Ganesa
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-24
Arca Binatang
Frag. Bangunan
Frag. Lingga
Frag. Arca
Arca penjaga
15 Pura Dadya AgungKemulan Tengkulak Kumenuh Prasasti Tembaga
Kemimitan KGT
16 Pura PengajeganAlas Harum Tengkulak Kemenuh
17 Pura Dalem SekarEmbang Tengkulak Kaja Kemenuh Lingga
18 Pura Puseh Apuan Singapadu
19 Pura Puseh Gumi Singapadu
20 Pura Taman Sari Singapadu
21 Pura Bukit Blangsamu Singapadu
22 Pura Lumbung DelodPangkung Sukawati Arca bawa ayam
Arca Perwujudan
Fragmen Arca
Arca Durga M
Arca Ganesa
Lingga
Relief/panel
23 Pura Budha Kliwon DelodPangkung Sukawati Arca Megalitik
Lingga Semu
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-25
Batu silendris
Frag Arca tunggang kuda
Frag Arca Megalitik
Frag Arca Perwujudan
24 Pura Penataran ErJeruk Gelumpang Sukawati Arca sederhana Kori Agung
Relief
Arca pendeta
Arca perwujudan
25 Sanggah Dadia PSukawati Gelulung Sukawati Arca perwujudan
26 Pura Tumpek Kebalian Sukawati Lingga yoni
Fragmen Arca Perwjdn
27 Pura Masceti Glumpang Sukawati Arca
28 JembatanGantung Sukawati Jembatan
29 Gedung SD No. 1 Sukawati Gedung
30 Pura Dalem Tebuana Sukawati Gapura
31 Pr Buda Cemeng Penida Batuan Arca Perwujudan Wanita50 L 0309561,
9050047 UTM Arca Pencaga
Arca Perwujudan Wanita
Fragmen Kepala Arca
32 Pr Jempaling DelodPangkung Sukawati Unsur Bangunan
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-26
Arca Perwujudan
Lapik Arca
Lingga Sempurna
Yoni
33 Subak Bubuan Kebalian Sukawati Arca Ganeca
Arca Perwujudan
Linga Yoni
Frag Bangunan
Umpak
34Pr Buda Kliwon
Lantanghidung Lantanghidung Batuan Arca Ganeca Gapura
Lumpang batu
KecamatanTampaksiring1 Pura Tirta Empul - Manukaya Lingga yoni Tepesana
Arca nandi
Arca singa
Jaladwara
Arca perwujudan
2 Pura SakenanManukaya Saraseda Manukaya
3 Pura DesaGumang Penempahan Manukaya Lingga
Lingga Yoni
Fragmen bangunan
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-27
Miniatur Stupa
fragmen Arca nandi
Batu Alam
4 Pura Pegulingan Basangambu Manukaya Fragmen bangunan STSupa
Relief Gana
Fragmen Yasti
Fragmen lipit sisi genta
Yoni
Kepala arca Budha
Frag arca binatang
5 Pura Alas Arum Basangambu Manukaya Arca Perwujudan
Frag. Arca Perwujudan
Arca Ganesa
Arca Nandi
Lingga
Frag. Arca ganesa
Frag. Yoni
Frag,. Bangunan
6 Pura PusehPenempahan Penempahan Manukaya Prasasti
Fragmen Arca
Arca Pendeta
Arca Ganesa
Yoni
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-28
Fragmen Bangunan
Arca Perwujudan
Fragmen Lingga
Batu alam
7 Pr Taman Sari BaliAgung Penempahan Manukaya Candi Bentar
8 Pura Puseh Manukaya Manukaya
9 Pura BintangKuning Melayang Melayang Fragmen Bangunan
Fragmen Relief Gana
Fragmen Kepala Kala
10 Pura Pegulingan Intaran PejengTengah Frag. Arca
Frag. Lingga
Prasasti (padas)
Frag. Bangunan
Batu bulat lonjng
Arca penjaga
Arca raksasa
11 Pura Kebo Edan Intaran PejengTengah Arca raksasa (dwarapala)
Arca kerbau
Arca raksasa (umpak)
Arca Ganesa
Arca Perwujudan
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-29
Arca bhairawa
12 Pura PuseringJagat Intaran Pejeng
Tengah Sangku Sudamala
Palus (kelamin laki)
Vulva (Kelamin wanita)
Arca Ganesa
Arca Durga M
Arca Perwujudan
Arca raksasa
Arca jongkok
Arca pancuran
Arca penjaga
Arca singa
Arca Caturkaya
13 Pura PenataranSasih Intaran Pejeng
Tengah Arca penjaga
Arca Perwujudan
Arca nandi
Frag. Arca
Arca menunggang gajah
Arca Ganesa
Arca Pendeta
Frag arca dwarapala
Lingga
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-30
Frag. Arca berpasangan
Frag. Lingga
Arca raksasa
Arca caturkaya
Arca berpasangan
Frag. Prasasti
Frag. Arca Ganesa
Batu selendris
Frag. bangunan
Frag. Arca kura-kura
Nekara
14 Pura Mas Surat Intaran PejengTengah Arca sederhana
Arca Perwujudan
Lingga
Frag. Arca
Frag. bangunan
Batu persegi empat
15 Pura Ratu MasMengening Intaran Pejeng
Tengah
16 Pura Saren Intaran PejengTengah Arca
Lingga Semu
Menhir
fragmen bangunan
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-31
17 Pura Pegending Intaran PejengTengah Frag bangunan
Relief Gana
Frag lapik
Frag lingga
Arca tokoh
Frag arca
Muka Lingga
18 Pura Manik Corong Intaran PejengTengah Lingga
Fragmen bangunan
Fragmen arca
Arca Perwujudan
Arca jongkok
19 Pura Taman Sari Intaran PejengTengah Fragmen bangunan
Lingga
Frag miniatur candi
Arca Ganesa
Arca Perwujudan
20 Pura KembangRijasa Guliang Pejeng
Tengah
21 Pura PenataranPanglan Pande Pejeng
Tengah Lingga ganda
Lingga dgn kedok muka
Lingga
Batu alam
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-32
Arca Perwujudan
Hariti
Arca pendeta
Arca Durga M
Arca dlm sikap tribanga
Arca jongkok
Ganesa
Arca dgn kaki terjuntai
Frag. Arca perwujudan
fragmen bangunan
Frag. Arca penjaga
22 Pura Bangun Sakti Intaran PejengTengah
23 Arjuna Metapa Intaran PejengTengah
24 Pura DesaDapdapan Dapdapan Pejeng
Tengah
25 Pura MasMengalup Intaran Pejeng
Tengah
26 Pura Bedugul Kana Panglan PejengTengah Arca jongkok
Ganesa
Arca durga M
Frag. Arca Agastya
Frag. Lingga
Arca Perwujudan
Lingga
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-33
Arca pendeta
Frag. Arca
Arca dlm posisi duduk
Frag. Bangunan
27 Pura Kenaruhan Guliang PejengTengah
28 Pura Galang Sanja Guliang PejengTengah
29 Pura Muntur Guliang PejengTengah
30 Pura Penataran Alit Pande PejengTengah
31 Pura BatanCamplung Pande Pejeng
Tengah
32 Pura Yeh Ayu Guliang PejengTengah Frag. Arca
Arca Perwujudan
Arca Ganesa
33 Pura Kepatihan - PejengTengah Lingga
Arca Perwujudan
Arca Pendeta
Frag. Arca
Frag. Bangunan
Frag. Arca Binatang
Batu Dakon
Batu Alam
34 Pura Mas Maketel Pande PejengTengah Frag. Arca singa
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-34
Batu silinder dgn reliefbudha
Pahatan surya Majapahit
Lingga
Arca pancuran
Arca jongkok
Arca nandi
Fragmen
35 Pura PasarMelanting Pande Pejeng
Tengah Lingga sempurna
Arca Agastya
Arca Ardanareswara
Arca Perwujudan
Frag. Arca Perwujudan
Frag. Lingga
36 Pura Melanting Puseh PejengTengah Arca Bodhisattwa
Arca jongkok
Arca Gana
Frag. bangunan
Frag. Arca
37 Pura BatanKlecung Guliang Pejeng
Tengah Fragmen Arca
Fragmen bangunan
Lapik arca
Arca singa
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-35
Arca Ganesa
Lingga
Arca jongkok
38 Pr Taman Sari Tarukan Tarukan Arca Ganesa
Frag arca Durga M
39 Pura PenataranBelusung Belusung Pejeng Kaja Arca Caturkaya
Arca Perwujudan
Candra sangkala
Kala frag. Bangunan
Frag. Bangunan
40 Pura Dugul RajaSuta Tarukan Pejeng Kaja Frag. Arca Perwujudan
Prasasti Batu
41 Pura Panti Tarukan Tarukan Pejeng Kaja Arca Perwujudan
42 Pura Dalem Setra Tarukan Pejeng Kaja Stamba
Frag. bangunan
43 Pura Puseh Tarukan Pejeng Kaja Arca Perwujudan
Frag. Arca Perwujudan
Arca membawa ayam
Arca Durga M
44 Pura Dugul SubakTubuh Tarukan Pejeng Kaja Frag. bangunan
45 Pura Dalem Sembuwuk Pejeng Kaja Arca sederhana
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-36
Lingga semu
46 Pura Agung BatanBingin Tatiapi Pejeng Kawan Arca jongkok
Arca Perwujudan
Frag. Arca ganesa
47 Pura Alas Arum Tatiapi Pejeng Kawan Arca Perwujudan
Frag. Arca perwujudan
Lingga semu
48 Candi Kelebutan Tatiapi Pejeng Kawan Candi tebing
Ceruk
49 Pura PusehMasceti Umakuta Pejeng
Kangin Arca
50 Pura Puseh BaleAgung Pesalakan Pejeng
Kangin Arca
Lingga Yoni
Fragmen bangunan
51 Pura Dugul Subak Gepokan PejengKangin
52 Candi TebingKerobokan Cemadik Pejeng
Kangin Candi tebing
Ceruk
53 Pura Bugbugan Petemon Pejeng Kelod Arca Perwujudan
54 Pura Pengukur-Ukuran Sawa Gunung Pejeng
Kangin Arca Ganesa Candi Ceruk
Arca perwujudan Gapura
Arca pendeta
Kemuncak
Arca pancoran
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-37
Lingga yoni
cap telapak kaki
Lingga
Kedok muka
Relief kendi
55 Pura PusehSanding Sanding Sanding Arca ganesa di atas yoni
Arca primitif
Arca primitif berpasangan
Lingga
Arca Ganesa
Arca ganesa berdiri
Arca Perwujudan
Fragmen bangunan
Batu alamArca binatang (unsur
bangunn)Kepala kala (unsur
bangunan)
56 Pura MascetiSanding Sanding Sanding Arca Ganesa
Arca ganesa berdiri
Arca Durga M
batu alam
batu pengulek
Frag bangunan
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-38
57 Candi TebingGunung Kawi Penaka Tampaksiring Peripih Candi tebing
Batu segi empat CerukGapura candi
ke 1058 Pura Penataran Tegalsuci Tampaksiring
59 Pura YehMengening Sarasada Tampaksiring Lingga yoni Candi
60 Pr PenataranSaresidi Sareseda Sareseda Pragmen bangunan
61 Pura Tegal Suci Tegal Suci Tampaksiring
62 Pura Pucak ManikUkir Bukit Tampaksiring Frag. Bangunan
frag. Arca
batu ulekan
Lingga semu
Batu bergores
Arca Ganesa
Relief padma
Arca binatang
Kecamatan Tegallalang
1 Pura DalemManuaba Manuaba Kenderan
2 Pura Puseh-DesaManuaba Kendraan Manuaba Arca Ganesa
Arca Perwujudan
Arca Pendeta
Frag. Arca Perwujudan
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-39
Frag. Arca Catur Muka
Lingga
Frag. Cetakan Nekara
Arca binatang
Frag. Arca berpasangan
Arca menunggang kudaFrag. Arca menungang
kuda
3 Petirtaan TelagaWaja Kepitu Kenderan Ceruk
4 Pura Gunung Sari-Taman Sari Timbul Pupuan Sarkofagus
Guci
Uang kuna
Lesung batu
Frag. Bangunan
5 Pura Puseh-Desa Timbul Pupuan Arca Nandi
Frag. Arca Nandi
Menhir
Arca Perwujudan
Lingga
Yoni
Arca Jongkok
Frag Bangunan
Arca Pendeta
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-40
Meja/altar
Frag. Arca Perwujudan
Arca Siwa Mahaguru
Arca Catur Kaya
6 Pura Pucak ManikBelabur Timbul Pupuan Frag. Bangunan
Batu Alam
7 Pura Grya Timbul Pupuan Miniatur Candi
Menhir
Frag Bangunan
8 Pura DalemTengaling Timbul Pupuan Stamba
Frag Bangunan
Batu Alam
Sarkofagus
Arca Dwarapala
9 Pura PenataranPerean Timbul Pupuan Sarkofagus
10 Pura Sabang Daat - Taro Sarkofagus
11 Pura PusehPuakan Puakan Taro Arca Ganesa
Lingga
Yoni
Stambha
Batu pipisan
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-41
Nandi
Frag. Bangunan
12 Pura DalemKoripan - Taro
13 Pura AgungGunung Raung Taro Kaja Taro
14 Pura PenataranTaro Taro
15 Pura Bolo - Tegalalang
16 Pura Subak AbianGunung Timbul
17 Pr Penedengan Taro Tegalalang Arca Perwujudan
Kecamatan Ubud
1 Pura PusehMawang Mawang Lodtunduh Arca perwujudan
Arca binatang
Arca membawa ayam
Lingga
Frag arca
Arca menunggang kuda
Arca kodok
Arca empas
Frag bangunan
Arca binatang dwarapala
2 Pura Manik Suci Mawang Lodtunduh
3 Pura PenataranKacang Bubuan Bangkelasan Mas Arca Perwujudan Gapura
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-42
Arca Pendeta
Fragmen Arca
Arca Ganesa
Arca Primitif
Lingga
Arca Binatang
Batu alam
Fragmen Bangunan
Punakawan
4 Pura Dalem Padangtegal Padangtegal Lingga
5 Pura Puseh Desa Padangtegal Padangtegal Arca Ganesa
Arca Perwujudan
Arca menunggang kuda
Lingga yoni
Fragmen Bangunan
6 Pura Pucak Sari - Peliatan Tajak perunggu
Menhir
7 Pura PenataranPande Tebasaye Peliatan Genta
Mangkuk
8 Pura Desa Peliatan Peliatan Peliatan Arca perwujudan
Frag. Arca perwujudan
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-43
Frag. Arca pancuran
Frag. Arca Ganesa
Lingga
9 Pura PenataranLaplapan Laplapan Petulu Arca perwujudan
Lingga
Arca primitif
Batu silinder
10 Candi Tebing JukutPaku - Singakerta Candi tebing
Ceruk
11 Ceruk Campuhan Campuhan Ubud
12 Pura SakenanUbud - Ubud
13 Pura Amerta Sari Pengosekan Mas Frag. Bangunan
Frag. Arca
Batu alam
14 Pr Bongli Batan Ancak Mas Arca Prunggu CiwaMahadewi
Arca PerwujudanFragmen Aarca
PerwujudanLumpang batu
Fragmen bangunan
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-44
Secara umum, berdasarkan sebaran pusaka budaya per kecamatan
pada tabel diatas dapat dinyatakan bahwa satu desa dari setiap kecamatan
untuk menjadi Desa Pusaka. Beberapa desa yang berpotensi menjadi Desa
Pusaka tersebut, seperti: Desa Bukian, Kecamatan Payangan; Desa Taro,
Kecamatan Tegallaang; Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring; Desa Petulu,
Kecamatan Ubud; Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh; Desa Sukawati,
Kecamatan Sukawati; dan Kelurahan Gianyar, Kecamatan Gianyar.
4.1.2. Kota Gianyar dan Catuspatha sebagai Sentra Kota Pusaka Kata Gianyar
sebagai ibukota Kabupaten Gianyar
Pengembangan sistem struktur tata ruang perkotaan dalam Rencana
Tata Ruangwilayah (RTRW) Kabupaten Gianyarmenyiratkan bahwa Kawasan
Perkotaan Gianyar merupakan bagian dari Kawasan Perkotaan Sarbagita,
yang dikembangkan sebagai pusat kegiatan dari sistem Kawasan Strategis
Nasional (KSN) Perkotaan Sarbagita meliputi: i) Kawasan Perkotaan lnti terdiri
atas Kota Denpasar dan Kawasan Perkotaan Kuta di Kabupaten Badung; ii)
Kawasan Perkotaan di sekitarnya terdiri atas: Kawasan Perkotaan Mangupura
dan Kawasan Perkotaan Iimbaran di Kabupaten Badung, Kawasan Perkotaan
Gianyar, Kawasan Perkotaan Ubud, dan Kawasan Perkotaan Kabupaten
Tabanan; dan iii) Kawasan penyeimbang antar Kawasan Perkotaan lnti dan
Kawasan Perkotaan di sekitarnya. Kawasan Perkotaan Gianyar, Kawasan
Perkotaan Ubud, dan Ka- wasan Perkotaan Sukawati sebagai kawasan
perkotaan di sekitarnya meliputi sebagian wilayah Kecamatan Gianyar,
sebagian wilayah Ke- camatan Blahbatuh, sebagian wilayah Kecamatan Ubud,
dan sebagian wilayah Kecamatan Sukawati terdiri atas: 1] Wilayah Kelurahan
Gianyar, Kelurahan Beng, Kelurahan Samplangan, Desa Serongga, Kelurah- an
Abianbase, dan Kelurahan Bitera di Kecamatan Gianyar; 2] Wilayah Desa
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-45
Blahbatuh, Desa Belega dan Desa Bona di Kecamatan Blahbatuh: 3] Wilayah
Kelurahan Ubud, Desa Singakerta, Desa Lodtunduh, Desa Sayan, Desa Mas,
Desa Peliatan dan Desa Kedewatan di Kecamatan Ubud; dan 4] Wilayah Desa
Sukawati, Desa Batuan, Desa Celuk dan Desa Guwang di Kecamatan Sukawati.
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan termasuk kawasan lindung
sebaran lokasinya ter- dapat di beberapa kecamatan terdiri atas:
1) Kecamatan Tampaksiring: i) Pura Penataran Sasih, Pura Pusering lagat,
Klebutan Pura Batu, Sibit Alit, Pura Telaga Waja, Pura Kerobokan Cemadik,
Sarkofagus, Pura Tainan Sari, Pura Kembang Rijasa, Pura Batan Klecung, Pura
Penataran Panglan, Pura Pegulingan, Pura Melanting, Pura Desa Dapdapan,
Pura Penataran Belusung, Pura Bedugul Kan, Pura Agung Batan Bingin, Pura
Kemaruhan, Pura Galang Senja, Pura Mentur di Pejeng; ii) Pura Samuan Tiga,
Pura Penataran Tampaksiring, Pura Yeh Mengening di Desa Tampaksiring; iii)
Pura Sakenan, Pura Desa Gumang, Pura Puseh Panempahan di Desa
Manukaya; dan iv) Pura Puseh Sanding, Sarkofagus di Desa Sanding.
2) Kecamatan Blahbatuh: i) Goa Gajah, Pura Santrian, Gedong Area Pura Sibi
Agung, Sarkofagus, Pura Samuan Tiga, Pura Yeh Pulu, Pura Pengubengan,
Pura Putra Betara Desa, Pura Telangu, Pura Kejaksanaan, Pura Alas Arum di
Desa Bedulu; ii) Sarkofagus di Desa Marga Tengah; iii) Pura Subak Kedangan
di Desa Wanayu; dan iv) Pura Pedarman Durga di Desa Buruan.
3) Kecamatan Gianyar: i) Sibit Alit di Desa Tegai Tugu; ii] Bebitra (relief) di Desa
Bitra; iii) Arjuna Metapa di Desa Lebih; iv) Gunung Kawi di Desa Bakbakan;
dan v) Macara Bukitjati di Desa Samplangan.
4) Kecamatan Ubud; i) Pura Telaga Waja di Desa Petulu; ii) Pura jukut Batu di
Desa Singakerta; dan iii) Ceruk Campuhan di Desa Ubud.
5) Kecamatan Sukawati: i) Pura Hyang Tiga di Desa Sakah; dan ii) Pura Canggi
di Desa Batuan.
6) Kecamatan Tegallalang : i) Pura Dalem Manuaba di Desa Tegallalang.
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-46
Kawasan suci catuspatha agung dan catuspatha alit merupakan
simpang empat [perempatan] sebagai pusat kota kecamatan dan pusat desa
adat [pekraman], termasuk kawasan perlindungan setempat. Kawasan ini
tersebar di seluruh catuspatha agung dan catuspatha alit pada setiap wilayah
desa adat/pakraman yang difungsikan untuk tempat melangsungkan upacara
keagamaan bagi umat Hindu. Sesuai struktur tata ruang yang berkarakter
perkotaan dan pedesaan Kecamatan Gianyar yang terdiri atas 17
Desa/Kelurahan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Yang termasuk
wilayah dengan ciri-ciri perkotaan adalah : i] Desa Samplangan; ii] Desa
Gianyar; iii] Desa Tegal Tugu; iv] Desa Abianbase; v] Desa Beng; dan vi]
Kelurahan Bitera; vii] Desa Bedaulu; dan viii] Desa Buruan. Sedang wilayah yang
berada pada interland wilayah perkotaan, sebagai Kawasan Sub Urban
adalah : i] Desa Temesi; ii] Desa Tulikup; iii) Desa Serongga; dan iv] Desa Lebih.
Sisanya adalah merupakan kawasan yang masih menunjukkan ciri-ciri
perdesaan yaitu : i] Desa Bakbakan; ii] Desa Siangan; iii] Desa Suwat; iv] Desa
Sumita; v] Desa Petak; vi) Desa Petak Kaja; dan vii] Desa Sidan. Secara historikal
budaya Kawasan Pusat Kota Gianyar, sampai saat ini masih tampak sebagai
Catuspatha Agung sesuai Konsep Tata Ruang Bali. Pada kawasan tersebut
sejarah Gianyar dimulai sejak akhir abad ke 18, dapat dilihat dari keberadaan
Puri Agung Gianyar beserta aktifitas yang menyertainya. Kesatuan fisik dengan
sejarah dan fungsi kawasan ini sangat menonjol di Gianyar, sehingga perlu
dimunculkan dalam Wilayah Pengembangan Khusus yang dapat disebut
sebagai Wilayah Pengembangan Pusat Kota Gianyar. Dengan adanya Wilayah
Pengembangan Pusat Kota Gianyar akan menjadi pelengkap poros dari
konsep empat Wilayah Pengembangan Gianyar [WPG) atau nyaturdesa yaitu:
1) WPG Utara: melayani wilayah Kecamatan Payangan, Tegalalang dan
Tampaksiring ciengan pusat pengembangan di Kecamatan Tegalalang;
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-47
2) WPG Timur: melayani wilayah Kecamatan Gianyar dengan pusat
pengembangan di Kecamatan Gianyar sebagai Pusat Pelayanan Kota
yang melayani seluruh kecamatan di Kabupaten Gianyar;
3) WPG Barat: dengan pusat pengembangan di Kecamatan Ubud yang
melayani wilayah Kecamatan Ubud, dengan pusat pengembangan di
Kecamatan Ubud; dan
4) WPG Selatan: yang melayani Kecamatan Sukawati dan Blahbatuh dengan
pusat pengembangan di Kecamatan Sukawati.
Untuk Wilayah Pengembangan Gianyar (WPG) Timur, pengembangan fisik
wilayah perkotaan Gianyar diarahkan pada nilai-nilai budaya Bali. Kawasan
Pusat Kota Gianyar merupakan salah satu pusat kegiatan lokal dalam sistem
kota di Bali. Pada kawasan pusat kota terkonsentrasi fasilitas perdagangan dan
jasa, fasilitas pemerintahan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dan juga
fasilitas terkait kegiatan seni budaya.
4.1.3 Konsep dan Pola Tata Ruang Catuspatha Kota Gianyar
Catuspatha di Bali diartikan bukan sekedar simpang 4 atau perempatan,
tetapi merupakan simpang empat yang memiliki nilai sakral dan makna
tersendiri dan disepadankan dengan pempatan agung. Di zaman kerajaan di
Bali, catuspatha sebagai pusat ibukota kerajaan. Pusat catuspatha merupakan
pusat dunia dan juga pusat negara. Dari sinilah menentukan letak puri seorang
kepala negara. Dengan demikian maka pempatan agung atau catuspatha
merupakan simbol pusat dunia. Letak puri sebagai pusat kekuasan ditentukan
menurut arah mata angin dari pusat catuspatha ini, bukan didasarkan kepada
kiblat gunung-laut. Catuspatha memiliki bentuk dasar palang (+] dalam istilah
Bali disebut juga dengan tampak dara yang mitologinya terdapat dalam
Lontar Catur Bumi. Orang-orang Yunani Kuno menyebut tampak dara ini
dengan istilah gammadion. Tampak dara ini mengilhami koordinat Cartesius
dalam matematika dan menjadi dasar swastika. Bila swastika merupakan
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-48
simbol perputaran alam semesta, maka tampak dara [sumbu salib] merupakan
simbul alam semesta. Dengan demikian Catuspatha kota Gianyar menganut
pola crossroad atau Pempatan Agung, disamping sebagai pusat atau ibu kota
juga sebagai pusat negara Kerajaan Gianyar, sehingga fungsi catuspatha Kota
Gianyar memiliki posisi sentral dalam pengembangan Kecamatan dan Kota
Gianyar.
Gambar 4.1 Konsep Catuspatha Kota Gianyar
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-49
Kondisi saat ini pada area Catuspatha dikembangkan beberapa fasilitas
sebagai berikut:
a) Pada kawasan/area Kaja-Kangin tetap lestari Puri Agung Gianyar, kini
sebagai tempat tinggal keluarga kerajaan dan sebagai pusat kegiatan seni
dan budaya di pusat Kota Gianyar;
b) Kawasan/area Klod-Kangin yaitu Lapangan Astina dengan kegiatan utama
tempat upacara resmi ketatanegaraan Pemerintah Kota Gianyar, pentas
budaya, tempat anak-anak bermain dan rekreasi, olahraga jogging,
tempat promosi produk dan kuliner dibagian Timur Lapangan dan sesekali
dipakai untuk penyelenggaraan upacara keagamaan.
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-50
Gambar 4.2 Catuspatha Gianyar di Masa Lalu
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-51
4.1.4 Arahan Penataan Kawasan Pusaka Catuspatha Kota Pusaka Gianyar
1) Puri Agung Gianyar
Puri Agung Gianyar saat ini tidak lagi berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan
dan Politik, namun tetap difungsikan sebagai Pusat Budaya dan Pariwisata
Kata Gianyar. Kondisi bangunan sudah tua dan lapuk, serta ada yang sudah
hancur, sehingga penataan dan pelestariannya dilakukan dengan metode
rekonstruksi pada area Geria Anyar dan Kerandan; Revitalisasi pada Bale
Pegambuhan di Ancak saji dan Bale Wedura, Tetaring, Pintu Gerbang
Selatan dan Tembok Penyengker di komplek Puri Anyar/Rum. Landscape
dan infrastruktur kawasan.
2) Lapangan Astina
Lapangan Astina ke depan hanya dlfungsikan untuk: upacara
ketatanegaraan Pemerintah/ instansi/lembaga di Kabupaten Gianyar,
upacara agama dan kegiatan adat, pentas budaya, olah raga ringan dan
rekreasi, tempat bermain anak, ruang terbuka hijau sebagai Natah Kota
Gianyar. Kondisi rumput tidak terawat dan mati, ke depan ditanami rumput
lepang dengan sistem drainase dan irigasi otomatis seperti Lapangan Sepak
Bola, sehingga nyaman dan layak sebagai ruang terbuka hijau dan dipakai
tempat bermain anak-anak beserta keluarga. Masyarakat pemakai dilarang
membawa hewan peliharaan ke tengah lapangan untuk menjaga
kebersihan.
3) Balai Budaya Kota Gianyar
Balai Budaya Kota Gianyar kurang efektif digunakan, ke depan bagaimana
dapat dimanfaatkan secara efektif setiap hari secara berkesinambungan
untuk kegiatan masyarakat. Lantai atas tetap digunakan sebagai ruang
serbaguna, pentas tertutup dan ditambahkan tempat latihan kegiatan
kesenian, baik seni tari maupun seni karawitan atau seni lainnya. Sedang
pentas terbuka balk sebagai pentas eksebisi maupun pentas kolosal
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-52
dilaksanakan pada Amphi theatre / open stage di bagian Timur Balai
Budaya. Pada Lantai bawah/ground floor difungsikan untuk : pameran/
peragaan ilmu pengetahuan dan teknologi, perpustakaan umum, diorama
kehidupan dan budaya masyarakat Bali.
4.2. Rencana Pengembangan Kelembagaan
Pengelolaan kota pusaka atau kawasan pusaka yang akan dikembangkan
membutuhkan keterlibatan banyak pihak atau sektor terkait. Prinsip, strategi
dan instrumen Perencanaan Pengelolaan Pelestarian Kota Pusaka ,
berdasarkan berbagai prinsip, ketentuan dan kaidah-kaidah pelestarian dalam
penataan kota pusaka secara universal dan mencermati kondisi kota-kota di
Indonesia yang memiliki kekentalan pusaka baik alam, budaya serta gabungan
alam dan budaya perlu dilakukan dengan strategi yang matang. Di samping
juga untuk pencapai atribut-atribut sebagai mana diuraikan sebelum ini, perlu
dilakukan strategi dan penggunaan instrumen dengan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. Manajemen yang handal, holistik, sistematik, dan komprehensif
Manajemen ditunjukkan dengan kehandalan pengelola kota pusaka yang
melibatkan banyak pihak, mampu selalu melakukan inventarisasi dan
pembaharuan data serta mudah diakses publik, mampu mengelola
perubahan dengan tepat, mampu menyusun dan melaksanakan promosi serta
memiliki kekuatan menghadapi bencana baik alam, teknologi maupun
manusia. Berikut adalah instrumen untuk mendukung prinsip ini yaitu:
a) Kelembagaan dan Peran Pemangku Kepentingan
1) Kesiapan kelembagaan, proses dan mekanisme pelestarian baik di
pemerintahan (Dinas), swasta, Perguruan Tinggi, dan/atau Lembaga
Swadaya Masyarakat.
2) Memiliki Strategi dan Kebijakan Pelestarian termasuk peraturan yang
mewujudkan semangat pelestarian. Kembali contoh dari Kota
Yogyakarta yang telah menetapkan daftar bangunan cagar budaya
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-53
yang memperoleh pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan. Sementara
itu para pelaku pelestarian di berbagai belahan Indonesia perlu
membuat kesepakatan etika pelestarian kota pusaka dalam bentuk
Piagam Pelestarian Kota Pusaka Indonesia.
3) Memiliki perencanaan & perancangan pelestarian berupa dokumen
perencanaan yang berorientasi pelestarian dalam RTRW dan RDTR.
Masing-masing kota/kabupaten perlu melakukan evaluasi terhadap
kandungan upaya pelestarian pusaka dalam RTRW , RDTR, dan RTBL
4) Sumber Daya Manusia memiliki kompetensi (keahlian teknis) pelestarian
pusaka. Kompetensi ini berasal dari banyak bidang seperti perencanaan
kota, arsitektur, arkeologi, sosiologi, ekonomi, dan bidang lain yang
relevan. Mengingat SDM ini masih terbatas, perlu aktif untuk mencari
dan mengikuti berbagai pelatihan dan pendidikan tentang pelestarian
pusaka.
5) Komunitas pelestarian (Pelaku atau LSM yang paham dan terlibat
pelestarian). Di berbagai kota dan daerah di Indonesia kini telah
tersebar lebih dari 60 organisasi masyarakat yang bergerak di bidang
pelestarian pusaka. Komunitas pelestarian merupakan mitra pemerintah
dan mediator bagi masyarakat.
6) Pengelolaan pengujung (visitor manajement). Suatu kota yang
mengendalikan pertumbuhan secara benar mensyaratkan
pemanfaatan ruang khususnya ruang-ruang pusaka secara selektif agar
tidak merusak asetnya. Kunjungan yang berlebih dapat merusak aset
pusaka kota. Aturan dan pengendalian pengunjung menjadi keharusan.
b) Inventarisasi, Analisis dan Penetapan Pusaka
1) Inventarisasi Aset Pusaka, Intentarisasi perlu dilakukan secara menyeluruh
dan terbaharui terhadap Pusaka Alam termasuk bentang
alam/landscape, Budaya Ragawi & Tak Ragawi, rajutan berbagai
pusaka, ruang antar bangunan, serta pemandangan indah/panorama.
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-54
2) Inventarisasi yang telah distrukturkan dimasukkan dalam daftar/regristrasi
yang sistematik dan disusun dalam dokumentasi berbentuk Peta Pusaka
dan Buku Data.
3) Dokumentasi yang ada mampu dipresentasikan baik sebagai materi
tercetak, digital, public accessible web, dll.
c) Informasi, Edukasi dan Promosi
1) Informasi dan edukasi pelestarian perlu dilakukan ke berbagai lapisan
masyarakat, pemerintah dan berbagai pihak terkait. Sosialisasi secara
konsisten dalam mendorong pemahaman pelestarian pusaka, di
antaranya dapat dilakukan melalui kurikulum sekolah, museum, atau
Jelajah Pusaka (Heritage Trail)
2) Pemasaran/marketing
d) Pengelolaan Resiko Bencana untuk Pusaka
1) Kenyataan menunjukkan Indonesia berada di Cincin Api, dimana
bencana alam terus menerus beruntun terjadi. Rencana Pengelolaan
Resiko Bencana untuk Pusaka merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari rencana penataan dan pelestarian Kota Pusaka.
Rencana tersebut terdiri dari 3 tahap:
2) Kesiapan menghadapi bencana
3) Tanggap darurat pusaka (heritage emergency response)
4) Pemulihan
2. Pengembangan pusaka alam, budaya (tangible & intangible) secara
paralel, harmonis dan berkelanjutan
Berbagai aset pusaka kota baik alam dan budaya baik yang tangible (ragawi)
maupun intangible (tak ragawi) perlu ditangani secara paralel bersamaan,
harmonis dan berkelanjutan. Instrumen yang diperlukan adalah:
a) Pengembangan Karakter & Kehidupan Kota
1) Pengolahan, pemanfaatan dan pengembangan aset pusaka
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-55
2) Penguatan Dinamika Budaya (Kreatif dan dinamis dalam
pengembangan kegiatan budaya, termasuk pencangkokan kegiatan
baru pada aset pusaka)
3) Pengembangan Pariwisata Kota Pusaka
b) Pengembangan Ekonomi
1) Pengembangan Ekonomi Kreatif & Kewirausahaan Pelestarian (Kegiatan
usaha memanfaatkan dan mengembangkan aset pusaka)
2) Pengembangan Pariwisata berkelanjutan
3) Investasi pusaka (Heritage investment)
c) Olah Disain Bangunan dan Ruang Terbuka Pusaka
1) Penyusunan Acuan Rancangan (Design Guidelines)
2) Pelestarian Bangungan Pusaka (pemugaran, rehabilitasi, retrofit,
rekonstruksi, replika, Olah Disain Arsitektur Pusaka/ODAP (pemanfaatan
& pengembangan aset)
3) Menepati Analisis Mengenai Dampak Pusaka (AMDAP)
d) Perencanaan Tata Ruang dan Lingkungan Alam
1) Mewadahi dan elaborasi berbagai hasil perencanaan dan disain dari
aspek perencanaan kegiatan, pengembangan ekonomi dan disain
bangunan (butir a, b, c)
2) Penyusunan Acuan Perencanaan dan Perancangan Kawasan
3) Merencanaan dan mengelola akses (lalu lintas, transportasi publik,
pedestrian & jalur pesepeda, akses untuk semua)
4) Merencanakan dan mengelola prasarana & sarana pelestarian
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-56
4.3. Rencana Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan
masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki untuk
menentukan pilihan kegiatan yang paling seusai bagi kemajuan diri mereka
masing-masing. Lebih lanjut memberdayakan adalah upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi
tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan atau dengan kata lain memberdayakan masyarakat adalah
memampukan dan memandirikan masyarakat. Dari pendapat diatas maka
dapat di simpulkan bahwa pemberdayaan adalah suatu upaya untuk
memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang
mereka miliki untuk menentukan pilihan kegiatan yang paling seusai bagi
kemajuan diri mereka masing-masing.Upaya untuk memandirikan masyarakat
PEMERINTAH
Presiden
PEMPROV
Gubernur
PEMKAB/PEMKOT
Bupati/Walikota
BPCB
TAKP
TABG
PEMBINA
PENGARAH
PENANGGUNG JAWAB
BAPPEDA DISPAR DISBUD DIS PU BLH DIS DIK PERTANIAN
AKADEMISI
LEMBAGAADAT
KOMUNITAS LSM
PENGUSAHA
PARIWISATA
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-57
melalui perwujudan potensi untuk menetukan pilihan kegiatan yang paling
sesuai, yang menyatakan bahwa secara empirik, banyak studi menunjukan
bahwa masyarakat lebih mampu mengindentifikasi, menilai dan
memformulasikan permasalahannya baik fisik, sosial kultur maupun ekonomi
dan kesehatan lingkungan, membangun visi dan aspirasi dan kemudian
memprioritaskan, intervensi, merencana, mengelola, memonitor dan bahkan
memilih tehnologi yang tepat.Upaya untuk memampukan dan memandirikan
masyarakat bahwa pemberdayaan mengandung dua pegertian yaitu ;
1. Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pelaksanaan berbagai kebijakan dan program-program pembangunan,
agar kondisi kehidupan masyarakat mencapai tingkat kemampuan yang
diharapkan.
2. Memberikan kekuasaan, mengalihkan kekuasaan atau mendelegasikan
otoritas kepada masyarakat agar masyarakat memiliki kemandirian
dalam pengambilan keputusan dalam rangka membangun diri dan
lingkungannya secara mandiri.
Pemberdayaan merupakan pendekatan pembangunan yang
mengutamakan masyarakat sebagai pelaku utama proses pembangunan
dengan cara meningkatkan kemampuannya dan memberikan kewenangan
dalam mengambil keputusan dalam rangka membangun diri dan
lingkungannya secara mandiri.
Strategi Pemberdayaan
Bagaimana strategi memberdayakan masyarakat di sekitar obyek yang
rawan konflik agar masyarakat lokal lebih berdaya, sehingga tidak hanya
dapat meningkatkan sense of belonging, rasa kepemilikan terhadap warisan
budaya, melainkan juga meningkatkan kemampuan baik secara moril maupun
materiil. Seringkali upaya pemberdayaan diartikan dengan pemberian bantuan
fisik. Namun seringkali pula bantuan tidak berlanjut dan setelah program selesai
bantuan itu tidak bermanfaat bagi masyarakat.
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-58
Secara substantif, pemberdayaan masyarakat adalah proses
mengembangkan, memampukan kemampuan masyarakat agar dapat
mandiri dalam mengelola potensi sumber daya, termasuk di dalamnya sumber
daya budaya yang ada di sekitarnya. Dalam konteks demikian ini, masyarakat
tidak hanya diarahkan pada kemajuan secara fisik atau secara materi semata,
melainkan lebih penting juga pada perkembangan non materi. Dengan
demikian, pemberdayaan tidak hanya memerlukan sumber daya manusia,
modal maupun sarana, tetapi juga membutuhkan nilai-nilai yang akan
membimbing, mengarahkan ke mana orientasi perubahan dilakukan.
Pada dasarnya memang sangat penting untuk memahami tujuan
sekaligus perbedaan antara pemberdayaan dengan pembinaan. Pembinaan
ada kecenderungan intervensi dari pihak luar, bahkan inisiatif maupun
kebijakan sangat ditentukan oleh pihak luar tesebut sesuai dengan kerangka
pikirnya sendiri. Dengan demikian posisi masyarakat hanya sebagai objek.
Berbeda dengan pengertian tersebut, pemberdayaan adalah proses dari, oleh
dan untuk masyarakat. Masyarakat lokal di sekitar obyek, perlu dibantu,
didampingi dan difasilitasi agar berdaya dalam mengelola berbagai potensi
sumber daya yang dimiliki. Dengan demikian tujuan pemberdayaan adalah
kemandirian, yaitu memampukan masyarakat di sekitar obyek agar dapat
mengaktualisasikan diri mereka dalam pengelolaan sumber daya yang
terdapat di sekitarnya dan memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri
tanpa ketergantungan dengan pihak-pihak lain.
Upaya memberdayakan masyarakat harus dilakukan melalui tiga cara.
Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat dapat berkembang. Dengan demikian harus dilihat potensi yang
dimiliki oleh masyarakat terlebih dahulu. Kedua, memperkuat atau
mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan menerapkan langkah
konkrit, menampung berbagai masukan, menyediakan prasarana dan sarana
baik fisik (seperti jalan, listrik) sosial (seperti sekolahan maupun layanan fasilitas
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-59
kesehatan). Terbukanya berbagai akses pada berbagai peluang akan
membuat rakyat semakin berdaya seperti tersedianya lembaga-lembaga
pendanaan, pelatihan dan lapangan kerja, modal, pemasaran produk. Ketiga,
memberdayakan rakyat dalam arti melindungi dan membela kepentingan
masyarakat lemah. Perlindungan dan keberpihakan kepada yang lemah amat
mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan rakyat. Melindungi dan
membela harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan
yang tidak seimbang dan eksploitasi atas yang lemah.
Pemberdayaan tidak dapat dilakukan secara parsial, melainkan
diperlukan strategi pendekatan yang menyeluruh. Dalam hal ini arkeologi tidak
dapat bekerja sendiri, karena upaya pemberdayaan selalu melibatkan
berbagai disiplin ilmu seperti antropologi, sosiologi, ilmu komunikasi, psikologi. Di
samping itu, upaya ini perlu melibatkan inisiatif dari berbagai pihak, khususnya
keberadaan dan peranan Organisasi Non-pemerintah (Ornop) atau NGOs
(Non-Governmental Organizations) sebagai agen perubahan (agents of
change).
Pada prisipnya program pemberdayaan dapat diwujudkan dalam
berbagai aspek seperti aspek hukum, aspek sosial-budaya atau aspek ekonomi,
sesuai dengan problem yang mereka hadapi. Pemberdayaan pada aspek
hukum, dilakukan dengan cara pembekalan terhadap berbagai peraturan
perundang-undangan yang menyangkut kelestarian warisan budaya.
Pembekalan aspek hukum ini penting dipahami oleh masyarakat di sekitar
obyek, sebagai dasar untuk melangkah pada aspek pemberdayaan di sektor
lainnya.
Pemberdayaan pada aspek sosial-budaya, dapat dicapai dengan
memberdayakan kemampuan masyarakat untuk mengenali jati dirinya melalui
temuan dan interpretasi data arkeologis yang dilakukan oleh para arkeolog.
Misalnya saja melalui diseminasi penelitian arkeologi kepada masyarakat lokal
sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban ilmiah para peneliti yang telah
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-60
meneliti wilayah dan benda warisan budaya mereka. Dengan informasi yang
didapatkan dari interpretasi arkeologis masyarakat dapat mengenal dirinya
sendiri dalam bidang sosial-budaya, seperti revitalisasi budaya yang selanjutnya
dapat dipergunakan dorongan moral bagi pengaktualisasian eksistensinya.
Pemberdayaan dalam bidang ekonomi merupakan pemberdayaan
yang secara langsung paling cepat dan konkrit dirasakan hasilnya oleh
masyarakat di sekitar obyek. Namun demikian pemberdayaan yang
menyentuh aspek ekonomi ini harus dilakukan dengan hati-hati, agar
masyarakat tidak selalu mengantungkan pada pihak lain, yang pada akhirnya
justru melemahkan masyarakat itu sendiri.
Model Pemberdayaan
Program pemberdayaan masyarakat di sekitar obyek akan lebih berhasil
apabila disesuaikan dengan kemampuan dan potensi yang sudah dimiliki oleh
masyarakat. Oleh karena itu, pemetaan potensi masyarakat di sekitar obyek
merupakan keharusan untuk dipahami. Potensi tersebut merupakan modal
dasar dalam pencapaian keberhasilan suatu upaya pemberdayaan sebagai
daerah tujuan wisata di masa depan.
Pada dasarnya pemberdayaan masyarakat dapat diwujudkan dalam
tiga aspek, yaitu pemberdayaan dalam aspek hukum, aspek sosial-budaya dan
aspek ekonomi. Pemberdayaan pada aspek hukum, dilakukan dengan cara
pembekalan terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang
menyangkut kelestarian warisan budaya. Pembekalan aspek hukum ini penting
dipahami oleh masyarakat, sebagai dasar untuk melangkah pada aspek
pemberdayaan lainnya.
Pemberdayaan pada aspek sosial-budaya masyarakat lokal dicapai
dengan memberdayakan kemampuan masyarakat untuk mengenali jati dirinya
melalui temuan dan interpretasi data arkeologis yang dilakukan oleh para
arkeolog. Misalnya saja melalui diseminasi penelitian arkeologi kepada
masyarakat lokal sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban ilmiah para
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-61
peneliti yang telah meneliti wilayah dan benda warisan budaya mereka.
Dengan informasi yang didapatkan dari interpretasi arkeologis masyarakat
dapat mengenal dirinya sendiri dalam bidang sosial-budaya, seperti revitalisasi
budaya yang selanjutnya dapat dipergunakan sebagai dorongan moral bagi
pengaktualisasian eksistensinya.
Pemberdayaan dalam bidang ekonomi merupakan pemberdayaan
yang secara langsung paling cepat dirasakan hasilnya oleh masyarakat lokal di
sekitar obyek. Secara konseptual, pemberdayaan rakyat memiliki makna
mengembangkan, memandirikan, atau menswadayakan dan memperkuat
posisi tawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan
di segala sektor kehidupan. Dalam implementasinya di lapangan, konsep
tersebut menampakan dua kecenderungan. Pertama, pemberdayaan
menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian
kekuasaan, kekuatan atau kemampuan (power) kepada masyarakat agar
lebih berdaya. Proses ini sering disebut sebagai kecenderungan primer dari
makna pemberdayaan. Kedua adalah kecenderungan sekunder yang
menekan pada proses menstimulasi, mendorong dan memotivasi masyarakat
agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan yang
menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.
Dalam proses pemberdayaan tersebut tentu saja diperlukan perantara
(mediator) sebagai motivator, fasilitator sekaligus dinamisator. Dalam konteks
demikian itu, pemerintah tidaklah dominan. Pemerintah hanya dituntut
menyediakan iklim yang kondusif bagi pemberdayaan masyarakat melalui
kebijakan-kebijakan yang memberikan peluang seluas-luasnya bagi
keterlibatan masyarakat terhadap pengelolaan. Dengan asumsi tersebut,
peran kelembagaan seperti LSM dapat turut serta berpartisipasi. Dengan
demikian upaya pemberdayan masyarakat di wilayah Cagar Budaya,
masyarakat tidak hanya menjadi pihak yang pasif yang tidak berdaya, tetapi
juga terlibatkan langsung dalam perumusan, persiapan maupun pelaksanaan
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-62
program aksi pemberdayaan tersebut. Upaya pelibatan masyarakat dalam
pengelolaan warisan budaya, penting dilakukan dengan tetap memperhatikan
konsep-konsep pelestarian sebagaimana telah diatur oleh Undang-Undang No.
5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.
Peran Serta Masyarakat Dan Kemitraan
Masyarakat secara perorangan maupun berkelompok dapat berinisiatif
mendukung dan/atau berperan dalam berbagai bentuk, guna terwujudnya
keberhasilan penyelenggaraan daerah sebagai Kota Pusaka. Peran
masyarakat dapat dalam bentuk pengembangan kelembagaan masyarakat
dan kontribusi dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
Peran masyarakat dalam bentuk pengembangan kelembagaan masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat dengan fasilitasi Pemerintah Daerah melalui
Tim Kota Pusaka dan/atau inisiatif masyarakat. Kelembagaan masyarakat
dapat bersifat kewilayahan, peminatan maupun berdasarkan keahlian yang
terkait dengan pengelolaan kepusakaan kota. Fungsi kelembagaan
masyarakat adalah:
a. sebagai mitra Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan daerah sebagai
Kota Pusaka;
b. sebagai unsur pelaksana partisipasi maupun unsur penggerak masyarakat
lainnya dalam penyelenggaraan daerah sebagai Kota Pusaka;
c. sebagai salah satu unsur pemberi pertimbangan kepusakaan kota.
Bentuk kontribusi masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan meliputi:
a. perencanaan:
1) penyediaan data dan informasi;
2) penyampaian aspirasi;
3) perumusan produk perencanaan;
b. pelaksanaan:
1) konsultasi pembangunan fisik dan non fisik;
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
4-63
2) pelaksanaan pembangunan fisik dan non fisik;
3) keswadayaan dan kemitraan dalam pembangunan fisik dan non fisik;
4) dukungan pendanaan dan sumber daya lainnya dalam pembangunan
fisik dan non fisik;
5) pemeliharaan pusaka kota;
c. pengawasan :
1) pemberian data dan informasi;
2) penyampaian temuan;
3) perumusan rekomendasi.
Kemitraan
Penyelenggaraan daerah sebagai Kota Pusaka dapat dilaksanakan
melalui kemitraan dengan berbagai pihak sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-1
BAB VPENETAPAN KAWASANPRIORITAS5.1 PENENTUAN ALTERNATIF KAWASAN PRIORITAS
Sebelum dilakukan penetapan kawasan prioritas kota pusaka di Kabupaten
Gianyar, terlebih dahulu dilakukan pemilihan alternatif kawasan yang akan
diprioritaskan dalam skala kabupaten. Alternatif kawasan prioritas ditentukan
pertimbangan, yaitu :
1. Aspek keberadaan jenis dan jumlah aset pusaka termasuk sebarannya
dalam satu kesatuan secara spasial atau berpotensi membentuk sebuah
kluster kawasan pusaka
2. Aspek kemudahan pencapaian yang ditunjukkan oleh adanya jaringan
jalan yang memadai untuk menuju lokasi aset-aset pusaka dan sekaligus
merupakan penghubung aset satu dengan yang lainnya
3. Aspek Kesejarahan aset pusaka, baik berupa sejarah perkembangan
kebudayaan maupun lokasi keberadaan aset pusaka yang membentuk
suatu alur kesejarahan yang saling terkait,
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-2
4. Aspek Kemanfaatan aset pusaka, dimana keberadaan aset pusaka
berpotensi untuk dikembangkan atau dimanfaatkan untuk tujuan
ekonomi sebagai bentuk usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan keberlanjutan aset pusaka yang ada.
Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas dapat ditentukan beberapa
alternatif kawasan yang akan diprioritaskan, yaitu :
1. Kawasan Catus Patha Pusat Kota Gianyar
2. Kawasan Cagar Budaya/Kepurbakalaan Pejeng
3. Pusat Kota Kecamatan Sukawati
4. Kawasan Ubud dan sekitarnya
5. Kawasan Pusat Kota Kecamatan Blahbatuh
6. Kawasan Tampaksiring dan sekitarnya
7. Kawasan Pusat Kota Kecamatan Payangan
8. Kawasan Pesisir Pantai Ketewel – Siyut
Berikut akan diuraikan gambaran umum masing – masing kawasan terkait
dengan sebaran aset pusakanya, kesejarahan, kemudahan akses, dan potensi
pengembangan atau pemanfaatannya :
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-3
A. Kawasan Catus Patha Pusat Kota Gianyar
Gambar 5.1 Orientasi Kawasan Catus Patha Pusata Kota Gianyar
1. Cathus Patha Gianyar
Catuspatha di Bali diartikan bukan sekedar simpang
empat atau pempatan tetapi suatu simpang
empat yang memiliki nilai sakral dan makna
tersendiri dan disepadankan dengan pempatan
agung. Di zaman kerajaan di Bali catus patha
sebagai pusat kerajaan dan berarti catus patha adalah pusat negara.
2. Puri Agung Gianyar
Didirikan pada tahun 1770, oleh cucu Dewa
Manggis Kuning ( penguasa Desa Beng ) yaitu
Dewa Manggis Jorog atas desakan dan bantuan
dari sang Mertua yaitu Raja Taman Bali. Pada
awalnya Puri ini dinamakan “Geriya Anyar” yang
3
12
5
7
4
6
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-4
artinya Tempat Kediaman Baru, kemudian desa yang muncul di sekitar Istana
baru tersebut dikenal dengan nama Gianyar sampai dengan sekarang.
Secara resmi Dewa Manggis Jorog mulai menempati Istana barunya pada
tahun 1771, dan karena kesuksesannya Dewa Manggis Jorog dijuluki “Dewa
Manggis Sakti” serta dianggap sebagai pendiri Kerajaan dan Kota Gianyar.
3. Puri Beng
Diceritakan keberanian seorang Dewa Manggis
Kuning yang berhasil mematahkan serangan Gusti
Panji Sakti ( Penguasa Buleleng saat itu ) dengan
menggunakan sebuah senjata sakti berupa Tombak
yang dinamakan “Baru Alis”. keberhasilan Dewa
Manggis Kuning pun menjadi buah bibir dan dia pun terkenal sebagai
pemimpin yang cakap, berani dan memiliki senjata bertuah. Dewa Manggis
Kuning kemudian mendirikan sebuah pemondokan bersama dengan 40 orang
pengikutnya di sebuah hutan yang disebut hutan Bengkel. Lama kelamaan
pemondokan ini pun berubah menjadi sebuah desa, dan orang-orang
menyebutnya Desa Beng. Desa ini merupakan cikal bakal berdirinya kerajaan
Gianyar pada tahun 1771.
4. Relief Bebitra
Diceritakan Relief Tantri yang terletak di Pertapaan
Gunung Kawi Bebitra. Daerah ini terletak di Desa
Bitera, Kabupaten Gianyar. Batuan ini menceritakan
tentang hubungan persahabatan antara Singa
Pinggala dan Lembu Nandaka.
Pada yang terakhir hubungan persahabatan ini terganggu oleh Anjing
Sembada. Hal ini dapat dilihat dari karakter yang melengkung dalam bentuk
singa, sapi dan anjing.
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-5
5. Obyek Wisata Bukit Jati
Bukit Jati terletak di Desa Samplangan, Gianyar, Bali.
Kawasan wisata Bukit Jati menawarkan
pemandangan yang alami dengan iklim yang sejuk.
Daerah ini sangat cocok untuk dijadikan tempat
bersantai dan berkemah, bahkan dari puncak bukit ini
juga anda dapat melihat Kota Gianyar. Di sekitar kawasan Bukit Jati ini
terdapat gedung serbaguna yang diperuntukkan sebagai tempat pementasan
berbagai jenis kesenian, antara lain: seni tari, tabuhan dan gamelan, serta
pementasan bela diri.
6. Pura Dalem Sidan
Pura Dalem Sidan didirikan sekitar abad 17 oleh tetua
dari Puri Sidan yaitu I Dewa Gede Pindi ( almarhum ),
yang selanjutnya pada tahun 1948 direnovasi kembali
oleh putranya yang bernama I Dewa Kompyang Pindi
( almarhum ). Pura Dalem Sidan tidak jauh berbeda
dengan pura lainnya, tetapi pura ini mempunyai keunikan tersendiri, karena
disamping kemegahannya, juga dihiasi dengan beraneka ragam relief dan
ukiran yang khas dan sarat dengan filosofi Agama Hindu.
7. Wisata Alam Sidan
Obyek Wisata Alam Sidan terletak di Desa Sidan
Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar, tepatnya 4
Km, dari Kota Gianyar ke arah Kota Bangli dan 31 Km.
Dari Kota Denpasar. Konon Desa Sidan ( Kerajaan
Sidan ) berada di Dusun Pegesangan ( kurang lebih 1
km. di sebelah Selatan Desa Sidan sekarang ) dan karena sesuatu hal maka
kerajaan tersebut dipindahkan ( kekisidan ) ke Utara, yang sampai saat ini
dikenal dengan nama Desa Sidan. Secara alami Desa Sidan memang memiliki
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-6
panorama yang sangat indah, karena berada di areal bebukitan yang lepas
pandang.
B. Kawasan Cagar Budaya / Kepurbakalaan Pejeng
Gambar 5.2 Orientasi Kawasan Cagar Budaya / Kepurbakalaan Pejeng
1. Pura Kebo Edan
Nama Pura Kebo Edan secara etimologi berasal dari
kata kebo = sapi / kerbau dan kata edan = gila.
Penamaan pura ini kemungkinan besar diambil dari
sepasang arca-arca kerbau di halaman pura. Dua
arca Kerbau itu dilukiskan melihat kearah arca Siwa
Bhairawa yang sedang melakukan praktek ajaran Bhairawa. Pura Kebo
Edan adalah salah satu pura sebagai bukti bahwa ajaran Hindu
Tantrayana berkembang di Bali. Ajaran Hindu Tantrayana ini berkembang pesat
di Bali saat raja Kertanegara dari kerajaan Singhasari melakukan ekspedisi
dalam rangka memperluas kekuasaannya dari Sumatera hingga ke Bali. Raja
21
3
4
5
6
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-7
Kertanegara adalah seorang raja yang menganut paham tantrayana dengan
mentasbihkan dirinya sebagai Bhairawa.
2. Pura Penataran Sasih
Pura Penataran Sasih berusia cukup tua ketimbang
peninggalan lain. Ia ada jauh sebelum Hindu lahir di
Bali. Jika diterjemahkan dengan bebas, Penataran
Sasih dapat diartikan sebagai tanahnya bulan. Ia
memang memiliki keterkaitan erat dengan mitos yang
berkembang bersama
pura ini. Di atas pelinggih/tugu inilah ditempatkan nekara besar yang dianggap
sebagai bulan. Dahulu kala diceritakan bahwa ada dua bulan yang bersinar. Di
malam hari, sinar kedua bulan itu menyamai terangnya matahari. Ini
menyebabkan para bromocorah terutama pencuri sulit melakukan aksinya.
Maka salah satu pencuri tersakti lalu terbang ke bulan dan mengencingi salah
satunya. Bulan yang dikencingi itu kemudian redup dan lantas jatuh ke bumi. Di
tempat jatuhnya bulan itu kemudian didirikan pura yang bernama Penataran
Sasih.
3. Pura Pusering Jagat
Pura Pusering Jagat merupakan pura penting di Bali.
Pura ini termasuk satu dari enam Pura Kahyangan
Jagat ( Pura Besakih, Pura Uluwatu, Pura Lempuyang,
Pura Goa Lawah, Pura Batukaru dan Pura Pusering
Jagat ) yang berposisi di tengah-tengah. Dalam
kosmologi Hindu, tengah adalah sthana (tempat bersemayam) Dewa Siwa.
Pura Pusering Jagat terletak di desa Pejeng yang di masa lampau merupakan
pusat Kerajaan Bali Kuna.
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-8
4. Pura Pengukur-ukur dan Goa Garba
Diperkirakan Pasraman Dharmma Hanyar berganti
nama menjadi Pura Pengukur Ukuran setelah
pasraman tersebut dijadikan tempat seleksi pada
masa kerajaan Bedahulu. “Diceritakan pada masa
Kerajaan Bedahulu, Ki Kebo Iwa atau Ki Kebo Taruna,
seorang keturunan Arya Karang Buncing melamar untuk menjadi maha patih.
Agar bisa diterima ia harus melewati berbagai ujian kesaktian dan salah
satunya dengan melawan Ki Pasung Grigis yang terkenal sangat sakti. Kebo Iwa
dapat melewati semua ujian tersebut dan sejak itu Pasraman Dharmma Hanyar
berganti nama menjadi Pura Pengukur Ukuran.
5. Puri Pejeng
Puri Pejeng merupakan salah satu Puri yang ada di
Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar.
Lokasinya berada di sebelah barat daya Pura
Penataran Sasih . Kata “Pejeng” sendiri diduga berasal
dari kata “Pajeng” yang berarti payung, karena dari
desa inilah raja-raja Bali Kuno memayungi rakyatnya. Ada juga yang menduga
berasal dari kata pajang, bahasa Jawa Kuno yang berarti sinar. Diyakini, dari
sinilah sinar kecemerlangan dipancarkan ke seluruh jagat. Akan tetapi, bagi
orang-orang tua di Pejeng, nama itu bukan nama asli desa. Sudah mengalami
perubahan. Menurut mereka, sebelum Pejeng desa itu disebut Soma Negara,
ibukota Kerajaan Singamandawa.
6. Candi Kelebutan
Menurut cerita konon area candi ini sering dijadikan
tempat semedi (meditasi) oleh para penekun spiritual.
Sementara di seberangnya, di bibir tebing bagian
barat Tukad Kelebutan terdapat situs mirip rumah tua
(tempat peristirahatan). Di hulu sungai, tepatnya di
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-9
sebelah utaranya terdapat sumber air suci yang oleh warga setempat disebut
sebagai air kelebutan. Karena air kelebutan itulah, sungai ini dinamakan Tukad
Kelebutan. Areal tersebut hingga kini masih dijaga kesuciannya, karena
merupakan tempat pabejian Ida Bethara Sasuhunan Ratu Pura Pusering Jagat.
C.Pusat Kota Kecamatan Sukawati
Gambar 5.3 Orientasi Kawasan Pusat Kota Kecamatan Sukawati
1. Jembatan Gantung
Jembatan gantung yang terletak di Dusun
Camenggaon, Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati,
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. merupakan
jembatan penghubung transportasi yang didirikan
pada masa Kolonial (Belanda) sekitar abad 17 – 18
Masehi. Jembatan yang saat ini digunakan sebagai penyeberangan pejalan
kaki karena sudah tidak mampu lagi untuk menahan beban yang sangat berat
4
1
2
3
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-10
dan terus menerus, sehingga disebalah selatannya dibangunlah jembatan
yang baru sebagai pengganti jembatan yang lama.
2. Pura Desa Batuan
Pura Puseh Pura Desa Batuan merupakan sebuah
bangunan cagar budaya yang berada di Desa
Batuan, Sukawati, Gianyar, Bali. Bagian luar Pura
Puseh Pura Desa Batuan memiliki ornamen ukir yang
njlimet, halus dan indah. Pura tua ini kabarnya telah
mengalami beberapa kali renovasi untuk sampai kepada bentuknya saat ini.
Pada dinding sebelah kiri terdapat tengara dalam huruf Bali dan latin yang
berbunyi: “Pr Puseh Pr Desa, Desa Adat Batuan, Saka 944”, yang memberi
informasi tahun berdirinya Pura Puseh Pura Desa Batuan ini, yaitu 944 Saka atau
1020 M. Dengan demikian Pura Puseh Pura Desa Puseh Batuan ini sebentar lagi
akan genap berusia 1000 tahun.
3. Candi Wasan
Berlokasi di daerah Batuan Kecamatan Sukawati,
Gianyar-Bali, candi yang diperkirakan merupakan
peninggalan abad ke XIV ini bukanlah candi
bangunan tunggal. Candi Wasan memiliki ukuran
panjang 11,10m, lebar dihitung dari lapik candi 9,40m
dan tinggi 14,1m. Susunan atap 4 tingkat yang
dilengkapi dengan hiasan simbar dan menara sudut
serta satu tingkat teratas merupakan atap candi.
Sesungguhnya penelitian candi Wasan sudah dimulai dari tahun 1986 yang
dilaksanakan dalam bentuk ekskavasi arkeologi. Tahap demi tahap proses
pemugaran dilaksanakan hinga akhirnya kini terbentuklah sebuah bangunan
candi utuh dimana sebagian materinya masih menggunakan bahan asli yang
ditemukan pada saat ekskavasi.
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-11
4. Hidden Canyon
Hidden Canyon Beji Guwang berada di area
Sungai Beji yang lokasinya dekat dengan Pura
Dalem Desa Guwang, Kecamatan Sukawati,
Kabupaten Gianyar. Lokasi Hidden Canyon Beji
Guwang termasuk kategori tempat suci umat
Hindu sehingga kesopanan dalam bertingkah ataupun berkata sangat
diperhatikan. Pemandangan tebing batu di Hidden Canyon Beji Guwang
memiliki tinggi sekitar 20-30 meter dengan aliran sungai yang berwarna biru
langit. Pengunjung memanfaatkan keindahan pemandangan tebing tersebut
sebagai latar belakang foto. Hidden Canyon Beji Guwang memiliki 3 lembah
rahasia yang bisa dilihat dengan waktu tempuh 1,5 jam hingga 2 jam. Tebing-
tebing batu di Hidden Canyon Beji Guwang memiliki bentuk yang berbeda-
beda sesuai dengan imajinasi pengunjung. Ada yang berbentuk tengkorak,
macan, kepala kera, orang bermuka sedih dan tersenyum.
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-12
D. Kawasan Ubud dan sekitarnya
Gambar 5.4 Orientasi Kawasan Ubud dan Sekitarnya
1. Pura Gunung Lebah
Asal usul pura Gunung Lebah dibangun pada
abad ke 8 oleh seorang pendeta dari India.
Pendeta ini bernama Rsi Markandeya, salah satu
pendeta yang banyak mendirikan pura di Bali
dan salah satunya pura terbesar di Bali, Pura
Besakih. Pendirian pura ini awal mulanya, Rsi Markandeya merasa adanya
kekuatan magis dari lembah sungai Campuhan Ubud. Karena adanya
kekuatan magis di lembah sungai Campuhan, setelah beliau kembali dari
perjalanan mendirikan pura di kaki Gunung Agung (Pura Besakih). Beliau
mendirikan pura di lembah sungai Campuhan, yang pada awalnya di gunakan
sebagai tempat meditasi.
3
1 2
4
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-13
2. Monkey Forest
Monkey Forest Ubud terletak di Desa Ubud, berjarak
kurang lebih 1 km dari pusat desa Ubud, dan berjarak
sekitar 26 km dari Denpasar. Hutan ini merupakan
hutan kecil yang dihuni oleh monyet dan merupakan
tempat yang disucikan karena terdapat sebuah pura
di dalamnya. Ubud Monkey Forest luasnya sekitar 27 hektar dan memiliki sekitar
115 jenis pohon. Di dalam hutan ini juga terdapat tiga pura besar, pura-pura
tersebut diantaranya adalah Pura Dalem Agung yang berada di tengah hutan
merupakan hutan tempat hidup kera. Pura Beji yang terdiri dari tiga pura yakni
Pura Utama Mandala yang dikenal sebagai pura pemandian para dewa, Pura
Madia mandala yakni pura yang memiliki sebuah kolam suci serta Puri Nista
mandala yang merupakan tempat pemandian umum.
3. Puri Ubud
Pada saat kerajaan Majapahit runtuh di abad ke 15,
maka terjadi eksodus besar-besaran dari bangsawan
Jawa untuk migrasi ke pulau Bali. Bangsawan dari
pulau Jawa inilah yang mendirikan kerajaan Gelgel
yang berada di kabupaten Klungkung, kabupaten di
bagian tenggara pulau Bali. Kerajaan Gelgel inilah yang memberikan
perlindungan kepada para bangsawan dari Jawa yang migrasi ke pulau Bali.
Bangsawan dari Jawa yang membawa sistem kasta di Bali. Pada abad ke 17
banyak berdiri kerajaan baru di wilayah pulau Bali, salah satunya di Ubud. Pada
abad ke 17, banyak di bangun rumah para bangsawan di Ubud yang di beri
nama Puri. Sampai saat ini keberadaan Puri Ubud sendiri menjadi salah satu
destinasi wisata di Kabupaten Gianyar-Bali. Dengan keindahaan arsitektur yang
dimiliki, menjadikan Puri ini sebagai tujuan wisata faforit wisatawan asing
maupun domestik.
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-14
4. Obyek Wisata Kokokan Petulu
Menurut keterangan dari Warga Desa Petulu, burung-
burung bangau tersebut mulai bersarang di Desa
Petulu sejak tahun 1965. Saat itu, jumlahnya hanya
sekitar lima ekor. Awalnya, burung-burung bangau
tersebut ditangkap untuk dipelihara ataupun dipotong untuk dimakan
dagingnya oleh masyarakat sekitar. Dari sini keanehan mulai terjadi. Mereka
yang menangkap burung-burung bangau yang ada di Desa Petulu, selalu
datang kembali ke Desa Petulu untuk mengembalikan burung bangau tersebut.
Menurut mereka, setelah menangkap burung bangau tersebut, mereka mulai
didatangi oleh makhluk-makhluk aneh bertubuh besar dan menyeramkan, baik
dalam mimpi maupun di alam nyata. Hal tersebut bukan halusinasi, karena
yang mengalaminya lebih dari 50 orang. Akhirnya setelah berkonsultasi dengan
seorang pendeta, dilakukanlah ritual meminta maaf di pura Desa Petulu. Saat
prosesi berlangsung, pemangku pura desa mengalami kerasukan/kesurupan
dan mengatakan kalau burung bangau tersebut sebenarnya adalah pengawal
Ida Betara yang dipuja di pura desa setempat. Burung-burung bangau tersebut
adalah pasukan yang akan menjaga desa dari gangguan penyakit dan hama
yang menyerang sawah mereka. Hal ini sudah terbukti. Setelah masyarakat
membuat sebuah pelinggih di pura desa sebagai persembahan terhadap
burung banagau tersebut, Desa Petulu menjadi makmur, panen melimpah dan
tidak ada bahaya yang mengancam sampai dengan hari ini.
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-15
E. Kawasan Pusat Kota Kecamatan Blahbatuh
Gambar 5.5 Orientasi Kawasan Pusat Kota Kecamatan Blahbatuh
1. Pura Samuan Tiga
Pura Samuan Tiga yang terletak di desa Bedulu,
Blahbatuh, kabupaten Gianyar Bali, dan berfungsi
sebagai tempat memuja kekuatan alam dan nenek
moyang. Tergolong pura yang sudah tua, karena
dibangun pada masa pra-sejarah, melewati perjalanan sejarah yang sangat
panjang, sehingga ada kemungkinan ada informasi yang hilang, seperti yang
ada di salah satu halaman dalam lontar Tatwa Siwa Purana menyebutkan
bahwa pada masa pemerintahan Prabu Candrasangka membangun pura
3
1
5
4
2
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-16
Penataran sasih dan Samuan Tiga dan ilen-ilen (hiburan) tarkala piodalan
seperti nampiyog nganten, sanghyang jaran nglamuk beha (menginjak bara),
mapalengkungan siyat pajeng, pendet dan siyat sampian dengan tujuan
menghilangkan sehananing leteh dan membersihkan diri.
2. Pura Durga Kutri
Pura Bukit Dharma terletak di Banjar (Dusun) Kutri, Desa
Buruan, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Giahyar,
Propinsi Bali. Berdasaran prasasti di berbagai wilayah
di Bali yang menunjuk keberadaan pura ini, Pura Bukit
Dharma Durga Kutri diperkirakan sudah berdiri sejak
835 caka. Pada saat itu Bali diperintah oleh Raka Sri Kesari Warmadewa. Ada
yang menarik dari pura ini, yakni diistinakannya permaisuri Raja sebagai Dewi
Durga. Sungguh pura yang banyak mengandung nilai dan aspek sejarah.
Keberadaan Arca Durga Mahisasura Mardini ini sangat erat kaitannya dengan
cerita-cerita Purana dari India. Cerita ini memang sangat populer di kalangan
umat Hindu di India dan di Bali. Diceritakan Dewi Parwati atau Dewi Uma
berperang melawan raksasa. Raksasa itu sangatlah sakti dan sulit ditaklukkan.
Karena itulah disebut Durga. Artinya sulit dicapai, karena raksasa itu sampai bisa
bersembunyi di dalam tubuh seekor lembu atau Mahisa. Karena ada raksasa
atau Asura di dalam tubuh lembu itu, maka ia disebut Mahisasura.
3. Puri Agung Blahbatuh
Sejarah Blahbatuh sangat erat hubungannya dengan
kerajaan Bali Aga, yaitu Kerajaan Bedahulu dengan
Dinasti Udayana Warmadewa, yang salah seorang
menterinya, yaitu Kebo Iwa berkedudukan di
Blahbatuh. Masyarakat Bedahulu tentu juga orang
Blahbatuh adalah orang Bali Aga, berasal dari sebuah desa dikaki Gunung
Raung Jawa Timur. Begitu pula tata cara kehidupannya sangat erat
hubungannya dengan cara hidup masyrakat kerajaan Kediri di Jawa Timur
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-17
yang didirikan oleh Airlangga putra Udayana raja Bedahulu sampai dengan
Majapahit, yang didirikan oleh Raden Wijaya keturunan Airlangga.
4. Goa Gajah
Goa Gajah pada dasarnya adalah sebuah goa
dimana terdapat peninggalan sejarah Bali masa
lampau. Namun tidak hanya artefak sejarah yang ada
tapi juga suasana alamnya yang begitu indah dan
memikat. Objek wisata ini juga dikelilingi persawahan dan sungai dengan air
yang selalu mengalir. Ada empat kompleks di Goa Gajah yaitu kompleks goa
dengan relief Ganesha, Trilingga, Petirtaan (tempat mandi), dan lembah Tukad
Pangkung dimana terdapat relief stupa bercabang tiga, relief payung bersusun
13, dan arca Budha.
5. Konco Budha Amurva Bhumi
Vihara / Konco ini terletak di bawah jembatan dan
ada tangga menuju ke sungai di bawah jembatan,
dimana air sungai tersebut sering digunakan untuk
acara kegiatan di vihara tersebut. pujaan utama
vihara blahbatuh adalah Hok Tik Cin Sin ( Tu Ti Kong ),
dibawah altar Hok Tik Cin Sin terdapat dewa harimau, selain altar Hok Tik Cin Sin
juga terdapat altar Ma Kwan Im dan Altar Budha, ke indahan Vihara Amurva
Bhumi dapat terlihat dari kejauhan, lokasinya lumayan cukup luas untuk sebuah
vihara, ada jalan kecil di depannya untuk menuju langsung ke bangunan di
tepi sungai, bangunan bertingkat atas kebawah. umat yang sembahyang di
tempat ini berasal dari berbagai aliran baik dari aliran Theravada maupun dari
penduduk setempat Hindu dan juga umat Tridharma.
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-18
6. Relief Yeh Pulu
Relief Yeh Pulu paling tidak memiliki lima fragmen
dengan kandungan cerita yang berbeda-beda.
Namun relief-relief tersebut memiliki garis besar yakni
bercerita tentang Krishna sebagai inkarnasi Bhatara
Wisnu. Pahatan-pahatan lain selain yang tampak di
dinding tebing, yakni di ceruk-ceruk Raja Bendahulu sebelum gugur dalam
pertempuran dengan Kerajaan Majapahit yang terjadi pada tahun 1343 M.
F. Kawasan Tampaksiring dan sekitarnya
Gambar 5.6 Orientasi Kawasan Tampaksiring dan Sekitarnya
1
2
3
54
7
6
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-19
1. Alam Desa Sanding
Pulau Bali terkenal dengan keindahaan alamnya,
salah satu dari keindahaan alam tersebut dapat
dijumpai di Desa Sanding Kecamatan Tampaksiring-
Gianyar. Panorama alam dengan hamparan sawah
yang menyejukkan mata dapat kita jumpai disana,
selain itu tersedia juga jalur tracking bagi para wisatawan yang ingin menikmati
keindahan tersebut dari dekat.
2. Pura Gunung Kawi
Pura Gunung Kawi merupakan salah satu tempat
wisata di Bali yang menarik untuk di kunjungi. Di
kompleks tempat wisata di Bali ini terdapat
peninggalan - peninggalan purbakala berupa
pahatan candi - candi yang terdapat pada dinding tebing, sehingga tempat
wisata di Gianyar ini dikenal dengan sebutan Candi Gunung Kawi. Objek wisata
Pura Gunung Kawi terletak di Sungai Pakerisan, Dusun Penaka, Desa
Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar - Bali. Tak ada
yang tahu pasti mengenai asal mula kata “Gunung Kawi”. Namun, berdasarkan
tinjauan etimologi, Gunung Kawi berasal dari dua gabungan kata yakni
“Gunung” dan “Kawi”. Gunung berarti daerah yang berumpak-umpak dan
memiliki puncak diatasnya (pegunungan), dan Kawi bermakna pahatan. Maka,
maksud dari kata “Gunung Kawi” adalah pahatan-pahatan yang terdapat di
pegunungan atau padas pahatan. Candi Gunung Kawi merupakan
peninggalan sejarah abad ke-11 dimana di kompleks candi tersebut terdapat
pemakaman keluarga raja, permaisuri dan keturunannya yang pernah
memerintah di wilayah Bali.
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-20
3. Subak Pulagan, Subak Kulub Atas & Kulub Bawah
Perairan melimpah dari Tukad
Pekerisan memungkinkan
pertanian padi basah
menjadi berkembang di Bali.
Salah satu contoh tertua
yang masih digunakan saat ini adalah Subak Pulagan, Subak Kulub Atas dan
Kulub Bawah. Subak adalah organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur
sistem pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi. Subak ini
biasanya memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik, atau Pura Bedugul,
yang khusus dibangun oleh para pemilik lahan dan petani yang diperuntukkan
bagi dewi kemakmuran dan kesuburan dewi Sri. Sistem pengairan ini diatur oleh
seorang pemuka adat yang juga adalah seorang petani yang disebut Kelian
Subak. Ketiga Subak tersebut diatas telah mendapatkan pengakuan dari
UNESCO sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia.
4. Istana Presiden Tampaksiring
Istana Kepresidenan Tampaksiring dibangun secara
bertahap. Arsiteknya ialah R.M Soedarsono. Yang
pertama kali dibangun adalah Wisma Merdeka dan
Wisma Yudhistira, yakni pada tahun 1957.
Pembangunan berikutnya dilaksanakan tahun 1958, dan semua bangunan
selesai pada tahun 1963. Selanjutnya, untuk kepentingan kegiatan Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV, yang diselenggarakan di Bali pada tanggal 7-8
Oktober 2003, Istana dibangun gedung baru untuk Konferensi beserta fasilitas-
fasilitasnya dan merenovasi Balai Wantilan. Kini Tampaksiring juga memberikan
kenyamanan kepada pengunjungnya (dalam rangka kepariwisataan) dengan
membangun pintu masuk tersendiri yang dilengkapi dengan Candi Bentar, Koro
Agung, serta Lapangan Parkir berikut Balai Bengongnya.
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-21
5. Pura Pegulingan
Pura Pegulingan merupakan suaka peninggalan
sejarah purbakala yang dilindungi oleh UU No.52/1992,
karena memiliki nilai historis yang tinggi. Di bagian
dalam pura terdapat sebuah stupa besar yang
berbentuk segi delapan dimana telah menjadi suatu kepercayaan bahwa
stupa merupakan simbol pemujaan yang dipercaya sebagai tempat
bersemayamnya para dewa yang agung. Lokasi Pura Pegulingan ini ditemukan
sekitar tahun 1983 berkat bantuan dari Pamong Desa setempat. Pengamatan,
penggalian dan penyelamatan dilakukan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan
Purbakala Bali. Dari hasil penggalian inilah stupa berbentuk segi delapan itu
ditemukan selain sejumlah materi dari tanah liat yang memuat mantra agama
Budha.
6. Pura Mengening
Pura Mengening sudah ditemukan pada abad ke 11,
bahkan keberadannya sudah ada saat raja Masula-
Masuli memerintah dan pusat pemerintahan kala itu
berada di Pejeng, jadi terbilang bangunan yang
sudah sangat kuno, memang waktu jelas kapan
dibangunnya belum ditemukan secara pasti. Pura
Kahyangan jagat ini terletak di desa Saraseda,
Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, sebelah Utara
objek wisata Tirta Empul yang menjadi salah satu
tujuan tour favorit di Bali. Tempatnya berada dalam lingkungan yang damai
dan hening sehingga tepat ini dinamakan Mengening.
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-22
7. Pura Tirta Empul
Pura Tirta Empul dibangun pada zaman pemerintahan
Raja Masula Masuli berkuasa dan memerintah di Bali.
Hal ini dapat diketahui dari bunyi lontar Usana Bali. Isi
dari lontar itu disebutkan artinya sebagai berikut:
“Tatkala itu senang hatinya orang Bali semua,
dipimpin oleh Baginda Raja Masula Masuli, dan rakyat seluruhnya merasa
gembira, semua rakyat sama-sama mengeluarkan padas, serta bahan
bangunan lainnya, seperti dari Blahbatuh, Pejeng, Tampaksiring”. Sedangkan
Permandian Tirta Empul dibangun pada zaman pemerintahan Raja Sri
Candrabhaya Singha Warmadewa, dan hal ini dapat diketahui dari adanya
sebuah piagam batu yang terdapat di desa Manukaya yang memuat tulisan
dan angka yang menyebutkan bahwa permandian Tirta Empul dibangun pada
Sasih Kapat tahun Caka 884, sekitar Oktober tahun 962 Masehi. Dalam Prasasti
Sading ada disebutkan, Raja Masula Masuli bertahta di Bali mulai tahun Saka
1100 atau tahun 1178 M, yang memerintah selama 77 tahun. Berarti
Permandian Tirtal Empul dibangun lebih dulu kemudian Puranya. Ada
perbedaan waktu sekitar 216 tahun antara pembangunan permandian Tirta
Empul dengan pembangunan puranya.
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-23
G.Kawasan Pusat Kota Kecamatan Payangan
Gambar 5.7 Orientasi Kawasan Pusat Kota Kecamatan Payangan
3
2
1
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-24
1. Suasana Alam Buahan
Desa Dinas Buahan adalah salah satu desa di
kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar. Desa ini
memiliki hawa yang sejuk dan terkadang dingin
sehingga cocok untuk lahan pertanian dan
perkebunan. Selain itu desa ini memiliki pemandangan
dengan latar pegunungan dan hutan yang indah sehingga di desa ini
berkembang juga sektor pariwisata seperti Hotel, Villa, dan Bungalow namun
belum sebesar sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan. Di Desa Adat
Buahan terdapat tradisi unik yaitu Nyepi Kasa yaitu Nyepi yang dilangsungkan
saat bulan pertama (kasa) dalam penanggalan Bali. Pada hari tersebut segala
aktivitas sehari-hari dihentikan layaknya hari Nyepi biasanya termasuk lalu lintas
dari dan menuju Kintamani.
2. Puri Agung Payangan
Berdirinya Puri Agung Payangan berawal dari
runtuhnya kerajaan Gelgel pada masa pemerintahan
Dalem Dimade akibat pemberontakan patih kerajaan
yang bernama I Gusti Agung Maruti. Terjadinya
pergolakan di pusat pemerintahan Bali menyebabkan
daerah Payangan kurang mendapatkan perhatian. Kedatangan ekspedisi I
Gusti Ngurah Pacung Gede pada masa tersebut ke Payangan kemudian mulai
membangun pemerintahan di Payangan.
3. Pura Murwa Bhumi
Pura Murwa (Purwa) Bhumi menjadi tonggak pertama
kali Maharsi Markandeya menyebarkan ilmu
keagamaan, menularkan ilmu teknologi pertanian
pada orang Aga yang tinggal di Payangan. Lokasi
pura ini terletak tidak jauh dari pusat kota kecamatan,
kurang lebih 500 meter ke arah selatan dari pasar Payangan.
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-25
H. Kawasan Pesisir Pantai Ketewel – Siyut
Gambar 5.8 Orientasi Kawasan Pesisir Pantai Ketewel - Siyut
1. Pantai Erjeruk
Pantai Erjeruk termasuk kedalam pantai yang berpasir
hitam serta terdapat karang-karang laut yang
nampak pada saat air laut surut. Karang yang
ditumbuhi rumput laut ini nampak indah dilihat dari
pesisir pantai. Aktifitas yang banyak dilakukan di
pantai ini adalah memancing dan juga tempat melaksanakan ritual
keagamaan bagi umat Hindu.
2. Pura Erjeruk
Pura Erjeruk merupakan salah satu pura yang memiliki
nilai sejarah yang tinggi di Bali. Keberadaan Pura
Erjeruk erat kaitannya dengan perjalanan Danghyang
1
3
4
5
2
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-26
Nirarta di Bali di masa pemerintahan Dalem Waturenggong di Bali. Pura ini di
masa lalu pernah berfungsi sebagai media pendidikan kerohanian umat. Hal ini
dapat dilihat dari adanya Pelinggih Manjangan Saluwang sebagai tempat
pemujaan Mpu Kuturan dan Pelinggih Meru Tumpang Tiga sebagai tempat
pemujaan Danghyang Nirarta yang merupakan Dang Guru atau Adi Guru Loka
pada masa tersebut.
3. Pantai Saba
Tempat wisata pantai Saba terletak di Desa Saba,
Kecamatan Blahbatu, Gianyar Bali. Pantai ini berada
di sebelah barat Pantai Keramas dan sebelah timur
dari Pantai Purnama. Objek wisata Pantai Saba
menyuguhkan keindahan panorama pantai yang menawan yang menawan
dengan pasir hitam yang berkilau jika tertimpa sinar mentari. Bagi pecinta
surfing maka pantai ini cocok untuk berolahraga surfing karena ombaknya
cukup besar. Selain itu pantai ini mempunyai keunikan tersendiri yaitu pesisir
pantai terbelah oleh adanya aliran sungai yang bermuara kelaut serta tebing
tinggi membatasi pantai, sementara di sebelah selatan pantai terdapat Pura
Sukaluwih.
4. Pantai Lebih
Pantai Lebih adalah satu obyek wisata pantai di
kabupaten Gianyar. Pantai yang berpasir hitam ini
menawarkan suasana yang tenang dengan
pemandangan ke laut lepas, dan jika cuaca bagus,
pemandangan pulau Nusa Lembongan dapat dilihat
dari pinggir pantai. Selain itu Pantai Lebih merupakan salah satu pusat kuliner
dengan adanya banyak warung makan lesehan di pinggir pantai. Semua
warung makan ini menawarkan menu yang hampir sama seperti nasi sela (nasi
campur ubi jalar), bakso ikan, sup kepala ikan, sate languan (sate ikan laut),
sayur plecing kangkung dan pepes ikan. Semua menu makanan disini dijamin
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-27
halal, karena berasal dari ikan yang ditangkap oleh nelayan-nelayan pantai
Lebih.
5. Pantai Siyut
Pantai Siyut merupakan pantai milik Kabupaten
Gianyar, tepatnya berada di Banjar Siyut, Desa Tulikup,
Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar dan
merupakan daerah perbatasan antara Kabupaten
Klungkung dan Kabupaten Gianyar. Dari pantai Siyut
pengunjung bisa menyaksikan indahnya matahari terbit (sunrise) pada saat
sang surya menampakan diri di ufuk timur. Pantai ini ramai dikunjungi pada saat
sore hari, hari raya dan hari-hari libur. Selain itu, pantai ini juga sering dijadikan
tempat upacara keagamaan seperti upacara melasti dan Ngaben. Di Pantai
Siyut ini aktifitas yang biasa dilakukan adalah kegiatan surfing, memancing,
bermain bola dan bersantai bersama keluarga dan teman.
5.2 PENENTUAN KAWASAN PRIORITAS
Selanjutnya alternatif kawasan ini akan dipilih atau diranking untuk
menetapkan kawasan yang akan diprioritaskan dan/atau diunggulkan sebagai
kawasan prioritas untuk dikembangkan atau ditangani. Penetapan kawasan
prioritas/unggulan didasarkan atas kriteria sebagai berikut :
1. Tingkat Keletakan/Posisi Lokasi: sebaran aset pusaka membentuk satu
kesatuan spasial sehingga mudah direncanakan linkage system-nya.
2. Tingkat Kemudahan Pencapaian: aset pusaka mudah dicapai melalui
jaringan pergerakan yang telah terbentuk (ada) dan tersedianya
sarana transportasi publik.
3. Tingkat Kemanfaatan: potensial dikembangkan dan/atau
dimanfaatkan untuk peningkatan pendapatan daerah dan
kesejahteraan masyarakat.
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-28
4. Tingkat Keterancaman: ancaman keberlanjutan aset pusaka dari
pesatnya pembangunan baru dan minimnya pemeliharaan baik
karena kurangnya apresiasi maupun kemampuan finansial.
5. Tingkat Dukungan: berupa komitmen semua pihak untuk melindungi,
melestarikan dan mengembangkan aset pusaka, ditandai dengan
adanya regulasi terkait, adanya komunitas pelestari, dokumen
program dan rencana pendukung, potensi pembiayaan dan investasi,
dsb.
6. Tingkat Kesiapan: kawasan siap dikembangkan baik dari aspek
administratif maupun teknis, seperti adanya kesepakatan antara
semua pihak, adanya lembaga yang dibentuk untuk berkonsentrasi
menangani kepusakaan, adanya kejelasan status kepemilikan
dan/atau penguasaan aset pusaka, adanya dukungan infrastruktur
yang memadai, dsb.
Sebelum digunakan untuk menetapkan maupun melakukan perangkingan
terhadap kawasan pusaka prioritas atau unggulan sesuai alternatif yang telah
ditentukan, kriteria ini akan diberi bobot, seperti tabel dibawah ini:
Tabel 5.1 Penentuan Bobot Masing-masing Kretiria
No. KRITERIA BOBOT
1 Tingkat Keletakan /
Posisi Lokasi
Jarak antar aset pusaka dalam
lingkup kawasan (radisus ± 200 ha) :
Dekat = 3, Sedang = 2, Jauh = 1
2 Tingkat
Kemudahan
Pencapaian
Kondisi jaringan jalan dan sarana
transportasi publik :
Memadai = 3, Sedang Memadai = 2,
Tidak Memadai = 1
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-29
3 Tingkat
Kemanfaatan
Aset sudah dan/atau berpotensi
untuk dimanfaatkan
Tinggi = 3, Sedang = 2, Kecil = 1
4 Tingkat
Keterancaman
Ancaman terhadap aset tinggi baik
karena desakan pembangunan
maupun kurangnya pemeliharaan
Tinggi = 3, Sedang = 2, Kecil = 1
5 Tingkat Dukungan Dukungan terhadap perlindungan,
pemeliharaan dan pengembangan
aset
Tinggi = 3, Sedang = 2, Kecil = 1
6 Tingkat Kesiapan Terpenuhinya persyaratan administrasi
dan teknis dalam rangka
pengembangannya
Siap = 3, Belum Siap = 2, Tidak Siap = 1
Berikutnya akan dilakukan penilaian terhadap kedelapan alternatif yang telah
ditetapkan sebelumnya. Penilaian terhadap kawasan prioritas / unggulan akan
dilakukan pada tabel berikut :
Tabel 5.1 Penentuan Kawasan Proiritas / Unggulan
No. KRITERIA
ALTERNATIF KAWASAN PRIORITAS /
UNGGULAN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Tingkat Keletakan 3 3 2 3 3 3 2 3
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-30
/ Posisi Lokasi
2 Tingkat
Kemudahan
Pencapaian
3 3 3 3 3 2 3 3
3 Tingkat
Kemanfaatan3 2 3 3 3 3 1 2
4 Tingkat
Keterancaman3 2 3 3 3 2 2 2
5 Tingkat Dukungan 3 3 2 3 2 1 1 1
6 Tingkat Kesiapan 3 2 1 2 2 2 1 1
TOTAL NILAI 18 15 14 17 16 13 10 12
Ketrangan urutan alternatif dalam tabel :
1. Kawasan Catus Patha Pusat Kota Gianyar
2. Kawasan Cagar Budaya/Kepurbakalaan Pejeng
3. Kawasan Pusat Kota Kecamatan Sukawati
4. Kawasan Ubud dan sekitarnya
5. Kawasan Pusat Kota Kecamatan Blahbatuh
6. Kawasan Tampaksiring dan sekitarnya
7. Kawasan Pusat Kota Kecamatan Payangan
8. Kawasan Pesisir Pantai Ketewel – Siyut
Berdasarkan penilaian yang dilakukan diatas, dapat dilakukan perangkingan
terhadap kawasan pusaka prioritas / unggulan yaitu;
Rangking 1 Kawasan Catus Patha Pusat Kota Gianyar
Rangking 2 Kawasan Ubud dan sekitarnya
Rangking 3 Kawasan Pusat Kota Kecamatan Blahbatuh
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
5-31
Rangking 4 Kawasan Cagar Budaya/Kepurbakalaan Pejeng
Rangking 5 Kawasan Pusat Kota Kecamatan Sukawati
Rangking 6 Kawasan Tampaksiring dan sekitarnya
Rangking 7 Kawasan Pesisir Pantai Ketewel – Siyut
Rangking 8 Kawasan Pusat Kota Kecamatan Payangan
Dengan demikian berdasarkan hasil penilaian dan perangkingan yang
dilakukan, maka kawasan yang menjadi prioritas / unggulan dalam rangka
pemngembangan adalah KAWASAN CATUS PATHA PUSAT KOTA GIANYAR.
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
6-1
BAB VIARAHAN DAN INDIKASIPROGRAM PENATAANDAN PELESTARIANKOTA PUSAKA6.1. ARAHAN PROGRAM PENATAAN DAN PELESTARIAN KOTA PUSAKA
Berdasarkan potensi dan permasalahan pada kawasan pusaka terpilih yaitu
kawasan Catus Patha Pusat Kota Gianyar, program penataan dan pelestarian kota
pusaka diarahkan pada 8 (delapan) aspek utama, yaitu :
1. Aspek Legalitas : merumuskan dan menyusun dasar hukum baik dalam bentuk
peraturan daerah atau peraturan Bupati untuk menguatkan dan melindungi
rencana penataan dan pelestarian kota pusaka.
2. Aspek Edukasi : menyelenggarakan pembinaan secara berkelanjutan melalui
pendidikan dan pelatihan serta mengedukasi masyarakat melalui sektor
pendidikan formal.
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
6-2
3. Aspek Institusional : membentuk dan menguatkan kelembagaan pusaka baik
lembaga tradisional maupun formal yang telah ada, dan komunitas.
4. Aspek Pengembangan SDM : mengembangkan kapasitas dan kompetensi SDM
yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan penataan dan pelestarian kota
pusaka dalam rangka peningkatan kreatifitas dan inovasi untuk keberlasnjutan
pengelolaan
5. Aspek Pengkajian, Informasi dan Dokumentasi : melaksanakan pengkajian,
pendokumentasian dan penginventarisasian aset pusaka serta penyebarluasan
informasi secara berkelanjutan.
6. Aspek Jejaring : masuk dalam keanggotaan jejaring pusaka dan terlibat aktif
dalam setiap kegiatan baik tingkat lokal, nasional dan internasional.
7. Aspek Insentif dan Penghargaan : memberikan insentif dan penghargaan keapda
aktivis pusaka, perintis, inovator, pelestari pusaka secara berkelanjutan.
8. Aspek Pendanaan : mengelola sumber pendanaan secara akuntabel dan
transparan dan mengusahakan secara mandiri pembiayaan yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan program penataan dan pelestarian kota pusaka.
Kedelapan arahan program penataan dan pelestarian kota pusaka ini akan
diterjemahkan kedalam indikasi program.
6.2. INDIKASI PROGRAM PENATAAN DAN PELESTARIAN KOTA PUSAKAProgram penataan dan pelestarian ini disusun khusunya untuk pengembangan
kawasan pusaka prioritas atau unggulan yang telah dipilih melalui analisis pemilihan
pada bab sebelumnya. Beberapa bentuk program / kegiatan arahan penataan dan
pelestarian kota pusaka Kabupaten Gianyar dalam upaya rencana aksi kota pusaka
yang dapat dikembangkan antara lain seperti pada tabel di bawah:
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
6-3
NO PROGRAM / KEGIATAN LOKASI SKPD SUMBERDANA
TAHUN PELAKSANAAN KETERANGAN2017 2018 2019 2020 2021
1 Lanjutan Inventarisasi, Pemetaandan Dokumentasi Aset Pusaka
KabupatenGianyar
Tim PengelolaP3KP Gianyar
APBDKabupaten
200 jt 200 jt 200 jt 200 jt 200 jt
2Pembentukan Tim TeknisPengelola Program P3KP DenganMelibatkan Seluruh Stakeholder
KabupatenGianyar
SetdaKabupaten
Gianyar
APBDKabupaten
10 jt
3 Sosialisasi Program Kota Pusaka(Kelurahan/Desa)
KabupatenGianyar
Tim PengelolaP3KP Gianyar
APBDKabupaten
50 jt 50 jt 50 jt 50 jt
4Pembentukan Komunitas GianyarKota Pusaka (Skala Kecamatan/Kluster Kawasan Pusaka)
KabupatenGianyar
Tim PengelolaP3KP Gianyar
APBDKabupaten
1000jt 75 jt
5 Peningkatan Kapasitas danPemberdayaan Masyarakat
KabupatenGianyar
Tim PengelolaP3KP Gianyar
APBDKabupaten,
SWASTA100 jt 100 jt 100 jt 100 jt
6Penyusunan RTBL pada 8 KawasanPusaka Prioritas/ Unggulan SesuaiRangking
KabupatenGianyar
Dinas PUKabuapten
GianyarAPBN 800 jt 800 jt 800 jt 800 jt 800 jt
7
Penyusunan Rencana Tindak/Rencana Revitalisasi KawasanBerupa Master Plan dan DEDKawasan Pusaka Prioritas/Unggulan
KawasanPrioritas
R. 1, 2 & 3
Dinas PUKabuapten
GianyarAPBN 400 jt 400 jt 400 jt
Tabel 6.1 Program Indikasi
Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar
6-4
8Penyusunan Kajian dan UsulanBangunan Cagar Budaya/ KawasanCagar Budaya
KabupatenGianyar
DinasKebudayaanKabupaten
Gianyar
APBN, APBDProv, APBDKabupaten
50 jt 50 jt 50 jt 50 jt 50 jt
9Penyelenggaraan Kegiatan GemaPusaka Gianyar "GEMPAR"(tematik)
KabupatenGianyar
DinasKebudayaanKabupaten
Gianyar
APBDKabupaten,
SWASTA300 jt 300 jt 300 jt 300 jt
10
Peningkatan Kualitas FisikKawasan dan Aset Pusaka melaluiRevitalisasi, Rehabilitasi, Renovasidan Renewal Pada KawasanPrioritas/ Unggulan Terpilih
KawasanPrioritasTerpilih
Dinas PUKabuapten
Gianyar
APBN, APBDProv, APBD
Kab, SWASTA10 M 10 M 10 M
11
Penyusunan Peraturan dan NotaKesepahaman Dalam RangkaPerlindungan, Pelestarian,Pengembangan dan PengelolaanKota serta Aset Pusaka
KabupatenGianyar
SetdaKabupaten
Gianyar
APBDKabupaten
50 jt 50 jt 50 jt 50 jt 50 jt
12
Pemberian Penghargaan AtasPartisipasi Aktif DalamMendukung P3KP Kepada SeluruhMasyarakat Sebagai InduviduMaupun Lembaga
KabupatenGianyar
DinasKebudayaanKabupaten
Gianyar
APBDKabupaten,
SWASTA100 jt 100 jt 100 jt 100 jt