Page 1
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 12
2.1 WILAYAH ADMINISTRASI
Secara umum dari segi topografi, Kabupaten Intan Jaya dapat dikategorikan sebagai
kawasan pegunungan. Wilayah Intan Jaya terletak di jajaran Pegunungan Tengah Papua
sehingga sebagian besar distrik di Intan Jaya bersuhu dingin. Kabupaten Intan Jaya dibentuk
pada tahun 2008 sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Paniai. Kabupaten ini memiliki luas
wilayah ± 790.996,8 Ha ( luas wilayah indikatif tahun 2015). Secara administrasif batas wilayah
kabupaten yang terletak di Pegunungan Tengah Papua ini adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Waropen
Sebelah Timur Laut : berbatasan dengan Kabupaten Memberamo Raya
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Puncak
Sebelah Tenggara : berbatasan dengan Kabupaten Puncak
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Mimika
Sebelah Barat Daya : berbatasan dengan Kabupaten Paniai
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Nabire
Letak geografis Kabupaten Intan Jaya berada pada 02o 57’ 19”‑ 03o 54’ 04” LS dan 136o 10’ 21”
– 137o 21’ 34” BT (letak indikatif pada tahun 2013). Karakteristik wilayah Kabupaten Intan Jaya
Page 2
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 13
terbagi dalam wilayah dataran tinggi yang terdapat di seluruh distrik di Kabupaten Intan Jaya,
serta dataran rendah yang sebagian besar berada di wilayah utara yaitu di Distrik Tomosiga,
sebagian kecil di Distrik Mbiandoga, Agisiga, dan Hitadipa.
Pada saat awal terbentuk, Kabupaten Intan Jaya hanya memiliki 6 distrik yaitu Distrik Sugapa
sebagai ibukota kabupaten, Distrik Hitadipa, Distrik Homeyo, Distrik Wandai, Distrik
Mbiandoga, dan Distrik Agisiga. Keenam distrik tersebut terbagi dalam 86 kampung. Seiring
perkembangan masyarakat, maka pada tahun 2013 terjadi penambahan 2 distrik yaitu Distrik
Ugimba yang merupakan pemekaran dari Distrik Sugapa serta Distrik Tomosiga yang
merupakan pemekaran dari Distrik Agisiga. Penambahan distrik tersebut disertai penambahan
jumlah kampung menjadi 97 kampung.
Tabel 2.1
Nama Distrik di Kabupaten Intan Jaya
No. DISTRIK IBU KOTA NAMA KAMPUNG
1. Sugapa Bilogai Emondi, Mindau, Soambili, Yoparu, Yokatapa, Bilogai, Puyagia, Yalai, Mamba, Titigi, Eknemba, Wandoga, Pesiga, Mbilusiga, Ndugusiga, Kumbalagupa, Buwisiga
2. Homeyo Pogapa Mapa, Bilai Dua Sanepa, Maya, Degesiga, Pogapa, Bamba, Zombandoga, Kobae, Selemama, Kendetapa, Hiyabu, Ogeapa, Bonogo, Agapa, Engganenga, Walagepa, Hugitapa, Bubisiga, Nggagemba, Sanepa, Mbomogo
3. Wandai Mbugulo Mbugulo, Sabis, Dubandog, Debasig, Debasig, Debasiga Du, Isandog, Mogal, Ja, Hulapuga
4. Mbiandoga Bugalaga Bugalaga, Danggatadi, Biandoga, Yagaito, Kalawa, Yanei, Maniuwo, Tunggapo, Pagamba, Maolagi, Aneya, Kigitadi, Ndabatadi, Mayomataga, Pitadi, Ular Merah
5. Agisiga Agisiga Agisiga, Tausiga, Unabundoga, Mbamogo, Jenetapa Najasiga, Soali, Tambege, Nabia, Danggoa, Kombogosiga
6. Hitadipa Hitadipa Hitadipa, Wabui, Balama, Janamb, Kulapa, Pugisiga, Soagama, Danggomba, Sakumba
7. Ugimba Ugimba Ugimba, Bunaopai, Pigaba, Teteopa, Dukendopa, Nggamagae
8. Tomosiga Tomosiga Tomosiga, Bigasiga, Dapiaga, Pewesiga, Hegenagai, Gaimigi, Jawasiga, Diginggobo, Sugulubagala
Sumber : RPJMD Kabupaten Intan Jaya
Page 3
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 14
Page 4
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 15
2.2 POTENSI WILAYAH
Potensi pengembangan wilayah di Kabupaten Intan Jaya jika dilihat dari kondisi wilayah secara
keseluruhan, maka ada beberapa aspek yang dapat dikembangkan di Intan Jaya antara lain
kawasan pariwisata, kawasan budidaya kehutanan, kawasan budidaya pertanian dan
perkebunan serta kawasan budidaya pertambangan.
2.2.1 Kawasan Pariwisata
Letak Kabupaten Intan Jaya sangat strategis dari segi kepariwisataan karena berada di lereng
Puncak Carstensz sebagai puncak gunung tertinggi di Indonesia. Selain itu, Carstensz
merupakan salah satu dari 7 puncak tertinggi dunia yang menarik bagi pendaki gunung dari
seluruh dunia. Di samping Carstensz, Kabupaten Intan Jaya juga memiliki beberapa titik
potensial untuk pengembangan pariwisata yaitu wisata air garam di pegunungan serta wisata
arung jeram yang keduanya juga terletak di Distrik ugimba.
Tabel 2.2
Potensi Wisata di Kabupaten Intan Jaya
NO POTENSI WISATA LOKASI
1 Pucak Carstensz
Distrik Ugimba 2 Air Garam
3 Arung Jeram
Ketiga titik potensial untuk pengembangan kepariwisataaan di atas karena letaknya di Ugimba,
maka sangat potensial untuk dikembangkan dengan sistem paket wisata. Dengan strategi
seperti itu, potensi wisata air garam dan arung jeram bisa menjadi peluang untuk
pengembangan diversifikasi tujuan wisata selain puncak carstensz.
Page 5
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 16
2.2.2 Kawasan Budidaya Kehutanan
Status hutan di Kabupaten Intan Jaya terbagi atas hutan lindung, hutan produksi, hutan
produksi konversi, hutan produksi terbatas, areal penggunaan lain, taman nasional dan suaka
margasatwa. Sebagian besar wilayah hutan di Kabupaten Intan Jaya masih asri karena
statusnya sebagai hutan yang tidak dapat dimanfaatkan seluas 645.925,50 Ha atau 82% dari
total luas wilayah keseluruhan. Status hutan yang tidak dapat dimanfaatkan di Intan Jaya
adalah kawasan hutan lindung sebesar 572,768.40 Ha serta kawasan suaka alam seluas
73.157,10 Ha. Sedangkan, total wilayah yang dapat dimanfaatkan hanya seluas 145.070,80
Ha. Akan tetapi luas kawasan hutan pada tahun mendatang bisa saja berubah drastis seiring
dengan upaya Pemda Intan Jaya untuk mengubah status hutan menjadi kawasan produktif
guna memperlancar pembangunan ibukota di Sugapa ataupun memperlancar ijin pembukaan
kawasan pertambangan dan perkebunan.
Arah pengembangan kawasan budidaya kehutanan lebih ditekankan pada kawasan hutan yang
sudah termasuk ke dalam status hutan yang dapat dimanfaatkan. Oleh karena itu, arah
pengembangan sebaiknya difokuskan pada kawasan hutan berstatus hutan produksi, hutan
produksi konversi serta hutan produksi terbatas. Rencana pembagian kawasan budidaya
kehutanan secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Page 6
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 17
Dari tabel di atas, kawasan potensial budidaya kawasan hutan potensi produksi konversi hanya
sebesar 2.1% dari total kawasan hutan potensi produksi konversi. Luas tersebut sebanding
dengan 0,02% dari total luas wilayah Kabupaten Intan Jaya. Selanjutnya, kawasan potensial
budidaya hutan potensi produksi terbatas seluas 40,3% dari total kawasan hutan potensi
produksi terbatas. Luas tersebut hanya sebesar 1,14% dari total luas wilayah Kabupaten Intan
Jaya keseluruhan. Adapun kawasan potensial budidaya hutan potensi produksi tetap sebesar
95.911,8 Ha atau mencapai 90,4% dari total luas kawasan hutan potensi produksi tetap
keseluruhan. Luas tersebut sebanding dengan 12,13% dari total luas wilayah intan jaya
keseluruhan.
2.2.3 Kawasan Budidaya Pertanian dan Perkebunan
Pengembangan Kawasan Budidaya Pertanian dan Perkebunan Saat ini Kabupaten Intan Jaya
merupakan pemasok komoditas pertanian dan perkebunan seperti sayuran dan buah-buahan
ke luar daerah. Perminggunya, diangkut sekitar 10 ton sayuran dan buah-buahan dari beberapa
distrik di Kabupaten Intan Jaya ke luar daerah terutama Tembaga Pura (wilayah kerja PT.
Freeport Indonesia). Capaian tersebut dapat ditingkatkan di tahun-tahun mendatang dengan
memaksimalkan kawasan yang potensial untuk pengembangan kawasan pertanian dan
perkebunan. Adapun kawasan-kawasan yang potensial untuk pengembangan sector pertanian
dan perkebunan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Page 7
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 18
Wilayah Kabupaten Intan Jaya sangat potensial untuk pengembangan kawasan tanaman
pangan lahan basah dan kering. Hasil analisis menunjukkan bahwa sekitar 13.952,7 Ha dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan kawasan tanaman pangan lahan basah atau sebesar
1,76% dari total luas wilayah Intan Jaya. Luas yang tidak jauh berbeda pada kawasan potensi
tanaman pangan lahan kering sebesar 12.564,4 Ha atau sebesar 1,59% dari total luas wilayah
Intan Jaya. Akan tetapi, luas kawasan potensi perkebunan jauh lebih kecil yakni hanya sekitar
6.850,9 Ha. Angka tersebut bahkan hanya sebesar 49% dari total luas kawasan potensi
tanaman pangan lahan basah. Begitu juga dengan luas kawasan potensi tanaman lahan basah
yang hanya sekitar 4.733,9 Ha atau sebesar 0,60% dari total luas wilayah keseluruhan.
2.2.4 Kawasan Pertambangan
Wilayah Kabupaten Intan Jaya juga sangat potensial untuk pengembangan kawasan
pertambangan. Saat ini sudah teraktivasi beberapa tambang tradisional yang dioperasikan oleh
masyarakat setempat. Adapun beberapa Ijin Usaha Pertambangan (IUP) atau non
pertambangan rakyat yang sudah disahkan dan akan beroperasi di Intan Jaya pada tabel
dibawah ini.
Page 8
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 19
Secara keseluruhan hanya sebesar 280,210.4 Ha atau sekitar 35% dari wilayah Kabupaten
Intan Jaya potensial untuk pengembangan kawasan pertambangan, namun dilihat dari tabel di
atas, luas kawasan izin perusahaan tambang mencapai 547,821.2 Ha atau 69% dari total
wilayah keseluruhan. Perbedaan tersebut terjadi karena kegiatan pertambangan membutuhkan
fasilitas pendukung lain seperti kantor, gudang penyimpanan, lahan parker alat berat dan
lainnya yang juga membutuhkan wilayah cukup luas.
2.3 DEMOGRAFI DAN URBANISASI
Dari sisi demografis, jumlah penduduk di Kabupaten Intan Jaya tidak mengalami perubahan
yang signifikan dalam 5 tahun terakhir Pada tabel berikut terlihat bahwa jumlah penduduk Intan
pada tahun 2015 sebesar 92.708 jiwa. Naik 4.213 jiwa atau 4,5 persen.
Page 9
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 20
Dalam kurun waktu 5 tahun, rata-rata pertumbuhan penduduk di Kabupaten Intan Jaya setiap
tahunnya hanya sebesar 1,12%. Namun, data tersebut juga masih diperdebatkan tingkat
validitasnya karena budaya masyarakat Intan Jaya di pedalaman yang tinggal berkelompok,
berpindah-pindah serta jauh dari perkotaan sehingga sulit untuk didata. Aspek kependudukan
Kabupaten Intan Jaya dapat dianalisis berdasarkan struktur dan sebarannya.
2.3.1 Jumlah dan Sebaran Penduduk
Data kependudukan Tahun 2010 menyebutkan Kabupaten Intan Jaya memiliki jumlah
penduduk 87.613 jiwa atau 14.150 KK yang tersebar di 6 (enam) distrik, yaitu Distrik Sugapa
20.081 jiwa, Distrik Homeyo 18.408 jiwa, Distrik Wandai 9.521 jiwa, Distrik Mbiandoga 17.874
jiwa, Distrik Agisiga 13.617 jiwa dan Distrik Hitadipa 8.112 jiwa. Sebaran penduduk terbesar
berada di Distrik Sugapa (ibu kota kabupaten) yaitu sebesar 22,92% dari total penduduk
Kabupaten Intan Jaya. Sementara Distrik Hitadipa memiliki jumlah penduduk terendah yaitu
9,26% dari total penduduk Kabupaten Intan Jaya. Pertumbuhan dan pertambahan penduduk di
Kabupaten Intan Jaya tidak mengalami perubahan yang signifikan setelah Tahun 2010.
Kenaikan jumlah penduduk cukup tinggi antara tahun 2012 hingga 2015 terjadi di Distrik
Homeyo sebesar 14.738 orang sementara Distrik Hitadipa sebesar 344 orang. Sementara itu,
penurunan jumlah penduduk antara tahun 2012 hingga 2015 terjadi di beberapa distrik seperti
Distrik Wandai sebesar 801 orang dan Distrik Mbiandoga sebesar 2.763 orang. Sedangkan
penurunan jumlah penduduk antara tahun 2012 hingga 2015 didua distrik yaitu Distrik Sugapa
sebesar 851 orang dan Distrik Agisiga sebesar 1.126 orang dipengaruhi dengan kebijakan
pemekaran distrik pada tahun 2013 silam.
Page 10
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 21
Distrik Sugapa dan Distrik Homeyo yang relatif berdekatan memiliki jumlah peduduk terbanyak.
Kedua distrik tersebut memiliki lebih dari setengah total penduduk atau sebesar 58%.
Sedangkan, Distrik Ugimba dan Distrik Tomosiga masing-masing hanya sebesar 1,2% dan
1,5% dari total penduduk.
2.3.2 Struktur Penduduk
Pada bagian ini dijelaskan mengenai struktur penduduk di Kabupaten Intan Jaya. Struktur
penduduk penting untuk mengetahui potensi pengembangan sumberdaya manusia (SDM) di
Kabupaten Intan Jaya, selain itu digunakan juga sebagai bahan untuk menentukan prioritas
program dan penyediaan layanan dasar. Sehingga data yang disajikan adalah mengenai
penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin, penduduk berdasarkan tingkat pendidikan,
penduduk berdasarkan agama, dan penduduk berdasarkan etnis.
Page 11
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 22
Berdasarkan jenis kelamin, Kabupaten Intan Jaya masuk dalam kategori ideal. Perbandingan
jumlah laki-laki dan perempuan relatif setara yaitu jumlah penduduk laki-laki sebesar 53% dan
perempuan sebesar 47%. Berdasarkan struktur usia, Kabupaten Intan Jaya cukup potensial
untuk pengembangan SDM. Hal tersebut dapat diidentifikasi dari besarnya jumlah angkatan
kerja yaitu penduduk usia 15-54 tahun mencapai 73,4%. Hal ini cukup baik dalam proyeksi
pembangunan di masa depan. Untuk menggambarkan potensi tersebut, dapat diperjelas
melalui grafik ilustrasi dibawah ini.
Page 12
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 23
Pada grafik di atas (Gambar 1.9), dapat terlihat bahwa jumlah laki-laki dan perempuan hampir
sebanding di semua kelompok usia. Sementara itu, kelompok usia tidak produktif/bukan
angkatan kerja di atas 54 tahun relatif sangat kecil. Akan tetapi, untuk kelompok usia bukan
angkatan kerja dibawah 15 tahun khsususnya usia 5 sampai 14 tahun jumlahnya cukup besar,
akan tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah karena usia tersebut tidak berjarak jauh untuk
masuk dalam kategori usia angkatan kerja. Sehingga, sebenarnya Kabupaten Intan Jaya bisa
dikategorikan masuk dalam daerah yang memiliki bonus demografi atau mayoritas penduduk
adalah usia produktif oleh karena itu sangat potensial untuk pengembangan SDM ke depannya.
Dilihat dari variasi etnis, Kabupaten Intan Jaya dihuni oleh 3 etnis besar yaitu Moni, Dani dan
Nduga serta tambahan satu etnis yang belum terlalu interaktif dengan etnis lainnya yaitu
Boemene (PKPM Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya, 2009). Etnis-etnis tersebut
kemudian dibagi ke dalam banyak fam. Moni memiliki sekitar 77 fam seperti Sondegau, Belau,
Duitau dan lainnya. Begitu juga dengan Dani yang memiliki nama-nama fam seperti Tabuni,
Kogea, Lawia, dan lainnya. Sementara nduga memiliki fam seperti Mirip, Wea, Yarinap dan
lainnya.
Page 13
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 24
Mayoritas suku Moni bermukim di Distrik Sugapa, dan hampir menghuni setiap kampung seperti
Kampung Bilogai, Kampung Puyagiga, Kampung Yokatapa, Kampung Eknemba, Kampung
Mamba, Kampung Yoparu, Kampung Mindau dan Kampung Ekmondi. Sementara itu, etnis
Dani mendominasi wilayah Ugimba. Etnis Nduga banyak berdiam di Kampung Titigi dan
Kampung Ndugusiga pada Distrik Sugapa dan sebagian di Distrik Agisiga.
Saat ini, Kabupaten Intan Jaya sudah banyak “orang pendatang” yang mayoritas bermukim di
Sugapa. Mayoritas pendatang selain merupakan orang Papua di luar Kabupaten Intan Jaya,
berasal dari etnis Bugis, Toraja, Ambon, Batak dan Jawa. Kebanyakan pendatang bekerja
sebagai PNS, guru, dokter, tenaga kesehatan, tenaga honorer di instansi pemerintah,
pedagang, tukang ojek, tukang bangunan serta pendulang emas tradisional. Semakin
bertambahnya pendatang ke Kabupaten Intan Jaya, mempengaruhi perubahan varian
penduduk selain berdasarkan etnis juga penduduk berdasarkan agama. Meskipun tidak
signifikan cukup membuat variasi penduduk menjadi berdasarkan agama menjadi cukup
beragam. Hal ini dikarenakan sebagian pendatang beragama islam, ada juga hindu dan budha.
Mayoritas penduduk di Kabupaten Intan Jaya beragama Kristen yang jumlahnya mencapai
lebih dari 75%. Hal tersebut dikarenakan memang mayoritas penduduk asli Kabupaten Intan
Jaya beragama Kristen. Selain itu, sebagian penduduk asli dan pendatang juga beragama
Katholik sebesar 24%. Kemudian beragama Islam yang mayoritas adalah pendatang sebesar
Page 14
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 25
0,43%. Sementara itu agama Hindu dan Budha masih sangat sedikit masing-masing hanya 2
dan 1 orang.
2.3.3 Distribusi Penduduk
Rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Intan Jaya tidak terlalu tinggi. Hal tersebut
dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang relatif sedikit sedangkan luas wilayah yang cukup
besar. Secara mendetail, kepadatan penduduk di kabupaten Intan Jaya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
2.4 ISU STRATEGIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN
Isu strategis merupakan isu atau hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus
berdasarkan analisis situasi dan memiliki dampak luas terhadap suatu pembangunan. Isu-isu
tersebut harus dikelompokkan dan mendapatkan prioritas dalam pelaksanaan pembangunan
selama lima tahun perencanaan pembangunan. Isu strategis, apabila tidak diantisipasi, akan
menimbulkan kerugian yang lebih besar. Demikian pula sebaliknya, jika tidak dimanfatkan akan
dapat menghilangkan peluang untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka
panjang. Isu strategis dirumuskan melalui identifikasi berbagai permasalahan pembangunan
daerah yang bersifat strategis dan diperkirakan dapat mempengaruhi agenda pembangunan
Page 15
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 26
dalam lima tahun ke depan. Di samping itu, isu strategis mengacu pada capaian kinerja daerah
5 (Lima) tahun sebelumnya, RTRW, KLHS, mandat nasional dan isu global yang relevan.
2.4.1 Kondisi Sosial
Persoalan sosial tidak bisa terhindarkan dari kehidupan bermasyarakat. Begitu pula kondisi
sosial di Kabupaten Intan Jaya. Masalah sosial yang terjadi antara lain perkelahian, perjudian,
palang-memalang dan kecanduan minuman beralkohol. Persoalan sosial tersebut secara
langsung berimplikasi terhadap ketertiban masyarakat. Apalagi saat ini dinas-dinas terkait
belum optimal melaksanakan program penanganan penyakit sosial. Beberapa masalah sosial
yang berakhir dengan sengketa atau konflik sering diselesaikan dengan penyelesaian secara
adat. Dalam hal ini, pemerintah daerah belum berperan maksimal dalam pencegahan dan
penanganan masalah sosial. Selain persoalan sosial, pemberdayaan masyarakat juga masih
menjadi pekerjaan rumah bagi dinas terkait.
Dalam perencanaan tata ruang, kondisi sosial budaya pada hakekatnya merupakan aspek yang
turut mempengaruhi pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan yang terpadu. Eksploitasi
bentang alam yang tidak memperhatikan kearifan lokal diduga akan menyebabkan krisis
lingkungan. Budaya bermukim masyarakat dengan latar belakang sosial-budayanya telah
menghasilkan produk lingkungan binaan sebagai wujud kearifan masyarakat dalam
pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan alam. Pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan
melalui proses perencanaan dan perancangan memerlukan pendekatan yang komprehensif
dan terpadu. Penerapan kearifan lokal (local wisdom) merupakan suatu upaya dalam rangka
mewujudkan lingkungan binaan yang harmonis dan sustainable melalui pemanfaatan
pengetahuan local, pendekatan kontekstual serta pendekatan partisipatif.
Page 16
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 27
Keberadaan wilayah Kabupaten Intan Jaya sangat erat kaitannya dengan keberadaan
Kabupaten Paniai sebagai kabupaten induk dari Kabupaten Intan Jaya sebelum pemekaran.
Suku yang menempati wilayah ini adalah suku Moni. saat ini masyarakat suku Moni dan
beberapa suku lainnya mendambakan agar kelak negeri ini akan berkembang pesat sama
dengan daerah-daerah lainnya yang sudah lebih dahulu maju. Suatu hal yang menarik adalah
kenyataan bahwa orang-orang Sugapa melalui kebudayaan-kebudayaan mereka sekarang
tengah mengalami tahap-tahap perubahan atau perkembangan di berbagai wilayah yang dapat
dengan mudah dibaca dan dibandingkan.
Secara umum suku Moni merupakan suku mayoritas yang berada di Kabupaten Intan Jaya
yang tersebar di seluruh distrik di wilayah Kabupaten Intan Jaya. Persebaran suku lain yang
ada di Kabupaten Intan Jaya terdiri dari suku Wolani, suku Nduga, suku Dani, dan suku Damal.
Suku Wolani tersebar sebagian besar di Distrik Mbiandoga, Suku Nduga tersebar di Distrik
Agisiga dan sebagian Distrik Hitadipa, sedangkan Suku Dani dan Damal tersebar di Distrik
Hitadipa. Kehadiran Kabupaten di tengah-tengah wilayah suku Moni (Kabupaten Intan Jaya)
diharapkan mampu memberdayakan serta melindungi kepentingan rakyat pemilik hak
kekayaan tambang alam seperti emas, tembaga dan bahan galian lainnya. Masyarakat suku
Moni tidak tahu-menahu tentang potensi alam dan proses perubahan arus modernisasi yang
sedang terjadi. Diharapkan agar aparat pemerintah di tingkat distrik dan di kabupaten induk
yakni Kabupaten Paniai mampu memberikan perhatian dan dukungan demi proteksi terhadap
manusia (suku Moni) dan potensi SDA dan budaya lokal di masa mendatang. Perubahan dalam
kehidupan ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan dan infrastuktur selalu saja di nanti-nantikan
masyarakat di wilayah terisolir pedalaman Papua.
Page 17
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 28
Sampai saat ini, Kabupaten Intan Jaya belum memiliki program pendampingan dan
pemberdayaan masyarakat terutama untuk kelompok marjinal seperti kaum difabel, lansia dan
anak yatim piatu. Panti-panti sosial seperti panti asuhan dan panti jompo, belum tersedia di
kabupaten ini. Demikian juga dengan program-program pemerintah yang bertujuan
meningkatkan pemberdayaan masyarakat kelompok marjinal dan pendampingan bagi mereka.
Sejauh ini program yang sudah dilaksanakan adalah bantuan sosial bagi masyarakat miskin.
2.4.2 Kondisi Ekonomi
Angka pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan perkapita merupakan indikator
ekonomi makro yang memperlihatkan tingkat kesejahteraan masyarakat, kedua angka tersebut
berasal dari perkembangan PDRB khususnya PDRB Kabupaten Intan Jaya.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh
seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah. Oleh sebab itu, PDRB
merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah
dalam satu periode tertentu.
Pemekaran wilayah Kabupaten Intan Jaya dari Kabupaten Paniai menjadikan pembangunan
infrastruktur (jalan dan jembatan) di wilayah ini menjadi semakin bergairah, fasilitas kesehatan,
gedung perkantoran dan jumlah pegawai terus bertambah seiring dengan proses
pembangunan tersebut. Hal ini mendorong adanya aktivitas ekonomi di sektor bangunan dan
sektor jasa-jasa yang pada akhirnya meningkatkan peranan kedua sektor tersebut terhadap
perekonomian Kabupaten Intan Jaya. Secara konsisten sejak 2011, sektor jasa-jasa menjadi
penyumbang terbesar terhadap PDRB sekitar 36%. Sektor pertanian juga terus berkembang
sehingga mampu menyumbang PDRB lebih dari 30% per-tahun. Sektor bangunan memberi
Page 18
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 29
andil lebih dari 24% pada tahun 2012 dan 2013. Meskipun sektor jasa-jasa dan pertanian
secara proporsi dari total PDRB mengalami penurunan namun dari jumlah kontribusi terus
mengalami peningkatan. Penurunan persentase sumbangan kedua sektor tersebut
dikarenakan pesatnya perkembangan sektor lainnya seperti bangunan serta perdagangan hotel
dan restoran.
Tabel 2.13
PDRB Kabupaten Intan Jaya atas dasar Harga berlaku
Sumber : RPJMD Kabupaten Intan Jaya
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran sejak tahun 2011 hingga 2013 mengalami
peningkatan sebesar 24%. Sementara itu, meski tidak terlalu besar peranannya dalam
perekonomian Intan Jaya, sektor pertambangan berpotensi mengalami peningkatan yang
signifikan di tahun‑tahun selanjutnya karena teridentifikasinya potensi untuk pembukaan
tambang emas dan tembaga di Kabupaten Intan Jaya. Sektor lain meskipun kontribusinya
masih minim dibawah 1% seperti industri pengolahan, keuangan, persewaan dan jasa
Page 19
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 30
perusahaan serta perdagangan hotel dan restoran berpotensi untuk terus tumbuh seiring
dengan perkembangan ekonomi masyarakat di Kabupaten Intan Jaya.
Gambar 2.2
Grafik Pertumbuhan PDRB Kab. Intan Jaya
Berdasarkan data di atas rata-rata pertumbuhan PDRB setiap tahunnya antara tahun 2010
sampai 2013 mencapai 26,78%. Akan tetapi, tingkat pertumbuhan PDRB tidak konsisten.
Pertumbuhan dari tahun 2011 ke 2012 hanya sebesar 18,78% bahkan pada tahun selanjutnya
yaitu 2012 ke 2013 hanya sebesar 12,35%. Angka tersebut tidak sebanding dengan
pertumbuhan PDRB dari tahun 2009 ke 2010 yang mencapai angka 44,67% begitu juga pada
2010 ke 2011 yang mencapai 31,33%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan
aktivitas ekonomi dari segi produksi barang dan jasa di Kabupaten Intan Jaya belum
dioptimalisasikan atau mengalami pelambatan sejak tahun 2011. Meskipun pertumbuhan
PDRB sangat fluktuatif dan tidak proporsional berdasarkan sumbangan per sektor, namun
selama tiga tahun (2011-2013), total nilai tambah yang dihasilkan oleh aktifitas sektor-sektor
ekonomi yang berada diwilayah Kabupaten Intan Jaya terus mengalami peningkatan.
Page 20
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 31
Basis data lain yang juga penting untuk mengetahui kondisi ekonomi adalah fluktuasi angka
inflasi setiap tahunnya. Inflasi diperlukan untuk mengidentifikasi angka kenaikan harga
kebutuhan pokok yang juga akan mempengaruhi tingkat daya beli masyarakat dan pemenuhan
kebutuhan pokok masyarakat.
Dilihat dari perbandingan PDRB harga berlaku dan konstan, peningkatan yang lebih besar
terjadi pada PDRB atas dasar harga berlaku. Ini menunjukkan adanya perubahan nilai rupiah
atau terjadi inflasi. Dengan kata lain, rasio PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB atas
dasar harga konstan yang semakin tinggi menunjukkan adanya peningkatan biaya produksi.
Perkembangan laju inflasi di Kabupaten Intan Jaya mencapai 6,8% didominasi oleh inflasi
bahan makanan pokok, di antaranya adalah komoditas beras yang memberikan andil inflasi
tertinggi. Inflasi di Kabupaten Intan Jaya berasal dari tingginya ekspektasi masyarakat akan
barang-barang kebutuhan pokok serta mulai bergesernya pola konsumsi masyarakat dari pola
tradisional ke pola modern atau bahan makanan non lokal. Misalnya, masyarakat mulai
mengganti bahan makanan pokok berupa umbia-umbian dengan beras yang tidak diproduksi
diwilayah Kabupaten Intan Jaya.
Page 21
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 32
2.4.3 Kondisi Lingkungan
A. Topografi
Delapan puluh lima persen (85%) dari seluruh wilayah Kabupaten Intan Jaya berupa
dataran tinggi dengan ketinggian di atas 500 mdpl. Sementara itu, wilayah dataran rendah
yang berada pada ketinggian di bawah 500 mdpl - hanya sebesar 15% dari total wilayah
Kabupaten Intan Jaya. Wilayah dataran tinggi didominasi oleh area dengan ketinggian >500
sampai 2500 mdpl yang luasnya mencapai 75% dari total wilayah keseluruhan. Wilayah
dataran sangat tinggi dengan ketinggian 3000 - 3500 mdpl, yang sebagian besar berada di
wilayah paling selatan (Distrik Ugimba), memiliki luas wilayah yang relatif kecil yaitu sebesar
7%. Sementara ketinggian 3.500 - 4.000 sebesar 3% dan wilayah tertinggi di kabupaten ini
(termasuk Puncak Carstensz) hanya sebesar 1% dari total wilayah keseluruhan.
Tabel 2.15
Luas Wilayah Kabupaten Intan Jaya Berdasarkan Topografi
KETINGGIAN (mdpl) PERSENTASE (%) LUAS (Ha)
0 – 500 15 114.855,8
500 - 1000 16 125.759,8
1000 - 1500 16 126.306,0
1500 - 2000 15 122.033,6
2000 - 2500 15 118.172,4
2500 - 3000 13 99.801,7
3000 - 3500 7 54.071,0
3500 - 4000 3 22.130,5
4000 - 4500 1 7.392,8
4500 - 5000 0 472,7
Total Luas 100 790.996,3
Page 22
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 33
Kondisi topografi kabupaten berdasarkan ketinggian cenderung naik ke arah selatan atau
ke arah Puncak Carstensz. Sementara ketinggian dataran cenderung menurun ke wilayah
utara atau Distrik Tomosiga yang berbatasan dengan Kabupaten Waropen.
Page 23
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 34
Page 24
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 35
B. Geologi
Formasi geologi memberikan informasi penting mengenai struktur batuan yang membentuk
suatu wilayah dataran tertentu. Untuk formasi geologi yang ada di Kabupaten Intan Jaya
dapat dilihat pada gambar peta di bawah ini.
Tabel 2.16
Luasan Formasi Geologi Kabupaten Intan Jaya
Page 25
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 36
Page 26
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 37
C. Hidrologi (Daerah Aliran Sungai)
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah kawasan yang menerima, menyimpan dan mengalirkan
air dan kemudian membentuk sistem aliran air. Daerah Aliran Sungai sangat bermanfaat
untuk berbagai kegiatan seperti mengaktivasi lahan pertanian, perkebunan serta
permukiman. Hal tersebut terjadi karena DAS adalah sebuah sistem yang membuat air
mengalir pada jalur tertentu sehingga mudah ditentukan di mana titik-titik yang sumber
airnya sebagai syarat dalam pemanfaatan lahan.
Tabel 2.17
Sistem Wilayah Sungai Kabupaten Intan Jaya
Wilayah Kabupaten Intan Jaya dilewati oleh 3 DAS yaitu DAS Tarikuhulu, DAS Waneri, dan
DAN Wapoga. Tiga DAS tersebut dibagi ke dalam 2 Sistem Wilayah Sungai (SWS) yaitu
SWS Memberamo-Tami-Apauvar dan SWS Wapoga-Mimika. Sistem Wilayah Sungai
adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran
sungai. Sistem Wilayah Sungai Memberamo-Tami-Apauvar lebih luas dibandingkan SWS
Wapoga-Mimika sebesar 66% dari total SWS keseluruhan yang melingkupi sebagian
Tomosiga, Mbiandoga, Homeyo, Sugapa, Hitadipa serta keseluruhan Agisiga. Sementara
luas SWS Wapoga-Mimika 34% dari total SWS keseluruhan yang melingkupi Mbiandoga,
Wandai, Homeyo serta keseluruhan Ugimba.
Page 27
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 38
D. Klimatologi
Wilayah Kabupaten Intan Jaya relatif lebih dingin dibandingkan daerah lainnya di Indonesia.
Hal tersebut dipengaruhi oleh letak wilayah Kabupaten ini yang berada pada ketinggian
rata-rata di atas 1500 mdpl. Detail mengenai kondisi iklim di Kabupaten Intan Jaya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.18
Kondisi Iklim Kabupaten Intan Jaya
Sumber : RPJMD Kabupaten Intan Jaya
Kabupaten Intan Jaya merupakan daerah dingin dengan suhu rata-rata berkisar 19,2°
sampai dengan 25,5°C. Suhu udara maksimum adalah 29,5°C, sedangkan suhu minimum
adalah sekitar 11,5°C. Kelembaban udara maksimum terjadi pada bulan Mei, sementara
angka kelembaban minimum terjadi pada bulan Oktober. Kecepatan angin maksimum
terjadi pada bulan Desember kecepatan Angin Minimum terjadi pada bulan Maret.
Page 28
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 39
E. Kawasan Rawan Bencana
Dilihat dari topografi wilayahnya, Kabupaten Intan Jaya memiliki dua potensi bencana yaitu
bencana banjir di wilayah dataran rendah serta bencana longsor di daerah dataran tinggi.
1. Kawasan Rawan Banjir
Wilayah Kabupaten Intan Jaya sebagian besar berada pada wilayah dataran tinggi (diatas
500 mdpl). Hal tersebut menjadikan resiko bencana banjir di Kabupaten Intan Jaya sangat
rendah. Akan tetapi, resiko bencana banjir tetap harus diperhatikan karena sebagian
wilayah masih tergolong sebagai wilayah dataran rendah. Persentase kawasan rawan banjir
sebesar 6% dari total luas wilayah keseluruhan atau sekitar 42.250,8 Ha. Satu-satunya
distrik yang termasuk dalam kawasan rawan bencana banjir di Kabupaten Intan Jaya adalah
Distrik Tomosiga. Hal tersebut karena sebagian wilayah Tomosiga berada pada ketinggian
<500 mdpl atau masuk dalam kategori dataran rendah. Kawasan rawan bencana banjir
lebih tepatnya terletak di sebelah barat laut, timur laut serta sebelah timur dari Kabupaten
Intan Jaya.
2. Kawasan Rawan Longsor
Bencana longsor menjadi ancaman serius di wilayah Intan Jaya. Selain diakibatkan karena
kondisi geografis seperti tebing yang curam, longsor bisa disebabkan karena pengelolaan
alam yang tidak tepat sasaran. Wilayah Intan Jaya yang sebagian besar adalah
pegunungan sangat potensial untuk terjadinya bencana longsor. Kawasan rawan bencana
longsor di Kabupaten Intan Jaya adalah seluas 119,729,2 Ha atau sebesar 15% dari luas
wilayah Intan Jaya keseluruhan. Kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Intan Jaya
terletak di sebelah selatan yaitu keseluruhan Distrik Ugimba, Homeyo, Wandai serta
sebagian Hitadipa.
Page 29
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 40
Page 30
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 41
Page 31
Profil Kabupaten Intan Jaya
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 2018 - 2022
KABUPATEN INTAN JAYA 42
2.4.4 Profil Tingkat Kemahalan Konstruksi
Tingkat Kemahalan Konstruksi merupakan cerminan dari suatu nilai bangunan/konstruksi
yang akan dibandingkan antar daerah, yaitu besarnya biaya yang dibutuhkan untuk
membangun satu unit bangunan/konstruksi per satuan ukuran luas di suatu kabupaten/kota
atau provinsi yang diukur melalui sekelompok barang dan jasa yang digunakan. Indeks
Kemahalan Konstruksi Provinsi Papua pada tahun 2015 adalah sebesar 247,91. Berdasarkan
angka ini dapat dikatakan bahwa kondisi geografis Provinsi Papua paling sulit diantara 34
provinsi yang ada di Indonesia.
Pada tahun 2015 Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Intan Jaya adalah sebesar 424,02.
Angka ini menunjukkan bahwa Kabupaten Intan Jaya menempati urutan kedua berdasarkan
level provinsi maupun nasional. Sebagai gambaran bahwa secara garis besar semua barang
yang masuk di Kabupaten Intan Jaya berasal dari Kota makassar dan Surabaya yang di
distribusikan melalui sarana transportasi laut ke kabupaten Nabire. Barang dari Kabupaten
Nabire dapat di distribusikan ke Ibu Kota Kabupaten Intan Jaya dan beberapa Distrik yang
terdapat di dalamnya hanya melalui transportasi udara dengan waktu tempuh yang relatif
singkat dan biaya angkut yang relatif mahal.
Berdasarkan kondisi arus barang di kabupaten Intan Jaya dapat dikatakan bahwa Kabupaten
Intan Jaya memiliki indeks atau tingkat kemahalan konstruksi yang cukup tinggi yang di
sebabkan oleh kondisi geografis yang sangat sulit sehingga distribusi barang sebagian besar
menggunakan transportasi udara.