2
Daftar Isi :
Kata Pengantara 3
Pelatihan Yang Diselenggarakan
Oleh UPT
4
Hal Penting Yang Harus Tertuang
Dalam RUU
Karantina Kesehatan
9
Aplikasi Portable Solusi computer
berjalan
17
Pencegahan DBD “ Sebuah
Renungan “
18
Pencemaran di Sekitar Kita 26
8 gejala yang tidak boleh Anda
abaikan
30
Implementasi Klinik Sanitasi di
Kantor Kesehatan Pelabuhan
(Dalam Pengendalian Malaria)
33
SOP Penerbitan Health
Certificate Lalulintas OMKABA
37
Salah satu Famili Caricaceae 41
Anti Oksidan VS Radikal Bebas 43
BULETIN
INFO KESEHATAN PELABUHAN
Diterbitkan oleh :
KANTOR KESEHATAN
PELABUHAN KELAS I
TANJUNG PRIOK
DITJEN PP & PL DEPARTEMEN
KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
PELINDUNG / PENASEHAT
Kepala Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok
Raissekki, SKM.MM.
DEWAN REDAKSI :
Ketua,
RBA. Widjonarko, SKM.M.Kes.
ANGGOTA REDAKTUR :
Rosyid Ridlo Prayogo, SE.MKM.,
Ikron, SKM.MKM.,
Agus Syah FH.SKM.,
Sugeng Retyono, SKM.
EDITOR :
Nana Mulyana, SKM.,
Lussi Soraya.,
Dewi Dyah Palupi, SKM.
SEKRETARIAT :
Evi Maria
Bagi pembaca yang memiliki tulisan dan ingin ditampilkan di buletin ini, Kirimkan artikel Anda ke redaksi Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok atau kirim via email ke : [email protected] atau [email protected]
Konsekuensi dalam mewujudkan k o n d i s i P e l a b u h a n yang bebas d a r i p e n u l a r a n p e n y a k i t maka KKP harus memiliki tenaga yang h a n d a l
dengan jumlah yang memadai. Untuk menciptakan tenaga yang handal tersebut maka KKP Kelas I h a r u s m a m p u menyelenggarakan pelatihan sesuai fungsinya yang tertuang dalam Permenkes 356 / 2008 tentang Organisasi dan Tata K e r j a K a nt o r K e s e ha t an Pelabuhan. Oleh karena itu KKP Kelas I harus memiliki sumber daya dalam penyelenggaraan pelatihan yang mengacu pada pedoman penyelenggaraan pelatihan di bidang kesehatan sesuai Keputusan Menter i Kesehatan Republik Indonesia nomor 725 tahun 2003.
PELATIHAN YANG DISELENGGARAKAN OLEH UPT
YANG HARUS TERTUANG DLM RUU KARANTINA KESEHATAN
Indonesia telah sepakat menerapkan International Health Regulation (IHR) 2005 yang mengharuskan kita untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan surveilens dan kekarantinaan, khususnya di Pelabuhan. Oleh karena itu diperlukan perangkat peraturan perundang – undangan yang searah dengan IHR 2005 tersebut walau harus konsisten demi kepentingan nasional kita.
Penyesuaian peraturan perundang – undangan yang akan disusun juga harus mengacu pada aturan perundang – undangan
terdahulu (UU No. 1/62) dan mengacu pada kebutuhan riel di lapangan. Yang harus kita hindarkan yakni dengan munculnya aturan perundang – undangan karantina kesehatan yang baru, justru akan melemahkan eksistensi kewenangan KKP dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
Mengacu pada Undang – Undang RI Nomor 1 tahun 1962 tentang Karantina Laut, maka beberapa hal yang harus tertuang dalam aturan perundang – undangan karantina kesehatan yang baru.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
3
B uletin Info Kesehatan Pelabuhan ini
merupakan buletin Volum III edisi 1 yang
diterbitkan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas I Tanjung Priok. Buletin ini merupakan wahana
informasi bagi insan pelabuhan dalam mengembangkan
potensi diri guna mendukung pelaksanaan program
kesehatan, khususnya bagi para pegawai Kantor
Kesehatan Pelabuhan di seluruh Indonesia.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan berisi informasi
hasil pelaksanaan program, kajian – kajian,
pengembangan teknologi, peningkatan sumber daya
manusia melalui pelatihan, naskah – naskah ilmiah dan
karya – karya seni serta peristiwa – peristiwa terkini lainnya,
bahkan informasi kesehatan tradisional.
Kantor Kesehatan Pelabuhan di seluruh Nusantara
ini merupakan salah satu unit pelaksana teknis
Departemen Kesehatan RI yang harus mampu
menyelesaikan seluruh masalah kesehatan masyarakat
yang dianggap darurat secara internasional ( Public
Health Emergency of International Concern ) sesuai
dengan International Health Regulation (IHR) 2005. Oleh
karena itu unit pelaksana teknis ini (KKP) harus saling
memberikan informasi tentang seluruh faktor risiko di
wilayah kerjanya masing – masing dengan menggunakan
seluruh media informasi yang telah tersedia, termasuk
menggunakan buletin ini sebagai wahana penyampaian
informasi.
Redaksi menerima sumbangan artikel, laporan,
reportase, saduran, karikatur, sajak – sajak ataupun karya
sastra lain dan foto – foto yang berkaitan dengan program
kesehatan pelabuhan. Redaksi memberikan kesempatan
ini pada para kolega KKP, institusi kesehatan unit pusat
dan daerah serta seluruh pembaca di seluruh Indonesia
untuk berpartisipasi dalam penulisan Buletin Info
Kesehatan Pelabuhan.
Dewan redaksi mengajak para pembaca buletin ini
untuk melaju dengan kecepatan optimal dalam
meningkatkan jejaring informasi guna mencapai kinerja
yang kita inginkan.
Selamat bekerja dan sukses selalu
Ketua Redaksi
Pengantar Redaksi
INFO KESEHATAN PELABUHAN
SEBUAH PEMIKIRAN ???
Pilihan intervensi di Pelabuhan /
Bandara / Lintas Batas Darat saat
terjadi wabah
Menutup Pelabuhan /
Bandara / Lintas Batas Darat
secara total yakni
menghentikan lalulintas
orang, barang dan alat
angkut.
Menutup Pelabuhan /
Bandara / Lintas Batas Darat
secara parsial yakni
menghentikan lalulintas orang
namun mengijinkan kegiatan
bongkar muat barang
Intervensi berdasarkan
pendekatan faktor risiko yakni
mengijinkan lalulintas orang
dan barang; ijin keluar
masuknya (lalulintas) orang
berdasarkan pada kelompok
masyarakat berisiko;
pemeriksaan dan intervensi
dini diprioritaskan pada
kelompok masyarakat berisiko
tinggi
Edukasi individual mengguna-
kan Kartu Kewaspadaan Ke-
sehatan (Health Alert Card).
Atau . . . . tidak melakukan
apa – apa
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
4
PELATIHAN YANG DISELENGGARAKAN OLEH UPT
Oleh : RAISSEKKI, SKM, MM
P embangunan Kesehatan Nasional merupakan upaya pening-
katan derajat kesehatanmasyarakat Indonesia yang dilakukan
secara berkelanjutan dengan memanfaatkan sumber daya
yang tersedia tanpa mengabaikan komitment global dan kondisi spesifik
lokal. Upaya tersebut diarahkan untuk melindungi masyarakat Indonesia dari penularan
penyakit yang mengancam keselamatan jiwa, umur harapan hidup dan kualitas hidup.
Pembangunan kesehatan di wilayah Pelabuhan merupakan bagian yang integral
dari pembangunan kesehatan nasional. Pada saat ini pelabuhan tidak hanya berfungsi
sebagai pintu keluar masuknya barang, jasa dan manusia, akan tetapi sudah berkembang
lebih jauh menjadi sentra - sentra industri yang menyerap banyak tenaga kerja, pusat
perdagangan, tempat wisata yang mampu mendatangkan turis baik domestik maupun
luar negeri.
Dalam menunjang kemajuan ekonomi saat ini, kelancaran dan kualitas
pelayanan jasa kepelabuhanan telah menjadi tuntutan utama, termasuk pelayanan
kesehatan pelabuhan. Kelancaran pelayanan kepelabuhanan tersebut akan
menyebabkan adanya mobilisasi penduduk menjadi tinggi, yang secara otomatis
penyebaran penyakit semakin cepat dan beragam sehingga akan berpotensi
menimbulkan dampak yang merugikan bagi pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan nasional.
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) memiliki peran yang sangat penting dalam
mewujudkan kondisi Pelabuhan yang bebas dari penularan penyakit, baik peran sebagai
fasilitator maupun peran sebagai dinamisator dalam pencapaian program kesehatan.
Sebagai fasilitator, KKP harus mampu memfasilitasi dan memprakarsai segala kegiatan
yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan di wilayah
pelabuhan. Sedangkan sebagai dinamisator KKP harus mampu memerankan diri sebagai
pelindung dan pengayom masyarakat pelabuhan dari gangguan sumber penularan
penyakit.
Konsekuensi dalam mewujudkan kondisi Pelabuhan yang bebas dari penularan
penyakit maka KKP harus memiliki tenaga yang handal dengan jumlah yang memadai.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
5
Untuk menciptakan tenaga yang handal
tersebut maka KKP Kelas I harus mampu
menyelenggarakan pelatihan sesuai
fungsinya yang tertuang dalam Permenkes
356 / 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan.
Oleh karena itu KKP Kelas I harus
memiliki sumber daya dalam
penyelenggaraan pelatihan yang
mengacu pada pedoman
penyelenggaraan pelatihan di bidang
kesehatan sesuai Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 725
tahun 2003. Untuk lebih jelasnya, marilah
kita simak surat keputusan tersebut :
BAB II PENYELENGGARAAN
Pasal 2
Pelatihan di bidang kesehatan diarahkan
untuk :
1. Meningkatkan penguasaan pengeta-
huan, sikap dan keterampilan di bidang
kesehatan
2. Meningkatkan penguasaan pengeta-
huan, sikap dan keterampilan serta
kewenangan di bidang teknis kese-
hatan.
Pasal 3
1. Pelatihan di bidang kesehatan dapat
diselenggarakan di Balai Pelatihan
Kesehatan atau unit pelatihan lain milik
pemerintah dan/atau masyarakat yang
tugas dan fungsi melaksanakan
pelatihan di bidang kesehatan.
2. Pelatihan teknis tertentu yang
memerlukan sarana dan prasarana
khusus dapat diselenggarakan oleh unit
kerja atau unit organisasi pelaksana
upaya kesehatan sesuai dengan
kompetensinya.
Pasal 4
1. Pelatihan di bidang kesehatan
diselenggarakan dalam 2 (dua)
bentuk :
a. Pelatihan dengan standar
nasional
b. Pelatihan dengan standar lokal.
2. Pelatihan dengan standar nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat 1)
huruf a adalah pelatihan dengan
menggunakan kurikulum yang
distandarisasi secara nasional
3. Pelatihan dengan standar lokal
sebagaimana dimaksud pada ayat 1)
huruf b adalah pelalihan dengan
menggunakan kurikulum yang
distandarisasi secara lokal.
BAB III A K R E D I T A S I
Pasal 5
Untuk menentukan layak tidaknya suatu
pelatihan dilakukan akreditasi pelatihan,
dan untuk institusi pelalihannya dilakukan
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
6
akreditasi institusi pelatihan.
Pasal 6
1. Untuk melaksanakan akreditasi
pelatihan dibentuk Tim Akreditasi
Pelatihan Pusat dan Tim Akreditasi
Pelatihan Propinsi.
2. Tim Akredilasi sebagaimana dimaksud
pada ayat 1) di Pusat ditetapkan oleh
Kepala Badan dan di Propinsi
ditetapkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi.
3. Untuk melaksanakan akreditasi institusi
pelatihan dibentuk Tim Akreditasi Institusi
Pelatihan Pusat yang ditetapkan oleh
Kepala Badan.
Pasal 7
1. Akreditasi pelatihan ditinjau setiap ta-
hun dan akreditasi institusi pelatihan
ditinjau setiap 3 (tiga) tahun terhadap
komponennya.
2. Pedoman pelaksanaan akredilasi pelati-
han sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 dan Pasal 6 sebagaimana ter-
cantum dalam Lampiran I Keputusan ini.
3. Pedoman pelaksanaan akreditasi insti-
tusi pelatihan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 dan Pasal 6 sebagai-
mana tercantum dalam Lampiran II
Keputusan ini.
BAB IV S E R T I F I K A S I
Pasal 8
1. Terhadap institusi pelatihan di bidang
kesehatan yang telah memenuhi
persyaralan akreditasi diberikan sertifikat
akreditasi oleh Kepala Badan atau
pejabat yang ditunjuk.
2. Bagi peserta pelatihan yang telah
berhasil mengikuti suatu pelatihan
dapat diberikan sertifikat pelatihan
berdasarkan rekomendasi Ketua Tim
Akreditasi yang berwenang.
3. Bagi peserta pelatihan teknis tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (2) dapat diberikan sertifikat
pelatihan teknis oleh Ketua Pelaksana
atau Kepala Unit Kerjanya.
4. Pedoman tentang sertifikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat 1),
ayat 2), dan ayat 3) sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III
Keputusan ini.
BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 9
1. Kepala Badan atau pejabat yang
ditunjuk melakukan pembinaan dan
pengawasan secara teknis fungsio-
nal terhadap semua kegiatan yang
berhubungan dengan pelatihan di
bidang kesehatan.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
7
2. Kepala Dinas melakukan pembinaan
dan pengawasan terhadap semua ke-
giatan yang berhubungan dengan pe-
latihan di bidang kesehatan di wilayah
kerjanya.
3. Dalam pelaksanaan pembinaan dan
pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1) dapat mengikutsertakan
institusi atau organisasi prafesi kese-
hatan yang terkait.
BAB VI S A N K S I
Pasal 10
Pelanggaran terhadap ketentuan
penyelenggaraan pelatihan sebagaimana
termuat dalam Keputusan ini dapat
dikenakan sanksi administrasi berupa :
a. Teguran lisan;
b. Teguran tertulis;
c. Penghentian pelatihan;
d. Pembekuan sementara;
KAPAN PELATIHAN DILAKSANAKAN ??
Salah satu metode untuk menjawab
“pertanyaan – pertanyaan” tersebut di
atas yakni melakukan analisis kebutuhan
pelatihan (Training need assesment).
Penyelenggaraan suatu pelatihan bukan
sekedar diselenggarakan karena
institusinya memiliki fungsi pelatihan dan
sekedar berupaya meraih dana DIPA yang
sebesar – besarnya demi terselenggaranya
pelatihan.
Pada masa mendatang, KKP Kelas I
berjumlah menjadi 7 KKP yang secara
otomatis 7 KKP Kelas I tersebut memiliki
fungsi dalam penyelenggaraan pelatihan.
Semoga KKP Kelas I yang baru tumbuh
tersebut memahami fungsinya dalam
penyelenggaraan pelatihan dan semoga
Pusdiklat kesehatan – Badan PPSDM –
Depkes RI secara ketat dan tegas dalam
menerbitkan akreditasi suatu pelatihan
sesuai pedoman dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 725
S uatu institusi yang memiliki fungsi penyelenggaraan pelatihan harus
mempertimbangkan berbagai aspek kepentingan program pelatihan. Kapan
pelatihan tersebut harus dilaksanakan, jenis pelatihan apa yang diperlukan,
metode apa yang harus dipakai dalam penyelenggaraan pelatihan, siapa yang
berkompeten sebagai pelatih / instruktur / fasilitator / Master of Trainer dan seterusnya masih
banyak lagi “pertanyaan – pertanyaan” yang harus dijawab secara efektif dan efisien.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
8
Tahun 2003.
Sekedar penyegaran pikiran, di bawah ini disajikan gambaran tentang kapan suatu
pelatihan harus dilaksanakan.(RBAW)
BEBERAPA ISYARAT BENDERA
YANG PERLU DIKETAHUI
Q
BPPI
Q
Q
L
W
KAPAL SAYA MEMINTA DOKTER
KAPAL SAYA
TERJANGKIT
KAPAL SAYA
SEHAT,SAYA MINTA
IJIN KARANTINA
KAPAL SAYA
TERSANGKA
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
TUJUAN
9
P enerapan Undang Undang RI Nomor 1
tahun 1962 tentang Karantina Laut
sudah tidak relevan lagi untuk kondisi pada
saat ini. Perkembangan arus transportasi
dan perkembangan penyakit berbanding
lurus sehingga tugas cegah tangkal yang
dilaksanakan oleh KKP bukan hanya
penyakit karantina saja tetapi seluruh
kedaruratan kesehatan masyarakat yang
meresahkan dunia (PHEIC).
Indonesia telah sepakat
menerapkan International Health
Regulation (IHR) 2005 yang mengharuskan
kita untuk meningkatkan kapasitas dan
kemampuan surveilens dan kekarantinaan,
khususnya di Pelabuhan. Oleh karena itu
diperlukan perangkat peraturan
perundang – undangan yang searah
dengan IHR 2005 tersebut walau harus
konsisten demi kepentingan nasional kita.
Penyesuaian peraturan perundang –
undangan yang akan disusun juga harus
mengacu pada aturan perundang –
undangan terdahulu (UU No. 1/62) dan
mengacu pada kebutuhan riel di
lapangan. Yang harus kita hindarkan yakni
dengan munculnya aturan perundang –
undangan karantina kesehatan yang baru,
justru akan melemahkan eksistensi
kewenangan KKP dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya.
Mengacu pada Undang – Undang RI
Nomor 1 tahun 1962 tentang Karantina
Laut, maka beberapa hal yang harus
tertuang dalam aturan perundang –
undangan karantina kesehatan yang baru,
antara lain :
1. Pada bab I Ketentuan umum, tentang
difinisi isyarat karantina kapal
(“Peraturan Isyarat Internasional“)
2. Bab II tentang Penetapan dan
pencabutan penetapan terjangkitnya
pelabuhan
3. Bab II pasal 6 tentang tanda – tanda /
isyarat karantina kapal :
a. Pada siang hari : bendera Q
(kuning)
b. Pada malam hari : dua lampu
putih, yang satu ditempatkan di
atas yang lain dengan jarak dua
meter yang tampak dari jarak
dua mil
4. Bab III tentang Penggolongan kapal
(kapal sehat, kapal terjangkit dan kapal
tersangka)
RUANG KARANTINA & SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
HAL PENTING YANG HARUS
TERTUANG DALAM RUU KARANTINA KESEHATAN
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
10
5. Bab V tentang Dokumen Kesehatan
Dokumen kesehatan yang harus
tertuang dalam aturan perundang –
undangan kesehatan yang baru,
terbagi atas kapal dari dalam negeri
dan kapal dari luar negeri, antara lain :
Ship Sanitation Control Certificate
(SSCC)
Ship Sanitation Control Exemption
Certificate (SSCEC)
Maritime Declearation of Health
(MDH)
International Certificate of Vaccina-
tion (ICV) and Propilaxis
Certificate of Free Pratique
Health Alert Notice (HAC)
Port Health Clearance (PHC)
One Mount Exemption Certificate
(OMEC)
Cargo List
Buku Kesehatan
Sailing Permit
Health Certificate (HC) Crew List
General Nil List
6. Bab VI tentang Tata cara dan tindakan
karantina
a. Tiap kapal yang datang dari luar
negeri berada dalam karantina
b. Tiap kapal yang datang dari suatu
pelabuhan dan / atau daerah
wilayah Indonesia yang ditetapkan
terjangkit suatu penyakit berada
dalam karantina
c. Tiap kapal yang mengambil
penumpang dan / atau muatan
dari kapal tersebut point 6.b
berada dalam karantina
d. Kapal yang disebut pada point 6. a
– c baru bebas dari karantina bila
telah mendapat ijin karantina (free
pratique).
7. Bab VI pasal 21 tentang Nahkoda kapal
yang dalam karantina dilarang
menurunkan atau menaikkan orang,
barang, tanaman dan hewan sebelum
memperoleh surat ijin karantina (Free
Pratique).
8. Bab VI pasal 22 tentang Nahkoda kapal
menyampaikan permohonan untuk
memperoleh suatu ijin atau
memberitahukan suatu keadaan di
kapal dengan memakai isyarat sebagai
berikut :
a. Pada siang hari :
Bendera Q : Kapal saya sehat /
saya minta ijin karantina
Bendera Q diatas panji
pengganti kesatu : Kapal saya
tersangka
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
11
Bendera Q diatas bendera L :
Kapal saya terjangkit
b. Pada malam hari : lampu merah
di atas lampu putih dengan jarak
maximum 1,80 meter, saya belum
mendapat ijin karantina
9. Bab VI pasal 26 tentang Pemeriksaan
kesehatan kapal. Sesuai kebutuhan riel
lapangan saat ini, pemeriksaan
kesehatan atas suatu kapal oleh
petugas KKP minimal berpendidikan DIII
Kesehatan, dilakukan secepat mungkin
kecuali kalau keadaan cuaca / alam
tidak mengijinkan
10. Bab VI pasal 27 tentang kewajiban
nahkoda. Pada waktu tiba di
pelabuhan, nahkoda kapal harus
menyediakan dokumen kesehatan dan
dokumen lain yang terkait. Sesuai
kebutuhan riel lapangan saat ini,
dokumen kesehatan yang harus
disediakan oleh nahkoda, dan harus
tertuang dalam aturan perundang –
undangan kesehatan yang baru,
terbagi atas kapal dari dalam negeri
dan kapal dari luar negeri, al :
a. Kapal dari luar negeri
Ship Sanitation Control Certificate
(SSCC)
Ship Sanitation Control Exemption
Certificate (SSCEC)
Maritime Declearation of Health
(MDH)
International Certificate of Vacci-
nation (ICV) and Propilaxis
Certificate of Free Pratique
Health Alert Notice (HAC)
Port Health Clearance (PHC)
One Mount Exemption Certificate
Cargo List
Crew List
Medicine of Certificate
Health Certificate
Voyage memo
Ship of Particular
b. Kapal dari dalam negeri
Ship Sanitation Control Certificate
(SSCC)
Ship Sanitation Control Exemption
Certificate (SSCEC)
Buku Kesehatan
International Certificate of Vacci-
nation (ICV) and Propilaxis
Health Alert Notice (HAC)
Port Health Clearance (PHC)
Sailing Permit
Cargo List
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
12
Health Certificate
Crew List
Medicine of Certificate
11. Bab VI pasal 28 (5,6) tentang tata cara
pada pemberangkatan kapal. Petugas
memeriksa segala dokumen kesehatan
kapal dan mencegah
pemberangkatan suatu kapal yang
tidak mempunyai dokumen kesehatan
dimaksud.
Jika diminta, diberikan surat keterangan
perihal tindakan yang dilakukan
terhadap kapal.
12. Bab VI pasal 29 (1,5) tentang tindakan
lain. Tindakan karantina mencakup
pemeriksaan kesehatan dan segala
usaha penyehatan terhadap kapal,
bagasi, muatan barang, muatan
hewan dan muatan tanaman.
Surat pos, buku – buku dan barang –
barang cetakan lainnya dibebaskan
dari segala usaha penyehatan, kecuali
paket yang mencurigakan.
Mengacu pada Undang – Undang RI
Nomor 17 tahun 2008 tentang
Pelayaran, maka babarapa hal yang
harus tertuang dalam aturan
perundang – undangan karantina
kesehatan yang baru, antara lain :
1. Pasal 42
(1) Perusahaan angkutan di perairan
wajib memberikan fasilitas khusus dan
kemudahan bagi penyandang cacat,
wanita hamil, anak di bawah usia 5
(lima) tahun, orang sakit, dan orang
lanjut usia
Dan Pasal 152
(1) Setiap kapal yang mengangkut
penumpang wajib menyediakan
fasilitas kesehatan bagi penumpang.
(2) Fasilitas kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. ruang pengobatan atau
perawatan;
b. peralatan medis dan obat-obatan;
dan
c. tenaga medis
Pasal 42 dan 152, yang harus tertuang
dalam Undang – Undang Karkes, yakni
Setiap kapal, wajib menyediakan
fasilitas kesehatan bagi penumpang,
ABK dan Nahkoda. Fasilitas kesehatan
dimaksud , meliputi:
a. ruang pengobatan atau perawatan;
b. peralatan medis dan obat-obatan
dan
c. tenaga medis
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
13
2. Pasal 69
Pelabuhan berfungsi sebagai tempat
kegiatan:
a. pemerintahan; dan
b. pengusahaan
Pasal 79
Kegiatan pemerintahan dan pengusa-
haan di pelabuhan sebagaimana di-
maksud dalam Pasal 69 diselenggara-
kan secara terpadu dan terkoordinasi.
Pasal 80
(1) Kegiatan pemerintahan di pela-
buhan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 79 meliputi:
a. pengaturan dan pembinaan, pen-
gendalian, dan pengawasan ke-
giatan kepelabuhanan;
b. keselamatan dan keamanan
pelayaran; dan/atau
c. kepabeanan;
d. keimigrasian;
e. kekarantinaan.
(5) Fungsi kepabeanan, keimigrasian,
dan kekarantinaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c, huruf d,
dan huruf e dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 83
(1) Untuk melaksanakan fungsi
pengaturan dan pembinaan,
pengendalian, dan pengawasan
kegiatan kepelabuhanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 80 ayat (1) huruf
a Otoritas Pelabuhan mempunyai tugas
dan tanggung jawab:
a. mengusulkan tarif untuk
ditetapkan Menteri, atas
penggunaan perairan dan/atau
daratan, dan fasilitas pelabuhan
yang disediakan oleh Pemerintah
serta jasa kepelabuhanan yang
diselenggarakan oleh Otoritas
Pelabuhan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan menjamin
kelancaran arus barang.
Pasal 69, 79, 80 dan 83, yang harus
tertuang dalam Undang – Undang
Karkes, yakni :
Kegiatan karantina kesehatan di
Pelabuhan diselenggarakan secara
terpadu dan terkoordinasi
Tarif jasa pelayanan kekarantinaan
kesehatan ditetapkan oleh Menteri
3. Pasal 127
(1) Sertifikat kapal tidak berlaku apabila:
a. masa berlaku sudah berakhir;
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
14
b. tidak melaksanakan pengukuhan
sertifikat (endorsement);
c. kapal berubah nama;
d. di copy;
e. di tip-ex;
f. banyak coretan;
g. kapal berganti bendera;
(2) Sertifikat kapal dibatalkan apabila:
a. keterangan dalam dokumen
kapal yang digunakan untuk
penerbitan sertifikat ternyata
tidak sesuai dengan keadaan
sebenarnya;
b. sertifikat diperoleh secara tidak
sah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
tata cara pembatalan sertifikat
sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 127, yang harus tertuang dalam
Undang – Undang Karkes, yakni
Sertifikat kesehatan dinyatakan tidak
berlaku, apabila :
a. masa berlaku sudah berakhir;
b. tidak melaksanakan pengukuhan
sertifikat
c. kapal berubah nama;
d. di copy;
f. di tip-ex;
g. banyak coretan;
h. kapal berganti bendera;
i. Sertifikat kesehatan dibatalkan,
apabila :
a. keterangan dalam dokumen
kesehatan kapal yang digunakan
ternyata tidak sesuai dengan
keadaan sebenarnya;
b. sertifikat diperoleh secara tidak sah.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pembatalan sertifikat, diatur dengan
Peraturan Menteri
4. Pasal 149
(1) Setiap peti kemas yang akan
dipergunakan sebagai bagian dari alat
angkut wajib memenuhi persyaratan
kelaikan peti kemas.
Pasal 149, yang harus tertuang dalam
Undang – Undang Karkes, yakni Setiap
peti kemas yang akan dipergunakan
sebagai bagian dari alat angkut, wajib
memenuhi persyaratan kesehatan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai
persyaratan peti kemas, diatur dengan
Peraturan Menteri
5. Pasal 171
(1) Setiap orang yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 125 ayat (1), Pasal 129 ayat
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
15
(1) dan ayat (4), Pasal 130 ayat (1),
Pasal 132 ayat (1) dan ayat (2), Pasal
137 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 138 ayat
(1) dan ayat (2), Pasal 141 ayat (1) dan
ayat (2), Pasal 152 ayat (1), Pasal 156
ayat (1), Pasal 160 ayat (1), Pasal 162
ayat (1), dan Pasal 165 ayat (1)
dikenakan sanksi administratif, berupa:
a. peringatan;
b. denda administratif;
c. pembekuan izin atau pembekuan
sertifikat;
d. pencabutan izin atau pencabutan
sertifikat;
e. tidak diberikan sertifikat; atau
f. tidak diberikan Surat Persetujuan
Kesehatan Berlayar.
Pasal 171, yang harus tertuang dalam
Undang – Undang Karkes, yakni Setiap
orang yang melanggar ketentuan sebagai-
mana dimaksud, dikenakan sanksi adminis-
tratif, berupa:
a. peringatan;
b. denda administratif;
c. pembekuan izin atau pembekuan
sertifikat;
d. pencabutan izin atau pencabutan
sertifikat;
e. tidak diberikan sertifikat; atau
f. tidak diberikan Surat Persetujuan Ke-
sehatan Berlayar.
6. Pasal 173
Pengoperasian Sarana Bantu Navigasi-
Pelayaran dilaksanakan oleh petugas
yang memenuhi persyaratan kese-
hatan, pendidikan, dan keterampilan
yang dibuktikan dengan sertifikat.
Pasal 173, yang harus tertuang dalam
Undang – Undang Karkes, yakni Seluruh
ABK dan Nahkoda kapal serta petugas
Navigasi-telekomunikasi Pelayaran harus
memenuhi persyaratan kesehatan yang
dibuktikan dengan sertifikat.
Mengacu pada Undang – Undang RI
Nomor 17 Tahun 2006 tentang Peruba-
han atas Undang – Undang Nomor 10
Tahun 1995 tentang Kepabeanan, ma-
ka babarapa hal yang harus tertuang
dalam aturan perundang – undangan
karantina kesehatan yang baru, al :
1. Pasal 3
(1) Terhadap barang impor dilakukan
pemeriksaan pabean.
(2) Pemeriksaan pabean sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi pe-
nelitian dokumen dan pemeriksaan
fisik barang.
(3) Pemeriksaan pabean sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
16
secara selektif.
(4) Ketentuan mengenai tata cara pe-
meriksaan pabean sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan pe-
raturan menteri.
Pasal 5
(1) Pemenuhan kewajiban pabean di-
lakukan di kantor pabean atau
tempat lain yang disamakan den-
gan kantor pabean dengan
menggunakan pemberitahuan pa-
bean.
(2) Pemberitahuan pabean
disampaikan kepada pejabat bea
dan cukai di kantor pabean atau
tempat lain yang disamakan den-
gan kantor pabean.
Pasal 5A
(1) Pemberitahuan pabean sebagaima-
na dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
dapat disampaikan dalam bentuk
tulisan di atas formulir atau dalam
bentuk data elektronik.
Pasal 6
(1) Terhadap barang yang diimpor atau
diekspor berlaku segala ketentuan
sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.
Pasal 3, 5, 5A, 6 yang harus tertuang
dalam Undang – Undang Karkes, yakni :
1. Terhadap barang impor dan ekspor
dilakukan pemeriksaan kesehatan
barang, meliputi penelitian dokumen
kesehatan dan pemeriksaan fisik
kesehatan barang.
2. Ketentuan mengenai tata cara
pemeriksaan kesehatan barang, diatur
lebih lanjut berdasarkan peraturan
menteri
3. Pemenuhan kewajiban pemeriksaan
kesehatan barang, dilakukan oleh
Pejabat Kantor Kesehatan Pelabuhan
atas pemberitahuan dari Importir /
Eksportir dan atau / kantor pabean
atau yang disamakan dengan kantor
pabean
4. Pemberitahuan dimaksud wajib
disampaikan oleh Importir / Eksportir
dan atau / kantor pabean atau yang
disamakan dengan kantor pabean
Pemberitahuan dimaksud, dapat
disampaikan dalam bentuk surat dinas
atau dalam bentuk informasi elektronik
yang tersedia
2. Pasal 53
(1) Untuk kepentingan pengawasan
terhadap pelaksanaan ketentuan
larangan dan pembatasan, instansi
teknis yang menetapkan peraturan
larangan dan/atau pembatasan
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
17
atas impor atau ekspor wajib
memberitahukan kepada Menteri.
(3) Semua barang yang dilarang atau
dibatasi yang tidak memenuhi syarat
untuk diimpor atau diekspor, jika
telah diberitahukan dengan
pemberitahuan KKP, atas
permintaan importir atau eksportir:
a. dibatalkan ekspornya;
b. diekspor kembali; atau
c. dimusnahkan di bawah
pengawasan pejabat KKP kecuali
terhadap barang dimaksud
ditetapkan lain berdasarkan
peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pasal 53 yg harus tertuang dalam UU
Karkes, yakni untuk kepentingan
penanganan kegawatdaruratan masalah
kesehatan yang menjadi perhatian
internasional, barang yg tidak memenuhi
syarat untuk diimport / dieksport, barang
dimaksud dimusnahkan dibawah
pengawasan Pejabat Kantor Kesehatan
Pelabuhan atas persetujuan Dirjen PP & PL
Depkes RI.
(RBAW)
Se buah trend dalam freeware
dan free software yang men-
jadi isu yang hangat dan kecenderungan
menjadi kebiasaan baru di dunia perkom-
puteran atau IT adalah penggunaan me-
toda portable application/aplikasi porta-
bel,yaitu menggunakan software portable.
Kenapa hal terjadi, karena software bisa
dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga
menjadi sebuah software portable. Seperti
yang kita temui di pasaran bahwa flash disk
yang berukuran MB sampai GB sudah mulai
ada dimana mana dan harga semakin ter-
jangkau, jadi jika kita bias memasukan soft-
ware portable di flashdisk atau usb disk
digunakan untuk mengerjakan tugas tugas
kita sehari hari baik menggunakan warnet
atau PC yang belum memiliki aplikasi yang
kita butuhkan.
Removable media yang paling umum
digunakan untuk menyimpan portable ap-
plication adalah USB flash disk. Alasannya
mempunyai kapasitas penyimpanan jauh
lebih besar dari sebuah disket, tetapi mem-
punyai sifat writable yang perlu dalam
menyimpan konfigurasi aplikasi, dan mem-
punyai interface langsung ke komputer. Se-
Bersambung ke halaman ………… 45
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
APLIKASI PORTABLE SOLUSI KOMPUTER BERJALAN
(Bagian I)
18
D emam Berdarah Dengue (DBD)
merupakan penyakit menular
dengan tingkat penularan yang cepat
melalui gigitan/hisapan nyamuk Aedes
aegypti bahkan Aedes albopictus dalam
jumlah maupun luas wilayah yang
terjangkit. Kasus DBD cenderung meningkat
mengikuti pola peningkatan dari tahun ke
tahun yang merupakan kejadian luar biasa
(KLB), sehingga Provinsi DKI Jakarta dan
beberapa daerah lainnya termasuk dalam
katagori daerah endemis.
DBD masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang mana
dampaknya dapat menimbulkan
kekhawatiran masyarakat karena
perjalanan penyakitnya cepat dan dapat
menyebabkan kematian dalam waktu
singkat. DBD pertama kali dilaporkan pada
tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta dan
sejak itu jumlah kasus meningkat dan
penyebarannya meluas setiap tahunnya.
Dengue Haemorrhagic Fever
(Demam Berdarah Dengue) adalah
penyakit infeksi oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
dengan ciri demam tinggi mendadak
disertai manifestasi perdarahan dan
bertendensi menimbulkan shock dan
kematian. (Ditjen PPM & PL, 2001)
Kasus DBD di Provinsi DKI Jakarta
pada tahun 2006 sebanyak 25.186 kasus,
dengan Incidence Rate (IR) 338,1 (338,1
kasus per 100 ribu penduduk), sedangkan
Case Fatality Rate (CFR) adalah 0,28 %.
Oleh karena itu dalam melakukan
menejemen penyakit demam berdarah di
Provinsi DKI atau provinsi lainnya, perlu
dilakukan secara berkesinambungan serta
diperlukan peran serta mayarakat dan
beberapa sektor terkait.
DEMAM BERDARAH DENGUE
Sejarah
Serangan Penyakit DBD yang
pertama kali dapat di catat terjadi di
Australia pada tahun 1897. Haemorogic
serupa tercatat pada tahun 1928, ketika
terjadi wabah di Itali dan Taiwan tahun
1931. KLB/Wabah pertama kali dapat
dikonfirmasikan di Filipina di tahun 1953 –
1954. Sejak saat itu diperoleh laporan
serangan penyakit DBD yang di sertai
tingkat kematian yang tinggi di Wilayah
Negara Asia tenggara, termasuk India,
Indonesia, Maladewa, Malaysia, Tahiti, dan
Vietman di wilayah pasific barat. Selama
dua puluh tahun kemudian terjadi
peningkatan kasus DBD, dan saat ini KLB/
Wabah muncul dan melanda di kawasan
RUANG PENGENDALIAN RISIKO LINGKUNGAN PENCEGAHAN DBD
”SEBUAH RENUNGAN”
Oleh : Agus Syah, FH.SKM. dkk
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
19
Asia Tenggara.
Virus
Virus dengue adalah anggota genus
Flavivirus dan famili Flaviviridae. Virus ini
memiliki singel standard Genomnya
berukuran 11.000 base pair dengan tiga
gen protein struktural yaitu :
nucleocapsid atau protein core (C),
Membrane-associated protein (M) suatu
protein envelope dan gen protein non
struktural (NS). Envelope glycoprotein
berhubungan dengan aktifitas
haemaglutinasi dan netralisasi virus.
Terdapat empat serotipe virus yang di
sebut sebagai DEN-1,DEN-2,DEN-3 dan
DEN-4. Terinfeksinya dengan salah satu
serotipe dapat menimbulkan kekebalan
seumur hidup terhadap serotipe yang
bersangkutan. Meskipun keempat
serotipe tersebut mempunyai antigenitas
yang sama namun mereka berbeda
dalam menimbulkan proteksi silang
meski beberapa bulan terjadi infeksi
dengan salah satu serotipe virus
tersebut. Keempat serotipe tersebut
menjadi penyebab KLB/ Wabah di
Indonesia bahkan dapat menyebabkan
ancaman kematian yang serius.
Vektor
Virus dengue ditularkan dari orang
ke orang lainnya melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti yang merupakan vektor
epidemi yang paling utama, namun
spesies lain seperti Ae. Albopictus, Ae.
Polynesiensis, anggota dari Ae. Scutelaris
complex dan Ae. (Finlaya). Dan mereka
mempunyai wilayah epidemi yang
spesifik, namum yang paling utama
adalah Aedes aegypti.
Host
Virus dengue menginfeksi manusia dan
beberapa dari spesies primata rendah.
Tubuh manusia adalah merupakan
reservoir perantara yang utama bagi
virus tersebut
Siklus Penularan
Nyamuk Aedes betina biasanya
terinfeksi ketika menghisap darah orang
yang sedang demam akut (viremia)
setelah melalui fase intrinsik selama 8
sampai 10 hari, kelenjar ludah nyamuk
tersebut terinfeksi dan akan menularkan
apabila nyamuk tersebut mengigit pada
orang lainnya. Setelah masa ingkubasi di
tubuh manusia selama 3 -14 hari ( rata-rata-
4-6 hari ) timbul gejala awal penyakit yang
mendadak, yang di tandai dengan
demam, pusing, nyeri otot dan berbagai
gejala flu pada umumnya. Viremia
biasanya tampak pada saat atau persis
sebelum gejala awal muncul dan
berlangsung selama kurang lebih lima hari
setelah dimulainya penyakit. Masa ini
adalah masa yang paling kritis penularan
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
20
virus dengue. Masa kritis ini harus di sikapi
agar jangan sampai penderita dapat
digigit nyamuk untuk menghentikan
penularan ke orang yang lain, yaitu
tidurnya harus diberi kelambu dan segera
di bawa ke rumah sakit.
Pengamatan Epidemiologi
Pengamatan ( survaillance ) harus meliputi
tiga pokok masalah yaitu mencakup
pengamatan kasus, melakukan
pengamatan vektor dan faktor risiko serta
prilaku masyarakat
a. Pengamatan kasus hal ini harus
melibatkan dan kepekaan dari
Kelompok epidemiologi, dokter,
laboratorium serta tersedianya sistim
pelaporan yang efisien dan selalu
diperbaharui. Selain itu di setiap
sektor bahu membahu untuk
menangani kasus ini dari mulai
masyarakat, pemerintah dan praktisi
kesehatan lainnya.
b. Pengamatan Entomologi ( vektor ),
hal ini sangat penting karena
nyamuk akan selalu beradaptasi
dengan lingkungan, pun demikian
dengan strain virus Dengue tersebut.
Iklim sangat besar pengaruhnya
terhadap perubahan bionomik
vektor, di tambah lagi dengan pola
penanganan pengendalian dengan
menggunakan pestisida yang tidak
terkontrol dan dosis yang dianjurkan,
hingga pada akhirnya akan
membuat vektor resisten terhadap
bahan kimia tertentu, hal ini
tentunya akan memperparah
kondisi Wabah /KLB DBD di
Indonesia.
c. Yang ke-3 yaitu surveilans faktor risiko
dan pola prilaku masyarakat, hal ini
bisa dilakukan walaupun berat
dalam pelaksanaanya asalkan
wilayah mempunyai komitmen
bersama warganya, bukan hal tidak
mungkin dapat dilaksanakan.
III. POLA PRILAKU MASYARAKAT
Prilaku masyarakat DKI dan
kebanyakan kota besar lainnya dalam
mensikapi penyakit DBD ini masih
bervariasi, PSN secara rutin belum
membudaya sehingga masih bersifat
seremonial, kemudian komitmen
pelaksanaan PSN belum optimal.
Cakupan bangunan dalam
pemantauan jentik berkala (PJB) belum
menyeluruh. Masyarakat masih
menghendaki fogging, sehingga
pelaksanaan pengendalian Demam
Berdarah di DKI bahkan mungkin hal ini
terjadi di semua provinsi di Indonesia,
sehingga banyak menghadapi kendala
serius. Seharusnya ada suatu terobosan
pola pengendalian DBD di wilayah
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
21
yang selalu mendapatkan predikat
wabah musiman seperti DKI Jakarta
atau provinsi lainnya, yaitu dengan
pendekatan pengendalian lingkungan
dan manajemen risiko yang optimal.
Dalam pelaksanaan pendekatan
lingkungan ini semua tahapan harus
terlibat secara serentak dan
membutuhkan komitmen yang kuat dari
pemerintah dan legislator, karena selalu
ada ke timpangan antara pola
penyakit yang selalu lolos dan
mendahului perencanaan manusia
yang terlalu birokratis, disamping itu
pola penanganan DBD ini memerlukan
pendanaan dan keterlibatan
masyarakat secara menyeluruh.
GAMBARAN PENYAKIT DBD MENURUT TEORI
SIMPUL
Simpul 1 (sumber penyakit)
Sumber penyakit DBD adalah virus dengue
(serotype :1 – 4), termasuk dalam group B
arthropod borne virus (arbovirus). Ke empat
serotype ini telah ditemukan di seluruh
Indonesia.
Simpul 2 (Lingkungan)
Tempat perkembangbiakan nyamuk
adalah :
terdapat di genangan air bersih yang
mungkin tersebar di dalam dan di luar
pekarangan rumah/bangunan yang
berpenghuni, maupun tidak. Telur nyamuk
Aedes aegypti dapat bertahan pada
kondisi ekstrim, dan akan menetas bila
kondisi lingkungan bersahabat.
Kebiasaan nyamuk dewasa yang
menghisap darah tidak hanya satu kali, hal
ini akan memungkinkan sebaran DBD
sangat cepat meluas .
Bionomik nyamuk yang sudah berubah,
serta kondisi sanitasi lingkungan yang tidak
baik, akan sangat menunjang penyebaran
penyakit tersebut.
Simpul 3 Bio marker ( Manusia )
Darah orang yang sedang demam akut
(viremia) setelah melalui fase intrinsik
selama 8 sampai 10 hari, kondisi ini sangat
berpotensi menularkan penyakit DBD oleh
nyamuk Aedes . Aegypti yang menghisap
darah penderita melalui kelenjar ludah
nyamuk tersebut, sehingga terinfeksi dan
akan menularkan apabila nyamuk tersebut
menghisap/mengigit pada orang lainnya.
Setelah itu masa ingkubasi di dalam
tubuh manusia sekitar 3 -14 hari (rata-rata-
4-6 hari), akan terjadi reaksi, kalau kondisi
tubuh baik maka tidak terjadi keluhan, tapi
bila kondisi kurang baik akan terjadi
keluhan. Kondisi ini diperparah lagi dengan
prilaku masyarakat kota besar di mana
urbanisasi dan mobilisasi sangat tinggi serta
perumahan padat yang tidak tertata akan
memperparah sebaran dari penyakit
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
22
tersebut.
Simpul 4 (Sakit/Sehat) Tatalaksana kasus.
Pengobatan DD (demam dengue)
adalah secara simtomatis dan suportif
lainnya, pasien cenderung diberikan
istirahat yang cukup serta perlindungan
agar tidak terkontak oleh nyamuk Aedes
aegypti yang mungkin akan menyebarkan
pada orang lain. Selain itu pemberian
cairan sangat dianjurkan dan bila plasma
darah menurun drastis maka transfusi darah
merupakan pertolongan pada pasien/
penderita yang mengalami shock dan
pendarahan.
V. VARIABEL BERPENGARUH DAN
PENANGGULANGANNYA
Politik dan kebijakan pemerintah
Disadari ataupun tidak political will
(kebijakan politik) sangat besar perannya
dalam pemutusan rantai penyakit DBD di
masyarakat, sebagai gambaran bahwa
politik mempunyai peran dalam
pencegahan penyakit DBD yaitu :
Perda ttg pelaksanaan PSN 30 Menit
Perda ttg pemberian sangsi pada
masyarakat yang dirumahnya didapati
jentik nyamuk Aedes aegypti, walaupun
masih dalam proses finalisasi (DKI
Jakarta).
Kerja sama Lintas Program dan sektoral
dengan wilayah kota perbatasan, serta
nasional.
Gerakan nasional PHBS ( Prilaku Hidup
Bersih Dan Sehat )
Perda DKI Jakarta ttg 7 tatanan dll.
Hal semacam tersebut perlu terus
dikembangkan dan dicari inovasi-inovasi
terbaru yang berkenaan dengan
kepemerintahan dan kebiijakan sesuai
dengan karakteristik otonomi daerahnya
masing-masing.
Anggaran
Kegiatan pencegahan penyakit DBD
tidak terlepas dari perencanaan (Plan) dan
angaran biaya ( Bugeting ), karena dalam
pencegahan tersebut harus membuat
mapping atau pemetaan faktor risiko
lingkungan yang mempunyai potensi besar
akan menjadi perindukan atau
penyebaran penyakit DBD seperti :
Pemetaan Perumahan / bangunan kosong
tidak berpenghuni, pemetaan vegetasi,
pemetaan cekungan yang potensial jadi
tempat perindukan Nyamuk Aedes
aegypti, Pembentukan Jumantik / kader,
pengasapan dua atau tiga siklus dan
bijaksana untuk membunuh nyamuk
dewasa dll. Sehingga anggaran yang
cukup serta tepat waktu sangat di perlukan
dalam manajemen DBD tersebut, oleh
karena itu komponen ini perlu disiapkan
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
23
dana cadangan khusus setiap tahun di tiap
daerah otonomi, agar pencegahan dapat
berkesinambungan.
Teknologi
Seperti kita ketahui bersama bahwa
teknologi sangat membantu dan
memudahkan manusia dalam berbagai
hal, termasuk kita harapkan dalam
pencegahan penyakit DBD ini, mengenai
teknologi dewasa ini sudah bayak
dikembangkan oleh pihak swasta seperti
pelayanan Pest control atau Pest
managemen control dimana pemerintah
dalam kebijakan politiknya dapat bekerja
sama dan memberdayakan pihak swasta
atau IPHAMI (Ikatan Pengendalian Hama
indonesia) sebagai wadah dari organisasi
pemberantasan hama di Indonesia untuk
menangani jentik dan nyamuk dewasa
Aedes aegypti dengan sistem tender dan
kontrak kerja. Walaupun metoda ini mahal
tapi dapat dilaksanakan sebagai daerah
percontohan atau pilot project , disamping
swadaya masyarakat tetap harus di
kembangkan secara maksimal.
Sosial Budaya / Kependudukan
Pada dasarnya permasalahan kota besar
mempunyai kemiripan dalam pola
demografinya, yaitu masalah urbanisasi,
multi budaya dan etnis, kerawanan sosial,
perumahan kumuh, pengangguran,
pencemaran dll. Permasalahan tersebut
akan berdampak kepada sikap dan prilaku
masa bodoh dari penduduk yang berada
di dalamnya, namun demikian
kompleksitas budaya di kota besar
sebetulnya bisa menjadi potensi yang
memungkinkan bisa di jadikan modal
dengan membuat model dalam
pencegahan DBD yang berbasis budaya,
hal ini tentunya harus melibatkan keilmuan
lain dalam melakukan pendekatannya
seperti, Sosiologi, Komunikasi dan
Demografi tidak semata – mata hanya
kesehatan.
Geografi
Kondisi geografi mungkin menjadi
salah satu faktor yang memberikan
peluang terhadap kejadian penyakit DBD,
walaupun secara tidak langsung. Kondisi di
pesisir pantai akan berbeda dengan di
pegunungan, baik pola sosial kultur budaya
dari penduduknya, atau dari vegetasi yang
terdapat di kedua lokasi tadi, perbedaan
vegetasi di daerah curah hujan dan
kelembaban tinggi akan mempunyai
penampang daun yag lebih besar
sehingga memungkinkan menampung air
hujan, dan hal ini berpotensi menjadi
perindukan nyamuk Aedes sp, sementara
untuk daerah yang karena geografinya
sedikit mendapat curahan hujan akan
membuat prilaku warganya menampung
air untuk persediaan, hal ini terkadang
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
24
kurang mendapat perhatian sehingga
menjadi tempat yang baik untuk
perindukan nyamuk Aedes sp. kondisi
semacam ini perlu mendapat penanganan
yang berbeda dan disesuaikan dengan
pola prilaku hidup masyarakat setempat,
yaitu dengan mengupayakan membuat
tampungan air yang mudah di kontrol /
dibersihkan serta pemberian larvasida
yang bijaksana menjadi alternatif yang
dilakukan, untuk kondisi vegetasi yang
memungkinkan menjadi breeding site
nyamuk, lakukan bersih kota/kampung
bersama warga secara berkala.
Cuaca / Iklim
Cuaca mempunyai karakter sesaat
dan bersifat lokal seperti mendung, terang
dan hujan, namun iklim lebih bersifat luas /
global dan cenderung panjang. Dewasa ini
dengan banyaknya bahan pencemar
yang mencemari lingkungan telah
merubah tatanan lingkungan hidup serta
Iklim dunia, sehingga kondisi cuaca secara
spasial (suatu ruang/space yang di
dalamnya ada lingkungan biologi maupun
non biologi tempat manusia hidup dan
berinteraksi ) di tiap negara mempunyai
karakteristik yang selalu berubah nyaris
tidak dapat di perkirakan. Oleh karena itu
kewaspadaan kita harus tetap ditingkatkan
dalam melakukan pola hidup bersih dan
sehat.
Bencana Alam
Kejadian diluar kemampuan manusia
seperti gunung meletus, banjir, tsunami, laut
pasang, angin puting beliung dll.
merupakan kejadian yang tidak kita
kehendaki tapi justru hal ini sangat baik
bagi perkembangan berbagai macam
penyakit, diantaranya DBD, hal tersebut
terjadi dimana kondisi lingkungan tidak
terkendali dan daya tahan tubuh manusia
tidak dalam kondisi prima, sehingga sangat
mudah terkena penyakit. Peran
pemerintah dan lembaga swadaya lainnya
(NGO) sangat diharapkan kekompakan
dan bahu membahu dalam penanganan
pasca bencana menjadi prioritas, hal ini
bersama telah kita saksikan bagaimana
ketika tsunami melanda Aceh, semua
bekerja sama melakukan perbaikan
lingkungan dan bakti sosial yang baik.
Manajemen
Manajemen merupakan kata kunci dari
tertatanya semua potensi seperti Man,
Money, Material, Method dan mechine
untuk mencapai apa yang kita inginkan
(output / outcome), di dalamnya
mempunyai komponen / fungsi POAC
(Planing, Organizing actuiting dan
Controling) hal ini merupakan sesuatu yang
harus dilakukan bila ingin tercapai, apa
yang kita inginkan. Dalam melakukan
perencanaan kita harus melakukan :
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
25
Analisis lingkungan, SWOT (kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman),
Menentukan arahan strategi
Formulasi strategi
Implementasi strategi
M+E strategi (monitoring dan evaluasi)
Pada akhirnya dengan manajemen yang
baik semuanya bisa di lakukan perbaikan
setahap demi setahap, kita mulai garap
dari mana yang paling memungkinkan
pemutusan rantai penyakit DBD
tersebut.***
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
PERKEMBANGAN BENTUK NYAMUK
26
K ompisisi ideal udara bagi manusia
adalah 78 % nitrogen, 20 % oksigen,
0,93 % argon, 0,03 % karbondioksida dan
sisanya terdiri dari neon, helium, metan dan
hidrogen. Udara merupakan media
lingkungan yang merupakan kebutuhan
dasar manusia yang perlu mendapatkan
perhatian serius, hal ini pula menjadi
kebijakan Pembangunan Kesehatan
Indonesia 2010 dimana program
pengendalian pencemaran udara
merupakan salah satu dari sepuluh
program unggulan.
Pertumbuhan pembangunan seperti
industri, transportasi, dll dapat memberikan
dampak positif, namun disisi lain
lingkungan alam yang mendukung hajat
hidup manusia semakin terancam
kualitasnya, efek negatif pencemaran
udara kepada kehidupan manusia kian
hari kian bertambah.
Pencemaran udara dewasa ini
semakin menampakkan kondisi yang
sangat memprihatinkan. Dampak dari
pencemaran udara tersebut adalah
menyebabkan penurunan kualitas udara,
yang berdampak negatif terhadap
kesehatan manusia.
Kondisi pencemaran udara di
beberapa kota di Indonesia sudah
mencapai taraf yang cukup
membahayakan. Jakarta menempati
peringkat ketiga dalam hal polusi udara
terkotor sedunia, setelah Mexico City dan
Bangkok.
Salah satu parameter kualitas
pencemaran udara adalah Suspended
Particulate Matter (SPM) atau lebih dikenal
luas dimasyarakat sebagai debu.
PENGERTIAN
SPM merupakan campuran yang
sangat unik dari berbagai macam
senyawa organik dan anorganik yang
tersebar di udara dengan diameter yang
sangat kecil, mulai dari <1 mikron hingga
500 mikron. Partikulat ini berada di udara
dalam waktu yang relatif lama dalam
keadaan melayang - layang. Dapat
berupa aerosol asam, sulfat, nitrat, logam
transisi, jelaga, kandungan mineral, silica,
debu, dll. Dapat menempuh jarak jauh dan
menumpuk di tanah atau dalam air. Ada
yang bisa dilihat dengan mata biasa
dalam bentuk asap, debu atau jelaga,
ada yang hanya bisa dilihat dengan
menggunakan mikroskop.
RUANG UPAYA KESEHATAN PELABUHAN
PENCEMARAN DI SEKITAR KITA
OLEH : Imi Khumairah, SKM
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
27
MACAM-MACAM DEBU
Dari sifatnya debu dikategorikan
pada:
Sifat pengendapan, yaitu debu yang
cenderung selalu mengendap karena
gaya grafitasi bumi.
Sifat permukaan basah, sifatnya selalu
basah dilapisi oleh lapisan air yang
sangat tipis.
Sifat penggumpalan, karena sifat selalu
basah, memiliki tingkat kelembaban
tertentu serta mempunyai sifat listrik
statis maka debu satu dengan yang
lainnya cenderung menempel
membentuk gumpalan.
• Sifat opsis, partikel yang basah/lembab
lainnya dapat memancarkan sinar
yang dapat terlihat dalam kamar
gelap.
SUMBER DAN DISTRIBUSI
Secara alamiah partikulat debu
dapat dihasilkan dari debu tanah kering
yang terbawa oleh angin atau berasal dari
muntahan letusan gunung berapi.
Pembakaran yang tidak sempurna
dari bahan bakar yang mengandung
senyawa karbon yang secara murni atau
bercampur dengan gas-gas organik seperti
halnya penggunaan mesin diesel yang
tidak terpelihara dengan baik.
Kepadatan kendaraan bermotor
dapat menambah asap hitam pada total
emisi partikulat debu. Demikian juga
pembakaran sampah domestik dan
komersial. Berbagai proses industri seperti
proses penggilingan dan penyemprotan,
dapat menyebabkan abu berterbangan di
udara.
ROUTE OF ENTRY
Inhalasi merupakan satu-satunya
rute pajanan yang menjadi perhatian
dalam hubungannya dengan dampak
terhadap kesehatan. Walau demikian ada
juga beberapa senyawa lain yang melekat
bergabung pada partikulat, seperti timbal
(Pb) dan senyawa beracun lainnya, yang
dapat memajan tubuh melalui rute lain.
Pada saat orang menarik nafas,
udara yang mengandung partikel akan
terhirup ke dalam paru-paru. Ukuran
partikel (debu) yang masuk ke dalam paru-
paru akan menentukan letak penempelan
atau pengendapan partikel tersebut.
Partikel yang berukuran < 5 mikron akan
tertahan di saluran nafas bagian atas,
sedangkan partikel berukuran 3-5 mikron
akan tertahan pada saluran pernapasan
bagian tengah. Partikel yang berukuran
lebih kecil, 1-3 mikron, akan masuk ke
dalam kantung udara paru-paru,
menempel pada permukaan alveoli. 0,5-
0,1 mikron hinggap dipermukaan alveoli/
selaput lendir sehingga menyebabkan
vibrosis paru dan partikel yang berukuran
0,1-0,05 mikron melayang dipermukaan
alveoli.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
28
DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
SPM di udara dapat mengganggu
kesehatan manusia. Akibat buruk terutama
diderita oleh kelompok masyarakat sensitif
seperti :
Kelompok penderita gangguan per-
nafasan dan paru-paru (pneumonia,
asthma) serta penderita gangguan jan-
tung
Kelompok lanjut usia dan anak-anak
Pengaruh partikulat debu bentuk
padat maupun cair yang berada di udara
sangat tergantung kepada ukurannya.
Menurut WHO, ukuran partikulat debu yang
membahayakan kesehatan umumnya
berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan
10 mikron. Keadaan ini bukan berarti
bahwa ukuran partikulat yang lebih besar
dari 10 mikron tidak berbahaya, karena
partikulat yang lebih besar dapat
mengganggu saluran pernafasan bagian
atas dan menyebabkan iritasi. Keadaan ini
akan lebih bertambah parah apabila
terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2
yang terdapat di udara juga.
Selain itu partikulat debu yang
melayang dan berterbangan dibawa
angin akan menyebabkan iritasi pada
mata dan dapat menghalangi daya
tembus pandang mata (Visibility) Adanya
kandungan logam beracun yang terdapat
dalam partikulat debu di udara merupakan
bahaya terbesar bagi kesehatan. Pada
umumnya udara yang tercemar hanya
mengandung logam berbahaya sekitar
0,01% sampai 3% dari seluruh partikulat
debu di udara Akan tetapi logam tersebut
dapat bersifat akumulatif dan
kemungkinan dapat terjadi reaksi sinergistik
pada jaringan tubuh, Selain itu diketahui
pula bahwa logam yang terkandung di
udara yang dihirup mempunyai pengaruh
yang lebih besar dibandingkan dengan
dosis sama yang besaral dari makanan
atau air minum. Oleh karena itu kadar
logam di udara yang terikat pada
partikulat patut mendapat perhatian .
Secara garis besar, dampak SPM ini
terhadap kesehatan, antara lain:
Kematian dini
Gangguan jantung
Meningkatnya gangguan pada sistem
pernafasan, perubahan jaringan halus
dan struktur paru-paru, menurunnya
daya tahan tubuh terhadap infeksi
sistem pernafasan.
Dan menurut studi USEPA (United
State Environmental Protection Agency)
bahwa partikel halus yang dihasilkan mesin
diesel berpotensi mengakibatkan kanker
KASUS
Di Jakarta setiap tahunnya muncul
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
29
500 kasus baru penyakit jantung dan
penurunan IQ yang dialami oleh 500.000
penduduk. Pernyataan tersebut setidaknya
didukung pula oleh hasil Studi
Pengendalian Kualitas Udara (Urbair) yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta bersama Metropolitan
Environmental Improvement Program
(suatu lembaga penelitian yang didukung
World Bank dan UNDP).
Dampak pencemaran udara oleh
debu setiap tahunnya menyebabkan
penyakit bronchitis kronis sebanyak 34 ribu
kasus per tahun, bronchitis pada anak-
anak 326 ribu kasus per tahun dan asma
terjadi 89 ribu kasus per tahun.
''Jika suatu saat Anda merasa
pusing, mata merah dan tiba-tiba batuk
berlebihan setelah pergi ke kota atau
berada di jalanan ibu kota, hati-hatilah
karena hari itu terlalu banyak menghirup
polusi udara yang konsentrasi debunya
tinggi,'' ucap peneliti Urbair, Christina.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
Ada beberapa tindakan yang
dapat kita lakukan guna mengurangi
dampak pencemaran udara terhadap
kesehatan khususnya yang disebabkan
oleh Susupended Particulate Matter/debu
ini, antara lain:
Pembersihan ruangan dengan sistem
basah
Menggunakan masker
Menggunakan bahan bakar ramah
lingkungan (solar rendah sulfur, bensin
tanpa timbal, bahan bakar gas,
biodiesel, dll)
Merawat mesin kendaraan secara tera-
tur
Substitusi alat yang mengeluarkan debu
dengan yang tidak mengeluarkan debu
Dan lain-lain
PENUTUP
Perwujudan kualitas lingkungan
yang sehat merupakan bagian pokok di
bidang kesehatan. Udara sebagai kompo-
nen lingkungan yang penting dalam ke-
hidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan
kualitasnya, sehingga dapat memberikan
daya dukungan bagi mahluk hidup untuk
hidup secara optimal.
SUMBER PUSTAKA :
www.depkes.go.id
www.keluargasehat.com
www.suarapembaruan.com/News
www.asmakmalaikat.com/go/artikel/sains
www.depkominfo.go.id
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
ISU PEMANASAN GLOBAL DENGAN GREEN TECHNOLOGY
30
A da kalanya kita merasakan
ketidaknyamanan pada badan kita
dan bukan tidak mungkin kita
mengabaikannya. Entah karena kurang
memperhatikan kesehatan diri sendiri atau
takut jika diperiksakan ke dokter akan
diketahui penyakit yang sebenarnya. Akan
tetapi ada baiknya kita dapat mengetahui
gejala awal dari ketidaknyamanan yang
muncul di badan kita, salah satunya
dengan mengenal lebih jauh gejala-gejala
yang biasa muncul.
Rasa sakit pada kaki
Seorang Sales Executive wanita, usia
28 tahun yang sering berpergian, suatu hari
setelah suatu perjalanan panjang dengan
pesawat, merasakan sakit pada kaki
kanannya. Karena peduli, dia memeriksa-
kan diri kedokter
Melihat kenyataan yang ada
bahwa sakit hanya dirasakan pada satu
kaki, dihubungkan dengan wanita tersebut
baru duduk dalam waktu yang cukup lama
dalam suatu perjalanan , dan juga bahwa
wanita tersebut menggunakan pil kon-
trasepsi, dokter memberikan diagnosa :
penggumpalan darah.
Barry T Katzen, seorang spesialist vas-
kuler menjelaskan bahwa berdiam diri
pada waktu yang lama, dapat memper-
lambat aliran darah, dihubungkan dengan
pil kontrasepsi, yang dapat menyebabkan
sel-sel darah berkumpul, dan menyebab-
kan pembentukan gumpalan darah.
Bila tidak diobati, rasa sakit akan
bertambah parah seiring dengan pem-
bengkakan kaki, sehingga berjalan men-
jadi sulit. Pada beberapa kasus, penggum-
palan tersebut dapat berpindah ke pem-
buluh darah paru-paru dan dapat fatal aki-
batnya.
Wanita tersebut harus dirawat di rumah
sakit selama lima hari dengan menerima
anti koagulan (anti beku darah) melalui IV
(intra vena), yang dilanjutkan dengan pil
anti koagulan.
Batuk yang terus menerus
Selama masa kuliah, seorang atlit
kampus berusia 20 tahun menderita batuk
yang terus menerus dan menganggu
sehingga dia kehilangan berat badan
sampai 10 Kg. Awalnya dia mengira bahwa
gejala tersebut disebabkan oleh stress yang
dialaminya dalam menghadapi kompetisi.
Ternyata dengan pemeriksaan sinar X,
didukung oleh pemeriksaan laboratorium
menunjukkan bahwa dia menderita TBC.
Disebabkan oleh bakteri, penyakit infeksi ini
menyerang paru-paru. Ditandai dengan
batuk yang kronik, gejala utamanya dapat
HEALTH ROOM 8 GEJALA YANG TIDAK BOLEH
ANDA ABAIKAN
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
31
berupa demam, berkeringat dimalam hari,
penurunan berat badan dan rasa sakit
didada.
Batuk yang terus menerus selama lebih
dari 3 minggu dapat juga mengindikasikan
penyakit seperti bronkitis, alergi, asma atau
kanker paru-paru.
Sering buang air kecil pada malam hari
Seorang ibu berusia 40 tahunan, merasa
khawatir karena berat badannya turun
sampai 10 Kg dalam waktu tiga bulan. Dia
juga merasa lelah setiap saat dan sering
kali terbangun dari tidur malamnya karena
harus buang air kecil.
Seorang temannya yang menderita
diabetes, mengenali gejala tersebut dan
menganjurkannya untuk memeriksa kadar
gulanya. Hasil pemeriksaan menunjukkan
kadar gula darah yang tinggi, sehingga ibu
tersebut pergi ke dokter dan didiagnosa
menderita penyakit Diabetes Tipe II.
Jika dibiarkan tanpa pengobatan,
diabetes dapat menyebabkan kerusakan
pada jantung, ginjal, mata dan organ
lainnya.
Kesulitan menelan
Seorang pria berusia 65 tahun yang
kelebihan berat badan dan sering
merasakan perih atau seperti rasa terbakar
pada lambungnya. Saat dia mulai
mengalami kesulitan menelan, dia
menghubungi dokternya.
Pemeriksaan pada saluran pencernaan
menunjukkan hasil adanya bagian yang
menyempit pada kerongkongan bagian
bawah. Penyempitan ini disebabkan oleh
terjadinya refluks (naiknya) asam dari
lambung ke kerongkongan yang berulang-
ulang. Kegemukan juga merupakan salah
satu faktor penyebabnya.
Dokter menempatkan balon pada
kerongkongan pria tersebut untuk
melebarkan penyempitan tersebut.
Apa yang terjadi bila gejala kesulitan
menelan tersebut dibiarkan?
Kerongkongan dapat terus menyempit
sampai disuatu titik dimana kita sama sekali
tidak dapat menelan apapun, Jelas G.
Richard Lock III, seorang gastroenterologis.
Dan pelebaran dengan menggunakan
balon dapat lebih berbahaya dan dapat
menyebabkan perdarahan / Kesulitan
menelan juga dapat merupakan indikasi
dari kanker kerongkongan.
Perubahan pola sakit kepala
Seorang wanita berusia 77 tahun, sering
menderita sakit kepala selama bertahun-
tahun, tapi belum pernah seperti yang
dirasakannya pada suatu hari. Rasa sakit
yang amat sangat pada sisi dari kepalanya
dapat menyerangnya di tengah malam
atau pada dini hari.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
32
Robert S. Ketz, seorang spesialist
rheumatik mendiagnosanya sebagai
arteritis temporal, yaitu peradangan yang
bersifat sementara pada pembuluh arteri
yang menuju kekening, wajah dan lidah.
Khususnya terjadi pada usia 50 tahun,
penyakit ini dapat menyebabkan rasa sakit
pada kening, gangguan penglihatan dan
rasa sakit pada rahang dan lidah,
khususnya setelah mengunyah atau
berbicara. Katz memberikan obat
golongan kortikosteroid yang dapat
menghilangkan peradangan.
Sakit kepala, khususnya bila hanya
menyerang salah satu bagian dari kepala,
perlu mendapat perhatian khusus. Katz
mengatakan bahwa tanpa pengobatan,
gejala tersebut dapat menyebabkan
kebutaan.
Sakit perut yang parah
Sehabis makan malam, seorang
wanita berusia 58 tahun merasakan sakit
perut yang parah. Saat dia menghubungi
dokternya, wanita tersebut harus masuk
ruang gawat darurat.
Melalui pemeriksaan ultrasound,
terlihat adanya batu empedu yang
menghalangi kantung empedu, sehingga
pengosongan empedu tidak dapat terjadi,
yang menyebabkan tekanan menjadi
tinggi.
Johnson Thistle, seorang
gastroenterologis, menyatakan bahwa
serangan rasa sakit tersebut lebih dari 6
jam, dapat terjadi peradangan yang
parah pada kantung empedu. Jika
dibiarkan akan menyebabkan kantung
empedu tersebut mati dan pecah.
Kantung empedu wanita tersebut harus
diangkat, pada beberapa kasus dapat
dengan pengobatan saja. Rasa sakit khas
yang dirasakan pada bagian atas perut
kanan.
Hilangnya penglihatan pada satu mata
yang berlangsung singkat
Seorang petani berusia 60 tahun,
merasakan pandangannya mulai menjadi
kabur saat sedang membaca pada suatu
sore. Dia melakukan test pada matanya
dan ternyata ada ”kabut berwarna
kelabu” pada mata kirinya.Dalam 5 menit
pandangannya kembali normal. Setelah
mengalami kejadian seperti tadi beberapa
kali dalam dua minggu, dia memutuskan
untuk ke dokter. Dr Harold P Adams Jr
seorang neurologis mengatakan bahwa
pria itu mengalami penyempitan pembuluh
darah pada mata. Pemeriksaan lebih lanjut
menunjukkan adanya penyempitan dan
penyumbatan pada pembuluh daerah
karotis sebelah kiri yang mengalirkan darah
ke mata kiri. Dokter membersihkan
sumbatan pada pembuluh karotisnya dan
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
33
sekarang pria itu dapat membaca tanpa
bermasalah. Bila dibiarkan gejala ini dapat
menyebabkan kebutaan. Hilangnya
penglihatan pada satu mata yang bersifat
sementara dapat juga sebagai indikasi dari
gloucoma, ataupun stroke pada otak.
Lapisan putih pada mulut
Seorang perokok sehari 1 bungkus,
berusia 57 tahun, baru menemukan
adanya lapisan putih pada sisi kanan dari
lidahnya. Dia mengacuhkan hal tersebut
karena tidak menimbulkan rasa sakit.
Beberapa minggu kemudian, lapisan
tersebut mulai mengluarkan darah, dan
sulit baginya untuk melafalkan ”T”. Dalam
waktu 3 bulan, muncul suatu benjolan
pada sisi kanan lehernya.
Saat wanita tersebut memeriksakan
diri ke dokter, kanker yang dideritanya
sudah terlalu parah, sehingga sebagian
dari lidahnya harus diangkat dan harus
dilakukan terapi penyinaran yang
mengakibatkan harus menderita mulut
yang kering selama hidupnya.
Munculnya lapisan putih pada bibir atau
mulut anda dapat merupakan tanda awal
dari kanker mulut, ungkap James Endicott,
seorang onkologis.***
(Disadur dari ”Eight Symtoms you must not
ignore” dari Madia 1998, halaman 26-27)
B erdasarkan Permenkes No 356
Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata kerja Kantor Kesehatan
Pelabuhan, salah satu tugas Kantor
Kesehatan Pelabuhan adalah
melaksanakan pencegahan masuk dan
keluarnya penyakit menular potensial
wabah, melalui Surveilans Epidemiologi,
pelayanan kesehatan terbatas diwilayah
kerja pelabuhan/bandara dan lintas batas.
Salah satu diantara penyakit menular
potensial wabah adalah penyakit malaria
yang dapat dikategorikan sebagai
reemerging disease. Sanitasi lingkungan
yang menjadi salah satu kegiatan Kantor
Kesehatan Pelabuhan dapat ikut berperan
dalam menunjang penemuan faktor risiko
penyakit malaria untuk pengendalian
malaria. Sesuai dengan tulisan Bapak
Raisseki, SKM, MM, Kepala Kantor
IMPLEMENTASI KLINIK SANITASI DI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN
(Dalam Pengendalian Malaria)
Oleh : DR.Lukman Hakim
(Staf Subdit Malaria Dit PPBB Ditjen PP & PL Depkes RI)
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
34
Kesehatan Pelabuhan Kelas 1 Tanjung Priok
dalam Buletin Info Kesehatan pelabuhan
disebutkan bahwa “seluruh faktor risiko
penyakit harus dieliminir sekecil mungkin,
terutama faktor risiko yang dapat
ditularkan melalui vektor, air, makanan dll”.
Klinik sanitasi
Pengertian klinik sanitasi adalah
merupakan suatu upaya / kegiatan yang
mengintegrasikan pelayanan kesehatan
antara promotif, preventif, dan kuratif yang
difokuskan pada penduduk yang berisiko
tinggi untuk mengatasi masalah penyakit
berbasis lingkungan dan masalah
kesehatan lingkungan pemukiman yang
dilaksanakan oleh petugas puskesmas
bersama masyarakat yang dapat
dilaksanakan secara pasif dan aktif di
dalam dan diluar puskesmas. Puskesmas
disini dapat diartikan sebagai unit
pelayanan kesehatan yang juga
dilaksanakan oleh Kantor Kesehatan
Pelabuhan.
Klinik sanitasi merupakan kegiatan yang
tidak berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian
integral kegiatan pelayanan kesehatan
yang dilaksanakan secara lintas program
dan lintas sektor di wilayah kerjanya.
Sebagai kegiatan yang mengintegrasikan
pelayanan kesehatan antara promotif,
preventif, dan kuratif di dalam gedung
maupun diluar gedung unit pelayanan
kesehatan, klinik sanitasi dapat
dioptimalkan sebagai wahana surveilans
epidemiologi penularan malaria. Pelaksana
klinik sanitasi adalah petugas Sanitasi
Lingkungan bersama masyarakat yang
dapat dilaksanakan secara pasif dan aktif
di dalam dan di luar gedung Kantor
Kesehatan Pelabuhan dalam batas
wilayah kerjanya. Masyarakat yang berada
di luar wilayah kerja Kantor Kesehatan
Pelabuhan dapat dilibatkan melalui
koordinasi dengan Dinas Kesehatan
setempat.
Pendekatan Comprehensive Kajian Malaria
Dalam menganalisis permasalahan
malaria, diperlukan berbagai ilmu
pengetahuan baik parasitologi,
entomologi, ilmu perilaku, ilmu lingkungan
maupun epidemiologi. Pendekatan yang
comprehnsive dengan berkolaborasinya
berbagai ilmu pengetahuan dalam
menganalisis penularan malaria, termasuk
dalam penyelesaian masalahnya, baik
berupa perbaikan penatalaksanaan kasus,
intervensi vektor, intervensi perilaku
maupun identifikasi berbagai lintas sektor,
lintas program dan berbagai pihak yang
terlibat dalam upaya penanggulangan
malaria.
Pelaksanaan Klinik Sanitasi sebagai Kajian
Malaria
1.Kegiatan dalam Gedung Kantor
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
35
Kesehatan Pelabuhan :
a. Penumpang/pengunjung yang sedang
demam, menggigil, berkeringat disertai
sakit kepala yang berkunjung di Unit
Pelayanan Kesehatan diperiksa sediaan
darahnya.
b. Kalau positif malaria dengan ditemukan
Plasmodium sp didalam darahnya,
maka diberikan pengobatan malaria.
c. Penumpang tersebut diwawancarai di
Unit Klinik Sanitasi, untuk digali informasi:
Darimana sebelumnya?
Sebelumnya pernah mengalami
demam yang sama?
Bagaimana gambaran tempat yang
sebelumnya dikunjungi?
Kegiatan apa yang dilakukan
ditempat yang dikunjungi?
Ada tidaknya
penderita
yang sama
ditempat
terakhir yang
dikunjungi?
Akhirnya
diketahui
perkiraan
waktu terjadi
penularan
malaria, dan
diketahui
tempat terjadinya penularan, serta
gambaran penderita malaria dilokasi
tersebut.
2. Kegiatan di luar Gedung Kantor
Kesehatan Pelabuhan :
a. Kalau tempat terjadinya penularan
berada di wilayah kerja Kantor
Kesehatan Pelabuhan yang
bersangkutan, maka dapat ditindak
lanjuti dengan kunjungan
lapangan :
Untuk mengamati ada tidaknya
dan situasi breeding places.
Untuk melakukan pencidukan
jentik Anopheles sp, kalau
memungkinkan melakukan
penangkapan nyamuk
Anopheles sp.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
36
Untuk mengamati perilaku
berisiko untuk terjadinya
penularan malaria bagi
penduduk ditempat tersebut.
b. Kalau tempat terjadinya penularan
berada di luar wilayah kerja Kantor
Kesehatan Pelabuhan yang
bersangkutan maka dilakukan
koordinasi dengan Dinas Kesehatan
setempat mengenai tempat berisiko
terjadinya penulatan malaria, untuk
ditindak lanjuti.
3. Semua faktor tersebut dianalisis dan
diambil kesimpulan dan selanjutnya
dibuat rencana intervensi untuk tindak
lanjut, intervensi tersebut dapat
berupa :
a. Nasehat perubahan perilaku
agar tidak berisiko
terjadinya
penularan.
b. Rekomendasi
kegiatan
pengendalian
vektor maupun
pengelolaan
lingkungan baik
intern kesehatan
maupun
masyarakat
sekitarnya.
c. Identifikasi mitra potensial beserta
rekomendasi terhadap lintas
sektor dan lintas program agar
berdampak positif terhadap
pengendalian malaria di wilayah
tersebut.
Kesimpulan
Dengan kolaborasi antara kegiatan Klinik
Sanitasi, Surveilans Epidemiologi oleh Kantor
Kesehatan Pelabuhan dan upaya
Pengendalian Malaria, maka akan lebih
efisien pelaksanaan programnya.
Selanjutnya baik program dari Kantor
Kesehatan Pelabuhan, program
Penyehatan Lingkungan maupun program
Pengendalian Malaria akan lebih optimal. *
(sekilas tentang penulis : Penulis menyelesaikan program doktornya
dengan disertasi ”Sistem Informasi Lingkungan dalam
Pengembangan Sistem Kewaspadaan Dini Malaria”, yang saat ini
bertugas di Subdit Malaria Ditjen PP & PL Depkes RI/Intensified and
Integrated Malaria Control Program in Sumatera and 6 Province of
Eastern Indonesia-Global Fund)
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
37
1. Agen / eksportir I pemohon
mengajukan permohonan HC eksport
yang ditujukan kepada Ka. KKP dengan
membawa kelengkapan dokumentasi :
a. COA (Certificate of Analysis) yang
dikeluarkan dari laboratorium yang
terakreditasi (SNI) untuk setiap
shipment
b. Packing list
c. Invoice
d. PEB (Pemberitahuan Export Barang)
Surat keterangan barang yang
dikeluarkan oleh Ditjen Bea & Cukai
e. Ocean Bill of Lading
f. Surat pernyataan penggunaan
barang dari eksportir
g. Surat Kuasa dari eksportir kepada
agen yang ditujukan untuk
mengurus perijinan eksport barang,
jika dikuasakan kepada pihak ke 3
(tiga) dibubuhi materai Rp. 6.000,-
h. Phytosanitary Certificate jika barang
yang akan dieksport berasal dari
turunan atau derivat tumbuh-
tumbuhan.
i. Sertifikat dari Karantina Hewan
jika barang yang akan dieksport
berasal dari turunan atau derivat
Hewan.
j. Sertifikat dari Karantina Ikan, jika
barang yang akan dieksport berasal
dari turunan atau derivat ikan.
k. Nomor Registrasi dari Departemen
Kesehatan atau BPOM jika produk
tersebut berasal dari produk yang
telah dipasarkan di dalam negeri
dan telah diolah;
l. Untuk produk yang akan dicantum-
kan kode Halalnya di Health Certifi-
cate maka harus disertakan sertifikat
Halal dan MUI;
m. Untuk produk yang akan dicantum-
kan bebas Radiasi di Health Certifi-
cate maka harus disertakan Certifi-
cate of Radiation dari BATAN.
n. Barang yang akan dieksport bukan
barang terlarang sesuai peraturan
perundang - undangan yang
berlaku.
2. Kepala KKP mendisposisikan surat
permohonan kepada Kepala Bidang
Karantina dan Surveilans Epidemiologi
3. Petugas melakukan penelitian
dokumen dan pemeriksaan fisik barang
dengan cara mencocokan dengan
dokumen permohonan, apabila ;
a. Hasilnya sesuai dengan dokumen
permohonan dan fisik barang
STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENERBITAN HEALTH CERTIFICATE (HC)
LALU LINTAS EXSPORT KOMODITI OMKABA
EXSPORT KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS
I TANJUNG PRIOK
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
38
(kemasan, kadaluarsa, barang tidak
rusak, dll) memenuhi syarat
kemudian diterbitkan Health
Certificate (HC) Eksport.
b. Hasilnya tidak sesuai dengan
dokumen permohonan dan fisik
barang tidak memenuhi syarat,
maka disarankan untuk melengkapi
dokumen sampai memenuhi syarat.
Sedangkan barang/produk yang
tidak memenuhi syarat diganti
dengan barang/produk yang
memenuhi syarat. Setelah dokumen
dan barang memenuhi syarat
kemudian diterbitkan Health
Certificate (HC) Eksport.
4. Kunjungan lapangan ke lokasi pabrik I
proses produksi / gudang minimal dua
kali dalam setahun untuk melihat proses
produksi, sanitasi, vektor penular
penyakit, binatang pengganggu
penular penyakit, manajemen limbah,
penanganan sampah, kondisi sanitasi
lainnya, penerangan, penghawaan,
kebisingan, getaran, radiasi, radiasi
media elektromagnetik, dan faktor risiko
lainnya.
5. Untuk perusahaan eksportir yang
baru pertama kali mengajukan
Health Certificate, maka diadakan
kunjungan pemeriksaan lapangan
ke lokasi pabrik / proses produksi /
gudang.
6. Eksportir mengirimkan sampel
barang kepada Kantor Kesehatan
Pelabuhan (sebagai bank sample).
1. Agen / importir / pemohon mengajukan
permohonan Health Certificate (HC)
import yang ditujukan kepada Ka. KKP
dengan membawa kelengkapan
dokumentasi :
a. COA (Certificate of Analysis) yang
dikeluarkan dari negara asal atau
dari laboratorium dalam negeri
yang berasal dari negara asal dan
atau dari laboratorium dalam
negeri yang terakreditasi (SNI)
untuk setiap kali impor.
b. Packing list
c. Invoice
d. PIB (Pemberitahuan Import Barang)
e. Surat keterangan barang yang
dikeluarkan oleh Ditjen Bea &
Cukai
f. Ocean Bill of Lading dari negara
asal
g. Surat peryataan
penggunaan barang dan importir
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENERBITAN HEALTH CERTIFICATE (HC)
LALU LINTAS KOMODITI OMKABA IMPORT
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I
TANJUNG PRIOK
39
h. Surat Kuasa dari importir
kepada agen yang ditujukan
untuk mengurus perijinan import
barang, jika dikuasakan kepada
pihak ke 3 (tiga) dibubuhi materai
Rp. 6.000,-
i. Sertifikat atau surat keterangan lain
dari instansi yang berwenang
negara asal (seperti Phytosanitary
Certificate, Certificate of Radiation
dan lainnya).
j. Barang yang dibawa bukan
barang terlarang sesuai dengan
peraturan perundangundangan
yang berlaku
2. Kepala KKP mendisposisikan surat
permohonan kepada Kabid. Karse.
3. Petugas melakukan penelitian
dokumen dan pemeriksaan fisik barang
dengan cara mencocokan dengan
dokumen permohonan, apabila ;
a. Hasilnya sesuai dengan dokumen
permohonan dan fisik barang
(kemasan, kadaluarsa, barang tidak
rusak, dll) memenuhi syarat
kemudian diterbitkan Health
Certificate (HC) Import.
b. Hasilnya tidak sesuai dengan
dokumen permohonan dan fisik
barang tidak memenuhi syarat,
maka disarankan untuk melengkapi
dokumen sampai memenuhi syarat.
Sedangkan barang/produk yang
tidak memenuhi syarat akan
diamankan dalam proses
pemusnahan.
4. Petugas melakukan pengambilan
sampel untuk setiap barang yang
diimpor (sebagai bank sample).
1. Pembawa barang harus membawa
kelengkapan dokumen sebagai
berikut :
a. Daftar barang / komoditi OMKABA
yang dibawa seperti faktur, resep
b. Surat pernyataan penggunaan
(Isinya hanya untuk keperluan
sendiri dan tidak untuk
diperdagangkan);
c. Untuk komoditi obat disertakan
surat keterangan dari dokter (yang
menerangkan bahwa pembawa
menderita penyakit tertentu sesuai
dengan obat yang dibawa);
d. Barang yang dibawa bukan barang
terlarang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENERBITAN HEALTH CERTIFICATE (HC)
LALU LINTAS KOMODITI OMKABA BAWAAN
PENUMPANG KELUAR MASUK PELABUHAN
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I
TANJUNG PRIOK
40
e. Dokumen lain dari pihak
yang berwenang seperti dari
kepolisian.
2. Petugas melakukan penelitian
dokumen dan pemeriksaan fisik barang
dengan cara mencocokan dengan
dokumen yang dibawa, apabila;
a. Hasilnya sesuai antara dokumen dan
fisik banang (nama barang,
kemasan, kadaluarsa, barang tidak
rusak, dli ) maka diizinkan untuk
dibawa keluar/ masuk pelabuhan
b. Hasilnya tidak sesuai antara
dokumen dengan fisik barang dan
barang tidak memenuhi syarat
maka disarankan untuk melengkapi
dokumen sampai memenuhi syarat.
Sedangkan barang / produk yang
tidak memenuhi syarat akan
diamankan dalam proses
pemusnahan.
3. Pembawa barang harus meninggaikan
sampel (bila memungkinkan).
kelengkapan dokumentasi:
a. COA (Certificate of Analysis)
yang dikeluarkan dari laboratorium
dalam negeri yang terakreditasi (SNI)
untuk setiap shipment
b. Delivery Order adalah surat
keterangan barang yang berisi jenis
barang, berat kotor, berat bersih dari
perusahaan pengirim barang
c. Surat pernyataan penggunaan
barang
d. Surat Kuasa dari perusahaan
kepada agen yang ditujukan untuk
mengurus perijinan barang, jika
dikuasakan kepada pihak ke 3 (tiga)
dibubuhi materai Rp. 6.000,-
e. Phytosanitary Certificate jika barang
berasal dari turunan atau derivat
tumbuh-tumbuhan.
f. Sertifikat dari Karantina Hewan jika
barang berasal dari turunan atau
derivat Hewan.
g. Sertifikat dari Karantina Ikan, jika
barang berasal dari turunan atau
derivat ikan.
h. Nomor Registrasi dari
Departemen Kesehatan atau BPOM,
jika produk tersebut berasal dari
produk yang telah diolah dan
dipasarkan di dalam negeri;
1. Agen / produsen / pemohon
mengajukan permohonan Health
Certificate (HC) yang ditujukan kepada
Ka. KKP dengan membawa
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENERBITAN HEALTH CERTIFICATE (HC)
LALU LINTAS KOMODITI OMKABA ANTAR
DAERAH / WILAYAH / PULAU KANTOR
KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK
41
i. Utk produk yang akan dicantumkan
kode Halalnya di Health Certificate
maka harus disertakan sertifikat Halal
dari MUI;
j. Untuk produk yg akan dicantumkan
bebas Radiasi di Health Certificate
maka harus ada Certificate of
Radiation dari BATAN;
k. Barang yang dibawa bukan barang
terlarang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
2. Kepala KKP mendisposisikan surat
permohonan kepada Kabid. Karse.
3. Petugas melakukan penelitian dokumen
dan pemeriksaan fisik barang dengan
cara mencocokan dengan dokumen
permohonan, apabila ;
a. Hasilnya sesuai dengan dokumen
permohonan dan fisik barang
(kemasan, kadaluarsa, barang
tidak rusak, dll) memenuhi syarat
kemudian diterbitkan Health
Certificate (HC)
b. Hasilnya tidak sesuai dgn dokumen
permohonan dan fisik barang tidak
memenuhi syarat, maka disanankan
untuk melengkapi dokumen sampai
memenuhi syarat. Sedangkan barang/
produk yang tidak memenuhi syarat
disarankan untuk diganti dengan
barang/produk yang memenuhi syarat
atau diamankan dalam proses
pemusnahan. Setelah dokumen dan
barang memenuhi syarat kemudian
diterbitkan Health Certificate (HC).
4. Kunjungan lapangan ke lokasi pabrik /
proses produksi / gudang minimal dua
kali dalam setahun untuk melihat proses
produksi, sanitasi, vektor penular
penyakit, binatang pengganggu
penulan penyakit, manajemen limbah,
penanganan sampah, kondisi sanitasi
lainnya, penerangan, penghawaan,
kebisingan, getaran, radiasi, radiasi
media elektromagnetik, dan faktor risiko
lainnva.
5. Untuk perusahaan yang baru pertama
kali mengajukan Health Certificate
maka diadakan kunjungan
pemeriksaan lapangan ke lokasi
pabrik / proses produksi / gudang.
SALAH SATU FAMILI CARICACEAE
Oleh : Ny. Bertha M. Pasolang, S. Sos
P epaya merupakan tanaman
buah dari famili Caricaceae yang
ditanam orang, baik di daeah
tropis maupun sub tropis, di daerah –
daerah basah dan kering atau di daerah –
daerah dataran dan pegunungan (sampai
1000 m). Buah pepaya merupakan buah
yang bergizi yang tinggi dan digemari oleh
seluruh suku bangsa di seluruh bumi ini.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
42
Di Indonesia tanaman pepaya
tersebar dimana-mana bahkan telah
menjadi tanaman pekarangan yang dapat
menghidupi keluarga, bahkan sentra bisnis
bunga pepaya telah lama membudaya di
Daerah Kepulauan Nusa Tenggara Timur.
Sedangkan sentral bisnis buah pepaya di
Indonesia adalah daerah Jawa Barat,
Jawa Timur, Yogyakarta, Lampung Tengah,
Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan
khususnya Tana Toraja.
Pepaya ini sangat berguna sebagai
makanan dalam kehidupan kita sehari –
hari, beberapa kegunaan nyata tersebut,
antara lain :
Buah pepaya : Buah pepaya muda
dimasak sebagai sayuran sedang
buah pepaya masak dimakan
sebagai penutup makan pagi atau
makan siang ataupun makan
malam dan juga bisa sebagai
campuran cocktail.
Bunga pepaya : Bunga pepaya
jantan (pepaya gantung) dimasak
sebagai sayuran (menjadi makanan
favorit di kepulauan Propinsi Nusa
Tenggara Timur, termasuk makanan
favorit Penulis)
Daun pepaya : Daun pepaya
dimasak sebagai sayuran bahkan
daun pepaya segar menjadi lalapan
yang nikmat. Di daerah Bajawa,
daun pepaya dipakai sebagai
lalapan makan jagung sangrai
campur lombok untuk pendamping
minum “moke” (makanan dan
minuman Bajawa ini sangat disukai
oleh suami Penulis).
Batang pepaya : Batang pepaya
yang muda dapat digunakan
sebagai makanan babi setelah
dimasak terlebih dahulu.
Pepaya ini sangat berguna sebagai obat –
obatan tradisional dalam kehidupan kita
sehari – hari, beberapa kegunaan nyata
tersebut, antara lain :
1. Buah pepaya : Buah pepaya
memiliki serat yang tinggi sehingga
akan bagus kalau buah pepaya ini
dimakan oleh orang yang sulit
buang air besar, disamping itu juga
mengandung vitamin (vitamin A, C,
B complek, E) dan mengandung
mineral
2. Getah pepaya : Getah pepaya
digunakan sebagai pelunak daging.
Getah pepaya ini dapat keluar
melalui batang, daun, buah, bunga
dan akarnya. Bahan yang
terkandung di dalam getah pepaya
ini adalah enzyme papain yakni
sejenis protease yang saat ini telah
diproduksi menjadi komoditas
perdagangan. (Ada lebih dari 50
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
43
asam amino terkandung dalam
getah pepaya, antara lain asam
aspartat, treonin, serin, asam
glutamat, prolin, glisin, alanin, valine,
isoleusin, leusin, tirosin, fenilalanin,
histidin, lysin, arginin, tritophan, dan
sistein
3. Daun pepaya : Daun pepaya
berkhasiat sebagai obat malaria
(makan lalapan daun pepaya
merupakan kebiasaan masyarakat
Ngada apabila terkena serangan
penyakit malaria); air perasan daun
pepaya digunakan sebagai
penambah nafsu makan dan
penghilang bau keringat.
4. Akar pepaya : Perasan akar pepaya
dapat dipakai sebagai obat cacing,
gangguan ginjal, sakit kantung
kemih, tekanan darah tinggi dan
gangguan haid, masuk angin dan
diare
5. Biji pepaya : Biji pepaya yang
dicampur dengan air, diblender
dapat digunakan untuk obat diare
dan anti parasit.
M enjadi tua adalah suatu proses alami
yang tak dapat dihindarkan dan
berlangsung secara terus menerus yang
ditandai pada perubahan sel - sel tubuh.
Di usia memasuki 40-an tahun kulit mulai
berkeriput dan kering sebab produksi
kelenjar keringat kulit mulai menurun diikuti
proses pigmentasi kulit makin meningkat
dan rambut mulai menampakan uban,
gejala negatif lainnya adalah stress,
penyakit jantung, katarak dan perubahan
kejiwaan yang makin merosot. Faktanya
kasus penuaan dini makin marak
menghinggapi masyarakat sebagai akibat
dari radikal bebas.
Radikal bebas terjadi karena
terpaan sinar ultraviolet, polusi udara
seperti asap kendaraan bermotor, asap
rokok/ bahan beracun lainnya, makanan
tertentu seperti fast foot ( cepat saji ),
makanan kemasan atau kaleng, makanan
berlemak. Radikal bebas ini berbahaya
karena amat reaktif mencari pasangan
elektronnya, jika radikal bebas sudah
terbentuk dalam tubuh maka akan terjadi
reaksi berantai dan menghasilkan radikal
bebas baru yang akhirnya jumlahnya terus
bertambah. Selanjutnya akan menyerang
sel –sel tubuh sehingga merusak jaringan
Antioksidan VS Radikal Bebas
Oleh : Romanika
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
44
yang akan mempercepat proses penuaan.
Pada dasarnya tubuh kita dapat
menghasilkan enzim yang dapat
menangkal serangan radikal bebas akan
tetapi seiring dengan meningkatnya usia
terjadilah penurunan jumlah kedua enzim
ini dalam tubuh, sehingga radikal bebas
tidak dapat sepenuhnya dimusnahkan.
Untuk mengantisipasi serangan radikal
bebas diperlukan adanya antioksidan.
Antioksidan adalah senyawa yang
mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma –
cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
terganggu sama sekali dan dapat
memutus reaksi berantai dari radikal bebas.
Oleh karena itu antioksidan sering disebut
sebagai senyawa ajaib.
Mekanisme kerja antioksidan secara
umum adalah menghambat oksidasi lemak
yang terdiri dari tiga tahap yaitu :
Inisiasi
Pada tahap ini terjadi pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan
asam lemak yang bersifat tidak stabil dan
sangat reaktif.
Propagasi
Radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi yang
akan menyerang asam lemak menghasil-
kan hidroperoksida dan radikal asam lemak
yang baru.
Hidroperoksida akan terdegradasi lebih lan-
jut menghasilkan senyawa – senyawa kar-
bonil rantai pendek.
Terminasi
Terdapat tiga macam antioksidan, yaitu :
1. Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita
sendiri Antioksidan ini berupa enzim
antara lain superoksida, dismutase, glu-
tathione peroxidase, persidasi dan kata-
lase.
2. Antioksidan alami Antioksidan yang
diperoleh dari tanaman atau hewan
yaitu tokoferol , vitamin C, betakaroten,
flavonoid dan senyawa fenolik.
3. Antioksidan sintetik ,Dibuat dari bahan –
bahan kimia yaitu Butylated Hroxynisole,
BHT, TBHQ, PG dan NDGA yang ditam-
bahkan dalam makanan untuk
mencegah kerusakan lemak
Berdasarkan fungsinya anti oksidan
dibedakan menjadi 5 ( lima ) yaitu :
1. Antioksidan primer
Antioksidan ini berfungsi untuk
mencegah terbentuknya radikal bebas
baru karena ia dapat merubah radikal
bebas yang ada menjadi molekul yang
berkurang dampak negatifnya yaitu
sebelum sempat bereaksi. Antioksidan
primer yang ada dalam tubuhn yang
sangat terkenal adalah enzim
superoksida dismutase. Enzim ini sangat
penting untuk melindungi hancurnya sel
– sel dalam tubuh akibat radikal bebas.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
45
2. Antioksidan sekunder
Antioksidan ini berfungsi menangkap
radikal bebas serta mencegah
terjadinya reaksi berantai, sehingga
tidak terjadi kerusakan yang lebih besar.
3. Antioksidan tersier Antioksidan yang
merupakan senyawa memperbaiki sel –
sel dan jaringan yang rusak karena
serangan radikal bebas.
4. Oxygen Scavanger
Berfungsi mengikat oksigen sehingga
tidak terjadi oksidasi.
6. Chelators/Seqesstrants
Mengikat logam yang mampu
mengkatalisis reaksi oksidasi misal nya
asam sitrat dan asam amino. ***
Semakin murahnya harga USB flash disk de
ngan kapasitas yang semakin besar men-
dorong semakin banyak yang mengguna-
kan media ini.
Saat ini jumlah pemilik USB Flash Disk sa
ngatlah besar, mencapai ribuan bahkan
jutaan user, di antaranya adalah para pe-
lajar, mahasiswa, dan karyawan kantoran.
Umumnya mereka hanya memiliki satu
komputer di rumah atau di kantor, atau
menyewa di warnet. Seringkali komputer
tersebut tidak memiliki aplikasi yang
mereka butuhkan, atau jika ada tapi tidak
maksimal fungsinya, dan jika ingin mengin-
stal aplikasi akan menghadapi beberapa
kendala, misalnya untuk bisa menginstal
aplikasi di komputer haruslah user dengan
l e v e l A d m i n i s t r a t o r
Apa itu aplikasi portabel?
Aplikasi portabel adalah sebuah perangkat
lunak komputer yang dapat dibawa dalam
peralatan portabel (contohnya: USB flash
drive, CD/DVD, kartu memori, atau bahkan
disket) dan dapat digunakan di setiap
komputer tanpa memerlukan proses in-
stalasi terlebih dahulu. Tapi bukan berarti
aplikasi ini bisa dijalankan pada semua sis-
tem operasi seperti windows, linux, mac,
dan lain-lain. Oleh karena itu jangan
dicampurkan dengan pengertian software
portability, yaitu kemampuan sebuah ap-
likasi/perangkat lunak dengan sedikit modi-
fikasi sehingga bisa dijalankan pada be-
berapa platform.
itu jangan dicampurkan dengan penger-
tian software portability, yaitu kemampuan
sebuah aplikasi/perangkat lunak dengan
sedikit modifikasi sehingga bisa dijalankan
pada beberapa platform. Ketika peratalan
portable dihubungkan dengan komputer,
aplikasi portabel tersebut dapat langsung
diakses. Istilah lain yang sering digunakan
Sambungan dari halaman ………..17
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
46
mengganti aplikasi portabel adalah stand-
alone. Bersifat portable disini maksudnya
kita bisa membawa dan menyimpan ap-
likasi Workportable kedalam media flash-
disk dan kita bisa melanjutkan pekerjaan
terbengkalai di kantor dan dilanjutkan lagi
rumah atau di komputer yang berbeda.
Disini letak keunggulan dari workportable,
kita bisa membawa masuk ke dalam me-
dia flashdisk atau media penyimpanan lain-
nya. Dengan ini workportable pantas diberi
gelar sebagai server portable.
Aplikasi Portabel (Portable Application atau
biasa disingkat Portable App) adalah soft-
ware aplikasi atau program komputer yang
dapat dijalankan tanpa perlu melakukan
instalasi pada komputer yang digunakan,
dan dapat disimpan dan dijalankan dari
removable media seperi CD-ROM, USB flash
disk, flash card, ataupun floppy disk
(disket). Pengaturan konfigurasi suatu port-
able application hendaknya tersimpan
pada media tempat aplikasi tersebut, tidak
tergantung pada komputer dimana ap-
likasi dijalankan, seperti penulisan pada
registry Windows. Selain itu, ketika aplikasi
selesai dijalankan, aplikasi tidak meninggal-
kan jejak (footprint) pada komputer yang
digunakan untuk menjalankannya. Suatu
portable application bisa jadi dapat di-
jalankan pada komputer dengan sistem
operasi apapun (cross platform). Dan Jika
termasuk pengguna komputer yang aktif,
belum punya komputer pribadi, suka pin-
dah-pindah komputer, atau suka
nongkrong di warnet, maka jadikan flash-
disk sebagai komputer pribadi dengan
menggunakan PortableApps.com . Tinggal
masukkan ke flashdisk ke PC maka anda
sudah bisa menjalakan beberapa aplikasi
yang tidak ada dalam komputer tersebut.
Jadi kemanapun anda pergi temanilah se-
lalu dengan flashdisk
Kenapa kita menggunakan aplikasi porta-
bel?
1. Pada umumnya gratis. Beberapa situs
penyedia: portableapps, portablefree-
ware
2. Sistem keamanan data. Karena data
disimpan di peralatan portabel, maka
keamanan data tersebut juga diuntung-
kan karena tidak tersimpan di dalam
komputer tertentu
3. Praktis. Sekali kita install didalam USB
bisa dijalankan untuk beberapa kom-
puter.
4. Merupakan sofware yang dapat kita
jalankan di komputer siapa saja melalui
flash disk
Aplikasi apa saja yang sudah tersedia?
Sudah cukup banyak aplikasi yang
tersedia, kebanyakannya adalah open
source sehingga anda bisa melakukan
modifikasi. Portable Aplikasi menyediakan
aplikasi–aplikasi platform terbuka yang da-
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
47
pat bekerja pada USB Flash Disk, iPod,
Hardisk Portable, dll, di mana saat kita me
nyambungkan device tsb kita ke PC, maka
kita dapat menjalankan aplikasi-aplikasi
seperti : Mozilla Firefox, Open Office dsb,
sehingga kita dapat menjalankan aplikasi
tsb pada komputer dimanapun yang tidak
terdapat aplikasi tersebut.
Aplikasi portable yang disediakan oleh
penyedianya yaitu PortableApps.com ter-
diri dari :
1. PortableApps_Suite_Standard_1.0
2. PortableApps_Suite_Lite_1.0
3. Porta leApps.com_Platform_Setup_1.1
Setiap aplikasi induk di atas yang akan diin-
stalls atau diektrak memilki jumlah aplikasi
pendukungnya bermacam – macam di
dalamnya. Hal tersebut dimungkin sesuai
kemampuan USB yang dimiliki oleh peng-
gunanya.
Bagi yang memiliki flashdisk 512MB ke atas,
bisa menggunakan PortableApps Suite
(Standard Edition) yang berisi ClamWin
Portable (antivirus), Mozilla Firefox - Portable
Edition (web browser), Gaim Portable
(instant messaging), OpenOffice.org Port-
able (office suite), Sudoku Portable (puzzle
game), Mozilla Sunbird - Portable Edition
(calendar/task manager) dan Mozilla Thun-
derbird - Portable Edition (email client).
Bagi yang memilki flashdisk 256MB, bisa
menggunakan PortableApps Suite (Lite Edi-
tion). Isinya sama dengan Standart Edition
hanya saja OpenOffice.org Portable (word
processor) digantikan oleh AbiWord Port-
able.
Jika Anda hanya memiliki flashdisk 128 MB
cukuplah menggunakan Portab-
leApps.com Platform Setup karena memiliki
tampilannya saja tanpa aplikasi di dalam-
nya. Semaikin banyak aplikasi yang ditam-
bah otomatis memerlukan memory yang
banyak
Berikut daftar aplikasi yang disediakan oleh
portableApps.com
Accessibility
Firefox Accessibility Extension - Make
Firefox more accessible
On-Screen Keyboard Portable - Eas-
ily access an on-screen keyboard
Virtual Magnifying Glass Portable - A
full-featured screen magnifier
Development
Notepad++ Portable - A full-featured
text editor with syntax highlighting
Nvu Portable & KompoZer Portable -
The easy-to-use Nvu web editor
XAMPP - Apache, mySQL, PHP,
phpMyAdmin, etc in one package
Games
DOSBox Portable - classic DOS
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
48
games to go
Jooleem Portable - simple and ad-
dictive puzzle game with great music
and visuals
LBreakout2 Portable - breakout-style
arcade game similar to Arkanoid
Mines-Perfect Portable - a classic
hunt-for-mines game with advanced
features
PokerTH Portable - classic Texas Hold
Em style poker at its best
Sudoku Portable - the wildly popular
and addictive puzzle game
Graphics & Pictures
GIMP Portable - Photo and Image
Editor
Internet
FileZilla Portable - the full-featured
FTP client
FireFTP Extension (for Firefox) - a light-
weight extension
Miranda IM Portable - chat with AOL,
MSN and Yahoo users in a custom-
izable interface
Mozilla Firefox, Portable Edition - Web
browser yang satu ini memang su-
dah menjadi saingan berat dari IE
ataupun Opera. Apalagi ketika
Mozilla mengeluarkan Firefox untuk
portable tentu persaingan akan se-
makin hebat di antara ketiganya.
Dengan ukuran yang lebih kecil dari
versi regulernya, fitur-fitur seperti
popup-blocking, tabbedbrowsing,
integrated search, improved privacy
feature, dan automatic updating
masih tetap disertakan pada versi
portable-nya. Karena ukurannya
yang kecil hanya sekitar 6.3 MB,
Anda bisa membawanya ke mana-
mana bersama dengan bookmarks
yang sudah Anda simpan pada ap-
likasi tersebut. Keuntungan dari port-
able Firefox ini tidak perlu diinstal,
tinggal klik dan jalankan saja aplikas-
inya.
Mozilla Thunderbird, Portable Edition
- the handy email client
Nvu Portable & KompoZer Portable -
the easy-to-use webpage editor
Pidgin Portable - chat with AOL, MSN
and Yahoo users in an easy-to-use
interface
PuTTY Portable - lightweight telnet
and SSH client
Sage Extension (for Firefox) - A full-
featured RSS extension
WinSCP Portable - SFTP, FTP and SCP
client
Music & Video
Audacity Portable - A simple audio
editor and recorder
BonkEnc Portable - extract, convert,
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
49
and encode audio
CoolPlayer+ Portable - Lightweight,
fast, easy-to-use audio player
MPlayer Portable - Full-featured
movie player with support for most
video formats
VirtualDub Portable - video process-
ing and capture utility
VLC Media Player Portable - An easy
to use media player that plays most
audio and video formats
Office/ Perkantoran
AbiWord Portable Abiword adalah
aplikasi pengganti MSWord dengan
fungsi yang sama persis. Yang mem-
bedakan adalah Abiword berlisensi
open source sehingga bebas untuk
didistribusikan. Tipe document yang
bisa dikenali Abiword, antara lain
OpenOffi ce.org documents, Micro-
soft Word documents, WordPerfect
documents, Rich Text Format docu-
ments, HTML web pages, dan lain se
bagainya.
GnuCash Portable - accounting, ex-
penses and financial management
Lightning Extension (for Thunderbird)
- A lightweight extension for your cal-
endar and tasks
Mozilla Sunbird, Portable Edition - Ap-
likasi ini hampir sama dengan Essen-
tialPIM. Pengorganisasian kalendar
dan tasks lebih ditekankan pada ap-
likasi ini. Terlihat dari tidak dis-
ediakannya menu kontak info dalam
aplikasi tersebut. Sunbird bisa mela-
kukan import maupun export data
tasks schedule yang ada pada MS-
Outlook. Kelebihannya terletak
pada interface-nya yang cukup
menarik, hal tersebut mempegaruhi
ukuran dari aplikasi ini, yaitu 7.4 MB.
Mozilla Thunderbird, Portable Edition
(Address Book) - Email client's built-in
address book with import/export
functions
OpenOffice.org Portable , Menden-
gar nama OpenOffice tentunya su-
dah tidak asing lagi bagi Anda. Kali
ini OpenOffice merilis versi portable
dengan besar 144 MB. Cukup besar
memang, tapi kemampuan yang
ditawarkan sama persis dengan versi
standarnya. Semua kemampuan
seperti word processor, spreadsheet,
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
50
grated backup utility bundled with
the platform
PortableApps.com Menu - inte-
grated start menu bundled with the
platform
Toucan - backup, sync and encrypt
for advanced users
WinDirStat Portable - disk usage ana-
lyzer and cleanup tool
winMd5Sum Portable - check md5
sums to verify files on the go
WinMerge Portable - file comparison
and merging
Menginstals aplikasi cara portableapps
Untuk menyimpan sebuah aplikasi portable
dalam USB flash disk pada dasarnya dapat
langsung dilakukan dengan mengekstrak
paket aplikasi yang diterima atau
didownload. Setelah itu kita dapat men-
jalankan file eksekusinya. *** (UJ)
presentation tool, drawing package,
dan database ada di dalam versi
portable ini.
PDFTK Builder Portable - split, collate,
watermark and password protect
PDF documents
PNotes Portable - stick notes to go
Sumatra PDF Portable - a lightweight
PDF viewer
Task Coach Portable - to do list and
task manager
Operating Systems
Mac-on-Stick - Run Mac OS Classic 7
portably
Utilities
7-Zip Portable - File archiver and
compressor
ClamWin Portable - Antivirus on the
go
Command Prompt Portable - Simple
link to a customizable command
prompt
Eraser Portable - securely delete files
and data
InfraRecorder Portable - full-featured
CD and DVD burner
KeePass Password Safe Portable -
Secure, easy-to-use password man-
ager
PeaZip Portable - Easy to use file ar-
chiver and compressor
PortableApps.com Backup - inte- Bersambung ke Info Kespel Vol. III edisi 2
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
51
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008
52