1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak.Episode penyakit batuk
pilek pada balita di Indonesia diperkirakan sebesar 3-6 x pertahun.Ini
bearti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk, pilek sebanyak
3-6 x setahun.Sebagai kelompok penyakit, ISPA juga merupakan salah
satu penyebab utama kunjungan pasien disarana kesehatan.Sebanyak
40%-60% kunjungan berobat dipuskesmas dan 15%-30% kunjungan
berobat dibagian rawat jalan dan rawat inab rumah sakit disebabkan oleh
ISPA (DepKes.RI, 2002).
Kemudian dari penyakit ISPA yang dapat ditimbulkan cukup tinggi
(20%-30%) dan perlu dicatat bahwa penyakit ISPA merupakan masalah
kesehatan tidak boleh diabaikan karena menyebabkan kematian bayi dan
balita yang tinggi dengan rasio 1 antara 4 bayi.Jadi kita dapat
memperkirakan episode ISPA dapat terjadi 3-6 kasus kematian setiap
tahun. Angka tersebut dibuktikan pada kunjungan pasien kepuskesmas
yang cukup tinggi untuk penyakit ISPA yaitu rata-rata lebih dari 25%
terutama pada usia balita. Penyakit ini dapat ditularkan melalui udara
pernafasan yang mengandung kuman yang dihirup orang sehat lewat
saluran pernafasan. ISPA yang tidak ditangani secara lanjut apabila
dianggab sepele dapat berkembang menjadi pneumonia (khususnya
menyerang anak kecil dan balita apabila terdapat zat gizi yang kurang dan
ditambah dengan keadaan lingkungan yang tidak bersih) (Yusri, 2011).
2
B. Perumusan Masalah
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk menjelaskan
konsep dasar dari penyakit Ispa yang terjadi pada anak yaitu mulai
dari definisi Ispa, etiologi, bagaimana patofisiologinya, manifestasi
klinis, komplikasi, sehingga masyarakat kelurahan Layana dapat
memahami penyakit Ispa.
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Untuk mengetahui dan memberikan gambaran yang nyata tentang
penyakit Ispa pada anak serta penanganan dan pencegahannya.
2. Manfaat
1) Membantu ibu untuk memahami penyakit Ispa pada anak.
2) Sebagai bahan informasi untuk puskesmas pembantu kelurahan
Layana Indah tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit Ispa.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran
pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru
yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di
atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas
dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau
lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk
jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura
(Nelson, 2003).
Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut
akibat infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur
yang berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari
14 hari.
2. ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium.
Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus,
Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-
lain (Suhandayani, 2007).
4
3. KLASIFIKASI
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2
bulan dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin, 2008):
a. Golongan Umur Kurang 2 Bulan
1) Pneumonia Berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian
bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur
kurang 2 bulan yaitu 6x per menit atau lebih.
2) Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah
atau napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2
bulan, yaitu:
a)Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai
kurang dari ½ volume yang biasa diminum)
b) Kejang
c)Kesadaran menurun
d) Stridor
e)Wheezing
f)Demam / dingin.
b. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun
1) Pneumonia Berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada
bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada
5
saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis
atau meronta).
2) Pneumonia Sedang
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:
a) Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih
b) Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.
3) Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak
ada napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5
tahun yaitu :
a) Tidak bisa minum
b) Kejang
c) Kesadaran menurun
d) Stridor
e) Gizi buruk
Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
a. ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala
batuk, pilek dan sesak.
b. ISPA sedang
6
ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih
dari
390 C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.
c. ISPA berat
Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba,
nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan
gelisah.
4. PENYEBAB ISPA
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran
nafas. Salah satu penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran
bahan bakar kayu yang biasanya digunakan untuk memasak. Asap
bahan bakar kayu ini banyak menyerang lingkungan masyarakat,
karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu melakukan
aktifitas memasak tiap hari menggunakan bahan bakar kayu, gas
maupun minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya telah
mereka hirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat mengeluh
batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar
kayu tersebut mengandung zat-zat seperti Dry basis, Ash, Carbon,
Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen yang sangat berbahaya bagi
kesehatan (Depkes RI, 2002).
5. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) :
a. Faktor Demografi
Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :
7
1) Jenis kelamin
Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan,
lakilakilah yang banyak terserang penyakit ISPA karena
mayoritas orang laki-laki merupakan perokok dan sering
berkendaraan, sehingga mereka sering terkena polusi udara.
2) Usia
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak
terserang penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena
banyaknmya ibu rumah tangga yang memasak sambil
menggendong anaknya.
3) Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen
kasus oleh petugas kesehatan serta pengetahuan yang
kurang di masyarakat akan gejala dan upaya
penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang
datang kesarana pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan
berat karena kurang mengerti bagaimana cara serta
pencegahan agar tidak mudah terserang penyakit ISPA.
b. Faktor Biologis
Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu (Notoatmodjo, 2007):
1) Status gizi
Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga
mencegah atau terhindar dari penyakit terutama penyakit
ISPA. Misal dengan mengkonsumsi makanan 4 sehat 5
sempurna dan memperbanyak minum air putih, olah raga
yang teratur serta istirahat yang cukup. Karena dengan tubuh
8
yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin menigkat,
sehingga dapat mencegah virus ( bakteri) yang akan masuk
kedalam tubuh.
2) Faktor rumah
Syarat-syarat rumah yang sehat (Suhandayani, 2007):
a) Bahan bangunan
a) Lantai : Ubin atau semen adalah baik. Syarat yang
penting disini adalah tdak berdebu pada musim
kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk
memperoleh lantai tanah yang padat (tidak
berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air
kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat,
dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan
berdebu merupakan sarang penyakit gangguan
pernapasan.
b) Dinding : Tembok adalah baik, namun disamping
mahal tembok sebenarnya kurang cocok untuk
daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasinya tidak
cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di
pedesaan lebih baik dinding atau papan. Sebab
meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang
pada dinding atau papan tersebut
dapat merupakan ventilasi, dan dapat menambah
penerangan alamiah.
c) Atap Genteng : Atap genteng adalah umum
dipakai baik di daerah perkotaan maupun
pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk
daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh
9
masyarakat dan bahkan masyarakat dapat
membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak
masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu,
maka
atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat
dipertahankan. Atap seng ataupun asbes tidak cocok
untuk rumah pedesaan, di samping mahal juga
menimbulkan suhu panas didalam rumah.
d) Lain-lain (tiang, kaso dan reng)
Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng
adalah umum di pedesaan. Menurut pengalaman
bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu diperhatikan
bahwa lubanglubang bambu merupakan sarang
tikus yang baik. Untuk menghindari ini cara
memotongnya barus menurut ruas-ruas bambu
tersebut, maka lubang pada ujung-ujung bambu
yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan
kayu.
b) Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi
pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di
dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti
keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni
rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan O2 (oksigen) didalam rumah yang berarti
kadar CO2 (karbondioksida) yang bersifat racun bagi
penghuninya menjadi meningkat. Tidak cukupnya
ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam
10
ruangan naik karena terjadinya proses penguapan dari
kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan
media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-
bakteri penyebab penyakit)
c) Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup,
tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya
yang masuk kedalam ruangan rumah, terutama cahaya
matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan
media atau tempat yang baik untuk hidup dan
berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu
banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan
silau, dam akhirnya dapat merusakan
mata.
c. Faktor Polusi
Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu
(Lamsidi, 2003) :
1) Cerobong asap
Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau pabrik-
pabrik industri yang dibuat menjulang tinggi ke atas (vertikal).
Cerobong tersebut dibuat agar asap bisa keluar ke atas
terbawa oleh angin. Cerobong asap sebaiknya dibuat
horizontal tidak lagi vertikal, sebab gas (asap) yang dibuang
melalui cerobong horizontal dan dialirkan ke bak air akan
mudah larut. Setelah larut debu halus dan asap mudah
dipisahkan, sementara air yang asam bisa dinetralkan oleh
media Treated Natural Zeolid (TNZ) yang sekaligus bisa
menyerap racun dan logam berat. Langkah tersebut
11
dilakukan supaya tidak akan ada lagi pencemaran udara,
apalagi hujan asam. Cerobong asap juga bisa berasal dari
polusi rumah tangga, polusi rumah tangga dapat dihasilkan
oleh bahan bakar untuk memasak, bahan bakar untuk
memasak yang paling banyak menyebabkan asap adalah
bahan bakar kayu atau sejenisnya seperti arang.
2) Kebiasaan merokok
Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar
4.000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida,
nitrogen oksida, hidrogen cianida, ammonia, acrolein,
acetilen, benzol dehide, urethane, methanol, conmarin, 4-
ethyl cathecol, ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di
bahan kimia tersebut akan beresiko terserang ISPA.
d. Faktor timbulnya penyakit
Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit menurut Bloom
dikutip dari Effendy (2004) menyebutkan bahwa lingkungan
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat, sehat atau tidaknya lingkungan
kesehatan, individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung
pada perilaku manusia itu sendiri. Disamping itu, derajat
kesehatan juga dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya membuat
ventilasi rumah yang cukup untuk mengurangi polusi asap
maupun polusi udara, keturunan, misalnya dimana ada orang
yang terkena penyakit ISPA di situ juga pasti ada salah satu
keluarga yang terkena penyakit ISPA karena penyakit ISPA bisa
juga disebabkan karena keturunan, dan dengan pelayanan
seharihari yang baik maka penyakit ISPA akan berkurang dan
12
kesehatannya sedikit demi sedikit akan membaik, dan pengaruh
mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
6. TANDA DAN GEJALA
ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap
bagian saluran pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi
infiltrat peradangan dan edema mukosa, kongestif vaskuler,
bertambahnya sekresi mukus serta perubahan struktur fungsi siliare
(Muttaqin, 2008).
Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam,
pusing, malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus
(muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret,
stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi
suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen), dan
dapat berlanjut pada gagal nafas apabila tidak mendapat
pertolongan dan mengakibatkan kematian. (Nelson, 2003).
Sedangkan tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
a. Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika
ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1) Batuk
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan
suara
(misal pada waktu berbicara atau menangis).
3) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.
13
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika
dahi anak diraba.
b. Gejala dari ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai
gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala
sebagai berikut:
1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur
kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak
yang berumur satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan
ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit.
Untuk menghitung dapat digunakan arloji.
2) Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).
3) Tenggorokan berwarna merah.
4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak
campak.
5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
7) Pernafasan berbunyi menciut-ciut.
c. Gejala dari ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-
gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-
gejala sebagai berikut:
1) Bibir atau kulit membiru.
14
2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu
bernafas.
3) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
4) Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak
gelisah.
5) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
7) Tenggorokan berwarna merah.
7. PENATALAKSANAAN
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus
yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan
program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya
penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan
penyakit ISPA).
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk
standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi
penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta
mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi
penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian
makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang
penting bagi pederita ISPA . Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau
tindakan sebagai berikut (Smeltzer & Bare, 2002) :
15
a. Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak
dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat
dan mendengarkan anak. Hal ini penting agar selama pemeriksaan
anak tidak menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi
napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya.
Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila
baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat
gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak
harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan
steteskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklassifikasi.
b. Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA
sebagai berikut :
1) Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan
dinding dada kedalam (chest indrawing).
2) Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3) Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek,
bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam,
tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis
tergolong bukan pneumonia.
c. Pengobatan
1) Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik
parenteral, oksigendan sebagainya.
2) Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila
penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata
16
dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita
menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu
ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
3) Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan
perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk
tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat
yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan,
antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu
parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada
pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah
(eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher,
dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman
streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama
10 hari.
Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya
harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan
selanjutnya.
d. Perawatan di rumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi
anaknya yang menderita ISPA.
1) Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi
dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi
dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk.
Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari.
Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya,
kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres,
dengan menggunakan kain bersih, celupkan
17
pada air (tidak perlu air es).
2) Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan
kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
3) Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi
berulangulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika
muntah.
Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
4) Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan
sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu
mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah
parah sakit yang
diderita.
5) Lain-lain
a) Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang
terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan
demam.
b) Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk
mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi
yang lebih parah.
c) Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu
yang berventilasi cukup dan tidak berasap.
18
d) Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak
memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter
atau petugas
kesehatan.
e) Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain
tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh
tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh.
Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik,
usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali ke
petugas kesehatan untuk pemeriksaan
ulang.
8. PENCEGAHAN
Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:
a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan
mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara
lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan
empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih, olah raga
dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan
menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang
sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat,
sehingga dapat mencegah virus / bakteri penyakit yang akan
masuk ke tubuh kita.
b. Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-
anak maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk
19
menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang
berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang
baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada
di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang
menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena
penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi
sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi
manusia.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh
virus/ bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah
terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke
dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di
udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang
melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei
(sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari
tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet
(campuran antara bibit penyakit).
20
BAB III
PEMBAHASAN
1. Sejarah Singkat Kelurahan Layana Indah
Sebelum dimekarkan kelurahan layana indah masuk wilayah kelurahan
Tondo dan terdiri dari beberapa dusun, yaitu dusun wintu, pada njese,
layana tua, dan dusun dupa. pada tahun 1987 layana tua dijadikan daerah
pemukiman transmigrasi, atau disebut lingkungan industri kecil (LIK),
sehubungan dengan gagasan pemerintah kota palu untuk membangun
menjadi kelurahan yang mandiri dengan tekat semangat dan kerja keras
untuk mengupayakan ekselarasi atau wujud nyata pembangunan yang
dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat kota palu. pergeseran
paradigma pembangunan yang didorong oleh pemikiran untuk mengejar
ketertinggalan sehingga pemerintah kota palu melakukan kajian untuk
memberdayakan masyarakatnya serta melihat perkembangan
penduduknya yang tumbuh begitu pesat, sehingga atas inisiatif pemeritah
kota palu dan seluruh tokoh masyarakat Desa tondo dan layana pada saat
itu, akhirnya kelurahan layana dimekarkan pada tahun 1998 untuk menjadi
kelurahan binaan dengan batas – batas wilayah sebagai berikut :18
1) Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan tondo
2) Sebelah barat berbatasan dengan Laut ( Teluk Palu )
3) Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan mamboro
4) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Parigi Mautong
2. Gambaran Umum Kelurahan Layana Indah
Kelurahan Layana Indah berada diketianggian 50 M dari permukaan
laut yang merupakan salah satu kelurahan paling ujung dibagian timur di
21
wilayah kecamatan Mantikulore, jarak tempuh 4 km dari pusat Kota palu
dengan luas wilayah 1779 Ha dengan jumlah penduduk 2778 jiwa tahun
2012 serta jumlah kepala keluarga 776 KK, sebagian besar wilayahnya
adalah pegunungan dan berbukit – bukit sedangkan dataran rendah
sekitar 20 % , dan dijadikan daerah pemukiman penduduk dan daerah
peternakan.18
Luas wilayah Kelurahan Layana Indah 1779 Ha terdiri dari 6 RW dan
19 RT dengan jumlah Penduduk 3900 jiwa dan 1038 KK, sebagian besar
wilayahnya hampir 70 % adalah pegunungan, 20 % Bukit, dan 10 %
pantai,dan secara Geografis kelurahan Layana Indah berada di ketinggian
50 meter dari permukaan laut dengan curah hujan 5000 mm/tahun mata
pencaharian utama warganya adalah Petani, sebagian Industri rumah
tangga, Nelayan, Pekerja Karyawan Swasta, PNS, Pedagang dan Jasa.18
3. Lokasi Kelurahan Layana Indah
Kelurahan Layana Indah berada diketianggian 50 M dari permukaan
laut yang merupakan salah satu kelurahan paling ujung dibagian timur di
wilayah kecamatan Mantikulore, jarak tempuh 4 km dari pusat Kota palu
dengan luas wilayah 1779 Ha dengan jumlah penduduk 2778 jiwa tahun
2012 serta jumlah kepala keluarga 776 KK, sebagian besar wilayahnya
adalah pegunungan dan berbukit – bukit sedangkan dataran rendah
sekitar 20 % , dan dijadikan daerah pemukiman penduduk dan daerah
peternakan.
BAB IV
22
METODE PENELITIAN
1. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini
terdiri dari data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan
data yang digunakan untuk penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
studi literature (desk-study) dan review laporan-laporan yang ad.
Literarur, dokumen dan laporan-laporan sejenis yang terkait
dengan topic yang akan dikaji baik yang menyajikan fakta-fakta dan
data-data yang maka berhubungan dengan judul yang akan di
bahas dalam karya tulis ilmiah ini. Yakni “Penyakit Ispa Pada Masyarakat kelurahan Layana Indah, Kecamatan Mantikulore”
2. Rancangan Analisis Data Data kuantitatif dan data kualitatif yang berhasil dikumpulkan
akan dianalisis secara deskriptif. Dasar pemikirannya berdasarkan
pada berbagai bahan pustaka yang kami peroleh, maka tidak ada
data yang dianalisis secara statistik.
BAB V
23
HASIL
Berdasarkan analisis dan observasi yang telah dilakukan selama
hampir 2 bulan di Kelurahan Layana Indah bahwa ISPA (infeksi saluran
pernafasan akut) merupakan penyakit pertama. Dimana penyakit ini sudah
menduduki peringkat pertama semenjak tahun 2012.
Tidak dapat dipastikan secara pasti penyebab Ispa yang terjadi.
Kemungkinan asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya
digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak
menyerang lingkungan masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu
rumah tangga selalu melakukan aktifitas memasak tiap hari menggunakan
bahan bakar kayu.
BAB VI
24
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana
saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami
inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan
akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan
pernafasan. Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan
pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing.
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan
Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute
Respiratory Infections (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari
hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk
jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada
anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah.
Kejadian psenyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan
3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-rata
mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan
dan akut
2. Saran Kepada masyarakat kelurahan Layana Indah atau pembaca
disarankan agar dapat mengambil pelajaran dari Karya Tulis Ilmiah
25
ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala penyakit Ispa, maka
dapat melakukan tindakan yang tepat agar penyakit tersebut tidak
berlanjut kearah yang lebih buruk. Dan disarankan kepada orang
tua agar menjaga/menghindarkan anak anak dari penyebab
penyebab timbulnya penyakit ISPA.
DAFTAR PUSTAKA
26
1. Assegaf. F, Petrus. R, Marni. (2010). Studi Perilaku Pencarian
Pengobatan Oleh Ibu Dalam Menangani Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA)
2. Brunnner & Suddarth. (2002). Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah.
(ed. 8). Jakarta: EGC.
3. Cohen, et all. (2012). Effect of Honey on Nocturnal Cough and Sleep
Quality: A Double-blind,Ramdomized,Pacebo-Controlled Study.
Http://pediatrics.aappublications.org. Diunduh 17 April 2013Corwin,
4. Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
5. Depkes RI. (2008). Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS). Jakarta: Usaid
6. Depkes RI. 2010. Pedoman Teknis Penemuan Dan Tatalaksana.
Jakarta: Departemen Kesehatan R.I.
7. Kementrian Kesehatan RI. (2012). Profil Data Kesehatan Indonesia.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
8. Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit edisi 2. Jakarta: EGC.
9. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
10. Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman skripsi, tesis, dan Instrumen
Penelitian Keperawtan. Jakarta: Salemba Medika.
11. Rahmawati, dwi & hartono. (2012). Gangguan Pernafasan pada Anak:
ISPA. Yogyakarta: Nuha Medika.
12. Rasmaliah. (2004). InfeksiSaluran Pernafasan Akut
(ISPA) Dan Penanggulangannya. Http://Usudigital library.com.
Diunduh 11 April 2013
13. Sayono. (2011). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang
Penatalaksanaan ISPA Terhadap Pengetahuan Keterampilan Ibu
Merawat Balita ISPA Di Rumah 2011.
27
14. Patellongi Ilhamjaya. 2010. Bahan Kuliah Fisiologi Sistem Urinarius.
Fisiologi Ren. Makassar: Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin Makassar
15. RISKESDAS. 2008. Riset kesehatan dasar. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
16. Profil Kelurahan 2013. Kelurahan Layana Indah. Palu