10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Profesi Ners
1. Definisi Ners
Hidayat (2007) dalam Rika (2016) mendefinisikan keperawatan
merupakan segala perencanaan atau tindakan yang dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Pelayanan keperawatan yang dimaksud ialah berupa bantuan yang
diberikan karena terdapat keterbatasan pengetahuan, kelemahan mental
dan fisik, serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan aktivitas harian. Keperawatan adalah suatu profesi yang
mengabdikan dirinya kepada tugas-tugas kemanusiaan, dengan
memprioritaskan segala urusan kesehatan pasiennya dibandingkan
kepentingannya dirinya sendiri. Keperawatan merupakan bentuk
pelayanan yang berorientasi pada tugas kemanusiaan dengan pendekatan
secara menyeluruh, yang dilakukan atas dasar ilmu dan kiat keperawatan,
dan juga menggunakan kode etik keperawatan sebagai pedoman dalam
melaksanakan seluruh bentuk pelayanan/asuhan keperawatan.
Pendidikan keperawatan adalah laboratorium yang berperan besar
dalam memformulasikan, mengembangkan dan menciptakan proses
tenaga keperawatan yang profesional. Pendidikan keperawatan harus dapat
membentuk ciri khas pada tenaga medis pada lulusannya dengan
mentingkatkan kapasitasnya yang sekaligus mampu untuk dapat
membentuk kumpulan perawat dalam satu wadah (komunitas) dalam
11
memberikan sumbangsih bagi profesinya dan masyarakat secara luas
(Ma’rifin, 1999). Dengan kata lain, pendidikan keperawatan dan
pengembangan profesional guna meningkatkan kualitas pelayanan oleh
perawat. Pendidikan Ners menggunakan proses pembelajaran yang
meninjau seluruh aspek tumbuh kembang intelegensi dan mental
mahasiswanya untuk menjadi seorang akademisi dan praktisi yang handal
melalui pendidikan akademik-profesional (Haryanti dkk, 2015).
2. Kurikulum Ners
Berdasarkan observasi yang dilaksanakan terhadap perawat-perawat
yang bekerja di instansi kesehatan, banyak terjadinya kejenuhan dan rasa
bosan mereka untuk bekerja yang disebabkan olehnya kurangnya
penyegaran atau pelatihan untuk mengupgrade soft skill yang dimilikinya
sesuai dengan alur zaman Karena kejenuhan, ini adalah masalah praktik
ketenagakerjaan yang mengarah pada degradasi. Selain degradasi,
efisiensi juga menurun (Dale, 2011). Selain Selain itu, terlihat komunikasi
dan hubungan antara klien dan perawat yang masih buruk, perawat belum
mampu melakukan komunikasi terapetik dengan maksimal meningkatkan
pelayanan kepada pasien. Komunikasi yang kurang baik dalam proses
pelayanan terhadap pasien dapat meningkatkan resiko medication error,
memperpanjang proses perawatan, membahayakan pasien,
memperpanjang hari rawat pasien, menurunkan kepuasan pasien, dan
berakhir terhadap kurangnya mutu asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien (Malekzadeh, dkk., 2013). Perawat dalam proses
memberikan bentuk pelayanan kepada pasien belum sesuai antara
12
kemampuannya dan tugas yang akan mereka laksanakan seperti pelatihan,
pendidikan, dan pengalaman kerja yang dimilikinya selama bekerja di
rumah sakit. Selama ini perawat hanya melakukan seluruh pekerjaan yang
bersifat ritualistik, yang bermakna mengerjakan seluruh hal pada
umumnya perawat lakukan di rumahsakit. Salah satu alternatif yang dapat
dilaksanakan oleh perawat ialah melalui pelatihan antara yang senior dan
junior dalam bentuk kegiatan dengan metode pelatihan untuk
meningkatkan kapasitas perawat itu sendiri.
Kurikulum pendidikan S1 Ilmu Keperawatan selalu mengendepankan
pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum adalah
program pendidikan yang memuat berbagai bahan ajar dan pengalaman
belajar yang memprogram, merencanakan, dan merancang secara
sistematis standar inti yang berlaku yang akan dijadikan pedoman dalam
proses pembelajaran bagi tenaga kesehatan dan untuk mencapai tujuan
pendidikan (Dakir, 2004). Fasilitas pendidikan menjadi bahan utama dalam
memberikan pengalaman belajar yang lebih maksimal melalui berbagai
materi yang sesuai dengan kurikulum pendidikan yuang bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas peserta didik dalam mengembangkan dan
menguasai ilmu keperawatan lebih maksimal.
Calon ners dalam Suatu pendidikan harus memenuhi standar
kualifikasi untuk jenis dan jenjang tertentu. Pasal 16 Perjanjian Menteri
Riset, Teknologi, dan Penerbitan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2015 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan: “Maksimal 7
(tujuh) tahun akademik untuk program sarjana, menggunakan program
13
diploma / sarjana dengan Beban studi minimal 144 (seratus empat puluh
empat) SKS, terutama dalam tiga (tiga) tahun akademik, program
kedokteran telah menyelesaikan program sarjananya atau melamar
program diploma empat / untuk program sarjana, pembelajaran
mahasiswa, dengan beban minimal 24 sks (dua puluh empat). Namun,
harus sesuai dengan gelar magister untuk umur minimal 36 sks (Haryanti
dkk, 2015). Untuk urutan semua aturan dalam Pasal 15-18 Menteri Riset
dan Teknologi di Pendidikan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015
Standar Nasional Tinggi Pendidikan harus dibuat sesuai dengan pedoman
yang diberikan pada tiap program studi.
3. Kompetensi Ners
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional dan Kompetensi No. 45 / U /
2002 berbunyi sebagai berikut: Seperangkat tindakan tanggung jawab
konsumen secara penuh, yaitu kondisi manusia, adalah bahwa perusahaan
tidak dapat melaksanakan tugas tertentu di bidangnya. Kompetensi dapat
didefinisikan sebagai tingkat pengetahuan, penilaian, keterampilan,
kualifikasi, pengalaman, dan motivasi untuk memenuhi persyaratan
tanggung jawab profesional dengan baik (Hale dkk, 2012). Kompetensi
diartikan sebagai suatu gambaran tentang sesuatu yang harus diketahui atau
dilakukan seseorang agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik
(Hutapea & Thoha, 2008). Pengertian kompetensi jenis ini dikenal dengan
nama kompetensi teknis atau fungsional atau dapat disebut juga dengan
istilah hard skill/hard competency. Kompetensi yang mengambarkan
bagaimana seseorang diharapkan berperilaku agar dapat melaksanakan
14
pekerjaannya dengan baik, dikenal dengan Model intervensi kompetensi
keperawatan soft skill/soft competency.
Menurut Haryanti dkk (2015), kompetensi yang harus dicapai calon
ners ada 5, yakni :
a. Care provider, yaitu menerapkan keterampilan berfikir kritis dan
proses penyelesaian masalah. dalam hal ini pemberian asuhan
keperawatan yang holistik berdasarkan aspek etik dan legal.
b. Community leader, yaitu mampu menjadi pemimpin dalam setiap
komunitas.
c. Educator, yaitu dapat memberikan edukasi atau pembelajaran kepada
pasien dan keluarga yang menjadi tanggungjawabnya.
d. Manager, yaitu mampu mengaplikasikan kepemimpinan dan
manajemen keperawatan dalam asuhan klien.
e. Research, yaitu dapat menjadi seorang peneliti yang berdasarkan pada
kajian ilmiah.
4. Tugas Ners
Menurut UU No 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan pasal 29,
perawat bertugas sebagai :
a. Pemberi asuhan keperawatan. Perawat melaksanakan aktivitas yang
diarahkan pada keluarga, individu, kelompok dan masyarakat guna
proses memenuhi seluruh kebutuhan dasar seseorang untuk kesehatan
yang lebih maksimal, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
15
keperawatan, menggunakan proses keperawatan dan melibatkan klien
sebagai mitra kerja dalam perencanaan,.
b. Penyuluh dan konselor bagi pasien yang di rawat oleh tenaga
kesehatan. Dengan melaksanakan aktivitas edukatif melalui keluarga,
pasien, kelompok maupun masyarakat guna meningkatkan
pengetahuan pasien dalam pola hidup bersih dan sehat, tindakan apa
saja yang diberikan, tanda dan gejala dari sebuah penyakit serta
bagaimana cara untuk meminimalisir tekanan mentalnya. Disisi lain,
perawat juga harus dapat memberikan dukungan emosional agar
pasien memiliki keinginan yang besar untuk sembuh.
c. Pengelola pelayanan keperawatan. Perawat harus mampu
melaksanakan seluruh bentuk pelayanan keperawatan dengan
memperhatikan aspek manajemen baik terhadap ruang rawat, kasus
yang ditangani dan institusi pemberi pelayanan kesehatan.
d. Peneliti keperawatan. Perawat harus mampu mengkaji dan
mengindentifikasi seluruh kejadian yang dapat menjadi faktor
terjadinya penurunan kesehatan melalui bukti-bukti yang ada di
lapangan untuk dijadikan bahan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
e. Pelaksana tugas. Maksudnya adalah perawat dituntut untuk dapat
melaksanakan seluruh bentuk asuhan keperawatan namun dengan
pelimpahan secara formal, yang artinya secara tertulis kepada perawat
yang diberikan mandat untuk melakukan tindakan medis.
16
f. Pelaksana tugas. Maksudnya ialah dalam keadaan tertentu perawat
dapat melaksanakan tugas secara pararel dengan mempertimbangkan
aspek geografis maupun keterbatas sumber daya manusia. Namun,
yang menjadi perhatian adalah harus sesuai dengan kompetensi
perawat itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan diatas, perawat profesi bekerja lebih ekstra di
Rumahsakit selama 7-8 jam. Hal itu karena adanya pelimpahan wewenang
oleh dokter dalam rangka melaksanakan tindakan medis. Di sisi lain,
perawat profesi juga di tuntut untuk dapat menyelesaikan asuhan
keperawatan sebagai tugas akademik. Maka dari itu, diperlukan
lingkungan kerja yang harmonis dan tanpa tekanan agar dapat bekerja
secara optimal. Sukoco (2006), menjelaskan bahwa salahsatu penyebab
menurunnya produktivitas dan moral pegawai ialah lingkungan yang tidak
sehat dan nyaman yang akan mempengaruhi tujuan organisasi.
B. Stres
1. Definisi Stres
Secara etimologi, stres berasal dari kata latin "Stringi", yang berarti,
"menjadi ditarik ketat". Stres dapat didefinisikan sebagai setiap faktor
yang mengancam kesehatan tubuh atau memiliki efek buruk pada
fungsinya, seperti cedera, penyakit, atau khawatir (Singh dkk, 2015).
Menurut National Safety Council (2004) dalam Pratiwi (2013) Stres
merupakan tidak mampunya seseorang dalam mengatasi setiap ancaman
yang dhadapi tubuhnya baik secara fisik, mental, spiritual maupun
17
emosional yang berpengaruh besar terhadap kesehatan individu. Stres
merupakan respon alami tubuh yang membuat individu untuk
mengaktifkan proses pertahanan tubuhnya dalam menghadapi setiap
masalah. Tingkat stres yang tinggi mengakibatkan terjadinya tekanan
berlebih pada tubuh seseorang. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap
kesehatan fisik dengan timbulnya gejala-gejala seperti mudah marah,
sakit kepala dan kesulitan untuk tidur.
Menurut Asmadi (2008) Stres adalah respon fisik maupun psikis
seseorang terhadap setiap masalah atau tuntutan yang dirasa mengancam
dirinya yang menyebabkan terjadinya perubahan baik dalam aspek
psikologi, fisik serta spiritual. Stres yang dirasakan oleh mahasiswa
dipicu oleh beberapa faktor baik dalam lingkungan yang membuat dirinya
merasa terancam dan tertekan (Safaria & Saputra, 2009). Sejalan dengan
Sujiato dkk (2015), Stres merupakan suatu ketidakseimbangan antara
Antara kemauan atau keinginan fisik dengan kemampuan respon tubuh
dalam memenuhi hasrat yang diinginkannya.
2. Anatomi Otak
a. Talamus
Sebagian besar informasi yang diterima oleh talamus di proses
dan diolah pada korteks serebrum. Namun, ada satu informasi yang
tidak di olah oleh talamus yakni informasi olfaktori, hal ini terjadi
karena arus informasinya langsung masuk ke korteks serebrum
melalui reseptor olfaktori. Pada talamus, banyak sekali nuklei yang
menjadi input utama salahsatu sistem sensorik, seperti penglihatan.
18
Nukleus tersebut menstransmisikan seluruh informasi yang
diterimanya ke salahsatu bagian kortek serbrum. Secara mekanisme
kerjanya, korteks serebrum mengembalikan seluruh informasi ke
talamus dengan menguatkan input-input tertentu guna merasang
perhatian fokus pada stimulus tertentu. (Chalarasinta, 2015).
b. Hipotalamus
Hipotalamus bertugas dalam mengendalikan pelepasan
hormon kelenjar pituitari dengan meneruskan seluruh pesan yang
diterimanya dengan bantuan beberapa saraf dan hormon.
Hipotalamus memegang peranan penting dalam mengendalikan
perilaku seseorang yang erat kaitannya dengan motivasi, seperti
makan, minum, perkelahian, suhu tubuh, perilaku seksual dan
tingkat aktivitas tubuh
c. Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitari merupakan kelenjar yang melekat pada
bawah hipotalamus yang berfungsi untuk menghasilkan hormon
(kelenjar endokrin) yang dibentuk melalui neuron, jaringan ikat dan
pembuluh darah. Kelenjar pituitari merespons seluruh informasi
yang diterima oleh hipotalamus dengan melepaskan hormon-
hormon ke dalam pembuluh darah guna menuju organ yang
menjadi targetannya (Chalarasinta, 2015).
19
d. Basal Ganglia
Basal ganglia terletak dibawah korteks serebrum dan lateral
dari talamus. Basal ganglia meruapakan susunan struktur yang
dibentuk atas 3 yakni, putamen, kaudat, dan globus palidus. Basal
ganglia saling bertukar informasi dengan bagian kortek serebrum
pada bagian yang berbeda. Namun, secara dominan frontal kortek
serebrum menjadi bagian terbanyak dalam proses pertukaran
informasi tersebut, Mengingat bahwa bagian ini adalah bagian yang
mengatur atas tanggungjawab rangkaian perilaku baik dalam aspek
emosional maupun ekspresi. Pada penyakit hungtington dan
parkinson ditemukan fakta bahwa terjadinya penurunan fungsi dari
ganglia basal. Salahsatunya adalah dengan adanya gangguan pada
gerak seseorang, depresi serta gangguan penglihatan maupun
memori.
e. Dasar Otak Bagian Depan
Nukleus basalis merupakan salahsatu struktur yang terletak di
otak bagian depan pada sisi dorsal. Nukleus basalis berfungsi untuk
menerima seluruh informasi yang diberikan oleh bangsal ganglia
dan hipotalamus, hal tersebut terjadi karena pelepasan asetilkolin
pada daerah yang luas di korteks serebrum oleh akson-akson yang
ada pada nukleus basalis. Banyak yang menganggap bahwa nukleus
basalis merupakan bagian penghubung antara proses olahan
informasi yang dilakukan oleh serebrum dan hipotalamus yang
berfungsi sebagai pengatur emosi. Padahal, nukleus basalis
20
memegang peranan penting dalam menjaga seseorang dapat
terjaga, dan perhatian. Salahsatu contoh akibat dari tidak aktifnya
nukleus basalis dapat kita temukan pada penyakit parkinson, yakni
terjadinya penurunan perhatian dan kecerdasan (Chalarasinta,
2015).
f. Hipokampus
Hipokamus secara tata letaknya terdapat pada sisi posterior
otak bagian belakang, tepatnya antara talamus dan korteks
serebrum. Hipokamus berfungsi dalam penyimpanan dan
pengkategorian memori tertentu. Apabila seseorang mengalami
kerusakan pada bagian hipokamus, maka sudah dapat dipastikan
bahwa dalam menyimpan informasi terbaru dalam memori akan
terganggu. (Chalarasinta, 2015).
3. Tingkatan Stres
Tingkat stres pada tiap orang juga bermacam-macam. Sebab, stres
dapat dipicu oleh berbagai macam stressor. Menurut Psychology
Foundation of Australia (2010), terdapat beberapa klasifikasi, sebagai
berikut :
a. Stres Ringan
Stres yang dialami dalam waktu beberapa menit hingga
beberapa jam masih dapat dikategorikan sebagai stres ringan.
Contoh Salahsatu stressor yakni saat sseorang terlalu banyak
menghabiskan waktu tidur dan saat mengalami kemacetan di jalan
raya. Beberapa gejala yang akan muncul saat seseorang mengalami
21
stres ringan seperti merasa lemas, napas memburu, bibir terasa
mengering, berkeringat berlebih saat suhu sedang normal, rasa
cemas yang berlebih tanpa adanya alasan yang jelas. Hal tersebut
sangat berpengaruh terhadap peningkatan resiko penyakit dengan
banyaknya jumlah stressor ringan..
b. Stres Sedang
Stres ini biasanya ditandai dengan lamanya proses stres
tersebut yang memakan waktu beberapa jam hingga beberapa hari.
Stres sedang memiliki beberapa tanda gejala yang bisa dirasakan
seperti mudah tersinggung, kesulitan beristrahat, merasa cemas
yang membuat tubuh menjadi lemas hingga bereaksi secara
berlebihan atas suatu kejadian. Salahsatu hal yang dapat
menyebabkan stres sedang ini yakni dengan adanya permasalahan
yang tidak menemui jalan keluar atau solusi.
c. Stres Berat
Stres berat ini berbeda dengan stres ringan maupun sedang. Hal
tersebut ditandai dengan waktunya yang begitu lama, mulai dari
beberapa minggu hingga tahunan. Beberapa pemicu yang paling
sering dirasakan oleh mahasiswa adalah adanya permasalahan
dengan teman maupun dosen yang berlangsung panjang, tuntutan
akademik atau tugas akhir yang membuat mahasiswa harus
memberikan waktunya secara lebih untuk menyelesaikannya. Hal
tersebut memicu beberapa tanda dan gejala seperti sedih terus
menerus, mudah putus asa bahkan selalu merasa tertekan meski
22
dalam keadaan tenang. Pada hakikatnya, semakin banyak dan
semakin lama stressor yang menganggu seseorang, maka semakin
tinggi pula tingkat stres yang meningkatkan resiko penyakit yang
terjadi pada mahasiswa.
4. Gejala Stres
Menurut sarafia & saputra (2009), terdapat 5 gejala stres terhadap
seseorang, yakni :
a. Gejala Fisik
Gejala ini biasanya ditandai dengan kepala pusing, sakit
pinggang, sakit perut, tidak bersemangat dalam beraktivitas dan
nafsu makan yang menurun.
b. Gejala Emosi
Berupa keluhan mudah marah, cemas, gugup, sedih dan juga
takut.
c. Gejala Kognitif
Hal ini berkaitan dengan menurunnya daya ingat (mudah lupa),
kesulitan untuk berkonsentrasi, pikiran yang kacau dan sulit untuk
membuat sebuah keputusan.
d. Gejala Interpersonal
Berupa sikap acuh pada lingkungannya, kurang percaya
kepada orang lain, merasa minder dan sangat mudah untuk
menyalahkan orang lain tentang satu hal.
23
e. Gejala Organisasional
Meningkatnya kemalasan untuk menghadiri perkuliahan, tidak
produktivitas, menurunnya motivasi untuk berprestasi.
5. Tahap-tahap Stres
Amberg (1979) dalam Yunitasari (2011), tahap stres terbagi atas 6,
sebagai berikut :
a. Tahap I
Stres yang disertai dengan perasaan nafsu yang besar untuk
terus bekerja dengan berlebihan,mampu menyelesaikan pekerjaan
tanpa memperhitungkan kemampuan yang dimiliki dan penglihatan
menjadi tajam.
b. Tahap II
Stres yang disertai dengan keluhan, seperti saat bangun pagi
terasa lelah dan letih, semangat mulai menurun saat menjelang sore,
perasaan tidak santai, malas saat setelah makan, jantung berdebar,
dan punggung terasa tegang. Hal ini dikarenakan tenaga yang tidak
memadai.
c. Tahap III
Tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur,
tegang, emosional, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit
untuk tidur kembali, koordinasi yang terganggu serta rasa jatuh mau
pingsan.
24
d. Tahap IV
Tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu
beraktivitas seperti biasanya (lemas), rutinitas yang terganggu,
pekerjaan yang terasa sangat menjenuhkan, sering menolak ajakan,
konsentrasi dan daya ingat yang menurun, serta timbul ketakutan
dan kecemasan.
e. Tahap V
Tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental,
ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang ringan, gangguan
pencernaan yang berat, serta meningkatnya ras takut dan cemas.
f. Tahap VI
Tahapan stres yang ditandai dengan jantung yang berdebar-
debar keras, sesak napas, badan gemetar, produksi keringat
meningkat serta pingsan.
6. Jenis Stres
Para ahli membagi beberapa jenis stres. Menurut Selye (1976)
dalam Wulandari (2012), dibagi atas 2, yaitu :
a. Eustres
Stres yang menghasilkan respon individu sehat, positif dan
membangun. Hal itu tidak hanya dirasakan oleh individu itu sendiri,
melainkan lingkungannya juga dapat merasakannya seperti
meningkatnya performance, kemampuan adaptasi yang baik,
adanya pertumbuhan dan fleksibilitas.
25
b. Distres
Stres yang berkebalikan dengan eustres, negatif dan sifatnya
merusak. Hal itu juga berdampak pada lingkungannya seperti
meningkatnya kemalasan untuk menghadiri perkuliahan, sulit
berkonsentrasi dan menerima hasil yang telah didapatnya.
7. Faktor yangMmempengaruhi Stres
Gunawati (2005), setiap individu memberikan respon yang berbeda
terhadap stimulus stressor yang datang. Respon stres ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Variabel dalam diri individu, yang meliputi : umur, tahap
kehidupan, jenis kelamin, tempramen, faktor genetik, intelegensi,
suku, budaya dan ekonomi.
b. Karateristik kepribadian, yang meliputi : introvert-ekstrovert,
kestabilan emosi secara umum, locus of control, kekebalan dan
ketahanan.
c. Variabel sosio-kognitif, yang meliputi : dukungan sosial yang
dirasakan, jaringan sosial, dan kontrol pribadi.
d. Hubungan dengan lingkungan sosial adalah dukungan sosial yang
diterima olehnya dan diintegrasikan dalam komunikasi
interpersonal.
e. Strategi coping merupakan respon yang melibatkan unsur-unsur
pemikiran untuk mengatasi permasalahan atau mencari jalan
keluar atas apa yang dialami dalam kesehariannya.
26
8. Alat Ukur Stres
a. Definisi Perceived Stress Scale
Perceived stress scale merupakan instrumen penilaian stres
klasik. Skala ini awalnya dikembangkan pada tahun 1983. Namun,
tetap menjadi pilihan populer untuk membantu kita memahami
bagaimana setiap keadaan mempengaruhi perasaan dan stres yang
kita dirasakan. Pertanyaan-pertanyaan dalam skala ini bertanya
tentang perasaan dan pikiran selama bulan lalu.
Tabel 2.1. Kuisioner Perceived stress scale
Sumber :State of New Hampshire
No Pertanyaan Nilai
1 Pada bulan lalu, seberapa sering anda marah
karena sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba ?
2 Pada bulan lalu, seberapa sering anda merasa
bahwa anda tidak dapat mengontrol hal yang
penting dalam hidup anda ?
3 Pada bulan lalu, seberapa sering anda merasa
gugup dan stres ?
4 Pada bulan lalu, seberapa sering anda merasa
yakin tentang kemampuan anda dalam
menangani masalah pribadi anda ?
5 Pada bulan lalu, seberapa sering anda merasa
bahwa yang anda lakukan adalah benar ?
6 Pada bulan lalu, seberapa sering anda merasa
tidak bisa mengatasi hal yang anda harus
lakukan ?
7 Pada bulan lalu, seberapa sering anda bisa
mengontrol iritasi di hidup anda ?
8 Pada bulan lalu, seberapa sering anda merasa
bahwa anda menguasai berbagai hal ?
9 Pada bulan lalu, seberapa sering anda marah
karena hal-hal yang terjadi di luar kendali
27
anda ?
10 Pada bulan lalu,seberapa sering anda merasa
kesulitan mengatasi hal-hal yang telah jauh
anda capai ?
b. Cara Mengukur
Kuisioner diatas dapat kita nilai dengan menjumlahkan seluruh
hasil nilai yang di isi oleh responden . Kuisioner diisi dengan skala
angka 0-4. sebagai berikut :
1) Skala 0 = tidak pernah
2) Skala 1 = hampir tidak pernah
3) Skala 2 = kadang-kadang
4) Skala 3 = cukup sering
5) Skala 4 = sangat sering
Namun, terkhusus pertanyaan nomor 4,5,7, dan 8 dihitung
terbalik dari nilai yang di isi oleh responden. Seperti skala 0 = 4,
skala 1 = 3, skala 2 = 2, skala 3 = 1 dan skala 4 = 0. Total skor dari
nilai yang diisi oleh responden berkisar dari angka 0 sampai 40
dengan skor yang lebih tinggi menandakan semakin meningkatnya
stres. Klasifikasi stres pada kuisioner ini ada 3, yaitu :
1) Skor mulai 0-13 akan dianggap stres rendah.
2) Skor mulai 14-26 akan dianggap stres moderat.
3) Skor mulai 27-40 akan dianggap stres yang dirasakan tinggi.
28
C. Kualitas Tidur
1. Definsi Tidur
Tidur merupakan keadaan dimana seseorang tidak sadarkan diri
ditandai dengan adanya peningkatan ambang respon terhadap rangsangan
dari luar dibandingkan saat ia sedang terjaga, hal ini terjadi secara berulang
mudah reversibel dan teratur (Sadock dkk, 2010). Tidur juga dapat
diartikan sebagai suatu proses pemulihan yang menjadi tahap terpenting
bagi individu untuk mengembalikan seseorang pada keadaan lelah menjadi
segar kembali. Proses pemulihan tubuh yang terganggu mengakibatkan
kelelahan dan terjadinya penurunan konsentrasi terhadap hal-hal yang ada
disekitarnya (Dewi & Ardani, 2013).
Arifin & Burhan (2010), tidur adalah salahsatu kebutuhan pokok
manusia yang berarti secara alamiah manusia setiap harinya akan
membutuhkan tidur. Tidur sebagai keadaan tidak sadar yang relatif lebih
responsif terhadap rangsangan internal. Pada keadaan tidur kita dianggap
mengalami keadaan pasif dan keadaan dorman dari kehidupan.
2. Jenis Tidur
Menurut Potter & Perry (2006), Tidur terdiri dari 2 siklus yaitu Rapid
Eye Movement (REM), yaitu active sleep dan Non-Rapid Eye Movement
(NREM). NREM yaitu quiet sleep yang berfungsi untuk memperbaiki
kembali organ-organ tubuh. Rapid Eye Movement akan mempengaruhi
pembentukan hubungan baru pada korteks dan sistem neuroendokrin yang
29
menuju otak. Non-Rapid Eye Movement akan mempengaruhi proses
anabolik dan sintesis makromolekul Ribonukleic Acid (RNA).
Asmadi (2008), Tidur dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kategori,
yaitu :
a. Tidur Rapid Eye Movement (REM)
Tidur REM merupakan tidur yang bersifat nyenyak sekali namun
dalam merespon hal itu fisiknya tetap aktif dengan kedua gerakan
kedua bolamatanya yang aktif. Tidur REM dapat ditandai dengan
beberapa hal seperti tekanan darah bertambah, otot yang tidak
menegang, dan adanya mimpi dalam tidurnya serta sekresi lambung
yang meningkat.
b. Tidur Non-Rapid Eye Movement (NREM)
Tidur NREM adalah tidur yang terjadi pada seseorang dengan
dalam dan nyaman. Beberapa tanda akan kita temui saat seseorang
berada pada fase NREM yakni gelombang otak yang lebih lambat,
kecepatan pernafasan, metabolisme, dan tekanan darah yang menurun,
serta gerakan bola mata yang melambat. Secara umum, NREM terbagi
atas 4 tahapan. Tahap 1 adalah tahap dimana terjadinya perpindahan
dari bangun tidur yang ditandai dengan beberapa hal seperti frekuensi
nadi dan napas yang menurun, merasa kantuk, rileks, serta bola mata
yang bergerak dari samping ke samping. Perlu diketahui, bahwa tahap
1 ini terjadi selama 5 menit. Pada tahap 2, tahap ini seseorang sedang
berada pada fase tidur ringan yang ditandai dengan denyut jantung dan
frekuensi napas menurun, temperatur menurun, dan gerakan bola mata
30
menetap. Pada tahap ini, akan berlangsung selama 10-15 menit. Tahap
3 adalah tahap dimana seseorang sulit untuk bangun dari tidurnya.
Tahap ini ditandai dengan beberapa hal seperti frekuensi napas serta
proses tubuh yang lainnya ikut melambat. Tahap 4 merupakan tahapan
dimanan seseorang sangat sulit dibangunkan ditandai dengan
berkurangnya gerakan saat tidur, serta kecepatan pernapasan dan
denyut jantung yang ikut menurun, serta tonus otot yang ikut rileks.
Pada umumnya, siklus NREM dan REM terjadi selama 1,5 jam per
siklusnya.
3. Tahap-tahap Tidur Normal
Selama tidur malam yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan
Seseorang tidur saat malam hari pada normalnya sekitar tujuh jam, yang
artinya siklus REM dan NREM terjadi sebanyak 4-6 kali. Apabila
seseorang menjadi hiperaktif, emosi yang tidak terkontrol dan nafsu
makannya meningkat, hal tersebut menandakan bahwa pada saat tiudrnya
dimalam hari kurang cukup mengalami REM. Sedangkan apabila
seseorang dalam kesehariannya fisiknya kurang gesit, pertanda bahwa fase
NREM pada malam harinya kurang. (Mardjono, 2008).
Siklus tidur normal dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.1. Tahapan tidur (Mardjono, 2008)
NREM I NREM II NREM III NREM IV
NREM IV NREM III
REM
31
Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan bola mata yang cepat
atau Rapid Eye Movement (REM) dan pergerakan bola mata yang tidak
cepat atau Non Rapid Eye Movement (NREM)
a. Tidur Rapid-Eye Movement (REM)
Tidur REM merupakan tidur yang bersifat nyenyak sekali namun
dalam merespon hal itu fisiknya tetap aktif dengan kedua gerakan
kedua bolamatanya yang aktif. Tidur REM dapat ditandai dengan
beberapa hal seperti tekanan darah bertambah, otot yang tidak
menegang, dan adanya mimpi dalam tidurnya serta sekresi lambung
yang meningkat. Seseorang yang kehilangan fase tidur REM memiliki
gejala cemas, meningkatnya perasaan khawatir dan curiga, emosi
tidak stabil, lebih hiperaktif dan meningkatnya nafsu makan (Asmadi,
2008)
b. Tidur Non Rapid-Eye Movement(NREM)
Tidur NREM atau tidur gelombang lambat yang dikenal dengan
tidur yang dalam, istirahat penuh dengan gelombang otak yang lebih
lambat. Rafknowledge (2004) dalam Iqbal (2017), menjelaskan bahwa
tidur ini memiliki 4 tahapan dari yang sampai 1-4. Saat seseorang
mulai tidur maka dia memasuki fase 1 yaitu tahapan tidur biasa,
kemudian memasuki fase 2 dan 3 yaitu tidur sedang, dan kemudian
fase 4 yaitu tidur yang pulas. Selama tidur pulas ini, jantung berkerja
lambat, dan tekanan darah berada pada titik paling rendah dari seluruh
hari itu.
32
Di bawah ini merupakan tahapan NREM oleh Nelson dalam Iqbal
(2017), sebagai berikut :
1) Tahap I
a) Tahap perpindahan antara tidur dan bangun
b) Terjadi kurang lebih 5 menit
c) Masih menyadari keadaan sekitar
d) Kantuk yang masih terasa
e) Bergeraknya bola mata dari sisi yang satu ke yang lainnya
f) Sedikit menurunnya frekuensi napas dan nadi
2) Tahap 2
a) Tahap tidur ringan
b) Menurunnya metabolisme tubuh
c) Terjadi sekitar 10-15 menit
d) Mudah sekali untuk terbangun
3) Tahap 3
a) Transisi tidur kearah yang lebih dalam
b) Melambatnya frekuensi napas dan denyut nadi, dan proses
tubuh lainnya
c) Mendominasinya sistem saraf parasimpatis
d) Sulit untuk dibangunkan
33
4) Tahap 4
a) Tahapan tidur terdalam
b) Menurunnya kecepatan pernapasan dan jantung
c) Tonus otot rileks
d) Jarang bergerak dan sangat sulit untuk dibangunkan
e) Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit
4. Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur adalah proses diaturnya tidur seseorang.hal tersebut
terjadi dengan menekan dan mengaktifkan pusat otak agar dapat bangun
dan tidur melalui hubungan mekanisme serebral secara bergantian.
Retikularis merupakan salahsatu sistem pengaktivasi yang berfungsi
mengatur seluruh aktivitas susunan saraf pusat yang meningkatkan tingkat
kewaspadaan seseorang saat sedang tidur. RAS juga berfungsi untuk
pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat stimulasi dari korteks serebral
untuk merangsang oproses pikir dan emosi.. Dalam keadaan sadar, neuron
dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian
juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel
khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu Bulbar
Synchronizing Regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari
keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan system limbik.
Dengan demikian, system pada batang otak yang mengatur siklus atau
perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2006).
34
5. Faktor yang Mempengaruhi Tidur
Terjadinya gangguan terhadap proses belajar, menurunannya tingkat
konsentrasi, keinginan untuk belajar, fisik, kemampuan untuk memahani
lebih dalam, kemampuan berinteraksi dengan individu atau lingkungan
di kampus, dan penurunan kemampuanuntuk menghadapi dan
menyelesaikan tugas merupakan dampak dari gangguan tidur (Gaultney,
2010).
Sejumlah faktor psikologis, fisiologi dan lingkungan dapat
mempengaruhi tidur. Beberapa faktor tersebut sebagai berikut.
a. Usia
Usia merupakan salahsatu faktor yang mempengaruhi kualitas
tidur seseorang. Karena, seiring bertambahnya usia maka fungsi tubuh
juga semakin menurun. Menurut Warahmatillah (2012), usia
seseorang berpengaruh terhadap kebutuhan tidurnya, dijelaskan
sebagai berikut :
1) Bayi baru lahir usia 0–3 bulan, durasi tidurnya 14-17 jam
2) Masa bayi usia 4–12 bulan, durasi tidurnya 12-15 jam
3) Batita usia 1–2 tahun, durasi tidurnya 11-14 jam
4) Balita usia 3–5 tahun, durasi tidurnya 10–13 jam
5) Anak – anak usia 6–13 tahun, durasi tidurnya 9–11 jam
6) Remaja usia 14–17 tahun, durasi tidurnya 8–10 jam
7) Dewasa muda usia 18–25 tahun, durasi tidurnya 7–8 jam
35
8) Dewasa tua usia 26–64 tahun, durasi tidurnya 6–7 jam
9) Lansia > 65 tahun, durasi tidurnya 6 jam
b. Penyakit Fisik
Masalah tidur dapat terjadi akibat dari ketidaknyamanan fisik
(seperti kesulitan bernafas), penyakit yang menyebabkan nyeri, atau
masalah hati seperti kecemasan atau depresi. Hal tersebut berakibat
pada posisi tidur seseorang menjadi tidak biasa (Warahmatillah,
2012).
c. Gaya Hidup
pola tidur individu selalu berubah karena aktivitas rutin yang
dilakukan setiap harinya. jadwal tidur yang tidak teratur menjadi
salahsatu akbiat dari waktu kerja yang tidak sama disetiap harinya.
aktivitas sosial pada larut malam sangat berpengaruh terhadap pola
tidur seseorang, dan juga terjadi perubahan waktu makan malam
(Warahmatillah, 2012).
36
d. Lingkungan
Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting
pada kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik
adalah esensial untuk tidur yang tenang. Ukuran, kekerasan, dan posisi
tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur. Jika seseorang biasanya
tidur dengan individu lain, maka tidur sendiri dapat menyebabkan ia
terjaga. Selain itu, suara juga mempengaruhi tidur, tingkat suara yang
dibutuhkan untuk membangunkan seseorang tergantung dari tahapan
tidurnya. Suara yang lebih rendah cenderung dapat membangunkan
orang yang tidur dalam tahap I, sementara suara yang keras
membangunkan seseorang dari tidur tahap III atau IV. Tingkat cahaya
juga dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur, beberapa orang
kadang menyukai keadaan gelap dan sementara itu beberapa orang
juga menyukai keadaan yang terang (Warahmatillah, 2012).
e. Aktivitas dari Kelelahan
Jam hidup manusia terbagi atas tiga tahap yaitu 8 jam bekerja
normal, 8 jam berikutnya dipergunakan untuk pekerjaan ringan, dan 8
jam lebihnya dipergunakan untuk istirahat total. Tidak ada yang dapat
menggantikan jam biologis ini, meskipun manusia menyuplai
berbagai macam suplemen untuk tetap fit seharian kerena suplemen
hanya memiliki sedikit peran dan produktivitas tubuh dan bahkan akan
mempengaruhi penyakit akibat menumpuknya berbagai bahan kimia
yang berlebihan dan dapat merugikan tubuh. Maka dari itu istirahat
yang cukup sangat penting demi menjaga stabilitas kerja tubuh dan
37
menghindari berbagai dampak yang timbul akibat dari kurangnya
waktu tidur dimalam hari oleh aktivitas tambahan (Warahmatillah,
2012).
6. Manfaat Tidur
Tidur dapat memberikan manfaat bagi tubuh setiap individu. Tidur
merupakan proses yang diperlukan individu untuk memperbaiki dan
memperbarui sel epitel, mengembalikan keseimbangan fungsi – fungsi
normal tubuh, menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh.
Selain itu, tidur juga berfungsi untuk memberikan waktu organ tubuh dan
otak, terutama serebral korteks (bagian otak terpenting yang berfungsi
untuk mengingat, memvisualisasikan, serta membayangkan suatu
keadaan) untuk beristirahat (Potter & Perry, 2006).
7. Alat Ukur Kualitas Tidur
a. Definisi PSQI
Brick dkk, (2010) dalam Latifah (2019) Pittsburgh Sleep Quality
Index (PSQI) adalah alat ukur yang paling banyak digunakan untuk
mengukur kualitas tidur. Hasil penilaian yang diukur oleh PSQI terbagi
menjadi empat yaitu baik, ringan, sedang dan buruk. Terdapat 7 sub poin
penilaian dalam mengukur kualitas tidur. 7 sub poin penilaian tersebut
yaitu kualitas tidur secara subyektif, latensi dalam tidur, durasi selama
tidur, efisiensi selama tidur, gangguan tidur serta pemakaian obat-
obatan terutama yang memberikan pengaruh kepada kualitas tidur
seseorang. Skala angka yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur
38
yaitu 0-3 untuk masing-masing sub poin penilaian. Kemudian hasil
pengukuran dijumlahkan dan akan menghasilkan skala angka 0-21.
b. Kuisioner PSQI
Berikut beberapa pertanyaan dalam Pittsburgh Sleep Quality
Index (PSQI) :
1. Jam berapa anda biasanya pergi tidur?
2. Berapa lama (dalam menit) anda untuk dapat tertidur setiap
malam?
3. Jam berapa anda biasanya bangun di pagi hari?
4. Berapa jam tidur yang sebenarnya yang Anda dapatkan di
malam hari? (Ini mungkin berbeda dari jumlah jam yang Anda
habiskan di tempat tidur)
5. Selama bulan
terakhir,
seberapa
sering anda
merasa
kesulitan
untuk tidur,
karena anda..
Tidak
selama
bulan
terakhi
r
(0)
Kurang
dari
sekali
selama
semingg
u
(1)
Sekali
atau dua
kali
selama
semingg
u
(2)
Tiga kali
atau
lebih
selama
semingg
u
(3)
a. Tidak dapat
tidur selama 30
menit
b. Bangun di
tengah malam atau
dini hari
c. Harus bangun
untuk kamar
mandi
d. Tidak bisa
bernapas dengan
nyaman
e. Batuk atau
mendengkur
terlalu keras
f. Merasa terlalu
39
dingin
g. Merasa terlalu
panas
h. Memiliki
mimpi buruk
i. Memiliki nyeri
j. Lainnya
6. Selama bulan
terakhir,
seberapa
sering anda
mengunakan
obat-obatan
untuk
membantu
anda tidur ?
7. Selama bulan
terakhir,
seberapa
sering anda
mengalami
kesulitan
untuk tetap
terjaga saat
mengemudi,
makan, atau
dalam
kegiatan
sosial ?
8. Selama bulan
terakhir,
seberapa besar
masalah yang
anda hadapi
dan tetap
bersemangat
dalam
menyelesaika
n sesuatu ?
Sangat
baik
(0)
Cukup
baik
(1)
Cukup
buruk
(2)
Sangat
buruk
(3)
9. Selama bulan
terakhir,
bagaimana
anda menilai
kualitas tidur
anda secara
40
keseluruhan ?
Sumber : Hartford Institute for Geriatric Nursing, New York University, College
of Nursing (2012)