7
BAB II
KONSEP DASAR
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat
di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
2. Tipe / Bentuk keluarga (Murwani, 2007)
a. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu, dan anak-anak.
b. Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah
dengan satu saudara, misalnva nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi
kerena perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite Family), adalah keluarga
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (Cahabitation Family), adalah dua orang menjadi satu
8
tanpa pernikahan tempi membentuk satu keluarga
3. Tugas Keluarga
Menurut Murwani (2007) ada lima tugas keluarga dalam bidang
kesehatan, yaitu mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap
anggotanya, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat,
memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang tertalu
muda, mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan
perkembangan kepribadian anggota keluarga, mempertahankan hubungan
timbai balik antara keluarga dan lembaga kesehatan yang menunjukkan
pemanfaatan dengan baik fasilitas kesehatan yang ada.
Pada dasarnya ada delapan tugas pokok keluarga, yaitu:
pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya, pemeliharaan sumber-
sumber daya yang ada dalam keluarga, pembagian tugas masing-masing
anggotanya sesuai kedudukan masing-masing, sosialisasi antar anggota
keluarga, pengaturan jumlah anggota keluarga, pemeliharaan ketertiban
anggota keluarga, penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang
lebih luas, dan membangkitkan dorongan dan semangat para anggota
keluarga.
4. Peran keluarga
a. Peran formal Keluarga
1) Peran parental
9
Peran parental adalah peran dasar yang membentuk posisi sosial,
yaitu suami sebagai ayah dan istri sebagai ibu. Menurut Murwani
(2006) ada delapan peran parental. Peran – peran tersebut yaitu:
peran sebagai provider (penyedia), peran sebagai pengatur rumah
tangga, peran perawatan anak, peran sosialisasi anak, peran
rekreasi, peran persaudaraan (kinship) atau peran memelihara
hubungan keluarga paternal dan maternal, peran terapeutik
(memenuhi kebutuhan afektif pasangan), dan peran seksual.
2) Peran perkawinan
Kebutuhan bagi pasangan memelihara suatu hubungan perkawinan
yang kokoh itu sangat penting. Anak-anak terutama dapat
mempengaruhi hubungan perkawinan, menciptakan situasi dimana
suami dan istri membentuk suatu koalisi dengan anak. Memelihara
suatu hubungan perkawinan yang memuaskan merupakan salah
satu tugas perkembangan yang vital dari keluarga.
3) Peran informal
a) Pengharmonis: menengahi perbedaan yang terdapat diantara
para anggota, menghibur dan menyatukan kembali perbedaan
pendapat.
b) Inisiator-kontributor: mengemukakan dan mengajukan ide-ide
baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-
tujuan kelompok.
c) Pendamai (compromiser): merupakan salah satu bagian dari
10
konflik dan ketidaksepakatan, pendamai menyatakan kesalahan
posisi dan mengakui kesalahannya, atau menawarkan
penyelesaian “setengah jalan”.
d) Perawat keluarga: orang yang terpanggil untuk merawat dan
mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya.
e) Koordinator keluarga: mengorganisasi dan merencanakan
kegiatan-kegiatan keluarga, berfungsi - mengangkat keterikatan
/ keakraban
5. Fungsi Keluarga (Murwani, 2007)
a. Fungsi biologis
Tugas keluarga secara biologis adalah untuk meneruskan keturunan,
memelihara dan membesarkan anak , memenuhi kebutuhan gizi
keluarga, memelihara dan merawat anggota keluarga.
b. Fungsi Psikologis
Sedangakan keluarga secara psikologis berfungsi untuk memberikan
kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota
keluarga, memelihara dan merawat anggota keluarga, serta
memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi Sosialisasi
Fungsi keluarga dalam hal ini adalah membina sosialisasi pada anak,
membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
11
d. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk pemenuhan kebutuhan
keluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang
misalnya pendidikan anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan, dan membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya
f. Fungsi perlindungan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-
tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung
dan merasa aman.
g. Fungsi perasaan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif,
merasakan perasaan anak dan anggota keluarga sehingga saling
pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam
keluarga.
12
h. Fungsi religius
Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan
beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan
bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada
kehidupan lain setelah di dunia
i. Fungsi rekreatif
Tugas keluarga dalam fungsi rekreatif ini tidak selalu harus pergi ke
tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana
yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat mencapai
keseimbangan kepribadian masing-masing anggotanya.
6. Keperawatan kesehatan keluarga
a. Definisi
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit
atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui
perawatan sebagai saran / penyalur (Murwani, 2007).
b. Alasan Keluarga sebagai unit pelayanan.
1) Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masyarakat.
2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam
13
kelompoknya.
3) Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan
apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan
akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
4) Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu
(Pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan
dalam memelihara kesehatan para anggotanya.
5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk
berbagai upaya kesehatan masyarakat.
B. Konsep Lansia
1. Teori Menua
Menurut Lueckenotte (2000), dunia barat telah menghitung dan
membincangkan teori penuaan sejak jaman Yunani kuno. Kita
menemukan teori yang bisa menjelaskan fenomena itu. Hingga sekarang,
banyak siswa menganggapnya sebagai petualangan untuk menjadi vain
dan tidak begitu hanya satu definisi teori yang masih digunakan
menerangkan semua aspek penuaan. Para ahli seperti Gerhard, Cristofalo
(1992), Hayflick (1996), menemukan bahwa beberapa teori bisa
dikombinasikan untuk menerangkan aspek berbeda pada fenomena
kompleks yang disebut penuaan.
Fungsi teori membantu membuat pemahaman pada persepektif
untuk melihat fakta. Teori menyediakan gambaran luas diskusi dan riset.
14
Beberapa teori ditampilkan karena nilai sejarahnya, kebanyakan teori
ditinggalkan karena kekurangan bukti empiris.
Penuaan pada manusia dipengaruhi oleh penimbunan biologis,
psikologis, fungsi sosial dan faktor spiritual. Penuaan bisa dilihat sebagai
perkembangan terus menerus terjadi dari konsepsi hingga kematian
(Ignatavicius, Workman, Mishler, 1999). Teori Biologi, sosial , dan
psikologi pada penuaan nampaknya menerangkan dan menjelaskan
dimensi berbeda pada penuaan. Teori prominent penuaan sebagai
panduan mengembangkan gerontologis holistic pada teori perawatan
untuk pemakaian praktek. Menurut Comfort (1970), tidak ada teori
perawatan gerontology yang diterima dengan kekhususan seperti ini, yang
membutuhkan perawatan dengan menggunakan pendekatan elektris dari
disiplin lain sebagai dasar pembuatan keputusan klinis. Beberapa teori
menua antara lain :
a. Biologis
Teori biologi mengenai penuaan yaitu :
1. Teori Stokastik
a). Teori kesalahan
Menurut Sonneborn (1979) dalam Lueckenotte (2000), teori
kesalahan berdasarkan pada ide bahwa kesalahan terjadi pada
transkripsi dalam sintesis DNA. Kesalahan tersebut dianggap
abadi dan seringkali membawa sistem pada fungsi yang tidak
15
optimal. Penuaan pada organisme dan kematian dianggap
pada kejadian ini.
b). Teori radikal bebas
Menurut Hayflick, (1996) dalam Lueckenotte (2000), radikal
bebas diproduksi oleh metabolisme. Ketika radikal bebas
terkumpul mereka merusak membran sel yang mengurangi
efisiensi. Tubuh memproduksi antioksidan yang scavenge
radikal bebas.
c). Teori Cross Linkage
Menurut Hayflick, (1996) dalam Lueckenotte (2000), Dengan
usia, telah dibuat teori bahwa beberapa protein dalam tubuh
menjadi cross-lingked. Hal ini tidak mengijinkan untuk aktifitas
metabolisme normal dan membuat produk sampah terkumpul
pada sel. Hasil akhirnya ialah pada jaringan tidak berfungsi
normal pada efisiensi optimal.
d). Teori pemakaian dan air mata
Teori ini menyamakan manusia dengan mesin. Ini memberikan
hipotesa bahwa penuaan adalah hasil dari pemakaian.
16
2. Teori Nonstochastic
a) Teori terprogram
Hayflick dan Moorehead mendemonstrasikan bahwa sel
normal membagi banyaknya dengan waktu terbatas. Oleh karena
itu dianggap bahwa harapan hidup itu telah terprogram.
b). Teori immunitas
Perubahan terjadi di sistem kekebalan, khususnya pada t-
lymphocyte, sebagai hasil penuaan. Perubahan ini membuat
individu mudah luka kena penyakit (Phipp, Sands, Marek, 1999 )
b. Sosiologis
Memfokuskan pada peraturan dan hubungan antara ikatan individu
dalam kehidupan terakhir menurut Hogstel (1995) dalam Lueckenotte
(2000).
1). Teori sosiologi mengenai penuaan
a) Teori disengagement
Semakin bertambah tua mereka menarik diri dari komunitas dan
komunitas mendukung dengan penarikan ini.
17
b) Aktivitas / teori perkembangan tugas
Individu perlu untuk tetap aktif untuk melakukan aktifitas
dengan mandiri. Aktifitas perlu untuk menjaga kepuasan hidup
dan konsep diri yang positif.
c) Teori kontinuitas
Individu akan merespon terhadap usia pada cara yang sama
mereka merespon pada even kehidupan sebelumnya. Kebiasaan
yang sama, komitmen, pilihan, dan ciri personality lainnya
dikembangkan selama masa dewasa akan menjagai masa tua.
d) Teori stratifikasi
Masyarakat terdiri dari group Cohort yang berkumpul
berdasarkan usia. Orang dan peraturan pada Cohorts ini saling
mengubah dan mempengaruhi, sebagai komunitas besar.
Lagipula tingkatan tinggi pada hubungan dalam masyarakat
muncul antara orang tua dengan masyarakat.
e) Teori kecocokan orang dengan lingkungannya
Tiap individual memiliki kompetensi yang mendorong orang
agar akrab dengan lingkungannya. Kompetensi ini mungkin
berubah dengan penuaan, sehingga mempengaruhi kemampuan
orang untuk berhubungan dengan lingkungan.
18
c. Pyschologis
Dipengaruhi oleh biologi dan sosiologi dan menjelaskan
bagaimana orang merespon pada akibat dari usia mereka.
1). Teori psikologis mengenai penuaan
a) Hirarki Maslow pada kebutuhan manusia
Motivasi manusia dilihat sebagai hirarki kebutuhan atau tingkat
kebutuhan yang penting pada pertumbuhan dan perkembangan
semua orang. Individu dilihat sebagai peserta aktif dalam
kehidupan, mencari aktualisasi diri.
b) Teori Jung mengenai individualisme
Perkembangan dilihat sebagai terjadinya masa kedewasaan
dengan realisasi diri sebagai tujuan hasil pada perkembangan
kepribadian. Semakin bertambahnya usia individu, maka akan
mampu untuk mengubah ke dalam bentuk spiritual.
c ) Delapan tingkat tahapan kehidupan oleh Erikson.
Semua orang mengalami delapan tahapan psikososial dalam
kehidupannya. Tiap tahap mewakili sebuah krisis, dimana tujuan
yaitu menyatukan kedewasaan fisik dan kebutuhan psikososial.
Pada tiap tahap, orang memiliki kesempatan untuk
menyelesaikan krisis. Orang yang berhasil akan mempersiapkan
19
individu untuk perkembangan lanjutan. Individu akan selalu
memiliki kesempatan untuk mengerjakan tahapan psikososial
menjadi hasil kesuksesan.
d) Teori Erikson mengenai Ekspansi Peck.
Tujuh tugas yang berkembang didefinisikan sebagai
berlangsungnya final Erikson dalam dua tahapan. Akhiran tiga
dari tiap perkembangan diidentifikasikan untuk orang tua yaitu :
perbedaan ego versus peran dalam pekerjaan, transcendence diri
versus preoccupation diri dan transcendence ego versus
preoccupation ego.
e) Pengoptimalan terpilih dengan kompensasi
Kapasitas fisik diminishes dengan usia. Seorang yang menua
dengan lancer akan mengganti defisit tersebut melalui sekesi,
optimasi, dan kompensasi.
d. Moral atau spiritual
Menjelaskan dan meneliti bagaian individu mencari penjelasan
dan menerapkan kondisi mereka (Edelman, Mandle, 1998). Manusia
mencari penjelasan dan mengukuhkan keberadaanya di dunia. Bagi
kebanyakan hal ini harus melalui perkembangan moral dan sebagai
pemikir spiritual. Kolberg mengeluarkan teori mengenai perkembangan
moral yang didasarkan pada interview dengan anak muda. Dia
20
menemukan ada tahapan yang berkurang pada pemikiran moral.
Sayangnya dia tidak mempelajari orang tua, paralel tidak bisa
disamakan antara tahapan tertinggi pada perkembangan moral, prinsip
etis universal, dan level tertinggi Maslow pada kebutuhan transcendent
diri. Pada tiap kesempatan hanya segmen kecil pada populasi yang
mencapai level tertinggi pada perkembangan dimana populasi mencapai
level ini, dimana kebutuhan pribadi berubah untuk kebaikan dari
masyarakatnya.
Penting untuk perawat memahami dimensi spiritual pada orang
dan mendukung tampilannya dan perkembangannya (Hogstel, 1995).
Spiritulitas tidak lagi berhubungan dengan religi keagamaan, hal ini
merupakan perkembangan dari kontemplasi dari individu tersebut.
penyakit, kondisi hidup krisis, atau bahkan pemahaman mengenai hari
kehidupan di dunia terbatas yang akan membuat seseorang untuk
kontemplasi dengan spiritual. Perawat bisa mendapingi klien untuk
menemukan arti pada kehidupan masa krisis. Riset telah mempelajari
hubungan antara hasil pemusatan klien dan spiritualitas. Hubungan
yang kuat antara hasil dan spiritualitas telah ditampilkan dari riset ini.
berdasarkan hasilnya, perawat perlu untuk menempatkan spiritualitas
sebagai komponen pada perawatan holistic (Phips, Sands, Marek,
1999).
21
2. Perubahan pada Lansia
Menurut Wahyudi (1999), perubahan – perubahan pada lansia
meliputi :
a. Sel
1) Lebih sedikit jumlahnya.
2) Lebih besar ukurannya.
3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurang cairan
interselular.
4) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati.
5) Jumlah sel otak menurun.
6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
7) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10 %.
b. Sistem Persarafan
1) Berat otak menurun 10-20 %. (Setiap orang berkurang sel saraf
otaknya dalam setiap harinya ).
2) Cepatnya menurun hubungan persarafan.
3) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan
stress.
4) Mengecilnya saraf panca indera. Berkurangnya penglihatan,
hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa,
lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya
ketahanan terhadap dingin.
22
5) Kurang sensitif tehadap sentuhan.
c. Sistem Pendengaran
1) Presbiakusis (ganggian pada pendengaran). Hilangnya kemampuan
(daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi
suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
mengerti kata-kata, 50 % terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.
2) Membrana Timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
3) Terjadinya pengumpulan cerumen dapat mengeras karena
meningkatnya keratin.
4) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stres.
d. Sistem Penglihatan
1) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap.
5) Hilangnya daya akomodasi.
6) Menurunnya lapangan pandang: berkurang luas pandangnya.
7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
23
e. Sistem Kardiovaskuler
1) Elastisitas, dinding aorta menurun.
2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darh menurun 1 % setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah; kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari
tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).
5) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi
dari pembuluh darah perifer; sistolis normal ± 140mmHg. Diastolis
normal ± 90 mmHg.
f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap sebagai suatu
termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi
berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Yang sering ditemui antara lain :
1) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35ºC
ini akibat metabolisme yang menurun.
2) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi
panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
24
g. Sistem Respirasi
1) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
2) Menurunnya aktivitas dari silia.
3) Paru-paru kehilangan elastisitas; kapasitas residu meningkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
4) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
5) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
6) CO2 pada arteri tidak berganti.
7) Kemampuan untuk batuk berkurang.
8) Kemampuan pegas, dinding, dinding, dada, dan kekuatan otot
penafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.
h. Sistem Gastrointestinal
1) Kehilangan gigi; penyebab utama adanya Periodontal disease
yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitifitas
dari saraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin,
hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap tentang rasa asin, asam,
dan pahit.
3) Lambung; rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam
lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.
25
4) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
5) Fungsi absorbsi melemah (daya absorpsi terganggu).
i. Sistem reproduksi.
1) Menciutnya ovari dan uterus.
2) Atrofi payudara.
3) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
4) Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun (asal
kondisi kesehatan baik).
5) Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi
menjadi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali, dan terjadi
perubahan-perubahan warna.
j. Sistem Genitourinaria
1) Ginjal; merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh, melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh
satua (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di
glomerulus). Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran
darah ke ginjal menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang
akibatnya; kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat
jenis urin menurun proteinuria (biasanya + 1); BUN (Blood Urea
Nitrogen) meningkat sampai 21 mg %; nilai ambang ginjal
terhadap glukosa meningkat.
26
2) Vesika urinaria (kandung kemih): otot-otot menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi
buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada
pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran prostat ± 75 % dialami oleh pria usia di atas 65 tahun.
k. Sistem muskuloskeletal
1) Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh
2) Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi
3) Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebrata,
pergelangan dan paha. Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat
pada area tulang tersebut
4) Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak
dan aus
5) Gerakan pinggang, lutut dan jari – jari pergelangan terbatas
6) Gangguan gaya berjalan
7) Kekakuan jaringan penghubung
8) Persendian membesar dan menjadi kaku
9) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
10) Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua.
3. Peran Keluarga Terhadap Lansia
Menurut Mubarak (2006), peran keluarga terhadap lansia adalah
sebagai berikut :
27
a. Sistem keluarga besar
1) Lansia adalah sesepuh yang patut dihargai, dihormati dan diminta
nasehat atau doa restu
2) Usahakan menyediakan fasilitas – fasilitas kebutuhan harian (first
and the best)
3) Jagalah privacy
b. Sikap keluarga dan masyarakat terhadap lansia
1) Adanya kecenderungan berpersepsi negatif
2) Diharapkan mempunyai persepsi positif pada lansia karena
merupakan peristiwa alamiah dimana tiap – tiap individu akan
mengalaminya
c. Membangun kebutuhan untuk dicintai, aktualisasi dari lanjut usia
d. Menciptakan suasana yang menyenangkan yaitu hubungan yang
harmonis (saling pengertian antara generasi muda dan generasi lansia)
e. Menggalakkan dan melaksanakan program mendem jero mikul
duwur
f. Kepada pihak pemerintah keluarga atau masyarakat mengharapkan
adanya :
1) Bantuan kesejahteraan bagi lansia yang berupa perbaikan ekonomi,
kesehatan, transportasi, dan perumahan bagi lansia yang tidak
mempunyai perumahan.
2) Bantuan hukum bagi lansia serta perlindungan hukum
28
3) Melaksanakan penelitian atau kegiatan yang riil untuk
kesejahteraan lansia, memberikan gizi yang baik dan obat – obatan
untuk mencegah terjadinya penyakit yang bisa mempercepat proses
penuaan.
4. Tugas Perkembangan Keluarga Berkaitan dengan Lansia
a. Mengenal masalah kesehatan lansia
b. Mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah
kesehatan pada lansia
c. Merawat anggota keluarga lansia
d. Memodifikasi lingkungan fisik dan psikologis sehingga lansia
dapat beradaptasi terhadap proses penuaan tersebut
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dan sosial dengan
tepat sesuai dengan kebutuhan lansia
(Mubarak, 2006)
5. Alasan Lansia Perlu Dirawat di Lingkungan Keluarga
a. Keluarga merupakan unit pelayanan keperawatan dasar
b. Tempat tinggal keluarga merupakan lingkungan atau tempat
alamiah dan damai bagi lansia, apabila keluarga tersebut harmonis
c. Kesejahteraan keluarga dan kemampuan keluarga untuk
menentukan diri sendiri merupakan prinsip – prinsip untuk
mengarah kepada pengambilan keputusan
29
d. Pengambilan keputusan yang terkait dengan kesehatan keluarga
merupakan kesepakatan antara keluarga dan pemberi pelayanan
kesehatan
e. Perawat kesehatan masyarakat memberikan pelayanan kesehatan
utama kepada keluarga untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan
f. Pelayanan kesehatan sekunder dan tertier dilakukan apabila
perawatan kesehatan dilakukan oleh keluarga dengan bimbingan
tenaga kesehatan
g. Proses keperawatan dapat memfasilitasi pengambilan keputusan
yang terkait dengan kesehatan
h. Kontrak keluarga dan perawat dalam pelayanan keperawatan
merupakan cara yang efektif untuk mencapai tujuan
i. Konseling dan pendidikan kesehatan merupakan cara untuk
mengarahkan interaksi keluarga dan perawat
j. Pelayanan keperawatan yang dilakukan di rumah oleh keluarga
atau lansia dengan perawat ahli didalam keperawatan lansia
sebagai pemberi pelayanan, konselor, pendidik, pengelola,
fasilitator dan koordinator pelayanan kepada lansia.
(Mubarak, 2006)
30
6. Masalah – Masalah Kesehatan yang Dapat Muncul pada Keluarga
dengan Lansia
a. Ancaman Kesehatan
1) Risiko terjadinya cidera atau bahaya fisik
2) Risiko terjadinya kekurangan atau kelebihan nutrisi
b. Keadaan kurang sehat atau tidak sehat
1) Diabetes melitus
2) Hipertensi
3) Arthritis
4) Penyakit jantung
5) Kanker
6) Penyakit ginjal
7) Penyakit paru obstruksi menahun
8) Penyakit kulit
9) Kasus fraktus atau luka
10) Lansia dengan menarik diri atau isolasi sosial
11) Kasus depresi
12) Koping yang tidak efektif
c. Krisis
1) Lansia yang memasuki masa pensiun atau kehilangan pekerjaan
2) Kesepian karena ditinggal pasangan hidup (suami atau istri)
3) Kesepian karena anak sudah berkeluarga
(Mubarak, 2006)
31
C. Konsep Penyakit Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah persistem dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada
populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Brunner dan Suddarth, 2002)
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan
tekanan sistolik lebih besar / sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan
diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg. (Kodim Nasim, 2003)
Klasifikasi hipertensi :
a. Hipertensi ringan
Tekanan diastolik antara 95-104 mmHg.
b. Hipertensi sedang
Tekanan diastolik antara 105-114 mmHg
c. Hipertensi berat
Tekanan diastolik antara 115 mmHg/lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan karena dianggap lebih
serius peningkatan sistolik. (Smith Tom, 1995)
32
2. Anatomi fisiologi Kardiovaskuler dan Sistem Pembuluh Darah
Sistem kardiovaskuler adalah sistem transpor tubuh yang
membawa gas-gas pernafasan, nutrisi, hormon-hormon dan zat-zat lain ke
dan dari jaringan tubuh.
Sistem kardiovaskuler dibangun oleh :
- Darah, jarngan cair kompleks yang
mengandung sel-sel khusus dalam
cairan plasma.
- Jantung, pompa ganda yang terdiri
atas empat ruang yang bekrja
memompa darah ke pembuluh-
pembuluh darah.
- Pembuluh-pembuluh darah.
- Arteri, yang membawa darah dari
jantung ke jaringan.
- Vena, yang mengembalikan darah
dari jaringan ke jantung dan
- Kapiler adalah pembuluh darah
yang sangat halus yang ada pada
seluruh jaringan tubuh kita. Kapiler
menghubungkan arteri kecil ke
vena kecil. Pertukaran gas-gas
pernafasan dan zat nutrisi di
33
jaringan terjadi melewati dinding
kapiler
a. Anatomi Jantung
Jantung besarnya sekepalan tangan. Terletak di belakang
sternum dan kartilago kostae dalam mediastinum - struktur blok
diantara paru-paru. Jantung
berada di bagian tengah
diafragma, di depan esofagus.
Seluruh bagian jantung berada pada rongga perikardium, suatu
kantung fibrosa dengan membran lembab yang memungkinkan jantung
bergerak dengan bebas selama setiap kontraksi.
Dinding jantung disusun oleh otot-otot jantung yang serabutnya
bercabang-cabang. Dilihat dengan mikroskop serabut-serabut ini
nampak tersusun dari sel-sel berinti yang terpisah-pisah.
Jantung memiliki empat ruang, dua atrium yang menerima
darah dari vena-vena dan dua ventrikel yang memompa darah ke
arteri-arteri. Pengaturan atrium dan ventrikel adalah rumit.
Atrium kanan berada di sepanjang batas kanan jantung dan
terbuka pada bagian kirinya ke dalam segitiga ventrikel kanan. Atrium
34
ini berada pada bagian depan jantung dan memompakan darah ke atas
masuk ke arteri pulmonalis.
Atrium kiri berbentuk persegi tidak beraturan dengan vena
pulmonalis masuk ke dalam setiap sudutnya. Atrium ini mengalirkan
darah ke dalam kerucut besar dan berdinding tebal ventrikel kiri.
Ventrikel kiri membentuk massa utama dari jantung dan ruangan lain
dibungkusnya. Otot-ototnya melaksanakan banyak tugas memompa
darah ke atas masuk aorta.
Dinding atrium tipis, tetapi dinding ventrikel tebal, dinding
ventrikel kiri lebih tebal dari ventrikel kanan.
1) Aliran Darah Melalui Jantung
Aliran darah melalui jantung diatur oleh katup yang
memungkinkan darah hanya mengalir satu arah saja. Katup-katup
tersebut menutup dengan rapat untuk mencegah adanya aliran
balik, namun saat terbuka memungkinkan darah mengalir bebas ke
depan. Setiap kontraksi otot jantung dengan mudah meningkatkan
tekanan dalam ruang jantung.
Darah vena dari jaringan tubuh memasuki atrium kanan
dari vena kava superior dan inferior. Atrium kanan memompa
darah melalui katup trikuspidalis ke ventrikel kanan dari sini darah
dipompa oleh kontraksi dinding ventrikel melewati katup
35
semilunaris masuk ke arteri pulmunalis dalam perjalanannya
menuju paru-paru.
Darah teroksigenasi (kaya oksigen) dari paru-paru
memasuki atrium kiri melalui empat vena pulmonalis dan melintasi
katup mitral masuk ke ventrikel kiri dari sini dipompakan melalui
katup semilunaris masuk ke aorta yang mendistribusikan darah ke
sirkulasi sistemik.
Katup-katup jantung adalah lapisan jaringan fibrosa. Katup
trikuspidalis dan mitral – katup atrioventrikularis – harus menahan
tekanan tinggi saat terjadi kontraksi jantung. Daun-daun katupnya
dilekatkan oleh khorda tendinea ke otot papilaris di dinding
masing-masing ventrikel. Saat ventrikel berkontraksi, khorda ini
mencegah katup terbalik ke atrium.
Katup-katup semilunaris di pintu masuk ke aorta dan arteri
pulmonalis memiliki tiga helai daun katup. Katup ini tidak
memiliki tali-tali khorda yang mencegah katup-katup tersebut
membuka terbalik karena tekanan belakang dimana katup ini
diarahkan lebih sedikit daripada yang didorongkan ke katup
atrioventrikularis.
Penyakit katup yang mengakibatkan aliran balik disebut
inkompeten. Penyempitan katup yang mengakibatkan tidak
mengalirnya darah dengan bebas ke arah depan disebut stenosis.
36
Penyakit katup aortik adalah salah satu penyakit katup paling
umum. Ini biasanya disebabkan oleh ateriosklerosis dan dianggap
perjalanannya sering tersembunyi pada usia senja, ini dapat
menimbulkan serangan jantung, angina dan kematian mendadak.
2) Bunyi Jantung
Aliran darah melalui jantung berjalan dengan tenang,
namun saat katup-katup jantung menutup dengan tiba-tiba
terdengar bunyi detak, serupa dengan yang terdengar bila tekanan
tinggi aliran kran tiba-tiba dimatikan.
Perbedaan bunyi-bunyi ini dapat didengar selama setiap
siklus jantung :
a) Bunyi nada rendah (‘lub’) disebabkan oleh penutupan tiba-tiba
katup atrioventrikuler saat ventrikel mulai berkontraksi pada
sistole awal. Ini adalah bunyi jantung pertama.
b) Bunyi nada tinggi (‘dup’) dihasilkan oleh menutupnya katup-
katup semilunaris saat ventrikel relaksasi. Bunyi ini disebut yi
jantung kedua.
Bunyi-bunyi ini dapat didengar dengan cara menempelkan
telinga langsung pada dinding dada atau dapat digunakan
stetoskop. Denyut jantung (kontraksi) dapat dirasakan dengan
tangan yang diletakkan di dada. Denyut jantung ini terjadi diantara
bunyi jantung pertama dan kedua.
37
Bila katup-katup jantung rusak karena penyakit, bunyi
tambahan (murmur) akan terdengar. Sifat dan waktu murmur
penting dalam mendiagnosis penyakit jantung. Kadang-kadang
murmur terjadi pada orang muda yang sehat.
b. Pembuluh darah
Aorta dan arteri besar tidak hanya berperan membawa darah ke
jaringan, tetapi juga meratakan aliran darah, dengan mengembangkan
dindingnya pada setiap denyutan jantung dan kemudian mengerut
sewaktu diastole. Cara kerja ini mengubah aliran intermiten darah dari
jantung menjadi aliran mantap ke jaringan. Lapisan tunika media dari
pembuluh darah yang meredam tekanan ini, sebagian besar terdiri atas
jaringan elastin.
Saat arteri menjadi makin kecil maka proporsi jaringan otot di
dindingnya meningkat. Pembuluh darah dengan diameter kurang dari
0.2 mm sangat banyak jaringan ototnya, dan dikenal dengan nama
arteriol.
Arteriol-arteriol ini dindingnya tebal, dan kaya suplai saraf,
mereka ini mempunyai beberapa fungsi yang penting :
1) Berperan sebagai pengurang tekanan (seperti selang air penyiram
bunga). Karenanya, tekanan darah arteri tinggi tidak mencapai
jaringan dan merusaknya.
38
2) Berperan sebagai pengatur jumlah aliran darah di suatu tempat
tertentu. Bila dibutuhkan banyak darah di tempat itu arteriol akan
melebar sehingga darah lebih banyak mengalir ke area itu.
3) Berperan mempertahankan tekanan darah. Bila segenap arteriol
berdilatasi secara serentak, maka bisa terjadi keadaan bahaya
menurunnya tekanan darah, akibat dari darah yang mengalir ke
sirkulasi perifer lebih besar jumlahnya dibanding curah jantungnya.
Namun, berkenaan dengan seluruh kerja sistem saraf simpatis
maka beberapa arteriol yang cukup tetap konstriksi untuk
mempertahankan tekanan arteri normal.
4) Arteriol-arteriol itu sendiri mempunyai aktivitas siklis, membuka
dan menutup lagi setiap beberapa menit. Mekanisme ini menjamin
pertukaran cairan jaringan tetap konstan.
a) Kapiler-Kapiler
Kapiler adalah satu-satunya pembuluh darah yang
melakukan fungsi pertukaran nutrisi / produk sisa. Kapiler
membentuk anyaman yang rapat dan ada pada setiap jaringan
tubuh yang hidup (kecuali di tulang rawan dan jaringan
transparan mata).
Kapiler tebalnya hanya selapis sel. Ukurannya hanya
cukup untuk dilewati sel darah merah satu per satu (diameter 5-
10 µm). Sel-sel gepeng yang membentuk dinding kapiler
disebut endotel.
39
Air, elektrolit dan molekul-molekul sederhana dapat
keluar masuk dengan mudah melalui dinding kapiler. Namun
protein-protein plasma ukurannya terlalu besar untuk bisa
melewati endotel. Protein ini tetap berada di dalam darah dan
berpengaruh menimbulkan tekanan osmotik.
Di arteriol yaitu ujung kapiler, tekanan darah lebih
besar daripada tekanan osmotik protein plasma dan cairan
difiltrasi keluar jaringan ke jaringan sekitarnya dengan
membawa oksigen dan zat nutrisi.
Di ujung vena kapiler tekanan darah telah turun pada
tingkat lebih rendah daripada tekanan osmotik protein plasma
dan cairan ditarik kembali yang membawa produk sisa dari
jaringan.
b) Vena-Vena
Sama seperti arteri, vena juga memiliki tiga lapisan
pada dindingnya. Hanya saja lebih tipis serta lebih mudah
diregangkan. Vena mempunyai otot polos pada dindingnya
yang berada di bawah kontrol saraf autonomik.
Diameter vena lebih dari 1 mm yang mempunyai katup-
katup di dindingnya yang mengarahkan aliran darah menuju
jantung. Di anggota badan terdapat dua susunan vena, yaitu
vena dalam dan vena superfisial.
40
Vena-vena dalam sering dibungkus arteri-arteri. Darah
dalam vena ini, telah didinginkan selama lintasannya melalui
anggota badan, cenderung mengabsorpasi panas dari arah arteri
dan membawanya kembali ke tubuh. Hal ini mempunyai efek
menurunkan kehilangan panas dalam kondisi dingin.
Vena superfisial (yang sangat terlihat pada lengan
orang kurus) tidak didampingi oleh arteri. Panas telah hilang
dari vena ini. Aliran balik darah vena melalui vena superfisial
ditingkatkan selama kondisi panas, jadi meningkatkan
kehilangan panas dari tubuh.
Vena-vena menampung sebagian besar darah tubuh.
Vena besar mampu mengubah kapasitasnya dengan
memperlambat penurunan diameternya. Kerja ini dapat
mengkompensasi perubahan sedang dalam volume tubuh lebih
dari periode satu jam, sebagai contoh setelah kehilangan darah
sedang.
c) Aliran Balik Vena
Tekanan darah dalam atrium kanan jantung harus selalu
positif sehingga darah selalu mengalir ke jantung. Ada
beberapa faktor penentu yang memastikan agar darah vena
senantiasa mengalir kembali ke jantung.
− Pompa Otot
41
Kontraksi otot-otot, utamanya yang berada di kaki, akan
memeras vena-vena diantara otot tersebut dan memaksa
darah melewati katup-katup menuju jantung. Mekanisme
ini merupakan kerja sirkulasi selama latihan.
− Pompa Pernafasan
Tekanan negatif intratorakal, yang meningkat selama
inspirasi berkenaan dengan tarikan elastis dari
pengembangan paru, cenderung menghisap darah ke atas
masuk torak.
− Pompa Jantung
Ada tekanan tertentu dipindahkan melalui kapiler-kapiler
dari arteri.
− Denyut arteri cenderung memeras vena yang ada
disepanjang vena.
Aliran balik vena yang efektif sangat penting karena
jantung hanya dapat mensirkulasi darah yang diterimanya. Bila
aliran balik vena kurang, sebagai contoh setelah berdiri lama
sehingga darah terkumpul di pembuluh kaki, kemudian
kekurangan dalam volume darah yang kembali ke jantung
dapat menyebabkan penurunan curah jantung yang cukup
untuk mempengaruhi aliran darah ke otak dan menyebabkan
pingsan.
42
D. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu : (Lany Gunawan, 2001)
1. Hipertensi esensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder yaitu disebabkan oleh penyakit lain hipertensi
primer terdapat lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10%
sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi
primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi, faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur (jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin
(laki-laki lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit hitam
lebih banyak dari kulit putih).
43
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30gr),
kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain
misalnya merokok, minum alkohol dan minum obat-obatan.
E. Patofisiologi
Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi
sedangkan tahanan perifer normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan
aktifitas simpatik. Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali normal
sedangkan tahanan perifer meningkat yang disebabkan oleh reflek
autoregulasi. Yang dimaksud dengan reflek autoregulasi ialah mekanisme
tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh
karena curah jantung yang meningkat terjadi konstriksi sfingter
prekapiler yang mengakibatkan penurunan curah jantung dan peninggian
tahanan perifer.
Peningkatan kebutuhan oksigen pada miokardium terjadi akibat
hipertrofi ventrikel dan peningkatan beban kerja jantung sehingga
akhirnya akan menyebabkan angina atau infark miokardium. Sekitar
separuh kematian akibat hipertensi disebabkan oleh infark miokardium
atau gagal jantung.
44
Kerusakan pembuluh darah akibat hipertensi terlihat jelas di seluruh
pembuluh darah perifer. Perubahan pembuluh darah retina yang mudah
diketahui melalui pemeriksaan oftalmoskopik, sangat berguna untuk
menilai perkembangan penyakit dan respons terhadap terapi yang
dilakukan. Aterosklerosis yang dipercepat dan nekrosis medial aorta
merupakan faktor predisposisi terbentuknya aneurisma dan diseksi.
Perubahan struktur dalam arteri – arteri kecil dan arteriola menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah progesif. Sklerosis progresif pembuluh
darah ginjal mengakibatkan disfungsi dan gagal ginjal yang juga dapat
menimbulkan kematian.
( Price, Sylvia A : 2005)
F. Manifestasi klinik
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan
gejala sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ
yang di vaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri
koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.
Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja
ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang
meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan
beban kerja maka terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada
ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada
malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan
45
kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke
atau serangan iskemik trasien yang termanifestasi sebagai paralysis
sementara pada sisi (hemiplegi) atau gangguan ketajaman penglihatan.
Tetapi kadang menimbulkan gejala seperti nyeri kepala, epistaksis,
pusing, gemetar, sering marah-marah, tekanan darah lebih dari 149/90
mmHg. (Smeltzer : 2001)
G. Penatalaksanaan
1. Terapi Norfamakologis
Terapi norfarmakologi harus selalu digunakan pada pasien dengan
hipertensi perbatasan dan tanpa kerusakan organ akhir, terutama pada
orang yang kegemukan (obese). Terapi nonfarmakologi mencakup
penurunan berat badan, pembatasan garam, latihan isotonok dan
mengubah pola hidup misalnya asupan lemak, menghentikan
kebiasaan merokok, dan mengurangi konsumsi alkohol sampai kurang
dari 2 gelas bir per hari.
2. Terapi Antihipertensi
Tujuan terapi antihipertensi adalah mencegah komplikasi hipertensi
dengan efek samping sekecil mungkin. Obat yang ideal adalah obat
yang tidak mengganggu gaya hidup/menyebabkan simptomatologi
yang bermakna tetapi dapat mempertahankan tekanan arteri
terkendali. Penurunan tekanan arteri jelas mengurangi risiko
46
morbiditas dan mortalitas akibat stroke, gagal jantung, meskipun
terapi terhadap hipertensi ringan dengan obat belum memperlihatkan
banyak harapan dalam mengurangi risiko penyakit koroner.
Sebenarnya, obat-obatan seperti diuretika tiazid dan penghambat
adrenoreseptorbeta yang tidak mempunyai aktifitas simptomimetik
intrinsik biasanya meningkatan rasio kolesterol total terhadap HDL
dalam plasma dan trigliserida dan karenanya dapat memburuk faktor-
faktor yang ikut mengembangkan penyakit aterosklerosis penghambat
enzim pengubah (converting enzim) akan menurunkan resistensi
insulin, suatu faktor utama pada penderita diabetes yang tidak
bergantung insulin dan juga diduga terlibat dalam perkembangan
penyakit aterosklerosis. (Stein, Jay : 1999).
H. Komplikasi
Berdasarkan pada data pengkajian, komplikasi potensial yang
mungkin terjadi mencakup :
1. Perdarahan retina
2. Gagal jantung kongestif
3. Insufisiensi ginjal
4. Cedera serebrovaskuler (CVA : Cerebrovaskular Accident) atau stroke
(Doenges, Marlynn E : 1999)
47
I. Konsep asuhan keperawatan keluarga
Pengkajian menurut friedman,1998 yang mendukung nasalah utama
hipertensi meliputi:
1. Data Identitas
a. Umur
Resiko hipertensi umumnya terjadi pada pria diatas usia 40 th,
sedangkan pada wanita terjadisetelah umur 45 th (setelah
menopause).
b. Jenis kelamin
Pria lebih beresiko untuk menderita hipertensi dibandingkan
dengan wanita, karena factor pria lebih banyak pengaruhnya
seperti stress, merokok, kebiasaan kerja berat makan tidak
terkontrol.
c. Pekerjaan
Pekerjaan seperti kuli bangunan, sopir, kuli panggul dan
sebagainya lebih beresiko untuk menderita hipertensi.
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif, afektif dan
psikomotorik dalam pengelolaan penderita hipertensi karena mereka
tidak mengenal tentang hipertensi dan akibatnya serta pentingnya
fasilitas kesehatan.
48
3. Hubungan (Genogram)
Hipertensi sangat dipengaruhi factor genetik yaitu agen kembar
monozigot pembawa sifat dominan pada hipertensi.
4. Latar belakang budaya
Kebiasaan yang mendukung adanya hipertensi adalah kebiasaan
merokok, kurang olahraga, gemar mengkonsumsi makanan kaleng, see
food, fast food, makanan yang mendukung garam tinggi.
5. Status sosial ekonomi
Hipertensi sering terjadi pada keluarga yang mempunyai status sosial
ekonomi yang menengah ke atas. Karena mereka senang
mengkonsumsi makanan hasil olahan teknologi dengan bahan
pengawet dan pengasinan.
Hipertensi juga mudah terjadi pada keluarga dengan kondisi
ekonomi menengah kebawah, karena mereka jarang mengambil
keputusan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan alas an
biaya.
d. Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga
Riwayat keluarga dimulai dari konsepsi, kehamilan, kelahiran,
sampai saat ini termasuk dalam Riwayat perkembangan dan
kejadian – kejadian dan pengalaman – pengalaman kesehatan yang
unik yang berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam
49
kehidupan keluarga dapat memicu tingkat perkembangan
seseorang (Friedman, 1999) Kondisi ini dapat mempengaruhi
penyakit yang sedang diderita oleh salah satu anggota keluarga.
e. Data lingkungan
1) Karakteristik rumah dan lingkungan
Lingkungan rumah yang lembab, sinar matahari yang kurang
dapat menyebabkan keadaan kurang sehat. Keadaan rumah
meliputi ventilasi, penerangan, kebersihan, luas rumah
dibandingkan jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi
terjadinya penyebaran penyakit. Adanya sanitasi lingkungan
yang baik meminimalakan terjadinya penyebaran penyakit
terhadap anggota keluarga yang lain.
2) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Hubungan baik, hubungan timbale balik yang saling
menguntungkan antar warga sekitar dapat mempengaruhi
kehidupan keluarga dan peran anggota keluarga dalam
persepsi kesehatan anggota keluarga.
( Sudiharto, 2007).
f. Fungsi Keluarga (Friedman, 1999)
1) Fungsi Afektif
Bagaimana keluarga merasakan hal – hal yang dibutuhkan oleh
individu lain dalam keluarga tersebut. Keluarga yang kurang
50
memperhatikan keluarga yang menderita Hipertensi akan
menimbulkan komplikasi lebih lanjut
2) Fungsi Sosialisasi
Keluarga yang memberikan kebebasan kepada anggota
keluarga yang menderita Hipertensi untuk berinteraksi dengan
lingkungan akan mengurangi tingkat stress keluarga.
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganan
masalah Hipertensi:
a) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah pada
Hipertensi salah satu factor penyebabnya adalah karena
kurang pengetahuan tentang Hipertensi . Apabila keluarga
tidak mampu mengenal masalah hipertensi, penyakit
tersebut akan mengakibatkan komplikasi.
b) Mengambil keputusan bagi anggota keluarga yang sakit
Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan
yang tepat dalam melakukan tindakan disebabkan karena
tidak memahami tentang sifat, berat, dan luasnya masalah
dihadapi dan masalah tidak begitu menonjol. Penyakit
Hipertensi yang penanganan akan mengakibatkan
komplikasi.
51
c) Merawat anggota keluarga yang sakit
Ketidakmampuan ini disebabkan karena tidak mengetahui
keadaan penyakit, misalnya keluarga tidak mengetahui
tentang pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan
pengelolaan pada hipertensi.
d) Ketidaksanggupan keluarga dalam memelihara lingkungan
yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan.
Ketidakmampuan ini disebabkan karena sumber – sumber
dalam keluarga tidak mencukupi, diantaranya adalah biaya.
e) Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas
Kesehatan
Hal ini sangat penting sekali untuk keluarga yang mempunyai
masalah hipertensi. Agar penderita dapat memerikasakan
kesehatannya secara rutin dan sebagai tempat jika ada keluhan.
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan
dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan
keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi
status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga dalam
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas
kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga. Adapun tugas kesehatan keluarga (
52
Friedman, 1999) adalah mengenal masalah kesehatan, membuat
keputusan tindakan kesehatan yang tepat, member perawatan pada
anggota keluarga yang sakit, mempertahankan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat dan mempertahankan hubungan dengan
menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat.
g. Koping keluarga
Apabila terdapat stressor yang muncul dalam anggota keluarga,
sedangkan koping keluarga tidak efektif, maka ini akan menjadi
stress pada anggota keluarga yang menderita hipertensi, karena
salah satu cara mengatasi kekambuhan yaitu dengan menjaga diit
yang teratur, dan mengurangi stress.
h. Pemeriksaan fsik ( Isselbacher, 1999)
kepala : Nyeri kepala.
Mata : Papil oedema, diplopia
Hidung : Epistaksis
Leher : Distensi vena jugularis
Dada : Sesak nafas
Abdomen : Asites
Ekstremitas : Diaphoresis, edema, sianosis, capillary refill
lambat.
53
i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Hemoglobin atau hematokrit : Bukan diagnostik tetapi
mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor – faktor risiko
seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2) BUN/kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi atau
fungsi ginjal. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes mellitus
adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan
kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
3) Kalium serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik.
4) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat
meningkatkan hipertensi.
5) Kolesterol dan trigliserida serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler).
6) Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi.
7) Kadar aldosteron urin / serum : Untuk mengkaji
aldosteronisme primer (penyebab).
8) Urinalisa : Darah, protein, glikosa mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan/atau adanya diabetes.
54
9) VMA urin (metabolit katekolamin) : Kenaikan dapat
mengindikasikan adanya feokromositoma (penyebab); VMA
urin 24.
10) Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai
faktor risiko terjadinya hipertensi.
11) IVP : Dapat mengindentifikasi penyebab hipertensi, seperti :
penyakit parenkim ginjal, batu ginjal/ureter.
12) Foto dada : Dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada
area katup; deposit pada dan / atau takik aorta; perbesaran
jantung.
13) EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi, catatan : Luas, peninggian gelombang
adalah salah satu tanda dini penyakit hipertensi.
55
J. PATWAY
Asupan garam berlebihan
Genetic
Stress
Penyakit ginjal
Kelainan hormone
Penyakit metabolic
Hipertensi
Kerusakan faskuler pembuluh parifer
Perubahan struktur dalam arteri kecil dan arterior
Penyumbatan pembuluh / vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi Resiko kerusakan
perfusi jaringan
Otak Mata Ginjal Jantung Ekstremitas
Peningkatan tingkat
vaskuler selebral
Kerusakan
endotel
Kerusakan pada
pembuluh eteren dan
penebalan enternal
arteri
Penurunan
suplai darah
Kontraksi otot
jantung
Kontraksi otot
jantung
Kordiomegali
Gagal jantung
Intoleransi
aktivitas Nekrosis kapiler
glomerulurus protein
urine hematoma
Gagal ginjal akut
komplikasi
Robekan
obeterasi
retina
Pendarahan
rentina gangguan
penglihatan
Resiko injuri
jatuh
Nyeri akut
Sakit kepala
1. Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah hipertensi
2. Ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan dan tindakan yang tepat
3. Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
4. Ketidak mampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk mengatasi masalah hipertensi
5. Ketidak mampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk memelihara kesehatan
Saifullah noer, 2004.
56
K. Fokus Intervensi
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
2. Gangguan rasa nyaman nyeri
a. Prevensi primer
1) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga
tentang keluhan nyeri kepala sebagai salah satu gejala
hipertensi serta cara mengatasinya.
2) Anjurkan kepada klien untuk membatasi aktivitas yang berat.
3) Ajarkan kepada klien dan keluarga tentang teknik relaksasi
dalam manajemen stress.
b. Prevensi sekunder
1) Pertahankan tirah baring selama fase akut
2) Berikan tindakan untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya
kompres dingi pada dahi, pijat punggung dan leher
3) Ciptakan lingkungan yang nyaman
c. Prevensi tersier
1) Berikan analgetik sesuai indikasi
2) Pertahankan hal-hal yang bisa mengurangi nyeri
3) Kolaborasi atau rujuk ke pelayanan kesehatan
3. Gangguan perfusi jaringan serebral
a. Prevensi primer
1) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien tentang pengertian,
tanda gejala gangguan perfusi jaringan
57
2) Beritahu klien untuk mengendalikan atau memodifikasi faktor
resiko misalnya: membatasi merokok, mengatur pola diit
b. Prevensi sekunder
1) Medeteksi secara dini adanya gangguan perfusi jaringan
2) Motivasi klien untuk minum obat secara teratur
3) Monitor pola diit
4) Lakukan pemantauan tekanan darah tinggi
c. Prevensi tersier
1) Rujuk atau konsultasikan ke ahli gizi
2) Rujuk ke pelayanan kesehatan
3) Motivasi klien dan keluarga untuk berpartisipasi dalam
regimen pengobatan
4. Intoleransi aktifitas
a. Prevensi primer
1) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga
tentang gangguan aktivitas yang sering kali terjadi
2) Motivasi klien untuk berolahraga secara teratur
3) Ajarkan kepada klien dan keluarga tentang gerakan ROM
b. Prevensi sekunder
1) Monitor respon pasien terhadap aktivitas : perhatikan
peningkatan tekanan darah tinggi
2) Anjurkan kepada pasien untuk istirahat secara teratur
58
3) Motivasi klien atau keluarga untuk melakukan gerakan ROM
seperti yang telah diajarkan
c. Prevensi tersier
1) Pertahankan untuk melakukan gerakan ROM
2) Beri dorongan kepada kepada klien untuk melakukan aktivitas
mandiri secara tahap sesuai toleransi
3) Rujuk keperluan kesehatan jika ada keluhan yang memberat
5. Resiko injuri
a. Prevensi primer
1) Orientasikan klien terhadap lingkungan
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang resiko injuri
3) Jangan letakkan alat-alat yang membahayakan didekat klien
4) Anjurkan kepada klien untuk selalu menjaga penerangan
dirumah
b. Prevensi sekunder
1) Ingatkan klien untuk menggunakan kaca mata
2) Pertahankan dan motivasi keluarga untuk menciptakan
lingkungan yang nyaman dan tenang
3) Bantu klien untuk bangun dari tempat tidur
c. Prevensi tersier
1) Pertahankan lingkungan yang nyaman
2) Rujuk ke pelayanan kesehatan jika terjafi injuri misalnya:
jatuh dari tempat tidur, kamar mandi