Top Banner
BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1. Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007). 2. Tipe / Bentuk keluarga (Murwani, 2007) a. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. b. Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan satu saudara, misalnva nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya. c. Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. d. Keluarga duda/janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi kerena perceraian atau kematian. e. Keluarga berkomposisi (Composite Family), adalah keluarga perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama. f. Keluarga kabitas (Cahabitation Family), adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tempi membentuk satu keluarga 3. Tugas Keluarga
54

BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

Mar 08, 2019

Download

Documents

vohuong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

BAB II

KONSEP DASAR

A. Konsep Dasar Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di

bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

2. Tipe / Bentuk keluarga (Murwani, 2007)

a. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu,

dan anak-anak.

b. Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan

satu saudara, misalnva nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman,

bibi, dan sebagainya.

c. Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita

dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

d. Keluarga duda/janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi kerena

perceraian atau kematian.

e. Keluarga berkomposisi (Composite Family), adalah keluarga perkawinannya

berpoligami dan hidup secara bersama.

f. Keluarga kabitas (Cahabitation Family), adalah dua orang menjadi satu

tanpa pernikahan tempi membentuk satu keluarga

3. Tugas Keluarga

Page 2: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

Tugas perkembangan keluarga dengan keluarga usia lanjut dimulai saat

salah satu pasangan pension, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal. Proses

lanjut usai dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena

berbagai stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stressor tersebut

adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan

social,kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya produktifitas dan fungsi

kesehatan. Dengan memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase ini diharapkan

orang tua mampu beradaptasi menghadapi stressor tersebut.

Adapun tugas keluarga dengan usia lanjut yaitu: mempertahankan

suasana rumah yang menyenangkan, adaptasi dengan perubahan kehilangan

pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan, mempertahankan keakraban

suami istri dan saling merawat, mempertahankan hubungan dengan anak dan

sosial masyarakat dan melakukan Live review (Murwani, 2007).

4. Peran keluarga

a. Peran formal Keluarga

1) Peran parental

Peran parental adalah peran dasar yang membentuk posisi sosial, yaitu

suami sebagai ayah dan istri sebagai ibu. Menurut Murwani (2007) ada

delapan peran parental. Peran – peran tersebut yaitu: peran sebagai

provider (penyedia), peran sebagai pengatur rumah tangga, peran

perawatan anak, peran sosialisasi anak, peran rekreasi, peran persaudaraan

(kinship) atau peran memelihara hubungan keluarga paternal dan

Page 3: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

maternal, peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif pasangan), dan

peran seksual.

2) Peran perkawinan

Kebutuhan bagi pasangan memelihara suatu hubungan perkawinan yang

kokoh itu sangat penting. Anak-anak terutama dapat mempengaruhi

hubungan perkawinan, menciptakan situasi dimana suami dan istri

membentuk suatu koalisi dengan anak. Memelihara suatu hubungan

perkawinan yang memuaskan merupakan salah satu tugas perkembangan

yang vital dari keluarga.

3) Peran informal

a) Pengharmonis: menengahi perbedaan yang terdapat diantara para

anggota, menghibur dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.

b) Inisiator-kontributor: mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru

atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan

kelompok.

c) Pendamai (compromiser): merupakan salah satu bagian dari konflik

dan ketidaksepakatan, pendamai menyatakan kesalahan posisi dan

mengakui kesalahannya, atau menawarkan penyelesaian “setengah

jalan”.

d) Perawat keluarga: orang yang terpanggil untuk merawat dan mengasuh

anggota keluarga lain yang membutuhkannya.

e) Koordinator keluarga: mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-

kegiatan keluarga, berfungsi - mengangkat keterikatan / keakraban

Page 4: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

5. Fungsi Keluarga (Murwani, 2007)

a. Fungsi biologis

Tugas keluarga secara biologis adalah untuk meneruskan keturunan,

memelihara dan membesarkan anak , memenuhi kebutuhan gizi keluarga,

memelihara dan merawat anggota keluarga.

b. Fungsi Psikologis

Sedangakan keluarga secara psikologis berfungsi untuk memberikan kasih

sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga,

memelihara dan merawat anggota keluarga, serta memberikan identitas

keluarga.

c. Fungsi Sosialisasi

Fungsi keluarga dalam hal ini adalah membina sosialisasi pada anak,

membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan

anak, dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

d. Fungsi Ekonomi

1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk pemenuhan kebutuhan

keluarga.

2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang

misalnya pendidikan anak, jaminan hari tua dan sebagainya.

e. Fungsi pendidikan

1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan

Page 5: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.

2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam

memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya

f. Fungsi perlindungan

Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan

yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa

aman.

g. Fungsi perasaan

Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif, merasakan

perasaan anak dan anggota keluarga sehingga saling pengertian satu sama lain

dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.

h. Fungsi religius

Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak

dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala

keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan lain yang

mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia

i. Fungsi rekreatif

Tugas keluarga dalam fungsi rekreatif ini tidak selalu harus pergi ke tempat

rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang

menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat mencapai keseimbangan

kepribadian masing-masing anggotanya.

Page 6: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

B. Konsep Lansia

Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti

seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan

masa tua (Wahyudi, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun

psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun

psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih,

penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai

fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah (Mubarak,

2006).

1. Pengertian Lansia

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan - lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi

dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Wahyudi, 1999)

Menurut BKKBN (1995), lansia adalah individu yang berusia diatas 60

tahun, pada umumnya memiliki tanda - tanda terjadinya penurunan fungsi - fungsi

biologis, psikologis, sosial, ekonomi (Mubarak, 2006)

2. Teori Menua

Menurut Lueckenotte (2000), dunia barat telah menghitung dan

membincangkan teori penuaan sejak jaman Yunani kuno. Kita menemukan teori

yang bisa menjelaskan fenomena itu. Hingga sekarang, banyak siswa

menganggapnya sebagai petualangan untuk menjadi vain dan tidak begitu hanya

satu definisi teori yang masih digunakan menerangkan semua aspek penuaan.

Page 7: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

Para ahli seperti Gerhard, Cristofalo (1992), Hayflick (1996), menemukan bahwa

beberapa teori bisa dikombinasikan untuk menerangkan aspek berbeda pada

fenomena kompleks yang disebut penuaan.

Fungsi teori membantu membuat pemahaman pada persepektif untuk

melihat fakta. Teori menyediakan gambaran luas diskusi dan riset. Beberapa

teori ditampilkan karena nilai sejarahnya, kebanyakan teori ditinggalkan karena

kekurangan bukti empiris.

Penuaan pada manusia dipengaruhi oleh penimbunan biologis,

psikologis, fungsi sosial dan faktor spiritual. Penuaan bisa dilihat sebagai

perkembangan terus menerus terjadi dari konsepsi hingga kematian

(Ignatavicius, Workman, Mishler, 1999). Teori Biologi, sosial , dan psikologi

pada penuaan nampaknya menerangkan dan menjelaskan dimensi berbeda pada

penuaan. Teori prominent penuaan sebagai panduan mengembangkan

gerontologis holistic pada teori perawatan untuk pemakaian praktek. Menurut

Comfort (1970), tidak ada teori perawatan gerontology yang diterima dengan

kekhususan seperti ini, yang membutuhkan perawatan dengan menggunakan

pendekatan elektris dari disiplin lain sebagai dasar pembuatan keputusan klinis.

Beberapa teori menua antara lain :

a. Biologis

Teori biologi mengenai penuaan yaitu :

1) Teori Stokastik

a). Teori kesalahan

Page 8: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

Menurut Sonneborn (1979) dalam Lueckenotte (2000), teori

kesalahan berdasarkan pada ide bahwa kesalahan terjadi pada

transkripsi dalam sintesis DNA. Kesalahan tersebut dianggap abadi

dan seringkali membawa sistem pada fungsi yang tidak optimal.

Penuaan pada organisme dan kematian dianggap pada kejadian ini.

b). Teori radikal bebas

Menurut Hayflick, (1996) dalam Lueckenotte (2000), radikal bebas

diproduksi oleh metabolisme. Ketika radikal bebas terkumpul mereka

merusak membran sel yang mengurangi efisiensi. Tubuh

memproduksi antioksidan yang scavenge radikal bebas.

c). Teori Cross Linkage

Menurut Hayflick, (1996) dalam Lueckenotte (2000), Dengan usia, telah

dibuat teori bahwa beberapa protein dalam tubuh menjadi cross-lingked.

Hal ini tidak mengijinkan untuk aktifitas metabolisme normal dan

membuat produk sampah terkumpul pada sel. Hasil akhirnya ialah pada

jaringan tidak berfungsi normal pada efisiensi optimal.

d). Teori pemakaian dan air mata

Teori ini menyamakan manusia dengan mesin. Ini memberikan

hipotesa bahwa penuaan adalah hasil dari pemakaian.

2. Teori Nonstochastic

a) Teori terprogram

Page 9: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

Hayflick dan Moorehead mendemonstrasikan bahwa sel normal

membagi banyaknya dengan waktu terbatas. Oleh karena itu dianggap

bahwa harapan hidup itu telah terprogram.

b). Teori immunitas

Perubahan terjadi di sistem kekebalan, khususnya pada t-

lymphocyte, sebagai hasil penuaan. Perubahan ini membuat individu

mudah luka kena penyakit (Phipp, Sands, Marek, 1999 )

b. Sosiologis

Memfokuskan pada peraturan dan hubungan antara ikatan individu dalam

kehidupan terakhir menurut Hogstel (1995) dalam Lueckenotte (2000).

1). Teori sosiologi mengenai penuaan

a) Teori disengagement

Semakin bertambah tua mereka menarik diri dari komunitas dan

komunitas mendukung dengan penarikan ini.

b) Aktivitas / teori perkembangan tugas

Individu perlu untuk tetap aktif untuk melakukan aktifitas dengan

mandiri. Aktifitas perlu untuk menjaga kepuasan hidup dan konsep diri

yang positif.

c) Teori kontinuitas

Individu akan merespon terhadap usia pada cara yang sama mereka

merespon pada even kehidupan sebelumnya. Kebiasaan yang sama,

komitmen, pilihan, dan ciri personality lainnya dikembangkan selama

masa dewasa akan menjagai masa tua.

Page 10: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

d) Teori stratifikasi

Masyarakat terdiri dari group Cohort yang berkumpul berdasarkan usia.

Orang dan peraturan pada Cohorts ini saling mengubah dan

mempengaruhi, sebagai komunitas besar. Lagipula tingkatan tinggi pada

hubungan dalam masyarakat muncul antara orang tua dengan

masyarakat.

e) Teori kecocokan orang dengan lingkungannya

Tiap individual memiliki kompetensi yang mendorong orang agar akrab

dengan lingkungannya. Kompetensi ini mungkin berubah dengan

penuaan, sehingga mempengaruhi kemampuan orang untuk

berhubungan dengan lingkungan.

c. Pyschologis

Dipengaruhi oleh biologi dan sosiologi dan menjelaskan bagaimana orang

merespon pada akibat dari usia mereka.

1). Teori psikologis mengenai penuaan

a) Hirarki Maslow pada kebutuhan manusia

Motivasi manusia dilihat sebagai hirarki kebutuhan atau tingkat

kebutuhan yang penting pada pertumbuhan dan perkembangan semua

orang. Individu dilihat sebagai peserta aktif dalam kehidupan, mencari

aktualisasi diri.

b) Teori Jung mengenai individualisme

Perkembangan dilihat sebagai terjadinya masa kedewasaan dengan

realisasi diri sebagai tujuan hasil pada perkembangan kepribadian.

Page 11: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

Semakin bertambahnya usia individu, maka akan mampu untuk

mengubah ke dalam bentuk spiritual.

c ) Delapan tingkat tahapan kehidupan oleh Erikson.

Semua orang mengalami delapan tahapan psikososial dalam

kehidupannya. Tiap tahap mewakili sebuah krisis, dimana tujuan yaitu

menyatukan kedewasaan fisik dan kebutuhan psikososial. Pada tiap

tahap, orang memiliki kesempatan untuk menyelesaikan krisis. Orang

yang berhasil akan mempersiapkan individu untuk perkembangan

lanjutan. Individu akan selalu memiliki kesempatan untuk mengerjakan

tahapan psikososial menjadi hasil kesuksesan.

d) Teori Erikson mengenai Ekspansi Peck.

Tujuh tugas yang berkembang didefinisikan sebagai berlangsungnya

final Erikson dalam dua tahapan. Akhiran tiga dari tiap perkembangan

diidentifikasikan untuk orang tua yaitu : perbedaan ego versus peran

dalam pekerjaan, transcendence diri versus preoccupation diri dan

transcendence ego versus preoccupation ego.

e) Pengoptimalan terpilih dengan kompensasi

Kapasitas fisik diminishes dengan usia. Seorang yang menua dengan

lancer akan mengganti defisit tersebut melalui sekesi, optimasi, dan

kompensasi.

d. Moral atau spiritual

Menjelaskan dan meneliti bagaian individu mencari penjelasan dan

menerapkan kondisi mereka (Edelman, Mandle, 1998). Manusia mencari

Page 12: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

penjelasan dan mengukuhkan keberadaanya di dunia. Bagi kebanyakan hal ini

harus melalui perkembangan moral dan sebagai pemikir spiritual. Kolberg

mengeluarkan teori mengenai perkembangan moral yang didasarkan pada

interview dengan anak muda. Dia menemukan ada tahapan yang berkurang

pada pemikiran moral. Sayangnya dia tidak mempelajari orang tua, paralel

tidak bisa disamakan antara tahapan tertinggi pada perkembangan moral,

prinsip etis universal, dan level tertinggi Maslow pada kebutuhan transcendent

diri. Pada tiap kesempatan hanya segmen kecil pada populasi yang mencapai

level tertinggi pada perkembangan dimana populasi mencapai level ini, dimana

kebutuhan pribadi berubah untuk kebaikan dari masyarakatnya.

Penting untuk perawat memahami dimensi spiritual pada orang dan

mendukung tampilannya dan perkembangannya (Hogstel, 1995). Spiritulitas

tidak lagi berhubungan dengan religi keagamaan, hal ini merupakan

perkembangan dari kontemplasi dari individu tersebut. penyakit, kondisi hidup

krisis, atau bahkan pemahaman mengenai hari kehidupan di dunia terbatas

yang akan membuat seseorang untuk kontemplasi dengan spiritual. Perawat

bisa mendapingi klien untuk menemukan arti pada kehidupan masa krisis.

Riset telah mempelajari hubungan antara hasil pemusatan klien dan

spiritualitas. Hubungan yang kuat antara hasil dan spiritualitas telah

ditampilkan dari riset ini. berdasarkan hasilnya, perawat perlu untuk

menempatkan spiritualitas sebagai komponen pada perawatan holistic (Phips,

Sands, Marek, 1999).

3. Perubahan pada Lansia

Page 13: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

Menurut Wahyudi (1999), perubahan – perubahan pada lansia meliputi :

a. Sel

1) Lebih sedikit jumlahnya.

2) Lebih besar ukurannya.

3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurang cairan interselular.

4) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati.

5) Jumlah sel otak menurun.

6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.

7) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10 %.

b. Sistem Persarafan

1) Berat otak menurun 10-20 %. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya

dalam setiap harinya ).

2) Cepatnya menurun hubungan persarafan.

3) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.

4) Mengecilnya saraf panca indera. Berkurangnya penglihatan, hilangnya

pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif

terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

5) Kurang sensitif tehadap sentuhan.

c. Sistem Pendengaran

1) Presbiakusis (ganggian pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya)

pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-

nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 %

terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.

Page 14: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

2) Membrana Timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

3) Terjadinya pengumpulan cerumen dapat mengeras karena meningkatnya

keratin.

4) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami

ketegangan jiwa atau stres.

d. Sistem Penglihatan

1) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).

3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas

menyebabkan gangguan penglihatan.

4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap

kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap.

5) Hilangnya daya akomodasi.

6) Menurunnya lapangan pandang: berkurang luas pandangnya.

7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.

e. Sistem Kardiovaskuler

1) Elastisitas, dinding aorta menurun.

2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

3) Kemampuan jantung memompa darh menurun 1 % setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan

volumenya.

4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah; kurangnya efektifitas pembuluh

darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk

Page 15: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

(duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65

mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).

5) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari

pembuluh darah perifer; sistolis normal ± 140mmHg. Diastolis normal ±

90 mmHg.

f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap sebagai suatu termostat, yaitu

menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang

mempengaruhinya.

Yang sering ditemui antara lain :

1) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35ºC ini

akibat metabolisme yang menurun.

2) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas

yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

g. Sistem Respirasi

1) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

2) Menurunnya aktivitas dari silia.

3) Paru-paru kehilangan elastisitas; kapasitas residu meningkat, menarik

nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan

kedalaman bernafas menurun.

4) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.

5) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.

6) CO2 pada arteri tidak berganti.

Page 16: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

7) Kemampuan untuk batuk berkurang.

8) Kemampuan pegas, dinding, dinding, dada, dan kekuatan otot penafasan

akan menurun seiring dengan pertambahan usia.

h. Sistem Gastrointestinal

1) Kehilangan gigi; penyebab utama adanya Periodontal disease yang

biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan

gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

2) Indera pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,

atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitifitas dari saraf

pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitifitas

dari saraf pengecap tentang rasa asin, asam, dan pahit.

3) Lambung; rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam

lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.

4) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

5) Fungsi absorbsi melemah (daya absorpsi terganggu).

i. Sistem reproduksi.

1) Menciutnya ovari dan uterus.

2) Atrofi payudara.

3) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun

adanya penurunan secara berangsur-angsur.

4) Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun (asal kondisi

kesehatan baik).

Page 17: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

5) Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi

berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali, dan terjadi perubahan-perubahan

warna.

j. Sistem Genitourinaria

1) Ginjal; merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh,

melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satua (unit)

terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus).

Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal

menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya; kurangnya

kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria

(biasanya + 1); BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg %;

nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

2) Vesika urinaria (kandung kemih): otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya

menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni

meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia

sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.

3) Pembesaran prostat ± 75 % dialami oleh pria usia di atas 65 tahun.

k. Sistem muskuloskeletal

1) Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh

2) Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi

3) Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebrata, pergelangan

dan paha. Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang

tersebut

Page 18: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

4) Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak dan aus

5) Gerakan pinggang, lutut dan jari – jari pergelangan terbatas

6) Gangguan gaya berjalan

7) Kekakuan jaringan penghubung

8) Persendian membesar dan menjadi kaku

9) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis

10) Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua.

4. Peran Keluarga Terhadap Lansia

Menurut Mubarak (2006), peran keluarga terhadap lansia adalah sebagai

berikut :

a. Sistem keluarga besar

1) Lansia adalah sesepuh yang patut dihargai, dihormati dan diminta nasehat

atau doa restu

2) Usahakan menyediakan fasilitas – fasilitas kebutuhan harian (first and the

best)

3) Jagalah privacy

b. Sikap keluarga dan masyarakat terhadap lansia

1) Adanya kecenderungan berpersepsi negatif

2) Diharapkan mempunyai persepsi positif pada lansia karena merupakan

peristiwa alamiah dimana tiap – tiap individu akan mengalaminya

c. Membangun kebutuhan untuk dicintai, aktualisasi dari lanjut usia

d. Menciptakan suasana yang menyenangkan yaitu hubungan yang harmonis

(saling pengertian antara generasi muda dan generasi lansia)

Page 19: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

e. Menggalakkan dan melaksanakan program mendem jero mikul duwur

f. Kepada pihak pemerintah keluarga atau masyarakat mengharapkan adanya :

1) Bantuan kesejahteraan bagi lansia yang berupa perbaikan ekonomi,

kesehatan, transportasi, dan perumahan bagi lansia yang tidak mempunyai

perumahan.

2) Bantuan hukum bagi lansia serta perlindungan hukum

3) Melaksanakan penelitian atau kegiatan yang riil untuk kesejahteraan

lansia, memberikan gizi yang baik dan obat – obatan untuk mencegah

terjadinya penyakit yang bisa mempercepat proses penuaan.

5. Tugas Perkembangan Keluarga Berkaitan dengan Lansia

a. Mengenal masalah kesehatan lansia

b. Mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pada

lansia

c. Merawat anggota keluarga lansia

d. Memodifikasi lingkungan fisik dan psikologis sehingga lansia dapat

beradaptasi terhadap proses penuaan tersebut

e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dan sosial dengan tepat sesuai

dengan kebutuhan lansia

(Mubarak, 2006)

6. Alasan Lansia Perlu Dirawat di Lingkungan Keluarga

a. Keluarga merupakan unit pelayanan keperawatan dasar

b. Tempat tinggal keluarga merupakan lingkungan atau tempat alamiah dan

damai bagi lansia, apabila keluarga tersebut harmonis

Page 20: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

c. Kesejahteraan keluarga dan kemampuan keluarga untuk menentukan diri

sendiri merupakan prinsip – prinsip untuk mengarah kepada pengambilan

keputusan

d. Pengambilan keputusan yang terkait dengan kesehatan keluarga

merupakan kesepakatan antara keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan

e. Perawat kesehatan masyarakat memberikan pelayanan kesehatan utama

kepada keluarga untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan

f. Pelayanan kesehatan sekunder dan tertier dilakukan apabila perawatan

kesehatan dilakukan oleh keluarga dengan bimbingan tenaga kesehatan

g. Proses keperawatan dapat memfasilitasi pengambilan keputusan yang

terkait dengan kesehatan

h. Kontrak keluarga dan perawat dalam pelayanan keperawatan merupakan

cara yang efektif untuk mencapai tujuan

i. Konseling dan pendidikan kesehatan merupakan cara untuk mengarahkan

interaksi keluarga dan perawat

j. Pelayanan keperawatan yang dilakukan di rumah oleh keluarga atau lansia

dengan perawat ahli didalam keperawatan lansia sebagai pemberi

pelayanan, konselor, pendidik, pengelola, fasilitator dan koordinator

pelayanan kepada lansia.

(Mubarak, 2006)

7. Masalah – Masalah Kesehatan yang Dapat Muncul pada Keluarga dengan

Lansia

a. Ancaman Kesehatan

Page 21: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

1) Risiko terjadinya cidera atau bahaya fisik

2) Risiko terjadinya kekurangan atau kelebihan nutrisi

b. Keadaan kurang sehat atau tidak sehat

1) Diabetes melitus

2) Hipertensi

3) Arthritis

4) Penyakit jantung

5) Kanker

6) Penyakit ginjal

7) Penyakit paru obstruksi menahun

8) Penyakit kulit

9) Kasus fraktus atau luka

10) Lansia dengan menarik diri atau isolasi sosial

11) Kasus depresi

12) Koping yang tidak efektif

c. Krisis

1) Lansia yang memasuki masa pensiun atau kehilangan pekerjaan

2) Kesepian karena ditinggal pasangan hidup (suami atau istri)

3) Kesepian karena anak sudah berkeluarga

(Mubarak, 2006)

C. Teori Hipertensi

1. Definisi

Page 22: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

Hipertensi adalah tekanan darah persistem dimana tekanan sistoliknya

diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula,

hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik

90 mmHg (Brunner dan Suddarth, 2002).-

Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan

sistolik lebih besar / sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama

atau lebih besar 95 mmHg (Nasim, 2003).

2. Anatomi fisiologi

Gambar 2.1 peredaran darah

(http://prestasiherfen.blogspot.com/2009/02/sistem-peredaran darahmanusia.html)

Page 23: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

3. Klasifikasi

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : hipertensi dimana tekanan

sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan/atau tekanan diastolik sama

atau lebih besar dari 90 mmHg dan hipertensi sistolik terisolasi lebih besar dari

160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg. (Darmojo, 1999).

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan

rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee,

Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “ (JNC VI) sebagai

berikut : (Rahardjo, 2000)

No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)

1. Optimal <120 <80

2. Normal 120 – 129 80 – 84

3. High Normal 130 – 139 85 – 89

4. Hipertensi

Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99

Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109

Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119

Grade 4 (sangat berat) >210 >120

4. Etiologi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2

golongan besar yaitu : (Lany Gunawan, 2001)

Page 24: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

a. Hipertensi esensial (Hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak

diketahui penyebabnya.

b. Hipertensi sekunder yaitu disebabkan oleh penyakit lain hipertensi

primer terdapat lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10%

sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi

primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian

telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya

hipertensi, faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1) Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika

orang tuanya adalah penderita hipertensi.

2) Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah

umur (Jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin

(Laki-laki lebih tinggi dari perempuan) dan ras (Ras kulit hitam

lebih banyak dari kulit putih).

3) Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30gr),

kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain.

5. Pathofisiologi

Page 25: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan

hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui

dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. (Smeltzer:2001)

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke

bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion kepembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan

dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa

terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal

mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal

mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons

vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan

Page 26: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu

vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh

korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus

ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini

cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer

bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.

Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan

ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada

gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup,

mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer

(Brunner & Suddarth, 2002).

Page 27: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

6. Pathway

Umur, Jenis kelamin, Gaya hidup, Obesitas

HIPERTENSI

Nyeri kepala

Resistensi

pemb. drh otak

Tek. pemblh drh otak

Gx. rasa nyaman ; nyeri

Ginjal

Vasokonstriksi pemblh. Darah

Ginjal

Blood flow

Vasokonstriksi

Rangsang

aldosteron

Retensi Na

Gx. Keseimbangan cairan

Resiko injuri

Jantung Sistemik

Beban kerja jantung Hipertrofi ventrikel kiri

Hilang mekanisme Kompensasi Infark miokard COP

Suplai O2 dengan Kebutuhan Tubuh tidak seimbang metabolisme anaerob sel fatigue

Intoleran aktifitas

Gangguan perawatan diri

Nyeri dada

Koroner jantung

Retina

Spasmus Arteriole

Diplopia

Resiko injuri

Suplai O2 otak

Kesadaran

Otak

Page 28: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

7. Manifestasi klinis

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai

bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan kerusakan vaskuler,

dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang divaskularisasi oleh

pembuluh darah yang bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah

gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai

respons peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan

tekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan

peningkatan beban kerja maka terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis

pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (Peningkatan urinasi pada

malam hari) dan azotemia (Peningkatan nitrogen urea darah dan kreatinin).

Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan

iskemik trasien yang termanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi

(Hemiplegi) atau gangguan ketajaman penglihatan. (Smeltzer: 2001)

8. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan

mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan

pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Page 29: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

a. Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan

dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi

tanpa obat ini meliputi :

1) Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

c) Penurunan berat badan

d) Penurunan asupan etanol

e) Menghentikan merokok

2) Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang

dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang

mempunyai empat prinsip yaitu :

a) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,

bersepeda, berenang dan lain-lain

b) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas

aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut

zona latihan.

c) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam

zona latihan

Page 30: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

d) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x

perminggu

3) Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi

:

a) Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk

menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh

yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi

gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk

gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

b) Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang

bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan

cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot

dalam tubuh menjadi rileks

4) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk

meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit

Page 31: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat

mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

b. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan

darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat

hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi

umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar

yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT

NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND

TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 )

menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis

kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal

pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain

yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi :

1) Step 1

Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE

inhibitor

2) Step 2

Alternatif yang bisa diberikan :

- Dosis obat pertama dinaikkan

- Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

Page 32: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

- Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta

blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin,

vasodilator

3) Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh

- Obat ke-2 diganti

- Ditambah obat ke-3 jenis lain

4) Step 4 : Alternatif pemberian obatnya

- Ditambah obat ke-3 dan ke-4

- Re-evaluasi dan konsultasi

c. Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi

dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (

perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan

petugas kesehatan adalah sebagai berikut :

1) Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil

pengukuran tekanan darahnya

2) Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai

tekanan darahnya

3) Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh,

namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan

mortilitas

Page 33: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

4) Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan

tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan

darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat

tensimeter

5) Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih

dahulu

6) Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup

penderita

7) Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi

8) Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita

atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah

9) Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal

1 x sehari atau 2 x sehari

10) Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti

hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi

11) Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau

mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan

efektifitas maksimal

12) Usahakan biaya terapi seminimal mungkin

13) Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih

sering

14) Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang

ditentukan.

Page 34: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

9. Komplikasi

Berdasarkan pada data pengkajian, komplikasi potensial yang

mungkin terjadi mencakup :

a. perdarahan retina

b. gagal jantung kongestif

c. insufisiensi ginjal

d. cedera serebrovaskuler (CVA: Cerebrovaskular Accident) atau stroke.

(Doenges,Marlynn E: 1999).

10. Pemeriksaan Penunjang

a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh

b. Pemeriksaan retina

c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti

ginjal dan jantung

d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,

pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urine.

g. Foto dada dan CT scan

C Proses keperawatan keluarga

1. Definisi

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan

Page 35: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau

kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai

saran / penyalur (Murwani, 2007).

2. Alasan Keluarga sebagai unit pelayanan.

a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang

menyangkut kehidupan masyarakat.

b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,

mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam

kelompoknya.

c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila

salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh

terhadap anggota keluarga lainnya.

d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (Pasien),

keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara

kesehatan para anggotanya.

e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya

kesehatan masyarakat.

3. Pengkajian Keluarga

Friedman ( 1998 ) membagi proses pengkajian keperawatan keluarga ke dalam

tahap - tahap meliputi identifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data

lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga.

a. Mengidentifikasi Data

Page 36: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

1) Umur

Risiko hipertensi umumnya dijumpai pada usia 30 -40 tahun atau lebih

dari 60. (Mansjoer, 1999)

2) Jenis kelamin

Pada umumnya pria lebih mudah terserang hipertensi disbanding wanita,

hal ini mungkin disebabkan kaum pria lebih banyak mempunyai faktor

risiko terjadinya hipertensi seperti stress, kelelahan, merokok dan

makanan yang tidak terkontrol. (Purwati, 1998)

3) Jenis pekerjaan

Pekerjaan berat berat seperti kuli bangunan, kuli panggul, petani dan

sebagainya lebih berisiko untuk menderita hipertensi, karena tingkat

stress mereka lebih tinggi.

4) Pendidikan

Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh dalam pengelolaan hipertensi

keluarga, keluarga dengan tingkat pendidikan yang rendah cenderung

tidak merasakan hipertensi karena tidak mengenal hipertensi, akibat dan

cara perawatannya.

5) Genogram

Adanya riwayat hipertensi dalam keluarga meningkatkan risiko

hipertensi pada anggota keluarga lainnya, hal itu dipengaruhi faktor

genetik.

Page 37: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

6) Tipe keluarga

Bentuk keluarga besar lebih cenderung menderita hipertensi daripada

keluarga lebih kecil (Isselbacher, 1999)

7) Latar belakang budaya

Budaya atau kebiasaanyang mendukung terjadinya hipertensi antara lain

kebiasaan diet yang banyak mengandung lemak, garam, kolesterol,

makanan yang diawetkan. Kebiasaan lain adalah merokok, kurang

olahraga, keengganan untuk mendatangi fasilitas kesehatan untuk

mengontrol tekanan darah.

8) Agama

Mengkaji agama serta kepercayaan yang dianut keluarga yang dapat

mempengaruhi kesehatan keluarga

9) Sosial ekonomi keluarga

Tingkat ekonomi keluarga mempengaruhi terhadap pengambilan

keputusan keluarga untuk mengambil keputusan keluarga untuk

membawa ke pelayanan kesehatan atau merawat penderita hipertensi

10) Aktifitas rekreasi keluarga

Situasi yang rileks dalam keluarga dapat menimbulkan relaksasi,

sehingga tahapan perifer menurun. Keluarga yang stressful tidak

mengembangkan fungsi relaksasi akan terpengaruh pada kondisi

Page 38: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

emosional atau psikologis anggotanya, faktor emosi ini menjadi pemicu

peningkatan tekanan darah.

11) Kebiasaan kehidupan sehari hari

a) Kebiasaan makan

Kebiasaan keluarga mengkonsumsi makanan yang tinggi garam,

ikan asin, minum kopi, menjadi faktor penyebab terjadinya

peningkatan tekanan darah (Nugroho,1996)

b) Kebiasaan tidur

Kebiasaan istirahat dan tidur pada penderita hipertensi biasanya

mengalami gangguan, pada penderita hipertensi sering terjadi

insomnia karena merasa berta di kepala,selain itu juga karena

nokturia ( kencing pada malam hari ) yang dapat mempengaruhi

pola tidur pada penderita hipertensi

c) Kebiasaan eliminasi

Pada orang dengan hipertensi dapat menimbulkan gangguan pada

tingkat filtrasi glomerulus yang menurun dan gagal ginjal.

d) Kebiasaan latihan

Orang yang kurang aktifitas melakukan olahraga pada umumnya

cenderung mengalami kegemukan yang dapat menaikkan tekanan

darah.Olahraga juga dapat menurunkan berat badan yang akan

meningkatkan efektifitas pengobatan farmakologis.

e) Kebiasaan merokok

Page 39: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

Kebiasaan merokok menjadi faktor penyebab terjadinya hipertensi

dan pengaruh narkoba yang menyebabkan pelepasan katekolamin

oleh system saraf otonom

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Hipertensi sering ditemukan pada keluarga dengan anggota keluarganya

berusia lanjut ataupun yang berusia lebih dari 65 tahun

2) Riwayat keluarga

Adanya salah satu keluarga atau orang tua yang mempunya hipertensi

atau penyakit jantung, arterosklerosis, DM, dan sebagainya mempunyai

risiko lebih besar untuk terkena hipertensi

c. Lingkungan

1) Karakteristik rumah

Pengobatan dan lingtkungan yang tidak aman (penempatan perabotan

rumah yang tidak teratur, pencahayaan yang kurang, lantai yang licin,

tempat tidur yang tinggi) menyebabkan risiko terjadinya injuri, karena

pada penderita hipertensi mengalami ganguan pada system neurosensori

seperti pusing, penglihatan kabur (Doenges, 1999)

2) Tipe lingkungan

Keadaan lingkungan perkotaan, perindustrian (Jakarta) mempunyai angka

prevalensi yang lebih besar yaitu 14 % dari penduduknya dibandingkan

pada masyarakat yang terisolir ( irian jaya ) yang hanya 0,64 %

3) Fasilitas kesehatan lingkungan

Page 40: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

Adanya fasilitas kesehatan sangat menentukan pemulihan kesehatan,

pencegahan penyakit seerta pengobatan

4) Fasilitas transportasi

Transportasi yang memadahi sangat berpengaruh terhadap kemampian

keluarga untuk menjangkau fasilitas kesehatan

d. Struktur keluarga

1) Struktur komunikasi keluarga

Komunikasi dan int6eraksi antar sesame angota keluarga merupakan

tugas keluarga dan dapat menurunkan tingkat bstres yang menjadi

pemicu terjadinya hipertensi

2) Struktur kekuasaan

Kekuasaan dalam keluarga dipegang oleh pengambil keputusan yang

mempunyai hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan dalam

mengatasi masalah kesehatan (hipertensi) dalam keluarga

3) Struktur peran

Peran antar anggota keluarga menggambarkan perilku inter personal

yang berhubungan dengan masalah kesehatan dalam posisi dan situasi

tertentu

4) Nilai kepercayaan

Beban keluarga (hipertensi) sangat tergantung pada nilai kepercayaan dan

kebutuhan akan asuhan keperawatan

Page 41: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

e. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif

Memberikan kasih saying dan rasa aman pada penderita hipertensi

merupakan salah satu fungsi afektif keluarga yang dapat menurunkan

tingkat stress atau masalah

2) Fungsi sosialisasi

Adanya interaksi antar anggota keluarga dan nilai adaptif terhadap

masyarakat sekitar dapat menurunkan stress pada penderita hipertensi

3) Fungsi perawtan kesehatan

Pendidikan ataupun pengetahuan keluarga yang rendah mempunyai

kecenderungan yang lebih tinggi untuk menderita hipertensi

f. Pemeriksaan fisik

Beberapa data focus yang didapatkan pada klien yang menderita hipertensi

antara lain : (joseph,1998)

1) Nadi : pengukuran tanda-tanda vital,suhu,dan tinggi serta berat

tubuh merupakan dasar dari pengkajian fisik. Arteri radialis amatlah

memudahkan untuk menentukan rentang rata-rata denyut jantung.

2) Tekanan darah: Tekanan darah harus diperiksa baik saat pasien dalam

posisi telentang ataupun berdiri, terutama bila pasien mempergunakan

obat-obat hipertensi. Arterosklerosis dapat mengakibatkan kesalahan

pengukuran tekanan darah tersebut mungkin akan bervariasi dari satu

Page 42: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

lengan ke lengan lainnya dikarenakan oleh adanya arteriosklerosis maka

kedua lengan tersebut menjadi tidak simetris. Intregitas ego riwayat

perubahan kepribadian, marah

3) Pernapasan : setelah pengkajian nadi dan tekanan darah dilakukan

maka, observasi pernapasan dilaksanakan berkenaan dengan

penghitungan serta pengkajian frekuensi dan kedalaman pernapasannya.

Pemeriksaan tersebut harus melihat penggunaan ototr-otot pernapasan

aksesori dan adanya retraksi tulang supralavikular. Selama proses

pengambilan data riwayat kesehatan, apakah klien tersebut harus

berhenti sejenak untuk menarik nafas? Rentang frekuensi pernapasan

rata- rata pada orang dewasa adalah 12 samapi 18 kali permenit.

4) Suhu : secara umum telah lazim diketahui bahwa lansia seringkali tidak

memiliki respon demam yang baik terhadap infeksi. Bahwa radang paru-

paru dapat saja terjadi tanpa adanya demam, sebagai contoh seperti yang

telah diobservasi oleh Osler, yang menyatakan “dalam usia lanjut radang

paru-paru mungkin akan bersifat laten dan terjadi tanpa adanya serangan

demam. Sebaliknya lansia tersebut rentan terhadap terjadinya hipotermia

bahkan dalam suhu dingin ringan yang terus berubah-ubah.

5) Tinggi dan Berat badan : meskipun pengukuran berat badan merupakan

suatu standart untuk setiap lokasi pelayanan pasien namun pengukuran

tinggi badan bukan merupakan standart sejenis. Individu lansia

mengalami peningkatan resiko terjadinya malnutrisi karena masukan

Page 43: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

makanan yang tidak benar,isolasi sosial, ketidakmampuan tertentu,

keadaan medis kronis dan pengobatan-pengobatan yang dialami

6) Kulit : pengkajian kulit harus dilakukan selama pemeriksaan terhadap

tubuh pasien yang sedang dilaksanankan. Lansia pada umumnya

memiliki lemak subkutan lebih sedikit, sehingga dengan demikian

kulitnya menjadi lebih tipis, terutama pada telapak tangan dan lengan

atas. Lansia biasanya mengalami penurunan produksi keringat dan

produksi kelenjar sebasea lainnya, sehingga kulit kering merupakan

suatu keadaan yang lazim ditemukan. Perubahan kulit normal yang

terjadi saat penuaan meliputi pula, lesi-lesi maskular dengan

hiperpigmintasi yang disebut sebagai bercak-bercak senil atau lengitin

dan juga termasuk bercak-bercak pada heoar.

7) Rambut dan kuku : Salah satu indikator-indikator proses penuaan adalah

perubahan-perubahan dalam warna dan distribusi rambut. Warna rambut

berubah keabu-abuan atau memutih.penipisan progresif terjadi pada

seluruh rambut dan bulu pada tubuh, termasuk bulu pada ketiak dan

pubis. Pertumbuhan bulu-bulu wajah pada lansia-lansia wanita, kadang

dapat menyebabkan tingkat stres yang cukup berat. Kuku biasanya mulai

terpengaruhi dengan apa yang disebut sebagai onikomikosis, suatu

keadaan kuku kronis.

8) Kepala : pasien diperiksa dalam keadaan duduk, dimulai dari kepala dan

terus kebawah. Kepala dan tengkorak harus diperiksa mengenai terjadi

tidaknya trauma. Perubahan pada tulang tengkorak yang

Page 44: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

dikarakteristikan oleh penyakit paget’s harus difikirkan, seperti

pembesaran bagian frontal atau pembesaran ukuran topi.

9) Mata : lansia yang mungkin disebabkan oleh terjadinya penurunan

ukuran pupil dan peningkatan ketebalan serta opasi tes lensa,

memerlukan kompensasi iluminasi lebih dibandingkan dengan individu

yang berusia lebih muda. Pemeriksaan optalmoskopik pada masing-

masing mata harus dimulai dengan memfokuskan pada struktur anterior

dan kemudian baru ke arah retina.

10) Telinga : Perubahan – perubahan sehubungan dengan proses penuaan

yang lazim ditemukan antara lain memanjangnya liang

telinga,penumbuhan rambut pada kanal telinga serta akumulasi

serumen.kehilangan pendengaran yang berkaitan dengan kanal telinga

eksternal meliputi dampak buruk serumen, otitis ekterna atau adanya

benda-benda asing.

11) Hidung : pada proses penuaan, indra pengecap ras pada lidah anterior

yang merasakan manis dan asin mulai fungsinya terlebih dahulu dari

simpul-simpul pengecap rasa pada bagian lidah posterior, yang sensitif

pada rasa pait dan asam.

12) Mulut dan hidung : Chelosis atau fisura yang membatasi sudut-sudut

mulut, mungkin merupakan tanda terjadinya nutrisi yang buruk dan

defisiensi vitamin. Lansia yang masih mampu mempertahankan

keberadan giginya, perlu dikaji kebersihan atau higien oralnya.

Pemeriksaan pada lidah juga dapat menunjukan, lidah lebam, kemerahan

Page 45: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

atau terinflamasi mungkin akan ditemukan pada pasien dengan

defisiensi zat besi atau vitamin B12.

g. Koping keluarga

1) Stessor yang muncul dalam keluarga

Stressor yang dialami keluarga dapat menjadi factor pemicu trimbulnya

hipertensi yang meningkatkan aktifitas saraf pusat sehingga akan

mempertahankan tekanan darah dalam keadaan tinggi.

2) Koping keluarga dalam menghadapi stressor

Menghindari / menghadapi stressor dengan relaksasi dan juga

pendalaman agama merupakan suatu upaya untuk menghindari

terjadinya hipertensi.

4. Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hipertensi:

a. Penurunan curah jantung

b. Gangguan nutrisi : kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan asupan tidak adekuat.

c. Gangguan persepsi sensori : pendengaran, penglihatan yang berhubungan

dengan adanya hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.

d. Kurang perawatan diri yang berhunbungan dengan penurunan minat dalam

merawat diri.

e. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan kecemasan atau nyeri

f. Perubahan pola eliminasi yang berhubungan dengan penyempitan jalan nafas

atau adanya secret pada jalan nafas

g. Gangguan mobilitas fisik yang berhunbungan dengan kekuatan sendi.

Page 46: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

(Nugroho, 2008)

5. Diagnosa keperawatan keluarga dengan hipertensi

a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan :

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk

mengatasi hipertensi

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita

hipertensi

4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang baik untuk

penderita hipertensi

5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan di

masyarakat

b. Kelebihan persepsi sensori visual

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk

mengatasi hipertensi

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita

hipertensi

4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang baik untuk

penderita hipertensi

Page 47: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan di

masyarakat

c. Gangguan persepsi sensori visual

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk

mengatasi hipertensi

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita

hipertensi

4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang baik untuk

penderita hipertensi

5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan di

masyarakat

d. Intoleransi aktivitas

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk

mengatasi hipertensi

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita

hipertensi

4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang baik untuk

penderita hipertensi

5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan di

masyarakat

e. Defisit perawatan diri

Page 48: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk

mengatasi hipertensi

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita

hipertensi

4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang baik untuk

penderita hipertensi

5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan di

masyarakat

f. Risiko injuri

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk

mengatasi hipertensi

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita

hipertensi

4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang baik untuk

penderita hipertensi

5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan di

masyarakat

g. Penurunan curah jantung

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk

mengatasi hipertensi

Page 49: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita

hipertensi

4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang baik untuk

penderita hipertensi

5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan di

masyarakat

6. Fokus intervensi

a. Gangguan perfusi jaringan serebral

1) Kognitif

Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang

pengertian , tanda dan gejala, gangguan perfusi jaringan seperti : pucat,

kulit kebiruan, kulit dingin,/ lembab, bengkak / odema.

2) Afektif

Memotifasi klien untuk minum obat teratur

3) Psikomotor

a) Memodifikasi secara dini adanya Gangguan perfusi jaringan

b) Lakukan pemantaun tekanan darah secara teratur

c) Bantu klien dan keluarga untuk mencegah komplikasi, misalnya

dengan mambatasi asupan garam dan kolesterol yang berlebihan

d) Bantu klien untuk memodifikasi factor risiko, misalnya membatasi

merokok , mengatur pola diet, manajemen stress.

b. Penurunan curah jantung

Page 50: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

1) Kognitif

Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang

hipertensi, pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat, dan

komplikasi hipertensi.

2) Afektif

a) Anjurkan klien dan keluarga untuk membatasi aktifitas yang

berlebihan dan aktifitas cukup

b) Motifasi keluarga untuk membatasi makanan tinggi natrium dan

tinggi kolesterol

c) Memotifasi klien untuk minum obat teratur

3) Psikomotor

a) Bantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi tanda dan gejala

penurunan curah jantung, seperti: nadi cepat, sianosis, nyeri dada,

produksi urin sedikit, kelelahan, vertigo, odema, dan kulit teraba

dingin.

b) Pembatasan asupan garam, lemak, kolesterol dalam diet

c) Lakukan pemantaun tekanan darah secara teratur

d) Olahraga teratur

e) Lakukan dan anjurkan kepada klien dan keluarga untuk melakukan

tindakan kenyamanan, misalnya :pijatan punggung dan leher,

merendahkan kepala tempat tidur serta tehnik relaksasi

Page 51: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

f) Bantu keluarga cara menyusun diet untuk penderita hipertensi

c. Kelebihan volume cairan

1) Kognitif

a) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang

manifestasi klinik kelebihan volume cairan sebagai akibat

memberatnya hipertensi

b) Ajarkan klien dan keluarga untuk memantau output urine

2) Afektif

Anjurkan klien dan keluarga untuk mempertahankan posisi duduk / tirah

baring dengan posisi semifowler, selama masa fase akut.

3) Psikomotor

a) Monitor output urine ( catat warna dan jumlah setiap hari )

b) Buat jadwal pemasukan cairan bersama klien dan keluarga

c) Ukur lingkar abdomen

d) Timbang berat badan setiap hari

e) Rujuk kepelayanan kesehatan untuk pengobatan lanjut

d. Gangguan persepsi sensori visual

1) Kognitif

Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang

terjadinya gangguan persepsi sensori visual ( pandangan kabur ) sebagai

manifestasi penyakit hipertensi

2) Afektif

Page 52: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

a) Anjurkan banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin

A

b) Anjurkan klien untuk memakai alat bantu penglihatan ( kacamata )

3) Psikomotor

a) Observasi ketajaman penglihatan , catat apakah satu / dua mata

terlibat

b) Orientasikan klien terhadap keluarga, lingkungan dan orang lain

c) Perhatikan kejadian iritasi mata

d) Letakkan barang yang dibutuhkan didekat klien

e) Penggunaan kacamata dan pemberian tetes mata

f) Rujuk kepelayanan kesehatan untuk pemeriksaan selanjutnya

e. Intoleransi aktivitas

1) Kognitif

a) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang

gangguan aktifitas yang sering terjadi pada penderita hipertensi

b) Ajarkan klien dan keluarga tentang ROM

c) Ajarkan klien dan keluarga tentang tehnik menghemat energy

misalnya : menggunakan kursi pada waktu mandi

2) Afektif

a) Motifasi klien untuk olahraga secara teratur

b) Motifasi klien untuk melakukan gerakan ROM sesuai gerakan yang

diajarkan

Page 53: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

c) Beri dorongan pada klien untuk melakukan aktifitas mandiri secara

bertahap sesuai toleransi

3) Psikomotor

a) Monitor respon klien terhadap aktifitas , peningkatan nadi, tekanan

darah, adanya nyeri dada, dan keletihan

b) Kelemahan jantung

c) Malakukan terapi okupasi

d) Pertahankan untuk melakukan gerakan ROM

e) Rujuk kepelayanan kesehatan jika terdapat keluhan setelah aktifitas

seperti : nyeri dada, pusing dan pingsan.

f. Defisit perawatan diri

1) Kognitif

Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang

pentingnya perawatan diri

2) Afektif

a) Motifasi klien dan keluarga untuk melakukan perawatan diri

b) Motifasi keluarga untuk membantu klien dalam melakukan perawatan

diri

3) Psikomotor

a) Observasi derajat ketidakmampuan klien

b) Berikan alat bantu sesuai indikasi

c) Pertahankan adanya keletihan dan kelelahan

Page 54: BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

d) Monitor dan observasi usaha klien / keluarga dalam melakukan

perawatan diri

e) Rujuk / kolaborasi ke pelayanan kesehatan jika terjadi kelemahan

f) Adakan terapi okupasi

g. Risiko injuri

1) Kognitif

Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang

terjadinya risiko injuri

2) Afektif

a) Anjurkan pada keluarga agar lantai tidak licin

b) Ingatkan klien untuk memakai kacamata

c) Pertahankan dan motivasi keluarga untuk menciptakan lingkungan

rumah yang nyaman

3) Psikomotor

a) Orientasi klien terhadap lingkungan

b) Jangan letakkan benda berbahaya dekat klien

c) Observasi terjadinya pandangan kabur, pusing dan nyeri pada mata

d) Bantu klien untuk bangun dari tempat tidur, motifasi keluarga untuk

membantu klien

e) Pertahankan lingkungan yang aman