BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1. Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007). 2. Tipe / Bentuk keluarga (Murwani, 2007) a. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. b. Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan satu saudara, misalnva nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya. c. Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. d. Keluarga duda/janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi kerena perceraian atau kematian. e. Keluarga berkomposisi (Composite Family), adalah keluarga perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama. f. Keluarga kabitas (Cahabitation Family), adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tempi membentuk satu keluarga 3. Tugas Keluarga
54
Embed
BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba... · bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
KONSEP DASAR
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).
2. Tipe / Bentuk keluarga (Murwani, 2007)
a. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu,
dan anak-anak.
b. Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan
satu saudara, misalnva nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman,
bibi, dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi kerena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite Family), adalah keluarga perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (Cahabitation Family), adalah dua orang menjadi satu
tanpa pernikahan tempi membentuk satu keluarga
3. Tugas Keluarga
Tugas perkembangan keluarga dengan keluarga usia lanjut dimulai saat
salah satu pasangan pension, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal. Proses
lanjut usai dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena
berbagai stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stressor tersebut
adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan
social,kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya produktifitas dan fungsi
kesehatan. Dengan memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase ini diharapkan
orang tua mampu beradaptasi menghadapi stressor tersebut.
Adapun tugas keluarga dengan usia lanjut yaitu: mempertahankan
suasana rumah yang menyenangkan, adaptasi dengan perubahan kehilangan
pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan, mempertahankan keakraban
suami istri dan saling merawat, mempertahankan hubungan dengan anak dan
sosial masyarakat dan melakukan Live review (Murwani, 2007).
4. Peran keluarga
a. Peran formal Keluarga
1) Peran parental
Peran parental adalah peran dasar yang membentuk posisi sosial, yaitu
suami sebagai ayah dan istri sebagai ibu. Menurut Murwani (2007) ada
delapan peran parental. Peran – peran tersebut yaitu: peran sebagai
provider (penyedia), peran sebagai pengatur rumah tangga, peran
perawatan anak, peran sosialisasi anak, peran rekreasi, peran persaudaraan
(kinship) atau peran memelihara hubungan keluarga paternal dan
maternal, peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif pasangan), dan
peran seksual.
2) Peran perkawinan
Kebutuhan bagi pasangan memelihara suatu hubungan perkawinan yang
kokoh itu sangat penting. Anak-anak terutama dapat mempengaruhi
hubungan perkawinan, menciptakan situasi dimana suami dan istri
membentuk suatu koalisi dengan anak. Memelihara suatu hubungan
perkawinan yang memuaskan merupakan salah satu tugas perkembangan
yang vital dari keluarga.
3) Peran informal
a) Pengharmonis: menengahi perbedaan yang terdapat diantara para
anggota, menghibur dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.
b) Inisiator-kontributor: mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru
atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan
kelompok.
c) Pendamai (compromiser): merupakan salah satu bagian dari konflik
dan ketidaksepakatan, pendamai menyatakan kesalahan posisi dan
mengakui kesalahannya, atau menawarkan penyelesaian “setengah
jalan”.
d) Perawat keluarga: orang yang terpanggil untuk merawat dan mengasuh
anggota keluarga lain yang membutuhkannya.
e) Koordinator keluarga: mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-
kegiatan keluarga, berfungsi - mengangkat keterikatan / keakraban
5. Fungsi Keluarga (Murwani, 2007)
a. Fungsi biologis
Tugas keluarga secara biologis adalah untuk meneruskan keturunan,
memelihara dan membesarkan anak , memenuhi kebutuhan gizi keluarga,
memelihara dan merawat anggota keluarga.
b. Fungsi Psikologis
Sedangakan keluarga secara psikologis berfungsi untuk memberikan kasih
sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga,
memelihara dan merawat anggota keluarga, serta memberikan identitas
keluarga.
c. Fungsi Sosialisasi
Fungsi keluarga dalam hal ini adalah membina sosialisasi pada anak,
membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak, dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk pemenuhan kebutuhan
keluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang
misalnya pendidikan anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan
membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya
f. Fungsi perlindungan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan
yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa
aman.
g. Fungsi perasaan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif, merasakan
perasaan anak dan anggota keluarga sehingga saling pengertian satu sama lain
dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
h. Fungsi religius
Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak
dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala
keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan lain yang
mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia
i. Fungsi rekreatif
Tugas keluarga dalam fungsi rekreatif ini tidak selalu harus pergi ke tempat
rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat mencapai keseimbangan
kepribadian masing-masing anggotanya.
B. Konsep Lansia
Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan
masa tua (Wahyudi, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun
psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun
psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih,
penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai
fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah (Mubarak,
2006).
1. Pengertian Lansia
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan - lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Wahyudi, 1999)
Menurut BKKBN (1995), lansia adalah individu yang berusia diatas 60
tahun, pada umumnya memiliki tanda - tanda terjadinya penurunan fungsi - fungsi
biologis, psikologis, sosial, ekonomi (Mubarak, 2006)
2. Teori Menua
Menurut Lueckenotte (2000), dunia barat telah menghitung dan
membincangkan teori penuaan sejak jaman Yunani kuno. Kita menemukan teori
yang bisa menjelaskan fenomena itu. Hingga sekarang, banyak siswa
menganggapnya sebagai petualangan untuk menjadi vain dan tidak begitu hanya
satu definisi teori yang masih digunakan menerangkan semua aspek penuaan.
Para ahli seperti Gerhard, Cristofalo (1992), Hayflick (1996), menemukan bahwa
beberapa teori bisa dikombinasikan untuk menerangkan aspek berbeda pada
fenomena kompleks yang disebut penuaan.
Fungsi teori membantu membuat pemahaman pada persepektif untuk
melihat fakta. Teori menyediakan gambaran luas diskusi dan riset. Beberapa
teori ditampilkan karena nilai sejarahnya, kebanyakan teori ditinggalkan karena
kekurangan bukti empiris.
Penuaan pada manusia dipengaruhi oleh penimbunan biologis,
psikologis, fungsi sosial dan faktor spiritual. Penuaan bisa dilihat sebagai
perkembangan terus menerus terjadi dari konsepsi hingga kematian
(Ignatavicius, Workman, Mishler, 1999). Teori Biologi, sosial , dan psikologi
pada penuaan nampaknya menerangkan dan menjelaskan dimensi berbeda pada
penuaan. Teori prominent penuaan sebagai panduan mengembangkan
gerontologis holistic pada teori perawatan untuk pemakaian praktek. Menurut
Comfort (1970), tidak ada teori perawatan gerontology yang diterima dengan
kekhususan seperti ini, yang membutuhkan perawatan dengan menggunakan
pendekatan elektris dari disiplin lain sebagai dasar pembuatan keputusan klinis.
Beberapa teori menua antara lain :
a. Biologis
Teori biologi mengenai penuaan yaitu :
1) Teori Stokastik
a). Teori kesalahan
Menurut Sonneborn (1979) dalam Lueckenotte (2000), teori
kesalahan berdasarkan pada ide bahwa kesalahan terjadi pada
transkripsi dalam sintesis DNA. Kesalahan tersebut dianggap abadi
dan seringkali membawa sistem pada fungsi yang tidak optimal.
Penuaan pada organisme dan kematian dianggap pada kejadian ini.
b). Teori radikal bebas
Menurut Hayflick, (1996) dalam Lueckenotte (2000), radikal bebas
diproduksi oleh metabolisme. Ketika radikal bebas terkumpul mereka
merusak membran sel yang mengurangi efisiensi. Tubuh
memproduksi antioksidan yang scavenge radikal bebas.
c). Teori Cross Linkage
Menurut Hayflick, (1996) dalam Lueckenotte (2000), Dengan usia, telah
dibuat teori bahwa beberapa protein dalam tubuh menjadi cross-lingked.
Hal ini tidak mengijinkan untuk aktifitas metabolisme normal dan
membuat produk sampah terkumpul pada sel. Hasil akhirnya ialah pada
jaringan tidak berfungsi normal pada efisiensi optimal.
d). Teori pemakaian dan air mata
Teori ini menyamakan manusia dengan mesin. Ini memberikan
hipotesa bahwa penuaan adalah hasil dari pemakaian.
2. Teori Nonstochastic
a) Teori terprogram
Hayflick dan Moorehead mendemonstrasikan bahwa sel normal
membagi banyaknya dengan waktu terbatas. Oleh karena itu dianggap
bahwa harapan hidup itu telah terprogram.
b). Teori immunitas
Perubahan terjadi di sistem kekebalan, khususnya pada t-
lymphocyte, sebagai hasil penuaan. Perubahan ini membuat individu
mudah luka kena penyakit (Phipp, Sands, Marek, 1999 )
b. Sosiologis
Memfokuskan pada peraturan dan hubungan antara ikatan individu dalam
kehidupan terakhir menurut Hogstel (1995) dalam Lueckenotte (2000).
1). Teori sosiologi mengenai penuaan
a) Teori disengagement
Semakin bertambah tua mereka menarik diri dari komunitas dan
komunitas mendukung dengan penarikan ini.
b) Aktivitas / teori perkembangan tugas
Individu perlu untuk tetap aktif untuk melakukan aktifitas dengan
mandiri. Aktifitas perlu untuk menjaga kepuasan hidup dan konsep diri
yang positif.
c) Teori kontinuitas
Individu akan merespon terhadap usia pada cara yang sama mereka
merespon pada even kehidupan sebelumnya. Kebiasaan yang sama,
komitmen, pilihan, dan ciri personality lainnya dikembangkan selama
masa dewasa akan menjagai masa tua.
d) Teori stratifikasi
Masyarakat terdiri dari group Cohort yang berkumpul berdasarkan usia.
Orang dan peraturan pada Cohorts ini saling mengubah dan
mempengaruhi, sebagai komunitas besar. Lagipula tingkatan tinggi pada
hubungan dalam masyarakat muncul antara orang tua dengan
masyarakat.
e) Teori kecocokan orang dengan lingkungannya
Tiap individual memiliki kompetensi yang mendorong orang agar akrab
dengan lingkungannya. Kompetensi ini mungkin berubah dengan
penuaan, sehingga mempengaruhi kemampuan orang untuk
berhubungan dengan lingkungan.
c. Pyschologis
Dipengaruhi oleh biologi dan sosiologi dan menjelaskan bagaimana orang
merespon pada akibat dari usia mereka.
1). Teori psikologis mengenai penuaan
a) Hirarki Maslow pada kebutuhan manusia
Motivasi manusia dilihat sebagai hirarki kebutuhan atau tingkat
kebutuhan yang penting pada pertumbuhan dan perkembangan semua
orang. Individu dilihat sebagai peserta aktif dalam kehidupan, mencari
aktualisasi diri.
b) Teori Jung mengenai individualisme
Perkembangan dilihat sebagai terjadinya masa kedewasaan dengan
realisasi diri sebagai tujuan hasil pada perkembangan kepribadian.
Semakin bertambahnya usia individu, maka akan mampu untuk
mengubah ke dalam bentuk spiritual.
c ) Delapan tingkat tahapan kehidupan oleh Erikson.
Semua orang mengalami delapan tahapan psikososial dalam
kehidupannya. Tiap tahap mewakili sebuah krisis, dimana tujuan yaitu
menyatukan kedewasaan fisik dan kebutuhan psikososial. Pada tiap
tahap, orang memiliki kesempatan untuk menyelesaikan krisis. Orang
yang berhasil akan mempersiapkan individu untuk perkembangan
lanjutan. Individu akan selalu memiliki kesempatan untuk mengerjakan
tahapan psikososial menjadi hasil kesuksesan.
d) Teori Erikson mengenai Ekspansi Peck.
Tujuh tugas yang berkembang didefinisikan sebagai berlangsungnya
final Erikson dalam dua tahapan. Akhiran tiga dari tiap perkembangan
diidentifikasikan untuk orang tua yaitu : perbedaan ego versus peran
dalam pekerjaan, transcendence diri versus preoccupation diri dan
transcendence ego versus preoccupation ego.
e) Pengoptimalan terpilih dengan kompensasi
Kapasitas fisik diminishes dengan usia. Seorang yang menua dengan
lancer akan mengganti defisit tersebut melalui sekesi, optimasi, dan
kompensasi.
d. Moral atau spiritual
Menjelaskan dan meneliti bagaian individu mencari penjelasan dan
menerapkan kondisi mereka (Edelman, Mandle, 1998). Manusia mencari
penjelasan dan mengukuhkan keberadaanya di dunia. Bagi kebanyakan hal ini
harus melalui perkembangan moral dan sebagai pemikir spiritual. Kolberg
mengeluarkan teori mengenai perkembangan moral yang didasarkan pada
interview dengan anak muda. Dia menemukan ada tahapan yang berkurang
pada pemikiran moral. Sayangnya dia tidak mempelajari orang tua, paralel
tidak bisa disamakan antara tahapan tertinggi pada perkembangan moral,
prinsip etis universal, dan level tertinggi Maslow pada kebutuhan transcendent
diri. Pada tiap kesempatan hanya segmen kecil pada populasi yang mencapai
level tertinggi pada perkembangan dimana populasi mencapai level ini, dimana
kebutuhan pribadi berubah untuk kebaikan dari masyarakatnya.
Penting untuk perawat memahami dimensi spiritual pada orang dan
mendukung tampilannya dan perkembangannya (Hogstel, 1995). Spiritulitas
tidak lagi berhubungan dengan religi keagamaan, hal ini merupakan
perkembangan dari kontemplasi dari individu tersebut. penyakit, kondisi hidup
krisis, atau bahkan pemahaman mengenai hari kehidupan di dunia terbatas
yang akan membuat seseorang untuk kontemplasi dengan spiritual. Perawat
bisa mendapingi klien untuk menemukan arti pada kehidupan masa krisis.
Riset telah mempelajari hubungan antara hasil pemusatan klien dan
spiritualitas. Hubungan yang kuat antara hasil dan spiritualitas telah
ditampilkan dari riset ini. berdasarkan hasilnya, perawat perlu untuk
menempatkan spiritualitas sebagai komponen pada perawatan holistic (Phips,
Sands, Marek, 1999).
3. Perubahan pada Lansia
Menurut Wahyudi (1999), perubahan – perubahan pada lansia meliputi :
a. Sel
1) Lebih sedikit jumlahnya.
2) Lebih besar ukurannya.
3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurang cairan interselular.
4) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati.
5) Jumlah sel otak menurun.
6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
7) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10 %.
b. Sistem Persarafan
1) Berat otak menurun 10-20 %. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya
dalam setiap harinya ).
2) Cepatnya menurun hubungan persarafan.
3) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.