YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

1

BAB II

KAJIAN PUSATAKA

Landasan Teoritis

Landasan teoritis adalah bagian penting dalam suatu penelitian adapun guna

landasan teoritis yaitu agar penelitian dapat tepat sasaran yang efektif. Landasan

teoritis yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Teori Sinyal (Signalling Theory)

Teori sinyal mengemukakan bahwa suatu tindakan yang diambil manajemen

perusahaan yang memberikan petujuk bagi investor tentang bagaimana manajemen

mendatang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan

akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru

yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi

target struktur modal normal. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan

saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena

menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat

menekan harga saham sekaligus prospek perusahaan. Teori sinyal menjelaskan

tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada

pengguna laporan keuangan.

Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka

menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih

berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-

besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba

dan aktiva yang tidak overstate. Informasi yang diterima oleh investor terlebih

Page 2: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

2

dahulu diterjemahkan sebagai sinyal yang baik (good news) atau sinyal yang jelek

(bad news).

Apabila laba yang dilaporkan oleh perusahaan meningkat maka informasi

tersebut dapat dikategorikan sebagai sinyal baik karena mengindikasikan kondisi

perusahaan yang baik. Sebaliknya apabila laba yang dilaporkan menurun maka

perusahaan berada dalam kondisi tidak baik sehingga dianggap sebagai sinyal yang

jelek. Brigham dan Houston (2011) menyatakan bahwa isyarat adalah suatu tindakan

yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang

bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan

prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan

mengusahakan setiap modal yang baru diperlukan dengan cara-cara lain. Sedangkan

dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual saham.

Secara garis besar signaling theory erat kaitannya dengan ketersedian informasi yang

dapa digunakan untuk mengambil keputusan bagi para investor.

Dan pada keadaan yang dialam oleh perusahaan baik perusahaan sedang

mengalami kenaiakan laba atau mengalami penurunan laba maka pihak manajer

diharapkan dapat memberikan informasi yang sama mengenai keadaan perusahaan

kepada semua pihak, hal ini disebut dengan teori sinyal (Signalling Theory).

Tindakan manajer dalam memberikan informasi yang sama kepada semua pihak

bertujuan agar para investor yang telah menanamkan atau akan menanamkan

sahamnya kepada suatu perusahaan dapat melihat prospek perusahaan dan dapat

digunakan untuk mempertimbangkan dalam mengambil keputusan mengenai modal

investasinya.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

3

2. Nilai Perusahaan

a. Pengertian Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapati oleh suatu

perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan

setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan

tersebut didirikan sampai dengan saat ini. Meningkatnya nilai perusahaan adalah

sebuah prestasi, yang sesuai dengan keinginan para pemiliknya, karena dengan

meningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan para pemilik juga akan

meningkat. Menurut Brigham Gapensi dalam Prasetyorini (2013), nilai perusahaan

yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Semakin

tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan, nilai perusahaan yang

tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan sebab dengan nilai yang tinggi

menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi.

Nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan

ekuitas perusahaan yang beredar. (Keown dalam Kadek, 2011)

Dalam mengambil keputusan keuangan, seorang manajer keuangan harus

pandai mengambil keputusan yang tepat dalam membuat suatu kebijakan keuangan.

Keputusan keuangan yang tepat dapat meningkatkan (Mudjijah dkk, 2019). Nilai

perusahaan lazim diindikasikan dengan Price To Book Value (PBV). Price To Book

Value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan ke depan.

Price To Book Value (PBV) merupakan rasio harga saham terhadap nilai buku dari

perusahaan, dimana jumlah modal yang diinvestasikan ditunjukan dengan

kemampuan perusahaan menciptakan nilai yang relative. Tingginya PBV

mencerminkan tingginya harga saham jika dibandingkan dengan nilai buku

Page 4: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

4

perlembar saham. Keberhasilan perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham

dilihat dari semakin tinggi harga saham perusahaan. Adanya peluang investasi

memberikan sinyal yang positif terhadap perkembangan perusahaan dimasa

mendatang, sehingga nilai perusahaan dapat meningkat. (Susanti dalam Prastuti dan

Sudiartha, 2016).

b. Indikator Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dapat diukur dengan suatu rasio yang disebut rasio

penilaian. Menurut Sutrisno (2017) nilai perusahaan merupakan suatu rasio untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai pada investor atau pada

para pemegang saham. Rasio penilaian memberikan informasi seberapa besar

masyarakat menghargai perusahaan, sehingga masyarakat tertarik untuk membeli

saham dengan harga yang lebih tinggi dibanding nilai bukunya. Menurut Weston dan

Copeland (2011), rasio penilaian terdiri dari: Price Earning Ratio (PER), Price to

Book Value (PBV), dan Tobin’s Q. Sedangkan menurut Harmono (2017:114)

indikator yang mempengaruhi nilai perusahaan dapat dilakukan dengan

menggunakan; Price to Book Value (PBV), Price Earning Ratio (PER), Earning Per

Share (EPS), dan Tobin’s Q.

Dari pengukuran nilai perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) Price Earning Ratio (PER)

Rasio PER mencerminkan banyak pengaruh yang kadang-kadang saling

menghilangkan yang membuat penafsirannya menjadi sulit. Semakin tinggi

resiko, semakin tinggi faktor diskonto dan semakin rendah rasio PER. Rasio ini

menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

5

(2) Price to Book Value (PBV)

Rasio ini menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham

suatu perusahaan. Semakin tinggi PBV berarti pasar percaya akan prospek

perusahaan tersebut.

(3) Earning Per Share (EPS)

Rasui ini menggambarkan seberapa besar keuntungan yang diberikan kepada

pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki (Fahmi, 2014: 335).

(4) Tobin’s Q

Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukan estimasi pasar

keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi

dimasa depan (Smithers dan Wright, 2007:27) dalam Prasetyorini (2013:186).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

6

Jika diambil kesimpulan dari penjelasan sebelumnya, maka nilai perusahaan

adalah konsep penting bagi investor yang dapat digunakan untuk melihat tingkat

keberhasilan perusahaan selama beberapa tahun yang digambarkan dengan harga

saham perusahaan. Nilai perusahaan diukur dengan Price to Book Value.

3. Struktur Modal

a. Pengertian Struktur Modal

Struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial

perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari hutang jangka

panjang dan modal sendiri yang menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan

(Fahmi, 2014:174). Menurut Tampubolon (2013:243) struktur modal adalah

perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka

panjang, saham preferen, dan saham biasa.

b. Sumber Modal dan Sumber Dana Perusahaan

Struktur Modal adalah perbandingan antara hutang jangka panjang dengan

modal sendiri (Riyanto, 2001 dalam Nurrohim, 2010). Struktur modal merupakan

struktur keuangan dikurangkan dengan hutang jangka pendeknya atau kombinasi

antara bauran segenap pos yang masuk ke dalam sisi kanan neraca sumber modal

perusahaan (selain hutang jangka pendek). Pengertian struktur modal dibedakan

dengan struktur keuangan, dimana struktur modal merupakan pembelanjaan

permanen yang mencerminkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri,

sedangkan struktur keuangan adalah perimbangan seluruh hutang (baik jangka

panjang maupun jangka pendek) dengan modal sendiri. Jadi dapat disimpulkan

bahwa struktur modal merupakan proporsi atau perimbangan dalam penentuan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

7

kebutuhan belanja perusahaan baik menggunakan hutang jangka panjang ataupun

modal sendiri yang berasal dari pendanaan internal dan eksternal.

Menurut Tampubolon (2013:186) struktur modal dalam suatu perusahaan

dapat diperkuat dari segi sumber-sumber dana perusahaan. Jika kebutuhan dana

perusahaan untuk membiayai aktivitas yang bersifat jangka pendek maka akan lebih

baik jika diambil dari yang bersumber pengeluaran jangka pendek (short-term

expenditures) dan jika untuk membiayai aktivitas yang bersifat jangka panjang maka

akan lebih baik jika diambil dari yang bersumber pengeluaran jangka panjang (long-

term expenditures).

(1) Sumber dana untuk pengeluaran jangka pendek

Adapun sumber-sumber dana yang bisa dipakai untuk membiayai

pengeluaran jangka pendek adalah

- Pinjaman perbankan yang bersifat jangka pendek

- Hutang dagang

- Factoring. Factoring merupakan suatu kondisi dimana sebuah

perusahaan membutuhkan dana dan memiliki piutang perusahaan,

dimana selanjutnya piutang perusahan tersebut dijual kepada suatu

lembaga yang siap menampung dan mau menerima untuk

membayarnya sebagai lembaga keuangan dan sejenisnya.

- Letter of credit (LC). Letter of credit merupakan janji tertulis dari

bank bagi pihak pembeli untuk membayar sejumlah uang kepada

perusahaan yang dituju (penjual) bila sejumlah kondisi telah

terpenuhi

- Pinjaman jangka pendek tanpa jaminan. Pinjaman jangka pendek

tanpa jaminan yang biasanya dan kredit rekening koran yang

Page 8: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

8

diperpanjang (revolving line of credit). Pinjaman jangka pendek tanpa

jaminan dapat diperoleh jika suatu perusahaan memiliki sejumlah

dana dalam jumlah yang besar atau mencukupi yang disimpan di

suatu perbankan, sehingga dengan saldo dana tersebut menyebabkan

perbankan memberikan pinjaman dana jangka ppendek tersebut

tentunya setelah mempertimbangkan saldo yang dimiliki tersebut

sebagai jaminan.

(2) Sumber dana untuk pengeluaran jangka panjang

- Penjualan obligasi. Obligasi (Bond) merupakan salah satu jenis surat

berharga yang memiliki masa waktu yang panjang, biasanya masa

tenornya mencapai lima hinga sepuluh tahun.

- Hutang perbankan yang bersifat jangka panjang. Disini sebuah

perusahan dapat meminjam lima belas tahun. Pinjaman yang bersifat

jangka panjang biasanya perbankan menerapka perhitungan kredit

system mengambang atau mengikuti perubahan yang terjadi atau

sesuai dengan kondisi pasar.

c. Teori Modigliani-Miller (Modigliani-Miller Theory)

Dalam meletakkan teori struktur modal MM memiliki beberapa asumsi, yaitu:

- Risiko bisnis perusahaan dapat diukur dengan standar deviasi EBIT

dan perusahaan memiliki risiko bisnis yang sama berbeda dalam kelas

yang sama

- Semua investor memiliki harapan yang sama terhadap EBIT

perusahaan di masa yang akan datang

Page 9: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

9

- Saham dan obligasi diperdagangkan dalam pasar modal sempurna.

Adapun suatu pasar modal dikatakan sempurna atau efisien, yaitu; (1)

informasi selalu tersedia bagi semua investor dan diperoleh dengan

gratis, (2) tidak ada biaya transaksi dan investor bersikap rasional, (3)

investor dapat melakukan diversifikasi investasi secara sempurna, (4)

tidak ada pajak pendapatan perseorangan, dan (5) baik investor

individu maupun institusi dapat meminjam pada tingkat bunga yang

sama sebesar tingkat bunga bebas risiko.

Dalam teori MM terdapat beberapa pendekatan diantaranya adalah:

(1) Pendekatan MM tanpa Pajak

Pertama kali MM memperkenalkan teori struktur modal dengan asumsi tidak

ada pajak pendapatan perusahaan. Dalam pendekatan ini, MM berpendapat

bahwa struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Tingkat

keuntungan dan risiko usaha (keputusan investasi) yang akan mempengaruhi

nilai perusahaan. Dengan asumsi ini maka MM secara sistematis mengajukan

tiga preposisi:

- Preposisi I

MM berpendapat bahwa nilai perusahaan tidak lain merupakan

kapitalisasi laba operasi bersih yang diharapkan atau expected NOI

(EBIT) dengan tingkat kapitalisasi ka konstan yang sesuai dengan

tingkat risiko perusahaan. MM memiliki persamaan VL sama dengan

VU karena MM berpendapat bbahwa nilai perusahaan tidak

bergantung atau dipengaruhi struktur modal.

- Preposisi II

Page 10: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

10

MM berpendapat bahwa biaya modal sendiri perusahan yang

memiliki hutang adalah sama biaya modal sendiri dengan perusahaan

yang tidak memiliki utang ditambah premi risiko.

- Preposisi III

MM berpendapat bahwa perusahaan seharusnya melakukan investasi

proyekbaru sepanjang nilai perusahaan meningkat, paling tidak

sebessar biaya investasi.

(2) Pendekatan MM ada pajak

Dalam kondisi ada pajak penghasilan, perusahaan yang memiliki hutang akan

memiliki nilai lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan tanpa

hutang. MM berpendapat bahwa struktur modal dapat mempengaruhi nilai

perusahaan karena penggunaan hutang yang semakin besar pajak yang

dibayar semakin kecil, yang berarti perusahaan dapat menghemat aliran kas

keluar (Hanafi, 2015: 300). Kenaikan nilai perusahaan terjadi karena

pembayaran bunga atas hutang merupakan pengurangan pajak oleh karena itu

laba operasiyang diterima investor akan lebih besar. Dampak selanjuutnya

karena laba yang diterima lebih besar, nilai perusahaan juga akan lebih besar.

Dengan asumsi ini maka MM secara sistematis mengajukan tiga preposisi:

- Preposisi I

Nilai perusahaan yang memiliki hutang adalah sama dengan nilai

perusahaan yang tidak memiliki hutang ditambah dengan nilai

perlindungan pajak. Adapun nilai perlindungan pajak ini aalah

sebesar pajak penghasila perusahaan dikalikan dengan hutang

perusahaan.

- Preposisi II

Page 11: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

11

Dalam preposisi ini, MM menyatakan bahwa dalam kondisi ada pajak

perusahaan biaya modal sendiri perusahaan yang memiliki utang

adalah sama dengan biaya modal sendiri perusahaan tidak memiliki

hutang ditambah dengan premi risiko. Besarnya premi risiko

tergantung atas besarnya hutang dan selisih biaya modal sendiri

perusahaan yang tidak memiliki hutang dan biaya hutang.

- Preposisi III

Preposisi ini MM berpendapat bahwa perusahaan seharusnya

melakukan investasi sepanjang

IRR >> Keu (1-T)(D/V)

Faktor Keu (1-T)(D/V) adalah batas atau cut-off rate setiap investasi

baru yang akan dilakukan. Sehingga proyek yang memiliki tingkat

keuntungan (IRR) > dengan cut-off tersebut seharusnya dilaksanakan.

Menurut Harmono (2017: 112) indikator yang umum digunakan untuk

menentukan komponen struktur modal yaitu:

a. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai

hutang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan

antara seluruh hutang, termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas.

b. Debt to Asset Ratio (DAR)

Debt to Asset Ratio merupakan rasio hutang yang digunakan untuk

mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Dengan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

12

kata lain seberapa besar aktiva perusahaan berpengaruh terhadap

pengelolaan aktiva (Kasmir, 2015: 156).

c. Long Term Debt to Equity

Long Term Debt to Equity merupakan rasio antara hutang jangka panjang

dengan modal sendiri. Tujuannya untuk mengukur berapa bagian dari

setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka

panjang dengan cara membandingkan antara hutang jangka panjang

dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.

(3) Pendekatan MM ada pajak penghasilan perusahaan dan pajak pendapatan

perseorangan

Pada tahun 1976 Merton Miller memperkenalkan model tentang pengaruh

leverage terhadap nilai perusahaan jika terdapat pajak pendapatan

perseorangan dan pajak perusahaan.

d. Pertimbangan-pertimbangan Struktur Modal

Faktor-faktor yang umumnya dipertimbangkan keputusan struktur modal dalam

beberapa literature keuangan adalah sebagai berikut:

(1) Stabilitas penjualan

Perusahaan yang memiliki penjualan relative stabil akan dapat lebih aman

memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung bebatn tetap yang lebih

tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

13

Secara historis perusahaan yang penjualannya stabil akan lebih banyak

menggunakan leverage.

(2) Struktur aktiva

Perusahaan yang memiliki asset tetap dalam jumlah yang besar dapat

menggunakan hutang dalam jumlah yang besar, hal ini disebabkan

perusahaan dengan skala aktiva tetap dapat dijadikan jaminan, sehingga lebih

mudah memperoleh akses sumber dana

(3) Leverage operasi

Perusahaan yang memiliki leverage operasi lebih kecil cenderung lebih

mampu untuk memperbesar leverage keuangan, karena ia cenderung

mempunyai risiko bisnis lebih kecil.

(4) Tingkat pertumbuhan

Perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang cepat semakin banyak

memerlukan pembiayaan ekspansi. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan

yang pesat sebaiknya lebih banyak menggunakan sumber modal eksternal,

seperti penerbitan saham dan obligasi. Namun demikian pada saat yang sama

perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar,

sehingga terkadang cenderung mengurangi niat untuk menggunakan hutang

lebih banyak.

(5) Profitabilitas

Profitabilitas perusahaan pada tahun sebelumnya sebagai dasar penting untuk

menentukan struktur modal tahun yang akan datang. Perusahaan dengan

profitabilitas tinggi akan memiliki laba ditahan yang besar pula, sehingga ada

Page 14: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

14

kecenderungan perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan

sebelum menggunakan hutang sebagai pembiayaan investasi.

(6) Pajak

Bunga dalam laporan keuangan merupakan pos dedukasi pajak, sehingga pos

dedukasi tersebut sangat bermanfaat jika tarif pajak yang tinggi. Sehingga

secara teoritis, semakin tinggi pajak, maka semakin besar manfaat

penggunaan hutang.

(7) Pengendalian

Pengaruh penggunaan hutang sangat besar pengaruh dengan posisi

pengendalian manajemen. Jika pada saat ini perusahaan memiliki hak

mengendalikan manajemen (karena menguasai 50% lebih), karena tidak

diperkenankan membeli saham tambahan, maka perusahaan akan membiayai

dengan hutang untuk mempertahankan pengendalian perusahaan

(8) Sikap manajemen

Sedikit banyak dalam prakteknya, struktur modal lebih banyak sangat

tergantung sikap manajemen itu sendiri. Manajemen yang bersikap

konservatif cenderung akan menggunakan hutang yang lebih kecil, sementara

manajemen yang risk taker akan menggunakan lebih banyak hutang untuk

mengejar laba yang lebih tinggi.

(9) Jika pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat

Terkadang sikap pemberi pinjaman sangan menentukan struktur modal

perusahaan, misalkan perusahaan penerbit obligasi (seperti Standard & Poor

di AS) memberitahu bahwa obligasi akan diturunkan peringkat apabila

Page 15: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

15

menambah penerbitan obligasi. Kondisi seperti ini akan mempengaruhi

keputusan struktur modal, tentunya akan beralih membiayai perusahaan

dengan saham biasa.

(10) Kondisi pasar keuangan

Pembiayaan obligasi atau saham akan sangat tergantung pada pasar keuangan

secara umum. Situasi pasar obligasi yang sangat lesu, sulit menemukan suku

bunga yang wajar bagi obligasi, sementara pasar enggan dengan suku bunga

yang rendah akan memaksa perusahan untuk memilih anlternatif saham biasa

sebagai sumber pembiayaan investasi

(11) Fleksibilitas keuangan

Baik penggunaan hutang atau modal sendiri sangat tergantung pada situasi

operasi pada pasar. Pada saat masa cerah, perusahaan mungkin akan

menerbitkan saham atau obligasi, tetapi pada masa sulit mungkin perusahaan

akan menggunakan laba ditahan sebagai sumber dana,.

e. Teori Pecking Order (Pecking Order Theory)

Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donnaldson pada tahun 1961,

sedangkan penamaan pecking order theory dilakukan oleh Myers dan Majluf

pada tahun 1984. Myers dan Majluf dalam Suad Husnan dan Pudjastuti (2004).

Teori ini menjelaskan keputusan pendanaan yang diambil oleh perusahaan yang

berbeda dengan pemikiran teori struktur modal yang telah dibahas. Pecking order

theory merupakan teori yang menjelaskan tentang suatu kebijakan yang

ditempuh oleh perusahaan untuk mencari tambahan dana dengan cara menjual

asset yang dimilikinya. Seperti menjual gedung, tanah, paeralatan yang

dimilikinya dan asset-aset lainnya.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

16

Dana internal lebih disukai karena memungkinkan perusahaan untuk

tidak perlu “membuka diri lagi” dari sorotan pemodal luar. Kalau bisa

memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa memperoleh “sorotan dan

publisitas publik” sebagai akibat penerbitan saham baru. Dana eksternal lebih

disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan. Pertama

adalah pertimbangan biaya emisi obligasi lebih murah dari biaya emisi saham

baru (Sugiarto, 2011). Kedua, manajer khawatir jika penerbitan saham baru akan

ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh pemodal dan membuat harga saham akan

turun, hal ini disebabkan adanya asimetri informasi antara pihak manajemen dan

investor sehingga setiap perilaku manajer sering kali dijadikan sinyal mengenai

kondisi dan prospek perusahaan.

Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang

profitable umumnya meminjam dalam jumlah sedikit. Hal tersebut bukan

disebabkan karena mereka mempunyai target debt ratio yang rendah, tetapi

karena mereka memerlukan external financing yang sedikit. Perusahaan yang

kurang profitable akan cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena

dua alasan yaitu dana internal tidak cukup dan hutang merupakan sumber

eksternal yang lebih disukai. Pada kebijakan pecking order theory artinya

perusahaan melakukan kebijakan dengan cara mengurangi kepemilikan asset

yang dimilikinya karena dilakukan kebijakan penjualan. Dampak lebih jauh

perusahaan akan mengalami kekurangan asset karena dipakai untuk membiayai

rencana aktivitas perusahaan baik yang sedang maupun yang akan datang.

Menurut Fahmi (2014:185), adapun dimana kondisi pecking order theory layak

untuk diterapkan adalah”

Page 17: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

17

1. Kondisi ekonomi berada dalam keadaan yang cenderung tidak begitu

menguntungkan atau instabilitas, sehingga diperkirakan jika

meminjam uang ke perbankan maka kemampuan mengembalikan

angsuran secara tepat waktu sulit dicapai, maka lebih aman dengan

menjual asset perusahaan.

2. Aset perusahaan berada dalam keadaan yang cukup untuk dijual dan

penjualan itu tidak mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan

secara jangka pendek

3. Stabilitas keuangann perusahaan secara jangka pendek dan panjang

cenderung stabil. Termasuk cadangan dalam bentuk mata uang asing

juga tersedia secara mencukupi, sehingga ketika salah satu asset dijual

maka masih ada beberapa asset lain yang suatu saat bisa dipergunakan

jika dibutuhkan.

4. Perusahaan menjual dan menerbitkaan right issue berdasarkan

besarnya kebutuhan saja. Dengan menjual right issue dan menjual

asset lain sesuai besarnya kebutuhan maka memungkinkan bagi

perusahaan untuk mampu tetap mengendalikan perusahaan tanpa

terbebani oleh tanggung jawab dari pihak eksternal.

f. Teori Trade Off (Trade-Off Theory)

Trade off theory merupakan model struktur modal yang didasarkan pada

trade off (pertukaran) antara keuntungan dan kerugian penggunaan hutang. Teori

ini membahas tentang hubungan antara struktur modal dengan nilai perusahaan.

Trade off theory mempunyai asumsi bahwa struktur modal perusahaan

merupakan keseimbangan antara keuntungan penggunaan hutang dengan biaya

financial distress (kesulitan keuangan) dan agency cost (biaya keagenan). Hutang

Page 18: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

18

menimbulkan beban bunga yang dapat menghemat pajak. Beban bunga dapat

dikurangkan dari pendapatan sehingga laba sebelum pajak menjadi lebih kecil,

dengan demikian pajak juga semakin kecil. Penggunaan hutang yang semakin

besar akan mengarah pada kesulitan keuangan atau kebangkrutan. Masalah-

masalah yang berhubungan dengan kebangkrutan kemungkinan besar akan

timbul ketika perusahaan memasukkan lebih banyak hutang dalam struktur

modalnya.

Trade Off Theory pertama kali diperkenalkan pada tahun 1963 oleh

Modigliani dan Miller dalam sebuah artikel American Economic Review 53

(1963, Juni) yang berjudul Corporate Income Taxes on the Cost of Capital: A

Correction. Artikel ini merupakan perbaikan model awal mereka yang

sebelumnya memperhitungkan adanya pajak perseroan (akan tetapi tetap

mengabaikan pajak perorangan). Selanjutnya model tersebut dikenal dengan

sebutan model MM-2 atau model MM dengan pajak perseroan (Brigham dan

Ehrhardt, 2011). Dalam teori ini menjelaskan bahwa berapa banyak utang

perusahaan dan berapa banyak ekuitas perusahaan sehingga terjadinya

keseimbangan antara biaya dan keuntungan.

Trade off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal telah

mempertimbangkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency

costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress). Biaya kebangkrutan

terdiri dari 2 hal, yaitu:

1. Biaya Langsung

Biaya Langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar

biaya administrasi, biaya pengacara atau biaya lainnya yang sejenis.

2. Biaya Tidak Langsung

Page 19: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

19

Biaya Tidak Langsung merupakan biaya yang terjadi karena dalam

kondisi kebangkrutan, perusahaan lain atau pihak lain tidak mau

berhubungan dengan perusahaan secara normal. Misalnya suplier tidak

akan mau memasok barang karena mengkhawatirkan kemungkinan tidak

akan membayar.

Biaya lain dari tingginya utang adalah peningkatan biaya keagenan (agency

cost) antara pemegang utang dengan pemegang saham karena potensi kerugian

yang dialami oleh pemegang utang dalam meningkatkan pengawasan terhadap

perusahaan. Pengawasan bisa dilakukan dalam bentuk biaya-biaya monitoring

(Persyaratan yang lebih ketat) dan bisa dalam bentuk kenaikan tingkat bunga.

Trade-off theory mengindikasi bahwa terdapat suatu tingkat leverage yang

optimal dalam mencari hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan.

Dalam suatu keadaan, perusahaan akan berusaha mengoptimalkan leverage

sampai tingkat tertentu. Trade-off theory berasumsi bahwa perusahaan akan

menggunakan hutang sampai tingkat tertentu untuk memaksimalkan nilai

perusahaan dengan memanfaatkan pajak akibat penggunaan hutang (Mahardika

dan Aisjah, 2014).

Teori trade-off memprediksi hubungan positif antara struktur modal dengan

nilai perusahaan dengan asumsi keuntungan pajak masih lebih besar dari biaya

kepailitan dan biaya keagenen. Pada intinya teori trade-off menunjukkan bahwa

nilai perusahaan dengan hutang akan semakin meningkat dengan meningkatnya

pula tingkat hutang. Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan

tetapi hanya pada sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan hutang

justru menurunkan nilai perusahaan.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

20

g. Indikator Struktur Modal

Menurut Sjahrial dan Purba (2013: 37) indikator struktur modal terdiri dari:

1. Total Debt to Total Assets Ratio (DAR)

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan

dibiayai dengan utang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah

modal pinjaman yang digunakkan untuk investasi pada aktiva guna

menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

2. Total Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini digunakan untuk mengukur perimbangan antara kewajiban yang

dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Rasio ini juga dapat berarti sebagai

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban membayar utangnya

dengan jaminan modal sendiri.

3. Long Term Debt to Equity Ratio (LDER)

Rasio ini digunakan untuk menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman

jangka panjang yang diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang

diberikan oleh pemilik perusahaan. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur

seberapa besar perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri

atau seberapa besar utang jangka panjang dijamin oleh modal sendiri.

h. Komponen Struktur Modal

Menurut Riyanto (2001) dalam Warzuqni (2010), secara umum struktur

modal perusahaan terdiri dari beberapa komponen, yaitu:

1. Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang yang waktunya lebih dari

satu tahun. Komponen-komponen hutang jangka panjang ini terdiri dari:

Page 21: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

21

a. Hutang hipotik (mortgage) Hutang hipotik adalah bentuk hutang jangka

panjang yang dijamin dengan asset tidak bergerak (tanah dan bangunan).

b. Obligasi (bond) Obligasi adalah sertifikat yang menunjukan pengakuan

bahwa perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya

kembali dalam jangka waktu tertentu.

2. Modal sendiri (Shareholter Equity)

Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang

tertanam dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu lamanya. modal sendiri

terdiri dari modal saham dan laba ditahan (retained earning).

i. Pentingnya Struktur Modal

Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai operasi perusahan

yang dapat dipenuhi dari pemilik modal sendiri atau dari pihak lain berupa hutang,

dana tersebut mempunyai modal yang ditanggung perusahaan. Struktur modal akan

menentukan biaya modal. Biaya modal adalah balas jasa yang harus dibayar

perusahaan kepada masing-masing pihak yang menanamkan modal dalam

perusahaan. Dalam kaitanya dengan biaya modal sendiri maupun hutang perlu dirinci

lebih lanjut, karena tiap-tiap jenis modal mempunyai konsekuensi tersendiri baik

jenis, cara perhitungan maupun ada atau tidak adanya keharusan untuk dibayarkan.

Sumber modal yang dimaksud disini terbatas pada modal tetapnya saja, yaitu hutang

jangka panjang, modal saham preferen dan modal saham biasa.

Keputusan untuk menggunakan tiap-tiap jenis modal tersebut atau

mengkombinasikan senantiasa dihadapkan pada berbagai pertimbangan yang

mencakup tiga unsur penting yaitu, sifat keharusan membayar balas jasa atas

penggunaan modal kepada pihak yang menyediakan dana tersebut atau sifat

keharusan untuk pembayaran biaya modal, sampai seberapa jauh kewenangan atau

Page 22: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

22

campur tangan pihak penyedia dana dalam pengelola perusahaan, dan risiko yang

dihadapi perusahan.

Jika diambil kesimpulan dari penjelasan sebelumnya, maka struktur modal

adalah gambaran mengenai proporsi finansial perusahaan yaitu antara modal yang

dimiliki yang bersumber dari hutang jangka panjang dan modal sendiri yang menjadi

sumber pembiayaan suatu perusahaan. Struktur perusahaan diukur menggunakan

Debt to Equity Ratio, yaitu dengan membagi total hutang dengan total ekuitas yang

mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan seluruh kewajibannya

yang ditunjukkan oleh beberapa modal sendiri yang digunaka untuk membayar

hutang. Semakin rendah DER, maka semakin tinggi kemampuannya untuk

membayar seluruh kewajibannya, semakin besar proporsi hutang yang digunakan

dalam struktur modal, maka semakin besar pula kewajibannya.

4. Ukuran Perusahaan

a. Pengertian Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan (size) merupakan ukuran atau besarnya aktiva yang

dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan dapat digunakan sebagai proksi

ketidakpastian terhadap keadaan perusahaan dimasa yang akan datang. Perusahaan

besar dapat membiayai investasinya dengan mudah lewat pasar modal karena

kecilnya informasi yang terjadi, (Hartoyo dkk 2014). Semakin banyak ukuran

perusahaan berarti semakin besar aktiva yang bisa dijadikan jaminan untuk

memperoleh hutang, sehingga hutang akan meningkat (Wijaya, et.al, 2013).

Perusahaan yang memiliki total asset besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut

telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaaan

sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang

Page 23: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

23

relatif lama. Selain itu asset perusahaan yang besar akan membuat perusahaan lebih

stabil dibandingkan perusahaan kecil, karena memiliki control yang lebih baik

terhadap kondisi pasar, kurang rentan terhadap fluktuasi ekonomi, sehingga mampu

menghadapi persaingan ekonomi.

Skala perusahaan merupakan ukuran yang dipakai untuk mencerminkan

besar kecilnya perusahaan menggunakan total asset perusahaan. Perusahaan yang

berukuran besar mempunyai berbagai kelebihan dibandingkan dengan perusahaan

berukuran kecil. Kelebihannya tersebut yang pertama adalah ukuran perusahaan

dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar

modal. Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam

kontrak keuangan. Dan ketiga, ada kemungkinan pegaruh skala dalam biaya dan

return membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba

(Sawir, 2015).

b. Indikator Ukuran Perusahaan

Metode Kusumawardhani (2012:24), ukuran perusahaan merupakan salah

satu indikator yang digunakan investor dalam menilai aset maupun kinerja

perusahaan. Besar kecilnya suatu perusahaan dapat dilihat dari total aset dan total

penjualan (netsales) yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Julia Halim, Carmel

Meiden dan Rudolf Lumban Tobing (2005) dalam Jatnika (2013:40) bahwa ukuran

perusahaan diukur dari market capitalization yaitu jumlah lembar saham beredar

akhir tahun dikaliakan dengan harga saham penutupan akhir tahun kemudian

hasilnya di-log agar nilai tidak terlalu besar untuk masuk ke model perusahaan

Menurut Werner R. Murhadi (2013) Firm Size diukur dengan

mentrasformasikan total aset yang dimiliki perusahaan ke dalam bentuk logaritma

Page 24: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

24

natural. Ukuran perusahaan diproksikan dengan menggunakan Log Natural Total

Aset dengan tujuan agar mengurangi fluktuasi data yang berlebih. Dengan

menggunakan log natural, jumlah aset dengan nilai ratusan miliar bahkan triliun akan

disederhanakan, tanpa mengubah proporsi dari jumlah aset yang sesungguhnya.

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya perusahaan. Besar

kecilnya usaha tersebut ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankan. Penelitian skala

besar kecilnya perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total asset,

rata-rata tingkat penjualan (Seftianne, 2011)

Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan log

total aktiva karena memudahkan penelitian disebabkan oleh jumlah total aktiva

perusahaan mencapai ratusan juta, oleh karena itu ukuran perusahaan diukur

menggunakan log total aktiva (Ln_Total Aktiva)

Page 25: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

25

Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian

terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun

hasil-hasil penelitian ini dijadikan perbandingan dari topik penelitian.

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

1 Peneliti:

Chasanah

(2018)

Objek yang diteliti:

Perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI periode

tahun 2015-2017

Variabel Independen:

Profitabilitas, Likuiditas,

Struktur Modal, Firm size,

Variabel Dependen: Nilai

Perusahaan

Hasil Penelitian:

Profitabilitas, Likuiditas,

Struktur Modal dan

Ukuran Perusahaan

berpengaruh terhadap

nilai perusahaan

2 Peneliti:

Lumoly,

Murni dan

Untu (2018)

Objek yang diteliti:

Perusahaan Logam dan

Sejenisnya yang terdaftar di

BEI

Variabel Independen: CR,

Firm size, ROE

Variabel Dependen: Nilai

Perusahaan

Hasil Penelitian: CR dan

Ukuran Perusahaan

berpengaruh negative

terhadap nilai

perusahaan, Profitabilitas

berpengaruh signifikan

terhadap nilai

perusahaan.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

26

3 Peneliti:

Pratama dan

Wiksuana

(2018)

Objek yang diteliti:

Perusahaan Industri Barang

Konsumsi yang terdaftar di

BEI periode 2012-2016

Variabel Independen: Firm

size, Profitabilitas

Variabel Dependen: Nilai

Perusahaan

Hasil Penelitian: Ukuran

Perusahaan dan Striktur

Modal berpengaruh

positif terhadap nilai

perusahaan, Profitabilitas

berpengaruh negatif

signifikan terhadap nilai

perusahaan.

4 Peneliti:

Riny (2018)

Objek yang diteliti:

Perusahaan Consumer Goods

di BEI

Variabel Independen:

Profitabilitas, Ukuran

perusahaan, Likuditas,

Struktur Modal

Variabel Dependen: Nilai

Perusahaan

Hasil Penelitian: Secara

simultan struktur modal,

likuiditas, ukuran

perusahaan dan

profitabilitas

berpengaruh terhadap

nilai perusahaan.

Sedangkan secara parsial

profitabilitas dan ukuran

perusahaan berpengaruh

terhadap nilai

perusahaan. Namun

likuiditas dan solvabilitas

tidak berpengaruh

terhadap nilai

perusahaan.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

27

5 Peneliti: Dewi

dan Sudiartha

(2017)

Objek yang diteliti:

Perusahaan industri barang

konsumsi di BEI periode

2012-2014

Variabel Independen:

Profitabilitas, Ukuran

perusahaan, Pertumbuhan

Asset

Variabel Dependen: Nilai

Perusahaan dan Struktur

Modal

Hasil Penelitian:

Profitabilitas

berpengaruh positif

signifikan terhadap

struktur modal, ukuran

perusahaan dan

pertumbuhan aset

berpengaruh negatif dan

tidak signifikan terhadap

struktur modal,

profitabilitas

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap nilai

perusahaan, ukuran

perusahaan berpengaruh

positif dan tidak

signifikan terhadap nilai

perusahaan, pertumbuhan

aset berpengaruh negatif

dan tidak signifikan

terhadap nilai

perusahaan.

6 Peneliti:

Indriyani

(2017)

Objek yang diteliti:

Perusahaan manufaktur

sektor makanan dan

Hasil Penelitian: Ukuran

Perusahaan berpengaruh

negative terhadap nilai

Page 28: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

28

minuman di BEI periode

tahun 2011-2015

Variabel Independen: Firm

size, Profitabilitas

Variabel Dependen: Nilai

Perusahaan

perusahaan, Profitabilitas

berpengaruh signifikan

terhadap nilai

perusahaan.

7 Peneliti:

Meidiawati

dan Mildawati

(2015)

Objek yang diteliti:

Perusahaan di BEI

Variabel Independen: Ukuran

Perusahaan, Growth,

Profitabilitas, Struktur Modal

Variabel Dependen: Nilai

Perusahaan

Hasil Penelitian:

Ukuran perusahaan tidak

berpengaruh terhadap

nilai perusahaan

Struktur Modal

berpengaruh positif

signifikan terhadap Nilai

Perusahaan. Profitabilitas

berpengaruh positif

signifikan terhadap Nilai

Perusahaan. Kebijakan

dividen dan pertumbuhan

perusahaan tidak

berpengaruh terhadap

nilai perusahaan.

8 Peneliti:

Rumondor,

Mangantar dan

Objek yang diteliti: Sub

Sektor Plastik dan

Pengemasan Perusahaan di

BEI

Hasil Penelitian:

Struktur modal

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap nilai

Page 29: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

29

Sumarauw

(2015)

Variabel Independen:

Struktur Modal, Ukuran

Perusahaan, Risiko

Perusahaan

Variabel Dependen: Nilai

Perusahaan

perusahaan dan Ukuran

perusahaan berpengaruh

negatif dan tidak

signifikan pada nilai

perusahaan, Risiko

perusahaan berpengaruh

negatif dan tidak

signifikan terhadap nilai

perusahaan.

9 Peneliti:

Pantow,

Murni, dan

Trang (2015)

Objek yang diteliti: Indeks

LQ45

Variabel Independen:

Pertumbuhan Penjualan,

Firm size, ROA, Struktur

Modal

Variabel Dependen: Nilai

Perusahaan

Hasil Penelitian:

Pertumbuhan Penjualan

berpengaruh positif tidak

signifikan terhadap Nilai

Perusahaan, Ukuran

Perusahaan berpengaruh

negative tidak signifikan

terhadap nilai

perusahaan, ROA dan

struktur modal

berpengaruh positif

signifikan terhadap nilai

perusahaan.

10 Peneliti:

Prasetia,

Objek yang diteliti:

Perusahaan Otomotif di BEI

Hasil Penelitian:

Stuktur modal

mempunyai pengaruh

Page 30: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

30

Tommy, dan

Saerang (2014)

Variabel Independen:

Struktur Modal, Ukuran

Perusahaan, dan Risiko

Perusahaan Variabel

Dependen: Nilai Perusahaan

positif tidak signifikan

terhadap nilai

perusahaan, ukuran

perusahaan mempunyai

pengaruh positif

signifikan terhadap nilai

perusahaan, risiko

perusahaan mempunyai

pengaruh positif tidak

signifikan terhadap nilai

perusahaan.

11 Peneliti:

Indriyani

(2017)

Objek yang diteliti:

Perusahaan manufaktur

sektor makanan dan

minuman di BEI periode

tahun 2011-2015

Variabel Independen: Firm

size, Profitabilitas

Variabel Dependen: Nilai

Perusahaan

Hasil Penelitian: Ukuran

Perusahaan berpengaruh

negative terhadap nilai

perusahaan, Profitabilitas

berpengaruh signifikan

terhadap nilai

perusahaan.

12 Peneliti:

Nurhayati

(2013)

Objek yang diteliti:

Perusahaan Sektor Non Jasa

Variabel Independen: Firm

size, Profitabilitas

Hasil Penelitian:

Likuiditas berpengaruh

negative terhadap nilai

perusahaan. Ukuran

Perusahaan dan

Page 31: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

31

Variabel Dependen: Nilai

Perusahaan

Profitabilitas

berpengaruh signifikan

terhadap nilai

perusahaan.

13 Peneliti:

Moniaga

(2013)

Objek yang diteliti:

Perusahaan industri keramik,

porcelen dan kaca periode

2007-2011

Variabel Independen:

Struktur Modal,

Profitabilitas, Struktur Biaya

Variabel Dependen: Nilai

Perusahaan

Hasil Penelitian:

Struktur modal

berpengaruh terhadap

Nilai perusahaan,

sedangkan Profitabilitas

dan Struktur biaya tidak

berpengaruh terhadap

Nilai perusahaan.

14 Peneliti:

Prasetyorini

(2013)

Objek yang diteliti:

Perusahaan industri barang

konsumsi di BEI periode

2012-2014

Variabel Independen: Ukuran

Perusahaan, Leverage, PER

Profitabilitas

Variabel Dependen: Nilai

Perusahaan dan Struktur

Modal

Hasil Penelitian:

Ukuran perusahaan, PER

dan Profitabilitas

berpengaruh positif

signifikan terhadap nilai

perusahaan dan Leverage

berpengaruh negative.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

32

15 Peneliti: Dewi

dan Wirajaya

(2013)

Objek yang diteliti:

Perusahaan di BEI periode

2009-2011

Variabel Independen:

Struktur Modal, Ukuran

Perusahaan, dan Profitabilitas

Variabel Dependen: Nilai

Perusahaan

Hasil Penelitian:

Struktur modal

berpengaruh negatif dan

signifikan pada nilai

perusahaan, Profitabilitas

berpengaruh positif dan

signifikan pada nilai

perusahaan, Ukuran

perusahaan tidak

berpengaruh pada nilai

perusahaan.

16 Peneliti: Dewi

dan Wirajaya

(2013)

Objek yang diteliti:

Perusahaan di BEI

Variabel Independen: Ukuran

Perusahaan, Profitabilitas,

Struktur Modal

Variabel Dependen: Nilai

Perusahaan

Hasil Penelitian:

Struktur Modal

berpengaruh negatif

signifikan terhadap Nilai

Perusahaan. Profitabilitas

berpengaruh positif

signifikan terhadap Nilai

Perusahaan. Firm Size

berpengaruh tidak

berpengaruh terhadap

Nilai Perusahaan.

17 Peneliti:

Hermuningsih

Objek yang diteliti:

Perusahaan yang Terdaftar di

Hasil Penelitian: Pada

perusahaan Malaysia

insider ownership dan

Page 33: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

33

dan Wardani

(2009)

BEI dan Bursa Efek

Malaysia

Variabel Independen:

Kebijakan Dividen, Indisder

Ownership, Kebijakan

Hutang

Variabel Dependen: Nilai

Perusahaan

kebijakan hutang

berpengaruh terhadap

kebijakan hutang tetapi

tidak berpengaruh

signifikan kepada nilai

perusahaan. Di Indonesia

insider ownership dan

kebijakan hutang tidak

berpengaruh terhadap

kebijakan dividend an

kebijakan dividen tidak

berpengaruh terhadap

nilai perusahaan.

Kerangka Pemikiran

1. Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Nilai Perusahaan

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang

dapat dihitung menggunakan total aset, total penjualan, rata-rata tingkat

penjualan. Ukuran perusahaan yang besar dapat mencerminkan jika perusahaan

mempunyai komitmen yang tinggi untuk terus memperbaiki kinerjanya, sehingga

pasar akan mau membayar lebih mahal untuk mendapatkan sahamnya karena

percaya akan mendapatkan pengembalian yang menguntungkan dari perusahaan

tersebut. Semakin besar ukuran perusahaan, maka ada kecenderungan lebih

Page 34: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

34

banyak investor yang menaruh perhatian pada perusahaan tersebut, sehingga

akan meningkatkan nilai perusahaan dimata investor. Ukuran perusahaan dilihat

dari total assets yang dimiliki oleh perusahaan, yang dapat dipergunakan untuk

kegiatan operasi perusahaan. Jika perusahaan memiliki total asset yang besar,

pihak manajemen lebih leluasa dalam mempergunakan aset yang ada di

perusahaan tersebut.

Menurut Sitanggang (2013:76) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan

dengan kapasitas pasar atau penjualan yang besar dapat menunjukan prestasi dari

suatu perusahaan. Besar atau kecilnya ukuran perusahaan dapat di lihat dati total

aktiva atau total penjualan suatu perusahaan. Teori sinyal memiliki hubungan

dengan ukuran perusahaan yaitu dimana manajemen harus memberi tahukan

informasi yang sama mengenai ukuran perusahaan melalui total aset atau total

penjualan yang dimiliki oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Sehingga

para pemegang saham dapat mengetahui seberapa besar ukuran perusahaan yang

mereka tanamkan modalnya, dan agar para investor dapat mengetahui prospek

perusahaan tersebut ke depannya dalam keadaan baik atau buruk. Jika ukuran

perusahaan meningkat maka hal tersebut merupakan sinyal yang positif bagi para

investor.

Hasil penelitian sebelumnya yang sudah terbukti bahwa ukuran perusahaan

memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Menurut penelitian Pratama dan

Wiksuana (2018), menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh positif

signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Menurut penelitian Rachmawati dan

Pinem (2015), menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh positif

terhadap Nilai Perusahaan. Hal ini menunjukkan semakin besar ukuran

Page 35: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

35

perusahaan maka semakin baik nilai perusahaannya, maka hipotesis yang dapat

diajukan adalah:

H1: Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan.

2. Pengaruh Struktur Perusahaan pada Nilai Perusahaan

Struktur modal menggambarkan proporsi finansial perusahaan antara modal

yang dimiliki yang bersumber dari hutang jangka panjang dan modal sendiri yang

menjadi sumber pembiayaan dalam suatu perusahaan. Salah satu teori struktur

modal yaitu Trade-Off Theory menjelaskan bahwa jika posisi struktur modal

berada di bawah titik optimal maka setiap penambahan hutang akan

meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya, jika posisi struktur modal berada di

atas titik optimal maka setiap penambahan hutang akan menurunkan nilai

perusahaan. Oleh karena itu, dengan asumsi titik target struktur modal optimal

belum tercapai, maka berdasarkan trade-off theory memprediksikan adanya

hubungan positif terhadap nilai perusahaan.

Pada tahun 1960-an, Modigliani dan Miller memasukkan faktor pajak ke

dalam analisis mereka sehingga mendapat kesimpulan bahwa nilai perusahaan

dengan utang akan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahaan tanpa

utang. Kenaikan tersebut dikarenakan adanya penghematan pajak. Dalam kondisi

ada pajak penghasilan, perusahaan yang memiliki hutang akan memiliki nilai

lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan tanpa hutang. MM

berpendapat bahwa struktur modal dapat mempengaruhi nilai perusahaan karena

penggunaan hutang yang semakin besar pajak yang dibayar semakin kecil, yang

berarti perusahaan dapat menghemat aliran kas keluar (Hanafi, 2015: 300).

Page 36: BAB II KAJIAN PUSATAKA - Kampus Kwik Kian Gie

36

Hasil penelitian sebelumnya yang sudah terbukti bahwa ukuran perusahaan

memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Menurut penelitian Pantow, Murni

dan Trang (2015) menyatakan bahwa Struktur Modal berpengaruh positif

signifikan terhadap Nilai Perusahaan.

H2: Struktur Modal berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan.

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka peneliti dapat

membuat hipotesis sebagai berikut:

H1: Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan

H2: Struktur Modal berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan


Related Documents