20
BAB II
A. DESKRIPSI UMUM KABUPATEN KLATEN &
SEJARAH PENGELOLAAN KAWASAN WISATA
RAWA JOMBOR DAN BUKIT SIDAGORA
1. Gambaran Administratif Klaten
Kabupaten Klaten (Bahasa Jawa: Klathèn), adalah
sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah kota Klaten.
Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Boyolali di utara, Kabupaten
Sukoharjo di timur, serta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan
barat. Kompleks Candi Prambanan, salah satu kompleks candi Hindu terbesar
di Indonesia, berada di Kabupaten Klaten.
Klaten merupakan sebuah kota yang unik. Keunikan kota ini karena
berada di antara dua kota budaya dimana sektor Pariwisatanya berkembang
sangat pesat dan telah menjadi tujuan utama destinasi wisatawan, yaitu
Yogyakarta dan Surakarta. Klaten juga masih menjadi satu dengan Kasunanan
Surakarta seehingga banyak kebudayaan diturunkan dan berkembang ditanah
Klaten. Kota Klaten sebagai salah satu tujuan wisata menawarkan berbagai
keindahan wisata dengan panorama yang indah yaitu terletak diantara Gunung
Merapi dan Pegunungan Seribu.
21
Kota Klaten dibentuk berdasarkan PP 41/1986[1]
dan PP 33/2003. Cikal
bakal kota ini adalah dari kota Melati, kata Melati kemudian berubah menjadi
menjadi Mlati, berubah lagi menjadi kata Klati. Sehingga memudahkan
pengucapan kata Klati berubah menjadi Klaten. Dari dasar kata – kata diatas
sebagaimana dikutip dari dalam buku Klaten Dari Masa ke Masa yang
diterbitkan bagian Ortakala Setda Kab, Dati II Klaten tahun 1992/1993.
2. Pembagian Wilayah Administratif
Secara administratif Kabupaten Klaten terbagi dalam 26 kecamatan dan
401 kelurahan. Seluruh desa yang ada di Kabupaten Klaten merupakan desa
swasembada. Desa swasembada adalah desa yang masyarakatnya telah mampu
memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya alam dan potensinya sesuai
dengan kegiatan pembangunan regional.
22
Tabel 1. Pembagian wilayah administratif desa Kabupaten Klaten
No. Kecamatan Desa Dukuh Luas Wilayah (KM2)
1. Prambanan 16 183 24,43
2. Gantiwarno 16 149 25,64
3. Wedi 19 178 24,38
4. Bayat 18 228 39,43
5. Cawas 20 238 34,47
6. Trucuk 18 171 33,81
7. Kalikotes 07 99 12,98
8. Kebonarum 07 65 09,67
9. Jogonalan 18 202 26,70
10. Manisrenggo 16 252 26,96
11. Karangnongko 14 35 26,74
12. Ngawen 13 124 16,97
13. Ceper 18 42 24,45
14. Pedan 14 151 19,17
15. Karangdowo 19 161 29,23
16. Juwiring 19 208 29,79
17. Wonosari 18 149 31,14
18. Delanggu 16 37 18.78
19. Polanharjo 18 44 23,84
20. Karanganom 19 48 24,06
21. Tulung 18 185 32,00
22. Jatinom 18 207 35,53
23. Kemalang 13 214 51,66
24. Klaten Utara 12 112 14,43
25. Klaten Selatan 09 97 8,92
26. Klaten Utara 08 124 10,38
Jumlah/Total 401 3703 655,56
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Klaten
23
3. Kependudukan
Penduduk Klaten pada tahun 2009 mencapai 1.303.910 jiwa dengan di
dominasi oleh perempuan yaitu 665.971 jiwa sisanya laki-laki sebesar 637.939
jiwa, pada tahun 2010 mengalami kenaikan sedikit yaitu 1.307.562 jiwa hingga
tahun 2013 pertumbuhan penduduk di Kabupaten Klaten tetap stabil, pada
tahun 2014 mengalami penurunan yaitu 1.144.040 jiwa, Perempuan 587.591
jiwa sedangkan laki-laki 556,449 jiwa. Berikut daftar tabel jumlah penduduk
dari tahun 2009 - 2014 sebagai berikut :
Tabel 2. Jumlah penduduk dari tahun 2009 – 2014
Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah
2014 556,449 587,591 1,144,040
2013 646,335 670,572 1,316,907
2012 644,362 669,552 1.313,914
2011 642,370 668,649 1,311,019
2010 640,187 667,375 1,307,562
2009 637,939 665,971 1.303,910
Sumber : Klaten Dalam Angka, BPS Kabupaten Klaten, 2014
4. Gambaran Wilayah
a. Kondisi Topografi
Kondisi Topografi wilayah Kabupaten Klaten di apit oleh Gunung Merapi
dan Pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 76 – 1.60 dpl (diatas
24
permukaan laut). Kabupaten Klaten secara Geografis terbagi menjadi tiga
wilayah diantaranya :
1. Wilayah Lereng Gunung Merapi (alam area yang miring) yaitu Kecamatan
– Kecamatan Karangnongko, Kemalang, Jatinom dan Tulung.
2. Wilayah Datar (wilayah bagian tengah) yaitu :
Kecamatan – Kecamatan Manisrenggo, Klaten Tengah, Kalikotes, Klaten
Selatan, Ngawen, Kebonarum, Klaten Utara, Wedi, Jogonalan, Prambanan,
Delanggu, Gantiwarno, Wonosari, Juwiring, Ceper, Pedan, Karangdowo,
Trucuk, Cawas, Karanganom dan Polanharjo.
3. Wilayah Berbukit/Gunung Kapur ( wilayah bagian selatan)
Yaitu hanya sebagian Kecamatan - Kecamatan Bayat, Cawas, dan
Gantiwarno.
Dari sisi Topografi wilayah Kabupaten Klaten dapat dirinci sebagai berikut :
1. Wilayah dengan ketinggian kurang dari 100 meter diatas permukaan laut
(dpl) meliputi sebagian dari Kecamatan – Kecamatan Juwiring,
Karangdowo dan Cawas.
2. Wilayah dengan ketinggian 100 – 200 meter diatas permukaan laut
meliputi Kecamatan – Kecamatan Prambanan, Jogonalan, Gantiwarno,
Wedi, Bayat, Cawas (dibagian barat), Trucuk, Kalikotes, Klaten Utara,
Klaten Selatan, Klaten Tengah, Kebonarum (dibagian selatan), Ngawen
(dibagian selatan dan timur), Ceper, Pedan, Karanganom (dibagian timur),
Polanharjo (dibagian timur), Delanggu, Juwiring (dibagian barat), dan
Wonosari (dibagian barat).
25
3. Wilayah dengan ketinggian 400 – 1000 meter diatas permukaan laut
meliputi Kecamatan Kemalang (sebagian besar), Manisrenggo (sebagian
besar), Jatinom, Tulung (sebagian kecil).
4. Wilayah dengan ketinggian 100 – 1200 meter diatas permukaan laut
meliputi Kecamatan Kemalang.
5. Fasilitas Di Kabupaten Klaten
Fasilitas yang ada di Kabupaten Klaten tergolong cukup lengkap karena
sistem transportasi di Kabupaten Klaten sudah termasuk modern, hal ini
didukung karena Kabupaten Klaten sudah mempunyai transportasi seperti
angkutan desa, Angkutan kota, Angkutan antar kota, Kereta api Jogja – Solo.
Kabupaten juga memiliki tempat pemberhentian seperti stasiun dan terminal
yang mana jalur utamanya melewati jalan regional yaitu Solo – Klaten. Oleh
karena itu akses menuju Kabupaten Klaten dapat ditempuh melalui
Transportasi modern.
B. Potensi Alam dan Budaya di Kabupaten Klaten
Klaten memiliki berbagai macam potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata
Alam, Kabupaten Klaten juga masih menjadi satu dengan Kasunanan
Surakarta sehingga banyak kebudayaan yang diturunkan dan berkembang
ditanah Klaten. Kabupaten Klaten sebagai salah satu Kabupaten tujuan wisata
menawarkan berbagai keindahan wisata dengan panorama yang indah yaitu
terletak diantara Gunung Merapi dan Pegunungan Seribu.
26
1. Berikut beberapa Obyek Wisata Alam yang unik untuk dikunjungi
diantaranya adalah :
a. Deles Indah
Deles Indah merupakan obyek wisata yang terletak di lereng kaki
Gunung Merapi Sebelah Timur ± 25 km dari Kota Klaten, Deles berada di
wilayah Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, dengan ketinggian antara
800 m – 1300 m diatas permukaan laut Deles mempunyai potensi spesifik
suasana pemandangan alam pegunungan. Dari obyek wisata Deles dapat
dilihat pemandangan puncak Merapi dengan nyata, pemandangan kota
Klaten yang dihiasi dengan cerobong Perusahaan Gula Gondang Baru &
perusahaan Ceper Baru dengan berselendangkan Rowo Jombor dengan
Jajaran Gunung Kapurnya merupakan panorama yang indah. Dari
ketinggian wisata Deles Indah ini, dapat disaksikan pemandangan gunung
Merapi yang sangat indah dengan puncaknya yang sangat jelas alur aliran
awan panas, serta pemandangan indah bekas Pesanggrahan Pakoebuwono
X, Makam Kyai Mloyopati, Sendang Reno, Taman Pring Cendani dan
Goa Sapuangin.
b. Pemandian Ponggok
Umbul Ponggok, Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo,
Kabupaten Klaten, Pengunjung bisa menikmati tingkah polah ikan tersebut
dengan jarak yang cukup dekat tanpa khawatir terseret ombak. Pengunjung
tinggal menyediakan kacamata dan peralatan snorkling seperti selang
udara dan pelindung mulut, saking jernihnya, pengunjung juga bisa
mengabadikan momen berharga tersebut dengan berfoto di bawah air.
27
Tidak usah ke Taman Laut Bunaken cukup ke Ponggok, Polanharjo.
Kelebihan lain dari umbul ini adalah dasar didominasi oleh bebatuan,
lumut dan pasir sehingga terlihat seperti didalam laut. Kelebihan
selanjutnya Umbul Ponggok adalah kolam yang berisi ratusan ikan air
tawar dengan berbagai ukuran dari yang kecil sampai yang besar. Ikan -
ikan di umbul ini tidak berbahaya, justru mereka sudah terbiasa dengan
kehadiran manusia. Walaupun banyak ikanya air di Umbul Ponggok tidak
berbau amis karena airnya terus mengalir di sungai. Umbul Ponggok
adalah sumber mata air bernuansa dalam laut, dengan ratusan ikan,
bebatuan besar, pasir didasar umbul, air yang sangat jernih. Karena Umbul
Ponggok ini bisa jadi salah satu alternatif objek wisata untuk bermain air.
Sumber mata air alam dengan sentuhan modern, tanpa meninggalkan
konsep hijau.
c. Umbul Tirto Mulyono dan Tirto Mulyani ( Pluneng Kebonarum )
Letaknya di Desa Pluneng, Kecamatan Kebonarum, Kabupaten
Klaten Pemandian (Kolam Renang) Tirtomulyono yang merupakan
pemandian dengan sumber air alam yang besar yang dahulu digunakan
untuk mandi para putera (laki-laki). Letaknya di Desa Pluneng Kecamatan.
Kebonarum, Kabupaten Klaten Pemandian (Kolam Renang) Tirtomulyani
yang terletak tidak jauh dari pemandian Tirto Mulyono yang dahulu
digunakan untuk mandi para puteri (perempuan).
d. Pemandian Lumban Tirto
Pemandian Lumban Tirto, Terletak di Desa Daleman, Kecamatan
Tulung jarak dari kota Klaten ± 17 km Luas 25 m x 8 m = 200 m2 luas
28
kawasan 700 m2 Kedalaman rata rata 1,5 m fungsi sebagai kolam renang
disebelah barat laut lokasi pemandian Lumban Tirto tersebut terdapat
Umbul Ingas dengan pemandangan panorama yang bagus, disini sumber
air ini digunakan untuk air minum Kraton Surakarta Hadiningrat atas
prakarsa Paku Buwono X hingga sekarang.
e. Sendang Tretes ( Ngreden Wonosari )
Terletak di Desa Ngraden, Kecamatan Wonosari Jarak dari kota
Klaten ± 15 km Luas sendang 400 m2 Kedalaman rata - rata 2 m, Makam
Ki Ageng Perwito, Putra Syech Alim Akbar III yang bergelar Sultan
Trenggono ( Raja Demak Bintoro ) yang merupakan senopati perang dari
Kerajaan Pajang. Semasa hidupnya beliau mandi dan sesuci di Sendang
Tretes ini yang terletak tidak jauh dari makamnya saat ini. Makam Ki
Ageng Perwito banyak dikunjungi peziarah khususnya pada malam Jumat
Wage.
f. Gua Suran ( Kelurahan Jatinom Kecamatan Jatinom )
Goa Suran yang diyakini merupakan goa tempat Ki Ageng Gribig
mengajar/mendidikdan memberikan wejangan kepada Sultan Agung.
Dinamakan Suran karena di dekat goa tersebut terdapat air melimpah yang
mengalir (sur-suran) dari atas goa yang diyakini berasal dari rumah Ki
Ageng Gribig di Masjid Alit yang dibawa dari Mekah.
g. Sendang Sinongko ( Pokak Ceper )
Terdapat dua sendang, yakni sendang ―Jaler‖ dan sendang ―Estri‖.
Di samping merupakan ODTW (Obyek Daya Tarik Wisata) alam juga
29
merupakan ODTW (Obyek Daya Tarik Wisata) ziarah dan sebagai tempat
mengadakan syukuran Bersih Desa setiap bulan Agustus pada hari Jumat
Wage dengan menyembelih kambing.
2. Berikut beberapa Obyek Wisata Budaya yang unik untuk dikunjungi
diantaranya adalah :
a. Candi Plaosan
Candi Plaosan terletak di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan,
Kecamatan Prambanan. Candi ini terletak kira – kira 1 kilometer ke arah
timur laut dari Candi Sewu atau Candi Prambanan. Komplek ini dibangun
pada abad ke IX pada jaman kerajaan Medang atau dikenal dengan nama
kerajaan Mataram Kuno. Candi Plaosan terdiri dari Candi Plaosan Lor dan
Kidul. Kelompok Candi Plaosan Lor terdiri dari 2 buah candi induk yang
dikelilingi oleh 116 buah Stupa Perwara dan 50 buah Candi.
Candi Plaosan Lor dan Kidul merupakan bangunan candi dengan
Arsitektur Hindu dan Budha. Candi ini dibangun pada abad IX Masehi
oleh Rakai Pikatan yang beragama Hindu untuk Permaisuri dan juga untuk
Pramudyawardani yang beragama Budha.
b. Candi Sojiwan
Candi Sojiwan adalah sebuah Candi Buddhis yang terletak di Desa
Kebon Dalem Kidul, Kecamatan Prambanan. Candi yang masih direnovasi
ini terletak kurang lebih 2 kilometer ke arah selatan dari Candi Roro
Jonggrang. Candi Sojiwan kurang lebih dibangun antara tahun 842 dan
850 Masehi. Candi ini dibangun kurang lebih pada saat yang sama dengan
Candi Plaosan.
30
c. Makam Sunan Tembayat (KA Pandanaran)
Makam yang terletak diatas bukit Jabalakat, Desa Paseban,
Kecamatan Bayat. KA Pandanaran adalah Bupati Semarang yang diangkat
oleh Sunan Kalijaga atas nama Walisongo untuk menyebarkan Agama
Islam. Melalui proses yang sangat panjang Hingga KA. Pandanaran rela
melepaskan jabatan Bupati hanya untuk memperdalam ilmu agama. Di
komplek Makam ini terdapat makam tua yang dipercayai sebagai tempat
peristirahatan kekal Dompo Awang seorang pelaut ulung. Barang siapa
yang dapat menyentuh dua sisi makam, menurut orang yang meyakini
maka segala permintaannya akan terkabul.
d. Makam KA Ronggowarsito
Seorang pujangga besar dari Keraton Surakarta Hadiningrat yang
memiliki reputasi sangat baik, hingga saat ini karyanya yang tertulis dalam
sebuah ―Serat Kalatidha‖ masih cukup dikenal sebagai pepiling yang
berbunyi ―sak begjo – begjone wong lali, Luwih begjo wong kang eling
lan waspodo‖. Merupakan tempat ziarah yang sudah terkenal dan banyak
dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah.
e. Upacara Adat Yaqowiyyu
Sebuah perayaan yang pertama kalinya dilakukan Ki Ageng Gribig
pada hari jumat bertepatan 15 sapar, sebagai ungkapan rasa syukur atas
pemberian nikmat Allah SWT. Rasa syukur itu dungkapkan dalam pujian
– pujian berupa kalimat dalam beberapa kalimat dalam bahasa arab ―Ya
31
Quwiyyu‖ yang artinya “ Allah Maha Perkasa (kuat)‖. Kalimat ini
dilafalkan berulang kali hingga proses tersebut dinamakan Yaqowiyyu.
Selain itu, Acara adat ini merupakan wujud sedekah berupa
makanan kepada masyarakat luas. Konon Ki Ageng Gribig bersama Sultan
Agung sering Sholat Tarawih dan Jum’at dimakam. Suatu hari setelah
pulang dari tanah suci, Ki Ageng Gribig membawa oleh – oleh berupa kue
Apem. Tetapi karena Jamaah Sholat pada waktu itu sangatlah banyak,
maka Nyai Ageng Gribig diminta untuk membuat kue Apem agar bisa
dibagikan kepada jamaah setelah selesai Sholat Jumat.
f. Upacara Tradisional Syawalan
Upacara Tradisional Syawalan merupakan sebuah Upacara Adat
yang dilaksanakan seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Kirab Gunungan
Ketupat lalu di arak dari alun – alun menuju Bukit Sidagora dengan jarak
6 kilometer. Setelah dipanjatkan doa – doa, gunungan tersebut lalu
menjadi rebutan para pengunjung. Ketupat tersebut diyakini dapat
membawa berkah tersendiri, ketupat diartikan oleh masyarakat setempat
yaitu ―Ngaku Lepat (merasa bersalah)‖. Sehingga setelah perayaan
tersebut selesai, orang tersebut mempunyai harapan agar terhapus dosa –
dosanya.
32
C. Obyek Wisata Rawa Jombor dan Bukit Sidagora
1. Rawa Jombor
Rawa jombor terletak di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, dengan latar
pegunungan yang indah deretan atau barisan pegunungan kapur diselatan yang
membentang dari barat ke timur.
Rawa Jombor sendiri terletak di Kabupaten Klaten, mengenai Asal
Usul Rawa Jombor dahulunya merupakan bentangan sawah yang cukup luas,
kemudian adanya turun hujan berhari – hari, air sungai yang berada disekitar
Rowo meluap hingga menggenangi sawah hingga tidak terbentuk sawah lagi
hingga menjadi tampungan air yang cukup luas. Karena warga sekitar takut
jika genangan tersebut sampai ke desa, Warga berbondong – bondong
membendung dan membuat tanggul hingga membentuk Rawa. Selang
beberapa minggu, ada rombongan dari kalangan Kraton Kasunanan Surakarta
bersama Belanda datang ke Jombor. (wawancara Parmin tanggal 8 juni, 2016)
Tujuan mereka adalah untuk mencari sumber air untuk mengairi
perkebunan tebu. Tebu – tebu itu diproses di pabrik gula. Pabrik gula tersebut
berkembang sangat pesat setelah adanya Rawa tersebut, namun warga sekitar
tidak mendapatkan ganti rugi maupun subsidi dari pihak Kasunanan. Setelah
Belanda menyerah kepada Jepang, pabrik gula jatuh ke tangan Jepang. Pada
saat itu setelah Indonesia merdeka sampai sekarang masyarakat disekitar
33
diizinkan untuk membuat karamba di rawa asal membayar pajak kepada
pemerintah daerah.
Rawa Jombor wisatawan dapat melakukan aktivitas memancing, bersantai,
berkendaraan keliling rawa untuk menikmati pemandangan. Jarak 8 kilometer
kearah tenggara dari kota klaten luas kawasan 198 Ha panjang tanggul 7,5
kilometer lebar tanggul 12 meter kedalaman 4,5 meter daya tampung air
4.000.000 meter kubik.
Gambar 1. Pemandangan Obyek wisata Rawa Jombor
( sumber : koleksi rahmat dwiyanto, tanggal 8 Juni 2016 )
Tujuan utama pembuatan waduk Rawa Jombor adalah untuk menampung
air dari sungai - sungai di sekitarnya untuk mengendalikan banjir dan sebagai
persediaan air irigasi untuk mengairi sawah - sawah disekelilingnya pada
34
musim kemarau. Namun dimanfaatkan juga keperluan lain seperti sebagai
sektor industri pariwisata dan peternakan ikan. Disekitar waduk Rawa Jombor
terdapat pemandangan alam yang indah, situs peninggalan zaman dahulu yang
kini diyakini mempunyai nilai sejarah, Museum pertanian, Pusat - pusat
kerajinan, Warung apung, Arena olahraga, Arena bermain.
Keunikan tempat di Rawa Jombor selain keindahan alam dan waduk serta
pegunungan yang mengintari Rawa Jombor disini terdapat warung apung yang
berdiri diatasnya yang berada disebelah utara disini terdapat berjejer - jejer
warung apung yang dikelola warga sekitar untuk menambah ekonomi mereka,
warga disini akan berlomba-lomba untuk menarik para pengunjung yang
datang ke obyek wisata Rawa Jombor. Wisatawan yang datang disini akan
diantarkan dengan ditarik getek untuk sampai ke rumah makan pilihan.
Uniknya, getek merupakan bambu yang dirakit dan dibawahnya diberi drum -
drum atau tong besar agar dibawahnya bisa mengapung.
2. Bukit Sidagora
Bukit Sidagora terletak bersebelahan dengan Rawa Jombor dinamai Bukit
Sidagora karena bukit ini sebagai simbolisasi peringatan penobatan Kyai
Sidoguro, masyarakat lokal mempercayai bahwa Kyai Sidagora adalah sosok
ratusan tahun lalu menjadi orang dekat dari Kyai Jimbung. Kepergian Kyai
Sidagora oleh Kyai Jimbung dikenang dengan menggunakan namanya untuk
menamai sebuah bukit yaitu Bukit Sidagora. (Wawancara Parmin, 8 Juni
2016)
35
Gambar 2. Pintu masuk obyek wisata Bukit Sidagora
(sumber foto koleksi rahmat tanggal 8 Juni 2016 )
Rute untuk mencapai Bukit Sidagora ini adalah lewat jalur barat: Kota
Klaten – pertigaan Bendogantungan Desa Sumberejo, belok kiri / ke arah
selatan – Desa Danguran – Desa Glodogan – Desa Jimbung – Rawa
Jombor/Bukit Sidagora. Lewat jalur timur: Kota Klaten – Stasiun Klaten – By
Pass – belok kanan / ke arah selatan – Terminal Klaten Ir. Soekarno—
Kelurahan Buntalan – Desa Jimbung – Rawa Jombor/Bukit Sidagora.
36
Atraksi yang berada di Bukit Sidagora berupa Upacara Tradisional
Syawalan, Tradisi ini dilaksanakan pada bulan Syawal, Bulan dalam kalender
Jawa dimana pada tanggal satu syawal ini adalah perayaan hari kemenangan
umat Islam yaitu Idul Fitri. Di sekitar Solo Raya ini banyak daerah yang
mengadakan Tradisi Syawalan, Salah satunya Tradisi berupa Grebeg
Syawalan yang berasal dari Kabupaten Klaten, Tradisi Syawalan Ketupat ini
diadakan yaitu dari alun - alun Klaten menuju Bukit Sidagora.
Gambar. 3 Tradisi Syawalan di Bukit Sidagora
( sumber koleksi rahmat tanggal 13 Juli 2016 )
Proses Tradisi Syawalan diawali dengan proses kirab gunungan
ketupat dari depan Masjid Agung Klaten menuju Bukit Sidagora. Dalam kirab
Gunungan ini, puluhan gunungan yang tersusun dari gunungan ketupat yang
dibuat oleh berbagai instansi dan elemen masyarakat akan dikirab dan
nantinya diperebutkan oleh warga pada puncak acara. Waktu perayaan Tradisi
Syawalan Ketupat Bukit Sidagora yang sering jatuh pada tanggal 8 Syawal.
37
Beberpa fasilitas yang ada di Bukit Sidagora masih memadai diantaranya
tempat loket masuk, pintu gerbang, jalan beraspal, tempat duduk, pedagang,
panggung, tempat parkir, gazebo, toilet, taman bermain anak, gardu pandang
dan tempat istirahat.
D. Profil Pengelola Rawa Jombor dan Bukit Sidagora
Desa Krakitan desa yang sejuk dan di hiasi dengan pegunungan yang
membentang indah serta Rawa yang masih mempesona menambah
ketertarikan disetiap pengunjung yang mempunyai hobi memancing maupun
berwisata. Riwayat desa ini dimulai pada tahun 1939. Pada tahun 1939, Desa
Batilan dan Desa Krakitan bergabung yang kemudian disebut Desa Krakitan.
Selanjutnya pada tahun1947, turut bergabung Desa Tawang Jombor yang
merupakan gabungan dari Desa Bugel. Dari gabungan - gabungan desa
tersebut, nama Krakitan tetap digunakan sebagai nama desa hingga saat ini
2016. nama Krakitan diambil dari nama Nyai Ageng Rakit, Istri Kyai Jati
Kusuma. Sejarah desa ini berlanjut ketika pada tahun 1944, pemerintah Jepang
membangun sebuah waduk yang dikelilingi tanggul di tengah - tengah desa
Krakitan. (Wawancara kepada dadi priyanto tanggal 26 Juli 2016).
Kemudian pada tahun 1967 - 1968, setelah adanya pemerintahan Orde
Baru, pemerintah kota Klaten memanfaatkan para tahanan politik (tapol) untuk
melakukan perbaikan Rawa Jombor. Perbaikan tersebut dilakukan dengan
memperlebar tanggul yang awalnya hanya 5 meter menjadi 12 meter.
38
Pekerjaan tersebut selesai dalam tujuh bulan dengan menyerap tenaga kerja tahanan
politik sebanyak 1700 orang.
Pada masa sebelum 1995, Rawa Jombor dan Bukit Sidagora masih
sangat alami, belum ada bangunan gazebo, tempat bermain, panggung, belum
ada warung apung, bersih dari tanaman eceng gondok dan belum tercemar.
Hal ini karena Rawa Jombor dan Bukit Sidagora belum banyak terjamah oleh
manusia. Setelah tahun 1995, Rawa Jombor mulai dimanfaatkan untuk
pengairan sawah tidak hanya sawah disekitar rawa tetapi juga di Kecamatan
Trucuk dan Cawas, warga sekitar juga memanfaatkan sebagai berternak ikan
maupun nelayan tangkap, perdagangan, warung apung, dan daerah wisata oleh
masyarakat sekitar.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada masa kepemimpinan lurah
Citro Sumatro, Rawa Jombor yang dulunya berstatus sebagai Kas Desa
Krakitan dipindah tangankan ke Dinas Pariwisata. Pengelolan Rawa Jombor
sepenuhnya dilakukan oleh warga Krakitan, tetapi pengelolaan tersebut tetap
melibatkan Dinas Kebudayaan, Parwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Klaten. Pada masa kepemimpinan lurah Edi Rahmanto, dikembangkan warung apung dan
karamba. Karamba dikembangkan dengan dua metode, yaitu karamba apung
dan karamba tancap. Karamba apung sendiri adalah teknik budidaya ikan dengan cara drim
yang terapung kemudian di ikatkan ke jaring yang ada di bawahnya, sedangkan karamba
tancap bertumpu pada bambu yang ditancapkan membentuk segi empat untuk tumpuan
jaring.
Warung apung merupakan usaha warung yang mengapung di tengah - tengah
rawa dan dikelola secara pribadi oleh warga di sekitar rawa. Pada masa ke
39
pemimpinan lurah Sunudi, dilakukan perbaikan dan pendalaman rawa yang
dimulai pada bulan Juli 2011.
Bagan 1. Struktur organisasi Obyek wisata Rawa Jombor dan Bukit Sidagora
tahun 2015.
Tugas – tugas dari profil Obyek wisata Rawa Jombor adalah
1. Hj. Purwani, SH, MH sebagai pembina dalam pemasaran obyek wisata
dan sarana.
2. Ety Puspitarini, SH sebagai kasi Pemasaran Wisata mengenalkan obyek
wisata yang ada di Kabupaten Klaten.
3. Purwanto, S. Sos. M.Si sebagai kasi Sarana dan Obyek Wisata untuk
pengembangan obyek wisata serta sarana.
Bidang Dinas Pariwisata
Klaten
Kabid Pariwisata
Hj. Purwani S.H, M.H Kasi Sarana dan Obyek
Wisata
Purwanto, S. Sos . M.Si Kasi Pemasaran Wisata
Ety Pusparini, SH
Staff
1. Sumarsono
2. Dian Yeni Mastuti, SE
3. Anita Silvia, S.ST
4. Thomas Pramono
5. Mulyana, SE,MM
Staff
Pengurus Obyek Rawa Jombor dan
Bukit Sidagora
1. Bambang Hari Respati
2. Darwito
3. Triawan
4. Riyanto