1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar mulai dari alam,
sejarah hingga budaya. Oleh karena itu beberapa kota di Indonesia memiliki
predikat sebagai Kota Wisata, salah satunya ialah Yogyakarta. Kota Yogyakarta
yang biasa disebut dengan Jogja merupakan daerah tujuan wisata nomor dua di
Indonesia setelah Pulau Bali.
Berdasarkan data kunjungan wisatawan yang datang ke Yogyakarta, dapat
diketahui bahwa setiap tahunnya jumlah wisatawan semakin meningkat.
Pertumbuhan wisatawan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2012, sebesar
46,80% naik dari tahun 2011. Berikut ini adalah data statistik kunjungan
wisatawan ke Yogyakarta.
Tabel 1. Data Kunjungan Wisatawan ke Yogyakarta Tahun 2010-2014
No Tahun Wisatawan
Jumlah Pertumbuhan
(%) Domestik Mancanegara
1. 2010 1.304.137 152.843 1.456.980 2,17
2. 2011 1.438.129 169.565 1.607.694 10,34
3. 2012 2.162.422 197.751 2.360.173 46,80
4. 2013 2.602.074 235.893 2.837.967 20,24
5. 2014 3.091.967 254.213 3.346.180 17,91
6. 2015 3.813.720 308.485 4.122.205 21,3-23,3
Sumber: Buku Statistik Pariwisata DIY Tahun 2014
Salah satu destinasi wisata di Jogja yang paling diminati oleh wisatawan
ialah kawasan wisata Malioboro. Kawasan Malioboro membentang dari Stasiun
Tugu Yogyakarta sampai ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta (titik nol
2
kilometer Jogja). Mencakup pula jalan Margo Utomo, yang tadinya bernama jalan
Mangkubumi. Di kedua sisi kawasan Malioboro, banyak terdapat pedagang kaki
lima yang menawarkan berbagai souvenir khas Jogja seperti baju batik, kerajinan
tangan, dan kaos sablon bertuliskan Jogja. Selain berbelanja di Malioboro,
wisatawan juga dapat berbelanja di Pasar Beringharjo, yang terletak di ujung
kawasan Malioboro. Malioboro adalah pusat kawasan wisata tersebsar di Jogja
yang dikelilingi dengan banyak hotel, restoran, dan toko-toko disekitarnya.
Malioboro menjadi ikon wisata kota Jogja yang menawarkan berbagai macam
wisata, tidak hanya wisata belanja namun juga wisata budaya, wisata sejarah, dan
wisata kuliner.
Selain wisata belanja, hal lain yang menarik banyak minat wisatawan
datang ke Malioboro ialah wisata kuliner. Pada sore sampai malam hari di kanan
kiri trotoar kawasan Malioboro menjadi wisata kuliner malam hari yang terkenal
dengan sebutan Lesehan Malioboro. Lesehan Malioboro ini sangatlah identik
dengan kota Jogja dan digemari para wisatawan. Berderet makanan lezat seperti
gudeg, bakmi jawa, nasi goreng, ayam goreng, burung dara dan mie ayam siap
disajikan oleh para penjual. Banyak wisatawan yang datang untuk mencoba
makanan dan merasakan suasana Lesehan Malioboro di malam hari. Adapula
yang memang sudah menjadi langganan, sehingga setiap liburan ke Jogja selalu
mampir ke Lesehan Malioboro. Selain itu, disisi utara jalan Malioboro (Jalan
Margo Utomo) juga banyak terdapat angkringan yang berderet menjual berbagai
macam makanan. Angkringan di kawasan Malioboro memiliki satu minuman khas
3
yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung, minuman tersebut ialah
kopi joss.
Wisata kuliner di kawasan Malioboro tentunya tidak terlepas dari siu atau
rumor negatif di kalangan wisatawan. Dulu sekitar tahun 2000-an lesehan
malioboro terkenal memiliki harga yang sangat mahal. Para penjual sering kali
menaikkan harga sesuka hati atau lebih dikenal dengan harga nuthuk. Kabar ini
beredar luas di dunia maya bahkan surat kabar.1
Namun demikian, lesehan
malioboro tetap ramai dikunjungi wisatawan.
Melihat hal tersebut, peneliti ingin mengetahui berbagai persepsi
wisatawan mengenai wisata kuliner malam hari di kawasan Malioboro, baik itu
persepsi terhadap lesehan maupun angkringan. Para wisatawan domestik yang
berkunjung ke lesehan dan angkringan memiliki persepsi tersendiri terhadap
produk, harga, tempat, dan pelayanan yang telah diterima. Adapun persepsi
tersebut dapat bersifat positif maupun negatif tergantung dari cara pandang
masing-masing wisatawan. Diketahuinya berbagai persepsi dari wisatawan,
diharapkan dapat membantu peningkatan dan perbaikan wisata kuliner malam hari
di kawasan Malioboro ke arah yang lebih baik lagi. Oleh karena itu peneliti
melakukan penelitian yang berjudul “Persepsi Wisatawan Domestik Terhadap
Wisata Kuliner Malam Hari di Kawasan Malioboro”.
1
Sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/selain-anyer-dulu-lesehan-malioboro-yogya-juga-
terkenal-mahal.html. Diakses pada 18 Juni 2016, pukul 10.40 WIB.
4
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penulisan ini ada beberapa pokok masalah yang akan dikaji. Hal ini
bertujuan agar ruang lingkup penelitian terbatas dan penulisan lebih terarah.
Adapun pokok masalah tersebut ialah sebagai berikut:
1) Bagaimana persepsi wisatawan domestik terhadap produk, harga, tempat, dan
pelayanan wisata kuliner malam hari di kawasan Malioboro?
2) Apa saja upaya perbaikan yang dapat dilakukan pada wisata kuliner malam
hari di kawasan Malioboro?
1.3 Tujuan Penelitian
Dengan mengacu pada beberapa pokok permasalahan di atas, penelitian ini
memiliki tujuan sebagai berikut.
1) Mengetahui persepsi wisatawan domestik terhadap produk, harga, tempat, dan
pelayanan wisata kuliner malam hari di kawasan Malioboro.
2) Mengetahui berbagai upaya perbaikan yang dapat dilakukan pada wisata
kuliner malam hari di kawasan Malioboro yang lebih baik.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka manfaat yang diharapkan dari hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai perkembangan
studi pariwisata khususnya yang berhubungan dengan persepsi wisatawan
domestik terhadap berbagai komponen wisata kuliner malam hari di Kawasan
Malioboro.
5
2) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan saran bagi pemerintah
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas wisata kuliner malam hari di
Kawasan Malioboro. Sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan
domestik pada wisata kuliner malam hari di Kawasan Malioboro.
1.5 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka ini peneliti bagi berdasarkan kesamaan fokus dan
kesamaan lokus. Kesamaan fokus berdasarkan tema atau topik permasalahan yang
dipilih oleh peneliti hampir sama, yaitu tentang analisis komponen daya tarik
suatu atraksi wisata. Dari penelitian terdahulu yang sudah dilakukan dan berkaitan
dengan judul diantaranya adalah sebagai berikut:
Penulisan karya ilmiah berupa skripsi yang ditulis oleh Kezia Zipora
(2015), dengan judul “Analisis Produk dan Manajemen Kopi Jos Sebagai Daya
Tarik Wisata Kuliner di Yogyakarta”, penelitian ini mengangkat Angkringan Kopi
Jos, untuk mengetahui berbagai produk yang dimiliki dan cara manajemen usaha
kuliner tersebut. Hasil dari penelitian ini ialah Angkringan Kopi Jos memiliki
berbagai produk baik produk kuliner maupun atraksi wisata yang ditawarkan,
seperti suasana yang terdapat pada Angkringan Kopi Jos dan merasakan sensasi
panasnya kopi serta bunyi “jooossh” dari kopinya. Selain itu, penelitian Kezia
juga membahas tentang manajemen Angkringan Kopi Jos yang tidak rumit namun
sudah teratur seperti adanya proses produksi, pembagian kerja, jam operasional,
dan perhitungan pengeluaran maupun pemasukan setiap harinya.
6
Skripsi yang ditulis oleh Nur Khairina (2015) dengan judul “Pengaruh
Pemasaran Bakpiapia Terhadap Daya Saing Produk dan Perusahaan Sejenis:
Kajian Wisata Kuliner”, penelitian ini berisi tentang daya saing produk dan
perusahaan sebuah usaha kuliner Bakpiapia terhadap produk dan perusahaan
sejenis khususnya dalam menghadapi MEA serta pengaruhnya dalam
meningkatkan wisata kuliner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi
wisatawan mengenai Bakpiapia dapat berpengaruh terhadap peningkatan jumlah
produk yang terjual dan jumlah pendapatan perusahaan. Selain itu berpengaruh
pula pada wisata kuliner Yogyakarta karena Yogyakarta ialah tempat dimana
perusahaan itu berada. Sehingga akan berpengaruh juga dalam meningkatkan
jumlah wisatawan yang datang ke Yogyakarta.
Tesis dari Inayatul Ilah Nashruddin (2011) yang berjudul “Pengaruh
Kualitas Produk Kuliner Terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan di Lesehan
Malioboro”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
yang signifikan antara kualitas produk kuliner terhadap motivasi kunjungan
wisatawan ke Lesehan Malioboro. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa
lesehan Malioboro bukan merupakan tujuan utama wisatawan. Secara keseluruhan
kualitas produk kuliner bukan merupakan faktor yang berpengaruh secara
signifikan terhadap motivasi kunjungan wisatawan ke lesehan Malioboro.
Melainkan ada berbagai faktor lain yang lebih mempengaruhi motivasi wisatawan
untuk berkunjung ke lesehan Malioboro yakni keterikatan Lesehan Malioboro
dengan jalan Malioboro secara utuh yang merupakan ikon pariwisata Yogyakarta,
serta adanya suasana nostalgia bagi wisatawan.
7
Dilihat dari penelitian yang telah disebutkan diatas, penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dengan judul “Persepsi Wisatawan Domestik Mengenai
Wisata Kuliner Malam Hari di Kawasan Malioboro” belum pernah ada dalam
penelitian manapun. Peneliti mencoba melakukan penelitian persepsi wisatawan
domestik mengenai produk, harga, tempat, dan pelayanan wisata kuliner malam
hari yang ada di kawasan Malioboro.
1.6 Landasan Teori
1.6.1 Wisata Minat Khusus
Secara umum kegiatan wisata dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
wisata alam dan wisata buatan. Wisata alam ialah kegiatan rekreasi yang
memanfaatkan keindahan alam seperti gunung, pantai atau laut, flora dan fauna
unik. Sedangkan, wisata buatan adalah objek wisata yang sengaja dibangun oleh
manusia, seperti monumen, museum, dan taman bermain.
Selain dua jenis wisata diatas, terdapat satu jenis wisata baru yang belum
lama dikembangkan di Indonesia. Wisata tersebut ialah wisata minat khusus.
Wisata ini lebih ditujukan kepada wisatawan yang mempunyai minat atau tujuan
maupun motivasi khusus dalam berwisata. Sehingga biasanya wisatawan memiliki
kemampuan atau keahlian tertentu sesuai dengan obyek wisata minat khusus yang
akan dikunjungi. Seperti mendaki gunung, berkemah di tepi pantai, arung jeram,
bersepeda di bukit, dan lain sebagainya.
Weiler dan Hall (1992:5) memberikan definisi mengenai wisata minat
khusus sebagai berikut:
8
“special interest travel is travel for people who are going somewhere
because they have a particular interest that can be pursued in a
particular region or at a particular destination....”.
Wisata minat khusus adalah perjalanan bagi seseorang yang ingin pergi ke
suatu tempat karena memiliki ketertarikan tertentu yang dapat dilakukan pada
daerah yang dituju.
Salah satu kegiatan wisata yang termasuk dalam wisata minat khusus ialah
wisata kuliner, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Richard George
dalam bukunya “Marketing Tourism in South Africa” (Tourism Tattler Trade
Journal 2014:28). George mengidentifikasi 20 wisata minat khusus grup yang
popular dan salah satunya ialah gastronomy tourism atau food tourism. Wisata
kuliner dapat menjadi wisata minat khusus karena makanan menjadi faktor utama
yang mempengaruhi wisatawan dalam membuat keputusan berwisata. Sesuai
dengan Hall and Sharples (2003:9) dalam Steinmetz (2010:5):
“… those whose activities, behaviours, and even destination selection
is influenced by an interest in food.”
Ketika satu-satunya motivasi untuk melakukan perjalanan wisata sesuai
kebutuhan dan keinginan tertentu, maka pengalaman pariwisata masuk dalam
kategori wisata minat khusus atau pariwisata terfokus (Novelli (2005:13) dalam
Steinmetz (2010:5)). Selain itu dari berwisata kuliner, wisatawan juga ingin
mendapatkan pengalaman dan suasana yang berbeda dari kebiasaan sehari-hari.
1.6.2 Wisata Kuliner
Kuliner ialah suatu bagian hidup yang erat kaitannya dengan konsumsi
makanan sehari-hari baik itu makanan sederhana maupun makanan mewah.
9
Sedangkan secara harafiah kuliner merupakan kata yang biasa digunakan untuk
merujuk pada sesuatu yang berhubungan dengan masakan atau memasak. Kuliner
juga merupakan bagian dari ilmu gastronomi atau tata boga.
Kuliner saat ini tidak hanya menjadi suatu hal yang berkaitan dengan
mengkonsumsi makanan, namun juga menjadi sebuah gaya hidup. Selain itu,
seperti yang telah dikemukakan diatas, kuliner juga menjadi salah satu alternatif
baru dalam berwisata. Menurut Asosiasi Pariwisata Kuliner Internasional
(International Culinary Tourism Association/ICTA), wisata kuliner merupakan
kegiatan makan dan minum yang unik dilakukan oleh setiap pelancong yang
berwisata. Sedangkan Hall and Mitchell (2001:308) dalam Steinmetz (2010:4)
memberikan definisi mengenai wisata kuliner sebagai berikut:
“Visitation to primary and secondary food producers, food festivals,
restaurants and specific locations for which food and tasting and/or
experiencing the attributes of a specialist food production region are
the primary motivating factors for travel.”
Kunjungan ke produsen makanan, festival makanan, restoran, dan lokasi
tertentu untuk makan dan mencicipi serta mendapatkan pengalaman dari daerah
yang memproduksi makanan tertentu adalah hal-hal menjadi faktor utama untuk
melakukan perjalanan. Sehingga perjalanan tersebut dapat dikatakan sebagai
wisata kuliner.
Wisata kuliner di Indonesia mulai berkembang semenjak banyaknya media
atau televisi lokal yang menyiarkan program kuliner. Tak hanya itu banyak pula
blogger-blogger Indonesia yang mulai menulis tentang pengalaman mereka
10
mencicipi kuliner di suatu tempat. Inilah yang membuat wisata kuliner makin
diminati oleh masyarakat.
Perkembangan wisata kuliner yang semakin pesat di Indonesia menjadikan
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menetapkan 5 kota sebagai destinasi wisata
kuliner unggulan yakni, Yogyakarta, Solo, Semarang, Bandung dan Bali.
Penetapan destinasi kuliner ini dlihat dari 6 kelayakan seperti produk dan daya
tarik utama, pengemasan produk dan event, kelayakan pelayanan, kelayakan
lingkungan, kelayakan bisnis serta peran pemerintah dalam pengembangan
destinasi wisata kuliner. Berbagai kawasan wisata kuliner tersebut antara lain
lesehan malam hari di Malioboro Jogja, wisata kuliner pedagang kaki lima (PKL)
di Galabo Solo, deretan PKL di sekitar Simpang Lima Semarang, kawasan wisata
kuliner di daerah Dago Bandung, dan sebagainya.2
Telah disebutkan diatas bahwa Yogyakarta atau Jogja merupakan salah
satu destinasi wisata kuliner unggulan Indonesia. Daya tarik wisata kuliner Jogja
adalah rasa makanannya yang enak, cara penyajiannya yang masih tradisional,
dan bumbu rempah-rempahnya. Suatu kawasan wisata kuliner di Jogja yang
terkenal ialah lesehan Malioboro. Sebenarnya, makanan dan minuman yang
disajikan oleh lesehan Malioboro sama saja dengan rumah makan atau lesehan
pada umumnya, namun yang menjadi daya tarik dari lesehan Malioboro adalah
suasana malam hari jalan Malioboro yang lengang dan musisi jalanan yang
menemani wisatawan saat menyantap makanan mereka. Hal inilah yang membuat
kebanyakan wisatawan ingin kembali lagi ke lesehan Malioboro.
2Sumber :http://www.krjogja.com/web/news/read/281990/yogya_destinasi_wisata_kuliner, diakses
tanggal 7 Maret 2016, pukul 12.30 WIB.
11
Selain lesehan, di kawasan Malioboro juga terdapat angkringan, tempat
makan khas Jogja, yang menjajakan berbagai makanan baik nasi maupun camilan.
Angkringan juga memiliki menu khas yaitu kopi joss. Kopi joss ini merupakan
menu yang menjadi daya tarik para wisatawan untuk berkunjung ke angkringan.
1.6.3 Motivasi Wisatawan
Menurut Dann (1977) dalam Ross (1998:31) terdapat dua faktor yang
memotivasi seseorang untuk melakukan perjalanan, yaitu faktor pendorong dan
faktor penarik. Faktor pendorong adalah faktor yang membuat wisatawan ingin
bepergian. Sedangkan faktor penarik adalah faktor yang mempengaruhi kemana
wisatawan akan pergi setelah ada keinginan awal untuk bepergian. Oleh karena itu
faktor penarik harus didahului oleh kebutuhan untuk bepergian. Selain itu menurut
Dann setiap orang memiliki kebutuhan untuk pergi jauh dari lingkungan
rumahnya. Dengan bepergian setiap orang dapat menjadi wisatawan yang dapat
melakukan berbagai aktivitas diluar kesehariannya.
Setiap wisatawan memiliki motivasi yang berbeda-beda saat melakukan
perjalanan wisata, baik dari dalam diri sendiri atau yang disebut dengan motivasi
sosio-psikologi dan motivasi budaya atau penarik. Crompton (1979) dalam Ross
(1998:32) menemukan sembilan motivasi guna menjelaskan motivasi pariwisata,
yaitu sebagai berikut:
1. Pelarian diri dari lingkungan biasa dirasakan.
2. Pengenalan dan penilaian diri.
3. Mengendurkan saraf.
4. Martabat.
5. Regresi.
6. Pengembangan hubungan kekeluargaan.
7. Kemudahan interaksi sosial.
8. Kebaharuan.
12
9. Pendidikan.
Dari kesembilan motivasi diatas, kita dapat mengetahui macam-mcam
motivasi yang mempengaruhi wisatawan dalam bepergian ke suatu daerah.
Motivasi akan menimbulkan keinginan untuk bepergian. Saat dan/atau setelah
melakukan perjalanan wisata, wisatawan akan merasakan kepuasan atau kecewa
dari perjalanan tersebut. Barulah setalah itu muncul persepsi wisatawan terhadap
obyek wisata yang telah mereka kunjungi.
1.6.4 Kepuasan Wisatawan
Kepuasan merupakan hal yang dapat memberikan pengaruh besar bagi
kelangsungan hidup setiap industri pariwisata, termasuk wisata kuliner. Kotler
(1997:36) mendefinisikan kepuasan adalah perasaan yang muncul baik senang
maupun kecewa dari hasil membandingkan antara kesannya terhadap apa yang
diberikan produk/jasa tersebut dengan harapan-harapannya. Kedatangan
wisatawan ke suatu lokasi wisata kuliner untuk pertama kali dapat menentukan
kemungkinan kunjungan selanjutnya. Apabila kunjungan pertama memberikan
kepuasan bagi wisatawan, ada peluang besar wisatawan akan berkunjung kembali.
Sedangkan jika wisatawan merasa tidak puas, wisatawan akan berpikir dua kali
untuk berkunjung kembali ke obyek wisata.
Zithaml dan Bitner (2000:81) mengemukakan beberapa aspek yang dapat
dipakai untuk mengetahui tingkat kepuasan wisatawan terhadap produk makanan
ialah sebagai berikut:
1. Aspek variasi menu yaitu rasa dan penyajian.
2. Aspek kualitas yaitu penggunaan bahan, standar porsi, penampilan
penyajian.
13
3. Aspek penyajian yaitu peralatan, kecepatan menyelesaikan pesanan, dan
ketepatan.
4. Aspek pelayanan yaitu penampilan pelayan, keramahan, kecepatan, dan
ketepatan dalam melayani.
5. Aspek harga yaitu standar harga yang ditetapkan dan pilihan harga yang
disediakan.
6. Aspek atmosphere/penampilan/suasana yaitu tempat, keamanan,
kenyamanan, dekorasi, kebersihan, dan pengaturan meja-kursi.
Aspek-aspek inilah yang juga digunakan peneliti dalam proses penyusunan
pertanyaan wawancara yang diajukan kepada wisatawan domestik mengenai
persepsinya terhadap wisata kuliner malam hari di kawasan Malioboro.
1.6.5 Persepsi Wisatawan
Daya tarik utama wisata kuliner adalah produk makanan. Produk adalah
suatu yang meliputi obyek fisik, jasa, tempat, organisasi, gagasan maupun pribadi
yang mampu ditawarkan, diminta, dicari, dibeli, digunakanatau dikonsumsi pasar
sebagai pemenuhan kebutuhan dan keinginan sesuai dengan kemampuannya
(Kotler, 2000:46). Sedangkan kriteria standar suatu produk yang diharapkan oleh
konsumen meliputi keanekaragaman, mutu/kualitas, sifat, rancangan, merk,
kemasan, dan pelayanan.
Berdasarkan sifatnya produk kuliner dapat dibagi menjadi dua, yaitu
produk tangible dan intangible. Produk kuliner yang tangible termasuk makanan
dan minuman (rasa), penyajian, kebersihan, dan harga serta untuk produk kuliner
yang intangible ialah pelayanan dan suasana. Jika dalam penelitian kuliner
sebelumnya produk kuliner dibagi menjadi dua, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan analisis bauran pemasaran 4P yang sudah dimodifikasi untuk
mengetahui persepsi wisatawan domestik mengenai wisata kuliner malam hari di
14
kawasan Malioboro. Bauran pemasaran 4P yang sebenarnya ialah produk, harga,
tempat, dan promosi. Sedangkan yang sudah dimodifikasi oleh peneliti ialah
produk, harga, tempat, dan pelayanan. Sehingga dalam penelitian ini, keempat
komponen tersebut merupakan tolok ukur persepsi wisatawan mengenai wisata
kuliner malam hari di kawasan Malioboro.
Secara terminologi persepsi memiliki definisi, proses seseorang
mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya.3 Sedangkan menurut Walgito
(2004:40) persepsi adalah suatu proses pengorganisasian dan penginterpretasian
terhadap rangsang yang diterima oleh individu sehingga menjadi sesuatu yang
berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Dari kedua
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah interpretasi seseorang
terhadap suatu tempat atau suatu kejadian yang dialaminya. Guna mendapatkan
persepsi positif dari wisatawan, wisata kuliner malam hari di kawasan Malioboro
harus selalu meningkatkan kualitas menjadi lebih baik dari sebelumnya. Persepsi
positif akan muncul apabila obyek tersebut dapat memenuhi keinginan wisatawan.
Wisata kuliner malam hari di kawasan Malioboro sangatlah terkenal
dikalangan para wisatawan, hal inilah yang membuat lesehan dan angkringan
memiliki banyak pengunjung. Pengunjung berasal dari berbagai daerah,
pekerjaan, dan usia yang berbeda-beda. Adapun setelah mengunjungi dan
mencicipi makan di lesehan atau angkringan, para wisatawan memiliki persepsi
masing-masing terhadap produk dari lesehan dan angkringan di kawasan
Malioboro. Persepsi tersebut dapat berupa persepsi positif maupun negatif.
3 Sumber: http://kbbi.web.id/persepsi, diakses tanggal 5 Maret 2016, pukul 19.30 WIB.
15
Adanya berbagai persepsi inilah yang dapat menjadi instropeksi atau masukan
bagi wisata kuliner malam hari di Malioboro agar dapat melakukan upaya-upaya
perbaikan di masa mendatang.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun lokasi penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan berbagai data ialah loksi wisata kuliner malam hari di kawasan
Malioboro, meliputi lesehan yang terdapat di sepanjang Jalan Malioboro - Margo
Mulyo (dulu Jend. A. Yani) dan angkringan yang ada di Jalan Margo Utomo (dulu
Mangkubumi). Penelitian dilakukan selama kurang lebih 1 bulan, mulai dari 15
Maret 2016 sampai 15 April 2016.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Sumber: diolah dari http://yogyakarta.panduanwisata.id/headline/peta-turisme-di-
yogyakarta-2/, 2016
Lokasi penelitian yang diberi lingkaran kuning.
16
1.8 Sumber dan Metode Penelitian
1.8.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh dan alat-alat
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan datanya (Darmawan,
2013:159). Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti meliputi: observasi
(pengamatan) dan depth interview (wawancara mendalam). Berikut penjelasan
metode pengumpulan data yang digunakan peneliti:
1) Observasi
Metode observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan produk, harga, tempat, dan pelayanan dari wisata kuliner malam hari di
kawasan Malioboro. Dalam metode ini, peneliti menjadi salah satu bagian dari
wisatawan yang mencoba lesehan dan angkringan di kawasan Malioboro.
2) Wawancara Mendalam
Wawancara bertujuan untuk mendapatkan data primer yang terkait dengan
persepsi wisatawan terhadap produk, harga, tempat, dan pelayanan dari wisata
kuliner malam hari di kawasan Malioboro. Wawancara dilakukan dengan
sejumlah wisatawan domestik dari berbagai kota, usia dan jenis kelamin yang
berbeda-beda.
1.8.2 Teknik Pengumpulan Sampel
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yang berarti
pengambilan sampel secara sengaja dengan persyaratan sampel yang diperlukan.
Teknik ini memperbolehkan peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil
karena adanya pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan
17
syarat sampel yaitu 40 wisatawan domestik yang berasal dari luar kota Jogja yang
sedang dan atau telah makan di lesehan dan angkringan di kawasan Malioboro.
Selain itu syarat lainnya adalah sampel bukan mahasiswa asal luar kota Jogja yang
sedang belajar di Jogja.
1.8.3 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan atau memaparkan sesuatu hal, misalnya
keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain (Arikunto, 2010:3).
Sedangkan penelitian kualitatif ialah suatu metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan
secara purposive, teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi (Sugiyono, 2009:15).
Hasil observasi dan wawancara dengan wisatawan domestik, dalam
penelitian ini, akan diolah dan dianalisis secara deskriptif. Hasil data yang
diperoleh disusun sesuai kategori masing-masing, baik data hasil observasi
peneliti maupun data wawancara dengan wisatawan domestik. Seperti data
mengenai persepsi wisatawan terhadap produk, harga, tempat, dan pelayanan dari
wisata kuliner malam hari di Kawasan Malioboro.
Setelah melakukan kategorisasi pada data-data yang telah terkumpul,
peneliti melakukan interpretasi data sesuai dengan landasan teori yang digunakan
18
dalam penelitian ini. Kemudian, dari hasil interpretasi tersebut didapatkan sebuah
kesimpulan persepsi wisatawan domestik terhadap produk, harga, tempat, dan
pelayanan dari wisata kuliner malam hari di Kawasan Malioboro.
1.9 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri atas empat bab yang masing–
masing dijabarkan sebagai berikut:
Bab satu menguraikan alasan dan tujuan mengambil tema penelitian yang
terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, metode
pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
Bab dua menguraikan gambaran umum mengenai topik yang akan dibahas
dalam penelitian yaitu Kawasan Wisata Jalan Malioboro Yogyakarta.
Bab tiga menguraikan pembahasan dari hasil penelitian mengenai persepsi
wisatawan domestik terhadap lesehan dan angkringan sebagai wisata kuliner
malam hari di kawasan Malioboro Yogyakarta serta pengembangan kearah yang
lebih baik.
Bab empat adalah bab terakhir yang berisikan kesimpulan dari keseluruhan
penelitian yang telah dilakukan. Selain kesimpulan terdapat juga saran yang
diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan wisata
kuliner malam hari di kawasan Malioboro.