ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI PADA IBU HAMIL YANG
MENGALAMI NYERI PINGGANG DENGAN KOMPRES AIR HANGAT
DI PUSKESMAS NAGREG
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya pada
Program Studi D-III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bhakti
Kencana Bandung
Oleh :
ASSYIFA RIZKADIANI
CK.1.17.004
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2019
HALAMAN PERSETUJUAN
ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN,
NIFAS, BAYI BARU LAHIR, KB DI PUSKESMAS NAGREG
LAPORAN TUGAS AKHIR
Telah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Ujian Validasi LTA
Disusun Oleh:
Assyifa Rizkadiani
CK.117.004
Pada Maret 2020
Pembimbing I Pembimbing II
(Dewi Nurlaelasari., M.Keb) (Widia Ariani, S.ST.M.Kes)
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS,
BAYI BARU LAHIR, DAN KB DI PUSKESMAS NAGREG
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh :
Assyifa Rizkadiani
CK.117.004
Telah dipertahankan dan disetujui di hadapan Tim Validasi LTA Mahasiswa D III Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan UBK
Pada Maret 2020
Pembimbing I
Nama : Dewi Nurlaelasari. M.Keb
NIK : 02008040143 ……………..
Pembimbing II
Nama : Widia Ariani, S.ST.,MM.Kes
NIK : 0425067706 ………………
Penguji I
Nama : Yanyan Mulyani, M.Keb
NIK : 0418018101 ………………
Penguji II
Nama : Meda Yuliani.,SST.,M.Kes
NIK : 0427078701 ……………...
Bandung, Maret 2020
Ketua Program Studi D-III Kebidanan FIKes UBK
(Dewi Nurlaela Sari, M.Keb)
NIK. 02008040143
iv
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT dan shalawat
serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Demikian pula
semoga rahmat dan karunia-Nya dicurahkan kepada semua hamba-hamba-Nya.
Atas berkat rahmat-Nya Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan proposal tugas
akhir yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI PADA IBU
HAMIL, BERSALIN, NIFAS, DAN BAYI BARU LAHIR DI PUSKESMAS
NAGREG 2020”.
Tugas akhir ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu
persyaratan menyelesaikan tugas program studi D III Kebidanan Universitas Bhakti
Kencana Bandung penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari
berbagai pihak, laporan tugas akhir ini tidak dapat diselesaikan dengan baik.
Tentunya dalam penulisan laporan ini penulis mendapat banyak dorongan
dan bantuan dari berbagai pihak, jika bukan dari semua pihak yang akan penulis
sebutkan, penulis tidak akan bisa menyelesaikan laporan ini dengan baik. Maka dari
itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang selalu memberikan kekuatan dan rahmat-Nya.
2. H. Mulyana, SH., M.Pd.,MH.Kes, selaku ketua Yayasan Adhiguna Kencana.
3. Dr. Entris Sutrisno, Apt., MH.Kes, selaku rektor Universitas Bhakti
Kencana.
4. Dr. Ratna Dian Kurniawati.,MH.Kes, selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan.
5. Dewi Nurlaela Sari, M.Keb, selaku ketua program studi Kebidanan Universitas
Bhakti Kencana sekaligus pembimbing akademik dalam menyusun laporan
tugas akhir yang telah sabar dalam meluangkan waktunya dalam setiap
bimbingan.
6. Widia Ariani, S.ST.,M.M,Kes, selaku pembimbing akademik dalam menyusun
laporan tugas akhir yang telah sabar dalam meluangkan waktunya dalam setiap
bimbingan.
7. Dosen-dosen dan staf pendidikan Universitas Bhakti Kencana program studi
DIII Kebidanan.
v
8. Orang tua tercinta yang tidak hanya member dukungan moril dan materi,
namun juga do’a yang tiada henti.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis tulisan satu persatu.
Akhir kata, saya berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua. Penulis menyadari proposal ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu saya mengharapkan segala kritik dan saran guna
penyempurnaan penulisan ini.
Bandung, Maret 2020
Penulis
ii
ABSTRAK
Nyeri pinggang merupakan salah satu ketidaknyamanan pada ibu hamil
khususnya trimester 3 dengan presentase yang cukup tinggi yaitu sekitar 60-80%.
Nyeri pinggang yang tidak diatasi dengan baik akan menimbulkan risiko yang
lebih besar seperti: mengakibatkan nyeri pinggang dalam jangka panjang,
meningkatkan kecenderungan nyeri pinggang postpartum dan nyeri pinggang
kronis yang akan lebih sulit untuk diobati. Berdasarkan latar belakang tersebut
adapun tujuan dari penelitian kompres air hangat ini yaitu untuk dapat
memberikan asuhan kebidanan kepada ibu hamil dengan ketidaknyamanan nyeri
pinggang pada trimester III, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir. Metode
penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan case study
(Studi kasus), sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ibu hamil
trimester III dengan nyeri pinggang sebanyak 2 orang dengan teknik pengambilan
sampel secara purposive sampling. Pengukuran skala nyeri menggunakan metode
VRS (Verbal Rating Scale). Kompres air hangat pada responden dilakukan selama
lima hari sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari selama 15-20 menit.
Hasil dari penelitian ini responden mengalami penurunan nyeri dari skala
moderate pain (nyeri sedang) menjadi mild pain (Nyeri ringan). Simpulan dari
penelitian ini didapatkan bahwa kompres air hangat efektif dapat mengurangi
nyeri pinggang pada ibu hamil, oleh karena itu intervensi ini diharapkan dapat
dijadikan salah satu acuan atau protap dalam melakukan asuhan kebidanan pada
ibu hamil dengan nyeri pinggang.
Kata kunci : Kehamilan, Kompres hangat, Nyeri pinggang
Sumber : 6 buku dari tahun 2010-2016
2 Jurnal dari tahun 2013-2017
iii
ABSTRACT
Low back pain is one of the discomforts in pregnant women especially in
the third trimester with a fairly high percentage of around 60-80%. Lumbago pain
that is not treated properly will pose a greater risk such as: resulting in long-term
low back pain, increasing the tendency of postpartum low back pain and chronic
low back pain that will be more difficult to treat. Based on this background, the
purpose of this warm water compress research is to be able to provide obstetric
care to pregnant women with discomfort of low back pain in trimester III,
childbirth, childbirth, and newborns. This research method uses a descriptive
method with a case study approach (case study), the sample used in this study is
third trimester pregnant women with low back pain of 2 people with a purposive
sampling technique. Pain scale measurement using the VRS (Verbal Rating Scale)
method. Compress warm water to the respondent for five days twice a day, in the
morning and evening for 15-20 minutes. The results of this study respondents
experienced a decrease in pain from moderate pain scale (moderate pain) to mild
pain (mild pain). The conclusion from this study found that compresses of warm
water can effectively reduce low back pain in pregnant women, therefore this
intervention is expected to be one of the references or procedures in conducting
midwifery care for pregnant women with low back pain.
Keywords: Pregnancy, Warm compresses, Low back pain
Source: 6 books from 2010-2016
2 Journal from 2013-2017
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….……i
ABSTRAK………………………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………..v
BAB 1...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
A.TujuanUmum……………………………………………………………...4
B. Tujuan Khusus............................................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian..................................................................................... 6
BAB II .................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 7
A. KONSEP DASAR TEORI ........................................................................ 7
vi
2.1 KEHAMILAN ..................................................................................... …..7
2.1.1 Pengertian Kehamilan…………………………………………………7
2.1.2 Ketidaknyamanan pada Kehamilan Trimester III……………….....7
2.1.3 Perubahan Fisiologis pada Kehamilan Trimester III……………....12
2.1.4 Tanda Bahaya pada kehamilan Trimester III……………………...14
2.1.4 Perubahan Psikologis Ibu Hamil Trimester III……………………..15
2.1.4 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil Trimester III…………………………16
2.1.6 Asuhan Pada Ibu Hamil……………………………………………....19
2.1.7 Konsep Dasar Sakit Pinggang pada Ibu Hamil Trimester III……..21
2.1.8 Cara Menangani Sakit Pinggang pada Ibu Hamil Trimester III.....22
2.2 PERSALINAN ......................................................................................... 23
2.2.1 Pengertian……......................................................................................23
2.2.2 Tanda Persalinan………………………………………………….….24
2.2.3 Faktor Penting dalam Persalinan………………….…………….…..24
2.2.4 Tahapan Persalinan………………………………………………......26
2.2.5 Partograf……………………………………………………………....27
2.3 NIFAS ............................................................................................... …….31
2.3.1 Pengertian……………………………………………………………..31
vi
2.3.2 Tujuan…………………………………………………………………31
2.3.3 Perubahan Fisiologis Masa Nifas……………………………………32
2.3.4 Tahapan Masa Nifas……………………………………………….…35
2.3.5 Kebijakan Program Pemerintah dalam Asuhan Masa Nifas……...35
2.4 BAYI BARU LAHIR .............................................................................. 37
2.4.1 Pengertian..............................................................................................37
2.4.2 Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal…………………………………..37
2.4.3 Penangan Bayi Baru Lahir…………………………………………..38
2.4.4 Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir……………………………….42
2.5 Keluarga Berencana ................................................................................ 42
2.5.1 Pengertian…………..............................................................................42
2.5.2 Tujuan KB.............................................................................................43
2.5.3 Macam-Macam Alat Kontrasepsi.......................................................43
B. Kerangka Teori ....................................................................................... 45
C. Kerangka konsep ..................................................................................... 46
BAB III ................................................................................................................. 47
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 47
3.1 Jenis dan rancangan penelitian .............................................................. 47
vi
3.2 Tempat dan waktu penelitian ................................................................. 47
A. Tempat studi kasus...................................................................................47
B. Waktu penelitian.......................................................................................47
3.3 Subjek penelitian ..................................................................................... 47
3.4 Jenis Data ................................................................................................. 48
A. Data primer...............................................................................................48
B. Data Sekunder...........................................................................................48
3.5. Teknik Pengambilan Data ...................................................................... 48
3.6. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................... 49
3.7 Analisis data ............................................................................................. 51
3.8 Alat dan bahan penelitian ....................................................................... 51
3.9 Jadwal Pelaksanaan ................................................................................ 51
3.9.1 Tahapan persiapan penelitian.............................................................51
3.9.2 Tahapan pelaksanaan penelitian...................................................... 52
3.9.3 Tahapan Akhir …………………………………………………….....52
3.10 Etika Penelitian ....................................................................................... 52
vi
BAB IV……………………………………………………….…………………58
TINJAUAN KASUS………………………..…………….……………………58
4.1 Asuhan Kehamilan……………………………………………….…….58
4.2 Asuhan Persalinan……………………………………………………...76
4.3 Asuhan Nifas………………………………………………………...….90
4.4 Asuhan Pada Bayi Baru Lahir……………………………………….105
BAB V………………………………………………………………………….163
PEMBAHASAN……………………………………………...…….………….163
5.1 Kehamilan……………………………………………………,,…………163
5.2 Persalinan………………………………………………………...……...167
5.3 Nifas……………………………………………………………...………169
5.4 Bayi Baru Lahir…………………………………………………………172
BAB VI……………………………………………………………………….176
SIMPULAN DAN SARAN………………………………………………….176
6.1 Simpulan…………………………………………………………………176
6.2 Saran……………………………………………………………...……...177
vi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kesehatan merupakan suatu hal pendukung yang penting dalam
perkembangan dan pembangunan suatu negara pada aspek sosial,ekonomi dan
budaya. Kesehatan sangat penting untuk meningkatkan sumber daya manusia
(SDM). Dalam undang-undang tentang kesehatan nomor 23 tahun 1992
dijelaskan bahwa kesehatan adalah sebagai unsur kesejahteraan umum yang
harus diwujudkan sebagaimana dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagai
pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan pancasila dan
undang-undang dasar 1945. (UU Tentang Kesehatan, !992)
Tingkat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
lingkungan, ekonimi, sarana, dan perilaku orang itu sendiri, Menurut laporan
The Legatum prosperity index 2017 Indonesia termasuk salah satu negara
berkembang yang menduduki peringkat ke- 101 dari 149 negara yang
kesehatannya tergolong kurang baik, Hal tersebut bisa disebabkan oleh faktor
ekonomi dan kurangnya kelayakan fasilitas yang memadai. salah satu indikator
derajat kesehatan dapat dilihat dari angka kematian ibu dan bayi.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi maka dilakukan
pemeriksaan ANC yang merupakan strategi untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan ibu sebelum melahirkan yang diharapkan ibu melahirkan bayi yang
2
sehat dan berkualitas. Dalam melakukan pemeriksaan ANC terpadu tenaga
kesehatan harus memberikan pelayanan yang berstandar 10 T. Pelayanan ANC
dilakukan sejak terjadinya konsepsi hingga menjelang persalinan,yang wajib
dilakukan di tempat pelayanan antenatal terpadu agar proses kehamilan yang
dijalani oleh ibu berjalan dengan lancar dan tidak terjadi hal-hal yang mengarah
menuju patologis. (Keks, 2017)
Pada kehamilan rasa ketidaknyamanan akan muncul dari mulai awal
kehamilan hingga bersalin, ketidaknyamanan tersebut merupakan hal yang
fisiologis tetapi dapat juga mengarah pada hal yang patologis. Beberapa hal yang
dapat mempengaruhinya ialah riwayat kehamilannya, riwayat persalinannya,
atau pun kehamilan dan keadaan persalinan yang sedang dilalui pada saat ini
seperti munculnya ketidaknyamanan yang dialami yaitu seperti mual muntah,
sesak napas, sakit punggung, gangguan pencernaan, dll. Keluhan yang sering
muncul pada trimester III biasanya ialah pegal-pegal yang disebabkan oleh
kekurangan kalsium atau ketegangan otot. (hutahaen, 2013)
Nyeri pinggang adalah suatu ketidaknyamanan yang sering dikeluhkan
ibu hamil pada trimester III. Menurut penelitian Ayanniyi, et aL pada tahun 2006
prevalensi nyeri pinggang pada kehamilan trimester I = 16,7 %, trimester II =
31,3 % dan trimester III = 53 %. Sekitar 50-72% dari wanita mengalami nyeri
pinggang saat mereka hamil, nyeri ini akan meningkat seiring bertambahnya usia
kehamilannya (Pain, 2011). Nyeri pinggang pada ibu hamil trimester III
disebabkan oleh pembesaran uterus sehingga terjadi perubahan postur tubuh
yang mengakibatkan perubahan pusat gravitasi berpindah kedepan.
3
Hasil penelitian yang telah dilakukan di berbagai daerah di indonesia
sekitar 60-80% ibu hamil mengalami nyeri pinggang. Beberapa hasil penelitian
juga menyebutkan dampak nyeri pinggang yang sangat mengganggu terhadap
aktivitas ibu. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Muhifatul Khafidhoh
(2016) yang dilakukan di puskesmas ciputat, didapatkan 15 ibu hamil 12
diantaranya mengeluh sakit pinggang, terdapat 6 orang yang mengatakan bahwa
ia harus mengurangi aktivitasnya untuk menghindari lelah yang berlebihan, 3
diantaranya tidak mempedulikan rasa sakit tersebut, dan 3 lainnya berusaha tetap
melakukan aktivitas sehari-harinya meski merasa tidak nyaman.
Nyeri pinggang pada dasarnya bersifat fiologis namun bisa berubah
menjadi patologis apabila tidak diatasi dengan tepat. Nyeri pinggang yang tidak
diatasi dengan tepat akan menimbulkan risiko yang lebih besar seperti :
mengakibatkan nyeri pinggang dalam jangka panjang, meningkatkan
kecenderungan nyeri pinggang postpartum dan nyeri pinggang kronis yang akan
lebih sulit untuk diobati (Fraser, 2009). Yang akhinya jika ibu mengalami
kondisi seperti ini , sebaiknya ibu dirujuk pada seorang ahli fisioterapi kesehatan.
Hal tersebut diakibatkan oleh meningkatnya beban berat janin sehingga
membuat tubuh terdorong kedepan dan untuk mengimbanginya ibu biasanya
cenderung menegakan bahu sehingga memberatkan pinggang. Nyeri pinggang
adalah suatu ketidaknyamanan yang terjadi pada daerah dibawah costa dan
diatas bagian inferior gluteal. (Wahyuni & Prabowo, 2012)
Upaya untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan atau sakit pada bagian
pinggang ialah dengan menggunakan terapi farmakologi dan non farmakologi,
4
untuk terapi farmakologi ibu bisa diberikan tablet kalsium sebanyak 500mg.
sedangkan untuk mengatasi nyeri punggung dengan cara non farmakologi bisa
menggunakan terapi air hangat, terapi meminum air jahe, senam hamil, dan
memberikan relaksasi. Salah satu paling efektif ialah dengan cara mengompres
air hangat pada bagian pinggang yang terasa nyeri. Kompres air hangat
merupakan salah satu upaya non farmakologi untuk meringankan rasa nyeri pada
pinggang karna kompres air hangat dapat melunakan jaringan fibrosa, membuat
tubuh lebih rileks dan dapat melancarkan aliran darah. Kompres air hangat juga
sangat efektif dilakukan karna tidak memerlukan biaya yang banyak, tidak ada
efek samping terhadap bayi yang di dalam kandungan dan bahannya pun mudah
sekali untuk didapatkan. Kompres air hangat dapat dilakukan pada saat ibu
merasakn nyeri atau pada pagi dan malam hari selama 15-20 menit dengan
bantuan keluarga untuk mengompresnya.
Pada asuhan ini peran tenaga kesehatan dalam memberikan penyuluhan
mengenai pegetahuan nyeri pinggang pun sangat diperlukan untuk mengurangi
tingginya angka ketidaknyamanan yang di keluhkan oleh ibu hamil, karena bisa
saja salah satu faktor yang menyebabkan ibu mengalami nyeri pada pinggang
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu mengenai nyeri pinggang.
Berdasarkan studi pendahuluan dari sekian banyak ibu hamil yang
melakukan ANC di puskesmas nagreg sejak bulan november hingga januari
sebesar 300 ibu hamil dan didapatkan data keluhan ketidaknyamanan seperti
gatal-gatal sebesar sebesar 8%, nyeri pinggang 19,3%, sulit tidur 8%, sesak 8%,
5
hidung berdarah 7%, nyeri ulu hati 7,3%,oedema pada kaki 8,3%, keputihan
8,6%, kesemutan atau kebas pada tangan 6,6% dan sering BAK 9%.
Berdasarkan latar belakang yang ada di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul ‘’Asuhan Kebidanan terintegrasi pada Ibu
Hamil, Bersalin, Nifas, Bayi baru lahir, dan KB di Puskesmas Nagreg”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah
pada penelitian “Bagaimana asuhan Kebidanan Terintegritas pada Ibu Hamil,
Bersalin, Nifas, BBL, dan KB di Puskesmas Nagreg”
1.3 Tujuan Penelitian
A. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan komprehensif kepada ibu
hamil,bersalin,nifas,neonates dan KB dengan cara pendekatan menajemen
kebidanan.
B. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengumpulan data subjektif pada asuhan kebidanan ibu
hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan KB.
2) Melakukan pengumpulan data objektif pada asuhan kebidanan ibu
hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan KB.
3) Melakukan analisa data pada asuhan kebidanan ibu hamil, bersalin,
nifas, neonatus, dan KB.
6
4) Melakukan perencanaa dan asuhan kebidanan secara berkelanjutan dan
berkesinambungan terhadap ibu hamil sampai bersalin, nifas, BBL, dan
KB, beserta asuhan komprehensif (penyuluhan,dukungan,kolaborasi,
follow up dan rujukan).
5) Menyampaikan kesenjangan teori dan praktik pada asuhan kebidanan
ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan KB.
1.4. Manfaat Penelitian
A. Manfat Teoritis
Dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai
ketidaknyamanan fisiologis yang terjadi di trimester III.
B. Manfaat Praktis
a. Bagi tempat penelitian
Diharapkan dari hasil penelitian dapat dijadikan bahan masukan
dalam meningkatkan pelayanan antenatal di Puskesmas Nagreg.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan pertimbangan bagi mahasiswa dan pihak yang
berkepentingan melakukan penelitian lebih lanjut. Sehingga
penelitian yang akan datang lebih baik lagi dan melengkapi
bacaan atau kepustakaan.
7
c. Bagi Peneliti
Sebagai media pembelajaran untuk mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang didapat di bangku perkuliahan serta sebagai
pembelajaran bagi peneliti dalam melakukan penelitian secara
sistematis
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR TEORI
2.1 KEHAMILAN
2.1.1 Pengertian
Kehamilan adalah fertilisasi (penyatuan) spermatozoa dengan ovum
dan dilanjutkan deng an nidasi (masuknya atau tertanamnya hasil
konsepsi), kehamilan normal berlangsung selama 40 minggu atau 10
bulan atau 9 bulan,(SarwonoPrawirohardjo, 2016)
Proses kehamilan dimulai dengan terjadinya konsepsi (bersatunya
sel telur dengan sperma). Proses kehamilan terjadi selama 40 minggu
dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir. Usia kehamilan sendiri
yaitu 38 minggu tetapi karena dihitung mulai saat terjadinya konsepsi
yang terjadi 2 minggu setelahnya.(Bayu Irianti, 2013)
Kehamilan diartikan sebagai fertilisasi atau penyatuan sperma pria
dan sel telur wanita lalu dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 280 hari (40 minggu
atau 9 bulan lebih 7 hari).(Bayu Irianti, 2013)
2.1.2 Ketidaknyamanan pada Kehamilan Trimester III
Trimester III sering disebut periode menunggu, penantian dan
waspada. Sebab pada masa inilah ibu menunggu kelahiran bayinya.
9
Dalam periode ini sebagian ibu hamil pasti merasakan cemas dan
ketidaknyamanan, beberapa hal ketidaknyamanan yang terjadi yaitu:
a. Sering berkemih
Sering berkemih dikeluhkan oleh sebanyak 60%ibu
hamil akibat dari meningkatnya laju filtrasi glomerulus. (Sandhu, dkk.,
2009) sering berkemih diakibatkan oleh tertekannya kandung kemih
pleh uterus yang semakin membesarmenyebabkan kapasitas kandung
kemih berkurang dan frekuensi berkemih meningkat. Hal ini
merupakan sesuatu yang wajar dialami oleh ibu hamil oleh karena itu
sarankan ibu untuk mengurangi asupan cairan 2 jam sebelum tidur agar
istirahat tidak terganggu.
b. Varises dan Wasir
Varises ialah pelebaran pembulu darah vena sehingga katup
vena melemah dan menyebabkan hambatan pada aliran pembulu darah
balik dan biasa terjadi pada pembuluh balik supervisial. Varises biasa
terjadi pada kaki namun kadang muncul juga pada anus yang sering
disebut hemoroid. Hal ini terjadi akibat meningkatnya kadar hormone
progesteron yang membuat dinding darah melebar. Resiko terkena
varises lebih tinggi pada ibu hamil yang ,engalami kenaikan BB
berlebih, usia kehamilan yang semakin tua dan sering berdiri. Untuk
mengatasi hal tersebut jaga berat badan saat hamil, batasi asupan
garam untuk meminimalisir pembengkakan pada pembulu darah vena.
10
c. Sesak Nafas
Peningkatan ventilasi menit yang menyertai kehamilan sering
dianggap sebagai sesak nafas. Sesak nafas salah satu keluhan yang
sering dialami ibu hamil pada trimester III. Sesak nafas yang terjadi
pada saat istirahat atau aktivitas yang ringan sering disebut sesak nafas
yang normal. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usaha bernafas
ibu hamil, meningkatnya beban pernafasan diakibatkan oleh Rahim
yang membesar sehingga menyebabkan peningkatan beban
pernafasan.
Keluhan sesak nafas juga bisa terjadi karena adanya perubahan
pada volume paru yang terjadi akibat perubahan anatomi toraks selama
kehamilan. Dengan semakin bertambahnya usia kehamilan,
pembesaran uterus semakin mempengaruhi keadaan diafragma,
dimana diafragma terdorong keatas sekitar 4cm disertai pergeseran
keatas tulang iga.
Penangan sesak nafas pada usia kehamilan trimester III yaitu
minta ibu untuk mengurangi aktivitas fisik yang berat dan berlebih,
disamping itu ibu juga perlu memperhatikan posisi duduk dan
berbaring, sarankan ibu untuk duduk dengan posisi tegak dan hindari
posisi tidur telentang.
11
d. Bengkak Kaki
Bengkak atau oedema adalah penumpukan atau retensi cairan
pada daerah luar sel akibat dari berpindahnya cairan intraseluler ke
ekstraseluler. Oedema pada kaki biasanya dikeluhkan pada usia
kehamilan diatas 34 minggu hal ini dikerenakan tekanan uterus yang
semakin meningkat dan mempengarusi sirkulasi cairan. Dengan
bertambahnuya tekanan uterus dan tarikan gravitasi menyebabkan
retensi cairan semakin besar.
Asuhan kebidanan yang dilakukan ialah bisa untuk
menganjurkan ibu mengatur sikap tubuhnya, hindari posisi duduk
menggantung karena akan mengakibatkan tekanan akibat gaya
gravitasi yang akan menimbulkan bengkak. Pada saat tidur posisikan
kaki agar lebih tinggi sehingga cairan yang menumpuk di ekstraseluler
dapat beralih pada intraseluler akibat dari perlawanan gaya grafitasi.
1. Hindari berdiri lama
2. Olahraga ringan untuk memfasilitasi peningkatan sirkulasi
3. Mandi air hangat untuk merilekskan
4. Beri ibu kalsium dan vit B, kalsium untuk menghindari kram
sedangkan vit B untuk menstabilkan system saraf perifer.
e. Gangguan tidur
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh national sleep
foundation, lebih dari 75% wanita hamil mengalami tidak teraturnya
tidur atau sulit tidur. Hal ini disebabkan oleh nokturia (sering berkemih
12
dimalam hari) yang mengakibatkan terganggunya tidur ibu karena
terbangun di malam hari untuk berkemih.
Wanita hamil yang mengalami insomnia disebabkan akibat
ketidaknyamanan uterus yang semakin membesar, pergerakanan janin
terutama jika janin aktif. Untuk mengatasinya saran ibu untuk mandi
air hangat dan minum susu atau air hangat sebelum tidur.
f. Nyeri perut bawah
Nyeri perut bawah bersifat fisiologis tetapi dapat juga
mengarah menjadi patologis atau bahaya pada kehamilan. Secara
normal hal ini terjadi karena muntah yang berlebihan dan konstipasi .
nyeri ligamentum, torsi uterus yang parah dan adanya kontraksi
Braxton hicks juga mempengaruhi mempengaruhi keluhan ibu.
Torsi uterus yang parah biasanya dapat diatasi dengan tirah
baring, mrngubah posisi ibu agar uterus yang mengalami torsi dapat
kembali ke keadaannya semula tanpa harus diberikan manipulasi.
g. Braxton Hicks
Pada trimester akhir, kontraksi dapat sering terjadi setiap 10-
20 menit dan kadang berirama.(Bayu Irianti, 2013)
i. Nyeri Pinggang
Nyeri pinggang pada ibu hamil merupakan salah satu
ketidaknyamanan yang sering terjadi pada trimester III, nyeri yang
terjadi biasanya di daerah lumbosacral. Nyeri akan semakin terasa
ketika bertambahnya usia kehamilan.hal ini diakibatkan oleh besar
13
uterus yang semakin membesar, jika ibu tidak memperhatikan postus
tubuhnya maka ibu akan berjalan dengan ayunan tubuh kebelakang
akibat peningkatan lordosis yang akan mengakibatkan peregangan otot
pada punggung sehingga akan mengakibatkan nyeri pada pinggang.
Untuk mengatasi ketidaknyamanan tersebut ialah:
1. Sarankan ibu untuk mengatur postur tubuh yang baik
2. Hindari mengangkat beban yang berat
3. Hindari menggunakan sepatu dengan hak tinggi.
4. Kompres air hangat atau mandi air hangat
5. Lakukan senam ibu hamil
2.1.3 Perubahan Fisiologis pada Kehamilan Trimester III
a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Ukuran uterus akan semakin membesar sesuai dengan masa
kehamilan, tinggi fundus uterus pada masa kehamilan biasanya 30
cm dan pada usia kehamilan 40 minggu turun kembali 3 menjadi
dibawah prosesus xyfoideus. (Rukiyah, 2012)
2) Ovarim
Pada kehamilan yang sudah memasuki usia Trimester III plasenta
sudah terbentuk sempurna sehingga korpus luteum tidak berfungsi
lagi.(Romauli, 2011)
14
3) Vulva Vagina
Menuju persiapan persalinan biasanya dinding vagina mengalami
penebalan mukosa karena pada proses persalinan akan terjadi
peregangan. (Romauli, 2011)
4) Serviks
kolagen pada serviks mengalami penurunan konsentrasi yang
signifikan saat kehamilan menuju aterm. (Romauli, 2011)
b. Payudara
Ukuran payudara semakin besar akibat pertumbuhan kelenjar
mammae, dan sudah mulai keluarnya kolostrum.
c. Sistem kardiovaskuler
Jumlah leukosit meningkat pada trimester III hingga nifas yaitu 14000
sampai 16000, sedangkan pada awal kehamilan berkisaran 5000-
12000.
d. Pencernaan
Karena meningkatnya hormon progesteron mengakibatkan konstipasi.
e. Sistem Perkemihan
Saat kepala janin mengalami penurunan kandung kemih akan tertekan
dan akan menimbulkan rasa ingin BAK terus menerus.
f. Sistem Respirasi
sesak yang dirasakan ibu terjadi akibat adanya penekanan oleh uterus
yang semakin membesar.
15
g. Perubahan Metabolisme
Metabolisme basal (basal metabolic/BMR) mulai meningkat pada usia
kehamilan 4 bulan, da pada trimester III meningkat 15-20%.(Romauli,
2011)
2.1.4 Tanda Bahaya pada kehamilan Trimester III
Tanda Bahaya Kehamilan pada Trimester III (29 – 42 minggu)
1) Perdarahan Pervaginam
Dilihat dari hasil survey demografi kesehatan indonesia (SDKI)
tahun 2007 penyebab kematian ibu dikarenakan perdarahan terjadi
senyak 28%. Pada akhir kehamilan perdarahan yang tidak normal
adalah berwana merah segar, banyak dan kadang keluar dengan
sendirinya lalu tidak disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan seperti ini
biasanya plasenta previa, Plasenta previa yaitu keadaan dimana
plasenta menempel pada tempat yang abnormal seperti segmen bawah
rahim yang menyebabkan menutupi sebagian bahkan hingga seluruh
ostium uteri interna. Hal lain yang mungkin terjadi ialah solusio
plasenta dimana plasenta yang letaknya sudah normal terlepas dari
tempatnya sebelum persalinan berlangsung, biasanya terjadi pada
kehamilan >28 minggu.
16
2) Sakit Kepala Yang Hebat
Sakit kepala selama kehamilan bersifat umum, seringkali
merupakan suatu ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.
Dikatakan sakit kepala yang serius adalah jika sakit kepala yang hebat
dan tidak hilang meskipus sudah istirahat. Kadang-kadang dengan
sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menjadi mengalami
penglihatan yang kabur. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan
adalah salah satu gejala dari pre-eklampsia (Pusdiknakes, 2003).
3) Penglihatan Kabur
Penglihatan tiba-tiba menjadi kabur atau berbayang salah
satunya dapat disebabkan oleh sakit kepala yang hebat, Penglihatan
yang kabur disertai dengan pusing adalah tanda-tanda terjadinya pre-
eklamsia.
4) Bengkak di muka atau tangan
Hampir sebagian besar ibu hamil akan mengalami bengkak
yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari atau
setelah ibu banyak berjalan dan berdiri lalu biasanya akan hilang setelah
beristirahat atau meletakkan kakinya lebih tinggi. Bengkak yang
muncul pada muka dan tangan lalu tidak hilang sesudah beristirahat
harus segera dicurigai karna bisa saja bengkak yang tidak hilang setelah
beristirahan dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain hal ini bisa saja
merupakan pertanda terjadinya pre-eklampsia.
17
5) Janin Kurang Bergerak Seperti Biasa
Jika terjadi gerakan janin tidak terasa atau kurang dari 3 kali
dalam 1 jam ibu harus segera memeriksakannya kepada tenaga
kesehatan yang berwenang. Biasanya ibu mulai merasakan gerakan
bayi pada usia kehamilan 5 atau 6 bulan. Jika ibu merasakan bayi tidak
bergerak seperti biasa disebut IUFD (Intra Uterine Fetal Death). IUFD
adalah kondisi bayi yang tidak bernyawa atau tidak adanya tanda-
tanda kehidupan janin didalam kandungan, dikatakan IUFD jika hal
tersebut terjadi saat usia kehamilan >20 minggu
6) Pengeluaran Cairan Pervaginam (Ketuban Pecah Dini)
Yang dimaksud cairan di sini adalah cairan yang berwarna
jernih dan berbau amis atau biasa disebut air ketuban. Ketuban yang
pecah pada saat usia kehamilan aterm dan disertai oleh munculnya
tanda-tanda persalinan adalah hal yang normal tetapi jika pecahnya
ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam
tetapi belum muncul tanda-tanda persalinan disebut ketuban pecah
dini. Ketuban pecah dini menyebabkan memudahkan terjadinya
infeksi. Jika setelah ^jam ketuban peacah dan belum ada tanda-tanda
bayi akan segera keluar akan mengakibatkan makin besar
kemungkinan kejadian kesakitan dan kematian ibu atau janin dalam
rahim. (Ummi Hani, 2011)
18
7) Kejang
Menurut SDKI tahun 2007 penyebab kematian ibu karena
eklampsi adalah sekitar 24%. Biasanya kejang diawali oleh makin
memburuknya keadaan dan terjadinya gejala seperti sakit kepala,
mual, nyeri ulu hati hingga muntah. Bila semakin berat, penglihatan
akan semakin kabur, kesadaran mulai menurun dan kemudian kejang.
Kejang dalam kehamilan dapat diduga sebagai gejala dari
eklampsia.(Bayu Irianti, 2013)
2.1.4 Perubahan Psikologis Ibu Hamil Trimester III
Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu dan waspada
sebab pada saat itu ibu merasa khawatir dan tidak sabar menunggu
kelahiran bayinya. Seorang ibu mungkin merasakan takut akan rasa sakit
dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu persalinan. Selain itu ibu
mulai merasa sedih karena akan kehilangan perhatian khusus yang
diterima selama hamil.
2.1.5 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil Trimester III
1) Kecukupan gizi ibu hamil di ukur berdasarkan kenaikan berat badan ibu.
Kalori ibu hamil meningkat 300 lebih banyak dari sebelumnya. Kenaikan
berat badan juga bertambah pada trimester ini sekitar 0,3-0,5 kg/minggu.
2) Konseling mengenai tanda-tanda persalinan.
Beberapa tanda-tanda persalinan yang harus diketahui :
a. Rasa sakit yang disebabkan oleh his kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah (show)
19
c. Pecahnya ketuban dengan sendirinya
d. Saat dilakukan pemeriksaan dalam serviks sudah datar dan telah
membuka.
3) Mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan darurat
a. Bekerjasama dengan dengan keluarga mengenai persiapan rencana
kelahiran.
b. Bekerjasama dengan keluarganya dan masyarakat untuk
mempersiapkan jika terjadi kegawatdaruratan atau komplikasi.
c. Mengidentifikasi kemana harus pergi dan transportasi
d. Mempersiapkan donor darah
e. Mengadakan persiapan biaya
f. Mengidentifikasi pembuat keputusan kedua jika pembuat keputusan
pertama tidak ada ditempat.(eprints.umpo, 2016)
2.1.6 Asuhan Pada Ibu Hamil
Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan dan dokter
semenjak ia hamil untuk meningkatkan kesehatannya. Pelayanan ANC
adalah pelayanan yang bersifat preventif yang bertujuan memantau
kesehatan ibu dan mencegah terjadinya komplikasi bagi ibu dan janin.
(bartini, 2012)
Pelayanan Ante Natal Care (ANC) yaitu berupa pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas kesehatan seperti
puskesmas,rumah sakit,dll kepada ibu selama masa kehamilannya, yang
20
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang telah
ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan (Kemenkes, 2010).
Idealnya penjadwalan ulang bagi wanita yang mengalami
perkembangan normal selama kehamilan adalah hingga usia kehamilan 28
minggu kunjungan dilakukan setiap 4 minggu, antara minggu ke 28-36
setiap 2 minggu, antara minggu ke 36 persalinan dilakukan setiap 1 minggu.
Bila ibu hamil mengalami masalah, tanda bahaya atau jika merasa khawatir,
dapat sewaktu-waktu melakukan kunjungan. (Romauli, 2015)
Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus memenuhi 10 T
jenis pelayanan sebagai berikut :
1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
Penimbangan berat badan mulai trimester III bertujuan untuk
mengetahui kenaikan berat badan setiap minggu, yaitu tergolong normal
adalah 0,4-0,5 kg tiap minggu.
2) Pengukuran tekanan darah
Selama pemeriksaan kehamilan, pengukuran tekanan darah atau
tensi selalu dilakukan dengan rutin. Tekanan darah yang normal berada
di angka 110/80 – 140/90 mmHg. Bila lebih dari 140/90 mmHg,
gangguan kehamilan seperti pre-eklampsia dan eklampsia bisa
mengancam kehamilan
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)
21
5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus
sesuai status imunisasi
Imunisasi Interval Lama
Perlindungan
%
Perlindungan
TT1 Pada kunjungan
antenatal
- -
TT2 4 minggu setelah
TT1
3 tahun 80
TT3 6 bulan setelah
TT2
5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah
TT3
10 tahun 99
Sumber : Saifudin, 2011
6) Pemberian tablet tambah darah (fe) minimal 90 tablet selama masa
kehamilan
7) menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk KB pasca persalinan)
9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb),
pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum
pernah dilakukan sebelumnya)
10) Tatalaksana kasus sesuai indikasi
22
Setiap wanita yang hamil akan menghadapi resiko komplikasi yang
bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil sebaiknya
melakukan ANC pada waktu TM 1 yaitu saat usia kehamilan 4-16 minggu,
pada saat TM II yaitu sebelum memasuki usia 28 minggu, pada TM III saat
memasuki usia kehamilan 30 sampai 38 minggu. (WHO, 2013). Tujuan
dilakukannya pemeriksaan ANC ialah:
a. Memantau perkembangan selama kehamilan untuk memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin
b. Meningkatkan dan mempertahankan fisik dan mental ibu,
c. Mengetahui sejak dini adanya faktor resiko atau komplikasi yang
mungkin akan terjadi selama kehamilan (termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan),
d. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian
ASI eksklusif
e. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
janin agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal, serta
mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin. (bartini, 2012)
2.1.7 Konsep Dasar Sakit Pinggang pada Ibu Hamil Trimester III
Pada masa kehamilan seiring dengan membesarnya uterus maka
pusat gravitasi akan berpindah kearah depan sehingga ibu harus menyesuaikan
posisi berdirinya. Postur tubuh yang tidak tepat akan memaksa peregangan
tambahan terutama pada tulang belakang bawah sehingga menimbulkan nyeri.
Sakit pinggang pada ibu hamil trimester III merupakan suatu hal yang biasa,
23
tetapi sering kali keluhan tersebut diabaikan oleh ibu. Semakin besar usia
kehamilan biasanya nyeri tersebut semakin mengganggu terhadap aktifitas ibu.
Jenis nyeri pinggang yang sering dijumpai biasanya adalah nyeri
lumbal dan sacral/pelvik. Nyeri lumbal dirasakan dibagian tengah vertebra
lumbalis tetapi kadang juga bisa menjalar ke tungkai. Biasanya gejala yang
dirasakan sama dengan yang dialami oleh penderita nyeri punggung yang tidak
hamil. Biasanya nyeri diperparah jika tubuh berada dalam posisi yang sama
terlalu lama.
Nyeri sacral/panggul empat kali lebih banyak dijumpai dalam
kehamilan ketimbang nyeri lumbal. Nyeri bisa menjalar ke pubis dan turun ke
bokong hingga ke belakang paha.
Sebagian besar nyeri punggung dalam kehamilan diakibatkan oleh
gabungan efek hormone terhadap kelenturan sendi, peningkatan hormone
progesteron dan relaxin menyebabkan pengenduran jaringan ikat dan otot.
Sehingga symphisis pubis dan articulasio cocsigeal melunak dan hal tersebut
yang menyebabkan nyeri pinggang, perubahan postur tubuh, dan pusat
gravitasi juga berpengaruh terhadap nyeri tersebut. Sebagian besar nyeri
punggung dalam kehamilan cenderung akan cepat pulih pada masa postpartum.
Sepertiga penderitanya akan terus menderita nyeri punggung selama 4 minggu
pasca persalinan, dan seperenam penderitanya 9 minggu pasca
persalinan.(HOLLINGWORTH, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di berbagai daerah di
Indonesia mencapai 60-80% ibu mengalami nyeri pinggang pada
24
kehamilannya. Menurut trimaryani (2018) di klinik pelita hati sebesar 74% ibu
hamil trimester III mengalami nyeri pinggang, dan tidak dilakukan upaya
asuhan dengan non farmakologi. Menurut Mudayyah (2010) mengatakan
sekitar 83% ibu hamil mengalami nyeri pinggang. Sebanyak 50% wanita hamil
mengeluhkan nyeri pinggang yang cukup mengganggu pada kehamilannya.
2.1.8 Cara Menangani Sakit Pinggang pada Ibu Hamil Trimester III
Untuk menangani rasa nyeri pinggang pada ibu hamil terdapat 2
cara,ada yang menggunakan cara farmakologis dan ada juga non farmakologis,
terapi farmakologis bisa diberikan tablet kalsium, paracetamol, fdan ibu
profen. Sedangkan untuk terapi non farmakologis dengan bisa dengan cara
memberikan relaksasi, Atau bisa dengan menggunakan cara therapy
endorphine massage, senam hamil, mandi air hangat, relaksasi dengan bantuan
aromatherapy, mengkonsumsi makanan atau minuman yang dapat mengurangi
nyeri pinggang, dan bisa juga kompres dingin atau hangat. Diharapkan dengan
cara tersebut bisa sedikit mengurangi rasa ketidaknyamanan yang dirasakn oleh
ibu. (Herawati, 2017)
Efek fisiologis kompres hangat adalah bersifat vasodilatasi dapat
meredakan nyeri dengan relaksasi otot, memiliki efek sedative, dan meredakan
nyeri dengan menyingkirkan produk-produk inflamsi yang menimbulkan
nyeri. Kompres air hangat bisa dilakukan sehari 2 kali yaitu pada siang dan
malam hari. Menurut (Nurasih, 2016) kompres air hangat yang dilakukan pada
pinggang yang nyeri akan mengurangi rasa nyeri karena panas akan
meningkatkan sirkulasi ke daerah nyeri. Rasa panas akan melebarkan
25
pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah lokal. Panas juga akan
merangsang serat saraf yang menutup gerbsng nyeri kemudian transmisi
impuls nyeri ke medulla spinalis dan otak akan terhambat. kompres air hangat
akan memberikan efek relaksasi pada otot-otot yang tegang sehingga akan
mengurangi rasa nyeri pada pinggang, berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di klinik pelita bantul oleh trimaryani pada tahun 2018, didapatkan
hasil bahwa kompres air hangat menunjukan adanya pengaruh terhadap
intensitas nyeri punggung pada ibu hamil di klinik pelita bantul. Sehingga
kompres air hangat dapat di aplikasikan untuk keluhan nyeri pinggang pada ibu
hamil trimester III. Kompres hangat dapat dilakukan menggunakan botol yang
berisi air panas. Hal tersebut didukung dengan adanya hasil penelitian yang
dilakukan oleh Trimaryani (2018) Penggunaan kompres hangat menggunakan
botol sangat direkomendasikan untuk masalah nyeri punggung karena mudah
dilakukan dan tidak mengeluarkan banyak biaya untuk melaksanakannya.
Kompres hangat dapat memberikan rasa hangat untuk memenuhi kebutuhan
rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau
mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada daerah tertentu
(Uliyah & Hidayat, 2008).
Prosedur untuk melakukan kompres hangat tersebut adalah dengan
cara:
1. Siapkan alat botol, air panas dengan suhu sekitar 40 derajat celcius.
Kriteria botol yang digunakan dalam kompres hangat ini tidak ada
26
kriteria yang sangat khusus hanya saja yang perlu di perhatikan ialah
botol mampu bertahan dengan suhu panas dan tidak mudah bocor.
2. Isi botol terlebih dahulu dengan air panas yang telah disiapkan
3. Pastikan botol tidak bocor dan tahan oleh panas
4. Letakkan botol yang telah diisi dengan air panas pada pinggang yang
nyeri selama 15-20 menit
5. Lihat respon ibu atau tanyakan pada ibu apakah merasa nyaman dengan
suhu panasnya atau tidak.
2.1.9 Pengukuran Skala Nyeri
Nyeri dalam kamus medis adalah perasaan distress, sakit, tidak
nyaman yang ditimbulkan oleh stimulasi ujung syaraf tertentu.nyeri
memiliki peran sebagai sinyal dari tubuh terhadap jaringan yang sedang
mengalami kerusakan dan meminta individu untuk menghilangkan nyeri
tersebut. (Rosadhl & Kowalkski, 2017)
Intensitas nyeri adalah laporan mandiri tentang nyeri. Intensitas
nyeri merupakan gambaran untuk mendeskripsikan seberapa parah nyeri
yang dirasakan oleh klien, pengekuran skala nyeri sangat individual
sehingga intensitas nyeri yang dirasakan berbeda-beda setiap individu
lainnya. Tenaga kesehatan bisa mendapatkan informasi nyeri dengan
meminta klien untuk mengukur nyeri pada skala yang harus mereka
bayangkan atau menunjukan skala yang ada pada klien. (Wiarto, 2017)
27
Macam-macam pengukuran intensitas nyeri adalah sebagai berikut:
1) Numeric Rating Scale (NRS)
Numeric rating scale didasari pada skala 1-10 untuk
menggambarkan kualitas nyeri yang dirasakan oleh pasien. Kekurangan
dari pengukuran skala nyeri ini adalah keterbatasan pilihan kata untuk
menggambarkan rasa nyeri, tidak memungkinkan untuk membedakan
tingkat nyeri dengan lebih teliti. Skala numeric dari 0-10, angka 0
merupakan keadaan tanpa nyeri, angka 1-5 nyeri ringan sampai sedang,
dan angka 6-10 dari nyeri hingga sangat nyeri.
Sumber: (Yudiyanta, Khoerunnisa, & Novitasari, 2015)
2) Verbal Rating Scale (VRS)
Cara mengukur skala dengan VRS adalah menggunakan kata-kata
dan bukan menggunakan garis atau angka untuk mengukur tingkatan
nyeri. Skala yang digunakan dapat berupa tidak ada nyeri, sedang, parah.
Hilang atau redanya nyeri dapat dinyatakan sebagai sama sekali tidak
hilang, sedikit berkurang, cukup berkurang ,nyeri hilang. No pain
diartikan klien tidak merasa nyeri sama sekali, Mild pain diartikan klien
mengalami nyeri ringan, Moderate pain diartikan nyeri yang dirasakan
sedang, Severe pain diartikan klien mengalami nyeri ditingkatan yang
parah, Very severe pain dan Worst possible pain diartikan nyeri yang
28
dirasakan oleh kelain sangat parah bahkan tidak tertahankan rasa nyeri
yang dirasakannya.
Sumber: (Yudiyanta, Khoerunnisa, & Novitasari, 2015)
3) Visual Analog Scale (VAS)
Visual analog scale adalah skala linear yang menggambarkan secara
visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin dialami klien. Rentang nyeri
diwakili garis sepanjang 10 cm. tanda pada kedua ujung garis ini bisa
berupa angka atau pernyataan angka nyeri terparah yang
dialami.penggunaan skala ini sangat mudah dan sederhana tetapi tidak
efektif jika digunakan pada anak-anak dan pasien pasca bedah.
Sumber: (Yudiyanta, Khoerunnisa, & Novitasari, 2015)
4) Wong Baker Faces Pain Rating Scale
Pengukuran skala nyeri dengan metode ini sangat mudah digunakan
karna hanya dengan melihat ekspresi wajah klien tanpa harus kita
menanyakan seberapa rasa nyeri yang dialami. Skala ini menunjukan
setangkaian wajah mulai dari gembira pada skala 0 yang mengartikan
tidak sakit hingga angka 10 wajah menangis yang mengartikan paling
buruk nyeri yang dirasakan.
29
Sumber: (Kozier, 2011)
Berbagai cara dilakukan untuk mengukur derajat nyeri yang
dirasakan oleh klien, cara sederhana dengan menentukan nyeri secara
kualitatif sebagai berikut :
1) Nyeri ringan adalah nyeri yang hilang timbul, nyeri dirasakan saat
melakukan aktivitas dan hilang kembali setelah beristirahat
2) Nyeri sedang adalah nyeri terus menerus, mengganggu aktivitas
3) Nyeri berat adalah nyeri yang tak tertahankan berlangsung secara
terus menerus setiap waktu bahkan saat sedang tidur pun nyeri
masih terasa. (Mardana & Aryasa, 2017)
2.2 PERSALINAN
2.2.1 Pengertian
Persalinan adal ah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hisup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan merupakan suatu hal
normal/fisiologis yang memungkinkan terjadinya perubahan yang besar
terhadap ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir secara
normal. Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran
janin pada kehamilan yang sudah memasuki usia cukup bulan (37-42
minggu), dan lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung kurang lebih dalam 18 jam, tanpa adanya komplikasi baik
terhadap ibu maupun janin.(SarwonoPrawirohardjo, 2010)
30
Persalinan merupakan pengeluaran janin beserta plasenta yang
sudah cukup bulan atau yang sudah mampu hidup di luar kandungan,
melalui jalan lahir dengan bantuan penolong maupun tanpa bantuan.
Proses ini terjadi setelah ada kontraksi dengan ditandai adanya perubahan
serviks dan diakhiri dengan lahirnya plasenta. (Sulistyawati, 2010)
2.2.2 Tanda Persalinan
Tanda-tanda sebelum terjadinya persalinan yang sebenarnya,
beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki “bulan-nya” atau
“minggu-nya” atau hari-nya. Yang disebut kala pendahuluan, tanda-
tandanya yaitu:
1) Lightening, settling, atau dropping atau kepala memasuki pintu atas
panggul. Pada multipara hal tersebut tidak begitu jelas.
2) Perut kelihatan lebar dan fundus menurun
3) Sering berkemih
4) Adanya rasa nyeri dipunggung dan bawah perut karna adanya kontraksi
palsu
5) Serviks menjadi lembek, mendatar, dan skresinya bertambah mungkin
bercampur darah (bloddy show). (Prof, 2011)
Sedangkan tanda-tandanya akan terjadi persalinan yang sesungguhnya
ialah:
a. Adanya rasa nyeri atau mulas (his) yang sering dan teratur
b. Keluarnya lendir bercampur darah
c. Keluar air-air berwarna jernih dari jalan lahir yang tidak bisa ditahan
31
d. Pada saat pemeriksaan dalam serviks membuka
2.2.3 Faktor Penting dalam Persalinan
5) Faktor power
Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin keluar.
Kekuatan tersebut mencakup his yang kuat, kontraksi otot-otot perut,
kontraksi diafragma dan aksi dari ligamen, dengan kerjasama yang baik
dan sempurna.
6) Faktor passage
Passage atau faktor jalan lahir yang terdiri atas panggul ibu, yakni
tulang yang keras, dasar panggul, vagina, dan introitus. Janin harus bisa
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang akan dia lewati yang
sifatnya relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus
dipastikan sebelum persalinan dimulai. Jalan lahir dibagi atas; Bagian
keras (tulang-tulang panggul), bagian lunak (otot-otot dan
ligamen).Passage (jalan lahir),terdiri dari:
a. 2 tulang pangkal paha (os coxae)terdiri dari ilium,ischium,pubis
b. 1 Tulang kelangkang (os sacrum)
c. 1 tulang tungging (os cocygis).
7) Faktor passage
Faktor yang mempengaruhi terhadap persalinan adalah faktor
janin, yang meliputi letak, presentasi, bagian terbawah dan posisi
janin.
32
8) Faktor psikologi
Faktor psikologi berperan penting menjelang persalinan, karena
banyak ibu merasa gelisah ketika merasa sakit karena kontraksi yang
semakin kuat serta membuat ibu bersugesti tidak mampu melewati
persalinan. Dalam hal ini, peran suami dan keluarga sangat di perlukan
untuk memberikan semangat dan dukungan kepada ibu.
9) Faktor penolong
Peran dari penolong pada saat persalinan adalah untuk
mengantisipasi dan menangani jika sewaktu-waktu terjadi suatu
komplikasi kepada ibu dan janin, dalam hal ini tergantung dari
kemampuan dan kesiapan penolong untuk menghadapi proses
persalinan tersebut.(Prof, 2011)
2.2.4 Tahapan Persalinan
1) Kala I (Kala Pembukaan )
Dikatakan dalam tahap persalinan kala I ditandai dengan keluarnya
lendir bercampur darah dari jalan lahir yang dikarenakan serviks mulai
membuka dan mendatar. Darah tersebut berasal dari pecahnya pembuluh
darah kapiler sekitar kanalis servikalis akibat dari pergeseran ketika serviks
mendatar dan membuka, lalu kontraksi terjadi teratur sekitar 2x dalam 10
menit dengan durasi 40 detik.
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10
33
cm).Persalinan Kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase
aktif..
a. Fase laten akan berlangsung ketika serviks membuka dengan sangat
lambat, dikatakan fase laten jika sudah terjadinya kontraksid yang
menyebabkan terjadinya penipisan dan pembukaan secara bertahap
sampai pembukaan 3 cm, biasanya berlangsung dalam 7-8 jam.
b. Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam
2) Kala II (Pengeluaran Bayi)
Dikatakan kala II persalinan jika serviks sudah membuka lengkap
(10cm) dan berakhir ketika lahirnya bayi. Kala II pada primipara
berlangsung kurang lebih selama 2 jam sedangkan pada multipara
biasanya 1 jam.
Tanda dan gejala kala II antara lain: His semakin kuat, dengan
interval 2 sampai 3 menit, ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan
terjadinya kontraksi, ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada
rectum dan vagina, perineum terlihat menonjol, vulva vagina dan
sfingter ani terlihat membuka, peningkatan pengeluaran lender darah.
Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang
menunjukan : pembukaan serviks sudah lengkap, terlihat bagian kepala
bayi pada introitus vagina.(Sulistyawati, 2010)
3) Kala III
Persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir
dengan lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung
34
tidak lebih dari 30 menit. Manajemen aktif kala III terdiri dari 3 langkah
utama yaitu menyuntikkan oksitosin 10 unit IM, peregangan tali pusat
terkendali (PTT) dan massage fundus. (Nurasiah, 2012)
4) Kala IV
Kala IV dimulai setelah plasenta lahir sampai 2 jam postpartum.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus
sampai uterus kembali kebentuk normal, perlu juga dipastikan bahwa
plasenta telah lahir lahir spontan lengkap dan tidak ada yang tersisa
sedikitpun dalam uterus serta benar dijamin tidak perdarahan
(Nurasiah, 2012).
2.2.5 Partograf
Partograf merupakan alat dokumentasi yang digunakan untuk
memantau kemajuan persalinan dan salah satu pendokumentasian
yang sangat membantu petugas kesehatan dalam mengambil
keputusan dalam penatalaksanaannya. Partograf digunakan saat ibu
sudah mengalami pembukaan dimulai dari pembukaan 4 cm (fase
aktif) yang dibuat untuk setiap ibu bersalin tanpa menghiraukan
apakah persalinan normal atau dengan komplikasi. (Saiffudin, 2012)
1. Lembar pengisian partograf
Lembar pengisian harus dicantumkan bahwa observasi yang
mulai diisi pada saat fase aktif persalinan dan menyediakan lajur
35
beserta kolom untuk mencatat hasil-hasil dari pemeriksaan selama
fase aktif persalinan, termasuk :
1) Informasi tentang ibu
a) Nama, umur
b) Gravida, Para, Abortus
c) Nomor medrek
d) Tanggal dan waktu
e) Waktu pecahnya selaput ketuban
2) Kondisi janin
a) DJJ
Denyut jantung diperiksa setiap 30 menit sekali, catat DJJ
dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka
yang menunjukan DJJ, kemudian hubungkan titik yang satu
dengan titik yang lainnya dengan garis tegas dan bersambung.
DJJ yang normal berkisar antara 120-160 x/menit.
b) Warna dan adanya air ketuban
Menilai air ketuban dan warna air ketuban setiap melakukan
pemeriksaan dalam. Lambang untik menilai ketuban yaitu ; U
(selaput ketuban utuh; belum pecah), J (selaput ketuban sudah
pecah dan air ketuban jernih), M (selaput ketuban sudah pecah
dan bercampur meconium), D (selaput ketuban telah pecah dan
bercampur darah), K (selaput ketuban sudah pecah dan tidak ada
lagi air ketuban yang mengalir atau kering).
36
c) Molase (Penyusupan tulang kepala janin)
Penyusupan adalah indikator tentang seberapa jauh kepala
bayi untuk menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang
panggul). Tulang kepala yang saling menysusup atau tumpang
tindih, menunjukan kemungkinan adanya disproporsi tulang
panggul (CPD). Lambang untuk menilai molase yaitu; 0 (tulang-
tulang kepala terpisah), 1 (tulang-tulang kepala hanya
bersentuhan), 2 (tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih
tetapi masi dapat dipisahkan), 3 (tulang-tulang kepala janin
tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan).
3) Kemajuan Persalinan
a) Pembukaan serviks
Pembukaan serviks dinilai setiap 4 jam sekali, dilakukan lebih
sering jika ada tanda-tanda penyulit. Dalam partograf tanda ‘X’
harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur
besarnya pembukaan serviks.\
b) Penurunan bagian terbawah janin
Penurunan kepala dinilai setiap 4 jam sekali bersdamaan dengan
pemeriksaan dalam. Tanda yang digunakan dalam partograf yaitu
‘O’ yang ditulis pada garis waktu yang sesuai dengan angka
pembukaan serviks.
c) Garis waspada dan bertindak
37
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan
berakhir pada titik dimana pembukaan sudah lengkap, diharapkan
terjadi laju pembukaan sebesar 1 cm/jam. Garis bertindak tertera
sejajar dan disebelah kanan (berjarak 4 cm) garis waspada. Jika
pembukaan serviks telah melampaui garis waspada dan berada di
sebelah kanan garis bertindak maka hal ini menunjukan bahwa
penolong perlu melakukan tindakan untuk menyelesaikan
persalinan.
d) Kontraksi uterus
Dibawah lajur partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan
“kontraksi/10 menit” disebelah luar kolom paling kiri. Setiap
kotak merupakan satu kontraksi, setiap 30 menit raba dan catat
jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam
satuan detik. Isi jumlah kontraksi dalam 10 menit dengan cara
mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan
angka yang mencerminkan temuan dari hasil kontraksi.
Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan
kontraksi uterus yang lamanya <20 detik
Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan
kontraksi yang lamanya 20-40 detik
Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi
yang lamanya lebih dari 40 detik. (Prawirohardjo, 2013)
38
3. NIFAS
2.3.1 Pengertian
Masa nifas atau disebut juga puerperium adalah masa yang dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat reproduksi kembali seperti
semula saat sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau
42 hari, namun akan pulih secara keseluruhan dalam waktu 3 bulan.
(Sulistyawati, 2015)
Masa Nifas atau Puerperium dimulai sejak 1 jam plasenta lahir sampai
dengan 42 hari berikutnya, pelayanan pasca ibu bersalinan harus terlaksana
untuk tercapainya kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi tanda bahaya saat
nifas, tanda bahaya pada BBL, ASI Ekslusif, sampai dengan Keluarga
Berencana. (SarwonoPrawirohardjo, 2016)
2.3.2 Tujuan
Tujuan masa nifas antara lain sebagai berikut:
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, secara fisik maupun psikologis
2) Melakukan deteksi yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan, pola
nutrisi, rencana pengguna KB, ASI ekslusif, pemberian imunisasi 5
dasar pada bayi dan perawatan bayi agar menjadi sehat.
4) Memberikan pelayanan KB
5) Mendapatkan kesehatan emosi (Y, 2010)
39
2.3.3 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1. Perubahan fisiologis masa nifas pada system reproduksi
a. Involusi uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum
hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum
adalah sebagi berikut :
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi uteri Tinggi Fundus Uteri Berat uterus Diameter
uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari Pertengahan pusat dan
simpisis
500 gram 7,5 cm
14 hari Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm
(Damal Yanti and Dian Sundawati, 2011)
b. Involusi tempat plasenta
Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang
kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta
lahir, dengan cepat luka mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya
40
sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Regenerasi
endometrium terjadi ditempat implantasi plasenta selama sekitar 6
minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di
dalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis mengikis
pembuluh darah yang membeku pada tempat implantasi plasenta
hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan lochia.
c. Pengeluaran Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.
Lochea mengandung darah sisa jaringan desidua yang nekrotik dari
dalam uterus. Lochea yang berbau tidak sedap menandakan adanya
infeksi. Lochea mempunyai perubahan karena proses involusi.
Lochea sendiri terbagi 4 jenis, yaitu :
1) Lochea rubra, keluar dari hari ke-1 sampai 3 hari, berwarna
merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa,
rambut lanugo, sisa meconium, dan sisa darah.
2) Lochea sanguinolenta, keluar dari hari ke-3 sampai 7 hari,
berwarna merah kecoklatan
3) Lochea serosa, keluar dari hari ke-7 sampai 14 hari, berwarna
kekuningan
4) Lochea alba, keluar setelah hari ke-14, berwarna putih.
d. Laktasi atau pengeluaran Air Susu Ibu
Setelah melahirkan ketika hormone yang dihasilkan plasenta
tidak ada lagi untuk menghambatnya kelenjar pituitary akan
41
mengeluarkan prolactin (hormone laktogenik). Sampai hari ketiga
setelah melahirkan, efek prolactin pada payudara mulai bisa
dirasakan. Pembuluh darah mulai membengkak terisi darah,
sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa sakit. Sel-sel acini
yang menghasilkan ASI juga berfungsi.
e. Vagina dan Perineum
Segera setelah pelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin
mengalami beberapa derajat edema dan memar dan celah pada
introitus. Setelah satu hingga dua hari pertama pascapartum, tonus
otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi
edema. Sekarang vagina menjadi berdinding lunak, lebih besar dari
biasanya dan umumnya longgar. Ukurannya menurun dengan
kembalinya rugae vagina sekitar minggu ketiga pascapartum. Ruang
vagina selalu sedikit lebih besar daripada sebelum kelahiran
pertama. Akan tetapi latihan pengencangan otot perineum akan
mengembalikan tonusnya dan memungkinkan wanita secara
perlahan mengencangkan vaginya.
f. Dinding abdomen
Striae abdomen tidak dapat dihilangkan secara sempurna,
tetapi dapat berubah menjadi garis putih keperakan yang halus
setelah periode beberapa bulan.
2.3.4 Tahapan Masa Nifas
Tahapan yang terjadi pada saat nifas adalah sebagai berikut:
42
1. Puerperium dini (24 Jam Pertama)
Masa setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam setelahnya. Pada
masa ini ibu biasanya disarankan untuk melakukan mobilisasi dini seperti
berdiri, duduk, berjalan.
2. Puerperium Intermedial (24 Jam-6 Hari)
Pada fase ini terjadi sejak 24 jam kelahiran hingga 1 minggu, dalam
periode ini bidan berperan untuk memastikan involusio uteri dalam
keadaan normal, tidak ada perdarahan yang berlebih, lochea tidak berbau,
ibu tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan yang baik dan cairan
yang masuk cukup, serta ibu dapat memberikan ASI dengan baik.
3. Remote Puerperium
Pada periode ini terjadi dari 1 minggu pasca persalinan hingga 5
minggu, masa ini merupakan masa untuk kembali pulih dan sehat
sempurna. Waktu untuk sehat sempurna memerlukan waktu hingga
berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.(Sulistyawati, 2015)
2.3.5 Kebijakan Program Pemerintah dalam Asuhan Masa Nifas
Kunjungan masa nifas paling sedikit dilakukan sebanyak empat kali.
Kun jungan nifas tersebut memiliki tujuan untuk menilai status ibu dan
bayi baru lahir, untuk mencegah komplikasi, mendeteksi ketidak
normalan yang terjadi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
Kunjungan dalam masa nifas dibagi menjadi beberapa bagian antara lain
:
1. KF 1
43
Kunjungan pertama dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinnan yang
memiliki tujuan untuk mencegah terjadinya perdarahan, memberi
konseling pada ibu atau salah satu keluarga bagaimana mencegah
perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI 1 jam
setelah Inisiasi Menyusui Dini (IMD) berhasil dilakukan, menjaga bayi
agar suhu tubuh tetap hangat dengan cara mencegah hipotermia.
2. KF 2
Kunjungan kedua dilakukan pada 6 hari setelah persalinan yang
memiliki tujuan untuk memastikan kembalinya alat reproduksi ke awal
saat sebelum hamil , memastikan uterus berkontraksi, memastikan
fundus berada di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan yang abnormal,
lochea tidak berbau, memastikan tidak ada infeksi, memastikan ibu bisa
menyusui dengan baik dan tidak mempalat reproduksierlihatkan tanda-
tanda penyulit pada payudara ibu, memberi konseling pada ibu mengenai
asuhan perawatan tali pusat pada bayi, memastikan suhu bayi tetap
hangat.
3. KF 3
Kunjungan ketiga dilakukan pada 2 minggu setelah persalinan yang
memiliki tujuan yang sama dengan kunjungan yang sebelumnya.
4. KF 4
Kunjungan ke empat dilakukan pada 6 minggu setelah persalinan
yang memiliki tujuan untuk menanyakan pada ibu tentang penyakit atau
keluhan yang ibu dan bayi alami, lalu memberikan konseling untuk
44
segera menggunakan KB secara dini sebelum berhubungan kembali
dengan suami.(Y, 2010)
2.4 BAYI BARU LAHIR
2.4.1 Pengertian
Bayi baru lahir atau disebut juga neonatus adalah individu yang
tumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta sedang dalam masa
penyesuaian diri terhadap kehidupan pada saat intrauterine ke kehidupan
ekstrauterine.(Dewi, 2011)
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir berusia satu jam dari ibu yang
pada saat itu usia kehamilannya 37-42 minggu dan setelah lahir berat badan
bayi tersebut 2.500-4000 gram (Dewi, 2010)
Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-
4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis, bergerak
aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak ada cacat
bawaan (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
2.4.2 Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal
Bayi yang baru lahir dengan keadaan normal sesuai masa kehamilan
memilki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Lahur aterm antara 37-42 minggu
2) Berat badan 2500-4000 gram
3) Panjang Badan 48-52 cm
4) LD 30-38 cm,LK 33-35 cm
45
5) Frekuensi denyut Jantung 120-160x/m
6) Nilai Apgar >7
7) Langsung menangis
8) Gerakan aktif
9) Refleks Aktif
10) Keluarnya meconium selama 24 jam pertama
2.4.3 Penangan Bayi Baru Lahir
Komponen asuhan bayi baru lahir meliputi :
1) Pencegahan infeks
BBL sangat mudah terkena infeksi mikroorganisme yang terpapar
atau terkontaminasi selama proses persalinan berlangsung maupun
beberapa saat setelah lahir.
2) Penilaian segera setelah bayi lahir
Segera setelah bayi lahir, letakkan bayi di atas kain yang bersih
dan kering. lalu lakukan penilaian awal, yaitu :
a. Apakah bayi cukup bulan?
b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
c. Apakah bayi menangis atau bernafas?
d. Apakah tonus otot bayi baik?
3) Pencegahan kehilangan panas.
Pencegahan terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai
berikut:
46
a. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks.
b. Letakkan diatas perut ibu agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi.
c. Selimuti bayi dan pakaikan topi di kepala bayi.
d. Jangan langsung menimbang bayi dan memandikannya
e. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
4) Merawat tali pusat
Klem dan potong tali pusat setelah 2 menit setelah bayi lahir.
Lakukan terlebih dahulu penyuntikan oksitosin kepada ibu sebelum
tali pusat di potong. Tali pusat dijepit dengan klem pada sekitar 3 cm
dari dinding perut bayi. Jangan membungkus tali pusat atau
mengoleskan cairan atau bahan apapun pada tali pusat, karena
menyebabkan tali pusat menjadi basah/lembab.
5) Inisiasi menyusui dini (IMD)
Segera setelah setelah bayi lahir dan tali pusat telah diikat,
letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan
langsung ke kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini berlangsung
kurang lebih selama 1 jam., bahkan sampai bayi dapat menyusu
sendiri apabila sebelumnya tidak berhasil, bayi diberi topi dan
diselimuti.
6) Pencegahan infeksi mata
Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1
jam kontak kulit bayi dengan kulit ibu dan selesai bayi menyusui.
Pencegahan infeksi tersebut mengandung antibiotika tetrasikline 1 %.
47
Salep antibiotika harus tepat diberikan pada waktu 1 jam setelah
kelahiran.
7) Pemberian vitamin K
Bayi baru lahir harus diberikan vitamin K injeksi 1 mg secara IM
setelah I jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusui untuk
mencegah terjadinya perdarahan pada BBL karena trauma pada saat
persalinan.
8) Pemberian imunisasi
Pemberian imunisasi dasar lengkap memiliki tujuan untuk
memberikan perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit
yang berbahaya terhaadap bayi. Dengan memberikan imunisasi dasar
yang lengkap tepat waktu sesuai jadwal yang ditentukan, tubuh bayi
dirangsang agar memiliki kekebalan sehingga tubuhnya mampu
bertahan melawan serangan penyakit berbahaya (Depkes RI, 2008)
Imunisasi yang wajib diberikan pada bayi ialah:
1) Hepatitis B
Jadwal pemberian imunisasi :
a) HB0, bisa diberikan pada umur 0-7 hari
b) Hepatitis 1, 2, 3 diberikan bersama dengan vaksin DPT (HB
combo)
c) Kekebalan vaksin hepatitis B berkisar antara 94-96%
2) BCG (Bacillus Calmatte Guerin)
a) Tujuan : kekebalan aktif terhadap penyakit TBC
48
b) Jenis pemberian imunisasi BCG
1. Bayi 0-11 bulan. Sebaiknya diberikan pada umur 1-2 bulan
dengan dosis 0,05 cc disuntikkan secara intracutan di
deltoideus kanan atau paha atas.
2. Vaksinasi diulang pada umur 5 tahun dan sebelum divaksin
baiknya dilakukan uji tes mantoux terlebih dahulu, jika
hasilnya positif maka vaksin ini tidak dapat diberikan.
3. Tanda keberhasilan akan muncul bisul kecil dan bernanah
di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu. Tidak
menimbulkan nyeri dan tidak diiringi panas. Bisul akan
sembuh sendiri dan meninggalkan luka parut.
3) Polio
Jadwal pemberian imunisasi polio
a. Polio diberikan sebanyak 4 kali, diberikan dengan dosis 2 tetes
secara oral pada saat anak berusia 1 bulan dengan jarak
pemberian 4 minggu.
b. Pemberian ulang pada umur 1,5 tahun sampai 2 tahun
4) Pentabio (DPT, HB, HIB)
a. Pentabio I, diberikan pada umur 2 bulan atau 8 minggu setelah
HB0
b. Pentabio II, diberikan pada umur 3 bulan atau 4 minggu setelah
Pentabio I
49
c. Pentabio III, diberikan pada umur 4 bulan atau 4 minggu
setelah Pentabio II
5) Campak
Imunisasi campak diberikan pada bayi usia 9 bulan dengan dosis
0,5 ml, satu kali pemberian dengan cara IM/SC. Kekebalan yang
diperoleh 96-99%.(RI, 2014)
2.4.4 Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir
Tanda-tanda bahya pada bayi baru lahir yaitu:
1. Sulit bernafas atau lebih dari 60 kali per menit
2. Suhu tubuh terlalu panas > 38°C atau terlalu dingin < 36°C
3. Warna kulit kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat.
4. Banyak muntah ketika diberi ASI
5. Terjadi perdarahan tali pusat.(Dewi, 2010)
2.5 Keluarga Berencana
2.5.1 Pengertian
Keluarga berencana (KB) adalah upaya manusia untuk mengatur jarak
kehamilan yang satu dengan yang lainnya tidak melawan hokum dan
moral pancasila untuk kesejahteraan keluarga.
Keluarga berencana(KB) atau Family Planning/planned Praenthood
ialah suatu usaha sepasang suami istri untuk merencakan jumlah anak yang
akan dimiliki dan jarak kehamilan menggunakan alat kontrasepsi untuk
mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.(Maritalia, 2017)
50
2.5.2 Tujuan KB
Tujuan dilakukannya KB adalah untuk membentuk keluarga bahagia
dan sejahtera sesuai dengan keadaan sosial ekonomi dengan cara mengatur
jumlah kelahiran anak, pendewasaan usia perkawinan,peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga supaya dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya.
2.5.3 Macam-Macam Alat Kontrasepsi
1. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana dibagi menjadi 2 metode yaitu metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat.
Metode kontrasepsi dengan tanpa alat diantaranya ialah : Dengan metode
Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, ada metode kalender,
metode lendir serviks, metode suhu basal badan, dan simptotermal yaitu
perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode
kontrasepsi sederhana dengan alat contohnya seperti kondom, diafragma,
cup serviks dan spermisida (Handayani, 2010).
2. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal terdiri dari 2 jenis yaitu kombinasi
yang mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik, dan yang
hanya berisi hormon progesteron saja. Contoh kontrasepsi hormonal
kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi
hormon yang hanya berisi hormon progesteron terdapat pada pil, suntik
dan implant (Handayani, 2010).
51
3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi AKDR terbagi menjadi 2 jenis yaitu ada AKDR
yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan ada juga
yang tidak mengandung hormon (Handayani, 2010).
AKDR yang didalamnya terdapat hormon Progesterone atau
Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T)memiliki daya kerja 1 tahun,
LNG-20 mengandung Leuonorgestrel.
Efek samping dari penggunaan AKDR sangat kecil dan memiliki
keuntungan efektifitas dengan proteksi jangka panjang 5 tahun dan
kesuburan segera kembali setelah AKDR diangkat.
4. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi ini terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif
Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW atau tubektomi
adalah operasi dengan cara memotong atau mengikat saluran tuba/tuba
falopii sehingga mencegah terjadinya pertemuan antara ovum dan
sperma. Sedangkan MOP lebih dikenal dengan sebutan vasektomi,
vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens. Yang
membuat cairan sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi (Handayani,
2010).