Arsi tektur dekonstruksi
Deconstructivism, atau deconstructivist architecture atau yang lazim disebut dekonstruksi hadir pada tahun 1970an melengkapi berbagai langgam arsitektur yang masuk dalam postmodernism atau langgam post-modern.
Arsitektur dekonstruksi merupakan suatu pendekatan desain
bangunan yang merupakan usaha-usaha percobaan untuk melihat
arsitektur dari sisi yang lain
Arsitektur dekonstruksi juga telah menggariskan beberapa
prinsip penting mengenai arsitektur:
1. Tidak ada yang absolut dalam arsitektur, sehingga tidak
ada satu langgam yang dianggap terbaik sehingga semuanya
memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.
2. Tidak ada pen’dewa’an tokoh dalam arsitektur sehingga
tidak timbul kecenderungan pengulangan ciri antara
arsitek satu dan yang lain hanya karena arsitek yang satu
dianggap dewa yang segala macam karyanya harus ditiru.
3. Dominasi pandangan dan nilai absolut dalam arsitektur
harus diakhiri, sehingga perkembangan arsitektur
selanjutnya harus mengarah kepada keragaman pandangan dan
tata nilai.
4. Pengutamaan indera pengelihatan sebagai tolok ukur
keberhasilan suatu karya dalam arsitektur harus diakhiri.
Potensi indera lain harus dapat dimanfaatkan pula secara
seimbang.
Dekonstruksi dalam desain
Arsitektur modern seringkali menyebut dirinya sebagai
arsitektur yang paling rasional, arsitektur yang paling
memiliki teknologi tinggi, dan arsitektur yang memiliki sistem
fungional yang sempurna sehingga pada waktu itu tidak ada
alternatif pemikiran lain di dalam arsitektur selain ‘berpikir
monoton’ seperti halnya paham fungsional yang dimiliki oleh
arsitektur modern.
Pengaruh dari suatu fenomena dari fungsi-fungsi yang
dijanjikan dapat dirasakan pada bentukan yang terjadi,
sehingga menghasilkan bentukan-bentukan yang tidak berkembang,
seperti desain yang penuh dengan ‘kotak-kotak’ sederhana.
Makin lama keadaan ini menimbulkan kejenuhan, sehingga mulai
timbul konflik penyangkalan dan usaha-usaha untuk keluar dari
‘jalur’ yang ada.
Dekonstruksi merupakan salah satu jalan keluar yang patut
dipertimbangkan dari permasalahan-permasalahan yang timbul
dari kejenuhan akan arsitektur modern.
Sehingga dapat dihasilkan pemahaman dan perspektif baru
tentang arsitektur.
Pada arsitektur dekonstruksi yang ditonjolkan adalah geometri
3-D bukan dari hasil proyeksi 2-D sehingga muncul kesan miring
dan semrawut yang menunjuk kepada kejujuran yang sejujur-
jujurnya.
Penggunakan warna sebagai aksen juga ditonjolkan dalam
komposisi arsitektur dekonstruksi sedangkan penggunaan tekstur
kurang berperan.
Bangunan yang menggunakan langgam arsitektur dekonstruksi
memiliki tampilan yang terkesan ‘tidak masuk akal’, dan
memiliki bentukan abstrak yang kontras melalui permainan
bidang dan garis yang simpang siur.
Pada arsitektur dekonstruksi yang dikomunikasikan adalah:
a. unsur-unsur yang paling mendasar, essensial, substansial
yang dimiliki oleh arsitektur.
b. Kemampuan maksimal untuk berarsitektur dari elemen-elemen
yang essensial maupun substansial.
Arsitektur dekonstruksi tidak mengikatkan diri kedalam salah
satu dimensi Waktu (Timelessness). Pandangan seperti ini
mengakibatkan timbulnya pandangan terhadap Dekonstruksi yang
berbunyi "Ini merupakan kesombongan dekonstruksi."
Pelaksana arsitektur dekonstruksi
Kejenuhan terhadap ke’monoton’an mampu mengusik beberapa
arsitek . Sehingga beberapa arsitek mulai membuat karya
mutakhir yang desebut arsitektur dekonstruksi. Seperti yang
dilakukan Peter Eisenman dengan koleganya Richard Meier pada
thun 1970an. Beberapa bangunanpun sudah dianggap menjadi icon
dari arsitektur dekonstruksi.
Seiring perkembangan arsitektur dekonstruksi, makin berkembang
pula arsitek-arsitek yang menghasilkan karya karya yang luar
biasa.
Diantara dari mereka adalah Frank O. Gehry, Zaha Hadid,
Morphosis, Bernard Tschumi, Daniel Libeskind, Michael Soekin,
Coop Himmelbau, Gunter Behnisch, Lebbeus Woods, Kazuo
Shinohara.
Arsitektur Dekonstruksi dalam bangunan
Beberapa karya besar dari arsitek-arsitek yang menjunjung
langgam dekonstruksi dapat dilihat pada uraian berikut.
VILA OLIMPICA HOTEL ARTS
Arsitek : Frank O. Gehry
Lokasi : Barcelona, Spanyol
The Vila Olimpica Hotel Arts berlokasi di Olympic Village
yang memiliki luas 150.000 square feet. Dengan waktu
pelaksanaan yang cukup lama (1989-1992), bangunan ini
menjadi sebuah karya yang unik.
Dengan menampilkan bentukan – bentukan trimatra ,
bangunan yang merupakan transformasi dari bentuk ikan
yang direalisasikan dalam sebuah konstruksi sepanjang 54
meter dengan ketinggian 35 meter. Dengan bentukan dan
dimensi seperti ini, bangunan ini menjadi landmark bagi
daerah sekitar.
Bangunan ini memamerkan penonjolan konstruksi yang
mutakhir sebagai daya tarik yang menjadikan bangunan ini
lebih hidup dan berirama. Pengkomunikasian antara hasil
teknologi dan pemilihan bahan mampu berperan dalam
meningkatkan elemen – elemen artistic dan estetik yang
dominan pada bangunan ini.
Selain unsur –unsur yang lepas dari keteraturan, masih
dapat kita amati bagian – bagian yang tak lepas dari
‘peninggalan’ pendahulunya, yaitu arsitektur modern. Hal
ini nampak pada hadirnya unsur – unsur geometris yang
terdapat pada sisi podium.
Sehingga dapat kita amati bagaimana arsitek melakukan
perjalanan untuk menghasilkan karya, langkah – langkah
apa yang menjadi pemikiran arsitek sebelum masuk kedalam
dekonstruksi.
DENVER ART MUSEUM
Arsitek : Daniel Libeskind
Lokasi : Denver, Colorado – USA
Bangunan ini didirikan diatas lahan seluas 146.000 square
feet dan menjadi bangunan yang memiliki konstruksi paling
unik bagi lingkungan sekitarnya
Hal yang pertama kali nampak pada bangunan ini adalah
proyeksi trimatra yang nampak kontras namun menjadikan
bangunan ini lebih berirama.
Bentukan yang penuh dengan bidang mencuat yang
dikantilever menjadi daya tarik utama dari bangunan ini.
Penggunaan metal, kaca, titanium dan batu-batu alam
dianggap menambah sifat artistic dari bangunan ini.
Untuk dapat menghasilkan bentukan seperti ini tentunya
juga mengandalkan kemampuan teknologi dan pemilihan bahan
yang tepat dan memiliki spesifikasi yang tepat dan
tentunya berkualitas tinggi.
Bangunan ini lebih cenderung mencerminkan ‘massa’
daripada ‘ruang’ yang ada didalamnya. Sehingga eksprisi
sang arsitek dapat dituangkan secara lugas tanpa ada
batasan apapun.
VITRA INTERNATIONAL HEADQUARTERS
Arsitek : Frank O. Gehry
Lokasi : Basel, Switzerland
Bangunan ini berlokasi didaerah sub-urban di luar kota
Basel yang dipenuhi oleh bangunan industri seperti pabrik
serta apartment yang diperuntukkan sebagai pelengkap
daerah baru yang sedang berkembang.
Sebagai bangunan yang berlokasi di daerah yang sedang
berkembang, maka diperlukan hal – hal yang mampu menjadi
daya tarik bagi keperluan komersial bangunan itu sendiri,
terlebih bangunan ini juga diperuntukkan sebagai bangunan
industri.
Karenanya pada bangunan ini, unsur ‘ruang’ masih
diperhatikan dalam penggarapan desainnya, sehingga muncul
bentukan yang lebih ‘sederhana’ jika dibandingkan dengan
contoh kasus pada Denver Art Museum pada pembahasan
sebelumnya. Bangunan ini nampak memperatahankan bentukan
geometrisnya .
Meskipun bentukan yang terjadi lebih sederhana, namun
tidak mengurangi eksistensi bangunan sebagai bagian dari
arsitektur dekonstruksi. Permainan bidang masih menjadi
unsur penangkap bagi eksistensi tersebut .
Unsur penangkap lain dapat dihadirkan dari permainan
penggunaan bahan pada fasade eksterior bangunan. Nampak
penggunaan metal dan permainan warna menjadi daya tarik
dari bangunan ini.
THE TOWER OF BIEL AND OPEN ARCHITECTURE:
The Power and The Freedom
Arsitek : Coop Himmelbau
Lokasi : Forum Arteplage Biel, Switzerland
Menara-menara ini merupakan simbolisasi dari kekuatan dan
kebebasan, disusun perbagian hanya dalam jangka waktu
sebulan.
Desain konsep berorientasi pada konstruksi urban yang
memberi kesan ringan namun kokoh.
Buah karya Wolf D. Prix, Helmut Swiczinsky and partner
ini dibuat untuk keperluan The 6th Swiss National
Exhibition tanggal 15 May 2002 hingga 20 October 2002.
Dengan bentukan seperti ini nampak jelas bahwa bangunan
ini mampu menjadi landmark yang memancarkan power dan
kebebasan penuh.
Dapat dilihat bahwa bangunan ini sangat berani dalam
permainan olahan bentuk, baik permainan bidang, garis dan
massa. Permainan sense indera yang tidak hanya terpaku
pada segi visual juga berperan dalam peletakan massa dan
penggabungan massa menjadi nilai tambah yang pantas
diperhitungkan.
Merupakan proyeksi karya 3 dimensi yang murni, tidak
tampak seperti hanya sebuah kotak persegi namun lebih
terlihat hidup dan berirama.
Bangunan ini sepenuhnya merupakan penuangan dari
kreativitas tim arsitek sehingga nampak ‘lepas’ tanpa
adanya batasan.
Estetika arsitekturalnya nampak pada pemanfaatan
kecanggihan teknologi dan pemilihan bahan yang memiliki
spesifikasi yang tepat sehingga dapat mendukung tampilan
fisik bangunan.
Ketepatan menggunakan baja sebagai rangka yang di tutup
oleh kaca dan terekspos pada malam hari akibat dari
pendaran lampu makin menambah eksistensi bangunan ini.
tampak bangunan
site plan
potongan
DER NEUE ZOLLHOF
Arsitek : Frank O. Gehry
Lokasi : Dusseldorf, Germany
Bangunan ini berlokasi di tepi sungai Rheine di daerah
publik yang berskala urban. Menempati lahan seluas 28.000
meter persegi menjadikan kompleks bangunan ini mampu
menghadirkan sesuatu tanpa memikirkan keterbatasan ruang.
Letaknya yang berada di tepi dermaga sungai menjadi nilai
tambah karena memungkinkan terbentuknya open space di
bagian muka kompleks bangunan yang membuat perpaduan
visualisasi bentuk bangunan terekam dengan komposisi yang
baik.
Desain ketiga bangunan ini nampak berorientasi kepada
‘ruang’ didalamnya mengingat fungsi bangunan.
Namun batasan tersebut tidak lantas membatasi bentukan
yang terjadi. Unsur simpang siur yang menjadi salah satu
ciri dari arsitektur dekonstruksi masih nampak jelas .
Ketiga bangunan ini memiliki karakteristik yang berbeda
satu sama lainnya , namun tetap memberikan kesan dinamis
pada kesatuannya.
Penampilan bentukan 3 dimensi membuat eksistensi bangunan
ini sebagai bangunan yang berlanggam dekonstruksi tampak
nyata. Permainan bidang – bidang menjadi salah satu
pemicunya.
Selain permainan bidang – bidang geometris , permainan
kecangihan teknologi konstruksi juga ditonjolkan dalam
desain pada bangunan ini.
Hal ini ditunjang dengan pemanfaatan material yang tepat
sehingga menunjang kesan yang hadir .