ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA
KOPERASI SYARIAH UKHUWAH PONDOK MELATI
KOTA BEKASI
Skripsi :
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh :
Abdul Manaf
NIM 11150530000054
KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN
SYARIAH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020/1442
ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA
KOPERASI SYARIAH UKHUWAH PONDOK
MELATI KOTA BEKASI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh :
Abdul Manaf
NIM 11150530000054
Dosen Pembimbing
Khaeron Sirin, M.A.
NIP. 197510172005011004
KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN
SYARIAH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021/1442 H
i
ABSTRAK
Abdul Manaf, 11150530000054, Analisis Pembiayaan Murabahah Pada
Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok Melati Kota Bekasi. Dosen
Pembimbing: Khaeron Sirin. M.A.
Pembiayaan Murabahah merupakan akad jual beli barang pada harga
asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Namun persoalannya
adalah dari mana masyarakat mendapatkan pinjaman untuk membeli barang
yang dibutuhkan, sedangkan sulit untuk mendapatkan akses pembiayaan pada
lembaga keuangan formal. Dampak dari sulitnya mendapatkan pinjaman
banyak masyarakat yang tergiur dengan jasa renternir yang dalam prakteknya
tidak melalui proses yang rumit namun menetapkan bunga yang justru
mempersulit si peminjam. Maka dari itu Koperasi Syariah memberikan solusi
untuk masyarakat agar mendapatkan dana pinjaman untuk membeli barang
yang dibutuhkan tanpa harus riba (bunga) dengan sistem akad jual beli yaitu
dengan pembiayaan murabahah. Dengan prosedur yang cukup mudah.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana prosedur
pembiayaan murabahah Pada Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok Melati Kota
Bekasi apa saja pertimbangan pemberian pembiayaan murabahah di Koperasi
Syariah Ukhuwah Pondok Melati Kota Bekasi. Metode yang digunakan
peneliti adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan
teknik pengumpulan data yakni wawancara, observasi dan dokumentasi pada
Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok Melati Kota Bekasi.
Berdasarkan hasil penelitian, prosedur yang diterapkan di Koperasi
Syariah Ukhuwah Pondok Melati Kota Bekasi tidak begitu rumit. Dan untuk
pertimbangan pemberian pembiayaan Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok
Melati Kota Bekasi menganalisa dengan menggunakan prinsip 5C (Character,
Capacity, Capital, Collateral, Condition) bagi anggota.
Kata kunci: Analisis, Pembiayaan Murabahah, Koperasi Syariah
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat
serta salam selalu tercurah kepada manusia yang paling mulia yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari alam kegelapan menuju
alam yang terang benderang, serta keluarga, sahabat, dan kaum muslimin yang
senantiasa berjuang untuk ajaran islam.
Atas izin Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul : “Analisis Pembiayaan Murabahah Pada Koperasi Syariah
Ukhuwah Pondok Melati Kota Bekasi”. Dalam penyusunan skripsi ini
penulis banyak mengalami hambatan, namun berkat bantuan, bimbingan dari
berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan
kali ini, penulis mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada :
1. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Sugiharto, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Amirudin, M. Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Khaeron Shirin, M.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
dengan sabar membimbing dan memberikan motivasi, arahan,
saran serta masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
iii
5. Kepada tim penguji skripsi dalam sidang munaqasyah, sehingga
penulis mendapatkan masukan dan perubahan demi perbaikan
penulisan skripsi ini.
6. Seluruh dosen prodi Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
mencerahkan pemikiran dan khazanah pengetahuan.
7. Teristimewa kepada keluarga besar penulis, ayahanda yang sudah
meninggal Alm Bapak Mawih dan ibunda Ma’wah, yang selalu
memberikan do’a, semangat, motivasi dan kasih sayang yang tak
ternilai harganya kepada penulis , saudara penulis yaitu abang
Madanih, abang Mahfurullah dan kaka ipar serta keponakan
penulis yang telah memberi dukungan, semangat serta perhatian
kepada penulis.
8. Alwin Fajri Siregar, SE selaku Ketua Koperasi Syariah Ukhuwah
Pondok Melati.
9. Chandra Gunawan, M. Sos selaku account officer Koperasi
Syariah Ukhuwah Pondok Melati yang telah memberi masukan,
motivasi, arahan serta saran sehingga penulis bisa menyelsaikan
skripsi ini.
10. Sahabat penulis, Muhammad Fauzan S.Sos, Wahyu Firdaus S.Sos,
Burhanuddin Hidayat S.Sos, Irfan Kahfie S.Sos, Fadel Andhika,
Feby Rachman, Haikal Muhtadi, Fathur Rahman, yang telah rela
dan ikhlas memberi dukungan, dan motivasi serta pengertian dan
memberi semangat.
11. Sahabat terbaik saya, Emet, Ipul, Idrus, Iksal, Oky, Jibon, Ucok,
Rajif, Icek yang selalu ada untuk memberikan dukungan, motivasi,
serta selalu membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
12. Seluruh Mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah Angkatan 2015.
v
DAFTAS ISI
ABSTRAK …………………………………………………… i
KATA PENGANTAR .............................................................. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………. v
DAFTAR GAMBAR ……………………………………….... viii
DAFTAR TABEL ……………………………………………. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah …………………. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………... 8
D. Metodologi Penelitian …………………………………. 9
1. Metode Penelitian ………………………………….. 9
2. Subjek ……………………………………………... 10
3. Tempat penelitian…………………………………... 10
4. Sumber data ……………………………………….. 11
5. Teknik Pengumpulan Data …………………………. 11
6. Teknik Analisis Data ……………………………….. 13
7. Teknik Penulisan …………………………………… 14
E. Tinjauan Pustaka ……………………………………….. 14
F. Sistematika Penulisan …………………………………... 16
BAB II TEORI DAN PROSEDUR PEMBIAYAAN MURABAHAH
A. Pembiayaan ……………………………………………. 19
1. Pengertian Pembiayaan …………………………….. 19
2. Pengertian Analisis Kelayakan Pembiayaan ……….. 23
3. Prinsip Analisis Pembiayaan ……………………….. 25
4. Tujuan Pembiayaan ………………………………… 32
vi
5. Prosedur Pembiayaan ……………………………….. 34
B. Pembiayaa Murabahah ……………………………….. 37
1. Pengertian Murabahah ……………………………… 37
2. Landasan Hukum Pembiayaan Murabahah ………… 41
3. Jenis-Jenis Pembiayaan Murabahah ………………... 42
4. Syarat dan Rukun Pembiayaan Murabahah ……….... 44
5. Skema Pembiayaan Murabahah …………………….. 45
6. Manfaat dan Resiko Pembiayaan Murabahah ………. 47
C. Koperasi Syariah ………………………………………. 48
1. Pengertian Koperasi …………………………………. 48
2. Pengertian Koperasi Syariah ………………………… 50
3. Fungsi dan Tujuan Koperasi Syariah ………………... 51
4. Landasan Hukum Koperasi Syariah …………………. 53
5. Prinsip Koperasi Syariah …………………………….. 54
6. Bentuk Koperasi Syariah …………………………….. 54
BAB III GAMABARAN UMUM KOPERASI SYARIAH UKHUWAH
PONDOK MELATI KOTA BEKASI
A. Sejarah Berdirinya Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok Melati Kota
Bekasi ……………………………………………………. 56
B. Produk-Produk Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok Melati Kota
Bekasi…………………………………………………….. 65
BAB IV PROSEDUR DAN STRATEGI PEMBIAYAAN MURABAHAH
PADA KOPERSASI SYARIAH UKHUWAH PONDOK MELATI
BEKASI
A. Pembiayaan Murabahah …………………………………. 69
1. Pengertian Pembiayaan Murabahah di Koperasi Syariah Ukhuwah
Pondok Melati Kota Bekasi…………………………... 69
vii
2. Tujuan Pembiayaan Murabahah di Koperasi Syariah Ukhuwah
Pondok Melati Kota Bekasi…………………………... 70
3. Sasaran Pembiayaan Murabahah di Koperasi Syariah Ukhuwah
Pondok Melati Kota Bekasi…………………………... 71
4. Persayaratan Pembiayaan Murabahah di Koperasi Syariah
Ukhuwah Pondok Melati Kota Bekasi………………... 71
5. Data Perkembangan Jumlah Anggota……………….... 72
6. Data Perkembangan Keuangan Pembiayaan Murabahah
………………………………………………………… 73
7. Plafon Pembiayaan Murabahah……………………….. 74
8. Nilai Aspek Kelayakan Pembiayaan Murabahah……... 74
9. Nilai Bagi Hasil……………………………………….. 75
10. Pelanggaran…………………………………………… 76
BAB V ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA KOPERASI
SYARIAH UKHUWAH PONDOK MELATI BEKASI
A. Prosedur Pembiayaan Murabahah Pada Koperasi Syariah Ukhuwah
Pondok Melati Bekasi ......................................................... 77
B. Pertimbangan Pemberian Pembiayaan Murabahah Pada Koperasi
Syariah Ukhuwah Pondok Melati Kota Bekasi …………... 80
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………...... 90
B. Saran …………………………………………………….... 91
DAFTAR PUSTKA ……………………………………………... 92
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Murabahah………… 45
Gambar 4.1 Data Perkembangan Jumlah Anggota…... 72
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Profile Perusahaan……………………… 61
Tabel 4.1 Keuangan Pembiayaan Murabahah…….. 74
Tabel 5.1 Prosedur Pembiayaan Murabahah……… 78
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umat islam dalam kehidupan modern ini menghadapi
tantangan yang cukup berat. Di satu sisi harus mengikuti
perkembangan global dibidang ekonomi dan teknologi,
sementara itu disisi lain juga harus berpegang teguh pada
ketentuan yang ada dalam syariah. Dengan kata lain umat
islam harus mampu bertahan di era globalisasi dengan tetap
berpedoman pada nilai-nilai syariah.
Perkembangan global dibidang ekonomi terutama
dengan munculnya bank syariah yang saat ini sudah mulai
tumbuh dan berkembang, sangat membantu masyarakat
khususnya orang-orang islam yang tidak ingin melakukan
kegiatan yang mengandung unsur ribawi seperti yang ada
di perbankkan konvensional.
Bank syariah adalah bank atau lembaga perbankkan
yang menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan Al-
Qur’an dan Hadits, dan mengacu pada prinsip-prinsip
syariah.1
Secara filosofi bank syariah adalah bank yang
aktivitasnya meninggalkan masalah riba. Dengan demikian,
penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah
satu tantangan yang dihadapi dunia islam. Belakangan ini
1 Andi Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta:
Kencana, 2001), h. 61
2
ekonomi muslim telah mencurahkan perhatian besar
guna menemukan cara untuk menggantikan sistem bunga
dalam tranksaksi perbankkan dan keuangan yang lebih
sesuai dengan etika islam.
Islam dalam tegas melarang praktik riba, sehingga mau
tidak mau maka orang-orang islam harus mencari jalan lain
untuk menghindarinya yaitu dengan cara menggunakan
mekanisme perbankkan bebas bunga yang ada di
perbankkan syariah. Sesuai pada kitab suci Al-Qur’an
dalam surat Al-Baqarah ayat 275 yang berbunyi:2
ما ك
ال
ومون
يق
بوا ل
الر ون
لكذين يأ
له ا
ط ب
خ
ذي يت
وم ال
يق
س
ن من ال
يط
الش
لك
ذ
هم با ا ن
ا ق
و
ما ل
بيع ان
ل ال
بوا مث
الر
ه حل وا
بيع الل
م ال بواال وحر
ر
من ءه ف
جا
ة
ن موعظ
م ه ب ا ر
ف
هىته ن
ل ما ف
ف
سل
وا
ى مره ه ال
الل
د عا ومن
ائك ف
ول
صحبا را ا
لن فيها هم
لدون
خ
Artinya: “orang-orang yang makan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat) sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat
2 Al-Hanan Al-Qur’an dan Terjemah, (Raja Qur’any, 2012), h. 43
3
peringatan dari tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang
telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka
mereka itu penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.”
(Q.S. Al- Baqarah: 275).
Lembaga keuangan syariah di Indonesia saat ini
mengalami perkembangan sangat pesat. Hal itu ditandai
dengan banyak bermunculan lembaga keuangan syariah
yang turut andil dalam perkembangan perekonomian
Indonesia. Banyaknya lembaga keuangan syariah tersebut
mengindikasikan adanya antusias masyarakat (nasabah)
yang tinggi, sehingga kehadirannya sudah mendapatkan
sambutan yang hangat.3
Sebagai lembaga keuangan syariah, mempunyai peran
yang penting untuk menumbuhkan dan meningkatkan
sektor rill melalui penyaluran kredit. Lembaga keuangan
syariah adalah lembaga intermediary (perantara) antara
pihak surplus dana kepada pihak minus dana. Kemudian
tugas utamanya dilihat dari fungsi lembaga keuangan
syariah yaitu pengumpulan dana (funding), penyaluran
dana (financing) dan pelayanan jasa (services) dalam
kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat.
Pada saat ini, lembaga keuangan syariah yang paling
terkenal adalah perbankkan syariah. Perbankkan syariah
3 M. Luthfi Hamidi, Jejak-Jejak Ekonomi Syariah, (Jakarta: Senayan
Abadi Publishing,2003), h. 79.
4
sangat berkembang pesat namun, perkembangan tersebut
tidak lepas dari peran lembaga keuangan mikro syariah
(LKMS). kedudukan lembaga keuangan mikro syariah
antara lain dipersentasikan dengan Bank Perkereditan
Rakyat Syariah (BPRS), Baitulmal Wa-Tamwil (BMT),
Koperasi Pesantren (KOPONTREN) sangat viral
menjangkau transaksi syariah di daerah yang tidak bisa
dilayani oleh Bank umum maupun Bank syariah.
Pada tahun 1975 berdiri Islamic Development Bank
(IDB) yang juga berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Kegiatan-kegiatan usaha Islamic Development Bank (IDB)
memberikan pembiayaan antara lain untuk trade financing
dan pembiayaan proyek-proyek di masing-masing negara
anggota.
Bentuk pembiayaan murabahah sampai saat ini masih
merupakan pembiayaan yang dominan pada perbankkan
syariah, kegiatan yang dilakukan oleh Islamic Development
Bank (IDB) masih terfokus pada skim murabahah yang
cenderung merupakan pembiayaan jangka pendek dan
memiliki dampak positif terhadap perekonomian meskipun
lebih kecil dibandingkan dengan skim mudhorabah.4
Koperasi merupakan lembaga yang berbadan hukum
yang siap melakukan dan membantu anggotanya dalam
menjalankan ekonomi dengan melakukan simpan pinjam
tersebut dengan syarat dan ketentuannya. Koperasi
4 Antonio, M. Syafi’I, dkk. Bank Syariah (Analisis Kekuatan,
Kelemahan dan Ancaman), Ekonosia Yogyakarta, 2004, cet 3, hal 3.
5
bertindak untuk membantu orang-orang dengan kondisi
ekonomi tingkat ke bawah agar bisa menjalankan usahanya.
Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, koperasi
memberikan kontribusi yang positif.
Koperasi termasuk gerakan ekonomi rakyat yang telah
mendapatkan tempat sebagai salah satu pilar ekonomi yang
diharapkan dapat memenuhi harapan tersebut. Pemerintah
baik pusat maupun daerah dalam upaya mengurangi
pengangguran dan mengentaskan kemiskinan, terus
mendorong adanya pemberdayaan ekonomi rakyat melalui
koperasi. Peran koperasi makin besar dalam meningkatkan
produksi maupun income masyarakat serta memberikan
konstribusi nilai tambah dalam ekonomi dan pembangunan
wilayah.5
Salah satu produk koperasi syariah adalah pembiayaan
murabahah, pembiayaan murabahah yaitu suatu jasa atau
produk pembiayaan yang diberikan oleh suatu lembaga
keuangan syariah berdasarkan prinsip syariah kepada
anggota yang membutuhkan dan memesan suatu barang
tertentu. Dalam hal ini lembaga keuangan syariah seperti
koperasi memberikan fasilitas dengan mendasarkan pada
pembelian yang harus dilakukan terlebih dahulu oleh
lembaga tersebut dari pemasok barang. Setelah secara
yuridis kepemilikan barang tersebut beralih dari tangan
pemasok ke tangan lembaga syariah tersebut, maka
5 Pariaman Sinaga, dkk. Koperasi Dalam Sorotan Peneliti, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2008) h. 194.
6
selanjutnya lembaga keuangan syariah tersebut menjual
barang kepada anggotanya.6 Karakteristik murabahah
adalah si penjual harus memberitahu pembeli tentang harga
pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan
yang ditambahkan pada biaya tersebut. Biaya-biaya
tersebut dapat berupa biaya langsung maupun biaya tidak
langsung yang berkaitan dengan pekerjaan ataupun hal-hal
yang berguna dalam mendapatkan barang yang diinginkan
anggota.
Sesuai dengan kaidah fiqh muamalah yang tertuang
dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN MUI) dikatakan bahwa bank membeli
barang yang diperlukan nasabah atas nama bank dan bank
kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah
(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli ditambahkan
keuntungannya.7
Salah satu koperasi yang ada di Bekasi yaitu Koperasi
Syariah Ukhuwah Pondok Melati mempunyai anggota yang
berjumlah 3000 anggota. Dimana beberapa nasabah
menggunakan produk pembiayaan murabahah untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan adanya
pembiayaan murabahah tersebut yang dilakukan anggota
koperasi, saya selaku peneliti tertarik untuk menganalisis
6 Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan(Jakarta: Sinar Grafika,
2009), h. 193 7 Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000
Tentang Murabahah
7
pembiayaan murabahah pada koperasi syariah ukhuwah
pondok melati bekasi.
Dilihat dari latar belakang diatas maka dari itu penulis
memberikan judul skiripsi ini “ANALISIS
PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA KOPERASI
SYARIAH UKHUWAH PONDOK MELATI KOTA
BEKASI”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis membatasi
masalah yang akan dibahas mengenai Analisis
Pembiayaan Murabahah Pada Koperasi Syariah
Ukhuwah Pondok Melati Kota Bekasi.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan
diatas, maka rumusan masalah yang akan diteliti ialah:
a. Bagaimana Prosedur Pembiayaan Murabahah Pada
Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok Melati Kota
Bekasi?
b. Apa saja pertimbangan pemberian pembiayaan
murabahah di Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok
Melati Kota Bekasi?
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui prosedur pembiayaan
murabahah di Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok
Melati Kota Bekasi.
b. Untuk mengetahui pertimbangan pemberian
pembiayaan murabahah di Koperasi Syariah
Ukhuwah Pondok Melati Kota Bekasi.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini berharap dapat bermanfaat bagi
berbagai pihak:
a. Bagi Penulis
Menambah wawasan atau pemahaman tentang
Pembiayaan Murabahah Koperasi Syariah
Ukhuwah Pondok Melati Kota Bekasi.
b. Bagi Lembaga
Penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan
dapat berguna untuk dijadikan acuan dalam
merumuskan pemikiran atau pertimbangan bagi
Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok Melati Kota
Bekasi dalam memecahkan masalah yang berkaitan
dengan Analisis Pembiayaan Murabahah.
c. Bagi Akademis
Penelitian ini diharapkan memberikan kajian yang
menarik dan menambah khazanah keilmuan bagi
para pembaca khususnya mahasiswa Manajemen
9
Dakwah dan dapat berguna bagi banyak pihak
sebagai referensi atau perbandiangan bagi kajian
ilmu dimasa mendatang.
d. Bagi Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan
wawasan baru dan memeberikan motivasi bagi para
praktisi terhadap pengembangan penyelenggaraan
ekonomi syariah.
D. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif. Metode kualitatif merupakan
sebuah metode yang digunakan untuk mengungkapkan
masalah dalam organisasi pemerintah, swasta,
kemasyarakatan, kepemudaan, seni dan budaya
sehingga dapat dijadikan suatu kebijakan untuk
dilaksanakan demi kesejahteraan bersama. Adapun
menurut Creswell (1995) sebagaimana dikutip dalam
buku metode penelitian kualitatif karangan Imam
Gunawan, penelitian kualitatif ialah penelitian yang
dibimbing oleh paradigma kualitatif didefinisikan
sebagai suatu proses penelitian untuk memahami
masalah-masalah manusia atau sosial dengan
menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang
disajikan dengan kata-kata, melaporkan pandangan
10
terinci yang diperoleh dari para sumber informasi, serta
dilakukan dalam latar (setting) yang alamiah.8
Dengan memilih metode penelitian kualitatif ini,
penulis berusaha untuk menggambarkan secara jelas
seg ala hal yang terjadi dilapangan dan kemudian
dianalisa untuk mendapatkan hasil berdasarkan tujuan
penelitian. Pendekatan kualitatif ini menitik beratkan
pada data-data penelitian yang dihasilkan berupa kata-
kata melalui wawancara dan pengamatan.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah pihak Koperasi
Syariah Ukhuwah Pondok Melati Bekasi yang terkait
dengan tujuan penelitian untuk mendapatkan data yang
akurat. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah
Analisis Pembiayaan Murabahah Pada Koperasi
Syariah Ukhuwah Pondok Melati Bekasi.
3. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian yang dilakukan bertempat di
Kantor Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok Melati
Bekasi yang beralamat di Jl. Si Bayak Blok D22,
Rt.05/05 No. 4 Jatiwarna Pondok Melati-Kota Bekasi
17415.
8 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hal 80-83
11
4. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data itu
diperoleh.9 Adapun macam data pada penelitian ini
terbagi menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data asli atau yang didapatkan
secara langsung dari narasumber yaitu Koperasi
Syariah Ukhuwah Pondok Melati Bekasi melalui
proses wawancara10
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari
catatan-catatan, dokumen yang terkait dengan
penelitian, atau referensi dari buku-buku yang
terdapat pembahasan sesuai dengan penelitian. Juga
melakukan kunjungan ke perpustakaan dan jurnal
guna menambah data..11
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama
dari penelitian adalah mendapatkan data.12 Untuk
9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 274. 10 J. Vrendenbergt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat,
(Jakarta: PT. Gramedia, 1980) Hal. 34 11 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Alfabeta: Bandung, 2010).
Hal. 103. 12 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktek (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), hal. 11.
12
mendapatkan data yang objektif, penulis melakukan
teknik sebagai berikut :
a. Observasi atau Pengamatan
Observasi atau pengamatan adalah usaha untuk
memperoleh data dengan melakukan pengamatan
secara langsung dilapangan terhadap suatu kegiatan
secara akurat, serta mencatat fenomena yang
muncul dan mempertimbangkan hubungan antar
aspek dalam fenomena tersebut.13 Dalam hal ini
penulis melakukan pengamatan dan pencatatan
secara langsung ke Koperasi Syariah Ukhuwah
Pondok Melati Bekasi untuk mendapatkan data
yang dibutuhkan.
b. Wawancara
Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan
cara berkomunikasi secara langsung dengan
narasumber. Wawancara bertujuan untuk
mendapatkan data yang konkrit dari hasil
pertanyaan yang diajukan.14 Dalam metode ini
penulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada
pihak lembaga dan anggota Koperasi Syariah
Ukhuwah Pondok Melati Bekasi.
c. Dokumentasi
13 Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta:
Logos,1997, cet.Ke-1 , hal.24) 14 Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, Cet.Ke-1, hal.24
13
Dokumentasi adalah pengambilan data yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen.15 merupakan
pelengkap dari penggunaan observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif. Pada
penelitian ini penulis mengumpulkan, membaca,
memproleh, dan mempelajari berbagai macam
bentuk data melalui pengumpulan foto-foto, buku,
dan dokumen yang ada di Koperasi Syariah
Ukhuwah Pondok Melati Kota Bekasi.
6. Teknik Analisis Data
Setelah data yang diperoleh diperlukan terkumpul,
langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Pada
penulisan skripsi ini penulis menggunakan analisis data
pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif, untuk
kemudian di analisis sesuai dengan rumusan masalah
dan tujuan penelitian, kemudian setelah itu disajikan
dalam laporan ilmiah.
7. Teknik Pengolahan data
Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, langkah
selanjutnya adalah menganalisis data untuk dibuat
kesimpulan. Penulisan skripsi ini menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif, untuk dianalisis
sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian,
kemudian disajikan dalam laporan ilmiah.
15 Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi
Contoh Analisis Statistik (Bandung: PT. Rosdakarya, 2002) Hal. 240
14
8. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam skripsi ini, penulis
mengacu kepada keputusan rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Nomor : 507 Tahun 2017 tentang
“Pedomana Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017”.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini peneliti telah melakukan
tinjauan pustaka untuk memastikan judul penelitian ini
pernah di uji sebelumnya dan untuk menambah referensi
mengenai Analisis Pembiayaan Murabahah Pada Koperasi
Syariah Ukhuwah Pondok Melati Bekasi. Namun penulis
memastikan bahwa skripsi ini akan berbeda dengan yang
sudah tercantum pada penelitian sebelumnya. Adapun
beberapa skripsi tersebut yaitu:
1. Inayah, mahasiswi jurusan Perbankkan Syariah UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul skripsi
“Kesesuaian Pembiayaan Murabahah Bank Syariah Ke
Perusahaan Ditinjau Dari Hukum Islam (Dari Bank
Muamalat Indonesia Ke Pt. Lintas Utama Persada).”
Skripsi ini membahas mengenai Kesesuaian
Pembiayaan Murabahah Bank Syariah Ke Perusahaan
Ditinjau Dari Hukum Islam (Dari Bank Muamalat
Indonesia Ke Pt Lintas Utama Persada). Skripsi ini
memiliki kesamaan objek penelitian namun memiliki
tempat dan tahun penelitian yang berbeda.
15
2. Aswad Addu Ali Humad Al Alim, mahasiswa jurusan
SI Perbankkan Syariah Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, dengan judul skripsi “Analisis
Prosedur Pembiayaan Dan Dampaknya Terhadap
Kepuasan Nasabah (Studi Kasus Di Bmt Tumang, Bmt
Anda, Bmt Al Islah Dikota Salatiga” Skripsi ini
membahas mengenai bagaimana Prosedur Pembiayaan
Dan Dampaknya Terhadap Kepuasan Nasabah (Studi
Kasus Di Bmt Tumang, Bmt anda, Bmt Al Islah Dikota
Salatiga. Yang membedakan skripsi ini adalah objek,
tempat dan tahun penelitian.
3. Ulfi Sayyidatul Fitria, mahasiswi Ekonomi Dan Bisnis
Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan,
dengan judul skripsi, “Pengaruh Pembiayaan
Murabahah Dan Mudharabah Terhadap Return On
Asset (ROA) (Studi Kasus Bmt Bermasyarakat Madani
Sumut Periode 2013-2017).” Skripsi ini sama-sama
membahas mengenai Pengaruh Pembiayaan Murabahah
Dan Mudharabah Terhadap Return On Asset(Roa)
(Studi kasus Bmt Bermasyarakat Madani Sumut
Periode 2013-2017). Skripsi ini memiliki satu objek
yang sama, namun tempat dan tahun penelitian berbeda.
4. Firda Rini Fauziyah, mahasiswi jurusan Dakwah Dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang, dengan judul skripsi “Pengaruh Kualitas
Pelayanan Pada Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan
Syariah (KSPPS) Bmt Dana Li Mardhatillah (Damar)
16
Semarang Terhadap tingkat Kepuasan Anggota.”
Skiripsi ini membahas mengenai pengaruh kualitas
pelayanan pada koperasi simpan pinjam pembiayaan
syariah (KSPPS) Bmt dana li Mardhatilah (Damar)
semarang terhadap tingkat kepuasan anggota. Yang
membedan skripsi ini adalah objek, tempat dan tahun
penelitian.
5. Dewi Rika Koesnaini, mahasiswi jurusan Perbankan
Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul
skripsi “Analisis Akad Murabahah Dalam Produk
Pembiayaan Huniyan Syariah (Perspektif Hukum
Perpajakan Dan perlindungan Konsumen).” Skiripsi ini
membahas akad murabahah dalam produk pembiayaan
huniyan syariah (Perspektif Hukum Perpajakan Dan
Perlindungan Konsumen). Skirpsi ini memiliki objek
penelitian yang sama, namun tempat dan tahun
penelitian berbeda.
F. Sistematika Penulisan
Untuk lebih terarah dalam pembahasan dan gambaran
sederhana agar memudahkan penulisan skripsi ini maka
penulis membuat sistematika penulisan yang tersusun
dalam lima (5) bab yang masing-masing memiliki sub-sub
dengan susunan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Bagian pendahuluan merupakan acuan untuk
pembahasan pada bab-bab berikutnya sekaligus
mencerminkan isi global skripsi yang berisi latar belakang
17
masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi
penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Pada bab ini penulis menjelaskan landasan teori
mengenai: pengertian pembiayaan, pengertian analisis
kelayakan pembiayaan,tujuan pembiayaan, prosedur
pembiayaan, jenis-jenis pembiayaan, prinsip analisis
pembiayaan, pengertian murabahah, landasan hukum
pembiayaan murabahah, jenis-jenis pembiayaan
murabahah, syarat dan rukun pembiayaan murabahah,
skema pembiayaan murabahah, manfaat dan resiko
pembiayaan, pengertian koperasi, pengertian koperasi
syariah, fungsi dan tujuan koperasi syariah, landasan
hukum koperasi syariah, prinsip koperasi syariah, bentuk
koperasi syariah.
BAB III : Gambaran Umum
Bab ini akan menjelaskan serta memaparkan tentang
profil koperasi syariah ukhuwah pondok melati bekasi,
sejarah singkat berdirinya koperasi syariah ukhuwah
pondok melati bekasi, visi, misi, struktur organisasi,
produk-produk koperasi syariah ukhuwah pondok melati
bekasi.
BAB IV : Data dan Temuan Penelitian
Bab ini membahas pengertian pembiayaan murabahah,
prosedur pembiayan murabahah, dan strategi pembiayaan
murabahah
18
BAB V : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini merupakan inti pembahasan yang berisi tentang
analisis pembiayaan murabahah pada koperasi syariah
ukhuwah pondok melati bekasi.
BAB VI : Penutup
Bab ini merupakan bab akhir dari proses hasil penelitian
yang berpijak pada bab-bab sebelumnya yang didalamnya
terdiri dari kesimpulan, saran, dan lampiran-lampiran yang
berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan.
19
BAB II
PENDAHULUAN
A. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan berasal dari kata biaya yang berarti
uang yang dikeluarkan untuk mengadakan (mendirikan,
melakukan, dan sebagainya). Jadi pembiayaan adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan biaya.1
Pembiayaan menurut Kasmir adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujan atau kesepakatan antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil.2
Pembiayaan menurut Muhammad adalah
pendanaan yang diberikan oleh satu pihak lain untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
yang dilakukakan sendiri ataupun lembaga. Dengan
kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan. Dengan kesepakatan antara bank dan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
1 Departemen Pemdidikan dam Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, cet-3 Jakarta, Balai Pustaka, 2007, hal.113 2 Kasmir, Dasar-dasar Perbankkan, Jakarta, Raja Grafindo Persada,
2004, hal. 102
20
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.3
Sedangkan dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang
perbankkan menyatakan “pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan
uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.4
Pengertian pembiayaan menurut M. Syafi’I Antonio
bahwa pembiayaan adalah salah satu tugas pokok yaitu
memberikan fasilatas dana untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang merupakan deficit unit.5
Menurut M. Syafi’I Antonio berdasarkan sifat
pengunaannya dapat dibagi menjadi dua yaitu:6
a. Pembiayaa Produktif
Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi
dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik
usaha produksi, perdagangan maupun investasi.
b. Pembiayaan Konsumtif
3 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta,
UPPAMP YKPN, 2005, hal. 17 4 UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankkan 5 Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta, Gema
Insani, 2001, hal. 160 6 Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta, Gema
Insani, 2001, hal. 161
21
Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis
digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif
dapat dibagi menjadi dua hal yaitu: 7
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan
untuk memenuhi kebutuhan:
a) Peningkatan produksi secara kuantitatif,
yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara
kualitatif yaitu peningkatan secara kualitas
dan mutu hasil produksi.
b) Untuk keperluan perdagangan atau
peningkatan utility of place dari suatu
barang.
c) Pembiayaan investasi diperuntukkan bagi
nasabah untuk keperluan investasi, yaitu
keperluan penambahan modal guna
mengadakan rehabilitas, perluasan usaha
ataupun pendirian proyek baru. Ciri-ciri
pembiayaan ini adalah untuk pengadaan
barang-barang modal, mempunyai
perencanaan alokasi dana yang matang dan
terarah, dan berjangka waktu panjang.
7 Hejazziey, Djawahir, Perbankkan Syariah dalam Teori dan Praktik,
hal. 144
22
b. Pembiayaan berdasarkan sektor usaha yang
dibiayai:
a) Pembiayaan sektor perdagangan (contoh:
pasar, toko kelontong, warung sembaku dan
lain-lain.)
b) Pembiayaan sektor industri (contoh: home
industri, konfeksi, dan sepatu)
Istilah pembiayaan pada intinya berarti I Believe,
atau I Trust, ‘saya percaya’ atau ‘say menaruh
kepercayaan’. Perkataan pembiayaan yang artinya
kepercayaan, berarti lembaga pembiayaan selaku
shahibul mal menaruh kepercayaan kepada seorang
untuk melaksanakan amanah yang diberikan.8
Kata pembiayaan/ kredit itu sendiri berasal dari
bahasa latin yaitu credere, yang berarti percaya. Oleh
karena itu dasar pemikiran persetujuan pembiayaan
oleh suatu lembaga keuangan atau badan usaha
berlandaskan kepercayaan.9
Pembiayan dalam arti luas artinya financing yaitu
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan, baik dilakukakn
sendiri maupun dijalankan orang lain. Dalam arti
sempit, pembiayaan yaitu pendanaan yang dilakukan
oleh lembaga keuangan, seperti Bmt kepada nasabah.
8 Veitzhal Rivai dan Andrian Permata Veitzhal, Islamic Financial
Management, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008), h. 3 9 Moh Tjoekom, Perkreditan Bisnis Inti Perbankkan: Konesp, Teknik
dan Kasus, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999), Edisi I, h. 1
23
Jadi yang dimaksud dengan pembiayaan adalah
menyediakan dana guna membiayai kebutuhan nasabah
yang memerlukannya dan layak memperolehnya.10
Dari pengertian-pengertian diatas penulis
mengambil kesimpulan bahwa pembiayaan merupakan
pendanaan berupa uang atau barang modal yang
diberikan oleh suatu pihak, baik bank maupun lembaga
keuangan lain untuk mendukung kegiatan investasi atau
usaha seseorang yang dengan itu mewajibkan
pengembalian yang disertakan dengan imbalan atau
bagi hasil pada waktu yang telah disepakati oleh kedua
belah pihak.
2. Pengertian analisis kelayakan pembiayaan
Kelayakan pembiayaan adalah suatu kegiatan
penelitian secara mendalam terhadap suatu kegiatan,
bisnis, atau usaha yang akan dijalankan, untuk
mengetahui layak atau tidaknya suatu usaha tersebut
dijalankan dan menentukan seberapa besar keuntungan
dan kerugian yang akan timbul dari usaha tersebut.11
Dalam melakukan pendanaan kepada nasabah dalam
pemberian kredit, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan berkaitan dengan penilaian kredit, oleh
karena layak tidaknya kredit yang diberikan akan sangat
mempengaruhi stabilitas keuangan.
10 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta:
Pustaka Alvabet, 2005), Cet III, h.185 11 Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007), h.242
24
Sebagaimana telah diatur dalam pasal 29 ayatt (3)
undang-undang perbankkan menentukan bahwa “dalam
memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya,
bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan
Bank Syariah atau Uus dan kepentingan nasabah yang
mempercayakan dananya kepada bank”.12
Agar penyaluran dana tidak menimbulkan kerugian
bagi Bank Syariah atau Uus dan kepentingan nasabah
yang mempercayakan dananya, Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008 secara khusus menetapkan
pedoman analisis kelayakan penyaluran dana kepada
nasabah penerima fasilitas. Pedoman pembiayaan
perbankkan syariah ditentukan dalam pasal 23 Undang-
Undang Nomer 21 Tahun 2008.
Menurut ketentuan dalam pasal 23 Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008, Bank Syariah atau Uus harus
mempunyai keyakinan atas kemauan dan kemampuan
calon nasabah penerima fasilitas untuk melunasi
seluruh kewajiban pada waktunya, sebelum Bank
Syariah atau Uus menyalurkan dana kepada nasabah
penerima fasilitas. Untuk memperoleh keyakinan yang
dimaksud, Bank Syariah dan Uus wajib melakukan
penilaian yang saksama terhadap watak, kemampuan,
12 Veitzhal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking Sebuah Teori,
Konsep dan aplikasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), h.74
25
modal, agunan, dan prospek usaha dari calon nasabah
penerima fasilitas.13
Dengan demikian, dari ketentuan dalam pasal 23
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008, jelas bahwa
sebelum Bank Syariah dan Uus menyalurkan dana
kepada nasabah, harus mempunyai keyakinan, yakni
kemauan dan kemampuan calon nasabah penerima
fasilitas melunasi seluruh kewajiban dan utang pada
waktunya sesuai dengan yang telah disepakati.
Kemauan berkaitan dengan i’tikad baik dari nasabah
untuk membayar kembali penggunaan dana yang
disalurkan oleh Bank Syariah atau Uus. Sementara itu,
kemampuan berkaitan dengan keadaan atau aset
nasabah, sehingga mampu untuk membayar kembali
penggunaan dana yang disalurkan oleh Bank Syariah
atau Uus.14Prinsip Analisis Pembiayaan
3. Prinsip analisis pembiayaan
Prinsip adalah suatu yang dijadikan pedoman dalam
melaksanakan suatu tindakan. Prinsip analisis
pembiayaan adalah pedoman-pedoman yang harus
diperhatikan oleh pejabat pembiayaan bank syariah
pada saat melakukan analisis pembiayaan.
Sebelum melakukan analisis dalam memutuskan
kelayakan pembiayaan calon nasabah, ada beberapa
13 Jundiani, Pengaturan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia,
(Malang: UIN Malang Press Anggota IKAPI, 2009), h.169 14 Rahmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia,
(Jakarta: Sinar Grafik, 2012), h.33
26
prinsip yang dijadikan pedoman dan harus diperhatikan
oleh pembiayaan di bank saat melakukan analisis
pembiayaan. Secara umum, prinsip analisis pembiayaan
didasarkan pada 5C yaitu:15
a. Character (watak/kepribadian)
Character (watak/ kepribadian) adalah watak/
sifat dari debitur, baik dalam kehidupan pribadi
maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari
penelitian terhadap karakter ini ada lah untuk
mengetahui sampai sejauh mana dari itikad/
kemauan debitur untuk memenuhi kewajibannya
(willignes to pay) sesauai dengan perjanjian yang
telah ditetapkan. Pemberian kredit didasari atas
dasar kepercayaan yang berasal dari pihak bank
bahwa peminjam mempunyai moral, watak,
maupun sifat-sifat pribadi yang positif dan
koperatif.
Penilaian watak calon nasabah penerima
fasilitas terutama didasarkan pada hubungan yang
telah terjalin antara bank syariah dan nasabah atau
calon nasabah yang bersangkutan atau informasi
yang diperoleh dari pihak lain yang dapat dipercaya
sehingga bank syariah dapat menyimpulkan bahwa
calon nasabah penerima fasilitas mempunyai sikap
15 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007),
h.101
27
jujur, beritikad baik, dan tidak menyulitkan bank
syariah dikemudian hari.
Sebagai alat untuk memperoleh gambaran
tentang karakter dari calon nasabah tersebut, dapat
ditempuh melalui upaya antara lain:16
1. Meneliti riwayat hidup calon nasabah
2. Menilai reputasi calon nasabah tersebut
dilingkungan usahanya
3. Memienta bank to bank information (Sistem
Infomasi Debitur)
4. Mencari informasi kepada asosiasi-asosiasi
usaha dimana calon nasabah berada
5. Mencari informasi apakah calon nasabah suka
berjudi
6. Mencari informasi apakah calon nasabah
memiliki hobi berfoya-foya
Idealnya, karakter calon nasabah yang baik
mempunyai nilai-nilai kepribadian yang baik, yang
berimbang dalam diri pribadinya.
b. Capacity (kemampuan)
Capacity (kemampuan) adalah kemampuan
yang dimiliki calon debitur dalam menjalankan
usahanya guna memperoleh labah yang
diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini adalah
untuk mengetahui/ mengukur sampai sejauh
16 Veithzal Rivai dan Andri Soemita, Credit Manajemen Handbook,
(Jakarta: Rajawali Press, 2013), Cet. Ke-III, h. 251
28
mana calon debitur mampu untuk melunasi
utang-utangnya (ability to pay) secara tepat
waktu dari usaha yang diperolehnya.
Pengukuran capacity tersebut dapat
dilakukan melalui berbagai pendekatan, antara
lain yaitu:17
1. Pendekatan historis, yaitu menilai pasr
perfomance, apakah menunjukan
perkembangan yang baik dari waktu
kewaktu.
2. Pedekatan finansial, yaitu menilai latar
belakang pendidikan para pengurus. Hal ini
sangat penting untuk perusahaan yang
menggunakan keahlian teknologi tinggi atau
perusahaan yang memerlukan
profesionalisme tinggi seperti rumah sakit,
biro konsultan dan lain-lain.
3. Pendekatan yuridis, secara yuridis apakah
calon debitur mempunyai kapasitas untuk
mewakili badan usaha yang diwakilinya
untuk mengadakan perjanjian kredit dengan
bank.
4. Pendekatan manajerial, yaitu menilai sejauh
mana kemampuan dan keterampilan
17 Veithzal Rivai dan Andri Soemita, Credit Manajemen Handbook,
(Jakarta: Rajawali Press, 2013), Cet. Ke-III, h. 251
29
nasabah dalam melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen dalam memimpin perusahaan.
5. Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai
sejauh mana kemampuan calon debitur
mengelola faktor-faktor produksi seperti
tenaga kerja, sumber bahan baku, peralatan-
peralatan/ mesin-mesin, administrasi dan
keuangan sampai pada kemampuan merebut
pasar
Dalam penilaian kemampuan calon nasabah
penerima fasilitas, bank harus meneliti keahlian
nasabah penerima fasilitasn dalam bidang usaha
ataupun kemampuan menajemen calon nasabah
sehingga pihak bank syariah merasa yakin
bahwa usaha yang akan dibiayai dikelola oleh
orang yang tepat.18
c. Capital (modal)
Pembiayan suata proyek yang akan
dijalankan debitur tidak seluruhnya berasal dari
bank, tetapi dibiayai bersama antara bank dan
debitur. Semakin besar modal sendiri dalam
perusahaan tentu semakin tinggi kesungguhan
calon debitur dalam menjalankan usahanya dan
18 Lukman Dendrawijaya, Manajemen Perbankan, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2009), h. 89
30
bank akan merasa lebih yakin dalam
memberikan kredit.19
Dalam penilaian terhadap modal yang
dimiliki calon nasabah penerima fasilitas, bank
syariah harus melakukan analisis terhadap posisi
keuangan secara keseluruhan, baik untuk masa
yang telah lalu maupun perkiraan untuk masa
yang akan datang sehingga dapat diketahui
kemampuan permodalan calon nasabah
penerima fasilitas dalam menunjang
pembiayaan proyek atau usaha calon nasabah
yang bersangkutan. Penilaian atas besarnya
modal sendiri merupakan hal yang penting
mengingat kredit bank hanya sebagai
pembiayaan tambahan dan bukan untu
membiayai seluruh modal yang diberikan.20
d. Collateral (jaminan atau anggunan)
Collateral merupakan jaminan yang
diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun non fisik.21 Jaminan hendaknya
melebihi jumlah kredit yang dibutuhkan.
Jaminan juga harus diteliti keabsahannya,
sehingga jika terjadi suatu masalah, jaminan
19 Veithzal Rivai dan Andri Soemita, Credit Manajemen Handbook,
(Jakarta: Rajawali Press, 2013), Cet. Ke-III, h. 253 20 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen, YKPN, 2011), h. 131 21 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kenaca, 2011), h. 119
31
yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat
mungkin. Fungsi jaminan adalah sebagai
pelindung bank dari resiko kerugian.
Dalam melakukan penilaian terhadap
agunan, bank syariah harus menilai barang,
proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan
fasilitas pembiayaan yang bersangkutan dan
barang lain. Surat berharga atau garansi risiko
yang ditambahkan sebagai agunan tambahan,
apakah sudah cukup memadai sehingga apabila
nasabah penerima fasilitas kelak tidak dapat
melunasi kewajibannya, agunan tersebut dapat
digunakan untuk menanggung pembayaran
kembali pembiayaan dari bank syariah yang
bersangkutan.
e. Condition of Economy (kondisi ekonomi)
Conditio of Economy yaitu situasi dan
kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya yang
memengaruhi keadaan perekonomian pada
suatu saat yang kemungkinannya memengaruhi
kelancaran perusahaan calon debitur. Untuk
mendapat gambaran mengenai hal tersebut,
perlu diadakan penelitian mengenai hal-hal
antara lain:22
a) Keadaan konjungtur
22 Siswanto Sutojo, Strategi Manajemen Kredit Bank Umum, (Jakarta:
Damar Mulia Pustaka, 2000), h. 82
32
b) Peraturan pemerintah (pusat dan daerah)
c) Situasi, politik dan perekonomian dunia
d) Keadaan lain yang memengaruhi pemasaran
4. Tujuan pembiayaan
Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
adalah untuk meningkatkan kesepakatan kerja dan
kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai islam.
Pembiayaan tersebut harud dapat dinikmati oleh
sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak
dibidang industri, petani, dan perdagangan untuk
menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi
dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam rangka
memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.23
Tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua
kelompok besar, yaitu tujuan pembiayaan untuk tingkat
makro, dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro.24
Secara makro pembiayaan bertujuan untuk:
a. Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat
yang tidak dapet akses secara ekonom, dengan
adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses
ekonomi. Dengan demikian, dapat meningkatkan
taraf ekonominya.
23 Yusuf, Ayus Ahmad Aziz, 2009, Manajemen operasional Bank
Syariah, Cirebon : STAIN Press, hal. 68 24 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah,(Yogyakarta:
Unit Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2005), cet. 1, hal,
16
33
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya
untuk pengembangan usaha membutuhkan dana
tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh
melakukan aktivitas pembiayaan.
c. Meningkatkan produktifitasnya, artinya adanya
pembiyaan memberikan peluang bagi masyarakat
usaha agar mampu meningkatkan daya
produksinya.
d. Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan
dibukanya sektor-sektor usaha melalui penambahan
dana pembiayaan, maka sektor usaha tersebut akan
menyerap tenaga kerja.
e. Terjadi distribusi pendapatan, artinya masyarakat
usaha produtif mampu melakukan aktifitas kerja,
berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari
hasil usahanya.
Adapun secara mikro pembiayaan diberikan dalam
rangka untuk:25
a. Upaya mengoptimalkan laba, artinya setiap usaha
yang dibuka memiliki tujuan tinggi, yaitu
menghasilkan laba usaha.
b. Uapaya meminimalkan resiko, artinya usaha yang
dilakukan agar mampu menghasilkan laba
maksimal, maka pengusaha harus mampu
menimimalkan resiko yang mungkin timbul.
25 Veitzhal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori,
Konsep, dan Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal.681
34
c. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sember
daya ekonomi dapat dikembangkan dengan
melakukan mixing antara sumber daya alam dan
sumber daya manusia yang ada, dan sumber daya
modal tidak ada.
d. Penyaluran kelebihan dana, artinya dalam
kehidupan masyarakat ini pihak yang memiliki
kelebihan sementara ada pihak yang kekurangan
sehingga dapat menjadi jembatan dalam
penyeimbang dan penyaluran kelebihan dana dari
pihak yang kelebihan (surplus) kepada pihak yang
kekurangan (minus) dana.
5. Prosedur pembiayaan
Prosedur merupakan rangkaian aktifitas atau
kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dengan cara
yang sama. Prosedur penting dimiliki suatu organisasi
agar segala sesuatu dapat dilakukan secara seragam,
yang pada akhirnya prosedur akan menjadi pedoman
bagi suatu organisasi dalam menentukan aktifitas apa
saja yang harus dilakukan untuk menjalankan suatu
fungsi tertentu.
a. Pengertian prosedur
Prosedur (procedures) merupakan metode atau
cara yang baku untuk melaksanakan pekerjaan
tertentu (Allen,1990:147).26 Prosedur diperlukan
26 Ismail Solihin, Pengantar Manajemen,(Jakarta:Penertbit
Erlangga,2002), hal.71
35
agar pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan menurut
metode tertentu sehingga diperoleh hasil yang
seragam.
Menurut Syamsi, prosedur adalah suatu
rangkaian metode yang telah menjadi pola tetap
dalam melakukan suatu pekerjaan yang merupakan
suatu kebulatan.27
Sedengkan menurut Kamaruddin prosedur pada
dasarnya adalah suatu susunan yang teratur dari
kegiatan yang berhubungan satu sama lainnya dan
prosedur-prosedur yang berkaitan melaksanakan
dan memumadahkan kegiatan utama dari suatu
organisasi.28
Prosedur adalah urutan untuk kegiatan klerikal
biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu
departmen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin
penanganan secara seragam tranksaksi perusahaan
yang terjadi berulang-ulang.29
b. Manfaat prosedur
Sesuatu prosedur dapat memberikan manfaat yaitu:
a) Lebih mudah dalam lankah-langkah kegiatan
yang akan datang.
27 Ibnu Syamsi, System dan Prosedur Kerja, (PT Bumi Aksara:
Jakarta, 2004), hal. 16 28 Kamaruddin, Loc. Cit. h. 305 29 Mulyadi.Sistem Akutansi, Ed. Ke-3 (Jakarta:Penerbit Salemba
Empat, 2001), hal.5
36
b) Mengubah pekerjaan yang berulang-ulang
menjadi rutin dan terbatas, sehingga
menyederhanakan dan untuk selanjutnya
mengerjakan yang perlunya saja.
c) Adanya suatu petunjuk atau program kerja yang
jelas dan harus dipatuhi oleh seluruh pelaksana.
d) Membantu dalam usaha meningkatkan
produktivitas kerja yang efektif dan efesien.
e) Mencegah terjadinya penyimpangan dan
memudahkan dalam pengawasan, bila terjadi
penyimpangan akan dapat segera diadakan
perbaikan-perbaikan sepenjang dalam tugas dan
fungsinya masing-masing.30
c. Karakteristik prosedur
Berikut ini adalah beberapa karakteristik
prosedur, diantaranya adalah:
a) Prosedur menunjang tercapainya tujuan
organisasi.
b) Prosedur mampu menciptakan adanya
pengawasan yang baik dan menggunakan biaya
seminimal mungkin.
c) Prosedur menunjukan urutan-urutan yang logis
dan sederhana.
d) Prosedur menunjukan adanya penetapan
keputusan dan tanggung jawab.
30 https://brainly.co.id/tugas/7787209
37
B. Murabahah
1. Pengertian Murabahah
Secara bahasa Murabahah diambil dari kata rabiha
– yarbahu – rabhan – warabahan yang berarti
beruntung atau memberikan keuntungan. Sedangkan
kata ribh itu sendiri berarti suatu kelebihan yang
diproleh dari produksi atau modal (profit). Murabahah
berasal dari mashdar yang berarti “keuntungan, laba
atau faedah”. Secara istilah murabahah ini banyak
didefinisikan oleh para fuqoha. Murabahah adalah jual
beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati.31
Jadi arti murabahah adalah saling mengambil
keuntungan. Maksudnya menjual barang dagangan
sesuai harga modal ditambah laba tertentu.
Murabahah adalah jual-beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara
pihak bank dan nasabah. Pada murabahah, penjual
menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli,
kemudian mensyaratkan atas laba dan jumlah tertentu.
Pada perjanjian murabahah, bank membiayai pembelian
barang yang dibutuhkan nasabah dengan membeli
barang tersebut dari pemasok, dan kemudian menjual
kepada nasabah dengan harga yang ditambah
keuntungan atau di mark-up dengan kata lain penjual
31Yadi Janwari, Lembaga Keuangan Syariah (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2015),hal.4
38
barang kepada nasabah dilakukan atas dasar cost plus
profit.32
Pengertian Murabahah dalam terminologi:
a. Menurut Muhammad Syafi’I Antonio
menjelaskan bai’al murabahah adalah jual beli
barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati. Dalam juakl beli
murabahah penjual harus memberitahukan
produk yang dibeli dan menentukan suatu
tingkat keuntungan sebagai tambahannya.33
b. Sedangkan menurut Warqum Sumitro
pengertian murabahah adalah persetujan jual
beli suatu barang dengan harga sebesar harga
pokok ditambah dengan keuntungan yang
disepakati bersama dengan pembayaran yang
ditangguhkan satu bulan sampai satu tahun.
Persetujuan tersebut juga meliputi cara
pembayaran sekaligus.34
c. Menurut Ibnu Rusyd, jual beli murabahah ialah
jika penjual menyebutkan harga pembelian
barang kepada pembeli, kemudian ia
32 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,
(Yogyakarta: Ekonisia Yogyakarta, 2003), h. 69 33 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Suatu Pengenalan
Umum. (Jakarta: Tazkia institut, 2000), cet II hal. 145 34 Warkum Sumitro, Asas asas perbankan islam dan lembaga terkait:
BMI dan Takaful di Indonesia, (Jakarta: PT. Grafindo Persada , 2004), Edisi
Revisi, hal. 37
39
mensyaratkan atasnya laba dalam jumlah
tertentu, dinar atau dirham.35
d. Menurut Adiwarman Karim, murabahah adalah
suatu penjualan baran seharga barang tersebut
ditambah keuntungan yang disepakati. Misalnya
seorang membeli barang kemudian menjualnya
kembali dengan keuntungan tertentu. Berapa
besar keuntungan tersebut dapat dapat
dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau
dalam bentuk persentase dari harga
pembeliannya, misalnya 10% atau 20%.36
e. Menurut Zaenul Arifin, murabahah adalah jual-
beli dimana harga dan keuntungan disepakti
antara penjual dan pembeli. Aplikasi dalam
lembaga keuangan pada sisi aset, murabahah
dilakukan antara nasabah sebagai pembeli dan
bank sebagai penjual, dengan harga dan
keuntungan disepakati diawal. Pada sisi
liabilitas, murabahah ditetapkan untuk deposito,
yang dananya dikhususkan untuk pembiayaan
murabahah saja.37
35 Ibnu Rusyd, Biyadatul Mujtahid (Analisa Fiqh Para Mujtahid),
(Jakarta: Pustaka Amani, 2007), h. 45 36 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis fiqh dan Keuangan,
(Jakarta: IIIT Indonesia, 2003), h. 103 37 Zainuk Arifin, Memahami Bank Syariah Lingkup Peluang,
Tantangan dan Prospek, (Jakarta: Alvabet, 2000), h. 200
40
Pada penyaluran pembiayaan berdasarkan akad
murabahah, undang-undang perbankan syariah
membrikan penjelasan bahwa yang dimaksud dengan
akad murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang
dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan
pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai
keuntungan yang disepakati.38
Murabahah adalah persetujan jual-beli suatu barang
dengan harga sebesar harga pokok ditambah dengan
keuntungan yang disepakati bersama dengan
pembayaran ditangguhkan satu bulan sampai satu
tahun. Persetujuan tersebut juga meliputi cara
pembayaran sekaligus.39
Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara
tunai atau cicilan serta diperkenankan adanya
perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran
yang berbeda.40
Murabahah merupakan akad jual beli atau barang
tertentu, dimana penjual menyebutkan dengan jelas
barang yang diperjual belikan, termasuk harga
38 Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramdia
Pustaka Utama, 2012), h. 200 39 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga
Terkait: BMI dan Tafakul di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004), h. 37 40 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis fiqh dan Keuangan,
(Jakarta: IIIT Indonesia, 2003), h. 163
41
pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia
mensyaratkan atas keuntungan dalam jumlah tertentu.
2. Landasan Hukum Pembiayaam Murabahah
Murabahah merupakan bagian terpenting jual beli
dan akad ini mendominasi pendapatan bank dari
produk-produk yang ada di bank syariah. Jual beli
dalam islam sebagai sarana tolong-menolong antara
sesama umat manusia yang diridhai Allah SWT, dalam
jual beli sangat diharapkan adanya unsur suka sama
suka, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an dan
Hadits Nabi Muhammad Saw sebagai berikut:
a. Al-Qur’an
1. Q.S An Nisaa ayat 29
منوا ذين ا
ها ال ي
ـابا طل ي
م با ل
م بينك
ـك
موا ل
ا ا
و
لكأ ت
ل
منك
را ض م عن ت
ون تجا رة
ك
ن ت
ا
ال
ا ول
و
قتل
ت
مـفسك
ن ا
ه ان
ا الل
م ن ك
رحيما بك
Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama
suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
42
membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha
Penyayang kepadamu."41 2. Q.S Al Baqarah ayat 275
حل بواوا
م الر بيع وحره ال
الل
Artinya:
“Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.42
b. Hadits (HR Ibnu Majah)
Artinya:
Dari Suhaib ar-rumi r.a. bahwa Rasulullah saw.
Bersabda, “tiga hal yang didalamnya terdapat
keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampurkan gandum dengan
tepung untuk keperluan rumah bukan untuk
dijual”.43
3. Jenis-Jenis Murabahah
Murabahah dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a. Murabahah dengan pesanan
Murabahah berdasarkan pesanan bisa bersifat
mengikat ataupun tidak mengikat. Murabahah
berdasarkan pesanan yang bersifat terikat
maksudnya apabila barang (produk) sudah dipesan
maka nasabah harus membelinya. Murabahah
41 Al- Hanan Al-Qur’an dan Terjemah, (Raja Qur’any, 2012), hal. 83 42 Al- Hanan Al-Qur’an dan Terjemah, (Raja Qur’any, 2012), hal.43 43 Ash Shan’ani, Subul as Salam,(Indonesia: Maktabah Dahlan,tth),
Jilid 3, hal.76
43
berdasarkan pesanan yang tidak mengikat,
maksudnya nasabah sudah memesan barang tetapi
nasabah tidak terikat, nasabah dapat menerima atau
membatalkan barang tersebut.44
Dalam akad murabahah berdasarkan pesanan
ini, penjual melakukan pembelian barang setelah
ada pemesanan dari nasabah. Untuk menunjukan
keseriusan pembeli, penjual boleh meminta uang
tanda jadi ketika ijab qabul.45 Murabahah dengan
pesanan ini dapat mengikat dan pembeli tidak dapat
membatalkan pesananya bila kemudian pembeli
membatalkan akad ini, maka uang muka ini dapat
digunakan untuk menutupi kerugian penjual. Bila
kerugian ini lebih besar dari uang muka maka si
penjual akan dapat meminta kerugian itu pada
pembeli dan sebaliknya jika kerugian itu lebih kecil
dari uang muka maka penjual harus mengembalikan
kepada pembeli.46
b. Murabahah tanpa pesanan
Murabahah tanpa pesanan yaitu penyedian
barang pada murabahah ini tidak terpengaruh atau
terikat langsung dengan ada atau tidaknya pesanan
44 Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta: UII Press,
Vol,1.2005), h.38 45 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis fiqh dan Keuangan,
(Jakarta: IIIT Indonesia, 2003), h. 163 46 Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta: UII Press,
Vol,1.2005), h.17
44
pembeli. Murabahah tanpa pesanan ini tidak
mengikat.
4. Syarat dan rukun murabahah
a. Syarat murabahah47
1) Syarat yang berakad
a) Cakap hukum
b) Sukarela (ridha)
2) Objek yang diperjual belikan
a) Tidak termasuk yang dilarang/diharamkan
b) Bermanfaat dan penyerahan dari penjual ke
pembeli, dapat dilakukan
c) Merupakan hak milik penuh pihak yang
berakad
d) Sesuai spesifikasinya antara yang
diserahkan
e) Penjual yang diterima pembeli.
b. Rukun murabahah
1) Pihak yang berakal
a) Penjual
b) Pembeli
2) Objek yang diadakan
a) Barang yang diperjual belikan
b) Harga
47 Tim pengembangan Perbankan Syari’ah Institut Bankir Indonesia,
Bank Syariah: Konsep, Produk dan Implementasi Oparasional, (Jakarta,
Djambatan, 2001), hal 77
45
3) Akad 48
a) Serah (ijab)
b) Terima (Kabul)
5. Skema pembiayaan murabahah49
Gambar 2.1
Skema Pembiayaan Murabahah
(Sumber Perbankan Syariah karya Ismail)
Keterangan:
48 Zulkifli Sutarno, Panduan Praktis Tranksaksi Perbankkan Syariah,
(Jakarta: Zikrul Hakim, 2003), h. 40 49 Drs. Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: PT Kharisma Putra
Utama, 2011), h. 139
Bank Nasabah
3. Akad jual beli
6. Baayar
Supplier penjual 2. Beli 4. kirim
5.
Terima
barang
dan
dokume
n
1. Negosiasi dan
persyaratan
46
a. Ada tiga pihak yang terlibat dalam tranksaksi:
1. Nasabah
2. Penjual barang (toko, dealer, pemasok)
3. Lembaga keuangan (Bank)
b. Keterangan skema dari gambar diatas:
1. Terjadinya negosisasi dan persyaratan antara bank
dengan nasabah dimana semua harga dan
ketentuan-ketentuan lainnya disepakati disini.
2. Nasabah harus melakukan wa’ad (janji) beli yang
dibuat dalam sebuah kertas dimana nasabah harus
menyatakan benar-benar barang tersebut.
3. Terjadinya akad wakalah bil ujroh (mewakilkan
dengan upah) dan disini bank mewakilkan
nasabah untuk membeli ke toko atau pemasok
barang. Atau sebaliknya, terjadinya akad wakalah
bil ujroh (mewakilkan dengan upah) dan disini
nasabah mewakilkan bank untuk langsung
membeli barang ke pemasok atau toko tersebut.
4. pengiriman barang dari toko atau pemasok ke
bank
5. Terjadinya terima barang dari bank untuk
mengasihkan barang
kenasabah, sekaligus menandatangani akad jual
beli antara bank dan nasabah.
47
6. Setelah barang diterima nasabah, nasabah
berkewajiban membayar cicilan kepada bank.50
6. Manfaat dan resiko murabahah
Sesuai dengan sifat bisnis (tijaroh), tranksaksi jual-
beli murabahah memiliki beberapa manfaat, demikian
juga resiko yang harus diantisipasi. Jual-beli murabahah
memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah
satunya adalah keuntungan yang muncul dari selisih
harga beli dari penjual dengan harga jual kepada
nasabah. Selain itu, sistem jual beli murabahah juga
sangat sederhana. Hal tersebut juga dapat memudahkan
penanganan administrasinya di bank syariah. Diantara
kemungkinan resiko yang harus diantisipasi antara lain:
a. Gagal atau kalalaian; nasabah sengaja tidak
membayar angsuran.
b. Pergerakan harga komparatif, ini terjadi bila harga
satu barang dipasar naik setelah bank
membelikannya untuk nasabah, Bank tidak bisa
mengubah harga jual beli tersebut.
c. Penolakan nasabah barang yang dikirim bisa saja
ditolak oleh nasabah karena berbagai sebab. Bisa jadi
rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak mau
menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi
dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah
meresa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan
50 Drs. Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: PT Kharisma Putra
Utama, 2011), h. 140
48
yang ia pesan. Bila bank menandatangani kontrak
pembelian dengan penjualnya, barang tersebut akan
menjadi milik bank. Dengan demikian bank
mempunyai resiko untuk menjualnya dengan pihak
lain.51
d. Dijual karena bai’ almurabahah ini bersifat jual beli
dengan utang, maka ketika kontrak ditanda tangani ,
barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas
melakukan apapun terhadap aset miliknya tersebut,
termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian,
resiko untuk default akan besar.
C. Koperasi Syariah
1. Pengertian Koperasi
koperasi berasal dari kata cooperation (bahasa
inggris) yang artinya kerja sama. Sedangkan menurut
istilah yang dimaksud dengan koperasi adalah suatu
perkumpulan yang dibentuk oleh para anggota peserta
yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan para
anggotanya dengan harga yang relatif rendah dan
bertujuan memajukan tingkat hidup bersama.52
Menurut UU No. 25 tahun 1992 tentang
perkoperasian. Koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-seorang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
51 Veithzal Rivai dan Rifki Ismail, Islamic Risk Manajemen For
Islamic Bank, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013), h. 64 52 Drs. Hendi Suhendi, M.Si, Fiqh Muamalah , Membahas Ekonomi
Islam, (jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002) h. 291
49
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasar atas asas berkeluargaan.
Menurut R.M. Margono Djojohadikoesoemo dalam
buku yang berjudul “sepuluh tahun koperasi:
penerangan tentang koperasi oleh pemerintah 1930-
1940”, menyatakan bawha: koperasi adalah
perkumpulan manusia seorang-seorang yang dengan
sukanya sendiri hendak bekerja sama untuk memajukan
ekonominya,53
Menurut Prof. Marvin, A Schaars (guru besar Fak.
Pertanian, University of Wiconsin, Madison, USA)
merumuskan ekonomi koperasi adalah sebagai berikut:
“ A cooperative is a business voluntarilly owned and
controlled by its member patrons and operated for them
and by them on a non-profit or cost basis” (koperasi
adalah suatu badan usaha ekonomi yang secara sukarela
dimiliki dikendalikan oleh anggota yang
melangganinya dan dioperasikan untuk dan oleh
mereka berdasarkan nirlaba atau biaya).54
Dari beberapa definisi diatas, penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa koperasi adalah badan
usaha ekonomi yang beranggotakan orang yang
memiliki tujuan yang sama dalam melakukan kegiatan
ekonomi untuk kesejahteraan bersama dengan asas
53 M. Firdaus, S.P., MM dan Agus Edhi Susanto, Perkoperasian
Sejarah, Teori dan Praktek, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004 54 Bahri Nurudin, SE. MS., Perkenalan dengan Beberapa Konsep
Ekonomi Koperasi, (jakarta: t,t 1993) h. 11-12
50
kekeluargaan. Dengan modal dan keuntungan diatur
bersama.
2. Pengertian Koperasi Syariah
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor
91/Kep/M.KUKM/1X/2004, tanggal 10 September
2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Koperasi Jasa dan Keuangan Syariah (KJKS) sebagai
payung hukum pengelolaan lembaga keuangan mikro
syariah, seperti Baitul Maal Wa-Tamwil (BMT),
Koperasi Syariah, Koperasi Pondok Pesantren atau
lembaga-lembaga keuangan mikro lainnya yang
beroperasi secara syariah. Berikut beberapa hal
mengenai pengertian dan ketentuan pengelolaan
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) sebagai
berikut:55
a. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasar atas dasar kekeluargaan.
b. Koperasi Jasa Keuangan Syariah selanjutnya
disebut KJKS adalah koperasi yang kegiatan
usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi,
55 Djoko Muljono, Buku Pintar Akuntansi Perbankan dan Lembaga
Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Andi, 2015), hal. 473
51
produksi, perdagangan dan simpanan sesuai dengan
pola layanan syariah.
c. Unit Jasa Keuangan Syariah selanjutnya disebut
UJKS, adalah unit koperasi yang bergerak di bidang
usaha pembiayaan, investasi dan simpanan dengan
pola bagi hasil (syariah) sebagai bagian dari
kegiatan koperasi yang bersangkutan.
3. Fungsi dan Tujuan Koperasi Syariah
a. Fungsi koperasi syariah:
1. Sebagai manajer investasi
Koperasi syariah merupakan manajer
investasi dari pemilik dana yang dihimpunnya.
Besar kecilnya hasil usaha koperasi tergantung
dari keahlian, kehati-hatian, dan
profesionalisme koperasi. Penyaluran dana yang
dilakukan Koperasi Syariah memiliki implikasi
langsung kepada berkembang sebuah Koperasi
Syariah. Koperasi Syariah melakukan fungsi ini
sebagai lembaga yang menginvestasikan dana-
dana anggotanya pada usaha-usaha yang
menguntungkan. Jika terjadi kerugian karna
faktor Force major maka Koperasi Syariah tidak
boleh meminta imbalan sedikit pun karena
kerugian dibebankan pada pemilik dana.
2. Sebagai investor
Koperasi syariah menginvestasikan dana
yang dihimpun dari anggota maupun pihak lain
52
dengan pola investasi yang sesuai dengan
syriah. Investasi yang sesuai meliputi akad jual
beli secara tunai (Al Musawamah) seperti
pendirian waserda dan jual beli tidak tunai (Al
Muabahah), sewa- menyewa (Ijaroh), kerjasama
penyertaan sebagai modal seluruhnya
(Mudharabah). Keuntungan yang diperoleh
dibagi secara proposional ( sesuai kesepakatan
nisab) pada pihak yang memberikan dana
seperti tabungan sukarela atau investasi pihak
lain sisanya dimasukan pada pendapatan operasi
koperasi syariah.
3. Fungsi sosial
Konsep koperasi syariah mengharuskan
memberikan pelayanan sosial baik kepada
anggota yang membutuhkan maupun kepada
masyarakat dhu’afa. Kepada anggota yang
membutuhkan pinjaman darurat dapat diberikan
pinjaman kebajikan dengan pengembalian
pokok (Al Qard) yang sumber dananya berasal
dari modal maupun laba yang dihimpun.Dimana
anggota tidak dibebankan bunga dan sebagainya
seperti di koperasi konvensional. Sementara
bagi anggota masyarakat dhuafa dapat diberikan
pinjaman kebijakan dengan atau tampak
pengembalian pokok (Qardhul hasan) yang
53
sumber dananya dari dana ZIS(zakat, infak,
shodaqoh).
b. Tujuan Koperasi Syariah56
Tujuan sistem koperasi syariah yaitu
Mensejahterakan ekonomi anggotanya sesuai
norma dan moral Islam, Menciptakan persaudaraan
dan keadilan sesama anggota, Pendistribusian
pendapatan dan kekayaan yang merata sesama
anggota berdasarkan kontribusinya, Kebebasan
pribadi dalam kemaslahatan social yang didasarkan
pada pengertian bahwa manusia diciptakan hanya
untuk tunduk kepada Allah, Meningkatkan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya serta turut membangun
tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai
dengan prinsip-prinsip Islam.
4. Landasan Hukum Koperasi Syariah57
a. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor:
35.2/PER/M.KUKM/X/2007 tentang Pedoman
Standar Operasional Manajemen Koperasi
JasaKeuangan Syariah.
56 Nur S Buchori, Koperasi Syariah, (Jawa Timur: Mashun, 2009), cet
1 hal.18
57 Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia, hal.7
54
b. Koperasi syariah berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
c. Koperasi syariah berazaskan kekeluargan.
d. Koperasi syariah berlandaskan syariah Islam yaitu
al-quran dan as-sunnah dengan saling tolong
menolong (ta’awun) dan saling menguatkan
(takaful).
5. Prinsip Koperasi Syariah
Pada prinsipnya, operasional Koperasi Syariah tidak
berbeda dengan BMT (Baitul Maal Wattamwil), Bank
Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS),
dan BPR Syariah, hanya skalanya saja yang berbeda. Di
Koperasi Syariah ini justru dapat lebih luas lagi
pengembangannya terutama dalam mempraktekan
akad-akad muamalat yang sulit dipraktekan di
perbankan Syariah karena adanya keterbatasan PBI
(Peraturan Bank Indonesia).58
6. Bentuk Koperasi Syariah
Berbeda dengan koperasi konvensional, salah satu
bentuk koperasi syariah yaitu: Koperasi usaha simpan
pinjam syariah / koperasi jasa keuangan syariah, berikut
pola pembiayaan, tranksaksi dan produknya:
a. Pola pembiayaan koperasi syariah
1. Pinjaman sosial
2. Pembiayaan sesuai syariah
58 Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia, hal.13
55
a) Berbasis kerja sama bagi hasil
b) Berbasis beli tangguh
b. Tranksaksi pendirian koperasi syariah59
1. Tranksaksi perkongsian ( syirkah dan
mudharabah).
2. Tranksaksi sosial ( shadaqoh, infak, dan hibah)
c. Tranksaksi operasional koperasi syariah
1. Pembiayaan konsumtif
2. Pembiayaan produktif
3. Sosial
4. Jasa
59 Siti Irma Fatimah, “Analisa Strategi Koperasi Pondok Pesantren
dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat” (Studi Pada Koperasi Pondok
Pesantren Al-Ikhlas Subang Jawa Barat). Skripsi Fakultas Syariah dan
Hukum, Muamalah, Perbankan Syariah, UIN Jakarta, 2006, h. 28
56
BAB III
GAMBARAN UMUM KOPERASI
SYARIAH UKHUWAH PONDOK MELATI KOTA BEKASI
A. Sejarah Berdirinya Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok
Melati Bekasi
1. Sejarah Berdirinya Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok
melati Bekasi
Yayasan Ukhuwah melalui unit U-Care Power telah
menginisiasi program pemberdayaan ekonomi keluarga
kurang mampu dengan membentuk Lembaga Keuangan
Mikro berbasis Syari’ah melalui mekanisme kelompok
(Grameen Bank) pada tahun 2011 yang diberi nama Pro
IBU (Program Indonesia Berdaya Ukhuwah).1 Tahun
pertama digunakan untuk uji coba dan pembelajaran
dengan menangani sekitar 100 Kartu Keluarga (KK).2
Pada tahun kedua, 2012, setelah melihat
perkembangan yang ada dimana hasilnya sangat
memuaskan yayasan memutuskan untuk mengaplikasi
program ini di beberapa tempat dengan sebelumnya
belajar kepada lembaga-lembaga yang
mengembangkan pola sejenis. Pada tahun ini pula
diputuskan untuk membentuk lembaga yang memiliki
legalitas formal yang diakui oleh pemerintah yaitu
1Wawancara Ketua Koperasi Syariah Ukhuwah Bapak Alwin Fajri
Siregar SE pada tanggal 25-10-2019 di Koperasi Syariah 2PPT Annual Meeting pro IBU 2019 di Hotel Amaris 25-10-2019
57
koperasi. Sehingga, pada tanggal 28 Mei 2012
Koperasi Syariah Ukhuwah berdiri.3
Koperasi Syariah Ukhuwah lahir dari keprihatinan
Yayasan Ukhuwah terhadap semakin terpuruknya
perekonomian masyarakat lemah yang selama ini
menjadi binaan. Banyak diantara mereka yang terjebak
rentenir dengan bunga yang mencekik. Saat ini anggota
koperasi syariah ukhuwah berjumlah 2.700 orang yang
tersebar di 6 kecamatan di Kota Bekasi yang
beranggotakan semua anggotanya adalah kaum ibu.
Program pemberdayaan ekonomi keluarga menjadi
salah satu prioritas agar masalah pendidikan, kesehatan,
dan lingkungan dapat teratasi dengan lebih baik. Untuk
itu para anggota koperasi membangun semangat untuk
saling tolong menolong sesama anggota. Aset sebesar
Rp. 3 Miliar saat ini dikelola berasal dari tabungan
anggota dan sepenuhnya tidak menggunakan dana bank.
Membentuk Lembaga Keuangan Mikro menjadi pilihan
yang logis untuk mengatasi permasalahan di atas.
Untuk itu, Yayasan Ukhuwah belajar kepada
lembaga lain yang telah berpengalaman menjalankan
program pemberdayaan ekonomi keluarga seperti
Tazkia Micro Finance Centre dengan Baitut Tamkin
Tazkia Madani di Sentul, Bogor. Juga belajar kepada
Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). Dengan
3PPT Annual Meeting pro IBU 2019 di Hotel Amaris 25-10-2019
58
demikian, diharapkan Koperasi Syariah Ukhuwah dapat
memberikan pemberdayaan ekonomi terhadap keluarga
yang ekonominya lemah.4
2. Visi dan Misi Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok
Melati Bekasi5
a. Visi
Menjadi sebuah institusi jasa keuangan mikro
yang menguatkan ekonomi dan memberdayakan
masyarakat berpenghasilan rendah, dengan
perpaduan ciri:
a) Berbadan hukum koperasi
b) Berbasis komunitas-teritorial (kewilayahan)
c) Pendekatan kelompok
d) Setiap transaksi berdasarkan prinsip muamalah
islam menggunakan akad bisnis (tijari)
e) Setiap aksi (interaksi sosial dan transaksi
ekonomi) yang dijalankan senantiasa
mengandung pesan pendidikan yang
mencerahkan (da’wah bilisaanil haal)
b. Misi6
Mendorong terpenuhinya hak-hak ekonomi,
sosial dan budaya keluarga berpenghasilan rendah
melalui entry point keuangan mikro sehingga
mereka mampu:
4 PPT Annual Meeting pro IBU 2019 di Hotel Amaris 25-10-2019 5 PPT Profile Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok Melati Bekasi 6 Wawancara Ketua Koperasi Syariah Ukhuwah Bapak Alwin Fajri
Siregar SE pada tanggal 25-10-2019 di Koperasi Syariah
59
a) Memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri,
mengelola summber daya keluarga dan
membangun kemampuan kewirausahaannya.
b) Bekerja sama dengan berbagai pihak secra aktif
untuk mengurangi masalah kemiskinan, seperti
kecukupan gizi, pendidikan anakm kesehatan
lingkungan, pengembangan usaha, dan lain-lain.
c) Mewujudkan kepedulian sosial dalam semangat
persaudaraan, termasuk menyelenggarakan
sistem jaminan sosial dan sistem mikro-takaful
diantara anggota/komunitas.
3. Sturuktur Organisasi Koperasi Syariah Ukhuwah
Pondok Melati Bekasi7
Pengawas :
Achmad Ridwan SE, Ak,
MM (Ketua)
Asep Didi Kurnia, SE
(Anggota)
Anwar Mughni, SH (
Sekretaris)
Ketua Koperasi : Alwin Fajri Siregar, SE
Manager : Andri Sukmawan, SE.Sy
Supervisor : Rahman (Unit Bekasi Timur Melati)
Abdul Qodir (Unit Pondok Melati)
7 Wawancara Ketua Koperasi Syariah Ukhuwah Bapak Alwin Fajri
Siregar SE pada tanggal 25-10-2019 di Koperasi Syariah
60
Atabiq Luthfi (Unit Bekasi Utara)
Admin : Oktaviani Nurfarida (Bekasi Timur)
Dian Risnawati (Pondok Melati )
Milda Firdiani (Unit Bekasi Utara)
Kasir : Neneng F (Bekasi Timur )
Dwi Sartika (Pondok Melati )
Fitria Eva Quasi (Unit Bekasi Utara)
Account Officer : Ahmad Fauzi (Bekasi Timur)
Tri Ardiansyah (Bekasi Timur)
Chandra Gunawan, M. Sos (Pondok
Melati)
Unit Bekasi Timur : M. K. Rizky
Ari Saputra
M. Abdul Aziz
M. Zaky Gufron
M. Fatih
Pondok Melati : Eka Pradana Septian
Muhammad Ali Hamzah
Farhan
Fahri
Ayuni
Nursobah
Bekasi Utara : Fitri Eva Quasi
61
4. Profile Perusahaan8
Tabel 3.1
Nama Koperasi Syariah Uhuwah
Alamat kantor Jl. Sibayak Blok D22 Rt 05/05
No.4 Jatiwarna Pondok melati
Kota Bekasi, Kode pos 17415,
No Telpon 02184988726.
Phone 02184988726
Fax 02184988726
Website www.ukhuwah.org
Email [email protected]
Tanggal pendirian
perusahaan
Oktober 2012
Bidang usaha
Status dasar hokum Ijin usaha sebagai koperasi
syariah menggunakan peraturan
menteri Negara koperasi dan
usaha kecil dan menengah
republik Indonesia nomor:
35.2/PER/M.KUKM/X/2007
Ijin usaha sebagai koperasi
menggunakan undang-undang
No.25 tahun 1992 tentang
perkoperasian.
8 PPT Profile Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok Melati Bekasi
62
5. Program Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok Melati
Bekasi9
a. Pembinaan dakwah dan himpunan
Pembinaan dakwah dihimpunan dilakukan
secara rutin di setiap kegiatan pelayanan
dihimpunan setiap minggunya. Materi yang
diberikan disesuaikan dengan dinamika dan
permasalahan yang senantiasa muncul di masing-
masing himpunan.
Dakwah dalam himpunan inipun dilakukan
denhan metode dan sarana yang dinamis
disesuaikan dengan kebutuhan yang ada dimasing-
masing himpunan. Pemberi materi bisa dari
pendamping, keluarga dan bisa juga ditunjuk
anggota himpunan.
Pembelajaran atau materi dakwah diberikan
dalam durasi 30-45 menit setelah semua proses
keuangan dilakukan. Kadangkala proses ini juga
dilakukan secara bersamaan dengan proses
keuangan bila pembicara dari anggota atau dari
keluarga yang telah bekerjasama dengan lembaga.
b. Kedisiplinan
Anggota diwajibkan datang tepat waktu,
berbaris sesuai dengan kelompok yang sudah
ditentukan, sendal harus diletakkan secara rapih
9 Wawancara Ketua Koperasi Syariah Ukhuwah Bpk Alwin Fajri
Siregar SE pada tanggal 25-10-2019 di Koperasi Syariah
63
dan ada sanksi bagi yang melanggar kesepakatan
ini.10
c. Menghafal Al-qur’an dan Asmaul Husna
Beberapa himpunan sudah diberikan kewajiban
menghafal Al-qur’an dan Asmaul husna. Hal ini
dilakukan pada saat petugas sedang melaksanakan
perhitungan keuangan. Beberapa surat yang dihafal
antara lain Al-mulk, Al-waqi’ah dan Ar-rahman.
d. Bimbingan baca Qur’an (BBQ)
Peserta bimbingan baca qur’an (BBQ) sangat
bervariasi, ada dari kalangan pria-wanita, tua-
muda, dan anak-anak. Tempat bimbingan baca
qur’an (BBQ) hanya terdapat di beberapa titik yang
sudah memiliki kesiapan dalam bekerja sama, salah
satu titik itu adalah Masjid Baitul Haq, Masjid Al
Hidayah, Himpunan Cempaka, Himpunan Siti
Khodijah, Himpunan Miftahul Jannah, dan
himpunan lain-lainnya.
e. Pelatihan bisnis
Dalam rangka meningkatkan kepasitas usaha
dan pendapatan, maka anggota akan didorong
untuk bertranksaksi bisnis dengan koperasi.11 Bila
priode 1 (6 bulan awal) anggota baru memiliki hak
mendapatkan qordh, maka pada tahap selanjutnya
10 Wawancara Ketua Koperasi Syariah Ukhuwah Bpk Alwin Fajri
Siregar SE pada tanggal 25-10-2019 di Koperasi Syariah 11 Wawancara Ketua Koperasi Syariah Ukhuwah Bpk Alwin Fajri
Siregar SE pada tanggal 25-10-2019 di Koperasi Syariah
64
apabila lulus akan menjadi anggota koperasi,
anggota selain mendapatkan qordh juga dapat
melakukan pembiayaan bisnis dengan koperasi.
Dimana pembiayaan ini ditunjukan hanya untuk
pengembangan usaha yang telah dimiliki anggota.
Untuk itu dilakukan sosialisasi dan pelatihan akad
bisnis, tujuannya adalah agar anggota dapat
memahami berbagai akad dalam muamalah yang
sesuai dengan syariat islam.
f. Rihlah anggota12
Salah satu program koperasi syariah ukhuwah
pondok melati bekasi yang banyak diminati oleh
para anggotanya adalah rihlah. Program ini sudah
berjalan sejak tahun 2016. Anggota sangat antusias
mengikuti program ini, hal ini dibuktikan dengan
jumlah peserta kurang lebih sebanyak 2000
anggota.
g. Bakti sosial (bantuan anggota kebakaran, anggota
meninggal, suami meninggal, keluarga sakit, dan
lain-lain.)
h. Grobak gratis
Program grobak gratis koperasi syariah
ukhuwah pondok melati bekasi diperuntukan bagi
anggota yang sudah memiliki usaha, selain itu juga
12 Wawancara Ketua Koperasi Syariah Ukhuwah Bpk Alwin Fajri
Siregar SE pada tanggal 25-10-2019 di Koperasi Syariah
65
diberikan modal tambahan untuk mengembangkan
usahanya.
B. Produk-Produk Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok
Melati Bekasi13
Koperasi syariah ukhuwah pondok melati bekasi
mempunyai beberapa produk yang digunakan dalam
pembiayaan yaitu:
1. Murabahah
Murabahah adalah pembiayaan akad jual beli yang
diajukan oleh anggota untuk membeli barang pesanan
dengan mengajukannya ke koperasi, kemudian
koperasi membelikan barang tersebut dan menjualnya
kepada anggota dengan menegaskan harga belinya
kepada anggota dan anggota membayarnya dengan
harga yang lebih sebagai keuntungan yang telah
disepakati antara koperasi dan anggota. Dikoperasi
syariah ukhuwah pondok melati bekasi pembayaran
akad jual beli murabahah dapat dilakukan secara
berangsur-angsur atau setiap seminggu sekali dengan
jangka waktu 4 bulan. Ada persyaratan-persyaratan
murabahah yang dilakukan di koperasi syariah
ukhuwah pondok melati yaitu:
a. Sudah menjadi anggota koperasi syariah ukhuwah
pondok melati bekasi
b. Harus ibu-ibu yang sudah menikah
13 Wawancara Acount Officer Koperasi Syariah Ukhuwah Bapak
Chandra Gunawan, M. Sos. pada tanggal 10-11-2019 di Koperasi Syariah
66
c. Harus mengikuti latihan wajib kelompok selama 5
hari berturut turut, latihan wajib kelompok untuk
perkenalan sistem simpan pinjam,
memperkenalkan produk-produk koperasi.
d. Sudah masuk pinjaman qardul hasan sebesar Rp.
800.000.00.
Apabila ada persyaratan yang tidak dipenuhi oleh
pihak koperasi, maka anggota memiliki kedua pilihan,
terus melanjutkan transaksi atau membatalkannya.
2. Mudharabah14
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara
koperasi syariah ukhuwah pondok melati selaku
pemilik dana dengan anggota yang bertindak sebagai
pengelola usaha yang produktif dan halal. Dikoperasi
syariah ukhuwah pondok melati bekasi anggota yang
bisa mengajukan pembiayaan mudharabah yang
memiliki kemampuan berusaha, skill yang layak dan
bertanggung jawab dalam mengelola usaha. Pembagian
keuntungan dibagi hasil sesuai nisbah yang disepakati
antara koperasi syariah ukhuwah pondok melati bekasi
dan anggota.
Dikoperasi syariah ukhuwah pondok melati bekasi
ada beberapa syarat untuk melakukan akad
mudharabah yaitu:
14 Wawancara Acount Officer Koperasi Syariah Ukhuwah Bapak
Chandra Gunawan, M. Sos. pada tanggal 10-11-2019 di Koperasi Syariah
67
a. Adanya dua pelaku atau lebih, yaitu antara si
pemilik modal (pihak koperasi) dan si pengelola
(anggota).
b. Berbentuk uang yaitu modal harus berbentuk uang
dan tidak boleh berbentuk barang, karena
mudharabah dengan menggunakan barang dapat
menimbulkan kesamaran.
c. Jumlah modal harus diketahui dengan jelas
d. Modal diserahkan sepenuhnya kepada pengelola
secara langsung tidak boleh diwakilkan saat
menyerahkan modal.
e. Keuntungan harus dibagi untuk kedua belah pihak
sesuai yang telah disepakati.
3. Ijarah Multi Jasa15
Ijarah multi jasa adalah pemindahan hak guna dan
jasa. Anggota dan koperasi syariah ukhuwah pondok
melati melakukan kontrak ijarah dalam bentuk sewa
jasa seperti, jasa pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.
Koperasi mendapat upah dari anggota yang mengacu
pada kesepakatan kontrak ijarah yang dilakukan.
4. Ijarah Muntahiah Bit Tamlik (IMBT)
Ijarah muntahiah bit tamlik (IMBT) adalah
pemindahan hak guna dan jasa. Anggota dan koperasi
syariah melakukan kontrak ijarah dalam sewa barang
15 Wawancara Acount Officer Koperasi Syariah Ukhuwah Bapak
Chandra Gunawan, M. Sos. pada tanggal 10-11-2019 di Koperasi Syariah
68
dengan jangka waktu sesuai kesepakatan dalam akad.
Pada akad persewaan yang berakhir dengan
kepemilikan, anggota dapat memiliki barang yang
disewa bila dapat memenuhi ketentuan yang telah
disepakati.
5. Rahn
Rahn adalah pembiayaan untuk konsumtif dengan
memberikan barang kepada koperasi sebagai jaminan.
Koperasi mendapat upah dari hasil sewa penitipan
barang sesuai kesepakatan dalam akad.16
16 Wawancara Acount Officer Koperasi Syariah Ukhuwah Bapak
Chandra Gunawan, M. Sos. pada tanggal 10-11-2019 di Koperasi Syariah
69
BAB IV
PROSEDUR DAN STRATEGI PEMBIAYAAN
MURABAHAH PADA KOPERASI SYARIAH UKHUWAH
PONDOK MELATI KOTA BEKASI
A. Pembiayaan Murabahah
1. Pengertian Pembiayaan Murabahah
Koperasi syariah ukhuwah pondok melati bekasi
mempunyai beberapa produk pembiayaan salah
satunya adalah pembiayaan murabahah. Dijelaskan
oleh bapak Chandra Gunawan, M. Sos selaku Account
Officer, bahwa pembiayaan murabahah adalah
pembiayaan akad jual beli yang diajukan oleh anggota
untuk membeli barang pesanan dengan mengajukannya
ke koperasi, kemudian koperasi membelikan barang
tersebut dan menjualnya kepada anggota dengan
menegaskan harga belinya kepada anggota dan anggota
membayarnya dengan harga yang lebih sebagai
keuntungan untuk koperasi yang telah disepakati antara
koperasi dan anggota.1
Dikoperasi syariah ukhuwah pondok melati bekasi
pembiayaan murabahah yang diajukan hanya untuk
anggota koperasi, selain anggota koperasi dan calon
anggota koperasi tidak bisa mengajukan pembiayaan
1 Wawancara Acount Officer Koperasi Syariah Ukhuwah Bapak
Chandra Gunawan, M. Sos. pada tanggal 10-11-2019 di Koperasi Syariah
70
karena belom memenuhi syarat yang tertera
dikoperasi syariah ukhuwah pondok melati bekasi.
Anggota koperasi hanya khusus untuk ibu-ibu.
Pembiayaan murabahah dikoperasi syariah
ukhuwah pondok melati bekasi memiliki jangka waktu
yang diberikan yaitu 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.
Pembayaran dapat diangsur setiap seminggu sekali
sesuai jadwal himpunan yang telah dilaksanakan,
dimana nanti petugas lapangan yang akan datang untuk
mengambil angsuran pembiayaan. Apabila minggu
pertama anggota tidak membayar angsuran tidak akan
dikenakan denda tetapi menjadi 2 kali pembayaran
pada minggu kedua yaitu pembayaran angsuran yang
minggu pertama dan angsuran yang minggu kedua.
2. Tujuan pembiayaan murabahah2
Berdasarkan data yang didapet dari hasil
wawancara dengan bapak Chandra Gunawan, M. Sos.
Tujuan pembiayaan murabahah koperasi syariah
ukhuwah pondok melati bekasi yang dijelaskan oleh
bapak Chandra Gunawan, M. Sos selaku Account
Officer yaitu untuk membantu anggota yang tidak
memiliki ekonomi lebih agar bisa membeli barang yang
dibutuhkan untuk keperluannya, mendapatkan
keuntungan yaitu saling menguntungkan antara
2 Wawancara Acount Officer Koperasi Syariah Ukhuwah Bapak
Chandra Gunawan, M. Sos. pada tanggal 10-11-2019 di Koperasi Syariah
71
anggota dan koperasi, anggota mendapatakan barang
yang diinginkan dengan cara mengajukan pembiayaan
murabahah kepada koperasi dan koperasi mendapatkan
keuntungan dari harga barang yang dibayar lebih sesuai
kesepakatan.
3. Sasaran pembiayaan murabahah
Berdasarkan data yang didapet dari hasil
wawancara dengan bapak Chandra Gunawan, M. Sos.
Sasaran pembiayaan murabahah koperasi syariah
ukhuwah pondok melati bekasi yang dijelaskan oleh
bapak Chandra Gunawan, M. Sos selaku Account
Officer yaitu ibu-ibu anggota koperasi syariah
ukhuwah pondok melati bekasi yang berkumpul 15-20
orang pada setiap pertemuan seminggu sekali ditempat
yang sudah ditentukan dan berkumpul dalam waktu 1
jam, ditempat perkumpulan itu atau bisa disebut
himpunan terdapat proses simpan pinjam uang,
pengajuan pinjaman qard, dan pengajuan pembiayaan
seperti pembiayaan murabahah.3
4. Persyaratan pembiayaan murabahah
Berdasarkan data yang didapet dari hasil
wawancara dengan bapak Chandra Gunawan, M. Sos
selaku Account Officer. Persyaratan pembiayaan
3 Wawancara Acount Officer Koperasi Syariah Ukhuwah Bapak
Chandra Gunawan, M. Sos. pada tanggal 10-11-2019 di Koperasi Syariah
72
murabahah dikoperasi syariah ukhuwah pondok melati
bekasi yaitu:
a. Sudah menjadi anggota koperasi syariah ukhuwah
pondok melati bekasi
b. Harus ibu-ibu yang sudah menikah
c. Harus mengikuti latihan wajib kelompok selama 5
hari berturut turut, latihan wajib kelompok untuk
perkenalan sistem simpan pinjam,
memperkenalkan produk-produk koperasi.
d. Sudah masuk pinjaman qardul hasan sebesar Rp.
800.000.00.4
5. Data perkembangan jumlah anggota yang
menggunakan pembiayaan murabahah5
4 Wawancara Acount Officer Koperasi Syariah Ukhuwah Bapak
Chandra Gunawan, M. Sos. pada tanggal 10-11-2019 di Koperasi Syariah 5 Wawancara Acount Officer Koperasi Syariah Ukhuwah Bapak
Chandra Gunawan, M. Sos. pada tanggal 10-11-2019 di Koperasi Syariah
864
41
98
data perkembangan jumlah anggota yang menggunakan pembiayaan murabahah
2016 2017 2018 2019
73
(Sumber data diolah dari hasil wawancara dengan bapak Chandra
Gunawan, M. Sos selaku Acoount Officer koperasi syariah ukhuwah
pondok melati bekasi)
Data diatas menunjukkan bahwa dari tahun 2016
sampai tahun 2019 jumlah angota yang menggunakan
pembiayaan murabahah mengalami kenaikan dan
penurunan satu kali. Pada tahun 2016 anggota yang
menggunakan pembiayaan murabahah berjumlah 8
orang, pada tahun 2017 mengalami kenaikan anggota
yang menggunakan pembiayaan yaitu bertamabah 64
orang, tetapi ditahun berikutnya pada tahun 2018
mengalami penurunan anggota yang bertamabah hanya
41 orang saja lebih sedikit dari tahun sebelumnya, dan
pada tahun 2019 mengalami kenaikan yang pesat
karena anggota yang menggunakan pembiayaan
murabahah bertambah 98 orang lebih banyak dari
tahun-tahun sebelumnya. Jika diambil kesimpulan
anggota koperasi syariah ukhuwah pondok melati
bekasi, memiliki minat yang tinggi dalam
menggunakan pembiayaan murabahah.
6. Data perkembangan keuangan pembiayaan
murabahah6
6Wawancara Acount Officer Koperasi Syariah Ukhuwah Bapak
Chandra Gunawan, M. Sos. pada tanggal 10-11-2019 di Koperasi Syariah
74
Tabel 4.1
Keuangan Pembiayaan Murabahah
2016 Rp. 507.469.000
2017 Rp. 1.067.981. 000
2018 Rp. 1.312.683.000
2019 Rp. 123.029.000
(Sumber data diolah dari hasil wawancara dengan bapak Andri
Sukmawan, SE.Sy selaku Manajer koperasi Syariah ukhuwah
pondok melati bekasi)
7. Plafon pembiayaan murabahah
Pada koperasi syariah ukhuwah pondok melati
bekasi plafon pembiayaan murabahah mempunya
tahapan. Tahapan yang pertama harus sudah
mengajukan pembiayaan qardul hasan sebesar Rp.
800.000. setelah mengajukan qardul hasan baru bisa
mengajukan pembiayaan murabahah yang pertama
maksimal akan mendapatkan dana sebesar Rp.
2.500.000. setelah itu seiring jalannya waktu apabila
track record dalam pembayaran bagus bisa mengajukan
pembiayaan murabahah sebanyak Rp. 25.000.000.
sampai Rp. 30.000.000.7
8. Nilai aspek kelayakan pembiayaan murabahah
Dalam pembiayaan murabahah tidak ada kriteria
khusus untuk memberikan pembiayaan murabahah di
7 Wawancara Acount Officer Koperasi Syariah Ukhuwah Bapak
Chandra Gunawan, M. Sos. pada tanggal 10-11-2019 di Koperasi Syariah
75
koperasi syariah ukhuwah pondok melati bekasi.
Apabila sudah menjadi anggota kemudian mempunyai
usaha yang berjalan selama 6 sampai 12 bulan atau ada
pemasukan keuangan dalam perbulannya maka
anggota itu sudah layak untuk mengajukan pembiayaan
murabahah. Kenapa harus punya usaha atau ada
pemasukan keuangan dalam perbulan? Karena anggota
biar bisa membayar angsurannya. Setelah itu di analisa
lagi keuangan dari pendapatannya setiap bulan, apabila
dalam sebulan pengeluaran keuangannya masih ada
sisah maka sudah layak mengajukan pembiayaan
murabahah.8
9. Nisbah bagi hasil
Pada dasarnya dikoperasi syariah ukhuwah pondok
melati bekasi presentase pembiayaan murabahah atau
keuntungan tidak ada ketentuan, hanya saja di koperasi
syariah ukhuwah pondok melati bekasi mempunyai
minimal pembagian nisbah untuk margin koperasi
syariah ukhuwah pondok melati bekasi minimal 2%.
Apabila disaat akad dari pihak anggota yang
mengajukan ingin memberikan margin lebih dari 2%
untuk koperasi itu diperbolehkan.9
8 Wawancara Acount Officer Koperasi Syariah Ukhuwah Bapak
Chandra Gunawan, M. Sos. pada tanggal 10-11-2019 di Koperasi Syariah 9 Wawancara Acount Officer Koperasi Syariah Ukhuwah Bapak
Chandra Gunawan, M. Sos. pada tanggal 10-11-2019 di Koperasi Syariah
76
10. Pelanggaran
Apabila ada anggota yang telat dalam membayar
angsuran maka tidak ada denda ataupun sanksi tapi
pihak koperasi akan bertindak tegas yaitu:
a. Anggota akan ditegur apabila lalai dalam
pembayaran angsuran.
b. Petugas datang kerumah anggota untuk silaturahmi
dengan menanyakan kenapa tidak bisa membayar
angsuran, apabila anggota tersebut ada kepentingan
yang urgent jadi tidak bisa bayar angsuran maka
pihak koperasi akan memakluminya.
c. Apabila anggota males membayar angsuran dengan
sengaja maka akan diberi sanksi hanya
pengambilan ktp
d. Apabila masih belom mau bayar juga dengan
sengaja petugas koperasi akan dateng kerumahnya
setiap hari
e. Apabila masih belom ada itikat baik dari anggota
untuk membayar angsuran maka terpaksa pihak
koperasi akan serahkan kepihak berwajib10
10 Wawancara Acount Officer Koperasi Syariah Ukhuwah Bapak
Chandra Gunawan, M. Sos. pada tanggal 10-11-2019 di Koperasi Syariah
77
BAB V
ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA
KOPERASI SYARIAH UKHUWAH PONDOK MELATI
BEKASI
A. Prosedur Pembiayaan Murabahah Pada Koperasi
Syariah Ukhuwah Pondok Melati Bekasi
Pembiayaan Murabahah merupakan pembiayaan yang
diperuntukkan untuk anggota yang sudah memenuhi syarat
untuk pengajuan pembiayaan murabahah. Berikut
merupakan persyaratan untuk mengajukan pembiayaan
murabahah yaitu sudah menjadi anggota Koperasi Syariah
Ukhuwah Pondok Melati Bekasi, harus ibu ibu yang sudah
menikah yang bisa mengajukan pembiayaan murabahah,
sudah mengikuti latihan wajib kelompok selama 5 hari
berturut-turut, dan yang terpenting sudah mendapatkan
pinjaman qardul hasan sebesar Rp. 800.000,-
Dalam memberikan pembiayaan murabahah Koperasi
Syariah Ukhuwah Pondok Melati Bekasi menerapkan
prosedur pengajuan pembiayaan dengan cara-cara yang
sudah ditentukan untuk meminimalisasi risiko serta
menghindarkan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab. Setiap pengajuan pembiayaan murabahah yang
dlakukakan, anggota harus mengikuti prosedur yang telah
diterapkan oleh Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok Melati
Bekasi sebagai berikut:
78
Tabel 5.1
(Sumber data diolah oleh penulis)
1. Anggota koperasi mengajukan permohonan
pembiayaan murabahah kepada petugas lapangan
koperasi syariah ukhuwah pondok melati saat
dihimpunan
2. Anggota harus mengisi form pengajuan pembiyaan
yang ditanda tangani oleh suami, ketua kelompok,
ketua himpunan dan diketahui oleh seluruh anggota
Pengajuan/Permohonan
Pembiayaan Murabahah
Analisa Pembiayaan dan
Cek Persyaratan Berkas Masuk
Rapat Komite
Verivikasi Barang
sebelum barang dibeli
Ditolak
Beli Barang
Akad dan Serah Terima
Barang
Bayar Angsuran
79
kelompok himpunan. Kemudian form pengajuan
diserahkan kepada petugas lapangan.
3. Petugas AO Menganalisa pembiayaan yang
diajukan oleh anggota dan mengecek persyaratan
yang telah ditetapkan oleh kekoperasi
4. Setelah berkas lengkap maka diadakan rapat komite
dalam bagian pembiayaan oleh Ketua Yayasan,
Ketua koperasi, Manager, Supervisor, Acount
Officer untuk membahas apakah pengajuan yang
di acc atau ditolak.
5. Kemudian petugas pembiayaan memverifikasi
sebelum membeli barang barang yang diajukan
oleh anggota.
6. Petugas lapangan menyiapkan akad dan barang
yang sudahh dibeli untuk di tanda tangani dan di
serahkan oleh anggota.
7. Anggota membayar angsuran setiap seminggu
sekali atau sebulan sekali.
Sehingga dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa
persyaratan dan prosedur yang telah diterapkan oleh
Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok Melati Kota Bekasi
memudahkan anggota untuk mengajukan pembiayaan
murabahah, tanpa membuat ribet persyaratan dan prosedur.
Agar bisa membuat anggota Koperasi Syariah Ukhuwah
Pondok Melati merasa nyaman dan bisa membuat anggota
menjadi lebih banyak menggunakan produk pembiayaan
murabahah.
80
B. Pertimbangan pemberian pembiayaan di Koperasi
Syariah Ukhuwah Pondok Melati Kota Bekasi
Pertimbangan pemberian pembiayaan di Koperasi
Syariah Ukhuwah Pondok Melati Kota Bekasi adalah
dengan menggunakan prinsip analisis pembiayaan. Prinsip
analisis pembiayaan merupakan pedoman-pedoman yang
harus diperhatikan oleh pejabat pembiayaan koperasi
syariah pada saat melakukan analisis pembiayaan.
Koperasi syariah harus merasa yakin terlebih dahulu bahwa
pembiayaan yang diberikan bener-bener akan kembali.
Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian
pembiayaan sebelum disalurkan untuk mendapatkan
keyakinan tentang anggotanya, seperti melalu prosedur
penilaian yang benar dan sungguh-sungguh.
Analisis pembiayaan dengan menggunakan prinsip 5C
yang merupakan salah satu langkah tahap preventif yang
paling penting dan dilaksanakan dengan profesional yang
berperan sebagai saringan pertama dalam mangajukan
pembiayaan layak atau tidaknya.
Konsep 5C ini dapat memberikan informasi mengenai
I’tikad baik dan kemampuan membayar anggota tersebut.
Prinsip analisis pembiayaan tersebut sebagai berikut:
1. Character (Penilaian Watak)
Penilaian character di Koperasi Syariah Ukhuwah
Pondok Melati Kota Bekasi merupakan salah satu
penilaian yang sangat penting untuk mengetahui sifat
atau watak anggota / calon anggota. Karena dalam
81
memberikan pembiayaan Koperasi harus mengetahui
anggota / calon anggota tersebut benar-benar dapat
dipercaya atau tidak.
Untuk membaca watak atau sifat dari anggota /
calon anggota dapat dilihat dari latar belakang si
anggota, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan
maupun yang bersifat pribadi (cara hidup atau gaya
hidup yang dianutnya).1 Untuk menilainya dilakukan
melalui proses wawancara, yang dimana dilihat dari
komunikasinya dalam menjawab pertanyaan –
pertanyaan yang diajukan oleh surveyor atau tim
pembiayaan yang pada Koperasi Syariah Ukhuwah
Pondok Melati Kota Bekasi ini dilakukan account
officer. Pada saat anggota menjawab pertanyaan
wawancara biasanya dapat diamati dari mimik muka,
cara berbicara dan tingkah laku.
Untuk mengamati mimik muka, cara berbicara dan
tingkah laku anggota pada saat wawancara yaitu jika
wajahnya senyum, rileks, santai dengan wawancara
tersebut biasanya anggota / calon anggota tersebut
jujur. Akan tetapi jika sebaliknya, anggota / calon
anggota gugup, pipinya merah tiba – tiba, tidak tenang,
tergesa – gesa dalam pembicaraan, mengalihkan
pembicaraan, berkedip cepet hingga menarik napas
dalam – dalam katika berbicara tandanya anggota /
1 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, … hlm. 136
82
calon anggota tersebut sedang berbohong atau ada yang
sedang ditutupi.
Kemudian tim surveyor atau account officer
Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok Melati Kota
Bekasi juga melihat dari sejarah masa lalu anggota /
calon anggota seperti apakah pernah bermasalah
dengan bank lain dalam angsuran pembiayaan atau
tidak. Biasanya ditelusuri oleh Koperasi Syariah
Ukhuwah Pondok Melati Kota Bekasi dengan cara BI
Checking.2 Dan menggali informasi dari masyarakat
sekitar anggota tinggal, karena jika informasi yang
didapat bertentangan maka petugas penilaian
kelayakan harus cerdas dalam memberikan penilaian
kepada anggota.
2. Capacity (kemampuan)
Penilaian capacity dilakukan untuk mengetahui
bagaimana tingkat kemampuan anggota dalam
membayar pembiayaan / angsuran. Dalam menilai
capacity account officer Koperasi Syariah Ukhuwah
Pondok Melati Kota Bekasi menganalisa kemampuan
anggota / calon anggota dalam pengalamannya
menggerakan usaha, pengalaman dalam mengelola
bisnis untuk memperoleh laba yang dihasilkan, apakah
laba yang diperoleh dapat mengembalikan pembiayaan
/ pinjaman.
2 Wawancara Ketua Koperasi Syariah Ukhuwah Bapak Chandra Gunawan, M.
Sos. pada tanggal 10-11-2019 di Koperasi Syariah
83
Kemampuan anggota / calon anggota dapat dilihat
dengan menghitung dari pendapatan bersih yaitu
pendapatan – pengeluaran (biaya – biaya), jika
pendapatan bersih lebih besar dari jumlah pengeluaran
maka anggota / calon anggota layak untuk diberikan
pembiayaan yang ia ajukan, karena memiliki
kemampuan angsuran. Dan dilihat juga dari
pembukuan belanja usaha anggota / calon anggota
apabila dalam sebulan dapat belanja 6 kali maka dinilai
usahanya lancar, namun jika sebaliknya dalam sebulan
hanya 1 kali belanja maka dinilai usahanya tersebut
tidak lancar. Dengan menilai kemampuan anggota /
calon anggota menggerakan atau mengelola usaha yang
dijalankan, akan terlihat kemampuan daya angsur dari
anggota atas pembiayaan tersebut.
3. Capital (Permodalan)
Adalah kondisi kekayaan yang dimiliki anggota
ataupun yang sedang dikelola oleh anggota. Dalam
penilaian ini Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok
Melati Kota Bekasi menganalisa aset dan kekayaan
yang dimiliki oleh anggota / calon anggota.
Kasmir menjelaskan dalam bukunya bahwa analisis
capital juga harus menganalisis dari sumber mana saja
modal yang ada sekarang ini, termasuk presentase
modal yang digunakan untuk membiayai proyek yang
84
akan dijalankan, berapa modal sendiri dan berapa
modal pinjaman.3
Penilaian tentang modal yang telah dimiliki oleh
anggota / calon anggota, Koperasi Syariah Ukhuwah
Pondok Melati Kota Bekasi melihat dari aset yang
dimiliki oleh anggota / calon anggota seperti tanah,
rumah, kendaraan, stok barang dan lain – lain. Dari
menganalisa ini Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok
Melati Kota Bekasi dapat mengetahui apakah modal
yang dimiliki anggota lebih besar dari jumlah pinjaman
pembiayaan, karena jika anggota / calo anggota tidak
bisa membayar angsuran / jatuj tempo, pembayaran
angsuran dapat diambil dari tabungan yang dimiliki
anggota Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok Melati
Kota Bekasi.
Penilaian capital yang dilakukan Koperasi Syariah
Ukhuwah Pondok Melati Kota Bekasi mendapatkan
porsi yang sedikit dibandingkan penilaian character,
capacity, collateral, dan condition, karena hanya
sebagai penunjang saja.
4. Collateral (Jaminan)
Dalam Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok Melati
Kota Bekasi tidak memberlakukannya jaminan seperti
barang atau yang lainnya untuk mendapatkan
pengajuan pembiayaan.
3 Kasmir, Dasar – Dasar Perbankan, …hlm. 136
85
Apabila ada anggota yang telat membayar angsuran
maka tidak ada denda ataupun sanksi tapi pihak
koperasi akan bertindak tegas yaitu:4
a. Anggota akan ditegur apabila lalai dalam
pembayaran angsuran.
b. Petugas datang kerumah anggota untuk
silaturahmi dengan menayakan kenapa tidak
bisa membayar angsuran, apabila anggota
tersebut ada kepentingan yang urgent jadi tidak
bisa bayar angsuran maka pihak koperasi akan
memakluminya.
c. Apabila anggota males membayar angsuran
dengan sengaja maka akan diberi sanksi hanya
pengambilan ktp.
d. Apabila masih belom membayar juga dengan
sengaja petugas koperasi akan datang
kerumahnya setiap hari.
e. Apabila masih belom ada itikad baik dari
anggota untuk membayar angsuran maka
terpaksa pihak koperasi akan serahkan kepihak
berwajib.
Tujuan diberlakukannya tindakan tegas untuk
mendorong atau memberikan rasa tanggung jawab
4 Wawancara Ketua Koperasi Syariah Ukhuwah Bapak Chandra Gunawan, M.
Sos. pada tanggal 10-11-2019 di Koperasi Syariah
86
lebih kepada anggota untuk memenuhi kewajibannya
kepada koperasi.
5. Condition (Kondisi)
Pada Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok Melati
Kota Bekasi menganalisa pembiayaan yang akan
diberikan kepada anggota dengan mempertimbangkan
kondisi ekonomi yang ada dengan mempertimbangkan
kondisi ekonomi yang ada dengan usaha anggota
tersebut. Karena usaha anggota sangat bergantung pada
kondisi perekonomian disuatu daerah. Jadi, analisis
condition Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok Melati
Kota Bekasi melihat usaha anggota apakah prospek
untuk kedepannya atau sebaliknya, penilaian kondisi
atau prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya
benar – benar memiliki prospek yang baik, sehingga
kemungkina pembiayaan tersebut bermasalah relatif
kecil.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa Koperasi
Syariah Ukhuwah Pondok Melati Kota Bekasi dalam
pertimbangan pemberian pembiayaan telah melakukan
analisis kelayakan terhadap anggota yang mengajukan
pembiayaan berdasarkan prinsip 5C, dengan tujuan
memvalidkan data, memberikan keyakinan bagi pihak
koperasi sendiri dalam memberikan pembiayaan, dan
sebagai upaya mencegah timbulnya hal – hal yang tidak
diinginkan dikemudian hari, seperti pembiayaan
bermasalah atau macet.
87
Contoh anggota yang melakukan pembiayaan
murabahah :
a. Ibu Wijiastuti melakukakn pembiayaan murabahah
memesan laptop untuk kebutuhan anaknya. Dengan
plafound yang diajukan sebesar Rp. 2.500.000,-
dengan jangka waktu 3 bulan.
Berikut adalah analisis 5C terhadap kasus diatas :
1. Character (Watak)
Ibu Wijiastuti adalah salah satu anggota
Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok Melati
Kota Bekasi sampai sekarang. Beliau
mempunyai karakter yang cukup baik terlihat
dari komunikasinya, tingkah laku, mimik muka
dengan menjawab pertanyaan dari surveyor
atau tim pembiayaan. Ibu Wijiastuti terlihat
antusias dan terbuka menceritakan tentang
kondisi keluarganya.
2. Capasity (Kemampuan)
Yaitu melihat bagaimana ibu Wijiastuti dalam
mengelola usahanya. Usaha yang dijalankan
ibu Wijiastuti adalah berjualan nasi uduk dan
setiap harinya pasti ada pembeli. Dapat dilihat
dari penghasilan yang diperoleh, pembukuan
belanja usaha beliau. Dan ibu Wijiastuti juga
memili tabungan di Koperasi Syariah Ukhuwa
Pondok Melati Kota Bekasi dengan saldo Rp.
3.500.000,- dilihat dari mutasi tabungan
88
tersebut beliau dianggap mampu
mengembalikan pembiayaan dengan sistem
angsuran atau mingguan.
3. Yaitu melihat dari segi modal atau aset – aset
yang dimiliki ibu Wijiastuti, apakah jumlah
modal lebih besar dari pinjaman ibu Wijiastuti.
Dalam penilaian ini bisa dilihat dari ibu
Wijiastuti memiliki rumah sendiri dan tidak
mengontrak, memiliki kendaraan bermotor.
Dari sinilah koperasi dapat melihat bahwa aset
yang dimiliki ibu Wijiastuti lebih besar dari
pada pinjaman.
4. Collateral (Jaminan)
Pada Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok
Melati Kota Bekasi tidak memberlakukan
jaminan untuk bisa mengajukan pembiayaan.
Untuk memperkecil resiko ibu Wijiastuti
memberikan keyakinan terhadap koperasi
apabilah saya telat bayar angsuran pihak
koperasi boleh motong atau ambil dari tabungan
saya.
5. Condition
Yaitu melihat kondisi usaha yang dijalankan ibu
Wijiastuti yakni berjualan nasi uduk dipinggir
jalan. Nasi uduk merupakan sarapan pagi orang
orang dan setiap orang pasti akan membelinya.
Analisis ini dapat menjadi pertimbangan
90
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya
maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Prosedur
pembiayaan murabahah di Koperasi Syariah Ukhuwah
Pondok melati Bekasi cukup selektif tahapannya hampir
tidak memiliki resiko bagi pihak Koperasi Syariah
Ukhuwah Pondok Melati Bekasi.
Pertimbangan pemberian pembiayaan di Koperasi
Syariah Ukhuwuah Pondok Melati Kota Bekasi
menggunakan prinsip analisis pembiayaan yaitu prinsip
5C, sebagai berikut :
a. Character (Watak) Koperasi Syariah Ukhuwuah
Pondok Melati Kota Bekasi akan melakukan analisis
meliputi : watak / sifat anggota dari cara hidup / gaya
hidupnya. Lalu komunikasi / cara berbicara anggota
dalam menjawab pertanyaan dari surveyor, mimik
muka dan tingkah laku anggota pada saat wawancara.
b. Capacity (Kemampuan) Koperasi Syariah Ukhuwuah
Pondok Melati Kota Bekasi menganalisis kemampuan
anggota dalam pengalamannya menggerakkan usaha,
pengalaman dalam mengelola bisnis untuk
memperoleh laba yang dihasilkan.
c. Capital (Permodalan) Koperasi Syariah Ukhuwuah
Pondok Melati Kota Bekasi menganalisis aset dan
91
d. kekayaan yang dimiliki oleh anggota. Untuk
mengetahui seberapa besar aset yan dimiliki anggota.
e. Collateral (Jaminan) Koperasi Syariah Ukhuwuah
Pondok Melati Kota Bekasi tidak memberlakukan
jaminan bagi anggota yang mengajukan pembiayaan
f. Condition (Kondisi) Koperasi Syariah Ukhuwuah
Pondok Melati Kota Bekasi melihat usaha anggota
apakah prospek untuk kedepannya atau sebaliknya.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas,
penulis memberikan saran yang perlu disampaikan kepada
Koperasi Syariah Ukhuwah Pondok Melati Bekasi,
mempertahankan kepercayaan anggota dengan cara
meningkatkat pelayanan terhadap anggota koperasi.
Harus lebih teliti dalam memberikan pembiayaan
dengan menggunakan prinsip 5C agar tidak terjadi
pembiayaan bermasalah dan tidak mengalami kerugian.
92
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Bulan Bintang.
Antonio, Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori Praktik. Jakarta: Gema
Insani.
Ayus Ahmad Aziz, Yusuf. 2009. Manajemen Operasional Bank Syariah.
Cirebon: STAIN Press.
Assauri, Sofjan. 2011. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Arifin, Zainuk. 2000. Memahami Bank Syariah Lingkup Peluang, Tantangan,
dan Prospek. Jakarta: Alvabet.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Arifin, Zainul. 2005. Dasar – Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta:
Pustaka Alvabet.
Bachtiar, Wardi. 1997. Metode Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos.
Drs. Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Jakarta: PT. Kharisma Putra Utama.
Dendrawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hamidi, M, Luthfi. 2003. Jejak – Jejak Ekonomi Syariah. Jakarta: Senayan
Abadi Publishing.
Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Jakarta: Kenaca.
J. Vrendenbergt. 1980. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta:
PT. Gramedia.
Jundiani. 2009. Pengaturan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. Malang:
UIN Malang Press Anggota IKAPI.
93
Janwari, Yadi. 2015. Lembaga Keuangan Syariah. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Kasmir. 2004. Dasar – Dasar Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
______. 2007. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
______. 2007. Pemasaran Bank. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Karim, Adiwarman. 2003. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta:
HIT Indonesia.
Kotler, P., & Kevin, L, K. 2008. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
KartaJaya, Hermawan. 20 05. Positioning Diferensiasi dan Brand. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Lupiyadi, R., & A. Hamdani. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta:
Salemba Empat
Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta:
UPPAMP YKPN.
__________. 2011. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen, YKPN
__________. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: Unit
Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
Muljono, Djoko. 2015. Buku Pintar Akutansi Perbankan dan Lembaga
Keuangan Syariah. Yogyakarta: Andi.
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
M. Firdaus, S.P., MM., & Agus E, S. 2004. Perkoperasian Sejarah, Teori dan
Praktek. Bogor: Ghalia Indonesia.
Rahmat, Jalaludin. 2002. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh
Analisis Statistik. Bandung: PT. Rosdakarya.
Rivai, V., & Andrian, P, V. 2008. Islamic Financial Management. Jakarta:
Raja Grafindo.
94
_______., & Arfiyan, A. 2010. Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep dan
Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
_______., & Andri, S. 2013. Credit Manajemen Handbook. Jakarta: Rajawali
Press.
Rusyd, Ibnu. 2007. Biyadatul Muftahid (Analisa Fiqh Para Muftahid).
Jakarta: Pustaka Amani.
Soemitra, Andi. 2001. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta:
Kencana.
Syafi’I, M, Antonio, dkk. 2004. Bank Syariah (Analisis Kekuatan, Kelemahan
dan Ancaman). Yogyakarta: Ekonosia.
Sinaga, Pariaman. 2008. Koperasi Dalam Sorotan Peneliti. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Sunaryo. 2009. Hukum Lembaga Pembiayaan. Jakarta: Sinar Grafika.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sutojo, Siswanto. 2000. Strategi Manajemen Kredit Bank Umum. Jakarta:
Damar Mulia Pustaka.
Solihin, Ismail. 2002. Pengantar Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Syamsi, Ibnu. 2004. System dan Prosedur Kerja. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:
Ekonosia.
Usman, Rahmadi. 2012. Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia.
Jakarta: Sinar Grafik.
Wangsawidjaja. 2012. Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Wiroso. 2005. Jual Beli Murabahah. Yogyakarta: UII Press.
HASIL WAWANCARA
Account Officer
A. Identitas Diri
Nama : Bapak Chandra Gunawan, M. Sos.
Umur : 40 tahun
Alamat : Jl. Raya Hankam Sasak Jikin RT. 01/05
Kelurahan Jati Murni, Kecamatan
Pondok Melati, Kota Bekasi
B. Wawancara tentang Murabahah
Pertanyaan : Bagaimana syarat – syarat pengajuan
pembiayaan murabahah?
Jawaban : persyaratan untuk bisa mengajukan
pembiayaan murabahah yaitu sudah
menjadi anggota, harus ibu-ibu, harus
sudah mengikuti latihan wajib kelompok,
dan sudah masuk pinjaman qardul hasan
sebesar Rp. 800,000-
Pertanyaan : Aspek apa saja yang dinilai dalam
kelayakan pemberian pembiayaan
murabahah?
Jawaban : Dalam pembiayaan murabahah tidak ada
kriteria khusus untuk memberikan
pembiayaan murabahah , apabila sudah
menjadi anggota kemudia mempunyai
usaha yang berjalan selama 6 sampai 12
bulan atau ada pemasukan keuangan
dalam perbulannya maka anggota sudah
layak untuk mengajukan pembiayaan
murabahah.
Pertanyaan : Bagaimana akad yang digunakan dalam
pembiayaan murabahah?
Jawaban : Akad yang digunakan yaitu akad jual-beli
dimana anggota mengajukan barang
pesanan, kemudian koperasi membelikan
barang tersebut dan menjualnya kepada
anggota dengan menegaskan harga
belinya kepada anggota, lalu anggota
membayarnya dengan harga yang lebih
sebagai keuntungan koperasi yang telah
disepakti antara pihak koperasi dan
aggota.
Pertanyaan : Apa sanksi yang diberikan apabila ada
anggota yang telat bayar angsuran?
Jawaban : tidak ada sanksi ataupun denda apabila
ada anggota ada yang telat bayar
angsuran, kami dari pihak koperasi hanya
bertindak tegas dengan menegur anggota
yang lalai dalam pembayaran angsuran.
HASIL WAWANCARA
Anggota I
A. Identitas Diri
Nama : Ibu Wijiastuti
Umur : 38 tahun
Alamat : Jl. H. Bori RT. 01/09 Jatiluhur Jatiasih
Kota Bekasi
Himpunan : Cempaka
B. Wawancara tentang Murabahah
Pertanyaan : Mengapa Ibu mengambil pembiayaan
murabahah di Koperasi Syariah
Ukhuwah? Apakah sangat membantu
ekonomi Ibu?
Jawaban : Saya mengambil pembiayaan murabahah
di Koperasi Syariah Ukhuwah agar lebih
mudah dan dapat dipercaya. Serta mampu
memperlancar putaran perekonomian
saya dan mampu menekan terjadinya
inflasi karena tidak adanya ketetapan
bunga yang harus dibayarkan ke
Koperasi.
Petanyaan : Bagaimana dengan prosedur pembiayaan
murabahah? Apakah menyulitkan?
Jawaban : Dengan prosedur pembiayaan yang
sekarang diterapkan oleh Koperasi
Syariah Ukhuwah Saya rasa tidak
menyulitkan tapi malah memudahkan
Pertanyaan : Barang apa yang Ibu jadikan sebagai
jaminan untuk mendapatkan pembiayaan
tersebut?
Jawaban : Alhamdulillah di Koperasi Syariah
Ukhuwah tidak memita jaminan untuk
bisa mengajukan pembiayaan
murabahah, jadi tidak memberatkan kami
sebagai anggota.
Pertanyaan : Sejauh ini bagaimana angsuran ibu?
Apakah ada hambatan atau lancar –
lancar saja?
Jawaban : Angsuran saya berproses dengan baik,
tidak ada hambatan apapun dan berjalan
dengan lancar.
HASIL WAWANCARA
Anggota II
A. Identitas Diri
Nama : Ibu Janah
Umur : 42 tahun
Alamat : Jl. Saar RT. 09/08 Jatiluhur Jatiasih
Kota Bekasi
Himpunan : Asmawiyah
B. Wawancara tentang Murabahah
Pertanya Mengapa Ibu mengambil pembiayaan
murabahah di Koperasi Syariah
Ukhuwah? Apakah sangat membantu
ekonomi Ibu?
Jawaban : saya mengajukan pembiayaan murabahah
karena saya membutuhkannya untuk
keluarga saya
Petanyaan : Bagaimana dengan prosedur pembiayaan
murabahah? Apakah menyulitkan?
Jawaban : sebenernya gak ribet mas prosedurnya
tapi kadang suka lama mas menunggu
apakah pengajuan saya di acc atau tidak.
Pertanyaan : Barang apa yang Ibu jadikan sebagai
jaminan untuk mendapatkan pembiayaan
tersebut?
Jawaban : disini tidak menggunakan jaminan
apapun mas, kalo udah menggunakan
qardul hasan baru bisa mengajukan
pembiayaan murabahah
Pertanyaan : Sejauh ini bagaimana angsuran ibu?
Apakah ada hambatan atau lancar –
lancar saja?
Jawaban : Angsuran saya aman mas karena bisa di
bayar tiap seminggu sekali ataupun satu
bulan sekali
HASIL WAWANCARA
Anggota III
A. Identitas Diri
Nama : Ibu Eti
Umur : 45 tahun
Alamat : Jl. Dukuh I RT. 07/09 Jati Rahayu
Pondok Gede Kota Bekasi
Himpunan : Al-Jannah
B. Wawancara tentang Murabahah
Pertanya Mengapa Ibu mengambil pembiayaan
murabahah di Koperasi Syariah
Ukhuwah? Apakah sangat membantu
ekonomi Ibu?
Jawaban : saya mengajukan pembiayaan murabahah
karena untuk kebutuhan hidup keluarga
saya
Petanyaan : Bagaimana dengan prosedur pembiayaan
murabahah? Apakah menyulitkan?
Jawaban : untuk prosdur pembiayaan murabahah
tidak menyulitkan sama sekali
Pertanyaan : Barang apa yang Ibu jadikan sebagai
jaminan untuk mendapatkan pembiayaan
tersebut?
Jawaban : tidak diminta barang jaminan untuk bisa
mengajukan pembiayaan murabahah
Pertanyaan : Sejauh ini bagaimana angsuran ibu?
Apakah ada hambatan atau lancar –
lancar saja?
Jawaban : Angusan alhamdulillah lancar