i
ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA SUNGAI DANAI (Studi Tentang Makna Pendidikan Bagi Masyarakat Desa Sungai Danai )
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Serjana Pada Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang
Oleh:
SITTI SUHAEMA NIM: 100569201099
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2015
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………….. ii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA………………………………... iv
ABSTRAK BAHASA INGGRIS……………………………………………. v
Anak Putus Sekolah Di Desa Sungai Danai
(Studi Tentang Makna Pendidikan Bagi Masyarakat Desa Sungai Danai)
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang............................................................................ 1
2. Rumusan Masalah……………………………………………. 4
3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………….………………….... 4
4. Konsep Oprasional…………………………………………..... 4
5. Metodelogi Penelitian................................................................ 6
1. Jenis Penelitian……………………………………….... 6
2. Lokasi Penelitian……………………………………….. 7
3. Jenis Data……..………………………………………... 7
4. Populas dan Sampel.…….……………………………… 8
5. Tehnik Pengumpulan Data……………………………... 8
6. Tehnik Analisa Data…………………………………………. 9
7. Sistematika Penulisan………………………………………... 11
B. KERANGKA TEORI
A. Fakta Sosial………………………………………………….. 11
B. Fakta Sosial Menurut Peter Blau……………………………. 12
1. Nilai……………………………………………………….. 13
2. Kebiasaan…………………………………………………. 14
iii
3. Etos Masyarakat…………………………………………... 14
4. Adat Istiadat………………………………………………. 14
C. Pengertian Gender…………………………………………….. 15
D. Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak…………………….. 15
C. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Desa………………………………………. 17
B. Kondisi Masyarakat Di Desa Sungai Danai…………………. 18
1. Peraturan Sekolah Di Desa Sungai Danai……………….. 18
2. Pendidikan………………………………………………... 19
D. ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA SUNGAI DANAI (STUDI TENTANG
MAKNA PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT DESA SUNGAI DANAI)
1. Nilai…………………………………………………………. 24
2. Kebiasaaan………………………………………………….. 24
3. Adat Istiadat………………………………………………… 24
4. Etos masyarakat…………………………………………….. 24
E. PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………….. 25
B. Saran…………………………………………………………... 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
ABSTRAK
Pendidikan merupakan indkator pembangunan dan kualitas sumber daya manusia,
sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari pendidikan. pendidikan
merupakan bidang yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional, karena
merupakan salah satu penentu kemajuan suatu bangsa. pendidikan bahkan merupakan sarana
efektif untuk meningkatkan kualitas hidup dan derajat kesejahtraan masyarakat, serta yang
dapat mengantar bangsa mencapai kemakmuran.
Berdasarkan pengamatan dan pemahaman peneliti pendidikan orang tua juga dapat
mempengaruhi pendidikan seorang anak. Karena sebagian orang tua ada yang tamat SD
bahkan ada juga orang tua yang tidak sekola. Masyarakat masi memiliki pemikiran yang masi
sangat terbatas, akibat banyak orang tua yang menilai bahwa sekolah itu mahal dan berat
serta menghabiskan sawah dan ladang, Ditambah lagi dengan pemikiran masyarakat yang
masi percaya mitos. Sehingga kepercayaan inilah yang terjadi terus menerus kepada
masyarakat. Sangat jauh sekali pemahaman masyarakat di desa ini dengan masyarakat yang
berada di perkotaan yang sangat mementingkan betapa berharganya sebuah pendidikan
dimata mereka.
Sesuai dengan fakta sosial dilapangan bahwa memaksa individu untuk menerima
kenyataan yang tejadi pada dirinya. Menurut hasil kajian Sukmadinata faktor utama penyebab
anak putus sekolah kesulitan ekonomi atau karena orang tua yang tidak mampu menyediakan
biaya bagi sekolah anak-anaknya. Disamping itu tidak jarang orang tua yang meminta
anaknya berhenti sekolah karena mereka membutuhkan tenaga anaknya untuk membantu
pekerjaan orang tua.
Kata Kunci: Anak Putus Sekolah
v
ABSTRAK
Education constitutes indkator development and human resource quality, so human
resource quality so pending of education. Education constitutes area that momentously and
strategics in national development, since constituting one of progress conditioner a nation.
education even constitute medium effectiving to increase life quality and degree kesejahtraan
society, and one gets to accompany nation reaches prosperity.
Base watch and education researcher grasp oldster can also regard education a child.
Since plays favorites oldster there is that SD's end even available also oldster that don't
sekola. masi's society have thinking that still so circumscribed, effect a lot of oldster that
assesses that that school is expensive and heavy and eats up sawah and farm, added again
with society thinking that masi believes myth. So trust this is that happening perpetual to
society. Really far away society grasp at silvan it with society those are on urban that really
accentuates just how worth it one education was winked by them.
According to social fact at that field force individual to accept fact that tejadi on her.
According to Sukmadinata's study result child cause prime factor drops out economy
handicap or because oldster unabling to provide cost for schooled its children. Despitefully
don't oldster sparse that ask for its child stops school because they need its child energy to
help oldster work.
Key word: Child Drops Out
1
Anak Putus Sekolah Di Desa Sungai Danai (Studi Tentang Makna Pendidikan Bagi Masyarakat Desa Sungai Danai)
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan kualitas sumber
daya manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas
pendidikan. Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting dan sterategis dalam
pembangunan nasional, karena merupakan salah satu penentu kemajuan suatu bangsa.
Pendidikan bahkan merupakan sarana paling efektif untuk meningkatkan kualitas hidup dan
derajat kesejahteraan masyarakat, serta yang dapat mengantarkan bangsa mencapai
kemakmuran.
Ahmadi dan Uhbiyati (2007 :70) mengemukakan bahwa pendidikan pada hakekatnya
merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang
dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak
mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus menerus.
Desa Sungai Danai kecamatan Pulau Burung kabupaten Indragiri Hilir ini adalah desa
yang terpencil dan jauh dari kota. Di desa ini didirikan sekolah SD untuk anak-anak yang ada
di desa tersebut, agar tidak sekolah diluar, namun tetap saja diantara anak masi mengalami
putus sekolah, permasalahannya karena ekonomi yang dimiliki oleh orang tua dan kurangnya
dorongan dari orang tua, apalagi dengan jumlah anak yang lebih dari 2 orang. Orang tua dari
anak tersebut rata-rata hanya menyandang sebagai seorang petani yang bekerja di kebun,
dimana penghasilan orang tua yang tidak tetap atau pasti.
Orang tua tidak mau menyekolahkan anaknya karena anggapan orang tua menilai
percuma sekolah kalau akan jadi pengangguran dan tidak begitu penting sekolah karena tidak
menjamin akan mendapatkan pekerjaan yang layak. Serta penyebab lain anak putus sekolah
di Desa ini, karena orang tua tidak memiliki biaya untuk menyekolahkan anaknya, sehingga
2
mau tidak mau harus ikut membantu orang tua bekerja dikebun, diluar dengan anak yang
memang tidak mau sekolah akibat minat untuk sekolah tidak ada.
Orang tua yang hanya bekerja sebagai buruh tani kelapa dikebun orang lain, sangat sulit
baginya untuk menyekolahkan anaknya akibat kekurangan biaya, karena untuk biaya sehari-
hari saja sulit, apalagi harus menyekolahkan anaknya yang butuh uang. Sedangkan uang haru
diperoleh setelah tiga bulan panen kelapa, ditambah lagi dengan utang yang lebih dulu
mereka pinjam kepada toke kelapa dan harus dibayar setiap siap panen. begitulah keseharian
petani didesa tersebut menjalani kehidupan sehari-harinya, tampa ada penghasilan lain.
Undang-Undang nomor 4 tahun 1979, anak terlantar diartikan sebagai anak yang orang
tuanya karena suatu sebab, tidak mampu memenuhi kebutuhan anak sehingga anak menjadi
terlantar. Menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 2002 bahwa anak terlantar yakni anak
yang kebutuhannya tidak terpenuhi secara wajar, baik kebutuhan fisik, mental, spiritual
maupun sosial. (UU sikdiknas: 2006).
Lingkungan keluarga Menurut Burharudin Salam (2002: 14) mengemukakan bahwa
keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama, berlangsung secara wajar,
dan informal serta melalui media permainan. Keadaan keluarga berlainan satu sama lain. Ada
keluarga yang kaya, ada yang kurang mampu, ada keluarga yang besar (banyak anggota
keluarga), ada pula keluarga yang kecil. Ada keluarga yang bercekcok dan gaduh dan
sebagainya. Dalam keluarga yang bermacam-macam seperti inilah yang membawa pengaruh
terhadap pendidikan dan minat sekolah anak (Purwanto, 84 :2007).
Orang tua menilai bahwa anak tidak sekolah tinggi juga bisa mendapatkan pekerjaan,
tidak perlu memikirkan biaya buat sekolah, pemikiran yang seperti ini juga yang sangat
membuat miris sekali dalam segi pendidikan anak didesa Sungai Danai, jika dibiarkan maka
akan menjadi budaya atau tradisi yang melekat pada anak-anak mereka. Ditambah lagi
3
dengan timbulnya rasa malas dalam diri anak itu untuk pergi kesekolah karena harus berjalan
kaki setiap hari kesekolah.
mengerti akan fungsi keluarga dan tentunya pemahaman tentang pendidikan.
Faktor pertama yang menjadi alasan anaknya tidak melanjutkan sekolah disini yaitu
dari ekonomi yang dimiliki orang tua, Serta kurangnya peran orang tua dalam meyakinkan
anak untuk medorong agar tetap melanjutkan sekolah. Dengan demikian keterbatasan biaya
sekolah yang membuat anak harus berhenti dari sekolah. pemerintah jarang sekali sampai
kesekolah melihat keadaan sekolah ia hanya mengharapkan laporan saja, tampa harus turun
melihat langsung kondisi sekolah di desa ini yang sudah terlihat sudah mulai rapuh karena
sekolah seharusnya di perbaharui seperti di cat agar dinding menjadi bagus lagi dan tidak
terlihat kumuh seperti sekolah yang tertinggal serta jendela kaca juga sudah pecah dan retak
akibat tidak diganti.
Anak putus sekolah karena kurangnya pemahaman orang tua terhadap pendidikan,
selain juga orang tua tidak menganggap penting pendidikan, orang tua menilai pendidikan
tidak penting bagi dirinya dan anaknya, ia lebih memilih anaknya untuk ikut membantu
bekerja dikebun daripada sekolah. Masyarakat juga masih cenderung dengan kepercayaanya
dengan mitos bahwa anak perempuan tidak harus sekolah, ia harus dirumah saja, sekolah
tinggi-tinggi akan kedapur juga.
Terlepas dari masalah diatas bahwa masyarakat merupakan orang-orang yang memiliki
jiwa yang besar bagi orang tua yang memiliki uang cukup untuk menyekolahkan anaknya,
tetapi berbanding terbalik dengan orang tua yang tidak mampu untuk menyekolahkan
anaknya. Maraknya kejadian anak yang putus sekolah akibat keterbatasan biaya orang tua.
Sejarah sekolah tingkat SD inilah yang membuat ketertarikan untuk meneliti mengenai:
Anak Putus Sekolah Di Desa Sungai Danai (Studi Tentang Makna Pendidikan Bagi
Masyarakat Desa Sungai Danai).
4
2. Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, perumusan masalah yang
akan ditelaah lebih lanjut dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana Anak mengalami Putus Sekolah di desa Sungai Danai ?
3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui penyebab anak yang mengalami putus sekolah di Parit Panyirok desa Sungai Danai
b. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan sehubungan dengan peneliti ini adalah sebagai
berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak akademisi yang tertarik pada
masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan anak putus sekolah di desa
Sungai Danai kabupaten Indragiri hilir.
2. Bagi peneliti, kegunaan penelitian ini adalah agar dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman kondisi putus sekolah yang terjadi di desa Sungai Danai.
3. Selain itu, bagi pembuat kebijakan (pemerintah, khususnya pemerintah daerah)
penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk mempertimbangkan
anak yang mengalami putus sekolah agar benar-benar efektif untuk meningkatkan
kesejahteraan pendidikan anak.
4. Sedangkan bagi masyarakat yang ada di Parit Panyirok desa Sungai Danai
kabupaten Indragiri hilir, agar hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam
memajukan sekolah menuju hasil yang lebih baik bagi para anak putus sekolah.
4. Konsep Operasional
Dalam sebuah penelitian, konsep oprasional sangat diperlukan untuk memudahkan dan
memfokuskan penelitian. Konsep oprasional juga berfungsi sebagai panduan bagi peneliti
5
untuk menindak lanjuti kasus tersebut serta menghindari terjadinya kekacauan akibat
kesalahan penafsiran dalam penelitian untuk melihat anak yang mengalami putus sekolah
yang terjadi pada anak SD di desa Sungai Danai. Maka digunakan konsep oprasional yaitu
sebagai berikut.
a. Anak Putus Sekolah
bahwa anak putus sekolah adalah murid yang tidak dapat menyelesaikan program
belajarnya sebelum waktunya selesai atau murid yang tidak tamat menyelesaikan program
belajarnya.
b. Pendidikan
pendidikan dapat diartikan bahwa suatu metode untuk mengembangkan
keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang
menjadi lebih baik.
c. Makna Pendidikan
Sesuatu yang dinilai oleh masyarakat akibat dari hal yang muncul dari luar individu.
d. Nilai
Menurut Koentjaraningrat (1987:85) lain adalah nilai budaya terdiri dari konsepsi-
konsepsi yang hidup dalam alam fikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai
hal-hal yang mereka anggap amat mulia.
e. Kebiasaan
Setiap individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan individu
atau kelompok lainnya. Interaksi sosial mereka juga senantiasa didasari oleh adat dan
norma yang berlaku dalam masyarakat.
f. etos masyarakat
6
Etos memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas
sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan
masyarakat.
g. Adat Istiadat
Adat seperti yang sudah didefinisikan ialah cara hidup yaitu tingkah laku
kepercayaan dan sebagainya.
5. Metode Penelitian
Penelitian pada perinsipnya adalah untuk menjawab permasalahan yang ditemui
dilapangan. Untuk menjawab permasalahan tersebut dibutuhkan suatu metode yang terukur
secara sistematis dan ilmiah. Selanjutnya (Singarimbun dan Efendi, 2006: 11) menyebutkan
bahwa: penelitian deskriptif dimaksut untuk mengukur yang cermat terhadap fenomena sosial
tertentu. Penelitian mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan
pengujian hipotesa, sedangkan pendekatan yang menggunakan metedologi kualitatif.
(Menurut Bogdan dan Tailor, 1975: 5) metedologi kualitatif adalah sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan pelaku
yang dapat diamati pada deskriptif ini, penulisan hanya melihat atau memberikan gambaran
berupa suatu gejala sosial atau fenomena sosial tertentu yang menyangkut permasalahan
penelitian.
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yakni berupaya menyajikan gambaran yang
terperinci mengenai suatu situasi khusus di lokasi penelitian dengan tujuan menggambarkan
secara cermat karakteristik dari suatu gejala atau masalah yang akan diteliti. Mely G.Tan
(silalahi, 2010: 28) menjelaskan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan
menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu
antara suatu gejala dengan gejala lainnya dalam masyarakat.
7
Penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan pendekatan kualitatif, yang berusaha
menggambarkan anak yang mengalami putus sekolah melalui metode studi kasus.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang
permasalahan penelitian yang didasarkan pada pemahaman yang berkembang diantara orang-
orang yang menjadi subyek penelitian. Melalui pendekatan ini, diharapkan dapat
menggambarkan kompleksitas permasalahan penelitian dan untuk menghindari keterbatasan
pembentukan pemahaman yang diikat oleh suatu teori tertentu dan yang hanya berdasar pada
penafsiran peneliti. Melalui metode studi kasus, peneliti berusaha menangkap realitas sosial
secara holistik dan mendalam tentang permasalahan penelitian.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan didesa sungai danai, kecamatan pulau burung. Alasan
penelitian ini mengambil objek penelitian disini, karena selama ini belum pernah ada yang
mengadakan penelitian terhadap permasalahan yang sama pada lokasi tersebut lebih banyak
meneliti karena di desa sungai danai ini sangat banyak anak yang mengalami putus sekolah,
terutama pada tingkat SD. Penyebab anak putus sekolah akibat kurangnyanya minat anak
untuk melanjutkan sekolahnya, ditambah lagi dengan permasalahan-permasalahan ekonomi
orang tua. Disini saya sangat tertarik untuk melakukan penelitian.
3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti secara langsung dari informan
yang dapat berupa wawancara langsung dengan informan penelitian. Informan dalam
penelitian ini yaitu orang tua anak putus sekolah.
b. Data Sekunder
8
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data dan
mengambil informasi berupa dokumen, internet, foto dan jurnal yang dianggap relevan
dengan masalah penelitian.
4. Populasi dan Sampel
Sesuai dengan jenis penelitian bahwa penelitian kualitatif tidak menggunakan pendekatan populasi dan sampel tetapi yang digunakan dengan pendekatan secara intensif ke informan yang akan dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini informan merupakan subjek yang menjadi sumber peneliti dalam mendapatkan informasi sebagai data yang diperlukan sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan peneliti. Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu pemilihan informan yang ada dalam posisi terbaik dalam memberikan informasi yang dibutuhkan. Pemilihan informan berdasarkan penilaian atau karakteristik yang diperoleh data sesuai dengan maksud penelitian (Silalahi, 2010:272).
Pengambilan sampel ini menggunakan metode purposive sampling, kriteria yang ditetapkan adalah orang tua dari anak yang mengalami putus sekolah.
5. Teknik Dan Pengumpulan Data
Data dalam penelitian kualitatif hamper dipastikan bentuk kata-kata, meskipun data
mentahnya bisa membentuk benda-benda, foto, figure manusia (Irawan, 2006: 67).
Pengumpulan data adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam usaha mengumpulkan data-
data atau informasi yang menunjukkan penelitian diantaranya pegetahuan mengenai
permasalahan dengan data yang berhubungan dengan latar belakang informan terhadap
penelitian. Adapun tehnik dan alat pengumpulan data yaitu berupa wawancara mendalam,
observasi dan dokumentasi.
a. Observasi
Bungin mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur. Observasi yang saya gunakan yaitu Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan dimana peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian informan (Bungin, 2007). Dalam hal keterlibatan peneliti dalam keseharian orang tua anak yang mengalami putus sekolah yang dijadikan Informan penelitian yakni salah satunya pada saat peneliti mendatangi kerumah-rumahnya serta dikebun untuk memintai informasi seputar penelitian.
b. Wawancara
9
Wawancara langsung dan mendalam dengan menggunakan instrument penelitian berupa interview guide (Pedoman wawancara). Interview guide berisikan daftar pertanyaan yang sifatnya terbuka yang digunakan untuk menjadikan wawancara yang dilakukan agar lebih terarah bertujuan menggali informasi yang akurat dari informan mengenai anak yang mengalami putus sekolah di Desa Sungai Danai.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan sebagai penunjang penelitian penulis, dimana dalam dokumentasi ini dapat melihat, mengabadikan gambar dilokasi penelitian. Dokumentasi ini juga digunakan untuk mengumpulkan data-data yang berbentuk cacatan berupa hasil wawancara, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian seperti foto-foto keseharian orang tua dirumah maupun di kebun.
6. Teknik analisa data
Analisa data yang meneliti menggunakan untuk menganalisa data-data yang didapati data-data tertentu dari penelitian ini adalah menggunakan analisis kualitatif. Data kualitatif yaitu data yang berupa kumpulan berwujud kata-kata, kalimat, uraian-uraian serta dapat juga berupa cerita pendek bahkan pada data-data tertentu dapat menunjukkan perbedaan dalam bentuk jenjang atau tingkatan, walaupun tidak menunjukkan perbedaan dalam bentuk jenjang atau tingkatan walaupun tidak jelas batasnya. Jadi dalam analisis kualitatif ini penelitian tidak akan menggunakan peralatan matematika atau tehnik statistik sebagai alat bantu analisis, tetapi hanya menggunakan penjelasan secara deskriptif tentang apa yang ditanyakan kepada informan.
Proses kerja analisis ini akan dimulai dengan menelaah seluruh data yang telah tersedia dari berbagai sumber seperti dari observasi atau pengamatan, wawancara serta tanggapan dari informan akan dianalisis secara deskriptif kualitatif yang menyediakan secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta dan fenomena yang ada dengan mengambarkan dan menguraikan keadaan yang sebenar-benarnya. Dalam penelitian ini dilakukan dimana proses tersebut terjadi bersamaan sebagai suatu yang saling berkait pada saat sebelum, selama dan setelah pengumpulan data. Analisis dalam penelitian ini dilakukan menjadi empat langkah yaitu melalui pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau ferifikasi. Empat tahap proses analisis tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengumpulan data
Data yang dimaksut adalah data-data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara
dan dokumentasi yang dicatat dalam catatan lapangan yang berisi tentang apa yang dilihat,
didengar, disaksikan dan juga temuan tentang apa saja yang dijumpai selama penelitian.
Bentuk data-datanya antara lain seperti data monografi yang diperoleh dari kantor desa
sungai danai, data-data informan, hasil wawancara dengan para informan beserta foto
dokumentasi beserta absensi informan.
10
2. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan sebagai peruses dimana peneliti melakukan pemilihan dan penyederhanaan data hasil penelitian. Proses ini juga dinamakan proses informasi data, yaitu perubahan dari data yang bersifat kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis dilapangan menjadi data yang bersifat halus dan siap dipakai setelah dilakukan penyeleksian dengan membuang data yang tidak diperlukan. Data yang sudah direduksikan juga dapat memberikan gambaran yang mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperlukan nantinya. Data yang direduksi seperti hasil wawancara dengan para informan dengan para informan yaitu sesuai dengan permasalahan peneliti.
3. Penyajian Data
Tahap pengumpulan data ini yaitu sekumpulan informasi, deskripsi dalam bentuk narasi
yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian ini merupakan rangkaian
kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca akan mudah dipahami.
Agar sajian data tidak menyimpang dari pokok permasalahan maka penelitian menyajikan
data yang mewujudkan dalam bentuk tabel sebagai gambaran dari hasil yang telah peneliti
lakukan pada wawancara, sehingga menjadi panduan informasi tentang apa yang terjadi dan
data yang disajikan sesuai dengan apa yang diteliti.
4. Penarikan Kesimpulan
Tahap penarikan kesimpulan ini menyangkut intersprestasi penelitian, yaitu
penggambaran makna dari data yang ditampilkan. Penarikan kesimpulan merupakan usaha
untuk mencari atau memahami data yang diperoleh. Penelitian merupakan untuk mencari
makna dibalik data yang dihasilkan dalam penelitian, serta menganalisa data dan membuat
kesimpulan. Sebelum membuat kesimpulan, peneliti harus mencari pola hubungan,
persamaan dan sebagainya. Antar detail yang ada kemudian dipelajari, analisis dan kemudian
disimpulkan. Proses menyimpulkan merupakan proses yang membutuhkan pertimbangan
yang matang. Kesimpulan yang ditarik segera diverifikasi dengan cara melihat dan
mempertanyakan kembali sambil melihat catatan lapangan agar memproleh pemahaman yang
lebih tepat.
11
7. Sistematika Penulisan
Dalam memberikan gambaran umum mengenai isi penelitian yang akan dilakukan ini, perlu dikemukakan garis besar pembahasan melalui sistematika penulisan. Sistematika penulisan ini terdiri dari 5 BAB yaitu sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN Pada BAB pertama berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan
dan kegunaan penelitian, kerangka teori, konsep oprasional, metode penelititan serta sistematika penulisan. BAB II. KERANGKA TEORITIS
Dalam BAB ke dua ini dipaparkan kerangka teori yang digunakan dalam rangka mendukung penelitian yaitu teori Fakta Sosial, Penyebab Anak Putus Sekolah. BAB III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Pada BAB ke tiga ini peneliti memberikan gambaran tentang gambaran umum tentang lokasi penelitian serta anak yang mengalami putus sekolah di Parit Panyirok desa Sungai Danai. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ke empat ini berisikan penelitian pembahasan dari hasil penelitian dan analisis terhadap kesesuaian terhadap teori. BAB ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai penyebab anak putus sekolah di Parit Panyirok desa Sungai Danai. BAB V. PENUTUP
Penutupan berisi kesimpulan dari keseluruhan objek penelitian yang diteliti
serta saran dari hasil penelitian. Peneliti menguraikan mengenai kesimpulan dan
saran yang diperoleh dari keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan.
B. KERANGKA TEORITIS
a. Fakta Sosial
Menurut pendapat Emille Durkheim, fakta sosial dianggap sebagai barang, sesuatu
barang yang berbeda dengan ide yang menjadi obyek penyelidikan seluruh ilmu pengetahuan
dan tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni (Spekulatif). Tetapi, untuk
memahaminya diperlukan penyususnan data riil di luar pemikiran manusia.
Emile Durkheim berpendapat bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari apa
yang dinamakan fakta sosial (fait social). Menurut Durkheim fakta sosial merupakan cara
bertindak berfikir dan berperasaan, yang berada diluar individu, dan mempunyai kekuatan
memaksa yang mengendalikannya, sebagaimana Nampak dari defenisi berikut ini:
12
Kategori fakta dengan sangat perbedaan karakteristik: ini terdiri dari jalan, perilaku,
pemikiran, dan perasaan, eksternal ke perorangan, dan diberkati dengan satu kekuatan
paksaan, dengan alasan mereka yang mana dia mengontrol cara pikir ini dan perilaku
mendasari daerah sesuai dari sosiologi (Kamanto, 2004: 12).
Dukheim mengemukakan bahwa fakta sosial merupakan sosialisasi dan diferensiasi dalam semua aspek kehidupan masyarakat seperti bidang ekonomi, pendidikan, politik, hukum, ilmu pengetahuan, kesenian, administrasi, ini merupakan cara bertindak yang dianut secara umum, bersifat memaksa berada diluar kehendak pribadi individu, dan dapat menjalankan paksaan, paksaan luar terhadap individu. (kamanto, 2004: 11-12)
Dalam buku Rules of Sociological Method, Durkheim menulis: "Fakta sosial adalah
setiap cara bertindak, baik tetap maupun tidak, yang bisa menjadi pengaruh atau hambatan
eksternal bagi seorang individu." Dan dapat diartikan bahwa fakta sosial
adalah cara bertindak, berfikir, dan merasa yang ada diluar individu dan sifatnya memaksa
serta terbentuk karena adanya pola di dalam masyarakat. Artinya, sejak manusia dilahirkan
secara tidak langsung ia diharuskan untuk bertindak sesuai dengan lingkungan sosial dimana
ia dididik dan sangat sukar baginya untuk melepaskan diri dari aturan tersebut. (Kamanto,
2004: 12)
Sesuai dengan fakta sosial dilapangan bahwa memaksa individu untuk menerima
kenyataan yang tejadi pada dirinya. Menurut hasil kajian Sukmadinata faktor utama penyebab
anak putus sekolah kesulitan ekonomi atau karena orang tua yang tidak mampu menyediakan
biaya bagi sekolah anak-anaknya. Disamping itu tidak jarang orang tua yang meminta
anaknya berhenti sekolah karena mereka membutuhkan tenaga anaknya untuk membantu
pekerjaan orang tua. (Bagong, 2010: 342)
b. Fakta Sosial Menurut Peter Blau
Menurut peter blau ada dua tipe dasar dari fakta sosial 1. Nilai umum (common value)
2. Norma yang terwujud dalam kebudayaan atau dalam struktur.
13
Norma-norma dan pola ini disebut institution atau disini diartikan dengan pranata.
Sedangkan jaringan hubungan sosial dimana interaksi sosial berproses dan menjadi
terorganisir serta melalui mana posisi sosial dari individu dan sub kelompok dapat dibedakan,
sering diartikan sebagai struktur sosial. Dengan demikian, struktur sosial dan pranata sosial
inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan sosiologi menurut paradigm fakta sosial.
Penjelasan mengenai fakta sosial dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu suatu fakta
sosial harus dijelaskan berdasarkan fakta-fakta sosial yang mendahuluinya sehingga dapat
kita mengetahui sebab dari terbentuknya fakta sosial ini (sebab kerja). Setelah sebab kerja
ditemukan barulah selanjutnya memberitahu mengapa fakta sosial ini tetap ada. Kenyataan
bahwa fakta sosial itu tetap ada barulah seterusnya dapat dijelaskan berdasarkan fungsi yang
dimiliki. Sedangkan cara yang kedua yaitu fungsi suatu fakta sosial harus selalu ditemukan
dalam hubungannya dengan suatu tujuan sosial lainnya. Ini berarti bahwa harus diteliti
apakah ada persamaan antara fakta yang ditinjau dengan keperluan-keperluan umum dari
organisasi sosial itu dan dimana letak persesuaiannya.
Fakta sosial diartikan sebagai gejala sosial yang abstrak, misalnya hukum, struktur sosial,
adat kebiasaan, nilai, norma, bahasa, agama dan tatanan kehidupan lainnya yang memiliki
kekuasaan tertentu untuk memaksa bahwa kekuasaan itu terwujud dalam kehidupan
masyarakat diluar kemampuan individu sehingga individu menjadi tidak tampak. Ternyata
didalam fakta sosial terdapat nilai-nilai dan norma-norma yang memang diakui oleh
masyarakat.
a. Nilai
Menurut Darji Darmodiharjo nilai adalah yang beguna bagi kehidupan manusia manusia
jasmani dan rohani.(Elly, dkk. 2007:123). Menurut Koentjaraningrat (1987:85) adalah nilai
budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar
14
warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada
dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak.
b. Kebiasaan
Setiap individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan individu atau
kelompok lainnya. Interaksi sosial mereka juga senantiasa didasari oleh adat dan norma yang
berlaku dalam masyarakat. Misalnya interaksi sosial di dalam lingkungan keluarga menjadi
kebiasaan dilingkungan dimanapun ia tinggal, seperti dilingkungan masyarakat dan lain
sebagainya.
Rochman Natawidjaja dan L. J. Moleongn (1979: 20) “kebiasaan merupakan cara
berbuat atau bertindak yang dimiliki seseorang dan diperolehnya melalui proses belajar cara
tersebut bersifat tetap, seragam dan otomatis”. Jadi biasanya kebiasaan berjalan atau
dilakukan tanpa disadari oleh pemilik kebiasaan itu.
c. Etos Masyarakat
Etos memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu.
Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat.
Etos atau jiwa kebudayaan (dalam antropolog) berasal dari bahasa inggris yang berarti watak
khas. Etos sering tampak pada gaya prilaku warga misalnya, kegemaran-kegemaran warga
masyarakatnya, serta berbagai benda budaya hasil karya mereka, dilihat dari luar oleh orang
asing. Penjelasan diatas merupakan warisan budaya menurut (Setiadi 2007:30-33) terhadap
generasi penerus. Budaya tidak akan luntur begitu saja, walaupun seiring berkembangnya
zaman akan mulai memudar. Ada hal-hal yang akan diwariskan leluhur untuk anak cucu,
yang dianggap penting dan patut untuk dijalankan. Budaya merupakan kepercayaan
masyarakat tradisional yang dibuat disepakati bersama dan dijalankan.
d. Adat Istiadat
Adat seperti yang sudah didefinisikan ialah cara hidup yaitu tingkah laku kepercayaan dan sebagainya. Adat bersifat maya yaitu tidak dapat dilihat. Ia timbul daripada suatu
15
pemikiran berkenaan cara hidup dan tidak didengar. itu sudah menjadi suatu budaya. Maknanya, budaya ialah suatu bentuk perlakuan yang mencerminkan adat sesuatu masyarakat itu.
Menurut Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan perkembangan dari bentuk jamak “budi daya”, artnya daya dari budi, kekuatan dari akal. Kemudian beliau mendefinisikan kebudayaan itu sebagai “ keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, serta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu”. Menurtut Koentjaraningrat kebudayaan itu paling sedikit memiliki tiga wujud yaitu:
3. Keseluruhan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya yang berfungsi
mengatur, mengendalikan dan memberikan arah pada kelakuan dan perbuatan
manusia dalam masyrakat “yang disebut adat tata kelakuan”.
4. Keseluruhan aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, yang
disebut “sistem sosial”. Sistem sosial terdiri darirangkaian aktivitas manusia dalam
masyarakat yang selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan,
misalnya gotong royong dan kerja sama.
5. Benda-benda hasil karya manusia yang disebut “kebudayaan fisik”, misalnya pabrik
baja, candi Borobudur, pesawat udara, computer atau kain batik.
c. Pengertian Gender
Gender adalah perbedaan yang tampak pada laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Masyarakat sebagai suatu kelompok menciptakan perilaku-penmbagian gender untuk menentukan apa yang mereka anggap sebagai suatu keharusan untuk membedakan laki-laki dan perempuan. Sebenarnya perbedaan gender tidak akan menjadi masalah selama tidak muncul ketidak adilan gender. Akan tetapi dalam kenyataan perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidak adilan baik bagi laki-laki dan terutama terhadap perempuan sedangkan ketidak adilan gender adalah suatu sistem dan struktur dimana lak-laki dan perempuan menjadi korban sistem tersebut.
Bentuk ketidak adilan gender yang berupa proses marjinalisasi perempuan adalah suatu proses kemiskinan atas suatu jenis kelamin tertentu dalam hal ini perempuan disebabkan oleh perbedaan gender. Ada beberapa perbedaan jenis tempat dan waktu serta mekanisme proses marjinalisasi perempuan karena perbedaan gender. Dari aspek sumber misalnya, marjinalisasi kemiskinan perempuan dapat bersumber dari kebijakan pemerinta, keyakinan, tafsir agama, tradisi atau kebiasaan bahkan asumsi pengetahuan. Marjinalisasi perempuan tidak saja terjadi ditempat kerja, akan tetapi juga terjadi disemua tingkat seperti dalam rumah tangga, masyarakat, atau kultur, dan bahkan pada tingkat negara. (Suynto, 2007: 340-341).
d. Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak
Peran orang tua dalam mendidik anak Dalam rangka pelaksanaan pendidikan nasional,
peranan orangtua semakin jelas dan penting terutama dalam penanaman sikap dan nilai atau
16
norma norma hidup bertetangga dan bermasyarakat, pengembangan bakat dan minat serta
pembinaan bakat dan kepribadian.Sebagaimana dijelaskan oleh Singgih D. Gunarsa sebagi
berikut : “Hubungan antar pribadi dalam keluarga sangat dipengaruhi oleh orang tua (ayah
dan ibu) dalam pandangan dan arah pendidikan yang akan mewujudkan suasana keluarga.
Masing-masing pribadi diharapkan tahu peranannya didalam keluarganya dan memerankan
dengan baik agar keluarga menjadi wadah yang memungkinan perkembangan secara wajar”.
1. Peranan ayah dan ibu dalam mendidik anak dijelaskan sebagaiberikut:
Peran ayah dalam mendidik anak Ayah dalam keluarga sangat penting terutama bagi
ank laki-laki, ayah menjadi model teladan untuk pesannya kelak menjadi dewasa, bagi
perempuan sebagai pelindung atau tokoh yang tegas bijaksanan, mengasihi keluarga, dengan
sikapnya yang tegas danpenuh wibawa menanamkan pada anak-anak patuh terhadap
peraturan dan disiplin. Dalam memberi tugas ayah perlu mengetahui kemampuan anak untuk
menyelesaikannya. Peran ayah kadangmenjadi wasit dalam memelihara suasana keluarga,
sehinggamencegah timbulnya keributan dalam keluarga. (Singgi, 1995: 83).
2. Peran ayah dalam mendidik anak
Peran ayah dalam mendidik anak Ayah dalam keluarga sangat penting terutama bagi
ank laki-laki, ayah menjadi model teladan untuk pesannya kelak menjadi dewasa, bagi
perempuan sebagai pelindung atau tokoh yang tegas bijaksanan, mengasihi keluarga, dengan
sikapnya yang tegas dan penuh wibawa menanamkan pada anak-anak patuh terhadap
peraturan dan disiplin. Dalam memberi tugas ayah perlu mengetahui kemampuan anak untuk
menyelesaikannya. Peran ayah kadang menjadi wasit dalam memelihara suasana keluarga,
sehingga mencegah timbulnya keributan dalam keluarga. (Singgi, 1995: 83).
17
3. Peran ibu dalam mendidik anak
Ibu berperan dalam mendidik dan mengembangkan kepribadian anak serta membentuk
sikap anak. Seorang ibu perlu memberi contoh teladan yang dapat diterima dan menanamkan
rasa tanggungjawab anak pada usia dini, sebaiknya sudah mengenal adanya peraturan-
peraturan. Adanya disiplin dalam keluarga akan memudahkan pergaulan dimasyarakat kelak,
ibu juga harus memberikan rangsangan sosial dengan pendekatan dan percakapan. Setelah masuk
sekolah ibu harus dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar anak senang belajar
dirumah, anak akan belajar giat bila merasa nyaman. Peran ibu sebagai istri memantapkan
pengertian dan partisipasi suami dalam tugas merawat, memelihara dan mendidik anak . Jadi
jelaslah orang tua mempunyai peranan penting dalam tugas dan tanggung jawabnya yang
besar terhadap semua anggota keluarga yaitu lebih bersifat pembentukan watak dan budi
pekerti, latihan keterampilan dan ketentuan rumah tangga, dan sejenisnya. Orang tua sudah
selayaknya sebagai panutan atau model yang selalu ditiru dan dicontoh anaknya. (Fuad Ihsan,
2008: 52).
C. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Desa
Desa Sungai Danai termasuk dalam wilayah kecamatan pulau burung kabupaten
Indragiri Hilir Propinsi Riau dan terletak dibagian barat merupakan salah satu desa yang
berpotensi dan didukung oleh kondisi yang baik, dan dilihat secara umum keadaannya
merupakan daerah dataran gambut dengan persawahan secara alami yang dialiri oleh sungai
yaitu sungai dan parit serta induk sungai Indragiri Hilir. Parit Panyirok desa Sungai Danai ini
memiliki 36 KK, mempunyai Rukun Tetangga (RT) 1 Rukun Warga (RW) 2. Berada di desa
Sungai Danai dengan jumlah penduduk potensial 2098 orang, dengan jumlah laki-laki 1066
orang dan perempuan 1894 orang, dengan jumlah kepala keluarga 611 KK.
18
Suku mayoritas di Parit Panyirok desa Sungai Danai bugis, jawa, banjar, batak dan
lainnya, tingkat pendidikan sudah maju karena desa Sungai Danai sudah mengutamakan
pendidika untuk anak-anak dilihat dari tersedianya PAUD, PDTA, SD, DAN SMP. Pada di
Desa Sungai Danai untuk program pemerintah PNPM dan desa mandiri dalam peningkatan
infrastruktur dan ekonomi masyarakat sudah lama dikembangkan namun belum maksimal
sesuai yang diharapkan, ditambah lagi dengan program pemberdayaan diharapkan dengan
peningkatan taraf hidup masyarakat setempat. Program pemberdayaan desa dibidang dimana
program ini bertujuan agar masyarakat dapat bantuan modal usaha untuk menambah
pendapatan serta penghasilan keluarga dengan tujuan menjadi keluarga yang sejahtera.
B. Kondisi Masyarakat di Parit Panyirok desa Sungai Danai
Sebagian besar masyarakat di Desa Sungai Danai ini mayoritas masyarakatnya masi berpendidikan rendah sehingga sulit untuk bersaing dalam memperoleh pekerjaan maupun menciptakan lapangan pekerjaan. Ditambah lagi dengan tingkat SDM yang dimiliki masi sangat rendah, hal ini terbukti dilihat dari masi besarnya jumlah penduduk yang tidak tamat sekolah lanjutan atas SLTA. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam berbagai bidang kegiatan di desa, terutama pada bidang pembangunan.
Hal ini terbukti sulitnya untuk mengumpulkan masyarakat pada saat mengumpulkan masyarakat saat musyawarah di aulah kantor desa atau ditingkat dusun. Lemahnya SDM dan kemampuan desa dalam hal melaksanakan tugas dan fungsi saat sebagai aparat desa serta pelayanan kepada masyarakat. Masi terkendalanya peningkatan usahan dikarenakan kurangnya modal yang dimiliki, ditambah lagi dengan tingginya rumah tangga miskin mencapai 21%. Dengan demikian juga dapat dilihat dari segi sarana jalan yang belum memadai seperti jalan yang masi belum beraspal, jembatan kayu tusak baik, sehingga sulit untuk masyarakat melakukan transportasi karena jalan yang masi bermasalah. Di Parit Panyirok desa Sungai Danai ini belum maksimalnya peran dan fungsi kelembagaan yang ada , baik ditingkat desa maupun dusun.
Masyarakat Desa Sungai Danai adalah masyarakat yang rata-rata hanya sebagai petani kelapa bagi kaum laki-laki dan perempua hanya menyandang sebagai seorang ibu rumah tangga (IRT). Masyarakat desa Sungai Danaiterutama pada orang tuanya hanya berpendidikan sampai SD saja, ada yang tamat SD ada juga yang tida tamat sampai SD. sehingga tidak tertutup kemungkinan apabila masih memiliki pemikiran yang sangat tebatas dengan pendidikan. sehingga orang tua tersebut tidak begitu menginginkan anaknya untuk melanjutkan sekolah tinggi-tinggi, orang tua ini banyak yang berpikiran bahwa sekolah tinggi-tinggi itu sangat menguras dompet, memerlukan uang yang sangat banyak.
1. Peraturan Sekolah di Desa Sungai Danai
Paraturan sekolah yang ada di desa Sungai Danai masi sulit untuk diterapkan dengan sempurna karena kurangnya guru di desa terpencil membuat masi sulit untuk membuat peraturan sekolah selayaknya sekolah yang ada di kota, dengan berbagai keterbatasan sehingga untuk mematuhi paraturan di suatu kampung, seperti di desa Sungai Danai terutama
19
guru Sekolah Dasar SD. “Saat ini sekitar 2 guru yang mengajar disekolah SD tersebut. hal ini yang membuat sangat sulit untuk memajukan sebuah sekolah untuk menyetarakan sesuai dengan sekolah yang ada di kota.
Table III.1. Jumlah Berdasarkan Pendidikan Anak Sekolah Di Desa Sungai Danai Kecamatan Pulau Burung No. Jumlah berdasarkan Pendidikan Jumlah 1. Belum sekolah 24 2. Tidak tamat sekolah 11 3. Tamat SD/sederajat 9 4. Tamat SMP/sederajat 9 5. Tamat SLTA/sederajat 6 6. Tamat akademisi/sederajat 1 8. Jumlah 60
Sumber: Data Monografi Desa Sungai Danai Kecamatan Pulau Burung 2014
Dari table diatas terlihat bahwa jumlah anak yang tidak tama sekolah itu lebih banyak dibandingkan dengan anak yang tamat sekolah, masing-masing jumlah anak yang tidak tamat sekolah SD berjumlah 11 jiwa, sedangkan anak yang tamat sekolah tingkat SD hanya 9 jiwa, anak yang tamat sekolah tingkat SMP berjumlah 9 jiwa, tamat SLTA 6 jiwa, yang tamat sekolah akademisi/sederajat 1 orang serta anak yang belum sekolah berjumlah 24 jiwa.
2. Pendidikan
Berdasarkan data monografi khususnya di desa Sungai Danai kecamatan pulau burung
kebanyakan penduduk yang tidak sekolah dan putus sekolah yaitu sebesar 11 orang,
kemudian yang memiliki bekal pendidikan dasar 9 orang, sedangkan yang berpendidikan
tinggi 1 orang, serta yang selesai diperguruan tinggi hanya 1 orang.
TABEL III.2. Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Sungai Kecamatan Pulau Burung
No. Umur Tahun Jumlah penduduk jiwa 1. 0-5 37 2. 6-10 21 3. 11-15 27 4. 16-25 25 5. 26-30 59 6. 31-40 24 7. 50-55 102 8. 60-70 26 Jumlah 321
Sumber: Data Monografi Desa Sungai Danai Kecamatan Pulau Burung 2014.
Data tabel diatas menunjukkan jumlah kepadatan dan persebaran penduduk desa Sungai
Danai . berdasarkan faktor umur penduduk desa Sungai Danai tergolong penduduk usia
muda. Indikasi ini tergambar dari rasio penduduk usia kelompok umur 0-5 dan 6-10 tahun
20
yang merupakan yang terbanyak jumlah masing-masing 37 jiwa dan 21 jiwa, kemudian di
susul kelompok umur 11-15 yaitu masing-masing 27 jiwa dan 25 jiwa, umur 16-25
jumlahnya 27 jiwa, umur 26-30 yaitu jumlah orang 59 jiwa, umur 35-40 yaitu jumlah 24
orang, dan umur 55-60 yaitu jumlah 128 jiwa. Rasio penduduk kelamin penduduk desa
Sungai Danai menunjukkan bahwa penduduk laki-laki relatif lebih banyak dibandingkan
perempuan.
TABEL III.3. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Sungai Kecamatan Pulau Burung No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah penduduk 1 Petani 78 2 Pedagang 3 3 Peternak 0 4 TNI/POLRI 5 5 Guru 2 6 IRT 55 7 Buruh bangunan 15 8 Bengkel 2 Jumlah 160
Sumber: Data Monografi Desa Sungai Danai Kecamatan Pulau Burung 2014
Tabel mata pencaharian di atas menujukkan bahwa terdapat program mata pencaharian
masyarakat desa Sungai Danai. Pertumbuhan ekonomi desa Sungai Danai secara umum juga
mengalami peningkatan, hal ini dinilai dari bertambahnya jumlah penduduk yang mengalami
usaha atau pekerjaan walaupun sejenis pekerjaan tersebut pada umumnya belum dapat
dipastikan bersumber dari hasil usaha yang dilakukan bisa juga diperoleh dari pinjaman
modal usaha dari pemerintah. Sehingga menarik perhatian penduduk di desa Sungai Danai
masi banyak yang memiliki usaha mata pencaharian tetap dibidang pertanian dan perkebunan
hal ini dapat di indikasikan bahwa masyarakat pulau burung terbebasnya dalam ilmu
pengetahuan dibidang pertanian dan perkebunan karet serta kelapa sawit, oleh karena tidak
adanya tenaga ahli yang mendampingi mereka.
A. Identitas Informan
Informan dalam penelitian kualitatif sengaja dipilih oleh peneliti, karena dianggap mampu memberikan informan seputar masalah yang sudah diteliti. Dalam penelitian ini,
21
informan yang dipilih adalah penduduk yang memang berasal dari desa Sungai Danai atau penduduk yang telah lama tinggal di desa Sungai Danai. Kategori dalam penelitian ini diambil sebelas (11) informan yang terdiri dari sepuluh 11 orang informan diambil dari orang tua anak yang mengalami putus sekolah.
Terlebih dahulu akan dikemukakan identitas informan sesuai dengan jumlah dalam penelitian yaitu mencakup jenis kelamin, umur/usia, pendidikan dan jenis pekerjaan pada tabel 4.1. Dibawah ini dijelaskan identitas informan berdasarkan jenis kelamin. Table IV.1. Identitas Anak Putus sekolah Berdasarkan Jenis Kelamin NNo. Jenis Kelamin Jumlah Informan 11 Laki-laki 5 22 Perempuan 6 Jumlah 11
Sumber: Data Desa Sungai Danai Kecamatan Pulau Burung tahun 2014
Berdasarkan tabel IV.1. diatas, terlihat jelas bahwa informan yang terbanyak adalah
berjenis perempuan dibandingkan laki-laki. Lebih banyak jumlah informan perempuan
dikarenakan pada saat penelitian dilapangan, informan perempuan lebih banyak dirumah
dibandingkan laki-laki. Banyaknya informan perempuan lebih baik secara langsung dapat
membantu dalam kegiatan wawancara.
Sedangkan informan laki-laki yang lebih sedikit dari jumlah informan perempuan di karenkan pada saat penelitian melakukan penelitian dilapangan, laki-laki masi dikebun untuk mengerjakan kelapa dan mereka pulang tidak dapat diperidiksikan karena berangkat kerja dari jam lima dan ada juga yang berangkat dari jam enam subuh pulang tidak menentu kadang sore hingga malam, sehingga penelitian dilakukan pada informan perempuan yang lebih banyak karena rata-rata mereka menjadi ibu rumah tangga (IRT). Pada tabel IV.2. Dibawah ini dijelaskan identitas informan yang dirangkum berdasarkan umur informan.
Tabel IV.2. Identitas Informan Berdasarkan Umur No. Umur Jumlah Informan 1. 34-40 6 2. 42-47 5 Jumlah 11
Sumber: Data Desa Sungai Danai Kecamatan Pulau Burung tahun 2014
Dilihat dari tabel diatas menunjukkan bahwa kebanyakan informan adalah berumur dengan rentan usia antara 42 sampai 47 tahun yaitu sebanyak 5 orang kepala keluarga. Dan bagi IRT/ibu rumah tangga sebanyak 6 orang dengan umur 34 sampai 40, disini diambil informan perempuan karena mereka lebih mudah ditemui dirumah dibandingkan laki-laki. Table IV.3. Identitas Informan Berdasarkan Pendidikan NNo. Jenis pendidikan Jumlah informan 11 Tamat SD 3 22. Tidak Tamat Sekolah 8 Jumlah 11
Sumber: Data Desa Sungai Danai Kecamatan Pulau Burung tahun 2014
22
Berdasarkan table IV.3 diatas terlihat jelas bahwa jumlah yang tidak sekolah lebih
banyak dibandingkan dengan yang tamat SD, sedangkan yang tamat SLTP, dan SMA tidak
ada sama sekali. Dari identitas informan yang dijadikan sampel penelitian ini jika dilihat dari
tingkat pendidikan, maka informan yang tidak tamat sekolah menjadi objek yang dominan
didalam penelitian ini.
Dari informan tersebut dapat diketahui berdasarkan pengalaman mereka didalam
pendidikan dan yang menjadi masalah sehingga informan tidak melanjutkan sekolah. yang
menjadi objek adalah anak yang tidak tamat sekolah serta orang tua bagaimana menyikapi
soal anak yang putus sekolah. Pada tabel IV.4. Di bawah ini dijelaskan identitas informan
yang dirangkum berdasarkan jenis pekerjaan para informan.
Table IV.4. Identitas informan berdasarkan jenis pekerjaan NNo Jenis pekerjaan Jumlah informan 11 Petani 4 22 IRT/Ibu Rumah Tangga 7 Jumlah 11
Sumber: Data Desa Sungai Danai Kecamatan Pulau Burung tahun 2014
Berdasarkan table IV.4. diatas dapat dilihat dengan jelas status informan yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga (IRT) menjadi sumber utama dalam penelitian dengan jumlah yang
besar dalam kategori informan berdasarkan jenis pekerjaan dibandingkan dengan status
informan lainnya.
Banyak status ibu rumah tangga IRT (Ibu Rumah Tangga) menjadi informan dalam
kategori pekerjaan dikarenakan lebih banyak waktu dirumah sehingga informan lebih banyak
mengetahui tentang penyebab anak yang putus sekolah dan sejauh mana informan IRT
mengetahui dan memahami bagaimana agar anak-anaknya yang masi dalam pendidikan tidak
mengalami putus sekolah agar bisa lebih memahami arti pentingnya suatu pendidikan.
dibandingkan suami informan yang bekerja sebagai petani dikebun yang tidak bisa dipastikan
23
kapan waktu pulangnya. Dari informan IRT (Ibu Rumah Tangga) maka dalam penelitin ini
dapat diketahui pula sejauh mana pengetahuan mereka terhadap pendidikan anak.
D. Anak Putus Sekolah Di Desa Sungai Danai
Akibat dari Anak putus sekolah adalah munculnya tekanan dari orang tuanya karena faktor keluarga yang ekonominya rendah. Sebenarnya telah disebutkan dan diakui bahwa anak-anak pada hakikatnya berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak, dan mereka seharusnya tidak terlibat dalam aktivistas ekonomi secara dini. Namun demikian, akibat tekanan kemiskinan yang dimiliki oleh orang tua anak, kurangnya kesadaran orang tua terhadap pentingnya pendidikan bagi anaknya, dan sejumlah faktor lain, maka secara sukarela maupun terpaksa anak menjadi salah satu sumber pendapatan keluarga yang penting.
Didaerah pedesaan Anak relatif ketinggalan dibandingkan dengan teman-temannya
yang lain dan tak jarang pula mereka kemudian putus sekolah di tengah jalan. Karena orang
tuanya tidak memiliki biaya yang cukup untuk menyekolahkan anak mereka. Berbeda dengan
anak-anak dari kalangan atas yang ekonominya mapan dan terpelajar. Dimana sejak kecil
mereka sudah didukung oleh fasilitas belajar yang memadai. Anak-anak dari keluarga miskin
di daerah pedesaan umumnya hanya memiliki fasilitas yang pas-pasan, dan yang paling
memprihatinkan adalah orang tua si anak kebiasaanya bersikap acuh tidak acuh pada urusan
sekolah anaknya, ia hanya fokus pada pencarian uang dan menilai pedidikan tidak penting
hanya akan membuang-buang uang saja. Sehingga hal seperti inilah yang membuat anak
tidak bisa merasakan bahwa sekolah itu memang penting bagi masa depannya.
Jika Anak tidak bisa sekolah lagi itu akan memberatkan Anak dalam segi
pengetahuannya saat sudah besar, karena Anak akan semakin bodoh tidak akan semakin
pintar lagi. Berbeda jika Anak akan melanjutkan sekolahnya pasti mereka akan berusaha
belajar dari nol agar mereka bisa pintar kembali. Karena pendidikan itu paling pengting untuk
Anak, kalau Anak tidak bisa melanjutkan sekolahnya kembali, masa depannya akan suram.
Dengan tidak memiliki bekal pendidikan Anak tidak akan bisa mencari pekerjaan yang layak
di masa mendatang.
24
1. Nilai
Nilai adalah konsepsi abstrak dalam diri manusia, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk yang berguna bagi kehidupan manusia. Nilai adalah suatu yang baik dan selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat.
Masyarakat menilai pendidikan hanya biasa-biasa saja, ia melihat pendidikan tidak begitu penting bagi dirinya sehingga pendidikan seakan terabaikan serta anak-anak yang ada kerap kali mengalami putus sekolah, selain menilai pendidikan tidak penting, mereka juga merasa pendidikan itu hanya akan membuang-buang uang saja. Pengetahuan masyarakat tentang pendidikan sangat terbatas dengan pendidikan yang mereka miliki sehingga seperti inilah mereka memaknai pendidikan. tidak jarang juga orang tua memutuskan anaknya untuk berenti sekolah karena ia merasa karena ekonomi juga yang membuat ia merasa berat untuk melanjutkan sekolah anaknya.
2. Kebiasaan
Pendidikan sangat penting terhadap anak yang masih berusia muda untuk mendapatkan
sebuah pekerjaan dan bisa dihargai oleh orang lain, maka dari itu pendidikan sangat penting
bagi kehidupan dilingkungan sehari-hari baik itu diri sendiri maupun buat orang lain. Maka
orang tua sangat berperan aktif dalam memperhatikan pendidikan anaknya, guna untuk
memudahkan mereka mendapatkan pekerjaan dan mudah untuk mengerti hal-hal yang
menjuru kepada kebaikan.
3. Adat Istiadat
Adat seperti yang sudah didefinisikan ialah cara hidup yaitu tingkah laku kepercayaan
dan sebagainya. Adat bersifat maya yaitu tidak dapat dilihat.Ia timbul daripada suatu
pemikiran berkenaan cara hidup dan tidak didengar. itu sudah menjadi suatu budaya.
Maknanya, budaya ialah suatu bentuk perlakuan yang mencerminkan adat sesuatu
masyarakat itu.
Menurut Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan perkembangan dari bentuk jamak “budi daya”, artnya daya dari budi, kekuatan dari akal. Kemudian beliau mendefinisikan kebudayaan itu sebagai “ keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, serta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu”.
4. Etos Masyarakat
Etos atau jiwa kebudayaan (dalam antropolog) berasal dari bahasa inggris yang berarti watak khas. Etos sering tampak pada gaya perilaku yang misalnya, kegemaran-kegemaran
25
warga masyarakatnya, serta berbagai benda budaya hasil karya mereka, dilihat dari luar oleh orang asing. Contohnya kebudayaan batak dilihat oleh orang jawa, sebagai orang yang agresif, kasar, kurang sopan, tegas, konsikuen dan berbicara apa adanya. Sebaliknya kebudayaan jawa dilihat oleh orang batak, bahwa watak orang jawa memancarkan keselarasan, kesuraman, ketenangan yang berlebihan, lamban, tingkah laku sukar ditebak, gagasan yang berbelit-belit, feodal, diskriminasi terhadap tingkat sosial.
Budaya tidak akan luntur begitu saja, walaupun seiring berkembangnya zaman akan mulai memudar. Dan ada hal-hal yang akan diwariskan oleh leluhur-leluhur dari nenek moyang mereka untuk anak cucu, yang dianggap penting dan patuh untuk dijlankan.
E. Penutup
1. Kesimpulan
Pandangan orang tua terhadap pendidikan sangat rendah sekali karena orang tua
menilai pendidikan tidak penting baginya, pendidikan hanya akan membuang-buang uang
saja. Jadi pendidikan dimata orang tua di desa Sungai Danai ini tidak akan menjamin
mendapatkan pekerjaan bagus sesuai dengan tamatan sekolah yang dimiliki anak. Banyak
anak yang sekolah diluar sana akan kembali bekerja dikebun membantu orang tua bekerja.
Selain itu oang tua juga lebih memilih anaknya bekerja daripada sekolah, bagi orang
tua pendidikan tidak penting. Kebiasaannya juga lebih baik menyuruh anaknya membantu
bekerja kelapa agar cepat selesai serta kebiasaan yang sering juga dilakukan anak selain
bermain yaitu memancing bersama orang tua. Kebiasaan inilah yang menjadi budaya anak-
anak di desa tersebut. sampai saat ini juga masi berlangsung dengan kebiasaan yang sudah
menjadi budaya masyarakat setempat, baginya sekolah itu hanya akan menhabiskan sawah
dan ladang saja. Jadi bekerja akan menjadi lebih baik karena bisa memiliki uang daripada
sekolah tidak mendapat uang.
Adat istiadat masyarakat di desa ini juga yang sudah menjadi teradisi bagi masyarakay
disini bahwa sekolah bagi anak perempuan akan kedapur juga dan akan mengurus keluarga,
jadi bagi orang tua anak perempuan lebih baik tidak usah sekolah, begitu juga dengan anak
laki-laki yang dituntut untuk membantu orang tua dikebun bekerja. Anak laki-laki juga tidak
begitu dianjurkan bagi orang tua untuk sekolah, selain itu, mereka juga ada yang sudah tidak
26
mau sekolah, ia lebih memilih untuk bekerja membantu dikebun. Jadi hal inilah yang terjadi
selama bertahun-tahun di desa Sungai Danai. Sehingga semangat masyarakat tidak memiliki
acuan sebagai penyemangat untuk dijadikan sebagai inspirasi bagi anak. Etos yang dimiliki
oleh masyarakat sangat erat dengan adat istiadat yang dimiliki masyarakat setempat.
Hal inilah yang sangat sulit diubah, karena sudah menjadi budaya turun temurun sejak
lama dilingkungan desa Sungai Danai ini. Kurangnya dorongan orang tua terhadap
pendidikan anak ini juga yang sangat memprihatinkan bagi nasib bangsa untuk kedepannya,
hal ini harus dirubah agar tidak berlarut-larut. Pemerintah seharusnya melakukan observasi
dilapangan agar bisa terlihat jelas permasalahan sekolah yang ada di desa ini, supaya tidak
terjadi seperti ini secara terus menerus.
Kurangnya perhatian orang tua dengan pendidikan anaknya ini juga berpengaruh
dengan ekonomi yang dimiliki oleh orang tuanya sehingga cenderung akan menimbulkan
berbagai masalah seperti anak yang mengalami putus sekolah di desa Sungai Danai. Makin
besar anak maka perhatian orang tua makin diperlukan, dengan cara dan variasi sesuai
kemampuan. Semua yang dialami anak tergantung pada salah satu penyebabnya adalah
kurangnya perhatian orang tua. Hubungan antar keluarga tidak saling peduli, keadaan ini
merupakan dasar anak mengalami permasalahan yang serius dan hambatan dalam
pendidikannya sehingga mengakibatkan anak mengalami putus sekolah.
Pendidikan dasar wajib yang dipilih Indonesia adalah 9 tahun yaitu pendidikan SD dan
SMP, apabila dilihat dari umur mereka yang wajib sekolah adalah 7-14 tahun. Pendidikan
merupakan hak yang sangat fundamental bagi anak. Hak yang wajib dipenuhi dengan
kerjasama dari orang tua masyarakat dan pemerintah, namun tidaklah mudah untuk
merealisasikan pendidikan khususnya menuntaskan wajib belajar 9 tahun, karena pada
kenyataannya masih banyak angka anak putus sekolah. Meskipun dasar hukum untuk
27
peningkatan pendidikan sangat kuat, namun pendidikan masih merupakan persoalan yang
dari tahun ke tahun terus meningkat.
Pendidikan rata-rata penduduk Indonesia masih sangat rendah, Badan Pusat Statistik
(BPS) menunjukan 61 persen diantaranya bahkan tidak pernah lulus SD. Angka partisipasi
Sekolah (APS), ratio penduduk yang bersekolah berdasarkan kelompok usia sekolah masih
belum sesuai yang diharapkan. Dapat dilihat bahwa faktor ekonomi merupakan alasan utama
anak putus sekolah tidak melanjutkan pendidikan. Pendanaan pendidikan yang menjadi
tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, sampai saat ini kenyataannya
ditanggung oleh orang tua siswa akibatnya sekolah memungut berbagai iuran dan sumbangan
kepada orang tua siswa, sehingga pendidikan menjadi mahal dan hanya menyentuh kelompok
masyarakat menengah ke atas. Anak–anak dari kelompok keluarga tidak mampu tidak
sanggup membiayai sekolah anaknya, Oleh karena itu seharunya pemerintah tidak terlalu
membebankan pembiayaan pendidikan kepada orang tua siswa terutama yang kurang
mampu.
2. Saran
Pendidikan adalah upaya sistematik dalam membantu serta membimbing pertumbuhan
dan perkembangan anak, pendidikan merupakan kebutuhan utama yang harus dimiliki oleh
setiap manusia, karena pendidikan adalah sarana untuk meningkatkan taraf hidup manusia.
Orang tua berperan dalam menentukan masa depan anak, serta orang tua juga harus memiliki
pengetahuan yang luas sehingga bisa memberikan pemahaman tentang pendidikan kepada
anak-anaknya.
Memberikan semangat kepada anak agar bisa termotivasi untuk sekolah,
melengkapi sarana dan prasarana sekolah yang masi kurang jumlahnya, dan
meningkatkan mutu pendidikan bagi wilayah terutama di desa Sungai Danai.
28
Memberikan sosialisasi kepada orang tua agar bisa lebih paham tentang arti
pentinya suatu pendidikan, dan lebih semangat, tertarik dan berusaha agar mau
menyekolahkan anaknya dan tidak lagi berpatokan pada faktor ekonomi.
Menambah tenaga kerja guru agar sekolah lebih maju dan meringankan beban
biaya sekolah dengan memperbanyak bantuan-bantuan oprasional sekolah serta
beasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi abu, 2007. “ Sosiologi Pendidikan “. Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmadidan Uhbiyati, 2007. “ Ilmu Pendidikan”. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bagong Suyanto, 2010. “ Masalah Sosial Anak” . Jakarta: Prenada Media Group
Bogdan, and Taylor. 1975. Introduction to Qualitative Research Methode. John Willey and Sons, 1975.
Burhan Bungin. 2007. “ Penelitian Kualitatif “. Jakarta: Kencana.
Bungin Burhan, M.Si. 2009. Analisis data penelitian kualitatif, pemahaman filosofis dan metodologis kearah model penelitian aplikasi. Jakarta: raja grafindo persada
Baharuddin M. 1982. Putus Sekolah dan Masalah Penanggulangannya (Jakarta: Yayasan
Kesejahteraan Keluarga Pemuda 66.
Irawan, Prasetya, 2006. penelitian kualitatif & kuantitatif untuk ilmu-ilmu sosial. Jakarta: DIA FISIP UI.
George ritzer, 1985, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Paradigma Ganda. Rajawali Jakarta.
Goode J. William, 2002. “ Sosiologi Keluarga “. Jakarta : Bumi Aksara.
Koentjaraningrat.1987. “ Sejarah Teori Antropologi I ”. Jakarta: Universitas Indonesia. Purwanto, M. Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja.Rosdakarya. Baharudding, Salam. 2002. “ pengantar pedagogic. “ Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bernard Raho, SVD. 2007. Teori Sosiologi Modern. prestasi Pustaka Raya: Jakarta Indonesia.
Ihsan Fuad, H. 1997. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sarwono, Sarlitow. 2012. “ Sosiologi Remaja. “ Jakarta” PT Raja Wali Pers.
Setiadi, Elly,dkk, 2007, “ Ilmu Sosial dan Budaya Dasar”. Jakarta, Kencana Prenada
Media Grup.
Gunarsa, Singgih, D. 1995. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: PT. BPK
Gunung Mulia.
Silalahi, Ulber. 2010. “ Metode Penelitian Sosial. Bandung.” PT. Refika Aditama.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 2006. Metode Peneletian Survey. Jakarta: LP3ES. Soekanto Soejono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. . 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Mely G. Tan. (1993). “ Masalah Penelitian”. Dalam Buku Metode-Metode Penelitian
Masyarakat. “ Diedit Oleh: Koentjaraningrat. Gramedia, Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2012. “ Psikologi Remaja”. Jakarta: Yayasan Bina pustaka. Purwanto, M. Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Undang-Undang RI No 23 tahun 2006. Perlindungan Anak. Tangerang: PustakaYustisia. Referensi Skripsi: Susilawati Mely, 2012. Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak, (Studi Kasus
Masyarakat Desa Berakit Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan). Skripsi: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.
Reki Hariansyah, 2013. Strategi Rumah Tangga Nelayan Dalam Mengatasi Kemiskinan, (Studi Nelayan Miskin Di Desa Lubuk Kecamatan Kundur Kabupaten Karimun). Skripsi: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.