ISLAM DAN BUDAYA LOKALISLAM DAN BUDAYA LOKALISLAM DAN BUDAYA LOKAL
EDISI DESEMBER 2015
AM
AN
AT
UL
UM
MA
H A
DV
ER
TIS
ING
Himmah Mesir @himmahmesir Himmahmesir.blogspot.com
AM
AN
AT
UL
UM
MA
H A
DV
ER
TIS
ING
ISLAM DAN BUDAYA LOKALISLAM DAN BUDAYA LOKALISLAM DAN BUDAYA LOKAL
EDISI DESEMBER 2015
AM
AN
AT
UL
UM
MA
H A
DV
ER
TIS
ING
Himmah Mesir @himmahmesir Himmahmesir.blogspot.com
Di Terbitkan Oleh:
Pelindung:
Penanggung Jawab:
Pemimpin Umum:
Pemimpin Redaksi:
Redaksi Ahli:
Sekretaris Redaksi:
Tata Usaha:
Reportase:
Editor:
Layout/
Desain Sampul:
Distributor:
Web-Master:
Alamat Redaksi:
.
Amanatul Ummah
Advertising
DK Himmah RAM
Ketua Himmah RAM
Muhammad Al-Barra.
Muhammad Maulal
Karim.
Muhammad Samsul
Hadi, Mas Faiqul
Khuluq, Mughni
Rahmatullah,
Muhammad Khadafi.
Badrus Sholeh.
Ibnu Chamdun,
Muhammad
Khoiruddin.
Muhammad Nabil
Muwaffaq, Siti
Shofiyah.
Zia Hulhak, Atik
Mahirotul Mahfudzoh.
Faiz Hosainie
Rafsanjanie.
Mu’hidurrohman,
Muhammad
Nasyrullah,
Muhammad Fauzi.
Faiz Hosainie
Rafsanjnie.
Tub Romly, Swessry
District III, Hayy Asyir,
Madinat Nasr, Cairo.
INDEKS
BU
LE
TIN
AL
-UM
MA
H—
ED
ISI
DE
SE
MB
ER
20
15
#.__________
1.__________
3.__________
5.__________
6.__________
8.__________
9.__________
SEKILAS KATA Assalamualaikum..
Gimana nih kabarnya teman-teman? Semoga
sehat selalu yaa..
Hmmm.. kalo dihitung-hitung udah cukup la-
ma ya kita ngga nemenin kalian. Apalagi kita
sekarang udah memasuki musim dingin.
BBBrrrrr. Jaga kesehatan ya.. kalo tidur pake
selimut, ntar masuk angin hehe.
Oh iya, Edisi kali ini kita datang dengan gaya
baru dengan tema “Islam dan Budaya Lokal”.
Kita akan mencoba masuk dan menemukan
titik temu antara Islam dan budaya, dan
bagaimana keduanya akan berjalan
beriringan. nanti selain sorot dan opini yang
menjadi tajuk utama, akan hadir juga azhari-
an, lentera, Arabic corner, dan yang lainnya.
Pokoknya seru deh. Dijamin nyesel kalo eng-
ga baca.
Ya udah sih gitu aja.
Selamat membaca dan semoga ber-
manfaat :D .
SEKILAS KATA
SOROT
OPINI
AZHARIAN
GALLERY
SASTRA
RESENSI
وي مركز اللغ
LENTERA
ENGLISH
STATION
DAPUR HIMMAH
11._________
12._________
13._________
10._________
#
SOROT
BU
LE
TIN
AL
-UM
MA
H—
ED
ISI D
ES
EM
BE
R 2
01
5
Islam adalah agama yang
membawa misi pembebasan dan
keselamatan. Islam hadir di muka
bumi dalam rangka memberikan mo-
ralitas baru bagi transformasi sosial.
Sentuhan-sentuhan budaya yang lahir
dari berbagai macam dialektika
manusia melahirkan hentakan-
hentakan tradisi yang berkembang
masif di kalangan masyarakat. Baik
kehidupan agama maupun kehidupan
budaya,
keduanya
berasal
dari
sumber
yang
sama,
yaitu
potensi
fitrah
manusia.
Namun,
ketika dua
tipologi ini
─Islam
dan
bu-
daya─ dipadukan dalam satu wadah
epistema, akan terjadi ketegangan-
ketegangan dialektis, antara im-
plikasi-akulturasi dengan keharusan
agama untuk tetap mempertahankan
aspek transendental-metafisik. Da-
lam arti, akankah akulturasi
menimbulkan perubahan-
perubahan serta problematika
baru bagi para pemeluk agama?
Budaya lokal sejatinya tidak berangkat dari ruang kosong, ia ber-pijak pada budaya setempat yang telah diwariskan turun temurun. Bu-daya dinilai sebagai tindakan yang ditujukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma melalui pen-gulangan, yang secara otomatis
menjadi sebuah tradisi. Dalam bahasa Kuntowijoyo, proses akulturasi tersebut dapat di-artikan sebagai asimilasi kultur-al, asimilasi struktural, dan asimilasi agama. Baginya, Islam adalah sistem nilai yang berpi-jak pada konsep “ketauhidan” yang dapat mempengaruhi sis-
tem kebudayaan apapun dan mewarnai kebudayaan tersebut. Kehadiran Islam
sebagai sumber moral selajut-
nya bisa
dicermati dari sosio-kultur Arab pra-Islam yang bercorak nomaden. Mere-ka adalah masyarakat yang hidup di padang pasir yang terbuka, sehingga rentan terhadap perang dan pertikaian antar suku. Islam hadir di
tengah masyarakat yang seperti itu untuk mengasah perasaan dan penghayatan terhadap nilai dan moralitas. Namun penyematan Ja-hiliyah ini tidak serta merta men-justifikasi mereka sebagai masyarakat yang tidak mengetahui apapun. Abid al-Jabiri dalam bukunya Takwin al-`Aql al-`Araby juga menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Jahiliyah bukan berarti tidak mempunyai penge-tahuan, melainkan lebih tepat dise-but masyarakat Tradisional yang tidak tersentuh oleh nilai dan tradi-si baru (baca: Abid al-Jabiri, Takwin al-
`Aql al-`Araby, Markaz al-Dirasat al-Wahdah al-`Arabiyyah, Beirut, cet. VI, 1994, hal. 57).
Oleh karena itu, al-Qur`an
sebagai kitab suci dan rujukan utama
bagi Islam, dalam menyapa umatnya
menggunakan Bahasa yang sarat
akan estetika. Sehingga mampu
mempengaruhi perasaan dan
kesadaran mereka, yaitu dalam rang-
ka mempertajam visi kemanusiaan
masyarakat nomaden. Jadi al-Qur`an
diturunkan bukan untuk
menghilangkan kognisi kolektif
masyarakat pra-Islam, melainkan
menghadirkan moralitas baru yang
diharapkan mampu memecah kefa-
kuman, mendamaikan perseteruan,
dan menegakkan keadilan. Begitu-
pun pada tataran lokal-Indonesia -
asumsi penulis - kehadiran Islam
sebagai agama yang dibawa Nabi
Muhammad Saw. sebenarnya tidak
membabat habis tradisi-tradisi lokal
yang ada, apalagi menegasikan aga-
ma-agama samawi lainnya. Melain-
kan mencoba untuk memberikan
nilai dan moralitas baru terhadap
masyarakat. Islam justru bersi-
Akulturasi Islam & Budaya Lokal Siti Shofiyah
1
BU
LE
TIN
AL
-UM
MA
H—
ED
ISI
DE
SE
MB
ER
20
15
SOROT fat terbuka dengan budaya-budaya
lokal yang ada, yang sesuai dengan
prinsip-prinsip yang dianut oleh Is-
lam.
Jika kita melirik tradisi Arab dahulu, dimensi trasendensi al-Qur‟an terlihat sejak awal penurun-annya, dikarenakan dalam tradisi Arab berkembang mistifikasi dan kepercayaan terhadap yang ghaib. Oleh karena itu, al-Qur‟an diturunk-an melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad melalui perantara bahasa yang penuh dengan mistifi-kasi dan penulusuran untuk me-mahami yang ghaib. Dikisahkan, bahwa terdapat gunung Qaf yang digunakan masyarakat Arab pra-Islam untuk bermunajat kepada Tu-han, dan gunung tersebut dianggap
sebagai rumah Tuhan (Baca: Nasr Hamid Abu Zaid, Mafhum al-Nash; Dirasat fi Ulum al-Qur’an, al-Markaz al-Arabi al-Tsaqafi, Bei-
rut, cet. II, 1996, hal. 33-45). Di
Syiria, pada masa pra-Islam, masyarakat seringkali bangun malam untuk sekedar meniupkan seruling sebagai salah satu bentuk ritualitas untuk menghadap kepada Tuhan
(Baca: Nasr Hamid Abu Zaid, Mafhum al-Nash; Dirasat fi Ulum al-Qur’an, al-Markaz al-Arabi al-Tsaqafi, Beirut, cet. II, 1996, hal.
33-45). Tidak jauh melangkah, ke-
hadiran Islam yang menjalar ke se-luruh Indonesia merupakan pergu-mulan sinergis antara budaya lokal dengan Islam. Sunan Kalijaga misal-nya, mencoba melihat realitas yang berkembang di masyarakat Jawa ketika itu, ia justru menggunakan unsur-unsur lokal dalam menyiarkan agama Islam, seperti wayang dan gamelan yang ia gunakan. Cara ini justru mampu mempengaruhi perasaan manusia yang paling dalam.
Ibnu Khaldun dalam mag-
num-opusnya al-Muqaddimah me-
nandaskan, bahwa Islam sebagai
agama migran tidak serta-merta
menegasikan tradisi lokal masyara-
kat Arab, melainkan mencoba
mengakomodasi dan mengakulturasi
beberapa tradisi yang sudah berlaku
masif. Barangkali yang dilakukan
oleh Islam adalah memberikan sina-
ran moral yang lebih objektif. Islam
misalnya, memberikan kebebasan
kepada setiap penganutnya untuk
melakukan ritual keagamaan, tanpa
harus melalui otoritas simbolik, baik
dalam bentuk institusi maupun per-
sonal (Baca: Nasr Hamid Abu
Zaid, Mafhum al-Nash; Dirasat fi
Ulum al-Qur’an, al-Markaz al-Arabi
al-Tsaqafi, Beirut, cet. II, 1996,
hal. 33-45). Islam memberikan
dorongan moril bahwa ajaran yang
diemban Nabi Muhammad Saw. ada-
lah ajaran yang membebaskan manu-
sia dari kezaliman menuju cahaya
pembebasan.
Muhammad Saw. tidak da-
tang dengan suatu peradaban
lengkap yang baru, namun
melengkapi peradaban yang sudah
ada dan mendorong untuk berkem-
bang dengan spirit dalam mengako-
modasi dua elemen menjadi satu
kesatuan yang baru. Persinggungan
antara Islam dengan budaya lokal
kemudian disikapi secara episte-
mologis oleh ilmu ushul fikih dengan
lahirnya kaidah al-„adah muhak-
kamah (adat dapat menjadi hukum).
Tentu saja kaidah ini tidak berangkat
dari ruang hampa, namun berpijak
pada teks otoritatif - al-Qur`an dan
Sunah. Rasulullah Saw. bersabda:
“Apa yang dilihat oleh orang muslim
baik, maka baik pula bagi Al-
lah” (Baca: Nasr Hamid Abu Zaid,
Mafhum al-Nash; Dirasat fi Ulum al-
Qur’an, al-Markaz al-Arabi al-
Tsaqafi, Beirut, cet. II, 1996, hal.
33-45). Namun sebagai sebuah
kesadaran terberi, tidak semua tradisi
yang berkembang di masyarakat
memiliki landasan historis yang
baik. Perlu adanya penyaringan yang
bersifat selektif dan sesuai dengan
norma-norma Islam yang paling
prinsipil. Misalnya,
dengan melakukan
kajian-kajian kritis ten-
tang akulturasi Islam
dengan budaya-budaya
lokal yang ada, serta
memilah-milah mana
tradisi yang masih bersi-
fat wajar dan mana tradi-
si yang tidak dibenarkan
oleh syariat. Hal ini
kiranya perlu dilakukan
sebagai bentuk kontri-
busi manusia yang tidak
lagi konservatif dan
mampu memberikan
porsi yang pas bagi Is-
lam dan budaya lokal di
sekitarnya, agar tidak
mencederai keduanya.
[.]
2
BU
LE
TIN
AL
-UM
MA
H—
ED
ISI D
ES
EM
BE
R 2
01
5
OPINI
Agama sebagai sebuah wasi-
lah yang menuntun umat manusia
kembali ke asal tempat mereka.
Tempat yang mempertemukan antara
Sang Pencipta dan makhluk. Tempat
itu mereka sebut dengan akhirat.
Agama sendiri merupakan sebuah
metode yang di berikan Tuhan kepa-
da Rasul guna memberikan opsi un-
juk jalan pulang. Jadi kehidupan
yang kita jalani ini merupakan tem-
pat singgah sejenak. kata salah
seorang guru kesenian saya, “Hidup
di dunia adalah tempat singgah mi-
num”. Selesai minum ya kembali ke
rumah.
Selain itu, nilai kepercayaan
yang dianut oleh setiap manusia san-
gatlah beragam. Dan kali ini saya
akan mengulas sedikit perbedaan
tersebut dari sisi agama Islam beser-
ta kultur yang melekat di setiap dae-
rah di berbagai belahan dunia.
Bermakna selamat yang di-
ambil dari bahasa arab. Dikarenakan
agama samawi ini diturunkan di
tanah suci sana yang di setiap ta-
hunnya dilaksanakan ibadah rutin,
tak lain merupakan rukun islam yang
ke-lima. Selain itu, Nabi atau Rasul
(utusan) yang Tuhan turunkan be-
rasal dari tempat tersebut. Kabar ini
pun menggemparkan penganut aga-
ma samawi yang lain. Terutama
bangsa arab terkena imbasnya.
Beralih kepada budaya. Bu-
daya sendiri adalah suatu produk
adat orang zaman sebelum kita,
kemudian di pertahankan oleh gen-
erasi selanjutnya. Budaya sendiri
merupakan sebuah ciri khas dari sua-
tu daerah tersebut. Bisa dari kese-
nian, ritual maupun hal-hal yang
dirasa masih bertahan dan merupa-
kan adat orang sebelumnya. Dari
kesenian bisa berupa tari-tarian,
musik, ukiran dan yang lainnya.
Masing-masing dari hal itu memiliki
makna dan tujuannya masing-
masing. Dan tugas kita sebagai gen-
erasi penerus adalah mempertahan-
kan serta melestarikan budaya terse-
but, supaya bisa kita tularkan kepada
anak cucu kita. Karena jika kita teliti
setiap budaya yang ditinggalkan oleh
leluhur, ditemukan kandungan nor-
ma yang bernilai positif. Walaupun
tanpa kita sadari setelah mempelajari
kesenian atau kebudayaan, jiwa kita
terasa tenang dan tentram. Hal inilah
yang mungkin kurang disadari oleh
generasi setelah kita.
Di tahun milenium ini, Islam
menjadi agama yang dominan di
tanah Arab. Menduduki peringkat
atas di belahan dunia. Beralih ke
Asia, disana ada Indonesia. Negara
ini menganut kurang lebih 80% dari
jumlah penduduk. Dengan demikian,
negara ini menduduki peringkat tera-
tas dengan pemeluk agama Islam
terbanyak di dunia. Padahal secara
geografi, letak negara ini dengan
sumber agama islam (Arab) lumayan
jauh. Serta suku yang ada di negara
tersebut sangatlah beragam. Jika
dilihat sekilas agama ini tidaklah
mudah diterima secara hampir me-
nyeluruh. Namum dengan kesabaran
dan keuletan ulama terdahulu yang
mereka sebut dengan walisongo
(wali sembilan), agama ini dapat
diterima dan menduduki peringkat
mayoritas.
Menyerong ke negara
tetangga yang lumayan jauh namun
masih satu benua dengan Indonesia,
ialah Cina. Dengan kebudayaan dan
peradaban cukup maju pada
masanya, sangatlah kurang pas bila
Islam juga dapat diterima dengan
tangan terbuka. Akan tetapi, perjal-
anan Islam hingga sampai ke tanah
air Indonesia adalah salah satu efek
dari perjalanan Laksamana Cheng
Ho yang berasal dari negara bambu
ini. dari sini dapat disimpulkan bah-
wa Islam di negara tersebut sudah
dianut jauh sebelum sampai di tanah
bumi Indonesia.
Dari dua contoh bangsa yang
memiliki perbedaan suku, bahasa
serta pemikiran secara terbuka dapat
menerima Islam. jika disorot antara
budaya daerah tersebut dengan aga-
ma Islam sangatlah menyimpang.
Namun kesabaran serta keikhlasan
mereka yang mau berdakwah tern-
yata membawa dampak positif. Sep-
erti metode yang ditawarkan oleh
walisongo untuk mengislamkan
tanah Jawa. Mereka merubah tradisi
Jawa kuno menjadi kebudayaan
yang islamis. Seperti pembacaan
tahlil, misalnya. Pada awalnya tradi-
si ini diisi dengan pembacaan mantra
setiap tujuh hari, empat puluh, sera-
tus hingga seribu hari. Setelah ked-
atangan walisongo, tradisi ini diubah
menjadi pembacaan tahlil. Yang
awalnya mantra diganti dengan pem-
bacaan ayat al-Quran dan doa. Serta
sesajen (sajian) yang dihidangkan
untuk para leluhur dibagikan kepada
siapapun yang hadir pada acara ter-
sebut. Dengan demikian Islam dapat
di tertima dengan tangan terbuka.
Karena masyarakat menganggap
bahwa Islam dengan budaya yang
mereka anut tidaklah lagi berten-
tangan.
Selain dari segi budaya, ada
pula dari segi kesenian. Karena pada
saat itu keberadaan walisongo be-
rada di tanah jawa, mereka mencoba
untuk mengkombinasikan antara
musik jawa dengan pembacaan
sholawat. Seperti saat ini yang di
bawakan oleh Emha Ainun Najib
bersama musik Kyai Kanjeng.
Dengan kata lain masyarakat tidak
Interaksi Agama
dengan Budaya Ibnu Chamdun
3
OPINI
BU
LE
TIN
AL
-UM
MA
H—
ED
ISI
DE
SE
MB
ER
20
15
lagi canggung dengan hal baru, na-
mun isi yang terkandung sama. Han-
ya terdapat perbedaan kemasan.
Untuk saat ini Islam mulai
dikenal dengan agama teroris. Mere-
ka yang menyerukan hal tersebut
berdalih dengan munculnya ke-
lompok yang mengatasnamakan
ISIS. Padahal jika hanya menyorot
dari luar, memang kelompok ini be-
ragama Islam. Namun kultur mereka
sangatlah berbeda dengan apa yang
diajarkan oleh junjungan besar kita.
Padahal Islam sebagai agama rah-
matan li al-„alamin mengajarkan
tentang santun, kasih sayang. Kini
tercoreng dengan kemunculan ke-
lompok ini. Apa yang ada dibenak
mereka mungkin berisi tentang khil-
afah yang harus di tegakkan dimuka
bumi. Kini sasaran mereka adalah
siapapun yang enggan mengikuti
mereka, karena menolak berarti ada-
lah penghianat. Padahal ketika di
pikir kembali, pemikiran manusia
tidaklah selalu sama. Tergantung
mereka hidup di lingkungan yang
mana. Pepatah kuno pernah menga-
takan, “Rambut sama hitam tapi isi
kepala berbeda”. Bisa diartikan
dengan berbagai makna. Jika sebagai
pemimpin mungkin cara mengatasi
masalah warganya berbeda dengan
pemimpin yang lain. Jika posisinya
sebagai ulama akan memberikan
metode hukum yang berbeda dengan
ulama lain. Dan masih banyak hal
lain yang berbeda.
Di Indonesia sendiri walau-
pun sebagai mayoritas islam
terbesar, tentu pemikiran mereka
sangatlah berbeda. Dengan
berbagai
suku dan budaya, namun Islam dapat
diterima dengan tangan terbuka. Ter-
gantung kita membawakannya cocok
atau tidak dengan budaya atau adat
yang berlaku saat itu. Walisongo
sendiri sebelum berdakwah
mengamati budaya masyarakat seki-
tar. Setelah itu memadukannya
dengan Islam. Hasilnya sangatlah
memuaskan. Dalam tempo kurun
waktu yang tidak cukup lama, na-
mum bisa dirasakan hingga saat ini.
Islam dikenal dengan budaya dan
mengakar di hati masyarakat.
Sebenarnya jika ada pema-
haman dan sikap saling menghargai,
saya pribadi merasakan budaya lokal
di dunia ini dengan Islam itu ada
persamaan antara keduanya. Yang
tidak sepaham hanya orang yang
kurang sadar tentang persamaan ini.
kalau yang dicari adalah perbedaan,
maka yang muncul hanya saling ber-
seteru dan membela sepihak saja.
seperti budaya yang ada di Mesir,
Arab Saudi, Irak dengan Negara Ar-
ab lainnya. Memang secara sekilas
sama-sama bangsa Arab. Toh ya iba-
dah yang di lakukan setiap harinya
sama. Hanya saja perbedaannya dari
budaya yang mereka miliki sedikit
berbeda. Atau tarekat yang
mengajarkan tentang cinta kepada
nabi. Berbagai acara rutinan yang
mereka selenggarakan jauh berbeda.
Mulai dari ritual hingga pembacaan
doa mereka jauh berbeda. Tapi
disini, tujuan mereka hanya satu;
yaitu ingin menunjukkan rasa
cinta kepada Tuhan dan
Nabi Muhammad
Saw. Dengan
kemasan yang
berbeda. Lantas dengan perbedaan
ini apakah akan kita perangi atau kita
kucilkan?.
Dengan kata lain,
“Perbedaan adalah rahmat. Dan
persatuan adalah perjuangan”. Kata
ini saya kutip dari rekan saya. Jadi
yang namanya Islam, bisa kita sebut
jika budaya mereka mengarah atau
berbau keislaman. Dan yang naman-
ya muslim ialah mereka yang be-
ragama Islam. Seperti rumah makan
yang berada di Eropa. Mereka mem-
berikan slogan, “Makan sepuasnya
bayar sesukanya”. Ketika ada orang
yang selesai makan kemudian hen-
dak membayar, penjaga kedai terse-
but menyampaikan agar tidak menyi-
sakan makanan di piring. Lantas
sang pembeli mengelak bahwa kami
yang bayar, ya terserah kami mau
menghabiskan atau tidak. Akhirnya
penjaga kedai melaporkan hal ini ke
polisi. Lima menit kemudian polisi
pun datang dan menanyakan perihal
tersebut. Setelah menguraikan kepa-
da polisi, pembeli tersebut agar di-
suruh minta maaf kepada pemilik
kedai. Akhirnya pemilik kedai men-
erangkan jika ia tidak menghabiskan
makanan yang ada di piring, maka ia
tidak menghormati kami. Padahal
jika kita buang makanan tersebut,
ada orang yang sedang kelaparan
disana dan membutuhkan makanan.
Kami tidak mau membuang sumber
alam kami dengan sia-sia.
Dari sini bisa kita tangkap
bahwa tidak selalu umat muslim
yang memiliki budaya Islam. Namun
budaya Islam sendiri bisa dimiliki
oleh kalangan manapun. Budaya Is-
lam dengan daerah lokal bisa kita
jumpai bahkan di negara yang
non-muslim sekalipun.
[.]
4
AZHARIAN B
UL
ET
IN A
L-U
MM
AH—
ED
ISI D
ES
EM
BE
R 2
01
5
Pada suatu kesem-patan, da-lam suatu pembaha-san „Tajdid Khitab al-Diniy”, Grand Syaikh
Ahmad Thayyeb memberikan paparan akan sebab keharusan al-Azhar me-megang teguh doktrin mazhab al-As‟ariy selama ratusan tahun dalam se-jarah dan umur al-Azhar. Grand Syaikh menegaskan, alasan yang sangat funda-mental untuk menerapkan doktrin al-Asy‟ariy, bahwa doktrin ini benar-benar merupakan cerminan atau refleksi Nabi Muhammad s.a.w., para Sabahat dan Tabi‟al- Tabi‟in dalam beragama yang mudah dan menyenangkan.
Apakah esensi dari mazhab ini? Apakah dia merupakan mazhab kelima yang berbeda dari empat mazhab yang mashur itu? Atau dia mengikuti salah satunya? siapakah al-Asy‟ariy? Dan apa bedanya dengan mazhab lain?
Menurut Dr. Ahmad Thayyeb, Syaikh al-Azhar, mengakatan bahwa al-Azhar mengadopsi mazhab al-As‟ary, dan mempropagandakannya ke seluruh negara-negara muslim, karena disana ditemukan solusi yang mujarab untuk berbagai permasalahan, dan sebagai tameng untuk melawan pemikiran keagamaan, khususnya pada dua abad yang lalu. Akibat pemaksaan terhadap satu mazhab dan otoritas pendapat yang menghancurkan persatuan umat islam dengan memaksakannya kepada umat. Dengan keukeuh-nya al-Azhar dan ula-manya dalam bermazhab al-Asy‟ary, sesungguhnya membuka jalan yang luas terhadap setiap mazhab teologi lain. Berbagai mazhab yang berkembang dan muncul dalam Islam, maka akan selalu dinaungi dalam agama Islam jika ia masih mengucapkan dua kalimat syaha-dat, solat menghadap kiblat, dan melakukan rukun Islam dan iman.
Grand Syaikh menambahkan, bahwa al-Azhar mengadopsi doktrin al-Asy‟ary karena dia bukan adopsi dari sebuah kefanatikan terhadap sebuah mazhab atau kepada seorang imam. Melainkan cerminan dari yang ada pada Rasulullah s.a.w. dan para sahabat serta pengikutnya dalam beragama yang benar, dari segi akidah, syariah dan akhlak. Dan ini adalah terma yang ban-yak disamarkan oleh orang yang
sekarang menulis tentang madzab al-Asy‟ary. Grand Syaikh menegaskan, bahwa al-Asy‟ary bukanlah suatu ma-zhab yang baru dan diciptakan seperti Muktazilah, atau mazhab lain yang mu-dah ditumbangkan karena begitu rapu-hnya susunan teologi yang mereka cip-takan, karena bertentangan dengan nas-nas al-Qur‟an dan al-Sunnah.
Sedangkan apa yang dilakukan oleh al-Asy‟ary merupakan perumusan doktrin teologis, yang mendukung pen-jelasan al-Qur‟an dan al-Sunnah dengan dalil-dalil aqli, serta membuktikan bah-wa teks-teks wahyu tegak dijalan pemikiran yang murni. Sehingga sepi dari kepentingan pribadi, perdebatan, dan kesalahan. Seperti komentar Imam Baihaqi yang dinukil oleh Ibnu Asakir: “ Al-Asy‟ary tidak menciptakan sesuatu apapun didalam agama Allah, dan tidak mendatangkan hal baru, namun mengambil qaul-qaul Sahabat dan Tabi‟ al-Tabi‟in dan pengikut setelahnya dari para Imam dalam Ushuluddin. Kemudi-an mensyarahi dan menjelaskannya, dan apa yang mereka katakan dalam ushul, sesuai dengan syariat Islam dan logis. Berbeda atas klaim orang-orang yang menuruti hawa nafsunya yang mengang-gap bahwa sebagian besar dari mereka mempunyai pendapat yang tidak konsis-ten
Adapun Dr. Ahmad Karimah, Guru Besar Syariah Islamiyah Universi-tas al-Azhar, berpendapat bahwa Ma-zhab al-Asy‟ary bukanlah sebuah madzhab Fiqh yang serupa dengan em-pat mazhab fikih seperti Hanafiyah, Malikiyyah, Syafi‟iyyah, Hanabilah melainkan sebuah mazhab teologis yang berkaitan dengan kaidah-kaidah keiman-an. Berseberangan dengan mazhab Muk-tazilah, Murjiah dan Salafiyah. Mazhab al-Asy‟ary mampu menggabungkan antara dalil naqli dan aqli. Seperti hal-nya ketika menafsirkan perkara yang berkaitan dengan akidah, mesti sesuai dengan logika dan implikasi teks. Se-terusnya beliau menjelaskan, bahwa mazhab ini didirikan oleh Abu al-Hasan Ali Bin Ismail al-Asy‟ary yang lahir di Basrah, tahun 270 H. Perjalanan hidup-nya mengalami tiga fase penting.
Pada fase pertama, Beliau hidup dalam bimbingan Abi Ali al-Juba‟i, Syaikh Mu‟tazilah di zamannya. Kemudian belajar kepadanya sehingga ia menjadi penggantinya jika al-Juba‟i berhalangan, bahkan sudah menjadi orang kepercayaan al-Juba‟i sebagai tangan kanannya.
Pada fase kedua, terjadi revolu-si yang sangat besar dalam diri al-Asy‟ary, bahwa dirinya menyatakan keluar dari mazhab Muktazilah setelah berkontemplasi selama 15 hari di ru-mahnya. Beliau berpikir, belajar, dan melakukan istikharah meminta petunjuk kepada Allah s.w.t. sehingga ia mendapatkan keyakinan dalam dirinya. sampai ia benar-benar yakin mengu-mumkan dirinya untuk keluar dari Muk-tazilah, dan merumuskan kembali apa yang ia dapatkan pada sebuah manhaj yang baru, dengan bersandar kepada takwil teks-teks yang sesuai dengan akal. Dan dalam penetapan sifat-sifat yang tujuh dengan metode mantik. Yaitu al-Hayah, al-Ilm, al-Irodah, al-Qudroh, as-Sama‟, al-Bashor, dan al-kalam.
Pada fase ketiga, yaitu peneta-pan semua sifat-sifat Allah s.w.t. dan pada fase inilah penulisan masterpiece-nya “al-Ibanah „An Ushuli al-Diyanah” mengungkapkan preferensi terhadap akidah salaf dan manhaj mereka yang membawa bendera al-Imam Ahmad bin Hanbal, dan tidak hanya sampai disitu, masih banyak karangan beliau tentang interpretasi hadis dan akidah hingga dikirakan mencapai 98 karangan. Beliau wafat pada tahun 324 H di Baghdad, dengan seruan “Hari ini telah mening-gal, seorang pejuang sunnah”
Demikian pula Dr. Ahmad Ka-rimah menegaskan bahwa mazhab al-Asy‟ary adalah mazhab yang moderat dan toleran. Menggabungkan antara yang keras dan lentur, dan membantah semua intrik-intrik serta ide-ide yang mencoba mendistorsi Islam dengan menuduhnya jumud. Demikian pula yang ditekankan oleh para ulama yang menganut mazhab al-Asy‟ary, seperti Imam Nawawi pensyarah Sahih Muslim dan pengarang Riyadu al-sholihin, Imam Ibn hajar al-„Asqolany pensyarah Sohih Bukhari dalam masterpiece-nya Fathul Bari, dan dari ulama ahli Tafsir wa Ulumi al-Qur‟an, seperti Imam Qurtubi, Ibn Araby, Imam al-Rozy, Ibn „Athiyyah, Imam Suyuthi, al-Alusy, dan al-Zarqony. Dari Ahli Hadits wa Ulumu-hi, seperti al-Hakim, Imam Baihaqy, al-Khatib al-Baghdady, Ibn „Asakir, al-Khitabi, Abu Nu‟aim al-Ashbahany, Imam „Izuddin bin Abdissalam, Imam Haitsami dan Ibn Hajar. Untuk alasan ini, maka al-Azhar keukeuh dalam me-megang teguh idiologi al-Asy‟ary-nya, dan mengajarkannya kepada santri-santrinya di belahan bumi. [.]
Grand Syaikh men-
jawab: “Mengapa al-Azhar men-erapkan ma-
zhab Al-Asy’ary?”
Iqbal Fatoni
5
Galeri GALLERY B
UL
ET
IN A
L-U
MM
AH—
ED
ISI
DE
SE
MB
ER
20
15
6
Galeri GALLERY
BU
LE
TIN
AL
-UM
MA
H—
ED
ISI D
ES
EM
BE
R 2
01
5
7
SASTRA
BU
LE
TIN
AL
-UM
MA
H—
ED
ISI
DE
SE
MB
ER
20
15
Kala itu. Semilir angin mencoba
tuk mendatangi ruang terbuka. Masih ada
segelintir ungkapan yang masih terasa. Ter-
lihat sliweran Jono dan beberapa temannya
yang sedang asik nongkrong di atas ranggon
kesayangannya. Mereka terlihat sedang asik
banget memainkan kartu poker yang di
pegangnya. Bahkan, tak pernah
menghiraukan orang-orang yang
melewatinya sekalipun. Ya. Mereka memang
sedang asik dengan apa yang ada di kepalan-
ya.
“Ayo bro, keluarin kartu luu, ah
cemen banget sih” bisik Jono kepada lawan
di sampingnya. Permainan masih berjalan
dengan ketegangan, seakan hidup tinggal
menentukan kemenangan ataupun kekala-
han, “Ah apaan sih lu jon, nanti lu juga kalah
lagi” jawabnya dengan santai, sembari
menggelontarkan kartu AS yang ada di tan-
gan kanannya, “Plaak!”.
Suatu ketika. Ada seseorang
mendengar perdebatan yang serius, bahkan
sampai tingkatan yang lebih nyata. Para
pembesar pun seakan bungkam, ntah karena
mereka tidak mengetahui hal itu, atau
sebenarnya ada keinginan untuk membela,
namun keinginannya kalah dengan perasaan
gengsi yang di milikinya . Mungkin karena
tidak terlalu menarik, atau bahkan karena
bertabrakan dengan masyarakat?. Entahlah!.
Apa yang sedang terjadi? namun seakan
dunia sedang mengalami kemunduran rasa
simpati terhadap hal yang semestinya di
pedulikan, saat itu.
Apa yang sebenarnya ada di
kepala mereka? Merasa paling benar namun
menjadi orang yang paling bungkam ter-
hadap kebenaran?. Sebenarnya apa arti
kebenaran itu sendiri? Apakah kebenaran
hanya keluar di saat keadaan aman? Atau
mungkin hanya keluar di saat ramai akan
belaan? Apakah hal semacam itu sudah mel-
ekat pada otak mereka? “Ah!. Itu sih sama
aja kaya golongan yang keluar dari Najd!”.
Oh, kebenaran…
Akankah kau kuat untuk tetap di depan?
Berdiri menantang, tanpa melihat siapa yang akan datang?
Oh, kebenaran…
Mungkinkah kau kan tetap berani, menghadapi para pemalsu penyodor roti krim hangat bertabur tiramisu yang siap
membuatmu kenyang tak ber-abu?
Oh, kebenaran…
Apakah kau tak takut dengan hantaman bak tsunami penghancur penyebab han-curnya otak keadilan yang ada pada diri-
mu?!
Masihkah kau kuat untuk menghadapi hal semacam itu, wahai kebenaran?
Heh jawab!. Jangan hanya diam, mojok kayak banci pasaran! Berberilaku seakan
adil, namun tetap kayak calo! Yang berge-rak demi keuntungan dan mesti membuat
resah akan keadaan.
Dasar lambe terminal, hanya bisa ngobral tanpa bisa meng-oral!.
Kuatlah wahai kebenaran! Kuatlah! Engkau adalah satu-satunya harapan yang dapat
merubah pola pikir anak bangsa agar tidak menjadi pengecut, bak curut!
Mengadili seseorang hanya dengan
melihat tingkah secara harfiah saja? Apakah
itu cukup? Apakah kita sudah merasa bisa
mengalahkan malaikat? Bertingkah seenak-
nya sendiri dengan menuduh seseorang sea-
kan kita mengetahui kebenaran yang
sesungguhnya? “Hah! kebenaran memang
susah di tebak bro”.
Hari nampak sore. Matahari mulai
menyusut, mega merah pun ikut menghiasi
perpisahan tersebut. Terlihat pancaran warna
merona yang tersirat dari keduanya, yang
membawa irama terangnya kebencian
menuju gelapnya kasih sayang.
“Ahaha. Tuh kan, Lu kalah lagi
tuh Joon, udah pulang aja dah lu” ucap salah
seorang di antara mereka yang di sambut
tawa oleh yang lainnya, “hahaha”.
Melihat awan yang tak sanggup
lagi menerangi cerianya hari, di tambah lagi
dengan belum adanya lampu yang mampu
membawa mereka untuk tetap berdiri.
Akhirnya mereka memutuskan untuk me-
nyudahi permainan legendaris tersebut
dengan perasaan berat hati.
Sesuatu yang nampak, adalah sua-
tu hal yang memang cukup menarik untuk di
telisik. Karena ia adalah cover dari ruang
lingkup sederhana yang menjelaskan bahwa
ada sesuatu yang menarik di dalamnya. Na-
mun apakah itu berlaku paten? Apakah itu
cukup untuk menjadi tolak ukur seseorang
dalam mengambil sebuah sudut pandang?.
Sangat lucu sekali ketika hal itu
memang benar berlaku. bayangkan saja,
ketika kita melihat ada seseorang yang
mempunyai sebuah keris lalu kita anggap ia
adalah dukun, padahal itu adalah keris yang
di berikan ayahnya untuk sebuah hiasan
rumah. Ada lagi ketika kita melihat
seseorang yang sedang asik main games, lalu
dengan santainya kita menganggap bahwa
dia fanatik, dan yang lebih parah lagi adalah
ketika kita sampai menganggap bahwa dia
tidak pernah belajar, padahal itu adalah se-
buah solusi untuk menghilangkan bosannya
ketika ia mulai suntuk dengan apa yang se-
dang di hadapinya.
Kapan hari saya pernah mendengar
status facebook dan membacanya;
“Ketika kita di hadapkan pada persoalan
baru, jangan marah dulu, tenangkan hati,
mulailah intropeksi diri, kenali sebab-
nya,dan pelajari isinya. Jangan asal meng-
klaim seakan-akan kita mengetahui segalan-
ya, agar ketika kita menemukan kebenaran
di dalamnya, kita tidak malu untuk
mengakuinya”.
Lihat pada tulisan “pelajari
isinya” itu yang seharusnya kita perhatikan,
karena cover tidak selamanya memberikan
jawaban atas pertanyaan janggal yang selalu
di permasalahkan tersebut, “Sebaiknya kita
intropeksi diri ajalah” ya memang benar
harus seperti itu adanya.
“Eh bro, besok ngumpul lagi di
sini ya, jangan lupa bawa kartu!.” Ucap jono
“Oke jon, gw duluan ya, ati-ati lu Jon pulang
sendirian” jawab mereka yang langsung di
sambut tawa, dan yang menandakan be-
rakhirnya perbincangan mereka kali ini,
“Hahaha” gemuruh tawa mereka teredam
dengan luasnya kekuasaan tuhan yang
menghiasi alam. Satu persatu dari mereka
akhirnya mulai meninggalkan ranggon yang
menjadi tempat bermainya hari ini. Dan
sekarang ranggon tersebut kosong, tak ada
yang menempati, tak ada juga yang
mengamati. Sepi.
Bulan terlihat menawan dan
tersenyum melihat tingkah manusia yang
setiap hari hanya bisa berdiri tanpa bisa
menghargai. Namun ia tahu, suatu saat, hal
ini pasti dapat berubah, pasti akan berganti,
dan pasti ada seseorang yang mempunyai
keyakinan tinggi untuk bisa merubah
keadaan menjadi lebih baik lagi. Ya mung-
kin saat ini ia belum terlihat dan bahkan
belum muncul ke permukaan, karena mung-
kin ia sedang menyusun akar yang kokoh
untuk bekal buah yang akan di dapatnya di
masa depan nanti. [.]
Yo Aneh
8
Faiz Hosainie Rafsanjanie
BU
LE
TIN
AL
-UM
MA
H—
ED
ISI D
ES
EM
BE
R 2
01
5
RESENSI Judul Buku : Al-Mutasyaddidun Manhajuhum wa Munaqasyatu Ahammi Qadayahum
Pengarang : Dr. Syaikh Ali Jum‟ah
Penerbit : Darr al-Mokattam li Nasyr wa Tauzi‟
Tahun Terbit : 2013
Tebal Buku : 159 Halaman
Beberapa waktu kemarin, nama teroris semakin mendunia. Bak rumput liar yang tak berhenti merusak dan memper-
buruk keadaan. Bukannya sadar, ia malah bangga dengan apa yang dilakukannya. Sedang berjihad dijalan yang benar, kata
mereka. Aneh. Tahun 2014 lalu Abu Bakar al-Baghdadi mendeklarasikan berdirinya ISIS. Islamic state Irak and Shiria.
Dengan pemahamannya, mereka mulai melaksanakan misinya. Memerangi bid‟ah sebagai landasannya. lalu, apa yang terjadi
hari ini di Negara Irak, Suriah dan beberapa negar lain di bumi manusia? Bom, perusakan, pembunuhan. Apakah itu sebuah
kebenaran? Meskipun tidak dipungkiri juga akan adanya sekenario geo-politik dibelakangnya.
Sebenarnya Islam tidak pernah mengenal kata teroris. Sejarah pun mencatat, kata itu muncul pada abad ke-19 ketika
revolusi di Perancis sana berlangsung. Ia adalah kata yang menjelmakan sebuah kejahatan murni yang menebarkan teror di
mana-mana agar tujuan-tujuannya tercapai. Dengan segala cara tentunya. Tapi apa daya, dunia pun mulai angkat bicara. Da-
tanglah sebuah golongan yang mengaku beragama Islam. Agama yang penuh cinta dan kasih sayang. Sayangnya golongan ini
tidak mengindahkannya dan malah mendistorsi ajaran Islam yang sesungguhnya. Kata lain pun berdatangan untuk
mendeskripsikannya. Maka muncullah kata yang pas menggambarkan keadaan; ekstremis.
Syaikh Ali Jum‟ah, seorang ulama mashur yang pernah menjadi mufti di Mesir, yang memiliki kedalaman ilmu yang
sangat mumpuni, yang mendedikasikan masanya untuk Islam sebagai rahmatan lilalamin, banyak menelurkan kitab-kitab
yang berorientasi pada pelurusan akidah. Salah satunya adalah al-Mutasyaddidun. Ekstremis. Buku berukuran semi-mini me-
rah namun kaya akan isi.
Dalam buku ini, beliau memaparkan pemikiran-pemikiran yang perlu di garis bawahi dari golongan “salafiyah”. Dan
adapun orang-orang yang mengikuti cara berpikirnya, maka ia termasuk dalam lini yang sama, ekstremis. Garis keras.
“salafiyah” di sini berbeda dengan makna salafiyah sebenarnya.
Secara etimologi, salafiyah adalah makna turunan, yang saling meminjam pemaknaannya dari zaman ke zaman. Ka-
rena zaman dulu menjadi salaf untuk zaman selanjutnya. Adapun secara istilah, salafiyah merupakan masa yang merujuk pa-
da peradaaban Islam, yakni antara abad satu sampai tiga dari awal umur umat Islam. Kemudian pada abad 19 kemarin, mak-
nanya pun mengalami pergeseran. Pemahaman, pengertian dan penggunaannya disalah-artikan oleh suatu golongan, serta
menafikan golongan yang lain bahwa bukan dari “salafiyah”. Mereka menganggap golongannya yang pantas menyandang
pewaris manhaj Salaf al-Saleh. Dan yang menjadi tolak ukur bagi mereka antara golongan “salafiyah” dengan golongan lain
hanya mengacu pada perbedaan khilafiyat belaka. Menganggap pendapat sendiri benar dan yang lain salah, dan yang salah
wajib diperangi. Sesederhana itu.
Ada tujuh belas masalah khilafiyat disebutkan, yang paling populer menonjol dan menjadi pegangan bagi mereka.
Dalam penjelasannya, Syaikh Ali Jum‟ah memaparkan ke tujuh belas masalah tersebut dengan ringkas lugas dan tepat.
Menggunakan bantahan dalil-dalil yang ada pada al-Quran dan al-Sunnah. Mendeskripsikannya dengan singkat namun
mengena. Mudah dipahami. Menerangkan hal-hal yang belakangan ini menjadi rancu di mata masyarakat awam. Namun da-
lam sisi lain, buku ini menjadi lahan berukuran kurang besar bagi orang yang benar-benar ingin menjelajah jauh lebih dalam
untuk menemukan akar inti dari permasalahan khilafiyat yang ada.
Sebagai warga Mesir, Syaikh Ali Jum‟ah juga menceritakan dengan singkat bagaimana istilah “salafiyah” bisa
berkembang di negara ini. Semua bermula pada masa-masa ekspansi Inggris ke Mesir. Bertepatan dengan hal itu, banyak ber-
macam-macam bid‟ah dan takhayul yang terjadi. Diantara ketidak-jelasan keaadaan, maka muncullah dua orang pelaku
pergerakan pereformasi agama. Mereka adalah Syaikh Jamal al-Din al-Afgani dan Mohamed Abduh. Digunakan istilah
salafiyah dengan harapan umat islam dapat menjauh dari bid‟ah dan ketakhayulan, serta kembali ke manhaj Salaf al-Saleh
seperti zaman dulu. Tapi, pada waktu yang sama Wahabiyah mulai berkembang di Najd dan sebagian tanah Arab. Dengan
pasnya keadaan, mazhab ini juga merasa harus ikut berkonstribusi atas pergerakan yang terjadi di Mesir. Disinilah kerancuan
mulai terlihat. Tirainya semakin terungkap. Akhirnya dengan berjalannya waktu, “salafiyah” dinisbatkan ke pengikut Waha-
biyah. [.]
Zia Hulhak
9
وي مركز اللغ
BU
LE
TIN
AL
-UM
MA
H—
ED
ISI
DE
SE
MB
ER
20
15
اإلحتفال بذكزي مىلد النبي صل هللا
بدرالصالح نزكسان عليه و سلم كيف نشأ و ظهز
10
, ى ف ز ااعثح 765 ا عح 263وا اإلزرفاي تزوش ذ اث ص هللا ػ١ ع لذ ارذ ز ص افاط١ح تصش عح
طا غاشش٠فح إرا روش اؤسخ أ ازرف تذ اث ص هللا ػ١ ع لاا إ اه اظفش أت عؼ١ذ ووثش ه إست ف ص ا
صالذ اذ٠ األ٠ت, اى وا راه ؼذ خد خ ماسح ت١ ازرفاالذ اؼظ١ح ار أطة اؤسخ ف صفا ت١ ازرفاالخ
افاط١١ اض٠ح أل ارا األوثش وا تااعثاخ اش١ؼ١ح روش ذ اخ١فح افاط ػ١ذ خع ػ اؼشػ ىزا.
تامج, الدزا األش اطث١ؼ أل صش ف فرشج افاط١ح خد أ وادخ ذخ اؼاء ػائ, ساح فشض اؼم١ذج اش١ؼ١ح ػ أ اث
اخطأ اث١ أ اإلزرفاي تذ اث ال ٠م ت تسك إال أ اال٠ح اؼاء أػاي اذ فغا ػ األ١اء ػاداذ زاه
ستظ اإلزرفاي تذ اث ااد تافاط١ح.
اذح ف صف اذورس ػثذ اؼ عطا ف ورات ػ اس١اج اإلخراػ١ح ف اؼصش افاط, اإلزرفاالخ آزان فماي: الرصش ازرفاي اذ اث
اؼث١ذ٠ح )افاط١ح( تؼ اس ذص٠ؼا ذص٠غ اصذلاخ, أا اإلزرفاي اشع فىا ٠رث ف وة لاض امضاج ز١ث ذس صا
خ ار االاس ٠رد اد١غ ا اداغ األصش ث ا لصش اخ١فح ز١ث ذم اخطة, ث ٠ذػ خ١فح ٠شخغ اد١غ ا دس, أا اإلزرف
. (1992الحياة االجتماعية فى العصر الفاطمي, د.عبد المنعم عبد الحميد سلطان, دار الثقافة العلمية, االسكندرية, واد ذم ؼظ اإلرا فىا ألػ١اد اش١ؼ١ح )
عثم ا ى إر وا لاي ؤسخ اإلعال وا اه اصار أت عؼ١ذ ووثش ه إست أي ازرف تذ اث ازرف ت ازرفاال وث١شا زما.
اإلزرفاي تذ اث ف اؼشاق أ٠ضا ف اص هللا اىث١ش اش١خ ػش االء.
ا تؼ١ذج لضرف ذه ااعثح ٠ى ان ازرفاي طك ف أ اثالد إ أ خاء صالذ اذ٠ األ٠ت أ ٠ؼ١ذ صش إ اغح اث تؼذ ائر ػا
ر خ اػا ذسد طأج اسى اش١ؼ, وا سض هللا ػ زاصا لفا, ض اإلخشاءاخ ار اذخزا ف زا اغث١ أ ألف خ١غ اإلزرفاال
ف واد لائح ذ افاط١١, ث ػ١ذ غذ٠ش خ روش وشتالء غ١شا األػ١اد تا ف ره ذ اث زر ٠غ ااط اؼاداخ اش١ؼ١ح
لف ١حاإلزرفاي. ى ف فظ الد أشأ وث١شا اخامااخ اضا٠ا اشتاطاخ اصف١ح, لف ػ١ا األلاف اىث١شج ت اذاسط اغ
تاريخ االحتفال بمولد النبي صلى هللا عليه وسلم ومظاهره فى العالم, محمد خالد ثابت, دار المقطم )ػ١ا األلاف وزاه ا ألا األح ػ اإلعال اصس١ر
.(2010للنشر والتوزيع, القاهرة,
ملسو هيلع هللا ىلص, از اخ زا از فؼ صالذ اذ٠ األ٠ت فغ از ذ ف١ا تؼذ أل ذما ف صش أػظ أتح ازرفاالخ شذذا اذ١ا تذ ع١ذ اىائ
ذ ف فظ الد أل ذخشج صش خ١ػ ازذ٠ از٠ لشا اص١ث١١ اغي, از ٠ذػ أ صالذ اذ٠ األ٠ت ألف اإلزرفاي
.تذ اث أل تذػح إا ت١ لصس ؼشفر تاراس٠خ, اؼذاا ذاا تصالذ اذ٠ اشافؼ زثا األشؼش إػرمادا اصف عوا
ت اتا اه اظفش أت عؼ١ذ ووثش از اسذثظ اع ف اراس٠خ تاإلزرفاي اثش تذ اث إال خاص أشاء صالذ اذ٠ إػد
صخ تأخر ث ه إست.
تزا اراس٠خ امص١ش اثغ١ظ ف خالي فرشج زى افاط١١, ؼشف و١ف شأ ذ اث ملسو هيلع هللا ىلص ارذ؟
ذتؼذ ز١ األز١ا واد ازرفاالخ ػظ١ح ار ارششخ اصدشخ ف اؼا زر أصثسد اغ١ ثمافح ػادج تسغة طماذ درؼا
اخرفح ٠ؼ ذ اث ملسو هيلع هللا ىلص تسف رع ذائر تغاخ شر. ػ عث١ اثاي اغ ف إذ١غ١ا
لذ % اغىا أوثش دح غح ز١ث ػذد اغىا ف اؼا, أػطد اسىح اإلذ١غ١ح أ١ح ػظ إلزرفاي تذ اث ملسو هيلع هللا ىلص66
اسع ف رغاػد زا ا١ أخاصج ػاح ف أساء اثالد ذغك ف١ خ١غ اصار اسىح ٠ؼ ادرغ اغ ف ز ااعثح اساط اثاغ ا
اذخار اإلعرؼذاداخ االصح إلزرفاي تذ اسث١ة اصطف ملسو هيلع هللا ىلص.
اساضشاخ ػ مز اإلزرفاالخ ٠ردغ اغ و زذب صب ٠ؼثش ػ شىش هلل ػ ز اؼح اؼظ تؼثح اث ملسو هيلع هللا ىلص, ذ
اؼطس افاو ػ اث ملسو هيلع هللا ىلص ذمشأ ع١شذ )اذ( ف اغاخذ ادرؼاخ اخرفح ػادج ا ذر اإلزرفاالخ تاذػاء ث ذص٠غ اس
اسضس.
اث ذذ ذؼمذ ف اذاسط أ٠ضا اإلزرفاالخ اغاتماخ اخرفح ت١ اطالب, ٠رغاتك اشؼشاء ف وراتح إماء لصائذ ف اغ١شج اث٠ح
اخاذ, ث ازرفاالخ أخش ػظ١ح تسك فخشج شؼة اإلذغ.
ا ال اغ ز اإلخج اىشا, ػ اذ ٠ؤف امب, ٠زذ اىح ٠دذد زة اث ص هللا ػ١ ع, ٠ثث ف١ اشؼس تاسة ث ا١ إ١,
ششػا اإلزرفاي تزوش ذ اث, ف ػ زغ مثي ٠افك اشش٠ؼح. أا اشش از٠ ٠ىش ػ اذ ٠ص١س تئىاس, ف
زضا ز١ ذ اث. ٠شات إت١ظ از صاذ س
ا ص ػ صازة ادا اؼظ١, ا ص ػ١ ع ذغ١ا وث١شا.
LENTERA B
UL
ET
IN A
L-U
MM
AH—
ED
ISI D
ES
EM
BE
R 2
01
5
Suatu ketika, ada seseorang pemuda yang mempu-
nyai sebuah bibit mawar. Ia ingin sekali menanam mawar itu
di kebun belakang rumahnya. Pupuk dan sekop kecil telah
disiapkan. Bergegas, disiapkannya pula pot kecil tempat
mawar itu akan tumbuh berkembang. Dipilihnya pot yang
terbaik, dan diletakkan pot itu di sudut yang cukup mendapat
sinar matahari. Ia berharap, bibit ini dapat tumbuh dengan
sempurna.
Disiraminya bibit mawar itu setiap hari. Dengan
tekun. Tak lupa, jika ada rumput yang menganggu, segera
disianginya agar terhindar dari kekurangan makanan. Bebera-
pa waktu kemudian, mulailah tumbuh kuncup bunga itu.
Kelopaknya tampak mulai merekah, walau warnanya belum
terlihat sempurna. Pemuda ini pun senang, kerja kerasnya
mulai membuahkan hasil. Diselidikinya bunga itu dengan hati
-hati. Ia tampak heran, sebab tumbuh pula duri-duri kecil
yang menutupi tangkai-tangkainya. Ia menyesalkan mengapa
duri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya
bunga yang indah ini. Tentu, duri-duri itu akan menganggu
keindahan mawar-mawar miliknya.
Sang pemuda tampak bergumam dalam hati,
“Mengapa dari bunga seindah ini, tumbuh banyak sekali duri
yang tajam? Tentu hal ini akan menyulitkanku untuk me-
rawatnya nanti. Setiap kali kurapikan, selalu saja tanganku
terluka. Selalu saja ada bagian dari kulitku yang tergores. Ah,
pekerjaan ini hanya membuatku sakit. Aku tak akan membiar-
kan tanganku berdarah karena duri-duri penganggu ini.”
Lama kelamaan, pemuda ini tampak enggan untuk
memperhatikan mawar miliknya. Ia mulai tak peduli. Mawar
itu tak pernah disirami lagi setiap pagi dan petang.
Dibiarkannya rumput-rumput yang menganggu
pertumbuhan mawar itu. Kelopaknya yang da-
hulu mulai merekah, kini tampak merona sa-
yu. Daun-daun yang tumbuh di setiap
tangkai pun mulai jatuh satu-persatu.
Akhirnya, sebelum berkembang dengan
sempurna, bunga itu pun me-
ranggas dan layu.
Jiwa manusia, adalah
juga seperti kisah tadi. Di dalam
setiap jiwa, selalu ada „mawar‟
yang tertanam. Tuhan yang
menitipkannya kepada kita un-
tuk dirawat. Tuhan lah yang
meletakkan kemuliaan itu di se-
tiap kalbu kita. Layaknya taman-
taman berbunga, sesungguhnya
di dalam jiwa kita, juga ada tunas mawar dan duri yang akan
merekah.
Namun sayang, banyak dari kita hanya melihat
“duri” yang tumbuh. Banyak dari kita hanya melihat sisi bu-
ruk dari kita yang akan berkembang. Kita sering menolak
keberadaan kita sendiri. Kita kerap kecewa dengan diri kita
dan tak mau menerimanya. Kita berpikir bahwa hanya hal-hal
yang melukai yang akan tumbuh dari kita. Kita menolak un-
tuk menyirami hal-hal baik yang sebenarnya telah ada. Dan
akhirnya, kita kembali kecewa, kita tak pernah memahami
potensi yang kita miliki.
Banyak orang tak menyangka, bahwa mereka juga
sebenarnya memiliki mawar yang indah di dalam jiwanya.
Banyak orang yang tak menyadari akan adanya mawar itu.
Kita, kerap disibukkan dengan duri-duri kelemahan diri dan
onak-onak kepesimisan dalam hati ini. Orang lain lah yang
kadang harus menunjukannya.
Jika kita bisa menemukan “mawar-mawar” indah
yang tumbuh dalam jiwa itu, kita akan dapat mengabaikan
duri-duri yang muncul. Kita, akan terpacu untuk membuatnya
merekah, dan terus merekah hingga berpuluh-puluh tunas
baru akan muncul. Pada setiap tunas itu, akan berbuah tunas-
tunas kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, yang akan me-
menuhi taman-taman jiwa kita. Kenikmatan yang terindah
adalah saat kita berhasil menunjukkan pada diri kita tentang
mawar-mawar itu, dan mengabaikan duri-duri yang muncul.
Semerbak harumnya akan menghiasi hari-hari kita.
Aroma keindahan yang ditawarkannya, adalah layaknya
ketenangan air telaga yang menenangkan keruwetan hati.
Mari kita temukan “mawar-mawar” ketenangan, kebahagiaan,
kedamaian itu dalam jiwa-jiwa kita. Mungkin, ya, mungkin,
kita akan juga berjumpa dengan onak dan duri, tapi janganlah
itu membuat kita berputus asa. Mungkin tangan-tangan kita
akan tergores dan terluka, tapi janganlah itu membuat kita
bersedih nestapa.
Biarkan mawar-mawar indah itu merekah dalam
hatimu. Biarkan kelopaknya memancarkan cahaya
kemuliaan-Nya. Biarkan tangkai-tangkainya
memegang teguh harapan dan impianmu.
Biarkan putik-putik yang dikandungnya
menjadi bibit dan benih kebahagiaan baru
bagimu. Sebarkan tunas-tunas itu kepada
setiap orang yang kita temui, dan biar-
kan mereka juga menemukan keinda-
han mawar-mawar lain dalam jiwa
mereka. Sampaikan salam-salam
itu, agar kita dapat menuai bibit-
bibit mawar cinta itu kepada
setiap orang, dan menumbuh-
kembangkannya di dalam taman-
taman hati kita. [.]
Bunga
Mawar Farhana Mufid
11
ENGLISH STATION
BU
LE
TIN
AL
-UM
MA
H—
ED
ISI
DE
SE
MB
ER
20
15
This is Sunday morning. I am beginning that day with jogging and running of city. I fill so peace cause there is no any problem mine with my
headset. I enjoyed my rule activity. I see the fish enjoying, dancing, and singing a song but surely I can‟t understanding what are they do, what the fuck is it?
This is some comfort from my god who still around me every time everywhere and every when I do something wrong or true he looks me.
07.30 am. I prepared to go to high school in Amsterdam with my lovely mom. Today, is my first time for study in senior high school and I am
very contented because I will have a friends in this school, but in other hand I fill embarrassed with strongly of them. I enter my first class and slowly like
snail, I said “Morning” and all of them answers and then I introduce myself.
“My name is Tony. I live in Nevada and I hope we can be friends well”, after I introduce myself, I see empty place street corner. I come close to
that. Suddenly, certain person said, “Hi fuck, I will kick your ass after a lesson finished”. I am afraid with him. He scared me. I try to get my seating and I sit
without problem around me. “Hi, my name is Merly” I listen some voice behind me. “You want to lunch with me after the lesson? Tony” she said. “Yes why
not”. then after the lesson finished I go to canteen with Merly who have a pretty face. When we were running there are children who hit us “What the fuck is
it, what your problem?” I said angrily. “Hi, you‟re still new here, so don‟t sorts me child, isn‟t it?” He answers me and I don‟t care about him. And we look-
ing for a convenient seating, “He is street kids at this school” said Merly. “Who his name?” I ask her. “His name is Jack, don‟t looking a mistake or any
problem with him”. “I don‟t do any mistake or problem with him but, why he was looking for a problem with me?” I asked her in restless. “He will interfere
with each child new here, and the new child here is you”. In the corner cafeteria I look him, I look Jack he was pay attention to my eyes also and I don‟t
know anything like what would happen next, whatever the case I am going to fight and pass. And today, I felt very compassion.
“Hi child, wake up and take lake warm baths”, the sound of my mother was not a stranger again with me. I am very drowse. But, is time to school
and study in my senior high school and I will meet with the fucking Jack, but there is Merly who always beside me and I fill love with her. I have seen jack
in front of the gate of school and prejudge the viewer‟s. He was waiting for me. I run without felt had one with him enter the class, “Hi, the fucking child!”. I
am pretending to not to hear that and then he chase to me, he hit my shoulder and he strike my face, then the blood flowing from my nose. Acceptance with
this kind of treatment, so I strike him face too and we engage fights there until there is children who separate us. I don‟t know what a mistake I do until jack
heat me. I enter my class and I see Merly she was looking to me. I tried to ignore it and walk to my seating. Then she came close to me, “What happen to
you? Whether Jack offend you again?” she asked me. “Instead, there is no problem, you want to dinner with me today? I unemployed today”. She replied
with a smile, “yes”.
That night, I walk with her. I feel so good and peace with her. we walk to beautiful bridge in center of city, and eat together in one of the dining in
Amsterdam. I have much to tell her about myself and about my family, She also many told me about herself. Decorated with the stars, that night is so beauti-
fully, and the lamps edges of street accompany our dating. I don‟t want to this quickly finished, but it was late we have to go back to each house and pre-
pared for school tomorrow.
I wake up lately. And today, I will meet the fucking man, He is Jack. The man who was very I hate, and my prejudice right, he was standing in
front of gate and waiting for me, “Hello the fucking child!”. He accost me and I not take care for him and still walking to the class. In the class I see a pretty
girl, She is Merly, She was sitting on my seating, with her smile, she look at me. Quickly, I approach her and seating beside her, until the lessons finished.
School bell had rang, we go to the canteen to eat together and jack had waited for me. He want to bother us again. Now, I will not still silent and let it away,
“what your problem Jack?” Merly asked him. “He had a problem with me, Merly”. I don‟t want her to be the victim cause me. “Yes I have a problem with
you Tony!”. We engage fights in the canteen and head master of school see us, so he had us into the office. Then, we received in remove from our school, I
am talking to Merly for the last time, “We will meet again, Merly, at a later time”, I look last smile from the lips Merly, and I will school and study in Neva-
da until undergraduate.
7 years later, precise with birthday of Merly. I come to her University. I am very happy cause I will meet the girl who very I love since senior
high school until now. I see her on the side of the road, “hi” with feeling awkward I greets her. “Oh are you Tony, I am very pleased cause I can still see you
now. Oh god, What are you doing now?”. In a state of happy I answers “I am here to you, Merly”. “I can‟t understanding what your mind Tony?”. “I want to
marry you, Merly”. “Are you serious?”. “Yes I am very serious with you, Do you want to marry me?”. “Sorry Tony I can‟t accepted it”. “because?”. “cause I
had a potential husband Tony, sorry”.
She leaved me and sadly I also left her. When I crossed the road I didn‟t realize there is a car fast towards me. And “Bruuuuuuuuk” myself bow
down and the prize that have not bad time to open it bounced away. In the faint, I saw Merly come back and see a gift that I will give to her.
I am in critical in hospital about two months, Merly and her husband close to me, and I think one thing that can‟t be forgotten about you is when
you‟re present in my life to be with the confidence that you gave me. Right now I am not crying because you left me sad, but I am crying because it‟s hard
for me to forget the LOVE that once existed in our lives. What was that I am happy to see you happy, don‟t keep crying about her that has gone, smile be-
cause she had been gives the opportunity to meet someone who is better, if there is a meeting in this world then there beside him farewell. [.]
Meet And
Farewell Syauqi Hifni
12
DAPUR HIMMAH
BU
LE
TIN
AL
-UM
MA
H—
ED
ISI D
ES
EM
BE
R 2
01
5
Berbagai macam kehidupan di Mesir. Tak lu-
put dari berbagai cobaan dan hal lainnya. Terkadang
bosan dan juga senang. Suatu hal yang me-
nyenangkan yakni kebersamaan dan kerukunan. Ke-
hangatan masih terasa apabila kebersamaan dan
kerukunan menyertai. Sebuah kegiatan yang rutin
dilakukan tiap kamis yakni Diba’an, di acara tersebut
kami bisa berkumpul bersama dan saling bertatapan
wajah satu sama lain, kehangatan begitu terasa dan
bisa saling bercanda satu sama lain. Kadang bikin
resek kadang malah dikerjain. Suka-suka kami mau
ngapain aja
b o l e h , t i d a k
terikat apa-
pun. Di Him-
mah ada suatu
keistimewaan
yang mungkin
jarang dimiliki
oleh yang
lainnya yakni
k e r u k u n a n .
Hebatnya, da-
l a m h a l
apapun yang
saya rasakan
sendiri dan
saya lihat
sendiri adalah
k e r u k u n a n ,
kebersamaan
satu sama lain,
masih terikat erat oleh warga Himmah. Tidak mem-
bosankan jika ada kebersamaan. Ini jarang sekali ada
di tempat lain. Karena substansi dari adannya
kekeluargaan dan almamater tak lain hanyalah
kerukunan dan kebersamaan. Yang merupakan suatu
hal yang jarang dijumpai.
Kebersamaan begitu nampak di Himmah se-
hingga tak membuat bosan. Meskipun pada waktu
dibaan kadang tidak ada persiapan sebelumnya, pal-
ing hanya kontak lewat WhatsApp. Itupun ditanggapi
dengan biasa. Seperti dalam hal menghidangkan ma-
kanan, tak pernah meributkan meski pada waktunya
tidak ada makanan untuk di hidangkan, yang lain ju-
ga tetap santai. Meskipun orang lain bilang kalau ma-
kanan adalah hal pokok dalam suatu acara. Tapi
menurut orang Himmah, biasa saja. Kadang pada
acara dibaan pada awal dimulainya banyak yang be-
lum datang, tapi pas pertengahan sampai akhir sudah
pada mulai berdatangan. Ditambah lagi pada selesai
acara kadang teman-teman bercanda gurau,
menyanyi bareng sambil gitaran, saling mengerjai
satu sama lain. Dari hal seperti ini, keistimewahan itu
muncul. Yakni dalam hal tersebut tanpa kita sadari
kita melakukan suatu bentuk kebersamaan dan
kerukunan. Tanpa di suruh dan di paksa mereka su-
dah memiliki kesadaran sendiri. Mau berkumpul,
berbaur bersama, dan saling membantu. Meskipun
ada teman yang males tapi melihat temannya bercan-
da gurau
malesnya jadi
hilang dan
ingin ikut
b e r k u m p u l
bercanda ta-
wa bareng.
Orang lain
m e m b a h a s
kebersamaan
d a n
kerukunan itu
sudah menjadi
suatu hal yang
luar biasa dan
bahkan rumit
untuk di ap-
likasikan. Di
t e r k a i t k a n
dengan teori
dan peraturan
-peraturan untuk meng-aplikasikan hal tersebut. Tapi
orang-orang Himmah ternyata tidak membutuhkan
hal seperti itu, mereka sudah mampu meng-
aplikasikan hal tersebut. Dan di situlah letak keis-
timewanya Himmah. Tanpa memandang dan
menganggap beda satu sama lain.
Pada bulan kemaren ada perpindahan
asrama, kami pun tak lepas dari gotong royong.
Pengumpulan barang-barang segera dilakukan kare-
na perpindahan akan segera berlangsung. Teman-
teman siap segera tanpa menunggu disuruh dan
dipaksa. Menggotong barang-barang dari gedung
lantai paling atas hingga gedung yang paling bawah,
habis itu menuju ke rumahnya gus bara karena disitu
akan kami jadikan asrama baru Himmah. Meskipun
barang-barang yang kami bawa bukan barang rin-
gan, namun jika dilakukan dengan bersama-sama
KEHARMONISAN
HIMMAH Muhammad Khoiruddin
13
DAPUR HIMMAH
akan lebih terasa ringan. Teman-teman terus ber-
gotong-royong saling membantu hingga akhirnya
barang-barang telah habis. Meskipun ya bisa
dikatakan badan agak terasa letih semua, tapi nyatan-
ya teman-teman terus bersemangat, sampai barang-
barang yang di asrama yang dulu sudah habis. Be-
gitupun juga teman-teman perempuan, mereka pun
tak lupa ikut bergotong-royong, tak mungkin kan da-
lam hal seperti ini kita membayangkan kalau per-
empuan ikut angkat-angkat barang?. Jadi mereka pu-
nya inisiatif sendiri supaya bisa ikut bantu-bantu, yai-
tu memasak untuk teman-teman yang lainnya. Karena
tadi pagi belum ada yang makan, jadi pas kalo ada
anak cewe yang masak terus langsung makan bersa-
ma, Terasa nikmat sekali bisa makan bareng-bareng,
selesai makanpun ternyata kami masih melanjutkan
dengan menata barang, terasa risau jika barang-
barang masih berantakan. Dan ternyata mereka su-
dah punya inisiatif tersendiri untuk langsung menata
barang-barang tersebut. Namun, walaupun yang pal-
ing merepotkan adalah memindah aquarium besar
pada saat itu. Tapi berkat gotong royong pemindahan
ternyata tidak sampai satu jam selesai. Itulah gunanya
gotong royong selain dua tangan, beberapa tangan
yang lain pun ikut membantu, ntah itu mengambil air,
ikan, karang, batu, dll. Dan terakhir adalah pengisian
air. Walaupun repot seperti itu, teman-teman tidak
ada yang terlihat mengeluh. Mereka terus berseman-
gat, merapikan barang satu persatu hingga selesai.
Dengan banyaknya berbagai kegiatan hari ini, mere-
ka tetap tidak melupakan kewajiban yang seharusnya
mereka jalani, seperti halnya kuliah dan dauroh
lughoh. Teman-teman tetap bersemangat belajar. Ka-
rena itu merupakan hal yang paling inti, yang harus di
ikuti dengan rasa semangat yang membara.
Tidak sampai di situ saja, namun pada saat hal
yang lain-lainnya pun tetap terjaga kebersa-
maan dan kerukunan. Karena s u a t u
nilai keistimewaan tersendiri b i sa
melakukan apapun dengan ber-
sama-sama. Sampai dalam hal
makan suka bersama satu wa-
dah. Kalau dilihat-lihat m e -
mang teman-teman
Himmah ka-
lau sedang
makan itu
j a -
rang makan sendiri-sendiri. Mereka selalu bersama
dalam satu wadah. Karena memang sudah jadi kebia-
saan, bahkan hampir setiap hari. Meskipun itu acara
besar mengundang banyak tamu, seringkalinya yang
terlihat makan dalam satu wadah, jarang sekali makan
sendiri-sendiri.
Bahwasannya suatu hal kebersamaan dan
kerukunan itu terkadang diatur-atur dan dipaksa da-
hulu. Tapi semua itu sudah ter-aplikasi oleh orang-
orang Himmah. Bahkan sudah menjadi hal biasa. Hal
yang paling kental dengan himmah yakni pada setiap
hari kamis malam jum’at biasanya teman-teman men-
gadakan acara dibaan rutin. Di acara seperti ini yang
diadakan setiap satu kali dalam seminggu, teman-
teman yang tadinya ada yang sibuk dan ada yang
nganggur bisa kumpul bersama untuk meluangkan
waktunya dalam hal ini. Disitu hal yang menurut saya
sebagai warga himmah sendiri merasakan yang be-
lum saya jumpai di tempat lain. Karena dalam hal ini
melakukan kegiatannya bukan Cuma satu kali atau-
pun dua kali saja, melainkan sudah menjadi tradisi
rutin bagi Himmah itu sendiri. Yang paling istimewa
dan menarik dalam hal ini yakni dalam hal
melaksanakan kegiatanya tetap terjaga bentuk ke
ajeg-an (istiqomah). Karena suatu keistiqomahan itu
sendiri bukan hal mudah dalam melakukannya apala-
gi masih terbesit rasa males. Karena istiqomah itu
sendiri, lebih agung derajatnya dari pada seribu
karomah. Karena memang suatu keistimewahan
tersendiri untuk bisa melakukannya secara rutin da-
lam keadaan apapun dan dalam hal apapun. Memang
akan terlihat beda jika melakukan hal apapun sendiri-
sendiri dibanding dengan bersama-sama. Semoga
tetap terjaga apa yang seharusnya dilakukan dan
yang tidak seharusnya dilakukan. [.]
BU
LE
TIN
AL
-UM
MA
H—
ED
ISI
DE
SE
MB
ER
20
15
14
“Apapun masalahnya ngumpul adalah solusinya”
- Himmah Jagat Raya
LENGKAPILAH
KOLEKSI ANDA