PEUANAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PERSEOIAAN
BAIIAN BAKU DALAM MENUNJANG
EFEKTlVn AS PROSES PROOUKSI
PADA PT. GOODYEAR
SKRIPSl
Diajukan Scbagai salah Salii Syaratdalaiii ineiicapai gclar Sarjana Ekoiuani Jiiiiisan Akiiiilansi
patia luakullas likdnomi Universilas I'akuan Pogor
Disusun oleli ;
DFAVl TURANA
Nrp :0221930IS
Nirin : 4104303930528
FAKUETAS EKONOMI
UNIVERSFPAS PAKUAN BO(;OR
2001
PEUANAN SISTEM I'ENGENDALIAN INTERN I'ERSEDIAAN
BAHAN BAKU UAEAM MENUN.JANG EFEKT1VITAS
PROSES PRODUKSI PADA PT. GOODYEAR
SKRIPSI
Diajiikan scbagai salali salu syarai
Dalain meiicapai gelar Sarjana likonomi .'uriisaii Akiinlaiisi
pacia I'akultas l-'koiiomi Universilas Pakuan I3ogor
Meiiyetujiti ;
nl^Qlaycan
>5^ / J??. N
< .'i-'
n
as Ekononii.
( raMVmtya^ Drs.. Ak.. MM. )
KeUia .Iiii usaii.
( KcUil Suiiarla. Drs.. Ak.. MM. )
FERANAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PERSEDIAAN
BAHAN BAKU DALAM MENUN.IANG EFEKTIVITAS
PROSES PRODUKSI PADA PT. GOODYEAR
SKRIPSI
Diajukiiii scbagai sakih satu syaral
Dalam nicncapai gelar Sarjana Hkonomi .Iiinisan Akuntaiisi
pada l akullas Ekonomi Universilas I'akuaii Bogor
I^iajukati Kcpada :
Kelua Jurusan
( Ketul Sunarta. f)rs., Ak.. MM.)
Dosen Pcnibinibing.
I. ( Nandaiig Muhlar. Drs.. Ak.)
2. (I'Ci'di.sav. SR., MM.)
c/ia-iii'cP cn^ (»a/x^a«n-^ eit^.tiJ-i/3Cc<uanip-nan
a IIfi ..$? ifv lB ca9\an tj «i ̂ i^« ii<1 i ^u M-ineitij <Mi'f3Cc^ (nU/iuitj u If.
( "DcdU ̂
fJvti p cm I) II u (In ilv<11 iju (:II ini milu^OiuiKjlmi <l<i n Oia iKj-oAtiiuj Ic/idtiijiiMtj il«ii«tm f»'tl"ptii :f6a ('c & ̂)n 11 Ml i, ti ial/- I?<11^1 Ic Ini, Hv •• pono ̂o ii(cii ijoluj
iinlll - iiiiill . SVtlij«M<|lcii .'ijjoA . lOlciicI; -,l\<i(;cl- ((U'm),A f/i I a Saruxliollcn an fi ♦ 6nl i , C l 11 \'ti , f l)n<i n .
dengan baik maka hasilnya juga akan baik dan mutu hasil olah mampu bersaing
dipasaran.
PT GOODYEAR merupakan perusahaan industri berskala besar, yang
memproduksi berbagai jenis ban berkualitas tinggi seperti ban untuk mobil.
penumpang, truk angkutan ringan, sedang dan truk angkutan komersil, traktor
dan Iain-lain. Bahan baku dalam proses produksi yang diperlukan adalah karet
mentah, benang yang terdiri dari benang nylon, rayon polyster, fibre glass,
carbon black, syntetic polymers.
Bahan baku tersebut merupakan faktor utama yang menunjang terhadap
kelancaran dan efektivitas proses produksi. Kelancaran proses produksi dengan
dukungan pengendalian intern persediaan bahan baku yang memadai akan
menghasilkan barang yang siap diolah pada waktu yang tepat dan sesuai dengan
rencana produksi yang ditetapkan perusahaan. Pengandalian intern persediaan
bahan baku meliputi kualitas dan pengendalian fisik yaitu pengamanan bahan
baku terhadap gangguan yang ada. Oleh karena itu perusahaan perlu mengadakan
pengendalian intem persediaan bahan baku yang terarah dan memadai yaitu mulai
tahap perencanaan kebutuhan dan pengadaan, penurunan, penyimpanan,
pemeliharaan dan pengeluaran untuk proses produksi sampai hasil olah selesai.
Tindak lanjut dari proses produksi tergantimg pada tersedianya bahan baku yang
mencukupi serta kualitas yang sesuai dengan standar yang ditentukan. Dengan
demikian diharapkan proses produksi yang efektif dapat tercapai.
Hasil penelitian tersebut akan diharapkan dalam suatu karya yang
siap dipasarkan dengan melibatkan faktor-faktor produksi dalam pelaksanaannya.
Keterlibatan faktor-faktor produksi merupakan hai yang sangat penting untuk
diarahkan kepada sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan, sehingga membawa
dampak yang sangat besar bagi efektivitas proses produksi perusahaan. Proses
produksi dapat beriangsung secara berkesinambungan apabila kebutuhan bahan
baku untuk pelaksanaan proses produksi dapat terpenuhi.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka diperlukan suatu sistem
pengendaiian intern persediaan bahan baku yang meliputi perencanaan
kebutuhan persediaan bahan baku dan seianjutnya diikuti dengan pengendaiian
persediaan bahan baku.
Pada perencanaan persediaan bahan baku terlebih dahulu ditetapkan
kuantitas bahan baku yang diperlukan dalam melaksanakan proses produksi. Jadi
perencanaan persediaan berhubungan dengan penentuan komposisi persediaan.
penentuan waktu serta lokasi untuk memenuhi kebutuhan persediaan dalam
melaksanakan proses produksi tersebut. Sedangkan pengendaiian persediaan
berhubungan dengan pengendaiian kualitas dan kuantitas dalam jumlah batas-batas
yang direncanakan suatu perlindungan fisik terhadap persediaan yang ada.
Perencanaan persediaan bahan baku perlu sekali mendapat perhatian yang serius.
sebagai bagian dari pengendaiian intem persediaan bahan baku dan mencakup juga
mulai dari bahan baku diterima sampai keproses produksi. sebab pengaruh pada saat
tersebut apabila kurang diperhatikan akan mengakibatkan dampak negatif terhadap
kualitas bahan tersebut. Dengan demikian apabila bahan baku tadi dikendalikan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir ini perkembangan disektor industri
mengalami penurunan cukup drastis. Seiring dengan krisis ekonomi yang
berkepanjangan, kineija ekspor non migas mengalami kemerosotan dan laju
pertumbuhan impor barang rata-rata pertahun selalu lebih besar. Salah satu
faktor penyebabnya adalah melemahnya daya saing disektor industri industri.
Hal ini membawa akibat tingkat persaingan antara bidang-bidang usaha yang
ada. juga berkembang menjadi semakin ketat.
Banyaknya kendala yang hams dibenahi pada sektor industri, perusahaan
hams mampu menyelaraskan langkahnya agar terhindar dari kesulitan-kesulitan
akibat sedemikian kompleknya masalah yang timbul, oleh karenanya pimpinan
memerlukan suatu alat yang dapat mengembalikan selumh aktivitas pemsahaan.
Tingkat aktivitas suatu pemsahaan akan berbeda satu sama lain,
misalnya pemsahaan industri tingkat aktivitasnya akan lebih komplek
dibandingkan dengan pemsahaan dagang karena pada pemsahaan industri ada
aktivitas yang mempakan ciri utama dan membedakan dengan pemsahaan lain,
yaitu aktivitas proses produksi.
Proses produksi mempakan proses pembahan bentuk dan peningkatan
daya guna dari suatu bahan baku menjadi barang-barang yang sudah diolah dan
2.2.3.4. Prosedur Pengeluaran Persediaan Bahan Baku untuk
Proses Produksi 30
2.2.4. Pencatatan dan Pelaporan Persediaan Bahan Baku 32
2.2.4.1. Sistem Pencatatan Persediaan 33
2.2.4.2. Metode Penilaian Persediaan 35
2.2.4.3. Laporan Persediaan Bahan Baku 38
2.2.5. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern Bahan Baku 38
2.2.6. Pemeriksaan Intern Persediaan Bahan Baku 41
2.3. Peranan Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku
Dalam Menunjang Efektivitas Proses Produksi 43
2.3.1. Pentingnya Efektivitas Proses Produksi 44
2.3.2. Jenis-jenis Proses Produksi 45
2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi 48
2.3.4. Hubungan Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku
dengan Efektivitas Proses Produksi 49
BAB III OBYEK DAN METODOLOGIPENELITIAN 52
3.1. Tujuan Umum Perusahaan 52
3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan 52
3.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan 57
3.2. Tinjauan Khusus Perusahaan 61
3.2.1. Aktivitas Perusahaan 61
3.3. Metode Penelitian 63
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 64
4.1. Pelaksanaan Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku 63
4.1.1. Klasifikasi Persediaan 63
4.1.2. Perencanaan Kebutuhan Persediaan Bahan Baku 66
4.1.3. Kebijaksanaan Pengadaan Barang 68
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir ini perkembangan disektor industri
mengalami penurunan cukup drastis. Seiring dengan krisis ekonomi yang
berkepanjangan, kineija ekspor non migas mengalami kemerosotan dan laju
pertumbuhan impor barang rata-rata pertahun selalu lebih besar. Salah satu
faktor penyebabnya adalah melemahnya daya saing disektor industri industri.
Hal ini membawa akibat tingkat persaingan antara bidang-bidang usaha yang
ada, juga berkembang menjadi semakin ketat.
Banyaknya kendala yang harus dibenahi pada sektor industri, perusahaan
harus mampu menyelaraskan langkahnya agar terhindar dari kesulitan-kesulitan
akibat sedemikian kompleknya masalah yang timbul, oleh karenanya pimpinan
memerlukan suatu alat yang dapat mengembalikan seluruh aktivitas perusahaan.
Tingkat aktivitas suatu perusahaan akan berbeda satu sama lain,
misalnya perusahaan industri tingkat aktivitasnya akan lebih komplek
dibandingkan dengan perusahaan dagang karena pada perusahaan industri ada
aktivitas yang merupakan ciri utama dan membedakan dengan perusahaan lain,
yaitu aktivitas proses produksi.
Proses produksi merupakan proses perubahan bentuk dan peningkatan
daya guna dari suatu bahan baku menjadi barang-barang yang sudah diolah dan
siap dipasarkan dengan melibatkan faktor-faktor produksi dalam pelaksanaannya.
Keterlibatan faktor-faktor produksi merupakan hal yang sangat penting untuk
diarahkan kepada sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. sehingga membawa
dampak yang sangat besar bagi efektivitas proses produksi perusahaan. Proses
produksi dapat berlangsung secara berkesinambungan apabila kebutuhan bahan
baku untuk peiaksanaan proses produksi dapat terpenuhi.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka diperiukan suatu sistem
pengendalian intern persediaan bahan baku yang meliputi perencanaan
kebutuhan persediaan bahan baku dan selanjutnya diikuti dengan pengendalian
persediaan bahan baku.
Pada perencanaan persediaan bahan baku terlebih dahulu ditetapkan
kuantitas bahan baku yang diperiukan dalam melaksanakan proses produksi. Jadi
perencanaan persediaan berhubungan dengan penentuan komposisi persediaan.
penentuan waktu serta lokasi untuk memenuhi kebutuhan persediaan dalam
melaksanakan proses produksi tersebut. Sedangkan pengendalian persediaan
berhubungan dengan pengendalian kualitas dan kuantitas dalam jumlah batas-batas
yang direncanakan suatu perlindungan fisik terhadap persediaan yang ada.
Perencanaan persediaan bahan baku perlu sekali mendapat perhatian yang serius.
sebagai bagian dari pengendalian intem persediaan bahan baku dan mencakup juga
mulai dari bahan baku diterima sampai keproses produksi. sebab pengaruh pada saat
tersebut apabila kurang diperhatikan akan mengakibatkan dampak negatif terhadap
kualitas bahan tersebut. Dengan demikian apabila bahan baku tadi dikendalikan
dengan baik maka hasilnya juga akan baik dan mutu hasil olah mampu bersaing
dipasaian.
PT GOOD YEAR merupakan perusahaan industri berskala besar, yang
memproduksi berbagai jenis ban berkualitas tinggi seperti ban untuk mobil.
penumpang, truk angkutan ringan. sedang dan truk angkutan komersil, traktor
dan Iain-lain. Bahan baku daiam proses produksi yang diperlukan adalah karet
mentah, benang yang terdiri dari benang nylon, rayon polyster, fibre glass,
carbon black, syntetic polymers.
Bahan baku tersebut merupakan faktor utama yang menunjang terhadap
kelancaran dan efektivitas proses produksi. Kelancaran proses produksi dengan
dukungan pengendalian intern persediaan bahan baku yang memadai akan
menghasilkan barang yang siap diolah pada waktu yang tepat dan sesuai dengan
rencana produksi yang ditetapkan perusahaan. Pengandalian intem persediaan
bahan baku meliputi kualitas dan pengendalian fisik yaitu pengamanan bahan
baku terhadap gangguan yang ada. Oleh karena itu perusahaan perlu mengadakan
pengendalian intem persediaan bahan baku yang terarah dan memadai yaitu mulai
tahap perencanaan kebutuhan dan pengadaan, penurunan, penyimpanan.
pemeliharaan dan pengeluaran untuk proses produksi sampai hasil olah selesai.
Tindak lanjut dari proses produksi tergantung pada tersedianya bahan baku yang
mencukupi serta kualitas yang sesuai dengan standar yang ditentukan. Dengan
demikian diharapkan proses produksi yang efektif dapat tercapai.
Hasil penelitian tersebut akan diharapkan dalam suatu karya yang
2.2.3.4. Prosedur Pengeluaran Persediaan Bahan Baku untuk
Proses Produksi 30
2.2.4. Pencatatan dan Pelaporan Persediaan Bahan Baku 32
2.2.4.1. Sistem Pencatatan Persediaan 33
2.2.4.2. Metode Penilaian Persediaan 35
2.2.4.3. Laporan Persediaan Bahan Baku 38
2.2.5. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern Bahan Baku 38
2.2.6. Pemeriksaan Intern Persediaan Bahan Baku 41
2.3. Peranan Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku
Dalam Menunjang Efektivitas Proses Produksi 43
2.3.1. Pentingnya Efektivitas Proses Produksi 44
2.3.2. Jenis-jenis Proses Produksi 45
2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi 48
2.3.4. Hubungan Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku
dengan Efektivitas Proses Produksi 49
BAB III OBYEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 52
3.1. Tujuan Umum Perusahaan 52
3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan 52
3.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan 57
3.2. Tinjauan Khusus Perusahaan 61
3.2.1. Aktivitas Perusahaan 61
3.3. Metode Penelitian 63
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 64
4.1. Pelaksanaan Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku 63
4.1.1. Klasifikasi Persediaan 63
4.1.2. Perencanaan Kebutuhan Persediaan Bahan Baku 66
4.1.3. Kebijaksanaan Pengadaan Barang 68
4.1.4. Pengadaan Persediaan Bahan Baku 71
4.1.4.1. Prosedur Permintaan Pembelian 73
4.1.4.2. Prosedur Penerimaan Persediaan Bahan Baku 79
4.1.4.3. Prosedur Penyimpanan Persediaan Bahan Baku 81
4.1.4.4. Prosedur Pengeluaran Persediaan Bahan Baku untuk
Proses Produksi 85
4.1.5. Sistem Pencatatan dan Penilaian Persediaan Bahan Baku 87
4.1.6. Pelaporan Persediaan Bahan Baku pada PT. GOOD YEAR 93
4.1.7. Pemeriksaan Intern Persediaan Bahan Baku 94
4.2. Pelaksanaan Proses Produksi pada PT. GOODYEAR 95
4.3. Peranan Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku
Dalam Menunjang Efektivitas Proses Produksi 100
4.4. Pengujian Hipotesis 104
BAB V RANGKUMAN KESELURUHAN 108
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 118
6.1. Simpulan 118
6.1.1. Simpulan Umum 118
6.1.2. Simpulan Khusus 120
6.2. Saran 125
DAFTAR PUSTAKA viii
LAMPIRAN xi
VI
(m • )
uii.yjii>j|.>^j^ iJit ..ii>|iJ|»irsu^^^ uiij^-iiiin^^ iiuofi/a^aj-^ olnnii,»(^
^ ptvprufv^ )
llnti»UDlllljj^ lH>(>lUI^f>l»V-^ Ut»^ 'WD»l'Dpi» DI?Va^>'«l»l>j^I>pI inu » ̂ -u I> p It 11 ̂ 'il n Kinyy/i i>ip> »1
GOODfrE/mP.T. GOODYEAR INDONESIA
JI.Pemuda27.POBOX5.Bogor16161. INDONESIA • Tel.:0251^22071 • Fax:0251-328088 • Te»ex:48338
innpty please refer to.
SURAT KETERANGAN
No. Ol/ecm/III/01
Yang bertandatangan dibawah ini menerangkan bahwa
Nama Dewi Turana
Nrp
Fakultas
022193018
Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Telah melaksanakan riset untuk skripsi dengan judul "Peranan SistemFengendalian Intern Persediaan Bahan Baku Dalam MenunjangEfektivitas Proses Produksi Pada PT GOODYEAR.Yang dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2000,Dengan demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakansebagaimana mestinya.
Bogor, 31 Maret 2001
Ir. Erwin Christianto Mutter
r209 (XI - 90)
QUALITY IS THE KEY TOCTJSTOMER SATISFACTION
ABSTRAKSI
Oewi Turana, Peranan Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku
Dalam Menunjang Efektivitas Proses Produksi pada PT. Goodyear.
Pada perusahaan industri, persediaan bahan baku tnerupakan faktor utama
dalam menciptakan tercapainya efektivitas proses produksi.
PT. Goodyear merupakan perusahaan industri berskala besar, yang
memproduksi berbagai jenis ban berkuaiitas tinggi seperti ban untuk mobil
penumpang, traktor dan Iain-lain. Bahan baku dalam proses produksi yang diperlukan
adalah karet mentah dan benang.
Bahan baku tersebut merupakan faktor utama yang menunjang terhadap
kelancaran dan efektivitas proses produksi. Kelancaran proses produksi dengan
dukimgan pengendalian intern persediaan bahan baku yang memadai akan
menghasilkan barang yang siap diolah pada waktu yang tepat dan sesuai rencana
produksi yang ditetapkan perusahaan.
Hal ini mendorong penulis untuk membahas lebih lanjut melalui penelitian
yang beijudul, "Peranan Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku Dalam
Menunjang Efektivitas Prosees Produksi Pada PT. Goodyear".
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menjelaskan dan mempelajari mengenai penerapan dari pengendalian intem
persediaan bahan baku.
2. Untuk mempelajari dan menilai efektivitas dari proses produksi.
3. Untuk menjelaskan serta membuktikan mengenai peranan sistem pengendalian
intern persediaan bahan baku dalam menunjang efektivitas proses produksi.
Metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh data-data yang
diperlukan untuk menyusun skripsi ini dilakukan dengan cara:
1. Studi Pustaka
Penelitian yang dilakukan dengan membaca literatur-literatur yang berhubungan
dengan masalah-masalah yang ada relevansinya dengan permasalahan yang akan
dibahas.
2. Studi Lapangan
Penelitian yang dilakukan dengan cara mendatangi langsung obyek yang akan
diteliti, untuk memperoleh data-data yang penulis perlukan dalam penyusun
karya tulis ini.
Pengendalian intern persediaan bahan baku yang dilakukan PT. Goodyear
dimulai dari tahap perencanaan dan diikuti dengan pengawasan terhadap pelaksanaan
perencanaan persediaan bahan baku yang meliputi pengadaan, penerimaan,
penyimpanan dan pemeliharaan digudang penyimpanan, pengeluaran untuk proses
produksi, pencatatan yang disertai bukti-bukti pendukung dan adanya pemeriksanaan
persediaan bahan baku yang cukup memadai.
Setiap bahan yang dibeli oleh PT.Goodyear telah diverifikasikan secara jelas
baik kualitas dan kuantitas serta pemeriksaan lainnya, yang mana hal ini dapat
menentukan diterima atau ditolaknya suatu barang yang akan masuk dari vendor.
Pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mencatat persediaan bahan
bakunya memadai terutama menggunakan sistem pencatatan persediaan perpetual,
dan dalam melakukan penilaian terhadap persediaan dengan tnenentukan persediaan
akhir dan menghitung harga pokok menggunakan metode penilaian rata-rata pada
setiap periode dan dilakukan secara konsisten dari tahun-ketahun.
Dalam menyelenggarakan kegiatan produksinya PT.Goodyear telah
menggunakan mesin-mesin yang cukup otomatis dan modern. Pengawasan mutu
mulai dari pengadaan bahan baku sampai produk jadi dilakukan dilaboratorium
sendiri. Semua proses produksi berpedoman pada rencana produksi yang telah
ditetapkan, pada rencana produksi diuraikan mengenai jadwal produksi, jumlah imit
yang akan diproduksi dan jumlah bahan yang dibutuhkan.
Proses produksi berupa karet alam, sintesis, carbon black dan oil mulai
dicampur dalam mesin Banbury Mixer, serta dicampur kemudian dipanaskan dengan
suku tertentu. Hasil dari campuran tersebut dinamakan Coumpound. Mesin Banbury
ini menghasilkan 2 jenis Coumpound yaitu :
1. Non Productive Coumpound
Coumpound yang belum dicampur dengan bahan baku kimia yang dapat
melangsimgkan proses vulkanisir.
2. Productive Coumpound
Coumpound yang sudah dicampur dengan bahan kimia sehingga dapat diproses
lebih lanjut.
Setelah itu digiling menjadi lembaran-lembaran karet dengan ketebalan yang
sudah ditentukan, kemudian diproses lebih lanjut sampai tnenghasilkan band, tread,
sidewall, apex dan bead, kemudian diproses dengan mesin tire building untuk dirakit
dan menghasilkan green tire. Setelah green tire melalui proses pemanasan dengan
mesin bag otomatis press, green tire dalam keadaan panas dimasukkan kedalam mesin
post cure inflation untuk dibentuk menjadi ban. Kemudian ban-ban tersebut diproses
lebih lanjut mulai dari pengguntingan terhadap rambut-rambut yang ada disekeliling
ban, sampai proses pengujian dan kesinambungan terhadap ban jenis radial dilakukan
pemeriksaan akhir, maka ban-ban tersebut disimpan atau dimasukkan kedalam
gudang.
Proses produksi yang dilaksanakan selama ini beijalan efektif, sehingga
kualitas produksinya dapat dipertanggungjawabkan. Efektivitas proses produksi
tersebut disebabkan karena adanya sistem pengendalian intern persediaan bahan baku
yang memadai dan dijalankan dengan baik.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur, penyusun panjatkan kehadirat Allah
Bapa Yang Maha Kuasa yang teiah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul '* Peranan Sistem
Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku Dalam Menunjang Efektivitas
Proses Produksi Pada PT. Goodyear
Dalam penyusunan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat dalam
mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan Bogor,
penyusun memperoleh bantuan baik moril maupun materiil. Untuk itu penyusun
mengucapkan banyak terima kasih kepada ;
1. Bapak Edi Mulyadi, Drs., Ak., MM, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pakuan Bogor.
2. Bapak Sumamo, SE., MBA, sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pakuan Bogor
3. Bapak Ketut Sunarta, Drs., Ak., MM, sebagai Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Pakuan Bogor.
4. Bapak Nandang Muchtar, Drs., Ak., sebagai Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberi pengarahan dan petunjuk sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
5. Bapak Ferdisar, SE., MM, sebagai Co Pembimbing yang telah banyak
memberikan waktu untuk pengarahan kepada penyusun sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan kuliah selama penyusun mengikuti
kuliah pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pakuan Bogor.
7. Bapak Erwin Mutter. Ir.. sebagai Production Manager yang telah memberikan
penjelasan dan data-data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Bapak Suryadi, Drs., sebagai Manajer Training dan segenap Karyawan PT.
Goodyear yang telah membantu terselesaikan skripsi ini.
9. Babe dan Mami, Kakak-kakakku, serta keponakan-keponakanku tercinta yang
telah memberikan bantuan baik secara moril maupun materiil sehingga
terselesaikan skripsi ini.
10. Yayangku lyos yang selalu memberikan dorongan dan semangat supaya skripsi
terselesaikan dengan baik.
11. Dan Sahabat baikku : Edi. SE., Hem Nurhidayat. SE., dan Keluarga yang telah
membantu dan memberikan bimbingan sampai skripsi ini terselesaikan.
"Thank's berat Ru ".
Sebagai manusia biasa tentunya kesalahan dan kekurangan selalu ada. Oleh
karena itu walaupun penyusim telah berusaha dengan kemampuan yang ada sesuai
dengan pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti kuliah untuk mencapai hasil
yang optimal, penyusun tetap mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempumaan skripsi ini.
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Penelitian 1
1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian 4
1.3. Kegunaan Penelitian 5
1.4. Kerangka Pemikiran 5
1.5. Metodologi Penelitian 8
1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian 8
1.7. Sistematika Pembahasan 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11
2.1. Sistem Pengendalian Intern 11
2.1.1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern 11
2.1.2. Tujuan Sistem Pengendalian Intern 13
2.1.3. Keterbatasan Sistem Pengendalian Intern 16
2.2. Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku 18
2.2.1. Pengertian Persediaan 20
2.2.2. Organisasi dan Fungsi Persediaan 21
2.2.3. Prosedur-Prosedur 23
2.2.3.1. Prosedur Perencanaan Persediaan Bahan Baku 24
2.2.3.2. Prosedur Pengadaan dan Penerimaan Persediaan Bahan
Baku 25
2.2.3.3. Prosedur Penyimpanan Persediaan Bahan Baku 29
tv
berjudul "Peranan Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku Dalam
Menunjang Efektivitas Proses Produksi Pada PT GOODYEAR".
Dalam penelitian yang akan dilakukan. penulis mengidentifikasi
masalah yang akan menjadi bahan analisis pada bab pembahasan yaitu:
1. Apakah pelaksanaan sistem pengendalian intern persediaan bahan baku
pada PT GOODYEAR sudah cukup memadai ?
2. Bagaimana peranan sistem pengendalian intern persediaan bahan baku
dalam menunjang efektivitas proses produksi pada PT GODYEAR.
1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam
mencapai gelar Saijana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi
Universitas Pakuan Bogor. Selain itu pula penelitian ini dimaksudkan untuk
memperoleh data variabel pengendalian intern persediaan bahan baku dan data
variabel efektivitas proses produksi, sehingga dapat menjelaskan peranan sistem
pengendalian intern persediaan bahan baku dalam menunjang efektivitas proses
produksi. Atas identifikasi diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Menjelaskan dan mempelajari mengenai penerapan dari pengendalian intern
persediaan bahan baku.
2. Untuk mempelajari dan menilai efektivitas dari proses produksi.
3. Untuk menjelaskan serta membuktikan mengenai peranan sistem pengendalian
intem persediaan bahan baku dalam menunjang efektivitas proses produksi.
1.3. Kegunaan Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat digunakan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
1. Bagi penulis adalah kegiatan penelitian dan hasilnya merupakan hal yang
sangat berarti sebagai pengenalan terhadap kegiatan perusahaan dalam
menerapkan sistem pengendalian intern persediaan bahan baku dalam
menunjang efektivitas proses produksi yang diterima penulis dibangku
kuliah, ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :
(a) Dapat mengetahui penerapan teori yang diterima penulis dibangku
kuliah dengan praktek nyata.
(b) Dapat menambah ilmu dan mempeijelas ilmu-ilmu yang diperoleh
dibangku kuliah serta literatur-literatur yang ada.
2. Bagi perusahaan adalah kegiatan ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan informasi untuk mengevaluasi sistem pengendalian intern serta
berusaha melakukan perbaikan-perbaikan yang dianggap perlu, sehubungan
dengan pengendalian intern persediaan bahan baku yang menunjang
efektivitas proses produski.
3. Bagi publik adalah penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
1.4. Kerangka Pemikiran
Pengendalian intern persediaan bahan baku perlu mendapat perhatian
khusus dalam perusahaan industri, karena selain jumlahnya besar juga
berpengaruh terhadap kesinambungan proses produksi. Kalau perusahaan tidak
melaksanakan pengendalian intern persediaan bahan baku dengan baik, maka
perusahaan akan menghadapi resiko tidak terpenuhinya kebutuhan bahan baku
yang diperlukan untuk proses produksi. Untuk itu perencanaan akan kebutuhan
dan pengadaan yang ditindak lanjuti dengan pengendalian pelaksanaan yang
meliputi pengadaan, penerimaan, penyimpanan. pengeluaran, pencatatan dan
penilaian persediaan bahan baku yang wajar baik secara fisik maupun
pencatatanya. Dalam perusahaan industri, ada beberapa istilah persediaan yang
biasa digunakan menurut PSAK No. 14 persediaan adalah aktiva :
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b. Dalam proses produksi dan atau dalam pengolahan; atau
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa.
( 11 : 14.2)
Persediaan merupakan salah satu asset paling penting dalam perusahaan.
Oleh karena itu penanganannya memerlukan pengendalian intern yang baik.
The Committee on Auditing Procedures yang dikutip oleh J.B. Heckert
dalam Pengendalian intem mencakup rencana organisasi dan semua metode serta
tindakan yang digunakan dalam perusahaan untuk mengamankan harta, mengecek
kecermatan dan keandalan dari data akuntansinya, memajukan efesiensi operasi dan
memastikan pentaatan pada kebijaksanaan yang telah diterapkan management.
(14: 122)
Pengendalian intern persediaan bahan baku yang memadai akan
membawa dampak yang sangat baik terhadap persediaan bahan baku yang
mencukupi dalam pelaksanaan proses produksi, sehingga penggunaanya dalam
proses menjadi efektif serta secara tidak langsung berpengaruh juga terhadap
peningkatan produktivitas perusahaan. Dengan demikian proses produksi akan
efektif apabila pengendalian intern dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
diterapkan terlebih dahulu.
Pengendalian intern persediaan bahan baku meliputi perencanaan akan
kebutuhan dan pengadaan meliputi perencanaan akan kebutuhan dan pengadaan
persediaan bahan baku, pengendalian pelaksanaan perencanaan seperti
penerimaan, penyimpanan, pengeluaran dan pencatatan. Perencanaan ini sudah
tentu akan diikuti dengan pengendalian produksi sebagai alat untuk mengendalikan
perencanaan yang telah ditetapkan agar dilaksanakan dengan sebaiknya.
Jadi dapat dimengerti bahwa untuk mencapai proses produksi yang baik
terlebih dahulu harus disusun perencanaan yang mencakup penetapan bahan
baku yang dibutuhkan dalam melaksanakan proses produksi serta langkah-
langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan. kemudian diikuti dengan
pengendalian terhadap pelaksanaan perencanaan sebelumnya. Dengan demikian
diharapkan dengan diterapkannya pengendalian intern persediaan bahan baku
akan membawa perusahaan tersebut ke arah proses produksi yang efektif.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penulis mengajukan hipotesa
sebagai berikut : Dengan adanya sistem pengendalian intern persediaan bahan
baku yang dilaksanakan dengan baik, maka diharapkan akan menunjang
efektivitas proses produksi meningkat.
1.5. Metodoiogi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam mengumpuikan data dan
informasi yang diperiukan dalam menyusun karya tulis ini, penulis melakukan
penelitian dengan cara sebagai berikut:
1) Studi Pustaka
Penelitian yang dilakukan dengan membaca literatur-literatur yang
berhubungan dengan masalah-masalah yang ada relevansinya dengan
permasalahan yang akan dibahas.
2) Studi Lapangan
Penelitian yang dilakukan dengan cara mendatangi langsung obyek yang
akan diteliti, untuk memperoleh data-data yang penulis perlukan dalam
penyusunan karya tulis ini.
1.6. Lokasi Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada
PT GOOD YEAR, Jalan Pemuda 27 Bogor. Jawa Barat 16161.
1.7. Sistematika Pembahasan
Dalam menghasilkan gambaran yang lebih teratur, maka didalam
penganalisaan dan pembahasan ini penulis membagi menjadi beberapa sub bab.
Dimana lebih terperinci dapat diuraikan sebagai berikut;
BAB I PENDAHULUAN
Didalam bab ini secara garis besar akan tnengambarkan apa yang
sebenamya dipermasalahkan, dimana dalam bab ini berisi tentang
latar belakang. identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, lokasi
penelitian serta sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini penulis menguraikan beberapa pengertian dan definisi yang
berkaitan dengan pembahasan. Adapun pengertian yang penulis
uraikan meliputi : Pengertian Sistem Pengendalian Intern, Tujuan
Sistem Pengendalian Intern, Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern.
Keterbatasan Sistem Pengendalian Intern, Pengertian Persediaan
Bahan Baku. Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku.
Perencanaan Persediaan Bahan Baku, Pengadaan dan Penerimaan
Bahan Baku. Penyimpanan Persediaan Bahan Baku, Pengeluaran
Persediaan Bahan Baku Untuk Proses Produksi, Sistem Pencatatan
dan Pelaporan Persediaan Bahan Baku. Pemeriksaan Intern
Persediaan Bahan Baku, Pengertian Proses Produksi, Peranan Sistem
Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku Dalam Menunjang
Efektivitas Proses Produksi.
10
BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN
Bab ini penulis menguraikan mengenai obyek penelitian yang
meliputi tinjauan umum perusahaan terdiri dari ; sejarah singkat
perusahaan, dan tinjauan khusus perusahaan dan aktivitas perusahaan
serta metode penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini mengemukakan hasil dan pembahasan yang diperoleh pada
saat penelitian yaitu : Penerapan Sistem Pengendalian Intern
Persediaan Bahan Baku Pada Perusahaan, dan Efektivitas Proses
Produksi Pada Perusahaan.
BAB V RANGKUMAN KESELURUHAN
Bab ini memaparkan rangkuman keseluruhan dari Bab 1 sampai dengan
Bab IV.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini penulis memberikan simpulan atas penelitian dan pembahasan
serta saran untuk dijadikan pertimbangan oleh pihak perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Memuat literatur-literatur yang dipakai dalam pembahasan kaiya tulis ini.
LAMPIRAN
Memuat hal-hal yang mendukiong isi karya tulis ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Pengendalian Intern
2.1.1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern
Semakin berkembangnya perusahaan dalam kegiau
pegawai. semakin kecil kemampuan pimpinan untuk
segala sesuatu yang terjadi dalam perusahaan. Oleh karc,.
diperlukan cara pengendalian yang dapat menbantu pimpinan
perusahaan secara efektiv dalam melindungi dan mengawasi keamanan
aktiva-aktiva perusahaan dari kesalahan-kesalahan serta penyelewengan-
penyelewengan.
Sistem pengendalian intern harus dapat memberikan keyakinan
pada pimpinan, benar dan dapat dipercaya, sehingga mendorong adanya
efesiensi usaha dan terus-menerus memonitor bahwa kebijaksanaan
yang telah diterapkannya memang dijalankan.
Terdapal banyak pengertian dalam hal merumuskan
pengendalian intern, walaupun pada dasarnya pengertian-pengertian
tersebut mempunyai prinsip yang sama. Menurul Amerika Institute Of
Certified Publik Accountant, merumuskan Sistem Pengendalian Intern .
sebagai berikut;
Internal control comprises the plan of organization and all thecoordinate method and measures adopted within a bussiness it safeguard
12
it assets, check the accuracy and reliability of its accounting data,promote operational eficiency, and encourage to prescribe managerialpolicies.
( 1:81)
Sementara itu menurut Ikatan Akuntan Indonesia, dalam buku
Norma Pemeriksaan Akuntan mengatakan bahwa ;
Sistem Pengendalian Intern meliputi organisasi semua metode danketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam suatu perusahaan untukmelindungi harta miliknya, mencek kecermatan dan keandalan dataakuntansi, meningkatkan efesiensi usaha dan mendorong ditaatinyakebijakan manajemen yang telah digariskan.
( 9 : 29)
Menurut MuIyadi.,Drs.,Msc.,Ak, dalam bukunya "Sistem
Akuntansi", menyatakan bahwa:
"Sistem Pengendalian Intern meliputi struktur organisasi, metode danukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi,mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efesiensidan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen".
( 17:165)
Sedangkan Sistem Pengendalian Intern menurut Standar
Profesional Akuntan Publik mengatakan bahwa " Sistem Pengendalian
Intern adalah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan untuk
memperoleh keyakinan yang memadai bahwa tujuan satuan usaha yang
spesifik akan dapat dicapai."
( 10 : 51 )
Berdasarkan definisi-definisi Sistem Pengendalian Intern diatas,
dapat disimpulkan bahwa definisi tersebut menekankan tujuan yang
13
hendak dicapai dan bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem
tersebut. Dengan demikian pengertian pengendalian intern berlaku balk
dalam perustihaan yang mengolah informasinya secara manual dengan
mesin pembukuan maupun dengan komputer.
2.1.2. Tujuan Sistem Pengendalian Intern
Apabila perusahaan berkembang semakin besar dan kegiatan
operasi perusahaan semakin komplek, oleh karena itu kemampuan
manajemen dalam menjaiankan fungsi pengendalian semakin terbatas.
Keadaan semacam ini memaksa pimpinan untuk melimpahkan
sebagian wewenangnya kepada bawahan, meskipun tanggung jawab
tetap ditanganya. Oleh karena itu pimpinan memerlukan suatu alat
pengendalian yang dapat mengamankan kekayaan perusahaan, yaitu
dengan memberi keyakinan padanya bahwa apa yang dilaporkan
bawahanya itu benar dan dapat dipercaya, yang dapat mendorong
adanya efesiensi usaha dan dapat memonitor bahwa kebijaksanaan yang
akan diterapkan dijalankan. Dipandang dari kepentingan pimpinan
perusahaan pengendalian intern mempunyai tujuan
Tujuan sistem pengendalian intern menurut Arens and Loebbecke
dalam bukunya Auditting and Integreted Approach mengatakan tujuh
macam tujuan Sistem Pengendalian Intern sebagai berikut:
There are seven detailed objective ;1) Recorded transaction are valid
14
2) Transaction are properly authorized3) Exiting transaction are recorded4) Transaction are properly valued5) Transaction are properly clasified6) Transaction are reorded at the propertime7) Transaction are property included in subsidiary record and corectly
sumarize.( 1 : 288 )
Menurut M. Samsul Drs., MS., Ak., dan Mustofa Drs., Ak.,
dalam bukunya Sistem Akuntansi Pendekatan Manajerial dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Mengamankan harta perusahaan2. Memperoleh data yang dipercaya3. Melancarkan operasi efesien4. Mendorong ditaatinya kebijakan manajemen
(24 : 73-74 )
Menurut Mulyadi Drs, M.Sc.,Ak., dalam bukunya Sistem
Akuntansi mengatakan bahwa, tujuan sistem pengendalian intem dapat
dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:
1. Pengendalian intem akuntansi (Intemal Accounting Control)merupakan bagian dari sistem pengendalian intem, meliputi sistemorganisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikantemtama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mencek ketelitiandan keandalan data akuntansi.
2. Pengendalian intem administrasi meliputi struktur organisasi.metode-metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutamauntuk mendorong efesiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.
( 17: 166)
Meniunt Amin Widjaja Tunggal dalam bukunya ''Struktur
Pengendalian Intem " mengatakan bahwa, tujuan Sistem Pengendalian
Intem yang efektif dapat digolongkan sebagai berikut:
15
1) Untuk menjamin kebenaran data akuntansi manajemen hamsmemiliki data akuntansi yang dapat diuji ketepatannya untukmelaksanakan operasi pemsahaan. Berbagai macam data digunakanuntuk mengambil keputusan yang penting.
2) Untuk mengamankan harta kekayaan dan catatan pembukuannya :harta fisik pemsahaan dapat saja dicuri, disalahgunakan ataupunrusak secara tidak sengaja. Hal yang sama juga berlaku untuk hartaperusahaan yang tidak nyata seperti perkiraan piutang dokumenpenting, surat berharga dan catatan keuangan.
3) Untuk mengalakkan efesiensi usaha : pengendalian dalam suatupemsahaan juga dimaksudkan untuk menghindari pekerjaan-pekeijaan berganda yang tidak perlu, mencegah pemborosanterhadap seraua aspek usaha termasuk pencegahan terhadappenggunaan sumber-sumber dana yang tidak efesien.
4) Untuk mendorong ditaatinya kebijakan pimpinan yang telahdigariskan manajemen menyusun prosedur dan peraturan untukmencapai tujuan pemsahaan. Sistem pengendalian intemmemberikan jaminan akan ditaatinya prosedur dan peraturan tersebutoleh pemsahaan.
( 2:2 )
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapatlah disimpulkan bahwa
tujuan sistem pengendalian intem mempakan semua metode atau
ukuran-ukuran yang telah ditetapkan oleh pemsahaan yang bertujuan
untuk menjaga kekayaan dan catatan pemsahaan, mencek ketelitian dan
keandalan data akuntansi (pengendalian akuntansi) serta mendorong
efesiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
(pengendalian administrasi). Dari penjelasan diatas terlihat bahwa
sistem pengendalian intem mutlak diperlukan perusahaan, dan
mempakan tanggung jawab manajemen untuk merancang dan
menerapkannya.
16
2.1.3. Keterbatasan Sistem Pengendalian Intern
Istilah sistem pengendalian intern yang baik mencerminkan
keadaan yang ideal. Keidealan suatu sistem pengendalian intern tidak
menjamin akan berjalan seperti yang diharapkan, karena adanya
batasan-batasan tertentu yang tidak memungkinkan pengendalian yang
ideal tercapai. William C. Boynton dalam bukunya Modem Auditing
mengemukakan keterbatasan yang melekat pada struktur pengendalian
intern sebagai berikut;
The following inherent limitions in any entity's intemal controlstmcture:
1. Mistakes in judment. Occasionally, manajement and other personnelmanajemen exercise poor judment in making business decision or inperforming routine duties becauses of indequate information, timeconstrain or other pressures.
2. Break downs. Breakdowns in established controls may occurbecause personnel may misunderstand intructions or make errors dueto carelessness, distraction, or fatique. Temporary or permanentchanges in personel or in systems or procedures may also contributeto breakdowns.
3. Collusion. Individuals acting together, such as an employee whoperform an important control acting with another employee, customer,or supplier, may be able to perpetrate and conceal in irregurity so as toprevent its detection by the intemal control stmcture.
4. Manajement override. Manajement oveirule prescribed polices orprocedures for illegitimite purposes such as personal gain orenhanced presentation of an entity's financial condition orcompliance status. Override practices include making deliberatemisrepresentations to auditors and other such as by issuing falsedocument to support the recording of fictitious sales transactions.
5. Cost versus benefits. The cost of entity's intemal control stmctureshould not exceed the benefits that are expected to ensure. Becauseprecise measurement of both costs and benefits usually is notpossible, manajement must make both quantitative and qualitativeestimated and jugments in evaluating the cost benefits relationship.
( 6:256-257)
17
Menurut Theodorus M.Tuanakotta Drs., Ak, dalam bukunya
"Auditing Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik", menyatakan
keterbatasan Sistem Pengendalian Intern adalah sebagai berikut;
1. PersekongkolanPersekongkolan (Collusion) menghancurkan sistem pengendalianintem yang bagaimanapun baiknya. Dengan adanya persekongkolan,pemis^an tugas seperti tercermin dalam rencana dan prosedurperusahaan merupakan tulisan diatas kertas belaka.
2. BiayaPengendalian berguna untuk berlangsungnya pelaksanaan tugas yangefesien dan mencegah tindakan yang dapat merugikan perusahaanoleh karena itu hams dipertimbangkan apakah manfaat yangdiperoleh lebih besar dari biayanya.
3. Kelemahan manusia
Banyak kebobolan teijadi pada sistem pengendalian intem yangsecara teoritis sudah "baik". Hal ini karena pelaksanaanya adalahmanusia yang mempunyai kelemahan, misalnya : banyak petugasyang sering membutuhkan parafnya secara mtin dan otomatis tanpamemeriksa terlebih dahulu kebenarannya.
( 28:99-100)
Joseph W.Wilkinson yang dialihbahasakan oleh Agus Maulana
dalam bukunya Sistem Akuntansi dan Informasi mengemukakan pula
keterbatasan atau kesulitan dalam mencapai sasaran sistem pengendalian
intem yaitu sebagai berikut:
1. Kompleksitas dan pembahan cepat yang dihadapi perusahaan.2. Adanya serangkaian resiko yang dihadapi sistem pengendalian
intem.
3. Faktor manusia
4. Biaya pengendalian( 13:198)
Sedangkan La Midjan dan Azhar Susanto dalam bukunya Sistem
Informasi Akuntansi 1 : Pendekatan Manual, Praktika Penyusunan
18
Metode dan Prosedur mengemukakan adanya keterbatasan sistem
pengendalian intern, sebagai berikut:
1. Collution. yaitu berupa keijasama yang kurang balk atau tidaksehat.
2. Mental, yaitu personil yang bermental tidak baik.3. Biaya, yaitu biaya tenaga dan alat yang akan tnemberikan
perusahaan dalam menerapkan sistem pengendalian intern.( 15:49)
Dari pendapat-pendapat yang dikemukakan diatas dapat
disimpulkan bahwa hal-hal yang mengakibatkan keterbatasan pada
sistem pengendalian intern yaitu adanya kesalahan dalam pengambilan
keputusan, adanya kerusakan yang disebabkan pegawai yang salah
memahami instruksi, sembrono, gangguan dan kelelahan adanya kolusi,
adanya personil yang bermental tidak baik dan biaya.
2.2. Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku
Menurut La Midjan Drs.. dalam bukunya "Sistem Informasi Akuntansi I
Pendekatan Manual, Praktika Penyusunan Metode dan Prosedur", peranan
pengendalian persediaan tercetak pada berapa jumlah persediaan yang akan
dipesan dan kapan pemesan menerima, menyimpan dan mengeluarkannya harus
dilaksanakan, dengan memperhatikan persediaan yang minimum harus berada
diperusahaan, menyatakan bahwa:
1. Persediaan minimum, merupakan jumlah persediaan pada titik manapesanan atas persediaan tersebut harus dilaksanakan (reorder point).
2. Reorder point, merupakan rata-rata pemakaian barang selama lead timeditambah safety stock.
3. Lead time, adalah jangka waktu antara saat pesanan dilaksanakan sampaibarang tersebut diterima.
19
4. Safety stock, merupakan jumlah persediaan yang selalu harus tersediasebagai "persediaan bersih" untuk menjaga situasi kemungkinan terjadikesulitan mendapatkan persediaan tersebut pada suatu saat dan besamyasafety stock dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
safety stock = evarage x madmad = mead absolute deviation = iumlah deviasi
banyak frequensi
5. Persediaan maksimum, merupakan persediaan secara maksimum atauoptimum boleh tersedia dalam perusahaan dan diperhitungkan berdasarkanperkiraan.
6. Jumlah pemesanan yang ekonomis (economic order quantity), merupakanjumlah besamya pesanan yang secara ekonomis menguntungkan yaitubesamya pesanan yang menimbulkan biaya pemesanan (ordering costs) danbiaya penyimpanan (carrying costs) yang minimal. Adapun rumus dari EOQadalah sebagai berikut;
EOQ = 2 usIc
U = Jumlah satuan kebutuhan bahan dalam setahun
S = Biaya pemesanan per orderI = Biaya penyimpanan yang dinyatakan sebagai presentasi dari
persediaan rata- rataC = Harga bahan per satuan
( 15 : 159)
Agar efesiensi dan efektivitas dalam masalah pengelolaan persediaan ini
dapat dicapai semaksimal mimgkin, maka harus ada suatu sistem pengendalian
intem yang beijalan dengan memadai.
Semua metode dan tindakan yang dilaksanakan untuk mengamankan
persediaan sejak mendatangkannya, menerima, menyimpan dan mengeluarkannya
baik phisik maupun kualitas dan pencatatanya termasuk penentuan dan pengaturan
jumlah persediaan. Persediaan mengandung risiko yaitu apabila terlalu banyak akan
mengundang biaya penyimpanan yang seharusnya dapat dihindarkan, risiko
menjadi kuno dan biaya bank apabila persediaan dibiayai oleh kredit bank.
20
2.2.1. Pengertian Persediaan
Persediaan itiempakan salah satu bagian dari harta kekayaan
perusahaan tertanam dalam bentuk persediaan. Demikian pula operasi
perusahaan biasanya sering tergantung dari persediaan.
Persediaan menunjukkan barang-barang yang dimiliki untuk
dijual atau dimasukkan kedalam proses produksi pada perusahaan
manufaktur. Untuk memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai
apa yang dimaksud dengan persediaan. Smith and Skousen dalam
bukunya "Intermediate Accoimting", menyatakan bahwa:
The term inventory desingnates goods held for sale in the normalcourse of business and, in the case of a main, facturer, goods inproduction or to be placed in production.
( 25 : 347)
Adapun yang dimaksud persediaan, menurut Eldon S.
Hendriksen yang diterjemahkan oleh Marianus Sinaga, dalam bukunya
"Teori Akuntansi" adalah,
Persediaan (inventory) meliputi barang-barang dagangan yangdimaksudkan untuk dijual dalam kondisi usaha normal dan bahan bakuserta bahan pembantu yang dipergunakan dalam proses produksi untukdijual.
( 7 :2)
Sementara itu, lAI dalam bukunya Standar Akuntansi Keuangan
PSAK No. 14 Buku 1, menyatakan bahwa:
Persediaan adalah aktiva:
(a) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal(b) Dalam proses produksi dan atau dalam petjalanan; atau
21
(c) Daiam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakandalam proses produksi atau pemberian jasa.
(11 : 14.2)
Dari beberapa pengertian persediaan tersebut diatas, persediaan
dapat kita kelompokkan menjadi:
♦ Bahan baku dan bahan penolong
♦ Barang dalam proses
♦ Barang jadi
Simpulan yang dapat diambil dari pengertian tersebut, bahwa
persediaan adalah barang-barang yang dimiliki untuk dijual kembali
atau digunakan untuk memproduksi barang-barang yang akan dijual.
2.2.2. Organisasi dari Fungsi Pereediaan
Organisasi dzui fungsi persediaan didalam perusahaan melibatkan
beberapa bagian dalam perusahaan. Dalam perusahaan dagang
pengelolaan, phisik persediaan barang dagangan berada dibawah bagian
penjualan, bagian tersebutlah yang berperan mengatur pengeluaran
barang. Menurut Drs. Muslich, bahwa fungsi persediaan adalah:
'"Fungsi utama dari persediaan adalah untuk melepaskan diri ataumembebaskan diri (uncouple) dari beberapa tahapan operasional, agarperusahaan dapat memenuhi permintaan tanpa bergantung pada pihak-pihak lain."
( 18:253)
Sedangkan menurut Arens E. dan James L. mengemukakan
fimgsi persediaan antara lain adalah :
00
Fungsi-fungsi persediaan adalah ;1) Mengolah order pembelian2) Menerima bahan yang baru
3) Menyimpan bahan baku4) Mengolah barang5) Menyimpan barang j adi6) Mengirim barang j adi
( 3:292)
Adapun organisasi yang terkait menurut Arens dan Loebecke adalah:
1. Bagian mengolah order pembelianTugasnya ; mengajukan permintaan pembelian dari bagian gudangkepada bagian pembelian.
2. Bagian menerima bahan yang baruTugasnya ; setiap bahan yang diterima oleh bagian penerimaanbarang hams diperiksa jumlah dan kualitasnya, dengan membuatlaporan penerimaan barang.
3. Bagian menyimpan bahan bakuTugasnya ; menyimpan barang yang telah dicek bagian gudangpenyimpanan.
4. Bagian mengolah barangTugasnya ; bagian produksi hams membuat laporan-laporanmengenai produksi dan barang sisa kepada bagian akuntansi.
5. Bagian menyimpan barang j adiTugasnya ; setelah barang jadi diselesaikan oleh bagian produksikemudian ditempatkan dalam gudang penyimpanan yang telahdiperiksa oleh bagian quality control.
6. Bagian mengirim barang jadiTugasnya ; dilakukan oleh bagian pengiriman barang. Pengirimanatau transfer barang hams diotorisasi melalui dokumen pengiriman.
( 3 : 292-294)
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan, bahwa
fungsi persediaan yang terdiri dari mengolah order pembelian, menerima
bahan, menyimpan bahan, mengolah sampai barang siap dikirim, hal ini
dilaksanakan oleh masing-masing organisasi yang terkait disetiap
tahapan operasional yang berguna untuk memenuhi permintaan tanpa
bergantung pada pihak-pihak lain.
23
2.2.3. Prosedur-prosedur
Dalam suatu perusahaan industri akan terdapat beberapa sistem
yang merupakan kumpulan dari beberapa prosedur.
Menurut Joseph W. Wilkinson dalam bukunya "Sistem Akuntansi
dan Informasi" yang dialihbahasakan oleh Agus Maulana Ir., MSM,
menyatakan bahwa:
Prosedur adalah rangkaian langkah spesifik yang hams dilalui dalamsiklus pemprosesan data. Prosedur dapat dilaksantikan oleh manusiasepenuhnya, oleh komputer sepenuhnya atau gabungan dari keduanya.
( 13 ; 13)
Selanjutnya W. Gerald Cole yang dikutip oleh Zaki Baridwan Dr.,
Ak., M.Sc, dalam bukunya "Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan
Metode", menyatakan bahwa:
Prosedur adalah suatu urut-urutan pekerjaan kerani (clerical) biasanyamelibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untukmenjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksipemsahaan yang sering tetjadi.
(30:3)
Berdasarkan pada definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
prosedur mempakan suatu umt-umtan pekerjaan yang dapat
dilaksanakan oleh manusia, komputer maupun gabungan dari keduanya
agar dapat menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap
transaksi-transaksi perusahaan yang sering teijadi.
24
2.2.3.1. Prosedur Perencanaan Persediaan Bahan Baku
Perencanaan merupakan suatu tehnik untuk menetapkan
secara sistematis hal-hal yang berkenaan dan langkah-langkah
yang diambil terlebih dahulu dalam pelaksanaan keija dan
selanjutnya mengkoordinasikan dan mengatumya.
Menunit Jusuf dan M. Tambunan yang dalam bukunya
Sistem Infonnasi Akuntansi, mengemukakan prosedur perencanaan
terhadap persediaan bahan baku adalah sebagai berikut;
Prosedur perencanaan adalah :1) Pemyataan-pemyataan menyeluruh berkaitan dengan
faktor-faktor penentu kesuksesan perusahaan dan tujuan-tujuan keseluruhan.
2) Deskripsi sistem diperusahaan yang membutuhkanpengembangan.
3) Pemyataan mengenai prioritas yang menunjukkan areamana yang merupakan prioritas tertinggi.
4) Garis besar sumberdaya yang dibutuhkan, mencakup biaya,kepegawaian dan peralatan.
5) Kerangka waktu tentatif untuk pengembangan sistemkhusus.
( 4:631 )
Sedangkan menurut Wilson dan Campbell dalam
bukunya Controllership yang dialihbahasakan oleh Gunawan
Hutauruk, menyatakan prosedur perencanaan persediaan bahan
baku adalah:
Prosedur perencanaan persediaan bahan baku :1) Suatu pemyataan mengenai tuj uan persediaan2) Identiflkasi mengenai persediaan dan tindakan yang akan
diambil untuk proses produksi.
25
3) Penentuan sumber day a (bahan baku) yang akandipergunakan untuk proses produksi.
4) Identiflkasi dari sasaran5) Penetapan jadwal waktu yang tepat dan pentaatan6) Identiflkasi dari kondisi-kondisi yang akan dipenuhi atau
asumsi-asumsi yang dibuat.( 29 : 144 )
Berdasarkan pendapat diatas maka, dapat disimpulkan
bahwa definisi tersebut menekankan pada tujuan yang hendak
dicapai. mengidentifikasikan persediaan, penentuan sumberdaya
yang dibutuhkan untuk proses produksi, penetapan pada
ketepatan waktu, serta identiflkasi dari kondisi-kondisi yang
akan dipenuhi. Dalam hal ini perencanaan tersebut tidak untuk
jangka waktu yang singkat tapi juga untuk jangka waktu yang
lama bila tidak ada perubahan. Perencanaan ini haruslah
fleksibel terhadap kondisi dan situasi yang ada.
2.2.3.2. Prosedur Pengadaan dan Penerimaan Persediaan Bahan
Baku
Pengendalian intern persediaan bahan baku untuk setiap
perusahaan industri harus benar-benar dilakukan demi lancamya
proses produksi. Hal ini merupakan tanggung jawab dari pihak
manajemen sebagai pengelola perusahaan dan bertanggung
jawab pula terhadap kelancaran usahanya. Karena, persediaan
bahan baku harus ditentukan secara realistis dan wajar.
26
Menurut Drs. M. Samsul dan Drs. Mustofa dalam
buknnya Sistem Akuntansi mengemukakan bahwa prosedur
pengadaan adalah:
1) Setiap pembelian yang akan dilakukan harus didahului olehpermintaan pembelian barang. (PPB)
2) PPB hanya dibuat jika barang yang diperlukan tidak adadaiam persediaan gudang.
3) PPB disiapkan oleh gudang dan ditandatangani oleh kepalabagian yang meminta.
4) PPB disiapkan kepada bagian pembelian untuk diproseslebih lanjut, gudang dan peminta barang menunggusementara waktu.
5) Bagian pembelian mengecek PPB, apakah termasuk barangbaru atau barang yang sudah rutin yang daftar harganyasudah ada.
6) Bila termasuk barang baru, maka bagian pembelian harusmembuat surat permintaan penawaran harga dari parasupplier.
7) Menyeleksi jawaban-jawaban dari supplier dan memilih yangpaling murah harganya dan paling baik syarat-syaratnya
8) Bagian pembelian membuatkan order pembelian (OP).9) OP bersama PPB disampaikan kepada atasan yang berwenang
memberi persetujuan pembelian. Tanda setuju ada pada OPyang ditandatangani oleh atasan tertentu.
10) OP dikirimkan kepada supplier, sementara waktu menunggubarang datang.
11) Petugas pengecekan barang-barang dari supplier melakukantugasnya mengecek kuantitas, kualitas sesuai denganspesifikasi yang tertera pada OP. Hanya barang-barang yangbaik dan cocok dengan OP yang dapat diterima, selain ituharus diretur bila ada.
12) Gudang membuat bon penerimaan barang (BPB) atas barangyang sudah dikontrol oleh petugas pengecekan diatas.
13) Semua faktur yang diterima dari supplier, oleh pemegangkartu hutang/yang ditunjuk untuk melakukan pengecekanantara faktur, OP dan BPB. dicocokkan dan dilampiridengan OP dan BPB, dan kemudian diberikan kepadabagian keuangan.
14) Bagian keuangan mempersiapkan pembayaran.( 24:329)
27
Sedangkan menurut Mulyadi dalam bukunya Sistem
Akuntansi, mengemukakan prosedur pembeiian adalah sebagai
berikut:
1) Fungsi gudang mengajukan permintaan pembeiian kefungsi pembeiian.
2) Fungsi pembeiian meminta penawaran harga dari berbagaipemasok.
3) Fungsi pembeiian menerima penawaran harga dariberbagai pemasok dan melakukan pemilihan pemasok.
4) Fungsi pembeiian membuat order pembeiian kepadapemasok yang dipilih.
5) Fungsi penerimaan memeriksa dan menerima barang yangdikirim oleh pemasok.
6) Fungsi penerimaan menyerahkan barang yang diterimakepada fungsi gudang untuk disimpan.
7) Fungsi penerimaan melaporkan penerimaan barang kepadafungsi akuntansi.
8) Fungsi akuntansi menerima faktur tagihan dari pemasokdan atas dasar faktur dari pemasok tersebut, fungsiakuntansi mencatat kewajiban yang timbul dari transaksipembeiian.
( 17:302 )
Prosedur pembeiian mengatur cara-cara dalam melakukan
semua pembeiian baik barang maupun jasa yang dibutuhkan oleh
perusahaan. Prosedur pembeiian dimulai dari adanya kebutuhan
atas suatu barang atau jasa sampai barang atau Jasa yang dibeli dan
diterima. Proses pembeiian dilaksanakan oleh B^ian Pembeiian.
Bagian Penerimaan Barang, dan Bagian Gudang. Dalam hai ini
masing-masing bagian tersebut harus memberikan bukti
pencatatanya baik dalam hal pembeiian maupun timbulnya utang
sesuai dengan kebenaran jumlah-jumlah dan kuantitasnya.
28
Proses penerimaan bahan baku tnerupakan kelanjutan
dari siklus operasi yang dimulai dari perencanEian persediaan
yang telah ditetapkan. Barang yang diterima diperiksa
kuantitas, spesifikasi dan kondisi yang disesuaikan dengan data
pembelian atau dengan surat pengantar yang menyertai bahan
baku tersebut. Proses penerimaan juga termasuk pemeliharaan
fisik bahan baku yang diterima.
Fungsi departemen penerimaan adalah untuk♦ menurunkan muatan dan membuka kemasan bahan yang
masuk
♦ mengecek jumlah yang diterima dengan membandingkannyaterhadap jmnlah yang tertera dalam formulir yang disampaikanpihak pengirim
♦ mengamati kesesuaian antara barang yang diterima denganuraian tertulis dalam pesanan pembelian
♦ menyiapkan iaporan penerimaan♦ memberitahukan perbedaan-pebedaan yang ditemukan
kepada departemen pembelian♦ menyiapkan pemeriksaan bila perlu♦ memberitahukan departemen pengangkutan dan pembelian
mengenai segala kerusakan yang teijadi dalam peijalanan♦ dan mengirimkan bahan yang telah diterima ke lokasi
pabrik yang tepat.
Adapun Iaporan penerimaan didistribusikan sebagai berikut:1) Departemen penerimaan menyimpan selembar salinan dan
selembar lagi dikirim ke departemen pembelian sebagaipemberitahuan mengenai tibanya bahan tersebut
2) Semua salinan lainnya dikirim ke departemen pemeriksaanyang nantinya akan dibagikan jika pemeriksaan telahdilaksanakan.
( 19; 165)
Menurut Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Biaya menge-
mukakan prosedur penerimaan persediaan bahan baku bahwa:
29
"Pemasok mengirimkan bahan baku kepada perusahaansesui dengan surat order pembelian yang diterimanya. Bagianpenerimaan yang bertugas menerima barang, mencocokkankualitas, kuantitas, jenis serta spesifikasi bahan baku yangditerima dari petnasok dengan tembusan surat order pembelian.Apabila bahan baku yang diterima teiah sesuai dengan suratorder pembelian, bagian penerimaan membuat laporanpenerimaan barang untuk dikirimkan kepada bagian akuntansi".
( 20 : 297)
Berdasarkan pada keterangan diatas dapat disimpulkan
bahwa masing-masing bagian atau departemen melaksanakan
tugas sesuai dengan tanggungjawabnya dengan memperhatikan
kuantitas dari barang yang dipesan maupun diterima. agar
proses produksi dapat beijalan dengan lancar sesuai dengan
prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.
2.2.33. Prosedur Penyimpanan Persediaan Bahan Baku
Sebelum melakukan proses produksi terdapat suatu
periode antara sebelum digimakan dan saat bahan baku akan
dipergunakan untuk proses produksi. Karenanya akan teijadi
penyimpanan selama waktu periode tersebut.
Bagian gudang sebelumnya akan memeriksa bahan baku
yang telah diterima, baik kuantitas maupun kualitas. Bagian
gudang bertugas menyimpan dan menjaga keamanan fisik serta
memelihara bahan baku yang disimpan agar mutunya tetap
teijaga dengan baik.
Menurut Adolph, Milton dan Lawrence daiam bukunya
Akuntansi Biaya dan Pengendalian mengemukakan bahwa:
"Persyaratan penyimpanan persediaan daiam gudang adaiahdengan dilampiri selembar salinan laporan penerimaan, diteruskanke gudang dari departemen penerimaan atau pemeriksaan. Kepalagudang dan para pembantunya bertanggungjawab atas keamananbahan, artinya persediaan dan perbekalan disimpan didalam petiatau diruang gudang lainnya yang tepat, sehingga semuanya amansampai diperlukan daiam produksi, dan juga agar pengambilanbahan dari gudang dilakukan sebagaimana mestinya".
( 19: 171 )
Sedangkan menurut Mulyadi yang daiam bukunya
Akuntansi Biaya mengemukakan bahwa;
"Bagian penerimaan menyerahkan bahan baku yangditerima dari pemasok kepada bagian gudang. Bagian gudangmenyimpan bahan baku tersebut dan mencatat jumlah bahanbaku yang diterima daiam kartii gudang (stock card) padakolom 'diterima', kartu gudang ini digunakan untuk bagiangudang untuk mencatat mutasi tiap-tiap jenis barang gudang.
( 20 : 297 )
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan,
bahwa bahan baku yang ada digudang dapat dipergunakan
untuk proses produksi tanpa ada penurunan mutu yang berarti
yang dapat mempengaruhi hasil olah nantinya. Selain itu, hal
ini dilakukan agar mempermudah pengendalian.
2.2.3.4. Prosedur Pengeluaran Persediaan Bahan Baku Untuk Proses
Produksi
Pengeluaran bahan baku untuk proses produksi ditandai
dengan beberapa dokumen, dapat berupa daitar permintaan bahan
31
baku dari pimpinan atau pejabat yang berwenang dalam suatu
perusahaan. Dokumen ini harus disetujui oleh pejabat tersebut.
Kepala gudang tidak boleh mengambil inisiatif sendiri untuk
mengeluarkan bahan baku dari gudang untuk proses produksi.
Menurut Mulyadi dalam bukimya Akuntansi Biaya
mengemukakan bahwa;
"Pengeluaran bahan baku untuk proses produksi yaitubagian produksi yang membutuhkan bahan baku, mengisi buktipermintaan barang. Kolom-kolom yang diisi informasi-informasiadalah kolom nomor unit, nama dan nomor kode kelompok,nomor unit barang dan jumlah satuan yang diminta, dan pusatbiaya (dalam hal ini bagian produksi) yang memerlukan bahanbaku setelah bukti permintaan barang tersebut diotorisasi olehyang berwenang, tiga bukti permintaan barang tersebut dibawake bagian gudang, bagian gudang menyiapkan bahan baku sesuaidengan yang tercantum dalam bukti permintaan barang, danmenyerahkannya kepada be^ian produksi yang membutuhkannya.Bagian gudang mengisi jumlah bahan baku yang diserahkanpada kolom "diserahkan" dalam bukti permintaan barang, dansetelah diotorisasi oleh kepada bagian gudang, bukti permintaanbarang tersebut dikirimkan ke bagian akuntansi."
( 20 : 309)
Pengeluaran persediaan bahan baku untuk proses
produksi terdiri dari beberapa prosedur yang sistimatis dan
efisien untuk mengemukakan bahan dan perbekalan dari
gudang. Antara lain;
5k Surat permintaan persediaan, surat ini merupakan formulirdasar yang digunakan untuk mengeluarkan bahan darigudang. Pembuatan surat ini menimbulkan pencatatan padakolom "dikeluarkan" dalam kartu bahan dan pemesandalam kartu biaya pesanan, laporan produksi, atau berbagai
32
lembaran analisis beban untiik masing-meising departemen.Semua pengeluaran bahan didebet ke perkiraan barangdalam proses atau ke perkiraan pengendalian untukoverhead pebrik, beban penasaran, atau beban administrasi,dan dikredit ke perkiraan bahan.
^ Jumal permintaan bahanPemrosesan data eiektronik untuk permintaan bahan
^ Rekening bahan^ Prosedur just-in-time inventory* Kartu bahan-persediaan perpetualsk Persediaan fisik
Jk Penyesuaian perkiraan dan kartu bahan agar sesuai denganhasil perhitungan persediaan.
( 20: 172-176)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa petugas
gudang bahan baku mengeluarkan bahan baku sesuai dengan dokumen,
sehingga antara catatan yang dilakukan oleh petugas gudang akan sesuai
dengan pencatatan yang dilakukan oleh bagian akuntansi.
2.2.4. Pencatatan dan Pelaporan Persediaan Bahan Baku
Seperangkat formulir-formulir dan catatan-catatan merupakan
pekeijaan rutin pada semua perusahaan. Setiap perusahaan memiliki
sistem penyiapan, pemrosesan dan pencatatan transaksi yang khas, akan
sukar untuk mengevaluasi apakah prosedur-prosedur telah dirancang
untuk memberikan pengendalian yang optimum ; meskipun demikian,
prosedur pencatatan yang memadai harus ada sebelum kebanyakan
tujuan pengendalian intern dapat dipenuhi.
33
2.2.4.1. Sistem Pencatatan Fersediaan
Sistem pencatatan persediaan dapat diselenggarakan baik
dengan basis periodik ataupun dengan basis perpetual. Kedua
sistem pencatatan tersebut digunakan untuk memudahkan dalam
menentukan besamya persediaan yang masih ada dalam gudang.
Fess Warren dan Niswonger dalam bukunya "Prinsip-prinsip
Akuntansi" diteijemahkan oleh Herman Wibowo dan Hyginus
Ruswinarto, menyatakan sebagai berikut:
Sistem pencatatan periodikDigunakan setiap teijadi penjualan , hanya pendapatan daripenjualan itu yang diatas. Pada saat penjualan tersebut tidakdibuat ayat Jumal untuk mencatat harga pokok barang yangdijual.Sistem pencatatan perpetualDigunakan catatan akuntansi yang secara terus-menerusmengungkapkan jumlah persediaan ada. Perkiraan terpisahdibuat untuk setiap jenis barang dengan dalam buku tambahan.Penambahan dalam pos persediaan dicatat sebagai debetkeperkiraan yang bersangkutan, dan pengurang dicatat sebagaikredit.
( 23:329)
Menurut M. Munandar dalam bukunya Pokok-pokok
Intermediate Accounting:
Metode perpetual (continual), semua pemasukan (pembelian)dan semua pengeluaran (penjualan) barang dibutuhkan kedalamperkiraan inventory dari barang yang bersangkutan, masing-masing sebedsar harga pembeliannya. Dengan demikianperkiraan inventory senantiasa menunjukkan jumlah sisapersediaan yang ada, beserta mutasi perubahannya.
( 21 : 105)
34
Menurut Efraim Ferdinan Giri dalam bukunya
Akuntansi Keuangan I:
Sistem persediaan perpetual (Perpetual Inventory), semuatransaksi yang mengakibatkan berkurang atau bertambahnyapersediaan dicatat dan diikuti secara konsisten. Perhitunganfisik dilaksanakan harga untuk menguji ketelitian kuantitaspersediaan yang disajikan dalam kartu persediaan.
( 8 : 161)
Menurut M. Munandar dalam bukunya Pokok-pokok
Intermediate Accounting menyatakan:
Metode physical (pliodical) semua pemasukan (pembelian)dan semua pengeluaran (penjualan) barang tidak dibukukankeperkiraan inventory barang yang bersangkutan. Pemasukanbarang dibukukan ke perkiraan pembelitm beserta beberapaperkiraan yang menyertainya, sebesar harga pembeliannya.Sedangkan pengeluaran barang dibukukan ke dalam perkiraanpenjualan beserta beberapa perkiraan yang menyertainya,sebesar harga pembeliannya.
( 21 : 106)
Menurut Efraim Ferdinan Giri dalam bukunya
Akuntansi Keuangan, menyatakan:
Sistem persediaan periodik atau sistem persediaan fisik(periodik inventory system), persediaan ditentukan denganmelakukan perhitungan fisik yang dilakukan secara periodik,mutasi atas persediaan tidak diikuti.
( 8 : 160 )
Berdasarkan uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa
dalam sitem perpetual memberikan kemudahan dalam
penyusunan laporan keuangan dibandingkan sistem pencatatan
periodik, karena harga pokok persediaan akhir dengan mudah
35
dapat diketahui dari catatan yang ada, tidak perlu melakukan
stock opname terlebih dahulu. Bila terdapat selisih antara
catatan dengan jumlah sesungguhnya, sewaktu melakukan
stock opname akhir tahun, maka jumlah selisih dicatat dalam
perkiraan selisih persediaan dan perkiraan lawannya ( perkiraan
persediaan barang ). Bila jumlah barang sesungguhnya lebih
kecil, dibandingkan dengan catatan atau kartu persediaan, maka
perkiraan persediaan dikurangi, dan demikian sebaliknya.
2.2.4.2. Metode Penilaian Persediaan
Menurut Fess Warren dan Niswonger dalam bukunya
"Prinsip-prinsip Akuntansi" yang diteijemahkan oleh Herman
Wibowo dan Hyginus Ruswinarto yang lebih umum digunakan
untuk mengkalkulasi biaya bahan yang dikeluarkan dari
persediaan adalah
Metode First In First Out (FIFO)Bahwa harga pokok harus dibebankan pada pendapatan sesuaidengan urutan pembelian barang tersebut. Jadi persediaan yangmasih ada dianggap berasal dari pembelian barang terakhir.
Metode Rata-rata (Average)Didasarkan atas asumsi bahwa harga pokok harus dibebankankependapatan menurut harga rata-rata tertimbang perunit daribarang yang dijual. Harga pokok rata-rata tertimbang perunitini digunakan juga untuk menentukan harga pokok barang yangmasih ada dalam persediaan. Harga pokok rata-rata tertimbangperunit diperoleh dari hasil bagi antara jumlah harga pokokbarang yang tersedia untuk dijual dalam satu periode tertentudengan jumlah unitnya.
36
Metode Last In First Out (LIFO)Didasarkan atas anggapan bahwa harga pokok barang daripembelian terakhir harus dibebankan ke pendapatan. JadiPersediaan yang ada dianggap berasal dari harga pokok palingawal.
( 23:396-398)
Sementara beberapa literatur lain mengemukakan dapat
metode yang dapat diterapkan daiam penilaian persediaan,
tetapi metode-metode tersebut sama dengan yang teiah
dikemukakan daiam literatur sebelumnya. Niswonger, Fess and
Warren yang daiam bukunya Accounting Principles (prinsip-
prinsip akimtansi) yang telah dialihbahasakan oleh Hygenus
Ruswinarto, Herman Wibowo memberikan empat metode yang
didasarkan daiam suatu asumsi bahwa:
* Arus harga pokok berdasarkan urutan pembelian
* Arus harga pokok berdasarkan urutan pembelian tetapi
dibalik
Arus harga pokok berdasarkan rata-rata seluruh pembelian
Metode tersebut adalah:
1. First in, first out (FIFO)
2. Last in, first out (LIFO)
3. Average cost method (metode harga pokok rata-rata)
4. Specific indentification (identifikasi secara khusus)
37
Pada alinea yang lain dikatakan lebih lanjut, bahwa
karena kondisi dliuar kebiasaan yang dapat teijadi sehari-hari.
maka suatu perusahaan dapat mengunakan prosedur identifikasi
khusus. Smith and Skousen, mengemukakan empat metode
penilaian persediaan yang dapat diterapkan. adalah :
1. Identifikasi khusus
2. First in, first out (FIFO)3. Rata-rata tertimbang4. Last in, first out (LIFO)
( 23 : 337 )
Standar akuntansi keuangan, buku satu, menetapkan
metode penilaian persediaan, dimana metode-metode ini pada
dasamya sama dengan metode yang telah dikemukakan diatas.
PSAK no.20. menyatakan tentang penilaian persediaan, kecuali
dengan identifikasi khusus, harus dihitung dengan metode
sebagai berikut:
1. Masuk pertama, keluar pertama (MPKP atau FIFO)
2. Rata-rata tertimbang (Weighted average cost method)
3. Masuk terakhir, keluar pertama (MTKP atau LIFO)
Dengan telah dikeluarkannya standar akuntansi
keuangan oleh lAI, maka metode-metode yang digunakan
dalam penilaian persediaan harus menggunakan salah satu
metode yang ada dalam pemyataan Standar Akuntansi
Keuangan nomor 20.
38
2.2.4.3. Laporan Persediaan Bahan Baku
Laporan yang disajikan dengan baik sangat periling
sebab dengan demikian mereka dapat mengendaiikan biaya-
biaya. juga agar usaha-usaha yang dilakukan menjadi terarah
sehingga dapat mengefektivkan perencanaan laba. J.B. Heckert
dalam bukunya "Controllership Tugas dan Akuntan
Managemen", yang dialihbahasakan oleh Tjintjin F. Tjendera
Drs., Ak., menyatakan sebagai berikut:
1. Ikhtisar persediaan menurut kategori bahan atau barang2. Perbandingan persediaan yang direncanakan atau yang
dianggarkan dengan persediaan yang sebenamya menuruttanggungjawab dan klasifikasi.
3. Analisa tingkat perputaran.4. Ikhtisar perputartin persediaan, kebutuhan, pemakaian,
saldo menurut bagian, kategori klasifikasi.5. Arus persediaan-penggolongan menurut unsur persediaan
yang dapat menunjukkan persediaan yang iambat perputarannya,yang mengalami kekunoan yang berlebihan dan Iain-lain.
6. Laporan tentang kelebihan atau kekurangan persediaan.7. Laporan analisa nilai.8. Persediaan yang ada ditangan versus anggaran atau
komitmen.
9. Ikhtisar hasil opname fisik dan koreksi atau penyesuaianyang dilakukan.
10. Laporan khusus tentang bahan atau barang yang tinggi nilaiperunitnya.
( 14:450)
2.2.5. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern Bahan Baku
Sistem pengendalian intem mempunyai beberapa unsur yang
dapat meningkatkan kemungkinan dipercayainya data-data akuntansi
39
seita tindakan pengamanan terhadap setiap harta dan catatan perusahaan.
Setiap unsur mempunyai kaitan langsung dengan tujuan pengendalian
perusahaan, demikian juga dengan langkah-langkah yang ditempuh
perusahaan untuk memenuhinya.
Menurut Mulyadi dalam bukunya Sistem Akuntansi, mengatakan
unsur-unsur pengendalian intern dalam sistem perhitungan fisik
persediaan digolongkan ke dalam 3 kelompok antara lain
A. Organisasi1. Perhitungan fisik persediaan harus dilakukan oleh suatu panitia
yang terdiri dari fungsi pemegang kartu perhitungan fisik, fungsipenghitung, fungsi pengecek.
2. Panitia yang dibentuk harus terdiri dari karyawan selainkaryawan fungsi gudang dan fungsi akuntansi persediaan,karena karyawan kedua fungsi inilah yang justru dievaluasitanggung jawabnya atas persediaan.
B. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan1. Daftar hasil perhitimgan fisik persediaan ditandatangani oleh
ketua panitia perhitungan fisik persediaan.2. Pencatatan hasil perhitungan fisik persediaan didasarkan atas
kartu perhitungan fisik yang telah diteliti kebenaranya olehpemegang kartu perhitungan fisik.
3. Harga satuan yang dicantumkan dalam daflar hasil perhitunganfisik berasal dari kartu persediaan yang bersangkutan.
4. Adjustment terhadap kartu persediaan didasarkan padainformasi (kuantitas maupun harga pokok total) tiap jenispersediaan yang tercantum dalam daftar perhitungan fisik.
C. Praktik yang sehat1. Kartu perhitungan fisik bemomor urut tercetak dan pengunaanya
dipertanggungjawabkan oleh fungsi pemegang kartu perhitunganfisik.
2. Perhitungan fisik setiap jenis persediaan dilakukan dua kalisecara independen, pertama kali oleh perhitungan dan kedua kalioleh pengecek.
3. Kuantitas dan data persediaan.4. Peralatan dan metode harus dijamin ketelitiannya.
( 17:584)
40
Sedangkan menurut La Midjan dalam bukunya Sistem Akuntansi
(Organisasi Administrasi) mengemukakan pendapatnya mengenai unsur-
unsur pengendalian intern tersebut sebagai berikut:
1. Perlu adanya pemisahan fungsi antara;a) menyimpan persediaan oleh gudang (store)b) mencatat persediaan oleh administrasi persediaan kantor
(APK/KPA)c) yang menguasai persediaan, dimana masuk dan keluamya
persediaan atas perintah yang bersangkutan yaitu :■ bagian pembelian
■ bagian penjualan
■ biro produksid) yang menerima dan mengecek pada waktu datangnya [}ersediaan
oleh bagian penerimaan (Receiving Departement) dan pengirimanpersediaan oleh bagian ekspedisi (Shipping Departement).
2. Perlu diadakannya inventarisasi secara fisik dan periodik mengenaipersediaan yang dilakukan antara lain oleh bagian pengawasanintern sedangkan kontrol atas posisi persediaan secara administrasidilaksanakan oleh administrasi persediaan kantor.
3. Perlu diadakan sistem informasi yang menyajikan kepadamanajemen menyangkut harga, kuantitas dan jenis persediaan.
( 15:44)
Dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Adanya struktur organisasi atas pengolahan bahan baku yang
didalamnya mengandung pemisahan fungsi dengan jenis wewenang
dan tanggung jawab yang jelas.
b. Inventarisasi secara fisik dan periodik mengenai persediaan yang
dilakukan oleh bagian pengawasan intern.
c. Karyawan yang jujur dan cakap serta dokumen dan catatan yang
lengkap sangat menunjang dalam pengendalian persediaan dalam
suatu persediaan.
41
2.2.6. Pemeriksaan Intern Persediaan Bahan Baku
Sehubungan dengan Pemeriksaan Intern Persediaan Bahan Baku.
Tuanakotta mengemukakan sebagai berikut:
1. Persediaan barang hams dilindungi (safe guard) dengan baik.Perlindungan atas persediaan barang tentunya berbeda antara satubarang dengan barang lain. Ada Barang yang mudah terbakar dankarenanya pengaturan letak, tekanan udara, suhu dan faktor-faktorlainnya hams sedemikian mpa sehingga kemungkinan kebakarandapat diperkecil. Persediaan lainnya mungkin tidak mudah terbakar,tetapi mudah berkarat dan karenanya perlindungan atas persediaanini ditunjukkan kepada hal-hal yang dapat mengurangi perkaratan.
2. Apakah pengaturan pembukuan atas persediaan dilakukan menumtperpetual inventory method. Dalam metode ini, catatan-catatanhams dibuat sedemikiein mpa sehingga mereka menimjukkanbertambah atau berkurangnya persediaan dan saido persediaan padasetiap saat. Catatan-catatan ini (perpetual records) dapat mencantumkankuantitas dan jumlah mpiahnya.
3. Secara berkala pemsahaan hams menghitung persediaan barangyang ada dan mencocokkannya dengan persediaan menumt kartu-kartu persediaan barang. Berapa seringnya perhitungan ini(inventory taking atau stock opname) hams dilakukan dalamsetahunnya tergantung dari sifat persediaan barang dan berapatingkat perputaran barang tersebut (rate of inventory turn over).Didalam pemsahaan yang mempunyai banyak persediaan, barang-barang yang akan dihitung dapat dilakukan setiap bulannyasehingga sampai akhir tahun semua barang pemah dihitimg dalamtahun berjalan.
4. Persediaan barang-barang juga sebaiknya diasuransikan terhadapresiko msaknya barang-barang akibat kebakaran, kebanjiran danbencana-bencana lainnya.
( 28; 197)
Pemeriksaan intern behubungan dengan semua tahap kegiatan
pemsahaan, sehingga tidak hanya terbatas pada pemeriksaan terhadap
catatan-catatan akuntansi, untuk mencapai tujuan tersebut, pemeriksaan
intern melaksanakan kegiatan-kegiatan berikut ini:
42
a. Pemeriksaan dan penilaian terhadap baik atau tidaknya pengendalianakimtansi dan pengendalian administratif dan mendorong penggunaancara-cara yang efektif dengan biaya yang minimum.
b. Menentukan sampai seberapa jauh pelaksanaan kebijaksanaanmanajemen puncak dipatuhi.
c. Menentukan sampai seberapa jauh kekayaan perusahaandipertanggungjawabkan dan dilindungi dari segala macam kerugian.
d. Menentukan keandalan informasi yang dihzisilkan oleh berbagaibagian dalam perusahaan.
e. Memberikan rekomendasi perbaikan kegiatan-kegiatan perusahaan.(13 ; 103-105 )
Berdasarkan defmisi diatas dapatlah disimpulkan bahwa
pemeriksaan intem persediaan bahan baku adalah memperhatikan
persediaan barang apakah sudah terlindung dari berbagai situasi, serta
memperhatikan keandalan dari informasi yang diterima dari berbagai
bagian apakah sudah akurat dan dapat diandalkan demi kelancaran dan
pencapaian tujuan perusahaan.
Pemeriksaan intem persediaan bahan baku dengan cara menilai
apakah didalam aktivitas persediaan bahan baku tersebut sudah tercipta
adanya suatu "Internal Check", karena dengan adanya intemal check,
maka petugas yang satu dapat bagian penerimaan barang memeriksa
aktivitas bagian pembelian dengan mencocokkan jumlah barang yang
diterima dengan jumlah yang dipesan. Hal ini dapat mencegah
teijadinya persekongkolan antara bagian pembelian dengan leveransir.
Begitu pula bagian pembelian dapat mengecek aktivitas bagian gudang
atau aktivitas bagian-bagian lain melalui catatan-catatan yang ada.
43
Disamping itu pada suatu organisasi perusahaan ada suatu bagian
yang bertugas sebagai internal auditing, dimana secara berkala juga
mengadakan perhitungan persediaan bahan baku di gudang secara fisik
yang direkonsiliasi dengan catatan kartu persediaan pada Bagian
Akuntansi. Apabila dalam pencocokan tersebut terdapat selisih, maka
hams diselidiki sebab-sebabnya.
Internal auditing dalam kegiatannya juga melakukan pemeriksaan
intem terhadap kebenaran dokumen-dokumen yang dipergunakan, baik itu
dokumen intem maupun dokumen ekstem. Pemeriksaan yang bersifat
keuangan sebaiknya diadakan secara mendadak agar hasilnya lebih
memuaskan.
2.3. Peranan Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku dalam
Menunjang Efektivitas Proses Produksi
Pengendalian intem persediaan bahan baku yang memadai akan
membawa dampak yang sangat baik terhadap persediaan bahan baku yang
mencukupi dalam pelaksanaan proses produksi, sehingga penggunaaimya dalam
proses menjadi efektif serta secara tidak langsung berpengaruh juga terhadap
peningkatan produktivitas pemsahaan. Dengan demikian proses produksi akan
efektif apabila pengendalian intem dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
diterapkan terlebih dahulu.
44
Pengendalian intern persediaan bahan baku meliputi perencanaan akan
kebutuhan dan pengadaan meliputi perencanaan akan kebutuhan dan pengadaan
persediaan bahan baku, pengendalian pelaksanaan perencanaan seperti
penerimaan, penyimpanan, pengeluaran dan pencatatan. Perencanaan ini sudah
tentu akan diikuti dengan pengendalian produksi sebagai alat untuk mengendalikan
perencanaan yang telah ditetapkan agar dilaksanakan dengan sebaiknya.
2.3.1. Pentingnya Efektivitas Proses Produksi
Persediaan bahan baku merupakan faktor utama dalam
menciptakan tercapainya efektivitas proses produksi. Proses produksi
dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan, maka
perusahaan memerlukan cara pengendalian yang dapat membantu
manajemen perusahaan dalam melindungi dan mengawasi keamanan
aktiva-aktiva perusahaan dari kesalahan-kesalahan serta penyelewengan-
penyelewengan.
Adapun tujuan pengendalian intern adalah untuk mengetahui
tingkat efektivitas dan tingkat efesiensi dalam mencapai tujuan
perusahaan. Antony, Dearden and Redford dalam bukunya " Sistem
Pengendalian Manajement" yang diterjemahkan oleh Agus Maulana,
menyatakan bahwa : "Efektivitas diartikan sebagai kemampuan suatu
unit untuk mencapai tujuan yang diinginkan."
(5:14)
45
Manajemen perusahaan hams membuat perencanaan sebelum
kegiatan proses produksi dilaksanakan. Perencanaan diperlukan untuk
mengkoordinasikan setiap kegiatan proses produksi yang ada didalam
perusahaan, sehingga kegiatan tersebut tidak tumpang tindih satu sama
lain, yang tidak sesuai dengan tujuan pemsaheian.
Daiam kegiatan proses produksi melibatkan beberapa unit antara
lain : bagian pengadaan barang dan penerimaan, penyimpanan dan
pengeluaran baik phisik maupun kualitas, pencatatan dan pelaporan
persediaan bahan baku. Pada masing-masing bagian ini hams
melaksanakan apa yang menjadi tujuan, prosedur yang beriaku. Mulai
dari bahan baku sampai proses produksi selesai dilakukan oleh unit-unit
yang bersangkutan sesuai dengan tugas dan tanggung Jawabnya.
Jadi pentingnya efektivitas proses produksi adalah bahwa apa
yang sudah direncanakan sesuai dengan prosedur dan berada dalam
pengendalian manajemen yang baik, maka tujuan yang diinginkan oleh
perusahaan akan tercapai.
2.3.2. Jenis-jenis Proses Produksi
Menurut Sofyan Assauri dalam bukunya "Manajemen Produksi
dan Operasi" menyatakan bahwa : Proses produksi dapat dibedakan atas
dua jenis yaitu:
a) Proses produksi yang terus-menerus (continuous processes)
46
b) Proses produksi yang terputus-putus (intermittent processes)
Sebenamya perbedaan pokok antara kedua proses ini terletak
pada panjang tidaknya waktu persiapan atau mengatur (set up) peralatan
produksi yang digunakan untuk memproduksi sesuatu produk atau
beberapa produk tanpa mengalami perubahan. Sebagai contoh dapat
diiihat apabila kita menggunakan mesin-mesin untuk dipersiapkan (set
up) dalam produksi produk dalam jangka waktu yang pendek, dan
kemudian dirubah atau dipersiapkan kembali untuk memproduksi
produk lain, maka dalam hal ini prosesnya terputus-putus tergantung
dari produk yang dikeijakan. Proses yang terputus-putus disebut
Intermittent prosess atau manufacturing. Dalam proses seperti ini
terdapat waktu yang pendek ( short run ) dalam persiapan peralatan
untuk perubahan yang cepat guna dapat menghadapi variasi produk yang
berganti-ganti, misalnya terlihat dalam pabrik yang menghasilkan
produknya untuk atau berdasarkan pesanan seperti : pabrik kapal atau
bengkel las atau besi.
Dalam contoh lain dapat diiihat adanya perusahaan lain yang
menggunakan mesin-mesin untuk dipersiapkan dalam memproduksi
produk dalam jangka waktu yang panjang atau lama, tanpa mengalami
perubahan, maka dalam hal ini prosesnya terus-menerus selama jenis
produk yang sama dikeijakan.
47
Proses yang terus-menerus ini disebut continuos prosess aiau
manufacturing. Dalam proses ini terdapat waktu yang panjang tanpa
adanya perubahan-perubahan daripada pengaturan dan penggunaan
mesin serta peralatannya. Proses seperti ini terdapat dalam pabrik yang
menghasilkan produknya untuk pasar seperti pabrik ban.( 26 : 97)
Sedangkan menurut J.W. Neuneur dalam bukunya Accounting
System Instaiation on Method and Procedure, yang dikutip oleh La Midjan
dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi I Pendekatan Manual
Praktika Penyusunan Metode dan Prosedur, terdapat empat Jenis Proses
Produksi, yaitu:
1) Jenis proses produksi satuanProses produksi satuan diproduksi atas dasar pesanan. Sifat jenisproduksi ini adalah terputus-putus artinya dari proses produksi danbasil yang telah selesai mungkin tidak akan diulang lagi.
2) Jenis proses produksi massaProses produksi massa diproduksi untuk persediaan. Sifat jenisproduksi ini adalah terus menerus.
3) Jenis proses produksi seri satuanProses produksi seri satuan diproduksi atas dasar pesanan.
4) Jenis proses produksi seri massaJenis proses produksi seri satuan ini diproduksi untuk pesanan. Sifatjenis produksi ini adalah terbatas artinya hanya memproduksi dalamjumlah yang telah ditentukan dan setelah itu tidak produksi kembali.
( 16:230)
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, disimpulkan bahwa jenis
proses produksi dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Proses produksi terputus-putus
Yaitu : proses produksi yag tidak mempunyai pola yang pasti. Proses
48
produksinya berubah-ubah sesuai dengan pesanan atas produk yang
dihasilkan.
2) Proses produksi terus-menerus
Yaitu : proses produksi yang tnempunyai pola yang pasti. Proses
produksinya relatif sama dan berlangsung terus sesuai dengan
rencana produksi yang ditetapkan.
( 22 :26)
2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi
Pengendalian produksi pada hakekatnya harus selalu
mengusahakan agar proses produksi dapat selalu beijaian lancar untuk
mengendalikan kelancaran proses produksi ini maka kita tidak boleh
lepas perhatian kita terhadap teknologi yang dipergunakan oleh suatu
perusahaan. Setiap produksi memerlukan suatu proses yang berbeda
dengan produk yang lain.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses produksi;
1. Pengadaan bahan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengadaanbahan:
(a) standarisasi bahan baku(b) supplier bahan baku(c) syarat pembelian(d) cara penyimpanan(e) kemasan/bungkus(f) spesifikasi bahan
2. Penggimaan bahan3. Membuat sendiri/membeli material yang dibutuhkan4. Economical Order Quantity (EOQ)
49
5. Kekurangan persediaan (out of stock, shortage)6. Persediaan pengamanan (safety stock)7. Ketidakpastian dalam pemakaian bahan
(12 ; 245-261 )
Sedangkan menurut Dr. Sukanto yang dalam bukunya
Manajemen Produksi mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi adalah:
1) Penyediaan/pembelian2) EOQ3) Kasus potongan4) Kekurangan persediaan (Out Of Stock, Shortage)5) Ketidakpastian dalam pemakaian bahan6) Safety stock
( 27:200)
Berdasarkan pendapat diatas dapatlah disimpulkan bahwa, faktor-
faktor tersebut menganjurkan masing-masing organisasi yang terkait perlu
memperhatikan jalannya proses produksi agar proses produksi dapat selalu
beijalan lancar. Faktor-faktor tersebut berguna agar jangan sampai proses
produksi mulai dari penggadaan bahan, penggunaan bahan, sampai barang
selesai dan disimpan jangan sampai teijadinya kekurangan akan persediaan,
serta jangan sampai pengamanan akan persediaan tidak teijamin dan
ketidakpastian dalam pemakaian bahan.
2.3.4. Hubungan Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku
dengan Efektivitas Proses Produksi
Bahan baku merupakan salah satu faktor penunjang terhadap
kelancaran dan efektivitas proses produksi, sehingga kebutuhan akan
50
bahan baku sangat penting bagi kelancaran penjualan. Persediaan bahan
baku yang tidak memadai dengan kebutuhan produksi akan mengakibatkan
terganggunya proses produksi. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem
pengendalian intern yang memadai demi tersedianya bahan baku dalam
jumlah yang cukup sehingga proses produksi atau kegiatan produksi
dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana.
Dari uraian diatas terlihat bahwa proses pengendalian intern
bahan baku meliputi rencana pengadaan, penerimaan, penyimpanan serta
pemakaianya. Dalam rencana tersebut perlu memperhatikan keadaan
persediaan minimum (safety stock), reorder point, lead time, persediaan
maksimum, serta EOQ, dimana semua metode dan tindakan yang
dilaksanakan bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan baku
sejak mendatangkan, menerima, menyimpan dan mengeluarkannya baik
phisik maupun kualitas dan pencatatanya termasuk penentuan dan
pengaturan jumlah persediaan. Dengan demikian suatu pengendalian intem
bahan baku yang memadai dapat memenuhi kebutuhan bahan baku
untuk proses produksi sehingga rencana produksi dapat dicapai.
Seperti yang telah penulis bahas diatas bahwa produksi baru
dikatakan efektif apabila tujuan atau rencana produksi dapat dicapai sesuai
dengan rencana. Dimana faktor-faktor yang mempengaruhi proses produksi
adalah ketersediaan bahan baku, pengunaan bahan, EOQ, kekurangan
persediaan, safety stock, ketidakpastian dalam pemakaian bahan.
51
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern bahan baku
yang memadai yang salah satu tujuannya adalah menyediakan bahan
baku sesuai rencana dan kebutuhan untuk produksi guna mencapai
tujuan produksi atau dengan kata lain pengendalian intern bahan baku
memiliki peran yang besar dalam meningkatkan efektifitas proses
produksi.
BAB III
OBYEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Tinjauan Umum Perusahaan
3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Sebelum perang dunia I dimulai. pada tanggal 29 Agustus 1898
Frank A. Seiberling mendirikan Pabrik Goodyear, dengan 13 orang
karyawan di sebuah pabrik kardus di Akron di negara bagian Ohio
Amerika Serikat. Kemudian perusahaan itu semakin berkembang
dengan dibukanya pabrik-pabrik dan cabang-cabang penjualan diseluruh
dunia termasuk di Indonesia. Sebagai lambang daganganya, perusahaan
menggunakan simbol berbentuk Sepatu Bersayap (Wing Foot) milik
Dewa Merkurius dari mitos Yunani kuno yang berarti dewa pembawa
berita, lambang ini cocok digunakan sebagai lambang kecepatan dan
pengangkutan.
Di Indonesia, sejarah FT Goodyear dimulai dengan dibukanya
perkebunan karet di daerah Sumatra Utara tahim 1916 seluas 2000
hektar dan diberi nama 'Meragir Estate'. Dan baru pada tanggal 26
Januari 1917 berdirilah pabrik yang memproduksi ban-ban dengan nama
NV The Goodyear Tire And Rubber Company Limited di Surabaya
Jawa Timur. Pendirian tersebut berdasarkan akte notaris Benjamin
Terkuile, nomor 199 tanggal 26 Januari 1917. Kemudian disahkan oleh
53
Govemeur Van Nederlandsch Indische melalui surat keputusan nomor
50 tanggal 23 Mei 1917, selanjutnya diumumkan dari Javasche Courant,
nomor 64 tanggal 10 Agustus 1917.
The Goodyear Tire and Rubber Company Limited perintis dalam
memasarkan ban-ban Goodyear di Indonesia dan merupakan agen
penjualan dari perusahaan induk. Kemudian dari tahun ke tahun
perusahaan mengalami kemajuan yang pesat, tetapi kebutuhan bahan
bakunya kurang memadai. Oleh karena itu pada 1917 perkebunan karet
yang kedua seluas 40.000 achre dibuka dengan nama "Wing Foot
Estate".
Perluasan usaha dilakukan pada tahun 1930 dengan dibentuknya
suatu team, guna melakukan penyelidikan untuk mendirikan pabrik ban
di Indonesia. Dari basil penyelidikan tersebut, maka diputuskan untuk
mendirikan pabrik ban di Bogor, sehingga diresmikan pembukaarmya
oleh Ketua Dewan Direksi yang dipimpin oleh Paul Liecht tahun 1935
dengan 250 orang tenaga keija Indonesia yang memproduksi 330 ban
luar dan 250 ban dalam per hari. Adapim alasan Bogor dipilih sebagai
lokasi usaha dikarenakan Bogor yang pada waktu itu merupakan daerah
perkebunan karet yang cukup besar, dimana karet adalah bahan baku
yang utama dalam pembuatan ban-ban kendaraan. Selama Perang Dunia
II, PT Goodyear Indonesia melakukan penghentian kegiatannya dan
baru kembali memproduksi pada tahun 1947.
54
Selanjutnya antara tahun 1965 sampai tahun 1967 pabrik ban ini
dinasionalisir sehubungan dengan adanya kebijaksanaan pemerintah
Republik Indonesia pada saat itu dengan mengganti nama "PT Gelora
Yudha". Sedangkan pengawasannya bukan lagi di bawah kantor pusat di
Akron Amerika Serikat, akan tetapi di bawah Badan Pengawasan
Perindustrian Indonesia. Selanjutnya pada tahun 1967 PT Gelora Yudha
diganti lagi menjadi PT Goodyear Indonesia kembali dalam rangka
melaksanakan Undang-undang No. 1 tentang penanaman modal asing
(PMA). Dalam tahun tersebut tingkat produksi sudah mencapai 430.000
buah per tahun.
Mulai tahun 1968 sampai dengan tahun 1971 perusahaan mulai
melakukan modemisasi dan perluasan pabrik di Bogor. Perluasan pabrik
tahap I dengan biaya investasi Rp 3,2 Milyar, pada tanggal 11 Desember
1971 telah diresmikan oleh Presiden Soeharto yang didampingi oleh
Russel De Young sebagai Ketua Dewan Direksi PT Goodyear
Indonesia. Dan perluasan pabrik tahap II dimulai dengan mendirikan
pabrik vulkanisir ban di Pulogadung Jakarta pada tanggal 16 Mei 1974.
Setelah perluasan pada tahun 1971, perusahaan ini menjadi
perusahaan ban terbesar di Asia Tenggara yang kemudian namanya
diubah menjadi PT Goodyear Indonesia sejak tanggal 27 Juli 1978.
PT. Goodyear yang berkedudukan Hukum di Jalan Pemuda 27
Kotamadya Bogor dengan akte pendirian No. 179 tanggal 1 November
55
.,S0 yan. o.eh Nou^s/PPAT Ka^inl Mu.yaa. S.H, a. su«.asaha .e.p No.342/MSKy. ./1988 mng,a, .0 Kovember 1988.
Paaa .anggal 10 November .980, peroaahaan mempero.eh .z.naari Baaan Pengawas Pasar Moaa. (BAPEPAM) unuar menawarEanaebagian aari saham-sahamnya Reparia maayaraRa. me.a.ui Bursa EfeRdi maonesia. Terhitung sejaR mnggal 22 Desember .980, 6.150.000lembar saham dengan jumlah ailai nominal sebesar Rp 6.150.000.000,-
1 Aot, hpredarl telah dicatatkan(I50/0 dari jumlah saham ditempatkan dansecara resmi pada Bursa Efek Jakarta.
j- -u • trono tenat dan modemisasi PT Dengan sistem distnbusi yang
Gooriyear Indonesia menglrimRan ban-ban berRwaliras ringgi Repadapara dismbumr dan reRan Reria di Indonesia pasar Imemasional.
BerdasarRan Sura. Kepurusan No.59m/PMA/I993 mnggal 7 Juni,993. PT Ooodyear telah mendapatRan per^mjuan perlnasan usaha dariMenteri Negara PengeraR Dana InvestasiriCetua Badan KoordinasiPenanaman Modal. Hal ini dapat dibuRtlRan pada tahun 1996 PTGoodyear melaRuRan eRspor pertoa Re negara lepang. PengaRuanjepang menunJuRRan bahwa budaya mutu PT Goodyear telahmemperoleh hasil-hasil yang positif.
Dalam rangRa memuasRan pelanggan PT Ooodyear berusaha^enlngRatRan tIngRat prCoRsi dengan pengembangan teRnoIogI dan ,.formasI.TidaRhanyapemastmganmesIn.mesInReIasduniafetap.Iuga
57
3.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan
PT Goodyear Indonesia yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat
adalah sebuah perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing), dimana
pemegang saham tunggal atau mayoritas adalah negara Amerika Serikat
sebesar 85% sedangkan sisanya sebesar 15% dimiliki oleh Public.
Adapun struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 1
dan uraian keija adalah sebagai berikut:
1. President Director
Tugasnya yaitu:
❖ Merencanakan, mengkoordinir, mengarahkan, memimpin serta
mengendalikan perusahaan dan tugas-tugas lain.
•i* Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan keija yang sudah lewat
dan merencanakan langkah-langkah kegiatan yang akan datang.
❖ Menyusun program keija perusahaan dan menyusun jadwal
waktu pelaksanaannya.
❖ Melaksanakan diskusi dengan bawahan mengenai strategi
pelaksanan program termasuk menyusun :
1. Keuangan (Budget)
2. Perlengkapan (Logistik)
3. Kepegawaian
4. Pengawasan
5. Koordinasi unit-unit pelaksanaan perusahaan/operasionalnya.
58
❖ Menentukan kebijaksanaan perusahaan.
❖ Membuat laporan tahunan untuk dewan komisaris dan pemegang
saham.
2. Finance Director
Tugasnya adalah;
❖ Merencanakan, mengorganisasikan dan mengawasi keuangan
perusahaan dan turut serta dalam merumuskan keuangan
perusahaan.
❖ Menerima semua data dan keterangan mengenai transaksi
keuangan maupun data lain yang menyebabkan berkurangnya
atau bertambahnya aktiva dan passiya.
❖ Menentukan anggaran penerimaan dan pengeluaran sehubungan
dengan program dan kebijaksanaan perusahaan.
<* Mengadakan koordinasi atau konsuitasi dengan direktur lain
tentang aspek keuangan di bidang produksi, pemasaran dan unit-
unit kegiatan lainnya.
❖ Memberikan laporan dan saran serta usul kepada presiden dalam
masalah keuangan seperti meningkatkan efisiensi
pendayagunaan sumber-sumber dana dan pembelanjaan serta
menyempumakan organisasi suatu anggaran.
❖ Menentukan harga pokok ban yang akan dijual.
59
3. Sales And Marketing Director
Tugasnya adalah sebagai berikut:
Merencanakan, mengkoordinasikan serta mengawasi kegiatan
pemasaran.
❖ Menilai potensi pemasaran dan perkembangan berdasarkan
laporan yang diterima dari bawahan.
Mengadakan pendekatan dengan berbagai pihak, dinas DLLAJR,
rumah sakit, kepolisian, dan Iain-lain untuk mencoba
mengadakan survei mengenai jumlah ban yang digunakan pada
suatu daerah, sehingga dapat menentukan persentase penjualan
pada daerah yang dituju.
❖ Mengadakan konsuitasi dengan bagian pemasaran lainnya
tentang perkembangan yang sedang berlangsung, termasuk para
pelanggan.
❖ Membuat laporan kepada presiden direktur mengenai
kegiatanpemasaran.
4. Manager Budget
*** Mengumpulkan data yang dapat dipergunakan untuk
meramalkan situasi satu tahun dimasa depan dalam kaitannya
dengan kegiatan-kegiatan PT. Goodyear, khususnya untuk
menyusun anggaran.
60
❖ Mengurus penyelenggaraan rapat-rapat penyusunan dari rencana
anggaran dan evaluasi terhadap anggaran yang telah dilaksanakan,
serta menyediakan data atau materi yang akan dibahas dalam
rapat tersebut.
❖ Membuat pedoman untuk dapai digunakan dalam menyusun
anggaran bagi divisi-divisi, biro-biro dan unit kerja lainnya.
Memeriksa dan memberi evaluasi terhadap usulan anggaran
biaya yang diajukan oleh unit-unit keija kepada direksi, apabila
diminta direksi dapat mengambil keputusan lebih tepat.
♦t* Menyusun rencana anggaran tahunan PT. Goodyear secara
menyeluruh atas dasar petunjuk direksi, kepada administrasi dan
keuangan, data intem dan ekstera, hasil-hasil rapat anggaran dan
peraturan-peraturan yang berlaku.
❖ Mengumpulkan semua berkas atau dara-data basil rapat
penyusunan anggaran dari departemen-departemen yang ikut
dalam rapat penyusunan anggaran.
<* Menyajikan rencana anggaran tahunan yang telah disusim kepada
kepala atau pimpinan administrasi dan kuangan untuk diteruskan
kepada direksi guna memperoleh persetujuan.
*t* Melakukan pengawasan terhadap realisasi (pelaksanaan)
anggaran pada unit-imit organisasi, unit-unit kegiatan, dan
6]
proyek-proyek yang ditangani sendiri maupun oleh kontraktor.
serta menganalisa sebab-sebab penyimpangannya.
5. Manufacturing Director
Tugasnya antara lain:
Bertanggungjawab atas perencanaan produksi, penggunaan dan
pengaturan dalam bidang produksi baik dalam kualitas dan
kuantitas.
6. Purchasing Manager
Tugasnya adalah :
❖ Memilih suplier-suplier yang bonafide yang dapat dipercaya.
❖ Membeli barang-barang dengan harga yang paling murah dengan
kualitas yang baik.
3.2. Tinjauan Khusus Perusahaan
3.2.1. Aktivitas Perusahaan
Seperti telah dikemukakan diatas bahwa FT. Goodyear bergerak
dalam bidang industri yang memproduksi ban luar, dan suku cadang ban
kendaraan bermotor. Produk utamanya adalah ban siap pakai dengan
berbagai tipe yang dipasarkan dengan merk Goodyear. Dalam
memproses bahan jadi menjadi ban siap pakai perusahaan menggunakan
bahan-bahan sebagai berikut:
1. Karet alam dan karet syntetis
62
j
2. Carbon black
. Pigmen (bahan-bahan kimia)
4. Minyak
5. Benang ban/fabric (nylon dan polyester)
6. Bead wire (kawat baja)
Perusahaan didalam mewujudkan mottonya yaitu "Pemimpin
Dunia Dalam Teknologi Ban" dan sasaran utama kegiatan usaha
operasionalnya adalah "Quality is The Key Custumer Statisfaction"
yang berati antara lain adalah Kualitas Adalah Kunci Kepuasan
Pelanggan. PT. Goodyear Indonesia telah melzikukan modemisasi
terhadap teknologi proses produksi dan meningkatkan kapasitas
produksinya dari tahun ketahun, untuk tahun 1999 kapasitas
produksinya adalah 9.000 ban per hari. Sedangkan jenis-jenis ban yang
diproduksi PT Goodyear antara lain adalah:
1. Ban mobil biasa dan untuk ban jip modelnya adalah Eagle GA Plus,
Eagle Aquatred, Eagle GS-D, Eagle NCT-3, Wrangler Radial, Eagle
AT- 4, Wrangler GS-A, G-800 GP, Grand Prix Radial 70, Varago
70, Ducaro 60, Suburbanite XG, Garuda dan Iain-lain.
2. Ban truk ukuran besar adalah dengan model G-28 Radial, HI-Miler
G-11, HI-Miler G-141, Traction Miler, HI-Miler G-160, HI-Miler
G-163, HI-Miler G-141, HI-Miller G-11.
3. Ban Off The Road adalah dengan model Hard Rock Lug,
63
4. Ban alat-alat berat (Heavy Equipment) seperti Super Grip Racier
(02), Sure Grip Loader (L 2), Super Rib Tractor (untuk ban depan
traktor) dan Sure Grip All Service (untuk ban belakang traktor).
3.3. Metode Penelitian
Seperti yang telah dikemukakan oleh penyusun pada bab 1 bahwa
dalam penyusunan skripsi ini penyusun menggunakan dua pendekatan yaitu :
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yaitu menggumpulkan data-data atau bahan-bahan acuan yang berhubungan
dengan masalah persediaan melalui literatur-literatur dan buku-buku
kepustakaan.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu menggumpulkan data-data dengan cara peninjauan langsimg ke objek
penelitian dengan dua teknik. Adapun teknik yang dipakai adalah wawancara
langsung dengan petugas/karyawan perusahaan yang berhubungan langsung
dengan masalah yang dibahas dan teknik observasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku
Karet merupakan bahan baku yang digunakan dalam pelaksanaan proses
produksi untuk menghasilkan berbagai jenis ban. Bahan baku ini sangat peka
terhadap situasi dan kondisi yang teqadi pada saat di gudang penyimpanan.
Karena itu PT. Goodyear perlu melakukan pengendalian intern terhadap
aktivitas persediaan bahan baku baik pencatatanya maupun secara fisik.
Pengendalian intern persediaan bahan baku yang dilakukan FT.
Goodyear dimulai dari tahap perencanaan dan diikuti dengan pengawasan
terhadap pelaksanaan perencanaan persediaan bahan baku yang meliputi
pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan pemeliharaan di gudang
penyimpanan, pengeluaran untuk proses produksi, pencatatan yang disertai
bukti-bukti pendukung dan adanya pemeriksaan persediaan bahan baku.
4.I.I. Klasiflkasi Persediaan
PT. Goodyear merupakan perusahaan industri yang
mem produksi ban luar dan suku cadang ban kendaraan bermotor.
Produk utamanya adalah ban siap pakai dengan berbagai tipe yang
dipasarkan dengan merk Goodyear.
65
Adapun hasil olahnya adalah jenis ban yang berkualitas tinggi
seperti ban-ban untuk mobil penumpang, truk angkutan ringan, sedang
dan truk angkutan komersil, traktor dan Iain-lain.
Untuk menunjang kelancaran proses produksi serta memudahkan
pengawasan maka perusahaan telah mengambil kebijaksanaan dengan
mengklasifikasikan persediaan barang-barang yang ada di gudang
penyimpanan sebagai berikut:
1) Persediaan bahan baku
Yaitu bahan utama yang digunakan daiam memproduksi barang jadi.
Bahan baku yang digunakan dalam melakukan proses produksinya
adalah karet alam dan karet syintetic, carbon black, minyak (oil).
2) Persediaan barang dalam proses
Yaitu persediaan yang dalam peijalanan proses produksi berupa
coumpound, calendering (coumpound fabric) berupa nylon, rayon,
polyester, fibreglass, coumpound kawat baja, serta barang lain yang
masih dalam proses penyelesaian.
3) Persediaan barang jadi
Yaitu hasil produksi yang telah diselesaikan dalam proses produksi
dan siap untuk dijual, yaitu berupa ban untuk mobil penumpang,
truk angkutan ringan, sedang dan truk komersil, traktor dan Iain-lain.
4) Persediaan bahan pembantu
Yaitu bahan pelengkap yang diperlukan dalam proses produksi.
66
dalam rangka menghasilkan barang jadi. Bahan pembantu tersebut
terdiri dari ; sulpur, plasticizier, accelerators, antioxydants.
Persediaan yang merupakan obyek yang akan dibahas adalah
bahan baku karet. Persediaan bahan baku karet ini ditempatkan di
gudang terpisah yang berdekatan dengan tempat pengolahan dan
disimpan tertutup serta tidak terkontaminasi oleh bahan-bahan lain.
4.1.2. Perencanaan Kebutuhan Persediaan Bahan Baku
Perenctinaan kebutuhan persediaan bahan baku didasarkan pada
rencana produksi yang telah ditetapkan pada rapat pimpinan dengan para
Manajer yang terkait.
Rencana produksi PT.Goodyear biasanya disusun per bulan,
sedangkan rencana produksi untuk satu tahun cukup hanya mengalikan
per bulan dikalikan dua belas.
Landasan penyusunan rencana produksi yang dilakukan PT.
Goodyear dengan mempertimbangkan beberapa hal, antara lain :
1. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan, artinya kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan produk jadi dengan menggunakan
mesin dan peralatan produksi suatu sumber daya manusia yang ada.
2. Keadaan pasar, artinya melihat kemimgkinan pesanan yang akan
diterima pada tahun sekarang dan tidak terlepas juga
mempertimbangkan pesanan-pesanan yang diterima tahun-tahun
yang lalu.
67
Dengan tersusunnya rencana produksi baik rencana produksi
bulanan maupun rencana produksi pertahun, maka iangkah selanjutnya
adalah menentukan jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk proses
produksi. Daiam hai ini harus dilakukan estimasi jumlah bahan baku
yang susut atau hilang dalam proses produksi. Sehingga bahan baku
yang dibutuhkan dialokasikan secara efektif dan wajar serta tepat
mengenai sasaran.
Penentuan rencana-rencana produksi ini tidak terlepas dan
kegiatan-kegiatan perusahaan misalnya pemasaran, pembelian, penyimpanan,
dan keuangan yang satu sama lain saling ketergantungan. Jadi perencanaan
persediaan bahan baku berhubungan dengan penentuan komposisi
persediaan, penerimaan waktu serta lokasi untuk memenuhi kebutuhan
persediaan bahan baku dalam melaksanakan proses produksi tersebut.
Adapun rencana perusahaan dalam memenuhi persediaan bahan
baku adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan telah menetapkan tingkat persediaan bahan baku (stock
level) pada tingkat minimum atau maksimum.
2. Memeriksa kondisi persediaan bahan baku di gudang yang slow
moving, un moving untuk segera dimanfaatkan oleh user.
3. Penyimpanan bahan baku disusun sedemikian rupa secara teratur.
sehingga memberi kemudahan-kemudahan apabila bahan baku
tersebut dibutuhkan dengan segera. Salah satu contoh untuk tiap
68
macam bahan baku diberi nomor kode, baik kode bahan maupun
lokasi penempatan serta label.
4. Menyelenggarakan pencatatan atas keluar masuknya persediaan
bahan baku dalam kartu persediaan bahan atau stock card untuk
keperluan produksi atas permintaan dari yang membutuhkan.
Perencanaan ini biasanya diikuti dengan pengendalian dalam
melaksanakannya, sehingga antara perencanaan dan pengendalian terdapat
hubungan yang saling mendukung untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pengendalian disini merupakan suatu teknik imtuk mengatur
pengeluaran perintah-perintah keija yang selanjutnya diperbandingkan
secara terus-menerus dengan rencana yang telah ditentukan semula.
4.1.3. Kebijaksanaan Pengadaan Barang
Bagian pembelian melaksanakan kebijaksanaan dan ketentuan-
ketentuan yang diatur berdasarkan Surat Keputusan Rapat Direksi PT.
Goodyear. Adapun kebijaksanaan pengadaan barang tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Dalam melaksanakan pengadaan barang harus memperhatikan :
a. Diperolehnya harga yang paling menguntungkan perusahaan dan
dapat dipertanggungjawabkan.
b. Diperolehnya barang dengan kualitas menurut persyaratan teknis
yang diperlukan.
69
c. Digunakannya barang hasil produksi dalam negeri.
d. Barang yang diminta hanya menunjukkan spesifikasi teknisnya
saja secara jelas, dan tidak mengarah kepada suatu produk
(merk) tertentu sebatas performance memadai.
e. Delivery time/jangka waktu pelaksanaan sesuai dengan yang
diinginkan.
2) Harga perhitungan sendiri/ owner's estimate (HPS/OE)
Setiap terbit purchase requisition (PR), hams ada perkiraan harga
yang diklasifikasikan secara keahlian (HPS/OE) yang digunakan
sebagai acuan sebelum melakukan pengadaan barang, dan apabila
dalam pelaksanaan evaluasi penawaran terdapat perbedaan antara
HPS/OE dan harga yang akan dipilih, maka hams dilakukan analisis
secara tertulis.
3) Permintaan Penawaran (PP) Harga
Untuk pengadaan barang dengan nilai diatas Rp 5,000.000,- hams
dibuat permintaan penawaran yang meliputi dan memperhatikan :
c. Detail barang sesuai dengan purchase requisition (PR)
d. Delivery time
e. Persyaratan/keterangan yang diperlukan dalam proses pengadaan
seperti:
1. Bentuk surat penawaran dan cara penyampaiannya
2. Jangka waktu penyerahan
70
3. Cara pembayaran
4. Besamya jaminan penawaran (untuk pengadaan yang
nilainya diatas Rp 10.000.000,-)
5. Besamya jaminan pelaksanaan (untuk yang nilainya diatas
Rp 10.000.000,-)
6. Dan ketentuan lain yang diperlukan.
d. Dalam mengundang rekanan sesuai klasifikasi dan bidang
usahanya, utamakan rekanan keagenan sesuai jenis barang yang
diminta.
e. Tidak memberikan permintaan penawaran kepada lebih dari satu
rekanan yang mempakan "kelompoknya" (sepanjang diketahui)
dan rekanan yang sedang dikenakan sanksi.
4) Surat peijanjian pembelian/purchase contract (PC)
a. Ketentuan-ketentuan yang dimuat didalam surat peijanjian
pembelian/PC;
1. Pokok perjanjian yang diperjanjikan dengan uraian yang
jelas mengenai jenis dan jumlahnya.
2. Harga yang ditetapkan dan pasti, serta syarat-syarat
pembayaranya.
3. Persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terperinci
4. Jangka waktu penyelesaian atau penyerahan dengan disertai
jadwal waktu penyelesaian atau penyerahannya.
71
5. Jaminan teknis
6. Sanksi dalam hal rekanan temyata tidak memenuhi
kewajibannya
7. Penyelesaian perselisihan
8. Status hukum
9. Hak dan kewajiban para pihak yang terkait di dalam
peijanjian yang bersangkutan.
b. Untuk menjamin kualitas, kuantitas dan kontinuitas penyediaan
barang, dapat dilakukan dengan kontrak jangka panjang kepada
rekanan yang telah teruji dan mempunyai reputasi baik.
Dengan adanya kebijaksanaan pengadaan barang tersebut,
dipandang perlu yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku
sehingga dapat lebih menunjang proses kegiatan pengadaan barang.
Urut-urutan kebijaksanaan pengadaan barang ini harus dilaksanakan
oleh perusahaan terutama bagian pembeiian. Dengan demikian kebijakan
pengawasan barang akan sangat membantu terciptanya pengendalian intern
persediaan bahan baku dan akan menunjang efektivitas proses produksi.
4.1.4. Pengadaan Persediaan Bahan Baku
Pengadaan bahan baku pada PT. Goodyear didasarkan pada
rencana pengadaan persediaan bahan baku yang telah ditetapkan rapat
direksi.
72
Untuk menghindari pengadaan dalam jumlah yang berlebihan
atau sebaliknya, serta menghindEiri teijadinya kekurangan yang tidak
diharapkan, maka sangat diperlukan adanya koordinasi antara bagian
yang terkait. Seperti bagian produksi akan memberikan informasi jadwal
yang menunjukkan kapan bahan dibutuhkan, bagian keuangan akan
memberikan informasi mengenai pembelanjaan yang tersedia, bagian
persediaan atau gudang memberikan informasi mengenai seberapa porsi
bahan yang diperlukan masih tersedia di stock gudang, Bagian Quality
Control membantu dalam seleksi kualitas bahan dan rekanan.
Pelaksanaan pengadaan bahan baku berupa karet dilakukan oleh
Seksi Logistik dan dalam penentuan jumlah bahan baku yang dibeli
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1) Jumlah bahan baku yang dibeli disesuaikan dengan rencana jumlah
hohan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi.
2) K apasitas gudang penyimpanan
3) Resiko biaya penyimpanan dan pemeliharaan dari penurunan mutu
bahan baku sebelum proses.
Adanya pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka diharapkan
memberikan keuntungan bagi perusahaan. antara lain :
1) Bahan yang diperlukan untuk proses produksi selalu tersedia di
gudang sehingga kelancaran dan efektivitas proses produksi dapat
leijamin.
86
73
2) Keadaan persediaan bahan baku selalu seimbang dengan kebutuhanuntuk proses produksi dan lertumpuknya bahan di gudang tidak
leijadi. Akibatnya biaya penyimpanan. biaya penyusutan terutama
bahan baku karet sangat peka terhadap lamanya waktu dan kondisi
tempat penyimpanan dapat diiekan, selain ilu modal yang terlalu
besar ditanam pada persediaan dapat dihindarkan.
Pengadaan bahan baku timbul akibat adanya perminiaan
pembelian dari Seksi Gudang, kemudian Seksi Logistik melakukan
pemesanan kepada leveransir yang telah ditentukan. Bahan baku
diterima oleh petugas gudang bahan baku, setelah itu dilakukan
pemeriksaan mutu bahan oleh Quality Control.
4.1.4.1. Prosedur Permintaan Pembelian
Transaksi pembelian yang terjadi pada PT. Goodyear
dapat digolongkan menjadi pembelian lokal dan pembelian
impor. Pembelian lokal adalah pembelian dari pemasok dalam
negeri, sedangkan pembelian impor adalah pembelian dari
pemasok luar negeri. Pembelian lokal dan pembelian impor
masing-masing terdiri dari pembelian tunai dan pembelian
kredit. Pembelian tunai adalah pembelian yang dibayar
sekaligus. sedangkan pembelian kredit adalah pembelian yang
dibayar secara angsuran.
74
Prosedur pembelian mengatur cara-cara dalam
melakukan semua pembelian barang yang dibutuhkan oleh
perusahaan. FT. Goodyear dalam pembelian bahan baku
biasanya diawali dengan adanya kebijakain tambahan barang
atau perlengkapan bagi pembuatan suatu produk ban, yang
mana terdiri dari karet alam dan karet sintetik sebagai bahan
dasar ban, carcass sebagai pembuatan kerangka ban dan bahan
pembantu lainnya.
Dalam prosedur ini originator atau Bagian Gudang
mengajukan permintaan pembelian dengan membuat atau
mengisi formulir permintaan atau purchase requisition (PR) yang
didasarkan kepada perkiraan bahwa bahan baku yang dibutuhkan
dalam proses produksi jumlahnya telah minimum. Formulir ini
setelah dilengkapi dengan lampiran-lampiran seperti budget,
perhitimgan harga, gambaran barang yang diperlukan diberikan
kepada atasan yang berwenang untuk dimintakan tandatangan
sebagai bukti persetujuan. Formulir dibuat rangkap empat,
formulir tersebut beserta lampirannya kemudian diberikan
kepada Bagian Purchasing untuk dilakukan pembelian.
Setelah menerima purchase requisition (PR) ini bagian
purchasing memeriksa berikut lampirannya. Apabila tidak
sesuai dengan syarat-syarat dan budget yang telah ditetapkan.
75
maka puchase requisition (PR) dikembaiikan kepada originator.
Sedangkan bila syarat-syaratnya telah terpenuhi dan sesuai dengan
budget, kemudian bagian purchasing mengisi purchase requisition
(PR) tersebut dengan nama vendor serta menandatanganinya.
Untuk purchase requisition (PR) yang telah disetujui, setelah
diisi kemudian dikembaiikan kepada originator lembar ke 3 dan
lembar ke 4 untuk diarsipkan; sedangkan lembar ke 1 dan
lembar ke 2 diarsipkan di Bagian Purchasing dan pelaksanaan
pembelian (Buyer).
Pengarsipan dilakukan berdasarkan norma management
dan formulir yang ada dibedakan berdasarkan wama. Berdasarkan
purchase requisition (PR) tersebut, Bagian Purchasing membuat
purchase order (PO) rangkap empat. Setelah diotorisasi oleh
Bagian Purchasing formulir didistribusikan kepada bagian-
bagian:
■ Lembar 1 (asli) imtuk Bagian Vendor
■ Lembar 2 untuk Bagian Akimtansi (Account Payable)
■ Lembar 3 untuk Bagian Receiving
■ Lembar 4 untuk arsip Bagian Purchasing.
Pelaksanaan pembelian hams berdasarktin permintaan
pembelian dan harga yang bersaing, serta kualitas yang optimal.
76
Dalam memperoleh harga yang paling menguntungkan, maka
sebelum melaksanakan pembelian barang-barang yang tidak
bersifat repetitif. Bagian Purchasing terlebih dahulu meminta
penawaran harga dari beberapa petnasok untuk jenis barang
yang sama. Penawaran tersebut diklasifikasikan berdasarkan
jumlah rupiah tertentu, yang antara lain yaitu :
a) Untuk pembelian sampai sejumlah Rp 500.000, dilakukan
dengan penawaran lisan oleh Buyer.
b) Untuk pembelian diatas Rp 500.000 sampai 5.000.000,
dilakukan dengan penawaran tertulis oleh Buyer.
c) Untuk pembelian diatas Rp 5.000.000 sampai 10.000.000,
dilakukan dengan penawaran tertutup oleh Manajer
Purchasing dan Accounting.
Berdasarkan hal tersebut, maka Bagian Pembelian hams
memiliki vendor yang dapat memenuhi keinginan pemsahaan
dengan mempertimbangkan keadaan vendor tersebut, antara lain
mengenai bonafitas, ketepatan penyerahan barang, kelonggaran
syarat pembayaran dan sebagainya.
Setelah purchase order ini diterima, maka Bagian
Gudang (originator) dan receiving akan mempersiapkan segala
sesuatunya yang berhubungan dengan penerimaan barang dari
vendor.
77
Seluruh bagian dalam perusahaan yang memerlukan
barang tertentu, mengajukan permintaan kepada bagian pembeiian.
Mengenai prosedur permintaan pembeiian, penulis menilai bahwa
perusahaan menerapkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut;
1. Setiap permintaan barang harus berdasarkan pada anggaran
atau revisi anggaran yang telah ditetapkan.
2. Setiap bagian yang mengajukan permintaan barang
bertanggung jawab sepenuhnya atas jumlah serta kegunaan
dari pada barang yang diminta.
3. Sebelum mengisi formulir permintaan pembeiian maka
yang membutuhkan barang terlebih dahuiu harus
memperhatikan beberapa hal seperti:
♦ Tingkat kebutuhan (mendesak atau tidak)
♦ Sifat kebutuhan ( kontinyu atau tidak)
♦ Posisi persediaan yang ada
♦ Syarat pengerahan dan kualitas barang yang diinginkan
♦ Pengajuan permintaan pembeiian hanya dapat
dilaksanakan jika rencana produksi memang benar-
benar akan dilaksanakan.
Prosedur permintaan pembeiian pada PT. Goodyear ini
cukup baik dalam mengatur cara-cara pembeiian barang yang
dibutuhkan sebagai berikut:
78
1. Bagian Gudang mengajukan permintaan pembelian dengan
membuat atau mengisi formulir permintaan bahan baku
rangkap 4 dibedakan berdasarkan wama.
2. Pelaksanaan pembelian harus berdasarkan permintaan
pembelian dan harga yang bersaing, serta kualitas yang
optimal.
3. Penawaran tersebut diklasifikasikan berdasarkan jumlah
rupiah tertentu, antara lain yaitu :
a. Untuk pembelian sampai sejumlah Rp 500.000;
dilakukan dengan penawaran lisan oleh Buyer.
b. Untuk pembelian diatas Rp 500.000 sampai Rp
5.000.000; dilakukan dengan penawaran tertulis oleh
Buyer.
c. Untuk pembelian diatas Rp 5.000.000; sampai Rp
10.000.000; dilakukan dengan penawaran tertutup oleh
Manajer Purchasing dan Accounting.
4. Bagian Pembelian harus memiliki vendor yang dapat *
memenuhi keinginan perusahaan dengan mempertimbangkan
keadaan Vendor tersebut, antara lain: mengenai bonafitas,
ketepatan penyerahan barang, kelonggaran syarat
pembayaran.
79
4.1.4.2. Prosedur Penerimaan Persediaan Bahan Baku
Fungsi kegiatan penerimaan pada PT. Goodyear
bertugas untuk menerima semua barang yang dibeli perusahaan,
mulai dari memeriksa bahan baku yang masuk, jumlah yang
diterima apakah sesuai dengan yang tercantum dalam order
pembelian, menyiapkan laporan penerimaan, memberitahukan
kepada bagian pembelian apabiia ada barang yang berbeda dari
yang dibeli atau rusak dan sebagainya.
PT. Goodyear melakukan pemeriksaan atas penerimaan
barang sebagai berikut:
a) Pemeriksaan Fisik
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan memeriksa baik
kuantitas maupun kualitas barang yang diterima dari
Vendor, apakah kualitas barang tersebut sesuai dengan
permintaan dari perusahaan.
b) Pemeriksaan Administrasi
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan meneliti apakah
barang yang diterima itu sesuai dengan permintaan dari
Bagian Pembelian, sehingga perlu adanya penyesuaian
antara Purchase Order (PC) dengan surat jalan, yang
kemudian dibuatlah laporan penerimaan barang. Laporan
ini dibuat apabiia telah ada kesesuaian antara order
80
pembelian dein surat pengantar barang dan telah disetujui
oleh Bagian Penerimaan.
Prosedur penerimaan persediaan bahan baku yang
dilaksanakan oleh PT. Goodyear adalah sebagai berikut:
Vendor mengirimkan barang yang dipesan dengan dilampiri
Purchases Order, faktur dan surat jalan ke Bagian Receiving.
Bagian ini melakukan pengecekan, jenis kuantitas dan kualitas
barang yang diterima, setelah mencocokkannya dengtin
purchases order yang ada untuk menentukan bahwa barang dari
vendor tersebut sesuai dengan pesanan. Barang yang tidak
sesuai dengan pesanan atau tidak lengkap surat-suratnya
dikembalikan ke vendor. Bila barang telah selesai, kemudian
purchases order dan surat jalan dicap dan ditandatangani oleh
Kabag Receiving sebagai bukti bahwa barang sudah diterima
kemudian dikembalikan ke vendor. Sedangkan barangnya
dikirim ke Originator untuk dicatat pada kartu gudang
(Withdrawal Card).
Berdasarkan barang yang diterima, Bagian Receiving membuat
Receiving Slip (RS) rangkap tiga, yang kemudian
didistribusikan kepada bagian-bagian:
• Lembar 1 (asli) untuk Bagian Cashier.
• Lembar 2 untuk Bagian Akuntansi (Account Payable).
81
• Lembar 3 untuk diarsipkan berdasarkan tanggal
penerimaan barang.
Prosedur penerimaan barang yang dilaksanakan
perusahaan dapat dikatakan cukup memadai dimana
didalamnya terlihat antara lain :
♦ Petugas gudang sebagai penerima barang melakukan
pengecekzin, jenis kueintitas dan kualitas barang yang
diterima, sehingga berlaku ketentuan bahwa barang-barang
hanya akan diterima apabila sesuai dengan kuantitas dan
spesifikasi seperti tercantum dalam order pembeiian.
* Dalam prosedur penerimaan ini, terlihat adanya suatu
kepastian bahwa barang-barang yang diterima dibuatkan
laporan penerimaan barang, serta akan dibandingkan
dengan pesanan pembeiian, dan faktur pembeiian sebelum
dilakukan persetujuan pembayaran.
4.1.4.3. Prosedur Penyimpanan Persediaan Bahan Baku
Setelah bahan baku diterima, maka ditentukan dimana
barang-barang tersebut ditempatkan. Dalam hal ini, Bagian
Gudang mempunyai tanggung jawab atas pengamanan bahan
tersebut, yang berarti bahwa bahan dan persediaan yang ada itu
harus disimpan dalam lokasi atau tempat yang tepat. Hal
tersebut bertujuan agar bahan-bahan tersebut aman hingga
82
dipergunakan dalam produksi dan seiuruh bahan yang diambil
dari gudang hams melalui prosedur yang berlaku serta dibatasi
orang atau karyawan yang masuk gudang penyimpanan.
Dengan demikian untuk menjaga keamanan barang, PT.
Goodyear memperkeijakan empat orang pegawai penjaga
gudang yang bertanggungjawab. Dimana tugas-tugasnya adalah
sebagai berikut:
• Satu orang bagian, tugasnya mencatat barang yang masuk
dan keluamya barang dari gudang.
• Dua orang bagian, tugasnya adalah mengangkut dan
mendistribusikan kepada bagian yang membutuhkan atau
Bagian Produksi sesuai dengan permintaan.
• Satu orang Bagian Security, tugasnya menjaga keamanan
bahan yang ada dalam gudang.
Ketiga orang pegawai (kecuali Bagian Security) ini
mempunyai tugas menjaga gudang secara penuh sampai pukul
10 malam atau shift 2. Karena pada shift 3 jarang teqadi
pengambilan barang dari gudang, maka pada pukul 22.00 Wib
gudang dikunci dan diawasi oleh Bagian Security. Disamping
itupun untuk menjamin keselamatan persediaan dalam gudang
dari kemungkinan teijadinya kebakaran, maka PT. Goodyear
mengasuransikan bahan baku yang ada dalam gudang pada
83
Insurance Co. Alianze yang bertempat di Jakarta. Tetapi tidak
semua bahan baku yang digudang diasuransikan pada PT
asuransi tersebut, hanya bahan baku yang waktu pembeliannya
menggunakan sistem konsinyasi saja yang diasuransikan.
Seperti telah dikemukakan pada bagian sebelumnya
bahwa jenis barang yang dihasilkan oleh PT. Goodyear, berupa
ban dengan tipe dan model yang berbeda-beda. Oleh karena itu
sistem penyimpanan bahan bakimya dilakukan secara tertutup
(disimpan digudang secara permanen) dengan kondisi
bangunan yang cukup baik yang didirikan dari beton-beton
yang kuat dan pintu yang terbuat dari besi serta dilengkapi
dengan kimci-kunci. Adapim sistematika penyimpanan bahan
baku digudang sebagai berikut:
• Barang yang teiah datang, diberi label sesuai dengan
kedatangan barang.
• Barang yang sering atau banyak diminta, disimpan dalam
tempat yang mudah diambil.
• Tempat penyimpanan tidak berubah-ubah
• Adanya pengawasan dari penjaga gudang yang
bertanggungj awab
• Setiap barang atau bahan yang keluar dari gudang
dilengkapi dengan formulir pengeluaran barang.
84
Bagian Gudang juga tnenggunakan Withdrawal Card
bahan baku yang berfungsi sebagai buku pembantu persediaan
yang digunakan pada bagian gudang untuk mencatat mutasi
tiap jenis persediaan bahan baku.
Bagian Gudang ini juga bertanggungjawab atas jumlah
persediaan yang disimpan digudang, yaitu dari segi:
1. Pembuatan laporan pengeluaran barang tentang persediaan
secara periodik (bulanan)
2. Melayani permintaan barang atau bahan untuk semua
bagian yang memeriukannya.
Mengenai prosedur penyimpanan persediaan bahan
baku yang dilaksanakan perusahaan dapat dikatakan telah
cukup memadai dan memenuhi unsur-unsur pengendalian
intern yang memuaskan, dapat diuraikan sebagai berikut:
Telah diadakannya pemisahan fungsi antara yang
menyimpan dengan yang mencatat dalam stock ledger card, dan
yang memerlukan harus menandatangani formulir pengeluaran
barang. Diselenggarakannya pencatatan dalam kartu persediaan
dibagian gudang. Dalam kartu ini dimuat informasi mengenai
mutasi persediaan menyangkut segi kuantitasnya saja.
Adapun fasilitas penyimpanan pada perusahaan untuk
menjamin keselamatan persediaan bahan baku, yang cukup baik
85
adalah sebagai berikut:
1. Tersedianya jumlah dan ukuran gudang bahan baku
2. Sistem penyimpanan bahan bakunya dilakukan secara
tertutup (disimpan digudang secara permanen) dengan
kondisi bangunan yang cukup baik yang didirikan dari
beton-beton yang kuat dan pintu yang terbxiat dari besi
serta dilengkapi dengan kunci-kunci, serta tersedianya alat
pemadam kebakaran.
3. Alat-alat mesin angkut b^i bahan baku yang akan disimpan
digudang, serta penimbangan barang sesuai dengan kuantitas.
4. Adanya sistem kode barang dan diberi label sesuai dengan
kedatangan barang.
5. Dibuatnya laporan persediaan bahan baku secara mingguan
dan bulanan.
6. Dibuatnya tempat secara tersusun keatas (rak-rak) sesuai
dengan kapasitas barang yang dibutuhkan.
4.1.4.4. Prosedur Pengeluaran Persediaan Bahan Baku untuk
Proses Produksi
Prosedur pengeluaran persediaan bahan baku berawal
dari adanya permintaan bahan-bahan yang menyebabkan
pemindahan bahan baku dari ruangan penyimpanan atau
86
gudang kebagian lain yang membutuhkan atau Bagian
Produksi.
Prosedur pengeiuaran persediaan bahan baku di PT.
Goodyear diawali dengan adanya rencana dari Bagian Produksi
daiam pembuatan ban, dikompensasikan kepada perhitungan
pembuatan sebuah ban. Dengan adanya perhitungan-perhitungan
tersebut, maka keluarlah perencanaan pemakaian bahan baku.
Oleh Bagian Produksi diestimasi kira-kira bahan yang dibunihkan
perharinya, maka kepala Bagian Produksi mengeluarkan
formulir barang kepada Bagian Gudang.
Berdasarkan permintaan barang yang dibutuhkan, maka
Bagian Produksi membuat bukti pengeiuaran barang yang
merupakan sebuah order tertulis kepada Bagian Gudang agar
menyerahkan sejumlah bahan baku ke bagian yang memerlukan.
Bukti pengeiuaran barang ini merupakan formulir dasar
yang digunakan untuk mengeluarkan bahan dari gudang dan
dianggap bukti yang sah apabila sudah diotorisasi oleh Kepala
Bagian Produksi. Setelah dibeli dan dianggap wajar, maka
Bagian Gudang menandatangani bukti pengeiuaran barang
tersebut sebagai tanda persetujuan dan menyerahkan barang
yang diminta. Adapun pendistribusian dari dokumennya
sebagai berikut:
87
Lembar ke 1 dan 2 untuk Bagian Gudang
Lembar ke 3 untuk Bagian Produksi
Bukti pengeluaran barang ini merupakan dokumen dasar
unttik mencatat pengeluaran barang oleh Bagian Gudang atau
untuk mengurangi jumlah persediaan dan untuk iaporan persediaan
barang secara periodik (bulanan) kepada Bagian Akuntansi
mengenai kuantitas pemakaian bahan baku.
Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan bahwa
prosedur yang menyangkut pengeluaran maupun pengendalian
persediaan yang dilaksanakan perusahaan telah cukup memadai,
dalam arti telah memenuhi unsur-unsur pengendalian intern.
Dimana dalam lingkup perusahaan telah terdapat pemisahan
tugas-tugas, hal ini memberikan suatu tingkat jaminan bahwa
semua pengeluaran dan pemindahan persediaan bahan baku
untuk proses produksi dalam perusahaan telah diotorisasikan dan
dicatat dengan teliti. Adanya pemisahan antara fungsi
penyimpanan yang ditandatangani Bagian Gudang dan Bagian
Produksi yang membutuhkan bahan baku.
4.1.5. Sistem Pencatatan dan Penilaian Persediaan Bahan Baku
Setiap bahan baku yang dibeli oleh PT. Goodyear telah
diverifikasikan secara jelas baik kualitas dan kuantitas serta pemeriksaan
89
5) SubLedger
Merupakan detail daripada persediaan bahan baku dalam
periode satu bulan.
6) General Ledger
Merupakan pencatatan secara keseluruhan juinlah transaksi
persediaan barang dari persediaan awal, pembelian, pemakaian
dan persediaan akhir.
7) Withdrawal Card
Catatan ini berfungsi sebagai buku pembantu persediaan yang
digunakan pada Bagian Gudang untuk mencatat mutasi tiap
jenis persediaan bahan baku, bahan penolong, suku cadang dan
persediaan lain.
Siklus pencatatan persediaan bahan baku pada PT. Goodyear
akan dijelaskan dibawah ini:
Setelah menerima dan mencocokkan Purchasing Order dan
Receiving Slip yang ada dengan faktur (2 lembar) dari vendor
termasuk dokumen-dokumen pendukungnya, Bagian Accounting
(Account Payable) kemudian memasukkan data pembelian bahan
baku sebagai input data purchasing (Account Payable Process)
untuk dicatat pada Account Payable Detail dan Vendor Statement.
Setelah input data diproses, maka Bagian Accounting
memproses kedalam Automatic Reorded Montaly Basis for Accounting
90
Book, yaitu setiap transaksi persediaan bahan baku yang teijadi telah
diproses ke dalam sistem komputerisasi, yaitu:
* Apabila teijadinya transaksi pembelian bahan baku yang
dilakukan Bagian Purchasing berdasarkan dokumen yang ada,
diteruskan ke Bagian Accounting, maka Bagian Accounting
melakukan pencatatan dalam buku pembelian (purchasing book),
yang kemudian akan diposting dengan jumal, sebagai berikut:
Debet : perkiraaan persediaan bahan baku
Kredit : perkiraan hutang
* Apabila teijadi pemakaian bahan baku yang digunakan untuk
proses produksi, maka Bagian Accounting mencatat kedalam
jumal voucher sebagai berikut:
Debet : pemakaian bahan baku
Kredit : persediaan bahan baku
Pada PT. Goodyear, Bagian Gudang juga melakukan suatu
pencatatan untuk setiap jenis bahan yang telah datang dengan
mengimakan formulir yang membedakan jenis, waktu kedatangan
dan ditempatkan pada bahan baku tersebut. Pencatatan yang lain
juga dilakukan dengan menggunakan withdrawal card bahan baku
terhadap barang yang keluar dari gudang dan telah diotorisasi oleh
yang berwenang. Pelaporan terhadap bahan baku yang keluar
91
dilaporkan secara periodik (bulanan) oleh Bagian Gudang kepada
Bagian Accuonting.
Selain menggunakan pencatatan terhadap mutasinya setiap
bahan baku yang ada, PT. Goodyear juga melakukan pencocokkan
fisik persediaan yang sebenamya dengan persediaan menurut
catatan pada Bagian Akuntansi.
Hal tersebut dilaksanakan pada setiap bulan Juni dan Oktober,
yang hasilnya digunakan untuk meminta pertanggungjawaban Bagian
Gudang mengenai pelaksanaan penyimpanan dan pertanggungjawaban
Bagian Akuntansi mengenai keandalan catatan persediaan yang
diselenggarakannya.
Dengan demikian, melihat bahwa PT. Goodyear pencatatan
persediaaimya dilakukan oieh Bagian Accounting dengan membuat
administrasi persediaan kantor dan pencatatan yang dilakukan oleh
Bagian Gudang (material control) dengan membuat administrasi
persediaan gudang serta dilakukan pemeriksaan fisik persediaan
secara periodik.
Pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mencatat
persediaan bahan bakunya memadai terutama menggunakan sistem
pencatatan persediaan perpetual. Sistem pencatatan yang diterapkan
memungkinkan diketahuinya posisi persediaan bahan baku setiap
saat. Karena sistem pencatatan perpetual mengharuskan pencatatan
92
yang segera dilakukan apabila terjadi perubahan persediaan yaitu
dengan melakukan pencatatan pada saat adanya mutasi.
Metode Penilaian Persediaan
Penilaian persediaan adalah merupakan suatu hal yang
perlu dilakukan oleh setiap perusahaan. Hal ini dikarenakan
persediaan merupakan suatu unsur yang perlu untuk suatu
perusahaan yang menghasilkan produk-produk standar. Oleh karena
itu perlu dilakukan penilaian terhadap persediaan yang ada serta
harga pokok dari produk yang dihasilkan.
FT. Goodyear, dalam melakukan penilaian terhadap
persediaan yaitu dengan menentukzm persediaan akhir dan
menghitung harga pokok dengan menggimakan metode penilaian
rata-rata pada setiap periode dan dilakukan secara konsisten dari
tahun ke tahun.
Dari apa yang telah diuraikan diatas mengenai penilaian
persediaan, maka dapat disimpulkan bahwa metode penilaian
persediaan yang diterapkan perusahaan adalah menggunakan
metode harga rata-rata. Dimana metode ini merupakan salah satu
metode penilaian persediaan yang bisa diterima sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi, dengan syarat dilakukan secara konsisten.
93
4.1.6. Pelaporan Persediaan Bahan Baku pada PT Goody ear
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan persediaan bahan baku dan untuk
mempertanggungjawabkan kegiatan persediaan bahan baku yang dilakukan
oleh PT Goodyear, maka dibuat laporan-laporan yang datanya diambil dari
Catalan yang telah dibukukan. Laporan-laporan tersebut adalah:
1. Laporan posisi persediaan bahan baku
Laporan ini dibuat oleh Seksi Gudang untuk melaporkan saldo
bahan baku yang ada di gudang dan dibuat tiap bulan.
2. Laporan bahan yang susut dan rusak
Laporan ini dibuat oleh Seksi Gudang dan bagian produksi untuk
melaporkan bahan-bahan yang rusak, susut atau hilang baik
digudang maupun pada proses produksi.
Laporan-laporan ini diserahkan kepada atasan dengan maksud
agar atasan atau bagian-bagian yang membutuhkan dapat mengetahui
hasil kegiatan perusahaan khususnya kegiatan persediaan bahan baku.
Berdasarkan laporan ini atasan juga dapat menilai hasil keija dan
perkembangan bawahannya.
Sistem pelaporan persediaan bahan baku dalam mempertanggung
jawabkan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan cukup memadai
yaitu karena tersedianya berbagai posisi persediaan bahan baku yang ada
di gudang dan dibuat tiap bulan. Serta laporan bahan yang susut dan rusak,
dimana laporan ini dibuat oleh Seksi Gudang dan Bagian Produksi.
94
Sistem pelaporan yang disajikan dengan baik sangat penting bagi
atasan atau bagian yang membutuhkan, sebab dengan demikian mereka
dapat mengendalikan biaya-biaya, juga agar usaha-usaha yang dilakukan
menjadi terarah. Keberhasilan setiap sistem pengelolaan persediaan
bahzin baku tergantung dari manakah informasi dan data dipergunakan.
Informasi hams berguna bagi mereka yang menerima, mudah dimengerti
dan disediakan tepat pada waktunya.
4.1.7. Pemeriksaan Intern Persediaan Bahan Baku
Pemeriksaan intern persediaan bahan baku pada PT. Goodyear
dilakukan secara periodik yaitu tiap tahun.
Pemeriksaan persediaan bahan baku dikoordinasikan oleh
Internal Control Kantor Pusat dengan anggotanya Seksi Akuntansi dan
Petugas Gudang. Pemeriksaan dilakukan dengan cara :
1. Mencocokkan saldo bahan baku yang ada dalam kartu persediaan
sesuai dengan kartu gudang.
2. Melakukan stock opname atas bahan baku yang ada digudang.
3. Menganalisa semua laporan-laporan posisi persediaan dan bahan
yang rusak atau susut dari Seksi Gudang.
4. Menganalisa laporan-laporan pembelian bahan baku.
Jika teijadi perbedaan atau selisih atas hasil stock opname
dengan saldo kartu gudang dan saldo kartu persediaan, maka tim
95
pemeriksaan menganalisa sebab-sebabnya. Jika selisih itu tidak materil
dan disebabkan karena faktor susut, maka selisih tersebut diabaikan
yang kemudian dibuat penyesuaian. Akan tetapi, jika selisih itu materil
dan penyebabnya karena faktor yang disengaja, maka ditindaklanjuti dan
dikenakan sangsi bagi yang melakukan kesalahan tersebut.
Dari hasil penelitian diatas jelaslah bahwa pemeriksaan intern
yang dilakukan oleh Internal Control mempunyai tugas yang rutin.
Pemeriksaan intern merupakan bagian dari sistem pengendalian
intern yang tepat, karena dalam perusahaan tersebut telah ada
pemeriksaan intern yang dilakukan berdiri sendiri. Hasil pemeriksaan ini
dapat digunakan untuk mengetahui apakah pelaksanaan kerja,
khususnya kegiatan persediaan bahan baku sesuai atau menyimpang dari
prosedur yang telah ditetapkan.
Dengan demikian keberadaan dan pelaksanaan pemeriksaan
persediaan bahan baku didalam perusahaan ini mempunyai peranan yang
sangat penting dalam tugas meningkatkan pengendalian intern,
khususnya mengendalikan kemungkinan teijadinya kecurangan dalam
aktivitas persediaan bahan baku.
4.2. Pelaksanaan Proses Produksi pada PT. GOODYEAR
1. Mempersiapkan karet alam, karet sintetis, carbon black dan oil.
Kemudian bahan tersebut dicampur dalam mesin banbury mixing. Masing-
96
masing dari bahan baku tersebut dicampur dengan kotnposisi atau ukuran
yang telah ditetapkan dan kemudian dipanaskan dengan suhu tertentu. Hasil
dari campuran tersebut dinamakan Compound. Mesin Banbury ini
menghasilkan 2 jenis Compound, yaitu :
a. Non Productive Compound
Compound yang beium dicampur dengan bahan baku kimia yang dapat
melangsungkan proses vulkanisir.
b. Productive Compound
Compound yang sudah dicampur dengan bahan kimia sehingga dapat
diproses lebih lanjut.
2. Pada tahap ini compound dimasukkan ke dalam mesin Mill untuk digiling
menjadi lembaran-lembaran karet dengan ketebalan yang sudah ditentukan.
3. Lembaran-lembaran compound tersebut kemudian diproses menjadi tiga
bagian, yaitu:
a. Compound dimasukkan ke dalam mesin Extriding dan kemudian
dimasukkan ke dalam mesin Skiver untuk dipotong menjadi Tread.
Sidewall dan Apex.
b. Compound dilapisi dengan Fabric (benang, rayon, nylon) dengan
mengunakan Mesin Calendering untuk menghasilkan Treatment, yaitu
bahan pembuatan Ply. Dengan mesin Bias Treatment tersebut dipotong
sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan dan menghasilkan Ply.
97
Kemudian ply dimasukkan kedalam mesin Bead Building untuk dilapisi
Gum Strip dan Squeqee dan menghasilkan Band,
c. Compound dimasukkan dalam proses Bead Insulating untuk dilapisi
dengan kawat baja. Selanjutnya dimasukkan dalam proses Bead Building
untuk membuat lingkaran dengan diameter tertentu sesuai dengan ukuran
Ban yang hendak dibuat. Kedua dari ujung lingkaran ini dibungkus oleh
semacam pita yang disebut takyrap dalam proses Bead Waraping. Untuk
jenis ban yang besar dilapisi kembali dengan Ply dalam proses Bead
Flapping dan menghasilkan Bead.
4. Band. Tread, Sidewall, Apex dan Bead kemudian diproses dengan mesin
Tire Building untuk dirakit dan menghasilkan Green Tire (ban mentah).
5. Green Tire yang dihasilkan kemudian diperiksa untuk mengetahui apakah
sudah sesuai dengan standar perakitan yang ditetapkan.
6. Green Tire yang sesuai dengan standar kemudian dimasukkan dalam proses
Jumming untuk menambah tekanan khusus pada sambungan (tread ) untuk
mencegah terbukanya sambungan pada saat proses pemanasan.
7. Tahap selanjutnya melakukan penyemprotan terhadap green tire bagian luar dan
dalam melalui proses painting untuk mencegah green tire pada saat dipanaskan.
8. Green tire dimasukkan dalam proses pemanasan yang disebut Curring
dengan menggunakan mesin Bag Otomatis Pres.
9. Setelah dilakukan pemanasan dengan mesin bag otomatis pres, green tire
dalam keadaan panas dimasukkan ke dalam mesin Post Cure Inflation untuk
98
dibentuk menjadi ban. Setelah dingin ban tersebut baru dikeluarkan dari
mesin post cure inflation.
10. Tahap selanjutnya ban-ban tersebut dimasukkan ke dalam proses Trimming,
untuk melakukan pengguntingan terhadap rambut-rambut yang ada
disekeliling ban hasil dari mesin Post Cure Inflation. Ban yang telah
digunting kemudian diperiksa dan diuji kesinambungannya.
11. Proses pengujian dan kesinambungan terhadap ban jenis radial dilakukan
dengan mempergunakan mesin Force Variation.
12. Setelah selesai dilakukan pemeriksaan akhir, maka ban-ban tersebut disimpan
atau dimasukkan ke dalam gudang untuk menunggu didistribusikan kepada
konsumen.
PT. Goodyear dalam melaksanakan proses produksinya tidak langsung
melakukan produksi tetapi tergantung dari pesanan atau permintaan dan konsumen.
Cara pelaksanaan produksi itu dengan jalan melakukan pemesanan atau permintaan
ban melalui Sales Departement atau Market Search kebagian Ticket. Pesanan
tersebut kemudian diproses oleh Production Control. Setelah diproses oleh
Production Control dan disetujui kemudian dibuat Perencanaan untuk melakukan
proses produksi pembuatan ban dan pembuatan jadwal keija karyawan.
Dalam menyelenggarakan kegiatan produksinya PT. Goodyear telah
menggunakan mesin-mesin otomatis dan modem.
Apa yang telah dikemukakan tersebut diatas, bahwa pelaksanaan proses
produksi telah beijalan efektif sesuai dengan anggaran produksi yaitu :
99
1. Perusahaan telah memperhitungkan jumlah pemakaian bahan baku untuk
proses produksi selama pertahun berdasarkan pemesanan atau permintaan
dari konsumen.
2. Semua proses produksi berpedoman pada rencana produksi yang telah
ditetapkan. Pada rencana produksi diuraikan mengenai jadwal produksi,
jumlah unit yang akan diproduksi dari Jumlah bahan baku yang dibutuhkan.
Semua kegiatan proses produksi berlangsung terdapat adanya suatu
pembagian keija masing-masing sesuai dengan tugas dan kewajibannnya.
Dimana pelaksanaan proses produksi dilalui dengan kondisi baik terutama
mulai dari tahap persiapan bahan baku karet sampai dengan akhir
pembuatan ban.
3. Serta digunakarmya pencatatan yang cukup memadai dalam proses
produksi, dimana peralatan tersebut digunakan sesuai dengan pelaksanaan
produksi yang ada.
Adapun untuk lebih jelasnya cara pelaksanaan proses produksi
pembuatan ban dapat digambarkan sebagai berikut:
100
Pelaksap^an Produksi
Schedule
Raw Material
Ticket
Material in Process
Production
Control
4.3. Peranan Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku Dalam
Menunjang Efektivitas Proses Produksi
Persediaan adalah sangat penting artinya bagi suatu perusahaan
manufaktur, karena berfungsi menghubungkan antara operasi yang berurutan
dalam pembuatan suatu barang dan menyampaikannya kepada konsumen dalam
bentuk barang jadi yang dilakukan melalui penjualan. Jumlah atau tingkat
101
persediaan yang dibutuhkan pun berbeda-beda, tergantung dari volume
produksi, jenis pabrik dan prosesnya.
Bahan baku merupakan salah satu unsur panting dari persediaan, juga
perlu mendapat perhatian dalam hai pengadaanya. Hal ini dikarenakan
pentingnya bahan baku dalam proses produksi, yang mana dengan optimumnya
jumlah bahan baku yang tersedia maka setiap ada permintaan akan bahan dapat
dengan mudah dilaksanakan. Hal ini berarti dengan bahan baku yang optimum,
maka secara langsung proses produksi yang akan dilaksanakan oleh perusahaan
dapat beijalan dengan lancar.
Agar tujuan perusahaan dapat tercapai, yaitu dapat dihasilkannya laba
yang besar, maka proses produksi yang lancar merupakan salah satu jalan yang
ditempuh agar produk yang dihasilkan dapat maximal dan tujuan perusahaan
dapat tercapai.
Pada PT.Goodyear terlihat pada pelaksanaan pengendalian intern
persediaan bahan bakunya dapat dikatakan baik. Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan adanya unsur-unsur pengendalian intern yang memadai, yang meliputi:
1. Adanya struktur organisasi dengan pemisahaan fimgsi, seperti fungsi
pengadaan dilakukan oleh Seksi Logistik, fungsi penerimaan dilakukan
oleh Seksi Gudang, fungsi penyimpanan dilakukan oleh Seksi Gudang,
fungsi pencatatan dilakukan oleh Seksi Akuntansi.
2. Perencanaan kebutuhan persediaan bahan baku
102
Pengadaan bahan baku disesuaikan dengan perencanaan kebutuhan
persediaan ban baku yang telah ditetapkan dan pengadaan bahan baku
dilakukan setelah ada permintaan dari Seksi Gudang yang didasarkan pada
persediaan minimum dan rencana kebutuhan produksi.
3. Kebijaksanaan Pengadaan Barang
Dalam memenuhi berbagai kebutuhan bahan baku diperlukan suatu
kebijaksanaan dan ketentuan-ketentuan yang telah diatur berdasarkan Surat
Keputusan Rapat Direksi PT. Goodyear, kebijaksanaan pengadaan barang
ini harus dilaksanakan oleh Bagian Pembelian.
4. Prosedur pencatatan telah dilaksanakan, terlihat dari prosedur permintaan
pembelian oleh Bagian Gudang, prosedur penerimaan bahan baku
menerima semua barang yang dibeli perusahaan, mulai dari memeriksa
bahan baku yang masuk sampai dengan jumlah yang terima, prosedur
penyimpanan bahan baku dilakukan. Setelah bahan baku diterima maka
bahan baku untuk proses produksi diawali dengan adanya rencana dari
Bagian Produksi dalam pembuatan ban yang diotorisasikan oleh Manajer
Produksi, dimana setiap keluar masuknya bahan baku selalu dilakukan
pencatatan.
5. Sistem Pencatatan dan Penilcdan Persediaan Bahan Baku
Setiap bahan baku yang dibeli telah diverifikasikan secara jelas oleh
kualitas dan kuantitas serta pemeriksaan lainnya. Dalam pencatatan
persediaannya dilakukan oleh Bagian Accounting dengan membuat
103
administrasi persediaan kantor dan pencatatan dilakukan oleh Bagian
Gudang dengan menbuat administrasi persediaan gudang, dengan
menggunakan formulir yang membedakan jenis waktu kedatangan dan
ditempatkan pada bahan baku tersebut.
Metode penilaian persediaan adalah merupakan suatu hal yang perlu
dilakukan oleh setiap perusahaan. Metode penilaian persediaan yang
diterapkan perusahaan adalah menggunakan metode harga rata-rata sesuai
prinsip-prinsip Akuntansi.
6. Pelaporan Persediaan Bahan Baku
Kegiatan persediaan bahan baku dan untuk mempertanggung-
jawabkannya, yang datanya diambil dari catatan yang telah dibukukan,
yang meliputi : Laporan posisi persediaan bahan baku, dibuat oleh Seksi
Gudang, laporan bahan yang susut dan rusak dibuat oleh Seksi Gudang dan
Bagian Produksi. yang nantinya diotorisasikan oleh atasan yang
bersangkutan.
7. Pemeriksaan Intern Persediaan Bahan Baku
Pemeriksaan intern persediaan bahan baku dikoordinir oleh Internal
Control dengan Seksi Akimtansi dan Petugas Gudang dilakukan secara
periodik setiap tahun.
Dari uraian yang telah dikemukakan diatas terlihat bahwa setiap
aktivitas yang menyangkut persediaan seperti pengadaan, prosedur permintaan
pembelian, penerimaan, penyimpanan, pengeluaran bahan baku untuk proses
104
produksi hams selalu melewati beberapa prosedur tertentu, penggunaan
formulir tertentu, laporan-laporan dan catatan-catatan tertentu yang erat
terkoordinasi. Dimana kesemuanya dimaksudkan untuk memberikan fasilitas
kepada pimpinan pemsahaan, melalui penetapan-penetapan informasi dasar
yang dibutuhkan, sehingga Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku
yang diterapkan terbukti dapat meningkatkan efektivitas proses produksi. Pada
akhimya dapat disimpulkan bahwa Sistem Pengendalian Intern Persediaan
Bahan Baku yang diterapkan dalam pemsahaan sangat memegang peranan
dalam meningkatkan efektivitas proses produksi.
4.4. Pengujian Hipotesis
Sesuai dengan hipotesis yang penulis kemukakan pada hasil dan
pembahasan bahwa pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan
Baku yang memadai dapat meningkatkan efektivitas proses produksi pada
pemsahaan. Maka untuk membuktikan hipotesis ini perlu dilakukan pengujian
agar dapat diketahui apakah hipotesis tersebut ditolak atau diterima.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa pemsahaan telah
melaksanakan Sistem Pengendalian Intem Persediaan Bahan Baku yang cukup
memadai. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan unsur-unsur intem persediaan
bahan baku yang meliputi; Stmktur Organisasi, Sistem Otorisasi dan Prosedur
Pencatatan, Praktek yang sehat dan Pegawai yang cakap.
105
Struktur organisasi PT.Goodyear telah menunjukkan adanya garis-gans
wewenang dan tanggung jawab yang jelas dan dilengkapi dengan uraian tugas
secara terperinci. Selain ini telah menunjukkan adanya pemisahan fungsi,
seperti fungsi pengadaan dilakukan oleh Seksi Logistik atau Pembeiian, fungsi
penerimaan dilakukan oleh Seksi Gudang, fungsi pencatatan dilakukan oleh
Seksi Akuntansi, sementara fungsi penyimpanan dilakukan oleh Seksi Gudang.
Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan telah dilaksanakan, terlihat dari
prosedur pengadaan bahan baku sampai dengan pengeluaran persediaan bahan
baku untuk proses produksi. Pengadaan bahan baku disesuaikan dengan
perencanaan kebutuhan bahan baku yang telah ditetapkan dan pengadaan bahan
baku dilakukan setelah ada permintaan dari Seksi Gudang yang didasarkan pada
persediaan minimum dan rencana kebutuhan produksi. Begitu pula pengeluaran
persediaan bahan baku dilakukan setelah ada bukti permintaan bahan yang telah
diotorisasikan oleh Manajer Produksi. Untuk prosedur pencatatan telah
dilakukan oleh Seksi Akuntansi dan petugas Administrasi Gudang Bahan Baku
dimana setiap keluar masuknya bahan baku selalu dilakukan pencatatan.
Praktik yang sehat telah pula dilaksanakan terbukti dengan adanya
pemeriksaan terhadap persediaan bahan baku tiap tahun yang dilakukan oleh
Internal Control. Adanya laporan dari bawahan mengenai aktivitas persediaan
bahan baku dan adanya penggunaan formulir-formulir serta dokumen-dokumen
yang tercetak. Adanya pegawai-pegawai yang kualitasnya sesuai dengan
tanggung jawabnya.
106
Dalam menyelenggarakan kegiatan produksinya PT. Goodyear telah
menggunakan mesin-mesin yang cukup otomatis dan modem. Pengawasan
mutu mulai dari pengadaan bahan baku sampai produk jadi dilakukan di
laboratorium sendiri.
Semua proses produksi berpedoman pada rencana produksi yang telah
ditetapkan. Pada rencana produksi diuraikan mengenai jadwal produksi, jumlah
unit yang akan diproduksi dan jumlah bahan baku yang dibutuhkan.
Proses produksi bempa karet alam, sintetis, carbon black dan oil mulai
dicampur dalam mesin Banbury Mixer, serta ukuran kemudian dipanaskan
dengan suhu tertentu. Hasil dari campuran tersebut dinamakan Coumpound.
Mesin Banbury ini menghasilkan 2 jenis Coumpound yaitu :
1. Non Productive Coumpound
Coumpound yang belum dicampur dengan bahan baku kimia yang dapat
melangsungkan proses Vulkanisir.
2. Productive Coumpound
Coumpound yang sudah dicampur dengan bahan kimia sehingga dapat
diproses lebih lanjut.
Setelah itu digiling menjadi lembaran-lembaran karet dengan ketebalan
yang sudah ditentukan, kemudian diproses lebih lanjut sampai menghasilkan
band, tread, sidewall, apex dan bead kemudian diproses dengan mesin tire
building untuk dirakit dan menghasilkan green tire. Setelah green tire melalui
proses pemanasan dengan mesin bag otomatis pres, green tire dalam keadaan
107
panas dimasukkan kedalam mesin post cure inflation untuk dibentuk menjadi
ban. Kemudian ban-ban tersebut diproses lebih lanjut mulai dari pengguntingan
terhadap rambut-rambut yang ada disekeliiing ban, sampai proses pengujian dan
kesinambungan terhadap ban jenis radial dilakukan dengan memperagakan
mesin Force Variation. Setelah selesai dilakukan pemeriksaan akhir, maka ban-
ban tersebut disimpan atau dimasukkan kedalam gudang.
Proses produksi yang dilaksanakan selama ini berjalan efektif, sehingga
kualitas produksinya dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan demikian hipotesis yang telah penulis kemukakan pada bab I
bahwa Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku yang dilaksanakan
dengan baik, akan menunjang efektivitas proses produksi. Dapat Diterima.
BAB V
RANGKUMAN KESELURUHAN
PT. Goodyear merupakan perusahaan industri berskala besar, yang
memproduksi berbagai jenis ban berkualitas tinggi seperti ban untuk mobil,
penumpang, truk angkutan ringan, sedang dan truk angkutan komersil, traktor dan
Iain-lain. Bahan baku dalam proses produksi yang diperlukan adalah karet mentah,
benang, yang terdiri dari benang nylon, rayon polyster, fibre glass, carbon black,
syntetic polymers.
Bahan baku tersebut merupakan faktor utama yang menunjang terhadap
kelancaran dan efektivitas proses produksi. Kelancaran proses produksi dengan
dukungan pengendalian intern persediaan bahan baku yang memadai akan
menghasilkan barang yang siap diolah pada waktu yang tepat dan sesuai rencana
produksi yang ditetapkan perusahaan.
Dalam penelitian yang dilakukan, penulis mengidentifikasikan masalah yang
akan menjadi bahan analisis pada bab pembahasan yaitu :
1. Apakah pelaksanaan sistem pengendalian intern persediaan bahan baku pada PT.
Goodyear sudah cukup memadai ?
2. Bagaimana peranan sistem pengendalian intern persediaan bahan baku dalam
menunjang efektivitas proses produksi pada PT. Goodyear ?
Pengendalian intem persediaan bahan baku yang dilakukan PT. Goodyear dimulai
dari tahap perencanaan dan diikuti dengan pengawasan terhadap pelaksanaan perencanaan
109
persediaan bahan baku yang meliputi pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan
pemeliharaan di gudang penyimpanan, pengeluaran untuk proses produksi, pencatatan
yang disertai bukti-bukti pendukung dan adanya pemeriksaan persediaan bahan baku.
Untuk menunjang kelancaran proses produksi serta memudahkan pengawasan
maka perusahaan telah mengambil kebijaksanaan dengan mengklasifikasikan
persediaan barang-barang yang ada di gudang penyimpanan sebagai berikut:
1) Persediaan bahan baku
Yaitu bahan utama yang digunakan dalam memproduksi barang jadi. Bahan baku
yang digunakan dalam melakukan proses produksinya adalah karet alam dan
karet syintetic, carbon black, minyak (oil).
2) Persediaan barang dalam proses
Yaitu persediaan yang dalam peijalanan proses produksi berupa coumpound,
calendering (coumpound fabric) berupa nylon, rayon, polyester, fibreglass,
coumpound kawat baja, serta barang lain yang masih dalam proses penyelesaian.
3) Persediaan barang jadi
Yaitu hasil produksi yang telah diselesaikan dalam proses produksi dan
siap untuk dijual, yaitu berupa ban untuk mobil penumpang, truk angkutan
ringan, sedang dan truk komersil, traktor dan Iain-lain.
4) Persediaan bahan pembantu
Yaitu bahan pelengkap yang diperlukan dalam proses produksi, dalam rangka
menghasilkan barang jadi. Bahan pembantu tersebut terdiri dari ; sulpur,
plastici2der, accelerators, antioxydants.
110
Perencanaan kebutuhan persediaan bahan baku didasarkan pada rencana
produksi yang telah ditetapkan pada rapat pimpinan dengan para manajer yang terkait.
Rencana produksi FT. Goodyear biasanya disusun per bulan, sedangkan rencana
produksi untuk satu tahun cukup hanya mengalikan per bulan dikalikan dua belas.
Penentuan rencana-rencana produksi ini tidak teriepas dari kegiatan-kegiatan
perusahaan misalnya pemasaran, pembelian, penyimpanan, dan keuangan yang satu
sama lain saling ketergantungan. Jadi perencanaan persediaan bahan baku
berhubungan dengan penentuan komposisi persediaan. penerimaan waktu serta lokasi
untuk memenuhi kebutuhan persediaan bahan baku dalam melaksanakan proses
produksi tersebut. Adapun rencana perusahaan dalam memenuhi persediaan bahan
baku adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan telah menetapkan tingkat persediaan bahan baku (stock level) pada
tingkat minimum atau maksimum.
2. Memeriksa kondisi persediaan bahan baku di gudang yang slow moving, un
moving untuk segera dimanfaatkan oleh user.
3. Penyimpanan bahan baku disusun sedemikian rupa secara teratur, sehingga
memberi kemudahan-kemudahan apabila bahan baku tersebut dibutuhkan dengan
segera. Salah satu contoh untuk tiap macam bahan baku diberi nomor kode, baik
kode bahan maupun lokasi penempatan serta label.
4. Menyelenggarakan pencatatan atas keluar masuknya persediaan bahan baku
dalam kartu persediaan bahan baku atau stock card untuk keperluan produksi atas
permintaan dari yang membutuhkan.
Ill
Perencanaan ini biasanya diikuti dengan pengendalian dalam melaksanakannya.
sehingga antara perencanaan dan pengendalian terdapat hubungan yang saling
mendukung untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengendalian disini
merupakan suatu tehnik untuk mengatur pengeluaran perintah-perintah dan tindakan
pencegahan, meliputi pencatatan dan pelaksanaan kerja yang selanjutnya
diperbandingkan secara terus-menerus dengan rencana yang telah ditentukan semula.
Pengadaan bahan baku pada perusahaan didasarkan pada rencana pengadaan
persediaan bahan baku yang telah ditetapkan Rapat Direksi. Pelaksanaan pengadaan
bahan baku berupa karet dilakukan oleh Seksi Logistik dan dalam penentuan jumlah
bahan baku yang dibeli didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Jumlah bahan baku yang dibeli disesuaikan dengan rencana jumlah bahan baku
yang dibutuhkan untuk proses produksi.
2. Kapasitas gudang penyimpanan.
3. Resiko biaya penyimpanan dan pemeliharaan dari penurunan mutu bahan baku
sebelum proses.
Adanya pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka diharapkan memberikan
keuntungan bagi perusahaan antara lain :
1. Bahan yang diperlukan untuk proses produksi selalu tersedia digudang sehingga
kelancaran dan efektivitas proses produksi dapat teijamin.
2. Keadaan persediaan bahan baku selalu seimbang dengan kebutuhan untuk proses
produksi dan tertumpuknya bahan digudang tidak teijadi.
112
• Dalam melaksanakan prosedur permintaan pembelian, perusahaan telah
mengatur cara-cara dalam melakukan semua pembelian barang yang dibutuhkan
oleh perusahaan. Seluruh bagian dalam perusahaan yang memerlukan barang
tertentu, mengajukan permintaan kepada Bagian Pembelian.
Prosedur permintaan pembelian pada PT. Goodyear ini cukup baik dalam
mengatur cara-cara pembelian barang yang dibutuhkan sebagai berikut:
1. Bagian Gudang mengajukan permintaan pembelian dengan membuat atau mengisi
formulir permintaan bahan baku rangkap 4 dibedakan wama.
2. Pelaksanaan pembelian harus berdasarkan permintaan pembelian dan harga yang
bersaing, serta kualitas yang optimal.
3. Penawaran tersebut diklasifikasikan berdasarkan jumlah rupiah tertentu, antara
lain yaitu;
a. Untuk pembelian sampai sejumlah Rp 500.000; dilakukan dengan penawaran
lisan oleh Buyer.
b. Untuk pembelian diatas Rp 500.000 sampai Rp 5.000.000; dilakukan dengan
penawaran tertulis oleh Buyer.
c. Untuk pembelian diatas Rp 5.000.000; sampai Rp 10.000.000; dilakukan
dengan penawaran tertutup oleh Manajer Purchasing dan Accounting.
4. Bagian Pembelian harus memiliki Vendor yang dapat memenuhi keinginan
perusahaan dengan mempertimbangkan keadaan Vendor tersebut. antara lain :
mengenai bonafitas, ketepatan penyerahan barang, kelonggaran syarat
pembayaran.
113
Fungsi kegiatan penerimaan pada PT. Goodyear bertugas untuk menerima
semua barang yang dibeli perusahaan. Prosedur penerimaan barang yang
dilaksanakan perusahaan dapat dikatakan cukup memadai dimana didalamnya terlihat
antara lain;
* Petugas gudang sebagai penerima barang melakukan pengecekan, jenis kuantitas
dan kualitas barang yang diterima. sehingga beriaku ketentuan bahwa barang-
barang hanya akan diterima, sehingga beriaku ketentuan bahwa barang-barang
hanya akan diterima apabila sesuai dengan kuantitas dan spesifikasi seperti
tercantum daiam order pembelian.
5k Dalam prosedur penerimaan ini, terlihat adanya suatu kepastian bahwa barang-
barang yang diterima dibuatkan laporan penerimaan barang, serta akan
dibandingkan dengan pesanan pembelian, dan faktur pembelian sebelum
dilakukan persetujuan pembelian.
Setelah bahan baku diterima, maka ditentukan dimana barang-barang tersebut
ditempatkan. Dalam hal ini, Bagian Gudang mempunyai tanggung jawab atas
pengamanan bahan tersebut, yang berarti bahwa bahan dan persediaan yang ada itu
hams disimpan dalam lokasi atau tempat yang tepat. Hal tersebut bertujuan agar
bahan-bahan tersebut aman hingga dipergunakan dalam produksi dan selumh bahan
yang diambil dari gudang hams melalui prosedur yang beriaku serta dibatasi orang
atau karyawan yang masuk gudang penyimpanan.
Seperti telah dikemukakan pada bagian sebelumnya bahwa jenis barang yang
dihasilkan oleh PT. Goodyear, bempa ban dengan tipe dan model yang berbeda-beda.
114
Oleh karena itu sistem penyimpanan bahan bakunya dilakukan secara tertutup
(disimpan digudang secara permanen) dengan kondisi bangunan yang cukup baik
yang didirikan dari beton-beton yang kuat dan pintu yang terbuat dari besi serta
dilengkapi dengan kvinci-kunci. Adapun sistematika penyimpanan bahan baku
digudang sebagai berikut:
* Barang yang telah datang, diberi label sesuai dengan kedatangan barang.
* Barang yang sering atau banyak diminta, disimpan dalam tempat yang mudah
diambil.
5k Tempat penyimpanan tidak berubah-ubah.
5k Adanya pengawasan dari penjaga gudang yang bertanggungjawab.
5k Setiap barang atau bahan yang keluar dari gudang dilengkapi dengan formulir
pengeluaran barang.
Adapun fasilitas penyimpanan pada perusahaan untuk menjamin keselamatan
persediaan bahan baku, yang cukup baik adalah sebagai berikut;
1. Tersedianya jumlah dan ukuran gudang bahan baku
2. Sistem penyimpanan bahan bakunya dilakukan secara tertutup (disimpan
digudang secara permanen) dengan kondisi bangunan yang cukup baik yang
didirikan dari beton-beton yang kuat dan pintu yang terbuat dari besi serta
dilengkapi dengan kunci-kunci, serta tersedianya alat pemadam kebakaran.
3. Alat-alat mesin angkut bagi bahan baku yang akan disimpan digudang, serta
penimbangan barang sesuai dengan kuantitas.
4. Adanya sistem kode barang dan diberi label sesuai dengan kedatangan barang.
115
5. Dibuatnya laporan persediaan bahan baku secara mingguan dan bulanan.
6. Dibuatnya tempat secara tersusun keatas (rak-rak) sesuai dengan kapasitas barang
yang dibutuhkan.
PT. Goodyear pencatatan persediaannya dilakukan oleh Bagian Accounting
dengan membuat administrasi persediaam kantor, dan pencatatan yang dilakukan oleh
Bagian Gudang (material control) dengan membuat administrasi persediaan gudang
serta dilakukan pemeriksanaan fisik persediaan secara periodik. Pencatatan yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mencatat persediaan bahan baku yang memadai
terutama menggunakan sistem pencatatan persediaan perpetual. Sistem pencatatan
yang diterapkan memungkinkan diketahuinya posisi persediaan bahan baku setiap
saat. Karena sistem pencatatan perpetual mengharuskan pencatatan segera dilakukan
apabila teijadi perubahan persediaan yaitu dengan melakukan pencatatan pada saat
adanya mutasi. Penilaian persediaan adalah merupakan suatu hal yang perlu
dilakukan oleh setiap perusahaan. Hal ini dikarenakan persediaan merupakan suatu
unsur yang perlu untuk suatu perusahaan yang menghasilkan produk-produk standar.
Oleh karena itu perlu dilakukan penilaian terhadap persediaan yang ada serta harga
pokok dari produk yang dihasilkan.
Sistem pelaporan persediaan bahan baku dalam mempertanggungjawabkan
kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan cukup memadai yaitu karena tersedianya
berbagai posisi persediaan bahan baku yang ada di gudang dan dibuat tiap bulan.
Sistem pelaporan yang disajikan dengan baik sangat penting bagi atasan atau bagian
yang membutuhkan, sebab dengan demikian mereka dapat mengendalikan biaya-
116
biaya, juga agar usaha-usaha yang dilakukan menjadi terarah. Keberhasilan setiap
sistem pengelolaan persediaan bahan baku tergantung dari manakah informasi dan
data dipergunakan. Informasi hams berguna bagi mereka yang menerima, mudah
dimengerti dan disediakan tepat pada waktunya.
Pemerikasaan intem persediaan bahan baku pada FT. Goodyear dilakukan
secara periodik yaitu tiap tahun. Pemeriksaan intem mempakan bagian dari sistem
pengendalian intem yang tepat, karena dalam pemsahaan tersebut telah ada
pemeriksaan intem yang dilakukan berdiri sendiri. Hasil pemeriksaan ini dapat
digunakan untuk mengetahui apakah pelaksanaan keija khususnya kegiatan
persediaan bahan baku sesuai atau menyimpang dari prosedur yang telah ditetapkan.
Dalam menyelenggarakan kegiatan produksinya PT. Goodyear telah
menggunakan mesin-mesin yang cukup otomatis dan modem. Pengawasan mesin-
mesin yang cukup otomatis dan modem. Pengawasan mutu mulai dari pengadaan
bahan baku sampai produk jadi dilakukan di laboratorium sendiri. Semua proses
produksi berpedoman pada rencana produksi yang telah ditetapkan. Pada rencana
produksi diuraikan mengenai jadwal produksi, jumlah unit yang akan diproduksi dan
jumlah bahan yang dibutuhkan.
Proses produksi berupa karet alam, sintesis, carbon black dan oil mulai
dicampur dalam mesin Banbury Mixer, serta ukuran kemudian dipanaskan dengan
suhu tertentu. Hasil dari campuran tersebut dinamakan Coumpound. Mesin Banbury
ini menghasilkan 2 jenis Coumpound yaitu :
117
1. Non Productive Coumpound
Coumpound yang belum dicampur dengan bahan baku kimia yang dapat
melangsungkan proses vulkanisir.
2. Productive Coumpound
Coumpound yang sudah dicampur dengan bahan kimia sehingga dapat diproses
lebih lanjut.
Setelah itu digiling menjadi lembaran-lembaran karet dengan ketebalan yang
sudah ditentukan, kemudian diproses lebih lanjut sampai menghasilkan band, tread,
sidewall, apex dan bead, kemudian diproses dengan mesin tire building untuk dirakit
dan menghasilkan green tire. Setelah green tire melalui proses pemanasan dengan
mesin bag otomatis pres, green tire dalam keadaan panas dimasukkan kedalam mesin
post cure inflation untuk dibentuk menjadi ban. Kemudian ban-ban tersebut diproses
lebih lanjut mulai dari pengguntingan terhadap rambut-rambut yang ada disekeliling
ban. sampai proses pengujian dan kesinambungan terhadap ban jenis radial dilakukan
pemeriksaan akhir, maka ban-ban tersebut disimpan atau dimasukkan kedalam
gudang.
Proses produksi yang dilaksanakan selama ini beijalan efektif, sehingga
kualitas produksinya dapat dipertanggungjawabkan. Efektivitas proses produksi
tersebut disebabkan karena adanya Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan
Baku yang memadai dan dijalankan dengan baik.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pemsahaan yang telah dikemukakan oleh
penulis sebelumnya, maka penulis menarik beberapa simpulan dan saran yang
mungkin dapat digunakan sebagai masukan bagi perusahaan sebagai berikut;
6.1.1. Simpulan Umum
1. Karet merupakan bahan baku yang digunakan dalam pelaksanaan
proses produksi untuk menghasilkan berbagai jenis ban. Untuk
menunjang kelancaran proses produksi serta memudahkan
pengawasan maka perusahaan telah mengambil kebijaksanaan
dengan mengklasifikasikan persediaan barang-barang yang ada di
gudang penyimpanan sebagai berikut:
1) Persediaan bahan baku
Yaitu bahan utama yang digunakan dalam memproduksi barang
jadi. Bahan baku yang digunakan dalam melakukan proses
produksinya adalah karet alam dan karet syntetic, carbon black,
minyak (oil).
2) Persediaan barang dalam proses
Yaitu persediaan yang dalam perjalanan proses produksi berupa
coumpound calendering (coumpound fabric) berupa nylon.
119
rayon, polyester, fibreglass, coumpound kawat baja, serta
barang lain yang masih dalam proses penyelesaian.
3) Persediaan barang jadi
Yaitu hasil produksi yang telah diselesaikan dalam proses
produksi dan siap untuk dijual, yaitu berupa ban untuk mobil
penumpang, truk angkutan ringan, sedang dan truk komersil,
traktor dan Iain-lain.
4) Persediaan bahan pembantu
Yaitu bahan pelengkap yang diperlukan dalam proses produksi,
dalam rangka menghasilkan barang jadi. Bahan pembantu
tersebut terdiri dari; sulpur, plasticier, accelerators,
antioxydants.
2. Pengadaan bahan baku disesuaikan dengan perencanaan kebutuhan
persediaan bahan baku yang telah ditetapkan dan pengadaan bahan
baku dilakukan setelah ada permintaan dari Seksi Gudang. Adapun
rencana perusahaan dalam memenuhi persediaan bahan baku adalah
sebagai berikut:
1) Perusahaan telah menetapkan tingkat persediaan bahan baku
(stock level) pada tingkat minimum atau maksimum.
2) Memeriksa kondisi persediaan bahan baku di gudang yang slow
moving, un moving untuk segera dimanfaatkan oleh user.
120
3) Penyimpanan bahan baku disusun sedemikian rupa secara
teratur, sehingga memberi kemudahan-kemudahan apabila
bahan baku tersebut dibutuhkan dengan segera. Salah satu
contoh untuk tiap macam bahan baku diberi nomor kode, baik
kode bahan maupun lokasi penempatan serta label.
4) Menyelenggarakan pencatatan atas keluar masuknya persediaan
bahan baku dalam kartu persediaan bahan atau stock card untuk
keperluan produksi atas permintaan dari yang membutuhkan.
3. Dalam memenuhi berbagai kebutuhan bahan baku diperlukan suatu
kebijaksanaan dan ketentuan-ketentuan yang telah diatur
berdasarkan suatu keputusan Rapat Direksi FT. Goodyear.
4. Prosedur pencatatan telah dilaksanakan, terlihat dari prosedur
permintaan pembelian mengatur cara-cara, dalam melakukan semua
pembelian barang yang dibutuhkan oleh perusahaan. Pelaksanaan
pengadaan bahan baku berupa karet dilakukan oleh Seksi Logistik
dan dalam penentuan jumlah bahan baku yang dibeli didasarkan
pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1) Jumlah bahan baku yang dibeli disesuaikan dengan rencana
jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi.
2) Kapasitas gudang penyimpanan
3) Resiko biaya penyimpanan dan pemeliharaan dari penurunan
mutu bahan baku sebelum proses.
122
(p Pengajuan permintaan pembelian hanya dapat dilaksanakan
jika rencana produksi memang benar-benar akan dilaksanakan.
6. Prosedur penerimaan bahan baku menerima semua barang yang
dibeli perusahaan, muiai dari memeriksa bahan baku yang masuk
sampai dengan jumlah yang diterima prosedur penyimpanan bahan
baku dilakukan. Setelah bahan baku diterima maka bahan baku
untuk proses produksi diawaii dengan adanya rencana dari bagian
produksi daiam pembuatan ban yang diotorisasikan oieh Manajer
produksi.
7. Dalam sistem pencatatan dan penilaian persediaan bahan baku,
setiap bahan baku yang dibeli telah diverifikasikan secara jelas oieh
kualitas dan kuantitas serta pemeriksaan lainnya. Pencatatan
persediaannya dilakukan oieh Bagian Accounting dengan membuat
administrasi persediaan kantor dan pencatatan dilakukan oieh
Bagian Gudang dengan membuat administrasi persediaan gudang,
dengan menggunakan formulir yang membedakan jenis waktu
kedatangan dan ditempatkan pada bahan baku tersebut.
Metode penilaian persediaan adalah merupakan suatu hal yang
perlu dilakukan oieh setiap perusahaan. Metode penilaian
persediaan yang diterapkan perusahaan adalah menggunakan
metode harga rata-rata sesuai prinsip-prinsip Akuntansi.
123
8. Pelaporan Persediaan Bahein Baku
Kegiatan persediaan bahan baku dan untuk mempertanggung-
jawabkannya, yang datanya diambil dari catatan yang telah
dibukukan, yang meliputi : Laporan posisi persediaan bahan baku,
dibuat oleh Seksi Gudang, laporan bahan yang susut dan rusak
dibuat oleh Seksi Gudang dan Bagian Produksi yang nantinya
diotorisasikan oleh atasan yang bersangkutan.
9. Pemeriksaan Intern Persediaan Bahan Baku
Pemeriksaan intern persediaan bahan baku dikoordinir oleh Internal
Control dengan Seksi Akuntansi dan Petugas Gudang dilakukan
secara periodik setiap tahun.
10. Proses produksi berupa karet alam, sintesis, carbon black dan oil
mulai dicampur dalam mesin Banbury Mixer, serta ukuran
kemudian dipanaskan dengan suhu tertentu. Hasil dari campuran
tersebut dinamakan Coumpound. Mesin Banbury ini menghasilkan
2 jenis Coumpound yaitu:
1) Non Productive Coumpound
Coumpound yang belum dicampur dengan bahan baku kimia
yang dapat melangsungkan proses Vulkanisir.
2) Produktive Coumpound
Coumpound yang sudah dicampur dengan bahan kimia
sehingga dapat diproses lebih lanjut.
124
Setelah itu digiling menjadi lembaran-lembaran karet dengan
ketebalan yang sudah ditentukan, kemudian diproses lebih lanjut sampai
menghasilkan band, tread, sidewall, apex dan bead kemudian diproses
dengan mesin tire building untuk dirakit dan menghasilkan green tire.
Setelah green tire melalui proses pemanasan dengan mesin bag otomatis
pres, green tire dalam keadaan panas dimasukkan kedalam mesin post
cure inflation untuk dibentuk menjadi ban. Kemudian ban-ban tersebut
diproses lebih lanjut mulai dari pengguntingan terhadap rambut-rambut
yang ada disekeliling ban, sampai proses pengujian dan kesinambungan
terhadap ban jenis radial dilakukan dengan memperagakan mesin force
variation. Setelah selesai dilakukan pemeriksaan akhir, maka ban-ban
tersebut disimpan atau dimasukkan kedalam gudang.
6.1.2. SImpulan Khusus
1. Pelaksanaan pengendalian intern persediaan bahan baku yang
diselenggarakan oleh perusahaan yang dapat mendukung adanya
pengendalian intern persediaan bahan baku yang efektiv yang mana
telah terpenuhinya beberapa kriteria antara lain :
a. Adanya struktur organisasi yang menggariskan pemisahan
fungsi yang jelas antara fungsi pengadaan, fungsi penerimaan.
fungsi pencatatan, dan fungsi penyimpanan terhadap persediaan
bahan baku.
125
b. Adanya permintaan pembelian yang secara otomatis
dilaksanakan apabila persediaan telah mendekati titik minimum.
c. Adanya pencatatan persediaan yang memadai, dan diselenggarakan
menurut metode perpetual, sehingga setiap saat dapat diketahui
saldo-saldo persediaan yang ada.
d. Adanya perlindungan yang memadai terhadap bahan baku yang
nilainya tinggi.
e. Adanya laporan dari bawahan mengenai aktivitas persediaan
bahan baku yang berisi kegiatan rutin dilakukan dan adanya
penggunaan formuiir-formuiir serta dokumen-dokumen yang
tercetak.
6.2. Saran
Dari basil penelitian yang penulis peroleh dengan memperhatikan
pelaksanaan dan prosedur dari sistem pengendalian intern persediaan yang
dilaksanakan oleh PT. Goodyear, maka penulis memberikan saran sebagai
berikut:
1. PT. Goodyear sebaiknya mengasuransikan semua jenis persediaan bahan
bakunya baik yang ada digudang maupun masih dalam peijalanan, hal ini
untuk menjamin keselamatan persediaan dari kemungkinan adanya faktor-
faktor disengaja atau tidak disengaja, seperti kebakaran, kehilangan atau
kecurian yang dapat merugikan perusahaan.
126
2. Perlunya menggunakan komputerisasi dalam pengelolaan persediaan bahan
baku, agar informasi mengenai persediaan bahan baku dapat dengan cepat,
tepat dan terpercaya bisa diperoleh oleh pihak yang memerlukan. Misainya
jika pimpinan perusahaan ingin memperoleh informasi mengenai posisi
persediaan maka secara cepat dapat diberikan. Disamping itu dengan
menggunakan komputerisasi pelaksanaan pencatatan lebih cepat dilakukan
daripada dengan manual.
3. Sebaiknya Bagian Purchasing dan Bagian Gudang diberikan formulir
receiving slip yang berguna untuk memberitahukan barang yang dipesan
telah tiba, agar tercapainya sistem pengendalian intern persediatui yang
baik.
VIII
DAFTAR PUSTAKA
1. Arens, Alvin A, James K. Loebbecke. Auditing Integrated Approach. FifthEdition. New Jersey ; Prentice Hail, 1991.
2. Amin Widjaja Tunggal, Stuktur Pengendalian Intern. Jakarta: Rineka Cipta,1995.
3. Arens, Alvin A, James K. Loebbecke. Auditing ; Suatu Pendekatan Terpadu.Jilid 2, Edisi Keempat. Penerbit Erlangga, 1994.
4. Amir Abadi Jusuf, Rudi M. Tambunan. Sistem Informasi Akuntansi. EdisiIndonesia Penerbit Salemba Empat, 1995.
5. Antony, Dearden and Bedford, Sistem Pengendalian Manaiemen. Edisi 6. JilidI. Dialihbahasakan oleh Agus Maulana. Jakarta: Binarupa Aksara, 1992.
6. Boyton, William C. Walter G.Kell. Modern Auditing. 3th Edition. New York :John Willey and Sons, Inc., 1996.
7. Eldon S. Hendriksen. Teori Akuntansi. Jilid Kesatu, Edisi 4. Peneijemah.Marianus Sinaga, SE., Ak., Jakarta: Penerbit Erlangga, 1991.
8. Efraim Ferdinan Giri. Akuntan Keuangan I. Yogyakarta : Bagian PenerbitSekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 1995.
9. Ikatan Akuntan Indonesia. Norma Pemeriksaan Akuntansi. Edisi Revisi,
Jakarta : Rineka Cipta, 1992.
10. Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar Profesional Akuntan Publik. Yogyakarta.
Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 1994.
11. Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan. Buku Satu. Jakarta :
Salemba Empat. 1995.
12. Indriyo Gitosudarmo. Manaiemen Onerasi. Edisi Pertama, Penerbit BPFEYogyakarta, Januari 1999.
IX
13. Joseph W Wikinson. Sistem Akuntansi dan Informasi. Dialihbahasakan olehIr. Agus Maulana., MSM., Jilid Satu. Edisi Ketiga. Jakarta ; Penerbit :Binarupa Aksara, 1993.
14. J.B. Heckert. James and John B. Campbell, ControIlershiD Tugas dan AkuntanManagement. Edisi Ketiga. Dialihbahasakan oleh Tjintjin F. Tjendera,Drs., Ak. Jakarta : Penerbit Erlangga, 1993.
15. La Midjan Drs., Ak., Azhar Susanto Drs. Sistem Informasi Akuntansi 1 iPendekatan Manual. Praktika Penvusunan Metode dan Prpsedur.Edisi Kelima, LIA, Bandung, 1994.
16. La Midjan Drs., Ak., Azhar Susanto Drs. Sistem Informasi Akuntansi I:Pendekatan Manual Praktika Penvusunan Metode dan Prosedur.Bandung : Lembaga Informatika Akuntansi, 1995.
17. Mulyadi Drs. Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga. Yogyakarta : Penerbit SekolahTinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 1993.
18. Muslich Anshori, Msc, Ak. Manaiemen Produksi dan Onerasi. Penerbit CV:Citra Media, Surabaya, 1996.
19. Matz, Adoph and Usry, Milton P. Akuntansi Biava. Perencanaan danPenegndalian. Jilid Satu. Edisi ke 9. Penerbit Erlangga. Jakarta, 1995.
20. Mulyadi, Akuntansi Biava. Edisi 5. Yogyakarta ; Penerbit Sekolah Tinggi IlmuEkonomi YKPN, 1993.
21. M. Munandar. Pokok-Pokok Intermediate Accounting. Edisi 6. Yogyakarta :Gajah Mada University Press, 1996.
22. Milton F Usry, Lawrence H. Hammer, Adolph Matz, Cost Accounting Planningand Control. South Western Publishing Co, 9 th Edition Binarupa Aksara,1990.
23. Niswonger C. Rollin, Fess E. Philip and Warren Carlss. Accounting Principles(Prinsin-prinsiD AkuntansiV Edisi 16. Jilid I alihbahasa oleh HyginusRuswinarto Herman Wibowo, Jakarta: Erlangga, 1993.
24. Samsul, Ms., Ak., dan Mustofa, Drs., Ak., Sistem Akuntansi ; PendekatanManaierial. Edisi Kedua. Yogyakarta: Liberty, 1992.
25. Smith Jay M., Fred Skousen Jr K. Intermediate Accounting CAkuntansiIntermediate) Volume Komprehensif. Edisi 9. Jilid I, alih bahsa oleh
Tim Peneqemah, Penerbit Erlangga, Jakarta: Erlangga, 1993.
26. Sofyan Assauri, Manaiemen Produksi dan Onerasi. Edisi 4. Jakarta : LembagaPenerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia, 1993.
27. Sukanto Reksohadiprodjo, Indriyo Gitosudarmo. Manaiemen Produksi. Edisi 4.Penerbit BPFE Yogyakarta, 1995.
28. Theodorus M. Tuanakotta. Auditing Petuniuk Pemeriksaan Akuntan Publik.
Jakarta Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1982.
29. Wilson, James D. dan John B Campbell, "ControllershiD'\ "Tugas AkuntanManaiemen " Editor Gunawan Hutahuruk, MBA, Edisi Ketiga, PenerbitErlangga, Jakarta, 1991.
30. Zaki Baridwan Drs., Msc., AK, Sistem Akuntansi : Penvusunan. Prosedur
dan Metode. Edisi Kelima. Yogyakarta : Penerbit Fakultas EkonomiAkuntansi YKPN, 1991.
ORGANIZATION CHART
PT, GOODYEAR INDONESIA
Vice President Asia Region
President Director
Executive Secretary
Manufacturing Dir.
QTM PM EM
Supply, Logistic Dir.
ES
HRO TR MOD
Purchasing Dir.
ES
T.Mgr MCM
Finance Dir.
ES
ISM
Sales Marketing Dir.
ES
FAC Tr. M lA
ES
AMD RSM OEM
Keterangan:ES : Executive Secretary MCM : Matrial Control Manager
QTM : Quality Technology Manager ISM : Information System Manager
PM ; Production Manager FAC ; Finance Advisor Controller 1-
EM ; Engineering Manager Tr. M I Treasure Manager iHRD ; Human Resources Department lA : Internal Auditor "S.TR : Training Manager AMD : Associate Marketing Manager
MOD : Manufacturing Director (MDD) RSM : Replacement Manager P
X
T. Mgr : Traffic Manager OEM : Original Equipment Manager
Lampiran xv
PROSEDUR PRODUKSI PEMBUATAN BAN
Raw Material
Karet Alam + Karet Sintetis Pigmen + Carbon Black + Minyak (Oil)
ICalendering
( Coumpound of Fabric)
Treatment
Bias Cutting
Ply
Bead Building
Band
Banbury (Coumpound)
Mill
I
Bead Insulating( Coumpound + Karet Baja )
Extruding
ISkiver
(Tread, Sidewall, Apex )
Green Tire
Inspection
Curring
IPost Cure Inflation
ITrimming
IInspection
(Balancing/Micro Bise )
Post Variation Machine
(hanya jenis ban radial)
Shipping
Bead Building
Bead Wrapping
Bead Ilaping
Bead
PT Goodyear IndonesiaWithdrawal Card
Raw Materials
wc
Date:
E sis
Code
Material
CodeQTY withdrawal Dept
ExpClass
Csis
Code
Material 1
Code 1QTY withdrawal j Dept 1ExpCode
Svntetic Rubber Nilon Fabric
04-01-001 Kino bale kgs ■ 3200 15 01-03-001 E0 2NN roll kgs 3300 15
04-01-003 Nolo bale kgs 3200 15
04-01-004
04-01-005
Nato
Nivto
bale
bale
kgskgs
3200
3200
15
15 01-03-002 E0 2NO roll kgs 3300 15
Natural Rubber
04-04-001 Bublic bale kgs 3200 15 01-03-029 roll kgs 3300 15
04-04-002 Edbrisic/Exonic bale kgs 3200 15
04-04-003
04-04-005
Chrisic
crenide A/imeic
bale
bale
kgs
kgs3200
3200
15
15 01-03-005 roll kgs 3300 15
04-04-007 Durkic bale kgs 3200 15
04-04-010
04-04-013
Lunaric
Rionic
bale
bale
kgs
kgs3200
3200
15
15 01-03-014 roll kgs 3300 15
04-04-014
04-04-016
Stovic
Snowic/Budene
bale
bale
kgskgs
3200
3200
15
15 01-03-018 NF23JA roll kgs 3300 15
Carbon Black
02-01-001 CB-238/N330 bags kgs 3200 15
02-01-002
02-01-003
CB-267
CB-405/N220
bagsbags
kgskgs
3200
3200
15
15 01-03-020 NF26JA roll kgs 3300 15
02-01-005 CB-510/N660 bags kgs 3200 15
02-01-006 CB-599/N347 bags kgs 3200 15
02-01-007
02-01-008
CB-630/N326
CB-841 B
bagsbags
kgskgs
3200
3200
15
15 01-03-028 NF26JF roll kgs 3300 15
02-01-009 CB-999/N375 bags kgs 3200 15 01-03-019 NF29JA roll kgs 3300 15
STEEICORD
03-02-004 WP20 (2+2X.23) box kgs 5101 15
03-02-005 WL24 (T102WL) box kgs 5101 15
BEAD WIRE 01-03-012 NH23JA roll kgs 3300 15
03-01-001 0.037 HT box kgs 5101 15
POLYESTER
01-07-006 TC 29 HF roll kgs 3300 15 01-03-021 NH 19 JA roll kgs 3300 15
I roll I kgs I 33001 15iRayon Fabric"01-07-006 ITB30
101-07-007 ITP29HF I roll I kgs I 33001 15|01-02-003 RM23BL
I I I
Nylon Fabric Bead Wrap
01-03-032 NC305A roll kgs 3300 15 01-03-003 L02NU roll kgs 5101 15
01-03-001 NG/GllNG roll kgs 5100 15
DAH - 093 - ROO
R.M. WAREHOOSE SEC. HEAD PROD. CONTROL RECEIVED BY
1 VENDOR
BAG GUDANG
BAG. PENERIMAAN BAR.ANG
1 B.AG. PRODUKSI
BAG. AKUNT.ANSE
iCASHIER
1
'1
I '
'
8anrg«sm«n
' lUffnOMnQU
' OwdMQftMMt
RS
Riwayat Hiditp
Dewi Tiirana. Penulis dilahirkan pada tanggal 15 Oktober 1972 di
Bogor. PenuHs merupakan anak bungsu daii 8 bersaudara keluargaBapak dan Ibu Cacan Turana.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di sekolah Dasar
Mardi Yuana Bogor, pada tahiin 1987. Kemudian melanjutkan.
sekolah di SMPK Tunas Harapan Bogor 'pada tahun 1990. Pada tahun
yang sama, penulis diteiima di SMAK Tunas Harapan Bogor dan
lulus pada tahun 1993.
Penulis diterima menjadi Mahasiswa Jumsan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan Bogor pada tahun 1993 dan
dinyatakan lulus pada tahun 2001.
Bogor, April 2001
Dewi Turana