This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
a IIfi ..$? ifv lB ca9\an tj «i ̂ i^« ii<1 i ^u M-ineitij <Mi'f3Cc^ (nU/iuitj u If.
( "DcdU ̂
fJvti p cm I) II u (In ilv<11 iju (:II ini milu^OiuiKjlmi <l<i n Oia iKj-oAtiiuj Ic/idtiijiiMtj il«ii«tm f»'tl"ptii :f6a ('c & ̂)n 11 Ml i, ti ial/- I?<11^1 Ic Ini, Hv •• pono ̂o ii(cii ijoluj
iinlll - iiiiill . SVtlij«M<|lcii .'ijjoA . lOlciicI; -,l\<i(;cl- ((U'm),A f/i I a Saruxliollcn an fi ♦ 6nl i , C l 11 \'ti , f l)n<i n .
dengan baik maka hasilnya juga akan baik dan mutu hasil olah mampu bersaing
dipasaran.
PT GOODYEAR merupakan perusahaan industri berskala besar, yang
memproduksi berbagai jenis ban berkualitas tinggi seperti ban untuk mobil.
penumpang, truk angkutan ringan, sedang dan truk angkutan komersil, traktor
dan Iain-lain. Bahan baku dalam proses produksi yang diperlukan adalah karet
mentah, benang yang terdiri dari benang nylon, rayon polyster, fibre glass,
carbon black, syntetic polymers.
Bahan baku tersebut merupakan faktor utama yang menunjang terhadap
kelancaran dan efektivitas proses produksi. Kelancaran proses produksi dengan
dukungan pengendalian intern persediaan bahan baku yang memadai akan
menghasilkan barang yang siap diolah pada waktu yang tepat dan sesuai dengan
rencana produksi yang ditetapkan perusahaan. Pengandalian intern persediaan
bahan baku meliputi kualitas dan pengendalian fisik yaitu pengamanan bahan
baku terhadap gangguan yang ada. Oleh karena itu perusahaan perlu mengadakan
pengendalian intem persediaan bahan baku yang terarah dan memadai yaitu mulai
tahap perencanaan kebutuhan dan pengadaan, penurunan, penyimpanan,
pemeliharaan dan pengeluaran untuk proses produksi sampai hasil olah selesai.
Tindak lanjut dari proses produksi tergantimg pada tersedianya bahan baku yang
mencukupi serta kualitas yang sesuai dengan standar yang ditentukan. Dengan
demikian diharapkan proses produksi yang efektif dapat tercapai.
Hasil penelitian tersebut akan diharapkan dalam suatu karya yang
siap dipasarkan dengan melibatkan faktor-faktor produksi dalam pelaksanaannya.
Keterlibatan faktor-faktor produksi merupakan hai yang sangat penting untuk
diarahkan kepada sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan, sehingga membawa
dampak yang sangat besar bagi efektivitas proses produksi perusahaan. Proses
produksi dapat beriangsung secara berkesinambungan apabila kebutuhan bahan
baku untuk pelaksanaan proses produksi dapat terpenuhi.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka diperlukan suatu sistem
pengendaiian intern persediaan bahan baku yang meliputi perencanaan
kebutuhan persediaan bahan baku dan seianjutnya diikuti dengan pengendaiian
persediaan bahan baku.
Pada perencanaan persediaan bahan baku terlebih dahulu ditetapkan
kuantitas bahan baku yang diperlukan dalam melaksanakan proses produksi. Jadi
perencanaan persediaan berhubungan dengan penentuan komposisi persediaan.
penentuan waktu serta lokasi untuk memenuhi kebutuhan persediaan dalam
melaksanakan proses produksi tersebut. Sedangkan pengendaiian persediaan
berhubungan dengan pengendaiian kualitas dan kuantitas dalam jumlah batas-batas
yang direncanakan suatu perlindungan fisik terhadap persediaan yang ada.
Perencanaan persediaan bahan baku perlu sekali mendapat perhatian yang serius.
sebagai bagian dari pengendaiian intem persediaan bahan baku dan mencakup juga
mulai dari bahan baku diterima sampai keproses produksi. sebab pengaruh pada saat
tersebut apabila kurang diperhatikan akan mengakibatkan dampak negatif terhadap
kualitas bahan tersebut. Dengan demikian apabila bahan baku tadi dikendalikan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir ini perkembangan disektor industri
mengalami penurunan cukup drastis. Seiring dengan krisis ekonomi yang
berkepanjangan, kineija ekspor non migas mengalami kemerosotan dan laju
pertumbuhan impor barang rata-rata pertahun selalu lebih besar. Salah satu
faktor penyebabnya adalah melemahnya daya saing disektor industri industri.
Hal ini membawa akibat tingkat persaingan antara bidang-bidang usaha yang
ada. juga berkembang menjadi semakin ketat.
Banyaknya kendala yang hams dibenahi pada sektor industri, perusahaan
hams mampu menyelaraskan langkahnya agar terhindar dari kesulitan-kesulitan
akibat sedemikian kompleknya masalah yang timbul, oleh karenanya pimpinan
memerlukan suatu alat yang dapat mengembalikan selumh aktivitas pemsahaan.
Tingkat aktivitas suatu pemsahaan akan berbeda satu sama lain,
misalnya pemsahaan industri tingkat aktivitasnya akan lebih komplek
dibandingkan dengan pemsahaan dagang karena pada pemsahaan industri ada
aktivitas yang mempakan ciri utama dan membedakan dengan pemsahaan lain,
yaitu aktivitas proses produksi.
Proses produksi mempakan proses pembahan bentuk dan peningkatan
daya guna dari suatu bahan baku menjadi barang-barang yang sudah diolah dan
2.2.3.4. Prosedur Pengeluaran Persediaan Bahan Baku untuk
Proses Produksi 30
2.2.4. Pencatatan dan Pelaporan Persediaan Bahan Baku 32
2.2.4.1. Sistem Pencatatan Persediaan 33
2.2.4.2. Metode Penilaian Persediaan 35
2.2.4.3. Laporan Persediaan Bahan Baku 38
2.2.5. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern Bahan Baku 38
2.2.6. Pemeriksaan Intern Persediaan Bahan Baku 41
2.3. Peranan Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku
Dalam Menunjang Efektivitas Proses Produksi 43
2.3.1. Pentingnya Efektivitas Proses Produksi 44
2.3.2. Jenis-jenis Proses Produksi 45
2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi 48
2.3.4. Hubungan Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku
dengan Efektivitas Proses Produksi 49
BAB III OBYEK DAN METODOLOGIPENELITIAN 52
3.1. Tujuan Umum Perusahaan 52
3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan 52
3.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan 57
3.2. Tinjauan Khusus Perusahaan 61
3.2.1. Aktivitas Perusahaan 61
3.3. Metode Penelitian 63
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 64
4.1. Pelaksanaan Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku 63
4.1.1. Klasifikasi Persediaan 63
4.1.2. Perencanaan Kebutuhan Persediaan Bahan Baku 66
4.1.3. Kebijaksanaan Pengadaan Barang 68
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir ini perkembangan disektor industri
mengalami penurunan cukup drastis. Seiring dengan krisis ekonomi yang
berkepanjangan, kineija ekspor non migas mengalami kemerosotan dan laju
pertumbuhan impor barang rata-rata pertahun selalu lebih besar. Salah satu
faktor penyebabnya adalah melemahnya daya saing disektor industri industri.
Hal ini membawa akibat tingkat persaingan antara bidang-bidang usaha yang
ada, juga berkembang menjadi semakin ketat.
Banyaknya kendala yang harus dibenahi pada sektor industri, perusahaan
harus mampu menyelaraskan langkahnya agar terhindar dari kesulitan-kesulitan
akibat sedemikian kompleknya masalah yang timbul, oleh karenanya pimpinan
memerlukan suatu alat yang dapat mengembalikan seluruh aktivitas perusahaan.
Tingkat aktivitas suatu perusahaan akan berbeda satu sama lain,
misalnya perusahaan industri tingkat aktivitasnya akan lebih komplek
dibandingkan dengan perusahaan dagang karena pada perusahaan industri ada
aktivitas yang merupakan ciri utama dan membedakan dengan perusahaan lain,
yaitu aktivitas proses produksi.
Proses produksi merupakan proses perubahan bentuk dan peningkatan
daya guna dari suatu bahan baku menjadi barang-barang yang sudah diolah dan
siap dipasarkan dengan melibatkan faktor-faktor produksi dalam pelaksanaannya.
Keterlibatan faktor-faktor produksi merupakan hal yang sangat penting untuk
diarahkan kepada sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. sehingga membawa
dampak yang sangat besar bagi efektivitas proses produksi perusahaan. Proses
produksi dapat berlangsung secara berkesinambungan apabila kebutuhan bahan
baku untuk peiaksanaan proses produksi dapat terpenuhi.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka diperiukan suatu sistem
pengendalian intern persediaan bahan baku yang meliputi perencanaan
kebutuhan persediaan bahan baku dan selanjutnya diikuti dengan pengendalian
persediaan bahan baku.
Pada perencanaan persediaan bahan baku terlebih dahulu ditetapkan
kuantitas bahan baku yang diperiukan dalam melaksanakan proses produksi. Jadi
perencanaan persediaan berhubungan dengan penentuan komposisi persediaan.
penentuan waktu serta lokasi untuk memenuhi kebutuhan persediaan dalam
melaksanakan proses produksi tersebut. Sedangkan pengendalian persediaan
berhubungan dengan pengendalian kualitas dan kuantitas dalam jumlah batas-batas
yang direncanakan suatu perlindungan fisik terhadap persediaan yang ada.
Perencanaan persediaan bahan baku perlu sekali mendapat perhatian yang serius.
sebagai bagian dari pengendalian intem persediaan bahan baku dan mencakup juga
mulai dari bahan baku diterima sampai keproses produksi. sebab pengaruh pada saat
tersebut apabila kurang diperhatikan akan mengakibatkan dampak negatif terhadap
kualitas bahan tersebut. Dengan demikian apabila bahan baku tadi dikendalikan
dengan baik maka hasilnya juga akan baik dan mutu hasil olah mampu bersaing
dipasaian.
PT GOOD YEAR merupakan perusahaan industri berskala besar, yang
memproduksi berbagai jenis ban berkualitas tinggi seperti ban untuk mobil.
penumpang, truk angkutan ringan. sedang dan truk angkutan komersil, traktor
dan Iain-lain. Bahan baku daiam proses produksi yang diperlukan adalah karet
mentah, benang yang terdiri dari benang nylon, rayon polyster, fibre glass,
carbon black, syntetic polymers.
Bahan baku tersebut merupakan faktor utama yang menunjang terhadap
kelancaran dan efektivitas proses produksi. Kelancaran proses produksi dengan
dukungan pengendalian intern persediaan bahan baku yang memadai akan
menghasilkan barang yang siap diolah pada waktu yang tepat dan sesuai dengan
rencana produksi yang ditetapkan perusahaan. Pengandalian intem persediaan
bahan baku meliputi kualitas dan pengendalian fisik yaitu pengamanan bahan
baku terhadap gangguan yang ada. Oleh karena itu perusahaan perlu mengadakan
pengendalian intem persediaan bahan baku yang terarah dan memadai yaitu mulai
tahap perencanaan kebutuhan dan pengadaan, penurunan, penyimpanan.
pemeliharaan dan pengeluaran untuk proses produksi sampai hasil olah selesai.
Tindak lanjut dari proses produksi tergantung pada tersedianya bahan baku yang
mencukupi serta kualitas yang sesuai dengan standar yang ditentukan. Dengan
demikian diharapkan proses produksi yang efektif dapat tercapai.
Hasil penelitian tersebut akan diharapkan dalam suatu karya yang
2.2.3.4. Prosedur Pengeluaran Persediaan Bahan Baku untuk
Proses Produksi 30
2.2.4. Pencatatan dan Pelaporan Persediaan Bahan Baku 32
2.2.4.1. Sistem Pencatatan Persediaan 33
2.2.4.2. Metode Penilaian Persediaan 35
2.2.4.3. Laporan Persediaan Bahan Baku 38
2.2.5. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern Bahan Baku 38
2.2.6. Pemeriksaan Intern Persediaan Bahan Baku 41
2.3. Peranan Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku
Dalam Menunjang Efektivitas Proses Produksi 43
2.3.1. Pentingnya Efektivitas Proses Produksi 44
2.3.2. Jenis-jenis Proses Produksi 45
2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi 48
2.3.4. Hubungan Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku
dengan Efektivitas Proses Produksi 49
BAB III OBYEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 52
3.1. Tujuan Umum Perusahaan 52
3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan 52
3.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan 57
3.2. Tinjauan Khusus Perusahaan 61
3.2.1. Aktivitas Perusahaan 61
3.3. Metode Penelitian 63
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 64
4.1. Pelaksanaan Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku 63
4.1.1. Klasifikasi Persediaan 63
4.1.2. Perencanaan Kebutuhan Persediaan Bahan Baku 66
4.1.3. Kebijaksanaan Pengadaan Barang 68
4.1.4. Pengadaan Persediaan Bahan Baku 71
4.1.4.1. Prosedur Permintaan Pembelian 73
4.1.4.2. Prosedur Penerimaan Persediaan Bahan Baku 79
4.1.4.3. Prosedur Penyimpanan Persediaan Bahan Baku 81
4.1.4.4. Prosedur Pengeluaran Persediaan Bahan Baku untuk
Proses Produksi 85
4.1.5. Sistem Pencatatan dan Penilaian Persediaan Bahan Baku 87
4.1.6. Pelaporan Persediaan Bahan Baku pada PT. GOOD YEAR 93
4.1.7. Pemeriksaan Intern Persediaan Bahan Baku 94
4.2. Pelaksanaan Proses Produksi pada PT. GOODYEAR 95
4.3. Peranan Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku
llnti»UDlllljj^ lH>(>lUI^f>l»V-^ Ut»^ 'WD»l'Dpi» DI?Va^>'«l»l>j^I>pI inu » ̂ -u I> p It 11 ̂ 'il n Kinyy/i i>ip> »1
GOODfrE/mP.T. GOODYEAR INDONESIA
JI.Pemuda27.POBOX5.Bogor16161. INDONESIA • Tel.:0251^22071 • Fax:0251-328088 • Te»ex:48338
innpty please refer to.
SURAT KETERANGAN
No. Ol/ecm/III/01
Yang bertandatangan dibawah ini menerangkan bahwa
Nama Dewi Turana
Nrp
Fakultas
022193018
Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Telah melaksanakan riset untuk skripsi dengan judul "Peranan SistemFengendalian Intern Persediaan Bahan Baku Dalam MenunjangEfektivitas Proses Produksi Pada PT GOODYEAR.Yang dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2000,Dengan demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakansebagaimana mestinya.
Bogor, 31 Maret 2001
Ir. Erwin Christianto Mutter
r209 (XI - 90)
QUALITY IS THE KEY TOCTJSTOMER SATISFACTION
$
ABSTRAKSI
Oewi Turana, Peranan Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku
Dalam Menunjang Efektivitas Proses Produksi pada PT. Goodyear.
Pada perusahaan industri, persediaan bahan baku tnerupakan faktor utama
dalam menciptakan tercapainya efektivitas proses produksi.
PT. Goodyear merupakan perusahaan industri berskala besar, yang
memproduksi berbagai jenis ban berkuaiitas tinggi seperti ban untuk mobil
penumpang, traktor dan Iain-lain. Bahan baku dalam proses produksi yang diperlukan
adalah karet mentah dan benang.
Bahan baku tersebut merupakan faktor utama yang menunjang terhadap
kelancaran dan efektivitas proses produksi. Kelancaran proses produksi dengan
dukimgan pengendalian intern persediaan bahan baku yang memadai akan
menghasilkan barang yang siap diolah pada waktu yang tepat dan sesuai rencana
produksi yang ditetapkan perusahaan.
Hal ini mendorong penulis untuk membahas lebih lanjut melalui penelitian
yang beijudul, "Peranan Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku Dalam
Menunjang Efektivitas Prosees Produksi Pada PT. Goodyear".
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menjelaskan dan mempelajari mengenai penerapan dari pengendalian intem
persediaan bahan baku.
2. Untuk mempelajari dan menilai efektivitas dari proses produksi.
3. Untuk menjelaskan serta membuktikan mengenai peranan sistem pengendalian
intern persediaan bahan baku dalam menunjang efektivitas proses produksi.
Metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh data-data yang
diperlukan untuk menyusun skripsi ini dilakukan dengan cara:
1. Studi Pustaka
Penelitian yang dilakukan dengan membaca literatur-literatur yang berhubungan
dengan masalah-masalah yang ada relevansinya dengan permasalahan yang akan
dibahas.
2. Studi Lapangan
Penelitian yang dilakukan dengan cara mendatangi langsung obyek yang akan
diteliti, untuk memperoleh data-data yang penulis perlukan dalam penyusun
karya tulis ini.
Pengendalian intern persediaan bahan baku yang dilakukan PT. Goodyear
dimulai dari tahap perencanaan dan diikuti dengan pengawasan terhadap pelaksanaan
perencanaan persediaan bahan baku yang meliputi pengadaan, penerimaan,
penyimpanan dan pemeliharaan digudang penyimpanan, pengeluaran untuk proses
produksi, pencatatan yang disertai bukti-bukti pendukung dan adanya pemeriksanaan
persediaan bahan baku yang cukup memadai.
Setiap bahan yang dibeli oleh PT.Goodyear telah diverifikasikan secara jelas
baik kualitas dan kuantitas serta pemeriksaan lainnya, yang mana hal ini dapat
menentukan diterima atau ditolaknya suatu barang yang akan masuk dari vendor.
Pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mencatat persediaan bahan
bakunya memadai terutama menggunakan sistem pencatatan persediaan perpetual,
dan dalam melakukan penilaian terhadap persediaan dengan tnenentukan persediaan
akhir dan menghitung harga pokok menggunakan metode penilaian rata-rata pada
setiap periode dan dilakukan secara konsisten dari tahun-ketahun.
Dalam menyelenggarakan kegiatan produksinya PT.Goodyear telah
menggunakan mesin-mesin yang cukup otomatis dan modern. Pengawasan mutu
mulai dari pengadaan bahan baku sampai produk jadi dilakukan dilaboratorium
sendiri. Semua proses produksi berpedoman pada rencana produksi yang telah
ditetapkan, pada rencana produksi diuraikan mengenai jadwal produksi, jumlah imit
yang akan diproduksi dan jumlah bahan yang dibutuhkan.
Proses produksi berupa karet alam, sintesis, carbon black dan oil mulai
dicampur dalam mesin Banbury Mixer, serta dicampur kemudian dipanaskan dengan
suku tertentu. Hasil dari campuran tersebut dinamakan Coumpound. Mesin Banbury
ini menghasilkan 2 jenis Coumpound yaitu :
1. Non Productive Coumpound
Coumpound yang belum dicampur dengan bahan baku kimia yang dapat
melangsimgkan proses vulkanisir.
2. Productive Coumpound
Coumpound yang sudah dicampur dengan bahan kimia sehingga dapat diproses
lebih lanjut.
Setelah itu digiling menjadi lembaran-lembaran karet dengan ketebalan yang
sudah ditentukan, kemudian diproses lebih lanjut sampai tnenghasilkan band, tread,
sidewall, apex dan bead, kemudian diproses dengan mesin tire building untuk dirakit
dan menghasilkan green tire. Setelah green tire melalui proses pemanasan dengan
mesin bag otomatis press, green tire dalam keadaan panas dimasukkan kedalam mesin
post cure inflation untuk dibentuk menjadi ban. Kemudian ban-ban tersebut diproses
lebih lanjut mulai dari pengguntingan terhadap rambut-rambut yang ada disekeliling
ban, sampai proses pengujian dan kesinambungan terhadap ban jenis radial dilakukan
pemeriksaan akhir, maka ban-ban tersebut disimpan atau dimasukkan kedalam
gudang.
Proses produksi yang dilaksanakan selama ini beijalan efektif, sehingga
kualitas produksinya dapat dipertanggungjawabkan. Efektivitas proses produksi
tersebut disebabkan karena adanya sistem pengendalian intern persediaan bahan baku
yang memadai dan dijalankan dengan baik.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur, penyusun panjatkan kehadirat Allah
Bapa Yang Maha Kuasa yang teiah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul '* Peranan Sistem
Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku Dalam Menunjang Efektivitas
Proses Produksi Pada PT. Goodyear
Dalam penyusunan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat dalam
mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan Bogor,
penyusun memperoleh bantuan baik moril maupun materiil. Untuk itu penyusun
mengucapkan banyak terima kasih kepada ;
1. Bapak Edi Mulyadi, Drs., Ak., MM, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pakuan Bogor.
2. Bapak Sumamo, SE., MBA, sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pakuan Bogor
3. Bapak Ketut Sunarta, Drs., Ak., MM, sebagai Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Pakuan Bogor.
4. Bapak Nandang Muchtar, Drs., Ak., sebagai Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberi pengarahan dan petunjuk sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
5. Bapak Ferdisar, SE., MM, sebagai Co Pembimbing yang telah banyak
memberikan waktu untuk pengarahan kepada penyusun sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan kuliah selama penyusun mengikuti
kuliah pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pakuan Bogor.
7. Bapak Erwin Mutter. Ir.. sebagai Production Manager yang telah memberikan
penjelasan dan data-data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Bapak Suryadi, Drs., sebagai Manajer Training dan segenap Karyawan PT.
Goodyear yang telah membantu terselesaikan skripsi ini.
9. Babe dan Mami, Kakak-kakakku, serta keponakan-keponakanku tercinta yang
telah memberikan bantuan baik secara moril maupun materiil sehingga
terselesaikan skripsi ini.
10. Yayangku lyos yang selalu memberikan dorongan dan semangat supaya skripsi
terselesaikan dengan baik.
11. Dan Sahabat baikku : Edi. SE., Hem Nurhidayat. SE., dan Keluarga yang telah
membantu dan memberikan bimbingan sampai skripsi ini terselesaikan.
"Thank's berat Ru ".
Sebagai manusia biasa tentunya kesalahan dan kekurangan selalu ada. Oleh
karena itu walaupun penyusim telah berusaha dengan kemampuan yang ada sesuai
dengan pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti kuliah untuk mencapai hasil
yang optimal, penyusun tetap mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempumaan skripsi ini.
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Penelitian 1
1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian 4
1.3. Kegunaan Penelitian 5
1.4. Kerangka Pemikiran 5
1.5. Metodologi Penelitian 8
1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian 8
1.7. Sistematika Pembahasan 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11
2.1. Sistem Pengendalian Intern 11
2.1.1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern 11
2.1.2. Tujuan Sistem Pengendalian Intern 13
2.1.3. Keterbatasan Sistem Pengendalian Intern 16
2.2. Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku 18
2.2.1. Pengertian Persediaan 20
2.2.2. Organisasi dan Fungsi Persediaan 21
2.2.3. Prosedur-Prosedur 23
2.2.3.1. Prosedur Perencanaan Persediaan Bahan Baku 24
2.2.3.2. Prosedur Pengadaan dan Penerimaan Persediaan Bahan
Baku 25
2.2.3.3. Prosedur Penyimpanan Persediaan Bahan Baku 29
tv
berjudul "Peranan Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku Dalam
Menunjang Efektivitas Proses Produksi Pada PT GOODYEAR".
Dalam penelitian yang akan dilakukan. penulis mengidentifikasi
masalah yang akan menjadi bahan analisis pada bab pembahasan yaitu:
1. Apakah pelaksanaan sistem pengendalian intern persediaan bahan baku
pada PT GOODYEAR sudah cukup memadai ?
2. Bagaimana peranan sistem pengendalian intern persediaan bahan baku
dalam menunjang efektivitas proses produksi pada PT GODYEAR.
1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam
mencapai gelar Saijana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi
Universitas Pakuan Bogor. Selain itu pula penelitian ini dimaksudkan untuk
memperoleh data variabel pengendalian intern persediaan bahan baku dan data
variabel efektivitas proses produksi, sehingga dapat menjelaskan peranan sistem
pengendalian intern persediaan bahan baku dalam menunjang efektivitas proses
produksi. Atas identifikasi diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Menjelaskan dan mempelajari mengenai penerapan dari pengendalian intern
persediaan bahan baku.
2. Untuk mempelajari dan menilai efektivitas dari proses produksi.
3. Untuk menjelaskan serta membuktikan mengenai peranan sistem pengendalian
intem persediaan bahan baku dalam menunjang efektivitas proses produksi.
1.3. Kegunaan Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat digunakan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
1. Bagi penulis adalah kegiatan penelitian dan hasilnya merupakan hal yang
sangat berarti sebagai pengenalan terhadap kegiatan perusahaan dalam
menerapkan sistem pengendalian intern persediaan bahan baku dalam
menunjang efektivitas proses produksi yang diterima penulis dibangku
kuliah, ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :
(a) Dapat mengetahui penerapan teori yang diterima penulis dibangku
kuliah dengan praktek nyata.
(b) Dapat menambah ilmu dan mempeijelas ilmu-ilmu yang diperoleh
dibangku kuliah serta literatur-literatur yang ada.
2. Bagi perusahaan adalah kegiatan ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan informasi untuk mengevaluasi sistem pengendalian intern serta
berusaha melakukan perbaikan-perbaikan yang dianggap perlu, sehubungan
dengan pengendalian intern persediaan bahan baku yang menunjang
efektivitas proses produski.
3. Bagi publik adalah penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
1.4. Kerangka Pemikiran
Pengendalian intern persediaan bahan baku perlu mendapat perhatian
khusus dalam perusahaan industri, karena selain jumlahnya besar juga
berpengaruh terhadap kesinambungan proses produksi. Kalau perusahaan tidak
melaksanakan pengendalian intern persediaan bahan baku dengan baik, maka
perusahaan akan menghadapi resiko tidak terpenuhinya kebutuhan bahan baku
yang diperlukan untuk proses produksi. Untuk itu perencanaan akan kebutuhan
dan pengadaan yang ditindak lanjuti dengan pengendalian pelaksanaan yang
meliputi pengadaan, penerimaan, penyimpanan. pengeluaran, pencatatan dan
penilaian persediaan bahan baku yang wajar baik secara fisik maupun
pencatatanya. Dalam perusahaan industri, ada beberapa istilah persediaan yang
biasa digunakan menurut PSAK No. 14 persediaan adalah aktiva :
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b. Dalam proses produksi dan atau dalam pengolahan; atau
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa.
( 11 : 14.2)
Persediaan merupakan salah satu asset paling penting dalam perusahaan.
Oleh karena itu penanganannya memerlukan pengendalian intern yang baik.
The Committee on Auditing Procedures yang dikutip oleh J.B. Heckert
dalam Pengendalian intem mencakup rencana organisasi dan semua metode serta
tindakan yang digunakan dalam perusahaan untuk mengamankan harta, mengecek
kecermatan dan keandalan dari data akuntansinya, memajukan efesiensi operasi dan
memastikan pentaatan pada kebijaksanaan yang telah diterapkan management.
(14: 122)
Pengendalian intern persediaan bahan baku yang memadai akan
membawa dampak yang sangat baik terhadap persediaan bahan baku yang
mencukupi dalam pelaksanaan proses produksi, sehingga penggunaanya dalam
proses menjadi efektif serta secara tidak langsung berpengaruh juga terhadap
peningkatan produktivitas perusahaan. Dengan demikian proses produksi akan
efektif apabila pengendalian intern dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
diterapkan terlebih dahulu.
Pengendalian intern persediaan bahan baku meliputi perencanaan akan
kebutuhan dan pengadaan meliputi perencanaan akan kebutuhan dan pengadaan
persediaan bahan baku, pengendalian pelaksanaan perencanaan seperti
penerimaan, penyimpanan, pengeluaran dan pencatatan. Perencanaan ini sudah
tentu akan diikuti dengan pengendalian produksi sebagai alat untuk mengendalikan
perencanaan yang telah ditetapkan agar dilaksanakan dengan sebaiknya.
Jadi dapat dimengerti bahwa untuk mencapai proses produksi yang baik
terlebih dahulu harus disusun perencanaan yang mencakup penetapan bahan
baku yang dibutuhkan dalam melaksanakan proses produksi serta langkah-
langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan. kemudian diikuti dengan
pengendalian terhadap pelaksanaan perencanaan sebelumnya. Dengan demikian
diharapkan dengan diterapkannya pengendalian intern persediaan bahan baku
akan membawa perusahaan tersebut ke arah proses produksi yang efektif.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penulis mengajukan hipotesa
sebagai berikut : Dengan adanya sistem pengendalian intern persediaan bahan
baku yang dilaksanakan dengan baik, maka diharapkan akan menunjang
efektivitas proses produksi meningkat.
1.5. Metodoiogi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam mengumpuikan data dan
informasi yang diperiukan dalam menyusun karya tulis ini, penulis melakukan
penelitian dengan cara sebagai berikut:
1) Studi Pustaka
Penelitian yang dilakukan dengan membaca literatur-literatur yang
berhubungan dengan masalah-masalah yang ada relevansinya dengan
permasalahan yang akan dibahas.
2) Studi Lapangan
Penelitian yang dilakukan dengan cara mendatangi langsung obyek yang
akan diteliti, untuk memperoleh data-data yang penulis perlukan dalam
penyusunan karya tulis ini.
1.6. Lokasi Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada
PT GOOD YEAR, Jalan Pemuda 27 Bogor. Jawa Barat 16161.
1.7. Sistematika Pembahasan
Dalam menghasilkan gambaran yang lebih teratur, maka didalam
penganalisaan dan pembahasan ini penulis membagi menjadi beberapa sub bab.
Dimana lebih terperinci dapat diuraikan sebagai berikut;
BAB I PENDAHULUAN
Didalam bab ini secara garis besar akan tnengambarkan apa yang
sebenamya dipermasalahkan, dimana dalam bab ini berisi tentang
latar belakang. identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, lokasi
penelitian serta sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini penulis menguraikan beberapa pengertian dan definisi yang
berkaitan dengan pembahasan. Adapun pengertian yang penulis
uraikan meliputi : Pengertian Sistem Pengendalian Intern, Tujuan
Sistem Pengendalian Intern, Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern.
Keterbatasan Sistem Pengendalian Intern, Pengertian Persediaan
Bahan Baku. Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku.
Perencanaan Persediaan Bahan Baku, Pengadaan dan Penerimaan
Bahan Baku. Penyimpanan Persediaan Bahan Baku, Pengeluaran
Persediaan Bahan Baku Untuk Proses Produksi, Sistem Pencatatan
dan Pelaporan Persediaan Bahan Baku. Pemeriksaan Intern
Persediaan Bahan Baku, Pengertian Proses Produksi, Peranan Sistem
Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku Dalam Menunjang
Efektivitas Proses Produksi.
10
BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN
Bab ini penulis menguraikan mengenai obyek penelitian yang
meliputi tinjauan umum perusahaan terdiri dari ; sejarah singkat
perusahaan, dan tinjauan khusus perusahaan dan aktivitas perusahaan
serta metode penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini mengemukakan hasil dan pembahasan yang diperoleh pada
saat penelitian yaitu : Penerapan Sistem Pengendalian Intern
Persediaan Bahan Baku Pada Perusahaan, dan Efektivitas Proses
Produksi Pada Perusahaan.
BAB V RANGKUMAN KESELURUHAN
Bab ini memaparkan rangkuman keseluruhan dari Bab 1 sampai dengan
Bab IV.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini penulis memberikan simpulan atas penelitian dan pembahasan
serta saran untuk dijadikan pertimbangan oleh pihak perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Memuat literatur-literatur yang dipakai dalam pembahasan kaiya tulis ini.
LAMPIRAN
Memuat hal-hal yang mendukiong isi karya tulis ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Pengendalian Intern
2.1.1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern
Semakin berkembangnya perusahaan dalam kegiau
pegawai. semakin kecil kemampuan pimpinan untuk
segala sesuatu yang terjadi dalam perusahaan. Oleh karc,.
diperlukan cara pengendalian yang dapat menbantu pimpinan
perusahaan secara efektiv dalam melindungi dan mengawasi keamanan
aktiva-aktiva perusahaan dari kesalahan-kesalahan serta penyelewengan-
penyelewengan.
Sistem pengendalian intern harus dapat memberikan keyakinan
pada pimpinan, benar dan dapat dipercaya, sehingga mendorong adanya
efesiensi usaha dan terus-menerus memonitor bahwa kebijaksanaan
yang telah diterapkannya memang dijalankan.
Terdapal banyak pengertian dalam hal merumuskan
pengendalian intern, walaupun pada dasarnya pengertian-pengertian
tersebut mempunyai prinsip yang sama. Menurul Amerika Institute Of
Certified Publik Accountant, merumuskan Sistem Pengendalian Intern .
sebagai berikut;
Internal control comprises the plan of organization and all thecoordinate method and measures adopted within a bussiness it safeguard
12
it assets, check the accuracy and reliability of its accounting data,promote operational eficiency, and encourage to prescribe managerialpolicies.
( 1:81)
Sementara itu menurut Ikatan Akuntan Indonesia, dalam buku
Norma Pemeriksaan Akuntan mengatakan bahwa ;
Sistem Pengendalian Intern meliputi organisasi semua metode danketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam suatu perusahaan untukmelindungi harta miliknya, mencek kecermatan dan keandalan dataakuntansi, meningkatkan efesiensi usaha dan mendorong ditaatinyakebijakan manajemen yang telah digariskan.
( 9 : 29)
Menurut MuIyadi.,Drs.,Msc.,Ak, dalam bukunya "Sistem
Akuntansi", menyatakan bahwa:
"Sistem Pengendalian Intern meliputi struktur organisasi, metode danukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi,mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efesiensidan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen".
( 17:165)
Sedangkan Sistem Pengendalian Intern menurut Standar
Profesional Akuntan Publik mengatakan bahwa " Sistem Pengendalian
Intern adalah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan untuk
memperoleh keyakinan yang memadai bahwa tujuan satuan usaha yang
spesifik akan dapat dicapai."
( 10 : 51 )
Berdasarkan definisi-definisi Sistem Pengendalian Intern diatas,
dapat disimpulkan bahwa definisi tersebut menekankan tujuan yang
13
hendak dicapai dan bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem
tersebut. Dengan demikian pengertian pengendalian intern berlaku balk
dalam perustihaan yang mengolah informasinya secara manual dengan
mesin pembukuan maupun dengan komputer.
2.1.2. Tujuan Sistem Pengendalian Intern
Apabila perusahaan berkembang semakin besar dan kegiatan
operasi perusahaan semakin komplek, oleh karena itu kemampuan
manajemen dalam menjaiankan fungsi pengendalian semakin terbatas.
Keadaan semacam ini memaksa pimpinan untuk melimpahkan
sebagian wewenangnya kepada bawahan, meskipun tanggung jawab
tetap ditanganya. Oleh karena itu pimpinan memerlukan suatu alat
pengendalian yang dapat mengamankan kekayaan perusahaan, yaitu
dengan memberi keyakinan padanya bahwa apa yang dilaporkan
bawahanya itu benar dan dapat dipercaya, yang dapat mendorong
adanya efesiensi usaha dan dapat memonitor bahwa kebijaksanaan yang
akan diterapkan dijalankan. Dipandang dari kepentingan pimpinan
perusahaan pengendalian intern mempunyai tujuan
Tujuan sistem pengendalian intern menurut Arens and Loebbecke
dalam bukunya Auditting and Integreted Approach mengatakan tujuh
macam tujuan Sistem Pengendalian Intern sebagai berikut:
There are seven detailed objective ;1) Recorded transaction are valid
14
2) Transaction are properly authorized3) Exiting transaction are recorded4) Transaction are properly valued5) Transaction are properly clasified6) Transaction are reorded at the propertime7) Transaction are property included in subsidiary record and corectly
sumarize.( 1 : 288 )
Menurut M. Samsul Drs., MS., Ak., dan Mustofa Drs., Ak.,
dalam bukunya Sistem Akuntansi Pendekatan Manajerial dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Mengamankan harta perusahaan2. Memperoleh data yang dipercaya3. Melancarkan operasi efesien4. Mendorong ditaatinya kebijakan manajemen
(24 : 73-74 )
Menurut Mulyadi Drs, M.Sc.,Ak., dalam bukunya Sistem
Akuntansi mengatakan bahwa, tujuan sistem pengendalian intem dapat
dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:
1. Pengendalian intem akuntansi (Intemal Accounting Control)merupakan bagian dari sistem pengendalian intem, meliputi sistemorganisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikantemtama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mencek ketelitiandan keandalan data akuntansi.
2. Pengendalian intem administrasi meliputi struktur organisasi.metode-metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutamauntuk mendorong efesiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.
( 17: 166)
Meniunt Amin Widjaja Tunggal dalam bukunya ''Struktur
Pengendalian Intem " mengatakan bahwa, tujuan Sistem Pengendalian
Intem yang efektif dapat digolongkan sebagai berikut:
15
1) Untuk menjamin kebenaran data akuntansi manajemen hamsmemiliki data akuntansi yang dapat diuji ketepatannya untukmelaksanakan operasi pemsahaan. Berbagai macam data digunakanuntuk mengambil keputusan yang penting.
2) Untuk mengamankan harta kekayaan dan catatan pembukuannya :harta fisik pemsahaan dapat saja dicuri, disalahgunakan ataupunrusak secara tidak sengaja. Hal yang sama juga berlaku untuk hartaperusahaan yang tidak nyata seperti perkiraan piutang dokumenpenting, surat berharga dan catatan keuangan.
3) Untuk mengalakkan efesiensi usaha : pengendalian dalam suatupemsahaan juga dimaksudkan untuk menghindari pekerjaan-pekeijaan berganda yang tidak perlu, mencegah pemborosanterhadap seraua aspek usaha termasuk pencegahan terhadappenggunaan sumber-sumber dana yang tidak efesien.
4) Untuk mendorong ditaatinya kebijakan pimpinan yang telahdigariskan manajemen menyusun prosedur dan peraturan untukmencapai tujuan pemsahaan. Sistem pengendalian intemmemberikan jaminan akan ditaatinya prosedur dan peraturan tersebutoleh pemsahaan.
( 2:2 )
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapatlah disimpulkan bahwa
tujuan sistem pengendalian intem mempakan semua metode atau
ukuran-ukuran yang telah ditetapkan oleh pemsahaan yang bertujuan
untuk menjaga kekayaan dan catatan pemsahaan, mencek ketelitian dan
keandalan data akuntansi (pengendalian akuntansi) serta mendorong
efesiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
(pengendalian administrasi). Dari penjelasan diatas terlihat bahwa
sistem pengendalian intem mutlak diperlukan perusahaan, dan
mempakan tanggung jawab manajemen untuk merancang dan
menerapkannya.
16
2.1.3. Keterbatasan Sistem Pengendalian Intern
Istilah sistem pengendalian intern yang baik mencerminkan
keadaan yang ideal. Keidealan suatu sistem pengendalian intern tidak
menjamin akan berjalan seperti yang diharapkan, karena adanya
batasan-batasan tertentu yang tidak memungkinkan pengendalian yang
ideal tercapai. William C. Boynton dalam bukunya Modem Auditing
mengemukakan keterbatasan yang melekat pada struktur pengendalian
intern sebagai berikut;
The following inherent limitions in any entity's intemal controlstmcture:
1. Mistakes in judment. Occasionally, manajement and other personnelmanajemen exercise poor judment in making business decision or inperforming routine duties becauses of indequate information, timeconstrain or other pressures.
2. Break downs. Breakdowns in established controls may occurbecause personnel may misunderstand intructions or make errors dueto carelessness, distraction, or fatique. Temporary or permanentchanges in personel or in systems or procedures may also contributeto breakdowns.
3. Collusion. Individuals acting together, such as an employee whoperform an important control acting with another employee, customer,or supplier, may be able to perpetrate and conceal in irregurity so as toprevent its detection by the intemal control stmcture.
4. Manajement override. Manajement oveirule prescribed polices orprocedures for illegitimite purposes such as personal gain orenhanced presentation of an entity's financial condition orcompliance status. Override practices include making deliberatemisrepresentations to auditors and other such as by issuing falsedocument to support the recording of fictitious sales transactions.
5. Cost versus benefits. The cost of entity's intemal control stmctureshould not exceed the benefits that are expected to ensure. Becauseprecise measurement of both costs and benefits usually is notpossible, manajement must make both quantitative and qualitativeestimated and jugments in evaluating the cost benefits relationship.
( 6:256-257)
17
Menurut Theodorus M.Tuanakotta Drs., Ak, dalam bukunya
"Auditing Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik", menyatakan
keterbatasan Sistem Pengendalian Intern adalah sebagai berikut;
1. PersekongkolanPersekongkolan (Collusion) menghancurkan sistem pengendalianintem yang bagaimanapun baiknya. Dengan adanya persekongkolan,pemis^an tugas seperti tercermin dalam rencana dan prosedurperusahaan merupakan tulisan diatas kertas belaka.
2. BiayaPengendalian berguna untuk berlangsungnya pelaksanaan tugas yangefesien dan mencegah tindakan yang dapat merugikan perusahaanoleh karena itu hams dipertimbangkan apakah manfaat yangdiperoleh lebih besar dari biayanya.
3. Kelemahan manusia
Banyak kebobolan teijadi pada sistem pengendalian intem yangsecara teoritis sudah "baik". Hal ini karena pelaksanaanya adalahmanusia yang mempunyai kelemahan, misalnya : banyak petugasyang sering membutuhkan parafnya secara mtin dan otomatis tanpamemeriksa terlebih dahulu kebenarannya.
( 28:99-100)
Joseph W.Wilkinson yang dialihbahasakan oleh Agus Maulana
dalam bukunya Sistem Akuntansi dan Informasi mengemukakan pula
keterbatasan atau kesulitan dalam mencapai sasaran sistem pengendalian
intem yaitu sebagai berikut:
1. Kompleksitas dan pembahan cepat yang dihadapi perusahaan.2. Adanya serangkaian resiko yang dihadapi sistem pengendalian
intem.
3. Faktor manusia
4. Biaya pengendalian( 13:198)
Sedangkan La Midjan dan Azhar Susanto dalam bukunya Sistem
Informasi Akuntansi 1 : Pendekatan Manual, Praktika Penyusunan
18
Metode dan Prosedur mengemukakan adanya keterbatasan sistem
pengendalian intern, sebagai berikut:
1. Collution. yaitu berupa keijasama yang kurang balk atau tidaksehat.
2. Mental, yaitu personil yang bermental tidak baik.3. Biaya, yaitu biaya tenaga dan alat yang akan tnemberikan
perusahaan dalam menerapkan sistem pengendalian intern.( 15:49)
Dari pendapat-pendapat yang dikemukakan diatas dapat
disimpulkan bahwa hal-hal yang mengakibatkan keterbatasan pada
sistem pengendalian intern yaitu adanya kesalahan dalam pengambilan
keputusan, adanya kerusakan yang disebabkan pegawai yang salah
memahami instruksi, sembrono, gangguan dan kelelahan adanya kolusi,
adanya personil yang bermental tidak baik dan biaya.
2.2. Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku
Menurut La Midjan Drs.. dalam bukunya "Sistem Informasi Akuntansi I
Pendekatan Manual, Praktika Penyusunan Metode dan Prosedur", peranan
pengendalian persediaan tercetak pada berapa jumlah persediaan yang akan
dipesan dan kapan pemesan menerima, menyimpan dan mengeluarkannya harus
dilaksanakan, dengan memperhatikan persediaan yang minimum harus berada
diperusahaan, menyatakan bahwa:
1. Persediaan minimum, merupakan jumlah persediaan pada titik manapesanan atas persediaan tersebut harus dilaksanakan (reorder point).
2. Reorder point, merupakan rata-rata pemakaian barang selama lead timeditambah safety stock.
3. Lead time, adalah jangka waktu antara saat pesanan dilaksanakan sampaibarang tersebut diterima.
19
4. Safety stock, merupakan jumlah persediaan yang selalu harus tersediasebagai "persediaan bersih" untuk menjaga situasi kemungkinan terjadikesulitan mendapatkan persediaan tersebut pada suatu saat dan besamyasafety stock dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
5. Persediaan maksimum, merupakan persediaan secara maksimum atauoptimum boleh tersedia dalam perusahaan dan diperhitungkan berdasarkanperkiraan.
6. Jumlah pemesanan yang ekonomis (economic order quantity), merupakanjumlah besamya pesanan yang secara ekonomis menguntungkan yaitubesamya pesanan yang menimbulkan biaya pemesanan (ordering costs) danbiaya penyimpanan (carrying costs) yang minimal. Adapun rumus dari EOQadalah sebagai berikut;
EOQ = 2 usIc
U = Jumlah satuan kebutuhan bahan dalam setahun
S = Biaya pemesanan per orderI = Biaya penyimpanan yang dinyatakan sebagai presentasi dari
persediaan rata- rataC = Harga bahan per satuan
( 15 : 159)
Agar efesiensi dan efektivitas dalam masalah pengelolaan persediaan ini
dapat dicapai semaksimal mimgkin, maka harus ada suatu sistem pengendalian
intem yang beijalan dengan memadai.
Semua metode dan tindakan yang dilaksanakan untuk mengamankan
persediaan sejak mendatangkannya, menerima, menyimpan dan mengeluarkannya
baik phisik maupun kualitas dan pencatatanya termasuk penentuan dan pengaturan
jumlah persediaan. Persediaan mengandung risiko yaitu apabila terlalu banyak akan
mengundang biaya penyimpanan yang seharusnya dapat dihindarkan, risiko
menjadi kuno dan biaya bank apabila persediaan dibiayai oleh kredit bank.
20
2.2.1. Pengertian Persediaan
Persediaan itiempakan salah satu bagian dari harta kekayaan
perusahaan tertanam dalam bentuk persediaan. Demikian pula operasi
perusahaan biasanya sering tergantung dari persediaan.
Persediaan menunjukkan barang-barang yang dimiliki untuk
dijual atau dimasukkan kedalam proses produksi pada perusahaan
manufaktur. Untuk memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai
apa yang dimaksud dengan persediaan. Smith and Skousen dalam
bukunya "Intermediate Accoimting", menyatakan bahwa:
The term inventory desingnates goods held for sale in the normalcourse of business and, in the case of a main, facturer, goods inproduction or to be placed in production.
( 25 : 347)
Adapun yang dimaksud persediaan, menurut Eldon S.
Hendriksen yang diterjemahkan oleh Marianus Sinaga, dalam bukunya
"Teori Akuntansi" adalah,
Persediaan (inventory) meliputi barang-barang dagangan yangdimaksudkan untuk dijual dalam kondisi usaha normal dan bahan bakuserta bahan pembantu yang dipergunakan dalam proses produksi untukdijual.
( 7 :2)
Sementara itu, lAI dalam bukunya Standar Akuntansi Keuangan
PSAK No. 14 Buku 1, menyatakan bahwa:
Persediaan adalah aktiva:
(a) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal(b) Dalam proses produksi dan atau dalam petjalanan; atau
21
(c) Daiam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakandalam proses produksi atau pemberian jasa.
(11 : 14.2)
Dari beberapa pengertian persediaan tersebut diatas, persediaan
dapat kita kelompokkan menjadi:
♦ Bahan baku dan bahan penolong
♦ Barang dalam proses
♦ Barang jadi
Simpulan yang dapat diambil dari pengertian tersebut, bahwa
persediaan adalah barang-barang yang dimiliki untuk dijual kembali
atau digunakan untuk memproduksi barang-barang yang akan dijual.
2.2.2. Organisasi dari Fungsi Pereediaan
Organisasi dzui fungsi persediaan didalam perusahaan melibatkan
beberapa bagian dalam perusahaan. Dalam perusahaan dagang
pengelolaan, phisik persediaan barang dagangan berada dibawah bagian
penjualan, bagian tersebutlah yang berperan mengatur pengeluaran
barang. Menurut Drs. Muslich, bahwa fungsi persediaan adalah:
'"Fungsi utama dari persediaan adalah untuk melepaskan diri ataumembebaskan diri (uncouple) dari beberapa tahapan operasional, agarperusahaan dapat memenuhi permintaan tanpa bergantung pada pihak-pihak lain."
( 18:253)
Sedangkan menurut Arens E. dan James L. mengemukakan
fimgsi persediaan antara lain adalah :
00
Fungsi-fungsi persediaan adalah ;1) Mengolah order pembelian2) Menerima bahan yang baru
3) Menyimpan bahan baku4) Mengolah barang5) Menyimpan barang j adi6) Mengirim barang j adi
( 3:292)
Adapun organisasi yang terkait menurut Arens dan Loebecke adalah:
1. Bagian mengolah order pembelianTugasnya ; mengajukan permintaan pembelian dari bagian gudangkepada bagian pembelian.
2. Bagian menerima bahan yang baruTugasnya ; setiap bahan yang diterima oleh bagian penerimaanbarang hams diperiksa jumlah dan kualitasnya, dengan membuatlaporan penerimaan barang.
3. Bagian menyimpan bahan bakuTugasnya ; menyimpan barang yang telah dicek bagian gudangpenyimpanan.
4. Bagian mengolah barangTugasnya ; bagian produksi hams membuat laporan-laporanmengenai produksi dan barang sisa kepada bagian akuntansi.
5. Bagian menyimpan barang j adiTugasnya ; setelah barang jadi diselesaikan oleh bagian produksikemudian ditempatkan dalam gudang penyimpanan yang telahdiperiksa oleh bagian quality control.
6. Bagian mengirim barang jadiTugasnya ; dilakukan oleh bagian pengiriman barang. Pengirimanatau transfer barang hams diotorisasi melalui dokumen pengiriman.
( 3 : 292-294)
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan, bahwa
fungsi persediaan yang terdiri dari mengolah order pembelian, menerima
bahan, menyimpan bahan, mengolah sampai barang siap dikirim, hal ini
dilaksanakan oleh masing-masing organisasi yang terkait disetiap
tahapan operasional yang berguna untuk memenuhi permintaan tanpa
bergantung pada pihak-pihak lain.
23
2.2.3. Prosedur-prosedur
Dalam suatu perusahaan industri akan terdapat beberapa sistem
yang merupakan kumpulan dari beberapa prosedur.
Menurut Joseph W. Wilkinson dalam bukunya "Sistem Akuntansi
dan Informasi" yang dialihbahasakan oleh Agus Maulana Ir., MSM,
menyatakan bahwa:
Prosedur adalah rangkaian langkah spesifik yang hams dilalui dalamsiklus pemprosesan data. Prosedur dapat dilaksantikan oleh manusiasepenuhnya, oleh komputer sepenuhnya atau gabungan dari keduanya.
( 13 ; 13)
Selanjutnya W. Gerald Cole yang dikutip oleh Zaki Baridwan Dr.,
Ak., M.Sc, dalam bukunya "Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan
Metode", menyatakan bahwa:
Prosedur adalah suatu urut-urutan pekerjaan kerani (clerical) biasanyamelibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untukmenjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksipemsahaan yang sering tetjadi.
(30:3)
Berdasarkan pada definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
prosedur mempakan suatu umt-umtan pekerjaan yang dapat
dilaksanakan oleh manusia, komputer maupun gabungan dari keduanya
agar dapat menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap
transaksi-transaksi perusahaan yang sering teijadi.
24
2.2.3.1. Prosedur Perencanaan Persediaan Bahan Baku
Perencanaan merupakan suatu tehnik untuk menetapkan
secara sistematis hal-hal yang berkenaan dan langkah-langkah
yang diambil terlebih dahulu dalam pelaksanaan keija dan
selanjutnya mengkoordinasikan dan mengatumya.
Menunit Jusuf dan M. Tambunan yang dalam bukunya
Sistem Infonnasi Akuntansi, mengemukakan prosedur perencanaan
terhadap persediaan bahan baku adalah sebagai berikut;
Prosedur perencanaan adalah :1) Pemyataan-pemyataan menyeluruh berkaitan dengan
faktor-faktor penentu kesuksesan perusahaan dan tujuan-tujuan keseluruhan.
2) Deskripsi sistem diperusahaan yang membutuhkanpengembangan.
3) Pemyataan mengenai prioritas yang menunjukkan areamana yang merupakan prioritas tertinggi.
4) Garis besar sumberdaya yang dibutuhkan, mencakup biaya,kepegawaian dan peralatan.
5) Kerangka waktu tentatif untuk pengembangan sistemkhusus.
( 4:631 )
Sedangkan menurut Wilson dan Campbell dalam
bukunya Controllership yang dialihbahasakan oleh Gunawan
Hutauruk, menyatakan prosedur perencanaan persediaan bahan
baku adalah:
Prosedur perencanaan persediaan bahan baku :1) Suatu pemyataan mengenai tuj uan persediaan2) Identiflkasi mengenai persediaan dan tindakan yang akan
diambil untuk proses produksi.
25
3) Penentuan sumber day a (bahan baku) yang akandipergunakan untuk proses produksi.
4) Identiflkasi dari sasaran5) Penetapan jadwal waktu yang tepat dan pentaatan6) Identiflkasi dari kondisi-kondisi yang akan dipenuhi atau
asumsi-asumsi yang dibuat.( 29 : 144 )
Berdasarkan pendapat diatas maka, dapat disimpulkan
bahwa definisi tersebut menekankan pada tujuan yang hendak
yang dibutuhkan untuk proses produksi, penetapan pada
ketepatan waktu, serta identiflkasi dari kondisi-kondisi yang
akan dipenuhi. Dalam hal ini perencanaan tersebut tidak untuk
jangka waktu yang singkat tapi juga untuk jangka waktu yang
lama bila tidak ada perubahan. Perencanaan ini haruslah
fleksibel terhadap kondisi dan situasi yang ada.
2.2.3.2. Prosedur Pengadaan dan Penerimaan Persediaan Bahan
Baku
Pengendalian intern persediaan bahan baku untuk setiap
perusahaan industri harus benar-benar dilakukan demi lancamya
proses produksi. Hal ini merupakan tanggung jawab dari pihak
manajemen sebagai pengelola perusahaan dan bertanggung
jawab pula terhadap kelancaran usahanya. Karena, persediaan
bahan baku harus ditentukan secara realistis dan wajar.
26
Menurut Drs. M. Samsul dan Drs. Mustofa dalam
buknnya Sistem Akuntansi mengemukakan bahwa prosedur
pengadaan adalah:
1) Setiap pembelian yang akan dilakukan harus didahului olehpermintaan pembelian barang. (PPB)
2) PPB hanya dibuat jika barang yang diperlukan tidak adadaiam persediaan gudang.
3) PPB disiapkan oleh gudang dan ditandatangani oleh kepalabagian yang meminta.
4) PPB disiapkan kepada bagian pembelian untuk diproseslebih lanjut, gudang dan peminta barang menunggusementara waktu.
5) Bagian pembelian mengecek PPB, apakah termasuk barangbaru atau barang yang sudah rutin yang daftar harganyasudah ada.
6) Bila termasuk barang baru, maka bagian pembelian harusmembuat surat permintaan penawaran harga dari parasupplier.
7) Menyeleksi jawaban-jawaban dari supplier dan memilih yangpaling murah harganya dan paling baik syarat-syaratnya
8) Bagian pembelian membuatkan order pembelian (OP).9) OP bersama PPB disampaikan kepada atasan yang berwenang
memberi persetujuan pembelian. Tanda setuju ada pada OPyang ditandatangani oleh atasan tertentu.
10) OP dikirimkan kepada supplier, sementara waktu menunggubarang datang.
11) Petugas pengecekan barang-barang dari supplier melakukantugasnya mengecek kuantitas, kualitas sesuai denganspesifikasi yang tertera pada OP. Hanya barang-barang yangbaik dan cocok dengan OP yang dapat diterima, selain ituharus diretur bila ada.
12) Gudang membuat bon penerimaan barang (BPB) atas barangyang sudah dikontrol oleh petugas pengecekan diatas.
13) Semua faktur yang diterima dari supplier, oleh pemegangkartu hutang/yang ditunjuk untuk melakukan pengecekanantara faktur, OP dan BPB. dicocokkan dan dilampiridengan OP dan BPB, dan kemudian diberikan kepadabagian keuangan.
14) Bagian keuangan mempersiapkan pembayaran.( 24:329)
27
Sedangkan menurut Mulyadi dalam bukunya Sistem
Akuntansi, mengemukakan prosedur pembeiian adalah sebagai
berikut:
1) Fungsi gudang mengajukan permintaan pembeiian kefungsi pembeiian.
2) Fungsi pembeiian meminta penawaran harga dari berbagaipemasok.
3) Fungsi pembeiian menerima penawaran harga dariberbagai pemasok dan melakukan pemilihan pemasok.
4) Fungsi pembeiian membuat order pembeiian kepadapemasok yang dipilih.
5) Fungsi penerimaan memeriksa dan menerima barang yangdikirim oleh pemasok.
6) Fungsi penerimaan menyerahkan barang yang diterimakepada fungsi gudang untuk disimpan.
7) Fungsi penerimaan melaporkan penerimaan barang kepadafungsi akuntansi.
8) Fungsi akuntansi menerima faktur tagihan dari pemasokdan atas dasar faktur dari pemasok tersebut, fungsiakuntansi mencatat kewajiban yang timbul dari transaksipembeiian.
( 17:302 )
Prosedur pembeiian mengatur cara-cara dalam melakukan
semua pembeiian baik barang maupun jasa yang dibutuhkan oleh
perusahaan. Prosedur pembeiian dimulai dari adanya kebutuhan
atas suatu barang atau jasa sampai barang atau Jasa yang dibeli dan
diterima. Proses pembeiian dilaksanakan oleh B^ian Pembeiian.
Bagian Penerimaan Barang, dan Bagian Gudang. Dalam hai ini
masing-masing bagian tersebut harus memberikan bukti
pencatatanya baik dalam hal pembeiian maupun timbulnya utang
sesuai dengan kebenaran jumlah-jumlah dan kuantitasnya.
28
Proses penerimaan bahan baku tnerupakan kelanjutan
dari siklus operasi yang dimulai dari perencanEian persediaan
yang telah ditetapkan. Barang yang diterima diperiksa
kuantitas, spesifikasi dan kondisi yang disesuaikan dengan data
pembelian atau dengan surat pengantar yang menyertai bahan
baku tersebut. Proses penerimaan juga termasuk pemeliharaan
fisik bahan baku yang diterima.
Fungsi departemen penerimaan adalah untuk♦ menurunkan muatan dan membuka kemasan bahan yang
masuk
♦ mengecek jumlah yang diterima dengan membandingkannyaterhadap jmnlah yang tertera dalam formulir yang disampaikanpihak pengirim
♦ mengamati kesesuaian antara barang yang diterima denganuraian tertulis dalam pesanan pembelian
♦ menyiapkan iaporan penerimaan♦ memberitahukan perbedaan-pebedaan yang ditemukan
kepada departemen pembelian♦ menyiapkan pemeriksaan bila perlu♦ memberitahukan departemen pengangkutan dan pembelian
mengenai segala kerusakan yang teijadi dalam peijalanan♦ dan mengirimkan bahan yang telah diterima ke lokasi
pabrik yang tepat.
Adapun Iaporan penerimaan didistribusikan sebagai berikut:1) Departemen penerimaan menyimpan selembar salinan dan
selembar lagi dikirim ke departemen pembelian sebagaipemberitahuan mengenai tibanya bahan tersebut
2) Semua salinan lainnya dikirim ke departemen pemeriksaanyang nantinya akan dibagikan jika pemeriksaan telahdilaksanakan.
( 19; 165)
Menurut Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Biaya menge-
mukakan prosedur penerimaan persediaan bahan baku bahwa:
29
"Pemasok mengirimkan bahan baku kepada perusahaansesui dengan surat order pembelian yang diterimanya. Bagianpenerimaan yang bertugas menerima barang, mencocokkankualitas, kuantitas, jenis serta spesifikasi bahan baku yangditerima dari petnasok dengan tembusan surat order pembelian.Apabila bahan baku yang diterima teiah sesuai dengan suratorder pembelian, bagian penerimaan membuat laporanpenerimaan barang untuk dikirimkan kepada bagian akuntansi".
( 20 : 297)
Berdasarkan pada keterangan diatas dapat disimpulkan
bahwa masing-masing bagian atau departemen melaksanakan
tugas sesuai dengan tanggungjawabnya dengan memperhatikan
kuantitas dari barang yang dipesan maupun diterima. agar
proses produksi dapat beijalan dengan lancar sesuai dengan
prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.
2.2.33. Prosedur Penyimpanan Persediaan Bahan Baku
Sebelum melakukan proses produksi terdapat suatu
periode antara sebelum digimakan dan saat bahan baku akan
dipergunakan untuk proses produksi. Karenanya akan teijadi
penyimpanan selama waktu periode tersebut.
Bagian gudang sebelumnya akan memeriksa bahan baku
yang telah diterima, baik kuantitas maupun kualitas. Bagian
gudang bertugas menyimpan dan menjaga keamanan fisik serta
memelihara bahan baku yang disimpan agar mutunya tetap
teijaga dengan baik.
Menurut Adolph, Milton dan Lawrence daiam bukunya
Akuntansi Biaya dan Pengendalian mengemukakan bahwa:
"Persyaratan penyimpanan persediaan daiam gudang adaiahdengan dilampiri selembar salinan laporan penerimaan, diteruskanke gudang dari departemen penerimaan atau pemeriksaan. Kepalagudang dan para pembantunya bertanggungjawab atas keamananbahan, artinya persediaan dan perbekalan disimpan didalam petiatau diruang gudang lainnya yang tepat, sehingga semuanya amansampai diperlukan daiam produksi, dan juga agar pengambilanbahan dari gudang dilakukan sebagaimana mestinya".
( 19: 171 )
Sedangkan menurut Mulyadi yang daiam bukunya
Akuntansi Biaya mengemukakan bahwa;
"Bagian penerimaan menyerahkan bahan baku yangditerima dari pemasok kepada bagian gudang. Bagian gudangmenyimpan bahan baku tersebut dan mencatat jumlah bahanbaku yang diterima daiam kartii gudang (stock card) padakolom 'diterima', kartu gudang ini digunakan untuk bagiangudang untuk mencatat mutasi tiap-tiap jenis barang gudang.
( 20 : 297 )
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan,
bahwa bahan baku yang ada digudang dapat dipergunakan
untuk proses produksi tanpa ada penurunan mutu yang berarti
yang dapat mempengaruhi hasil olah nantinya. Selain itu, hal
ini dilakukan agar mempermudah pengendalian.
2.2.3.4. Prosedur Pengeluaran Persediaan Bahan Baku Untuk Proses
Produksi
Pengeluaran bahan baku untuk proses produksi ditandai
dengan beberapa dokumen, dapat berupa daitar permintaan bahan
31
baku dari pimpinan atau pejabat yang berwenang dalam suatu
perusahaan. Dokumen ini harus disetujui oleh pejabat tersebut.
Kepala gudang tidak boleh mengambil inisiatif sendiri untuk
mengeluarkan bahan baku dari gudang untuk proses produksi.
Menurut Mulyadi dalam bukimya Akuntansi Biaya
mengemukakan bahwa;
"Pengeluaran bahan baku untuk proses produksi yaitubagian produksi yang membutuhkan bahan baku, mengisi buktipermintaan barang. Kolom-kolom yang diisi informasi-informasiadalah kolom nomor unit, nama dan nomor kode kelompok,nomor unit barang dan jumlah satuan yang diminta, dan pusatbiaya (dalam hal ini bagian produksi) yang memerlukan bahanbaku setelah bukti permintaan barang tersebut diotorisasi olehyang berwenang, tiga bukti permintaan barang tersebut dibawake bagian gudang, bagian gudang menyiapkan bahan baku sesuaidengan yang tercantum dalam bukti permintaan barang, danmenyerahkannya kepada be^ian produksi yang membutuhkannya.Bagian gudang mengisi jumlah bahan baku yang diserahkanpada kolom "diserahkan" dalam bukti permintaan barang, dansetelah diotorisasi oleh kepada bagian gudang, bukti permintaanbarang tersebut dikirimkan ke bagian akuntansi."
( 20 : 309)
Pengeluaran persediaan bahan baku untuk proses
produksi terdiri dari beberapa prosedur yang sistimatis dan
efisien untuk mengemukakan bahan dan perbekalan dari
gudang. Antara lain;
5k Surat permintaan persediaan, surat ini merupakan formulirdasar yang digunakan untuk mengeluarkan bahan darigudang. Pembuatan surat ini menimbulkan pencatatan padakolom "dikeluarkan" dalam kartu bahan dan pemesandalam kartu biaya pesanan, laporan produksi, atau berbagai
32
lembaran analisis beban untiik masing-meising departemen.Semua pengeluaran bahan didebet ke perkiraan barangdalam proses atau ke perkiraan pengendalian untukoverhead pebrik, beban penasaran, atau beban administrasi,dan dikredit ke perkiraan bahan.
^ Jumal permintaan bahanPemrosesan data eiektronik untuk permintaan bahan
Jk Penyesuaian perkiraan dan kartu bahan agar sesuai denganhasil perhitungan persediaan.
( 20: 172-176)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa petugas
gudang bahan baku mengeluarkan bahan baku sesuai dengan dokumen,
sehingga antara catatan yang dilakukan oleh petugas gudang akan sesuai
dengan pencatatan yang dilakukan oleh bagian akuntansi.
2.2.4. Pencatatan dan Pelaporan Persediaan Bahan Baku
Seperangkat formulir-formulir dan catatan-catatan merupakan
pekeijaan rutin pada semua perusahaan. Setiap perusahaan memiliki
sistem penyiapan, pemrosesan dan pencatatan transaksi yang khas, akan
sukar untuk mengevaluasi apakah prosedur-prosedur telah dirancang
untuk memberikan pengendalian yang optimum ; meskipun demikian,
prosedur pencatatan yang memadai harus ada sebelum kebanyakan
tujuan pengendalian intern dapat dipenuhi.
33
2.2.4.1. Sistem Pencatatan Fersediaan
Sistem pencatatan persediaan dapat diselenggarakan baik
dengan basis periodik ataupun dengan basis perpetual. Kedua
sistem pencatatan tersebut digunakan untuk memudahkan dalam
menentukan besamya persediaan yang masih ada dalam gudang.
Fess Warren dan Niswonger dalam bukunya "Prinsip-prinsip
Akuntansi" diteijemahkan oleh Herman Wibowo dan Hyginus
Ruswinarto, menyatakan sebagai berikut:
Sistem pencatatan periodikDigunakan setiap teijadi penjualan , hanya pendapatan daripenjualan itu yang diatas. Pada saat penjualan tersebut tidakdibuat ayat Jumal untuk mencatat harga pokok barang yangdijual.Sistem pencatatan perpetualDigunakan catatan akuntansi yang secara terus-menerusmengungkapkan jumlah persediaan ada. Perkiraan terpisahdibuat untuk setiap jenis barang dengan dalam buku tambahan.Penambahan dalam pos persediaan dicatat sebagai debetkeperkiraan yang bersangkutan, dan pengurang dicatat sebagaikredit.
( 23:329)
Menurut M. Munandar dalam bukunya Pokok-pokok
Intermediate Accounting:
Metode perpetual (continual), semua pemasukan (pembelian)dan semua pengeluaran (penjualan) barang dibutuhkan kedalamperkiraan inventory dari barang yang bersangkutan, masing-masing sebedsar harga pembeliannya. Dengan demikianperkiraan inventory senantiasa menunjukkan jumlah sisapersediaan yang ada, beserta mutasi perubahannya.
( 21 : 105)
34
Menurut Efraim Ferdinan Giri dalam bukunya
Akuntansi Keuangan I:
Sistem persediaan perpetual (Perpetual Inventory), semuatransaksi yang mengakibatkan berkurang atau bertambahnyapersediaan dicatat dan diikuti secara konsisten. Perhitunganfisik dilaksanakan harga untuk menguji ketelitian kuantitaspersediaan yang disajikan dalam kartu persediaan.
( 8 : 161)
Menurut M. Munandar dalam bukunya Pokok-pokok
Intermediate Accounting menyatakan:
Metode physical (pliodical) semua pemasukan (pembelian)dan semua pengeluaran (penjualan) barang tidak dibukukankeperkiraan inventory barang yang bersangkutan. Pemasukanbarang dibukukan ke perkiraan pembelitm beserta beberapaperkiraan yang menyertainya, sebesar harga pembeliannya.Sedangkan pengeluaran barang dibukukan ke dalam perkiraanpenjualan beserta beberapa perkiraan yang menyertainya,sebesar harga pembeliannya.
( 21 : 106)
Menurut Efraim Ferdinan Giri dalam bukunya
Akuntansi Keuangan, menyatakan:
Sistem persediaan periodik atau sistem persediaan fisik(periodik inventory system), persediaan ditentukan denganmelakukan perhitungan fisik yang dilakukan secara periodik,mutasi atas persediaan tidak diikuti.
( 8 : 160 )
Berdasarkan uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa
dalam sitem perpetual memberikan kemudahan dalam
penyusunan laporan keuangan dibandingkan sistem pencatatan
periodik, karena harga pokok persediaan akhir dengan mudah
35
dapat diketahui dari catatan yang ada, tidak perlu melakukan
stock opname terlebih dahulu. Bila terdapat selisih antara
catatan dengan jumlah sesungguhnya, sewaktu melakukan
stock opname akhir tahun, maka jumlah selisih dicatat dalam
perkiraan selisih persediaan dan perkiraan lawannya ( perkiraan
persediaan barang ). Bila jumlah barang sesungguhnya lebih
kecil, dibandingkan dengan catatan atau kartu persediaan, maka
perkiraan persediaan dikurangi, dan demikian sebaliknya.
2.2.4.2. Metode Penilaian Persediaan
Menurut Fess Warren dan Niswonger dalam bukunya
"Prinsip-prinsip Akuntansi" yang diteijemahkan oleh Herman
Wibowo dan Hyginus Ruswinarto yang lebih umum digunakan
untuk mengkalkulasi biaya bahan yang dikeluarkan dari
persediaan adalah
Metode First In First Out (FIFO)Bahwa harga pokok harus dibebankan pada pendapatan sesuaidengan urutan pembelian barang tersebut. Jadi persediaan yangmasih ada dianggap berasal dari pembelian barang terakhir.
Metode Rata-rata (Average)Didasarkan atas asumsi bahwa harga pokok harus dibebankankependapatan menurut harga rata-rata tertimbang perunit daribarang yang dijual. Harga pokok rata-rata tertimbang perunitini digunakan juga untuk menentukan harga pokok barang yangmasih ada dalam persediaan. Harga pokok rata-rata tertimbangperunit diperoleh dari hasil bagi antara jumlah harga pokokbarang yang tersedia untuk dijual dalam satu periode tertentudengan jumlah unitnya.
36
Metode Last In First Out (LIFO)Didasarkan atas anggapan bahwa harga pokok barang daripembelian terakhir harus dibebankan ke pendapatan. JadiPersediaan yang ada dianggap berasal dari harga pokok palingawal.
( 23:396-398)
Sementara beberapa literatur lain mengemukakan dapat
metode yang dapat diterapkan daiam penilaian persediaan,
tetapi metode-metode tersebut sama dengan yang teiah
dikemukakan daiam literatur sebelumnya. Niswonger, Fess and
Warren yang daiam bukunya Accounting Principles (prinsip-
prinsip akimtansi) yang telah dialihbahasakan oleh Hygenus
Ruswinarto, Herman Wibowo memberikan empat metode yang
didasarkan daiam suatu asumsi bahwa:
* Arus harga pokok berdasarkan urutan pembelian
* Arus harga pokok berdasarkan urutan pembelian tetapi
dibalik
Arus harga pokok berdasarkan rata-rata seluruh pembelian
Metode tersebut adalah:
1. First in, first out (FIFO)
2. Last in, first out (LIFO)
3. Average cost method (metode harga pokok rata-rata)
4. Specific indentification (identifikasi secara khusus)
37
Pada alinea yang lain dikatakan lebih lanjut, bahwa
karena kondisi dliuar kebiasaan yang dapat teijadi sehari-hari.
maka suatu perusahaan dapat mengunakan prosedur identifikasi
khusus. Smith and Skousen, mengemukakan empat metode
penilaian persediaan yang dapat diterapkan. adalah :
1. Identifikasi khusus
2. First in, first out (FIFO)3. Rata-rata tertimbang4. Last in, first out (LIFO)
( 23 : 337 )
Standar akuntansi keuangan, buku satu, menetapkan
metode penilaian persediaan, dimana metode-metode ini pada
dasamya sama dengan metode yang telah dikemukakan diatas.
PSAK no.20. menyatakan tentang penilaian persediaan, kecuali
dengan identifikasi khusus, harus dihitung dengan metode
sebagai berikut:
1. Masuk pertama, keluar pertama (MPKP atau FIFO)
2. Rata-rata tertimbang (Weighted average cost method)
3. Masuk terakhir, keluar pertama (MTKP atau LIFO)
Dengan telah dikeluarkannya standar akuntansi
keuangan oleh lAI, maka metode-metode yang digunakan
dalam penilaian persediaan harus menggunakan salah satu
metode yang ada dalam pemyataan Standar Akuntansi
Keuangan nomor 20.
38
2.2.4.3. Laporan Persediaan Bahan Baku
Laporan yang disajikan dengan baik sangat periling
sebab dengan demikian mereka dapat mengendaiikan biaya-
biaya. juga agar usaha-usaha yang dilakukan menjadi terarah
sehingga dapat mengefektivkan perencanaan laba. J.B. Heckert
dalam bukunya "Controllership Tugas dan Akuntan
Managemen", yang dialihbahasakan oleh Tjintjin F. Tjendera
Drs., Ak., menyatakan sebagai berikut:
1. Ikhtisar persediaan menurut kategori bahan atau barang2. Perbandingan persediaan yang direncanakan atau yang
dianggarkan dengan persediaan yang sebenamya menuruttanggungjawab dan klasifikasi.
3. Analisa tingkat perputaran.4. Ikhtisar perputartin persediaan, kebutuhan, pemakaian,
saldo menurut bagian, kategori klasifikasi.5. Arus persediaan-penggolongan menurut unsur persediaan
yang dapat menunjukkan persediaan yang iambat perputarannya,yang mengalami kekunoan yang berlebihan dan Iain-lain.
6. Laporan tentang kelebihan atau kekurangan persediaan.7. Laporan analisa nilai.8. Persediaan yang ada ditangan versus anggaran atau
komitmen.
9. Ikhtisar hasil opname fisik dan koreksi atau penyesuaianyang dilakukan.
10. Laporan khusus tentang bahan atau barang yang tinggi nilaiperunitnya.
( 14:450)
2.2.5. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern Bahan Baku
Sistem pengendalian intem mempunyai beberapa unsur yang
dapat meningkatkan kemungkinan dipercayainya data-data akuntansi
39
seita tindakan pengamanan terhadap setiap harta dan catatan perusahaan.
Setiap unsur mempunyai kaitan langsung dengan tujuan pengendalian
perusahaan, demikian juga dengan langkah-langkah yang ditempuh
perusahaan untuk memenuhinya.
Menurut Mulyadi dalam bukunya Sistem Akuntansi, mengatakan
unsur-unsur pengendalian intern dalam sistem perhitungan fisik
persediaan digolongkan ke dalam 3 kelompok antara lain
A. Organisasi1. Perhitungan fisik persediaan harus dilakukan oleh suatu panitia
yang terdiri dari fungsi pemegang kartu perhitungan fisik, fungsipenghitung, fungsi pengecek.
2. Panitia yang dibentuk harus terdiri dari karyawan selainkaryawan fungsi gudang dan fungsi akuntansi persediaan,karena karyawan kedua fungsi inilah yang justru dievaluasitanggung jawabnya atas persediaan.
B. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan1. Daftar hasil perhitimgan fisik persediaan ditandatangani oleh
ketua panitia perhitungan fisik persediaan.2. Pencatatan hasil perhitungan fisik persediaan didasarkan atas
kartu perhitungan fisik yang telah diteliti kebenaranya olehpemegang kartu perhitungan fisik.
3. Harga satuan yang dicantumkan dalam daflar hasil perhitunganfisik berasal dari kartu persediaan yang bersangkutan.
4. Adjustment terhadap kartu persediaan didasarkan padainformasi (kuantitas maupun harga pokok total) tiap jenispersediaan yang tercantum dalam daftar perhitungan fisik.
C. Praktik yang sehat1. Kartu perhitungan fisik bemomor urut tercetak dan pengunaanya
dipertanggungjawabkan oleh fungsi pemegang kartu perhitunganfisik.
2. Perhitungan fisik setiap jenis persediaan dilakukan dua kalisecara independen, pertama kali oleh perhitungan dan kedua kalioleh pengecek.
3. Kuantitas dan data persediaan.4. Peralatan dan metode harus dijamin ketelitiannya.
( 17:584)
40
Sedangkan menurut La Midjan dalam bukunya Sistem Akuntansi
(Organisasi Administrasi) mengemukakan pendapatnya mengenai unsur-
unsur pengendalian intern tersebut sebagai berikut:
1. Perlu adanya pemisahan fungsi antara;a) menyimpan persediaan oleh gudang (store)b) mencatat persediaan oleh administrasi persediaan kantor
(APK/KPA)c) yang menguasai persediaan, dimana masuk dan keluamya
persediaan atas perintah yang bersangkutan yaitu :■ bagian pembelian
■ bagian penjualan
■ biro produksid) yang menerima dan mengecek pada waktu datangnya [}ersediaan
oleh bagian penerimaan (Receiving Departement) dan pengirimanpersediaan oleh bagian ekspedisi (Shipping Departement).
2. Perlu diadakannya inventarisasi secara fisik dan periodik mengenaipersediaan yang dilakukan antara lain oleh bagian pengawasanintern sedangkan kontrol atas posisi persediaan secara administrasidilaksanakan oleh administrasi persediaan kantor.
3. Perlu diadakan sistem informasi yang menyajikan kepadamanajemen menyangkut harga, kuantitas dan jenis persediaan.
( 15:44)
Dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Adanya struktur organisasi atas pengolahan bahan baku yang
didalamnya mengandung pemisahan fungsi dengan jenis wewenang
dan tanggung jawab yang jelas.
b. Inventarisasi secara fisik dan periodik mengenai persediaan yang
dilakukan oleh bagian pengawasan intern.
c. Karyawan yang jujur dan cakap serta dokumen dan catatan yang
lengkap sangat menunjang dalam pengendalian persediaan dalam
suatu persediaan.
41
2.2.6. Pemeriksaan Intern Persediaan Bahan Baku
Sehubungan dengan Pemeriksaan Intern Persediaan Bahan Baku.
Tuanakotta mengemukakan sebagai berikut:
1. Persediaan barang hams dilindungi (safe guard) dengan baik.Perlindungan atas persediaan barang tentunya berbeda antara satubarang dengan barang lain. Ada Barang yang mudah terbakar dankarenanya pengaturan letak, tekanan udara, suhu dan faktor-faktorlainnya hams sedemikian mpa sehingga kemungkinan kebakarandapat diperkecil. Persediaan lainnya mungkin tidak mudah terbakar,tetapi mudah berkarat dan karenanya perlindungan atas persediaanini ditunjukkan kepada hal-hal yang dapat mengurangi perkaratan.
2. Apakah pengaturan pembukuan atas persediaan dilakukan menumtperpetual inventory method. Dalam metode ini, catatan-catatanhams dibuat sedemikiein mpa sehingga mereka menimjukkanbertambah atau berkurangnya persediaan dan saido persediaan padasetiap saat. Catatan-catatan ini (perpetual records) dapat mencantumkankuantitas dan jumlah mpiahnya.
3. Secara berkala pemsahaan hams menghitung persediaan barangyang ada dan mencocokkannya dengan persediaan menumt kartu-kartu persediaan barang. Berapa seringnya perhitungan ini(inventory taking atau stock opname) hams dilakukan dalamsetahunnya tergantung dari sifat persediaan barang dan berapatingkat perputaran barang tersebut (rate of inventory turn over).Didalam pemsahaan yang mempunyai banyak persediaan, barang-barang yang akan dihitung dapat dilakukan setiap bulannyasehingga sampai akhir tahun semua barang pemah dihitimg dalamtahun berjalan.
4. Persediaan barang-barang juga sebaiknya diasuransikan terhadapresiko msaknya barang-barang akibat kebakaran, kebanjiran danbencana-bencana lainnya.
( 28; 197)
Pemeriksaan intern behubungan dengan semua tahap kegiatan
pemsahaan, sehingga tidak hanya terbatas pada pemeriksaan terhadap
catatan-catatan akuntansi, untuk mencapai tujuan tersebut, pemeriksaan
a. Pemeriksaan dan penilaian terhadap baik atau tidaknya pengendalianakimtansi dan pengendalian administratif dan mendorong penggunaancara-cara yang efektif dengan biaya yang minimum.
b. Menentukan sampai seberapa jauh pelaksanaan kebijaksanaanmanajemen puncak dipatuhi.
c. Menentukan sampai seberapa jauh kekayaan perusahaandipertanggungjawabkan dan dilindungi dari segala macam kerugian.
d. Menentukan keandalan informasi yang dihzisilkan oleh berbagaibagian dalam perusahaan.
e. Memberikan rekomendasi perbaikan kegiatan-kegiatan perusahaan.(13 ; 103-105 )
Berdasarkan defmisi diatas dapatlah disimpulkan bahwa
pemeriksaan intem persediaan bahan baku adalah memperhatikan
persediaan barang apakah sudah terlindung dari berbagai situasi, serta
memperhatikan keandalan dari informasi yang diterima dari berbagai
bagian apakah sudah akurat dan dapat diandalkan demi kelancaran dan
pencapaian tujuan perusahaan.
Pemeriksaan intem persediaan bahan baku dengan cara menilai
apakah didalam aktivitas persediaan bahan baku tersebut sudah tercipta
adanya suatu "Internal Check", karena dengan adanya intemal check,
maka petugas yang satu dapat bagian penerimaan barang memeriksa
aktivitas bagian pembelian dengan mencocokkan jumlah barang yang
diterima dengan jumlah yang dipesan. Hal ini dapat mencegah
teijadinya persekongkolan antara bagian pembelian dengan leveransir.
Begitu pula bagian pembelian dapat mengecek aktivitas bagian gudang
atau aktivitas bagian-bagian lain melalui catatan-catatan yang ada.
43
Disamping itu pada suatu organisasi perusahaan ada suatu bagian
yang bertugas sebagai internal auditing, dimana secara berkala juga
mengadakan perhitungan persediaan bahan baku di gudang secara fisik
yang direkonsiliasi dengan catatan kartu persediaan pada Bagian
Akuntansi. Apabila dalam pencocokan tersebut terdapat selisih, maka
hams diselidiki sebab-sebabnya.
Internal auditing dalam kegiatannya juga melakukan pemeriksaan
intem terhadap kebenaran dokumen-dokumen yang dipergunakan, baik itu
dokumen intem maupun dokumen ekstem. Pemeriksaan yang bersifat
keuangan sebaiknya diadakan secara mendadak agar hasilnya lebih
memuaskan.
2.3. Peranan Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku dalam
Menunjang Efektivitas Proses Produksi
Pengendalian intem persediaan bahan baku yang memadai akan
membawa dampak yang sangat baik terhadap persediaan bahan baku yang
mencukupi dalam pelaksanaan proses produksi, sehingga penggunaaimya dalam
proses menjadi efektif serta secara tidak langsung berpengaruh juga terhadap
peningkatan produktivitas pemsahaan. Dengan demikian proses produksi akan
efektif apabila pengendalian intem dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
diterapkan terlebih dahulu.
44
Pengendalian intern persediaan bahan baku meliputi perencanaan akan
kebutuhan dan pengadaan meliputi perencanaan akan kebutuhan dan pengadaan
persediaan bahan baku, pengendalian pelaksanaan perencanaan seperti
penerimaan, penyimpanan, pengeluaran dan pencatatan. Perencanaan ini sudah
tentu akan diikuti dengan pengendalian produksi sebagai alat untuk mengendalikan
perencanaan yang telah ditetapkan agar dilaksanakan dengan sebaiknya.
2.3.1. Pentingnya Efektivitas Proses Produksi
Persediaan bahan baku merupakan faktor utama dalam
menciptakan tercapainya efektivitas proses produksi. Proses produksi
dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan, maka
perusahaan memerlukan cara pengendalian yang dapat membantu
manajemen perusahaan dalam melindungi dan mengawasi keamanan
aktiva-aktiva perusahaan dari kesalahan-kesalahan serta penyelewengan-
penyelewengan.
Adapun tujuan pengendalian intern adalah untuk mengetahui
tingkat efektivitas dan tingkat efesiensi dalam mencapai tujuan
perusahaan. Antony, Dearden and Redford dalam bukunya " Sistem
Pengendalian Manajement" yang diterjemahkan oleh Agus Maulana,
menyatakan bahwa : "Efektivitas diartikan sebagai kemampuan suatu
unit untuk mencapai tujuan yang diinginkan."
(5:14)
45
Manajemen perusahaan hams membuat perencanaan sebelum
kegiatan proses produksi dilaksanakan. Perencanaan diperlukan untuk
mengkoordinasikan setiap kegiatan proses produksi yang ada didalam
perusahaan, sehingga kegiatan tersebut tidak tumpang tindih satu sama
lain, yang tidak sesuai dengan tujuan pemsaheian.
Daiam kegiatan proses produksi melibatkan beberapa unit antara
lain : bagian pengadaan barang dan penerimaan, penyimpanan dan
pengeluaran baik phisik maupun kualitas, pencatatan dan pelaporan
persediaan bahan baku. Pada masing-masing bagian ini hams
melaksanakan apa yang menjadi tujuan, prosedur yang beriaku. Mulai
dari bahan baku sampai proses produksi selesai dilakukan oleh unit-unit
yang bersangkutan sesuai dengan tugas dan tanggung Jawabnya.
Jadi pentingnya efektivitas proses produksi adalah bahwa apa
yang sudah direncanakan sesuai dengan prosedur dan berada dalam
pengendalian manajemen yang baik, maka tujuan yang diinginkan oleh
perusahaan akan tercapai.
2.3.2. Jenis-jenis Proses Produksi
Menurut Sofyan Assauri dalam bukunya "Manajemen Produksi
dan Operasi" menyatakan bahwa : Proses produksi dapat dibedakan atas
dua jenis yaitu:
a) Proses produksi yang terus-menerus (continuous processes)
46
b) Proses produksi yang terputus-putus (intermittent processes)
Sebenamya perbedaan pokok antara kedua proses ini terletak
pada panjang tidaknya waktu persiapan atau mengatur (set up) peralatan
produksi yang digunakan untuk memproduksi sesuatu produk atau
beberapa produk tanpa mengalami perubahan. Sebagai contoh dapat
diiihat apabila kita menggunakan mesin-mesin untuk dipersiapkan (set
up) dalam produksi produk dalam jangka waktu yang pendek, dan
kemudian dirubah atau dipersiapkan kembali untuk memproduksi
produk lain, maka dalam hal ini prosesnya terputus-putus tergantung
dari produk yang dikeijakan. Proses yang terputus-putus disebut
Intermittent prosess atau manufacturing. Dalam proses seperti ini
terdapat waktu yang pendek ( short run ) dalam persiapan peralatan
untuk perubahan yang cepat guna dapat menghadapi variasi produk yang
berganti-ganti, misalnya terlihat dalam pabrik yang menghasilkan
produknya untuk atau berdasarkan pesanan seperti : pabrik kapal atau
bengkel las atau besi.
Dalam contoh lain dapat diiihat adanya perusahaan lain yang
menggunakan mesin-mesin untuk dipersiapkan dalam memproduksi
produk dalam jangka waktu yang panjang atau lama, tanpa mengalami
perubahan, maka dalam hal ini prosesnya terus-menerus selama jenis
produk yang sama dikeijakan.
47
Proses yang terus-menerus ini disebut continuos prosess aiau
manufacturing. Dalam proses ini terdapat waktu yang panjang tanpa
adanya perubahan-perubahan daripada pengaturan dan penggunaan
mesin serta peralatannya. Proses seperti ini terdapat dalam pabrik yang
menghasilkan produknya untuk pasar seperti pabrik ban.( 26 : 97)
Sedangkan menurut J.W. Neuneur dalam bukunya Accounting
System Instaiation on Method and Procedure, yang dikutip oleh La Midjan
dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi I Pendekatan Manual
Praktika Penyusunan Metode dan Prosedur, terdapat empat Jenis Proses
Produksi, yaitu:
1) Jenis proses produksi satuanProses produksi satuan diproduksi atas dasar pesanan. Sifat jenisproduksi ini adalah terputus-putus artinya dari proses produksi danbasil yang telah selesai mungkin tidak akan diulang lagi.
2) Jenis proses produksi massaProses produksi massa diproduksi untuk persediaan. Sifat jenisproduksi ini adalah terus menerus.
3) Jenis proses produksi seri satuanProses produksi seri satuan diproduksi atas dasar pesanan.
4) Jenis proses produksi seri massaJenis proses produksi seri satuan ini diproduksi untuk pesanan. Sifatjenis produksi ini adalah terbatas artinya hanya memproduksi dalamjumlah yang telah ditentukan dan setelah itu tidak produksi kembali.
( 16:230)
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, disimpulkan bahwa jenis
proses produksi dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Proses produksi terputus-putus
Yaitu : proses produksi yag tidak mempunyai pola yang pasti. Proses
48
produksinya berubah-ubah sesuai dengan pesanan atas produk yang
dihasilkan.
2) Proses produksi terus-menerus
Yaitu : proses produksi yang tnempunyai pola yang pasti. Proses
produksinya relatif sama dan berlangsung terus sesuai dengan
rencana produksi yang ditetapkan.
( 22 :26)
2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi
Pengendalian produksi pada hakekatnya harus selalu
mengusahakan agar proses produksi dapat selalu beijaian lancar untuk
mengendalikan kelancaran proses produksi ini maka kita tidak boleh
lepas perhatian kita terhadap teknologi yang dipergunakan oleh suatu
perusahaan. Setiap produksi memerlukan suatu proses yang berbeda
dengan produk yang lain.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses produksi;
1. Pengadaan bahan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengadaanbahan:
(a) standarisasi bahan baku(b) supplier bahan baku(c) syarat pembelian(d) cara penyimpanan(e) kemasan/bungkus(f) spesifikasi bahan
2. Penggimaan bahan3. Membuat sendiri/membeli material yang dibutuhkan4. Economical Order Quantity (EOQ)
49
5. Kekurangan persediaan (out of stock, shortage)6. Persediaan pengamanan (safety stock)7. Ketidakpastian dalam pemakaian bahan
(12 ; 245-261 )
Sedangkan menurut Dr. Sukanto yang dalam bukunya
Manajemen Produksi mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi adalah:
1) Penyediaan/pembelian2) EOQ3) Kasus potongan4) Kekurangan persediaan (Out Of Stock, Shortage)5) Ketidakpastian dalam pemakaian bahan6) Safety stock
( 27:200)
Berdasarkan pendapat diatas dapatlah disimpulkan bahwa, faktor-
faktor tersebut menganjurkan masing-masing organisasi yang terkait perlu
memperhatikan jalannya proses produksi agar proses produksi dapat selalu
beijalan lancar. Faktor-faktor tersebut berguna agar jangan sampai proses
produksi mulai dari penggadaan bahan, penggunaan bahan, sampai barang
selesai dan disimpan jangan sampai teijadinya kekurangan akan persediaan,
serta jangan sampai pengamanan akan persediaan tidak teijamin dan
ketidakpastian dalam pemakaian bahan.
2.3.4. Hubungan Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku
dengan Efektivitas Proses Produksi
Bahan baku merupakan salah satu faktor penunjang terhadap
kelancaran dan efektivitas proses produksi, sehingga kebutuhan akan
50
bahan baku sangat penting bagi kelancaran penjualan. Persediaan bahan
baku yang tidak memadai dengan kebutuhan produksi akan mengakibatkan
terganggunya proses produksi. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem
pengendalian intern yang memadai demi tersedianya bahan baku dalam
jumlah yang cukup sehingga proses produksi atau kegiatan produksi
dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana.
Dari uraian diatas terlihat bahwa proses pengendalian intern
bahan baku meliputi rencana pengadaan, penerimaan, penyimpanan serta
pemakaianya. Dalam rencana tersebut perlu memperhatikan keadaan
persediaan minimum (safety stock), reorder point, lead time, persediaan
maksimum, serta EOQ, dimana semua metode dan tindakan yang
dilaksanakan bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan baku
sejak mendatangkan, menerima, menyimpan dan mengeluarkannya baik
phisik maupun kualitas dan pencatatanya termasuk penentuan dan
pengaturan jumlah persediaan. Dengan demikian suatu pengendalian intem
bahan baku yang memadai dapat memenuhi kebutuhan bahan baku
untuk proses produksi sehingga rencana produksi dapat dicapai.
Seperti yang telah penulis bahas diatas bahwa produksi baru
dikatakan efektif apabila tujuan atau rencana produksi dapat dicapai sesuai
dengan rencana. Dimana faktor-faktor yang mempengaruhi proses produksi
adalah ketersediaan bahan baku, pengunaan bahan, EOQ, kekurangan
persediaan, safety stock, ketidakpastian dalam pemakaian bahan.
51
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern bahan baku
yang memadai yang salah satu tujuannya adalah menyediakan bahan
baku sesuai rencana dan kebutuhan untuk produksi guna mencapai
tujuan produksi atau dengan kata lain pengendalian intern bahan baku
memiliki peran yang besar dalam meningkatkan efektifitas proses
produksi.
BAB III
OBYEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Tinjauan Umum Perusahaan
3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Sebelum perang dunia I dimulai. pada tanggal 29 Agustus 1898
Frank A. Seiberling mendirikan Pabrik Goodyear, dengan 13 orang
karyawan di sebuah pabrik kardus di Akron di negara bagian Ohio
Amerika Serikat. Kemudian perusahaan itu semakin berkembang
dengan dibukanya pabrik-pabrik dan cabang-cabang penjualan diseluruh
dunia termasuk di Indonesia. Sebagai lambang daganganya, perusahaan
menggunakan simbol berbentuk Sepatu Bersayap (Wing Foot) milik
Dewa Merkurius dari mitos Yunani kuno yang berarti dewa pembawa
berita, lambang ini cocok digunakan sebagai lambang kecepatan dan
pengangkutan.
Di Indonesia, sejarah FT Goodyear dimulai dengan dibukanya
perkebunan karet di daerah Sumatra Utara tahim 1916 seluas 2000
hektar dan diberi nama 'Meragir Estate'. Dan baru pada tanggal 26
Januari 1917 berdirilah pabrik yang memproduksi ban-ban dengan nama
NV The Goodyear Tire And Rubber Company Limited di Surabaya
Jawa Timur. Pendirian tersebut berdasarkan akte notaris Benjamin
Terkuile, nomor 199 tanggal 26 Januari 1917. Kemudian disahkan oleh
53
Govemeur Van Nederlandsch Indische melalui surat keputusan nomor
50 tanggal 23 Mei 1917, selanjutnya diumumkan dari Javasche Courant,
nomor 64 tanggal 10 Agustus 1917.
The Goodyear Tire and Rubber Company Limited perintis dalam
memasarkan ban-ban Goodyear di Indonesia dan merupakan agen
penjualan dari perusahaan induk. Kemudian dari tahun ke tahun
perusahaan mengalami kemajuan yang pesat, tetapi kebutuhan bahan
bakunya kurang memadai. Oleh karena itu pada 1917 perkebunan karet
yang kedua seluas 40.000 achre dibuka dengan nama "Wing Foot
Estate".
Perluasan usaha dilakukan pada tahun 1930 dengan dibentuknya
suatu team, guna melakukan penyelidikan untuk mendirikan pabrik ban
di Indonesia. Dari basil penyelidikan tersebut, maka diputuskan untuk
mendirikan pabrik ban di Bogor, sehingga diresmikan pembukaarmya
oleh Ketua Dewan Direksi yang dipimpin oleh Paul Liecht tahun 1935
dengan 250 orang tenaga keija Indonesia yang memproduksi 330 ban
luar dan 250 ban dalam per hari. Adapim alasan Bogor dipilih sebagai
lokasi usaha dikarenakan Bogor yang pada waktu itu merupakan daerah
perkebunan karet yang cukup besar, dimana karet adalah bahan baku
yang utama dalam pembuatan ban-ban kendaraan. Selama Perang Dunia
II, PT Goodyear Indonesia melakukan penghentian kegiatannya dan
baru kembali memproduksi pada tahun 1947.
54
Selanjutnya antara tahun 1965 sampai tahun 1967 pabrik ban ini
dinasionalisir sehubungan dengan adanya kebijaksanaan pemerintah
Republik Indonesia pada saat itu dengan mengganti nama "PT Gelora
Yudha". Sedangkan pengawasannya bukan lagi di bawah kantor pusat di
Akron Amerika Serikat, akan tetapi di bawah Badan Pengawasan
Perindustrian Indonesia. Selanjutnya pada tahun 1967 PT Gelora Yudha
diganti lagi menjadi PT Goodyear Indonesia kembali dalam rangka
melaksanakan Undang-undang No. 1 tentang penanaman modal asing
(PMA). Dalam tahun tersebut tingkat produksi sudah mencapai 430.000
buah per tahun.
Mulai tahun 1968 sampai dengan tahun 1971 perusahaan mulai
melakukan modemisasi dan perluasan pabrik di Bogor. Perluasan pabrik
tahap I dengan biaya investasi Rp 3,2 Milyar, pada tanggal 11 Desember
1971 telah diresmikan oleh Presiden Soeharto yang didampingi oleh
Russel De Young sebagai Ketua Dewan Direksi PT Goodyear
Indonesia. Dan perluasan pabrik tahap II dimulai dengan mendirikan
pabrik vulkanisir ban di Pulogadung Jakarta pada tanggal 16 Mei 1974.
Setelah perluasan pada tahun 1971, perusahaan ini menjadi
perusahaan ban terbesar di Asia Tenggara yang kemudian namanya
diubah menjadi PT Goodyear Indonesia sejak tanggal 27 Juli 1978.
PT. Goodyear yang berkedudukan Hukum di Jalan Pemuda 27
Kotamadya Bogor dengan akte pendirian No. 179 tanggal 1 November
Paaa .anggal 10 November .980, peroaahaan mempero.eh .z.naari Baaan Pengawas Pasar Moaa. (BAPEPAM) unuar menawarEanaebagian aari saham-sahamnya Reparia maayaraRa. me.a.ui Bursa EfeRdi maonesia. Terhitung sejaR mnggal 22 Desember .980, 6.150.000lembar saham dengan jumlah ailai nominal sebesar Rp 6.150.000.000,-
1 Aot, hpredarl telah dicatatkan(I50/0 dari jumlah saham ditempatkan dansecara resmi pada Bursa Efek Jakarta.
j- -u • trono tenat dan modemisasi PT Dengan sistem distnbusi yang
Gooriyear Indonesia menglrimRan ban-ban berRwaliras ringgi Repadapara dismbumr dan reRan Reria di Indonesia pasar Imemasional.
BerdasarRan Sura. Kepurusan No.59m/PMA/I993 mnggal 7 Juni,993. PT Ooodyear telah mendapatRan per^mjuan perlnasan usaha dariMenteri Negara PengeraR Dana InvestasiriCetua Badan KoordinasiPenanaman Modal. Hal ini dapat dibuRtlRan pada tahun 1996 PTGoodyear melaRuRan eRspor pertoa Re negara lepang. PengaRuanjepang menunJuRRan bahwa budaya mutu PT Goodyear telahmemperoleh hasil-hasil yang positif.
Dalam rangRa memuasRan pelanggan PT Ooodyear berusaha^enlngRatRan tIngRat prCoRsi dengan pengembangan teRnoIogI dan ,.formasI.TidaRhanyapemastmganmesIn.mesInReIasduniafetap.Iuga
57
3.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan
PT Goodyear Indonesia yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat
adalah sebuah perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing), dimana
pemegang saham tunggal atau mayoritas adalah negara Amerika Serikat
sebesar 85% sedangkan sisanya sebesar 15% dimiliki oleh Public.
Adapun struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 1
dan uraian keija adalah sebagai berikut:
1. President Director
Tugasnya yaitu:
❖ Merencanakan, mengkoordinir, mengarahkan, memimpin serta
mengendalikan perusahaan dan tugas-tugas lain.
•i* Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan keija yang sudah lewat
dan merencanakan langkah-langkah kegiatan yang akan datang.
❖ Menyusun program keija perusahaan dan menyusun jadwal
waktu pelaksanaannya.
❖ Melaksanakan diskusi dengan bawahan mengenai strategi
13. Joseph W Wikinson. Sistem Akuntansi dan Informasi. Dialihbahasakan olehIr. Agus Maulana., MSM., Jilid Satu. Edisi Ketiga. Jakarta ; Penerbit :Binarupa Aksara, 1993.
14. J.B. Heckert. James and John B. Campbell, ControIlershiD Tugas dan AkuntanManagement. Edisi Ketiga. Dialihbahasakan oleh Tjintjin F. Tjendera,Drs., Ak. Jakarta : Penerbit Erlangga, 1993.
15. La Midjan Drs., Ak., Azhar Susanto Drs. Sistem Informasi Akuntansi 1 iPendekatan Manual. Praktika Penvusunan Metode dan Prpsedur.Edisi Kelima, LIA, Bandung, 1994.
16. La Midjan Drs., Ak., Azhar Susanto Drs. Sistem Informasi Akuntansi I:Pendekatan Manual Praktika Penvusunan Metode dan Prosedur.Bandung : Lembaga Informatika Akuntansi, 1995.
17. Mulyadi Drs. Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga. Yogyakarta : Penerbit SekolahTinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 1993.
18. Muslich Anshori, Msc, Ak. Manaiemen Produksi dan Onerasi. Penerbit CV:Citra Media, Surabaya, 1996.
19. Matz, Adoph and Usry, Milton P. Akuntansi Biava. Perencanaan danPenegndalian. Jilid Satu. Edisi ke 9. Penerbit Erlangga. Jakarta, 1995.
20. Mulyadi, Akuntansi Biava. Edisi 5. Yogyakarta ; Penerbit Sekolah Tinggi IlmuEkonomi YKPN, 1993.
21. M. Munandar. Pokok-Pokok Intermediate Accounting. Edisi 6. Yogyakarta :Gajah Mada University Press, 1996.
22. Milton F Usry, Lawrence H. Hammer, Adolph Matz, Cost Accounting Planningand Control. South Western Publishing Co, 9 th Edition Binarupa Aksara,1990.
23. Niswonger C. Rollin, Fess E. Philip and Warren Carlss. Accounting Principles(Prinsin-prinsiD AkuntansiV Edisi 16. Jilid I alihbahasa oleh HyginusRuswinarto Herman Wibowo, Jakarta: Erlangga, 1993.
24. Samsul, Ms., Ak., dan Mustofa, Drs., Ak., Sistem Akuntansi ; PendekatanManaierial. Edisi Kedua. Yogyakarta: Liberty, 1992.
25. Smith Jay M., Fred Skousen Jr K. Intermediate Accounting CAkuntansiIntermediate) Volume Komprehensif. Edisi 9. Jilid I, alih bahsa oleh
Tim Peneqemah, Penerbit Erlangga, Jakarta: Erlangga, 1993.
26. Sofyan Assauri, Manaiemen Produksi dan Onerasi. Edisi 4. Jakarta : LembagaPenerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia, 1993.
28. Theodorus M. Tuanakotta. Auditing Petuniuk Pemeriksaan Akuntan Publik.
Jakarta Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1982.
29. Wilson, James D. dan John B Campbell, "ControllershiD'\ "Tugas AkuntanManaiemen " Editor Gunawan Hutahuruk, MBA, Edisi Ketiga, PenerbitErlangga, Jakarta, 1991.
dan Metode. Edisi Kelima. Yogyakarta : Penerbit Fakultas EkonomiAkuntansi YKPN, 1991.
ORGANIZATION CHART
PT, GOODYEAR INDONESIA
Vice President Asia Region
President Director
Executive Secretary
Manufacturing Dir.
QTM PM EM
Supply, Logistic Dir.
ES
HRO TR MOD
Purchasing Dir.
ES
T.Mgr MCM
Finance Dir.
ES
ISM
Sales Marketing Dir.
ES
FAC Tr. M lA
ES
AMD RSM OEM
Keterangan:ES : Executive Secretary MCM : Matrial Control Manager
QTM : Quality Technology Manager ISM : Information System Manager
PM ; Production Manager FAC ; Finance Advisor Controller 1-
EM ; Engineering Manager Tr. M I Treasure Manager iHRD ; Human Resources Department lA : Internal Auditor "S.TR : Training Manager AMD : Associate Marketing Manager
MOD : Manufacturing Director (MDD) RSM : Replacement Manager P
X
T. Mgr : Traffic Manager OEM : Original Equipment Manager
Lampiran xv
PROSEDUR PRODUKSI PEMBUATAN BAN
Raw Material
Karet Alam + Karet Sintetis Pigmen + Carbon Black + Minyak (Oil)
ICalendering
( Coumpound of Fabric)
Treatment
Bias Cutting
Ply
Bead Building
Band
Banbury (Coumpound)
Mill
I
Bead Insulating( Coumpound + Karet Baja )
Extruding
ISkiver
(Tread, Sidewall, Apex )
Green Tire
Inspection
Curring
IPost Cure Inflation
ITrimming
IInspection
(Balancing/Micro Bise )
Post Variation Machine
(hanya jenis ban radial)
Shipping
Bead Building
Bead Wrapping
Bead Ilaping
Bead
PT Goodyear IndonesiaWithdrawal Card
Raw Materials
wc
Date:
E sis
Code
Material
CodeQTY withdrawal Dept
ExpClass
Csis
Code
Material 1
Code 1QTY withdrawal j Dept 1ExpCode
Svntetic Rubber Nilon Fabric
04-01-001 Kino bale kgs ■ 3200 15 01-03-001 E0 2NN roll kgs 3300 15