15
PRESENTASI KASUSFRAKTUR COLLUM FEMUR DEXTRA
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian
Kepaniteraan Klinik Di Bagian Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah
Saras Husada Purworejo
Disusun olehYan Fahrul Habibi (20090310172)
Diajukan kepadadr. Tuti Widowati Sp. RadSMF RADIOLOGI RSUD SARAS
HUSADA PURWOREJOFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2015
HALAMAN JUDULPRESENTASI KASUSFRAKTUR COLLUM FEMUR DEXTRADisusun
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
Di Bagian Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Saras Husada
Purworejo
Disusun olehYan Fahrul Habibi (20090310172)
Diajukan kepadadr. Tuti Widowati Sp. RadSMF RADIOLOGI RSUD SARAS
HUSADA PURWOREJOFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2015HALAMAN PENGESAHAN
Diajukan Oleh:Yan Fahrul Habibi (20090310172)
Telah dipresentasikan dan disetujui Presus dengan judul:FRAKTUR
COLLUM FEMUR
Disahkan Oleh:
Dosen Pembimbing
(dr. Tuti Widowati, Sp. Rad)
ii
BAB ILaporan Kasus
A. IdentitasNama: Tn. SUmur: 70 tahunJenis Kelamin: Laki -
lakiAlamat: Ngampel 10 / 3 Pituruh PurworejoPekerjaan: PetaniMasuk
IGD: 22 Februari 2015
B. Anamnesis1. Keluhan Utama: Nyeri pada kaki kanan post KLL2.
Riwayat Penyakit SekarangPasien sedang mengendarai sepeda motor di
Desa Ngampel pituruh lalu pasien mengalami kecelakaan lalu lintas
yang menyebabkan pasien terjatuh dari motornya. Pasien tidak
pingsan, tidak muntah, ada luka robek di bagian kepala kanan
belakang dan luka lecet di alis mata kanan dan di paha kiri, serta
terdapat bengkak dan nyeri di bagian paha bagian kanan.
Riwayat Penyakit Dahulu- Pasien belum pernah mengalami hal
seperti ini sebelumnya- Pasien menyangkal mempunyai riwayat peny.
Jantung- Pasien menyangkal mempunyai asma bronkial- Pasien
menyangkal mempunyai riwayat hipertensi- Pasien menyangkal
mempunyai riwayat penyakit gula (DM)
3. 1
4. Riwayat Penyakit Keluarga- Tidak ada keluarga yang menderita
penyakit yang sama- Riwayat sakit jantung, hipertensi, DM, asma
disangkal.
C. Pemeriksaan1. Kesan umum: CukupKesadaran: Compos Mentis2.
Vital SignTD: 130/80, N: 82x/menit, S: 36,5oC, RR: 20x/menit
3. Pemeriksaan Fisik1) Pemeriksaan Kepala Leher - kepala :
bentuk simetris, deformitas ( - ), vulnus Laseratum di bagian
occipital dextra, Vulnus Excoriatum di supracilia dextra- mata : CA
( - / - ) SI ( - / - )- Leher: Kelenjar tiroid : Tidak membesar-
Kelenjar lnn : Tidak membesar, nyeri (-), nyeri tekan (-)- JVP:
Tidak meningkat:
2) Pemeriksaan Dada : Normochest, simetris, deformitas (-),
ketinggalan gerak (-)ParuDepan InspeksiStatis : Hemithoraks kanan =
kiriDinamis : Hemithoraks kanan = kiri, sela iga tidak melebar,
retraksi intercosta (-), retraksi subcosta (-) Palpasi : Suara
fremitus lateral kanan dan kiri menurun Perkusi : Hemithoraks kanan
dan kiri redup, batas paru hati SIC V LMC. Auskultasi : Suara dasar
paru vesikuler normal. Suara tambahan paru kanan dan kiri
(-)Belakang InspeksiStatis : Hemithoraks kanan = kiriDinamis :
Hemithoraks kanan = kiri,sela iga tidak melebar, retraksi
intercosta (-), retraksi subcosta (-) Palpasi : Suara fremitus
kanan dan kiri menurun Perkusi : Hemithoraks kanan dan kiri redup,
batas paru belakang kanan setinggi SIC X, batas paru belakang bawah
kiri setinggi SIC XI, peranjakan paru +/- 4-5 cm Auskultasi : Suara
dasar paru kanan dan kiri vesikuler.Suara tambahan paru kanan dan
kiri (-)Jantung Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak Palpasi :
Ictus kordis teraba pada sela iga IV 1 cm medial mid clavicula
kiriPerkusi : Batas jantung Kanan atas : SIC II linea para
sternalis kanan Kiri atas : SIC II linea para sternalis kiri Kanan
bawah : SIC V linea para sternalis kanan Kiri bawah : SIC IV linea
mid clavicula kiri Auskultasi : suara jantung : S1 > S2 ( Normal
), bising ( - ) 3) Pemeriksaan Abdomen Inspeksi : tegang ( - )
Auskultasi : peristaltik usus nornal Perkusi : timpani ( + ),
meteorismus ( - ), pekak beralih ( - ), undulasi ( - ), pekak sisi
( - ), asites ( - ), nyeri ketok kostovertebra ( - ) Palpasi :
supel, nyeri tekan ( - ), hepar, lien dan ginjal tidak teraba
d. Pemeriksaan Ekstermitas Status lokalis Femur DextraInspeksi :
Vulnus laceration ( - ), Deformitas ( + ) Palpasi : nyeri tekan ( +
) crepitasi ( + )
Assesment : Fraktur Femur Dextra
D. Pemeriksaan Penunjang
Bacaan : Kompleta fragmented fraktur collum femur dextra Aposisi
cukup baik, alignment kurang baik2
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. DefinisiFraktur atau patah tulang adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Syamsuhidayat, 2004 ).Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. (Brunner & Suddarth, 2001 ).Fraktur colum femur adalah
fraktur yang terjadi padacolum tulang femur.
B. Jenis Fraktur1. Fraktur Komplet : patah pada garis tengah
tulang dan biasanya mengalami pergeseran.2. Fraktur tidak Komplet :
patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang.3. Frakur
tertutup : fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit 4. Fraktur
terbuka : fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai
patahan tulang.5. Greenstick : fraktur dimana salah satu sisi
tulang patah, sedang sisi lainnya membengkak.6. Transversal :
fraktur sepanjang garis tengah tulang. 7. Kominutif : fraktur
dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen. 8. Depresi : fraktur
dengan fragmen patahan terdorong ke dalam. 9. Kompresi : fraktur
dimana tulang mengalami kompresi ( terjadi pada tulang belakang ).
10. Patologik : fraktur yang terjadi pada daerah tulag oleh ligamen
atau tendo pada daerah perlekatannya.
C. 5
D. AnatomiFemurdalam bahasa latin berarti paha, adalah tulang
terpanjang, terkuat dan terberat dari semua tulang pada rangka
tubuh. Bentuk dari tulangfemurmenyerupai bentuk silinder yang
memanjang.Femurterbagi atas tiga bagian yaitu bagianproximal,
medial, dandistal(Sloane, 2003).1) Proximal femurAdalah bagian
tulangfemuryang berdekatan denganPelvis. Terdiri atas : kepala
(caput), leher (collum),trochanter mayor, danminor.2) Kepala
(Caput)Bentuk kepalafemurmembulat dan berartikulasi
denganaccetabulum. Permukaan lembut dari bagiancaputfemurmengalami
depresi,fovea kapitisuntuk tempat perlekatan ligamen yang
menyanggacaputagar tetap di tempatnya dan membawa pembuluh darah ke
kepalafemurtersebut.Femurtidak berada pada garis vertikal
tubuh.Caputfemurmasuk dengan pas keaccetabulumuntuk membentuk sudut
sekitar 1250dari bagianCollumfemur.3) Leher
(Collum)Collumfemurmenyerupai bentuk piramida memanjang, serta
merupakan penghubung antaraCaputfemurdengantrochanter.4) Trochanter
MayordanMinor.Trochanter mayorAdalahprominancebesar yang berlokasi
di
bagiansuperiordanlateraltulangfemur.Trochanterminormerupakanprominancekecil
yang berlokasi di bagianmedialdanposteriordari leher
dancorpustulangfemur.Trochanter mayordanminorberfungsi sebagai
tempat perlekatan otot untuk menggerakan persendian panggul.5)
Medial FemurAdalah bagian tulangfemuryang
membentukcorpusdarifemurmenyerupai bentuk silinder yang memanjang.
Bagian batang permukaannya halus dan memiliki satu tanda saja,linea
asperayaitu lekuk kasar untuk perlekatan beberapa otot.
6) Distal FemurBagiananteriordaridistalfemurmerupakan lokasi
tempat melekatnya tulangpatella, terletak 1,25 cm di atasknee
joint. Bagianposteriordaridistalfemurterdapat dua
buahcondilus,yaitucondilus lateraldancondilus medial.
Keduacondilusini dipisahkan olehforsa intercondilus.
Salah satu fungi penting kepala tulang paha adalah tempat
produksi sel darah merah pada sumsum tulangnya (Sloane, 2003).
Keterangan : a.Caput femurb.Fovea capitis femorisc.Collum
femurd.Fossa trochantericae.Trochanter mayorf.Trochanter
minorg.Linea intertrochantericah.Collum femuri.Corpus
femurj.Tuberculum adductoriumk .Epicondylus mediall . Facies
patellarism.Epicondylus lateral
E. PatofisiologiPatah tulang pinggul (fraktur hip) mengacu pada
fraktur femur di kepala(caput), leher (collum), atau wilayah
trochanterica. Caput femur adalah bagian yang mengisi daerah
acetabulum. Collum adalah daerah sempit di bawah caput.
trochanterica adalah area di bawah collum.Patah tulang panggul dapt
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : intracapsular atau
extracapsular. Intracapsularfractures adalah fraktur terjadi pada
daerah yang masih berada dalam lingkup kapsul sendi yang meliputi:
fraktur sub kapital, fraktur transervikal, fraktur basal leher.
Extracapsular fraktur adalah fraktur terjadi di luar kapsul sendi
panggul pada daerah sekitar 5 sentimeter di bawah trochanter minor.
Fraktur ini juga disebut dengan fraktur intertrochanteric.Caput dan
collum femoralis terletak dalam kapsul sendi dan tidak termasuk
dalam periosteum; dengan demikian, caput dan collum tidak memiliki
suplai darah yang cukup. Patah di daerah ini biasanya jenis fragmen
dan mungkin lebih menurunkan pasokan darah, meningkatkan risiko
nonunion (tidak menyatu) dan avascular nekrosis. Sedangkan Wilayah
trochanterica tertutup periosteum dan karena itu memiliki lebih
banyak pasokan darah daripada caput atau collum.Patah tulang
pinggul lebih sering terjadi pada orang tua sebagai akibat
penurunan massa tulang dan meningkatnya kecenderungan untuk
jatuh.F. Gejala Klinis 1) Nyeri hebat pada daerah fraktur.2) Tak
mampu menggerakkan kaki.3) Terjadi pemendekan karena
kontraksi/spasmus otot-otot paha.4) Eksternal rotasi pada tungkai
tersebut.
Tanda-tanda lain sesuai dengan tanda fraktur pada umumnya,
yaitu:a) Nyeri bertambah hebat jika ditekan/rabab) Perubahan
bentuk/posisi berlebihan bila dibandingkan dengan keadaan normal.c)
Ada/tidak kulit yang terluka/terbuka di daerah fraktur.d) Teraba
panas pada jaringan yang sakit karena peningkatan vaskularisasi di
daerah tersebut.e) Pulsa/nadi pada daerah distal
melemah/berkurang.f) Kehilangan sensasi pada daerah distal karena
jepitan saraf oleh fragmen tulang.g) Krepitasi jika digerakkan
(jangan melakukan pembuktian lebih lanjut jika pasti ada fraktur)h)
Perdarahan.i) Hematoma, edema karena extravasasi darah dan cairan
jaringan.j) Tanda-tanda shock akibat cedera berat, kehilangan
darah, atau akibat nyeri hebat.k) Keterbatasan mobilisasi.l)
Terbukti fraktur lewat foto rontgen
G. TerapiPenanganan fraktur collum femur yang bergeser dan tidak
stabil adalah reposisi tertutup dan fiksasi interna secepatnya
dengan pin yang dimasukkan dari lateral melalui kolum femur. Bila
tak dapat dilakukan operasi ini, cara konservatif terbaik adalah
langsung mobilisasi dengan pemberian anestesi dalam sendi dan
bantuan tongkat. Mobilisasi dilakukan agar terbentuk pseudoartrosis
yang tidak nyeri sehingga penderita diharapkan bisa berjalan dengan
sedikit rasa sakit yang dapat ditahan, serta sedikit
pemendekan.Terapi operatif dianjurkan pada orang tua berupa
penggantian kaput femur dengan prosthesis atau eksisi kaput femur
dengan prosthesis atau eksisi kaput femur diikuti dengan mobilisasi
dini pasca bedah.1) Terapi KonservatifDilakukan apabila fraktur
memiliki kemungkinan sebagai berikut :a.Gangguan peredaran darah
pada fragmen proksimalb.Kesulitan mengamati fragmen
proksimalc.Kurangnya penanganan hematom fraktur karena adanya
cairan synovial.Penanganan konservatif dapat dilakukan dengan skin
traction dan buck extension.2) Terapi OperatifPada umumnya terapi
yang dilakukan adalah terapi operasi, fraktur yang bergeser tidak
akan menyatu tanpa fiksasi internal, dan bagaimanapun juga manula
harus bangun dan aktif tanpa ditunda lagi kalau ingin mencegah
komplikasi paru dan ulkus dekubitus. Fraktur terimpaksi dapat
dibiarkan menyatu, tetapi selalu ada resiko terjadinya pergeseran
pada fraktur-fraktur itu, sekalipun ditempat tidur, jadi fiksasi
internal lebih aman. Dua prinsip yang harus diikuti dalam melakukan
terapi operasi yaitu reduksi anatomi yang sempurna dan fiksasi
internal yang kaku.1Metode awal yang menstabilkan fraktur adalah
fiksasi internal dengan Smith Petersen Tripin Nail. Fraktur
dimanipulasi dengan meja khusus orthopedi. Kemudian fraktur
difiksasi internal dengan S.P. Nail dibawah pengawasan Radiologi.
Metode terbaru fiksasi internal adalah dengan menggunakan multiple
compression screws. Pada penderita dengan usia lanjut (60 tahun ke
atas) fraktur ditangani dengan cara memindahkan caput femur dan
menempatkannya dengan metal prosthesis, seperti prosthesis Austin
Moore.Penderita segera di bawa ke rumah sakit. Tungkai yang sakit
dilakukan pemasangan skin traction dengan buck extension. Dalam
waktu 24-48 jam dilakukan tindakan reposisi, yang di lanjutkan
dengan reposisi tertutup dengan salah satu cara menurut Leadbetter.
Penderita terlentang di atas meja operasi dalam pengaruh anastesi,
asisten memfiksir pelvis, lutut dan coxae dibuat fleksi 90 untuk
mengendurkan kapsul dan otot-otot sekitar panggul. Dengan sedikit
adduksi paha ditarik ke atas, kemudian pelan-pelan dilakukan
gerakan endorotasi panggul 45, kemudian sisi panggul dilakukan
gerakan memutar dengan melakukan gerakan abduksi dan extensi.
Setelah itu di lakukan test.Palm Halm Test : tumit kaki yang cedera
diletakkan di atas telapak tangan. Bila posisi kaki tetap dalam
kedudukan abduksi dan endorotasi berarti reposisi berhasil baik.
Setelah reposisi berhasil baik, dilakukan tindakan pemasangan
internal fiksasi dengan teknik multi pin percutaneus. Kalau
reposisi pertama gagal dapat diulang 3 kali. Kemudian dilakukan
open reduksi, dilakukan reposisi terbuka, setelah tereposisi
dilakukan internal fiksasi alat internal fiksasi knowless pin,
cancellous screw, atau plate.Pengawasan dengan sinar X (sebaiknya
digunakan penguat) digunakan untuk memastikan reduksi pada foto
anteroposterior dan lateral.Diperlukan reduksi yang tepat pada
fraktur stadium III dan IV, fiksasi pada fraktur yang tak tereduksi
hanya mengundang kegagalan kalau fraktur stdium III dan IV tidak
dapat direduksi secara tertutup dan pasien berumur dibawah 70
tahun, dianjurkan melakukan reduksi terbuka melalui pendekatan
anterolateral.5Tetapi pada pasien tua (60 tahun keatas) cara ini
jarang diperbolehkan, kalau dua usaha yang dilakukan untuk
melakukan reduksi tertutup gagal, lebih baik dilakukan penggantian
prostetik. Sekali direduksi, fraktur dipertahankan dengan pen atau
kadang dengan sekrup kompresi geser yang ditempel pada batang
femur. Insisi lateral digunakan untuk membuka femur pada bagian
atas kawat pemandu, yang disisipkan dibawah pengendali fluroskopik,
digunakan untuk memastikan bahwa penempatan alat pengikat adalah
tepat. Dua sekrup berkanula sudah mencukupi, keduanya harus
terletak memanjang dan sampai plate tulang subkondral, pada foto
lateral keduanya berada ditengah-tengah pada kaput dan leher,
tetapi pada foto anteropsterior, sekrup distal terletak pada
korteks inferior leher femur.1Sejak hari pertama pasien harus duduk
ditempat tidur atau kursi. Dia dilatih melakukan pernafasan,
dianjurkan berusaha sendiri dan mulai berjalan (dengan penopang
atau alat berjalan) secepat mungkin.Beberapa ahli mengusulkan bahwa
prognosis untuk fraktur stadium III dan IV tidak dapat diramalkan,
sehingga penggantian prostetik selalu lebih baik. Pandangan ini
meremehkan morbiditas yang menyertai penggantian. Karena itu
kebijaksanaan kita adalah mencoba reduksi dan fiksasi pada semua
pasien yang berumur dibawah 60 tahun dan mempersiapkan penggantian
untuk penderita yang :a.Penderita yang sangat tua dan
lemahb.Penderita yang gagal mengalami reduksi tertutupc.Penggantian
yang paling sedikit traumanya adalah prostesis femur atau prostesis
bipolar tanpa semen yang dimasukan dengan pendekatan
posterior.Penggantian pinggul total mungkin lebih baik :a.Bila
terapi telah tertunda selama beberapa minggu dan dicurigai ada
kerusakan acetebulum.b.Pada pasien dengan penyakit paget atau
penyakit metastatik.Penanganan nekrosis avaskuler kaput femur
dengan atau tanpa gagal-pertautan juga dengan eksisi kaput dan
leher femur dan kemudian diganti dengan prosthesis metalH.
Komplikasi 1. Malunion : tulang patah telah sembuh dalam posisi
yang tidak seharusnya 2. Delayed union : proses penyembuhan yang
terus berjalan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari
keadaan normal3. Non union : tulang tidak menyambung kembali.
6
BAB IIIPEMBAHASAN
Dari anamnesis pasien mengeluhkan ada luka robek di bagian
kepala kanan belakang dan luka lecet di alis mata kanan dan di paha
kiri, serta terdapat bengkak dan nyeri di bagian paha bagian
kanan.Pasien tidak pigsan dan tidak muntah.Pada pemeriksaan
radiologi di dapatkan
Bacaan : Kompleta fragmented fraktur collum femur dextra Aposisi
cukup baik, alignment kurang baik kurang baik.
13
Dari gejala klinis dan pemeriksaan yang dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa diagnosis pasien adalah Fraktur Collum Femur
Dextra.
Tahap proses penyembuhan Fraktur :1. Kerusakan jaringan dan
pembentukan hematom Pembuluh darah robek terbetuk hematom tulang
pada permukaan fraktur tidak mendapat darah jaringan tersebut mati
1 2 milimeter2. Radang dan piliferasi seluler 8 jam setelah fraktur
reaksi radang akut, proliferasi sel dibawah periosteum dan didalam
saluran medula yang tertembus ujung sel dikelilingi jaringan sel
yang menghubungkan tempat fraktur hematoma yang membeku perlahan
diabsorbsi kapiler baru terbentuk.3. Pembentukan kalus Terbentuknya
kalus pada permukaan periosteal dan endosteal Tulang fibrosa yang
imatur lebih padat Gerakanpada tempat fraktur berkurang 4 minggu
setelah cedera, fraktur akanmenyatu4. Konsolidasi Anyaman tulang
berubah menjadi tulang lamelar Osteoblas mengisis celah tersisa
antara fragmen dengan tulang yang baru Berjalan beberapa bulan 5.
Remodeling Telah dijembatani oleh manset tulang yang padat.
Pengelasan kasar dibentuk oleh proses resorbsi dan pembentukan
tulang terus menerus. Lamela yang lebih tebal diletakkan pada
tempat yang tekanannya tinggi Dinding yang tak dikehendaki dibuang
Rongga sumsum dibentuk Tulang memperoleh bentuk yang mirip bentuk
normalnya. Waktu penyatuan rerata setelah imobilisasi berkisar
antara 10 minggu untuk fraktur kecil, ( terbuka atau tertutup )
sampai 20 minggu untuk cedera yang berat. Tetapi angka ini
cenderung mengaburkan fakta bahwa banyak fraktur tibia memerlukan
waktu 6 bulan atau lebih untuk menyatu. Menurut Perkins, lama suatu
fraktur dapat menyatu dan berkonsolidasi tergantung dari umur,
konstitusi, persediaan darah, jenis fraktur, dan faktor faktor
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner And Suddarth. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.Edisi 3.Volume 8. Jakarta : EGC.Graham, A. Apley & Louis
Solomon. 1995. Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley . Jakarta :
Penerbit Widya Medika Rasjad, Prof. Chairuddin, MD., Ph.D. 2007.
Pengantar Ilmu bedah Ortopedi. Jakarta Sjamsuhidajat, de Jong. Buku
Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGCSloane, Ethel.2003.Anatomi dan
Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.