Top Banner
PRESENTASI KASUS EFUSI PLEURA Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Radiologi RSUD Kota Yogyakarta Diajukan kepada: dr. M.A. Budi Prawati, Sp.Rad Disusun oleh: Rhisa Oviani 20100310002
31

Presus Efusi Pleura radiologi

Apr 14, 2016

Download

Documents

Rhisa Oviani

presus radiologi efusi pleura
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Presus Efusi Pleura radiologi

PRESENTASI KASUS

EFUSI PLEURA

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti Kepaniteraan Klinik

Bagian Radiologi RSUD Kota Yogyakarta

Diajukan kepada:

dr. M.A. Budi Prawati, Sp.Rad

Disusun oleh:

Rhisa Oviani

20100310002

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAGIAN RADIOLOGI RSUD KOTA YOGYAKARTA

2016

Page 2: Presus Efusi Pleura radiologi

IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : Ny. K

No. RM : 606542

Umur : 63 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Agama : Islam

Alamat : Banguntapan, Bantul Yogyakarta

Masuk RS tanggal : 27 Januari 2016

Tanggal Pemeriksaan : 27 Januari 2016

Bangsal : Bangsal Edelweiss I

Pembimbing : dr. M.A. Budi Prawati, Sp.Rad

Dokter yang merawat: dr.Ihsan Nur Cahyo, SpPD Ko-asisten: Rhisa Oviani

A. SUBYEKTIF AUTOANAMNESA (tanggal: 30 Januari 2016)

Keluhan Utama :Sesak napas

Keluhan Tambahan :Batuk berdahak

Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang wanita berusia 63 tahun datang ke IGD RSUD Jogja dengan keluhan

utama sesak napas. Keluhan sudah dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Sesak napas

terutama dirasakan saat beraktivitas dan sedikit berkurang bila beristirahat, namun

tidak hilang sepenuhnya. Sesak napas seperti ini tidak pernah dirasakan pasien

sebelumnya. Untuk tidur pasien menggunakan 3-4 bantal. Keluhan tambahan berupa

batuk berdahak dan nyeri dada sedangkan keluhan pilek, demam disangkal. Pasien

sudah pernah berobat kepuskesmas kemudian diberi obat sesak napas dan obat batuk,

Page 3: Presus Efusi Pleura radiologi

namun keluhan belum berkurang. Pasien sebelumnya mempunyai kebiasaan merokok

sejak SMP sampai sekarang.

Anamnesis Sistem

Sistem Saraf Pusat :penurunan kesadaran (-), kejang (-), demam (-),

menggigil (-)

Sistem Kardiovaskuler : nyeri dada (+), berdebar-debar (-)

Sistem Respirasi : sesak nafas (+), batuk (+) berdahak, pilek (-), mengi (-)

Sistem Pencernaan : mual (-) muntah (-), nyeri ulu hati (-), BAB hitam (-),

konstipasi (-), diare (-)

Sistem Urogenital : nyeri berkemih (-), anyang- anyangan (-), rasa panas saat

berkemih (-), batu (-), sering berkemih (-), hematuria (-)

Sistem Muskuloskeletal : gerakan bebas (-), nyeri seluruh badan (-), nyeri tulang (-)

peradangan sendi(-), tremor jari-jari tangan (-)

Sistem Integumentum : biru (-), kuning (-), ruam kemerahan (-), gatal (-), pucat (-)

Sistem Hematologi : mimisan (-), gusi berdarah (-), bintik-bintik merah (-)

Sistem Saraf : kesemutan (-), rasa tebal di kaki (-)

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit serupa : disangkal

Riwayat penyakit hipertensi : disangkal

Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat penyakit paru : disangkal

Riwayat penyakit diabetes melitus : disangkal

Riwayat penyakit asma : disangkal

Riwayat penyakit alergi : disangkal

Page 4: Presus Efusi Pleura radiologi

Riwayat Penyakit Keluarga

Rwayat penyakit serupa : disangkal

Riwayat penyakit hipertensi : disangkal

Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat penyakit paru : disangkal

Riwayat penyakit diabetes melitus : disangkal

Riwayat penyakit ginjal : disangkal

Riwayat penyakit asma : disangkal

Riwayat penyakit alergi : disangkal

B. PEMERIKSAAN FISIK (tanggal: 30 Januari 2016)

Kesan umum

KU : CM, tampak sesak

Kesadaran : CM, GCS → E4 V5 M6

Gizi : kurang

Vital sign

Tekanandarah : 130/90 mmHg

Heart Rate : 80x/ menit, isi tegangan cukup, reguler

Pernapasan : 28x/menit

Suhu : 36,50C, aksilla

Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan kulit : hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-), ikterik (-), turgor

elastisitasitas kulit kembali cepat (+), ruam makulopapular (-), ulkus (-).

2. Pemeriksaan kepala

- Bentuk kepala : mesocephal

- Rambut : hitam putih, distribusi merata

Page 5: Presus Efusi Pleura radiologi

3. Pemeriksaan mata

- Palpebra : edema (-/-), ptosis (-/-)

- Konjungtiva : anemis(+/+), hiperemis (-/-)

- Sklera : ikterik (-/-)

- Pupil : reflek cahaya(+/+), isokor

- Bola Mata : eksoftalmus (-/-)

4. Pemeriksaan telinga : nyeri tekan tragus (-/-), gangguan pendengaran (-), discharge

(-/-), serumen (-/-)

5. Pemeriksaan hidung : nafascupinghidung (-/-), epistaksis(-/-), rhinorrea (-/-)

6. Pemeriksaan mulut tenggorokan : mukosa bibir basah (+), bibir sianosis (-), lidah

sianosis (-), stomatitis (-), uvula simetris (+), gusi berdarah (-), lidah kotor (-), nyeri

telan (-), faring dan tonsil dalam batas normal.

7. Pemeriksaan gigi : gigi tidak lengkap (+)

8. Pemeriksaan leher

- Kelenjar tiroid & lnn : tidak membesar (-)

- JVP : tidak meningkat

9. Pemeriksaan Dada :

a. Paru Depan

Inspeksi:

Statis : bentuk dada normochest, simetris, ketinggalan gerak (-)

Dinamis : simetris, ketinggalan gerak (-) sela iga tidak melebar, retraksi

intercostal (+).

Palpasi : vokal fremitus kiri lebih lemah dibanding vokal fremitus

kanan

Perkusi : sonor (+/-) redup (-/+)

Page 6: Presus Efusi Pleura radiologi

Auskultasi : suara dasar : vesikular (+/↓)

suara tambahan : RBK(-/-),RBB (-/+), wheezing (-/-)

b. Paru Belakang

Inspeksi :

Statis : simetris, ketinggalan gerak (-)

Dinamis : ketinggalan gerak (-)

Palpasi : vokal fremitus kiri lebih lemah dibanding vokal fremitus

kanan

Perkusi : sonor (+/-) redup (-/+)

Auskultasi : suara dasar : vesikular (+/↓)

suara tambahan : RBK(-/-),RBB(-/+), wheezing(-/-)

c. Jantung

Inspeksi: Ictus cordis tak terlihat.

Palpasi: Ictus cordis teraba di SIC VI

Perkusi : Batas jantung

Kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra

Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra

Kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra

Kiri bawah : SIC VI linea mid-klavikularis sinistra

Auskultasi : S1-S2 reguler, bising (-)

10. Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada, tanda peradangan

(-)

Auskultasi : peristaltik usus (+) normal.

Perkusi : timpani (+), nyeri ketok ginjal (-)

Page 7: Presus Efusi Pleura radiologi

Palpasi : supel (+), defans muskular (-), nyeri tekan ulu hati (-), hepar

dan lien tidak teraba.

11. Pemeriksaan ekstremitas : edema (-), tremor (-), akral hangat (+), nadi kuat (+),

gerakan bebas (-), deformitas (-), tanda peradangan (-)

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Darah Rutin dan Kimia Darah

Tanggal 27-01-2016

PARAMETER HASIL NILAI

NORMAL

UNIT

HEMATOLOGY AUTOMATIC

Leukosit 13,0 4.0-10,6 10e3/ul

Eritrosit 4,03 3,50-5.50 10e3/ul

Hemoglobin 11,7 12.0-16.0 gr/dl

Hematokrit 34,5 37-47 %

MCV 86,7 81-99 Fl

MCH 29,0 27-31 Pg

MCHC 33,5 33-37 gr/dl

Trombosit 525 150-450 10e3/ul

Differential Telling Mikroskopis

Neutrofil 82,8 50-70 %

Limfosit 12,0 20-40 %

Monosit 4,8 3-12 %

Eosinofil 0,7 0,5-5,0 %

Basofil 0,3 0-1 %

Page 8: Presus Efusi Pleura radiologi

Neutrofil 10,69 2-7 10e3/ul

Limfosit 1,56 0,8-4 10e3/ul

Monosit 0,62 0,12-1,2 10e3/ul

Eosinofil 0,09 0,02-0,50 10e3/ul

Basofil 0,04 0-1 10e3/ul

KIMIA

Gula Darah

Glukosa Darah

Sewaktu

109 70-140 mg/dl

Hati

SGOT 104 <31 mg/dl

SGPT 69 <32 mg/dl

KIMIA

Ginjal

Ureum 10 10-50 mg/dl

Kreatinin 0,8 <0,9 mg/dl

Elektrolit

Natrium 127 135-148 mmol/l

Kalium 4.0 3,7-5,3 mmol/l

Chlorida 102 98-109 mmol/l

Pemeriksaan Radiologi

Page 9: Presus Efusi Pleura radiologi

Pada tanggal 27 Januari 2016

Interpretasi :

Foto thorax AP, posisi semi errect

Inspirasi cukup, kondisi cukup, simetris

Sistema tulang intak

Diagfarma dextra licin, sedangkan diagfarma sinistra tidak dapat dinilai

Sinus costophrenicus kanan lancip dan kiri tidak dapat dinilai

Tampak perselubungan homogen pada seluruh hemithorax sinistra yang

mendesak mediastinum kekanan, perselubungan homogen menutupi sinus

costophenicus, diagfarma dan batas sinistra jantung.

Besar Cor tidak dapat dinilai

Kesan : Efusi Pleura Sinistra

Pada tanggal 30 januari 2016

Setelah dilakukan pungsi pleura

Page 10: Presus Efusi Pleura radiologi

Interpretasi :

Foto thorax AP, posisi semi errect

Inspirasi cukup, kondisi cukup, simetris

Sistema tulang intak

Diagfarma dextra licin, sedangkan diagfarma sinistra tidak dapat dinilai

Sinus costophrenicus kanan lancip dan kiri tidak dapat dinilai

Tampak perselubungan inhomogen setinggi vertebra VII hemithorax sinistra

menutupi sinus costophenicus dan diagfarma

Besar Cor dalam batas normal

Kesan : Efusi Pleura Sinistra telah berkurang

D. ASSESMENT

Efusi Pleura Sinistra

Page 11: Presus Efusi Pleura radiologi

E. PENATALAKSANAAN

Terapi yang diberikan oleh dr Sp. PD

1. O2 3 lpm

2. Infus Nacl 0,9 % 16 tpm

3. Inj. Cefim 1gr/12 jam

4. Inj. Ranitidin 1 Amp/ 12 jam

5. Curcuma 3x1

6. Nebu Farbiven : Flexotide / 12 jam

TINJAUAN PUSTAKA

Page 12: Presus Efusi Pleura radiologi

A. DEFINISI

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan berlebihan di rongga

pleura, jika kondisi ini dibiarkan akan membahayakan jiwa penderita. Dalam keadaan

normal seharusnya tidak ada rongga kosong di antara kedua pleura, karena biasanya

hanya terdapat sekitar 10-20 cc cairan yang merupakan lapisan tipis serosa yang selalu

bergerak secara teratur.

B. ANATOMI PLEURA

Pleura merupakan membran serosa yang melingkupi parenkim pulmo,

mediastinum, diafragma, serta tulang iga yang terdiri dari pleura viseral dan pleura

parietalis. Rongga pleura terisi sejumlah tertentu cairan yang memisahkan kedua pleura

tersebut sehingga memungkinkan pergerakan kedua pleura tanpa hambatan selama proses

respirasi.

Cairan pleura berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler pleura, ruang interstitial

pulmo, kelenjar getah bening intrathoraks, pembuluh darah intrathoraks, dan rongga

peritoneum. Jumlah cairan pleura dipengaruhi oleh perbedaan tekanan antara pembuluh-

pembuluh kapiler pleura dengan rongga pleura serta kemampuan eliminasi cairan oleh

sistem limfatik pleura parietalis.

Tekanan pleura merupakan gambaran dari tekanan di dalam rongga thoraks.

Perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh pleura berperan penting dalam proses respirasi.

Karakteristik pleura seperti ketebalan, komponen selular, serta faktor-faktor fisika dan

kimiawi penting diketahui sebagai dasar pemahaman patofisiologi kelainan pleura dan

gangguan proses respirasi.

Pleura merupakan membran serosa yang tersusun dari lapisan sel yang

embriogenik berasal dari jaringan rongga intraembrional yang memungkinkan organ yang

diliputinya mampu berkembang, mengalami retraksi, atau deformasi sesuai dengan proses

perkembangan anatomis dan fisiologis suatu organisme. Pleura viseral membatasi

permukaan luar parenkim pulmo termasuk fissura interlobaris, sementara pleura parietalis

membatasi dinding dada yang tersusun dari otot dada dan tulang iga, serta diafragma,

mediastinum, dan struktur cervical.

Pleura viseral dan parietal memiliki perbedaan inervasi dan vaskularisasi. Pleura

viseral diinervasi saraf-saraf otonom dan mendapat aliran darah dari sirkulasi pulmoner,

sementara pleura parietalis diinervasi saraf-saraf intercostalis dan nervus frenikus serta

mendapat aliran darah sistemik. Pleura viseral dan pleura parietalis terpisah oleh rongga

Page 13: Presus Efusi Pleura radiologi

pleura yang mengandung sejumlah tertentu cairan pleura.

Gambar 1 – Anatomi Pleura Pada Paru Normal (Kanan) dan Paru yang Kolaps (Kiri)

Inervasi

Pulmo di inervasi oleh saraf parasimpatis nervus vagus dan saraf simpatis.

Pleura parietalis di inervasi oleh nervus interkostalis dan nervus frenikus,

sedangkan pada pleura viseral tidak terdapat inervasi.

C. ETIOLOGI

Ruang pleura normal mengandung sekitar 1 ml cairan, hal ini memperlihatkan

adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik dalam pembuluh

darah pleura viseral dan parietalis dan drainase limfatik luas. Efusi pleura merupakan

hasil dari ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik.

Terjadinya penumpukan cairan pleura dalam rongga pleura dapat disebabkan hal-

hal sebagai berikut:

Meningkatnya tekanan hidrostatik dalam sirkulasi mikrovaskuler.

Menurunnya tekanan onkotik dalam sirkulasi mikrovaskuler.

Menurunnya tekanan negatif dalam rongga pleura.

Bertambahnya permeabilitas dinding pembuluh darah pleura.

Terganggunya penyerapan kembali cairan pleura ke pembuluh getah bening.

Perembesan cairan dari rongga peritoneum ke dalam rongga pleura.

D. KLASIFIKASI

Efusi pleura umumnya diklasifikasikan berdasarkan mekanisme pembentukan

Page 14: Presus Efusi Pleura radiologi

cairan dan kimiawi cairan menjadi 2, yaitu transudat dan eksudat. Transudat merupakan

hasil dari ketidakseimbangan antara tekanan onkotik dengan tekanan hidrostatik,

sedangkan eksudat adalah hasil dari peradangan pleura atau drainase limfatik yang

menurun. Dalam beberapa kasus mungkin terjadi kombinasi antara karakteristk cairan

transudat dan eksudat.

Klasifikasi berdasarkan mekanisme pembentukan cairan:

a. Transudat

Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu adalah

transudat. Transudat terjadi apabila terjadi ketidakseimbangan antara tekanan kapiler

hidrostatik dan koloid osmotik, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura

melebihi reabsorpsinya oleh pleura lainnya. Biasanya hal ini terjadi pada:

1. Meningkatnya tekanan kapiler sistemik

2. Meningkatnya tekanan kapiler pulmoner

3. Menurunnya tekanan koloid osmotic dalam pleura

4. Menurunnya tekanan intra pleura

b. Eksudat

Eksudat merupakan cairan yang terbentuk melalui membran kapiler yang

permeabelnya abnormal dan berisi protein berkonsentrasi tinggi dibandingkan protein

transudat. Bila terjadi proses peradangan maka permeabilitas kapiler pembuluh darah

pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal dan

terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura.

Penyebab pleuritis eksudatif yang paling sering adalah karena mycobacterium

tuberculosis dan dikenal sebagai pleuritis eksudatif tuberkulosa. Protein yang terdapat

dalam cairan pleura kebanyakan berasal dari saluran getah bening. Kegagalan aliran

protein getah bening ini (misalnya pada pleuritis tuberkulosis) akan menyebabkan

peningkatan konsentasi protein cairan pleura, sehingga menimbulkan eksudat.

E. MANIFESTASI KLINIK

1. Anamnesis

Keluhan pasien dengan efusi pleura sangat luas, tergantung dengan penyakit

atau gangguan yang mendasarinya. Namun secara umum, efusi pleura dapat berupa

nyeri dada pleuritik dan sesak yang kadang disertai batuk.Nyeri dada pleuritik

digambarkan sebagai nyeri tajam atau menusuk terutama saat inspirasi dalam, dan

Page 15: Presus Efusi Pleura radiologi

terlokalisasi pada dinding dada atau abdomen atas.

Adanya timbunan cairan yang berlebih dalam cavum pleura mengakibatkan

timbul nyeri akibat pergesekan yang menimbulkan iritasi. Setelah cairan cukup

banyak nyeri mulai berkurang, namun mulai timbul sesak. Hal ini disebabkan karena

berkurangnya kemampuan dari pulmo untuk merenggang saat inspirasi.

Selain itu, gejala lain yang mungkin menyertai dapat berupa hemoptisis,

malaise, demam, penurunan berat badan, bahkan hingga hipoksia.

2. Pemeriksaan Fisis

Hasil pemeriksaan dapat bervariasi, tergantung dari jumlah cairan pada cavum

pleura.Pada kondisi dengan jumlah cairan < 300 ml, belum dapat ditemukan hasil

yang cukup berarti pada inspeksi. Namun, jika jumlah cairan mencapai 500 ml, dapat

ditemukan pergerakan dada yang melambat pada sisi yang mengalami efusi. [

Selain itu, vokal fremitus kesan menurun terutama pada dasar pulmo posterior.

Suara perkusi menjadi redup dan suara napas pada auskultasi terdengar melemah

walaupun sifatnya masih vesikuler. Pada kondisi yang masif (jumlah cairan > 1000

ml), dapat ditemukan adanya pelebaran sela-sela iga dan pergeseran pada organ

mediastinum ke arah pulmo yang sehat seperti terdorongnya trakea akibat desakan

dari efusi pleura.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan caradrainase cairan pleura

dan dilanjutkan dengan pemeriksan laboratorium. Dengan dilakukan thoracocentesis

dapat dinilai karakteristik cairan pleura untuk menentukan kemungkinan

penyebabnya.Untuk membedakan antara cairan transudat ataupun eksudat, dapat

dinilai dari komposisi cairan pleura yang ditemukan.

F. PEMERIKSAAN RADIOLOGI

a. Foto Thorax

Pada pemeriksaan foto thoraks posisi tegak, cairan pleura tampak berupa

perselubungan homogen menutupi struktur pulmo inferior yang biasanya radioopak

dengan permukaan atas cekung, berjalan dari lateral atas ke arah medial bawah.

Karena cairan mengisi ruang hemithoraks sehingga jaringan paru akan terdorong ke

arah sentral/hilus, dan kadang-kadang mendorong mediastinum ke arah kontralateral.

Jumlah cairan minimal yang dapat terlihat pada foto thoraks tegak adalah 250-300 ml.

Pemeriksaan radiografi paling sensitif mengidentifikasi cairan pleura yaitu

Page 16: Presus Efusi Pleura radiologi

dengan posisi lateral dekubitus, yang mampu mendeteksi cairan pleura kurang dari 5

ml dengan arah sinar horizontal dimana cairan akan berkumpul di sisi samping

bawah. Apabila pengambilan foto toraks pasien dilakukan dalam keadaan berbaring

(AP), maka penilaian efusi dapat dilihat dari adanya gambaran apical cup sign.

Gambaran radiologi tidak dapat membedakan jenis cairan mungkin dengan tambahan

keterangan klinis atau kelainan lain yang ikut serta terlihat sehingga dapat

diperkirakan jenis cairan tersebut.

Posisi tegak posteroanterior (PA)

Pada tahap awal dengan pasien posisi tegak, cairan akan cenderung untuk

terakumulasi pada posisi infrapulmonal jika rongga pleura tidak terdapat adhesi

dan paru-parunya sehat, sehingga membentuk efusi subpulmonal. Hal ini akan

menyebabkan bergesernya titik tertinggi dari diafragma pada sisi yang mengalami

efusi.Namun, diperlukan volume cairan lebih dari 300 cc agar sinus costofrenikus

tampak tumpul pada foto tegak PA.

Gambar 3.Efusi pleura dextraminimal pada foto tegak PA.

Page 17: Presus Efusi Pleura radiologi

Gambar 4.Efusi pleura massif dextra.

Gambar 5.Loculated pleural effusion. Sering disebabkan oleh empiema

dengan perlekatan pleura.

Foto tegak lateral

Foto tegak lateral dapat digunakan untuk mendeteksi efusi minimal dengan

volume cairan ± 75 ml.

Page 18: Presus Efusi Pleura radiologi

Gambar 6. Efusi pleura pada foto tegak lateral.

Posisi dekubitus lateral

Posisi ini dapat digunakan untuk mendeteksi efusi yang lebih minimal

yaitu volume cairan 15-20 ml. Selain itu, dapat digunakan untuk menentukan

apakah efusi dapat mengalir secara bebas atau tidak sebelum dilakukan aspirasi

cairan pleura dan melihat bagian paru yang sebelumnya tertutup cairan sehingga

kelainan yang sebelumnya terselubung dapat terlihat.

Gambar 7. Efusi pleura sinistra pada foto dekubitus lateral.

Foto supine efusi pleura

Foto AP yang normal tidak menyingkirkan adanya efusi. Foto AP ini

merupakan yang paling sensitif untuk mendeteksi efusi pleura. Sejumlah cairan

yang cukup banyak diperlukan untuk menghasilkan temuan radiografi yang dapat

terdeteksi, terutama di efusi bilateral.

Efusi awalnya menyebabkan gambaran opak kabur dengan tepi yang tidak

Page 19: Presus Efusi Pleura radiologi

jelas. Gambaran opak terlihat pertama kali pada paru bawah. Dengan adanya

akumulasi cairan yang meningkat, gambaran opak dari seluruh hemithorax

meningkat, dan hilangnya diafragma menjadi jelas.

Gambar 8. Ada densitas asimetris dengan peningkatan kekaburan pada hemithorax kanan

bawah (panah biru).

Tidak adanya air-bronchogram sign juga membantu dalam diferensiasi.

Adanya gambaran opak apical ipsilateal kadang ditemukan terutama pada efusi

massif. Gambaran opak ini dipercaya sebagi kapasitas sekunder paru pada apex

dengan pelebaran cairan bagian lateral dan superior terhadap jaringan paru.

Adanya meniskus sign ditemukan pada lebih dari 50% efusi massif.

b. CT-Scan

CT scan akan memperlihatkan adanya perbedaan densitas cairan dengan

jaringan sekitarnya. CT-Scan dapat menentukan jenis efusi apakah eksudat atau

transudat dengan menilai densitas yang diukur dengan satuan HU (Hounsfield

Unit). Efusi pleura eksudat diperkirakan mempunyai HU <18 ± 2 dan efusi pleura

transudat >18 ± 2.

Page 20: Presus Efusi Pleura radiologi

Gambar 11. CT-Scan thorax pada seorang pria 20 tahun dengan limfoma non-Hodkin

dan efusi pleura yang ditunjukkan tanda panah. [10]

c. Ultrasonografi

Penampilan khas dari efusi pleura merupakan lapisan anechoic antara pleura

visceral dan pleura parietal.Bentuk efusi dapat bervariasi dengan respirasi dan

posisi. Kriteria USG untuk menetukan efusi pleura adalah: Setidaknya zona

anechogenic memiliki ketebalan 3 mm diantara pleura parietal dan visceral dan

atau perubahan ketebalan lapisan cairan pleura antara ekspirasi dan inspirasi. [10]

Gambaran anechoic terutama diamati pada transudat.Dalam sebuah penelitian

terhadap 320 pasien dengan efusi, transudat memberikan gambaran anechoic,

sedangkan anechoic dapat transudat atau eksudat.Adanya penebalan pleura dan

lesi parenkim di paru-paru menunjukkan adanya eksudat.Cairan pleura yang

memberikan gambaran echoic dapat dilihat pada efusi hemoragik atau empiema. [10]

Page 21: Presus Efusi Pleura radiologi

Gambar 12. Ultrasonogram dari kiri dada bagian bawah pada wanita dengan efusi pleura metastase. Cairan anechoic (E) dapat dilihat pada hemithorax kiri. Perhatikandiafragma lengkung Echogenic (panah).

Gambar 13. Ultrasonogram dari kiri dada bagian bawah . Cairan Echogenic (E) dapatdilihat pada hemithorax kiri. Perhatikan diafragma lengkung Echogenic (panah).

G. TERAPI

Pengobatan efusi pleura dengan mengidentifikasi penyebab dan mengobati

proses penyakit yang mendasarinya. Pada efusi transudat diterapi dengan mengatasi

penyebab efusinya sedangkan efusi eksudat dengan aspirasi cairan untuk mengurangi

gejala.Hal ini dapat dilakukan dengan torakosentesis.Aspirasi cairan pleura selain

bermanfaat untuk memastikan diagnosis, aspirasi juga dapat dikerjakan dengan tujuan

terapeutik.Torakosentesis dalam dilakukan sebagai berikut:

Penderita dalam posisi duduk, jika tidak memungkinkan dapat dilakukan

dalam posisi tidur terlentang

Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela iga garis aksilaris posterior

dengan memakai jarum abbocath 14 atau 16.

Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc pada setiap

kali aspirasi. Aspirasi sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan pada satu kali

Page 22: Presus Efusi Pleura radiologi

aspirasi sekaligus yang dapat menimbulkan pleura shock (hipotensi) atau

edema paru akut.

Page 23: Presus Efusi Pleura radiologi

DAFTAR PUSTAKA

1. Davey P. Pleural effusion. In: Medicine at a glance. 4th ed. USA: Blackwell Publishing;

2014. Pg. 45.

2. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. 6th ed. Jakarta:

EGC; 2006. Pg. 799-800.

3. Somantri I. Keperawatan medikal bedah: asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan sistem pernafasan. Jakarta: Salemba Medika; 2007. Pg. 95-100.

4. Pratomo IP, Yunus F. Anatomi dan fisiologi pleura. Jakarta: CDK; 2013;40: 1-6.

5. Garrido VV, Sancho JF, Blasco H, Gafas AP, et al. Diagnosis and treatment6,9 of pleural

effusion. La Coruna: SEPAR; 2006; 42: 349-72.

6. Djojodibroto D. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC; 2009. Pg. 5-21, 172-

82.

7. Halim H. Penyakit-penyakit pleura. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al.Buku ajar

ilmu penyakit dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2010. Pg. 2329-36.

8. McGrath EE, Anderson PB. Diagnosis of pleural effusion: a systematic approach. USA:

AJCC; 2011; 2: 119-26.

9. Soetikno RD. Radiologi emergensi. Bandung: Refika Aditama; 2011. Pg. 62-72

10. Lababedeb O. Pleural Effusion Imaging. Medscape Oct 18, 2013. Available from URL:

http://emedicine.medscape.com/article/355524-overview

11. Tobler M. Empyema Imaging. Medscape Updated: Nov 1, 2013. Available from URL:

http://emedicine.medscape.com/article/355892-overview#a19

12. Mancini MC. Hemothorax Workup. Medscape Updated: Oct 15, 2014. Available from

URL: http://emedicine.medscape.com/article/2047916-workup

13. Herlambang KS. Karakteristik Jenis Kanker Paru Berdasrkan Peningkatan densitas

Dengan Menggunakan CT-Scan. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2003. Pg.

13

14. Sutton D. Textbook of radiology and imaging. 7th ed. London: Churchill Livingstone;

2003; 1: 87-93.