Top Banner

of 29

Wrap Up Skenario 3 IPT

Jun 04, 2018

Download

Documents

Vivi Vionita
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    1/29

    Wrap-upDEMAM DISERTAI ME!GGIGIL DA!BERKERI!GAT

    Kelompok: B-15

    KETUA : Rania Merriane Devina (1102012224)

    SEKRETARIS : Sari Nur Rahmawati (1102012261)

    ANGGOTA : Nidaul Hasanah (1102012192)

    Novi Irdasari (1102012199)

    Prima Eriawan Putra (1102012212)

    Ranty Rizky Puspadewi (1102012226)

    Reni Permana (1102012237)

    Titis Nur Indah Sari (1102011282)

    Vivi Vionita (1102012303)

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS YARSI

    2012/2013

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    2/29

    2

    SKE!ARIO 3

    DEMAM DISERTAI ME!GGIGIL DA!BERKERI!GAT

    Tn C,laki laki, 42 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan utama demam sejak satu minggu

    lalu. Demam dirasakan setiap dua hari sekali dimana setiap kali demam didahului menggigil dansetiap demam berkeringat. Setelah demam dapat pulih seperti biasa. Beliau baru kembali darimelaksanakan studi lapangan di papua selama dua minggu. Setelah melakukan pemeriksaan

    sediaan hapus darah tepi, dokter mengatakan terinfeksiPlasmodium falciparum.

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    3/29

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    4/29

    4

    LI 1. Memahami dan Menjelaskan Plasmodium

    1.1 Memahami dan Menjelaskan 4 Spesies PlasmodiumPlasmodiummerupakan genus protozoa parasit. Penyakit yang disebabkan oleh genus inidikenal sebagai malaria. Parasit ini sentiasa mempunyai dua inang dalam siklus

    hidupnya: vektor nyamuk dan inang vertebra. Sekurang-kurangnya sepuluh spesiesmenjangkiti manusia. Spesies lain menjangkiti hewan, termasuk burung, reptilia dan

    hewan pengerat.

    SpesiesPlasmodium:

    Plasmodium vivax

    Plasmodium falciparum

    Plasmodium malariae

    Plasmodium ovale(Sutanto, 2008)

    1.2 Daur HidupDaur hidup aseksual teridiri dari empat tahapan, yaitu tahap skizogon preeritorsitik,

    tahap skizogoni eksoeritrositik, tahap skizogoni eritrositik dan tahap gametogoni. Di

    dalam sel-sel hati berlangsung tahap skizogoni preeritrositik dan skizogoni

    eksoeritrositik, sedangkan di dalam sel-sel eritrosit berlangsung tahap skizogoni

    eritrositik dan tahap gametogoni. Di dalam jaringan hati, siklus preeritrositik pada P.

    falciparumhanya berlangsung satu kali, sedangkan pada spesien lainnya siklus ini dapet

    berulang kali (local liver cell). Local liver cell disebutskizogoni eksoeritrositik yang

    merupakan sumber pembentukan stadiumaseksual parasit yang menjadi penyebab

    terjadinya kekambuhan (relaps) pada malaria vivax,ovale dan malariae.

    Skizogoni eritrositik, siklus ini terjadi di dalam sel darah merah (eritrosit) dengan

    waktu berlangsung bervariasi sesuai dengan spesies plasmodiumnya.Meningkatnyajumlah parasitmalaria karena multiplikasi pada tahap skizogoni eritrositik yang

    mengakibatkan pecahnya sel eritrosit yang menyebabkan terjadinya demam yang khaspada gejala klinis malaria (overt malaria).

    Tahapgametogoni. Sebagian dari merozoit yang terbentuk sesudah

    tahap skizogonieritrositik berlangsung beberapa kali, akan berkembang menjadi

    gametosit. Pembentukan gametosit terjadi di dalam eritrosit yang terdapat di dalam

    kapiler-kapiler limpa dan sumsumtulang.

    Tahapgametogoni berlangsung selama 96 jam dan hanya gametosit yang sudahmatangdapat ditemukan dalam darah tepi. Gametosit tidak menyebabkan gangguan klinik pada

    penderita malaria, sehingga penderita dapat bertindak sebagai karier malaria.

    NyamukAnopheles sebagai hospes definitif, sedikitnya dibutuhkan 12 parasit gametosit

    Plasmodiumper militer darah.

    Proses awal pematangan parasit terjadi di dalam lambung (midgut) nyamuk dengan

    terbentuknya 4 mikrogamet dari satu mikrogametosit, perkembangan dari satu

    makrogametosit menjadi satu makrogamet. Sesudahnya terjadi fusi menjadi zigot (24

    jam) ookinet (menembus dinding lambung) ! ookista (di dalamnya terdapat ribuatn

    sporozoit) ! ookista matang akan pecah ! sporozoit keluar. Di dalam tubuh seekor

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    5/29

    5

    nyamuk Anopheles betina, dapat hidup lebih dari satu spesies Plasmodium secara

    bersamaan, sehingga dapat menyebabkan terjadinya infeksi campuran (mixed infection).

    Gambar 1. Siklus hidupPlasmodium sp.

    1.3 MorfologiEmpat spesies dari plasmodia yang dapat menginfeksi manusia antara lain:Plasmodium

    vivax,P. ovale,P. malariae, danP. falciparum. Morfologi secara umum dijelaskan padaGambar 1, dan beberapa karakteristik lainnya dijabarkan pada tabel 1, 2 dan 3.

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    6/29

    6

    Gambar 2. Morfologi umum dari Plasmodium

    Tabel 1. Karakteristik morfologi dari tahap pertumbuhan parasit malaria pada sel darah

    merah manusia. Hal yang paling khas dan perlu diperhatikan adalah titik Schffner dan

    perbesaran sel darah pada infeksi olehP. vivaxdanP. ovale. (Jawetz, et. al., 2009)

    P vivax

    Parasites

    Ring stage

    Stages

    Developing trophozoite

    Developing schizont

    Schizont

    Microgametocyte

    Macrogametocyte

    P ovale P malariae P falciparum

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    7/29

    7

    Tabel 2. Beberapa ciri khas dari sifat parasit malaria (Jawetz, et. al., 2009)

    Tabel 3. Waktu siklus hidup dari tiap-tiap jenis parasit malaria (Jawetz, et. al., 2009)

    1.4 PerbedaanPlasmodium

    falciparum

    Plasmodium

    vivax

    Plasmodium

    ovale

    Plasmodium

    malariae

    Daur

    praeritrosit

    5,5 hari 8 hari 9 hari 10-15 hari

    Hipnozoit - + + -

    Jumlah

    merozoit hati

    40.000 10.000 15.000 15.000

    Skizon hati 60 mikron 45 mikron 70 mikron 55 mikron

    Daur erotrosit 48 jam 48 jam 50 jam 72 jam

    P vivax(Benign Tertian Malaria)

    P malariae(Quartan Malaria)

    P falciparum(Malignant Tertian Malaria)

    P ovale(Ovale Malaria)

    Parasitized red cells Enlarged, pale. Finestippling (Schffners

    dots). Primarily in-vades reticulocytes,young red cells.

    Not enlarged. No stip-pling (except with spe-

    cial stains). Primarilyinvades older red cells.

    Not enlarged. Coarsestippling (Maurers

    clefts). Invades all redcells regardless of age.1

    Enlarged, pale.Schffners dots con-

    spicuous. Cells oftenoval, fimbriated, orcrenated.

    Level of usual maxi-mum parasitemia

    Up to 30,000/L ofblood.

    Fewer than 10,000/L. May exceed 200,000/L;commonly 50,000/L.

    Fewer than 10,000/L.

    Ring stage trophozoites Large rings (1/31/2red cell diameter).Usually one chromatingranule; ring delicate.

    Large rings (1/3 redcell diameter). Usuallyone chromatin gran-ule; ring thick.

    Small rings (1/5 red cell di-ameter). Often two gran-ules; multiple infectionscommon; ring delicate,may adhere to red cells.

    Large rings (1/3 redcell diameter). Usu-ally one chromatingranule; ring thick.

    Pigment in developingtrophozoites

    Fine; light brown;scattered.

    Coarse; dark brown;scattered clumps;abundant.

    Coarse; black; fewclumps.

    Coarse; dark yellow-brown; scattered.

    Older trophozoites Very pleomorphic. Occasional bandforms.

    Compact and rounded.1 Compact androunded.

    Mature schizonts(segmenters)

    More than 12 merozo-ites (1424).

    Fewer than 12 largemerozoites (612).Often in rosette.

    Usually more than 12merozoites (832). Veryrare in peripheralblood.1

    Fewer than 12 largemerozoites (612).Often in rosette.

    Gametocytes Round or oval. Round or oval. Crescentic. Round or oval.

    Distribution inperipheral blood

    All forms. All forms. Only rings and cres-cents (gametocytes).1

    All forms.

    Length of SexualCycle

    (in Mosquito at 27 C)

    Prepatent Period1

    (in Humans)(Preerythrocytic Cycle)

    Length of AsexualCycle

    (in Humans)

    P vivax(tertian or vivax malaria) 89 days 8 days 48 hours

    P malariae(quartan or malariae malaria) 1520 days 1516 days 72 hours

    P falciparum(malignant tertian or falciparummalaria)

    910 days 57 days 3648 hours

    P ovale(ovale malaria) 14 days 9 days 48 hours

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    8/29

    8

    Eritrosit yang

    dihinggapi

    Muda dan

    normosit

    Retikulosit &

    normosit

    Retikulosit

    & normosit

    muda

    Normosit

    Pembesaran

    eritrosit

    - ++ + -

    Titik-titikeritrosit

    Maurer Schuffner Schuffner(James)

    Ziemann

    Pigmen Hitam Kuning tengguli Tengguli tua Tengguli

    hitam

    Jumlah

    merozoit

    eritrosit

    8-24 12-18 8-10 8

    Daur dalam

    nyamuk pada

    27C

    10 hari 8-9 hari 12-14 hari 26-28 hari

    LI 2. Memahami dan Menjelaskan Malaria

    2.1 DefinisiMalaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria (Plasmodium) bentuk

    aseksual yang masuk ke tubuh manusia lewat gigitan nyamuk malaria (Anopheles)

    betina.(Laksono, 2011)

    2.2 Etiologi & Cara PenularanPenyebab penyakit malaria adalah parasit malaria, suatu protozoa dari genusPlasmodium. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 jenis spesies plasmodium penyebab

    malaria pada manusia, yaitu (Depkes, 2005):

    1) Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malariayang berat (malaria serebral dengan kematian).

    2) Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana.

    3) Plasmodium malariae, penyebab malaria quartana

    4) Plasmodium ovale, menyebabkan malaria ovale tetapi jenis ini jarang dijumpai.

    2.3 EpidemiologiStratifikasi Malaria

    Upaya penanggulangan penyakit malaria di Indonesia sejak tahun 2007 dapat dipantaudengan menggunakan indikator Annual Parasite Incidence (API). Hal ini sehubungandengan kebijakan Kementerian Kesehatan mengenai penggunaan satu indikator untukmengukur angka kejadian malaria, yaitu dengan API. Pada tahun 2007 kebijakan inimensyaratkan bahwa setiap kasus malaria harus dibuktikan dengan hasil pemeriksaan

    sediaan darah dan semua kasus positif harus diobati dengan pengobatan kombinasiberbasis artemisinin atau ACT (Artemisinin-based Combination Therapies).

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    9/29

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    10/29

    10

    dilakukan upaya efektif untuk menurunkan angka kesakitan 0,85 per 1000 pendudukdalam waktu 4 tahun, agar target Rencana Strategis Kesehatan Tahun 2014 tercapai.

    Plasmodium

    Plasmodium penyebab malaria yang ada di Indonesia terdapat beberapa jenis yaituplasmodium falsifarum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovaledan yang mix atau campuran.

    Pada tahun 2009 penyebab malaria yang tertinggi adalah plasmodium vivax (55,8%),kemudian plasmodium falsifarum, sedangkan plasmodium ovale tidak dilaporkan. Dataini berbeda dengan data riskesdas 2010, yang mendapatkan 86,4% penyebab malariaadalah plasmodium falsifarum, dan plasmodium vivax sebanyak 6,9%.

    (Kemenkes RI, 2011)

    Gambar 5. Plasmodium Penyebab Malaria di Indonesia Tahun 2009

    2.4 PatogenesisPatogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan lingkungan.Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah

    daripada koagulasi intravaskuler. Oleh karena skizogoni menyebabkan kerusakan

    eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya anemi tidak sebanding dengan parasitemiamenunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung parasit. Hal ini didugaakibat adanya toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian

    eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain yang menyebabkan

    terjadinya anemia mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit (Harijanto,

    2000)

    Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi sehingga mudah

    pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi

    fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada malaria

    kronis terjadi hyperplasia dari retikulosit diserta peningkatan makrofag (Harijanto, 200)

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    11/29

    11

    Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi merozoit ke

    dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit mengalami

    perubahan struktur dan biomolekular sel untuk mempertahankan kehidupan parasit.

    Perubahan tersebut meliputi mekanisme, diantaranya transport membran sel,

    Sitoadherensi, Sekuestrasi dan Resetting (Harijanto, 2000)

    Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi P.falciparum pada reseptor di bagian endotelium venule dan kapiler. Selain itu eritrosit

    juga dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga terbentuk roset(Harijanto, 2006).

    Resetting adalah suatu fenomena perlekatan antara sebuah eritrosit yang mengandung

    merozoit matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non parasit,

    sehingga berbentuk seperti bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya

    Resetting adalah golongan darah dimana terdapatnya antigen golongan darah A dan B

    yang bertindak sebagai reseptor pada permukaan eritrosit yang tidak terinfeksi.

    Menurut pendapat ahli lain, patogenesis malaria adalah multifaktorial dan berhubungandengan hal-hal sebagai berikut:

    1. Penghancuran eritrositFagositosis tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tetapi juga terhadap

    eritrosit yang tidak mengandung parasit sehingga menimbulkan anemia dan

    hipoksemia jaringan. Pada hemolisis Intravascular yang berat dapat terjadihemoglobinuria (Black White Fever) dan dapat menyebabkan gagal ginjal. (Pribadi,

    2000)

    2. Mediator endotoksin-makrofag.Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang

    sensitive endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator. Endotoksin mungkin

    berasal dari saluran cerna dan parasit malaria sendiri dapat melepaskan faktor

    nekrosis tumor (TNF) yang merupakan suatu monokin, ditemukan dalam peredaran

    darah manusia dan hewan yang terinfeksi parasit malaria. TNF dansitokin dapat

    menimbulkan demam, hipoglikemia, dan sindrom penyakit pernapasan pada orang

    dewasa. (Pribadi, 2000)

    3. Sekuestrasi eritrosit yang terlukaEritrosit yang terinfeksi oleh Plasmodium dapat membentuk tonjolan-tonjolan

    (knobs) pada permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen dan bereaksidengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas eritrosit yang mengandung

    parasit terhadap endothelium kapiler alat dalam, sehingga skizogoni berlangsung di

    sirkulasi alat dalam. Eritrosit yang terinfeksi menempel pada endothelium dan

    membentuk gumpalan yang mengandung kapiler yang bocor dan menimbulkan

    Anoksia dan edema jaringan. (Pribadi, 2000)

    2.5 Manifestasi KlinikGejala klinis penyakit malaria sangat khas dengan adanya serangan demam yang

    intermiten, anemia sekunder dan splenomegali. Gejala didahului oleh keluhan prodromalberupa, malaise, sakit kepala, nyeri pada tulang atau otot, anoreksia, mual, diare ringan

    dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan ini sering terjadi pada P.vivax

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    12/29

    12

    dan P.ovale, sedangkan P.falciparum dan P.malariae keluhan prodromal tidak jelas

    bahkan gejala dapat mendadak ( Harijanto, 2000).

    Demam periodik berkaitan dengan saat pecahnya schizon matang (sporolasi). Pada

    malaria tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan schizon tiap 48 jam maka

    periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan malaria kuartana (P. Malariae)pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari.

    Gambar 6. Grafik siklus demam khas dari infeksi Plasmodium falciparum danPlasmodium vivax(Schmidt & Janovy, 2013)

    Gejala klasik malaria biasanya terdiri atas 3 (tiga) stadium yang berurutan, yaitu

    (Depkes, 2005):

    1. Stadium dingin (Cold stage)Penderita akan merasakan dingin menggigil yang amat sangat, nadi cepat dan lemah,

    sianosis, kulit kering, pucat, kadang muntah. Periode ini berlangsung antara 15 menit

    sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.

    2. Stadium demam (Hot stage)

    PMAMPMAMPMAMPMAM

    P. falciparum

    Day 1 Day 2 Day 3 Day 4

    Plasmodiumvivax

    Bodytemperature

    (F)

    Plasmodiumfalciparum

    104

    103

    102

    101

    100

    99

    98

    Chills

    Chills

    Sweats

    P. vivax

    SweatsSweats

    Sweats

    Sequestered Sequestered

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    13/29

    13

    Muka penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas badan

    tetap tinggi dapat sampai 40C atau lebih, dapat terjadi syok (tekanan darah turun),

    kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama dari fase

    dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih,

    3. Stadium berkeringat (Sweating stage)Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali. Hal ini berlangsung 2-4 jam.Meskipun demikian, pada dasarnya gejala tersebut tidak dapat dijadikan rujukan

    mutlak, karena dalam kenyataannya gejala sangat bervariasi antar manusia dan antarPlasmodium.

    Anemiamerupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi malaria, dan lebih sering

    dijumpai pada penderita daerah endemik terutama pada anak-anak dan ibu hamil. Derajat

    anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena

    P.falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan. eritrosit

    normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time) dan gangguan pembentukan

    eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang (Mansjoer, 2001).

    Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas malaria kronik.

    Limpa merupakan organ penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi malaria.

    Limpa akan teraba setelah 3 hari dari serangan infeksi akut dimana akan terjadi bengkak,

    nyeri dan hiperemis. Pembesaran terjadi akibat timbunan pigmen eritrosit parasit dan

    jaringan ikat bertambah (Harijanto, 2000).

    Hampir semua kematian akibat penyakit malaria disebabkan oleh P.falciparum. Padainfeksi P.falciparum dapat menimbulkan malaria berat yang menurut WHO didefinisikan

    sebagai infeksi P.falciprum stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi(Harijanto, 2000).

    2.6 Diagnosis (Depkes RI, 2008)Anamnesis

    Pada anamnesis, sangat penting diperhatikan:

    a. Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringan dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.

    b. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria.c. Riwayat tinggal di daerah endemik malariad. Riwayat sakit malariae.

    Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhirf. Riwayat mendapat transfusi darah

    Selain hal di atas, pada penderita tersangka malaria berat, dapat ditemukan keadaan

    sebagai berikut:

    a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajatb. Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri)c. Kejang-kejangd. Mata atau tubuh kuninge. Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaanf. Nafas cepat dan atau sesak nafasg.

    Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minumh. Warna air seni seperti the tua dan dapat sampai kehitaman

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    14/29

    14

    i. Jumlah air seni kurang (oliguria) sampai tidak ada (anuria)j. Telapak tangan sangat pucat.Pemeriksaan Fisik

    Pada pemeriksaan fisik, didapat kondisi pasien antara lain:

    a. Demam (pengukuran dengan termometer > 37,5Cb. Konjungtiva atau telapak tangan pucatc. Pembesaran limpa (splenomegali)d. Pembesaran hati (hepatomegali)Pada tersangka malaria berat, ditemukan tanda-tanda klinis sebagai berikut:

    a. Temperatur rektal 40Cb. Nadi cepat dan lemah/kecilc. Tekanan darah sistolik 40 kali permenit pada balita,anak di bawah 1 tahun >50 kali per menit.

    e. Penurunan derajat kesadaran dengan Glasgow coma scale (GCS) 10 parasit dalam 1 LPB)

    ii. KuantitatifJumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal(leukosit) atau sediaan darah tipis (eritrosit)

    Contoh:Bila dijumpai 1500 parasit per 200 leukosit, sedangkan jumlah leukosit

    8.000/uL, maka hitung parasit = 8.000/200 x 1500 parasit = 60.000 parasit/uL.

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    15/29

    15

    Untuk penderita tersangka malaria berat, perlu memperhatikan hal-hal sebagai

    berikut:

    1. Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap 56jam sampai 3 hari berturut-turut.

    2. Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidakditemukan parasit maka diagnosis malaria disingkirkan.

    b. Pemeriksaan tes diagnostik cepat (RDT)Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, denganmenggunakan metode imunokromatografi, dalam bentuk dipstick. Tes ini sangat

    bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa dan di

    daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab serta untuk survei tertentu.

    Tes yang tersedia di pasaran saat ini mengandung:

    1. HRP-2 (Histidine rich protein 2) yang diproduksi oleh trophozoit, skizon, dangametosit mudaP. falciparum.

    2. Enzim parasite lactate dehydrogenase (p-LDH) dan aldolase yang diproduksioleh parasit untuk aseksual atau seksual P. falciparum, P. vivax, P. ovale, P.

    malariae.

    Kemampuan rapid test yang beredar pada umumnya ada 2 jenis, yaitu:

    1. Single, yang mampu mendiagnosis hanya infeksiP. falciparum.2. Combo, yang mampu mendiagnosis infeksi-infeksi P. falciparum dan non

    falciparum

    Oleh karena teknologi baru sangat perlu untuk memperhatikan kemampuan

    sensitivity dan specificity dari alat ini. Dianjurkan untuk menggunakan rapid testdengan kemampuan minimal sensitivity 95% dan specificity 95%. Hal yang penting

    lainnya adalah penyimpanan RDT ini sebaiknya dalam lemari es tetapi tidak dalam

    freezer pendingin.

    c. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat1. Hemoglobin dan hematokrit2. Hitung jumlah leukosit & trombosit3. Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase,

    albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, analisis gas darah)

    4. EKG5.

    Foto toraks6. Analisis cairan serebrospinalis

    7. Biakan darah dan uji serologi8. Urinalisis

    2.7 Diagnosis Banding (Depkes RI, 2008)Manifestasi klinis malaria sangat bervariasi dari gejala yang ringan sampai berat. Malariatanpa komplikasi harus dapat dibedakan dengan penyakit infeksi lain sebagai berikut:

    a. Demam tifoidDemam lebih dari 7 hari ditambah keluhan sakit kepala, sakit perut (diare, obstipasi),

    lidah kotor, bradikardi relatif, roseola, leukopenia, limfositosis relatif, aneosinofilia,uji Widal positif bermakna, biakan empedu positif.

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    16/29

    16

    b. Demam dengueDemam tinggi terus menerus selama 2 7 hari, disertai keluhan sakit kepala, nyeri

    tulang, nyeri ulu hati, sering muntah, uji torniquet positif, penurunan jumlah

    trombosit dan peninggian hemoglobin dan hematokrit pada demam berdarah dengue,

    tes serologi inhibisi hemaglutinasi, IgM atau IgG anti dengue positif.

    c. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)Batuk, beringus, sakit menelan, sakit kepala, manifestasi kesukaran bernafas antaralain: nafas cepat/sesak nafas, tarikan dinding dada ke dalam dan adanya stridor.

    d. Leptospirosis ringanDemam tinggi, nyeri kepala, mialgia, nyeri perut, mual, muntah, conjunctival

    injection (kemerahan pada konungtiva bola mata), dan nyeri betis yang menyolok.

    Pemeriksaan serologi Microscopic Agglutination Test (MAT) atau tes Leptodipstik

    positif.

    e. Infeksi virus akut lainnya.Malaria berat atau malaria dengan komplikasi dibedakan dengan penyakit infeksi lain

    sebagai berikut:a. Radang otak (meningitis/ensefalitis)

    Penderita panas dengan riwayat nyeri kepala yang progresif, hilangnya kesadaran,

    kaku duduk, kejang dan gejala neurologis lainnya.

    b. Stroke (gangguan serebrovaskuler)Hilangnya atau terjadi gangguan kesadaran, gejala neurologik lateralisasi

    (hemiparese atau hemiplegia), tanpa panas, ada penyakit yang mendasari (hipertensi,diabetes mellitus, dan lain-lain).

    c. Tifoid EnsefalopatiGejala demam tifoid ditandai dengan penurunan kesadaran dan tanda-tanda demam

    tifoid lainnya.d. Hepatitis

    Prodromal hepatitis (demam, mual, nyeri pada hepar, muntah, tidak bisa makan

    diikuti dengan timbulnya ikterus tanpa panas), mata atau kulit kuning, urin seperti

    air teh. Kadar SGOT dan SGPT meningkat >5 kali.

    2.8 TatalaksanaMalaria merupakan salah satu penyebab demam yang paling sering terjadi di daerah

    tropis, dan para wisatawan yang mengunjungi daerah endemik. Simptom malaria dapat

    terlihat pada saat tahap infeksi eritrosit. Beberapa obat antimalaria dapat melawan parasit

    pada tahap tersebut, kecuali primaquine, karena sifatnya radikal menghilangkan parasit

    di hati. (Papadakis & McPhee, 2013)

    Malaria non-falciparum

    Obat lini pertama yang digunakan pada penderita malaria non-falciparum adalah

    chloroquine. Karena sering dilaporkan peningkatan resistensi P. vivax terhadap

    chloroquine, terapi alternatif dapat diberikan, terutama pada infeksi yang terjadi diIndonesia, Oceania, dan Peru. Infeksi ini dapat diterapi dengan obat artemisinin dan

    dikombinasi dengan obat lini pertama lain. Untuk P. vivax dan P. ovale, pemusnahanparasit di eritrosit dengan chloroquine harus dibarengi dengan pemberian primaquine,

    karena primquine mampu memberantas parasit di hati yang dalam masa dorman(hypnozoite).P. malariaebisa diterapi dengan memberikan chloroquine saja.

    (Papadakis & McPhee, 2013)

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    17/29

    17

    Lini pertama

    Klorokuin+Primakuin

    Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan malaria vivax dan

    ovale. Pemakaian klorokuin bertujuan membunuh parasit stadium aseksual dan seksual.

    Pemberian primakuin selain bertujuan untuk membunuh hipnozoit di sel hati, juga dapat

    membunuh parasit aseksual di eritrosit.Dosis total klorokuin= 25 mg/kgBB (1x/hr selama 3 hari), primakuin= 0,25 mg/kgBB/hr(selama 14 hari).

    Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan berat badan penderitaobat dapat diberikan berdasarkan golongan umur, sesuai dengan tabel.

    Hari Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)

    0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th !15 th

    I

    Klorokuin " # 1 2 3 3-4

    Primakuin - - " # $ 1

    IIKlorokuin " # 1 2 3 3-4

    Primakuin - - " # $ 1

    III

    Klorokuin 1/8 " # 1 1# 2

    Primakuin - - " # $ 1

    IV-XIV Primakuin - - " # $ 1

    Pengobatan efektif apabila sampai dengan hari ke 28 setelah pemberian obat, ditemukankeadaan sebagai berikut:

    Klinis sembuh (sejak hari-4)

    Tidak ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari ke-7 .

    Pengobatan tidak efektif apabila dalam 28 hari setelah pemberian obat:

    Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif, atau

    Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atautimbul kembali setelah hari ke-14 (kemungkinan resisten).

    Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara hari ke-15 sampaihari ke-28 (kemungkinan resisten, relaps atau infeksi baru).

    Malaria Vivax Resisten Chloroquine

    Lini kedua

    Kina+Primakuin

    Dosis kina= 10 mg/kgBB/kali (3x/hr selama 7 hari), primakuin= 0,25 mg/kgBB (selama

    14 hari).

    Dosis obat juga dapat ditaksir dengan menggunakan tabel dosis berdasarkan golongan

    umur sebagai berikut:Pengobatan Malaria vivax Resisten Klorokuin

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    18/29

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    19/29

    19

    Pengobatan Lini Pertama MalariaFalciparumMenurut Kelompok Umur.

    P

    e

    n

    go

    b

    at

    a

    n

    efektif bila sampai dengan hari ke-28 setelah pemberian obat ditemukan keadaan

    sebagai berikut: klinis sembuh (sejak hari ke-4) dan tidak ditemukan parasit stadium

    aseksual sejak hari ke-7.

    Pengobatan tidak efektif bila dalam 28 hari setelah pemberian obat:

    1. Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif atau2. Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten)atau timbul kembali (rekrudesensi).

    Pengobatan lini kedua malaria falciparumdiberikan bila pengobatan lini pertama tidak

    efektif.

    Lini kedua

    Kina+Doksisiklin/Tetrasiklin+Primakuin

    Dosis kina = 10 mg/kgBB/kali (3x/hari selama 7 hari), doksisiklin = 4 mg/kgBB/hr

    (dewasa, 2x/hr selama 7 hari), 2 mg/kgBB/hr (8-14 th, 2x/hr selama 7 hari), tetrasiklin =4-5 mg/kgBB/kali (4x/hr selama 7 hari).

    Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan berat badan penderita,

    pemberian obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur.

    Pengobatan Lini Kedua Untuk Malaria falciparum

    *

    : dosis diberikan per kgBB**: 2x50 mg doksisiklin***: 2x100 mg doksisiklin

    2.9 Komplikasia. Malaria Serebral

    Merupakan komplikasi paling berbahaya. Ditandai dengan penurunan kesadaran

    (apatis, disorientasi, somnolen, stupor, sopor, koma) yang dapat terjadi secara

    perlahan dalam beberapa hari atau mendadak dalam waktu hanya 1-2

    jam, sering disertai kejang. Penilaian penurunan kesadaran ini dievaluasi

    berdasarkan GCS.

    Hari Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)

    0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th !15 th

    I

    Klorokuin " # 1 2 3 3-4

    Primakuin - - " # $ 1

    II

    Klorokuin " # 1 2 3 3-4

    Primakuin - - " # $ 1

    III

    Klorokuin 1/8 " # 1 1# 2

    Primakuin - - " # $ 1

    IV-XIV Primakuin - - " # $ 1

    Hari Jenis obat

    Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur

    0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th !15 th

    1-7 Kina 3x# 3x1 3x2 3x3

    1-14 Primakuin - - " # $ 1

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    20/29

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    21/29

    21

    tekanan intrakranial pada pusat pernapasan di otak; 3) Infeksi sekunder pada

    paru-paru; 4) Anemia berat; 5) Kelebihan dosis antikonvulsan (phenobarbital)

    menekan pusat pernafasan.

    e.

    HipoglikemiaHipoglikemi sering terjadi pada anak-anak, wanita hamil, dan penderita dewasa dalam

    pengobatan quinine (setelah 3 jam infus kina). Hipoglikemi terjadi karena: 1)

    Cadangan glukosa kurang pada penderita starvasi atau malnutrisi; 2) Gangguan

    absorbsi glukosa karena berkurangnya aliran darah ke splanchnicus; 3) Meningkatnya

    metabolisme glukosa di jaringan; 4) Pemakaian glukosa oleh parasit; 5) Sitokin akan

    menggangu glukoneogenesis; 6) Hiperinsulinemia pada pengobatan quinine.

    Metabolisme anaerob glukosa akan menyebabkan asidemia dan produksi laktat yang

    akan memperburuk prognosis malaria berat

    f. Haemoglobinuria (Black Water Fever)Merupakan suatu sindrom dengan gejala serangan akut, menggigil, demam, hemolisis

    intravascular, hemoglobinuria, dan gagal ginjal.Biasanya terjadi pada infeksi P.

    falciparum yang berulang-ulang pada orang non-imun atau dengan pengobatan kina

    yang tidak adekuat dan yang bukan disebabkan oleh karena defisiensi G6PD atau

    kekurangan G6PD yang biasanya karena pemberian primakuin.

    g. Malaria AlgidTerjadi gagal sirkulasi atau syok, tekanan sistolik 1 C, kulit tidakelastis, pucat.Pernapasan dangkal, nadi cepat, tekanan darah turun, sering tekanan

    sistolik tak terukur dan nadi yang normal.

    Syok umumnya terjadi karena dehidrasi dan biasanya bersamaan dengan sepsis.Pada

    kebanyakan kasus didapatkan tekanan darah normal rendah yang disebabkan karena

    vasodilatasi.

    h. AsidosisAsidosis (bikarbonat

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    22/29

    22

    i. Manifestasi gangguan Gastro-IntestinalGejala gastrointestinal sering dijumpai pada malaria falsifarum berupa keluhan tak

    enak diperut, flatulensi, mual, muntah, kolik, diare atau konstipasi.Kadang lebih berat

    berupa billious remittent fever (gejala gastro-intestinal dengan hepatomegali), ikterik,

    dan gagal ginjal, malaria disentri, malaria kolera.

    j. HiponatremiaTerjadinya hiponatremia disebabkan karena kehilangan cairan dan garam melalui

    muntah dan mencret ataupun terjadinya sindroma abnormalitas hormon anti-diuretik

    (SAHAD).

    k. Gangguan PerdarahanGangguan perdarahan oleh karena trombositopenia sangat jarang. Perdarahan lebihsering disebabkan olehDiseminata Intravaskular Coagulasi(DIC).

    (Sudoyo, 2007)

    2.10PencegahanPengendalian Malaria

    a. Pemberantasan vektorPenangulangan vector dilakukan dengan cara membunuh nyamuk dewasa

    (penyemprotan rumah dengan Insektisida). Dengan di bunuhnya nyamuk maka parasityang ada dalam tubuh, pertumbuhannya di dalam tubuh tidak selesai, sehingga

    penyebaran/transmisi penyakit dapat terputus (Depkes RI, 2003)

    Demikian juga kegiatan anti jentik dan mengurangi atau menghilangkan tempat-

    tempat perindukan, sehingga perkembangan jumlah (Density) nyamuk dapatdikurangi dan akan berpengaruh terhadap terjadinya transmisi penyakit malaria

    (Depkes RI, 2003)

    Menurut Marwoto (1989) penangulangan vector dapat dilakukan dengan

    memanfaatkan ikan pemakan jentik. Penelitian Biologik yang telah dilakukan

    menunjukkan bahwa prospek terbaik adalah ikan, karena mudah dikembangbiakkan,

    ikan suka memakan jentik, dan sebagai sumber protein bagi masyarakat.

    Penggunaan ikan nila merah (Oreochromis Nilotis) sebagai pengendali vektor telahdilakukan. Menurut Nurisa (1994), ikan nila memiliki daya adaptasi tinggi diberbagai

    jenis air. Nila dapat hidup di air tawar, air payau, dan di laut.

    b. Pengendalian VektorPengendalian vector malaria dilaksanakan berdasarkan pertimbangan, Rasioanal,

    Efektif, Efisiensi, Sustainable, dan Acceptable yang sering disingkat RESSA yaitu :

    1. Rational : Lokasi kegiatan pengendalian vektor yang diusulkan memang terjadipenularan (ada vektor) dan tingkat penularannya memenuhi criteria yang

    ditetapkan, antara lain : Wilayah pembebasan : desa dan ditemukan penderita

    indegenius dan wilayah pemberantasan PR > 3%

    2. Effective : Dipilih salah satu metode / jenis kegiatan pengendalian vektor ataukombinasi dua metode yang saling menunjang dan metode tersebut dianggap

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    23/29

    23

    paling berhasil mencegah atau menurunkan penularan, hal ini perlu didukung oleh

    data epidemiologi dan Laporan masyarakat.

    3. Sustainable : Kegiatan pengendalian vektor yang di pilih harus dilaksanakan secaraberkesinambungan sampai mencapai tingkat penularan tertentu dan hasil yang

    sudah di capai harus dapat dipertahankan dengan kegiatan lain yang biayanya lebihmurah, antara lain dengan penemuan dan pengobatan penderita.

    4. Acceptable : Kegiatan yang dilaksanakan dapat diterima dan didukung olehmasyarakat setempat (Depkes RI, 2005)

    Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian vektor adalah sebagai berikut :

    1. Penyemprotan rumah, penyemprotan dilakukan pada semua bangunan yang ada,pada malam hari digunakan sebagai tempat menginap atau kegiatan lain, masjid,

    gardu ronda, dan lain-lain.

    2. Larviciding adalah kegiatan anti larva yang dilakukan dengan cara kimiawi, kegiatanini di lakukan dilingkungan yang memiliki banyak tempat perindukan yang potensial(Breeding Pleaces). Yang dimaksud dengan tempat perindukan adalah genangan air

    disekitar pantai yang permanen, genangan air dimuara sungai yang tertutup pasir dansaluran dengan aliran air yang lambat.

    3. Biological control, kegiatan anti larva dengan cara hayati (pengendalian dengan ikanpemakan jentik), dilakukan pada desa-desa di mana terdapat di mana terdapat banyaktempat perindukan vektor potensial dengan ketersedian air sepanjang tahun, seperti

    mata air, anak sungai, saluran air persawahan, rawarawa daerah pantai dan air payau,

    dll.

    4. Pengolahan lingkungan (Source reduction) adalah kegiatan-kegiatan yang mencakupperencanaan, pelaksanaan dan pengamatan kegiatan modifikasi dan manipulasi

    faktor lingkungan dan interaksinya dengan manusia untuk mencegah dan membatasi

    perkembangan vector dan mengurangi kontak antara manusia dan Vektor (Depkes,

    2005)

    5. Kelambunisasi adalah pengendalian nyamuk Anopheles spp secara kimiawi yangdigunakan di Indonesia. Kelambunisasi adalah pengunaan kelambu yang terlebihdahulu dicelup dengan insektisida permanent 100EC yang berisi bahan aktif

    permethrin.

    Pencegahan MalariaMalaria ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles pada malam hari. Segala upaya

    pembuatan vaksin malaria telah dilakukan, dan perlindungan sebagian terhadap malariatelah diberikan kepada anak-anak di Afrika, namun sampai saat ini belum ada vaksin

    yang mampu memberikan perlindungan penuh terhadap malaria.

    Ketika wisatawan pergi dari daerah nonendemik ke daerah endemik, perlu diperhatikan

    cara-cara untuk menghindari gigitan nyamuk, misalnya dengan menggunakan lotionanti

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    24/29

    24

    nyamuk, insektisida, dan kelambu tidur. Rekomendasi dari CDC adalah dengan

    mengonsumsi chloroquine sebelum bepergian ke daerah endemik di Kepulauan Karibia,

    Amerika Tengah, Kanal Panama. CDC juga merekomendasikan mefloquine atau

    Malarone sebagai alternatif. Untuk daerah di mana terdapat malaria falciparum yang

    resisten terhadap beberapa obat, maka perlu mengonsumsi doxycycline.

    Pencegahan dengan cara konsumsi chemoprophylaxis secara terus-menerus merupakan

    tata cara pencegahan yang kurang tepat di negara berkembang, karena berpotensi

    menyebabkan toksisitas dalam penggunaan jangka panjang. Salah satu solusinya adalah

    dengan menggunakan sulfadoxine-pyrimethamine, yang diberikan dalam dosis 1 kali

    sehari.

    Tabel 5. Obat untuk pencegahan malaria bagi wisatawan (Papadakis & McPhee 2013)

    LI 3. Memahami dan Menjelaskan Vektor Malaria di Indonesia

    3.1 Morfologi dan Perindukan VektorNyamuk anopheles dapat dikatakan sebagai vektor malaria apabila memenuhi suatupersyaratan tertentu diantaranya seperti yang di sebutkan dibawah ini:

    1. Kontaknya dengan manusia cukup besar.2. Merupakan species yang selalu dominan.3. Anggota populasi pada umumnya berumur cukup panjang,

    sehinggamemungkinkan perkembangan dan pertumbuhan plasmodium hingga

    menjadi sporosoit

    4. Ditempat lain terbukti sebagai vektorAda beberapa jenis vektor malaria yang perlu diketahui diantaranya.1. Anopheles aconitus

    Vektor A. aconitus pertama sekali ditemukan oleh Donitz pada tahun 1902.Vektor jenis A. aconitus betina paling sering menghisap darah ternak

    dibandingkan darah manusia. Perkembangan vektor jenis ini sangat erat

    hubungannya denganlingkungan dimana kandang ternak yang ditempatkan satu

    atap dengan rumah penduduk.

    Vektor Aconims biasanya aktif mengigit pada waktu malam hari, hampir 80%

    dari vektor ini bisa dijumpai diluar rumah penduduk antara jam 18.00 -22.00.

    Nyamuk jenis Aconitus ini hanya mencari dm-ah didalam rumah penduduk.

    Setelah itu biasanya langsung keluar. Nyamuk ini biasanya suka hinggap di

    daerah-daerah yang lembab. Seperti dipinggir-pinggir parit, tebing sungai, dekat

    air yang selalu basah dan lembab.

    Drug Use2 Adult Dosage (all oral)3

    Chloroquine Areas without resistant Plasmodium falciparum 500 mg weekly

    Malarone Areas with multidrug-resistant P falciparum 1 tablet (250 mg atovaquone/100 mg proguanil) daily

    Mefloquine Areas with chloroquine-resistant P falciparum 250 mg weekly

    Doxycycline Areas with multidrug-resistant P falciparum 100 mg daily

    Primaquine4 Terminal prophylaxisof Plasmodium vivaxand Plasmodium ova leinfections; alternative for P falciparumprophylaxis

    30 mg base daily for 14 days after travel

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    25/29

    25

    Tempat perindukan vektor Aconitus terutama didaerah pesawahan dan saluran

    irigasi. Persawahan yang berteras merupakan tempat yang baik untuk

    perkembangan nyamuk ini. Selain disawah, jentik nyamuk ini ditemukan pula di

    tepi sungai yang airnya mengalir perlahan dan kolam air tawar.

    Distribusi dari An- Aconims, terdapat hubungan antara densitas dengan umurpadi disawah. Densitas mulai meninggi setelah tiga - empat minggu penanamanpadi dan mencapai puncaknya setelah padi berumur lima sampai enam minggu.

    2. Anopheles sundaicusA sundaictuspertama sekali ditemukan oleh Rodenwalt pada tahun 1925. Pada

    vektor jenis ini umurnya lebih sering menghisap darah manusia dari pada darah

    binatang. Nyamuk ini aktif menggigit sepanjang malam tetapi paling

    seringantara pukul 22.00 - 01.00 dini hari. Pada waktu malam hari nyamuk

    masuk ke dalam rumah untuk mencari darah, hinggap didinding baik sebelum

    maupun sesudah menghisap darah.

    Perilaku istirahat nyamuk ini sangat berbeda antara lokasi yang satu dengan

    lokasi yang lainnya. Di pantai Selatan Pulau Jawa dan pantai Timur Sumatera

    Utara, pada pagi hari, sedangkan di daerah Cilacap dan lapangan dijumpai pada

    pagi hingga siang hari, jenis vektor A. sundaicus istirahat dengan hinggap

    didinding rumah penduduk. Jarak terbang A. sundaicusbetina cukup jauh. Padamusim densitas tinggi, masih dijumpai nyamuk betina dalam jumlah cukup

    banyak disuatu tempat yang berjarak kurang lebih 3 kilometer (Km) dari tempatperindukan nyamuk tersebut .

    Vektor A. sundaicus biasanya berkembang biak di air payau, yaitu campuran

    antara air tawar dan air asin, dengan kadar garam optimum antara 12% -18%.

    Penyebaran jentik ditempat perindukan tidak merata dipermukaan air, tetapi

    terkumpul ditempat-tempat tertutup seperti diantara tanaman air yang

    mengapung, sampah dan rumput - rumput dipinggir Sungai atau pun parit.

    Genangan air payau yang digunakan sebagai tempat berkembang biak, adalah

    yang terbuka yang mendapat sinar matahari langsung. Seperti pada muara

    sungai, tambak ikan, galian -galian yang terisi air di sepanjang pantai dan lain -

    lain.

    3.Anopheles maculatus.VektorA. maculatuspertama sekali ditemukan oleh Theobaldt pada tahun 1901.

    Vektor An. Maculatus betina lebih sering mengiisap darah binatang daripada

    darah manusia. Vektor jenis ini aktif mencari darah pada malam hari antara

    pukul 21.00 hingga 03.00.

    Nyamuk ini berkembang biak di daerah pegunungan. Dimana tempat perindukan

    yang spesifik vektorA. maculatusadalah di sungai yang kecil dengan air jernih,mata air yang mendapat sinar matahari langsung. Di kolam dengan air jemih

    juga ditemukan jentik nyamuk ini, meskipun densitasnya rendah. Densitas A.

    maculatus tinggi pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan vektor

    jenis ini agak berkurang karena tempat perindukan hanyut terbawa banjir.

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    26/29

    26

    4. Anopheles barbirostris.Vektor A. barbirotris pertama sekali diidentifikasi oleh Van der Wulp pada

    tahun 1884. Jenis nyamuk ini di Sumatera dan Jawa jarang dijumpai menggigit

    orang tetapi lebih sering dijumpai menggigit binatang peliharaan. Sedangkan

    pada daerah Sulawesi, Nusa Tenggara Timur dan Timor- Timur nyamuk ini

    lebih sering menggigit manusia daripada binatang. Jenis nyamuk ini biasanyamencari darah pada waktu malam hingga dini hari berkisar antara pukul 23.00 -05.00. Frekuensi mencari darah tiap tiga hari sekali. Pada siang hari nyamuk

    jenis ini hanya sedikit yang dapat ditangkap, di dalam rumah penduduk, karenatempat istirahat nyamuk ini adalah di alam terbuka. Paling sering hinggap pada

    pohon-pohon seperti pahon kopi, nenas dan tanaman perdu disekitar rumah.

    Tempat berkembang biak (Perindukan) vektor ini biasanya di sawah sawah

    dengan saluran irigasinya kolam dan rawa-rawa. Penyebaran nyamuk jenis ini

    mempunyai hubungan cukup kuat dengan curah hujan disuatu daerah. Dari

    pengamatan yang dilakukan didaerah Sulawesi Tenggara vektor A. barbirotris

    ini paling tinggi jumlahnya pada bulan Juni.

    3.2 Perilakua. Perilaku Mencari Darah.

    Perilaku mencari darah nyamuk dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:

    1. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan waktu. Nyamuk anopheles padaumumnya aktif mencari darah pada waktu malarn hari. apabila dipelajari

    dengan teliti. ternyata tiap spesies mempunyai sifat yang tertentu, ada spesiesyang aktif mulai senja hingga menjelang tengah malam dan sampai pagi hari.

    2. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat apabila dengan metode yangsama kita adakan. Penangkapan nyarnuk didalam dan di luar rumah makadari hasil penangkapan tersebut dapat diketahui ada dua golongan nyamuk,

    yaitu: eksofagik yang lebih senang mencari darah diluar rumah dan

    endofagik yang lebih senang mencari darah didalam rumah.

    3. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah. Berdasarkan macamdarah yang disenangi, kita dapat membedakan atas: antropofilik apabila lebih

    senang darah manusia, dan zoofilik apabila nyamuk lebih senang menghisap

    darah binatang dan golongan yang tidak mempunyai pilihan tertentu.

    4. Frekuensi menggigit, telah diketahui bahwa nyamuk betina biasanya hanyakawin satu kali selama hidupnya Untuk mempertahankan danmemperbanyak keturunannya, nyamuk betina hanya memerlukan darah

    untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap sekian hari sekali nyamuk akan

    mencari darah. Interval tersebut tergantung pada species, dan dipengaruhi

    oleh temperatur dan kelembaban, dan disebut siklus gonotrofik. Untuk iklim

    Indonesia memerlukan waktu antara 48-96 jam.

    b. Perilaku Istirahat.Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang sebenarnyaselama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara

    yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah. Meskipun pada umumnyanyamuk memilih tempat yang teduh, lembab dan aman untuk beristirahat tetapi

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    27/29

    27

    apabila diteliti lebih lanjut tiap species ternyata mempunyai perilaku yang

    berbeda-beda. Ada spesies yang halnya hinggap tempat-tempat dekat dengan

    tanah (AnAconitus) tetapi ada pula species yang hinggap di tempat-tempat yang

    cukup tinggi (An.Sundaicus).

    Pada waktu malam ada nyamuk yang masuk kedalam rumah hanya untukmenghisap darah orang dan kemudian langsung keluar. Ada pula yang baiksebelum maupun sesudah menghisap darah orang akan hinggap pada dinding

    untuk beristirahat.c. Perilaku Berkembang Biak. Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan

    memilih tempat perindukan atau tempat untuk berkembang biak yang sesuai

    dengan kesenangan dan kebutuhannya Ada species yang senang pada tempat-

    tempat yang kena sinar matahari langsung (an. Sundaicus), ada pula yang senang

    pada tempat-tempat teduh (An. Umrosus). Species yang satu berkembang

    dengan baik di air payau (campuran tawar dan air laut) misalnya (An. Aconitus)

    dan seterusnya Oleh karena perilaku berkembang biak ini sangat bervariasi,

    maka diperlukan suatu survai yang intensif untuk inventarisasi tempatperindukan, yang sangat diperlukan dalam program pemberantasan.

    (Hiswani, 2004)

    3.3 PemberantasanDewasa ini upaya pemberantasan penyakit malaria dilakukan melalui,

    pemberantasan vektor penyebab malaria (nyamuk Anopheles) dan dilanjutkandengan melakukan pengobatan kepada mereka yang diduga menderita malaria atau

    pengobatan juga sangat perlu diberikan pada penderita malaria yang terbukti positifsecara laboratorium. Dalam hal pemberantasan malaria selain dengan pengobatan

    langsung juga sering dilakukan dengan jalan penyemprotan rumah dan lingkungan

    sekeliling rumah dengan racun serangga, untuk membunuh nyamuk dewasa upaya

    lain juga dilakukan untuk memberantas larva nyamuk. Ada beberapa cara yang

    dapat digunakan untuk membunuh larva nyamuk anopheles:

    1. Secara Kimiawi.Pemberantasan nyamuk anopheles secara kimiawi dapat dilakukan dengan

    menggunakan larvasida yaitu zat kimia yang dapat membunuh larva nyamuk,

    yang termasuk dalam kelompok ini adalah solar/minyak tanah, parisgreen,

    temephos, fention, altosid dll. Selain zat-zat kimia yang disebutkan di atas dapatjuga digunakan herbisida yaitu zat kimia yang mematikan tumbuhtumbuhan air

    yang digunakan sebagai tempat berlindung larva nyamuk.

    2. Secara Hayati. Pemberantasan larva nyamuk anopheles secara hayati dilakukandengan mengunakan beberapa agent biologis seperti predator misalnya pemakan

    jentik (clarviyorous fish) seperti gambusia, guppy dan panchax (ikan kepala

    timah). Selain secara kimiawi dan secara hayati untuk pencegahan penyakitmalaria dapat juga dilakukan dengan jalan pengelolaan lingkungan hidup

    (environmental management), yaitu dengan pengubahan lingkungan hidup(environmental modification) sehingga larva nyamuk anopheles tidak mungkin

    hidup. Kegiatan ini antara lain dapat berupa penimbunan tempat perindukan

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    28/29

    28

    nyamuk, pengeringan dan pembuatan dam, selain itu kegiatan lain mencakup

    pengubahan kadar garam, pembersihan tanaman air atau lumut dan lain-lain.

    Diantara cara pemberantasan nyamuk seperti yang sudah diuraikan di atas,

    sampai saat ini di Indonesia paling sering di pakai cara yang pertama yaitu secara

    kimiawi. Dengan menggunakan solar dan minyak tanah yang dicampur denganspreading agent yaitu zat kimia yang dapat mempercepat penyebaran bahan aktifyang digunakan. Pengunaan minyak solar untuk anti larva di Indonesia pertama

    dilakukan di Bali pada tahun 1974, yang kemudian pada tahun 1975 cara tersebutjuga diterapkan didaerah Jawa Timur dan Jawa Barat.

  • 8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT

    29/29

    DAFTAR PUSTAKA

    Irawati. (2009).Analisis Faktor Kejadian Relaps pada Penderita Malaria di Kecamatan Juli

    Kabupaten Bireuen. Medan: FKM Universitas Sumatera Utara.

    Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, E. A., Brooks, G. F., Carroll, K. C., Butel, J. S., et al.

    (2010).Jawetz, Melnick & Adelberg's medical microbiology(25th ed.). New York:

    McGraw-Hill Medical.

    Junita, S. (2010).Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian Penyakit

    Malaria Di Desa Suka Karya Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue

    Propinsi Aceh. Medan: FKM Universitas Sumatera Utara.

    Kandun, I. N. (2008). Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Jakarta:Departemen Kesehatan RI.

    Papadakis, M. A. (2013). Current medical diagnosis & treatment 2013(52nd ed.). New York:

    McGraw-Hill Medical.

    Schmidt, G. D., & Roberts, L. S. (2013). Gerald D. Schmidt & Larry S. Roberts' foundations of

    parasitology(9th ed., international student ed.). New York: Mcgraw Hill.

    Soepriadi, J. (2011). Epidemiologi Malaria di Indonesia.Buletin Jendela Data dan Informasi

    Kesehatan,I, 1-15.

    Sudoyo, A. W. (2007).Buku Ajar ! Ilmu Penyakit Dalam(Edisi IV ed.). Jakarta: Penerbit

    Buku Kedokteran EGC.