SKENARIO 1 Seorang laki-laki 45 tahun, mengalami demam sejak 1 minggu yang lalu. Demam dirasakan lebih tinggi pada sore dan malam hari dibandingkan pagi hari. Pada pemeriksaan fisik kesadaran somnolen, nadi bradikardi, suhu tubuh hiperperiksia (pengukuran jam 20.00 WIB), lidah terlihat typhoid tongue. Pemeriksaan tes Widal didapatkan titer anti-salmonella typhi O meningkat. Pasien bertanya kepada dokter apa diagnosa dan cara pencegahan penyakitnya. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SKENARIO 1
Seorang laki-laki 45 tahun, mengalami demam sejak 1 minggu yang lalu. Demam dirasakan
lebih tinggi pada sore dan malam hari dibandingkan pagi hari. Pada pemeriksaan fisik kesadaran
somnolen, nadi bradikardi, suhu tubuh hiperperiksia (pengukuran jam 20.00 WIB), lidah terlihat
Sekitar 20% dari keseluruhan episode demam menunjukkan tidak ditemukannya localizing
signs pada saat terjadi. Penyebab tersering adalah infeksi virus, terutama terjadi selama beberapa
tahun pertama kehidupan. Infeksi seperti ini harus dipikirkan hanya setelah menyingkirkan
infeksi saluran kemih dan bakteremia. Tabel 6. menunjukan penyebab paling sering kelompok
4
ini.1 Demam tanpa localizing signs umumnya memiliki awitan akut, berlangsung kurang dari 1
minggu, dan merupakan sebuah dilema diagnostik yang sering dihadapi oleh dokter anak dalam
merawat anak berusia kurang dari 36 bulan.
Tabel 6. Penyebab umum demam tanpa localizing signs
Penyebab Contoh Petunjuk diagnosis
Infeksi Bakteremia/sepsis
Sebagian besar virus
(HH-6)
Infeksi saluran kemih
Malaria
Tampak sakit, CRP tinggi, leukositosis
Tampak baik, CRP normal, leukosit
normal
Dipstik urine
Di daerah malaria
PUO (persistent
pyrexia of
unknown origin)
atau FUO
Juvenile idiopathic
arthritis
Pre-articular, ruam,
splenomegali,antinuclear factor tinggi,
CRP tinggi
Pasca vaksinasi Vaksinasi triple, campak Waktu demam terjadi berhubungan
dengan waktu vaksinasi
Drug fever Sebagian besar obat Riwayat minum obat, diagnosis
eksklusi
Persistent Pyrexia of Unknown Origin (PUO)
Istilah ini biasanya digunakan bila demam tanpa localizing signs bertahan selama 1 minggu
dimana dalam kurun waktu tersebut evaluasi di rumah sakit gagal mendeteksi
penyebabnya. Persistent pyrexia of unknown origin, atau lebih dikenal sebagai fever of unknown
origin (FUO) didefinisikan sebagai demam yang berlangsung selama minimal 3 minggu dan
tidak ada kepastian diagnosis setelah investigasi 1 minggu di rumah sakit.1
5
LI 1.3 Memahami dan menjelaskan Etiologi Demam
Penyebab Contoh Petunjuk diagnosis
Infeksi Bakteremia/sepsis
Sebagian besar virus
(HH-6)
Infeksi saluran kemih
Malaria
Tampak sakit, CRP tinggi, leukositosis
Tampak baik, CRP normal, leukosit
normal
Dipstik urine
Di daerah malaria
PUO (persistent
pyrexia of
unknown origin)
atau FUO
Juvenile idiopathic
arthritis
Pre-articular, ruam,
splenomegali,antinuclear factor tinggi,
CRP tinggi
Pasca vaksinasi Vaksinasi triple, campak Waktu demam terjadi berhubungan
dengan waktu vaksinasi
Drug fever Sebagian besar obat Riwayat minum obat, diagnosis
eksklusi
Penyebab Umum :
· Infeksi virus dan bakteri;
· Flu dan masuk angina
· Radang tenggorokan;
· Infeksi telinga
· Diare disebabkan bakterial atau diare disebabkan virus.
· Bronkitis akut, Infeksi saluran kencing
· Infeksi saluran pernafasan atas (seperti amandel, radang faring atau radang laring)
6
· Obat-obatan tertentu
· Kadang-kadang disebabkan oleh masalah-masalah yang lebih serius seperti pneumonia,
radang usus buntu, TBC, dan radang selaput otak.
· Demam dapat terjadi pada bayi yang diberi baju berlebihan pada musim panas atau pada
lingkungan yang panas.
· Penyebab-penyebab lain: penyakit rheumatoid, penyakit otoimun, Juvenile rheumatoid
arthritis, Lupus erythematosus, Periarteritis nodosa, infeksi HIV dan AIDS, Inflammatory bowel
disease, Regional enteritis, Ulcerative colitis, Kanker, Leukemia, Neuroblastoma, penyakit
Hodgkin, Non-Hodgkin's lymphoma
Penyebab Khusus
1. Set point hipotalamus meningkat
a. Pirogen endogen
· Infeksi
· Keganasan
· Alergi
· Panas karena steroid
· Penyakit kolagen
b. Penyakit atau zat
· Kerusakan susunan saraf pusat
· Keracunan DDT
· Racun kalajengking
· Penyinaran
· Keracunan epinefrin
7
2. Set point hipotalamus normal
a. Pembentukan panas melebihi pengeluaran panas
· Hipertermia malignan
· Hipertiroidisme
· Hipernatremia
· Keracunan aspirin
b. Lingkungan lebih panas dari pada pengeluaran panas
· Mandi sauna berlebihan
· Panas di pabrik
· Pakaian berlebihan
· Pengeluaran panas tidak baik (rusak)
· Displasia ektoderm
· Kombusio (terbakar)
· Keracunan phenothiazine
· Heat stroke
3. Rusaknya pusat pengatur suhu
a. Penyakit yang langsung menyerang set point hipotalamus:
· Ensefalitis/ meningitis
· Trauma kepala
· Perdarahan di kepala yang hebat
· Penyinaran
8
LI 1.4 Memahami dan menjelaskan Patofisiologi Demam
Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh akibat dari peradangan atau infeksi.
Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih dikarenakan oleh zat
toksin yang masuk kedalam tubuh.
Umumnya, keadaan sakit terjadi karena adanya proses peradangan (inflamasi) di dalam
tubuh. Proses peradangan itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh
terhadap adanya serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh. Proses peradangan diawali
dengan masuknya zat toksin (mikroorganisme) kedalam tubuh kita. Mikroorganisme (MO) yang
masuk kedalam tubuh umumnya memiliki suatu zat toksin tertentu yang dikenal sebagai pirogen
eksogen.
Dengan masuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya dengan
pertahanan tubuh antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya
(fagositosit). Dengan adanya proses fagositosit ini, tubuh akan mengeluarkan senjata, berupa zat
kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (khususnya IL-1) yang berfungsi sebagai anti
infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus
untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat dapat keluar
dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2. Asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh
hipotalamus akan pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2).
Pengeluaran prostaglandin dibantu oleh enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran
prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus. Sebagai kompensasinya,
hipotalamus akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya
peningkatan titik patokan ini dikarenakan termostat tubuh (hipotalamus) merasa bahwa suhu
tubuh sekarang dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Selain itu
vasokontriksi kulit juga berlangsung untuk mengurangi pengeluaran panas. Kedua mekanisme
tersebut mendorong suhu naik. Adanya proses menggigil ( pergerakan otot rangka) ini ditujukan
untuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Dan terjadilah demam.
Menjelaskan manifestasi demam
Tergantung dari apa yang menyebabkan demam, gejala yang sering menyertai demam antara
lain:
9
1. Berkeringat
2. Menggigil
3. Sakit kepala
4. Nyeri otot
5. Nafsu makan menurun
6. Lemas
7. Dehidrasi
Demam yang sangat tinggi, lebih dari 39 derajat celcius, dapat menyebabkan:
1. Halusinasi
2. Kejang
LO 2. Memahami dan Menjelaskan Salmonella enterica
LI 2.1 Memahami dan menjelaskan Mofrologi Salmonella enterica
Berbentuk batang, tidak berspora, bersifat negatif pada pewarnaan Gram.
· Ukuran Salmonella bervariasi 1–3,5 µm x 0,5–0,8 µm.
· Besar koloni rata-rata 2–4 mm.
· optimal 37,5oC) dan pH pertumbuhan 6–8.
· Mudah tumbuh pada medium sederhana, misalnya garam empedu.
· Tidak dapat tumbuh dalam larutan KCN.
· Membentuk asam dan kadang-kadang gas dari glukosa dan manosa.
· Menghasikan H2S.
· Antigen O: bagian terluar dari lipopolisakarida dinding sel dan terdiri dari unit
polisakarida yang berulang. Beberapa polisakarida O-spesifik mengandung gula yang unik.
10
Antigan O resisten terhadap panas dan alkohol dan biasanya terdeteksi oleh aglutinasi bakteri.
Antibodi terhadap antigen O terutama adalah IgM.
· Antigen Vi atau K: terletak di luar antigen O, merupakan polisakarida dan yang lainnya
merupakan protein. Antigen K dapat mengganggu aglutinasi dengan antiserum O, dan dapat
berhubungan dengan virulensi. Dapat diidentifikasi dengan uji pembengkakan kapsul dengan
antiserum spesifik.
· Antigen H: terdapat di flagel dan didenaturasi atau dirusak oleh panas dan alkohol.
Antigen dipertahankan dengan memberikan formalin pada beberapa bakteri yang motil. Antigen
H beraglutinasi dengan anti-H dan IgG. Penentu dalam antigen H adalah fungsi sekuens asam
amino pada protein flagel (flagelin). Antigen H pada permukaan bakteri dapat mengganggu
aglutinasi dengan antibodi antigen O.
· Organisme dapat kehilangan antigen H dan menjadi tidak motil.
· Kehilangan antigen O dapat menimbulkan perubahan bentuk koloni yang halus menjadi
kasar
· Antigen Vi atau Sebagian besar isolat motil dengan flagel peritrik.
· Tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15–41oC (suhu pertumbuhan
· K dapat hilang sebagian atau seluruhnya dalam proses transduksi
LI 2.2 Memahami dan menjelaskan Sifat dan daur hidup Salmonella enterica
Penyebaran dan Siklus hidup:
• Infeksi terjadi dari memakan makanan yang tercontaminasi dengan feses yang terdapat bakteri Sal. typhimurium dari organisme pembawa (hosts).
• Setelah masuk dalam saluran pencernaan maka Sal. typhimurium menyerang dinding usus yang menyebabkan kerusakan dan peradangan.
11
• Infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah karena dapat menembus dinding usus tadi ke organ-organ lain seperti hati, paru-paru, limpa, tulang-tulang sendi, plasenta dan dapat menembusnya sehingga menyerang fetus pada wanita atau hewan betina yang hamil, dan ke membran yang menyelubungi otak.
• Subtansi racun diproduksi oleh bakteri ini dan dapat dilepaskan dan mempengaruhi keseimbangan tubuh.
• Di dalam hewan atau manusia yang terinfeksi Sal. typhimurium, pada fesesnya terdapat kumpulan Sal. typhimurium yang bisa bertahan sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
• Bakteri ini tahan terhadap range yang lebar dari temperature sehingga dapat bertahan hidup berbulan-bulan dalam tanah atau air.
Makanan yang mengandung Salmonella belum tentu menyebabkan infeksi Salmonella, tergantung dari jenis bakteri, jumlah dan tingkat virulensi (sifat racun dari suatu mikroorganisma, dalah hal ini bakteri Salmonella).
Misalnya saja Salmonella enteriditis baru menyebabkan gejala bila sudah berkembang biak menjadi 100 000. Dalam jumlah ini keracunan yang terjadi bisa saja menyebabkan kematian penderita. Salmonella typhimurium dengan jumlah 11.000 sudah dapat menimbulkan gejala. Jenis Salmonella lain ada yang menyebabkan gejala hanya dengan jumlah 100 sampai 1000, bahkan dengan jumlah 50 sudah dapat menyebabkan gejala. Perkembangan Salmonella pada tubuh manusia dapat dihambat oleh asam lambung yang ada pada tubuh kita. Disamping itu dapat dihambat pula oleh bakteri lain. Gejala dapat terjadi dengan cepat pada anak-anak, bagaimanapun pada manusia dewasa gejala datang dengan perlahan. Pada umumnya gejala tampak setelah 1-3 minggu setelah bakteri ini tertelan. Gejala terinfeksi diawali dengan sakit perut dan diare yang disertai juga dengan panas badan yang tinggi, perasaan mual, muntah, pusing-pusing dan dehidrasi. Gejala yang timbul dapat berupa: tidak menunjukkan gejala (long-term carrier), adanya perlawanan tubuh dan mudah terserang penyakit denga gejala: inkubasi (7-14 hari setelah tertelan) tidak menunjukkan gejala, lalu terjadi diare.
LI 2.3 Memahami dan menjelaskan Klasifikasi Salmonella enterica
Kingdom : Bakteria
Phylum : Proteobakteria
Classis : Gamma proteobakteria
12
Ordo : Enterobakteriales
Familia : Enterobakteriakceae
Genus : Salmonella
Species : Salmonella thyposa
Klasifikasi salmonella sangat rumit karena organisme tersebut merupakan rangkaian kesatuan
dan bukan tertentu. Anggota genus Salmonella awalnya diklasifikasikan berdasarkan
epidemiologi, jangkauan pejamu, reaksi biokimia, dan struktur antigen O, H, dan Vi. Terdapat
lebih dari 2500 serotip Salmonella, termasuk lebih dari 1400 dalam kelompok hibridasi DNA
grup I yang dapat menginfeksi manusia. Hampir semua Salmonella yang menyebabkan penyakit
pada manusia dapat diidentifikasikan di laboraturium klinis melalui pemeriksaan biokimia dan
serologik.Serotip tersebut adalah sebagai berikut:
· Salmonella paratyphi A (serogrup A)
· Salmonella paratyphi B (serogrup B)
· Salmonella cholerasuis (serogrup C1)
· Salmonella typhi (serogrup D)
Penentuan serotipe didasarkan atas reaktivitas antigen O dan antigen H bifasik. Berdasarkan
penelitian hibridisasi DNA, klasifikasi taksonomik resmi meliputi genus Salmonella dengan
subspecies dan genus Arizona dengan subspesies.
Contoh rumus antigenik salmonella
Golongan O Seriotip Formula antigenik
D S typhi 9,12 (vi):d:-
A S paratyphi A 1,2,12:a-
13
C1 S choleraesuis 6,7: c:1,5
B S typhimurium 1,4,5,12:i:1,2
D S enteritidis 1,9,12:g,m:-
LO 3. Memahami dan Menjelaskan Demam Tifoid
LI 3.1 Memahami dan menjelaskan Definisi Demam Tifoid
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan
oleh Salmonella typhi. Penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan
dengan gejala demam. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore
hingga malam hari dan ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa
keterlibatan struktur endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke sel
fagosit manonuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe dan Payer’s patch.( Sumarmo et al , 2010)
Demam tifoid masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia.
Penyakit ini merupakan penyakit menular yang dapat menyerang banyak orang sehingga dapat
menimbulkan wabah. Di Indonesia, demam tifoid bersifat endemik. Penderita dewasa muda
sering mengalami komplikasi berat berupa perdarahan dan perforasi usus yang tidak jarang
berakhir dengan kematian.
LI 3.2 Memahami dan menjelaskan Etiologi Demam Tifoid
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi yang merupakan basil Gram-negatif,
mempunyai flagel, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakulatif anaerob, Kebanyakkan
strain meragikan glukosa, manosa dan manitol untuk menghasilkan asam dan gas, tetapi tidak
meragikan laktosa dan sukrosa. Organisme Salmonella typhi tumbuh secara aerob dan mampu
tumbuh secara anaerob fakultatif. Kebanyakan spesies resistent terhadap agen fisik namun dapat
dibunuh dengan pemanasan sampai 54,4º C (130º F) selama 1 jam atau 60 º C (140 º F) selama
15 menit. Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu yang rendah selama beberapa
14
hari dan dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam sampah, bahan makanan kering
dan bahan tinja. (Karnasih et al, 1994)
Kuman ini mempunyai 3 macam antigen, yaitu:
1. Antigen O (somatik), terletak pada lapisan luar, yang mempunyai komponen protein,
lipopolisakarida dan lipid. Sering disebut endotoksin.
2. Antigen H (flagela), terdapat pada flagela, fimbriae danpili dari kuman, berstruktur kimia
protein.
3. Antigen Vi (antigen permukaan), pada selaput dinding kuman untuk melindungi fagositosis
dan berstruktur kimia protein. Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid faktor-R yang
berkaitan dengan resistensi terhadap multipel antibiotik.
LI 3.3 Memahami dan menjelaskan Epidemiologi Demam Tifoid
Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh serotipe Salmonella Typhi enterica
(S. typhi). Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara-negara
berkembang. Pada tahun 2000, diperkirakan bahwa lebih dari 2.16 juta jiwa di seluruh dunia
terjadi tipus, mengakibatkan 216.000 kematian, dan bahwa lebih dari 90% dari morbiditas dan
kematian ini terjadi di Asia. Walaupun peningkatan kualitas air dan sanitasi merupakan solusi
akhir untuk masalah ini , vaksinasi di daerah berisiko tinggi adalah strategi pengendalian yang
potensial yang direkomendasikan oleh WHO. Faktor distribusi demam tifoid dipengaruhi oleh :
1. Penyebaran Geografis dan Musim
Kasus-kasus demam tifoid terdapat hampir di seluruh bagian dunia. Penyebarannya tidak
bergantung pada iklim maupun musim. Penyakit itu sering merebak di daerah yang kebersihan
lingkungan dan pribadi kurang diperhatikan.
2. Penyebaran Usia dan Jenis Kelamin
Siapa saja bisa terkena penyakit itu tidak ada perbedaan antara jenis kelamin lelaki atau
perempuan. Umumnya penyakit itu lebih sering diderita anak-anak. Orang dewasa sering
15
mengalami dengan gejala yang tidak khas, kemudian menghilang atau sembuh sendiri.
Persentase penderita dengan usia di atas 12 tahun seperti bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Usia %
12- 29 tahun 70-80
30- 39 tahun 10-20
> 40 tahun 5-10
LI 3.4 Memahami dan menjelaskan Manifestasi klinis Demam Tifoid
Gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, dari gejala klinis ringan tidak memerlukan
perawatan khusus sampai gejala klinis berat dan memerlukan perawatan khusus. Variasi gejala
ini disebabkan faktor galur Salmonela, status nutrisi dan imunologik pejamu serta lama sakit
dirumahnya. ( Sumarmo et al, 2010
· Pada minggu pertama setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada
awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang
berkepanjangan yaitu setinggi 39º C hingga 40º C, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia,
mual, muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasan
semakin cepat dengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak enak,
sedangkan diare dan sembelit silih berganti. Pada akhir minggu pertama, diare lebih sering
terjadi. Khas lidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar
atau tremor. Epistaksis dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa kering dan
meradang. Ruam kulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomen di
salah satu sisi dan tidak merata, bercak-bercak ros (roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian
hilang dengan sempurna. Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat
setiap hari, yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam.
· Pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan tinggi (demam).
Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari berlangsung. Terjadi
perlambatan relatif nadi penderita.Yang semestinya nadi meningkat bersama dengan peningkatan
suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat dibandingkan peningkatan suhu tubuh. Umumnya terjadi
16
gangguan pendengaran, lidah tampak kering, nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah
menurun, diare yang meningkat dan berwarna gelap, pembesaran hati dan limpa, perut kembung
dan sering berbunyi, gangguan kesadaran, mengantuk terus menerus, dan mulai kacau jika
berkomunikasi.
· Pada minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun, dan normal kembali di akhir
minggu. Hal itu terjadi jika tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik,
gejala-gejala akan berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun demikian justru pada saat ini
komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari ulkus.
Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana septikemia memberat dengan terjadinya
tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor, otot-otot bergerak terus, inkontinensia alvi dan
inkontinensia urin. Tekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut. Penderita
kemudian mengalami kolaps. Jika denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokal
maupun umum, maka hal ini menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkan keringat
dingin, gelisah, sukar bernapas, dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya memberi gambaran
adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik merupakan penyebab umum dari terjadinya
kematian penderita demam tifoid pada minggu ketiga.
Minggu keempat merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat
dijumpai adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis. Pada mereka yang
mendapatkan infeksi ringan dengan demikian juga hanya menghasilkan kekebalan yang lemah,
kekambuhan dapat terjadi dan berlangsung dalam waktu yang pendek. Kekambuhan dapat lebih
ringan dari serangan primer tetapi dapat menimbulkan gejala lebih berat daripada infeksi primer
tersebut. Sepuluh persen dari demam tifoid yang tidak diobati akan mengakibatkan timbulnya
relaps.
LI 3.5 Memahami dan menjelaskan Patofisiologi Demam Tifoid
Makanan dan minuman yang terkontaminasi merupakan mekanisme transmisi Salmonella,
termasuk S. typhi. Khususnya S. typhi,carrier manusia adalah sumber infeksi. S. typhi bisa berada
17
dalam air, es, debu, sampah kering, yang bila organisme ini masuk ke dalam vehicle yang cocok
(daging, kerang, dan sebagainya) akan berkembang biak mencapai dosis infektif
Salmonella thypi masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar.
Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
dan mencapai jaringan limfoid plak peyeri di ileum terminalis yang hipertropi.
Bila terjadi komplikasi pendarahan dan perforasi intestinal, kuman menembus lamina
propia. Masuk aliran limfe mencapai kelenjar limfe mesenterial dan masuk ke aliran
darah melalui duktus torasikus. Salmonella thypi lain dapat mencapai hati melalui
sirkulasi portal dari usus. Salmonella thypi bersarang di plak peyeri, limpa, hati dan
bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial.
Endotoksin salmonella thypi berperan dalam proses inflamasi lokal pada jaringan tempay
kumantersebut berkembang biak. Salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan
pelepasan zat pirogen danleukosit pada jaringan yang meradang sehingga terjadi demam.
LI 3.6 Memahami dan menjelaskan Diagnosis Demam Tifoid
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium meliputi pemeriksaan hematologi, urinalis, kimia
klinik,imunoreologi, mikrobiologi, dan biologi molekular. Pemeriksaan ini ditujukan untuk
membantu menegakkan diagnosis (adakalanya bahkan menjadi penentu diagnosis), menetapkan
prognosis, memantau perjalanan penyakit dan hasil pengobatan serta timbulnya penyulit.
. Hematologi
Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus atau
perforasi. Pemeriksaan darah dilakukan pada biakan kuman (paling tinggi pada minggu I sakit),
diagnosis pasti Demam Tifoid. (Minggu I : 80-90%, minggu II : 20-25%, minggu III : 10-15%)
Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat pula normal atau tinggi. Hitung jenis
leukosit: sering neutropenia dengan limfositosis relatif. LED meningkat (Djoko, 2009)