Step 1
KATA SULIT
1. VOD: (visus okuli dekstra) ketajaman penglihatan mata
kanan
2. VOS: (visus okuli sinistra) ketajaman penglihatan mata
kiri
3. Segmen anterior ODS: bagian anterior mata kanan-kiri
4. Cobble stone appearance: hiperpapil di palpebra superior
bagian posterior
5. Injeksi konjungtiva: pelebaran pembuluh darah arteri
konjungtiva posterior
6. Lakrimasi: pengeluaran air mata
PETANYAAN
1. Kenapa terjadi gatal?
2. Apa penyebab mata merah?
3. Mengapa keluar banyak air mata?
4. Apa kemungkinana diagnosis pasien?
5. Adakah hubungan dengan riwayat penyakit dahulu?
6. Mengapa penglihatanya tidak terganggu?
7. Mengapa terjadi injeksi konjungtiva, limbus kornea
infiltrate, cobble stone appearance?
8. Bagaimana memelihara kesehatan mata sesuai ajaram islam?
JAWAB
1. Karna terjadi iritasi dari bahan alergen sehingga
mengeluarkan mediator-mediator (contoh:histamine) menyebakan
terjadinya gatal
2. Karna terjadi pelebaran pembuluh darah arteri konjungtiva
posterior
3. Reaksi dari pertahanan tubuh (mata) untuk mengeliarkan
allergen yang masuk ke mata
4. Konjungtivitis
5. Ada, kemungkinan karna terpapar bahan allergen yang berulang
sehingga telah terjadi sensitisasi
6. Karana inflamasi tidak mengenai media refraksi (kornea, aquos
humor, lensa, dan korpus vitreus.)
7. Karna adanya proses alergi sehingga tubuh mengeluarkan
berbagai mediator (contoh:histamine, sel mast, sel PMN)
8. Menjaga pandangan dan menjaga kebiasaan baik dalam
menggunakan mata
HIPOTESIS
1. Pada saat kita terpapar bahan allergen (sudah terjadi
sensitisasi) tubuh mengalami reaksi hipersensitivitas sehingga
meneluarkan berbagai mediator (contoh:histamine, sel mast, PMN)
menyebabkan tubuh mengalami:
a. Pelebaran pembuluh darah posterior mata menjadi merah
b. Histamine menyebabkan gatal pada mata
c. Air mata banyak
d. Infiltrasi sel pmn, sel mast menyebabkan terjadinya limbus
kornea infiltrasi
Reaksi-reaksi tersebut untung tidak mengenai media refraksi
sehingga ketajaman penglihatan pasien tidak terganggu. Dari gejala
klinik tersebut diagnosis kita adalah konjungtivitis.
SKENARIO 1
Mata Merah
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun datang ke poliklinik
diantar ibunya dengan keluhan kedua mata merah sejak 2 hari yang
lalu setelah bermain sepak bola. Keluhan disertai dengan keluar
banyak air mata dan gatal . penglihatan tidak mengalami gangguan.
Pasien pernah menderita peyakit seoerti ini 6 bulan yang lalu.
Pada pemeriksaan oftalmologis:
VOD : 6/6, VOS : 6/6
Segmen anterior ODS : palpebral edema (-), lakrimasi (+),
konjungtiva tarsalis superior : giant papil (+) (cobble stone
appearance), konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva (+), limbus
kornea : infiltrate (+).
Lain-lain tidak ada kelainan
Pasien sudah mencoba mengobati dengan obat warung tetapi tidak
ada perubahan
Setelah mendapatkan terapi pasien diminta untuk kontrol rutin
dan menjaga seta memelihara kesehatan mata sesuai tuntutan ajaran
Islam.
SASARAN BELAJAR
LI.1 Memahami dan Menjelaskan Mata Secara Textual dan
Grafis.
LO.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mata Secara Textual dan
Grafis.
LO.2 Memahami dan Menjelaskan Histologi Mata Secara Textual dan
Grafis.
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Penglihatan.
LI.3 Memahami dan Menjelaskan Kelainan Mata Merah.
LO.3.1 Memahami dan Menjelaskan Kelainan Mata Merah Visus
Normal.
LO.3.2 Memahami dan Menjelaskan Kelainan Mata Merah Visus
Turun.
LO.3.3 Memahami dan Menjelaskan Kelainan Mata Tidak Merah Visus
Turun
LI.4 Memahami dan Menjelaskan Konjungtivitis.
LO.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Konjungtivitis.
LO.2 Memahami dan Menjelaskan Epemiologi Konjungtivitis.
LO.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Konjungtivitis.
LO.4 Memahami dan Menjelaskan Kasifikasi Konjungtivitis.
LO.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Konjungtivitis.
LO.6 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis
Konjungtivitis.
LO.7 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding
Konjungtivitis.
LO.8 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Konjungtivitis.
LO.9 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Konjungtivitis.
LO.10 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Konjungtivitis.
LO.11 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Konjungtivitis.
LI.5 Memahami dan Menjelaskan Cara Menjaga dan Memelihara
Kesehatan Mata Menurut Ajaran Isam.
Saraf Saraf Orbita
1. N.optikus
N. optikus masuk ke orbita melalui canalis optikus dari fossa
cranii media , disertai oleh arteri opthalmica, yang terletak di
sisi lateral bawahnya. Saraf ini dikelilingi oleh selubung
piameter, aracnoideamater, dan duramater. Berjalan ke depandan
lateral di dalam kerucut mm.recti dan menembus sklera pada suatu
titik di medial polus posterior bola mata.
1. Nervus Lakrimalis
N. lakrimalis dipercabangkan dari divisi ophthalmica
n.trigeminus pada dinding lateral sinus cavernosus. Saraf ini halus
dan masuk ke orbita melaluibagian atas fisura orbitalis superior.
Berjalan ke depan sepanjang pinggir atas m.rectus lateralis. Saraf
ini bergabung dengan cabang n. zigomaticotemporalis. N. lacrimalis
berakhir dengan mempersarafi kulit bagian lateral palpebra
superior.
1. Nervus Frontalis
N. frontalis dipercabangkan dari divisi opthalmica n.trigeminus
pada dinding lateral sinus cavernosus. Masuk ke orbita melalui
bagian atas fisura orbitalis superior dan berjalan ke depan pada
permukaan superior m.levator palpebrae superior, diantara otot ini
dan atap orbita. Saraf ini bercabang menjadi n.suprathoclearis dan
n.supraorbitalis. N.supratroclearis berjalan diatas trochlea untuk
m.obliquus superior dan melingkari pinggir atas orbita untuk
mempersarafi kulit dahi.
1. Nervus Trochlearis
N.trochlearis meninggalkan dinding lateral meninggalkan dinding
lateral sinus caveronsus daan masuk ke orbita melalui bagian atas
fissura orbitalis superior. Saraf tersebut berjalan ke depan dan ke
medial, melintasi origo m.levator palpebrae superior dan
mempersarafi m. Obliquus superior.
1. N.occulomotorius
Terdiri dari :
1. Ramus superior
N.occulomotorius meninggalkan dinding lateral sinus cavernosus
dan masuk ke orbita melalui bagian bawah fissura orbitalis
superior, di dalam annulus tendineus. Cabang ini mempersarafi
m.rectus superior, kemudian menembus otot ini, dan memperdarafi
m.levator palpebrae superior yang ada di atasnya.
1. Ramus posterior
N.occulomotorius masuk ke orbita dengan cara yang sama dan
memberikan cabang-cabang ke m.rectud inferior. Saraf ke m.obliquus
inferior memberikan sebuah cabang yang berjalan ke gangglion
ciliaris dan membawa serabut-serabut parasimpatis ke m.sphincter
puppilae dan m.cilliaris.
1. Nervus abducens
N.abdusens meninggalkan sinus cavernosus dan masuk ke orbita
melalui bagian bawah fissura orbitalis superior, di dalam anulus
tendineus. Saraf ini berjalan ke depan dan mempersarafi m.rectus
lateralis.
1. Nervus Nasociliaris
N. Nasociliaris dipercabangkan dari divisi ophthalmica n.
Trigeminus pada dinding lateral sinus cavernosus. Nervus ini masuk
ke orbita melalui bagian bawah fissura orbitalis, di dalam annulus
tendineus. Saraf ini melimtas di atas n. Optikus bersama a.
Ophthalmica mencapai dinding orbita. Kemudian n. Nasociliaris
berjalan ke depa. Sepanjang punggir atas m. Rektus medialis dan
berakhir dengan bercabang dua menjadi n. Ethomoidalis anterior dan
n. Infratrochlearis.
Cabang-cabang
1. Ramus communicans ke ganglion ciliaris
1. Nn. Ciliares
1. N. Ethmoidalis
1. N. Infratrochlearis
1. N. Ethmoidalis anterior.
Ganglion Ciliaris
Merupakan ganglion parasimpatis dan terletak pada bagian
posterior orbita di lateral n.optikus. Ganglion ini menerima
serabut-serabut parasimpatiis preganglionik dari n.occulomotorius
melalui saraf tersebut ke m.obliquus inferior. Sejumlah serabut
simpatis berjalan dari plexus caroticus internus masuk ke dalam
orbita dan berjalan melalui ganglion tanpa bersinaps.
Otot penggerak bola mata
Otot ini menggerakan mata dengan fungsi ganda dan untuk
pergerakan mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu
aksi otot . otot pengerakan bola mata terdiri atas enam otot,
yaitu:
1. Musculus oblique inferior
Muscilus ini mempunyai origo pada fosa lakrimal tulang lakrimal.
Berinsersi pada sklera posterior 2 mm dari kedudukan makula ,
dipersarafi oleh saraf okulomotor , bekerja untuk menggerakan mata
ke arah abduksi dan eksiklotorsi.
1. Musculus oblique inferior
Musculus ini berorigo pada naulus zinn dan ala parva tulang
sfenoid di atas formaen optikus. Musculus ini dipersarafi oleh N.IV
atau saraf troklear yang keluar dari bagian dorsal susunan saraf
pusat. Musculus ini mempunyai aksi pergerakan miring dari troklea
pada bola mata dengan kerja utama terjadi bila sumbu aksi dan sumbu
penglihatan searah atau mata melihat ke arah nasal. Berfungsi
menggerakan bola mata untuk depresi terutama bila mata melihat ke
nasal.
1. Musculus Rektus inferior
Mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan antara oblik inferior
dan bola mata atau sklera dan insersi 6 mm di belakang limbus yang
pada persil dengan oblik inferior diikat kuat oleh ligamen
lockwood. Rektus inferior dipersarafi oleh n. III. Rektus inferior
membentuk sudut 23 derajat dengan sumbu penglihatan.
Fungsi menggerakkan mata :
Depresi (gerak primer)
Eksoklotorsi (gerak sekunder)
Aduksi (gerakvsekunder)
1. Musculus Rektus lateral
Rektus lateralmempunyai origo pada anulus Zinn di atas dan di
bawah foramen optik. Rekyus lateral dipersarafi oleh N. VI. Dengan
pekerjaan menggerakan mata terutama abduksi.
1. Musculus Rektus Medius
Mempunyai origo pasa anuluz Zinn dan pembungkus dura saraf optik
yng sering memberikan dan rasa sakit pada pergerKan mata bila
terdapat neuritis rettobulbar, dan berinsersi 5 mm dibelakang
limbus. Rektus medius merupakan otot mata yang paling tebal dengan
tendon terpendek. Menggerakan mata untuk aduksi ( gerak
primer).
Vaskularisasi
1. Arteri ophthalmica
Arteri ophthalmica adalah cabang dari a.carotis interna setelah
pembuluh ini keluar dari sinus cavernosus. Arteri ini berjalan ke
depan melalui canalis optikus bersama nervus optikus. Pumbuluh ini
berjalan di depan dan laterak dari n.optikus, kemudian menyilang di
atasnya untuk sampai ke dinding medial orbita. Kemudian arteri ini
memberikan banyak cabang dan sebagian cabang-cabang megikuti
saraf-saraf di dalam orbita.
Cabang-cabangnya :
1. A.centralis retinae
1. Rami muscularis
1. Aa.ciliaris
1. A.lacrimalis
1. A.supratrochlearis dan a.supraorbitalis
1. Vena-vena ophthalmica
V.ophthalmica Superior berhubungan di depan dengan v.facialis.
v. Ophthalmica inferior berhubungan melalui fissura orbitalis
inferior dengan plexus venosus pterygoideus. Kedua vena ini
berjalan ke belakang melalui fissura orbitalis dan bermuara ke
dalam sinus cavernosus.
LO.2 Memahami dan Menjelaskan Histologi Mata Secara Textual dan
Grafis.
Lapisan Mata
1. Lapisan Luar = Tunika Fibrosa
0. Sklera
0. 5/6 posterior lapisan luar mata.
0. Opak dan putih. Pada manusia garis tengah lebih kurang 22
mm.
0. Struktur terdiri atas: jaringan ikat padat yang liat terutama
jaringan kolagen gepeng berselang-seling tetap paralel dengan
permukaan mata; substansi dasar dan beberapa fibroblas, relative
avaskular, mendapat metabolit melalui difusi dari pembuluh
berdekatan dan dari cairan kamera okuli anterior.
0. Kornea
1. 1/6 bagian anterior mata.
1. Kornea tidak berwarna dan transparan.
1. Irisan melintang, terlihat lima lapisan.
0. Limbus (batas kornea dan sclera)
2. Merupakan peralihan dari berkas kolagen bening dari kornea
menjadi serat-serat sklera yang berwarna opak keputihan.
2. Sangat vaskular, yang sangat berparan pada radang kornea.
0. Kanal Schlemm
3. Merupakan didaerah limbus, dalam lapisan stroma, saluran
tidak teratur.
3. Berlapis andotel, jalinan trabekula yang menyatu.
3. Membawa pergi cairan dari kamera okuli anterior.
3. Berhubungan keluar dengan sistem vena.
1. Lapisan Tengah = Tunika Vaskular (Uvea)
1. Koroid
0. Sangat vascular (banyak pembuluh darah).
0. Jaringan ikat longgar, banyak firoblas, makrofag, limfosit,
sel mast, sel plasma, serat kolagen, dan serat elastin.
0. Terdapat banyak melanosit yang memberi warna hitam khas.
Pada Koroid ditemui 4 lapisan :
a. Lapisan koriokapiler
terletak di bagian dalam.
banyak mengandung pembuluh darah kecil.
berfungsi penting untuk nutrisi retina.
b. Membrana Bruch
membrane amorf tipis (3-4 mikrometer).
memisahkan lapisan koriokapiler ini dari retina.
dari papila optikus sampai ora serrata.
dibentuk oleh 5 lapisan.
lapisan tengah serat elastin.
dilapisi serat kolagen pada kedua permukaan.
ditutupi lapisan lamina basal dari kapiler lapisan koriokapiler
satu sisi.
lamina basal epitel pigmen sisi lain.
c. Diskus optikus = papila optikus
tempat nervus optikus memasuki bola mata.
d. Lamina suprakoroidal
lapisan jaringan ikat longgar.
banyak melanosit.
perikatan koroid dengan sklera.
1. Korpus siliaris
1. sebuah perluasan koroid ke anterior setinggi lensa.
1. merupakan cincin tebal utuh pada permukaan dalam anterior
sklera.
1. pada potongan melintang berbentuk segitiga, satu permukaan
berkontak dengan korpus vitreus, satu dengan sclera, dengan lensa
dan kamera okuli posterior.
Struktur histologik:
dasarnya jaringan ikat longgar, banyak serat elastin pembuluh
darah dan melanosit.
muskulus siliaris dikelilingi struktur dasar, terdiri dari: dua
berkas otot polos: insersi dianterior pada sclera dan insersi
posterior pada berbagai derah korpus siliaris berkas ini berfungsi
meregangkan koroid dan mengendurkan ketegangan lensa.
permukaan korpus siliaris yang menghadap korpus vitreus, bilik
posterior dan lensa ditutupi oleh perluasan retina ke anterior.
1. Prosesus siliaris
2. merupakan juluran mirip rabung dari korpus siliaris.
2. pusatnya jaringan ikat longgar dan banyak kapiler
bertingkap.
2. ditutupi dua lapisan epitel.
2. zonula (serat-serat oksitalan) dari prosesus siliaris,
berinsersi dalam capsula lentis dan tertanam disini, berorigo di
membrana basal sel-sel dalam.
2. membrana basal sel-sel berpigmen luar, bersebelahan dengan
massa utama korpus siliaris.
2. sel ini secara aktif mentransport unsur plasma kedalam bilik
posterior dengan demikian membentuk humor akueus, cairan yang
komposisi serupa plasma kadar protein kurang dari 0,1 % (plasma
7%).
1. Iris
3. Bagian anterior dari uvea.
3. Merupakan perluasan koroid yang sebagian menutup lensa.
3. Pupil lubang bulat dipusat, sisa bentukan iris.
3. Permukaan anterior iris tidak teratur dan kasar dengan rabung
dan alur, dibentuk oleh sel pigmen tidak utuh dan fibroblast.
3. Di bawah lapisan ini ditemui jaringan ikat, sedikit pembuluh
darah, serat, fibroblast dan melanosit.
3. Lapisan berikutnya, jaringan ikat longgar yang sangat
vaskular permukaan posterior, rata, juga badan siliar dan
prosesusnya, dilapisi dua lapisan epitel: epitel dalam berhubungan
dengan bilik posterior, penuh granul melanin; epitel luar, memiliki
juluran mirip lidah, bagian basal radier, dipenuhi miofilamen yang
overlapping membentuk muskulus dilator pupil dari iris. Banyaknya
pigmen mencegah masuknya cahaya. Melanosit stroma iris menentukan
warna mata.
3. Iris mengandung berkas otot polos yang tersusun melingkari
pupil dan membentuk muskulus konstriktor pupil di iris.
1. Epitel kornea
berlapis squamous tanpa tanduk.
terdiri 5-6 lapisan sel.
pada bagian basal banyak gambaran mitosis (mencerminkan
kemampuan regenerasi yang hebat).
mikrovili pada permukaan sel terjulur kedalam ruang yang diisi
lapisan tipis air mata prakornea.
jaringan epitel ditutupi lapisan lipid dan glikoprotein
pelindung ,tebalnya lebih kurang 7 mikrometer.
kornea mempunyai suplai saraf sensoris paling besar.
2. Membrana Bowman
membantu stabilitas dan kekuatan kornea.
dibawah epitel,lapisan homogen.
tebal antara 7-12 mikrometer.
terdiri atas serat kolagen yang bersilangan secara acak,
substansi antar sel yang padat tak mengandung sel.
berakhir pada limbus.
3. Stroma (substansia propria)
terdiri atas banyak lapisan kolagen paralel, saling menyilang
tegak lurus.
serabut kolagen setiap lamel saling berjajar paralel, melintasi
seluruh kornea.
juluran sitoplasma fibroblast terjepit diantara lapisan,
terlihat gepeng mirip sayap kupu-kupu.
sel dan serat dari stroma terendam dalam substansi glikoprotein
amorf, metakromatik, banyak mengandung kondroitin sulfat.
stroma avaskular, tetapi terdapat limphoid migrating.
4. Membrana Descemet
struktur homogen.
tebal 5-10 mikrometer (di tengah 5-7, di tepi 8-10 um) terdiri
atas filamen kolagen halus tersusun berupa jaringan 3 dimensi.
5. Endotel
epitel selapis squamos.
memiliki organel yang aktif mentranspor dan membuat protein
untuk sekresi.
endotel dan epitel kornea berfungsi mempertahankan kejernihan
kornea.
1. Lapisan Dalam = Retina
2. posterior fotosensitif.
2. anterior tidak fotosensitif, menyusun lapisan dalam korpus
siliaris dan bagian posterior.
Retina pars optika terdiri atas:
1. retinal pigment epithelium.
2. lapisan sel batang (rods) dan sel kerucut
(cones).
3. membrane limitans eksterna.
4. lapisan inti luar.
5. lapisan fleksiform luar.
6. lapisan inti dalam.
7. lapisan fleksiform dalam.
8. lapisan sel ganglion.
9. lapisan serat saraf.
10. membrana limitans interna.
Lensa
Memiliki 3 komponen utama:
Simpai lensa merupakan membrana basal yang sangat tebal terdiri
atas kolagen dan glikoprotein amorf.
Epitel supkapsular berupa selapis sel epitel kuboid hanya pada
permukaan anterior lensa.
Serat lensa.
Ruangan pada Mata
Kamera okuli anterior
Ruang yang dibatasi:
anterior - permukaan posterior kornea.
posterior - lensa , iris dan permukaan posterior badan
siliaris.
lateral - sudut iris atau limbus yang ditempati ,ligamentum
pektinata , tempat penyaluran humor aqueus ke kanal Schlemm.
Kamera okuli posterior
anterior: iris.
posterior: permukaan anterior lensa dan zonula dan perifer
prosesus siliaris mengandung humor aqueus.
Vitreous humor
korpus vitreus menempati ruang mata di belakang lensa.
merupakan gel transparan, terdiri dari air 99%, kolagen,
glikosaminoglikan.
unsur utamanya asam hialuronat.
Kanal Schlemm
pembuluh bentuk cincin melingkari mata.
merupakan jalinan trabekula.
berlapiskan endotel.
Struktur Tambahan dari Mata
1. Konjungtiva
0. membrana mukosa tipis dan transparan.
0. menutupi bagian anterior mata sampai kornea dan permukaan
dalam kelopak.
0. struktur: epitel berlapis silindris, banyak sel goblet &
lamina propria jaringan ikat longgar.
1. Kelopak mata
1. lipatan jaringan yang dapat digerakkan yang berfungsi
melindungi mata.
1. kulit kelopak mata longgar dan elastis.
1. terdapat tiga jenis kelenjar pada kelopak mata:
2. kelenjar Meibom kelenjar sebasea panjang dalam lempeng tarsal
, tidak berhubungan dengan folikel rambut.
2. kelenjar Zeis kelenjar sebasea kecil, dimodifikasi
berhubungan dengan folikel bulu mata.
2. kelenjar keringat Moll tubulus mirip sinus, mencurahkan
sekretnya ke dalam folikel bulu mata.
1. Alat lakrimalis
2. kelenjar lakrimalis: kelenjar tubuloalveolar sel-sel jenis
serosa.
2. kanalikuli: garis tengah 1 mm, panjang 8 mm dilapisi epital
berlapis squamous tebal.
2. sakus lakrimalis: terletak dalam fossa lakrimalis epitel
bertingkat silindris bersilia.
2. duktus nasolakrimalis: lanjutan ke bawah sakus lakrimalis,
membuka ke dalam meatus inferior lateral terhadap konka inferior
epitel bertingkat silindris bersilia.
(Roland, 1996)
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Penglihatan.
Fisiologi Bagian-Bagian Mata
1. Lapisan terluar yang keras pada bola mata adalah tunika
fibrosa. Bagian posterior tunika fibrosa adalah sklera opaque yang
berisi jaringan ikat fibrosa putih.
Sklera memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat
perlekatan untuk otot ekstrinsik.
Kornea adalah perpanjangan anterior yang transparan pada sklera
di bagian depan mata. Bagian ini mentransmisi cahaya dan
memfokuskan berkas cahaya.
1. Lapisan tengah bola mata disebut tunika vaskular (uvea), dan
tersusun atas koroid, badan siliaris, dan iris.
Lapisan koroid adalah bagian yang sangat terpigmentasi untuk
mencegah refleksi internal berkas cahaya. Bagian ini juga sangat
tervaskularisasi untuk memberikan nutrisi pada mata, dan elastik
sehingga dapat menarik ligamentum suspensori.
Badan siliaris, suatu penebalan di bagian anterior lapisan
koroid, mengandung pembuluh darah dan otot siliaris. Otot melekat
pada ligamentum suspensori, tempat perlekatan lensa. Otot ini
penting dalam akomodasi penglihatan, atau kemampuan untuk mengubah
fokus dari objek berjarak jauh ke objek berjarak dekat di depan
mata.
Iris, perpanjangan dari sisi anterior koroid, merupakan bagian
mata yang berwarna bening. Bagian ini terdiri dari jaringan ikat
dan otot radialis serta sirkularis, yang berfungsi untuk
mengendalikan diameter pupil.
Pupil adalah ruang terbuka yang bulat pada iris yang harus
dilalui cahaya untuk dapat masuk ke interior mata.
1. Lensa adalah struktur bikonveks yang bening tepat di belakang
pupil. Elastisitasnya sangat tinggi, suatu sifat yang akan menurun
seiring proses penuaan.
1. Rongga mata. Lensa memisahkan interior mata menjadi dua
rongga: rongga anterior dan rongga posterior.
Rongga anterior terbagi menjadi dua ruang.
Ruang anterior terletak di belakang kornea dan di depan iris;
ruang posterior terletak di depan lensa dan di belakang iris.
Ruang tersebut berisi aqueous humor, suatu cairan bening yang
diproduksi oleh prosesus siliaris untuk mencukupi kebutuhan nutrisi
lensa dan kornea. Aqueous humor mengalir ke saluran Schlemm dan
masuk ke sirkulasi darah vena.
Tekanan intraokular pada aqueous humor penting untuk
mempertahankan bentuk bola mata. Jika aliran aqueous humor
terhambat, tekanan akan meningkat dan mengakibatkan kerusakan
penglihatan, suatu kondisi yang disebut glaukoma.
Rongga posterior terletak di antara lensa dan retina dan berisi
vitreus humor, semacam gel transparan yang juga berperan untuk
mempertahankan bentuk bola mata dan mempertahankan posisi retina
terhadap kornea.
1. Retina, lapisan terdalam mata, adalah lapisan tipis dan
transparan. Lapisan ini terdiri dari lapisan terpigmentasi luar,
dan lapisan jaringan saraf dalam.
Lapisan terpigmentasi luar pada retina melekat pada lapisan
koroid. Lapisan ini adalah lapisan tunggal sel epitel kuboid yang
mengandung pigmen melanin dan berfungsi untuk menyerap cahaya
berlebih dan mencegah refleksi internal berkas cahaya yang melalui
bola mata. Lapisan ini juga menyimpan vitamin A.
Lapisan jaringan saraf dalam (optikal), yang terletak
bersebelahan dengan lapisan terpigmentasi, adalah struktur kompleks
yang terdiri dari berbagai jenis neuron yang tersusun dalam
sedikitnya sepuluh lapisan terpisah.
Sel batang dan kerucut adalah reseptor fotosensitif yang
terletak berdekatan dengan lapisan terpigmentasi.
Neuron bipolar membentuk lapisan tengah dan menghubungkan sel
batang dan sel kerucut ke sel-sel ganglion.
Sel ganglion mengandung akson yang bergabung pada regia khusus
dalam retina untuk membentuk saraf optik.
Sel horizontal dan sel amakrin merupakan sel lain yang ditemukan
dalam retina, sel ini berperan menghubungkan sinaps-sinaps
lateral.
Cahaya masuk melalui lapisan ganglion, lapisan bipolar, dan
badan sel batang dan kerucut untuk menstimulasi prosesus dendrit
dan memicu impuls saraf. Kemudian impuls saraf menjalar dengan arah
terbalik melalui kedua lapisan sel saraf.
Bintik buta (diskus optik) adalah titik keluar saraf optik.
Karena tidak ada fotoreseptor pada area ini, maka tidak ada sensasi
penglihatan yang terjadi pada saat cahaya jatuh ke area ini.
Lutea makula adalah area kekuningan yang terletak agak lateral
terhadap pusat.
Fovea adalah pelekukan sentral makula lutea yang tidak memiliki
sel batang dan hanya mengandung sel kerucut. Bagian ini adalah
pusat visual mata; bayangan yang terfokus di sini akan
diinterpretasikan dengan jelas dan tajam oleh otak. (Sherwood,
1996)
Mekanisme Penglihatan
Cahaya masuk ke bagian mata yg bernama pupil. Ukuran pupil
disesuakan dengan kontraksi dari iris yaitu m. constrictor pupillae
yg menyebabkan pupil mengecil dan dipengaruhi oleh saraf
parasimpatis dan m. dilator pupillae yg menyebabkan pupil membesar
dan dipersarafi oleh simpatis.
Lalu cahaya dibiaskan melalu media refraksi yang terdiri dari
kornea dan lensa, bentuk kornea itu sendiri berbentuk konveks
(cembung) berfungsi agar cahaya dapat di belokkan pada titik focus,
setelah melewati kornea cahaya lalu diteruskan oleh lensa. Yg juga
berbentuk konveks sehingga cahaya dapat jatuh pada titik focus di
retina. Lensa sendiri diatur oleh m.ciliaris yg disambungkan oleh
zonula zinii. Bila m.ciliaris berkontraksi maka pupil maka zonula
zinii melemas sehingga membuat lensa semakin cembung dan berfungsi
untuk melihat dari jarak dekat (akomodasi). Sebaliknya bila
m.ciliaris melemas maka zonula zinii akan menarik lensa sehingga
lensa menjadi semakin pipih dan berfungsi untuk melihat jarak jauh.
Semua otot tersebut masing masing dipersarafi oleh parasimpatis dan
simpatis.
Berkas-berkas cahaya dari separuh kiri lapangan pandang jatuh di
separuh kanan retina kedua mata. Demikian sebaliknya, berkas-berkas
cahaya dari separuh kanan lapangan pandang jatuh di separuh kiri
retina kedua mata. Tiap-tiap saraf optikus keluar dari retina
membawa informasi dari kedua belahan retina yang dipersarafi.
Informasi ini dipisahkan sewaktu kedua saraf optikus tersebut
bertemu di kiasma optikus. Di dalam kiasma optikus, serat-serat
dari separuh medial kedua retina bersilangan ke sisi yang
berlawanan, tetapi serat-serat yang dari separuh lateral tetap di
sisi yang sama. Berkas-berkas serat yang telah direorganisasi dan
meninggalkan kiasma optikus dikenal sebagai traktus optikus.
Tiap-tiap traktus optikus membawa informasi dari separuh lateral
salah satu retina dan separuh medial retina yang lain. Dengan
demikian, persilangan parsial ini menyatukan serat-serat dari kedua
mata yang yang membawa informasi dari separuh lapangan pandang yang
sama. Tiap-tiap traktus optikus menyampaikan ke belahan otak di
sisi yang sama informasi mengenai separuh lapangan pandang dari
sisi yang berlawanan. Perhentian pertama di otak untuk informasi
dalam jalur penglihatan adalah nukleus genikulatus lateralis di
thalamus. Di korpus atau nucleus genikulatum, serat-serat dari
bagian nasal retina dan temporal retina yang lain bersinaps di
sel-sel yang axonnya membentuk traktus genikulokalkarina. Traktus
ini menuju ke lobus oksipitalis korteks serebrum (area Brodmann
17).
Setelah cahaya di refraksikan maka cahaya akan mencapai retina
yg terdapat sel-sel fotoreseptor yaitu sel batang dan sel kerucut.
Sifat dari sel sel ini ialah bila sel batang maka sel ini peka
terhadap gelap, kepekaan tinggi dan ketajaman rendah. Bila sel
kerucut peka terhadap sinar dan warna , ketajaman penglihatan
tinggi, digunakan pada saat siang hari. Terjadi beberapa proses
pada otak (Sherwood, 1996):
Gelap
konsentrasi GMP-siklik meningkat
Konsentrasi Na meningkat
Depolarisasi membrane
Pengeluaran zat inhibitor
Neuron bipolar dihambat
Tidak adanya melihat pada korteks penglihatan di otak
Tidak ada ekspresi melihat
Cahaya/terang
Fotopigmen terjadi disosiasi dari retinen dan opsin
Konsentrasi Na tinggi
Penurunan GMP-siklik
Penutupan kanal Ca
Menutupnya canal Ca
Pengeluaran zat inbihitor dihambat
Terjadi eksitasi neuron bipolar
Perambatan potensial aksi ke korteks penglihatan di otak
Adanya ekspresi melihat
Fisiologi Lakrimasi
Glandula lacrimalis terletak pada tepi supero-lateral orbita.
Saluran-salurannya bermuara ke dalam bagian lateral fornix superior
di conjunctiva. Persarafan: serabut-serabut sekremotorik dari
nukleus salivatorius superior melalui ganglion geniculi, n.
petrosus superficialis major, ganglion pterygopalatinum, ramus
zygomatico-temporalis, n. maxillaris, selanjutnya melalui
nn.lacrimales.
Sirkulasi air mata:
1. glandula lacrimalis.
1. lacus lacrimalis.
1. meluas di atas cornea.
1. punctum lacrimalis di tepi medial.
1. canalis lacrimalis.
1. saccus lacrimalis.
1. ductus nasolacrimalis.
1. meatus nasi inferior di dinding lateral cavum nasi.
Proses lakrimasi merupakan mekanisme fisiologis yang berguna
untuk membantu melindungimata kita dari cedera. Kedipan kelopak
mata secara spontan berulang-ulang membantu menyebarkan air mata
yang melumasi, membersihkan, dan bersifat bakterisidal (membunuh
kuman-kuman). Air mata diproduksi secara terus-menerus oleh
kelenjar lakrimalis di sudut lateral atas di bawah kelopak mata.
Cairan Pembasuhmata ini mengalir melalui permukaan kornea dan
bermuara ke dalam saluran halus di sudut kedua mata, dan akhirnya
dikosongkan ke belakang saluran hidung. Sistem drainase ini tidak
dapat menangani produksi air mata yangberlebihan sewaktu menangis,
sehingga airmata membanjiri mata.
Glandula lacrimalis terdiri atas pars orbitalis yang besar dan
pars palpebralis yang kecil. Keduanya saling berhubungan pada ujung
lateral m. levator palpebrae superioris. Glandula ini terletak
diatas bola mata, di bagiananterior dan superior orbita, posterior
terhadap septumorbitale. Kira-kira 12 duktus keluar dari permukaan
bawah kelenjar dan bermuara pada bagianlateral fornix superior
konjungtiva. Persarafan Glandula lacrimalis; saraf sekremotorik
parasimpatis berasal dari nucleuslacrimalis n. facialis.
Serabut-serabutpreganglionik mencapai ganglion pterygopalatinum
(sphenopalatinum) melalui n.intermediusdan ramus petrosus magnus
serta n.canalis pterygoidei. Serabut-serabut postganglionik
meninggalkan ganglion dan bergabung dengan n.maxillaris. Kemudian
serabut ini berjalan didalam ramus zygomaticum serta
n.zygomaticotemporalis, dan mencapai glandula lacrimalis melalui
n.lacrimalis.
Serabut postganglionik simpatis berjalan didalam plexus carotis
internus, n.petrosus profundus,n.canalis pterygoidei, n.maxillaris,
n.zygomaticus, n.zygomaticotemporalis, dan akhirnyan.lakrimalis.
Air mata membasahi cornea danberkumpul didalam lacus lacrimalis.
Dari sini, air mata masukke canaliculi lacrimales melalui puncta
lacrimalia. Canaliculi lacrimales berjalan ke medialdanbermuara ke
dalam saccus lacrimalis, yang terletak didalamalur lacrimalis di
belakang ligamentum palpebra mediale dan merupakan ujung atas yang
buntu dari ductus nasolacrimalis. Ductus nasolacrimalis panjangnya
lebih kurang 0,5 inchi/1,3 cm dan keluar dari ujung bawah saccus
lacrimalis. Ductus berjalan kebawah, belakangdan lateral di dalam
canalis osseosa danbermuara kedalam meatus nasi inferior. Muara ini
dilindungi oleh lipatan membrana mucosa yang dikenal sebagai plica
lacrimalis. Lipatan ini mancegah udara masuk melalui ductus ke
dalam saccus lacrimalis pada waktu membuang sekret hidung
(ingus).
(Sherwood, 1996)
LI.3 Memahami dan Menjelaskan Kelainan Mata Merah.
LO.3.1 Memahami dan Menjelaskan Kelainan Mata Merah Visus
Normal.
1. PTERIGIUM
Definisi
Pterigium merupakan penebalan lipatan konjungtiva bulbi yang
berbentuk segitiga dengan banyak pembuluh darah. Puncaknya terletak
dikornea dan dasarnya dibagian perifer. Biasanya terletak di celah
kelopak dan sering meluas ke daerahpupil.
Penyebab
Penyebab pasti dari pterygium tidak diketahui. Tetapi, faktor
penyebab yangpaling umum adalah :
1. Terkena paparan sinar matahari yang berlebihan
1. Bekerja di luar rumah
1. Paparan berlebihan pada lingkungan yang keras seperti debu,
kotoran, panas,angin, kekeringan dan asap.
1. Paparan berlebihan pada alergen seperti bahan kimia dan
solvent
Epidemiologi
Umum terjadi pada usia 20-30 tahun dan di daerah yang beriklim
tropis
Klasifikasi Pterygium
Tipe 1
Meluas kurang dari 2 mm di atas kornea. Timbunan besi
(ditunjukkan dengan Stocker line) dapat terlihat di epitel kornea
bagian anterior/depan pterygium. Lesi/jejas ini asimtomatis,
meskipun sebentar-sebentar dapat meradang (intermittently
inflamed). Jika memakai soft contact lense, gejala dapat timbul
lebih awal karena diameter lensa yang luas bersandar pada ujung
kepalapterygium yang sedikit naik/terangkat dan ini dapat
menyebabkan iritasi.
Tipe 2
Melebar hingga 4 mm dari kornea, dapat kambuh (recurrent)
sehingga perlu tindakan pembedahan. Dapat mengganggu precorneal
tear film dan menyebabkan astigmatisme
Tipe 3
Meluas hingga lebih dari 4 mm dan melibatkan daerah penglihatan
(visual axis). Lesi/jejas yang luas (extensive), jika kambuh, dapat
berhubungan dengan fibrosis subkonjungtiva dan meluas hingga ke
fornix yang terkadang dapat menyebabkan keterbatasan pergerakan
mata
Gejala
Gejala pterygium bervariasi dari orang ke orang. Pada beberapa
orang, pterigyum akan tetap kecil dan tidak mempengaruhi
penglihatan. Pterygium ini diperhatikan karena alasan kosmetik.
Pada orang yang lain, pterygium akan tumbuh cepat dan dapat
meyebabkan kaburnya penglihatan. Pterygium tidak menimbulkan rasa
sakit.
Gejalanya termasuk :
1. Mata merah
1. Mata kering
1. Iritasi
1. Keluar air mata (berair)
1. Sensasi seperti ada sesuatu dimata6.Penglihatan yang
kabur
Diagnosis
Diagnosis pterigium dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
berikut:
1. Pemeriksaan Visus
1. Slit lamp
Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan pterygium adalah untuk :
1. Mengevaluasi ukuran
1. Mencegah inflamasi
1. Mencegah infeksi
1. Aid dalam proses penyembuhan, apabila operasi dilakukan
Observasi:
Pemeriksaan mata secara berkala, biasanya ketika pterygium tidak
menimbulkan atau menimbulkan gejala yang minimal.
Apabila gejala bertambah berat, dapat ditambahkan :
1. Medikamentosa
Dapat diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi,
kortikosteroid untukmengurangi inflamasi, lubrikasi okular seperti
airmata buatan
1. Therapy radiasi
Apabila penglihatan menjadi kabur, maka pterygium harus
dioperasi. Akan tetapi pterigium dapat muncul kembali. Pemberian
mytomycin C to aid inhealing dan mencegah rekurensi, seusai
pengangkatan pterygium dengan operasi, selain itu menunda operasi
sampai usia dekade 4 dapat mencegahrekurensi.
Pencegahan
Secara umum, lindungi mata dari paparan langsung sinar matahari,
debu, danangin, misalnya dengan memakai kacamata hitam.
1. PSEUDOPTERIGIUM
Definisi
Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea
yang cacat. Sering pseudopterigium ini terjadi pada proses
penyembuhan tukak kornea, sehingga konjungtiva menutupi kornea.
Letak pseudopterygium ini pada daerahkonjungtiva yang terdekat
dengan proses kornea sebelumnya
PTERIGIUM
PSEUDOPTERIGIUM
1. Lokasi
Selalu di fisura palpebra
Sembarang lokasi
2.Progresifitas
Bisa progresif ataustasioner
Selalu stasioner
3.Riwayatpeny
Ulkus kornea (-)
Ulkus kornea (+)
4.Tes sondase NegatifPositi
Negatif
Positif
1. PINGUEKULA
Definisi
Pinguekula merupaka benjolan pada konjungtiva bulbi yang
merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva.
Pinguekula sangat umum terjadi, tidak berbahaya, biasanya bilateral
(mengenai kedua mata). Pinguecula biasanya tampak pada konjungtiva
bulbar berdekatan dengan limbus nasal (di tepi/pinggir hidung) atau
limbus temporal. Terdapat lapisan berwarna kuning-putih
(yellow-white deposits), tak berbentuk(amorphous)
Patogenesis
Patogenesis belum jelas, tetapi umumnya diterima, bahwa
rangsangan luarmempunyai peranan pada timbulnya pinguekula. Sebagai
rangsangan luar antara lain adalah panas, debu, sinar matahari,
udara kering
Pengobatan
Biasanya tidak diperlukan,jika terjadi inflamasi/ radang akut
yang disebutpinguekulitis, maka diberikan steroid lemah.
Pencegahan
Mencegah rangsangan luar sangat dianjurkan.
1. HEMATOMA SUBKONJUNGTIVA
Hematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana
pembuluh darah rapuh (umur, hipertensi, arteiosklerosis,
konjungtivitis hemorraghik, pemakaian antikoagulan, batuk rejan).
Perdarahan subkonjungtiva dapat juga terjadi akibat trauma langsung
atau tidak langsung, yang kadang menutupi perforasi jaringanbola
mata yang terjadi.Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan
diserap dengan spontan dalamwaktu 1-3 minggu.
1. EPISKLERITIS SKLERITIS
Episkleritis
Merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak
anatara konjungtiva dan permukaan sklera.Episkleritis umumnya
mengenai satu mata dan terutama perempuan usiapertengahan dengan
bawaan penyakit rematik.Keluhannya dapat berupa :
1. mata terasa kering
1. rasa sakit yang ringan
1. mengganjal
1. konjungtiva yang kemotik.
Pengobatan yang diberikan adalah vasokonstriktor, pada keadaan
yang beratdiberi kortikosteroid tetes mata atau sistemik atau
salisilat. Pada episkleritispenglihatan normal, dapat sembuh
sempurna atau bersifat residif.
Skleritis
Adalah reaksi radang yang mempengaruhi bagian luar berwarna
putih yang melapisi mata. Penyakit ini biasanya disebabkan kelainan
atau penyakit sistemik. Skleritis dibedakan menjadi :
1. Skleritis anterior diffus
Radang sklera disertai kongesti pembuluh darah episklera dan
sklera, umumnya mengenai sebagian sklera anterior, peradangan
sklera lebih luas, tanpa nodul.
1. Skleritis nodular
Nodul pada skleritis noduler tidak dapat digerakkan dari
dasarnya, berwarna merah, berbeda dengan nodul pada episkleritis
yang dapat digerakkan.
1. Skleritis nekrotik
Jenis skleritis yang menyebabkan kerusakan sklera yang
berat.
Gejala
Kemerahan pada sklera dan konjungtiva
Terdapat perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi,
alis dan dagu yang kadang membangunkan sewaktu tidur akibat
sakitnya yang sering kambuh.
Fotofobia
Mata berair
Penglihatan menurun
Pengobatan
Pada skleritis dapat diberikan suatu steroid atau salisilat.
Apabila ada penyakityang mendasari, maka penyakit tersebut perlu
diobati.
1. KONJUNGTIVITIS
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva, biasanya
terdiri dari hyperemia konjungtiva disertai dengan pengeluaran
secret.Konjunctivitis dapat disebabkan bakteri, virus, klamidia,
alergi toksik, dan molluscum contagiosum.
Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa
hiperemikonjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat
dengan sekret yanglebih nyata di pagi hari, pseodoptosis akibat
kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membrane,
pseudo membran, granulasi, flikten, mata merasa seperti ada benda
asing, dan adenopati preaurikular. Biasanya sebagai reaksi
konjungtivitis akibat virus berupa terbentuknya folikel pada
konjungtiva.
Jenis Konjungtivitis dapat ditinjau dari penyebabnya dan dapat
pula ditinjau dari gambaran klinisnya yaitu :
1. Konjungtivitis Kataral
1. Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen
1. Konjuntivitis Membran
1. Konjungtivitis Folikular
1. Konjungtivitis Vernal
1. Konjungtivitis Flikten
LO.3.2 Memahami dan Menjelaskan Kelainan Mata Merah Visus
Turun.
a.Keratitis
Radang kornea biasanya diklasifikasikan dalam lapis kornea
yangterkena, seperti keratitis superfisial dan
interstisial/profunda. Keratitis dapatdisebabkan oleh berbagai hal,
seperti kurangnya air mata, keracunan obat, reaksialergi terhadap
yang diberi topikal, dan reaksi terhadap konjungtivitis
menahun.Keratitis akan memberikan gejala mata merah, rasa silau,
dan merasa kelilipan.
b.Keratokonjungtivitis sika
adalah suatu keadaan keringnya permukaan kornea dankonjungtiva.
Kelainan ini dapat terjadi pada penyakit yang
mengakibatkandefisiensi komponen lemak air mata, defisiensi
kelenjar air mata, defisiensikomponen musin, akibat penguapan yang
berlebihan, atau karena parut pada korneaatau menghilangnya
mikrovil kornea. Pasien akan mengeluh mata gatal, sepertiberpasir,
silau, penglihatan kabur. Pada mata didapatkan sekresi mukus
yangberlebihan. Sukar menggerakkan kelopak mata. Mata kering karena
dengan erosikornea.
c.Tukak (ulkus) kornea
merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibatkematian
jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin
banyakditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel
epitel baru dan selradang. Tukak kornea perifer dapat disebabkan
oleh reaksi toksik, alergi, autoimun,dan infeksi. Infeksi pada
kornea perifer biasanya oleh kuman Staphylococcusaureus , H.
influenzae , dan M. lacunata
d.Ulkus Mooren
adalah suatu ulkus menahun superfisial yang dimulai dari
tepikornea dengan bagian tepinya tergaung dan berjalan progresif
tanpa kecenderunganperforasi. Lambat laun ulkus ini mengenai
seluruh kornea. Penyebab ulkus Moorensampai sekarang belum
diketahui. Banyak teori yang diajukan dan didugapenyebabnya
hipersensitivitas terhadap protein tuberkulosis, virus, autoimun,
danalergi terhadap toksin ankilostoma. Penyakit ini lebih sering
terdapat pada wanitausia pertengahan.
e. Glaukoma akut
Mata merah dengan penglihatan turun mendadak biasanya merupakan
glaukoma sudut tertutup. Pada glaukoma sudut tertutup akut, tekanan
intraokular meningkat mendadak. Terjadi pada pasien dengan sudut
bilik matasempit. Cairan mata yang berada di belakang iris tidak
dapat mengalir melaluipupil, sehingga mendorong iris ke depan,
mencegah keluarnya cairan mata melalui sudut bilik mata (mekanisme
blokade pupil). Biasanya terjadi pada usia lebih daripada 40
tahun.
Pada glaukoma primer sudut tertutup akut, terdapat anamnesa yang
khas sekali berupa nyeri pada mata yang mendapat serangan yang
berlangsungbeberapa jam dan hilang setelah tidur sebentar. Melihat
palangi (halo) sekitar lampu dan keadaan ini merupakan stadium
prodromal. Terdapat gejala gastrointestinalberupa enek dan muntah
yang kadang-kadang mengaburkan gejala daripadaserangan glaukoma
akut.
LO.3.3 Memahami dan Menjelaskan Kelainan Mata Tidak Merah Visus
Turun
Penglihatan turun mendadak tanpa mata merah
1. Neuritis optik
1. Ablasi retina
1. Obstruksi vena retina sentral
1. Oklusi arteri retina sentral
1. Ambliopia toxic
1. Trombosis arteri karotid interna
1. Okulopati iskemik
1. Buta sentral bilateral
1. Histeria dan malingering
1. Migren
1. Retinopati serosa sentral
1. Amaurosis fugaks
1. Uveitis posterior/koroiditis
Penglihatan turun perlahan tanpa mata merah
1. Katarak
1. Glaukoma
Glaukoma primer
Glaukoma simpleks
Glaukoma Martin Doyle
Glaukoma absolut
1. Retinopati
LI.4 Memahami dan Menjelaskan Konjungtivitis.
LO.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Konjungtivitis.
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit
ini adalah penyakit mata yang paling umum di dunia. Karena
lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan
faktor-faktor lingkungan lain yang mengganggu (Vaughan, 2010).
Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata
berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen
kental (Hurwitz, 2009).
Jumlah agen-agen yang pathogen dan dapat menyebabkan infeksi
pada mata semakin banyak, disebabkan oleh meningkatnya penggunaan
oat-obatan topical dan agen imunosupresif sistemik, serta
meningkatnya jumlah pasien dengan infeksi HIV dan pasien yang
menjalani transplantasi organ dan menjalani terapi imunosupresif
(Therese, 2002).
LO.2 Memahami dan Menjelaskan Epemiologi Konjungtivitis.
Konjungtivitis adalah penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan
dapat diderita oleh seluruh masyarakat tanpa dipengaruhi usia.
Walaupun tidak ada dokumen yang secara rinci menjelaskan tentang
prevalensi konjungtivitis, tetapi keadaan ini sudah ditetapkan
sebagai penyakit yang sering terjadi pada masyarakat (Chiang YP,
dkk, 1995 dalam Rapuano et al, 2005).
Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling
sering dihubungkan dengan kondisi lingkungan yang tidak
Hygiene.
LO.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Konjungtivitis.
Patogen umum yang dapat menyebabkan konjungtivitis adalah
Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, Staphylococcus
aureus, Neisseria meningitides, sebagian besar strain adenovirus
manusia, virus herpes simpleks tipe1 dan 2, dan dua picornavirus.
Dua agen yang ditularkan secara seksual dapat menimbulkan
konjungtivitis adalah Chlamydia trachomatis dan Neisseria
gonorrhoeae (Vaughan, 2008).
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal,
seperti:
a. Konjungtivitis bakteri.
b. Konjungtivitis klamidia.
c. Konjungtivitis viral.
d. Konjungtivitis ricketsia.
e. Konjungtivitis jamur.
f. Konjungtivitis parasit.
g. Konjungtivitis alergi.
h. Konjungtivitis kimia atau iritatif (Vaughan, 2008).
LO.4 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Konjungtivitis.
1. Konjungtivitis Bakteri
Pasien datang dengan keluhan mata merah, sekret mata, dan
iritasi mata. Organisme penyebab tersering adalah Staphylococcus,
Streptococcus, Pneumococcus, danHaemophilus. Kondisi ini biasanya
sembuh sendiri meski obat tetes mata antibiotik spektrum luas akan
mempercepat kesembuhan. Apusan konjungtiva untuk kultur
diindikasikan bila keadaan ini tidak menyembuh.Oftalmia neonatorum,
yaitu konjungtivitis yang terjadi pada 28 hari pertamakehidupan
neonatus, merupakan penyakit yang mudah dikenali. Apusan untuk
kultur harus dilakukan. Selain itu, penting untuk memeriksa kornea
untuk menyingkirkan ulserasi.
Organisme penyebab tersering adalah:
Konjungtivitis bakteri (biasanya Gram positif).
Neisseria gonorrhoea
Pada kasus berat dapat menyebabkan perforasi kornea.Penisilin
topikal dan sistemik masing-masing diberikan untuk mengobati
penyakitlokal dan sistemik.
Herpes simpleks
yang dapat menyebabkan parut kornea. Antivirus topikaldigunakan
untuk mengobati keadaan ini.
Klamidia
Penyakit ini dapat menyebabkan konjungtivitis kronis dan parut
korneayang dapat mengancam penglihatan. Salep tetrasiklin topikal
dan eritromisinsistemik masing-masing digunakan untuk mengobati
penyakit lokal dan sistemik.
1. Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis ini dibedakan dari konjungtivitis bakteri
berdasarkan:
Sekret berair dan purulen terbatas;
Adanya folikel konjungtiva dan pembesaran kelenjar getah bening
preaurikular;
Selain itu mungkin juga terdapat edema kelopak dan lakrimasi
berlebih.
Konjungtivitis ini merupakan penyakit yang sembuh sendiri namun
sangat menular.
Organisme penyebab tersering adalah adenovirus dan yang lebih
jarang,Coxsackie dan pikornavirus. Adenovirus juga dapat
menyebabkan konjungtivitis yang berhubungan dengan pembentukan
pseudomembran pada konjungtiva. Serotipeadenovirus tertentu juga
menyebabkan keratitis pungtata yang menyulitkan.
Terapi untuk konjungtivitis ini tidak diperlukan, kecuali
terdapat infeksi bakteri sekunder.
Pasien harus diberikan instruksi higiene untuk meminimalkan
penyebaran infeksi (misal menggunakan handuk yang berbeda). Terapi
keratitis masih kontroversial.
Penggunaan steroid mengurangi gejala dan menyebabkan hilangnya
opasitas kornea, namun inflamasi ulangan (rebound inflammation)
sering terjadi ketika steroid dihentikan.
Infeksi Klamidia
Berbagai serotype Chlamydia trachomatis yang merupakan organisme
intraselularobligat menyebabkan dua bentuk infeksi mata.
a.Keratokonjungtivitis inklusi
Penyakit ini merupakan penyakit yang ditularkansecara seksual
dan dapat berlangsung kronis (hingga 18 bulan), kecuali
diterapidengan adekuat. Pasien datang dengan konjungtivitis
folikular mukopurulen danterjadi mikropanus (vaskularisasi dan
parut kornea superfisial perifer) yangberhubungan dengan parut
subepitel. Uretritis dan servisitis sering terjadi.Diagnosis
dikonfirmasi dengan deteksi antigen klamidia,
menggunakanimmunofluoresensi atau dengan identifikasi badan inklusi
khas dari apusankonjungtiva atau spesimen kerokan dengan pewarnaan
Giemsa. Konjungtivitis inklusi diobati dengan tetrasiklin topikal
dan sistemik. Pasien harus dirujuk keklinik penyakit menular
seksual.
b. Trakoma
merupakan penyebab infektif kebutaan tersering di dunia, meski
tidaksering terjadi di negara maju. Lalat rumah merupakan vektor
penyakit ini danpenyakit mudah berkembang dengan higiene yang buruk
dan penduduk yang padatdi iklim kering dan panas. Tanda penting
penyakit ini adalah fibrosissubkonjungtiva yang disebabkan oleh
reinfeksi yang sering terjadi pada kondisitidak higienis. Kebutaan
dapat terjadi karena parut kornea akibat keratitis dantrikiasis
berulang. Trakoma diobati dengan tetrasiklin atau eritromisin oral
atautopikal. Azitromisin, sebagai alternatif, hanya memerlukan
sekali pemakaian.Entropion dan trikiasis membutuhkan koreksi
bedah.
Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi dapat dibagi menjadi akut dan kronis:
Akut (konjungtivitis demam hay).
Merupakan suatu bentuk reaksi akut yang diperantarai IgE
terhadap alergen yang tersebar di udara (biasanya serbuk sari).
Gejala dan tanda antara lain: rasa gatal, injeksi dan
pembengkakan konjungtiva (kemosis), serta lakrimasi.
Konjungtivitis vernal (kataral musim semi)
juga diperantarai oleh IgE. Seringmengenai anak laki-laki dengan
riwayat atopi. Dapat timbul sepanjang tahun.Gejala dan tanda antara
lain: rasa gatal, fotofobia, lakrimasi, konjungtivitis papilarpada
lempeng tarsal atas (papila dapat bersatu untuk
membentukcobblestone raksasa), folikel dan bintik putih pada
limbus, lesi pungtata pada epitel kornea, plakoval opak yang pada
penyakit parah plak ini menggantikan zona bagian atas
epitelkornea.
LO.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Konjungtivitis.
Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga
kemungkinan terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila
ada mikroorganisme yang dapat menembus pertahanan konjungtiva
berupa tear film yang juga berfungsi untuk mmelarutkan
kotoran-kotoran dan bahan-bahan toksik melalui meatus nasi inferior
maka dapat terjadi konjungtivitas.
Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita
oleh masyarakat, ada yang bersifat akut atau kronis. Gejala yang
muncul tergantung dari factor penyebab konjungtivitis dan factor
berat ringannya penyakit yang diderita oleh pasien. Pada
konjungtivitis yang akut dan ringan akan sembuh sendiri dalam waktu
2 minggu tanpa pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut menjadi
kronis, dan bila tidak mendapat penanganan yang adekuat akan
menimbulkan kerusakan pada kornea mata atau komplikasi lain yang
sifatnya local atau sistemik.
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme
dan factor lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme
melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata,
unsure berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap
debris dan kerja memompa dari pelpebra secara tetap menghanyutkan
air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi
antimikroba termasul lisozim. Adanya agen perusak, menyebabkan
cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian
sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula
terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi
lapis limfoid stroma (pembentukan folikel). Sel-sel radang
bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel kepermukaan.
Sel-sel kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel goblet,
embentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian
palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi
pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hoperemi yang
tampak paling nyata pada forniks dan mengurang kearah limbus. Pada
hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan
hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan
sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensai ini merangsang sekresi
air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang
hyperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit
pada iris atau badan siliare berarti kornea terkena.
LO.6 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis
Konjungtivitis.
Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:
1. Kemerahan di forniks dan makin berkurang ke arah limbus
karena dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior
(Hiperemia).
1. Produksi air mata berlebihan (epifora).
1. Eksudat yang berlapis-lapis dan amorf pada konjungtivitis
bakteri dan berserabut pada konkungtivitis alergika (eksudasi).
1. Terkulainya palpebra superior karena infiltrasi di otot
Muller (pseudoptosis)
1. Penumpukan Limfosit di pembuluh darah (fliktenula)
1. Pengentalan (koagulum) di atas permukaan epitel
(pseudomembran).
1. Edema dari konjungtiva mata (Chemosis) (Kanski, 2000).
Adapun smanifestasi sesuai klasifikasinya adalah sebagai
berikut:
1.Konjungtivitis Alergi
-Edea berat sampai ringan pada konjungtivitas
-Rasa seperti terbakar
-Injekstion vaskuler pada konjungtivitas
-Air mata sering keluar sendiri
-Gatal-gatal adalah bentuk konjungtivitas yang paling berat
2. Konjungtivitis Bakteri
-Pelebaran pembuluh darah
-Edema konjungtiva sedang
-Air mata keluar terus
-Adanya secret atau kotoran pada mata
-Kerusakan kecil pada epitel kornea mungkin ditemukan
3.Konjungtivitis Viral
-Fotofobia
-Rasa seperti ada benda asing didalam mata
-Keluar air mata banyak
-Nyeri prorbital
-Apabila kornea terinfeksi bisa timbul kekeruhan pada kornea
-Kemerahan konjungtiva
-Ditemukan sedikit eksudat
4.Konjungtivitis Bakteri hiperakut
-Infeksi mata menunjukkan secret purulen yang massif
- Mata merah
- Iritasi
- Nyeri palpasi
- Biasanya terdapat kemosis
- Mata bengkak dan adenopati preaurikuler yang nyeri
5.Konjungtivitis Blenore
Tanda-tanda blenore adalah sebagai berikut:
-Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO
-Menyebabkan penyebab utama oftalmia neinatorm
-Memberikan secret purulen padat secret yang kental
-Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga
5 hari
-Perdarahan subkonjungtita dan kemotik
LO.7 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding
Konjungtivitis.
1. Anamnesis
Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama: Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam
mata), gatal, panas dan kemerahan disekitar mata, epipora mata dan
sekret, banyak keluar terutama pada konjungtiva,
purulen/Gonoblenorroe.
Sifat keluhan: Keluhan terus menerus; hal yang dapat memperberat
keluhan, nyeri daerah meradang menjalar ke daerah mana, waktu
keluhan timbul pada siang malam, tidur tentu keluhan timbul.
Keluhan yang menyertai: Apakah pandangan menjadi kabur terutama
pada kasus Gonoblenorroe.
Riwayat kesehatan yang lalu
Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi
obat, riwayat operasi mata.
Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular
(konjungtivitis).
1. Pemeriksaan fisik
Data fokus:
Objektif: VOS dan VOD kurang dari 6/6. Mata merah, edema
konjungtiva, epipora, sekret banyak keluar terutama pada
konjungtivitis purulen (Gonoblenorroe).
Subjektif: Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata)
gatal, panas.
1. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan tajam penglihatan.
Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter, dan perimeter
(sebagai alat pemeriksaan pandangan).
Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat
adanya efek epitel kornea).
Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak
adanya kebocoran kornea).
Pemeriksaan oftalmoskop.
Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk
melihat benda menjadi lebih besar disbanding ukuran normalnya).
1. Therapy Medik
Antibiotic topical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra
indikasi pada herpes simplek virus).
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah
bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pegecatan gram atau
giemsa dapat dijumpai sel sel radang polimorfonuklear. Pada
konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa
akan didapatkan sel-sel eosinofil.
Diagnosis Banding
Kondisi
Konjungtivitis
Keratitis/tukak kornea
Iritis akut
Glaukoma akut
Sakit
Kesat
Sedang
Sedang sampai hebat
Hebat dan menyebar
Kotoran
Sering purulen
Hanya refleks epifora
Ringan
--
Fotofobia
Ringan
Hebat
Sedang
Kornea
Jernih
Fluresein +++/-
Presipitat
Edema
Iris
Normal
muddy
Abu-abu-hijau-hijau
Penglihatan
N