BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPangan merupakan kebutuhan dasar yang paling
esensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupan.
Pangan sebagai sumber zat gizi (karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, mineral dan air) menjadi landasan utama manusia untuk
mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus
kehidupan.Indonesia sebagai salah satu negara agraris semestinya
dapat memenuhi sumber kebutuhan pangannya sendiri dengan
memanfaatkan semua potensi sumber daya manusia, sumber daya alam,
modal social dan pemerintah, seharusnya Indonesia mampu menjadi
salah satu Negara swasembada pangan, tetapi dibeberapa daerah masih
terjadi kekurangan pangan. Pangan merupakan masalah yang sangat
penting dalamm pembangunan, karena jumlah pengeluaran untuk pangan
merupakan bagian terbesar dan biaya hidup masyarakat.Potensi pangan
lokal di Indonesia sangat tinggi, namun pengetahuan masyarakat
mengenai pemanfaatan hasil pertanian lokal masih rendah, hal ini
dikarenakan rendahnya kualitas pangan lokal dan masyarakat masih
menyukai pangan impor. Salah satu cara untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat adalah pengenalan terhadap pangan lokal
dengan cara sosialisasi. Sosialisasi yang dilakukan ke anak panti.
Materi yang disampaikan yaitu pengenalan tentang pangan lokal
seperti halnya ubi ungu yang dapat diolah menjadi susu ubi ungu.
Susu ubi ungu tidak hanya merupakan minuman instan tetapi memiliki
nilai fungsional tinggi. Peranan mahasiswa sebagai agen perubahan
sangatlah diperlukan dalam meningkatkan keterampilan dan
mengembangkan potensi masyarakat utamanya di panti asuhan. Selain
itu memberikan informasi dan pengetahuan tentang potensi pangan
lokal di indonesia khususnya di Jember juga perlu dilakukan agar
generasi muda dapat mengetahui dan berusaha untuk meningkatkan
pangan lokal yang ada jember tersebut. Kegiatan yang bisa dilakukan
antara lain : Sosialisasi, teknologi pengolahan pangan lokal, dan
pemberian motovasi.1.2 Tujuan1. Mensosialisasikan tentang pangan
lokal2. Meningkatkan pangan lokal yang ada di Indonesia3. Memberi
wawasan pengetahuan tentang pangan lokal1.3 Manfaat1. Memberikan
pengetahuan tentang teknologi pengolahan pangan lokal2. Dapat
mengubah pola pikir siswa-siswi panti asuhanYabappenatim1.4
Masalah1. Kurangnya pengetahuan mengenai pangan lokal dari
siswa-siswi panti asuhanYabappenatim2. Jajanan yang dijual oleh
siswa-siswi panti asuhanYabappenatim masih merupakan produk yang
umum sudah ada di pasaran.1.5 Luaran TargetBerdasarkan sosialisasi
yang dilaksanakan di panti asuhan kabupaten Jember, luaran yang
diharapkan adalah mahasiswa mampu membantu anak panti asuhan dalam
mengembangkan serta mengoptimalkan potensi sumber daya alam dan
menerapkan teknologi pengolahan pangan lokal secara benar dan
kreatif yang terdapat di daerah setempat khususnya dalam proses
perizinan, pemasaran, dan cara pengolahan pangan lokal yang benar
dan kreatif. 1.6 Kondisi Panti AsuhanPanti asuhan yabappenatim
merupakan salah satu panti yang ada di Jember. Pada pagi hari
santri disana bersekolah, tingkatan pendidikan disana telah
mencapai mahasiswa. Sepulang sekolah mereka beristirahat dan
dilanjutkan dengan kegiatan ekstrakurikuler. Selain kegiatan
ekstrakulikuler mereka juga berjualan snack keliling kawasan panti
asuhan. Sepulang berjualan mereka solat bersama dan mengaji,
selanjutnya mereka belajar dan beristirahat. Kami disini ingin
mengajak mereka supaya snack yang dijual tidak hanya snack yang
telah ada dipasaran. Kami mengajak mereka untuk membuat produk
sendiri dan dapat dikomersilkan.
BAB 2. REVIEWE LITERATUR
2.1 Pangan Lokal, Diversifikasi dan Ketahanan PanganPangan lokal
merupakan produk pangan yang telah lama diproduksi, berkembang dan
dikonsumsi di suatu daerah atau suatu kelompok masyarakat lokal
tertentu. Umumnya produk pangan lokal diolah dari bahan baku lokal,
teknologi lokal, dan pengetahuan lokal pula. Di samping itu, produk
pangan lokal biasanya dikembangkan sesuai dengan preferensi
konsumen lokal pula. Sehingga produk pangan lokal ini berkaitan
erat dengan budaya lokal setempat. Karena itu, produk ini sering
kali menggunakan nama daerah, seperti gudek jokya, dodol garut,
jenang kudus, beras cianjur, dan sebagainya (Hariyadi, 2010).Aneka
ragam pangan lokal tersebut berpotensi sebagai bahan alternatif
pengganti beras. Sebagai contoh, di Papua ada beberapa bahan pangan
lokal setempat yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat
setempat sebagai bahan baku pengganti beras, seperti ubi jalar,
talas, sagu, gembili, dan jawawut. Produk pangan lokal tersebut
telah beradaptasi dengan baik dan dikonsumsi masyarakat Papua
secara turun temurun (Wahid Rauf dan Sri Lestari, 2009). Selain di
Papua, beberapa pangan lokal yang telah dimanfaatkan oleh
masyarakatnya sebagai bahan pengganti beras adalah jagung di Madura
dan Gorontalo.Sementara itu, ketahanan pangan adalah kondisi
terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang cukup, aman,
bermutu, bergizi, beragam, dan harganya terjangkau oleh daya beli
masyarakat. Dari pengertian tersebut, sebagai hak asasi manusia
pangan harus terpenuhi tidak hanya dari aspek kuantitatif (cukup),
namun juga mencakup aspek kualitatif yang meliputi aman, bermutu
dan bergizi.Sumberdaya lokal termasuk di dalamnya pangan lokal erat
kaitannya dengan ketahanan pangan. Ketahanan pangan yang
dikembangkan berdasarkan kekuatan sumberdaya lokal akan menciptakan
kemandirian pangan, yang selanjutnya akan melahirkan induvidu yang
sehat, aktiv, dan berdaya saing sebagaimana indikator ketahanan
pangan. Di samping itu, juga akan melahirkan sistem pangan dengan
pondasi yang kokoh. Dengan demikian, ketahanan pangan perlu
didukung dengan pondasi kemandirian pangan. Kaitan erat antara
pangan lokal dengan ketahan pangan dapat dilihat dari hubungan
antara kemandirian pangan dengan ketahanan pangan (Hariyadi,
2010).Di sisi lain pangan lokal atau pangan tradisional dapat
berperan sebagai survival strategi bagi masyarakat golongan ekonomi
lemah dalam sistem ketahanan pangan. Pola pangan tradisional dapat
menjadi pelengkap makanan pokok selain beras, Adanya penggunaan
bahan lokal yang biasanya lebih terjamin ketersediaanya sebagai
makanan pokok yang murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat
setempat, berdampat pada penambahan pendapatan riil rumah tangga
(Puji Lestari, A,S, dkk, 2007).Pembangunan ketahanan pangan di
Indonesia ditegaskan dalam Undang-undang Pangan Nomor 7 tahun 1996
tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang
Ketahanan Pangan. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya
pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan
yang cukup, baik jumlah dan mutunya, aman, merata dan terjangkau.
Pengertian mengenai ketahanan pangan tersebut mencakup aspek makro,
yaitu tersedianya pangan yang cukup dan sekaligus aspek mikro,
yaitu terpenuhinya kebutuhan pangan setiap rumah tangga untuk
menjalani hidup yang sehat dan aktif (Nainggolan, 2008). Ketahanan
pangan pada tingkat nasional diartikan sebagai kemampuan suatu
bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang
cukup, mutu yang layak dan aman, yang didasarkan pada optimalisasi
pemanfaatan dan berbasis pada keragaman sumberdaya lokal. Dari
pengertian tersebut, idealnya kemampuan dalam menyediakan pangan
bersumber dari dalam negeri sendiri. Sedangkan impor pangan
dilakukan sebagai alternatif terakhir untuk mengisi kesenjangan
antara produksi dan kebutuhan pangan dalam negeri, serta diatur
sedemikian rupa agar tidak merugikan kepentingan para produsen
pangan di dalam negeri yang mayoritas petani berskala kecil, juga
kepentingan konsumen khususnya kelompok miskin (Pasal 3 ayat (4),
PP. No. 68/2002). Untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, dapat
ditempuh melalui beberapa cara. Penganekaragaman (diversifikasi)
pangan merupakan salah satu pilar utama dalam upaya mengatasi
msalah pangan dan gizi yang pada akhirnya dapat mewujudkan
ketahanan pangan nasional. Widyakarya pangan dan gizi tahun 1998
menyebutkan pengertian tentang diversifikasi pangan sebagai berikut
: 1. Diversifikasi pangan dalam rangka pemantapan produksi padi.
Hal ini dimaksudkan agar laju peningkatan konsumsi beras dapat
dikendalikan, setidaknya seimbang dengan kemampuan peningkatan
produksi beras. 2. Diversifikasi pangan dalam rangka memperbaiki
mutu gizi makanan penduduk sehari-hari agar lebih beragam dan
seimbang. Menurut Hafsah dalam Widowati dan Damardjati dalam Supadi
(2004), pangan perlu beragam karena beberapa alasan, yaitu: 1.
Mengkonsumsi pangan yang beragam adalah alternatif terbaik untuk
pengembangan sumberdaya manusia berkualitas. 2. Meningkatkan
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian dan kehutanan. 3.
Memproduksi pangan yang beragam mengurangi ketergantungan kepada
impor pangan. 4. Mewujudkan ketahanan pangan yang merupakan
kewajiban bersama pemerintah dan masyarakat.
Nataadmadja dalam Kasryno dalam Supadi (2004), menganggap
diversifikasi sebagai perluasan cakrawala dan pendalaman dimensi
pembangunan pertanian. Diversifikasi dapat menyangkut teknologi,
sumberdaya, wilayah, komoditas, energi, kelembagaan, agroindustri
dan kesempatan kerja. Tiga macam diversifikasi usaha yang harus
diterapkan secara simultan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
adalah diversifikasi produksi, diversifikasi pengolahan hasil dan
diversifikasi pemasaran. Pendekatan ini dapat dipakai sebagai salah
satu cara untuk mengatasi semkin ketatnya kompetisi perdagangan di
pasar dunia, sekaligus melepaskan.2.2 Ubi JalarUbi jalar (Ipomoea
batatas L.) merupakan tanaman yang berasal dari daerah tropis
Amerika. Ubi jalar dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun di
pegunungan dengan suhu 270 C dan lama penyinaran 11-12 jam perhari
(Soemartono, 1984). Ubi jalar ungu memiliki jumlah kalori yang
tinggi dan nilai gizi lain yang tidak jauh berbeda dengan jenis ubi
jalar lain. Jumlah kandungan gizi ubi jalar dalam 100 Gram bahan
yang dapat dimakan dapat dilihat pada Tabel 2.
Menurut Suprapti (2003), tanaman ubi jalar memiliki ciri-ciri
sebagai berikut: Susunan tubuh utama terdiri atas batang, daun,
bunga, buah, biji, dan umbi Batang tanaman berbentuk bulat, tidak
berkayu, dan berbuku-buku Tipe pertumbuhan tegak dan merambat atau
menjalar Panjang batang tipe tegak: 1 m 2 m, sedangkan tipe
merambat: 2 m- 3m.Menurut Juanda dan Cahyono (2000), berdasarkan
warna ubi jalar dibedakan menjadi beberapa golongan sebagai
berikut: 1. Ubi jalar putih, yakni jenis ubi jalar yang dagingnya
berwarna putih 2. Ubi jalar kuning, yakni jenis ubi jalar yang
memiliki daging umbi berwarna kuning, kuning muda, atau
kekuning-kuningan 3. Ubi jalar orange, yakni ubi jalar dengan warna
daging berwarna orange 4. Ubi jalar ungu, yakni jenis ubi jalar
yang memiliki daging berwarna ungu hingga ungu muda
BAB 3. METODOLOGI SOSIALISASI
Tempat: P.A YABAPPENATIM Jl. Kaca Piring IV/125
Gebang-JemberHari, Tanggal: Minggu, 23 Februari 2014Pukul:
09.30-11.00Materi Sosialisasi: -Pengenalan pangan lokal -Pembuatan
susu ubi ungu -Motivasi Susunan Acara:No.PukulKegiatan
109.00-09.30Persiapan
209.30Anak panti masuk ruangan
309.30-09.50Perkenalan
410.00-10.40Penyampaian Materi
510.40-10.50Pembagian Produk dan Pembarian Motivasi
610.50-11.00Kuisioner dan Penutupan
BAB 4. HASIL SOSIALISASI
4.1 Metode PendekatanMetode pendekatan yang dilakukan oleh
kelompok kami, awalnya yaitu mencari informasi tentang panti asuhan
yang santrinya sering berjualan ke masyarakat sekitar. Setelah kita
telusuri akhirnya kita menemukan informasi tentang panti asuhan
tersebut. kami memilih panti asuhan yababattim sebagai sasaran kami
karena pelajar merupakan sasaran yang tepat dalam pengembangan
pangan lokal. Setelah menentukan lokasi dan sasarannya kemudian
kami menentukan hari dan tanggal akan melakukan kegiatan
sosialisasi tersebut, selanjutnya kami mengajukan surat pengantar
dari Fakultas Teknologi Pertanian yang diberikan kepada pihak panti
asuhan. Kemudian kami melakukan sosialisasi pada:Hari :
MingguTanggal : 23 Februari 2014Pukul : 09.30 s/d 11.00Lokasi :
Panti Asuhan Jalan Kaca Piring Sosialisasi dilakukan dengan cara
penyampaian informasi tentang ketahanan pangan, pangan lokal dan
difersifikasi pangan melalui sebuah power point, poster dan produk
dari pangan lokal yaitu ubi yang didiversifikasi menjadi produk
susu ubi ungu. Selanjutnya dilakukan sesi diskusi dengan anak panti
asuhan, selain penyampaian materi dan diskusi kami juga memberikan
motivasi kepada pelajar yang ada di panti asuhan tersebut.
4.2 Ketercapaian TargetSosialisasi merupakan suatu tindakan
seseorang untuk mensosialisasikan apa yang mereka ketahui serta
mentransfer ilmunya kepada orang lain. Terkait dengan tugas
matakuliah Pangan Lokal kami melakukan sosialisasi di Panti asuhan.
Disana target sasaran yang kami ambil ialah anak SMP dan SMA.
Alasan kami bersosialisasi di panti asuhan karena kami ingin saling
membagi ilmu atau bertukar ilmu dengan tujuan agar anak panti
asuhan dapat mempunyai semangat untuk melestarikan pangan lokal dan
belajar berwirausaha dari produk yang dibuat sendiri.Panti asuhan
merupakan suatu panti yang ada di Jember. Fasilitas disana masih
kurang memadai. Akan tetapi di panti asuhan banyak anak panti yang
giat berjualan untuk menambah penghasilan. Namun produk yang dijual
masih merupakan produk yang biasa dan tidak dibuat sendiri
melainkan menjualkan produk orang lain dengan sistem bagi hasil,
sehingga kami bermaksud untuk mengajarkan mereka membuat sebuah
produk dari pangan lokal yang dapat dikomersilkan.Kami datang di
Panti Asuhan tepat pukul 09.00, dan disana kami sudah disediakan
tempat dan ruang untuk pelaksanaan sosialisasi. Selanjutnya kita
menyiapkan semua perlengkapan seperti viewer laptop dan lain-lain
sebagai media presentasi. Kemudian beberapa anak-anak panti mulai
berdatangan dan masuk dalam ruangan, satu persatu dari mereka
bersalaman kepada kami. Sembari menunggu anak-anak panti berkumpul
semua, kami memberi games untuk melatih konsentrasi, yaitu tepuk
tunggal, selain untuk melatih konsentrasi juga untyk mengkondisikan
peserta agar anak-anak panti juga tidak ramai saat di dalam
ruangan, kami juga memberi game tepuk diam serta simon berkata. Hal
pertama yang kita lakukan sebelum dimulai proses sosialisasi
dilakukan adalah perkenalan. Masing-masing dari kami memperkenalkan
diri kepada anak-anak panti asuhan. Dari sebagian game yang telah
dilakukan bagi yang kalah dalam games tersebut diberikan punishmen
berupa memperkenalkan dirinya. Ada juga salah satu anak yang kami
minta untuk memperkenalkan dirinya.Pada saat dilakukan penyampaian
materi baik melalui poster dan power point, anak panti saat
antusias untuk mendengarkan, namun keadaan terkarang kurang
kondusif karena bagi anak SD materi tersebut masih terlalu sulit
untuk dipahami. Materi yang disampaikan yaitu pengenalan tentang
pangan lokal, contoh pangan lokal yang dapat dikembangkan,
teknologi pembuatan susu ubi ungu dan motivasi kepada anak panti
supaya mereka mau bangkit dengan berwirausaha.Setelah penyampaian
materi dilanjutnya dengan sesi tanya jawab, tanya jawab yang
dilakukan cukup interaktif. Hal yang ditanyakan juga sangat baik.
Selain audience bertanya, kami sebagai pemateri juga mereview ulang
materi yang telah disampaikan. Selanjutnya dibagikan produk yang
telah dijelaskan. Sembari mereka menikmati produk susu ubi instan
kami memutar video motivasi. Respon audience sangat antusias dan
interaktif.4.3 Tahap LanjutanMengadakan pembinaan secara langsung
dan berkelanjutan terhadap anak panti mengenaia. Teknologi
pengolahanAnak panti pada umunya kurang paham mengenai pengolahan
produk pertanian yang baik dan benar, maka dari itu kami menawarkan
bantuan tidak hanya dari sosialisasi saja namun, tindak lanjut dari
kami untuk keberlanjutannya yakni seperti membina panti tersebut.
Membekali anak panti tersebut dengan beberapa ketrampilan teknik
pengolahan pangan hasil pertanian. Sehingga nantinya anak panti
dapat memiliki produk yang dibuat sendiri dan dapat
dikomersilkan.
b. Manajemen pemasarSelama ini anak panti mengalami kesulitan
dengan yang namanya pemasaran. Hal ini dikarenakan produk yang
dijual sudah sering ada dipasaran, sehingga kami berbagi ilmu untuk
pembuatan produk sendiri sehingga mudah dipasarkan secara komersil.
c. Sanitasi Sanitasi adalah salah satu faktor yang paling penting
dari suatu industri makanan jadi, kami melihat dari ini untuk
masalah sanitasi juga memprihatinkan, kurangnya pengetahuan dan
bimbingan dari pihak yang lebih tau ini kurang sekali terhadap
mereka. Pengetahuan sanitasi sangat penting sehingga nantinya
mereka dapat membuat produk sendiri dengan sanitasi yang baik.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari hasil sosialisasi ke panti
asuhan yakni seperti berikut:1. Anak panti sangat interkatif saat
diskusi sosialisasi dibuka bahkan, sebelum diskusi dibuka mereka
sudah mulai bertanya-tanya terlebih dahulu.2. Pemahaman akan
teknologi pengolahan bahan pangan hasil pertanian mereka masih
kurang, sehingga kami mengajarkan mereka tentang teknologi
pengolahan pangan lokal salah satunya susu ubi instan3. Dari hasil
sosialisasi kali ini masyarakat sangat bersemangat untuk
mengembangkan panti mereka melalui pesan dan kesan yang
disampaikan.5.2 Saran Dalam melakukan sosialisasi ditentukan dulu
sasaran yang spesifik agar pada saat sosialisasi materi yang
disampaikan dapat diterima dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Azahari, Delima Hasri. 2008. Membangun Kemandirian Pangan dalam
Rangka Meningkatkan Ketahanan Nasional. Analisis Kebijakan
Pertanian. Volume 6. No. 2 bulan Juni 2008. Hal. 174 195.Badan
Ketahanan Pangan. 2006. Direktori Pengembangan Konsumsi Pangan.
Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan. Jakarta: Departemen Pertanian
Hariyadi, P. 2010. Mewujudkan Keamanan Pangan Produk-Produk
Unggulan Daerah.
Manwan, I. 1994. Strategi dan Langkah Operasional Penelitian
Tanaman Pangan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Puslitbangtan Badan
Litbang Pertanian.
Nainggolan, Kaman. 2008. Ketahanan dan Stabilitas Pasokan,
Permintaan dan Harga Komoditas Pangan. Jakarta: GramediaPuji
Lestari, A,S., Maksum, M., Widodo, K.H. 2007. Peran Makanan
Tradisional Berbahan.
Rahardjo, M.D. 1993. Politik Pangan dan Industri Pangan di
Indonesia. Prisma No. 5 Tahun XXII. LP3ES. Jakarta. Hal 13 24.Rauf,
A.W dan Sri Lestari,M. 2009. Pemanfaatan komoditas pangan
lokal.
Soemartono, 1984. Ubi Jalar (Ipomoea batatas Poir). Jakarta: CV
Yasaguna.Supadi. 2004. Pengembangan Diversifikasi Pangan: Masalah
dan Upaya Mengatasinya. Icaserd Working Paper No. 45 bulan Maret
2004. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Suprapti,
lies.2003. Tepung Ubi Jalar, Pembuatan dan Pemanfaatannya.
Yogyakarta: Kanisius.
Suryana, A. 1987. Pengembangan Komoditas Ekspor Hasil Pertanian
dengan Pendekatan Diversifikasi Usaha. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Volume VI No.1
LAMPIRAN
Anak-anak Yatim masuk ruangan dan bersalamanPersiapan
presentasi
Perkenalan Perkenalan
Games pertama Games pertama
Games pertama Games pertama
Presentasi Audiens mendengarkan materi
Presentasi
Presentasi
Pemberian hadiah Pemberian hadiah
Antusias audiens Pembagian produk subita
Games kedua Games kedua
Games kedua Pemberian hadiah
Pemberian motivasi pemberian motivasi
Perform dari salah satu Anak panti AsuhanPerform dari salah satu
Anak panti Asuhan
Pengisian kuisionerPengisian kuisioner
Pengisian kuisionerPengisian kuisioner
Pengumpulan kuisionerFoto bareng
Foto bareng Anggota Kelompok 5
KUISIONER
ABSENSI