Page 1
HUBUNGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Untuk Memenuhin Tugas
Mata Kuliah:
Aplikasi Komputer
Nama Dosen:
La Diadhan Hukama .SE, MSi
Disusun Oleh:
RISKA DWIYANTI (1202016235)
Prodi Manajement Fakultas Ekonomi
Universitas Yarsi Menara YARSI Kav. 13 Lt. 1, Jl. Letjen. Suprapto, RT. 10 / RW. 5, Senen, Cempaka Putih Timur, RT.10/RW.5, Cemp. Putih Tim., Cemp. Putih, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10410, Indonesia.
1
Page 2
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR ISI......................................................................................................... iDAFTAR TABEL................................................................................................. iiDAFTAR GAMBAR............................................................................................. iiiBAB I PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Masalah.................................................................. 11. 2. Rumusan Masalah........................................................................... 31. 3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 31. 4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 31. 5. Sistematika Pembahasan ................................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORI2. 1.Tinjauan Pustaka ............................................................................ 6
2.1.1 Teori Stakeholder ................................................................ 62.1.2 Teori Legitimasi .................................................................. 7
2.1.3 Pengertian Corporate Social Responsibility......................... 8 2.1.4 Kinerja Keuangan ................................................................. 16
2.1.4.1 Return on Asset........................................................... 17 2.1.4.2 Return on Equity.......................................................... 18 2.1.4.3 Market to Book Ratio................................................... 19 2.1.5 Debt...................................................................................... 20
2. 2.Kerangka Konseptual.................................................................... 202. 3.Pengembangan Hipotesis............................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN3. 1.Rancangan Penelitian...................................................................... 253. 2.Variabel Penelitian dan Pengukuran............................................... 25
3.2.1 Variabel Dependen ............................................................ 25 3.2.2 Variabel Independen .......................................................... 26 3.2.3 Variabel Kontrol................................................................. 26
3. 3.Metode Penarikan Sampel ............................................................. 273. 4. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 273. 5.Metode Pengujian Data .................................................................. 28
3.5.1 Uji Asumsi Klasik ............................................................. 281. Uji Normalitas................................................................... 282. Uji Multikolinearitas........................................................ 313. Uji Autokorelasi............................................................... 33
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN4.1 Kesimpulan..................................................................................... 374.2 Implikasi Manajerial....................................................................... 374.3 Keterbatasan Penelitian................................................................... 384.4 Saran............................................................................................... 38
2
Page 3
DAFTAR TABEL
HalamanTabel 1. Tabel Hasil Pengujian Multikolinieritas Model 1.................................. 32Tabel 2. Tabel Hasil Pengujian Multikolinieritas Model 2.................................. 32Tabel 3. Tabel Hasil Pengujian Multikolinieritas Model 3.................................. 33Tabel 4. Tabel Hasil Pengujian Autokorelasi Model 1........................................ 34Tabel 5. Tabel Hasil Pengujian Autokorelasi Model 2........................................ 35Tabel 6. Tabel Hasil Pengujian Autokorelasi Model 3........................................ 36
3
Page 4
DAFTAR GAMBAR
HalamanGambar 3.1. Grafik P-Plot Model 1................................................................... 29Gambar 3.2. Grafik P-Plot Model 2................................................................... 30Gambar 3.3. Grafik P-Plot Model 3................................................................... 31Gambar 3.4. Tabel Keputusan Autokorelasi...................................................... 34Gambar 3.5. Uji Autokorelasi Model 1.............................................................. 35Gambar 3.6. Uji Autokorelasi Model 2.............................................................. 36
4
Page 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada dasarnya perusahaan menginginkan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-
besarnya sebagai tujuan utama dari semua perusahaan.Namun untuk mencapai keuntungan
tersebut, perusahaan seringkali mengabaikan dampak yang ditimbulkan. Perusahaan hanya
mementingkan keuntungan tanpa memikirkan dampak kerugian yang akan ditimbulkan di sekitar
perusahaan. Dampak yang seringkali diabaikan perusahaan ialah dampak sosial, dampak
lingkungan dari setiap aktivitas atau tindakan ekonomi perusahaan.Kegiatan konsumsi yang
dilakukan perusahaan berpotensi menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan, misalnya
penggundulan hutan, polusi udara dan air, dan perubahan iklim. Selain itu kasus pembakaran
hutan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit di Sumatera dan Kalimantan, masalah
pemberdayaan masyarakat suku di wilayah pertambangan Freeport di Papua, dan konflik
masyarakat Aceh dengan Exxon mobil yang mengelola gas bumi di Arun membuat 20
masyarakat selalu berpandangan negatif akan kegiatan operasional suatu entitas bisnis
(www.csrindonesia.com, 2008).
Dengan kata lain, perusahaan dalam menjalankan aktifitasnya tidak hanya
memperhatikan aspek ekonomi saja seperti laba, tetapi juga harus memperhatikan aspek sosial
dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, dorongan perusahaan untuk melakukan CSR adalah karena
adanya Undang-undang Perseron Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 yang diberlakukan pada 16
Agustus 2007. Pasal 74 ayat 1 Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa “Perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan.”
Perbincangan mengenai perkembangan CSR di Indonesia kian hari kian marak.CSR telah
berkembang sejak era 1970-an. Pada era tersebut dicetuskan agar pemerintah melakukan
intervensi yang bertujuan memperluas ruang lingkup CSR. Ruang lingkup CSR tidak hanya
mencakup tanggung jawab korporasi pemegang saham, tetapi juga kepada karyawan, konsumen,
pemasok, masyarakat, terciptanya udara bersih, air bersih, dan konsisten lain dimana perusahaan
5
Page 6
melakukan aktivitas usahanya. Selain itu, CSR juga membahas bagaimana suatu perusahaan
berhasil melakukan CSR yang berdampak positif pada kinerja keuangan perusahaan, hal tersebut
dapat memberikan motivasi kepada perusahaan lain untuk ikut berkonstribusi dan berhasil dalam
melakukan CSR. Oleh sebab itu CSR saat ini merupakan salah satu faktor non-keuangan yang
diperhatikan oleh investor sebelum investor menginvestasikan sebagian dananya pada
perusahaan tersebut (Azheri, 2011).
Sebuah riset yang dilakukan oleh Roper Starch Worldwide (1997) menunjukkan 75%
responden memberi nilai lebih kepada produk dan jasa yang dipasarkan oleh perusahaan yang
memberi konstribusi nyata kepada komunitas melalui program pengembangan CSR.Sekitar 66%
responden juga menunjukkan mereka siap berganti merek kepada perusahaan yang memiliki
citra yang positif. Adapula hasil penelitian The Millenium Poll on CSR (1999) yang dilakukan
oleh Environics International (Toroto), Conference Board (New York) dan Prince of Wales
Business Leader Forum (London) diantara 25.000 responden di 23 negara menunjukkan bahwa
dalam membentuk opini tentang perusahaan, 60% mengatakan bahwa etika bisnis, praktek
terhadap karyawan, dampak lingkungan, tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) sangat
berperan sedangkan 40% citra perusahaan dan brand image yang akan mempengaruhi kinerja
keungan perusahaannya.
Melihat perkembangan CSR didunia sangat mendorong para peneliti untuk mengetahui
apakah ada keterkaitan antara CSR dengan kinerja keuangan perushaan. Menurut penelitian
Gerard Hirigoyen dan Thierry Poulain-Rehm (2015) yang meneliti sebanyak 329 perusahaan
sebagai sampel di Amerika Utara yang terdaftar di tiga wilayah geografis ( Amerika Serikat,
Eropa dan Wilayah Asia-Pasifik) periode 2009 dan 2010 menguji hubungan antara CSR dan
kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial
perusahaan yang lebih besar dapat menghasilkan kinerja perusahaan yang lebih baik.Sehingga
adanya hubungan positif antara tanggung jawab sosial perusahaan dengan kinerja keuangan
perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Preston dan O’Bannod (1997) juga menyatakan
bahwa terdapat hubungan positif antara CSR dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga
kinerja perusahaan akan semakin baik. Namun, penelitian lain yang dilakukan oleh Wright dan
Ferris (1997) menyatakan bahwa CSR memiliki hubungan negatif dengan kinerja keuangan
perusahaan. Pada umumnya, pengungkapan CSR diukur dengan menggunakan metode content
6
Page 7
analysis, yaitu membagi informasi yang diungkapkan ke dalam aspek-aspek tanggung jawab
sosial perusahaan yang ingin dianalisis dan memberikan nilai (scoring) terhadap indikator yang
diungkapkan oleh perusahaan.
Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka dilakukan penelitian ulang untuk
menganalisis hubungan corporate social responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Maka penelitian ini diberi judul “Hubungan Corporate Social Responsibility Terhadap
Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah terdapat hubungan antara Corporate
Social Responsibility terhadap kinerja keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia?”
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara Corporate Social
Responsibility terhadap kinerja keuangan pada Perusahaan Manufaktur pada yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat bagi beberapa pihak yang berkepentingan :
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi industri
manufaktur dalam menentukan kebijakan yang berpengaruh dengan corporate social
responsibility, sehingga akan dapat mendorong perusahaan kearah tercapainya keunggulan
bersaing dimasa kini dan akan datang, serta akan membawa perusahaan ke arah yang lebih
baik.
7
Page 8
2. Bagi Investor
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi investor dalam mengambil
keputusan untuk berinvestasi pada perusahaan yang memiliki trasparan dalam
mengungkapkan informasi dan memiliki kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan yang baik
dan dapat dipertanggung jawabkan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan kepada semua pihak yang
akan melakukan penelitian tentang hubungan CSR dan kinerja keuangan perusahaan.
1.5 Sistematika Pembahasan
Sistematika ini dimaksudkan agar mempermudah pembahasan skripsi dalam memahami
masalah-masalah yang ada, maka penelitian ini dibagi dalam lima bab pembahasan dengan
urutan sebagai berikut :
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, perumusanan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, serta sistematika pembahasan yang merupakan uraian singkat
setiap bab dalam penelitian.
BAB II: LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai tinjauan pustaka, yaitu teori yang dianggap relevan
sebagai landasan untuk penyusunan rerangka konseptual.
BAB III: METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai metode yang digunakan untuk
memecahkan permasalahan dalam penelitian yang terdiri dari rancangan
penelitian, variabel dan pengukuran, metode pengumpulan data dan metode
analisis data.
8
Page 9
BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan mengenai hasil analisis yang berhubungan dengan
pembahasan penelitian.Bab ini terdiri dari deskripsi data, hasil analisis data dan
pembahasan hasil penelitian.
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan terhadap hasil analisis dan pembahasan yang
mengacu pada pencapaian tujuan penelitian, implikasi manajerial dan saran untuk
penelitian selanjutnya.
9
Page 10
BAB II
LANDASAN TEORI
2. 1. Tinjauan Pustaka
2.1.1 Teori Stakeholder
Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal 1970an, yang
secara umum dikenal dengan stakeholder theory artinya sebagai kumpulan kebijakan dan praktik
yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan
masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam
pembangunan secara berkelanjutan. Stakeholder theory dimulai dengan asumsi bahwa nilai
(value) secara eksplisit dan tak dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan usaha.(Freeman,
2004).
Teori Stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi
untuk kepentingannya sendiri, namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya
(pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak
lain).Dengan demikian keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang
diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut (Ghozali dan Chairiri, 2007).
Para Stakeholder pada dasarnya memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pemakaian
sumber daya ekonomi yang ada di perusahaan.Oleh karena itu, “ketika stakeholder
mengendalikan sumber ekonomi yang penting bagi perusahaan, maka perusahaan akan
memberikandengan cara-cara yang memuaskan keinginan stakeholder” (Ghozali dan Chairiri,
2007).Perusahaan melakukan wawancara terhadap para stakeholder untuk mengetahui
keinginan-keinginan stakeholder dan menyusun startegi perusahaan untuk memuaskannya.
Corporate Social Responsibility merupakan strategi perusahaan untuk memuaskan
keinginan para stakeholder,makin baik pengungkapan Corporate Social Responsibility yang
dilakukan perusahaan maka stakeholder akan makin terpuaskan dan akan memberikan dukungan
penuh kepada perusahaan atas segala aktivitasnya yang bertujuan untuk menaikan kinerja dan
mencapai laba.
10
Page 11
2.1.2 Teori Legitimasi
Teori lain yang melandasi Coroporate Social Responsibility adalah Teori
Legitimasi.Teori legitimasi dan teori stakeholder merupakan perspektif teori yang berada dalam
kerangka teori ekonomi politik, karena pengaruh masyarakat luas dapat menentukan alokasi
sumber keuangan dan sumber ekonomi lainnya, perusahaan cenderung menggunakan kinerja
berbasis lingkungan dan pengungkapan informasi lingkungan untuk membenarkan atau
melegitimasi aktivitas perusahaan di mata masyarakat(Gray et al, 1995).
Legitimasi dapat memberikan mekanisme yang kuat untuk memahami pengungkapan
sukarela untuk lingkungan dan sosial yang dilakukan oleh perusahaan,dan pemahaman ini yang
nantinya akan mengarah ke debat public yang kritis,lebih jauh lagi teori legitimasi menunjukan
kepada peneliti dan masyarakat luas jalan untuk lebih peka terhadap isi pengungkapan
perusahaan (Villing, 2004).
11
Page 12
Praktek Corporate Social Responsibility yang dilakukan perusahaan bertujuan untuk
menyelaraskan diri dengan norma masyarakat.Dengan adanya pengungkapan Corporate Social
Responsibility yang baik, maka diharapkan perusahaan akan mendapat legitimasi dari
masyarakat sehingga dapat meningkatkan kinerja yang bertujuan untuk pencapaian keuntungan
perusahaan.Barkemeyer (2007) mengungkapkan bahwa penjelasan tentang kekuatan teori
legitimasi organisasi dalam kontenks tanggung jawab sosial perusahaan di negara berkembang
terdapat dua hal; pertama, kapabilitas untuk menempatkan motif maksimalisasi keuntungan
membuat gambaran lebih jelas tentang motivasi perusahaan memperbesar tanggung jawab
sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk memasukkan faktor budaya yang membentuk
tekanan institusi yang berbeda dalam konteks yang berbeda.
2.1.3 Corporate Social Responsibility
Menurut Karagiorgos (2010) tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah komitmen berkelanjutan oleh perusahaan untuk berperilaku etis dan
berkonstribusi terhadap pembangunan ekonomi sambil meningkatkan kualitas hidup tenaga
kerjanya, komunitas lokal, dan masyarakat luas.Corporate Social Responsibility (CSR)
merupakan satu hal yang terus mengalami pembahasan dibidang bisnis. Keberadaannya sendiri
sudah ada sejak tahun 1950-an dimulai di Amerika Serikat (Banerjee, 2009). Pada masa itu
perusahaan-perusahaan besar di Amerika Serikat seperti perusahaan telekomunikasi, perusahaan
minyak bumi, dan perusahaan otomotif merupakan industri-industri pelopor dalam hal tanggung
jawab sosial.Pengadaan CSR ini dapat berupa donasi, peningkatan kesejahteraan karyawan, serta
kegiatan-kegiatan religius.Perkembangan CSR kemudian lebih dikenal luas oleh masyarakat
setelah banyaknya penelitian tentang hal ini.Banyak literatur mengatakan bahwa awal periode
modern tentang CSR berasal dari publikasi oleh Howard R. Bowen dalam bukunya yang
berjudul Social Responsibilities of the Businessman (Caroll, 1999).
Sebagai lembaga usaha ditengah fokus utama memaksimalkan keuntungan, perusahaan
harus tetap berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi untuk menjamin kelangsungan
hidup perusahaan (Azra dan Gustina, 2012). Namun tujuan dan misi perusahaan tidak akan
tercapai tanpa adanya kerja sama dengan masyarakat dan lingkungannya. Pertanggungjawaban
CSR diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting.Sustainability
Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan, dan sosial, pengaruh dan
12
Page 13
kinerja organisasi didalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainability development)
(ACCA, 2004).
CSR dapat diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan
dampak operasinya dalam dimensi sosial, ekonmi, dan lingkungan, dan terus-menerus
memastikan bahwa dampaknya akan menguntungkan masyarakat dan lingkungan (Achda, 2006).
Tanggung jawab sosial mengacu pada kewajiban pengusaha untuk mengejar kebijakan-
kebijakan, untuk membuat keputusan, atau mengikuti tindakan yang diinginkan dari segi tujuan
dan nilai-nilai masyarakat kita.CSR dideskripsikan sebagai hubungan antara perusahaan terhadap
stakeholders (Crowther, 2008).
Menurut Gerard Hirigoyen dan Thierry Poulain-Rehm (2015) indikator CSR terdiri dari enam
indikator yaitu sebagai berikut :
1. Karyawan
Karyawan merupakan asset utama dalam satu perusahaan adalah hal yang sering
dikaitkan dalam edukasi bisnis.Hal ini sejalan bila dikaitkan dalam masalah CSR, dimana
karyawan merupakan penyambung lidah dari internal perusahaan ke khalayak
eksternal.Komitmen karyawan penting didapatkan bagi setiap perusahaan. Komitmen ini
merupakan pandangan karyawan terhadap masa depan mereka di perusahaan terkait dalam
kesediaan untuk membuat pengorbanan pribadi (Jaworski dan Kohli, 1993).
Berbicara karyawan dalam konteks CSR selalu dikaitkan dengan corporate
citizenship.Corporate citizenship menunjuk kegiatan dan proses organisasi yang diadopsi oleh
perusahaan untuk memenuhi tanggung jawab sosial mereka (Maignan dan Ferrel, 1999). Dalam
penelitiannya, Carrol (1998) mengemukakan bahwa corporate citizenship yang baik adalah :
a. Menghasilkan profit (memenuhi tanggung jawab ekonomi dan tidak membebani
karyawannya)
b. Mentaati peraturan (memenuhi tanggung jawab hukum yang berlaku)
c. Berperilaku etis (memenuhi tanggung jawab etik dan responsif)
d. Berkontribusi dalam kegiatan amal perusahaan (memenuhi tanggung jawab
melalui badan atau lembaga sosial)
13
Page 14
Pelatihan karyawan penting untuk perusahaan yang ingin memperoleh keuntungan antara
pesaing bisnis.Ada perdebatan signifikan di kalangan profesional dan akademisi bahwa pelatihan
memiliki pengaruh pada kedua karyawan untuk tujuan organisasi.Karyawaan mengikuti
pelatihan dengan harapan dan kebutuhan yang spesifik (Brum, 2007).Pelatihan karyawaan
diharapkan dapat menjadi suatu investasi untuk perusahaan kedepannya.
Untuk membuat setiap karyawaan terkait dengan nilai-nilai perusahaan dibutuhkan
dorongan untuk menaikkannya.Kompensasi adalah salah satu hal yang umum dan wajib
diberikan bagi setiap karyawan yang bekerja di satu perusahaan.Pemberiaan kompensasi juga
diharapkan sebagai bentuk keterkaitan karyawan dengan perusahaan.Karena itu kehadirannya
sering disandingkan dengan motivasi karyawan.
Dalam penelitiannya, Collier dan Esteban (2007) mengemukakan bahwa persepsi
karyawan terhadap perusahaan merupakan hal yang penting karena Pertama, karyawan yang
berkomitmen dengan nilai-nilai organisasi merupakan pengaruh yang signifikan terhadap
kesediaan mereka bekerja dengan program yang etis. Kedua, persepsi karyawan terhadap
keadilan bekerja merupakan cerminan dari aksi etik perusahaan itu sendiri. Ketiga, persepsi
karyawan bahwa kebijakan CSR merupakan perintah dari atasan akan memberikan gambaran
bahwa kebijakan CSR merupakan perintah dari atasan akan memberikan gambaran bahwa CSR
adalah satu hal yang berasal dari pemimpin perusahaan yang merupakan kelompok-kelompok
yang bertanggung jawab.
Jika karyawan puas pada perusahaan tempatnya bekerja, maka ia akan
merekomendasikan kepada keluarga dan teman-temannya (Bhattacharya et l., 2008). Tentu ini
menjadi salah satu keuntungan yang dapat disampaikan kepada eksternal perusahaan. Kegiatan
CSR dapat meningkatkan motivasi karyawan perusahaan lewat berbagai cara dan kondisi. Dalam
penelitiannya, Stancu et. al. (2011) menjelaskan bahwa dengan menghargai hak karyawan, upah
yang adil, dan keselamatan kerja yang merupakan dimensi paling sering dicitrakan oleh
perusahaan.Motivasi yang demikian perlu dijalankan karna dapat menguntungkan tidak hanya
dari sisi karyawan namun juga perusahaan.Dengan menciptakan lingkungan kerja yang baik dan
mengembangkan strategi pemasaran internal perusahaan dapat merangsang produktivitas dan
kepuasan antara karyawan.
14
Page 15
2. Hak Asasi Manusia di Tempat Kerja
Keadilan di tempat kerja diperlukan agar tidak ada diskriminasi antara sesame pekerja.
Adil ditemapt kerja mencakup pembagian gaji yang sama, tidak adanya diskriminasi gender,
mendapat sarana pelatihan pengembangan kemampuan yang sama, dll. Perlakuan adil di tempat
kerja memang sangat diperlukan agar tidak ada diskriminasi antar sesama pekerja, semua bisa
dapat perlakuan, kesempatan dan penghargaan yang sama.
Kondisi adil dalam lingkungan kerja adalah kondisi dimana pekerja mendapat
kesempatan dan perlakuan yang sama dalam melaksanakan pekerjaanya. Seperti yang tertulis
pada pasal 5 dan 6 Undang-Undang No. 13 tahun 2003 mengenai tenaga kerja, pemmerintah
menjamin pekerja untuk mendapat hak dan perlakuan yang sama tanpa adanya diskriminasi
dalam bentuk apapun seperti dalam :
a. Pembagian kerja yang sesuai dengan kemampuan dan tanggung jawab
b. Pembagian gaji
c. Jenjang karir
d. Diskriminasi gender
e. Sarana pengembangan kemampuan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 mengatur mengenai
ketenagakerjaan. Peraturan tersebut mencakup hak setiap pekerja untuk memperoleh
perlindungan dalam menjalankan pekerjaannya yang tertulis dalam pasal 86 ayat 1 yang
berbunyi: Setiap pekerja/ buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
a. Kesempatan dan kesehatan kerja;
b. Moral dan kesusilaan; dan
c. Perlakukan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.
Pasal 5 dan 6 UU No. 13 / 2003 juga menjadi strategi nasional kesempatan dan perlakuan
yang sama dalam pekerjaan, mengamanatkan hal-hal sebagai berikut: “Setiap tenaga kerja
memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan” ( Pasal 5 )
15
Page 16
dan “Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari
pengusaha” ( Pasal 6 ).
Indonesia telah meratifikasi Konvensi ILO No. 100 tentang pengupahan yang sama untuk
pekerjaan yang sama nilainya. Dijelaskan dalam Undang-Undang N0.80 tahun 1957 Pasal 1
yaitu : “Memberikan kejelasan mengenai istilah pengupahan yang sama bagi buruh laki-laki dan
perempuan untuk pekerjaan yang sama nilainya menunjuk kepada nilai pengupahan yang
dilakukan tanpa membedakan jenis kelamin”. Indonesia juga telah meratifikasi Konveksi ILO
No. 111 tentang diskriminasi dalam pekerjaan dan Jabatan. Dijelaskan dalam Undang-Undang
No. 21 tahun 1999 Pasal 1 yaitu: “Mempromosikan kesempatan dan perlakuan yang sama dan
menghilangkan segala bentuk diskriminasi langsung maupun tidak langsung dalam pekerjaan
dan jabatan berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, aliran politik, suku, dan status
sosial.
3. Tata Kelola Perusahaan
Tata kelola perusahaan adalah sistem yang menjelaskan bagaimana suatu perusahaan
menentukan tujuan, serta bagaimana perusahaan diarahkan dan dikendalikan.Tata kelola
perusahaan bertujuan untuk memenuhi harapan stakeholder, membangun lingkungan kerja yang
transparan dan meningkatkan daya saing perusahaan.Aljifri & Mustafa (2012) melakukan
penelitian yang menunjukkan bahwa board size memiliki pengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan.
Tata kelola perusahaan (Corporate Governance) merupakan proses dan struktur yang
digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis serta urusan-urusan perusahaan, dalam
rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan, dengan tujuan utama
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholders yang lain (Malaysian Finance Committee on Corporate Governance,
1999).
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia atau FCGI Corporate
Governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham,
pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan
eksternal lainnya sehubung dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem
yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.
16
Page 17
Keputusan Menteri BUMN Nomer Kep-117/M-MBU/2002 menjelaskan bahwa
Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh suatu organ BUMN
untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai
pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder
lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.
Good corporate governance juga merupakan sistem yang harus menjamin terpenuhinya
kewajiban perusahaan kepada shareholders dan seluruh stakeholders, danharus mampu
bekerjasama dengan stakeholders dalam mencapai tujuan perusahaan. Buruknya hubungan
perusahaan dengan stakeholders dapat menimbulkan hambatan dan gangguan pada jalannya
operasi perusahaan.
4. Komunitas
Penelitian yang dilakukan pada perusahaan-perusahaan di Inggris ditemukan bahwa
dengan skor kinerja sosial komunitas yang lebih tinggi justru membawa hasil yang lebih rendah
dari nilai perusahaan. McGuire et. al. (1988) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
pertanggungjawaban sosial perusahaan dapat menanggulangi resiko-resiko perusahaan terkait
dengan stakeholdes.Stakeholders disini dapat berupa komunitas yang mana berinteraksi langsung
dengan aktivitas bisnis perusahaan. Namun komunitas tidak berdampak signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan pada penelitian yang dilakukan oleh Brammer et. al. (2006).
Perusahaan yang beraktivitas di lingkungan setempat akan memiliki dampak timbal balik
dengan komunitas setempatnya. Komunitas penting diperhitungkan terlebih untuk
mempertahankan sustainability business suatu perusahaan. Dalam penelitiannya, Marquis (2007)
mengatakan ada dua alasan mengapa komunitas menjadi faktor penting :
a. Pemahaman lokal, norma, dan aturan dapat berfungsi sebagai batu ujian untuk
melegitimasi tindakan sosial perusahaan.
b. Tindakan sosial perusahaan umumnya ditunjukan kepada pihak lokal karena disitulah
tempat bisnis berjalan.
Mustafa et. al. (2012) juga berpendapat bahwa dengan menjaga norma dan hubungan yang baik
terhadap komunitas setempat dapat membawa kinerja keuangan perusahaan kearah yang baik.
17
Page 18
5. Lingkungan
Telah ditetapkan pada Undang-Undang no. 23 tahun 1997 tentang berbagai macam hal
yang menyangkut tentang pengelolaan lingkungan hidup. Dari undang-undang tersebut, definisi
dari lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Preferensi masyarakat terhadap produk ramah lingkungan terus meningkat.Ini menjadi
penting bagi perusahaan karena dapat menjadi satu acuan bagaimana bisnisnya harus
dijalankan.Lingkungan sekitar tempat bisnis berjalan juga perlu diperhatikan (Young et. al.,
2010). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Aras et. al. (2010) menjelaskan bahwa lingkungan
dapat menaikkan kinerja keuangan perusahaan.Hal ini juga dijelaskan pada penelitian oleh
Rakhiemah dan Agustia (2012) dijelaskan bahwa lingkungan tidak berdampak signifikan
terhadap kinerja financial perusahaan. Namun pada penelitian oleh Mwangi et. al. (2013) dimana
tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan sekitar memberi pengaruh positif terhadap
kinerja keuangan.
Dalam menjalankan bisnisnya, setiap perusahaan membuat dampak yang berarti terhadap
lingkungannya.Untuk itu diperlukan kegiatan yang ramah lingkungan sebagai timbal balik untuk
aktivitas yang dijalankan.Banyak perusahaan yang fokus mengutamakan kepentingan
lingkungan. Selain dapat menjadi salah satu daya tarik investor akan reputasi green company
juga untuk menjaga keberlangsungan bisnis.
6. Perilaku Pasar
Menurut Farina (2013) perilaku pasar adalah pola kebiasaan pasar meliputi proses
(mental) pengambilan keputusan serta kegiatan fisik individual atau organisasional terhadap
produk tertentu, konsisten selama periode waktu tertentu. Pemahaman terhadap profil dan
perilaku pasar akan menjelaskan tentang :
a. Informasi statistik mampu menjawab siapa, apa, beberapa, kapan, dan dimana pembelian
dilakukan. Jenis luas dan peranan individual dalam pasar yang memerlukan produk
tertentu (jenis, jumlah, frekuensi, tempat pembelian) sekarang maupun masa mendatang.
b. Informasi Psikolojik menjelaskan mengapa seseorang membeli atau menolak suatu
produk. Meliputi peranan motivasi, persepsi, pemahaman, sikap, kepercayaan, dan
18
Page 19
kepribadian seseorang yang mendasari tindakan pengambilan keputusan atau tindakan
melakukan kegiatan tertentu (membeli atau tidak membeli).
c. Informasi Dinamik menjelaskan bagaimana proses pembelian terjadi. Proses pembelian
merupakan proses individu untuk mengatasi persoalan yang dihadapi konsumen dalam
usaha memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
Perkembangan CSR di Indonesia
Tsoutsoura (2004) menjelaskan bahwa perusahaan yang melakukan CSR membuat
perusahaan memiliki citra positif yang mempengaruhi kinerja keuangan dan menarik
investor.Perusahaan dapat terlibat dalam CSR dalam rangka meningkatkan reputasi, brand, dan
kepercayaan yang tindakan perusahaan tersebut dapat menarik investor baru yang sadar sosial,
pelanggan “hijau” dan dapat meningkatkan profitabilitas dan daya saing mereka.
Setelah tahun 2007 pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Perseroan
Terbatas No.40 Pasal 74 tahun 2007, yang pasal (1) berbunyi Perseroan yang menjalankan
kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dan pasal (2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan di
perhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan
kepatuhan dan kewajaran, atau secara singkat menyiratkan bahwa perusahaan yang melakukan
kegiatan usaha di bidang/berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab
sosial dan lingkungan (www.hukumonline.com). Salah satu jenis perusahaan yang berhubungan
dengan sumber daya alam yang dimaksud dalam Undang-Undang adalah perusahaan tambang,
minyak dan gas, kehutanan dan perkebunan (Dwi Kartini, 2009). Pada penelitian ini akan
difokuskan kepada perusahaan industri yang berada di Indonesia.
CSR sudah digunakan di Indonesia sejak tahun 1990-an. Bebrapa perusahaan telah lama
melakukan Corporate Social Activity (CSA) atau aktivitas sosial perusahaan (Azra dan Gustina,
2012). Ada beberapa manfaat-manfaat penerapan CSR bagi perusahaan (Radyati, 2014) antara
lain :
a. Meningkatkan citra perusahaan
b. Mengembangkan kerja sama dengan para pemangku kepentingan
19
Page 20
c. Membedakan perusahaan dengan pesaingnya
d. Membuka akses untuk investasi dan pembiayaan bagi perusahaan
e. Meningkatkan harga saham
2.1.4 Kinerja Keuangan
Suatu perusahaan akan dinilai melalui kinerja keuangannya. Kinerja keuangan dapat
dilihat pada laporan keungan yang rutin dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka memberikan
informasi tentang kondisi internal perusahaan kepada khalayak eksternal.Kinerja perusahaan
yang diukur dalam penelitian ini mengacu pada kinerja laporan keuangan perusahaan di sektor
industri manufaktur. Menurut UU RI No.5 tahun 1984, Industri adalah kegiatan ekonomi yang
mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang
dengan8 nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya.
Dalam peraturan Presiden Republik Indonesia No.28 tahun 2008 tentang kebijakan
industri nasional, dikatakan bahwa industri manufaktur merupakan semua kegiatan ekonomi
yang menghasilkan barang dan jasa yang bukan tergolong primer. Yang dimaksudkan dengan
produk primer adalah produk-produk yang tergolongkan bahan mentah, yang dihasilkan oleh
kegiatan eksploitasi sumber daya alam hasil pertanian, kehutanan, kelautan, dan pertambangan
dengan kemungkinan mencakup produk pengolahan awal sampai dengan bentuk dan spesifikasi
teknis yang standar dan lazim diperdagangkan sebagai produk primer.
Laporan keuangan mencerminkan kinerja keuangan perusahaan, berisi informasi yang
penting bagi pemilik perusahaan atau pemegang saham, manajer perusahaan, investor, pemasok,
kreditur, pelanggan, karyawan, masyarakat, serta pemerintah yang diperlukan untuk mengukur
kondisi dan efisiensi perusahaan dalam menjalankan usahanya.Analisa dari laporan keuangan
bersifat relatif karena didasarkan dari pengetahuan dan pengukuran yang menggunakan
rasio.Rasio keuangan meliputi metode untuk menghitung, menginterprestasikan, menganalisis
dan mengawasi kinerja perusahaan. Rasio-rasio keuangan di bagi menjadi 5 (lima) kategori:
likuiditas, aktivitas, hutang (debt), profitabilitas, dan rasio pasar. Rasio likuiditas, aktivitas,
hutang digunakan untuk mengukur tingkat risiko, rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur
tingkat pengembalian, sedangkan rasio pasar digunakan untuk mengukur tingkat rasio dan
tingkat pengembalian.Terdapat beberapa ukuran profitabilitas yang dihubungkan dengan
20
Page 21
penjualan, asset, modal, dan nilai saham.Jenis rasio profitabilitas terbagi atas common-size
income statement, earning per share, return on assets, dan return on common equity.Rasio
profitabilitas merupakan indikator efisiensi keseluruhan perusahaan.Rasio ini biasanya
digunakan sebagai ukuran untuk laba yang dihasilkan oleh perusahaan selama periode waktu
berdasarkan tingkat penjualan, asset, modal yang digunakan, kekayaan bersih, dan laba
persaham.Rasio profitabilitas dianggap sebagai indikator untuk pertumbuhan, keberhasilan dan
kontrol.Kreditor juga tertarik pada rasio profitabilitas karena rasio ini dapat menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban bunga.Pemegang saham juga tertarik pada
profitabilitas dimana menunjukkan kemajuan dan tingkat pengembalian atas investasi mereka.
Untuk mengukur rasio profitabilitas, penelitian ini menggunakan return on assets sebagai
indikatornya sebagai ukuran kinerja keuangan perusahaan (Gitman dan Zutter, 2015).
Dalam penelitian yang dilakukan Enekwe et. al. (2014) menyatakan bahwa kinerja
keuangan perusahaan ditentukan oleh return on assets. Penelitian ini didukung oleh Akhtar et. al.
(2012) yang menyatakan bahwa return on assets merupakan indikator utama yang
mempengaruhi kinerja keuangan, yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba, namun penelitian lain dapat menambahkan variabel dependen lain seperti
return on equity dan income growth (Gweyi dan Karanja, 2013).
2.1.4.1 Return on Asset
Return on Asset (ROA) merupakan salah satu indikator untuk mengukur kinerja
keuangan yang lazim digunakan. Pengukuran ROA banyak digunakan karena mencerminkan
baik profit margin dan asset turnover (Needles, 2010). ROA mengukur laba yang diperoleh oleh
perusahaan melalui penggunaan semua modal atau total investasi baik oleh kreditur dan pemilik
(Jones et al., 2011). Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
atas aktiva yang dipergunakan (Margaretha, 2011).ROA dapat diukur melalui earning after tax
dibagi dengan total assets (Margaretha, 2011).
Return on assets digunakan untuk menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan (laba). Return on assets merupakan ukuran yang lebih baik untuk
menguji profitabilitas perusahaan dan diukur menggunakan laba bersih setelah pajak yang dibagi
dengan total asset. Lebih tinggi profitabilitas, maka nilai leverage akanlebih rendah (John dan
21
Page 22
Muthusamy, 2011). Return on assets dihasilkan berdasarkan total asset di bawah tanggung jawab
manajemen. Return on asset mencerminkan dampak bersih keputusan manajemen dan tindakan
bersama terhadap lingkungan bisnis perusahaan selama periode waktu. Karena mencerminkan
efisiensi semua asset dibawah kendali manajemen, return on asset dapat diterapkan sebagai
kinerja (Khidmat dan Rehman, 2014). ROA mengukur kinerja perusahaan dengan profitabilitas
sebelum melakukan pembiayaan.Dengan memisahkan pembiayaan dan operasi, ROA
memberikan ukuran profitabilitas yang lebih baik dari asset tersebut (Janamrung dan
Issarawornrawanich, 2015).
Dapat disimpulkan bahwa return on asset dalam analisis laporan keuangan memiliki arti
yang sangat penting sebagai ukuran kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba dan
meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor, agar perusahaan tersebut diminati investor
karena tingkat pengembalian yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio ini
maka semakin baik nilai perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk membiayai investasi dan
memenuhi kewajibannya dengan menggunakan dana yang berasal dari laba ditahan. Apabila
return on asset menunjukkan persentase yang rendah maka dapat menjadi informasi yang
negative bagi para pemegang saham, sehingga mempengaruhi keputusan para investor manapun
calon investor untuk menempatkan dananya di perusahaan tersebut.
2.1.4.2 Return on Equity
Menurut Rinati (2008), Return on Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pengelola modal yang di investasikan oleh
pemilik perusahaan. Angka ROE yang semakin tinggi memberikan indikasi bagi pemegang
saham bahwa tingkat pengembalian investasi semakin tinggi. Return on Equity (ROE) adalah
rasio keuangan yang mengacu pada berapa banyak keuntungan perusahaan yang diperoleh
dibandingkan dengan jumlah total ekuitas pemegang saham yang di investasikan atau ditemukan
pada neraca (Ongore dan Kusa, 2013).
Return on Equity merupakan indikator pengukur kinerja keuangan yang membandingkan
antara net income dengan equity (Taswan, 2010). ROE adalah pengembalian atas ekuitas saham
biasa yang digunakan untuk mengukur tingkat laba yang dihasilkan dari investasi pemegang
saham.Semakin besar rasio ini maka tingkat pengenmbalian yang mampu dihasilkan perusahaan
22
Page 23
atas modal yang ditanamkan pemegang saham semakin besar dan kinerja keuangan semakin
baik. Return on Equity (ROE), mengukur pengembalian yang diperoleh atas investasi pemegang
saham di perusahaan, semakin besar rasio ini mengindikasi semakin baik kinerja perusahaan
(Gitman dan Zutter, 2015).
Return on Equity menunjukkan sejauh mana perusahaan mengelola modal sendiri (net
worth) secara efektif, serta mengukur profitabilitas investasi yang telah dibuat dari modal sendiri
atau pemegang saham perusahaan (Heikal et al., 2014). Ang (2001) yang menyatakan bahwa
semakin tinggi rasio return on equity maka akan meningkatkan pertumbuhan laba. Return on
equity menunjukkan profitabilitas dari modal sendiri atau sering disebut sebagai profitabilitas
bisnis (Sawir, 2005). ROE mengukur kinerja perusahaan dengan profitabilitas setelah melakukan
pembiayaan dan tax expenses.ROE memberikan ukuran yang lebih baik dari net income dalam
kaitannya dengan ekuitas pemegang saham (Janamrung dan Issarawornrawanich, 2015).
2.1.4.3 Market to Book Ratio
Market to book ratio merupakan rasio perbandingan antara harga pasar per lembar saham
dengan nilai buku saham pada suatu perusahaan (Gitman, 2009). Market to book ratio dipandang
sebagai rasio yang bisa di gunakan untuk memprediksi stock return karna menggunakan proksi
harga pasar saham dalam pengukurannya. Semakin tinggi harga pasar saham, maka perusahaan
semakin berhasil menciptakan nilai bagi investor sehingga keuntungan yang diperoleh investor
juga meningkat (Fama dan French, 1995 ; Sartono, 2001). Jika nilai market to book ratio
meningkat, maka hal ini mengindikasikan bahwa nilai saham perusahaan dihargai diatas nilai
bukunya (Nathaniel, 2008) atau dengan kata lain nilai perusahaan dimata investor akan
meningkat (Martono, 2009).
Market to book ratio adalah ukuran relatif dari seberapa besar pertumbuhan bagi nilai
perusahaan dibandingkan dengan asset fisiknya.Dengan demikian, semakin besar pertumbuhan
yang diharapkan dan nilai pada rasio tersebut, semakin tinggi pula market to book ratio (Horne,
2002). Tingginya market to book ratio menunjukkan penilaian atau harapan investor terhadap
perusahaan. semakin tinggi rasio perusahaan, perusahaan dipandang semakin mempunyai
prospek yang baik. Artinya pembeli mau mengeluarkan uang ekstra, karena adanya harapan di
waktu yang akan datang dan demikian pula sebaliknya (I Made Sudana, 2011).
23
Page 24
2.1.5 Debt
Tingkat keuntungan dan tingkat utang perusahaan merupakan dua indikator utama untuk
memperkirakan kemampuan untuk membayar peminjam.Dengan demikian, investasi ditentukan
oleh tingkat keuntungan dan hutang.Hutang juga digunakan sebagai indikator dari soliditas
keuangan perusahaan dan dapat mengkondisikan biaya sumber daya eksternal atau akses
terhadap sumber daya tersebut (Soumaya, 2012).
Debt adalah rasio yang digunakan mengukur proposi total asset yang dibiayai oleh
kreditor. Debt ratio juga menjelaskan posisi hutang perusahaan yang menunjukkan besarnya
jumlah uang yang dimiliki pihak lain yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan profit.
Semakin tinggi rasio maka semakin besar jumlah dana dari kreditor yang digunakan untuk
membiayai investasi perusahaan (Gitman dan Zutter, 2012).
Menurut Kebewar M (2013), rasio utang yang optimal didefinisikan sebagai salah satu
yang meminimalkan biaya modal bagi perusahaan, sekaligus juga memaksimalkan nilai
perusahaan, dengan kata lain, rasio utang yang optimal adalah salah satu yang memaksimalkan
profitabilitas perusahaan.
2.2 Kerangka Konseptual
Suatu perusahaan harus melakukan kegiatan CSR yang baik, sehingga dapat memberikan
keuntungan kepada perusahaan dan memberikan kesejahteraan kepada stakeholders.Sebagai
lembaga usaha ditengah fokus utama memaksimalkan keuntungan, perusahaan harus tetap
berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi untuk menjamin kelangsungan hidup
perusahaan (Azra dan Gustina, 2012). Namun tujuan dan misi perusahaan tidak akan tercapai
tanpa adanya kerja sama dengan masyarakat dan lingkungannya. Berdasarkan penelitian Gerard
Hirigoyen dan Thierry Poulain-Rehm (2015) kegiatan CSR yang dilakukan suatu perusahaan
memiliki 6 indikator CSR yang terdiri dari karyawan, hak asasi manusia, tata kelola perusahaan,
komunitas, lingkungan, dan perilaku pasar yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan.
Dalam penelitian Shoukat dan Muhamad (2014) mengungkapkan bahwa terdapat
pengaruh antara CSR dengan ROA.Hal ini karena kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan
dianggap efektif untuk memacu peningkatan presentase ROA. Sehingga, semakin besar
pengungkapan CSR, maka ROA akan semakin meningkat. ROE adalah rasio laba bersih
24
Page 25
terhadap total ekuitas.Shoukat dan Muhamad (2014) mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh
antara CSR dengan ROE.CSR menjadi salah satu tolak ukur investor dalam menentukkan
besarnya investasi saham pada perusahaan. Sehingga, semakin besar pengungkapan CSR, maka
ROE akan semakin meningkat. Market to book ratio merupakan faktor resiko yang harus di
perhatikan oleh para investor, karena market to book ratio yang tinggi dapat dijadikan indikator
bahwa perusahaan tersebut masih undervalue. Riyanto (1995) menyatakan bahwa market to book
ratio merupakan rasio yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan
melalui harga pasarnya, semakin rendah rasio ini menandakan semakin tinggi perusahaan di nilai
oleh para investor.Nila (harga) pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat
tertentu yang di tentukan oleh pelaku pasar. Oleh karna itu terdapat pengaruh antara CSR dengan
market to book ratio. CSR dianggap mempengaruhi laba perlembar saham yang akan diperoleh
perusahaan. Sehingga, investor akan mempertimbangkan kegiatan CSR yang dilakukan oleh
perusahaan. Menurut penelitian Kasmir (2010) menyatakan bahwa apabila rasionya tinggi,
artinya pendanaan dengan utang semakin banyak, maka sulit untuk perusahaan memperoleh
tambahan pinjaman karna di khawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi hutang-hutangnya
dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil
perusahaan dibiayai dengan hutang.Tingkat debt operasi yang tinggi memiliki konsekuensi
bahwa perubahaan pendapatan dalam jumlah yang relative kecil akan mengakibatkan
perubahaan yang besar dalam kinerja keuangan perusahaan. Menurut penelitian Gerard
Hirigoyen dan Thierry Poulain-Rehm (2015) menyatakan antara tanggung jawab sosial
perusahaan yang terdiri dari enam indikator dengan kinerja keuangan perusahaan (ROA,ROE,
Market to book ratio) memiliki hubungan positif. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat
dibentuk rerangka konseptual sebagai berikut :
25
Page 26
Gambar 1.
Rerangka Konseptual
2.3 Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Return On Assets (ROA)
Hasil penelitian Santoso A.H dan Feliana Y.K (2013) di Indonesia yang menggunakan
sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012 menemukan CSR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Kegiatan CSR membuat perusahaan untuk
mengembangkan kompetensi baru dalam mengelola sumber daya secara efektif.Husnan dan
Pamudji (2013) di Indonesia yang menggunakan sampel perusahaan manufaktur periode 2008-
2011 juga menemukan pengaruh positif dari CSR terhadap ROA, karena pengungkapan CSR
merupakan bentuk keterbukaan informasi sosial yang dapat memberikan kepercayaan kepada
pihak eksternal.Penelitian Ahmed et al (2014) di Malaysia dengan sampel perusahaan yang
terdaftar di Bursa Malaysia periode 2007-2011 juga mendukung bahwa pengungkapan CSR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.Penelitian Hirigoyen dan Rehm (2015)
26
Variabel Independen
Corporate Social Responsibility
Karyawan Hak asasi manusia Tata kelola perusahaan Komunitas Lingkungan Perilaku Pasar
Variabel Dependen
Financial Performance
ROA ROE Market to book
ratio Variabel Control
Debt
Page 27
menemukan hasil yang serupa yaitu adanya hubungan yang positif antara CSR terhadap
ROA.Semakin besar CSR yang dilakukan maka semakin baik pula ROA yang didapatkan. Maka
hipotesis yang di ajukan adalah :
H1 : Terdapat pengaruh antara Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Return
On Assets (ROA).
Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Return On Equity (ROE)
Hasil pengujian yang dilakukan oleh Chandrayanthi,A.A.A dan Saputra,I.D.G.D (2013)
di Indonesia dengan menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2010-2011 menemukan bahwa CSR memiliki pengaruh positif terhadap
kinerja keuangan yang diproksikan oleh ROE. Penelitian Hirigoyen dan Rehm (2015)
menemukan hasil yang serupa adanya hubungan positif antara CSR terhadap ROE.ROE
menunjukkan keuntungan yang berasal dari modal yang disediakan oleh investor.Aktivitas CSR
dapat menjadi elemen yang menguntungkan dalam perusahaan karena memiliki dampak
produktif seperti terhadap efisiensi. Hasil serupa juga ditemukan oleh Ahmed et al (2014) di
Malaysia yang menemukan bahwa CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE dan
sama seperti penelitian yang dilakukan Tsoutsoura (2004) menyebutkan adanya hubungan positif
antara CSR terhadap ROE. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah :
H2 : Terdapat pengaruh antara Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Return
On Equity (ROE).
Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Market to Book Ratio
Nuryaman (2013) menemukan adanya hubungan positif antara CSR dengan Market to
Book Ratio. Hasil tersebut juga didukung oleh Shoukat (2014) mengemukakan bahwa CSR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Market to book ratio. Penelitian Gerard Hirigoyen
dan Thierry Poulain-Rehm (2015) menemukan hasil yang sama adanya hubungan positif antara
CSR terhadap market to book ratio. Dimana dalam menginvestasikan modalnya, investor akan
mempertimbangkan kegiatan CSR perusahaan sebagai salah satu bentuk kepedulian sosial.
Sehingga, CSR menjadi berpengaruh terhadap harga saham ataupun ratio pasar. CSR dianggap
mempengaruhi laba perlembar saham yang akan diperoleh perusahaan. Oleh karna itu, para
27
Page 28
investor akan mempertimbangkan kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil tersebut
juga didukung oleh hasil penelitian yang ditemukan oleh Vintila, Nenu E.A dan Ghergina S.C di
Buchares, Rumania (2014) dengan sampel industri yang berbeda-beda yang terdaftar di
Bucharest Stock Exchange, yang menyatakan perushaan yang terlibat dalam aksi sosial yang
bertanggung jawab memiliki kinerja yang lebih baik karena menarik konsumen, dan
meningkatkan reputasi, sehingga akan meningkatkan penjualan dan juga laba perushaan.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan adalah :
H3 : Terdapat pengaruh antara Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Market to
Book Ratio.
28
Page 29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji hipotesis karena
penelitian ini bertujan untuk menguji pengaruh corporate social responsibility terhadap kinerja
keuangan perusahaan.Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah multiple
regression dan jenis data yang digunakan adalah data panel.Subyek analisis dalam penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan periode
masa penelitian 2010-2014.
3.2 Variabel dan Pengukuran
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan.Kinerja keuangan adalah
suatu gambaran tentang kondisi suatu perusahaan. Dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur
dengan menggunakan tiga indikator pengukuran sebagai berikut :
1. Return on equity
(Sumber :Hirigoyen dan Rehm, 2015).
2. Return on asssets
(Sumber :Hirigoyen dan Rehm, 2015).
3. Market to book ratio
29
ROE = net profit x 100%
total equity
ROA = net profit x100%
total assets
market capitalization
shareholder funds
Page 30
(Sumber : Hirigoyen dan Rehm, 2015).
2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility.
Corporate Social Responsibility yang merupakan variabel independen pada penelitian ini diukur
melalui enam indikator yaitu :
1. Karyawan
2. Hak Asasi Manusia
3. Tata Kelola Perusahaan
4. Komunitas
5. Lingkungan
6. Perilaku pasar
Pengukuran dilakukan dengan metode content analysis, yaitu dengan memberikan skor
pada tiap indikator yang tersedia.Perhitungan CSR dilakukan dengan memberi skor pada tiap
poin yang terdapat di dalam daftar tabel lampiran.
Skor 0 : Jika tidak terdapat poin yang dimaksud pada laporan tahunan perusahaan.
Skor 100 : Jika terdapat poin yang dimaksud pada laporan tahunan perusahaan.
Skor-skor terkumpul kemudian dijumlahkan nilainya, sehingga tiap perusahaan akan
diwakili nilai CSRnya melalui karyawan, hak asasi manusia, tata kelola perusahaan, lingkungan,
komunitas, dan perilaku pasar.
(Sumber : Hirigoyen dan Rehm, 2015).
3. Variabel Kontrol
1. Debt
Debt adalah rasio yang digunakan mengukur proposi total asset yang dibiayai oleh
kreditor. Debt ratio juga menjelaskan posisi hutang perusahaan yang menunjukkan besarnya
jumlah uang yang dimiliki pihak lain yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan profit.
30
Page 31
Semakin tinggi rasio maka semakin besar jumlah dana dari kreditor yang digunakan untuk
membiayai investasi perusahaan (Gitman dan Zutter, 2015). Debt dirumuskan dengan :
(Sumber :Gitman dan Zutter, 2015).
3.3 Metode Penarikan Sampel
Metode penarikan sampel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode
purposive sampling yang merupakan pemilihan sampel secara tidak acak yang
informasinyadiperoleh dengan menggunakan kriteria tertentu yang disesuaikan dengan tujuan
dan rumusan masalah penelitian. Kriteria-kriterianya adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
2. Perusahaan mempunyai data laporan keuangan yang lengkap dari tahun 2010-2014.
3. Perusahaan tetap listing selama periode penelitian
4. Mata uang yang digunakan perusahaan dalam bentuk nilai rupiah (IDR).
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) atau data yang telah diolah seperti data hasil
penelitian kepustakaan, dan laporan yang berhubungan dengan penelitian ini yang telah
dipublikasikan. Data-data ini diperoleh dari website www.idx.co.id dan Indonesian Capital
Market Directory (ICMD). Data-data berupa laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama lima tahun dari tahun 2010-2014.
31
Page 32
3.5 Metode Pengujian Data
3.5.1 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis terhadap data, dalam penelitian ini dilakukan terlebih dahulu
pengujian terhadap data yang diperoleh, yaitu dengan uji asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik
yang dilakukan adalah :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dalam model regresi ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa variabel
dependen dan variabel independen pada penelitian ini mempunyai distribusi normal atau tidak,
dimana model regresi yang baik yaitu telah terdistribusi normal atau mendekati normal.Untuk
pengujian normalitas data dilakukan dengan analisis Grafik Normal P-P Plot of Regression
Standardized Residual.Pengujian normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data
(titik) pada sumbu diagonal dari grafik normal. Adapun dasar untuk pengembalian keputusannya
adalah sebagai berikut :
a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, maka
model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas.
Hasil pengujian normalitas dengan Grafikk P-P Plot ditunjukkan dengan gambar berikut:
32
Page 33
Model 1 : Kinerja Keuangan diukur dengan ROA
Gambar 3.1
Grafik P-Plot
Model 1
Dilihat dari grafik P-P Plot tersebut (Normal P-P Plot of Regression Standardized
Residual) terlihat bahwa ternyata titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan hasil pengujian normalitas di atas
dapat diketahui bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas.
33
Page 34
Model 2 : Kinerja Keuangan diukur dengan ROE
Gambar 3.2
Grafik P-Plot
Model 2
Dilihat dari grafik P-P Plot tersebut (Normal P-P Plot of Regression Standardized
Residual) terlihat bahwa ternyata titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan hasil pengujian normalitas di atas
dapat diketahui bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas
34
Page 35
Model 3 : Kinerja Keuangan diukur dengan Market to book ratio
Gambar 3.3
Grafik P-Plot
Model 3
Dilihat dari grafik P-P Plot tersebut (Normal P-P Plot of Regression Standardized
Residual) terlihat bahwa ternyata titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan hasil pengujian normalitas di atas
dapat diketahui bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinieritas menunjukkan bahwa antara variabel independen mempunyai hubungan
langsung (berkorelasi).Multikolinearitas terjadi jika nilai Variance Inflatation Factor (VIF) lebih
besar dari 10 dan nilai toleransi lebih kecil 0.10. Hipotesis yang diuji adalalah :
Ho : Ada multikolinearitas
Ha : Tidak ada multikolinearitas
Kriteria keputusan pengujian multikolinearitas :
35
Page 36
a. Jika VIF > 10 atau toleransi < 0.10, maka Ho diterima, yang artinya ada multikolinearitas
antar variabel independen dalam model regresi.
b. Jika VIF < 10 atau toleransi > 0.10, maka Ho ditolak, yang artinya tidak ada
multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
Model 1 : Kinerja Keuangan diukur dengan ROA
Tabel 1.
Tabel Hasil Pengujian Multikolinieritas
Model 1
Variabel
Collinearity Statistics
KeputusanTolerance VIF
CSRR .993 1.007 Tidak ada multikolinearitas
Debt .995 1.005 Tidak ada multikolinearitas
Berdasarkantabel diatas dapat diketahui bahwa tidak terdapat multikolinearitas karena
seluruh variabel independen mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10, maka dapat dikatakan
bahwa model regresi yang digunakan terbebas dari permasalahan multikolinearitas.Hasil
pengujian multikolinearitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran hasil regresi.
Model 2 : Kinerja Keuangan diukur dengan ROE
Tabel 2.
Tabel Hasil Pengujian Multikolinieritas
Model 2
Variabel
Collinearity Statistics
KeputusanTolerance VIF
CSRR .996 1.005 Tidak ada multikolinearitas
Debt .994 1.006 Tidak ada multikolinearitas
36
Page 37
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tidak terdapat multikolinearitas karena
seluruh variabel independen mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10, maka dapat dikatakan
bahwa model regresi yang digunakan terbebas dari permasalahan multikolinearitas.Hasil
pengujian multikolinearitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran hasil regresi.
Model 3 : Kinerja Keuangan diukur dengan Market to book ratio
Tabel 3.
Tabel Hasil Pengujian Multikolinieritas
Model 3
Variabel
Collinearity Statistics
KeputusanTolerance VIF
CSRR .993 1.007 Tidak ada multikolinearitas
Debt .996 1.005 Tidak ada multikolinearitas
Berdasarkantabel diatas dapat diketahui bahwa tidak terdapat multikolinearitas karena
seluruh variabel independen mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10, maka dapat dikatakan
bahwa model regresi yang digunakan terbebas dari permasalahan multikolinearitas.Hasil
pengujian multikolinearitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran hasil regresi.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada perode t-1
(sebelumnya).Jika ada korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul
karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi
lainnya.Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.Mendeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson. Uji ini hanya digunakan untuk
autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan
tidak ada variabel lagi diantara variabel independen. Hipotesis yang diuji adalah :
Ho : Tidak ada autokorelasi (r = 0)
37
Page 38
Ha : Ada autokorelasi (r ≠ 0)
Gambar 3.4
Tabel Keputusan Autokorelasi
Kriteria Ho Keputusan
0 < DW < DL Ditolak Ada autokorelasi positif
DL< DW < DU Tidak ada keputusan Tidak ada keputusan
4 – DL< DW < 4 Ditolak Ada autokorelasi negative
4 – DU< DW < 4 - DL Tidak ada keputusan Tidak ada keputusan
DU < DW < 4 - DU Diterima Tidak ada autokorelasi
Model 1 : Kinerja Keuangan diukur dengan ROA
Tabel 4.
Tabel Hasil Pengujian Autokoerasi
Model 1
N K dL du 4-du 4-dL dw Kesimpulan
330 3 1.7382 1.7990 2.2010 2.2618 1.995 Tidak ada autokolerasi
N = jumlah observasi
K = jumlah variabel bebas.
Berikut gambar daerah keputusan uji autokolerasi :
38
Page 39
Gambar 3.5
Uji Autokolerasi
Model 1
Ada
Autokolerasi
PositifInconclusive Tidak ada
Autokolerasi
Inconclusive
Ada
Autokoleras
i Negatif
0 DL DU 2 4-DU 4-DL
Dari hasil uji autokorelasi gambar 3.5 diketahui bahwa model yang diteliti mempunyai
jumlah observasi sebesar 330, dengan jumlah variabel bebas sebesar 4.Maka didapat nilai batas
bawah (DL) sebesar 1.7382 dengan batas atas (Du) sebesar 1.7990.Hasil uji durbin Watson statistic
didapat sebesar 1.995 berada diareaDU< DW < 4 - DU atau berada diarea Tidak Ada
autokolerasi.Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi pada model regresi yang
digunakan sehingga model layak untuk digunakan.
Model 2 : Kinerja Keuangan diukur dengan ROE
Tabel 5.
Tabel Hasil Pengujian Autokoerasi
Model 2
N K dL du 4-du 4-dL dw Kesimpulan
330 3 1.7382 1.7990 2.2010 2.2618 1.740 Tidak ada autokolerasi
N = jumlah observasi
K = jumlah variabel bebas.
39
1.7382 1.7990
Dw = 1.995
2.2010 2.2618
Page 40
Berikut gambar daerah keputusan uji autokolerasi :
Gambar 3.6
Uji Autokolerasi
Model 2
Ada
Autokolerasi
PositifInconclusive Tidak ada
Autokolerasi
Inconclusive
Ada
Autokolerasi
Negatif
0 DL DU 2 4-DU 4-DL
Dari hasil uji autokorelasi gambar 3.6 diketahui bahwa model yang diteliti mempunyai
jumlah observasi sebesar 330, dengan jumlah variabel bebas sebesar 4.Maka didapat nilai batas
bawah (DL) sebesar 1.7382 dengan batas atas (Du) sebesar 1.7990.Hasil uji durbin Watson statistic
didapat sebesar 1.740 berada diareaDU< DW < 4 - DU atau berada diarea Tidak Ada
autokolerasi.Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi pada model regresi yang
digunakan sehingga model layak untuk digunakan.
Model 3 : Kinerja Keuangan diukur dengan Market to book ratio
Tabel 6.
Tabel Hasil Pengujian Autokoerasi
Model 3
N K dL du 4-du 4-dL dw Kesimpulan
330 3 1.7382 1.7990 2.2010 2.2618 2.014 Tidak ada autokolerasi
N = jumlah observasi
K = jumlah variabel bebas.
40
1.7382 1.7990
Dw = 1.740
2.2010 2.2618
Page 41
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruhCorporate Social Responsibility, Debt,
terhadap Return on Assets, Return on Equitydan Market to book ratiopada periode 2010-2014.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan serta diuraikan secara
keseluruhan di bab empat, maka kesimpulan penelitian ini sebagai berikut :
1. Corporate Social Responsibilitymemiliki pengaruh positif dan signifikan terhadapReturn on
Assets.
2. Corporate Social Responsibility memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadapReturn on
Equity.
3. Corporate Social Responsibilitytidak memiliki pengaruh terhadapMarket to book ratio.
4. Debt memiliki pengaruh positif terhadap ROA dan ROE. Sedangkan Debtmemiliki
pengaruh negative terhadap Market to book ratio.
4.2 Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa variabel
CSRdanDebtberpengaruhpositif terhadap ROA dan ROE. Sedangkan debt memiliki pengaruh
negative terhadap market to book ratio.sehingga implikasi manajerial dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi Perusahaan
Untuk meningkatlkan kinerja keuangan sebaiknya perusahaan mempertimbangkan
kegiatan CSR. Dengan cara menambahkan kegiatan corporate social responsibility. Sehingga
perusahaan mendaptkan nilai yang positif atau image yang baik dari stakeholder. Sedangkan itu
perusahaan sebaiknya mengurangi penggunaan hutang untuk membiayai kegiatan oprasionalnya.
2. Bagi Investor
Jika investor ingin menginvestasikan dananya pada perusahaan manufaktur, sebaiknya
investor berinvestasi pada perusahaan yang memiliki CSR yang baik. Karena dengan CSR yang
baik akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
41
Page 42
4.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:
1. Penelitian ini terbatas pada perusahaan yang bergerak pada industri manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
2. Periode penelitian hanya 5 tahun yaitu antara 2010-2014
4.4 Saran
Berdasarkan hasil dan keterbatasan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat
memberikan saran sebagai berikut:
1. Menambahkan jumlah sampel perusahaan selain manufaktur seperti telekomunikasi,
konstruksi dan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Melakukan penelitian dengan periode 8 tahun.
42