Top Banner
Forestry Research Institute of Kupang (Forist) Warta Cendana Balai Penelitian Kehutanan Kupang Edisi VII No.2 Desember 2014 Studi Kelas Keawetan Kayu Kabesak (Acacia leuchopea) Bentuk Interaksi Kakatua Sumba di Habitatnya | FOKUS | Penentuan Bilangan Bentuk Casuarina junghuhiana untuk Meningkatkan Keakuratan Pengukuran Volume Pohon REPORTASE : Gelar Teknologi Hasil Penelitian Budidaya Cendana, Gaharu dan Lebah Madu RESENSI : Tropical Forest Ecology : The Basis For Conservation and Management REPORTASE : Kelahiran Pertama Kura-kura Leher Ular Rote (Chelodina mccordi Rhodin, 1994) Photo Latar Hutan Mangrove di Tarimbang by Dani P dan Kakatua Sumba by : Oki Hidayat HUTAN TARIMBANG DI SUMBA TIMUR EKSOTISME
32

Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

Mar 09, 2019

Download

Documents

trinhnhan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

Forestry Research Institute of Kupang (Forist)

WartaCendanaBalai Penelitian Kehutanan Kupang Edisi VII No.2

Desember 2014

Studi Kelas Keawetan Kayu Kabesak (Acacia leuchopea)

Bentuk Interaksi Kakatua Sumba

di Habitatnya

| FOKUS |Penentuan Bilangan Bentuk

Casuarina junghuhiana untuk Meningkatkan Keakuratan

Pengukuran Volume Pohon

REPORTASE :Gelar Teknologi Hasil Penelitian Budidaya Cendana, Gaharu dan Lebah Madu

RESENSI :Tropical Forest Ecology : The Basis For Conservation and Management

REPORTASE :Kelahiran Pertama Kura-kura Leher Ular Rote (Chelodina mccordi Rhodin, 1994)

Photo Latar Hutan Mangrove di Tarimbang by Dani P dan Kakatua Sumba by : Oki Hidayat

HUTAN TARIMBANG DI SUMBA TIMUR

EKSOTISME

Page 2: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

BALAI PENELITIAN KEHUTANAN KUPANG | FORESTRY RESEARCH INSTITUTE OH KUPANG

Dewan Redaksi Redaksi Pelaksana

PENERBIT

Balai Penelitian Kehutanan Kupang Jln Untung Suropati No 7 B. Kupang

Telp (0380)823357 Fax (0380) 831086 Email : [email protected]

REDAKSI

merupakan majalah ilmiah poluler Balai Peneleitian Kehutanan Kupang yang diterbitkan 3 kali dalam satu tahun, berisikan tema rehabilitasi

hutan dan lahan, konservasi, sosial ekonomi, ekowisata, lingkungan, HHBK, managemen, hukum

kelembagaan, kebijakan publik dan lain-lain. www.foristkupang.org

Redaksi menerima sumbangan artikel sesuai tema terkait, Tim Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mngubah isi materi tulisan, Tulisan dapa dikirim melalui email ke [email protected]

DAFTAR ISI

SEKAPUR SIRIHSalam Konservasi,

Potensi keanekaragaman hayati di Indonesia begitu melimpah. Terlebih, potensi flora dan fauna pada

kawasan semi arida di Nusa Tenggara Timur mulai teridentifikasi. Warta cendana edisi ini akan

menampilkan serangkaian artikel yang mengupas potensi tersebut. Kayu kabesak (Acacia leucophloea

(Roxb.)) merupakan jenis pohon yang mudah ditemui di Nusa Tenggara Timur. Masyarakat lokal

menggunakannya sebagai bahan konstruksi. Studi Kelas Kuat Kayu Kabesak (Acacia Leucophloea (Roxb.))

willd akan menginformasikan potensi pohon ini sebagai kayu andalan lokal. Sementara itu, Nusa Tenggara

Timur memiliki puluhan jenis avifauna dan salah satunya adalah Kakatua Sumba (Cacatua sulphurea

citrinocristata). Burung tersebut mempunyai karakter dan relasi yang unik di habitatnya. Selain itu, artikel

berjudul Eksotisme Hutan Tarimbang mengupas potensi biodiversitas di Pulau Sumba. Kekhasan hutan

Tarimbang yang terletak di Kecamatan Tabundung Kabupaten Sumba Timur adalah kombinasi tipe hutan

pegunungan dan hutan mangrove yang masih terpelihara dengan baik.

Pada kolom Ragam, kami menginformasikan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada Balai Penelitian

Kehutanan Kupang, seperti menetasnya telur kura-kura leher ular Rote (Chelodina mccordi Rhodin, 1994)

untuk pertama kalinya di penangkaran Stasiun Penelitian Oilsonbai, Balai PenelitianKehutanan Kupang.

Hal tersebut menumbuhkan optimisme untuk menyelamatkan species ini dari ambang kepunahan. Selain itu,

pada bulan September 2014, Balai Penelitian Kehutanan Kupang menyelenggarakan Gelar Teknologi dengan

tema “Budidaya Cendana, Gaharu dan Lebah Madu” di Ruteng Kabupaten Manggarai Timur. Kegiatan

tersebut bertujuan menyebarluaskan hasil-hasil penelitian kepada para stakeholder. Kegiatan tersebut diisi

pemaparan hasil penelitian dan praktek lapang.

Semoga para pembaca akan mendapatkan pengetahuan dari sajian informasi tersebut. Kami turut

mengundang para pembaca untuk berpartisipasi dengan cara mengirimkan artikel atau memberikan

sarannya. Sehingga Warta Cendana semakin eksis di masa mendatang. Sekian

| FOKUS | | REPORTASE |

| GALERI |h.1oleh: Heny Rianawati

Penentuan Bilangan Bentuk Casuarina junghuhiana untuk Meningkatkan Keakuratan Pengukuran Volume Pohon

h.6

Oleh : Dhany Yuniarti dan Hary Kurniawan

h.20

h.25

Cover Photo : Hutan Mangrove

di Tarimbang by Dani P dan Kakatua Sumba

by Oki Hidayat

Penanggung JawabKepala Balai Penelitian Kehutanan Kupang

Imam Budiman, S.Hut, M.A .Hery Kurniawan, S.Hut, M.Sc.Eko Pujiono, S.Hut, M.Sc.Muhamad Hidayatullah, S.Hut, M.Si. Merry Mars Dethan, S.P.

Rattahpinusa H Handisa, S.Sos.

Kepala Seksi Data, Informasi dan Sarana Penelitian Anggota

EksotismeHutan Tarimbang di Sumba Timur

h.11Oleh : Dani Pamungkas

Bentuk Interaksi Kakatua Sumba di Habitatnya

h.15Oleh : Oki Hidayat

| RESENSI |

h.23

Gelar Teknologi "Budidaya Cendana, Gaharu dan Lebah Madu”di Manggarai Timur

Kelahiran Pertama Kura-Kura Leher Ular Rote (Chelodina mccordi Rhodin, 1994) di Kupang

Tropical Forest Ecology : The Basis for Conservation and Management

Studi Kelas KeawetanKayu Kabesak (Acacia leuchopea)

h.22

Page 3: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

PEMBAHASAN kontruksi bangunan, atap dan dinding. Di

Kabesak (Acacia leucophloea pulau Jawa, kabesak dikenal dengan nama

(Roxb.) Willd.) adalah salah satu pilang. Seperti halnya kayu dari jenis

tumbuhan dari famili Fabaceae, sub famili legum lainnya, kayu kabesak mempunyai

M imoso ideae , yang merupakan corak indah sehingga berpeluang besar

tumbuhan asli Asia Selatan dan Asia untuk dikembangkan secara masal

Tenggara, dapat ditemui di India, Nepal, menjadi bahan baku industri kayu dan

Pakistan, Srilangka, Myanmar, Thailand, mebel. Sehingga dapat menjadi pilihan

Vietnam dan Indonesia (Jawa, P. Sumbawa diantara jenis-jenis komersial seperti jati,

dan P. Timor). Tumbuhan ini mudah mahoni dan meranti. Seperti kita ketahui

ditemui di P.Timor (Nusa Tenggara Timur) bersama bahwa permintaaan akan kayu

karena kabesak dapat tumbuh pada komersial tersebut terus meningkat,

daerah dengan curah hujan hanya 400- te tap i t i dak d i imbang i dengan

1500 mm/tahun dengan bulan kering ketersedian kayu dari HTI maupun hutan

sekitar 9-10 bulan/semi arid (Orwa et.al, alam. Sehingga mengakibatkan harga

2009). Tempat tumbuh yang optimal pada kayu komersial semakin tinggi.

daerah dengan ketinggian kurang dari Pengetahuan tentang sifat-sifat

800 m dpl. Pohon kabesak dapat kayu kabesak perlu diketahui (terutama

mencapai tinggi 35 m dengan diameter sifat fisik dan mekanik) untuk yang

dapat mencapai 60 cm (Heyne, 1987). menentukan kekuatan kayu. Hal ini

Kayu kabesak merupakan salah diperlukan guna mendukung kayu

satu jenis kayu potensial yang ada di NTT. kabesak sebagai kayu andalan lokal.

Meskipun kabesak tumbuh liar, tetapi Dengan diketahuinya kelas kekuatan kayu

masyarakat NTT sudah memanfaatannya kabesak, diharapkan dapat meningkatkan

untuk berbagai keperluan seperti nilai komersilnya.

1Edisi VII No.2 Desember 2014

| FO

KUS

|

oleh: Henny Rianawati

STUDI KELAS KUAT KAYU KABESAK (Acacia leucophloea (Roxb.) Willd.)

Page 4: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

2 Edisi VII No.2 Desember 2014

PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik

A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n

Penelitian ini menggunakan bahan perbandingan berat dan volume kayu

baku berupa kayu kabesak meliputi dalam keadaan kering udara. Berat jenis

bagian pangkal, tengah dan ujung. Lokasi kayu merupakan suatu faktor penting

pengambilan kayu kabesak di desa dalam hubungannya dengan sifat-sifat

Reknamo, Kec. Amabi Oefeto, Kab. mekanik. Berat jenis kayu berbanding

Kupang, NTT. Pengujian sifat fisik mekanik lurus dengan kekuatan kayu, semakin

dilakukan di laboratorium fisika mekanika tinggi berat jenis kayu semakin kuat kayu

k a y u , P u s a t P e n e l i t i a n d a n tersebut. Hasil pengujian menunjukkan

Pengembangan Ke tekn ikan dan bahwa nilai rerata berat jenis kayu

pengelolaan Hasil Hutan, Bogor. Ukuran kabesak adalah 0,73. Nilai rerata berat

contoh uji dan pengujian sifat fisik dan j e n i s i n i s e s u a i d e n g a n h a s i l

mekanik kayu dilakukan sesuai dengan pengujian yang telah dilakukan oleh

metode ASTM D 143-94 (ASTM, 2006). Lemmens (1995), yang menyatakan

bahwa berat jenis kayu kabesak berkisar

B. Hasil dan Pembahasan antara 0,71-0,89.

Kelas kuat kayu ditentukan oleh Berdasarkan klasifikasi kelas kuat

sifat fisik dan mekanik kayu. Hasil kayu dari Den Berger (1923), jika hanya

penelitian ini menunjukkan gambaran didasarkan atas rerata nilai berat

kelas kuat kayu kabesak. Berdasarkan jenisnya, kayu kabesak digolongkan ke

klasifikasi kelas kuat kayu menurut Den dalam kelas kuat II (berat jenis 0,60-0,90).

Berger (1923), gambaran kelas kuat kayu Rerata nilai berat jenis kayu kabesak lebih

diperoleh dari nilai rerata berat jenis (sifat tinggi dibandingkan dengan rerata berat

fisik), rerata nilai batas patah pada lentur jenis kayu yang telah umum dipasarkan,

statis (MOR) dan rerata nilai keteguhan seperti kayu jati yang mempunyai rerata

tekan sejajar serat (c//) (sifat mekanik). nilai berat jenis 0,67, kayu mahoni dengan

Kelas kuat kayu Indonesia dibedakan rerata berat jenis 0,61 (macrophylla); 0,64

menjadi lima kelas. Kelima kelas kuat kayu (mahagoni) dan jenis-jenis kayu meranti

Indonesia disajikan pada Tabel 1. yang mempunyai berat jenis antara 0,40-

0,66 (Martawijaya, 1989).

B.2 Sifat Mekanik

Sifat mekanik atau keteguhan kayu

merupakan sifat yang penting, karena

dapat digunakan untuk menduga

kegunaan kayu. Dalam kaitannya dengan

kekuatan kayu, sifat mekanik yang

dibahas dalam tulisan ini adalah

keteguhan pada batas patah (Modulus of

Rapture/MOR) dan keteguhan tekan

sejajar serat (c//). Pengujian sifat mekanik

dilakukan pada keadaan kering udara.

Kelas

Kuat

Berat

Jenis

Keteguhan Lentur

Statis/MOR(kg/cm2)

Keteguhan

Tekan

Sejajar

Serat/C//

(kg/cm2)

I lebih

dari

0,90

lebih dari 1100 lebih dari

650

II 0,60-

0,90

725-1100 425-650

III 0,40-

0,60

500-725 300-425

IV 0,30-

0,40

360-500 215-300

V < 0,30 < 360 < 215

Tabel 1. Kelas Kuat Kayu

Page 5: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

3Edisi VII No.2 Desember 2014

Nilai MOR digunakan untuk

menentukan ketahanan kayu terhadap

gaya-gaya yang berusaha mematahkan

kayu, yang dipikul oleh blandar dan

pengerat. Atau dengan kata lain kekuatan

lentur patah (MOR) merupakan sifat

mekanik kayu yang berhubungan dengan

kemampuan kayu untuk menahan beban

a t a u g a y a l u a r y a n g b e ke r j a

padanya dan cenderung merubah bentuk

dan ukuran kayu tersebut. Hasil pengujian

menunjukkan bahwa rerata nilai MOR 2kayu kabesak adalah 815,38 kg/cm . Hasil Perbedaan hasil pengujian sifat

pengujian rerata nilai MOR kayu kabesak fisik dan mekanik kayu kabesak sedikit dibawah kisaran nilai MOR kayu dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut kabesak yang telah diteliti oleh Lemmens, Haygreen (1982), sifat fisik dan mekanik

2yaitu berkisar antara 850-860 kg/cm . kayu dipengaruhi oleh jenis kayu, umur

Nilai MOR tersebut masih dalam klasifikasi pohon, lokasi tempat tumbuh serta

kelas kuat II menurut Den Berger. perlakuan silvikulturnya. Berdasarkan

Nilai keteguhan tekan sejajar serat hasil penelitian yang dilakukan oleh

adalah kekuatan kayu untuk menahan Nurwati (2007) terhadap sifat fisik dan

muatan jika kayu tersebut digunakan mekanik kayu akasia mangium,

untuk tujuan tertentu. Rerata nilai memperkirakan bahwa kayu akasia

keteguhan tekan sejajar serat kayu mangium mempunyai karakteristik yang 2kabesak 368,75 kg/cm . Dengan nilai c// berbeda pada setiap daerah. Begitu juga

tersebut, kayu kabesak diklasifikasikan menurut Wahyu (2008), mengemukakan

dalam kelas kuat III. Sedangkan hasil bahwa sifat fisik dan mekanik kayu

pengujian nilai keteguhan tekan sejajar d ipengaruhi o leh banyak faktor

serat yang diperoleh Lemmens berkisar diantaranya adalah jenis kayu, tempat 2 antara 515-535 kg/cm (kelas kuat II). tumbuh, umur, letak dalambatang dan

Hasil pengujian sifat fisik mekanik kayu diameter.

kabesak disajikan pada Tabel 2. Rerata nilai MOR dan rerata nilai c//

Sifat

fisik

Sifat mekanik

(kg/cm2)

Sumber

data

Berat

jenis

MOR c//

Kelas

Kuat

Data

primer

0,73 815,38 368,75 II-III

Lemmens 0.71-

0.89

850-

860

515-

535

II

Tabel 2. Sifat Fisik Mekanik Kayu Kabesak

Sumber: data primer (2012) dan Lemmens (1995).

TAXONOMY 1.1 Kingdom : Plantae1.2 Sub Kingdom : Tracheobionta1.3 Superdivision : Spermatophyta1.4 Division : Magnoliophyta1.5 Class : Magnoliopsida1.6 Sub Class : Rosidae1.7 Order : Fabales1.8 Family : Fabaceae1.9 Genus : Acacia2.0 Species : Acacia leucophloea

Sumber: http://www.altervista.org/biologia/flora-af/index.php?recn=355&scientific-name=acacia+leucophloea

Page 6: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

4 Edisi VII No.2 Desember 2014

kayu kabesak dibawah kayu jati (MOR sama dengan rerata nilai c// kayu mahoni 2 2 2jati=1.631 kg/cm ; c// jati=550 kg/cm ). yaitu 360 kg/cm . Nilai rerata MOR dan c//

Jika dibandingkan dengan kayu mahoni kayu kabesak juga tidak kalah dengan

rerata nilai MOR kayu kabesak lebih nilai MOR dan c// kayu meranti, untuk 2 lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.tinggi (MOR mahoni=557-623 kg/cm ).

Pada Tabel 3. terlihat bahwa Hasil pengujian rerata nilai keteguhan

berdasarkan sifat fisik dan mekanik yang tekan sejajar serat kayu kabesak hampir

Tabel 3. Perbandingan Sifat Fisik Mekanik Kayu Kabesak Dengan Kayu Jati, Mahoni dan Jenis-Jenis Kayu Meranti

Sumber: data primer (2012), Atlas Kayu Indonesia Jilid I (1981)

Sifat fisik

Sifat mekanik

(kg/cm2)

Jenis Kayu

Family

Berat

jenis

MOR

c//

Kelas

kuat

Kegunaan

Kabesak

Acacia

leucophloea

Fabaceae

0,73

815,38

368,75

II-III

bahan bangunan (kontruksi

berat maupun ringan),

mebel, panel, daun meja,

pelapis dinding,langit -langit,

sambungan pasak, jeruji,

dan sumber energi.

Jati

Tectona

grandis

Verbenaceae

0,67

(0.71-

0.89)

850-860

515-535

II

kontruksi, tiang, balok,

kosen pintu dan jendela,

bantalan kereta api,

jembatan, bendungan air

tawar, lantai, kapal.

Mahoni

Swietenia

macrophyla

Swietenia

mahagoni

Meliaceae

0,53-0,67

0,56-0,72

623

557

360

376

II-III

II-III

venir dekoratif dan kayu

lapis, mebel, perkapalan,

barang kerajinan dan

barang-barang bubutan

Meranti

Kuning

Shorea

faguetiana

Shorea

multiflora

0,57

0,66

900

1037

516

502

III-II

II-III

venir dan kayu lapis, lantai,

mebel murah, panil dan

bahan pembungkus.

Meranti

Merah

Shorea

leprosula

Shorea

ovalis

0,52

0,51

357

618

236

347

III-IV

III-IV

venir dan kayu lapis, mebel

murah, rangka tanah, pintu,

lantai, peti mati, peti

pengepak, alat music (pipa

organ)

Meranti Putih

Shorea

javanica

Shorea

retinodes

Dipterocarpaceae

0,63

0,76

587

856

323

454

II-III

II

venir dan kayu lapis, papan

partikel, lantai, bangunan

dan perkapalan.

Page 7: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

5Edisi VII No.2 Desember 2014

dimiliki kayu kabesak, maka kayu kabesak Heyne, K., 1987. Tunbuhan Berguna

dapat digunakan sebagai kayu kontruksi Indonesia jilid II. Badan Litbang

maupun dijadikan mebel. Hal ini sesuai Kehutanan. Jakarta.

dengan Standar Nasional Indonesia Lemmens, R.H.M.J., I. Soerianegara and

(SNI.03-3527-94) tentang persyaratan W.C.Wong. 1995. Plant Resources

kayu untuk bahan bangunan struktural of South East Asia. Timber Trees:

yaitu nilai keteguhan lentur =224,90 Minor Commercial Timbers. 2 Procea. Bogor, Indonesia.kg/cm dan nilai keteguhan tekan =218,15 2 Martawijaya, A. et.all. 1981. Atlas Kayu kg/cm . Sedangkan persyaratan kekuatan

Indonesia Jilid). Badan penelitian kayu untuk mebel (SNI.01-0608-89)

dan Pengembangan Kehutanan adalah kelas kuat kayu tidak kurang dari

Departemen Kehutanan. Bogor kelas kuat III. Selain itu kayu kabesak

Indonesia.dapat digunakan sebagai sumber energi,

Nurwati, H. et.all. 2007. Sifat Fisik dan karena mempunyai kandungan kalor yang

mekanik Sepuluh Provenans Kayu cukup tinggi yaitu 4.305 kal/g (Rianawati,

Mangium (Acacia Mangium Willd) 2012).

dari Patung Panjang Jawa Barat.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu PENUTUP

Tropis. Masyarakat Peneliti Kayu Kayu kabesak mempunyai nilai

Indonesia. Vol. 5.(1):7-11.rerata berat jenis 0,73; rerata nilai MOR

Orwa. Et.al. 2009. Acacia leucophloea. 815,38 kg/cm2 dan rerata nilai C// 368,75

Website:http://www.worldagroforekg/cm2, kayu kabesak termasuk dalam

stry.org. (4 April 2012).kelas kuat II-III. Sehingga kayu kabesak

Rianawati, Heny. Siswadi dan Retno cocok digunakan sebagai bahan

Setyowati. 2012. Laporan Hasil bangunan (kontruksi berat maupun

Penelit ian Sifat Dasar dan ringan), mebel, panel, daun meja, pelapis

Kegunaan Jenis Kayu Bali dan Nusa dinding,langit-langit, sambungan pasak,

Tenggara (Jenis Potensial NTT). jeruji, dan juga dapat digunakan sebagai

Balai Penel it ian Kehutanan sumber energi.

Kupang. Kupang, Nusa Tenggara

Timur. (Tidak dipublikasikan).DAFTAR PUSTAKA

Wahyu, D dan Nugroho, M. 2008.Tinjauan ASTM. 2006. Annual of ASTM . American

Hasil-hasil Penelitian Faktor-faktor Society for Testing and Materials.

Alam yang Mempengaruhi Sifat Philadelphia. USA.

Fisik dan Mekanik Kayu lndonesia. Den Berger, L.G. 1923. De grondslagen

Jurnal llmu dan Teknologi Kayu voor de classificate van Ned.

Tropis. Masyarakat Peneliti Kayu Indische Timmerhout soorten.

Indonesia. Vol.5(1): 85-100.Tectona vol.16.

Haygreen, J.G. and J.L. Bowyer, 1982.

Forest Product and Wood Science,

An Introduction. Iowa State

University Press, Ames, Iowa.

Page 8: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

6 Edisi VII No.2 Desember 2014

| FO

KUS

|

PENDAHULUAN paraboloid, dsb) dapat dinyatakan dalam

Selain diameter dan tinggi pohon, angka sebagai faktor bentuk (form

bentuk batang adalah salah satu factors).

k o m p o n e n p e n e n t u v o l u m e Angka Bentuk Batang (f) didefinisikan

pohon.Bentuk batang diantaranya dapat sebagai perbandingan atau rasio antara

digambarkan oleh angka bentuk (form volume batang yang sebenarnya dengan

factor) dan taper. Perbandingan antara volume silinder yang memiliki tinggi atau

bentuk batang pohon dengan berbagai panjang sama. Berdasarkan diameter

volume bentuk bangun solid (silinder, yang digunakan untuk menghitung

PENENTUAN BILANGAN BENTUK

Oleh : Dhany Yuniarti dan Hery Kurniawan

untuk Meningkatkan Keakuratan Pengukuran Volume Pohon

Casuarina junghuhniana

Page 9: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

7Edisi VII No.2 Desember 2014

volume silindernya, angka bentuk Bahan baku yang digunakan dalam

dibedakan atas : (1) angka bentuk mutlak penelitian ini adalah pohon cemara

; (2) angka bentuk buatan ; (3) angka gunung (C. junghuhniana) pada

bentuk normal.Angka bentuk mutlak beberapa kelas diameter. Kelas diameter

(absolute form factor) adalah angka dikelompokkan dalam range 5-10 cm,

bentuk di mana volume silindernya >10-15 cm, >15-20 cm, >20-25 cm,

menggunakan lbds berdasarkan >25-30 cm dan >30-35 cm. Masing-

diameter pada pangkal batang.Angka masing kelas diameter diambil 3 (tiga)

bentuk buatan (artificial form factor) pohon sebagai sampel. Sehingga jumlah

adalah angka bentuk di mana volume sampel keseluruhan sebanyak 18 pohon.

s i l i nde rnya menggunakan lbds Peralatan yang digunakan dalam

berdasarkan dbh.angka bentuk normal pengambilan data dan sampel pohon di

(true form factor/hohenadl form factor) lapangan diantaranya adalah GPS,

adalah angka bentuk di mana volume Phiband atau pita diameter, Hagameter,

s i l i nde rnya menggunakan lbds Pita meter, Gergaji rantai (Chainsaw).

berdasarkan diameter pada ketinggian

1/10 tinggi pohon.Oleh karena dbh biasa A.3. Metode Pengumpulan Data

digunakan sebagai ciri diameter pohon, Pohon sampel ditebang, kemudian

maka angka bentuk yang sering dilakukan pembagian batang menjadi

digunakan pun adalah angka bentuk segmen-segmen sesuai dengan ukuran

buatan (Muhdin, 2003). yang telah ditetapkan seperti yang

Angka bentuk batang dalam terlihat pada Gambar 1.

penelitian ini memenuhi kategori atau Gambar 1. Pembagian seksi batang dalam definisi bilangan bentuk buatan, yakni pengukuran bilangan bentuk bilangan bentuk yang menggunakan

v o l u m e s i l i n d e r p e m b a n d i n g

berdasarkan diameter of breast height

(dbh). Angka atau bilangan bentuk jenis

ini lazim digunakan karena tingkat

penggunaannya yang luas dan mudah

dalam penerapannya, serta masih

memenuhi kaidah ilmiah, dimana

terdapat korelasi yang kuat antara tinggi Pada set iap segmen d i lakukan

pohon dengan dbh. pengukuran diameter pangkal dan

diameter ujung. PEMBAHASAN

A. Metode Penelitian

A.1 Lokasi Penelitian

Pengambi lan sampel penel i t ian

dilakukan di Desa Erbaun Kecamatan

Amarasi Barat Kabupaten Kupang

A.2 Bahan dan Alat

Page 10: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

8 Edisi VII No.2 Desember 2014

A.4 Metode Analisis Data diperoleh bilangan bentuk sebesar 0,57

Volume tiap segmen dihitung dengan (Yuniati, et. al. 2011). Sehingga bilangan

rumus Smallian sebagai berikut : bentuk C. junghuhniana lebih kecil jika

dibandingkan dengan bilangan bentuk E.

alba yang sama-sama merupakan

spesies penyusun savana di P. Timor.

Bilangan bentuk ini setidaknya

menunjukkan beberapa hal. Pertama,

pohon C. Junghuhniana di Pulau Timor

memiliki bentuk batang yang lebih

mengerucut atau conoid dibandingkan E.

Alba, dengan tingkat perubahan

diameter yang drastis pada setiap

ketinggian pohon atau panjang log.

Volume masing-masing segmen dari Kedua, kondisi tegakan yang masih rapat

p a n g ka l s a m p a i u j u n g b a t a n g mengakibatkan kurang optimalnya

dijumlahkan untuk mengetahui volume pertumbuhan diameter pohon. Chapman

kayu batang aktual total dari satu pohon. dan Meyer (1949) menyatakan bahwa

taper merupakan resultante dimensi

V aktual = V1 + V2 +.....+ Vn pohon yang disebabkan oleh pengaruh

pertumbuhan tinggi dan diameter

Bilangan bentuk ini dihitung dengan pohon.Pertumbuhan tinggi pohon lebih

membandingkan antara volume kayu dipengaruhi oleh kualitas tempat tumbuh,

batang aktual dengan volume kayu sedangkan diameter pohon lebih

silinder pada diameter batang setinggi dipengaruhi oleh kerapatan pohon. Taper

dada (dbh). a d a l a h s u a t u i s t i l a h y a n g

menggambarkan bentuk batang yang

B. Hasil meruncing.Dengan kata lain, taper

Berdasarkan hasil perhitungan, angka menggambarkan pengurangan atau

bilangan bentuk disajikan dalam tabel 1. semakin mengecilnya diameter batang

Dari Tabel 1 terlihat bahwa bilangan dari pangkal hingga ke ujung.

bentuk pohon C. Junghuhniana sebesar Penjelasan di atas, setidaknya

0,42. Berdasarkan studi yang dilakukan memenuhi asumsi yang mendasari

oleh El-Juhany dan kawan-kawan (2002) berlakunya tabel volume lokal pada

di Riyadh, Arab Saudi, dengan jenis sebuah areal hutan (tegakan) adalah

Casuarina cunninghamiana dari data bahwa pohon-pohon yang memiliki

tinggi tonggal, dbh dan volume aktual ukuran diameter sama maka akan

yang diperoleh dapat dihitung nilai memiliki tinggi dan angka bentuk batang

bilangan bentuknya adalah 0,43. Nilai ini yang sama pula sehingga dengan

relatif dekat dengan nilai bilangan bentuk demikian akan memiliki volume pohon

jenis C. junghuhniana hasil penelitian ini. yang sama pula.asumsi yang melandasi

Sedangkan dari hasil penelitian lainnya di ber lakunya tabel volume baku adalah

savana Timor pada jenis Eucalyptus alba bahwa pohon-pohon yang memiliki dbh

Volume tiap segmen dihitung dengan rumus Smallian sebagai berikut :

Vs =

??

?

?

??

?

?

2

up

lbdslbds

x l Keterangan : Vs : Volume tiap segmen kayu

Lbdsp : Luas bidang dasar pangkal segmen = ¼

ð

(diameter pangkal)

2

Lbdsu

: Luas bidang dasar ujung segmen = ¼

ð (diameter ujung)

2

L

: Panjang segmen

L

Lbds +p Lbdsu

Page 11: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

9Edisi VII No.2 Desember 2014

dan tinggi pohon yang sama maka akan spesies tertentu, bilangan bentuk adalah

memiliki angka bentuk batang yang sama terendah pada pohon yang tumbuh

pula, sehingga akan memiliki volume terbuka dengan tajuk yang luas, dan

pohon yang sama juga. tertinggi adalah pada pohon yang tumbuh

Avery dan Burkhart (2002), juga di dalam hutan dengan tajuk yang relatif

menyatakan bahwa bilangan bentuk yang kurang luas.

lebih tinggi mengindikasikan tingkat Penebangan pohon sebagai sampel

tapering batang yang lebih rendah dan yang akan diukur, terkendala oleh adanya

volume pohon yang lebih besar. Pada kepentingan lingkungan yang lebih

Pohon

Ke...

Diameter

Dbh (cm)

Volume

Aktual

(cm3)

Volume Dbh

(cm3)

Bilangan

Bentuk

1 6,88 18318,82 37889,43 0,483481

2 5,10 9708,42 16917,2 0,573879

3 7,32 23596,58 46329,62 0,509319

Rerata Kd 1 0,522226

8

10,51

57724,51

121395,6

0,475507

7

12,70

73324,55

171560,1

0,427399

5

14,96

149029,1

325015,9

0,458529

Rerata Kd 2

0,453811

16

16,65

138551,5

379746,3

0,364853

11

17,26

159025,3

411589,1

0,386369

15

18,94

256527,5

596018,5

0,430402

Rerata Kd 3

0,393875

4

21,60

289199,6

736161,7

0,392848

10

22,38

324340,6

813879,6

0,398512

17

23,50

404950,1

1018763

0,397493

Rerata Kd 4

0,396284

14

26,40

615957,4

1476287

0,417234

6

28,02

573358,4

1808363

0,317059

18

29,49

839155,3

1953333

0,429602

Rerata Kd 5

0,387965

9

30,98

669298,1

2034212

0,329021

12

33,69

1088757

2582440

0,421600

13

31,70

820293,9

2219170

0,369640

Rerata Kd 6

0,373420

Rerata 0,421257

Sumber : Yuniati, et.al., 2013

Tabel 1. Bilangan bentuk pohon Casuarina junghuhniana

Page 12: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

10 Edisi VII No.2 Desember 2014

dominan di Pulau Timor. Sebagaimana DAFTAR PUSTAKA

umumnya kondisi lahan di daratan Pulau Avery, T.U. and Burkhart. 2002. Forest

Timor, kondisinya sangat miskin akan Measurements, Fifth Edition. Mc.

hara dengan solum tanah tipis dan relatif Graw Hill Companies.

terjadi pemadatan oleh adanya aktivitas El-Juhany, L.I., I.M. Aref, and A.O. El

penggembalaan. Semua memerlukan Wakeel. 2002. Evaluation of

tindakan yang bijak dari setiap pihak yang Above Ground Biomass and Stem

terkait, baik pemerintah, swasta maupun Volume of Three Casuarina

masyarakat pada umumnya. Berdasarkan Species Grown in The Central

alasan ini, maka pohon sampel yang Region of Saudi Arabia. Journal of

digunakan dalam penelitian ini tidak Agriculture Science. King Saud

mungkin diperoleh dalam jumlah besar. University. Vol. 14 : 08 – 13.

Oleh karena itu, pemilihan pohon Muhdin. 2003. Dimensi Pohon dan

yang akan dijadikan sampel sangat P e r k e m b a n g a n M e t o d e

penting dalam kaitannya untuk mewakili Pendugaan Volume Pohon.

kaidah keterwakilan dalam analisis. Penganta r Fa l sa fah Sa ins

Minimnya jumlah sampel yang dapat ( P P S 7 0 2 ) . P r o g r a m

diambil, berimplikasi pada metode Pascasarjana/S3 IPB. Bogor.

pengambilan sampel. Untuk mengurangi http://tumoutou.net/702_07134/

bias yang terlalu besar, pengelompokan muhdin.htm

ke dalam kelas diameter menjadi langkah Yuniati, D dan H. Kurniawan. 2011.

pertama agar sebaran diameter yang ada P e n y u s u n a n P e r s a m a a n

di lapangan dapat terwakili seluruhnya. Allometrik Eucalyptus alba untuk

Kisaran diameter yang dijumpai di Pendugaan Simpanan Karbon

lapangan adalah dari 0 – 35 centimetre. Hutan Savana di Propinsi Nusa

Pembagian diameter ke dalam 6 kelas Tenggara Timur. Laporan Tahunan

diameter dilakukan untuk mengurangi 2011. Tidak dipublikasikan.

bias dan memenuhi kaidah keterwakilan Yuniati, D., H. Kurniawan dan F. Banani.

serta untuk menekan jumlah sampel yang 2013. Estimasi Simpanan Karbon

diperlukan. Jenis Casuarina junghuhniana

Berdasarkan hasil perhitungan Hutan Savana di Pulau Timor

diketahui pula, bahwa pada kelas Untuk Mendukung Upaya Mitigasi

diameter yang lebih rendah secara umum Pe r u b a h a n I k l i m M e l a l u i

memiliki nilai bilangan bentuk yang lebih Mekanisme REDD. Laporan

besar dari nilai bilangan bentuk kelas T a h u n a n 2 0 1 3 . T i d a k

diameter yang lebih besar. Hal ini sesuai dipublikasikan.

dengan teori pertumbuhan, bahwa pada

masa muda tanaman akan cenderung

untuk melakukan pertumbuhan vertikal,

hingga pada suatu saat faktor yang

mendukung pertumbuhan sekunder

muncul, kemudian tumbuhan akan

melakukan pertumbuhan horisontal.

Page 13: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

11Edisi VII No.2 Desember 2014

Oleh : Dani Pamungkas HUTAN TARIMBANG DI SUMBA TIMUR

Eksotisme PENDAHULUAN hamparan lahan berisi sumber daya alam

Keindahan alam Nusa Tenggara hayati yang didominasi pepohonan dalam

Timur (NTT) tidak kalah jika dibandingkan persekutuan alam lingkungannya, yang

dengan tempat lain yang lebih dulu satu dengan lainnya tidak dapat

terkenal. Terutama keindahan panorama dipisahkan. Dari pengertian diatas dapat

hutan di Sumba Timur. Berdasarkan diketahui bahwa hutan merupakan

Kamus Besar Bahasa Indonesia, hutan sumber keanekaragaman hayati yang

diartikan sebagai tanah yang luas yang umumnya berasal dari golongan flora.

ditumbuhi pohon-pohon dan biasanya Tentu tidak asing lagi bagi kita ketika

tidak dipelihara orang. Sedangkan mendengar kata “hutan”. Sebagian orang

berdasar UU No. 41 tahun 1999, hutan mengartikan hutan sebagai tempat yang

adalah suatu kesatuan ekosistem berupa mengerikan bahkan berbahaya dan

| FO

KUS

|

foto

: Da

ni P

amun

gkas

Page 14: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

12 Edisi VII No.2 Desember 2014

banyak mengandung unsur mistis. berdekatan dengan kawasan Taman

Namun bagi sebagian orang, mereka Nasional Laiwangi Wanggameti, Seksi

mengartikan hutan sebagai lokasi yang Pengelolaan Taman Nasional (SPTN)

penuh tantangan untuk berpetualang Wilayah I.

dan menimba ilmu pengetahuan.

Tarimbang, merupakan nama PEMBAHASAN

sebuah desa yang berlokasi di Kecamatan A. Hutan Pegunungan

Tabundung, Kabupaten Sumba Timur dan Komposisi jenis penyusun hutan

perjalanan menuju lokasi tersebut pegunungan cukup beragam, mulai dari

membutuhkan waktu 3.5 jam dari kota semai, pancang, tiang dan pohon. Pada

Waingapu. Desa Tarimbang merupakan ketinggian ± 420 m diatas permukaan

desa yang berdekatan dengan pantai laut, kita akan disuguhi sebuah

selatan yang memiliki nama Pantai pemandangan laut yang indah dengan

Tarimbang. Keistimewaan lokasi ini yaitu begitu rapatnya vegetasi hutan

kondisi hutan yang ada di lokasi ini terdiri pegunungan Tarimbang (Gambar 1).

dari beberapa tipe hutan, seperti hutan Keanekaragaman jenis flora yang

pegunungan, hutan mangrove dan terdapat di hutan ini cukup melimpah,

tumbuhan cemara yang tumbuh di pesisir begitu juga keanekaragaman fauna,

pantai. Bila kita berada dilokasi tersebut, berdasarkan informasi dari masyarakat

ketiga tipe hutan tersebut dapat kita sekitar bahwa dilokasi tersebut juga

jelajahi secara langsung dengan jarak ditemui kera ekor panjang, selain itu ada

yang tidak terlalu jauh. Tipe-tipe hutan juga fauna dari jenis aves atau burung,

tersebut dapat kita kenali dari jenis salah satu jenisnyayaitu burung gosong

vegetasi yang menyusun hutan. Selain itu kaki merah (Megapodius reinwartd) yang

keindahan pantai yang berpadu dengan dapat dijumpai sarangnya di tanah,

putihnya pasir pantai menambah tanah bersifat gembur dan banyak

keistimewaan lokasi tersebut. Hal inilah didominasi oleh tumpukan seresah.

yang membuat hutan Tarimbang memiliki Burung ini merupakan satu-satunya

keeksotisan tersendiri. Patut disyukuri burung yang meletakkan telurnya

bahwa kondisi pulau Sumba yang terkenal didalam tanah dan menggunakan panas

dengan lokasi savannanya, masih dari lingkunganuntuk penetasan telur-

memiliki hutan dengan beberapa tipe telurnya (Wiyanto, 2013). K e r a g a m a n

yang berbeda. flora di hutan pegunungan Tarimbang

S e c a r a diantaranya adalah

geografis, Hutan i n j u w a t u

Tarimbang berada ( P l e i o g y n i u m

p a d a k a w a s a n t i m o r i e n s e ) ,

hutan yang dikelola mangalir, kamala

o l e h D i n a s jarik (Memecylon

K e h u t a n a n e d u l e R o x b ) ,

Kabupaten Sumba k a n i n g g u

T i m u r , l o k a s i ( C i n n a m o m u m

t e r s e b u t zeylanicum Garc.Ex

Gambar 1. Kondisi hutan pegunungan di Tarimbang

Page 15: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

13Edisi VII No.2 Desember 2014

Bl.), kahembi (Schleichera oleosa (Lour) di laut. Umumnya bakau mempunyai

Merr.), kapaku, kameti, r i ’ iyang, sistem perakaran yang menonjol (akar

manulang, katang (Planchonella nitida napas/pneumatofor), sebagai suatu cara

Dub.) dan beberapa jenis lainnya. adaptasi terhadap keadaan tanah yang

Beberapa jenis tersebut sebagian dapat miskin oksigen atau anaerob (Wetlands

diketahui informasi nama ilmiahnya dari I n te rna t i ona l , 2013 ) . Wet lands

Buku Informasi 2 Taman Nasional International menambahkan bahwa hutan

Laiwangi Wanggameti 2010, namun mangrove juga memiliki peran yang tidak

sebagian flora lainnya belum diketahui dapat diabaikan, yaitu diantaranya

nama ilmiahnya. adalah melindungi pantai dari erosi dan

Pohon-pohon besar yang ada abrasi pantai, melindungi pemukiman

umumnya memiliki batang-batang yang penduduk dari terpaan badai dan angin

lurus, besar dan tinggi, hal ini merupakan laut, mencegah intrusi air laut, tempat

sebuah indikasi adanya kompetisi ruang hidup dan berkembang biak berbagai

tumbuh keatas antara jenis yang satu satwa liar, menghasilkan bahan-bahan

dengan yang la innya te rutama alami yang bernilai ekonomis, serta yang

dalammemperoleh pencahayaan sinar terpenting adalah memiliki nilai edukasi

matahari. Jenis yang dominan adalah yang berkaitan dengan ilmu hayati.

injuwatu. Dari beberapa jenis yang

ada tersebut, injuwatu merupakan

jenis yang saat ini banyak

dibudidayakan oleh masyarakat

karena memiliki potensi sebagai

kayu kuat. Selain itu, berdasarkan

informasi masyarakat, jenis

tersebut merupakan salah satu

jenis yang digunakan dalam

kegiatan Rehabilitasi Hutan dan

Lahan (RHL).

Lokasi pada gambar 1 berjarak

sekitar 500-600 m dari bibir pantai,

namun perjalanan menuju tempat

tersebut memerlukan perjuangan

Hutan mangrove merupakan salah karena akses jalan yang memiliki tingkat

satu tipe hutan yang dapat dijumpai di kemiringan yang curam.

Tarimbang (Gambar 2). Jenis tumbuhan

didominasi oleh Rhizopora sp. dengan B. Hutan Mangrove

ciri khas akar tunggang, selain itu Hutan bakau atau mangrove

terdapat juga dari jenis Avicenia sp. merupakan hutan yang tumbuh di muara

dengan ciri khas akar napas. Rhizopora sungai, pada daerah pasang surut

sp memiliki morfologi perakaran maupun pesisir. Tumbuhan bakau bersifat

tunggang/tunjang yang memiliki fungsi unik karena merupakan gabungan dari

sebagai penunjang batang pokok. ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan

Gambar 2. Kondisi hutan Mangrove di Tarimbang

Page 16: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

14 Edisi VII No.2 Desember 2014

Apabila diamati dengan seksama, yang indah. Hal tersebut mengindikasikan

banyak sekali anakan alam yang mampu bahwa pengelolaan hutan Tarimbang

hidup dan tumbuh di sekitar pohon dengan baik akan memberikan manfaat

induknya maupun agak jauh dari pohon baik secara ekologis maupun ekonomis.

induknya, hal ini menunjukkan terdapat Hutan merupakan sebuah lokasi

keberhasilan regenerasi secara alami. yang perlu kita jaga keberadaannya,

Telah kita ketahui bersama bahwa jenis karena dampak dari adanya hutan tidak

tanaman mangrove seperti Rhizopora sp., pernah merugikan manusia. Sebaliknya

buahnya memiliki sifat vivipar, yaitu kita sebagai manusia semestinya bisa

bahwa buah tersebut telah berkecambah menyesuaikan dengan keberadaan

saat masih berada diatas pohon, sehingga hutan. Dibeberapa daerah saat ini banyak

saat buah lepas dari pohon induknya yang memiliki program rehabilitasi lahan

langsung menancap di lumpur dan yang dahulunya merupakan hutan, hal ini

berkembang menjadi individu baru. Selain sebagai indikasi bahwa hutan memang

itu, adanya anakan alami yang berada sangat dibutuhkan keberadaannya. Tidak

jauh dari indukannya dapat diakibatkan hanya sebagai penyedia O dan penyerap 2

karena terbawa arus pada saat lokasi CO , namun terdapat fungsi lain yang 2

mangrove dalam kondisi pasang. Pada tidak kalah pentingnya dari hal tersebut.pesisir pantai akan dijumpai sekumpulan

pohon cemara l au t (Casuar ina DAFTAR PUSTAKAequisetifolia) dengan persebaran yang Anonim. 2010. Buku Informasi 2. Taman tidak begitu luas. Hal ini seakan Nasional Laiwangi Wanggameti, menambah lengkap eksotisme hutan Kementerian Kehutanan.Ta r i m b a n g . J e n i s - j e n i s d e n g a n Wiyanto, T.2013. Melacak Pola Reproduksi karakteristik habitat yang berbeda dapat Burung Gosong. Buletin Kakatua dijumpai pada satu lokasi dan tanpa perlu Balai Taman Nasional Laiwangi membutuhkan perjalanan yang jauh. Wanggameti, Sumba Timur

Cemara merupakan tumbuhan Undang-Undang Republik Indonesia dengan daun jarum layaknya pinus, Nomor 41 Tahun 1999 Tentang namun berbeda dengan pinus yang Kehutanan.berasal dari kelompok Gymnospermae Wetlands International Indonesia. Spesies dengan tipe buah terbuka, cemara Mangrove. http://www.indonesia. berasal dari kelompok Angiospermae wetlands.org/Infolahanbasah/Spesiedengan tipe buah tertutup. sMangrove/tabid/2835/language/id-

ID/Default.aspx, diakses : 25 Juni PENUTUP 2013, 11:00 Wita.

H u t a n Ta r i m b a n g p e r l u

mendapatkan perhatian karena lokasi

tersebut memiliki nilai ekologis dan nilai

wisata, kondisi hutan yang masih terjaga

dan belum banyak pengunjung, selain itu

lokasi ini berdekatan dengan pantai

Tarimbang dan memiliki pemandangan

Page 17: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

15Edisi VII No.2 Desember 2014

| FO

KUS

|

BENTUK INTERAKSI KAKATUA SUMBA(Cacatua sulphurea citrinocristata) di Habitatnya Oleh : Oki Hidayat

PENDAHULUAN Sebagai golongan burung paruh

Setiap satwa liar tidak dapat lepas bengkok (parrot), Kakatua Sumba

dari habitatnya. Keduanya berkaitan erat memiliki kekhasan dibandingkan dengan

dan saling membutuhkan satu dengan jenis paruh bengkok lainnya yaitu pada

yang lainnya. Secara garis besar bagian struktur dan bentuk paruh.

komponen habitat terdiri atas komponen Kakatua memiliki struktur paruh yang

fisik dan biotik. Komponen tersebut kompak dan kuat dengan ujung yang tidak

membentuk suatu sistem yang dapat t e r l a l u l a n c i p . H a l t e r s e b u t

mengendalikan kehidupan satwa liar. memungkinkan Kakatua untuk melubangi

Secara rinci komponen fisik terdiri dari air, batang pohon sehingga dapat ditempati

udara, iklim, toporafi, tanah dan ruang. sebagai lubang sarang. Selain itu,

Komponen biotik terdiri dari vegetasi, Kakatua mampu mematahkan ranting-

mikro dan makro fauna serta manusia ranting kecil maupun liana yang berada

(Alikodra, 1990). Pengetahuan yang disekitar pohon sarang sebagai bentuk

mendalam mengenai ekologi Kakatua pertahanan ekologis untuk melindungi

Sumba sangatlah penting terutama lubang sarang dari ancaman predator.

secara khusus kepada stakeholder yang Dalam kehidupannya Kakatua Sumba

berkepentingan melestarikan burung berhubungan dengan habitatnya baik

terancam punah ini, agar langkah- dengan satwa liar maupun dengan

langkah yang diambil dalam menentukan tumbuhan, sehingga tercipta sebuah

strategi konservasi sesuai dengan sifat sistem ekologi. Hubungan antara individu-

ekologis dari jenis ini. individu pada suatu jenis dikenal dengan

Page 18: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

16 Edisi VII No.2 Desember 2014

istilah interaksi. Jika diartikan, interaksi ini pasangan-pasangan tersebut akan

adalah hubungan antara makhluk hidup berkeliling mencari lubang pohon yang

yang satu dengan yang lainnya. Ada dua akan dijadikan lokasi bersarang. Dalam

macam interaksi berdasarkan jenis proses pencarian ini diselingi dengan

organisme yaitu intraspesies dan aktifitas saling bercumbu hingga akhirnya

interspesies. Interaksi intraspesies adalah terjadi kopulasi (pembuahan).

hubungan antara organisme yang berasal Di dalam kelompok individu-

dari satu spesies, sedangkan interaksi individu Kakatua Sumba akan saling

interspesies adalah hubungan yang melindungi, contohnya ketika ada

terjadi antara organisme yang berasal ancaman maka individu yang melihat

dari spesies yang berbeda (Elfidasari, pertama kali akan mengeluarkan suara

2007). teriakan dengan tempo cepat dan

berulang untuk memberitahu anggota

PEMBAHASAN kelompoknya. Bahkan jika ancaman

A. Interaksi Intraspesies tersebut dianggap membahayakan

Bentuk interaksi antar individu individu tersebut akan terbang seketika

Kakatua Sumba termasuk dalam interaksi sambil mengeluarkan flight call/suara

intraspesies. Kakatua Sumba (Cacatua p a n g g i l a n k e t i k a t e r b a n g

sulphurea citrinocristata) merupakan “keak…keak…keak…keaak…” dengan

jenis burung yang hidup secara interval sekitar 1,5 detik (Gambar 1).

berkelompok dengan jumlah kelompok Biasanya setelah mendengar flight call

yang tidak terlalu besar, di Taman anggota kelompok lainnya akan ikut

Nasional Manupeu Tanadaru tercatat terbang mengikuti individu yang pertama.

dalam satu kelompok terdiri dari 14 Fungsi flight call lainnya adalah untuk

individu. Didalam aktifitasnya, dari satu m e m b e r it a h u k a n dan menegaskan

kelompok tersebut akan terpecah wilayah teritorinya. Suara flight call

menjadi beberapa kelompok, dengan terkadang tidak dikeluarkan pada saat

jumlah kelompok yang baru sebanyak 2 terbang, di Taman Nasional Manupeu

hingga 4 ekor. Kondisi tersebut akan Tanadaru pernah teramati Kakatua Sumba

berubah saat memasuki fase reproduksi, terbang tanpa mengeluarkan suara.

d i m a n a K a k a t u a S u m b a a k a n

berpasangan jantan dan betina. Pada fase

Gambar 1. Sonogram flight call Kakatua Sumba (Sumber : Lambert, 2014)

Page 19: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

17Edisi VII No.2 Desember 2014

B. Interaksi Interspesies

S e l a i n i n t e r a k s i

intraspesies diketahui Kakatua

Sumba juga memiliki interaksi

interspesies, yaitu antara

Kakatua Sumba dengan jenis

burung lainnya (Tabel 1).

Berdasarkan hasil pengamatan

terdapat sepuluh jenis burung

yang memil ik i hubungan

dengan Kakatua Sumba. Empat

jenis diantaranya merupakan

jenis paruh bengkok. Dari

kesepuluh jenis tersebut

delapan jenis merupakan

kompetitor Kakatua Sumba

dalam menggunakan lubang

sarang.

Terbatasnya jumlah

menjadi pengganggu. Mereka berusaha pohon sarang menyebabkan

mendapatkan lubang sarang yang telah tingkat kompetisi penggunaan pohon

terisi jenis burung lain. Seperti yang sarang menjadi semakin tinggi. Di dalam

penelitiannya Walker et al.

(2005) menyatakan bahwa pada

saat Kakatua Sumba menempati

lubang sarang, sebanyak 22 kali

teramati Nuri Bayan mencoba

m e re b u t l u b a n g s a r a n g

(mengganggu), selain itu

teramati pula jenis lain yang

juga menjadi pengganggu, yaitu

Betet-kelapa paruh-besar

sebanyak 8 kali, Tiong-lampu

biasa sebanyak 3 kali dan

Perling kecil sebanyak 6 kali.

Beberapa jenis yang yang

menjadi kompet i tor bagi

K a k a t u a S u m b a d a l a m

mendapatkan lubang sarang

diilustrasikan pada Gambar 2.

Selain menjadi jenis yang

terganggu, pada saat yang lain

Kakatua Sumba juga dapat

Jenis Nama Latin Bentuk Interaksi

Nuri bayan Eclectus rotatus kompetitor lubang

sarang

Betet-kelapa

paruh-besar

Tanygnathus

megalorynchos

kompetitor lubang

sarang

Perkici

oranye

Trichoglossus capistratus kompetitor lubang

sarang

Nuri pipi -

merah

Geoffroyus geoffroyi

kompetitor lubang

sarang

Julang sumba Aceros everetti

kompetitor lubang

sarang

Serak jawa Tyto alba

kompetitor lubang

sarang

Tiong lampu -

biasa

Eurystomus orientalis

kompetitor lubang

sarang

Perling kecil Aplonis minor kompetitor lubang

sarang

Pergam hijau Ducula aeanea Aktifitas canopy

foraging

Punai sumba Treron teysmani Aktifitas canopy

foraging

Tabel 1. Interaksi interspesies Kakatua Sumba

Gambar 2. Kompetitor lubang sarang Kakatua Sumba (1.Betet-kelapa paruh-besar; 2. Serak Jawa; 3. Julang Sumba; 4. Nuri pipi-merah; 5. Nuri bayan; 6. Perling kecil)

Page 20: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

18 Edisi VII No.2 Desember 2014

terjadi di Taman Nasional

Laiwangi Wanggameti,

teramat i sekelompok

Kakatua Sumba yang

mengintervensi lubang

sa rang Be te t - ke l apa

paruh-besar di pohon mara

(Oki Hidayat data tidak

diterbitkan). Pada contoh

kasus lain Kakatua juga

pernah ter-amati me-

ngintervensi sarang Julang

Sumba Gambar 3). Walker

et al (2005) di dalam

pene l i t i an nya j uga

menyatakan sebanyak 6

ka l i Kakatua Sumba

mengganggu sa rang

Julang sumba.

Bentuk hubungan

interspesies lainnya yang

tidak berhubungan dengan

pohon sarang adalah

aktivitas canopy foraging

bersama. Canopy foraging

m e r u p a ka n a k t i f i t a s

makan Kakatau Sumba khususnya dari famili Columbidae. Hal yang dilakukan diatas kanopi. Secara b e r b e d a d i t u n j u k k a n k e t i k a keseluruhan jenis Kakatua di Indonesia berdampingan dengan jenis burung tidak ada yang mencari makan di atas paruh bengkok lainnya. Kakatua Sumba permukaan tanah (ground foraging). Jenis cenderung menghindari jenis paruh ground foraging terdapat di Australia bengkok lainnya pada saat canopy s e p e r t i R e d - t a i l e d C o c k a t o o foraging. Saat aktivitas tersebut (Cameron,2007). Hidayat (2014) berlangsung tidak terlihat adanya menyebutkan di Blok Hutan Billa (Taman perilaku saling mengusik, mereka sibuk Nasional Laiwangi Wanggameti) teramati mencari makan (buah) di ranting yang Kakatua Sumba makan bersama jenis berbeda, bahkan saat keduanya berada burung lain dalam satu pohon yaitu pada jarak yang sangat dekat seperti Pergam hijau (Ducula aeanea) di Pohon terlihat pada Gambar 4. lamo dan Punai sumba (Treron teysmanni)

di Pohon kananggar (Dillenea sp.). Prilaku

tersebut menunjukkan kemampuan

asosiasi dengan jenis burung lain

Gambar 3. Kakatua Sumba mengintervensi pohon sarang Julang Sumbaberjenis mara (Tetrameles nudiflora)

Page 21: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

19Edisi VII No.2 Desember 2014

DAFTAR PUSTAKA Nasional Laiwangi Wanggameti.

Alikodra, S. 1990. Pengelolaan Satwaliar Jurnal Penelit ian Kehutanan

Jilid I. Departemen Pendidikan dan Wallacea. (in press).

Kebudayaan. Direktorat Jenderal Lambert, F. 2014. XC121719. www.xeno-

Pendidikan Tinggi Pusat Antar canto.org /121719. D iunduh

Universitas Ilmu Hayat, Institut tanggal 12 Februari 2014.

Pertanian Bogor. Walker, J. S., Cahill, A. J. and Marsden, S. J.

Elfidasari, D. 2007. Jenis Interaksi 2005. Factors influencing nest-site

Intraspesifik dan Interspesifik pada occupancy and low reproductive

Tiga Jenis Kuntul saat Mencari output in the Critically Endangered

Makan di Sekitar Cagar Alam Pulau Yellow-crested Cockatoo Cacatua

Dua Serang, Propinsi Banten. sulphurea on Sumba, Indonesia.

Biodiversitas (8) Nomor 4, 266-269. Bird Conservation International

Hidayat, O. 2014. Komposisi Jenis dan (15), 347-359.

Preferensi Tumbuhan Pakan

K a k a t u a S u m b a ( C a c a t u a

sulphurea citrinocristata) di Taman

Gambar 4. Aktivitas canopy foraging bersama (1.Kakatua Sumba dengan Pergam hijau; 2.Kakatua Sumba dengan Punai Sumba

Page 22: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

20 Edisi VII No.2 Desember 2014

| RE

PORT

ASE

|

BPK Kupang (10/09/2014)– beberapa Hal yang berkaitan dengan

Penyelenggaraan Gelar Teknologi/Alih pengelolaan hutan di Manggarai Raya,

Teknologi Hasil Penelitian yang di “di Manggarai Raya (Manggarai,

Kabupaten Manggarai, merupakan Manggarai Timur dan Manggarai

agenda rutin Balai Penelitian Kehutanan Barat - red) banyak sekali potensi

Kupang dalam memasyarakatkan hasil- kehutanan yang perlu digali dan

hasil penelitian. Kegiatan yang dimanfaatkan untuk kepentingan

diselenggarakan di Kecamatan ekonomi masyarakat, antara lain potensi

Ranamese Kabupaten Manggarai Timur Taman Wisata Alam danau Ranamese,

dibuka oleh Kepala Dinas Kehutanan Keragaman Flora dan Fauna seperti

Manggarai Timur Bapak Yulianus Biman keragaman jenis burung, budidaya

dan dihadiri oleh camat Ranamese, Lebah Madu, serta tanaman penghasil

sejumlah Tokoh Masyarakat dan Tokoh gaharu yang banyak tersebar di daratan

Adat, Kepala Desa serta Masyarakat Flores”, dalam kesempatan ini juga

sekitar. Kepala Dinas Manggarai Timur

Mengucapkan banyak terima kasih

Dalam sambutannya Kepala Dinas kepada Kementerian Kehutanan

Manggarai Timur menyampaikan Khususnya Balai Penelitian Kehutanan

Gelar Teknologi "Budidaya Cendana, Gaharu dan Lebah Madu”di Manggarai Timur

Page 23: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

21Edisi VII No.2 Desember 2014

Kupang yang telah mengadakan sebagian wilayah Flores khususnya

kegiatan Gelar Teknologi Hasil Penelitian Manggarai mempunyai banyak hutan

di Manggarai. yang ditumbuhi berbagai macam jenis

tanaman membuat daerah ini kaya akan

Pada kegiatan Gelar Teknologi ini sumber pakan dari Lebah penghasil

mengambil Tema “ Budidaya Cendana, Madu, sehingga cocok untuk Budidaya

Gaharu dan Lebah Madu”, selaku Lebah Madu jenis Apis indica atau Apis

moderator Bapak Ir. Edy Sutrisno, M.Sc cerana. Pada kesempatan ini juga

Kepala Balai Penelitian Kehutanan dipraktekan bagaimana membudidaya-

Kupang. Paparan pertama tentang kan Lebah penghasil Madu (Apis Cerana)

Budidaya Cendana di sampaikan oleh mulai dari bagaimana memancing koloni

Hery Kurniawan,S.Hut,M.Sc yang lebah madu dengan cara memasang

menekankan bagaimana teknik glodok, memindahkan sarang lebah

membuat persemaian dan mengelola madu yang ada di glodok ke dalam stup

persemaian Cendana sedemikian rupa dan cara pemanenan lebah Madu

untuk membuat Budidaya Cendana di dengan menggunakan ekstraktor.

lahan masyarakat dapat mewujudkan

kembali kejayaan Cendana di bumi Pada kegiatan ini juga hadir pembicara

Flobamora (Flores, Sabu, Timor dan Alor dari Burung Indonesia Bapak Hanom

- red). Bashari yang menyampaikan betapa

banyak potensi Fauna Khususnya burung

Dilatarbelakangi informasi di yang ada di daratan Flores dan

masyarakat, khususnya di Manggarai, khususnya di Manggarai Raya, dari

tentang pohon penghasil gaharu yang banyaknya jenis burung yang ada di

tidak benar maka pada presentasi kedua Manggarai Raya ada beberapa jenis

disampaikan oleh Dani Pamungkas, yang endemik dari daratan Flores dan

S.Hut dengan tema “Tanaman Penghasil merupakan daya tarik bagi wisatawan

Gaharu dan Budidayanya”. Pada asing yang datang jauh dari negaranya

paparannya sdr Dani me-nyampaikan hanya untuk melihat satwa endemik

bahwa Gaharu adalah produk yang tersebut yaitu burung hantu Flores.

dihasilkan dari simbiosis antara pohon Pada kesempatan terakhir semua

penghasil gaharu dengan jamur. Pohon peserta diajak untuk menanam bibit

penghasil Gaharu yang banyak dikenal tanaman gaharu dan cendana di sekitar

di Indonesia adalah Aquilaria spp. dan lahan kantor Taman Wisata Alam Danau

Gyrinops spp, dari kedua pohon Ranamese yang disambut antusias oleh

penghasil gaharu tersebut yang banyak Kepala Dinas Kehutanan Manggarai

tumbuh danberkembang di NTT Timur, Kepala Bidang Konservasi KSDA

khususnya Flores adalah Gyrinops NTT Wilayah II Ruteng, Camat Ranamese

versteegii. serta seluruh peserta Gelar Teknologi

Hasil Penelitian. Kegiatan ini ditutup oleh

Paparan ketiga di sampaikan oleh Bapak Bapak Ir. Yohanes Ora Kepala Bidang

M. Azis Rakhman, S.Hut yang mengambil Konservasi KSDA NTT Wilayah II Ruteng.

tema tentang Budidaya Lebah Madu, (fewie).

Page 24: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

22 Edisi VII No.2 Desember 2014

Kelahiran Pertama Kura-Kura Leher Ular Rote (Chelodina mccordi Rhodin, 1994) di KupangForistkupang.org (28/10/2014) - Menetasnya H.M.S Kaban yang turut prihatin karena

Telur Kura-kura Leher Ular rote (Chelodina sebagai satwa endemik dari Kabupaten Rote,

mccordi Rhodin, 1994) begitu Nusa Tenggara Timur, ternyata satwa ini

menggembirakan, sudah3 kali bertelur dan sudah tidak bisa lagi ditemukan di alam.

tidak bisa menetas, dengan usaha dan kerja Indukan Kura-kura leher ular rote yang

keras akhirnya bisa berhasil menetaskan didapat dari PT Elnusa Bekasi melalui Balai

telurnya di penangkaran Stasiun Penelitian Besar KSDA NTT berjumlah 4 ekor mampu

Oilsonbai, Balai Penelitian Kehutanan Kupang dikembangbiakan di Balai Penelitian

“Seperti Mimpi, seakan belum percaya kalau Kehutanan Kupang sejak tahun 2009.

kura-kura ini bisa menetas juga” kata Kayat,

S.Hut, M.Sc Peneliti Balai Penelitian Menurunnya populasi suatu jenis fauna di

Kehutanan Kupang. menetasnya telur kura- alam lebih banyak diakibatkan oleh aktivitas

kura leher ular ini di penangkaran manusia dalam

diharapkan kedepan memanfaatkan

mampu di pelihara dan sumberdaya alam

di kembangkan. untuk

kelangsungan

“Penangkaran hidupnya.P

ini bertujuan emanfaata

untuk bisa n yang

menangkarka dilakukan

n kura-kura tanpa

leher ular upaya

yang asli dari untuk

Nusa Tenggara melestarika

Timur khususnya n kelangsungan pulau Rote, agar

hidup jenis yang masyarakat juga bisa dimanfaatkan memperoleh hasil ekonomi

tentunya akan berdampak dari kura-kura ini”. Kata Kayat, negatif bagi jenis fauna tersebut seperti S.Hut, M.Sc menjelaskan.Lebih lanjut beliau

kura-kura leher ular Rote.menjelaskan berbagai hambatan yang

dihadapi dalam penangkaran kura-kura leher Tujuan dari Penangkaran kura-kura leher ular ular rote ini. Hambatan yang dihadapi dalam Rote menyangkut aspek konservasi dan perkembangbiakan kura-kura leher ular ini ekonomi, salah satu upaya konservasi kura-adalah masalah reproduksi yang harus kura leher ular Rote adalah setelah berhasil menunggu selama 6 tahun untuk bisa dipenangkaran selanjutnya dilakukan bertelur. Juga hambatan pakan yang sehat restocking ke habitat aslinya yang ada di serta segar yang susah di dapatkan.pulau rote, karena kura-kura leher ular Rote

ini sudah tidak ditemukan lagi habitatnya di Penelitian tentang Kura-kura Leher Ular rote alam - (feewie.)ini diinisiasi dari Menteri Kehutanan, yang

pada saat itu dijabat oleh, Bapak Dr. (HC)

Page 25: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

23Edisi VII No.2 Desember 2014

foto : www.portalkbr.com

| RE

SENS

I |Pada tahun 1973, sekelompok ahli Golley 1974). Judul tersebut sengaja

ekologi berkumpul di Turrialba, Cosa Rika. dipilih oleh para ahli ekologi tersebut

Mereka melakukan workshop guna saling karena keberlangsungan ekosistem hutan

bertukar pikiran dalah hal ekologi hutan t rop i s te rancam o leh ak t i v i tas

tropis dan perkembangannya dimasa penebangan dan perambahan hutan.

mendatang. Selanjutnya prosiding yang Sementara upaya pemulihan ekosistem

berisi pemikiran tersebut dipublikasikan yang rusak tidak sebanding dengan laju

dengan judul Ekosistem Yang Rapuh kerusakannya.

(“Fragile Ecosystem”. Farnworth and Kondisi tersebut melatarbelakangi

Pengarang : Florencia Montagnini, Carl F. Jordan Penerbit : Springer, Heidenberg, 2005 Deskrispi fisik : xi, 281 p, indeks (Hard cover)ISBN : 3-540-23797-6Resensor : Rattahpinnusa H Handisa, S.SosNomor Klasifikasi : 6852009/577.3 FLO TSubject : Ekologi

Tropical Forest Ecology : The Basis for Conservation and Management

Page 26: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

24 Edisi VII No.2 Desember 2014

| |

GALE

RI

penyusunan buku ini. Penulis buku ini, Dr. Pengenalan terhadap klasifikasi hutan

Florencia Montagini merupakan Professor tropis penting dalam hal menentukan

Ekologi Hutan Tropis dari Universitas Yale. rencana pengelolaannya. Metode yang

Selanjutnya, Dr. Florensia dibantu oleh Dr. digunakannya pun variatif. Namun pada

Carl F Jorda, seorang senior ekologis umumnya, faktor klasifikasi hutan tropis

dalam penyusunan buku ini. Penulisnya m e n g a c u p a d a a s p e k c u a c a

menuturkan bahwa buku Tropical dankeragaman floranya.

Ecosystem menyajikan bukti-bukti Aspek sos ia l dan ekonomi

keunikan dari ekosistem hutan tropis memegang peranan penting dalam, hal

dalam menunjang keseimbangan pengambilan keputusan. Sekaligus, aspek

kehidupan di Alam semesta ini. ini menjadi unsur penekan yang kuat bagi

Bab I mengulas tentang nilai hutan aktivitas deforestasi. Pada bab IV, penulis

topis baik yang bersifat komersial memaparkan hubungan interaksi antara

maupun non komersial. Kedua nilai lingkungan dan populasi manusia dan

tersebut dapat lenyap apabila hutan akibat yang ditimbulkan dari interaksi

tropis tidak terjaga keberadaannya. tersebut. Sementara itu, kearifan lokal

Selain itu, Dr. Florence menyarankan masyarakat berpotensi digunakan

t e n t a n g p e r l u n y a m e m a h a m i menjaga kebersinambungan ekosistem

karakteristik hutan tropis karena hal ini hutan tropis. Ide ini menjadi ulasan

penting dalam menjaga sturktur dan menarik di Bab V. Selanjutnya Bab VI

fungsinya. Sifat dan jenis karakter sampai Bab VIII memberikan penekaran

tersebut dijabarkan pada bab II. terhadap alternatif pengelolaan hutan

Selanjutnya, Bab III menyajikan beberapa topis dengan pelibatan masyarakat

bagan dan klasifikasi hutan tropis. seperti sistem agroforestri.

Page 27: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

25Edisi VII No.2 Desember 2014

| GA

LERI

|

Gambar 1. Pisah sambut Kepala Balai Penelitian Kehutanan Kupang dari Ir. Misto, MP (pejabat lama)

kepada Ir. Edy Sutrisno, M.Sc (pejabat baru) pada 3 Juli 2014.

Gambar 2. Penananam pohon pada peringatan Hari Menanaman Pohon Indonesia dan

Bulan Menanam Nasional pada 28 November 2014 di Kabupaten Kupang.

Page 28: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

26 Edisi VII No.2 Desember 2014

Gambar 3. Kepala Seksi Data, Informasi dan Sarana Penelitian memberikan materi ekstraksi madu

pada praktek lapangan Gelar Teknologi di Kabupaten Manggarai Timur Pada 10 September 2014

Gambar 4. Tukik Kura-kura Leher Ular Rote (Chelodina mccordi Rhodin, 1994)

di Stasiun Penelitian Oelsonbai, Balai Penelitian Kehutanan Kupang

Page 29: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

27Edisi VII No.2 Desember 2014

Sehubungan kesalahan cetak pada Warta Cendana Edisi VII Volume 1 November Tahun 2014

maka dengan ini kami sampaikan ralat sebagai berikut:

Lampiran tabel 1 pada artikel berjudul Keragaman Jenis Mangrove

di Nusa Tenggara Timur pada halaman 20 dan 21 seharusnya

sebagaimana tersebut dibawah :RALAT

No Famili Jenis Sumber 1.

Rhizophoraceae

Ceriops tagal (Perr)

1, 2 dan 5

2

Rhizophoraceae

Ceriops decandra (Griff.) DH

1 dan 3

3.

Rhizophoraceae

Rhizophora apiculata (Bi)

1, 2, 4 dan 5

4.

Rhizophoraceae

Rhizophora mucronata

Lmk

1, 2, 3 dan 5

5

Rhizophoraceae

Rhizophora stylosa Griff.

1

6

Rhizophoraceae

Rhizophora lamarckii

1

7

Rhizophoraceae

Bruguiera parviflora

Roxb

2 dan 5

8

Rhizophoraceae

Bruguiera cylindrica

(L.) BI.

1 dan 2

9

Rhizophoraceae

Bruguiera gymnorrhiza

(L) Lamk

1, 2, 3 dan 5

10

Rhizophoraceae

Bruguiera sexangula Lour

5

11

Pteridaceae

Acrosthicum aureum

Linn

5

12

Acanthaceae

Acanthus ilicifolius L

2 dan 3

13

Acanthaceae

Acanthus ebracteatus Vahl

2

14

Myrsinaceae

Aegiceras floridum R. & S.

1dan 2

15

Myrsinaceae

Aegiceras coniculatum (L.) Blanco

1, 2 dan 3

16

Myrtaceae

Osbornia octodonta F.v.M.

1

17

Lythraceae

Phempis acidula

1, 2 dan 5

18

Meliaceae

Xylocarpus granatum,

Koen

1, 2 dan 5

19

Meliaceae

Xylocarpus moluccensis (Lamk)

1

20

Meliaceae

Xylocarpus rumphii (Kostel.) Mabb

1

21

Euphorbiaceae

Excoecaria agallocha L

1, 2 dan 4

22

Plumbaginaceae

Aegialitis annulata R. Br

4

23

Rubiaceae

Scyphiphora hydrophyllacea

Gaertn

1 dan 2

24

Avicenniaceae

Avicennia alba Bl.

2 dan 3

25

Avicenniaceae

Avicennia marina (Forsk.) Vierh.

1, 3 dan 4

26

Avicenniaceae

Avicennia officinalis L

1

27

Sonneratiaceae

Sonneratia alba J.R Smith

1, 2, 3 dan 4

28

Sonneratiaceae

Sonneratia caseolaris (L) Engl.

3

29

Arecaceae

Nypa fruticans Wurmb.

3

30

Sterculiaceae

Heritiera littoralis Dryland, ex W.Ait

1

31

Combretaceae

Lumnitzera rasemosa Willd. var

1, 3 dan 4

32 Combretaceae Terminalia catappa L 2 33 Malvaceae Hibiscus tiliaceus L 1 dan 2 34 Malvaceae Thespesia populnea (L.) Soland 135 Molluginaceae Sesuvium postucalartum (L.) L. 2 36 Goodeniaceae Scaevola taccada (Gaertn.) Roxb. 2 37 Leguminosae Derris trifoliata Lour 538 Pandanaceae Pandanus odoratissima. 239 Apocynaceae Carbera manghas L 2

Page 30: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

28 Edisi VII No.2 Desember 2014

Kom

oda Is

land

sourc

e : id

.wik

ipedia

.org

Page 31: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan

BAHASA Naskah artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia, memuat tulisan bersifat popular/semi ilmiah dan bersifat informatif.

FORMAT Naskah diketik diatas kertas kuarto putih pada satu permukaan dengan 2 spasi. Pada semua tepi kertas disisakan ruang kosong minimal 3,5 cm.

JUDUL Judul dibuat tidak lebih dari 2 baris dan harus mencerminkan isi tulisan. Nama penulis dicantum-kan dibawah tulisan.

FOTO Foto harus mempunyai ketajaman yang baik, diberi judul dan keterangan pada gambar.

GAMBAR GARISGrafik atau ilustrasi lain yang berupa gambar diberi garis harus kontas dan dibuat dengan tinta hitam. Setiap gambar garsi harus diberi nomor, judul dan keterangan yang jelas dalam bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA Daftar Pustaka yang dirujuk harus disusun menurut abjad nama pengarang dengan mencantum-kan tahun penerbitan, sebagai berikut :

Allan, J.E. 1961. The Determination of Copper by atomic Absorbstion of spectrophotometry. Spec-tophotometrim Acta (17), 459-466.

PETUNJUK BAGI

PENULIS

Page 32: Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan