Forestry Research Institute of Kupang (Forist) Warta Cendana Balai Penelitian Kehutanan Kupang Edisi VII No.2 Desember 2014 Studi Kelas Keawetan Kayu Kabesak (Acacia leuchopea) Bentuk Interaksi Kakatua Sumba di Habitatnya | FOKUS | Penentuan Bilangan Bentuk Casuarina junghuhiana untuk Meningkatkan Keakuratan Pengukuran Volume Pohon REPORTASE : Gelar Teknologi Hasil Penelitian Budidaya Cendana, Gaharu dan Lebah Madu RESENSI : Tropical Forest Ecology : The Basis For Conservation and Management REPORTASE : Kelahiran Pertama Kura-kura Leher Ular Rote (Chelodina mccordi Rhodin, 1994) Photo Latar Hutan Mangrove di Tarimbang by Dani P dan Kakatua Sumba by : Oki Hidayat HUTAN TARIMBANG DI SUMBA TIMUR EKSOTISME
32
Embed
Warta Cendana Edisi VII No.2 2014 - forda-mof.org · 2 Edisi VII No.2 Desember 2014 PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n Penelitian ini menggunakan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Forestry Research Institute of Kupang (Forist)
WartaCendanaBalai Penelitian Kehutanan Kupang Edisi VII No.2
Desember 2014
Studi Kelas Keawetan Kayu Kabesak (Acacia leuchopea)
Bentuk Interaksi Kakatua Sumba
di Habitatnya
| FOKUS |Penentuan Bilangan Bentuk
Casuarina junghuhiana untuk Meningkatkan Keakuratan
Pengukuran Volume Pohon
REPORTASE :Gelar Teknologi Hasil Penelitian Budidaya Cendana, Gaharu dan Lebah Madu
RESENSI :Tropical Forest Ecology : The Basis For Conservation and Management
REPORTASE :Kelahiran Pertama Kura-kura Leher Ular Rote (Chelodina mccordi Rhodin, 1994)
Photo Latar Hutan Mangrove di Tarimbang by Dani P dan Kakatua Sumba by : Oki Hidayat
HUTAN TARIMBANG DI SUMBA TIMUR
EKSOTISME
BALAI PENELITIAN KEHUTANAN KUPANG | FORESTRY RESEARCH INSTITUTE OH KUPANG
Dewan Redaksi Redaksi Pelaksana
PENERBIT
Balai Penelitian Kehutanan Kupang Jln Untung Suropati No 7 B. Kupang
merupakan majalah ilmiah poluler Balai Peneleitian Kehutanan Kupang yang diterbitkan 3 kali dalam satu tahun, berisikan tema rehabilitasi
hutan dan lahan, konservasi, sosial ekonomi, ekowisata, lingkungan, HHBK, managemen, hukum
kelembagaan, kebijakan publik dan lain-lain. www.foristkupang.org
Redaksi menerima sumbangan artikel sesuai tema terkait, Tim Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mngubah isi materi tulisan, Tulisan dapa dikirim melalui email ke [email protected]
DAFTAR ISI
SEKAPUR SIRIHSalam Konservasi,
Potensi keanekaragaman hayati di Indonesia begitu melimpah. Terlebih, potensi flora dan fauna pada
kawasan semi arida di Nusa Tenggara Timur mulai teridentifikasi. Warta cendana edisi ini akan
menampilkan serangkaian artikel yang mengupas potensi tersebut. Kayu kabesak (Acacia leucophloea
(Roxb.)) merupakan jenis pohon yang mudah ditemui di Nusa Tenggara Timur. Masyarakat lokal
menggunakannya sebagai bahan konstruksi. Studi Kelas Kuat Kayu Kabesak (Acacia Leucophloea (Roxb.))
willd akan menginformasikan potensi pohon ini sebagai kayu andalan lokal. Sementara itu, Nusa Tenggara
Timur memiliki puluhan jenis avifauna dan salah satunya adalah Kakatua Sumba (Cacatua sulphurea
citrinocristata). Burung tersebut mempunyai karakter dan relasi yang unik di habitatnya. Selain itu, artikel
berjudul Eksotisme Hutan Tarimbang mengupas potensi biodiversitas di Pulau Sumba. Kekhasan hutan
Tarimbang yang terletak di Kecamatan Tabundung Kabupaten Sumba Timur adalah kombinasi tipe hutan
pegunungan dan hutan mangrove yang masih terpelihara dengan baik.
Pada kolom Ragam, kami menginformasikan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada Balai Penelitian
Kehutanan Kupang, seperti menetasnya telur kura-kura leher ular Rote (Chelodina mccordi Rhodin, 1994)
untuk pertama kalinya di penangkaran Stasiun Penelitian Oilsonbai, Balai PenelitianKehutanan Kupang.
Hal tersebut menumbuhkan optimisme untuk menyelamatkan species ini dari ambang kepunahan. Selain itu,
pada bulan September 2014, Balai Penelitian Kehutanan Kupang menyelenggarakan Gelar Teknologi dengan
tema “Budidaya Cendana, Gaharu dan Lebah Madu” di Ruteng Kabupaten Manggarai Timur. Kegiatan
tersebut bertujuan menyebarluaskan hasil-hasil penelitian kepada para stakeholder. Kegiatan tersebut diisi
pemaparan hasil penelitian dan praktek lapang.
Semoga para pembaca akan mendapatkan pengetahuan dari sajian informasi tersebut. Kami turut
mengundang para pembaca untuk berpartisipasi dengan cara mengirimkan artikel atau memberikan
sarannya. Sehingga Warta Cendana semakin eksis di masa mendatang. Sekian
| FOKUS | | REPORTASE |
| GALERI |h.1oleh: Heny Rianawati
Penentuan Bilangan Bentuk Casuarina junghuhiana untuk Meningkatkan Keakuratan Pengukuran Volume Pohon
Kepala Seksi Data, Informasi dan Sarana Penelitian Anggota
EksotismeHutan Tarimbang di Sumba Timur
h.11Oleh : Dani Pamungkas
Bentuk Interaksi Kakatua Sumba di Habitatnya
h.15Oleh : Oki Hidayat
| RESENSI |
h.23
Gelar Teknologi "Budidaya Cendana, Gaharu dan Lebah Madu”di Manggarai Timur
Kelahiran Pertama Kura-Kura Leher Ular Rote (Chelodina mccordi Rhodin, 1994) di Kupang
Tropical Forest Ecology : The Basis for Conservation and Management
Studi Kelas KeawetanKayu Kabesak (Acacia leuchopea)
h.22
PEMBAHASAN kontruksi bangunan, atap dan dinding. Di
Kabesak (Acacia leucophloea pulau Jawa, kabesak dikenal dengan nama
(Roxb.) Willd.) adalah salah satu pilang. Seperti halnya kayu dari jenis
tumbuhan dari famili Fabaceae, sub famili legum lainnya, kayu kabesak mempunyai
M imoso ideae , yang merupakan corak indah sehingga berpeluang besar
tumbuhan asli Asia Selatan dan Asia untuk dikembangkan secara masal
Tenggara, dapat ditemui di India, Nepal, menjadi bahan baku industri kayu dan
Pakistan, Srilangka, Myanmar, Thailand, mebel. Sehingga dapat menjadi pilihan
Vietnam dan Indonesia (Jawa, P. Sumbawa diantara jenis-jenis komersial seperti jati,
dan P. Timor). Tumbuhan ini mudah mahoni dan meranti. Seperti kita ketahui
ditemui di P.Timor (Nusa Tenggara Timur) bersama bahwa permintaaan akan kayu
karena kabesak dapat tumbuh pada komersial tersebut terus meningkat,
daerah dengan curah hujan hanya 400- te tap i t i dak d i imbang i dengan
1500 mm/tahun dengan bulan kering ketersedian kayu dari HTI maupun hutan
sekitar 9-10 bulan/semi arid (Orwa et.al, alam. Sehingga mengakibatkan harga
2009). Tempat tumbuh yang optimal pada kayu komersial semakin tinggi.
daerah dengan ketinggian kurang dari Pengetahuan tentang sifat-sifat
800 m dpl. Pohon kabesak dapat kayu kabesak perlu diketahui (terutama
mencapai tinggi 35 m dengan diameter sifat fisik dan mekanik) untuk yang
dapat mencapai 60 cm (Heyne, 1987). menentukan kekuatan kayu. Hal ini
Kayu kabesak merupakan salah diperlukan guna mendukung kayu
satu jenis kayu potensial yang ada di NTT. kabesak sebagai kayu andalan lokal.
Meskipun kabesak tumbuh liar, tetapi Dengan diketahuinya kelas kekuatan kayu
masyarakat NTT sudah memanfaatannya kabesak, diharapkan dapat meningkatkan
untuk berbagai keperluan seperti nilai komersilnya.
1Edisi VII No.2 Desember 2014
| FO
KUS
|
oleh: Henny Rianawati
STUDI KELAS KUAT KAYU KABESAK (Acacia leucophloea (Roxb.) Willd.)
2 Edisi VII No.2 Desember 2014
PEMBAHASAN B.1 Sifat Fisik
A. Metodologi B e r a t j e n i s m e r u p a k a n
Penelitian ini menggunakan bahan perbandingan berat dan volume kayu
baku berupa kayu kabesak meliputi dalam keadaan kering udara. Berat jenis
bagian pangkal, tengah dan ujung. Lokasi kayu merupakan suatu faktor penting
pengambilan kayu kabesak di desa dalam hubungannya dengan sifat-sifat
Reknamo, Kec. Amabi Oefeto, Kab. mekanik. Berat jenis kayu berbanding
Kupang, NTT. Pengujian sifat fisik mekanik lurus dengan kekuatan kayu, semakin
dilakukan di laboratorium fisika mekanika tinggi berat jenis kayu semakin kuat kayu
k a y u , P u s a t P e n e l i t i a n d a n tersebut. Hasil pengujian menunjukkan
Pengembangan Ke tekn ikan dan bahwa nilai rerata berat jenis kayu
pengelolaan Hasil Hutan, Bogor. Ukuran kabesak adalah 0,73. Nilai rerata berat
contoh uji dan pengujian sifat fisik dan j e n i s i n i s e s u a i d e n g a n h a s i l
mekanik kayu dilakukan sesuai dengan pengujian yang telah dilakukan oleh
metode ASTM D 143-94 (ASTM, 2006). Lemmens (1995), yang menyatakan
bahwa berat jenis kayu kabesak berkisar
B. Hasil dan Pembahasan antara 0,71-0,89.
Kelas kuat kayu ditentukan oleh Berdasarkan klasifikasi kelas kuat
sifat fisik dan mekanik kayu. Hasil kayu dari Den Berger (1923), jika hanya
penelitian ini menunjukkan gambaran didasarkan atas rerata nilai berat
kelas kuat kayu kabesak. Berdasarkan jenisnya, kayu kabesak digolongkan ke
klasifikasi kelas kuat kayu menurut Den dalam kelas kuat II (berat jenis 0,60-0,90).
Berger (1923), gambaran kelas kuat kayu Rerata nilai berat jenis kayu kabesak lebih
diperoleh dari nilai rerata berat jenis (sifat tinggi dibandingkan dengan rerata berat
fisik), rerata nilai batas patah pada lentur jenis kayu yang telah umum dipasarkan,
statis (MOR) dan rerata nilai keteguhan seperti kayu jati yang mempunyai rerata
tekan sejajar serat (c//) (sifat mekanik). nilai berat jenis 0,67, kayu mahoni dengan
Kelas kuat kayu Indonesia dibedakan rerata berat jenis 0,61 (macrophylla); 0,64
menjadi lima kelas. Kelima kelas kuat kayu (mahagoni) dan jenis-jenis kayu meranti
Indonesia disajikan pada Tabel 1. yang mempunyai berat jenis antara 0,40-
0,66 (Martawijaya, 1989).
B.2 Sifat Mekanik
Sifat mekanik atau keteguhan kayu
merupakan sifat yang penting, karena
dapat digunakan untuk menduga
kegunaan kayu. Dalam kaitannya dengan
kekuatan kayu, sifat mekanik yang
dibahas dalam tulisan ini adalah
keteguhan pada batas patah (Modulus of
Rapture/MOR) dan keteguhan tekan
sejajar serat (c//). Pengujian sifat mekanik
dilakukan pada keadaan kering udara.
Kelas
Kuat
Berat
Jenis
Keteguhan Lentur
Statis/MOR(kg/cm2)
Keteguhan
Tekan
Sejajar
Serat/C//
(kg/cm2)
I lebih
dari
0,90
lebih dari 1100 lebih dari
650
II 0,60-
0,90
725-1100 425-650
III 0,40-
0,60
500-725 300-425
IV 0,30-
0,40
360-500 215-300
V < 0,30 < 360 < 215
Tabel 1. Kelas Kuat Kayu
3Edisi VII No.2 Desember 2014
Nilai MOR digunakan untuk
menentukan ketahanan kayu terhadap
gaya-gaya yang berusaha mematahkan
kayu, yang dipikul oleh blandar dan
pengerat. Atau dengan kata lain kekuatan
lentur patah (MOR) merupakan sifat
mekanik kayu yang berhubungan dengan
kemampuan kayu untuk menahan beban
a t a u g a y a l u a r y a n g b e ke r j a
padanya dan cenderung merubah bentuk
dan ukuran kayu tersebut. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa rerata nilai MOR 2kayu kabesak adalah 815,38 kg/cm . Hasil Perbedaan hasil pengujian sifat
pengujian rerata nilai MOR kayu kabesak fisik dan mekanik kayu kabesak sedikit dibawah kisaran nilai MOR kayu dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut kabesak yang telah diteliti oleh Lemmens, Haygreen (1982), sifat fisik dan mekanik
2yaitu berkisar antara 850-860 kg/cm . kayu dipengaruhi oleh jenis kayu, umur
Nilai MOR tersebut masih dalam klasifikasi pohon, lokasi tempat tumbuh serta
kelas kuat II menurut Den Berger. perlakuan silvikulturnya. Berdasarkan
Nilai keteguhan tekan sejajar serat hasil penelitian yang dilakukan oleh
adalah kekuatan kayu untuk menahan Nurwati (2007) terhadap sifat fisik dan
muatan jika kayu tersebut digunakan mekanik kayu akasia mangium,
untuk tujuan tertentu. Rerata nilai memperkirakan bahwa kayu akasia
keteguhan tekan sejajar serat kayu mangium mempunyai karakteristik yang 2kabesak 368,75 kg/cm . Dengan nilai c// berbeda pada setiap daerah. Begitu juga
tersebut, kayu kabesak diklasifikasikan menurut Wahyu (2008), mengemukakan
dalam kelas kuat III. Sedangkan hasil bahwa sifat fisik dan mekanik kayu
pengujian nilai keteguhan tekan sejajar d ipengaruhi o leh banyak faktor
serat yang diperoleh Lemmens berkisar diantaranya adalah jenis kayu, tempat 2 antara 515-535 kg/cm (kelas kuat II). tumbuh, umur, letak dalambatang dan
Hasil pengujian sifat fisik mekanik kayu diameter.
kabesak disajikan pada Tabel 2. Rerata nilai MOR dan rerata nilai c//
Sifat
fisik
Sifat mekanik
(kg/cm2)
Sumber
data
Berat
jenis
MOR c//
Kelas
Kuat
Data
primer
0,73 815,38 368,75 II-III
Lemmens 0.71-
0.89
850-
860
515-
535
II
Tabel 2. Sifat Fisik Mekanik Kayu Kabesak
Sumber: data primer (2012) dan Lemmens (1995).
TAXONOMY 1.1 Kingdom : Plantae1.2 Sub Kingdom : Tracheobionta1.3 Superdivision : Spermatophyta1.4 Division : Magnoliophyta1.5 Class : Magnoliopsida1.6 Sub Class : Rosidae1.7 Order : Fabales1.8 Family : Fabaceae1.9 Genus : Acacia2.0 Species : Acacia leucophloea
kayu kabesak dibawah kayu jati (MOR sama dengan rerata nilai c// kayu mahoni 2 2 2jati=1.631 kg/cm ; c// jati=550 kg/cm ). yaitu 360 kg/cm . Nilai rerata MOR dan c//
Jika dibandingkan dengan kayu mahoni kayu kabesak juga tidak kalah dengan
rerata nilai MOR kayu kabesak lebih nilai MOR dan c// kayu meranti, untuk 2 lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.tinggi (MOR mahoni=557-623 kg/cm ).
Pada Tabel 3. terlihat bahwa Hasil pengujian rerata nilai keteguhan
berdasarkan sifat fisik dan mekanik yang tekan sejajar serat kayu kabesak hampir
Tabel 3. Perbandingan Sifat Fisik Mekanik Kayu Kabesak Dengan Kayu Jati, Mahoni dan Jenis-Jenis Kayu Meranti
Sumber: data primer (2012), Atlas Kayu Indonesia Jilid I (1981)
Sifat fisik
Sifat mekanik
(kg/cm2)
Jenis Kayu
Family
Berat
jenis
MOR
c//
Kelas
kuat
Kegunaan
Kabesak
Acacia
leucophloea
Fabaceae
0,73
815,38
368,75
II-III
bahan bangunan (kontruksi
berat maupun ringan),
mebel, panel, daun meja,
pelapis dinding,langit -langit,
sambungan pasak, jeruji,
dan sumber energi.
Jati
Tectona
grandis
Verbenaceae
0,67
(0.71-
0.89)
850-860
515-535
II
kontruksi, tiang, balok,
kosen pintu dan jendela,
bantalan kereta api,
jembatan, bendungan air
tawar, lantai, kapal.
Mahoni
Swietenia
macrophyla
Swietenia
mahagoni
Meliaceae
0,53-0,67
0,56-0,72
623
557
360
376
II-III
II-III
venir dekoratif dan kayu
lapis, mebel, perkapalan,
barang kerajinan dan
barang-barang bubutan
Meranti
Kuning
Shorea
faguetiana
Shorea
multiflora
0,57
0,66
900
1037
516
502
III-II
II-III
venir dan kayu lapis, lantai,
mebel murah, panil dan
bahan pembungkus.
Meranti
Merah
Shorea
leprosula
Shorea
ovalis
0,52
0,51
357
618
236
347
III-IV
III-IV
venir dan kayu lapis, mebel
murah, rangka tanah, pintu,
lantai, peti mati, peti
pengepak, alat music (pipa
organ)
Meranti Putih
Shorea
javanica
Shorea
retinodes
Dipterocarpaceae
0,63
0,76
587
856
323
454
II-III
II
venir dan kayu lapis, papan
partikel, lantai, bangunan
dan perkapalan.
5Edisi VII No.2 Desember 2014
dimiliki kayu kabesak, maka kayu kabesak Heyne, K., 1987. Tunbuhan Berguna
dapat digunakan sebagai kayu kontruksi Indonesia jilid II. Badan Litbang
maupun dijadikan mebel. Hal ini sesuai Kehutanan. Jakarta.
dengan Standar Nasional Indonesia Lemmens, R.H.M.J., I. Soerianegara and
(SNI.03-3527-94) tentang persyaratan W.C.Wong. 1995. Plant Resources
kayu untuk bahan bangunan struktural of South East Asia. Timber Trees:
yaitu nilai keteguhan lentur =224,90 Minor Commercial Timbers. 2 Procea. Bogor, Indonesia.kg/cm dan nilai keteguhan tekan =218,15 2 Martawijaya, A. et.all. 1981. Atlas Kayu kg/cm . Sedangkan persyaratan kekuatan
Indonesia Jilid). Badan penelitian kayu untuk mebel (SNI.01-0608-89)
dan Pengembangan Kehutanan adalah kelas kuat kayu tidak kurang dari
Departemen Kehutanan. Bogor kelas kuat III. Selain itu kayu kabesak
Indonesia.dapat digunakan sebagai sumber energi,
Nurwati, H. et.all. 2007. Sifat Fisik dan karena mempunyai kandungan kalor yang
mekanik Sepuluh Provenans Kayu cukup tinggi yaitu 4.305 kal/g (Rianawati,
Mangium (Acacia Mangium Willd) 2012).
dari Patung Panjang Jawa Barat.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu PENUTUP
Tropis. Masyarakat Peneliti Kayu Kayu kabesak mempunyai nilai
Indonesia. Vol. 5.(1):7-11.rerata berat jenis 0,73; rerata nilai MOR
Orwa. Et.al. 2009. Acacia leucophloea. 815,38 kg/cm2 dan rerata nilai C// 368,75
Website:http://www.worldagroforekg/cm2, kayu kabesak termasuk dalam
stry.org. (4 April 2012).kelas kuat II-III. Sehingga kayu kabesak
Rianawati, Heny. Siswadi dan Retno cocok digunakan sebagai bahan
Setyowati. 2012. Laporan Hasil bangunan (kontruksi berat maupun
Penelit ian Sifat Dasar dan ringan), mebel, panel, daun meja, pelapis
Kegunaan Jenis Kayu Bali dan Nusa dinding,langit-langit, sambungan pasak,
Tenggara (Jenis Potensial NTT). jeruji, dan juga dapat digunakan sebagai
Balai Penel it ian Kehutanan sumber energi.
Kupang. Kupang, Nusa Tenggara
Timur. (Tidak dipublikasikan).DAFTAR PUSTAKA
Wahyu, D dan Nugroho, M. 2008.Tinjauan ASTM. 2006. Annual of ASTM . American
Hasil-hasil Penelitian Faktor-faktor Society for Testing and Materials.
Alam yang Mempengaruhi Sifat Philadelphia. USA.
Fisik dan Mekanik Kayu lndonesia. Den Berger, L.G. 1923. De grondslagen
Jurnal llmu dan Teknologi Kayu voor de classificate van Ned.
Tropis. Masyarakat Peneliti Kayu Indische Timmerhout soorten.
Indonesia. Vol.5(1): 85-100.Tectona vol.16.
Haygreen, J.G. and J.L. Bowyer, 1982.
Forest Product and Wood Science,
An Introduction. Iowa State
University Press, Ames, Iowa.
6 Edisi VII No.2 Desember 2014
| FO
KUS
|
PENDAHULUAN paraboloid, dsb) dapat dinyatakan dalam
Selain diameter dan tinggi pohon, angka sebagai faktor bentuk (form
bentuk batang adalah salah satu factors).
k o m p o n e n p e n e n t u v o l u m e Angka Bentuk Batang (f) didefinisikan
pohon.Bentuk batang diantaranya dapat sebagai perbandingan atau rasio antara
digambarkan oleh angka bentuk (form volume batang yang sebenarnya dengan
factor) dan taper. Perbandingan antara volume silinder yang memiliki tinggi atau
bentuk batang pohon dengan berbagai panjang sama. Berdasarkan diameter
volume bentuk bangun solid (silinder, yang digunakan untuk menghitung
PENENTUAN BILANGAN BENTUK
Oleh : Dhany Yuniarti dan Hery Kurniawan
untuk Meningkatkan Keakuratan Pengukuran Volume Pohon
Casuarina junghuhniana
7Edisi VII No.2 Desember 2014
volume silindernya, angka bentuk Bahan baku yang digunakan dalam
dibedakan atas : (1) angka bentuk mutlak penelitian ini adalah pohon cemara
; (2) angka bentuk buatan ; (3) angka gunung (C. junghuhniana) pada
bentuk normal.Angka bentuk mutlak beberapa kelas diameter. Kelas diameter
(absolute form factor) adalah angka dikelompokkan dalam range 5-10 cm,
bentuk di mana volume silindernya >10-15 cm, >15-20 cm, >20-25 cm,
menggunakan lbds berdasarkan >25-30 cm dan >30-35 cm. Masing-
diameter pada pangkal batang.Angka masing kelas diameter diambil 3 (tiga)
bentuk buatan (artificial form factor) pohon sebagai sampel. Sehingga jumlah
adalah angka bentuk di mana volume sampel keseluruhan sebanyak 18 pohon.
s i l i nde rnya menggunakan lbds Peralatan yang digunakan dalam
berdasarkan dbh.angka bentuk normal pengambilan data dan sampel pohon di
(true form factor/hohenadl form factor) lapangan diantaranya adalah GPS,
adalah angka bentuk di mana volume Phiband atau pita diameter, Hagameter,
s i l i nde rnya menggunakan lbds Pita meter, Gergaji rantai (Chainsaw).
berdasarkan diameter pada ketinggian
1/10 tinggi pohon.Oleh karena dbh biasa A.3. Metode Pengumpulan Data
digunakan sebagai ciri diameter pohon, Pohon sampel ditebang, kemudian
maka angka bentuk yang sering dilakukan pembagian batang menjadi
digunakan pun adalah angka bentuk segmen-segmen sesuai dengan ukuran
buatan (Muhdin, 2003). yang telah ditetapkan seperti yang
Angka bentuk batang dalam terlihat pada Gambar 1.
penelitian ini memenuhi kategori atau Gambar 1. Pembagian seksi batang dalam definisi bilangan bentuk buatan, yakni pengukuran bilangan bentuk bilangan bentuk yang menggunakan
v o l u m e s i l i n d e r p e m b a n d i n g
berdasarkan diameter of breast height
(dbh). Angka atau bilangan bentuk jenis
ini lazim digunakan karena tingkat
penggunaannya yang luas dan mudah
dalam penerapannya, serta masih
memenuhi kaidah ilmiah, dimana
terdapat korelasi yang kuat antara tinggi Pada set iap segmen d i lakukan
pohon dengan dbh. pengukuran diameter pangkal dan
diameter ujung. PEMBAHASAN
A. Metode Penelitian
A.1 Lokasi Penelitian
Pengambi lan sampel penel i t ian
dilakukan di Desa Erbaun Kecamatan
Amarasi Barat Kabupaten Kupang
A.2 Bahan dan Alat
8 Edisi VII No.2 Desember 2014
A.4 Metode Analisis Data diperoleh bilangan bentuk sebesar 0,57
Volume tiap segmen dihitung dengan (Yuniati, et. al. 2011). Sehingga bilangan
rumus Smallian sebagai berikut : bentuk C. junghuhniana lebih kecil jika
dibandingkan dengan bilangan bentuk E.
alba yang sama-sama merupakan
spesies penyusun savana di P. Timor.
Bilangan bentuk ini setidaknya
menunjukkan beberapa hal. Pertama,
pohon C. Junghuhniana di Pulau Timor
memiliki bentuk batang yang lebih
mengerucut atau conoid dibandingkan E.
Alba, dengan tingkat perubahan
diameter yang drastis pada setiap
ketinggian pohon atau panjang log.
Volume masing-masing segmen dari Kedua, kondisi tegakan yang masih rapat
p a n g ka l s a m p a i u j u n g b a t a n g mengakibatkan kurang optimalnya
dijumlahkan untuk mengetahui volume pertumbuhan diameter pohon. Chapman
kayu batang aktual total dari satu pohon. dan Meyer (1949) menyatakan bahwa
taper merupakan resultante dimensi
V aktual = V1 + V2 +.....+ Vn pohon yang disebabkan oleh pengaruh
pertumbuhan tinggi dan diameter
Bilangan bentuk ini dihitung dengan pohon.Pertumbuhan tinggi pohon lebih
membandingkan antara volume kayu dipengaruhi oleh kualitas tempat tumbuh,
batang aktual dengan volume kayu sedangkan diameter pohon lebih
silinder pada diameter batang setinggi dipengaruhi oleh kerapatan pohon. Taper
dada (dbh). a d a l a h s u a t u i s t i l a h y a n g
menggambarkan bentuk batang yang
B. Hasil meruncing.Dengan kata lain, taper
Berdasarkan hasil perhitungan, angka menggambarkan pengurangan atau
bilangan bentuk disajikan dalam tabel 1. semakin mengecilnya diameter batang
Dari Tabel 1 terlihat bahwa bilangan dari pangkal hingga ke ujung.
bentuk pohon C. Junghuhniana sebesar Penjelasan di atas, setidaknya
0,42. Berdasarkan studi yang dilakukan memenuhi asumsi yang mendasari
oleh El-Juhany dan kawan-kawan (2002) berlakunya tabel volume lokal pada
di Riyadh, Arab Saudi, dengan jenis sebuah areal hutan (tegakan) adalah
Casuarina cunninghamiana dari data bahwa pohon-pohon yang memiliki
tinggi tonggal, dbh dan volume aktual ukuran diameter sama maka akan
yang diperoleh dapat dihitung nilai memiliki tinggi dan angka bentuk batang
bilangan bentuknya adalah 0,43. Nilai ini yang sama pula sehingga dengan
relatif dekat dengan nilai bilangan bentuk demikian akan memiliki volume pohon
jenis C. junghuhniana hasil penelitian ini. yang sama pula.asumsi yang melandasi
Sedangkan dari hasil penelitian lainnya di ber lakunya tabel volume baku adalah
savana Timor pada jenis Eucalyptus alba bahwa pohon-pohon yang memiliki dbh
Volume tiap segmen dihitung dengan rumus Smallian sebagai berikut :
Vs =
??
?
?
??
?
?
2
up
lbdslbds
x l Keterangan : Vs : Volume tiap segmen kayu
Lbdsp : Luas bidang dasar pangkal segmen = ¼
ð
(diameter pangkal)
2
Lbdsu
: Luas bidang dasar ujung segmen = ¼
ð (diameter ujung)
2
L
: Panjang segmen
L
Lbds +p Lbdsu
9Edisi VII No.2 Desember 2014
dan tinggi pohon yang sama maka akan spesies tertentu, bilangan bentuk adalah
memiliki angka bentuk batang yang sama terendah pada pohon yang tumbuh
pula, sehingga akan memiliki volume terbuka dengan tajuk yang luas, dan
pohon yang sama juga. tertinggi adalah pada pohon yang tumbuh
Avery dan Burkhart (2002), juga di dalam hutan dengan tajuk yang relatif
menyatakan bahwa bilangan bentuk yang kurang luas.
lebih tinggi mengindikasikan tingkat Penebangan pohon sebagai sampel
tapering batang yang lebih rendah dan yang akan diukur, terkendala oleh adanya
volume pohon yang lebih besar. Pada kepentingan lingkungan yang lebih
Pohon
Ke...
Diameter
Dbh (cm)
Volume
Aktual
(cm3)
Volume Dbh
(cm3)
Bilangan
Bentuk
1 6,88 18318,82 37889,43 0,483481
2 5,10 9708,42 16917,2 0,573879
3 7,32 23596,58 46329,62 0,509319
Rerata Kd 1 0,522226
8
10,51
57724,51
121395,6
0,475507
7
12,70
73324,55
171560,1
0,427399
5
14,96
149029,1
325015,9
0,458529
Rerata Kd 2
0,453811
16
16,65
138551,5
379746,3
0,364853
11
17,26
159025,3
411589,1
0,386369
15
18,94
256527,5
596018,5
0,430402
Rerata Kd 3
0,393875
4
21,60
289199,6
736161,7
0,392848
10
22,38
324340,6
813879,6
0,398512
17
23,50
404950,1
1018763
0,397493
Rerata Kd 4
0,396284
14
26,40
615957,4
1476287
0,417234
6
28,02
573358,4
1808363
0,317059
18
29,49
839155,3
1953333
0,429602
Rerata Kd 5
0,387965
9
30,98
669298,1
2034212
0,329021
12
33,69
1088757
2582440
0,421600
13
31,70
820293,9
2219170
0,369640
Rerata Kd 6
0,373420
Rerata 0,421257
Sumber : Yuniati, et.al., 2013
Tabel 1. Bilangan bentuk pohon Casuarina junghuhniana
10 Edisi VII No.2 Desember 2014
dominan di Pulau Timor. Sebagaimana DAFTAR PUSTAKA
umumnya kondisi lahan di daratan Pulau Avery, T.U. and Burkhart. 2002. Forest
Timor, kondisinya sangat miskin akan Measurements, Fifth Edition. Mc.
hara dengan solum tanah tipis dan relatif Graw Hill Companies.
terjadi pemadatan oleh adanya aktivitas El-Juhany, L.I., I.M. Aref, and A.O. El
penggembalaan. Semua memerlukan Wakeel. 2002. Evaluation of
tindakan yang bijak dari setiap pihak yang Above Ground Biomass and Stem
terkait, baik pemerintah, swasta maupun Volume of Three Casuarina
masyarakat pada umumnya. Berdasarkan Species Grown in The Central
alasan ini, maka pohon sampel yang Region of Saudi Arabia. Journal of
digunakan dalam penelitian ini tidak Agriculture Science. King Saud
mungkin diperoleh dalam jumlah besar. University. Vol. 14 : 08 – 13.
Oleh karena itu, pemilihan pohon Muhdin. 2003. Dimensi Pohon dan
yang akan dijadikan sampel sangat P e r k e m b a n g a n M e t o d e
penting dalam kaitannya untuk mewakili Pendugaan Volume Pohon.
kaidah keterwakilan dalam analisis. Penganta r Fa l sa fah Sa ins
Minimnya jumlah sampel yang dapat ( P P S 7 0 2 ) . P r o g r a m
diambil, berimplikasi pada metode Pascasarjana/S3 IPB. Bogor.
pengambilan sampel. Untuk mengurangi http://tumoutou.net/702_07134/
bias yang terlalu besar, pengelompokan muhdin.htm
ke dalam kelas diameter menjadi langkah Yuniati, D dan H. Kurniawan. 2011.
pertama agar sebaran diameter yang ada P e n y u s u n a n P e r s a m a a n
di lapangan dapat terwakili seluruhnya. Allometrik Eucalyptus alba untuk
Kisaran diameter yang dijumpai di Pendugaan Simpanan Karbon
lapangan adalah dari 0 – 35 centimetre. Hutan Savana di Propinsi Nusa
Pembagian diameter ke dalam 6 kelas Tenggara Timur. Laporan Tahunan
diameter dilakukan untuk mengurangi 2011. Tidak dipublikasikan.
bias dan memenuhi kaidah keterwakilan Yuniati, D., H. Kurniawan dan F. Banani.
serta untuk menekan jumlah sampel yang 2013. Estimasi Simpanan Karbon
diperlukan. Jenis Casuarina junghuhniana
Berdasarkan hasil perhitungan Hutan Savana di Pulau Timor
diketahui pula, bahwa pada kelas Untuk Mendukung Upaya Mitigasi
diameter yang lebih rendah secara umum Pe r u b a h a n I k l i m M e l a l u i
memiliki nilai bilangan bentuk yang lebih Mekanisme REDD. Laporan
besar dari nilai bilangan bentuk kelas T a h u n a n 2 0 1 3 . T i d a k
diameter yang lebih besar. Hal ini sesuai dipublikasikan.
dengan teori pertumbuhan, bahwa pada
masa muda tanaman akan cenderung
untuk melakukan pertumbuhan vertikal,
hingga pada suatu saat faktor yang
mendukung pertumbuhan sekunder
muncul, kemudian tumbuhan akan
melakukan pertumbuhan horisontal.
11Edisi VII No.2 Desember 2014
Oleh : Dani Pamungkas HUTAN TARIMBANG DI SUMBA TIMUR
Eksotisme PENDAHULUAN hamparan lahan berisi sumber daya alam
Keindahan alam Nusa Tenggara hayati yang didominasi pepohonan dalam
Timur (NTT) tidak kalah jika dibandingkan persekutuan alam lingkungannya, yang
dengan tempat lain yang lebih dulu satu dengan lainnya tidak dapat
terkenal. Terutama keindahan panorama dipisahkan. Dari pengertian diatas dapat
hutan di Sumba Timur. Berdasarkan diketahui bahwa hutan merupakan
Kamus Besar Bahasa Indonesia, hutan sumber keanekaragaman hayati yang
diartikan sebagai tanah yang luas yang umumnya berasal dari golongan flora.
ditumbuhi pohon-pohon dan biasanya Tentu tidak asing lagi bagi kita ketika
tidak dipelihara orang. Sedangkan mendengar kata “hutan”. Sebagian orang
berdasar UU No. 41 tahun 1999, hutan mengartikan hutan sebagai tempat yang
adalah suatu kesatuan ekosistem berupa mengerikan bahkan berbahaya dan
| FO
KUS
|
foto
: Da
ni P
amun
gkas
12 Edisi VII No.2 Desember 2014
banyak mengandung unsur mistis. berdekatan dengan kawasan Taman
Namun bagi sebagian orang, mereka Nasional Laiwangi Wanggameti, Seksi
mengartikan hutan sebagai lokasi yang Pengelolaan Taman Nasional (SPTN)
penuh tantangan untuk berpetualang Wilayah I.
dan menimba ilmu pengetahuan.
Tarimbang, merupakan nama PEMBAHASAN
sebuah desa yang berlokasi di Kecamatan A. Hutan Pegunungan
Tabundung, Kabupaten Sumba Timur dan Komposisi jenis penyusun hutan
perjalanan menuju lokasi tersebut pegunungan cukup beragam, mulai dari
membutuhkan waktu 3.5 jam dari kota semai, pancang, tiang dan pohon. Pada
Waingapu. Desa Tarimbang merupakan ketinggian ± 420 m diatas permukaan
desa yang berdekatan dengan pantai laut, kita akan disuguhi sebuah
selatan yang memiliki nama Pantai pemandangan laut yang indah dengan
Tarimbang. Keistimewaan lokasi ini yaitu begitu rapatnya vegetasi hutan
kondisi hutan yang ada di lokasi ini terdiri pegunungan Tarimbang (Gambar 1).
dari beberapa tipe hutan, seperti hutan Keanekaragaman jenis flora yang
pegunungan, hutan mangrove dan terdapat di hutan ini cukup melimpah,
tumbuhan cemara yang tumbuh di pesisir begitu juga keanekaragaman fauna,
pantai. Bila kita berada dilokasi tersebut, berdasarkan informasi dari masyarakat
ketiga tipe hutan tersebut dapat kita sekitar bahwa dilokasi tersebut juga
jelajahi secara langsung dengan jarak ditemui kera ekor panjang, selain itu ada
yang tidak terlalu jauh. Tipe-tipe hutan juga fauna dari jenis aves atau burung,
tersebut dapat kita kenali dari jenis salah satu jenisnyayaitu burung gosong
vegetasi yang menyusun hutan. Selain itu kaki merah (Megapodius reinwartd) yang
keindahan pantai yang berpadu dengan dapat dijumpai sarangnya di tanah,
putihnya pasir pantai menambah tanah bersifat gembur dan banyak
keistimewaan lokasi tersebut. Hal inilah didominasi oleh tumpukan seresah.
yang membuat hutan Tarimbang memiliki Burung ini merupakan satu-satunya
keeksotisan tersendiri. Patut disyukuri burung yang meletakkan telurnya
bahwa kondisi pulau Sumba yang terkenal didalam tanah dan menggunakan panas
dengan lokasi savannanya, masih dari lingkunganuntuk penetasan telur-
memiliki hutan dengan beberapa tipe telurnya (Wiyanto, 2013). K e r a g a m a n
yang berbeda. flora di hutan pegunungan Tarimbang
S e c a r a diantaranya adalah
geografis, Hutan i n j u w a t u
Tarimbang berada ( P l e i o g y n i u m
p a d a k a w a s a n t i m o r i e n s e ) ,
hutan yang dikelola mangalir, kamala
o l e h D i n a s jarik (Memecylon
K e h u t a n a n e d u l e R o x b ) ,
Kabupaten Sumba k a n i n g g u
T i m u r , l o k a s i ( C i n n a m o m u m
t e r s e b u t zeylanicum Garc.Ex
Gambar 1. Kondisi hutan pegunungan di Tarimbang
13Edisi VII No.2 Desember 2014
Bl.), kahembi (Schleichera oleosa (Lour) di laut. Umumnya bakau mempunyai
Merr.), kapaku, kameti, r i ’ iyang, sistem perakaran yang menonjol (akar
manulang, katang (Planchonella nitida napas/pneumatofor), sebagai suatu cara
Dub.) dan beberapa jenis lainnya. adaptasi terhadap keadaan tanah yang
Beberapa jenis tersebut sebagian dapat miskin oksigen atau anaerob (Wetlands
diketahui informasi nama ilmiahnya dari I n te rna t i ona l , 2013 ) . Wet lands
Buku Informasi 2 Taman Nasional International menambahkan bahwa hutan
Laiwangi Wanggameti 2010, namun mangrove juga memiliki peran yang tidak
sebagian flora lainnya belum diketahui dapat diabaikan, yaitu diantaranya
nama ilmiahnya. adalah melindungi pantai dari erosi dan
Pohon-pohon besar yang ada abrasi pantai, melindungi pemukiman
umumnya memiliki batang-batang yang penduduk dari terpaan badai dan angin
lurus, besar dan tinggi, hal ini merupakan laut, mencegah intrusi air laut, tempat
sebuah indikasi adanya kompetisi ruang hidup dan berkembang biak berbagai
tumbuh keatas antara jenis yang satu satwa liar, menghasilkan bahan-bahan
dengan yang la innya te rutama alami yang bernilai ekonomis, serta yang
dalammemperoleh pencahayaan sinar terpenting adalah memiliki nilai edukasi
matahari. Jenis yang dominan adalah yang berkaitan dengan ilmu hayati.
injuwatu. Dari beberapa jenis yang
ada tersebut, injuwatu merupakan
jenis yang saat ini banyak
dibudidayakan oleh masyarakat
karena memiliki potensi sebagai
kayu kuat. Selain itu, berdasarkan
informasi masyarakat, jenis
tersebut merupakan salah satu
jenis yang digunakan dalam
kegiatan Rehabilitasi Hutan dan
Lahan (RHL).
Lokasi pada gambar 1 berjarak
sekitar 500-600 m dari bibir pantai,
namun perjalanan menuju tempat
tersebut memerlukan perjuangan
Hutan mangrove merupakan salah karena akses jalan yang memiliki tingkat
satu tipe hutan yang dapat dijumpai di kemiringan yang curam.
Tarimbang (Gambar 2). Jenis tumbuhan
didominasi oleh Rhizopora sp. dengan B. Hutan Mangrove
ciri khas akar tunggang, selain itu Hutan bakau atau mangrove
terdapat juga dari jenis Avicenia sp. merupakan hutan yang tumbuh di muara
dengan ciri khas akar napas. Rhizopora sungai, pada daerah pasang surut
sp memiliki morfologi perakaran maupun pesisir. Tumbuhan bakau bersifat
tunggang/tunjang yang memiliki fungsi unik karena merupakan gabungan dari
sebagai penunjang batang pokok. ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan
Gambar 2. Kondisi hutan Mangrove di Tarimbang
14 Edisi VII No.2 Desember 2014
Apabila diamati dengan seksama, yang indah. Hal tersebut mengindikasikan
banyak sekali anakan alam yang mampu bahwa pengelolaan hutan Tarimbang
hidup dan tumbuh di sekitar pohon dengan baik akan memberikan manfaat
induknya maupun agak jauh dari pohon baik secara ekologis maupun ekonomis.
induknya, hal ini menunjukkan terdapat Hutan merupakan sebuah lokasi
keberhasilan regenerasi secara alami. yang perlu kita jaga keberadaannya,
Telah kita ketahui bersama bahwa jenis karena dampak dari adanya hutan tidak
tanaman mangrove seperti Rhizopora sp., pernah merugikan manusia. Sebaliknya
buahnya memiliki sifat vivipar, yaitu kita sebagai manusia semestinya bisa
bahwa buah tersebut telah berkecambah menyesuaikan dengan keberadaan
saat masih berada diatas pohon, sehingga hutan. Dibeberapa daerah saat ini banyak
saat buah lepas dari pohon induknya yang memiliki program rehabilitasi lahan
langsung menancap di lumpur dan yang dahulunya merupakan hutan, hal ini
berkembang menjadi individu baru. Selain sebagai indikasi bahwa hutan memang
itu, adanya anakan alami yang berada sangat dibutuhkan keberadaannya. Tidak
jauh dari indukannya dapat diakibatkan hanya sebagai penyedia O dan penyerap 2
karena terbawa arus pada saat lokasi CO , namun terdapat fungsi lain yang 2
mangrove dalam kondisi pasang. Pada tidak kalah pentingnya dari hal tersebut.pesisir pantai akan dijumpai sekumpulan
pohon cemara l au t (Casuar ina DAFTAR PUSTAKAequisetifolia) dengan persebaran yang Anonim. 2010. Buku Informasi 2. Taman tidak begitu luas. Hal ini seakan Nasional Laiwangi Wanggameti, menambah lengkap eksotisme hutan Kementerian Kehutanan.Ta r i m b a n g . J e n i s - j e n i s d e n g a n Wiyanto, T.2013. Melacak Pola Reproduksi karakteristik habitat yang berbeda dapat Burung Gosong. Buletin Kakatua dijumpai pada satu lokasi dan tanpa perlu Balai Taman Nasional Laiwangi membutuhkan perjalanan yang jauh. Wanggameti, Sumba Timur
Cemara merupakan tumbuhan Undang-Undang Republik Indonesia dengan daun jarum layaknya pinus, Nomor 41 Tahun 1999 Tentang namun berbeda dengan pinus yang Kehutanan.berasal dari kelompok Gymnospermae Wetlands International Indonesia. Spesies dengan tipe buah terbuka, cemara Mangrove. http://www.indonesia. berasal dari kelompok Angiospermae wetlands.org/Infolahanbasah/Spesiedengan tipe buah tertutup. sMangrove/tabid/2835/language/id-
ID/Default.aspx, diakses : 25 Juni PENUTUP 2013, 11:00 Wita.
H u t a n Ta r i m b a n g p e r l u
mendapatkan perhatian karena lokasi
tersebut memiliki nilai ekologis dan nilai
wisata, kondisi hutan yang masih terjaga
dan belum banyak pengunjung, selain itu
lokasi ini berdekatan dengan pantai
Tarimbang dan memiliki pemandangan
15Edisi VII No.2 Desember 2014
| FO
KUS
|
BENTUK INTERAKSI KAKATUA SUMBA(Cacatua sulphurea citrinocristata) di Habitatnya Oleh : Oki Hidayat
PENDAHULUAN Sebagai golongan burung paruh
Setiap satwa liar tidak dapat lepas bengkok (parrot), Kakatua Sumba
dari habitatnya. Keduanya berkaitan erat memiliki kekhasan dibandingkan dengan
dan saling membutuhkan satu dengan jenis paruh bengkok lainnya yaitu pada
yang lainnya. Secara garis besar bagian struktur dan bentuk paruh.
komponen habitat terdiri atas komponen Kakatua memiliki struktur paruh yang
fisik dan biotik. Komponen tersebut kompak dan kuat dengan ujung yang tidak
membentuk suatu sistem yang dapat t e r l a l u l a n c i p . H a l t e r s e b u t
mengendalikan kehidupan satwa liar. memungkinkan Kakatua untuk melubangi
Secara rinci komponen fisik terdiri dari air, batang pohon sehingga dapat ditempati
udara, iklim, toporafi, tanah dan ruang. sebagai lubang sarang. Selain itu,
Komponen biotik terdiri dari vegetasi, Kakatua mampu mematahkan ranting-
mikro dan makro fauna serta manusia ranting kecil maupun liana yang berada
(Alikodra, 1990). Pengetahuan yang disekitar pohon sarang sebagai bentuk
mendalam mengenai ekologi Kakatua pertahanan ekologis untuk melindungi
Sumba sangatlah penting terutama lubang sarang dari ancaman predator.
secara khusus kepada stakeholder yang Dalam kehidupannya Kakatua Sumba
berkepentingan melestarikan burung berhubungan dengan habitatnya baik
terancam punah ini, agar langkah- dengan satwa liar maupun dengan
langkah yang diambil dalam menentukan tumbuhan, sehingga tercipta sebuah
strategi konservasi sesuai dengan sifat sistem ekologi. Hubungan antara individu-
ekologis dari jenis ini. individu pada suatu jenis dikenal dengan
16 Edisi VII No.2 Desember 2014
istilah interaksi. Jika diartikan, interaksi ini pasangan-pasangan tersebut akan
adalah hubungan antara makhluk hidup berkeliling mencari lubang pohon yang
yang satu dengan yang lainnya. Ada dua akan dijadikan lokasi bersarang. Dalam
macam interaksi berdasarkan jenis proses pencarian ini diselingi dengan
organisme yaitu intraspesies dan aktifitas saling bercumbu hingga akhirnya
interspesies. Interaksi intraspesies adalah terjadi kopulasi (pembuahan).
hubungan antara organisme yang berasal Di dalam kelompok individu-
dari satu spesies, sedangkan interaksi individu Kakatua Sumba akan saling
interspesies adalah hubungan yang melindungi, contohnya ketika ada
terjadi antara organisme yang berasal ancaman maka individu yang melihat
dari spesies yang berbeda (Elfidasari, pertama kali akan mengeluarkan suara
2007). teriakan dengan tempo cepat dan
berulang untuk memberitahu anggota
PEMBAHASAN kelompoknya. Bahkan jika ancaman
A. Interaksi Intraspesies tersebut dianggap membahayakan
Bentuk interaksi antar individu individu tersebut akan terbang seketika
Kakatua Sumba termasuk dalam interaksi sambil mengeluarkan flight call/suara
intraspesies. Kakatua Sumba (Cacatua p a n g g i l a n k e t i k a t e r b a n g
sulphurea citrinocristata) merupakan “keak…keak…keak…keaak…” dengan
jenis burung yang hidup secara interval sekitar 1,5 detik (Gambar 1).
berkelompok dengan jumlah kelompok Biasanya setelah mendengar flight call
yang tidak terlalu besar, di Taman anggota kelompok lainnya akan ikut
Nasional Manupeu Tanadaru tercatat terbang mengikuti individu yang pertama.
dalam satu kelompok terdiri dari 14 Fungsi flight call lainnya adalah untuk
individu. Didalam aktifitasnya, dari satu m e m b e r it a h u k a n dan menegaskan
kelompok tersebut akan terpecah wilayah teritorinya. Suara flight call
menjadi beberapa kelompok, dengan terkadang tidak dikeluarkan pada saat
jumlah kelompok yang baru sebanyak 2 terbang, di Taman Nasional Manupeu
hingga 4 ekor. Kondisi tersebut akan Tanadaru pernah teramati Kakatua Sumba
berubah saat memasuki fase reproduksi, terbang tanpa mengeluarkan suara.
makan Kakatau Sumba khususnya dari famili Columbidae. Hal yang dilakukan diatas kanopi. Secara b e r b e d a d i t u n j u k k a n k e t i k a keseluruhan jenis Kakatua di Indonesia berdampingan dengan jenis burung tidak ada yang mencari makan di atas paruh bengkok lainnya. Kakatua Sumba permukaan tanah (ground foraging). Jenis cenderung menghindari jenis paruh ground foraging terdapat di Australia bengkok lainnya pada saat canopy s e p e r t i R e d - t a i l e d C o c k a t o o foraging. Saat aktivitas tersebut (Cameron,2007). Hidayat (2014) berlangsung tidak terlihat adanya menyebutkan di Blok Hutan Billa (Taman perilaku saling mengusik, mereka sibuk Nasional Laiwangi Wanggameti) teramati mencari makan (buah) di ranting yang Kakatua Sumba makan bersama jenis berbeda, bahkan saat keduanya berada burung lain dalam satu pohon yaitu pada jarak yang sangat dekat seperti Pergam hijau (Ducula aeanea) di Pohon terlihat pada Gambar 4. lamo dan Punai sumba (Treron teysmanni)
di Pohon kananggar (Dillenea sp.). Prilaku
tersebut menunjukkan kemampuan
asosiasi dengan jenis burung lain
Gambar 3. Kakatua Sumba mengintervensi pohon sarang Julang Sumbaberjenis mara (Tetrameles nudiflora)
19Edisi VII No.2 Desember 2014
DAFTAR PUSTAKA Nasional Laiwangi Wanggameti.
Alikodra, S. 1990. Pengelolaan Satwaliar Jurnal Penelit ian Kehutanan
Jilid I. Departemen Pendidikan dan Wallacea. (in press).
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Lambert, F. 2014. XC121719. www.xeno-
Pendidikan Tinggi Pusat Antar canto.org /121719. D iunduh
Universitas Ilmu Hayat, Institut tanggal 12 Februari 2014.
Pertanian Bogor. Walker, J. S., Cahill, A. J. and Marsden, S. J.
Elfidasari, D. 2007. Jenis Interaksi 2005. Factors influencing nest-site
Intraspesifik dan Interspesifik pada occupancy and low reproductive
Tiga Jenis Kuntul saat Mencari output in the Critically Endangered
Makan di Sekitar Cagar Alam Pulau Yellow-crested Cockatoo Cacatua
Dua Serang, Propinsi Banten. sulphurea on Sumba, Indonesia.
Biodiversitas (8) Nomor 4, 266-269. Bird Conservation International
Hidayat, O. 2014. Komposisi Jenis dan (15), 347-359.
Preferensi Tumbuhan Pakan
K a k a t u a S u m b a ( C a c a t u a
sulphurea citrinocristata) di Taman
Gambar 4. Aktivitas canopy foraging bersama (1.Kakatua Sumba dengan Pergam hijau; 2.Kakatua Sumba dengan Punai Sumba
20 Edisi VII No.2 Desember 2014
| RE
PORT
ASE
|
BPK Kupang (10/09/2014)– beberapa Hal yang berkaitan dengan
Penyelenggaraan Gelar Teknologi/Alih pengelolaan hutan di Manggarai Raya,
Teknologi Hasil Penelitian yang di “di Manggarai Raya (Manggarai,
Kabupaten Manggarai, merupakan Manggarai Timur dan Manggarai
agenda rutin Balai Penelitian Kehutanan Barat - red) banyak sekali potensi
Kupang dalam memasyarakatkan hasil- kehutanan yang perlu digali dan
hasil penelitian. Kegiatan yang dimanfaatkan untuk kepentingan
diselenggarakan di Kecamatan ekonomi masyarakat, antara lain potensi
Ranamese Kabupaten Manggarai Timur Taman Wisata Alam danau Ranamese,
dibuka oleh Kepala Dinas Kehutanan Keragaman Flora dan Fauna seperti
Manggarai Timur Bapak Yulianus Biman keragaman jenis burung, budidaya
dan dihadiri oleh camat Ranamese, Lebah Madu, serta tanaman penghasil
sejumlah Tokoh Masyarakat dan Tokoh gaharu yang banyak tersebar di daratan
Adat, Kepala Desa serta Masyarakat Flores”, dalam kesempatan ini juga
sekitar. Kepala Dinas Manggarai Timur
Mengucapkan banyak terima kasih
Dalam sambutannya Kepala Dinas kepada Kementerian Kehutanan
Manggarai Timur menyampaikan Khususnya Balai Penelitian Kehutanan
Gelar Teknologi "Budidaya Cendana, Gaharu dan Lebah Madu”di Manggarai Timur
21Edisi VII No.2 Desember 2014
Kupang yang telah mengadakan sebagian wilayah Flores khususnya
kegiatan Gelar Teknologi Hasil Penelitian Manggarai mempunyai banyak hutan
di Manggarai. yang ditumbuhi berbagai macam jenis
tanaman membuat daerah ini kaya akan
Pada kegiatan Gelar Teknologi ini sumber pakan dari Lebah penghasil
mengambil Tema “ Budidaya Cendana, Madu, sehingga cocok untuk Budidaya
Gaharu dan Lebah Madu”, selaku Lebah Madu jenis Apis indica atau Apis
moderator Bapak Ir. Edy Sutrisno, M.Sc cerana. Pada kesempatan ini juga
Kepala Balai Penelitian Kehutanan dipraktekan bagaimana membudidaya-
Kupang. Paparan pertama tentang kan Lebah penghasil Madu (Apis Cerana)
Budidaya Cendana di sampaikan oleh mulai dari bagaimana memancing koloni
Hery Kurniawan,S.Hut,M.Sc yang lebah madu dengan cara memasang
menekankan bagaimana teknik glodok, memindahkan sarang lebah
membuat persemaian dan mengelola madu yang ada di glodok ke dalam stup
persemaian Cendana sedemikian rupa dan cara pemanenan lebah Madu
untuk membuat Budidaya Cendana di dengan menggunakan ekstraktor.
lahan masyarakat dapat mewujudkan
kembali kejayaan Cendana di bumi Pada kegiatan ini juga hadir pembicara
Flobamora (Flores, Sabu, Timor dan Alor dari Burung Indonesia Bapak Hanom
- red). Bashari yang menyampaikan betapa
banyak potensi Fauna Khususnya burung
Dilatarbelakangi informasi di yang ada di daratan Flores dan
masyarakat, khususnya di Manggarai, khususnya di Manggarai Raya, dari
tentang pohon penghasil gaharu yang banyaknya jenis burung yang ada di
tidak benar maka pada presentasi kedua Manggarai Raya ada beberapa jenis
disampaikan oleh Dani Pamungkas, yang endemik dari daratan Flores dan
S.Hut dengan tema “Tanaman Penghasil merupakan daya tarik bagi wisatawan
Gaharu dan Budidayanya”. Pada asing yang datang jauh dari negaranya
paparannya sdr Dani me-nyampaikan hanya untuk melihat satwa endemik
bahwa Gaharu adalah produk yang tersebut yaitu burung hantu Flores.
dihasilkan dari simbiosis antara pohon Pada kesempatan terakhir semua
penghasil gaharu dengan jamur. Pohon peserta diajak untuk menanam bibit
penghasil Gaharu yang banyak dikenal tanaman gaharu dan cendana di sekitar
di Indonesia adalah Aquilaria spp. dan lahan kantor Taman Wisata Alam Danau
Gyrinops spp, dari kedua pohon Ranamese yang disambut antusias oleh
penghasil gaharu tersebut yang banyak Kepala Dinas Kehutanan Manggarai
tumbuh danberkembang di NTT Timur, Kepala Bidang Konservasi KSDA
khususnya Flores adalah Gyrinops NTT Wilayah II Ruteng, Camat Ranamese
versteegii. serta seluruh peserta Gelar Teknologi
Hasil Penelitian. Kegiatan ini ditutup oleh
Paparan ketiga di sampaikan oleh Bapak Bapak Ir. Yohanes Ora Kepala Bidang
M. Azis Rakhman, S.Hut yang mengambil Konservasi KSDA NTT Wilayah II Ruteng.
tema tentang Budidaya Lebah Madu, (fewie).
22 Edisi VII No.2 Desember 2014
Kelahiran Pertama Kura-Kura Leher Ular Rote (Chelodina mccordi Rhodin, 1994) di KupangForistkupang.org (28/10/2014) - Menetasnya H.M.S Kaban yang turut prihatin karena
Telur Kura-kura Leher Ular rote (Chelodina sebagai satwa endemik dari Kabupaten Rote,
mccordi Rhodin, 1994) begitu Nusa Tenggara Timur, ternyata satwa ini
menggembirakan, sudah3 kali bertelur dan sudah tidak bisa lagi ditemukan di alam.
tidak bisa menetas, dengan usaha dan kerja Indukan Kura-kura leher ular rote yang
keras akhirnya bisa berhasil menetaskan didapat dari PT Elnusa Bekasi melalui Balai
telurnya di penangkaran Stasiun Penelitian Besar KSDA NTT berjumlah 4 ekor mampu
Oilsonbai, Balai Penelitian Kehutanan Kupang dikembangbiakan di Balai Penelitian
“Seperti Mimpi, seakan belum percaya kalau Kehutanan Kupang sejak tahun 2009.
kura-kura ini bisa menetas juga” kata Kayat,
S.Hut, M.Sc Peneliti Balai Penelitian Menurunnya populasi suatu jenis fauna di
Kehutanan Kupang. menetasnya telur kura- alam lebih banyak diakibatkan oleh aktivitas
kura leher ular ini di penangkaran manusia dalam
diharapkan kedepan memanfaatkan
mampu di pelihara dan sumberdaya alam
di kembangkan. untuk
kelangsungan
“Penangkaran hidupnya.P
ini bertujuan emanfaata
untuk bisa n yang
menangkarka dilakukan
n kura-kura tanpa
leher ular upaya
yang asli dari untuk
Nusa Tenggara melestarika
Timur khususnya n kelangsungan pulau Rote, agar
hidup jenis yang masyarakat juga bisa dimanfaatkan memperoleh hasil ekonomi
tentunya akan berdampak dari kura-kura ini”. Kata Kayat, negatif bagi jenis fauna tersebut seperti S.Hut, M.Sc menjelaskan.Lebih lanjut beliau
kura-kura leher ular Rote.menjelaskan berbagai hambatan yang
dihadapi dalam penangkaran kura-kura leher Tujuan dari Penangkaran kura-kura leher ular ular rote ini. Hambatan yang dihadapi dalam Rote menyangkut aspek konservasi dan perkembangbiakan kura-kura leher ular ini ekonomi, salah satu upaya konservasi kura-adalah masalah reproduksi yang harus kura leher ular Rote adalah setelah berhasil menunggu selama 6 tahun untuk bisa dipenangkaran selanjutnya dilakukan bertelur. Juga hambatan pakan yang sehat restocking ke habitat aslinya yang ada di serta segar yang susah di dapatkan.pulau rote, karena kura-kura leher ular Rote
ini sudah tidak ditemukan lagi habitatnya di Penelitian tentang Kura-kura Leher Ular rote alam - (feewie.)ini diinisiasi dari Menteri Kehutanan, yang
pada saat itu dijabat oleh, Bapak Dr. (HC)
23Edisi VII No.2 Desember 2014
foto : www.portalkbr.com
| RE
SENS
I |Pada tahun 1973, sekelompok ahli Golley 1974). Judul tersebut sengaja
ekologi berkumpul di Turrialba, Cosa Rika. dipilih oleh para ahli ekologi tersebut
Mereka melakukan workshop guna saling karena keberlangsungan ekosistem hutan
bertukar pikiran dalah hal ekologi hutan t rop i s te rancam o leh ak t i v i tas
tropis dan perkembangannya dimasa penebangan dan perambahan hutan.
mendatang. Selanjutnya prosiding yang Sementara upaya pemulihan ekosistem
berisi pemikiran tersebut dipublikasikan yang rusak tidak sebanding dengan laju
dengan judul Ekosistem Yang Rapuh kerusakannya.
(“Fragile Ecosystem”. Farnworth and Kondisi tersebut melatarbelakangi
Pengarang : Florencia Montagnini, Carl F. Jordan Penerbit : Springer, Heidenberg, 2005 Deskrispi fisik : xi, 281 p, indeks (Hard cover)ISBN : 3-540-23797-6Resensor : Rattahpinnusa H Handisa, S.SosNomor Klasifikasi : 6852009/577.3 FLO TSubject : Ekologi
Tropical Forest Ecology : The Basis for Conservation and Management
24 Edisi VII No.2 Desember 2014
| |
GALE
RI
penyusunan buku ini. Penulis buku ini, Dr. Pengenalan terhadap klasifikasi hutan
Florencia Montagini merupakan Professor tropis penting dalam hal menentukan
Ekologi Hutan Tropis dari Universitas Yale. rencana pengelolaannya. Metode yang
Selanjutnya, Dr. Florensia dibantu oleh Dr. digunakannya pun variatif. Namun pada
Carl F Jorda, seorang senior ekologis umumnya, faktor klasifikasi hutan tropis
dalam penyusunan buku ini. Penulisnya m e n g a c u p a d a a s p e k c u a c a
menuturkan bahwa buku Tropical dankeragaman floranya.
Ecosystem menyajikan bukti-bukti Aspek sos ia l dan ekonomi
keunikan dari ekosistem hutan tropis memegang peranan penting dalam, hal
dalam menunjang keseimbangan pengambilan keputusan. Sekaligus, aspek
kehidupan di Alam semesta ini. ini menjadi unsur penekan yang kuat bagi
Bab I mengulas tentang nilai hutan aktivitas deforestasi. Pada bab IV, penulis
topis baik yang bersifat komersial memaparkan hubungan interaksi antara
maupun non komersial. Kedua nilai lingkungan dan populasi manusia dan
tersebut dapat lenyap apabila hutan akibat yang ditimbulkan dari interaksi
tropis tidak terjaga keberadaannya. tersebut. Sementara itu, kearifan lokal
Selain itu, Dr. Florence menyarankan masyarakat berpotensi digunakan
t e n t a n g p e r l u n y a m e m a h a m i menjaga kebersinambungan ekosistem
karakteristik hutan tropis karena hal ini hutan tropis. Ide ini menjadi ulasan
penting dalam menjaga sturktur dan menarik di Bab V. Selanjutnya Bab VI
fungsinya. Sifat dan jenis karakter sampai Bab VIII memberikan penekaran
tersebut dijabarkan pada bab II. terhadap alternatif pengelolaan hutan
Selanjutnya, Bab III menyajikan beberapa topis dengan pelibatan masyarakat
bagan dan klasifikasi hutan tropis. seperti sistem agroforestri.
25Edisi VII No.2 Desember 2014
| GA
LERI
|
Gambar 1. Pisah sambut Kepala Balai Penelitian Kehutanan Kupang dari Ir. Misto, MP (pejabat lama)
kepada Ir. Edy Sutrisno, M.Sc (pejabat baru) pada 3 Juli 2014.
Gambar 2. Penananam pohon pada peringatan Hari Menanaman Pohon Indonesia dan
Bulan Menanam Nasional pada 28 November 2014 di Kabupaten Kupang.
26 Edisi VII No.2 Desember 2014
Gambar 3. Kepala Seksi Data, Informasi dan Sarana Penelitian memberikan materi ekstraksi madu
pada praktek lapangan Gelar Teknologi di Kabupaten Manggarai Timur Pada 10 September 2014
Gambar 4. Tukik Kura-kura Leher Ular Rote (Chelodina mccordi Rhodin, 1994)
di Stasiun Penelitian Oelsonbai, Balai Penelitian Kehutanan Kupang
27Edisi VII No.2 Desember 2014
Sehubungan kesalahan cetak pada Warta Cendana Edisi VII Volume 1 November Tahun 2014
maka dengan ini kami sampaikan ralat sebagai berikut:
Lampiran tabel 1 pada artikel berjudul Keragaman Jenis Mangrove
di Nusa Tenggara Timur pada halaman 20 dan 21 seharusnya
sebagaimana tersebut dibawah :RALAT
No Famili Jenis Sumber 1.
Rhizophoraceae
Ceriops tagal (Perr)
1, 2 dan 5
2
Rhizophoraceae
Ceriops decandra (Griff.) DH
1 dan 3
3.
Rhizophoraceae
Rhizophora apiculata (Bi)
1, 2, 4 dan 5
4.
Rhizophoraceae
Rhizophora mucronata
Lmk
1, 2, 3 dan 5
5
Rhizophoraceae
Rhizophora stylosa Griff.
1
6
Rhizophoraceae
Rhizophora lamarckii
1
7
Rhizophoraceae
Bruguiera parviflora
Roxb
2 dan 5
8
Rhizophoraceae
Bruguiera cylindrica
(L.) BI.
1 dan 2
9
Rhizophoraceae
Bruguiera gymnorrhiza
(L) Lamk
1, 2, 3 dan 5
10
Rhizophoraceae
Bruguiera sexangula Lour
5
11
Pteridaceae
Acrosthicum aureum
Linn
5
12
Acanthaceae
Acanthus ilicifolius L
2 dan 3
13
Acanthaceae
Acanthus ebracteatus Vahl
2
14
Myrsinaceae
Aegiceras floridum R. & S.
1dan 2
15
Myrsinaceae
Aegiceras coniculatum (L.) Blanco
1, 2 dan 3
16
Myrtaceae
Osbornia octodonta F.v.M.
1
17
Lythraceae
Phempis acidula
1, 2 dan 5
18
Meliaceae
Xylocarpus granatum,
Koen
1, 2 dan 5
19
Meliaceae
Xylocarpus moluccensis (Lamk)
1
20
Meliaceae
Xylocarpus rumphii (Kostel.) Mabb
1
21
Euphorbiaceae
Excoecaria agallocha L
1, 2 dan 4
22
Plumbaginaceae
Aegialitis annulata R. Br
4
23
Rubiaceae
Scyphiphora hydrophyllacea
Gaertn
1 dan 2
24
Avicenniaceae
Avicennia alba Bl.
2 dan 3
25
Avicenniaceae
Avicennia marina (Forsk.) Vierh.
1, 3 dan 4
26
Avicenniaceae
Avicennia officinalis L
1
27
Sonneratiaceae
Sonneratia alba J.R Smith
1, 2, 3 dan 4
28
Sonneratiaceae
Sonneratia caseolaris (L) Engl.
3
29
Arecaceae
Nypa fruticans Wurmb.
3
30
Sterculiaceae
Heritiera littoralis Dryland, ex W.Ait
1
31
Combretaceae
Lumnitzera rasemosa Willd. var
1, 3 dan 4
32 Combretaceae Terminalia catappa L 2 33 Malvaceae Hibiscus tiliaceus L 1 dan 2 34 Malvaceae Thespesia populnea (L.) Soland 135 Molluginaceae Sesuvium postucalartum (L.) L. 2 36 Goodeniaceae Scaevola taccada (Gaertn.) Roxb. 2 37 Leguminosae Derris trifoliata Lour 538 Pandanaceae Pandanus odoratissima. 239 Apocynaceae Carbera manghas L 2
28 Edisi VII No.2 Desember 2014
Kom
oda Is
land
sourc
e : id
.wik
ipedia
.org
BAHASA Naskah artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia, memuat tulisan bersifat popular/semi ilmiah dan bersifat informatif.
FORMAT Naskah diketik diatas kertas kuarto putih pada satu permukaan dengan 2 spasi. Pada semua tepi kertas disisakan ruang kosong minimal 3,5 cm.
JUDUL Judul dibuat tidak lebih dari 2 baris dan harus mencerminkan isi tulisan. Nama penulis dicantum-kan dibawah tulisan.
FOTO Foto harus mempunyai ketajaman yang baik, diberi judul dan keterangan pada gambar.
GAMBAR GARISGrafik atau ilustrasi lain yang berupa gambar diberi garis harus kontas dan dibuat dengan tinta hitam. Setiap gambar garsi harus diberi nomor, judul dan keterangan yang jelas dalam bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Daftar Pustaka yang dirujuk harus disusun menurut abjad nama pengarang dengan mencantum-kan tahun penerbitan, sebagai berikut :
Allan, J.E. 1961. The Determination of Copper by atomic Absorbstion of spectrophotometry. Spec-tophotometrim Acta (17), 459-466.