UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE RESITASI PADA MATERI POKOK ZAT ADITIF DALAM MAKANAN PADA SISWA KELAS VIII MTs MANSAUL HUDA REMBANG TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Prodi Tadris Kimia Oleh: HAIDLOROH FAIQOTUN NI’MAH NIM : 053711380 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
109
Embed
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Silabus Pembelajaran ... Lampiran 13. Daftar Nama Kelompok ... 3 Undang-Undang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWADENGAN METODE RESITASI PADA MATERI POKOK
ZAT ADITIF DALAM MAKANAN PADA SISWA KELAS VIIIMTs MANSAUL HUDA REMBANG TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Prodi Tadris Kimia
Oleh:
HAIDLOROH FAIQOTUN NI’MAH
NIM : 053711380
FAKULTAS TARBIYAHINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG2010
ii
KEMENTRIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS TARBIYAHAlamat: Jl. Prof. Dr. Hamka Ngaliyan Telp/Fax (024) 7601295, 7615387
PENGESAHAN
iii
KEMENTRIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS TARBIYAHAlamat: Jl. Prof. Dr. Hamka Ngaliyan Telp/Fax (024) 7601295, 7615387
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tanggal Tanda Tangan
Atik Rahmawati, M. Si __________________ __________________NIP. 19750516200604202Pembimbing I
Nasirudin, M. Ag __________________ __________________NIP. 196912101996031002Pembimbing II
iv
MOTTO
Artinya : ”Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.”
(Surat ’Abasa : 24) *
* Depag Islam, Wakaf, Da’wah dan Irsyad Kerajaan Saudi Arabia, Al-Qur’an danTerjemahannya, (Saudi Arabia: Mujamma’ Al Malik Fahd li Thiba’at Al Mush-haf Asy Syarif, 1421H). hlm.
v
PERSEMBAHAN
Karya tulis skripsi ini saya dedikasikan kepada orang-orang yang secaralangsung maupun tidak langsung telah memberi makna pada setiap jengkal langkahkudalam proses menjadi manusia yang selalu terus ingin belajar. Untuk orang-orangyang selalu ada bersama setiap limpahan kasih sayang-Nya, khususnya kepada:
1. Kedua orang tuaku (Bapak Fatchur Rohman alm & Ibu Chuzaimah) yangtelah memberikan perhatian dan kasih sayang, yang tidak mungkin dapattergantikan oleh apapun.
2. Para dosen yang selalu memberikan pencerahan, menyalakan pelita, sertamenggoreskan tinta kebijaksanaan sebagai bekal hidup.
3. Semua keluarga, adik-adikku (Yusuf, Ria & Izza), serta saudara-saudarakuyang senantiasa menghadiahkan doa demi keberhasilan dan kesuksesanku.
4. Teman-teman seperjuangan, semua anak tadris kimia 2005.5. Semua warga kos 24,6. Seluruh insan pendidikan yang terus mengisi kehidupannya untuk selalu
belajar agar menjadi yang terbaik bagi diri, keluarga, bangsa dan Negara.
Akhirnya dari lubuk hati yang terdalam, kupersembahkan karya sederhana ini,jazakumullah khairon katsira. Semoga seluruh jasa pengorbanan, mendapat limpahanrahman dan rahim-Nya. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
vi
DEKLARASI
Penulis menyatakan dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,
bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-
pikiran orang lain, kecuali informasi dalam referensi yang penulis
jadikan bahan rujukan.
Semarang, 23 Juni 2010
Deklarator,
Haidloroh Faiqotun Ni’mah
vii
ABSTRAK
Haidloroh Faiqotun Ni’mah (NIM: 053711380). Upaya MeningkatkanHasil Belajar Siswa Dengan Metode Resitasi Pada Materi Pokok Zat Aditif DalamMakanan Pada Siswa Kelas VIII MTs Mansaul Huda Rembang Tahun Ajaran2009/2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode resitasi dapatmeningkatkan hasil belajar IPA materi pokok Zat Aditif Dalam Makanan Pada SiswaKelasVIII MTs Mansaul Huda Rembang Tahun 2009/2010.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) pada pesertadidik kelas VIII MTs Mansaul Huda Rembang. Dari hasil observasi secara langsungdi kelas VIII dapat diketahui metode pembelajaran yang digunakan oleh guru matapelajaran IPA khususnya kimia belum secara penuh mengedepankan pembelajaranaktif dan cenderung terjadi komunikasi satu arah, artinya peserta didik cenderungpasif dalam pembelajaran, peserta didik hanya mendengarkan penjelasan guru,menulis dari apa yang dijelaskan kemudian mengerjakan soal yang diberikan. Hal inijuga tampak dengan adanya hasil belajar yang belum maksimal. Dalam penelitian inipeneliti menggunakan satu kelas untuk menerapkan metode resitasi kelas VIII MTsMansaul Huda yang jumlahnya ada 27 peserta didik.
Pada saat dilaksanakan metode resitasi, suasana pembelajaran di kelas VIIImenjadi lebih hidup, peserta didik menjadi lebih aktif dan hasil belajar menjadimaksimal. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, tahap pertama adalah kegiatanprasiklus, yaitu mencari data hasil belajar siswa VIII tahun sebelumnya untuk materizat aditif dalam makanan. Hal ini penting untuk dijadikan dasar nilai awal. Tahapkedua adalah pelaksanaan siklus I dan siklus II, sedangkan tahap ketiga yaitupenyempurnaan data dan penyusunan laporan. Pada kondisi awal sebelum diterapkanmetode resitasi, hasil belajar peserta didik yaitu rata-rata hasil belajar 61,36 denganketuntasan belajar 40%. Setelah dilaksanakan metode resitasi hasil belajar pesertadidik meningkat. Pada siklus I, prosentase rata-rata hasil belajar peserta didik 65,7dan ketuntasan belajar 44,44%. Pada siklus II, prosentase rata-rata hasil belajarpeserta didik 77,85 dan ketuntasan belajar 85,19%. Dari data tersebut, jelas bahwaada peningkatan hasil belajar dari sebelum diterapkannya metode resitasi dengansetelah metode tersebut diterapkan. Namun dari penelitian ini masih terdapat pesertadidik yang dari siklus pertama dan kedua mempunyai nilai dibawah indikatorkeberhasilan. Hal ini disebabkan oleh karena daya ingat siswa yang lemah.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasidan masukan bagi mahasiswa, para tenaga pengajar, para peneliti dan semua pihakyang membutuhkan di lingkungan fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, bahwa atas
taufiq dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Resitasi Pada
Materi Pokok Zat Aditif Dalam Makanan Pada Siswa Kelas VIII MTs Mansaul Huda
Rembang Tahun Ajaran 2009/2010” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari bantuan, dorongan
dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati
penulids ucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A., rektor IAIN Walisongo Semarang.
2. Prof. Dr. H. Ibnu Hajar, M.Ed dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan
baik, selama masa study.
3. Drs. Abdul Wahid, M.Ag, ketua jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
4. Ibu Atik Rahmawati, M.Si dan Bapak Nasirudin, M.Ag, dosen pembimbing,
disela-sela jadwalnya yang super padat telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam skripsi ini.
5. Ibu Hj. Nur Khasanah, M.Kes, wali studi yang telah membimbing selama masa
perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah
memberikan ilmunya sehingga mengilhami penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini.
7. Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo yang telah berkenan melayani
penulis selama studi hingga skripsi ini selesai.
ix
8. Bapak Nur Chakim, S.Ag, kepala sekolah MTs Mansaul Huda Rembang yang
telah memberikan izin penelitian dan fasilitas yang diperlukan selama penelitian.
9. Bapak Khoirul Atshar, S.Pd, guru mata pelajaran kimia kelas VIII yang bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta bersedia menjadi guru mitra dalam
penelitian ini.
10. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa mencurahkan cinta dan kasih sayang serta
ketrampilan, apresiasi, emosional, sikap dan lain-lain. Hasil belajar
akan tampak pada setiap perubahan aspek-aspek tersebut.21
Dalam sistem pendidikan nasional, baik tujuan kurikuler
maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar
dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi
tiga ranah menjadi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.22
18Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Sistem PendidikanNasional) Beserta Penjelasannya, (Bandung: Citra Umbara, 2003), h.5.19 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja RosdakaryaOffset, 2009), Cet.13, h. 22.
20Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Aanak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: RinekaCipta, 1999), h. 37.
21Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara. 2007), h.30.22Nana Sudjana, op.cit.
10
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar
dan tindak mengajar.23 Bagi guru, tindak mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar. Bagi peserta didik, hasil belajar
merupakan puncak proses belajar.
Jadi, hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku secara
keseluruhan yang telah dimiliki oleh seseorang. Perubahan tingkah
laku tersebut menyangkut perubahan tingkah laku kognitif, afektif dan
psikomotorik.24 Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan
yang dimiliki seseorang setelah ia menerima pengalaman belajar.
b. Aspek-Aspek Hasil Belajar
Dalam Sistem Pendidikan Nasional tujuan rumusan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang
secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu:
1) Ranah Kognitif, adalah ranah yang berkenaan dengan hasil belajar
intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu: pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat
aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.25
2) Ranah Afektif
Ranah afektif berkaitan dengan sikap dan nilai terdiri dari lima
aspek, yakni:
a) Receiving/attending, yaitu semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa
dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh
seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.
23Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h.3.24Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2004), h.179.25Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Loc. Cit.
11
c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan
terhadap gejala atau stimulus.
d) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu
sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai
lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan
semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.26
3) Ranah Psikomotorik, adalah ranah yang berkaitan dengan hasil
belajar keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak. Terdiri dari
enam aspek yakni:
a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).
b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan
visual, membedakan auditif, dan motoris.
d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan
dan ketepatan.
e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana
sampai pada keterampilan yang kompleks.
f) Gerakan ekspresif dan interpretatif. 27
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu faktor intern yang berasal dari siswa tersebut, dan faktor ekstern
yang berasal dari luar diri siswa tersebut.28
1) Faktor-faktor internal
Faktor ini berasal dari dalam peserta didik, yakni faktor
psikologis yang berhubungan dengan jiwa peserta didik dan
26Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, op. cit, h. 53-54.27Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, op. cit, h. 23.28Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, op. cit, h. 39-40.
12
keinginan yang meliputi iintelegensi, minat dan perhatian, bakat,
motif serta kematangan siswa.
a. Intelegensi
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian
kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan otak saja, tetapi juga
organ-organ tubuh yang lain. Kecerdasan merupakan faktor
psikologis yang penting dalam proses belajar siswa, karena itu
menentukan kualitas belajar siswa.29
b. Minat dan perhatian
Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.30
Perhatian bisa dipupuk dengan memberikan stimulus
yang baru, beraneka ragam atau berorientasi tinggi.31 Dengan
demikian, jika seorang peserta didik mempunyai minat dan
perhatian terhadap pelajaran yang diterimanya akan
memberikan hasil yang positif terhadap hasil atau prestasi
belajarnya.
c. Bakat
Bakat atau aptitude kemampuan yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan untuk mencapai keberhasilan
pada masa yang akan datang.32
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi
untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya
masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai
29 Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-RuzzMedia, 2007),hlm. 20-21.
30 Ibid, hlm.24.31 S.Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2000), hlm.180.32 Slameto. 1991. belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, hlm. 2.
13
kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu
tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang
telah memiliki bakat tertentu, akan laebih mudah menyerap
segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang
dimiliki.33
d. Motif
Motif adalah dorongan yang membuat seseorang berbuat
sesuatu.34 Motif selalu mendasari dan mempengaruhi setiap
usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Dalam hal ini motif yang kuat akan mempunyai
pengaruh terhadap seberapa besar usaha dan kegiatan untuk
mencapai tujuan belajar.
e. Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam
pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap
untuk melaksanakan kecakapan baru.35 Misalnya anak dengan
kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jarinya sudah
siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siap untuk berfikir
abstrak, dan lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan anak
yang sudah siap (matang) maka belajarnya akan lebih berhasil,
dan juga kemajuan baru untuk memiliki kecakapan tergantung
dari kematangan dan belajar.
2) Faktor-faktor eksternal
Faktor-faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang
timbul dari luar diri siswa, yakni faktor yang mendukung hasil
belajar pada diri peserta didik, diantaranya faktor keluarga yang
meliputi cara orang tua mendidik, pengertian orang tua, relasi antar
anggota keluarga. Faktor sekolah yang meliputi kurikulum, metode
mengajar, dosen. Serta faktor lingkungan masyarakat yang
33 Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, op. Cit, hlm. 26.34 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bamdung Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 60.35 Slameto, Op. Cit, hlm. 57.
14
meliputi kegiatan peserta didik dalam masyarakat, media massa,
teman bergaul serta bentuk kehidupan masyarakat.
a. Faktor keluarga
1. Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya
terhadap belajar anaknya. Orang tua yang kurang
memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya acuh tak
acuh terhadap belajar anaknya, dapat menyebabkan anak
kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak sendiri
sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak
tekun, akhirnya kesukaran-kesukaran terjadi dalam
belajarnya, sehingga hasil yang didapatkan atau prestasinya
tidak memuaskan, bahkan mungkin gagal dalam studinya.
Disinilah bimbingan orang tua sangat memegang peranan
yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak.
2. Pengertian orang tua
Terkadang anak mengalami lemah semangat, maka
orang tua wajib memberi pengertian dan dorongan.
Sehingga sedapat mungkin membantu kesulitan yang
dialami anak di sekolah. Jika perlu, orang tua menghubungi
gurunya untuk mengetahui perkembangan anak di sekolah.
3. Relasi antar anggota keluarga
Demi kelancaran serta keberhasilan anak perlu
diusahakan relasi di dalam keluarga anak tersebut.
Hubungan baik adalah yang penuh pengertian dan kasih
sayang disertai dengan bimbingan dan perlu hukuman-
hukuman untuk mensukseskan belajar anak.
15
b. Faktor sekolah
1. Kurikulum
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan.36 Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar
tidak dapat berlangsung, sebab materi yang harus guru
sampaikan harus sesuai dengan kurikulum yang ada.
Muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas frekuensi
peserta didik.
2. Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang
harus dilalui dalam mengajar. Metode guru yang kurang
tepat akan mempengaruhi tingkat pemahaman siswa dan
juga belajar siswa.
Seorang guru perlu menggunakan beberapa metode
dalam menyampaikan suatu materi pokok tertentu. Dengan
variasi beberapa metode, penyajian pengajaran akan
menjadi lebih hidup. Misalnya pada awal pengajaran guru
memberikan suatu uraian dengan metode ceramah,
kemudian menggunakan contoh-contoh melalui peragaan
dan diakhiri dengan diskusi atau tanya jawab, sehingga
bukan hanya guru saja yang aktif berbicara, melainkan
siswa pun terdorong untuk berpartisipasi.37
3. Pendidik (Guru)
Peranan guru dalam proses belajar mengajar sangat
mempengaruhi hasil belajar atau prestasi peserta didik,
karena hampir seluruh aktifitas yang dilakukan oleh peserta
didik sangat bergantung pada pendidik, dalam hal ini
efektifitas pengelolaan faktor bahan, lingkungan dan lum
36 Khaerudin, dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Konsep danImplementasinya di Madrasah, (Jogjakarta: Pilar Media, 2007), hlm. 23.
seperti jamur, dan bakteri tidak dapat bertahan hidup dalam
kadar gula yang sangat tinggi sehingga gula selain sebagai
pemanis juga dapat dijadikan sebagai pengawet.
(2) Gula aren
Gula aren diperoleh dari hasil olahan air sadapan
aren. Pada dasarnya, proses pembuatan gula aren ini
relative sama dengan proses pembuatan gula kelapa, tetapi
dari hasil gula yang dihasilkannya berbeda. Gula aren
mempunyai warna yang sedikit lebih tua dibandingkan
dengan kelapa. Selain itu gula aren juga sedikit lebih manis
dibandingkan dengan gula kelapa. Kegunaannya hampir
sama dengan gula jawa, yang sering digunakan pada
pembuatan jenang dan dodol.
(3) Gula jawa (gula kelapa)
Gula kelapa atau lebih dikenal dengan istilah gula
jawa merupakan gula yang diperoleh dari air sadapan
kelapa yang diolah lebih lanjut, sehingga dihasilkan gula
yang berwarna coklat dengan bentuk-bentuk tertentu.
Gula kelapa sering digunakan sebagai pemanis
minuman.
(4) Gula Bit
Selain dapat digunakan untuk menghasilkan zat
pewarna alami, umbi tanaman bit juga dapat digunakan
untuk membuat gula. Hal ini karena dalam bit terkandung
kira-kira 17% gula (sukrosa) dari keseluruhan beratnya.
Meskipun demikian, kandungan gula dalam bit bergantung
pada jenis atau varietasnya.
Untuk mendapatkan gula bit dapat dilakukan melalui
beberapa tahapan proses sebagai berikut:
25
- Ekstraksi, yaitu proses pembuatan bubur bit yang terdiri
dari tahapan-tahapan pemotongan, pembersihan,
penghancuran dan pengadukan bubur bit.
- Pengempaan atau pengepresan, yaitu proses untuk
memeras bubur bit dalam rangka memperoleh sarinya.
- Karbonisasi, yaitu proses untuk membersihkan sari bit
dari kotoran.
- Pendidihan dan kristalisasi, yaitu proses akhir untuk
memperoleh gula bit dalam bentuk padatan atau kristal.
c) Pengawet
Bahan pengawet digunakan dalam makanan agar
makanan tersebut dapat bertahan lama. Dalam hal ini,
garam merupakan salah satu contoh pengawet alami yang
digunakan untuk mengawetkan makanan seperti ikan,
daging dan sayur-sayuran. Makanan yang diawetkan
dengan garam biasa disebut asinan.
Selain garam, terdapat bahan alami lainnya yang
biasa digunakan untuk mengawetkan makanan , yaitu gula.
Gula dapat mengikat air secara efesien, sehingga
penambahan gula ke dalam makanan akan mengawetkan
makanan tersebut. Hal ini karena tidak lagi tersedia untuk
pertumbuhan organisme pembusuk (bakteri).
Di samping garam dan gula, bahan pengawet alami
yang digunakan adalah es dan rempah-rempah seperti asam
jawa, kayu manis dan cengkeh. Es memungkinkan bakteri
tidak berada pada suhu ideal untuk beraktivitas, sehingga
menjaga makanan bertahan lebih lama. Sementara rempah-
rempah mengandung senyawa asam benzoat yang
menghambat proses pembusukan makanan.48
48 www. Herbsarespecial.com au
26
d) Penyedap
(1) Garam dapur
Garam dapur merupakan salah satu penyedap
makanan alami yang diperoleh dari pengolahan air laut.
Penggunaan garam sebagai penyedap atau bumbu
disebabkan karena garam dapat meningkatkan rasa
makanan, sehingga makanan menjadi gurih dan lezat. Rasa
asin dalam garam dapur berasal dari Natrium Klorida
(NaCl).
(2) Bawang putih
Selain sebagai pengawet, bawang putih juga
digunakan sebagai bahan penyedap. Selain mengandung
allicin bawang putih juga mengandung sulfur dan iodin
yang tinggi karena selain aromanya yang khas penggunaan
bawang pada masakan dapat meningkatkan kualitas
rasanya.
(3) Cabai merah
Untuk menciptakan masakan pedas yang sesuai
selera, biasanya pada masakan digunakan bumbu-bumbu
yang terdiri dari merica, cabai dan pala.
Cabai merah digunakan sebagai penyedap rasa
sekaligus perangsang selera makanan. Selain itu, cabai
merah juga mempunyai kandungan vitamin C dan A.
Sedangkan cabai hijau mengandung kedua vitamin tersebut
tapi dalam jumlah yang relatif kecil.49
e) Pemberi aroma
(1) Daun jeruk
Daun jeruk merupakan tumbuhan perdu (pohon
kecil) yang dimanfaatkan buah dan daunnya sebagai
bumbu pengharum masakan. Karakteristik minyak daunnya
49 John M deMan, Kimia Makanan, (bandung: ITB, 1997), Hlm 315-324
27
terutama didominasi oleh minyak atsiri (80%), sisanya
adalah sitronelol (10%), nerol dan lemonena. Daun jeruk
purut banyak dipakai pada bumbu pecel, gado-gado dll
untuk memberikan aroma yang khas, segar dan
menbangkitkan selera makan.50
Gambar 3. Struktur sitronelol51
(2) Vanili
Vanili adalah tanaman penghasil bubuk vanili yang
biasa dijadikan pengharum makanan. Bubuknya dihasilkan
dari buahnya yang berbentuk polong. Tanaman ini dikenal
pertama kali orang India di Mexico. Nama daerah vanili
adalah panili atau perneli.52
Vanili memberikan rasa dan aroma yang harum.
Vanili banyak digunakan pada pembuatan roti atau pada
pembuatan kolak.
(3) Serai
Khasiat serai telah diketahui sejak zaman dahulu,
serai sering digunakan didalam masakan atau minuman,
50 Di unduh dari http://idi.org/wiki/jeruk_purut, tgl 12 April 2010.51 Di unduh dari http://commons.wikimedia.org/wiki/File:%28R%29-Citronellol.svg, tgl 20
maret 2010.52 Di unduh dari http://idi.org/wiki/vanili. tgl 1Juli 2010.
serai adalah melegakan stress, meningkatkan system
imunisasi, membuang angin dalam badan, melancarkan
peredaran darah, membuang toksin dalam tubuh, dll.
Di dalam masakan atau minuman, serai digunakan
sebagai penambah aroma pada pembuatan minuman
penghangat tubuh dan untuk menambah aroma segar pada
makanan bersantan.53
(4) Daun Pandan
Selain digunakan sebagai pewarna makanan, daun
pandan juga digunakan sebagai bumbu pada beberapa jenis
masakan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan aroma dan
rasa masakan tertentu, terutama pada beberapa jenis kue
atau makanan ringan. Daun pandan biasanya juga dapat
ditambahkan pada saat menanak nasi agar nasi bderbau
harum dan tidak cepat basi.54
2) Zat aditif buatan atau sintetis
Sintetis adalah Sesuatu yang berkaitan dengan atau yang
dihasilkan melalui pembuatan proses kimia.55 Zat aditif sintetis
merupakan zat aditif atau zat tambahan makanan yang diperoleh
melalui sintetis (pembuatan), baik di laboratorium maupun industri
dari bahan – bahan kimia yang sifatnya hampir sama dengan bahan
alami yang sejenis. Berikut contoh zat aditif sintetis dan
kegunaannya.
a) Pewarna
Pada umumnya, jenis makanan atau masakan yang
diberi bahan pewarna buatan akan tampak lebih menarik. Hal
ini karena pewarna buatan dapat menghasilkan pewarnaan yang
53Di unduh dari http://www.soppy.com.my/aroma-serai.html, tanggal 12 februari.54 Wisnu Cahyadi, Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), hlm 95-97.55 Mulyono, kamus kimia (Jakarta: bumi aksara, 2006), cet. 1, hlm. 385.
2. Skripsi yang disusun oleh Achmad Sifronul Wildan (3105051), tahun
2009, Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang Fakultas Tarbiyah dengan
judul “Pengaruh Sikap Peserta Didik Dalam Metode Resitasi Terhadap
Hasil Belajar Biologi Materi Hormon Kelas XI MA Bawu Jepara”. Dari
penelitian ini diperoleh data bahwa Sikap Peserta Didik Dalam Metode
Resitasi Terhadap Hasil Belajar Biologi dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik di MA Bawu Jepara.63
3. Skripsi yang disusun oleh Khoiril Waro (3101294), tahun 2007,
Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang Fakultas Tarbiyah dengan judul
“Pengaruh Metode Resitasi dan Bimbingan Belajar Orangt Tua Terhadap
Kreatifitas Belajar Peserta Didik MA Rohmaniyah Mranggen Demak”.
Dari penelitian ini diperoleh data bahwa dengan penggunaan metode
62 Muh Sulaiman Siddiq Amin, “Pengaruh Persepsi tentang Pemberian Tugas TerhadapHasil Belajar Peserta Didik Kelas V dan VI Pada Materi Pelajaran SKI di MI Imam PuroLubangindangan Purworejo Th 2006/2007”, Skripsi IAIN Walisongo, (Semarang: FakultasTarbiyah IAIN Walisongo 2007).
63 Achmad Sifronul Wildan, “Pengaruh Sikap Peserta Didik Dalam Metode ResitasiTerhadap Hasil Belajar Biologi Materi Hormon Kelas XI MA Bawu Jepara”, Skripsi IAINWalisongo, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo 2009).
47
resitasi dan bimbingan belajar orang tua dapat meningkatkan kreatifitas
belajar siswa.64
4. Skripsi yang disusun oleh Ainun Nihayah (3105237), tahun 2009,
Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang Fakultas Tarbiyah dengan judul
“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) pada Materi Pokok
Virus di Kelas X MA Negeri 02 Pati”. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah PTK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan penggunaan metode resitasi dan bimbingan belajar orang tua dapat
meningkatkan kreatifitas belajar siswa. 65
Dari kajian pustaka di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini
memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian yang sudah ada tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Muh Sulaiman Siddiq Amin lebih fokus
pada Pengaruh Persepsi tentang Pemberian Tugas Terhadap Hasil Belajar
Peserta Didik Kelas V dan VI Pada Materi Pelajaran SKI, Achmad
Sifronul Wildan lebih fokus pada Pengaruh Sikap Peserta Didik Dalam
Metode Resitasi Terhadap Hasil Belajar Biologi Materi Hormon, Khoiril
Waro lebih fokus Pengaruh Metode Resitasi dan Bimbingan Belajar
Orangt Tua Terhadap Kreatifitas Belajar Peserta Didik Penelitian yang
dilakukan oleh Ainun Nihayah lebih fokus pada Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Biologi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) pada Materi Pokok Virus. Sedangkan
pada penelitian ini lebih fokus pada upaya meningkatkan hasil belajar
siswa dengan metode resitasi pada materi pokok zat aditif dalam makanan.
64 Khoiril Waro “Pengaruh Metode Resitasi dan Bimbingan Belajar Orangt Tua TerhadapKreatifitas Belajar Peserta Didik MA Rohmaniyah Mranggen Demak”, Skripsi IAIN Walisongo,(Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo 2007).
65Ainun Nihayah “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Melalui ModelPembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) pada Materi Pokok Virus diKelas X MA Negeri 02 Pati”, Skripsi IAIN Walisongo, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAINWalisongo 2009).
48
C. Hipotesis Tindakan
Dengan uraian di atas, maka hipotesis penelitian tindakan kelas ini
adalah metode resitasi mampu meningkatkan hasil belajar IPA siswa di kelas
VIII MTs. Mansaul Huda Tahun 2009/2010 materi pokok Zat Aditif dalam
Makanan dengan hasil yang sesuai dengan indikator keberhasilan.
.
49
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek dan Lokasi Penelitian
Lokasi pada penelitian ini dilaksanakan di MTs. Mansaul Huda
Rembang. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs. Mansaul Huda
Rembang Tahun Ajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa sebanyak 27 siswa.
B. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini sudah dilaksanakan pada awal semester
genap kelas VIII MTs. Mansaul Huda Rembang Tahun Ajaran 2009/2010
yang disesuaikan dengan jadwal di madrasah.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam dua siklus. Peneliti bekerjasama dengan guru mata pelajaran kimia.
Peneliti bertindak sebagai mitra (kolaboratif), sedangkan guru mata pelajaran
kimia tersebut sebagai penyaji (yang melakukan). Setiap siklus dalam penelitian
ini terdiri dari 4 tahap yang meliputi : 1) tahap perencanaan, 2) implementasi
tindakan, 3) observasi dan 4) analisis dan refleksi. Berikut ini akan
digambarkan tahap-tahap dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
49
50
Gambar 4. Bagan Tahap-Tahap dalam Penelitian Tindakan Kelas
Keterangan :
a. Siklus I
1. Tahap Perencanaan
Peneliti dan guru menyiapkan bahan ajar dan instrumen yang
meliputi:
- Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada materi yang
telah direncanakan, kemudian diserahkan kepada guru.
- Soal resitasi siklus I.
- Soal individu siklus I dan kunci jawabannya.
- Pembentukan kelompok secara heterogen yang didasarkan
pada nilai ulangan materi sebelumnya.
- Lembar skor kelompok dan individu siklus I
Siklus I
Permasalahan.
Perencanaan Implementasitindakan
ObservasiAnalisis danRefleksi
Penyempurnaansiklus I
Hasil
Siklus II
PerencanaanImplementasi
tindakan
ObservasiAnalisis dan
Refleksi
51
2. Tahap Implementasi Tindakan
Guru melaksanakan semua tahapan yang ada di Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I.
3. Tahap Observasi
Peneliti melakukan pengamatan selama proses pembelajaran pada
siklus I berlangsung .
4. Tahap Analisis dan Refleksi
1. Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat simpulan
sementara terhadap pelaksanaan pengajaran siklus I.
2. Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada
pelaksanaan kegiatan penelitian siklus II.
b. Siklus II
Pada prinsipnya, semua kegiatan siklus II sama dengan
kegiatan pada siklus I. Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I,
terutama didasarkan atas hasil refleksi pada siklus I.
a. Tahapannya tetap Perencanaan, Implementasi Tindakan, Observasi
dan Analisis-Refleksi.
b. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada materi yang telah
direncanakan, kemudian diserahkan kepada guru.
c. Diharapkan penerapan metode pembelajaran resitasi dapat
terlaksana lebih lancar dan hasil belajar siswa semakin tinggi .
Jika sampai pada siklus II tidak terjadi peningkatan hasil
belajar siswa, maka siklus pembelajaran akan berlanjut sampai
tercapai peningkatan hasil belajar sesuai indikator keberhasilan yang
ditetapkan.
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar
terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan
siswa, oleh sebab itu dalam pembelajaran khususnya dalam pembelajaran
kimia, seorang guru dapat menerapkan metode resitasi dengan langkah-
langkah yang benar.
52
Langkah-langkah pembelajaran metode resitasi dalam penelitian ini
adalah :
a) Persiapan
1. Pembentukan kelompok
Dalam penelitian ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok.
Tiap kelompok terdiri dari 5-6 anggota dengan kemampuan
heterogen. Setelah kelompok berhasil dibentuk, guru
menjelaskan pada siswa aturan main dari pembelajaran yang
akan mereka lalui selama belajar materi Zat Aditif Dalam
Makanan dengan metode pembelajaran resitasi.
2. Menentukan skor awal
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa dari nilai ulangan
materi-materi zat aditif dalam makanan tahun sebelumnya.
3. Membuat RPP sesuai dengan materi yang akan dibahas.
4. Membuat soal untuk dicari penyelesaiannya, melalui metode
pembelajaran resitasi.
5. Membuat soal individu
b) Tahap Pembelajaran
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran seperti terdapat
dalam rencana pembelajaran. Selain itu guru juga memberikan
motivasi kepada siswa untuk belajar.
2. Guru meminta siswa bergabung sesuai dengan pembagian
kelompok yang telah diberitahukan sebelumnya.
3. Guru memberikan soal resitasi pada masing-masing kelompok.
4. Masing-masing kelompok mengerjakan soal, dan memastikan
seluruh anggota mereka mengetahui dan memahami jawaban
tersebut, sesuai waktu yang telah ditentukan.
5. Guru bersama dengan siswa membahas jawaban siswa dan
mendiskusikannya..
6. Guru memberikan ulasan dan penekanan terhadap materi yang
baru dibahas bersama.
53
7. Guru meminta siswa untuk kembali ketempat duduk masing-
masing dan membimbing siswa untuk membuat rangkuman
dari materi yang dibahas.
8. Guru memberikan reward atau penghargaan kepada kelompok
yang dinilai paling aktif, berdasarkan kesepakatan kelas
9. Guru memberikan soal individu untuk dikerjakan secara
individu oleh siswa.
D. Metode Pengumpulan Data.
a. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen,
rapat, agenda dan sebagainya.66 Ada bermacam-macam dokumen yang
dapat digunakan dalam penelitian. dalam penelitan ini, instrument yang
penulis gunakan adalah hasil dokumentasi dari pelaksanaan pembelajaran
di MTs. Mansaul Huda Rembang dengan menggunakan metode resitasi..
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah
pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen penelitian.67
Metode ini dilakukan untuk memperoleh daftar nama siswa yang termasuk
dalam subjek penelitian, data-data yang berkaitan dengan madrasah, mulai
dari struktur organisasi, daftar nama siswa yang menjadi subjek,
pengambilan gambar dan lain-lain.
b. Metode Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.68 Tes
yang digunakan adalah ulangan dengan bentuk soal essay dengan jumlah
66Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. RinekaCipta, 2002), hlm. 206.
67 Rochiati wiriatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Untuk Meningkatkan KinerjaGuru dan Dosen, (Bandung; Remaja Rosda Karya Offset,2008), hlm.121.
68 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm.150.
54
soalnya 10 butir yang diberikan setiap akhir siklus. Test ini bertujuan
untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran
dengan menggunakan metode resitasi. Cara pengumpulan datanya yaitu,
data hasil belajar diambil dari hasil evaluasi berupa tes yang diberikan
siswa pada akhir siklus.
E. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan merupakan analisis yang mampu
mendukung tercapainya tujuan dari kegiatan penelitian, berdasarkan tujuan
dasar yang ingin dicapai yaitu menambah keaktifan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar, kinerja guru meningkat, dan hasil belajar siswa dalam
materi zat aditif dalam makanan.
Meningkatnya hasil belajar siswa ditandai dengan rata-rata
hasil belajar siswa adalah 65, dengan ketuntasan belajar %75≥ dari
jumlah seluruh siswa. Rata-rata hasil belajar dalam setiap siklus dihitung
dengan menggunakan analisis deskriptif , yaitu:
Rata-rata =
Sedangkan ketuntasan belajar dihitung dengan menggunakan
analisis deskriptif prosentase, yaitu:
Ketuntasan Belajar =
F. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini yaitu, Meningkatnya hasil belajar
siswa kelas VIII MTs. Mansaul Huda Rembang tahun 2009/2010 pada materi
pokok Zat Aditif Dalam Makanan yang ditandai dangan rata-rata hasil belajar
≥ 65, dengan ketuntasan belajar 20≥ siswa.
Jumlah nilai soal seluruh siswa Jumlah seluruh siswa
Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 Jumlah seluruh siswa
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Awal
Kondisi awal subjek penelitian diperoleh setelah peneliti melakukan
kunjungan ke sekolah, peneliti melihat proses pembelajaran di dalam kelas,
didapati siswanya kurang antusias mengikuti proses pembelajaran. Menurut
salah seorang siswa, selama ini kegiatan di dalam kelas hanya menggunakan
metode ceramah dan kurangnya kesiapan siswa. Hal ini diperkuat pernyataan
dari Bapak Khoirul Ashar (guru IPA kelas VIII) diwaktu yang sama pada
tanggal 20 januari di MTs Mansaul Huda. Selama ini proses belajar
menggunakan metode ceramah. Alasannya sangat sederhana, karena sangat
sulit mengajak peran aktif siswa.69 Nilai yang diperoleh siswa kelas VIII MTs
Mansaul Huda Rembang, belum mencapai hasil belajar yang memuaskan. Hal
ini didasarkan, hasil ulangan harian IPA tahun yang lalu (tahun 2008-2009)
khususnya kimia masih rendah, dan belum mencapai standar ketuntasan, yaitu
dengan rata-rata kelas 62,36 dan siswa yang tuntas 18 siswa dari 44 siswa.70
Kegiatan pembelajaran kimia di kelas VIII MTs Mansaul Huda
Rembang sebelum tindakan menunjukkan bahwa guru lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran sebagai pemberi pengetahuan dengan penggunaan
ceramah sebagai metode pembelajaran utama. Akibatnya, siswa memiliki
banyak pengetahuan tetapi tidak dilatih untuk menemukan pengetahuan
sendiri, sehingga siswa akan lebih cepat lupa dengan materi yang
disampaikan dan potensi siswa belum tergali secara optimal.
Dengan proses belajar-mengajar yang seperti itu, banyak siswa merasa
kesulitan memahami dan menghafal konsep kimia serta kurang antusias dan
kurang siap ketika belajar kimia dan menjadikan siswa cenderung pasif.
Siswa juga menyatakan bahwa belajar kimia yang selama ini dilakukan
69 Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Khoirul Atshar guru IPA kelas VIII MTsMansaul Huda Rembang, Rembang: 20 januari 2010.
70 Arsip nilai tiap semester (genap) MTs Mansaul Huda Rembang tahun 2009.
56
dengan menggunakan ceramah cenderung monoton dan tidak menyenangkan,
konsep kimia yang diajarkan di kelas kurang terkait dengan kehidupan sehari-
hari.71
Mencermati masalah di atas, maka diperlukan suatu pembelajaran
yang beda dan menarik minat siswa untuk secara aktif mengikuti pelajaran
kimia. Berdasarkan kondisi awal tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan tindakan guna membantu siswa memahami materi. Langkah yang
diambil peneliti adalah dengan menerapkan pembelajaran metode resitasi
untuk membantu meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi kimia,
sehingga siswa lebih aktif dalam belajar kimia.
B. Persiapan Penelitian
Sebelum melakukan tindakan kelas, peneliti bersama guru mitra
melakukan persiapan-persiapan sebagai berikut:
1. Menyiapkan bahan ajar
Sebelum pelaksanaan pembelajaran metode resitasi dilaksanakan di kelas,
peneliti bersama guru mitra mempersiapkan bahan ajar yang diperlukan
yaitu:
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I, dan II (terlampir).
b. Soal resitasi siklus I dan II (terlampir).
c. Soal individu siklus I, dan II untuk siswa beserta kunci jawabannya.
2. Menentukan skor awal
Skor awal merupakan skor rata-rata dari ulangan bab zat aditif dalam
makanan siswa kelas VIII tahun sebelumnya (tahun ajaran 2008).
3. Membagi siswa kedalam kelompok yang heterogen
Setelah diperoleh data siswa, peneliti dan guru mitra bersama–sama
menyiapkan pembagian kelompok. Kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang
heterogen (terlampir).
71 Berdasarkan hasil wawancara dengan Anis dkk, siswa kelas VIII MTs Mansaul HudaRembang, Rembang: 20 januari 2010.
57
4. Menyiapkan waktu pembelajaran
Penelitian yang dilakukan diusahakan tidak mengubah kondisi
pembelajaran di sekolah. Untuk itu peneliti dan guru mitra menyusun
jadwal pembelajaran tanpa mengubah jadwal yang ada. Diperoleh jadwal
pembelajaran di kelas yaitu:
Waktu (minggu ke-)Januari Februari MaretNo Rencana kegiatan
Pelaksanaan pembelajaran kimia siklus I di kelas VIII dilaksanakan
pada hari sabtu, tanggal 13 Februari 2010, dengan metode pembelajaran
resitasi pada materi pokok zat aditif dalam makanan, sub bab pengertian
zat aditif, fungsi dan macam-macam zat aditif yaitu zat aditif alami dan zat
aditif sintesis atau buatan sesuai dengan langkah-langkah dalam skenario
pembelajaran (terlampir). Siklus I dibagi dalam beberapa tahap:
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menyiapkan
segala sesuatu yang diperlukan dalam melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan. Kegiatan yang dilakukan antara
lain:
1) Guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan
indikator siswa mampu mengidentifikasikan contoh bahan-bahan
zat aditif yang terdapat dalam makanan dan minuman,
mengelompokkan zat aditif dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebutkan beberapa dampak negatif atau efek samping dari
penggunaan zat aditif. (Lampiran 2).
2) Guru membuat soal-soal resitasi (soal kelompok) untuk dikerjakan
bersama oleh siswa yang terdiri dari 4 soal (Lampiran 3)
3) Guru membuat soal individu yang terdiri dari 20 buah soal beserta
kuncinya (Lampiran 4&5)
4) Guru membagi kelompok secara heterogen. Satu kelas dibagi
menjadi 5 kelompok. Nama anggota setiap kelompok di lampiran
13.
59
5) Guru mempersiapkan alat dokumentasi.
b. Tahap Implementasi Tindakan
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan
skenario pembelajaran yang telah direncanakan dalam RPP
sebelumnya (Lampiran 2). Namun dalam pelaksanaan RPP tersebut
ada beberapa tahap yang belum dapat terlaksana. Ketika guru
menginstruksikan agar tiap kelompok mengidentifikasi produk yang
telah mereka bawa, kelas menjadi gaduh dan masing-masing kelompok
saling berhamburan ke kelompok-kelompok yang lain. Hal ini
membuat alokasi waktu yang dibutuhkan bertambah. Begitu pula
ketika guru meminta tiap kelompok mempertanggungjawabkan hasil
dari tugas resitasi mereka. Sebagian kelompok terlihat masih belum
dapat bekerja sama dengan baik. Siswa yang telah ditunjuk untuk
mewakili kelompoknya dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok
mereka belum dapat berjalan lancar. Beberapa kelompok belum dapat
mempresentasikan hasil kerja mereka karena waktu yang terbatas.
Guru memilih menggunakan waktu yang tersisa untuk memberikan
penjelasan, penguatan dan penekanan pada poin-poin tertentu dari
materi yang diajarkan, kemudian memberikan soal individu.
c. Tahap Observasi
Tahap ini merupakan pelaksanaan resitasi atau tugas oleh siswa
dalam memecahkan soal yang diberikan oleh guru secara
berkelompok.
Dari pengamatan oleh guru partner/guru mitra, selama proses
pembelajaran pada siklus I diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Rencana pembelajaran belum dapat terlaksana secara utuh
sehingga ada tahapan-tahapan yang tidak dilakukan
2) Guru kurang dapat memberikan motivasi kepada peserta didik..
3) Siswa belum dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompoknya.
4) Guru belum dapat mengelola waktu dengan baik
60
d. Tahap Analisis dan Refleksi
Hasil pelaksanaan metode resitasi pada siklus pertama belum
dapat dikatakan maksimal. Perlu adanya spesifikasi tugas yang
diberikan pada kelompok sehingga tidak terjadi banyak kesamaan pada
tiap kelompok dalam membawa bahan yang diresitasikan. Siswa dalam
mengidentifikasi produk-produk yang diresitasikan belum dapat
maksimal. Materi belum dapat tersampaikan melalui proses
identifikasi bahan, menjawab soal dan presentasi dari masing-masing
kelompok, sehingga penjelasan guru pada siklus 1 ini masih sangat
mendominasi pemahaman mereka. Pelaksanaan pembelajaran dengan
metode resitasi pada siklus 1 ini masih dirasa membingungkan bagi
siswa, karena siswa belum bisa sepenuhnya menangkap penjelasan dari
tugas yang disampaikan oleh guru tersebut. Oleh karena itu perlu
adanya penjelasan ulang dari guru pada siswa tentang bagaimana
pelaksanaan metode resitasi ini.
Berdasarkan hasil penelitian, setelah diterapkan metode
resitasi diperoleh data siklus I rata–rata kelas mencapai 65,7 dengan
siswa yang tuntas 12 siswa (Lampiran 16). Rata-rata hasil belajar
siswa yang diperoleh sudah lebih baik bila dibandingkan dengan
kondisi awal sebelum pelaksanaan tindakan, namun masih belum
mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu rata-rata hasil
belajar ≥ 65 dengan siswa yang tuntas ≥ 20 siswa. Belum tercapainya
indikator keberhasilan hasil belajar siswa pada siklus I ini dikarenakan
siswa yang kurang siap untuk belajar dengan metode yang berbeda dari
yang biasanya mereka terima. Hal ini menyebabkan adanya
kebingungan terhadap konsep pembelajaran yang ditambah kurangnya
keberanian siswa untuk bertanya. Kerjasama siswa dalam kelompok
masih rendah, terbukti dengan skor kelompok yang rata-rata masih
rendah.
Kendala-kendala yang dialami pada siklus I diantaranya adalah
siswa masih terbiasa dengan pola pembelajaran sebelumnya, yaitu guru
61
sebagai sumber utama, sehingga guru kesulitan dalam mengelola kelas.
Siswa gaduh, kurang memperhatikan petunjuk atau penjelasan dari
guru dan waktu pembelajaran melebihi alokasi yang ditentukan. Selain
itu perpustakaan sekolah belum dapat diandalkan untuk menjadi
sumber belajar yang kompeten, dan Lembar Kerja Siswa yang
digunakan masih sangat minim dalam menjelaskan materi, sehingga
siswa merasa kesulitan dalam mengerjakan soal kelompok, dan hanya
siswa pandai yang mendominasi. Hal ini terbukti dari nilai kelompok
dan individu siswa pada siklus I yang masih rendah. .
Berdasarkan refleksi pada siklus I, maka dihasilkan langkah-
langkah sebagai usaha mengatasi kendala-kendala tersebut, agar tidak
kembali muncul pada siklus II, tindakan-tindakan tersebut diantaranya
adalah:
1) Memberikan penjelasan ulang pada siswa tentang aturan main dan
tujuan dari metode resitasi diluar jam pembelajaran yang telah
disepakati waktunya antara guru dengan siswa. Dengan tujuan,
siswa dapat memahami aturan main pembelajaran metode resitasi
tanpa mengganggu waktu belajar mereka.
2) Guru harus lebih aktif dalam memotivasi dan membimbing siswa
untuk melakukan interaksi dalam kelompoknya dalam
menyelesaikan soal. Sehingga siswa dapat saling memberi
pemahaman pada sesama teman kelompoknya.
3) Guru harus mampu meningkatkan pengelolaan waktu dalam
kegiatan pembelajaran.
4) Untuk mengatasi minimnya materi yang ada pada LKS, maupun di
perpustakaan sekolah, maka guru harus memberikan tugas pada
siswa untuk dicari informasinya di luar jam pelajaran melalui
media-media atau sumber-sumber yang dijelaskan oleh guru
sebelumnya, terkait materi yang akan diajarkan minggu depan,
agar siswa memperoleh pemahaman tentang materi tersebut. Guru
62
dapat pula memberikan ringkasan kecil sebagai bahan ajar untuk
siswa.
5) Guru harus menggunakan media pendukung dalam pembelajaran,
agar siswa mampu memahami penjelasan guru dengan lebih baik.
2. Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran kimia siklus II di kelas VIII
dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 20 Februari 2010, dengan metode
resitasi pada materi pokok zat aditif dalam makanan, sub bab batas
penggunaan zat aditif, dampak penggunaan bahan kimia buatan dan
manfaat serta kerugian penggunaan bahan kimia buatan. Sesuai dengan
langkah-langkah dalam skenario pembelajaran. Tahap yang dilakukan
dalam siklus II ini adalah:
a. Tahap Perencanaan
Perencanaan pada siklus kedua ini dibuat berdasarkan hasil
refleksi pada siklus I sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan antara
lain:
1) Guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
2) Guru memberikan beberapa bahan ajar terkait dengan materi, dari
berbagai sumber.
3) Guru membuat soal resitasi siklus dan soal individu untuk siswa
beserta jawabannya (terlampir). Jumlah soal sama dengan siklus I
(Lampiran 8&9)
4) Guru mempersiapkan alat dokumentasi.
b. Tahap Implementasi Tindakan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan sesuai yang telah
direncanakan pada rencana pembelajaran siklus kedua (Lampiran 6).
Pembelajaran berlangsung cukup lancar karena resitasi yang diberikan
pada siklus II ini lebih spesifik. Tahap-tahap yang ada dalam RPP
berjalan sesuai rencana, siswa mempresentasikan produk yang mereka
bawa dan menunjukkan bahan-bahan aditif yang digunakan, siswa
menanyakan hal-hal yang belum difahami, guru memberikan
63
penjelasan dan penguatan pada hal-hal tertentu, kemudian siswa
diminta mengerjakan soal individu.
c. Tahap Observasi
Pada siklus II, diperoleh data guru dalam melaksanakan
penerapan pembelajaran metode resitasi sudah membaik. Semua
tahapan dalam rancangan pembelajaran terlaksana dengan baik dan
pengelolaan waktu tidak mengalami hambatan yang berarti. Aktivitas
dan kerjasama siswa pun sudah membaik.
d. Tahap Analisis dan Refleksi
Hasil pelaksanaan metode resitasi pada siklus II sudah dapat
dikatakan maksimal. Spesifikasi tugas yang diberikan pada kelompok
membuat tidak adanya kesamaan pada tiap kelompok dalam membawa
bahan yang diresitasikan. Siswa dalam mengidentifikasi produk-
produk yang diresitasikan telah dapat maksimal. Materi cukup dapat
tersampaikan melalui proses identifikasi bahan, menjawab soal dan
presentasi dari masing-masing kelompok, sehingga penjelasan guru
pada siklus II ini lebih bersifat memperkaya pemahaman mereka.
Pada siklus II ini, diperoleh data rata-rata hasil belajar siswa
mencapai 77,85 dengan siswa yang tuntas 24 siswa (Lampiran 16).
Data ini menunjukkan bahwa metode resitasi telah berhasil
meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas VIII MTs Mansaul Huda
Rembang Th.2009/2010 pada materi pokok zat aditif dalam makanan.
Karena telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa di tiap
siklusnya, serta sudah mencapai lebih dari indikator yang ditentukan
yaitu rata-rata hasil belajar ≥ 65, dengan ketuntasan belajar ≥ 20
siswa
Peningkatan hasil belajar siswa dengan ketuntasan belajar
dalam pembelajaran dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
64
Tabel 1. Perbandingan Hasil Tes Akhir Siswa
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Hasil Belajar 61,36 65,7 77,85
Ketuntasan Belajar 18 siswa 12 siswa 24 siswa
Dari data di atas, penelitian telah memenuhi indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan. Keberhasilan pembelajaran dari
siklus I dan siklus II dapat dilihat pada histogram dibawah ini:
Data ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
kimia melalui metode resitasi pada materi pokok zat aditif dalam
makanan di MTs Mansaul Huda Rembang Th.2009/2010, dapat
dikatakan berhasil karena telah mampu meningkatkan hasil belajar
siswa di tiap siklusnya, dan sudah mencapai indikator yang ditentukan
yaitu rata-rata hasil belajar ≥ 65, dengan siswa yang tuntas ≥ 20
siswa.
Selanjutnya pada siklus II ini, proses pembelajaran dapat
berlangsung sangat baik, tanpa ada kendala-kendala yang berarti.
Siswa dan guru sudah dapat memahami posisi masing-masing,
Pembelajaran berlangsung secara luwes dan menyenangkan, sehingga
hasil belajar yang dicapai pun sesuai dengan harapan. Siswa mampu
bekerjasama dengan baik dengan kelompoknya, sehingga proses saling
memberikan pemahaman dalam kelompok terjadi dengan baik.
65
Hasil refleksi pada siklus II adalah sebagai berikut :
1) Guru mempersiapkan perangkat pembelajaran dengan lebih baik,
sehingga proses pembelajaran berjalan dengan lancar.
2) Guru mampu memberikan motivasi kepada siswa dalam
pembelajaran sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran.
3) Guru telah mampu mengelola kelas dan waktu dengan baik.
4) Siswa dapat bekerjasama dengan sesama temannya dengan lebih
baik
5) Siswa sudah memahami pelaksanaan pembelajaran, sehingga siswa
melaksanakan pembelajaran metode resitasi dengan baik dan
banyak bertanya kepada teman maupun guru.
6) Siswa secara individual dapat mengerjakan soal dengan baik.
7) Hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan dan mencapai lebih
dari indikator yang ditentukan.
66
BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan judul skripsi :
“Upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode resitasi pada
,materi pokok zat aditif dalam makanan pada siswa kelas VIII MTs Mansaul
huda rembang tahun ajaran 2009/2010”, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Penerapan metode resitasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa di
MTs mansaul huda rembang th. 2009/2010 pada materi pokok zat aditif
dalam makanan dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing-masing siklus
terdiri dari tahap perencanaan, implementasi tindakan, observasi dan
refleksi. Pada siklus 1 siswa diberikan tugas resitasi berupa kemasan
makanan atau minuman sedangkan pada siklus 2 siswa diberi tugas
resitasi berupa produk makanan atau minuman.
2. Penerapan metode resitasi,dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
VIII MTs Mansaul Huda Rembang pada materi pokok zat aditif dalam
makanan meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh data sebelum diterapkan
metode resitasi rata–rata hasil belajar hanya 61,36 dengan siswa yang
tuntas 18 dari 44 siswa. Setelah diterapkan metode resitasi, nilai rata–rata
hasil belajar siswa pada siklus I meningkat menjadi 65,7 dengan siswa
yang tuntas 12 siswa dari 27 siswa. Pada siklus II nilai rata–rata hasil
belajar siswa mencapai 77,85 dengan siswa yang tuntas 24 siswa dari 27
siswa.
B. Saran
Berdasarkan pengamatan peneliti selama melaksanakan penelitian
tindakan kelas pada kelas VIII Semester 2 di MTs Mansaul Huda Rembang,
peneliti menyajikan saran sebagai berikut:
67
1. Bagi Guru
Hendaknya pembelajaran dirancang sedemikian rupa dan
memperkaya variasi mengajar. Hal ini untuk mengantisipasi kejenuhan
yang dialami oleh peserta didik. Dan selalu memantau perkembangannya
dari pemikiran dan pemahaman terhadap materi yang diajarkan dan dalam
pemberian tugas harus secara tepat dan proposional sehingga tidak
membebankan siswa. Selain itu saat metode resitasi atau yang lainnya,
seyogyanya guru betul-betul paham mengenai prosedur penerapannya,
sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.
2. Bagi Siswa
Siswa hendaknya paham dan mengerti cara pelaksanan metode
resitasi yang diberikan dalam pembelajaran IPA. Dengan ini diharapkan
peserta didik dapat terus melaksanakan kewajibannya untuk belajar,
mematuhi peraturan-peraturan sekolah dan mampu meningkatkan hasil
belajarnya dengan maksimal.
3. Pihak Sekolah
a. Hendaknya pihak sekolah mendukung pembelajaran inovatif dalam
kegiatan belajar mengajar.
b. Memfasilitasi proses pembelajaran dengan melengkapi sarana dan
prasarana yang dibutuhkan oleh pendidik.
c. Kepada semua pihak sekolah terutama para pendidik, sudah seharusnya
meningkatkan kompetensi termasuk kompetensi profesional serta
membekali diri dengan pengetahuan yang luas.
C. Penutup
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.
Yang telah memberikan kekuatan, hidayah dan taufiq-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
kesalahan dan kekeliruan. Hal itu semata-mata merupakan keterbatasan ilmu
68
dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran, kritik yang konstruktif dari berbagai pihak demi
perbaikan untuk mencapai kesempurnaan. Akhirnya penulis hanya berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Amin.
69
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta:Rineka Cipta, 2003.
A.M, Sadirman, Interaksi & Motivasi Belajar mengajar, Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2007.
Amin, Muh Sulaiman Siddiq, , “Pengaruh Persepsi tentang Pemberian TugasTerhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas V dan VI Pada MateriPelajaran SKI di MI Imam Puro Lubangindangan Purworejo Th2006/2007”, Skripsi IAIN Walisongo, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAINWalisongo 2007
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2007.
Cahyadi, Wisnu, Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan,Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta,2006.
Hakim, Thursan, Belajar Secara Efektif, Jakarta: Puspa Suara, 2000.
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara. 2007.
Khaerudin, dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Konsep danImplementasinya di Madrasah, Jogjakarta: Pilar Media, 2007.
Mulyono HAM, Kamus Kimia Jakart: Bumi Aksara, 2006.
Mulyasa, E, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosda Karya,2004.
Muslich, Masnur, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstektual,Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
70
Nasution, S, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Nihayah, Ainun, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Melalui ModelPembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) padaMateri Pokok Virus di Kelas Poerwanto, W.J.S, Kamus Umum BahasaIndonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Sunardi, IPA KIMIA BILINGUAL, Bandung: Yrama, Widya, 2008.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Dengan Pendekatan Baru, Bandung:Remaja Rosadakarya, 2006.
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, Jakarta: PrestasiPustaka, 2007.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS (SistemPendidikan Nasional) Beserta Penjelasannya, Bandung: Citra Umbara,2003.
71
Wahib, Abdul, “Menumbuhkan Bakat Dan Minat Anak”, dalam Khabib Thohadan Abdul Mu’thi, PBM-PAI di sekolah, eksistensi dan proses belajarmengajar pendidikan agama islam, Yogyakarta :pustaka pelajar, 1998.
Waro, Khoiril, “Pengaruh Metode Resitasi dan Bimbingan Belajar Orangt TuaTerhadap Kreatifitas Belajar Peserta Didik MA Rohmaniyah MranggenDemak”, Skripsi IAIN Walisongo, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAINWalisongo 2007.
Wildan, Achmad Sifronul, “Pengaruh Sikap Peserta Didik Dalam Metode
Resitasi Terhadap Hasil Belajar Biologi Materi Hormon Kelas XI MA
Bawu Jepara”, Skripsi IAIN Walisongo, Semarang: Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo 2009.
Winarno, F.G, Kimia Pangan Dan Gizi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992.
Winataputra, Udin S. Dkk., Strategi Belajar Mengajar IPA, Jakarta: Universitas
Terbuka, 2001.
Wiriatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Untuk Meningkatkan
Kinerja Guru dan Dosen, Bandung; Remaja Rosda Karya Offset,2008.