PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII D SEMESTER GENAP DI SMP NEGERI 18 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2007/2008 DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA POKOK BAHASAN SEGIEMPAT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Matematika Oleh : SYAEFUL ANWAR NIM : 3104380 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2009
145
Embed
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl...(cooperative integrated reading and composition) untuk meningkatkan aktivitas
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION)
UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII D SEMESTER GENAP DI SMP NEGERI 18
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2007/2008 DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA POKOK BAHASAN
SEGIEMPAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
dalam Ilmu Pendidikan Matematika
Oleh :
SYAEFUL ANWAR NIM : 3104380
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2009
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 10 Januari 2009
Deklarator,
Syaeful Anwar NIM. 3104380
PENGESAHAN PENGUJI
Dra. Miswari, M. Ag. Ketua Hj. Tuti Qurrotul Aini, M. Si Sekretaris Drs. H. Soediyono, M. Pd. Anggota Anis Sundusiyah, SS, M.Pd., M. A. Anggota
Tanggal
Tanda Tangan
ABSTRAK
Syaeful Anwar (NIM. 3104380). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII D Semester Genap di SMP Negeri 18 Semarang Tahun Pelajaran 2007/2008 dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Pokok Bahasan Segiempat. Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII D di SMPN 18 Semarang khususnya dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan segiempat; 2) Menemukan cara yang efektif dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan segiempat.
Penelitian ini menggunakan studi penelitian tindakan kelas (classroom action
research) pada siswa kelas VII D semester genap di SMP Negeri 18 Semarang tahun pelajaran 2007/2008 yang mempunyai rata-rata nilai ulangan harian untuk pokok bahasan segiempat hanya mencapai 61,275 dengan siswa yang mendapat nilai di bawah 6,5 ada 62,5 %. Hasil belajar tersebut belum memuaskan. Selain itu, ditemukan bahwa sebagian besar siswa kelas VII D tersebut belum dapat menyelesaikan soal matematika yang berbentuk soal cerita dengan baik. Kenyataan juga menunjukkan bahwa siswa yang belum bisa menyelesaikan soal cerita, tidak berani bertanya langsung kepada guru, mereka cenderung tidak aktif berpartisipasi dalam mengikuti pelajaran dan ketika diberi tugas atau tes soal cerita belum nampak kesungguhan mereka dalam mengerjakannya serta kebanyakan mereka mengalami kesulitan dalam membuat kalimat matematika dari soal cerita yang diberikan, walaupun sebelumnya mereka telah diajarkan materi serta cara-cara penyelesaiannya. Selain itu, hasil pre-tes yang dilakukan sebelum pelaksanaan siklus rata-rata kelas hanya 57,8. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika tersebut alternatif yang akan dicobakan adalah penggunaan pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative Integrated Reading and Composition). Permasalahan yang muncul adalah apakah dengan penggunaan pembelajaran kooperatif tipe CIRC mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan segiempat.
Hasil siklus I menunjukkan bahwa nilai rata-rata nilai tes pertama adalah
82,125 dengan banyaknya 77,5 % siswa yang tuntas dan 22,5 % siswa yang tidak tuntas, penampilan/ kemampuan guru dalam pengolaan pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah 89,84 %, sehingga dapat dikatakan bahwa guru sudah dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan sangat baik, dan persentase aktivitas siswa adalah 90,63 % sehingga dapat dikatakan bahwa banyak siswa yang melakukan aktivitas dalam penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe CIRC berkriteria baik sekali. Pada siklus II rata-rata nilai tes adalah 83, 875 dengan banyaknya 90 % siswa yang tuntas dan 10 % siswa yang tidak tuntas, persentase penampilan/ kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah 92,97 %, sehingga dapat dikatakan bahwa guru sudah dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan sangat baik, dan persentase aktivitas siswa adalah 93,75 %, sehingga dapat dikatakan bahwa banyak siswa yang melakukan aktivitas dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC berkriteria baik sekali. Pada siklus III rata-rata nilai tes adalah 85, 375 dengan banyaknya 95 % siswa yang tuntas dan 5 % siswa yang tidak tuntas, persentase penampilan/ kemampuan guru dalam pengolaan pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah 95,31 %, sehingga dapat dikatakan bahwa guru sudah dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan sangat baik, dan persentase aktivitas siswa adalah 96,88 %, sehingga dapat dikatakan bahwa banyak siswa yang melakukan aktivitas dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC berkriteria baik sekali.
Adapun pengisian angket dilakukan setelah pembelajaran siklus berakhir,
sikap siswa dalam pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC memberikan tanggapan yang positif. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan guru mata pelajaran matematika hendaknya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dalam menyelesaikan soal cerita pada setiap pokok bahasan agar hasil dan aktivitas belajar siswa mencapai hasil yang optimal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa kelas VII D semester genap di SMP Negeri 18 Semarang tahun pelajaran 2007/2008 dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan segiempat dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Berdasarkan hasil penelitian disarankan guru mata pelajaran hendaknya menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC agar aktivitas dan hasil belajar meningkat dan mencapai hasil yang optimal.
)11:الرعد (“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Q.S Ar-Ra’d : 11)
PERSEMBAHAN
Skripsi yang sederhana ini ku persembahkan untuk:
o Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan
do’a untuk anak-anaknya dengan penuh kesabaran dan ketabahan.
o Keluarga besarku tercinta, terima kasih atas perhatian, serta dukungan
material dan spritualnya.
o Adik-adikku, wahyu dan Aas’.
o Semua orang yang pernah dan akan selalu menjadi guru-guruku, tak ada
budi yang mampu membalas jasa kalian.
o Sahabat-sahabatku di PP. al-Fattah as-Salamah Semarang, kang Hamid,
Arif, Heri, Agus, Hadi, Sahal, Sodiqin, dkk.
o Seluruh rekan-rekanku terima kasih atas dukungannya.
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Tujuan pokok dari penulisan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat
dalam menyelesaikan program pendidikan strata satu (S.1) pada jurusan
pendidikan Matematika di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
Kepada pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Ibnu Hajar, M. Ed., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
2. Minhayati Shaleh, M. Sc. dan Siti Tarwiyah, M. Hum. selaku dosen
pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya
untuk memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Semua Dosen yang telah membimbing dan mengajar penulis selama belajar di
bangku perkuliahan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
4. Drs. Ringsung Suratno, M. Pd. selaku kepala SMPN 18 Semarang yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.
5. Segenap guru, staf karyawan dan tata usaha SMPN 18 Semarang, khususnya
Bpk. Ahmad Munjid, S. Pd. yang telah membimbing penulis selama penelitian.
6. Kepala perpustakaan IAIN Walisongo Semarang beserta seluruh staf dan
karyawan yang telah memberikan pelayanan kepustakaan yang penulis
perlukan dalam penulisan skripsi ini.
7. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan segalanya selama studi
dan penyusunan skripsi.
8. Semua guru yang telah memberikan ilmunya kepada penulis sehingga penulis
menjadi sekarang ini.
9. Kang Hamid, Arif, Heri, Agus, Hadi, Sahal, Sodiqin, dkk., dan seluruh teman
di PP. al-Fattah as-Salamah Semarang.
10. Semua pihak yang telah tulus ikhlas membantu penulis, sehingga penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan.
Atas jasa-jasa mereka, penulis hanya dapat memohon do’a semoga amal
mereka diterima di sisi Allah SWT, dan mendapatkan balasan pahala yang lebih
baik serta mendapatkan kebahagiaan baik itu di dunia maupun di akherat kelak.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis menyadari bahwa penulisan ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
selalu penulis harapkan dari pembaca yang budiman, demi kesempurnaan
penulisan selanjutnya. Semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat khususnya bagi
penulis dan para pembaca pada umumnya. Aamiiin Yaa Rabbal Aalamiiin.
Semarang, 10 Januari 2009
Penulis
DAFTAR ISI Halaman Judul ...................................................................................................... i Abstrak ................................................................................................................. ii Persetujuan Pembimbing ..................................................................................... iv Pengesahan Penguji ............................................................................................. v Motto .................................................................................................................... vi Persembahan ........................................................................................................ vii Kata Pengantar ..................................................................................................... viii Deklarasi .............................................................................................................. x Daftar Isi .............................................................................................................. xi Daftar Tabel ......................................................................................................... xiii Daftar Gambar ..................................................................................................... xiv Daftar Lampiran .................................................................................................. xv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ................... 8
A. Deskripsi Teori ………………………………………………... 8
1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC
(Cooperative Integrated Reading and Composition)……... 8
2. Aktivitas dan Hasil Belajar ……………………………….. 15
3. Soal Cerita Matematika ........................................................ 16
4. Menyelesaikan Soal Cerita Matematika dengan
Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC.... 17
5. Materi Tentang Segiempat ……………………..………..... 19
B. Kajian Penelitian yang Relevan ……………………………..... 23
C. Pengajuan Hipotesis ………………………………………….. 24
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………... 26
A. Tujuan Penelitian …………………………………………….... 26
B. Waktu dan Tempat Penelitian ………………………………..... 26
C. Metode Penelitian ……………………………………………... 26
D. Populasi dan Sampel ………………………………………....... 36
E. Teknik Pengumpulan Data …………………………………….. 36
F. Teknik Analisis Data …………………………………………... 37
G. Indikator Keberhasilan ……………………………………….... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………………... 40
A. Gambaran Umum tentang SMP N 18 Semarang ........................ 40
1. Sejarah berdiri SMP N 18 Semarang …………………….... 40
2. Letak Geografis ………………………………………….... 41
3. Keadaan Gedung dan Fasilitas…………………………...... 41
4. Visi dan Misi SMP N 18 Semarang ……………………... 42
5. Kurikulum Sekolah ……………………………………...... 43
6. Struktur Organisasi Sekolah ……………………………..... 44
7. Tenaga Edukatif, Karyawan dan Siswa ………………….... 44
B. Pemecahan Masalah dengan Menggunakan CIRC ………....... 46
1. Hasil Pelaksanaan Penelitian Sebelum Siklus I ................... 47
2. Hasil Pelaksanaan Siklus I ................................................... 47
3. Hasil Pelaksanaan Siklus II ................................................. 48
4. Hasil Pelaksanaan Siklus III ............................................... 48
5. Hasil Angket Sikap Siswa ................................................... 53
Artinya: “(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; (2) Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah; (3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah; (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam; (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS . Al-Alaq : 1 – 5)1
Adapun pengertian belajar menurut Audrey Harber dan Richard P
Runyon adalah "a relatively permanent change in behavior resulting from
experience or practice”.2 (sebuah perubahan tingkah laku yang relatif tetap
yang merupakan hasil pengalaman atau latihan).
1Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Diponegoro,
2000), hlm. 479. 2 Andrey Harber dan Richard P. Runyon, Fundamentals of Psychology, (New York:
Random House, 1986), hlm. 62.
2
Sedangkan menurut Syekh Abdul Aziz dan Abdul Majid adalah:
3"اا جديدة سا بقة فيحدث فيها تغريلم يطرأ على خربعتغري يف ذهن املت" (suatu perubahan pada akal siswa yang terjadi karena pengalaman terdahulu, maka terjadi dalam pengalaman itu perubahan yang baru).
Dari beberapa pengertian belajar tersebut, maka dapat ditarik
pengertian sebagai berikut.
a. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan.
b. Perubahan itu dinyatakan dalam bentuk tingkah laku ataupun pengalaman.
Proses belajar yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas
mentransformasikan ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan dari seorang
pengajar kepada peserta didik yang diharapkan mampu mengembangkan
kapasitas belajar potensi dan mencapai kompetensi dasar yang dimiliki siswa
secara penuh.
Hasil temuan para ahlipun menyatakan bahwa sebuah kegiatan
pembelajaran yang lesu, pasif dan perilaku yang sukar di kontrol, dapat
mengakibatkan siswa tidak termotivasi dan tidak terdapat suatu interaksi
dalam pembelajaran serta hasil belajar yang tidak memuaskan. Oleh karena
itu, harus di tata kembali dengan suatu strategi pembelajaran.4
Hal tersebut terjadi di SMP Negeri 18 Semarang. Walaupun
menggunakan model pembelajaran Contektual Teaching and Learning (CTL)
yang dipakai sesuai dengan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan), rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas VII D untuk pokok
bahasan segiempat belum memuaskan karena hanya mencapai 61,275. Siswa
yang mendapat nilai di bawah 6,5 ada 62,5 %, padahal KKM (kriteria
ketuntasan minimal) yang harus dicapai adalah 6,5. Selain itu, ditemukan
bahwa sebagian besar siswa kelas VII D tersebut belum dapat menyelesaikan
soal matematika yang berbentuk soal cerita dengan baik. Kenyataan juga
menunjukkan bahwa siswa yang belum bisa menyelesaikan soal cerita, tidak
3 Abdul Aziz dan Abdul Majid, al-Tarbiyah wa al-Thuruq al-Tadris, juz 2, (Makkah: Dar al-Ma’arif, 1979), hlm. 169.
berani bertanya langsung kepada guru, mereka cenderung tidak aktif
berpartisipasi dalam mengikuti pelajaran dan ketika diberi tugas atau tes soal
cerita belum nampak kesungguhan mereka dalam mengerjakannya serta
kebanyakan mereka mengalami kesulitan dalam membuat kalimat matematika
dari soal cerita yang diberikan, walaupun sebelumnya mereka telah diajarkan
materi serta cara-cara penyelesaiannya.5
Tampaknya perlu adanya perubahan paradigma dalam menelaah
masalah proses belajar mengajar dan interaksi guru dan siswa. Dalam proses
belajar mengajar diperlukan keahlian yang dapat membuat proses belajar
mengajar lebih berhasil, untuk mempelajari sesuatu yang baik, belajar aktif
membantu untuk mendengarnya, melihatnya mengerjakan pertanyaan tentang
pelajaran tertentu dan mendiskusikannya dengan yang lain, yang paling
penting peserta didik perlu melakukannya, memecahkan masalah sendiri,
menemukan contoh-contoh, mencoba ketrampilan-ketrampilan dan melakukan
tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan yang telah mereka miliki atau
yang harus mereka capai.6
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya
lingkungan belajar yang kondusif dan juga menyenangkan. Oleh karena itu,
guru harus dapat menciptakan pembelajaran yang mudah dan menyenangkan
hal ini sesuai dengan hadist yang berbunyi:
:م ى اهللا عليه وسل صليب الن ابن مالك رضي اهللا عنه قال قالسن أعنسوا يرسعال تواوو, ررشبوال تفاووا ن7)البخارى يف كتاب العلمجه اخر( ر
“Dari Anas bin Malik r.a. ia berkata: Nabi Muhammad Saw. bersabda:
Permudahlah dan jangan kalian mempersulit, dan berilah (mereka) kabar gembira dan jangan kalian buat mereka lari” (HR. Bukhari dalam kitab Ilmu)8
5 Hasil Studi Pendidikan (Preliminary research) pada tanggal 21 April – 13 Mei 2008. 6 Mel Siberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, penerjamah Faisul
Muttaqin (Bandung: Nusa Media, 2006), hlm. 10. 7 Imam Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari juz I, (Beirut: Daru al-
Kitab al-Alamiyah, 1992). hlm. 31. 8 Ahmad Sunarto, et. al., Terjemah Shahih Bukhari juz VIII, (Semarang: CV. Assyifa,
1993), hlm. 111.
4
Dengan demikian, agar proses pembelajaran semakin efektif dan hasil
belajar siswa dapat ditingkatkan khususnya penguasaan tentang soal-soal
cerita. Maka, dirasa perlu untuk dicobakan model pembelajaran kooperatif tipe
CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) pada pelajaran
matematika khususnya dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan
segiempat.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ini, siswa
ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen (yang terdiri
dari 4 atau 5 siswa), para siswa diberi suatu teks/ bacaan (cerita atau novel),
kemudian siswa latihan membaca atau saling membaca, memahami ide pokok,
saling merevisi, dan menulis ikhtisar cerita atau memberikan tanggapan
terhadap isi cerita, atau untuk mempersiapkan tugas tertentu dari guru.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan
yang dapat diidentifikasi dalam skripsi ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana bentuk tindakan dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition),
pada siswa kelas VII D SMPN 1 Semarang dalam menyelesaian soal cerita
pada pokok bahasan segiempat?
2. Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VII D SMPN 18
Semarang dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan segiempat
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas VII D SMPN 18
Semarang dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan segiempat
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC?
5
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam memahami
penelitian ini, maka perlu dipaparkan beberapa istilah berkait, diantaranya
adalah.
1. Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC
CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Composition,
termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
kooperatif tipe CIRC merupakan program komprehensif untuk
mengajarkan membaca dan menulis pada kelas sekolah dasar yang lebih
tinggi dan juga pada sekolah menengah.9
Tujuan utama dari CIRC yaitu untuk membantu para siswa mempelajari
kemampuan memahami bacaan/ soal cerita. Sehingga para siswa dalam
CIRC akan membuat penjelasan terhadap prediksi mengenai bagaimana
masalah-masalah akan diatasi dan merangkum unsur-unsur utama dari
cerita kepada satu sama lain.10
2. Hasil Belajar
Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang
dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Bila dikaitkan dengan
belajar berarti hasil menunjuk sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang
belajar dalam selang waktu tertentu. Hasil belajar adalah seluruh
kecakapan dan segala hal yang diperoleh melalui proses belajar mengajar
disekolah yang dinyatakan dengan angka dan diukur dengan menggunakan
tes hasil belajar.11 Dalam penelitian ini hasil belajar diambil dari tes setiap
siklus.
9 Nurulita Yusron, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, terj. Robert E. Slavin,
(Bandung: Nusa Media, 2008), hlm. 16. 10 Ibid., hlm. 203. 11 Baso Intang Sappaile, “Pengaruh Metode Belajar dan Ragam Tes terhadap Hasil Belajar
Matematika dengan Mengontrol Sikap Siswa (Eksperimen pada Siswa Kelas I SMU N DKI Jakarta)” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Ed. Khusus, Desember, 2006, hlm. 3.
6
3. Aktivitas Belajar
Aktivitas artinya keaktifan atau kegiatan.12 Aktivitas belajar adalah
keaktifan atau kegiatan yang dilaksanakan dalam siklus pembelajaran.
4. Soal Cerita
Cerita artinya tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu
hal (peristiwa, kejadian, dan sebagainya).13 Soal cerita adalah suatu
terapan matematika, yaitu suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari
yang dalam pemecahannya menggunakan langkah-langkah yang
sistematis. Pada umumnya, pengerjaan soal cerita dinyatakan dalam
bentuk uraian.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai pada penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagi Siswa SMPN 18 Semarang
a. Aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII D SMPN 18 Semarang
dalam mata pelajaran matematika khususnya dalam menyelesaikan
soal cerita pada pokok bahasan segiempat dapat meningkat.
b. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative
Integrated Reading and Composition) dapat dikembangkan atau
diterapkan pada siswa di kelas-kelas lain.
2. Bagi Guru SMPN 18 Semarang
a. Adanya inovasi model pembelajaran matematika dari dan oleh guru
yang menitikberatkan pada penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition).
b. Merupakan sumbangan pemikiran dan pengabdian guru dalam turut
serta mencerdaskan kehidupan anak bangsa melalui profesi yang
ditekuninya.
12 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet. 3, hlm. 23.
13 Ibid. hlm. 210.
7
3. Bagi Pihak SMPN 18 Semarang.
a. Diperoleh panduan inovatif model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
(Cooperative Integrated Reading and Composition) yang diharapkan
dapat dipakai untuk kelas-kelas lainnya di SMPN 18 Semarang.
b. Melalui peningkatan kualitas pembelajaran, maka diharapkan dapat
meningkatkan peringkat SMPN 18 Semarang.
4. Bagi Peneliti
a. Adanya sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan memilih model pembelajaran matematika yang
tepat.
b. Diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative
Integrated Reading and Composition) dapat dikembangkan atau
ditindak lanjuti bagi peneliti lain.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated
Reading and Composition)
Kurikulum yang disosialisasikan sejak pertengahan tahun 2001
oleh Departemen pendidikan Nasional (yang diterapkan secara resmi pada
tahun ajaran 2004/2005) adalah kurikulum berbasis kompetensi (KBK)1,
dengan konsep dasar kegiatan belajar mengajar (pembelajaran), penilaian,
dan kurikulum berbasis sekolah. Penggunaan kata “kompetensi” sebagai
basis kurikulum bertujuan untuk memberikan penekanan pada proses
pembelajaran yang mengkondisikan setiap siswa agar mampu
merefleksikan pengetahuan, keterampilan dan sikap secara utuh dalam
kehidupan sehari-hari.2 Kompetensi yang hendak dicapai itu dilaksanakan
dalam berbagai bentuk kegiatan (performance) yang berorientasi pada
pengalaman belajar siswa.3 Dengan kata lain, KBK dikembangkan untuk
memberikan ketrampilan-ketrampilan dan keahlian bertahan hidup dalam
perubahan, pertentangan, ketidakpastian, dan kerumitan-kerumitan dalam
kehidupan.4
Selanjutnya, pada tahun 2006 pemerintah telah memperbarui
kurikulum dengan terbitnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1 Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah suatu konsep kurikulum yang menekankan
pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. (E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), cet. 9, hlm. 39).
2 Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, “Pengembangan KTSP” http://www.puskur.net/index.php?menu=propile&pro=1&iduser=5
3 Sutjipto, “Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Memang Lebih Baik”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, X, 050, September, 2004, hlm. 633.
4 Ibid., hlm. 628.
9
(KTSP)5, yang lebih memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk
menyusun tujuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum serta
penjadwalan pendidikan sampai silabus pengajaran.6 KTSP ini berorientasi
proses bukan orientasi materi.7
Pada intinya, tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan mengacu
pada tujuan umum pendidikan yaitu meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.8
Oleh karena itu, agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang
diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien, maka
dalam penerapan strategi pembelajaran guru perlu memilih pendekatan
pembelajaran yang sesuai/ model-model pembelajaran yang tepat dan
teknik –teknik mengajar yang menunjang pelaksanaan metode mengajar.
Untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat guru
mempertimbangkan akan tujuan, karakteristik siswa, materi pelajaran dan
sebagainya agar strategi pembelajaran tersebut dapat berfungsi maksimal.9
Pendekatan yang diterapkan di Indonesia dalam era Kurikulum
Berbasis Kompetensi di tahun 2004/2005 dan diteruskan dengan KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) serta penggunaannya sudah
memperoleh rekomendasi dari Direktur Pendidikan Dasar dan Menengah,
di bulan Agustus 2002 adalah pendekatan Contextual Teaching and
5 KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-
masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. (Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, modul 3, (Jakarta: Depdiknas, 2006), hlm. 5.
6 Pudji Muljono, “Kesiapan Sekolah dalam Mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP): Kasus Beberapa SMA di Kota dan Kabupaten Bogor” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, XIII, Ed. Khusus II, Oktober, 2007, hlm. 44.
8 Tim Penyusun, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama 18 Semarang, (Semarang: SMPN 18 Semarang, 2006/2007), hlm.7
9 Achmad Sugandi dan Haryanto, Teori Pembelajaran, (Semarang: Unnes Press, 2005), hlm. 30.
10
Learning (CTL). Pendekatan ini dikembangkan oleh Elaine B. Johnson,
Ph.D, di tahun 2002, seorang ahli pendidikan dari Amerika Serikat.10
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam
kelas dan mendorong siswa memuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari.11
Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu:12
a. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan CTL, yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit). Siswa perlu
dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Esensi dari teori
konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan
mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan
apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
b. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil
dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang
merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.
c. Pertanyaan (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari “bertanya”.
Questioning (bertanya) merupakan strategi utama dalam pembelajaran
yang berbasis pembelajaran kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran
10 Amin Suyitno, Pemilihan Model-model Pembelajaran Matematika dan Penerapannya di
SMP, (Semarang: Jur. Matematika Fak. MIPA Unnes, 2006), hlm.3. 11 Madrasah Development Center Kanwil Depag Jateng dan Learning Asistance Program
for Islamic School (LAPIS)- AusAID, Modul Matematika: Training Of Trainer (TOT), modul 2, (Semarang: Depag Jateng dan LAPIS-AusAID, 2007), hlm. 14.
12 Departemen Pendidikan Nasional, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)), (Jakarta: Depdiknas, 2002), hlm. 10.
11
dipandang sebagai kegiatan guru dalam mendorong, membimbing, dan
menilai kemampuan berfikir siswa. Inti dari komponen ini adalah
untuk mengembangkan sifat rasa ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Dalam kelas pembelajaran kontekstual, guru disarankan selalu
melaksanakan pembelajaran dalam kelompok yang anggotanya bersifat
heterogen, yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi
tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya
yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan
seterusnya.
e. Permodelan (Modeling)
Komponen selanjutnya adalah permodelan. Maksudnya, dalam sebuah
pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang
bisa ditiru. Dengan begitu, guru memberi model tentang ‘bagaimana
cara belajar’.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan. Siswa
mengendapkan apa yang baru dipelajari sebagai struktur pengetahuan
yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan
sebelumnya. Kunci dari itu semua adalah, bagaimana pengetahuan itu
mengendap dibenak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari
dan bagaimana merasakan ide-ide baru. Pada akhir pembelajaran, guru
menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi.
g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran
perkembangan belajar siswa harus diketahui oleh guru agar bisa
memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan
baik. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan
disepanjang proses pembelajaran, maka penilaian yang sebenarnya
12
tidak dilakukan diakhir periode pembelajaran (misalnya ujian cawu,
semesteran, UAS/ UAN), tetapi dilakukan bersama dengan secara
terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.
Dari komponen CTL di atas, komponen yang menghadirkan
permodelan dalam pembelajaran bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu,
atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu, sehingga guru
memberi model tentang bagaimana cara belajar. Model pembelajaran
adalah suatu pembelajaran yang mengimplementasikan suatu strategi,
pendekatan, metode dan atau teknik tertentu dengan segala
kelengkapannya (alat bantu/ media/ alat peraga) yang disesuaikan dengan
tujuan/ indikator yang akan dicapai, disesuaikan dengan materi, dan juga
disesuaikan dengan kebutuhan/ kondisi siswa.13
Salah-satu model pembelajaran yang merupakan strategi
pengajaran yang berasosiasi dengan CTL adalah model pembelajaran
kooperatif atau cooperative Learning.14 Model kooperatif menekankan
pada aspek sosial antar siswa dalam satu kelompok yang heterogen.15
Pentingnya belajar secara kooperatif atau belajar bekerjasama
dikemukakan Syekh al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim:
16ذاكرالناس بالعلو م لتحىي ال تكن من أوىل النهى ببعيد
“Diskusikan ilmu dengan orang lain agar ilmu tetap hidup dan janganlah
kau jauhi orang-orang yang berakal pandai”17
13 Madrasah Development Center Kanwil Depag Jateng dan LAPIS – AusAID, op.cit.,
modul 2, hlm. 13 14 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit., hlm. 6. 15 R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, ( Jakarta: Depdiknas, 1999/2000),
hlm. 99. 16 Syekh Al-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’allim Thariiq al-Ta’allum, (Semarang: Toha Putra, t.
t.), hlm. 29. 17 Abu Shofia dan Ibnu Sanusi, Panduan Belajar bagi Penuntut Ilmu, terj. Syekh al-Zarnuji,
(Jakarta: Pustaka Amani, 2005), hlm. 74.
13
Menurut Anita Lie, model pembelajaran cooperative learning
tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur
dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan
pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.18
Menurut Posamentier, sebagaimana dikutip oleh Rachmadi
Widdiharto, memberikan pengertian tentang cooperative learning, bahwa
secara sederhana cooperative learning atau belajar secara kooperatif
adalah penempatan beberapa siswa dalam kelompok kecil dan
memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas.19 Sementara itu, menurut
Robert E. Slavin “Cooperative learning refers to a variety of teaching
methods in which students work in small groups to help one another learn
academic content”20 (pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai
macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pelajaran).
Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif
memiliki ciri-ciri sebagai berikut.21
(a). Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
(b). Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
(c). Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
(d). Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
18 Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang
Instruktur/ Pengembangan Matematika SMP Jenjang Dasar Tanggal 10 s.d 23 Oktober 2004, (Yogyakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Matematika, 2004), hlm. 13.
20 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Theory, Research and Practice, (Boston: Allyn and Bacon, 2005), hlm. 2.
Sehingga, dengan pembelajaran kooperatif, siswa dapat belajar
bersama, saling membantu, mengintegrasikan pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang telah ia miliki dan menemukan pemahamannya sendiri
lewat eksplorasi, diskusi, menjelaskan, mencari hubungan, dan
mempertanyakan gagasan-gagasan baru yang muncul dalam
kelompoknya.22
Adapun ragam model pembelajaran Cooperative Learning cukup
banyak seperti STAD (Student Teams – Achievement Divisions), TGT
(Teams – Games – Tournaments), TAI (Teams Assisted Individualization),
Jigsaw, Jigsaw II, atau CIRC (Cooperative Integrated Reading and
Composition). Dalam makalah ini, penulis mengambil salah-satu model
pembelajaran kooperatif yang tepat untuk menyelesaikan soal cerita
matematika, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative
Integrated Reading and Composition). Model pembelajaran kooperatif tipe
CIRC merupakan program komprehensif untuk mengajarkan membaca
dan menulis pada kelas sekolah dasar yang lebih tinggi dan juga pada
sekolah menengah.23
Tujuan utama dari CIRC yaitu untuk membantu para siswa
mempelajari kemampuan memahami bacaan/ soal cerita. Sehingga para
siswa dalam CIRC akan membuat penjelasan terhadap prediksi mengenai
bagaimana masalah-masalah akan diatasi dan merangkum unsur-unsur
utama dari cerita kepada satu sama lain.24
22 Mutadi, Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika, (tt. p: t. p., t. t.), hlm. 16. 23 Nurulita Yusron, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, terj. Robert E. Slavin,
(Bandung: Nusa Media, 2008), hlm. 16 24 Ibid., hlm. 203.
15
2. Aktivitas dan Hasil Belajar
a. Aktivitas Belajar
Aktivitas artinya keaktifan atau kegiatan.25 Aktivitas belajar
adalah keaktifan atau kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar
mengajar. Dalam melakukan aktivitas belajar, seseorang akan
berinteraksi dengan sumber-sumber belajar baik yang sengaja
dirancang (by design) maupun yang dimanfaatkan (by utilization).
Ketersediaan dan kemudahan mengakses pesan pembelajaran adalah
sebuah kondisi positif yang perlu diciptakan agar aktivitas belajar
menjadi efektif dan efisien.
Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas,
baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik
giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun
bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya
pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah
jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi
dalam rangka pengajaran. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan
dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil
pengajaran yang optimal sekaligus mengikuti proses pengajaran
(proses perolehan hasil pelajaran) secara aktif: ia mendengarkan,
ketentuan satu dengan lainnya, dan sebagainya. Kegiatan/ keaktifan
jasmani pisik sebagai kegiatan yang nampak, yaitu saat peserta didik
melakukan percobaan, membuat konstruksi model, dan lain-lain.
Sedangkan kegiatan psikis nampak bila ia sedang mengamati dengan
teliti, memecahkan persoalan dan mengambil keputusan, dan
sebagainya.26
25 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), cet. 3, hlm. 23. 26 Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1991), hlm. 6.
16
b. Hasil Belajar
Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk
sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Bila
dikaitkan dengan belajar berarti hasil menunjuk sesuatu yang dicapai
oleh seseorang yang belajar dalam selang waktu tertentu. Hasil belajar
adalah seluruh kecakapan dan segala hal yang diperoleh melalui proses
belajar mengajar disekolah yang dinyatakan dengan angka dan diukur
dengan menggunakan tes hasil belajar.27
Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga
ranah (domain), yaitu: (1) domain kognitif, menunjukkan pengetahuan
yang mencakup kemampuan-kemampuan intelektual, kemampuan
berfikir maupun kecerdasan yang akan dicapai, (2) domain afektif,
pengetahuan yang mencakup kemampuan-kemampuan bersikap dalam
menghadapi realitas atau masalah-masalah yang muncul disekitarnya,
dan (3) domain psikomotorik, pengetahuan yang mencakup
ketarmpilan-keterampilan.28
3. Soal Cerita Matematika
Cerita adalah “tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya
suatu hal (peristiwa, kejadian, dan sebagainya)” atau “karangan yang
menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang dan
sebagainya.29 Dalam ilmu-ilmu terapan khususnya matematika, soal cerita
merupakan bentuk soal yang menerapkan materi dengan kehidupan sehari-
hari. Penerapan materi dengan konteks kehidupan sehari-hari dalam proses
pembelajaran sangat penting sekali karena pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh siswa menjadi lebih bermakna. Hampir semua pada pokok
27 Baso Intang Sappaile, “Pengaruh Metode Belajar dan Ragam Tes terhadap Hasil Belajar
Matematika dengan Mengontrol Sikap Siswa (Eksperimen pada Siswa Kelas I SMU N DKI Jakarta)” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Ed. Khusus, Desember, 2006, hlm. 3.
28 R. Soedjadi, op.cit., hlm. 62. 29 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1985), hlm. 202.
17
bahasan matematika baik pendidikan tingkat dasar maupun tingkat
menengah terdapat soal cerita.
Dalam menyelesaikan soal cerita, para siswa masih sering
mengalami kesulitan karena tidak bisa memahami apa yang dimaksudkan
soal tersebut yang pada akhirnya tidak mampu dalam menuliskan hasil
akhir dari soal tersebut. Kemampuan memahami masalah merupakan
kemampuan yang cukup penting atau menentukan dalam menyelesaikan
soal cerita. Apabila pada langkah ini gagal sudah bisa dipastikan ia tidak
akan mampu menyelesaikan soal dengan benar, sebaliknya, apabila
seorang siswa berhasil pada langkah ini maka akan mempermudah dia
dalam menyelesaikan soal cerita.30
4. Menyelesaikan Soal Cerita Matematika dengan Menerapkan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC
Tujuan dari pengembangan kurikulum sekarang adalah untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa melalui peningkatan pemahaman
makna materi pelajaran yang dipelajari dengan mengaitkan antara materi
yang dipelajari dengan konteks kehidupan sehari-hari.31 Penerapan materi
dengan konteks kehidupan sehari-hari dalam proses pembelajaran sangat
penting sekali karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
menjadi lebih bermakna. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu strategi,
pendekatan/ model pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan/
indikator yang akan dicapai, disesuaikan dengan materi, dan juga
disesuaikan dengan kebutuhan/ kondisi siswa.32
30 Hamdani, “Memahami Masalah Soal Cerita Matematika”,
http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Edukasi&id=127327, hlm.1. 31 Achmad Sugandi dan Haryanto, op.cit., hlm. 124 32 Madrasah Development Center Kanwil Depag Jateng dan LAPIS – AusAID, op.cit.,
modul 2, hlm. 13
18
Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk menyelesaikan
soal cerita dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). CIRC termasuk
salah satu tipe model pembelajaran kooperatif.
Tujuan utama dari CIRC yaitu untuk membantu para siswa
mempelajari kemampuan memahami bacaan/ soal cerita. Sehingga para
siswa dalam CIRC akan membuat penjelasan terhadap prediksi mengenai
bagaimana masalah-masalah akan diatasi dan merangkum unsur-unsur
utama dari cerita kepada satu sama lain.33
Adapun kegiatan pokok dalam CIRC untuk memecahkan soal
cerita meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yakni: (1) salah
satu anggota kelompok membaca atau beberapa anggota saling membaca,
(2) membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita, termasuk
menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan memisalkan
yang ditanyakan dengan suatu variabel tertentu, (3) saling membuat
ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita, (4) menuliskan penyelesaian
soal ceritanya secara urut (menuliskan urutan komposisi penyelesaiannya),
dan (5) saling merevisi dan mengedit pekerjaan/ penyelesaian (jika ada
yang perlu direvisi).34
Dengan mengadopsi model pembelajaran Kooperatif tipe CIRC
(Cooperative Integrated Reading and Composition) untuk melatih siswa
meningkatkan keterampilannya dalam menyelesaikan soal cerita, langkah
yang ditempuh seorang guru mata pelajaran adalah sebagai berikut.
1). Guru menerangkan suatu pokok bahasan tertentu kepada para siswanya (misalnya dengan model ekspositori).
2). Guru memberikan contoh soal cerita termasuk cara penyelesaiannya. 3). Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan siswanya
dalam menyelesaikan soal cerita melalui penerapan Cooperative Learning tipe CIRC.
4). Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa yang heterogen. Setiap kelompok terdiri atas 4 atau 5 siswa.
5). Guru mempersiapakan 1 atau 2 soal cerita dan membagikannya kepada setiap siswa dalam kelompok yang sudah terbentuk.
6). Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan spesifik sebagai berikut. (a) Salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa anggota saling membaca soal cerita tersebut, setiap kelompok diberi 2 set dan dikerjakan secara berpasangan atau bertigaan, (b) membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel tertentu, (c) saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita, (d) menuliskan penyelesaian soal cerita secara urut (menuliskan urutan komposisi penyelesaiannya), dan (e) saling merevisi dan mengedit pekerjaan/ penyelesaian (jika ada yang perlu direvisi).
7). Setiap kelompok bekerja berdasarkan serangkaian kegiatan pola CIRC (Team Study). Guru berkeliling mengawasi kerja kelompok.
8). Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami, dan dapat mengerjakan soal cerita yang diberikan guru.
9). Guru meminta kepada perwakilan kelompok tertentu utuk menyajikan temuannya di depan kelas.
10). Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator jika diperlukan. 11). Guru memberikan tes akhir pembelajaran/ tugas rumah secara
individual tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari. 12). Guru bisa membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa
kembali ke tempat duduknya masing-masing. 13). Menjelang akhir waktu pembelajaran, guru dapat mengulang secara
klasikal tentang strategi pemecahan soal tersebut. 14). Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan kompetensi yang
ditentukan.35
5. Materi Tentang Segiempat.
Dalam penelitian ini lebih ditekankan pada soal cerita. Jadi,
untuk materi awal sudah dijelaskan oleh guru yang bersangkutan dan
penelitian ini bersifat pengayaan. Berikut ini ringkasan materi segiempat:36
a. Persegi Panjang
Persegi panjang adalah segiempat yang keempat sudutnya siku-siku
dan sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.
35 Ibid. 36 M. Cholik A. dan Sugijono, Matematika untuk SMP Kelas VII Semester 2, (Jakarta:
Erlangga, 2002), hlm.55.
20
Sifat-sifat persegi panjang:
(a). Pada suatu persegi panjang sisi-sisi yang berhadapan sama
panjang dan sejajar.
(b). Semua sudut persegi panjang sama besar.
(c). Sudut-sudut suatu persegi panjang adalah sudut siku-siku.
(d). Diagonal-diagonal persegi panjang sama panjang.
(e). Diagonal-diagonal persegi panjang saling membagi dua sama
panjang atau kedua diagonal persegi panjang saling berpotongan
di tengah-tengah.
Keliling dan luas persegi panjang:
Keliling = 2p + 2l l Luas = p x l
dengan p= panjang dan l= lebar p
b. Persegi
Persegi adalah persegi panjang yang keempat sisinya sama panjang.
Sifat-sifat persegi:
(a). Semua sisi persegi sama panjang.
(b). Diagonal-diagonal persegi membagi dua sama besar sudut-sudut
persegi itu.
(c). Diagonal-diagonal persegi berpotongan membentuk sudut siku-
siku atau diagonal-diagonal persegi berpotongan tegak lurus.
Keliling dan Luas Persegi: . a a Keliling = a + a + a + a Luas = a x a
dengan a = sisi
21
c. Jajar Genjang
Jajargenjang adalah segiempat dengan sisi-sisi yang berhadapan sejajar
dan sama panjang serta sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
Sifat-sifat jajargenjang:
(a). Pada setiap jajargenjang sisi-sisi yang berhadapan sama panjang
dan sejajar.
(b). Pada setiap jajargenjang sudut-sudut yang berhadapan sama
besar.
(c). Pada setiap jajargenjang jumlah besar sudut-sudut yang
berdekatan adalah 180o.
(d). Kedua diagonal pada setiap jajargenjang saling membagi dua
sama panjang.
Luas Jajargenjang:
Luas = a x t dengan a = alas dan t = tinggi
a
d. Belahketupat
Belahketupat adalah segiempat dengan sisi yang berhadapan sejajar,
keempat sisinya sama panjang, dan sudut-sudut yang berhadapan sama
besar.
Sifat-sifat belah ketupat:
(a). Semua sisi setiap belahketupat sama panjang.
(b). Kedua diagonal setiap belahketupat merupakan sumbu simetri.
(c). Kedua diagonal setiap belahketupat saling membagi dua sama
panjang dan saling berpotongan tegak lurus.
t
22
Luas belah ketupat:
L = ½ x diagonal x diagonal
e. Layang-layang
Layang-layang adalah segiempat yang masing-masing pasang sisinya
sama panjang dan sepasang sudut yang berhadapan sama besar.
Sifat-sifat layang-layang:
(a). Pada setiap layang-layang, masing-masing sepasang sisinya sama
panjang.
(b). Pada setiap layang-layang, terdapat sepasang sudut berhadapan
yang sama besar.
(c). Pada setiap layang-layang, salah-satu diagonalnya merupakan
sumbu simetri.
(d). Pada setiap layang-layang salah satu diagonalnya membagi dua
sama panjang diagonal lain dan tegak lurus dengan diagonal itu.
Luas layang-layang: d Luas = ½ x diagonal x diagonal d
f. Trapesium
Trapesium adalah segiempat dengan tepat sepasang sisi yang
berhadapan sejajar.
Sifat-sifat Trapesium:
Pada setiap trapesium, jumlah sudut yang berdekatan di antara dua sisi
sejajar adalah 180o.
d d
23
Luas Trapesium: b Luas = txba
2+
Dengan a = alas, b = atas, dan t = tinggi a
g. Contoh Soal Cerita Bangun Segiempat yang diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Contoh soal:
Sebuah kebun berbentuk persegi dengan panjang sisi 9 m. jika
disekeliling kebun tersebut akan ditanami pohon pelindung dengan
jarak antar pohon 1,5 m, berapa batangkah pohon pelindung yang
dibutuhkan?
Penyelesaian: l I I I I
Keliling kebun = keliling persegi
= 4 x sisi
= 4 x 9 I I I I I
= 36 m
Jadi, banyak pohon pelindung yang dibutuhkan =
pohonantarJarakpersegiKeliling =
5,136 = 24 batang.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa buku maupun karya ilmiah yang menjadi acuan
dalam penelitian ini, antara lain:
Robert E. Slavin, sebagaimana dikutip Muslimin Ibrahim, dkk.,
menelaah penelitian dan melaporkan bahwa 45 penelitian telah dilaksanakan
antara tahun 1972 sampai dengan 1986, menyelidiki pengaruh pembelajaran
kooperatif terhadap hasil belajar. Studi ini dilakukan pada semua tingkat kelas
dan meliputi studi bahasa, geografi, ilmu sosial, sains, matematika, bahasa
inggris sebagai bahasa kedua, membaca, dan menulis. Studi yang ditelaah itu
dilakukan di sekolah-sekolah kota, pinggiran, dan pedesaan di Amerika
t
24
Serikat, Israel, Nigeria, dan Jerman. Dari 45 laporan tersebut, 37 diantaranya
menunjukkan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik
yang signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Delapan
studi menunjukan tidak ada perbedaan. Tidak satupun studi menunjukkan
bahwa kooperatif memberikan pengaruh negatif.37
Deti Rifmawati (4101401013) Unnes Semarang dalam skripsinya yang
berjudul Usaha Meningkatkan Hasil Belajar pada Soal Cerita melalui
Pemanfaatan Media Kartu dan Poster dengan Pembelajaran Kooperatif tipe
STAD pada Pokok Bahasan Operasi Hitung Pecahan pada Siswa Kelas V SD
Sekaran 01 Semarang (2007), menyatakan “ada peningkatkan hasil belajar dan
aktivitas siswa melalui pemanfaatan media kartu dan poster dengan
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan operasi hitung
pecahan dalam memahami soal cerita”.38
Sumiyati (2004) Unnes Semarang dalam skripsinya yang berjudul
Meningkatkan kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Cerita Pokok bahasan
Perbandingan melalui Kerja Kelompok Siswa Kelas II A Semester I SMP
Negeri 2 Semarang Tahun Pelajaran 2003/2004, menyatakan “untuk
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal-soal cerita perlu adanya
metode atau strategi yang tepat dalam proses belajar mengajar matematika”.39
Sedangkan pada penelitian skripsi ini, penulis menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and
Composition) pada pelajaran matematika khususnya dalam menyelesaikan
soal cerita pada pokok bahasan segiempat untuk meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa.
37 Muslimin Ibrahim, op.cit., hlm. 16. 38 Deti Rifmawati, “Usaha Meningkatkan Hasil Belajar pada Soal Cerita melalui
Pemanfaatan Media Kartu dan Poster dengan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada Pokok Bahasan Operasi Hitung Pecahan pada Siswa Kelas V SD Sekaran 01 Semarang”, Skripsi Unnes Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fak. MIPA Jur. Matematika Unnes Semarang, 2007).
39 Sumiyati, “Meningkatkan kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Cerita Pokok bahasan Perbandingan melalui Kerja Kelompok Siswa Kelas II A Semester I SMP Negeri 2 Semarang Tahun Pelajaran 2003/2004” Skripsi Unnes Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fak. MIPA Jur. Matematika Unnes Semarang, 2004).
25
C. Pengajuan Hipotesis
Untuk menghindari penelitian yang tidak terarah dan memberikan
tujuan yang tegas maka diperlukan hipotesis, yaitu perumusan jawaban
sementara terhadap suatu soal yang dimaksud sebagai tuntunan untuk mencari
jawaban yang sebenarnya maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.
Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
(Cooperative Integrated Reading and Composition) maka aktivitas dan hasil
belajar siswa kelas VII D semester genap di SMPN 18 Semarang dalam
menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan segiempat dapat ditingkatkan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII D di
SMPN 18 Semarang khususnya dalam menyelesaikan soal cerita pada
pokok bahasan segiempat.
2. Untuk menemukan cara yang efektif dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and
Composition) dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan
segiempat.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 14 Mei 2008 – 7 Juni 2008.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 18 Semarang yang beralamat di Jl.
Purwoyoso I, Kel. Purwoyoso, Kec. Ngaliyan, Kota Semarang.
C. Metode Penelitian
Penelitian tindakan dapat dipandang sebagai tindak lanjut dari
penelitian deskriptif maupun eksperimen.
- Dikatakan sebagai kelanjutan penelitian deskriptif karena penelitian
tindakan dimulai dari mencari informasi tentang keadaan sesuatu dalam
rangka mencari kelemahan dengan mendeskripsikan hal-hal yang terkait
dengan kelemahan tersebut.
- Dikatakan sebagai kelanjutan penelitian eksperimen karena tujuan dari
penelitian tindakan adalah mengetahui dampak dari sesuatu perlakuan,
yaitu mencobakan sesuatu, lalu dicermati akibat dari perlakuan tersebut.
27
Perlakuan tersebut dicermati lagi untuk diketahui dampaknya, kemudian
peneliti berfikir tentang perlakuan yang lebih baik, dan sebagainya.1
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom
action research), yang merupakan ragam penelitian pembelajaran yang
berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-
masalah pembelajaran yang dihadapi guru, memperbaiki mutu dan hasil
pembelajaran, dan mencobakan hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan
mutu dan hasil pembelajaran.2 Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku
anggotanya, Penelitian tindakan ini berbentuk kolaboratif (PTK kolaboratif).
Dalam hal ini peneliti bekerja sama dengan orang lain (ahli) melakukan setiap
langkah penelitian seperti: planning, observing, thinking action dan reflecting.
Kolaborasi (kerja sama) antara guru dengan expert dimulai ketika kegiatan
mengidentifikasi masalah, merencanakan tindakan, dan analisis.
Adapun model penelitian tindakan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah model Spiral dari Kemmis dan Taggart yang terdiri dari beberapa
siklus tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi mengenai hasil
tindakan-tindakan pada siklus sebelumnya. Dimana pada setiap siklus tersebut
terdiri dari empat tahapan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.
Gambar 1
Model Penelitian Tindakan3
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), cet. 13, hlm. 13. 2 Tim Penyusun, Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Mahasiswa IAIN
Walisongo, (Semarang: Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo, 2008), hlm. 2. 3 Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2008), cet. 6, hlm. 16.
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
pengamatan
Pelaksanaan Refleksi
Refleksi Pelaksanaan
?
28
Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti membuat soal tes awal siklus,
kartu soal dan soal tes akhir tiap siklus, dan soal tes akhir siklus. Proses
penyusunannya melalui tahap berikut ini.
1. Peneliti mengumpulkan bahan dan materi dari berbagai sumber, antara lain
buku-buku pelajaran yang digunakan di sekolah, ataupun internet sehingga
menjadi soal yang masih mentah.
2. Peneliti mengkonsultasikan soal-soal yang masih mentah tersebut dengan
dosen pembimbing dan guru mitra memperbaikinya, sehingga menjadi
draf yang layak digunakan dalam penelitian.
3. Peneliti melakukan proses akhir yaitu mencetak soal-soal tersebut menjadi
soal-soal yang siap digunakan dalam pembelajaran.
Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dirancang dan akan dilaksanakan
dalam 3 siklus. Setiap siklusnya terdiri atas 4 tahap, yaitu: perencanaan,
tindakan, pengamatan, dan refleksi.4 Tahapan tersebut disusun dalam siklus
dan setiap siklus dilaksanakan dengan pembahasan materi yang berbeda serta
dilaksanakan sesuai perubahan yang diinginkan.
Adapun langkah-langkah penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut.
Pelaksanaan Penelitian Sebelum Siklus I
Pelaksanaan tindakan sebelum siklus I adalah sebagai berikut.
a. Guru memberikan tes awal secara individual kepada para siswa tentang
keliling dan luas daerah segiempat yang berbentuk soal cerita, hal ini
untuk mengetahui lebih lanjut sejauh mana kelemahan siswa dalam
menjawab soal tersebut.
b. Guru Mendiskusikan dengan guru mitra mengenai hasil tes awal tersebut.
c. Guru memberitahukan informasi tentang pelaksanaan penelitian.
a. Kebutuhan prasarana dan sarana model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
(Cooperative Integrated Reading and Composition) diidentifikasikan dan
pengadaannya dirancang dan diadakan.
b. Peneliti menggandakan kartu soal, soal tes akhir pembelajaran dan
merancang pembentukan kelompok.
c. Peneliti menyiapkan rencana pembelajaran, lembar observasi,
pendokumentasian, lembar refleksi, dan evaluasi.
Tindakan
a. Menyiapkan sarana pembelajaran.
b. Guru membuka pelajaran dengan salam.
c. Mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa.
d. Guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan tugas
yang harus dilaksanakan siswa secara singkat jelas, dan penuh kehangatan.
Guru mitra sebagai pengamat.
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).
f. Guru mereview materi tentang keliling dan luas daerah persegi panjang
dan persegi.
g. Guru memberikan contoh soal cerita yang berkaitan dengan keliling dan
luas daerah persegi panjang dan persegi beserta penyelesaiannya.
h. CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Composition.
Jadi, dalam kegiatannya:
1). Guru membentuk kelompok belajar heterogen (4-5 siswa) dan
mengatur tempat duduk siswa agar setiap anggota kelompok dapat
saling bertatap muka (pembentukan kelompok didasarkan atas nilai
rata-rata ulangan guru sebelumnya). Jadi, setiap kelompok telah
memiliki skor rata-rata kelompok.
30
2). Guru membagikan kartu soal yang telah dibuat sebelumnya yang berisi
dua soal cerita atau lebih tentang keliling dan luas daerah persegi
panjang persegi dan setiap kelompok diberi 2 kartu.
3). Guru menganjurkan agar setiap siswa dalam kelompok dapat
mengerjakan kartu soal tersebut secara berpasangan atau bertigaan.
4). Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian
kegiatan spesifik sebagai berikut.
(a) Setiap anggota saling membaca soal cerita pada kartu soal yang
telah diberikan, (b) membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal
cerita, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan,
dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel tertentu, (c)
saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita, (d)
menuliskan penyelesaian soal cerita secara urut (menuliskan urutan
komposisi penyelesaiannya), dan (5) saling merevisi serta mengedit
pekerjaan/ penyelesaian (jika ada yang perlu direvisi).
5). Setiap kelompok bekerja berdasarkan serangkaian kegiatan pola CIRC
(Team Study). Guru berkeliling mengawasi kerja kelompok.
6). Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah
memahami, dan dapat mengerjakan soal cerita yang diberikan guru.
7). Guru meminta kepada perwakilan kelompok tertentu untuk
menyajikan temuannya di depan kelas.
8). Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator jika diperlukan.
9). Guru bisa membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa
kembali ke tempat duduknya masing-masing.
i. Guru memberikan motivasi dan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
j. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
k. Guru memberikan tes soal cerita secara individual kepada para siswa
tentang keliling dan luas daerah persegi panjang dan persegi.
31
Pengamatan
a. Guru mitra mengamati pengelolaan pembelajaran pada saat siklus I
berlangsung dan juga mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran.
b. Secara kolaboratif-partisipatif mengamati jalannya proses pembelajaran.
c. Mengamati aktivitas siswa saat menyajikan temuan penyelesaian serta
keberhasilan siswa dalam melaksanakan tugas.
d. Pengamatan partisipasif dalam memeriksa hasil latihan soal setelah siswa
diberi soal tes pada akhir siklus I.
e. Mengamati/ mencatat siswa yang aktif, berani bertanya kepada guru, atau
berani mengerjakan tugas di papan tulis.
Refleksi
a. Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat simpulan sementara
terhadap pelaksanaan pengajaran pada siklus I, termasuk kemungkinan
mengubah susunan anggota kelompok berdasarkan efektivitas kinerja
kelompoknya.
b. Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada pelaksanaan
kegiatan penelitian dalam siklus II.
Siklus II
Perencanaan
a. Kebutuhan prasarana dan sarana model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
(Cooperative Integrated Reading and Composition) diidentifikasikan dan
pengadaannya dirancang dan diadakan.
b. Peneliti menggandakan kartu soal, soal tes akhir pembelajaran dan
merancang pembentukan kelompok.
c. Peneliti menyiapkan rencana pembelajaran, lembar observasi,
pendokumentasian, lembar refleksi, dan evaluasi.
Tindakan
a. Menyiapkan sarana pembelajaran.
b. Guru membuka pelajaran dengan salam.
c. Mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa.
32
d. Guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan tugas
yang harus dilaksanakan siswa secara singkat jelas, dan penuh kehangatan.
Guru mitra sebagai pengamat.
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).
f. Guru mereview materi tentang keliling dan luas daerah jajar genjang dan
belah ketupat.
g. Guru memberikan contoh soal cerita yang berkaitan dengan keliling dan
luas daerah jajar genjang dan belah ketupat beserta penyelesaiannya.
h. CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Composition.
Jadi, dalam kegiatannya:
1). Guru membentuk kelompok belajar heterogen (4-5 siswa) dan
mengatur tempat duduk siswa agar setiap anggota kelompok dapat
saling bertatap muka (pembentukan kelompok didasarkan atas nilai
rata-rata ulangan guru sebelumnya). Jadi, setiap kelompok telah
memiliki skor rata-rata kelompok.
2). Guru membagikan kartu soal yang telah dibuat sebelumnya yang berisi
dua soal cerita atau lebih tentang keliling dan luas daerah jajar genjang
dan belah ketupat. Setiap kelompok diberi 2 kartu.
3). Guru menganjurkan agar setiap siswa dalam kelompok dapat
mengerjakan kartu soal tersebut secara berpasangan atau bertigaan.
4). Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian
kegiatan spesifik sebagai berikut.
(a) Setiap anggota saling membaca soal cerita pada kartu soal yang
telah diberikan, (b) membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal
cerita, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan,
dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel tertentu, (c)
saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita, (d)
menuliskan penyelesaian soal cerita secara urut (menuliskan urutan
komposisi penyelesaiannya), dan (5) saling merevisi serta mengedit
pekerjaan/ penyelesaian (jika ada yang perlu direvisi).
33
5). Setiap kelompok bekerja berdasarkan serangkaian kegiatan pola CIRC
(Team Study). Guru berkeliling mengawasi kerja kelompok.
6). Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah
memahami, dan dapat mengerjakan soal cerita yang diberikan guru.
7). Guru meminta kepada perwakilan kelompok tertentu untuk
menyajikan temuannya di depan kelas.
8). Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator jika diperlukan.
9). Guru bisa membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa
kembali ke tempat duduknya masing-masing.
a. Guru memberikan motivasi dan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya.
b. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
c. Guru memberikan tes soal cerita secara individual kepada para
siswa tentang keliling dan luas daerah jajar genjang dan belah
ketupat.
Pengamatan
a. Guru mitra mengamati pengelolaan pembelajaran pada saat siklus I
berlangsung dan juga mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran.
b. Secara kolaboratif-partisipatif mengamati jalannya proses pembelajaran.
c. Mengamati aktivitas siswa saat menyajikan temuan penyelesaian serta
keberhasilan siswa dalam melaksanakan tugas.
d. Pengamatan partisipasif dalam memeriksa hasil latihan soal setelah siswa
diberi soal tes pada akhir siklus II.
e. Mengamati/ mencatat siswa yang aktif, berani bertanya kepada guru, atau
berani mengerjakan tugas di papan tulis.
Refleksi
a. Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat simpulan sementara
terhadap pelaksanaan pengajaran pada siklus II, termasuk kemungkinan
mengubah susunan anggota kelompok berdasarkan efektivitas kinerja
kelompoknya.
34
b. Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada pelaksanaan
kegiatan penelitian dalam siklus III.
Siklus III
Perencanaan
a. Kebutuhan prasarana dan sarana model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
(Cooperative Integrated Reading and Composition) diidentifikasikan dan
pengadaannya dirancang dan diadakan.
b. Peneliti menggandakan kartu soal, soal tes akhir pembelajaran dan
merancang pembentukan kelompok.
c. Peneliti menyiapkan rencana pembelajaran, lembar observasi,
pendokumentasian, lembar refleksi, dan evaluasi.
Tindakan
a. Menyiapkan sarana pembelajaran.
b. Guru membuka pelajaran dengan salam.
c. Mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa.
d. Guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan tugas
yang harus dilaksanakan siswa secara singkat jelas, dan penuh kehangatan.
Guru mitra sebagai pengamat.
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).
f. Guru mereview materi tentang keliling dan luas daerah trapesium dan
layang-layang.
g. Guru memberikan contoh soal cerita yang berkaitan dengan keliling dan
luas daerah trapesium dan layang-layang beserta penyelesaiannya.
h. CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Composition.
Jadi, dalam kegiatannya:
1). Guru membentuk kelompok belajar heterogen (4-5 siswa) dan
mengatur tempat duduk siswa agar setiap anggota kelompok dapat
saling bertatap muka (pembentukan kelompok didasarkan atas nilai
35
rata-rata ulangan guru sebelumnya). Jadi, setiap kelompok telah
memiliki skor rata-rata kelompok.
2). Guru membagikan kartu soal yang telah dibuat sebelumnya yang berisi
dua soal cerita atau lebih tentang keliling dan luas daerah trapesium
dan layang-layang. Setiap kelompok diberi 2 kartu.
3). Guru menganjurkan agar setiap siswa dalam kelompok dapat
mengerjakan kartu soal tersebut secara berpasangan atau bertigaan.
4). Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian
kegiatan spesifik sebagai berikut.
(a) Setiap anggota saling membaca soal cerita pada kartu soal yang
telah diberikan, (b) membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal
cerita, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan,
dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel tertentu, (c)
saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita, (d)
menuliskan penyelesaian soal cerita secara urut (menuliskan urutan
komposisi penyelesaiannya), dan (5) saling merevisi serta mengedit
pekerjaan/ penyelesaian (jika ada yang perlu direvisi).
5). Setiap kelompok bekerja berdasarkan serangkaian kegiatan pola CIRC
(Team Study). Guru berkeliling mengawasi kerja kelompok.
6). Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah
memahami, dan dapat mengerjakan soal cerita yang diberikan guru.
7). Guru meminta kepada perwakilan kelompok tertentu untuk
menyajikan temuannya di depan kelas.
8). Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator jika diperlukan.
9). Guru bisa membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa
kembali ke tempat duduknya masing-masing.
10). Guru memberikan motivasi dan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya.
a. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
36
b. Guru memberikan tes soal cerita secara individual kepada para
siswa tentang keliling dan luas daerah trapesium dan layang-
layang.
11). Pengisian angket.
Pengamatan
a. Guru mitra mengamati pengelolaan pembelajaran pada saat siklus III
berlangsung dan juga mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran.
b. Secara kolaboratif-partisipatif mengamati jalannya proses pembelajaran.
c. Mengamati aktivitas siswa saat menyajikan temuan penyelesaian serta
keberhasilan siswa dalam melaksanakan tugas.
d. Pengamatan partisipasif dalam memeriksa hasil latihan soal setelah siswa
diberi soal tes pada akhir siklus III.
e. Mengamati/ mencatat siswa yang aktif, berani bertanya kepada guru, atau
berani mengerjakan tugas di papan tulis.
Refleksi
Menganalisis hasil pengamatan dan hasil pengisian angket.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 1
Semarang yang beralamat di Jl. Purwoyoso I, Kel. Purwoyoso, Kec.
Ngaliyan, Kota Semarang, pada tahun ajaran 2007/ 2008.
2. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII D
SMPN 18 semarang.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode dokumenter, metode tes, metode observasi, dan pengisian
angket
1. Metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
37
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.5 Metode
dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan daftar nama-nama siswa
yang akan menjadi sampel penelitian dan untuk mendapatkan data nilai
serta rekaman kegiatan pada saat pembelajaran dalam bentuk gambar.
2. Metode tes digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa yang
dikenai perlakuan yaitu siswa yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe
CIRC dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan segiempat,
baik selama dikenai tindakan maupun pada akhir siklus tindakan.
3. Metode observasi digunakan untuk memperoleh data mengenai
pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe CIRC oleh guru, aktivitas
peserta didik dikelompok dan juga kerja kelompok secara keseluruhan.
4. Pengisian angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa dalam
pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe CIRC pada pokok bahasan segiempat.
F. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisa data
tersebut. Dalam analisis ini, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut.
1. Analisis hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran tipe CIRC
pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Adapun kriteria penilaian
untuk lembar pengamatan aktivitas siswa adalah sebagai berikut:
a). Penilaian 1 apabila banyaknya siswa yang melakukan aktivitas
terhitung ≤ 25 % dari jumlah siswa yang hadir. Berarti penilaian siswa
dalam pembelajaran masih tergolong jelek.
b). Penilaian 2 apabila banyaknya siswa yang melakukan aktivitas
terhitung > 25 % dan ≤ 50 % dari jumlah siswa yang hadir. Berarti
penilaian siswa dalam pembelajaran tergolong cukup.
5 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 236.
38
c). Penilaian 3 apabila banyaknya siswa yang melakukan aktivitas
terhitung > 50 % dan ≤ 75 % dari jumlah siswa yang hadir. Berarti
penilaian siswa dalam pembelajaran tergolong baik.
d). Penilaian 4 apabila banyaknya siswa yang melakukan aktivitas
terhitung > 75 % dari jumlah siswa yang hadir. Berarti penilaian siswa
dalam pembelajaran tergolong baik sekali.
2. Data tentang hasil belajar setiap siklus diperoleh dari hasil tes setiap akhir
siklus dan data hasil belajar secara keseluruhan setelah diterapkannya
model pembelajaran tipe CIRC pada pokok bahasan segiempat. Adapun
langkah perhitungan adalah dengan cara menghitung persentase jawaban
benar yang dicapai setiap siswa yang dirumuskan sebagai berikut.
Np = %100xNN
T
K
Keterangan:
Np = Nilai persentase
Nk = Nilai yang didapat
NT = Nilai jika semua benar
Dari hasil perhitungan ini, peneliti akan dapat mengetahui sampai
sejauh mana tingkat keberhasilan siswa atas materi yang diajarkan ditinjau
dari sudut kriteria keberhasilan belajar (indikator keberhasilan) yang
diharapkan atau yang telah ditetapkan.
Selain itu, hasil perhitungan siswa dari masing-masing tes
kemudian dibandingkan antara siklus 1, siklus 2, dan siklus 3. Hasil ini
akan memberikan gambaran mengenai persentase peningkatan hasil
belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe CIRC.
3. Data tentang tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif
tipe CIRC secara keseluruhan diperoleh dari angket.
39
G. Indikator Keberhasilan
1. Meningkatnya aktivitas belajar siswa kelas VII D SMPN 18 Semarang
pokok bahasan segiempat. Dengan ketentuan jika peran guru selama
proses pengajaran telah sesuai dengan skenario dan aturan-aturan dalam
proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe CIRC, maka mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan
indikator jika aktivitas belajar siswa telah mencapai kriteria baik sekali,
dengan jumlah persentase aktivitas belajar dalam kegiatan pembelajaran
sekurang-kurangnya 75 %.
2. Meningkatnya hasil belajar siswa kelas VII D SMPN 18 Semarang pokok
bahasan segiempat dengan ketentuan jika hasil belajar siswa yang berupa
nilai tes siswa (setelah tindakan penelitian) lebih dari atau sama dengan 65
sebanyak 75 % dari 40 siswa yang ada dan nilai rata-rata kelas lebih dari
70.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum tentang SMPN 18 Semarang
1. Sejarah berdiri SMPN 18 Semarang
Berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud RI No. 0435/0/1977
SMP Negeri 18 Semarang secara resmi telah berdiri pada tahun 1977
dengan nama pertama adalah SMP Negeri Jrakah (Tugu) Semarang.
Pada awal berdirinya, sekolah ini belum mempunyai gedung
sendiri, akan tetapi sudah menerima siswa sejumlah 70 murid, dan pada
saat itu siswanya masih dititipkan di SD Tugurejo (lapangan), dengan
tenaga pengajarnya dari guru SD tugurejo dan SMP Negeri 3 Semarang
karena sekolah ini masih diampu oleh SMP negeri 3 Semarang dengan
Ymt Kepala sekolah Bapak Purnomo dan Tata usaha Bapak Arifin,
kemudian tanggal 2 Januari 1977, SMP ini menerima pendaftaran siswa
baru sebanyak 132 murid (3 kelas) kemudian kelas yang ada di SD
Tugurejo ditarik ditempatkan di gedung yang baru yang pada saat itu
dipimpin oleh Bapak Kridanto Admokerata. Bapak Kridanto Admokerata
adalah guru/ kepala sekolah hasil mutasi dari SMP Negeri 1 Kendal.
Dan pada tahun 1984 SMP Negeri Jrakah (Tugu) telah berubah
menjadi Sekolah Menengah Pertama Negeri 18 Semarang berdasarkan SK
Mendikbud RI Nomor: 0437/0/1984 tertanggal 4 Oktober 1984 dan pada
waktu itu juga jabatan kepala sekolah dipegang oleh Bapak Yunan Sutan
Marah Laut dan sampai saat ini jumlah keseluruhan siswa di SMP Negeri
18 Semarang sejumlah 912 siswa dengan jumlah 22 kelas setelah
mengalami beberapa proses pergantian kepala sekolah.
41
Adapun daftar nama Kepala Sekolah yang pernah dan sedang
menjabat di SMP N 18 Semarang adalah sebagai berikut:
a. Kridanto Admokerata Tahun 1978 s/d 1983
b. Yunan Sutan Marah Laut Tahun 1983 s/d 1991
c. Sri Lestari Suharjo Tahun 1991 s/d 1993
d. Retno Sustiyah Tahun 1993 s/d 1999
e. Endang Triningsih, SPd. Tahun 1999 s/d 2002
f. Hj. Tri Sulasmiyati Tahun 2002 s/d 2005
g. Drs. Ringsung Suratno, MPd. Tahun 2005 s/d sekarang
2. Letak Geografis
SMPN 18 Semarang beralamat di Jl. Purwoyoso I, Kel.
Purwoyoso, Kec. Ngaliyan, Kota Semarang. Lokasi SMPN 18 Semarang
tidak jauh dari jalan raya kira-kira ± 25 m dan lokasinya berbatasan
dengan:
Sebelah utara : Bank Syari’ah dan Bank Danamon Jerakah.
Sebelah Timur : Perusahaan teh botol sosro.
Sebelah Selatan : SDN Purwoyoso dan TK PGRI Purwoyoso
Sebelah Barat : Rumah penduduk.
3. Keadaan Gedung dan Fasilitas
Adapun gedung dan fasilitas yang dimiliki oleh SMP 18 Semarang
sebagaimana daftar di bawah ini.
No Jenis Fasilitas Volume Keterangan 1 Ruang kepala sekolah 1 buah baik 2 Ruang guru 1 buah baik 3 Ruang tata usaha 1 buah baik 4 Ruang BK 1 buah baik 5 Ruang perpustakaan 1 buah baik 6 Ruang kelas 22 buah baik 7 Laboratorium MIPA 1 buah baik 8 Laboratorium Komputer 1 buah baik 9 Laborat Bahasa 2 buah baik
10 Kamar WC 9 buah baik
42
11 Koperasi 1 buah baik 12 Dapur 1 buah baik 13 Lapangan 1 buah baik 14 Laboratorium kertangkes 1 buah baik 15 Masjid 1 buah baik 16 Ruang Serbaguna/ Aula 1 buah baik 17 Ruang OSIS 1 buah baik 18 Ruang UKS 1 buah baik 19 Kantin 3 buah baik 20 Ruang gudang 4 buah Baik 21 Ruang pramuka 1 buah baik
Tabel 1 Daftar Gedung dan Fasilitas
4. Visi dan Misi SMP N 18 Semarang.
a. Visi :
”Unggul dalam Mutu dan Berbudi Pekerti Luhur”
dan secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut :
1). Pencapaian daya serap dan ketuntasan belajar siswa meningkat.
2). Meningkatnya jumlah lulusan yang diterima di SMU/ SMK Negeri
favorit.
3). Memiliki ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang kuat.
4). Berbudi pekerti luhur
5). Memiliki kepribadian nasional yang tebal.
6). Memiliki perpustakaan yang lengkap dan berfungsi.
7). Memiliki keunggulan dalam kegiatan ekstra kurikuler
b. Misi :
1). Melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang efektif, efisien, serta
memberi bimbingan yang maksimal kepada siswa sehingga siswa
mampu berkembang secara maksimal sesuai dengan potensi yang
dimiliki.
2). Melaksanakan kegiatan ektrakulikuler secara terprogram dan
terpadu sehingga dapat memupuk bakat, minat, dan prestasi siswa.
3). Menggali keunggulan serta penelusuran bakat dan minat siswa
dibidang akademik maupun non akademik.
43
4). Menumbuhan inovasi-inovasi dalam proses pendidikan kepada
seluruh warga sehingga mampu menggali konsep-konsep
peningkatan mutu.
5). Menanamkan penghayatan ajaran agama yang dianut dan budi
pekerti sehingga warga sekolah mampu menghayati dan
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Kurikulum Sekolah
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
SMP Negeri 18 Semarang sebagai salah satu Sekolah Standar
Nasional di Kota Semarang merupakan sekolah yang telah mengawali
pelaksanaan proses pembelajaran dengan model kurikulum KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), metode serta pendekatan
pengajaran yang dipakai tetap mengacu pada rambu-rambu yang telah
diberikan dalam kurikulum baru KTSP yakni metode Contextual Teaching
Learning atau dikenal dengan istilah CTL.
KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebenarnya
yakni KBK, dan pada dasarnya masih tetap berbasis kompetensi yang
mengacu pada tiga ranah yaitu kognitive, afektif, dan psikomotorik.
Perbedaanya hanya terletak pada pemberian peluang kepada guru dan
satuan pendidikan untuk lebih kreatif serta leluasa dalam dalam rangka
mengembangkan kurikulum sekolah sesuai dengan potensi, kebutuhan dan
perkembangan serta kepentingan peserta didik dan lingkungan yang ada
dengan tetap berprinsip pada keterpaduan, keberagaman, kesinambungan,
dan keseimbangan (antara kepentingan nasional dan daerah).
44
Kepala sekolah Drs. Ringsung Suratno M.Pd
Komite Sekolah
Koord. Perpustakaan Fitriningtyas
Urusan SARPRAS Subihandono
Urusan Kesiswaan Bambang P
Urusan HUMAS Edy wiharyanto
Urusan Kurikulum Irwan Rahmat, S.Pd
6. Struktur Organisasi Sekolah
Adapun struktur organisasi SMPN 18 Semarang secara skematis
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2
Struktur Organisasi SMPN 18 Semarang
7. Tenaga Edukatif, Karyawan dan Siswa
Secara keseluruhan jumlah total tenaga edukatif di SMP Negeri 18
Semarang berjumlah 64 orang dengan latar belakang pendidikan yang
berbeda-beda. Terdiri dari:
• Guru Tetap berjumlah 43 0rang dengan kualifikasi lulusan
o Strata II (S.II) sebanyak 1 orang,
o Strata I (S.I) sebanyak 27 orang,
o Diploma III (D.III) sebanyak 9 orang,
Wakil Kepala Sekolah Muhamad Yasro. S.Pd
Ka. Tata Usaha Hartoyo
Koord. Laboratorium Sriwati, A.Md. Pd
Wali Kelas III A, B, C, D, E, F, G
Wali Kelas VIII A, B, C, D, E, F, G
Wali Kelas VII A, B, C, D, E, F, G, H
B & K Guru Mata Pelajaran
S I S W A
45
o Sarjana Muda (Sarmud) sebanyak 4 orang,
o Diploma II (D.II) sebanyak 1 orang
o Diploma I (D.I) sebanyak 1 orang.
• Guru Tidak Tetap berjumlah 3 orang dengan kualifikasi semua lulusan
strata I.
• Tenaga Administrasi Ketatausahaan berjumlah 7 personel dengan
kualifikasi lulusan :
o Diploma III berjumlah 4 orang,
o Diploma II berjumlah 1 orang,
o SLTA berjumlah 1 orang, dan
o SMP berjumlah 1 orang.
• Pegawai Tidak Tetap berjumlah 7 orang dengan kualifikasi lulusan:
o SLTA berjumlah 5 orang,
o SMP 1 orang, dan
o SD 1 orang.
Sedangkan jumlah siswa dan siswi berdasarkan data per juli 2007
(awal bulan), tercatat jumlah total siswa sebanyak 912 (409 laki-laki dan
504 perempuan). Adapun rinciannya adalah sebagai berikut: Jumlah siswa
laki-laki kelas VII sebanyak 149 dan Jumlah siswi sebanyak 164 jadi
jumlah siswa kelas VII sebanyak 131. Jumlah siswa laki-laki kelas VIII
sebanyak 128 dan Jumlah siswi sebanyak 171 jadi jumlah siswa kelas VIII
sebanyak 299. Jumlah siswa laki-laki kelas IX sebanyak 133 dan jumlah
siswi sebanyak 169, Jadi jumlah siswa kelas IX sebanyak 302 siswa. 1
1 Dokumentasi, Tata Usaha SMPN 18 Semarang, tahun 2008.
46
B. Pemecahan Masalah dengan Menggunakan CIRC
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) adalah model pembelajaran kooperatif yang ditempatkan
dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, para siswa diberi suatu teks/
bacaan (cerita atau novel), kemudian siswa latihan membaca atau saling
membaca, memahami ide pokok, saling merevisi, dan menulis ikhtisar cerita
atau memberikan tanggapan terhadap isi cerita, atau untuk mempersiapkan
tugas tertentu dari guru.
Dengan model pembelajaran ini, dalam kelompok diskusi terdiri dari
siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa merasa
cocok satu sama lain. Sehingga, para siswa dapat meningkatkan pikiran
kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Selain itu, siswa
dapat bekerja sama dalam suatu kelompok, menjadi pendengar yang baik,
dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi,
mendorong teman lain untuk bekerja sama, menghargai pendapat teman lain,
dan sebagainya.
Dalam pembelajaran ini juga, masing-masing anggota dalam
kelompok memiliki tugas yang setara. Karena pada pembelajaran ini
keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut
bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya.
Dengan demikian, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan
keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam
memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut.
Dalam pelaksanaan model pembelajaran ini, peneliti menggunakan
tahapan-tahapan yang disusun dalam siklus dan setiap siklus dilaksanakan
dengan pembahasan materi yang berbeda serta dilaksanakan sesuai perubahan
yang diinginkan. Dalam kegiatan penelitian tindakan kelas ini, yang menjadi
populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 1 Semarang,
sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII D
SMPN 18 semarang. Kegiatan penelitian tindakan kelas ini telah dilaksanakan
dalam 3 siklus. Setiap siklusnya terdiri atas 4 tahap, yaitu: perencanaan,
47
tindakan, pengamatan, dan refleksi. Tahapan tersebut disusun dalam siklus
dan setiap siklus dilaksanakan dengan pembahasan materi yang berbeda serta
dilaksanakan sesuai perubahan yang diinginkan.
1. Hasil Pelaksanaan Penelitian Sebelum Siklus I
Berdasarkan hasil tes awal (Kamis, 15 Mei 2008) yang diberikan
secara individual kepada para siswa tentang keliling dan luas daerah
segiempat di dapat rata-rata kelas 57.8, ini berarti bahwa sebagian besar
siswa kelas VII D tersebut belum dapat menyelesaikan soal matematika
yang berbentuk soal cerita dengan baik. Kenyataan juga menunjukkan
belum nampak kesungguhan mereka dalam mengerjakannya serta
kebanyakan mereka mengalami kesulitan dalam membuat kalimat
matematika dari soal cerita yang diberikan, walaupun sebelumnya mereka
telah diajarkan materi serta cara-cara penyelesaiannya.
2. Hasil Pelaksanaan Siklus I (Jum’at, 16 Mei 2008)
Berdasarkan hasil pengamatan dalam setiap siklus menunjukkan
aktivitas belajar siswa pada siklus I belum begitu terlihat. Hal ini
disebabkan belum adanya penyesuaian siswa terhadap model
pembelajaran yang baru diterapkan dan masih bersikap pasif karena
terbiasa dengan pembelajaran sebelumnya. Begitu juga dengan kegiatan
diskusi kelompok, masih ada beberapa siswa yang masih belum
menyesuaikan dengan kelompoknya sendiri, masih merasa takut untuk
menyampaikan ide ataupun tanggapan dari teman sekelompoknya serta
masih merasa malu dan takut untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya masing-masing. Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam
pembelajaran kooperatif tipe CIRC oleh guru mitra (pengamat/ observer
aktif) didapat persentase aktivitas siswa siklus I adalah 90,63 % sehingga
dapat dikatakan bahwa banyak siswa yang melakukan aktivitas dalam
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC berkriteria baik
sekali.
48
Sedangkan untuk rata-rata nilai tes siklus II adalah 82,125 dengan
banyaknya 77,5 % siswa yang tuntas dan 22,5 % siswa yang tidak tuntas.
Siswa yang tidak tuntas tersebut masih belum berani untuk bertanya pada
teman-temanya atau guru.
3. Hasil Pelaksanaan Siklus II (Jum’at, 23 Mei 2008)
Pada siklus II aktivitas belajar siswa mulai terlihat. Hal ini ditandai
dengan adanya penyesuaian siswa terhadap model pembelajaran yang
diterapkan, adanya sebagian siswa yang bertanya pada saat
berlangsungnya pembelajaran, begitu juga dengan kegiatan diskusi
kelompok, siswa sudah dapat menyesuaikan dengan kelompoknya sendiri,
berani untuk menyampaikan ide ataupun tanggapan dari teman
sekelompoknya, begitu juga dengan mempresentasikan hasil kerja
kelompok, sebagian kelompok mulai memberanikan diri untuk
menyampaikan hasilnya di depan kelas. Hasil pengamatan aktivitas siswa
dalam pembelajaran kooperatif tipe CIRC oleh guru mitra (pengamat/
observer aktif) didapat persentase aktivitas siswa adalah 93,75 %,
sehingga dapat dikatakan bahwa banyak siswa yang melakukan aktivitas
dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC berkriteria
baik sekali.
Sedangkan untuk hasil tes pada siklus II ini meningkat dengan rata-
rata nilai tes adalah 83, 875 dengan banyaknya 90 % siswa yang tuntas dan
10 % siswa yang tidak tuntas. Guru berusaha dengan pendekatan agar
siswa yang tidak tuntas bisa meningkatkan hasilnya untuk siklus
selanjutnya.
4. Hasil Pelaksanaan Siklus III (Rabu, 28 Mei 2008)
Aktivitas belajar siswa pada siklus III lebih baik dari sebelumnya.
Hal ini dikarenakan siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran yang
diterapkan, sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat antusias,
dengan banyaknya siswa yang bertanya, memberikan tanggapan. Begitu
49
juga dengan diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama dalam suatu
kelompok, menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan
kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk
bekerja sama, menghargai pendapat teman lain, serta masing-masing
perwakilan kelompok memberanikan diri untuk mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya. Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran
kooperatif tipe CIRC oleh guru mitra (pengamat/ observer aktif) didapat
persentase aktivitas siswa adalah 96,88 %, sehingga dapat dikatakan
bahwa banyak siswa yang melakukan aktivitas dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC berkriteria baik.
Sedangkan untuk hasil tes siklus III lebih baik dari siklus
sebelumnya hal ini di tandai rata-rata nilai tes adalah 85, 375 dengan
banyaknya 95 % siswa yang tuntas dan 5 % siswa yang tidak tuntas.
Adapun hasil tes akhir (kamis, 29 Mei 2008) didapat rata-rata
kelas 85,5 dengan ketuntasan 100 %. Hal ini dikarenakan siswa
bersungguh-sungguh dalam mengerjakannya serta kebanyakan mereka
mengalami kemudahan dalam membuat kalimat matematika dari soal
cerita yang diberikan.
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran
di kelas VII D selama pembelajaran berlangsung (bertindak sebagai guru
adalah mahasiswa peneliti, guru mitra sebagai pengamat/ observer aktif)
secara keseluruhan diperoleh data sebagai berikut.
1. Pada siklus I (Jum’at, 16 Mei 2008) persentase aktivitas siswa adalah
90,63 %. Sehingga, dapat dikatakan bahwa banyak siswa yang
melakukan aktivitas dalam penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe CIRC berkriteria baik sekali.
2. Pada siklus II (Jum’at, 23 Mei 2008) persentase aktivitas siswa adalah
93,75 %. Sehingga, dapat dikatakan bahwa banyak siswa yang
melakukan aktivitas dalam penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe CIRC berkriteria baik sekali.
50
Grafik Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
I II IIISiklus ke-
Has
il P
enga
mat
an A
ktiv
itas
Sis
wa
3. Pada siklus III (Rabu, 28 Mei 2008) persentase aktivitas siswa adalah
96,88 %. Sehingga, dapat dikatakan bahwa banyak siswa yang
melakukan aktivitas dalam penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe CIRC berkriteria baik sekali.
Dari data di atas kemudian divisualisasikan dalam bentuk
histogram seperti tampak dalam gambar 3 berikut ini.
Gambar 3
Histogram Hasil Pengamatan
Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC
Untuk hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran selama
pembelajaran berlangsung (bertindak sebagai guru adalah mahasiswa
peneliti, guru mitra sebagai pengamat/ observer aktif) diperoleh data
sebagai berikut.
1. Pada siklus I (Jum’at, 16 Mei 2008) persentase penampilan/
kemampuan guru dalam pengolaan pembelajaran kooperatif tipe CIRC
adalah 89, 84 %. Sehingga, dapat dikatakan bahwa guru sudah dapat
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan sangat
baik.
51
Grafik Hasil Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
I II IIISiklus ke-
Has
il Pen
gam
atan
Pen
gelo
laan
Pem
bela
jara
n
2. Pada siklus II (Jum’at, 23 Mei 2008) persentase penampilan/
kemampuan guru dalam pengolaan pembelajaran kooperatif tipe CIRC
adalah 92,97 %. Sehingga, dapat dikatakan bahwa guru sudah dapat
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan sangat
baik.
3. Pada siklus III (Rabu, 28 Mei 2008) persentase penampilan/
kemampuan guru dalam pengolaan pembelajaran kooperatif tipe CIRC
adalah 95,31 %. Sehingga, dapat dikatakan bahwa guru sudah dapat
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan sangat
baik.
Dari data di atas kemudian divisualisasikan dalam bentuk
histogram seperti tampak dalam gambar 4 berikut ini.
Gambar 4
Histogram Hasil Pengamatan
Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC
52
Sedangkan hasil belajar siswa, diperoleh perbedaan rata-rata nilai
tes pembelajaran pada setiap akhir siklus. Adapun rata-rata nilai tes
pembelajaran setiap siklus diperoleh data sebagai berikut.
1. Tes awal siklus (Kamis, 15 Mei 2008) rata-rata nilai tes adalah 57,8
dengan banyaknya siswa yang tuntas hanya 30 % dan 70 % siswa yang
tidak tuntas.
2. Pada siklus I (Jum’at, 16 Mei 2008) rata-rata nilai tes adalah 82, 125
dengan banyaknya 77,5 % siswa yang tuntas dan 22,5 % siswa yang
tidak tuntas.
3. Pada siklus II (Jum’at, 23 Mei 2008) rata-rata nilai tes adalah 83, 875
dengan banyaknya 90 % siswa yang tuntas dan 10 % siswa yang tidak
tuntas.
4. Pada siklus III (Rabu, 28 Mei 2008) rata-rata nilai tes adalah 85, 375
dengan banyaknya 95 % siswa yang tuntas dan 5 % siswa yang tidak
tuntas.
5. Tes akhir siklus (Kamis, 29 Mei 2008) rata-rata nilai tes adalah 85,519
dengan banyaknya siswa yang tuntas 100 %.
Dari data di atas kemudian divisualisasikan dalam bentuk
histogram seperti tampak dalam gambar 5 berikut ini.
Gambar 5
Histogram Hasil Tes
dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC
Rata-rata Nilai Tes
50
55
60
65
70
75
80
85
90
Tes Awal Siklus I Siklus II Siklus III Tes AkhirKegiatan
Rat
a-ra
ta N
ilai T
es
53
5. Hasil Angket sikap siswa
Sedangkan pengisian angket dilakukan setelah pembelajaran siklus
berakhir (Kamis, 29 Mei 2008), bentuk angket ini adalah angket tertutup
yaitu responden memberikan jawaban yang telah disediakan di dalam
pertanyaan tersebut dengan memilih jawaban-jawaban yang sudah
disajikan.2 Angket ini berguna untuk mengetahui sikap dan merefleksi
siswa dalam pembelajaran matematika dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC.
Adapun hasil dari pengisian angket terhadap sikap siswa dalam
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC sebagai berikut.
No Keterangan Jumlah Siswa
Prosentase
Jika guru sedang menerangkan pelajaran matematika, apakah kamu memperhatikan?
a. Ya 29 72,5 %
b. Kadang-kadang 11 27,5 %
1
c. Tidak
Dalam mengikuti pelajaran matematika, apakah kamu dapat memusatkan perhatian dengan baik?
a. Ya 17 42,5 %
b. Kadang-kadang 23 57,5 %
2
c. Tidak
Apakah gurumu setiap menerangkan/ menjelaskan materi sudah jelas?
a. Ya 23 57,5 %
b. Kadang-kadang 17 42,5 %
3
c. Tidak
Apakah kamu aktif bertanya, jika penjelasan dari guru kurang jelas?
a. Ya 7 17,5 %
b. Kadang-kadang 26 65 %
4
c. Tidak 7 17,5 %
2 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1991), hlm. 57.
54
Apakah kamu membuat rangkuman atau mencatat materi penting yang diberikan guru?
a. Ya 12 30 %
b. Kadang-kadang 24 60 %
5
c. Tidak 4 10 %
Apakah latihan yang diberikan gurumu membuat kamu terbeban?
a. Ya
b. Kadang-kadang 10 25 %
6
c. Tidak 30 75 %
Apakah kamu mengerjakan tugas-tugas dalam kerja kelompok?
a. Ya 23 60 %
b. Kadang-kadang 11 27,5 %
7
c. Tidak 5 12,5 %
Apakah alat peraga yang dipergunakan gurumu membuatmu lebih jelas?
a. Ya 34 85 %
b. Kadang-kadang 6 15 %
8
c. Tidak
Apakah alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran menarik bagimu?
a. Ya 30 75 %
b. Kadang-kadang 7 17,5 %
9
c. Tidak 3 7,5 %
Apakah kamu mengoreksi sendiri jawaban setelah mengerjakan tes setiap akhir pembelajaran?
a. Ya 18 45 %
b. Kadang-kadang 15 37,5 %
10
c. Tidak 7 17,5 %
Tabel 2
Daftar Hasil Angket
55
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas dan
hasil belajar siswa kelas VII D semester genap di SMP Negeri 18 Semarang
tahun pelajaran 2007/2008 dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok
bahasan segiempat yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
CIRC meningkat, hal ini ditandai dengan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran, aktivitas dan hasil belajar siswa selama mengikuti pembelajaran
pada setiap siklus mengalami peningkatan.
Pada siklus I rata-rata nilai tes adalah 82,125 dengan banyaknya 77,5
% siswa yang tuntas dan 22,5 % siswa yang tidak tuntas, penampilan/
kemampuan guru dalam pengolaan pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah
89,84 %, sehingga dapat dikatakan bahwa guru sudah dapat menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan sangat baik, dan persentase
aktivitas siswa adalah 90,63 % sehingga dapat dikatakan bahwa banyak siswa
yang melakukan aktivitas dalam penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe CIRC berkriteria baik sekali. Pada siklus II rata-rata nilai tes adalah 83,
875 dengan banyaknya 90 % siswa yang tuntas dan 10 % siswa yang tidak
tuntas, persentase penampilan/ kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah 92,97 %, sehingga dapat dikatakan
bahwa guru sudah dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
CIRC dengan sangat baik, dan persentase aktivitas siswa adalah 93,75 %,
sehingga dapat dikatakan bahwa banyak siswa yang melakukan aktivitas
dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC berkriteria baik
sekali. Pada siklus III rata-rata nilai tes adalah 85, 375 dengan banyaknya
95 % siswa yang tuntas dan 5 % siswa yang tidak tuntas, persentase
penampilan/ kemampuan guru dalam pengolaan pembelajaran kooperatif tipe
56
CIRC adalah 95,31 %, sehingga dapat dikatakan bahwa guru sudah dapat
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan sangat baik,
dan persentase aktivitas siswa adalah 96,88 %, sehingga dapat dikatakan
bahwa banyak siswa yang melakukan aktivitas dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC berkriteria baik sekali.
Adapun pengisian angket dilakukan setelah pembelajaran siklus
berakhir, sikap siswa dalam pembelajaran matematika dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe CIRC memberikan tanggapan yang
positif. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan guru mata pelajaran
matematika hendaknya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
CIRC dalam menyelesaikan soal cerita pada setiap pokok bahasan agar hasil
dan aktivitas belajar siswa mencapai hasil yang optimal.
B. Saran
Saran-saran yang dapat penyusun berikan adalah sebagai berikut.
1. Diperoleh panduan inovatif model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
(Cooperative Integrated Reading and Composition) yang diharapkan dapat
dipakai untuk kelas-kelas lainnya di SMPN 18 Semarang.
2. Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil pembelajaran, guru diharapkan
untuk mengembangkan pembelajaran kooperatif atau kelompok dengan
metode ataupun langkah-langkah yang menyenangkan.
3. Bagi para peneliti, diharapkan perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai
pengembangan dari penelitian ini.
C. Penutup
Syukur Alhamdulillah atas berkat rahmat Allah SWT, teriring shalawat
dan salam atas rasul-Nya Muhammad SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Tak ada gading yang tak retak, begitulah pepatah mengatakan, dan
dalam hal ini bila ada kekurangan dan kesalahan penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
57
Kemudian penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang membantu terselesaikannya skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi pembaca. Amiin..
DAFTAR PUSTAKA
Al-Zarnuji, Syekh, Ta’lim al-Muta’allim Thariiq al-Ta’allum, Semarang: Toha
Putra, t. t. Arikunto, Suharsimi, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
1998, ed. 4, hlm. 236. Aziz, Abdul dan Abdul Majid, al-Tarbiyah wa al-Thuruq al-Tadris, juz 2,
Makkah: Dar al-Ma’arif, 1979. Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), Panduan Penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: BNSP, 2006.
Buchori, dkk., Jenius Matematika 1 untuk SMP/MTs Kelas VII, Semarang: CV.
Aneka Ilmu, 2005. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV.
Diponegoro, 2000. Departemen Pendidikan Nasional, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning (CTL)), Jakarta: Depdiknas, 2002. Dokumentasi, Tata Usaha SMPN 18 Semarang, tahun 2008. Hamdani, “Memahami Masalah Soal Cerita Matematika”,
http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Edukasi&id=127327 Harber, Andrey dan Richard P. Runyon, Fundamentals of Psychology, New
York: Random House, 1986. Hasil Studi Pendidikan (Preliminary research) pada tanggal 21 April – 13 Mei
2008. Imam Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari juz I, Beirut:
Daru al-Kitab al-Alamiyah, 1992. Junaidi, Syamsul dan Tatag Yuli Eko Siswono, Matematika SMP untuk Kelas VII,
M. Cholik A. dan Sugijono, Matematika untuk SMP Kelas VII Semester 2,
Jakarta: Erlangga, 2002. Madrasah Development Center Kanwil Depag Jateng dan Learning Asistance
Program for Islamic School (LAPIS)- AusAID, Modul Matematika: Training Of Trainer (TOT), Semarang: Departemen Agama RI, 2007.
Muljono, Pudji, “Kesiapan Sekolah dalam Mengimplementasikan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP): Kasus Beberapa SMA di Kota dan Kabupaten Bogor” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, XIII, Ed. Khusus II, Oktober, 2007.
Mulyasa E., Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik,
Implementasi, dan Inovasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. 8. Muslimin Ibrahim, dkk., Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: Unesa-University
Press, 2001, cet. 2. Mutadi, Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika, (ttp: t.p, t.t). Pesanggrahan guru, Persiapan Menghadapi Ujian Nasional untuk SMP/ MTs.,
Bandung: CV. Yrama Widya, 2006. Poerwadarminta, W. J. S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1985. Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, “Pengembangan KTSP”
http://www.puskur.net/index.php?menu=propile&pro=1&iduser=5 Rifmawati, Deti, “Usaha Meningkatkan Hasil Belajar pada Soal Cerita melalui
Pemanfaatan Media Kartu dan Poster dengan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada Pokok Bahasan Operasi Hitung Pecahan pada Siswa Kelas V SD Sekaran 01 Semarang”, Skripsi Unnes Semarang, Semarang: Perpustakaan Fak. MIPA Jur. Matematika Unnes Semarang, 2007.
Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1991. Sappaile, Baso Intang, “Pengaruh Metode Belajar dan Ragam Tes terhadap Hasil
Belajar Matematika dengan Mengontrol Sikap Siswa (Eksperimen pada Siswa Kelas I SMU N DKI Jakarta)” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Ed. Khusus, Desember, 2006.
Shofia, Abu dan Ibnu Sanusi, Panduan Belajar bagi Penuntut Ilmu, terj. Syekh al-Zarnuji, Jakarta: Pustaka Amani, 2005.
Mel Siberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, penerjamah
Faisul Muttaqin Bandung: Nusa Media, 2006. Slavin, Robert E., Cooperative Learning: Theory, Research and Practice,
London: Allymand Bacon, 2005. Soedjadi, R., Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Jakarta: Depdiknas,
1999/2000. Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1991. Sujatmiko, Ponco, Matematika Kreatif 1 konsep dan Terapannya, Solo: PT. Tiga
Serangkai, 2005. Sugandi, Achmad, Teori Pembelajaran, Semarang: Unnes Press, 2005. Sumiyati, “Meningkatkan kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Cerita Pokok
bahasan Perbandingan melalui Kerja Kelompok Siswa Kelas II A Semester I SMP Negeri 2 Semarang Tahun Pelajaran 2003/2004” Skripsi Unnes Semarang, Semarang: Perpustakaan Fak. MIPA Jur. Matematika Unnes Semarang, 2004.
Assyifa, 1993. Sutjipto, “Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Memang Lebih Baik”, Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, X, 050, September, 2004. Suyitno, Amin, Contoh Proposal Skripsi Penelitian Tindakan Kelas, Semarang:
Jur. Matematika Fak. MIPA Unnes, 2007. _____, Pemilihan Model-model Pembelajaran Matematika dan Penerapannya di
SMP, Semarang: Jur. Matematika Fak. MIPA Unnes, 2006. Tampomas, Husein, Matematika Plus 1B (Kurikulum Berbasis Kompetensi), tt.p.:
Yudhistira, 2003 Tim Penyusun, Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Mahasiswa IAIN
Walisongo, Semarang: Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo, 2008. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 2005, cet. 3.
Tim Penyusun Panduan KTSP, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama 18 Semarang, Semarang: SMPN 18 Semarang, 2006/2007.
Widdiharto, Rachmadi, “Model-model Pembelajaran Matematika SMP”, Makalah
Diklat Instruktur/ Pengembangan Matematika SMP Jenjang Dasar Tanggal 10 s.d 23 Oktober 2004, Yogyakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Matematika, 2004.
Yamin, Marsinis, Pengembangan Kompetensi Pembelajaran, Jakarta: UI Press,
2004. _____, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP, Jakarta: Gaung Persada
Press, 2007, Cet. 3. Yusron, Nurulita, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, terj. Robert E.
Slavin, Bandung: Nusa Media, 2008.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Syaeful Anwar
Tempat / Tanggal Lahir : Brebes / 21 Oktober 1985
Alamat Asal : Desa Pende RT. 04 / RW. 03, Kec. Banjarharjo, Kab. Brebes.
Jenjang Pendidikan:
1. SDN Pende 01 Lulus Tahun 1998
2. SLTP N 1 Banjarharjo Lulus Tahun 2001
3. SMK N 1 Bulakamba Lulus Tahun 2004
4. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Angkatan Tahun 2004
Semarang, 10 Januari 2009
Penulis
Syaeful Anwar NIM. 3104380
LAMPIRAN-LAMPIRAN
62Lampiran 1
SUBYEK PENELITIAN
KELAS VII D TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008
No Nama
Kode Jenis Kelamin Keterangan L / P 1 Afridatuz Zahro K-01 P Jumlah Siswa = 40 2 Anita Setyaningsih K-02 P Putra = 20 3 Aprilia Anis S K-03 P Putri = 20 4 Arif Maulana K-04 L 5 Bayu Incrianto K-05 L 6 Bayu Putranto Aji K-06 L 7 Berlian Renaldy L K-07 L 8 Denny Prasetyo W K-08 L 9 Dheka Fahriyan K-09 L 10 Diyah Kartiko Wati K-10 P 11 Eka Yuliani K-11 P 12 Evi Yuliana Saputri K-12 P 13 Hari Rahma Wati K-13 P 14 Ika Fitrianingsih K-14 P 15 Indra Widiyanto K-15 L 16 Jiestian Bimas Wara K-16 L 17 Marin Sumardjono K-17 P 18 Mega Sukma Putri K-18 P 19 Mei Handayani K-19 P 20 Misnah Dayuati K-20 P 21 Muhamad Nur Wahib B K-21 L 22 Muhamad Panji K K-22 L 23 Norzam Yahya K-23 L 24 Pradita Teguh I K-24 L 25 Rahma Ade Tia K-25 P 26 Rahmat Abi Alfatah K-26 L 27 Ramaditya Agung F K-27 L 28 Revina Purnalani K-28 P 29 Ridho Gilar Alfath K-29 L 30 Riky Bagus F K-30 L 31 Ririn Nur Idah S K-31 P 32 Risky Nur Utami K-32 P 33 Safira Ulfah A K-33 P 34 Sukron Saidy K-34 L 35 Teguh Sulistiono K-35 L 36 Unik Dewi Sukmo K-36 P 37 Vistia Puspita Sari K-37 P 38 Vivian Ayu Cyntya K-38 P 39 Wahyu Putra A K-39 L 40 Yedi Alfian M K-40 L
63Lampiran 2
DAFTAR NILAI ULANGAN HARIAN KELAS VII D
POKOK BAHASAN SEGIEMPAT
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007/2008
No Nama Kode Nilai 1 Afridatuz Zahro K-01 61 2 Anita Setyaningsih K-02 85 3 Aprilia Anis S K-03 76 4 Arif Maulana K-04 54 5 Bayu Incrianto K-05 40 6 Bayu Putranto Aji K-06 84 7 Berlian Renaldy L K-07 61 8 Denny Prasetyo W K-08 66 9 Dheka Fahriyan K-09 59 10 Diyah Kartiko Wati K-10 52 11 Eka Yuliani K-11 67 12 Evi Yuliana Saputri K-12 56 13 Hari Rahma Wati K-13 55 14 Ika Fitrianingsih K-14 64 15 Indra Widiyanto K-15 60 16 Jiestian Bimas Wara K-16 77 17 Marin Sumardjono K-17 66 18 Mega Sukma Putri K-18 72 19 Mei Handayani K-19 74 20 Misnah Dayuati K-20 67 21 Muhamad Nur Wahib B K-21 50 22 Muhamad Panji K K-22 61 23 Norzam Yahya K-23 69 24 Pradita Teguh I K-24 55 25 Rahma Ade Tia K-25 50 26 Rahmat Abi Alfatah K-26 44 27 Ramaditya Agung F K-27 42 28 Revina Purnalani K-28 72 29 Ridho Gilar Alfath K-29 79 30 Riky Bagus F K-30 51 31 Ririn Nur Idah S K-31 54 32 Risky Nur Utami K-32 67 33 Safira Ulfah A K-33 70 34 Sukron Saidy K-34 60 35 Teguh Sulistiono K-35 52 36 Unik Dewi Sukmo K-36 54 37 Vistia Puspita Sari K-37 47 38 Vivian Ayu Cyntya K-38 51 39 Wahyu Putra A K-39 63 40 Yedi Alfian M K-40 64
Rata-rata 61,275
64Lampiran 3
DAFTAR NILAI TES AWAL KELAS VII D POKOK BAHASAN SEGIEMPAT
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007/2008 Ketuntasan
Standar Kompetensi : Siswa dapat memahami konsep segiempat dan segitiga serta
menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar : Siswa dapat menghitung keliling dan luas bangun segiempat
serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Indikator : Siswa dapat Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
menghitung keliling dan luas bangun segiempat.
I. Tujuan Pembelajaran
Dengan menggunakan keliling luas bangun segiempat, siswa dapat menyelesaikan
masalah.
II. Materi Ajar: Bangun Persegi dan persegi panjang
Persegi Panjang
Persegi panjang adalah segiempat yang keempat sudutnya siku-siku dan sisi-sisi
yang berhadapan sama panjang dan sejajar.
Sifat-sifat persegi panjang:
1. Dalam setiap persegi panjang, sisi-sisi yang berhadapan sama panjang.
2. Dalam setiap persegi panjang, sisi-sisi yang berhadapan sejajar.
3. Dalam setiap persegi panjang, tiap-tiap sudutnya sama besar.
4. Dalam setiap persegi panjang, tiap-tiap sudutnya merupakan sudut siku-siku
(90o).
Keliling dan Luas persegi panjang:
Pada gambar di samping, D C
Keliling Persegi panjang ABCD = AB + BC + CD + DA
Karena AB = CD dan BC = DA, maka : A B
68
Keliling persegi panjang ABCD = 2 x AB + 2 x BC
AB disebut panjang dan BC disebut lebar.
Jadi, keliling persegi panjang ABCD = 2 x panjang + 2 x lebar
Jika panjang = p cm, lebar = l cm, dan keliling = K cm, maka:
Rumus keliling persegi panjang adalah:
K = 2p + 2l atau K = 2 (p + l)
Sedangkan luas persegi panjang = panjang x lebar
Jika panjang = p cm, lebar = l cm, dan luas = L cm, maka:
Rumus keliling persegi panjang adalah:
K = p x l atau L = pl
Persegi
Persegi adalah persegi panjang yang keempat sisinya sama panjang.
Sifat-sifat persegi:
1. Sisi-sisi dalam persegi sama panjang.
2. Sudut-sudut dalam setiap persegi dibagi dua sama besar oleh diagonal-
diagonalnya, sehingga diagonal-diagonalnya merupakan sumbu simetri.
3. Diagonal-diagonal setiap persegi berpotongan membentuk sudut siku-siku.
Keliling dan luas persegi
Pada gambar di samping, D C
keliling Persegi ABCD = AB + BC + CD + DA
Karena AB = BC = CD = DA, maka : A B
Keliling persegi ABCD = 4 x AB
Jika panjang sisi AB = s cm, dan keliling = K cm, maka:
Rumus keliling persegi adalah:
K = 4s
Karena persegi memiliki ukuran panjang dan lebar yang sama, yang
selanjutnya disebut sisi, maka:
Rumus luas persegi = sisi x sisi
Jika panjang sisi = s cm, dan luas = L cm, maka:
Rumus untuk luas setiap persegi adalah:
L = s x s atau L = s2
69
Contoh Soal Cerita bangun persegi panjang dan persegi yang diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Pak Danu mempunyai kebun berbentuk persegi panjang dengan panjang 12 m
dan lebar 8 m. Disekeliling kebun tersebut ditanami pohon pisang dengan jarak
antar pohon 2 m, berapa banyakkah pohon pisang disekeliling kebun tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui : Kebun (persegi panjang) dengan p = 12 m dan l = 8 m, jarak
antar pohon disekelilingnya = 2 m.
Ditanyakan : Banyaknya pohon pisang?
Jawab : Keliling kebun = Keliling persegi panjang
= 2 ( p + l )
= 2 ( 12 + 8 )
= 2 ( 20 )
= 40 m
Jadi, banyaknya pohon pisang =pohonantarJarak
kebunKeliling = 240
= 20 pohon.
III. Metode Pembelajaran : - Pembelajaran langsung dan kooperatif.
- Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
IV. Alat/ Sumber Bahan : Buku ajar, LKS, alat peraga, kartu soal, kebutuhan
sarana dan prasarana model pembelajaran kooperatif
tipe CIRC lingkungan sekolah serta lingkungan rumah.
70
V. Penilaiaan
1. Prosedur tes
a. Tes awal : Ada
b. Tes Proses : Ada
c. Tes Akhir : Ada
2. Jenis tes
a. Tes awal : Lesan Essay
b. Tes proses : Pengamatan
c. Tes akhir : Tertulis Essay
VI. Catatan Guru/ Refleksi
Semarang, 16 Mei 2008
Guru Mitra Peneliti SMPN 18 Semarang Ahmad Munjid, S. Pd. Syaeful Anwar NIP. 500 108 775 NIM: 3104380
Mengetahui, Kepala SMPN 18 Semarang
Drs. Ringsung Suratno, M. Pd. NIP. 130 680 693
71
Lampiran 7 SOAL CERITA BANGUN PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI
DENGAN PENYELESAIANNYA
SIKLUS I
1. Pak Danu mempunyai kebun berbentuk persegi panjang dengan panjang 12 m dan
lebar 8 m. Disekeliling kebun tersebut ditanami pohon pisang dengan jarak antar
pohon 2 m, berapa banyakkah pohon pisang disekeliling kebun tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui : kebun (persegi panjang) dengan p= 12 m dan l = 8 m, jarak antar
pohon disekelilingnya = 2 m.
Ditanyakan : banyaknya pohon pisang?
Jawab : K. kebun = K. persegi panjang
= 2 ( p + l )
= 2 ( 12 + 8 )
= 2 ( 20 )
= 40 m
Banyaknya pohon pisang = K. kebun : jarak antar pohon
= 40 : 2
= 20 pohon.
2. Seorang petani mempunyai sebidang sawah berbentuk persegi berukuran 60 m.
setiap 1 m2 sawah diberi 0,005 kg pupuk. Banyaknya pupuk yang dibutuhkan petani
itu adalah ?
Penyelesaian:
Diketahui : sawah (persegi) berukuran 60 m. Setiap 1 m2 sawah diberi 0,005 kg
pupuk.
Ditanyakan : banyaknya pupuk yang dibutuhkan?
Jawab : L. sawah = L. persegi
= sisi x sisi
= 60 x 60
= 3600 m2
Banyaknya pupuk yang dibutuhkan
= L. sawah x pupuk tiap 1 m2
= 3.600 x 0,005 = 18 kg..
72Lampiran 8
PETUNJUK KARTU SOAL
SIKLUS I
Indikator:
Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan
luas bangun segiempat.
Petunjuk :
1. Sebelum mengerjakan soal, tulis dahulu nama
kelompokmu pada lembar jawaban.
2. Perhatikan dan bacalah setiap soal dengan
teliti.
3. Pilihlah ketua sebagai penanggungjawab dalam kelompokmu.
4. Kerjakan soal-soal tersebut dengan teman sekelompokmu.
5. Ketua kelompokmu membagi kartu soal untuk dikerjakan secara pasangan atau
tigaan.
6. Jawaban harus disertai dengan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan
jawabannya sendiri serta menganalisis hasilnya.
7. Bertanyalah kepada gurumu tentang hal-hal yang belum dipahami.
8. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah
memahami, bisa mengerjakan tanpa melihat jawaban yang telah ditemukan dan
bisa mengerjakan soal cerita yang diberikan guru.
9. Persiapkan wakil dari kelompokmu untuk mempresentasikan jawaban hasil
diskusi.
Selamat mengerjakan
73 Lampiran 9
KARTU SOAL SIKLUS I
( Keliling dan Luas Daerah Persegi Panjang dan Persegi)
1. Sebidang sawah berbentuk persegi dengan panjang sisi 8 m. jika sawah tersebut akan dijual dengan harga Rp. 150.000,00 per m2. Berapa harga sawah seluruhnya?
2. Sebuah taman berbentuk persegi panjang berukuran
9 m x 6 m. Jika di sekeliling taman tersebut dipasang tiang lampu dengan jarak antar tiang 3 m, berapa tiang lampu yang dibutuhkan?
Kalian pasti bisa !!!
3. Pak Darma mempunyai sebuah kebun berbentuk persegi panjang yang berukuran 30 m x 20 m. Di dalam kebun tersebut Pak Darma membuat kolam ikan berbentuk persegi dengan panjang sisi 5 m dan sisanya ditanami jeruk. Gambarkan sketsanya dan hitunglah luas kebun Pak Darma yang ditanami jeruk?
Selamat Mengerjakan
S S k
74
KUNCI JAWABAN KARTU SOAL
SIKLUS I ( Keliling dan Luas Daerah Persegi Panjang dan Persegi)
1. Penyelesaian:
Diketahui : Sawah (persegi) dengan sisi= 8 m, harga Rp. 150.000,00 per m2
Ditanyakan : Harga sawah seluruhnya?
Jawab : L. Sawah = L. persegi
= sisi x sisi
= 8 x 8
= 64 m2
Jadi, harga sawah seluruhnya = L. Sawah x harga per m2
= 64 m2 x Rp. 150.000,00
= Rp. 9.600.000,00
2. Penyelesaian:
Diketahui : Taman (persegi panjang) dengan p= 9 m dan l = 6 m, jarak antar
tiang lampu disekelilingnya = 3 m.
Ditanyakan : Banyaknya tiang lampu yang dibutuhkan?
Jawab : K. taman = K. persegi panjang
= 2 ( p + l )
= 2 ( 9 + 6 )
= 2 ( 15 )
= 30 m
Banyaknya tiang lampu yang dibutuhkan
= K. taman : jarak antar tiang lampu
= 40 : 2
= 20 pohon.
75
3. Penyelesaian:
Diketahui : Kebun (persegi panjang) dengan p = 30 m dan l = 20 m, di
dalamnya terdapat kolam (persegi) dengan sisi = 5 m, dan sisanya
ditanami jeruk.
Ditanyakan : a. Sketsa
b. L. Kebun yang ditanami jeruk?
Jawab :
a. Sketsa
30 m
5 m 20 m
b. L. Kebun = L. Persegi panjang
= panjang x lebar
= 30 x 20
= 600 m2
L. Kolam = L. Persegi
= sisi x sisi
= 5 x 5
= 25 m2
Jadi, L. kebun yang ditanami jeruk
= L. Kebun – L. Kolam
= 600 m2 – 25 m2
= 575 m2
76
Lampiran 10
SOAL TES AKHIR
SIKLUS 1
Soal Evaluasi I 1. Sebidang sawah berbentuk persegi dengan panjang sisi 8 m.
Disekeliling sawah tersebut akan ditanami ketela pohon dengan jarak antar pohon 1 m. Berapa banyaknya ketela pohon di sekeliling sawah itu?
2. Atap sebuah kandang berbentuk persegi
panjang, ukurannya 6 m x 4 m. Setiap 1 m2 dibutuhkan 25 genting. Berapa buah genting yang dibutuhkan untuk menutup atap tersebut?
Selamat mengerjakan!
Ayo Berapa?
77
KUNCI JAWABAN SOAL TES AKHIR SIKLUS 1
1. Penyelesaian:
Diketahui : Sawah (persegi) dengan sisi= 8 m, jarak antar pohon
disekelilingnya = 1 m.
Ditanyakan : Banyaknya ketela pohon yang dibutuhkan?
Jawab : K. Sawah = K. persegi
= 4 x sisi
= 4 x 8
= 32 m
Banyaknya ketela pohon yang dibutuhkan
= K. sawah : jarak antar pohon
= 32 : 1
= 32 pohon.
2. Penyelesaian:
Diketahui : Atap (persegi panjang) dengan p= 6 m dan l = 4 m, Setiap 1 m2 =
25 genting
Ditanyakan : Banyaknya genting yang dibutuhkan?
Jawab : L. atap = L. Persegi panjang
= panjang x lebar
= 6 x 4
= 24 m2
Jadi, harga sawah seluruhnya = L. atap x banyak genting per 1 m2
= 24 m2 x 25 genting
= 600 genting
78
Lampiran 11
LEMBAR PENGAMATAN GURU
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Siklus 1
Mata Pelajaran : Matematika
Pokok Bahasan : Keliling dan luas daerah segiempat
Sub Pokok Bahasan : Keliling dan luas daerah persegi panjang dan persegi
Tanggal/ pukul : 16 Mei 2008/ 08.00- 09.20 WIB
Petunjuk:
1. Pusatkan perhatian anda pada perilaku guru di dalam kelas.
2. Tuliskan hasil pengamatan anda dengan tanda cek (√ ) pada setiap indikator
dengan skala penilaian : A = (81-100), B = (61-80), C (41-60), D = (≤ 40).
Skala Penilaian
No Keterampilan/ Kemampuan Guru
Indikator
A B C D
1. Melakukan persiapan fisik
- Lantai, meja/ kursi, papan tulis.
bersih tertata rapi dan siap pakai.
- Menyiapkan alat bantu mengajar dan
sumber pelajaran.
√
2. Melakukan persiapan siswa
- Mengabsen siswa.
- Melakukan tatapan keseluruhan
siswa.
- Memusatkan perhatian siswa.
- Meminta siswa menyiapkan buku
pelajaran.
√
1 Membuka pelajaran
3. Memulai pelajaran
- Melakukan apersepsi.
- Memberikan motivasi.
√
791. Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
kegiatan belajar.
√
2 Mengembangkan kegiatan
belajar mengajar
2. Mengembangkan kegiatan tanya
jawab.
√
1. Menggunakan RPP. √
2. Mengajukan materi sesuai RPP. √
3. Mengajukan materi
pelajaran
3. Menyajikan evaluasi. √
1. Memberikan petunjuk dan penjelasan
materi.
√
2. Berbicara sopan, wajar, dan jelas. √
3. Menunjukkan sikap adil kepada
seluruh siswa.
√
4. Menegur secara wajar dan tegas
kepada siswa yang kurang baik.
√
4. Mengelola Kelas
5. Memberikan penguatan terhadap
tingkah laku/ jawaban yang benar.
√
1. Memberi pertanyaan-pertanyaan
secara lisan sesuai tujuan
pembelajaran.
√
2. Melaksanakan tes secara tertulis. √
5 Melakukan evaluasi
pembelajaran
3. Melakukan penilaian sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
√
1. Media yang tersedia digunakan tanpa
kesulitan.
√
2. Media digunakan secara aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan.
√
6. Menggunakan media/ alat
peraga pembelajaran
3. Penggunaan media mampu
memperjelas penyampaian materi.
√
1. Materi diajarkan tepat waktu. √
2. Materi diajarkan sesuai tujuan. √
3. Materi diajarkan dengan lancar. √
7. Menguraikan materi
pelajaran
4. Pertanyaan siswa dapat dipahami. √
80
5. Memberi jawaban pertanyaan siswa.
secara cepat dan tepat.
√
1. Metode yang dipilih mendukung
suasana pembelajaran dan sesuai pada
topik pembelajaran.
√
2. Metode yang dipilih efisien. √
8. Menggunakan metode
mengajar yang tepat
3. Penggunaan metode sesuai dengan
situasi dan kondisi siswa/ kelas.
√
1. Menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar.
√
2. Intonasi suara dilakukan secara tepat
sesuai situasi dan kondisi.
√
9. Penampilan di depan kelas
3. Posisi saat berbicara menghadap
keseluruh siswa.
√
1. Membuat rangkuman secara singkat
dengan melibatkan siswa.
√ 10. Menutup pelajaran
2. Rangkuman sesuai inti materi. √
Keterangan: 1. Skor penilaian A = 4 2. Skor Penilaian B = 3 3. Skor penilaian C = 2 4. Skor penilaian D = 1 Penilaian:
%84,89%100128115%100
128003976%100
)432()10()20()313()419(
==+++
=+++
xxxx
xxxx
Jadi, keterampilan/ kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe
CIRC pada siklus 1 adalah 89,84 % sehingga, dapat dikatakan bahwa guru sudah dapat
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan sangat baik.
Semarang, 16 Mei 2008
Observer
Ahmad Munjid, S. Pd. NIP. 500 108 775
81
Lampiran 12
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA
DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS VII D
Siklus 1
Petunjuk: 1. Pusatkan perhatian anda pada perilaku siswa di dalam kelas. 2. Tuliskan hasil pengamatan anda pada skala penilaian dengan tanda cek (√ ) pada
setiap indikator dengan ketentuan: 4 (sangat baik), 3 (baik), 2 (cukup), dan 1 (jelek).
Skala
Penilaian No Aspek Pengamatan
4 3 2 1 1 Keseriusan siswa dalam mendengarkan dan memperhatikan
materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.
√
2 Keaktifan siswa dalam membuat catatan-catatan penting dan
ringkasan dari penjelasan guru.
√
3. Keseriusan siswa menerapkan konsep-konsep untuk
menyelesaikan soal cerita.
√
4. Hubungan kerja sama antar siswa dalam kelompok. √
5 Keberanian siswa dalam bertanya. √
6. Sikap siswa dalam memperhatikan pendapat/ jawaban teman
dari kelompok lain.
√
7. Keberanian siswa dalam mengerjakan tugas di depan kelas. √
8. Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal evaluasi. √
Keterangan: 1. Banyak siswa yang melakukan aktivitas ≤ 25 % berkriteria jelek. 2. Banyak siswa yang melakukan aktivitas >25 % dan ≤50 % berkriteria cukup. 3. Banyak siswa yang melakukan aktivitas > 50 % dan ≤ 75 % berkriteria baik. 4. Banyak siswa yang melakukan aktivitas > 75 % berkriteria baik sekali. Penilaian:
1. Apridatuz Z 2. Wahyu Putra A 3. Misnah Dayuati 4. Ridho Gilar A 5. Teguh S
KELOMPOK LAYANG-LAYANG
1. Eka Yuliani 2. Riky Bagus F 3. M. Panji K 4. M. Nur Wahib 5. Ika Fitrianingsih
KELOMPOK PERSEGI
PANJANG 1. Aprilia Anis S 2. Vistia Puspita S 3. Mei Handayani 4. Evi Yuliana S 5. Bayu Incrianto
KELOMPOK TRAPESIUM SAMA KAKI
6. Hari Rahma W 7. Rahma Ade Tia 8. Dheka Fahriyan 9. Ramaditya A 10. Diyah
Kartiko
KELOMPOK TRAPESIUM SIKU-SIKU
1. Marin S 2. Pradita Teguh I 3. Anita S 4. Sukron Saidy 5. Berlian Renaldy
KELOMPOK TRAPESIUM
SEMBARANG 1. Mega Sukma P 2. Norzam Yahya 3. Yedi Alfian M 4. Vivian Ayu C 5. Arif Maulana
KELOMPOK JAJAR
GENJANG 1. Bayu Putrant A 2. Unik Dewi S 3. Ririn Nur Indah 4. Indra Widiyanto 5. Risky Nur U
KELOMPOK BELAH
KETUPAT 1. Denny P. W 2. Safira Ulfah A 3. Revina P. 4. Jiestian Bimas W5. Rahmat Abi A
84Lampiran 15
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SIKLUS 2
Sekolah : SMP Negeri 18 Semarang
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : VII/ 2
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : Siswa dapat memahami konsep segiempat dan segitiga serta
menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar : Siswa dapat menghitung keliling dan luas bangun segiempat
serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Indikator : Siswa dapat Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
menghitung keliling dan luas bangun segiempat.
I. Tujuan Pembelajaran
Dengan menggunakan keliling dan luas bangun segiempat, siswa dapat
menyelesaikan masalah.
II. Materi Ajar: Bangun jajargenjang dan belah ketupat.
Jajargenjang
Jajargenjang adalah segiempat dengan sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama
panjang serta sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
Sifat-sifat jajargenjang:
5. Pada setiap jajargenjang, sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.
6. Pada setiap jajargenjang, sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
7. Pada setiap jajargenjang, jumlah besar sudut-sudut yang berdekatan adalah 180o.
8. Kedua diagonal pada setiap jajargenjang saling membagi dua sama panjang.
Luas jajargenjang:
D C Perhatikan gambar disamping!
t Segi empat ABCD adalah jajargenjang dengan
DE dan CF tegak lurus CD. Jajargenjang
A B F dapat dibentuk dari sebuah persegi panjang, a sehingga luas jajargenjang dapat dianggap EF = AB sehingga, luas jajargenjang ABCD = AB x CF.
E
85
Pada jajargenjang, jika L menyatakan luas, a menyatakan alas, dan t
menyatakan tinggi, maka:
Rumus luas jajargenjang adalah:
L = alas x tinggi atau L = a x t
Belah ketupat
Belah ketupat adalah segiempat dengan sisi yang berhadapan sejajar, keempat
sisinya sama panjang, dan sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
Sifat-sifat belah ketupat:
4. Semua sisi setiap belah ketupat sama panjang.
5. Kedua diagonal setiap belah ketupat merupakan sumbu simetri..
6. Pada setiap belah ketupat sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan dibagi
dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya.
7. Kedua diagonal setiap belah ketupat saling membagi dua sama panjang dan
saling berpotongan tegak lurus.
Luas belah ketupat:
Pada gambar di samping, A
Luas belah ketupat ABCD = Luas ∆ABD + Luas ∆BDC
= 21 BD X AO +
21 BD x OC B O D
= 21 BD x (AO + OC) C
= 21 BD x AC
Karena BD dan AC merupakan diagonal, maka:
Rumus luas belah ketupat adalah:
L = 21 diagonal x diagonal lainnya
86Contoh Soal Cerita bangun jajargenjang dan belah ketupat yang diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Kebun miilik Pak Suryo berbentuk jajargenjang, sepasang sisi yang sejajar masing-masing panjangnya 38 m. jarak kedua sisi yang sejajar itu 24 m, di dalam kebun terdapat kolam ikan lele berbentuk belah ketupat dengan panjang diagonal-diagonalnya 6 m dan 10 m serta sisanya ditanami singkong. Berapa luas kebun Pak Suryo yang ditanami singkong? Penyelesaian:
Diketahui : Kebun (jajargenjang) dengan alas = atas = 38 m, jarak = tinggi = 24 m, kolam (belah ketupat) dengan diagonal 6 m dan 10 m, dan sisanya ditanami singkong.
Ditanyakan : Luas kebun yang ditanami singkong? Jawab : Luas kebun = luas jajar genjang
= alas x tinggi 24 m = 38 x 24 = 912 m2 38 m
Luas kolam = luas belah ketupat = ½ x diagonal x diagonal lainnya = ½ x 6 x 10 = 30 m2
Jadi, luas kebun yang ditanami singkong = luas kebun – luas kolam = 912 – 30 = 882 m2.
III. Metode Pembelajaran : - Pembelajaran langsung dan kooperatif.
- Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
IV. Alat/ Sumber Bahan : Buku ajar, LKS, alat peraga, kartu soal, kebutuhan
sarana dan prasarana model pembelajaran kooperatif
tipe CIRC lingkungan sekolah serta lingkungan rumah.
87V. Penilaiaan
1. Prosedur tes
a. Tes awal : Ada
b. Tes Proses : Ada
c. Tes Akhir : Ada
2. Jenis tes
a. Tes awal : Lesan Essay
b. Tes proses : Pengamatan
c. Tes akhir : Tertulis Essay
VI. Catatan Guru/ Refleksi
Semarang, 23 Mei 2008
Guru Mitra Peneliti SMPN 18 Semarang Ahmad Munjid, S. Pd. Syaeful Anwar NIP. 500 108 775 NIM: 3104380
Mengetahui, Kepala SMPN 18 Semarang
Drs. Ringsung Suratno, M. Pd. NIP. 130 680 693
88
Lampiran 16
SOAL CERITA BANGUN JAJARGENJANG DAN BELAH KETUPAT
DENGAN PENYELESAIANNYA
SIKLUS II
Pak Heru mempunyai sebidang tanah berbentuk jajargenjang. Sepasang sisi yang
sejajar masing-masing panjangnya 45 m. Jarak kedua sisi yang sejajar 30 m. Di
tengah tanah tersebut terdapat kolam ikan berbentuk belah ketupat dengan panjang
diagonalnya 10 m dan 8 m. Berapakah luas tanah Pak Heru tanpa kolam ikan?
Penyelesaian:
Diketahui : tanah (jajrgenjang) dengan alas = atas = 45 m dan tinggi 30 m. Kolam
(belah ketupat) di tengahnya dengan diagonal 10 m dan 8 m.
Ditanyakan : luas tanah tanpa kolam?
Jawab : Luas tanah = Luas jajargenjang
= a x t
= 45 x 30
= 1.350 m2
Luas kolam ikan = Luas belah ketupat
= ½ x d1 x d2
= ½ x 10 x 8
= 40 m2
Jadi, luas tanah tanpa kolam ikan adalah
= L. tanah –L. kolam ikan
= 1350 – 40
= 1310 m2
89Lampiran 17
PETUNJUK KARTU SOAL SIKLUS II
Indikator:
Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan luas bangun jajargenjang dan belah ketupat.
Petunjuk :
10. Sebelum mengerjakan soal, tulis dahulu nama kelompokmu pada lembar jawaban.
11. Perhatikan dan bacalah setiap soal dengan teliti.
12. Pilihlah ketua sebagai penanggungjawab dalam kelompokmu.
13. Kerjakan soal-soal tersebut dengan teman sekelompokmu.
14. Ketua kelompokmu membagi kartu soal untuk dikerjakan secara pasangan atau tigaan.
15. Jawaban harus disertai dengan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan jawabannya sendiri serta menganalisis hasilnya.
16. Bertanyalah kepada gurumu tentang hal-hal yang belum dipahami. 17. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah
memahami, bisa mengerjakan tanpa melihat jawaban yang telah ditemukan dan bisa mengerjakan soal cerita yang diberikan guru.
18. Persiapkan wakil dari kelompokmu untuk mempresentasikan jawaban hasil diskusi.
19. Catat hasilnya pada bukumu masing-masing.
Selamat mengerjakan
90Lampiran 18
KARTU SOAL SIKLUS II
(JAJARGENJANG DAN BELAH KETUPAT)
2. Sebidang taman milik Bu Tati berbentuk belah ketupat dengan panjang sisinya adalah 12 m. Bu Tati ingin menanam bunga mawar disekelilingnya dengan jarak antar bunga 2 m. Berapa banyakkah bunga mawar yang dibutuhkan?
3. Kebun miilik Pak Suryo berbentuk jajargenjang, sepasang sisi yang sejajar masing-masing panjangnya 38 m. jarak kedua sisi yang sejajar itu 24 m, di dalam kebun terdapat kolam ikan lele berbentuk belah ketupat dengan panjang diagonal-diagonalnya 6 m dan 10 m serta sisanya ditanami singkong. Berapa luas kebun Pak Suryo yang ditanami singkong?
1. Luas sebuah atap rumah adalah 120 m2. Atap rumah tersebut akan diberi genteng yang berbentuk jajargenjang dengan alas 30 cm dan tinggi 20 cm. Berapa banyak minimum genteng yang dibutuhkan?
91
KUNCI JAWABAN KARTU SOAL SIKLUS II
(JAJARGENJANG DAN BELAH KETUPAT)
1. Penyelesaian:
Diketahui : Luas atap = 120 m2 dan genting (jajargenjang) dengan alas= 30 m
dan tinggi = 20 m.
Ditanyakan : Banyaknya minimum genteng yang dibutuhkan?
Jawab : Luas atap = 120 m2 .
Luas genting = luas jajargenjang.
= alas x tinggi
= 30 x 20
= 600 cm2
= 0,06 m2
Jadi, banyaknya minimum genting yang dibutuhkan
= gentingsebuahLuas
atapLuas = 06,0
120 = 2.000 genting
2. Penyelesaian:
Diketahui : Taman (belah ketupat) dengan sisi adalah 12 m. jarak antar bunga
disekelilingnya 2 m.
Ditanyakan : Banyaknya bunga mawar yang dibutuhkan?
Jawab : Keliling taman = keliling belah ketupat
= 4 x sisi
= 4 x 12
= 48 m
Jadi, banyaknya bunga mawar yang dibutuhkan Bu Tati
= bungaantarjarak
tamankeliling =248 = 24 pohon.
92
3. Penyelesaian:
Diketahui : Kebun (jajargenjang) dengan alas = atas = 38 m, jarak = tinggi = 24
m, kolam (belah ketupat) dengan diagonal 6 m dan 10 m, dan
sisanya ditanami singkong.
Ditanyakan : Luas kebun yang ditanami singkong?
Jawab : Luas kebun = luas jajar genjang
= alas x tinggi
= 38 x 24
= 912 m2
Luas kolam = luas belah ketupat
= ½ x diagonal x diagonal lainnya
= ½ x 6 x 10
= 30 m2
Jadi, luas kebun yang ditanami singkong
= luas kebun – luas kolam
= 912 – 30
= 882 m2.
93
Lampiran 19
SOAL TES AKHIR SIKLUS II
Soal Evaluasi II
1. Pekarangan rumah Pak Budi berbentuk jajargenjang, sepasang sisi yang sejajar panjangnya 45 m dan sepasang sisi yang sejajar lainnya panjangnya 21 m. Pak Budi ingin menanam buah mangga disekelilingnya dengan jarak antar pohon 3 m. Berapa banyakkah pohon mangga yang dibutuhkan? 2. Lukisan Doni berbentuk belah ketupat
dengan panjang diagonal-diagonalnya 50 cm dan 80 cm. hitunglah luas lukisan tersebut (dalam m2)?
Selamat mengerjakan
94
KUNCI JAWABAN SOAL TES AKHIR
SIKLUS II
1. Penyelesaian:
Diketahui : Pekarangan (jajargenjang) dengan sepasang sisi yang sejajar= 45 m,
dan sepasang sisi sejajar yang lainnya = 21 m. jarak antar pohon
disekelilingnya 3m.
Ditanyakan : Banyaknya pohon mangga yang dibutuhkan?
Jadi, banyaknya pohon mangga yang dibutuhkan adalah keliling
= pohonantarJarak
pekaranganKeliling
=3
132
= 44 pohon.
2. Penyelesaian:
Diketahui : Lukisan (belah ketupat) dengan diagonal 50 cm dan 80 cm.
Ditanyakan : Luas lukisan (dalam m2)?
Jawab : Luas lukisan = luas belah ketupat.
= ½ x diagonal x diagonal lainnya.
= ½ x 50 x 80
= 2000 cm2
= 0,2 m2
Jadi, luas lukisan (dalam m2) adalah 0,2 m2.
95
Lampiran 20
LEMBAR PENGAMATAN GURU
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Siklus 2
Mata Pelajaran : Matematika
Pokok Bahasan : Keliling dan luas daerah segiempat
Sub Pokok Bahasan : Keliling dan luas daerah jajargenjang dan belah ketupat
Tanggal/ pukul : 23 Mei 2008/ 08.00- 09.20 WIB
Petunjuk:
1. Pusatkan perhatian anda pada perilaku guru di dalam kelas.
2. Tuliskan hasil pengamatan anda dengan tanda cek (√ ) pada setiap indikator
dengan skala penilaian : A = (81-100), B = (61-80), C (41-60), D = (≤ 40).
Skala Penilaian
No Keterampilan/ Kemampuan Guru
Indikator
A B C D
1. Melakukan persiapan fisik
- Lantai, meja/ kursi, papan tulis.
bersih tertata rapi dan siap pakai.
- Menyiapkan alat bantu mengajar dan
sumber pelajaran.
√
1 Membuka pelajaran
2. Melakukan persiapan siswa
- Mengabsen siswa.
- Melakukan tatapan keseluruhan
siswa.
- Memusatkan perhatian siswa.
- Meminta siswa menyiapkan buku
pelajaran.
√
96
3. Memulai pelajaran
- Melakukan apersepsi.
- Memberikan motivasi.
√
1. Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
kegiatan belajar.
√
2 Mengembangkan kegiatan
belajar mengajar
2. Mengembangkan kegiatan tanya
jawab.
√
1. Menggunakan RPP. √
2. Mengajukan materi sesuai RPP. √
3. Mengajukan materi
pelajaran
3. Menyajikan evaluasi. √
1. Memberikan petunjuk dan penjelasan
materi.
√
2. Berbicara sopan, wajar, dan jelas. √
3. Menunjukkan sikap adil kepada
seluruh siswa.
√
4. Menegur secara wajar dan tegas
kepada siswa yang kurang baik.
√
4. Mengelola Kelas
5. Memberikan penguatan terhadap
tingkah laku/ jawaban yang benar.
√
1. Memberi pertanyaan-pertanyaan
secara lisan sesuai tujuan
pembelajaran.
√
2. Melaksanakan tes secara tertulis. √
5 Melakukan evaluasi
pembelajaran
3. Melakukan penilaian sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
√
1. Media yang tersedia digunakan tanpa
kesulitan.
√
2. Media digunakan secara aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan.
√
6. Menggunakan media/ alat
peraga pembelajaran
3. Penggunaan media mampu
memperjelas penyampaian materi.
√
1. Materi diajarkan tepat waktu. √
2. Materi diajarkan sesuai tujuan. √
7. Menguraikan materi
pelajaran
3. Materi diajarkan dengan lancar. √
974. Pertanyaan siswa dapat dipahami. √
5. Memberi jawaban pertanyaan siswa.
secara cepat dan tepat.
√
1. Metode yang dipilih mendukung
suasana pembelajaran dan sesuai pada
topik pembelajaran.
√
2. Metode yang dipilih efisien. √
8. Menggunakan metode
mengajar yang tepat
3. Penggunaan metode sesuai dengan
situasi dan kondisi siswa/ kelas.
√
1. Menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar.
√
2. Intonasi suara dilakukan secara tepat
sesuai situasi dan kondisi.
√
9. Penampilan di depan kelas
3. Posisi saat berbicara menghadap
keseluruh siswa.
√
1. Membuat rangkuman secara singkat
dengan melibatkan siswa.
√ 10. Menutup pelajaran
2. Rangkuman sesuai inti materi. √
Keterangan: 1. Skor penilaian A = 4 2. Skor Penilaian B = 3 3. Skor penilaian C = 2 4. Skor penilaian D = 1 Penilaian:
%97,92%100128119%100
128002792%100
)432()10()20()39()423(
==+++
=+++
xxxx
xxxx
Jadi, keterampilan/ kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe
CIRC pada siklus 2 adalah 92,97 % sehingga, dapat dikatakan bahwa guru sudah dapat
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan sangat baik.
Semarang, 23 Mei 2008 Observer
Ahmad Munjid, S. Pd. NIP. 500 108 775
98
Lampiran 21
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA
DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS VII D
Siklus 2
Petunjuk: 1. Pusatkan perhatian anda pada perilaku siswa di dalam kelas. 2. Tuliskan hasil pengamatan anda pada skala penilaian dengan tanda cek (√ ) pada
setiap indikator dengan ketentuan: 4 (sangat baik), 3 (baik), 2 (cukup), dan 1 (jelek).
Skala
Penilaian No Aspek Pengamatan
4 3 2 1 1 Keseriusan siswa dalam mendengarkan dan memperhatikan
materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.
√
2 Keaktifan siswa dalam membuat catatan-catatan penting dan
ringkasan dari penjelasan guru.
√
3. Keseriusan siswa menerapkan konsep-konsep untuk
menyelesaikan soal cerita.
√
4. Hubungan kerja sama antar siswa dalam kelompok. √
5 Keberanian siswa dalam bertanya. √
6. Sikap siswa dalam memperhatikan pendapat/ jawaban teman
dari kelompok lain.
√
7. Keberanian siswa dalam mengerjakan tugas di depan kelas. √
8. Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal evaluasi. √
Keterangan: 1. Banyak siswa yang melakukan aktivitas ≤ 25 % berkriteria jelek. 2. Banyak siswa yang melakukan aktivitas >25 % dan ≤50 % berkriteria cukup. 3. Banyak siswa yang melakukan aktivitas > 50 % dan ≤ 75 % berkriteria baik. 4. Banyak siswa yang melakukan aktivitas > 75 % berkriteria baik sekali. Penilaian:
Standar Kompetensi : Siswa dapat memahami konsep segiempat dan segitiga serta
menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar : Siswa dapat menghitung keliling dan luas bangun segiempat
serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Indikator : Siswa dapat Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
menghitung keliling dan luas bangun segiempat.
I. Tujuan Pembelajaran
Dengan menggunakan keliling dan luas bangun segiempat, siswa dapat
menyelesaikan masalah.
II. Materi Ajar: Bangun layang-layang dan trapesium.
Layang-layang
Layang-layang adalah segiempat yang masing-masing sepasang sisinya sama
panjang dan sepasang sudut yang berhadapan sama besar.
Sifat-sifat layang-layang:
9. Pada setiap layang-layang, masing-masing sepasang sisinya sama panjang.
10. Pada setiap layang-layang, terdapat sepasang sudut berhadapan yang sama besar.
11. Pada setiap layang-layang, salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri.
12. Pada setiap layang-layang, salah satu diagonalnya membagi dua sama panjang
diagonal lain dan tegak lurus dengan diagonal itu.
Luas layang-layang: A
Karena diagonal AC dan BD berpotongan tegak lurus, maka:
Luas layang-layang ABCD = Luas ∆ABD + Luas ∆BDC B D
= 21 BD X AO +
21 BD x OC
= 21 BD x (AO + OC)
= 21 BD x AC C
102Karena BD dan AC merupakan diagonal, maka:
Rumus luas layang-layang adalah:
L = 21 diagonal x diagonal lainnya
Trapesium
Trapesium adalah segiempat dengan tepat sepasang sisi yang berhadapan sejajar.
Sifat trapesium:
Pada setiap trapesium, jumlah sudut yang berdekatan di antara dua sisi sejajar
adalah 180o.
Luas trapesium:
Lihat ∆ABD dan ∆BCD pada gambar di samping! D b C
Luas trapesium ABCD = Luas ∆ABD + Luas ∆BCD
= 21 a x t +
21 b x t t
= (21 a +
21 b) x t A a B
= 21 x ( a + b ) x t
Karena a dan b merupakan sisi-sisi sejajar dan t merupakan tinggi trapesium,
maka:
Rumus luas trapesium adalah:
L = 21 x jumlah sisi sejajar x tinggi
103Contoh Soal Cerita bangun layang-layang dan trapesium yang diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Andi akan membuat 20 layang-layang yang diagonalnya-diagonalnya 30 cm dan
40 cm. jika harga selebar kertas dengan ukuran 1 m2 adalah Rp. 2.000,00.
Berapakah biaya pembelian kertas seluruhnya?
Penyelesaian:
Diketahui : 20 buah layang-layang dengan diagonal 30 cm dan 40 cm. Harga
1 m2 = Rp. 2.000,00.
Ditanyakan : Biaya pembelian kertas seluruhnya?
Jawab : Luas layang-layang = ½ x diagonal x diagonal lainnya.
= ½ x 30 x 40
= 600 cm2
= 0,06 m2
Luas 20 layang-layang = 20 x 0,06 = 1,2 m2
Jadi, biaya pembelian kertas seluruhnya= Luas 20 layang-
layang x harga per m2 = 1,2 m2 x Rp. 2.000,00 = Rp.
2.400,00.
III. Metode Pembelajaran : - Pembelajaran langsung dan kooperatif.
- Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
IV. Alat/ Sumber Bahan : Buku ajar, LKS, alat peraga, kartu soal, kebutuhan
sarana dan prasarana model pembelajaran kooperatif
tipe CIRC, lingkungan sekolah serta lingkungan
rumah.
104
V. Penilaiaan
1. Prosedur tes
a. Tes awal : Ada
b. Tes Proses : Ada
c. Tes Akhir : Ada
2. Jenis tes
a. Tes awal : Lesan Essay
b. Tes proses : Pengamatan
c. Tes akhir : Tertulis Essay
VI. Catatan Guru/ Refleksi
Semarang, 28 Mei 2008
Guru Mitra Peneliti SMPN 18 Semarang Ahmad Munjid, S. Pd. Syaeful Anwar NIP. 500 108 775 NIM: 3104380
Mengetahui, Kepala SMPN 18 Semarang
Drs. Ringsung Suratno, M. Pd. NIP. 130 680 693
105
Lampiran 25
SOAL CERITA BANGUN LAYANG-LAYANG DAN TRAPESIUM
DENGAN PENYELESAIANNYA
SIKLUS III
Suatu taman di pusat kota berbentuk trapesium sama kaki. Panjang sisi sejajarnya
adalah 35 m dan 20 m, dan lebar taman itu adalah 16 m. Di sekeliling taman
tersebut akan dibuat jalan dengan lebar 2 m. Berapakah luas taman setelah
pembuatan jalan tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui : taman (trapesium sama kaki) dengan alas = 35 m, atas = 20 m, dan
tinggi = 16 m. Lebar jalan disekelilingnya = 2 m.
Ditanyakan : Luas taman setelah pembuatan jalan?
Jawab : Ukuran taman setelah dibuat jalan dengan lebar 3 m adalah:
alas = 35-2 =33 m, atas = 20-2 =18 m, dan tinggi = 16-2 =14 m
(karena tinggi adalah mencakup bagian alas dan atas)
L. taman setelah pembuatan jalan = L. trapesium sama kaki
= xtinggiatasalas2+
= 142
1833 x+
= 357 m2
Jadi, luas taman setelah pembuatan jalan adalah 357 m2.
106
Lampiran 26
PETUNJUK KARTU SOAL SIKLUS III
Indikator:
Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan luas bangun layang-layang dan trapesium.
Petunjuk :
20. Sebelum mengerjakan soal, tulis dahulu nama kelompokmu pada lembar jawaban.
21. Perhatikan dan bacalah setiap soal dengan teliti.
22. Pilihlah ketua sebagai penanggungjawab dalam kelompokmu.
23. Kerjakan soal-soal tersebut dengan teman sekelompokmu.
24. Ketua kelompokmu membagi kartu soal untuk dikerjakan secara pasangan atau tigaan.
25. Jawaban harus disertai dengan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan jawabannya sendiri serta menganalisis hasilnya.
26. Bertanyalah kepada gurumu tentang hal-hal yang belum dipahami. 27. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah
memahami, bisa mengerjakan tanpa melihat jawaban yang telah ditemukan dan bisa mengerjakan soal cerita yang diberikan guru.
28. Persiapkan wakil dari kelompokmu untuk mempresentasikan jawaban hasil diskusi.
29. Catat hasilnya pada bukumu masing-masing.
Selamat mengerjakan
107 Lampiran 27
KARTU SOAL SIKLUS III
(layang-layang dan trapesium)
3. Lantai rumah berbentuk trapesium siku-siku. Jarak antar sisi sejajarnya 40 m dan panjang sisi-sisi sejajarnya masing-masing 100 m dan 40 m. Lantai tersebut akan dipasang ubin persegi yang berukuran 30 cm x 30 cm. Tentukan banyak ubin yang harus disediakan?
2. Pak Gunawan memiliki kolam ikan berbentuk trapesiumsama kaki. Panjang sisi sejajarnya adalah 120 m dan 60m, dan lebar kolam itu adalah 40 m. Kolam tersebut akandiberi ikan mas sebanyak 12 ekor per m2. Berapabanyaknya ikan mas yang harus disediakan Pak Gunawanseluruhnya?
1. Andi akan membuat 20 layang-layang yang diagonalnya-diagonalnya 30 cm dan 40 cm. jika harga selebar kertas dengan ukuran 1 m2 adalah Rp. 2.000,00. Berapakah biaya pembelian kertas seluruhnya?
108
KUNCI JAWABAN KARTU SOAL SIKLUS III
(layang-layang dan trapesium)
1. Penyelesaian:
Diketahui : 20 buah layang-layang dengan diagonal 30 cm dan 40 cm. Harga 1
m2 = Rp. 2.000,00.
Ditanyakan : Biaya pembelian kertas seluruhnya?
Jawab : Luas layang-layang = ½ x diagonal x diagonal lainnya.
= ½ x 30 x 40
= 600 cm2
= 0,06 m2
Luas 20 layang-layang = 20 x 0,06 = 1,2 m2
Jadi, biaya pembelian kertas seluruhnya
= Luas 20 layang-layang x harga per m2
= 1,2 m2 x Rp. 2.000,00
= Rp. 2.400,00.
2. Penyelesaian:
Diketahui : Kolam (trapesium sama kaki) dengan alas =120 m, atas = 60 m, dan
lebar = tinggi = 40 m. diberi 12 ekor ikan mas per m2.
Ditanyakan : Banyaknya ikan mas yang disediakan?
Jawab : Luas kolam = luas trapesium sama kaki
= ½ x jumlah sisi sejajar x tinggi
= ½ x (120 + 60) x 40
= ½ x 180 x 40
= 3.600 m2
Jadi, banyaknya ikan mas yang disediakan Pak Gunawan
= Luas kolam x jumlah per m2
= 3.600 x 12
= 43.200 ikan mas.
109
3. Penyelesaian:
Diketahui : Lantai (trapesium sik-siku) dengan tinggi = 40 m, panjang sisi sejajar
100 m dan 40 m. dipasang ubin ukuran 30 cm x 30 cm.
Ditanyakan : Banyaknya ubin yang harus disediakan?
Jawab : Luas lantai = luas trapesium siku-siku
= ½ x jumlah sisi sejajar x tinggi
= ½ x (100+40) x 40
= ½ x 140 x 40
= 2.800 m2
Luas ubin = luas persegi
= sisi x sisi
= 30 cm x 30 cm
= 900 cm2
= 0,09 m2
Jadi, banyaknya ubin yang harus disediakan
= ubinsebuahLuas
lantaiLuas
= 09,0800.2
= 31.111,11 = 31.112 buah
110
Lampiran 28
SOAL TES AKHIR
SIKLUS III
Soal Evaluasi III 1. Amir akan membuat 35 layang-layang yang diagonalnya-
diagonalnya 25 cm dan 40 cm. jika harga selebar kertas dengan ukuran 1 m2 adalah Rp. 2.000,00. Berapakah biaya pembelian kertas seluruhnya?
2. Sawah milik Pak Wanto berbentuk
trapesium sama kaki. Panjang sisi sejajarnya adalah 120 m dan 60 m, dan lebar sawah itu adalah 40 m. Sawah tersebut akan ditanami bawang merah sebanyak 20 benih per m2. Berapa banyaknya benih bawang merah yang harus disediakan Pak Gunawan seluruhnya?
Selamat mengerjakan!
111
KUNCI JAWABAN SOAL TES AKHIR
SIKLUS III
1. Penyelesaian:
Diketahui : 35 buah layang-layang dengan diagonal 25 cm dan 40 cm. Harga 1
m2 = Rp. 2.000,00.
Ditanyakan : Biaya pembelian kertas seluruhnya?
Jawab : Luas layang-layang = ½ x diagonal x diagonal lainnya.
= ½ x 25 x 40
= 500 cm2
= 0,05 m2
Luas 35 layang-layang = 35 x 0,05 = 1,75 m2
Jadi, biaya pembelian kertas seluruhnya
= Luas 35 layang-layang x harga per m2
= 1,75 m2 x Rp. 2.000,00
= Rp. 3.500,00.
2. Penyelesaian:
Diketahui : Sawah (trapesium sama kaki) dengan alas =120 m, atas = 60 m, dan
lebar = tinggi = 40 m. diberi 20 benih per m2.
Ditanyakan : Banyaknya benih bawang merah yang disediakan?
Jawab : Luas sawah = luas trapesium sama kaki
= ½ x jumlah sisi sejajar x tinggi
= ½ x (120 + 60) x 40
= ½ x 180 x 40
= 3.600 m2
Jadi, banyaknya benih bawang merah yang disediakan
= Luas sawah x jumlah per m2
= 3.600 x 20
= 72.000 benih
112
Lampiran 29
LEMBAR PENGAMATAN GURU
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Siklus 3
Mata Pelajaran : Matematika
Pokok Bahasan : Keliling dan luas daerah segiempat
Sub Pokok Bahasan : Keliling dan luas daerah persegi panjang dan persegi
Tanggal/ pukul : 28 Mei 2008/
Petunjuk:
1. Pusatkan perhatian anda pada perilaku guru di dalam kelas.
2. Tuliskan hasil pengamatan anda dengan tanda cek (√ ) pada setiap indikator
dengan skala penilaian : A = (81-100), B = (61-80), C (41-60), D = (≤ 40).
Skala Penilaian
No Keterampilan/ Kemampuan Guru
Indikator
A B C D
1. Melakukan persiapan fisik
- Lantai, meja/ kursi, papan tulis.
bersih tertata rapi dan siap pakai.
- Menyiapkan alat bantu mengajar dan
sumber pelajaran.
√
2. Melakukan persiapan siswa
- Mengabsen siswa.
- Melakukan tatapan keseluruhan
siswa.
- Memusatkan perhatian siswa.
- Meminta siswa menyiapkan buku
pelajaran.
√
1 Membuka pelajaran
3. Memulai pelajaran
- Melakukan apersepsi.
- Memberikan motivasi.
√
1131. Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
kegiatan belajar.
√
2 Mengembangkan kegiatan
belajar mengajar
2. Mengembangkan kegiatan tanya
jawab.
√
1. Menggunakan RPP. √
2. Mengajukan materi sesuai RPP. √
3. Mengajukan materi
pelajaran
3. Menyajikan evaluasi. √
1. Memberikan petunjuk dan penjelasan
materi.
√
2. Berbicara sopan, wajar, dan jelas. √
3. Menunjukkan sikap adil kepada
seluruh siswa.
√
4. Menegur secara wajar dan tegas
kepada siswa yang kurang baik.
√
4. Mengelola Kelas
5. Memberikan penguatan terhadap
tingkah laku/ jawaban yang benar.
√
1. Memberi pertanyaan-pertanyaan
secara lisan sesuai tujuan
pembelajaran.
√
2. Melaksanakan tes secara tertulis. √
5 Melakukan evaluasi
pembelajaran
3. Melakukan penilaian sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
√
1. Media yang tersedia digunakan tanpa
kesulitan.
√
2. Media digunakan secara aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan.
√
6. Menggunakan media/ alat
peraga pembelajaran
3. Penggunaan media mampu
memperjelas penyampaian materi.
√
1. Materi diajarkan tepat waktu. √
2. Materi diajarkan sesuai tujuan. √
3. Materi diajarkan dengan lancar. √
7. Menguraikan materi
pelajaran
4. Pertanyaan siswa dapat dipahami. √
114
5. Memberi jawaban pertanyaan siswa
secara cepat dan tepat.
√
1. Metode yang dipilih mendukung
suasana pembelajaran dan sesuai pada
topik pembelajaran.
√
2. Metode yang dipilih efisien. √
8. Menggunakan metode
mengajar yang tepat
3. Penggunaan metode sesuai dengan
situasi dan kondisi siswa/ kelas.
√
1. Menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar.
√
2. Intonasi suara dilakukan secara tepat
sesuai situasi dan kondisi.
√
9. Penampilan di depan kelas
3. Posisi saat berbicara menghadap
keseluruh siswa.
√
1. Membuat rangkuman secara singkat
dengan melibatkan siswa.
√ 10. Menutup pelajaran
2. Rangkuman sesuai inti materi. √
Keterangan: 1. Skor penilaian A = 4 2. Skor Penilaian B = 3 3. Skor penilaian C = 2 4. Skor penilaian D = 1 Penilaian:
%31,95%100128122%100
1280018104%100
)432()10()20()36()426(
==+++
=+++
xxxx
xxxx
Jadi, keterampilan/ kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe
CIRC pada siklus 3 adalah 95,31 % sehingga, dapat dikatakan bahwa guru sudah dapat
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan sangat baik.
Semarang, 28 Mei 2008 Observer
Ahmad Munjid, S. Pd. NIP. 500 108 775
115
Lampiran 30
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA
DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS VII D
Siklus 3
Petunjuk: 1. Pusatkan perhatian anda pada perilaku siswa di dalam kelas. 2. Tuliskan hasil pengamatan anda pada skala penilaian dengan tanda cek (√ ) pada
setiap indikator dengan ketentuan: 4 (sangat baik), 3 (baik), 2 (cukup), dan 1 (jelek).
Skala
Penilaian No Aspek Pengamatan
4 3 2 1 1 Keseriusan siswa dalam mendengarkan dan memperhatikan
materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.
√
2 Keaktifan siswa dalam membuat catatan-catatan penting dan
ringkasan dari penjelasan guru.
√
3. Keseriusan siswa menerapkan konsep-konsep untuk
menyelesaikan soal cerita.
√
4. Hubungan kerja sama antar siswa dalam kelompok. √
5 Keberanian siswa dalam bertanya. √
6. Sikap siswa dalam memperhatikan pendapat/ jawaban teman
dari kelompok lain.
√
7. Keberanian siswa dalam mengerjakan tugas di depan kelas. √
8. Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal evaluasi. √
Keterangan: 1. Banyak siswa yang melakukan aktivitas ≤ 25 % berkriteria jelek. 2. Banyak siswa yang melakukan aktivitas >25 % dan ≤50 % berkriteria cukup. 3. Banyak siswa yang melakukan aktivitas > 50 % dan ≤ 75 % berkriteria baik. 4. Banyak siswa yang melakukan aktivitas > 75 % berkriteria baik sekali. Penilaian:
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1. Sebuah taman berbentuk persegi panjang berukuran 9 m x 6 m. Jika di sekeliling taman tersebut dipasang
tiang lampu dengan jarak antar tiang 3 m, berapa tiang lampu yang dibutuhkan?
2. Sebidang sawah berbentuk persegi dengan panjang sisi 15
m. jika sawah tersebut akan dijual dengan harga Rp. 150.000,00 per m2. Berapa harga sawah seluruhnya?
3. Pak Heru mempunyai sebuah kebun berbentuk
jajargenjang, sepasang sisi yang sejajar masing-masing panjangnya 45 m. jarak kedua sisi yang sejajar itu 30 m, di dalam kebun tersebut Pak Heru membuat kolam ikan berbentuk belah ketupat dengan panjang diagonal-diagonalnya 5 m dan 8 m serta sisanya ditanami jeruk. Berapa luas kebun Pak Heru yang ditanami jeruk?
4. Aldo akan membuat 50 layang-layang yang diagonalnya-diagonalnya 30 cm
dan 40 cm. jika harga selebar kertas dengan ukuran 1 m2 adalah Rp. 2.000,00. Berapakah biaya pembelian kertas seluruhnya?
5. Pak Gunawan memiliki kolam ikan berbentuk trapesium sama kaki. Panjang
sisi sejajarnya adalah 120 m dan 60 m, dan lebar kolam itu adalah 40 m. Kolam tersebut akan diberi ikan mas sebanyak 12 ekor per m2. Berapa banyaknya ikan mas yang harus disediakan Pak Gunawan seluruhnya?
Selamat Mengerjakan Semoga Sukses
Saya pasti bisa!!
118
KUNCI JAWABAN TES AKHIR SIKLUS
1. Penyelesaian:
Diketahui : Taman (persegi panjang) dengan p= 9 m dan l = 6 m, jarak antar
tiang lampu disekelilingnya = 3 m.
Ditanyakan : Banyaknya tiang lampu yang dibutuhkan?
Jawab : K. taman = K. persegi panjang
= 2 ( p + l )
= 2 ( 9 + 6 )
= 2 ( 15 )
= 30 m
Banyaknya tiang lampu yang dibutuhkan
= K. taman : jarak antar tiang lampu
= 40 : 2
= 20 pohon.
2. Penyelesaian:
Diketahui : Sawah (persegi) berukuran 15 m. harga per m2 sawah =Rp.
150.000,00.
Ditanyakan : Harga sawah seluruhnya?
Jawab : Luas sawah = Luas persegi
= sisi x sisi
= 15 x 15
= 225 m2
Jadi, harga sawah seluruhnya
= Luas sawah x harga sawah per m2
= 225 m2 x Rp. 150.000,00
= Rp. 33.750.000,00
119
3. Penyelesaian:
Diketahui : Kebun (jajargenjang) dengan alas = atas = 45 m, jarak = tinggi = 30
m, kolam (belah ketupat) dengan diagonal 5 m dan 8 m, dan
sisanya ditanami jeruk.
Ditanyakan : Luas kebun yang ditanami jeruk?
Jawab : Luas kebun = luas jajar genjang
= alas x tinggi 30 m
= 45 x 30
= 1.350 m2 45 m
Luas kolam = luas belah ketupat
= ½ x diagonal x diagonal lainnya
= ½ x 5 x 8
= 20 m2
Jadi, luas kebun yang ditanami singkong
= luas kebun – luas kolam
= 1350 – 20
= 1330 m2.
4. Penyelesaian:
Diketahui : 50 buah layang-layang dengan diagonal 30 cm dan 40 cm. Harga 1
m2 = Rp. 2.000,00.
Ditanyakan : Biaya pembelian kertas seluruhnya?
Jawab : Luas layang-layang = ½ x diagonal x diagonal lainnya.
= ½ x 30 x 40
= 600 cm2
= 0,06 m2
Luas 50 layang-layang = 50 x 0,06 = 3 m2
Jadi, biaya pembelian kertas seluruhnya
= Luas 50 layang-layang x harga per m2
= 3 m2 x Rp. 2.000,00
= Rp. 6.000,00.
120
5. Penyelesaian:
Diketahui : Kolam (trapesium sama kaki) dengan alas =120 m, atas = 60 m, dan
lebar = tinggi = 40 m. diberi 12 ekor ikan mas per m2.
Ditanyakan : Banyaknya ikan mas yang disediakan?
Jawab : Luas kolam = luas trapesium sama kaki
= ½ x jumlah sisi sejajar x tinggi
= ½ x (120 + 60) x 40
= ½ x 180 x 40
= 3.600 m2
Jadi, banyaknya ikan mas yang disediakan Pak Gunawan