SCIENTIA VOL. 1 NO. 1, 2011 ISSN : 2087-5045
ISSN : 2087-5045
Volume 1, Nomor 2, Agustus 2011
Scientia, Vol. 1, No. 1, 2011 ; halaman 1 58 ISSN : 2087-5045
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STIFI) Perintis Padang
DAFTAR ISIMEMBANDINGKAN KADAR DAN LAJU DISOLUSI TABLET ASAM
MEFENAMAT NAMA DAGANG DAN NAMA GENERIK Revi Yenti, Firmansyah dan
Ayu Dwi Utami PENETAPAN KADAR VITAMIN B1 PADA BERAS MERAH TUMBUK,
BERAS MERAH GILING DAN BERAS PUTIH GILING SECARA SPEKTROFOTOMETRI
UV-VISIBEL Regina Andayani, Syahriar Harun dan Vica Kurnia Maya
PEMERIKSAAN KADAR KALIUM DAN NATRIUM PADA HERBA Centella asiatica
(L) URBAN DENGAN METODA FOTOMETRI NYALA Roslinda Rasyid, Mahyuddin
dan Miza Agustin PENENTUAN KADAR KALSIUM PADA IKAN KERING AIR LAUT
DAN IKAN KERING AIR TAWAR DENGAN METODA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN
ATOM Ria Afrianti dan Syahriar Harun PERBANDINGAN AKTIVITAS
ANTIBAKTERI AKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) DAN
LENGKUAS MERAH (Alpinia purpurata K. Schum) TERHADAP MIKROBA
PENYAKIT KULIT Emma Susanti, Musyirna Rahma dan Sumiati Rahman
PENGARUH PEMBERIAN RUTIN DAN KUERSETIN TERHADAP KESTABILAN PIGMEN
ANTOSIANIN DARI KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.)
Musyirna Rahmah Nasution, Deddy Permana dan Mirwan Arif UJI EFEK
ANALGETIK HERBA SURUHAN (Peperomia Pellucida) PADA MENCIT PUTIH
BETINA Dwi Mulyani PENENTUAN HLB BUTUH (Required Hydrophile
Lipophile Balance) DARI VCO DENGAN METODE TIE Chris Deviarny dan
Deifsa Noca Fersti UJI TOKSISITAS SUB KRONIK EKSTRAK BUAH MALUR (
Brucea Javanica L.Merr) PADA ORGAN HATI MENCIT PUTIH JANTAN Mimi
Aria, M. Husni Mukhtar dan Sri Sufyantini PEMANFAATAN ZAT WARNA
DARI EKSTRAK Cyphomandra Betacea DAN MINYAK KELAPA MURNI DALAM
FORMULASI LIPSTIK Farida Rahim PENGARUH PEMBERIAN SERBUK BIJI
MAHONI (Swietenia Macrophylla King) TERHADAP KADAR GAMMA-GLUTAMIL
TRANSFERASE (GGT) PADA MENCIT PUTIH BETINA Surya Dharma, Dedi
Nofiandi 1- 6
7- 12
13- 17
18- 24
25- 31
32- 37
38- 42
43- 47
48- 54
55- 63
64- 69
Scientia, Vol. 1, No. 2, Agustus 2011 ; halaman 1 69, ISSN :
2087-5045 Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STIFI) Perintis
Padang
SCIENTIAJURNAL FARMASI DAN KESEHATANTERBIT DUA KALI SETAHUN
SETIAP BULAN FEBRUARI DAN AGUSTUS
DEWAN REDAKSIPenanggung Jawab : Prof. H. Syahriar Harun, Apt
Pemimpin Umum : DR.H.M. Husni Mukhtar,MS, DEA, Apt Redaktur
Pelaksana : Verawati, M.Farm, Apt Eka Fitrianda, M.Farm, Apt
Sekretariat : Afdhil Arel, S.Farm, Apt Khairul Dewan Penyunting :
Prof.H. Syahriar Harun,Apt Prof.DR.H. Amri Bakhtiar,MS,DESS,Apt
Prof.DR.H. Almahdy, MS, Apt DR.H.M. Husni Mukhtar, MS, DEA, Apt
Drs. Yufri Aldi, MSi, Apt Drs. B.A. Martinus , MSi Hj. Fifi
Harmely, M.Farm ,Apt Farida Rahim, M.Farm, Apt Revi Yenti, M.Si,
Apt Verawati, M.Farm, Apt Ria Afrianti, M.Farm ,Apt Eka Fitrianda,
M.Farm, Apt
Penerbit : Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STIFI) Perintis
Padang ISSN : 2087-5045 Alamat Redaksi/Tata Usaha STIFI Perintis
Jl. Adinegoro Km. 17 Simp. Kalumpang Lubuk Buaya Padang Telp.
(0751)482171, Fax. (0751)484522e-mail : [email protected]
website : www.stifi-padang.ac.id
SCIENTIA VOL. 1 NO. 2, AGUSTUS 2011 ISSN : 2087-5045
MEMBANDINGKAN KADAR DAN LAJU DISOLUSI TABLET ASAM MEFENAMAT NAMA
DAGANG DAN NAMA GENERIKRevi Yenti, Firmansyah, Ayu Dwi Utami STIFI
Perintis Padang
Abstract
The determination of concentration and dissolution of mefenamic
acid in trade name and generic name tablet has been done.
Dissolution test was done in phospate buffer with pH 7,2 at 50 rpm
for 60 minute using paddle method, while the concentration of
mefenamic acid was measured using spectrophotometry at 285 nm. It
was found that all of tested product were qualified, that is 80% of
the tablet were dissolve within 30 minutes and fullfil requirement
of concentration for mefenamic acid in tablet. Keywords : mefenamic
acid, dissolution test, spectrophotometry
PENDAHULUAN
Banyaknya pabrik obat yang memproduksi obat dengan nama dagang
yang berbeda dan berbagai formula yang berbeda maka dibutuhkan
suatu pedoman pengobatan yang bertujuan untuk meningkatkan
efektifitas dan keamanan suatu obat. Jika terjadi penyimpangan
kadar dari yang dicantumkan (zat khasiatnya sangat rendah bahkan
ada yang sama sekali tidak mengandung zat khasiat), maka perlu
dilakukan intervensi regulasi misalnya dengan membatasi atau
menarik obat yang memang terbukti tidak bermanfaat atau obat-obat
palsu.(Anonim, 2000). Pemakaian bahan baku dan bahan pembantu yang
bervariasi serta berbagai macam formula dapat menunjukan perbedaan
sifat karakteristik fisik pada tablet dan berpengaruh terhadap
stabilitas kimia, fisika dan biofarmasetiknya. Jenis dan jumlah
bahan penbantu yang digunakan dalam pembuatan tablet haruslah
dipilih dengan tepat, walaupun bahan tersebut tidak berkhasiat
tetapi dapat berpengaruh terhadap ketersediaan hayati obat dalam
tubuh.
Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) merupakan salah satu golongan
obat yang banyak digunakan oleh masyarakat baik yang diresepkan
oleh dokter maupun yang dijual bebas. Golongan obat AINS dapat
digunakan untuk pengobatan inflamasi dan nyeri. Dari suatu
pengukuran kuantitas penggunaan obat golongan AINS (dengan 4 jenis
obat) yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya didapatkan data bahwa
golongan obat AINS yang paling banyak digunakan adalah Asam
Mefenamat (46,46%) dan yang paling rendah penggunaannya adalah
ketoprofen (5,07%) (Anonim, 2009). Oleh karena itu berdasarkan
uraian di atas peniliti ingin untuk melihat tingkat keamanan tablet
asam mefenamat dengan mengetahui berapa kadar dan laju disolusi
asam mefenamat dalam tablet dengan nama dagang dan obat generik
yang beredar dipasaran.
METODE PENELITIAN
Alat Desintegrator (pharmetest), hardnesstester, alat disolusi
(pharmatest), 1
SCIENTIA VOL. 1 NO. 2, AGUSTUS 2011 ISSN : 2087-5045 friabilator
(pharmatest), spektrofotometer UV-Visibel (Shimadzu), timbangan
digital dan seperangkat alat gelas standar laboratorium,
Pemeriksaan Kekerasan Tablet Pemeriksaan dilakukan terhadap 10
tablet, dimana tiap tablet diletakkan pada alat sehingga skala
menunjukkan angka nol, kemudian putar penekan maka tablet akan
tertekan dan akhirnya pecah. Tepat pada saat pecahnya tablet skala
dibaca dan dicatat sebagai kekerasan tablet. Kekerasan tablet
diukur dalam satuan kg/cm2 . Pemeriksaan Kerenyahan Tablet
Dilakukan terhadap 20 tablet yang bebas dari debu ditimbang,
kemudian dimasukkan kedalam alat, jalankan alat biarkan berputar
selama 4 menit (100 rpm), keluarkan tablet tersebut dan bersihkan
dari debu dan ditimbang kembali dan hitung besarnya kerapuhan
tablet dalam satuan persen.
Bahan Tablet asam mefenamat dengan nama dagang dan nama generik,
asam mefenamat baku, larutan alkali hidroksida (NaOH), dapar pospat
0,2M pH 7,2 dan aquadest.
Pengambilan Mefenamat.
Sampel
Tablet
Asam
Pengambilan sampel dari satu apotik yang kemudian tiap jenis
tablet diberi kode OPA (Obat Dagang A), OPB (Obat Dagang B), dan
OPC (Obat Dagang C) . OGA (Obat Generik A), OGB (Obat Generik B),
dan OGC (Obat Generik C).
Pemeriksaan Waktu Hancur Tablet Pemeriksaan Kadar tablet
Ditimbang 20 tablet asam mefenamat kemudian gerus, timbang setara
dengan 20 mg asam mefenamat, masukkan kedalam labu ukur 100 ml,
larutkan dengan NaOH 0,2 N, tambahkan dapar fosfat 0,2 M hingga
tanda batas aduk sampai larut. Kemudian dipipet 10 ml, masukkan
kedalam labu ukur 100 ml, tambahkan dapar fosfat 0,2 M hingga tanda
batas, sehingga didapat konsentrasi 20 g/ml, ukur serapan larutan
pada panjang gelombang maksimum asam mefenamat yang sudah
ditentukan sebelumnya. Kemudian hitung kadar yang diperoleh. Pada
pemeriksaan waktu hancur dilakukan terhadap semua tablet dengan
menggunakan medium aquadest. Pengukuran dilakukan terhadap 6
tablet, isi bejana dengan medium aquadest pada suhu 36-37 oC, atur
jumlah cairan sehingga pada saat keranjang turun permukaannya tidak
tenggelam dalam cairan dan pada saat keranjang naik permukaan
sebelah bawahnya tidak melebihi permukaan cairan, masukkan tablet
satu persatu pada 6 tabung jalankan alat dengan kecepatan 30 rpm.
Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian yang tertinggal
diatas kasa alat uji.
Penentuan Uji Disolusi Tablet Asam Mefenamat Pemeriksaan Tablet
Keseragaman Bobot Pemeriksaan laju disolusi tablet asam mefenamat
dilakukan berdasarkan metoda pertama (metoda dayung) menurut USP
XXIV. Medium disolusi yang digunakan adalah dapar pospat 0,2 M pH
7,2 dengan volume disolusi 900 ml dan kecapatan putaran 50 rpm
selama 60 menit. Larutan dipipet sebanyak 5 ml pada bagian
tengahnya setelah menit ke 5, 10, 2
Sejumlah 10 tablet yang telah dibersihkan dari debu ditimbang
satu persatu dan dihitung bobot rata-rata tablet dan standar
deviasi.
SCIENTIA VOL. 1 NO. 2, AGUSTUS 2011 ISSN : 2087-5045 15, 30, 45,
dan 60 menit. Masing-masing larutan sample diukur serapannya dengan
spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang maksimum.
Kemudian ditentukan kadar tablet yang terdisolusi. Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dilakukan pengolahan
data dengan metoda Anova dua arah. Tabel I. Pemeriksaan Mutu Tablet
Asam Mefenamat Tablet OPA 89,70 0,102 0,7354 0,0019 10,4 0,305 0,79
42,16 Tablet OPB 99,58 0,265 0,7452 0,0012 10,3 0,213 0,82 36:14
Tablet OPC 92,94 0,267 0,6384 0,010 8,4 0,339 0,98 20:16 Tablet OGA
104,35 0,525 0,7302 0,006 10,3 0,214 0,82 38:12 Tablet OGB 94,75
0,703 0,7173 0,005 10,2 0,249 0,87 28:27 Tablet OGC 102,05 0,674
0,7104 0,002 8,8 0,133 0,92 23:51 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
pemeriksaan mutu tablet asam mefenamat dari beberapa nama dagang
dan generik dapat dilihat pada tabel I.
Pemeriksaan Kadar zat aktif (%) Keseragaman bobot (g) Kekerasan
(kg/cm2) Kerenyahan (%) Waktu hancur (menit)
Keterangan : Tablet OPA Tablet OPB Tablet OPC Tablet OGA Tablet
OGB Tablet OGC = Obat nama dagang A = Obat nama dagang B = Obat
nama dagang C = Obat generik A = Obat generik B = Obat generik C
satupun tablet yang penyimpangannya lebih besar dari 10%. Perbedaan
variasi bobot tablet akan menyebabkan kandungan zat aktif pada
setiap tablet akan berbeda. Penyimpangan bobot tablet dipengaruhi
oleh jumlah bahan yang diisikan ke dalam ruang cetakan tablet
(punch dan die) (Ansel, H.C., 1989; Firmansyah, 1989). Hasil yang
didapat memenuhi persyaratan bobot tablet. Persyaratan kekerasan
untuk tablet kecil adalah 4 7 kg/cm2, sedangkan untuk tablet besar
4 13 kg/cm2. Kekerasan tablet ini sangat berpengaruhi terhadap uji
disolusi dan waktu hancur, 3
Dari hasil tesebut kelima macam tablet tersebut memenuhi
persyaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi IV
adalah tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari yang
tertera pada etiket. Sedangkan untuk OPA tidak memenuhi
persyaratan, didapatkan hasil yang sedikit menyimpang yaitu 89,70%.
Hal ini bisa disebabkan oleh proses pembuatan dan jumlah bahan obat
yang digunakan tidak memenuhi persyaratan. Persyaratan untuk tablet
yang bobot lebih besar dari 300 mg tidak lebih dari 2 tablet
mempunyai penyimpangan lebih besar dari 5% dan tidak boleh ada
SCIENTIA VOL. 1 NO. 2, AGUSTUS 2011 ISSN : 2087-5045 jika tablet
terlalu keras maka uji disolusi dan waktu hancurnya akan menjadi
lambat. Kekerasan tablet dapat dipengaruhi oleh formulasi yaitu
jumlah partikel halus (kadar fine) didalam tablet terlalu banyak
sehingga menyebabkan daya ikat antar masa cetak menjadi kecil,
sehingga tablet yang dihasilkan menjadi rapuh. Jika jumlah bahan
pengikat yang digunakan dalam formulasi melebihi batas yang
ditetapkan maka tablet yang dihasilkan akan menjadi keras begitu
juga sebaliknya jika bahan pengikat yang digunakan sedikit maka
tablet yang dihasilkan akan menjadi rapuh (Ansel, H.C., 1989;
Firmansyah, 1989). Hasil yang didapat tablet asam mefenamat
memenuhi persyaratan. Uji kerenyahan merupakan uji untuk menentukan
kemampuan dan daya tahan tablet terhadap gesekan dan goncangan
selama waktu proses pengepakan dan transportasi hingga sampai ke
tangan konsumen. Tablet memenuhi persyaraatan uji kerenyahan jika
uji kerenyahan yang diperoleh adalah 0,8-1% (Ansel, H.C., 1989;
Firmansyah, 1989). Dari hasil yang didapat keenam produk ini
memenuhi persyaratan kerenyahan tablet. Persyaratan waktu hancur
tablet menurut Farmakope Indonesia edisi IV yang menetapkan bahwa
kecuali dinyatakan lain waktu hancur untuk tablet biasa tidak lebih
dari 15 menit dan untuk tablet bentuk salut selaput tidak boleh
lebih dari 60 menit. Pengujian waktu hancur dilakukan bertujuan
supaya tablet harus hancur, kemudian melepaskan komponen obat ke
dalam cairan tubuh untuk dilarutkan, sehingga obat akan diabsorbsi
dalam saluran cerna (Ansel, H.C., 1989). Waktu hancur berkaitan
dengan kekerasan tablet yaitu dengan bertambah keras tablet maka
waktu hancur akan menjadi lebih lama. Tablet asam mefeamat berada
dalam bentuk tablet salut selaput, dari hasil yang didapat semua
tablet memenuhi persyaratan yaitu hancur sempurna.
Tabel II. Pemeriksaan Uji Disolusi Tablet Asam Mefenamat %
terdisolusi Waktu OPA 0 0 29.97 5 0.015 53.26 10 0.006 62.54 15 30
0.117 77.34 OPB 0 33.23 0.011 59.50 0.053 74.88 0.115 84.50 OPC 0
45.38 0.012 72.19 0.011 81.62 0.021 90.34 OGA 0 31.99 0.003 54.73
0.008 63.04 0.091 82.97 OGB 0 44.91 0.032 70.08 0.112 79.13 0.161
88.80 OGC 0 49.23 0.015 61.27 0.090 71.88 0.308 89.75
4
SCIENTIA VOL. 1 NO. 2, AGUSTUS 2011 ISSN : 2087-5045 0.072 89.99
45 0.136 98.05 60 0.171 0.150 93.77 0.157 100.22 0.195 0.153 95.85
0.185 103.18 0.185 0.326 91.93 0.170 100.01 0.043 0.145 95.10 0.156
99.41 0.166 0.153 92.10 0.173 102.14 0.200
Gambar 1. Profil disolusi tablet asam mefenamat Penentuan uji
disolusi yaitu menghitung kadar asam mefenamat yang terdisolusi
atau terlarut pada menit menit tertentu, yang dilakukan selama 60
menit dapat dilihat pada tabel II dan gambar 1. Hasil yang
diperoleh semua tablet memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia
edisi IV kecuali OPA baru terdisolusi 77,34%. Penetapan model
kinetika pelepasan tablet asam mefenamat dilakukan dengan
menggunakan menggunakan berbagai persamaan kinetika orde. Hasil
yang diperoleh dapat dikatakan bahwa model kinetika pelepasan obat
yang baik adalah mengikuti orde satu karena nilai korelasinya
mendekati satu yaitu sebagai berikut tablet OPA = 0.952, OPB =
0.964, OPC = 0.947, OGA = 0.958, OGB = 0.985, OGC = 0.973. Dari
hasil yang didapat dibuat analisa data dengan metoda analisa yaitu
metoda Anova Dua Arah. Pada antar perlakuan dari perbandingan tiap
sampel pada = 0,05 dan pada = 0,01, memberikan nilai bahwa F hitung
perlakuan dan waktu lebih kecil dari pada F tabel. Ini menandakan
bahwa kadar persentase tablet asam mefenamat yang terdisolusi dalam
medium tidak berbeda nyata tidak signifikan. Ini membuktikan bahwa
tidak ada perbedaan mutu antara obat nama dagang dan bentuk
generik.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan pada pemeriksaan kadar zat aktif dan pemeriksaan uji
disolusi dapat diambil kesimpulan bahwa tablet dengan nama dagang
maupun nama generik tidak memberikan perbedaan yang bermakna dengan
kata lain memenuhi persyaratan terkecuali untuk tablet dagang A,
kadar yang didapat sedikit menyimpang dari 5
SCIENTIA VOL. 1 NO. 2, AGUSTUS 2011 ISSN : 2087-5045 ketentuan
Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu 89,70 % dan persen zat
terdisolusinya pada waktu 30 menit yaitu 77,34 %. Saran Disarankan
untuk peneliti selanjutnya melakukan penelitian terhadap laju
absorbsinya secara invivo.
DAFTAR PUSTAKAAnonim, 2000, Bagian Organisasi dan Hukum, Volume
1 Edisi VIII, Jakarta. Anonim, 2009, Pengukuran Kuantitas dan
Kualitas Peresepan Obat Golongan AINS Pada Pasien Rawat Jalan di
RSI Surakarta Jakarta.2008 Dengan Metoda DU 90%
http://rac.uii.ac.id/harvester/index.ph p/record/view/3284.Diakses
10 des 2009. Ansel H. C., 1989Introduction to Pharmaceutical Dosege
Farmasi, Terjemahkan oleh F, Ibrahim, Pengantar Bentuk Seiaan
Farmasi, Edisi Keempat, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta.
Firmansyah, Formulasi Tablet, Departemem Pendidikan dan Kebudayaan,
Padang, 1989.
6
SCIENTIA VOL. 1 NO. 2, AGUSTUS 2011 ISSN : 2087-5045
PENETAPAN KADAR VITAMIN B1 PADA BERAS MERAH TUMBUK, BERAS MERAH
GILING, DAN BERAS PUTIH GILING SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-
VISIBEL
Regina Andayani1, Syahriar Harun2, Vica Kurnia Maya2 1 Fakultas
Farmasi Universitas Andalas Padang 2 STIFI Perintis Padang
Abstract
A research about analysis of vitamin B1 on the pounded red rice,
the milled red rice and the milled rice using spectrophotometry of
UV-Visible had been performed. Vitamin B1 was reacted with a
bromothymol blue to form an ion-association complex in a weak-base
aqueous solution in the presence of solubilization agent (polyvinyl
alcohol). The wavelength of maximum absorbance was 441 nm.The
method has high selectivity and could be applied to direct
spectrophotometric determination of vitamin B1 in aqueous phase
without organic solvent extraction. The concentration of vitamin B1
on the pounded red rice was 0,2887 % + 0,243, on the milled red
rice was 0,2265 % + 0,198, and the milled rice was 0,2129 % +
0,190. The LSD test on the = 0,05 and = 0,01 showed that the
highest concentration of vitamin B1was found in the pounded red
rice followed by the milled red rice and the milled rice. Keywords
: Vitamin B1, pounded red rice, milled red rice, milled rice,
spectrophotometry UVVisible
PENDAHULUAN Vitamin B1 atau Tiamin merupakan salah satu vitamin
yang dibutuhkan untuk menimbulkan nafsu makan dan membantu
penggunaan karbohidrat dalam tubuh dan sangat berperan dalam sistim
saraf. Kebutuhan vitamin bagi tubuh sebenarnya sangat cukup
tersedia, ada unsur-unsur vitamin alami di dalam makanan yang di
santap setiap hari. Kebutuhan harian akan vitamin berbeda-beda
berdasarkan jenis usia, jenis kelamin dan bisa juga berdasarkan
jenis pekerjaanya. Masing-masing jumlah vitamin B1 yang di butuhkan
untuk bayi 0,4-0,5 mg/hari, anak-anak 0,7-1,0 mg/hari, pria dewasa
1,2-1,3 mg/hari, wanita dewasa 1,01,1 mg/hari, ibu hamil 1,5
mg/hari dan ibu menyusui 1,6 mg/hari. (Andi,H.N,1987;
Murray, R.K et al.,1997; Gan, S., 1995; Soeharto, P.K., 1991).
Tiamin terdapat hampir pada semua tanaman dan jaringan tubuh hewan
yang lazim digunakan sebagai bahan makanan tetapi kandungan vitamin
ini biasanya kecil. Sumber vitamin B1 contohnya sereal, gandum,
kentang, ikan, telur, hati, ginjal, jantung, otak, susu sapi dan
ASI. Biji-bijian yang tidak digiling sempurna merupakan sumber
tiamin yang baik. Tiamin dalam makanan dalam bantuk bebas atau
dalam bentuk kompleks dengan protein atau kompleks protein phosfat,
pada prinsipnya tiamin berperan sebagai koenzim dalam reaksi-reaksi
yang menghasilkan energi dari karbohidrat dan memudahkan
pembentukan senyawa kaya energi yang disebut ATP ( adenosil
triposfat ). 7
SCIENTIA VOL. 1 NO. 2, AGUSTUS 2011 ISSN : 2087-5045 Dampak
kekurangan vitamin B1 ini dapat menimbulkan penyakit beri-beri .
Umumnya penyakit yang ditemukan tahun 1642 di Indonesia ini banyak
menyerang masyarakat dengan makanan pokoknya beras giling seperti
Indonesia, India, Cina, Jepang, Malaysia dan Negara lainnya.
Kekurangan vitamin tersebut dapat disebabkan karena vitamin ini
tidak stabil pada pemrosesan tertentu dan penyimpanan, karena itu
aras kandungan vitamin dalam makanan yang diproses dapat sangat
menurun. (DepKes RI, 1974) Penetapan kadar vitamin B1 dapat
dilakukan dengan cara gravimetri, volumetri, fluorometri,
kolorimetri dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). (DepKes
RI,1995; Garrat, D.C.,1964; Herlich, K,1990). Penentuan kadar
vitamin B1 pada sediaan farmasi menggunakan beberapa macam pewarna
(dye) asam trifenilmetan telah dilakukan dan diperoleh hasil yang
baik (Liu,S., et al,2002). Oleh karena itu metode tersebut dicoba
digunakan untuk menetapkan kadar vitamin B1 pada sampel makanan
seperti ; beras merah tumbuk, beras merah giling dan beras putih
giling menggunakan biru bromotimol sebagai senyawa pengompleks yang
dapat membentuk kompleks asosiasi ion dengan vitamin B1 menggunakan
polivinyl alkohol (PVA) sebagai zat pensolubilisasi yang
menghasilkan senyawa yang larut dalam air dan diukur dengan
spektrofotometri UV Visible pada panjang gelombang 441 nm. Bahan
Polivinyl alkohol 1%, etanol netral 40 %, larutan biru bromotimol
0,05 %,larutan dapar NH4CL-NH4OH 0,2 M (49:1) pH 7,6, kalium
heksasianoferat (III) 5% timbal (II) asetat 10 %, indikator
fenolftalein, asam klorida 3 N, tiamin HCL ( BDH Biochemical ),
kertas saring, aquadest. Prosedur Persiapan sampel Sampel yang
digunakan adalah beras merah tumbuk, beras merah giling dan beras
putih giling yang diambil dari daerah Kayu Aro Kerinci, Jambi.
Sampel di haluskan dengan blender kemudian timbang 5 gram sampel
masukan dalam erlenmeyer 50 ml cukupkan dengan aquadest sampai
tanda batas, kocok, kemudian saring dengan kertas saring masukan
dalam labu ukur 50 ml, cukupkan dengan aquadest sampai tanda batas.
Pembuatan Larutan Induk Vitamin B1 500 g/ml (Liu, S.,et al., 2002)
Ditimbang 25 mg Vitamin B1 kemudian larutkan dengan air suling
dalam labu takar 50 ml tepatkan sampai tanda batas. Pengukuran
Panjang Gelombang Serapan Maksimum (Liu, S.,et al., 2002) Dari
larutan induk di pipet 4 ml masukkan dalam labu ukur 25 ml,
sehingga diperoleh konsentrasi 80 g/ml, tambahkan 2 ml dapar
amonia, ditambah 3,3 ml biru bromotimol 0,05 % dan 1,5 ml polivinyl
alkohol 1 %, cukupkan dengan aquadest sampai tanda batas, kocok
homogen, lalu tentukan panjang gelombang serapan maksimum dengan
spektrofotometer VV VIS antara (400-800) nm.
METODE PENELITIAN Alat Spektrofotometer UV-Visibel (Shimadzu
265), erlenmeyer, gelas piala, gelas ukur, corong, batang pengaduk,
pipet takar, pipet tetes, karet hisap, labu semprot, timbangan
digital, labu ukur, pH meter.
8
SCIENTIA VOL. 1 NO. 2, AGUSTUS 2011 ISSN : 2087-5045 Pengukuran
Kadar Vitamin B1 Larutan induk Vitamin B1 (500 g/ml) dipipet
sebanyak 2; 2,5; 3; 3,5; 4 ml dan masing-masing larutan dimasukkan
dalam labu ukur 25 ml. Ke dalam masingmasing labu ditambahkan 1,2
ml dapar amonia, 2,7 ml biru bromotimol 0,05 % dan 0,7 ml polivinyl
alkohol 1% kemudian cukupkan dengan aquadest sampai tanda batas,
dikocok homogen, sehingga diperoleh konsentrasi larutan vitamin B1
berturut-turut 40,50,60,70, dan 80 g/ml. Ukur serapan masing-masing
larutan pada panjang gelombang maksimum yaitu 441 nm kemudian data
absorban dan konsentrasi larutan standar digunakan untuk membuat
kurva kalibrasi. Pengukuran vitamin B1 pada sampel dilakukan dengan
memipet 5 ml filtrat sampel dan masukan dalam labu ukur 25 ml
tambahkan 1,5 ml dapar amonia, tambahkan 3 ml biru bromotimol 0,05
%, tambahkan 1 ml polivinyl alkohol 1 %, kemudian cukupkan dengan
aquadest sampai tanda batas, kocok homogen dan ukur serapan dengan
spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang 441 nm.
Pengolahan Data Kadar Vitamin B1 ditentukan dengan menggunakan
kurva kalibrasi dari larutan standar yang dihitung dengan
menggunakan rumus : HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan kadar vitamin B1
yang terdapat pada beras merah tumbuk, beras merah giling dan beras
putih giling dilakukan dengan metoda spektrofotometer UV-VIS
menggunakan kompleks asosiasi ion antara vitamin B1 dengan biru
bromotimol. Metoda ini sederhana, mudah dan selektif dengan
menggunakan sampel dalam jumlah yang sedikit dengan waktu yang
singkat, dan dapat diterapkan untuk penentuan spektrofotometri
secara langsung pada vitamin B1 dalam fase air tanpa melakukan
ekstraksi dengan pelarut organik. Vitamin B1+ bereaksi dengan biru
bromotimol pada pH 7,6 ditunjukkan dengan perubahan warna larutan
dari tidak berwarna menjadi kuning. Kompleks vitamin B1+ dengan
biru bromotimol merupakan kompleks asosiasi ion yang berwarna yang
dapat diamati pada panjang gelombang serapan maksimum 441 nm (Liu,
S., et al.,2002). Keadaan pH yang lebih tinggi atau lebih rendah
dari 7,6 dapat mempengaruhi peranan biru bromotimol yang merupakan
indikator, karena keasaman larutan berperan besar pada reaksi
warna, oleh karena itu untuk mengontrol keasaman larutan dapat
digunakan larutan dapar NH4Cl NH4OH 0,2 M agar tidak terjadi
penurunan nilai serapan ( Liu, S., et al.,2002). Untuk meningkatkan
kelarutan senyawa kompleks vitamin B1 dengan biru bromotimol dalam
air perlu ditambahkan polivinyl alkohol sebagai zat pensolubilisasi
yang merubah kompleks asosiasi ion yang bersifat hidrofob menjadi
bentuk misel selain itu penambahan polivinyl alkohol juga membentuk
larutan tetap jernih sehingga perubahan warna yang terjadi dapat
diamati dengan jelas. Pada pembuatan kurva kalibrasi semakin tinggi
konsentrasi vitamin B1 maka semakin meningkat juga penambahan
larutan 9
Cs ( mg/g) =
C xfpxV w
Keterangan : C = konsentrasi rata-rata ( g/g), fp = faktor
pengenceran, V = volume filtrat (ml), W = berat sampel ( g )
SCIENTIA VOL. 1 NO. 2, AGUSTUS 2011 ISSN : 2087-5045 dapar serta
zat pensolubilisasi yang dibutuhkan, untuk memperoleh hasil yang
linear antara konsentrasi dengan serapan. Standar vitamin B1 dibuat
dengan konsentrasi 40, 50, 60, 70 dan 80 g/ml sehingga diperoleh
kurva kalibrasi dengan persamaan regresi Y = - 0,1754 + 0,0109 x
dengan harga koefisien korelasi r adalah 0,99472.
0.8Absorban
0.6 0.4 0.2 0 0
y = -0,1754 +0,0109 x r = 0,99472
20
40
60(g/ml)
80
100
Konsentrasi (ppm)Gambar 1. Kurva kalibrasi larutan standar
vitamin B1 dalam dapar amonia + PVA 1 % + BBT 0,05 % Ketelitian
adalah ukuran yang menunjukan derajat kesesuaian antara hasil uji
individual dan rata rata jika prosedur ditetapkan secara
berulangulang. Ketelitian diukur sebagai simpangan baku dan
koefisien variasi dari masingmasing pengukuran. Untuk pengukuran
kadar vitamin B1 pada sampel dengan 3 kali pengulangan diperoleh SD
untuk beras merah tumbuk 0,243, beras merah giling 0,198 dan beras
putih giling 0,190. Sedangkan nilai KV yang di peroleh untuk beras
merah tumbuk 0,419 %, beras merah giling 0,437 % dan beras putih
giling 0,449 % hasil ini memenuhi kriteria, karena nilai standar
deviasi atau koefisien variasi 2 % atau kurang.
Tabel 1. Penentuan kadar vitamin B1 dalam sampel menggunakan
spektrofotometri UVVisibel pada panjang gelombang 441 nm Kadar
Vitamin B1 (mg/g)
Sampel
A 1. 0,457
C (g/ml) 1. 58,018 2. 57,559 3. 57,651 1. 45.174 2. 45,266 3.
45,449 1. 42,513
C(g/ml)
SD
KV (%)
Beras merah tumbuk
2. 0,452 3. 0,453 1. 0,317
57,743
2,887
0,243
0,419
Beras merah giling Beras putih
2. 0,318 3. 0,320 1. 0,288
45,296
2,265
0,198
0,437
42,574
2,129
0,190
0,446
10
SCIENTIA VOL. 1 NO. 2, AGUSTUS 2011 ISSN : 2087-5045 giling 2.
0,287 3. 0,291 2. 42,422 3. 42,789
Hasil pemeriksaan kadar vitamin B1 dalam sampel beras
diperlihatkan pada tabel 1. Beras merah tumbuk mengandung vitamin
B1 dengan kadar tertinggi yaitu 2,887 mg/g, yang diikuti dengan
beras merah giling 2,265 mg/g dan beras putih giling 2,129 mg/g.
Pada uji statistik menggunakan ANOVA satu arah dilanjutkan uji beda
nyata terkecil diperoleh perbedaan yang sangat signifikan (p0.05),
berarti pemberian suspensi ekstrak buah malur dalam rentang dosis
tersebut tidak menimbulkan gangguan terhadap berat badan 46
SCIENTIA VOL. 1 NO. 2, AGUSTUS 2011 ISSN : 2087-5045 mencit,
namun terhadap hari pengamatan terdapat perbedaan yang signifikan,
yaitu pada hari ke-1, 10, 20 terhadap hari ke-31, dan pada hari
ke-1 terhadap hari ke-10, 20, dan 31 (P 0.05). Keywords : Mahogany
seed powder, Gamma Glutamyl Transferase (GGT)
PENDAHULUAN Dewasa ini, penelitian dan pengembangan tumbuhan
obat, baik didalam maupun diluar berkembang pesat. Penelitian yang
berkembang, terutama pada segi farmakologi maupun fitokimianya
berdasarkan indikasi tumbuhan obat yang telah digunakan oleh
sebagian masyarakat dengan khasiat yang teruji secara empiris.
Hasil penelitian tersebut, tentunya lebih memantapkan para pengguna
tumbuhan obat akan khasiat, maupun penggunaannya. Terlebih lagi,
uji toksikologi juga telah banyak dilakukan oleh para peneliti
untuk mengetahui keamanan tumbuhan obat yang sering digunakan untuk
pemakaian jangka panjang maupun pemakaian secara mendadak
(Dalimartha,1999). Salah satu tumbuhan tradisonal yang digunakan
sebagai obat adalah biji mahoni (Swietenia macrophylla King) dengan
kandungan kimia utama saponin dan flavonoida, yang digunakan
masyarakat untuk menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi),
antipiretik, kencing manis (diabetes mellitus), menambah nafsu
makan,
rematik, demam, masuk angin (Rosyidah, 2007). Tumbuhan obat
dikatakan aman salah satu nya adalah tidak toksik, dalam tubuh kita
organ yang berperan penting dalam metabolisme toksikan adalah hati.
Hati sering menjadi sasaran toksikan karena sebagian besar toksikan
memasuki tubuh melalui sistem gastrointestinal dan setelah diserap
toksikan dibawa oleh vena porta ke hati. Hati memiliki kadar enzim
yang memetabolisme toksikan dalam jumlah yang tinggi. Oleh enzim
ini sebagian besar toksikan menjadi kurang toksik, lebih mudah
larut dalam air dan lebih mudah diekresikan (Sulaiman, 1990).
Adanya kerusakan hati dapat dideteksi melalui pemeriksaan fisiologi
dan patologis. Salah satu pemeriksaan kelainan hati secara biokimia
yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan kadar GGT. GGT (Gamma
Glutamil Transferase) merupakan suatu enzim yang spesifik yang
ditemukan di hepatosit dan sel-sel epitel bilier. GGT berperan
penting dalam pembentukan glutation yang merupakan bahan kimia yang
dibuat oleh tubuh untuk melindungi sel-sel dari berbagai racun dan
juga sebagai 59
SCIENTIA VOL. 1 NO. 2, AGUSTUS 2011 ISSN : 2087-5045 mengkatalis
pemindahan gugus gammaglutamil dari suatu peptida yang mengandung
gugus tersebut (Gamma Glutamil Transferase, 2009). GGT juga berguna
sebagai mendiagnosa hepatitis kronik, sebagai indikator kolestatis,
mendeteksi kelainan hati secara dini dan mendeteksi kelainan hati
karena alkohol. Pemeriksaan GGT merupakan suatu pemeriksaan rutin
dalam klinik untuk memperkuat diagnosis berbagai macam penyakit,
dan dari angka GGT yang meningkat pada berbagai penyakit hati dapat
diambil kesimpulan bahwa derajat peningkatan aktivitas GGT dalam
serum atau plasma darah dapat dijadikan parameter untuk diagnosis
diferensial penyakit hati (Muliawan, 1981). Berdasarkan fenomena
diatas maka perlu diteliti sejauh mana pengaruh pemberian serbuk
biji mahoni (Swietenia macrophylla king) terhadap kadar GGT hati.
makanan standar dan pemberian air yang cukup. Selama pemeliharaan,
bobot hewan ditimbang dan diamati prilakunya. Hewanhewan yang
dinilai sehat digunakan dalam percobaan, yaitu bila selama
pemeliharaan bobot hewan tetap atau mengalami kenaikan dengan
deviasi maksimum 10% dan menunjukkan prilaku yang normal. Pembuatan
serbuk biji Mahoni Buah mahoni dipisahkan dari kulit buahnya dan
dibersihkan dari bahan pangotor lainnya, lalu dikeringkan di bawah
sinar matahari langsung selama 10 hari (hingga berwarna
kecoklatan). Kemudian biji dipisahkan dari kulitnya dan dikeringkan
selama 7 hari (tidak pada sinar matahari langsung) setelah kering,
biji ini dihaluskan menggunakan lumpang dan diayak sampai diperoleh
serbuk dengan derajat kehalusan tertentu dengan ayakan No 44 (d=
355m) (Materia Medika Indonesia, 1977).
METODA PENELITIAN Pembuatan suspensi serbuk biji Mahoni Alat dan
bahan Photometer 5010 (Roche), alat sentrifuge (Hettich Zentrifugen
EBA 20), jarum oral, alat suntik, pipet mikro, alat bedah,
timbangan hewan, gelas ukur, beacker glass, tabung reaksi, kaca
arloji, spatel, pinset, sarung tangan, gunting, kapas, dan kandang
mencit, ayakan, reagent GGT (reagent I : Tris buffer dan
Glicyglicine reagent II : L--glutamyl-3-carboxy-4nitroanilide),
makanan untuk mencit, aqua destilata, biji mahoni, Na CMC 0,5%.
Larutan uji serbuk biji mahoni dibuat dalam suspensi menggunakan Na
CMC 0,5 % dengan konsentrasi larutan 1%. Serbuk biji mahoni yang
telah ditimbang sebanyak 100 mg dan digerus halus disuspensikan Na
CMC 0,5% dengan cara : Na CMC yang ditimbang 0,05 g ditabur diatas
air panas 20 kalinya, biarkan 15 menit, digerus hingga menjadi masa
yang homogen tambahkan serbuk gerus sampai homogen, cukupkan volume
dengan menggunakan aquadest sampai 10 ml, gerus hingga homogen.
Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah
mahoni yang sudah kering diambil didaerah Balai Baru kecamatan
Kuranji Padang Persiapan hewan percobaan Hewan yang digunakan
adalah mencit putih dengan bobot badan sekitar 2030 gram. Mencit
diaklimatisasi selama tidak kurang dari 7 hari sebelum
digunakan,
Pengukuran kadar GGT Hewan percobaan dibagi atas 4 kelompok,
setiap kelompok terdiri atas 15 ekor. Masing-masing kelompok mencit
diberikan larutan sediaan oral, yaitu : a. Kelompok I kontrol (-)
diberikan suspensi Na CMC. b. Kelompok II diberikan suspensi
larutan uji dengan dosis 1,04 mg/20g BB.
60
SCIENTIA VOL. 1 NO. 2, AGUSTUS 2011 ISSN : 2087-5045 c. Kelompok
III diberikan suspensi larutan uji dengan dosis 2,08 mg/20g BB d.
Kelompok IV diberikan suspensi larutan uji dengan dosis 4,16 mg/20g
BB. Percobaan dilakukan pada hari ke-1 sampai hari ke-6, hari ke-6
sore mencit dipuasakan, pada hari ke 7, 21, dan 42 dilakukan
pengukuran kadar GGT mencit. Penimbangan berat badan hewan
percobaan dilakukan setiap hari. Sebelum pengukuran kadar GGT,
dilakukan pengukuran berat badan hewan percobaan. Setelah perlakuan
terhadap hewan percobaan dilakukan pengukuran kadar GGT mencit
dengan cara : a. Pengambilan darah dan penyiapan serum darah
diambil dengan cara memotong pembuluh leher dan darah ditampung
pada tabung reaksi. Darah disentrifuge selama 15 menit pada
kecepatan 3000 rpm. Bagian cairan jernih (serum) diambil untuk
penentuan kadar GGT. Pipet 1,0 ml serum kedalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan reagent GGT (reagent I + reagent II dengan
perbandingan 4 : 1). Lakukan pengukuran kadar GGT dengan Photometer
5010 (Roche) pada panjang gelombang 405 nm. 1. Hasil pengukuran
kadar GGT rata-rata pada hari ke-7 adalah : a. kontrol (-) : 2,36
U/L b. Dosis 1,04mg/ 20g BB: 2,17 U/L c. Dosis 2,08mg/ 20g BB: 2,19
U/L d. Dosis 4,16mg/ 20 g BB: 2,23 U/L 2. Hasil pengukuran kadar
GGT rata-rata pada hari ke- 21 adalah : a. kontrol (-) : 2,37 U/L
b. Dosis 1,04mg/ 20g BB : 2,25U/L c. Dosis 2,08mg/ 20g BB: 2,33U/L
d. Dosis 4,16mg/ 20 g BB : 2,40 U/L 3. Hasil pengukuran kadar GGT
rata-rata pada ke- 42 adalah : a. kontrol (-) : 2,35 U/L b. Dosis
1,04mg/ 20g BB: 2,39 U/L c. Dosis 2,08mg/ 20g BB: 3,12 U/L d. Dosis
4,16mg/ 20 g BB: 3,90U/L Pada penelitian ini digunakan yaitu biji
mahoni (Swietenia macrophylla King) dalam bentuk serbuk. Penggunaan
serbuk dalam penelitian ini bertujuan memberikan kemudahan
pengaplikasiannya pada masyarakat dalam memanfaatkan biji mahoni
untuk pengobatan, lebih mudah pembuatannya dan harganya lebih
murah. Pada penelitian dilakukan pemberian serbuk biji mahoni
yaitu1,04 mg/20 g BB, 2,08 mg/20 g BB, dan 4,16 mg/20 g BB.
Penyuntikan dilakukan secara oral setiap hari selama 42 hari pada
mencit dan pengamatan dilakukan pada pemberian hari ke- 7, hari
ke21, dan hari ke- 42. Tujuan pengukuran kadar GGT dilakukan pada
hari ke- 7, hari ke- 21, dan hari ke- 42 adalah untuk melihat
adanya atau tidaknya pengaruh lama pemberian serbuk biji mahoni
secara berulang yang dilakukan selama 42 hari dengan dosis yang
berbeda. Kerusakan hati salah satunya dapat dilihat dengan
peningkatan kadar enzim Gamma-glutamil transferase (GGT). GGT
merupakan enzim golongan fosfatase yang ditemukan pada berbagai
jaringan tubuh. Pada kolestasis dan hepatoseluler terjadi
peninggian enzim ini. Pemeriksaan kuantitatif aktivitas
gamma-glutamil transferase berdasarkan atas menghilangnya substrat
atau dibentuknya produk-produk oleh enzim tersebut. Substrat yang
dipakai dalam pemeriksaan GGT merupakan substrat yang sintetik yang
mengandung gugus glutamil yang dapat dipindahkan oleh enzim 61
b.
Analisa data Hasil pengukuran kadar GGT dianalisa secara
statistik menggunakan metode analisa varian (anova) dua arah secara
SPSS 19,00 dan dilanjutkan dengan uji Lanjut Berjarak Duncan
(Duncan New Multiple Range Test) (Schefler, 1998).
HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian tentang
pengaruh pemberian serbuk biji mahoni (Swietenia macrophylla King)
terhadap kadar Gamma Glutamil Transferase (GGT), maka diperoleh
hasil sebagai berikut :
SCIENTIA VOL. 1 NO. 2, AGUSTUS 2011 ISSN : 2087-5045 ke suatu
akseptor, yaitu suatu asam amino atau dipeptida. Sebagai akseptor
gugus glutamil dipakai suatu dipeptida, yaitu glisilglisin. Pada
pemecahan substrat terbentuk p-nitroanilin yang dapat mengabsorpsi
gelombang cahaya spektrofotometer pada 405 nm (Muliawan, 1981).
Pengukuran kadar GGT ini dilakukan dengan menggunakan Photometer
5010 (Roche) dengan panjang gelombang 405 nm. Perhitungan hasil
dilakukan dengan menghitung persentase (%) kadar Gamma Glutamil
Transferase (GGT) dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pengolahan
data dilanjutkan secara perhitungan stastistik menggunakan metoda
anova dua arah dan metoda uji lanjut berjarak Duncan menggunakan
SPSS 19,00 yaitu untuk melihat ada atau tidak nya perbedaan yang
bermakna (p < 0,05) antara perlakuaan dosis dan hari. Hasil yang
diperoleh pada pemberian serbuk biji mahoni (Swietenia macrophylla
King) terhadap kadar Gamma Glutamil Transferase (GGT) serum darah
mencit yaitu hasil persentase (%) nya pada hari ke-7 pemberian
serbuk biji mahoni pada mencit dengan dosis 1,04 mg/20g BB
menunjukkan penurunan kadar Gamma Glutamil Transferase (GGT) yang
paling rendah dengan hasil persentase (%) yaitu 8,05%, pada dosis
2,08 mg/20g BB menunjukkan penurunan kadar Gamma Glutamil
Transferase (GGT) dengan hasil persentase (%) yaitu -7,20%, dan
pada dosis 4,16 mg/20g BB menunjukkan penurunan kadar Gamma
Glutamil Transferase (GGT) dengan hasil persentase (%) yaitu
-5,50%. Sedangkan pada hari ke- 21 pemberian serbuk biji mahoni
pada mencit dengan dosis 1,04 mg/20g BB menunjukkan penurunan kadar
Gamma Glutamil Transferase (GGT) dengan hasil persentase (%) yaitu
-5,06%, pada dosis 2,08 mg/20g BB menunjukkan penurunan kadar Gamma
Glutamil Transferase (GGT) dengan hasil persentase (%) yaitu
-1,71%, Dan pada hari ke-42 pemberian serbuk biji mahoni pada
mencit dengan dosis 1,04 mg/20g BB menunjukkan penurunan kadar
Gamma Glutamil Transferase (GGT) dosis 1,04 mg/20g BB yaitu -0,41%,
Sedangkan pengukuran pada hari ke-21 dapat terlihat peningkatan
kadar Gamma Glutamil Transferase (GGT) pada dosis 4,16 mg/ 20g BB
yaitu +1,26% dan peningkatan kadar Gamma Glutamil Transferase (GGT)
paling tinggi terlihat pada hari ke- 42 dengan dosis 2,08 mg/ 20g
BB yaitu 30% dan pada dosis 4,16 mg/ 20g BB yaitu 47,08%. Jadi,
semakin lama waktu pemberian serbuk biji mahoni (Swietenia
macrophylla King) dan semakin besar dosis yang diberikan maka dapat
meningkatkan kadar Gamma Glutamil Transferase (GGT) serum darah
mencit. Tetapi setelah dilakukan analisa data dengan SPSS 19,00,
diketahui bahwa faktor perlakuan dengan waktu (hari) terlihat nilai
signifikan P>0,05, berarti nilai ini tidak bermakna/signifikan
terhadap pengaruh terhadap kadar GGT serum mencit putih betina.
Dari uji lanjut Duncan untuk kadar Gamma Glutamil Transferase (GGT)
ratarata pada dosis 1,04 mg/20g BB, 2,08 mg/20g BB dan 4,16 mg/20g
BB tidak menunjukan perbedaan yang nyata dalam pengaruh kadar GGT
pada mencit putih betina dibandingkan dengan kelompok kontrol
(Lampiran 8, Tabel 8), dan hasil lanjut Duncan terhadap hari ke- 7,
hari- 21 dan hari ke- 42 yaitu pada hari ke- 7 tidak terlihat
perbedaan yang nyata dibandingkan dengan hari ke-21, dan pada hari
ke-21 tidak terlihat perbedaan yang nyata dibandingkan dengan hari
ke-42, sedangkan pada hari ke-7 terlihat perbedaan yang nyata
dibandingkan dengan hari ke-42.
KESIMPULAN Pemberian serbuk biji mahoni selama 42 hari pada
mencit putih betina tidak mempengaruhi kadar GGT secara
signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Dalimartha, S., 1999, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid II,
PT Niaga Swadaya,Jakarta.
62
SCIENTIA VOL. 1 NO. 2, AGUSTUS 2011 ISSN : 2087-5045 Dalimartha,
S., 2006, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 2, Trubus Agriwidya,
cetakan keIV, Jakarta. Plants, Buletin No. 281. Australia: CSIRO.
Melbaurne. Syaifoellah, H.M., 1987, Fisiologi dan Pemeriksaan
Boikimia Hati, dalam Dr. dr. Soeparman (Ed), Ilmu Penyakit Dalam,
Edisi ke-2, Balai Penerbit FKU, Jakarta. Thompson, E.P., 1990,
Bioscreening of drug, evaluation Technique & Pharmacology, New
York: Weinheim Basel Cambridge. Wade, A., Weller, P., 1986,
Pharmaceutical Excipient edisi 2, London: the Pharmaceutical
Press.
Muliawan, M., 1981, Pemeriksaan GammaGlutamil Tranferase
Serumdan Pemakaiannya dalam klinik,Cermin Dunia Kedokteran, No22.
Musyrif, N., 2009, Uji Efek Serbuk Biji Mahoni (Swietenia
macrophylla King) Terhadap Kadar Kolesterol Total mencit, Skripsi
Sarjana, Jurusan Farmasi Universitas Andalas, Padang. Rosyidah, A.,
2007, Pengaruh Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia macrophylla King)
Terhadap kadar Mortalitas Ulat Grayak, Skripsi, Universitas Jember,
Jember Sulaiman, A.H., 1990, Gastroenterologi Hepatologi, CV.Sagung
Seto, Yogyakarta.
Simes, J.J,.J.G Tracey, L.J.Webb and W.J Dunstand, 1959, an
Australian Phytochemical survey III : Saponin in Gasterm Australian
Flowering
63
SCIENTIA VOL. 1 NO. 2, AGUSTUS 2011 ISSN : 2087-5045
Petunjuk Penulisan Pada Jurnal Scientia1. Naskah berupa hasil
penelitian atau karya ilmiah dari bidang Ilmu Farmasi dan
Kesehatan, baik berupa review maupun sintesis. Naskah belum pernah
dan tidak akan pernah dipublikasikan pada media lain. 2. Naskah
ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Bila naskah
dalam bahasa Inggris, maka abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia,
sebaliknya bila naskah dalam bahasa Indonesia, maka abstrak ditulis
dalam bahasa Inggris. 3. Naskah diketik menggunakan komputer,
dengan jumlah halaman maksimal 10 halaman kertas ukuran kuarto (A4)
dengan spasi ganda. Abstrak tidak lebih dari 250 kata yang diketik
dengan jarak 1 spasi. Naskah 1 rangkap beserta softcopy (dalam
bentuk CD) dikirim ke redaksi. 4. Sistematika penulisan disusun
sebagai berikut : a. Judul, nama lengkap penulis dan lembaga b.
Abstrak c. Pendahuluan : berisi latar belakang masalah, ditambah
literatur pendukung yang relevan d. Metoda Penelitian e. Hasil dan
Pembahasan f. Kesimpulan atau saran g. Daftar Pustaka (kutipan dari
buku dengan susunan : nama penulis, tahun, judul buku (tulis
miring), penerbit, kota terbit; kutipan dari jurnal dengan susunan
: nama penulis, tahun, judul artikel, judul jurnal (ditulis
miring), volume, nomor halaman) 5. Tabel dan gambar harus diberi
judul dan keterangan yang jelas 6. Redaksi berhak merubah naskah
tanpa mengurangi isi dan maksud naskah 7. Redaksi berhak menolak
naskah yang kurang layak untuk dipublikasikan. Naskah akan
dikembalikan jika dilengkapi perangko secukupnya 8. Nama penulis
ditulis lengkap dengan gelar dan lembaga/instansi tempat penulis
bekerja 9. Pada bagian akhir naskah dicantumkan riwayat hidup
penulis 10. Naskah & softcopy dapat dikirimkan ke : Alamat :
Jl. Adinegoro/Simp. Kalumpang Km. 17 Lubuk Buaya Padang-25173
e-mail : [email protected] (khusus softcopy)
64