TUTORIAL HERNIASI CEREBRI Disusun untuk memenuhi sebagian syarat kelulusan kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Saraf RST dr. Soedjono Magelang disusun oleh: Aditya Edo Mulyono 01.210.6067 Pembimbing: dr. Heriyanto Sp.S KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUTORIAL
HERNIASI CEREBRI
Disusun untuk memenuhi sebagian syarat kelulusan
kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Saraf
RST dr. Soedjono Magelang
disusun oleh:
Aditya Edo Mulyono
01.210.6067
Pembimbing:
dr. Heriyanto Sp.S
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
RST DR. SOEDJONO MAGELANG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Tutorial
HERNIASI CEREBRI
Disusun untuk memenuhi sebagian syarat kelulusan
kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Saraf
RST dr. Soedjono Magelang
Telah disetujui dan dipresentasikan
pada tanggal: November 2015
Disusun oleh:
Aditya Edo Mulyono
01.210.6067
Pembimbing,
dr. Heriyanto Sp.S
PENDAHULUAN
Otak merupakan organ yang besar, kompleks dan sangat penting dalam kehidupan
seseorang. Dalam cranium, refleksi dural dan tulang-tulang memisahkan otak kepada regio-
regio tertentu. Hernia otak merupakan dislokasi secara mekanik organ otak ke regio yang lain
akibat dari adanya massa, trauma, neoplastik, iskemik ataupun penyebab infeksi. (1) Hernia
otak , juga dikenali sebagai ‘cistern obliteration’, merupakan akibat dari tekanan intracranial
yang terlalu tinggi. Hernia ini terjadi apabila otak menggeser ke beberapa struktur dalam
otak. Otak bisa bergeser ke mana-mana struktur otak seperti falx serebri, tentorium serebella
dan bisa sampai ke dalam lubang yang dinamakan foramen magnum pada basis cranii
( tempat lewatnya corda spinalis dan berhubung dengan otak). Herniasi bisa disebabkan oleh
beberapa faktor yang menyebabkan efek massa dan peningkatan tekanan intracranial. Hal ini
termasuklah trauma otak, stroke, maupun tumor otak. Oleh karena herniasi itu sendiri
menyebabkan tekanan yang tinggi pada struktur otak tertentu, maka ia bersifat fatal. Makanya
pada semua rumah sakit, tindakan pertama yang dilakukan tidak lain melainkan menurunkan
tekanan intracranial. Herniasi juga bisa terjadi tanpa peningkatan tekanan intracranial seperti
adanya lesi massa yaitu hematoma yang terjadi pada perbatasan kompartemen otak. (2,3)
Insidensi terjadinya hernia otak adalah tergantung dari penyebab hernia otak. Di Amerik,
sebanyak 42% kasus dilaporkan pada tahun 2000-2003. Di Asia, insidensi terjadinya hernia
otak malah lebih tinggi yaitu 76,3% pada tahun 2002. Tingginya angka kejadian ini
disebabkan oleh tingginya insidens trauma kapitis dan tumor otak di Asia. Malah dari salah
satu sumber penelitian pada tahun 1999, mendapatkan bahwa tingginya angka kejadian hernia
otak disebabkan oleh penanganan peningkatan tekanan intracranial yang lambat dan kurang
adekuat.
Gambar 1 : Hernia Otak
otak
Batang otak cerebellum forebrain
Diencefalon cerebrum
ANATOMI & FISIOLOGI
Gambar 2: Pembagian otak (4)
Cerebrum, yang benar-benar merupakan bagian terbesar dari otak manusia, dibagi
menjadi dua belahan, yaitu hemisfer cerebrum kiri dan kanan. Keduanya dihubungkan satu
sama lain oleh korpus kalosum, yaitu pita tebal yang mengandung sekitar 300juta akson saraf
melintang di antara kedua hemisfer.
Gambar 3 : hemisfer kanan dan kiri dari otak
Setiap hemisfer terdiri dari sebuah lapisan luar yang tipis yaitu substansia grisea atau
korteks serebrum, menutupi bagian tengah yang lebih tebal yaitu substansia alba. Jauh di
sebelah dalam substansia alba terdapat substansia grisea lain, yaitu nukleus-nukleus basal. Di
seluruh sistem saraf pusat, substansia grisea terdiri darI badan-badan sel yang terkemas rapat
dengan dendrit-dendrit mereka dan sel-sel glia.
Perlu diketahui bahwa walaupun aktivitas tertentu pada akhirnya dikaitkan dengan
daerah tertentu di otak, tidak ada bagian otak yang berfungsi sendirian. Setiap bagian
bergantung pada hubungan kompleks di antara banyak bagian lain baik untuk pesan-pesan
yang masuk maupun keluar. Patokan-patokan anatomis yang digunakan dalam pemetaan
korteks adalah lipatan-lipatan dalam tertentu yang membagi setiap belahan korteks menjadi
empat lobus utama: lobus-lobus oksipital, temporalis, parietalis, dan frontalis.
Gambar 4 : lobus utama pada otak
Lobus oksipitalis yang terletak di sebelah posterior bertanggung jawab untuk
pengolahan awal masukan penglihatan. Sensasi suara mula-mula diterima oleh lobus
temporalis, yang terletak di sebelah lateral. Lobus parietalis dan lobus frontalis, yang terletak
di puncak kepala, dipisahkan oleh sebuah lipatan dalam, sulkus sentralis, yang berjalan ke
bawah di bagian tengah permukaan lateral tiap-tiap hemisfer. Lobus parietalis terletak di
belakang sulkus sentralis pada kedua sisi, dan lobus frontalis terletak di depan sulkus.
Lobus parietalis terutama bertanggung jawab untuk menerima dan mengolah masukan
sensorik seperti sentuhan, tekanan, panas, dingin dan nyeri dari permukaan tubuh. Sensasi-
sensasi ini secara kolektif dikenal sebagai sensasi somestetik. Lobus parietalis juga
merasakan kesadaran mengenai posisi tubuh, suatu fenomen yang disebut sebagai
propriosepsi. Korteks somatosensorik, tempat pengolahan kortikal awal masukan somestetik
dan proprioseptif ini, terletak di bagian depan tiap-tiap lobus parietalis tepat di belakang
sulkus sentralis. Setiap daerah di dalam korteks somatosensorik menerima masukan sensorik
dari daerah tertentu di tubuh. Pada apa yang disebutkan homunkulus sensorik, tubuh
digambarkan terbalik di korteks somatosensorik dan yang lebih penting lagi, bagian-bagian
tubuh yang berbeda tidak direpresentasikan setara.
Korteks somatosensorik tiap-tiap sisi otak sebagian besar menerima masukan sensorik
dari sisi tubuh yang berlawanan, karena sebagian besar jalur asendens membawa informasi
sensorik naik dari korda spinalis menyilang ke sisi yang berlawanan sebelum akhirnya
berakhir di korteks. Dengan demikian kerosakan belahan kiri korteks somatosensorik
menghasilkan defisit sensorik pada sisi kanan tubuh, sementara kehilangan sensorik pada sisi
kiri berkaitan dengan kerosakan belahan kanan korteks.
Kesadaran sederhana mengenai sentuhan, tekanan, atau suhu dideteksi oleh talamus,
tingkat otak yang lebih rendah, tetapi korteks somatosensorik berfungsi lebih jauh daripada
sekedar pengenalan murni sensasi menjadi persepsi sensorik yang lebih utuh. Talamus
membuat kita sadar bahwa sesuatu yang panas versus sesuatu yang dingin sedang menyentuh
badan kita tetapi tidak memberitahu di mana atau seberapa besar intensitasnya. Korteks
somatosensorik menentukan lokasi sumber masukan sensorik dan merasakan tingkat
intensitas ransangan. Korteks ini juga mampu melakukan diskriminasi spatial, sehingga
korteks mampu mengetahui bentuk suatu benda yang sedang dipegang dan dapat
membedakan perbedaan ringan antara benda-benda serupa yang berkontak dengan kulit.
Lobus frontalis, yang terletak di korteks bagian depan, bertanggung jawab terhadap
tiga fungsi utama: (1) aktivitas motorik volunter, (2) kemampuan berbicara, dan (3) elaborasi
pikiran. Daerah di lobus frontalis belakang tepat di depan sulkus sentralis dan dekat dengan
korteks somatosensorik adalah korteks motorik primer. Daerah ini memberi kontrol volunter
atas gerakan yang dihasilkan otot-otot rangka. Seperti pada pengolahan sensorik, korteks
motorik di tiap-tiap sisi otak terutama mengontrol otot di sisi tubuh yang berlawanan. Jaras-
jaras saraf yang berasal dari korteks motorik hemisfer kiri menyilang sebelum turun ke korda
spinalis untuk berakhir di neuron-neuron eferen yang mencetuskan kontraksi otot rangka di
sisi kanan tubuh. Dengan demikian, kerusakan di korteks motorik di sisi kiri otak akan
menimbulkan paralisis di sisi kanan tubuh dan demikian sebaliknya.
Gambar 5 : fungsi dari setiap lobus
Daerah-daerah subkorteks otak berinteraksi secara luas dengan korteks dalam
melaksanakan fungsi mereka. Daerah-daerah ini mencakup nukleus basal yang terletak di
serebrum serta talamus dan hipotalamus yang terletak diensefalon. Nukleus basal terdiri dari
beberapa massa substansia grisea yang terletak jauh di dalam substansia alba serebrum.
Nukleus basal memiliki peran kompleks dalam mengontrol gerakan selain memiliki fungsi-
fungsi nonmotorik yang mash belum begitu diketahui. Secara khusus, nukleus basal penting
dalam (1) menghambat tonus otot di seluruh tubuh; (2) memilih dan mempertahankan
aktivitas motorik bertujuan sementara menekan pola gerakan yang tidak berguna atau tidak
diinginkan; dan (3) membantu memantau dan mengkoordinasi kontraksi-kontraksi menetap
yang lambat, terutama kontraksi yang berkaitan dengan postur dan penunjang.
Jauh di dalam otak dekat dengan nukleus basal terdapat diensefalon, suatu struktur
garis tengah yang membentuk dinding-dinding rongga ventrikel ketiga, salah satu ruang
tempat lewatnya cairan serebrospinalis. Diensefalon terdiri dari dua bagian utama, talamus
dan hipotalamus. Talamus brfungsi sebagai ”stasiun penyambung” dan pusat integrasi sinaps
untuk pengolahan pendahuluan semua masukan sensorik dalam perjalanannya ke korteks.
Hipotalamus adalah kumpulan nukleus spesifik dan serat-serat terkait yang terletak di bawah
talamus. Secara spesifik, hipotalamus (1) mengontrol suhu tubuh; (2) mengontrol rasa haus
hormon hipofisis anterior; (5) menghasilkan hormon-hormon hipofisis posterior; (6)
mengontrol kontraksi uterus dan pengeluaran susu; (7) berfungsi sebagai pusat koordinasi
sistem saraf otonom utama, yang kemudian mempengaruhi semua otot polos, otot jantung,
dan kelenjar eksokrin; dan (8) berperan dalam pola perilaku dan emosi.
Serebelum, yang melekat ke belakang bagian atas batang otak, terletak di bawah lobus
oksipitalis korteks. Serebelum terdiri dari tiga bagian yang secara fungsional berbeda, yang
diperkirakan terbentuk secara berurutan selama evolusi.
1. Vestibuloserebelum penting untuk mempertahankan keseimbangan dan mengontrol
gerakan mata.
2. Spinoserebelum mengatur tonus otot dan gerakan volunter yang terampil dan
terkoordinasi.
3. Serebroserebelum berperan dalam perencanaan dan inisiasi aktivitas volunter dengan
memberikan masukan kee daerah-daerah motorik korteks. Bagian ini juga merupakan
daerah serebelum yang terlibat dalam ingatan prosedural.
Batang otak yang terdiri dari medulla, pons dan otak tengah, adalah penghubung penting
antara bagian otak lainnya dengan korda spinalis. Semua serat-serat yang datang dan pergi
antara pusat-pusat di otak dan perifer harus melewati batang otak, dengan serat-serat yang
datang memancarkan informasi sensorik ke otak dan serat-serat yang keluar membawa sinyal
perintah dari otak untuk keluaran eferen. Fungsi batang otak mencakup hal berikut:
1. Sebagian besar dari kedua belas pasang saraf kranialis berasal dari batang otak.
Dengan satu pengecualian besar, saraf-saraf ini mempersarafi struktur-struktur di
kepala dan leher dengan serat sensorik dan motorik. Saraf-saraf tersebut penting
untuk penglihatan, pendengaran, pengecapan, sensasi wajah, dan salivasi.
Pengecualian yang utama adalah saraf kranialis X, saraf vagus. Saraf ini tidak
hanya mempersarafi daerah-daerah di kepala, namun sebagian besar cabang saraf
vagus mempersarafi organ-organ di rongga toraks dan abdomen. Vagus adalah
saraf utama dalam sistem saraf parasimpatis.
2. Di dalam batang otak terdapat kumpulan saraf atau ’pusat-pusat’ yang mengontrol
fungsi jantung dan pembuluh darah, respirasi dan banyak aktiviti pencernaan.
3. Daerah ini juga berperan dalam memodulasi sensasi nyeri.
4. Batang otak berperan dalam mengatur refleks-refleks otot yang terlibat dalam
keseimbangan dan postur.
5. Di seluruh batang otak dan ke dalam talamus berjalan suatu jaringan luas neuron
yang saling berhubungan yang disebut formasio retikularis. Jaringan ini menerima
dan mengintegrasikan semua masukan sinaps. Serat-serat asendens yang berasal
dari formasio retikularis membawa sinyal ke atas untuk membangunkan dan
mengaktifkan korteks serebrum. Serat-serat ini menyusun sistem aktivasi retikuler,
yang mengontrol seluruh derajat kewaspadaan korteks dan penting dalam
kemampuan mengarahkan perhatian.
6. Pusat-pusat yang bertanggung jawab untuk tidur juga terletak di dalam batang otak.
Gambar 6 : Anatomi otak
EPIDEMIOLOGI
Insidens terjadinya hernia otak adalah berdasarkan insidens dari penyebab hernia itu
sendiri. Di Amerik, sebanyak 42% kasus dilaporkan pada tahun 2000-2003. Di Asia,
insidensi terjadinya hernia otak malah lebih tinggi yaitu 76,3% pada tahun 2002. Tingginya
angka kejadian ini disebabkan oleh tingginya insidens trauma kapitis dan tumor otak di Asia.
Malah dari salah satu sumber penelitian pada tahun 1999, mendapatkan bahwa tingginya
angka kejadian hernia otak disebabkan oleh penanganan peningkatan tekanan intracranial
yang lambat dan kurang adekuat.
ETIOLOGI
Hernia otak terjadi apabila ada sesuatu di dalam otak yang mendorong jaringan otak.
Termasuklah edema otak akibat dari trauma kapitis. Hernia otak sering disebabkan adanya
tumor dalam otak termasuklah tumor otak yang bermetastasis dan tumor otak primer. Selain
itu, hernia otak juga bisa terjadi akibat dari abses otak, adanya perdarahan dalam otak dan
hidrosefalus (akumulasi cairan dalam otak) serta strok yang menyebabkan edema otak.
Hernia otak sendiri juga sering menyebabkn strok masif. Hal ini menyebabkan suplai darah
yang berkurang pada bagian otak tertentu dan kompresi pada struktur vital yang mengontrol
pernapasan dan sirkulasi. Hal ini akan menyebabkan kematian atau kematian otak. Walau
bagaimanapun penyebab tersering dari hernia otak adalah akibat adanya tekanan massa dalam
otak yang mendorong otak itu sendiri.
KLASIFIKASI
Gambar 7 : Diagram ini menunjukkan empat tipe herniasi. 1) Hernia singulata dimana otak terjepit di bawah falx serebri. 2) Herniasi batang otak ke caudal. 3) Herniasi uncus dan girus hippocampal ke dalam celah tentorium. 4) Herniasi tonsil serebellar ke dalam foramen magnum.(1)
Terdapat 2 kelompok mayor dari hernia otak; supratentorial dan infratentorial.
Herniasi supratentorial adalah hernia yang terjadi di atas notch tentorium dan infratentorial
pula merupakan hernia yang terjadi di bawahnya. Dalam 2 kelompok besar ini, hernia otak
dinamakan berdasarkan struktur atau lokasi lewatnya dan bergesernya otak; termasuklah
transtentorial, bergeser ke atas, tonsilar, sentral, singulata, dan herniasi transcalvaria.
Herniasi uncal, transtentorial, singulata, dan transcalvaria termasuk dalam kelompok hernia
supratentorium. Manakala transtentorium ke atas dan tosillar termasuk dalam kelompok
herniasi infratentorial.
Herniasi sentral
Pada herniasi sentral (juga dikenali sebagai hernia transtentorial), diensefalon dan
lobus temporal pada kedua-dua hemisfer cerebrii ditekan oleh notch pada tentorium cerebral.
Hernia transtentorium bisa terjadi apabila otak bergeser ke atas maupun ke bawah melewati
batas tentorium yang dikenali sebagai hernia transtentorium asendens dan desendens. Namun
hernia ini bisa menyebabkan robeknya arteri basilar atau nama lainnya arteri paramedian
sehingga berlaku perdarahan yang disebut ‘Duret Hemorrhage’. Herniasi ini selalunya
berakhir dengan kematian. Secara gambaran radiografi, hernia yang mengarah ke bawah
berkarakteristik sebagai obliterasi sisterna suprasellar dari hernia lobus temporal ke dalam
hiatus tentorium dengan kompresi pada pedunkulus cerebral. Hernia yang mengarah ke atas
secara radiografi berkarakteristik sebagai obliterasi sisterna quadrigeminal. Didapatkan
bahwa sindroma hipotensi intracranial adalah sangat mirip dengan hernia transtentorium yang
mengarah ke bawah.
Herniasi Uncal
Pada herniasi uncal, yaitu hernia transtentorium yang sering, bagian paling dalam
pada lobus temporal yaitu uncus bisa sangat terhimpit sehingga melewati tentorium dan
menyebabkan tekanan yang tinggi pada batang otak terutama midbrain. Tentorium
merupakan struktur dalam tengkorak kepala yang terbentuk dari lapisan meningea yaitu dura
mater. Jaringan bisa terkelupas dari korteks cerebral dimana proses ini dinamakan sebagai
dekortikasi. Uncus ini akan menekan nervus kranialis ke-3 yang berfungsi mengontrol input
parasimpatis pada organ mata. Keadaan ini akan mengganggu transmisi neural parasimpatis
sehingga menyebabkan pupil pada mata terkait akan berdilatasi dan gagal untuk berkonstriksi
apabila adanya respon cahaya seperti mana seharusnya. Maka dengan adanya gejala dilatasi
pupil yang tidak berespon dengan cahaya, itu merupakan tanda penting adanya peningkatan
tekanan intracranial. Dilatasi pupil sering diikuti dengan beberapa gejala lain kompresi
nervus kranialis ke-3 yaitu deviasi bola mata kearah atas dan bawah akibat dari hilangnya
innervasi ke semua otot motilitas kecuali otot rektus lateralis yang diinervasikan oleh nervus
kranialis ke-6 dan otot obliqus superior yang diinervasikan oleh nervus kranialis ke-4. Gejala
ini muncul karena fiber esentrik parasimpatik mengelilingi fiber motorik dari nervus kranialis
ke-3 dan makanya ia pertama yang terkompresi. Arteri kranialis juga akan tertekan semasa
herniasi. Kompresi terhadap arteri serebral posterior akan menyebabkan gangguan pada
fungsi penglihatan kontralateral yang dikenali sebagai homonimus kontralateral hemianopia.
Kemudian diikuti dengan symptom yang juga penting yaitu ‘false localizing sign’ yang
berakibat dari kompresi pada krus serebral kontralateral yang mengandung fiber kortikospinal
dan kortikobulbar desendens. Ini diikuti dengan hemiparesis ipsilateral. Berhubung traktus
kortikospinalis secara predominan menginnervasi otot flexor, maka kaki akan terlihat dalam
keadaan ekstensi. Dengan peningkatan tekanan intracranial, postur dekortikasi akan terlihat.
Herniasi tipe ini juga akan menyebabkan kerosakan pada batang otak, yang berefek letargi,
bradikardi, kelainan respiratori dan dilatasi pupil. Herniasi uncal akan berlanjut dengan
herniasi sentral sekiranya tidak ditangani.
Herniasi serebral
Peningkatan tekanan dalam fossa posterior akan menyebabkan serebelum bergeser ke
atas mendorong tentorium kearah atas atau dikenali sebagai herniasi serebral. Midbrain akan
terdorong ke tentorium. Keadaan ini juga akan menyebabkan midbrain terdorong ke bawah.
Herniasi tonsillar
Pada herniasi tonsillar, yang juga dikenali sebagai herniasi serebral kea rah bawah,
tonsil serebral akan bergeser ke bawah masuk ke foramen magnum dan menyebabkan
kompresi pada distal batang otak dan proksimal dari korda spinalis servikal. Peningkatan
tekanan pada batang otak akan menyebabkan disfungsi dari system saraf pusat yang berperan
dalam mengontrol fungsi respiratori dan fungsi jantung.
Herniasi tonsillar juga dikenali sebagai malformasi Chiari, atau Malformasi Arnold
Chiari (ACM). Sekurang-kurangnya terdapat tiga tipe malformasi Chiari yang ditemukan
yang mana masing-masing menimbulkan proses penyakit yang berbeda dengan symptom dan
prognosis yang berbeda. Kondisi ini bisa ditemukan dengan adanya pasien yang bersifat
asimptomatik dan ada pula yang bersifat berat sehingga mengancam nyawa. Makanya hernia
ini lebih sering didiagnosa berdasarkan gambaran radiologi dari pemeriksaan MRI kepala.
Ektopik Serebral merupakan suatu istilah yang digunakan oleh ahli radiologi untuk
mendiskripsikan tonsil serebral namun tidak secara khusus mendiskripsikan suatu malformasi
Chiari. Menurut definisi malformasi Chiari terdahulu menyatakan bahwa adanya gambaran
radiologi tonsillar serebral dengan penonjolan pada terdorongnya jaringan masuk ke dalam
foramen magnum sekurang-kurangnya 5mm di bawah foramen magnum. Namun beberapa
kasus melaporkan bahwa ada pasien yang dating hanya dengan symptom malformasi Chiari
tanpa gambaran radiografi herniasi tonsillar. Pasien-pasien ini didiagnosa dengan ‘Chiari type
0’.
Gambar 8: Foto MRI yang menunjukkan cedera otak akibat dari hernia otak.
Terdapat beberapa penyebabkan yang dihubungkan dengan kejadian herniasi tipe ini.
Antaranya berupa korda spinalis yang menonjol, filum terminalis yang menyempit secara
mendadak (menarik turun batang otak dan struktur disekitarnya), penurunan atau malformasi
dari fossa posterior (bagian caudal dan dorsal dari tengkorak) sehingga tidak memberikan
ruang yang cukup untuk serebelum, hidrosefalus atau volume cairan serebrospinal yang tidak
normal sehingga mendorong tonsil keluar. Kelainan jaringan ikat seperti Sindroma Ehlers
Danlos, juga merupakan antara factor penyebab.
Untuk evaluasi herniasi tonsillar yang lebih lanjut, pemeriksaan CINE flow
digunakan. Pemeriksaan MRI tipe ini memeriksa pengaliran cairan serebrospinal pada sendi
kranio-servikal. Bagi pasien yang dating dengan symptom hernia dimana dirasakan
berkurang pada posisi supine dan memburuk pada posisi berdiri, maka pemeriksaan MRI ini
haruslah dilakukan dalam posisi berdiri.
Herniasi Singulata
Pada herniasi singulata atau subfalcine, yaitu hernia yang paling sering, bagian paling
dalam pada lobus frontalis akan terdorong ke falx serebri. Hernia singulata bisa terjadi
apabila salah satu dari hemisfer membengkak dan menolak girus singulata kearah falx
serebri. Walaupun keadaan ini tidak terlalu menekan batang otak seperti tipe-tipe hernia yang
lain, namun bisa memberikan efek pada pembuluh darah yang berdekatan dengan lobus
hipertensi, bradikardi, postur tubuh yang fleksi atau ekstensi dan lain-lain. Edema papilla
tidak terjadi pada peningkatan tekanan intracranial akut.
Apabila curiga terjadinya hipertensi intracranial, maka langkah pertama yang
dilakukan adalah pemeriksaan CT scan kepala untuk mengetahui derajat peningkatan tekanan
intracranial serta penyebabnya. Beberapa area pada foto CT scan kepala harus diteliti untuk
mendeteksi adanya hipertensi intracranial serta derajat keparahannya. Area-area tersebut
berupa:
Prominen sulkus/girus
Ukuran ventrikel lateralis
Sisterna suprasellar
Sisterna quadrigeminal
I) Prominen sulkus/girus
Apabila terjadi peningkatan tekanan intrakranial, korteks serebri akan terdorong
mendekati kalvarium.Makanya sulkus dan girus tidak terlihat pada foto CT scan. Ruang
antara korteks dan kalvarium juga akan berkurang dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Gambar 7 : Sulkus dan girus menghilang
Foto CT scan sebelah kiri menunjukkan sulkus dan girus terlihat normal.
Disebabkan oleh peningkatan tekanan intracranial, kortks serebri terdorong ke kalvarium
sehingga ruang pada sulkus dan girus terlihat menyempit. Korteks dan kalvarium juga terlihat
seakan-akan menyatu.
. Namun begitu, gambaran sulkus/girus ini tidak bisa dijadikan patokan utama. Pada
beberapa kasus seperti hidrosefalus eksterna atau efusi subdural kronik, akumulasi cairan
telah menutupi seluruh permukaan korteks. Ruang cairan antara korteks dan kalvarium juga
terlihat meningkat sehingga sulkus/girus terlihat prominen
.
Gambar 8: Sulkus/girus terlihat prominen (10)
Gambar di atas adalah hematoma ekstra aksial fokal. Terlihat sulkus /girus
prominen akibat dari perdarahan intrakranial.
II) Ukuran Ventrikel Lateralis
Pada hidrosefalus akut, akibat dari obstruksi pada pengaliran cairan serebrospinalis,
ventrikel lateralis terlihat melebar. Seperti pada kasus perdarahan intraventrikel akut,
ventrikel lateralis juga terlihat melebar.
Gambar 9: Pelebaran ventrikel lateralis bilateral akibat dari perdarahan intraventrikel akut. (10)
Pada penyebab hipertensi intrakranial yang lain, ventrikel lateralis akan terkompresi
atau obliterasi akibat dari peningkatan tekanan dalam kompartemen lain selain ventrikel
lateralis. Hal ini trjadi pada kasus edema serebral generalisata, hematoma subdural dan
hematoma subdural
Gambar 10: Perdarahan subarachnoid. Ventrikel terlihat menyempit akibat dari edema serebral dan perdarah akut menyebabkan hipertensi intracranial.
III) Perbedaan pada Substansi Grisea dan Alba
Ini merupakan tanda yang sering pada edema serebral yang menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial.
Gambar 11 : Tampak perbedaan yang kurang jelas antara substansia alba an grisea (10)
Gambar 12 : Tampak perbedaan yang kurang jelas antara substansia alba an grisea (10)
IV) Sisterna suprasellar
Sisterna suprasellar merupakan rongga yang berisi cairan dan terletak di atas sella
tursika. Ia mengandung sirkel Willis dan kiasma optik. Pada foto CT scan, terlihat gambaran
bentuk bintang. Hujung atas bintang pada posisi anterior dibentuk oleh fissura interhemisferik
antara dua lobus frontalis. Border posterior terbentuk dari pons dan pedunkulus serebral.
Gambar 13: struktur anatomi dari sisterna suprasellar (10)
S – sisterna suprasellar Po - pons P – pedunkulus serebral (midbrain) M - medulla C - quadrigeminal plate (superior and inferior colliculi) V – ventrikel quartener Q – sisterna quadrigeminal
Ventrikel keempat dan ketiga dihubungkan oleh aquaduktus serebral yang mana
salurannya sangat kecil sehingga tidak terlihat pada foto CT scan.
Gambar 14: Sisterna suprasellar terisi oleh jaringan otak yang terdorong akibat peningkatan tekanan intrakranial
Pada peningkatan tekanan intracranial, rongga sisterna suprasellar terkompresi.
Rongga tersebut bisa terlihat, namun pada kasus hipertensi intrakranial yang berat, sisterna
ini akan mengalami obliterasi akibat dari pengisian jaringan otak yang seharusnya
membentuk sisterna suprasellar itu sendiri. Tergantung dari penyebab hipertensi intrakranial,
sisterna suprasellar bisa obliterasi secara total atau peningkatan tekanan intrakranial yang
berat. Pada lesi fokal, jaringan otak akan mengisi hanya pada satu bagian di sisterna
suprasellar. Pada herniasi uncal unilateral, awalnya bagian uncus pada lobus temporal akan
terdorong masuk kedalam sisterna suprasellar.
V) Sisterna quadrigeminal
Juga dikenali sebagai plat sisterna quadrigeminal yang mana merupakan suatu
rongga yang berisi cairan dan terletak pada bagian atas dari ventrikel keempat.(10)
Gambar 15: Sisterna quadrigeminal (10)
Gambar yang di sebelah kanan menunjukkan sisterna quadrigeminal (anak panah
hitam). Dengan gambaran “baby bottom”, itu merupakan batas anterior. Apabila terjadi
peningkatan tekanan intrakranial, ruang pada sisterna quadrigeminal akan terkompresi atau
mengalami obliterasi.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A. C., J. E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Terjemahan Irawati, et.al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mardjono, M., P. Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat.
Price, Sylvia A. & Wilson, Lorraine M. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakaerta ; EGC.