1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tumor Buli-Buli atau juga bisa disebut tumor vesika urinaria (kandung kemih) merupakan keganasan kedua setelah karsinoma prostat. Tumor ini dua kali lebih banyak mengenai laki-laki daripada wanita. Terdapat kasus yang melaporkan, pernah mengeluhkan kencing yang berwarna merah dan bercampur darah. Tetapi karena pernah mendengar bahwa itu adalah tanda adanya infeksi di saluran kemih dan bisa sembuh atau hilang dengan minum obat tertentu, pasien kemudian menjadi tenang. Tapi ketahuilah jangan pernah meremehkan kencing berdarah karena itu bukan hanya berarti infeksi, tapi bisa juga berarti tanda adanya batu saluran kencing bahkan keganasan atau kanker di saluran kemih. Bila Anda menemui keluhan kencing darah yang berulang atau menetap dengan atau tanpa rasa sakit, sebelum dipastikan oleh seorang dokter maka itu harus dianggap sebagai sebuah masalah yang serius dan bukan sekedar infeksi biasa. Tumor buli-buli merupakan 2% dari seluruh keganasan dan merupakan keganasan kedua terbanyak pada sistem urogenital setelah karsinoma prostat. Tumor ini
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tumor Buli-Buli atau juga bisa disebut tumor vesika urinaria (kandung
kemih) merupakan keganasan kedua setelah karsinoma prostat. Tumor ini dua kali
lebih banyak mengenai laki-laki daripada wanita. Terdapat kasus yang
melaporkan, pernah mengeluhkan kencing yang berwarna merah dan bercampur
darah. Tetapi karena pernah mendengar bahwa itu adalah tanda adanya infeksi di
saluran kemih dan bisa sembuh atau hilang dengan minum obat tertentu, pasien
kemudian menjadi tenang. Tapi ketahuilah jangan pernah meremehkan kencing
berdarah karena itu bukan hanya berarti infeksi, tapi bisa juga berarti tanda adanya
batu saluran kencing bahkan keganasan atau kanker di saluran kemih. Bila Anda
menemui keluhan kencing darah yang berulang atau menetap dengan atau tanpa
rasa sakit, sebelum dipastikan oleh seorang dokter maka itu harus dianggap
sebagai sebuah masalah yang serius dan bukan sekedar infeksi biasa.
Tumor buli-buli merupakan 2% dari seluruh keganasan dan merupakan
keganasan kedua terbanyak pada sistem urogenital setelah karsinoma prostat.
Tumor ini dua kali lebih sering menyerang pria daripada wanita dan angka
kejadiannya meningkat pada daerah industri.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Vesika Urinaria
Kandung kemih adalah sebuah organ tubuh yang menyerupai sebuah
‘kantung’ dalam pelvis yang menyimpan urin yang diproduksi ginjal. Urin
dialirkan ke kandung kemih melalui saluran yang dikenal sebagai ureter. Kandung
kemih dibagi menjadi beberapa lapisan, yaitu :
Epitelium, bagian transisional dari epitel yang menjadi asal
datangnya sel kanker.
Lamina propria, lapisan yang terletak di bawah epitelium.
Otot detrusor, lapisan otot yang tebal dan dalam terdiri dari lapisan-
lapisan otot halus yang tebal yang membentuk lapisan dinding otot
kantung kemih.
Jaringan perivesikal lembut, lapisan terluar yang terdiri dari lemak,
jaringan-jaringan, dan pembuluh darah.
Buli-buli sendiri terdiri dari 3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman.
Di bagian dalam adalah otot longitudinal, di tengah otot sirkuler, dan yang terluar
otot longitudinal. Mukosa buli-buli terdiri atas sel-sel transisional yang sama
seperti pada mukosa-mukosa pada pelvis renalis, ureter, dan uretra posterior. Pada
dasar buli-buli kedua muara ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu
segitiga yang disebut trigonum buli-buli.
3
Secara anatomik, buli-buli terdiri atas 3 permukaan, yaitu permukaan
superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum, dua permukaan
inferiolateral, dan permukaan posterior. Permukaan superior merupakan lokus
minoris (daerah terlemah) dinding buli-buli
Buli-buli berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian
mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam
menampung urine, buli-buli mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya
untuk orang dewasa kurang lebih 300-450 ml. Sedangkan kapasitas buli pada anak
menurut Koff adalah: (Umur + 2) x 30 ml.
Pada saat kosong, buli-buli terletak di belakang simfisis pubis dan pada
saat penuh berada di atas simfisis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi. Buli-
buli yang terisi penuh memberikan rangsangan pada saraf aferen dan
menyebabkan aktivasi pusat miksi di medula spinalis segmen sakral S2-4. Hal ini
akan menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya leher buli-buli, dan
relaksasi sfingter uretra sehingga terjadilah proses miksi.
4
B. Etiologi dan faktor resiko
Penyebab-penyebab tumor buli semakin banyak dan rumit, dan beberapa
substansi-substansi dalam industri kimia diyakini bersifat karsinogenik (Hueper,
1942). Salah satunya adalah sifat karsinogenisitas dari β-naphthylamine yang
telah ditemukan. Substansi ini diyakini terbawa dalam urine dan menyebabkan
asal tumor dalam kaitannya dengan kontak dengan permukaan mukosa vesika
dalam waktu lama. Substansi kimia lainnya yang diwaspadai bersifat karsinogenik
adalah benzidine.
Keganasan buli-buli tejadi karena induksi bahan karsinogen yang banyak
terdapat di sekitar kita. Beberapa faktor resiko yang mempermudah seseorang
menderita karsinoma buli-buli adalah:
1. Pekerjaan
Pekerja pabrik kimia, terutama pabrik cat, laboratorium, pabrik
korek api, tekstil, pabrik kulit, dan pekerja salon/ pencukur rambut
sering terpapar oleh bahan karsinogen berupa senyawa amin
aromatik (2-naftilamin, benzidine, dan 4-aminobifamil).
2. Perokok
Resiko untuk mendapat karsinoma buli-buli pada perokok 2-6 kali
lebih besar dibanding dengan bukan perokok. Rokok mengandung
bahan karsinogen amin aromatik dan nitrosamin.
3. Infeksi saluran kemih
Telah diketahui bahwa kuman-kuman E. Coli dan Proteus spp
menghasilkan nitrosamin yang merupakan zat karsinogen.
4. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan
Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung
sakarin dan siklamat, serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid
yang diberikan intravesika, fenasetin, opium, dan obat
antituberkulosa INH dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan
resiko timbulnya karsinoma buli-buli.
5
C. Bentuk tumor
Tumor buli terdapat dalam bentuk papiler, tumor non invasif (in situ),
noduler (infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.
Jenis histopatologi
Sebagian besar (± 90%) tumor buli-buli adalah karsinoma sel transisional.
Tumor ini bersifat multifokal yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya
terdiri atas sel transisional yaitu di pielum, ureter, atau uretra posterior. Sedangkan
jenis yang lainnya adalah karsinoma sel squamosa (± 10%) dan adenokarsinoma
(± 2%).
A. Karsinoma sel transisional
Sebagian besar dari seluruh tumor buli adalah karsinoma sel transisional.
Tumor ini biasanya berbentuk papiler, lesi eksofitik, sesile atau ulcerasi.
Carsinoma in situ berbentuk datar (non papiler anaplastik), sel-sel
membesar dan nukleus tampak jelas. Dapat terjadi dekat atau jauh dari lesi
oksofitik, dapat juga fokal atau difuse. Karsinoma urotelial datar adalah
tumor yang sangat agresif dan bertumbuh lebih cepat dari tumor papilari.
B. Karsinoma non sel transisional
Adenokarsinoma
Terdapat 3 kelompok adenokarsinoma pada buli-buli, di antaranya
adalah:
1. Primer terdapat di buli-buli
Biasanya terdapat di dasar dan di fundus buli-buli. Pada
beberapa aksus sistitis glandularis kronis dan ekstrofia
vesika pada perjalanan lebih lanjut dapat mengalami
degenerasi menjadi adenokarsinoma buli-buli.
2. Urakhus persisten
6
Adalah sisa duktus urakhus yang mengalami degenerasi
maligna menjadi adenokarsinoma.
3. Tumor sekunder yang berasal dari fokus metastasis dari organ
lain, diantaranya adalah prostat, rektum, ovarium, lambung,
mamma, dan endometrium.
Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa terjadi karena rangsangan kronis pada
buli-buli sehingga sel epitelnya mengalami metaplasia berubah
menjadi ganas. Rangsangan kronis itu dapat terjadi karena infeksi
saluran kemih kronis, batu buli-buli, kateter menetap yang
dipasang dalam jangka waktu lama, infestasi cacing
schistosomiasis pada buli-buli, dan pemakaian obat siklofosfamid
secara intravesika.
Karsinoma yang tidak berdiferensiasi
Merupakan tipe tumor yang jarang (kurang dari 2 % dari seluruh
tipe tumor buli). Tumor ini tidak memiliki karakteristik tertentu
yang membedakannya dari tumor lain, dan kata undifferentiated
merujuk kepada sifat alamiah sel-sel tersebut yang bersifat
anaplastik. Dalam karsinoma yang tidak terdiferensiasi, sel-selnya
belum matang sehingga diferensiasi ke arah pola yang jelas seperti
papilari, epidermoid atau adenokarsinoma tidak terjadi.
Karsinoma campuran
Terdapat 4-6 % dari seluruh tipe tumor. Merupakan kombinasi
antara bentuk transisional, glandular, skuamosa, dan tidak
berdiferensiasi. Yang tersering adalah campuran bentuk
transisional dan skuamosa.
C. Karsinoma epitelian dan non epitelial
7
Karsinoma epiteliai di buli ditemukan dengan adenoma villi,
tumorkarsinoid, karsinosarkoma, dan melanoma. Karsinoma non
epitelial ditemukan bersama dengan feokromositoma, limfoma,
koriokarsinoma, dan tumor mesenkim
D. Stadium tumor
Penentuan derajat invasi tumor berdasarkan sistem TNM dan stadium
menurut Marshall.
TNM Marshall Uraian
Tis 0 Karsinoma in situ
Ta 0 Tumor papilari invasif
T1 A Invasi submukosa
T2 B1 Invasi otot superfisial
T3a B2 Invasi otot profunda
T3b C Invasi jaringan lemak
prevesika
T4 D1 Invasi ke organ sekitar
N1-3 D1 Metastasis ke limfonudi
regional
M1 D2 Metastasis hematogen
8
Pembagian Grade berdasarkan derajat diferensiasi sel tumor :
1. Tumor berbentuk papiler, masih berdiferensiasi baik, ukuran relatif
kecil dengan dasar yang sempit. Tumor hanya menyebar di jaringan
di bawah lamina propria, tidak ke dalam dinding otot kantung
kemih atau lebih. Tidak ada kelenjar limfe yang terlibat. Dapat
diatasi dengan cara transuretral, namun sudah radio-resistant.
2. Tumor berbentuk papiler, dengan diferensiasi yang kurang baik,
cenderung menginvasi lamina propria atau otot detrusor. Ukuran
tumor lebih besar dari Grade 1, dan berhubungan lebih luas dengan
dinding vesika. Sering dapat diatasi dengan reseksi transuretral.
Kurang berespon dengan radio terapi.
3. Tumor cenderung berbentuk noduler dan invasif, menyebar sampai
ke dalam muscularis propria, yang melibatkan jaringan-jaringan
lunak di sekitar kantung kemih, prostat, uterus, atau vagina. Masih
belum ada organ limfe yang terpengaruh hingga tahap ini.
Transuretral dan sistektomi tidak terlalu berpengaruh, namun masih
sensitif terhadap radio terapi.
4. Tumor telah menyerang pelvis atau dinding abdominal, atau telah
menyerang hingga jaringan limfe. Transuretral dan sistektomi tidak
terlalu berpengaruh, namun masih sensitif terhadap radio terapi.
Pembagian Stage berdasarkan derajat invasi tumor :
Stage 0 : menunjukkan tumor papilar, namun belum
menginvasi lamina propria
Stage A : tumor sudah menginvasi lamina propria, namun
belum menembus otot dinding vesika.
Stage B1 : neoplasma sudah menyebar superficial sampai
setengah dari otot detrusor.
Stage B2 : tumor ditemukan jauh di dalam lapisan otot.
Stage C : tumor menyebar sampai lapisan lemak perivesikal
atau ke peritoneum.
9
Stage D : tumor sudah bermetastasis.
Palpasi bimanual
Palpasi bimanual dikerjakan dengan narkose umum pada saat sebelum dan
sesudah reseksi tumor TUR buli-buli. Jari telunjuk kanan melakukan colok dubur
atau colok vagina, sedangkan tangan kiri melakukan palpasi buli di daerah
suprasimfisis untuk memperkirakan luas infiltrasi tumor.
E. Gejala klinis
Gejala pada kanker buli-buli tidaklah spesifik. Banyak penyakit penyakit
lain, yang termasuk kondisi inflamasi, melibatkan ginjal dan kandung kemih,
menunjukkan gejala yang sama. Gejala pertama yang paling umum adalah adanya
darah dalam urin (hematuria). Hematuria dapat terlihat dengan mata telanjang,
ataupun berada dalam level mikroskopik. Gejala seperti adanya iritasi pada urinasi
juga dapat dihubungkan dengan kanker kantung kemih, seperti rasa sakit dan
terbakar ketika urinasi, rasa tidak tuntas ketika selesai urinasi, sering urinasi
dalam jangka waktu yang pendek. Iritabilitas vesikal dengan atau tanpa sakit
biasanya menandakan adanya infiltrasi, walaupun tidak dalam semua kasus.
Waspadai bila pasien datang dengan mengeluh hematuria yang bersifat:
1. Tanpa disertai rasa nyeri (painless).
2. Kambuhan (intermitten).
3. Terjadi pada seluruh proses miksi (hematuria total).
Seringkali karsinoma buli-buli tanpa disertai gejala disuri, tetapi pada
karsinoma in situ atau karsinoma yang sudah mengadakan infiltrasi luas
tidak jarang menunjukkan gejala iritasi bulu-buli.
Hematuria dapat menimbulkan retensi bekuan darah sehingga pasien
datang meminta pertolongan karena tidak dapat miksi. Keluhan akibat
penyakit yang telah lanjut berupa gejala obstruksi saluran kemih bagian
10
atas atau edema tungkai. Edema tungkai ini disebabkan karena adanya
penekanan aliran limfe oleh massa tumor atau oleh kelenjar limfe yang
membesar di daerah pelvis.terdapat nyeri pinggang jika tumor menyumbat
saluran kemih sehingga terjadi hidronefrosis.
F. Diagnosis
Walaupun hematuria dan iritabilitas vesikal merupakan gejala yang
paling sering dan menonjol dalam tumor epithelial, kedua gejala tersebut
juga seringkali terjadi sebagai bentuk dari kondisi-kondisi lain yang
melibatkan organ urogenital lain. Dalam tubuh orang dewasa, terutama
yang berumur di atas 40 tahun, harus diwaspadai secara serius akan
kemungkinan adanya kanker kandung kemih, terutama bila dalam urin
tidak ditemukan adanya basil tuberkulus.
Pada pemeriksaan fisik terhadap penderita kanker buli biasanya
jarang ditemui adanya kelainan karena tumor tersebut merupakan tumor
epitel transisional kandung kemih yang letaknya superfisial dari buli-
buli.Tumor tersebut baru dapat diraba bila tumor tersebut sudah tumbuh
keluar dari dinding buli-buli. Mengingat pada kanker ini mudah terjadi
metastasis ke kelenjar limfe regional, hati dan paru-paru.
Ada beberapa alat diagnosa yang dapat digunakan untuk melakukan
diagnosa terhadap kanker kantung kemih. Namun sebuah diagnosa difinitif
hanya dapat dilakukan setelah memeriksa jaringan kantung kemih yang
dilakukan oleh seorang patologis.
Beberapa pemeriksaan tambahan perlu dilakukan untuk membantu
mendiagnosis kanker buli:
1. Pemeriksaan laboratorium
Kelainan yang ditemukan biasanya hanya ditemukan dalam darah
dan urin. Gejala anemia dapat dijumpai bila ada perdarahan dari tumor
yang sudah lanjut. Dapat juga ditemukan gejala ganggunan fungsi
11
ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah yang
terjadi bila tumor tersebut menyumbat kedua muara ureter. Selain
pemeriksaan laboratorium rutin, diperiksa pula:
Sitologi urin, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas
bersama urin.
Antigen permukaan sel dan flow cytometri, yaitu mendeteksi
adanya kelainan kromosom sel-sel urotelium.
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Foto Polos Abdomen dan Pielografi Intra Vena (PIV)
digunakan sebagai pemeriksaan baku pada penderita yang diduga memiliki
keganasan saluran kemih termasuk juga keganasan buli-buli. Pada
pemeriksaan ini selain melihat adanya filling defek pada buli-buli juga
mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau
pielum, dan dapat mengevaluasi ada tidaknya gangguan pada ginjal dan
saluran kemih yang disebabkan oleh tumor buli-buli tersebut.
Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis merupakan salah satu tanda
adanya infiltrasi tumor ke ureter atau muara ureter.
Jika penderita alergi terhadap zat yang digunakan pada pemeriksaan
PIV, maka dapat dilakukan pemeriksaan USG. Foto toraks juga perlu
dilakukan untuk melihat bila ada metastasis ke paru-paru.
3. Sistoskopi dan biopsi
Sistoskopi dilakukan oleh urologis, mengevaluasi kantung kemih
dengan pemeriksaan visual langsung dengan menggunakan sebuah alat
khusus yaitu cytoscope. Identifikasi dari sebuah tumor biasa dilakukan
dengan cytoscopy. Banyak tumor yang muncul dari bagian yang lebih
tergantung dari kantung kemih, seperti basal, trigonum, dan daerah di
sekitar orifisium vesika. Namun mereka juga dapat muncul dimana saja.
12
Pemeriksaan sistoskopi (teropong buli-buli) dan biopsi mutlak
dilakukan pada penderita dengan persangkaan tumor buli-buli,
terutama jika penderita berumur 40-45 tahun. Dengan pemeriksaan ini
dapat dilihat ada atau tidaknya tumor di buli-buli sekaligus dapat
dilakukan biopsi untuk menentukan derajat infiltrasi tumor yang
menentukan terapi selanjutnya. Selain itu pemeriksaan ini dapat juga
digunakan sebagai tindakan pengobatan pada tumor superfisial
(permukaan).
4. CT scan atau MRI
Berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya.
CT scanning merupakan x-ray detail dari tubuh, yang menunjukkan
persimpangan-persimpangan dari organ-organ yang mana tidak
ditunjukkan oleh sinar x-ray konvensional. MRI lebih sensitif dari CT
Scan, yang memberikan keuntungan dapat mendeteksi kelenjar limfe
yang membesar di dekat tumor yang menunjukkan bahwa kanker telah
menyebar ke kelenjar limfe.
G. Diagnosis Banding
Tumor ginjal atau tumor ureter
Endometriosis
Benign Prostatic Hipertrofi
Batu ginjal, ureter, buli
Tuberculosis traktus urinarius
Tumor cervix
H. Komplikasi
Dapat terjadi infeksi sekunder kandung kemih yang parah bila terdapat
ulserasi tumor. Pada obstruksi ureter, jarang terjadi infeksi ginjal. Bila tumor
menginvasi leher buli, maka dapat terjadi retensi urin. Cystitis, yang mana sering
kali berada dalam tingkat yang harus diwaspadai, merupakan hasil dari nekrosis
13
dan ulserasi dari permukaan tumor. Ulserasi ini terkadang dapat dilihat dalam
kasus tumor-tumor yang tidak menembus, dari beberapa gangguan dengan aliran
darah, tetapi muncul dalam 30 persen kasus dimana tumor menembus. Kantung
kemih yang terkontraksi dengan kapasitas yang sangat kecil dapat mengikuti
ulserasi dengan infeksi dan infiltrasi ekstensif dalam dinding kantung kemih.
Kembalinya tumor dalam kantung kemih dapat menunjukkan tipe lain dari
komplikasi. Jika pertumbuhan tumor kembali terjadi di area yang sama,
kemungkinan hal tersebut adalah hasil dari perawatan yang kurang profesional
dan kurang layak pada tumor asalnya. Namun tumor, yang muncul di tempat lain
di dalam kandung kemih harus berasal dari asal yang berbeda.
Kematian tidak jarang terjadi dikarenakan oleh komplikasi yang timbul
karena disebabkan oleh tumor itu sendiri atau perawatan atas tumor tersebut.
Hidroneprosis dan urosepsis, dengan gagal renal, toxemia, cachexia, dan
kelelahan fisik dari iritabilitas vesikal, sering kali menjadi suatu gambaran yang
harus diperhatikan. Hidronefrosis dapat disebabkan oleh oklusi ureter. Bila terjadi
bilateral, terjadilah uremia.
I. Prognosis
Tumor superfisial yang berdiferensiasi baik dapat timbul kembali, atau
muncul papiloma baru. Dengan kewaspadaan konstan, sistoskopi berkala
diperlukan minimal 3 tahun. Tumor baru juga dapat dikontrol dengan cara
transuretral, tapi bila muncul kembali, kemungkinan akan menjadi lebih invasif
dan ganas. Sistektomi dan radio terapi harus dipertimbangkan kemudian.
Secara umum, prognosis tumor buli bergantung pada derajat invasi dan
diferensiasi. Pada tumor Grade 1,2, Stage 0, A, B1 hasil terbaik didapatkan
dengan reseksi transuretral. Sistektomi dapat untuk mengatasi 15-25% tumor
Grade 3,4, Stage B2, C dengan persentasi kematian saat operasi sebesar 5-15%.
Radioterapi pada neoplasma ganas dapat mengontrol 15-20% neoplasma selama 5
tahun.
14
Tumor papilari yang tidak menembus hanya berada pada kantung kemih.
mereka memiliki karakteristik untuk tidak bermetastasis kecuali mereka melewati
proses perubahan ganas, menembus lapisan membran dasar dan menembus
dinding kantung kemih. Tumor jenis ini dapat selalu dihancurkan dengan
sempurna dengan fulgurasi, radium ataupun elektroeksisi. Beberapa mungkin
menghilang setelah terapi rontgen dalam atau proses instilasi atas podofilin.
Adalah sangat penting untuk memeriksa pasien dalam interval reguler. Sehingga
adanya tumor yang kembali datang dapat dikenali lebih awal dan dapat diobati
sebagaimana seharusnya. Jika pemeriksaan ini dilakukan dalam interval tiap enam
hingga delapan bulan pada awalnya, dan perlahan-lahan waktu interval yang
dibutuhkan semakin panjang, maka prognosisnya dapat dikatakan sukses.
Tumor kantung kemih yang menembus jauh lebih serius dan cepat atau
lambat akan bermetastasi. Beberapa pembelajaran otopsi menunjukkan bahwa
kejadian metastasis dan ekstensi ekstra vesikel secara langsung adalah
proporsional dengan tingkat kedalaman sejauh apa tumor tersebut telah menembus
dinding kantung kemih.
Metode apapun dari perawatan yang mana mampu untuk secara sempurna
melenyapkan tumor utama yang superfisial dan menembus akan dapat
memberikan tingkat bertahan hidup 5 tahun yang baik. Dalam kasus dari prosedur
konservatif, bukti atas sebuah efisiensi sama dengan yang dicapai dari reseksi
segmental atau sistektomi jelas akan tergantung kepada segregasi pra-operasi dari
tumor yang superfisial yang mana terletak cukup dalam.
Tumor yang telah menyebar ke lebih dari setengah jalan melewati
muskularis biasanya tidak lagi terlokasi ke kantung kemih. kemungkinan bertahan
hidup 5 tahun dari kasus-kasus seperti ini setelah sistektomi sederhana hanya 10
persen. Ketika tumor menembus hingga sangat dalam, muncul kemungkinan
kematian yang lebih tinggi setelah kegagalan untuk membuang semua tumor
tersebut dengan sistektomi. Elektrosisi transurethral dan elektrokoagulasi
diketahui memberikan kenyamanan untuk berbulan-bulan dan bahkan bertahun-
tahun. Terkadang radiasi eksternal dengan kontrol dari hemorrhage dan
15
transplantasi uretral ke dalam kulit akan mengurangi iritabilitas vesikal. Lebih
jauh lagi, pemecahan dari arus urinase dalam kasus tertentu dapat diikuti oleh
penurunan dari masa total dari tumor.
Secara umum, pandangan-pandangan sebagian besar bergantung pada
apakah tumor tersebut terlokasi di kantung kemih saja atau telah menyebar ke
daerah di luar nya. Tumor yang terlokalisasi biasanya telah menginfiltrasi kurang
dari setengah jalan menembus muskularis. Sebuah prognosis yang bagus dapat
diharapkan tercapai hanya setelah pemusnahan menyeluruh dari lokalisasi tumor
sejenis dan kontrol atas kemungkinan datang kembalinya tumor secara reguler
16
BAB III
PENATALAKSANAAN
Tindakan yang pertama kali dilakukan pada pasien karsinoma buli-buli
adalah reseksi buli-buli transuretra atau TUR buli-buli. Pada tindakan ini dapat
ditentukan luas infiltrasi tumor. Terapi selanjutnya tergantung pada stadiumnya,
antara lain:
1. Tidak perlu terapi lanjutan akan tetapi selalu mendapat pengawasan yang
ketat atau wait and see.
2. Instilasi intravesika dengan obat-obat Mitosimin C, BCG, 5-Fluoro
Uracil, Siklofosfamid, Doksorubisin, atau dengan Interferon
Dilakukan dengan cara memasukkan zat kemoterapeutik ke dalam
buli melalui kateter. Cara ini mengurangi morbidatas pada
pemberian secara sistemik. Terapi ini dapat sebagai profilaksis dan
terapi, mengurangi terjadinya rekurensi pada pasien yang sudah
dilakukan reseksi total dan terapi pada pasien dengan tumor buli
superfisial yang mana transuretral reseksi tidak dapat dilakukan.
Zat ini diberikan tiap minggu selama 6-8 minggu, lalu dilakukan
maintenan terapi sebulan atau dua bulan sekali. Walaupun
toksisitas lokal sering terjadi, toksisitas sistemik jarang terjadi
karena ada pembatasan absorbsi di lumen buli. Pada apsien gross
hematuri sebaiknya menghindari cara ini karena dapat
menyebabkan komplikasi sistemik berat. Efisiensi obat dapat
dicapai dengan membatasi intake cairan sebelum terapi, pasien
dianjurkan berbaring dengan sisi berbeda, tidak berkemih 1-2 jam
setelah terapi.
3. Sistektomi parsial, radikal atau total
Sisteksomi parsial dilakukan pada tumor infiltratif, soliter yang
berlokasi di sepanjang dinding posterolateral atau puncak buli.
17
Pada sistektomi radikal dilakukan pengangkatan seluruh buli dan
jaringan atau organ di sekitarnya. Pada pria, dilakukan
pengangkatan buli, jaringan lemak sekitarnya, prostat dan vesika
seminalis. Pada wanita dilakukan pengangkatan buli, ceviks,
uterus, vagina anterior atas, ovarium.
Sistektomi radikal adalah pengangkatan buli-buli dan
jaringan sekitarnya (pada pria berupa sistoprostatektomi) dan
selanjutnya aliran urin dari kateter dialirkan melalui beberapa cara
diversi urine, antara lain:
a. Ureterosigmoidostomi
Yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke dalam sigmoid. Cara
ini sekarang tidak banyak dipakai lagi karena banyak menimbulkan
penyulit.
b. Konduit usus
Yaitu mengganti buli-buli dengan ileum sebagai penampung urin,
sedangkan untuk mengeluarkan urin dipasang kateter menetap
melalui sebuah stoma. Saat ini tidak banyak dikerjakan lagi karena
tidak praktis.
c. Diversi urin kontinen
Yaitu mengganti buli-buli dengan segmen ileum dengan membuat
stoma yang kontinen (dapat menahan urin pada volume tertentu).
Urin kemudian dikeluarkan melalui stoma dengan kateterisasi
mandiri secara berkala. Cara diversi urin ini yang terkenal adalah
cara Kock pouch dan Indiana pouch.
d. Diversi urin Orthotopic
Adalah membuat neobladder dari segmen usus yang kemudian
dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih
18
fisiologis untuk pasien, karena berkemih melalui uretra dan tidak
memakai stoma yang dipasang di abdomen.
4. Radiasi eksterna
Radiasi eksterna diberikan selama 5-8 minggu. Merupakan
alternatif selain sistektomi radikal pada tumor ilfiltratif yang
dalam. Rekurensi lokal sering terjadi.
5. Terapi ajuvan dengan kemoterapi sistemik antara lain regimen
sisplatinum-Siklofosfamid dan Adriamisin
Stadium Tindakan
Superfisial
(Stadium 0 – A)
TUR Buli / Fulgurasi
Instilasi intravesika
Invasif
(Stadium B-C-D1)
TUR Buli
Sistektomi/ radiasi
Metastasis
(Stadium D2)
Ajuvantivus kemoterapi
Radiasi paliatif
Pada pasienn tumor buli kadang ditemukan metastase regional atau
metastase jauh. Dan sekitar 30-40% pasien denagn tumor invasif
akan bermetastase jauh meskipun sudah dilakukan sistektomi
radikal dan radioterapi.
Pemberian single kemoterapi agentatau kombinasi menunjukkan
respon yang baik pada pasien tumor buli metastase. Respon
meningkat pada pemberian kombinasi: methotrexate, vinblastin,
cisplastin, doxorubicin, siklofosfamid.
19
Kontrol berkala
Semua pasien karsinome buli harus mendapatkan pemeriksaan secara
berkala, dan secara rutin dilakukan pemeriksaan klinis, sitologi urin serta
sistoskopi. Jadwal pemeriksaan berkala itu pada:
1. Tahun pertama dilakukan setiap 3 bulan sekali.
2. Tahun kedua setiap 4 bulan sekali.
3. Tahun ketiga dan seterusnya: setiap 6 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
20
1. Staf Pengajar Sub-Bagian Radio Diagnostik, Bagian Radiologi, FKUI.