GASTROENTERITIS AKUT
GASTROENTERITIS AKUT
PENDAHULUANDiare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia karena angka kesakitan yang tinggi. Diperkirakan 95%
diare akut akan sembuh dalam waktu 3 5 hari dan kematian akibat
diare akut sudah dapat ditekan tetapi angka kematian akibat diare
kronik masih tinggi. Diperkirakan sebanyak 3 20% diare akut
terutama pada anak balita berlanjut menjadi diare kronik. Usia
penderita umumnya berusia antara 1 5 tahun. Banyak faktor
diantaranya kesehatan lingkungan, hygiene perorangan, keadaan gizi,
factor sosial ekonomi, edukasi ikut menentukan jumlah serangan
diare ini. Sebagian dari penderita akan jatuh kedalam dehidrasi dan
kalau tidak segera ditolong diantaranya akan meninggal bila tidak
dilakukan tindakantindakan tepat.(1)Penentuan penyebab diare pada
anak sangat menentukan tata laksana selanjutnya. Infeksi merupakan
salah satu penyebab diare tersering pada bayi dan anak. Selain
rotavirus, berbagai bakteri yang sebagian besar merupakan jenis
bakteri non patogen dilaporkan sebagai penyebab diare pada
anak.(2)Prinsip utama tatalaksana diare adalah penggantian
kehilangan cairan dan elektrolit yang terjadi akibat diare. Pada
keadaan tertentu seperti diare akut dengan dehidrasi berat (dapat
disertai atau tanpa syok hipovolemik) maka diperlukan rehidrasi
menggunakan cairan parenteral. Nutrisi menempati posisi penting
dalam tatalaksana diare pada anak karena ada hubungan timbal balik
antara malnutrisi dan diare. (2)Tatalaksana nutrisi diare dimulai
dengan rehidrasi yang diteruskan dengan pemberian makanan. ASI
menempati posisi strategis, karena ASI dapat terus diberikan sejak
saat rehidrasi sampai sesudahnya.(3)EPIDEMIOLOGIPenyakit diare akut
lebih sering terjadi pada bayi daripada anak yang lebih besar.
Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak
perempuan. Penyakit ini ditularkan secara fecal oral melalui
makanan dan minuman yang tercemar. Prevalensi yang tinggi dari
penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar,
kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan
tubuh. Dewasa ini, kejadian diare di Indonesia masih terdapat 60
juta episode setiap tahun, dimana 1 5% dari padanya akan menjadi
diare kronik.(3)Penelitian memperlihatkan rotavirus merupakan
mikroorganisme terbanyak (61%), kemudian mikroorganisme lainnya
berupa bakteri non patogen seperti E. Coli 18,4% dan Salmonella
8,3%. Frekwensi diare cair secara bermakna lebih sering terjadi
pada diare yang disebabkan rotavirus. Demam dan muntah sering
ditemukan pada diare infeksi dan tidak terlihat berbeda secara
bermakna antara kelompok rotavirus dan non
rotavirus.(3)DEFINISI
Diare akut ialah buang air besar yang terjadi pada bayi dan anak
yang sebelumnya nampak sehat, dengan frekwensi 3 kali atau lebih
per hari, disertai perubahan tinja menjadi cair, dengan atau tanpa
lendir dan darah.(3)
Pada bayi yang masih mendapat ASI, tidak jarang frekwensi
defekasinya lebih dari 3 4 kali sehari, keadaan ini tidak dapat
disebut diare, melainkan masih bersifat fisiologis atau normal.
Kadang kadang seorang anak defekasi kurang dari 3 kali sehari,
tetapi konsistensinya sudah encer, keadaan ini sudah dapat disebut
diare.(3)ETIOLOGI(4)
70 90% penyebab diare saat ini sudah dapat diketahui dengan
pasti. Penyebab diare akut dibagi dalam 2 golongan :
1. Faktor infeksia. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran
pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi
ini meliputi :
( Infeksi virus : - Enterovirus ( virus ECHO, Coxsackie,
Poliomielitis)
- Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll
( Infeksi bakteri : - Golongan Vibrio, Shigella, Salmonella, E.
coli
- Bacillus cereus, Clostridium prefringens,
Staphylococcus aureus, Campilobacter aeromonas( Infestasi
parasit : - Protozoa, Entamuba histolitica, Giardia lamblia,
Balantidium coli
- Ascariasis, Trichiuris, Oxyuris
- Jamur, Candida
b. Infeksi parenteral yaitu : infeksi di bagian tubuh lain
diluar alat pencernaan seperti otitis media akut,
tonsilifaringitis, Bronkopnemonia, Ensefalitis. keadaan ini
terutama pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.2. Faktor non
infeksia. Malabsorpsi
- Malabsorbsi karbohidrat ( Disakarida ( Laktosa, Maltosa,
Sukrosa )
( Monosakarida ( Glukosa, fruktosa, galaktosa )
- Malabsorbsi Lemak : terutama long chain trigliseride
- Malabsorbsi protein :Asam amino, B Laktoglobulin, vitamin dan
mineral
b. Keracunan ( Food poisoning ) :
( Makanan itu sendiri beracun
( Makanan itu kecampuran racun
( Makanan yang beracun ( Clostridium botulinus, Staphylococcus
)
c. Alergi - Milk allergy- Food allergy- Cows Milk Protein
Sensitive Enteropathy (CMPSE)
d. Imuno defisiensi
Kekurangan SIgA ( Secretory IgA ), yang mengakibatkan akan
terjadinya berlipatgandanya bakteri atau flora usus dan jamur
terutama Candida. e. Sebab sebab lain
Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan
kimia, makanan, gangguan psikis, hawa dingin, dan alergi.Dari
sekian banyak etiologi diatas, disini akan diuraikan beberapa
enteropatogen spesifik yang dianggap merupakan penyebab utama
diare.(5)1. Virus
Rotavirus merupakan penyebab terbanyak diare akut, 30 40% pada
bayi dan anak usia 624 bulan. Diare biasanya cair disertai muntah
dan panas. Virus masuk kedalam traktus digestivus bersama makanan
dan atau minuman, kemudian berkembang biak di dalam usus. Setelah
virus masuk ke dalam epitel usus halus dan menyebabkan kerusakan
bagian apikal villiusus alus. Sel epitel usus halus bagian apikal
akan diganti oleh sel dari bagian kripta yang belum matang,
berbentuk kuboid atau gepeng. Akibatnya sel-sel epitel ini tidak
dapat berfungsi untuk menyerap air dan makanan. Sebagai akibat
lanjut akan terjadi diare osmotik. Vili usus kemudian akan memendek
sehingga kemampuannya untuk menyerap dan mencerna makanan pun akan
berkurang. Pada saat inilah biasanya diare mulai timbul.2.
Bakteri
Bakteri masuk kedalam traktus digestivus, kemudian berkembang
biak di dalam traktus digestivus tersebut. Bakteri ini kemudian
mengeluarkan toksin yang akan merangsang epitel usus sehingga
terjadi peningkatan aktivitas enzim adenil siklase. Sebagai akibat
peningkatan aktivitas enzim tersebut akan terjadi peningkatan cAMP
atau cGMP yang mempunyai kemampuan merangsang sekresi klorida,
natrium dan air dari dalam sel ke lumen usus serta menghambat
absorbsi natrium, klorida dan air dari lumen usus kedalam sel. Hal
ini akan menyebabkan peninggian tekanan osmotik di dalam lumen
usus. Kemudian akan terjadi hiperperistaltik usus untuk
mengeluarkan cairan yang berlebihan dalam lumen usus sehingga
cairan dalam dialirkan dari lumen usus ke lumen usus besar. Bila
kemampuan penyerapan kolon berkurang, atau sekresi cairan melebihi
kapasitas penyerapan kolon maka akan terjadi diare. Secara umum
bakteri yang menghasilkan cAMP akan menyebabkan diare lebih hebat
dibandingkan golongan bakteri yang menghasilkan cGMP.
Bakteri non patogen normal dalam lumen usus halus (sering
disebut sebagai flora usus), dapat pula menyebabkan diare. Misalkan
pada keadaan bakteri tumbuh lampau yang terjadi akibat stasis usus,
obstruksi, malnutrisi.
Sumber : Buku Ajar Ilmu kesehatan Anak Jilid I, Markum AH,
1991
Sumber : Buku Ajar Ilmu kesehatan Anak Jilid I,. Markum A.H,
1991
Di bawah ini beberapa jenis bakteri yang dapat menyebutkan diare
: (4)a. Vibrio choleraTerdapat 2 biotip V. Cholera, ElTor dan
Classic, serta 2 serotipe Ogawa dan Inaba. Sifat diarenya hebat.
Banyak menimbulkan kematian. Penularannya melalui air dan makanan
yang tercemar, namun dapat pula terjadi melalui kontak langsung
orang per orang.b. Salmonella SppBiasanya disebabkan oleh makanan
yang berasal dari binatang. Diare ini disertai rasa mual, kram
perut dan panas.c. Shigella SppTerdapat 4 spesies Shigella yaitu S.
flexneri, S. fonnei, S. disentriae, S. boydii. Yang tersering
menyebabkan diare adalah S. flexneri. Shigellosis sering disertai
panas dan diare cair berdarah dikenal dengan nama disentri. Tidak
jarang pula disertai tenesmus dan kram perut.d. E. ColiDikenal 5
golongan E.Coli yang dapat menyebabkan diare :
d.1. ETEC ( Enterotoksigenic Escherechia Coli )
Transmisinya melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Dikenal 2 faktor virulen yaitu factor kolonisasi yang menyebabkan
ETEC dapat melekat pada sel epitel usus halus atau enterosit dan
enterotoksin. Terdapat 2 macam toksin yaitu, toksin yang tidak
tahan panas ( heat labile toksin LT ), dan toksin yang tahan panas
( heat stable toksin ST ). Toksin LT menyebabkan diare dengan jalan
merangsang aktivitas enzim adenylsiklase sedangkan toksin ST
melalui enzim guanilsiklase. Diare biasanya berlangsung terbatas
antara 3 5 hari, tetapi dapat juga lebih lama.
d.2. EPEC ( Enteropathogenic Escherechia Coli )
Dapat menyebabkan diare berair disertai muntah dan panas. Diare
biasanya terbatas, tetapi dapat berat atau menetap, terutama pada
penderita yang tidak minum ASI.
d.3. EIEC ( Enteroinvasif Escherechia Coli )
Biasanya apatogen, tetapi, sering pula menyebabkan letusan KLB
diare karena keracunan makanan. Secara biokimiawi, bakteri ini
menyerupai Shigella yang dapat menembus mukosa usus halus,
berkembang biak dalam kolonosit dan menyebabkan disentri basiler.
Dalam tinja penderita sering ditemukan eritrosit dan leukosit.d.4.
EAEC ( Enteroadherent Escherechia Coli )
Mampu melekat dengan kuat pada mukosa usus halus dan menyebabkan
perubahan morfologis. Diduga bakteri ini mengeluarkan sitotoksin,
dapat menyebabkan diare berair sampai lebih dari 7 hari.d.5. EHEC (
Enterohemorragic Escherechia Coli )Transmisinya melalui makanan.
Diarenya disertai sakit perut hebat, tanpa atau disertai sedikit
panas, diare cair disertai darah. Menghasilkan sitotoksin yang
dapat menyebabkan edema dan perdarahan usus besar.
e. Campylobacter JejuniSelain diare, disertai lendir dan darah,
terdapat gejala sakit perut di sekitar pusat kemudian menjalar ke
kanan bawah, dan rasa nyerinya menetap di tempat tersebut.
Mengeluarkan 2 macam toksin yaitu sitotoksin dan toksin LT.
Sumber : Buku Ajar Ilmu kesehatan Anak Jilid I,. Markum A.H,
19913. Parasit
Kuman parasit masuk ke dalam saluran pencernaan, kemudian dengan
cara invasi epitel mukosa di kolon menyebabkan mikro abses dan
ulkus. Lalu timbulah diare. Di bawah ini beberapa kuman parasit
yang dapat menyebabkan diare :a. Giardia LambliaMenyerang anak usia
1 5 tahun. Penularan melalui makanan, air, atau kontak langsung
dari orang ke orang. Menyebabkan diare akut dan sub akut. Kadang-
kadang disertai meteorismus dan sakit perut.
b. Entamoeba HistolyticaDiare biasanya berlendir disertai darah,
terkenal dengan nama disentri amuba. Gejala yang mencolok adalah
tenesmus. Penularan biasanya melalui makanan atau air yang tercemar
oleh parasit. Dapat menyebabkan ulkus yang menggaung sehingga
terjadi abses hati.
PATOFISIOLOGI(2)Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare
ialah :1. Gangguan osmotikAkibat terdapatnya makanan atau zat yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan
diare.KOMPLIKASI(2)Sebagai akibat diare akut akan terjadi :
1. Kehilangan air dan elektrolit ( dehidrasi )
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air ( output ) lebih banyak
daripada pemasukan air ( input ), merupakan penyebab terjadinya
kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa ( asidosis metabolic)
Metabolik asidosis terjadi karena:
- Kehilangan Natrium bikarbonat bersama tinja
- Ketosis kelaparan - Terjadi penimbunan asam laktat karena
adanya anoksia jaringan
- Produk yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal
sehingga terjadi oliguria / anuria
- Pemindahan ion Na dari airan ekstraselular ke dalam cairan
intraselular.Secara
klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan
yang bersifat
cepat, teratur dan dalam.
3. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi
dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang
singkat. Hal ini disebabkan karena:
a. Makanan sering dihentikan karena takut diare atau muntah akan
bertambah hebat
b. Bila susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan
susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan
diabsorpsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
4. Hipoglikemi
Lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita
KKP. Hal ini terjadi karena :
a. Penyimpanan/persediaan Glikogen dalam hati terganggu
b. Adanya gangguan absorpsi glukosa.5. Gangguan sirkulasi
darah
Sebagai akinat diare dengan atau tanpa disertai muntah, dapat
terjadi gangguan sirkulasi darah berupa syok hipovolemik. Akibatmya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah
berat dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran
menurun.DIAGNOSIS(4)
Berdasarkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Kepada penderita, atau keluarganya perlu ditanyakan mengenai
riwayat perjalanan penyakit, antara lain :
lamanya sakit/diare (sudah berapa jam/hari?)
Frekuensinya (berapa kali sehari)
Banyaknya/volumenya (berapa banyak setiap kali buang air besar,
misalnya berapa ml/sendok/gelas, dan sebagainya)
Warnanya (biasa, kuning berlendir, berdarah, seperti air cucian
beras, dan sebagainya)
Baunya (amis, asam busuk)
Buang air kecil (banyaknya, warnanya, kapan terakhir kencing,
dan sebagainya)
Ada tidak batuk, panas, pilek, dan kejang (sebelum, selama, atau
setelah diare)
Jenis, bentuk, dan banyaknya makanan, dan minuman sebelum dan
sesudah sakit
Ada/tidak penderita diare lain di rumah
Berat badan sebelum sakit (bila diketahui)2. Manifestasi
Klinis
Mula mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian
timbul diare. Tinja makin cair dan mungkin mengandungi lendir dan
atau darah. Warna tinja makin lama makin berubah menjadi kehijauan
karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet
karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai
akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang
tidak dapat diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat
terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan lambung
yang meradang atau akibat gangguan keseimbangan elektrolit, maka
gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit
berkurang, mata dan ubun-ubun menjadi cekung, selaput lendir bibir
dan mulut serta kulit tampak kering.
Sumber : Buku Ajar Ilmu kesehatan Anak Jilid I,. Markum A.H,
1991Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi
dehidrasi ringan, sedang dan berat melalui :1. Penentuan derajat
dehidrasi menurut WHO (2000)
Tanda dan gejalaDehidrasiRinganDehidrasi sedangDehidrasi
berat
1. Kehilangan BB pada bayi
2. Kehilangan BB pada anak
3. Nadi
4. Tekanan darah
5. Keadaan umum
6. Rasa haus
7. Mukosa
8. Air mata
9. Ubun ubun besar
10. Vena jugularis
11. Kulit
12. Berat jenis urin 5 %
3 4 %
Normal
Normal
Normal
Ringan
Normal
Ada
Normal
Tampak
Cubitan cepat kembali
1,020
10 %
6 8 %
Meningkat ringan
Normal untuk orthostatik > 10
mmHg turun
Gelisah, haus sampai letargi
Sedang
Kering
Menurun
Normal - cekung
Tak tampak, kecuali dengan tek. supraclaviculer
Cubitan lambat kembali < 2-4 detik
> 1,020, oliguri
15 %
10 %
Sangat meningkat
Ortostatik sampai syok
Sangat gelisah
Sangat/tidak bisa minum
Sangat kering
Tidak ada, cekung
Cekung sekali
Tak tampak walau dengan tek. Supraclavicula
Cubitan sangat lambat kembali > 4 detik, dingin, sianosis
Oligiria sampai anuria
2. Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan skor Maurice King (
1974 )
Bagian tubuh yang harus di periksaAngka untuk gejala yang
ditemukan
012
1. Keadaan umum
2. Kekenyalan kulit
3. Mata
4. Ubun ubun
5. Mulut
6. Denyut nadiSehat
Normal
Normal
Normal
Normal
NormalGelisah, lekas marah atau apatis, mengantuk
Sedikit kurang
Sedikit kurang
Sedikit cekung
Kering
120 - 140Menggigau, koma, atau syok
Sangat kurang
Sangat kurang
Sangat cekung
Kering dan membiru
Lebih dari 140
Berdasarkan skor yang terdapat pada penderita, maka dapat
ditentukan derajat dehidrasi :
- jika mendapat nilai 0-2: dehidrasi ringan
- jika mendapat nilai 3-6: dehidrasi sedang
- jika mendapat nilai 7-12: dehidrasi berat
3. Berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi:
GejalaHipotonikIsotonikHipertonik
Rasa haus
Berat Badan
Turgor kulit
Kulit/selaput lendir
Gejala SSP
Sirkulasi
Nadi
Tekanan darah
Banyaknya kasus-Menurun sekali
Menurun sekali
Basah
Apatis
Jelek sekali
Sangat lemah
Sangat rendah
20 30 %+
Menurun
Menurun
Kering
Koma
Jelek
Cepat dan lemah
Rendah
70%+
Menurun
Tidak jelas
Kering sekali
Iritable,kejang,hiperfleksi
Relatif masih baik
Cepat dan keras
Rendah
10 20%
Menurut tonisitas darah, dehidrasi dibagi atas:
1. Dehidrasi isotonik : bila kadar Na dalam plasma antara 131
150 mEq/l
2. Dehidrasi hipotonik : bila kadar Na plasma < 131 mEq/l
3. Dehidrasi hipertonik : bila kadar Na Plasma > 150
mEq/l
3. Pemeriksaan Laboratoriuma. Pemeriksaan tinja
- makroskopis dan mikroskopis
- pH dan kadar gula dalam tinja dan kertas lakmus dan tablet
clinitest bila diduga terdapat intoleransi glukosa.
- bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
b. Pemeriksaan gangguan dan keseimbangan asam basa dalam darah,
dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi
dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP ( bila
memungkinkan )
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal
ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Natrium, kalium,
kalsium da fosfor dalam serum
e. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jeis jasad
renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama
dilakukan pada penderita kronik.
PENATALAKSANAAN(4)1. Dehidrasi
Pengobatan yang efektif hanyalah mengembalikan cairan yang
hilang. Kehilangan volume cairan yang ringan bisa diganti dengan
cairan oral meskipun banyak melakukan penggantian secara
parenteral.
2 Jenis cairan yaitu :
a. Cairan rehidrasi oral
Cairan rehidrasi oral dengan formula lengkap yang mengandung
NACL, KCL, NaHCO3 dan glukosa atau penggantinya, yang dikenal
dengan oralit. Kadar Natrium 90 mEq/l untuk kolera.Rehidrasi oral
sangat efektif untuk penggantian cairan pada diare bahkan juga pada
diare yang sedang berlangsung dengan muntah. Rehidrasi oral
diberikan pada dehidrasi ringan/sedang. Pemberian rehidrasi oral
diberikan sedikit demi sedikit sampai mencapai dosis 75 cc/kg
selama 4-6 jam untuk dehidrasi ringan/sedang. Jika sudah membaik
dilanjutkan dengan 100 cc/kg/hari. Cairan rehidrasi oral yang tidak
mengandung keempat koponen di atas, misalnya larutan garam-gula
(LGG), larutan tepung beras-garam, ait tajin, air kelapa, dan lain
lain, yang merupakan cairan yang tersedia di rumah, disebut cairan
rehidrasi oral tidak lengkap.
b. Rehidrasi parenteral
Langkah awal dari rehidrasi adalah mengisi isi vaskuler secara
cepat dengan tujuan mencegah terjadinya syok dan meningkatkan
fungsi ginjal. Cairan fisiologis (Salin normal ) atau ringer laktat
( 10-20 cc/kg ) harus diberikan dalam waktu 1 jam. Jumlah ini harus
diluar jumlah kebutuhan cairan perharinya.Langkah selanjutnya
adalah memenuhi kebutuhan cairan rumatan dan mengganti jumlah
cairan yang hilang bersama tinja dari diare yang sedang
berlangsung. Pada dehidrasi berat setelah rehidrasi kalau perlu
pemberian cairan rumatan diberikan setengah jumlah caran dalam 8
jam pertama sedangkan sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.
Selama pemberian cairan rumatan perlu ditambahkan glukosa 5% dan
kalau perlu ditambahkan NACL sesuai kebutuhan.
Jika diuresis sudah baik maka KCL diberikan dengan konsentrasi
20 mmol/l untuk mencegah efek klinis dari kekurangan Kalium.
Pemberian Kalium Intravena tidak boleh melebihi 4 mEq/kg/hari untuk
menghindari hiperkalemia.
Di bawah ini berbagai jenis cairan parenteral :
DG aa (1 bagian larutan Darrow + 1 bagian glukosa 5%)
RL g (1 bagian ringer laktat + 1 bagian glukosa 5%)
RL (ringer laktat)
3@ (1 bagian NaCl 0,9% + 1 bagian glukosa 5% + 1 bagian Na
Laktat 1/6 mol per Liter)
DG 1 : 2 (1 bagian larutan Darrow + 2 bagian glukosa 5%)
RL g 1 : 3 (1 bagian ringer laktat + 3 bagian glukosa 5-10%)
Cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian NaHCO3 1 % atau
4 bagian glukosa 5-10% 1 bagian NaCl 0,9%)
Jalan Pemberian :a. Per oral untuk dehidrasi ringan, sedang dan
tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum serta kesadaran baik
b. Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa
dehidrasi tetapi anak tidak mau minum, atau kesadaran menurun
c. Intravena untuk dehidrasi berat
Jumlah cairan : Previous Water Loss (PWL), yaitu jumlah cairan
yang telah hilang. Biasanya berkisar antara 5-15% dari berat
badan.
Normal Water Losses (NWL) yang terdiri dari urin ditambah jumlah
cairan yang hilang melalui penguapan pada kulit dan pernafasan
(insensible water loss). Untuk daerah tropis seperti Jakarta,
kira-kira 100mL/KgBB/24 jam.
Concomitant Water Losses (CWL), yaitu jumlah cairan yang hilang
melalui muntah dan diare (kira-kira 25mL/KgBB/24 jam), dengan
suction, parasentesis ascites dsb.
Jadi jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat
badan masing-masing anak atau golongan umur. Jumlah cairan (mL)
yang hilang pada anak umur < 2 tahun (BB 3-10 kg) sesuai dengan
derajat dehidrasi.
DehidrasiPWLNWLCWLJumlah
-ringan5010025175
-sedang7510025200
-berat12510025250
Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur 2-5 tahun (BB
10-15 kg) sesuai dengan derajat dehidrasi.
DehidrasiPWLNWLCWLJumlah
-ringan308025135
-sedang508025155
-berat808025185
Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur > 5 tahun (BB
15-25 kg) sesuai dengan derajat dehidrasi.
DehidrasiPWLNWLCWLJumlah
-ringan256525115
-sedang506525140
-berat806525170
1. Jadwal (kecepatan) pemberian cairan(2)a. Belum ada
dehidrasi
Oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas setiap
kali buang air besar
Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
b. Dehidrasi ringan
1 jam pertama: 25-50 mL/kgBB per oral atau intragastrik
Selanjutnya 125 mL/kgBB/hari atau ad libitum.
c. Dehidrasi sedang
1 jam pertama: 50-100 mL/kgBB per oral atau intragastrik
Selanjutnya 125 mL/kgBB/hari atau ad libitum.
d. Dehidrasi berat
Untuk anak 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg
- 1 jam pertama: 40mL/kgBB/jam atau = 10 tetes/kgBB/menit
(dengan infus berukuran 1 mL = 15 tetes) atau = 13
tetes/kgBB/menit (dengan infus berukuran 1 mL = 20 tetes)
- 7 jam kemudian: 12 mL/kgBB/jam atau = 3 tetes/kgBB/menit
(dengan infus berukuran 1 mL = 15 tetes) atau = 4
tetes/kgBB/menit (dengan infus berukuran 1 mL = 20 tetes)
- 16 jam berikut: 125 mL/kgBB oralit per oral atau
intragastrik.
Bila anak tidak mau minum, teruskan DG aa IV 2 tetes/kgBB/menit
(1mL = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1mL = 20 tetes)Untuk anak
lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
- 1 jam pertama : 30mL/kgBB/jam atau = 8 tetes/kgBB/menit
(dengan infus berukuran 1 mL = 15 tetes) atau =
10 tetes/kgBB/menit (dengan infus berukuran 1 mL = 20 tetes)- 7
jam kemudian: 10 mL/kgBB/jam atau = 3 tetes/kgBB/menit
(dengan infus berukuran 1 mL = 15 tetes) atau = 4
tetes/kgBB/menit (dengan infus berukuran 1 mL = 20 tetes)
- 16 jam berikut: 125 mL/kgBB oralit per oral atau
intragastrik.
Bila anak tidak mau minum, teruskan DG aa IV
2 tetes/kgBB/menit (1mL = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit
(1mL = 20 tetes)
Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
- 1 jam pertama: 20mL/kgBB/jam atau = 5 tetes/kgBB/menit
(dengan infus berukuran 1 mL = 15 tetes) atau = 7
tetes/kgBB/menit (dengan infus berukuran 1 mL = 20 tetes)
- 7 jam kemudian: 10 mL/kgBB/jam atau = 2,5 tetes/kgBB/menit
(dengan infus berukuran 1 mL = 15 tetes) atau = 3
tetes/kgBB/menit (dengan infus berukuran 1 mL = 20 tetes)
- 16 jam berikut: 105 mL/kgBB oralit per oral atau bila anak
tidak
mau minum, teruskan DG aa IV 1 tetes/kgBB/menit (1mL = 15 tetes)
atau 1,5 tetes/kgBB/menit (1mL = 20 tetes)
e. Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2-3
kg.
Kebutuhan cairan = 125 mL + 100 mL + 25 mL = 250 mL/kgBB/24
jam.
Jenis cairan: Cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5%) + bagian NaHCO3
1,5%
Kecepatan:
4 jam pertama : 25 mL/kgBB/jam atau
= 6 tetes/kgBB/menit (1 mL = 15 tetes) atau
= 8 tetes/kgBB/menit (1 mL = 20 tetes)
20 jam berikut :150 mL/kgBB/20 jam atau
= 2 tetes/kgBB/menit (1 mL = 15 tetes) atau
= 2,5 tetes/kgBB/menit (1 mL = 20 tetes)
2. Hiponatremia.
Pengelolaan dehidrasi hiponatremia didahului dengan pengelolaan
dehidrasi secara umum kemudian dilanjutkan dengan penanganan
hiponatremianya dengan menambahkan cairan yang mengandung garam
untuk mengkoreksi kekurangan natrium. Jumlah natrium yang diberikan
adalah 10-12 mEq/L per hari dan jika perlu 15 mEq/L perhari pada
hiponatremia berat.
Rumus kebutuhan Na+ sebagai berikut :
(Kadar Na+serum-kadar Na+sekarang) x 0.6 x berat badan dalam
kg.
Perlu ditambahkan Na+ rumatan 3 mEq/L perhari dalam larutan
dekstrose 5%. Untuk kadar Na+ 120-130 mEq/L, jumlah ini harus
diberikan dalm waktu 24 jam. Untuk kadar Na+dibawah 120 mEq/L,
rehidrasi seharusnya diberikan beberapa hari sampai Na+mencapai 130
mEq/L dengan ketentuan 10 mEq/L hari (misalnya 2 hari untuk kadar
Na+ rumatan.
3. Hipernatremia
Pasien dengan hipovolemi dan hipernatremia membutuhkan larutan
hipotonik yang terdiri dari garam untuk mengembalikan kadar Na+ 2-5
mEq/kg. Koreksi Natrium tidak boleh melebihi 10 mEq/l/hari.
4. Asidosis metabolik
Pengobatan bertjuan untuk menganti defisit basa. Dosis NaHCO3
berdasarkan kepada volume cairan ekstra sel. Bila Hasil ASTRUP
menunjukkan defisit basa (BE : - ), dapat digunakan perhitungan
dosis sebagai berikut :
BE x BB (dalam kg ) x 0,3 mEq NaHCO3
Pengobatan Dietetik
1. Untuk anak dibawah 1 tahun & anak diatas 1 tahun dengan
berat badan kurang dari 7 kg. Jenis makanan
Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah &
asam lemak tidak jenuh, missal LLM, Almiron )
Makanan setengah padat ( bubur susu ) atau makanan padat ( nasi
tim ) bila anak tidak mau minum susu.
Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau susu
dengan asam lemak berantai sedang tidak jenuh sesuai dengan
kelainan yang ditemukan
Untuk anak diatas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg
jenis makanan makanan padat atau makanan air/ susu sesuai kebiasaan
makan dirumah
Obat-obatan
1. Obat anti sekresi
Asetosal 25 mg/tahun dengan dosis minimum 3 mg
Klorpromazin 0,5-1 mg/kgbb/hari
2. Antibiotika
Tetrasiklin 25-50mg/kgbb/hari
Eritromisin 40-50 mg/kgbb/hari ( ampilobater ).
Antibiotik dapat diberikan pada penyakit penyerta seperti :
Infeksi ringan diberikan penisilin prokain 50000
IU/kgbb/hari
Infeksi sedang diberikan penisislin prokain atau ampisilin 50
mg/kgbb/hari
Infeksi berat diberikan kloramfenikol 75 mg/kgbb/hari atau
ampisilin 75-100 mg/kgbb/hari ditambah dengan gentamisin 6
mg/kgbb/hari
KESIMPULAN
Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
karena angka kesakitan yang tinggi. Penyakit ini ditularkan secara
fecal oral melalui makanan dan minuman yang tercemar. Prevalensi
yang tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air
yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan
turunnya daya tahan tubuh
Diare akut ialah buang air besar yang terjadi pada bayi dan anak
yang sebelumnya nampak sehat, dengan frekwensi 3 kali atau lebih
per hari, disertai perubahan tinja menjadi cair, dengan atau tanpa
lendir dan darah.Mula mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah,
suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, kemudian timbul diare. Tinja makin cair dan mungkin
mengandungi lendir dan atau darah. Penatalaksanaan dari diare
dengan pemberian cairan, dietetik dan obat-obatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman RE, Vaughan VC, Nelson WE. Nelson Textbook of
Pediatrics. 16th ed. Philadelphia: Saunders, 2001.2. Husain, R.,
Alatas, H. Kejang Demam dalam Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2
cetakan ketujuh, Jakarta; Staff pengajar Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 1985; 283-94.3.
Markum, AH, Penyakit Radang Usus : Infeksi dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak Jilid I cetakan ketiga, Jakarta, 2002; 448-66.4.
Suharyono, Boediarso A, Halimun EM, Gastroenteritis Akut dalam
Gastroenterologi Anak Praktis cetakan keempat, Jakarta; Balai
Penerbitan FKUI, Jakarta 2003; 51-84.5. M. Juffrie, Gangguan
Keseimbangan dan Elektrolit Pada Penyakit Saluran Cerna dalam
Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak Sari Pediatri, volume
6, Edisi No1, Jakarta; Juni 2004, Hal 52- 59.GASTROENTERITIS
AKUT
Pembimbing :
Dr. Heru Samudro, SpA
Oleh :
I Wayan Sumoyoga 97-054KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PERIODE 18 OKTOBER 2004 8 JANUARI 2005JAKARTA
PAGE 21