Top Banner
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut 2.1.1 Definisi Gastroenteritis adalah radang lambung dan usus yang dapat menimbulkan gejala diare yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit lebih sering dari biasanya yang mana bersifat patogen. Gastroenteritis dibagi menjadi dua jenis menurut waktu onset dan durasi yaitu Gastroenteritis Akut dan Gastroenteritis Kronis. (Nari, 2019). Gastroenteritis akut atau GEA adalah diare yang gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari, gastroenteritis juga kehilangan cairan dan elektrolit berlebihan karena frekuensi satu atau lebih buang air besar berbentuk encer dan berair. (Nari, 2019) 2.1.2 Etiologi Beberapa faktor yang menyebabkan gastroenteritis pada balita yaitu infeksi yang disebabkan bakteri, virus, atau parasit, adanya gangguan penyerapan makanan dan malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan, imunodefesiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun serta penyebab lain (Suraatmaja, 2007) dalam (Hartati & Nurazila, 2018)
38

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

May 12, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gastroenteritis Akut

2.1.1 Definisi

Gastroenteritis adalah radang lambung dan usus yang dapat

menimbulkan gejala diare yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan

parasit lebih sering dari biasanya yang mana bersifat patogen.

Gastroenteritis dibagi menjadi dua jenis menurut waktu onset dan

durasi yaitu Gastroenteritis Akut dan Gastroenteritis Kronis. (Nari,

2019). Gastroenteritis akut atau GEA adalah diare yang gejalanya

tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari, gastroenteritis juga

kehilangan cairan dan elektrolit berlebihan karena frekuensi satu

atau lebih buang air besar berbentuk encer dan berair. (Nari, 2019)

2.1.2 Etiologi

Beberapa faktor yang menyebabkan gastroenteritis pada

balita yaitu infeksi yang disebabkan bakteri, virus, atau parasit,

adanya gangguan penyerapan makanan dan malabsorbsi, alergi,

keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam

makanan, imunodefesiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun

serta penyebab lain (Suraatmaja, 2007) dalam (Hartati & Nurazila,

2018)

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

a. Faktor Infeksi

Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang

merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi

bakteri (Vibrio, E.colli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,

Yersinia, Aeromonas), infeksi virus (Entenovirus, Adenovirus,

Rotavirus, Astrovirus), infeksi parasit (Entamoeba hystolytica,

Giardia lamblia, Thricomonas hominis) dan jamur (Candida,

Abicans). Infeksi parenteral merupakan infeksi diluar sistem

pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti : Otitis

Media Akut (OMA), tonsillitis, bronkopneumonia, ensefalitis.

b. Faktor Malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa,

maltose, dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,

fruktosa, dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan

penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Disamping

itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.

2.1.3 Tanda dan Gejala

Gambaran awal dimulai dengan bayi atau anak menjadi

cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan

berkurang atau tidak ada, kemudian timbul BAB. Feses makin cair

mungkin mengandung darah atau lendir, dan warna feses berubah

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu. Akibat

seringnya defekasi, anus dan area sekitarnya menjadi lecet karena

sifat feses makin lama makin asam, hal ini terjadi akibat banyaknya

asam laktat yang dihasilkan dari pemecahan laktosa yang tidak

dapat diabsorbsi oleh usus.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah terjadi.

Apabila penderita telah banyak mengalami kehilangan air dan

elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun,

ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot dan turgor kulit

berkurang, dan selaput lendir pada mulut dan bibir terlihat kering.

Berdasarkan kehilangan berat badan, dehidrasi terbagi

menjadi empat kategori yaitu tidak ada dehidrasi (bila terjadi

penurunan berat badan 2,5%), dehidrasi ringan (bila terjadi

penurunan berat badan 2,5-5%), dehidrasi sedang (bila terjadi

penurunan berat badan 5-10%), dan dehidrasi berat (bila terjadi

penurunan berat badan 10%) (Titik Lestari, 2016,).

2.1.4 Klasifikasi

Gastroenteritis dibagi menjadi menjadi 2 jenis yaitu akut dan

kronik :

1. Gastroenteritis akut yaitu buang air besar yang terjadi

kurang dari 14 hari ataupun kurang dari 7 hari (berlangsung

kurang dari 2 minggu).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

2. Gastroenteritis kronis yaitu buang air besar yang terjadi

lebih dari 14 hari (berlangsung selama 2 minggu) (PPNI,

2018).

2.1.5 Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama

gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak

dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga

usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus

untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua, akibat

rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi

peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya

diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga,

gangguan mortalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap

makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus

menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang

selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Selain itu, diare juga

dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup kedalam usus

setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme

tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin tersebut

terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare (Titik

Lestari, 2016)

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

Usus halus menjadi bagian absorbsi utama dan usus besar

melakukan absorbsi air yang akan membuat solid dari komponen

feses, dengan adanya gangguan dari gastroenteritis akan

menyebabkan absorbsi nutrisi dan elektrolit oleh usus halus, serta

absorbsi air menjadi terganggu. Selain itu, diare juga dapat terjadi

akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah

berhasil melewati rintangan asam lambung. Respon patologis

penting dari gastroenteritis dengan diare berat adalah dehidrasi.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

2.1.6 Pathway

Gambar 2.1 Pathway Gastroenteritis pada Hipovolemia (Ardiansyah, 2018)

Infeksi

Berkembang di usus

Hipersekresi air dan

elektrolit

Isi usus

Toksin tidak dapat

diserap

Makanan

Hiperperistaltik ↑

Penyerapan makanan

di usus ↓

Psikologi

Ansietas

Malabsorbsi karbohidrat,

lemak, protein

Isi rongga usus

meningkat

Meningkatkan tekanan

osmotik

Pergeseran air dan

elektrolit ke rongga usus

Frekuensi BAB ↑

Diare

Peningkatan kehilangan cairan

dan elektrolit secara berlebihan

Hipovolemia

(Kekurangan Volume

Cairan)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Muhammad Iqbal, 2018) pemeriksaan penunjang

yang dapat dilakukan :

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan tinja

b. Makroskopis dan mikroskopis

c. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan

tablet dinistest.

d. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakal dan uji resistensi.

2. Pemeriksaan Darah

a. pH darah dan elektrolit (Natrium, Kalium, dan Fosfor)

dalam serum untuk menentukan keseimbangan asam dan

basa.

b. Analisis feses.

c. Endoskopin

2.1.8 Komplikasi

Menurut (Indah, 2017) bila tidak segera ditangani maka akan

terjadi komplikasi seperti dehidrasi, kejang, malnutrisi, dan

higlikemia.

Menurut (Hertia, 2020) komplikasi yang dapat terjadi dari

diare akut maupun kronis, yaitu :

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau

hipertonik).

b. Renjatan hipovolemik.

c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah,

bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).

d. Hipoglikemia.

e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim

laktase karena kerusakan villi mukosa, usus halus.

f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah,

penderita juga mengalami kelaparan.

2.1.9 Penatalaksanaan Medis

Dari komplikasi gastroenteritis yang sangat mengancam jiwa

tersebut maka peran perawat sangatlah dibutuhkan agar anak yang

mengalami gastroenteritis tidak jatuh ke keadaan yang semakin

parah. Tindakan yang dapat dilakukan perawat antara lain bila

seorang anak yang menderita gastroenteritis dan hanya mengalami

dehidrasi ringan maka penatalaksanaanya dilakukan dengan rawat

jalan, rehisrasi dapat dilakukan secara per oral dengan larutan

rehidrasi oral. Cairan rehidrasi oral diberikan sedikit demi sedikit

tetapi sering (yaitu antara 5 sampai 15 ml). Tapi dalam hal dehidrasi

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

berat, anak harus segera dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan

terapi IV (intravena) demi mengatasi dehidrasinya.

Setelah rehidrasi atau terapi cairan selesai, maka diet dapat

dilanjutkan dengan diet biasa yang mudah dicerna oleh anak.

Makanan yang paling baik ditoleransi adalah karbohidrat kompleks

(seperti nasi, gandum, sereal, kentang, dan roti), yogurt, daging tidak

berlemak, sayuran, dan buah-buahan. Pengembalian ke makanan oral

normal adalah hal yang penting untuk dilakukan, khususnya pada

kasus sebelum terjadinya malnutrisi pada anak. Pemberian

antiemetik dan antispasmodik biasanya tidak dianjurkan. Antibiotik

juga tidak diindikasikan pada sebagian besar kasus karena

gastroenteritis bakterial dapat sembuh dengan sendirinya.

2.2 Konsep Hipovolemia & Cairan dan Elektrolit

2.2.1 Definisi Hipovolemia

Hipovolemia adalah penurunan cairan intravaskuler,

intestinal, atau intraseluler ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan

cairan senja tanpa perubahan kadar natrium (Diagnosa

Keperawatan Nanda-I, n.d.)

Hipovolemia merupakan penurunan volume cairan

intravaskuler, interstisial, dan intraseluler (Tim Pokja SDKI DPP

PPNI, 2017).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

Berdasarkan data diatas hipovolemia adalah kondisi ketika

jumlah darah dan cairan di dalam tubuh berkurang secara drastis.

Kondisi ini menyebabkan jumlah oksigen dalam tubuh berkurang

dan membuat fungsi organ terganggu.

2.2.2 Etiologi Hipovolemia

Penyebab dari kekurangan volume cairan menurut (PPNI, 2018)

yaitu :

1. Kehilangan cairan secara aktif

2. Gangguan absorbsi cairan

3. Usia lanjut

4. Kelebihan berat badan

5. Status hipermetabolik

6. Kegagalan mekanisme regulasi

7. Evaporasi

8. Kekurangan intake cairan

9. Efek agen farmakologis

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

2.2.3 Derajat Hipovolemia

Tabel 2.1 Derajat Hipovolemia

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Ringan Sedang Berat

Kehilangan

Darah

>750ml (15%) 750-1500ml

(15-30%)

1500-2000ml

(30-40%)

>2000ml

(>40%)

Denyut Nadi <100 >100 >120 >140

Tekanan

Darah

Normal Normal/Turun Turun Turun

Tekanan Nadi Normal Turun Turun Turun

Respirasi 14-20 20-30 30-40 >40

Urine Output >30 20-30 5-15 Tidak Berarti

Status Mental Sedikit Cemas Agak Cemas Cemas,

Bingung

Bingung, Lesu

Cairan

Pengganti

(3:1)

Kristaloid Kristaloid Kristaloid,

Koloid, dan

Darah

Kristaloid,

Koloid, dan

Darah

Larutan kristaloid 20ml/Kg BB, dalam 15 menit pertama

(BB 70 Kg → 1400ml)

2.2.4 Definisi Cairan dan Elektrolit

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut)dan zat

tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan

partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam

larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui

makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan di distribusikan

ke seluruh tubuh (Haswita, Reni, Sulistyowati, 2017).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

Berdasarkan perhitungan enery expenditure rata-rata pada pasien

yang dirawat di rumah sakit di dapatkan kebutuhan cairan perhari

sebagai berikut :

a. Bayi 1 hari = 50 ml H2O/kgBB/hari

b. Bayi 2 hari = 75 ml H2O/kgBB/hari

c. Bayi ≥ 3 hari = 100 ml H2O/kgBB/hari

d. Berat badan 10 kg pertama = 100 ml H2O/kgBB/hari

e. Berat badan 10 kg kedua = 1000 ml H2O/kgBB/hari

f. Berat badan ≥ 20 kg = 1500 ml H2O/kgBB/hari

2.2.5 Pengaturan Volume Cairan

Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan

antara jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar

(Sari, 2019).

a) Asupan Cairan

Apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh

dimana asupan cairan kurang atau adanya perdarahan maka

curah jantung menurun menyebabkan terjadinya penurunan

tekanan darah.

b) Pengeluaran Cairan

Peningkatan jumlah dan kecepatan pernafasan, demam,

keringat, BAB dapat menyebabkan kehilangan cairan secara

berlebihan. Kondisi lain yang dapat menyebabkan kehilangan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

cairan secara berlebihan adalah muntah secara terus-menerus.

Hasil pengeluaran cairan adalah :

1. Urine

Dalam kondisi normal Output urine sekitar 1400-1500

ml/24jam atau sekitar 30-50 ml/jam.

Tabel 2.2 Volume Pengeluaran Urine

Usia Volume Urine (ml/Kg/BB/Jam)

Bayi Lahir 10-90

Bayi 80-90

Anak-anak 50

2. Keringat

Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat

pengaruh suhu panas. Keringat banyak mengandung garam,

urea, laktat, dan ion kalium. Banyaknya jumlah keringat

yang keluar akan mempengaruhi kadar natrium dan plasma.

3. Feses

Jika cairan yang keluar melalui feses jumlahnya

berlebihan maka mengakibatkan tubuh menjadi lemas.

Jumlah rata-rata pengeluaran feses antara 100-200 ml/hari

yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa

usus besar.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

2.2.6 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Menurut (Sagitarisandi, 2021) faktor yang mempengaruhi

cairan dan elektrolit sebagai berikut :

a. Usia

Pada bayi atau anak-anak keseimbangan cairan dan

elektrolit dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

banyaknya cairan yang keluar melalui ginjal, paru-paru, dan

proses penguapan.

b. Temperatur

Pada cuaca yang sangat panas seseorang akan kehilangan

700-2000 ml air/jam dan 15-30 gr garam/hari. Suhu tubuh

meningkat beresiko mengalami keletihan akibat panas.

c. Diet

Asupan yang tidak adekuat dapat berpengaruh terhadap

kadar albumin serum. Jika albumin serum menurun cairan

interstisial tidak bisa masuk ke pembuluh darah sehingga menjadi

edema.

d. Sakit

Pada saat sakit terdapat banyak sel yang rusak sehingga

untuk memperbaiki sel yang rusak tersebut dibutuhkan adanya

proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit

menimbulkan ketidakseimbangan hormonal yang dapat

mengganggu keseimbangan kebutuhan cairan.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

Menurut Insersible Water Loss (IWL)

a. Bayi 60-70% BB

b. Anak-anak 75-80% BB

Tabel 2.3 Kebutuhan IWL (Haswita, Reni, Sulistyowati, 2017)

Usia Besaran IWL (mg/Kg/BB/Hari)

Bayi Lahir 30

Bayi 50-60

Anak-anak 40

- Rumus IWL untuk anak-anak

IWL = (30 – Usia anak dalam tahun) x kg/BB/24jam

- Jika ada kenaikan suhu

IWL = Nilai IWL Normal + 200 (suhu badan sekarang –

36,8ºC)

- Balance cairan = Intake – Output (Intake/cairan masuk =

Output/cairan keluar + IWL)

- Yang termasuk dalam cairan masuk (intake) diantaranya :

minum, NGT, cairan infus, injeksi.

- Yang termasuk cairan keluar (output) diantaranya : muntah,

urine, feses.

- Kebutuhan urine jika anak mengompol

(0,5cc-1cc/kgBB/hari)

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

2.2.7 Klasifikasi Cairan Tubuh

Cairan dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :

a) Cairan Intraseluler

Cairan yang berada dalam sel tubuh seluruh tubuh

dengan jumlah sekitar 40% dari berat badan dan merupakan

bagian dari protoplasma.

b) Cairan Ekstraseluler

Cairan yang berada di luar sel tubuh dengan jumlah

sekitar 20% dari berat badan, dan berperan dalam pemberian

makan bagi sel dan mengeluarkan sampah metabolisme.

Cairan ekstraseluler ini dibagi menjadi 2, yaitu cairan

interstisial dan cairan intravaskuler. Cairan interstisial adalah

yang terdapat pada cela antar sel atau disebut pula cairan

jaringan, berjumlah 15% dari berat badan. Pada umumnya,

cairan interstisial berfungsi sebagai pelumas agar tidak terjadi

gesekan pada saat 2 jaringan tersebut bergerak. Contoh dari

jaringan interstisial yaitu cairan pleura, cairan pericardial,

dan cairan peritoneal. Cairan intravaskuler merupakan cairan

yang terdapat di dalam pembuluh darah dan merupakan

plasma, berjumlah sekitar 5% dari berat badan.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

2.2.8 Macam-Macam Cairan

1. Cairan Infus 0,9% Normal Saline 9NS, 0,9 NaCl atau

NSS)

Cairan infus ini disebut juga sebagai saline fisiologi

atau isotonic saline adalah cairan kristaloid steril

nonpyrogenic yang berfungsi untuk menggantikan cairan

yang hilang agar tidak mengalami dehidrasi, hipovolemia,

perdarahan atau sepsi.

2. Lactated Ringers (LR) atau Ringers Lactate (RL)

Cairan infus ini mirip dengan plasma darah dan paling

banyak digunakan untuk pasien yang mengalami luka bakar

atau trauma.

Cairan infus lactated ringers akan berfungsi untuk

menggantikan darah yang hilang akibat ketidakseimbangan

elektrolit dan asidosis metabolik. Kandungan pada cairan

infus LR ini adalah natrium klorida, kalium klorida, kalsium

klorida, dan natrium laktat.

3. Dextrose 5% in Water (D5 atau D5W)

Fungsi utama dari cairan infus D5 atau D5W adalah

untuk mengatasi hypernatremia atau tingginya kadar natrium

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

atau sodium di dalam darah sekaligus membantu menjaga

ketersediaan air pada organ ginjal.

Biasanya cairan infus ini diberikan kepada pasien yang

tengah menjalani pemulihan pasca operasi, gangguan pada

jantung atau ginjal, dan pada kasus khusus seperti terjadinya

peningkatan tekanan pada intracranial.

4. 0,45% Normal Saline (Half Normal Saline, 0,45% NaCl

45NS)

Cairan infus ini mengandung larutan kristaloid

hipotonik natrium klorida yang telah dilarutkan dalam air

murni atau steril. Fungsi cairan infus 0,45% normal saline

untuk mengatasi hypernatremia dan ketoasidosis diabetik.

5. Koloid

Cairan infus koloid sangat jarang namun penting untuk

berfungsi untuk pasien yang tidak dapat menerima cairan

dalam jumlah banyak atau pada pasien kekurangan gizi.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

2.3 Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

2.3.1 Definisi Tumbuh Kembang Anak

Tumbuh kembang anak menurut (Ridha, 2017) mencakup 2

peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit

dipisahkan yaitu mengenai pertumbuhan dan perkembangan.

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah

perubahan besar, jumlah, ukuran, dimensi tingkat sel, organ

maupun individu, yang dapat diukur dengan ukuran keseimbangan

metabolik (retensi kalium dan nitrogen tubuh).

Perkembangan (development) adalah bertambahnya

kemampuan (skill dalam struktur dan fungsi tubuh lebih komplek

dalam pola yang teratur dan dapat diramaikan sebagai hasil

pematangan. Tahap ini menyangkut adanya proses diferensiasi sel-

sel tubuh, jaringan tubuh organ-organ, dan sistem organ

berkembang sedemikian rupa, sehingga masing-masing dapat

mematuhi fungsinya. Bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang

lebih kompleks dalam kemampuan bergerak kasar, gerak halus,

berbicara, dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian

(Kementrian RI, 2016).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

2.3.2 Tingkat Perkembangan Anak

Menurut (Eko dan Atik, 2017) sangat mudah bagi orang tua

untuk selalu mengamati pertumbuhan dan perkembangan fisik

anaknya, karena hamper setiap hari orang tua bisa melihatnya.

1. Tumbuh kembang Toddler (Balita umur 1-3 tahun)

a. Umur 15 bulan

Motorik kasar : Sudah bisa belajar sendiri tanpa

bantuan orang lain.

Motorik halus : Sudah bisa memegang cangkir,

membuka kotak, melempar benda.

b. Umur 24 bulan

Motorik kasar : Berlari sudah baik, dapat naik

tangga sendiri dengan kedua kaki tiap tahap.

Motorik halus : Sudah bisa membuka pintu,

membuka kunci, minum menggunakan gelas atau

cangkir, sudah bisa menggunakan sendok dengan

baik.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Gastroenteritis Akut

2.4.1 Pengkajian Keperawatan

Untuk mengidentifikasi gangguan kekurangan volume cairan

serta menggunakan data untuk menyusun suatu intervensi

keperawatan, perawat juga perlu melakukan pengkajian

keperawatan, berikut hal-hal yang harus diperhatikan :

1. Data Mayor :

Subjektif : -

Objektif :

a. Frekuensi nadi meningkat.

b. Nadi teraba lemah.

c. Tekanan darah menurun.

d. Tekanan nadi menyempit.

e. Turgor kulit menurun.

f. Membrane mukosa kering.

g. Volume urin menurun.

h. Hematokrit meningkat.

2. Data Minor :

Subjektif :

a. Merasa lemah

b. Mengeluh haus.

Objektif :

a. Pengisian vena menurun.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

b. Status mental berubah.

c. Suhu tubuh meningkat

d. Konsentrasi urin meningkat

e. Berat badan turun tiba-tiba (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,

2017).

1) Identitas Pasien

Biodata atau identitas pasien meliputi nama lengkap,

tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, tempat lahir,

asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua,

penghasilan.

2) Keluhan Utama

Buang air besar (BAB) lebih dari tiga kali sehari.

BAB kurang dari empat kali dengan konsistensi cair

(dehidrasi ringan atau sedang). BAB 4-10 kali konsistensi

cair (dehidrasi ringan atau sedang). BAB lebih dari 10 kali

(dehidrasi berat). Apabila gastroenteritis terjadi kurang dari

14 hari maka disebut dengan gastroenteritis akut. Apabila

terjadi lebih dari 14 hari maka disebut gastroenteritis

kronik.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

a) Riwayat kesehatan dahulu :

Penyakit apa saja yang pernah dideritanya.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

b) Riwayat kesehatan sekarang :

a. Mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah,

suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang atau

tidak ada, kemungkinan terjadi diare.

b. Tinja semakin cair, mungkin disertai lendir dan atau

tanpa darah. Warna tinja berubah kehijau-hijauan

karena bercampuran dengan empedu.

c. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering

defekasi dan sifatnya semakin lama semakin asam.

d. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah

gastroenteritis.

e. Apabila pasien kehilangan banyak cairan dan

elektrolit, gejala dehidrasi mulai tampak.

f. Diuresis yaitu terjadinya oliguria (kurang

1ml/kgBB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine normal

pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit berwarna gelap

pada dehidrasi ringan ataupun sedang. Tidak ada urine

dalam waktu 6 jam yaitu dehidrasi berat.

4) Riwayat Kesehatan

a. Riwayat imunisasi terutama anak yang belum melakukan

imunisasi campak. Karena gastroenteritis lebih sering

terjadi pada anak dengan campak atau yang menderita

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

campak dalam empat minggu terakhir, karena akibat

penurunan kekebalan tubuh pada anak.

b. Riwayat alergi obat-obatan maupun makanan karena

faktor ini merupakan salah satu bentuk penyebab

gastroenteritis.

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah didalam keluarga ada yang menderita

gastroenteritis dan yang berhubungan dengan penyakit

menular.

6) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik B1-B6 menurut

1. B1 (Breathing)

Sistem pernapasan akan mengalami perubahan

apabila terjadi perubahan akut terhadap kondisi

elektrolit. Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan

tampak pucat dan pernapasan cepat dan dalam.

2. B2 (Blood)

Respon akut akibat kehilangan cairan tubuh akan

mempengaruhi volume darah. Akibat turunnya volume

darah, maka curah jantung pun menurun sehingga

tekanan darah, denyut nadi cepat dan lemah, serta pasien

mempunyai risiko timbulnya tanda dan gejala syok.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

3. B3 (Brain)

Pada pasien dengan dehidrasi berat akan

menyebabkan penurunan perfusi serebral dengan

manifestasi sakit kepala, perasaan lesu, gangguan mental

seperti halusinasi, dan delirium.

4. B4 (Bladder)

Pada kondisi dehidrasi berat akan didapatkan

penurunan urine output. Semakin berat kondisi dehidrasi,

maka akan didapatkan kondisi oliguria sampai anuria dan

pasien mempunyai risiko untuk mengalami gagal ginjal

akut.

5. B5 (Bowel)

Pemeriksaan sistem gastrointestinal yang

didapatkan berhubungan dengan berbagai faktor, seperti

penyebab, kondisi hidrasi, dan tingkat toleransi individu.

Secara lain pada pemeriksaan gastrointestinal akan

didapatkan :

a. Inspeksi : Pada anak akan terlihat lemas, sering BAB,

dan mungkin didapatkan kembung, distensi abdomen.

b. Palpasi : Mungkin didapatkan adanya nyeri tekan pada

area abdomen.

c. Perkusi : Didapatkan suara timpani abdomen yang

mengalami kembung.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

d. Auskultasi : Didapatkan peningkatan bising usus lebih

dari 25x/menit yang berhubungan dengan peningkatan

usus dari peradangan pada saluran gastrointestinal.

6. B6 (Bone)

Respon dehidrasi dan penurunan volume cairan

tubuh akut akan menyebabkan kelemahan fisik umum.

7) Pola Fungsi Kesehatan

a) Pola eliminasi akan mengalami perubahan yaitu BAB

lebih dari 4 kali sehari (frekuensi, banyak, warna, dan

bau) atau tanpa lendir, BAK sedikit atau jarang. BAK

perlu dikaji untuk output terhadap kehilangan cairan

lewat urine.

b) Pola nutrisi : Makanan yang terinfeksi, pengelolaan

yang kurang hygiene berpengaruh terjadinya

gastroenteritis yang menimbulkan mual muntah,

anoreksia yang menyebabkan penurunan berat badan.

c) Pola tidur dan istirahat : Pada anak atau bayi akan

mengalami gangguan rasa nyaman karena

gastroenteritis sehingga dapat menyebabkan anak rewel.

d) Pola aktivitas : Akan terganggu karena kondisi tubuh

yang lemah.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) Diagnosa

keperawatan pada kasus Gastroenteritis akut, yaitu :

1. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan

ditandai dengan membran mukosa kering.

Diagnosa yang ditemukan perawat pada pasien yaitu

mengalami hipovolemia dibuktikan dengan kehilangan cairan aktif

secara berlebihan akibat membran mukosa yang kering.

2.4.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan :

Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan

ditandai dengan turgor kulit menurun, frekuensi nadi meningkat,

membrane mukosa kering, volume urine menurun, suhu tubuh

meningkat, berat badan turun tiba-tiba.

Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi

Setelah dilakukan tindakan

selama 3x24 jam, diharapkan

status cairan membaik dan

keseimbangan cairan dan

elektrolit dipertahankan secara

maksimal, dengan kriteria hasil :

1. Frekuensi nadi dalam

batas normal (80-

120x/menit)

2. Turgor kulit meningkat

(≤ 1 detik turgor baik).

3. Membran mukosa bibir

Observasi

1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia

(mis. Frekuensi nadi meningkat,

2. Monitor intake dan output cairan.

Terapeutik

1. Berikan asupan cairan oral.

Edukasi

1. Anjurkan memperbanyak asupan

cairan oral.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

lembab.

4. Intake cairan membaik.

5. Output cairan membaik.

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian cairan IV

isotonis (mis. NaCl, RL).

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2019).

2.4.4 Implementasi Keperawatan

Merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan

sesuai dengan intervensi. Tujuan dari implementasi adalah

membantu klien dalam mencapai peningkatan kesehatan baik yang

dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi (Swana, 2020)

2.4.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses

keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan

terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria

hasil yang di buat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan

secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga

kesehatan yang lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya

tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses

keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam

siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassessment). Secara

umum, evaluasi di tunjukan untuk :

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

1. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai

tujuan.

2. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau

belum.

3. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum

tercapai. (Swana, 2020)

Jenis evaluasi :

a) Evaluasi Formatif yaitu menyatakan evaluasi yang dilakukan

pada saat memberikan intervensi dengan respon segera.

b) Evaluasi Sumatif yaitu merupakan rekapitulasi dari hasil

observasi dan analisis status pasien ada waktu tertentu

berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap

perencanaan.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

Tabel 2.4 Tabel Matriks Jurnal

No. Nama Penelitian,

Tahun Judul Desain Penelitian Hasil Kesimpulan/Saran

1. Ardiansyah, 2018 Gambaran

Penggunaan Oralit

Dan Zinc Pada

Kasus Diare.

Rancangan penelitian

yang digunakan adalah

penelitian deskriptif

dengan pendekatan

Cross Sectional. Pada

penelitian ini, peneliti

melihat gambaran

farmakoterapi diare

akut pada anak di

RSUD Batara Siang

Pangkep, Sulawesi

selatan periode Januari-

Desember.

Penelitian ini

menjelaskan bahwa

sampel pasien diare

akut pada laki-laki

sebanyak 38 orang

(58%) dan

perempuan sebanyak

27 orang (42%).

Berdasarkan penelitian

yang sudah dilakukan

dapat disimpulkan bahwa

gambaran penggunaan

terapi pada penyakit

gastroenteritis atau diare

pada pasien anak di rumah

sakit Batara Siang

Pangkep, Sulawesi Selatan

sudah sesuai dengan

standart terapi diare pada

anak meliputi 3 regimen

terapi yaitu paling banyak

pada obat cotrimoxazole

100%, oralit 97%, dan zink

3%.

2. Herdman, 2018 Hubungan Perilaku

Pengasuhan Balita

Terhadap

Terjadinya Diare

Akut Pada Balita.

Jenis penelitian ini

adalah observasional

analitik dengan desain

cross sectional.

Populasi dalam

penelitian ini adalah

ibu yang memiliki

balita (1-4 tahun) di

wilayah Kelurahan

Bandarharjo. Sampel

pada penelitian ini

adalah balita yang

pernah menderita diare

pada tahun 2015.

Teknik sampling yang

digunakan adalah

Hasil analisis

univariat dan bivariat

dari penelitian

mengenai hubungan

antara pengetahuan

dan kebiasaan

mencuci tangan

pengasuh dengan

kejadian diare pada

balita di Kelurahan

Bandarharjo dapat

dilihat pada tabel 1.

Pada tabel 1

menunjukkan bahwa

frekuensi terbanyak

dari usia sampel

Simpulan dari penelitian

ini yaitu (1) ada hubungan

antara pengetahuan

pengasuh dengan kejadian

diare pada balita di

Kelurahan Bandarharjo,

(2) ada hubungan antara

kebiasaan cuci tangan

pengasuh setelah buang air

besar dengan kejadian

diare pada balita di

Kelurahan Bandarharjo,

(3) ada hubungan antara

kebiasaan mencuci tangan

pengasuh sebelum

menyiapkan alat makan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

random sampling.

responden dalam

penelitian adalah ibu

dari bayi yang

mengalami diare pada

usia antara 1-4 tahun

yaitu sebanyak 70

responden. Sumber

data diperoleh dari data

primer dan data

sekunder. Analisis data

dilakukan secara

univariat dan bivariate

dengan uji chi-square.

sebesar 33% adalah

berusia 1 tahun,

kemudian usia 2

tahun sebesar 26%,

usia 3 tahun sebesar

16% dan usia 4 tahun

sebesar 13%.

Sedangkan frekuensi

terbanyak dari jenis

kelamin sampel

sebesar 54,3% adalah

berjenis kelamin

perempuan yaitu

berjumlah 38 sampel

dan laki-laki sebesar

45,7% berjumlah 32

sampel.

dengan kejadian diare pada

balita di Kelurahan

Bandarharjo.

3. Titik Lestari, 2016 Penyuluhan

Penggunaan Oralit

Untuk

Menanggulangi

Diare Di

Masyarakat.

Penelitian ini dilakukan

secara observasional

dengan rancangan

analitik cross sectional

(potong lintang) dan

pengambilan data

secara prospektif pada

pasien diare rawat inap

di RSUD Sleman,

Yogyakarta.

Pengambilan data

dilakukan dengan cara

penelusuran data rekam

medik perawatan

pasien serta

mengunjungi bangsal-

bangsal dimana pasien

tersebut dirawat yang

kemudian digunakan

sebagai alat untuk

Dianalisis data yang

sudah didapat

berdasarkan kajian

literatur dimana

kemungkinan makna

klinis bisa terjadi

yang mana meliputi :

Analisis Inferensial

Dalam hal ini, dibagi

menjadi 2 kategori

dari hasil terapi yang

didapat yaitu berhasil

dan tidak berhasil.

Terapi berhasil terjadi

jika pasien

mengalami

penurunan frekuensi

BAB yang bisa

dilihat dari rekam

medik yaitu ≤ 3 kali

Berdasarkan hasil

pembahasan, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut

:

Gambaran terapi

farmakologi dalam

penanganan pasien diare

rawat inap di RSUD

Sleman adalah antibiotic

Sefotaksim (41%),

diberikan cairan rehidrasi

melalui infus dari tanpa

derajat dehidrasi sampai

derajat dehidrasi berat,

dengan antidiare terbanyak

ialah Zink (58%).

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

menelusuri demografi

pasien dan riwayat

pengobatan pasien.

sehari, sedangkan

terapi tidak berhasil

jika pasien masih

memiliki frekuensi

BAB ≥ 3 kali sehari

atau tidak ada

perubahan dan

penurunan gejala.

4. Indah, 2017 Kebutuhan Dasar

Manusia Dan

Proses

Keperawatan.

Penelitian ini

menggunakan metode

penelitian deskripsi

kualitatif dengan

pendekatan study

kasus. Penelitian ini

dilakukan di

puskesmas Kabupaten

Karang Asem dan

Puskesmas Bangli

tahun 2019.

Partisipasinya dalam

penelitian ini adalah

perawat yang bekerja

di puskesmas sebanyak

2 orang dan 6 orang

pasien diare yang

terdiri dari 2 pasien

resiko hipovolemia dan

2 pasien defisit nutrisi

serta 2 orang pasien

kesiapan peningkatan

keseimbangan cairan.

Partisipan dipilih

dengan metode

purposive sampling

untuk mencapai

saturasi data. Cara

mengumpulkan data

Data yang didapatkan

pada penelitian ini

setelah dilakukan

reduksi data

didapatkan empat

data yaitu data

pengkajian, data

rencana tindakan,

data pelaksanaan, dan

data evaluasi. Data

tersebut disajikan

dalam tema, sub

tema. Tema dengan

bold, sub tema

dengan italic.

Pemaparan keempat

data diperoleh data

hasil wawancara 2

perawat, 6

dokumentasi pasien

dan observasi 6

pasien.

Berdasarkan hasil

pembahasan disimpulkan

bahwa diare adalah

gangguan saluran

pencernaan yang

mengakibatkan terjadinya

buang air besar dengan

feses cair ≥ 3 kali sehari.

Dalam melaksanakan

perawatan anak Diare

dengan masalah defisit

nutrisi, hipovolemia dan

kesiapan peningkatan

kebutuhan cairan dengan

tahap proses perawatan

yaitu pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

Pada tahap pengkajian

pasien hipovolemia, dan

defisit nutrisi dengan diare

ditemukan frekuensi buang

air besar ≥ 3 kali sehari

dan encer maka

perawatannya diberikan

oralit dan neokaolana zink

sirup. Oralit berfungsi

mencegah terjadinya

dehidrasi, sedangkan

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

dengan wawancara

mendalam dan

observasi partisipasi

serta dokumentasi.

Sebelum melakukan

penelitian peneliti

mengajukan kelaikan

etik di instansi

setempat dan

dinyatakan laik etik.

neokaolana atau zink

berfungsi untuk

meningkatkan daya tahan

tubuh dan penyerapan

bakteri. Dalam

mengantisipasi tingginya

suhu panas badan naik di

berikanlah paracetamol

dan anjuran minum.

5. Nari, 2019 Peranan Zinc Pada

Penanganan Kasus

Penyakit Diare

Yang Dialami Bayi

Maupun Balita.

Kegiatan pengabdian

masyarakat ini diikuti

oleh 15 orang tua dan

anak dalam rentang

usia 2-16 tahun yang

dilakukan secara online

melalui Google Meet.

Dalam pelaksanaannya

kegiatan penyuluhan

terdiri dari beberapa

tahap yaitu : pertama,

tahap pretest yaitu

melakukan tanya jawab

seputar materi yang

akan diberikan untuk

mengetahui sejauh

mana pengetahuan

awal orang tua

mengenai penanganan

diare. Kedua, tahap

penyuluhan yaitu

pemateri

menyampaikan materi

mengenai penanganan

diare dan setelahnya

melakukan tanya

Kegiatan pengabdian

masyarakat pada

tanggal 24 Desember

2020. Panitia

memperkenalkan diri

dan menjelaskan

tujuan dari kegiatan

yang dilakukan. Pada

tahap pertama yaitu

tahap pretest panitia

melakukan tanya

jawab kepada peserta

seputar penanganan

diare dengan benar.

Berdasarkan hasil

tanya jawab,

didapatkan bahwa

peserta belum

mengetahui

penanganan diare

dengan benar.

Kegiatan selanjutnya

yaitu melalukan

penyuluhan

kesehatan yang

dilakukan oleh

Hasil kegiatan penyuluhan

kesehatan mengenai

penanganan diare pada

anak usia 2-16 tahun di

dapatkan hasil 14 (93,3%)

orang tua (ayah/ibu) yang

memahami mengenai

penanganan diare pada

anak dan 1 (6,6%) orang

tua (ayah/ibu) yang aktif

bertanya dalam kegiatan.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

jawab. Ketiga, tahap

demonstrasi yaitu

peserta melakukan

penanganan diare salah

satunya menggunakan

madu. Keempat,

evaluasi yaitu

menanyakan kembali

kepada peserta seputar

materi yang sudah di

berikan.

panitia. Materi yang

diberikan yaitu

pengertian diare, cara

mengatasi diare, cara

pemberian madu dan

cara pencegahan

diare. Kemudian,

kagiatan berikutnya

yaitu demonstrasi

dari materi yang telah

disampaikan.

Demonstasi yang

dilakukan adalah

melakukan

pemberian madu.

Tahap akhir yaitu

tahap evaluasi panitia

melakukan bertanya

kembali seputar

materi yang

diberikan. Semua

peserta dapat

menjawab dengan

baik pertanyaan

yang diberikan dan

dapat disimpulkan

bahwa peserta sudah

mengerti penyuluhan

penanganan diare

pada anak.

6. Swana, 2020 Status Gizi Dengan

Kejadian Diare.

Penelitian ini

menggunakan desain

penelitian cross-

sectional, menurut

notoatmodjo cross

sectional adalah suatu

penelitian untuk

Kebiasaan cuci

tangan dan

penggunan jamban

sehat dengan kejadian

diare balita,

didapatkan bahwa

ada hubungan yang

Penyakit diare merupakan

masalah kesehatan utama

di Indonesia dengan angka

kesakitan dan kematian

yang masih tinggi.

Lingkungan yang tidak

sehat dan perilaku tidak

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

mempelajari suatu

dinamika korelasi

antara faktor-faktor

resiko dengan efek, dan

dengan suatu

pendekatan, observasi

ataupun dengan

pengumpulan data

suatu saat tertentu

(point time approach).

signifikan antara

kebiasaan cuci tangan

dengan kejadian diare

pada balita yang

memiliki hubungan

yang rendah. Aspek

perilaku mencuci

tangan didapatkan

hasil bahwa

masyarakat kota

Bogor selalu mencuci

tangan menggunakan

sabun tetapi angka

kejadian diarenya

masih tinggi.

Menurut asumsi

peneliti, hasil ini

mungkin bisa

didapatkan karena

mencuci tangan yang

baik dan benar yaitu

dengan mencuci

tangan menggunakan

sabun tanpa

kandungan anti

mikroba meliputi

seluruh permukaan

tangan dan membilas

dengan air mengalir.

higienis sangat erat

kaitannya dengan penyakit

diare. Perilaku hidup

bersih dan sehat sangat

amat diperlukan oleh

seluruh makhluk hidup,

karena ini dapat membantu

kita semua dalam

meningkatkan kualitas

hidup dan kesehatan

pemberian ASI eksklusif

pada bayi, rajin mencuci

tangan, menggunakan air

bersih, adalah beberapa

perilaku yang dapat

mencegah seseorang dari

terserangnya berbagai

penyakit, terutama diare

pada anak.

7. Sagitarisandi, 2021 Hubungan

Dukungan Bapak

Dengan Status

Gastroenteritis Pada

Balita.

Metode yang

digunakan adalah

memberikan

pengelolaan berupa

perawatan kepada

pasien agar dapat

mengurangi

Didapatkan hasil

berupa data subjektif

keluarga pasien

mengatakan pasien

belum BAB dari pagi,

dan data objektif

pasien tampak mulai

Penerapan pengelolaan

yang sesuai dengan proses

keperawatan akan

mencapai hasil yang baik

sesuai dengan kriteria hasil

yang ingin dicapai. Untuk

mencapai keberhasilan

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

kekurangan cairan

yang di derita. Teknik

pengumpulan data

dilakukan dengan

menggunakan teknik

wawancara.

Pendekatan

menggunakan proses

keperawatan meliputi

pengkajian, penegakan

diagnosa, intervensi

keperawatan,

implementasi

keperawatan, dan

evaluasi keperawatan.

jalan-jalan bersama

keluarga keluar

kamar, mukosa bibir

masih tampak kering,

turgor kulit sudah

membaik dan sudah

mau minum air putih,

dan air kelapa muda.

dalam pengelolaan pasien

dibutuhkan kerjasama

antara tim kesehatan dan

pasien atau keluarga.

8. Bagus, 2020 Hubungan

Pengetahuan Dan

Sikap Ibu Dengan

Kejadian Diare

Pada Balita

Jenis penelitian ini

menggunakan metode

analitic observasional

dengan rancangan case

control study bersifat

retrospektif.

Hasil analisis bivariat

menggunakan uji chi

square pada faktor

anak (usia anak, jenis

kelamin, ASI

eksklusif, imunisasi

campak, status gizi,

dan kebersihan kuku

tangan) dengan

kejadian diare

berulang dapat dilihat

pada tabel 1.

Berdasarkan hasil

penelitian, dapat ditarik

beberapa kesimpulan, yaitu

prevalensi diare berulang

pada balita di Puskesmas

Sumberjambe Kabupaten

Jember sebanyak 58 balita.

Terdapat pengaruh faktor

anak (usia anak dan ASI

eksklusif) terhadap

kejadian diare berulang

pada balita.

9. Sari, 2019 Hubungan Antara

Pengetahuan Ibu

Dengan Kejadian

Diare Akut Pada

Balita.

Jenis penelitian yang

digunakan dengan

desain penelitian cross

sectional.

Berdasarkan pada

hasil penelitian

menunjukkan bahwa

sebagian besar

penduduk Desa Solor

mengalami diare

(74,29%). Hasil

penelitian ini sejalan

dengan penelitian

Faktor-faktor yang

berhubungan dengan diare

antara lain sanitasi

lingkungan, ketersediaan

air bersih, hygiene

perorangan, sanitasi

makanan, ketersediaan

jamban, dan perilaku

buang tinja.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

terdahulu yaitu lebih

dari setengah

responden yang

diteliti mengalami

diare. Penelitian

lainnya juga

menjelaskan bahwa

sebanyak 68,5%

balita mengalami

diare.

10. Hertia, 2020 Determinan

Kejadian Diare

Pada Anak Balita di

Indonesia.

Jenis penelitian ini

menggunakan metode

deskriptif dengan

pendekatan cross

sectional. Teknik

pengambilan sampel

dalam penelitian ini

adalah non probability

sampling yaitu hanya

yang memenuhi

kriteria inklusi yang

dapat menjadi subyek

penelitian.

Secara keseluruhan,

subjek yang

mengikuti penelitian

ini adalah 116 balita.

Karakteristik

deskriptif yang

dianalisis (Tabel 1)

menunjukkan bahwa

balita dengan jenis

kelamin perempuan

sebanyak 59 (50,9%)

orang, sedangkan

laki-laki berjumlah

57 (49,1%) orang.

Umur dari balita

dengan diare yang

mendominasi adalah

pada kelompok umur

1-2 tahun sebanyak

64 (55,2%) orang,

disusul kelompok

umur > 2-3 tahun

sebanyak 23 (19,8%)

orang, kelompok

umur > 4-5 tahun

sebanyak 16 (13,8%)

Berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan

bahwa dari 116 balita yang

menderita diare akut pada

bulan September 2018 –

Januari 2019 di Puskesmas

Tanah Kali Kedinding

Surabaya, mayoritas dari

subyek merupakan balita

dengan jenis kelamin

perempuan, berada dalam

kelompok umur 1-2 tahun,

mempunyai orang tua

dengan pendidikan terakhir

SMA dan pendapatan

keluarga kurang dari UMK

Surabaya. Selain itu,

mayoritas subyek

mempunyai riwayat

pemberian ASI eksklusif

hal ini kemungkinan

dikarenakan sang ibu

sudah menerima dan

menerapkan penyuluhan

mengenai pentingnya ASI

eksklusif oleh pihak

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gastroenteritis Akut ...

orang dan terakhir

kelompok umur > 3-4

tahun dengan 13

balita (11,2%) orang.

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

balita dengan diare

akut yang berjenis

kelamin perempuan

lebih banyak daripada

yang berjenis kelamin

laki-laki.

Puskesmas. Diharapkan

penelitian ini menjadi

sumber informasi bagi

Dinas Kesehatan dan

Puskesmas setempat untuk

mengurangi kejadian diare

akut.